36 FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 36-40
Persepsi Mahasiswa Program Manajemen Keuangan Terhadap Keberadaan Laboratorium Sebagai Fasilitas Penunjang Proses Belajar Mengajar Christian Setiawan Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail:
[email protected] Abstrak—Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi mahasiswa Program Manajemen Keuangan terhadap keberadaan laboratorium sebagai fasilitas penunjang proses belajar. Penelitian ini juga meneliti peran Laboratorium Keuangan terhadap kinerja mahasiswa. Dengan menggunakan partial least square (pls) dan skala likert untuk melihat persepsi mahasiswa. Populasi atau responden dari penelitian ini adalah mahasiswa aktif Program Manajemen Keuangan periode genap tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 211 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan Laboratorium Keuangan menunjang proses belajar mengajar. Laboratorium Pasar Modal dan Laboratorium Simulasi Keuangan memiliki peran positif terhadap kinerja mahasiswa. Sedangkan, Laboratorium Perancangan Produk Keuangan dan Investasi tidak memiliki peran yang signifikan terhadap kinerja mahasiswa. Kata Kunci – Fasilitas, Fungsi Laboratorium, Kinerja Mahasiswa, Persepsi Mahasiswa Abstract— This study is a descriptive and quantitative research. This study was conducted to determine students' perceptions of the Financial Management Program of the existence of the laboratory as support facilities and learning process. This study also examines the role of the Financial Laboratory of the performance of students. By using partial least squares (pls) and Likert scale to see the students' perceptions. Population or respondents of this research is an active student of Financial Management Program 2013/2014 academic year period even as many as 211 students. The results showed that the presence of Finance Laboratory support the teaching and learning process. Laboratory of Capital Market and Financial Simulation Laboratory has a positive role on the performance of students. Meanwhile, Product Design Laboratory Finance and Investment does not have a significant role on the performance of students. Keywords – Facilities, Laboratory Perception, Student Performance
Function,
Student
1. PENDAHULUAN Program Manajemen Keuangan Universitas Kristen Petra yang berdiri pada tahun 2007 dan merupakan bagian dari Jurusan Manajemen yang terakreditasi A pada tanggal 21 November 2010 memiliki beberapa laboratorium yang mendukung aktivitas akademis bagi mahasiswa. Terdapat Laboratorium Pasar Modal, Laboratorium Perancangan Produk Keuangan dan Investasi, serta Laboratorium Simulasi Keuangan. Laboratorium Pasar Modal didirikan dengan tujuan untuk mendukung proses belajar mengajar, merealisasikan serta memperluas pengetahuan akademisi mengenai Pasar Modal yang merupakan bagian dari disiplin ilmu keuangan dalam Program studi Manajemen Keuangan. Laboratorium Perancangan Produk Keuangan bertujuan memfasilitasi mahasiswa untuk melakukan perancangan dan permodelan produk keuangan dan investasi, serta
Laboratorium Simulasi Keuangan didirikan dengan tujuan mendukung proses belajar mahasiswa dalam kelas diskusi atau pembahasan topik-topik di bidang keuangan. Berdasarkan tujuan didirikannya ketiga laboratorium tersebut, tentunya pihak Program berharap agar keberadaaan ketiga laboratorium tersebut dapat menunjang proses belajar mengajar. Laboratorium Pasar Modal menyediakan data laporan keuangan dan buku-buku yang berhubungan dengan pasar modal. Laboratorium Perancangan Produk Keuangan yang secara berkala digunakan sebagai kelas belajar mengajar dalam mata kuliah tertentu seperti Time Series, Financial Modelling, dan Financial Spreadsheting karena dilengkapi dengan aplikasi SPSS dan Eviews 6 yang digunakan dalam pembacaan data statistik. Hal inilah yang menjadi fungsi utama laboratorium yang menunjang proses belajar mengajar. Laboratorium Simulasi Keuangan yang juga digunakan mahasiswa untuk mengerjakan tugas dan berdiskusi. Berdasarkan survei awal, mahasiswa memiliki banyak persepsi yang berbeda terhadap keberadaan laboratorium keuangan. Contohnya adalah laboratorium sebagai tempat untuk menghabiskan waktu luang, tempat untuk bersantai sambil menunggu jeda kelas, tempat untuk bersosialisasi antar mahasiswa, tempat mengerjakan tugas, tempat untuk rapat Himaketra. Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa program Manajemen angkatan 1998, 1999, dan 2000 terhadap keberadaan laboratorium pasar modal (Gongga, 2001). Banyak mahasiswa mempunyai persepsi yang baik terhadap kondisi fisik, staf dan jasa yang disediakan oleh laboratorium pasar modal, kecuali letak laboratorium pasar modal dianggap kurang strategis, yaitu di gedung C lantai 4. Letak laboratorium pasar modal dianggap jauh sehingga merupakan salah satu penyebab mahasiswa tidak mengunjungi laboratorium pasar modal. Namun terdapat perbedaan persepsi pada bagian tujuan penggunaan laboratorium pasar modal oleh mahasiswa. Contohnya yaitu sebagai tempat kerja tugas, memakai internet dan tempat bermain game Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti persepsi mahasiswa program Manajemen Keuangan terhadap keberadaaan Laboratorium Pasar Modal, Laboratorium Perancangan Produk Keuangan dan Investasi, serta Laboratorium Simulasi Keuangan sebagai fasilitas penunjang proses belajar mengajar dan peranan Laboratorium terhadap kinerja mahasiswa. 2. TEORI PENUNJANG Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian
37 FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 36-40 dan diteruskan ke otak, selanjutnya individu menyadari tentang adanya sesuatu. Melalui persepsi individu menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal-hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004). Menurut Phillip Kotler (1995), persepsi adalah proses dimana seorang individu memilih, mengorganisasi, dan menafsirkan masukan-masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang bermakna tentang dunia. Persepsi bukan hanya bergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga rangsangan dengan medan di sekelilingnya dan kondisi dalam diri individu. Mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap, maka skala sikap dapat dipakai atau dimodifikasi untuk mengungkap persepsi sehingga dapat diketahui apakah persepsi seseorang positif, atau negatif terhadap suatu hal atau obyek. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. (Sugiono,2009) Menurut Azwar (2003) skala sikap disusun untuk mengungkap sikap pro dan kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju terhadap suatu obyek sosial. Pernyataan sikap terdiri dari dua macam yaitu pernyataan favorable (mendukung atau memihak) dan unfavorable (tidak mendukung/tidak memihak) pada obyek sikap. Menurut Sugiono (2010:94), pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan menggunakan skala Likert, dengan kategori sebagai berikut : Tabel 1. Skala Penilaian untuk pernyataan positif negatif
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Keterangan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Skor Positif 5 4 3 2 1
Skor Negatif 1 2 3 4 5
Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan rumus standar skala Likert t-test. Rumusnya adalah: (10)
Keterangan: X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T = Mean skor kelompok s = Standar deviasi kelompok Setelah dihitung dengan menggunakan rumus di atas, selanjutnya diklasifikasikan menjadi: - Favorable (positif) : jika hasil skor T > 50 - Unfavorable (negatif) : jika hasil skor T < 50 Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997), bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan tinggi. Montgomery dalam Papalia dkk (2007) menjelaskan bahwa perguruan tinggi atau universitas dapat menjadi sarana atau tempat untuk seorang individu dalam mengembangkan kemampuan intelektual, kepribadian, khususnya dalam melatih keterampilan verbal dan kuantitatif, berpikir kritis dan moral reasoning. Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu
perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai (Hamzah, 2009: 54). Menurut Martinis Yamin (2007: 59), proses belajar mengajar merupakan proses yang sistematik, artinya proses yang dilakukan oleh guru dan siswa di tempat belajar dengan melibatkan subsub, bagian, komponen-komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Berikut adalah kerangka berpikir untuk penelitian ini :
Gambar 1. Kerangka berpikir
Untuk mendapatkan hasil empirik dari penelitian ini, hipotesa yang ada perlu ditetapkan dan diuji. Hipotesa penelitian ini disusun berdasarkan rumusan masalah yang ada, sehingga dapat ditarik hipotesa dalam penelitian ini, yaitu: 1. Mahasiswa Program Manajemen Keuangan setuju bahwa keberadaan Laboratorium Keuangan menunjang proses belajar mengajar. 2. Laboratorium Keuangan memiliki peran terhadap kinerja mahasiswa. 3. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian berdasarkan tingkat eskplanasinya adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2002). Penelitian ini juga merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian ilmiah yan sistematis terhadap bagianbagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya (Sugiyono, 2006). Penelitian ini ingin mengetahui persepsi mahasiswa Program Manajemen Keuangan terhadap keberadaan Laboratorium Keuangan sebagai fasilitas penunjang proses belajar mengajar dan peran Laboratorium Keuangan terhadap kinerja mahasiswa. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif Program Manajemen Keuangan Universitas Kristen Petra Surabaya periode genap 2013 berjumlah 211 mahasiswa. Dalam Tahap pengujian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisa Uji Validitas Uji Validitas menunjukkan suatu kemampuan pengukuran dari sebuah indikator untuk mengukur suatu konsep. Uji validitas dilakukan terhadap masing-masing item pertanyaan yang membentuk variabel penelitian. Untuk mengukur validitas di dalam penelitian ini digunakan korelasi pearson dengan kriteria jika korelasi pearson antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menghasilkan nilai signifikansi ≤ 0,05 (α=5%), maka item pertanyaan tersebut bisa dikatakan valid. Uji validitas menggunakan korelasi
38 FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 36-40 Personal Product Moment, yang diaplikasikan melalui program SPSS, dimana rumusnya ditunjukkan sebagai berikut (Singarimbun dan Effendi, 2005) : r=
(2)
Keterangan : r = Koefisien Korelasi Pearson X = Nilai pertanyaan ( nilai butir ) Y = Nilai total jawaban ( nilai faktor ) n = jumlah sampel/responden 2. Analisa Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat diandalkan dalam mendapatkan data penelitian, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara pengukuran sekali, dimana hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Uji reliabilitas yang digunakan adalah metode reliabilitas internal konsistensi dengan menggunakan alpha cronbach. Menurut Kountur (2003), alpha cronbach merupakan teknik pengujian reliabilitas suatu tes/angket yang paling sering digunakan pada angket-angket yang jawabannya berupa pilihan yang terdiri dari dua pilihan atau lebih. Jika nilai alpha cronbach > 0,6, maka item-item pertanyaan yang membentuk variabel penelitian dikatakan reliabel 3. Skala Likert Jawaban dari tiap butir-butir pertanyaan dalam kuisioner akan diberikan skor (scoring) untuk memudahkan pengamatan data dan memperoleh gambaran analisisnya. a. Kriteria penilaian ini digolongkan dalam lima tingkatan dengan penilaian sebagai berikut: Interval Kelas
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN Dalam Evaluasi pertama pada outer model adalah convergent validity. Convergent validity diukur dengan melihat nilai outer loading dari masing-masing indikator.
Nilai Tertinggi Nilai Terendah 5 1 0.8 Jumlah Kelas 5
Gambar 1. Outer Model
Suatu indikator dikatakan memenuhi convergent validity jika memiliki nilai outer loading≥ 0,5. Berikut adalah nilai outer loading masing-masing indikator pada variabel penelitian: Tabel 2. Nilai Outer Loading
(3)
1. Jawaban “sangat tidak setuju”, diberi skor 1 2. Jawaban “tidak setuju”, diberi skor 2 3. Jawaban “cukup”, diberi skor 3 4. Jawaban “setuju”, diberi skor 4 5. Jawaban “sangat setuju”, diberi skor 5 (Sudjana, 2001: 106). b. Melakukan interpretasi skor perhitungan. Interpretasi ini digunakan untuk menemukan nilai yang dihasilkan dengan menggunakan rumus Interval Kelas : Hasil dari rumus Interval Kelas akan diinterpretasikan melalui interval skor dari skala likert. Berikut kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval kelas : Angka 1,00 – 1,80 = Sangat Tidak Setuju Angka 1,80 – 2,60 = Tidak Setuju Angka 2,60 – 3,40 = Netral Angka 3,40 – 4,20 = Setuju Angka 4,20 – 5,00 = Sangat Setuju 4. Partial Least Square Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan analisis Partial Least Square (PLS) dengan program SmartPLS. a. Mengevaluasi Model Pengukuran, tujuannya untuk menilai konsistensi dan keakuratan indicator b. Evaluasi Model Struktural, tujuannya untuk menguji hipotesis dan mengetahui prosentase peran keberadaan Laboratorium Keuangan terhadap kinerja mahasiswa.
Berdasarkan Tabel 1, diketahui nilai outer loading untuk masing-masing indikator pada variabel fungsi Laboratorium Pasar Modal, fungsi Laboratorium Perancangan Produk Keuangan dan Investasi, fungsi Laboratorium Simulasi Keuangan, serta Proses Belajar Mengajar semuanya memiliki nilai lebih dari 0,50. Evaluasi kedua pada outer model adalah discriminant validity. Discriminant validity diukur dengan menggunakan cross loading. Suatu indikator dikatakan memenuhi discriminant validity jika nilai cross loading indikator terhadap variabelnya adalah yang terbesar dibandingkan terhadap variabel lainnya. Nilai cross loading pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3 :
39 FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 36-40 Tabel 3. Nilai Cross Loading
apabila dibandingkan dengan nilai korelasi antara variabel tersebut dengan variabel lainnya di dalam model, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel fungsi Laboratorium Pasar Modal, fungsi Laboratorium Perancangan Produk Keuangan dan Investasi, fungsi Laboratorium Simulasi Keuangan, serta Proses Belajar Mengajar telah memiliki discriminant validity yang baik. Evaluasi terakhir pada outer model adalah composite reliability.Composite reliability menguji kekonsistenan indikator-indikator dalam mengukur suatu konstruk. Suatu konstruk atau variabel dikatakan memenuhi composite reliability jika memiliki nilai composite reliability≥ 0,70. Berikut adalah nilai composite reliability masing-masing variable fungsi Laboratorium Pasar Modal, fungsi Laboratorium Perancangan Produk Keuangan dan Investasi, fungsi Laboratorium Simulasi Keuangan, serta Proses Belajar Mengajar : Tabel 5. Composite Reliability
Berdasarkan nilai cross loading, dapat diketahui bahwa semua indikator yang menyusun masing-masing variabel fungsi Laboratorium Pasar Modal, fungsi Laboratorium Perancangan Produk Keuangan dan Investasi, fungsi Laboratorium Simulasi Keuangan, serta Proses Belajar Mengajar (nilai yang dicetak tebal) telah memenuhi discriminant validity karena memiliki nilai outer loading terbesar untuk variabel yang dibentuknya dan kecil pada variabel yang lain Metode lain yang dapat digunakan untuk mengetahui discriminant validity adalah dengan membandingkan nilai dari akar AVE tiap variabel dengan korelasi yang melibatkan variabel yang bersangkutan dengan variabel yang lainnya di dalam model. Jika nilai dari akar AVE lebih besar dibandingkan korelasi-korelasi yang terjadi maka variabel tersebut, maka dapat dikatakan variabel memenuhi discriminant validity. Berikut adalah pengujian discriminant validity menggunakan perbandingan antara akar AVE dan korelasi antar variabel: Tabel 4. Hasil Pengujian
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa nilai akar AVE untuk setiap variabel adalah memiliki nilai lebih besar
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai composite reliability dari setiap variabel penelitian memiliki nilai lebih dari 0,70. Evaluasi pertama pada inner model dilihat dari nilai RSquare atau koefisien determinasi. Berdasarkan pengolahan data dengan PLS, dihasilkan nilai R-Square sebagai berikut: Tabel 6. Nilai R-Square
Nilai R-Square untuk Proses Belajar Mengajar adalah sebesar 0,278, memiliki arti bahwa prosentase besarnya pengaruh fungsi Laboratorium Pasar Modal, fungsi Laboratorium Perancangan Produk Keuangan dan Investasi, dan fungsi Laboratorium Simulasi Keuangan terhadap Proses Belajar Mengajar adalah sebesar 27,8%, sedangkan sisanya yaitu 72,2% dijelaskan oleh variabel lain. Pada model PLS, penilaian goodness of fit diketahui dari nilai Q2. Nilai Q2 memiliki arti yang sama dengan koefisien determinasi (R-Square) pada analisis regresi, dimana semakin tinggi R-Square, maka model dapat dikatakan semakin fit dengan data. Dari Tabel 4.10 dapat dihitung nilai Q2 sebagai berikut: Nilai Q2 = 1 – (1– 0,278) = 0,278 Dari hasil perhitungan diketahui nilai Q2sebesar 0,278, artinya besarnya keragaman dari data penelitian yang dapat dijelaskan oleh model struktural yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebesar 27,8%
40 FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 36-40 Pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan analisis PLS dilakukan dengan menggunakan tabel inner weight. Hipotesis penelitian dapat diterima jika nilai t hitung (t-statistic) ≥ t tabel pada tingkat kesalahan (α) 5% yaitu 1,96. Berikut adalah nilai koefisien path (original sample estimate) dan nilait hitung (t-statistic) pada inner model : Tabel 7. Hasil Nilai Koefisien Path dan t-hitung
dari mata kuliah laboratorium (Time Series, Financial Modelling). 3. Perlu ditambahkan artikel, buku, atau sumber informasi lainnya yang terkait dengan dunia keuangan terkini di Laboratorium Simulasi Keuangan. DAFTAR PUSTAKA “Fasilitas dan Kerjasama.” Finance Program Faculty of Economic Peta Christian Univesity. 9 Juni 2010. http://keuangan.petra.ac.id/fasilitas-dan-kerjasama/). Gonga, Rita. 2002. “Analisa persepsi mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra terhadap keberadaan Laboratorium Pasar Modal Jurusan Manajemen Universitas Kristen Petra”. Ottemoesoe, R. S. (2011). Student Guide Book 2011. Finance Program Faculty of Economics.
Nilai koefisien path pengaruh fungsi Laboratorium Pasar Modal terhadap Proses Belajar Mengajar yang diukur dengan IPK mahasiswa adalah sebesar 0,395 dengan t hitung sebesar 6,350 yang lebih besar dari nilai t tabel 1,96, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara fungsi Laboratorium Pasar Modal terhadap IPK mahasiswa. Nilai koefisien path pengaruh fungsi Laboratorium Perancangan Produk Keuangan dan Investasi terhadap Proses Belajar Mengajar yang diukur dengan IPK mahasiswa adalah sebesar 0,036 dengan t hitung sebesar 0,562 yang lebih kecil dari nilai t tabel 1,96, hal ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara fungsi Laboratorium Perancangan Produk Keuangan dan Investasi terhadap IPK mahasiswa. Nilai koefisien path pengaruh fungsi Laboratorium Simulasi Keuangan terhadap Proses Belajar Mengajar yang diukur dengan IPK mahasiswa adalah sebesar 0,226 dengan t hitung sebesar 3,815 yang lebih besar dari nilai t tabel 1,96, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara fungsi Laboratorium Simulasi Keuangan terhadap IPK mahasiswa. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hipotesa yang terdapat pada bab 2 dan analisa yang telah dipaparkan pada bab 4, maka kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Keberadaan Laboratorium Keuangan telah menunjang proses belajar mengajar bagi mahasiswa. 2. Laboratorium Pasar Modal dan Laboratorium Simulasi Keuangan memiliki peran positif terhadap kinerja mahasiswa aktif Program Manajemen Keuangan, sedangkan Laboratorium Perancangan Produk Keuangan dan Investasi tidak memiliki peran terhadap kinerja mahasiswa aktif Program Manajemen Keuangan. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Perlu adanya peningkatan fungsi Laboratorium Pasar Modal sebagai pusat data, dikarenakan data yang tersedia belum terdapat dan ketidaan database pada periode-periode tertentu. 2. Untuk Laboratorium Perancangan Produk Keuangan dan Investasi, perlu diadakan praktikum yang dapat membantu mahasiswa untuk lebih menguasai praktik
Peraturan Pemerintah RI No 19 . (2005). Standar Nasional Pendidikan. Permendiknas Komputer.
No. 24. (2007). Perabot Laboratorium
Rusyan, A. T. (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya CV. Singarimbun, M., & Effendi, S. (2005). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. Sobur, Alex 2003. “Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah”. Bandung : CV Pustaka Setia Sugiyono. (2002). Metode Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono. (2006). Metodologi Penelitian Administratif. Bandung: CV Alfabeta Tampubolon, D. P. (2001). Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke-21. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. UU RI No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Walgito, Bimo. 2006. “Pengantar Psikologi Umum”. Yogyakarta: Andi Publisher