ISSN 2406-7601
Jurnal
AGAMA BUDDHA DAN
ILMU PENGETAHUAN Hesti Sadtyad Sujiono
Pengembangan Instrumen Motivasional, Kepuasan Kerja dan Kinerja Guru Pendidikan Agama Buddha. Penerapan Metode SQ3R Pada Pembelajaran Komptensi Membaca Kritis
Suhartoyo, dkk
Korelasi Antara Upacara Pelimpahan Jasa (Pattidana) dengan Bhakti Anak Kepada Leluhur Di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah
Mujiyanto, dkk
Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Buddha Tersertifikasi Terhadap Pembinaan Umat Di Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung
Mujiyanto
Pengaruh Disiplin Belajar Dan Keaktifan Kegiatan ekstrakurikuler Pendalaman Kitab Suci (PKS) Agama Buddha Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Ajaran 2011/2012
Hariyanto
Pengaruh Media Gambar dan Lagu Buddhis Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha
Sukodoyo
Motivasi Bekerja di Vihâra Pada Wanita Dewasa Awal (Studi Kasus Di Vihâra Tanah Putih Semarang)
Tri Yatno, dkk Untung Suhardi
Volume 1
Pengembangan Model Asesmen Otentik Pada Pendidikan Agama Buddha di Sekolah Dasar dalam Rangka Peningkatan Kinerja Guru Eksistensi Perempuan Hindu Kajian Nilai Pendidikan Etika Hindu Tentang Kedudukan Perempuan dalam Kitab Sarasamuccaya
Nomor 1
September 2014
59
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN KEAKTIFAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENDALAMAN KITAB SUCI (PKS) AGAMA BUDDHA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 2 KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN AJARAN 2011/2012 Mujiyanto Jurusan Dharmacarya, STAB Negeri Raden Wijaya Wonogiri ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara disiplin belajar dan keaktifan kegiatan ekstrakurikuler Pendalaman Kitab Suci Agama Buddha terhadap prestasi belajar. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Kaloran, Kabupaten Temanggung. Metode pengumpulan data adalah metode angket dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriftif kuantitatif. Dan analisis regresi ganda dua prediktor untuk hipotesis yang ketiga untuk mengetahui pengaruh antar variabel penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Disiplin Belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha yang ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 0.263. 2) Keaktifan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendalaman Kitab Suci Agama Buddha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha yang ditunjukkan oleh nilai nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 29,7%. 3) Secara bersama-sama Disiplin Belajar dan Keaktifan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendalaman Kitab Suci Agama Buddha berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha yang ditunjukkan oleh harga koefisien determinasi sebesar 0.736. Kata Kunci: disiplin belajar, ekstrakurikuler pendalaman kitab suci agama Buddha, prestasi belajar.
ABSTRACT This study aims to determine the effect of the learning discipline and extracurricular liveliness of Buddhist Holy Book Deepening to the learning achievement. The population in this study was students of SMP Negeri 2 Kaloran, Temanggung. The data collection methods were the questionnaire and documentation method. The data analysis was used quantitative descriptive analysis. The multiple regression analysis with two predictors used for third hypothesis to determine the effect of the learning variables. The study results showed that 1) learning disciplinary has a significant effect to the achievements of Buddhist religion learning indicated by the determination coefficient is equal to 0.263. 2) The extracurricular liveliness of Buddhist holy book deepening have a significant effect to the achievement of Buddhist Education learning indicated by the value of the determination coefficient is equal to 29.7%. 3) The learning discipline and extracurricular liveliness of Buddhist holy book deepening simultaneous has significant effect to the achievement of Buddhist Education learning indicated by the determination coefficient equal to 0.736. Keywords:
learning discipline, Buddhist holy book deepening extracurricular, learning achievement.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara, seperti yang tercantum dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” dan Ayat 2 “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Melihat kedua pasal tersebut pendidikan mempunyai
peran yang sangat penting untuk memajukan bangsa dan negara. Di bidang pendidikan pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bukan hanya memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana saja, tetapi juga perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Selain itu kualitas tenaga pendidik dan kualitas siswa juga menyumbang peran penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal tersebut
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
60
dilakukan agar negara dapat menyesuaikan dengan perkembangan pendidikan dunia. Pendidikan Agama Buddha saat ini merupakan salah satu mata pelajaran penting di sekolah. Mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha bertujuan untuk membimbing siswa dalam mengimbangi pesatnya perkembangan informasi. Prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang didapatkan siswa selama kurun waktu tertentu yang ditunjukkan dengan angka-angka setelah melalui pengujian atau tes. Prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha tercermin dalam hasil evaluasi dan ulangan yang diperoleh siswa. Banyak siswa yang mengalami masalah dalam belajar Pendidikan Agama Buddha yang berakibat rendahnya prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha. Pihak sekolah sudah berupaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha. Namun prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha yang dicapai belum sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengetahui permasalahan tersebut perlu diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha, dengan diketahuinya faktorfaktor tersebut diharapkan masalah dapat ditemukan pemecahannya dan pada akhirnya siswa mampu mencapai prestasi yang baik. Usaha untuk meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha bukanlah perkara yang mudah, hal ini disebabkan karena proses belajar mengajar yang kompleks dan melibatkan banyak unsur didalamnya. Prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha yang baik perlu dipacu baik oleh guru, orang tua maupun siswa itu sendiri. Prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha umumnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa antara lain motivasi, intelegensi, pengusaan ketrampilan, disiplin diri dan minat terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi cara mendidik orang tua, lingkungan rumah, keadaan ekonomi keluarga, metode mengajar, hubungan guru dengan siswa dan lain-lain. Prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha SMP Negeri 2 Kaloran Kabupaten Temanggung masih belum optimal.
