PERSPEKTIF PENGUKURAN KINERJA MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA PT. MSK
SKRIPSI Program Studi Akuntansi
Nama : RINI MULYASARI NIM
: 4320412-053
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2008
KATA PENGANTAR
ِِِِْ اِ اْ َ ِ ا
Assalamu’alaikum w.b.t Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, serta shalawat dan salam senantiasa tercurah pada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya, karena atas berkah dan rahmat yang diberikan saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perspektif Pengukuran Kinerja Menggunakan Balanced Scorecard pada PT. MSK” dengan baik. Skripsi ini merupakan hasil studi dan praktek dari ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Universitas Mercubuana – Jakarta.
Tujuan dari penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan jenjang strata-1 pada jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Mercubuana – Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini , penulis memperoleh bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada : 1.
Allah SWT, atas segala cinta kasih yang Kau berikan, sehingga hamba-Mu bisa hadir dibumi dan Kau perkenankan menggores sedikit analisa dan pemikiran dalam menyelesaikan skripsi ini dan berjuang mengharap keridhaan-Mu.
2.
Bapak H. Sabarudin Muslim, SE, MSi, selaku Ketua Jurusan Program Studi Akuntansi Universitas Mercubuana yang sekaligus sebagai Dosen Pembimbing.
3.
Bapak Hadri Mulya, SE, MSi, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mercubuana.
4.
Mama dan Almarhum papa, yang selalu mendoakan dan memotivasi aku dalam menghasilkan sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi diriku sendiri dan orang lain. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayangNya kepada kalian berdua. Semoga aku bisa menjadi anak yang sholeha, berbakti pada orang tua dan menjadi penyejuk mata
5.
Saudara-saudaraku, Reni dan Desi, yang selalu menasihati dan mendoakan aku dalam kebaikan.
6.
Sahabat dan teman-temanku Akuntansi angkatan VI, atas semua bantuan baik moril dan materil kepada penulis selama proses perkuliahan.
7.
Para sahabat semua atas segala dorongan, kritikan dan kepercayaannya kepadaku.
8.
Pegawai dan Pimpinan PT. MSK yang telah membantu dan memberikan masukan-masukan terhadap penulisan skripsi ini.
9.
Semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
10.
Untuk semuanya yang telah berjasa dalam kehidupan penulis, dari lubuk hati yang terdalam penulis mengucapkan, Jazakumullah khairan katsiran, semoga Allah membalas segala kebaikan kalian dengan limpahan pahala
yang banyak dan memberikan kebaikan untuk kalian Fiddunya wal Akheerah. Ameen.
Akhirnya penulis berharap agar segala kemampuan dan usaha penulis dalam menyusun skripsi ini dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan waktu, pengalaman dan kemampuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak yang membaca skripsi ini. Semoga beroleh manfaat untuk kita semua, yang baik diambil dan yang buruk kita tinggalkan. Ya Allah, tolong bimbing jalan penaku, agar hamba-hambaMu mengerti, betapa Engkau mencintai mereka semua. Wassalaamu’alaikum w.b.t
Jakarta, 16 Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................
i
KATA PENGANTAR ……................................................................................
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..
v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. vii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………………………………………………….
1
B. Perumusan Masalah ………………………………………………………...
4
C. Pembatasan Masalah ………………………………………………………..
4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………………..
5
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Atas Pengukuran Kinerja …………………………………
7
B. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Perspektif Tradisional ………………….. 13 C. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Balanced Scorecard ……………………. 20 D. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………….. 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan ……………………………………………… 36 B. Metode Penelitian ………………………………………………………….
50
C. Metode Pengumpulan Data ………………………………………………..
50
D. Metode Analisis Data ……………………………………………………… 52
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Kinerja pada PT MSK ……………………………………….
53
B. Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard …………………………
65
C. Interprestasi Hasil Pengukuran Kinerja ……………………………………
86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………………………...
90
B. Saran ……………………………………………………………………….
92
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
4.1.
Mengukur Pertumbuhan Penjualan (Net Sales) ………………………
52
4.2.
Mengukur Pertumbuhan Laba Kotor (Gross Operating Margin) ……
53
4.3.
Mengukur Pertumbuhan Laba Usaha (Operating Income) …………...
53
4.4.
Mengukur Pertumbuhan Laba Bersih (Net Income) ………………….
54
4.5.
Mengukur Pertumbuhan Total Aktiva ………………………………... 55
4.6.
Mengukur Pertumbuhan Total Kewajiban ……………………………
55
4.7.
Mengukur Pertumbuhan Total Ekuitas ……………………………….
55
4.8.
Rasio Lancar (Current Ratio) …………………………………………
56
4.9.
Rasio Pinjaman terhadap Jumlah Ekuitas (Debt to Equity Ratio) ……
56
4.10.
Rasio Pinjaman terhadap Jumlah Aktiva (Debt to Asset Ratio) ……...
57
4.11.
Rasio Margin Laba Kotor (Contribution Margin) …………………...
58
4.12.
Rasio Margin Laba Usaha (Operating Ratio) ……………………... ...
58
4.13.
Rasio Laba terhadap Jumlah Aktiva (Return on Assets) ……………..
59
4.14.
Rasio Laba Terhadap Jumlah Ekuitas (Return on Equity) …………...
59
4.15.
Perkembangan Jumlah Pelanggan ……………………………………
70
4.16.
Pemberian Harga yang Pantas ………………………………………..
73
4.17.
Pemberian Akses dan Kecepatan Pemenuhan Pelanggan ……………
74
4.18.
Penilaian terhadap Jumlah Produk yang ditawarkan ………………...
76
4.19.
Jumlah Produk Cacat …………………………………………………
81
4.20.
Tingkat Kepuasan Pekerja ……………………………………………
82
4.21.
Kepuasan terhadap kesempatan Promosi yang diberikan Perusahaan ..
84
DAFTAR GAMBAR
2.1.
Balanced Scorecard dari Strategi ke Ukuran Kinerja ………………..
21
2.2.
Generic Value Chain Model Internal Business Perspective ………….
27
2.3.
Hubungan Sebab Akibat Empat Perspektif Balanced Scorecard …….
33
2.4.
Analisa Metode Balanced Scorecard …………………………………
34
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Kemajuan
ilmu
pengetahuan
dan
tekhnologi
telah
membuat
lingkungan bisnis berubah secara cepat, baik secara domestik maupun global. Akibatnya, perubahan lingkungan bisnis membuat tekanan persaingan dan memaksa banyak perusahaan merubah secara dramatis cara mereka mengoperasikan bisnisnya. Untuk dapat bertahan di lingkungan bisnis yang sangat kompetitif dimana banyak dihadapi perusahaan dewasa ini, telah menuntut adanya pengembangan terhadap sistem pengukuran kinerja dan pengembangan strategi yang inovatif dan relevan.
Dalam era transisi sekarang ini diperlukan suatu peralatan baru. Untuk itu dibutuhkan pengukuran kinerja yang akurat untuk mengukur kinerja perusahaan dimana pengukuran kinerja perusahaan tersebut, dapat membantu perusahaan dalam pencapaian keberhasilan persaingannya selain komponen mengelola barang dan modal secara efisien, menghasilkan inovasi produk baru dan loyalitas konsumen. Karenanya Robert S. Kaplan dan David P. Norton memberikan suatu solusi, mempertajam konsep pengukuran kinerja dengan menentukan suatu pendekatan efektif yang “seimbang” (balanced) dalam mengukur kinerja strategi perusahaan yaitu balanced scorecard yang memiliki keistimewaan dalam hal cakupan
2
pengukurannya
yang
komprehensif
dimana
tetap
mempertahankan
pengukuran kinerja financial (sebagai tolak ukur keuangan), balance scorecard juga menambahkan dengan seperangkat pengukuran operasional meliputi
tingkat
kepuasan
pelanggan,
proses
bisnis/
intern,
serta
pembelajaran dan pertumbuhan.
Setiap perusahaan tentunya mempunyai tujuan-tujuan yang harus dicapai yang menjadi tujuan utama dari perusahaan adalah berusaha untuk mendapatkan profit yang sebesar-besarnya, dimana profit yang didapat seringkali
digunakan
untuk
melakukan
pengembangan
usaha.
Pengembangan usaha perlu dilakukan agar produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat bersaing dengan produk lain.
PT. Multi Sistim Komunikasi adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang Telecommunication system dan Security system. Pada saat ini perkembangan perusahaan yang semakin pesat menuntut perusahaan untuk lebih siap dalam menghadapi persaingan. Persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan lokal sejenis
ditambah pesaing-
pesaing baru dari luar negeri sebagai akibat perdagangan bebas akan menimbulkan permasalahan yang semakin kompleks. PT. Multi Sistim Komunikasi dituntut memiliki daya adaptasi yang tinggi secara cepat dan usaha antisipasi menghadapi perkembangan dalam lingkungan usahanya dapat bertahan dalam keadaan yang sulit sekalipun.
usaha agar
3
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa PT. MSK belum menerapkan balanced scorecard. Selama ini pengukuran kinerja perusahaan hanya dilihat dari segi keuangan saja, karena disebabkan ukuran keuangan adalah ukuran yang paling mudah dideteksi. Segi non keuangan mempunyai porsi yang cukup penting dalam hubungannya dengan peningkatan kinerja keuangan. Karena pada dasarnya peningkatan kinerja keuangan bersumber dari segi non keuangan yaitu peningkatan cost effectiveness proses bisnis, peningkatan komitmen organisasi dan peningkatan loyalitas customer terhadap produk yang dihasilkan, sehingga apabila perusahaan akan melakukan pelipatgandaan kinerja maka fokus perhatian perusahaan haruslah ditujukan kepada peningkatan kinerja dibidang non keuangan, karena dari situlah kinerja non keuangan berasal. Pada saat ini perusahaan tengah mengalami penurunan kinerja keuangan, ditambah struktur bisnis perusahaan yang rumit dengan memiliki banyak divisi. Oleh karena itu penulis merekomendasikan pengukuran balanced scorecard. Dengan dilakukannya evaluasi terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan balanced scorecard dari empat perspektifnya yaitu keuangan, konsumen, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan, perusahaan diharapkan mampu untuk menyelenggarakan usaha berdasarkan kemampuan produktivitas yang memungkinkan perusahaan untuk dapat
bergerak maju dalam volume pasar dan perluasan produk
dengan derajat penerimaan yang tinggi, stabilitas laba dan pertumbuhan usaha yang dapat bersaing dipasar internasional.
4
Analisa diatas membuktikan bahwa tolak ukur keuangan saja tidak dapat mencerminkan kondisi perusahaan keseluruhan. Dengan adanya pengukuran tambahan ini dapat memberikan masukan bagi manajer bahwa ada aspek lain yang perlu diperhatikan selain aspek keuangan. Berdasarkan uraian diatas penulis mengajukan skripsi yang diberi judul “PERSPEKTIF PENGUKURAN
KINERJA
MENGGUNAKAN
BALANCED
SCORECARD PADA PT. MSK”.
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah tersebut sebagai berikut :
1.
Bagaimana pengukuran kinerja yang telah ditetapkan oleh PT. Multi sistim Komunikasi ?
2.
Bagaimana kemungkinan
penerapan balanced scorecard sebagai suatu
sistem pengukuran kinerja pada PT. Multi Sistim Komunikasi ?
C.
Pembatasan Masalah Balanced Scorecard sebaiknya memang diterapkan pada suatu unit bisnis strategi. Unit bisnis strategi tersebut
yang idealnya mempunyai
produk dan pelanggan, pemasaran serta saluran distribusi dan fasilitas produk sendiri. Tetapi pada kenyataannya, beragamnya bentuk perusahaan sehingga mengembangkan balanced scorecard dalam perkembangannya dapat diterapkan pada perusahaan nirlaba dan perusahaan pemerintah,
5
perusahaan patungan, departemen pendukung dalam koperasi dan unit bisnis atau koorporasi yang memiliki beberapa unit bisnis strategi.
Dalam pembahasan ini, penulis melakukan evaluasi pada perusahaan yang memiliki beberapa divisi dan mencoba untuk menerapkan balanced scorecard tingkat koorporasi.
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui pengukuran kinerja yang telah ditetapkan oleh PT. Multi Sistim Komunikasi.
2.
Untuk mengetahui bagaimana kemungkinan penerapan Balanced Scorecard sebagai suatu sistem pengukuran kinerja pada PT. Multi Sistim Komunikasi.
Sedangkan manfaat dalam penelitian skripsi ini adalah : 1.
Bagi penulis Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang Balanced Scorecard sebagai suatu sistem pengukuran kinerja pada perusahaan dengan langsung melihat kondisi perusahaan sesungguhnya
sehingga
penulis
dapat
membandingkan
antara
kenyataan yang ada dalam praktek dengan teori-teori yang selama ini di pelajari.
6
2.
Bagi perusahaan Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan tentang sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan Balanced scorecard. Sebagai bahan pertimbangan atau masukan bagi perusahaan atas kelemahan-kelemahan teridentifikasi
oleh
dan penulis
kekurangan-kekurangan dan
lain
yang
perbaikan-perbaikannya
yang
disarankan. 3.
Bagi Pembaca Diharapkan agar penulisan ini dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan dan untuk memberikan informasi mengenai balanced scorercard bagi pihak –pihak yang memerlukan.
7
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Umum atas Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja merupakan hal yang esensial bagi perusahaan. Untuk memenangkan persaingan global yang cukup ketat ini, kinerja sebuah organisasi haruslah mencerminkan tingkatan dari suatu periode ke periode berikutnya.
1.
Definisi Sistem Pengukuran Kinerja Untuk mengetahui pembahasan mengenai sistem pengukuran kinerja, sebaiknya dibahas dahulu mengenai pengertian sistem itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai sistem pengukuran kinerja yang lebih komprehensif. Pengertian sistem berbeda-beda menurut para ahli, tetapi pada dasarnya memiliki maksud yang sama. Sistem menurut Mulyadi (1993:6) adalah “Suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan”. Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ”Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodic efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standard an criteria lain yang telah ditetapkan sebelumnya” (1993:419).
8
Pengukuran kinerja dapat membantu seseorang maupun organisasi menumbuhkan motivasi dan usaha. Oleh karena itu, kinerja dapat dijadikan sebagai afktor pendorong bagi kita jika lebih banyak usaha yang kita buat, lebih banyak hasil yang dapat dicapai. Dalam Standar Akuntansi keuangan (SAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2002: 5) dijelaskan tentang pentingnya informasi serat manfaat kinerja perusahaan : “ Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan. Informasi fluktuasi kinerja adalah penting dalam hubungan ini. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapsitas perusahaan dalam
menghasilkan arus kas dari
sumber daya yang ada. Disamping itu informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya”. Secara umum pengertian pengukuran kinerja dapat disimpulkan sebagai suatu metode manajemen strategic yang baisa dipergunakan untuk mengukur dan menilai keberhasilan suatu perusahaan melalui suatu usaha yang dilakukan secara keseluruhan untuk mencapai strateginya, baik dalam jangka waktu sekarang maupun yang akan datang. Hal ini menjadi ukuran saat disini adalah bagaimana kemampuan suatu organisasi, bagian organisasi,
dan
karyawan
dalam
mencapai
efektifitas
berdasarkan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
operasional
9
2.
Tujuan pengukuran Kinerja Tujuan pengukuran kinerja menurut Mulyadi (1993 : 420) adalah “Memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen dan rencana formal yang dituangkan dalam anggaran”.
3.
Indikator-indikator Pengukuran Kinerja Critical Success Faktor merupakan indicator pengukuran dalam pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan. Faktor-faktor ini merupakan tolak ukur dari aspek-aspek dari kinerja perusahaan yang penting terhadap keunggulan kompetitifnya, yang akirnya akan membawa dampak terhadap pencapaian keberhasilannya. Sistem manajemen strategik mengembangkan informasi stratgeik yang memasukkan informasi
yang bersifat keuangan maupun non keuangan.
Dimasa lalu, perusahaan cenderung berfokus terutama pada ukuran kinerja keuangan, seperti pertumbuhan penjualan dan laba, aliran kas, dan nilai persediaan.
Sebaliknya
perusahaan
dalam
lingkungan
bisnis
yang
kontemporer menggunkan manajemen strategic untuk memfokuskan terutama pada pengukuran strategic tentang keberhasilan, yang banyak berupa ukuran
operasional yang bersifat non keuangan, seperti pangsa
pasar, mutu produk, kepuasan pelanggan, dan peluang pertumbuhan. Ukuran
10
keuangan menunjukkan dampak kebijakan dan prosedur perusahaan pada posisi keuangan perusahaan jangkapendek. Oleh karena itu hal ini juga memberikan pengembalian (return) jangka pendek bagi pemegang saham. Sebaliknya factor-faktor yang bersifat non keuangan menunjukkan posisi kompetitif keuangan perusahaan untuk saat ini dan masa yang akan datang, merupakan ukuran yang dipandang dari tiga sudut pandang (a) pelanggan (b) proses bisnis internal (c) inovasi dalam pembelajaran misalnya :sumber daya manusia. Ukuran strategic yang bersifat keuanagn dan non keuangan pada factor keberhasilan kritikal (critical success factor). Contoh ukuran keberhasilan yang bersifat keuangan dan non keuangan pada factor keberhasilan kritikal (critical success factor) menurut Tunggal AW (2001: 29-30), sebagai berikut :
11
Ukuran Keberhasilan yang
Ukuran Keberhasilan yang Bersifat Non
Bersifat Keuangan
Pertumbuhan
Keuangan
Ukuran
Penjualan
dari
sisi
pelanggan
(customer
measures)
Pertumbuhan laba
Pertumbuhan deviden
Obligasi dan penilaian
Pelayanan kepada pelanggan
Pengiriman yang tepat waktu
Kepuasan pelanggan
kredit
Aliran kas
Peningkatan saham
Pangsa pasar dan pertumbuhan pangsa pasar
harga
Pengakuan terhadap merek Posisi
pada
pasar
yang
menguntungkan Proses bisnis internal (internal Business Proccess)
Mutu produk yang tinggi
Inovesi dalam manufacturing tinggi
Waktu siklus (Cycle time)
Hasil dan penurunan pemborosan
Inovasi dan Pembelajaran (SDM)
Kompetensi dan integritas manajer
Moral dan budaya perusahaan
Pendidikan dan pelatihan
Inovasi produk baru
Metode Manufacturing
12
Sumber : Tunggal A.W (2001). Ukuran keberhasilan yang bersifat keuangan dan non keuangan pada factor keberhasilan kritikal (critical Success Factor). Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard. Harfarindo, Jakarta P2930.
Dalam mengembangkan ukuran ciritical success factor harus melihat studi secara hati-hati terhadap proses bisnis perusahaan. Pengembangan produk, manufacturing, manajemen, dan fungsi keuangan harus dilihat untuk menentukan spesifikasi fungsi-fungsi ini dalam memberikan kontribusi untuk keberhasilan perusahaan.
4.
Standar Pengukuran Kinerja Setelah perusahaan menunjukkan indikator-indikator pengukuran kinerja untuik dijadikan tolak ukur dari keberhasilan perusahaannya, maka langkah berikut yang harus dilakukan adalah mengevaluasi pengukuran kinerja tersebut. Fungsinya yaitu membandingkan realisasi aktual dan standar pengukuran. Dalam buku akuntansi manajerial Garison dan Nooren yang diterjemahkan oleh Budisantoso, A.T (2000: 470) mendefinisikan “Standar” adalah suatu bench mark atau norma untuk pengukuran kinerja. Tentunya standar pengukuran dikembangkan dengan cara yang berbeda-beda oleh suatu perusahaan. Beberapa perusahaan membuat standar
13
pengukuran berdasarkan potensial estimasi (estimated potencial) yang didapat dari karakteristik, pengalaman, sedangkan beberapa perusahaan lain menetapkan standar yang diperoleh berdasarkan pengukuran masa lalu. Kelemahan standar pengukuran kinerja adalah yaitu pada peningkatan (improvement) hanya sekedar pencapaian beberapa tujuan khusus seperti laba, sehingga cenderung untuk memacu orang untuk bekerja lebih keras dan cepat. Sedang untuk menang dalam persaingan, peningkatan berkelanjutan (continues improvement) yang ditekankan dimana perbaikan terus-menerus dilakukan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang terbaik. Continues Improvement memusatkan perhatian pada trend dalam ukuran kinerja sepanjang waktu sehingga cenderung membuat orang cerdas dan cermat.
B.
Pengukuran Kinerja berdasarkan Perspektif Tradisional Pengukuran kinerja berdasarkan perspektif tradisional hanya mengukur kinerja dengan
menggunakan satu indikator sebagai tolak ukur yaitu
keuangan dimana data keuangan diperoleh dari laporan keuangan yang kemudian akan digunakan oleh pemakai internal (internal user) seperti pemeganag saham, direktur, manajer dan karyawan perusahaan maupun pemakai eksternal (external user) seperti pemerintah, investor, bank, dan masyarakat keuangan.
dalam
menganalisis
serta
menginterprestasikan
kinerja
14
1.
Definisi Laporan Keuangan Menurut Munawir (2002: 2), “Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara
data keuangan atau aktifitas perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktifitas perusahaan tersebut”. Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) (2002: 2), laporan keuangan didefinisikan sebagai berikut : “Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan Keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dengan berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”. Sedangkan Munawir (2002: 35) , menulis “Analisa-analisa Laporan Keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubunganhubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan”. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan terdiri atas semua teknik yang dipakai oleh para pemakai laporan keuangan, menggunkan informasi akuntansi historis untuk memperlihatkan hubungan-hubungan dalam laporan keuangan tersebut untuk membantu memprediksi bagaimana kesejahteraan perusahaan dimasa yang akan datang.
15
2.
Jenis-Jenis Laporan Keuangan Untuk dapat menganalisa dan menafsirkan suatu laporan keuangan, maka pengertian tentang jenis-jenis laporan keuangan itu sendiri perlu kita ketahui terlebih dahulu. Warren Reeve dan Fees (1999: 36) menulis “Laporan keuangan yang utama bagi perusahaan perorangan adalah laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, neraca dan laporan arus kas”. Urutan-urutan penyususnan dan sifat data yang terdapat dalam laporan tersebut, adalah sebagai berikut :
a.
Laporan laba-rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun.
b.
Laporan ekuitas pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun.
c.
Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun.
d.
Laporan arus kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun.
Biasanya dalam laporan keuangan yang lengkap terdapat catatan penjelasan atas laporan keuangan atau yang disebut dengan notes to financial statement yang memberikan penjelasan tambahan mengenai laporan keuangan utama yang belum dapat perkembangannya. Metode horizontal ini disebut pula sebagai metode analisis dinamis.
16
Analisa vertikal, yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lain dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisa vertikal ini disebut juga sebagai metode analisa yang statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya. Salah satu teknik yang banyak digunakan dalam analisa keuangan adalah analisa rasio, dimana Munawir (2002: 37) mendefinisikan sebagai “suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi-laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut”. Umumnya yang dikenal dan populer adalah rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas (Harahap 2004: 299). Rasio-rasio tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1)
Rasio Likuiditas Rasio likuditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya Harahap (2004: 301-307). Beberapa rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Rasio Lancar (Current Rasio) Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancarnya.
17
Rumus : Rasio Lancar =
Aktiva Lancar Utang Lancar
b) Quick Ratio Rasio ini dihitung dengan mengurang persediaan dari aktiva lancar dan
sisanya
dibagi
dengan
kewajiban
lancar.
Persediaan
dihilangkan karena dianggap aktiva yang sulit dikonversi menjadi kas dengan cepat. Rumus : Quick ratio =
2)
Aktiva lancar – persediaan Kewajiban Lancar
Rasio Solvabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayra hutang jangka panjangnya. Beberapa rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Rasio pinjaman terhadap jumlah aktiva (Debt to total asset ratio) Debt to total asset ratio megukur seberapa besar seluruh hutang dijamin oleh seluruh aktiva perusahaan. Kreditur lebih menyukai rasio yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Debt to total asset ratio =
Total kewajiban Total Aktiva
b. Ratio pinjaman terhadap jumlah ekuitas (Debt to total equity ratio)
18
Rasio ini merupakan imbangan antara hutang dengan modal sendiri. Semakin tinggi ratio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan ukuran hutang sebaiknya tidak melebihi dari modal sendiri karena resiko menjadi tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk membayar hutang. Debt to total equity ratio =
3)
Total Kewajiban Ekuitas Pemilik
Rasio Rentabilitas/ Profitabilitas Rasio
Profitabilitas
mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol penerimaannya. Rasio – rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah a) Margin Laba (Net Profit Margin) Net Profit Margin mengukur berapa banyak laba bersih setelah pajak dan bungan yang dapat dihasilkan dari penjualan atu pendapatan. Margin Laba (Profit Margin) =
Pendapatan bersih Penjualan
b) Aset turn over (Return on Assets) Return on Asset Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
19
Aset turn over (Return on Assets) = Laba Bersih Total Aktiva
c) Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus. Rasio yang rendah menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan ekuitas perusahaan
Return of Investment (Return On Equity) = Laba Bersih Rata-rata Modal (Equity)
d) Rasio Margin Laba Kotor (Contribution Margin Ratio). Rumus : Rasio Margin Laba Kotor = Laba Kotor Penjualan bersih Rasio ini menujukkan berapa besar persentase pendapatan kotor yang diperoleh dari setiap penjualan
Efisien, tetapi bisa juga menunjukkan bahwa aktiva yang dibutuhkan tidak disediakan oleh perusahaan karena tidak mampu membelinya. Suatu perusahaan bisa mempunyai rasio yang kelihatan baik, sedangkan rasio lainnya jelek, sehingga sulit untuk mengatakan secara keseluruhan perusahaan ini baik atau buruk. (Harahap, 2004: 313-314) Selain memiliki keterbatasan, pengukuran kinerja perspektif tradisional juga memiliki kelebihan yaitu cepatnya mengambil keputusan karena data
20
informasi dengan jelas telah tersedia. Ini merupakan langkah awal bagi investor dan kreditor untuk mengambil keputusan keuangan mereka. Pengukuran ini menyediakan suatu ukuran bagi manajer mengenai jalannya perusahaan dibandingkan dengan prestasinya pada tahun-tahun yang lalu dengan prestasi para pesaing dalam industri yang bersangkutan. Dari uraian-uraian yang diatas, dapat kita simpulkan bahwa dalam melakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan analisis rasio atau tekhnik tradisional lainnya, analisis harus waspada dan melakukan penyesuaian seperlunya karena jika analisis rasio tersebut dilakukan secara mekanisme tanpa pikir adalah berbahaya; akan tetapi bila digunakan secara cerdik dan disertai petimbangan yang tepat, hal itu akan menghasilkan suatu pemahaman atas operasi perusahaan.
C.
Pengukuran Kinerja Berdasarkan Balanced Scorecard Para pemimpin organisasi bisnis dan non bisnis kini menyadari bahwa mengelola suatu organisasi dalam sistem ekonomi dunia yang bersifat bebas dan terbukan telah menjadi sangat rumit. Diperlukan pendekatan yang lebih tepat dan didesain dengan pas.
1.
Definisi Balanced Scorecard Istilah balanced scorecard terdiri dari 2 kata yaitu balanced (seimbang) dan scorecard (kartu skor). Kata berimbang (balanced) dapat diartikan dengan kinerja yang diukur secara berimbang dari 2 sisi yaitu,
21
keuangan dan non keuangan, mencakup jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan bagian internal dan eksternal. Sedangkan penegrtian kartu skor (scorecard) adalah suatu kartu yang digunakan untuk menacatat skor hasil kinerja baik untuk kondisi sekarang maupun untuk perencanaan dimasa yang akan datang. Robert S. Kaplan dan David P. Norton (1996: 7) menyatakan “Balanced Scorecard melengkapi seperangkat finansial kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan”. Tujuan dan ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi. Tujuan dan ukuran memandang kinerja perusahaan dari emapat perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Empat perspektif ini memberikan kerangka kerja bagi balanced scorecard. Sedangkan Garison dan noreen yang diterjemahkan oleh Budisantoso, AT (2000: 494) menulis, “Balanced Scorecard terdiri dari kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan”. Dari definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa balanced scorecard merupakan pengukuran kinerja yang mencoba melibatkan keseluruhan perspektif yang terdapat dalam organisasi secara serempak sehingga terdapat keseimabangan antara sisi keuangan dan non keuangan, antara jangka pendek dan jangka panjang, serta melibatkan faktor internal dan eksternal , yang mendukung strategi dan tujuan perusahaan.
22
Gambar 2.1 Balanced Scorecard : Dari Strategi ke Ukuran Kinerja Ukuran Kinerja KEUANGAN “Sudahkah
kinerja
keuangan
kita
meningkat?”
Apakah sasaran keuangan kita?
PELANGGAN “Apakah pelanggan mengakui bahwa kita mengirimkan nilai yang lebih?” Proses bisnis internal apa yang kritis untuk
menyediakan
VISI &
nilai
Strategi
bagi pelanggan
PROSES BISNIS INTERNAL “Apakah kita telah meningkatkan proses bisnis kunci sehingga kita dapat mengirimkan nilai yang
lebih
kepada
pelanggan?” Apa sajakah yang dapat kami lakukan untuk
melayani
pelanggan
dan bagaimanakah kami akan menarik
dan
melayani
pelanggan tersebut? LEARNING & GROWTH “Apakah kita memelihara kemampuan kita
untuk
mengubah
dan
meningkatkan sesuatu hal ?”
Sumber : Garison R.H., Noreen E.W. (2000). Akuntansi Manajerial (Alih Bahasa Budisantoso, A.T.). Jakarta, penerbit : Salemba Empat. P. 465
23
2.
Empat Perspektif Balanced Scorecard Empat perspektif tersebut menurut IAI (1996: 55-62) adalah sebagai berikut :
a.
Perspektif Keuangan (Financial Perspektif) Balanced Scorecard masih mempertahankan pengukuran keuangan, dengan tujuan melihat kontribusi penerapan suatu strategi pada laba perusahaan.Tujuan keuangan biasanya dinyatakan dalam profitabilitas misalnya, laba operasi, tingkat pengembalian atas barang modal (ROE), niali tambah ekonomis, pertumbuhan penjualan atau arus kas yang dihasilkan. Didalam perspektif keuangan, sasaran dari tiap tahapan siklus kehidupan bisnis berbeda-beda, dimana tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1)
Tahap Pertumbuhan (Growth) Tahap ini merupakan tahap awal dari siklus hidup usaha, dimana perusahaan memiliki produk atau jasa yang potensial untuk berkembang. Perusahaan harus memperoleh banyak sumber daya untuk mengembangkan produk dan jasa tersebut, melakukan investasi dalam aktiva tetap, melakukan investasi dalam jaringan distribusi dan hubungan dengan pelanggan dan sebagainya.
2)
Tahap bertahan (Substain) Kebanyakan perusahaan berada dalam tahap ini, dimana perusahaan akan masih terlihat menarik untuk suatu investasi atau reinvestasi, tetapi
24
perusahaan harus dapat memberikan pengembalian yang tinggi atas investasi yang
ditanamkan
pemodal.
Perusahaan
diharapkan
akan
tetap
mempertahankan pangsa pasar yang ada dan masih mungkin akan bertumbuh sedikit dari tahun ke tahun. Investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak dalam hal menambah kapasitas dan melakukan perbaikan continue. Tujuan keuangan perusahaan dalam tahap ini biasanya berkaitan dengan profitabilitas, yang dicerminkan dalam laba akuntansi, misalnya laba operasi dan laba kotor. Pengukuran tersebut menganggap investasi barang modal dalam unit usaha tersebut sudah tertentu dan perusahaan harus memaksimumkan laba yang diperoleh dari investasi barang yang dimiliki. Apabila suatu unit usaha memiliki wewenang pula dalam menentukan investasi barang modal, maka tujuan keuangannya adalah menghubungkan barang yang diperoleh dengan jumlah investasi barang modalnya, misalnya dengan ROE atau ROI. Rumus : Return on Investment = Turnover Operating Income x Profit Margin Turn Over Operating Income =
Net Sales Total Investment
Profit Margin
=
Net Operating Income Net Sales
25
3)
Tahap Penuaian (Harvest) Perusahaan telah mencapai tahap matang dalam siklus hidupnya akan menuai hasil yang diperoleh dari investasi yang telah dilakukan dalam kedua tahap sebelumnya. Dalam tahap ini perusahaan tidak lagi melakukan investasi yang signifikan dalam pengembanagan atau pembangunan fasilitas baru, melainkan hanya pemeliharaan dari fasilitas yang telah dimiliki. Setiap investasi
dalam
proyek
akan
dilakukan
memiliki
jangka
waktu
pengembalian yang pasti dan sangat pendek. Tujuan utamanya adalah untuk memaksimumkan arus kas balik ke perusahaan. Tujuan keuangan keseluruhan dalam tahap ini adalah arus kas operasi (penyusutan) dan pengurangan dalam kebutuhan modal kerja.
b.
Perspektif pelanggan (Customer Perspektif) Dalam perspektif pelanggan, manajer mengidentifikasikan segmen pasar dimana perusahaan akan beroperasi dan kemudian mengukur kinerja perusahaan berdasarkan target segmen tersebut. Pengukuran yang umunya digunakan adalah kepuasan konsumen, jumlah penambahan pelanggan baru, profitabilitas dan pangsa pasar pada target segmen tersebut. Pengukuran yang umumnya digunakan adalah kepuasan konsumen, jumlah penambahan pelanggan baru, profitabilitas dan pangsa pasar pada target segmen tersebut. Selain itu, pengukuran juga didasarkan pada nilai-nilai yang diinginkan oleh pelanggan agar perusahaan dapat mempertahanlan loyalitas pelanggan. Misalnya waktu produksi yang singkat, pengiriman yang tepat waktu
26
menunjang, inovasi produk baru dan sebagainya. Dalam perspektif pelangggan, perusahaan mengidentifikasi segmen pasar dan pelanggan yang ingin dimasuki untuk
mencapai tujuan keuangan yang diinginkan.
Perusahaan biasanya memiliki dua kelompok pengukuran untuk perspektif pelanggan, yaitu : 1)
Kelompok Pengukuran Inti atau Kelompok Pengukuran Pelanggan Utama (core Measurement Group), yang terdiri dari ukuran :
a)
Pangsa Pasar (Market Share), yaitu pengukuran mengenai berapa besar proposisi segmen pasar tertentu yang telah dikuasai oleh perusahaan.
b)
Pelanggan yang dipertahankan (Customer Retention), yaitu pengukuran mengenai seberapa banyak perusahaan berhasil mempertahankan pelanggan lama.
c)
Perolehan Pelanggan (Customer Aquisition), yaitu pengukuran mengenai seberapa banyak perusahaan berhasil dalam menarik pelanggan baru.
d)
Kepuasaan Pelanggan (Customer Satisfaction), yaitu pengukuran mengenai seberapa jauh para pelanggan puas terhadap layanan perusahaan.
e)
Profitabilitas
Pelanggan
(Customer
Profitability),
yaitu
pengukuran
mengenai seberapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan terhadap penjualan produk kepada para pelanggan.
2)
Kelompok Pengukuran Nilai Pelanggan
a)
Atribute Produk atau Jasa (Product Service and Attribute), dimana meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga dan kualitasnya. Dalam hal ini preferensi
27
konsumen berbeda-beda, ada konsumen yang mengutamakan fungsi dari produk, penyampaian yang tepat waktu dan harga yang murah. Dilain pihak ada konsumen yang mau membayar lebih mahal untuk ciri atribut produk dan jasa yang dibelinya. b)
Hubungan pelanggan (customer relationship), berkaitan dengan pengiriman produk atau jasa setelah membelinya dari perusahaan. Dimana perusahaan mempunyai tanggung jawab dan komitmen terhadap pelanggan.
c)
Citra dan Reputasi (Image dan Reputation), mencerminkan citra dan reputasi di mata pelangganya. Citra dan reputasi menggambarkan faktor-faktor intangible yang menarik seorang konsumen perusahaan.
c.
Perspektif Proses Bisnis Internal Dalam
perpektif
proses
bisnis
internal,
perusahaan
harus
mengidentifikasikan proses internal yang penting dimana perusaaan harus melakukannya sebaik-baiknya karena proses internal tersebut memiliki nilainilai yang diinginkan pelanggan dan akan memberikan pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham. Analisis atas proses bisnis internal perusahaan dilakukan melalui analisis rantai nilai generik sebagai berikut :
28
Ilustrasi 2.2 Generic Value Chain Model – Internal Bussiness Perspective
Design
Develop
Time to market Business Process
Make
Market
Service
Supply Chain Inovation proses
Operation proses
- Product Design
- Manufacturing
- Product Development
- Marketing - Postsale service
Sumber : Kaplain,. RS., Norton, D. P. (1996). Menerapkan Strategi Menjadi Aksi : Balanced Scorecard. (Alih bahasa Yosi Pasla, P.R.). Jakarta, penerbit : Erlangga. P.55-62
Dalam analisis rantai nilai, terdapat tiga proses bisnis utama, yaitu : 1)
Inovasi Aktivitas penelitian dan pengembangan merupakan kegiatan penting yang menentukan suksesnya perusahaan dalam jangka waktu panjang. Dengan sistem akuntansi strategik, proses penelitian dan pengembangan harus dimotivasi dan dievaluasi dengan tujuan dan pengukuran yang spesifik, karena telah disadari pentingnya kegiatan
29
tersebut dan perusahaan telah mengeluarkan dana yang lebih besar untuk kegiatan penelitian dan pengembangan. 2)
Operasi Kegiatan operasional berawal dari penerimaan pesanana dari pelanggan dan berakhir dengan pengiriman prodk atau jasa pada pelanggan. Perusahaan menginginkan suatu proses operasional yang efisien, konsisten dan dapat mengirimkan produk dan jasa tepat pada waktunya. Dengan balanced scorecard, pengukuran-pengukuran seperti waktu respon, kualitas dan biaya, dapat dimasukkan dalam perspektif proses bisnis internal bagian operasi, ditambah dengan pengukuran fleksibilitas dan karakteristik spesifik dair produk dan jasa yang mencitrakan nilai untuk pelanggan (misalnya ketepatan, ukuran, kecepatan, kejelasan atau konsumsi energi).
3)
Layanan purna jual Kegiatan layanan purna jual mencakup garansi dan aktivitas perbaikan penanganan atas barang rusak dan dikembalikan, serta pemrosesan pembayaran dari pelanggan, seperti administrasi kartu kredit. Perusahaan berusaha memenuhi keinginan pelanggan dalam hal layanan purna jual yang berkualitas tinggi. Ukuran yang digunakan adalah sama dengan yang digunakan untuk kegiatan opearsi, yaitu; waktu, kualitas dan biaya.
30
d.
Perspektif Proses Belajar dan Pertumbuhan Dalam perspektif proses belajar dan pertumbuhan , perusahaan melihat tiga faktor utama, yaitu orang , sistem dan prosedur organisasi, yang berperan dalam rangka pertumbuhan perusahaan. Hasil pengukuran sebelumnya ketiga perspektif sebelumnya akan menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, sistem dan prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan. Oleh sebab itu, perushaan harus melakukan investasi dalam ketiga faktor tersebut untuk menjamin tercapainya tujuan perusahaan. Dalam perspektif ini terdapat tiga kategori, yaitu :
1)
Kemampuan Pegawai Dalam pengukuran strategi perusahaan, salah satunya harus berkaitan secara spesifik dengan kemampuan pegawai, yaitu apakah perusahaan tela mencanangkan peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki. Pengukuran atas pegawai memiliki pengukuran inti, yaitu kepuasan pegawai, kesetiaan pegawai dan produktifitas pegawai. Kepuasaan pegawai dianggap penentu dari kedua pengukuran yang berikutnya. Pengukuran kepuasan pegawai dapat menggunakan angka indeks dengan skala tertentu. Sedangkan untuk kesetiaan pegawai dapat menggunakan rasio perputaran pegawai, dan untuk produktivitas pegawai dapat menggunakan rasio pendapatan perpegawai. Pendapatan per pegawai =
Total Pendapatan Jumlah Pegawai
31
Produktivitas per pegawai =
Jumlah produksi pertahun
Jumlah pegawai x Jumlah hari kerja dalam setahun
2)
Kemampuan Sistem Informasi Pegawai dibidang operasional memerlukan informasi yang cepat , tepat waktu dan akurat sebagai umpan balik. Pengukuran yang digunakan misalnya rasio liputan informasi strategik, yang mengukur seberapa informasi
yang
tersedia
dibandingkan
dengan
kebutuhan
yang
diantisipasikan.
3)
Motivasi, kekuasaan dan keselarasan Pegawai yang sempurna dengan informasi yang berlimpah tidak akan memberikan kontribusi pada keberhasilan usaha apabila mereka tidak memberikan kebebasan untuk mengambil keputusan atau bertindak. Sehingga diperlukan faktor ketiga yang memfokuskan pada iklim organisasi untuk mendukung motivasi pegawai dan inisiatif pegawai. Pengukuran yang dapat dilakukan adalah berkaitan dengan jumlah usulan yang diberikan dan diimplementasikan, jumlah perbaikan, keselarasan antara individu dengan organisasi, kinerja kelompok atau tim.
3.
Keterbatasan dan Kelebihan Kinerja Berdasarkan Balanced Scorecard Keunggulan balanced scorecard menurut Kaplan yang penulis dapat disimpulkan, adalah :
32
a.
Komprehensif Sebelum
konsep
balanced
scorecard
ditemukan,
perusahaan
beranggapan bahwa perspektif keuangan adalah perspektif yang paling tepat untuk mengukur kinerja perusahaan. Setelah keberhasilan balanced scorecard, para eksekutif perusahaan baru menyadari output yang dihasilkan oleh perspektif keuangan yang sesungguhnya merupakan hasil dari 3 perspektif lainnya yaitu , pelanggan, proses bisnis, serat pembelajaran dan pertumbuhan. Dengan adanya perluasan perusahaan ini, manfaat yang diperoleh perusahaan adalah pelipatgandaan keuangan di jangka panjang dan memapukan perusahaan untuk memasuki arena yang kompleks.
b.
Koheren Didalam balanced scorecard dikenal dengan istilah sebab akibat (casula relationship) diantara personel yang terlibat. Setiap perspektif (keuangan, pelanggan, proses bisnis, dan pembelajaran dan pertumbuhan) mempunyai suatu sasaran strategik yang mungkin jumlahnya lebih dari satu. Secara definisi sasaran startegik adalah keadaan atau kondisi yang akan diwujudkan di masa yang akan datang yang merupakan penjabaran dari tujuan perusahaan. Sasaran strategik yang telah ditetapkan untuk setiap perspektif harus dapat dijelaskan hubungan sebab-akibatnya. Sebagai contoh hubungan Return on Investment (ROI) ditentukan dari meningkatnya kualitas pelayanan, pelayanan kepada pelanggan bisa ditingkatkan karena perusahaan meningkatkan tekhnologi informasi yang didukung oleh
33
kompetensi dan komitmen dari karyawan. Hubungan sebab akibat ini disebut koheren. Jadi kalau disimpulkan, semua sasaran strategik perusahaan bisa dijelaskan sebab akibatnya. Sebagai contoh mengapa loyalitas pelanggan menurun, mengapa produk perusahaan menurun, mengapa komitmen karyawan menurun dan sebagainya. c.
Seimbang Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan dalam 4 perspektif yang meliputi jangka pendek dan panjang yang berfokus pada faktor internal dan eksternal. Keseimbangan dalam balanced scorecard juga tercermin dengan selarasnya scorecard personell staff dengan scorecard perusahaan sehingga setiap personal yang ada didalam perusahaan bertanggung jawab untuk memajukan perusahaan.
d.
Terukur Dasar pemikiran dapat setiap perspektif dapat diukur adanya keyakinan bahwa “if we can measure it, we can manage it, if we can manage it, we can achieve it”. Sasaran strategik yang sulit diukur seperti pada perspektif customer, proses bisnis/ intern, serta pembelajaran dan pertumbuhan dengan menggunakan balanced scorecard dapat dikelola dan diwujudkan.
34
Ilustrasi 2.3 Hubungan sebab akibat empat perspektif balanced scorecard
Increase Profit
Increase Sales
Financial
Increase Market sales
Increase customer satisfaction
Customer
Redesign product
Process
Reduce defective units
Quality training
Infrastructure
Sumber : Hansen & Mowen. (2002). Akuntansi Manajemen. Jakarta P400
Balanced Scorecard adalah metode pengukuran kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan metode tradisional lainnya, tetapi akan menjadi tidak
sempurna
hasilnya
jika
seorang
manajer
masih
memiliki
35
kecenderungan untuk mengutamakan terhadap hasil keuangan dibandingkan dengan non keuangan. Misalnya manajer memiliki tekanan yang berkenaan terhadap penilaian kinerja keuangan pada perusahaannya untuk kepentingan pemegang saham dan dewan direksi. Akibat penekanan ini maka akan menimbulkan pengembalian yang tidak menentu dari pengukuran non keuangan dan tidak sesuai dengan tujuan jangka panjang perusahaan.
D.
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran penelitian disajikan secara skematis dalam gambar berikut ini : Ilustrasi 2.4
ANALISIS METODE BALANCED SCORECARD
Keuangan - Rasio-rasio - Return Of investment (ROI)
Konsumen -
-
Pangsa pasar Kemampuan perusahaan menarik pelanggan baru (customer acquisition) Tingkat kepuasan pelanggan
Proses Bisnis Internal - Proses Inovasi - Proses Operasi - Pelayan purna jual yang diberikan
Pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan - Kapabilitas Pekerja - Kapabilitas sistem informasi - Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan pegawai
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Perusahaan
1.
Sejarah Perusahaan PT. Multi Sistim Komunikasi (MSK) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang sistim telekomunikasi dan sekuriti. Dan merupakan satusatunya perusahaan yang ditunjuk langsung oleh Philips Business Communication (PBC) yang beralamat di Netherland Hilversum sebagai satu-satunya atau supplier tunggal produk-produk Philips Business Communication di Indonesia. Letaknya sangat Strategis yaitu di Jl. Kebon Jeruk Raya No. 10A, Jakarta Barat. MSK memiliki kantor pusat di Jakarta dan cabang di Surabaya untuk melayani pelanggan di seluruh Indonesia. Disamping itu pada tahun 2004 PT. Multi Sistim Komunikasi juga telah diresmikan menjadi BOSCH Service Center untuk produk-produk Security System. Kendati baru diresmikan sebagai BOSCH Service Center namun kegiatan operasionalnya telah berjalan sejak lama. Tujuan dibukanya PT. Multi Sistim Komunikasi adalah sebagai komitmen untuk lebih mendekatkan diri kepada konsumen dan sekaligus meraih pangsa pasar di Indonesia. Didukung oleh keahlian dan pengalaman lebih dari 10 (sepuluh) tahun di bidang sistim telekomunikasi dan sekuriti, MSK memberikan pelayanan
37
yang terbaik dan kualitas yang terjamin. MSK telah berpengalaman dalam melaksanakan proyek-proyek turnkey pembangunan infrastruktur elektronik. Sejak awal operasionalnya sampai saat ini , MSK dapat dikatakan telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dan baik. Hal ini berkat penerapan program Customer satisfaction secara baik, dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional serta ditunjang dengan teknologi informasi (IT) dan sistem prosedur yang baik. Profil pelanggan PT. Multi Sistim Komunikasi terdiri dari industri keuangan,
perhotelan,
perminyakan,
petrokimia,
pertambangan,
pemerintahan dan gedung komersial. Dari seluruh bidang infrastruktur elektronik yang luas, MSK memilih untuk fokus di Private Branch Exchange (PBX), IP Telephoning, Computer Telephony Integration (CTI), Networking and Call Center Solution, Business Mobility, Closed Circuit Television (CCTV), Public Address (evacuation), Conference, Intrusion, Access Control System, Building Integration System dan Fire Alarm System. MSK mendapat dukungan penuh dari para principal yang merupakan perusahaan multinasional yaitu Philips Business Communications (PBC), Bosch Security Systems dan Siemens Building Technologies. MSK juga mendirikan service workshop di Jakarta sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Philips, Bosch dan Siemens untuk mendukung pelayanan purna jual dari semua produk yang diageni oleh MSK. Secara berkala MSK mengirimkan teknisinya untuk mengikuti pelatihan di fasilitas principalnya.
38
Berikut ini adalah sebagian dari pelanggan utama MSK yaitu Pemprov DKI Jakarta, MPR – DPR RI, Departemen Keuangan RI, Departemen KUKM, Pallazo Apartment, Bandung E-tronical Mall, PT. Astra International Tbk., PT. Indosat Tbk.,PT. INCO Tbk., PT. Kaltim Methanol Industri, PetroChina International Companies, Medco E & P, Lapindo Brantas Inc., PT. Arun LNG, PT. PJB UP Paiton, PT. Lontar Papyrus Pulp dan banyak lagi.
2.
Visi Dan Misi Perusahaan Visi mencerminkan apa yang ingin dicapai dimasa depan, sehingga PT. MSK menetapkan visinya senantiasa menjadi suatu kelompok usaha yang memiliki reputasi tinggi dengan memberikan pelayanan terbaik dipasar domestik maupun global dan sebagai partner kerjasama yang dapat dipercaya. Perusahaan merumuskan misinya yaitu menjadi Distributor yang menghasilkan komponen sistim Komunikasi dan sekurity yang terbaik dan terus tumbuh dalam jangka waktu yang panjang dan senantiasa menjadi pelopor dalam persaingan dengan menggunakan tekhnologi manufaktur yang terus dikembangkan. Dengan didasari oleh visi dan misi diatas, maka perusahaan dituntut untuk selalu mengembangkan kompetisi baik kualitas produk , tekhnologi, sistem produksi maupun pengembangan produk baru agar dapat bersaing baik didalam negeri maupun didunia internasional.
39
a.
Operasional Perusahaan Berdasarkan hasil observasi , wawancara dan dokumentasi yang dilakukan penulis atas operasi perusahaan, PT. MSK, memiliki dua segmen usaha, yaitu :
3.
1)
Perdagangan, yang merupakan kegiatan utama perusahaan.
2)
Jasa, yang merupakan kegiatan pendukung segmen usaha perdagangan.
Segmen Usaha Perdagangan Segmen usaha pedagangan yang dipimpin oleh divisi sales, menangani penjualan produk-produk komponen baik yang dihasilkan oleh perusahaan, maupun diluar perusahaan. Konsentrasi penjualan segmen ini terutama produk-produk komponen system Telekomunikasi dan Security system ke pasar domestik dan juga ekspor keluar negeri. Rangkaian produk PT. MSK , yang luas meliputi suku cadang peralatan sistem telekomunikasi dan sekurity sistem , seperti : Private Branch Exchange (PBX), IP Telephoning, Computer Telephony Integration (CTI), Networking and Call Center Solution, Business Mobility, Closed Circuit Television (CCTV), Public Address (evacuation), Conference, Intrusion, Access Control System, Building Integration System dan Fire Alarm System
a.
Distribusi dan Pemasaran Untuk menjamin ketersediaan mudah
produk ke tangan konsumen secara
dan tepat waktu, perusahaan menyalurkan produknya
segmentasi pasar, yaitu :
pada 3
40
1)
Government
2)
Oil & Gas
3)
Building
4.
Struktur Organisasi dan uraian tugas pada PT. MSK Struktur organisasi adalah suatu sistem pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab yang dirancang oleh pihak manajemen agar dapat diselesaikan sesuai tujuan yang digariskan perusahaan. Struktur organisasi dibuat dengan menganilisis kegiatan-kegiatan utama organisasi, yang terdiri dari : perencanaan, pengarahan, pemasaran, pembelanjaan, pengawasan dan personalia. Masing-masing kegiatan tersebut dispesialisasikan ke departemen/ bagian yang berbeda perusahaan termasuk manajer & karyawannya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembentukan struktur organisasi : a. Departementalisasi b. Wewenang dan tanggung jawab c. Pertanggung jawaban d. Pendelegasian e. Koordinasi
Adapun struktur organisasi PT. MSK adalah struktur organisasi dengan beberapa divisi, disajikan dibawah ini :
41
42
a. Uraian Tugas 1) Dewan Komisaris Tugas dan wewenang : a)
Merumuskan tujuan yang akan dipakai oleh perusahaan serta manajemen yang dilaksanakan oleh perusahaan.
b)
Menentukan garis besar jalannya perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan.
c)
Memberikan petunjuk dan nasehat-nasehat kepada direktur
d)
Mengawasi manajemen perseroan dalam menjalankan perusahaan
e)
Mengangkat dan memberhentikan direktur utama serta mengawasi kegiatan yang dilaksanakan direktur utama.
2) Presiden Direktur Tugas dan Wewenang: a)
Memimpin dan mengevaluasi jalannya operasi perusahaan secara keseluruhan.
b)
Mengadakan
suatu
perencanaan,
pengarahan,
koordinasi
serta
menyelenggarakan suau pengawasan guna mencapai rencana yang telah ditentukan. c)
Mengatur dan menentukan kebijakan perusahaan yang strategis
d)
Mewakili perusahaan dalam hubungan pihak luar (ekstern)
e)
Menetapkan target penjualan dan costumer satisfaction
3) Wakil Presiden Direktur
43
Tugas dan wewenang a.
Membantu tugas presiden direktur dalam memimpin dan mengevaluasi jalannya operasi perusahaan secara keseluruhan.
b.
Membantu tuga presiden direktur dalam perencanaan, pengarahan, koordinasi serta menyelenggarkan suatu pengawasan guna mencapai rencana yang telah ditentukan.
c.
Membantu tugas presiden direktur dalam mengatur dan menetukan kebijakan perusahaan yang bersifat strategis.
d.
Mewakili presiden direktur jika berhalangan hadir dalam hubungan pihak luar.
4) HSE Officer Pemelihara kesehatan & keselamatan kerja (K3), mempunyai kewenangan untuk melihat, mempelajari , memantau dan mengawasi sejauh mana ide-ide ataupun proyek-proyek yang ada bisa diterapkan atau dijalankan oleh perusahaan, dengan melihat / memperhatikan dari beberapa segi, yaitu ; Accident, Incident and project risk. Adapun tugas dari HSE Officer, yaitu : a.
Memberikan
informasi, dorongan , bimbingan terus-menerus
mengenai hal yag berhubungan dengan kegiatan pencapaian tujuan perusahaan. b.
Menyusun implementasi, melaksanakan dan memonitor pelaksanaan kegiatan perusahaan.
44
c.
Mengelola program K3
d.
Memberikan laporan tertulis dan sistematis secara periodic mengenai kegiatan-kegiatan dalam perusahaan kepada pimpinan.
e.
Memberikan arahan, membina dan memotivasi para pekerja.
b. Departemen/ Divisi Dibagi menjadi 5 divisi, yaitu : 1) Commercial 2) Costumer support 3) FA 4) Logistic/warehouse 5) HRD/ personalia
Kemudian 5 divisi itu dibagi lagi menjadi beberapa departemen : a)
Commercial Commercial / pemasaran dibagi menjadi 3 divisi yaitu : Project, Product and sales. Setiap departemen sales mendapat permintaan penawaran dari costumer maka harus berkoordinasi dengan bagian product mencakup harga yang ditawarkan dan stock barang yang ada. Setelah melakukan kontak dengan product, sales akan berhubungan dengan bagian project mencakup time work dan kesanggupan personil untuk merealisasikan permintaan costumer tersebut. Setelah berkoordinasi dengansemua pihak
45
yang menjamin terlaksananya proyek barulah departemen sales mengambil keputusan untuk menerima ataupun menolak permintaan tersebut. Apabila permintaan tersebut diterima maka sales akan menerima purchase order atau surat perintah kerja yang kemudian diserakan ke bagian FA (finance account). Tugas dari departemen sales, yaitu : 1) Menetapkan target penjualan 2) Membuat rencana strategi penjualan 3) Membina personil departemen sales b)
Costumer Support Costumer Support dibagi menjadi 4 bagian: service marketing, PBC, BOSCH, SIEMENS, dan workshop. Bagian service marketing dalam bagan berfungsi untuk menawarkan jasa service yang direalisasikan dalam bentuk Maintenance Contract, yaitu masa pemeliharaan atas produk-produk yang telah dijual oleh divisi sales, dan betanggung jawab apabila selama masa pemeliharaan tersebut terjadi gangguan ataupun kerusakan. Adapun tugastugasnya, yaitu: 1) Membina personel departemen service 2) Menawarkan
jasa
maintenance
contract
kepada
costumer
dan
mengusahakan agar contract tersebut diterima. 3) Memberikan bantuan pelayanan dalam penangannan keluhan (complaint handling). Adapun aspek-aspek yang mempengaruhi maintenance, yaitu
46
a)Tenaga kerja b) Waktu kerja c) Tools d) Spareparts e) Biaya Selanjutnya untuk divisi PBC dan BOSCH hanya merupakan pihak pelaksana dari kegiatan perusahaan. PBC menangani segala urusan ataupun proyek-proyek
yang
mempergunakan
fasilitas
Philips
Business
Communication, mislanya penggunaan PABX, Public Address, dan Auto Attendant. Sedangkan divisi BOSCH manganani proyek yang berhubungan dengan produk BOSCH, misalnya saja camera CCTV (circuit closed television) atau yang biasa dikenal dengan kamera pengintai. c)
FA (Finance Account) Perusahaan menerapkan sistem marketing yang baik tentu akan berkembang bila didukung oleh financial yang kuat dan Pengelolaan keuangan yang baik, sehingga akan memberikan kemudahan dalam menjalankan roda usaha dan mengantisipasi timbulnya hambatan. Tugas –tugas FA : 1) Menyetujui dan mengontrol pengeluaran cash dan biaya-biaya untuk proyek 2) Berkoordinasi dengan departemen sales mengenai nilai contract yang harus ditagih.
47
3) Memberikan laporan tertulis atas biaya-biaya dan keuntungan yang didapat perusahaan. 4) Menetapakan budget atau anggaran perusahaan. 5) Melaksanakan cash opname secara perodik di kasir 6) Menyiapkan segala macam laporan keuangan yang dibutuhkan manajemen untuk pengambilan keputusan. d) Logistic & Warehousing Departemen logistic dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : purchasing dan service . Adapun tugas dari purchasing adalah melakukan pembelian stockstock barang digudang untuk proyek-proyek setelah berkoordinasi dengan departemen sales. Kemudian service, mempunyai tugas : 1) Menyimpan barang-barang yang dibeli oleh commercial 2) Memelihara / menjaga asset atau aktiva perusahaan. 3) Melakukan stock opname secara periodeic dan menyerahkan kepada bagian FA 4) Mengontrol barang-barang baik yang masuk maupun yang keluar. e)
Departemen Personalia Sebagai langkah awal dimulainya aktivitas perusahaan adalah rekruitmen calon karyawan. Dalam perekrutan ini departemen personalia mempunyai andil yang sangat besar untuk memilih tenaga kerja yang berkualitas. Adapun tugas-tugas dari personalia , adalah : 1) Rekruitmen karyawan
48
2) Melakukan training untuk menambah kemampuan , skill dan mencapai profesionalisme
yang dikehendaki oleh perusahaan, baik untuk
karyawan baru maupun karyawan lama 3) Menetapkan Jam kerja 4) Berwenang mengajukan pemberhentian karyawan yang melakukan tindakan merugikan perusahaan. 5) Mengontrol jalannya sistem dan prosedur yang telah digariskan 6) Menciptakan suasana kerja yang baik dan melakasanakan tugas-tugas kepersonaliaan. 7) Memberikan salary secara periodik kepada karyawan
5.
Praktek Akuntansi Pada PT. MSK Berdasarkan data-data yang dikumpulkan penulis
baik dari hasil
observasi, dokumentasi maupun konfirmasi atas praktek akuntansi pada PT. MSK. Penulis menggambarkannya pada sub bab ini. Sebagai perusahaan yang terus berkembang, perusahaan menyadari pentingnya penerapan prinsip transparansi yaitu memberikan informasi tentang setiap kejadaian penting dengan akurat dan tepat waktu. Melalui akuntansilah informasi perusahaan dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Departemen pengikhtisaran
akuntansi
setiap
keuangan
transaksi
dan
melakukan peristiwa
pencatatan
ekonomi
dan
sehingga
menghasilkan informasi yang digunakan manager untuk menjalankan
49
operasi perusahaan serta memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui kinerja ekonomi dan kondisi perusahaan. Informasi tersebut berupa laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi modal, laporan arus kas serta dilengkapi catatan atas laporan keuangannya. Laporan keuangan tersebut disusun dengan dasar akrual, mata uang rupiah, dan disusun dengan menggunakan prnsip dan praktek akuntansi umum yang berkala di Indonesia. Departemen
akuntansi
keuangan
kemudian
menyederhanakan
informasi keuangan tersebut dengan menghitung rasio yang diperoleh dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berat). Dengan data-data keuangan yang digunakan untuk pengukuran kinerja dengan menggunakan analisis rasio hanya pada pos-pos yang ada di laporan neraca dan laporan rugi laba. Rasio yang digunakan oleh perusahaan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan dibandingkan untuk beberapa periode akuntansi sehingga dapat diketahui perkembangannya. Rasio keuangan tersebut memudahkan manajer dalam membaca dan mengevaluasi keadaan perusahaan saat ini. Sehingga
manajemen
dapat
mengidentifikasi
memperbaiki serta memanfaatkan keunggulannya.
kelemahannya
dan
50
B.
Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan observasi pada PT. MSK. Metode penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
C.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan Data yang dilakukan untuk bahan penulisan skripsi, penulis melakukan :
1.
Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dalam penelitian kepustakaan, penulis melakukan pencarian data dan informasi
melalui buku-buku yang dapat dijadikan referensi dalam
penyusunan sktripsi dan literature lain sebagai tambahan. 2.
Penelitian Lapangan (Field research) Inquires of the client
3.
Observasi Data diperoleh langsung dari perusahaan tempat dimana penulis melakukan penelitian.
4.
Wawancara Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait dalam perusahaan guna memperoleh wawancara berbagaia informasi sehubungan dengan permasalahan yang diteliti agar penulis memperoleh keakuratan informasi.
5.
Kuesioner
51
Penulis juga mengadakan kuesioner yang disebarkan pada pegawai perusahaan tertentu dan pelanggan perusahaan yang bersangkutan guna mendapatkan data yang dibutuhkan. 6.
Analytical Procedures Merupakan proses penganalisaan data yang diperoleh dengan menguraikan data yang dianalisis dan hasil yang diperolehnya.
Jenis dan Sumber Data a. Data Primer Data Primer adalah data yang didapat langsung dari sumbernya (Sutrisno Hadi, 1997:134). Data Primer ini berupa hasil jawaban responden mengenai Kepuasan karyawan dan Customer tentang semangat kerja, motivasi, kondisi tempat kerja, kesempatan pada tempat kerja, income, produk, dan tentang PT. MSK secara Umum. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, berupa keterangan yang ada hubungannya dengan objek penelitian yang sifatnya melengkapi atau mendukung data primer (Sutrisno Hadi, 1997 : 134). Dalam penelitian ini data sekunder tersebut berupa data mengenai pelanggan atau konsumen, dan gambaran umum PT. MSK secara umum.
52
D.
Metode Analisis Data Tekhnik analisa data yang digunakan berdasarkan data yang telah diperoleh, dikumpulkan baik data primer maupun data sekunder kemudian dioleh secara sederhana dan disajikan dalam bentuk table kemudian di analisis dengan menggunakan metode sebagai berikut :
1.
Metode analisis deskriptif kualitatif Data dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian disusun, dinterpretasikan dan dianalisa dengan menggunakan metode balance scorecard sehingga dapat memberikan gambaran mengenai suatu hal.
2.
Metode analisis deskriptif kuantitatif Metode ini digunakan untuk mengevaluasi laporan keuangan dan hasil pengisian kuesioner. Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Balance Scorecard dengan analisa keempat perspektifnya.
53
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A.
Pengukuran Kinerja pada PT. MSK Pengukuran berdasarkan rasio keuangan merupakan dasar dari PT. MSK untuk mengetahui kinerja perusahaannya. Manajer menggunakan rasio-rasio keuangan untuk menganalisis , mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan. Dalam menganalisa rasionya menggunakan metode rasio horizontal (dinamis) yang membandingkan antara laporan keuangan untuk beberapa periode sehingga diketahui perkembangannya.
Hasil
analisis rasio tersebut disajikan didalam ikhtisar keuangan tahun 2005-2006 dalam laporan keuangan PT. MSK, sehingga penulis dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang ada. Ikhtisar keuangan tahun 2005 – 2006 PT. MSK telah disajikan di Bagian lampiran. Berikut ini merupakan penjelasan dari ikhtisar tersebut, dan sebagai informasi dalam tabel dinyatakan dalam jutaan rupiah kecuali untuk persentase. 1.
Rasio pertumbuhan
a.
Mengukur Pertumbuhan Penjualan (Net Sales) Tabel 4.1 Keterangan
Tahun 2005
Tahun 2006
Pertumbuhan
Penjualan bersih
2.063.493
2.151.505
4,27%
54
Penjualan bersih
pada tahun 2006 mencapai Rp. 2.151,5 milyar
mengalami peningkatan 4,3% jika dibandingkan dengan penjualan bersih tahun 2005 yang mencapai Rp. 2.063,5 milyar. Sedikit peningkatan pada tahun 2006 ini didorong oleh kenaikan penjualan pada Original Equipment Market (OEM) dan Replacement Market (REM) sebagai berikut : 1)
Kenaikan penjualan OEM sebesar 8,5%, Rp. 637,7 milyar menjadi Rp.686,7 milyar, terutama adalah berkat kenaikan penjualan PABX.
2)
Kenaikan penjualan domestik REM sebesar 7,6% dari Rp. 1,02 trilyun menjadi Rp. 1,10 trilyun , terutama berkat meningkatnya penjualan sound system, public address dan fire alarm.
3)
Sementara itu penjualan ke pasar ekspor turun dari Rp.10,6% dari Rp.412 milyar pada tahun 2005 menjadi Rp. 368 milyar pada tahun 2006. penurunan penjualan ekspor disebabkan oleh penurunan ekspor kamera.
b.
Mengukur Pertumbuhan Laba Kotor (Gross Operating Margin) Tabel 4.2 Keterangan
Tahun 2005
Tahun 2006
Pertumbuhan
Laba Kotor
399.471
406.673
2,05%
Perusahaan membekukan laba kotor sebesar 407 milyar, sedikit naik dari tahun-tahun sebelumnya, yang mencapai 399 milyar.
c.
Mengukur Pertumbuhan Laba Usaha (Operating Income)
55
Tabel 4.3 Keterangan
Tahun 2005
Tahun 2006
Pertumbuhan
174.208
146.670
15,72%
Laba Usaha
Perusahaan mengalami penurunan laba dari Rp. 174 milyar menjadi 146, 7 milyar tahun 2006 atau turun sebesar 15,7%. Penurunan laba usaha ini disebabkan oleh kenaikan alokasi untuk biaya periklanan dan promosi yang sejalan dengan upaya perusahaan untuk
mempertahankan dan
meningkatkan pangsa pasar.
d.
Mengukur Pertumbuhan Laba Bersih (Net Income) Tabel 4.4 Keterangan
Tahun 2005
Tahun 2006
Pertumbuhan
Laba Bersih
257.379
206.398
19,81%
Perusahaan membekukan laba bersih sebesar Rp. 206,4 milyar, mengalami penurunan sebesar 19,8% dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp. 257, 4 milyar. Di samping faktor penurunan laba usaha, penurunan laba bersih disebabkan oleh : 1)
Penurunan laba bersih perusahaan
2)
Penurunan atas keuntungan kurs mata uang asing
3)
Adanya pendapatan luar biasa pada tahun 2005 akibat pembelian kembali hutang di salah satu perusahaan.
56
e.
Mengukur Pertumbuhan Total Aktiva Tabel 4.5 Keterangan
Tahun 2005
Tahun 2006
Pertumbuhan
Total Aktiva
1. 831.509
1.957.303
6,87%
Pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2006 jumlah aktiva konsolidasi masing-masing berjumlah Rp. 1. 831,5 milyar dan Rp.1.957,3 milyar. Pada tahun 2006 aktiva konsolidasi 2006 meningkat sebesar 6,9% persen dibandingkan dengan aktiva konsolidasi pada akhir tahun 2005. Peningkatan diakibatkan karena peningkatan kapasitas bangunan, mesin dan peralatan di tahun 2006. f.
Mengukur Pertumbuhan Total Kewajiban Tabel 4.6 Keterangan
Tahun 2005
Tahun 2006
Pertumbuhan
Total Kewajiban
623.945
663.945
6,41%
Jumlah kewajiban 2006 adalah sebesar 6,4% dibandingkan jumlah kewajiban 2005 yang besarnya Rp. 624 milyar. Tersebut disebabkan karena hutang jangka panjang yang jatuh dalam salah satu tempo dalam satu tahun. g.
Mengukur Pertumbuhan Total Ekuitas Tabel 4.7 Keterangan Total Ekuitas
Tahun 2005 1.047.092
Tahun 2006 1.194.707
Pertumbuhan 14,10%
Jumlah ekuitas pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2006 masingmasing sebesar Rp.1.047,1 milyar. Ekuitas pada akhir 2006 meningkat
57
sebesar 14,10% dibandingkan dengan akhir tahun 2005.
Peningkatan
tersebut disebabkan oleh peningkatan modal saham hasil penerbitan saham baru sebagai bagian dari program opsi pemilikan saham untuk karyawan perusahaan dan anak perusahaan.
2.
Rasio Usaha & Rasio Keuangan
a.
Rasio Likuiditas : 1) Rasio Lancar Tabel 4.8 Keterangan
Tahun 2005
Tahun 2006
Total aktiva lancar
942.421
890.326
Total kewajiban lancar
477.697
540.973
1, 97
1, 65
Rasio
Rasio lancar (current rasio) menunjukkan tingkat
keamanan
(margin of safety) kreditor jangka pendek. Perusahaan pemilik current rasio Periode 2005 sebesar 1, 97 dan periode 2006 sebesar 1, 65 kali. Dengan demikian telah terjadi penurunan.
b.
Rasio Solvabilitas, yang terdiri dari : 1) Rasio pinjaman terhadap jumlah ekuitas (Debt to Equity Ratio) Tabel 4.9 Keterangan Total Pinjaman
Tahun 2005
Tahun 2006
256. 958
193. 544
58
Total ekuitas Rasio
1.047.092
1.194.707
24, 54%
16, 20%
Rasio pinjaman terhadap equitas akhir tahun 2005 tercatat sebesar 24, 6% sedangkan akhir tahun 2006 tercatat sebesar 16, 2% rasio ini menggambarkan bahwa modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar, maka semakin kecil rasio perusahaan ini semakin baik.
2) Rasio pinjaman terhadap jumlah aktiva (Debt to Asset Ratio) Tabel 4.10 Keterangan
Tahun 2005
Tahun 2006
Total Pinjaman
256. 958
193. 544
Total aktiva
1.831.509
1.957.303
14, 03%
9, 89%
Rasio
Untuk tahun 2005, rasio pinjaman terhadap PT. MSK yang terealisasi sebesar 14,1% dan untuk tahun 2006 rasio yang terealisasi adalah sebesar 9,8%. Artinya perusahaan memiliki porsi utang terhadap aktiva semakin kecil semakin baik.
c.
Rasio Rentabilitas/ Profitabilitas, yang terdiri dari : 1) Rasio Margin Laba Kotor (Contribution Margin)
59
Tabel 4.11 Keterangan Total Laba Kotor Total Penjualan bersih Rasio
Tahun 2005
Tahun 2006
399.471
407.673
2.063.493
2.151.505
19, 36%
18, 95%
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap dan opearsi lainnya maka semakin tinggi rasio ini semakin baik. Rasio margin laba kotor akhir tahun 2005 sebesar 19, 4%, sedangkan pada akhir tahun 2006 menjadi 18, 9% artinya perusahaan mengalami penurunan kemampuannya memperoleh laba yang berasal dari penjualan. 2) Rasio Margin Laba Usaha (Operating Ratio) Tabel 4.12 Keterangan Total Laba Usaha Total Penjualan Bersih Rasio
Tahun 2005
Tahun 2006
174.028
146.670
2.063.493
2.151.505
8, 43%
6, 82%
Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaa,. Sehingga rasio yang tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya tinggi dan tersedia untuk laba kecil. Perusahaan memiliki rasio operating yang baik pada akhir tahun 2005 sebesar 8, 4%, sedangkan pada akhir 2006 sebesar 6, 4%.
60
3) Rasio Laba terhadap jumlah aktiva (return on Assets) Tabel 4.13 Keterangan Total Laba Bersih Total aktiva Rasio
Tahun 2005
Tahun 2006
257.379
206.398
1.831.509
1.957.303
14, 05%
10, 55%
Rasio pada akhir tahun 2005 sebesar 14,1%, sedangkan pada akhir tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 10, 5%. Penurunan rasio ini menggambarkan aktiva lebih lambat berputar dan meraih laba, sedangkan semakin tinggi rasio ini semakin baik karean semakin efektif perusahaan memanfaatkan sumber dayanya.
4) Rasio laba terhadap jumlah ekuitas (Return on Equity) Tabel 4.14 Keterangan Total Laba bersih Total Ekuitas Rasio
Tahun 2005
Tahun 2006
257.379
206.398
1.047.092
1.194.707
24, 58%
17, 28%
Untuk akhir tahun 2005, rasio laba terhadap jumlah ekuitas pada perusahaan sebesar 24,6% dan mengalami penuruann pada tahun 2006 sehingga menjadi 17, 3%. Rasio ini mengalami penurunan yang artinya semakin kecil persentasi laba bersih yang diperoleh bila diukur dari laba pemilik.
61
Setelah melihat ikhtisar laporan keuangan PT. MSK, dapat disimpulkan bahwa indikator keuangannya cenderung menurun bila dilihat dari trend untuk 2 tahun terakhir tapi masih cukup baik bila dilihat dari persaingan industri telekomunikasi yang semakin ketat terutama dengan datangnya komponen-komponen dari Jerman, yang membanjiri
sistem
telekomunikasi Indonesia. Tetapi untuk mencapai kompetitif di abad informasi seperti sekarang ini tidak dapat dicapai semata-mata melalui pemantauan dan pengendalian ukuran kinerja finansial masa lalu tanpa memberikan pedoman yang memadai bagi upaya penciptaaan nilai finansial masa depan yang dilaksanakan saat ini dan kemudian. Sayangnya metode kinerja yang selama ini digunakan oleh perusahaan, masih ditekankan pada tujuan finansialnya. Sedangkan PT. MSK yang memiliki banyak strategi bisnis yang mempunyai produk dan pelanggan, pemasaran dan saluran distribusi, serta fasilitas produk sendiri atau disebut unit bisnis strategi yang beroperasi sebagai unit yang independen tidak cukup hanya ukuran yang mengevaluasi keberhasilan finansialnya saja tetapi juga berbagai variable yang dianggap paling penting untuk menciptakan dan mendorong tercapainya tujuan finansialnya tersebut. Ukuran finansialnya saja tidak dapat memberikan informasi tentang bagaimana hasil tersebut harus dicapai dan strategi perusahaan yang telah dilaksanakan berhasil atau tidak. Ada seperangkat pengukuran lain yang lebih komprehensif yang mengukur kinerja perusahaan dari 4 perspektif yang seimbang baik dari
62
tolak ukur finansial maupun non finansialnya yaitu : keuangan, pelanggan, proses bisnis internal , serta pembelajaran dan pertumbuhan yang dikenal dengan balanced scorecard. Dimana Balanced Scorecard dapat menuntun dan mengevaluasi perjalanan yang harus dilalui perusahaan abad informasi dalam menciptakan nilai masa depannya. Intinya bahwa tolak ukur keuangan dipandang tidak lagi memadai untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi kelangsungan hidup perusahaan. Berdasarkan keterangan-keterangan yang dilakukan penulis dalam melakukan riset, bahwa perusahaan belum memiliki keberanian untuk melakukan eksperimen dalam menerapkan balanced scorecard. Dari informasi yang didapat, manajemennya beranggapan salah satunya bahwa menilai kepuasan pelanggan dan karyawan adalah pekerjaan seorang psikolog. Penulis juga mendapat tanggapan dari salah satu karyawan departemen perusahaan PT. MSK yang menyatakan bahwa berdasarkan dari pengalaman beliau menilai kepuasan pelanggan atau mengisi kuesioner memiliki jawaban yang tergantung dengan mood sekarang. Dari informasi dan keterangan tersebut, penulis menyimpulkan apa yang menyebabkan perusahaan belum menerapkan balanced scorecard sebagai pengukuran kinerjanya. Hal itu disebabkan karena balanced scorecard pengukuran kinerja yang baru dan banyak manajer-manajer yang memiliki kesibukan dengan pekerjaaannya dan lebih condong memikirkan bagaimana cara finansial returnnya dapat terus meningkat terutama dalam menghadapi persaingan yang ketat, mereka tidak memiliki waktu untuk
63
mempelajari sistem pengukuran balanced scorecard ini sehingga tidak dapat memahami balanced scorecard sesungguhnya merupakan alat untuk menghasilkan outsatnding finansial return dalam jangka panjang. Menilai kepuasan pelanggan memungkinkan perusahaan melakukan identifikasi dan pengukuran terhadap kepuasan, loyalitas, retensi, akuisisi dan profitabilitasnya, kemudian perusahaan dapat menyelesaikannya dengan misi dan strategi, sehingga perusahaan dapat memberikan proposisi dan nilai umpan balik yang kana dibuat perusahaan berikan kepada pelanggan dan pasar sasaran. Sesungguhnya hal tersebut merupakan faktor pendorong untuk mencapai kinerja finansial jangka panjang yang baik. Menilai kepuasan karyawan sesungguhnya sangat penting. Jika perusahaan ingin mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi perlu memiliki pelanggan yang dilayani oleh pekerja yang terpuaskan oleh perusahaan dan sesunguhnya karyawan yang puas dapat meningkatkan produktifitas, daya tangkap, mutu dan layanan terhadap pelanggan. Dalam pengukuran kinerja tingkat korporasi yang meiliki banyak divisi dan anak perusahaan yang beroperasi sebagi unit yang independen, terutama
kompetisi
global
dewasa
ini
sanmgat
dipengaruhi
oleh
perkembangan tekhnologi dan digerakkan oleh kebutuhan pelanggan (customer-driven), ukuran keuangan tidak banyak memberi penilaian bagi keberhasilan perusahaan. Analisis rasio yang digunakan perusahaan mungkin akan membuat keputusan yang keliru dalam menerapkan strategi yang tepat untuk menghadapi situasi lingkungan yang berubah-ubah.
64
Indikator keuangan yang cenderung menurun dalam tahun 2006 menerapkan tema finansialnya dengan peningkatan pendapatan. Dari data dan informasi yang diperoleh, untuk meningkatkan pendapatannya PT. MSK lebih cenderung melakukan ekspansi dan peluncuran produk-produk software dan license baru. Dalam jangka pendek tindakan tersebut mungkin akan meningkatkan profitabilitasnya dan laporan keuangan, tetapi kurangnya loyalitas dan kepuasan pelanggan akan mengakibatkan pelanggan-pelanggan lari ke pesaing-pesaing kita. Begitu juga dengan kurangnya kepuasan pekerja akan membuat menurunnya produktivitas, daya tangkap, mutu dan layanan pelanggan. Oleh karena itu dibutuhkan pengukuran yang komprehensif yang dapat menjelaskan
antara
keterkaitan
operasi
layanan
pelanggan
serta
pengembangan produk dan jasa baru dengan peningkatan kerja keuangan melalui penjualan yang lebih tinggi, marjin operasi yang lebih besar, tingkat perputaran aktiva yang lebih cepat dan biaya operasi yang menurun. Sistem pengukuran yang komprehensif dan seimbang baik dari hasil ataupun faktor pendorong kinerja strategi korporasi terdapat pada balanced scorecard. Oleh karena itu penulis merekomendasikan perusahaan untuk mengubah haluannya dengan mengukur kinerja dengan menggunakan balanced scorecard.
65
B.
Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard Dalam memilih tolak ukur yang akan digunakan dalam mengukur kinerja pada PT. MSK dan kelompok usahanya dengan balanced scorecard, tentu saja harus diperhatikan antara visi, misi dan strategi yang diterapkan kantor pusat koorporasi. Scorecard seperti ini menerapkan kerangka kerja bersama, yang berisi berbagai tema dan visi umum yang harus dilaksanakan kedalam scorecard yang dikembangkan disetiap divisi atau unit bisnis strategi. Berikut ini adalah pengukuran kinerja dengan menggunakan empat Perspektif sebagai tolak ukurnya.
1.
Perspektif Keuangan Didalam perspektif ini yang dianalisa adalah perspektif bisnis perusahaan serta ROI (Return on Investment) pada PT. Multi Sistim Komunikasi.
66
PT. Multi Sistim Komunikasi Rasio Keuangan 2005
2006
1.97
1.65
a. Rasio pinjaman terhadap jumlah ekuitas
24.6
16.2
b. Rasio pinjaman terhadap jumlah aktiva
14.1
9.8
a. Rasio margin laba kotor
19.4
18.9
b. Rasio margin laba usaha
8.4
6.9
c. Rasio laba terhadap jumlah aktiva
14.1
10.5
d. Rasio laba terhadap jumlah ekuitas
24.1
17.3
1.13
1.10
12
9.60
13.56
10.56
1. Rasio Likuiditas a. Rasio Lancar 2. Rasio Solvabilitas
3. Rasio Profitabilitas
4. Return on Investment a. Turn Over Operating Income b. Profit Margin c. ROI
a.
Tahap bisnis PT. Multi Sistim Komunikasi Didalam pespektif keuangan ini sangat penting untuk mengetahui posisi perusahaan dalam siklus kehidupan bisnis, apakah berada pada tahap petumbuhan (growth), tahap bertahap (sustain), atau tahap panen (harvest).
67
Hal ini dikenakan tujuan finansial perusahaan mungkin akan berbeda pada setiap siklus bisnis perusahaan. Pada siklus kehidupan bisnisnya PT. MSK berada pada tahap bertahan (sustain). Walaupun pada taap bertahan, perusahaan terus meningkatkan segala kemampuan produktivitas dan kualitasnya, ini terbukti dari strategi utama yang diterapkan perusahaan, yaitu : 1)
Secara terus-menerus meningkatkan kemampuan manufaktur terutama dalam hal perekayasaan produk dan proses.
2)
Memperkuat
jaringan
distribusi
dan
pemasaran
domestik
dengan
pendalaman dan perluasan distribusi baik dan jalur distribusi tradisional maupun modern. 3)
Memperkuat
jalur
distribusi
dan
pemasaran
internasional
dengan
memfokuskan pada perluasan pasar dan penetrasi pasar.
b.
Return on Investment PT. MSK Secara umum tolak ukur keuangan yang digunakan dalam organisasi yang mencari laba dalam tahap bertahan adalah Return on Investment (ROI), karena tolak ukur dengan menggunakan ROI dapat memberikan pandangan keberhasilan suatu organisasi. Hasil analisayang dilakukan menggunakan ROI adalah sebagai berikut : Tahun 2005 : Turn Over Operating Income
=
2.063.493.000.000 1.831.509.000.000
68
Profit Margin
=
1,13
=
257.379.000.000X100% 2.063.493.000.000
Return on Investment
=
12%
=
1,13 X 12%
=
13,56%
=
2.151.505.000.000
Tahun 2006: Turn Over Operating Income
1.957.303.000.000
Profit Margin
=
1,10
=
206.398.000.000 X 100% 2.151.505.000.000
Return on Investment
=
9,60%
=
1,10 X 9,60%
=
10,56%
Rasio pengembalian atas investasi (ROI) PT. MSK pada periode 2005 sebesar 13, 56 % dan periode 2006 sebesar 10, 56%. Kesimpulan dari hasil perhitungan ROI diatas, jika dilihat dari trendnya ternyata perusahaan mengalami penurunan kemampuan dalam menghasilkan keuntungan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam investasi atau aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan. Penurunan
69
ROI disebabkan oleh investasi berupa akuisisi aktiva tetap yang diakibatkan karena peningkatan kapasitas pada bangunan, mesin dan peralatan yang diselesai ditahun 2006. Hal tersebut untuk mendukung operasi perencanaan dan pengembangan produk baru sejalan dengan perusahaan untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasarnya. PT. MSK dan anak perusahaan telah mengeluarkan modal kerja sebesar Rp. 200 milyar sepanjang 2006 yang digunakan selain untuk membiayai pengembangan jaringan distribusi dan pemasaran perusahaan. Perusahaan
membangun lebih banyak pusat logistik di Surabaya untuk
mendekatkan stok dengan pasar. Selain itu penurunan ROI juga disebabkan oleh perusahaan pada 6 bulan pertama pada tahun 2006 yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama yaitu Rp. 877,8 milyar per Mei 2006 dibandingkan Rp. 893,1 milyar per Mei 2005. penurunan tersebut dibebani juga oleh penurunan beban usaha pada tahun ini, yakni sebsar Rp. 90, 66 milyar dibandingkan Rp. 77, 47 milyar per Mei 2005. Hal tersebut menyebabkan laba usaha turun menjadi Rp. 77 milyar per Mei 2006 dibandingkan Rp. 90, 5 milyar per Mei 2005.
2.
Perspektif Pelanggan Perspektif ini mempunyai dua kelompok pengukuran yaitu kelompok pengukuran inti (Core Measurement Group) dan pengukuran (Costumer Value Proposition).
70
a.
Pengukuran inti (Core Measurement Group), mempunyai beberapa tolak ukur, yaitu pangsa pasar, kemampuan perusahaan dalam menarik pelanggan baru, dan tingkat kepuasan pelanggan, dijelaskan sebagai berikut : 1)
Pangsa Pasar (Market Share) Hasil kerja perusahaan sparepart sangat erat berkaitan dengan perkembangan pasar di Indonesia. Meningkatnya sistem dan tekhnologi telekomunikasi suatu negara tentunya berdampak positif bagi pertumbuhan bisnis perusahaan. Terbukti pangsa pasar PT. MSK mengalami peningkatan komposisi penjualan untuk masing-masing produk lokal maupun ekspor , adalah : a) Pasar domestik Untuk pangsa pasar domestik penjulan perusahaan dan anak perusahaan memiliki pangsa pasar 89, 4% dan 86, 9% dari total penjualan kotor masing-masing tahun 2006 dan 2005. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya penjualan sparepart asli, sekaligus pasar komponen pengganti. b) Pangsa Ekspor Penjualan pasar ekspor turun yaitu 13,1% dari penjualan kotor tahun 2005 menjadi 10,6% dari total penjualan kotor tahun 2006. Penurunan penjualan ekspor disebabkan oleh penurunan penjualan ekspor PABX.
71
2)
Kemampuan Perusahaan Dalam Menarik pelanggan Baru (Customer Acquisition) Mengenai kemampuan PT. MSK dalam menarik pelanggan baru dapat kita lihat dari tabel berikut ini :
TABEL PERKEMBANGAN JUMLAH PELANGGAN
3)
2005
2006
Domestik
150 Supplier
178 Supplier
Internasional
200 building
320 building
Tingkat Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) Kepuasan pelanggan merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang perlu diperhatikan oleh setiap perusahaa. Oleh akrena itu sangat penting untuk perusahaan untuk melakukan suatu pengukuran terhadap tingkat kepuasan pelanggan agar perusahaan dapat memnuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Intinya adalah bahwa ukuran kepuasan pelanggan memberikan umpan balik mengenai seberapa baik perusahaan melaksanakan bisnis. Salah satu faktor yang menetukan tingkat kepuasan pelanggan tergantung pada pelayanannya yang diberikan pada pelanggannya, bukan hanya pada kualitas produk. Karena para pelanggan yang melakukan
pembelian
ulang
adalah
pelanggan
yang
pembeliannya sebagai pengalaman yang sangat memuaskan.
menilai
72
PT. MSK tidak melakukan pengukuran terhadap kepuasan para pelanggannya , baik pelanggan tingkat I seperti Building, ataupun pelanggan tingkat II yaitu konsumen akhir. Oleh karena itu, untuk mengetahui baik kepuasan ataupun kebutuhan dan harapan pelanggan, penulis mengadakan kuesioner untuk tujuan diutamakan pada tingkat penyalur. Penulis menyusun kuesioner sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perusahaan dan diberikan kepada pelanggan secara langsung oleh penulis untuk memperoleh data yang lebih up to date dan akurat. Kuesioner ini hanya diberikan pada Jakarta dan Bandung karena adanya beberapa kesulitan penulis untuk menjangkau pelanggan diluar kota Jakarta dan Bandung. Karena keterbatasan waktu, pengumpulan data yang berdasarkan komunikasi dan diskusi yang telah diadakan penulis kepada kepala seksi, Bp. Jeffry edward, penulis memutuskan untuk memilih sebanyak 30 pelanggan yang dikhususkan pada pelanggan tingkat I sebagai sample yang penulis pilih sudah dapat mewakili bobot kualitas PT. MSK. Dalam kuesioner kepuasan pelanggan ini, terdapat 3 hal yang menjadi tolak ukur, yaitu attribut produk perusahaan, hubungan dengan pelanggan serta citra dari reputasi. Ketida tolak ukur ini menjadi bagian dari nilai tolak ukur pelanggan (Costumer Value Proposition).
73
Penulis tidak menyajikan semua pengukuran tabel pada bab ini. Pengukuran dalam bentuk tabel beserta data pertanyaannya telah disajikan dari lampiran skripsi ini sedangkan ringkasan hasil pengukuran dari perspektif non keuangan telah disajikan di bab sebelumnya. a) Atribut dan Produk (Product dan Service Attribute) Pengukuran atribut produk dalam kelompok pengukuran penunjang mencakup fungsionalitas barang dan jasa, harga dan mutu. Dibawah ini adalh hasil dari beberapa kuesioner mengenai atribut produk PT. MSK. Pengukuran dengan kuesioner yang pertama mengenai kualitas produk yang dihasilkan telah sesuai dengan yang diharapkan. Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 3,43 dengan 5 responden menyatakan tidak puas terhadap kualitas produk perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas produk yang dihasilkan PT. MSK cukup memenuhi keinginan sebagian pelanggan maupun responden menyatakan tidak puas jumlahnya lebih sedikit tetapi hasil tersebut harus tetap dijadikan tolak ukur bagi perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan lagi kualitas produknya agar ekinginan pelanggan lebih terpuaskan sehingga jumlah pelanggan meningkat dan penjualan pun meningkat. Hal tersebut juga perlu diperhatikan seksama mengingat banyaknya produk-produk Cina dengan harga murah dengan kualitas yang lumayan baik sehingga jika
74
perusahaan tidak bersaing dengan harga (harga tidak turun atau tetap) perusahaan dapat lebih unggul dari pesaing-pesaing lain dalam hal kualitas yang paling baik. Pengukuran dengan kuesioner yang kedua disajikan dibawah ini : Tabel 4.16 Pemberian harga yang pantas Pendapat responden Jumlah responden
Nilai
Bobot
Sangat Puas
0
5
0
Puas
12
4
48
Cukup Puas
7
3
21
Tidak Puas
11
2
22
Sangat tidak puas
0
1
0
Jumlah
30
15
91
Nilai rata-rata
3, 03
Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 3, 03 dengan 11 responden menyatakan cukup puas terhadap harga yang ditawarkan. Beberapa responden menyatakan bahwa produk yang ditawarkan memiliki kualitas produk yang baik dibandingkan supplier lain. Dari hasil tersebut penulis menyimpulkan pelanggan cukup puas terhadap harga produk yang ditawarkan
75
b) Hubungan dengan Pelanggan (Customer Relationship) Didalam hubungannnya dengan pelanggan , maka tolak ukur yang digunakan dalam kuesioner meliputi akses yang mudah disertai dengan kecepatan pemenuhan pesanan pelanggan dan kecepatan tanggapan menyelesaikan masalah dari pelanggan. Berikut ini adalah hasil kuesioner yang telah diedarkan. Pengukuran dengan kuesioner yang pertama adalah : Tabel 4.17 Pemberian akses dan kecepatan pemenuhan pelanggan Pendapat responden Jumlah responden
Nilai
Bobot
Sangat Puas
0
5
0
Puas
9
4
36
Cukup Puas
13
3
39
Tidak Puas
8
2
16
Sangat tidak puas
0
1
0
Jumlah
30
15
91
Nilai rata-rata
3,03
PT. MSK dalam memberikan pelayanan pada pelanggan dalam bentuk pelayanan dan pemesanana oleh pelanggan dilakukan secara on-line. Untuk membuktikan pelanggan telah puas terhadap kemudahan akses dan kecepatan pemenuhan pesanana tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata.
76
Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 3,03. 9 responden merasa puas, 13 cukup puas, dan 8 tidak puas. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa akses terhadap pemenuhan produk dan kecepatan pemenuhan pesanan pelanggan cukup memuaskan pelanggan dan masih harus terus ditingkatkan. Pengukuran dengan kuesioner yang kedua menyangkut kecepatan tanggapan menyelesaikan masalah menunjukkan bahwa 11 responden menyatakan puas, 16 responden menyatakan cukup puas dan 3 responden menyatakan tidak puas. Dari hasil rata-rata sebesar 3, 27 dapat disimpulkan bahwa kecepatan tanggapan menyelesaikan masalah dari pelanggan cukup baik.
c) Citra dan reputasi Didalam pengukurannya digunakan tolak ukur yang menyangkut penilaian di mata pelanggan terhadap jumlah produk yang ditawarkan dan merek-merek terkenal dari perusahaan. Hasil kuesioner dapat dilihat dibawah ini :
77
Pengukuran yang pertama dengan kuesioner yaitu : Tabel 4.18 Penilaian terhadap jumlah produk yang ditawarkan Pendapat responden Jumlah responden
Nilai
Bobot
Sangat Puas
5
5
25
Puas
18
4
72
Cukup Puas
7
3
21
Tidak Puas
0
2
0
Sangat tidak puas
0
1
0
Jumlah
30
15
118
Nilai rata-rata
3,93
Dari nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 3, 93 dapat ditarik kesimpulan bahwa pelanggan merasa puas karena PT. MSK,
memiliki
produk
lengkap
khususnya
sparepart
telekomunikasi dan memenuhi kebutuhan pelanggan.
Pengukuran yang kedua adalah pada citra dan reputasi yang memiliki merek-merek terkenal. Dari hasil rata-rata yang diperoleh sebesar 4,1 dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki pengelolaan produk secara profesional. Merek-merek yang populer seperti “Philips” , “ BOSCH, “ Siemens, Avaya, dan sebagainya.
78
Dari informasi yang diuraikan diatas disimpulkan bahwa perspektif pelanggan secara keseluruhan yang diukur melalui kuesioner, diperoleh ratarata kepuasan sebesar 3, 47. dan nilai tersebut dapat disimpulkan kualitas kinerja perusahaan dari aspek perusahaan cukup baik.
d) Tingkat Profitabilitas Pelanggan (Customer Profitabilitas) Adalah
jumlah
keuntungan
yang
diperoleh
dari
perusahaan dari penjualan produknya. Tingkat profitabilitas yang dicapai PT. MSK adalah sebagai berikut : Laba Operasi = Pendapatan Operasi – Biaya Operasi Tahun 2005 Laba Operasi
= 2.063.493.000.000 – 1.899.465.000.000 = 174.028.000.000
Tahun 2006 Laba Operasi
= 2.151.505.000.000 – 2.002.835.000.000 = 148.670.000.000
Antara tahun 2005 dan tahun 2006 telah terjadi penurunan laba operasi sebesar Rp. 25.358.000.000. Penurunan ini disebabkan oleh tingkat penjualan produk yang sedikit meningkat tetapi beban penjualan lebih besar dibanding peningkatannya.
79
3.
Perspektif Proses Bisnis Internal Untuk mencapai kepuasan penyalur sebagai tujuan pelanggan. Tujuan proses bisnis internal untuk mencapai hasil adalah sebagai berikut : a. Mengembangkan produk dan jasa baru b. Mengembangkan penyalur Tujuan pengembangan produk dan jasa baru sebenarnya ikut menentukan tujuan kepuasan pelanggan maupun penyalur. PT. MSK dapat menjadi pemasok yang lebih menarik bagi penyalur dengan menyediakan produk dan jasa yang mempunyai diferensiasi sehingga para penyalur tersebut tidak perlu bersaing dalam menarik pelanggan semata-mata berdasarkan harga. Produk dan jasa baru PT. MSK juga menarik para pelanggan di ketiga segmen sasaran, yaitu mereka menginginkan penyalur menyediakan rangkaian produk dan jasa yang lengkap. Untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan memberiakn hasil finansial yang baik, perusahaan perlu mengembangkan tujuan dan ukuranukuran untuk perspektif bisnis internal. Dalam proses ini terdapat 3 hal yang menajadi tolak ukur yaitu inovasi, operasi dan pelayanan purna jual. 1)
Proses Inovasi Berikut ini merupakan usaha perusahaan un tuk meningkatkan penjualan khususnya untuk segmen pelanggan domestik. Pada tahun 2006, perusahaan telah berhasil meluncurkan software-software yang telah diupgrading untuk peralatan telekomunikasi.
80
Ekspansi tersebut pada dasarnya dilakukan pada produk-produk komponen pengganti (Replacement Market) yang besar dan produkproduk tekhnologinya telah dikuasai oleh perusahaan. Inovasi bisa dikaitkan dengan pemasaran atau bisa juga pendistribusian produk, Untuk pendistribusian produk, perusahaan mengambil
kerjasama dengan forwarder dan cargo-cargo yang
profesional baik dalam maupun luar negeri. Untuk meningkatkan kemampuan tenaga penjualan perusahaan telah meluncurkan program sales force excellent sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan lebih baik. Program pemasaran tersebut dilakukan dengan memberikan bekal keterampilan dengan training-training pada segenap tenaga penjualan.
2)
Proses Operasional Proses ini menitikberatkan kepada penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan yang ada secara efisien, konsisten dan tepat waktu. Untuk mengetahui seberapa baik proses operasional yang dilakukan perusahaan, penulis menyebarkan kuesioner bisnis internal untuk PT. MSK, yang lebih bersifat check list dan dianggap cukup representatif. Kuesioner dilakukan pada 30 responden. a) Pengukuran yang pertama adalah untuk waktu yang diperlukan dalam proses
produksi sparepart apakah sudah sesuai dengan
jadwal yang ada. Hasil kuesioner telah disajikan di bab sebelumnya
81
menunjukkan rata-rata sebesar 3, 7 sehingga dapat disimpulkan bahwa proses produksi telah dilaksanakan cukup efektif. b) Pengukuran yang kedua ditekankan pada pendistribusian produk apakah sudah dilaksanakan dengan baik dan benar. Hasil yang diperoleh dengan nilai rata-rata sebesar 3, 9 menunjukkan bahwa rata-rata pendistribusian produk telah dilaksanakan dengan benar.
3)
Pelayanan purna jual Merupakan layanan yang diberikan oleh perusahaan bagi para pelanggan yang telah menggunakan produk yang telah ditawarkan perusahaan. Bentuk pelayanan purna jual yang diberikan oleh PT. MSK adalah berupa penggantian spareparts atau komponen yang rusak dengan jenis dan type yang sama. a) Pengukuran dengan kuesioner yang pertama adalah kualitas produk sesuai standar yang ditetapkan memperoleh nilai rata-rata sebesar 3, 07 dengan 7 responden yang menjawab tidak puas. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa kualitas produk belum memuaskan. b) Pengukuran yang kedua menyangkut pengendalian mutu atas produk yang memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,2. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengendalian mutu telah dilakukan atas produk yang dihasilkan. Pengendalian mutu dilakukan pada setaiap tahap proses produksi dari mulai penyeleksian bahan baku sampai dengan penyeleksian barang jadi.
82
c)Pengukuran yang ketiga disajikan dibawah ini : Tabel 4. 19 Jumlah produk cacat Pendapat responden
Jumlah responden
Nilai
Bobot
Sangat Puas
0
5
0
Puas
3
4
12
Cukup Puas
3
3
9
Tidak Puas
24
2
48
Sangat tidak puas
0
1
0
Jumlah
30
15
69
Nilai rata-rata
4.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
a.
Kapabilitas Pekerja
2,3
Terdapat 3 pengukuran utama dalam kapabilitas pekerja ada umumnya digunakan: 1)
Tingkat Kepuasan Pekerja Perusahaan telah membayar upamh minimum diatas ketentuan yang telah ditetapkan Departemen Tenaga Kerja. Perusahaan melakukan peninjauan berkala tentang gaji dan perbaikan benefit yang disesuaikan dengan disiplin, inovasi dan prestasi kerja. Untuk mengukur kepuasan pekerja dilakukan dengan kuesioner. Kuesioner dilakukan dengan sample dan disebarkan secara acak pada PT. MSK.
83
Pengukuran yang pertama disajikan dibawah ini : . Tabel 4. 20 Jumlah responden
Nilai
Bobot
Sangat Puas
0
5
0
Puas
3
4
12
Cukup Puas
9
3
27
Tidak Puas
18
2
36
Sangat tidak puas
0
1
0
Jumlah
30
15
75
Pendapat responden
Nilai rata-rata
2, 5
Kepuasan tehadap gaji dan tunjangan yang ditetapkan perusahaan menurut hasil yang diperoleh sebesar 2, 5 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan merasa kurang puas terhadap gaji dan tunjangan yang ditetapkan perusahaan. 2) Pengukuran kedua adalah pengukuran kepuasan terhadap lingkungan dan suasana kerja dengan nilai rata-arata yang diperoleh sebesar 3, 1 menunjukkan bahwa para pegawai cukuppuas terhadap lingkungan dan suasana kerja. 3) Pengukuran yang ketiga yaitu kepuasan terhadap fasilitas yang diberikan oleh
perusahaan.
Perusahaan
menaru
perhatian
besar
terhadap
kesejahteraan karyawan perusahaan menerima hak yang sama atas fasilitas dan sarana penunjang kesejahteraaan yang disediakan. Fasilitas
84
yang diberikan antara lain tunjangan makan, tunjangan transportasi, tunjangan kesehatan, asuransi kecelakaan diri program jaminan. Untuk mendapatkan pemngukuran yang akurat penulis juga mengadakan kuesioner mengenai kepuasan terhadap dasilitas yang diberikan perusahaan. Dari nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 2,63 dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang diberikan perusahaan kepada pekerja ternyata tidak memuaskan.
b.
Tingkat Produktivitas Pekerja Ukuran produktivitas yang paling sederhana adalah pendapatan per pekerja. Dengan semakin efektifnya ekerja dalam menjual lebih banyak produk dan jasa dengan nilai tambah yang meningkat, pendapatan per pekerja seharusnya juga meningkat. Dari Data perusahaan menujukkan kenaikan pendapatan per pegawai pada tahun 2006 sebesar 26.556.894, 88. Hal tersebut dikarenakan kenaikan total pendapatan kotor untuk tahun 2006 dan ditambah dengan pengurangan jumlah pegawai tahun 2006 yang diakibatkan oleh divestasi yang dilakukan perusahaan yaitu berorientasi pada ekspor yang memproduksi kamera.
c.
Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan pegawai. Pengukuran yang dilakukan menggunakan tolak ukur :
Pertama, mengenai kepuasan terhadap kesempatan promosi yang diberikan perusahaan.
85
Tabel 4. 21 Kepuasan tehadap kesempatan promosi yang diberikan perusahaan Jumlah responden
Nilai
Bobot
Sangat Puas
0
5
0
Puas
3
4
12
Cukup Puas
12
3
36
Tidak Puas
15
2
30
Sangat tidak puas
0
1
0
Jumlah
30
15
78
Pendapat responden
Nilai rata-rata
2, 6
Nilai rata-rata sebesar 2,6 menggambarkan kekurangan kepuasan karyawan terhadap kesempatan promosi yang diberikan perusahaan. Hal ini harus lebih diperhatikan karena kekurangpuasan tersebut membuat karyawan kurang termotivasi bekerja.
Kedua, pengukuran atas kepuasan terhadap pembagian tugas di perusahaan dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 3,2. Hasil tersebut menunjukkan pembagian tugas diperusahaan cukup memuaskan namun belum sempurna terbukti 6 responden menyatakan tidak puas.
Ketiga, pengukuran atas kepuasan terhadap penghargaan hasil kerja memperoleh nilai rat-rata sebesar 3,17 menujukkan bahwa para pegawai cukup puas dan akan lebih termotivasi jika program pemberian penghargaan (reward) tersebut terus ditingkatkan.
86
C. Interprestasi Hasil Pengukuran Kinerja PERSPEKTIF KEUANGAN Rasio Likuiditas a.
Curent Ratio
Rasio ini mengalami penurunan tahun 2005 sebesar 1,97 dan 2006 sebesar 1,65, bearti perusahaan menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek.
Rasio Solvabilitas a.
Debt to Equity ratio
Rasio ini mengalami penurunan tahun 2005 sebesar 24, 6% dan tahun 2006 sebesar 16,2%, semakin kecil rasio ini berarti semakin baik, karena berarti pemilik modal dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar.
b.
Debt to Asset Ratio
Rasio ini mengalami penurunan tahun 2005 sebesar 14.03%
dan tahun 2006 sebesar
9,89%, berarti perusahaan memiliki porsi utang terhadap aktiva yang semakin kecil, semakin baik. Rasio Rentabilitas Profitbilitas a.
Contribution Margin
Rasio ini mengalami penurunan tahun 2005 sebesar 19,4% dan tahun 2006 sebesar 18,9%, ini berarti perusahaan mengalami penurunan kemampuannya memperoleh laba yang berasal dari penjualan.
b.
Operating Ratio
Rasio ini mengalami penurunan tahun 2005 sebesar 8,43% dan tahun 2006 sebesar 6, 82%, bearti
menunjukkan
tingkat
efisiensi
perusahaan baik. c.
Return on Assets Ratio
Rasio ini mengalami penurunan pada akhir tahun 2005 sebesar 14, 05 % dan tahun 2006
87
sebesar
10.55%,
berarti
menggambarkan
aktiva lebih lambat berputar dan meraih laba, dikarenaan perusahaan kurang efektif dalam memanfaatkan sumber daya. d.
Return on Equity Ratio
Rasio ini mengalami penurunan pada akhir tahun 2005 sebesar 24,58 % dan tahun 2006 sebesar
17,28%,
berarti
semakin
kecil
persentase laba bersih yang diperoleh bila diukur dari laba pemilik. Return On Investment (ROI)
ROI PT. MSK mengalami penurunan pada tahun 205 sebesar 13, 56% . Dan tahun 2006 sebesar 10, 56%, angka ini menunjukkan
penurunan
kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam investasi atau aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan.
PERSPEKTIF KONSUMEN a.
Pangsa pasar (market share)
Pasar domestic perusahaan memiliki pangsa pasar 89,4% dan 86,9% dari total penjualan kotor masing-masing tahun 2005 dan tahun 2006.
peningkatan
ini
terjadi
karena
peningkatan penjualan sparepart asli dan komponen pengganti. Pasar
ekspor perusahaan turun yaitu dari
13,1% dari penjualan kotor tahun 2005 menjadi 10,6% dari penjualan kotor tahun 2006. penurunan penjualan ekspor disebabkan oleh penurunan penjualan eksor PABX.
88
b.
Kemampuan
perusahaan
menarik Kemampuan
pelanggan baru
perusahaan
dalam
menarik
pelanggan baru mengalami peningkatan baik dalam pasar domestic maupun internasional, dapat dilihat dengan bertambahnya jumlah penyalur.
c.
Tingkat
kepuasan
pelanggan Dari hasil pengukuran diketahui bahwa
(customer satisfaction)
kualitas produk yang dihasilkan perusahaan
cukup memenuhi keinginan sebagian besar pelanggan, dan pelanggan juga cukup puas terhadap harga yang diberikan perusahaan. Sedangkan untuk pemenuhan produk dan kecepatan pengerjaannya cukup memuaskan tetapi masih harus ditingkatkan.
PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL a.
Proses Inovasi
Untuk pasar domestic perusahaan telah berhasil mengembangkan produk dan jasa baru, inovasi dalam bidang pemasaran dan pendistribusian produk serta mengembangkan penyalur
dengan
memberikan
bekal
keterampilan untuk tenaga penjual. Untuk pasar ekspor perusahaan melakukan penetrasi pasar dan perluasan saluran distribusi. b.
Proses Operasional
Pendistribusian produk pada saat ini sudah dilaksanakan dengan benar.
c.
Pelayanan Purna Jual yang diberikan
Perusahaan sudah melakukan pengendalian mutu atas produk yang dihasilkan dengan baik.
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN
89
a.
Kapabilitas Pekerja
Sebagian besar karyawan kurang puas dengan gaji
dan
tunjangan
yang
diberikan
perusahaan. Tapi disamping itu karyaan cukup puas dengan program pendidikan dan pelatihan kerja yang diberikan perusahaan. b.
Sistim Informasi Perusahaan
Karyawan
telah
puas
terhadap
sistim
informasi yang ada di perusahaan. c.
Motivasi,
pemberdayaan,
keselarasan karyawan
dan Karyawan kurang puas terhadap kesempatan promosi yang diberikan perusahaan, juga terhadap pembagian tugas yang diterapkan. Namun disamping itu karyawan cukup puas dengan pemberian reward (penghargaan) yang diberikan perusahaan.
90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil adalah :
1.
Pengukuran Kinerja yang diterapkan oleh PT. MSK menggunakan analisa keuangan, adalah : a. Likuiditas perusahaan sangat bagus dilihat dari rasio lancarnya
yang
menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek. b. Solvensi perusahaan semakin baik, dapat dilihat dari rasio solvabilitas aktiva dan ekuitasnya yang dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. c. Profitabilitas perusahaan menurun , terlihat dari turunnya kemampuan perusahaan dalam memberdayakan sumber daya yang ada untuk meningkatkan laba. 2.
Pengukuran Kinerja PT. MSK dengan menggunakan Balanced Scorecard, sebagai berikut : a. Perspektif Keuangan adalah : 1) Kinerja Perusahaan menurun. 2) PT. MSK berada pada tahap bertahan (sustain). Return on Investment (ROI) PT. MSK 2005 sebesar 13,56 dan 2006 sebesar 10, 56. b. Perspektif Pelanggan secara keseluruhan dapat disimpulkan kualitas kinerja PT. MSK cukup baik. Dengan kenaikan pangsa pasar tahun 2006
91
menjadi 89,4% dan mampu menarik pelanggan baru. Tingkat profitabilitas turun menjadi 14, 57%. c. Kinerja dari aspek bisnis internal dianggap cukup baik. Perusahaan berhasil mengembangkan produk dan jasa baru. Pendistribusian produk yang sesuai dengan jadwal. d. Perpektif Pembelajaran dan Pertumbuhan adalah : 1) Kapasitas pekerja menunjukkan hasil pekerja tidak puas. Pendidikan dan pelatihan kerja didapat cukup puas. 2) Kapabilitas sistem informasi telah sangat baik. 3) Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan pegawai cukup baik.
92
B.
Saran Saran dari penulis : 1. Menurut
perspektif
keuangan.
Disarankan
perusahaan
melakukan
pengukuran finansial dengan menggunakan Return on Investmen (ROI) agara
perusahaan
dapat
memperhitungkan
kemampuannya
dalam
menghasilkan keuntungan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam investasi yang digunakan dalam operasi perusahaan. Sehingga seala kegiatan investasi yang dlakukan berada dibawah pengawasan yang ketat dan evaluasi agar investasi tersebut dilakukan dengan baik dan benar. 2. Menurut perspektif pelanggan penulis menyarankan kepada perusahaan untuk melakukan penilaian kinerja pada sisi pelanggan agar megetahui perkembangan kualitas kinerjanya, yang mana perusahaan selama ini tidak melakukan hal tersebut. Perusahaan semestinya melakukan survey secara rutin pada segmen-segmen pelanggan. 3. Menurut perspektif bisnis internal penulis menyarankan perusahaan untuk berkonsentrasi pada peningkatan mutu dan kualitas bahan baku serta mengurangi produk cacat. Menurut perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, penulis menyarankan jika ingin mencapai tujuan pertumbuhan keuangan jangka panjang, perusahaan harus melakukan investasi dalam infrastruktur. Penulis juga menyarankan PT. MSK untuk meningkatkan kesempatan promosi. Meningkatkan fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan terutama untuk karyawan kontrak..
DAFTAR PUSTAKA
----------. 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
----------.2001. Balanced Scorecard : Alat Manajemen Kontemporer Untuk Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Atkinson, A.A., Banker, R.D., Kaplan, R.S., and Young, S.M. 1997. Management Accounting. Edisi ke-2, Prentice Hall, Upper Sadle river, New Jersey.
Belkaoui, A.R. 2000. Teori Akuntansi buku 1 dan 2. alih bahasa Marwata, Widiastuti, H., Kurniawan, C.H., Ariesanti, A.A., Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Garrison, R.H., Noreen, E.W. 2000. Akuntansi Manajerial, alih bahasa Budisantoso, A.T., Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Harahap, S.S. 2004. Analis Kritis Atas Laporan Keuangan., Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
IAI. 1996. 10 Topik Hangat Akuntansi : Prosiding Pendidikan Profesi Berkelanjutan., Penerbit IAI, Semarang.
Kaplan, R. S., Norton, D.P. 1996. Menerapkan Strategi Menjadi Aksi : Balanced Scorecard, alih bahasa Yosi Pasla, P.R., Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta.
Munawir. 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi 4, Penerbit Lyberty, Yogyakarta.
Niswonger, C.R., Warren, C.S., Reeve, J.M., and Fees, P.E. 1996, Prinsip-prinsip Akuntansi Jilid 1, alih bahasa Sirait, A., dan Gunawan, H., Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tunggal, A.W. 2000. Pengukuran Kinerja Dengan Balanced Scorecard, Penerbit Harfarindo, Jakarta.
Lampiran 1
PT. Multi Sistim Komunikasi Neraca 31 Desember 2006 dan 2005 (angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan rupiah) AKTIVA
2006
2005
AKTIVA LANCAR Kas dan Setara Kas
203.858
336.388
Deposito berjangka
6.772
14.652
57.293
80.945
300.485
205.560
3.528
11.136
Piutang Usaha Pihak hubungan istimewa Pihak ketiga-setelah dikurangi penyisihan Piutang ragu-ragu sebesar Rp. 1.387 Juta Tahun 2006 dan Rp. 1.024 juta tahun 2005 Piutang lain-lain Persediaan – setelah dikurangi penyisihan Penurunan nilai persediaan sebesar Rp. 4.517 juta tahun 2006 dan Rp. 759 juta tahun 256.821
262.407
2005 Uang muka dan biaya dibayar dimuka
32.225
22.956
Pajak dibayar dimuka
29.344
8.377
Jumlah Aktiva Lancar
890.326
942.421
AKTIVA TIDAK LANCAR Piutang Pihak hubungan istimewa
228
393
Lampiran 2
Aktiva pajak tangguhan – bersih
14.087
20.111
Investasi efek hutang
250
450
Investasi pada perusahaan asosiasi
505.069
449.220
Investasi lain-lain
13.343
13.343
460.309
339.918
Goodwill
10.030
10.716
Aktiva tidak berwujud dan biaya tangguhan
4.999
3.900
Aktiva lain-lain
58.662
51.037
Jumlah Aktiva Tidak Lancar
1.066.977
889.088
JUMLAH AKTIVA
1.957.303
1.831.509
51.819
58.110
Pihak hubungan istimewa
225.187
208.037
Pihak ketiga
91.411
72.193
Hutang lain-lain
20.416
21.004
Hutang pajak
30.184
49.209
Biaya yang masih harus dibayar
20.884
11.673
Uang muka pelanggan
6.098
7.052
Aktiva
tetap
–
setelah
dikurangi
akumulasi
penyusutan sebesar Rp. 318.177 Juta Tahun 2006 dan Rp. 273.390 Juta tahun 2005
KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN LANCAR Pinjaman Jangka pendek Hutang Usaha
Lampiran 3
Hutang jangka panjang jatuh tempo dalam Satu tahun Pinjaman jangka panjang
94.293
49.344
Kewajiban tidak lancar lain-lain
951
1.075
540.973
477.697
11.605
22.738
12.502
11.218
Pinjaman jangka panjang
47.432
149.504
Kewajiban tidak lancar lain-lain
11.433
2.755
Jumlah kewajiban Tidak Lancar
82.972
186.215
HAK MINORITAS
138.651
120.505
377.671
374.965
Tambahan modal disetor
19.830
1.933
Selisih penilaian kembali aktiva tetap
99
99
Jumlah kewajiban Lancar
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Hutang pihak hubungan istimewa – setelah Bagian jatuh tempo dalam satu tahun Kewajiban pajak tangguhan – bersih Hutang Jangka Panjang – setelah dikurangi Bagian jatuh tempo dalam satu tahun
EKUITAS Modal saham – nilai nominal Rp. 500 per saham Modal dasar – 2.000.000.000 saham Modal ditempatkan dan disetor penuh 755.341.280 saham tahun 2006 dan 749.930.280 saham tahun 2005
Lampiran 4
Selisih transaksi perubahan ekuitas anak Preusan
13.153
15.794
(23.781)
(23.781)
19.473
32.442
Selisih nilai transasksi restrukturisasi entitas Sepengendali Modal lain-lain – opsi kepemilikan saham karyawan Saldo laba Ditentukan penggunaannya
7.500
Tidak ditentukan penggunaannya
780.762
645.640
Jumlah Ekuitas
1.194.707
1.047.092
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
1.957.303
1.831.509
Lampiran 5
PT. MULTI SISTIM KOMUNIKASI LAPORAN LABA RUGI UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2006 DAN 2005 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah) 2006
2005
PENJUALAN BERSIH
2.151.505
2.063.493
BEBAN POKOK PENJUALAN
1.743.832
1.664.022
407.673
399.471
Penjualan
96.640
88.758
Umum dan administrasi
162.363
136.685
Jumlah Beban Usaha
259.003
225.443
LABA USAHA
148.670
174.028
Penghasilan bunga
14.988
26.868
Keuntungan kurs mata uang asing – bersih
5.664
26.708
Amortisasi dan penghapusan goodwill
(685)
(942)
(8.546)
(12.868)
LABA KOTOR
BEBAN USAHA
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN
Beban bunga dan keuntungan Rugi penjualan investasi saham
(941)
Lainnya bersih
35.160
7.101
PENGHASILAN LAIN-LAIN BERSIH
46.581
45.926
Lampiran 6
BAGIAN LABA BERSIH PERUSAHAAN ASOSIASI
100.670
109.560
LABA SEBELUM PAJAK
295.921
329.514
BEBAN PAJAK
(63.700)
(76.492)
LABA DARI AKTIVITAS NORMAL
232.221
253.022
POS LUAR BIASA – BERSIH SETELAH PAJAK
36.947
LABA SEBELUM HAK MINORITAS
232.221
289.969
HAK MINORITAS
(25.823)
(32.590)
LABA BERSIH
206.398
257.379
Lampiran 7
PT. MULTI SISTIM KOMUNIKASI IKHTISAR KEUANGAN Dalam jutaan rupiah (kecuali pertumbuhan dan rasio dinyatakan dalam persentase) Pertumbuhan 2005
2006 (%)
Penjualan bersih
2.063.493
2.151.505
4.27
Laba Kotor
399.471
407.673
2.05
Laba Usaha
174.028
146.670
(15.72)
Laba Bersih
257.379
206.398
(19.81)
1.831.509
1.957.303
6.87
Jumlah aktiva lancar
942.421
890.326
(5.85)
Jumlah aktiva tetap – bersih
339.918
460.309
35.42
Jumlah kewajiban
623.945
663.912
Jumlah kewajiban lancar
477.697
540.973
13.25
Jumlah pinjaman
256.958
193.544
(24.68)
1.047.092
1.194.707
14.10
1.97
1.65
Jumlah Aktiva
Jumlah ekuitas
Rasio Likuiditas - Rasio lancar Rasio Solvabilitas
Lampiran 8
- Rasio pinjaman terhadap jumlah ekuitas
24.6
16.2
Rasio pinjaman terhadap jumlah aktiva
14.1
9.8
- Rasio Margin Laba kotor
19.4
18.9
- Rasio margin laba usaha
8.4
6.9
- Rasio laba terhadap jumlah aktiva
14.1
10.5
- Rasio laba terhadap jumlah ekuitas
24.6
17.3
Rasio Profitabilitas
Lampiran 9
Hasil kuesioner Kuesioner ini dilakukan penulis untuk memperoleh data yang lebih up to date dan akurat untuk mendukung pengukuran kinerja dari sisi pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Kuesioner keputusan pelanggan disebarkan kepada pelanggan
tingkat I yang difokuskan pada
pelanggan yang melakukan maintenance contract jangka panjang dengan total 30 responden yang representatif. Kuesioner disebarkan kepada karyawan bagian tekhnis. Berikut ini adalah hasil kuesioner :
SP
P
CP
TP
STP
Bobot
Rata-rata
1
Pendapat responden Nilai
Perspektif
Kualitas produk
3
12
10
5
0
15
103
3,43
Harga yang pantas
0
12
7
11
0
15
91
3,03
Akses dan kecepatan pengiriman
0
9
13
8
0
15
91
3,03
Kecepatan menyelesaikanmasalah
0
11
16
3
0
15
98
3,27
Jumlah produk
5
18
7
0
0
15
118
3,93
Merek-merek terkenal
5
23
2
0
0
15
123
4,1
Pelanggan
Rata-rata Kepuasan
2
3,47
Bisnis Internal Waktu proses
3
15
12
0
0
15
111
3,7
Distribusi produk
6
15
9
0
0
15
117
3,9
Kualitas produk
0
9
14
7
0
15
92
3,07
Pengendalian mutu
12
12
6
0
0
15
126
4,2
Lampiran 10
Jumlah produk cacat/ gagal
0
3
3
24
0
15
69
2,3
Gaji dan tunjangan
0
3
9
18
0
15
75
2,5
Lingkungan dan suasana kerja
0
9
16
5
0
15
93
3,1
Fasilitas-fasilitas
1
2
12
15
0
15
79
2,63
Pendidikan dan pelatihan
2
10
15
3
0
15
101
3,37
Sistem informasi
10
16
4
0
0
15
126
4,2
Promosi jabatan
0
3
12
15
0
15
78
2,6
Pembagian tugas
3
6
15
6
0
15
96
3,2
Penghargaan hasil kerja
0
9
15
6
0
15
95
3,17
Rata-rata kepuasan
3
Pembelajaran dan pertumbuhan
Rata-rata kepuasan
3,1
Total Rata-rata Kepuasan
3,3
Sumber : Hasil Pembagian Kuesioner di PT. MSK
Lampiran 11
KUESIONER PELANGGAN
Panduan Pengisian Kuesioner Hasil pengisian kuesioner ini akan digunakan untuk data skripsi dengan topik balanced scorecard. Beri tanda () pada kolom yang tersedia. Hasil bebas sesuai dengan nurani anda. Keterangan : SP
= Sangat Puas
P
= Puas
CP
= Cukup Puas
TP
= Tidak Puas
STP
= Sangat Tidak Puas
Pertanyaan 1.
Kualitas produk (komponen dan suku cadang otomotif) dapat diandalkan
2.
Harga Produk yang ditawarkan
3.
Akses dan kecepatan pengiriman produk
4.
Kecepatan tanggapan menyelesaikan masalah dari pelanggan
5.
Jumlah produk yang ditawarkan perusahaan
6.
Merek-Merek yang terkenal
7.
Jumlah produk cacat/ gagal
SP
P
CP
TP
STP
Lampiran 12
KUESIONER KARYAWAN
Panduan Pengisian Kuesioner Hasil pengisian kuesioner ini akan digunakan untuk data skripsi dengan topik balanced scorecard. Beri tanda () pada kolom yang tersedia. Hasil bebas sesuai dengan nurani anda. Keterangan : SP
= Sangat Puas
P
= Puas
CP
= Cukup Puas
TP
= Tidak Puas
STP
= Sangat Tidak Puas Pertanyaan
2.
Waktu yang digunakan dalam proses pembuatan produk Ketepatan dalam distribusi produk
3.
Kualitas produk yang dihasilkan
4.
Proses pengendalian mutu
5.
Jumlah produk cacat/ gagal
6.
Kepuasan anda terhadap gaji dan tunjangan yang ditetapkan oleh perusahaan
7.
Kepuasan anda terhadap lingkungan kerja dimana anda berada
8.
Kepuasan anda terhadap fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan
9.
Kepuasan anda terhadap pendidikan dan latihan yang diberikan oleh perusahaan
10.
Kepuasan anda terhadap sistem informasi perusahaan
11.
Kepuasan anda terhadap promosi jabatan yang diberikan oleh perusahaan
12.
Kepuasan anda terhadap pembagian tugas yang diberikan oleh perusahaan
13.
Kepuasan anda terhadap adanya penghargaan hasil kerja preusan
1.
SP
P
CP
TP
ST P
Lampiran 13