PERSEPSI DAN PEMILIHAN PETANI TERHADAP SALURAN KOMUNIKASI PENYULUHAN MENGENAI INFORMASI PENGELOLAAN USAHATANI PADI (Kasus Petani Kabupaten Serang)
PEPI ROSPINA PERTIWI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
i
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Persepsi dan Pemilihan Petani terhadap Saluran Komunikasi Penyuluhan Mengenai Informasi Pengelolaan Usahatani Padi (Kasus Petani Kabupaten Serang) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis saya.
Bogor, Agustus 2009 Pepi Rospina Pertiwi I351070031
ii
ABSTRACT PEPI ROSPINA PERTIWI. Farmer Perception and Selection of Extension Communication Channel about Information of Paddy Farming Management. Under direction of BASITA G. SUGIHEN and AMIRUDDIN SALEH. Serang District is a one of four districts of Banten Province which resulted high production of paddy, at the west region of Java Island. This condition must be defended with introduced paddy farming innovation continuously, what submitted trough various of communication channel. The research objectives were: (1) to describe the innovativeness characteristics of paddy farmers, (2) to know the perception of paddy farmers on extension communication channel, (3) to know the selection of paddy farmers on extension communication channel (4) to analyze the relationship between the innovativeness characteristics of paddy farmers with their perception about extension communication channels, (5) to analyze the relationship between innovativeness characteristics of paddy farmers with a level of extension communication channel selection (6) to analyze the relationship between the perception of paddy farmers with a level of extension communication channel selection regarding information of paddy farming management. This research was conducted with the survey methods and observations in the three Serang subdistricts, including Ciruas, Carenang and Tirtayasa. The determination of the sample done in random sampling, with the number of samples of 136 people. The correlation analysis of variables is done through Spearman rank correlation test. Reasearch results were: the innovativeness characteristics of paddy farmers were classified, except on the level of risk, including category bad; perception of farmers about the communication channels was good on the financing aspect, both interpersonal and media; selection of farmers about the communication channels was good on the number of channel that be selected, but hade bad category of access intensibility; farmer innovativeness characteristics correlated significantly with the perception of interpersonal and media communication channels, except ownership of capital; innovativeness characteristics of paddy farmers that correlated significantly with a level of extension communication channel selection were level of empathy, futuristic, social participation, communication activities and the involvement of farmers in extension; perception paddy farmers on availability, financing, access and easy of use of the communication channel correlated significantly with the level of extension communication channel, both interpersonal and media. Keywords: perception, selection, extension communication channel, paddy, futuristic
iii
RINGKASAN PEPI ROSPINA PERTIWI. 2009. Persepsi dan Pemilihan Petani terhadap Saluran Komunikasi Penyuluhan Mengenai Informasi Pengelolaan Usahatani Padi (Kasus Petani Kabupaten Serang). Di bawah bimbingan BASITA G. SUGIHEN dan AMIRUDDIN SALEH. Upaya pencapaian tujuan pembangunan pertanian terutama di bidang pangan dilakukan salah satunya melalui pengembangan inovasi pertanian. Salah satu upaya penyampaian inovasi adalah melalui penyuluhan dengan menggunakan teknik komunikasi penyuluhan dan pemanfaatan saluran komunikasi penyuluhan. Penyampaian informasi inovasi dapat dilakukan secara langsung ataupun melalui media komunikasi. Pemilihan saluran komunikasi yang membawa informasi inovasi berkaitan dengan persepsi petani tentang saluran komunikasi. Adapun persepsi yang dibangun petani biasanya berkaitan pula dengan karakteristik petani penerima informasi. Informasi-informasi aktual berupa inovasi usahatani padi yang semakin berkembang perlu sampai pada petani. Informasi-informasi tersebut berupa sistem pengelolaan usahatani, mencakup teknik pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pengairan, pemeliharaan, pemanenan, permodalan dan pemasaran. Pada kenyataan di lapangan, masih banyak petani padi di kabupaten Serang yang menggunakan cara-cara lama dalam mengelola usahataninya. Hal ini diduga karena petani kurang mengakses informasi, sehingga petani masih belum menerima informasi dengan baik tentang inovasi sistem usahatani dari berbagai sumber yang tepat. Untuk itu perlu perlu suatu kajian mengenai persepsi petani padi tentang saluran komunikasi serta tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan pada saat ini, terutama dalam memenuhi kebutuhannya akan informasi pengelolaan usahatani padi. Tujuan penelitian adalah untuk: (1) mendeskripsikan karakteristik keinovatifan petani padi, (2) mengetahui persepsi petani tentang saluran komunikasi penyuluhan, (3) mengetahui pemilihan saluran komunikasi penyuluhan oleh petani padi, (4) menganalisis hubungan antara karakteristik keinovatifan petani padi dengan persepsinya tentang saluran komunikasi penyuluhan, (5) menganalisis hubungan antara karakteristik keinovatifan petani padi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan dan (6) menganalisis hubungan antara persepsi petani padi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi. Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Serang Provinsi Banten, dengan didasarkan pada kenyataan bahwa Kabupaten Serang masih menjadi penyangga komoditas padi di wilayah barat Pulau Jawa. Pemilihan lokasi dikhususkan di tiga kecamatan, yaitu Ciruas, Carenang dan Tirtayasa. Penentuan lokasi didasarkan pada lokasi yang terdekat dengan sumber informasi, terjauh dengan sumber informasi dan lokasi sentra pengembangan Prima Tani. Jumlah sampel ditetapkan sebanyak 2,5% dari populasi di tiga kecamatan, sehingga berjumlah 136 orang. Sampel diambil dengan cara random sampling dari gabungan kelompok tani (gapoktan) yang memiliki jumlah anggota kelompok tani terbanyak di setiap kecamatan. Kemudian dari gapoktan terpilih diambil tiga kelompok tani yang mewakili homogenitas petani di setiap kecamatan, dan di setiap kelompok tani diambil sampel sejumlah 15-16 orang petani yang membuat keputusan dalam berusahatani.
iv
Uji kesahihan dilakukan melalui uji validitas isi dan konstruk. Hasil uji keterandalan instrumen penelitian diperoleh nilai koefisien reliabilitas untuk variabel persepsi petani tentang saluran komunikasi penyuluhan sebesar 0,870 dan untuk variabel pemilihan saluran komunikasi sebesar 0,756. Berdasarkan nilai reliabilitas tersebut, instrumen yang digunakan dalam penelitian termasuk reliabel atau terandal, karena rtotal > rtabel (α = 0,05; db = 13) sebesar 0,514. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa karakteristik keinovatifan petani menunjukkan kategori cukup baik pada indikator status sosial, luas lahan, kepemilikan modal, tingkat empati, tingkat futuristik, tingkat partisipasi sosial, tingkat aktivitas komunikasi dan keterlibatan petani dalam penyuluhan, sedangkan tingkat keberanian petani dalam mengambil resiko tergolong buruk. Persepsi petani tentang saluran komunikasi interpersonal dan bermedia tergolong cukup baik pada aspek ketersediaan dan kemudahan mengakses saluran komunikasi penyuluhan, tergolong cukup baik pada aspek ketepatan penggunaan saluran komunikasi interpersonal dan tergolong baik pada aspek ketepatan penggunaan saluran komunikasi bermedia, serta tergolong baik pada aspek pembiayaan dalam mengakses saluran komunikasi interpersonal dan bermedia. Bila dibandingkan, terlihat bahwa persepsi petani pada aspek pembiayaan dalam mengakses saluran komunikasi interpersonal lebih tinggi dibanding saluran komunikasi bermedia. Secara keseluruhan, persepsi petani tentang saluran komunikasi interpersonal masih relevan dan lebih banyak digunakan para petani di lokasi penelitian dibanding saluran komunikasi bermedia. Tingkat pemilihan jumlah jenis saluran komunikasi tergolong kategori cukup baik untuk saluran komunikasi interpersonal dan bermedia, namun tergolong buruk dalam intensitas aksesibilitasnya. Umumnya petani lain merupakan saluran komunikasi yang digolongkan baik oleh petani untuk semua aspek persepsi tentang saluran komunikasi interpersonal, sedangkan TV merupakan saluran komunikasi yang dipersepsikan baik pada saluran komunikasi bermedia. Terkait hubungan antara karakteristik keinovatifan dan persepsi petani tentang saluran komunikasi, status sosial berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi tentang saluran komunikasi interpersonal dan bermedia. Luas lahan memiliki korelasi yang nyata (p<0,05) dengan persepsi tentang saluran komunikasi interpersonal, namun memiliki korelasi negatif dengan persepsi tentang saluran komunikasi bermedia. Tingkat empati berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani tentang saluran komunikasi interpersonal. Tingkat keberanian beresiko juga memiliki korelasi yang nyata (p<0,05) dengan persepsi tentang saluran komunikasi interpersonal. Tingkat futuristik memiliki korelasi yang sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi tentang saluran komunikasi, baik interpersonal maupun bermedia. Tingkat partisipasi sosial berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani tentang saluran komunikasi interpersonal. Tingkat aktivitas komunikasi berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsinya tentang saluran komunikasi bermedia, dan keterlibatan petani dalam kegiatan penyuluhan berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani tentang saluran komunikasi, baik interpersonal maupun bermedia. Terkait hubungan antara karakteristik keinovatifan dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan, tingkat empati dan tingkat futuristik memiliki korelasi yang sangat nyata (p<0,01) dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi interpersonal. Tingkat partisipasi sosial dan keterlibatan petani dalam penyuluhan berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi interpersonal dan
v
bermedia. Tingkat aktivitas komunikasi memiliki hubungan yang nyata (p<0,05) dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi bermedia, namun berkorelasi negatif walaupun tidak nyata (p>0,05) dengan pemilihan saluran komunikasi interpersonal. Terkait hubungan antara persepsi petani tentang saluran komunikasi dan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan, persepsi petani tentang ketersediaan, pembiayaan, kemudahan mengakses dan ketepatan penggunaan saluran komunikasi berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan. Hal ini menunjukkan semakin baik persepsi petani tentang saluran komunikasi penyuluhan, semakin tinggi tingkat pemilihan petani terhadap saluran komunikasi penyuluhan yang ada di wilayahnya.
vi
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya tulis ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
vii
PERSEPSI DAN PEMILIHAN PETANI TERHADAP SALURAN KOMUNIKASI PENYULUHAN MENGENAI INFORMASI PENGELOLAAN USAHATANI PADI (Kasus Petani Kabupaten Serang)
PEPI ROSPINA PERTIWI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
viii
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof (R) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM
ix
Judul Tesis Nama NIM
: Persepsi dan Pemilihan Petani terhadap Saluran Komunikasi Penyuluhan Mengenai Informasi Pengelolaan Usahatani Padi (Kasus Petani Kabupaten Serang) : Pepi Rospina Pertiwi : I351070031
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Basita G. Sugihen, MA Ketua
Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc
Tanggal Ujian: 3 Agustus 2009
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. H. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal Lulus:
x
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Pebruari sampai dengan bulan Mei 2009, dengan judul Persepsi dan Pemilihan Petani terhadap Saluran Komunikasi Penyuluhan Mengenai Informasi Pengelolaan Usahatani Padi (Kasus Petani Kabupaten Serang). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Basita G. Sugihen, MA dan Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS, selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan, Bapak Prof (R) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM, atas kesediaannya sebagai penguji luar komisi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nining Sutarsih dari Balai Informasi Penyuluhan Pertanian Kabupaten Serang, Bapak Kartono dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Banten, Bapak Uus Kuswandi, Bapak Raden Supardan dan Bapak Sukarna Saidjan dari Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Ciruas, Carenang dan Tirtayasa, yang telah membantu selama pengumpulan data. Di samping itu penghargaan penulis sampaikan kepada rekan-rekan Penyuluh Pertanian di lapangan yang telah membantu penelitian ini, semua petani atas kesediaan diwawancarai, rekanrekan mahasiswa Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan angkatan 2007 atas segala bantuan dan motivasi yang diberikan, serta kepada rekan-rekan FMIPA Universitas Terbuka atas empati yang diberikan. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Rochendi dan Ibu Ani Nuraeni selaku orang tua yang senantiasa memberikan doa, kasih dan sayang kepada penulis. Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada suami, Moh. Nasyir Ahyari atas izin yang diberikan serta iklim yang kondusif bagi penulis selama menjalankan studi hingga menyelesaikan tugas belajar pada Program Pascasarjana IPB. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2009 Pepi Rospina Pertiwi
xi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 28 Januari 1971 dari bapak Rochendi,BA dan ibu Ani Nuraeni. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh di SDN Dayeuhkolot VII Bandung, pendidikan SLTP di SMPN I Dayeuhkolot Bandung, dan pendidikan SLTA di SMAN XI Bandung, lulus tahun 1989. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB, dan memilih Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Kesempatan untuk melanjutkan studi ke Program Magister pada Sekolah Pascasarjana IPB diperoleh tahun 2007. Beasiswa pendidikan diperoleh dari BPPS melalui IPB. Pada saat ini penulis bekerja sebagai tenaga edukatif pada Program Studi Agribisnis Bidang Minat Penyuluhan Pertanian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Terbuka.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..................................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................
xvi
PENDAHULUAN .................................................................................................. Latar Belakang ............................................................................................... Masalah Penelitian ......................................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................................... Manfaat Penelitian .........................................................................................
1 1 4 6 7
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... Komunikasi Penyuluhan ................................................................................ Persepsi............................................................................................................ Saluran Komunikasi Penyuluhan ................................................................... Karakteristik Petani Padi ................................................................................ Pengelolaan Usahatani Padi ...........................................................................
8 8 9 10 14 15
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ................................ Kerangka Berpikir .......................................................................................... Hipotesis Penelitian ......................................... ..............................................
20 20 22
METODE PENELITIAN ........................................................................................ Rancangan Penelitian ..................................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... Populasi dan Sampel ...................................................................................... Data dan Instrumentasi ......................................... ......................................... Definisi Operasional ....................................................................................... Kesahihan dan Keterandalan Instrumen ......................................................... Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ........................................................
24 24 24 24 26 27 31 32
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... Keadaan Umum Wilayah Penelitian .............................................................. Kelembagaan Petani dan Pertanian di Kabupaten Serang ............................. Usahatani Padi di Kabupaten Serang ............................................................. Saluran Komunikasi Penyuluhan di Kabupaten Serang ................................. Karakteristik Keinovatifan Petani Padi .......................................................... Persepsi Petani Padi tentang Saluran Komunikasi Penyuluhan ..................... Pemilihan Saluran Komunikasi Penyuluhan .................................................. Hubungan Karakteristik Keinovatifan Petani Padi dengan Persepsinya tentang Saluran Komunikasi Penyuluhan .................................. Hubungan Karakteristik Keinovatifan Petani Padi dengan Tingkat Pemilihan Saluran Komunikasi Penyuluhan .................................................. Hubungan Persepsi Petani Padi tentang Saluran Komunikasi dengan Tingkat Pemilihan Saluran Komunikasi Penyuluhan ....................................
34 34 37 40 47 48 59 69 76 81 85
ii
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... Kesimpulan ..................................................................................................... Saran ...............................................................................................................
91 91 92
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
93
LAMPIRAN ............................................................................................................
96
DAFTAR TABEL Halaman 1
Profil 10 kecamatan sentra padi sawah di Kabupaten Serang .......................
25
2
Nama kelompok tani dan jumlah responden di Kecamatan Carenang, Tirtayasa dan Ciruas Kabupaten Serang ........................................................
26
3
Peubah/indikator, definisi operasional dan pengukuran penelitian ................
27
4
Luas wilayah Kabupaten Serang berdasarkan penggunaan lahan...................
35
5
Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan formal .......................
36
6
Jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut jenis lapangan usaha di Kabupaten Serang .............................................................
37
Sistem pengelolaan usahatani padi di Kecamatan Ciruas, Carenang dan Tirtayasa.........................................................................................................
45
8
Deskripsi karakteristik keinovatifan responden berdasarkan rataan skor ......
49
9
Persepsi petani padi tentang saluran komunikasi penyuluhan berdasarkan rataan skor ......................................................................................................
60
10 Tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan berdasarkan rataan skor
70
11 Pemilihan jenis saluran komunikasi interpersonal berdasarkan jenis informasi pengelolaan usahatani padi ...........................................................
71
12 Pemilihan jenis saluran komunikasi bermedia berdasarkan jenis informasi pengelolaan usahatani padi ............................................................................
73
13 Hubungan karakteristik keinovatifan petani padi dengan persepsinya tentang saluran komunikasi penyuluhan .......................................................
76
14 Hubungan karakteristik keinovatifan petani padi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan ...................................................................
82
15 Hubungan persepsi petani padi tentang saluran komunikasi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan ....................................................
86
7
1
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Model lima tahap proses keputusan inovasi Rogers (2003) .........................
12
2
Kerangka berpikir “persepsi dan pemilihan petani terhadap saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi”..
23
Peta wilayah Kabupaten Serang .....................................................................
34
3
2
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Sebaran responden berdasarkan indikator status sosial..................................
97
2
Sebaran responden berdasarkan luas lahan.....................................................
98
3
Sebaran responden berdasarkan indikator kepemilikan modal......................
99
4
Sebaran responden berdasarkan indikator tingkat empati..............................
100
5
Sebaran responden berdasarkan indikator tingkat keberanian beresiko.........
101
6
Sebaran responden berdasarkan indikator tingkat futuristik...........................
102
7
Sebaran responden berdasarkan indikator tingkat partisipasi sosial...............
103
8
Sebaran responden berdasarkan indikator tingkat aktivitas komunikasi........
104
9
Sebaran responden berdasarkan indikator keterlibatan dalam penyuluhan....
105
10 Persentase responden berdasarkan persepsinya tentang ketersediaan saluran komunikasi penyuluhan..................................................................................
106
11 Persentase responden berdasarkan persepsinya tentang pembiayaan mengakses saluran komunikasi penyuluhan...................................................
107
12 Persentase responden berdasarkan persepsinya tentang kemudahan mengakses saluran komunikasi penyuluhan...................................................
108
13 Persentase responden berdasarkan persepsinya tentang ketepatan penggunaan.. saluran komunikasi penyuluhan...............................................
109
14 Sebaran responden berdasarkan jumlah jenis saluran komunikasi penyuluhan yang diakses.................................................................................
110
15 Sebaran responden berdasarkan intensitas mengakses saluran komunikasi penyuluhan......................................................................................................
111
16 Hubungan karakteristik keinovatifan petani padi dengan persepsinya tentang semua aspek saluran komunikasi penyuluhan ...................................
112
17 Kuesioner Penelitian ......................................................................................
113
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005–2009 didasarkan pada tujuan pembangunan sebelumnya, yaitu mewujudkan pertanian yang tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta meningkatkan kesejahteraan petani. Peningkatan kesejahteraan petani juga merupakan salah satu tujuan penyuluhan, yang dihasilkan dari perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik. Hal ini ditegaskan dalam UU RI No.16 Tahun 2006 bahwa penyuluhan salah satunya ditujukan untuk memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, pendampingan dan fasilitasi. Upaya pencapaian tujuan penyuluhan terutama di bidang pangan dilakukan salah satunya melalui pengembangan inovasi pertanian. Inovasi pertanian khususnya untuk pengembangan komoditas padi sebagai bahan pangan pokok di Indonesia juga terus digalakkan, terutama di wilayah-wilayah sentra produksi padi. Salah satu sentra produksi padi di wilayah barat Pulau Jawa adalah Provinsi Banten. Provinsi Banten sebagai salah satu provinsi baru di Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai lumbung beras nasional. Berdasarkan data yang tersedia, sampai akhir tahun 2005 Provinsi Banten mengalami surplus beras sebanyak 65.488 ton.
Jumlah produksi beras Provinsi
Banten selama tahun 2005 mencapai 1.867.210 ton. Jumlah sebesar itu digunakan untuk konsumsi penduduk sebanyak 1.604.867 ton (Khomsurizal 2008). Kenyataan ini menunjukkan pentingnya kedudukan petani padi di Provinsi Banten sebagai pelaksana produksi, yang menyediakan padi yang cukup untuk dikonsumsi oleh seluruh penduduk. Bagi provinsi Banten sendiri, daerah penghasil beras terbesar adalah Kabupaten Pandeglang sebanyak 602.473 ton, disusul Kabupaten Serang 499.891 ton, Kabupaten Lebak 409.287 ton, Kabupaten Tangerang 326.775 ton, Kota Cilegon 18.963 ton dan Kota Tangerang 9.821 ton (Khomsurizal 2008).
2
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa Kabupaten Serang menyumbang 24,75% persediaan beras bagi Provinsi Banten. Pembangunan pertanian di Kabupaten Serang merupakan salah satu sektor andalan di samping industri, perdagangan dan jasa. Sektor pertanian menyerap 36% tenaga kerja dari jumlah tenaga kerja di Kabupaten Serang. Dari luas wilayah 170.166 ha, lahan sawah yang terdapat di Kabupaten Serang adalah seluas 53.148 ha (31,25%), mencakup sawah irigasi 34.728 ha (20,41%) dan tadah hujan 18.420 ha (10,82%); dan lahan kering 73.524 ha (43,20%) meliputi lahan untuk pertanian tanaman pangan 25.605 ha (15,05%), perkebunan 38.070 ha (22,37%), hutan 5.035 (2,96%) ha dan lainnya 4.814 ha (2,83%). Adapun sisa dari lahan sawah dan lahan kering digunakan untuk kawasan industri dan pemukiman, yaitu seluas 43.494 ha (25,57%). Berdasarkan hasil analisis potensi dan produksi pertanian, komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Serang adalah padi, dengan produktivitas 4,98 ton/ha (BIPP Serang 2008). Suatu terobosan yang dilakukan Provinsi Banten dalam upaya meningkatkan produktivitas padi lahan sawah
dilakukan dengan pendekatan Pengelolaan
Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) yang melibatkan kelompok petani padi. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu ini merupakan salah satu sistem pengembangan usahatani melalui Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Prima Tani merupakan langkah untuk mengatasi masalah kebuntuan dan kelambanan penerapan inovasi teknologi secara luas oleh petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani (BPTP Banten 2006). Kegiatan penyuluhan mempunyai kontribusi yang tinggi dalam penyelenggaraan program ini. Salah satu fungsi penyuluhan adalah sebagai fungsi pemberi informasi bagi sasarannya, melalui proses komunikasi penyuluhan. Penyuluh memegang peranan penting dalam melakukan fungsi ini, sebagaimana tertuang dalam tupoksinya yaitu menyiapkan materi penyuluhan baik secara langsung maupun melalui berbagai bentuk media komunikasi (Deptan 2003). Penyampaian informasi secara langsung dapat berupa pertemuan langsung maupun kontak melalui telepon, sedangkan penyampaian informasi melalui media dapat berupa media elektronik maupun nonelektronik.
3
Komunikasi penyuluhan berkaitan dengan bagaimana melakukan komunikasi dengan petani-petani kecil dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, agar pesan yang disampaikan melalui komunikasi penyuluhan dapat diterima dengan baik, diserap dan selanjutnya diterapkan dalam usahatani mereka. (Henuk & Levis 2005). Proses keputusan untuk menerima informasi sangat terkait dengan persepsi seseorang terhadap informasi dan hal-hal yang terkait dengannya. Hal ini dinyatakan oleh Mulyana (2001) bahwa persepsi merupakan inti dari komunikasi. Setiap orang dapat memiliki persepsi yang berlainan terhadap sesuatu hal, termasuk terhadap saluran komunikasi penyuluhan. Teknik melakukan komunikasi yang baik tidak terlepas dari proses komunikasi dan saluran yang digunakan dalam penyampaian informasi inovasi. Hasil penelitian Sudrajat (1998) tentang pemanfaatan saluran komunikasi menunjukkan bahwa akses petani terhadap saluran komunikasi interpersonal tergolong baik, terutama pada petugas penyuluh dan pengamat hama, serta petani lain yang dianggap lebih tahu. Adapun pemanfaatan saluran komunikasi bermedia pada saat itu yang tergolong baik adalah siaran TV, yang mengungguli pemanfaatan petani terhadap siaran radio. Hasil ini menunjukkan bahwa saluran komunikasi penyuluhan
memiliki
kontribusi
terhadap
peningkatan
pengetahuan
dan
keterampilan petani. Petani padi merupakan sasaran yang perlu dijamah oleh informasi, mengingat petani padi merupakan pelaku utama dalam penyediaan produksi beras sebagai bahan pangan pokok bagi hampir semua warga Indonesia. Informasi-informasi aktual berupa inovasi usahatani padi yang semakin berkembang perlu sampai pada petani. Informasi-informasi tersebut berupa sistem usahatani, mencakup teknik pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pengairan, pemeliharaan dan pemanenan. Di samping itu pengetahuan pengelolaan usahatani di luar budidaya berupa sistem bantuan permodalan, pemasaran hingga penanganan pasca panen.juga perlu diketahui perkembangannya oleh petani. Petani sebagai penerima informasi berupa inovasi selayaknya memiliki karakteristik keinovatifan.
Rogers dan Shoemaker (1995) menjabarkan
karakteristik tersebut menjadi tiga jenis, yaitu: (1) karakteristik sosial ekonomi, meliputi status sosial, tingkat mobilitas/kekosmopolitan, luas lahan, modal,
4
pekerjaan yang spesifik serta berorientasi pada komersialisasi produk. (2) karakteristik kepribadian diperlihatkan dengan empati, kemampuan abstraksi, rasionalitas, tingkat intelegensi, kesiapan terhadap resiko dan ketidakpercayaan pada nasib (futuristik). (3) karakteristik komunikasi yang meliputi tingkat partisipasi sosial, tingkat komunikasi interpersonal, tingkat hubungan sosial, serta tingkat pemanfaatan media massa untuk mencari informasi. Menurut hasil penelitian Subagiyo (2005), karakteristik yang berkaitan dengan keinovatifan petani dalam menerima informasi dan inovasi antara lain umur, tingkat pendidikan dan pengalaman bekerja, motivasi, tingkat keterdedahan terhadap informasi dari media, kekosmopolitan, dan keterlibatan dalam organisasi. Lain halnya dengan hasil penelitian Syafrudin (2003), hasil temuan faktor penentu adopsi inovasi, antara lain: pengetahuan, motivasi kerja, sikap, tingkat pendidikan, pengalaman, tenaga kerja, modal, ketersediaan sarana produksi dan pasar. Dari beberapa hasil penelitian tersebut terlihat bahwa banyak sekali faktor yang mempengaruhi keinovatifan seseorang dalam menerima suatu introduksi inovasi, yang diawali dengan penerimaan informasi.
Dalam melakukan kegiatan
penyuluhan, karakteristik masyarakat ini perlu mendapat perhatian utama, terlebih program penyuluhan banyak melakukan penyampaian tentang informasi baru kepada petani dalam berbagai lapisan sosial dan karakteristik yang beragam. Berdasarkan uraian di atas, perlu dikaji persepsi petani tentang saluran komunikasi penyuluhan dan pemilihan saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi, guna memelihara kestabilan dan kemampuan petani
padi
Kabupaten
Serang
dalam
berusahatani,
agar
tetap
dapat
mempertahankan Kabupaten Serang sebagai lumbung padi di Provinsi Banten. Masalah Penelitian Tingkat produktivitas padi di Kabupaten Serang saat ini adalah sekitar 4,98 ton/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara teknis produktivitas ini dapat ditingkatkan menjadi sekitar 7–8 ton/ha, dengan penerapan berbagai inovasi pertanian komoditas padi (BPTP Banten 2006).
Informasi tentang inovasi padi
telah banyak diberikan melalui kegiatan penyuluhan, baik yang disampaikan secara langsung, maupun melalui media komunikasi.
5
Upaya penyediaan infomasi tentang inovasi padi bagi petani padi di Kabupaten Serang makin giat digalakkan oleh lembaga penyuluhan. Sebagai contoh, posko Prima Tani dan klinik pertanian dibangun untuk menyediakan informasi secara langsung di lokasi tempat tinggal mereka. Di samping itu juga disediakan pelayanan informasi melalui peralatan komunikasi elektronik (internet, telepon, mesin faximile dan lain-lain), media cetak seperti surat kabar, majalah, poster, brosur dan leaflet (Deptan 2008a). Begitu pula dalam penyusunan programa penyuluhan,
informasi
bagi
petani
diberikan
melalui
kelompok
(secara
interpersonal), seperti pertemuan kelompok atau penyuluhan yang dilakukan oleh dinas dan juga melalui media, seperti media cetak (poster, brosur, majalah pertanian). Dengan saluran komunikasi penyuluhan yang ditawarkan, diharapkan petani padi di wilayah Kabupaten Serang dapat meningkat pengetahuannya tentang inovasi pertanian komoditas padi, sehingga memacu mereka menggunakan caracara pertanian yang baru. Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa masih banyak petani yang mengelola usahatani padi dengan cara-cara lama, walaupun banyak program pemerintah yang mengupayakan pengembangan inovasi padi. Kondisi ini terjadi diduga karena banyak informasi inovasi padi yang tidak sampai ke tingkat petani. Sistem penyuluhan di Indonesia masih menganut penyampaian informasi berjenjang yaitu dari penyuluh kepada kontak tani dan selanjutnya disebarkan kepada petani. Ada kemungkinan informasi tersebut berhenti di tingkat petani yang sudah lebih maju, yang kurang dekat dengan petani lainnya. Selain itu upaya penyampaian informasi inovasi padi cenderung sulit dijalankan mengingat usia para petani Indonesia berkisar antara 25-54 tahun (76,2%) dan lebih dari 55 tahun (21,46%). Umur petani Indonesia yang cenderung tua ini sangat berpengaruh pada penerimaan informasi baru, karena petani yang berusia tua cenderung sangat konservatif dalam menyikapi terhadap perubahan atau inovasi teknologi (Henuk & Levis 2005). Di samping itu diduga mereka juga kurang tanggap terhadap teknologi informasi dan menganggapnya sebagai sesuatu yang rumit. Berdasarkan uraian tersebut dapat digali pertanyaan-pertanyaan yang menjadi permasalahan penelitian sebagai berikut:
6
1. Bagaimana gambaran tentang karakteristik keinovatifan petani padi ditinjau dari karakteristik sosial ekonomi, karakteristik individu dan karakteristik komunikasi petani? 2. Seperti apa persepsi petani padi tentang saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi? 3. Seperti apa pemilihan saluran komunikasi penyuluhan oleh petani padi mengenai informasi pengelolaan usahatani padi? 4. Bagaimana hubungan antara karakteristik keinovatifan petani padi dengan persepsinya tentang saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi. 5. Bagaimana hubungan antara karakteristik keinovatifan petani padi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi. 6. Bagaimana hubungan antara persepsi petani padi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ditujukan untuk mengetahui persepsi petani tentang saluran komunikasi penyuluhan dalam penerimaan informasi pengelolaan usahatani padi.
Persepsi petani yang baik pada saluran komunikasi penyuluhan ini
diharapkan dapat memberikan dampak baik pula pada perubahan perilaku petani dalam mengelola usahataninya. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan karakteristik
karakteristik
sosial
ekonomi,
keinovatifan
petani
karakteristik
individu
padi dan
ditinjau
dari
karakteristik
komunikasi. 2. Mengetahui persepsi petani padi tentang saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi. 3. Mengetahui tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan oleh petani padi mengenai informasi pengelolaan usahatani padi.
7
4. Menganalisis hubungan antara karakteristik keinovatifan petani padi dengan persepsinya tentang saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi. 5. Menganalisis hubungan antara karakteristik keinovatifan petani padi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi. 6. Menganalisis hubungan antara persepsi petani padi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi. Manfaat Penelitian Manfaat Ilmiah Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang melakukan kajian tentang saluran komunikasi penyuluhan, khususnya dalam penyampaian informasi tentang usahatani padi. Manfaat lain diharapkan dapat diberikan bagi pengembangan ilmu penyuluhan pembangunan, khususnya untuk memperkaya pengembangan hasil kajian tentang hubungan karakteristik petani dengan persepsinya terhadap saluran komunikasi penyuluhan. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah informasi tentang persepsi petani dan pemilihan saluran komunikasi penyuluhan dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan. Informasi ini dapat digunakan oleh para stakeholder, termasuk para penyuluh sebagai agen perubahan, sebagai acuan untuk mencari teknik yang tepat dalam penyampaian informasi inovasi yang berguna dan sesuai dengan kebutuhan petani di wilayah binaannya.
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Penyuluhan Komunikasi adalah salah satu aspek yang senantiasa mengiringi kehidupan manusia. Fenomena komunikasi terjadi di mana-mana, yang terjadi pada satu atau lebih individu.
Secara harfiah, komunikasi mengandung pengertian sebagai
penyampaian pesan, sehingga menjadi suatu pengetahuan atau pengertian bersama. Siahaan (1990) merangkum berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian komunikasi, sebagai suatu seni penyampaian informasi, baik pesan, ide, sikap atau gagasan, dari komunikator untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan, yang mencakup pola, sikap, pandangan dan pemahamannya. Teknik melakukan komunikasi yang baik tidak terlepas dari proses komunikasi yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan.
Berlo (1960)
mengemukakan bahwa proses komunikasi ditandai dengan adanya pesan yang berasal dari sumber pesan melalui suatu saluran tertentu sehingga sampai pada penerima pesan. Unsur saluran (channel) yang dikemukakan oleh Berlo menjadi jembatan antara sumber pesan dan penerima pesan. Dengan kata lain, pesan tidak akan sampai pada penerimanya apabila tidak ada saluran komunikasi. Dengan demikian, saluran komunikasi menjadi hal penting dalam proses komunikasi dalam penyuluhan. Komunikasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh satu atau lebih orang yang mengirim dan menerima pesan yang terdistrosi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik (DeVito 2001). Secara sederhana Berlo (1960) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima. DeVito (2001) menjelaskan bahwa terdapat tiga dimensi lingkungan komunikasi, yaitu: fisik, sosial psikologis dan temporal.
Lingkungan fisik
mempunyai pengaruh tertentu atas kandungan pesan (apa yang kita sampaikan) dan bentuk pesan (bagaimana kita menyampaikan pesan). Lingkungan sosial psikologis menjelaskan mengenai tata hubungan status di antara orang-orang yang terlibat dalam berkomunikasi. Sedangkan lingkungan temporal mencakup waktu dalam sehari atau waktu dalam hitungan sejarah di mana komunikasi berlangsung.
9 Dalam kegiatan penyuluhan, komunikasi tidak sekedar proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima.
Hal ini karena penyuluhan mengandung
makna sebagai sistem pendidikan yang bertujuan untuk mengubah perilaku. van den Ban dan Hawkins (1999) merumuskan pengertian penyuluhan sebagai ”keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.”
Pengertian lain yang lebih umum adalah bahwa penyuluhan
merupakan sistem pendidikan nonformal bagi orang dewasa (petani dan keluarganya) agar berubah perilakunya menjadi tahu, mau dan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri secara baik untuk menciptakan kesejahteraan hidup yang lebih baik (Wiriatmadja 1982). Berdasarkan uraian di atas maka komunikasi penyuluhan dapat disarikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dari sumber penyuluhan terhadap sasarannya dengan tujuan agar sasaran dapat berubah perilakunya ke arah yang lebih baik sehingga berdampak pada peningkatan kapasitas dan kesejahteraannya. Persepsi Persepsi sering kali terjadi jika seseorang sedang melakukan komunikasi intrapersonal. Pengertian persepsi menurut Rakhmat (2007) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Adapun DeVito (2001)
mengungkapkan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita.
Persepsi mempengaruhi
rangsangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan apa makna yang kita berikan kepada mereka ketika mereka mencapai kesadaran. Lebih jauh Zanden dalam Suryadi (2000) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses pengumpulan dan penafsiran dari informasi.
Pernyataan ini
menyiratkan bahwa persepsi dapat membentuk pandangan kita mengenai hal-hal yang kita rasakan atau kita alami. Sementara itu van den Ban dan Hawkins (1999) menjelaskan persepsi sebagai proses penerimaan informasi
atau stimuli dari
lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Adapun Asngari (1984) mengutip salah satu pengertian persepsi dari Literer, yaitu “the understanding or view people have of thing in the world around them.”
10 Dalam proses komunikasi, pembentukan persepsi menjadi hal penting. Literer diacu dalam Asngari (1984) menyebutkan bahwa ada tiga tahapan pembentukan persepsi, yaitu selectivity, closure dan interpretation.
Persepsi dimulai dengan
pemilihan seseorang akan stimulus yang dirasakannya, menyaringnya, kemudian disusun menjadi satu kesatuan yang bermakna, dan akhirnya terbentuk interpretasi mengenai fakta dari keseluruhan informasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi di antaranya faktor personal dan faktor situasional atau yang disebutkan oleh Krech dan Crutchfield yaitu faktor fungsional dan struktural (Rakhmat 2007). Faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi di antaranya kebutuhan, pengalaman masa lalu dan faktor-faktor personal seseorang. Adapun faktor struktural yang mempengaruhi persepsi adalah faktorfaktor yang berasal dari stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang timbul pada sistem syaraf individu. Jadi faktor struktural lebih condong pada sistem fisiologis manusia yang membentuk persepsi. Hal ini tidak jauh diungkapkan oleh DeVito (2001), bahwa penafsiran-evaluasi yang dilakukan seseorang dipengaruhi antara lain oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, serta keadaan fisik dan emosi pada saat itu. Berdasarkan uraian di atas, persepsi dapat didefinisikan sebagai proses penafsiran atau pandangan seseorang terhadap suatu pesan atau informasi yang dimulai dengan proses penyaringan stimulus, memberikan makna serta membentuk interpretasi berdasarkan pertimbangan intrapersonal yang dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan, keadaan fisik dan emosi.
Penelitian ini ingin menggambarkan persepsi petani padi tentang
saluran komunikasi penyuluhan, sehingga pengertian persepsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandangan responden tentang saluran komunikasi penyuluhan yang umum digunakan oleh penyuluh dalam mengintroduksikan inovasi usahatani padi. Saluran Komunikasi Penyuluhan Telah dikemukakan sebelumnya oleh
Berlo (1960) bahwa dalam proses
komunikasi terdapat unsur saluran (channel) sebagai media penjembatan antara sumber dan penerima pesan.
Menurut Deptan (2001) saluran dalam konteks
penyuluhan adalah cara yang digunakan dalam penyampaian pesan kepada
11 penerimanya.
Saluran ini harus sesuai dengan panca
indera yang akan
menangkapnya. Semakin banyak indera yang dikenakan, biasanya akan membantu proses komunikasi untuk lebih berhasil. Mulyandari et al. (2005) dalam penelitiannya membagi sumber informasi komunikasi menjadi tiga bagian. Pertama adalah sumber informasi langsung yang interpersonal, yaitu petani lain, orang tua, penyuluh, staf BPTP, penyedia saprodi dan pedagang. Sumber informasi kedua yaitu media cetak, terdiri dari: koran, majalah/buku, brosur/leaflet/ poster. Adapun sumber informasi ketiga yaitu media audio-visual, yang terdiri dari: radio, televisi, film/VCD dan internet.
Ketiga
sumber informasi ini termasuk saluran informasi yang digunakan petani dalam mengakses informasi mengenai pengelolaaan usahatani. Jenis saluran komunikasi menurut Rogers (2003) dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: (a) Saluran interpersonal dan media massa, dan (b) Saluran lokalit dan saluran kosmopolit. Saluran interpersonal adalah saluran yang melibatkan tatap muka antara sumber dan penerima, antar dua orang atau lebih. Saluran media massa adalah saluran penyampaian pesan yang memungkinkan sumber mencapai suatu audiens dalam jumlah besar, dapat menembus waktu dan ruang. Dalam proses difusi inovasi, Rogers (2003) menggambarkan posisi saluran kosmopolit pada tahap pengenalan inovasi dan saluran lokalit pada tahap persuasi. Penggunaan media massa dianggap lebih tepat digunakan pada sasaran pada saat inovasi diperkenalkan, sedangkan media interpersonal dianggap tepat digunakan di saat petugas penyuluhan mulai menarik minat sasaran terhadap inovasi. Gambar 1 memperlihatkan proses keputusan inovasi Rogers di mana saluran komunikasi turut terlibat di dalamnya.
12
Media Massa Saluran Kosmopolit Kondisi Utama 1. Praktek/teknologi yang digunakan sebelumnya 2. kebutuhan/masalah 3. keinovatifan 4. norma sistem sosial
Pengetahuan
Interpersonal Saluran Lokalit
Persuasi
Keputusan
Implementasi
mengadopsi
Karakteristik Unit Pembuat Keputusan 1. karakteristik sosial ekonomi 2. karakteristik individu 3. karakteristik komunikasi
Karakteristik Inovasi 1. keuntungan relatif 2. kompatibilitas 3. kompleksitas 4. ketercobaan 5. observabilitas
Gambar 1. Model lima tahap proses keputusan inovasi Rogers (2003)
menolak
Konfirmasi
Melanjutkan adopsi Menjadi mengadopsi Tidak melanjutkan adopsi Melanjutkan menolak inovasi
13 Mengenai saluran ini Berlo (1960) mengungkapkan bahwa ada beberapa determinan seleksi media. Sasaran komunikasi akan memilih saluran sesuai dengan melihat: (1) saluran apa yang tersedia (aspek ketersediaan), (2) berapa biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh saluran (aspek pembiayaan) dan (3) saluran apa yang dipilihkan oleh sumber.
Adapun dari sisi komunikator atau sumber pesan,
peubah yang terkait dengan saluran adalah (1) saluran yang mana yang paling banyak digunakan oleh orang banyak, (2) saluran mana yang paling berdampak, (3) saluran mana yang paling tepat dengan tujuan sumber, serta (4) saluran mana yang paling sesuai dengan isi pesan. Mardikanto (1993) menambahkan unsur kemudahan mengakses dan ketepatan penggunaan saluran komunikasi dalam penyuluhan. Adakalanya informasi inovasi yang diharapkan akan diadopsi oleh sasaran lebih tepat diberikan melalui media massa dari pada melalui saluran komunikasi interpersonal. Namun untuk informasi tertentu yang relatif lebih sulit disampaikan melalui media massa, justru akan lebih mudah disampaikan melalui saluran komunikasi interpersonal. Sebagai contoh, pemberian informasi inovasi pertanian yang sudah mencakup pengelolaan tanaman secara teknis, akan lebih tepat diberikan melalui saluran komunikasi interpersonal, karena pada saat itu sasaran akan langsung menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. Deptan (2001) merinci jenis-jenis saluran komunikasi dengan istilah media penyuluhan pertanian yang dikaitkan dengan penggolongan sasaran penyuluhan. Jika sasaran penyuluhan adalah massal, maka media penyuluhan yang digunakan adalah media massa, seperti surat kabar, selebaran, radio, pameran, buletin atau poster. Jika sasaran penyuluhan adalah kelompok dan perorangan maka media yang digunakan adalah media pertemuan, demonstrasi, kunjungan atau suratmenyurat. Perkembangan jenis media sebagai saluran komunikasi saat ini telah berkembang, yaitu adanya kecenderungan sasaran penyuluhan menggunakan handphone sebagai alat komunikasi interpersonal atau internet sebagai media massa. Pemilihan saluran komunikasi menjadi hal penting di saat petani membutuhkan berbagai informasi untuk menjalankan usahataninya dengan lebih baik.
Petani yang terbuka pada arus informasi tidak akan cukup dengan satu
14 saluran komunikasi saja namun mencari informasi lain dari pihak lain atau dari berbagai media yang ada. Mardikanto (1993) menjelaskan pemilihan media atau saluran komunikasi melalui pemilihan metode penyuluhan dan proses komunikasi. Penggolongan pemilihan media yang dikemukakannya adalah pemilihan media lisan, media cetak dan media terproyeksi untuk metode penyuluhan berdasarkan media, serta saluran komunikasi langsung dan tidak langsung untuk metode penyuluhan berdasarkan hubungan penyuluh dengan sasaran. Karakteristik Petani Padi Secara umum petani adalah orang yang melakukan kegiatan usahatani di lahan pertanian baik miliknya sendiri maupun milik orang lain.
Dalam UU RI No 16
tahun 2006 petani adalah pelaku utama kegiatan pertanian, yang didefinisikan sebagai perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usahahulu, usahatani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang. Petani memiliki karakteristik yang umum seperti masyarakat kebanyakan, baik secara internal maupun eksternal. Said (2006) dalam penelitiannya membagi paubah karakteristik internal petani menjadi tingkat pendapatan, umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan status lahan, sedangkan karakteristik eksternal petani terdiri dari aktivitas kegiatan masyarakat, aktivitas tradisi masyarakat tani dan jumlah lembaga pertanian. Hasil penelitian Togatorop dan Sudana (2006) menunjukkan bahwa petani padi memiliki rentangan umur antara 35 sampai 45 tahun, rataan lama mengikuti pendidikan formal dengan kisaran 3-9 tahun, jumlah anggota keluarga sampai enam orang dan jumlah anggota keluarga produktif sampai tiga orang. Hal ini mencirikan bahwa petani tergolong berusia cenderung tua, sudah berkeluarga dan berpendidikan rendah. Dalam proses difusi inovasi, terdapat beberapa faktor karakteristik petani yang mempengaruhinya. Lionberger (1968) mengemukakan faktor personal seseorang yang mempengaruhi proses difusi, yaitu umur, tingkat pendidikan dan karakteristik psikologis (rasionalitas, fleksibilitas, dogmatisme, orientasi terhadap pertanian dan kecenderungan inovasi).
Sedangkan Rogers dan Shoemaker (1995)
membagi
karakteristik penerima inovasi menjadi tiga bagian, yaitu karakteristik sosial
15 ekonomi, individu dan karakteristik komunikasi, sebagai karakteristik yang mencirikan mana yang lebih inovatif dan kurang inovatif.
Karakteristik tersebut
antara lain: a. Karakteristik sosial ekonomi, meliputi: status sosial yang lebih tinggi, tingkat mobilitas/kekosmopolitan yang lebih besar, lahan yang lebih luas, modal yang lebih banyak, mempunyai pekerjaan yang lebih spesifik serta lebih berorientasi pada komersialisasi produk. b. Karakteristik individu yang diperlihatkan dengan: empati yang besar, tidak/kurang dogmatis, kemampuan abstraksi besar, rasionalis, intelegensinya tinggi, lebih berkenan pada perubahan, mau mengambil resiko dan tidak percaya pada nasib (futuristik). c. Karakteristik komunikasi yang meliputi: tingkat partisipasi sosial yang tinggi, sering mengadakan komunikasi interpersonal, sering mengadakan hubungan sosial dengan orang asing dan dengan agen pembaharu, sering memanfaatkan media massa untuk mencari informasi, memiliki tingkat kepemimpinan yang tinggi serta senang berada pada sistem yang bernorma modern. Oleh karena pesan yang disampaikan melalui saluran komunikasi merupakan informasi inovasi, maka karakteristik petani yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada karakteristik keinovatifan yang dikemukakan oleh Rogers dan Shoemaker (1995). Pengelolaan Usahatani Padi Indonesia termasuk salah satu negara penghasil padi yang potensial. Sampai tahun 2005 produksi padi mencapai angka yang tinggi yaitu sekitar 54 juta ton (BPS 2005). Tingginya produksi beras ini dapat dijadikan motivasi bagi petani untuk terus mempertahankan bahkan meningkatkan ketersediaannya.
Hal ini sangat
didukung oleh pemerintah dengan terus mengupayakan program-program peningkatan produktivitas pangan termasuk padi, serta mengembangkan inovasi di bidang usahatani padi. Pengelolaan usahatani padi
berkaitan dengan manajemen usahatani yang
meliputi: perencanaan sebelum tanam, pelaksanaan pada saat tanam dan pengelolaan setelah panen.
Secara umum pelaksanaan kegiatan usahatani
mencakup penyiapan sarana produksi, penyiapan/pengolahan lahan, penanaman,
16 pemupukan, pengairan, pemeliharaan dan pemanenan.
Togatorop dan Sudana
(2006) menjabarkan teknologi usahatani padi dalam penelitiannya antara lain: pola tanam, varietas, teknik penanaman, kualifikasi benih dan penggunaan jenis pupuk. Secara rinci Istuti dan Endah (2000) menjelaskan paket teknologi usahatani padi yang dilakukan oleh petani di wilayah penelitiannya, sebagai berikut: 1. Pemilihan varietas dan kebutuhan benih yang harus mempertimbangkan sifat ketahanan varietas atas serangan hama dan penyakit tanaman (HPT), misalnya dengan memilih varietas umur sedang agar tidak mengganggu pola tanam, benih bermutu baik dengan daya tumbuh lebih dari 90%, atau pemilihan varietas yang disesuaikan dengan endemis penyakit di lahan atau wilayah penanaman. 2. Persemaian untuk memperoleh bibit yang sehat dan kuat. Persemaian sebaiknya dilakukan di lahan seluas lima persen dari lahan total, dibuat pada area yang mudah diairi, bukan di area bekas serangan tungro dan penggerek batang. 3. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mendapatkan media tumbuh yang baik bagi tanaman, dan juga berfungsi sebagai tindakan pengendalian gulma. Untuk pengolahan tanah ini disarankan adanya penambahan bahan organik, pembajakan, dan pengambilan gulma dan sisa tanaman dari petakan sawah. Waktu yang disarankan dari pengolahan ke penanaman adalah sekitar dua minggu. 4. Penanaman dapat dilakukan dengan sistem pindah biasa atau ”Jajar Legowo” dan diupayakan menanam secara serempak dalam satu hamparan. 5. Penyiangan baik secara manual atau dibantu dengan menggunakan herbisida. 6. Pemupukan sesuai dosis yang dianjurkan oleh penyuluh setempat. 7. Pengairan yang seefisien mungkin, yaitu menggunakan air secara hemat namun seluruh areal dapat diairi. Saat ini banyak direkomendasikan sistem pengairan terputus (4-6 hari sekali) yang efektivitasnya sama dengan sistem genangan terus-menerus. 8. Pengendalian HPT, terutama tikus, wereng, penggerek batang dan penyakit tungro Secara umum Tohari et al. (2007) mengemukakan bahwa terdapat lima teknik umum dalam budidaya padi sawah. Teknik tersebut adalah teknik penyemaian, teknik penanaman, teknik pengolahan tanah, teknik pengelolaan air dan teknik
17 pengelolaan pupuk. Teknik penyemaian dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik penyemaian basah dan teknik penyemaian kering. Pada penyemaian basah, benih yang akan dikecambahkan disebar secara merata pada bedengan tanah berlumpur, dengan kerapatan semai kira-kira 100 gram/m2. Penyemaian kering prinsipnya sama dengan penyemaian basah, hanya saja tanahnya tidak dilumpurkan. Teknik penananam dilakukan dengan memperhatikan umur dan penanganan bibit, jumlah bibit tiap rumpun dan jarak tanam. Umur terbaik bagi pindah bibit dari penyemaian basah adalah 20-30 hari setelah disebar di penyemaian. Jumlah bibit tiap rumpun dari persemaian basah umumnya 3-4 bibit per rumpun, sedangkan jarak tanam diupayakan optimal dan disesuaikan antara varietas dengan kesuburan tanah dan musim penanaman. Di daerah tropis, pengolahan tanah secara basah sudah biasa dilakukan, yaitu melalui pembajakan dan pelumpuran. Tahapan yang umum dilakukan adalah: (1) perendaman lahan dimana air diserap sampai tanah jenuh air, (2) pembajakan mulai dari pemotongan sampai pembalikan tanah dan (3) penggaruan dengan cara menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah dan melumpurkannya dengan air. Teknik pengelolaan air sangat berkaitan dengan sistem irigasi yang tepat, terutama yang berhubungan dengan air cadangan pada saat musim kering. Pengelolaan air dilakukan untuk menghasilkan produksi optimum dan penggunaan air secara efisien. Penggenangan di lahan sawah juga dilakukan karena air dapat mempengaruhi karakter fisik tanaman padi, status unsur hara dan karakter fisik tanah.
Pada kebanyakan varietas padi, pertumbuhannya akan lebih baik dan
menghasilkan jumlah gabah yang lebih banyak apabila tumbuh pada tanah yang tergenang dibandingkan dengan yang ditanam pada tanah tanpa penggenangan. Teknik pemupukan yang efisien ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu jenis tanah, varietas padi, musim tanam, waktu penanaman, pengelolaan air, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, waktu aplikasi pupuk dan sumber unsur hara pupuk. Jenis pupuk yang umum diberikan adalah nitrogen, fospor dan kalium. Sejak tahun 2005 di Indonesia telah dikembangkan strategi usahatani melalui Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT), salah satunya ditujukan untuk mengembangkan usahatani padi. Anjuran teknologi usahatani padi PTT ini
18 antara lain: (1) Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi, (2) Penggunaan pola tanam jajar legowo yang menggunakan sistem pembuatan jarak tanam berpola khusus dan dengan jumlah bibit 1-3 batang per lubang, (3) Penggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi dan pemberian pupuk N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD), (4) Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah, (5) Pengelolaan bibit dan tanaman padi sehat, (6) Pengendalian HPT dengan pendekatan terpadu, (7) Pemanenan secara beregu dan penggunaan alat perontok gabah mekanis ataupun mesin.
Penerapan teknologi PTT ini
merupakan penyempurnaan dari konsep sebelumnya yang dikembangkan untuk menunjang peningkatan hasil padi seperti Supra Insus (Deptan 2008b). Di samping unsur-unsur yang terkait dengan teknik produksi padi atau teknik usahatani padi, unsur lain yang juga penting dikaji dalam pengelolaan usahatani adalah aspek permodalan dan pemasaran. Dalam analisis usahatani, perhitungan modal merupakan catatan yang tergolong penting di antara semua rencana usahatani (Dairi Pers 2008).
Perencanaan modal dapat dijadikan acuan untuk menjalankan
usaha dan mengurangi resiko usaha yang tidak diperhitungkan.
Masalah
permodalan bukan hanya bagaimana mencari modal atau berapa kisaran modal yang harus disiapkan untuk mengelola usahatani dalam satu musim. Akan tetapi juga merupakan perhitungan yang rinci atas biaya yang harus dikeluarkan di setiap unsur teknis produksi, seperti pengeluaran untuk pembelian benih, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja dan lain-lain. Di samping itu Dairi Pers (2008) mengemukakan bahwa penghitungan biaya lain seperti pajak dan iuran yang berkaitan dengan usaha juga harus dilakukan. Masalah permodalan untuk usahatani padi senantiasa menjadi perhatian pemerintah. Melalui departemen pertanian dan dinas-dinas di wilayah yang lebih rendah, beberapa program peningkatan produksi pangan diselenggarakan, dengan permodalan menjadi salah satu aspek yang disediakan bagi kelancaran penyelenggaraannya. Selain pemerintah, lembaga mediator perlu juga dilibatkan sebagai pihak yang membantu penyediaan modal usahatani (Deptan 2007). Selama ini di banyak tempat, petani meminjam modal usahatani pada petani lain, kerabat atau tengkulak, dengan alasan mudah menjalankan birokrasinya. Sementara banyak
19 petani yang beranggapan bahwa meminjam modal usahatani ke lembaga keuangan formal seperti bank, merupakan cara yang sangat sulit. Pihak bank sendiri masih banyak yang kurang yakin dengan karakter petani akibat pengalaman KUT yang telah gagal. Untuk itu perlu ada mediator yang tepat, yang dapat menjembatani keduanya sehingga terjalin hubungan yang saling menguntungkan.
Salah satu
mediator yang dapat melakukan hal tersebut adalah penyuluh. Selain permodalan, Dairi Pers (2008) juga mengungkapkan pentingnya aspek pemasaran sebagai faktor pelancar usahatani. Pemasaran terkait dengan berapa harga jual yang diterima, kemana menjual hasil produksi, berapa jumlah produksi yang terjual dan berapa pendapatan keseluruhan yang dihasilkan.
Mardikanto
(1993) mengemukakan bahwa lembaga pemasaran memegang peranan penting dalam kegiatan kelembagaan usahatani di pedesaan. Pengumpul merupakan bagian dari kelembagaan petani yang menampung hasil panen. Namun perlu diupayakan lembaga-lembaga pemasaran yang lebih formal yang akan memberikan imbalan harga yang cukup adil bagi petani.
Sekitar tahun 1980-an KUD merupakan
lembaga formal yang selain menyediakan fasilitas kredit juga menampung hasil usahatani untuk dipasarkan. Namun dewasa ini KUD kurang menjalankan fungsi tersebut, bahkan banyak yang sudah tidak aktif lagi. Dalam penelitian ini, butir-butir atau komponen usatahani padi di atas merupakan subjek pertanyaan sebagai informasi yang disampaikan melalui saluran komunikasi penyuluhan.
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Saluran komunikasi merupakan salah satu unsur komunikasi yang berperan penting dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Berbagai inovasi pertanian yang didiseminasikan pihak penggerak pembangunan membutuhkan saluran komunikasi untuk disampaikan pada pengguna, dalam hal ini adalah petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. Pemanfaatan kelompok tani yang telah terbentuk digunakan untuk mempermudah penyampaian informasi inovasi. Di samping itu jalur komunikasi bermedia juga diupayakan untuk menyebarkan informasi inovasi. Terlebih dewasa ini perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian maju dan merakyat dibanding masa terdahulu, sehingga menumbuhkan kemungkinan bahwa petani juga mampu mengakses semua media informasi dengan baik. Dalam upaya peningkatan produktivitas padi sebagai bahan pangan utama di Indonesia, berbagai inovasi juga terus diupayakan. Inovasi tersebut antara lain berupa pola tanam, teknik pemupukan dan sarana produksi padi. Inovasi ini perlu sampai pada petani padi, sehingga dapat terus mengembangkan usahanya menjadi lebih baik. Selain disampaikan melalui media, baik media elektronik maupun nonelektronik atau media cetak maupun media siaran, informasi inovasi ini juga disampaikan melalui pendekatan kelompok tani. Pendekatan kelompok ini merupakan salah satu cara yang efektif, karena dalam kelompok tani terdapat orang-orang yang cukup tanggap terhadap informasi sehingga diharapkan informasi tersebut dapat ditularkan kepada petani lainnya.
Mardikanto (1993) bahkan
menyebutkan bahwa dalam suatu kelompok tani harus ada kontak tani, petani maju dan petani pengikut. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih ada petani padi yang menjalankan usahataninya dengan cara-cara lama. Informasi hasil penelitian pertanian yang telah dihimpun dalam berbagai media belum optimal mencapai sasaran utama, yaitu para petani (Mulyandari et al. 2005) Diduga ini terjadi karena petani sebagai penerima inovasi tidak memiliki keseragaman waktu dalam menerima informasi inovasi, artinya masih banyak informasi inovasi yang tidak sampai pada petani tingkat terbawah. Selain itu diduga petani memiliki persepsi
21 yang berlainan atas informasi yang diterimanya melalui saluran komunikasi serta atas saluran komunikasi yang menjadi alat atau pihak penyampai informasi inovasi. Ketidaksamaan persepsi ini tentu tidak terlepas dari karakteristik individu dan non individu petani penerima informasi inovasi.
Karakteristik ini umumnya
mencirikan golongan petani sebagai petani maju dan petani pengikut dalam suatu kelompok tani.
Karakteristik ini oleh Rogers dan Shoemaker (1995) disebut
sebagai karakteristik keinovatifan. Penelitian ini diarahkan untuk melihat bagaimana persepsi dan pemilihan petani padi terhadap saluran komunikasi penyuluhan pada saat ini. Peubah-peubah yang diamati yaitu karakteristik keinovatifan petani padi meliputi karakteristik sosial ekonomi, karakteristik individu dan karakteristik komunikasi (sebagai peubah anteseden atau X) serta tingkat persepsi petani tentang saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi (Y1) dan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan berdasarkan informasi pengelolaan usahatani padi (Y2). Karakteristik keinovatifan petani yang diamati terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu karakteristik sosial ekonomi, individu dan karakteristik komunikasi. Beberapa indikator karakteristik individu ditentukan dengan mengacu pada karakteristik keinovatifan yang dikemukakan oleh Rogers dan Shoemaker (1995), antara lain: tingkat empati, tingkat keberanian beresiko dan tingkat futuristik. Karakteristik sosial ekonomi yang diamati yaitu: status sosial, luas lahan dan kepemilikan modal. Adapun karakteristik komunikasi yang dilihat meliputi: tingkat partisipasi sosial, tingkat aktivitas komunikasi dan keterlibatan dalam penyuluhan. Karakteristik keinovatifan petani tersebut dihubungkan dengan persepsi petani terhadap saluran komunikasi penyuluhan yang terbagi menjadi saluran komunikasi tak bermedia (interpersonal) dan saluran komunikasi bermedia. komunikasi
tak
bermedia
(interpersonal)
pengumpul/tengkulak dan pedagang.
yaitu
penyuluh,
petani
lain,
Adapun saluran komunikasi bermedia
mencakup media elektronik (televisi dan radio) dan non-elektronik kabar/majalah dan poster/leaflet).
Saluran
(surat
22 Persepsi yang diamati antara lain tentang saluran komunikasi mengacu pada dua peubah pemilihan saluran komunikasi oleh sasaran yang dikemukakan Berlo (1960) yaitu aspek ketersediaan saluran dan aspek pembiayaan untuk mengakses saluran tersebut, ditambah dengan aspek kemudahan diaksesnya saluran oleh petani serta ketepatan penggunaan saluran komunikasi (Mardikanto 1993). Tingkat Pemilihan
saluran komunikasi penyuluhan diamati berdasarkan jumlah jenis
saluran komunikasi penyuluhan yang diakses petani dan intensitas petani dalam mengakses saluran komunikasi.
Materi informasi melalui saluran komunikasi
penyuluhan yang diamati dalam penelitian mencakup informasi pengelolaan usahatani padi, berupa teknik pemilihan benih bermutu, sistem tanam, pemupukan, pengairan, penanggulangan HPT, pemanenan, permodalan dan pemasaran hasil usahatani padi. Persepsi petani terhadap saluran komunikasi penyuluhan ini diduga berkaitan dengan pemilihan saluran komunikasi penyuluhan bagi petani sebagai media informasi inovasi yang dibutuhkannya. Secara terstruktur, kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Hipotesis Penelitian H1 = Terdapat hubungan nyata antara karakteristik keinovatifan petani padi dengan persepsinya tentang saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi. H2 = Terdapat hubungan nyata antara karakteristik keinovatifan petani padi dengan pemilihan saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi. H3 = Terdapat hubungan nyata antara persepsi petani tentang saluran komunikasi penyuluhan dengan pemilihan saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi.
23
Peubah bebas
Karakteristik sosial ekonomi X1 status sosial X2 luas lahan X3 kepemilikan modal
Karakteristik individu X4 tingkat empati X5 tingkat keberanian beresiko X6 tingkat futuristik
Karakteristik komunikasi X7 tingkat partisipasi sosial X8 tingkat aktivitas komunikasi X9 keterlibatan dalam penyuluhan
Peubah terikat
Peubah terikat untuk X/ Peubah bebas untuk Y2
Persepsi petani tentang saluran komunikasi mengenai informasi pengelolaan usahatani padi (Y1) (Interpersonal dan bermedia) H1
H3 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4
ketersediaan saluran komunikasi biaya mengakses saluran komunikasi kemudahan mengakses saluran komunikasi ketepatan penggunaan saluran komunikasi
Pemilihan Saluran Komunikasi Penyuluhan (Y2) Y2.1 jumlah jenis saluran Y2.2 intensitas mengakses saluran
H2
Gambar 2. Kerangka berpikir “persepsi dan pemilihan petani terhadap saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi”
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi petani terhadap saluran komunikasi sebagai media penyampai informasi teknik usahatani padi.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, penelitian dirancang sebagai explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena persepsi petani, serta hubungan antar peubah melalui pengujian hipotesis. Sesuai dengan tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah survei atau menggunakan pengukuran kuantitatif. Di samping itu, pendekatan kualitatif dilakukan dalam penelitian guna memperoleh informasi sebanyak mungkin melalui pengumpulan dokumen-dokumen sekunder, pengamatan dan wawancara mendalam.
Wawancara mendalam dilakukan pada sejumlah
informan kunci, untuk melengkapi data dan informasi yang tidak dapat diperoleh melalui metode survei. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Serang Provinsi Banten, yaitu di wilayah sentra usahatani padi yang memiliki sekitar 1500 kelompok tani padi. Pemilihan lokasi didasarkan pada kenyataan bahwa Kabupaten Serang masih menjadi penyangga komoditas padi di wilayah Barat Pulau Jawa, dengan luas lahan untuk pertanian paling luas dibanding dengan penggunaan lain yaitu 53.148 hektar atau 31,23% dari keseluruhan luas lahan di Kabupaten Serang (BIPP Serang 2008). Penelitian dilakukan selama tiga bulan dimulai dari bulan Pebruari sampai Mei 2009. Populasi dan Sampel Unit analisis penelitian adalah petani padi yang menjadi anggota kelompok tani padi sawah di wilayah pertanian Kabupaten Serang. Lokasi wilayah pertanian di seluruh Kabupaten Serang terhimpun dalam 28 kecamatan. Menurut informasi dari Balai Informasi Penyuluhan Pertanian Kabupaten Serang, kecamatankecamatan yang memiliki kelompok tani khusus komoditas padi sawah antara lain Kecamatan Ciruas, Walantaka, Kragilan, Cikande, Pontang, Tirtayasa, Carenang, Binuang, Kibin dan Tanara. Wilayah ini termasuk sentra pertanian padi sawah
25 yang dilewati oleh irigasi sungai Ciujung.
Profil 10 kecamatan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Profil 10 kecamatan sentra padi sawah di Kabupaten Serang Kecamatan
Ciruas Walantaka Kragilan Cikande Pontang Tirtayasa Carenang Binuang Kibin Tanara Jumlah
Jarak ke Ibukota (km) 9 12 15 28 22 30 24 27 23 22
Luas Lahan (ha)
Jumlah Kelompok Tani (kelompok)
Jumlah Anggota (orang)
Jumlah Penyuluh (orang)
5.437 3.480 3.329 329 9.142 5.009 3.740 2.800 1.886 3.235
59 13 10 14 78 60 25 6 6 32 303
2.401 572 373 391 2.132 2.220 837 355 223 719 18.223
3 2 1 4 2 3 3 2 2 1 23
Sumber: BPS (2006) dan BIPP Serang (2008)
Penentuan lokasi kecamatan dilakukan secara purposive dengan memilih tiga kecamatan, dari 10 kecamatan yang memiliki kelompok tani dengan komoditas khusus padi sawah, yaitu kecamatan Ciruas, Tirtayasa dan Carenang. Pertimbangan pemilihan kecamatan ini adalah jarak kecamatan yang paling dekat dengan Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (Kecamatan Ciruas) dan terjauh (Kecamatan Tirtayasa). Adapun Kecamatan Carenang turut dipilih dengan pertimbangan bahwa kecamatan ini merupakan sentra pengembangan Prima Tani, di mana banyak diintroduksikan inovasi pengelolaan usahatani padi sawah melalui berbagai saluran komunikasi penyuluhan. Jumlah petani di Kecamatan Ciruas adalah 2.401 orang, di Kecamatan Tirtayasa adalah 2.220 orang dan di Kecamatan Carenang adalah 837 orang, sehingga jumlah populasi penelitian adalah 5.458 orang. Penentuan sampel dilakukan dengan cara random sampling. Petani yang menjadi sampel penelitian yaitu sebanyak 2,5% dari jumlah populasi, sehingga sampel penelitian berjumlah 136 orang. Sampel diambil dari gabungan kelompok tani (gapoktan) yang memiliki jumlah anggota kelompok tani terbanyak di setiap kecamatan. Kemudian dari gapoktan terpilih diambil tiga kelompok tani yang mewakili homogenitas petani di setiap kecamatan, dan diambil sampel sejumlah 4546 orang petani, dengan spesifikasi petani maju dan petani pengikut yang membuat
26 keputusan dalam berusahatani. Gambaran mengenai jumlah gapoktan dan jumlah anggota kelompok tani di tiga kecamatan terpilih berdasarkan jumlah sampel disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Nama kelompok tani dan jumlah responden di Kecamatan Carenang, Tirtayasa dan Ciruas Kabupaten Serang Kecamatan
Nama Gapoktan
Carenang
Karya Tani
Ciruas
Ratu Tani
Tirtayasa
Rahayu
Nama Kelompok Tani Karya Tani 1 Karya Tani 5 Karya Tani 8 Jembar Jaya Tani Mukti Sawargi Mekar Jaya Rukun Sadar
Jumlah Responden
Jumlah Responden (orang) 15 15 15 15 15 15 15 15 16 136
Sumber: Data primer (2009)
Data dan Instrumentasi Dalam penelitian ini dikumpulkan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diambil secara langsung dari anggota populasi yang menjadi sampel penelitian (responden).
Data primer dikumpulkan melalui pengisian
kuesioner penelitian dengan teknik wawancara dengan responden. Data sekunder diperoleh dari pemerintah setempat, instansi terkait dan kelompok tani padi di wilayah penelitian, berfungsi sebagai pendukung dan pelengkap data primer. Instrumentasi berupa kuesioner penelitian, disusun menjadi tiga bagian. Bagian pertama berupa pertanyaan-pertanyaan seputar karakteristik petani, meliputi karakteristik sosial ekonomi, karakteristik individu dan karakteristik komunikasi petani. Bagian kedua yaitu pernyataan-pernyataan tentang persepsi petani tentang saluran komunikasi interpersonal dan bermedia, ditinjau dari aspek ketersediaan, biaya untuk mengakses, kemudahan untuk mengakses dan ketepatan penggunaan saluran komunikasi.
Selanjutnya bagian ketiga adalah pertanyaan tentang
pemilihan saluran yang dibutuhkan oleh petani berdasarkan informasi pengelolaan usahatani padi. Instrumen ini dikembangkan dalam dua bentuk, yaitu berbentuk pertanyaan dan pernyataan baik secara terbuka maupun tertutup.
27 Definisi Operasional Definisi operasional dari peubah-peubah penelitian disajikan dalam Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Peubah/indikator, definisi operasional dan pengukuran penelitian No A X1
X2
X3
Peubah/Indikator Definisi Operasional Karakteristik Sosial Ekonomi Posisi responden sehubungan dengan Status sosial peranannya dalam masyarakat, yang ditandai dengan jabatan sosial dan tingkat kehidupan
Pengukuran
a. jabatan sosial yang diduduki di masyarakat
Jabatan sosial yang dimiliki responden di masyarakat dalam 3 tahun terakhir serta jenis jabatan yang disandangnya (skala data: ordinal)
Skor 1 = tidak memiliki jabatan Skor 2 = memiliki jabatan di lingkup RT, sebagai pengurus (bukan ketua) Skor 3 = memiliki jabatan di lingkup yang lebih besar dari RT, sebagai ketua
b. tingkat kehidupan
Tingkat kehidupan responden dilihat dari faktor fisik tempat tinggal dan harta benda yang dimiliki responden (skala data: ordinal)
Skor 1 = rumah menumpang, memiliki 1 alsintan, tidak memiliki kendaraan bermotor, Skor 2 = rumah sewa, memiliki 2 alsintan, memiliki kendaraan bermotor roda dua. Skor 3 = rumah milik sendiri, memiliki 3 atau lebih alsintan, memiliki kendaraan bermotor roda empat.
Luas Lahan
Luas lahan yang diusahakan responden untuk menanam padi sampai penelitian dilakukan, dinyatakan dengan satuan luas dalam m2 (skala data: rasio)
Dikategorikan dengan ordinal yaitu: Skor 1 = sempit (luas kurang dari 0,5 ha) Skor 2 = sedang (luas 0,5-1 ha) Skor 3 = luas (luas lebih dari 1 ha)
Kepemilikan modal
Status kepemilikan lahan, jumlah uang dan kepemilikan uang untuk berusahatani
a. status kepemilikan lahan
Status kepemilikan lahan yang digarap (skala data: ordinal)
b. jumlah modal
Jumlah uang yang digunakan responden untuk mengusahakan usahatani padi dalam satu musim tanam serta kepemilikan uang yang digunakan sebagai modal (skala data: ordinal)
c. sumber modal
Sumber uang yang digunakan sebagai modal usahatani Skala data: ordinal)
skala lahan lahan lahan
Skor 1 = lahan garapan tanpa sewa, jumlah modal/uang kecil, modal pinjam ke tengkulak/kerabat Skor 2 = lahan garapan dengan sewa, jumlah modal/uang sedang, modal pinjam ke lembaga keuangan. Skor 3 = lahan garapan milik sendiri, jumlah modal/uang besar, modal sendiri.
28 No B X4
X5
X6
Peubah/Indikator Definisi Operasional Karakteristik Individu Tingkat empati Kemampuan responden dalam menempatkan dirinya pada peran orang lain
Pengukuran
a. toleransi
Sikap responden dalam menghargai pendapat dan kepentingan orang lain (skala data: ordinal)
Skor 1 = jarang Skor 2 = sering Skor 3 = selalu
b. proyeksi peran
Sikap responden dalam menempatkan dirinya sebagai orang lain (skala data: ordinal)
Skor 1 = jarang Skor 2 = sering Skor 3 = selalu
Tingkat keberanian beresiko
Tanggung jawab responden keputusan yang diambilnya
a. sikap mau menerima kegagalan
Sikap responden dalam menerima kegagalan usahataninya (skala data: ordinal)
Skor 1 = jarang Skor 2 = sering Skor 3 = selalu
b. sikap mau mengatasi kesulitan
Sikap responden dalam mengatasi kesulitan akibat keputusan usahatani yang diambilnya (skala data: ordinal)
Skor 1 = jarang Skor 2 = sering Skor 3 = selalu
Tingkat futuristik
Kemampuan responden dalam berorientasi ke masa depan Sikap responden untuk tidak percaya pada nasib (skala data: ordinal)
Skor 1 = jarang Skor 2 = sering Skor 3 = selalu
Sikap responden untuk selalu mengharapkan kebaikan di masa depan (skala data: ordinal)
Skor 1 = jarang Skor 2 = sering Skor 3 = selalu
a. sikap tidak percaya pada nasib b. sikap optimis pada masa depan
terhadap
C Karakteristik Komunikasi X7 Tingkat partisipasi Keikutsertaan responden dalam kehidupan sosial bermasyarakat Keikutsertaan dalam kegiatan sosial X8
Tingkat aktivitas komunikasi
X9
Keterlibatan dalam penyuluhan
Keterlibatan responden dalam kegiatan sosial (pengajian, iuran, kerja bakti atau membantu orang yang terkena musibah) yang ada di lingkungannya dalam setahun terakhir (skala data: ordinal) Tingkat aktif/tidak aktifnya responden dalam memperoleh informasi (skala data: ordinal)
Tingkat keikutsertaan responden dalam kegiatan penyuluhan, pelatihan dan perencanaan program penyuluhan dalam satu tahun terakhir
Skor 1 = kurang dari 3 kali Skor 2 = 3 – 5 kali Skor 3 = lebih dari 5 kali Skor 1 = menunggu informasi Skor 2 = menunggu dan mencari informasi Skor 3 = selalu mencari informasi
29 No
Peubah/Indikator a. kehadiran dalam pertemuan penyuluhan
Definisi Operasional Tingkat kehadiran responden dalam kegiatan penyuluhan dalam setahun terakhir (skala data: ordinal)
Pengukuran Skor 1 = kurang dari 3 kali Skor 2 = 3 – 5 kali Skor 3 = lebih dari 5 kali
b. keikutsertaan dalam pelatihan pertanian
Intensitas atau pernah/tidaknya responden mengikuti kegiatan pelatihan tentang pertanian dalam setahun terakhir (skala data: ordinal)
Skor 1 = tidak pernah Skor 2 = pernah, 1 kali Skor 3 = pernah, lebih dari 1 kali
c. keterlibatan dalam perencanaan program penyuluhan
Keterlibatan respoden dalam merencanakan program penyuluhan bersama-sama dengan penyuluh (skala data ordinal)
Skor 1 = dilibatkan dalam identifikasi wilayah dan potensi pertanian Skor 2 = dilibatkan dalam perumusan tujuan program Skor 3 = dilibatkan dalam perumusan masalah dan pemecahannya
Y1 Persepsi Petani tentang Saluran Komunikasi Penyuluhan Pandangan responden tentang ketersediaan 1 Persepsi tentang saluran yang memuat informasi pengelolaan ketersediaan saluran komunikasi usahatani padi
2
3
a. persepsi tentang ketersediaan saluran komunikasi interpersonal
Pandangan responden tentang tersedianya saluran komunikasi interpersonal yang memberi informasi pengelolaan usahatani padi. (skala data: ordinal)
Skor 1 = tidak ada sama sekali Skor 2 = jarang ada Skor 3 = sering ada Skor 4 = selalu ada
b. persepsi tentang ketersediaan saluran komunikasi bermedia
Pandangan responden tentang tersedianya media elektronik dan non-elektronik yang memberi informasi tentang informasi pengelolaan usahatani padi (skala data: ordinal)
Skor 1 = tidak ada sama sekali Skor 2 = jarang ada Skor 3 = sering ada Skor 4 = selalu ada
Persepsi tentang biaya mengakses saluran komunikasi
Pandangan responden tentang murah atau mahalnya biaya dalam mengakses saluran yang memuat informasi pengelolaan usahatani padi
a. persepsi tentang biaya untuk mengakses saluran komunikasi interpersonal
Pandangan responden tentang murah atau mahalnya biaya untuk mengakses saluran komunikasi interpersonal yang memberi informasi pengelolaan usahatani padi. (skala data: ordinal)
Skor 1 = sangat mahal Skor 2 = mahal Skor 3 = murah Skor 4 = sangat murah
b. persepsi tentang biaya untuk mengakses saluran komunikasi bermedia Persepsi tentang kemudahan diaksesnya saluran komunikasi
Pandangan responden tentang murah atau mahalnya biaya untuk mengakses media elektronik dan non-elektronik yang memberi informasi tentang informasi pengelolaan usahatani padi (skala data: ordinal) Pandangan responden tentang kemudahan diaksesnya saluran yang memuat informasi pengelolaan usahatani padi
Skor 1 = sangat mahal Skor 2 = mahal Skor 3 = murah Skor 4 = sangat murah
30 No
4
Peubah/Indikator a. persepsi tentang kemudahan mengakses saluran komunikasi interpersonal
Definisi Operasional Pandangan responden tentang kemudahan mengakses saluran komunikasi interpersonal yang memberi informasi pengelolaan usahatani padi. (skala data: ordinal)
Pengukuran Skor 1 = sangat sulit Skor 2 = sulit Skor 3 = mudah Skor 4 = sangat mudah
b. persepsi tentang kemudahan mengakses saluran komunikasi bermedia
Pandangan responden tentang kemudahan mengakses media elektronik dan nonelektronik yang memberi informasi tentang informasi pengelolaan usahatani padi (skala data: ordinal)
Skor 1 = sangat sulit Skor 2 = sulit Skor 3 = mudah Skor 4 = sangat mudah
Persepsi tentang ketepatan penggunaan saluran komunikasi
Pandangan responden tentang ketepatan penggunaan saluran yang memuat informasi pengelolaan usahatani padi
a. persepsi tentang ketepatan penggunaan saluran komunikasi interpersonal
Pandangan responden tentang ketepatan penggunaan saluran komunikasi interpersonal yang memberi informasi pengelolaan usahatani padi. (skala data: ordinal)
Skor 1 = tidak tepat Skor 2 = kurang tepat Skor 3 = cukup tepat Skor 4 = sangat tepat
b. persepsi tentang ketepatan penggunaan saluran komunikasi bermedia
Pandangan responden tentang ketepatan penggunaan media elektronik dan nonelektronik yang memberi informasi tentang informasi pengelolaan usahatani padi (skala data: ordinal)
Skor 1 = tidak tepat Skor 2 = kurang tepat Skor 3 = cukup tepat Skor 4 = sangat tepat
Y2 Pemilihan Saluran Komunikasi pemilihan saluran komunikasi yang 1. Jenis saluran dibutuhkan responden baik saluran komunikasi yang interpersonal maupun bermedia, untuk dipilih memperoleh informasi pengelolaan usahatani padi (skala data: nominal dan ordinal) a. pemilihan jenis saluran komunikasi interpersonal
pemilihan saluran komunikasi interpersonal yang dibutuhkan responden untuk memperoleh informasi pengelolaan usahatani padi
Skor 1 = memilih hanya satu jenis saluran komunikasi Skor 2 = memilih sampai 3 jenis saluran komunikasi Skor 3 = memilih lebih dari 3 jenis saluran komunikasi
b. pemilihan jenis saluran komunikasi bermedia
pemilihan jenis media elektronik dan nonelektronik yang dibutuhkan responden untuk memperoleh informasi pengelolaan usahatani padi
Skor 1 = memilih hanya satu jenis saluran komunikasi Skor 2 = memilih sampai 3 jenis saluran komunikasi Skor 3 = memilih lebih dari 3 jenis saluran komunikasi
31 No 2.
Peubah/Indikator Intensitas mengakses saluran komunikasi
Definisi Operasional intensitas responden dalam mengakses saluran komunikasi untuk memperoleh informasi inovasi usahatani padi dalam satu musim terakhir (skala data: ordinal)
Pengukuran
a. intensitas responden dalam mengakses saluran komunikasi interpersonal
intensitas responden dalam mengakses saluran komunikasi interpersonal untuk memperoleh informasi pengelolaan usahatani padi dalam satu musim terakhir
Skor 1 = kurang dari 3 kali Skor 2 = 3 – 5 kali Skor 3 = lebih dari 5 kali
b. intensitas responden dalam mengakses saluran komunikasi bermedia
intensitas responden dalam mengakses media elektronik dan non-elektronik untuk memperoleh informasi pengelolaan usahatani padi dalam satu musim terakhir
Skor 1 = kurang dari 3 kali Skor 2 = 3 – 5 kali Skor 3 = lebih dari 5 kali
Kesahihan dan Keterandalan Instrumen Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian tehadap instrumen untuk mengukur kesahihan dan keterandalannya. Kerlinger (2006) mengungkapkan bahwa suatu alat ukur dikatakan sahih apabila alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat konsep yang sebenarnya ingin diukur. Adapun keterandalan suatu instrumen menyangkut tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat ukur, meskipun digunakan berulang-ulang pada subjek yang sama atau berbeda (Kerlinger 2006). Pengujian kesahihan instrumen dilakukan dengan cara membuat tolok ukur dari konsep-konsep yang ingin diukur dengan mempertimbangkan landasan teori, serta didasarkan pada hasil yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Di samping itu dilakukan pula konsultasi dengan berbagai pihak yang dianggap menguasai materi pada daftar kuesioner yang digunakan, seperti dosen pembimbing atau peneliti senior, yang secara keilmuan dianggap relevan dengan bidang ilmu yang diteliti. Keterandalan instrumen dilakukan melalui ujicoba terhadap instrumen terhadap sejumlah responden di tempat yang berbeda dan waktu yang berbeda, yang memiliki karakteristik sama dengan responden sesungguhnya. Ujicoba dilakukan dalam penelitian dilakukan kepada 15 orang petani yang memiliki karakteristik relatif sama dengan responden. Hasil ujicoba tersebut dites dengan uji koefisien reliabilitas belah dua, untuk mengetahui keterandalan instrumen atau kuesioner
32 yang telah disusun. Selanjutnya apabila masih ada yang belum sesuai, dilakukan perbaikan atau penyempurnaan kuesioner sampai memiliki tingkat keterandalan yang dapat diterima. Adapun formulasi uji koefisien reliabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut: 2 ( r.tt) r total =
1 + r.tt
Keterangan: r total = angka keterandalan keseluruhan item (koefisien reliabilitas) r. tt = angka korelasi belahan pertama dan kedua
Jika angka r total hitung berada di atas angka kritis rtabel pada taraf 5% (0,05) maka pernyataan-pernyataan dalam kuesioner dianggap memiliki keterandalan (Singarimbun & Effendi 2006). Dari hasil uji reliabilitas instrumen penelitian diperoleh nilai koefisien reliabilitas untuk peubah persepsi petani tentang saluran komunikasi penyuluhan sebesar 0,870 dan untuk peubah pemilihan saluran komunikasi sebesar 0,756. Oleh karena nilai rtotal tersebut lebih besar dari rtabel (α = 0,05; db =
13)
sebesar 0,514, maka
berdasarkan nilai reliabilitas tersebut, instrumen yang digunakan dalam penelitian termasuk dapat diandalkan. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Data primer dalam penelitian dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang disertai dengan wawancara terhadap 136 orang petani padi yang terdiri dari petani maju dan petani pengikut yang melakukan pengambilan keputusan usahatani. