PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS Oleh: MULYADI NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Tahun 2016
Abstrak Dalam penelitian ini mengenai keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) yang menjadi peserta KB adalah dominan dari kaum wanita, sedangkan kaum Pria masih banyak yang merasa enggan untuk menjadi peserta KB. Sementara kesuksesan pelaksanaan program KB tersebut adalah menjadi tanggung jawab bersama baik Pria maupun Wanita. Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif yang merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menganalisis program KB (PUS) pria di Kecamatan Tebas.Permasalahan penilitian ini adalah apa penyebab belum berhasilnya proses implementasi program keluarga berencana KB (PUS) pria di Kecamatan Tebas. Teori yang digunakan adalah Jones (2006;46 ) menyatakan proses implementasi dapat mengopersikan sebuah program dengan tiga kegiatan sebagai pilarnya antara lain, pengorganisasian, interpretasi, aplikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Proses implementasi program nasional Keluarga Berencana (KB) selama ini belum dapat dimanfaatkan untuk kemudahan pemberian pelayanan kepada Pasangan Usia Subur (PUS) pria selaku aseptor KB secara multiguna. Hal tersebut terlihat secara kelembagaan bahwa sering terjadinya perubahan kebijakan program dalam kaitannya dengan pergantian rezim. Di samping itu belum semua PUS pria memahami sepenuhnya dari manfaat alat kontrasepsi. Hal tersebut dilihat dari tingkat pengetahuan, sikap serta kebutuhan yang diinginkan oleh para akseptor KB pria berbeda-beda dan tergolong relatif masih rendah. Kata-kata kunci: Implementasi, Keluarga Berencana, Pasangan Usia Subur Pria.
THE IMPLEMENTATION OF FAMILY PLANNING IN TEBAS SUBDISTRICT,SAMBAS DISTRICT
Abstrack The present study discusses about a participation of fertile age couple (PUS) in family planning whose members are dominated by women.meanwhile, many men remain to feel reluctant to become members of family planning. In fact, both men and women are responsible towards the success of this program. The purpose of this study was to describe and analyze family planning (PUS) especially for men members in tebas sub-district. The problems were factors of why famili planning in tebas sub-dsitrict hat not been successful yet. Jones (2006:46) expressed that there were three pillars which determined the implementation of certain program,namely:organisation, interpretation, and application. Results of this study showed that the implementation of national program “family planning (KB)” had not yet provided an accessible access tofertile age couple especially men as family-planning acceptors/users. It couid be seen from its institution where there was a frequent policy change once regimes was changing. In addition, not all men PUS understood fully the benefits of contraception. It was noticed from their level of education, their attitude, and their need which were different and relatively low Key words: Implementation, family planning, men fertile age couple
1 MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
adalah
A. PENDAHULUAN
upaya
kesertaan
mencapai
pria
dalam
peningkatan
ber-
Keluarga
Berencana.
1.1 Latar Belakang Masalah Program Keluarga Berencana adalah
Implementasi program nasional kb
upaya peningkatan kepedulian dan peran
yang selama ini dilaksanakan di kecamatan
serta masyarakat melalui pendewasaan usia
tebas kabupaten sambas, mengarah kepada
perkawinan,
pengaturan
kelahiran,
wanita sebagai sasaran, penyiapan tempat,
pembinaan
ketahanan
keluarga,
tenaga pelayanan, penyediaan alat/obat
peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk
kontrasepsi sementara untuk priamasih
mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan
rendah, metode kontrasepsi jangka panjang
sejahtera. Program Keluarga Berencana
hampir semuannya diperuntukan kepada
bertujuan untuk memenuhi permintaan
wanita,
pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi
petugas kb dalam mengkomunikasikan dan
yang berkualitas serta mengendalikan angka
memasarkan alat kontrasepsi bagi pria
kelahiran yang pada akhirnya meningkatkan
masih rendah, karena kurang biasa dan
kualitas
sangat
penduduk
dan
mewujudkan
keluarga-keluarga kecil berkualitas. Kebijakan peningkatan keluarga reproduksi
formal
peran
serta
berencana secara
pria
dan
jelas
baru
kemampuan
dan
terbatasnya
keterampilan
pilihan
alat
kontrasepsinya tentang tentang
kesehatan terlihat
Program Keluarga Berencana yang dilaksanakan Kabupaten angka
di
Kecamatan
Sambas,
kematian
yaitu ibu
Tebas
penurunan dan
anak;
semenjak dicanangkannya era baru program
Penanggulangan
Keluarga Berencana nasional tahun 2000.
reproduksi; Peningkatan kesejahteraan
Kebijakan program peningkatan peranserta
keluarga; Peningkatan derajat kesehatan;
pria masih relatif baru, sehingga penerapan
Peningkatan mutu dan layanan Keluarga
di lapangan masih belum merata. Ada
Berencana
wilayah yang sudah menerapkan kebijakan
Peningkatan
tersebut, ada yang baru disosialisasikan, ada
kapasitas
yang sama sekali belum disentuh. Salah
Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi
satu sasaran dari sekian banyak sasaran
manajemen
yang akan dicapai oleh program Keluarga
kenegaraan dan pemerintahan berjalan
Berencana dalam jangka panjang demi
lancar.
dan
masalah
Keluarga
sistem Sumber
dalam
kesehatan
Sejahtera;
pengelolaan Daya
dan
Manusia;
penyelenggaraan
tercapainya Keluarga Berkualitas 2015, v MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
sarana dan prasarana yang dimaksud adalah mulai dari tempat pelaksanaan program
1.2. Identifikasi Masalah Permasalahan yang muncul dalam program
KB
yang
berkaitan
KB
tersebut
sampai
pada
penyediaan berbagai jenis alat kontrasepsi
dengan
yang diperlukan oleh para peserta KB,
kesertaan pria/suami dapat diidentifikasikan
seperti PUS perempuan (IUD, MOW,
sebagai berikut:
Implant dan suntikan) dan PUS pria
1. Kurangnya komunikasi dari petugas
(Kondom dan vesektomi).
KB serta kader KB kepada para sasaran
Berdasarkan
program. Selama ini penyuluhan hanya
tersebut,
diberikan kepada ibu padahal yang
penelitian serta membatasi arah penelitian
menjadi sasaran adalah bapak. Selain
agar tidak meluas, maka fokus penelitian
itu,
yang
ini pada: penyebab belum berhasilnya
berkembang di masyarakat karena tidak
proses implementasi program Keluarga
adanya informasi yang berkualitas di
Berencana Pasangan Usia Subur Pria di
masyarakat.
Kecamatan Pontianak Tebas.
banyaknya
rumor
untuk
permasalahan mempermudah
arah
2. Sikap kader yang kurang yakin dalam mensosialisasikan dan mengajak pria
1.4 Rumusan Permasalahan
untuk ber-KB. Kurangnya pengetahuan
Berdasarkan
uraian
latar-
kader tentang MOP mengakibatkan
belakang masalah dan fokus penelitian,
kader tidak dapat menentukan sikap
maka
kepada para sasaran program karena
sebagai berikut: Apa penyebab belum
kader sendiri takut kalau terjadi suatu
berhasilnya proses implementasi program
akibat
Keluarga Berencana Pasangan Usia Subur
negatif
melakukan
jika
MOP.
seseorang
Sehingga
dapat
permasalahan
ini
dirumuskan
(PUS) Pria di Kecamatan tebas.
dikatakan bahwa kader tidak bisa mengarahkan
masyarakat
karena
kurangnya pengetahuan.
Terkait dengan permasalahan yang disebutkan
1.3 Fokus Penelitian Program
1.5 Tujuan Penelitian
itu,
maka
penelitian
ini
KB
telah
menyediakan
bertujuan untuk menggambarkan dan
fasilitas
atau
sarana
dan
menganalisis program KB PUS pria di
prasarana sebagai penunjang kesuksesan
Kecamatan Tebas, dilihat dari indikator
berbagai
pelaksanaan program tersebut. Adapun vi MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
pengorganisasian,
interpretasi
dan
aplikasi.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditelaah
bahwa
proses
implementasi
kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut
perilaku
badan-badan
administrasi yang bertanggung jawab untuk
1.6 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis, yaitu hasil penelitian ini
diharapkan
bermanfaat
melaksanakan
program
dan
menimbulkan ketaatan pada diri kelompok
untuk
sasaran, melainkan menyangkut jaringan
khasanah Ilmu Administrasi Negara,
kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan
khususnya kajian Manajemen Publik
sosial yang langsung atau tidak langsung
tentang implementasi program KB.
dapat mempengaruhi perilaku dari semua
b. Manfaat Praktis, yaitu hasil penelitian ini
diharapkan
masukan
dapat
memberikan
kepada
Pemerintah
pihak yang terlibat, dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak baik yang diharapkan maupun tidak.
Kabupaten Sambas dan pemerintahan
Aplikasi/penerapan,
implementasi
Kecamatan Tebas Kota serta petugas
program KB Pria terletak pada pelayanan
KB mengenai implementasi program
kepada para akseptor KB khususnya kaum
KB di Kecamatan Tebas.
pria,
guna
meningkatkan
kesadaran
masyarakat yang masih rendah serta adanya promosi dan pemberian insentif bagi para kader KB sebagai tenaga
B. LANDASAN TEORI
sukarelawan. 2.1 Implementasi Kebijakan Publik Implementasi merupakan hal yang penting dikemukakan oleh Udoji (Wahab,
2.2
Implementasi Program Keluarga Berencana
2006:143). adalah sesuatu yang penting,
Program dalam Kamus Besar
bahkan mungkin jauh lebih penting
Bahasa Indonesia (2005:789) diartikan
daripada
sebagai rancangan mengenai asas-asas
pembuatan
kebijakan.
Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa
serta
impian dan rencana bagus yang tersimpan
ketatanegaraan, perekonomian) yang akan
rapi
dijalankan
dalam
arsip
kalau
diimplementasikan.
tidak
usulan-usulan
pemerintah.
(dalam
Sedangkan
menurut pendapat Mugroho (2003: 89) program
didefinisikan
secara
teknis vii
MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
sebagai kumpulan dari proyek-proyek
diinginkan
dan
yang mempunyai kaitan sasaran yang
kehamilan yang beresiko tinggi, kesakitan
sama yang terdiri dari proyek-proyek.
dan kematian, membuat pelayanan yang
Sementara itu menurut Jones (2006: 25)
bermutu, terjangkau diterima dan mudah
program adalah terjemahan dari doktrin ke
diperoleh
dalam pola-pola tindakan yang nyata dan
membutuhkan. (Iswarati, 2002 : 17).
bagi
mengurangi
semua
insidens
orang
yang
alokasi dari energi-energi dan sumber-
Sejak awal tahun 2004, Program
sumberdaya lainnya di dalam lembaga itu
Keluarga Berencana Nasional di lndonesia
sendiri
memasuki babak baru, karena sebagian
dan
berhubungan
dengan
lingkungan ekstern.
besar
Berdasarkan beberapa pendapat di atas
kewenangan
Berencana
ini
bidang
Keluarga
diserahkan
kepada
dapat diasumsikan bahwa program adalah
Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam era
seperangkat
akan
baru ini, Pemerintah Kabupaten/Kota
dilakukan dengan penggunaan sumber-
mempunyai wewenang yang besar dalam
sumber
mengatur
kegiatan
daya
yang
menghasilkan
yang
tersedia
program-program
Dalam
pembangunan, termasuk bidang Keluarga
harus
Berencana, sesuai dengan kemampuan,
memiliki karakteristik seperti program
kebutuhan, dan aspirasi masing-masing.
harus mempunyai batasan yang jelas serta
Sejalan dengan era baru ini, pengelolaan
sasaran yang dapat diukur, harus dapat
Program Keluarga Berencana Nasional
dipergunakan sebagai alternatif untuk
tidak lagi dilakukan seperti di masa
mempertimbangkan setiap kegiatan dalam
sebelumnya,
pencapaian sasaran, dan dapat dihitung
berbagai mekanisme baru pengelolaan
secara analisis cost benefit. Jadi kecuali
program.
merencanakan
manfaat.
dan
suatu
program
sehingga
dirumuskan
mempunyai sasaran yang jelas, program juga harus dapat diukur outputnya.
2.4 Hasil Penelitian yang Relevan/ Penelitian Terdahulu
2.3 Program Keluarga Berencana Program Keluarga Berencana adalah
Hasil penelitian yang relevan atau penelitian terdahulu dapat memberikan
suatu program yang dimaksudkan untuk
kontribusi
membantu para pasangan dan perorangan
perbandingan
dalam
reproduksi
penelitian ini. Husniati (2010) Judul
mereka, mencegah kehamilan yang tidak
skripsi: Implementasi Kebijakan Program
mencapai
tujuan
yang
akan
(komperatif)
menjadi dalam
viii MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Keluarga Berencana Terhadap Partisipasi
b. Penelitian Lapangan, yaitu penelitian
Pria dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi
yang dilakukan dengan cara terjun
di
langsung
Kabupaten
Oktaviani
Sintang.
(2011)
Implementasi
Anastasia
Judul
Skripsi:
Program
Keluarga
ke
lapangan
mengumpulkan data dengan
guna
yang berkaitan
permasalahan
mengenai
Berencana di Kelurahan Lamper Tengah
implementasi program KB di Kacamatan
Kecamatan
Tebas Kabupaten Sambas.
Semarang
Selatan
(Studi
Kasus: Partisipasi Pria dalam program Keluarga Berencana).
C. METODELOGI PENELITIAN 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1 Jenis penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan adalah
bahwa cara
penelitian
deskriptif
menggambarkan
atau
Pelaksanaan
penelitian
akan
dilakukan di Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas,
dengan
pertimbangan
bahwa
melukiskan gejala berdasarkan data dan
implementasi program KB PUS pria belum
fakta secara aktual pada saat penelitian
berjalan
berlangsung
tersebut disebabkan peran serta PUS Pria
di
lapangan
sebagaimana
sesuai
dengan
harapan.
Hal
adanya, sesuai dengan tujuan penelitian.
yang menjadi peserta KB masih rendah,
3.2 Langkah-Langkah Penelitian
Penggunaan
kontrasepsi
pria
tidak
Langkah-langkah yang dilakukan
seimbang dengan wanita, PUS laki-laki
dalam penelitian implementasi program
masih memiliki keengganan untuk aktif
Keluarga Berencana antara lain:
menggunakan
a. Telaah Kepustakaan, yaitu dengan cara
pembinaan tentang program KB bagi pria
berusaha
mencari
teori-teori
dan
informasi dari hal-hal yang berkaitan
alat
kontrasepsi
dan
dan penggunaan alat kontrasepsi belum optimal.
dengan masalah penelitian yang diambil dengan membaca literatur dan karya ilmiah, yang dapat dijadikan sebagai landasan
teori
untuk
mempertajam
pemahaman peneliti terhadap masalah
3.3.2 Waktu Penelitian Waktu direncanakan
atau
jadwal
setelah
penelitian proposal
diseminarkan, dapat dilihat pada table 3.1.
yang sedang diteliti. ix MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Panduan wawancara, yaitu suatu
3.4 Subjek dan Objek Penelitian
daftar pertanyaan yang memuat garis-garis
3.4.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah orang yang terlibat langsung memberikan keterangan
besar
pertanyaan
sesuai
dengan
permasalahan yang diteliti.
atau informasi sesuai dengan masalah yang diteliti. Sebagai subjek penelitian dalam
3.6 Teknik Pengumpulan Data
penelitian ini adalah Pasangan Usia Subur
a.
Wawancara, yaitu melakukan tanya
(PUS) pria/suami yang menggunakan alat
jawab kepada subjek penelitian yang
kontrasepsi
sebagai
terdiri dari PUS pria/suami, Camat
akseptor KB sebanyak 10 orang, Suami
Tebas, Petugas Penyuluhan Keluarga
yang belum menggunakan alat kontrasepsi
Berencana,
Koordinator Penyuluhan KB sebanyak 5
pemuka masyarakat di Kecamatan
orang, Petugas Lapangan KB, Petugas
Tebas dengan menyiapkan instrumen
Pembina KB di Desa Kecamatan Tebas.
penelitian
kondom/vasektomi
Teknik pemilihan subjek penelitian digunakan
dengan
teknik
PUS
wanita/istri
berupa
dan
pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang lebih terbuka,
bertujuan
di mana pihak yang diajak wawancara
(purposive). Menurut Sugiyono (2008:112)
diminta
bahwa yang dimaksud teknik bertujuan
Dalam melakukan wawancara, peneliti
adalah
“penentuan
perlu mendengarkan secara teliti dan
diambil
kepada
subjek
penelitian
orang-orang
yang
dalam
permasalahan
yang
diteliti”.
dan
ide-idenya.
mencatat apa yang dikemukakan oleh
mengetahui permasalahan atau yang terlibat langsung
pendapat
informan, b.
Studi
dokumentasi,
yaitu
peneliti
melakukan pengumpulan data atau informasi
cara
membaca
catatan peristiwa yang sudah berlalu,
3.4.2 Objek Penelitian Objek penelitian ini
dengan
membahas
mengenai Implementasi program Keluarga
baik dalam bentuk tulisan, gambar, surat-surat maupun tulisan lain.
Berencana di Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas.
3.7 Teknik Analisis Data Teknik
3.5 Instrumen Penelitian Peneliti sebagai instrumen utama (key instrument) dibantu dengan:
analisis
data
dalam
penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan
melalui
proses
mencari
dan
menyusun secara sistimatis data yang x
MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
diperoleh dari hasil wawancara, catatan
bangsa yang terbanyak berdomisili di
lapangan
dapat
wilayah tersebut adalah suku Melayu yaitu
lain.
sebanyak (86.25%) dan diikuti oleh suku
Arikunto
lainnya (Jawa, Bugis dan Keturunan Cina).
dan
diinformasikan
temuannya kepada
Pengolahan
data
(2006:88),
yaitu
orang
menurut dilakukan
dengan
Banyaknya
suku
Melayu
disebabkan
mengorganisasikan data, menjabarkannya
mayoritas penduduk di masing-masing desa
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
adalah suku Melayu. Kemudian diikuti oleh
menyusun ke dalam pola, memilih mana
suku bangsa lainnya. Sedangkan lain-lain
yang penting dan yang akan dipelajari serta
hanya sebagian kecil terdiri dari berbagai
membuat kesimpulan.
suku
bangsa,
seperti
Batak,
Padang,
Ambon, Betawi dan Bali. Dari data yang didapat dari kantor camat terlihat bahwa di
3.8 Teknik Keabsahan Data Teknik
yang
Kecamatan Tebas terdapat beraanekaragam
kualitatif
agama yang dianut oleh penduduk, dimana
adalah teknik pengumpulan data dengan
penduduk pemeluk agama Islam merupakan
menggunakan triangulasi, artinya sebagai
kelompok
teknik pengumpulan data yang bersifat
90,88%. Besarnya agama Islam disebabkan,
menggabungkan
teknik
pemeluknya rata-rata suku Melayu, Bugis
pengumpulan data dan sumber data yang
dan Jawa, bahkan ada juga yang dari
telah ada.
kalangan Tionghua dan Suku Dayak.
digunakan
keabsahan
dalam
data
penelitian
dari
Menurut
berbagai
yaitu
sebanyak:
(2008:83),
Sementara penduduk yang beragam Kristen
Triangulasi, yaitu teknik pengumpulan data
adalah suku Dayak, Batak dan Keturunan
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data
Cina. Kemudian sebagian besar agama
dari
Budha dan Kepercayaan Khong Hu Cu
sumber
Sugiyono
terbesarnya
yang
sama
dengan
menggunakan observasi, wawancara dan
adalah penduduk keturunan Cina.
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
kantor
kecanmatan
Tebas,
menunjukkan bahwa tempat peribadatan yang terbanyak adalah masjid dan surau
4. Analisis Dan Pembahasan Berdasarkan
data
yang
didapat
sebagai tempat peribadatan penduduk yang
dilihat bahwa penduduk yang berdomisili di
beragama
Kecamatan
dari
penduduk di Kecamatan Tebas, sebagian
berbagai macam suku bangsa, dimana suku
besar adalah beragama Islam. Kemudian
Tebas
adalah
terdiri
Islam,
karena
dari
jumlah
xi MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
diikuti tempat peribadatan penduduk yang
kesehatan
memeluk
memadai,
agama
Kristen,
baik
yang
Katholik maupun Protestan.
dilihat
bahwa
benar-benar
sehingga
cukup
masyarakat
memerlukan pelayanan kesehatan dapat
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat
harus
dari
dengan mudah tanpa adanya kesulitan.
keseluruhan
penduduk yang berdomisili di Kecamatan Tebas
yaitu
ternyata
sebanyak:
penduduk
melaksanakan
119.789 yang
pendidikan,
jiwa,
D. PEMBAHASAN
masih
mulai
dari
4.1.1 Pengorganisasian
Taman kanak-kanak sampai Perguruan
Pengorganisasian,
Tinggi relatif cukup besar, karena penduduk
pembentukan
yang tidak sekolah relatif kecil jumlahnya.
sumber daya,unit-unit dan metode untuk
Dari data yang diperoleh dari kecamatan
menjadikan
Tebas menunjukkan bahwa sebagian besar
disini
penduduk
bermata
pembaharuan yang melaksanakan tujuan-
pencaharian di sebagai pedagang. Karena
tujuan pembangunan sosial, ekonomi di
sebagian besar penduduk di Kecamatan
mana pemerintah harus mempunyai pranata
Tebas bertempat tinggal di kawasan daerah
yang mudah menerima inovasi baru yang
pertokohan. Di samping itu diikuti oleh
bermanfaat bagi pembangunan. Dalam
penduduk yang bekerja sebagai petani dan
kaitannya
buruh, seperti buruh pelabuhan, buruh
Keluarga
bangunan dan buruh industri. Sedangkan
pengorganisasian ini dimaksudkan sebagai
mata
wadah
Kecamatan
pencaharian
di
Tebas
sektor
nelayan
atau
menyangkut
penataan
program.
adalah
Pengorganisasian
birokrasi
dengan
kembali
sebagai
program
nasional
Berencana
dalam
alat
(KB),
memfasilitasi
dan
merupakan hanya sebagian kecil penduduk
mensejahterakan masyarakat, dalam hal ini
yang bekerja di sektor tersebut. Karena
adalah Badan Kependudukan dan keluarga
tempat tinggal penduduk dekat dengan
Berencana (BKKBN). Badan inilah yang
daerah perairan, baik laut dan sungai.
nantinya
mengkoordinir
implementasi
KB
Berdasarkan data yang diperoleh ditununjukkan bahwa fasilitas atau sarana kesehatan yang terdapat di Kacamatan
kepada
proses masyarakat
khususnya pada pasangan usia subur. Kemampuan agar
interpersonal
Tebas, relatif cukup memadai. Hal tersebut
diperlukan
pemimpin
disebabkan Kecamatan Tebas merupakan
menggerakkan
kawasan pusat kota, sehingga pelayanan
hubungan kerja sama, mengembangkan dan
masyarakat,
mampu
membangun
xii MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
memelihara jaringan, mengerti kemampuan
program tersebut. Masyarakat siap dalam
staf, memfasilitasi kerja sama tim dan
merealisasikan program tersebut terutama
memecahkan
baik.
mengenai keterlibatan Tim Penggerak PKK
agar
yang aktif dalam mendukung kegiatan
mengerti dan menjalankan setiap proses
tersebut. Para tenaga ahli juga menilai
aktivitas
bahwa fasilitas masih perlu ditingkatkan,
Kemampuan
konflik
secara
teknis
diperlukan
termasuk
keperluan
yang
menyangkut pelayanan di bidang Keluarga
sehingga
perlu
diupayakan
Berencana dan teknologi informasi yang
berkelanjutan,
diperlukan. (Yukl, 2006:446).
ketercukupan alat KB bagi masyarakat yang
dan
memenuhi
secara aspek
Tingkat pendidikan tenaga ahli dan
memerlukan. Para tenaga ahli juga melihat
masyarakat itu sendiri, keterlibatan penuh
persepsi dan keterlibatan masyarakat cukup
tokoh masyarakat, LSM, Tim Penggerak
baik, sehingga program tersebut dapat
PKK, kepala desa dan perangkat desa,
terlaksana dengan baik dan tepat sasaran.
keterlibatan dasa wisma, serta komitmen
Masyarakat cenderung menggunakan atau
pemerintah kabupaten, sangat berpengaruh
mengikuti
program
KB
terhadap tingkat keberhasilan program.
kesadaran
pribadi,
dengan
Faktor-faktor inilah yang masih belum
penyalahgunaan tidak begitu banyak.
diperhatikan
secara
implementasi
program
optimal,sehingga
tingkat
Berdasarkan hal tersebut, dapat
dengan
ditelaah bahwa pengorganisasian mengenai
harapan yang ingin dicapai.Program KB ini
kebijakan program nasional KB pada
meskipun secara relatif dapat dikatakan
prinsipnya merupakan rencana kegiatan
berhasil, namun hal ini harus terus dipantau
yang dimaksudkan untuk memberikan efek
dan menjadi program pemerintah secara
perbaikan terhadap pertumbuhan penduduk,
berkelanjutan, agar pertumbuhan penduduk
khususnya pada Pasangan Usia Subur
dapat sejalan dengan pertumbuhan sektor
(PUS).
lainnya.
ledakan
kebijakan program nasional KB merupakan
menimbulkan
produk akhir setiap masyarakat dalam arti
penduduk,
Karena maka
masalah-masalah
jika akan sosial
sesuai
berdasarkan
terjadi
yang
semakin
kompleks. Kemudian
Pemahaman
lainnya
adalah
merupakan kesepakatan untuk membatasi angka kelahiran.
berdasarkan
hasil
wawancara kepada petugas penyuluhan KB
4.1.2 Interpretasi
diperoleh keterangan bahwa: masyarakat
Interpretasi, yaitu menafsirkan agar
cenderung menerima dengan baik terhadap
program menjadi rencana dan pengarahan xiii
MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
yang tepat
dan dapat
diterima serta
Berdasarkan
hasil
wawancara
dilaksanakan. Interpretasi yang dimaksud
tersebut, menunjukkan bahwa kontrasepsi
dalam penelitian ini adalah sejauhmana
vasektomi belum dipahami sepenuhnya
pemahaman petugas BKKBN terhadap
oleh PUS pria selaku aseptor KB, baik dari
kebijakan, pemahaman terhadap program
fungsi dan kegunaannya, sehingga mereka
dan tujuan kebijakan. Interpretasi terhadap
tidak mengetahui cara kerja alat kontrasepsi
program nasional KB yaitu bagaimana
seperti vasektomi. Informasi yang mereka
fungsi/penggunaan alat kontrasepsi tersebut
peroleh adalah melalui istrinya masing-
bagi
masing, pada saat kegiatan Pos Yandu.
PUS.
Diharapkan
agar
program
tersebut dapat diterima dan dilaksanakan
Informasi
oleh PUS itu sendiri. sikap dan perilaku
menggunakan
dari yang sebelumnya tidak atau belum
dengan operasi kecil. Mendengar informasi
mendukung KB pria menjadi mendukung
tersebut, maka ada perasaan takut dan ragu-
dan
ragu
mempraktekkan
sebagai
peserta.
yang
dari
diperoleh
vasektomi
mereka
bahwa
sama
(suami)
untuk
Mereka yang tadinya menganggap bahwa
menggunakan
KB
harus
Ketakutan tersebut disebabkan cara kerja
bergeser ke arah anggapan bahwa KB
vasektomi sama halnya dengan operasi
adalah urusan serta tanggungjawab bersama
kecil
antara suami dan istri.
(pemotongan,
adalah
urusan
Untuk
perempuan
mengetahui
pemahaman
suami mengenai program KB,
penulis
melakukan wawancara kepada Pasangan usia
subur
akseptor bahwa:
(PUS)
KB,
pria/suami
memberikan
Program
penyumbatan)
tindakan pengikatan kedua
saluran
tersebut.
penutupan dan sperma
sebelah kanan dan kiri. Mengenai sikap atau tindakan dari
sebagai
PUS pria yang tidak/belum menjadi peserta
keterangan
KB, diperoleh informasi atau keterangan,
alat
bahwa ikut KB sama juga halnya dengan
kontrasepsi seperti vaksetomi, baik dari
melawan kehendak Allah, karena anak
segi fungsi dan manfaatnya belum dapat
adalah suatu anugrah yang diberikanNya
dipahami, tetapi sudah pernah mendengar.
kepada manusia. Contoh orang yang tidak
Bagi
mendengar
mempunyai anak, sampai melakukan usaha
informasinya diperoleh dari istrinya melalui
dengan cara berobat secara medis dan non
para medis (bidan) dan petugas penyuluh
medis, bahkan sampai mengangkat anak.
KB di Posyandu.
Alasan tersebutlah yang membuat saya jadi
mereka
KB
yaitu
kontrasepsi
halnya
yang
mengenai
sudah
enggan untuk ikut menjadi peserta Medis xiv MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Operasi
Pria
(MOP),
melalui
alat
vaksetomi.
Berdasarkan
hasil
wawancara
tersebut, menunjukkan bahwa usaha yang
Berdasarkan
hasil
wawancara
dilakukan oleh petugas terhadap PUS pria
tersebut, dapat ditelaah bahwa sikap dari
selaku aseptor sudah cukup maksimal,
PUS pria yang belum mengikuti peserta KB
tetapi respon PUS pria masih negatif
masih beroriantasi kepada ajaran agama,
terhadap
kontrasepsi
sehingga
tersebut,
jelas
mereka
tidak
mempunyai
vasektomi.
bahwa
meraka
Hal belum
ketertarikan untuk menjadi peserta KB
mendukung sepenuhnya program KB dan
pria/suami. Kemudian menurut pemahaman
tidak
mereka pelaksanaan alat tersebut akan
selaku suami.
mempengaruhi
kejantanan
berpengaruh
terhadap
dapat
melaksanakan
peranannya
seseorang,
Berpijak dari berbagai alasan yang
kenikmatan
dikemukakan oleh sumber data tersebut di
hubungan suami isteri, dan banyak lagi
atas, kemudian informasi tersebut dapat
kekhawatiran
diperoleh melalui koordinator penuluhan
yang
dapat
ditimbulkan
sebagai akibat dari pelaksanaan Medis
BKKBN,
Operasi Pria (MOP) tersebut. Seperti
Berencana (PKB) di Kecamatan Tebas
khawatir
dalam
akan
impotensi,
dapat
khawatir
menyebabkan
penyuluh
meningkatkan
Keluarga
jumlah
peserta
kurang
keluarga berencana pria, khususnya yang
memperoleh kenikmatan hubungan suami
menggunakan Medis Operasi Pria (MOP),
isteri, dan sebagai puncaknya Kekhawatiran
dengan cara melakukan penyuluhan secara
akibat pelaksanaan Medis Operasi Pria
langsung kemasyarakat khususnya kepada
(MOP)
PUS pria, melalui siaran di radio-radio dan
tersebut
pasangan
bahwa
akan
berakibat
pada
keretakkan rumah tangga. Berdasarkan Berdasarkan
hasil
hasil
televisi wawancara
wawancara
kepada
daerah,
membuat
iklan-iklan
melalui media massa dan membuat brosur yang
berisi
metode
mengenai
kontrasepsi jenis
pria,
petugas lapangan, memberikan keterangan
terutama
bahwa kurangnya minat PUS pria aseptor
vaksetomi.
KB terhadap alat kontrasepsi vasektomi,
brosur-brosur dan buku-buku mengenai
karena mereka belum memahami manfaat
program keluarga berencana yang dibuat
dari alat tersebut, mereka rata-rata hanya
oleh BKKBN tersebut dikemas sedemikian
mendengar bahwa alat tersebut merupakan
rupa, agar dapat kelihatan menarik dan
operasi kecil.
kesemuanya itu selanjutnya disebarkan
Iklan-iklan,
kontrasepsi poster-poster,
kepada masyarakat luas secara cuma-cuma xv MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
atau gratis. Di samping itu ada kemudahan
dalam pengembangan kontrasepsi, baik
untuk mendapatkan pelayanan vasektomi
perempuan maupun pria, terutama di sisi
yaitu
fasilitas
penerimaan dan kepuasan klien, hendaknya
kesehatan seperti di Puskesmas yang sudah
memperhatikan nilai-nilai agama, etika dan
menyediakan
sosial
di
Rumah
Sakit
dan
pelayanan
vaksetomi.
Sedangkan untuk keluarga miskin dapat
masyarakat,
(Iswarati,
2002:156).
memperoleh pelayanan vaksetomi secara cuma-cuma atau gratis.
budaya
Sementara kenyataan di lapangan dirasakan masih adanya keragu-raguan dari tokoh
masyarakat
atau
tokoh
agama,
bahkan sebagian dari klien. Berdasarkan
4.2.3 Aplikasi/Penerapan Aplikasi/penerapan,yaitu ketentuan
pengamatan dari berbagai hasil penelitian
rutin dari pelayanan, pembayaran atau
maupun temuan di lapangan, tokoh agama
lainnya yang disesuaikan dengan tujuan
ada pro dan kontra tentang boleh apa
program atau penerapan yang berkaitan
tidaknya menggunakan alat kontrasepsi,
dengan kegiatan-kegiatan lain yaitu sebuah
baik pria maupun wanita sebagai salah satu
proses yang rumit karena berhubungan
cara KB. Masalah ini sering menjadi bahan
dengan
Aplikasi
perbincangan dan diskusi di lingkungan
program nasional KB diharapkan dapat
organisasi keagamaan, terutama agama
dilaksanakan
dengan
meningkatkan
pelayanan
kebijakan
khususnya pria.
lainnya.
baik
untuk
Islam. Sementara pandangan dari organisasi
kepada
PUS,
keagamaan lainnya kemungkinan sudah
Perlu diakui bersama,
mendukung atau tidak mempermasalahkan.
bahwa komitmen politis dalam program KB
Pada dasarnya
masih tertuju kepada perempuan atau istri,
penekanan terutama atas dasar sukarela dan
sementara ke pria atau suami masih belum
ijin pasangan terhadap penggunaan alat
tersentuh. Masalah partsipasi pria dalam
kontrasepsi
KB masih dalam perbincangan. Begitu juga
vasektomi bagi kaum pria.
kondisi sosial budaya masyarakat maupun
ajaran
seperti
Ditinjau
dari
Islam
halnya
sudut
memberi
jenis
alat
lingkungan
lingkungan keluarga yaitu pihak istri serta
sosial budaya tentang alat kontrasepsi pria,
ada hambatan dari aspek agama yang masih
bahwa keterlibatan suami atau pria dalam
belum menguntungkan.
KB adalah memberikan kesempatan kepada
Pada
prinsipnya
perkembangan
istri untuk istirahat, tidak repot. Akan tetapi
kependudukan dan pembangunan keluarga
masyarakat untuk menjadi peserta KB
sejahtera, terkandung makna bahwa di
masih belum banyak yang berminat, karena xvi
MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
situasi yang belum mendukung. Untuk
pernyataan bahwa pada mulanya takut dan
mengetahui keikutsertaan PUS pria selaku
ragu-ragu, tetapi setelah mendengar dari
aseptor KB di Kecamatan Tebas yang
beberapa
menggunakan alat kontrasepsi vasektomi,
mengunakan
berdasarkan keterangan yang diperoleh dari
kebetulan istri yang dulunya menggunakan
PUS pria/suami sebagai akseptor KB,
salah satu alat kontrasepsi tidak cocok,
menyatakan bahwa mereka belum paham
sedangkan anak sudah banyak, maka langah
benar tentang alat vasektomi, tetapi kalau
penggunaan
kondom
ditempuh.
mereka
tahu
dan
pernah
menggunakannya. Sedangkan untuk alat
kawan
dekat
yang
sudah
dan
secara
vasektomi
vasektomi
Berdasarkan
inilah
hasil
yang
wawancara
vasektomi baru sekarang setelah tahu dari
tersebut menunjukkan bahwa vaksetomi
petugas.
Memperhatikan
dapat diterima pada seluruh tingkatan
maka
meraka
perbedaannya,
lebih
cenderung
pendidikan,
mulai
dari
SD
sampai
menggunakan alat kontrasepsi kondom,
Perguruan Tinggi dan dari seluruh tingkat
disamping mudah dibeli, biaya murah dan
sosial
praktis menggunakannya.
vasektomi
Berdasarkan
hasil
budaya
dan
dapat
jenis
diterima
pekerjaan. bila
ada
wawancara
persetujuan dari kedua belah pihak (suami
tersebut, dapat ditelaah bahwa PUS pria
dan istri). Kemudian ada beberapa sumber
selaku aseptor KB di Kecamatan Tebas,
data (PUS pria peserta KB), memberikan
tentang
informasi, bahwa latar belakang pemakai
penerapan
menggunakan
vasektomi, belum seluruhnya mengetahui
vaksetomi
secara persis. Rata-rata alat yang dominan
mengalami efek samping atau komplikasi
dilakukan oleh kaum pria/suami dalam
dalam pemakaian alat kontrasepsi, sehingga
mengantisipasi kehamilan adalah kondom
ada pertimbangan untuk ikut menggunakan
dibandingkan
seperti
vaksetomi, dengan memahami terlebih
diterimanya vaksetomi,
dahulu mengenai efek samping, keuntungan
alat
vasektomi. Sulit
lainnya
karena alasan takut operasi, munculnya
dan
rumor
vasektomi.
bahwa
vasektomi
menurunkan
mempunyai
kerugian
libido, sama dengan dikebiri, tidak perkasa
serta
Berdasarkan petugas
riwayat
sering
perawatan
hasil lapangan
pasca
wawancara
lagi dalam hubungan seksual tidak kuat
kepada
BKKBN
serta alasan agama.
memberikan keterangan bahwa penggunaan
Kemudian PUS pria/suami yang
vaksetomi untuk POUS kaum pria pada
sudah menjadi peserta KB, memberikan
umumnya belum bisa diterima, meskipun xvii
MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
sudah
diberikan
atau
peserta secara face to face, dan dalam
pemahaman baik dari fungsi maupun
memberikan infomasi tersebut Penyuluh
manfaatnya. Tetapi masih tetap kurang
Keluarga
setuju
Keluarga
memberikan penjelasan secara rinci tentang
Berencana Pria (khususnya pelaksanaan
apa saja yang berkaitan dengan Medis
Medis Operasi Pria), karena pelaksanaan
Operasi Pria. Dengan demikian maka
Medis Operasi
(MOP) dianggap
masyarakat akan semakin jelas dan betul-
sebagai suatu upaya untuk merubah kodrat
betul mengerti tentang yang dimaksud
manusia. Di samping itu juga terdapat
dengan Medis Operasi Pria.
dengan
beberapa
penyuluhan
pelaksanaan
Pria
alasan
lain
seperti
takut
Berencana
Berdasarkan
harus
mampu
keterangan
tersebut
mengurangi kejantanan, takut hubungan
menunjukkan, bahwa hambatan suami istri
suami isteri kurang nikmat, takut berakibat
menjadi
pada impotensi, dan takut akan berpengaruh
partisipasi
terhadap kerukunan rumah tangga mereka.
Kecamatan Tebas. Pada umumnya istri
penghalang
pengembangan
pria/suami
terutama
di
Kemudian dari pada itu, dalam
tidak setuju suaminya menjadi peserta KB,
rangka menyesuaikan dengan lingkungan,
karena kasian sama suami, mencari nafkah,
seorang petugas lapangan KB harus terlebih
merasa khawatir suaminya menyeleweng,
dahulu
takut
harus
menjadi
peserta
Medis
adanya
efek
samping
terutama
Operasi Pria, dengan menggunakan alat
penurunan libio, meskipun ada beberapa
vasektomi dan kalau dapat peserta KB pria
diantaranya yang setuju dan tidak menjadi
diikutsertakan. Dengan demikian maka
masalah. Kemudian suami istri tidak ikut
masyarakat akan semakin percaya, karena
menggunakan alat kontarsepsi.
masyarakat sudah menyaksikan sendiri
Berdasarkan
hasil
wawancara
contoh-contoh dihadapanya. Hal lain yang
kepada PUS pria/suami sebagai akseptor
dapat
KB,
dilakukan
dalam
rangka
diperoleh
mengenai
kontrasepsi
vasektomi
menumbuhkan minat masyarakat untuk
penerapan
menjadi peserta keluarga berencana pria,
bahwa
khususnya peserta Medis Operasi Pria
diketahui
(MOP) adalah dengan cara melakukan
sebagian
bimbingan
informasi tersebut melalui petugas KB,
penyuluh
konseling. keluarga
Artinya berencana
para perlu
dokter
alat
informasi
kontrasepsi secara besar
dan
vasektomi, mendalam,
mereka
bidang
saat
belum karena
mendapatkan
melakukan
melakukan suatu upaya untuk melakukan
konsultasi kehamilan, teman dan istri.
pendekatan secara individu terhadap calon
Tempat memperoleh informasi tersebut, xviii
MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
melalui
Rumah
dan
Sementara berdasarkan wawancara
tersebut
yang penulis lakukan terhadap PUS pria
program-
yang sudah menjadi peserta vasektomi,
program yang dianjurkan. Para Petugas KB,
diperoleh informasi atau keterangan bahwa
terkadang
untuk
mereka memang tidak pernah menerima
memberikan iming-iming tertentu karena
janji-janji yang menguntungkan atau janji-
pada dasarnya para penyuluh takut untuk
janji
mengobral janji kepada masyarakat, para
berencana (PKB). Keikut-sertaan mereka
penyuluh sendiri khawatir tidak akan
sebagai
sanggup untuk memenuhi janji-janji yang
dikarenakan kesadaran sendiri. Dimana
diberikan.
kesadaran tersebut tumbuh atas dasar
Puskesmas. hanya
Sakit
Namun
diketahui
Umum
informasi mengenai
merasa
Berdasarkan
enggan
hasil
tersebut,
menunjukkan
Penyuluh
Keluarga
wawancara
hadiah
KB
Penyuluh
peserta
keinginan
Keluarga
vasektomi
mereka
untuk
adalah
menciptakan
bahwa
alasan
kesehatan reproduksi, baik secara fisik dan
Berencana
(PKB)
mental.
sebagai orang yang memberikan informasi mengenai
dari
perbedaan
persepsi tentang istilah yang digunakan
berdasarkan hasil wawancara, menyatakan
petugas dengan pengertian atau pemahaman
merasa
menakut-nakuti
masyarakat, akan menjadi suatu hambatan
didasari
yang patut mendapat perhatian. Petugas
masyarakat.
Hal
untuk ini
PUS
mengenai
pria,
enggan
kepada
Disinyalir
suatu
pemahaman bahwa persoalan keterlibatan
menganggap
masyarakat dalam KB adalah diharapkan
mudah dan praktis adalah metode yang
tumbuh atas kesadaran yang tumbuh sendiri
hanya sekali pasang seperti vasektomi.
dikalangan masyarakat, sementara petugas
Sedangan pria atau suami menganggap
penyuluh KB hanyalah merupakan suatu
bahwa kontrasepsi yang mudah dan praktis
badan atau lembaga yang mengkoordinir
adalah kontrasepsi yang dapat diperoleh
program tersebut. Kemudian dari petugas
dimana
tersebut tidak memiliki kekuatan untuk
melibatkan orang lain seperti kondom.
memaksa masyarakat agar ikut program
metode
saja
tanpa
Ditinjau
kontrasepsi
yang
menyulitkan
dari
segi
dan
dukungan
KB. Atas dasar pemahaman tersebutlah
operasional yang berupa penyiapan jaringan
maka petugas di dalam melaksanakan
pelayanan KB antara lain terlihat bahwa
penyuluhan juga hanya menjelaskan saja
keberadaan dan kesiapan provider pemberi
program-program yang dianjurkan.
pelayanan secara teknis telah mendukung pelaksanaan
vasektomi.
Namun
secara xix
MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
mental masih ada hambatan, dikarenakan
Informasi
beberapa
relatif
keterjangkauan pengetahuan, yaitu KB pria
berbeda. Di samping itu, permasalahan
mengetahui secara jelas tempat serta jenis
pelatihan klinis untuk pelayanan MOP
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
dengan sasaran dokter tidak tetap dan
untuk
mempunyai mobilitas tinggi tampaknya
keterjangkauan
juga perlu menjadi pemikiran. Hasil temuan
pelayanan yang diberikan sesuai dengan
penelitian, bahwa pandangan dari dokter
ketetapan administrasi, pelayanan medis
dan bidan menuturkan adanya hambatan
dan peraturan yang berlaku.
latar
belakang
yang
dari diri sebagai pemberi pelayanan. Karena
dan
Edukasi
memenuhi
(KIE),
kebutuhan
administrasi,
Sedangkan
untuk
dan yaitu
meningkatkan
merasa tidak ada perlindungan secara legal,
kualitas pelayanan meliputi beragamnya
khususnya
pilihan metode kontrasepsi bagi suami dan
melakukan
pelayanan
vaksetomi.
istri, pemberian pelayanan melalui provider
Stategi peningkatan partisipasi pria dalam
KB
dan
kesehatan
reproduksi
dengan memberikan informasi lengkap untuk
membantu
KB
pria
terhadap keterbatasan jenis kontrasepsi pria,
menentukan
berdasarkan
peningkatan kemampuan teknis provider
temuan
menunjukkan
penelitian,
adanya
memaksimalkan
upaya
pelatihan
kontrasepsinya,
dan
penyegaran,
dan
hubungan yang erat dan terbuka antara
kualitas pelayanan seperti :memaksimalkan
provider dan KB pria, sehingga KB pria
keterjangkauan
merasa diperlakukan dengan baik, yang
keterjangkauan
keterjangkauan
melalui
pilihan
dalam
yang
mencakup,
fisik,
yaitu
tempat
akhirnya dapat menjadi peserta KB yang
pelayanan lebih mudah terjangkau oleh
puas, pelayanan kontrasepsi dan kesehatan
masyarakat, baik pria maupun perempuan,
reproduksi dapat diperoleh KB pria secara
keterjangkauan
berkelanjutan (kontinyu) dan pelayanan
ekonomi,
yaitu
biaya
pelayanan (pelayanan medis, alat atau obat)
yang
dan
kebutuhan dan kenyamanan KB pria.
transport
masyarakat,
dalam
dijangkau
keterjangkauan
oleh
diberikan
selalu
memperhatikan
psikososial,
yaitu gagasan dan upaya peningkatan partisipasi pria atau suami dapat diterima
E. SIMPULAN
oleh pengambilan kebijakan, tokoh agama, tokoh masyarakat dan keluarga, melalui upaya advokasi, promosi dan Komunikasi
Berdasarkan penelitian
dan
uraian
tujuan
dari
hasil
penelitan
yang xx
MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
dikemukakan sebelumnya, maka dapat
sepenuhnya
diambil
penerapan program, karena keterbatasan
beberapa
kesimpulan
sebagai
memberikan
kontribusi
berikut :
informasi dan aksesibilitas Terhadap
1. Proses implementasi program nasional
Pelayanan
KB
Pria,
mengakibatkan
Keluarga Berencana (KB) dilihat secara
rendahnya keterlibatan PUS pria/suami
keorganisasian yang berlaku selama ini
untuk menjadi peserta KB pria karena
belum
sebagian
dapat
dimanfaatkan
kemudahan
pemberian
untuk
besar
informasi
tentang
pelayanan
kontrasepsi vaksetomi, belum diketahui
kepada Pasangan Usia Subur (PUS)
secara mendalam mengenai manfaat dan
pria
fungsinya.
selaku
aseptor
KB
secara
multiguna. Hal tersebut terlihat dari secara
kelembagaan
bahwa
sering
terjadinya perubahan kebijakan program dalam
kaitannya
dengan
F. SARAN
pergantian
rezim.
Berdasarkan
2. Proses implementasi program nasional
simpulan
tersebut,
dalam penelitian ini dapat disarankan
KB dilihat secara interpretasi terlihat
sebagai berikut:
belum semua PUS pria memahami
1. Untuk mengatasi proses implementasi
sepenuhnya
dari
manfaat
alat
program
nasional
kontrasepsi. Hal tersebut dilihat dari
keorganisaian,
tingkat
keseragaman
pengetahuan,
sikap
serta
maka
KB
secara
perlu
adanya
kebijakan
kebutuhan yang diinginkan oleh para
penggantian
akseptor KB pria berbeda-beda dan
memudahkan pelaksanaan program KB
tergolong
secara berkesinambungan.
relatif
Rendahnya
masih
pengetahuan
rendah.
rezim,
setiap
sehingga
untuk
tersebut
2. Untuk mengatasi proses implementasi
berakibat kurang berperannya suami
program nasional KB secara interpretasi
untuk mendukung program KB tersebut,
program, maka pihak BKKBN dapat
seperti penggunaan jenis kontrasepsi
melakukan sosialisasi secara terjadwal,
vaksetomi, sebagai alternatif, jika istri
dengan
tidak
memberikan
cocok
menggunakan
alat
kontrasepsi.
dilihat
seperti
pemahaman
tentang
pemanfaatan alat kontrasepsi pada PUS
3. Proses implementasi program nasional KB
langkah-langkah
secara
Aplikasi
belum
pria, peran
sehingga pria
upaya
terhadap
meningkatkan informasi
dan xxi
MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
aksebilitas informasi KB, baik melalui KIE, secara
konseling, terus
tetap
menerus
dilaksanakan dengan
cara
memberikan penyuluhan KB khusus untuk pria dengan subtansi KB yang diinginkan tentang jenis kontrasepsi pria. 3. Untuk mengatasi proses implementasi program nasional KB secara aplikasi, maka BKKBN dapat melakukan upaya penyiapan
berbagai
ragam
alat
kontrasepsi, dengan berbagai alternatif sehingga PUS pria dapat memilih cara
Koncoro, Mudrajad, 2007, Ekonomi Pembangunan : Teori, masalah dan Kebijakan, Edisi I. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Munir, Badrul, 2002, Perencanaan Pembangunan Daerah Perspektif Otonomi Daerah. Mataram: BAPPEDA Propinsi NTB. Moleong, Lexy, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi, Jakarta: Gramedia
atau alat metode yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka. Misalnya ada alternatif melalui pil atau suntikan.
Rusdiono. 2007. Kebijakan Anti Kemiskinan Berorientasi Pemberdayaan, dalam Proyeksi Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora. Volume 11 No. 1. Pontianak: Fisipol Untan.
G. REFERENSI
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. BKKBN, 2011, Petunjuk Teknis Intensifikasi Pelayanan Kontrasepsi Mantap, Jakarta: PKMI. Dunn, W. 2007. Analisis Kebijakan Publik (edisi ke dua), Yogyakarta: Gajah mada University Press. Iswarati, 2002, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi,Gender dan Pembangunan Kependudukan, Jakarta: UNFPA. Jones, Charles O. 2006 Kebijakan Publik. Jakarta: Grafindo Persada.
Prawiro, Ruslan. J. 2001, Kependudukan Teori, Fakta dan Masalah, Bandung: Alumni.
Pengantar PT. Raja
MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta. Sumadi, 2010, Pengembangan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Melalui Media Massa, Jakarta: BKKBN. Sukirno, Sadono, 2004, Beberapa Aspek Dalam Persoalan Pembangunan Daerah. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi-UI. Soekanto, Sorjono, 2001, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: CV. Rajawali, Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI xxii
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Tjahjadi, Tri, 2006, Pemahaman bagi Pasutri Tentang Partisipasi Pria / Suami dalam KB dan KR, Jakarta BKKBN & UNFPA. Wahab, Solichin Abdul. 2006. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara. Wibawa, Samodra. 2006. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Widodo, Joko. 2006. Analisis Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia. Wilopo, Siswanto, A., 2003, Kebijakan dan Strategi Nasional Pelayanan Kontrasepsi Mantap di Indonesia, Jakarta: BKKBN Winarno, Budi. 2004. Teori Kebijaksanaan Publik. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Studi Sosial UGM.
Dokumen Pemerintah : Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Pemerintah. Nomor 41 Tahun 2004. tentang Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,
xxiii MULYADI, NIM. E21110005 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN