PERSPEKTIF PSIKOLOGI: upaya memahami manusia “Orang sering berkata tentang sesamanya, ‘Dia belum menemukan jati dirinya’. Tapi jati diri – jati diri kita sendiri – bukanlah sesuatu yang kita temukan. Itu adalah sesuatu yang kita bentuk.” THOMAS SZASZ
Perspektif dalam Psikologi 1. 2. 3. 4.
Perspektif biologis :bagaimana kondisi tubuh memengaruhi perasaan & pikiran Perspektif belajar : bagaimana lingkung an dan pengalaman memengaruhi tindakan seseorang Perspektif kognitif : menekankan proses mental yang berlangsung / terjadi Perspektif sosial budaya : fokus pada faktor sosial budaya
5. 6.
Perspektif psikodinamika : peran ketidak sadaran dalam perilaku Perspektif ekologi: manusia berkembang dengan interaksi dinamis antara diri dan konteksnya
level mikro (keluarga, teman, sekolah), meso (inter-relasi mikro), makro (ekonomi, sistem pendidikan, budaya, politik, dll) Perspektif lainnya : Perspektif humanistik Perspektif feminist
PERSPEKTIF BIOLOGIS
5 sudut pandang utama psikologi PERSPEKTIF BIOLOGIS: Tekankan sejumlah fakta biologis berkaitan dengan perilaku, pikiran, perasaan, sekaligus faktor genetik yang berkontribusi pengaruhi perilaku. Lahir psikologi fungsionalisme.
evolusi,
ikuti jejak
Psikologi Masa Kini: Perilaku, Tubuh, Pikiran, Budaya
HIPOCRATES 1) Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga.
2) Sanguinicus (sanguinisi), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis.
3) Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orangorang seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah. 4) Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.
Kretschmer, ahli penyakit jiwa berkebangsaan Jerman
, mengemukakan adanya hubungan yang erat antara tipe tubuh dengan sifat dan wataknya. Ia memebagi manusia dalam empat golongan menurut tipe atau bentuk tubuhnya masing-masing, yaitu berikut ini : 1) Atletis, dengan ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada lebar. 2) Astenis, dengan ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan kaki kecil. 3) Piknis, dengan ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher pejal. 4) Displastis, merupakan bentuk tubuh campuran dari ketiga tipe diatas.
Tipe watak orang yang berbentuk atletis dan astenis adalah schizothim, yang menurut Kretschmer mempunyai sifat-sifat, antara lain : sulit bergaul, mempunyai kebiasaan yang tetap, sukar menyesuaikan diri dengan situasi baru, kelihatan sombong, egoistis dan bersifat ingin berkuasa, kadang-kadang optimis, kadang pula pesimis, selalu berpikir terlebih dahulu masak-masak sebelum bertindak.
Lain halnya dengan orang yang memiliki bentuk tubuh piknis, atau tipe wataknya sering disebut siklithim. Sifat orang-orang ini adalah mudah bergaul, suka humor, mudah berubah-ubah stemming-nya, mudah menyesuaikan diri dengan situasi yang baru, lekas memaafkan kesalahan orang lain, tetapi kurang setia, dan tidak konsekuen.
PERSPEKTIF PSIKODINAMIKA
SIGMUND FREUD (TEORI PSIKOANALISIS KLASIK)
PSIKODINAMIK A
-Id. Ada sejak lahir, energi semua psikhe: dorongan
dasar untuk makan, minum, pelepasan, kehangatan, afeksi & seks.
-Id mengandung 2 insting: eros & thanatos. (Eros: kekuatan integrasi kehidupan, termasuk seks energinya disebut libido. Thanatos: insting mati) -Id mencari pemuasan segera, bekerja atas dasar prinsip kenikmatan (pleasure principle) dengan aktivitas refleks & proses primer (membayangkan).
Aspek2 perilaku bersumber dari daya kepribadian, Sebag besar daya itu tidak disadari.
Ego. Bagian kesadaran: mulai berkembang dari id setelah bulan ke 6 kelahiran. Tugasnya menghadapi realitas, bekerja atas dasar realita (reality principle), upayanya berupa proses sekunder: perencanaan & pengambilan keputusan.
Superego. Membawa standar moral masyarakat seperti yang dinterpretasikan orangtua anak (disebut conscience)
Tahap oral (0 bl – 1 th): kepuasan di sekeliling area mulut Tahap anal (> 1 th – 3 th): kepuasan dianus/pembuangan Tahap falik (> 3 th – 5/6 th): kepuasan di alat kelamin Periode laten (>6 th – 12 th): impuls id kurang mendalam Tahap genital (> 12 th): heteroseksual mendominasi
Tahap perkembangan psikoseksual
Aliran Post Freudian Apakah tipe kepribadianmu? Garl Gustav Jung (psikologi analitik) Ketidaksadaran personal & ketidaksadaran kolektif. Bedakan tipe kepribadian: ekstraver-introver. Pencetus teori aktualisasi diri yang akan menjadi konsep pokok Carl Rogers
PERSPEKTIF KOGNITIF
Ada di posisi manakah Anda?
Alfred Adler (psikologi individual) Usaha menuju superioritas (konteks positif) demi kebaikan masyarakat. Style of Life Fenomena perilaku kognitif: agar merasa lebih baik, orang harus mengubah kehidupan & keyakinan rasional dengan berpikir lebih rasional
Erik Erikson (psikologi ego) Tekanan: perkembangan identitas ego & psikososial, individu terus berubah (lifespan developmetal) Ada 8 tahap perkembangan, masing-masing ditandai krisis tertentu:
Sampai pada tahap manakah Anda?
Tahap
Oral
Anal
Genital
Laten
Remaja/ puber
Dewasa muda
Dewasa madya
Dewasa lanjut
1
2
3
4
5
6
7
8
Basic trust Vs mistrust Autonomy Vs Shame/doubt Initiative Vs Guilt Industiry Vs Inferiority
Identity ach Vs Diffusion Intimacy Vs Isolation Generactivity Vs Stagnation Ego integrity Despair
Gambar 1: Tahap perkembangan identitas ego dan fase krisis
Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup. Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak. Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.
Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri. Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian. Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian. Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun. · Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan. · Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa. · Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas. · Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.
Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
·Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman-pengalaman baru.
· Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
·Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.
Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)
Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
·Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
Anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan).
Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa –pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus.
Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai.
Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
Namun bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.
Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun) Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman. Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi. Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang
Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun). · Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga. · Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas. · Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.
Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun) · Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu. · Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan. · Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa · Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami. · Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.
PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL
SOSIOKULTURAL Tekanan pada pengaruh faktor budaya terhadap perilaku. Eksplorasi cara konteks sosial & berbagai aturan budaya pengaruhi keyakinan & perilaku individu Persepsi, perasaan sangat besar dipengaruhi sistem sosial & kultural. Misal: KDRT
MULTIKULTURAL
Pelajari aspekaspek perilaku dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya identitas etnis, misal:
kasus minoritas ras
Sistem keluarga Pola kepribadian tidak lepas dari hasil interaksi dalam keluarga; individu, bagian dari suatu sistem. Jika ada salah seorang anggota keluarga teridentifikasi miliki simtom “gangguan”, bukan hanya individu itu sendiri yang “sakit”, tetapi ada sesuatu yang salah pada sistem keluarga tersebut
Pola komunikasi Kunci utama pahami perilaku manusia sebagai media yang pengaruhi interaksi sistemik. Komunikasi paradoks (pesannya kandung 2 pengertian sekaligus tapi saling bertentangan = double bind), hasilkan psikopatologi
Struktur hubungan
Sebagai sistem Keluarga adalah sistem terintegrasi yang mengelola keseimbangan internal agar perilaku stabil. Jika ditemukan “pasien teridentifikasi” harus segera ditangani agar sistem kembali stabil
PERSPEKTIF BELAJAR
Classical conditioning (Ivan Pietrovich Pavlov) PERILAKUAN
Satu stimulus memicu munculnya stimulus lain. Selama proses kondisioning, individu peroleh informasi hubungan antara berbagai stimulus, bukan sekedar asumsi sederhana diantaranya.
Stimulus: peristiwa-peristiwa fisik yang berimbas pada perilaku
Fokusnya perilaku yang tampak/dapat diobservasi, konsep dianggap berguna hanya jika dapat dikaitkan dengan perilaku yang tampak.
Sketsa percobaan Pavlov Modifikasi dari Metode Pavlov Pada alat dalam gambar di sebelah bawah, didasarkan pada teknik Pavlov, air liur dari pipi anjing mengalir ke sebuah tabung, diukur dari gerakan jarum pada tabung berputar.
Skema proses prakondisioning Reaksi minim atau tiada reaksi
1. 2.
Aroma masakan (USC)
+ 3.
Air liur (UCR)
proses kondisioning Aroma masakan (USC)
Air liur (UCR)
poskondisioning Air liur (CR) UCS = Stimulus memicu kehadiran respon tidak terkondisi ketika pertama kali disajikan UCR = Respon dipicu oleh UCS CS = Stimulus yang berulang-ulang dipasangkan dengan UCS CR = Respon terhadap CS (stimulus berkondisi)
Kondisioning Klasik dalam Kehidupan Nyata Kondisioning klasik membantu jelaskan respons-respons emosional positif terhadap benda-benda atau kejadiankejadian tertentu, rasa takut & fobia, pengembangan rasa suka & tidak suka, reaksi terhadap pengobatan medis/ placebo.
Dalam film seri TV Monk, tokoh utama memiliki fobia terhadap kuman. Bagaimana caranya dia bisa seperti itu?
John Watson tunjukkan bagaimana rasa
takut dapat dipelajari & kemudian dapat dihilangkan dengan proses kontrakondisioning.
“Berikan kepada saya sepuluh orang anak, maka saya akan jadikan ke sepuluh anak itu sesuai dengan kehendak saya”. “Psychology as the Behaviourist
view it” (1913)
Manusia (dan juga spesies lainnya) secara biologis siap peroleh beberapa respons adaptif dengan mudah, seperti rasa tidak enak yang terkondisi maupun ketakutanketakutan tertentu. Anda merasa perut Anda penuh setelah makan, tapi Anda tibatiba merasa masih ada ruang untuk hidangan penutup. Mengapa terjadi hal ini?
Perkembangan kondisioning klasik: gabungkan temuan tentang motivasi, pembelajaran, dan biologi. Penelitian jelajahi perubahan aktivitas otak di amigdala & korteks orbitofrontal sebagai respons terhadap stimulus terkondisi dari nafsu makan atau kenikmatan, bagaimana respons tersebut pengaruhi motivasi seseorang untuk makan (contoh: “fenomena restoran”). Penelitian lain: penggunaan obat untuk tingkatkan aktivitas reseptor tertentu di amigdala percepat terjadinya extinction fobia (takut akan ketinggian) selama perawatan dengan gunakan virtual reality.
KONDISIONING OPERAN Menguat/melemahnya perilaku tergantung pada konsekuensi yang mengikutinya. Respons-respons yang terbentuk bukan sesuatu yang sifatnya refleks & lebih rumit daripada yang terjadi di kondisioning klasik. Diasosiasikan dengan B.F. Skinner, yang menyebutnya sebagai
“behaviorisme radikal.”
Reinforcement perkuat/tingkatkan kemungkinan terjadinya respons ; hukuman perlemah/turunkan kemungkinan terjadinya respons.
Konsekuensi langsung berdampak & berpengaruh lebih besar pada respons daripada konsekuensi yang ditunda.
Reinforcement primer: memiliki karakteristik alami perkuat perilaku (karena penuhi kebutuhan biologis) Reinforcement sekunder: memiliki kemampuan tingkatkan kemungkinan terjadinya respons melalui asosiasi dengan reinforcement lainnya. Perbedaan serupa juga berlaku untuk hukuman.
Reinforcement positif: sesuatu yang menyenangkan mengikuti sebuah respons. Apakah contohnya?
Reinforcement negatif: sesuatu yang tidak menyenangkan dihilangkan. Sebutkan contohnya!
Premack principle: tekanan pada aktivitas yang lebih dapat perkuat perilaku yang kurang menimbulkan minat
Satu metode untuk tingkatkan perilaku diharapkan
Hukuman positif: sesuatu yang tidak menyenangkan mengikuti respons. Sebutkan contohnya!
Hukuman negatif: sesuatu yang menyenangkan dihilangkan. Istilah lain
“omission training”. Misalnya?
Pola respon pada kondisioning operan sebagian tergantung jadwal pemberian reinforcement. Continuous reinforcement membuat respons lebih cepat dipelajari. Partial reinforcement membuat sebuah respons tahan terhadap extinction (menjelaskan tetap munculnya perilaku takhayul). Pola partial reinforcement yang berbeda hasilkan pola respons yang berbeda. Kesalahan yang umum dilakukan: berikan penghargaan secara tidak tentu pada respons yang ingin dihilangkan.
Shaping: melatih perilaku yang kemungkinannya kecil terjadi secara spontan. Reinforcement diberikan untuk setiap successive approximation (menuju respons yang diharapkan hingga akhirnya respons yang diharapkan dapat dicapai).
Teknik shaping miliki banyak penerapan berguna. Monyet-monyet dilatih membantu para pemiliknya yang lumpuh untuk bukakan pintu, membantu beri makan, & balikkan halaman buku. ”Kuda penuntun” berukuran mini bantu orang buta susuri jalanan kota.
Kondisioning Operant dalam Kehidupan Nyata Modifikasi perilaku: terapan prinsip-prinsip kondisioning operan, sukses pada berbagai situasi, meski reinforcement & hukuman miliki kekurangan.
Gambar kiri, seorang reinforcement polisi di Palo Alto, California, berikan reinforcement pada yang taat aturan lalu lintas dengan sertifikat hadiah pada pejalan kaki. Gambar kanan,seorang ibu perkuat perilaku belajar anak autisnya dengan berikan tepuk tangan.
Hukuman, ketika digunakan dengan tepat, dapat menekan munculnya perilaku tidak diharapkan, termasuk perilaku kriminal.
Tetapi hukuman sering disalahgunakan, sehingga dengan tidak sengaja berikan dampak tidak diharapkan.
Extinction perilaku tidak diharapkan dikombinasikan reinforcement pada perilaku diharapkan lebih dipilih daripada hukuman semata. Penghargaan dengan tidak membedakan (usaha tingkatkan harga diri anak), tidak akan perkuat perilaku diharapkan tergantung penuh pada reinforcement ekstrinsik dapat lemahkan kekuatan reinforcement intrinsik. Tetapi uang & pujian tidak ganggu kepuasan intrinsik (diberi penghargaan karena berhasil capai kemajuan, bukan sekadar telah berpartisipasi dalam sebuah aktivitas, atau orang memang telah sangat tertarik dengan aktivitas tersebut).
BELAJAR & PIKIRAN (KOGNITIF) Tahun ‘30-an, Edward Tolman pelajari pembelajaran laten, tidak ada reinforcement nyata dalam proses belajar & respons tidak dimunculkan sampai ketika reinforcement telah tersedia (bukan respons spesifik, tetapi pengetahuan mengenai respons-respons beserta konsekuensinya). Tahun ‘60-an & ‘70-an tjd peningkatan pengaruh teori sosial-kognitif dalam pembelajaran, tekankan pada pembelajaran observasional & peranan keyakinan, interpretasi kejadian, & kognisi lainnya.
Pembelajaran Laten Eksperimen klasik: tikus-tikus yang selalu temukan makanan di akhir labirin, semakin sedikit kesalahan capai makanan (kurva berwarna hijau), Tikus-tikus yang tidak pernah terima makanan tunjukkan sedikit peningkatan (kurva berwarna biru). Tikus kelompok ketiga tidak peroleh makanan selama 10 hari, lalu diberi makanan mulai hari ke11 (kurva berwarna merah) tunjukkan peningkatan cepat dari saat mulai diberikan makanan & dengan cepat samai kinerja kelompok tikus penerima makanan dari awal penelitian. Pembelajaran: perubahan kognitif yang dapat ter jadi meskipun tidak ada reinforcement & hasil belajar ini tidak terlihat hingga muncul reinforcement yang jelas (Tolman & Honzik, 1930).
Ahli sosial-kognitif nyatakan: pembelajaran berdasarkan observasi (seperti pembelajaran laten), apa yang diperoleh merupakan pengetahuan & bukan respons spesifik.
Karena pembelajaran laten, ketika gadis kecil ini makin dewasa & siap buat sendiri hidangannya, dia sudah miliki pengetahuan bagaimana cara membuatnya
Orang dewasa /anak-anak, dengan cara sama, belajar melalui observasi. Albert Bandura dkk: anak-anak saksikan film yang tunjukkan orang dewasa menendang, memukul, & memalu sebuahboneka karet besar (gambar atas). Anak-anak tirukan perilaku orang dewasa tersebut; beberapa di antaranya tirukan dengan hampir sempurna.
Orang berbeda persepsi & keyakinan, peroleh pelajaran yang berbeda atas kejadian/situasi yang sama. Contoh, beberapa orang jadi lebih agresif setelah dihadapkan pada gambar-gambar kekerasan di media, tetapi kebanyakan orang tidak. Faktor-faktor: atensi,
retensi, proses produksi,
motivasi Lebih jauh, hubungan
sebab – akibat bekerja dalam arah sebaliknya: Orang agresif cenderung pilih tayangan & gambar kekerasan & lebih cenderung terpengaruh daripada orang lain.
Penyebab psikopatologi: pandangan & interpretasi maladaptif; ada keyakinan irasional & pikiran tidak logis.
Aaron Beck: distorsi negatif persepsi tentang realita
Albert Ellis: rumus A-B-C activating event (A) private belief (B) emotional consequency (C)
Tidak semua pendekatan psikologi dapat digolongkan secara tepat ke dalam salah satu di antara kelima perspektif utama tersebut. 2 gerakan penting, psikologi humanistik & psikologi feminis, telah pengaruhi pertanyaan peneliti, metode yang digunakan, kesadaran mengenai bias dalam psikologi. Penelitian khusus kontemporer yang disebut psikologi positif ikuti tradisi humanistis, fokus pada aspek positif perilaku manusia.
PENDEKATAN HUMANISTIK
HUMANISTIK Keberadaan manusia: sifatnya bebas, tidak dikendalikan faktor internal/eksternal; individu punya kesempatan/kecenderungan capai yang terbaik; pandang dunia dari sisi positif (optimisme); pembentukan konsep diri favorabel sangat penting sebagai dasar perkembangan. Tokoh: Abraham Maslow; Carl Rogers; Frederick Pearls; Joseph Frankl
Abraham Maslow (hirarki kebutuhan)
Carl Rogers (person-centered therapy) Terapis: -genuineness (tulus) -empathy (empati) -uncounditional positive regard (penghargaan tak bersyarat)
Frederic Pearls (terapi gestalts) Victor E. Frankl (konsep kebermaknaan hidup)