KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN PERSPEKTIF LINTAS BUDAYA M. AIi Sibram Malisir Abstract cross-cultural leadership is the ability of a person (the leader) to influence and motivate group members of different cultures. Cross-culturalleadership emphasizes the impact of culture on power leader, the personal characteristics of a leader in the self-image and the pattern of interaction between leaders and subordinates. Cultural and cross-cultural c"ontribution to improving the effectiveness of educational leadership. In addition, cultural diversity often creates chaos, if well managed and supported by the righi leadership, will be a force. Transformational leader will motivate personnel in order to fully realizetheir potential. But to succeed in intercultural issues, transformational leader must be u i"ui ptuyer as well, and be prepared to be influenced by, and learn from members of other organizations. This means that the principal transformational main role is to transform the potentiai of the institutional school, teachers, school committees, students and administrative staff into a force (energy) that is focused on achieving the desired goal. Another power that needs to be owned by the principal is negotiating power, ie the ability of principats to buila unity within the group in the school and -very move towards the same goal in togetherness. Another power is also important for the principal as transformational leader is the power of communication (in communication skills), which is the principal's ability to communicate and communicate various things about the school such as the implementation of the vision, mission, objectives, strategies / ipproaches, targets, indicators and other so on. Intelligent leadership culture has three aspects of managing the group environment (environmental management group), development of culturally diverse groups (the development of a culturally diverse) and developing cultural intelligence in ttre sro;'p 1in ttre group develop cultural intelligence). Key words : Leadership, education, Cross_Culture
Kehidupan
A. Pendahuluan
politik dan
ekonomi
Kemajuan tekonologi komunikasi
yang mengglobal (AFTA, APEC, EC) ten_
telah membabat batas-batas yang mengiso_
fu memerlukan visi baru, mindset baru, dan
lasi manusia. Lahirlah apa yangdinamakan
dengan sendirinya membutuhkan suatu je_
masyarakat terbuka (open society). Dunia
nis pendidikan dengan cita-cita kemanusia_
yang terbuka telah menciptakan apa yang
an. Sistem pendidikan di seluruh dunia per_
disebut dunia tanpabatas. Manusia dewasa
lu reinventing yaitu pendidikan yang d,apat mempersiapkan manusia-manusia yang
ini hidup di dalam
apa
yalg disebut global
mempunyai identitas dalam masyarakat
village atau kampung global. Kini orang berkata-kata mengenainya perlu ad,anya
lokalnya dan sekaligus memiliki visi global
global governance.
untuk membangun dunia bersama.2
Dosen Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam -Fakultas Negeri Palangka Raya
2H.A.R
Tilaar, Pendiclikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesla, (Bandung: Rosdakarya, 2OO7),h. 216.
52
53
Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya
Berlakunya konsep globalisasi ter-
ini
unfuk menjalani penugasan luar negeri ter-
mem-
lebih dahulu (expatriates), agar mereka
bawa berbagai konsekuensi yang sangat
mampu dan memiliki pengalaman yang
luas dalam setiap aspek kehidupan manusia
lebih luas dengan nuansa yang sangat ber-
tanpa terkecuali, termasuk dalam bidang
beda dari situasi dan kondisi lingkungan
pendidikan dengan seluruh komponen
domestik pekerjaan yang selama ini ryrere-
yang mendukung bidang pendidikan ter-
ka tekuni. Keberhasilan mereka mengem-
ini para pimpinan dalam rangka
ban penugasan tersebut menjadi penilaian
mengelola organisasi pendidikan memerlu-
prestasi mereka untuk jabatan yang lebih
kan visi dan perspektif global jika mereka
tinggi (promosi misalnya ke guru besar).
hadap dunia internasional saat
sebut. Saat
berkeinginan mencapai sukses. Batasan
Penugasan internasional menjadi
negaru tidak mampu untuk menghambat
semakin penting saat ini dan telah menjadi
atau membatasi organisasi dari tekanan
bahagian dari karir para manajer (mana-
persaingan dari luar flegata, sehingga ke-
gerial career). Sebagai konsekuensi dari
suksesan organisasi sangat ditentukan oleh
kondisi tersebut maka kompetensi kepe-
kemampuan manajer atau pimpinan untuk
mimpinan lintas budaya sangat diperlukan
beradaptasi dalam lingkungan internasional
dalam institusi yang beroperasi secara in-
yang bukan saja jauh lebih luas tetapi juga
ternasional. Secara lebih nyata kondisi ini
sangat dinamis dan penuh dengan berbagai
akan sangat mempengaruhi interaksi antara
peluang dan tantangan serta sangat di-
manajer yang ditugaskan ke luar negeri
namis.
(expatriates manager) dengan para staf Sehubungan dengan
hal
tersebut
berbagai persiapan telah dilakukan oleh
lokal mereka, yatg kenyataannya
sangat
memerlukan berbagai tingkat,
banyak institusi terutama oleh mayoritas
Adaptasi yang harus mereka laku-
institusi yang memiliki jangkauan operasi
kan baik oleh manajer maupun oleh staf
di berbagai negara atau lebih dikenal
de-
mereka. Bagi para manajer hal tersebut
nganworld class university, dai mulai me-
sangat erat berhubungan dengan gaya ke-
ningkatkan daya saing produk yang mereka
pemimpinan yang harus diterapkan akibat
hasilkan, memberikan berbagai pengetahu-
dari perbedaan budaya yang mereka miliki.
an tentang lingkungan internasional, meng-
Demikian juga bagi para staf lokal mereka
amati strategi bersaing yang dilakukan oleh
juga harus menerima serta menyesuaikan
para pesaing mereka sampai kepada per-
perilaku mereka terhadap perubahan gaya
ubahan kebijakan yang dilakukan terhadap
kepemimpinan yang diterapkan oleh ma-
penilaian prestasi atau kinerja bagi seorang
najer yang berasal dari luar negeri dengan
calon manajer yang akan dipromosikan
manajer lokal mereka selama ini meskipun
Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Lintas Budaya
Program Pascasariana STAIN Palangka Raya
54 penyesuaian telah dilakukan oleh para tna-
sebagai pelaku dari bidang bisnis
najer luar negeri tersebut.
diri.
itu
Sebuah kepemimPinan akan
Keberhasilan dalam Penyesuaian
sen-
efektif
dari kedua belah pihak merupakan kunci
bila dapat mengakomodir budayayang ada
sukses bagi kinerja organisasi secara kese-
di lingkung
luruhan. Namun demikian bagi para mana-
semacam
jer yang ditugaskan di luar negeri (pxpa-
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
triates manajer), secara khusus tantangan
Kesimpulan dikemukakan oleh
tersebut terasa lebih berat dan memiliki
Lestari (2009) dalam tesisnya yang ber-
konsekuensi yang jauh lebih besar jika
judul
dibandingkan dengan situasi yang dialami
Pesantren" dengan mengambil pondok pe-
ini
anny a, sehingga kepemimpinan
ini dapat menjadi kekuatan untuk
Sri Puji
"Kepemimpinan Lintas Budaya di
disebabkan
santren Al-Kenaniy ah J akarta sebagai sam-
oleh posisi mereka sebagai pimpinan yang
pel penelitian. kepemimpinan lintas budaya
harus mampu mempengaruhi pata karya-
merupakan kemampuan seseorang (pe-
wan agar mereka bersedia untuk bekerja-
mimpin) untuk mempengaruhi dan me-
sama dalam melaksanakan operasional per-
motivasi anggota kelompoknya yang ber-
oleh para karyawan, hal
usahaan,
di mana
keberhasilan paru ma-
beda budaya.
Kepemimpinan lintas budaYa me-
najer akan dievaluasi dan ditentukan bagi
nekankan dampak budaya pada kekuasaan
jenjang karir mereka selanjutnya.
Berbagai tantangan akan muncul
pemimpin, karakteristik personal pada pen-
diri pemimpin dan pola interaksi
bagi para manajer yang ditugaskan di luar
citraan
negeri (exp atriatesmanaj er), terutama yang
antara pemimpin dengan bawahan.Lebih
berasal dari kekuatan sosial budaya yang
jauh lagi, citra yang diciptakan oleh pe-
diwakili oleh perbedaan budaya baik
mimpin dimungkinkan menjadi prototype
budaya nasional (negara) yang bersang-
pemimpin dan bawah at yafigberhasil pada
kutan maupun perbedaan budaya organi-
budaya
sasi yang berlaku dalam menjalankan bis-
merupakan sanggahan terhadap teori hege-
nis mereka. Budaya baik secara langsung
moni kepemimpinan yang berpaham mo-
maupun tidak langsung pada kenyataannya
nokultural yang diusung oleh Anthonio
akan mempengaruhi keseluruhan
aspek
Gramsci.Sejalan dengan pendapat pen-
fungsional bisnis, baik dalam bidang pe-
dapat para terdahulunya, Sri Puji Lestari
masaran, bidang sumber daya manusia,
(2009) menyatakan bahwa kontribusi bu-
bidang keuangan, bidang produksi dan bi-
daya dan lintas budaya dapat meningkat-
dang-bidang lainnya, karena budaya me-
kan efektifitas kepemimpinan pendidikan.
di
tempat tertentu.Penelitian ini
nyentuh seluruh aspek kehidupan manusia
f
urnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural
Volume II, Nomor
1, Juni
2014
55 Program Pascasariana STAIN Palangka Raya
Selain itu, keragaman budaYa Yang
seringkali menimbulkan kekacauafi, apa-
bila dikelola dengan baik dan didukung oleh kepemimpinan yang tepat, akan menjadi sebuah kekuatan' Wacana kajian lintas budaya dewasa ini belum tersosialisasi de-
nunjukkan dengan jelas adanya perubahan
terus menerus dalam hal kepemimpinan' Perubahan
itu tidak hanya mencerminkan
adatya ketidakpuasan dengan teori-teori
sebelumnya karena adanya persoalanpersoalan yang belum terjawab, tetapi juga
an
adany a perbedaan perspek-
ngan baik.Oleh karena itu, sudah semesti-
mencermink
nya semua pihak ikut serta berpartisipasi aktif dalam mensosialisasikan dan mem-
tif yang dipakai oleh para teoris.s Raihani mengutiP Tirmizi
bantu terwujudnya model kepemimpinan pendidikan yang menggunakan perspektif
menyebutkan bahwa evolusi teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan ke dalam
tiga pendekatan, yaitu pendekatan pem-
lintas budaya.3
bawaan, perilaku B. Kepemimpinan dan Lintas Budaya (Cul-
dan
kontingental'
Kemudian Chemers (1997) memasukkan ketiga pendekatan ini ke dalam apa yarrg
tural Crossing)
1.
Yang
disebutnya teori-teori leader-oriented, dan
KepemimPinan (LeadetshtP) Riset tentang kePemimPinan Pen-
menyatakan bahwa pendekatan-pendekatan
didikan menunjukkan bahwa kepemimpin-
yang memusatkan perhatian khusus pada
an memegang peranan penting, atau men-
hubungan pimpinan-bawahan (leader-fol-
jadi faktor utama, yang mendorong kesuk-
lower relationship) merupakan pendekatan
sesan upaya-upaya reformasi sekolah' Pada
transformasional dan transaksional.6
gilirannya, ia juga menentukan pencapaian
prestasi sekolah secara keseluruhan, ter-
2. Lintas Budaya (Cultutal Ctossing)
KonseP keberagaman
masuk prestasi siswa sebagai fokus utama
budaYa
kadang-kadang terdapat tumpang tindih
di sekolah.a KonseP kePemimPinan telah ber-
pandangan. Perbedaan tersebut dapat di-
kembang dari waktu ke waktu menggam-
pahami dalam pengertian bahwa dalam
barkan evolusi teori-teori kepemimpinan
organisasi
dengan Sembilan klasifikasi-yaitt teoti the
budaya tidak tertutup terjadi interaksi an-
great man, pembawaall, kekuasaan dan pe-
tara sumber daYa manusia Yang mem-
ngaruh, behavioris, situasional, kontingen-
punyai latar belakang bersamabudaya yang
tal, transaksional, atribusi (penyifatan), dan
berbeda. Sementara
teori transformasional. Klasifikasi ini melThe School_Y.2No.8
4Raihani, Kipemimpinan Sekolah Transformdlfl (Yogyakarta:
2010), h.
LKIS'
di mana terdapat keberagaman
itu, interaksi antar budaya dilakukan oleh sumber daYa
5lbid.,h. olbid.
tt.
1.
f"p"nti.plru,
fendidikan Perspektif Lintas Budaya
Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya
56
manusia dalam organisasi. Bagi Wibowo,
tural seperti mode organik; team mervpa-
keberagaman budaya organisasi terjadi
kan representasi manajer secara interna-
apabila di dalam suatu organisasi terdapat
sional; kepemimpinan meliputi berbagai
variasi sumber daya manusia dilihat dari
keterampilafi yang cocok untuk konteks
segi gendor, umur, pendidikan, status so-
global; motivasi yang cocok untuk kebe-
sial, agama dan kepercayaafl, rasa atau
ragaman, budaya organisasi seperti men-
suku, serta etnis. Dalam kerangka kebe-
cirikan organisasi pembelajaran, metode
di
antara
dan sistem komunikasi; negosiasi mem-
mereka mempunyai latar belakang budaya
berikan manfaat bersama bagi semua pe-
berbeda.Adapun dalam pengertian budaya
laku; sistem dan praktek manajemen sum-
multikultural atau banyak pula disebut
ber daya manusia yang mencerminkan
sebagai antar budaya ata.u lintas budaya
dinamika operasi dalam konteks global.
ragaman tersebut, dapat saja
terjadi apabila dua budaya atau lebih berinteraksi dalam suatu organisasi.T
Transformational leaderakan cocok untuk menjadi manajer antar budaya. Pe-
Manajemen antarbudaya adalah
mimpin tranformasional memotivasi perso-
mahal, tetapi juga menghasilkan nilai
nel agar menyadari sepenuhnya potensi
manfaat yang sangat tinggi.Sekarang bah-
yang mereka miliki. Namun untuk sukses
kan dapat direkomendasikan bahwa orga-
dalam masalah antarbudaya, pemimpin
nisasi global menyewa spesialis dalam
transformasional harus menjadi pemain tim
bidang manajemen antar budaya. Sehing-
juga, dan dipersiapkan untuk dipengaruhi
ga, masalah yang timbul dalam manajemen
oleh, dan belajar
antar budaya dapat diantisipasi dan diper-
lainnya.
dari
anggota organisasi
hatikan. Sebaliknya, kekuatan kontraproduktif pada manajemen antar budaya dapat memperoleh landasan dan dapat menjadi
C. KepemimpinanTransformasional (Tr an sfo rm
ational
Le ade r s hiP)
Model kepemimpinan transfor-
melembaga.
Manajemen antarbudaYa daPat
masional merupakan model yang relative
dipandang sebagai bagian dari manajemen
baru dalam kajian tentang kepemimpinan.
internasional. Karenanya mungkin relevan
Suriansyah dan Aslamiah (2012) menyata-
untukmemperhatikan karakteristik mana-
kan bahwa Burn (1978) adalah penggagas
jemen internasional yang efektif. Wibowo
yang mendefinisikan kepemimpinan trans-
mengutip Nina Jacob menyebutkan ciri-ciri
formasional yang menurutnya, kepemim-
tersebut adalah: mengubah bentuk struk-
pinan transformasional menekankan perlu-
nya pemimpin menyokong 'Wibowo, Budaya
Organisasi.
Meningkatkan Kinerja Jangka
Sebuah Kebutuhan untuk Panjang, (Jakafia: PT. Raja
bawahannya
bagi melakukan tanggung jawab lebih dari
Grafindo Persada, 2010), h. 4.
furnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural
Volume II, Nomor
1,
Iuni 2014
57
Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya
yang diharapkan. Pemimpin transformasro-
sendiri demi kepentingan organisasi yang
nal harus mampu mendefinisikan, mengko-
lebih besar. Pemimpin transformasional
munikasikan, dan mengartikulasikan visi
juga harus mengartikulasikan visi
organisasi sehingga bawahan dapat mene-
depan organisasi yang realistik, mensti-
rima serta mengakui kredibiliti kepemim-
mulan bawahan dengan cara yang intelek
.8 pmannya.
dan menaruh perhatian pada perbedaan-
Filip Lievens et.al.emenyatakan b ahw a " Tr ansfo
rmational
Ie a
dimiliki oleh
bawahannya.
-
Dengan demikian, seperti yang diungkap-
processes.
kan oleh Teddy dan Devanna (1991) yang
d er s mov
yond these simple excltange
perbedaan yang
masa
e
be
dikutip oleh Suriansyah
They set challenging expectations and
(2013111, keber-
of
adaan para pemimpin transformasional
edormanc e. Transformational leaders hip
mempunyai efek transformasi, baik pada
as comprisingfour distinct factors: charis-
tingkat organisasi maupun pada tingkat
ma, inspiration, individual consideration
individu. Lebih lanjut mereka juga menun-
andint ell e c tual s timul ation."
jukkan bahwa pemimpin transformasional
enable others to achieve higher levels p
"Dengan demikian, pemimpin trans-
melakukan proses transformasi dalam tiga
formasional merupakan pemimpin yang
tahap yaitu 1) identifikasi kebutuhan akan
kharismatik dan mempunyai peran utama
perubahan;
serta strategi dalam membawa organisasi
melernbagakan perubahan.
2) menciptakan visi baru;
3)
mencapai tujuan. Pemimpin transformasio-
Selanjutnya, Triguna (2001)12 menye-
nal juga harus mempunyai kemampuan un-
butkan bahwa kepemimpinan transformasio-
tuk menyamakan visi masa depan dengan
nal itu meliputi: 1) pandangan ke masa depan
bawahannya serta meningkatkan kebutuh-
dan memiliki inspirasi;
an bawahan pada tingkat yang lebih tinggi
panjang; 3) sadar dan kreatif; 4) berorientasi
daripada apa y ang mereka inginkan.
pada perubahan; 5) aktif; dan 6) penuh tan-
Menurut Yammario dan
(1990) sebagaimana dikutip
Bass
tangan. Dumphy
&
2) rencana jangka
Stace (1990) juga me-
Lievens,
nyatakan bahwa kepemimpinan transfor-
et.al.l0, pemimpin transformasional harus
masional memiliki tiga karakteristik penting,
mampu membujuk para bawahannya untuk
yaitu (1) Merumuskan visi baru mengenai
melakukan tugas melebihi kepentingan
masa depan organisasi, (2) mengkomunikasikan visi baru, dan (3) mewujudkannya.
8
Ahmad Suriansyah dan Aslamiah, Menuju Kepala Sekolah Efektif Dari Teoritis, (Solo: Rumah Pengetahuan, 2012), h. 1
13.
Lievens, et.al., "Identification of Transformational Leadership Qualities: An Examination of Potential Biases",
' Filip
dalam European Journal of Work and Organizational Psychologt, 1997,6 a(4), 415-430. 'o
rbid.
rrAhmad Suriansyah dan Aslamiah, Menuju Kepala Sekolah, 1
13.
''T.igona, Budaya Kerja, (lakarta: PT. Golden Terayon Press, 2001), h. 6.
Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Lhtas Budaya
58
Program Pascasariana STAIN Palangka Raya
Posner dan Kauzers (1988)13 meru-
dalam merealisasikan visi bersama dan
muskan lima langkah yang dapat dilakukan agar dapat menjadi pemimpin transformasio-
seluruh anggota organisasi.
f.
nal, yaitu: (1) mempertanyakan praktik yang
Memiliki gaya prbadi inspirasional. pemimpin transformasional memiliki daya
ini; (2) menginspirasi visi ber_
magnetis pribadi yang kuat sehingga
ada pada saat
sama; (3) membantu orang lain untuk bertin_
membuat pengikutnya merasa dekat
dak; (a) memperagakan atau mempraktekkan
ngan pimpinannya.
cara merealisasikan visi baru; dan (5) men_
g. Memiliki
de_
kemampuan merangsang dunia
dukung dengan sepenuh hati.
usaha individu. Pemimpin transformasio-
beberapa karakteristik penting dari pemimpin
nal memiliki kemampuan mengidentifi_
transformasional, yaitu:
kasi potensi yang ada pada setiap indivi-
a.
Memiliki visi yang kuat. pemimpin
trans_
formasional memiliki visi yang kuat
tang
du dalam organisasi yang kemudian me-
ten_
rangsang dan membantu individu secara
bagaimana suatu organisasi harus
intelektual agar berkembang untuk men_
berjalan dengan
baik
transformasikan
serta mampu men-
visi
tersebut
kepada
capai visi organisasi yang telah disetujui bersama.
h. Memiliki
bawahannya.
kemampuan mengidentifikasi
b. Memiliki kerangka untuk visi. pemimpin
manfaat-manfaat. Pemimpin transforma-
transformasional dapat menyusun visi ke
sional memiliki kemampuan mengidenti-
dalam suatu kerangka kerja yang jelas dan
fikasi manfaat-manfaat yang diperoleh
telah diyakini oleh seluruh anggota orga-
apabila dapat secara langsung menun_ jukkan penghargaan dan pengakuan ke
nisasi.
c. Memiliki peta untuk melakukan
tindakan.
Pemimpin transformasional mengetahui bagaimana menterjemahkan
visi
organisasi.
organi-
sasi ke dalam kenyataan.
d. Memiliki kepercayaan diri.
atas keberhasilan bagi mencapai visi
D. Ciri Kepemimpinan Transformasional pemimpin
transformasional memiliki kepercayaan
dalam Keberagaman
Salah satu aktivitas
kepemim_
diri yang tinggi serta selalu bersikap optimis dan tidak kehilangan akal dalam
Kepemimpinan kepala sekolah yang
menghadapi suatu masalah.
menganut transformasi mempersyaratkan
e. Berani mengambil resiko.
pinan adalah melakukan transformasi.
pemimpin
kemampuan komunikasi yang kuat agar
transformasional berani mengambil resiko
semua komponen yang ada dalam sekolah dapat mendukung apayang akan
"Posn". dan Kauzers, The Leadership Challenge, (Amazon: co.UK, 1987), h. 7.
furnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural
menjadi visi, misi dan tujuan yang ingin
Volume II, Nomor 7,luni20l,4
59
Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya
dicapai. Komunikasi yang diperlukan
ngaruh yang besar apabila paling sedikit
adalah komunikasi persuasive dan komu-
memiliki pengaruh yang besar apabila
nikasi negosiatif yang mampu memba-
paling sedikit memiliki beberapa power
ngun komitmen, motivasi dan dedikasi
seperti kekuatan sebagai seorang ahli,
pa.ra anggotanya dalam melaksanakan
yaitu keahlian dan atau kecerdasan
tugas-tugas yang menjadi tanggung ja-
orangpimpinan dalam bidang tugas yang
wabnya.
diembannya, di sekolah berarti substansi
Untuk menjadi PemimPin Yang efektif dalam konteks ini seorang pemim-
kegiatan dan komponen sekolah, kebijak-
pin
transformasional termasuk kepala
umum) dan kegiatan teknis yang ada di
sekolah sangat ditentukan oleh kemam-
sekolah seperti kegiatan kegiatan proses
puan yang dimilikinya dalam mengelola
belajar dan pembelajaran kurikulum,
organisasi sekolah dalam wujud mem-
penilaian, pembinaan dan pengembangan
berikan pengaruh kepada bawahan untuk
dan sebagainya.
an
persekolahan (pendidikan
se-
secara
se-
Di samping itu, power lain yalg perlu dimiliki oleh kepala
perti yang diinginkan dalam visi dan misi
sekolah adalah power negotiating, yaitu
organisasi.
kernampuan kepala sekolah membangun
mau dan mampu melakukan sesuatu
Kepemimpinan transformasi Pada
kebersamaan dalam kelompok
di sekolah
dasamya adalah mengubah potensi men-
untuk menuju dan beraktivitas pada tuju-
jadi energi nyata.Ini berarti kepala sekolah yaflg transformasional memiliki
anyarLg sama dalam kebersamaan.
tugas utama untuk mengubah potensi
dalam memahami
yang dimiliki sekolahnya secara kelem-
tujuan dan berbagai aspeknya memerlu-
bagaan, guru-guru, komite sekolah, siswa
kan upaya yang kuat bagi kepala sekolah,
dan tenaga administrasi menjadi
suatu
karena harus menyatukan berbagai per-
kekuatan (energ1,,) yang terfokus pada
sepsi dan pemikiran dari orang banyak
tujuan yang diingin-
yang memiliki perbedaan, bahkan ka-
rLpaya pencapaian
Kesamaan
dan
kebersamaan
visi dan misi
serta
dang-kadang sangat tajam yang berpoten-
kan.
pengaruh
si untuk menjadi konflik dalam organisa-
pada bawahan tersebut kepala sekolah
si.Untuk itulah kemampuan negosiasi
dapat menggunakan style kepemimpinan
kepala sekolah sangat diperlukan. Power
yang dapat membangkitkan potensi sum-
lain yang juga sangat penting bagi kepala
ber daya pendidikan di sekolah menjadi
sekolah sebagai pemimpin transforma-
kekuatan bersama mencapai tujuan seko-
sional adalah power of communication
lah. Kepala sekolah dapat memiliki pe-
(s
Untuk menumbuhkan
ki
I
I in
co
mmuni c ati on), y aitu kemampu-
Kepemimpinan Pendidikan Penpektif Lintas Budaya
Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya
60 dan
yang dikemukakan oleh Leithwood. Cin-
mengkomunikasikan berbagai hal tentang
ciri yang ditambahkan antara lain: kepala
penyelenggaraan sekolah seperti visi,
sekolah memiliki kemampuan
misi, tujuan, strategi/pendekatan,
target,
agen pembaruan yang selalu ditunjuk-
indicator dan lain sebagainya. Mengingat
kannya dalam setiap aktivitas yang di-
an kepala sekolah berkomunikasi
pentingnya keterampilan
ini
dalam
sebagai
lakukan di sekolah. Artinya kepala
se-
pengelolaan sekolah sehingga dikatakan
kolah tidak bekefia hanya rutinitas be-
skill in communicationis a key to success
laka. Ciri lain adalah kepala sekolah
Juga tidak kalah penting-
menjadi sebagai seotang pemberani, atau
nya kemampuan kepala sekolah sebagai
yang disebut Anderson sebagai seorang
full team effort. agent
of
change, yaitu kepala sekolah
yang berani mengambil resiko atas segala
memiliki kemampuan untuk menyajikan
tindakan dan pemikirannya. Kepala
berbagai pembaruan (innovation) yang
kolah transformasional j,rga dicirikan
akan diimplementasikan di sekolah dalam
dengan kemauannya untuk mempercayai
rangka mempercepat upaya peningkatan
orang lain sebagai salah satu strategi
mutu sekolah.la
dalam membangun kebersamaan
se-
dan
Berkaitan dengan kepemimpinan trans-
komitmen bersama. Dalam hal ini berarti
et. al. (1994),15
pimpinan mendistribusikan kepemim-
menyatakan bahwa kepemimpinan transfor-
pinannya pada orang lain. Segala tindak-
masional seseorang ditandai dengan adanya
an pemimpin transformasional hendaknya
indikator yang nampak dari seseorang dalam
didasarkan atas sistem nilai yang tumbuh
proses kepemimpinannya sebagai berikut:
dan berkembang
1. Memiliki
nya. Dengan demikian akan menumbuh-
formasional
ini
Leithwood
sensitivity terhadap pengem-
di lingkungan
sekolah-
bangan organisasi
kan kesamaan nilai, budaya dan ke-
Mengembangkan visi bersama antar ko-
biasaan yang berlaku di sekolah. Hal ini
munitas dalam organisasi
akan menj adi cara yang efektif dalam
3.
Mendistribusikan peran kepemimpinan
membangun kebersamaan. Ciri lain yang
4.
Mengembangkan kultur sekolah
pada dasarnya sama dengan apa yang ada
5.
Melakukan usaha-usaha restrukturisasi di
dalam total quality management (TQM)
sekolah.
adalah kepala sekolah terus menerus
2.
ditambahkan
melakukan upaya perbaikan dan pening-
juga oleh ahli lain dengan berbagai ciri
katan kompetensi orang-orang yang di-
Ciri-ciri tersebut lain
sebagai penyempumaan
dari
apa
pimpinnya. Dari sekian banyak upaya kepemimpinan transformasional ciri lain
Hsuriansyah dan Aslamiah, Menuiu Kepala Sekolah,h. ll4. r5Kenneth Leithwood et. al., Developing Expert Leadership For Future School, (UK: The Falmer Press, 1994).
f
urnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural
yang sangat penting adalah kemampuan
Volume ll, Nomor
L, Juni
2014
61
Program Pascasariana STAIN Palangka Raya
kepala sekolah menunjukkan bahwa diri-
masalah yang dlhadapi tanpa harus
nya adalah seorang yang visioner (memi-
merugikan dan atau rasa kalah dari
liki visi ke depan), oleh Anderson disebut
sebagian anggota organisasi
dengan envisioning, look-forward dan
lah.
g. Memiliki keyakinan
lain-lain istilah.
seko-
dalam pemikiran
yang diajukan dan memiliki kemam-
Menurut Yukll6menyatakan bah-
wa pemimpin transformasional
di
yang
puan yang sangat cermat (hati-hati)
efektif memiliki atribut-atribut tertentu
dalam pemecahan masalah yang di-
dalam proses kepemimpinannya. Atribut
hadapi.
h.
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mereka melihat dirinya sendiri sebagai
Memiliki visi yang mempercayai institusi mereka.
Dari berbagai teori yang dikemukakan
agen pembaruan.
b. Sebagai pengambil resiko yang ber-
oleh para ahli tentang kepemimpinan trans-
formasionaldapat disimpulkan bahwa ke-
hati-hati. pada
pemimpinan transformasional itu memiliki
orang lain dan sangat peka terhadap
indikator sebagai berikut: pembaru, mem-
kebutuhan-kebutuhan mereka.
beri tauladan, mendorong kinerja bawahan,
c. Mempunyai keyakinan yang kuat
d. Mengartikulasikan sejumlah nilai inti
mengharmoniskan lingkungan kerja, mem-
yang membimbing perilaku mereka
berdayakan bawahan, bertindak atas dasar
dalam kegiatan kepemimpinannya di
sistem nilai, peningkatan terus menerus,
sekolah.
dan mampu menghadapi situasi yang ru-
e. Fleksibel dan terbuka terhadap pela-
mit. Kesimpulan tersebut perlu ditambah-
jaran dan pengalaman yang diperoleh-
kan dengan ciri lain yaitu kepala sekolah
nya sebagai pemimpin dalam pergaul-
menunjukkan perilaku seperti: komunika-
an dengan orang-orang yang dipim-
tor yang handal, negosiator yang hebat dan
pinnya selama ini. Dengan kata lain
seorang yang visioner serta memiliki kepe-
dapat disebut sebagai belajar dari pe-
kaan (r e sp o n s ev en e s s).
ngalaman dan menjadikan pengalaman sebagai guru untuk peningkatan mutu.
f. Mempunyai
kemampuan kognitif.
Ketiga tambahan atribut
itu
sangat penting dan bahkan dapat dikatakan
sangat menentukan keberhasilannya
se-
Yang dimaksudkan di sini kemampuan
bagai seorang pemimpin. Bagaimanapun
strategi kognitif yang mampu berpikir
kemampuan seorang pemimpin apabila
holistic dalam setiap upaya pemecahan
tidak didukung dengan ciri seperti di
atas
(kemampuan untuk berkomunikasi handal, r6Gary
A. Yrkl, Leadership in Organizalions,
(l)K:
Pearson
negosiasi, visioner dan kepekaan) maka
Education, 2012), h. 87. Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Lintas Budaya
Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya
62
upayanya untuk membangun potensi yang
sekolah tetapi memiliki kontribusi yang
ada dalam organisasi tidakakandapat di-
besar terhadap hasil pendidikan
capai secara optimal.
Oleh sebab
di sekolah.
itu semua itu harus drupayakan
Kepemimpinan transformasional
oleh kepala sekolah yang transformasional,
adalah kemampuan mentransformasi ber-
bagaimana mewujudkan potensi kontribusi
bagai sumber daya yang tersedia di suatu
mereka menjadi sesuatu yang nyata di
sekolah dalam rangka mencapai dan men-
sekolah. Misalnya bagaimana potensi
jadikan sekolah yang produktif dan ber-
dunia usaha atau masyarakat sekitar dapat
kualitas. Transformasi yang dimaksudkan
memberikan kondisi nyata dalam perbaik-
di sini adalah mencakup berbagai hal
an sekolah, melengkapi kebutuhan sekolah
seperti visi, misi menjadi realita./kenyataan
yang tidak dapat dipenuhi oleh sekolah.
yang terwujud, potensi menjadi aktual. Ini
Karena itu kepemimpinan transformasional
berarti proses mengubah sesuatu yang
yang diterapkan di sekolah dapat berperan
mungkin masih tersimpan menjadi sesuatu
sebagai jembatan yang menghubungkan
yang baru dan nyata. Dengan demikian,
berbagai kebutuhan
kepala sekolah disebut sebagai kepala
mengakomodasi semua kepentingan warga
sekolah yang transformasional,
jika
dia
mampu mengubah sesuatu yang sudah
di
sekolah dengan
sekolah. Sehingga tidak ada pihak yang merasa dikalahkan atau dikecewakan.
berjalan rutinitas menjadi sesuatu yang
Kepemimpinan transformasional
baru yang lebih produktif, efektif, efisien
ini mampu merubah konflik dalam orga-
dan berkualitas.
nisasi menjadi kekuatan kebersamaan yang
Hal-hal yang dapat dirubah dapat
kuat. Konflik biasanya muncul dari hasil
hal seperti: sumber
adanya perbedaan pendapat, beda persepsi,
daya manusia maupun non manusia baik di
cara pandang dan rasionalitas serta per-
dalam sekolah (internal) maupun sumber
bedaan kepentingan antar individu dan
daya di luar organisasi sekolah (ekstemal)
antar kelompok dalam organisasi. hal
yang terkait dan akan berpengaruh ter-
tersebutlah yang disatukan dalam kesatuan
hadap penyelenggaraan proses pendidikan
yang utuh oleh pemimpin transformasio-
di sekolah, terutama berpengaruh
nal.
mencakup berbagai
dan kon-
tribusinya terhadap output pendidikan di
David Saxe (20fi)17 melaporkan
sekolah yang berkualitas, seperti komite
hasil studi terkini dalam kepemimpinan
sekolah, orang tua murid dan masyarakat
transformasional bahwa: This study iden-
lingkungan sekolah bahkan pemerintah daerah dan dunia usaha merupakan sumber
daya yang berasal dari luar
organisasi
furnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural
ITDavid
Saxe, "The Relationship Between Transformational Leadership and and the Emosional and Social Competence of School Leader", dalam Disertasi, Loyola University. Chicago, 20 1 l.
Volume II, Nomor
L,
funi 2014
53
Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya
management, social
Namun, mereka harus berkomum-
awareness, and self management as emo-
kasi sambil terikat dalam pengambilan
tional and social skills that correlate with
keputusan organisasi. Namun, mereka
and predict transformational leadership
harus berkomunikasi sambil terikat dalam
behaviors among the group of principals
pengambilan keputusan dengan cara y ang
tifies relationship
In
conclusion, findings suggest
dapat diterima anggota tim. Dalam setiap
that the principal's ability to manage rela-
usaha tim, tampak adanya kekosongan
tionships, understand the thoughts, fee-
keterampilan antarpribadi yang dapat
lings, and perspectives of others, recognize
bertindak sebagai hambatan pada fungsi
the bigger picture, control disruptive im-
tim secara optimal dan sinergis. Satu ang-
pulses and be flexible in the face of change
gota mungkin menempatkan
predicts behaviors that can lead
to
dengan cara agresif yang bagi orang lain
meaningful reforms efforts and positive
mengganggu. Yang lain mungkin terlalu
school outcomes.
pasif dan tidak dapat
studied.
pandangan
mempengaruhi
kelompok dengan cukup. Kedua anggota E.
Komunikasi dan Negosiasi Pimpinan
harus belajar menjadi tegas, tetapi selu-
Lintas Budaya
ruhnya dengan cara berbeda.
Manajemen antar budaya menye-
lidiki
secara sangat eksternal
ke dalam
ranah perilaku organisasi. Beberapa di-
mensi manajemen antar budaya yang mempunyai nada seperti perilaku orga-
nisasi yang dapat dijelaskan . t8
di bawah
Inl:
masalahnya mungkin menjadi tercampur karena individu yang agresifberasal dari
konteks di mana perilaku agresif dittoleransi.Orang yang pasif mungkin berasal
dari budaya di mana berbicara
secara
pelan dihargai. Kedua anggota harus
Team Management, bagaimana tim
dibentuk\, dan bagaimana mereka dapat
dibuat berfungsi dengan baik adalah merupakan aspek penting dari
Dalam pengaturan antar budaya,
tim
ma-
najemenTim multikultural mempunyai anggota yang membawa kompetensi yang
membersihkan diri mereka dari penghalang budaya sambil belajar lebih banyak keterampilan berorientasi tim.
Corporate Strategt, dalam konteks manajemen antar budaya, strategi korpo-
rasi menjadi faktor utama dalam mene-
berbeda ke dalam pengambilan keputusan
rapkan keputusan untuk memasuki wila-
organisasi.
yah geografis baru, diikuti oleh penetrasi
dan konsolidasi
di pasar. Strategi
juga
dapat bervariasi tergantung pada pola l8Nina Jacob, Intercultural Management, (London: Kogan
pikir budaya yang telah diformulasikan.
Page,2003), h. 6. Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Lintas Budaya
Program Pascasariana STAIN Palangka Raya
64 Beberapa pola
manajer yang berbeda
pikir dalam mengimple-
mentasikan strategi menjadi lebih baik
mengikuti program sensitivitas lintas bu-
dengan memperhatikan preferensi lokal.
daya dapat meningkatkan apresiasi pada
Menurut Walker, perusahaan yang terikat
pola komunikasi yang berbeda.Perbedaan
dalam pengambilan keputusan strategies
budaya dapat terjadi berdasarkan bahasa.
menjalankan langkah sebagai berikut: (a)
Terjemahan harfiah dari satu bahasa ke
mendefinisikan filosofi korporasi dan
bahasa lainnya tidak direkomendasikan.
mengembangkan mission statement, (b)
Manajer global cenderung lancar ber-
skaning kondisi lingkungan, (c) meng-
bahasa Inggris.
Komunikasiadalah mekanisme pen-
evaluasi kekuatan dan kelemahan organi-
sasi,
(d)
secara
sasaran, dan (e) mengembangkan rencana
bersama, terutama organisasi global yang
tindak. Organizational Structure, Peter
mempunyai cabang di seluruh dunia.
Senge menjelaskan tipe organisasi yang
Dalam komunikasi antarorganisasi dila-
dinamakan learning organization. Orga-
kukan negosiasi untuk
nisasi pembelajaran sangat cocok dalam
kesepakatat y ang saling menguntungkan
banyak hal untuk tenaga kerja antar-
antar kedua pihak.
mendapatkan
budaya. Hal tersebut karena organisasi
Memahami komunikasi antar bu-
pembelajaran mempunyai fleksibilitas
daya, komunikasi antarbudaya pada
besar dalam pengaturan, yang memung-
dasamya adalah merupakan proses ko-
kinkan menjadi global apabila diperlu-
munikasi antar individu dari budaya yang
kan, dan menjadi lokal pada waktu lain.
berbeda. Untuk memahami memerlukan
Lingkungan organisasi pembelajaran
perspektif akurat tentang apa yang harus
mendorong anggota menjadi toleran ter-
disampaikan secara verbal maupun non
hadap dan belajar dari budaya lain. Dasar
verbal. Keyakinan dan sikap tentang
untuk bekerja dalam lingkungan seperti
orang dari budaya lain sering dapat di-
itu adalahle(l) memimpin dengan contoh
komunikasikan melalui perilaku.
-
Masyarakat diklasifikasikan dalam
secara trans-
dua kelompok20, yaitu: (a) high-context-
paran; (3) komitmen/motivasi/rekognisi;
societies (1) heterogenitas, (2) mobilitas
(4) kepemilikan dan tanggung jawab; dan
sosial tinggi,
(5) pemberdayaan staf.
tinggi, (4) hubungan jangka pendek, (5)
rusnya);
f
ting untuk mengelola organisasi
mengembangkan tujuan dan
(menunj ukk
'n
bersama-sama
an
h erb agiI mengaj ar I dans
(2) komunikasi
ete
(3) mobilitas
pekerjaan
Komunikasimenunjukkan sensiti-
insiders dan outsiders tidak terlalu dibe-
vitas pada perbedaan bahasa. Membawa
dakan. Adapun karakteristik high context
lbtd.,h.2'l
urnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural
'o
lbid. , h. 73
Volume II, Nomor 1,1uni2074
65
Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya
societies adalah (1) homogenitas, (2) mo-
konflik kepentingan dan mencapai
bilitas sosial rendah, (3) mobilitas peker-
pakatan yang menguntungkan bagi kedua
jaan rendah, (4) hubungan jangka
belah pihak.Karakteristik dan keteram-
pan-
jang, (5) insiders dengan outsiders
de-
kese-
pilan yang diperlukan dalam negosiasi, misalnya dengan menggunakan persuasi,
ngan jelas dibedakan.
Untuk menfasilitasi proses komu-
memberikan tanda terdapatnya konsen-
berupa
sus, dan pengembangan kompromi serta
bantuan: intercultural training, language
solusi kreatif.Dengan sendirinya Kenya-
training, culture spectfity, versus pan-
taanterdapatnya perbedaan antarbudaya
culturalism, dan communication infra-
membuat komplikasi meningkat.
nikasi antarbudaya diperlukan
Salah satu cara untuk memahami
structure.2l
Intercultural training menyangkut
perbedaan kultural adalah dengan meme-
mendidik orang tentang aturan yang
cah tipe negosiasi dalam fase dan men-
mengatur komunikasi, interaksi, dan pe-
catat bahwa terdapat perbedaan kultural
rilaku orang pada budaya lain. Diperlu-
dalam proporsi waktu atau penekanan
kan kepedulian dan wawasan disbanding-
pada masing-masing fase. Fase-fase ter-
kan dengan aturan dibandingkan dengan
sebutadalah: (1) membangun hubungan,
aturan yang mengatur komunikasi, inter-
(2) bertukar informasi, (3)
aksi dan perilaku sendiri. Kesamaan dan
saling membujuk, (4) membuat konsesi
perbedaan dicatat dan dihargai. Melalui
dan mendapat persetujuan.
berusaha
22
pelatihan antarbudaya, manajer dapat
Variabel kunci budaya adalah "po-
belajar dasar aturan komunikasi budaya
wer distance", di mana orang mengharap-
asing, seperti kapan perlu berbicara,
kan melihat kekuatan dan kewenangan
kepada siapa dan bagaimana orang lain
diminta mengatasi masalah. Model atri-
harus dipanggil. Kemungkinan komuni-
busi negosisasi mengharapkan bahwa
kasi dan interaksi diharapkan meningkat
apabila terdapat perbedaan kepentingan
apabila manajer mahir dalam bahasa dari
yang dinegosiasikan, harus ada tingkat
di
beroperasi.
otoritas yang lebih tinggi yattg dapat
lokal
me-
menyelesaikan persoalan dengan mem-
mungkinkan manajer memahami pola
buat keputusan yang mengesankan bagi
komunikasi begitu mereka berada dalam
semua pihak.
budaya baru.
pang. Model lain adalah birokratik, yang
budaya
mana mereka
Pengetahuan dalam bahasa
Negosiasi adalah situasi komuni-
kasi yang bertujuan untuk
sering diamati
di Je-
berusaha mengurangi keperluan akan
mengatasi 22David
"Ibid.,h.76.
Ini
C. Thomas dan Kerr Inkson, Cultural Intelligence,
(San Francisco: Berrett-Koehler Publisher, 2004), h. I
17
.
Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Lintas Budaya
66
Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya
negosiasi dengan monspesifikasi terlebih
Ketiga hal tersebut adalah mana-
dahulu aturan dan prosedur yang sesuai
ging the group environmenr (mengelola
untuk menyelesaikan ketidaksepakatan.
lingkungan kelompok), development
Kondisi ini sering diamati di Jerman.
culturally diverse group (pengembangan
of
Kolektivis lebih suka berunding,
yang secara kultural beragam) dandeve-
mediasi, dan menciptakan hubungan se-
loping cultural intelligence in the group
belum melakukan negosiasi serius,
(mengembangkan kecerdasan budaya
se-
dangkan individualis lebih senang dalam
dalam kelompok23
situasi kompetitif dalam mempersiapkan
Managing the group environment,
argument dan bertindak sebagai penyo-
fungsi setiap kelompok memerlukan juga
kong. Dalam negosiasi
antarbudaya
tergantung pada lingkungan manajerial
mungkin dapat menggunakan kombinasi
(management support), rewards, stafus
dari metode yang berbeda, tetapi untuk
kelompok (group status), dan peluang
melakukannya memerlukan semua pihak
untuk mengelola diri.
melangkah sementara keluar dari kon-
Development
of culturally diverse
group, elemen utama pengembangan ke-
vensi normal.
Komplikasi selanjutnya adalah ne-
lompok adalah adalah seleksi dan alokasi
gosiator mengubah perilaku mereka ke-
dari anggota. Kelompok tidak mulai ber-
tika melakukan negosiasi dengan orang
fungsi secara
dari Negara yang berbeda. Sudah tentu
dapat terjadi dalam waktu panjang.
masalah tersebut masih merupakan gene-
Pengembangan kelompok terjadi melalui:
ralisasi gaya negosiasi dari kelompok
forming, pertama kali mereka menjadi
budaya yang berbeda yang masih mung-
familiar satu sama lain; storming, melalui
kin terdapat perbedaan individual
konflik yang tidak dapat diabaikan yang
yang
substansial.
instan.Perkembangannya
timbul tentang siapa melakukan apa dan bagaimana menjalankan sesuafu; nor-
F. Penutup Tugas pemimpin kelompok adalah menfasilitasi suatu proses yang memung-
kinkan sisi kreatif keberagaman tumbuh dengan subur. Ada hal yang dilakukan
orang cerdas budaya untuk mengurangi atau menghapuskan kerugian proses dan
kapitalisasi keberagaman.
ming, mulai mengembangkan harapan bersama satu sama lain; performing, akhirnya bekerja bersama secara erat dan efektif. Developing cultural intelligence in the group, cara terbaik mengkapitalisasi keragaman budaya dalam kelompok adalah memastikan bahwa anggota kelompok 23lbid.h. 156.
furnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural
Volume II, Nomor L,luni2014
67
Program Pascasarjana STAIN Palangka Raya
mempunyai kecerdasan budaya dan pe-
mimpin kelompok mempunyai kemauan dan keterampilan menggali masalah proses
di dalam kelompok. Menfasilitasi
pe-
ngembangan kecerdasan budaya, pelatih-
aL anggota kelompok dalam saling ngertian dan keterampilan
pe-
antarbudaya
adalah sangat berharga. Elemen utama dalam menggali masalah proses adalah umpan balik kepadea anggota kelompok,
baik dari masing-masing dan dari pengamat
di luar kelompok.
Dengan saling
pengertian yang baik dalam dinamika
kelompok dan penyebab kesulitannya, anggota kelompok
dapat mengembang-
kan cara produktif baru tentang mengubah baik catatan mereka untuk kelompok dan perilaku mereka sendiri.
Raihani, Kepemimpinan Sekolah Transformatif, Y ogyakarta: LKIS, 2010. Saxe, David, "The Relationship Between Transformational Leadership and and the Emosional and Social Competence of School Leadet'', dalam Disertasi, Loyola University. Chicago, 201I.
Suriansyah, Ahmad dan Aslamiah, Menuju Kepala Sekolah Efektif Dari Teoritis, Solo: Rumah Pengetahuan, 2012.
The School_Y.z Number 8, Ciputat: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Thomas, David C. and Kerr Inkson, Cultural Intelligence, San Francisco: BerrettKoehler Publisher, 2004 Trlaar, H.A.R., Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Bandung: Rosdakarya,2002.
Triguna, Budaya Kerja, Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 200I.
Daftar Pustaka Jacob, Nina, Intercultural Management, London: Kogan Page, 2003.
Leithwood, Kenneth,
Posner dan Kauzerc, The Leadership Challenge, Amazon: co.UK, 1987.
et.
a1., Developing Expert Leadership For Future School, UK: The Falmer Press, 1994
Wibowo, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan untuk Meningkatkan Kinerja Jangka Panjang, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.
Yukl, Gary A., Leadership in Organizations, Lievens,Filip,et.al., "Identification of Transformational Leadership Qualities: An Examination of Potential Biases", dalam European Journal of Work and Organizational Psychologlt, 1991, 6 a(4),415-430.
UK:
Pearson Education, 2012.
Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Lintas Budaya