PERSYARATAN PELAKSANAAN TEKNIS
PASAL 1. A. KETENTUAN UMUM 1. Lapangan kerja akan di serahkan kepada Kontraktor pada waktu rapat penjelasan umum pekerjaan (Aanwizjing). Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor dianggap sudah mengetahui letak batas-batas tanah maupun situasi tanah pada saat aanwizjing. 2. Sebagai pelaksana konstruksi Kontraktor wajib menyelesaikan pekerjaan hingga lengkap yaitu dengan membuat, memasang dan menyediakan bahan-bahan bangunan gedung yang diupayakan dengan menggunakan bahan bangunan setempat/produksi dalam negeri, termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari sistem fabrikasi komponen bangunan serta alat-alat dan sebagainya yang erat kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut. 3. Setiap tahapan pekerjaan yang akan dimulai maupun yang sedang dilaksanakan, kontraktor wajib berhubungan dengan Pengawas Lapangan untuk menyaksikan pelaksanaan pekerjaan tersebut sejauh tidak ditentukan lain dari spesifikasi teknis untuk mengesahkannya. 4. Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus mengajukan dan menyusun program kerja yang meliputi jadwal waktu pelaksanaan (Net Work Planning, Bar Chart), jadwal pengadaan bahan, jadwal penggunaan tenaga kerja dan jadwal penggunaan peralatan berat. 5. Setiap Permohonan dari Kontraktor maupun pengesahan dari Pengawas dianggap sah dan berlaku serta mengikat, jika dilakukan secara tertulis. 6. Ketelitian dan kerapian kerja yang dilaksanakan oleh Kontraktor akan dinilai oleh Pengawas, yang menyangkut dengan penyelesaian dan kerapian pekerjaan (Finishing Work). 7. Penimbunan bahan-bahan dilapangan harus memenuhi syarat-syarat teknis serta dapat dipertanggung jawabkan dan tidak menimbulkan bahaya K3 dan tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan. 8. Jika terdapat perbedaan antara gambar dengan uraian ini, Kontraktor wajib menghubungi Pengawas guna mendapat pemecahannya. 9. Jika terdapat perbedaan ukuran pada skala gambar yang terdapat dalam gambar kerja, skala terbesar yang berlaku. 10. Jika terdapat gambar kerja dan penjelasan yang kurang atau tidak jelas, Kontraktor boleh melengkapi atas persetujuan dan petunjuk Pengawas. 11. Semua uraian yang dimaksud dalam persyaratan pelaksanaan ini adalah mengikat dan dinyatakan lebih lanjut mengenai masing-masing bagian dalam pasal-pasal selanjutnya yang digunakan sebagai dasar atau pedoman pelaksanaan pekerjaan.
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
PASAL 1. B. LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan adalah Pembangunan Gedung Balai Adat Kabupaten Tanjung Jabung Barat. PASAL 2. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Gudang Kontraktor/Barak Kerja. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini kontraktor dapat membuat kantor kontraktor, barak-barak untuk pekerjaan dan gudang penyimpanan bahan (boukeet), yang sebelumnya telah mendapat persetujuan dari pihak Direksi/Pengawas berikut dengan konstruksi atau penempatannya. Semua boukeet perlengkapan pemborong dan sebagainya , pada waktu pekerjaan berakhir (serah terima ke dua) harus dibongkar. 2. Syarat Kerja a. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja bagi semua pekerjaan yang dilakukan di luar lapangan, sebelum pemasangan peralatan yang dimiliki serta jadwal kerja. b. Semua sarana yang digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi persyaratan kerja, sehingga memudahkan dan melancarkan kerja di lapangan. c. Penyedian tempat penyimpanan bahan/material dilapangan harus aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal lain yang dapat mengganggu pekerjaan lain yang sedang berjalan. 3. Pengaturan Jam Kerja dan Pengerahan Tenaga Kerja. a. Pemborong harus dapat mengatur sedemikian rupa dalam pengerahan tenaga kerja, pengaturan jam kerja maupun penempatan bahan hendaknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi/Pengawas lapangan. Khususnya dalam pengawasan tenaga kerja dan peraturan perburuhan yang berlaku. b. Kecuali ditentukan lain, Pemborong harus menyediakan akomodasi dan fasilitas-fasilitas kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) seperti penyediaan kelengkapan PPPK yang cukup serta pencegahan penyakit menular. 4. Benda-Benda Bersejarah. Kontraktor wajib mengamankan sekaligus melaporkan/menyerahkan kepada pihak yang berwenang jika nantinya menemukan benda-benda bersejarah pada saat pelaksanaan kerja. 5. Perlindungan Terhadap Bangunan Yang Ada. Sebagai pelaksana konstruksi kontraktor harus memperhitungkan gangguan terhadap bangunan yang ada di sekitarnya. Segala kerusakan yang timbul pada bangunan/konstruksi sekitarnya menjadi tanggung jawab pemborong untuk memperbaikinya, bila kerusakan tersebut jelas akibat pelaksanaan pekerjaan. 6. Pembersihan dan penebangan pohon. Bila dilapangan terdapat pohon - pohon, pagar dan lain sebagainya, pemborong tidak diperkenankan membasmi, menebang atau merusaknya. Kecuali telah ditentukan atau sebelumnya telah diberi tanda pada gambar bestek yang menandakan bahwa pohon-pohon dan pagar harus disingkirkan. Jika ada hal
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
yang mengharuskan pemborong untuk melakukan penebangan, maka ia harus mendapatkan izin dari Pengguna Anggaran. 7. Pencegahan pelanggaran wilayah. Pemborong harus membatasi daerah operasinya disekitar tempat pekerjaan, supaya pekerja tidak melanggar wilayah bangunan-bangunan lain yang berdekatan. Pemborong harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki wilayahnya. 8. Penjagaan. Pemborong bertanggung jawab atas penjagaan dan perlindungan terhadap pekerjaan yang sedang berjalan yang dianggap penting selama pelaksanaan pekerjaan. 9. Papan Nama Kegiatan. Sebelum memulai pekerjaan kontraktor sebagai pelaksana fisik harus memasang papan nama Kegiatan dengan ukuran papan yang sudah ditentukan. 10.Mengadakan pengukuran dan pemasangan bouwplank. a. Pemeriksaan lapangan. Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan/pengukuran dan pengecekan langsung kelapangan guna menentukan dengan pasti kondisi lapangan, bahan-bahan yang kelak akan dijumpainya dan keadaan lapangan sekarang yang mungkin nanti akan mempengaruhi jalannya pekerjaan. b. Pengukuran dan Titik Peil Bangunan. Pemborong harus mengadakan pengukuran yang tepat berkenaan dengan letak/kedudukan bangunan terhadap titik patok/pedoman yang telah ditentukan, siku bangunan maupun datar dan tegak bangunan harus ditentukan dengan memakai alat Waterpass/Theodolit. Hal tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan ketinggian lantai, langit-langit bangunan dan sebagainya dengan hasil yang baik dan siku. Untuk mendapatkan titik peil harus disesuaikan dengan notasi-notasi yang tercantum pada gambar rencana kerja. Apabila terjadi penyimpangan atau tidak sesuai antara kondisi lapangan dengan layout, pemborong harus melaporkan kepada pengawas/perencana pekerjaan tersebut. c. Pemasangan Bouwplank Pemborong harus bertanggung jawab atas ketepatan dan kebenaran kesiapan bouwplank/pengukuran pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian dan benchmark yang diberikan konsultan pengawas secara tertulis serta bertanggung jawab atas ketinggian, posisi, dimensi serta seluruh bagian pekerjaan . Bila mana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata terjadi suatu kesalahan dalam hal tersebut diatas, maka hal tersebut merupakan tanggung jawab pemborong serta wajib memperbaiki kesalahan tersebut. Pengecekan pengukuran atau lainnya oleh pengawas atau wakilnya tidak menyebabkan tanggung jawab pemborong menjadi berkurang. Pemborong wajib melindungi semua benchmark dan lain-lain atau seluruh referensi yang perlu pada pengukuran pekerjaan ini. Bahan dan pengukuran
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
-
Tiang bouwplank menggunakan kayu Dolken ukuran 5/7 dipasang setiap jarak 2,00 Meter. Sedangkan papan bouwplank dengan ukuran 2/20 Cm dari kayu meranti diketam halus dan lurus bagian atasnya dan dipasang datar.
-
Pemasangan bouwplank harus sekeliling bangunan dengan jarak 2,00 Meter dari as tepi bangunan dengan patok-patok yang kuat, bouwplank tidak boleh dilepas/dibongkar dan harus berdiri tegak pada tempatnya sehingga dapat dimanfaatkan hingga pekerjaan mencapai trasraam tembok bawah.
d. Penyediaan Air Kerja dan Daya Listrik untuk kerja Air kerja harus disediakan oleh kontraktor dengan membuat pompa di tapak proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih bebas dari lumpur (tidak berwarna), minyak dan bahan – bahan kimia lainnya yang dapat merusak konstruksi. Penggunaan fasilitas yang ada diperbolehkan sejauh tidak mengganggu aktivitas pemberi tugas dan kontraktor wajib mengganti biaya–biaya tambahan yang diakibatkan pemakaian air tersebut. Listrik untuk bekerja harus dapat mempergunakan sambungan yang ada sekarang, kontraktor diwajibkan mengganti biaya tambahan yang diakibatkan pemakaian listrik tersebut. Demikian pula sambungan telepon bila memungkinkan. PASAL 3. UKURAN DAN SATUAN 1. Peil lebih kurang ± 0,00 di tetapkan sesuai dengan peil keadaan tanah. 2. Semua ukuran dalam gambar (Bestek ) dan RKS dinyatakan dalam M (meter), CM (centi meter) dan MM (mili meter), ukuran diatas peil dinyatakan dengan tanda + (plus) dan dibawah peil - (minus). 3. Jika dalam gambar bestek terdapat perbedaan ukuran, ukuran tidak jelas atau kurang, dapat di tanyakan kepada pengawas. 4. Lapangan harus bersih dari sampah - sampah, akar - akar dan lain - lain yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan pembangunan.
PASAL 4. BAHAN BETON BERTULANG A. Bahan a. Cement Portland Cement Portland yang dipakai harus dari jenis I menurut peraturan Semen Indonesia 1972 (NI – 8) atau British Standard No. 12 tahun 1965. Semen harus sampai ditempat pekerjaan dalam kondisi baik serta dalam kantong – kantong semen asli pabrik. Merk semen PC dianjurkan buatan dalam negeri seperti Semen Gresik, Tiga Roda, Nusantara, Semen Padang dan lain – lain, dengan peraturan Pengawas. Semen harus disimpan dalam gudang kedap air, berventilasi baik diatas lantai beralaskan papan. Kantong – kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis. Penyimpanan selalu terpisah untuk setiap pengiriman. Pemilihan salah satu Merk Semen adalah mengikat untuk penyelesian seluruh proyek.
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
b. Agregat (Pasir, kerikil atau batu pecah) Agregat halus dan kasar , dapat dipakai agregat alami atau batu pecah dan memenuhi syarat PBI 1971 (NI – 2) pasal 3.3.3.4 dan 3.5 agregat tidak boleh mengandung bahan yang dapat merusak beton dan ketahanan tulangan terhadap karat. Untuk itu kontraktor harus mengajukan contoh – contoh yang memenuhi syarat dari berbagai sumber (tempat pengambilan) antara lain tidak boleh menggunakan air laut. Agregat harus disimpan ditempat yang terpisah dalam tumpukan yang tidak boleh lebih dari 1 (satu) meter, permukaan yang bersih, padat serta kering dan harus dicegah dari pengotoran. c. A i r Air untuk campuran dan pemeliharaan beton harus dari air yang bersih (tidak berwarna) dan tidak mengandung zat – zat yang dapat merusak beton. Air tersebut harus memenuhi persyaratan menurut PBI 1971 (NI – 2) pasal 3.6. d. Besi Besi bertulang yang dipakai harus dari besi mutu U-24 menurut PBI 1971 atau Japanese Standard Class SR 24 atau Britisth Standard No. 785 – 1938. Bila baja tulangan oleh pengawas diragukan kwalitasnya, harus diperiksa dilaboratorium (Lembaga Penelitian Bahan-bahan yang diakuai) atas biaya kontraktor. Ukuran besi harus sebagaimana tersebut dalam gambar, penggantian dengan diameter lain, hanya diperkenankan atas persetujuan tertulis pengawas. Apabila penggantian disetujui maka luas penampang yang diperlukan tidak boleh kurang dari yang tertulis dalam gambar. Segala biaya yang diakibatkan oleh penggantian tulangan dari yang tercantum digambar menjadi tanggung jawab kontraktor. Semua besi tulangan harus disimpan ditempat yang bebas dari lembab dan dipisahkan sesuai dengan diameternya. Semua besi tulangan harus dilindungi terhadap segala macam kotoran serta sejauh mungkin dilindungi terhadap karat. B. Syarat – Syarat Pelaksanaan a. Syarat – syarat umum beton bertulang ini mengikuti sepenuhnya Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI – 2) b. Konstruksi beton bertulang harus mencapai wajib kebersihan halaman dan bagian–bagian pekerjaan minimal 5 m keliling bangunan. Konstruksi beton bertulang harus mencapai mutu beton K-225 dengan besi tulangan U-24 atau sesuai dengan petunjuk dari pengawas. c. Pekerjaan pondasi dilakukan dengan penggalian tanah dengan kedalaman sesuai dengan gambar kerja, bekas galian dibuang ketempat yang telah ditentukan. d. Konstruksi beton dibuat sesuai ukuran–ukuran termasuk besi tulangan yang tertera dalam gambar kerja pelaksanaan dan detail struktur beton. Apabila terdapat perbedaan ukuran pada gambar kerja, kontraktor diwajibkan untuk memberitahukan dengan secara tertulis kepada pengawas untuk mendapat persetujuannya sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut. e. Pemetian/acuan harus dipasang sedemikian rupa, baik rangka – rangka, penguat penyokong, penyangga dan konstruksi – konstruksi lainnya sehingga kuat dan tidak berubah bentuknya pada waktu pengecoran.
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
f.
Tulangan dan sengkang tidak boleh melekat pada acuan atau tumpuan lain, untuk itu dibuat ganjalan dari pokok beton dengan syarat tebal dan pemasangan sesuai dengan PBI 1971.
g. Pembongkaran acuan/pemetian hanya dapat dilakukan 21 hari setelah pengecoran dan mendapat izin tertulis dari pengawas. h. Untuk membuat tulangan untuk batang–batang yang lurus atau dibengkokkan, sambungan–sambungan, kaitan–kaitan dan pembuatan sengkang disesuaikan dengan persyaratan yang tercantum dalam PBI 1971. i.
Tulangan dipasang sedemikian rupa agar tidak mengalami perubahan bentuk selama berlangsungnya pengecoran dan toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan PBI 1971.
j.
Persiapan pengecoran Sebelum pengecoran dilakukan, kontraktor wajib melapor kepada pengawas untuk memeriksa dan mendapat persetujuannya secara tertulis untuk dapat memulai pengecoran. Setelah pengawas memeriksa segala sesuatunya termasuk bahan, alat dan tenaga maka akan memutuskan dapat dimulai atau tidaknya pengecoran.
k. Pengecoran. Pengadukan, pengangkutan dan pemadatan pengecoran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan di dalam PBI 1971 pasal 6.1 sampai dengan pasal 6.6 dan terutama harus diperhatikan : Pelaksanaan penakaran campuran beton. , harus dengan kotak– kotak takaran yang sama bentuknya. Pengadukan beton harus dilaksanakan dengan menggunakan mesin pengaduk beton (molen) yang masih bekerja baik dan pemadatan dalam pemetian dilakukan dengan menggunakan mesin penggetar (Vibrator). l.
Perawatan beton. Permukaan beton harus dilindungi dari pengeringan yang terlalu cepat dan tidak merata, antara lain dengan dibungkus atau ditutup dengan karung goni yang dibasahi air terus menerus selama 14 (empat belas) hari. PASAL 5. PEKERJAAN BESI DAN BEKESTING
1. Besi beton harus berkwalitas baik dan betul-betul bulat serta diameternya sesuai dengan gambar. 2. Pemotongan dan pembengkokan dari besi beton dalam keadaan dingin dan dibentuk sesuai dengan gambar konstruksi. Tidak dibenarkan untuk meluruskan kembali dari besi beton yang telah dibengkokkan tersebut. 3. Pemasangan besi beton harus seteliti mungkin sesuai dimensi yang dalam gambar konstruksi, diikat kuat dengan kawat beton dan dengan kait-kait, dapat tegak lurus dengan dudukan deking (beton tahu) dan disetujui oleh Pengawas. Sambungan besi beton hanya boleh dilakukan pada daerah/tempat tertentu dan disambung dengan las atau cara lain yang sudah mendapat persetujuan Pengawas. 4. Bekesting beton dapat berupa kayu, besi atau bahan lain yang layak dari segi kwalitas untuk digunakan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan/izin pengawas.
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
PASAL 6. PEKERJAAN BETON BERTULANG 1. Pekerjaan beton yang harus dilaksanakan adalah beton yang dinyatakan dalam gambar kerja. 2. Pekerjaan beton bertulang dengan Mutu Beton K 225 adalah untuk : a. Balok ,dan Plat Lantai. b. Kolom - kolom / Tiang Penyangga . 3. Pekerjaan beton bertulang dengan Mutu Beton K 225 adalah untuk beton kedap air. 4. Pengecoran harus dilaksanakan atas persetujuan Pengawas, diadakan pemeriksaan pembesian dengan Berita Acara.
setelah
5. Pengecoran harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar (Vibrator) untuk menjamin beton cukup kuat, padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos, sarang-sarang koral yang dapat memperlemah konstruksi beton. 6. Apabila pengecoran akan dihentikan dan akan diteruskan pada berikutnya maka tempat pemberhentian tersebut harus disetujui oleh Pengawas. 7. Selama proses pengerasan, beton tidak demikian juga untuk bagian konstruksi lain.
dibenarkan
untuk
dibebani,
8. Pengecoran beton harus dilaksanakan sebaik mungkin dan menggunakan alat penggetar (vibrator), pekerjaan dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan pengawas. 9. Segala sesuatu pekerjaan harus menurut ketentuan PBI 1971.
PASAL 7. PEKERJAAN TIANG PANCANG TIANG PANCANG Penulangan 1. Gambar Kerja Gambar-gambar kerja daftar pembengkokan tulangan dan gambar-gambar penempatan harus disiapkan oleh Pemborongan dan disampaikan sebelum Pelaksanaan pekerja kepada Direksi / Engineer untuk mendapatkan persetujuannya. Detail-detail mengenai ini harus sesuai dengan persyaratan dari BS 4466. S.S.C (JSCE) 138 dan PBI NI-2 1971. Persetujuan yang telah diberikan oleh Direksi / Engineer tidak membebaskanb Pemborongan dari Tanggung Jawab mengenai ketelitian dan atau kegiatan kelengkapan pekerjaan detail. 2. Tehnik Pelaksanaan Cara pembengkokan tulangan harus mengikuti BS 4466, S.S.C. (JSCE) 138 atau PBI NI-2 1971 kecuali ditentukan lain. Tulangan tidak boleh dibengkokan bila telah ditempatkan pekerjaan, meskipun tulangan tersebut sebagian ditempatkan pada beton yang telah mengeras, kecuali ditentukan lain oleh Direksi / Engineer.
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
Tulangan harus diletakan dengan teliti dengan menggunakan ganjal-ganjal dan dudukan-dudukan yang diikat erat kepada. Batangan-batangan tulangan yang harus saling berhubungan, harus diikat dengan binding wire sebagaimana ditentukan. Macam dari ganjal-ganjal dan dudukan-dudukan yang dipakai harus mendapatkan persetujuan Direksi / Engineer dan setiap bagian dari ganjal-ganjal metal atau dudukan-dudukan harus sedikitnya mempunyai beton Decking (cover) yang sama dengan tulangan. Ganjal-ganjal dari mortar harus sama kekuatannya dengan beton yang akan di cor, Binding Wire tidak boleh keluar dari beton. Tulangan hanya boleh disambung pada tempat-tempat yang telah ditentukan dalam gambar atau tempat-tempat yang disetujui oleh Direksi / Engineer. Panjang sambungan harus sesuai dengan persyaratan BSCP 110 atau S.S.C (JSCE) 20 atau PBI NI-2 1971 kecuali ditentukan lain dalam gambar. Sebelum pelaksanaan pengecoran penulangan dan diperiksa mengenai ketepatan penempatan dan kebersihan kalau perlu harus dibetulkan. Beton tidak boleh di cor sebelum penulangan diperiksa dan izin pengcoran diberikan oleh Direksi / Engineer. Tulang-tulang yang menojol dan pekerjaan sedang berlangsung atau selesai dikerjakan tidak boleh dibengkokan tanpa persetujuan Direksi / Engineer, dan harus dijaga agar tidak rusak dengan jalan mengikatnya pada penyangga atau tumpuan-tumpuan lain. Tulangan yang menonjol dalam arah horinzontal pada sisa-sisa kontruksi harus ditumpu dalam posisi yang benar selama pengecoran dengan menyediakan penyangga yang cukup dan bagian-bagian pembuat jarak pada masa tulangan akan diikatkan dan ditahan ditempatnya. Penutup beton untuk tulangan harus seperti yang tertera pada gambar. Toleransi yang diizinkan adalah + 4 mm. Pekerjaan Las 1. Umum Pengelasan baja lunak harus dilakukan degan las lengkung listrik dan harus memenuhi persyaratkan BS 1856 JIS Z 3801 dan Z 3841. Semua pekerjaan las hanya boleh dikerjakan oleh tukang-tukang las yang berpengalaman yang sedikitnya mempunyai pengalaman 6 (enam bulan) termasuk dua buah buah berturut-turut sebelum bekerja pada pekerjaan yang dimaksud. Pemborong harus memberikan daftar kepada Direksi / Engineer mengenai tukangtukang las yang dipekerjakan, nama-nama mereka, penglaman kerja daan keterangan-keterangan lain yang diperlukan. Daftar ini harus mendapat persetujuan Direksi / Engineer. Tempat pembuatan las lengkung, peralatanperalatan dan kelengkapan-kelengkapannya harus dipakai sesuai persyaratan BS 638 atau JIS C 9301. 2. Pemotongan dan Pengelasan Bahan-bahan baja harus dipotongan dengan akurat dengan mempergunakan oxyacetylene. Pemotongan bahan-bahan yang panjang-panjang dan bahan-bahan yang bengkok harus dilakukan dangan hati-hati agar tidak terjadi perubahan bentuk lebih lanjut. Cara pengelasan harus disetujui oleh Direksi / Engineer sebalum pekerjaan di mulai penyambungan tiang-tiang pipa baja harus dilakukan dengan las yang dilaksanakan pada tempat pekerjaan las disite dengan penjelasan semi automatic seperti ditentukan dalam JIS Z 3605 dan sesuai dengan gambar. Sebelum pelaksaan seluruhnya permukaan yang akan dilas dan daerah-daerah sekitarya harus dibersihkan dari karat, cat, bahan-bahan sisa (slag) dan kotoran-kotoran lain dan harus dikeringkan dahulu. Selama pengelasan berlangsung bahan-bahan yang akan dilas harus dipegang kuat-kuat dalam posisi yang benar dengan cara pengelasan “Jig” atau “tack”. Penggunaan Tack Welding harus dibatasi sampai seminim mungkin. Pengelasan
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
pada las tumpul harus dihentikan dengan hati-hati dan teliti dan lubang antara bagian-bagian yang dilas harus dibuat tepat seperti dalam gambar. Selama pengelasan, pemberian bahan las dan kecepatanya harus sedemkian sehingga las berbentuk V seleruhnya akan terisi dengan bahan-bahan isi. Kekurangan bahan isis untuk las harus dicegah dan pelaksanaan harus hati-hati, seperti masuknya slag kedalam las, ketidak sempurnaan crater dan retak-retak. Pemborong harus bertanggung jawab untuk memperbaiki las yang tidak memenuhi syarat seperti kropos, tumpang tindih (overlap), miring, kelebuhan atau kurang tebalnya “throat” atau ukuran. Pengelasan tidak boleh dilakukan pada waktu hujan (strom) kecuali pengelasan dengan cara “pengelasan didalam air”. Pekerjaan las dalam keadaan cuaca buruk dapat dilakukan dengan persetujuan Direksi / Engineer, jika telah diambil langkahlangkah pengamanan terhadap pengaruh cuaca buruk. 3. Penyesaian Permukaan Bagian yang telah diselesai dilas harus bersih dari goresan-soresan, lekukanlekukan, sisa-sisa bahan las dan cacat-cacat lain yang ada selama pelaksanaan. Setiap pekerjaan perbaikan harus dilakukan pada tanah yang rata bersih, baik. Pekerjaan perbaikan las tidak boleh lebih pendek dari 5 cm termasuk random Arc Strikes. Semua pengelasan harus mencapai sudut-sudut dari baian-bagian yang dilas. Jika menurut pandangan Direksi / Engineer bagian-bagian yang dilas mempunyai kesalahan-kesalahan geometrik yang akan menimbulkan penumpukan tegangan atau “Notch Effect” karena tidak tepatnya letak las. Pemborong harus memperbaiki dengan mengikir. Perbaikan dengan cara mengulangi las diatasnya, tidak diizikan jika untuk memperbaiki kesalahan tersebaut diatas dianggap perlu menambah las maka pelaksanaanya harus mendapatkan persetujuan Direksi / Engineer. 4. Pemeriksa Pekerjaan Las. Pekerjaan las harus diperksa atau disaksikan oleh Direksi / Engineer atau wakil yang ditunjuknya sesuai dengan persyaratan dalam JIS Z 3146 dan harus mencakup tapi tidak terbatas hanya pada pemeriksaan visual, test ultrasonic dan tes radiografik. Pengawasan visual harus tetap dilakukan meskipun pemeriksaan-pemeriksaan lain dijalankan juga. Pemeriksaan visual mencakup pengecekan pemasangan sambungan yang dilas, apakah sudah lurus mengikuti persyaratan pekerjaan las mengenai sudut-sudut lekukan, permukaan-permukaan bagian yang dilas dan bagian-bagian yang terbuka. Direksi / Engineer dapat memerintahkan setiap sambungan las untuk diperiksa dan di tes dengan cara radiografik atau Ultrasonic yang disetujui, jika tes seperti diatas perlu olehnya. Dalam hal ini, Pemborong harus mempersiapkan segalanya agar tes bisa dilaksanaan. Pengecatan Proteksi Untuk Baja 1. Umum Pengecatan proteksi yang akan diuraikan disini menyangkut semua bahan dan peralatan dari baja seperti bollard, rantai-rantai baja, tangga-tangga dan peralatan baja lain yang akan di pakai pada kontruksi dermaga dan peralatan navigasi. 2. Pembersihan Sebelum dicat, benda-benda baja harus dibersihkan dari karat dengan sikat kawat atau dengan alat-alat lain. Semua benda-benda yang akan dicat harus dipersiapkan sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari pabrik cat atau seperti yang dijelaskan dalam spesifikasi. Pekerjaan las harus dibersihkan dari sisa-sisa las dan percikanpercikanlas harus dibersihkan.
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
3. Pengecatan Setelah bagian yang akan dicat diperiksa kebersihannya oleh Direksi / Engineer maka bagian luar dari bahan-bahan baja tersebut akan dicat dengan cat anti karat sebagai berikut. CAT DASAR Macam Cat Zinc Rich Based Jumlah lapisan 1
CAT LUAR Epoxy Resin Based 2
Pengecatan harus dilakukan 3 kali dan tebal lapisan cat setelah kering minimum 0.3 mm. Sebelum pelaksaan pekerjaan, contoh-contoh cat dan nama-nama pabriknya harus disampaikan kepada Direksi / Engineer untuk mendapatkan persetujuannya. warna dan lapisan terakhir harus sesuai dengan perintah Direksi / Engineer. Pemacangan Tiang Pancang 1. Umum Pekerjaan tiang yang di uraikan disini akan meliputi pekerjaan pemasangan tiang beton. 2. Peralatan Pancang Untuk pemancangan tiang dari arah laut harus dipakai ponton khusus untuk pekerjaan pancang atau harus dibuat bagan sementara apabila diperlukan. Apabila digunakan ponton harus dijaga kestabilannya dan ketepatan posisi pemancangan. Pemancangan didarat harus dilakukan dengan alat pancang yang dilengkapi dengan pembimbing (leader), bak (trestle) da alat-alat penumpu, sehingga tiang-tiang dapat di pancang dengan tepat dan aman. Kekhususan (detail) dari alat pancang harus disetujui oleh Direksi / Engineer. Jika memilih alat pancang pemborong harus memperhitungkan macam-macam faktor seperti macam tiang yang di pakai, tempat penempatan alat pancang keadaan tanah dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksaan pemancangan. Palu pancang macam apapun, termasuk Palu Uap (steam hammer) harus memenuhi syarat untuk pelaksanaan pancang dan harus mendapat persetujuan Direksi / Engineer. Tiang-tiang pancang harus dilindungi selama dipancang dengan Topi Tiang ( Pile Cap) dan Bantalan (cushion block) yang disainnya disetujui. Bantalan harus terbuat dari bahan yang tidak banyak berubah sifat elastisitasnya karena pukulan-pukulan hammer yang berulang-ulang. 3. Pemancangan Tiang Pemancangn, kemiringan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksaan pemancangan harus mengikuti persyaratan yang berlaku. 4. Driving Records (pencatatan pemancangan) Untuk mengetahui besarnya penurunan tiang, harus dibuat catatan-catatan. Untuk ini ada seluruh panjangnya tiang di beri tanda-tanda dengan cat pada setiap jarak 50 cm, kecuali pada jarak 1 m terakhir pada setiap 10 cm. Catatan-catan yang di buat harus meliputi hal-hal seperti dibawahi dan disusun dalam formulir yang ditentukan oleh Direksi / Engineer. Dari catatan yang dacapai harus cibuat grafik dan diberikan kepada Direksi / Engineer. Catatan seperti di atas harus di buat untuk semua tiang-tiang pancang baja Hal-hal yang harus dibuat recordnya adalah a. Nomor Tiang b. Diameter Luar atau ukuran tiang c. Panjang Unit d. Tanggal dan Waku Pemancangan e. Nama Petugas pencatat
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q.
Data-data (particulars) dan peralatan pancang Data-data dari Cushions Dalamnya penetrasi Keadaan dasar laut Jumlah pukulan untuk setiap 10 cm penetrasi Penetrasi rata-rata tiap pukulan Tinggi jatuh (drop) Besarnya rebound Kemiringan tiang jika ada Penyimpangan-penyimpangan pada waktu pemancangan Besarnya penurunan sendiri tiang Berat hammer 2.5 ton dengan tinggi jatuh 2.00
Penetrasi akhir dari pemancangan harus mencapai 2.5 cm per 10 pukulan dan minimal mencapai kedalaman -8.00 m dasar laut dan hasil pencatatan kalendering pemancangan tiang pertama secepatnya disampaikan kepada konsultan Perencanaan untuk evaluasi. Demikian pula apabila dijumpai kondisi elevasi dasar laut yang tidak sesuai dengan gambar kerja. Pemborongan bersama-sama dengan direksi / Engineer harus segar melaporkan ke Pempro yang selanjutnya akan diberitahukan kepada Konsultan Perencanaan untuk mengevaluasi dan mengambil langkah-langkah antisipasi akibat ketidak sesuaian tersebut. Records yang seperti disebutkan diatas harus dibuat untuk satu dari tiap sepuluh tiang yang dipancang tetapi records mengenai dalamnya penetrasi dan jumlah pukulan harus dibuat untuk semua tiang yang dipancang. Apabila tiang pancang patah atau retak baik pada waktu pemancangan pemborongan wajib menggantinya. Tiang pancang yang patah atau retak tersebut harus diusahakan untuk dicabut dan jika tidak dapat dicabut mak Pemborongan secepatnya mengajukan usulan pemindahan titik pancang pengganti ke Direksi / Engineer untuk mendapatkan persetujuannya. Segala akibat dari pemindahan tiang pancang pengganti tersebut misalnya perlu adanya penambahan dimensi Pile Cap atau balok sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong. 5. Toleransi Pada Tiang terpancang Tiang-tiang harus dipancang dengan cara yang tepat dan toleransi deviasi kepalakepala tiang dengan elevasi yang telah ditentukan adalah sebagi berikut : Untuk kepala tiang, deviasi max yang diijinkan untuk sumbu tiang adalah 10 cm pada semua arah. Deviasi max yang di ijinkan untuk tiang yang pancang tegak yang terpancang terhadap arah vertikal adalah + 1.5 cm. Deviasi max yang diijinkan untuk tiang pancang miring yang terpancang terhadap kemiringan yang telah ditentukan adalah + 3 cm. Deviasi max yang di ijinkan untuk Top Level dari tiang yang terpancang adalah + 5 cm. PASAL 8 . PEKERJAAN PASANGAN BATA, TRASRAM 1. Semua dinding dari pasangan batu bata dilaksanakan dengan campuran 1 Pc : 4 Ps dimulai dari pasangan lapisan keempat (± 20 Cm) diatas plat lantai. 2. Semua pasangan batu kedap air (trasraam) dengan campuran 1Pc : 2Ps untuk dinding sekeliling bangunan, mulai dari Plat setingi (± 20 Cm). 3. Pelaksanaan pasangan harus rapi, cermat dan baik sesuai dengan ketentuan untuk pasangan batu tebal ½ batu maupun 1 batu.
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
PASAL 9. PEKERJAAN DINDING BATU BATA 1. Sebelum pengiriman batu bata, kontraktor harus memberikan contoh batu bata untuk mendapat persetujuan Direksi. Bilamana pada pengiriman batu bata tidak sama dengan contohnya/terdapat penyimpangan, maka batu bata akan ditolak atau tidak dapat digunakan. 2. Dinding dari pasangan batu merah dengan perbandingan 1Pc : 4 Ps yang berkwalitas baik dan mutu harus mendapat persetujun Pengawas. 3. Sebelum batu bata dipasang harus direndam terlebih dahulu sampai gelembung udara tidak terlihat lagi. Batu bata yang di pasang harus utuh, kecuali untuk las-lasan atau sambungan. 4. Untuk semua dinding mulai dari permukaan sloof sampai setinggi diatas pemukaan lantai dalam ruangan digunakan adukan 1Pc Demikian juga untuk dinding yang selalu berhubungan dengan air kamar mandi dan WC mulai permukaan sloof sampai setinggi digunakan adukan 1Pc : 2Ps. Adukan untuk pasangan lain 1Pc : 5Ps.
20 cm : 2Ps. seperti 1,5 m
5. Bidang dinding bata ½ batu yang luasnya lebih dari 8 m² harus ditambahkan kolom dan balok penguat kolom praktis dengan ukuran 11 x 5 cm dengan tulangan pokok 4 buah diameter 8 mm, beugel diameter 6 – 20 cm. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton (kolom, balok, lisplank beton dan lain-lain)harus diberi stek-stek besi beton diameter 8 mm, jarak 100 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik / dicor bersamaan pengecoran beton dan bagian yang tertanam dalam pasangan bata sekurang – kurangnya 20 cm kecuali ditentukan lain. Ditempat yang akan terdapat pintu, jendela, lubang ventilasi dan lain-lain, pasangan bata hendaknya ditinggal dan sampai rangka kosen selesai dan dipasang ditempat yang tepat dan benar. Lubang – lubang untuk listrik / pipa : a. Dimana diperlukan pasangan pipa / alat-alat yang ditanam pada dinding, maka harus dibuat pahatan. b. Pemasangan pipa listrik / air dilakukan sebelum dinding diplester. Pasangan batu bata untuk dinding harus dilaksanakan dengan baik, rapi, halus dan tidak melengkung (bergelombang).
PASAL 10. PEKERJAAN PLESTERAN 1
Persiapan dinding yang akan diplester. Bahan yang digunakan adalah pasir pasang dan semen portland, semua bahan plesteran harus diaduk dengan mesin/tangan sesuai persyaratan Direksi, semen yang masih baik saja yang boleh dipakai.
2. Syarat adukan Kontraktor harus membuat dolak dengan ukuran sesuai persyaratan Direksi untuk ukuran pasir, semen dan split.
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
a) Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, batu bata yang akan diplester terlebih dahulu disiram air sampai merata semua. Batu bata yang akan diplester selalu basah begitu juga plesteran yang akan di aci b) Kontraktor harus membuat contoh plesteran dari setiap macam plesteran sesuai yang diminta Direksi, sehingga jenis/macam pekerjaan dapat dicapai. c) Semua plesteran yang berhubungan dengan air seperti kamar mandi/WC, pantry dibuat plesteran trasraam dengan adukan 1Pc : 2 Ps setinggi 150 cm dari peil lantai. d) Dinding bata diatas plafond yang tidak terlihat diberaben. e) Plesteran dinding sudah dapat dimulai apabila atap telah terpasang 3. Sudut – sudut plesteran Semua sudut horizontal, luar maupun dalam serta garis tegaknya dalam pekerjaan plesteran harus dilaksanakan secara sempurna tegak dan siku, sudut luar hendaknya dibuat agak bulat. PASAL 11. PEKERJAAN PEMBERSIHAN Pembersihan sisa pekerjaan dilaksanakan secara bertahap, selantai demi selantai untuk memudahkan pekerjaan selanjutnya. Setelah semua pekerjaan pembangunan selesai Kontraktor wajib membersihkan bekas sisa pekerjaan maupun lingkungan pekerjaan. PASAL 12. DOKUMENTASI Guna melengkapi laporan, Kontraktor wajib membuat photo - photo pada saat 0 % (nol persen), 50 % (lima puluh persen) dan 100 % (seratus persen), untuk setiap item pekerjaan. Photo - photo tersebut disusun rapi bersama laporan harian dan diserahkan kepada Pengawas untuk dijadikan Dokumen. PASAL 13. HAL - HAL LAIN PERATURAN PENUTUP 1. Kontraktor diwajibkan membuat papan nama Kegiatan yang ukuran dan isinya akan diberitahu kemudian. 2. Hal-hal lain mengenai perubahan konstruksi dapat diselesaikan antara Kontraktor, Direksi Lapangan / Pengawas dan harus mendapat persetujuan dari Pengendali Kegiatan 3. Mengenai segala perizinan sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan merupakan beban kontraktor. PASAL 14. PERATURAN PENUTUP 1. Pekerjaan yang nyata menjadi bagian pekerjaan pembangunan akan tetapi tidak dapat iuraikan atau dimuat dalam RKS ini harus diselesaikan oleh Kontraktor dan dinggap seakan-akan pekerjaan diuraikan dan dimuat dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat, untuk mencapai suatu penyelesaian yang lengkap antara Pengawas maupun Pemberi Tugas. 2. Semua syarat-syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini termasuk perubahan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) adalah sah dan mengikat.
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
PASAL 10. PEKERJAAN LANTAI COR / KERAMIK 1. Ketentuan Umum a. Bahan lantai yang dipasang harus telah diseleksi dengan baik, bentuk dan ukuran masing–masing unit sama, baik sikunya, sama warnanya, tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan Direksi. b. Setelah terpasang jarak antara masing–masing unit harus sama dan membentuk garis lurus yang saling tegak lurus. Bidang permukaan lantai harus rata, waterpass, tidak ada bagian yang bergelombang dan semua unit terpasang dengan adukan yang padat tanpa rongga. c. Pemotongan unit hanya diperbolehkan dengan mesin potong dan dihaluskan dengan gurinda. d. Selama masa pengerasan 3 x 24 jam setelah bahan lantai dipasang, bidang lantai tidak boleh dipergunakan, diinjak atau diberi beban apapun. e. Bahan yang dapat merusak unit lantai seperti minyak residu, teak oli dan lain-lain harus dijauhkan dari permukaan lantai. f.
Dalam melaksankan pekerjaan ini, bekas adukan harus segera dibersihkan dari lantai yang terpasang.
g. Sebelum pemasangan dimulai, kontraktor harus memberikan contoh kepada Direksi untuk mendapat persetujuan
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
h. Untuk lantai papan, jarak papan harus benar-benar rapat mengeringkan terlebih dahulu papan tersebut baru di pasang. i.
dengan
Penyetelan papan tersebut harus mendapat persetujuan dari direksi, apabila terdapat papan yang kwalitas jelek, maka pihak direksi berhak menolak bahan tersebut.
PASAL 11. PEKERJAAN PLAFOND DAN RANGKA 1. Plapond GRC a. Bahan-bahan yang dipakai untuk plafond GRC harus berkwalitas baik dan tidak retak maupun pecah. sebelum dipasangkan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari Pengawas. b. Kayu rangka plafond harus kuat dan lurus dengan ukuran 4/6 Cm. Untuk bagian pinggir serta jarak tertentu dipasang kayu ukuran 5/7 Cm. Sisi / bidang kayu bagian bawah harus diserut rata dan lurus. c. Sisi pinggir / lis plafond dipergunakan bagian dalam bangunan dipakai list gypsum dan luar bangunan list kayu ukuran / type sesuai dengan gambar kerja. d. Jarak / celah plafond adalah sebesar 0,5 Cm. e. Rangka plafond harus dikaitkan dengan besi pengait Ø 12 mm atau dari kayu yang cukup kuat yakni bagian tengah kepala nok atau gording yang berada pada jarak 1/3 dari kaki kuda - kuda (dari ring balok). f.
Bidang rangka plafond yang harus dikaitkan tersebut tidak boleh kurang dari luas 4 M² bidang plafond. g. Lubang – lubang bekas paku dan seluruh permukaan plafond harus diplamir dengan plamir kayu diamplas rata dan halus sehingga pengecatan dapat berhasil dengan sempurna. h. Rangka plafond harus di teer atau diawetkan dengan minyak residu dan bagian -bagian kayu yang melekat atau dipasang pada tembok, sebelum dipasangkan harus dimenie terlebih dahulu dengan menie 2 kali cat.
PASAL 12. PEKERJAAN KUZEN, PINTU & JENDELA 1. Pekerjaan Kuzen kayu a. Semua kozen pintu dan jendela yang terbuat dari kayu yang berkwalitas baik, tanpa cacat dan diserut dengan rapi serta halus. b. Ukuran kozen adalah 6 X 13 Cm bersih setelah dibentuk. c. Kozen - kozen sebelum dimenie harus diperiksa oleh Pengawas. Bidang yang menyentuh pasangan harus dimenie 2 kali. d. Pada bidang yang terlihat tidak boleh ada lubang bekas penyekatan, penunjang dan penyiku. e. Pasangan kozen harus benar - benar sempurna siku serta waterpass. Setelah kozen-kozen dipasang harus dilindungi dari benturan - benturan.
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
f.
Semua kozen harus diberi anker besi bulat minimum Ø 8 mm. Setiap pintu kozen paling sedikit dipasang 4 buah angker sedangkan jendela 4 buah angker.
g. Semua kozen pintu harus diberi nook dari besi bulat Ø 12 mm dua buah dan diberi gigi pahatan. Dook harus masuk dalam kayu kozen sekurang kurangnya sedalam 3 Cm serta kedalam beton (Neut) 8 Cm. 3. Daun pintu dan jendela. a. Daun pintu terbuat dari papan panil (pakai bossing) dari kayu berkwalitas baik tanpa cacat dan harus cukup kering. b. Tebal daun pintu adalah 3,5 Cm bersih setelah dibentuk. c. Jendela dari pasangan jendela panil kaca dengan ukuran bingkai tebal 3 Cm lebar 7 Cm. d. Pemasangan / penyetelan daun jendela harus baik dan sempurna, celah sponing merata ialah 2mm tidak berlobang / melengkung. e.
Teralis pintu dan jendela besi plat 4mm.
PASAL 13. PEKERJAAN PENGGANTUNG & PENGUNCI 1. Kunci yang dipakai adalah kunci satu slag dan dua slag type dan merk akan ditentukan kemudian 2. Penggantung dan pengunci harus dipasang dengan baik, rapi dan sempurna. 3. Engsel untuk daun pintu menggunakan engsel nylon ukuran 3 x 4 “ terpasang 3 (tiga) buah untuk tiap daun pintu merk ditentukan kemudian 4. Semua alat - alat penggantung dan pengunci untuk daun pintu dan jendela dipergunakan produksi dalam negeri yang berkwalitas baik. 5. Sebelum dipasang, contohnya harus diperlihatkan terlebih dahulu kepada Pengawas. PASAL 14. PEKERJAAN KACA 1. Mengadakan bahan, alat pemotong , pembersih / penggosok tepi dan tenaga kerja untuk pemasangan kaca. 2. Pemasangan kaca pada kozen pintu / jendela. kaca yang dipakai adalah kaca dengan kwalitas baik dan produksi dalam negeri. 3. Potongan kaca harus disesuaikan seponeng rangka, minimal 10 mm masuk kedalam alur kaca pada kosen. 4. Setelah kaca terpasang, tidak diperkenankan memberi tanda – tanda dengan memberikan kapur, tanda harus dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan menggunakan lem aci. 5. Untuk memasang kaca pada kozen, daun jendela agar tidak menimbulkan suara pada waktu menerim getaran diberi dempul, dipergunakan dempul yang berkwalitas baik dan produksi dalam negeri. 6. Pembersihan akhir dari kaca menggunakan kain katun yang lunak dengan menggunakan cairan pmbersih kaca . 7. Kaca yang akan dipasang semua tepi bekas potongan harus digosok hingga tidak tajam. Kaca yang dipasang harus tertanam rapi dan kokoh pada rangka, terutama sudut - sudutnya.
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
8. Setelah selesai dipasang kaca harus dibersihkan, yang retak atau yang pecah, maupun yang tergores / cacat harus diganti. 9. Tebal kaca 5 mm. PASAL 15. PEKERJAAN PLAMBING 1. Termasuk dalam pekerjaan plambing ini ialah : a. Pengadaan dan pemasangan instalasi pipa air bersih b. Pengadaan dan pemasangan pipa pembuangan air kotor dan air kakus, lengkap dengan septik tank, bak rembesan dan bak – bak kontrol. c. Penyambungan air bersih dan air kotor dengan semua peralatan saniter 2. Pipa air bersih Pipa yang digunakan adalah pipa GIP klas medium,pipa PVC dengan perlengkapan sambungan – sambungan yang sesuai ukurannya baik mutunya 3. Pipa air kotor Pipa yang digunakan adalah pipa PVC kelas AW merk ditentukan kemudian dengan perlengkapan sambungan yang sesuai. 4. Lem yang digunakan untuk penyambungan pipa PVC adalah solvent semen 5. Tata cara pemasangan / pelaksanaan a. Pemasangan pipa didalam tanah yang dipasang sejajar gedung minimal mempunyai jarak dari pondasi. b. Apabila pipa – pipa tersebut menembus pondasi atau dinding, maka pipa harus diberi pelindung / sleeves dengan ukuran 2 standar lebih besar. Antara pipa dan sleeves tersebut harus diisi dengan flexible sealing material. c. Pemadatan / penimbunan pipa harus dilakukan tanpa merusak pipa. d. Pemasangan pipa di dalam bangunan harus dilengkapi penyangga, penggantung atau klem dari besi yang memadai. Tambahan penggantung dan penyangga harus dilakukan pada setiap perubahan arah dan dimana terdapat konsentrasi beban karena adanya valve, fitting, sambungan fixtures dan lain- lain. Pipa tidak boleh digantung menaiki kawat, tali, kabel atau kayu.
PASAL 16. PELAKSANAAN PENGUJIAN 1. Pengujian sistim air bersih dilakukan dua tahap : a. Pertama sebelum penyambungan dengan peralatan saniter, pengujian kebocoran pipa dengan uji tekanan b. Pengujian fungsi setelah setelah penyambungan dengan peralatan saniter. Sebelum dilakukan uji tekanan pipa harus dibilas. Pengujian dilakukan dengan memberi tekanan sebesar 6 kg.cm² untuk seluruh sistem pemipaan air bersih. Hasil pemasangan pipa dinyatakan baik apabila selama minimal 30 menit jarum manometer menunjukkan angka yang konstan. 2. Pengujian Pengujian sistem air kotor didalam bangunan dilakukan sebagai berikut : a. Sebelum pengujian dilakukan , diadakan pembilasan pipa. b. Pengujian dilakukan lantai per lantai. Setiap bukaan ditutup rapat kecuali bukaan paling atas yang kemudian diisi dengan air pengujian tekanan
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
tidak kurang dari 10 m kolom air dan tidak lebih dari 30 m kolom air dengan lama pengujian minimal 30 menit. c. Pemasangan pipa dianggap baik apabila selama waktu pengujian tekanan air pada bukaan pipa teratas tidak turun. d. Untuk pengujian ini salah satu bagian sistim pemipaan dipasang sambungan pipa sehingga tingginya kurang lebih 30 cm iatas permukaan lantai, setelah selesai pengujian pipa ini dipotong menurut kebutuhan 3. Pengujian sistim air kotor di luar bangunan Pengujian dilakukan dengan cara menutup lubang bak kontrol. Setiap jalur pipa diantara dua lubang kontrol ditest dengan mengisi air tekan dengan tekanan 3 m kolom air. 4. Pengujian saniter Pengujian saniter yang dipasang diuji dahulu apakah dapat berfungsi dengan baik PASAL 17. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK 1. Untuk pekerjaan ini sejauh tidak ditentukan lain, dipergunakan dasar atau pedoman dan ketentuan / Peraturan umum mengenai instalasi listrik maupun ketegangan ( AVE & VDE ) berlaku pula standar / referensi sebagai berikut : Peraturan Umum Instalasi Listrik ( PUTL ) tahun 1997. a. Peraturan menteri PU dan tenaga listrik No. 023/PRI/1987 tentang peraturan instalasi listrik. b. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh PLN distribusi setempat. c. Peraturan / persyaratan yang dikeluarkan oleh dinas keselamatan kerja (Depnaker). d. Peraturan / persyaratan dari pabrik pembuat peralatan yang digunakan. e. Instalasi Sprinkler otomatif. f. Juga jadi pedoman standar yang dikeluarkan oleh Association Of German Standart, Japan Industrial Standart (JIS) dan International Electrotecnical Commicion (EIC) sepanjang tidak bertentangan dengan PUIL 1987 2. Kecuali peraturan umum kontraktor / instalator wajib mentaati ketentuan ketentuan yang dikeluarkan oleh PLN setempat yang berlaku, termasuk segala perubahan maupun tambahannya. 3. Untuk pekerjaan ini diperlukan instalasi listrik penerangan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Semua instalasi listrik harus dihilangkan dari pandangan ( ditanam dalam tembok / dipasang pada langit - langit ). b. Kabel - kabel yang terletak dalam tembok dimasukkan kedalam pipa union / paralon tidak bercelah. c. Pasangan Fixture adalah sebagai berikut : Sachelar / Swich dipaang setinggi 150 Cm dari atas lantai atau selama tidak ditentukan kemudian. d. Jumlah titik lampu, sachelar, stop kontak dan Stop Kontak AC harus disesuaikan dengan gambar. 4. Pengujian instalasi listrik. a) Semua instalasi listrik harus dihilangkan dari pandangan ( ditanam dalam tembok / dipasang pada langit - langit ). b) Sebelum serah terima, seluruh instalasi dan perlengkapan harus sudah di uji dengan hasil yang baik, aman dan handal. c) Pemborong bertanggung jawab atas pengadaan alat dan tenaga untuk pengujian yang akan dilakukan.
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
d) Pengujian harus disaksikan dan disetujui oleh perencana dan pengawas. Pemberitahuan pelaksanaan pengujian kepada perencana dan pengawas paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya. e) Perencana dan Pengawas berhak memerintahkan kepada pemborong untuk melaksanakan pengujian disetiap saat apabila diperlukan aatau pekerjaan sudah dapat diuji. f) Pengujian yang harus dilaksanakan : Pengujian tahanan isolasi. Pengujian instalasi secara keseluruhan. Pengujian tahanan pertahanan. g) Bilamana terdapat hasil pengujian yang tidak baik, pemborong harus segera memperbaiki. h) Bila mana pengujian mendapat hasil yang tidak baik setelah 3 (tiga) kali perbaikan, maka pemborong berkewajiban membongkarnya dan memulai pekerjaan tersebut dari awal kembali dengan biaya menjadi tanggung jawab pemborong. i)
Pemborong / Instalator harus melakukan pengujian ( testing ) dari instalasi listrik pada beban penuh selama 3 X 24 jam secara terus menerus, semua biaya yang timbul akibat pengujian ini menjadi tanggung jawab kontraktor.
PASAL 18. PEKERJAAN PENGECATAN 1. Semua bagian / bidang yang akan dicat harus terlebih dahulu digosok dengan amplas, kemudian baru dicat 1 (satu) kali. 2. Bidang - bidang yang telah dicat harus dilindungi dari kotoran - kotoran lain yang dapat merusak dan menurunkan mutu dari cat tersebut. 3. Warna -warna dari cat akan ditentukan kemudian oleh Pemberi Tugas dan Pengawas.
Persyaratan Pelaksanaan Teknis
PASAL 8. PEKERJAAN PEMBERSIHAN Pembersihan sisa pekerjaan dilaksanakan secara bertahap, selantai demi selantai untuk memudahkan pekerjaan selanjutnya. Setelah semua pekerjaan pembangunan selesai Kontraktor wajib membersihkan bekas sisa pekerjaan maupun lingkungan pekerjaan. PASAL 9. DOKUMENTASI Guna melengkapi laporan, Kontraktor wajib membuat photo - photo pada saat 0 % (nol persen), 50 % (lima puluh persen) dan 100 % (seratus persen), untuk setiap item pekerjaan. Photo - photo tersebut disusun rapi bersama laporan harian dan diserahkan kepada Pengawas untuk dijadikan Dokumen. PASAL 10. HAL - HAL LAIN PERATURAN PENUTUP 1. Kontraktor diwajibkan membuat papan nama Kegiatan yang ukuran dan isinya akan diberitahu kemudian. 2. Hal-hal lain mengenai perubahan konstruksi dapat diselesaikan antara Kontraktor, Direksi Lapangan / Pengawas dan harus mendapat persetujuan dari Pengendali Kegiatan 3. Mengenai segala perizinan sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan merupakan beban kontraktor.
PASAL 22. PERATURAN PENUTUP 1. Pekerjaan yang nyata menjadi bagian pekerjaan pembangunan akan tetapi tidak dapat iuraikan atau dimuat dalam RKS ini harus diselesaikan oleh Kontraktor dan dinggap seakan-akan pekerjaan diuraikan dan dimuat dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat, untuk mencapai suatu penyelesaian yang lengkap antara Pengawas maupun Pemberi Tugas. 2. Semua syarat-syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini termasuk perubahan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) adalah sah dan mengikat.
Persyaratan Pelaksanaan Teknis