PERSEPSI MASYARAKAT BAJO TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI DESA MOLA SAMATURU KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI Oleh: Safiuddin, Jamaluddin Hos, dan Sarpin Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat suku bajo terhadap program keluarga berencana. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif melalui wawancara langsung kepada, masyarakat suku Bajo yang ikut dan yang tidak mengikuti program keluarga berencana, serta 1 orang tokoh masyarakat dan Kepala Desa Mola Samaturu. Sedangkan metode pengambilan sampel secara puposive sampling yaitu teknik penentuan informan secara sengaja, dengan jumlah informan 18 orang. Penelitian ini di laksanakan di Desa Mola Samaturu, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi. Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi masyarakat suku bajo terhadap program keluarga berncana yaitu terdiri dari persepsi pasangan suami istri yang ikut program keluarga berencana dan persepsi pasangan suami istri yang tidak ikut program keluarga berencana.
Kata Kunci: Persepsi, Masyarakat Bajo, Program Keluarga Berencana. PENDAHULUAN Pelaksanaan pembangunan nasional di negara-negara yang kategori sedang berkembang seperti Indonesia, masih diperhadapkan dengan masalah sikap masyarakatnya. Berbagai kajian menunjukkan bahwa sikap tersebut erat kaitannya dengan aspek sosial budaya yang merupakan nilai dan norma yang mempengaruhinya. Salah satu kajian yang dimaksud yaitu adanya sikap penerimaan terhadap ide-ide baru atau teknologi baru yang diterapkan dalam suatu masyarakat, seperti halnya penerapan program Keluarga Berencana yang kini telah berlangsung, namun tidak pernah lepas dari permasalahanpermasalahan sosial budaya. Dalam pelaksanaan Program keluarga berencana Data Puskesmas Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi, tercatat jumlah peserta Keluarga Berencana sebanyak 188 orang, di mana 115 orang ibu rumah tangga yang mengikuti program keluarga berencana dan 73 orang yang tidak mengikuti program keluarga berencana, dan data Pasangan Usia Subur (PUS) tercatat 188 orang dan rata-rata jumlah anak Pasangan Usia Subur (PUS) 2 hingga 3 orang. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa masih ada masyarakat yang kurang memahami tentang program keluarga berencana. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 241
bagaiman persepsi masyarakat bajo terhadap program keluarga berencana di Desa Mola Samaturu Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi ? METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kulitatif melalui wawancara kepada masyarakat suku bajo yang ikut dan yang tidak mengikuti program keluarga berencana, serta 1 orang tokoh masyarakat dan Kepala Desa Mola Samaturu. Sedangkan metode pengambilan sampel secara purposive sampling, dengan jumlah informan sebanyak 18 orang. Penelitian ini di laksanakan di Mola Samaturu Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Tehnik analisis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu dengan memberikan penjelasan dan uraian secara deskriptif berdasarkan hasil penelitian di lapangan. Dimulai dari pengumpulan data (data collection) yang relevan dengan tema penelitian, setelah itu dilakukan pemilaan dan penyederhanaan data untuk memfokuskan pada masalah penelitian (data reduction), kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk teks naratif (data display), dan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan (conclution drawing and verifying), dari data yang telah disajikan. PEMBAHASAN Pasangan Suami Istri Yang Ikut Program Keluarga Berencana 1. Persepsi tentang peningkatan kesejahteraan ibu dan anak Suksesnya suatu program dalam hal ini program keluarga berencana, tergantung dari aktif atau tidak aktifnya partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program tersebut. Sehingga dalam posisi ini peran aktif masyarakat sangat penting artinya bagi kelancaran dan keberhasilan program tersebut dan tercapainya tujuan secara mantap. Program Keluarga Berencana dicanangkan dalam rangka usaha pemerintah untuk membangun manusia Indonesia yang berkualitas. Persepsi warga masyarakat terhadap program tertentu merupakan landasan atau dasar utama bagi timbulnya kesediaan untuk ikut terlibat dan berperan aktif dalam setiap kegiatan program tersebut. Makna positif atau negatif sebagai hasil persepsi seseorang terhadap program akan menjadi pendorong atau penghambat baginya untuk berperan dalam kegiatannya. Dengan adanya Program Keluarga Berencana yang dicanangkan dalam rangka usaha pemerintah untuk membangun manusia Indonesia yang berkualitas secara kolektif dan lebih spesifiknya lagi pada masyarakat Desa Mola Samaturu Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini mendapat sambutan positif bagi masyarakat setempat karena melihat dari tujuan program tersebut yang secara 242
fundamental adalah bertujuan untuk membangun manusia yang berkualitas yang pada endingnya akan bermuara pada kesejahteraan masyarakat. 2. Persepsi tentang perencanaan waktu kehamilan Perencanaan waktu kehamilamn harus diatur sedemikian baiknya sehingga hal ini tidak membuat masyarakat terbebani dengan jumlah kelahiran yang terlalu berdekatan sekaligus juga tidak terlalu menyusahkan para ibu-ibu apa yang telah dicanangkan oleh pemerintah yaitu perencanaan jangka kehamilan hal ini disambut baik oleh masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program keluarga berencana sangat kecil karena masyarakat selain dari obyek pembanguan juga berperan sebagai subyek pembangunan sehingga setiap program pemerintah perlu mendapat dukungan dari masyarakat sehingga antara pemerintah dan masyarakat berjalan beriringan dalam mengawal dan merealisasikan programprogram yang dicanangkan oleh pemerintah yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. 3. Persepsi tentang pengurangan angka kelahiran Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk pengaturan laju pertumbuhan penduduk dan pengaturan jumlah kelahiran di Indonesia merupakan bagian dari kebijakan kependudukan nasional, yang dalam hal ini pelaksanaan program KB di daerah pada era otonomi perlu ditentukan sasaran kinerja program untuk mewujudkan keserasian kependudukan di berbagai bidang pembangunan. Dengan terkendalinya jumlah penduduk, maka akan tercipta generasi yang berkualitas, sehingga dapat meneruskan pembangunan Indonesia yang berkualiatas. Upaya pemerintah untuk terus menekan laju pertumbuhan penduduk yang akan mengakibatkan ledakan penduduk yang tak dapat terkendali dan tentunya apabila terjadi ledakan penduduk maka sudah bisa dipastikan angka penganguran akan semakin bertambah, kemiskinan akan bersarang dan banyak lagi masalah-masalah sosial lainnya yang akan terjadi sehingga sebelum itu semua benar-benar terjadi maka perlu diantisipasi sedini mungkin dengan pengurangan angka kelahiran melalui alat kontrasepsi yang telah disediakan oleh pemerintah Pengurangan angka kelahiran melalui program keluarga berencana bagi masyarakat setempat, hal ini mereka merasa itu adalah suatu program yang sangat bersinergi dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat sehingga dengan adanya upaya pemerintah tersebut. 4. Persepsi tentang mengatur jarak kelahiran anak Mengatur jarak kelahiran anak merupakan upaya agar kelahiran anak tidak berdekatan hal ini juga upaya untuk menjaga kesehatan sang bayi dan terutama bagi sang ibu yang menyusui karena kesehatan sang ibu adalah hal 243
yang paling utama karena hal ini akan berpengaruh pada kesehatan sang bayi. Sehingga apa yang ditawarkan oleh pemerintah yaitu mengatur jarak keharian dalam masyarakat. Sejak pelita I berdasarkan intruksi Presiden nomor 26 tahun 1968 dibentuklah Lembaga Keluarga Nasional (LKBN) sebagai lembaga semi pemerintah. Pada tahun 1970 diubah dan ditingkatkan menjadi Badan Koordinasi Keluarga Nasional (BKKBN) yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Keluarlah Keppres No.33 tahun 1972 dan dilakukanlah penyempurnaan struktur organisasi, tugas pokok, dan tata kerja BKKBN. Keluar pula Keppres No.38 tahun 1978 organisasi serta struktur BKKBN disempurnakan lagi, dimana fungsinya diperluas tidak hanya masalah yang berhubungan dengan KB tetapi juga kegiatan lain yang mendukung kegiatan KB. Pasangan Suami Istri Yang Tidak Ikut Program Keluarga Berencana 1. Persepsi tentang peningkatan kesejahteraan ibu dan anak Proses dan persepsi seseorang tidak mudah diungkap secara lengkap dan rinci, lebih-lebih apabila orang tersebut tidak bersikap terbuka. Banyak hal yang merupakan pengalaman seseorang dapat mempengaruhi makna hasil persepsi terhadap kegiatan hubungan antar manusia dalam masyarakat. Selain tergantung dari bentuk dan proses interaksinya, persepsi seseorang sangat tergantung pada banyak faktor yang membentuk pengalamannya dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Dalam kaitannya dengan program Keluarga Berencana sebagai usaha pemerintah mewujudkan masyarakat adil dan makmur, materiil, dan spiritual sesuai dengan tujuan pokok yang dirumuskan dalam pembahasan dan batang tubuh UUD 45, maka partisipasi aktif warga masyarakat juga akan sangat ditentukan oleh persepsinya terhadap program Keluarga Berencana yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi dan budayanya yang khusus. Mereka yang tidak ikut dalam program ini hanya karena mereka masih belum terlalu mendapat informasi yang akurat dan pemahaman yang memadai tentang program keluarga berencana ini sehingga disinilah tugas pemerintah untuk mengadakan evaluasi lagi guna memperbaiki kekurangan-kekurangan dari program tersebut. Pandangan ini masih terlalu sempit karena sebenarnya Keluarga Berencana tidak hanya untuk pelaksanaan program yang bersifat masalah pribadi atau keluarga, melainkan juga sebagai upaya pemerintah dalam penanganan masalah sosial dan kependudukan. Adapun faktor-faktor yang mendorong masyarakat dalam berpartisipasi dalam kegiatan program tersebut adalah selain hal tersebut sudah menjadi tradisi dan bagian dari keyakinan mereka yang baru, kesehatan ibu juga menjadi perhatian utama. 244
2. Persepsi tentang perencanaan waktu kehamilan Keluarga berencana artinya mengatur jumlah anak sesuai kehendak anda, dan menentukan sendiri kapan anda ingin mengandung. Layanan KB di seluruh Indonesia sudah cukup mudah diperoleh karena pemerintah terus menekan laju pertambahan penduduk melalui program KB. Perencanaan waktu kehamilan dalam sebuah keluarga seharusnya menjadi hal yang harus diutamakan, tak dielakkan lagi pemerintah sendiripun telah merekomendasikan melalui program KB tersebut namun masih banyak masyarakat yang belum memahami dari apa yang menjadi program pemerintah ini sehingga mereka tidak mengikuti program tersebut. Program KB sendiri disini hanyalah suatu program yang dirancang agar para keluarga dapat merencakan suatu hal untuk menjadi tujuan mereka kedepan baik kemapanan financial, dan sebagainya. Sehingga program memiliki berapa jumlah anak sudah terlebih dahulu ditentukan dan dibantu dengan alat kontrasepsi yang dapat ditemukan dalam berbagai bentuk. 3. Persepsi tentang pengurangan angka kelahiran Program KB gratis sudah banyak dilakukan di beberapa tempat. Program ini cukup bagus dilakukan untuk menyadarkan masyarakat pentingnya mengikuti program KB. Bagi masyarakat yang kurang mampu program tersebut sangat membantu mereka dalam kebutuhan ber KB. Pemerintah juga melakukan revitalisasi program keluarga berencana namun upaya pemerintah kurang direspon jajarannya dan tidak diimplementasikan secara optimal. Sehingga hasilnya tidak maksimal dan kurang dapat berpengaruh dalam pengendalian laju penduduk yang terus meningkat. Kegiatan yang dilakukan untuk menggalakan program KB contohnya saja memberitahukan pengetahuan pentingnya KB pada masyarakat di daerah yang masih sedikit mengikuti program KB. Cara tersebut dapat meningkatkan kesadaran sehingga pemerintah dapat menekan laju penduduk yang terus meningkat. Pandangan masyarakat terhadap pengurangan angka kelahiran sebenarnya masyarakat menangapinya dengan baik akan tetapi yang membuat mereka ragu adalah tenaga teknisi yang dipandang masih meragukan. Namun sebagai penghambat pelaksanaan program tersebut adalah masih rendahnya tingkat pemahaman masyarakat, di samping itu juga para tenaga ahli kesehatan tidak memberikan pelayanan yang lebih responsif terhadap masyarakat. Hal ini juga salah satunya diakibatkan oleh masih rendahnya wawasan dan pendidikan para tenaga ahli. Sedangkan keterlibatan perangkat desa dalam pelakksanaan program ini adalah dengan memberikan fasilitas desa maupun dusun untuk pelaksanaan penyuluhan, di samping memberitahu ketika ada program KB yang sifatnya masal.
245
Meskipun demikian, seiring dengan masalah kebutuhan pribadi yang menghendaki keluarga yang wajar, normal, dan tercukupi kebutuhan baik materiil maupun immateriil. Sedangkan keterlibatan tokoh masyarakat dalam pelaksanaan program tersebut adalah dengan memberikan ceramah-ceramah atau penyuluhan terhadap masyarakat akan pentingnya program tersebut bagi kelangsungan kehidupan yang normal dan lebih baik. Masalah yang menyangkut berbagai macam jenis KB dan tingkat kecocokan merupakan tanggungjawab pelaksana program KB di tingkat masyarakat, sementara para tokoh masyarakat hanya menghimbau agar menggunakan jenis KB yang cocok dengan masing-masing individu. Para tokoh masyarakat melihat adanya karaktersistik ekonomi, pendidikan, budaya, dan sosial masyarakat sangat berpengaruh terhadap tingkat penerimaan program tersebut. Sangat jarang sekali dijumpai masyarakat yang gagal mengikuti KB karena alasan kekurangan ekonomi atau tidak mampu membeli alat KB, meskipun tidak dapat dikatakan tidak ada. Alasan ekonomi yang mendorong adalah dengan kalkulasi jumlah keluarga dengan kemampuan ekonomi yang mendukungnya. Sehingga kepemilikan harta kekayaan atau ekonomi menunjang eksistensi keluarga. Dan tentunya jumlah keluarga kecil dan secara ekonomi tercukupi, adalah cerminan keberhasilan keluarga kecil bahagia atau KB Mandiri. Di Desa Mola Samaturu, pelaksanaan program Keluarga Berencana dilaksanakan secara personal maupun masal oleh petugas kesehatan bekerja sama dengan BKKBN dan Tim Penggerak PKK. Sebagaimana telah diuraikan di muka, maka pelaksanaan program Keluarga Berencana di Desa Mola Samturu juga dalam rangka untuk pembinaan keluarga. 4. Persepsi tentang mengatur jarak kelahiran anak Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya yang dikarenakan tingkat kelahiran pada ibu hamil semakin naik, karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan program KB baik dari segi manfaat serta keuntungannya. Keluarga Berencana artinya mengatur jumah anak sesuai kehendak anda dan menentukan sendiri kapan anda ingin mengandung. Mengatur jarak kelahiran anak dalam masyarakat bagi mereka yang tidak ikut dalam program KB ini sebenarnya diterima dengan baik tapi permasalahannya mereka yang tidak ikut ini bukan karena tidak mau tapi mereka masih belum paham dan kurang mendapat informasi sehingga mereka beranggapan program ini tidak sejalan dengan nilai-nilai masyarakat setempat dan nilai-nilai agama. Program KB sendiri disini hanyalah suatu program yang dirancang agar para keluarga dapat merencanakan suatu hal untuk menjadi tujuan mereka 246
kedepan baik dari segi kemampuan financial ataupun yang lainnya. KB juga bertujuan mengoptimalkan fungsi keluarga menjadi keluarga yang berkualitas. Tanpa keluarga berkualitas sulit sekali membentuk generasi yang cerdas, unggul, dan berdaya saing tinggi. Karena itu, perhatian untuk membangun sebuah keluarga yang berkualitas bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan masyarakat pun memiliki tanggung jawab tersebut untuk membentuk kekuatan pembangunan bangsa. Tingginya angka kemiskinan yang semakin meningkat serta kesejahteraan rakyat yang semakin berkurang dikarenakan semakin banyaknya jumlah penduduk maka masyarakat sulit untuk mendapatkan pendidikan dimana itu akan mempengaruhi SDM kita untuk tahun-tahun mendatang. Disini program KB dapat mengurangi serta menekan tingkat laju penduduk dengan merencanakan kapan suatu keluarga harus punya anak serta jarak kelahiran dari tiap anak-anak dari keluarga tersebut, sehingga mengurangi pengangguran, kemiskinan, perpindahan penduduk secara besar-besaran untuk tahun-tahun kedepan. Jika program KB ini berhasil disukseskan maka kita akan berhasil menaggulangi tingkat laju penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya. Tetapi peneliti menyadari titik kelemahannya yaitu akan respon masyarakat yang tidak setuju serta banyak waktu yang akan habis terbuang dalam mengsukseskan program KB ini. Kesempatan yang bisa diambil adalah bahwa dengan adanya program KB maka kesejahteraan rakyat lebih dapat dipastikan dan ancamannya adalah dalam program penyuluhan kita butuh biaya yang besar, berperang melawan budaya yang beranggapan bahwa mempunyai bayak anak adalah rezeki, serta kurangnya SDM. PENUTUP Kesimpulan Dari uraian hasil pembahasan maka peneliti menguraikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pasangan suami istri yang melakukan program keluarga berencana. Program Keluarga Berencana yang dicanangkan dalam rangka usaha pemerintah untuk membangun manusia yang berkualitas secara kolektif itu sangat disambut hangat oleh masyarakat pada umumnya dan secara khusus masyarakat Desa Mola Samaturu yang merupakan lokasi tempat penelitian ini dilaksanakan. Justru berdasarkan pendapat para informan mereka mengatakan bahwa program keluarga berencana yang diluncurkan oleh pemerintah hal itu sangat bermanfaat bagi mereka apa lagi ketika mereka memadukan dengan kondisi sosial ekonomi mereka saat ini yang miris memperihatinkan. Sehingga kehadiran program keluarga berencana pada 247
masyarakat khususnya di Desa Mola Samaturu bagaikan sang penyelamat dewi portuna. 2. Pasangan suami istri yang tidak melakukan program keluarga berencana. secara faktual realisasi dari program keluarga berencana yang dicanangkan oleh pemerintah dianggap cukup berhasil meskipun secara kualitatif masih melahirkan persepsi yang berbeda-beda dari masyarakat tapi secara umum masyarakat menangapinya dengan positif. Mereka yang tidak ikut dalam program ini hanya karena mereka masih belum terlalu mendapat informasi yang akurat dan pemahaman yang memadai tentang program keluarga berencana ini sehingga di sinilah tugas pemerintah untuk mengadakan evaluasi lagi guna memperbaiki kekurangan-kekurangan dari program tersebut. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Peneliti menyarankan kepada pasangan suami istri di Desa Mola Samaturu agar senantiasa ikut turut serta dalam upaya pelaksanaan program keluarga berencana yang tujuannya adalah untuk kebaikan masyarakat itu sendiri adapun masyarakat yang masih kurang paham dengan program tersebut maka tak apalah banyak menjalin komunikasi baik dengan tentangganya maupun kepada elemen terkait sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih lagi tentang program tersebut. 2. Tidak lupa pula peneliti menyarankan kepada pemerintah daerah maupun pusat agar hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan bahan pertimbangan dalam mengambil dan merumuskan kebijakan yang berhubungan masalah program keluarga berencana sehingga kendalakendala yang ada dalam masyarakat seperti kurangnya pemahaman masyarakat pada program tersebut dapat teratasi sehingga program tersebut dapat berjalan dengan lancar dan relevan dengan kondisi sosial masyarakat. 3. Tak lupa pula peneliti menyarankan bagi insan akademik agar dapat mengembangkan penelitian ini guna memberikan solusi-solusi yang jitu dalam memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam suatu wilayah misalnya dalam penerapan suatu program pemerintah sehingga bisa dihubungkan dengan masyarakat.
248
DAFTAR PUSTAKA Ahimsa-putra,Heddy Shri, 1995, Analisis Struktual dan Makna Mitos Orang Bajo. Laporan Penelitian : Fakultas Sastra Universitas Gadja Mada. Ahmadi, Abu, 1993. Pola Hidup dan Sikap Mental Masyarakat Bajo di Sulawesi Tenggara, Majalah Ilmiah Universits Haluoleo Kendari. BKKBN, 1993, Pengembangan KB Pedesaan Menuju Kemandirian. Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Jakarta. BKKBN, 1995, Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan KIE Peningkatan Tahapan Keluarga Sejahtera, Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Jakarta. Candra, Sudjomo. 2012. Perbedaan Persepsi. Karya Cipta Surya. Surabaya. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 1995, Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. Endaswara, Suwardi. 2003. Metode Penelitian Kebudayaan. Gadja Mada University Press: Yogyakarta. Fakih, Mansur. 2003. Eksploitasi Komersial Anak dalam Pengalaman Pendampingan. PT. Surakarta Hamid, Abdul, 1993. Pola Hidup dan Sikap mental Masyarakat Bajo di Sulawesi Tenggara. Majalah Ilmiah Unhalu Kendari. Hartanto, H. 2004. KB dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan : Jakarta Mubyarto dkk, 1984, Nelayan dan Kemiskinan, Studi Ekonomi Antropologi di dua desa pantai. Jakarta. Rajawali. Nimo, H.A. 1990. Asal-usul Orang Bajoe di Sulawesi Selatan, Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang. Rahmat, Jalaludin. 1996. Rekayasa Sosial, Reformasi atau Revolusi. Remaja Rodakarya: Bandung. Rukminto,Irsandi. 1994. Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. PT.Raja Grafindo Perseda. Jakarta. Shoper, David E. 1965. Orang Laut di Asia Tenggara, Terjemahan Muchili. Tiara Wacana, Yogyakarta. Rusli, Saidi, 1982, Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES, Jakarta. Suparto, 1987. Kehidupan Masyarakat Nelayan, Alumni Bandung. Soeseno. Selamat. 1984. Dasar-dasar Perikanan Umum, Jasa Mulya, Jakarta. Suparlan, parsudi. 1984. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan Prespektif Antropologi Budaya, Makalah Pada Seminar Tentang Manusia dan Keserasian Lingkungan, PSIL, Universitas Indonesia, Jakarta. Salam, 1994. Persepsi Sosial. Indah Pustaka. Jakarta. Singarimbun, Masri, 1987, Kependudukan dan Liku-Liku Penurunan Kelahiran, LP3ES, Jakarta. Slamet Soesono. 1984. Dasar-Dasar Perikanan Umum. Jasa Mulia. Jakarta.
249
Soedjito S, 1987, Aspek Sosial Budaya Dalam Pembangunan Pedesaan, PT. wacana, Yogyakarta. Soekanto, Soerjono. 1981. Peribadi dan Masyarakat. PT. Alumni: Bandung. Soemanto, Wasti. 1983. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta. Soesangobeng, H. 1997. Perkampungan Orang Bajo di Bajoe. Laporan Penelitian: PLPIIS Subagyo, 2004. Metode Penelitian Sosial. Rosda Karya. Jakarta. Sutisna, 2002. Perilaku Konsumen dan Perilaku Pemasaran. Rodakarya: Bandung. Suyuti, Nasruddin, H. 2011, Orang Bajo di Tengah Perubahan. Penerbit Ombak. Yogyakarta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Alfabeta : Bandung. Wirawan, Sarwono. 1983. Teori-Teori Psikologi Sosial. Rajawali. Jakarta. Twikromo, A. 1996. Prinsip dan Perilaku Kesejahteraan Hidup Rakyat Timor-Timur. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.
250