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh hasil bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai batas ketuntasan nilai minimal. Terlebih untuk pelajaran praktek. Siswa mengikuti ulangan perbaikan (remedial) agar nilai ulangannya mencapai kriteria yang ditentukan. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha antara lain adalah disiplin belajar siswa. Kedisiplinan adalah cermin kehidupan masyarakat bangsa. Maknanya, dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa akan dapat dibayangkan seberapa tingkatan tinggi rendahnya budaya bangsa yang dimilikinya. Sementara itu cerminan kedisiplinan mudah terlihat pada tempat-tempat umum, lebih khusus lagi pada sekolah-sekolah dimana banyaknya pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa-siswa yang kurang disiplin. Kedisiplinan ada banyak hal. Disiplin sekolah, disiplin kelas, disiplin di dalam lingkungan serta disiplin rumah. Seorang siswa yang mempunyai kedisiplinan belajar yang tinggi akan mengikuti dan mentaati peraturan sekolah secara baik, dengan kesadaran diri untuk melaksanakan peraturan tersebut, dan anak melaksanakan hukuman apabila melakukan kesalahan. Kedisiplinan belajar tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan adanya bantuan dari pendidikan, baik dari oaring tua, guru maupun masyarakat. Sedangkan faktor lain adalah keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler. Ada dua macam ekstrakurikuler wajib yaitu ekstrakurikuler Pendidikan Agama Buddha dan pramuka. Keterlibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler mendorong siswa membentuk sikap yang mempengaruhi keaktifan siswa. Seperti contohnya ekstrakurikuler Pendalaman Kitab Suci Agama Buddha yang sebenarnya sangat menunjang kemampuan siswa dalam prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha. Karena dalam kegiatan ekstrkurikuler Pendalaman Kitab Suci Agama Buddha siswa bisa lebih banyak belajar, lebih banyak waktu untuk mengulang pelajaran di kelas. Siswa juga bisa menanyakan kesulitan-kesulitan pelajaran Pendidikan Agama Buddha saat kegiatan ekstrakurikuler berlangsung kepada instruktur. Perlu disayangkan dan tidak seperti yang diharapkan bahwa dalam kenyataannya keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah kadang ada unsur
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
61
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
keterpaksaan, sehingga pemahaman siswa tentang ekstrakurikuler bukan merupakan kegiatan yang digunakan sebagai penyalur dari bakat dan minat mereka sendiri melainkan karena ada unsur keterpaksaan dan pengaruh dari teman-teman. Tidak menutup kemungkinan karena terlalu aktifnya siswa untuk mengikuti kegiatan sehingga hampir seluruh kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan di sekolah diikuti. Terkait hal tersebut menurut penulis perlu adanya perhatian khusus dari guru dan orang tua untuk memperhatikan perkembangan anak didiknya, agar siswa memiliki kesadaran untuk melaksanakan kedisiplinan belajar dan mau terlibat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler yang berhubungan dengan kegiatan belajar di sekolah. Dari uraian diatas dan kenyataan yang terjadi di SMP Negeri 2 Kabupaten Temanggung, akan dibuat penelitian sejauh mana disiplin belajar dan keaktifan kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Buddha terhadap prestasi belajar dengan judul penelitian, “Pengaruh Disiplin Belajar dan Keaktifan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendalaman Kitab Suci Agama Buddha terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Buddha Siswa SMP Negeri 2 Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Ajaran 2011/2012”. PEMBAHASAN Disiplin Belajar Pengertian belajar menurut Sugihartono (2007: p. 74) merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Ngalim (2006: 102) belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Pendapat lain tentang belajar diungkapkan oleh Wina (2009: p. 112) bahwa belajar adalah proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan prilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Masykur Arif Rahman (2011: p. 64-66) mengatakan bahwa disiplin berasal dari bahasa Inggris “discipline” yang mengandung beberapa arti. Diantaranya adalah pengendalian diri, membentuk karakter yang bermoral,
memperbaiki dengan sanksi, serta kumpulan beberapa tata tertib untuk mengatur tingkah laku. Disiplin juga merupakan upaya untuk membentuk tingkah laku sesuai dengan yang sudah ditetapkan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan diharapkan. Terkait itu, sekolah yang punya tata tertib jelas bermaksud mendisiplinkan guru dan murid untuk mencapai tingkat tertinggi dalam prestasi belajarmengajar. Sedangkan disiplin menurut A.S Moenir (2010: p. 94) adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis mauppun tidak tertulis yang telah ditetapkan. David Johnson (1979) mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Educational Psycology, sebagai berikut: Being a good disciplinarian does not mean, however, that students sit quietly reading or listening. Many instructional activities call for active student involvement and require students to discuss problem with one another or to carry out experiments and operations. Teachers also want students to be enthusiastic about what they are learning. selanjutnya Johnson mengemukakan bahwa, menjadi siswa yang disiplin itu berarti siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran, penuh perhatian, mengikuti prosedur yang ditentukan, mematuhi norma-norma kelas dan memperhatikan perilakunya. Disiplin ada dua jenis, yaitu disiplin waktu dan disiplin perbuatan. Hal ini seperti diungkapkan oleh A.S Moenir (2010: p. 95-96) sebagai berikut: Mengenai disiplin ada dua jenis yang sangat dominan dalam usaha menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan apa yang dikehendaki organisasi. Kedua disiplin itu adalah disiplin dalam hal waktu dan disiplin dalam hal kerja atau perbuatan. Kedua jenis disiplin tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan serta saling mempengaruhi. Dapat saja seseorang hadir tepat waktunya, tetapi tidak segera melakukan perbuatan sesuai ketentuan organisasi pada hakekatnya merugikan organisasi. Disiplin mendorong siswa belajar secara konkrit dalam praktik hidup di sekolah maupun dirumah. Seperti dikemukakan A.S Moenir (2010: p. 95) bahwa melalui disiplin yang tinggi pelaksanaan suatu ukuran dapat mencapai maksud dan dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak. Sedangkan menurut Slameto (2010: p. 2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
62
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto (2010: p. 67) juga mengemukakan bahwa jika siswa mau belajar lebih maju maka siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Dari pendapat tersebut, dapat diartikan disiplin dapat membuat siswa belajar lebi maju dan dengan kemajuan yang diperoleh tersebut maka akan meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan menurut A.S Moenir (2010: p. 96), untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan. Disiplin Waktu meliputi (1) Tepat waktu dalam belajar, mencakup datang dan pulang sekolah tepat waktu, mulai dari selesai belajar di rumah dan di sekolah tepat waktu, (2) Tidak meninggalkan kelas/membolos saat pelajaran, (3) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan. Sedangkan disiplin perbuatan meliputi patuh dan tidak menentang peraturan yang berlaku, tidak malas belajar, tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya, tidak suka berbohong, tingkah laku menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak membuat keributan, dan tidak mengganggu orang lian yang sedang belajar. Dapat disimpulkan bahwa indikator disiplin belajar ada empat macam, yaitu: (1) Ketaatan terhadap tata tertib sekolah, (2) Ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah, (3) Ketaaatan dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran, (4) Ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah. Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar merupakan setiap macam pengaruh yang ditunjukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya. Untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa di SMP Negeri 2 Kaloran Kabupaten Temanggung diperlukan indikator-indikator mengenai disiplin belajar. Indikator-indikator ini peneliti menggunkan pendapat A.S Moenir (2010: p. 96), yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan.
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Pentingnya Disiplin Disiplin diperlukan oleh siapapun dan di manapun, begitupun seorang siswa dia harus disiplin baik itu disiplin dalam menaati tata tertib sekolah, disiplin dalam belajar di sekolah, disiplin dalam mengerjakan tugas, maupun disiplin dalam belajar di rumah, sehingga akan dicapai hasil belajar yang optimal. Disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri keunggulam. Disilin merupakan hal yang penting, Menurut Tulus Tu’u (2004: p. 37) dikarenakan (1) melalui disiplin akan muncul kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya, (2) melalui disiplin memberi dukungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran, tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan kelas kurang kondusif. (3) menjadikan anakanak dapat menjadi individu yang tertib, teratur, dan disiplin dalam menaati norma dan nilai kehidupan, (4) disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Sedangkan menurut Maman Rachman (1999) dalam Tu’u (2004: p.35) pentingnya disiplin bagi para siswa adalah sebagai berikut (1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, (3) Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukan peserta didik terhadap lingkunganya, (4) Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya, (5) Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah, (6) Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar, (7)Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya, (8) Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin yang tumbuh secara sadar akan membentuk sikap, perilaku, dan tata kehidupan yang teratur yang akan menjadikan siswa sukses dalam belajar Fungsi disiplin Manusia merupakan mahluk sosial. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa batuan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
63
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
sering terjadi pertikaian antara sesama orang yang disebabkan karena benturan kepentingan, karena manusia selain sebagai mahluk sosial ia juga sebagai mahluk individu yang tidak lepas dari sifat egonya, sehingga kadangkadang di masyarakat terjadi benturan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama. Di sinilah pentingnya disiplin untuk mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Sehingga kehidupan bermasyarakat akan tentram dan teratur. Disiplin juga mampu membangun kepribadian. Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku yang khas yang dimiliki oleh seseorang. Antara orang yang satu dengan orang yang lain mempunyai kepribadian yang berbeda. Lingkungan yang berdisiplin baik sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, dan tentram sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik. Melatih kepribadian yang baik. Kepribadian yang baik selain perlu dibangun sejak dini, juga perlu dilatih karena kepribadian yang baik tidak muncul dengan sendirinya. Kepribadian yang baik perlu dilatih dan dibiasakan, sikap perilaku dan pola kehidupan dan disiplin tidak terbentuk dalam waktu yang singkat, namun melalui suatu proses yang membutuhkan waktu lama. Pemaksaan Disiplin akan tercipta dengan kesadaran seseorang untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, dan noma yang berlaku dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Disiplin dengan motif kesadaran diri lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Misalnya, ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, maka ia terpaksa harus menaati dan mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut. Hukuman dalam suatu sekolah tentunya ada aturan atau tata tertib. Tata tertib ini berisi hal-hal yang positif dan harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Hukuman berperan sangat penting karena dapat memberi motifasi dan kekuatan bagi siswa untuk mematuhi tata tertib dan peraturan-
peraturan yang ada, karena tanpa adanya hukuman sangat diragukan siswa akan mematuhi paraturan yang sudah ditentukan. Menciptakan lingkungan yang kondusif. Disiplin di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses kegiatan pendidikan berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru dan bagi para siswa, serta peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen, dengan demikian diharapkan sekolah akan menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, dan teratur. (Tulus Tu’u, 2004, p.38-44) Dasar Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan mempunyai dasar yang dijadikan sebagai pedoman atau pijakan dan landasan dalam berbuat. Disiplin adalah kunci sukses, karena dengan disiplin orang bisa berbuat sesuatu, menyelesaikan suatu pekerjaan dan akan membawa hasil sesuai yang diinginkan. Dalam pendidikan, disiplin sangat diperlukan dan disiplin ini menjadi alat pengikat dalam pendidikan, karena dengan adanya disiplin, anak dapat diarahkan, dibimbing dan dididik sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Kedisiplinan dalam belajar penting diterapkan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar karena memiliki tujuan yang hendak dicapai. Menurut Charles Schaefer ada dua macam tujuan kedisiplinan belajar yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek dari disiplin ialah membuat anak-anak terlatih dan terkontrol dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan tidak pantas atau masih asing bagi mereka. Tujuan jangka panjang disiplin adalah untuk perkembangan dan pengendalian diri sendiri dan mengarahkan diri sendiri (Self control and self direction) yaitu dalam hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan kedisiplinan belajar adalah untuk membuat anak didik terlatih dan terkontrol dalam belajar, sehingga ia memiliki kecakapan cara belajar yang baik. Selain itu merupakan proses pembentukan perilaku yang baik sehingga mencapai pribadi yang luhur yang tercermin dalam persesuaian perilaku dengan aturan-aturan belajar yang ditetapkan
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
64
serta kemampuan untuk mengontrol dan mengendalikan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar. (Charles, 1994: p. 3) Faktor intern kedisiplinan belajar adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan faktor psikologis (yang bersifat rohaniah). Faktor fisiologis meliputi kondisi dan kesehatan jasmani dari individu sejak lahir, keadaan panca indera siswa terutama mata dan telinga. Sedangkan faktor psikologis meliputi inteligensi/tingkat kecerdasan siswa, sikap siswa, bakat, minat dan motivasi. (Muhibbin, 2000: p. 132-133) Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Faktorfaktor yang termasuk lingkungan sosial adalah keluarga, guru, staf administrasi, teman-teman sekelas dan masyarakat. Sedangkan faktorfaktor lingkungan non sosial meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. (Muhibbin, 2000: p. 138) Demikian beberapa faktor yang dipandang turut menentukan tingkat kedisiplinan dan keberhasilan belajar siswa. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Belajar Orang tua yang bijak akan selalu menampakan suatu disiplin dalam semua hal terhadap kegiatan anak-anaknya, baik mengenai kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan formal yaitu disiplin dalam belajar, disiplin dalam mengerjakan tugas yang berkaitan dengan sekolah maupun disiplin dalam pendidikan non formal yaitu yang berkaitan dengan kegiatan rumah/tempat tinggal anak. Adapun bentukbentuk kedisiplinan belajar antara lain: a. Masuk kelas tepat waktu Masuk kelas tepat waktu artinya anak didik masuk ruangan guna mengikuti kegiatan belajar mengajar tepat pada waktunya. Masuk kelas tepat waktu merupakan kewajiban yang mutlak yang harus ditaati dan dipatuhi oleh semua anak didik. Melanggarnya dikenakan sanksi dengan jelas dan bentuk yang disesuaikan berat ringannya kesalahan. Maka, bagi anak yang menghargai disiplin, dia akan memperhitungkan jarak antara rumah/tempat tinggal dengan sekolah
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
b.
c.
d.
e.
sehingga tidak terlambat ketika masuk sekolah. Berpakaian seragam sesuai dengan ketentuan sekolah Seorang siswa apabila ia berangkat ke sekolah dituntut untuk berpakaian dan dalam hal ini berpakaian rapi bukan berarti harus baru, tetapi harus memakai seragam sesuai dengan peraturan yang ditentukan sekolah seperti memakai tanda lokasi sekolah, baju dimasukkan dan sebagainya. Memperhatikan pelajaran Pentingnya memperhatikan pelajaran,karena apa yang guru jelaskan terkadang tidak ada keterangan dalam buku paket atau sudah ada di dalam buku paket, tetapi keterangannya belum jelas, inilah keuntungan dari memperhatikan pelajaran. Bagi seorang yang berdisiplin tentunya ia akan memusatkan seluruh perhatiannya kepada penjelasan guru sehingga mampu menangkap materi yang disampaikan. Namun sebaliknya, bagi siswa yang mengabaikan disiplin, ia akan membuat gaduh di dalam kelas sehingga mengganggu konsentrasi kawan sekelasnya. Untuk itu, tugas guru adalah memberikan nasehat kepada siswa mengenai betapa pentingnya memperhatikan pelajaran. Mengikuti pelajaran tanpa bolos Seorang siswa yang terbiasa berdisiplin akan berusaha untuk aktif berangkat ke sekolah dan senantiasa mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir. Ia akan merasa sangat menyesal apabila ia tidak dapat masuk sekolah karena sakit/karena alasan lain yang karenanya ia ketinggalan pelajaran tersebut. Dan apabila hal itu terjadi, maka ia akan berusaha untuk mengejar ketertinggalan pelajaran tersebut, misalnya dengan meminjam catatan temannya yang masuk, serta ia akan memberi keterangan kepada guru kenapa ia tidak masuk sekolah. Memiliki rencana belajar yang teratur Rencana yang dimaksud adalah perhitungan jangka pendek yang menyangkut tentang pembagian waktu, tenaga dan bahan yang akan dipelajari. Dalam rangka mendapatkan efektifitas dan efisien dalam belajar, karena salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
65
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
f.
seseorang adalah kedisiplinan dalam pelaksanaannya, bukan lamanya belajar yang diutamakan tetapi kebiasaan teratur dan rutin dalam belajar. Mengerjakan tugas Dalam prinsip belajar mengajar siswa tidak hanya dituntut untuk mendengarkan apa yang disampaikan guru saja atau bersikap pasif, tetapi yang dituntut untuk aktif di dalam proses belajar mengajar. Salah satunya dengan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Semua tugas-tugas yang telah diberikan oleh guru harus dikerjakan, karena kedisiplinan siswa dalam mengerjakan tugas sangatlah mendukung keberhasilan siswa dalam belajar. Seorang siswa yang terbiasa berdisiplin akan berusaha untuk aktif berangkat ke sekolah dan senantiasa mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir. Ia akan merasa sangat menyesal apabila ia tidak dapat masuk sekolah karena sakit/karena alasan lain yang karenanya ia ketinggalan pelajaran tersebut. Dan apabila hal itu terjadi, maka ia akan berusaha untuk mengejar ketertinggalan pelajaran tersebut, misalnya dengan meminjam catatan temannya yang masuk, serta ia akan memberi keterangan kepada guru kenapa ia tidak masuk sekolah.
Aspek-Aspek Disiplin Belajar Menurut Arikunto (1990: p. 137) dalam penelitiannya mengenai kedisiplinan membagi tiga indikator kedisiplinan yaitu: 1) perilaku kedisiplinan dalam kelas, 2) perilaku kedisiplinan di luar kelas, di lingkungan sekolah, 3) perilaku kedisiplinan di rumah.Tlus Tu’u (2004: p. 9) dalam penelitiannya mengenai disiplin sekolah mengemukakan bahwa indikator yang menunjukkan pergeseran atau perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah meliputi: dapat mengatur belajar di rumah, rajin dan teratur belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas dan ketertiban diri saat belajar di kelas. Sedangkan menurut Syafruddin dalam jurnal Edukasi (2005: p. 80) membagi indikator disiplin belajar menjadi empat macam yaitu: 1) ketaatan terhadapwaktu belajar, 2) ketaatan terhadap tugas-tugas pelajaran, 3) ketaatan terhadap penggunaan fasilitas belajar, dan 4) ketaatan menggunakan waktu datang dan pulang sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini penulis membagi indikator disiplin belajar menjadi lima macam yaitu (1) disiplin dalam masuk sekolah, (2) disiplin dalam mengikuti pelajaran di sekolah, (3) disiplin dalam mengerjakan tugas, (4) Disiplin dalam menaati tata tertib sekolah, (5) disiplin belajar di rumah. Keaktifan Kegiatan Ekstrakurikuler Keaktifan Siswa Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise” yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: p. 19) berarti giat (bekerja, berusaha). Sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Munurut Nana Sudjana (2004: p. 61) keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal (1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, (2) Terlibat dalam pemecahan masalah, (3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi, (4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, (5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, (6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, (7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis, (8) Kesempatan menggunakan/ menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas/ persoalan yang dihadapinya. Jadi keaktifan siswa adalah kegiatan berusaha atau bekerja, baik secara fisik maupun psikis yang ditandai dengan aktivitas yang giat dalam proses belajar untuk mencapai tujuan yang meliputi: melaksanakan tugas belajarnya dengan sungguh-sungguh, ikut berlatih memecahkan masalah, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan, introspeksi diri. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan program kokurikuler dan intrakurikuler. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
66
dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan (2008: p. 4), kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan. Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap dan nilai-nilai. Pengertian ekstrakurikuler menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: p. 291) yaitu suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis didalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa. Kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menentukan kegiatan sesuai dengan bakat dan minat mereka. Sedangkan menurut Depdiknas (2003: p. 16), “kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan palajaran dengan alokasi waktu yang diatur secara tersendiri berdasarkan pada kebutuhan. ”Kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler atau kunjungan studi ke tempat-tempat tertentu yang berkaitan dengan esensi materi pelajaran tertentu. Kegiatan-kegiatan lain yang dapat diselenggarakan di sekolah untuk lebih memantapkan pembentukan kepribadian yaitu kepramukaan, koperasi, usaha kesehatan sekolah, olahraga, dan palang merah. Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut dimaksudkan juga untuk mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam kegiatan kurikuler secara kontekstual dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil dalam menciptakan tingkat kecerdasan yang tinggi. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahwa dapat dilaksanakan di sela-sela penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah. Ekstrakurikuler erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa.
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas. Melalui kegiatan ekstrakurikuler juga siswa dapat menyalurkan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. Hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran ekstrakurikuler dan berdampak pada hasil belajar di ruang kelas yaitu pada mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan ekstrakurikuler yaitu mendapat nilai baik pada pelajaran tersebut. Biasanya siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler akan terampil dalam berorganisasi, mengelola, memecahkan masalah sesuai karakteristik ekstrakulikuler yang diikuti. Di dalam memberikan pengertian tentang kegiatan ekstrakurikuler terdapat perbedaan yang satu dengan yang lainnya, diantaranya yaitu: 1) Menurut Moh. User Usman dalam bukunya upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud serta mempunyai tujuan untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan serta kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi (Moh. Uzer Usman, 1993: p. 22) 2) Menurut Suharsimi Arikunto (1999), kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, di luar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan (Suryosubroto, 1997: p. 271). 3) Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum. Sejalan dengan pengertian tersebut, kegiatan ekstrakurikuler keagamaan adalah kegiatan yang berada diluar materi wajib sekolah yang menampung keinginan siswa yang ingin mengembangakan ilmu & bakatnya di bidang keagamaan. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan berupa Pendalaman Kitab Suci, dimana ada raportnya, yang mecatat kecakapan
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
67
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
siswa dalam belajar, dalam ekstrakulikuler ini juga tidak semua diajarkan cara bagaimana cara membaca Kitab Suci dengan baik dan benar, akan tetapi juga diajarkan materi-materi akhlak, seperti, cara menghormati orang yang lebih tua, bergaul dengan teman dan lain-lain. Efektifitas kegiatan ekstrakurikuler dapat memberikan sumbangan pendidikan yang sangat besar pada diri siswa, namun tentu saja harus didasari dengan elemen dasar tujuan pembelajaran, sehingga target pembelajaran dapat dievaluasi dengan baik. Berikut sedikit ulasan bagaimanakah kegiatan ekstrakurikuler bila ditinjau dari segi tujuan pembelajaran. Selanjutnya, kegiatan pendidikan yang didasarkan pada penjatahan waktu bagi masingmasing mata pelajaran sebagaimana tercantum dalam kurikulum sekolah lebih kita kenal dengan sebutan kurikuler. Sedangkan kegiatan yang di selenggarakan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau diluar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum disebut Kegiatan Ekstrakurikuler (Suryosubroto. 1997: p. 271). Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara kegiatan ekstrakurikuler pendalaman kitab suci agama Buddha dengan kegiatan ekstrakurikuler pada umumnya, baik tujuan, manfaat, prinsip, dan lain sebagainya. Perbedaan yang ada hanya pada orientasi pelaksanaannya kepada ajaran agama Buddha serta dalam jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan. Jadi kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan diluar jam sekolah yang telah di tentukan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Dan kegiatan ini juga di maksudkan untuk lebih mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikuler dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan. Kegiatan ini di samping di laksanakan di sekolah, dapat juga dilaksanakan diluar sekolah guna memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan atau kemampuan meningkatkan nilai sikap dalam rangka penerapan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dan kurikulum sekolah. Pendalaman Kitab Suci Agama Buddha “merupakan istilah yang menunjuk pada operasional dalam usaha pendidikan ajaranajaran agama Buddha dan merupakan sub sistem pendidikan Buddha. Dengan kata lain
lain, pendalaman kitab suci agama Buddha adalah aplikasi pendidikan agama Buddha dalam pembelajaran di sekolah, baik dalam bentuk kegiatan belajar mengajar ataupun kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan Buddha. Dari pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan program kegiatan ekstrakurikuler pendalaman kitab suci agama Buddha dalam penelitian ini adalah rancangan atau usaha-usaha yang dijalankan dalam bentuk kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, baik dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari siswa dalam bidang studi Pendidikan Agama Buddha. Mengenai tujuan kegiatan dalam ekstrakurikuler dijelaskan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995: p. 2), kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar (1) Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan keterampilan mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat rohani dan jasmani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan; (2) Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan pengetahuan yang diperolehnya dalam program kurikulum dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan. Dari tujuan kegiatan ekstrakurikuler diatas, dapat peneliti kemukakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang diperuntukan bagi siswa agar menambah wawasan, sikap dan keterampilan siswa baik di luar jam pelajaran wajib serta kegiatannya dilakukan di dalam dan di luar sekolah. Berdasarkan pengertian dan tujuan tentang ekstrakurikuler tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran yang dilakukan, baik di sekolah ataupun di luar sekolah yang bertujuan untuk memperdalam dan memperkaya pengetahuan siswa, mengenal hubungan antar berbagai pelajaran, serta menyalurkan bakat dan minat.
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
68
Prestasi Belajar Pengertian Prestasi Belajar Pada dasarnya setiap manusia selalu melakukan kegiatan belajar, karena kegiatan ini bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah perkembangan, misal dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan atau aktifitas tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: p. 895), “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”. WS Winkel mengemukakan bahwa: Prestasi adalah bukti usaha siswa yang dapat dicapai oleh siswa dalam waktu tertentu dan dapat diukur dengan suatu alat atau tes. Dengan diketahuinya prestasi belajar maka seorang guru dapat mengetahui tingkat penguasaan materi dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan mengembangkan bahan ajar. (2004: p. 51) Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan seseorang yang tercapai dari usaha tertentu seperti belajar, dapat memberikan kepuasan atau rasa bangga dan dapat diukur dengan tes atau alat bantu lain. Menurut Saiful Bahri Djamarah (1994: p. 20-21) dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, bahwaprestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dankemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam individu (faktor internal) maupun dari luar diri individu (faktor eksternal). Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting artinya dalam membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang optimal. Menurut Slameto (2010: p. 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar berasal dari
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
dalam dan luar diri individu. Faktor dari dalam meliputi faktor jasmani, psikologi, kelelahan, intelegensi, bakat dan motivasi, sedangkan faktor dari luar meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial. Faktor jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat tubuh. Faktor jasmaniah atau kondisi fisiologis pada umumnya berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang. Orang yang ada dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang ada dalam keadaan lelah. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuannya berada dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi. Anak-anak yang kurang gizi mudah lelah, mudah mengantuk, dan tidak mudah menerima pelajaran. Faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan sikap. Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologi. Oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampukan-kemampuan kognitif adalah faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar mahasiswa(Djamara: 2008) Faktor kelelahan dibedakan menjadi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kobosanan sehinga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Intelegensi adalah suatu kemampuan umum dari seseorang untuk belajar dan memecahkan suatu permasalahan. Jika intelegensi seseorang rendah bagaimanapun usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar, jika tidak ada bantuan orang tua atau pendidik niscaya usaha belajar tidak akan berhasil. Bakat merupakan kemampuan yang menonjol disuatu bidang tertentu misalnya bidang studi matematika atau bahasa asing.Bakat adalah suatu yang dibentuk dalam kurun waktu,
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
69
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
sejumlah lahan dan merupakan perpaduan taraf intelegensi. Pada umumnya komponen intelegensi tertentu dipengaruhi oleh pendidikan dalam kelas, sekolah, dan minat subyek itu sendiri. Bakat yang dimiliki seseorang akan tetap tersembunyi bahkan lamakelamaan akanmenghilang apabila tidak mendapat kesempatan untuk berkembang. Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatanbelajar. Mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal dalam belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar. Bila ada siswa yang kurang memiliki motivasi instrinsik diperlukan dorongan dari luar yaitu motivasi ekstrinsik agar mahasiswa termotivasi untuk belajar. Faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor ekstern) adalah faktor yang bersumber dari luar diri individu yang bersangkutan. Faktor ini sering disebut dengan faktor ekstrinsik yang meliputi segala sesuatu yang berasal dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan alam (Djamara, 2008). Lingkungan alami meliputi keadaan suhu, kelembaban udara berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar padasuhu udara yang lebih panas dan pengap. Sedangkan lingkungan sosial meliputi yang berwujud manusia dan representasinya (wakilnya), walaupun yang berwujud hal yang lain langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar memecahkan soal akan terganggu bila ada orang lain yang mondarmandir di dekatnya atau keluar masuk kamar. Representasi manusia misalnya memotret, tulisan, dan rekaman suara juga berpengaruh terhadap hasil belajar. Lingkungan sosial meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat. faktor keluarga berupa
cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian keluarga, dan latar belakang budaya; faktor sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode mengajar, dan tugas rumah; faktor masyarakat mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Pendapat lain dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (2006: p. 106-107), bahwa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, faktor luar meliputi (1) lingkungan alam dan lingkungan sosial (2) instrumenal terdiri dari kurikulum atau bahan pelajaran, guru atau pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi atau manajemen. Faktor dalam meliputikondisi fisik dan kondisi panca indra, faktor psikologis terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif. Selanjutnya Sumadi Suryabrata (2002: p. 233) mengklasifikasikan faktor dari dalam yang mempengaruhi belajar terdiri dari faktor non sosial, faktor sosial. Faktor non-sosial dalam belajar meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar (alat tulis, alat peraga), Faktor sosial dalam belajar meliputi kepala sekolah, guru, staf pengajar, siswa dan masyarakat. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri meliputi faktor fisiologi dan psikologi dalam belajar. Faktor fisiologi terdiri dari keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi jasmani tertentu.Sedangkan Faktor psikologi dalam belajar dapat mendorong aktivitas belajar seseorang karena aktivitas dipacu dari dalam diri, seperti adanya perhatian, minat, rasa ingin tahu, fantasi, perasaan, dan ingatan Dari beberapa pendapat ahli yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor dari dalam individu dan faktor dari luar individu. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan seseorang yang tercapai dari usaha tertentu seperti belajar, dapat memberikan kepuasan atau rasa bangga dan dapat diukur dengan tes atau alat bantu lain yang dipengaruhi dari faktor inter dan ekstern siswa yang meliputi: 1)
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
70
keadaan fisik, 2) psikologi, 3) keluarga, 4) sekolah, 5) masyarakat. HIPOTESIS Hipótesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat disusun seperti bawah ini (1) Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran pendidikan agama Buddha. (2) Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan kegiatan ekstrakurikuler pendalaman kitab suci terhadap prestasi mata pelajaran pendidikan agama Buddha. (3) Diduga secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan siswa dan keaktifan kegiatan ekstrakurikuler pendalaman kitab suci terhadap prestasi siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Buddha. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian populasi, sehingga semua subyek yang ada di dalam wilayah penelitian dijadikan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa beragama Buddha SMP negeri 2 Kaloran Temanggung yang berjumlah 75 siswa. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakanangket/kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Hasil Dan Pembahasan Hasil Penelitian Hasil uji validitas disiplin belajar memperlihatkan dari 30 item yang diuji menghasilkan semua item valid dengan validitas yang baik dilihat dari nilai KMO sebesar 0,723. Untuk validitas instrument keaktifan kegiatan ekstrakurikuler pendalaman kitab suci (pks) agama buddha memperlihatkan dari 8 item yang diujikan memiliki validitas yang baik dilihat dari nilai KMO sebesar 0,808. Sedangkan instrument prestasi belajar pendidikan agama Buddha memperlihatkan dari 31 item pertanyaan yang diujikan memiliki validitas yang baik dilihat dari nilai KMO sebesar 0,832. Setelah dilakukan uji validitas dilanjutkan dengan uji reliabilitas yang dimaksudkan untuk mengetahui hasil pengukuran tersebut dapat dipercaya atau tidak. Koefisien reliabilitas alpha skala disiplin belajar menunjukkan reliabilitas yang baik dilihat dari nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,833. Begitu juga dengan instrument kegiatan
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
ekstrakurikuler pendalaman kitab suci (pks) agama buddha memiliki reliabilitas yang baik dilihat dari nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,899. Sedangkan instrument prestasi belajar pendidikan agama Buddha juga menunjukkan reliabilitas dengan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,899. Berdasarkan dari hasil uji normalitas dapat disimpulkan bahwa variabel disiplin belajar, kegiatan ekstrakurikuler pendalaman kitab suci (pks) agama buddha, dan prestasi belajar pendidikan agama Buddha mempunyai sebaran data yang berdistribusi normal. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa disiplin belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar pendidikan agama Buddha yang ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 0.263. Keaktifan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendalaman Kitab Suci Agama Buddha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha yang ditunjukkan oleh nilai nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 29,7%. Secara bersama-sama Disiplin Belajar dan Keaktifan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendalaman Kitab Suci Agama Buddha berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Buddha yang ditunjukkan oleh harga koefisien determinasi sebesar 0.736. Kesimpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a) Disiplin belajar akan meningkatkan prestasi belajar sebesar 26,3%. b) kegiatan ekstrakurikuler pendalaman kitab suci (PKS) agama buddha berpengaruh besar terhadap prestasi belajar sebesar 29,7%. c) Secara bersama-sama disiplin belajar dan kegiatan ekstrakurikuler pendalaman kitab suci (PKS) agama buddha berpengaruh terhadap prestasi belajar senilai 73,6%. Saran Berbagai fenomena telah ditemukan dalam penelitian, beberapa saran yang dapat dikemukakaan adalah sebagai berikut:
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
71
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
a) Disiplin belajar yang sudah baik selama ini perlu dipertahankan dan perlu ditingkatkan untuk meningkatkan prestasi belajar. b) Perlu kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang lain untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih, sehingga prestasinya meningkat dari hasil pengalamannya. c) Perlu ada penelitian yang sejenis dengan tema yang berbeda untuk menguji berbagai teori serta dengan memilih variabel lain yang masih dalam lingkup prestasi belajar untuk mengungkap variabel lain yang berpengaruh besar terhadap prestasi belajar. DAFTAR PUSTAKA Algifari. 2009. Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi Edisi 2. Yogyakarta: BPFE. Arif Rahman, Masykur. 2011. Kesalahankesalahan Fatal Paling Sering Dilakukann Guru dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. Yogyakarta: Diva Press. Anonim. 2012. Keterkaitan Kegiatan Ekstrakulikuler Dan Prestasi Belajar Di Sekolah. (http://pinarac.wordpress.com/2012/04/0 6/keterkaitan-kegiatanekstrakulikulerdan-prestasi-belajar-di-sekolah/). Diakses pada tanggal 05 Mei 2012. Anneahira. 2012. Pengaruh Disiplin Terhadap Prestasi Belajar Siswa. (http://www.anneahira.com/pengaruhdisiplin-terhadap-prestasibelajar.htm). Diakses pada tanggal 05 Mei 2012. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. A.S. Moenir. 2010. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Candra, Andriani M. 2011. Hubungan Antara Motivasi Belajar, Kemandirian Belajar Dan Disiplin Belajar Dengan Prestasi
Belajar Akuntansi Siswa Kelas XII IPS SMA Islam 1 Sleman Tahun Ajaran 2010/2011. Yogyakarta: UNY. David
W. Johnson. 1979. Educational Psychology. New Jersey: PENTICEHALL, INC.
Charles Schaefer. 1994. Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Jakarta: Mitra Utama, Depdiknas. 2003. Pedoman Pembuatan Laporan Hasil Belajar SMP. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Dianingtyas, Anindita. 2010. Pengaruh Keaktifan Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Di Sekolah Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Kelas XI IPS SMA N 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Yogyakarta: UNY. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 1987. http://www.scribd.com/doc/29026218/Pe nelitian-Pengaruh-Ekskul-TerhadapPrestasi-Belajar. Hadi,
Sutrisno. 1982. Analisis Yogyakarta: Andi Offset.
Regresi.
Halim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara. Moh. Uzer Usman. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya. Prawira, Adi Putra. 2010. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dan Disiplin Belajar Dengan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun Ajaran 2008/2009, menyatakan bahwa terdapat hubungan posotif dan tidak signifikan antara Disiplin Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun Ajaran 2008/2009. Yogyakarta: UNY. Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
72
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Muhibbin Syah. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Nana Sudjana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Remaja Rosda Karya. WS. Winkel. 2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Satmawati, Natalia Siwi. 2010. Pengaruh Disiplin Belajar dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahllian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul Tahun Ajaran 2009/2010. Yogyakarta: UNY. Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Tulus Tu’u. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo. Uztati, Delia. 2011. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Penggunaan Media Pembelajaran dan Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Yogyakarta: UNY.
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN
1. Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan memuat hasil hasil penelitian, maupun
kajian yang terkait dengan hasil penelitian pengembangan, maupun penelitian penerapan dalam bidang Agama Buddha maupun Ilmu Pengetahuan. Artikel yang dikirim ke redaksi belum pernah dipublikasikan dan dikemas kembali sesuai dengan format artikel jurnal. 2. Panjang naskah + 20 halaman A4, satu setengah spasi, Times New Roman, font 11, dan ditulis menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 3. Artikel ditulis dengan ketentuan sebagai berikut: a. Judul maksimal 15 kata, dengan font 14. Peringkat judul disusun sebagai berikut: PERINGKAT SATU (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, font 14, di tengah-tengah halaman) PERINGKAT DUA (HURUF BESAR, TEBAL, di tengah-tengah) PERINGKAT TIGA (HURUF BESAR, TEBAL, di tengah-tengah) b. Nama penulis tanpa gelar ditulis di bawah judul: untuk Tim semua nama penulis dicantumkan c. Nama instansi ditulis di bawah nama: email ditulis di bawah nama instansi d. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris, satu spasi, 100-200 kata, satu paragraf dan font 11. e. Kata kunci merupakan inti permasalahan, bisa satu kata atau lebih, ditulis miring di bawah abstrak dengan jarak satu spasi. f.
Batang tubuh artikel: artikel kajian terdiri dari Pendahuluan (permasalahan, kerangka pikir, dan atau kerangka analisis), sub-sub judul pembahasan, dan kesimpulan; sedangkan artikel hasil penelitian terdiri dari pendahuluan ( latar belakang permasalahan, dan landasan teori), metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan, dan saran.
4. Kutipan harus disebutkan nama pengarang, tahun ,dan p. nomor halaman. Contoh: (Triyatno, 2014, p.89). kutipan langsung (persis aslinya) lebih dari tiga baris ditulis satu spasi, rata kiri dan menjorok ke kanan 7 ketukan. 5. Artikel rangkap dua disertai soft copynya dikirim ke sekretariat redaksi Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan, penulis dari lar kota bisa mengirimkan artikel secara elektronik melalui email:
[email protected] 6. Daftar pustaka disusun dengan tata cara s merujuk pada APA style dan diurutkan secara alfabetis nama pengarang.
Penerbit Yayasan Cipta Sarana Budhi Bekerjasama dengan Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah