BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
a
(PERSPEKTIF KAJIAN BUDAYA)
if
GEREJA PECAH !
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
if
a
De
rm aw
an
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
ur Dermawan Waruwu, S.Th.,M.Si Suardin Gaurifa, M.Th
a
(PERSPEKTIF KAJIAN BUDAYA)
if
GEREJA PECAH !
a if ur Ga
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
GEREJA PECAH ! © Penulis
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang All Right Reserved,Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit Cetakan Pertama, Oktober 2014 14.5 x 21 cm; xxiv +192 hlm. ISBN:
Penulis: Dermawan Waruwu, S.Th.,M.Si Suardin Gaurifa, M.Th
Perancang Sampul : SunRise Studio Dicetak di Sun Rise Offset
De
rm aw
an
Diterbitkan oleh:
Persembahan Buku
v
if
a
Persembahan Buku para pemimpin gereja dan seluruh orang Kristen
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Selain itu penulis persembahkan kepada
Ga
agar terus berjuang mempersatukan gereja Tuhan.
ur
Buku ini dipersembahkan kepada
dosen Universitas Kristen, Sekolah Tinggi Teologi, dan guru Pendidikan Agama Kristen di seluruh Indonesia
yang sedang bergelut untuk mempersiapkan calon pemimpin gereja. Akhirnya buku ini dipersembahkan
kepada rekan-rekan pambaca yang sedang mengabdikan diri bagi pembangunan karakter generasi muda.
Betapa mengagumkan dan sucinya tugas pelayanan yang sedang Anda kerjakan sampai saat ini.
De
rm aw
an
Semoga Allah Tritunggal memberkati pelayanan Anda dalam rangka mewujudkan keesaan gereja-Nya. Ini merupakan sebuah petualangan bersama. Saya sangat mengasihi Anda semua. AMIN v
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
if
a
vii
ur
if
a
Prakata
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa,
Yesus Kristus, dan Roh Kudus (Allah Tritunggal) atas terselesaikannya buku ini. Tanpa pertolongan-Nya segala usaha akan menjadi sia-sia dan tentu buku ini tidak akan bisa sampai di hadapan pembaca sekalian. Oleh karena itu, hanya kepada Allah saja segala pujian, hormat, dan kemuliaan sampai selama-lamanya.
Ketika memulai menulis buku ini, penulis sangat
menyadari
sepenuhnya
akan
keterbatasan
karena
an
minimnya pengetahuan tentang sejarah pertumbuhan
rm aw
gereja sertasejarah perjalanan kehidupan orang Kristen di seluruh dunia.Selain itu, penulis menyadari sebagai pribadi yang paling berdosa sehingga merasa sangat tidak
De
pantas untuk menulis buku ini. Dalam keterbatasan itulah penulis meminta hikmat pengetahuan dari Allah dan berusaha merenungkan kondisi gereja yang telah mengalami pasang surutnya sampai detik ini.
vii
viii
Gereja Pecah
Buku ini berisi tentang fenomena yang terjadi dalam gereja dan kehidupan orang Kristen secara keseluruhan.
ur
ini menguraikan sebab-sebab terjadinya perpecahan dalam gereja yang sudah berlangsung lama serta beberapa untuk
mencegah
berlanjutnya
perpecahan
Ga
strategi
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
tersebut.Oleh karena itu, buku ini sangat baik dibaca dan dijadikan referensi oleh oleh pendeta, dosen, mahasiswa teologi, pengurus gereja,dan seluruh umat Kristen dalam melaksanakan pelayanannya. Dengan demikian, semakin hari imannya bertumbuh sehingga memiliki kerinduan dan kemampuan untuk menyatukan gereja Tuhan di Indonesia dan seluruh dunia.
Bila kita meyakini bahwagereja belum mengalami perpecahan maka marilah tetap menjaganya agar tetap utuh selamanya. Sebaliknya, jika kita mengakui bahwa gereja telah pecah dalam berbagai aliran dan denominasi, maka kita harus bertanggungjawab untuk menyatukannya kembali.Kondisi gereja saat ini dapat diibaratkan
an
seperti minyak dan air tidak mungkin bersatu lagi. Akan
rm aw
tetapi, gereja sangat diharapkan bisa berdampingan satu dengan lainnya dalam berbagai perbedaan.Betapa mulianya jika kita bersatu dalam kepelbagaian sebelum Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya.
De
if
signifikan dalam berbagai aliran dan denominasi. Buku
a
Dalam faktanya gereja telah mengalami perpecahan yang
Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan di sana-sini. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan dari semua pihak
Prakata
ix
sehingga buku ini pada akhirnya menjadi sempurna sesuai penyempurnaan itu dapat disampaikan secara langsung
if
melalui Hp. 081338665028 atau E.mail: waruwu28@
a
yang diharapkan oleh semua pembaca. Dalam rangka
ur
ymail.com.Hal ini bertujuan demi kemajuan gereja di Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.
Ga
Marilah berdoa serta berjuang agar gereja Tuhan bersatu
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
kembali sebagaimana doa dan harapan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Denpasar-Bali, Oktober 2014
De
rm aw
an
Penulis
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
if
a
Kata Sambutan Dirjen Bimas Kristen
xi
De
rm aw
an
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
ur
if
a
KATA SAMBUTAN DIRJEN BIMAS KRISTEN
xi
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
if
a
Daftar Isi
Ga
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
DAFTAR ISI
ur
if
a
xiii
PERSEMBAHAN BUKU ..........................................
i
PAKATA .................................................................
vii
KATA SAMBUTAN DIRJEN BIMAS KRISTEN .......
xi
DAFTAR ISI ........................................................... xiii 1
BABII EKSISTENSI GEREJA ..........................
9
Selayang Pandang Gereja .......................
9
Polemik Israel Rohani ............................
10
Bersentuhan Dengan Sejarah Dunia ......
15
Kondisi Gereja Mula-Mula ......................
17
BAB III GEREJA YANG MEMBUMI ....................
21
Gereja dan Hakikatnya ..........................
21
Gereja Bersifat Gedung .........................
28
Gereja Yang Melawan ...........................
31
Gereja Tempat Orang Berdosa ...............
34
Gereja Yang Berubah .............................
38
De
rm aw
an
BAB I PENDAHULUAN ...................................
xiii
Gereja Pecah
42
Gereja Yang Melayani ............................
47
Gereja Yang Rohani ...............................
52
BAB IV SISTEM KEPEMIMPINAN GEREJA .......
57
Kepemimpinan Pendeta .........................
58
Kepemimpinan Majelis Jemaat ..............
77
Ga
Kepemimpinan Majelis Sinode ...............
68
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
BAB V KEKUASAAN DALAM GEREJA ............. 81 Konsep Kekuasaan ................................
81
Pemimpin Gereja Memiliki Kuasa ...........
84
Kekuasaan Yang Otoriter ......................
89
Hegemoni Pemimpin Kepada Jemaat ......
91
Kekuasaan Rohani vs Sekuler ................ 101 BAB VI HUKUM DAN PEMERINTAHAN GEREJA 111 Pengertian Hukum Gereja ...................... 111 Rancangan Hukum Gereja .................... 113 Penerapan Hukum Gereja ..................... 115 Sistem Pemerintahan Gereja .................. 118 BAB VII DOKTRIN DALAM GEREJA .................. 135 Sejarah Doktrin Gereja .......................... 135
an
Doktrin Keselamatan ............................. 138
rm aw
Doktrin Baptisan ................................... 142 Ideologi Baptisan ................................... 156
De
BAB VIII ALIRAN-ALIRAN DALAM GEREJA ........ 159 Aliran Lutheran ..................................... 159 Aliran Calvinis ....................................... 162 Aliran Anglican ...................................... 165
if
a
Gereja Yang Bertumbuh ........................
ur
xiv
Daftar Isi
xv
Aliran Mennonit ..................................... 168 Aliran Baptis ......................................... 172
if
Aliran Pentakosta .................................. 177
a
Aliran Methodist .................................... 175 Aliran Kharismatik ................................ 181
ur
Aliran Injili ........................................... 183
Ga
Aliran Bala Keselamatan ....................... 184
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Aliran Adventis ..................................... 187 Aliran Saksi Jehovah ............................. 189 Aliran Mormon ..................................... 193 Aliran Christian Science ......................... 196 Aliran Scientology .................................. 199 Aliran Gerakan Zaman Baru .................. 201 Aliran-Aliran Lainnya ............................ 202 BAB IX AMANAT AGUNG ................................. 207 Yesus Berkuasa Atas Sorga dan Bumi .... 208 Semua Bangsa Murid Yesus .................. 210 Membaptiskan Semua Bangsa ............... 214 Pelayanan Misionaris ............................ 218 Amanat Agung Vs Perpecahan Gereja ..... 226
an
BAB X GEREJA YANG BERSATU ..................... 231
rm aw
Doa Tuhan Yesus .................................. 231 Berbeda Tetapi Oikumene ...................... 237
De
Bersatu Dalam Misi Bersama ................. 243 Bersatu Itu Mutlak ................................ 245 Bertumbuh Tetapi Bersatu .................... 248 BAB XI KESIMPULAN ........................................ 253
xvi
Gereja Pecah
DAFTAR ISTILAH .................................................. 259 DAFTAR SINGKATAN ............................................ 265
De
rm aw
an
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
if
ur
RIWAYAT PENULIS ............................................... 277
a
DAFTAR PUSTAKA ................................................ 269
1
ur
if
a
BAB I | Pendahuluan
Ga
BAB I
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
PENDAHULUAN
Berdasarkan sejarah perjalanan bangsa ini menun-
jukkan bahwa tidak ada satu pun agama yang telah diakui oleh pemerintah merupakan hasil ciptaan orang Indonesia secara langsung. Semua agama yang sudah ada saat ini seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu merupakan produk dari negara-negara Eropa, Amerika, Australia, Arab, dan sebagainya. Dalam penyebarannya di Indonesia tentu dilakukan oleh orangorang pribumi yang dibantu oleh para tokoh-tokoh agama
an
dari negara tersebut. Jumlah agama ini kemungkinan
rm aw
akan terus bertambah. Agama
Kristen
yang
dahulu
disebut
Kristen
Pro testan merupakan hasil pelayanan para misionaris
De
dari beberapa negara seperti Belanda, Jerman, Amerika, Inggris, Korea, dan Australia yang sengaja datang ke Indonesia. Keberadaan gereja Tuhan ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan gere-
1
Gereja Pecah
2
ja-gereja yang ada di luar negeri. Hal ini tidak terlepas dari peran para misionaris dari berbagai aliran, deno
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
Semua agama di Indonesia bukan hasil peradaban bangsa ini, melainkan hasil impor dari beberapa negara di seluruh dunia. Agama Kristen merupakan ha sil pelayanan para misionaris yang sengaja datang ke Indonesia.
Di balik penjajahan Belanda selama kurang lebih 350 tahun tentunya memberi pengaruh yang besar atas perkembangan agama Kristen di Indonesia. Sebelum peristiwa penjajahan itu berlangsung, agama Kristen sudah ada khususnya di daerah Barus, Sumatera Utara pada abad ke-7 yang dibawa oleh pedagang Nestorian dari Timur Tengah (Aritonang, 2000:11). Bisa dikatakan bahwa agama Kristen merupakan agama pertama dan
rm aw
an
tertua, selain agama-agama suku lainnya.
Selain pengaruh di atas, agama Kristen juga masuk
dan berkembang melalui destinasi pariwisata. Negara kita yang dikenal sebagai negara kepulauan, keaneka
De
if
Yesus yaitu memberitakan Injil ke seluruh dunia.
ur
yang terbeban menunaikan misi Amanat Agung Tuhan
a
minasi, yayasan kristiani, dan lembaga sosial lainnya
ragaman budaya, adat istiadat, dan kekayaan sumber daya alam, sehingga memiliki daya Tarik bagi wisatawan mancanegara. Dalam kondisi ini terjadi asimilasi dan
BAB I | Pendahuluan
3
akulturasi kebudayaan. Dapat dipastikan para wisanuansa kekristenan dalam pertumbuhan pariwisata.
if
Perkembangan agama Kristen selanjutnya tentu
a
tawan yang agama Kristen pun ikut memberi andil serta
ur
tidak terlepas dari peran serta orang Indonesia yang beragama Kristen. Jerih payah mereka penting untuk
Ga
diperhitungkan. Mereka yang pergi keluar negeri untuk
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
melanjutkan studi baik pendidikan sekuler maupun pendidikan teologi ikut ambil bagian dalam misi pembe ritaan Injil ini. Tak terkecuali mereka yang bekerja selama beberapa tahun di luar negeri. Ketika mereka kembali sebagian besar terpengaruh dengan kehidupan di sana serta membawa aliran dan denominasi gereja baru. Perkembangan kekristenan tidak terlepas dari jerih
lelah orang-orang Kristen terdahulu. Kita perlu belajar dari semangat mereka serta memberikan apresiasi atas perjuangannya dalam memberitakan Injil. Tuhan Yesus sangat mengharapkan agar semua orang mendengar kabar sukacita dari-Nya dan mereka beroleh keselamatan kekal.
an
Di balik perkembangan gereja saat ini, ternyata
rm aw
segudang permasalahan pun ikut mengalami peningkatan. Tingkat kepercayaan masyarakat Kristen terhadap gereja sebagai lembaga spiritual semakin menurun.
De
Kesatuan dan persatuan di antara para pemimpin gereja sangat sulit terwujud. Ditambah lagi, ada beberapa dari pemimpin ini tidak memiliki integritas sebagai pelayan dan teladan bagi umat Tuhan.
Gereja Pecah
4
Berbagai aliran dan denominasi gereja bermunculan pada setiap wilayah di Indonesia. Fenomena ini menun-
ur
satu agama atau gereja Katolik. Kemudian terbagi menjadi
if
perpecahan. Pada awal kekristenan hanya dikenal adanya
a
jukkan bahwa sesungguhnya gereja telah mengalami
agama Kristen Katolik dan Kristen Pro testan. Dalam
Ga
perjalanan waktu yang panjang, agama Kristen Protestan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
terbagi-bagi dalam berbagai aliran dan denominasi gereja sampai saat ini. Berdasarkan fakta itu gereja menunjukkan dirinya telah terpecah-pecah dalam beberapa aliran dan denominasi gereja yang berbeda-beda.
Gereja Katolik Roma terpecah menja di agama Katolik dan agama Kristen. Agama Kristen terpecah dalam berba gai aliran dan denominasi. Sebagian
besar
pemimpin
gereja
menganggap
bahwa pertambahan aliran dan denominasi gereja tidak dapat dikategorikan sebagai perpecahan gereja. Dengan banyaknya aliran dan denominasi gereja adalah sebuah
an
strategi penginjilan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau
rm aw
jiwa-jiwa baru dalam rangka meningkatkan jumlah orang Kristen. Pendapat ini tentu sangat tidak relevan apabila
De
melihat pertambahan jumlah orang Kristen di Indonesia saat ini. Jumlah orang Kristen yang baru percaya belum mengalami peningkatan yang signifikan. Dapat dikatakan bahwa jumlah orang Kristen masih sedikit.
BAB I | Pendahuluan
Ada
beberapa
aliran
dan
denominasi
5
gereja
mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan yang dimaksud
if
hanya dilihat secara kuantitas dan bukan kualitas.
a
yang mengklaim bahwa gereja yang dipimpinya telah
ur
Pertumbuhan semacam ini biasanya diukur dengan
bertambahnya jumlah orang yang beribadah di gerejanya.
Ga
Secara jujur harus diakui bahwa pertambahan jumlah
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
anggota dalam sebuah gereja sebagian besar berasal dari aliran atau denominasi gereja lain yang ada di sekitarnya. Orang Kristen kembali menjadi orang Kristen. Dengan perkataan lain, “memancing di kolam atau aquarium gereja lain”.
Perpecahan gereja yang terjadi sampai saat ini tentu
tidak terlepas dari pengaruh setiap pemimpin gereja dan anggotanya. Sebagian besar pemimpin gereja haus dengan kekuasaan, kedudukan, dan bahkan melakukan korupsi dalam gereja. Sebagai lembaga dan pemimpin rohani tentu sikap semacam ini tidak dibenarkan. Akibatnya ada jemaat yang kritis kemudian keluar dari gereja tersebut. Dalam kondisi ini biasanya baik pemimpin gereja ataupun
an
jemaatnya berusaha membentuk aliran dan denominasi
rm aw
gereja baru.
Dalam menyingkapi realitas semacam ini maka
beberapa pertanyaan mendasar yang harus dijawab dan
De
direnungkan kembali oleh setiap pemimpin gereja di dunia ini. Apakah penginjilan dalam rangka menjalankan tugas Amanat Agung Tuhan Yesus hanya dapat dicapai dengan membuat aliran dan denominasi gereja seba
Gereja Pecah
6
nyak-banyaknya? Mengapa Tuhan Yesus terus mendokan gereja-Nya sampai kini agar tetap bersatu sebelum Dia
ur
dan agamanya sama? Untuk dapat menjawab semua
if
tidak saling menerima padahal Yesus Kristus, Alkitab,
a
datang kembali? Mengapa aliran dan denominasi gereja
pertanyaan di atas perlu kerendahan hati dari setiap
Ga
pemimpin gereja dan orang Kristen secara keseluruhan.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Apakah yang dilakukan selama ini sesuai dengan kehendak Kristus atau kehendak diri sendiri!
Gereja pecah karena sikap pemim pin dan anggota jemaat yang haus ke kuasaan, kedudukan, dan tindakan korupsi. Melalui buku yang berjudul “Gereja Pecah!” ini dapat memberikan informasi dan pencerahan tentang kondisi gereja saat ini. Konsep “Gereja Pecah” merupakan sesuatu yang baru dan menarik untuk dibaca dalam rangka merefleksikan kembali kisah perjalanan kekristenan hingga kini. Meskipun perpecahan gereja sudah berlangsung
an
sejak jaman Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan sampai
rm aw
pada era globalisasi saat ini. Dalam buku ini menyajikan berbagai konsep dan ide dalam rangka menyatukan gereja
De
di seluruh Indonesia dan dunia. Topik ini diangkat sebagai bentuk keprihatinan
penulis terhadap kondisi gereja-gereja yang sudah dan sedang berkembang di Indonesia pada khususnya dan
BAB I | Pendahuluan
7
dunia secara keseluruhan. Perpecahan gereja semacam telah berkorban di atas kayu salib untuk menyelamatkan
if
umat-Nya dari dosa mereka. Yesus menghendaki agar
a
ini telah jauh dari harapan dan tujuan Tuhan Yesus yang
ur
adanya persatuan dan kesatuan di dalam gereja-Nya sampai Dia datang kembali.
Ga
Berdasarkan realita di atas, maka buku ini ditulis
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
dengan tujuan untuk memamparkan faktor-faktor dan berbagai aspek penting lainnya yang membuat gereja mengalami perpecahan. Dalam menyelesaikan masalah agama sangat diperlukan pendekatan sosial-budaya. Pendekatan ini jangan dianggap tabu dan merasa mencemarkan agama atau persoalan perpecahan gereja ini. Selain itu, beberapa konsep dan teori dari para teolog ikut ambil bagian dalam membedah persoalan ini. Akan tetapi, solusi praktis yang alkitabiahlah yang menjadi prioritas utama. Dengan demikian, doa Agung Tuhan Yesus tentang persatuan dan kesatuan gereja-Nya dapat diwujudkan melalui pribadi pemimpin gereja, para teolog, para ilmuan sosial, pemerintah terkait, organisasi oiku-
De
rm aw
an
menis, dan orang Kristen di seluruh dunia.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
if
a
9
ur
if
a
BAB II | Eksistensi Gereja
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
EKSISTENSI GEREJA
Ga
BAB II
A. Selayan Pandang Gereja
Belajar tentang kehidupan gereja tidaklah lepas dari
benang merah yang menghubungkan kita dengan sejarah awal kehadiran gereja dalam iman Kristen. Sejarah keha diran gereja merupakan modal penting untuk menelusuri akar dari persoalan yang timbul pada zaman modern ini dalam kehidupan gereja. Peristiwa lampau tersebut menjadi petunjuk yang berharga untuk kita dalam memahami
an
secara bijak hal-hal yang akhir-akhir ini menimpa perjala-
rm aw
nan sejarah gereja.
Mengingatkan kita dengan tokoh proklamator dan
pendiri bangsa Indonesia Soekarno, yang pernah menge-
De
mukakan pernyataan terkenal yang disingkat dengan “JASMERAH” artinya “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah” memberi dorongan bagi kita untuk berbalik kepada sejarah sebagai gudang informasi yang adalah cikal bakal segala
9
Gereja Pecah
10
sesuatu yang terjadi pada masa kini. Senada dengan apa yang Allah nyatakan kepada Musa untuk menyaksikan
ur
adalah supaya Musa dan Harun menceritakan kepada
if
kepada Firaun Raja Mesir. Sebagai salah satu tujuannya
a
bagaimana kuasa dan kebesaran-Nya didemonstrasikan
keturunan mereka bagaimana Allah melakukan mu-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
bahwa Dia adalah Tuhan (Keluaran 10:1-2).
Ga
jizat-mujizat supaya dengan demikian mereka percaya
Dengan demikian, selayang pandang kehadiran gereja merupakan gerbang yang indah bagi kita untuk menjejaki isu-isu eklesiologi yang sedang berkembang hingga masa kini. Sebab di dalam sejarah awal keberadaan gereja tersimpan catatan yang melimpah lika-liku perkembangan kehidupan gereja yang dampaknya sampai pada gereja jaman ini.
B. Polemik Israel Rohani
Polemik tentang keberadaan gereja saat ini dapat terjembatani dengan memahami sejarah keberadaan gereja pada masa lalu secara khusus pada jaman Perjanjian Baru.
an
Tuhan Yesus berfirman dalam Matius 16:18 “di atas batu karang ini aku akan mendirikan jemaatku” teks Yunanin-
rm aw
ya mencatat demikian “kavgw. de, soi le,gw o[ti su. ei= Pe,troj( kai.
evpi. tau,th| th/| pe,tra| oivkodomh,sw mou th.n evkklhsi,an kai. pu,lai a[d| ou ouv
De
katiscu,sousin auvth/jÅ” Kata oikodomeso (to build) adalah kata kerja yang berbentuk indikatif futur. Untuk menjelaskan maksud ayat firman Tuhan di atas harus dipahami secara utuh. Makna yang terkan
BAB II | Eksistensi Gereja
11
dung dari kata itu menjelaskan sesuatu yang akan dibadibangun. Selanjutnya pengertian berkembang sebagai ek
if
klesian (jemaat/gereja) yang berarti gereja akan dibangun.
a
ngun atau didirikan dan sifatnya memang belum pernah
ur
Tepatnya pada masa para rasul sebagaimana direalisasikan
dalam peristiwa Pentakosta (Walvoord, 1984:18). Dengan
Ga
demikian, tidak tepat kalau gereja adalah kesinambungan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Israel. Apabila gereja berkedudukan sebagai kelanjutan Israel, maka bahasa yang dipakai bukanlah futur, tetapi lebih kepada renovasi program Israel yang diwujudkan dalam kehadiran gereja saat ini.
Istilah gereja secara rohani yang kita kenal saat ini
tentu tidak sama dengan pemahaman pada jaman Perjanjian Lama (PL). Kendati Bait Allah selalu menjadi sentral peribadatan umat Israel pada waktu itu. Dalam pandangan Thiessen (2003:479) bahwa kelihatannya sesuatu yang sulit untuk dipercayai bahwa Yesus hanya bermaksud mengadakan awal yang baru dalam perkembangan gereja sebab sangat jelas dinyatakan bahwa yang Yesus sedang bicarakan adalah mendirikan gereja dan bukan membangunnya
an
kembali.
rm aw
Dalam Septuaginta yaitu Alkitab Perjanjian Lama
yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani dan dipakai pada abad pertama menegaskan bahwa kata qahal diterjemah-
De
kan dengan kata ekklesia. Penggunaan ekklesia sebagai terjemahan kata qahal dalam bahasa Ibrani merujuk kepada pe ngertian sebagai suatu perkumpulan jasmani. Kata ini tidak pernah digunakan untuk menekankan sebuah
Gereja Pecah
12
gagasan mengenai gabungan mistik para orang kudus sebagai kumpulan rohani dari orang-orang yang terpisah
ur
ekklesia sebagai perkumpulan orang-orang kudus secara
if
Gagasan tentang jemaat atau gereja yang adalah
a
secara geografis.
geografis tidak pernah ditemukan dalam PL. Meskipun
Ga
dalam pengertian tertentu Israel adalah masyarakat rohani,
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
tetapi lebih bersifat rasial dan politis dari pada kondisi rohani. Sekalipun pemahaman tentang gereja dalam PL dapat berarti masyarakat rohani dan hal ini sesuatu yang lazim dalam teologia. Akan tetapi, peristilahan dalam PL tidak mendukung gagasan tersebut. Istilah ekklesia yang diterapkan kepada tubuh Kristus yaitu semua orang percaya dalam segala jaman adalah merupakan sebuah kekhususan atau keunikan Perjanjian Baru (PB). Hal ini memberi isyarat akan pola baru dari Allah yang membedakannya dengan program ilahi bagi bangsa Israel dengan program nya bagi bangsa-bangsa lain (Walvoord, 1984:15).
Penggunaan konsep umat yang dikhususkan bagi Allah menjadi polemik bagi kalangan pemimpin gereja
an
selama perjalanannya di dunia ini. Dalam penyelidikan
De
rm aw
Chris Marantika (2004:41) menegaskan: Semua teolog konservatif mengakui bahwa Perjanjian Baru merupakan dasar untuk anugerah pengampunan dan berkat-berkat yang mengikutinya yang semuanya diperoleh oleh darah Yesus Kristus. Bagi golongan Amilenium, berpendapat bahwa nubuatan itu dipenuhi secara simbolik oleh gereja, sedangkan golongan premilenium berpendapat bahwa Perjan-
13
Ga
ur
if
jian itu akan dipenuhi secara literal di masa depan bagi Israel sebagaimana dinubuatkan oleh Perjanjian Lama (Yer.31:31-34) dan Perjanjian Baru (Rm.11:2627). Golongan kedua ini juga percaya bahwa ada sebuah Perjanjian Baru yang lain yang berhubu ngan khusus dengan gereja seperti dinyatakan oleh Lukas 22:20 dan 1 Korintus 11:25. Dan Perjanjian ini kepada Gereja (Ibr.8)
a
BAB II | Eksistensi Gereja
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Setiap orang yang berada dalam Kristus selanjutnya
adalah sama seperti umat Israel sebelumnya. Dinyatakan sebagai umat pilihan Allah, kendatipun gereja tidak berada di bawah Perjanjian Musa dan Hukum taurat seperti bangsa Israel namun bukan berarti bahwa kita harus menga baikannya. Perjanjian Lama harus dilihat sebagai catatan dari karya Allah yang secara historis mempersiapkan kedatangan Yesus dan membawa orang percaya masuk dalam keluarga Allah. Pentakosta merupakan waktu yang tepat bagi Allah untuk menetapkan komunitas dalam Perjan jian Baru yang adalah gereja. Petrus mengawalinya dalam pelayanan khotbah yang luar biasa dan diresponi dengan iman oleh orang-orang yang mendengarkannya. Pada saat
an
itu terjadilah pertobatan besar yang berujung kepada pem-
rm aw
baptisan ribuan orang. Mulailah terjadi penghayatan kehidupan iman yang baru dan inilah cikal bakal dari gereja
De
(Lawson, 2008:29). Kecenderungan untuk menolak pemahaman akan
kesamaan antara gereja dan Israel dalam PL juga dilatarbelakangi oleh kesulitan kita pada penempatan keturunan Israel yang masih eksis sampai hari ini. Keberadaan bangsa
Gereja Pecah
14
Israel masa kini menjadi kesulitan tersendiri untuk meya kini bahwa gereja adalah kelanjutan dari Israel sebelum-
ur
bangsa yang kuat dan berkembang. Fakta ini tentu menjadi
if
namanya keturunan Israel masih ada sebagai sebuah
a
nya. Fakta lain menyatakan bahwa sampai hari ini yang
pertimbangan yang serius bagi kelompok-kelompok yang
Ga
mempertahankan pandangannya sehubungan dengan asal-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
usul gereja yang diyakini sebagai cerita bersambung dari bangsa Israel dalam PL.
Pada akhirnya menjadi sesuatu yang bukan polemik ketika pemahaman ini diuji dengan konteks Alkitab yang sebenarnya secara jujur membedakan antara gereja dan Israel. Membangun sebuah pengertian yang tegas bahwa memang gereja bukanlah pembaharuan dari instrument sebelumnya atau kelanjutan dari bangsa sebelumnya. Pola pandang eklesiologi ini dapat diresapi melalui gambar
De
rm aw
an
formasi nubuatan berikut:
BAB II | Eksistensi Gereja
15
Mencermati ilustrasi nubuatan para nabi tersemenubuatkan tentang kelahiran Kristus sampai kepada
if
Surga baru, Bumi baru dan Yerusalem baru. Akan tetapi,
a
but, maka kita diberitahu bahwa sesungguhnya para nabi
ur
gereja merupakan misteri yang tidak diketahui dalam
nubuatan para nabi. Artinya tidak ada indikasi bahwa para
Ga
nabi pada PL berbicara mengenai eksistensi gereja. Namun
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Gereja hadir dalam nubuatan yang dimulai pada era Perjanjian Baru. Jadi gereja adalah sesuatu yang betul-betul baru muncul dalam Perjanjian Baru yang hal itu masuk dalam program Allah yang kekal, akan tetapi tidak dalam pengetahuan para nabi-nabi Perjanjian Lama.
C. Bersentuhan Dengan Sejarah Dunia
Sekalipun gereja adalah organisme rohani, namun
tidaklah berarti semua kisah dan keberadaannya bersifat rohani. Gereja dalam keberadaannya adalah merupakan bagian dari sejarah dunia. Perkembangan kehidupan gereja sejak awal kehadirannya sampai pada masa kini menorehkan sejarah yang indah untuk dikenang sebagai pembelaja-
an
ran yang indah bagi kehidupan gereja masa kini. Selain itu dapat menjadi teladan dalam ide-ide positif bagi perkem-
rm aw
bangan dan perbaikan kondisi-kondisi yang berhubungan dengan benturan organisatoris, doktrinal, liturgis, dan se-
De
bagainya. Tentunya tak seindah yang dibayangkan sebagaimana seharusnya organisme rohani memproduksi hal-hal rohani. Harus diakui kejujuran sejarah tidak bisa diban-
Gereja Pecah
16
tah. Meskipun gereja adalah gudang hal-hal rohani namun keberadaan manusia sebagai makhluk yang tidak terlepas
ur
pasang surut dalam perkembangannya. Pelayan-pelayan
if
disadari sehingga sejarah kehidupan gereja mengalami
a
dari kelemahan-kelemahan, menjadi alasan yang harus
dalam gereja masih mengalami proses perubahan ke arah
Ga
yang baik, benar, dan sempurna. Mereka masih bergelut
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
dengan keinginan diri sendiri, pengaruh lingkungan, dan rongrongan iblis.
Pada permulaan gereja sebagaimana dicantumkan dalam Kisah Para Rasul, beranjak pada pendirian jemaat-jemaat oleh rasul-rasul yang kemudian gereja semakin berkembang ketika Saulus bertobat dan berubah menjadi Paulus. Pada saat itulah terjadi perkembangan gereja yang luar biasa. Di beberapa tempat mulai dari Yerusalem ke kota-kota sekitarnya hingga sampai ke asia kecil dan bahkan menjangkau Eropa oleh karena semangat pelayanan rasul Paulus. Gereja mula-mula ini yang dalam kurun waktu berlangsung pada tahun 30 M sampai 590 M. Hal ini dapat diklasifikasikan dalam 3 bagian waktu yaitu: Gereja abad
an
permulaan (tahun 30 M – 590 M), kemudian Gereja pada
rm aw
abad pertengahan (tahun 590-1500), dan Gereja pada Abad Modern (tahun 1500-masa kini). Gereja mengalami perkem-
De
bangan kendati berhadapan dengan penganiayaan dan tantangan pengajaran sesat di sekitarnya. Sebagai gereja awal yang terbentuk dalam konteks tiga bangsa yaitu Romawi, Yahudi dan Yunani. Gereja bertumbuh dalam keunikan di mana pada kelahiran Yesus
BAB II | Eksistensi Gereja
17
rm aw
an
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
ur
if
kinkan kedamaian tercipta pada masa kekuasaannya. Kondisi ini merupakan peluang bagi perkembangan gereja. Dalam hubungannya dengan bangsa Yahudi, sifat kepercayaan monoteistik yang kuat dan teologi Yahudi yang menantikan kedatangan Mesias. Selain itu Alkitab Perjanjian Lama Yahudi yang menjadi kitab suci orang Kristen pada abad pertama sebelum terbentuk Perjanjian Baru menjadi peluang tersendiri bagi gereja dalam mengembangkan sayapnya memberitakan Injil. Peranan kekuasaan Yunani juga berdampak tersendiri bagi kehadiran gereja abad permulaan. Jika Roma menguasai dunia secara politik, maka Yunani menguasainya secara intelektual (Indra, 2011:23). Pengaruh filsafat Yunani yang berkembang menjadi tantangan berat bagi teologia Kristen, namun disisi lain filsafat Yunani telah menolong membuka jalan bagi pene rimaan gereja Kristen pada saat itu. Sebagai salah satu contoh adalah kemunculan rasionalis menjadikan konsep berpikir politeisme tidak bertahan lama dan pada akhir nya monoteisme semakin nyata keberadaannya. Terjadilah perubahan situasi pada saat itu dimana lambat laun filsafat-filsafat yang terkenal mengalami keruntuhan, sehingga menjadi pintu keterbukaan kepada kekristenan.
a
bangsa Roma telah menduduki Palestina yang memung
De
D. Kondisi Gereja Mula-Mula Pada awalnya gereja hanyalah merupakan sebuah
kelompok kecil yang didominasi oleh orang Yahudi. Akan tetapi, setelah terjadinya penganiayaan terhadap orang Kristen maka menyebabkan penyebaran mereka di seluruh
Gereja Pecah
18
daerah pada saat itu. Situasi itulah yang membuat perkembangan yang pesat dalam kehidupan gereja, dimana dalam
naikan-Nya (Mat.28:18-20; Mark. 16:15-18; Kis.1:8).
ur
pemberitaan Injil yang disampaikan oleh Yesus sebelum ke-
Ga
Semula orang-orang yang baru percaya kepada
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Tuhan Yesus bersekutu dan beribadah di rumah mereka masing-masing dan belum ada gedung khusus untuk kebaktian pada saat itu. Sehubungan dengan kebangkitan Kristus yang bertepatan dengan hari minggu, maka perhimpunan jemaat Kristen pada saat itu dilakukan pada hari-hari minggu (Kis.20:7). Menurut Kuhl (1998:44) bahwa pada saat itu jemaat beribadah dengan tanpa adanya liturgi yang tersusun rapi. Yang dilakukan adalah berdoa bersama, kemudian penyembahan dengan nyanyian dan pujian, belajar tentang pengajaran rasul-rasul dan mengadakan perjamuan kudus dalam setiap kebaktian.
Model peribadatan semacam ini berlangsung hingga sebelum terjadinya peralihan dari para rasul kepada orang-
an
orang berikutnya. Perubahan besar mulai terjadi setelah
rm aw
kepemimpinan para rasul (tahun 70-140) baik secara lahiriah maupun secara batiniah, diantaranya skema organisasi mulai terbentuk sebagaimana sistem yang terdapat
De
if
Rasul 8-11). Tentunya ini salah satu realisasi dari perintah
a
beberapa tempat itu pemberitaan Injil terbuka (Kisah Para
dalam sinagoge. Gereja dipimpin oleh episkopos (penilik), presbuteros (penatua) dan diakonos (pelayan). Gereja mengalami perluasan yang bertolak dari daerah Palestina ke Siria, dan dari daerah tersebutlah
BAB II | Eksistensi Gereja
19
gereja tersebar di berbagai penjuru. Ke sebelah barat dikerkan oleh orang-orang Yahudi Kristen dari Siria dan Palesti-
if
na dengan pusat penginjilan di kota Edessa dan ke wilayah
a
jakan oleh Paulus (Kis.18:24-25), kesebelah Timur dikerja-
ur
selatan dibawa oleh rasul Bartolomeus dan Rasul Thomas ke India (Indra, 2011:25).
Ga
Dalam perkembangan selanjutnya gereja mulai men-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
galami tantangan yang berat. Bukan hanya tantangan lingkungan tetapi juga tantangan terhadap berbagai penga jaran yang menjamur. Gereja mulai mendapat penghambatan dan penganiayaan dari kaisar-kaisar Roma berikutnya terutama pada masa kekaisaran Nero (tahun 64 M), Kaisar Domitianus (Tahun 81-96), Kaisar Trayanus (tahun 98-117). Penganiayaan ini mengakibatkan beberapa bapa gereja harus mati syahid pada masa-masa kelam itu, seperti Policarpus dan Justin Martyr. Sedangkan dari sisi pengajaran gereja ditantang dengan berbagai ajaran miring seperti Gnostisisme, Marcion, dan Montanisme.
Reaksi yang muncul dari kekristenan selain dari
apologet-apologet yang dibangun oleh bapa-bapa gereja dalam bentuk tulisan, dibentuklah kanon Perjanjian Baru
an
(tahun 100 M) dan diikrarkannya Pengakuan Iman sebagai
rm aw
ketetapan ajaran gereja. Selanjutnya, ditetapkan jabatan uskup untuk menggantikan posisi para rasul sampai pada penamaan jemaat yaitu Gereja Katolik. Seiring pertumbu-
De
han gereja, maka segala bentuk kekuasaan dan kepen tingan semakin tak terkendalikan. Pada akhirnya gejolak dalam gereja di berbagai wilayah semakin panas, sehingga gereja terpecah menjadi dua yaitu Gereja Katolik dan Gereja Protestan.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
if
a
21
ur
if
a
BAB III | Gereja yang Membumi
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
GEREJA YANG MEMBUMI
Ga
BAB III
A. Gereja dan Hakikatnya
Pemberian nama gereja tidak terlepas pada konteks
budaya atau bahasa setempat. Istilah “gereja” yang kita kenal saat ini pada awalnya berasal dari bahasa Portugis ya itu “igreja” yang berarti berkumpul. Dalam bahasa Yunani disebut ekklhsiα (ekklesia) yang berarti sidang, jemaat, atau kumpulan. Kata “ekklesia” itu sendiri adalah terjemahan dari kata “qahal” (kahal) atau “qahal YHWH yang berarti
an
umat, jemaat, atau massa. Dalam Perjanjian Lama (PL) isti lah “qahal” berarti Israel sebagai umat yang dikasihi oleh
rm aw
Allah yang dipanggil supaya menjadi terang dan berkat bagi
De
bangsa-bangsa lain di sekitarnya (Ulangan 7:6). Pemanggilan Allah yang istimewa ini bagi umat-Nya
dimulai dari pribadi Abraham, Ishak, dan selanjutnya kepada kedua belas suku Israel. Mereka dipanggil oleh Allah sebagai umat yang berbakti kepada-Nya. Setelah Allah me-
21
Gereja Pecah
22
lihat manusia telah berdosa dan terus berbuat dosa, maka Allah Bapa mengutus Anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus
ur
seratus persen sebagai manusia.
Keberadaan Yesus di dunia adalah Allah sejati dan
Ga
manusia sejati. Sebagai manusia sejati, Dia lahir melalui
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
keturunan Yusuf dan Maria dari Nazaret. Kelahiran Yesus sangat ajaib karena tidak melalui hubungan suami-istri pada umumnya, melainkan oleh kuasa Roh Kudus. Kelahiran-Nya menunjukkan bahwa Allah Bapa sangat mengasihi setiap manusia yang telah berdosa kepada-Nya. Mereka dipanggil dan dipilih untuk memperoleh pembaharuan hidup dan pertobatan yang benar dalam rencana penggenapan karya keselamatan kekal dari-Nya. Setiap manusia yang sudah ditebus dosanya dikenal sebagai orang Kristen.
Komunitas orang Kristen dipanggil oleh Allah dari berbagai suku, agama, ras, etnis, bahasa, budaya, dan ber bagai bangsa di seluruh dunia. Mereka dikumpulkan menjadi sebuah komunitas yang saling mengasihi
an
dan membangun. Dalam uraian Riemer (2002:60) bahwa
rm aw
komunitas ini dipanggil oleh Firman Tuhan. Kuasa Firman Tuhan dapat mengubahkan seluruh kehidupan manusia yang berdosa. Jadi, komunitas yang sudah dipanggil oleh
De
Allah ini secara istimewa berkumpul dalam suatu tempat yang disebut gereja.
if
Nya. Pada posisi ini Yesus seratus persen adalah Allah dan
a
Kristus ke dalam dunia untuk menebus dosa-dosa umat-
BAB III | Gereja yang Membumi
23
ur
if
a
Gereja adalah komunitas manusia yang dipanggil oleh Allah dari berbagai suku, ras, etnis, bahasa, budaya, agama, dan bangsa di seluruh dunia.
Ga
Dalam percakapan sehari-hari, hampir semua orang
Kristen mengartikan “gereja” pada gedungnya sema-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
ta. Pemahaman ini tentu tidak salah, tetapi juga tidak seluruhnya benar. Sekali pun melalui keberadaan gereja dapat dilihat identitas dan ciri khas orang Kristen. Orang Kristen tidak sama dengan gedung gereja. Yesus sendiri tidak pernah berbicara tentang gedung gereja untuk meng identikkan orang Kristen itu sendiri. Istilah gereja lebih menekankan pada pengertian persekutuan spritual atau rohani.
Keberadaan Bait Allah pada Perjanjian Lama tidak
mungkin terlepas dengan keberadaan gereja yang kita kenal selama ini. Pada umumnya orang Kristen cenderung berpendapat istilah gereja lahir pada hari Pentakosta. Hari Pentakosta ini terjadi sekitar sepuluh hari setelah
an
kenaikan Yesus Kristus ke sorga. Tetapi tidak boleh kita
rm aw
lupakan bahwa gereja yang lahir pada hari Pentakosta itu merupakan kesinambungan dengan umat Allah yang te
De
lah ada sejak pemilihan Abraham pada saat itu. Perwujudan umat Allah dapat dilihat dalam gereja sekarang ini. Memang berbagai argumentasi yang muncul dari para teolog tentang hakikat gereja. Kerumitan dalam
Gereja Pecah
24
konteks kehidupan gereja bukan saja terletak pada kepelbagaian aliran, denominasi, dan doktrin yang selalu
ur
wa gereja adalah kesinambungan dari kehidupan bangsa
if
asal-usul gereja itu sendiri. Ada yang berpendapat bah-
a
ditonjolkan, tetapi juga perdebatan sehubungan dengan
Israel atau biasa disebut sebagai Israel rohani. Pada sisi
Ga
yang lain ada yang mengatakan bahwa gereja adalah ins
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
trument baru yang tidak ada kaitannya dengan bangsa Israel.
Salah satu argumentasi yang diringkaskan oleh Walvoord (1984:18) dengan berkata:
an
Ada yang berpendapat bahwa gereja hanyalah perkembangan lanjut dari rencana Allah bagi Israel dalam Perjanjian Baru, kemudian berusaha menyamakan gereja dengan Israel. Yang lainnya lagi menganggap gereja sebagai suatu fase penggenapan tujuan wasiat Allah tentang penyelamatan. Ada pula yang berpendapat bahwa gereja adalah satu aspek dari keseluruhannya kerajaan Allah, dimana gereja merupakan satu lapisannya. Masih ada lagi yang menggabungkan berbagai aspek dari gagasan-gagasan di atas. Konsep gereja sebagai kesinambungan dari Israel
rm aw
akan berbenturan dengan beberapa nubuatan yang tidak tepat dengan keberadaan gereja pada saat atau setelah
De
pentakosta. Hal ini ditegaskan oleh Thiessen (2003:479) dengan mengatakan: Mereka yang beranggapan bahwa gereja hanya me rupakan Israel rohani dari Perjanjian Baru, dengan kata lain, gereja adalah kelanjutan dari Israel Per-
BAB III | Gereja yang Membumi
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
ur
if
janjian Lama, mau tidak mau percaya bahwa gereja sudah didirikan dalam zaman Perjanjian Lama. Pihak lain beranggapan bahwa gereja mulai didirikan pada saat Kristus mulai ber khotbah. Namun pandangan-pandangan ini ternyata tidak alkitabiah berdasarkan penyataan Kristus sendiri. Kristus menyatakan di Kaisarea Filipi bahwa pada saat itu gereja masih belum berdiri, karena Ia mengatakan, “di atas batu karang ini Aku akan membangun jemaatKu” (Matius16:18).
a
25
Momentum hari Pentakosta dan sesudahnya me
rupakan waktu yang tepat menemukan istilah gereja. Kendati demikian, secara tersirat sebenarnya istilah gereja sudah identik dengan keberadaan bait Allah dan keberadaan umat Tuhan yang taat kepada-Nya. Oleh sebab itu, apapun argumentasinya tetap pada keyakinan bahwa Yesus Kristus adalah Kepala atas gereja-Nya. Gereja Kristus sudah ada sejak Perjanjian Lama dan terus dilanjutkan pada masa Perjanjian Baru sampai saat ini. Sekali pun banyak aliran dan denominasi gereja yang berbeda pandangan tentang hal ini. Siapa pun pendetanya dan apapun nama gerejanya, sesungguhnya gereja adalah mi-
De
rm aw
an
lik Kristus.
Gereja Kristus sudah ada sejak jaman Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan sampai saat ini. Oleh sebab itu, siapa pun pendetanya gereja adalah milik Kristus.
Gereja Pecah
26
Kristus membina hubungan yang intim dengan jemaat-Nya sebagai bentuk kesatuan yang utuh dan tak melalui
perumpamaan-perumpamaan-Nya,
ur
yaitu: Kawanan domba dan gembala (Yoh. 10:11; Yeh.
if
dilukiskan
a
terpisahkan dari diri-Nya. Hubungan yang hidup itu dapat
34); umat Allah (1 Petrus 2:9; Yehezkiel 37:27); pokok an-
Ga
ggur dengan ranting-rantingnya (Yohanes 15:1-15); Tubuh
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Kristus (Efesus 4:11-12; Roma 12:4; 1 Korintus 12:12-18), dan seterusnya.
Bentuk perumpamaan di atas menunjukkan relasi hubungan yang akrab dengan gereja-Nya. Dalam panda ngan Packer (1991:68) mengatakan bahwa gereja adalah persekutuan seluruh dunia dari orang-orang percaya yang kepalanya adalah Kristus. Gereja berarti kumpulan orang-orang yang sudah dikuduskan oleh Allah. Gereja dipimpin dan dikhususkan oleh Allah dalam rangka memberitakan karya keselamatan dari-Nya. Mereka beriman kepada Kristus dan dipanggil dari segala bangsa, budaya, bahasa, etnis, serta berbagai latar belakang kehidupan sosialnya.
an
Pemanggilan dan pemilihan setiap orang Kristen se-
rm aw
cara khusus didasarkan atas kasih dan anugerah Allah semata. Rasul Petrus menguraikan hal ini dengan berpusat pada skema kerajaan sorga: “Tetapi kamulah bang-
De
sa yang terpilih, imamat am rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri; supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu ke luar dari kegelapan kepada terang-
BAB III | Gereja yang Membumi
27
if
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
ur
Allah memanggil dan memilih setiap orang menjadi Kristen hanya oleh karena kasih dan anugerah-Nya. Allah memberikan ke selamatan kepada seseorang berdasar kan otoritas dan kedaulatan-Nya sebelum dunia dijadikan.
a
Nya yang ajaib” (1 Petrus 2:9).
Berdasarkan Firman Tuhan di atas ada dua aspek
penting yang menjadi rujukan bagi setiap pribadi orang Kristen, yaitu:
1. Anugerah sebagai aspek rohani atau spiritual yaitu terpilih, imamat am, dan kepunyaan Allah.
2. Melaksanakan tugas misi pemberitaan Injil kepada semua orang dalam dunia ini. Apabila gereja lepas dari misinya, maka pribadi-pribadi orang Kristen tersebut tidak dapat disebut gereja.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa istilah qa-
hal, ekklesia, dan gereja pada dasarnya menunjuk pada
an
persekutuan orang-orang yang telah dipanggil oleh Allah
rm aw
dari berbagai suku, agama, ras, bahasa, bangsa, etnis, dan budaya yang berbeda-beda. Mereka memiliki keyaki nan yang kuat bahwa hanya Yesus Kristus satu-satunya
De
Allah serta juru selamatnya. Oleh sebab itu, seluruh aspek dan pola kehidupannya harus sesuai dengan kehendak Allah. Hidup dalam persekutuan dengan Allah serta meminta kekuatan dari Dia agar mampu melakukan sega-
Gereja Pecah
28
la perintah-Nya yang tertulis di dalam Alkitab.
B. Gereja Bersifat Gedung
ur
nya tidak terlepas pada konteks bahasa, budaya, dan tra-
if
da-beda dalam menamai gereja. Penamaan gereja tentu
a
Setiap negara di dunia memiliki istilah yang berbe-
Ga
disi negara atau daerah setempat. Beberapa contoh negara yang dimaksud antara lain: Inggris disebut Chruch, Belan-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
da disebut Kerk, Scotlandia disebut Kirk, Indonesia disebut gereja. Setiap daerah di Indonesia menyebut gereja sesuai dengan bahasa daerahnya masing-masing. Misalnya di Nias gereja dikenal dengan istilah gosali, di Jawa dikenal istilah grejo, dan lain-lain. Apapun istilah gereja yang dipakai saat ini tidak terlepas dari istilah Yunani ya itu Kuriakon. Kuriakon adalah Rumah Allah atau gedung gereja. Gereja yang bersifat gedung berbeda maknanya dengan ekklesia. Ekklesia lebih menunjuk pada pribadi orang Kristen.
rm aw
an
Istilah kuriakon berbeda dengan ekklesia. Kuriakon berarti rumah Allah, sedangkan ekklesia berarti seseorang yang dipanggil Allah untuk masuk ke dalam rumah-Nya. Jumlah gedung gereja dari berbagai aliran dan de-
De
nominasi di seluruh dunia mengalami peningkatan. Apabila dilihat secara seksama menunjukkan bahwa pertambahan jumlah orang Kristen tidak sebanding dengan pertambahan gedung gereja yang semakin tidak terken-
BAB III | Gereja yang Membumi
29
dalikan. Apakah pertambahan gedung gereja seperti ini Kristen yang percaya kepada Yesus Kristus? Untuk menja
if
wab pertanyaan ini tentu harus memiliki hati yang bijak-
a
menunjukkan peningkatan kuantitas dan kualitas orang
gereja maupun orang Kristen secara keseluruhan.
ur
sana serta penuh kejujuran pada setiap pribadi pemimpin
Ga
Bertambahnya aliran dan denominasi gereja mem-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
beri peluang penambahan gedung gereja baru. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Kementerian Agama Republik Indonesia pada tahun 1993 menemukan 275 organisasi gereja Kristen Protestan dan sekitar 400-an yayasan Kristen Protestan yang bersifat gerejawi (Aritonang, 2000:1). Dari data ini menunjukkan bahwa pertambahan aliran dan denominasi gereja semakin meningkat. Jumlah organisasi gereja semakin bertambah, tetapi jumlah orang Kristen sangat sedikit peningkatannya atau bisa dikatakan jumlahnya masih tetap.
Berdasarkan hasil pengamatan dan data dari Lu-
mintang (2011:76) menegaskan bahwa sesungguhnya ti-
an
dak bertambah jumlah orang Kristen di Indonesia bahkan
rm aw
cenderung menurun. Selanjutnya, data resmi dari Badan Pusat Statistik Departemen Agama Republik Indonesia menunjukkan bahwa persentase pemeluk Kristen tahun
De
1990 sekitar 5,8% dari jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2000 terjadi penurunan menjadi 5,7%. Kemu dian pendataan kembali terjadi tahun 2005 menunjukkan persentase jumlah orang Kristen masih tetap 5,7% dari
Gereja Pecah
30
jumlah penduduk Indonesia (Nurdi, 2005). Jumlah orang Kristen tidak bertambah, namun
ur
reja seperti ini juga diungkapkan Makkelo (2010:153) da-
if
kat. Peningkatan jumlah organisasi atau denominasi ge-
a
jumlah aliran dan denominasi gereja semakin mening-
lam bukunya yang berjudul “Kota Seribu Gereja”, di mana
Ga
tahun 1999 telah ada sekte aneh di Kota Manado yaitu
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
The Satanic Church yang sering disebut gereja setan. Dia menambahkan, pada tahun 2004 jumlah gereja dari ber bagai aliran dan denominasi di Kota Manado sebanyak 437 gereja yang terdata (2010:200). Tentu masih banyak lagi gereja yang tersebar di seluruh Indonesia, baik yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar secara resmi di Dirjen Kristen Kementerian Agama Republik I ndonesia. Bertambahnya gedung gereja disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: bertambahnya aliran gereja; bertambahnya denominasi gereja, dan bertambahnya jumlah orang Kristen. Pertambahan gedung gereja sebagai akibat dari pe ningkatan jumlah orang Kristen dapat dikatakan adalah keberhasilan sesuai dengan Amanat Agung Yesus Kristus.
an
Akan tetapi, bertambahnya aliran dan denominasi gereja
rm aw
merupakan bentuk perpecahan gereja. Tuhan Yesus belum pernah memerintahkan untuk menambah jumlah ali-
De
ran dan denominasi gereja, tetapi justru Dia mengingatkan agar umat-Nya pergi memberitakan Injil dengan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan di dalam gereja-Nya.
BAB III | Gereja yang Membumi
31
if
a
Jumlah aliran dan denominasi gereja bertambah, tetapi orang Kristen masih stagnan.
ur
Adanya perbedaan aliran dan denominasi gere-
Ga
ja di atas terus dipertentangkan sampai saat ini. Per-
bedaan semacam ini dimulai dari hal yang paling kecil
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
sampai ke hal yang paling mendasar. Diawali dari perbedaan pendapat antara pemimpin gereja, pemimpin gereja dengan jemaat, perbedaan liturgis, dan selanjutnya ke hal yang paling krusial mengenai perbedaan doktrin. Hal ini kembali diingatkan oleh Makkelo (2010:155) bahwa bera gamnya aliran yang muncul ini sebagai akibat perbedaan dalam menafsirkan Alkitab, perbedaan dalam menerapkan tata ibadah, dan perbedaan dalam metode Pekabaran Injil. Semua perbedaan ini pada akhirnya berujung pada perpecahan gereja yang melahirkan adanya berbagai bentuk aliran dan denominasi gereja baru, sehingga pertambahan gedung gereja pun tidak mungkin dielakkan.
an
C. Gereja Yang Melawan
rm aw
Pada umumnya bentuk gedung gereja pada setiap
negara dan daerah memang berbeda-beda. Di wilayah Indonesia bentuk gedung gereja lebih mengikuti nuansa
De
budaya daerah setempat. Hal ini dilakukan sebagai wujud dalam melestarikan budaya. Selain itu, ada juga yang mengikuti bentuk atau model gereja yang ada di beberapa negara Eropa dan Amerika. Kondisi ini tidak terlepas dari
Gereja Pecah
32
pengaruh para misionaris yang berasal dari latar bela kang budaya serta negara yang berbeda-beda.
ur
signifikan. Setiap aliran dan denominasi gereja menggu-
if
gedung gereja telah mengalami perubahan yang sangat
a
Dalam beberapa tahun terakhir bentuk dan model
nakan ruko, rumah, hotel, mall, dan fasilitas sosial lain-
Ga
nya untuk melaksanakan kegiatan ibadah. Berubahnya
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
bentuk dan model gereja ini disebabkan oleh sikap pemerintah yang mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang syarat dan pembatasan pembangunan tempat ibadah. Lokasi ini dipilih sebagai bentuk perlawanan orang Kristen terhadap kebijakan pemerintah.
Ada tiga kementerian yang harus bertanggung jawab dalam mengembalikan keharmonisan umat ber agama yang sudah terjalin dengan baik selama ini, yaitu Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, serta Kementerian Hukum dan HAM. Keharmonisan interumat beragama, antarumat beragama, dan antarumat beragama dengan pemerintah terganggu atas kebijakan pemerintah tersebut. Diperparah lagi adanya sebagian anggota ma
an
syarakat yang tidak menyetujui pembangunan gedung ge-
rm aw
reja di daerah tersebut. Mereka menggunakan berbagai
De
cara untuk menghalangi pembangunan gedung gereja.
Gereja berubah bentuk dan modelnya merupakan sebuah sikap perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang membatasi ijin pembangunan gereja.
BAB III | Gereja yang Membumi
33
Lebih ironisnya lagi, ada beberapa gereja yang sulama bertahun-tahun pada akhirnya ditutup. Tidak jarang
if
orang Kristen mengalami penganiayaan dari orga nisasi
a
dah memiliki ijin dan telah mendirikan gedung gereja se-
ur
kemasyarakatan yang mengatasnamakan agama tertentu.
Kenyataan ini seakan-akan ada yang melegitimasi tinda-
Ga
kan mereka. Pemerintah pun terkesan lepas tangan ke-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
tika terjadi konflik seperti ini dan pada akhirnya orang Kristen dituding sebagai biangnya.
Pemerintah mengeluarkan berbagai syarat sehing-
ga secara tidak langsung melarang umat beragama atau orang Kristen pada khususnya untuk membangun gedung gereja. Umat beragama tidak bebas lagi beribadah sesuai dengan agama dan keyakinannya yang dijamin oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Peme rintah harus mengkaji kembali SKB ini serta tidak boleh mencampuri secara mendalam tentang keyakinan atau agama seseorang. Bangsa ini tidak akan maju serta tidak bermartabat jika hanya ada satu agama yang mendiami bumi pertiwi ini.
an
Kehidupan orang Kristen pada dasarnya tidak bisa
rm aw
dilepaskan dari keberadaan gedung gereja. Gedung gereja merupakan sebuah identitas bagi orang Kristen. Gedung gereja juga berperan penting dalam pertumbuhan
De
kualitas imannya. Gedung gereja atau rumah ibadah sebagai simbol agama yang kuat (Makkelo, 2010:142). Gedung gereja sangat penting dalam rangka melaksanakan seluruh kegiatan gerejawi serta memberikan kegairahan
Gereja Pecah
34
if ur
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
Gedung gereja sangat penting bagi orang Kristen. Gedung gereja sebagai identitas dan sarana untuk membangun keber samaan serta menguatkan iman orang Kristen. Gedung gereja sama pentingnya dengan tempat ibadah agama lain.
a
bagi umat Kristen dalam melayani sesamanya.
Kehadiran gedung gereja menjadi sarana dalam mempersatukan berbagai latar belakang kehidupan sosial umat Kristen seperti orang miskin dengan kaya, orang cacat dengan normal, orang berpendidikan dengan buta huruf, orang tidak berbudaya menjadi berbudaya, dan sebagainya. Keberadaan gedung gereja sama pentingnya dengan keberadaan tempat ibadah bagi agama lain. Setiap agama di seluruh wilayah Indonesia harus diijinkan untuk mendirikan tempat ibadah yang dilindungi oleh Pancasila, UUD 1945, serta pemerintah pusat dan daerah.
an
D. Gereja Tempat Orang Berdosa
rm aw
Keberadaan orang Kristen bukan hanya dilihat dari
gedungnya saja tetapi juga menyangkut pribadi-priba di anggota jemaat yang beribadah di dalamnya. Gereja
De
yang bersifat jemaat berarti sebuah organisasi manusia yang bisa berbuat salah, berdosa kepada Allah (Griffiths, 1995:36). Oleh sebab itu, setiap pribadi orang Kristen yang telah dikumpulkan dalam gedung gereja perlu
BAB III | Gereja yang Membumi
35
diajar dan dibimbing oleh pemimpin gereja yaitu pendeten kemungkinan besar masih bisa berbuat dosa. Mereka
if
senantiasa tetap diingatkan, diajar secara terus-menerus
a
ta atau penginjil. Walaupun sudah menjadi orang Kris-
teguh, dan melayani Allah dengan cara yang benar.
ur
agar kembali pada tatanan hidup yang benar, beriman
Ga
Untuk membentuk karakter hidup orang Kristen
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
yaitu gereja sejati harus didasarkan pada prosesnya Al lah. Hal ini dikatakan oleh Sproul (2002:285) bahwa gereja menunjuk pada semua orang yang menjadi milik Tuhan, yaitu mereka yang telah dibeli oleh darah Kristus. Menjadi milik Tuhan berarti menunjuk kepada orang-orang yang dipanggil keluar dari rumah-rumah mereka untuk datang ke suatu tempat yaitu gereja (Riemer, 2002:60). Setiap orang yang mengaku Kristen sesungguhnya merupakan kumpulan orang-orang berdosa yang dipanggil oleh Allah melalui kuasa darah Yesus Kristus dengan tujuan diselamatkan.
Orang Kristen adalah pribadi yang sudah dipang-
gil dari dosa mereka dan dibenarkan oleh Yesus Kristus
an
melalui karya penebusan di atas kayu salib. Karya kese-
rm aw
lamatan ini dimulai dari kelahiran, pelayanan, sengsara, kematian, kebangkitan, kenaikan, dan kedatangan Yesus kembali. Setiap orang yang telah diselamatkan oleh Yesus
De
dipersatukan di dalam gereja-Nya serta menggunakan Alkitab sebagai pedoman hidup dalam melaksanakan seluruh aktifitasnya.
if ur
Ga
Gereja adalah tempat orang yang baru bertobat. Gereja adalah tempat orang untuk berbuat dosa. Gereja adalah tempat orang-orang berdosa kepada Allah dan sesamanya.
a
Gereja Pecah
36
Pengetahuan seseorang tentang isi Alkitab tidak
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
menjamin dia tidak berbuat dosa. Para pemimpin gereja seperti Pendeta, penginjil, majelis jemaat, serta orang Kristen secara keseruhan bisa jatuh dan terjebak untuk berbuat dosa. Tanpa disadari pemimpin gereja dan orang Kristen pada umumnya melakukan dosa lewat pelayanan mereka. Pelayanan sosial gereja yang paling ngetren saat ini yaitu pengobatan dan pemeriksaan kesehatan secara gratis, pembagian sembako, mendirikan rumah sakit, mendirikan sekolah, dan sebagainya. Pada konteks pelayanan ini biasanya gereja bisa terjebak untuk berbuat dosa. Oleh karena, mereka melakukan pelayanan itu hanya untuk kepentingan pribadi atau golongannya. Segala bentuk pelayanan yang dilakukan oleh gere-
an
ja pada dasarnya tidak salah. Akan tetapi, sebagian be-
rm aw
sar pemimpin gereja melakukan kegiatan pelayanan sosial mereka hanya untuk ambisi tertentu, kekuasaan, dan
De
popularitas pribadi semata. Pada akhirnya organisasi gereja yang tidak bisa melakukan kegiatan yang sama se ring dianggap bukan gereja. Setiap orang yang melakukan pelayanan untuk tujuan popularitas, maka dipastikan
BAB III | Gereja yang Membumi
37
adanya unsur-unsur atau sifat manusia yang lebih ditonini dipertontonkan maka gereja sudah kehilangan identi-
if
tasnya sebagai lembaga kerohaniaan. Setiap gereja seha-
a
jolkan daripada kemuliaan Tuhan. Ketika realita semacam
ur
rusnya mencerminkan dirinya sebagai garam dan terang yang belum percaya.
Ga
di tengah-tengah komunitas Kristen maupun masyarakat
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Setiap orang yang sudah menjadi Kristen kemung
kinan masih bisa berbuat dosa. Ada tiga aspek penting yang harus diwaspadai oleh setiap orang Kristen, yaitu: 1. Kita bisa berdosa karena keinginan diri sendiri. 2. Kita bisa berdosa karena pengaruh lingkungan. 3. Kita bisa berdosa karena pengaruh iblis.
Ketiga hal di atas dapat menjadi sumber kejatuhan
manusia dalam dosa secara keseluruhan dan orang Kristen pada khususnya. Tidak mengherankan jika kita dapat menemukan orang Kristen yang dipenjara karena melakukan perbuatan dosa. Kendati mereka menggunakan nama-nama yang terdapat dalam Alkitab seperti Matius,
an
Yohanes, Lukas, Paulus, dan lain-lain. Bukan hanya itu saja, pendeta, penginjil, dan majelis-majelis jemaat bisa
rm aw
berbuat dosa dalam pelayanan mereka. Biasanya dosa mereka tidak selalu mencuat kepermukaan. Dosa mereka
De
selalu tertutupi oleh jubah kebesaran dan kedudukannya dalam gereja. Oleh sebab itu, siapa pun kita harus selalu bersandar dan memohon pengampunan dari Tuhan sepanjang nafas hidup kita di dunia ini.
Gereja Pecah
38
E. Gereja Yang Berubah Keberadaan gereja dewasa ini tentu tidak bisa dile-
ur
Taman Eden, namun secara kelembagaan wujud gereja
if
sudah ada sejak Allah menciptakan Adam dan Hawa di
a
paskan dari sejarah awalnya. Walaupun sifat-sifat gereja
baru terlihat ketika para rasul mulai memberitakan Injil
Ga
secara besar-besaran setelah Yesus Kristus naik ke sor-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
ga. Keberadaan gereja sangat jelas terlihat pada peristiwa Pentakosta di mana 3000 orang lebih yang percaya kepada Yesus Kristus, kemudian mereka dibaptis dan tetap menjaga persatuan dan kesatuan di dalam gereja-Nya (Kisah Para Rasul 2:41-47).
Dalam perjalanan yang panjang inilah gereja masih terus mengalami perubahan sesuai konteksnya. Gereja terus belajar membenahi diri sebagai lembaga kerohanian yang ada di tengah-tengah dunia ini. Berdasarkan penga laman ini membawa gereja untuk melihat jelas apa yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi ke depan. Gereja harus belajar dari semua pengalaman yang sudah dialaminya serta mengevaluasi apa saja yang sudah diker-
an
jakan bagi dunia yang terus mengalami perubahan yang
rm aw
radikal dalam setiap lini kehidupan manusia.
Perubahan radikal semacam ini terjadi karena
dilatarbelakangi oleh faktor yang timbul dari luar gereja
De
maupun dalam gereja itu sendiri. Faktor dari luar gereja yaitu adanya tekanan-tekanan dari orang-orang yang tidak senang atas kehadiran gereja di sekitarnya. Mereka menganggap gereja sebagai lembaga yang mengancam ko-
BAB III | Gereja yang Membumi
39
munitasnya, yang didasari atas adanya perbedaan a gama menghambat pertumbuhan gereja. Melarang pembangu-
if
nan gedung gereja, serta melarang orang Kristen melak-
a
dan keyakinan. Berbagai cara yang dilakukan untuk
ur
sanakan kegiatan ibadah di rumahnya seperti perseku-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
lainnya.
Ga
tuan doa, ibadah rumah tangga, dan berbagai kegiatan
Berbagai masalah dalam gereja su dah berlangsung lama. Adanya faktor internal dan eksternal. Internal mun cul dari pemimpin dan warga jemaat. Eksternal berarti adanya tekanan dan intimidasi dari orang-orang di luar ag ama Kristen.
Sementara faktor yang timbul dari dalam gereja
diawali oleh orang-orang Kristen itu sendiri secara khusus para pemimpinnya. Mereka ingin merubah tatanan kehidupan gereja yang sudah ada sebelumnya. Kadang perubahan ini berdampak positif tetapi tidak sedikit ju-
an
ga dampak negatifnya. Dampak positif yaitu pertumbu-
rm aw
han jumlah orang Kristen meningkat, sedangkan dampak negatifnya yaitu adanya sikap saling tidak menerima an-
De
tara aliran dan denominasi gereja yang sudah ada. Oleh sebab itu, gereja terus mengalami perpecahan yang melahirkan berbagai ajaran, aliran, dan denominasi gereja baru (Makkelo, 2010:156).
Gereja Pecah
40
Selain perubahan yang ditimbulkan oleh para pe mimpin gereja, maka simpati warga jemaat terhadap lem-
ur
protes terhadap lembaga gereja maupun para pemimpin-
if
Berbagai macam alasan yang diutarakan sebagai bentuk
a
baga gereja juga mengalami perubahan yang signifikan.
nya. Warga jemaat sering mengatakan bahwa dalam ge-
Ga
reja terlalu banyak masalah, tidak memiliki waktu untuk
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
pergi ke gereja, pemimpin gereja lebih tertarik pada uang daripada diri mereka, liturgi ibadah gereja sangat membosankan, dan lebih para lagi gereja dianggap bukan lembaga rohani lagi sehingga tidak ada Tuhan di dalamnya. Paradigma orang Kristen di atas didasarkan pada pengalaman-pengalaman mereka di dalam gereja selama bertahun-tahun. Lembaga gereja diasumsikan sebagai sarana untuk memuaskan batin mereka yang sedang haus dan ditindas oleh jaman ini. Ketika pemimpin gereja tidak mampu menjawab pergumulannya, maka mereka kehilangan arah serta berubah sesuai konsep berpikirnya masing-masing. Tidak sedikit orang Kristen sering berpindah ke aliran dan denominasi gereja lain hanya untuk
an
memenuhi segala kebutuhannya baik spiritual maupun
rm aw
jasmaninya. Inilah bentuk-bentuk tantangan gereja saat ini yang terus berubah sesuai konteks jamannya. Perubahan paradigma gereja dewasa ini telah dipe
De
ngaruhi oleh sekularisme dan kapitalisme. Setiap aliran dan denominasi gereja berlomba-lomba memenuhi permintaan jemaat sebagai langkah antisipasi agar tidak pindah ke gereja lain. Yang paling mencolok lagi adanya daya
BAB III | Gereja yang Membumi
41
tarik untuk “memancing” anggota gereja lain untuk pinfasilitas yang sangat memanjakan jemaat, seperti adanya
if
sarana transportasi antar jemput, bagi-bagi sembako,
a
dah ke gerejanya. Gereja berusaha menyediakan berbagai
ur
beribadah di hotel mewah atau mall, membangun gereja super megah, full musik, dan lain-lain. Semua fasilitas ge-
Ga
reja ini disiapkan dengan terpaksa untuk memenuhi ke-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
butuhan psikologis jemaat dan bukan membentuk kualitas serta karakter kerohaniannya kepada Allah. Melihat
kembali
awal
kekristenan
menunjuk-
kanbahwa jemaat dipanggil oleh Allah sehingga mereka datang beribadah ke gereja. Jemaat membutuhkan gereja untuk memulihkan hubungannya yang rusak dengan Allah. Justru saat ini warga jemaat jual mahal kepada gereja atau pemimpinnya. Terlihat jelas bahwa gereja yang membutuhkan jemaat, sehingga jemaat merasa bisa memilih gereja sesuai kebutuhan psikologis maupun keinginan hatinya. Ketika gereja sudah kehilangan jati diri serta tugas pokok utamanya, maka jemaat bisa mengatur gereja sesukanya. Mengkritik pemimpin gereja karena
an
punya pengaruh di dalam gereja tersebut.
rm aw
Ketika pemimpin gereja berusaha mengakomodir
segala bentuk tuntutan jemaat kendati bertentangan de ngan Firman Tuhan, maka pada saat itulah gereja telah
De
kehilangan jati dirinya. Gereja dapat diidentikan dengan pasar gelap yang menjual berbagai kebutuhan manusia yang murah meriah. Dahulu gereja adalah lembaga rohani, tetapi sekarang menjadi lembaga duniawi yang di-
Gereja Pecah
42
hias dengan unsur kerohanian tentunya. Perubahan cara pandang gereja seperti ini menjadi tanggung jawab
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
Bukan jemaat yang mencari gereja tetapi pemimpinnya. Gereja bukan la gi lembaga rohani melainkan sebagai lembaga sosial yang dibungkus de ngan jubah kerohanian.
F. Gereja Yang Bertumbuh
Tujuan akhir keberadaan gereja di dunia ini ialah menghadirkan kerajaan Allah. Melihat perkembangan gereja dewasa ini bisa dikatakan mengalami pertumbuhan secara kualitas maupun kuantitas. Kendati kedua aspek pertumbuhan ini diperlukan waktu khusus untuk menge valuasinya serta melakukan penelitian secara mendalam sejauhmana peningkatan kualitas dan kuantitas tersebut.
an
Secara kasat mata menunjukkan gereja telah ber-
rm aw
tumbuh dengan sangat pesat dan luar biasa dimana hampir semua suku, bahasa, etnis, budaya, dan bangsa te lah memiliki gereja atau pernah mendengar kekristenan.
De
if
gereja-Nya.
ur
agar sesuai dengan rencana agung Tuhan Yesus dalam
a
semua orang Kristen untuk memperbaharuinya kembali
Sebagian mereka telah mendengar berita sukacita dari Allah yaitu Yesus Kristus Sang Juru Selamat umat manusia. Keberadaan gereja ada yang dapat dilihat secara
BAB III | Gereja yang Membumi
43
langsung, namun tidak sedikit juga mereka yang menberibadah secara diam-diam dan bersembunyi.
if
Orang Kristen tidak perlu cemas dan takut dengan
a
galami penganiayaan karena percaya Yesus dipastikan
ur
segala medan pelayanan. Ada kuasa tangan Tuhan yang
tidak terlihat yang selalu menopang. Gereja semakin di
Ga
babat semakin merambat. Gereja semakin ditindas justru
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
semakin bertumbuh karena pertolongan-Nya. Oleh sebab itu, gereja bukan tujuan manusia melainkan milik dan tujuan Allah. Orang Kristen diutus oleh Allah untuk meng hadirkan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah ialah pemerintahan Allah atas seluruh kehidupan di dunia ini. Gereja tidak memiliki tujuan untuk dirinya sendiri. Kerajaan itu telah diawali melalui diri Yesus Kristus. Perjuangan itulah yang memungkinkan gereja bertumbuh. Gereja yang tidak berjuang adalah gereja yang tidak bertumbuh. Pertumbuhan itu mengarah ke dalam dan ke luar gereja itu sendiri.
De
rm aw
an
Gereja semakin dibabat semakin merambat. Gereja semakin ditindas jutru semakin bertumbuh di dalam Kristus.Gereja bukan milik manusia tetapi milik Allah. Gereja bukan tujuan manusia tetapi tujuan Allah. Orang Kristen diutus oleh Allah untuk meng hadirkan Kerajaan Allah.
Gereja Pecah
44
1. Pertumbuhan Gereja Ke Dalam Pertumbuhan ke dalam berarti gereja makin be-
ur
nya di tengah-tengah masyarakat. Sering ada gereja yang
if
makin mengembangkan kesaksian hidup dan pelayanan
a
rakar pada Kristus. Pertumbuhan ke luar berarti gereja
berpendapat bahwa untuk melaksanakan tugasnya ke
Ga
luar harus terlebih dulu membereskan masalah-masalah
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
di dalam. Konsep berpikir demikian tidak ada salahnya, tetapi alangkah indahnya jika dilakukan secara bersamas ama. Lebih baik lagi gereja menghindari diri dari ber bagai masalah di dalam gereja itu sendiri. Karena sudah pasti kita tidak mungkin menjadi berkat bagi orang lain, apabila kita sendiri belum menjadi orang Kristen yang benar di rumah kita sendiri.
Pertumbuhan ke dalam mengarah pada kedewasaan iman setiap orang Kristen di dalam Yesus Kristus. Mereka tidak mudah diombang-ambingkan oleh angin pengajaran atau disesatkan oleh manusia yang mencari keuntu ngan dan popularitas semata. Pengetahuan mereka tentang Kristus pun makin bertambah-tambah setiap saat.
an
Jemaat yang tumbuh ke dalam seperti ini juga hidupnya
rm aw
dilimpahi dengan ucapan syukur dalam suka maupun duka untuk kemuliaan Allah (1 Tesalonika 5:18; Kolose 2:6). Pertumbuhan ke dalam gereja merupakan langkah
De
awal pertumbuhan gereja selanjutnya. Dalam setiap gereja pasti ada masalah besar atau pun kecil. Sering ada warga gereja yang rewel karena masalah kecil, kemudian pindah gereja atau membuat aliran dan denominasi gereja
BAB III | Gereja yang Membumi
45
baru. Orang yang suka pindah-pindah gereja, memberiperusahaan. Di dalam gereja segala masalah dapat disele-
if
saikan. Tidak ada satupun masalah di dunia yang berdo-
Ga
ur
sa ini yang tidak bisa diselesaikan oleh gereja.
2. Pertumbuhan Gereja Ke Luar
Pertumbuhan ke luar yaitu memiliki tanggung jawab
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
atas Amanat Agung Tuhan Yesus. Tuhan menyuruh setiap jemaat-Nya supaya mewartakan Injil dan melayani orang lain. Bersama-sama dengan Tuhan, gereja membuktikan bagaimana mengasihi sesama manusia dan cinta lingku ngannya masing-masing. Setiap gereja dipanggil supaya menjadi kawan sekerja-Nya dalam rencana penyelamatan manusia dan dunia ini. Untuk tugas ini kebanyakan gereja bersikap introvert. Artinya, gereja hanya berwawasan dan bersikap mementingkan diri sendiri.
Pertumbuhan gereja keluar dapat kita lihat dalam
kehidupan jemaat mula-mula. Dalam situasi keterbatasan biaya serta menghadapi berbagai penganiayaan, mereka
an
justru bertumbuh secara luar biasa. Mulai dari kesaksian para murid sehingga bertambah jumlah orang percaya
rm aw
manjadi tiga ribu orang, lima ribu orang, dan terus bertambah sampai saat ini. Mereka tidak memberitakan Injil
De
dengan dasar aliran dan denominasi gereja tertentu, tetapi didasari oleh keteladanan di dalam Yesus Kristus. Tidak ada aliran dan denominasi, hanya gereja Kristus yang diagungkan.
a
kan kesan bahwa bergereja bagaikan lembaga sosial atau
Gereja Pecah
46
Beberapa sikap yang ditujukan oleh orang Kristen atau gereja mula-mula sebagai hasil pertumbuhan gereja
ur
yaitu mendengar dan melakukan Firman Tuhan.
if
1. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul
a
yang dapat dilihat secara nyata, yaitu:
Ketekunan inilah yang menjadikan mereka kuat
Ga
dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
pengajaran sesat kendati mereka menderita.
2. Mereka bertekun bersekutu, berdoa, dan saling membantu dalam kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mereka tidak menunjukkan kekayaan mereka, melainkan kebersamaan di dalam Tuhan.
3. Mereka bertekun mengikuti Perjamuan Kudus dan perjamuan kasih.
4. Mereka disukai oleh semua orang atau ma syarakat di sekitarnya. Masyarakat mengagumi persekutuan dan cara hidup mereka. Mereka sehati sepikir.
Para pemimpinnya pun bersikap
tidak saling menjegal, melainkan bekerjasama.
an
5. Mereka semakin bertambah banyak, sehingga
De
rm aw
Kristus dimuliakan.
Pertumbuhan gereja dapat diukur melalui ketekunan belajar Firman Tuhan, berse kutu, berdoa, sikap saling menolong, si kap saling berbagi, makan b ersama, men jadi berkat bagi masyarakat, dan jumlah anggota gereja bertambah banyak.
BAB III | Gereja yang Membumi
47
Berdasarkan sikap-sikap jemaat pertama di atas ini pasti lebih baik dan bertumbuh lebih banyak lagi pada
if
masa yang akan datang. Pertumbuhan yang diharapkan
a
setidaknya memberikan kita harapan bahwa gereja saat
ur
bukan pertambahan aliran dan denominasi gereja, melainkan pertumbuhan secara kualitas iman dalam mewujud-
Ga
kan kesatuan gereja-Nya. Selain itu, pertumbuhan secara
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
kuantitas bisa tercapai jika kesatuan gereja-Nya tercipta. Tugas untuk memenangkan jiwa bagi Kristus akan lebih banyak lagi karena dilakukan secara bersama-sama tanpa melihat perbedaan aliran dan denominasi gereja.
G. Gereja Yang Melayani
Pada umumnya orang Kristen setidaknya memiliki
tiga tugas pokok pelayanan dalam dunia ini. Tugas pokok yang dimaksud antara lain: pelayanan marturia (bersaksi), pelayanan koinonia (bersekutu), dan pelayanan diakonia (pelayanan sosial). Apabila gereja sudah mampu mewujudkan tugas pokok ini dengan benar maka gereja sudah menjadi bagian penting di tangah-tangah masyarakat dan
an
mampu memberi warna bagi dunia. Kehadiran gereja harus menghadirkan kasih Kristus kepada semua orang.
rm aw
Sungguh disayangkan tugas pokok ini belum terwujud secara maksimal sampai detik ini. Hal ini disebabkan ge-
De
reja masih berkutat pada persoalan perdebatan atas perbedaan aliran dan denominasinya masing-masing. Pertama, pelayanan marturia merupakan sikap orang Kristen (gereja) yang telah menerima anugerah ke-
Gereja Pecah
48
selamatan dari Allah. Mereka dipanggil untuk bersaksi di tengah-tengah dunia ini. Pelayanan kesaksian ini harus
ur
di tengah-tengah bangsa yang memiliki corak dan karak-
if
boleh hidup untuk dirinya sendiri, melainkan dipanggil
a
sesuai dengan keteladanan Kristus. Orang Kristen tidak
ter yang beragama. Orang Kristen dipanggil dan diper-
Ga
intahkan oleh Allah untuk berada di lingkungan orang-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
orang yang membenci Yesus dan dirinya. Kehadiran orang Kristen di tengah masyarakat harus membawa berita su kacita melalui kesaksian hidupnya. Jadi, gereja yang sehat secara rohani tidak hanya memikirkan diri sendiri, melainkan menjadi alat bagi Allah untuk menyatakan visi-misi-Nya dalam dunia ini.
Kedua, pelayanan gereja yang bersifat koinonia me rupakan perwujudan dari persekutuan antara Allah de ngan orang Kristen, antara sesama orang Kristen, dan orang Kristen dengan agama lain. Dalam persekutuan inilah setiap orang saling menerima sebagai saudara se iman, sehati sepikir, dan satu di dalam Kristus tentu nya. Istilah persekutuan ini lebih dalam dimaknai oleh
an
rasul Paulus dalam bahasa simbolisnya yang menga-
rm aw
takan: “persekutuan dalam darah dan tubuh Kristus” (1 Kor. 10:16; bnd. 1 Kor. 1:9). Semua orang percaya itu
De
mendapat bagian di dalam Kristus. Terakhir pelayanan diakonia berarti gereja harus
mampu melaksanakan tugasnya sebagai pribadi yang melayani orang lain. Tuhan Yesus memberi keteladanan dalam hal melayani. Dia datang ke dalam dunia bukan
BAB III | Gereja yang Membumi
49
untuk dilayani melainkan melayani (Markus 10:45). Jadi, Allah terpanggil untuk melayani orang lain sesuai dengan
if
talentanya. Akan tetapi, seberapa banyak orang Kristen
a
setiap orang yang meyakini dirinya sebagai umat pilihan
ur
yang sudah memahami tugas pelayanan ini? Harus ju-
jur mengakui hanya segelintir orang saja yang telah dan
Ga
berusaha menjadi pribadi-pribadi pelayan. Sebagian be-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
sar orang Kristen memiliki keinginan besar untuk dilayani oleh sesamanya.
Orang Kristen diselamatkan oleh Allah bertujuan untuk melaksanakan tiga tu gas gereja yaitu: Bersaksi, Bersekutu, dan Melayani. Kita dipanggil dan diselamatkan agar menjadi berkat
bagi seluruh lapisan masyarakat. Alkitab bersaksi bahwa Abraham dipanggil oleh Allah dan menjadi berkat bagi masyarakat sekitarnya pada waktu itu. Hal inilah yang ditegaskan oleh Calvin bahwa manusia diselamatkan bu-
an
kanlah untuk dirinya sendiri tetapi menjadi berguna bagi
rm aw
orang lain (Sagala, 2011:36). Maka hidup orang Kristen hendaknya menjadi hidup yang berbagi dengan orang lain kendati memiliki latar belakang sosial yang berbeda de
De
ngan dirinya sendiri. Menjadi Kristen atau menjadi warga gereja berarti hidupnya senantiasa bersekutu dengan orang lain. Kristus memberikan berkat rohani dan jasmani, tidak bertujuan
Gereja Pecah
50
untuk dimakan sendiri. Sifat Allah yang pemurah membentuk umat-Nya menjadi umat yang pemurah. Sifat pelit
ur
hidupnya tidak mengucap syukur atas berkat-berkat yang
Ga
diterimanya dari Allah. Mereka selalu merasa kekurangan sampai dia meninggal dunia.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Kebanyakan orang mengikuti konsep gereja yang eksklusif. Konsep ini cenderung mengakibatkan gereja menutup diri baik kepada sesama orang Kristen terlebih lagi terhadap masyarakat umum. Bagaimana kita menjadi berkat, garam, dan terang di tengah-tengah dunia ini? Gereja yang tertutup adalah gereja yang melarikan diri dari panggilan-Nya. Ketika gereja memiliki sikap eks klusif bagi masyarakat, sesungguhnya gereja itu bukan milik Kristus. Kita harus terbuka sebab Kristus mengasihi semua orang (Yohanes 3:16). Oleh karena itu, orang Kristen dan jemaat hendaknya berwawasan dunia sentris, tidak berwawasan gereja sentris semata. Kita berwawasan dunia sentris untuk bisa memahami dan menerapkan
an
dunia spiritualitas kepada semua orang.
rm aw
Bagaimana mungkin kita mengharapkan orang lain
mengerti kebenaran dan kebaikan jika kita sendiri belum melakukannya. Paulus mengingatkan semua orang Kristen secara khusus pemimpin-pemimpin gereja yang
De
if
egoistis. Kumpulan orang semacam ini pada prinsipnya
a
atau kikir bukan sifat Kristiani, melainkan sikap orang
mengetahui kebenaran Allah agar selalu berbuat baik kepada semua orang. Firman Tuhan berkata: “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang, Tuhan sudah
BAB III | Gereja yang Membumi
51
dekat!” (Filipi 4:5, bnd. Galatia 6:10; Kejadian 12:2). Kegil supaya “menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat
if
juga dalam Kristus Yesus” (Filipi 2:5). Yesus Kristus selalu
a
baikan adalah buah-buah Roh (Galatia 5:22). Kita dipang-
ur
memasyarakat dan blusukan mulai sejak kelahiran sam-
Ga
pai kenaikan-Nya ke sorga.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Gereja yang benar adalah gereja yang bisa hadir dan terbuka bagi seluruh umat manusia. Gereja harus bisa melin tasi segala bangsa, budaya, bahasa, et nis, berbagai latar belakang kehidupan sosial, dan sebagainya. Gereja harus bisa menjadi garam, terang, dan kota yang memberi petunjuk bagi kehidupan umat manusia.
Untuk menjadi gereja yang benar, tidak tersedia pi-
lihan lain kecuali menjadi gereja yang memasyarakat dan melayani sesuai dengan teladan Kristus Yesus. Demikian juga orang Kristen harus menjadi pribadi-pribadi yang
an
mewartakan kasih Kristus di dalam seluruh lapisan mas-
rm aw
yarakat. Tugas ini sesuai dengan panggilan kita supaya menjadi garam dunia, terang dunia, dan kota di atas
De
gunung (Matius 5:13-16). Membangun hubungan yang dialogis dengan semua pihak di dalam masyarakat sebagai strategi dalam memberitakan Injil. Tujuan utama Yesus Kristus menyelamatkan kita yaitu untuk menyelamatkan
Gereja Pecah
52
orang lain yang belum percaya kepada-Nya melalui tiga tugas pokok panggilan pelayanan gereja yaitu marturia,
H. Gereja Yang Rohaniah
ur
Gereja yang bersifat rohani sering diidentikan de
if
a
koinonia, dan diakonia.
Ga
ngan gereja yang tidak kelihatan (Invisible Church). Bagi kalangan gereja reformed istilah ini bukan hal yang
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
baru. Gereja tidak kelihatan menunjuk pada kumpulan orang-orang pilihan Allah secara khusus yang tidak bisa ditentukan oleh mata jasmani yang berdosa. Sementara gereja kelihatan lebih bersifat manusia yang terdiri dari ke seluruhan orang Kristen, sedangkan gereja tidak ke lihatan lebih berorientasi pada konsep orang Kristen secara rohani atau umat pilihan Allah itu sendiri.
Dalam pandangan Prime (2001:150) gereja ini terdiri dari orang-orang dari tiap bangsa, tiap negeri dan tiap abad, yang sudah dipilih oleh Allah Bapa, diperoleh de ngan darah Kristus dan dikuduskan oleh Roh Kudus. Hal senada juga dikemukakan oleh Tong (1999:41) dengan
an
mengutip pendapat Calvin yang menekankan bahwa gereja adalah kumpulan atau komunitas orang-orang yang
rm aw
dipilih. Setiap orang yang dipilih oleh Allah sepakat untuk
De
mengikuti kehendak Allah dan Firman-Nya. Di dalam gereja yang kelihatan secara organisasi di
sanalah terdapat juga warga gereja yang tidak kelihatan yang disebut umat pilhan Allah. Mereka beribadah sambil mengenal diri sebagai orang yang tidak layak memuliakan
BAB III | Gereja yang Membumi
53
Allah. Dalam analisis Berkhof (1997:26) mengatakan bahkenyataan bahwa ketika mereka berbicara tentang gereja
if
yang nampak (kelihatan) dan tidak nampak (tidak keliha-
a
wa baik Calvin maupun Luther sama-sama menekankan
ur
tan), mereka tidak menunjuk kepada dua macam gereja yang berbeda, tetapi kepada dua aspek dari satu Gereja
Ga
Yesus Kristus. Umat pilihan Allah ini tidak dapat ditentu-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
kan oleh mata jasmani manusia. Allah sendiri yang memilih mereka sehingga setiap pribadi yang dipilih-Nya pasti merasakan serta menjawab panggilan Allah yang dasyat tersebut.
Pemilihan Allah atas umat-Nya tidak didasarkan
pada perbuatan baik seseorang, melainkan oleh anuge rah Allah semata. Allah memilih sebelum mereka lahir di dunia yang penuh dosa ini. Dalam kitab Efesus 1:3-4 menegaskan: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.”
an
Gereja dikatakan tidak kelihatan karena pada
rm aw
dasarnya bersifat spiritual. Oleh sebab itu, gereja ini terdiri atas sejumlah orang pilihan Allah, yang telah, sedang, dan akan dihimpun menjadi satu persekutuan sejati di
De
bawah pemerintahan Kristus. Dialah yang menjadi pe mimpin atas semua umat pilihan-Nya. Dengan demikian, persekutuan orang percaya dengan Kristus merupakan sebuah persekutuan rohani yang membentuk satu ikatan
Gereja Pecah
54
yang tidak kelihatan secara jasmani. Berkat keselamatan seperti kelahiran kembali, pertobatan yang murni, iman
ur
Selanjutnya, Hoeksema (1985:567) menjelaskan
if
di identitas baru bagi umat pilihan Allah.
a
yang benar, dan persekutuan spiritual, semuanya menja-
dengan mengutip Pengakuan Iman Belgia: We believe and
Ga
profess, one catholic or universal church , which is an holy
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
congregation, of true Christian believers, all expecting their salvation in Jesus Christ, being washed by his blood, sanc tified and sealed by the Holy Ghost. This church hath been from the beginning of the world, and will be to the end. (Kita percaya dan mengaku satu Gereja yang Katolik atau Am, yang mana adalah sebuah jemaat yang kudus, dari orangorang yang sungguh percaya, semuanya mengharapkan keselamatan mereka di dalam Kristus, yang dicuci oleh darah-Nya, yang dikuduskan dan dimateraikan oleh Roh Kudus. Gereja ini sudah ada sejak awal dunia dan akan ada sampai akhir zaman).
Dalam Pengakuan Iman Rasuli dikatakan juga bahwa setiap orang Kristen mengakui adanya gereja. Penga
an
kuan tentang gereja dalam hal ini bukan hanya gereja
rm aw
yang kelihatan secara organisasi atau sekumpulan orang yang ada di dalam gereja itu, tetapi juga menunjuk semua
De
orang pilihan Allah, termasuk juga mereka yang sudah mati (Calvin, 2003:226). Keyakinan inilah yang membuat Tong (1999:41) berani berkata bahwa baik Luther maupun Calvin menegaskan bahwa gereja adalah gereja yang
BAB III | Gereja yang Membumi
55
kelihatan dan yang tidak kelihatan (Visible Church and
if ur
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
Di dalam gereja terdapat dua golongan yaitu orang Kristen yang taat dan ti dak taat. Orang Kristen yang taat ada lah pribadi yang menyadari dirinya diselamatkan oleh anugerah Allah dan menghadirkan buah-buah pertobatan. Orang Kristen tidak taat adalah priba di yang hanya memiliki identitas Kris ten, sehingga pola hidupnya selalu ber tentangan dengan kehendak Allah.
a
Invisible Church).
Gereja ini bersifat rohani karena terdiri dari bebe
rapa pribadi manusia berdosa yang telah tebus dan diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Pada dasarnya gereja yang benar sampai saat ini sangat sulit untuk ditentukan. Namun yang pasti bagi kita bahwa gereja yang benar adalah gereja Yesus Kristus. Tanpa pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib maka gereja yang benar tidak pernah ada
an
di dunia ini. Jadi, gereja yang ada di tengah-tengah dunia
rm aw
sekarang ini adalah gereja yang kelihatan dan sekaligus tidak kelihatan. Di dalam gereja yang kelihatan terdapat
De
umat pilihan Allah atau gereja yang tidak kelihatan.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
if
a
57
ur
if
a
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
SISTEM KEPEMIMPINAN GEREJA
Ga
BAB IV
Setiap gereja di Indonesia merupakan “produk”
dari gereja luar negeri, seperti Eropa, Amerika, Korea, Australia, dan sebagainya. Oleh sebab itu, sistem kepemim pinan gereja selalu disesuaikan dengan aliran dan denominasi gerejanya. Perbedaan dalam sistem kepemimpinan ini membuat gereja sulit menerima gereja yang berbeda aliran atau denominasi dengan dirinya. ini
menunjukkan
gereja
akan
mengalami
an
Indikasi
perpecahan. Perpecahan gereja yang terjadi di Indonesia
rm aw
sebagai miniatur atas perpecahan gereja-gereja besar di luar negeri. Para pemimpin gereja selalu mengklaim
De
sistem kepemimpinannya yang alkitabiah. Pada tataran ini kekuasaan menjadi alat yang ampuh untuk mempe ngaruhi anggota jemaat. Pemimpin gereja yang dimaksud antara lain Pendeta, Majelis Jemaat, dan Majelis Sinode.
57
Gereja Pecah
58
A. Kepemimpinan Pendeta Salah satu pemimpin tertinggi dalam lembaga sebutan
bagi
pemimpin
agama
Hindu,
ur
Budhha, Konghucu, Katolik, dan agama Kristen tentunya.
if
merupakan
a
agama yang paling dikenal adalah pendeta. Istilah pendeta
Kata pendeta berasal dari kata pandita (bahasa Sanse
Ga
kerta), berarti orang yang telah mencapai kesempurnaan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
di bidang kerohanian dan dianggap “mumpuni” untuk mengurus anggotanya (Wiyanto, 2010:24). Secara khusus di Indonesia istilah pendeta digunakan untuk sebutan pemimpin agama Kristen yang bertugas untuk memimpin umat agar cara hidupnya sesuai dengan kehendak Allah. Istilah pendeta juga berpadanan dengan pastor yang berasal dari bahasa Latin pastōr berarti gembala. Gembala dalam kitab Perjanjian Lama (PL) yaitu bahasa Ibrani menggunakan kata ( הערra’ah). Dalam kitab Perjanjian Baru (PB) yaitu bahasa Yunani menggunakan kata ποιμην (poimēn). Penggunaan istilah gembala dalam Alkitab menunjukkan tindakan memberi makan kepada domba-domba (Kejadian 9:7), sedangkan peranannya
an
kepada manusia sebagai pribadi yang menggembalakan
rm aw
agar jemaat memperoleh pengetahuan dan pengertian tentang Allah (Yeremia 3:15). Setiap nabi, rasul, gembala, pendeta, atau penginjil dipanggil oleh Tuhan untuk
De
memimpin umat-Nya (Efesus 4:11). Contoh sikap hidup seorang gembala sejati ditujukan oleh Yesus Kristus (Yohanes 10:11).
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
a if
Ga
Gembala, Pendeta, dan Penginjil dipang gil oleh Allah untuk memimpin umat-Nya hidup kudus. Pemimpin berkualitas yai tu pemimpin yang tidak menyalahgu nakan kekuasaan yang diberikan Allah kepadanya. Setiap pemimpin gereja ha rus menjadi teladan dalam gereja dan masyarakat.
59
ur
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja
Kebanyakan gereja Protestan di luar negeri menggu-
nakan istilah pastor. Penggunaan istilah pastor merujuk pada jabatan pemimpin gereja pada masa Yohanes Calvin dan Ulrich Zwingli. Pendeta, pastor, gembala, dan penginjil memiliki pengertian yang sama yaitu pemimpin umat
Kristen
yang
bertugas
untuk
menyampaikan
pesan Tuhan kepada umat-Nya karena secara kualitas bisa menjadi teladan, memiliki kepandaian, dan sikap bijaksana. Menjadi seorang pendeta merupakan sebuah tanggung jawab yang besar serta tugas mulia yang dipercayakan Allah kepadanya.
an
Kepemimpinan
gereja
berbeda
dengan
cara
rm aw
memimpin perusahaan. Dalam pandangan Octavianus (1991:1) melihat kepemimpinan suatu lembaga Kristen tidak dapat dilepaskan dari cara penanganan tugas
De
yang dipercayakan oleh Tuhan kepada kita. Allah yang memanggil setiap pendeta dalam memimpin gereja-Nya. Seorang pemimpin harus memiliki karakter ilahi dalam
Gereja Pecah
60
menjalankan setiap tugas kepemimpinannya. Dewasa ini tidak sedikit pendeta menyalahi arti
ur
bahan dogma serta terlibat langsung pada pertambahan
if
seorang pendeta sangat dominan dalam membuat peru-
a
dari panggilannya sebagai pemimpin gereja. Kekuasaan
setiap aliran dan denominasi gereja di Indonesia. Seha-
Ga
rusnya pendeta menjadi teladan yang mewujudkan doa
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Agung Tuhan yang mengharapakan gereja-Nya untuk tetap bersatu. Bukan sebaliknya, pendeta menjadi pemberontak dan perusak gereja. Dengan melihat kondisi ini maka dipastikan para pendeta sebagian besar menyim pang dari tugas panggilan Allah yang sesungguhnya. Mereka mementingkan diri sendiri, kelompoknya, maupun aliran dan denominasi gerejanya masing-masing.
Para pendeta sering memposisikan dirinya lebih baik dari pemimpin gereja yang lain, bahkan memposisikan ajaran maupun gerejanya yang paling benar dibanding kan dengan aliran dan denominasi gereja lain. Segala bentuk kekuasaan menjadi bahan yang dipertontonkan. Mereka berusaha dengan segala cara agar gereja yang
an
dipimpinnya tetap eksis dalam lingkungan agama Kristen,
rm aw
sekalipun gereja lain mengalami penurunan kualitas dan kuantitas. Mereka menggunakan hukum “rimba” yaitu siapa yang kuat itulah yang tetap ada dan meneruskan
De
paham dari aliran gereja tersebut. Jabatan seorang pendeta dalam gereja seringkali menjadi kekuatan untuk menghancurkan segala rintangan yang mengahalanginya. Apabila ketegangan ini terjadi
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja
61
di dalam satu aliran dan denominasi gereja, maka jalan akan keluar dari gereja tersebut kemudian membentuk
if
aliran dan denominasi gereja baru. Memang jarang diper-
a
yang sering ditempuh adalah pemimpin yang tidak kuat
ur
lihatkan peperangan fisik tetapi peperangan intelektual gereja yang dipimpinnya.
Ga
menjadi langkah yang ditempuh untuk mempertahankan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Peperangan intelektual semacam ini bukanlah hal
yang baru dalam pertempuran ideologis bagi seorang pemimpin gereja. Dalam pemikiran Gramsci membedakan dua aspek peperangan intelektual pada sebuah kepemimpinan, yaitu intelektual tradisional dan intelektual organik.
Intelektual tradisional adalah orang yang
mengisi posisi ilmiah, sastra, filosofis, dan keagamaan dalam masyarakat, termasuk gereja di mana status, posisi, dan fungsi mereka mengarahkan untuk melihat diri mereka sendiri secara independen dari segala persekutuan kelas atau peran ideologis. Sedangkan intelektual organik adalah bagian konstitutif dari perjuangan kelas pekerja. Mereka memikirkan dan mengorganisasi unsur-
an
unsur kelas kontra hegemoni dan sekutunya. Ketika
rm aw
kelas baru berkembang, akan tercipta satu atau lebih strata intelektual yang memberikannya hegemonitas dan
De
kesadaran tentang fungsinya sendiri (Barker, 2006:370). Kedua aspek di atas telah berkembang dalam setiap
aliran dan denominasi gereja selama ini. Keberadaan pendeta dalam suatu gereja bertugas untuk memimpin umat dalam menegakkan disiplin gereja. Ketika disiplin
Gereja Pecah
62
ini ditegakkan maka sesungguhnya ada kekuasaan yang melekat pada pribadi pemimpin tersebut. Hal ini diakui
ur
Yesus Kristus bagi jemaat-Nya untuk memimpin dan
if
ada kekuasaan yang berasal dari Allah melalui kasih
a
oleh Calvin (Hall, 2009:457-462) bahwa di dalam gereja
berkuasa atas umat dalam menegakkan disiplin gereja,
Ga
doktrin, dan mempertahankan kemurniaan pemberitaan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Firman Tuhan. Kekuasaan dapat berfungsi secara positif apabila sesuai dengan tujuan Allah, sebaliknya kekuasaan untuk kepentingan diri serta menguasai orang lain pasti berdampak negatif.
Walaupun demikian positifnya sebuah kekuasaan, tetapi kepribadian dan motivasi pendeta jaman sekarang ini sudah tidak alkitabiah lagi. Sistem kepemimpinan mereka lebih bermuara pada kekuasaan sekuler dan kepentingan diri sendiri. Setelah kedudukan tampuh kepemimpinan itu tercapai, tak segan-segan mereka menyalahgunakannya demi kepentingan pribadi dan kelompoknya. Seorang pemimpin tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan utama dari tugas seorang pendeta yaitu mensejahterakan umat, mendisplinkan umat, dan menegakkan ajaran
De
rm aw
an
Firman Tuhan secara benar dalam gereja.
Setiap pemimpin gereja pasti memiliki kekuasaan. Pemimpin gereja dipanggil oleh Allah untuk mensejahterakan umat-Nya, mendisplinkan umat, serta menegakkan ajaran firman Tuhan secara benar dan jelas di dalam gereja.
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja
63
Kerapuhan tampuh kepemimpinan seorang pendeta seorang pendeta harus mampu menjalankan fungsinya
if
sebagai pembawa kedamaian di antara komunitasnya
a
telah mengalami kemerosotan moralitas. Sesungguhnya
ur
dan masyarakat secara keseluruhan. Jabatan pendeta
melekat erat dengan seluruh kepribadiannya. Artinya,
Ga
seorang pendeta harus dapat menjunjung citra yang baik
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
di mana pun ia berada. Kepribadian pendeta bagaikan ikan di aquarium yang dapat diamati dan dinilai dalam berbagai sudut pandang manusia.
Umumnya pendeta diselimuti oleh berbagai kemu-
nafikan. Pada satu sisi terlihat sebagai rohaniwan, tetapi di sisi lain menjadi ‘kanibal’. Secara kasat mata pendeta dalam
pertemuan
tertentu
dapat
memperlihatkan
keakraban dan keharmonisan dengan pendeta lain. Kelihatannya seperti orang suci dan tidak berdosa sama sekali. Dosa mereka tertutup oleh jubah kebesarannya. Pada kesempatan kebersamaan inilah justru mereka merancang berbagai strategi untuk mengadakan perlawanan atau menjatuhkan pemimpin gereja yang lain.
an
Segala trik yang dirancang oleh pendeta dilalarbe-
rm aw
lakangi oleh perbedaan doktrin, aliran, denominasi, atau ada akar kepahitan karena pernah anggota jemaatnya “dicuri” oleh pendeta yang bersangkutan. Pada saat yang
De
sama dalam hatinya ingin menguasai anggota jemaat dari salah satu pendeta tersebut. Ada usaha untuk mengambil anggota gereja lain secara sengaja sehingga jumlah anggota jemaatnya bertambah. Ungkapan yang paling
Gereja Pecah
64
populer yaitu “memancing di aquarium” gereja lain. Apabila ditelusuri kebanyakan anggota jemaat
ur
bertumbuh dengan memiliki jumlah anggota jemaat yang
if
para pendeta beranggapan bahwa ukuran gereja yang
a
berasal dari gereja yang ada di sekitarnya. Sebagian besar
banyak. Mereka membanggakan model gedung gereja
Ga
serta fasilitas yang ada dalamnya. Metode penginjilan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
seperti ini sangat menyakitkan hati Tuhan Yesus. Inilah fenomena yang sedang terjadi dalam kekristenan di Indonesia saat ini.
Pertumbuhan jumlah anggota jemaat dan pembangunan gedung gereja bukan berarti tidak penting. Rujukan yang benar apabila pertumbuhan itu merupakan hasil penginjilan kepada orang yang belum percaya kepada Yesus Kristus serta bertujuan untuk memuliakan Allah. Lebih penting lagi, dalam sebuah gereja kasih semakin nyata dan semakin bertumbuh di dalam Tuhan. Para pemimpin gereja tidak harus berlomba-lomba mendirikan aliran dan denominasi gereja baru sebagai legitimasi dalam perwujudan tugas Amanat Agung Tuhan Yesus.
an
Dengan melihat konteks pertumbuhan gereja dewasa
rm aw
ini Lie (2010:35-36) selalu mengingatkan dan menasihatkan seluruh pendeta yang memimpin suatu gereja dengan mengatakan bahwa banyak gereja salah sasaran
De
pertumbuhan, berusaha memiliki gedung yang baru dan lebih besar, direnovasi, berusaha memiliki jumlah warga lebih banyak, puas, dan bangga dengan semua hasil fisik tersebut. Semua itu sungguh sebuah hasil yang meng-
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja
65
gembirakan, tetapi bukan yang utama! Tujuan gereja yang makin erat pada Tuhan, makin erat dengan sesama, dan
if
kasih yang semakin mesra kepada semua orang.
ur
Pada kenyataannya, para pendeta biasanya ingin
menguasai aliran dan denominasi gereja lain. Sikap
Ga
pemimpin gereja yang demikian tidak perlu ditiru, karena
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
gereja lama-kelamaan menjadi batu sandungan bagi orang lain yang sudah percaya maupun yang belum percaya kepada Yesus Kristus. Dapat ditegaskan bahwa perpindahan anggota ke dalam salah satu aliran dan denominasi gereja yang lain sesungguhnya bukanlah sebuah pertumbuhan gereja. Fenomena ini membuktikan gereja telah gagal mewujudkan tugas Amanat Agung yang sebenarnya. Kondisi agama Kristen di Indonesia dan termasuk
gereja di seluruh dunia telah mengalami perpecahan karena faktor “mencuri” dari anggota gereja lain. Oleh sebab itu, setiap pendeta perlu merenungkan kembali perkataan Warren (1999:56) yang menegaskan: “Perpindahan anggota gereja dari satu gereja ke gereja lain
an
bukanlah tujuan dari Tuhan Yesus ketika Dia memberi
rm aw
Amanat Agung ini. Tuhan memanggil kita untuk menjadi penjala manusia, bukan memindahkan ikan dari akuarium yang satu ke akuarium yang lain. Sebuah gereja yang
De
bertambah besar karena perpindahan anggota dari gereja lain, sebenarnya gereja itu tidak mengalami pertumbuhan seperti yang diharapkan oleh Tuhan.
a
paling mendasar pertumbuhan iman jemaat yang makin
if ur
Ga
Pertumbuhan gereja tidak bisa diukur dari banyaknya jumlah jemaat, me lainkan dari kualitas imannya kepada Tuhan. Pendeta yang mencuri anggota jemaat gereja lain menunjukkan gereja tersebut belum dewasa dan bertumbuh dalam imannya kepada Tuhan.
a
Gereja Pecah
66
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Perpecahan gereja yang ditimbulkan oleh sikap pendeta yang arogan dan merasa berkuasa bukanlah suatu rahasia lagi dalam sejarah kemerosotan moral kepemimpinan Kristen akhir-akhir ini. Pendeta yang satu mengambil anggota gereja lain dan kemudian membaptiskannya kembali untuk dijadikan sebagai anggota yang sah dalam gereja yang dipimpinnya. Sudah pasti gereja yang menerima perlakuan semacam ini akan melakukan perlawanan balik baik secara terbuka maupun tertutup. Perlawanan terbuka bisa langsung merebut kembali anggota jemaat tersebut, sedangkan perlawanan tertutup yaitu pendeta berusaha melakukan hal yang sama atas gereja itu atau pun gereja lain di sekitarnya.
an
Strategi lainnya dengan membeli alat musik lengkap
rm aw
agar ada daya tarik orang masuk ke gerejanya, mengadakan bakti sosial, mengadakan perkunjungan pada
De
anggota gereja lain, berusaha menyanyikan lagu kontemporer, plagiat liturgis dari gereja lain, dan sebagainya. Segala cara dilakukan untuk mempertahankan anggota jemaatnya sekaligus menginjili orang yang sudah Kristen.
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja
67
Pada akhirnya, aliran dan denominasi gereja yang tidak dan gereja tutup.
if
Bentuk kepemimpinan yang sering ditunjukan oleh
a
kuat dan tidak mampu secara ekonomi akan tersingkir
ur
para pendeta dewasa ini adalah bagaimana seseorang
mampu meningkatkan kualitas dirinya pada satu pihak
Ga
dan menghegemoni orang lain pada sisi yang lain.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Padahal kualitas seorang pendeta tidak terletak pada saat membuat orang lain terpengaruh dan takluk kepadanya, apalagi muncul ketergantungan terhadap dirinya sebagai orang yang berkuasa.
Kualitas seorang pendeta dapat
terlihat ketika menghargai perbedaan yang ada, sikap bijaksana, mengerti kesusahan orang lain, selalu menghormati orang yang lebih tua, menyokong kebersamaan, dan melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin gereja sesuai panggilan Allah.
De
rm aw
an
Pendeta yang berkualitas adalah pen deta yang menghargai perbedaan, sikap bijaksana, tidak mencuri anggota jemaat lain, mendukung kebersamaan, menghormati orang lain, serta melak sanakan tugas Amanat Agung secara benar dan berbudaya.
Gereja Pecah
68
B. Kepemimpinan Majelis Jemaat Majelis jemaat merupakan salah satu bentuk
ur
sistem ini. Unsur-unsur majelis jemaat terdiri dari
if
kendati sebagian gereja di Indonesia tidak menganut
a
struktur organisasi yang diakui oleh gereja secara umum,
pendeta, penatua, dan diaken. Namun yang akan dibahas
Ga
dalam point ini hanya jabatan penatua dan diaken saja,
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
karena jabatan pendeta telah diuraikan pada point sebelumnya.
1) Penatua
John Calvin (Hall, 2009:455) mengakui adanya beberapa jabatan dalam pemerintahan gereja yaitu: doktor
(guru/pengajar),
gembala
(pendeta/penginjil),
penatua, dan diaken. Pada dasarnya, jabatan penatua merupakan suatu jabatan yang strategis dalam struktur organisasi gereja karena bertugas untuk memerintah dan mendisplinkan jalannya pelayanan gereja. Setiap penatua harus memiliki integritas, berhikmat, dan bijaksa na dalam melaksanakan segala tugas yang diberikan
an
Allah kepadanya. Seorang penatua dipilih oleh jemaat. Penatua haruslah orang-orang yang saleh dan rela
rm aw
berkorban mendampingi pendeta dalam menegakkan
De
serta mendisplinkan moral anggota jemaat. Dengan melihat tugas penatua sebagai salah satu
pemberi disiplin dalam gereja selain pendeta, maka jabatan ini disebut juga sebagai penilik jemaat. Dalam Kisah Para Rasul 20:17, 28 rasul Paulus menegaskan bahwa jabatan
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja
69
penatua memiliki pengertian dan fungsi yang sama dengan dan menjaga kemurnian iman serta pengajaran kitab
if
suci di dalam gereja. Jabatan penilik dalam masyarakat
a
penilik jemaat yang bertugas untuk menegakkan disiplin
ur
Yunani Kuno merupakan sebuah jabatan yang digunakan secara luas karena bertugas sebagai mandor, pengurus,
Ga
pengawas, pengawal, pengatur, inspektur, dan penguasa.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Orang Kristen mula-mula memilih istilah penilik yang sama dengan penatua untuk fungsi dan tugas tersebut. Penggunaan istilah penatua atau penilik dalam
kemajelisan gereja merupakan bagian integral pada sebuah ranah kebudayaan masyarakat Kristen setempat. Hal ini ditegaskan oleh Strauch (2008:55) bahwa meskipun kedua istilah itu menunjukkan badan yang terdiri dari orang-orang yang sama, penatua (elder) mencerminkan keturunan orang Yahudi yang menekankan martabat, kematangan, kehormatan, dan kebijaksanaan, sementara penilik (overseer) mencerminkan keturunan orang yang berbahasa Yunani yang menekankan tugas kepenilikan atau penggembalaan.
an
Secara
umum
peran
penatua
dalam
gereja
rm aw
berdasarkan Alkitab terdiri atas 3 (tiga) bagian penting,
De
yaitu: 1. Melindungi
jemaat.
Rasul
Paulus
dengan
sukacita selalu mengingatkan para penatua di Efesus tentang tugas dan fungsi mereka di jemaat Efesus. Mereka harus melindungi diri dan jemaat dari berbagai pengajaran guru-guru
Gereja Pecah
70
palsu atau pun nabi-nabi palsu. Dalam Kisah Para Rasul 20:28 berkata: “Karena itu jagalah
ur
penilik untuk menggembalakan jemaat Allah
yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya
Ga
sendiri.”
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
2. Berkhotbah dan Mengajar Jemaat. Jumlah pengkhotbah pada zaman para rasul tentu tidak sebanyak pendeta atau penginjil pada saat ini. Rasul Paulus yang medan penginjilannya yang sangat luas sehingga posisinya tidak menetap pada salah satu jemaat.
Oleh sebab itu,
peranan penatua dapat mengambil alih tugas rasul atau pendeta pada saat itu. Penatua yang baik kepemimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar (1 Timotius 5:17).
3. Menggembalakan Jemaat. Sebelum memimpin dan menggembalakan jemaat terlebih dahulu
an
harus mampu memimpin diri sendiri maupun
De
rm aw
keluarganya.
if
kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi
a
dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena
Suksesnya
pelayanan
seorang
penatua sangat ditentukan oleh pengaruh dan peran serta anggota keluarganya seperti istri dan anak-anaknya. Dalam 1 Timotius 3:5 menegaskan: “Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?”
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja
71
Ketiga tugas penatua di atas menunjukkan bahwa Penatua bukan menjadi boss atas pendeta, melainkan
if
rekan sepelayanan. Akan tetapi, posisi penatua dewasa
a
jabatan ini tidak sama kedudukannya dengan pendeta.
ur
ini sesungguhnya sudah melampaui peran dan tugas yang
diamanatkan oleh Allah secara alkitabiah. Mereka sering
Ga
memposisikan dirinya sebagai penguasa gereja. Mereka
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
memiliki kuasa untuk mengatur bahkan berani memberhentikan pendeta atau penginjil dari gereja apabila tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkannya. Padahal penatua bisa dikatakan sebagai “pembantu” pendeta dalam melaksanakan pelayanan gerejawi.
Pendeta yang berkualitas adalah pen deta yang menghargai perbedaan, sikap bijaksana, tidak mencuri anggota jemaat lain, mendukung kebersamaan, menghormati orang lain, serta melak sanakan tugas Amanat Agung secara benar dan berbudaya.
an
Akibat penyalahgunaan peran penatua dalam gereja,
rm aw
sebagian gereja tidak menggunakan sistem ini. Mereka menganggap pemimpin gereja dipegang oleh pendeta. Untuk membantu tugas-tugas pelayanan gereja lainnya
De
maka dipilih beberapa pengurus gereja yang dikoordinir langsung oleh pendeta atau penginjil yang bersangkutan. Segala keputusan yang menyangkut pelayanan gereja berada dalam kendali kekuasaan pendeta. Bila dilihat
Gereja Pecah
72
dari aspek keberhasilannya maka gereja yang mengadopsi paham ini justru mengalami pertumbuhan dalam
sehingga fokus
pelayanan lebih terarah dan berhasil. melaksanakan
tugas
pelayanan
gereja
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Dalam
Ga
minim karena diatur oleh satu orang,
ur
tersebut. Konflik kepentingan dalam gereja pun sangat
tentunya tidak ada yang tinggi dan rendah. Semua pelayanan
yang
dilakukan
harus
bertujuan
untuk
memuliakan Allah. Fungsi dan perannya saja yang berbeda-beda sesuai dengan talenta serta panggilan Allah atas mereka masing-masing. Seringkali fungsi dan peran ini dilupakan oleh setiap penatua. Kerancuan akan tugas penatua membawa dampak negatif bagi gereja, sehingga gereja tidak berkembang dan seringkali terjadi perpecahan.
2) Diaken
Secara etimologi kata diaken berasal dari bahasa Yunani yaitu diakonos, diakonoi, diakonia, diakoneo, dan
an
episkopos yang berarti para pelayan atau hamba. Dengan melihat kembali sejarah perjalanan gereja pada awalnya
rm aw
menunjukkan bahwa pemilihan diaken pertama sekali dilakukan oleh para rasul di Yerusalem.
Selama masa
De
pelayanan rasul Paulus kata diakonos sering dipakai untuk menyebut para pekerja dalam pelayanan kepada Kristus, tugas para rasul, pengajar, pemberita injil, atau pembantu gereja lainnya.
if
jemaat atau pemimpin tertinggi dalam organisasi gereja
a
pelayanan gerejanya. Pendeta sebagai ketua mejelis
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja
73
Secara jujur harus diakui bahwa latar belakang ut-sungut di antara orang Kristen Yahudi berbahasa
if
Yunani terhadap orang Kristen Ibrani. Orang Kristen
a
pembentukan jabatan diaken ini karena adanya sung-
ur
Ibrani melalaikan pembagian bantuan kepada janda-
janda miskin pada waktu itu. Alkitab mencatat diaken
Ga
yang pertama dalam gereja berjumlah 7 orang, yaitu:
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas, dan Nikolaus (Kisah Para Rasul 6:5). Ketujuh diaken ini bertugas untuk membantu para rasul di dalam membagikan bantuan kepada janda-janda miskin. Jadi, tugas diaken adalah membantu pelayanan pendeta atau penginjil dalam hal diakonia atau bantuan sosial.
Kata diakonos di atas lebih menunjuk pada tugas
para diaken karena orang Kristen mula-mula lebih sering memakai kata ini untuk jabatan baru di dalam gereja khususnya dalam membantu orang-orang miskin atau menderita. Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Hall (2009:456) seorang profesor sejarah gereja di America Reformed Seminaries bahwa diaken-diaken dipanggil oleh
an
Kristus untuk memelihara orang miskin dalam gereja. Oleh
rm aw
sebab itu, syarat menjadi seorang diaken yang alkitabiah adalah: terkenal baik, penuh Roh Kudus, berhikmat, orang terhormat, tidak bercabang lidah (pembohong),
De
bukan peminum anggur (pemabuk), tidak serakah, tidak bercacat, setia pada satu istri, pengurus keluarga yang baik, tidak cinta uang, dan sebagainya (Kisah Para Rasul 6:3; 1 Timotius 3:8-13).
Gereja Pecah
74
Apakah setiap diaken sudah memenuhi syaratsyarat yang sudah ditentukan oleh Allah dalam gereja-Nya
ur
setiap gereja. Seringkali persyaratan ini tidak begitu
if
sulit apabila melihat proses pemilihan para diaken dalam
a
dewasa ini? Jawaban atas pertanyaan tersebut sangat
penting karena pemilihan diaken selalu melihat sisi kema-
Ga
nusiaannya daripada rohaninya. Biasanya diaken yang
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
terpilih dalam gereja adalah pribadi-pribadi yang berpengaruh karena kekuasaannya ataupun memiliki uang yang banyak.
Pada umumnya, diaken lebih banyak dari penatua. Diaken bertugas mem bantu pendeta dalam melaksanakan tugas pelayanan sosial dan bagian lain yang berkaitan dengan tugas itu. Dia ken sering merasa berkuasa untuk me mecat dan memindahkan pendeta atau penginjil dalam gereja. Dampak negatif yang ditimbulkan atas kesalahan
an
pemilihan ini membuat para diaken tidak mengerti akan
rm aw
tugas dan perannya di dalam gereja. Tidak mengherankan prioritas pelayanan utamanya sebagai pelayan (hamba) yang membantu pendeta tidak terlaksana dengan baik.
De
Ketimpangan tugas para diaken ini ditegaskan oleh Alexander Strauch (2008:69) dalam bukunya yang berjudul “Diaken Dalam Gereja: Penguasa atau Pelayan?” Dia menga-
takan bahwa para diaken hanya berperan sebagai dewan
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja
75
eksekutif dan pengambil keputusan. Mereka menjadi para Mereka menjadi diaken-dewan, bukan diaken pelayan.
if
Kebanyakan para diaken di Indonesia tidak mengerti
a
eksekutif yang menilai seberapa baik pelayanan orang lain.
ur
peran dan fungsi mereka di tengah-tengah jemaat. Mereka identik dengan penguasa dan pemilik gereja.
Ga
Dalam beberapa gereja penyebutan diaken identik
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
dengan pengurus gereja. Gereja yang menganut sistem presbiteri sinodal lebih banyak diaken daripada penatua. Sehingga tugas dan fungsi penatua seringkali diambil alih oleh diaken dengan tujuan untuk memerintah gereja atau memerintah pendeta dan penginjil. Ketika fungsi diaken tidak sesuai dengan firman Tuhan, maka konflik antara diaken dengan penatua dan diaken dengan pendeta atau penginjil tidak dapat dihindari. Gereja pun mengalami perpecahan di mana para diaken ngambek dan akhirnya mereka keluar dari gereja.
Yang lebih ironis lagi diaken yang semestinya
membantu pendeta untuk tugas pelayanan diakonia justru berubah fungsi sebagai pemegang kekuasaan,
an
sehingga mereka dapat memecat pendeta dan penginjil
rm aw
seenaknya. Sikap ini timbul akibat punya pengaruh dalam gereja, misalnya sebagai penyumbang pembangunan gereja, sering membantu pendeta atau penginjil dalam
De
hal keuangan, dan lain-lain. Dalam kondisi ini biasanya pendeta dan penginjil sering “diam” atau bersikap asal bapak senang. Pendeta dan penginjil takut kehilangan jabatan atau sumber pendapatan. Fungsi diaken yang
Gereja Pecah
76
sebenarnya sudah melenceng dari rancangan dan panggilan Allah tentang pelayanan diakonia.
untuk
mempertahankan
posisinya
ur
Segala bentuk praktek kekuasaan menjadi senjata ampuh masing-masing.
Ga
Pendeta berusaha mempertahankan diri sesuai argu-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
mentasi yang dianggap benar. Begitu pula dengan diaken mencari pendukung dengan berbagai macam cara untuk menarik simpati jemaat. Penerapan praktek kekuasaan terlihat jelas ketika berada dalam posisi ini. Mereka saling mempengaruhi jemaat untuk berpihak kepada yang lebih berkuasa. Mereka mempergunakan segala daya upaya mulai dari kedudukannya, kekayaannya, dan sebagainya.
rm aw
an
Untuk menduduki jabatan Pendeta, Penginjil, Penatua, dan Diaken harus se suai dengan syarat yang ditetapkan oleh Allah. Mereka tidak boleh bercacat celah, harus hidup kudus, menjadi teladan, dan melayani dengan sepenuh hati. Hal inilah yang ditegaskan oleh Susabda (2006:104)
dalam berbagai kasus yang dihadapi oleh gereja dewasa
De
ini khususnya di Indonesia. Dia menjelaskan bahwa persoalan-persoalan
gereja
seringkali
if
harmonis maka gereja mengalami kemerosotan moral.
a
Ketika hubungan diaken dengan pendeta tidak
menimbulkan
pertengkaran-pertengkaran bahkan perpecahan di antara majelis gereja sendiri. Hasilnya seringkali justru perteng-
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja
77
karan dan perpecahan bahkan Kristus kepala Gereja kembali menambahkan sehubungan konflik yang biasa
if
terjadi antara gembala (pendeta) dan diaken mengatakan
a
tidak dipermuliakan. Selanjutnya, Strauch (2008:69)
ur
bahwa organisasi apa pun yang terdiri dari dua atau lebih adapi ketegangan.
Ga
kelompok yang bertanggung jawab resmi akan mengh-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Diaken dan pendeta menganggap memiliki ke we
nangan dan kedudukan yang sama atau pun lebih tinggi dalam gereja tersebut. Diaken tidak memahami tugasnya dengan baik di dalam jemaat, justru mengambil alih tugas pendeta. Sebaliknya, pendeta juga merasa berkua sa sehingga mencampuri tugas diaken. Semakin kita memahami perbedaan fungsi antara pendeta dan diaken, justru semakin kita dapat menghindari konflik yang akan mungkin terjadi. Jika kita tidak memahami perbedaannya maka pertikaian dan kesalahpahaman yang ruwet akan bermunculan, sehingga perpecahan gereja pun menjadi kenyataan.
an
C. Kepemimpinan Majelis Sinode
Pada umumnya gereja-gereja di Indonesia secara
rm aw
organisasi dipimpin oleh majelis sinode. Kata sinode atau sinodal berasal dari kata Yunani sunhodos. Memang kata
De
sunhodos secara harafiah tidak ditemukan dalam Alkitab, tetapi akar katanya yakni sunodeuo atau sunodia masih bisa kita temukan dibeberapa bagian kitab khususnya dalam Perjanjian Baru. Misalnya kata sunodeuo (Kisah
Gereja Pecah
78
Para Rasul 9:7) dan Sunodia (Lukas 2:44) yang berarti seperjalanan. Jadi, sinode berarti berjalan bersama,
ur
Berdasarkan pengertian di atas, majelis sinode
if
gereja.
a
berpikir bersama, dan bertindak bersama demi kemajuan
merupakan bagian penting dalam memimpin orga
Ga
nisasi gereja. Secara struktur majelis sinode merupakan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
pemimpin tertinggi dalam sebuah denominasi gereja yang menganut sistem ini. Anggota majelis sinode terdiri dari pendeta, penatua, dan diaken dari gereja lokal. Keanggotaan ini terbentuk setelah mengadakan pemilihan pada sidang sinode. Pada bidang tertentu kemungkinan para penatua dan diaken bisa menjadi anggota majelis sinode sesuai dengan keahlian dan kompetensi yang mereka miliki. Bidang yang dimaksud seperti bendahara, tata usaha, hukum, pendidikan, dan sebagainya.
Gereja-gereja yang menganut sistem sinodal biasanya segala keputusan dan teknis dalam pelayanan gerejawi ditentukan oleh majelis sinode. Mulai dari peraturan gereja, liturgi, keuangan, administrasi, dan sebagainya.
an
Seluruh gereja lokal harus tunduk serta melaksanakan
rm aw
segala ketentuan sinode tersebut. Tidak mengherankan dalam setiap gereja yang sistem sinodenya teratur dan ketat maka bahan-bahan khotbah yang disampaikan
De
pada setiap kebaktian minggu dan ibadah lainnya hampir semua sama dalam satu wilayah atau seluruh Indonesia. Bentuk sistem pemerintahan gereja seperti ini tidak menjadi masalah apabila dilakukan dengan dasar
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja
79
yang benar sesuai Alkitab serta tujuannya untuk hormat hanya dengan keadaan terpaksa atau “asal bapak
if
senang” karena melihat sinode sebagai atasan dari gereja
a
kemuliaan Allah. Akan tetapi, jika sistem ini dilakukan
ur
lokal maka dapat dipastikan pelayanan gereja tidak
akan pernah maksimal. Segala bentuk pelayanan gereja
Ga
dilakukan sesuai aturan-aturan yang sudah ditetapkan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
oleh majelis sinode.
Semua manusia tidak ada yang sem purna termasuk pemimpin gereja. Ti dak sempurnanya pemimimpin gereja tidak bertujuan untuk menindas dan menguasai anggota jemaat dan sesa manya manusia. Pelayanan gereja yang tidak maksimal biasanya
terjadi karena hanya untuk memenuhi tuntutan atau target yang ditentukan oleh majelis sinode. Ditambah lagi setiap pendeta di gereja lokal biasanya berpindah-pindah dalam
periode
tertentu.
Pendeta
tidak
merasakan
an
secara mendalam kebutuhan-kebutuhan gereja lokal.
rm aw
Akibatnya gereja tidak pernah mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Pelayanan gereja hanya bersifat stagnan, bahkan bisa memungkinkan pelayanan gereja
De
semakin merosot baik secara kualitas maupun kuantitas. Tidak maksimalnya pelayanan pendeta dalam gereja sering dijadikan alasan oleh penatua dan diaken untuk memindahkan dan memecatnya.
Gereja Pecah
80
Sistem kemajelisan sinode memiliki kelebihan dan kelemahannya
masing-masing.
Kelebihannya
segala
selalu
mengadakan
rapat
untuk
meminta
ur
karena
persetujuan bersama. Memang tidak ada manusia yang
Ga
sempurna termasuk para pemimpin gereja. Apapun
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
bentuk kewenangan yang dimiliki oleh pelayan gereja baik pendeta, penginjil, majelis jemaat, dan majelis sinode, sebaiknya harus dilakukan untuk hormat dan kemulian Allah.
rm aw
an
Apapun bentuk kewenangan yang dimi liki oleh Pendeta, Penginjil, Majelis Je maat, dan Majelis Sinode tidak akan per nah berhasil dan diberkati oleh Allah jika dilakukan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompoknya. Segala kewenangan dan kekuasaan harus dijalankan sesuai dengan koridornya Allah.
De
if
rangannya proses pelayanan gereja sering terlambat
a
keputusan dilakukan secara demokrasi, sedangkan keku-
81
ur
if
a
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
KEKUASAAN DALAM GEREJA
Ga
BAB V
A. Konsep Kekuasaan Konsep
kekuasaan
dalam
pandangan
Barker
(2006:10) yaitu kekuasaan bukan hanya perekat yang menyatukan kehidupan sosial atau kekuatan koersif sekumpulan orang atas orang lain, melainkan proses yang membangun dan membuka jalan bagi adanya segala bentuk tindakan. Definisi ini hampir sama dengan Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan yang memaparkan bahwa
an
kekuasaan adalah suatu hubungan di mana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan
rm aw
seseorang atau kelompok lain ke arah tujuan dari pihak pertama
(Budiardjo,
2008:60).
Pihak
pertama
yang
De
dimaksud yaitu semua pemilik atau penentu kekuasaan termasuk lembaga agama. Pemimpin lembaga agama secara langsung dan tidak langsung pasti memiliki kekuasaan. Kekuasaan
81
Gereja Pecah
82
secara langsung dapat dilihat pada diri seorang pemimpin yang otoriter, sedangkan kekuasaan yang tidak langsung
ur
untuk memuluskan tindakan kekuasaannya. Perangkat
Ga
keagamaan ini berupa kitab suci, hukum agama, jabatan, tata cara keagamaan, doktrin, dan sebagainya.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Dengan mencermati konsep kekuasaan di atas sesungguhnya praktek-praktek kekuasaan seperti itu sering ditemukan dalam gereja sebagai lembaga kerohaniaan. Penerapan praktek kekuasaan yang menyimpang ini seringkali dilakukan oleh pemimpin gereja. Oleh sebab itu, Hall (2009:457) mengingatkan semua pemimpin gereja dan orang Kristen dengan mengatakan bahwa kekuasaan pada dasarnya merusak; kekuasaan mutlak merusak secara mutlak.
Kendati kekuasaan itu pada dasarnya merusak, namun kekuasaan Allah berbeda dengan kekuasaan manusia. Allah berkuasa atas umat-Nya agar selalu hidup benar. Kekuasaan Allah adalah sempurna dalam
an
kebenaran mutlak, keadilan, kemurahan, hikmat yang
rm aw
sempurna. Kekuasaan Allah selalu bertujuan untuk mendidik, mengajar, dan memberi keadilan bagi seluruh umat-Nya. Kekuasaan Allah harus bisa direfleksikan oleh
De
setiap pemimpin dalam pelayanan gereja.
if
gunakan perangkat-perangkat keagamaan sebagai cara
a
dapat dilihat dari pribadi seorang pemimpin yang meng-
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
if
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
ur
Setiap lembaga agama di dunia ini pas ti memiliki kekuasaan. Segala bentuk kekuasaan apabila dilakukan secara ti dak benar maka pasti merusak seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Penggu naan kekuasaan secara berlebihan iden tik dengan pemberontakkan.
a
83
Gereja
adalah
lembaga
kerohanian
sekaligus
se bagai lembaga sosial. Sebagai lembaga sosial berarti gereja menjadi tempat berkumpul dan bersosialisasinya sejumlah manusia yang berasal dari berbagai latar belakang kehidupan sosial dan budayanya. Sementara sebagai lembaga kerohanian, gereja menunjukkan diri sebagai tempat berkumpulnya sejumlah orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Kedua unsur ini selalu ada berdampingan dalam lembaga gereja.
Gereja berperan sebagai organisasi rohani yang ada
di dunia ini selain di Surga. Pada saat gereja masih berada di dunia ini kemungkinan besar kepemimpinan gereja
an
akan selalu berhadapan dengan sekularisme serta segala
rm aw
bentuk kekuasaan yang bertentangan dengan Allah. Tidak heran jika ada sebagian pemimpin gereja yang merasa berkuasa dan menjadikan hak milik atau warisan
De
keluarga atas sebuah gereja.
Gereja Pecah
84
Sebagai lembaga kerohanian pada umumnya gereja dipimpin oleh seorang pendeta, penginjil, majelis, ataupun
ur
orang. Akan tetapi, sebagian pemimpin gereja dewasa ini menjalankan tugas panggilannya hanya untuk kepuasan sendiri
maupun
kelompoknya.
Pemimpin
yang
Ga
diri
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
mementingkan dirinya sendiri dan kelompoknya sudah pasti menggunakan segala bentuk kekuasaan untuk mencapai tujuan tersebut. Anggota jemaat selalu menjadi korban dan sasaran kekuasaannya.
B. Pemimpin Gereja Memiliki Kuasa
Secara jujur harus diakui bahwa setiap pribadi pemimpin gereja pasti memiliki kekuasaan. Yesus sendiri memiliki kekuasaan bahkan disebut sebagai Allah Yang Mahakuasa. Setiap orang percaya teristimewa para pemimpin gereja pasti mendapatkan kekuasaan dari-Nya. Dia memberikan kuasa dengan tujuan untuk mengatur, memelihara alam ciptaan, dan jemaat-Nya. Tidak ada
an
satu pun pemimpin gereja atau lembaga kekristenan yang tidak memiliki kuasa. Apapun bentuk dan model
rm aw
kekuasaan yang ada pada mereka seharusnya lebih ber orientasi untuk menunjang kegiatan pelayanan gerejawi.
De
Hal ini diperlukan untuk membentuk karakter setiap warga jemaat. Bentuk kekuasaan ini lebih bersifat rohani dan alkitabiah.
if
dengan tujuan-Nya yaitu agar menjadi berkat bagi semua
a
sinode. Setiap pemimpin gereja dipanggil oleh Allah sesuai
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
setiap
orang
mengidentikkan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Hampir
if
Ga
ur
Kekuasaan dapat diperoleh melalui kedudukan, kekayaan, jabatan, popula ritas, dan status dalam pekerjaan. Men yalahgunakan kekuasaan pasti diperha dapkan pada murka Allah dan hukum yang berlaku di setiap negara.
a
85
pribadi
pemimpin adalah kekuasaan atau kedudukan. Seorang yang
memiliki
kekuasaan
pasti
bisa
menentukan
atau mengatur kebijakan-kebijakan atas orang lain. Seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan tentu akan memperoleh begitu banyak kemudahan dalam berbagai hal. Menjadi pemimpin tentu suatu hal yang membanggakan karena selalu ingin dihormati.
Bukan rahasia lagi jika begitu banyak orang ingin
menjadi seorang pemimpin. Ada yang berkeinginan menjadi Presiden, Ketua DPR, Ketua MPR, pemimpin agama, pemimpin lembaga pemerintahan, pemimpin perusahaan, dan sebagainya. Keinginan besar ini tentunya bukan
an
masalah. Umumnya pemimpin yang memiliki ambisi
rm aw
dalam mencapai kedudukan itu selalu tujuannya untuk berkuasa, kebanggaan, kemudahan, kekayaan, korupsi, asusila, dan sebagainya. Harus disadari bahwa menjadi
De
seorang pemimpin harus memiliki kecakapan, integritas, keahlian serta kelebihan dibandingkan dengan yang lain. Pemimpin memiliki kemampuan dalam memprakarsai
Gereja Pecah
86
tingkah laku sosial serta mampu mengontrol setiap orang di bawah kepemimpinannya. untuk
mencapai
tujuannya
yaitu
secara
ur
persuasif atau kekerasan. Adanya sebuah harapan agar
if
pemimpin
a
Pendekatan yang sering dilakukan oleh seoerang
setiap anggotanya dapat menerima berbagai kebijakan
Ga
serta keputusannya secara sukarela. Walaupun kepu-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
tusan itu sering bertentangan dengan aturan yang sudah ada. Kewenangan seorang pemimpin tentu tidak habis untuk diungkapkan pada topik ini, baik yang bersifat sekuler apalagi yang bersifat rohaniah seperti pemimpin gereja saat ini.
Pada dasarnya setiap kekuasaan yang dipakai untuk menguasai sesamanya akan berdampak negatif pada setiap level hubungan sosialnya. Kekuasaan dapat merusak setiap tatanan kehidupan sosial. Dalam analisis Budiardjo
(2008:62) bahwa sumber kekuasaan dapat
berupa kedudukan, kekayaan, kepercayaan. Selain itu juga kekuasaan bersumber lewat tingkatan pendidikan, agama, gereja, dan sebagainya. Artinya, sepanjang pribadi
an
seseorang ada kesempatan untuk menguasai orang lain,
rm aw
pada saat itu pula dia memiliki kekuasaan yang absolut untu diterapkan. Apakah sebenarnya arti menjadi pemimpin gereja?
De
Hampir semua gereja di dunia ini dapat kita menemukan praktek-praktek kekuasaan. Ada kekuasaan yang bertujuan positif, tetapi juga lebih banyak yang negatif. Tujuan positifnya apabila pemimpin gereja memakai
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
87
fungsi kekuasaannya dalam membimbing anggota jemaat jemaat meningkat kualitas kerohaniannya. Sebaliknya,
if
ketika pemimpin gereja memaksa jemaat tunduk dan
a
agar taat kepada Tuhan. Dengan harapan setiap anggota
ur
taat kepada dia untuk kepentingan pribadi, kepentingan
kelompok, kepentingan organisasi, dan kepentingan
Ga
sinodenya, maka hakikat kekuasaan semacam itu pasti
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
bertujuan negatif.
Praktek kekuasaan yang bertujuan positif sejalan
dengan pandangan John Calvin yang diadopsi oleh Hall (2009:457) bahwa kekuasaan dalam gereja merupakan dampak
atas
karya
penebusan
Kristus
bagi
gere-
ja-Nya, sehingga setiap anggota gereja dituntut untuk menyatakan kasih, kehormatan, dan ketaatan pada Firman-Nya. Kristus yang berkuasa atas gereja-Nya. Kekuasaan-Nya bersifat rohani sehingga setiap pemimpin gereja dituntut untuk rendah hati, membimbing anggota gereja, memuliakan Allah, taat pada Firman, dan mensejahterakan gereja-Nya. Kekuasaan rohani pasti berbeda
De
rm aw
an
dengan kekuasaan sekuler.
Setiap pemimpin gereja mendapatkan kekuasaan dari Allah. Kekuasaan ini bertujuan untuk menjalankan segala ketetapan Allah kepada umat-Nya de ngan penuh kasih dan ketulusan. Kekua saan yang merusak bukan berasal dari Allah melainkan dari manusia atau iblis.
Gereja Pecah
88
Kekuasaan dalam gereja sebagian besar terletak pada pemimpin gereja secara lokal yaitu pendeta,
ur
seperti Sinode, Bishop, dan Ephorus. Semua pemimpin
if
berada di tangan kepemimpinan dewan-dewan gereja
a
penginjil, penatua, dan diaken. Kekuasaan yang lain juga
gereja ini diberi kewenangan untuk menyandang “senjata
Ga
rohani” menurut tujuan Kristus. Hal ini bertujuan dalam
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
rangka membangun tatanan kehidupan orang Kristen agar lebih baik dan benar, tetapi bukan untuk menghancurkan mereka. Dengan
melihat
kewenangan
para
pemimpin
gereja di atas, maka kita diingatkan kembali oleh Calvin (Hall, 2009:458) yang tetap mempertahankan tiga aspek kekuasaan dalam gereja, yaitu:
1. Kekuasaan untuk menghasilkan doktrin biblikal dengan setia.
2. Kekuasaan dalam mengimpletasikan yuridiksi. 3. Kekuasaan untuk melegislasi gereja.
Perkembangan praktek kekuasaan dalam gereja selama ini sudah tidak mencirikan kekuasaan Kristus
an
sebagaimana tiga aspek yang ditegaskan oleh Calvin di
rm aw
atas. Kekuasaan gereja telah kehilangan arah dan makna teologisnya. Kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin gereja saat ini justru lebih berorientasi untuk memenuhi kehen-
De
daknya sendiri atau kepentingan golongannya. Kondisi ini dapat diibaratkan seperti seorang pemimpin gereja yang memakai “dua jas” sekaligus dengan warna yang berbeda-beda. Pribadi yang sama namun memiliki motivasi
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
ganda.
89
Di satu sisi memakai “jas” sebagai pemimpin
gereja, tetapi di sisi lain mamakai “jas” dengan predikat
if
a
penguasa seperti pemimpin sekuler pada umumnya.
C. Kekuasaan Yang Otoriter
ur
Pada umumnya manusia memiliki sifat rasa tidak
Ga
pernah puas terhadap apa yang dimilikinya. Anggapan
semacam ini berlaku juga pada pribadi pemimpin gereja.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Mereka terus berusaha membuat terobosan baru atas gereja sesuai keinginannya. Ketika konsep ini diterapkan maka jalan yang paling cepat untuk merealisasikannya yaitu menggunakan segala bentuk kekuasaan. Konsekuensinya akan terjadi benturan antara pemimpin dengan pemimpin atau pemimpin dengan jemaatnya. Ketika kondisi ini berlangsung maka kedamaian dalam gereja tidak akan terwujud. Gereja akan mengalami perpecahan demi perpecahan.
Perpecahan yang terjadi selama ini sebagai akibat
dari implementasi kekuasaan yang tidak Alkitabiah. Saya yakin setiap pemimpin gereja pasti menyadari dan mampu
an
membedakan benar atau salah prinsip kepemimpinan yang diterapkannya dalam gereja selama ini. Kendati
rm aw
kesadaran akan hal itu ada, tetapi umumnya mereka tetap menyalahgunakan kekuasaan itu dengan asumsi
De
untuk menjalankan perintah atasan ataupun lembaganya. Mereka menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan dari Tuhan. Mereka melayani untuk kepentingan diri sendiri atau kepuasaan sementara bagi pemimpinnya yang lebih
Gereja Pecah
90
tinggi. Kita harus jeli dan berhati-hati terhadap gelagat pemimpin seperti itu. Kita harus mengevaluasi setiap
ur
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
Gereja mengalami perpecahan disebab kan oleh penyalahgunaan kekuasaan dari pendeta, penginjil, penatua, diaken, dan majelis sinode. Kekuasaan yang membabi buta adalah kekuasaan yang bertentangan dengan kehendak Allah.
if
a
pelayanan yang kita lakukan selama ini.
Pemimpin gereja di seluruh dunia termasuk di Indonesia memiliki kekuasaan dan kebebasan dalam membuat suatu perubahan dalam gereja yang dipimpinnya. Setiap perubahan yang dilakukan biasanya menimbulkan konflik dalam gereja. Kembali kita melihat proses reformasi yang dilakukan oleh Marthin Luther, Zwingli, Johanes Calvin, dan beberapa tokoh gereja lainnya yang terus melakukan perubahan sampai saat ini. Perubahan yang hendak dicapai biasanya sebagian orang menganggapnya positif, tetapi sebaliknya tidak sedikit orang juga yang menilainya
rm aw
an
negatif.
Reformasi adalah perubahan, tetapi perubahan
tidak identik dengan perpecahan gereja. Secara jujur
De
reformasi yang dilakukan oleh Luther tidak pernah bertujuan untuk menambah aliran dan denominasi gereja. Kendati demikian, sebagai akibat dari reformasinya justru perpecahan gereja terus mengalami peningkatan sampai
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
91
saat ini. Reformasi awal ini sangat mempengaruhi pribadi keberanian untuk mengadakan perubahan demi terca-
if
painya keinginan hati dan kelompoknya.
ur
Perubahan itu penting untuk dilakukan, tetapi
bukan bertujuan untuk memisahkan diri dari aliran dan
Ga
denominasi gereja yang sudah ada sebelumnya. Jangan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
menambah daftar panjang bertambahnya jumlah aliran dan denominasi gereja yang baru. Oleh sebab itu, setiap pemimpin gereja harus memiliki sikap rendah hati, penuh kasih, menerima kritik yang membangun, dan tidak egois. Apabila kekuasaan yang otoriter semata yang lebih ditonjolkan daripada sikap kasih serta panggilan memberitakan Injil, maka gereja akan kehilangan jati dirinya sebagai lembaga kerohanian.
D. Hegemoni Pemimpin Kepada Jemaat Konsep hegemoni biasanya hanya dapat ditemui
pada bidang atau ruang lingkup ilmu politik, ilmu sosial, ilmu hukum, dan bidang ilmu lainnya. Ilmu teologi
an
seakan menghindari diri dari konsep hegemoni seperti ini. Walaupun pada bagian tertentu hal ini kadang bersing-
rm aw
gungan, namun rasa dan dampaknya tidak seperti yang terlihat pada ilmu politik dan ilmu hukum di atas. Hal
De
ini dikarenakan ilmu teologi lebih spesifik dalam menata kehidupan rohani manusia, secara khusus kehidupan orang Kristen dengan Tuhannya.
a
para pemimpin gereja di seluruh dunia. Mereka memiliki
Gereja Pecah
92
Selama ini terkesan ilmu teologi terhindar dari segala bentuk kekerasan, kekuasaan, dominasi, atau hegemoni
ur
yang terjadi di masyarakat seperti kekerasan, kekuasaan,
if
dominan mengupas tentang fenomena-fenomena sosial
a
itu sendiri. Sementara ilmu sosial sering dicap atau lebih
dan sebagainya. Pada kenyataannya, pemimpin dalam
Ga
gereja justru melakukan hegemoni terhadap anggota
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
jemaatnya dalam berbagai lini kebijakan. Untuk
menegaskan
area
dan
power
konsep
hegemoni ini, sangat perlu kita melihat sejenak pendapat Gramsci (Barker, 2006:62) yang menggunakan centaur mitologi Yunani yaitu setengah binatang dan setengah manusia sebagai simbol ‘perspektif ganda’ suatu tindakan politik, otoritas, kekerasan, dan kekuatan.
Hegemoni
berarti situasi di mana suatu ‘blok historis’ faksi kelas berkuasa menjalankan otoritas sosial dan kepemimpinan atas kelas-kelas subordinat melalui kombinasi antara kekuatan, dan terlebih lagi dengan konsensus. Dengan demikian, area dan power hegemoni seorang pemimpin
an
gereja dapat ditelusuri pada beberapa aspek di bawah ini.
rm aw
1. Hegemoni Dalam Aspek Ideologi
Objek kerja hegemoni berafiliasi pada sebuah
ideologi yang dianut oleh seorang pemimpin pada bidang
De
tertentu. Perangkat kerja ini biasanya dilakukan oleh pranata masyarakat sipil (civil society) termasuk lembaga agama yaitu gereja dan kelompok-kelompok kepen tingan (interest groups). Dalam analisis Nyoman Kuta
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
93
Ratna (2005:136) menyatakan bahwa hegemoni terjadi kaum proletar telah terobsesi dan menerima cara berpikir
if
kolompok dominan. Perlu diketahui bahwa transformasi
a
apabila cara berpikir kelompok tertindas, khususnya
ur
dan pengambilan cara berpikir sebagaimana yang dimak-
sudkan dalam teori ini tidak terbatas dalam bidang politik,
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
baik yang ada di Indonesia dan luar negeri.
Ga
dan moral, melainkan juga dalam kepemimpinan gereja Setelah mengamati sikap para pemimpin gereja
yaitu pendeta, penginjil, majelis gereja, dan majelis sinode terhadap anggota jemaatnya, maka konsep dan teori hegemoni telah tertanam dalam suasana bergereja. Dalam hal ini anggota jemaat menjadi kelas subordinat. Pemimpin gereja memiliki kewenangan dalam mengatur anggota jemaat dengan tujuan agar hidup kudus dan benar sesuai kehendak Allah. Selain dari batasan wewenang itu telah memasuki ranah ideologi sebagaimana dimiliki oleh seorang pemimpin sehingga menjadi kekejian di hadapan Allah.
Para pemimpin saat ini sebagian besar telah
an
keluar dari jalur sebagai pemimpin gereja yang benar.
rm aw
Setiap keputusan yang diambil justru bertujuan untuk memenuhi keinginannya atau demi terlaksananya paham dari suatu aliran dan denominasi gereja yang dipim
De
pinnya. Misalnya, seorang pendeta dapat memutuskan dan menetapkan suatu aturan tertentu walaupun anggota jemaatnya merasa keberatan untuk melaksanakannya. Mereka memiliki kapasitas sebagai pemimpin rohani,
Gereja Pecah
94
sehingga secara terpaksa anggota jemaat mengikuti segala keputusan itu dengan hati yang penuh sungut-sungut.
ur
hegemoni dalam pemaksaan memberi persembahan, dan
Ga
berbagai bentuk hegemoni lainnya.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Sikap pemimpin gereja saat ini sebagian besar telah keluar dari sikap kepemi mpinan yang diharapkan oleh Tuhan Ye sus. Mereka menggunakan kekuasaan dan menghegemoni jemaat demi mencari keuntungan diri sendiri. Mereka memak sa jemaat untuk mengikuti tuntutan dan perubahan yang dikehendakinya. 2. Hegemoni Dalam Aspek Ekonomi
Orang Kristen yang memiliki uang banyak juga berpeluang untuk menduduki jabatan pendeta, majelis gereja, atau pun majelis sinode. Dengan keuangan yang dimilikinya berkesempatan untuk mempengaruhi anggota
an
gereja yang kemudian dipilih pada jabatan tertentu.
rm aw
Jabatan dapat diraih dengan uang dan uang dianggap segala-galanya, kendati mereka tidak memiliki kompetensi dalam memimpin gereja. Sesungguhnya pada tataran ini
De
if
jabatan, hegemoni dalam penegakkan disiplin gereja,
a
Pemaksaan ini dapat dilakukan melalui hegemoni dalam
praktek hegemoni sudah mulai diterapkan dalam gereja. Selain itu beberapa orang Kristen yang berpendidikan non-teologi berambisi menjadi pendeta demi
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
95
kekuasaan dan uang. Mereka berusaha memperoleh seminar, atau mengikuti kuliah singkat di sekolah teologi
if
yang tidak resmi untuk memperoleh ijasah sarjana teologi.
a
pengetahuan teologi seadanya dengan mengikuti berbagai
ur
Mereka menempuh cara ini untuk melegalkan kepemim pinannya dalam gereja. Kemampuan finansial dapat
Ga
membeli jabatan spiritual yang selanjutnya membeli
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
gedung gereja sesuai aturannya sendiri. Kebiasaan ini sudah lama terjadi dalam gereja sebagaimana Kuhl (1997:110) tegaskan bahwa pemimpin gereja pada waktu itu adalah kaum feodal yang memegang kendali ekonomi dengan memeras keringat rakyat demi keuntungan besar. Faktor ekonomi sangat mempengaruhi pelayanan gereja. Kemampuan finansial seorang pendeta juga dapat
mempengaruhi kehidupan orang lain. Biasanya memberi bantuan bagi orang kurang mampu berupa pekerjaan, uang, atau tempat tinggal. Konsekuensi atas segala bantuan itu mengharapkan imbalan dengan menjadi anggota gereja yang dipimpinnya. Kendati mereka sudah memiliki tempat ibadah. Dalam konteks ini menunjukkan
an
adanya hegemoni pemimpin bagi anggota jemaat. Sikap
rm aw
ini sangat bertentangan dengan Amanat Agung Tuhan Yesus yaitu melaksanakan tugas pemberitaan Injil secara
De
benar. Bila kita menggunakan uang dengan baik maka
sangat membantu pelayanan gereja. Akan tetapi, jika uang menjadi penguasa dalam gereja termasuk untuk mendapatkan
kedudukan
maka
dipastikan
lembaga
Gereja Pecah
96
spritual yang kita kenal selama ini berubah fungsi menjadi arena bisnis belaka. Gereja tidak bisa berada pada posisi
if
sebagai lembaga anti korupsi yang alkitabiah.
ur
3. Hegemoni Dalam Aspek Persembahan
Ga
Uang sangat mempengaruhi seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Hampir semua manusia takluk bila
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
melihat uang. Dengan uang bisa memutarbalikan kebenaran. Kenyataan ini pula yang terjadi dalam beberapa gereja. Ada pendeta yang memaksakan anggota jemaat untuk memberi persembahan. Berbagai dalil dilakukan untuk
“membius”
anggota
jemaat
sehingga
berani
memberikan persembahan.
Alkitab memang menekankan kewajiban jemaat memberi persembahan kepada Tuhan untuk memajukan pelayanan gereja. Ada persembahan syukur, persembahan sukarela, persepuluhan, persembahan pembangunan, persembahan diakonia, dan sebagainya. Begitu banyak nats dalam Alkitab tentang kewajiban memberi persem-
an
bahan, tetapi dua nats populer yang sering digunakan oleh setiap pendeta yang orientasi pelayanannya hanya
rm aw
pada persembahan. Dalam kitab Perjanjian Lama yaitu Maleakhi 3:10
berkata: “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan
De
a
seperti ini. Gereja harus mampu menunjukkan jati dirinya
itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
97
bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kitab Perjanjian Baru berkata: “Hendaklah masing-masing
if
memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan
a
kepadamu sampai berkelimpahan.” Sementara dalam
ur
sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Korintus 9:7).
Ga
Dari kedua nats Alkitab di atas menunjukkan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
bahwa Allah menyuruh setiap umat memberi persembahan secara jujur, sukarela, dan penuh sukacita demi kemajuan pelayanan gereja. Persembahan yang sering disoroti adalah persembahan persepuluhan. Persembahan persepuluhan adalah persembahan yang diberikan kepada Allah untuk dipergunakan dalam pelayanan gereja. Persembahan ini dapat diartikan sebagai persembahan yang sempurna. Sistem pemberian persembahan ini tergantung pada bentuk pekerjaan jemaat seperti PNS, karyawan swasta, profesional, buruh, petani, pembantu rumah tangga, pengusaha, guru, pendeta, pemulung, dan lain-lain. Artinya, apapun bentuk pekerjaan anggota jemaat yang sifatnya halal diwajibkan memberi persem-
De
rm aw
an
bahan persepuluhan kepada Tuhan.
Memberi persembahan di dalam gereja ti dak bertujuan untuk memperoleh berkat yang lebih banyak dari Tuhan, melainkan suatu sikap mensyukuri berkat diterima. Orang yang tidak memberi persembahan adalah orang yang tidak mensyukuri ber kat Tuhan.
Gereja Pecah
98
Dalam memberi persembahan kepada Tuhan sering menjadi masalah dalam gereja. Pemimpin yang memiliki
ur
memaksa anggota jemaat untuk memberi persembahan.
if
nakan nats Alkitab ini untuk menakut-nakuti sekaligus
a
otoritas serta berkuasa dalam gereja biasanya menggu-
Bagi gereja yang manajemennya sudah teratur dan gaji
Ga
pendeta sudah ditetapkan maka penerapan persembahan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
ini tidak terlalu dipersoalkan. Sementara gereja yang memiliki aturan bahwa seluruh persembahan persepuluhan jemaat diserahkan kepada pendetanya tentu motif pemaksaan akan berlaku. Motif
pemaksaan
secara
langsung
dan
tidak
langsung dalam memberikan persembahan sudah lama terjadi dalam gereja di Indonesia. Bila jumlah persembahan persepuluhan seluruh jemaat setiap bulannya seratus juta rupiah, maka dapat dipastikan pendetanya menjadi orang kaya dan jemaatnya tetap miskin. Banyak pendeta berlomba-lomba membuat aliran dan denominasi gereja untuk tujuan tersebut. Mereka melakukannya untuk memperoleh uang yang banyak. Model dan motif
an
pelayanan seperti inilah yang membuat perpecahan
rm aw
dalam gereja semakin meluas.
Para pendeta memakai Firman Allah untuk menipu
anggota jemaat. “Bawalah seluruh persembahan perse
De
puluhan itu ... mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.”
Pendeta
sering
menafsirkan
ayat
ini dengan menganjurkan jemaatnya: “Jika memberi persemba han persepuluhan yang banyak maka akan
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
99
ditambahkan oleh Allah secara berlimpah-limpah kepa hanya bertujuan untuk memperoleh berkat yang banyak.
if
Kebaikan Allah kepada manusia tidak dapat dinilai
a
damu”. Jemaat memberi persembahan kepada Allah
ur
dengan besarnya jumlah uang yang dipersembahkan.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
orang Kristen sejati.
Ga
Prinsip ini telah menyimpang dari panggilannya sebagai
Berilah persembahan dengan sukacita, maka Tuhan pasti memberkatimu se cara berlimpah-limpah. Orang yang ber sungut-sungut saat memberi persemba han, maka Tuhan pasti akan mengambil hartamu dengan cara-Nya sendiri. Allah menghendaki setiap orang Kristen memberi
persembahan dengan motivasi yang benar. Persembahan berguna bagi pelayanan gereja. Kita memberi persembahan sebagai bentuk ucapan syukur atas berkat yang telah diterima dari-Nya. Memberi persembahan dalam berbagai bentuk bukan bertujuan untuk menambah
an
harta, tetapi sebagai bentuk ketaatan dan penyerahan
rm aw
diri. Dia sanggup memelihara hidup umat-Nya. Kelimpahan berkat yang Allah berikan kepada
De
umat-Nya tidak tergantung pada jumlah persembahan yang kita diberikan. Akan tetapi, melalui ketaatan, kejujuran, dan keyakinan iman menjadi dasarnya. Apabila motivasi kita salah dalam memberi persembahan, maka
100
Gereja Pecah
persembahan sebesar apapun bagi Tuhan tidak ada artinya dan tentu tidak diberkati. Justru harta yang
ur
dunia ini termasuk harta kita. Manusia hanya sebagai peminjam sementara.
Ga
Tanpa kita sadari praktek-praktek pelayanan yang
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
menyimpang selama ini telah ada di beberapa gereja di Indonesia. Kejujuran dan kerendahan hati dari setiap pemimpin gereja diuji pada konteks ini. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang gencar memberantas korupsi di masyarakat umum, sebenarnya masalah korupsi juga sudah ada di gereja yang sifatnya terselubung. Yudas Iskariot yang menjual Tuhan Yesus salah satu tindakan korupsi yang tercatat di Alkitab.
Apapun bentuk kekuasaan yang diterapkan di dalam gereja telah melukai hati setiap jemaat, kendati mereka tidak berani mengungkapkannya secara lang sung. Saatnya kita mengintropeksi diri sebagai pemimpin gereja dari berbagai aliran dan denominasi. Apakah
an
sikap dan praktek kekuasaan yang kita terapkan sesuai
rm aw
dengan kewenangan yang diberikan oleh Tuhan? Jangan kita menghegomi anggota jemaat untuk tujuan kepen tingan pribadi dan kelompok. Marilah melayani jemaat Allah dengan benar sesuai kebenaran Firman Tuhan.
De
if
cara-Nya sendiri. Allah yang memiliki segala-galanya di
a
masih ada pada kita, Allah akan “mengambilnya” dengan
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
101
E. Kekuasaan Rohani vs Sekuler sekuler? Bila dilihat dari bentuk tugasnya memang
if
berbeda, tetapi penerapan nilai-nilai dari panggilan
a
Apa perbedaan pemimpin gereja dengan pemimpin
ur
pelayanan sesungguhnya hampir sama. Apapun jabatan atau tugas yang kita emban harus menjadi berkat bagi
Ga
orang lain dan demi kemuliaan nama Tuhan. Para
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
pemimpin sekuler bisa menjadi alat untuk menyatakan kasih Yesus. Hanya saja kebanyakan pemimpin ini lebih mementingkan diri sendiri daripada orang lain.
Seyogianya pemimpin gereja dan sekuler seha-
rusnya memiliki karakter kepemimpinan yang bijaksana. Pada kenyataannya antara kedua pemimpin ini sulit dibedakan. Fungsi mereka sama-sama menggunakan kekuasaan sebagai senjata ampuh untuk melemahkan bahkan
“membunuh”
lawan-lawanya
sampai
tidak
mampu bangkit lagi. Mereka mencari keuntungan di balik kekuasaan dan kedudukan yang dimilikinya.
Pemimpin gereja sudah mulai kehilangan inte
gritasnya. Fakta ini dapat dilihat berdasarkan sejarah
an
perjalanan gereja setelah Tuhan Yesus naik ke Surga.
rm aw
Apabila kita menelusuri lebih jauh lagi sebelum ada istilah gereja, kekuasaan telah berkembang di dalam agama Yahudi. Ketika Tuhan Yesus melayani di dunia kira-kira
De
3 tahun, pengaruh kekuasaan agama Yahudi sangat bertolak belakang dengan ajaran Tuhan Yesus. Jadi, dapat dikatakan di mana ada gereja maka di sanalah
102
Gereja Pecah
tumbuh subur kekuasaan, baik kekuasaan yang sifatnya rohani maupun secara sekuler.
ur
dan kepribadian yang patut diteladani oleh seluruh
if
Allah secara khusus. Mereka harus memiliki kecakapan
a
Pemimpin gereja adalah pribadi yang dipanggil oleh
anggota jemaat. Mereka harus menjadi figur tokoh agama
Ga
yang dihormati karena kebijaksanaan yang dimilikinya.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Berhasilnya seorang pemimpin tidak terletak pada tataran pengetahuan tentang konsep dan teori kepemimpinan belaka, tetapi lebih penting lagi pada tindakan nyata melalui kasih, keadilan, kerukunan, kedamaian, dan kesejahteraan semua orang.
Seseorang dipanggil oleh Allah bukan hanya untuk memimpin gereja, tetapi kehadirannya juga dapat menjadi berkat bagi masyarakat umum. Oleh sebab itu, pemimpin gereja harus memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan anggota jemaat dan masyarakat di sekitarnya. Lahirnya seorang pemimpin gereja maupun sekuler dapat ditinjau berdasarkan beberapa teori yang dijabarkan oleh Lay (2006:84) dalam bukunya yang
an
berjudul “Manajemen Pelayanan”, yakni:
De
rm aw
1. Teori genetis (hereditas), yaitu pemimpin yang memiliki bakat sejak dalam kandungan/dilahirkan (leaders are born and not made). 2. Teori sosial, yaitu pemimpin disiapkan/dibentuk oleh oleh orangtua atau pihak tertentu sehingga menjadi pemimpin (leaders are made and not born).
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
103
3. Teori ekologis (sintetis), yaitu seorang pemimpin kelahirannya, kemudian dipersiapkan melalui
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
Berhasilnya seorang pemimpin apabi la dalam sikap dan tindakannya me nerapkan kasih, keadilan, kerukunan, kedamaian, dan kesejahteraan bagi semua orang.
ur
if
pengalaman dan pendidikan formal.
Selain teori di atas, ada satu teori yang paling
mendasar munculnya seorang pemimpin yaitu teori Ilahi. Menurut hemat penulis bahwa teori inilah yang paling awal dan utama dalam perjalanan hidup manusia. Sebagai umat beragama secara khusus orang Kristen mengakui segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia dan seluruh isi dunia ini berada dalam providensi Allah. Jadi, setiap pemimpin sejati terlebih dahulu dipersiapkan oleh Allah, sehingga memiliki integritas kepemimpinan
an
yang baik pada setiap medan pelayanannya.
rm aw
Kadang kita mendengar selintingan suara menya-
takan pemimpin gereja lebih baik daripada pemimpin sekuler. Pemimpin gereja tidak haus kekuasaan. Apakah benar anggapan itu? Apakah pemimpin gereja sejak
De
a
muncul melalui bakat-bakat yang ada sejak
jaman Tuhan Yesus hingga sekarang ini sudah benar? Kedudukan pemimpin dengan tujuan kekuasaan tidak hanya terjadi di dunia sekuler saja? Justru penerapan
104
Gereja Pecah
kekuasan sangat terasa di gereja karena menganggap diri mereka sebagai wakil Allah di dunia. Mereka mempunyai
ur
Memang pemimpin gereja berdasarkan Alkitab
if
bawah kekuasaannya.
a
legalitas untuk mengatur setiap orang yang berada di
berbeda fungsinya dengan pemimpin sekuler. Pemimpin
Ga
gereja berarti orientasi kepemimpinannya lebih kepada
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
memimpin umat Tuhan dalam organisasi gereja. Seorang pemimpin gereja harus memiliki ciri kepemimpinan Kristus. Dalam hal ini mereka harus memiliki sikap mengenal Allah, menaati kehendak Allah, bergantung kepada Allah, mengasihi Allah dan manusia, dan akhirnya memuliakan Allah. Namun semua sikap ini belum dipenuhi oleh mereka yang berkecipung dalam pelayanan gereja.
Dalam organisasi gereja mana pun di dunia ini keinginan seseorang menjadi pemimpin sangat banyak peminatnya. Siapa yang menyangka jika murid-murid Yesus pun bertengkar karena ingin menjadi pemim pin yang terbesar di antara murid yang lain? Hal-hal
an
seperti inilah yang membuat Yesus begitu prihatin
rm aw
atas kehidupan murid-murid-Nya yang tidak mengerti apa sebenarnya arti dan tugas dari seorang pemimpin gereja. Setiap pemimpin bukan hanya sekedar jabatan
De
dan kekuasaan, melainkan harus rela berkorban dalam setiap aspek pelayanannya.
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
Sikap
para
murid
yang
berusaha
105
merebut
sebuah sikap kepemimpinan yang haus kekuasaan.
if
Yesus menegaskan bahwa adanya perbedaan esensial
a
kedudukan di samping Tuhan Yesus menunjukkan
ur
antara pemimpin gereja dengan pemimpin sekuler.
Dalam Injil Markus 10:40, 42-44 berkata: “Tetapi hal
Ga
duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.”
Perkataan Tuhan Yesus di atas menunjukkan
sebuah perbedaan mendasar tentang karakter pemimpin
an
gereja dengan pemimpin sekuler. Pemimpin agama seperti
rm aw
gereja sangat berbeda dengan Presiden, MPR, DPR, DPRD, manager perusahaan, dan sebagainya. Seorang pemimpin gereja tidak boleh menerapkan kekuasaan yang
De
dimilikinya melewati norma dan fungsi seorang pemimpin sejati sebagaimana yang diharapkan oleh Tuhan Yesus.
106
Gereja Pecah
Apabila fungsi kepemimpinan ini disalahgunakan maka warga gereja mengalami kebimbangan dalam imannya
ur
dapat menimbulkan konflik. Alkitab mencatat salah satu
if
Salah pengertian tentang tugas pemimpin gereja
a
serta memicu sikap saling tidak percaya dalam gereja.
peristiwa perpecahan gereja yang terjadi di dalam jemaat
Ga
Korintus. Dalam konteks ini rasul Paulus menasihatkan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
jemaat Korintus dengan berkata: “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus” (1 Korintus 1:10, 12).
Keadaan jemaat Korintus menunjukkan sebuah perpecahan yang disebabkan oleh pengaruh kekuasaan dari para pemimpinnya. Masih banyak lagi bentuk-bentuk perpecahan yang terjadi seputar pelayanan gereja, baik
an
pada masa PL maupun PB. Perpecahan yang kita lihat
rm aw
saat ini merupakan rentetan dari buah perpecahan gereja sebelumnya. Pada konteks ini kembali terlintas diingatan kita tentang kekuasaan dalam Gereja Roma Katolik. Hal
De
ini membuktikan di dalam gereja ada kekuasaan yang terselubung.
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
107
Sebagai reaksi atas ketidakpuasaan kepemimpinan dapat terhindarkan. Pada awal abad ke-16 agama Kristen
if
menjadi dua aliran yaitu agama Kristen Katolik dan Kristen
a
Paus pada waktu itu maka perpecahan dalam gereja tidak
ur
Protestan. Perlawanan terhadap setiap keputusan Paus ini diawali oleh Marthin Luther pada tahun 1483-1546
Ga
dengan mengeluarkan 95 dalil. Kemudian sentralistis
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
dan hierarkisnya kepemimpinan gereja pada abad ke-19 memutuskan bahwa “Sri Paus tidak bisa keliru, kalau dia mengucapkan suatu keputusan di bidang aqidah atau etika.” Keputusan konsili Vatikan I pada tahun 1870 ini sangat memperkuat kedudukan Paus dalam gereja Katolik (Steenbrink, 1987:3).
Walaupun demikian besar kekuasaan yang dimiliki
oleh Paus, namun dalam pandangan Ratna (2008:8) bahwa mobilitas agama Kristen Protestan diakui lebih memiliki intensitas cukup kuat sesuai dengan etika Protestan dibandingkan dengan Kristen Katolik pada waktu itu. Oleh sebab itu, dalam karya ini lebih memberi perhatian serius dalam menganalisa kepemimpinan dalam gereja Protestan
an
daripada gereja Katolik. Perpecahan dalam gereja Kristen
rm aw
Protestan sangat banyak.
Setiap pemimpin gereja pasti memiliki kuasa dalam
mengatur kehidupan warga jemaatnya. Dalam agama
De
Kristen Protestan sistem kepemimpinan gerejanya masih agak rumit karena begitu banyak aliran dan denomi-
108
Gereja Pecah
nasinya. Sejauh ini telah banyak praktek kekuasaan yang bertentangan dengan kehendak Allah. Kepemimpinan
ur
kekuasaan yang tidak alkitabiah terus dilakukan maka
Ga
gereja dipastikan mengalami perpecahan yang besar pada masa yang akan datang.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Tuhan Yesus murka terhadap seorang pemimpin yang haus akan kekuasaan. Kendati Dia memberi kuasa untuk memimpin, tetapi bukan untuk tujuan menguasai orang lain dengan semena-mena demi terwujudnya kepentingan pribadi atau alirannya. Pemimpin sejati menurut Tuhan Yesus adalah bukan dalam hal kekuasaan, kedudukan, kebanggaan, tetapi menjadi semakin besar dalam hal iman, kerendahan hati, watak yang benar, hikmat, penguasaan diri, sabar, dan mengasihi semua orang tanpa terkecuali. Seorang pemimpin gereja harus memiliki jiwa seorang pelayan! Fokus pemimpin sejati adalah menghasilkan buah dan bukan membesarkan diri tetapi membesarkan orang lain.
an
Ciri pemimpin yang sejati yaitu terus memberi
rm aw
kesempatan kepada orang lain untuk hidup lebih baik, bertumbuh, berkembang, dan berbuah lebih banyak dari sebelumnya. Adanya pendelegasian tongkat kepemimpinan kepada orang lain, sehingga pada suatu saat akan meng-
De
if
ataupun kelompoknya masing-masing. Apabila praktek
a
mereka lebih banyak fokus untuk kepentingan diri
hasilkan pemimpin gereja yang baru dan berkualitas. Dia tidak pernah cemburu saat orang yang dipimpinnya dulu menjadi pribadi yang berhasil atau menjadi pemimpin
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja
109
kelak. Itulah yang Yesus lakukan! Tugas pemimpin sejati menjadi pemimpin yang berkarakter rohani, berintegritas,
De
rm aw
an
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
ur
if
dan mau melayani.
a
adalah melayani dan membesarkan orang lain untuk
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
if
a
111
ur
if
a
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja
Ga
BAB VI
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
HUKUM DAN PEMERINTAHAN GEREJA
Dalam setiap gereja pasti ada sistem pemerintah-
annya. Pada umumnya, manfaat dari sistem ini untuk memberikan pelayanan yang maksimal bagi jemaat. Namun sebelum kita mengerti lebih jauh sistem ini maka terlebih dahulu harus mengerti hukum gereja atau peraturan gereja di bawah ini. Setiap gereja memiliki hukum atau peraturannya masing-masing. Dengan perbedaan hukum ini maka penerapan sistem pemerintahan pada
an
setiap aliran dan denominasi gereja sangat berbeda-beda.
rm aw
A. Pengertian Hukum Gereja
Secara umum istilah peraturan kata dasarnya “atur”
atau “aturan”. Kata “atur” berarti rapi, tertib, sedangkan
De
“aturan” berarti ketentuan, patokan, atau perintah. Dalam bahasa Inggris disebut regulation yang berarti peraturan. Jadi, peraturan adalah tindakan untuk menjalankan segala aturan-aturan yang dibuat oleh seseorang atau
111
112
Gereja Pecah
sekelompok masyarakat untuk mengatur segala sesuatu menjadi tertib dan rapi.
ur
dapat didefinisikan sebagai peraturan atau adat resmi
if
tentang hukum. Akan tetapi, secara umum hukum
a
Secara etimologi belum ada definisi yang disepakati
yang dibuat oleh penguasa; segala undang-undang, dan
Ga
peraturan yang mengatur pergaulan hidup masyarakat.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Penerapannya dalam gereja dapat dikatakan bahwa hukum gereja adalah peraturan berkenaan dengan kehidupan orang Kristen yang berdasarkan pada ajaran Yesus Kristus.
Menurut
Bolkestein
(1956:4)
dalam
bukunya:
“Asas-asas Hukum Gereja”, menjelaskan bahwa hukum gereja adalah bagian ilmu teologi, di mana kita mencari peraturan tentang perbuatan dan hidupnya gereja, sehingga wujud gereja sebagai tubuh Kristus dapat dinyatakan sebaik-baiknya. Selanjutnya, Gintings (2009:10) menambahkan bahwa di dalam hukum gereja, kasih yang menjadi penekanannya. Secara garis besarnya hukum gereja dibuat untuk mengatur tata laku kehidupan
an
umat Kristen sebagai tubuh Kristus serta dalam rangka
rm aw
mengatur segala kegiatan gerejawi.
Hukum gereja bertujuan untuk mengatur tata
cara beribadah kepada Tuhan serta melindungi kepent-
De
ingan individu dan kelompok masyarakat Kristen secara umum. Melalui penerapan hukum gereja diharapkan agar setiap pemimpin gereja dan jemaat dapat hidup dengan harmonis, saling mengasihi, dan menjadi berkat bagi
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja
113
orang lain. Hukum gereja merupakan implementasi dari segala bentuk hukum-hukum Tuhan yang ada dalam
a
Alkitab.
if
B. Rancangan Hukum Gereja
ur
Kita harus sadari bahwa hukum gereja dibuat oleh
Ga
manusia yang berdosa. Pemimpin gereja dan semua orang
Kristen adalah manusia berdosa. Para perancang atau
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
pembuat hukum gereja selalu dipenuhi oleh berbagai keterbatasan. Tidak mengherankan jika hukum gereja mengalami perbedaan dengan aliran dan denominasi gereja lain. Padahal hukum gereja dibuat selalu mengacu pada ayat-ayat Alkitab. Alkitab tidak salah tetapi manusia yang salah dalam membaca serta menginterpretasinya.
Semua manusia adalah orang berdosa. Hukum gereja dibuat oleh orang-orang yang berdosa serta memiliki keterbatasan. Hukum gereja pasti ada kekurangan dan bertentangan dengan Alkitab. Alkitab berbeda dengan buku umum lainnya. Para
an
penafsir Alkitab yang memaksakan pikirannya untuk
rm aw
mencapai tujuan tertentu pasti bertentangan dengan kehendak Tuhan. Termasuk dalam merumuskan hukum
De
gereja harus ada sikap kehati-hatian. Memberikan makna lain pada ayat-ayat Alkitab dapat menjadi bahan kontroversi bagi orang lain. Dalam hal ini penafsir harus dipimpin oleh Allah serta mengikuti metode penafsiran yang telah
Gereja Pecah
114
ada. Walaupun hasil dari penafsiran ini tidak sempurna, namun memiliki makna yang mendekati kebenaran yang
ur
tikan pendapat Hayes (1999:164) yang terus mengingatkan
if
Dalam menafsirkan teks Alkitab perlu memperha-
a
sesungguhnya.
setiap orang Kristen secara khusus para pemimpin gereja
Ga
bahwa kita harus tidak begitu saja memasukan tafsiran
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
kita sendiri ke dalam sebuah teks, bila demikian kita melakukan eisegese, bukan eksegese. Kata eksegesis berarti “membaca atau menggali” arti tulisan-tulisan itu, sedangkan eisegesis berarti mencari ayat Alkitab untuk membenarkan ide penafsir. Apabila prinsip ini tidak dilaksanakan dengan baik maka akan menimbulkan masalah baru dalam penerapan hukum gereja maupun pelayanan gereja.
Semua hukum gereja dibuat demi kepentingan bersama serta tujuan yang hendak dicapai oleh setiap aliran atau denominasi gereja tersebut. Hal inilah yang membuat aliran dan denominasi gereja di Indonesia memiliki peraturan atau hukum gereja yang berbeda-beda.
an
Perbedaan hukum gereja pasti mengalami masalah dalam
rm aw
pelayanan gereja. Tidak sedikit pemimpin gereja selalu
De
menganggap hukum gereja yang dianutnya paling benar.
Kita tidak boleh menafsirkan isi Alkitab menurut kehendak dan kepentingan mas ing-masing. Menafsirkan Alkitab secara benar dapat menghindari konflik dan per pecahan dalam gereja. Biarkanlah Alkitab menafsirkan dirinya sendiri.
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja
115
Hukum gereja sangat penting, tetapi hukum gereja nenek moyang sebelumnya. Hukum gereja dibuat dalam
if
waktu lama yang mengikuti tradisi dan kebudayaan pada
a
yang ada pada setiap gereja saat ini biasanya warisan dari
ur
generasi itu. Hukum gereja yang sudah lama kadang dianggap masih relevan pada generasi sekarang. Kita tidak
Ga
boleh mengabaikan tata gereja atau hukum gereja yang
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
menjadi kesapakatan bersama. Namun, bagaimanapun berinovasi dalam hal struktur itu perlu (Lie, 2010:21). Hukum gereja memegang peranan penting dalam
melaksanakan berbagai kegiatan gerejawi serta mengatur tata laku hidup berjemaat. Setiap hukum gereja perlu dikoreksi dan dievaluasi oleh setiap pemimpin pada aliran dan denominasi gerejanya masing-masing dalam periode tertentu. Ada hukum gereja yang perlu diteruskan, tetapi sebagiannya perlu direvisi atau ditiadakan. Dengan demikian, hukum gereja tetap sesuai dengan kebutuhan orang Kristen pada setiap jamannya.
C. Penerapan Hukum Gereja
an
Maksud
penerapan
hukum
gereja
yaitu
agar
kehidupan orang Kristen teratur secara alkitabiah, baik
rm aw
pada saat beribadah maupun ketika melakukan segala aktivitas di luar gereja. Keberadan orang Kristen pada
De
saat berada di dalam gereja harus sama bobot nilainya ketika berada di tengah-tengah masyarakat. Hukum gereja berlaku pada setiap sendi kehidupan jemaat di mana pun mereka berada. Penegakkan hukum gereja
Gereja Pecah
116
harus dilakukan dengan tujuan untuk mengasihi jemaat serta menggembalakan mereka sesuai kehendak Yesus
ur
implisit Abineno (2002:9) tegaskan dalam bukunya:
“Garis-garis Besar Hukum Gereja” bahwa fungsi hukum itu
diperlukan
untuk
mengatur
hubu ngan-
Ga
gereja
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
hubungan lahiriah dalam gereja sebagai lembaga dan hubungan antara gereja yang satu dengan yang lain dan juga antara gereja dan negara. Dengan demikian, hukum gereja adalah produk yang dibuat secara bersama-sama, disepakati secara bersama-sama, dilaksanakan secara bersama-sama. Muaranya agar setiap pemimpin gereja dan seluruh anggota jemaat membina hubungan yang harmonis di dalam gereja dan masyarakat. Kehadiran gereja betul-betul membawa berita sukacita bagi seluruh umat manusia.
Dengan adanya perbedaan hukum gereja pada masing-masing aliran dan denominasi gereja sekarang ini dapat menjadi celah atau pemicu terjadinya perpecahan.
an
Misalnya, peraturan tentang pelaksanaan baptisan yang
rm aw
diatur oleh masing-masing gereja ternyata berbeda-beda. Ada yang setuju dengan cara percik, sedangkan yang lain menolaknya. Ada juga yang menerima kedua-duanya untuk menghindari konflik dalam gereja itu sendiri.
De
if
Dimensi penerapan fungsi hukum gereja secara
a
Kristus Sang Gembala Agung.
Ga
ur
Perbedaan hukum dalam setiap aliran dan denominasi dapat memicu konflik baru da lam gereja. Hukum gereja dibuat untuk mempertahankan posisi aliran dan deno minasi gerejanya masing-masing dan bu kan semata-mata demi kemuliaan Allah.
a
117
if
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja
Untuk mencegah terjadinya perpecahan ini sangat
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
diperlukan kerendahan hati dari setiap tokoh-tokoh gerejawi dan para teolog-duduk bersama mencari selusi atas perbedaan itu. Lebih memungkin lagi melakukan penelitian secara mendalam dan menyeluruh terhadap setiap perbedaan yang ada tanpa harus terikat oleh aliran dan denominasinya masing-masing. Dengan keyakinan di dalam Tuhan maka pasti akan menemukan makna dan peraturan yang tepat sesuai dengan kebutuhan anggota jemaat saat ini. Hukum gereja sebenarnya dapat menjadi alat untuk menciptakan kebersamaan, kedamaian, dan kesatuan dalam gereja Tuhan.
Sebuah kerinduan yang agung jika kita dapat
wujudkan adanya hukum gereja yang oikumenis. Kendati
an
sudah terbentuk cukup lama lembaga oikumenis yaitu
rm aw
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Seiring adanya semangat oikumene ini justru perbedaan dan
De
perpecahan semakin mengalami berat
hati
penulis
menegaskan
peningkatan. Dengan bahwa
bagaimana
mungkin bisa mewujudkan doa Tuhan Yesus agar gereja-Nya bersatu. Sebagian besar aliran dan denominasi
118
Gereja Pecah
gereja yang sudah ada di seluruh Indonesia belum menjadi anggota PGI. Mereka malah membentuk persekutuan
mau bersatu dengan gereja yang berbeda dengannya.
ur
organi sasi gereja, sengaja memisahkan diri, dan tidak
Ga
Hukum gereja dibuat untuk mengatur tata cara
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
kehidupan berjemaat yang berkualitas dan rohaniah. Bukan pula untuk membuat perbedaan, perpecahan, dan kesombongan. Sampai saat ini tidak ada satu pun aliran dan denominasi gereja memiliki hukum gereja yang sama. Perlu kita merenungkan secara arif bahwa hukum gereja yang tidak relevan dan tidak sesuai dengan Alkitab harus dibuang dari ranah pelayanan gerejawi.
Hukum gereja dapat bersifat memaksa dan sukarela. Pemimpin dan seluruh je maat melaksanakan hukum gereja demi kebaikan dan kemajuan pelayanan ke pada Tuhan.
an
D. Sistem Pemerintahan Gereja
rm aw
Sistem pemerintahan gereja berbeda dengan sistem
sekuler. Yang mutlak harus menjadi pertimbangan dalam menentukan sebuah sistem organisasi gereja yaitu Kristokrasi dan relevansinya dalam menyatukan berbagai
De
if
jukkan adanya sikap kesombongan rohani dari beberapa
a
atau wadah baru sesuai keinginannya. Fakta ini menun-
aliran dan denominasi gereja. Dua hal ini tidak dapat ditawar-tawar. Kristokrasi berarti pemerintahan Kristus atas gereja, karena Dialah Raja dan Kepala Gereja. Rele-
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja
119
vansinya harus siap menerima setiap perbedaan. organisasi
gereja
identik
juga
dengan
istilah sistem pemerintahan gereja (chruch government).
if
Penggunaan istilah ini berakar dalam sejarah serta pergu-
a
Sistem
ur
mulan gereja selama ini. Sistem pemerintahan gereja sering dicampuradukan dengan organisasi sekuler pada
Ga
umumnya. Diperparah lagi adanya perbedaan yang
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
signifikan sistem pemerintahan gereja di antara aliran dan denominasi yang sudah ada. Memang semakin rumit dengan adanya berbagai macam model dan bentuk sistem organisasi gereja yang sudah berlaku selama ini.
Ada beberapa sistem atau tata pemerintahan gereja
yang kita kenal di Indonesia. Alkitab tidak pernah memuat atau menentukan sebuah sistem pemerintahan gereja secara sistematis. Sistem yang harus dianut oleh setiap gereja adalah Yesus adalah pemilik gereja, pemerintah gereja, dan Kepala gereja. Hanya Kristus yang mampu memerintah gereja secara sempurna dan adil. Kebebasan pada tiap gereja untuk menata sistem organisasinya harus sesuai dengan pola pemerintahan Kristus tentunya.
an
Di luar dari aspek itu pasti mengandung motivasi pribadi
De
rm aw
yang akhirnya sebagai sumber konflik.
Tidak ada satu pun sistem pemerinta han/organisasi gereja yang sesuai de ngan kehendak Kristus. Setiap aliran dan denominasi gereja membuat struk tur organisasi sesuai dengan kehendak pemimpin gereja tersebut.
120
Gereja Pecah
Setiap gereja memiliki struktur organisasi dalam mengatur serta mengembangkan pelayanan dalam gereSangat
sulit
memang
untuk
menentukan gereja mana saja yang menganut sistem
ur
pemerintahan gereja secara murni. Ada gereja yang
a
masing-masing.
if
janya
mengaku sebagai penerus dari salah satu sistem peme
Ga
rintahan gereja yang sudah ada sebelumnya. Akan tetapi,
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
hampir semua gereja menerapkan sistem pemerintahan campuran. Berikut ini diuraikan beberapa sistem peme rintahan gereja yang pernah ada Indonesia.
1. Sistem Papal
Sistem papal adalah sistem pemerintahan yang diterapkan oleh Gereja Roma Katolik (Agama Katolik). Istilah papal berasal dari kata papas yang artinya bapa. Dari pengertian papas inilah kemudian dikenal dengan istilah Paus. Dalam sistem ini pula Paus sebagai pemimpin yang tertinggi dan berkedudukan di Vatikan Roma. Kekuasaan Paus diakui secara definitif pada Konsili Vatikan tahun 1870
(Berkhof,
2007:37).
Strukturnya
berdasarkan
an
wilayah kekuasaan yaitu Paus di Roma, Kardinal di setiap negara, Uskup di setiap propinsi, dan Pastor bertugas di
rm aw
paroki atau gereja lokal. Pengaruh kekuasaan Paus pada saat itu berdampak
De
pada setiap keputusan yang ditetapkannya dalam gereja. Paus dianggap sebagai pengganti rasul Petrus dan wakil Kristus di dunia ini. Paus merupakan pemimpin tertinggi yang menjadi pengantara antara manusia dengan
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja
121
Kristus. Pandangan mereka didasarkan pada Injil Matius dengan alasan bahwa Petrus itu kepala rasul-rasul.
if
Konsekuensi dari pemahaman ini menganggap Paus
a
16:13-19, di mana Paus diakui sebagai pengganti Petrus
ur
tidak dapat bersalah bila menetapkan pengajaran. Penga-
jarannya berlaku mutlak dan tak dapat diubah. Dalam
Ga
Keputusan Konsili Vatikan tahun 1870 menegaskan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
bahwa siapa yang menyangkal setiap keputusan Paus akan dikutuk. Menurut Calvin (Hall, 2009:461) tindakan ini sebagai bentuk penghinaan atas Firman Allah ketika mereka membangun doktrin-doktrin yang baru menurut keinginan, kepentingan, dan keuntungan gereja yang terorganisasi secara hierarkikal. Sistem
papal
berbentuk
hierarkis atau
susu-
nannya bertingkat. Hierarkis terdiri atas dua kata yaitu hieros berarti imam dan arhein berarti memerintah. Di bawah Paus ada majelis Kardinal yang berjumlah 70 orang. Sepanjang sejarah gereja Katolik sampai saat ini jumlah Kardinal tidak pernah berubah. Ketujuh puluh orang Kardinal disebut Majelis Kardinal yang salah satu
an
tugasnya memilih Paus di sebuah tempat tertutup yang
De
rm aw
disebut Conclaaf.
Sistem papal adalah sistem pemerin tahan yang dianut oleh Gereja Kato lik Roma. Pemerintahan tertinggi bera da di tangan Paus seumur hidup yang berkedudukan di Roma.
122
Gereja Pecah
2. Sistem Episkopal (Episcopal) Kata episkopal (episcopal) berasal dari bahasa
ur
yang diartikan sebagai gembala atau penilik. Sistem epis-
if
episkopos terdapat juga dalam Kisah Para Rasul 20:28
a
Yunani episkopos yang berarti bishop atau pastor. Istilah
kopal adalah sistem pemerintahan gereja yang dipegang
Ga
oleh Bishop yang sama dengan jabatan uskup. Sistem ini
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
dimulai dalam gereja Roma Katolik sebagai kritik terhadap sistem pemerintahan kepausan atau papal sebelumnya. Menurut Bercot (1999:44) bahwa praktik pemisahan jabatan antara pastor dan bishop terjadi sekitar abad ke-2. Latar belakang timbulnya sistem ini ialah penolakan kekuasaan Paus di Roma yang tanpa batas di atas. Sistem ini awalnya diterapkan oleh Gereja Anglikan yang ada di Inggris.
Gereja-gereja
yang
menganut
sistem
pemerin-
tahan episkopal menunjukkan bahwa kedudukan bishop berbeda dengan sekelompok penilik atau penatua yang dimiliki gereja-gereja pada abad pertama. Bishop bertugas
an
mengawasi, mengatur, dan memimpin orang Kristen di seluruh wilayah dan kota-kota tertentu. Seorang bishop
rm aw
menjadi pemimpin tunggal dan tertinggi atas seluruh gereja lokal. Sementara gereja lokal dipimpin oleh seorang
De
pendeta yang dibantu oleh beberapa majelis jemaat serta bertanggung jawab langsung kepada bishop (Majelis Sinode). Segala keputusan tertinggi ialah keputusan persidangan sinode yang diketuai oleh seorang bishop.
3. Sistem presbiterial (prebyterian)
a if
Ga
Sistem episcopal adalah sistem peme rintahan gereja dalam suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang Bishop dan dibantu beberapa Majelis Sinode Hari an. Bishop dan jajarannya diganti da lam periode tertentu.
123
ur
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Istilah presbiterial dari kata Yunani presbuteroσ
(presbuteros) dan bahasa Ibrani disebut Zaqen yang berarti pemimpin agama Yahudi atau pemimpin jemaat. Istilah ini dalam bahasa Jawa disebut Pinisepuh, bahasa sunda disebut Sesepuh, dan bahasa Indonesia disebut presbiter atau majelis jemaat. Sistem Presbiterial, dimana gereja dipimpin oleh para presbiter yaitu penatua-penatua, sehingga keputusan tertinggi ada pada persidangan presbiter yang sering disebut sidang majelis jemaat.
Sistem presbiterial adalah sistem pemerintahan
gereja yang dipegang oleh majelis jemaat yang terdiri dari pendeta, penatua, dan diaken. Sehubungan dengan sistem ini Calvin (Hall, 2009:453) mengenalkan empat
an
jabatan yang dapat melakukan pelayanan gereja, yaitu:
rm aw
guru (the doctor), gembala (the pastor), penatua (the pres byter), dan diaken (the deacon). Keempat jabatan di atas
De
bertujuan untuk melayani Tuhan. Penerapan sistem ini di mana setiap gereja lokal
adalah independen tetapi terikat pada suatu keputusan bersama dan strukturnya di mulai dari bawah ke
124
Gereja Pecah
atas (button up). Pendeta, penatua, dan diaken dipilih oleh anggota jemaat gereja lokal. Sistem ini dianut oleh
ur
Ditinjau dari sudut pandang doktrin dan ajaran maka
if
sejak gerakan reformasi pada abad ke-16 di Eropa Barat.
a
beberapa gereja di lingkungan Protestan yang berakar
sistem presbiterian merupakan perkembangan serta
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
reformator dari Prancis.
Ga
penerapan ajaran dari Johanes Calvin yaitu seorang tokoh
Secara kelembagaan sistem presbiterian muncul dari gereja Skotlandia yang merupakan hasil pelayanan Jhon Knox yaitu salah seorang murid Calvin yang paling terkenal. Oleh sebab itu, gereja presbiterian pada umumnya berkembang dan dapat ditemukan di negara-negara bekas jajahan Inggris, seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia baru, dan India. Selain itu, gereja yang menganut sistem ini pun dapat juga ditemukan di beberapa negara seperti Korea, Filipina, sedangkan di Indonesia dipengaruhi oleh gereja yang berasal dari Belanda. Mayoritas gereja protestan di Indonesia mengikuti tradisi hervormd, yang merupakan tradisi utama protestanisme
an
di Belanda yang awalnya dipengaruhi oleh ajaran Johanes
rm aw
Calvin.
Kekuasaan tertinggi dalam sistem presbiterian
berada di tangan penatua. Dalam hal ini penatua terbagi
De
dua golongan, yaitu penatua yang mengajar yaitu pendeta dan penatua yang memimpin organisasi. Bersama kedua golongan penatua ini merupakan majelis gereja yang bertanggung jawab dalam menegakkan disiplin, meme-
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja
125
lihara jemaat, dan menjalankan misi gereja. Sementara gedung, keuangan gereja, pelayanan kepada orang miskin,
ur
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
Sistem prebisterial adalah sistem pe merintahan gereja yang anut oleh be berapa gereja yang beraliran calvin is. Pemerintahan ini berada di tangan pendeta, penatua, dan diaken pada seetiap gereja lokal. Setiap keputusan ditetapkan secara bersama-sama da lam musyawarah dan mufakat.
if
kedukaan, dan berbagai pelayanan sosial lainnya.
4. Sistem sinodal (synod)
Istilah sinode berasal dari kata Yunani συνοδος
(sunodos) yang berarti sidang atau pertemuan. Kata ini juga bersinonim dengan kata dari bahasa Latin yaitu Concilium (konsili). Kata sunodos secara utuh tidak terdapat di dalam Alkitab, tetapi akar katanya sunodeuo atau sunodia dapat ditemukan dalam Kisah Para Rasul
an
9:7 dan Lukas 2:44 yang berarti seperjalanan. Dapat dika-
rm aw
takan bahwa sinode adalah berjalan bersama, berpikir bersama, dan memutuskan secara bersama-sama demi kepentingan bersama pula.
De
a
diaken bertugas untuk melaksanakan pemeliharaan
Pada permulaannya, istilah sinode digunakan untuk
pertemuan para uskup, namun dalam perkembangan selanjutnya dapat dilihat pada setiap pertemuan gereja-gereja Kristen Protestan di Indonesia maupun Kristen
126
Gereja Pecah
Ortodoks. Sistem sinodal (synod) adalah sistem peme rintahan gereja yang berada dalam kekuasaan anggota
ur
bersama.
Dengan demikian, sistem ini memberikan peluang
Ga
kepada para pemimpin gereja dan jemaat dari gereja
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
lokal untuk berpartisipasi langsung dalam pengambilan keputusan dalam melaksanakan segala keputusan dan pelayanan pada organisasi gereja lokal. Persidangan sinode
merupakan
instansi
tertinggi
yang
keputu-
sannya harus dilaksanakan oleh gereja-gereja lokal yang dipimpim oleh majelis jemaat yang terdiri dari pendeta, penatua, dan diaken. Biasanya majelis jemaat pada setiap gereja lokal diketuai oleh pendeta.
an
Sistem sinodal yaitu sistem pemerin tahan gereja dalam satu negara dima na setiap keputusan didasarkan pada majelis sinode dan diteruska oleh gere ja lokal melalui pendeta, penatua, dan diaken.
rm aw
5. Sistem Presbiterial Sinodal Seiring perkembangan gereja, baik gereja yang ada
di luar negeri maupun di Indonesia telah mengalami
De
if
setiap gereja lokal yang pada dasarnya memiliki tujuan
a
sinode yang anggotanya terdiri atas utusan-utusan dari
perubahan pada sistem pemerintahan gerejanya masingmasing. Ada beberapa gereja yang menganut dua sistem pemerintahan sekaligus.
Penggabungan antara sistem
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja
127
presbiterial dengan sistem sinodal yang dikenal sebagai langsung tahu adanya penggabungan antara sistem pres-
if
biterial murni dan sinodal murni.
ur
Dalam sistem presbiterial murni di mana kekuasaan
cenderung terpusat pada para majelis jemaat di gereja
Ga
lokal. Sementara peran sinode terkesan kurang mendapat
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
tempat. Sebaliknya, pada sistem sinodal murni pemusatan kekuasaan justru cenderung berada di tangan sinode, sehingga majelis jemaat cenderung hanya sebagai perpanjangan tangan sinode semata. Karena pertimbangan itulah, untuk mencapai suatu kondisi yang tidak timpang, kedua sistem tersebut disatukan atau “dikawinkan” menjadi presbiterial sinodal untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh gereja yang bersangkutan. Penyebutan
sistem
presbiterial
sinodal
juga
mempunyai makna sendiri. Hal itu didasarkan pada kesadaran bahwa suatu kondisi yang relatif balance antara jemaat setempat dan sinode. Namun pusat kehidupan jemaat selalu berada di lingkup jemaat dan
an
bukan lagi di dalam sinode secara utuh. Dalam prak-
rm aw
teknya, gereja-gereja yang menganut sistem presbiterial sinodal dipimpin oleh para majelis jemaat yaitu pendeta atau penginjil, penatua, dan diaken yang diangkat dari anggota jemaat setempat.
De
a
sistem presbiterian sinodal. Dari dua sistem ini kita bisa
Para presbiter dalam gereja lokal memimpin jemaat dalam suatu board yang disebut majelis jemaat. Majelis jemaat yang terdiri dari pendeta, penatua, dan diaken
128
Gereja Pecah
inilah yang mengambil keputusan dalam setiap rapat atau sidang di gereja lokal tersebut. Biasanya segala keputusan
ur
majelis jemaat. Sistem ini hampir sama dengan voting
if
yaitu dua pertiga atau 50 + 1 dari jumlah anggota sidang
a
yang diambil merupakan keputusan secara demokrasi
dalam pengambilan keputusan di DPR-DPRD. Itulah
Ga
kepemimpin kolektif presbiterial sinodal, yang pada satu
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
sisi mencegah pemusatan kekuasaan pada satu orang, namun pada sisi lain proses pengambilan keputusan sangat lama karena selalu mengadakan rapat dalam setiap masalah atau program gereja.
Sistem presbiterial sinodal yaitu peng gabungan dari sistem sinodal dan pres biterial. Segala keputusan berada di tangan majelis jemaat yang beranggo takan pendeta, penginjil, penatua (ka lau ada), dan diaken. 6. Sistem Kongregasional (Congregational) Sistem
kongregasional
(congregational)
adalah
an
sistem pemerintahan gereja yang independen. Menurut (2002:75)
bahwa
sistem
kongregasional
rm aw
Abineno
merupakan paham yang dianut oleh Robert Parker berkebangsaan Inggris yang dipengaruhi oleh sekte Anabaptis.
De
Pertama sekali orang-orang yang menganut paham ini memisahkan diri dari gereja Anglican dengan membentuk jemaat otonom.
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja
129
Dalam sistem ini kekuasaan tertinggi terletak pada berasal dari anggota jemaat. Otoritas pemerintahan gereja
if
tidak terletak pada individu maupun perwakilan individu
a
anggota jemaat. Karena itu hak para pejabat gerejawi ini
ur
melainkan seluruh jemaat lokal. Dua hal yang sangat ditekankan oleh sistem pemerintahan gereja ini adalah
Ga
otonomi dan demokrasi. Gereja yang menganut sistem
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
ini berdiri sendiri, walaupun ada ikatan dengan jemaatjemaat lain yang seasas hanyalah berupa ikatan yang sifatnya sukarela dan bukan struktural.
Dalam perkembangannya, sistem kongregational
telah mengalami perubahan sebagai akibat dari konversi atau penggabungan berbagai sistem pemerintahan gereja secara modern. Berdasarkan konversi tersebut maka sistem kongregational dibedakan dalam tiga kategori, yaitu:
a. Kongregational murni merupakan penggabungan lini dan staf. Pada umumnya, sistem ini diterapkan oleh gereja-gereja baptis karena menolak
De
rm aw
an
sistem sinodal di mana ketua sinode sebagai pemimpin
tertinggi
pada
tingkat
nasional.
Walaupun adanya penggabungan gereja Baptis tetapi independensi (otonom) gereja lokal tetap menjadi ciri utama yang harus dipertahankan.
b. Kongregational
sinodal
merupakan
pengga-
bungan lini dan fungsional. Gereja ini menerima sistem kepengurusan gereja pusat, namun
130
Gereja Pecah
tetap mempertahankan otonomi masing-masing gereja lokal.
ur
Sistem ini biasanya dipakai oleh gereja-gereja
if
gabungan sistem tipe lini, staf, dan fungsional.
a
c. Semi kongregational sinodal merupakan peng-
yang beraliran Pentakosta. Walaupun sistem ini
Ga
mendekati sistem kongregational sinodal tetapi
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
tidak memakai sinode. Sistem pemerintahannya selalu diserahkan kepada pengurus pusat dan pengurus daerah.
Dengan melihat beberapa katogori di atas, maka ciri yang paling kental terlihat dalam sistem kongregational adalah pendeta terkesan sebagai pemilik gereja. Pada awal terbentuknya sebuah gereja ini selalu diawali oleh penginjilan pendeta atau penginjil. Segala kebutuhan dan kekurangan selama membuka gereja itu menjadi tanggung jawabnya secara pribadi. Makan atau pun tidak makan selama pelayanan menjadi resiko yang harus ditanggung oleh pendeta atau penginjil yang bersangkutan. Sifat otonom terlihat jelas dalam setiap keputusan yang diambil
De
rm aw
an
oleh gereja lokal yang dipimpin oleh seorang pendeta.
Sistem kongregasional yaitu sistem pemerintahan dimana segala keputu san berada pada gereja lokal. Sistem ini tidak terikat pada pusatnya tetapi kepemimpinan yang kuat berada di ta ngan pendeta gereja lokal.
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja
131
7. Sistem Caesar (Caesaropapal) tahan gereja yang berada di bawah kekuasaan seorang
if
raja. Model sistem ini dapat kita lihat di dalam gereja
a
Sistem Caesar merupakan sebuah sistem pemerin-
perlindungan
kepada
gereja,
namun
negara
ur
Yunani yang Ortodoks. Dalam hal ini negara memberikan juga
Ga
mempunyai hak untuk mengatur dan mencampuri segala
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
urusan dalam gereja. Segala keputusan dalam gereja berada di tangan pemerintah. Orang yang pertama sekali menerapkan sistem ini yaitu Caesar Constantinus Agung pada permulaan abad ke-4. Perkembangan sistem ini juga sebagian gereja Anglican dan beberapa gereja Lutheran di Norwegia menggunakannya.
Sistem ini belum diterapkan secara mendalam di
Indonesia sampai saat ini. Kendati pada jaman penjajahan Hindia Belanda yang pernah datang ke Indonesia terkesan sistem ini terasa ada kesamaannya, namun tidak berlangsung lama. Oleh sebab itu, kita harus yakin dan berdoa agar penerapan sistem ini mudah-mudahan tidak akan pernah terjadi di Indonesia. Keyakinan ini
an
dapat terwujud jika seluruh gereja dari berbagai aliran
De
rm aw
dan denominasi tetap bersatu.
Sistem Caesar yaitu sistem pemerintah an di bawah kendali kaisar. Pemerin tahan gereja dan negara biasanya di satukan. Segala keputusan berada dalam kekuasaan kaisar.
Gereja Pecah
132
8. Sistem Collegial Sistem Collegial merupakan sistem gereja yang
ur
kekuasaan terletak di tangan anggota gereja yang memilih pengurusnya, sehingga segala keputusan ditetapkan suara
keputusan
dan
yang
demokrasi
dihasilkan
tentunya.
bertentangan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Walaupun
terbanyak
Ga
dengan
dengan kehendak Kristus, tetapi harus dilaksanakan oleh semua anggotanya. Dasar keputusan yang diambil biasanya lebih bersifat sekuler dan bukan alkitabiah. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa setiap aliran dan denominasi gereja memiliki sistem gereja yang berbeda-beda. Kedua sistem terakhir yaitu sistem Caes aropapal dan sistem Collegial merupakan tambahan yang diberikan oleh J.A.C. Rullmann (1953:31-32) dalam bukunya yang berjudul Peraturan Gereja. Sistem ini terbentuk berdasarkan sudut pandang pemimpin ataupun jemaat tersebut. Apabila ditelusuri lebih jauh lagi maka semua sistem di atas belum diterapkan secara sempurna
an
sesuai dengan kaidah dan nilai dari setiap sistem tersebut.
Sistem kolegial yaitu sistem yang di dasarkan pada pertemanan dan hubu ngan sosial karena memiliki kesamaan visi serta kebutuhan.
rm aw De
if
sendiri dapat berarti teman atau persekutuan. Segala
a
didasarkan pada hubungan pertemanan. Istilah collega
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja
133
Sistem pemerintahan dalam sebuah gereja sangatlah intahan gereja adalah ketetapan Allah bagi pendirian
if
dan kelanjutan gereja. Barangsiapa mengabaikannya
a
penting. Menurut Calvin (Hall, 2009:452) sistem pemer-
ur
sebagai tidak perlu, sedang berusaha keras untuk membongkar, atau, meruntuhkan dan menghancurkan
Ga
gereja. Penegasan Calvin atas konsep ini bertujuan untuk
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
menciptakan keteraturan dalam sebuah organisasi gereja. Kendati demikian, sebaik apapun sistem pemerintahan gereja tentu tidak bisa disamakan atau bahkan melebihi isi Alkitab. Kemungkinan besar setiap sistem ini dalam penerapannya akan bertentangan dengan kehendak Allah. Sistem
pemerintahan
gereja
dirancang
dan
ditetapkan oleh oleh gereja untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Mengigat banyaknya sistem gereja yang berbeda-beda, maka sangat sulit untuk menentukan manakah dari antara sistem ini yang Alkitabiah. Tidak ada satu pun organisasi gereja yang menggunakan secara murni dari salah satu sistem pemerintahan ini. yang ada. Apakah melalui sistem ini akan mempermuliakan Yesus Kristus
an
sebagai pemilik Gereja? Jawabannya terletak pada motif
rm aw
dan kepentingan setiap pemimpin gereja yang mener-
De
apkan sistem tersebut.
Sistem pemerintahan gereja sangatlah penting. Tidak ada satu pun sistem pemerintahan gere ja yang mengadopsi secara murni sistem yang ada. Sistem ini ditentukan berdasarkan pada cara pandang dan kebutuhan gereja setempat.
134
Gereja Pecah
Dalam prakteknya setiap pemimpin gereja berusaha menggabungkan dua bentuk variasi dari setiap sistem
ur
apkan oleh suatu aliran dan denominasi gereja yang sudah
if
mengidentifikasi secara spesifik sistem apa yang diter-
a
yang ada. Faktor inilah yang menyulitkan kita untuk
ada di Indonesia. Bahkan secara mengejutkan terdapat
Ga
beberapa gereja yang menggunakan lebih dari dua sistem
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
sekaligus untuk memuluskan segala rencana pemerintahannya dalam gereja tersebut.
Dengan kerendahan hati perlu kita mengakui bahwa semua sistem pemerintahan gereja selama ini merupakan sebuah pilihan yang sulit. Sistem ini biasanya ditentukan oleh pengalaman historis sebuah gereja. Pemilihan sistem ini berkaitan dengan konteks kesejarahan dan pengalaman gereja itu sebelumnya. Semua sistem ini baik bagi gereja yang memilihnya sepanjang tidak bertentangan dengan Alkitab. Jika bertentangan dengan Alkitab maka diperlukan revisi.
Memang tidak ada satu pun sistem gereja yang sempurna. Semua sistem organisasi gereja dibuat oleh tangan manusia yang berdosa, memiliki keterbatasan,
an
keegoisan, dan kepentingannya masing-masing. Setiap
rm aw
sistem pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Yang penting untuk dicermati bahwa
De
bagaimana konsekuensi dari penggunaan sistem itu dalam kehidupan bergereja. Jujur atau tidaknya kita bahwa dengan adanya perbedaan sistem pemerintahan gereja sebenarnya menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya perpecahan gereja hingga saat ini.
135
ur
if
a
Doktrin dalam Gereja
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
DOKTRIN DALAM GEREJA
Ga
BAB VII
A. Sejarah Doktrin Gereja
Bila kita melihat kembali sejarah perjalanan gereja
ternyata telah membuktikan dirinya terbagi-bagi dalam beberapa aliran gereja. Suatu kesulitan untuk menentukan mana yang lebih awal antara doktrin gereja dengan aliran gereja. Jika doktrin lebih awal daripada aliran gereja, maka klaim yang sama pun bisa berlaku sebaliknya. Munculnya suatu doktrin maupun aliran tentu
an
hanya pemimpin gereja itulah yang mengetahuinya secara
rm aw
pasti.
Kehadiran doktrin pada sebuah gereja bisa saja
muncul setelah adanya aliran gereja tersebut. Mungkin
De
juga doktrin gereja dirancang lebih dahulu oleh seseorang atau sekelompok orang yang kemudian keluar dari gereja induknya dan membentuk aliran atau denominasi gereja yang baru. Salah satu contoh reformasi yang dilakukan
135
Gereja Pecah
136
oleh Marthin Luther dalam Gereja Katolik Roma (GKR). Doktrin yang dipahami dijadikan sebagai landasan
Reformasi Luther terhadap GKR pada awalnya tidak
Ga
bertujuan mendirikan aliran Lutheran. Dia mengeluar
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
kan 95 pokok ajaran dengan harapan agar pengajaran dalam GKR kembali sesuai Firman Allah. Pembaharuan yang dilakukannya tentu tidak mendapat respon positif di dalam gereja pada waktu itu. Pada akhirnya dia dikeluarkan dari gereja yang secara otomatis doktrin yang dirumuskannya terus diterapkan dalam gereja yang dikenal aliran Lutheran atau agama Kristen saat ini. Doktrin adalah ajaran tentang asas suatu aliran dalam agama Kristen. Pada hakekatnya, doktrin gereja menekankan pada dasar-dasar pokok ajaran Kristen yang dikembangkan oleh para pemimpin dalam setiap aliran dan denominasi gereja tersebut. Setiap pokok ajaran yang mereka rumuskan diyakini akan kebenarannya. Dengan
an
adanya doktrin ini maka setiap gereja memiliki identi-
rm aw
tasnya tersendiri serta pedoman dalam melaksanakan
De
pelayanan gerejawi.
Perbedaan doktrin menjadikan perbedaan dalam melaksanakan pelayanan gereja wi setiap aliran dan denominasi. Doktrin akan semakin berkembang seiring kebu tuhan gereja dan perubahan jamannya.
if
dari gereja itu lalu membentuk aliran gereja Lutheran.
ur
tidak diterima oleh GKR maka jalan yang ditempuh keluar
a
berpikir untuk mengadakan reformasi. Ketika doktrin ini
Doktrin dalam Gereja
137
Perkembangan doktrin dari setiap aliran dan deno yang sangat signifikan dalam pelaksanaan berbagai
if
kegiatan pelayanan gerejawi. Setiap gereja merumuskan
a
minasi gereja di seluruh dunia telah membuat perubahan
ur
doktrin sesuai dengan cara pandang dan teologianya masing-masing. Perbedaan-perbedaan doktrin ini telah
Ga
banyak menghabiskan energi dan perhatian banyak orang
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
untuk mempertahankan keeksistensinya masing-masing. Jika kita tidak sikap dengan hati yang berpaut kepada Allah, maka doktrin gereja akan terus bertambah dan berkembang pada masa yang akan datang. Melalui
perbedaan
doktrin
dipastikan
terbuka
kesempatan terjadinya perdebatan yang hebat pada kalangan orang Kristen itu sendiri. Perdebatan semacam ini dapat diperkirakan tidak akan pernah selesai sampai Tuhan Yesus datang kembali. Perdebatan ini pula semakin hari semakin tinggi intensitasnya, sehingga perpecahan dalam gereja pun semakin nyata jelas. Ketika perpecahan gereja terjadi maka tugas utama orang Kristen untuk memberitakan Injil tidak dapat terpenuhi dengan baik
an
sebagaimana yang Tuhan Yesus harapkan.
rm aw
Kendati adanya perkembangan dari perbedaan
aliran dan denominasi gereja, tetapi sebagian pemimpin gereja tetap mempertahankan doktrin yang dianut sebe
De
lumnya. Misalnya Teologi Reformed (Reformed Theology) yang tetap konsisten dan eksis pada setiap jamannya. Salah satu tokoh penting dalam Teologi Reformed abad ke-20 adalah Prof. Dr. Louis Berkhof. Beberapa doktrin
138
Gereja Pecah
pokok yang dijabarkannya untuk membantu pelayanan gereja, yaitu: Doktrin Allah, Doktrin Manusia, Doktrin
ur
dibagi dalam beberapa tema sentral lainnya. Dalam kajian
if
Doktrin Akhir Zaman. Dari keenam doktrin ini masih
a
Kristus, Doktrin Keselamatan, Doktrin Gereja, dan
ini tidak semua topik ini diuraikan, tetapi hanya doktrin
Ga
keselamatan dan doktrin baptisan yang akan dijelaskan.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Kedua doktrin ini menjadi bahan perdebatan yang masih hangat diperdebatkan hingga hari ini.
B. Doktrin Keselamatan
Sejarah membuktikan bahwa perpecahan gereja pada awalnya dimulai dari GKR yang berpusat di Roma, Italia. Pemicu utamanya yaitu dalam konsili Chalcedon pada tahun 451 oleh Gereja Katolik Barat di Roma memberlakukan resolusi, sehingga tidak dapat diterima oleh Gereja Katolik Timur (Gereja Ortodoks Timur) di Konstantinopel. Perpecahan gereja ini pun puncaknya terjadi pada tahun 1054. Dalam analisa Keene (2006:96) dalam bukunya yang berjudul Agama-agama Dunia menyatakan bahwa sedikitnya ada tiga pokok yang menjadi alasan
De
rm aw
an
perpecahan gereja pada saat itu:
1. Pernyataan Paus di Roma bahwa ia memiliki kekuasaan tertinggi atas seluruh gereja. 2. Keinginan Roma untuk menjadi pemimpin yang diakui Gereja di seluruh dunia. 3. Perubahan yang dilakukan Roma atas bunyi kredo, yang dianggap tak dapat diganggu gugat oleh umat Kristen Timur.
Doktrin dalam Gereja
139
Dari point di atas kita melihat alasan utama Ortodoks Timur. Kendati perpecahan awal ini tidak begitu
if
fatal, namun pada saat Marthin Luther seorang imam
a
terjadinya perpecahan antara GKR dengan Gereja Katolik
ur
dari GKR sekaligus sebagai guru besar pada bidang studi teologi di Universitas Wittenberg Jerman mengadakan
Ga
pembaharuan dalam gereja tersebut. Pembaharuan yang
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
dilakukannya justru menjadi awal terjadinya perpecahan besar dalam gereja sampai saat ini. Pembaharuan ini digemakan pada tanggal 31 Oktober 1517 dengan mengeluarkan 95 keluhan (ajaran) sehubungan kebijakan Paus Leo X yang telah menyimpang dari kebenaran Allah. Peristiwa pembaharuan inilah diperingati oleh gereja Protestan sebagai hari reformasi sampai sekarang. Di antara seluruh keluhan Luther di atas, salah
satu yang paling disoroti yaitu penjualan surat penghapusan siksa (aflat) atau sering disebut surat indulgensia (penghapus dosa). Semakin banyak seseorang membeli surat ini maka keselamatan akan diperolehnya dengan cuma-cuma. Doktrin keselamatan inilah yang mengusik
an
hati Luther, sebab di dalam Alkitab secara jelas mene-
rm aw
gaskan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah bagi setiap manusia yang berdosa. Tidak ada keselamatan yang diperoleh manusia melalui usahanya sendiri. Kese-
De
lamatan bukan hasil kebaikan manusia, melainkan pemberian Allah bagi setiap orang yang berkenan kepada-Nya melalui keyakian pada pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib.
Gereja Pecah
140
Pengkhotbah indulgensia yang terkenal pada saat itu adalah Yohanes Tetzel yang terus meneriakan, “pada
ur
(Lane, 2005:131). Bentuk uang yang berlaku pada jaman
if
itu juga jiwamu melompat dari api penyucian ke sorga”
a
saat uang anda bergemerincing dalam peti, seketika
itu berupa uang logam dan tidak seperti yang kita kenal
Ga
saat ini. Praktek money politic dan korupsi sudah terjadi
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
dalam gereja, termasuk praktek jual-beli jabatan gerejawi. Faktor-faktor inilah yang membuat kemarahan jemaat, sehingga memberi peluang besar kepada Luther untuk mencetuskan reformasi ini.
Secara jujur tujuan utama penjualan surat aflat adalah untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan gedung gereja raksasa yang kita kenal saat ini Gereja Santo Petrus di Roma. Hal ini ditegaskan oleh Aritonang (2000:29) bahwa untuk merealisasikan tujuan tersebut maka Paus menyelewengkan kekuasaan yang dimilikinya dengan membungkusnya dengan bahasa rohani yang berisi janji palsu sekaligus ancaman. Dalam logika berpikir sederhana bahwa sebanyak apa pun surat aflat
an
yang didapatkan oleh seseorang pasti tidak akan pernah
De
rm aw
memperoleh keselamatan dari uang atau surat tersebut. Perkembangan doktrin keselamatan ini pun terus
Tidak ada keselamatan yang diperoleh manusia dengan usahanya sendiri. Kese lamatan hanya wujud belas kasihan Tu han bagi manusia yang berdosa.
Doktrin dalam Gereja
141
berlanjut dalam gereja-gereja Protestan di dunia termasuk GKR sebelumnya. Bukan lagi konsep penjualan surat
if
aflat melainkan dengan metode lain seperti: “percaya
a
Indonesia. Memang konsep dan metodenya berbeda dari
ur
Yesus pasti selamat”, “menjadi orang Kristen pasti selamat”, “berbuat baik pasti selamat”, “memberi persem-
Ga
bahan yang banyak pasti selamat”, “dibaptis dengan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
cara tertentu pasti selamat”, “masuk gereja tertentu pasti selamat”, “menerima mujizat pasti selamat”, dan sebagainya. Doktrin keselamatan seperti ini akan menjadi sesat dan rapuh jika hanya dipahami pada tataran konsep dangkal ini.
Doktrin keselamatan yang benar hanya bermuara
pada anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Anugerah keselamatan di dalam Yesus Kristus memiliki makna yang sangat mendalam yaitu tanpa usaha manusia sedik itpun. Orang yang telah menerima keselamatan dari Allah akan hidup dalam iman yang benar yang dikerjakan oleh kuasa Roh Kudus. Setiap orang yang sudah menerima keselamatan pasti akan selalu mengucap syukur melalui
an
perbuatan-perbuatan iman pada setiap tingkah lakunya
rm aw
di hadapan Allah dan manusia. Sementara orang yang hanya mengaku dirinya sudah selamat, tetapi terus hidup di dalam dosa sesungguhnya dia menjadi pribadi
De
yang murtad kepada Allah. Dengan adanya berbagai macam kepentingan pada setiap pemimpin gereja, maka dapat dipastikan perbedaan doktrin keselamatan pada setiap aliran dan denominasi
142
Gereja Pecah
gereja akan semakin terasa. Dari perbedaan inilah akan timbul berbagai macam persoalan dalam pelayanan
ur
tentang doktrin keselamatan bukan hanya terjadi pada
if
doktrin ini pun tidak terelakkan. Pemahaman yang salah
a
gerejawi. Akibatnya, perpecahan gereja karena perbedaan
masa Luther saja, tetapi doktrin ini pun telah merasuki
Ga
gereja-gereja yang ada di Indonesia saat ini. Pemahaman
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
keselamatan yang berbeda menunjukkan gereja sudah pecah karena sumber keselamatan hanya satu yaitu Yesus Kristus.
C. Doktrin Baptisan
Doktrin baptisan merupakan objek perdebatan yang belum berakhir sampai hari ini. Kemungkinan perdebatan seputar masalah ini pun masih terus ada sampai Tuhan Yesus datang kembali. Beberapa aliran dan denominasi gereja terus mempertahankan dan mengklaim baptisan yang paling benar dan alkitabiah seperti yang dilakukan di gerejanya. Sebagian lagi mengikuti cara Yohanes Pembaptis pada saat membaptis Tuhan Yesus di sungai
an
Yordan yaitu secara selam. Lebih kaget lagi adanya gereja yang menekankan pada pelaksanaan baptisan selam
rm aw
secara berulang-ulang dan baptisan yang dilakukan
De
secara langsung oleh Roh Kudus. Kita harus jujur mengakui bahwa salah satu faktor
perpecahan dalam agama Kristen yaitu masalah doktrin baptisan. Fakta yang ditemukan oleh Keene (2006:97) dalam penelitiaannya menyatakan bahwa gereja yang ada
Doktrin dalam Gereja
143
di Inggris mulai terpecah-pecah dengan tidak menerima Inggris itu sendiri. Salah satu penganut paham ini adalah
if
Gereja Baptis yang mempercayai dan menegaskan bahwa
a
ajaran gereja reformasi yaitu gereja yang berasal dari
ur
lebih baik membaptis orang setelah dewasa daripada membaptis seorang anak yang masih kecil.
Ga
Kita tidak heran jika perbedaan, perdebatan, dan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
perpecahan gereja yang terjadi di Indonesia selama ini disebabkan oleh pembenaran dan pemahaman doktrin baptisan yang berbeda-beda tersebut. Berikut ini dipaparkan tentang metode atau cara baptisan yang biasa dilakukan oleh beberapa gereja selama ini.
1. Baptisan Percik
Pemahaman Marthin Luther tentang baptisan pada
dasarnya setara dengan sunat dalam Perjanjian Lama yaitu sebagai tanda perjanjian Allah dengan umat-Nya yang juga berlaku bagi anak-anak. Gereja Anabaptis tidak menerima alasan ini sehingga melaksanakan baptisan dewasa dan baptisan ulang. Melihat gejala ini membuat
an
Luther menulis surat dengan menyebut mereka sebagai “orang-orang
munafik
dan
pendeta-pendeta
gelap”
rm aw
(Aritonang, 2000:35). Walupun pandangan Luther ini secara tidak langsung
De
menyakitkan perasaan Anabaptis, namun mereka tetap memiliki pedoman yang kuat dan terus melaksanakan baptisan dewasa dan baptisan ulang. Orang yang sudah dewasalah yang memenuhi syarat serta mampu memper-
144
Gereja Pecah
tanggung jawabkan keyakinan imannya kepada Allah. Setiap orang yang sudah dibaptis waktu masih anak-anak
ur
sah (Aritonang, 2000:45).
Perbedaan cara pembaptisan di atas menunjukkan
Ga
bahwa aliran ini merumuskan doktrin baru. Padahal
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
gereja pada awalnya telah melaksanakan pembaptisan anak-anak dan orang dewasa yang baru percaya kepada Yesus Kristus dengan cara percik. Fakta ini pun kembali ditegaskan oleh Keene (2006:108) dengan menyatakan: Pelayanan pembaptisan bayi di Gereja Katolik dan Anglikan memberikan ciri khas yang penting. Perayaan itu, yang dipimpin oleh seorang imam, diselenggarakan di sekitar wadah air suci di mana anak dihadirkan oleh orang tua dan wali baptis untuk dibaptis. Mereka berjanji akan mengajar anak itu untuk melawan roh jahat, mengikuti ajaran Yesus, dan mengantarkan anak itu dalam keluarga Allah, Gereja. Imam memerciki bayi itu dengan air
rm aw
an
baptis sebanyak tiga kali dalam nama Bapa, Putra,
De
if
harus dibaptis ulang, sebab baptisan anak-anak itu tidak
a
dalam Gereja Katolik Roma dan setelah reformasi Luther
dan Roh Kudus, sebelum membuat tanda salib di dahinya. Dasar pelaksanaan baptisan adalah perintah Tuhan
Yesus yang dicatat oleh rasul Matius: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
Doktrin dalam Gereja
145
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperinsenantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:
if
19-20). Perintah ini harus dilakukan oleh setiap orang
ur
Kristen di segala tempat dan jamannya.
Dalam prakteknya ternyata masih banyak gereja
Ga
yang memiliki perbedaan dalam menafsirkan tugas agung
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Rayburn (2005:5) dalam bukunya yang berjudul Apa Itu Baptisan? menegaskan bahwa tidak ada doktrin dalam Alkitab yang sedemikian banyak perbedaannya, atau yang sedemikian disalah mengerti di dalam gereja Kristen, selain doktrin baptisan air. Perbedaan doktrin ini semakin jelas terlihat dalam penerapannya pada setiap gereja saat ini.
Baptisan percik yaitu baptisan yang dilak sanakan dalam gedung gereja dengan me mercikan/menuangkan air di kepala bayi atau orang dewasa yang baru percaya. Setiap aliran dan denominasi gereja berusaha
an
dengan segala daya upaya untuk membenarkan caranya
rm aw
dalam melaksanakan baptisan. Apakah cara yang kita lakukan selama ini sudah sesuai dengan Alkitab? Untuk diketahui bahwa munculnya perbedaan ini karena faktor penerjemahan bahasa Yunani tentang baptisan yang
De
a
tahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
dilakukan oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan kepada diri Yesus. Oleh sebab itu, peranan bahasa sangat penting untuk memecahkan persoalan baptisan ini.
146
Gereja Pecah
Dalam karya Derrida, Foucault, dan Lacan (Barker, 2006:91)
merepresentasikan
pengaruh
teori
bahasa
ur
untuk mengoordinasikan tindakan mereka dalam konteks
if
melainkan suatu alat yang digunakan oleh manusia
a
dengan mengatakan bahasa bukan kehadiran metafisika
hubungan sosial. Bahasa adalah tindakan dan petunjuk
Ga
bagi tindakan. Bahasa dalam konteks pemakaian secara
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
sosial, secara temporer dapat distabilkan untuk tujuan praktis. Jadi, fungsi bahasa dalam menafsirkan Alkitab sangat penting untuk memperoleh makna tertentu.
Istilah baptisan dalam Perjanjian Lama memakai kata “baptein” yang berarti mencelupkan kakinya ke dalam air (Yosua 3:15), mencelupkan jari ke dalam darah itu (Imamat 4:6,17), dimasukkan ke dalam air (Imamat 11:32), dan Naaman membenamkan diri ke sungai Yordan (2 Raja-raja 5:14). Dalam tradisi ini, adat dan budaya pembasuhan menunjukkan ritual penyucian atau pengudusan seseorang. Sementara Perjanjian Baru memakai kata ‘bapto’ yang artinya mencelupkan di dalam atau mencelupkan bahan-bahan untuk memberi warna baru.
an
Istilah lainnya ‘baptizo’ yang berarti membenamkan,
rm aw
mandi, atau mencuci. Kata baptisan dalam hal ini memberi pengertian ganda. Kebanyakan gereja yang hanya mengakui baptisan
De
selam mengatakan bahwa baptisan yang diterima oleh Tuhan Yesus di sungai Yordan adalah baptisan selam. Pernyataan mereka ini didasarkan pada cara Yohanes Pembaptis pada saat membaptis Tuhan Yesus. Dalam
Doktrin dalam Gereja
147
Matius 3:16 berkata: “Sesudah dibaptis, Yesus segera jukkan baptisan selam, tetapi kata ini bisa juga keluar
if
dari “area” air atau keluar dari lokasi sungai Yordan itu.
a
keluar dari air”. Kata “keluar dari air” belum tentu menun-
Apabila
peristiwa
pembaptisan
Tuhan
ur
Secara harafiah Tuhan Yesus keluar dari area air tersebut. Yesus
Ga
dikaji dalam tata bahasa Yunani maka “euquσ anebη apο
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
toυ udaqoσ “ berarti “keluar dari air”; kata εὐθὺς berarti segera, lalu, sedangkan kata ἀνέβη=anabainω yang berarti naik, pergi atau keluar. Ketika Yesus selesai dibaptis, Dia segera keluar meninggalkan area sungai Yordan. Adanya perbedaan penafsiran terhadap kata ini sehingga menimbulkan perbedaan juga pada pelaksanaan baptisan baik secara percik ataupun baptisan secara selam.
Dalam tulisan Bagiyowinadi (2011:34) seorang
pengajar di gereja Katolik keuskupan Malang menyatakan bahwa Tuhan Yesus “keluar dari air” tidak selalu berarti seluruh tubuh dibenamkan. Pembaptisan dengan pembenaman seluruh tubuh bukanlah satu-satunya cara yang sah untuk pembaptisan. Dia memberi contoh
an
tentang pembaptisan yang dilakukan oleh Filipus terhadap
rm aw
sida-sida dari Etiopia di jalan padang gurun yang tentunya tidak mudah menemukan air untuk membaptis dengan
De
cara selam. Fakta sejarah lain diungkapkan oleh Scheunemann
(1986:35) pada kesimpulan bukunya menegaskan: Kita memiliki sebuah pahatan batu, yang ditemukan dalam katakombe, yaitu tempat persembunyian
Ga
ur
orang-orang Kristen di Roma terhadap penganiayaan negara. Relief tersebut berasal dari permulaan abad II AD. Dari relief itu terdapat baptisan Tuhan Yesus oleh Yohanes Pembaptis dengan cara Yohanes menuangkan air ke atas kepala Kristus ... Namun dengan majunya gereja ke bagian utara, ke daerah dingin, gereja melazimkan baptisan percik, agar tidak membahayakan kesehatan anak.
a
Gereja Pecah
if
148
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Dari kedua pendapat di atas menegaskan bahwa Yohanes Pembaptis menuangkan air di kepala Tuhan Yesus. Bisa juga dikatakan baptisan yang dilakukan pada saat itu adalah baptisan percik. Hal senada diungkapkan oleh Stephen Tong (Rayburn, 2005:1) yang menyatakan bahwa banyak gereja yang menjalankan baptisan percik di sepanjang sejarah gereja. Dasar pemahaman inilah yang sebagian besar aliran dan denominasi gereja tertentu melaksanakan sakramen baptisan kudus secara percik sampai saat ini.
Elemen pembaptisan bukanlah mengarah pada banyaknya air, tetapi yang paling penting adalah baptisan harus didasarkan dalam nama Allah Bapa, Yesus
an
Kristus, dan Roh Kudus (Allah Tritunggal). Baptisan yang
rm aw
benar harus menggunakan media air sebagai simbol pembersihan yang menunjuk pada penyucian dan perse-
De
kutuan di dalam Yesus Kristus.
Dasar pembaptisan bukan karena banyaknya air, melainkan dibaptis dalam nama Allah Tritunggal yaitu Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Baptisan sebagai simbol persekutuan di dalam Yesus Kristus Sang Kepala Gereja.
Doktrin dalam Gereja
149
Istilah baptisan telah dikenal pada masa Perjanjian mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa
if
nenek moyang kita semua berada di bawah perlindu
a
Lama. Rasul Paulus menjelaskan dengan berkata: “Aku
ur
ngan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi
laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah
Ga
dibaptis dalam awan dan dalam laut” (1 Korintus 10:1-2).
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Kalimat yang menyatakan “mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut”, tidak berarti setiap orang yang mengikuti nabi Musa harus ditenggelamkan dalam awan dan air laut. Istilah ini menunjukkan Israel sebagai umat pilihan yang dipelihara, dilindungi, dan hidup dalam persekutuan dengan Allah.
Dalam hal ini Baan (2009:179) mendefenisikan
makna materai dan tanda baptisan ini dengan mengutip Pengakuan Iman Gereja Belanda yang menyatakan:
De
rm aw
an
Kristus telah menetapkan baptisan lahiriah ini serta berjanji bahwa saya sungguh-sungguh dicuci dengan darah dan Roh-Nya dari kecemaran jiwa, yaitu segala dosa saya. Hal itu sama pasti bila badan saya dicuci dengan air yang menghilangkan kecemaran badan. Sama seperti air membasuh kotoran tubuh waktu kita disiram air itu, yaitu air yang kelihatan pada tubuh orang yang dibaptis dan yang memercik dia, begitu juga darah Kristus melakukan hal yang sama secara batin, di dalam jiwa, oleh Roh Kudus, dengan memerciki jiwa dan membersihkannya dari dosa dan dengan melahirkan kita kembali, sehingga dari anak-anak murka menjadi anak-anak Allah (Pasal 34).
150
Gereja Pecah
Banyak atau sedikitnya air pada saat baptisan tidak mempengaruhi maknanya. Baptisan bukan cara
ur
percaya meninggal pun sebelum menerima baptisan air,
if
persekutuan di dalam Kristus. Jika anak-anak dari orang
a
untuk memperoleh keselamatan, tetapi menjadi meterai
maka pasti mereka tetap merupakan bagian dari anugerah
Ga
dan perjanjian Allah. Oleh sebab itu, Godfrey (2009:433)
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
menegaskan bahwa baptisan hanya diperkenankan satu kali bagi setiap pribadi orang Kristen. Dalam
hal
ini
Calvin
(Godfrey,
2009:430)
menjelaskan bahwa ada tiga janji yang terkandung dalam baptisan, yaitu:
1. Baptisan adalah penyucian atau pengampunan dosa. Baptisan meyakinkan orang Kristen bahwa janji pengampunan yang diberikan dalam Injil adalah benar dan dapat dipercaya.
2. Baptisan adalah mematikan daging dan pembaharuan. Allah yang berjanji untuk membenarkan umat-Nya juga berjanji dalam baptisan untuk menguduskan mereka secara progresif baik
an
dalam mematikan kehidupan daging maupun
De
rm aw
dalam memperhatikan kehidupan oleh Roh.
3. Baptisan adalah bahwa kita “disatukan dengan Kristus sendiri sehingga kita menjadi pengambil bagian dalam semua berkat-Nya”. Baptisan adalah “ikatan persatuan dan persekutuan yang paling utuh di mana Ia telah berkenan untuk membentuk kita.
Doktrin dalam Gereja
151
Cara pelaksanaan baptisan percik tentu tidak selagereja yang hanya mengakui baptisan selam, baptisan
if
selam yang diulang, dan baptisan Roh Kudus. Mereka
a
manya direspon secara baik oleh aliran dan denominasi
ur
tetap berkeyakinan bahwa baptisan yang dilakukan
oleh Yohanes Pembaptis pada orang banyak dan kepada
Ga
Tuhan Yesus pada waktu itu adalah baptisan selam
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
secara dewasa. Dengan demikian, apapun bentuk dan cara baptisan yang dilakukan tidak menjadikan dasar atau jaminan bagi seseorang untuk selamat dari murka Allah kelak.
2. Baptisan Selam Beberapa
aliran
dan
denominasi
gereja
yang
menganut baptisan selam juga memiliki alasan yang kuat. Salah satu alasannya diuraikan oleh Tabor (2007:154-167) dalam bukunya yang berjudul Dinasti Yesus menyatakan sebelum membaptis Tuhan Yesus, Yohanes Pembaptis telah membaptis orang Yahudi pada saat itu yang hidupnya saleh sehingga ditandai oleh penenggelaman
an
atau baptisan di dalam air yaitu baptisan selam yang juga diterima oleh keluarga-Nya. Jadi, Yusuf dan Maria telah
rm aw
menerima baptisan selam. Argumentasi
lainnya
dengan
mengacu
pada
De
etimologi kata baptisan yang berarti menenggelamkan. Namun Rayburn (2005:22) membantah argumentasi itu dengan berkata bahwa tidak ada ahli yang menolak bahwa arti utama dari kata baptiso adalah “menenggelamkan”.
152
Gereja Pecah
Marilah kita hanya melihat kepada Alkitab, karena seperti yang telah kita katakan sebelumnya, keputusan kita yang
ur
serta segala kegiatan gerejawi termasuk pelaksanaan
if
tersebut menegaskan bahwa patokan hidup orang Kristen
a
terakhir harus berasal dari Alkitab. Pernyataan Rayburn
baptisan harus bersumber pada Alkitab. Segala hal yang
Ga
bertentangan dengan Alkitab bukanlah sebuah pelayanan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
gerejawi.
Perbedaan cara antara baptisan percik dan selam telah menimbulkan banyak polemik dalam kehidupan orang Kristen. Gereja yang menolak baptisan percik sering mengacu pada arti kata “menyelamkan” serta baptisan Tuhan Yesus di sungai Yordan dianggap secara selam. Semua aliran dan denominasi gereja yang tidak melaksanakan baptisan selam dianggap tidak mengikuti cara Tuhan Yesus dibaptis, sehingga baptisan itu tidak sah karena tidak sesuai dengan Alkitab. Gereja merupakan
yang
bagian
melaksanakan
dari
gereja
baptisan
yang
selam
melaksanakan
baptisan percik. Akibat perbedaan ideologi serta pema-
an
haman teologis yang berbeda-beda pada akhirnya menjadi
rm aw
sumber perpecahan. Mereka merumuskan doktrin-doktrin baru dalam gereja sesuai dengan sudut pandang pemim pinnya masing-masing. Kehadiran aliran dan denominasi
De
gereja baru pertanda telah terjadi perpecahan dalam agama Kristen, sebagai akibat tidak menerima gereja yang sudah ada sebelumnya. Biasanya baptisan selam dilakukan di kolam,
Doktrin dalam Gereja
153
sungai, danau, dan air laut. Ada gereja yang sengaja di lingkungan gedung gerejanya. Ada yang membuat kolam
if
baptisan di bawah mimbar gereja, sehingga terkesan
a
membuat kolam baptisan dengan ukuran besar dan kecil
ur
pelayanan baptisan yang dilakukan saat itu ritual yang
alkitabiah. Baptisan selam dapat dilaksanakan pada
Ga
setiap hari yang disaksikan oleh seluruh jemaat. Pada
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
prinsipnya penulis tidak menyalahkan ataupun membenarkan salah satu cara pembaptisan baik percik atau selam, tetapi hanya memberikan beberapa argumentasi logis serta fakta-fakta sejarah sehubungan pelaksanaan baptisan tersebut.
Baptisan selam adalah baptisan yang dilakukan di sungai, danau, laut, dan ko lam. Baptisan selam diharuskan untuk me masukan tubuh seseorang seluruhnya ke dalam air. Baptisan selam yaitu baptisan yang meniru pembaptisan Tuhan Yesus di sungai Yordan. Selain itu, ada pula aliran dan denominasi gereja
an
yang memahami baptisan yang sah apabila dilakukan
rm aw
secara berulang-ulang dengan cara selam. Alasan mereka
De
melaksanakan baptisan ulang ini, antara lain: a. Seorang Kristen yang berasal dari aliran atau denominasi lain dan telah menerima baptisan percik. Ketika dia pindah atau sengaja dipaksa pindah menjadi anggota dari gereja ini maka
154
Gereja Pecah
harus menerima baptisan selam. b. Seorang Kristen yang berasal dari aliran atau
pindah untuk menjadi anggota gereja ini, maka
ur
harus dibaptis lagi secara selam.
Ga
c. Seorang Kristen yang telah menerima baptisan
selam tetapi ketika pergi berjiarah ke Yerusalem
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
meminta untuk dibaptis kembali secara selam di Sungai Yordan.
d. Seorang Kristen yang telah melakukan dosa dalam aliran atau denominasi gereja tersebut, maka diwajibkan untuk menjalani baptisan ulang secara selam. Baptisan ini bertujuan untuk membersihkan dosa-dosanya sehingga dianggap telah memperoleh hidup baru.
Dalam
logika
berpikir
sederhana
menegaskan
baptisan yang sah jika dilakukan secara selam pada saat seseorang sudah dewasa. Sebagian orang Kristen berkeinginan dibaptis secara selam di sungai Yordan tempat Tuhan Yesus dibaptis. Baptisan yang dilakukan
an
di kolam, sungai, danau, dan laut di Indonesia kurang
rm aw
memuaskan. Apapun argumentasi seputar pelaksanaan baptisan ini menjadi tanggung jawabnya di hadapan Allah.
3. Baptisan Roh Kudus
De
if
selam. Ketika dia pindah atau sengaja dipaksa
a
denominasi lain dan telah menerima baptisan
Ada beberapa aliran dan denominasi gereja yang menekankan pada pelaksanaan baptisan Roh Kudus sebagai simbol kelahiran baru. Gereja yang menganut
Doktrin dalam Gereja
155
paham ini beranggapan bahwa baptisan Roh Kudus adalah Kudus dan Firman-Nya pada setiap pribadi orang Kristen.
if
Orang yang sudah dibaptis secara selam harus mengalami
a
baptisan yang dilakukan oleh Allah melalui kuasa Roh
ur
baptisan Roh Kudus secara pribadi. Bukti seseorang telah menerima baptisan Roh Kudus dapat dilihat melalui etika
Ga
kehidupannya. Baptisan Roh Kudus adalah baptisan yang
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
datang dari Allah tanpa diketahui oleh manusia kecuali orang yang mengalaminya secara langsung.
Baptisan Roh Kudus adalah baptisan yang dilakukan secara langsung oleh Roh Ku dus pada pribadi seseorang Kristen. Bap tisan Roh Kudus merupakan pengalaman seseorang kepada Tuhan. Pemahaman baptisan Roh Kudus sepertinya terus
menjadi polemik sepanjang sejarah perjalanan gereja. Perbedaan ini mulai dari penafsiran baptisan Roh Kudus itu sendiri sampai pada proses penerimaan seseorang akan baptisan tersebut. Memang sulit dibuktikan kapan
an
seseorang
menerima
baptisan
Roh
Kudus.
Apapun
rm aw
bentuk baptisan yang diterima seseorang tidak menjamin karakter dan pola hidupnya berkenan kepada Allah. Yang menjadi tugas utama kita adalah bagaimana seseorang
De
dapat memberi makna baptisannya itu dalam lingkup pelayanan serta melaksanakan pemberitaan Injil kepada semua orang.
156
Gereja Pecah
D. Ideologi Baptisan Penyebab utama perpecahan dalam agama Kristen
ur
gerejanya masing-masing. Hal ini ditegaskan oleh Halim
if
selalu menonjolkan perbedaan doktrin yang dianut oleh
a
di seluruh dunia dan Indonesia karena pemimpinnya
(2000:81) dalam bukunya yang berjudul Gereja di Tengah-
Ga
tengah Perubahan Dunia yang menyatakan: “Perpecahan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
adalah hasil dari konflik antar jemaat yang masingmasing berpegang pada ajaran yang ada, atau pun ajaran yang baru yang ditentang oleh jemaat. Teologi baru adalah suatu alat yang paling ampuh untuk menciptakan separatisme dalam jemaat.”
Ketika sebuah doktrin tetap dipertahankan, sebenarnya ada ideologi yang sudah lama tertanam di dalam diri pemimpin ataupun organisasi gereja tersebut. Ideologi yang dianut dianggap sebagai suatu kebenaran yang mutlak, sehingga secara otomatis menganggap bahwa gerejanyalah yang paling benar dan alkitabiah. Ideologi inilah yang membuat mereka memiliki keberanian untuk mengadakan perubahan pada setiap gereja yang dipimp-
an
innya.
rm aw
Pengaruh ideologi bukan hanya ditemukan pada
ranah politik, tetapi juga dalam organisasi gereja atau keagamaan secara keseluruhan. Menurut Althusser
De
(Barker, 2006:60) bahwa ideologi ada dalam suatu aparatus dan praktik yang menyertainya terutama keluarga, sistem keluarga, gereja, dan media massa. Jadi, ideologi yang dianut itulah membuat pemimpin mampu
Doktrin dalam Gereja
157
mempengaruhi tata cara pelaksanaan baptisan di dalam dibandingkan dengan perlawanan secara fisik.
if
Cara kerja suatu ideologi sangat mempengaruhi
a
gerejanya. Melalui sarana ideologi jauh lebih efektif
ur
seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Ideologi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas praktis kehidupan, namun
Ga
ia adalah fenomena yang bisa dilihat dan dirasakan pada
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
setiap aktivitas sehari-hari (Gramsci, 1971:349). Oleh sebab itu, setiap aliran dan denominasi gereja yang besar maupun kecil selalu berusaha untuk mempertahankan cara pelaksanaan baptisan di gerejanya masing-masing. Cara ini pun sudah melekat dalam hati dan pikirannya selama berabad-abad. Metode ini telah menjadi budaya dan tradisi gereja setempat.
Dengan kuasa yang dimiliki maka pemimpin gereja
mampu mempengaruhi dan bahkan memaksa setiap anggota jemaat untuk mengikuti cara pembaptisan yang dikehendakinya. Dalam hal ini penulis meminjam pendapat Max Weber (Budiardjo, 2008:60) sekalipun bukan seorang teolog tetapi sikap seperti ini menurutnya
an
adalah kemampuan dalam suatu hubungan sosial,
rm aw
melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan. Sangat disayangkan adanya pemimpin gereja
De
dewasa ini yang sudah tidak memperlihatkan kelembutan, kerendahan hati, rohaniah, dan keteladanan. Pada kaitan yang sama Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan (Budiardjo, 2008:60) dalam rumusan klasiknya mengatakan: Power is relationship in which one
Gereja Pecah
158
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
if
ur
the direction of the former’s own ends. (kekuasaan adalah suatu hubungan di mana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain ke arah tujuan dari pihak pertama). Sebenarnya anggota jemaat merasa keberatan menerima doktrin atau baptisan tertentu. Apalagi yang bersangkutan sudah pernah dibaptis namun karena pengaruh kuasa pendeta terpaksa mengikutinya. Terlebih lagi ada anggapan yang sudah terpatri dalam pikiran jemaat bahwa melawan pendeta sama dengan melawan Allah.
a
person or group is able to determine the action of another in
Apapun bentuk baptisan yang diterima oleh seseorang tidak memberikan jaminan atas keselamatannya. Baptisan percik dan selam atau banyak air dan sedikit air tidak menjamin seseorang masuk sorga.
De
rm aw
an
Dengan adanya perbedaan berbagai doktrin, seperti doktrin keselamatan dan baptisan tentu menjadi sumber terjadinya perpecahan dalam agama Kristen. Ketika doktrin ini yang selalu ditonjolkan sehingga membuatnya berbeda, maka keharmonisan antara aliran dan denominasi gereja tidak akan pernah tercapai. Perdebatan yang panjang tentang doktrin gereja dapat membuat kualitas pelayanan pada setiap gereja mengalami kemerosotan. Marilah kita berbenah dan intropeksi diri dalam rangka mengevaluasi setiap doktrin di gereja kita masing-masing. Dengan begitu, kesatuan dan persatuan dapat diwujudkan sebelum Tuhan Yesus datang kembali.
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
ur
if
a
159
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
ALIRAN-ALIRAN GEREJA
Ga
BAB VIII
Berbagai
aliran
gereja
sudah
berkembang
di
Indonesia. Kehadiran aliran ini sebuah cerminan atas gereja-gereja yang ada di seluruh dunia. Bertambahnya aliran gereja maka denominasi gereja pun ikut mengalami peningkatan. Apakah pertambahan aliran dan denomi nasi gereja ini menunjukkan peningkatan jumlah orang Kristen? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka terlebih dahulu kita melihat sejumlah aliran gereja yang
an
sudah ada dan berkembang di Indonesia sampai saat ini.
rm aw
A. Aliran Lutheran
Cikal bakal agama Kristen Protestan tentu tidak
terlepas dari reformasi Marthin Luther yang puncaknya
De
tanggal 31 Oktober 1517. Kendati dia lahir dari keluarga sederhana tanggal 10 Nopember 1483 di Eisleben, namun semangatnya dalam memperbaharui sistem pelayanan gereja tidak pernah pudar. Reformasi ini berawal di Witten-
159
160
Gereja Pecah
berg-Jerman pada saat Yohanes Tetzel menjual surat pengampunan dosa atas perintah Paus Leo X di Roma.
ur
menerapkan praktek-praktek pelayanan gerejawi sesuai dengan Alkitab. Luther
akhirnya
dikeluarkan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
membuat
Ga
Dalam pergumulan dan perjuangan yang cukup lama
dari
jabatannya sebagai imam di GKR. Namun dia terus menyuarakan kebenaran yang diyakininya berdasarkan Alkitab. Akibat reformasinya sebagian jemaat dari GKR memisahkan diri kemudian mengikutnya. Kehadiran Luther di tengah-tengah mereka menjadi sumber inspirasi untuk membangun sebuah paradigma baru. Para pengikut Luther pada akhirnya disebut aliran Lutheran.
Setelah peristiwa reformasi dan teristimewa ketika Luther meninggal dunia tanggal 18 Februari 1546, maka agama Kristen Protestan terpecah-pecah dalam berbagai aliran dan denominasi gereja sampai saat ini. Memang sebuah pekerjaan yang sulit untuk menentukan secara
an
pasti gereja yang beraliran Lutheran secara murni. Walaupun demikian, setidaknya melalui The Lutheran
rm aw
World Federation (LWF) yang berdiri tahun 1947 dan
Rheinische Missions Gesellschaft (RMG) yaitu lembaga pekabaran Injil yang ditangani oleh aliran Lutheran dan
De
if
gereja, melainkan untuk mengingatkan Paus agar kembali
a
Reformasi yang dilakukannya tidak bertujuan merusak
Calvinis dapat memberikan petunjuk ciri khas aliran ini. Beberapa gereja yang menyebut dirinya beraliran Lutheran sekaligus Calvinis, antara lain: HKBP, GKPS,
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
161
GPKB, GKPI, HKI, GKLI, GKPA, GKPM, BNKP, ONKP,
pokok
ajaran
gereja
yang
if ur
beraliran
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Beberapa
Ga
Reformasi Marthin Luther merupakan awal perpecahan gereja di seluruh du nia. Aliran Lutheran hasil perpecahan dari Gereja Katolik Roma.
a
AMIN, dan sebagainya.
Lutheran secara umum, yaitu:
a. Berdasarkan pada sola scriptura (hanya oleh Firman Allah), sola gratia (hanya oleh Anugerah), dan sola fide (hanya oleh Iman).
b. Sakramen terdiri atas dua bagian yaitu Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Baptisan kudus setara dengan sunat. Baptisan dilakukan secara percik bagi anak-anak atau orang dewasa yang baru percaya. Perjamuan kudus disebut konsubstansiasi yaitu pada saat makan roti dan minum anggur maka hakikat tubuh dan darah Kristus hadir dalam diri kita secara nyata.
De
rm aw
an
c. Jabatan gereja ditetapkan oleh Allah sebagai pelaksana
fungsi
pelayanan
Firman
dan
Sakramen. Dalam hal ini pendeta melaksanakan tugas pengajaran dan penggembalaan yang dibantu oleh penatua, sedangkan diaken untuk pelayanan sosial. d. Suasana ibadah biasanya dilengkapi dengan lilin dan salib di altar. Khotbah menjadi pusat ibadah.
Gereja Pecah
162
Nyanyian dan musik pada umumnya memakai musik Gregorian dan Kidung Jemaat. Namun
B. Aliran Calvinis
Ga
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Aliran Calvinis dipelopori oleh Johannes Calvin (Jean Cauvin) yang lahir di Noyon-Perancis Utara tanggal 10 Juli 1509. Gerakan reformasi diawali di Perancis tahun 1534 kendati dia sendiri sebagai anggota GKR. Pengaruh Calvin terlihat dalam perdebatan konfesional gerejawi sepanjang abad ke-17, sehingga tradisi ini kemudian dikenal sebagai Calvinisme. Calvinisme adalah sebuah sistem teologis dengan pendekatan kepada kehidupan orang Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala sesuatu.
rm aw
an
Kedaulatan Allah merupakan kunci penting dalam kehidupan orang Kristen. Allah yang memanggil dan memilih se tiap orang untuk percaya kepada-Nya. Aliran Calvinis mulai berkembang melalui peng
injilan para misionaris abad ke-19 dan 20 di Jerman, Belanda, Amerika, Korea, Negeria, dan termasuk Indo-
De
if
puran dengan musik kontemporer lainnya.
ur
banyak mengalami perubahan dan percam-
a
saat ini puji-pujian dalam gereja ini sudah
nesia yang sering disebut gereja Reformed. Memang jarang kita menemukan gereja dengan nama Calvinis, tetapi beberapa gereja yang bercirikan Calvinisme atau dipe
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
163
ngaruhi oleh paham Calvin telah berkembang di seluruh ini harus didasarkan pada pengakuan pemimpin gereja
if
tersebut. Umumnya gereja ini tidak menggunakan nama
a
wilayah Indonesia. Untuk mengetahui secara pasti aliran
ur
Calvin dan juga tidak menganut paham Calvin secara murni.
Ga
Pokok ajaran Calvin tidak jauh berbeda dengan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Luther. Kedua tokoh gereja ini saling melengkapi satu sama lainnya. Mereka memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sebagian besar Calvin melengkapi dan memperbaharui ajaran Luther yang masih dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan biarawan di dalam Gereja Katolik Roma pada waktu itu. Pokok ajarannya dapat ditelusuri dalam buku Institutio, yaitu:
1. Alkitab adalah Firman Allah yang satu-satunya sumber ajaran gereja yang benar (sola scriptura).
2. Keselamatan diperoleh hanya karena kasih karunia Allah (sola gratia) melalui iman kepada Yesus Kristus (sola fide).
De
rm aw
an
3. Predestinasi adalah karya pemilihan Allah atas orang-orang berdosa berdasarkan anugerah-Nya yang tak terbatas.
4. Hukum Taurat memiliki 3 fungsi utama, yaitu: menyatakan
kehendak
Allah,
menyadarkan
manusia atas dosanya, dan pedoman bagi manusia yang sudah dibenarkan untuk me ngatur kehidupannya agar sesuai kehendak Allah.
164
Gereja Pecah
5. Gereja adalah persekutuan orang yang sudah diselamatkan oleh kasih karunia Allah di dalam
ur
dengan benar.
Ga
6. Jabatan gereja terdiri atas empat, yaitu: pendeta (gembala), guru, penatua, dan diaken.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
7. Sakramen baptisan kudus dilayankan dalam ibadah jemaat secara percik. Baptisan sebagai simbol keikutsertaan seseorang dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Baptisan tidak menyelamatkan serta bukan syarat untuk memperoleh keselamatan.
8. Sakramen perjamuan kudus merupakan tanda yang ditetapkan oleh Allah untuk mengingat karya pengorbanan Kristus di kayu salib. Pada saat perjamuan kudus roti dan anggur tidak berubah bentuknya, tetapi sebagai simbol dari tubuh dan darah Yesus Kristus.
9. Puji-pujian yang dipakai di gereja Calvinis adalah
an
nyanyian Mazmur. Mazmur dipahami sebagai
rm aw
nyanyian yang paling layak untuk memuji Allah
De
if
Allah dan pelayanan sakramen harus dilakukan
a
Yesus Kristus, sehingga pemberitaan Firman
karena terdapat dalam Alkitab dan ciptaan Roh Kudus yang ditulis oleh para hamba-hamba-Nya. Secara singkat pokok ajaran Calvin yang paling
populer yaitu doktrin rahmat sebagaimana diuraikan Baan (2009) dengan singkatan TULIP: Total depravity yaitu kerusakan total, Unconditional election yaitu pemi-
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
165
lihan tanpa syarat, Limited atonement yaitu penebusan ditolak, dan Perseverance of the saints yaitu ketekunan
if
orang-orang kudus.
ur
Dengan melihat sejumlah pokok ajaran di atas
maka gereja yang beraliran Calvinis yaitu: GKPB,
Ga
GPIB, GMIT, GKI, GPM, dan sebagainya. Kendati belum
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
sepenuhnya menerapkan paham Calvin dalam setiap aspek pelayanannya. Berdasarkan pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar gereja Calvinis justru masih mengadopsi ajaran dari gereja lain, yang sebe lumnya sangat bertentangan dengan Calvin itu sendiri.
C. Aliran Anglican
Aliran Anglican atau Church of England merupakan
salah satu bukti bahwa orang Inggris pernah menjajah suatu wilayah tertentu di dunia. Perkembangan aliran ini terasa pada saat kepemimpinan raja Henry VIII (15091547) di Inggris. Dia memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma sekitar tahun 1533 karena konflik dengan Paus
an
Clemens di Roma. Raja Henry meminta untuk bercerai dengan istrinya Catharina dari Aragon yaitu putri Spanyol
rm aw
dengan alasan belum memiliki anak laki-laki dari pernikahannya. Kemudian meminta kepada Paus agar diijinkan
De
untuk menikahi pembantunya yang bernama Anne Boleyn. Tentu permintaan ini tidak dikabulkan oleh Paus karena bertentangan dengan Alkitab.
a
terbatas, Irresistible grace yaitu anugerah yang tidak dapat
Gereja Pecah
166
Dalam pendangan Aritonang (2000:86) menegaskan ada tiga faktor mendasar yang memicu pemisahan dari
ur
mewarisi tahta; kedua, tumbuhnya perasaan nasionalisme
if
hasrat raja untuk mendapatkan anak laki-laki untuk
a
Gereja Katolik Roma ke aliran Anglican, yaitu: pertama,
dan anti-klerikalisme; ketiga, meluasnya gagasan-gagasan
Ga
Luther. Dari penegaskan ini membuktikan bahwa akibat
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
pengaruh kekuasaan, kepentingan pribadi, dan tujuan popularitas menjadi pemicu perpecahan gereja.
Munculnya aliran ini disebabkan oleh keinginan raja Henry VIIImendapatkan anak laki-laki untuk mewarisi tahtanya. Perceraian merupakan jalan yang ha rus ditempuh untuk mencapai sebuah keinginannya. Aliran Anglican di Indonesia secara resmi berdiri pada tahun 1829 dengan nama British Protestant Community at Jakarta di Jalan Arif Rahman Hakim sekitar tugu Pak Tani Jakarta Pusat. Hal ini terwujud melalui London Missionary
an
Society (LMS) yang mengutus Pdt. W.H. Medhurst pada
rm aw
Januari 1822 yang berlatar belakang gereja Presbyterian. Selanjutnya Pdt. J.R. Denyes dari Gereja Methodist Episcopal Amerika pada tahun 1905-1907 ikut mengambil
De
bagian dalam memajukan aliran ini, dan sebagainya. Selain di Jakarta ternyata aliran ini berkembang di Surabaya yang sebagian besar anggotanya orang Inggris. Kehadirannya diawali pada sebuah yayasan The Congre
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
167
gation of British Protestans of East Java pada tahun 1928. ini berhasil membangun gedung gereja pada bulan Mei
if
1931 yang bernama Christ Church. Pada dasarnya aliran
a
Dengan kegigihan dan perjuangan jemaat maka yayasan
ur
ini sangat kompromi dengan berbagai aliran dan denomi nasi gereja yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.
Ga
Untuk bisa membedakan aliran ini maka perlu kita
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
melihat beberapa pokok ajaran yang menjadi ciri khasnya, yaitu:
1. Otoritas di dalam gereja terdiri dari 3 unsur, yakni: Alkitab, tradisi, dan akal budi.
2. Inkarnasi yaitu Allah menjadi manusia di dalam Yesus Kristus. Inkarnasi ini dipahami dalam 3 pokok penting, yaitu: pertama, sekalipun manusia tidak berdosa, namun Allah tetap berinkarnasi di dalam Yesus Kristus; kedua, dosa
ada
karena
pemberontakan
manusia
kepada Allah; ketiga, gereja harus terbuka ter hadap seluruh pengalaman karena yang baik
an
dan jahat menjadi sumber pemahaman diri kita di hadapan Allah.
De
rm aw
3. Sakramen terdiri atas perjamuan kudus dan baptisan kudus. Selain itu upacara gerejawi yang mengandung nilai sakramental (bukan sakramen) yakni peneguhan sidi, pengakuan dosa, ucapara penahbisan, upacara pernikahan, dan perminyakan orang sakit. Anak-anak yang meninggal sebelum dibaptis tidak mendapat
168
Gereja Pecah
hukuman
dari
Allah.
Baptisan
dilakukan
secara percik ataupun selam serta menam-
ur
D. Aliran Mennonit
if
disaksikan oleh bapa dan ibu seraninya.
Ga
Aliran Mennonit dimulai oleh seorang Pastor dari
Gereja Katolik Roma yang bernama Menno Simons. Dia
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
dilahirkan di kota Witmarsum di Friesland Belanda tahun 1496 dan meninggal pada 31 Januari 1561. Aliran ini dapat digolongkan dalam kelompok gereja Anabaptis yang menolak baptisan anak-anak dan hanya mengakui baptisan percik dewasa. Perlu disadari bahwa aliran ini sebagai perpecahan dari aliran gereja Anabaptis yang ada di Swiss dan Jerman.
Berkembangnya aliran Menonit adalah jawaban atas kekecewaan para pengikutnya terhadap reformasi yang telah dilakukan oleh Luther di Jerman, Calvin di Perancis, dan Zwingli di Swiss yang kurang radikal. Ditambah lagi sikap Jan Matthijs dan pengikutnya dari aliran Anabaptis
an
di Belanda yang memaksa masyarakat untuk menjadi pengikutnya dengan cara kekerasan serta ancaman
rm aw
senjata pada saat itu. Jemaat yang tidak setuju dengan paham Anabaptis keluar menjadi pengikut Menonit. Sepintas terlihat aliran ini sebuah gerakan reformasi
De
a
bahkan nama baptis di belakang namanya yang
yang menuju demokrasi radikal. Mereka menganut garis moderat yang anti terhadap kekerasan seperti perang, perceraian, poligami, perkelahian, dan sebagainya.
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
169
Pemahaman mereka tentang demokrasi radikal yaitu menghakimi, dan menganggap diri lebih baik dari
if
insan yang lain di dunia. Bisa dikatakan aliran ini lebih
a
setiap insan manusia tidak diperkenankan menyakiti,
ur
menekankan pada persamaan hak di hadapan Tuhan.
Setiap anggota jemaatnya tidak diperbolehkan menjadi
Ga
pejabat kemiliteran, kepolisian, hakim, atau bidang-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
bidang lain yang bernuansa kekerasan dan penindasan. Anggotanya selalu dianjurkan untuk berbuat baik dengan berpedoman pada khotbah Tuhan Yesus yaitu “Khotbah di Bukit”.
Dalam menjalankan ajarannya selalu menggunakan
demokrasi radikal. Menurut Mouffe (1984:143) sebagai pewaris Althusser serta membandingkannya dengan teori hegemoni Gramsci menjelaskan bahwa demokrasi radikal bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat di mana semua orang, apa pun jenis kelaminnya, ras, dan posisi ekonomis, akan berada pada situasi efektif kesetaraan dan partisipasi di mana tidak ada basis bagi diskriminasi. Jadi, persamaan derajat dan hak hidup bagi manusia
De
rm aw
an
menjadi prioritas utama dalam aliran Menonit.
Kekerasan dan penindasan bukanlah ciri khas sebuah gereja. Perbuatan baik menjadi kunci sukses dan identitas orang Kristen yang benar. Kehadiran orang Kristen membawa suasana keda maian dan ketentraman.
170
Gereja Pecah
Aliran Menonit menolak kekerasan dan diskriminasi, tetapi di sisi lain mereka konflik dengan Luther,
ur
sanaan baptisan kudus. Baptisan dilayankan bagi orang
if
perubahan konsep dan logika berpikir tentang pelak-
a
Calvin, dan Anabaptis. Yang paling menonjol yaitu adanya
dewasa secara percik. Selain dewasa secara jasmani juga
Ga
harus dewasa secara rohani. Seseorang yang dewasa
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
secara jasmani belum tentu dewasa secara rohani. Dewasa secara rohani berarti sungguh-sungguh menerima panggilan pertobatan, hidup baru, dan berperilaku sesuai kehendak Allah.
Walaupun baptisan percik dewasa dilaksanakan di gereja ini, namun mereka tidak menggunakan istilah sakramen
baptisan
melainkan
penetapan
baptisan.
Pemakaian istilah ini menunjukkan bukan hanya pendeta yang berhak melayankan upacara-upacara gerejawi, tetapi anggota jemaat pun bisa melaksanakannya. Oleh sebab itu, sifat sakramental dari setiap upacara gerejawi ditiadakan. Beberapa ketetapan yang patut dilaksanakan oleh aliran ini menurut Aritonang (2000:121-122) yaitu:
an
Baptisan, komuni (perjamuan kudus), pembasuhan kaki,
rm aw
kecupan suci, pengurapan (peminyakan), kerudung (bagi wanita) pada kebaktian, perkawinan, dan penumpangan
De
tangan pada penahbisan. Akibat doktrin yang berbeda maka mereka dicap
sebagai aliran sesat. Pemerintah maupun masyarakat yang tidak sepaham akan menindas dan mengusir mereka
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
171
di wilayah tersebut. Di balik penderitaan yang mereka ajarannya sambil mengungsi ke beberapa negara selain
if
Belanda yaitu Rusia, Amerika, Canada, Mexico, Indo-
a
alami, justru semakin bersemangat untuk memberitakan
ur
nesia, dan beberapa negara yang memungkinkan untuk menerimanya.
Ga
Gereja ini hampir semuanya tidak memakai nama
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Mennonit. Awalnya mereka disebut sebagai kelompok “Taufgesinnt” yang berarti kelompok orang yang melaksanakan pembaptisan dewasa secara percik. Aliran ini di Belanda memakai nama Doopsgezinden, Ethiopia dikenal dengan Meserete Kristos yang berarti dasar yang diletakkan Kristus, dan di Indonesia memakai nama gereja sesuai daerah dan budaya dimana berkembangnya aliran tersebut.
Perkembangannya di Indonesia dimulai dari desa
Cumbring Jepara. Pernah ada di Sumatera Barat dan Utara pada tahun 1830, namun mengalami kemunduran karena berada di bawah jajahan kolonial Hindia-Belanda pada waktu itu. Pada tanggal 16 Maret 1854 dilak-
an
sanakan pembaptisan pertama terhadap 5 orang di desa
rm aw
Cumbring oleh Zendeling Pieter Jansz. Beberapa tahun kemudian aliran ini berkembang secara signifikan dengan
De
membentuk tiga sinode besar, yaitu: Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI), Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ), dan Jemaat Kristen Indonesia (JKI).
172
Gereja Pecah
E. Aliran Baptis Aliran Baptis muncul sekitar awal abad ke-16 setelah
ur
ulang orang Kristen secara selam kendati sudah pernah
if
dengan gerakan Anabaptis yaitu aliran yang membaptis
a
reformasi Luther. Kehadiran aliran ini erat hubungannya
dibaptis secara percik pada saat masih bayi ataupun
Ga
dewasa. Pada waktu itu Smyth dan rekan-rekannya
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
ditindas oleh pemerintah Inggris karena dianggap sebagai pembawa aliran sesat dalam gereja dan Negara. Mereka mengungsi ke Belanda dan bergabung dengan aliran Mennonit pada tahun 1607. Jadi, aliran ini dipelopori oleh John Smyth yang berasal dari gereja Anglican di Inggris. Kemudian pada tahun 1609 Smyth dan rekanrekannya kembali menerima baptisan selam (baptisan ulang) di Belanda.
Peristiwa pembaptisan ulang inilah
menjadi cikal bakal terbentuknya jemaat Baptis Inggris yang pertama di Amsterdam. Awalnya mereka berkomitmen tinggal di Belanda, tetapi beberapa penduduk di sana menolaknya. Pada akhirnya mereka kembali ke Inggris mendirikan aliran Baptis pertama pada tahun 1912.
an
Perkembangan aliran Baptis di luar negeri terjadi
rm aw
tahun 1640 pada masa pemerintahan Oliver Cromwell. Keberadaannya di Indonesia melalui pelayanan dan penginjilan Jabez Carey di Maluku pada tahun 1814.
De
Penginjilan Carey hanya sampai tahun 1818 yang kemudian melanjutkan penginjilan ke India. Kehadi rannya di Maluku tidak diterima oleh kalangan orang yang sudah menjadi Kristen karena berusaha memprak-
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
173
tekan baptisan selam dewasa. Mereka hanya menerima NZG yang mempraktekkan baptisan anak secara percik
if
sesuai dengan paham Calvinis.
ur
Perkembangan aliran Baptis di Indonesia kembali
dimulai melalui penginjil Richard Burton dan secara
Ga
khusus Nathaniel Ward yang bertahan di Padang-Su-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
matera Barat sampai meninggal pada tahun 1850. Sejak itu beberapa misionaris gereja Baptis dari luar negeri maupun orang pribumi tetap melanjutkan misinya untuk memberitakan Injil sampai saat ini. Terbukti sejumlah organisasi gereja Baptis telah berkembang dalam beberapa denomi nasi, antara lain: Persekutuan Gereja-gereja Baptis Irian Jaya (PGBIJ), Gabungan Gereja Baptis Indonesia (GGBI), Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia (GPIBI), Kerapatan Gereja Baptis Indonesia (KGBI), Gereja Baptis Independent di Indonesia (GBII), Sinode Gereja Kristen Baptist Jakarta (SGKBJ), dan masih banyak lagi denominasi gereja-gereja Baptis yang masih terus berkembang. Beberapa pokok ajaran aliran gereja ini sehingga
an
memiliki perbedaan dengan aliran atau denominasi lain,
rm aw
yaitu:
De
a
konsep teologi yang diterapkan oleh Joseph Kam utusan
1. Alkitab adalah Firman Allah yang dijadikan sumber hidup orang Kristen, dasar ajaran, dan pedoman berperilaku. Mereka memiliki kebebasan menafsirkan Alkitab secara fundamentalis, liberal, maupun modernis. Perbedaan dalam penafsiran sering menjadi kontroversial
174
Gereja Pecah
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
if
ur
dalam denominasi gereja baptis itu sendiri. 2. Gereja adalah persekutuan orang-orang yang sudah dibersihkan dosanya melalui baptisan selam dewasa dan diselamatkan oleh pengorbanan Yesus Kristus. 3. Sakramen terdiri atas Perjamuan Kudus dan Baptisan Kudus. Perjamuan kudus adalah upacara simbolik untuk mengenang pengorbanan dan kematian Yesus Kristus. Menyelenggarakan baptisan ulang terhadap orang yang sudah dibaptis percik pada usia bayi atau dewasa. 4. Pemerintahan gereja bersifat otonom dan demokratis. Gereja tidak boleh tunduk di bawah perintah badan atau organisasi mana pun, tetapi hanya tunduk kepada Yesus Kristus kepala
a
yang berakhir pada pertikaian dan perpecahan
Gereja. 5. Gereja harus terpisah dari negara dan negara juga menjamin kebebasan dalam beragama. Pada umumnya aliran Baptis kurang bergaul dengan
an
denominasi gereja lain karena menganggap doktrin,
rm aw
pokok ajaran, serta perbedaan-perbedaan lainnya akan mengganggu misi pelayanan mereka. Mereka cenderung membentuk kelompoknya sendiri. Sikap eksklusif gereja
De
ini terjadi juga di Indonesia. Kondisi inilah yang menunjukkan keberadaan serta perkembangan gereja yang beraliran Baptis di luar negeri tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia.
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
175
F. Aliran Methodist yaitu John Wesley dan Charles Wesley di Inggris pada
if
abad ke-18. Keduanya putra seorang pendeta yang aktif
a
Aliran Methodist diprakarsai oleh tokoh utamanya
ur
di gereja Anglican. Pelayanan mereka mengalami pasang
surut. Namun John Wesley tetap bersemangat karena
Ga
dipengaruhi oleh gerakan Pietis (kesalehan) yang sedang
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
berkembang pada waktu itu. Awalnya aliran ini terbentuk lewat persekutuan-persekutuan kecil (Camp Meeting) tetapi bukan dalam bentuk aliran Methodist.
Menurut Haskins (1992:72) bahwa aliran Methodist
sudah mulai terasa keberadaannya sejak tahun 1787. Kendati
demikian,
perkembanganya
secara
terbuka
baru terjadi setelah John Wesley meninggal dunia pada tahun 1791. Aliran ini disebut Methodist setelah seluruh pengikut Wesley memisahkan diri dari Gereja Anglican sekitar tahun 1795. Keberadaannya di Inggris menandai bangkitnya semangat kebangunan rohani (Revival) di seluruh dunia. Tentunya perkembangan ini bukan saja terjadi di Amerika tetapi di beberapa negara lainnya
an
seperti Indonesia.
rm aw
Perkembangannya aliran ini di Indonesia berkat
pelayanan misionaris J.R. Denyes dari Singapura datang ke Bogor tahun 1905. Strategi pelayanannya dimulai
De
dengan membuka kursus bahasa Inggris dan sekolah (Anglo-Chinese School) sehingga beberapa orang mulai bergabung. Kemudian George F. Pykett seorang misionaris Metodist dari Malaysia yang mengutus Salomon Pakhia
176
Gereja Pecah
natan ke Sumatera Timur tahun 1908 khususnya daerah sungai Asahan. Ketika berada di sana sebagian besar
ur
dari Malaysia dan Singapura pergi ke Kalimantan sekitar tahun 1906 untuk menyebarkan aliran ini.
Ga
Daerah Sumatera merupakan yang paling berhasil
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
dalam misi ini. Sementara daerah lain masih mengalami kemunduran yang disebabkan oleh faktor keuangan dan kurangnya simpati masyarakat karena telah menjadi orang Kristen sudah cukup lama. Kendati demikian, adapun keberhasilan pelayanan yang boleh diraih yaitu berdirinya beberapa Gereja Methodis Indonesia (GMI), Universitas Methodist Indonesia di Medan, rumah sakit Methodist, dan Institut Theologia Alkitabiah di Sibolangit-Sumatera Utara.
Beberapa pokok ajarannya yang paling menonjol dengan berpedoman pada tulisan-tulisan John Wesley, yaitu:
a. Kelahiran kembali adalah dasar untuk menjadi
an
orang Kristen. Kelahiran kembali dikerjakan
De
rm aw
oleh Allah tetapi manusia juga harus memiliki inisiatif untuk bertobat dari dosa-dosanya serta bertekad untuk hidup kudus.
b. Kesaksian Roh Kudus memberikan kepastian bahwa setiap pribadi orang Kristen adalah anak-anak Allah yang telah menerima keselamatan kekal melalui Yesus Kristus.
if
Protestan (HKBP). Selain itu, beberapa orang Tionghoa
a
annggota jemaatnya berasal dari Huria Kristen Batak
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
177
c. Keselamatan dan penebusan dari Yesus Kristus manya.
if
d. Orang yang sudah selamat kemungkinan akan
a
berlaku bagi semua orang yang mau meneri-
ur
kehilangan kasih karunia Allah sebagai akibat dari ketidaktaatannya kepada Allah.
Ga
e. Kesucian hidup orang Kristen merupakan tujuan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
akhir yang harus dicapai sebelum Kristus datang kembali.
f. Penginjilan merupakan tugas utama dalam mengobarkan kebangunan rohani dan semangat menginjili semua orang.
g. Orang Kristen dapat bersumpah di depan umum asalkan sesuai dengan iman, kasih, dan kebenaran.
G. Aliran Pentakosta
Aliran Pentakosta pertama sekali berkembang di
Eropa dan Amerika Utara pada tahun 1906. Aliran ini dipelopori oleh Ch. F. Parham pada tahun 1900 yang
an
memaksakan diri keluar dari aliran Methodis serta ingin membentuk organisasi gereja baru pada saat itu. Dasar
rm aw
pemahamannya untuk membentuk aliran gereja baru yang bertitik tolak pada eskatologi, baptisan Roh Kudus,
De
dan karunia berbahasa lidah. Berdasarkan pengakuan mereka bahwa gereja Pentakosta adalah gereja yang penuh Roh Kudus. Kata Pentakosta berasal dari bahasa Yunani yang artinya “hari ke lima puluh”.
Gereja Pecah
178
Aliran ini masuk ke Indonesia dengan nama Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) yang dahulu bernama
ur
nesia (JPI). Aliran ini diawali oleh dua orang misionaris
if
Indie. Selain GPdI ada juga Jemaat Pantekosta di Indo-
a
Vereeniging De Pinkstergemeente in Nederlandsch Oost
dari Amerika keturunan Belanda, yaitu Pdt. Van Klaveren
Ga
dan Pdt. Groesbeek pada tahun 1921. Mereka diutus oleh
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Pdt. W.H. Offiler dari Bethel Pentacostal Temple Inc, Washington, Amerika Serikat.
Kedua misionaris di atas pertama sekali tiba di Jakarta pada bulan Maret 1921 dengan menumpang kapal laut KM Suwa Maru bersama keluarganya. Selanjutnya mereka langsung menuju pulau Bali untuk misi pemberitaan Injil. Kehadiran mereka di Bali dilarang oleh pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu, sehingga pada bulan Desember 1922 mereka kembali ke pulau Jawa. Di pulau Jawalah secara khusus Surabaya, Temanggung, dan Cepu aliran ini berkembang secara luar biasa.
De
rm aw
an
Gereja yang benar adalah gereja yang taat pada ketetapan Allah dan fir man-Nya. Kunci utama dalam keberhas ilan pelayanan yaitu kerendahan hati serta ketulusan berdasarkan Alkitab. Dalam analisis Aritonang dalam bukunya Berbagai
Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja telah menguraikan ajaran gereja ini secara mendalam. Beberapa pokok
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
179
pemahaman yang paling mendasar sebagaimana penulis 1. Alkitab
sebagai
Firman
Allah
yang
diil-
if
hamkan Allah kepada manusia sehingga tidak
a
diuraikan berikut ini:
ur
mengandung kesalahan dan dapat menjadi tata tertib bagi perilaku manusia.
Ga
2. Allah yang benar dan hidup dinyatakan dalam
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
tiga pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
3. Keselamatan adalah kasih karunia Allah yang ditawarkan kepada manusia melalui penyesalan dan pengampunan dosa kepada Allah di dalam Yesus Kristus. Manusia diselamatkan melalui permandian kelahiran kembali dan pembaruan oleh Roh Kudus yang dapat dibuktikan secara batiniah dan lahiriah.
1. Baptisan terdiri atas dua jenis, yaitu bapti san air dan baptisan Roh. Baptisan air yaitu lambang
kematian
dan
penguburan
dosa
manusia dengan cara diselamkan. Baptisan
De
rm aw
an
Roh yaitu baptisan yang dijanjikan oleh Bapa sesuai de ngan perintah Tuhan Yesus. Setiap orang yang menerimanya beroleh kuasa untuk hidup dan melayani dengan karunia-karunianya masing-masing.
2. Berbahasa lidah (glossolalia) yaitu kemampuan yang diberikan Allah kepada para rasul yang tercatat dalam kitab Kisah Para Rasul 2:4 dan 1 Korintus 12:4-10, 28.
180
Gereja Pecah
3. Perjamuan Kudus yaitu perjamuan yang terdiri dari roti dan anggur, sebagai lambang keikut-
ur
kedua kali.
4. Kesucian hidup, yaitu setiap manusia dituntut
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
pada akhirnya bisa melihat Allah.
Ga
untuk hidup suci dan taat Firman Allah sehingga
5. Penyembuhan ilahi, yaitu karunia Roh yang diterima
oleh
seseorang
sehingga
sembuh
atau mampu menyembuhkan orang lain yang percaya kepada Yesus atas segala penyakit
tanpa bantuan ilmu kedokteran. 6. Akhir zaman, yaitu sebagai penganut milenarisme meyakini bahwa Yesus Kristus akan datang kembali dan memerintah dalam kerajaan seribu tahun di dunia ini dan kembali berdirinya negara Israel di Yerusalem. Adanya langit dan bumi baru yang dinikmati oleh orang yang sudah selamat. 7. Gereja, yaitu tubuh Kristus di mana Allah berdiam melalui Roh-Nya. 8. Ibadah dan upacara gerejawi, yaitu tata ibadahnya tidak baku dan tidak ditetapkan nats atau tema khotbah karena dianggap menghambat pekerjaan Roh Kudus, sehingga khotbah berlangsung secara spontan. Adanya kesaksian pribadi di altar, sehingga bersedia untuk menjadi pelayanan di gereja tersebut.
an rm aw De
if
serta mengingat nubuat kedatangan-Nya yang
a
sertaan di dalam pengorbanan Yesus Kristus
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
181
Berdasarkan pemahaman di atas menunjukkan dunia yang transrasional. Meskipun mereka sangat
if
memperhatikan ortodoksi yaitu keyakinan yang benar,
a
bahwa aliran pentakosta memiliki pandangan terhadap
ur
tetapi mereka juga menekankan ortopati yaitu perasaan yang benar, dan ortopraksis yaitu tindakan yang benar.
Ga
Untuk menemukan keeksistensi aliran ini sangat mudah
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
mengingat setiap denominasi gerejanya memakai nama Pentakosta. Gereja ini bersifat otonom di mana pendeta berhak mengatur dan memegang kekuasaan tertinggi.
H. Aliran Kharismatik
Pada dasarnya aliran Kharismatik memiliki ciri
khas yang hampir sama dengan aliran Pentakosta. Secara khusus dalam hal karunia Roh seperti bahasa lidah, nubuat, dan lain-lain. Kharismatik adalah sebuah istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan dirinya sebagai gereja yang percaya pada manifestasi Roh Kudus. Kata karismatik berasal dari sebuah kata Yunani charis yang berarti kasih karunia. Anggotanya sebagian besar
an
dari denominasi gereja Katolik, gereja ortodoks, dan gereja Protestan yang telah memisahkan diri dari gereja
rm aw
induknya. Memang sangat sulit menentukan kapan dan di
De
mana tepatnya aliran ini mulai muncul. Akan tetapi, Dennis Bennett seorang pendeta dari Gereja Episkopal St. Markus di kota Van Nuys, Los Angeles Amerika Serikat disebut sebagai pionir dari gerakan ini. Sekitar
Gereja Pecah
182
tahun 1960 dia mengumumkan kepada jemaatnya telah menerima pencurahan Roh Kudus. Setelah itu dia dipecat
ur
Dengan semangat yang berkobar-kobar puluhan
if
beberapa seminar mengenai karya Roh Kudus.
a
dan pindah melayani di Vancouver dalam lokakarya serta
ribu anggota gereja Anglikan di seluruh dunia terbius
Ga
dan terpengaruh pada ajaran Bennett. Secara langsung
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
maupun tidak langsung banyak orang yang menjadi pengikutnya. Sebagian orang yang tidak setuju atas ajarannya keluar dengan membentuk aliran gereja baru lagi atau bergabung kembali ke gerejanya yang lama. Perpecahan dalam gereja pun tak terhindarkan.
Pergunakanlah talenta-talenta yang diberikan Allah untuk memberitakan karya keselamatan dari-Nya, tetapi bu kan untuk membinasakan aliran atau denominasi gereja lainnya. Pelayanan Bennet yang berorientasi pada baptisan Roh dan bahasa lidah bagaikan sebuah “iklan” yang
an
mempromosikan doktrin dan ideologi baru dalam gereja
rm aw
pada saat itu. Pada tataran konsep berpikir seperti ini baptisan Roh dan bahasa roh menjadi magnet untuk mengikat para pengikutnya. Mereka harus memiliki
De
karunia-karunia berbahasa roh, bernubuat, dan se ba gainya. Orang yang tidak memiliki salah satu karunia itu dianggap belum mengalami kuasa Tuhan dan bukan orang Kristen sejati tentunya.
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
183
I. Aliran Injili produk dari negara Amerika dan Eropa melalui pelayanan
if
dari beberapa misionaris. Sejak tahun 1930-an para
a
Gereja yang beraliran Evangelical (Injili) merupakan
ur
pemimpin aliran ini lebih suka menggunakan istilah Injili daripada Protestan. Penggunaan istilah Injili tentu tidak
Ga
terlepas dari pengaruh European Evangelical Alliance yang
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
sudah terbentuk di Inggris sejak tahun 1842. Memang perkembangannya baru terasa sekitar tahun 1950 yang meliputi Amerika, Jerman, Belanda, dan kemudian Indonesia.
Beritakanlah Injil tanpa mengenal lelah, maka Tuhan pasti memperhitungkan jerih payahmu. Satu jiwa mendengar kan Injil dan diselamatkan maka sorga pun bersukacita. Keberadaan aliran ini di Indonesia ditandai dengan
berdirinya Institut Injili Indonesia (I-3) di Malang pada tahun 1959 yang didukung oleh gerakan Injili dari
an
Jerman. Kemudian Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil
rm aw
di Indonesia (YPPII) yang didirikan pada tahun 1961 dan Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) di kota Malang. Lembaga penginjilan lain yang termasuk dalam gerakan
De
Injili seperti Christian and Missionary Alliance (CMA atau CAMA) yang menganut gerakan kesucian. Salah satu tokoh utama CMA atau CAMA yang pernah tinggal di Indonesia yaitu R.A. Jaffray (1873-1945).
184
Gereja Pecah
Hasil pelayanannya telah mendirikan sekolah teologi dan sejumlah gereja yang masuk dalam rumpun Injili seperti
ur
nama lain bahkan memakai istilah Injili Reformed.
if
banyak lagi gereja yang beraliran Injili dengan memakai
a
Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII). Selain GKII masih
Sebagian besar gereja Injili ini sudah banyak berinovasi
Ga
sesuai konteks jamannya serta mengadopsi paham dari
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
berbagai aliran dan denominasi gereja lain yang ada di sekitarnya.
J. Aliran Bala Keselamatan
Bala Keselamatan dalam bahasa Inggris disebut Salvation Army. Pada awal berdirinya aliran ini bukan sebuah organisasi gereja melainkan hanya berupa orga nisasi sosial. Pelayanan sosialnya yang terkenal yaitu membuka rumah sakit dan panti-panti asuhan. William Booth seorang pendeta dari aliran Metodist sebagai pelopor utamanya. Dia lahir di Nottingham-Inggris pada tahun 1829 dalam sebuah keluarga kontraktor yang jatuh bangkrut. Melalui pengalaman inilah dia sadar
an
bahwa kehidupan orang miskin seringkali mengalami penghinaan dari orang-orang kaya karena memiliki nilai
rm aw
ekonomi mapan. Dalam mengatasi berbagai keterpurukan nilai sosial
De
dan kemiskinan inilah, maka pada tahun 1865 dia ber khotbah kepada sekumpulan anak jalanan dan beberapa pub di London. Kemudian tahun 1878 memberi nama gerakan ini sebagai “Misi Kristen”, yang selanjutnya
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
185
diganti menjadi “Bala Keselamatan”. Seiring bertammenjadi Gereja Bala Keselamatan (GBK). Kehadiran GBK baru di dunia termasuk di Indonesia. Aliran
ini
mulai
berkembang
di
Pulau
ur
if
menambah daftar panjang pertambahan aliran gereja
Jawa
Ga
pada tahun 1894 oleh Staf Kapten J.G. Brouwer dan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Letnan Muda A. van Emmerik berkebangsaan Belanda. Pelayanan mereka mulai bergerak di bidang pelayanan sosial seperti rumah sakit, panti asuhan, dan sekolah. Pelayanan sosial ini berubah dan berkembang sehingga mendirikan beberapa gereja di seluruh kota-kota besar di Indonesia seperti Jawa Tengah, Semarang, Bandung, Jakarta, Bali, Sulawesi Tengah, Sumatera, Maluku, NTT, dan sebagainya.
an
Melayani sesama dengan harta milik adalah kewajiban orang Kristen. Bukti seseorang kaya apabila dia memberi kan bantuan dan menolong sesamanya yang sedang membutuhkan.
rm aw
Aliran GBK memiliki prinsip hidup sebagai pejuang
kebenaran
Allah.
Dalam
struktur
kepangkatannya
dimulai dari Jamaat disebut prajurit; Majelis disebut sersan; pendeta disebut kapten, mayor, letnan kolonel,
De
a
bahnya penganut paham ini, kemudian misi ini berubah
dan lain-lain. Pemimpin tertinggi di dunia berpangkat jenderal yaitu Linda`Bond berkebangsaan Kanada yang berkedudukan di London, Inggris. Sedangkan pemimpin
186
Gereja Pecah
tertingginya di Indonesia berpangkat komisaris. Untuk mendapatkan pangkat kapten ke mayor harus melakukan
Di balik simbol kemiliteran yang dikenakan, ada
Ga
beberapa pokok penting yang selalu ditekankan dalam
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
pelayanannya. Pertama, pertobatan adalah sesuatu yang mutlak dalam kehidupan orang Kristen. Kedua, setelah pertobatan orang cenderung tetap berdosa, tetapi Allah menawarkan kesempurnaan dan anugerah kepada umatNya, sehingga terjalin kasih antara Allah dengan manusia dan manusia dengan Allah. Oleh sebab itu, praktek pelayanan gereja ini selalu menciptakan suasana Kristen yang tidak terlalu “menggereja”. Liturginya tidak terlalu kaku sehingga terbuka bagi orang-orang miskin dan orang yang sedang terpuruk dalam berbagai masalahnya.
Mereka tidak menyelenggarakan sakramen perjamuan kudus dan baptisan kudus. Sakramen perjamuan kudus tidak dilakukan dengan alasan untuk menghindari
an
anggota jemaatnya minum alkohol. Sedangkan sakramen
rm aw
baptisan kudus dilambangkan dengan pentahbisan yang disertai janji iman yang sungguh-sungguh di hadapan Tuhan dan jemaatnya. Segala aktivitas pelayanan ge-
De
reja dipandang suci sehingga hanya Allah yang mampu melakukannya. Jadi, GBK hanya mengakui baptisan kudus yang dilakukan oleh Roh Kudus atau baptisan Roh Kudus.
if
prestasi atau anugerah Tuhan bagi orang tersebut.
ur
jenderal adalah pangkat yang diperoleh berdasarkan
a
pelayanan selama 10 tahun. Pangkat mayor sampai
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
187
K. Aliran Adventis Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK). Ciri khas ibadah
if
gereja ini sangat mudah kita kenal yaitu melaksanakan
a
Aliran Adventis yang mudah kita kenal yaitu Gereja
ur
kegiatan ibadah raya setiap hari Sabtu. Sistem peribadatan mereka berbeda dengan gereja Kristen pada umumnya.
Ga
Hari Sabtu merupakan hari Sabath (perhentian) yang
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
ditetapkan oleh Tuhan sesuai dengan kebenaran Alkitab. Aliran gereja ini berkembang pesat di bawah kepe
mimpinan Ellen Gould Harmon White (Ellen G. White) di Portland sekitar 22 Oktober 1844. Memang ada beberapa tokoh Advent sebelumnya seperti William Miller (17821849), Hiram Edson (1806-1882), dan Joseph Bates (1792-1872). Kendati mereka sudah ada sebelum Ellen, tetapi pengaruh mereka sangat kecil terhadap perkembangan aliran ini. Keempat tokoh ini menegaskan bahwa akhir zaman merupakan kedatangan Yesus Kristus kedua kali. Mereka berani menentukan tempat dan waktu kedatangan Yesus Kristus berdasarkan perhitungan yang mereka lakukan. Perlu diketahui bahwa semua ramalan
an
atau penglihatan yang mereka lakukan selama berta-
rm aw
hun-tahun belum pernah terjadi sampai detik ini.
Perkembangan aliran ini di Indonesia mulai terasa
sejak 1 Januari 1900 melalui kehadiran Ralph Waldo
De
Munson di Padang-Sumatera Barat. Munson merupakan seorang misionaris Metodis dari Singapura. Ketika berobat ke rumah sakit Adventis di Amerika, dia mengalami kesembuhan sehingga memilih menjadi anggota Adventis.
Gereja Pecah
188
Pengalaman mujizat kesembuhan itu menjadi sarana
if ur
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
Yesus Kristus adalah dokter di atas segala dokter dan tabib di atas segala tabib. Yesus sumber kesembuhan bagi manusia yang sakit karena dosa dan segala jenis penyakit lainnya.
a
dalam pelayanannya.
Kendati mujizat itu sering dijadikan sarana dalam pelayananya, tetapi di Padang kurang berhasil karena mengalami hambatan dari aliran gereja yang sudah ada. Kemudian pindah ke Medan, Sumatera Utara bersama misionaris dari Australia. Dia pindah lagi ke pulau Jawa yang pada akhirnya kembali ke Amerika. Kemudian dilanjutkan oleh beberapa misionaris dari Australia, Belanda, Amerika, dan Indonesia seperti M.E. Direja Samuel Rantung, J.J. Merukh, dan sebagainya. Mereka terus berjuang menyebarluaskan ajaran Adventis ke seluruh wilayah Indonesia sampai sekarang.
Pokok ajaran yang mudah dikenal pada aliran
an
ini ditunjukkan melalui etika kehidupan. Pada setiap
rm aw
lingkungan masyarakat yang mereka tempati harus menunjukkan sikap integritas sebagai warga gereja yang baik dan mengusahakan kesejahteraan semua
De
orang. Setiap jemaat dilarang merusak tubuhnya, seperti membuat tato, melubangi daun telinga pada laki-laki, dan sebagainya. Peraturan ini didasarkan pada ucapan rasul Paulus terdapat pada 1 Korintus 6:19 yang berkata: “Atau
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
189
tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu
if
sendiri?”
ur
Kutipan ayat di atas menunjukkan bahwa aliran Advent menekankan tentang kekudusan hidup sebagai
Ga
orang yang telah menerima kuasa Roh Kudus. Seluruh
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
anggota tubuh yang diciptakan oleh Allah harus dijaga. Demi menjaga kekudusan tubuhnya maka mewajibkan anggotanya untuk vegetarianisme. Kepatuhan terhadap hukum halal-haram berdasarkan pada kitab Imamat. Setiap warga jemaat tidak diperbolehkan makan daging babi, kerang, dan makanan lain yang digolongkan sebagai “makanan haram”. Gereja mencegah anggotanya dari penggunaan alkohol, tembakau, obat terlarang, kopi, teh, minuman yang mengandung kafein, dan lain sebagainya.
L. Aliran Saksi Jehova
Tokoh utama berdirinya aliran Saksi Jehova yaitu
Charles Taze Russell yang lahir pada tahun 1852. Awalnya
an
dia merupakan anggota jemaat dari gereja Presbyterian Skotland-Irlandia dan kemudian bergabung dengan aliran
rm aw
Adventis. Setelah itu, dia menjadi pemimpin ter tinggi (presiden) pertama aliran Saksi Jehova tahun 1879 sampai dia meninggal tahun 1916. Selanjutnya presiden
De
a
Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu
yang lain seperti Joseph F. Rutherford (1917-1942) berasal dari Gereja Baptis-Morgan, Nathan R. Knorr (1942-1977) berasal dari Gereja Reformed Belanda, Frederick W. Franz
190
Gereja Pecah
(1977-1992), dan Milton G. Henschel. Semua pemimpinnya berpendidikan tinggi yang berasal dari berbagai univer-
ur
dikenal di dunia Barat sebagai Jehovah’s Witnesses atau
if
Aliran ini diorganisir secara internasional yang lebih
a
sitas ternama di negaranya masing-masing.
Jehovas Zeugen. Komunitas mereka juga dikenal dengan
Ga
sebutan “Menara Pengawal” atau “Persekutuan Saksi
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Jehova”. Menurut Aritonang (2000:317) bahwa kemunculan aliran ini bermula dari aliran Adventis di mana pokok-pokok ajarannya pun hampir sama dengan ajaran Adventis. Kantor pusat mereka berada di Brooklyn, New York, Amerika Serikat.
Aliran Saksi Jehova tidak menyebut dirinya sebagai gereja tetapi hanya berupa persekutuan, walaupun misinya sama dengan aliran gereja pada umumnya. Mereka selalu mengunjungi rumah masyarakat Kristen dan non-Kristen sebagai strategi dalam menyebarkan ajarannya. Yang paling sering dan mudah mereka jangkau adalah orang yang sudah beragama Kristen. Mereka suka berdiskusi dan bahkan selalu berdebat seputar kekristenan. Mereka
an
tidak mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan
rm aw
juru selamat manusia.
Saksi Yehova merupakan aliran yang baru diakui
di Indonesia. Semula keberadaan mereka dilarang oleh
De
pemerintah
melalui
Surat
Keputusan
Jaksa
Agung
Nomor 129 Tahun 1976, karena paham dan kegiatannya melanggar hukum seperti menolak menghormati bendera merah putih, menolak ikut berpolitik, serta menimbulkan
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
191
keresahan di masyarakat karena mengujungi rumahmenjadi anggotanya.
if
Walaupun sudah dilarang berkali-kali untuk menye-
a
rumah orang yang sudah beragama untuk direkrut
ur
barkan ajarannya, namun mereka tetap semangat untuk
menyebarluaskannya. Bahkan beberapa kali diusir ketika
Ga
mereka masuk ke rumah masyarakat, tetapi tetap sabar
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
dan terus melanjutkan pelayanannya. Dengan kegigihan dan relasi kekuasaan yang dimiliki maka pada tanggal 1 Juni 2001 SK di atas dicabut dengan alasan bertentangan dengan Pasal 29 UUD 1945, Tap MPR Nomor XVII/1998 tentang HAM, dan Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998. Dengan demikian, saksi Yehova secara resmi diakui sebagai aliran dalam agama Kristen yang melaksanakan baptisan dewasa secara selam.
Untuk dapat mengetahui perbedaan Saksi Jehova
dengan aliran gereja lain di Indonesia, maka beberapa pokok ajarannya yang kontroversial, antara lain:
1. Allah (Jehova), yaitu Allah sebagai pencipta,
De
rm aw
an
Yesus Kristus diciptakan oleh Allah dan menjadi pelayan utama untuk menebus dosa manusia, dan Roh Kudus bukan Allah melainkan kuasa/ pengaruh dari Allah.
2. Alkitab
versi
terbaru
banyak
mengalami
kesalahan, sehingga menerbitkan Alkitab versi mereka sendiri bernama New World Translation of the Scriptures tahun 1961. 3. Sejarah dunia ini terbagi atas: pertama, dunia
192
Gereja Pecah
masa lalu dimulai sebelum kejatuhan Adam sampai peristiwa air bah; kedua, dunia masa
ur
ketiga, dunia masa depan dimulai sejak berdirinya Kerajaan Seribu Tahun sampai dengan
Ga
kehidupan kekal di sorga.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
4. Penebusan dilakukan oleh Yesus Kristus untuk menebus dosa manusia. Yesus Kristus bukan Allah, tetapi pelayan Allah melalui pengurapan Roh Kudus.
5. Kedatangan Kristus kedua kali akan diawali oleh satu peristiwa penting yaitu perang Harmagedon di bumi dan terpilihnya penghuni sorga sebanyak 144.000 orang.
6. Kebangkitan tidak berlaku bagi manusia yang jahat melainkan penghakiman untuk selama-lamanya. Kebangkitan hanya terjadi bagi orang-orang
yang
bersikap
benar
selama
hidupnya.
an
7. Baptisan dan Perjamuan bukan sakramen.
rm aw
Baptisan selam dilaksanakan di sungai, danau,
De
if
tahun 607 SM sampai perang Harmagedon; dan
a
kini dimulai sejak pemerintahan Nebukadnezar
laut, atau kolam pada usia dewasa. Perjamuan bertujuan untuk mengenang kematian Yesus Kristus dan dilaksanakan sekali setahun setiap hari Jum’at Agung. 8. Peribadatan dilaksanakan di Balai Pertemuan tetapi tidak disebutkan gereja. Setiap minggu
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
diselenggarakan
empat
pertemuan,
193
yaitu:
Watchtower, Sekolah Pelayanan Kerajaan, dan
if
Pertemuan Ibadah.
ur
9. Disiplin organisasi berlaku bagi semua anggota Saksi Jehova. Setiap orang yang melanggar
Ga
disiplin akan diberi sanksi dan dikeluarkan dari
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
persekutuan/keanggotaan Saksi Jehova.
10. Larangan dan pantangan merupakan bentuk disiplin yang melarang umatnya berjudi, merokok, mabuk-mabukan, dilarang memperingati hari raya tradisional dan popular seperti Natal dan Paskah, tidak ikut pemilu, tidak boleh menghormati bendera, tidak boleh menjadi tentara, dan sebagainya.
an
Tanpa Yesus Kristus maka tidak bisa disebut sebagai gereja dan orang Kris ten. Kekristenan lahir dari pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib. Per cayalah kepada Yesus karena Dialah Juru Selamatmu.
rm aw
M. Aliran Mormon Aliran Mormon atau sering disebut The Church
of Jesus Christ of the Latter-Day Saints didirikan oleh
De
a
bicara di depan umum (Publik Talk), Studi The
Joseph Smith, Jr di Salt Lake City-Utah, New York pada tanggal 6 April 1830. Selain Smith, tokoh utama lainnya yakni Oliver Cowdery, David Whitmer, dan Martin Harris.
194
Gereja Pecah
Seiring perjalanan waktu perkembangan aliran ini tidak saja terjadi di Amerika, tetapi juga berkembang di Indo-
ur
pertama tanggal 29 Maret 1970 di Jakarta.
Strategi penginjilan mereka di Indonesia dengan cara
Ga
memberikan kursus bahasa Inggris dengan biaya murah.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ternyata strategi ini cukup ampuh sehingga berhasil membaptis para petobat baru mulai sejak berdirinya sampai tahun 1977 berjumlah 1200 orang (Aritonang, 2000:344). Pada bulan Agustus 1978 pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 70 dan 77 untuk membatasi kegiatan mereka. Kemudian pada tanggal 24 Juli 1988 meresmikan kembali markas barunya dan membangun gedung gereja di Jalan Saharjo, Jakarta Selatan. Kegiatan aliran ini sering mengalami hambatan hingga saat ini.
Beberapa pokok ajarannya yang paling popular hingga saat ini, yaitu:
1. Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus
an
terdiri dari tiga pribadi yang berbeda natur dan
De
rm aw
fungsinya. Mereka tidak mengakui keberadaan Allah Tritunggal sebagaimana orang Kristen pada awalnya.
2. Manusia adalah berdosa dan ditebus oleh Yesus Kristus, tetapi manusia bisa menjadi Allah. 3. Keselamatan
diperoleh
melalui
if
melalui 6 misionarisnya serta melaksanakan baptisan
a
nesia. Aliran ini masuk ke Indonesia sejak 5 Januari 1970
penebusan
Yesus Kristus dengan dua cara: pertama, kesela-
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
195
matan umum berlaku bagi setiap orang melalui keselamatan pribadi berlaku bagi setiap orang
if
melalui Kristus tetapi harus ada usaha manusia
a
kematian dan kebangkitan Kristus; kedua,
ur
melalui etika, ketaatan pada hukum, baptisan, ikut serta pada upacara bait suci, dan lain-lain.
Ga
4. Kitab Suci terdiri atas dua bagian yaitu: Alkitab
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
dan Kitab Suci Mormon.
5. Gereja
dipimpin
oleh
imam
berdasarkan
kerangka imam Harun dan Melkisedek. Badan organisasinya disebut General Authorities terdiri atas jabatan presiden, penasehat, dan dewandewan lainnya. Gereja ini juga disebut sebagai Gereja Perjanjian Baru.
6. Upacara di Bait Suci antara lain: (a) Baptisan orang mati sebagai sarana untuk memperoleh keselamatan; (b) Penganugerahan (Endowment) yaitu pria dan wanita dipisahkan dalam suatu upacara
mandi
istimewa,
sehingga
semua
De
rm aw
an
organ-organ tubuh diurapi dan didoakan agar berfungsi dengan baik, termasuk alat kelamin; dan (c) Perkawinan celestial yaitu seseorang harus menikah di Bait Suci dalam suatu upacara khusus agar perkawinannya berlangsung hingga kekekalan.
Berdasarkan pokok ajaran ini menunjukkan perbedaannya dengan aliran atau denominasi gereja lain. Mereka sering menyerang dan mendakwa semua gereja
196
Gereja Pecah
lain sebagai sesat, murtad, munafik, dan sebagainya sambil mengutip sejumlah ayat Alkitab untuk membe-
ur
berlangsung lama dalam sejarah kekristenan sampai hari
ini. Biarlah Tuhan yang menjadi penilai dan hakim atas
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
N. Aliran Christian Science
Ga
semua sikap yang kita lakukan selama di dunia ini.
Menurut Stephen Gottschalk (1987:442) bahwa Christian Science adalah suatu gerakan keagamaan dalam komunitas Kristen yang menekankan pada penyembuhan kristiani sebagai bukti keunggulan atas kekuatan fisik. Biasanya aliran ini dikenal dengan nama Gereja Kristus Ahli Ilmu Pengetahuan (Church of Christ Scientist) yang berpusat di Boston, Amerika Serikat. Pendiri awalnya yaitu Mary Morse Baker tahun 1879 bersama 26 orang pengikutnya di Boston. Mary lahir tanggal 16 Juli 1821 di New Hampshire dan meninggal dunia pada tanggal 3 Desember 1910. Dia menjadi pendeta pertama di gereja
an
ini, walaupun dia sebenarnya sebagai anggota gereja
rm aw
Congregasional yang beraliran Calvinis di Tilton.
Selama hidupnya Mary menikah sebanyak tiga
kali dengan alasan suaminya meninggal dunia dan juga masalah perceraian. Adapun nama suaminya berdasarkan
De
if
saling mengklaim aliran atau denominasinya benar sudah
a
narkan argumentasinya (Aritonang, 2000:352). Sikap
urutan pernikahannya, yaitu: George Washington Glover (meninggal), Daniel Patterson (cerai), dan terakhir pada usianya ke-55 menikah lagi dengan muridnya bernama
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
197
Asa Gilbert Eddy yang meninggal pada tahun 1882. Selain kecil sampai meninggal dunia yaitu sering sakit-sakitan
if
seperti lumpuh, pingsan, histeris, kurang penglihatan,
a
itu masalah krusial yang sering dialami oleh Mary dari
ur
radang gusi kronis, dan kecelakaan karena terpeleset di jalan berlapis es di kota Lynn.
Ga
Dalam penderitaan yang cukup lama itu membuat
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
dia menemukan sebuah pemahaman bahwa kesembuhan dapat terjadi bagi seseorang karena faktor ilmu pengetahuan. Kendati Alkitab selalu disebut sebagai pedoman utama ajarannya, namun dalam prakteknya selalu menekankan asas dan peraturan ilmu pengetahuan rohani dan penyembuhan metafisik (Science and Health). Pada akhirnya, dia selalu menafsirkan Alkitab berdasarkan pemahaman yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dan penyembuhan metafisik Ilahi yang disebut sebagai Christian Science sampai saat ini.
De
rm aw
an
Pengetahuan bukanlah sumber kesem buhan, melainkan sebagai sarana da lam mencapai kesembuhan. Takut akan Tuhan adalah sumber pengetahuan, tetapi orang yang merasa dirinya ber pengetahuan akan dimurkai oleh Allah. Beberapa pokok ajarannya yang menjadi perhatian
kita semua, antara lain: 1. Allah bukan saja sebagai Bapa melainkan sebagai Ibu. Yesus bukan Allah tetapi manusia,
198
Gereja Pecah
sehingga
kematian,
kebangkitan,
kenaikan,
dan kedatangan-Nya kembali tidak benar. Roh
ur
2. Manusia adalah citra Allah, karena Allah adalah Roh maka manusia adalah roh.
Ga
3. Dosa dan penyakit sebenarnya tidak ada karena
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Allah adalah baik. Dosa dan penyakit ada karena kekeliruan penglihatan manusia atau menolak kemahakuasaan dan kebaikan Allah.
4. Keselamatan dan penyembuhan berlaku bagi manusia sejati dengan cara berbuat baik kepada Allah. Penyakit, maut, dan neraka hanya tersedia bagi orang yang berbuat jahat.
5. Zaman akhir seperti sorga, kedatangan Kristus, neraka, kebangkitan tubuh, penghakiman akhir, langit dan bumi baru semuanya tidak ada.
6. Ibadah dilaksanakan hari Minggu dalam bentuk liturgi nyanyian, doa, nyanyian tunggal, pembacaan Alkitab, dan khotbah pelajaran hasil
an
karya Mary.
rm aw
7. Sakramen baptisan kudus dan perjamuan kudus
De
if
Ilahi.
a
Kudus digambarkan sebagai ilmu pengetahuan
secara kelihatan (lahiriah) tidak dilaksanakan, tetapi persekutuan dengan Allah dengan sikap diam (rohani) dipahami sebagai baptisan dan perjamuan kudus. Dengan memperhatikan beberapa pokok ajarannya
di atas maka keberadaan aliran ini dapat terdeteksi dengan
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
199
jelas terutama di Jakarta, Bandung, Bogor, Yogyakarta, perkembangannya di wilayah nusantara ini tidak seperti
if
di Amerika, namun dampak yang ditimbulkan sangat
a
Pematang Siantar, dan beberapa kota lainnya. Memang
ur
mengganggu tatanan kehidupan orang-orang Kristen di Indonesia. Sebab, menurut Verkuyl (1966:148) bahwa
Ga
Christian Science menyesatkan. Selanjutnya, Hoekema
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
(1969:221) menyatakan aliran ini bukan Kristen dan bukan pula suatu ilmu pengetahuan. Kemudian Aritonang (2000:398) menegaskan bahwa aliran ini tidak bisa disebut gereja Kristen; tetapi suatu kelompok pemujaan (cult) non-Kristen, bahkan aliran sesat.
Pertentangan atas aliran Christian Science sudah
lama terdengar, baik bagi kalangan para pemimpin dan anggotanya sendiri maupun masyarakat umum lainnya. Kontroversi atas keberadaan aliran ini pun telah memasuki era jaman ini, yang secara tidak langsung telah merusak seluruh sendi kehidupan manusia di dunia ini. Oleh sebab itu, aliran ini bukan saja sebagai aliran sesat tetapi sebagai malapetaka terjadinya perpecahan gereja
an
pada masa yang akan datang.
rm aw
O. Aliran Scientology Aliran Christian Science dan Scientology sebenarnya
De
sama-sama menekankan kepercayaannya pada kuasa ilmu pengetahuan serta pikiran (mind). Tokoh utamanya adalah Lafayette Ronald Hubbard yang lahir tanggal 13 Maret 1911 di Tilden, Amarika Serikat. Kemudian dia
200
Gereja Pecah
meninggal tanggal 24 Januari 1986 di California. Aliran ini resmi berdiri sebagai Church of Scientology pada
ur
Filipina, Australia, India, Taiwan, Jepang, Indonesia, dan sebagainya.
Ga
Setelah Hubbard meninggal maka aliran ini dilan-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
jutkan oleh David Miscavige. Sementara keberadaannya di Indonesia dibawa oleh beberapa orang pribumi dan orang asing yang sudah mengenalnya di luar negeri, secara khusus di Los Angeles sebagai kantor pusatnya. Berbagai strategi dilakukan untuk mencari peminatnya seperti yayasan pelayanan sosial, membentuk perkumpulan, membuat kursus pengembangan kepribadian, perawatan mental, menjual buku Hubbard dan pengikutnya. Kegiatan ini menghasilkan uang dan menjadi sarana untuk menyebarluaskan ajarannya.
Sesungguhnya aliran ini bukanlah gereja, kendati anggotanya kebanyakan berasal dari agama Kristen Katolik dan agama Kristen Protestan. Keberadaannya di
an
Amerika dikenal karena memakai nama organisasi gereja.
rm aw
Alasan utama pemakaian nama gereja sebenarnya untuk menghindari pembayaran pajak kepada pemerintah atas hasil penjualan buku, literatur, dan beberapa kegiatan lain yang menghasilkan uang. Dengan melihat berbagai kegia-
De
if
Kemudian berkembang di 75 negara di dunia, antara lain
a
18 Februari 1954 di Amerika (Aritonang, 2000:414).
tannya maka dapat dipastikan bahwa pokok ajarannya hanya seputar ilmu pengetahuan. Ilmu psikologi dan psikoterapi menjadi acuan dalam meningkatkan kualitas
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
201
hidup manusia atau pun menyembuhkan seseorang yang
if ur
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
Kepandaian dipakai oleh Allah untuk membangun bangsa dan gereja. Apabila kepandaian dipakai untuk menghacur kan sesamanya, sesungguhnya dialah orang yang paling bodoh di dunia.
a
sedang mengalami berbagai jenis penyakit.
P. Aliran Gerakan Zaman Baru
Gerakan Zaman Baru (GZB) atau sering juga
disebut New Age Movement (NAM). Aliran ini menekankan pada gerakan eskatologis tentang tujuan akhir dunia ini termasuk manusia di dalamnya. Istilah “Zaman Baru” berarti menunjukkan zaman yang akan datang yang disebut zaman emas, Golden Age, atau zaman Aquarius yang akan segera terwujud. Gagasan ini didukung oleh berbagai perkembangan ilmu pengetahuan modern seperti paham metafisik, filsafat Timur Kuno, Transendentalisme, Spiritualisme, Christian Science, dan sebagainya.
Perkembangan awal aliran ini muncul di kawasan
an
California, Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an. Tokoh
rm aw
utama paling berpengaruh yaitu Baba Ram Dass atau nama lahirnya Richard Albert yang berdarah Yahudi. Tokoh lainnya yang ambil andil sesuai urutan masanya
De
yaitu Marilyn Ferguson, David Spangler, Judith Skutch, dan Shirley Maclaine. Menurut Winker (1994:184) bahwa tokoh yang paling berpengaruh saat ini adalah Dr. M. Scott Peck dan Matthew Fox.
Gereja Pecah
tokoh
di
atas
mempunyai
penekanan
ur
Semua
a
Jaman boleh berubah tetapi Firman dan janji Tuhan tidak akan pernah berubah. Raihlah janji Tuhan karena tidak per nah binasa untuk selamanya.
Ga
khusus terhadap setiap pokok ajarannya masing-masing.
Umumnya mereka selalu menekankan ajarannya seputar
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
kehidupan yang akan datang. Untuk mencapai hal itu, maka pendekatan pada kemampuan pengetahuan atau otak manusia yang selalu dikedepankan. Dengan demikian, manusia dapat mengetahui segala gejala yang terjadi di sekitarnya melalui kemampuan daya pikirnya. Keberadaan aliran ini di Indonesia tentu tidak sesubur aliran gereja lain yang mendapat tempat di hati masyarakat Kristen pada khususnya. Salah satu aliran GZB yang mudah dikenal adalah Gereja Kristus Penginjilan Nusantara (GKPN) di Jakarta. Pergerakan mereka tidak kelihatan karena lebih menekankan pada penyebaran tratat, majalah, lokakarya, seminar, persekutuan,
an
meditasi, dan memakai Alkitab sebagai legalitas ajarannya.
rm aw
Q. Aliran-aliran Lainnya
Selain aliran-aliran yang sudah diuraikan di atas,
tentu masih banyak aliran gereja yang menyebut dirinya bagian dari kekristenan atau agama Kristen. Beberapa
De
if
202
tahun lalu hingga hari ini terdengar selentingan aliran Children of God dan The Satanic Church sudah masuk wilayah Indonesia (Makkelo, 2010:153). Desas-desus ini
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
203
awalnya terdengar sanyup namun kian lama gejolaknya
if
Keberadaan mereka pun sulit dilacak karena berbaur
a
semakin mengkuatirkan seluruh masyarakat Kristen. dengan masyarakat Kristen, Lebih menyedihkan lagi menjadi anggotanya.
Ga
ur
sebagian anggota jemaat dari beberapa gereja sudah Asal-usul berbagai aliran gereja ini secara singkat
No
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
diuraikan pada tabel di bawah ini. Aliran
Asal Aliran
Lutheran
Gereja Katolik Roma (GKR)
Marthin Luther
1517
Calvinis
GKR
Johanes Calvin
1534
Anglican
GKR
Raja Henri VIII
1547
Mennonit
GKR & Anabaptis
Menno Simons
1537
Baptis
Mennonit
John Smyth
1609
Methodist
Anglican
John Wesley & Charles Wesley
1787
8
Pentakosta
Methodist
Ch. F. Parham
1900
9
Kharismatik Episcopal
Dennis Bennett
1960
Billy Graham, dll
1930
1 2 3 4
an
5
De
rm aw
7
10
Injili
Berbagai aliran
Tokoh Pendiri
Tahun
11
Bala KeselaMethodist matan
12
Adventis
13
Saksi Jehova
15
16
17
Methodist & Berbagai aliran
Ellen G. White
1844
Presbyterian & Adventis
Charles Taze Russel
1879
Ga
ur
1878
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
14
William Both
Mormon
Presbyterian & Metodis
Joseph Smith
1830
Christian Science
Calvinis
Mary Morse Baker
1879
Scientology
Christian Science
Lafayette Ronald Hubbard
1954
New Age Movement
Yahudi & Scientology
Richard Albert
1960
Kewaspadaan terhadap aliran baru atau pun
aliran yang mengatasnamakan denominasi gereja tertentu seharusnya menjadi tanggung jawab semua pihak.
an
Setiap pemimpin gereja, pemerintah, dan orang Kristen
rm aw
secara keseluruhan harus semakin arif, bijaksana, dan aktif dalam menjaga kesatuan gereja Tuhan. Apabila hal ini dipandang sebelah mata, maka dapat dipastikan aliran baru yang terdengar sanyup selama ini akan
De
a
Gereja Pecah
if
204
terang-benderang. Kehadiran mereka sangat berpotensi merusak segala lini gereja yang sudah ada. Gejala yang ditimbulkan pun menjadi sarana bagi agama lain untuk
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja
205
if ur
Kewaspadaan merupakan langkah aw al mengatasi masalah yang besar. Kete litian merupakan langkah selanjutnya dalam menyelesaikannya.
a
menyalahkan agama Kristen secara keseluruhan.
Ga
Berdasarkan sejarah perjalanan aliran dan denomi
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
nasi gereja di seluruh dunia pada awalnya dilarang oleh pemerintah. Dengan segala upaya akhirnya mendapatkan tempat di hati masyarakat serta mendapat ijin dari peme rintah. Jika fenomena ini tidak diantisipasi maka kesatuan dan persatuan gereja tidak pernah terwujud. Perpecahan gereja akan terus bertambah dari setiap masanya. Bertambahnya aliran gereja bukan satu-satunya strategi dalam pemberitaan Injil. Justru berbagai konflik, rasa tidak puas terhadap kebijakan para pemimpin gereja, suasana bergereja tidak nyaman, dan motivasi yang salah dari setiap anggota jemaat semakin nyata. Munculnya aliran dan denominasi gereja merupakan akibat dari tidak
De
rm aw
an
pernah merasa puas terhadap gereja sebelumnya.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
if
a
207
ur
if
a
BAB IX | Amanat Agung
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
AMANAT AGUNG
Ga
BAB IX
Amanat Agung secara jelas dituliskan oleh rasul
Matius sesuai apa yang didengarnya dari Tuhan Yesus pada saat itu. Pesan rohani ini disampaikan oleh Tuhan Yesus sebelum Dia naik ke sorga. Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.
an
Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
rm aw
kepada akhir zaman” (Matius 28:18-20; bnd. Markus 16:14-20; Kisah Para Rasul 1:8). Amanat Agung merupakan kata yang tidak asing
De
dalam kehidupan kekristenan hingga hari ini. Mandat agung ini adalah perintah Kristus secara langsung kepada kesebelas murid-Nya pada waktu itu. Tugas ini pun menjadi bagian penting bagi setiap orang Kristen di segala
207
208
Gereja Pecah
bangsa yang melintasi segala budaya, etnis, suku, bahasa, dan ras di dunia ini. Menyampaikan berita sukacita
ur
Tugas yang mulia ini seringkali menjadi beban bagi
if
orang Kristen dibandingkan tugas-tugas lainnya.
a
kepada semua manusia merupakan prioritas utama bagi
orang Kristen. Mereka berpikir memberitakan Injil hanya
Ga
tanggung jawab segelintir orang saja. Memberitakan Injil
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
menjadi tugas pemimpin rohani saja seperti pendeta, penginjil, misionaris, dan beberapa orang Kristen yang memiliki kerinduan untuk terlibat dalam pelayanan ini. Secara jelas tugas memberitakan Injil bukan hanya ditujukan kepada pemimpin rohani semata, tetapi melampaui umur, kedudukan, jenis kelamin, miskin atau kaya. Amanat Agung menjadi tanggung jawab seluruh orang Kristen di seluruh dunia termasuk orang Kristen di Indonesia. Untuk lebih mengerti makna tugas mulia ini maka beberapa pokok penting diuraikan di bawah ini.
A. Yesus Berkuasa Atas Sorga dan Bumi
Dasar Tuhan Yesus memerintahkan murid-mu-
an
rid-Nya dan seluruh orang Kristen untuk memberitakan Injil yaitu karena Dia berkuasa atas sorga dan bumi ini.
rm aw
Tidak ada seorang pun manusia yang berani mengatakan bahwa sorga dan bumi menjadi kekuasaannya. Hanya
De
Yesus sendiri yang berhak mengatakannya karena Dialah pemilik sorga dan seluruh yang ada di dunia ini. Dengan kekuasaan itu pulalah, Dia tidak ingin manusia di dunia binasa karena dosa mereka. Dia menyelamatkan setiap
BAB IX | Amanat Agung
209
manusia sesuai tugas yang diberikan oleh Allah Bapa
if
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
ur
Yesus berkuasa atas bumi dan sorga. Kekuasaan Allah berbeda dengan kekua saan manusia. Kekuasaan Allah mem bawa manusia pada kebenaran, tetapi kekuasaan manusia membawa se sama nya ke jurang malapetaka.
a
kepada-Nya.
Tuhan Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati.
Walaupun Yesus adalah manusia sejati, tetapi Dia tidak pernah berbuat dosa. Manusia seluruhnya dikandung dari dosa, lahir dari dosa, jatuh dalam dosa, dan bahkan hidup dalam dosa sehingga dunia semakin rusak. Oleh karena itu, Brotosudarmo (2008:60) menyatakan bahwa itulah sebabnya orang Kristen memberitakan Injil Yesus Kristus. Tuhan Allah telah mengutus Firman-Nya ke dunia yang rusak karena dosa, maka para rasul dan semua orang Kristen tersebut wajib memberitakan Injil. Memberi takan Injil berarti memberitakan berita kabar
an
baik, berita sukacita, dan berita keselamatan yang datang
rm aw
dari Yesus sendiri kepada seluruh umat manusia.
Ketika Tuhan Yesus berkata: “KepadaKu telah
diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” menun-
De
jukkan bahwa Allah Bapa, Tuhan Yesus, dan Roh Kudus (Allah Tritunggal) merupakan satu kesatuan yang utuh dalam menjalankan tugas penyelamatan umat manusia yang berdosa dan dunia secara keseluruhan. Apa yang
210
Gereja Pecah
menjadi kehendak Allah Bapa dan Roh Kudus juga menjadi kehendak Yesus Kristus. Sorga dan bumi adalah
ur
inilah yang membedakan Yesus Kristus dengan manusia pada umumnya.
Ga
Perkataan Yesus di atas bukan berarti sorga
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
dan bumi akan menjadi atau baru menjadi milik-Nya, melainkan telah menjadi milik-Nya sebelum manusia ada di dunia ini. Segala yang ada di sorga dan bumi ini berada di bawah kuasa, pemerintahan, pemeliharaan, dan perlindungan-Nya. Gunung, lembah, angin, laut, dan segala musim berada di dalam pengawasan-Nya. Semua manusia harus hidup setia sesuai petunjuk dan perintah-Nya. Manusia yang tidak setia dan taat atas perintah-Nya akan menerima hukuman berdasarkan keadilan-Nya. Yesus ingin agar semua manusia tidak ada satu pun tersesat dan binasa oleh karena penghukuman-Nya.
an
B. Semua Bangsa Murid Yesus
Perintah untuk menjadikan semua bangsa murid
rm aw
Yesus merupakan tugas setiap orang yang sudah percaya dan
beriman
kepada-Nya.
Alangkah
ironisnya
jika
seseorang yang belum menerima Yesus sebagai Tuhan
De
if
pribadi yang menumpang sementara di dunia ini. Hal
a
milik Yesus Kristus, sedangkan manusia hanya sebagai
dan Juruselamat-Nya dapat membawa orang lain untuk percaya kepada Dia. Bagaimana mungkin seorang Kristen memberitakan Injil kepada orang lain sementara priba-
BAB IX | Amanat Agung
211
dinya belum merasakan sukacita Injil itu sendiri? Berita menikmati karya Injil itu sendiri maka tugas selanjutnya
if
adalah membagikan sukacita itu kepada orang lain.
ur
Tugas menjadikan semua bangsa murid Yesus
bukanlah pekerjaan yang mudah melainkan sangat
Ga
sulit. Kesulitan utama karena akan berhadapan dengan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
berbagai agama, etika, budaya, adat, etnis, suku, pemerintah, dan sebagainya. Hal inipun kembali ditegaskan oleh
Brotosudarmo
(2008:60)
bahwa
perkembangan
penyebaran gereja dan Injil khususnya bukannya tanpa hambatan. Namun pada prinsipnya, hambatan itu menjadikan gereja semakin bertumbuh. Hambatan serta segala rintangan menjadi sarana yang dipakai oleh Tuhan dalam memberitakan Injil sehingga semua bangsa menjadi murid-Nya. Gereja semakin ditindas dan dibabat, justru akan semakin merabat dan berkembang ke seluruh dunia.
Menjadi murid Yesus adalah sebuah ka do istimewa dari Allah. Murid yang benar selalu turut perintah dan larangan Guru Agungnya. Murid yang setia siap berkor ban dan menderita.
an rm aw De
a
Injil adalah berita sukacita. Setelah merasakan dan
Ketika diperhadapkan pada tugas yang sangat sulit
dan mulia ini, apakah kita harus mundur lalu meninggalkan Tuhan Yesus? Harapan Yesus bukanlah perkara mudah dan sulitnya, melainkan Dia menuntut sikap kita
212
Gereja Pecah
Ga
if
ur
Tuhan Yesus mengetahui bahwa kita mampu melakukan tugas mulia ini sebagai rekan dan sahabat-Nya. Dia memerintahkan kita untuk memberitakan Injil-Nya karena diberi kuasa. Jangan pernah kita takut memberitakan Injil kepada semua orang. Injil bukan agama melainkan berita tentang masa depan kita bersama Tuhan dan masa depan dunia ini tentunya.
a
sebagai murid-murid-Nya untuk taat melakukannya.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Setiap orang Kristen yang mampu melakukan tugas ini bukan karena hebat dan kuatnya dalam memberitakan Injil. Segala hal yang mampu kita lakukan karena anugerah dan kuasa dari Tuhan. Tanpa kuasa dari Yesus orang Kristen tidak akan memiliki kemampuan untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya. Menjadi murid berarti setiap orang yang sudah mendengar Injil, menerima Yesus sebagai juruselamatnya, dan hidup dalam kebenaran Allah. Injil adalah kabar baik yang harus disampaikan kepada seluruh umat manusia demi keselamatan kekalnya.
Yesus sebagai juruselamat manusia menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya jalan menuju sorga. Kata
an
Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan
rm aw
hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Jalan kese-
De
lamatan dan tercepat hanya dapat ditemukan di dalam Yesus Kristus. Tanpa Yesus tidak ada keselamatan kekal dan tidak ada yang bisa masuk sorga.
BAB IX | Amanat Agung
213
if
ur
Tuhan Yesus memiliki kerinduan agar semua manusia selamat. Manusia yang selamat menjadi penghuni sorga selamalamanya.
a
Perintah Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil
Ga
kepada semua manusia menunjukkan sebuah bentuk
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
keprihatinan serta perwujudan belas kasihan-Nya pada manusia yang sudah jatuh dan hidup dalam dosa. Belas kasihan-Nya ini mengisyaratkan bahwa Dia tidak ingin seorang pun manusia tersesat, hidup dalam dosa, kemudian masuk ke dalam neraka kekal. Dia merelakan diri-Nya disalibkan untuk menggantikan setiap umat-Nya yang seharusnya dihukum dan disalib. Akhir dari perjalanan salib ini Dia menganugerahkan keselamatan kekal yang tidak bisa diberikan oleh siapa pun di dunia ini.
Setiap orang yang menjadi murid Yesus merupakan
pribadi-pribadi yang dikasihi serta menerima anugerah Allah. Mereka semua adalah pribadi yang berharga di
an
hadapan Tuhan. Oleh sebab itu, jangan pernah menolak
rm aw
panggilan Allah melalui Injil yang didengarnya. Allah memakai sesama kita untuk
menyampaikan berita
keselamatan dari Yesus Kristus. Allah mau agar semua
De
manusia beroleh keselamatan dari-Nya.
Gereja Pecah
214
C. Membaptiskan Semua Bangsa Istilah agama Kristen secara khusus baru muncul
khotbah para rasul di serambi Salomo sesudah Yesus
ur
naik ke sorga. Lebih tepatnya peristiwa itu pada hari
if
Orang Kristen pertama terwujud melalui pelayanan
a
sesudah kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian-Nya.
Ga
Pentakosta. Tuhan Yesus sendiri tidak pernah mendi-
rikan agama Kristen. Akan tetapi, dalam pengajaran-Nya
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Seseorang tidak dapat menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya kecuali bila Roh Kudus bekerja dalam pribadinya. Tidak ada seorang pun yang mampu berkata dan mengaku Yesus adalah Tuhan selain oleh karya Roh Kudus (1 Korintus 12:3). Dari ayat Firman Tuhan di atas secara tersirat memberikan petunjuk bahwa dasar pengakuan seseorang menjadi Kristen yaitu beriman kepada Yesus Kristus melalui karya Roh Kudus. Beriman berarti mengikuti cara hidup Kristus serta segala konsekuensi keimannya. Jadi, orang yang beragama Kristen berarti pribadi-pribadi
an
yang mengikuti Kristus berdasarkan panggilan dan pemilihan Allah atas hidup mereka. Setiap orang Kristen harus
rm aw
diperbarui oleh Kristus, sehingga ketaatan dan kekudusan hidupnya menjadi ukuran sebagai orang Kristen
De
sejati. Salah satu bentuk ketaatan yang dikehendaki oleh Kristus adalah menerima bapitisan kudus. Tugas membaptis adalah perintah Yesus kepada murid-mu-
BAB IX | Amanat Agung
215
rid-Nya dan semua orang Kristen. Semua bangsa berarti dapat dilakukan sekali seumur hidup yang dimeteraikan
if
dalam nama Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus.
a
semua orang Kristen yang belum dibaptis. Baptisan hanya
ur
Apakah baptisan itu pada saat bayi atau dewasa? Apakah baptisan itu dilakukan secara percik atau selam? Apakah
Ga
baptisan itu dengan air yang banyak atau pun sedikit?
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Yang paling penting adalah baptisan dilakukan hanya untuk kemuliaan Allah dan sebagai simbol persekutuan di dalam Dia.
Perintah
untuk
menerima
baptisan
ditujukan
kepada setiap orang yang sudah Kristen maupun yang belum Kristen. Yang dimaksud orang yang sudah Kristen yaitu seseorang yang lahir dan besar dari keluarga Kristen tetapi belum pernah menerima baptisan. Sementara orang yang belum Kristen berarti setiap orang yang berasal dari agama dan kepercayaan lain yang dengan sukarela serta penuh sukacita bersedia menjadi orang Kristen. Hal ini ditandai melalui pengajaran kekristenan serta menerima
De
rm aw
an
sakramen baptisan kudus.
Baptisan adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh orang Kristen. Orang yang menjadi Kristen harus dibaptis dalam nama Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus dengan menggunakan media air secara percik atau selam.
216
Gereja Pecah
Proses
pembaptisan
seseorang
untuk
menjadi
murid Yesus terus menjadi bahan perdebatan sampai
ur
pembaptisan secara selam. Dilihat dari konteks perintah
if
secara percik, dan ada pula yang hanya mengakui
a
saat ini. Ada yang menekankan pelaksanaan baptisan
Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya untuk membaptis
Ga
semua orang di dunia ini sesungguhnya tidak dijelaskan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
tentang sebuah cara pelaksanaan baptisan percik atau pun baptisan selam. Yang paling penting diingat bahwa baptisan itu menggunakan air serta didasari atas nama Allah Tritunggal yaitu Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Untuk lebih teratur baptisan harus dipimpin dan dilakukan oleh seorang pendeta. Seseorang yang belum ditahbiskan menjadi pendeta hendaknya menahan diri dalam tugas sakral ini.
Membaptis seseorang menjadi keluarga Kristen merupakan sebuah tanda persekutuan di dalam Yesus Kristus. Yesus sendiri menerima baptisan menggunakan air yang ada di sungai Yordan. Injil Markus menyatakan: “Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah
an
Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes”
rm aw
(Markus1:9). Jadi, ketika membaptis seseorang yang baru percaya kepada Yesus tidak diperbolehkan menggunakan
De
media lain selain air. Secara implisit air merupakan simbol bagi seseorang
untuk membersihkan diri dari dosanya serta disatukan di dalam Yesus Kristus. Memang air baptisan tidak membersihan dosa manusia secara nyata. Dikatakan
BAB IX | Amanat Agung
217
tanda atau simbol berarti ada pribadi yang sesungguhnya umat manusia yaitu Yesus Kristus. Perwujudan karya
if
keselamatan ini terjadi melalui karya pengorbanan Tuhan
a
yang mampu membersihkan dosa dan menyelamatkan
ur
Yesus di atas kayu salib sampai pada kebangkitan-Nya. Dibaptis oleh darah suci Yesus Kristus.
Ga
Peristiwa pembaptisan yang diterima oleh Tuhan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Yesus tidak menunjukkan bahwa Dia orang berdosa. Justru melalui peristiwa itu Dia memberi teladan tentang betapa pentingnya makna baptisan tersebut bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Baptisan yang diterima oleh orang Kristen hingga saat ini tidak bertujuan menjamin seseorang selamat atau masuk sorga. Baptisan yang sejati dan menyelamatkan adalah baptisan darah Yesus Kristus (Roma 6:4; Kolose 2:12). Setiap orang yang percaya kepada Kristus mulai dari pengajaran-Nya, penderitaan-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan kedatangan-Nya kedua kali, serta melakukan seluruh kehendak-Nya maka itulah yang menjadi penghuni sorga. Hal inilah yang menjadi dasar dan jaminan keselamatan
De
rm aw
an
kekal dari-Nya.
Keselamatan seseorang dalam sebuah keluarga tidak memberi jaminan atas ke selamatan seluruh anggota keluarganya. Karya kesalamatan menjadi tanggung jawab kita masing-masing kepada Allah.
218
Gereja Pecah
Keselamatan seseorang tentu tidak memberi legalitas atas keselamatan orang lain. Keyakinan seseorang tidak
ur
sesuai kehendak-Nya. Karya keselamatan dari Yesus
if
luarganya. Keselamatan itu menjadi hak istimewa Allah
a
memberi jaminan atas keselamatan seluruh anggota ke
Kristus menjadi tanggung jawab pribadi secara langsung.
Ga
Jadi, keselamatan hanya berlaku secara pribadi dan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
bukan kolektif. Anugerah keselamatan dari Allah harus dipertanggung jawabkan lewat buah-buah iman.
Setiap orang yang sudah dibaptis dan menerima keselamatan dari Tuhan dikumpulkan menjadi satu persekutuan yang disebut gereja. Melalui persekutuan inilah setiap orang dibimbing untuk taat kepada Tuhan. Seluruh kehidupannya harus dapat mencerminkan kehidupan baru di dalam Kristus. Dalam tahapan proses pembelajaran seperti ini maka setiap orang akan terus diubahkan oleh Allah hari demi hari oleh kuasa Roh Kudus sampai pada kesempurnaan hidup. Dengan demikian, seiring perjalanan waktu maka setiap orang Kristen memiliki keyakinan yang kokoh bahwa pribadinya ada bersama
an
Kristus serta pasti memperoleh anugerah keselamatan
rm aw
kekal dari-Nya.
De
D. Pelayanan Misionaris Agama
Kristen
pada
dasarnya
adalah
agama
sejarah. Landasan utama berdirinya agama Kristen terletak pada peristiwa sejarah kelahiran Tuhan Yesus, kematian-Nya, kebangkitan-Nya, bahkan sampai pada
BAB IX | Amanat Agung
219
kedatangan-Nya yang kedua. Dalam perjalanan sejarah yang mengagumkan. Melalui Dengan melihat sejarah
if
pertumbuhan inilah maka Smith (2008:355) dengan
a
inilah agama Kristen telah tumbuh dalam berbagai bentuk
ur
berani mengatakan bahwa semua agama yang dianut oleh
manusia, agama Kristenlah yang paling luas tersebar di penganut
agama
Kristen
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Banyaknya
Ga
muka bumi ini, dan yang paling banyak penganutnya.
karena
kehendak Tuhan Yesus. Melalui pelayanan para misionaris dari berbagai negara di dunia patut diperhitungkan. Misionaris adalah orang-orang yang memberitakan Injil kepada semua orang di segala bangsa, budaya, bahasa, etnis, dan agama dengan sukarela atau pun diutus oleh organisasi
kekristenan
tertentu.
Keberadaan
agama
Kristen yang ada di Indonesia merupakan hasil pelayanan para misionaris yang datang dari berbagai aliran, suku, bahasa, budaya, dan bangsa di seluruh dunia seperti Jerman, Belanda, Amerika, Cina, Korea Selatan, dan sebagainya. Hal ini ditegaskan oleh Makkelo (2010:178) bahwa denominasi dalam Kristen berkembang pesat,
an
seiring dengan masuknya pekabar Injil dari berbagai
rm aw
aliran.
Para misionaris yang datang ke Indonesia tentunya
tidak terlepas dari pengaruh bangsa yang penduduknya
De
sebagian besar beragama Kristen. Berdasarkan penelitian Karel A. Steenbrink (1987:86) dalam bukunya yang berjudul “Perkembangan Teologi Dalam Dunia Kristen Modern” menegaskan sekitar tahun 1950-an pengaruh
220
Gereja Pecah
dari organisasi Kristen yang berpusat di Amerika Serikat makin lama makin menonjol dan terus berkembang di na si gereja baru di Indonesia sangat dipengaruhi oleh
ur
pelayanan para misionaris dari Amerika, Eropa, Australia, dan Asia.
Ga
Kedatangan orang Amerika sangat berpengaruh
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
besar terhadap pertumbuhan kekristenan di seluruh dunia. Memang pada awalnya orang Amerika tidak begitu tertarik dengan keagamaan namun dalam beberapa puluh tahun terakhir justru mereka menjadi motor penggerak pertumbuhan kekristenan dari berbagai aliran dan denominasi gereja. Mereka sering mengadakan kegiatan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR). Hal ini memung kinkan karena secara ekonomi, sosial, dan politik negara Amerika mampu mensponsori para misionaris untuk melakukan pelayanan misi. Ada organisasi yang sifatnya keagamaan, tetapi ada juga non-keagamaan seperti perusahaan.
Selain faktor di atas, agama Kristen di Indo-
an
nesia berkembang sebagai hasil dari peninggalan para
rm aw
penjajah. Menurut Agus (2006:283) bahwa ada tiga tujuan para penjajah datang ke Indonesia (Asia), yaitu untuk mendapatkan gold (emas), glory (kekayaan untuk meraih kemenangan), dan gospel (memberitakan Injil),
De
a
Jadi, adanya berbagai aliran dan denomi
if
Indonesia.
atau sering disebut “3 G”. Salah satu dari ketiga tujuan tersebut yaitu memberitakan Injil (gospel) di seluruh daerah jajahannya. Tidak heran jika agama Kristen sering
BAB IX | Amanat Agung
221
diidentikkan oleh sekelompok masyarakat Indonesia Agama Kristen merupakan “benih” yang berasal dari
if
luar negeri yang kemudian “tumbuh subur” di Indonesia.
a
sebagai agama penjajah.
ur
Agama Kristen juga bisa dikatakan seumpama “barang impor” dari negara-negera Eropa, Amerika, Australia,
Ga
Belanda, Cina, Korea Selatan, dan sebagainya. Demikian
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
juga agama lain yang sudah ada di Indonesia saat ini seperti Islam, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu merupakan “pruduk” yang berasal dari luar negeri. Sebagai “pruduk” dari luar sudah barang tentu
memiliki warna dan ciri khas yang berbeda dengan budaya Indonesia. Akibatnya, hasilnya pun melahirkan berbagai macam aliran dan denominasi gereja yang berbeda pula. Keanekaragaman aliran dan denominasi gereja ini telah menimbulkan pertentangan dan persengketaan sepanjang sejarah perjalanan gereja. Dampak dari semua ini membuat gereja mengalami perpecahan yang besar sehingga saling tidak percaya satu dengan lainnya.
De
rm aw
an
Setiap misionaris yang datang ke Indonesia pasti membawa budaya, aliran, denomi nasi, dan kepentingannya m asing-masing. Misionaris yang benar adalah misionaris yang dapat berbaur dan menerima aliran dan denominasi sebelumnya.
222
Gereja Pecah
Cikal bakal perpecahan dalam gereja telah dimulai sebelum agama Kristen masuk di Indonesia. Dalam
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
if
ur
Pada tahun 1054 untuk pertama kalinya tampak perpecahan yang besar, antara Gereja Ortodoks Timur di Timur dan Gereja Roma Katolik di Barat. Alasan perpecahan tersebut cukup rumit, baik dari segi geografis, budaya, bahasa politik, dan agama itu sendiri...perpecahan besar yang terjadi dalam Gereja Barat dengan Protestan Reformis dalam abad ke-16. Agama Protestan, terdiri dari empat aliran yaitu Baptis, Lutheran, Calvinis, dan Anglikan. Masing-masing aliran ini masih lagi dibagi menjadi lebih dari 250 sekte di Amerika Serikat saja.
a
catatan Smith (2008:392) perpecahan awal ini dimulai:
Terjadinya perpecahan gereja di luar negeri ber dampak negatif perkembangan agama Kristen di Indonesia yang dibawa oleh para misionaris tersebut. Perpecahan ini dapat diibaratkan seperti sebatang pohon yang pada akarnya terjadi kerusakan maka batang dan daunnya juga mengalami kerusakan yang sama. Pelayanan para misionaris yang berbeda paham dan aliran gereja menye-
an
babkan penambahan daftar panjang perpecahan gereja.
rm aw
Mulai dari reformasi Luther hingga sampai hari ini.
Apabila kita menghitung secara keseluruhan maka
aliran dan denominasi gereja yang sudah terdaftar di
De
pemerintah sudah mencapai puluhan aliran dan ribuan denominasi gereja. Tentu masih banyak jumlah aliran dan denominasi gereja yang belum terdaftar. Lebih menghe rankan lagi ada beberapa gereja belum termasuk anggota
BAB IX | Amanat Agung
223
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Padahal Umumnya para misionaris yang diutus tentu me
if
nerima perintah dari organisasi atau aliran gereja yang
a
lembaga ini sebagai lembaga gereja tertua di Indonesia.
ur
mengutusnya. Mereka menjalankan tugas Amanat Agung
dari Tuhan Yesus dengan konsep dan tujuan organisasi
Ga
tersebut. Metode dan konsep penginjilan yang diterapkan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
pun kadangkala bertentangan dengan budaya serta norma sosial masyarakat setempat. Kehadiran mereka kadang ditentang oleh pemerintah dan masyarakat, termasuk orang Kristen yang sudah menjadi anggota salah satu denominasi gereja. Mereka datang bukan membawa berita Injil melainkan budaya, kepentingan pribadi, dan kepentingan aliran mereka masing-masing.
Biasanya misionaris yang datang ke Indonesia tidak
memiliki keahlian dalam bidang teologi agama Kristen. Dalam aliran Baptis misalnya mendorong kaum awam untuk berkhotbah tanpa menempuh pendidikan secara formal kemudian diutus menjadi misionaris. Hal ini ditegaskan oleh Marsden (1996:41) bahwa penyimpangan radikal dari sebagian besar tradisi seperti ini membuat
an
aliran Baptis menyebar dengan cepat, karena misionar-
rm aw
is-misionaris Baptis, yang seringkali pendidikannya tidak seberapa, sambil mengkhotbahkan pesan mereka yang
De
lebih egaliter. Fakta lain juga ditambahkan oleh Steenbrink
(1987:86-88) yang menyatakan: “Orang Amerika memang maju di bidang teknologi ke tingkat yang paling tinggi, tetapi di bidang keag-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
ur
amaan pada umumnya agak konservatif, cenderung menerima naskah kitab suci secara harfiah... Dari dunia pemikiran seperti itu muncul gereja atau aliran seperti Gereja Adven (Adventus dalam bahasa Latin berarti: Kedatangan, yaitu kedatangan kedua Yesus Kristus) dan kelompok studi, yang juga menjual majalah-majalah dan publikasinya, Saksi Yehova (yang akhirnya dilarang di Indonesia). Gerakan-gerakan ini biasanya dipelopori oleh orang “awam”, bukan dari kalangan sarjana teologi atau pimpinan gereja. Demikianlah, antara 1909-1915, dua orang bersaudara, Lyman dan Milton Stewart (yang kaya sekali melalui perusahaan minyaknya), menjadi motor untuk gerakan fundamentalis itu.”
a
Gereja Pecah
if
224
Dengan penuh kerendahan hati kita pun harus jujur mengakui bahwa akibat pengaruh pelayanan para misionarislah adanya aliran dan denominasi gereja baru di Indonesia. Pengetahuan ilmu teologi yang kurang memadai secara otomatis menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan dan mengaplikasikan berita sukacita dari Yesus Kristus. Lebih para lagi jika setiap misionaris memiliki paham baru serta kepentingan tersendiri yang
an
dibungkus dengan tugas pemberitaan Injil tersebut. Suatu realita yang pernah terjadi pada jaman Hindia
rm aw
Belanda dimana adanya pelarangan para misionaris datang ke Indonesia. Sikap ini bertujuan mencegah perse-
De
lisihan antara para misionaris ataupun terhadap aliran dan denominasi gereja yang sudah ada sebelumnya. Pembatasan ini terjadi sebagai akibat perbedaan teologis. Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga
BAB IX | Amanat Agung
225
di seluruh dunia. Misalnya, A.H. Francke (Kuhl, 1998:30) kepada seorang teman bahwa perselisihan-perselisihan
if
teologis di dalam gereja-gereja Protestan sudah menyerap
a
mengeluh pada tahun 1698 di dalam sepucuk surat
ur
begitu banyak tenaga, usaha, dan mencegah pelaksanaan
misi sedunia gereja-gereja Protestan. Namun usaha
Ga
pembatasan dan pencegahan ini tidak berlangsung lama.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Kehadiran misionaris pada suatu negara atau daerah pasti membuat konflik ba ru dalam gereja. Misionaris yang memili ki sifat bebal maka gereja pasti mengala mi perpecahan. Jadilah misionaris yang menghargai budaya dan gereja yang su dah ada sebelumnya. Pengaruh
pelayanan
para
misionaris
merupa
kan salah satu penyebab terjadinya kontroversi dan perpecahan dalam agama Kristen. Memang perlu diakui juga bahwa tidak semua misionaris memiliki sikap negatif semacam itu. Justru pertumbuhan gereja khususnya di
an
Indonesia adalah berkat perjuangan para misionaris yang
rm aw
bermotivasi tulus, ikhlas, rela berkorban, penuh dedikasi, dan tanpa merubah kekristenan yang sudah ada. Untuk mewujudkan pelayanan para misionaris yang maksimal
De
dan bermanfaat bagi masyarakat hendaknya menghargai budaya, adat istiadat, serta aliran dan denominasi gereja yang sudah ada sebelumnya.
226
Gereja Pecah
E. Amanat Agung Vs Perpecahan Gereja Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama
ur
dengan tugas Amanat Agung dari Tuhan Yesus. Amanat
if
utama banyaknya aliran dan denominasi gereja berkaitan
a
ini di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa alasan
Agung merupakan tugas semua orang Kristen. Oleh
Ga
sebab itu, siapa pun dan dengan cara apa pun dibe-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
narkan untuk memenuhi tugas panggilan itu. Terlihat sepintas semangat ini perlu mendapatkan apresiasi yang positif. Akan tetapi, semangat memberitakan Injil dengan cara dan strategi yang bervariasi juga memungkinkan timbulnya masalah-masalah baru dalam gereja yang berakibat negatif seperti saat ini.
Apa yang terdeteksi selama ini menunjukkan adanya aliran dan denominasi gereja yang selalu menganggap bahwa cara beribadah dengan menggunakan alat musik piano dan sikap yang tenang lebih bagus daripada gereja yang memakai full music dan suasana gaduh dalam gereja. Begitu pun sebaliknya mengatakan bahwa cara bergereja dengan sikap tenang merupakan gereja tradisional,
an
sehingga tidak relevan lagi pada era modern yang serba
rm aw
canggih. Mereka saling mengklaim gerejanya lebih baik dari yang lain. Apalagi telah berhasil memberitakan Injil di daerah belum pernah ada orang Kristennya, menganggap
De
aliran dan denominasi gereja lain yang sudah ada sebelumnya tidak penting lagi.
BAB IX | Amanat Agung
if
Ga
ur
Perubahan tata ibadah dan penggunaan alat musik dalam gereja tentu tidak akan mempengaruhi keselamatan kita di da lam Allah. Beribadahlah kepada Allah de ngan penuh keteraturan dan hormat bagi kemuliaan nama-Nya.
a
227
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Pada konteks yang lain, mereka melihat keberhasilan
memberitakan Injil dengan adanya jumlah jemaat yang banyak, gedung gereja besar, gereja yang berpengaruh di masyarakat, gerejanya sudah lebih awal ada, alat musik yang lengkap, melakukan baptisan secara berulang-ulang, baptisan roh, bahasa roh, berbagai mujizat dilakukan, aktif dalam pelayanan sosial, dan sebagainya. Lebih ironisnya lagi, mereka saling mencuri anggota jemaat lain dengan berbagai macam alasan pembenaran diri. Apakah model dan konsep pemberitaan Injil seperti ini dibenarkan oleh Tuhan Yesus?
Kita harus akui bahwa setiap orang Kristen memiliki
karunia dan talentanya masing-masing. Setiap aliran
an
dan denominasi gereja memiliki kelebihan dan kekuran-
rm aw
gannya sendiri. Sesungguhnya setiap talenta, karunia, kekurangan, dan kelebihan dari setiap aliran dan denominasi gereja seharusnya bertujuan untuk membangun dan
De
menyatukan gereja Tuhan. Semakin banyak perpecahan dalam berbagai aliran dan denominasi telah mengindi-
Gereja Pecah
228
kasikan gereja gagal membawa berita kedamaian di bumi ini. Mereka lebih menonjolkan perbedaan dan kelebi-
ur
harus jujur dan setuju bahwa gereja di Indonesia telah
if
Tanpa mengurasi rasa hormat bahwa kita semua
a
hannya masing-masing.
mengalami perpecahan. Untuk meminimalkan perpecahan
Ga
ini langkah awal yang harus dilakukan yaitu setiap
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
aliran dan denominasi gereja mulai bersatu dan saling membangun. Kelebihan pribadi pemimpin gereja atau kelebihan dari setiap aliran dan denominasi gereja yang satu menjadi kelebihan bagi gereja yang lain. Bagi daerah yang sudah ada aliran dan denominasi gereja tidak perlu lagi membawa aliran dan denominasi gereja baru.
Demi memajukan pelayanan di daerah itu maka harus
bergabung
dengan
gereja
yang
sudah
ada.
Kemampuan dan telenta dalam memberitakan Injil kiranya diterapkan dalam gereja yang sudah ada tanpa membuka aliran dan denominasi gereja baru. Demikian pula gereja yang sudah ada harus membuka diri dan mengadopsi strategi pelayanan gerejawi yang sifatnya positif dalam
an
satu misi bersama yaitu memberitakan berita sukacita
rm aw
kepada semua orang.
Para pemimpin gereja yang memiliki strategi dalam
memberitakan Injil serta talenta lainnya harus didi-
De
skusikan untuk diterapkan dalam gereja yang sudah ada. Setiap gereja harus bisa terbuka terhadap perubahan yang bertujuan positif. Memiliki etika yang baik dalam menerima paham dari aliran dan denominasi gereja lain.
BAB IX | Amanat Agung
229
Penerimaan ini tidak bertujuan mengubah secara total proses pembelajaran terhadap organisasi gereja baru.
if
Segala bentuk perubahan dapat diterima sepanjang tidak
ur
bertentangan dengan Firman Allah.
Dasar utama yang penting untuk diperhatikan
Ga
dalam konteks ini yaitu Tuhan Yesus tidak pernah
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
bertujuan atau memerintahkan membentuk aliran dan denominasi gereja baru dalam rangka mewujudkan tugas Amanat Agung-Nya. Tuhan Yesus hanya berdoa agar semua gereja-Nya tidak terus mengalami perpecahan yang mengerikan. Dia berharap agar kesatuan dan persatuan dalam gereja-Nya dapat diwujudkan sebelum Dia datang kembali. Melalui pelayanan para hamba Tuhan dapat
De
rm aw
an
terus memuliakan nama-Nya.
a
model atau strategi pelayanan sebelumnya, tetapi adanya
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
if
a
231
ur
if
a
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
GEREJA MUTLAK BERSATU
Ga
BAB X
A. Doa Tuhan Yesus
Sepanjang kehidupan Tuhan Yesus adalah doa.
Sejak kelahiran sampai kini Dia tetap berdoa. Dia berdoa bagi orang Kristen maupun non-Kristen. Pada saat masih bayi dan belum bisa berbicara sekalipun Dia tetap berdoa. Dalam usia yang kedelapan hari Dia dibawa oleh
an
orangtua-Nya ke Bait Allah untuk berdoa (Lukas 2:21-40). Tidak mengherankan jika pada usia yang ke-12 tahun,
rm aw
Dia pergi sendiri ke Bait Allah untuk belajar dan berdoa (Lukas 2:41-52). Dia berdoa bukan hanya satu kali, atau
De
tiga kali (pagi-siang-malam), atau lima kali (lima waktu), melainkan dilakukan-Nya dengan berkali-kali dalam setiap hari dan waktu yang ada. Doa menjadi salah satu prioritas utama bagi hidup dan pelayanan Yesus.
231
if ur
Yesus berdoa tanpa mengenal ruang dan waktu. Marilah berdoa sepanjang kita bernafas dan memiliki kesempatan untuk berdoa. Tanpa doa hidup manusia pasti hampa.
a
Gereja Pecah
232
Ga
Dengan melihat kehidupan Tuhan Yesus yang
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
penuh dengan doa, maka setiap kita yang percaya kepada-Nya diajar untuk berdoa. Doa adalah nafas hidup bagi orang Kristen. Karena begitu pentingnya peranan doa bagi hidup orang Kristen maka Joseph Tong (2006:159) menegaskan bahwa kita berdoa bukan saja karena doa merupakan respon lahiriah kemanusiaan, melainkan karena doa adalah suatu jawaban kita terhadap kasih dan kemurahan Allah. Orang Kristen berdoa bukan untuk mendapatkan sesuatu dari Tuhan, tetapi salah satu cara mengucap syukur atas pemberian Tuhan.
Orang Kristen patut bersyukur kepada Allah di dalam Yesus Kristus karena masih diberi kesempatan untuk datang berdoa kepada-Nya. Doa merupakan suatu
an
hal yang sangat penting dalam hidup manusia. Apapun
rm aw
suku
bangsanya,
budayanya,
etnisnya,
bahasanya,
miskin atau kaya, terpelajar atau awam, pendeta atau
De
jemaat semuanya harus berdoa. Melalui kuasa doa dapat mengerti rahasia Tuhan atas hidup kita. Dari sejumlah doa Tuhan Yesus sejak kelahiran-Nya sampai saat ini, salah satu doa yang mengharapkan gere-
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu
233
ja-Nya untuk bersatu yaitu doa yang dicatat oleh rasul mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-
if
orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
a
Yohanes. Firman Tuhan berkata: “Dan bukan untuk
ur
supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau,
ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar
Ga
mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku” (Yohanes 17:20-23).
Menurut Harrison (2008:375) seorang Profesor
Perjanjian Baru di Fuller Theological Seminary menjelaskan bahwa doa ini adalah doa agung Tuhan Yesus di mana memasukan diri-Nya sendiri di dalam doa ini, tetapi perhatian-Nya yang utama adalah pada para murid-Nya.
an
Doa ini sarat dengan makna rohaniah, baik bagi Yesus,
rm aw
murid-murid-Nya, maupun semua orang percaya. Di sini Tuhan Yesus ikut bergumul tentang apa yang dirasakan
De
oleh murid-Nya dan seluruh orang Kristen yang betapa sulitnya mewujudkan persatuan dan kesatuan gereja-Nya di seluruh dunia, termasuk gereja-gereja yang ad a di Indonesia.
Gereja Pecah
234
Doa Tuhan Yesus ini merupakan doa terakhir di Taman Getsemani sebelum ditangkap oleh prajurit dan
ur
mencium-Nya dengan sikap yang penuh kemunafikan
if
ini diucapkan sebelum Yudas Iskariot memeluk serta
a
penjaga Bait Allah pada saat itu. Lebih tepatnya lagi, doa
serta pengkhianatan kepada-Nya (Markus 14:43-44). Isi
Ga
doa Tuhan Yesus yang terakhir ini memang tidak dicatat
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
secara detail oleh rasul Matius, Markus, maupun Lukas, melainkan hanya rasul Yohanes yang menguraikannya lebih mendalam. Hal ini menunjukkan bahwa Yohanes sebagai murid yang lebih dekat dengan Yesus mengerti arti pentingnya makna persatuan dan kesatuan umat Tuhan di segala waktu dan tempat.
Tuhan Yesus berdoa agar gereja-Nya ber satu. Yesus masih tetap berdoa di sorga sampai sekarang agar semua umat-Nya hidup dalam keharmonisan dan keru kunan. Apabila kita merenungkan kembali kisah perjalanan
an
kehidupan umat Israel pada Perjanjian Lama, kehidupan
rm aw
para rasul pada Perjanjian Baru, dan kehidupan orang Kristen sampai saat ini menunjukkan bahwa persatuan dan kesatuan sebagai Tubuh Kristus belum pernah
De
terwujud. Persekutuan umat Tuhan yaitu Gereja-Nya telah lama mengalami perpecahan. Adanya perbedaan antara budak dan orang merdeka, hamba dan tuan, Yahudi dan Yunani, golongan Paulus dan Apolos, golongan Kefas
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu
235
dan Kristus, perbedaan aliran dan denominasi gereja,
terus diperdebatkan dan dijadikan sengketa hingga kini.
if
miskin, dan sebagainya. Semua perbedaan-perbedaan ini
ur
Jika perbedaan yang sering ditonjolkan maka gereja pasti mengalami perpecahan. Gereja tidak bisa bersatu
Ga
pada tataran sikap ini. Yesus adalah manusia sejati dan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Allah sejati mengetahui apa yang akan terjadi bagi gereja-Nya ke depan. Bahkan perpecahan sudah mulai terasa ketika Dia melayani selama tiga setengah tahun di dunia ini. Misalnya, perpecahan antara kesebelas murid dengan Yudas Iskariot yang telah memisahkan diri serta pergi menjual Yesus kepada imam-imam kepala seharga 30 keping perak pada saat Dia berdoa di taman Getsemani (Matius 26:14-15; Markus 14:43-44). Setelah kematian Yesus kesebelas murid-Nya juga bercerai-berai dan kembali pada pekerjaan mereka masing-masing.
Perpecahan gereja juga terasa pada masa pelayanan
rasul Paulus di dalam jemaat Korintus. Paulus mengingatkan mereka dengan kuasa Firman Tuhan: “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan
an
kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan
rm aw
ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Sebab pertama-tama
De
aku mendengar, bahwa apabila kamu berkumpul sebagai Jemaat, ada perpecahan di antara kamu, supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan (1 Korintus 1:10; 11:18; 12:25).
a
perbedaan baptisan percik dan selam, Kristen kaya dan
236
Gereja Pecah
Kita yakin sampai saat ini Tuhan Yesus di sorga terus mendokan gereja-Nya agar cepat bersatu. Namun
ur
perpecahan ini pun terjadi sampai saat ini. Perpecahan
if
hanya pada masa pelayanan para rasul Paulus, tetapi
a
perpecahan demi perpecahan terus saja terjadi bukan
yang terjadi telah menyimpang dari pesan Tuhan Yesus.
Ga
Berdasarkan Firman Tuhan dalam Yohanes 17:20-23
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
membuktikan Yesus sangat peduli, prihatin, dan mengharapkan kesatuan bagi gereja-Nya. Dalam doa ini Yesus menangis serta berseru dengan mengucapkan 3 kali kalimat, yaitu: “supaya mereka semua menjadi satu”; “supaya mereka menjadi satu”, dan “supaya mereka sempurna menjadi satu”.
Predikat “menjadi satu” merupakan kehendak Yesus Kristus dalam isi doa-Nya. Berdasarkan kesaksian Alkitab menegaskan bahwa Doa Agung ini bertujuan supaya semua orang percaya atau Gereja-Nya bersatu (Kolose 3:15). Demi terwujudnya kebersatuan gereja-Nya maka semua pemimpin gereja dan orang Kristen harus berdoa. Menurut Joseph Tong (2006:160) bahwa gereja
an
yang berdoa damai dan subur, tetapi gereja yang tak berdoa picik dan lemah. Perkataan ini dapat memberi
rm aw
kita semangat sekaligus sikap intropeksi diri terhadap kualitas doa kita selama ini. Jadi, gereja harus berdoa
De
demi tercapainya kesatuan gereja-Nya. Tujuan akhir dari “menjadi satu” merupakan suatu proses untuk menuju yang “sempurna”. Kesempurnaan yang dimaksud yaitu sempurna menjadi satu sesuai kehendak Allah Tritunggal yaitu Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus.
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu
237
B. Berbeda Tetapi Oikumene sentral kebersatuan gereja, maka surat Paulus kepada
if
jemaat Filipi juga menekankan hal yang sama. Dalam Filipi
a
Selain Injil Yohanes 17:20-23 yang menjadi tema
jemaat
yang
terancam
dalam
ur
2:1-11 memaparkan tentang sikap Paulus menasihati perpecahan.
Jemaat
Ga
Filipi sudah mulai terbentuk faksi-faksi yang saling
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
bermusuhan satu sama lain. Dalam situasi itu Paulus menekankan supaya mereka menjadi satu. Nasihat itu berdasarkan kehendak Kristus agar gereja-Nya utuh dan bersatu sebelum kedatangan-Nya kembali.
Rasul Paulus menasihati agar jemaat tetap sehati
sepikir, satu kasih, satu jiwa, dan satu tujuan, saling merendahkan diri serta saling mengasihi. Di sinilah Paulus sebagai rasul Kristus minta agar jemaat jangan menuruti kemanusiaan mereka, tetapi supaya berpikiran, berperasaan, dan meneladani Kristus Yesus dalam seluruh aspek kehidupannya. Melalui kesatuan orang Kristen menjadikan dunia ini pun dapat bersatu.
Kita harus mengakui secara jujur bahwa aliran dan
an
denominasi gereja di Indonesia sampai saat ini sangat
rm aw
banyak. Jumlah yang sangat banyak inilah menunjukkan gereja yang satu berbeda dengan lainnya. Semakin hari perbedaan ini semakin ditonjolkan, sehingga tujuan
De
utama gereja untuk memberitakan kabar sukacita kepada semua orang sering mengalami masalah. Orang Kristen yang sejatinya menjadi duta Kristus justru menjadi batu sandungan bagi agama lain.
Gereja Pecah
238
Pertambahan serta perbedaan aliran dan deno minasi gereja di Indonesia mengindikasikan kesatuan
ur
memimpikan betapa pentingnya persatuan dan kesatuan
if
sebagian kecil pemimpin gereja dan orang Kristen yang
a
gereja belum bisa tercipta sampai sekarang ini. Hanya
gereja-Nya. Bersatunya gereja Tuhan merupakan sebuah
Ga
harapan baru dan indah yang tidak perlu ditawar lagi.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Oleh sebab itu, salah satu wadah untuk mewujudkan kesatuan tersebut yaitu gerakan oikumenisme.
Perbedaan tidak selamanya dipertentang kan, tetapi perbedaan bisa berdampingan. Tanpa perbedaan tidak mungkin menger ti akan kekurangan dan kelemahan kita. Perbedaanlah yang membuat kita bersa ma dan berbahagia. Kata “oikumene” dalam bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu: “oikos” artinya rumah, tempat tinggal, sedangkan kata ‘menein” yang berarti tinggal. Secara harafiah “oikumene” berarti “rumah yang didiami”. Dalam
an
arti tempat, “oikumene” berarti dunia yang didiami (Luk.
rm aw
4:5; Rm. 10:18; Ibr. l:6). Dalam arti politik, Injil Lukas menyebutkan kaisar Agustus mengadakan sensus di
De
“seluruh dunia” yang berarti seluruh wilayah jajahan Romawi (Luk. 2:1). Dalam kitab Ibrani kata “dunia” dipakai dalam arti teologis yaitu dunia yang telah ditaklukkan dan disatukan di bawah pemerintahan Kristus (Ibr. 2:5). Dalam gerakan oikumene ini terkenal semboyan
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu
239
“Ut Omnes Unum Sint”, artinya “Supaya Semua Menjadi Kesatuan gereja Tuhan merupakan harga mutlak.
if
Oleh sebab itu, konsep kesatuan inilah harus bisa
a
Satu.”
ur
diaplikasikan oleh beberapa gereja di seluruh dunia yang
kita kenal dengan nama Dewan Gereja-gereja di Dunia
Ga
(DGD) sejak tahun 1948. Selanjutnya gerakan oikumenis
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
ini pun terbentuk di Indonesia dengan nama Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) pada tanggal 25 Mei 1950 di Jakarta. Dalam struktur awalnya, DGI diketuai oleh Prof. T.S. Gunung Mulia dan Sekretaris Ds. W.J. Rumambi. Beberapa tahun kemudian DGI berubah menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) pada sidang raya di Ambon tahun 1984 dan istilah PGI masih tetap dipakai sampai sekarang ini.
Penyebab munculnya berbagai aliran dan denomi
nasi gereja, antara lain adanya luas wilayah pelayanan, adanya pengaruh dari berbagai jenis filsafat duniawi, kurang tegas dan ketatnya pengajaran tentang Kristen, dan berbagai jenis motivasi individu muncul dalam
an
pelayanan gerejawi. Semua yang disebutkan itu membuat
rm aw
masing-masing pemimpin gereja atau orang Kristen menjadi berbeda pendapat. Selain itu pemahaman atau cara pandang terhadap suatu doktrin dalam kekristenan
De
terus menjadi sorotan. Sikap ini pemicu munculnya rasa tidak suka dan tidak puas pada gereja sebelumnya. Akibatnya, keinginan untuk melepaskan diri dari gereja induk serta membuat aliran atau denominasi baru yang
240
Gereja Pecah
ideal menurut pemahamannya masing-masing. Berbagai macam pandangan negatif yang dianggap
ur
merupakan pemikiran manusia yang berdosa. Tuhan
if
nama dan label pada aliran dan denominasi gereja
a
sebagai kelompok murtad dan bidat atau sesat. Pemberian
Yesus tidak pernah merencanakan gereja-Nya untuk
Ga
terbagi dalam berbagai aliran dan denominasi. Para rasul
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
sendiri tidak pernah menganjurkan adanya perpecahan dalam agama Kristen. Sebab Kristus itu adalah satu dan tidak pernah dibagi-bagi (1 Korintus 1:10). Dan tidak ada ayat dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang menganjurkan bahwa terbentuknya sebuah aliran dan denominasi gereja itu adalah alkitabiah.
Harapan terwujudnya kesatuan seluruh gereja di Indonesia merupakan komitmen bersama seluruh komponen orang Kristen. Kendati lembaga PGI sudah lama berada di tengah gereja dan bangsa ini, tetapi belum bisa menyatukan berbagai perbedaan organisasi gereja sampai saat ini. Walaupun PGI sudah bekerja keras namun sejalan dengan usaha mereka dalam menyatukan gereja
an
justru aliran dan denominasi gereja pun ikut bertambah.
rm aw
Adanya aliran dan denominasi gereja yang menolak dan membentuk lembaga lain untuk mengakomodir seluruh
De
bidang pelayanan gerejanya. Gerakan oikumenis selain PGI ikut juga berkembang
pesat di Indonesia. Beberapa di antaranya: Dewan Pantekosta Indonesia (DPI), Persekutuan Injili Indonesia (PII),
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu
241
Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII), Persekutuan Baptis Indonesia (PBI), Persekutuan Gereja
if
dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII), Persekutuan Gere-
a
Persekutuan Gereja-gereja Tionghoa di Indonesia (PGTI),
ur
ja-Gereja Mandiri Indonesia (PGMI), Persekutuan Gereja
Orthodox di Indonesia (PGOI), Persekutuan Gereja Penta-
Ga
kosta Indonesia (PGPI), dan sebagainya. Selain itu ada
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
juga gerakan oikumenis lokal yang melayani pada setiap Propinsi, Kotamadya, Kabupaten, Kecamatan, dan Desa. Pada awalnya gerakan paguyuban ini hanya bertujuan untuk belajar memahami serta berusaha menerima perbedaan yang ada.
Beberapa gerakan oikumenis lokal yang sudah ada
di Indonesia, yaitu:
a. Sinode Am Gereja-gereja Sulawesi Utara/Tengah (SAG SULUTTENG).
b. Persekutuan Oikumene Umat Kristen (POUK). Jumlah POUK saat ini sekitar 79 di seluruh Indonesia yang melayani orang Kristen di pemukiman atau perusahaan tertentu.
an
c. Badan Kerjasama Kegiatan Kristen (BK3).
De
rm aw
d. Badan Kerjasama Antar Gereja (BKSAG). e. Forum Komunikasi Antar Gereja (FKAG). f. Musyawarah Pelayanan Antar Gereja (MPAG). g. Bali Partnership yaitu wadah pelayanan bersama di daerah Bali, dan sebagainya.
if ur
Ga
Perbedaan organisasi menunjukkan se buah identitas kekuasaan. Orang yang haus kekuasaan adalah orang yang me misahkan diri dari kelompoknya. Haus kekuasaan tidak akan membawa seseo rang hidup dalam kedamaian.
a
Gereja Pecah
242
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Keberadaan gerakan oikumenis nasional, lokal, dan konsep penyatuan gereja yang dikumandangkan oleh beberapa teolog maupun pemimpin gereja belum bisa menyatukan gereja sebagaimana harapan Tuhan Yesus. Semakin banyak organisasi oikumenis sesungguhnya gereja menunjukkan dirinya telah mengalami perpecahan yang semakin besar. Memang perpecahan dalam agama Kristen Katolik tidak separah dengan agama Kristen Protestan. Perpecahan gereja selama ini dimulai dari perbedaan paham, pendapat, gaya kepemimpinan, doktrin, bentuk gereja, strategi penginjilan, organisasi gerja, dan lain-lain.
an
Fenomena
perpecahan
dalam
agama
Kristen
Protestan yang sedang terjadi saat ini jika tidak disikapi
rm aw
dengan bijaksanana serta terbeban untuk membenahinya, maka dipastikan akan menjurus pada perpecahan
De
gereja secara besar-besaran pada beberapa tahun ke depan. Kemungkinan besar perpecahan semacam inipun akan dipergunakan oleh golongan dan oknum tertentu untuk menindas kekristenan di Indonesia. Waspadalah
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu
243
akan kemungkinan buruk tersebut! ja-Nya tetap bersatu. Memang banyaknya aliran dan
if
denominasi gereja saat ini tentu sangat sulit mencapai
a
Tuhan Yesus terus berdoa hingga kini agar gere-
ur
kesatuan. Memang aliran dan denominasi gereja yang
sudah ada, secara manusia tidak mungkin untuk dilebur
Ga
menjadi satu aliran atau denominasi gereja saja. Akan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
tetapi, setidaknya ada niat bersama seluruh orang Kristen untuk menyatukan gereja-Nya mulai dari diri sendiri serta tiap organisasi gereja yang sudah ada di bumi pertiwi ini. Ketika Yesus Kristus datang kembali ada sejuta
harapan bahwa gereja-Nya telah bersatu menjadi “Gereja Kristus”. Gereja Kristus berarti gereja yang dipimpin secara langsung oleh Kristus tanpa menonjolkan aliran atau denominasi tertentu. Oleh sebab itu, langkah awal yang bisa dilakukan dalam rangka mewujudkan Gereja Kristus, adalah menghindari perpecahan gereja yang baru, tidak membentuk aliran dan denominasi gereja baru, dan saling menerima perbedaan yang ada tentunya.
an
C. Bersatu Dalam Misi Bersama
Setiap orang yang dipanggil oleh Allah dari berbagai
rm aw
bangsa, suku, ras, etnis, bahasa, dan budayanya masingmasing di dikumpulkan untuk menjadi satu tubuh
De
dengan-Nya. Relevansi penyatuan ini bisa dilihat dengan memiliki gedung gereja sebagai simbol dan identitas kebersamaan orang Kristen di seluruh dunia. Ketika masyarakat melihat gedung gereja maka di sana pasti ada
244
Gereja Pecah
orang Kristen. Gedung gereja berfungsi sebagai tempat beribadah kepada Allah dan sekaligus menjadi sarana
ur
mereka masing-masing.
Dalam sebuah gedung gereja dilaksanakan berbagai
Ga
kegiatan kerohanian seperti menyanyi, bersaksi, berdoa,
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
memberi persembahan, mengadakan perjamuan kudus, membaptis, sidi, pemberkatan pernikahan, dan yang lebih penting lagi membaca serta merenungkan Firman Tuhan. Semua kegiatan yang dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk memuliakan Allah serta menyampaikan visi-misi-Nya kepada semua masyarakat. Dalam gedung gereja juga jemaat merasakan pentingnya belajar menerima perbedaan yang ada.
Satu persekutuan dimulai dari pemahaman serta pengakuan tentang adanya satu Gereja yang esa. Kemudian pengakuan ini diikatkan dalam kasih dan kuasa Allah Tritunggal pemilik gereja yang sesungguhnya. Allah yang memimpin gereja untuk bersatu dalam melaksanakan misi memberitakan Injil kepada semua orang.
an
Dalam perjalanan sejarah gereja dalam dunia ini, mulai
rm aw
dari Utara, Selatan, Barat, dan Timur menunjukkan bahwa orang percaya kepada Yesus Kristus dipanggil dan dituntun oleh Roh Kudus untuk menjadi satu persekutu-
De
if
berbagai tempat, bahasa, aktivitas, dan kebudayaan
a
persekutuan di antara orang Kristen yang berasal dari
an serta menjadi kesaksian hidup di masyarakat (Lukas 13:29; Matius 8:11). Dalam keesaan inilah semua orang Kristen terpanggil serta bergerak tanpa henti mewujudkan misi Yesus Kristus untuk menyelamatkan semua
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu
245
if
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
ur
Perbedaan tidak selamanya menjadi mo mok yang menakutkan, sebaliknya bisa menjadi kekuatan untuk memberitakan Injil di seluruh dunia. Tercapainya kerin duan ini jika saling menerima perbedaan yang ada.
a
orang berdosa di seluruh dunia.
Misi Tuhan Yesus di dunia ini yaitu menging-
inkan agar tiada satu pun manusia di dunia ini tersesat, melainkan memperoleh anugerah keselamatan dariNya. Kendati aliran dan denominasi gereja serta strategi penginjilan memiliki banyak perbedaan, tetapi diharapkan tetap bersama dalam memberitakan Injil-Nya. Seiring menjalankan misi agung ini, Yesus tetap mendoakan agar semuanya bersatu baik yang sudah mendengar Injil maupun yang baru percaya kepada-Nya. Dengan demikian, kita memiliki harapan yang sama agar semua aliran dan denominasi gereja di Indonesia dan dunia pada umumnya kembali pada rencana Allah semula yaitu bersatu. Kita
an
harus menjalankan visi-misi Kristus di dunia ini sampai
rm aw
Dia datang kembali (Galatia 3:28).
De
D. Bersatu Itu Mutlak Persatuan dan kesatuan seperti apakah yang
didoakan sederhana
oleh agar
Tuhan semua
Yesus?
Jawabannya
gereja-Nya
bersatu
sangat menjadi
Gereja Kristus! Gereja Kristus adalah gereja yang meng-
246
Gereja Pecah
hadirkan Kristus dalam seluruh pelayanan gereja tanpa menonjolkan aliran dan denominasi, doktrin, sistem
ur
tunya gereja Tuhan menjadi tanggung jawab semua
if
pemimpin yang berkharisma atau pun sederhana. Bersa-
a
pemerintahan, pengakuan gereja besar atau kecil, dan
orang Kristen. Kesatuan yang dimaksud mulai dari murid
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
seluruh dunia sampai Dia datang kembali.
Ga
pertama Tuhan Yesus sampai kepada orang Kristen di
Perlu disadari bahwa kesatuan merupakan alat kesaksian kita supaya dunia ini percaya akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan satu-satunya Juruselamat. Yesus sendiri menghendaki supaya semua gereja-Nya bersatu. Karena itu panggilan supaya menjadi satu ini tidak perlu dianggap sepele. Kita menyikapi panggilan untuk bersatu tentu tidak boleh bertolak dari suatu sikap mau atau pun tidak mau, senang atau pun tidak senang, dan tidak ada tawar-menawar di dalamnya. Gereja harus bersatu dan mutlak adanya.
Mengingat pentingnya gereja bersatu adalah mutlak, maka pergumulan tentang keesaan gereja menjadi
an
tanggung jawab semua orang Kristen. Memang upaya
rm aw
mewujudkan keesaan gereja telah memakan waktu panjang baik di tingkat internasional maupun nasio nal.
De
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) misalnya pernah memperjuangkan keesaan secara nasional pada tahun 1967 di Makassar. Dalam rumusan ini kepelbagaian atau perbedaan itu diakui dan diterima. Gereja satu
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu
247
sama lain memang berbeda-beda, tatapi harus bersatu. nar makna doa Tuhan Yesus pasti menerimanya secara
if
tulus. Akan tetapi, sebagian pemimpin yang memiliki am-
a
Segelintir pemimpin Kristen yang memahami secara be-
ur
bisi pribadi serta kelompoknya justru menolaknya sampai saat ini.
Ga
Dalam mewujudkan kesatuan gereja-Nya tentu kita
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
memiliki keterbatasan, tetapi atas kehendak Allah, Yesus Kristus, dan kuasa Roh Kudus pasti gereja-Nya bersatu. Kapan dan dimulai dari gereja yang mana semuanya masih dalam rahasia-Nya. Oleh sebab itu, perlu kita memiliki keyakinan iman dan pengharapan akan terwujudnya gereja Tuhan tetap bersatu. Sebab, Harrison (2008:379) mengingatkan kita bahwa iman merupakan syarat yang diperlukan untuk menikmati hidup dari Allah dan karena itu juga untuk memasuki kesatuan yang mula-mula terdapat di dalam ke-Allahan dan kemudian di dalam Tubuh Kristus, yaitu Gereja.
Selain prinsip di atas, kesatuan gereja juga dapat
diawali melalui kehidupan spiritual setiap pemimpin gereja
an
dan orang Kristen secara keseluruhan. Sebagaimana
rm aw
Paulus menuliskan: Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan
De
Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh (Roma 12:5; I Kor. 12:12, 20), dan satu Roh (I Kor.12:4), sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan (I Kor.8:6;
248
Gereja Pecah
12:5), satu iman, satu baptisan, satu Allah (I Kor.8:6; 12:6) dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan
ur
Firman Tuhan menegaskan kepada kita bahwa
if
E. Bertumbuh Tetapi Bersatu
a
oleh semua dan di dalam semua (I Kor. 12:4-6; Filipi 2:2).
Ga
seluruh umat Kristen adalah satu karena mengimani serta memiliki Tuhan yang sama yaitu Allah Bapa, Yesus
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Kristus, dan Roh Kudus. Gereja adalah tubuh Kristus yang kelihatan di dunia ini (Kolose 1:18; Efesus 1:23) sekaligus Kristus adalah Kepala atas seluruh orang Kristen (Efesus 1:22; 4:15). Pada kenyataannya gereja terpecah belah dalam berbagai aliran dan denominasinya masingmasing. Lebih menyedihkan lagi karena satu sama lain saling bersaing dalam perebutan anggota jemaat untuk melegitimasi gerejanya telah mengalami pertumbuhan yang hebat.
Pertumbuhan gereja tidak bisa dilihat dari pertambahan jumlah anggota gereja semata, melainkan kualitas anggota jemaat dalam menjunjung tinggi nilai keesaan gereja itu sendiri. Apabila kita melihat kembali semua
an
orang Kristen mula-mula yang menjadi percaya kerena
rm aw
mendengar Injil, memberikan diri mereka dibaptis, mereka memasuki persekutuan orang percaya yang sehati, sejiwa,
De
saling membantu, dan saling menyayangi. Kesatuan mereka adalah sedemikian rupa eratnya sehingga mereka disukai oleh banyak orang termasuk yang belum percaya sama sekali. Pada akhirnya jumlah mereka semakin
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu
249
bertambah karena diberkati oleh Tuhan (Kisah Para Rasul itulah kita makin menjadi yakin bahwa tidak ada kuasa
if
duniawi yang mampu menghalangi karya Tuhan dalam
ur
memberikan pertumbuhan bagi gereja-Nya.
Keesaan gereja betul-betul terwujud apabila semua
Ga
orang Kristen mengatasi segala hal yang memisahkan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
mereka satu sama lain. Semua orang Kristen harus menyatakan secara jelas kesatuan mereka dalam Kristus Yesus melalui ibadah bersama, kesaksian bersama, pelayanan bersama, dan organisasi bersama. Untuk mencapai seluruh bentuk kebersamaan ini maka diperlukan sikap ketulusan, kekudusan, kebenaran, dan keterbukaan. Doa Tuhan Yesus tentang kesatuan gereja-Nya bukan saja ditujukan kepada murid-murid-Nya pada waktu itu, tetapi seluruh orang Kristen dari berbagai tempat dan waktu sampai saat ini. Prinsip-prinsip
keesaan
gereja
bukanlah
hasil
pikiran dan hasil kerja manusia, melainkan Yesus sendiri yang menginginkannya. Dengan demikian keesaan itu
an
adalah keesaan di dalam Kristus. Keesaan gereja-Nya
rm aw
merupakan suatu kesaksian kepada dunia, agar dunia percaya bahwa Yesus Kristus telah diutus oleh Allah Bapa sebagai Tuhan dan juru selamat bagi semua manusia yang bersatu dengan-Nya. Persekutuan tubuh Kristus
De
a
2:41-47). Belajar dari pertumbuhan gereja mula-mula
itu bukanlah suatu keseragaman tapi bukan pula keterpisahan. Persekutuan tubuh Kristus terdiri atas berbagai
250
Gereja Pecah
anggota, karunia, dan talenta masing-masing, tetapi diikat menjadi satu kesatuan dalam lembaga rohani yaitu
ur
menjadi satu adalah harapan dan doa kita semua. Sekali
if
Dengan keyakinan iman bahwa gereja sempurna
a
Gereja Kristus.
lagi harus disadari bahwa kesatuan gereja tidak dapat
Ga
dicapai dengan usaha manusia semata, tetapi oleh kemu-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
rahan dan anugerah dari Allah Tritunggal yang dapat mengubahkan setiap hati pemimpin gereja dan orang Kristen di seluruh Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya. Kesatuan gereja bukan hanya untuk kepuasan serta kepentingan aliran dan denominasi gereja tertentu saja, tetapi kehendak Kristus Yesus atas gereja-Nya. Perwujudan kesatuan gereja harus direkatkan dengan kasih Kristus bagi umat-Nya. Selanjutnya, kasih itu terus diaplikasikan antara sesama pemimpin gereja dan seluruh orang Kristen.
Dengan demikian, keesaan itu merupakan anugerah dan sekaligus panggilan dari Tuhan atas semua orang percaya. Dalam mewujudkan panggilan agung dari
an
Tuhan hasilnya harus menjadi nyata. Penyatuan gereja
rm aw
adalah pekerjaan yang paling berat karena berbagai aliran, denominasi, dan kepentingan sudah berakar dan tumbuh subur di Indonesia. Wadah oikumenis dapat dija-
De
dikan referensi, sarana, dan langkah awal persatuan ini. Gereja harus selalu bersaudara dan berpartisipasi dalam berbagai kepentingan bersama. Setiap gereja harus ikut merasakan penderitaan orang lain dan hidup rukun dari
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu
251
berbagai aliran serta denominasi gereja mana pun. Gereja harus terus bertumbuh sampai semua orang di seluruh
De
rm aw
an
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
ur
Apapun aliran dan denominasinya, ma ka gereja mutlak bersatu sebelum Tuhan Yesus datang kedua kalinya. Gereja yang bersatu adalah gereja yang mengakui kepemimpinan Kristus bagi gereja-Nya.
if
a
dunia mendengar Injil Tuhan.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
if
a
253
ur
if
a
BAB XI | Kesimpulan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
KESIMPULAN
Ga
BAB XI
Kita patut mengucapkan syukur kepada Allah
Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus (Allah Tritunggal) atas anugerah dan kesempatan yang diberikan bagi kita, sehingga ada waktu menerima berita sukacita dari Injil sampai hari ini. Dengan pemahaman Injil yang benar maka dapat membuat kita mengerti jalan keselamatan serta sekaligus menjadi alat bagi Dia untuk menyelamatkan orang lain. Hampir semua daerah, suku, bahasa, budaya, dan golongan masyarakat di Indonesia telah mendengar
an
Injil. Dapat dikatakan bahwa pemberitaan Injil telah nyata
rm aw
mengalami pertumbuhannya selama ini.
Tidak semua orang atau bangsa yang dapat memiliki
kesempatan untuk menerima Injil. Oleh karena itu, ketika
De
ada kesempatan untuk mendengar Injil yang disampaikan oleh seseorang atau melalui sarana penginjilan lainnya, janganlah keraskan hatimu!? Terimalah Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu secara pribadi dengan
253
254
Gereja Pecah
tetap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan di dalam gereja-Nya.
ur
peningkatan. Melihat kondisi ini menunjukkan bahwa
if
berbagai aliran dan denominasi gereja pun mengalami
a
Seiring pertumbuhan pekabaran Injil tersebut maka
gereja-gereja di Indonesia telah mengalami perpecahan
Ga
(skisma). Fenomena yang sama pula terjadi di gereja-gereja
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
belahan dunia lainnya. Penyebab utama perpecahan gereja ini pada umumnya karena perbedaan doktrin, sistem kepemimpinan, strategi penginjilan, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan semacam inilah yang menimbulkan reaksi dari setiap pemimpin gereja dan beberapa orang Kristen tidak mau menerima keberadaan gereja yang baru atau pun gereja yang sudah ada sebelumnya. Mereka saling mempertahankan keeksistensi gerejanya masingmasing serta merasa dirinya paling benar dan alkitabiah. Ketika gereja kehilangan jati dirinya sebagai lembaga agama atau lembaga kerohaniaan, maka pada saat itulah kekuasaan, hegemoni, penindasan, kebohongan, dan keserakahan semakin tumbuh subur serta menggerogoti seluruh sendi-sendi kehidupan iman umat Kristen. Segala
an
bentuk kebijakan pemimpin gereja menjadi sumber
rm aw
konflik, baik dalam gereja itu sendiri maupun terhadap aliran dan denominasi gereja lain. Akibatnya situasi ini
De
dapat dipakai oleh pihak tertentu untuk mengadu domba umat Kristen. Alasan retorika banyaknya aliran dan denomi nasi gereja sering dijadikan pembenaran dalam konteks pemberitaan Injil. Strategi ini dianggap mampu dan cepat
BAB XI | Kesimpulan
255
dalam menyampaikan berita sukacita ini. Tentu alasan ini tidak benar jika melihat pertumbuhan umat Kristen
if
mengalami peningkatan yang signifikan. Justru saling
a
sampai saat ini. Dalam kenyataannya umat Kristen belum “mencuri” anggota jemaat dari gereja lain. Metode pengin-
ur
jilan yang dilakukan kadang bertentangan dengan Alkitab
Ga
serta menyinggung organisasi gereja lain. Konsep berpikir
seperti ini sangat tidak relevan dengan harapan dan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
tujuan Tuhan Yesus dalam melaksanakan tugas Amanat Agung itu sendiri. Dia menghendaki agar pemberitaan Injil dilakukan secara benar tanpa harus ada aliran dan denominasi gereja yang banyak.
Apabila kita semua setuju bahwa gereja selama ini
baik di Indonesia maupun di luar negeri telah mengalami perpecahan yang besar. Padahal kita tahu bahwa agama Kristen Protestan masih dalam satu agama, Alkitabnya secara keseluruhan masih sama, Tuhan yang disembah adalah Allah Tritunggal. Marilah kita berjuang bersama untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam gereja Tuhan. Jangan lagi kita menambah aliran dan denominasi gereja baru, melainkan berusaha untuk menyatukannya
an
kembali. Setiap kita harus bisa menerima perbedaan yang ada sebagai langkah menuju kebersamaan. Marilah bersa-
rm aw
ma-sama mulai mewujudkan kebersamaan dan kesatuan itu dalam hal yang kecil menuju pada kesempurnaan yang
De
dikehendaki oleh Kristus. Semua harapan ini tidak akan terwujud apabila pribadi tiap pemimpin gereja telah tertanam sikap egosentris. Mereka tidak pernah mengindahkan Doa Agung
256
Gereja Pecah
Tuhan Yesus yang menghendaki agar gereja-Nya tetap bersatu. Yesus terus berdoa sampai kini supaya gere-
ur
harus diwujudkan tanpa meninggalkan misi utama yaitu
Ga
memberitakan Injil yaitu kabar sukacita kepada semua orang di seluruh dunia.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Marilah kita bertobat kepada Allah atas apa yang kita lakukan selama ini dalam gereja-Nya. Marilah kita memberitakan Injil dengan cara yang benar dan elegan, sehingga hormat dan kemuliaan hanya bagi Allah. Bukan keegoisan pribadi, apalagi menonjolkan aliran dan denominasi gereja masing-masing. Dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan gereja Kristus di seluruh Indonesia tentu bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi, sebagai orang percaya harus memiliki kerinduan dan keyakinan akan kesatuan gereja Tuhan tersebut. Bukan saja di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Oleh karena itu, beberapa pokok pikiran yang perlu kira renungkan secara bersama-sama, yaitu:
an
1. Setiap pemimpin gereja mulai dari Pendeta,
rm aw
Penginjil, Mejelis Jemaat, dan Majelis Sinode
De
if
kedatangan-Nya kembali. Keesaan gereja Tuhan mutlak
a
ja-Nya bersatu di dalam kepelbagaian yang ada sebelum
harus memahami dan mengerti akan tugas panggilannya di dalam gereja. Setiap unsur ini harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsinya masing-masing dan bukan karena memiliki kekuasaan semata. Pemahaman yang benar akan tugas panggilan itu menjadikan
BAB XI | Kesimpulan
257
gereja sebagai lembaga spiritual yang harmonis 2. Setiap pemimpin dari aliran dan denominasi
if
gereja harus menjunjung tinggi nilai kesatuan
a
di dunia ini.
Dengan
demikian,
setiap
ur
atas gereja-Nya sebagaimana doa Tuhan Yesus. pemimpin
dapat
Ga
menerima dan menghargai berbagai perbedaan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
yang terdapat pada gereja lain.
3. Setiap Pendeta ataupun Penginjil harus me miliki tingkat pendidikan teologi yang diakui oleh pemerintah sebagai standar awal dalam menggembalakan jemaat menuju keesaan gereja-Nya. Tanpa pengetahuan yang benar maka pemaknaan terhadap isi Alkitab pasti menyimpang. Akibatnya, aliran dan denominasi gereja akan semakin bertambah banyak.
4. Setiap Pendeta ataupun Penginjil harus selalu mengumandangkan persatuan dan kesatuan gereja Tuhan pada setiap tema pemberitaan
De
rm aw
an
Firman Tuhan. Dengan gema persatuan dan kesatuan inilah tidak ada celah bagi golongan atau
kelompok
masyarakat
tertentu
mempergunakan
perpecahan
gereja
yang
sebagai
arena politik dan kekuasaan. 5. Apabila pemimpin gereja ataupun umat Kristen memiliki talenta khusus dalam pelayanan gereja, maka sebaiknya bergabung dengan gereja yang sudah ada. Sebaliknya, gereja yang sudah
258
Gereja Pecah
ada harus bisa mengakomodir dan menerima
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
if
ur
pelayanan gereja tersebut. 6. Setiap pemimpin gereja dan orang Kristen, baik yang ada di Indonesia maupun di luar negeri semakin sadar dan bertanggung jawab untuk menyatukan aliran dan denominasi gereja yang sudah terpecah-pecah. Tuhan Yesus tidak menghendaki gereja-Nya terpecah-pecah dalam berbagai aliran dan denominasi. 7. Pemerintah terkait serta lembaga PGI harus
a
kelebihan dari seseorang untuk menunjang
berperan aktif untuk mencari solusi agar gereja dapat bersatu di seluruh Indonesia. Salah satu cara yang harus ditempuh adalah membatasi penambahan aliran dan denominasi gereja, sehingga
meminimalkan
perpecahan
dalam
agama Kristen pada masa-masa yang akan
De
rm aw
an
datang. Dengan demikian, buku ini diharapkan dapat menjadi sarana yang dipakai oleh Tuhan untuk memberikan pencerahan serta pengertian tentang betapa pentingnya persatuan dan kesatuan dalam gereja-Nya. Sebelum gereja semakin banyak mengalami perpecahan maka kita harus bertanggung jawab untuk menyatukannya kembali. Terwujudnya keesaan dalam gereja-Nya hanya ditujukan untuk pujian, hormat, dan kemuliaan bagi Kristus sampai selama-lamanya. Marilah kita semua bersatu sebelum Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya. Soli Deo Gloria.
259
Ga
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
DAFTAR ISTILAH
ur
if
a
Daftar Istilah
Aflat
Surat penghapusan siksa atau sering disebut juga surat indulgensia (penghapus dosa) yang dikeluarkan oleh Gereja Katolik Roma pada masa kepemimpinan Paus Leo X yang sering dikhotbahkan oleh Yohanes Tetzel
Allah Tritunggal
Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus
Alkitab
rm aw
an
Kitab Suci umat Kristen Protestan dan Kristen Katolik
De
Aliran Haluan pendapat atau pandangan hidup seseorang dalam sebuah golongan
259
260
Gereja Pecah
Amanat Agung Perintah Tuhan Yesus kepada orang Kristen untuk Baptisan
ur
Upacara sakral yang dilakukan terhadap seorang
if
a
memberitakan Injil kepada semua orang
Kristen dengan menggunakan media air sebagai
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
secara percik atau selam.
Ga
simbol persekutuan di dalam Allah Tritunggal Baptisan Percik
Baptisan yang dilakukan kepada seseorang dengan memercikkan beberapa tetes air di atas kepalanya yang dilaksanaka di dalam gedung gereja
Baptisan Selam
Baptisan yang dilakukan kepada seorang dengan cara menenggelamkan atau memasukan ke dalam air yang ada kolam, sungai, dan laut
Caesaropapal
Sistem pemerintahan gereja yang berada di bawah kekuasaan seorang raja
Calvinis
an
Sebuah sistem teologis yang menekankan pada
De
rm aw
paham Johanes Calvin yang didasarkan pada pendekatan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala sesuatu
Collegial Sistem pemerintahan gereja yang didasarkan pada hubungan pertemanan atau persahabatan di mana segala keputusan ditempuh dengan cara demokrasi
Daftar Istilah
261
ur
if
Denominasi Golongan atau sekte yang lahir dari beberapa aliran gereja yang karena perbedaan paham dan penafsiran terhadap ajaran Kristen atau isi Alkitab
a
dan kekeluargaan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
Dieken Jabatan gerejawi yang bertugas untuk membantu orang-orang miskin serta pelayanan sosial lainnya Doktrin Ajaran tentang asas atau pedoman pengajaran suatu aliran gereja dalam agama Kristen Ekklesia Sidang atau kumpulan jemaat
Episcopal Sistem episkopal adalah sistem pemerintahan gereja yang dipegang oleh Bishop yang sama dengan jabatan uskup dan sistem ini dianut oleh sebagian gereja Kristen Protestan
De
rm aw
an
Gereja Identitas orang Kristen yang percaya kepada Yesus Kristus. Sebutan tempat ibadah agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik Hegemoni Konsep dan teori dominasi kelas terhadap kelas lain yang dianggap lebih lemah atas dasar kepemimpinan sehingga dominasi dianggap sebagai suatu kebenaran baik dalam bentuk fisik dan non-fisik
262
Gereja Pecah
Invisible Church Hakekat orang Kristen yang tidak dapat dilihat oleh Kekuasaan
ur
Kewenangan yang dimiliki oleh seseorang dalam mengatur suatu lembaga tertentu
Ga
Kongregational
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Sistem pemerintahan gereja yang independen di dalam gereja lokal
Lutheran
Sebuah sistem teologis yang dianut oleh pengikut Marthin Luther sebagai tokoh reformasi pertama
Majelis Jemaat
Pemimpin gereja yang terdiri atas Pendeta, Penatua, dan Diaken
Majelis Sinode
Pemimpin gereja secara nasional yang beranggotakan
Pendeta,
Penatua,
dan
Diaken
dari
gereja-gereja lokal yang terpilih dalam Sidang Raya
an
Sinode
De
rm aw
Oikumenis
Sebuah konsep penyatuan gereja yang berjalan bersama,
berpikir
bersama,
dan
if
a
manusia yaitu pribadi-pribadi umat pilihan Allah
memutuskan
bersama
Papal Sistem pemerintahan yang diterapkan oleh Agama Katolik yang sifatnya hierarki. Istilah papal berasal
Daftar Istilah
263
dari kata papas yang artinya bapa. Pemimpin tert-
ur
if
Penatua Jabatan gerejawi yang bertugas membantu Pendeta dalam menegakkan disiplin serta pelaksanaan pelayanan gereja
a
inggi berada pada jabatan Paus.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
Pendeta Biasa disebut pula “predikan” atau pelaksana khotbah dan disiplin gerejawi
Penginjil Seorang hamba Tuhan yang belum ditahbiskan menjadi Pendeta, tetapi tugas dan fungsinya sama dengan Pendeta kecuali pelayanan sakramen Presbiterial Sistem pemerintahan gereja dimana segala keputusan ditetapkan oleh pemimpin (majelis jemaat) di gereja-gereja lokal Sakramen Upacara sakramental dalam agama Kristen
an
Ut Omnes Unum Sint Supaya semua orang Kristen menjadi satu
De
rm aw
YHWH Sebutan bagi Allah yang disembah oleh orang Israel dan orang Kristen Visible Church Hakekat orang Kristen yang dapat dilihat secara indrawi manusia yaitu seluruh anggota jemaat
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
if
a
265
Ga
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
DAFTAR SINGKATAN
ur
if
a
Daftar Singkatan
AMIN
Angowuloa Masehi Indonesia Nias
BK3
Badan Kerjasama Kegiatan Kristen
BKSAG
Badan Kerjasama Antar Gereja
BNKP
Banua Niha Keriso Protestan
CMA/CAMA Christian and Missionary Alliance Dewan Gereja-gereja di Indonesia
DGN
Dewan Gereja Nasional
DPI
Dewan Pantekosta Indonesia
FKAG
Forum Komunikasi Antar Gereja
GBII
Gereja Baptis Independent di Indonesia
GBK
Gereja Bala Keselamatan
De
rm aw
an
DGI
GGBI
Gabungan Gereja Baptis Indonesia
GITJ
Gereja Injili di Tanah Jawa
GKII
Gereja Kemah Injil Indonesia
GKLI
Gereja Kristen Luther Indonesia
GKMI
Gereja Kristen Muria Indonesia
GKPA
Gereja Kristen Protestan Angkola 265
Gereja Kristen Protestan di Bali
GKPI
Gereja Kristen Protestan Indonesia
GKPM
Gereja Kristen Protestan Mentawai
GKPN
Gereja Kristus Penginjilan Nusantara
GKPS
Gereja Kristen Protestan Simalungun
GMAHK
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh
GMI
Gereja Methodis Indonesia
GPIBI
Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indo-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
ur
GKPB
nesia
Gereja Punguan Kristen Batak
GPdI
Gereja Pantekosta di Indonesia
GZB
Gerakan Zaman Baru
HKBP
Huria Kristen Batak Protestan
HKI
Huria Kristen Indonesia
JPI
Jemaat Pantekosta di Indonesia
JKI
Jemaat Kristen Indonesia
KGBI
Kerapatan Gereja Baptis Indonesia
KKR
Kebaktian Kebangunan Rohani
LMS
London Missionary Society
LWF
Lutheran World Federation
MPAG
Musyawarah Pelayanan Antar Gereja
MPR
Majelis Permusyawaratan Rakyat
NTT
Nusa Tenggara Timur
NZG
Nederlandsch Zendeling-genootschap
ONKP
Orahua Niha Keriso Protestan
PBI
Persekutuan Baptis Indonesia
PGBIJ
Persekutuan Gereja-gereja Baptis Irian
De
rm aw
an
GPKB
Jaya
a
Gereja Pecah
if
266
Daftar Singkatan
267
PGI
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia
PGLII
Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Persekutuan
Gereja-Gereja
Mandiri
if
PGMI
Indonesia nesia
Persekutuan Gereja Pentakosta Indo-
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
PGPI
ur
Persekutuan Gereja Orthodox di Indo-
Ga
PGOI
nesia
PGTI
Persekutuan Gereja-gereja Tionghoa di
Indonesia
PII
Persekutuan Injili Indonesia
POUK
Persekutuan Oikumene Umat Kristen
RMG
Rheinische Missions Gesellschaft
SAAT
Seminari Alkitab Asia Tenggara
SGKBJ
Sinode Gereja Kristen Baptist Jakarta
SKB
Surat Keputusan Bersama
YPPII
Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil
De
rm aw
an
Indonesia
a
Indonesia
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
if
a
269
Ga
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
DAFTAR PUSTAKA
ur
if
a
Daftar Pustaka
Abineno, J.L. Ch. 2002. Garis-garis Besar Hukum Gereja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Agus, Bustanuddin. 2006. Agama Dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Aritonang, Jan S. 2000. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Baan, G.J. 2009. TULIP: Lima Pokok Calvinisme. Surabaya:
an
Momentum.
De
rm aw
Bagiyowinadi, F.X. Didik. 2011. Pembaptisan Bayi dan Kanak-Kanak. Jakarta: Obor.
Bercot, David W. 1999. Will The Real Heretics Please Stand Up. Scroll Publishing.
269
270
Gereja Pecah
Barker, Chris. 2006. Cultural Studies: Teori dan Praktik.
ur
Mulia.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
Berkhof, Louis. 1997. Teologi Sistematika: Doktrin Gereja. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia.
Bolkstein, M.H. 1956. Asas-asas Hukum Gereja. Jakarta: Penerbit Kristen.
Brotosudarmo, R.M. Drie S. 2008. Pendidikan Agama Kristen Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: ANDI. Budiardjo,
Miriam.
2008.
Dasar-dasar Ilmu Politik.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Calvin, Yohanes. 2003. Institutio: Pengajaran Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gintings, E.P. 2009. Apakah Hukum Gereja, Bandung:
an
Jurnal Info Media.
rm aw
Godfrey, W. Robert. 2009. Penuntun Ke Dalam Institutes Calvin. Surabaya: Momentum.
De
Gottschalk, Stephen. 1987. Christian Science, dalam Mircea Eliade (ed): The Encyclopedia Of Religion. New York: Macmillan.
if
Berkhof, H. 2007. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung
a
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Daftar Pustaka
271
Gramsci, Antonio. 1971. Selection from the Prison Note
if
Griffiths, Michael. 1995. Gereja dan Panggilannya Dewasa
ur
Ini. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ga
Halim, Makmur. 2000. Gereja di Tengah-tengah Peru bahan Dunia. Malang: Gandum Mas.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Hall, Joseph H. 2009. Penuntun Ke Dalam Theologi Insti tutes Calvin:
Esai-esai dan Analisis. Surabaya:
Momentum.
Harrison, Everett F. 2008. The Wycliffe Bible Commentary: Tafsiran Alkitab Wycliffe Perjanjian Baru, Vol. 3. Malang: Gandum Mas.
Haskins, J. 1992. The Methodists. New York: Hippocrene Books.
Hayes, John H. dan Carl R. Holladay. 1999. Pedoman Penafsiran Alkitab. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Hoekema, A.A. 1969. The Four Major Cults. Exeter: The
an
Paternoster Press.
De
rm aw
Hoeksema, Herman. 1985. Reformed Dogmatics. Grand Rapids: Reformed Free Publishing Association.
Indra, Ichwei G. 2011. Jejak Juang Saksi Injil. Surabaya: Mikhael Ministry.
a
books. London: Lawrence & Wishart.
272
Gereja Pecah
Keene, Michael. 2006. Agama-agama Dunia. Yogyakarta: Kanisius.
if ur
Batu: YPPII Departemen Literatur.
Literatur.
Sejarah Gereja IV: Pergumulan dan
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
1998.
Ga
_______. 1998. Sejarah Gereja I. Batu: YPPII Departemen
_______.
Perjuangan Gereja Antara Iman dan Rasio Pada Zaman Pencerahan dan Pietisme, Surabaya: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia.
Lane, Tony. 2005 Runtut Pijar. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Lawson, Leroy. 2008. Gereja Perjanjian Baru. Surabaya: Yakin.
Lay, Agus. 2006. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: ANDI.
an
Lie, Paulus. 2010. Mereformasi Gereja. Yogyakarta: ANDI.
rm aw
Lumintang, Ramly B. 2011. Semper Reformanda dan Pergu mulan Gereja Masa Kini. Bandung: STT Bandung.
Makkelo, Ilham Daeng. 2010. Kota Seribu Gereja (Dinamika
De
a
Kuhl, Dietrich. 1997. Gereja Katolik-Sejarah Gereja II.
Keagamaan dan Penggunaan Ruang di Kota Manado), Yogyakarta: Ombak.
Daftar Pustaka
273
Marantika, Chris. 2004. Masa Depan Dunia Ditinjau Dari
if
Marsden, George M. 1996. Agama dan Budaya Amerika.
ur
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Mouffe, Chantal. 1984. Towards a Theoretical Interpretation
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
of New Social Movement. New York: International General/IMMRC.
Nurdi, Henri. Kristenisasi Global Datang Mengancam, (Sabili.co.id) dan Badan Pusat Statistik Dept. Agama RI, Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2005, (http://www.depag.go.id/indek.php).
Oktavianus, Petrus. 1991. Managemen dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah. Malang: Gandum Mas.
Packer, J.I. 1991. Kristen Sejati: Pengakuan Iman Rasuli. Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia.
Prime, Derek. 2001. Tanya Jawab Tentang Iman Kristen.
an
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih / OMF.
De
rm aw
Ratna, Nyoman Kuta. 2005. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______.
2008.
Postkolonialisme Indonesia: Relevansi
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
a
Alkitab. Yogyakarta: Iman Press.
274
Gereja Pecah
Rayburn, Robert G. 2005. Apa Itu Baptisan ? Surabaya: Momentum
if ur
nikasi Bina Kasih.
Ga
Rullmann, J.A.C. 1953. Peraturan Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Sagala¸ Herlise Y. 2011. Samper Reformanda dan Pergu mulan Gereja Pada Masa Kini. Bandung: STT Bandung.
Scheunemann, Volkhard. 1986. Apa Kata Alkitab Tentang Baptisan. Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia.
Smith, Huston. 2008. Agama-agama Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sproul, R.C. 2002. Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen. Malang: Departemen Literatur SAAT.
Steenbrink, Karel A. 1987. Perkembangan Teologi Dalam
rm aw
an
Dunia Kristen Modern. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press.
De
Strauch, Alexander. 2008. Diaken Dalam Gereja: Penguasa atau Pelayan? Yogyakarta: ANDI.
Tabor, James D. 2007. Dinasti Yesus. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
a
Riemer, G. 2002. Cermin Injil. Jakarta: Yayasan Komu-
Daftar Pustaka
275
Thiessen, Henry C. 2003. Teologi Sistematika. Malang:
2006.
if
Joseph.
Keunggulan Anugerah Mutlak:
ur
Tong,
a
Gandum Mas.
Kumpulan Refleksi Teologis Tentang Iman Kristen.
Ga
Bandung: Sekolah Tinggi Teologia Bandung.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Tong, Stephen. 1999. Reformasi Dan Teologi Reformed. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia.
Verkuyl, J. 1966. Geredja dan Bidat-bidat. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Walvoord,
John
F.
1984.
Gereja dalam Nubuatan.
Surabaya: Yakin.
Warren, Rick. 1999. Pertumbuhan Gereja Masa Kini: Gereja Yang Mempunyai Visi-Tujuan. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas.
Winker, E.K. 1994. The New Age Is Lying to You, St. Louis:
an
Concordia Publishing House..
De
rm aw
Wiyanto, Agus. 2010. Rapor Merah Pendeta. Yogyakarta: Gloria Graffa.
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
an
rm aw
De
Ga
ur
if
a
Riwayat Penulis
277
RIWAYAT PENULIS
if
8 Desember 1979 di Nias, Sumatera Utara.
a
Dermawan Waruwu, S.Th.,M.Si lahir pada Ia menamatkan pendidikan SDN Daulo
ur
Gido, SMPN 7 Gunung Sitoli, dan SMAN 1
Ga
Gunung Sitoli. Selanjutnya menyelesaikan
studi S1 (Sarjana Teologi) di John Calvin Theological
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Seminary Bali tahun 2008 dan lulus S2 (Magister Sains) pada Program Studi Kajian Budaya (Cultural Studies) Universitas Udayana Denpasar-Bali tahun 2012.
Setelah menyelesaikan studi S1 & S2 penulis
melaksanakan berbagai kegiatan non-akademik dan akademik. Kegiatan non-akademik yaitu membawakan seminar, ceramah/berkhotbah di beberapa gereja dan lembaga sosial seluruh Indonesia. Kegiatan akademik yaitu sebagai dosen tetap di Universitas Dhyana Pura Bali pada program studi psikologi dan dosen tidak tetap di beberapa perguruan tinggi swasta di Bali. Ada beberapa mata kuliah yang diajar selama ini antara lain: Filsafat, Pendidikan Agama Kristen, Sosiologi, Antropologi, Etika,
De
rm aw
an
Metodologi Penelitian, dan lain-lain.
Suardin Gaurifa, M.Th lahir pada 11 Agustus 1982 di Bawolowalani, Nias, Sumatera Utara. Menyelesaikan studi S1 (Sarjana Teologi) di STTII Surabaya 2007 dan lulus S2 (Magister Teologi) di STTII Surabaya tahun 2010.
277
278
a
Setelah menyelesaikan studi S1 & S2 penulis
De
rm aw
an
BU Wa KU Hp ru I 08 wu NI 13 & DI 38 Su JU 66 ar AL 50 di 28 n
Ga
ur
melaksanakan berbagai kegiatan non-akademik dan akademik. Kegiatan non-akademik yaitu membawakan seminar-seminar Aplogetika, ceramah/berkhotbah di beberapa gereja dan lembaga sosial seluruh Indonesia. Kegiatan akademik yaitu sebagai dosen di STTII Surabaya (2010-2014) pada mata kuliah Kristologi, Eksposisi Wahyu, dan Bahasa Yunani. Saat ini sebagai dosen tetap di STT Pelita Kebenaran Medan, mengajar mata kuliah Bahasa Ibrani dan Eksposisi Perjanjian Baru, dll.
if
Gereja Pecah
The author has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue