PERSONALITY DISORDER atau GANGGUAN KEPRIBADIAN Definisi Gangguan kepribadian (Aksis II pada DSM-IV) merupakan suatu ciri kepribadian yang menetap, kronis, dapat terjadi pada hampir semua keadaan, menyimpang secara jelas dari norma-norma budaya dan maladaptif serta menyebabkan fungsi kehidupan yang buruk, tidak fleksibel dan biasanya terjadi pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Hal ini disebabkan pada usia ini masalah-masalah kepribadian sering bermunculan begitu luas dan komplek. Orang yang menderita gangguan kepribadian mempunyai sifat-sifat kepribadian yang sangat kaku dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Akibatnya. dia akan mengalami “kerusakan” berat dalam hubungan sosialnya atau dalam bidang pekerjaannnya atau dirinya terasa sangat menderita. Gejala-gejala dari orang dengan gangguan kepribadian biasanya alloplastik. Artinya, orang dengan gangguan kepribadian akan berusaha merubah lingkungan untuk disesuaikan dengan keinginannya. Selain itu, gejala-gejalanya juga egosintonik. Artinya, orang dengan gangguan kepribadian dapat menerima dengan baik gejala-gejalanya. Umumnya orang dengarn gangguan kepribadian menolak bantuan secara psikiatrik. Etiologi •
Faktor Genetik Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap social, kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
•
Faktor Temperamental Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa
dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar. •
Faktor Biologis o
Hormon. Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunukkan peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.
o
Neurotransmitter. Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadarandari neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.
o Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat. •
Faktor Psikoanalitik Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anak yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.
•
Interaksi antara faktor temperamen dengan faktor lingkungan Berdasarkan hasil observasi jangka panjang sejak bayi, Stella Chess dan Alexander Thomas mengemukakan teori Goodness of fit yaitu beberapa jenis gangguan kepribadian adalah hasil interaksi dari ketidakcocokan antara temperamen seorang anak dengan cara mendidik anak. • Faktor lingkungan dan budaya Lingkungan dan budaya yang bersifat keras, tidak toleran dan agresif sering menanamkan dasar-dasar paranoid dan antisosial. Kriteria Diagnostik a. Sikap dan perilaku yang amat tidak serasi yang biasanya meliputi beberapa bidang fungsi, misalnya afek, kesadaran, pengendalian
impuls, cara memandang dan berpikir, serta gaya yang berhubungan dengan orang lain. b. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan tidak terbatas pada episode penyakit jiwa. c. Pola perilaku abnormalnya pervasif (mendalam) dan jelas maladaptif terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas. d. Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut sampai usia dewasa. e. Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress) cukup berarti, tetapi baru menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut. f. Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berkaitan secara bermakna dengan masalah-masalah dalm pekerjaan dan kinerja sosial. Untuk mendiagnosis berbagai subtipe, bukti nyata dibutuhkan paling sedikit tiga dari ciri perilaku diatas. Gejala Umum Gangguan Kepribadian Individu dengan gangguan kepribadian sarat dengan berbagai pengalaman konflik dan ketidakstabilan dalam beberapa aspek dalam kehidupan mereka. Gejala secara umum gangguan kepribadian berdasarkan kriteria dalam setiap kategori yang ada. Secara umum gangguan ini klasifikasikan berdasarkan : a. Pengalaman dan perilaku individu yang menyimpang dari sosial expectation. Penyimpangan pola tersebut pada satu atau lebih: Cara berpikir (kognisi) termasuk perubahan persepsi dan interpretasi terhadap dirinya, orang lain dan waktu. Afeksi (respon emosional terhadap terhadap diri sendiri, labil, intensitas dan cakupan). Fungsi-fungsi interpersonal. Kontrol terhadap impuls. b. Gangguan-gangguan tersebut bersifat menetap dalam diri pribadi individu dan berpengaruh pada situasi sosial. c. Gangguan kepribadian yang terbentuk berhubungan erat dengan pembentukan distress atau memburuknya hubungan sosial, permasalahan kerja atau fungsi-fungsi sosial penting lainnya. d. Pola gangguan bersifat stabil dengan durasi lama dan gangguan tersebut dapat muncul dan memuncak menjelang memasuki dewasa dan tidak terbatas pada episode penyakit jiwa. e. Gangguan pola kepribadian tidak disebabkan oleh efek-efek psikologis yang muncul yang disebabkan oleh kondisi medis seperti luka di kepala.
Ganguan kepribadian khas adalah suatu gangguan dalam konstitusi karakteriologis dan kecenderungan perilaku dari individu, biasanya meliputi bebarapa bidang dari kepribadian dan hampir selalu berhubungan dengan kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan kepribadian tidak didiagnosa pada pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, dengan pertimbangan bahwa pada usia dibawah 18 tahun sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada remaja awal, bila pun adanya gejala-gejala tertentu yang tampak, maka gejala tersebut menetap setidaknya 1 tahun lamanya, namun tidak semua gejala yang ada dapat didiagnosa sebagai bentuk gangguan kepribadian. Faktor Resiko Meskipun penyebab gangguan kepribadian umumnya tidak diketahui secara jelas, faktor-faktor tertentu tanpaknya meningkatkan resiko berkembang atau memicu terjadinya gangguan kepribadian, diantaranya : a. Riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian atau penyakit mental lainnya. b. Status sosial ekonomi rendah c. Pelecehan verbal, fisik dan seksual selama masa kanak-kanak d. Diabaikan selama masa kanak-kanak e. Kehidupan keluarga yang tidak stabil dan kacau selama masa kanakkanak. f. Kehilangan orang tua karena proses kematian atau perceraian yang traumatik selam masa kanak-kanak. Resiko Gangguan Kepribadian Individu yang tidak segera melakukan pengobatan, gangguan kepribadian dapat berdampak pada : a. Isolasi sosial, kehilangan sahabat-sahabat terdekat yang disebabkan ketidak mampuan untuk menjalani hubungan yang sehat, rasa malu yang disebabkan putusnya hubungan dengan masyarakat. b. Bunuh diri, melukai diri sendiri sering terjadi pada individu yang mengalami gangguan kepribadian ambang dan cluster. c. Ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan. d. Depresi, kecemasan dan gangguan makan. e. Perilaku berbahaya yang dapat merusak diri sendiri. Penderita gangguan kepribadian ambang berpotensi melakukan tindakan berbahaya, tanpa perhitungan seperti terlibat pada seks bebas beresiko atau terlibat dalam perjudian. Pada gangguan kepribadian dependen beresiko mengalami pelecehan seksual, emosional, atau kekerasan fisik karena individu ini hanya mengutamakan pada bertahan hubungan semata (bergantung pada orang tersebut).
f. Kekerasan atau bahkan pembunuhan. Perilaku agresif pada gangguan
kepribadian paranoid dan antisosial. g. Tindakan kriminal. Gangguan kepribadian antisosial mempunyai resiko lebih besar melakukan tindakan kriminal. Hal ini dapat mengakibatkan diri bersangkutan dipenjara. h. Gangguan simtom yang ada dapat menjadi lebih buruk dikemudian hari bila tidak mendapatkan perawatan secara baik. Klasifikasi Dalam Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV), gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu: • Kelompok A, terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal. Orang dengan gangguan seperti ini seringkali tampak aneh dan eksentrik. • Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik dan narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional, dan tidak menentu. • Kelompok C, terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen dan obsesif-kompulsif, dan satu kategori yang dinamakan gangguan kepribadian yang tidak ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian pasif-agresif dan gangguan kepribadian depresif). Orang dengan gangguan ini sering tampak cemas atau ketakutan. Menurut PPDGJ, klasifikasi gangguan kepribadian sebagai berikut: 1.1
Gangguan kepribadian khas
1.1.1 gangguan kepribadian paranoid 1.1.2 gangguan kepribadian skizoid 1.1.3 gangguan kepribadian dissosial 1.1.4 gangguan kepribadian emosional tak stabil 1.1.5 gangguan kepribadian histrionik 1.1.6 gangguan kepribadian anankastik 1.1.7 gangguan kepribadian cemas 1.1.8 gangguan kepribadian dependen 1.1.9 gangguan kepribadian khas lainnya
1.1.10 1.2
gangguan kepribadian YTT
Gangguan kepribadian campuran dan lainnya
1.2.1 gangguan kepribadian campuran 1.2.2 gangguan kepribadian yang bermasalah
GANGGUAN KEPRIBADIAN CLUSTER A Gangguan Kepribadian Paranoid Gejala Klinis • kecendrungan yang pervasif dan tidak diinginkan untuk menginterpretasikan tindakan orang lain sebagai merendahkan atau mengancam secara disengaja. • Pasien mengeksternalisasikan emosinya sendiri dan menggunakan pertahanan proyeksi yaitu mereka menghubungkan kepada orang lain impuls dan pikiran yang tidak dapat diterimanya sendiri. • Pasien dengan gangguan adalah terbatas secara afektif dan tampak tidak memiliki emosi. • Mereka membanggakan dirinya sendiri karena mampu rasional dan objektif, tetapi sebenarnya tidak. • Dalam situasi sosial, orang dengan gangguan kepribadian paranoid mungkin tampak seperti sibuk dan efisien, tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan atau konflik bagi orang lain. Kriteria Diagnostik Gangguan Paranoid : A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga motif mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut : 1. Menduga, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan, membabayakan, atau menghianati dirinya. 2. Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas atau kejujuran teman atau rekan kerja. 3. Enggan untuk menceritakan rahasianya kepada orang lain karena rasa takut yang tidak perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya.
4. Membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari ucapan atau kejadian yang biasa. 5. Secara persisten menanggung dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian, cedera, atau kelalaian. 6. Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas menyerang. 7. Memiliki kecurigaan yang berlulang, tanpa pertimbangan, tentang kesetiaan pasangan atau mitra seksual. B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum. Gangguan Kepribadian Skizoid Gejala klinis •
Memberi kesan dingin dan mengucilkan diri, dan mereka tampak menjauhkan diri dan tidak ingin terlibat dengan peristiwa sehari-hari dan permasalahan orang lain.
•
Mereka tampak bersosialisasi.
•
Biasanya, orang dengan gangguan kepribadian mengungkapkan ketidakmampuan seumur hidupnya mengekspresikan kemarahan secara langsung.
tenang,
jauh,
menutup
diri
dan
tidak
dapat skizoid untuk
Kriteria diagnostik untuk kepribadian schizoid A. Pola pervasif pengalaman
pelepasan
dari
hubungan
sosial
dan
rentang
emosi yang terbatas dalam lingkungan interpersonal, dimulai pada masa dewasa awal dan ditemukan dalam berbagai korteks, seperti yang dinyatakan oleh empat (atau lebih) berikut: 1. Tidak memiliki minat ataupun menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi bagian dari keluarga. 2. Hampir selalu memilih kegiatan secara sendirian. 3. Memiliki sedikit, jika ada, rasa tertarik untuk melakukan pengalaman seksual dengan orang lain. 4. Merasakan kesenangan dalam sedikit, jika ada aktifitas.
5. Tidak memiliki teman dekat atau orang yang dipercaya selain sanak saudara derajat pertama. 6. Tampak tidak acuh terhadap pujian atau kritik orang lain. 7. Menunjukkan kedinginan emosi, pelepasan atau pendataran afektivitas. B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia , gangguan , suatu gangguan mood dengan ciri psikotik , gangguan psikotik lain atau suatu gangguan perkembangan pervasif , dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.7 Gangguan Kepribadian Skizotipal Gejala Klinis • Gangguan pikiran dan komunikasi • Tidak mengetahui perasaan mereka sendiri; malah mereka sangat peka dalam mendeteksi perasaan orang lain, khususnya afek negatif seperti kemarahan. Mereka mungkin percaya bahwa mereka memiliki kekuatan pikiran dan tilikan yang khusus. Walaupun tidak ada gangguan berpikir yang jelas, pembicaraan mereka mungkin sering memerlukan interpretasi. • Pembicaraan orang dengan gangguan kepribadian skizotipal mungkin aneh atau janggal dan hanya memiliki arti bagi diri mereka sendiri. • Mereka menunjukkan hubungan interpersonal yang buruk dan mungkin berkelakuan secara tidak sesuai. Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Skizotipal A.
Pola pervasif deficit sosial dan interpersonal yang ditandai oleh ketidak senangan akut dengan, dan penurunan kapasitas untuk, hubungan erat dan juga oleh peyimpangan kognitif atau persepsi dan perilaku eksentrik, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks , seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut: 1. Gagasan yang menyangkut diri sendiri (ideas of reference) kecuali waham yang menyangkut diri sendiri. 2. Keyakinan aneh atau pikiran magis yang mempengaruhi perilaku dan tidak konsisten dengan norma cultural (misalnya, percaya takhyul), (superstitiousness), percaya dapat melihat apa yang akan terjadi (clairvoyance), telepati, atau indera keenam, pada anak-anak dan remaja khayalan atau preokupasi yang kacau) 3. Pengalaman persepsi yang tidak lazim, termasuk ilusi tubuh.
4. Pikiran dan bicara yang aneh (misalnya, samar-samar, sirkumstansialitas, metaforik, terlalu berbelit-belit, atau stereotipik ) 5. Kecurigaan atau ide paranoid. 6. Afek yang tidak sesuai atau terbatas. 7. Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik atau janggal. 8. Tidak memiliki teman akrab atau orang yang dipercaya selain sanak saudara derajat pertama 9. Kecemasan sosial yang bertebihan yang tidak menghilang dengan keakraban dan cenderung disertai dengan ketakutan paranoid ketimbang pertimbangan negative tentang diri sendiri. B. Tidak terjadi semata- mata selama perjalanan skizofrenia , suatu gangguan mood dengan ciri psikotik lain , atau suatu gangguan perkembangan pervasif. GANGGUAN KEPRIBADIAN CLUSTER B Gangguan Kepribadian Anti Soslal Gejala klinis •
Menunjukkan kesan luar yang normal dan bahkan hangat dan mengambil muka. Tetapi riwayat penyakitnya menemukan banyak daerah fungsi kehidupan yang mengalami gangguan.
•
Membohong, membolos, melarikan diri dari rumah, mencuri, berkelahi, penyalahgunaan zat dan aktivitas ilegal adalah pengalaman tipikal yang dilaporkan pasien sejak masa anak-anak.
•
Pasien gangguan kepribadian antisosial tidak menunjukkan adanya kecemasan atau depresi yang mungkin sangat tidak sesuai dengan situasi mereka dan penjelasan mereka sendiri tentang perilaku antisosial menyebabkannya terasa tidak masuk akal. Namun demikian, isi mental pasien mengungkapkan sama sekali tidak ada waham dan tanda lain pikiran irasional. Mereka sangat manipulatif dan seringkali mampu berbicara dengan orang lain untuk berperan serta dalam skema yang melibatkan cara mudah untuk mendapatkan uang atau untuk mencapai ketenaran, yang akhirnya dapat menyebabkan kerugian finansial atau penghinaan sosial atau keduanya bagi mereka yang tidak berhati-hati.
•
Pasien gangguan kepribadian antisosial tidak menceritakan kebenaran dan tidak dapat dipercaya untuk menjalankan suatu tugas
atau terlibat dalam standar moralitas yang konvensional. Promiskuitas, penyiksaan pasangan, penyiksaan anaka, mengendarai sambil mabuk adalah peristiwa yang sering ditemukan dalam kehidupan pasien. Kriteria Diagnostik Gangguan Kelpribadian Anti Sosial A. Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang terjadi sejak usia 45 tahun , seperti yang ditunjukkan oleh tiga ( atau lebih ) berikut : 1. Gagal untuk mematuhi norma sosial dengan menghormati perilaku sesuai hukum seperti yang ditunjukkan dengan berulang kali melakukan tindakan yang menjadi dasar penahanan. 2. Ketidakjujuran, seperti yang ditunjukkan oleh berulang kali berbohong, menggunakan nama samaran, atau menipu orang lain untuk mendapatkan keuntungan atau menipu orang lain untuk mendapatkan keuntungan atau kesenangan pribadi. 3. Impulsivitas atau tidak dapat merencanakan masa depan 4. Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan oleh perkelahian fisik atau penyerangan yang berulang. 5. Secara sembrono mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain. 6. Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti ditunjukkan oleh kegagalan berulang kali untuk mempertahankan perilaku kerja atau menghormati kewajiban financial. 7. Tidak adanya penyesalan, seperti yang ditunjukkan oleh acuh tak acuh terhadap atau mencari-cari alasan telah disakiti, dianiaya, atau dicuri oleh orang lain B. Individu sekurang-kurangnya berusia 18 tahun. C. Terdapat tanda-tanda gangguan konduksi dengan onset sebelum usia 15 tahun. D. Terjadinya perilaku antisosial tidak semata-mata selama perjalanan skizofrenia atau suatu episode manik. Gangguan Kepribadian Ambang Gejala klinis •
tampak berada dalam keadaan krisis. Pergeseran mood sering dijumpai.
•
Pasien dapat bersikap argumentatif pada suatu waktu dan terdepresi pada waktu selanjutnya dan selanjutnya mengeluh tidak memiliki perasaan pada waktu yang lainnya.
•
Pasien mungkin memiliki episode psikiatrik singkat (disebut mikropsikotik), bukannya serangan psikotik yang sepenuhnya dan gejala psikotik pada pasien ganggguan kepribadian ambang hampir selalu terbatas, cepat atau meragukan.
•
Sifat menyakitkan dari kehidupan mereka dicerminkan oleh tindakan merusak diri sendiri yang berulang. Pasien tersebut mungkin mengiris pergelangan tangannya sendiri dan melakukan tindakan mutilasi diri lainnya untuk mendapatkan bantuan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan atau untuk menumpulkan mereka sendiri dari afek yang melanda. Karena mereka merasakan ketergantungan dan permusuhan, pasien gangguan kepribadian ambang memiliki hubungan interpersonal yang rusuh. Secara fungsional, pasien gangguan kepribadian ambang mengacaukan hubungan mereka sekarang ini dengan memasukkan setiap orang dalam kategori baik atau jahat.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Ambang Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek, dan impulsivitas yang jelas pada dewasa awal dan ditemukan dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut : 1. Usaha mati-matian untuk menghindari ketinggalan yang nyata atau khayalan. Catatan tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi dari yang ditemukan dalam criteria 5. 2. Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan kuat yang ditandai oleh perubahan antara ekstrim-ekstrim idealisasi dan devaluasi. 3. Gangguan identitas : citra diri atau perasaan diri sendiri yang tidak stabil secara jelas dan persisten 4. lmpulsivitas pada sekurangnya dua bidang yang potensial membahayakan diri sendiri (misalnya: berbelanja, seks, penyalahgunaan zat, ngebut gila-gilaan, pesta makan). Catatan : tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang ditemukan dalam criteria 5. 5. Perilaku, isyarat, atau ancaman bunuh diri yang berulang kali, atau perilaku mutilasi diri.
6. Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas mood yang jelas (misalnya, disforia episodik kuat, iritabilitas atau kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa hari). 7. Perasaan kosong yang kronis. 8. Kemarahan yang kuat dan tidak pada tempatnya atau kesulitan dalam mengendalikan kemarahan (misalnya, sering menunjukkan temper, marah terus menerus, perkelahian fisik berulang kali). 9. Ide paranoid yang transien dan berhubungan dengan stress, atau gejala disosiatif yang parah. Gangguan Kepribadian Histrionik Gejala klinis •
Perilaku mencari perhatian yang tinggi.
•
Memiliki disfungsi psikoseksual: wanita mungkin anorgasmik dan laki-laki mungkin impoten.
•
Pertahanan utama pasien dengan gangguan kepribadian histrionik adalah represi dan disosiasi.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Histrionik Pola pervasif emosionalitas dan mencari perhatian yang berlebihan, dimulai pada masa dewasa muda dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima ( atau lebih ) berikut : 1. Tidak merasa nyaman dalam situasi dimana ia tidak merupakan pusat perhatian. 2. Interaksi dengan orang lain sering ditandai oleh godaan seksual yang tidak pada tempatnya atau perilaku provokatif. 3. Menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan ekspresi emosi yang dangkal. 4. Secara terus menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian kepada dirinya. 5. Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak memiliki perincian. 6. Menunjukkan dramitasi diri, teatrikal, dan ekspresi emosi yang berlebihan. 7. Mudah disugesti, yaitu mudah dipengaruhi oleh orang lain atau situasi. 8. Menganggap hubungan menjadi lebih intim ketimbang keadaan sebenarnya.
Gangguan Kepribadian Narsistik Gejala klinis •
Memiliki perasaan kebesaran akan kepentingan dirinya.
•
Mereka menganggap dirinya sendiri mengharapkan terapi yang khusus.
•
Mereka tidak mampu menunjukkan empati dan mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka sendiri.
•
Pasien sering memanfaatkan orang lain
•
sebagai
orang
khusus
dan
Pasien memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Narsistik Pola perfsif kebesaran (dalam khayalan atau perilaku), membutuhkan kebanggaan, dan tidak ada empati, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut : 1. Memiliki rasa kepentingan diri yang besar (misalnya melebihlebihkan bakat dan kemampuannya, mengharap untuk dikenal sebagai seorang yang hebat tapi tidak sepadan). 2. Preokupasi dengan khayalan akan keberhasilan, kekuatan, kecerdasan, kecantikan, atau cinta ideal yang tidak terbatas. 3. Yakin bahwa ia adalah khusus dan unik dan dapat dimengerti hanya oleh atau harus berhubungan dengan orang lain (atau institusi) yang khusus atau memiliki status tinggi. 4. Membutuhkan kebanggaan yang berlebihan 5. Memiliki perasaan bernama besar, yaitu harapan yang tidak beralasan akan perlakuan khusus atau kepatuhan otomatis sesuai harapannya. 6. Eksploatif secara interpersonal, yaitu mengambil keuntungan dari orang lain untuk mencapai tujuannya sendiri. 7. Tidak memiliki tempat, tidak mau mengenali atau mengetahui perasaan dan kebutuhan orang lain. 8. Sering cemburu terhadap orang lain dan merasa orang lain juga cemburu kepada dirinya. 9. Mcmperlihatkan kesombongan, sikap congkak dan sombong.
GANGGUAN KEPRIBADIAN CLUSTER C Gangguan Kepribadian Menghindar (Avoidant) Epidemiologi Prevalensi gangguan kepribadian menghindar adalah 1-10%. Gejala klinis •
Hipersensitivitas terhadap penolakan
•
Menginginkan hubungan dengan orang lain yang hangat dan aman tetapi membenarkan penghindaran mereka untuk membentuk persahabatan karena perasaan ketakutan mereka akan penolakan.
•
Saat berbicara dengan seseorang, mereka mengekspresikan ketidakpastian dan tidak memiliki kepercayaan diri dan mungkin berbicara dalam cara yang merendahkan diri sendiri.
•
Tidak mau memasuki persahabatan kecuali mereka diberikan jaminan yang kuat secara tidak biasanya akan penerimaan tanpa kritik.
•
Pada umumnya, sifat kepribadian dasar mereka adalah malu-malu.
Kriteria Diagnostik Gangguan kepribadian Menghindar. Pola perfasiv hambatan sosial, perasaan tidak cakap, dan kepekaan berlebihan terhadap penilaian negatif, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai koteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut : 1. Mengindari aktivitas pekerjaan yang memerlukan kontak interpersonal yang bermakna karena takut akan kritik, celaan dan penolakan. 2. Tidak mau terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disenangi. 3. Menunjukkan keterbatasan dalam hubungan intim karena rasa takut dipermalukan atau ditertawai 4. Preokupasi dengan sedang dikritik atau ditolak dalam situasi sosial 5. Terhambat dalam situasi interpersonal yang baru karena perasaan tidak ada kuat 6. Memandang diri sendiri tidak layak secara sosial karena merasa dirinya tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain.
7. Tidak biasanya enggan untuk mengambil resiko pribadi melakukan aktivitas baru karena dapat membuktikan penghinaan Perjalanan penyakit dan prognosis
atau
Banyak pasien gangguan menghindar mampu untuk berfungsi, asalkan mereka dalam lingkungan yang terlindungi. Penghindaran fobik adalah sering ditemukan, dan pasien gangguan kepribadian menghindar mungkin memberikan riwayat fobia sosial atau berkembang menjdai fobia sosial selama perjalanan penyakitnya. Terapi : - Psikoterapi : Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia untuk melakukan apa yang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan, penolakan dan kegagalan. Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk berlatih keterampilan sosial yang baru di luar terapi, karena kegagalan dapat memperberat harga diri pasien yang telah buruk. Terapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan mereka terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Melatih ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk meningkatkan harga diri mereka. - Farmakoterapi : Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta, seperti atenolol (Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, khususnya jika mereka menghadapi situasi yang menakutkan. Gangguan Kepribadian Dependent Epidemiologi •
Lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki
•
Satu penelitian mendiagnosis 2,5% dari kepribadian masuk dalam kategori tersebut.
•
Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak kecil dibandingkan anak yang lebih besar.
Gejala klinis •
Ketergantungan yang pervasif dan perilaku patuh.
semua
gangguan
•
Tidak mampu untuk mengambil keputusan tanpa nasihat dan penentraman yang banyak dari orang lain.
•
Menghindari posisi tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta untuk memegang peran kepemimpinan. Mereka lebih senang tunduk.
•
Merasa sukar untuk menekuni tugas tetapi melakukan tugas tersebut untuk orang lain.
•
Mereka mencari orang yang bias diandalkan.
•
Pesimisme, keraguan diri, pasivitas da mengekspresikan perasaan seksual dan agresif.
merasa
mudah
ketakutan
untuk
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Dependen Kebutuhan yang perpasiv dan berlebihan untuk diasuh, yang menyebarkan perilaku tunduk dan menggantung dan rasa takut akan perpisahan, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut: 1.
Memiliki kesulitan dalam mengambil keputusan setiap hari tanpa sejumlah besar nasehat dan penenteraman dari orang lain. 2. Membutuhkan orang lain untuk menerima tanggung jawab dalam sebagian besar bidang utama kehidupannya. 3. Memiliki kesulitan dalam mengekspresikan ketidaksetujuan pada orang lain. Catatan : tidak termasuk rasa takut yang realistic akan ganti rugi. 4. Memiliki kesulitan dalam memulai proyek atau melakukan hal dengan dirinya sendiri (karena tidak memiliki keyakinan diri dalam pertimbangan atau kemampuan ketimbang tidak memiliki motivasi atau energi ) 5. Berusaha berlebihan untuk mendapatkan asuhan dan dukungan dari orang lain, sampai pada titik secara sukarela melakukan hal yang tidak meyenangkan. 6. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena timbulnya rasa takut tidak mampu merawat diri sendiri. 7. Segera mencari hubungan dengan orang lain sebagai sumber pengasuhan dan dukungan jika hubungan dekatnya berakhir. 8. Secara tidak realistic terpreokupasi dengan rasa takut ditinggal untuk merawat dirinya sendiri. Diagnosis Banding
- Ketergantungan adalah faktor yang menonjol pada pasien gangguan kepribadian histrionic dan ambang, tetapi pasien gangguan kepribadian dependen biasanya memiliki hubungan jangka panjang dengan orang pada siapa mereka tergantung, bukannya pada sejumlah orang, dan mereka tidak cenderung manipulatif Pasien gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal mungkin tidak dapat dibedakan dari pasien gangguan kepribadian menghindar. - Perilaku ketergantungan dapat terjadi pada pasien dengan agoraphobia, tetapi pasiep agorafobik cenderung memiliki tingkat kecemasan yang jelas atau bahkan panik. Perjalanan penyakit dan prognosis Terdapat kecendrungan untuk mengganggu fungsi pekerjaan, karena pasien memiliki ketidakmampuan untuk bertindak secara mandiri dan tanpa pengawasan dari dekat. Hubungan sosial adalah terbatas pada siapa orang dapat tergantung dan banyak yang menderita penyiksaan mental atau fisik karena mereka tidak dapat menegaskan dirinya sendiri. Mereka berada dalam risiko mengalami gangguan depresif berat jika mereka mengalami kehilangan orang pada siapa mereka tergantung. Tetapi, prognosis dengan pengobatan adalah cukup baik. Terapi : - Psikoterapi : Terapi gangguan kepribadian dependen seringkali berhasil, yaitu dengan proses kognitif-behavioral, dengan menciptakan kemandirian pada pasien, melatih ketegasan dan menumbuhkan rasa percaya diri. Terapi perilaku, terapi keluarga dan terapi kelompok semuanya telah digunakan dengan keberhasilan pada banyak kasus. - Farmakoterapi : telah digunakan untuk mengatasi gejala spesifik seperti kecemasan dan depresi, yang sering merupakan gambaran penyerta gangguan kepribadian dependen. Pasien tersebut yang mengalami serangan panik atau yang memiliki tingkat kecemasan perpisahan yang tingga mungkin tertolong oleh imipramine ( Tofranil ). Benzodiazepine dan obat serotonergik juga telah berguna. Jika depresi atau gejala menarik diri pada pasien berespon terhadap psikostimulan, obat tersebut digunakan. Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif Epidemiologi •
Lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita
•
Paling sering pada anak yang tertua.
•
Pasien seringkali memiliki latar belakang yang ditandai oleh disiplin yang keras.
Gejala klinis •
Memiliki keasikan dengan aturan, peraturan, ketertiban, kebersihan, perincian dan pencapaian kesempurnaan.
•
Keterampilan interpersonal terbatas.
•
Mereka mengasingkan orang lain, tidak mampu untuk berkompromi dan memaksakan supaya orang lain tunduk kepada mereka. Tetapi mereka mudah memaafkan mereka yang dipandangnya sebagai lebih berkuasa dibandingkan dirinya dan memenuhi keinginan mereka dalam cara penguasa.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif Pola pervasif preokupasi dengan urutan, perfeksionisme, dan pengendalian mental dan interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut : 1. Terpreokupasi dengan perincian, aturan, daftar, urutan, susunan atau jadwal sampai tingkat dimana aktivitas sesama hilang. 2. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas misalnya, tidak mampu menyelesaikan suatu proyek karena tidak memenuhi standarnya sendiri yang terlalu ketat. 3. Secara berlebihan setia kepada pekerjaan dan produktivitas sampai mengabaikan aktivitas waktu luang dan persahabatan (tidak disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang besar) 4. Terlalu berhati-hati, teliti, dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas, etika atau nilai-nilai (tidak disebabkan oleh identifikasi kultural atau religius) 5. Tidak mampu membuang benda-benda yang usang atau tidak berguna walaupun tidak memiliki nilai sentimental. 6. Enggan untuk mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan orang lain kecuali mereka tunduk dengan tepat caranya mengerjakan hal
7. Memiliki gaya belanja yang kikir baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, uang dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk rencana dimasa depan. 8. Menunjukkan kekacauan dan keras kepala. Perjalanan penyakit dan prognosis Perjalanan gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah bervariasi dan tidak dapat diramalkan. Dari waktu ke waktu, obsesi atau kompulsi dapat berkembang dalam perjalanan gangguan kepribadian. Beberapa remaja dengan gangguan kepribadian obsesi kompulsif berkembang menjadi orang dewasa yang hangat, terbuka dan ramah; tetapi orang lain, gangguan dapat mengawali skizofreniaatau gangguan depresif berat. Terapi : Psikoterapi : Tidak seperti gangguan kepribadian lainnya, pasien gangguan kepribadian obsesif-kompulsif seringkali tahu bahwa mereka sakit dan mencari pengobatan atas kemauan sendiri. Asosiasi bebas dan terapi yang tidak terlalu mengarahkan sangat dihargai oleh pasien gangguan ini. Terapi kelompok dan terapi perilaku biasanya memberikan manfaat tertentu. Pada kedua konteks, mudah untuk memutuskan pasien ditengahtengah interaksi atau penjelasan maladaptive mereka. Melengkapi perilaku kebiasaan mereka mencegah meningkatkan kecemasan pasien dan menyebabkan mereka mudah mempelajari strategi baru. - Farmakoterapi : Clonazepam (klonopin) adalah suatu benzodiazepine dengan antikonvulsan, pemakaian obat ini telah menurunkan gejala pada pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif parah. Apakah obat ini digunakan pada gangguan kepribadian adalah tidak diketahui. Clomipramine (anafranil) dan obat serotonergik tertentu seperti fluoxetine mungkin berguna jika tanda dan gejala obsesif-kompulsif timbul. -
GANGGUAN KEPRIBADIAN YANG TIDAK DITENTUKAN Gangguan Kepribadian Pasif - Agresif Gambaran klinis •
Menunda-nunda, tidak menerima permintaan untuk kinerja yang optimal, meminta maaf untuk keterlambatan dan mencari kesalahan
• •
•
pada diri orang lain pada siapa mereka tergantung, mereka menolak untuk melepaskan diri mereka sendiri dari ketergantungan. Tidak memeiliki ketegasan dan tidak lansung tentang kebutuhan dan harapan mereka. Tidak dapat menjawab pertanyaan yang diperlukan tentang apa yang diharapakan oleh mereka dan mungkinmenjadi cemas bila dipaksa untuk melakukannya. Berusaha untuk memanipulasi dirinya sendiri kedalam posisi tergantung, tetapi prilaku mereka yang pasif dan merendahkan diri sering kali dialami orang lain sebagai hukuman atau manipulasi.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Pasif- Agresif A. Pola perpasif sikap negatifistik dan resistensi pasif terhadap tuntutan akan kinerja yang adekuat , dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Secara pasif menolak memenuhi tugas sosial dan pekerjaan rutin. Mengeluh tidak dimengerti dan tidak dihargai oleh orang lain. Cemberut dan argumentative Tanpa alasan mengkritik dan mencemooh atasan Menunjukkan rasa cemburu dan kebencian terhadap mereka yang tampaknya lebih beruntung. 6. Suara yang diperkeras dan keluhan terus-menerus atas ketidak beruntungan dirinya 7. Berganti-ganti antara tantangan permusuhan dan perasaan dosa B. Tidak terjadi semata-mata selama episode depresif berat dan tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan distimik Gangguan Kepribadian Depresif Gambaran Klinis Deskripsi gangguan kepribadian depresif oleh H.Akiskal menggambarkan kelompok sifat depresif adalah : 1. Tenang, introvert, pasif tidak sombong. 2. Bermuram durja, pesimistik, serius, dan tidak dapat merasakan kegembiraan.
3. Mengkritik diri sendiri, menyalahkan diri sendiri dan menghina diri sendiri. 4. Bersifat ragu-ragu, kritik orang lain , sukar untuk memaafkan. 5. Berhati-hati, bertanggung jawab dan disiplin diri 6. Memikirkan hal sedih dan pasien merasa cemas 7. Asyik dengan peristiwa negatif, perasaan tidak berdaya dan kelemahan pribadi.
•
•
•
Gangguan kepribadian sadomasokistik Sadisme adalah keinginan untuk menyebabkan rasa sakit pada orang lain baik secara penyiksaan seksual atau fisik atau penyiksaan psikologi pada umumnya. Sedangkan masokisme adalah pencapaian pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri. Pada umumnya, yang dinamakan penderita masokisme moral mencari penghinaan dan kegagalan, bukannya sakit fisik. Menurut Sigmund Freud, kemampuan penderita masokisme untuk mencapai orgasme terganggu oleh kecemasan dan perasaan bersalah tentang seks dan perasaan tersebut dihilangkan oleh penderitaan dan hukuman pada diri mereka sendiri. Pengamatan klinis menyatakan bahwa elemen perilaku sadisme dan masokisme biasanya ditemukan pada orang yang sama. Gangguan kepribadian sadistik
•
•
• •
Menunjukkan pola kekejaman yang perpasif, merendahkan dan prilaku agresif, yang dimulai sejak masa anak-anak awal dan diarahkan kepada orang lain. Senang menghina atau merendahkan orang dihadapan orang lain dan biasanya telah mengancam atau menghukum orang lain dengan kasar yang tidak lazimnya, terutama anak-anak. Secara umum, orang dengan kelainan ini senang dengan kekerasan, senjata, luka, atau penyiksaan. Biasanya berhubungan dengan parental abuse.
Perubahan Kepribadian karena kondisi medis umum Etiologi —–Kerusakan struktural pada otak biasanya penyebab perubahan kepribadian Trauma kepala merupakan penyebab yang paling sering. Neoplasma serebral
dan kerusakan pembuluh darah, khususnya lobus temporalis dan frontalis, juga merupakan penyebab yang sering. Diagnosis dan gambaran klinis —–Ditemukan pperubahan kepribadian dari pola prilaku sebelumnya atau suatu eksaserbasi karakteristik kepribadian sebelumnya. Gangguan pengendalian ekspresi emosi dan impuls adalah gambaran yang utama. Secara karakteristik emosi labil dan dangkal walaupun euforia dan apati menonjol, walaupun euforia dan apati mungkin menonjol. —–Hal yang berhubungan dengan cedera laobus frontali (sindroma lobus frontalis) adalah ketidakacuhan dan apati yang menonjol, yang ditandai oleh tidak adanya perhatian terhadap peristiwa di lingkungan dekatnya. Ekspresi impuls mungkin dimanifestasikan dengan gurauan yang tidak sesuai, cara yang kasar, pendekatan seksual yang tidak pada tempatnya dan tindakan anti sosial yang menyebabkan konflik dengan hukum. Orang dengan epilepsi lobus temporalis secara karakteristik menunjukkan tidak memiliki rasa humor, hipergrafia, hiperreligius,dan agresivitas yang nyata selama kejang. —–Orang dengan perubahan kepribadian karena kondisi medis umum memiliki sensorium yang jernih. Gangguan ringan pada fungsi kognitif tidak menyebabkan perburukan intelektual. Diagnosis harus di curigai pada pasien yang menunjukkan perubahan yang nyata dalam prilaku atau kepribadian termasuk labilitas emosional dan gangguan kepribadian impuls, yang tidak memiliki riwayat mental dan yang perubahan kepribadiannya terjadi secara tiba-tiba atau selama periode yang relatif singkat