ISSN 2406-7601
Jurnal
AGAMA BUDDHA DAN
ILMU PENGETAHUAN Hesti Sadtyad Sujiono
Pengembangan Instrumen Motivasional, Kepuasan Kerja dan Kinerja Guru Pendidikan Agama Buddha. Penerapan Metode SQ3R Pada Pembelajaran Komptensi Membaca Kritis
Suhartoyo, dkk
Korelasi Antara Upacara Pelimpahan Jasa (Pattidana) dengan Bhakti Anak Kepada Leluhur Di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah
Mujiyanto, dkk
Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Buddha Tersertifikasi Terhadap Pembinaan Umat Di Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung
Mujiyanto
Pengaruh Disiplin Belajar Dan Keaktifan Kegiatan ekstrakurikuler Pendalaman Kitab Suci (PKS) Agama Buddha Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Ajaran 2011/2012
Hariyanto
Pengaruh Media Gambar dan Lagu Buddhis Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha
Sukodoyo
Motivasi Bekerja di Vihâra Pada Wanita Dewasa Awal (Studi Kasus Di Vihâra Tanah Putih Semarang)
Tri Yatno, dkk Untung Suhardi
Volume 1
Pengembangan Model Asesmen Otentik Pada Pendidikan Agama Buddha di Sekolah Dasar dalam Rangka Peningkatan Kinerja Guru Eksistensi Perempuan Hindu Kajian Nilai Pendidikan Etika Hindu Tentang Kedudukan Perempuan dalam Kitab Sarasamuccaya
Nomor 1
September 2014
17
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
PENERAPAN METODE SQ3R PADA PEMBELAJARAN KOMPETENSI MEMBACA KRITIS
THE IMPLEMENTATION OF SQ3R METHOD IN THE CRITICAL READING COMPETENCE LEARNING Sujiono
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian memberikan kajian penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran kompetensi membaca kritis dan memaparkan manfaat keterampilan membaca kritis bagi mahasiswa. Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan teknik dokumenter. Teknik analisis data yang digunakan adalah content analysis dan teknik analisis kritis. Hasil penelitian ini bahwa penerapan metode SQ3R dilakukan melalui lima langkah secara bertahap, yaitu; (1) survei adalah proses aktif melakukan pengenalan awal bahan bacaan; (2) question adalah proses menggali pertanyaan menyangkut hal-hal penting; (3) read yaitu proses membaca secara kritis; (4) recite berarti melakukan refeksi terhadap bahan bacaan; dan (5) review mengulang kembali sesuatu yang telah dibaca tanpa melihat bahan bacaan. Manfaat keterampilan membaca kritis bagi mahasiswa, yaitu; (1) memperlancarkan mengembangkan keterampilan menulis, baik menulis makalah dan skripsi; (2) meningkatkan keterampilan berbicara presentasi ilmiah; (3) kemudahan menghadapi ujian tengah semester dan ujian akhir semester; dan (4) ketepatan waktu penyelesaian perkuliahan, sehingga tercapai kesuksesan dalam studi. Kata kunci : Metode SQ3R, membaca kritis.
ABSTRACT The study purposes are provides a review on the implementation of SQ3R method in the critical reading competency learning and explain the benefits of critical reading skills for students. This research type is the literature study. Data collection techniques are interviews and documentary techniques. The data analysis technique used the technique of content and critical analysis. The results of this study that the application of SQ3R method is done through the five steps in stages, namely; (1) survey is an active process of doing the early introduction of reading materials; (2) question is to explore the question concerning important matters; (3) read is the process of critical reading; (4) Recite is doing reflection to the reading material; and (5) reviews is repeating something that has been read without looking at reading material. The benefits of critical reading skills for students, namely; (1) smooth the developing of writing skills, both papers and thesis writing; (2) improve the speaking skills of scientific presentations; (3) ease facing midterm and final exams; and (4) the timeliness of the course completion, in order to achieve success in the study. Keywords: SQ3R method, critical reading.
PENDAHULUAN Dijenjang perguruan tinggi keterampilan berbahasa diperlukan. Keterampilan berbahasa merupakan aspek yang harus dikuasi oleh mahasiswa. Sebagaimana diamanatkan di Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor
43/DIKTI/Kep/2006, tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok matakuliah pengembangan kepribadian diperguruan tinggi wajib dimasukkan kedalam kurikulum inti setiap program studi, yaitu matakuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan matakuliah Bahasa (Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi: 2006).
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
18
Berpijak pada kutipan diatas dapat diambil simpulan bahwa matakuliah bahasa Indonesia merupakan matakuliah yang sangat krusial di perguruan tinggi. Melalui matakuliah Bahasa Indonesia mahasiswa dibekali dengan empat keterampilan berbahasa. Menurut Tarigan (2008: p.1) Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu; (1) keterampilan menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3) keterampilan membaca (reading skills); dan (4) keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan berbahasa sangat diperlukan bahasa dalam pemantapan ilmu berbahasa. Bagi mahasiswa keterampilan membaca kritis sangat diperlukan. Mahasiswa yang merupakan kaum terpelajar dituntut menguasai ilmu-ilmu. Diakhir studi mahasiswa wajib menghasilkan karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Kesuksesan dalam penyelesaian skripsi sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak pengetahuan dan informasi yang dimiliki oleh mahasiswa yang bersangkutan. Jadi keterampilan membaca memberikan pengaruh yang besar dalam menentukan keberhasilan penyelesaian studi mahasiswa. Kegiatan penulisan skripsi terkadang menjadi momok yang sangat mengerikan bagi mahasiswa. Tidak sedikit mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menulis skripsi. Penyebab utama mahasiswa mengalami kesulitan dalam menulis skripsi adalah kurangnya kegiatan membaca yang dilakukan mahasiswa. Mahasiswa masih kurang dalam kegiatan membaca. Dikalangan mahasiswa program studi Dharmacarya keterampilan membaca menjadi permasalahan, terutama membaca kritis. Penulis saat melakukan wawancara dengan beberapa mahasiswa semester 2 Jurusan Dharmacarya pada tanggal 11 Maret 2014, dari 7 informan rata-rata jarang membaca buku. Bahkan ada yang membaca jika hanya menyelesaikan tugas dari dosen. Ada mahasiswa kurang senang terhadap aktifitas membaca buku, Kendala yang dihadapi mahasiswa dalam membaca yaitu kesulitan dalam menangkap makna pada isi bacaan. Mahasiswa belum pernah menerapkan metode SQ3R, sehingga mengakibatkan kurang menyenangi aktiftas membaca kritis. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa jarang membaca buku. Mahasiswa lebih sibuk dengan
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
aktifitas lainnya daripada kegiatan membaca. Mahasiswa cenderung lebih suka membaca facebook dari pada membaca buku materi ajar. Ketertarian mahasiswa terhadap aktifitas membaca masih kurang. Keterpaksaanlah yang menjadi dasar mahasiswa melakukan aktifitas membaca sehingga mengakibatkan mahasiswa mengalami kesulitan dalam menangkap makna yang terdapat dalam buku bacaan. Mahasiswa terderung membaca hanya saat mengerjakan tugas dari dosen dan saat mau melaksanakan ujian. Kurang ketertarikan mahasiswa terhadap kegiatan membaca kritis karena dipengaruhi kurangnya pemahaman mahasiswa tentang pentingnya membaca kritis bagi mahasiswa. Keterbukaan pola pikir terhadap pentingnya keterampilan membaca kritis belum sepenuhnya dimiliki mahasiswa semester II program studi Dharmacarya. kendala lain yang dihadapi mahasiswa dalam kegiatan membaca adalah belum tepatnya metode membaca kritis yang selama ini dipergunakan oleh mahasiswa. Menurut Saksono (dalam Sudrajat, 2009: p. 6) menjelaskan salah satu metode yang tepat digunakan dalam pembelajaran membaca adalah SQ3R, dengan pertimbangan sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah dalam meningkatkan aktvitas dan keterampilan membaca. Mengacu pada kutipan di atas dapat diambil sismpulan bahwa untuk mengatasi permasalahan di atas maka diperlukan penerapan metode SQ3R. Penerapan metode SQ3R sangat tepat diterapkan pada perkuliahan bahasa Indonesia dengan kompetensi membaca kritis. Penerapan metode SQ3R dapat mengkondisikan mahasiswa menjadi aktif dalam membaca kritis. Mahasiswa bilamana mampu membaca kritis dengan baik maka akan memproleh kemudahan dalam mengikuti perkuliahan. Berdasarkan berbagai permasalahan di atas dan mengingat pentingnya keterampilan membaca kritis bagi mahasiswa, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penerapan Metode SQ3R Pada Pembelajaran Kompetensi Membaca Kritis”. KAJIAN TEORI Hakikat Metode SQ3R Metode SQ3R merupakan sebuah metode yang dikembangkan di Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat. Lebih lanjut
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
19
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
dijelaskan Mulyati (2009: p. 4.12) teknik metode SQ3R untuk pertama kali digagas oleh seorang guru besar Psikologi dari Ohio State University, yaitu Prof. Francis P. Robinson pada tahun 1941. SQ3R merupakan singkatan Survei, Question, Read, Recite, dan Riview. Tampobolon mengindonesiakannya menjadi SURTABAKU, singkatan dari Survei, Tanya, Baca, Katakan, dan Ulang. Jadi penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca kritis sangat sesuai. Melalui penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan daya ingat. Menurut Tarigan (2008: p. 55) menjelaskan bahwa SQ3R adalah suatu metode studi yang mencakup lima tahap: Survey, Question, Read, Recite, Review. Berdasarkan kutipan di atas dapat diambil simpulan bahwa metode SQ3R merupakan metode dalam kegiatan membaca melibatkan menjajagi, bertanya, membaca, menceritakan, dan meninjau ulang. Jadi metode SQ3R merupakan metode yang dilakukan secara lengkap dan terstruktur. Metode SQ3R memiliki keunggulan melebihi metode-metode lainnya, yaitu tingkat pemahaman yang akan pembaca peroleh dapat lebih mendalam karena Anda membaca dengan aktif. Dengan demikian proses membaca yang anda lakukan lebih efektif dan efisien (Aizid, 2011: p. 104). Berdasarkan kutipan di atas dapat diambil simpulan bahwa penerapam metode SQ3R dapat mengkondisikan pembaca aktif. Penerapan metode SQ3R sangat efektif dan efesien dalam pembelajaran membaca kritis. Kegiatan membaca yang dilakukan secara aktif dapat meningkatkan daya ingat pembaca. Melalui metode SQ3R pembaca akan melalui tahap menjajagi, bertanya, membaca, menceritakan, dan meninjau ulang. Metode SQ3R sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran membaca kritis. Begitu pula dalam perkuliahan mata kuliah bahasa Indonesia di STAB Negeri Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah. Penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca kritis dengan menerapkan lima langkah yaitu penelitian pendahuluan (survei), tanya (ouestion), baca (read), menceritakan kembali (recite), dan tinjau kembali (review). Adapun tahap-tahap pelaksanaan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca kritis dapat dipaparkan sebagaimana di bawah ini. Langkah pertama adalah survei (menjajagi). Perhatikanlah judul-judul serta subjudul-judul bab utama. Perhatikan organisasi
bab tersebut. Bacalah secara sekilas paragraf pertama. Bacalah sekilas paragraf terakhir. Lihat dan perhatikanlah gambar-gambar, fotografi-fotografi, lukisan-lukisan para seniman, peta, grafik, diagram yang ada (Albert dalam Tarigan, 2008: 56). Menurut Mulyati (2009: p. 4.12) pada tahap survei pembaca melakukan penjajagan awal mengenai gambaran umum isi buku sebelum kegiatan membaca yang sesungguhnya dilakukan. Hal-hal yang harus dicermati pada saat melakukan tahap survei, yaitu; (1) bagian pendahuluan, meliputi pengamatan halaman cover luar, pengarang, penerbit, tempat dan tahun terbit, edisi, cetakan), daftar isi, dafar tabel, daftar grafik/gambar, kata pengantar, abstrak; (2) bagian isi, meliputi pengamatan urutan dan tata penyajian isi buku; serta (3) bagian akhir penutup yaitu pengamatan bagaian simpulan dan rekomendasi, biografi penulis, apendiks, daftar pustaka. Lebih lanjut Aizid (2011: p. 104-107) menjelaskan survei adalah usaha untuk mengetahui garis besar isi dari bacaan, serta cara penyusunan dan penyajiannya secara sepintas. Survei adalah melakukan pengamatan awal secara sekilas mengenai identitas buku dan gambaran umum isinya, mulai dari judul utama, subjudul, cover buku bagian belakang, kata pengantar dari penulis, maupun daftar isi. Berpijak dari berbagai pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pelaksanaan survei merupakan langkah pertama dalam penerapan metode SQ3R. Kegiatan survei dilakukan untuk mengetahui gambaran awal terhadap bahan bacaan. Pada saat survei pembaca mengenal bahan bacaan yaitu melalui pengataman terhadap halaman sampul baik sampul depan dan belakang, membaca kata pengantar, daftar isi, judul dan subjudul. Melalui survei pembaca mengetahui pengarang, penerbit, dan tahun penerbitan. Kegiatan survei sangat memberikan manfaat kepada pembaca untuk mengetahui inti pokok bahan bacaan yang akan dibaca. Tahap kedua dalam pelaksanaan metode SQ3R adalah Ouestion (bertanya). Menurut Mulyati (2009: p. 4.13) setelah memperoleh gambaran terkait bahan bacaan adalah mengajukan pertanyaan. Pertanyaanpertanyaan itu mungkin berkenaan apa yang ingin pembaca ketahui, apa yang seharusnya pembaca ketahui, atau apa yang pembaca ragukan. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada pembaca kemudian dicatat dan dikelompokkan. Melalui pertanyaan-pertanyaan
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
20
akan memamdu kegiatan baca pembaca secara aktif untuk mencari jawaban, membuktikan jawaban, menolak, mengkritik, atau mengukuhkan gagasan pengarangnya. Ouestion (bertanya), artinya adalah bertanya dalam hati mengenai bahan bacaan yang hendak dibaca, serta mengenai informasi yang dibutuhkan. Mempertanyakan masalah, isi, atau ruang lingkup buku yang akan dibaca berfungsi mengantarkan menuju sesuatu yang pembaca perlukan. Melalui bertanya, pembaca mencoba untuk mencari tahu jawabannya di dalam buku tersebut. Pelaksanaan Ouestion (bertanya) berarti pembaca melakukan proses aktif dengan melakukan analisis, sintesis, maupun proses argumentasi terhadap pokok pikiran yang disampaikan penulis. Tahap Ouestion (bertanya) menyebabkan pembaca terlibat aktif dalam proses belajar, sehingga dapat membantu meningkatan pemahaman dan proses ingatan (Aizid, 2011: p. 107-110). Mengacu pada beberapa kutipan di atas disimpulkan bahwa Ouestion (bertanya) adalah proses aktif menggali pertanyaan-pertanyaan terkait bahan bacaan. Pembaca dalam tahap ini menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang diperoleh saat bersamaan melakukan survei. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun mengkondisikan pembaca menjadi aktif mencari jawaban, membuktikan jawaban, menolak, mengkritik, atau mengukukuhkan pendapat penulis bahan bacaan. Saat melakukan Ouestion pembaca menjadi aktif dengan melakukan analisis, sintesis, maupun proses argumentasi terhadap pendapat penulis bahan bacaan. Pelaksanaan Ouestion menyebabkan pembaca aktif dalam proses membaca sehingga membantu meningkatkan daya ingat dan pemahaman terkait bahan bacaan. Pelaksanaan baca (read) yaitu bacalah tugas itu dengan teliti dan saksama, paragraf demi paragraf. Seperti yang telah kita ketahui, setiap paragraf mengembangkan satu pikiran pokok (central thought). Kalau kita menggabungkan keseluruhan pikiran pokok menjadi satu kesatuan, tercerminlah ide-ide utama dari serangkaian paragraf-paragraf dalam suatu bab. Dengan perkataan lain, keseluruhan pikiran-pikiran pokok itu, kalau digabungkan, mencerminkan ide-ide utama dari serangkaian paragraf-paragraf di dalam suatu bab. Kita harus dapat mengenal pikiran-pikiran pokok ini agar kita dapat mengikuti deratan pikiran para pengarang. Perhatikan pula hal-hal penting
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
serta unsur-unsur penunjangnya (Tarigan, 2008: p. 57). Tahap read (membaca) tidak bisa dilepaskan dari proses Ouestion (bertanya). Pada tahap ini pembaca berpedoman pada hasil pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Menurut Mulyati (2009: p. 4.13-1.14) menjelaskan dengan perpedoman pada pertanyaan yang telah rumuskan, kegiatan membaca yang dilakukan akan bersifat fleksibel, yakni kegiatan membaca yang disesuaikan dengan bahan, jenis, tingkat kesulitan bahan, tujuan, keperluan, dari pembaca. Melalui kegiatan read (membaca) akan memperoleh beberapa alternatif kesimpulan; (1) pertanyaan terjawab; (2) pertanyaan tidak terjawab; (3) pertanyaan terjawab tetapi tidak puas dan tidak lengkap; (4) memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru; (5) menolak gagasan penulis; dan (6) mengukuhkan gagasan penulis. Lebih lanjut dijelaskan menurut Aizid (2011: p. 110-111) disini pembaca membaca keseluruhan isi buku. Proses membaca keseluruhan dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi. Proses pembacaan keseluruhan ini buku dapat dilakukan dengan break di tiap akhir bab untuk kemudian melakukan riview, atau dengan cara menyelesaikan secara total. Pada tahap read (membaca) mulai mempelajari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. Kemudian tuliskan jawaban yang telah diperoleh dengan menggunakan kata-kata sendiri. Berdasarkan kutipan-kutian di atas dapat diambil simpulan bahwa bagian read (membaca), yaitu membaca isi bahan bacaan yang dilakukan secara feksibel. Kegiatan membaca disesuaikan dengan keperluan dan kebutuhan. Pada tahap read (membaca) pembaca bahan bacaan dengan teliti, sehingga mengenal pikiran-pikiran pokok dan dapat mengikuti deratan pikiran pengarang. Melalui kegiatan read (membaca) untuk memperoleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun pada tahap ouestion. Jawabanjawaban yang telah diperoleh kemudian ditulis ulang dengan menggunakan kata-kata sendiri. Pada bagian recite (menceritakan kembali) sekarang berhentilah dulu dan renungkan kembali apa yang telah ditelaah tadi. Yakinilah diri sendiri bahwa kita dapat membayangkan atau memvisualisasikan organisasi, dasar bab tersebut. Lihat kembali
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
21
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
apa yang telah ditelaah tadi. Yakinilah diri sendiri bahwa dapat membayangkan atau memvisualisasikan organisasi, dasar bab tersebut. Lihat kembali pada catatan-catatan yang telah dibuat dan ingat-ingat ide-ide utama yang disarankan. Periksalah kembali bab itu dan haruslah dapt menyakini diri sendiri bahwa dapat menyatakan dengan tepat isi setiap bagian-bagiannya. Jawablah segala pertanyaan yang telah dibuat pada tahap/langkah bertanyan (question). Selanjutnya alihkan perhatian pada setiap proses, atau hal-hal lain yang menarik yang harus diingat atau tercakup dalam catatancatatan. Pembaca harus yakin bahwa pembaca dapat menjawab setiap pernyataan yang diajukan pada akhir bab, dan mencoba untuk meramalkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan (Albert dalam Tarigan, 2008: p. 57). Recite (menceritakan kembali) menurut Aizid (2011: p. 111-112) adalah proses melakukan refleksi terhadap bahan bacaan setelah melakukan proses membaca. Tahap recite (mengingat sambil menyebutkan kembali) untuk menguji pemahaman pembaca. Cara melakukan recite (menceritakan kembali) adalah dengan menceritakan ulang pokok pikiran yang dibahas dalam buku dengan menggunakan gaya bahasa sendiri. Proses recite (menceritakan kembali) bermanfaat terutama ketika membaca buku perkuliahan yang wajib dikuasai. Proses recite (menceritakan kembali) mendorong pembaca untuk memahami bacaan dan menyebutkan kembali dengan bahasa sendiri. lebih lanjut menurut Mulyati (2009: p. 4.14) recite (menceritakan) dilakukan setelah kegiatan membaca selesai dilakukan dan selanjutnya menginternalisasikannya ke dalam sistem memori guna menyakinkan perolehan informasi yang didapatkan dengan menggunakan katakata sendiri. Berpijak dari berbagai kutipan di atas dapat diambil simpulan bahwa recite (menceritakan) merupakan proses melihat kembali terhadap bahan bacaan yang telah dibaca. Pada tahap ini pembaca menceritakan kembali pokok-pokok bahan bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri. Pembaca menginternalisasikan informasi-informasi ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dari kegiatan membaca kedalam sistem memori. Kegiatan menginternalisasikan ilmu pengetahuan dengan menggunakan kata-kata sendiri. Melalui proses recite (menceritakan) akan membantu
menumbuhkan pemahaman terhadap bahan bacaan. Tahap kelima dalam penerapan metode SQ3R adalah review. Menurut Aizid (2011: p. 112-113) menjelaskan review berarti mengulang kembali. Artinya harus mengungkapkan kambali sesuatu yang telah dipelajari tanpa melihat bahan bacaan. Pada tahap review mencoba mengiat kembali informasi dengan membaca ulang teks. Pada tahap review pembaca menelusuri kembali halhal penting yang sudah dibaca. Tujuan review untuk agar segala yang dibaca tidak hanya masuk dalam memori jangka pendek, tetapi juga masuk ke dalam memori jangka panjang. Dengan demikian, kapan pun membutuhkan materi yang telah dibaca, tinggal melakukan proses pemanggilan dari memori jangka panjang. Penerapan tinjauan kembali (review) adalah meninjau kembali keseluruhan bagian yang telah dibaca. Albert (dalam Tarigan 2008: p. 57) menjelaskan review periksalah kembali keseluruhan bagian itu. Hanyalah lihatlah pada judul-judul, gambar-gambar, diagram-diagram, tinjauan kembali pertanyaan-pertanyaan, dan sarana-sarana studi lainya, untuk menyakinkan bahwa kita telah mempunyai suatu gambaran yang lengkap mengenai tugas tersebut. Lebih lanjut menurut Mulyati (2009: p. 4.14) menjelaskan bahwa untuk memastikan pemahaman terhadap buku yang dibaca, langkah terakhir dari SQ3R adalah melakukan review (meninjau ulang) seluruh serangkaian kegiatan baca Anda. Melalui kegiatan review, Anda bukan sekedar bisa mendeksi dan mempelajari ulang bagian yan belum dikuasai, tetapi juga dapat memantapkan bagian yang sudah dikuasai. Mengacu pada berbagai kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa review adalah proses meninjau kembali sesuatu hal yang telah di baca. Melalui review pembaca mengingat kembali bahan bacaan yang telah dipelajari. Pada saat melakukan review pembaca hanya melihat pada judul, gambar, diagram. Pelaksanan review bukan hanya meninjau bahan yang belum dikuasai juga lebih memantapkan bagian-bagian yang telah dikuasai. Tujuan melakukan review adalah untuk memperkuat daya ingat, sehingga memori ingatan menjadi bertahan lama.
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
22
Hakikat Membaca Kritis Membaca kritis merupakan aktivitas yang bukan sekedar membaca, namun diperlukan kajian analisis terhadap bahan bacaan. Menurut Albert (Tarigan, 2008: p. 92) menjelaskan membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan. Membaca kritis adalah aktivitas membaca yang ditempuh secara bijak, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan bukan sekedar mencari-cari kesalahan dari isi atau pilihan kata yang dalam objek kajian (Rohmadi, 2011: p. 32). Membaca kritis adalah membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Sehingga pembaca tidak sekedar membaca, namun juga berpikir tentang masalah yang dibahas penulis buku tersebut (Aizid, 2011: p. 32). Menurut Slamet (2009: p. 86) menjelaskan bahwa membaca kritis merupakan tahapan yang lebih jauh daripada membaca intensif dan dianggap sebagai kegiatan membaca yang bertataran lebih tinggi. Hal ini karena ide-ide buku yang telah dipahami secara baik dan detail, perlu direspon (ditanggapi), bahkan dianalisis. Membaca kritis mengisyaratkan pembacanya bersikap cermat, teliti, korektif, bisa menemukan kesalahan dan kejanggalan dalam teks, baik dari sudut isi dan bahasanya. Di samping itu, pembaca harus mampu pula membetulkan kesalahan-kesalahan itu. Lebih lanjut dijelaskan menurut Mulyati (2009: p. 4.9) keterampilan membaca dengan pemahaman kritis adalah keterampilan membaca yang dimiliki oleh pembaca yang tidak hanya mampu memaknai bacaan secara literal dan menginterprestasikan. Pembaca pada kategori ini juga mampu menilai apa yang dibacanya. Pembaca mampu menilai secara kritis gagasan-gagasan yang disampaikan penulis dan juga kesahihan apa yang dibacanya. Berpijak dari berbagai macam kutipan para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa membaca kritis merupakan membaca secara mendalam, teliti, objektif, evaluatif dan korektif. Pembaca secara aktif mengalisis pokok-pokok gagasan yang disajikan penulis. Proses membaca kritis bukan sekedar membaca namun diserta evaluatif secara mendalam. Saat melakukan membaca kritis pembaca secara aktif menanggapi kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam bahan bacaan. Membaca kritis
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
bukan sekedar mencari-cari kesalahan tata bahasa maupun isinya, tetapi pembaca membetulkan kesalahan-kesalahan yang ada. Menurut Rohmadi (2011: p. 32) tujuan membaca kritis adalah; (1) memahami maksud penulis; (2) memahami organisasi dasar tulisan dan menilai penyajian penulis; (3) menerapkan prinsip-prinsip kritis dalam suatu bacaan; (4) meningkatkan minat dan keterampilan membaca dan selalu berpikir positif; serta (5) mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan dan memanfaatkan penerbitan buku-buku ilmiah. Lebih lanjut dijelaskan tujuan membaca kritis adalah untuk menemukan fakta-fakta yang terdapat dalam teks bacaan, kemudian memberikan penilaian terhdapnya (Aizid, 2011: p. 33). Mengacu pada kutipan diatas maka dapat dipahami bahwa tujuan membaca kritis adalah memahami maksud penulis baik dari segi isi, maupun tata bahasa tulis melalui penerapkan prinsip-prinsip kritis. Kegiatan membaca kritis juga bertujuan untuk meningkatkan minat dalam keterampilan berbahasa khusunya keterampilan membaca. Melalui membaca kritis mahasiswa akan mampu memiliki prinsip-prinsip dalam memilih bahan-bahan pembelajaran dan secara optimal memanfaat buku-buku ilmiah yang bermanfaat dalam menunjang keberhasilan dalam studi. Membaca kritis sebagaimana membaca intensif, merupakan modal utama bagi mahasiswa untuk mencapai kesuksesan studi. Menurut Dipdiknas (2006: p. 16) membaca merupakan kegiatan yang sangat menunjang kegiatan menulis. Dengan banyak membaca akan mempunyai informasi dan pengetahuan yang tidak dapatkan dari pengalaman sehari-hari. Dengan banyak membaca akan dapat banyak gagasan yang berguna untuk tulisan. Oleh karena itu, kalau ingin menghasilkan tulisan yang baik perlu banyak membaca. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan pentingnya membaca kritis yaitu menunjang keberhasilan dalam kegiatan menulis. Melalui proses membaca kritis maka mahasiswa akan memperoleh kemudahan dalam menyelesaikan tugas-tugas pembuatan makalah. Lebih dari sekedar membantu pembuatan makalah-malakah, membaca kritis akan menunjang keberhasilan dalam menyelesaikan tugas akhir yaitu membuat skripsi. Skripsi merupakan tugas utama dan
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
23
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
wajib yang harus di tempuh mahasiswa sebelum meraih gelar sarjana. Mahasiswa yang terbiasa dengan membaca kritis, tentu akan lebih mudah dalam menemukan gagasan-gasan penting, serta informasi yang dibutuhkan dalam menulis skripsi. Mahasiswa akan cenderung lancar dalam menulis manakala memiliki berbagai macam gagasan dan pengetahuan. Tidak sedikit mahasiswa mengalami kendala dalam menyelesaikan skripsi, hal ini dikarena masih minimnya pengetahuan yang dimiliki. Jadi membaca kritis sangat penting bagi mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan maupun menyelesaikan tugas akhir. Kegiatan membaca kritis sangat bermanfaat bagi mahasiswa. Melalui membaca kritis merupakan langkah awal dalam usaha mencapai kesuksesan dalam perkuliahan. Lebih lanjut dijelaskan manfaat yang dapat dipetik dari membaca kritis yaitu pertama-tama haruslah dipahami benar-benar bahwa membaca kritis meliputi penggalian lebih mendalam di bawah permukaan, upaya untuk menemukan bukan hanya keseluruhan kebenaran mengenai apa yang dikatakan, tetapi juga (dan inilah yang lebih penting pada masamasa selanjutnya) menemukan alasan-alasan mengapa sang penulis mengatakan apa yang dilakukannya. Kedua, membaca kritis merupakan modal utama bagi para mahasiswa untuk mencapai kesuksesan dalam studinya (Tarigan, 2008: p. 92). Berdasar kutipan diatas dapat di simpulkan bahwa manfaat dari kegiatan membaca kritis yaitu mampu menggali ilmu pengetahuan atau hal-hal yang utama yang terdapat dalam sebuah bacaan. Melalui membaca kritis mahasiswa akan mampu memahami secara mendalam terkait argumentasi-argumentasi yang menguatkan pemapaparan penulis dalam sebuah buku. Bila mahasiswa mampu memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam dari sebuah buku tentunya akan mendukung keberhasilan dalam menyelesaikan studi. Mahasiswa sebagai inteltual tentunya juga harus memahami alasan-alasan yang menjadi dasar pengetahuan yang disajikan penulis. Di dunia perkuliahan hal yang tidak bisa ditinggalkan adalah evaluasi pembelajaran baik ujian tengan semester maupun ujian akhir semester. Mahasiswa untuk sukses dalam perkuliah tentunya harus sukses dalam menempuh segala macam bentuk ujian dalam masing-masing mata kuliah. Disinilah
kebermanfaat membaca kritis bagi mahasiswa untuk membantu dalam menyelesaikan tugastugas maupun segala macam bentuk ujian yang harus ditempuh. Membaca kritis merupakan proses membaca yang dilakukan secara mendalam, teliti, analitif, dan evaluatif. Kegiatan membaca kritis agar memberikan hasil yang optimal maka diperlukan cara dalam membaca kritis. Adapun cara membaca kritis dapat dijelaskan sebagai berikut; (1) penggarisbawahi ide-ide cermelang; (2) penyempurnaan materi-materi yang dirasakan masih kurang lengkap; (3) antisipasi bantahan-bantahan, terhadap ide-ide yang dianggap kontroversial atau jauh berbeda dengan konsep pembaca; dan (4) penyempaian ide-ide alternative sebagai pembanding wawasan lain dari ide yang disodorkan penulis (Rohmadi, 2011: p. 38). Jadi disini sangatlah jelas bahwa cara membaca kritis diperlukan kejelian, kecermatan, dan keseriusan. Pembaca dalam melakukan membaca kritis tentunya mampu melihat ide-ide cermelang yang tersaji dalam bacaan. Ide-ide cermelang yang sudah ditemukan diberikan perhatian khusus sehingga ide-ide cermelang tersebut akan terrekam dalam ingatan jangka panjang. Saat melakukan proses membaca kritis mana kala ada bagian-bagian yang diangap mengalami kekurangan maka pembaca melakukan penyempurnaanpenyempurnaan. Penulis terkadang dalam menyajikan ide-ide berbeda dengan ide-ide yang dimiliki pembaca sehingga terjadi kontroversi, sehingga pembaca perlu menyiapkan antsipasi bantahan-bantahan, sehingga terjadi proses analisis. Diakhir proses membaca kritis pembaca menyampaikan ideide alternative ini sebagai bentuk pembanding, dan juga sebagai bentuk evaluatif terhadap bahan bacaan. Penelitian Relevan Penilitian ini tentunya tidak lepas dari pelenitian-penelitian yang terdahulu. Adapun penilitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan Isminatun alumni MPB UMS angkatan 2006 dalam publikasi ilmiah UMS (2011: p. 207-215) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas VII Di SMP Negeri 2 Gatak, Sukoharjo”. Hasil penelitian Isminatun yaitu minat siswa untuk mengikuti pembelajaran bahasa
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
24
Indonesia terutama materi membaca lebih meningkat. Tingkat kelancaran membaca secara berpasangan dari siklus I ke siklus berikutnya mengalami perkembangan. Kebiasaan membaca siswa semakin lama semakin baik. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan masing-masing siklus. Pada siklus I hambatan membaca sebesar 20%, siklus II sebesar 12,5%, dan siklus III menjadi 9%. Dengan dipraktikkan membaca dengan metode SQ3R merangsa siswa untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran membaca yang berdampak pada pemahaman membaca semakin meningkat. Hal ini dapat diketahui dari hasil ulangan / tes membaca yang semakin lama semakin baik, pada siklus I nilai rata-rata 52, siklus II rata-rata 63, dan siklus III rata-rata 73. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Isminatun yaitu terletak objek kajian penelitian. Penelitian Isminatun berusaha meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, sedangkan dalam penelitian ini peneliti mengkaji dalam hal membaca kritis. Jadi perbedaan utama terletak pada membaca pemahaman dengan membaca kritis. Perbedaan selanjutnya yaitu penelitian ini dilakukan di STAB Negeri Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah, sedangkan penelitian Isminatun dilaksanakan di kelas VII D SMP Negeri 2 Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian Isminatun yaitu sama-sama menerapkan metode SQ3R. Penelitian yang dilakukan Imaniar Zeety Annisa (2013) dalam Jurnal dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Keterampilan Membaca Cerita Melalui Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R”. Adapun hasil penelitian yang dilakukan Imaniar Zeety Annisa bahwa pembelajaran menggunakan metode SQ3R dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara. Berdasarkan hasil pembahasan setiap siklus diperoleh persentase rata-rata siklus I sebesar 66,50% dengan kategori sedang, pada siklus II sebesar 74,50% dengan kategori tinggi dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 79,13% dengan kategori sangat tinggi. Pembelajaran melalui penerapan metode SQ3R, dapat meningkatkan kinerja guru. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan rata-rata persentase kinerja guru pada siklus I adalah 63,57 dengan kategori cukup baik, meningkat pada siklus II menjadi 77,15 dengan kategori baik dan meningkat
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
kembali pada siklus III menjadi 83,22 dengan kategori sangat baik. Pembelajaran menggunakan metode SQ3R juga dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara. Rata-rata hasil keterampilan membaca siswa pada siklus I sebesar 63,50. Pada siklus II menjadi 74 dan meningkat lagi pada siklus III sebesar 76,50. Sedangkan tingkat keberhasilan membaca pada siklus I terdapat 14 siswa (70%) dengan kategori terampil, meningkat menjadi 15 siswa (75%) pada siklus II dengan kategori terampil dan pada siklus III meningkat menjadi 18 siswa (90%) dengan kategori sangat terampil. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Imaniar Zeety Aniisa, Suwarjo, dan Siswantoro yaitu fokus kajian. Fokus kajian dalam penilitian ini adalah pembelajaran membaca kritis sedangkan penelitian Imaniar Zeety Aniisa, Suwarjo, dan Siswantoro adalah peningkatan aktivitas dan keterampilan membaca cerita. Persamaan kedua peneliti adalah sama-sama menerapkan metode SQ3R. Perbedaan lainnya terletak pada setting penelitian. Penelitian dilaksanakan di STAB Negeri Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah Tahun Akademik 2013/2014, sedangkan penelitian Imaniar Zeety Aniisa, Suwarjo, dan Siswantoro di laksanakan di kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara Tahun Pelajaran 2012/2013. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan adalah sebuah penelitian dimana seorang peneliti yang mendalami, mencermati, menelaah, dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam kepustakaan (sumber bacaan, buku-buku referensi atau hasil penelitian lain) untuk menunjang penelitiannya (Hasan, 2002: p. 45). Studi pustaka merupakan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2008 : 2). Terdapat 4 ciri utama studi kepustakaan, yaitu; (1) peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) data angka; (2) data pustaka bersifat siap pakai; (3) data pustaka umumnya adalah sumber skunder; dan (4) kondisi data pustaka tidak dibatasi ruang dan waktu (Zed, 2008: 3-6). Berdasarkan
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
25
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
kutipan di atas dapatlah dipahami bahwa penelitian studi kepustakaan adalah penelitian yang berfokus pada pengkajian berbagai macam sumber kepustakaan yang bersifat siap pakai sehingga peneliti berperan aktif mengkaji, mencermati, menelaah, dan mengidentifikasi bahan bacaan yang relevan dengan variabelvaribel penelitian. Penelitian ini menggunakan dasar library research dikarenakan (1) penelitian tentang penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca kritis diperoleh dari sumber data kepustakaan. Melalui telaah kepustakaan, akan diperoleh data empiris dari beberapa data primer maupun skunder. (2) Studi kepustakaan merupakan studi pendahuluan (prelimannry research) untuk memahami lebih dalam gejala baru yang berkembang. (3) Data pustaka tetap handal unttuk menjawab persoalan penelitian (Zed, 2008: p. 3). Adapaun tujuan dan pertimbangan peneliti menggunakan studi kepustakaan dalam penelitian ini adalah; (1) ingin mengkaji lebih mendalam mengenai penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca kritis; (2) belum pernah dilakukannya pengkajian terkait penerpan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca kritis di STAB Negeri Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah; (3) institusi dalam hal ini STAB Negeri Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah memberikan izin dalam pelenitian ini; (4) minat mahasiswa dalam kegiatan membaca masih rendah; (5) saat melakukan kegiatan membaca mahasiswa belum pernah menggunakan metode SQ3R; dan (6) keterbatasan biaya. Pada
penelitian ini variabel yang dapat diidentifikasi yaitu; 1. Metode SQ3R Penelitian kajian pustaka ini mengenai penerapan metode SQ3R untuk meningkatkan keterampilan membaca kritis bagi mahasiswa STAB Negeri Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah, Semester II Tahun Akademi 2013/2014. Peneliti memaparkan penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca kritis. 2. Membaca kritis Membaca kritis yang dimaksud disini adalah merupakan membaca secara mendalam, teliti, objektif, evaluatif dan korektif. Pembaca secara aktif mengalisis pokok-pokok gagasan yang disajikan
penulis. Proses membaca kritis bukan sekedar membaca namun diserta evaluatif secara mendalam. Saat melakukan membaca kritis pembaca secara aktif menanggapi kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam bahan bacaan. Membaca kritis bukan sekedar mencari-cari kesalahan tata bahasa maupun isinya, tetapi pembaca membetulkan kesalahankesalahan yang ada. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi wawancara atau diskusi dan teknik dokumenter. Menurut Sutopo (2006: p. 66-67) sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai informan. Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik wawancara. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara atau diskusi antara peneliti dengan mahasiswa semester II program studi Dharmacarya tahun akademik 2013/2014. Peneliti melakukan wawancara dengan informan yaitu mahasiswa Program Studi Dharmacarya semester II Tahun akademik 2013/2014, yang dilakukan pada tanggal 11 dan 18 Maret 2014 di kampus STAB Negeri Raden Wijaya. Wawancara dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi terkait kegiatan membaca kritis mahasiswa. Peneliti selain menggunakan teknik wawancara juga menggunakan teknik dokumenter. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam kajian ini yaitu teknik dokumenter, dengan mengumpulkan data sumber dari buku-buku pustaka yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penyusunan penelitian ini (Saukah, 2000: p.25). Jadi peneliti mengumpulkan berbagai macam dokumen baik dalam berbentuk buku-buku, jurnal penelitian yang gayut dengan metode SQ3R dan membaca kritis. Adapun jurnal penelitian yang telah dikumpulkan diantaranya; (1) Annisa, Imaniar Zeety., Suwarjo, dan Siswantoro. 2013. “Peningkatan Aktivitas dan Keterampilan Membaca Cerita Melalui Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R”. jurnal.fkip.unila; (2) Isminatun (2011) “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas VII Di SMP Negeri 2 Gatak, Sukoharjo” publikasi ilmiah UMS.
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
26
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu: (1) Peneliti memilih-memilah buku-buku yang relevan dengan pokok pembahasan pada penelitian ini. (2) Peneliti membuat catatan data-data yang telah dikumpulkan. (3) Data-data yang dianggap penting kemudian di analisa sesuai dengan pokok pembahan dalam penelitian ini. Penulis dalam melakukan pengumpulan data tidak dapat diwakilkan. Hal ini disebabkan hanya penulis sendiri sebagai alat yang mampu memahami serta menganalisis secara keseluruhan serta menguji keabsahan dan kelayakan data apabila akan digunakan dalam sebuah kajian sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji. Teknik analisis dalam penelitian ini merupakan unsur yang paling penting. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis dan teknik analisis kritis. Menurut Widodo (2000: p. 52) content analysis yaitu suatu teknik penelitian untuk membuat referensi-referensi yang dapat ditiru dan memperhatikan konteknya. Data yang diperoleh dalam kajian akan menjadi bermakna secara berguna dalam memecahkan masalah dan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan-permasalahan penulis yang berkaitan penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca kritis. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif (Suwandi, 2011: p. 66). Teknik analisis dalam penelitian ini mencakup kegiatan untuk mengukapkan penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca kritis di STAB Negeri Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penerapan Metode SQ3R dalam Pembelajaran Kompetensi Membaca Kritis. Sebuah metode akan berhasil manakala mampu diterapkan secara optimal. Begitu hal metode SQ3R dalam penerapannya harus seoptimal mungkin dalam pembelajaran membaca kritis. Penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di perguruan tinggi haruslah seoptimal mungkin. Hal ini disebabkan mata kuliah bahasa Indonesia di perguruan tinggi memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan keterampilan berbahasa, yaitu; (1) keterampilan
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
menyimak; (2) keterampilan berbicara; (3) keterampilan membaca; dan (4) keterampilan menulis. Empat keterampilan berbahasa jika dikembangan secara optimal akan membentuk mahasiswa yang unggul dan kompetitif. Penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca kritis dilakukan dengan menerapkan lima langkah secara bertahap. Adapun lima langkah sebagai bentuk penerapan metode SQ3R adalah penelitian pendahuluan (survei), tanya (ouestion), baca (read), menceritakan kembali (recite), dan tinjau kembali (review). Langkah pertama dalam penerapan metode SQ3R yaitu survei. Survei merupakan kegiatan pendahuluan yang harus dilalui mahasiswa. Kegiatan survei adalah sebuah proses kegiatan dimana mahasiswa secara aktif melakukan pengenalan awal terhadap bahan bacaan. Survei terhadap bahan bacaan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum bahan bacaan. Hal yang dilakukan untuk melakukan survei bahan bacaan yaitu: 1. Mengamati cover bagian depan. Pengamatan cover depan sangat berfungsi untuk mengetahui judul utama dan sub judul sebuah bahan bacaan. Hal ini sangat dipenting, dikarenakan sebagai gambaran awal untuk mengenal isi bahan bacaan yang akan dibaca. 2. Mengamati cover bagian belakang. Melalui pengamatan cover bagian belakang akan diperoleh pemahanan tentang ringkas isi terhadap bahan bacaan. Ringkas bahan bacaan sangat berguna untuk mengetahui secara sekilas isi buku yang akan dibaca. Pengamatan pada cover bagian belakang juga bermanfaat untuk mengetahui riwayat singkat penulis, sehingga akan diketahui kredibilitas kemampuan penulis terhadap isi buku yang akan disajikan. 3. Mengamati kata pengantar. Pengamatan kata pengantar ini bermanfaat untuk mengetahui apa saja hal yang penting yang diinginkan dari penulis. Pada kata pengantar penulis biasanya juga menyajikan hal-hal yang menarik dalam sebuah buku. Melalui pemahaman isi kata pengantar akan mampu menghantarkan kesiapan pembaca dan meningkatkan semangat membaca kritis terhadap bahan bacaan.
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
27
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
4.
Mengamati daftar isi Para pembaca hendaknya tidak melupakan sebuah daftar isi pada sebuah buku bacaan. Melalui pengamatan daftar isi akan sangat berguna bagi pembaca untuk mengetahui sajian-sajian informasi yang terdapat dalam sebuah buku bacaan. Biasanya seorang penulis buku akan merinci secara detail hal-hal yang akan disajikan. Daftar isi juga bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui secara cepat dihalaman berapa penulis menyajikan informasi yang diperlukan pembaca. Hal ini sangat efeksi dan efesien sehingga pembaca tidak perlu membuka buku halaman demi halaman. Berdasarkan empat pengamatan yang dilakukan sebagai survei terhadap bahan bacaan akan sangat membantu pembaca. Melalui kegiatan survei dalam kegiatan membaca kritis akan sangat membantu pembaca. Kegiatan survei terhadap bahan bacaan akan mengkondisikan pembaca akan dengan mudah dan cepat mengetahui judul dan subjudul buku yang akan dibaca, ringkasan isi buku yang akan disajikan penulis, mengetahui tahun penulisan buku dan nama percetakan, hal-hal yang menarik dalam sebuah buku, dan rincian informasi yang akan disajikan penulis buku. Tahap kedua dalam penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca kritis adalah bertanya (question). Kegiatan bertanya dilakukan setelah selesai melakukan survei terhadap buku bacaan. Pembaca setelah melakukan pengenalan terhadap buku bacaan akan terkondisi memunculkan pertanyaanpertanyaan penting terhadap buku bacaan. Pembaca harus bertanya dalam hati mengenai bahan bacaan akan disajikan penulis buku. Pembaca juga menggali pertanyaan menyangkut hal-hal penting atau terkait informasi-informasi penting yang diperlukan. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul, hendaknya pembaca segera mencatatnya dalam sebuah buku catatan. Melalui pertanyaanpertanyaan akan mendorong pembaca tergerak aktif mencari jawaban dalam sebuah buku akan dibaca. Pembaca akan terdorong menggeluti isi buku bacaan yang dipenuhi semangat untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang telah dikumpulkan. Melalui kegiatan bertanyan (question) akan mengkondisikan aktif membaca buku bacaan secara kritis, mengungkap isi buku dengan kritis, mempertanyakan masalah isi buku, dan melakukan analisis terhadao buku bacaan.
Tahap ketiga dalam penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca kritis adalah read. Bentuk pelaksanaan read yaitu melakukan kegiatan proses membaca yang dilakukan secara kritis. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah digali pembaca sebelumnya sebagai dasar untuk melakukan read. Pembaca melakukan read dilakukan secara fleksibel hal ini disesuaikan dengan kebutuhan informasi yang diperlukan. Tahap pelaksanaan read pembaca menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun. Saat melakukan read terhadap isi buku pembaca bersikap cermat, teliti, dan korektif. Tahap keempat dalam penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca kritis adalah mencerita kembali (recite). Proses menceritakan kembali dilakukan setelah selesai melakukan proses read. Pemerolehan informasi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya perlu direnungkan kembali oleh pembaca. Ide-ide penting dari hasil proses pembaca harus kembali dicerita dengan menggunakan bahasa sendiri oleh pembaca. Pembaca menyakinkan diri sendiri bahwa apa yang telah dibaca dapat dikuasi dengan baik. Melalui proses recite ini berarti pembaca melakukan refeksi terhadap bahan bacaan yang telah dibaca. Pembaca perlu menguji pemahaman hasil proses membaca melalui mengingat dan menyebutkan kembali pokokpokok pikiran bahan bacaan. Pelaksanaan proses recite akan semakin menguatkan pemahaman sehingga informasi dari proses membaca tertanam kuat dalam memori ingatan. Jadi recite merupakan tahap dimana pembaca memantapkan pengetahuan terhadap bahan bacaan. Pelaksanaan recite yaitu menceritakan kembali ide-ide penting bahan bacaan. Melalui recite akan sangat membantu pemahaman dan peningkatan daya ingat karena tersimpan dalam memori ingatan. Tahap kelima dalam penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca kritis adalah review. Pada tahap review ini pembaca mengulang kembali terhadap sesuatu yang telah dibacanya tanpa melihat bahan bacaan. Pembaca menelusuri informasi-informasi penting yang telah dibacanya. Pembaca juga melihat secara sekilas judul-judul, gambargambar, diagram-diagram, pikiran-pikiran pada tiap-tiap paragraf. Tahap review ini dilakukan supaya informasi yang telah dibaca tidak mudah terlupakan, karena informasi itu akan disimpan dalam jangka panjang. Review akan
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
28
semakin memantapkan bagian-bagian tentang bacaan yang telah dikuasai. Manfaat Keterampilan Membaca Kritis Bagi Mahasiswa Mahasiswa dalam kesehariaanya dihadapkan pada berbagai macam tugas perkuliahan dituntut mampu menyelesaikan tugas perkuliahan dengan baik. Mahasiswa dalam perkuliahan mata kuliah bahasa Indonesia dibekali dengan empat keterampilan berbahasa. Adapun empat keterampilan berbahasa yang diberikan kemahasiswa, yaitu; (1) keterampilan menyimak; (2) keterampilan berbicara; (3) keterampilan membaca; dan (4) keterampilan menulis. Pada dasarnya keempat keterampilan berbahasa yang diajarkan kemahasiswa merupakan suatu kesatuan yang tidak berdiri sendiri. Keempat keterampilan saling memberikan hubungan satu dengan yang lain. hal ini disebabkan untuk mampu menguasai keterampilan menyimak diSalah satu hal yang diperlu dikuasi adalah memiliki ketarampilan membaca kritis. Mahasiswa harus membangun rasa suka yang kuat terhadap aktivitas membaca kritis. Diperlukan usaha dan semangat yang besar untuk menumbuhkan rasa suka terhadap aktivitas membaca kritis. Mahasiswa memerlukan pengetahuan dalam menyelesai berbagai macam tugas perkuliahan. Melalui kegiatan membaca kritis mahasiswa akan memperoleh sesuatu hal yang bermanfaat. Membaca kritis yang dilakukan dengan menerapkan metode SQ3R akan memberikan manfaat-manfaat penting bagi mahasiswa. Manfaat pertama dari kegiatan membaca kritis melalui penerapan metode SQ3R adalah mempelajarkan dalam mengembangkan keterampilan menulis. Kegiatan menulis tidak bisa ditinggalkan bagi mahasiswa. Aktivitas mahasiswa dalam dunia perkuliahan selalui dihadapkan dengan berbagai macam tugas menulis, baik membuat makalah, merangkum, membuat analisis, dan penyelesaian tugas akhir yaitu skripsi. Setiap mata kuliah yang disajikan dosen hampir sebagian besar memberikan tugas kepada mahasiswa untuk membuat karya tulis. Aktivitas membaca kritis dengan menerapkan metode SQ3R akan sangat bermanfaat dalam membuat karya tulis. Pengetahuan dan pemahaman sebuah konsep akan didapatkan dari aktivitas membaca kritis. Mahasiswa yang
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
memiliki banyak pengetahuan tentunya akan memiliki banyak ide-ide cemerlang. Bermodalkan pengetahuan dan ide-ide cermelang akan mengkondisikan mahasiswa mudah memunculkan gagasan-gagasan penting untuk menunjang pembuat karya tulis penyelesaian tugas dari mata kuliah. Mahasiswa tidak lagi mengalami kebingungan untuk memulai makalah. Aktivitas membaca kritis juga akan mempermudah mahasiswa dalam penulisan skripsi. Kekayaan pengetahuan akan memopang keberhasilan mahasiswa dalam menulis skripsi. Jadi kegiatan membaca kritis dengan menerapkan metode SQ3R dapat meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa. Kedua manfaat membaca kritis melalui penerapan metode SQ3R adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Mahasiswa selain dituntut memiliki keterampilan menulis juga dituntut memiliki keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara yang dikembangkan diperkuliahan adalah berbicara presentasi ilmiah. Saat berbicara ilmiah mahasiswa dituntut untuk memiliki pola pikir ilmiah. Setiap mata kuliah menuntut mahasiswa untuk mampu presentasi ilmiah. Hasil perkerjaan mahasiswa yang telah diselesaikan langkah berikutnya untuk dipresentasikan dihadapan dosen pengempu dan teman sekelas. Ketika ujian skripsipun mahasiswa juga dituntut mampu melakukan presentasi ilmiah dengan baik. Melalui aktivitas membaca kritis dengan menerapkan metode SQ3R akan mengkondisikan mahasiswa mahir dalam presentasi ilmiah. Pengetahuanpengetahuan yang diperoleh dari kegiatan membaca kritis akan memperlancar proses presentasi ilmiah. Mahasiswa akan sangat terbantu dalam mengeluarkan gagasan dalam presentasi ilmiah. Jika diberi pertanyaan, sanggahan tercenderung akan lebih siap untuk memberikan jawaban dan tanggapan. Mahasiswa tidak lagi takut dibantai oleh temannya saat presentasi karena memiliki bekal pengetahuan yang memadai. Jadi membaca kritis dengan metode SQ3R akan semakin memingkatkan keterampilan berbicara presentasi ilmiah. Ketiga manfaat dari membaca kritis dengan penerapan metode SQ3R adalah kemudahan dalam menghadapi ujian. Pada setiap semester mahasiswa dihadapkan pada berbagai jenis ujian. Umunya ujian yang harus
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
29
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
dihadapi mahasiswa adalah ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Pembobotan nilai pada umumnya dosen akan menempatkan nilai ujian yang paling besar prosentasenya. Melalui aktivitas membaca kritis dengan menerapkan metode SQ3R akan semakin menguatkan pengetahuan dan pemahan terhadap materi ajar yang diberikan oleh dosen. Melalui penguasaan materi yang baik tentunya akan mempermudahkan mahasiswa dalam menghadapi ujian baik tengah semester maupun akhir semester. Penguasaan materi memedai akan menghantarkan mahasiswa memperoleh nilai yang memuaskan. Jadi aktivitas membaca kritis melalui penerapan metode SQ3R akan mengkondiskan mahasiswa lebih memahami dan menguasai materi perkuliahan, sehingga saat ujian akan lebih siap dan optimal yang memperoleh nilai. Keempat manfaat dari membaca kritis dengan penerapan metode SQ3R adalah ketepatan waktu sesuai target penyelesaian perkuliahan. Sangat besar manfaat dari aktivitas membaca kritis melalui penerapan metode SQ3R. Kegiatan membaca kritis akan membantu mahasiswa merealisasikan target waktu penyelesaian studi. Kelancaran dalam menyelesaikan berbagai macam tugas menulis, kelancaran dalam menyelesaikan skripsi, mahir dalam presentasi ilmiah, kesiapan yang matang dalam segala ujian akan membuat mahasiswa tepat waktu dalam menyelesaikan studi. Kesuksesan dalam studi akan tercapai dengan aktivitas membaca kritis. Hasil pembahasan yang telah disajikan sejalan dengan pendapat ahli bidang bahasa, yaitu (Tarigan, 2008: 92). Menjelaskan manfaat yang dapat dipetik dari membaca kritis yaitu pertama-tama haruslah dipahami benar-benar bahwa membaca kritis meliputi penggalian lebih mendalam di bawah permukaan, upaya untuk menemukan bukan hanya keseluruhan kebenaran mengenai apa yang dikatakan, tetapi juga (dan inilah yang lebih penting pada masa-masa selanjutnya) menemukan alasan-alasan mengapa sang penulis mengatakan apa yang dilakukannya. Kedua, membaca kritis merupakan modal utama bagi para mahasiswa untuk mencapai kesuksesan dalam studinya. PENUTUP Simpulan Berdasarkan kajian teori, penelitian relevan, dan hasil pembahasan dari bab
sebelumnya, maka penulis dapat mengambil simpulan bahwa penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran kompetensi membaca kritis yaitu dilakukan melalui lima langkah secara bertahap, yaitu; (1) survei adalah sebuah proses kegiatan dimana pembaca secara aktif melakukan pengenalan awal terhadap bahan bacaan; (2) question adalah proses menggali pertanyaan menyangkut hal-hal penting atau terkait informasi-informasi penting yang diperlukan; (3) read yaitu melakukan kegiatan proses membaca yang dilakukan secara kritis; (4) recite ini berarti pembaca melakukan refeksi terhadap bahan bacaan yang telah dibaca; dan (5) review ini pembaca mengulang kembali terhadap sesuatu yang telah dibacanya tanpa melihat bahan bacaan. Adapun manfaat keterampilan membaca kritis bagi mahasiswa, yaitu; (1) memperlancarkan dalam mengembangakan keterampilan menulis, baik menulis makalah dan skripsi ; (2) meningkatkan keterampilan berbicara presentasi ilmiah; (3) kemudahan dalam menghadapi ujian baik ujian tengah semester maupun ujian akhir semester; dan (4) ketepatan waktu penyelesaian perkuliahan, sehingga tercapai kesuksesan dalam studi. Saran Berpijak pada hasil simpulan yang telah dipaparkan di atas maka penulis menyarankan: 1. Bagi mahasiswa STAB Negeri Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah, hendaknya tergerak untuk menumbuhkan aktivitas membaca kritis dengan menerapkan metode SQ3R. 2. Bagi para dosen di STAB Negeri Raden Wijaya, hendaknya memotivasi rekan-rekan mahasiswa untuk gemar membaca kritis. 3. Bagi pimpinan STAB Negeri Raden Wijaya, hendaknya lebih berkontribusi untuk menumbuhkan kegiatan gemar membaca kritis melalui kegiatan perlombaan penulisan karya ilmiah dan lebih memperbanyak pengadaan buku-buku yang berkatan dengan metode SQ3R. Daftar Pustaka Aizid, Rizem. 2011. Bisa Baca Secepat Kilat (Super Quick Reading). Yogyakarta: Buku Biru.
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
30
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
(LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press).
Annisa, Imaniar Zeety., Suwarjo, dan Siswantoro. 2013. “Peningkatan Aktivitas dan Keterampilan Membaca Cerita Melalui Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R”. (online), (jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/pgsd/art icle/download/1597/9), di akses 5 Mei 2014.
Sudrajat, Ahmad. 2009. Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Online http://apfi-ppsi.com., diunduh pada tanggal 12 Mei 2014.
Depdiknas. 2006. Acuan Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Suwandi, Sarwiji. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pressindo.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. 2006. Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian diPerguruan Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasioanal.
Tarigan, Henry Guntur. 2008a. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. H.B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
_________________. 2008b. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Widodo, Erna. 2000. Kontruksi Kearah Penelitian Deskriptif. Jakarta: Avyrous. Zed,
Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Isminatun. 2011. “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas VII Di SMP Negeri 2 Gatak, Sukoharjo”(online), (http://www.publikasiilmiah.ums.ac.id :8080/.../11_Peningkatan_Kemampuan_ Memb, di akses 5 Mei 2014. Mulyati, Yeti dkk. 2009. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka. Rohmadi, Muhammad, 2011. Teori dan Aplikasi Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan (UNS Press). Saukah, Ali dan Sukamyana, I Wayan. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Ed.4. Cet. 2. Malang: Universitas Negeri Malang. Slamet, St. Y. 2009. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakata: Lembaga Pengembangan Pendidikan
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN
1. Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan memuat hasil hasil penelitian, maupun
kajian yang terkait dengan hasil penelitian pengembangan, maupun penelitian penerapan dalam bidang Agama Buddha maupun Ilmu Pengetahuan. Artikel yang dikirim ke redaksi belum pernah dipublikasikan dan dikemas kembali sesuai dengan format artikel jurnal. 2. Panjang naskah + 20 halaman A4, satu setengah spasi, Times New Roman, font 11, dan ditulis menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 3. Artikel ditulis dengan ketentuan sebagai berikut: a. Judul maksimal 15 kata, dengan font 14. Peringkat judul disusun sebagai berikut: PERINGKAT SATU (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, font 14, di tengah-tengah halaman) PERINGKAT DUA (HURUF BESAR, TEBAL, di tengah-tengah) PERINGKAT TIGA (HURUF BESAR, TEBAL, di tengah-tengah) b. Nama penulis tanpa gelar ditulis di bawah judul: untuk Tim semua nama penulis dicantumkan c. Nama instansi ditulis di bawah nama: email ditulis di bawah nama instansi d. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris, satu spasi, 100-200 kata, satu paragraf dan font 11. e. Kata kunci merupakan inti permasalahan, bisa satu kata atau lebih, ditulis miring di bawah abstrak dengan jarak satu spasi. f.
Batang tubuh artikel: artikel kajian terdiri dari Pendahuluan (permasalahan, kerangka pikir, dan atau kerangka analisis), sub-sub judul pembahasan, dan kesimpulan; sedangkan artikel hasil penelitian terdiri dari pendahuluan ( latar belakang permasalahan, dan landasan teori), metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan, dan saran.
4. Kutipan harus disebutkan nama pengarang, tahun ,dan p. nomor halaman. Contoh: (Triyatno, 2014, p.89). kutipan langsung (persis aslinya) lebih dari tiga baris ditulis satu spasi, rata kiri dan menjorok ke kanan 7 ketukan. 5. Artikel rangkap dua disertai soft copynya dikirim ke sekretariat redaksi Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan, penulis dari lar kota bisa mengirimkan artikel secara elektronik melalui email:
[email protected] 6. Daftar pustaka disusun dengan tata cara s merujuk pada APA style dan diurutkan secara alfabetis nama pengarang.
Penerbit Yayasan Cipta Sarana Budhi Bekerjasama dengan Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah