I
PERSEPSI PEDAGANG PASAR PANJANG KOTA KENDARI DALAM MEMBUANG SAMPAH
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Seminar Skripsi Pada Jurusan / Program Studi Pendidikan Geografi
OLEH
NURUL HIKMAH RAHMADANI A1A4 12 012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
II
III
I
i
II
ABSTRAK
Nurul Hikmah Rahmadani (A1A4 12 012), Persepsi Pedagang Pasar Panjang Kota Kendari Dalam Membuang Sampah. Dibimbing oleh Drs. Surdin, M,Pd sebagai pembimbing pertama dan Pendais Hak, S.Ag, M.Pd sebagai pembimbing kedua. Penelitian ini bertujuan untuk: 1). Mengetahui bagaimana persepsi pedagang pasar panjang kota kendari dalam membuang sampah, 2). Mengetahui bagaimana peran kepala pasar dalam pengelolaan sampah dipasar panjang kota kendari. Penelitian ini menggunakan data primer dan menggunakan analisis data deskriptif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Sistem pengelolaan sampah di pasar panjang dilakukan dengan cara pedagang mengumpul sampahnya di sekitar kiosnya masing-masing dengan cara dikumpulkan dikantong pelastik atau karung yang disediakan oleh masingmasing pedagang yang selanjutnya akan diambil oleh petugas kebersihan pada jam yang telah ditentukan setiap harinya. Pengumpulan sampah para pedagang pasar panjang dilakukan tanpa memilah sampah organik dan anorganik, sampah para pedagang tersebut tidak dibagi dalam organik maupun anorganik karena sampah pedagang langsung diambil oleh petugas kebersihan dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pengelolaan sampah dipasar panjang ini sangat bagus dan teratur karena dapat dilihat dari pasar panjang yang sekarang merupakan pasar yang bersih dari sampah, para pedagang juga sangat disiplin dalam hal membuang sampah dan menjaga kebersihan di sekitar kios sehingga pasar panjang kota kendari dapat dikategorikan sebagai pasar yang terjamin kebersihannya. Persepsi pedagang pasar panjang yaitu pengelola pasar dan para pedagang pasar panjang sudah sangat disiplin dan teratur dalam menjaga kebersihan disekitar pasar dengan cara membuang sampah secara teratur di tempat yang sudah mereka sediakan dan menjaga kebersihan di sekitar kios masing-masing sehingga pedagang dan pembeli merasa nyaman berada di wilayah pasar tanpa terganggu dengan sampah yang berserakan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas maka peneliti menyarankan kepada kepala pasar dan para pedagang agar dapat bekerja sama dengan para pedagang untuk mempertahankan kebersihan di kawasan pasar panjang sehingga penjual dan pembeli nyaman untuk berinteraksi dipasar tersebut tanpa adanya gangguan dari sampah yang berserakan dan bau yang tak sedap. Selain itu pengelola pasar atau pemerintah setempat sebaiknya menyediakan wadah berdasarkan jenis sampahnya yaitu sampah organik dan sampah anorganik untuk para pedagang yang akan diletakkan didepan kios masing-masing. Kata Kunci: Persepsi, Pedagang, membuang Sampah.
ii
III
ABSTRACT Nurul Hikmah Rahmadani (A1A4 12 012), Perception of Market Traders Long Throw Trash In the city of Kendari. Supervised by Drs. Surdin, M, Pd as first counselor and Pendais Hak, S.Ag, M.Pd as second counselor. This study aims to: 1). Knowing how long the perception of market traders kendari city in waste bins, 2). Knowing how the role of head of the market for waste management in the city long market kendari. This study uses primary data and using descriptive data analysis. The results of this study concluded that the system of waste management in the market long done by traders collect trash around his stall respective cohorts in plastick or sacks supplied by each merchant which would then be taken by a janitor at the appointed hour each day. Garbage collection market traders long done without sorting organic and inorganic waste, garbage traders are not divided into organic and inorganic as junk merchant directly taken by the janitor and dumped into the final disposal (landfill). Waste management market this long is very nice and orderly as can be seen from the market long that now is a market that is clean of trash, traders are also very disciplined in terms of taking out the trash and maintaining cleanliness around the stalls so the market is long the town kendari can be categorized as a guaranteed market cleanliness. Perception of market traders long that market managers and market traders long been very disciplined and organized in keeping the area around the market by removing garbage regularly in places they already provide and maintain cleanliness around the stalls each so that both sellers and buyers feel comfortable being in the market area without being interrupted with garbage strewn. Based on these results described above, the researcher suggested to the head of the market and traders in order to cooperate with the traders to maintain cleanliness in the market so long that the seller and the buyer comfortable to interact in that market without any interference from scattered rubbish and smell bad. In addition the market manager or local government should provide containers by type of waste is organic waste and inorganic trash to the merchants that will be placed in front of each stall. Keywords: Perception, Traders, dispose of waste.
iii
IV
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, berkat dan rahmatNya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana. Penulis menyadari bahwa isi hasil penelitian ini masih banyak kelemahan dan kekurangan yang disebebkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis dan literatur yang dipergunakan. Sehubungan dengan ini, maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak membangun dan menyempurnakan hasil penelitian ini.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak mulai dari penelitian sampai dengan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih setulus-tulusnya kepada Bapak Drs. Surdin, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Pendais Hak, S.Ag.,M.Pd selaku pembimbing II atas segala ilmu, motivasi, nasehat, bimbingan dan bantuan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tugas akhir hingga penyelesaian penulisan skripsi ini. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse,MS, Selaku Rektor Universitas Halu Oleo Kendari. 2. Bapak Dr. La Iru, SH,M.Si, Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari. 3. Bapak La Ode Amaluddin, S.Pd, M.Pd Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi.
iv
V
4. Seluruh Dosen dan Staf Karyawan/Karyawati pada lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan. 5. Ucapan terima kasih yang tiada tara untuk kedua orang tua penulis. Untuk Ibu Dra. Hj. Muhriati dan Bapak Prof. Dr. H. Muh Syarif. SE,MS yang telah menjadi orang tua terhebat, yang selalu memberikan motivasi, nasehat, cinta, perhatian, dan kasih sayang serta doa yang tulus sehingga penulis dapat menjadi seperti sekarang ini. 6. Terimakasih juga kepada kakak saya Rahmania Elvinasari dan adik saya Ahmad Mubaraq yang tak henti-hentinya mendukung dan membantu saya serta sepupu-sepupu saya yang selalu menyemangati. 7. Dan juga seluruh sahabat dan teman-teman saya baik dilingkungan Fakultas maupun diluar. Terimakasih kepada kak Juna yang selalu membantu saya dan sahabat terbaik saya Risma yang selalu setia menemani dan menyemangati, terimakasih juga kepada Suciana, Nur Hasanah, S.Pd, Deice Salaunaung, S.Pd, Fitriani, Ramlah, Rahma, Sartika, Ahlum Nazar, Rahma Musyawarah, dan seluruh teman seperjuangan di Pendidikan Geografi. Terimakasih juga kepada teman-teman saya Noval, Wahyu, Dibas, Ontang, Sarita, Desi, Rois, Dires, Sylvester, Ino, Hani, Aria, Gisti, Isma, Feni, Hera, Sukma, Noni, Dinan, Cilong, Wiwiek, Yunita, Violla, kakak Kikii, dan juga teman-teman KKN yang selalu memberi semangat Anggi, Suki, Madin, kak Naning, kak Ijal, Halufi, kak Fitri, dan yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas segala bantuan dan semangat dari kalian semua.
Kami yakin tulisan ini sangat jauh dari sempurna, sehingga sangat diperlukan saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca sehingga dapat bermanfaat bagi kita v
VI
semua khususnya bagi penulis pribadi. Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis memohon kepada Allah SWT, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.
Kendari,
Januari 2016
Penulis
vi
VII
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
………………………………
i
ABSTRAK
…………………………..
ii
ABSTRACK
…………………………..
iii
KATA PENGANTAR
………………………………
iv
DAFTAR ISI
………………………….
vii
DAFTAR TABEL
………………………….
ix
DAFTAR GAMBAR
…………………………
x
BAB I PENDAHULUAN
………………………………
1
A. Latar Belakang
………………………………
1
B. Rumusan Masalah
………………………………
4
C. Tujuan Penelitian
………………………………
4
D. Manfaat Penelitian
………………………………
4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
………………………………
5
………………………………
5
1. Konsep Persepsi
………………………………
5
2. Konsep Pedagang
………………………………
9
3. Konsep Kesehatan Masyarakat
………………………………
10
4. Konsep Pasar
………………………………
11
5. Konsep Sampah
………………………………
13
6. Konsep Membuang Sampah
………………………………
20
B. Penelitian Yang Relevan
………………………………
22
C. Kerangka Pikir
………………………………
26
………………………………
27
A. Tempat dan Waktu
………………………………
27
B. Jenis Penelitian
………………………………
27
C. Teknik Penentuan Informan
………………………………
27
A. Deskripsi Teori
BAB III METODE PENELITIAN
vii
VIII
D. Fokus Penelitian
………………………………
27
E. Teknik Pengumpulan Data
………………………………
28
F. Teknik Analisis Data
………………………………
29
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data
………………………………
30
………………………………
31
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
……………………........
31
B. Identitas Informan
………………………………
34
C. Deskripsi Hasil Penelitian
………………………………
37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
………………………………
43
A. Kesimpulan
………………………………
43
B. Saran
………………………………
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
IX
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jumlah Informan Menurut Kelompok Umur ……………………………… 39 Tabel 1.2 Jumlah Informan Menurut Jenis Kelamin ………………….……………… 40 Tabel 1.3 Jumlah Informan Menurut Pendidikan …………………….……………… 42 Tabel 1.4 Jumlah Informan Menurut Jenis Usaha ……………………….…………… 43
ix
X
DAFTAR GAMBAR Pola Pengumpulan Sampah Individual Tak Langsung…………………………..22
Pola Pengumpulan Sampah Komunal …………………………..……………….23
Kerangka Pikir …………………………………………………...…………….. 30
Dokumentasi……………….………………………………………..………… 37
x
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera di masa yang akan datang, akan sangat diperlukan adanya lingkungan permukiman yang sehat. Dari aspek persampahan, maka kata sehat akan berarti sebagai kondisi yang akan dapat dicapai bila sampah dapat dikelola secara baik sehingga bersih dari lingkungan permukiman dimana manusia beraktifitas di dalamnya (Permen PU nomor: 21/PRT/M/2006). Perkembangan kota akan diikuti pertambahan jumlah penduduk, yang juga akan di ikuti oleh masalah – masalah sosial dan lingkungan. Salah satu masalah lingkungan yang muncul adalah masalah persampahan. Permasalahan lingkungan yang terjadi akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan (Alkadri dalamFaizah, 2008 : 25). Menurut Wibowo dan Darwin (2006:1) persampahan telah menjadi agenda permasalahan utama yang dihadapi oleh hampir seluruh perkotaan di Indonesia. Faktor keberhasilan pelaksanaan pengelolaan sampah sepenuhnya akan tergantung pada kemauan pemerintah daerah atau kota dan masyarakat. Kemauan ini dapat di mulai dari pemahaman dan kesadaran akan pentingnya sektor pengelolaan sampah sebagai salah satu pencerminan keberhasilan pengelolaan kota. Permasalahan sampah dapat diatasi jika masyarakat maupun Pemerintah mampu dan memiliki kemauan dalam menjalankan tugas dan kewajiban pengelolaan sampah dengan penuh tanggung jawab. Bentuk keterlibatan masyarakat sebagai pihak yang menghasilkan sampah dengan proporsi terbesar, dapat dilaksanakan dengan membudayakan perilaku pengelolaan sampah semenjak dini dari rumah tangga, 1
2
sebagai struktur terendah dalam pengelolaan sampah perkotaan (Nurdin dalam Wibowo, 2010 : 04). Pengelolaan sampah perkotaan yang tidak melibatkan masyarakat sebagai penghasil sampah, akan memperberat peran Pemerintah sebagai penyedia pelayanan persampahan perkotaan. Sampah domestik yang tidak tertangani dengan baik akan berdampak kepada kesehatan manusia, kondisi ekonomi dan tingginya biaya pengelolaan atau perbaikan lingkungan dan infrastruktur atau menimbulkan biaya eksternalitas (Suparmoko dalam Wibowo, 2010 : 04). Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehinggamenyebabkan beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukan lahan yangcukup luas, juga diperlukan fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal.Semakin banyaknya jumlah sampah yang dibuang ke TPA salah satunyadisebabkan belum dilakukannya upaya pengurangan volume sampah secarasungguh-sunguh sejak dari sumber (Tuti Kustiah dalam Faizah : 2008:19). Kota Kendari sebagaimana kota lain di Indonesia, jumlahpenduduknya juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS Sulawesi Tenggara pada tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Kendari tahun 2013 sebanyak 324.505 jiwa, kemudian pada tahun 2014 jumlah penduduk Kota Kendari naik menjadi 335.889 jiwa atau mengalami pertumbuhan 3,51% per tahun (BPS Sulawesi Tenggara, 2015). Meningkatnya jumlah penduduk akan menyebabkan meningkatnya jumlahsampah yang dihasilkan.
Penelitian ini dilakukan dipasar panjang Kota Kendari karena merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kota Kendari dan pasar panjang merupakan salah satu pasar yang aktifitasnya sangat ramai baik jumlah pedagang maupun jumlah pengunjungnya
3
sangat banyak sehingga volume sampah menjadi besar. Walaupun volume sampah yang besar, namun tidak membuat pasar panjang menjadi kotor dan terdapat sampah yang berserakan karena adanya kerja sama yang baik dan komitmen antara pengelola pasar dan para pedagang untuk menjaga kebersihan disekitar wilayah pasar panjang.
4
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Persepsi Pedagang Pasar Panjang Dalam Membuang Sampah? 2. Bagaimana Peran Kepala Pasar Dalam Pengelolaan Sampah Dipasar Panjang Kota Kendari?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui Bagaimana Persepsi Pedagang Pasar Panjang Dalam Membuang Sampah. 2. Mengetahui Bagaimana Peran Kepala Pasar Dalam Pengelolaan Sampah Dipasar Panjang Kota Kendari.
D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai Informasi Tentang Gambaran Permasalahan Pengelolaan Persampahan Di Pasar Panjang Kota Kendari. 2. Sebagai Dasar Pengambilan Kebijakan Bagi Pemerintah Didalam Pengelolaan Persampahan Di Pasar Pada Umumnya.
E. Definisi Operasional Untuk memperjelas arah penelitian ini, maka peneliti memberikan definisi operasional seperti berikut: 1. Persepsi adalah tanggapan atau penilaian dari proses pengamatan yang secara langsung dari suatu makna yang dipengaruhi oleh beberapa faktor situasi, kebutuhan, keinginan
5
dan juga kesediaan sehingga setiap orang akan memiliki cara pandang yang berbeda terhadap objek yang dirasakan. 2. Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggung jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau per satuan. 3. Pasar Panjang adalah relokasi dari pasar wua-wua yang terbakar dan dibangun oleh pemerintah Kota Kendari pada tahun 2011 dan sampai sekarang masih digunakan. 4. Membuang sampah adalah dimulai dari para pedagang mengumpulkan sampah disekitar kiosnya lalu dikumpulkan disuatu wadah didepan kios masing-masing dan selanjutnya dimbil oleh mobil sampah setiap hari.
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Persepsi Menurut Dewanto dalam Hartanto (2003:28), persepsi merupakan istilah bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Inggris perceive yang artinya melihat atau mengamati. Dalam kamus besar bahasa Indonesia persepsi dapat diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang dalam mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi juga dapat diartikan sebagai suatu proses kognitif dari seseorang terhadap lingkungannya yang digunakan untuk menafsirkan lingkungan sekitarnya (Hartiningtyas dalam Hartanto, 2005:27). Proses kognitif tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor situasi, kebutuhan, keinginan dan juga kesediaan sehingga setiap orang akan memiliki cara pandang yang berbeda terhadap obyek yang dirasakan. Persepsi mempunyai peran penting dalam pengambilan keputusan. Persepsi diartikan sebagai fungsi psikologis yang memampukan individu untuk mengamati rangsangan inderawi dan mengubahnya menjadi perjalanan yang berkaitan secara tertata (DaldjoenidalamHartanto, 1997). Pengertian lain, persepsi merupakan proses yang lebih rumit daripada sekedar penglihatan dan penilaian, dimana melalui persepsi orang dapat memilih, mengatur dan mengartikan rangsangan-rangsangan inderawi ke dalam gambaran dunia yang penuh air dan bertalian secara logis (HartiningtyasdalamHartanto, 2005:27). Persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu kata perception, yang diambil dari bahasa latin perceptio, yang berarti menerima atau mengambil. Menurut Leavitt (dalam Desmita, 6
7
2011: 117), ”Perception dalam pengertian sempit adalah penglihatan, yaitu bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas, perception adalah pandangan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu”. Sedangkan menurut Slameto (2010 :102) Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terusmenerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Sedangkan Miftah Toha (2009:141) juga menerangkan bahwa Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Persepsi merupakan proses pengamatan yang secara langsung dikaitkan dengan suatu makna dilandasi dari dari adanya informasi dan lingkungan. Persepsi juga diartikan sebagai fungsi psikologis yang memampukan individu untuk mengamati rangsangan inderawi dan mengubahnya menjadi perjalanan yang berkaitan secara tertata (Daldjoeni dalam Hartanto, 1997). Menurut Hartiningtyas dalamHartanto (2005:30) hal-hal yang dapat mempengaruhi perbedaan persepsi antara lain perbedaan set (harapan sesesorang akan rangsang yang akan timbul), fokus perhatian, kebutuhan, sistem nilai, cirri kepribadian serta gangguan jiwa.
8
Persepsi terbentuk melalui proses seleksi serta interpretasi atau pembulatan terhadap proses informasi yang sampai, kemudian diterjemahkan ke dalam tingkah laku dari suatu keinginan atau pilihan sebagai reaksi. (Atkinson dalam Hatiningtyas, 2005:30). Seleksi merupakan penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar atau obyek yang sedang diamati. Interpretasi merupakan proses pengorganisasian informasi agar berguna bagi seseorang. Dari proses seleksi dan interpretasi tersebut membentuk suatu penilaian tertentu, sebagai reaksinya atas tindakan dan keinginan akan kebutuhan dan pilihan dari subyek yang diamati. Dari beberapa pengertian tentang persepsi seperti di atas, maka dapat diartikan persepsi adalah tanggapan atau penilaian dari proses pengamatan yang secara langsung dari suatu makna yang dipengaruhi oleh beberapa faktor situasi, kebutuhan, keinginan dan juga kesediaan sehingga setiap orang akan memiliki cara pandang yang berbeda terhadap obyek yang dirasakan ( Hartanto, 2006 : 70 ). Selanjutnya Hartanto menjelaskan bahwa ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi agar individu dapat mengadakan persepsi, yaitu : 1) Adanya objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus dating dari luar individu. 2) Adanya indera, syaraf,dan pusat susunan syaraf, yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan syaraf motoris. 3)
9
Adanya perhatian, merupakan langkah pertama sebagai persiapan dalam mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Dari hal tersebutdapat disimpulkan bahwa untuk mengadakan persepsi ada beberapa faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu 1) objek atau stimulus yang dipersepsi, 2) alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis, 3) perhatian, yang merupakan syarat psikologis Dengan demikian dapat dijelaskan terjadinya proses persepsi sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Persepsi ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis (Iksan, 2012 : 02). Menurut Iksan (2012 : 06) Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu evaluasi yang ditujukan terhadap suatu obyek dan dinyatakan secara verbal, sedangkan bentuk-bentuk persepsi merupakan pandangan yang berdasarkan penilaian terhadap suatu obyek yang terjadi, kapan saja, dimana saja, jika stimulus mempengaruhinya. Persepsi yang meliputi proses kognitif mencakup proses penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam menerima suatu stimulus kemampuan manusia sangatlah terbatas, sehingga manusia tidak mampu memproses seluruh stimulus yang ditangkapnya. Artinya meskipun sering disadari,
10
stimulus yang akan dipersepsi selalu dipilih suatu stimulus yang mempunyai relevansi dan bermakna baginya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi yaitu yang bersifat positif dan negatif. 1) Persepsi Positif Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan menuju pada suatu keadaan dimana subyek yang mempersepsikan cenderung menerima obyek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya 2). Persepsi Negatif Yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan menunjuk pada keadaan dimana subyek yang mempersepsi cenderung menolak obyek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya.
B. Konsep Pedagang Menurut UU Nomor 29 Tahun 1948, pedagang adalah orang atau badan pembeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud untuk dijual diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan lain, baik yang masih berwujud barang penting asli, maupun yang sudah dijadikan barang lain (Mustika dalam Widodo, 2008 : 285-286). Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggung jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau per satuan. Kegiatan perdagangan
11
dapat menciptakan kesempatan kerja melalui dua cara: pertama, secara langsung yaitu dengan kapasitas penyerapan tenaga kerja yang benar, kedua dengan secara tidak langsung yaitu dengan perluasan pasar yang diciptakan oleh kegiatan perdagangan disatu pihak dan pihak lain dengan memperlancar penyaluran dan pengadaan bahan baku (Mustika, 2014 : 45). C. Konsep Kesehatan Masyarakat Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, mempromosikan kesehatan dan efisiensi dengan menggerakkan potensi seluruh masyarakat. Konsep kesehatan masyarakat berkaitan dengan perubahan perilaku sehat akan lebih terbentuk dan bertahan lama bila dilandasi kesadaran sendiri (internalisasi) sehingga konsep upaya sehat dari, oleh dan untuk masyarakat sangat diterapkan ( Nengah, 2013 : 01). Menurut Tosepu (2010 : 53) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik bagi fector penyakit, seperti serangga dan hewan pengerat, sebagai tempat berkembang biak sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya insiden penyakit dimasyarakat sebagai berikut: (1). Penyakit-penyakit saluran pencernaan (diare, kolera, typhus, dan lainnya), yang ditularkan oleh lalat. (2). Penyakit demam berdarah, ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty yang berkembang biak akibat banyaknya kalengkaleng bekas dan genangan air. (3). Penyakit kulit (akibat jamur) dan penyakit-penyakit akibat parasit lain, yang penularannya melalui kontak langsung maupun melalui udara. (4). Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui binatang, misalnya Taeniasis (akibat cacing pita/
12
Taenia saginata dari tubuh sapi ataupun Taenia solium dari tubuh babi). Hal ini terjadi akibat sampah yang dimanfaatkan sebagai makanan hewan ternak tidak diolah sebagaimana mestinya sehingga masih mengandung bibit penyakit yang ikut terus dalam rantai penularan. (5). Kecelakaan pada pekerja atau masyarakat, akibat tercecernya potonganpotongan besi, kaleng, seng, serta pecahan-pecahan kaca.
D. Konsep Pasar Pasar adalah suatu tempat fisik di mana pembeli dan penjual berkumpul untuk mepertukarkan barang dan jasa (Kotler, 2002 : 73). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya (Stanton, 2000 : 51).
Pasar tradisional adalah pasar yang pelaksanaanya bersifat tradisional tempat bertemunya penjual pembeli, terjadinya kesepakatan harga dan terjadinya transaksi setelah melalui proses tawar-menawar harga. Biasanya pasar tradisional umumnya menyediakan berbagai macam bahan pokok keperluan rumah tangga, dan pasar ini biasanya berlokasi di tempat yang terbuka. Bangunan di pasar ini berbentuk toko dan los. Toko semi permanen umumnya digunakan untuk berjualan aneka kue, pakaian, dan barang atau perabotan lainnya. Adapun los-nya yang digunakan untuk berjualan buah-buahan, sayuran, ikan, daging dan sebagainya. Penerangan di pasar tradisional secukupnya, dan tidak ber-AC (Sora, 2008:02).
13
Menurut William J . Stanton pada tahun 1993 yang mengatakan bahwa pasar adalah sekumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja , dan kemauan untuk membelanjakan. Lalu menurut WY.Stanton pasar merupakan suatu tempat yang terdapat sebuah sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga hingga sebagai media mempromosikan serta tempat pendistribusian barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli . Sedangkan definisi pasar menurut Nystrom adalah suatu kegiatan di mana untuk menyalurkan barang dan jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. Sedangkan menurut pengertian pasar dari Philip dan Duncan adan merupakan sesuatu yang diliputi oleh semua langkah yang di gunakan atau di butuhkan untuk menempatkan suatu barang yang bersifat tangible yang nantinya akan di tujukan untuk konsumen. Sedangkan pengertian yang lain menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat atau Amerika Marketing Association adalah suatu tempat pelaksanaan kegiatan usaha perdagangan yang kemudian di arahkan secara khusus untuk barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Dari pengertian pasar menurut para ahli dapat di simpulkan bahwa pasar adalah pasar di gunakan sebagai tempat dimana para pembeli dan penjual bertemu dan melakukan transaksi jual serta beli barang maupun jasa. Yang dapat diartikan bahwa pasar merupakan suatu tempat dimana nantinya pada haru tertentu para penjual dan pembeli bisa bertemu untuk menjual serta membeli barang . Adapun definisi pasar yang dapat di simpulkan dari pendapat para ahli adalah sebagai mekanisme yaitu bukan hanya sekedar temoat saja , namun juga dapat digunakan untuk menata kepentingan pihak pembeli terhadap kepentingan pihak penjual. Dimana mekanisme tersebut tidak hanya di mengerti sebagai
14
salah satu cara untuk bertemunya dengan penjual dan kemudian berpisah , namun lebih dari hal itu yang harus di maknai adalah sebagai tatanan atas berbagai bagian seperti para pelaku yaitu pembeli dan penjual , komoditas yang di perjual belikan serta aturan main baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis namun telah di sepakati oleh para pelakunya, dan regulasi pemerintah yang saling terkait , lalu berinteraksi , dan dengan serentak melakukan gerakan seperti layaknya suatu mesin (Stevani, 2014 : 02 ).
E. Konsep Sampah Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor T-13-1990 dalam Natosis (2010 : 44) yang dimaksud dengan sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi bangunan. Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Sampah merupakan bahan buangan dari kegiatan rumah tangga, komersial, industry atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia lainnya. Sampah akan menjadi beban bumi, artinya ada resiko-resiko yang akan ditimbulkannya (Hadi, 2000:40 damalm Faizah). Ketidakpedulian terhadap permasalahan pengelolaan sampah berakibat terjadinya degradasi kualitas lingkungan yang tidak memberikan kenyamanan untuk hidup, sehingga akan menurunkan kualitas kesehatan masyarakat. Degradasi tersebut lebih terpicu oleh pola perilaku masyarakat yang tidak
15
ramah lingkungan, seperti membuang sampah di badan air (Alkadri et al., 1999:264 dalam Faizah) sehingga sampah akan menumpuk di saluran air yang ada dan menimbulkan berbagai masalah turunan lainnya. Kondisi ini sering terjadi di wilayah-wilayah padat penduduk di perkotaan. Menurut Gelbert dkk dalam Faizah (2008 : 35) Jika sampah tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan, yaitu: 1. Dampak Terhadap Kesehatan Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut (Gelbert dkk dalam Faizah, 2008 : 35) : (a). Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. (b). Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit). (c). Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah. (d). Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator. 2. Dampak Terhadap Lingkungan
16
Cairan rembesan sampah (lindi) yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis (Gelbert dkk dalam Faizah, 2008 : 35). Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak (Gelbert dkk dalam Faizah, 2008 : 35). 3. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi Dampak-dampak tersebut menurut Gelbert dkk dalam Faizah (2008 : 36) adalah sebagai berikut: (a). Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana. (b). Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan. (c). Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas). (d). Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. (e). Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air. Jika sarana penampungan sampah yang kurang atau tidak efisien, orang
17
akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki. Menurut Wibowo (2010 : 51) Secara umum pengelompokkan sampah sering dilakukan berdasarkan sifat atau karakteristik dan sumber sampah yaitu: 1. Sampah anorganik. Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagai zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam. Sedangkan sebagian lainnya hanya dapat diuraikan melalui proses yang cukup lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastic dan kaleng. Kertas koran dan karton merupakan pengecualian. Beradasarkan asalnya, kertas koran dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lainnya, maka dimasukkan kedalam kelompok sampah an organik 2. Sampah organik. Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, rumah tangga dan lain sebagainya. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik misalnya sampah dari dapur. 3. Sampah 3B (bahan berbahaya dan beracun)
18
Sampah yang terdiri atas bahan atau zat yang karena sifat-sifat kimianya dapat membahayakan manusia maupun lingkungan seperti: bahan-bahan beracun, mudah meledak, korosif, mudah terbakar dan bahan radioaktif. Sampah yang berasal dari pemukiman/tempat tinggal dan daerah komersial, selain terdiri atas sampah organik dan anorganik, juga dapat berkategori B3. Sampah organik bersifat biodegradable sehingga mudah terdekomposisi, sedangkan sampah anorganik bersifat non-biodegradable sehingga sulit terdekomposisi. Bagian organik sebagian besar terdiri atas sisa makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, karet, kulit, kayu, dan sampah kebun. Bagian anorganik sebagian besar terdiri dari kaca, tembikar, logam, dan debu. Sampah yang mudah terdekomposisi, terutama dalam cuaca yang panas, biasanya dalam proses dekomposisinya akan menimbulkan bau dan mendatangkan lalat. Dilihat dari komposisi sampah, maka sebagian besar sampah kota di Indonesia adalah tergolong sampah hayati, atau secara umum dikenal sebagai sampah organik. Sampah yang tergolong hayati ini untuk kota-kota besar bisa mencapai 70 % dari total sampah, dan sekitar 28 % adalah sampah nonhayati yang menjadi obyek aktivitas pemulung yang cukup potensial, mulai dari sumber sampah (dari rumah-rumah) sampai ke TPA. Sisanya (sekitar 2%) tergolong B3 yang perlu dikelola tersendiri (Damanhuri, 2010:07). Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Sumatera (2007) menyatakan bahwa, Sampah rumah tangga merupakan hal yang tidak terpisahkan dari aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Seiring dengan makin lajunya pertumbuhan penduduk baik didesa terlebih lagi dikota-kota besar, maka persoalan sampah menjadi semakin komplek. Pengelolaan sampah meliputi berbagai sarana dan prasarana yang tidak murah, selain itu
19
sampah berpotensi menimbulkan berbagai penyakit yang merugikan kesehatan kita semua. Pengelolaan sampah saat ini semakin meningkatkan beban proses pengangkutan dan penampungan. Pemusnahan atau lokasi penimbunan sampah yang memadai. Dengan adanya UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah maka perlu pengelolaan sampah dengan maksimal. Adapun upaya pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan caraReuse, Reduce dan Recycle (3R) adalah kegiatan memperlakukan sampah dengan cara menggunakan kembali, mengurangi dan mendaur ulang. Pemahaman masyarakat terhadap konsep 3R, yaitu reuse (memakai kembali barang bekas yang masih bisa dipakai), reduce (berusaha mengurangi sampah) dan recycle (mendaur ulang sampah agar dapat dimanfaatkan) juga masih rendah. Akibatnya produksi sampah yang dihasilkan oleh masyarakat semakin melimpah dan menumpuk dimana-mana. Untuk itu peran serta masyarakat sangat penting untuk mengelola sampah yang dimulai dari rumah tangga sehingga nantinya sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah berkurang cukup banyak dan tidak menimbulkan timbunan yang menggunung di lokasi TPA tersebut (Subekti, 2010 : 04). Wibowo (2010 : 53) Teknik pengolahan sampah yang pada awalnya menggunakan pendekatan kumpul-angkut-buang, kini telah mulai mengarah pada pengolahan sampah berupa reduce-reuse-recycle (3R). Reduce berarti mengurangi volume dan berat sampah, reuse berarti memanfaatkan kembali dan recycle berarti daur ulang sampah. Teknik pengolahan sampah dengan pola 3R, secara umum adalah sebagai berikut: 1. Reduce (pengurangan volume)
20
Ada beberapa cara untuk melakukan pengurangan volume sampah, antara lain: a. Incenerator (pembakaran) Merupakan proses pengolahan sampah dengan proses oksidasi, sehingga menjadi kurang kadar bahayanya, stabil secara kimiawi serta memperkecil volume maupu berat sampah yang akan dibuang ke lokasi TPA. b. Balling (pemadatan) Merupakan sistem pengolahan sampah yang dilakukan dengan pemadatan terhadap sampah dengan alat pemadat yang bertujuan untuk mengurangi volume dan efisiensi transportasi sampah. c. Composting (pengomposan) Merupakan salah satu sistem pengolahan sampah dengan mendekomposisikan sampah organik menjadi material kompos, sperti humus dengan memanfaatkan aktivitas bakteri. d. Pulverization (penghalusan) Merupakan suatu cara yang bertujuan untuk mengurangi volume, memudahkan pekerjaan penimpunan, menekan vektor penyakit serta memudahkan terjadinya pembusukan dan stabilisasi. 2. Reuse
21
Reuse adalah pemanfaatan kembali atau mengguanakan kembali bahan-bahan dari hasil pembuangan sampah menjadi bahan yang dapat di pergunakan kembali. Misalnya sampah konstruksi bangunan. 3. Recycle Recycle adalah kegiatan pemisahan benda-benda anorganik (misalnya: botol-botol bekas, kaleng, kardus dan lainnya) dari tumpukan sampah untuk diproses kembali menjadi bahan baku atau barang yang lebih berguna. Subekti (2010 : 04) menyatakan bahwa berdasarkan potret pengelolaan sampah yang ada sekarang ini, beberapa indikasi permasalahan muncul yang disebabkan oleh: (1). Sampah yang bercampur antara basah dan kering, sehingga sangat sulit untuk dimanfaatkan kembali. Meskipun sampah basah bisa dibuat kompos, tetapi jika telah bercampur dengan sampah berbahaya seperti batu baterai, pembalut wanita, atau jenis-jenis kimia lainnya maka kualitas kompos yang dihasilkan akan rendah. (2). Akibat tidak adanya partisipasi masyarakat maka petugas kebersihan yang dikerahkan oleh pemerintah kota menjadi tidak berimbang antara jumlah petugas dengan jumlah sampah yang harus ditangani. (3). Kapasitas TPA yang terbatas, jumlah sampah tiap hari terus menerus masuk ke TPA, hanya sebagian kecil saja yang dapat diproduksi oleh pemulung. Pada suatu saat TPA tidak sanggup lagi menampung sampah kota yang dibuang oleh masyarakat. Ketika TPA tidak beroprasi dalam beberapa hari saja, maka sampah kota akan menumpuk dan tersebar dimana-mana. (4). Biaya operasional pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA yang terus-menerus meningkat seiring dengan kenaikan harga bahan bakar dan ditambah lagi
22
perlunya biaya operasional untuk merawat armada-armana pengangkut sampah. (5). Tidak ada masyarakat yang mau jika lingkungannya dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah. Ditambah lagi pada era otonomi daerah kesulitan mencari lahan diluar wilayah administrasinya. Menurut Koesmantoro dalam Tosepu (2010 : 59) menyatakan bahwa pada dasarnya pengelolaan sampah ada 2 macam, yaitu pengelolaan/penanganan sampah setempat (individu) dan pengelolaan sampah terpusat untuk suatu lingkungan pemukiman atau kota. Penanganan sampah setempat dimaksudkan penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh penghasil sampah dengan menanam dalam galian tanah pekarangannya atau dengan cara lain yang masih dapat dibenarkan. Hal ini dimungkinkan bila daya dukung lingkungan masih cukup tinggi misalnya tersedianya lahan, dan lain-lain. Pengelolaan persampahan secara terpusat, khususnhya dalam teknik operasional, adalah suatu proses atau kegiatan penanganan sampah yang terkoordinir untuk melayani suatu pemukiman atau kota. Pengelolaan sampah secara terpusat mempunyai kompleksitas yang besar karena mencakup berbagai aspek yang terkait. Aspek-aspek tersebut dikelompokkan dalam 5 aspek utama, yakni aspek institusi, hukum, teknis operasional, pembiayaan dan retribusi serta peran serta masyarakat. Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ketempat pembuangan sementara atau kepengolahan sampah skala kawasan, atau langsung ketempat pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan.Cara pengumpulan atau pengambilan sampah dilakukan dengan 2 (dua) cara:Pertama secara Langsung yaitu kendaraan pengangkut mengambil sampah dan
23
langsung dibawa ketempat pengolahan dan kedua secara Tidak Langsung yaitu sampah diangkut dari wadahnya dengan gerobak pengangkut sampah atau sejenisnya untuk terlebih dahulu dikumpulkan dan kemudian diambil oleh kendaraan pengangkut (Damhuri 2004 dalam Utami, 2011 : 18). Adapun menurut Faizah (29:2008) menyatakan bahwa Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai dari tempat penampungan sampah sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikempokkan dalam 2 (dua) yaitu pola individual dan pola komunal (SNI 19-2454-2002) sebagai berikut : a. Pola Individual Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian diangkut ke tempat pembuangan sementara/ TPS sebelum dibuang ke TPA.
Sumber Sampah
Pengumpulan
Pengangkutan
TPA (Pola Pengumpulan Sampah Individual Tak Langsung)
b. Pola Komunal Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan / ke truk sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan.
24
Sumber
Wadah
Pengangkutan
TPA (Pola Pengumpulan Sampah Komunal) Factor yang harus diperhatikan adalah jarak antara tempat-tempat pengumpulan sementara. Jarak tersebut akan menentukan cara apa yang digunakan, apakah menggunakan kendaraan bermotor, gerobak atau tenaga manusia (Utami, 2011 : 19). Proses awal dalam penanganan sampah terkait langsung dengan sumber sampah adalah penampungan. Penampungan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya adalah menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak menggangu lingkungan. Faktor yang paling mempengaruhi efektifitas tingkat pelayanan adalah kapasitas peralatan, pola penampungan, jenis dan sifat bahan dan lokasi penempatan (SNI 19-2454-2002 dalam Faizah).
F. Konsep Membuang Sampah Ana (2012 : 02) Dampak dari membuang sampah sembarangan terhadap masyarakat sekitar: (1). Dampak Terhadap Kesehatan Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai
25
binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit. (2). Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. (3). Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit). (4). Dampak Terhadap Sosial Ekonomi - Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana – mana. Ana (2012 : 04) Penyebab utama bagaimana perilaku membuang sampah ini bisa terbentuk dan bertahan kuat di dalam perilaku kita adalah: (a). sistem belief masyarakat terhadap perilaku membuang sampah.Seperti halnya yang terdapat di daerah Kp. Lio Desa Sirana sari Kec. Samarang kab. Garut Kemungkinan di dalam pikiran alam bawah sadar, masyarakat menganggap bahwa membuang sampah sembarangan ini bukan sesuatu hal yang salah dan wajar untuk dilakukan. Sangatlah mungkin masyarakat merasa bahwa perilaku membuang sampah sembarangan ini bukan suatu hal yang salah dan tidak berdosa. (b). Norma dari lingkungan sekitar seperti keluarga, tetangga, sekolah, lingkungan kampus, atau bahkan di tempat-tempat pekerjaan. Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam munculnya suatu perilaku. Perilaku membuang sampah sembarangan ini tentu tidak akan pernah lepas dari pengaruh lingkungan sekitar. Saat ini, dalam menangggapi masalah pembuangan sampah sembarangan sudah menjadi pola perilaku di masyarakat yang “biasa” atau legal karena semua orang melakukannya. Secara tidak sadar maka perilaku membuang sampah sembarangan akan menjadi suatu bentukan perilaku yang terinternalisasi di dalam pikiran
26
bahwa membuang sampah sembarangan bukanlah hal yang salah. Perlu diingat, cara seseorang manusia belajar yang paling mudah adalah dengan imitasi dan sebagain besar masyarakat belajar suatu perilaku adalah dengan imitasi. (c). Perceived behavior control Seseorang akan melakukan suatu tindakan yang dirasa lebih mudah untuk dilakukannya karena tersedianya sumber daya. Jadi, orang tidak akan membuang sampah sembarangan bila tersedia banyak tempat sampah di pinggir jalan. (d). Tempat yang kotor dan memang sudah banyak sampahnya Tempat yang asal mulanya dipenuhi banyak sampah, bisa membuat orang yakin bahwa membuang sampah sembarangan diperbolehkan ditempat itu. Jadi warga sekitar tanpa ragu untuk membuang sampahnya. (e). Kurang banyak tempat sampah. Ini membuat orang jadi kesulitan membuang sampahnya. Mungkin ada tempat sampah. Tapi sangat jauh. Penyebab utama bagaimana perilaku membuang sampah ini bisa terbentuk dan bertahan kuat di dalam perilaku kita (http://vininazihah.blogspot.co.id) adalah: (1). Kurangnya fasilitas atau tempat pembuangan sampah. Kurang banyak tempat sampah. Ini membuat orang jadi kesulitan membuang sampah. Mungkin ada tempat sampah. Tapi sangat jauh. (2). TPA yang jauh dari lingkungan. Tempat Penampungan Akhir atau pembuangan sampah yang jauh dari tempat tinggal. (3). Kurangnya pengetahuan masyarakat. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak dari membuang sampah di sembarang tempat menjadi salah satu faktor utama mengapa masyarakat lebih memilih membuang sampah di selokan daripada di TPS.
27
G. Penelitian Relevan b. Mulianto (2013) dengan judul persepsi sikap pedagang dan masyarakat mengenai kondisi lingkungan pasar terhadap revitalisasi pasar dupa kencana pekanbaru. Kondisi umum di Pasar Dupa Kencana masih dalam keadaan buruk, terutama disebabkan oleh masalah pengelolaan sampah, bau dan juga saluran pembuangan air kotor dan limbah. Pesepsi masyarakat pada kondisi lingkungan Pasar Dupa Kencana masih buruk, sedangkan pedagang mempersepsikannya dengan cukup buruk. Persepsi gabungan masyarakat dan pedagang terhadap kondisi lingkungan Pasar Dupa Kencana juga menunjukkan hasil yang cukup buruk, khususnya pada penanganan sampah dan saluran air kotor/limbah. Sikap masyarakat pada Pasar Dupa Kencana masih negatif, sedangkan pedagang memiliki sikap sebaliknya atau positif dalam memandang keberadaan dan situasi di Pasar Dupa Kencana. Sikap gabungan keduanya menunjukkan tingkatan yang netral. Masyarakat menginginkan agar dilakukan revitalisasi pada Pasar Dupa Kencana, sedangkan pedagang rata-rata mengambil posisi yang netral. Pengelolaan sampah menempatai prioritas utama untuk dilakukan revitalisasi. Masyarakat merupakan pihak yang paling kuat keinginannya agar revitalisasi dapat segera dilakukan. Sedangkan opsi revitalisasi yang paling disukai oleh masyarakat dan pedagang adalah dengan carazoning (bertahap) Baik pada masyarakat maupun pedagang, persepsi dan sikapnya mempengaruhi keinginan untuk dilakukan revitalisasi pada Pasar Dupa Kencana. Semakin rendah persepsi dan sikap pada kondisi pasar, maka keinginan revitalisasi akan semakin menguat. Persepsi dan sikap yang terbentuk pada masyarakat merupakan faktor yang paling kuat
28
mempengaruhi keinginan untuk segera dilakukan revitalisasi pada Pasar Dupa Kencana. Terdapat perbedaan yang signifikan antara keinginan masyarakat dengan pedagang terkait dengan revitalisasi pasar. Perbedaan ini disebabkan karena juga terjadi perbedaan yang signifikan di antara keduanya pada aspek persepsi dan sikap.
c. Sitti (2013) dengan judul Analisis tentang tanggung jawab pembuangan sampah pada usaha kecil dipasar tradisional (studi kasus pasar Sei Sikambing Medan). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Pasar Sei Sikambing tidak kotor dan tidak banyak sampah yang berserakan karena adanya kerjasama yang baik antara pengelola pasar dan pedagang sayur. Pedagang sayur membuang sampah ke tempat pembuangan sampah yang telah disediakan pasar dan ada juga pedagang yang mengumpulkan di satu tempat atau memasukkannya kedalam plastik dan meletakkan di dekat area berjualan agar mudah dikutip petugas kebersihan. Meskipun pedagang sayur membayar iuran kebersihan kepada pengelola pasar tetapi pedagang sayur tidak sembarangan membuang sampahnya. d. Noviana (2013) dengan judul Partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah pasar (studi kasus pasar minggu kota Bengkulu). Jumlah produksi sampah yang dihasilkan oleh aktivitas perdagangan di Pasar Minggu Kota Bengkulu perhari rata-rata adalah 25 m3. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh sampah pasar semakin banyak seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan dan meningkatnya jumlah pedagang dan pembeli serta keanekaragaman barang yang diperjualbelikan. Sampah dapat menimbulkan bahan cemaran yang akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan dapat
29
berpengaruh langsung terhadap kesehatan manusia. Penanganan sistem pengelolaan persampahan suatu kota harus dilaksanakan dengan efisien dan efektif, sehingga dapat di capai hasil maksimal sesuai yang diharapkan oleh masyarakat dan pemerintah. Pengelolaan sampah pasar bukan saja tanggung jawab pemerintah semata, tapi sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi para pedagang pasar. Oleh karena itu, diperlukan upaya nyata dalam menyelesaikan permasalahan sampah yang ada salah satunya dengan meningkatkan partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di Pasar Minggu Kota Bengkulu. Partisipasi ini dapat berbentuk partisipasi pedagang membuang sampah pada tempat yang telah ditentukan atau disediakan, partisipasi pedagang membayar retribusi sampah pasar, partisipasi pedagang ikut dalam kegiatan kebersihan lingkungan pasar, dan partisipasi pedagang dalam penentuan kebijakan oleh pemerintah kota tentang pengelolaan sampah pasar. Penelitian ini merupakan penelitian yang dirancang sebagai penelitian kualitatif dengan pemaparan data secara deskriptif kualitatif. Penetapan lokasi penelitian di Pasar Minggu dengan pertimbangan Pasar Minggu merupakan salah satu pasar terbesar di Kota Bengkulu dan lokasinya terletak di pusat Kota Bengkulu. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui kuisioner, wawancara dengan menggunakan panduan wawancara dan juga di dukung dengan dokumentasi. Subjek penelitian adalah pedagang yang berjualan di Pasar Minggu Kota Bengkulu. Hasil analisa menunjukkan bahwa partisipasi pedagang membuang sampah pada tempat yang telah ditentukan atau disediakan sudah aktif dengan nilai rata-rata jawaban responden terhadap kuisioner adalah 3,50, partisipasi pedagang membayar retribusi sampah pasar sudah aktif dengan
30
nilai rata-rata jawaban responden terhadap kuisioner adalah 3,89, partisipasi pedagang ikut dalam kegiatan kebersihan lingkungan pasar sudah aktif dengan nilai rata-rata jawaban responden terhadap kuisioner adalah 3,42, dan partisipasi pedagang dalam penentuan kebijakan oleh pemerintah kota tentang pengelolaan sampah pasar kurang aktif dengan nilai ratarata jawaban responden terhadap kuisioner adalah 3,37. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah pasar minggu Kota Bengkulu sudah aktif dengan nilai rata-rata jawaban responden 3,55.
H. Kerangka Pikir Sampah merupakan bakteri atau zat, baik yang bersifat organik maupun anoranik yang dihasilkan dari setiap aktivitas manusia. Aktivitas bisa dalam rumah tangga, pasar, industri, maupun kegiatan komersial. Sampah organik pasar adalah sampah yang mudah terurai, seperti sisa-sisa makanan dan sayuran. Sampah anorganik seperti sampah plastik, kaleng dan lainnya dimasukkan dalam tiga wadah. Sistem pengelolaan sampah adalah mencegah timbulan dan memanfaatkan sampah secara maksimal serta menekan dampak sekecil-kecilnya dari aktifitas pengelolaan sampah.
31
MEMBUANG SAMPAH
SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
PERSEPSI PEDAGANG PASAR PANJANG KOTA KENDARI DALAM MEMBUANG SAMPAH
ALAT ANALISIS
KESIMPULAN
(Kerangka Pikir)
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pasar Panjang Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan September - Desember 2015.
B. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan yang digunakan adalah studi kasus. Pendekatan Studi kasus merupakan suatu metode penyelidikan secara langsung dengan latar yang alamiah dan memusatkan perhatian pada suatu peristiwa secara intensif dan rinci.
C. Teknik Penentuan Informan Dalam penelitian ini teknik penentuan informan yang digunakan adalah informan pedagang pasar panjang yang ditentukan secara sengaja (Proposive Sampling), dengan jumlah informan sebanyak 35 orang yang berasal daripedagang dan kepala pasar. Jumlah informan pada awalnya tidak ditentukan, peneliti melakukan penghentian pengumpulan data setelah data yang diperoleh berada pada taraf kejenuhan (berulangulang).
32
33
D. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian 1. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah membuang sampah, kebersihan lingkungan dan persepsi pedagang pasar panjang dalam membuang sampah di lingkungan pasar.
2. Deskripsi Fokus a. Membuang sampah dalam hal ini adalah perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari yang masih sangat sering ditemukan dimana-mana. b. Sampah adalah barang-barang yang sudah tidak dipakai atau digunakan lagi dari hasil pembuangan warga atau masyarakat setempat seperti sampah plastic, sampah makanan, sampah kertas, sampah sisa olahan rumah tangga, sampah dedaunan, dan sebagainya. c. Kebersihan lingkungan adalah sesuatu yang ingin dicapai agar dapat menciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman dan bersih. d. Pedagang ialah orang yang melakukan perdagangan, memperjualbelikan barang yang tidak diproduksi sendiri untuk memperoleh suatu keuntungan.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dikumpulkan melalui responden pedagang pasar panjang dengan menggunakan: 1. Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2005:158). Peneliti mengamati
34
langsung yang menjadi focus penelitian untuk memperoleh data tentang persepsi pedagang pasar panjang dalam membuang sampah. 2. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (Djumur dan Surya, 1985). 3. Dokumentasi dimaksud untuk memperoleh gambar yang ada dilokasi penelitian tersebut.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan analisis deskriptif. Analisis deskriptif untuk menggambarkan pengelolaan sampah dan persepsi pedagang pasar panjang dalam membuang sampah. 1. Pengumpulan Data Tahapa pertama adalah akan dilakukan pengumpulan data secara terus menerus sampai diperoleh gambaran yang utuh tentang obyek penelitian.
2. Reduksi Data Tahap kedua yaitu mereduksi data yang berarti merangkum, memilih memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlikan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek- aspek tertentu.
35
3. Penyajian Data Setelah data di reduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaikan data dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dibentuk dalam uraian singkat, bagan, hubungan dalam kategori flowchart dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data teroganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah di pahami.
4. Penarikan Kesimpulan (verifikasi) Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penariakn kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila dan akan berubah bila tidak di temukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi juga mungkin tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang pada penelitian di lapangan.
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber dan metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif divalidasi melalui teknik trianggulasi sumber dan metode Sugiyono (2009:117). Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini, maka digunakan uji kredibilitas data.
36
Dari tujuh kegiatan yang dapat digunakan dalam uji kredibilitas data, maka yang dianggap paling representatif untuk digunakan sesuai dengan permasalahan yang dikaji adalah: (1) perpanjangan pengamatan, (2) keikutsertaan, dan (3) triangulasi.
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Kondisi Geografis Kota-kota di dunia pada hakekatnya berkembang dengan karakteristik yang berbeda-beda, karena perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh keadaan geografis dan sejarah/kebudayaan. Keadaan geografis kota lebih mempengaruhi fungsi dan bentuk kota, sedangkan sejarah dan kebudayaan akan mempengaruhi karakteristik dan sifat kemasyarakatan Kota (Branch, 1995: 37-38 dalam Faizah).
Pasar terpanjang di Indonesia, bahkan bisa jadi di dunia hanya ada di Kota Kendari. Posisinya pun sangat unik, karena dibangun dibahu jalan Sorumba, Wuawua. Nama pasarnya adalah TPS Unit Pasar Bonggoeya atau lebih dikenal dengan sebutan Pasar Panjang. Pasar ini mempunyai panjang mencapai 2.210 meter atau 2,2 km. Secara geografis, pasar panjang ini berada di kelurahan Bonggoeya, kecamatan Wuawua Kota Kendari. Letaknya memanjang dijalan Sorumba dan jalan yang menghubungkan jalan by pass dan jalan Ahmad Yani. Dari sebelah timur menuju barat atau tepatnya di jalan Sorumba, pasar panjang mencapai 1.110 km. sedangkan dari utara ke selatan atau jalan Ahmad Yani menuju jalan by pass panjangnya 1.100 meter dan bila ditotal maka panjangnya 2.210 meter.
37
38
2. Sejarah Singkat Pasar Panjang
Pasar panjang ini dibangun oleh pemerintah Kota Kendari pada tahun 2011 dan sampai sekarang masih digunakan. Jumlah pelaku dunia
usaha kecil dan
menengah (UKM) yang melakukan aktifitas jual beli sekitar 800 pedagang. Kebanyakan mereka berjualan beras, ikan segar, ayam potong, sayur mayur, pakaian, sepatu, sandal, tas, buah-buahan dan barang pecah belah. Karena pasar ini sangat panjang sehingga kebanyakan orang berbelanja dengan menggunakan kendaraan roda dua, selain berbelanja menggunakan motor ada juga yang menggunakan mobil, namun repotnya memakai mobil, saat berpapasan dengan mobil lain yang juga berbelanja dipasar tersebut. Pasar panjang dibangun secara mendadak karena pasar sentral wua-wua dilalap si jago merah dan akibatnya pemerintah kota kendari
39
merelokasi para pedagang ke pasar lain. Agar aktivitas perekonomian di wilayah Wuawua berjalan normal, maka diambil langkah membangun pasar darurat yang panjangnya lebih dari 2 km. status pasar panjang hanya sementara sambil menunggu selesainya pembangunan pasar sentral Wuawua yang pernah terbakar.
3. Kondisi Kawasan Pasar Panjang
Kondisi atau keadaan lingkungan yang terjadi disekitar kawasan pasar panjang memiliki kondisi atau keadaan lingkungan yang baik bila dilihat dari segi nilai kebersihan lingkungan serta sarana dan prasarana di pasar panjang tersebut
40
sehingga menimbulkan ketertarikan pengunjung untuk datang berbelanja di pasar panjang. Dengan banyaknya jumlah pengunjung yang datang berbelanja dipasar panjang maka hal tersebut dapat meningkatkan pula tingkat pendapatan bagi pedagang di sekitar kawasar pasar panjang tersebut. Pasar panjang ini merupakan relokasi dari pasar wua-wua yang terbakar. Meskipun kios-kios rata-rata tidak permanen tetapi lokasinya yang memanjang didua ruas jalanan yang saling menyilang diperempatan jalan membuat pasar ini menjadi unik. Pasar panjang Bonggoeya menempatkan lapak-lapak pedagang di sisi kiri dan kanan jalan sepanjang kurang lebih 2 km sehingga pembeli berbelanja dengan caradrive thru (bisnis yang melayani pelanggan yang menunggu didalam kendaraannya). Selain kebutuhan sehari-hari, pasar panjang ini berderet pula kios pedagang pakaian, sandal, sepatu dan peralatan rumah tangga.
B. Identitas Informan 1. Jumlah Informan Menurut Kelompok Umur Tabel 1.1 Jumlah Informan Menurut Kelompok Umur No. Kelompok Umur Frekuansi 1. 20-29 8 2. 30-39 9 3. 40-49 12 4. 50-59 6 Jumlah 35 Sumber: Hasil Penelitian (diolah)
Persentase (%) 22,86 25,71 34,29 17,14 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa umur informan yang paling banyak yaitu berumur 40-49 tahun yaitu sekitar 34,29%, hal ini disebabkan karena masalah pendidikan anak, sehingga mereka mencari modal tambahan untuk anak,
41
selain itu menurut mereka usia seperti itu sangat cocok untuk berdagang selain ringan juga karena masih kuat dan mampu untuk melakukan pekerjaan tersebut. Sementara usia yang berkisar antara 51-60 yakni 17,14% dan yang berumur 20-29 yaitu 22,86% dan yang berumur 30-39 yaitu 25,71% mereka beranggapan bahwa tak ada pekerjaan lain yang mereka lakukan selain pekerjaan berdagang disekitar kawasan pasar panjang dalam hal ini tidak ingin menjadi pengangguran.
2. Jumlah Informan Menurut Jenis Kelamin Sesuai dengan pembahasan pada babsebelumnya bahwa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah para pedagang dipasar panjang, dalam hal ini tidak dibatasi perempuan dan laki-laki untuk menjadi informan penelitian. Tabel 1.2 Jumlah Informan Menurut Jenis Kelamin No. Nama Jenis Kelamin 1. Zainu Laki-laki 2. Jamal Laki-laki 3. Wahab Laki-laki 4. Jumriani Perempuan 5. Maulani Perempuan 6. Sinta Perempuan 7. Agus Laki-laki 8. Ardiansyah Laki-laki 9. Sukiatno Laki-laki 10. Husnah Perempuan 11. Emihaya Perempuan 12. Idris Laki-laki 13. Hasanudin Laki-laki 14. Bahar Laki-laki 15. Megawati Perempuan 16. Sujana Laki-laki
Frekuensi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42
17. Marwan 18. Nia 19. Jamila 20. Ida 21. Marina 22. Dewi 23. Munira 24. Ahyar 25. Ekawati 26. Hendra 27. Irma 28. Sukmayani 29. Hidayat 30. Riri 31. Mega 32. Fitriani 33. Bahtiar 34. Mariana 35. Jusbar Sumber: Hasil Penelitian
Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.3 Jumlah Informan Menurut Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Frekuensi 1. 2.
Laki-Laki Perempuan Jumlah Sumber: Hasil Penelitian (diolah)
16 19 35
Persentase (%) 45,71 54,29 100%
Dalam penelitian yang dilakukan diketahui bahwa informan yang lebih banyak yakni perempuan yaitu sekitar 54,29% dan laki-laki sekitar 45,71%. Berdasarkan data diatas jumlah informan tertinggi yaitu perempuan disbanding laki-laki, hal ini disebabkan karena mereka beranggapan bahwa pekerjaan menjadi pedagang merupakan pekerjaan yang ringan, mudah dan tidak terlalu berat
43
bagi perempuan dan yang terpenting berdagang merupakan pekerjaan yang cocok dilakukan bagi perempuan, beda halnya dengan laki-laki bisa melakukan pekerjaan yang berat dan tak cocok pula dilakukan oleh kaum laki-laki, adapun jika diantara mereka ada yang berdagang itu karena istri sudah pulang atau melakukan pekerjaan lain sehingga mereka menggantikannya dengan sementara.
3. Jumlah Informan Menurut Pendidikan Tabel 1.4 Jumlah Informan Menurut Pendidikan No. Pendidikan Frekuensi 1. 2. 3.
SD SMP SMA Jumlah Sumber: Hasil Penelitian (diolah)
7 10 18 35
Persentase (%) 20,00 28,57 57,43 100%
Sumber daya manusia dan berhasilnya pelaksanaan pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya yang dapat menentukan arah pembangunan tersebut, yang dapat dilihat dari latar belakang pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya, hal ini dapat diperoleh melalui jalur pendidikan yang bersifat formal maupun informal. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan informal sudah terbilang lumayan bagus karena sebagian dari mereka sudah menyelesaikan pendidikan di bangku SMA. Namun masih ada juga yang hanya menyelesaikan sampai bangku SMP dan SD, hal tersebut disebabkan karena faktor biaya.
44
4. Jumlah Informan Menurut Jenis Usaha Tabel 1.5 JumlahInforman Menurut Jenis Usaha No. Jenis Usaha 1. Penjual Ikan 2. Penjual Sayur 3. Penjual Beras 4. Penjual Sembako 5. Penjual Ayam Potong 6. Penjual Buah 7. Penjual Pakaian Jadi 8. Penjual Sendal/Sepatu Jumlah Sumber: Hasil Penelitian (diolah)
Frekuensi 3 5 4 4 2 5 5 7 35
Persentase (%) 8,57 14,29 11,43 11,43 5,71 14,29 14,28 20,00 100%
Berdasarkan tabel diatas jumlah responden menurut jenis usaha seperti penjual ikan mencapai 8,57%, penjual sayur 14,29%, penjual beras 11,43%, penjual sembako 11,43%, penjual ayam potong 5,71%, penjual buah 14,29%, penjual pakaian jadi 14,28%, dan penjual sandal/sepatu mencapai 20,00%.
C. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Sistem Pengelolaan Sampah di Pasar Panjang a. Jumlah dan Jenis usaha Pedagang Jumlah dan jenis usaha pedagang yang ada dipasar panjang berkisar kurang lebih 800 (delapan ratus) pedagang yang berjualan di sekitar pasar panjang kota kendari yang terletak disekitaran jalan Sorumba yang ditempatkan dibagian sebelah kanan dan sebelah kiri disepanjang jalan aspal. Para pedagang yang ada dipasar ini menjual berbagai jenis kebutuhan sehari-sehari mulai dari ikan, sayur, sembako, pakaian, sandal, sepatu, barang pecah belah, buah-buahan, sampai dengan kosmetik dapat ditemukan di pasar panjang ini. Selain dari pedagang yang
45
menjual dipasar panjang, kita juga dapat menemukan usaha lain seperti penjahit sepatu, penjahit pakaian, penjual makanan jadi, kue, dan rumah makan. Jumlah pedagang yang berjualan dipasar panjang tersebut tidak bisa dipastikan jumlah pedagang berdasarkan jenis usaha masing-masing yang disebabkan setiap harinya selalu ada pedagang yang bertambah ataupun berkurang jumlahnya. Tetapi secara keseluruhan pedagang dipasar ini berkisan kurang lebih delapan ratus pedagang yang berjualan dipasar panjang. b. Pengelolaan Sampah di Pasar Panjang Kota Kendari Berdasarkan penuturan pengelola pasar (Kepala Pasar) terhadap kebijakan pengelolaan sampah di Pasar Panjang adalah untuk menjamin kebersihan pasar dan bagaimana pengelola bisa melayani para pedagang dengan baik dan tak henti untuk mengajari dan membimbing para pedagang tentang kewajiban pedagang dalam menjaga kebersihan lingkungan disekitar pasar, maka pengelola pasar mengambil kebijakan untuk memungut iuran untuk biaya kebersihan sebesar Rp.3.000 per Kios setiap hari. Dana tersebut digunakan untuk mebiayai operasinal mobil sampah sekaligus untuk biaya 3K (Keamanan, Kebersihan, dan Ketertiban) di sekitar pasar. Mobil sampah dioperasikan setiap hari untuk mengambil sampah yang telah dikumpulkan oleh para pedagang di depan kios masing-masing. Mobil sampah mengambil sampah di Pasar Panjang pada setiap hari mulai jam 18.00 – 20.00 malam.
46
Hasil wawancara dengan kepala pasar menyatakan bahwa: “kalau masalah kebijakan, kita bagaimana melayani pedagang yang baik dan jangan hentinya mengajari pedagang tentang kewajibannya dalam menjaga kebersihan lingkungan” (Zainuddin, 05 Januari 2016). Pengumpulan sampah para pedagang pasar panjang dilakukan tanpa memilah sampah organik dan anorganik, sampah para pedagang tersebut tidak dibagi dalam organik maupun anorganik karena sampah pedagang langsung diambil oleh petugas kebersihan dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). “Pengelolaan sampah di pasar panjang dilakukan dengan cara pedagang mengumpul sampahnya di depan kiosnya masing-masing dengan cara dikumpulkan dikantong pelastik atau karung yang disediakan oleh masingmasing pedagang yang selanjutnya akan diambil oleh petugas kebersihan pada jam yang telah ditentukan setiap harinya” (Zainuddin, 05 Januari 2016).
Fasilitas pembuangan sampah di pasar panjang tidak disiapkan oleh pemerintah tetapi disiapkan sendiri oleh masing-masing pedagang dengan menggunakan kantong pelastik, karung beras, atau ember cat berukuran besar dan di letakkan di depan kios masing-masing untuk tempat penampungan sampah setiap hari sebelum diambil oleh petugas kebersihan. Di pasar panjang tersebut tidak di sediakan tempat pembuangan sampah sementara di tempat tertentu, karena setiap hari petugas kebersihan datang mengambil sampah di depan kios para pedagang. Menurut pengelola pasar panjang, sistem pengelolaan sampah sudah sangat teratur karena adanya kerjasama secara sadar antara para pedagang dengan petugas kebersihan yang mengangkut sampah setiap hari sehingga wilayah pasar
47
panjang terlihat lebih bersih dan lebih teratur. Dengan adanya kerjasama yang baik tersebut sehingga tidak ada lagi pedagang yang membuang sampah disembarang tempat.
2. Persepsi Pedagang Dalam Membuang Sampah di Pasar Panjang Menurut persepsi pedagang dalam menjaga kebersihan disekitar kios masing-masing dilakukan setiap saat dengan cara setiap ada sampah disapu atau dibersihkan kemudian disimpan ditempat sampah yang telah disediakan oleh masingmasing pedagang. Para pedagang menyiapkan tempat sampah di depan kios masingmasing untuk digunakan selama satu hari kemudian diambil oleh petugas kebersihan setiap hari dengan menggunakan mobil sampah setiap sore sampai malam. Para pedagang dipasar panjang mengumpulkan sampah di depan kios masingmasingsecara teratur. Hasil wawancara dengan salah satu pedagang pasar panjang menyatakan bahwa: “Kami pedagang hanya membersihkan sampah didepan kios kita masing-masing kemudian kami menyimpannya didepan kios kami agar pada saat sore hari sampahnya bisa diambil oleh petugas sampah” (Zainu, 22 Desember 2015). Kebersihan lingkungan pasar, para pedagang pasar panjang tidak perlu lagi ikut serta dalam membersihkan sampah ditempat lain di luar wilayah kiosnya karena pasar panjang tidak memiliki tempat pembuangan sampah sementara.Pasar panjang tidak memiliki tempat pembuangan sampah sementara di satu titik karena para pedagang mengumpul sampahnyamasing-masing di depan kiosnya, kemudian sampah tersebutakan diambil oleh petugas kebersihan setiap hari agar pasar panjang
48
menjadi bersih dari sampah yang berserakan. Untuk biaya kebersihan pasar, setiap pedagangmembayar biaya kebersihan sebesar Rp.3000 per kios setiap hari untuk membayar mobil pengangkut sampah dan petugas kebersihan yang datang mengambil sampah dikios para pedagang. Hasil wawancara dengan salah satu pedagang manyatakan bahwa: “kami pedagang disini membayar iuran sampah setiap hari yaitu sebesar Rp. 3000 per hari. Iuran tersebut digunakan untuk biaya kebersihan, keamanan, dan ketertiban untuk pasar panjang ini” (Wahab, 22 Desember 2015). Persepsi pedagang tentang siapa yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah di pasar panjang. Yang bertanggung jawab mengurus pengelolaan sampah di pasar panjang adalah kepala pasar yang mengatur dan mengarahkan para pedagang agar bisa secara sadar dan bersama-sama mengelola sampah secara tertib dan bisa bekerjasama dalam membuang sampah dan menjaga kebersihan disekitar wilayah pasar panjang. Sampah para pedagang diambil oleh petugas kebersihan satu kali dalam sehari yaitu pada jam 18.00–20.00, sampah tersebut diambil pada malam hari agar tidak mengganggu aktivitas para pedagang dan pembeli di siang hari dan agar pada pagi hari pasar panjang sudah bersih dan rapih dari sampah. Pedagang dipasar panjang tersebut tidak memilah-milah sampah menurut jenisnya,karenasampahpara pedagang sebagian besar hanya satu macam sesuai dengan jenis dagangannya masing-masing, sehingga tidak perlu untuk dipisahkan jenis-jenis sampahnya. Para pedagang mengumpul sampah setiap hari dan pada sore hari pedagang mempersiapkan sampah dagangannya didepan kios masing-masing agar pada saat petugas kebersihan datang mengambil sampah mereka tidak repot lagi untuk mengumpulkan sampah dagangannya. Para pedagang di pasar panjang sangat
49
disiplin dalam hal mengurus dan membuang sampah dagangannya masing-masing karena pasar panjang telah memiliki fasilitas mobil sampah dari dinas kebersihan yang datang setiap hari untuk mengambil sampah para pedagang.Dengan adanya mobil sampah tersebut maka para pedagang tidak repot lagi membuang sampahnya ke tempat pembuangan sampah sementara, sehingga kebersihan di sekitar wilayah pasar panjang terjamin. Pasar panjang saat ini sudah termasuk dalam kategori pasar yang bersih karena sistem pengelolaan sampahnya sudah baik dan teratur. Hal ini terjadi berkat adanya kerja samayang baik antara pihak pengelola pasar dengan para pedagang dan petugas mobil sampah yang taat menjalankan tugasnya masing-masing, sehingga kebersihan pasar panjang terjamin.
a. Persepsi Tentang Sistem Perwadahan Sampah Pasar panjang mempunyai sistem perwadahan yang diatur dengan cara setiap pedagang menyiapkan sendiri tempat sampah yang diletakkan di depan kios masing-masing. Hal ini dilakukan oleh para pedagang karena baik pengelola pasar maupun pemerintah setempat tidak menyediakan wadah tersebut, sementara para pedagang mengharapkan agar wadah penampungan sampah dimasing-masing kios itu sebaiknya disediakan oleh para pengelola pasar atau pemerintah setempat. “Seandainya wadah atau tempat sampah disediakan oleh pengelola pasar atau pemerintah sebaiknya disediakan wadah dalam bentuk tong pelastik atau dalam bentuk ember pelastik yang seragam pada masing-masing kios dan juga agar bisa digunakan berulang-ulang setiap hari” (Jumriani, 23 Desember 2015).
50
Sampah yang dikumpulkan oleh masing-masing pedagang dengan menggunakan wadah yang disediakan para pedagang diambil oleh petugas sampah setiap sore bersama wadahnya kecuali para pedagang yang menggunakan wadah ember atau tempat cat, sehingga para pedagang harus menyiapkan wadah atau tempat sampah setiap hari. Tempat sampah yang digunakan para pedagang untuk menampung sampah sementara sampai petugas kebersihan datang mengambil sampah pada sore hari yaitu menggunakan kantong pelastik, karung, atau kardus. Dipasar panjang tersebut pengelola pasar maupun dinas kebersihan kota tidak menyediakan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) karena setiap hari sudah ada petugas kebersihan yang datang mengambil sampah yang telah dikumpulkan para pedagang didepan kios masing-masing dengan menggunakan mobil sampah dari dinas kebersihan.
b. Persepsi Tentang Sistem Pemilihan Sampah Secara umum sistem pemilihan sampah dapat dibagi menjadi dua jenis sampah yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik terdiri dari bahanbahan penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, pasar, rumah tangga dan lain-lain. Sampah organik ini dapat terurai dalam proses alami, selain itu sampah pasar juga merupakan bahan organik misalnya sampah dari pedagang sayuran dan buah-buahan. Adapun sampah anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri.
51
Sampah anorganik secara keseluruhan tidak bisa diuraikan oleh alam. Sampah jenis ini juga sering ditemukan dipasar misalnya botol kaca, botol pelastik, kantong plastic, dan kaleng. Kertas Koran dan karton merupakan pengecualian karena berdasarkan asalnya, kertas Koran dan karton termasuk sampah organik dan dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lainnya maka dimasukkan kedalam kelompok sampah anorganik. Uraian hasil wawancara dengan salah satu pedagang menyatakan bahwa: “Dipasar panjang ini para pedagang tidak memilah-milah sampahnya berdasarkan dua jenis sampah tersebut yaitu sampah organik dan sampah anorganik yang dikarenakan setiap pedagang hanya memiliki satu jenis sampah berdasarkan jenis usahanya masing-masing, misalnya pedagang sayuran hanya memiliki sampah sisa sayuran, jadi dengan sendirinya sampah itu telah terpilah menurut jenisnya” (Maulani, 23 Desember 2015). Para pedagang mengumpulkan sampahnya dengan menggunakan wadah atau tempat yang disediakan oleh masing-masing pedagang yang diletakkan di depan kios masing-masing dan selanjutnya sampah itu akan diambil oleh petugas kebersihan sampah pasar setiap sore hari dengan menggunakan mobil sampah.
c. Persepsi Tentang Sistem Kedisiplinan Dalam Membuang Sampah Dengan adanya komitmen dan kerja sama antara pengelola pasar dan para pedagang pasar panjang tentang pengelolaan sampah untuk menjaga kebersihan pasar dari berbagai jenis sampah. Pada umumnya para pedagang telah sadar dan disiplin untuk bersedia secara sukarela membersihkan sampahnya disekitar kios masing-masing dengan cara mengumpul dan menyimpan sampah pada suatu wadah didepan kios masing-masing setiap hari. Hal ini dilakukan karena mereka telah menyadari manfaat dari menjaga kebersihan lingkungan sekitar pasar, jika
52
lingkungan pasar bersih para pedagang dan pembeli merasa nyaman untuk melakukan aktifitas sehari-hari tanpa terganggu oleh pemandangan yang kurang bagus dan bau yang tidak sedap. “kita sudah sepakat akan menjaga kebersihan disekitar kios kita masing-masing agar pasar panjang ini bisa menjadi pasar yang bersih, dan supaya para pembeli juga merasa nyaman berbelanja dipasar ini” (Jamal, 22 Desember 2015). Dengan kondisi pasar yang bersih saat ini sebagai hasil kerja keras dan disiplin dari para pedagang dan pengelola pasar untuk menjaga kebersihan, sehingga para pembeli atau konsumen merasa nyaman dan tertarik untuk datang berbelanja dipasar panjang untuk memenuhi berbagai kebutuhan, baik kebutuhan pokok sehari-hari maupun untuk kebutuhan barang tahan lama seperti pakaian, sandal, sepatu, barang pecah bela, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Pengelola pasar dan para pedagang pasar panjang secara disiplin dan teratur menjaga kebersihan disekitar pasar dengan cara membuang sampah secara teratur di tempat yang sudah mereka sediakan dan menjaga kebersihan di sekitar kios masingmasing sehingga pedagang dan pembeli merasa nyaman berada di wilayah pasar tanpa terganggu dengan sampah yang berserakan.
d. Persepsi Tentang Sistem Iuran Pasar Panjang Pengelola pasar panjang mengeluarkan peraturan untuk seluruh pedagang dipasar yaitu memungut uang iuranuntuk Keamanan, Kebersihan dan Ketertiban (3K) untuk seluruh pedagang dipasar sebanyak Rp. 3000 per kios setiap hari.Uang iuran tersebut dikumpulkan setiap hari oleh petugas pengelola pasar kepada
53
seluruh pedagang yang ada dipasar panjang. Uang tersebut digunakan untuk membiayai keamanan, kebersihan dan ketertiban pasar. “Dengan adanya pungutan iuran itu kami pedagang tidak keberatanuntuk membayar iuran dan kami juga telah menyadari karena kami telah melihat dan merasakan sendiri manfaat dari penggunaan uang iuran tersebut” (Agus, 22 Desember 2015). Berkat adanya pembayaran uang iuran yang dibayar oleh para pedagang setiap hari maka pengelola pasar memiliki sumber penerimaan untuk mengumpulkan dana dalam membiayai keamanan, kebersihan dan ketertiban di wilayah sekitar pasar panjang. Dengan memanfaatkan dana tersebut untuk membiayai kegiatan 3K tersebut sehingga pasar panjang saat ini telah menjadi pasar yang terjaga keamanan, kebersihan dan ketertibannya.
e. Persepsi Tentang Sistem Kebersihan Pasar Panjang Sistem kebersihan dipasar panjang ini yaitu para pedagang dan pengelola pasar bekerja sama untuk saling membantu dalam hal menjaga kebersihan di wilayah sekitar pasar panjang kota kendari. “Kami membersihkan dan mengumpulkan sampah-sampah yang ada disekitar kios masing-masing kemudian disimpan pada suatu wadah tertentu misalnya kantong pelastik atau karung baru kita letakkan didepan kios dan kegiatan ini kita lakukan secara rutin setiap hari” (Sukiatno, 23 Desember 2015). Setelah sampah-sampah tersebut telah terkumpul didepan kios para pedagang, selanjutnya sampah-sampah tersebut diambil oleh petugas kebersihan dengan menggunakan mobil sampah kemudian diangkut ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Dengan sistem pengelolaan sampah tersebut, maka
54
kebersihan pasar panjang dan sekitarnya saat ini terlihat lebih bersih dan rapih dari sampah yang berserakan.
f. Persepsi Tentang Sistem Hak dan Tanggung Jawab Pedagang dalam Mengelola Kebersihan Pasar Setiap pedagang berhak atas suatu tempat atau kios untuk digunakan sebagai tempat menjual barang-barang dagangannya sesuai dengan kontrak perjanjian yang berlaku. Para pedagang berhak untuk menyimpan dan menjual barang-barang dagangannya pada kios yang dikuasai oleh masing-masing pedagang. Para pedagang berhak untuk melakukan aktifitas berjualan dari pagi sampai sore bahkan ada yang sampai malam dan kegiatan tersebut dilakukan secara rutin setiap hari. Dari aktifitas para pedagang itu menyebabkan adanya atau timbulnya barangbarang sisa dagangan yang tidak berguna dalam bentuk sampah. “Para pedagang bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan pasar, oleh sebab itu pengelola pasar membuat suatu aturan bahwa setiap pedagang bertanggung jawab untuk membersihkan sampah-sampah yang ada dikios dan sekitar kios kita masing-masing” (Marwan, 23 Desember 2015). Berkaitan dengan aturan tersebut maka setiap pedagang mengumpulkan dan membersihkan sampah-sampah yang ada dikios masing-masing dan menempatkan pada wadah tertentu didepan kiosnya. Dari sampah yang telah terkumpul didepan kios para pedagang selanjutnya akan diambil oleh petugas kebersihan pada sore sampai malam hari dengan menggunakan mobil pengangkut sampah. Dengan sistem pengelolaan sampah seperti itu maka pasar panjang saat ini terbebas dari sampah yang berserakan dan bau yang tidak sedap.
55
g. Persepsi Tentang Masukan-masukan Pedagang untuk Kebersihan Pasar Para pedagang mengemukakan bahwa dipasar panjang tersebut sistem pengelolaan sampah dan kebersihannya sudah sangat bagus dibandingkan dengan pasar-pasar lain yang ada di kota kendari. Di pasar panjang sudah di fasilitasi dengan petugas kebersihan dan mobil sampah yang dikerahkan setiap hari pada waktu yang telah di tetapkan yaitu pada jam 18.00-20.00 . Selain itu para pedagang juga sudah terbiasa mengumpulkan sampah dari sisa-sisa dagangan atau sampah dari jualan mereka setiap hari dan diletakkan didepan kios masing-masing agar pada saat petugas kebersihan datang untuk memungut sampah, mereka tidak repot lagi. Hasil wawancara dengan salah satu pedagang dipasar panjang menyatakan bahwa: “Kami mengharapkan agar pengelola pasar atau pemerintah setempat dapat menyediakan wadah atau tempat sampah pada setiap kios pedagang yang bisa digunakan berulang-ulang kali setiap hari agar supaya kami tidak repot lagi menyediakan wadah untuk menampung sampah setiap hari. Wadah yang biasa kita gunakan untuk menampung sampah biasanya seperti kantong pelastik, karung, dan kardus, jadi wadah-wadah tersebut penggunaannya hanya sekali pakai dan sampah yang terkumpul setiap hari diambil oleh petugas kebersihan pasar bersama dengan wadahnya” (Husnah, 23 Desember 2015).
3. Persepsi Pedagang Terhadap Pengelolaan Sampah Yang Baik Para pedagang mengharapkan agar pemerintah dapat menyediakan wadah tempat sampah sementara pada masing-masing kios supaya mobil sampah lebih mudah mengambil sampah para pedagang untuk dinaikkan ke mobil sampah. “Kami mengharapkan juga agar ada pengajaran tentang bagaimana cara membuang sampah yang baik dan bagaimana cara mengolah sampah tersebut menjadi barang-barang yang berguna dan dapat diolah kembali sehingga dapat
56
menghasilkan uang tambahan untuk para pedagang, seperti pengajaran untuk membuat kerajinan tangan dari sampah berbahan dasar gelas pelastik, kertas, kaleng, dan sebagainya yang dapat di kreasikan menjadi barang-barang yang bernilai jual seperti membuat tas, tempat tissue, tempat pensil, dan barangbarang lainnya yang bisa di diolah menjadi barang yang bisa digunakan kembali dan dijual oleh para pedagang seperti kita ini” (Emihaya, 23 Desember 2015). Selain itu persepsi pedagang terhadap pengelolaan sampah yang baik yaitu dengan cara memperkuat kerja sama antara pedagang dan pengelola pasar dalam menjaga kebersihan sekitar pasar dan mengatur persampahan di pasar panjang agar pasar tersebut menjadi pasar yang bersih dari sampah dan membuat para pembeli nyaman untuk berbelanja di pasar panjang tanpa risih dengan adanya sampah yang berserakan seperti halnya dipasar-pasar lainnya.
57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Persepsi pedagang pasar panjang yaitu pengelola pasar dan para pedagang pasar panjang sudah sangat disiplin dan teratur dalam menjaga kebersihan disekitar pasar dengan cara membuang sampah secara teratur di tempat yang sudah mereka sediakan dan menjaga kebersihan di sekitar kios masingmasing sehingga pedagang dan pembeli merasa nyaman berada di wilayah pasar tanpa terganggu dengan sampah yang berserakan. 2. Sistem pengelolaan sampah di pasar panjang dilakukan dengan cara pedagang mengumpul sampahnya di sekitar kiosnya masing-masing dengan cara dikumpulkan dikantong pelastik atau karung yang disediakan oleh masing-masing pedagang yang selanjutnya akan diambil oleh petugas kebersihan pada jam yang telah ditentukan setiap harinya. Pengumpulan sampah para pedagang pasar panjang dilakukan tanpa memilah sampah organik dan anorganik, sampah para pedagang tersebut tidak dibagi dalam organik maupun anorganik karena sampah pedagang langsung diambil oleh petugas kebersihan dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pengelolaan sampah dipasar panjang ini sangat bagus dan teratur karena 57
58
dapat dilihat dari pasar panjang yang sekarang merupakan pasar yang bersih dari sampah, para pedagang juga sangat disiplin dalam hal membuang sampah dan menjaga kebersihan di sekitar kiossehingga pasar panjang kota kendari dapat dikategorikan sebagai pasar yang terjamin kebersihannya.
B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas maka peneliti menyarankan kepada kepala pasar dan para pedagang agar dapat bekerja sama dengan para pedagang untuk mempertahankan kebersihan di kawasan pasar panjang sehingga penjual dan pembeli nyaman untuk berinteraksi dipasar tersebut tanpa adanya gangguan dari sampah yang berserakan dan bau yang tak sedap. Selain itu pengelola pasar atau pemerintah setempat sebaiknya menyediakan wadah berdasarkan jenis sampahnya yaitu sampah organik dan sampah anorganik untuk para pedagang yang akan diletakkan didepan kios masing-masing.
59
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Sulawesi Tenggara Dalam Angka Tahun 2015. BPS Provinsi Sulawesi Tenggara. Ana. 2012. (http://vininazihah. Blogspot.co.id/2012/03/penyebab orang membuang sampah sembarang). Damanhuri Enri dan Padmi Tri. 2010. Pengelolaan Sampah. Institut Teknologi Bandung. Faizah. 2008. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Kota Yogyakarta). Semarang. Hartanto Widi. 2006. Kinerja Pengelolaan Sampah di Kota Gombang Kabupaten Kebumen. Semarang. Kementrian Lingkungan Hidup. 2007. Mengelola Sampah Rumah Tangga Dengan Prinsip 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replant).Pekanbaru : Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Sumatera. Mulianto. 2013. Persepsi Sikap Pedagang dan Masyarakat Mengenai Kondisi Lingkungan Pasar Terhadap Revitalisasi Pasar Dupa Kencana Pekanbaru. Riau Mustika. 2014. Pedagang Kaki Lima. Universitas Sumatera Utara Natosis M. Roni. 2010. Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Kampung Nelayan Oespa Kupang. Semarang. Noviana. 2013. Partisipasi Pedagang Dalam Pengelolaan Sampah Pasar. Bengkulu Nengah Oka Adnyana. 2013. Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Surakarta Purwati Asih Anna. 2012. Sampah dan Dampaknya Pada Kehidupan. Semarang. Sitti Alawiyah Nasution. 2013. Analisis Tentang Tanggung Jawab Pembuangan Sampah Pada Usaha Kecil dipasar Tradisional. Medan Staton. 2000. Pengertian Pasar Menurut Definisi Para Ahli. Html.
60
Stevani Kristina. 2014. Pengertian Pasar Menurut Ahli. Surabaya. Subekti Sri. 2010. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat. Semarang. Tosepu Ramadhan. 2010. Kesehatan Lingkungan. Kendari : Penerbit Bintang Surabaya. Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Definisi Pengelolaan Sampah. Utami Ria Nur. 2011. Pengelolaan Sampah Dikompleks Perumahan Galmas Residence Klaten. Surakarta Wibowo Hermawan Eko. 2010. Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Pemukiman di Kampung Kamboja Kota Pontianak. Pontianak.
I
LAMPIRAN
II
LAMPIRAN I
A. PEDOMAN OBSERVASI
No CL
: 01
Metode
: Observasi
Tempat
: Pasar Panjang
Tanggal
: 25 Oktober 2015
Jam
: 10.00 – 10.30 WITA
Dari hasil observasi yang penulis lakukan pada hari Minggu 25 Oktober 2015, lokasi Pasar Panjang Kota Transkrip Observasi
Kendari, peneliti mengamati kegiatan pedagang di sekitar pasar dalam membuang sampah dan dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar pasar. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sistem pengelolaan sampah
Tanggapan Pengamat
dilingkungan pasar panjang sudah sangat baik dan para pedagang di pasar panjang sangat disiplin dalam membuang sampah dan menjaga kebersihan dilingkungan sekitar pasar.
III
LAMPIRAN II B. PEDOMAN WAWANCARA
PERSEPSI PEDAGANG PASAR PANJANG DALAM MEMBUANG SAMPAH
Pedoman Wawancara untuk Pedagang: 1. Bagaimaa cara bapak/ibu menjaga kebersihan di sekitar kios anda ? 2. Apakah bapak/ibu menyediakan tempat sampah di kios untuk mengumpulkan sampah sementara sebelum di buang ? 3. Bagaimana sistem perwadahan sampah dalam pengelolaan sampah dipasar panjang? 4. Bagaimana persepsi bapak/ibu tentang sistem pemilihan sampah dipasar panjang ini? 5. Bagaimana persepsi bapak/ibu dalam kedisiplinan pedagang dalam membuang sampah? 6. Bagaimana persepsi bapak/ibu tentang iuran sampah? 7. Bagaimana persepsi bapak/ibu tentang sistem kebersihan dipasar ini? 8. Bagaimana persepsi bapak/ibu tentang hak dan tanggung jawab pedagang dalam mengelola kebersihan pasar? 9. Apa masukan-masukan bapak/ibu bisa berikan tentang kebersihan pasar panjang ini? 10. Apakah ada petugas kebersihan pasar yang datang mengambil sampah setiap hari ? 11. Siapa yang bertanggung jawab dalam mengurus persampahan dipasar ini ? 12. Apakah para pedagang di pasar panjang hanya membuang sampah di satu tempat ? 13. Berapa kali sehari sampah para pedagang di ambil oleh petugas kebersihan ?
IV
14. Apakah para pedagang memilah-milah sampah menurut jenisnya sebelum dibuang ? 15. Apakah para pedagang diberikan fasilitas tempat sampah oleh pemerintah sebelum dibuang ditempat pembuangan sampah? 16. Menurut bapak/ibu apakah pasar panjang ini sudah termasuk pasar yang bersih atau sebaliknya? 17. Menurut pendapat bapak/ibu bagaimana system pengelolaan sampah yang baik dipasar panjang ini? 18. Menurut bapak/ibu apa tugas atau kewajiban pedagang pasar dalam menjaga
kebersihan pasar?
V
PEDOMAN WAWANCARA
Pedoman Wawancara untuk Kepala Pasar: 1. Bagaimana kebijakan pengelolaan sampah diwilayah bapak? 2. Bagaimana cara pengelolaan sampah diwilayah bapak? 3. Apakah diwilayah bapak pedagang memilah jenis sampah organic dan anorganik? 4. Apakah pihak pemerintah menyiapkan fasilitas pembuangan sampah yang layak untuk para pedagang? 5. Apakah diwilayah bapak disediakan tempat penampungan sampah sementara? 6. Apakah diwilayah bapak sampah yang terkumpul ditempat pembuangan sampah sementara diambil oleh mobil sampah setiap hari? 7. Bagaimana upaya bapak mengajak pedagang untuk membuang sampah secara teratur? 8. Apakah diwilayah bapak diterapkan system 3R? 9. Menurut bapak apakah system pengelolaan sampah diwilayah bapak sudah bagus? 10. Apakah setiap pedagang membayar iuran sampah setiap bulan? 11. Apakah masih ada pedagang diwilayah bapak yang membuang sampah disembarang tempat? 12. Apakah ada sanksi bagi pedagang yang membuang sampah disembarang tempat? 13. Ada berapa tempat pembuangan sampah sementara di pasar panjang ini? 14. Menurut pendapat bapak siapa yang berkewajiban atau bertugas untuk memelihara kebersihan pasar?
VI
LAMPIRAN III No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 01 : Zainu : 37 : SMA : Laki-laki : Penjual Pakaian Jadi
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 02 : Jamal : 43 : SMP : Laki-laki : Penjual Pakaian Jadi
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 03 : Wahab : 55 : SD : Laki-laki : Penjual Pakaian Jadi
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 04 : Jumriani : 28 : SMA : Perempuan : Penjual Beras
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 05 : Maulani : 24 : SMA : Perempuan : Penjual Sembako
No. Urut Informan
: 06
VII
Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: Sinta : 24 : SMA : Perempuan : Penjual Sembako
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 07 : Agus : 32 : SD : Laki-laki : Penjual Sembako
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 08 : Ardiansyah : 45 : SMA : Laki-laki : Penjual Beras
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 09 : Sukiatno : 43 : SMA : Laki-laki : Penjual Sayuran
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 10 : Husnah : 36 : SMA : Perempuan : Penjual Sayuran
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin
: 11 : Emihaya : 34 : SMA : Perempuan
VIII
Jenis Usaha
: Penjual Sayuran
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 12 : Idris : 52 : SMP : Laki-laki : Penjual Sayuran
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 13 : Hasanudin : 32 : SMP : Laki-laki : Penjual Ikan
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 14 : Bahar : 38 : SMA : Laki-laki : Penjual Ikan
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 15 : Megawati : 45 : SMA : Perempuan : Penjual Ikan
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 16 : Sujana : 51 : SD : Laki-laki : Penjual Ikan
No. Urut Informan Nama Informan
: 17 : Marwan
IX
Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 57 : SMP : Laki-laki : Penjual Ikan
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 18 : Nia : 49 : SMA : Perempuan : Penjual Beras
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 19 : Jamila : 42 : SMA : Perempuan : Penjual Beras
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 20 : Ida : 53 : SD : Perempuan : Penjual Ayam Potong
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 21 : Marina : 45 : SMP : Perempuan : Penjual Ayam Potong
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 22 : Dewi : 29 : SMA : Perempuan : Penjual Ayam Potong
X
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 23 : Munira : 26 : SMA : Perempuan : Penjual Pakaian
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 24 : Ahyar : 31 : SD : Laki-laki : Penjual Buah
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 25 : Ekawati : 44 : SMP : Perempuan : Penjual Buah
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 26 : Hendra : 48 : SMA : Laki-laki : Penjual Buah
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 27 : Irma : 29 : SMA : Perempuan : Penjual Buah
No. Urut Informan Nama Informan Umur
: 28 : Sukmayani : 34
XI
Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: SD : Perempuan : Penjual Sendal/Sepatu
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 29 : Hidayat : 31 : SMA : Laki-laki : Penjual Sendal/Sepatu
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 30 : Riri : 55 : SMP : Perempuan : Penjual Sendal/Sepatu
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 31 : Mega : 43 : SMA : Perempuan : Penjual Sendal/Sepatu
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 32 : Fitriani : 22 : SMA : Perempuan : Penjual Buah
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 33 : Bahtiar : 26 : SMP : Laki-laki : Penjual Sendal/Sepatu
XII
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 34 : Mariana : 48 : SD : Perempuan : Penjual Sendal/Sepatu
No. Urut Informan Nama Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Jenis Usaha
: 35 : Jusbar : 42 : SMP : Laki-laki : Penjual Sendal/Sepatu
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
Lampiran IV DOKUMENTASI a. Pasar Panjang
Jalan Aspal Pasar
Perempatan Pasar
Penjual Ayam Potong
Penjual Ikan
Penjual Beras
Penjual Ikan Kering
XIX
Sampah Penjual Sayur
Sampah Depan Kios
Sampah Depan Kios
Sampah Penjual Buah
Penjual Sayuran
Jalanan Pasar Panjang
XX
Penjual Daging
b. Wawancara terhadap beberapa informan
Penjual ayam potong
XXI
c. Foto Udara Pasar Panjang
Pasar Panjang Tampak Atas
XXII
XXIII
XXIV