MOTIVASI SUKSES DAN TAKDIR Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag. Minggu, 15 April 2012 20:37
MOTIVASI SUKSES DAN TAKDIR “Langkah, Rezki, Pertemuan dan Maut, itu adalah urusan Allah.” Ungkapan ini sering dijadikan kalimat kunci untuk memvonis ketidakberdayaan seseorang dalam menghadapi tantangan hidup. Menyerahkan soal hidup kepada Allah SWT semata, kesannya ingin memuaskan diri atau setidak-tidaknya menja di alasan pembenar bahwa kegagalan itu bukanlah karena salah urus tetapi ia lebih karena soal takdir. Menjadikan takdir sebagai alasan memang tidak salah, tetapi ini berpotensi merendahkan etos kerja dan daya juang dapat meraih untuk meraih prestasi yang lebih baik. Pertanyaan yang patut dipikirkan adalah bagaimana umat beriman dapat menempatkan iman kepada Allah SWT itu lebih produktif dan mendorong percepatan kesuksesan. Mestinya iman dapat dikontribusikan untuk membantu pekerja dalam rangka meningkatkan grafik produktivitas kerja. Iman hendaknya dapat dijadikan motivasi. Motivasi untuk melakukan sesuatu agar lebih berdayaguna, karena memang motivasi kerja merupakan faktor pertama dan utama dalam usaha peningkatan produktivitas kerja. Tugas mendesak adalah bagaima menumbuhkan motivasi pekerja secara baik, sehingga bisa meningkatkan produktivitas kerja semaksimal mungkin?
PERSPEKTIF TENTANG MOTIVASI KERJA Secara teoritis, motivasi dapat ditafsirkan sebagai keadaan internal (si pekerja) yang melahirkan kekuatan, kegairahan, dan dinamika, serta mengarahkan tingkah laku pada tujuan. [i] Jadi, motivasi merupakan kondisi mental yang –meminjam rumusan populer J. Ravianto“memberi energi (individu, pekerja) untuk pencapaian kebutuhan.” [ii] Sehingga, individu dengan motivasi yang tinggi, dapat memenuhi kebutuhan primer hidupnya.
Itulah sebabnya, terminologi motivasi seringkali dipakai untuk menunjukkan sejumlah dorongan, keinginan, kebutuhan dan kekuatan. [iii] Maka, tatkala kita mengatakan bahwa para direktur
1/5
MOTIVASI SUKSES DAN TAKDIR Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag. Minggu, 15 April 2012 20:37
sedang membangkitkan gairah motivasi para pekerja, berarti mereka sedang melakukan sesuatu untuk memberi kepuasan pada motif, kebutuhan dan keinginan para pekerja, sehingga melakukan sesuatu yang menjadi tujuan dan keinginan para direktur. Pada titik inilah, pekerja pengemban tanggung jawab untuk selalu mengukir prestasi kualitas kerja dalam rangka meraih sukses, baik secara individu maupun secara institusional, berupa pesatnya kemajuan perusahaan.
Secara teoritis-akademis, paparan ini relevan, dan bahkan paralel dengan tesis D. Mc Clelland. [iv] Ilmuan kelas dunia menerapkan teorinya perihal motivasi kerja dalam rangka mengukur kualitas kerja para direktur dari berbagai negara. Walhasil, terjadi peningkatan motivasi kerja bila responden (individu, pekerja) diberi kesempatan berkembang dan maju dalam memimpin dan bertanggung jawab. Fakta ini, terlepas dari masalah: negara asal responden (individu, pekerja). Dari negara maju atau berkembang, Barat atau Timur, ternyata sama saja. Intinya, adanya motivasi kerja yang tinggi, ternyata memungkinkan seseorang (individu, pekerja) untuk meraih sukses dalam sistem apapun.
Relasi motivasi-kerja-tinggi dan sukses dalam meraih prestasi kerja ini, oleh David Mc Clelland dirumuskan sebagai “achievement motivation.” [v] Yakni, suatu motivasi prestasi yang didasarkan pada kekuatan yang ada dan berada dalam diri manusia. “Seseorang (individu, pekerja) bisa dianggap mempunyai motivasi prestasi yang tinggi, jika dia mempunyai keinginan untuk berprestasi lebih baik dibanding yang lain,” begitu rumusan populer David Mc Clelland, sambil menunjukkan buktri riset empiris bahwa banyak pengusaha, ilmuwan, dan para ahli, ternyata mempunyai tingkat motivasi yang tinggi di atas rata-rata (standar umum).
Berpijak pada perspektif demikian, maka premis dasar yang dibangun adalah: “makin kuat motivasi, semakin luas peluang untuk maju.” Bagi para pekerja, unggul dalam meraih prestasi dan produktivitas kerja dibanding dengan rekan pekerja lainnya yang bermotivasi rendah. Begitu pula dengan para pimpinan, tentunya mempunyai motivasi yang tinggi dalam mengembangkan dan memajukan perusahaan. Dan walhasil, tentu jauh lebih maju dan baik.
MOTIVASI IMAN DAN KUALITAS KERJA
2/5
MOTIVASI SUKSES DAN TAKDIR Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag. Minggu, 15 April 2012 20:37
Ada rumusan populer dalam dunia bisnis: “motivasi kerja yang tinggi, sejatinya dapat melahirkan produktivitas kerja yang tinggi pula.” Dalam konteks ini, terdapat dua ciri menonjol pada pekerja yang memiliki motivasi-kerja-tinggi dalam meraih sukses produktivitas kerja: Pertama, ciri khas pekerja yang memiliki motivasi tinggi adalah: “Jika dilibatkan dalam sebuah program kerja, ia selalu ingin mengetahui kedudukan dan jenis pekerjaan yang mesti dilakukan.” Sikap ini sebagai bentuk komitmen dan tanggung jawab pekerja dalam menunaikan tugas pekerjaannya. Sehingga, pekerja akhirnya mampu mengemban tugas secara serius dan cepat.
Kedua, konsekuensi logisnya adalah pekerja selalu menampilkan wajah keceriaan dan “perasaan senang”. Inilah ciri khas bagi pekerja yang bermotivasi tinggi, sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja. Maksud “perasaan senang” pekerja adalah saat menyaksikan hasil (kualitas) kerja yang baik. Berbeda dengan pekerja bermotivasi lemah yang selalu berharap pada imbalan dan gaji, maka pekerja yang bermotivasi tinggi tidak terlalu berorientasi pada gaji. Karena, baginya, gaji tidaklah memiliki nilai vitalitas. Justru pekerja bermotivasi tinggi ini, selalu merasakan kebahagiaan, perasaan senang, dan kenikmatan dalam menjalani posisi kerja yang tinggi tingkat kesulitannya. Karena, dengan begitu, pekerja akan semakin menemukan banyak tantangan, yang justru membuat kepribadiaannya: tegar, kuat, percaya diri, dan memiliki semangat prima untuk maju ke depan.
Dalam konteks ini motivasi iman menjadi suatu yang konkrit adanya. Motivasi iman pada dasarnya adalah mewujudkan keberadaan dan fungsionalnya Allah dalam kehidupan itu hendaknya benar-benar dapat dirasakan pikiran, perasaan dan dunia realitas empiris. jauhnyo Allah itu d apek ditunjukkan, ampienya dapek dikakokkan. Artinya: Barangsiapa yang mengharap Pertemuan dengan Allah, Maka Sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Dan Barangsiapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Al ankabuut, 29:5-6).
Pemahaman bahwa iman kepada Allah bukan sekedar symbol dan doktrin harus dipertegaskan dengan menghadirkan keber-Tuhan – an dalam motivasi, misi, aksi dan fungsi-fungsi aktivitas sehari-hari. Allah bukanlah sekedar diimani dalam hati, tetapi bisa ditunjukkan dalam empiris (pengalaman), rasio (akal) dan perjuangan. Iman kepada Allah dapat dijadikan pemberi semangat untuk berjuang lebih keras. Sunnatullah telah menetapkan, siapa yang menanam
3/5
MOTIVASI SUKSES DAN TAKDIR Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag. Minggu, 15 April 2012 20:37
banyak, ya akan menuai banyak pula. Siapa berjuang keras yang sukses. Tidak ada yang terjadi tanpa sebab. Asbab adalah wasilah untuk keberhasilan. Tak ada sebab ya tak ada hasil. Manjada wajada. Allah tidak menurunkan emas dari langit, tetapi ia meletakkan emas di dalam batu di gunung atau sungai, kerja keraslah untuk menambangnya. Allah itu memberi seseorang sesuai keras usahanya.
Disinilah arti penting motivasi iman bagi kesuksesan dunia kerja. Seringkali kita menyebut diri sebagai orang percaya kepada Allah. Allah itu maha berkuasa, Allah itu maha tahu dan maha lainnya sangat mudah diucapkan dengan lidah, bahkan sudah banyak sekali orang hafal dengan nama-nama Allah (Asmaul husna)yang begitu indah, namun banyak pula yang tersandera dengan hafalan, dzikir dan doa itu saja. Terbatas sekali orang berusaha mendalami, mencari makna apa yang diucapkan atau di dzikirinya itu. Iman mereka pasif dan lamban, iman tidak mampu membuat ia bergerak cepat dan bertindak tegas dalam menegakkan kebenaran atau memperjuangan yang hak.
Keyakinan kepada Allah bukan sekedar yakin dalam artian normative teologis saja, tetapi harus dapat ditampakkan dalam bentuk rasional dan empiris. iman kepada Allah mesti logis atau masuk akal, tidak boleh iman yang dogmatis atau sekadar dipercayai begitu saja. Iman juga hendaknya empiris, artinya dapat ditunjukkan dalam bentuk pengalaman lahiri. Keberadan dan kekuasaan Allah itu benar-benar bisa diterima akal cerdas dan dapat dibuktikan secara nyata. Iman yang tangguh adalah iman yang memiliki akar ilahi yang kokoh. Allah bukan sekadar nama atau symbol keagamaan yang biasa saja. Ia adalah konsep sacral, ritual dan progresif yang akan mengerakkan mata jiwa untuk nyalang merebut peluang hidup. Allah itu tidak pernah ngantuk, tidur, mengurus semesta yang begitu luas dan dahsyat tanpa mengeluh, tahu persis setiap detail kehidupan makhluknya, pernyataan seperti di atas hendaknya dijadikan renungan dan acuan, bahwa makhluknya tidak boleh lemah, lalai dan mudah menyerahkan pada keadaan. Manusia tidak boleh diubah lingkungan, tetapi justru lingkungan yang diubah manusia. Orang tidak baik kalau cepat menyerah menghadapi tantangan, karena tantangan itu adalah bukti bahwa hidup ini ada.
Akhirnya dapat dipahami bahwa motivasi iman dapat menjadi pemicu bagi pencapaian sukses. Kesadaran yang harus dibangun adalah merevitalisasi kesadaran iman, dari iman yang pasif menjadi iman aktif dan progresif. Iman yang bukan sekedar teologis saja, tetapi iman yang produktif. Menyadarkan setiap umat untuk menempatkan keberimanan kepada Allah swt sebagai norma yang bernilai guna tinggi untuk memperecepat gerakan kemajuan bangsa. Iman dipastikan tidak akan menghambat kreatifitas, progresifitas bila dimengerti dengan standart al-qur’an dan hadis. Jadikanlah takdir sebagai kata akhir, bila semua kemampuan, potensi dan upaya maksimal telah dilewati, namun masih saja belum berhasil. Itulah takdir. Takdir itu baru ada ketika motivasi, kerja keras dan pemanfaatan lingkungan sudah dilakukan, ternyata belum
4/5
MOTIVASI SUKSES DAN TAKDIR Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag. Minggu, 15 April 2012 20:37
juga dapat yang diharapkan. Takdir itu penting sekali, untuk menjadi katub pengaman dari penyakit psikosomatik. Ds.14420212.
[i] B. Barelson and G. Steiner, Human Behaviour. An Inventory of Scientefic Findings, (New York: Harcaurt, Brace 1964), h. 240
[ii] J. Ravianto, Produktivitas dan Manusia Indonesia, (Jakarta: Lembaga Sarana Invormasi Usaha dan Produktivatas, 1985), h.18
[iii] Motivasi melahirkan kekuatan inilah, yang oleh Alfred Adler, pengikut setia Sigmund Freud, akhirnya dirumuskan sebagai “motivasi kekuatan.” Maksud kekuatan versi Adler adalah bagaimana membuat orang lain bertingkah laku sesuai kehendak kita, dan kekuatan ini menyebabkan kita senang. Lihat, H. Ansbacher and R. Ansbacher (ed), Individual Psychology of Alfred Alder, (New York: Basic Books, 1956)
[iv] D. Mc. Clelland, et. al., The Achievement Motive, (New York: Appleton Century-Crofts, 1953)
[v] Ibid.
5/5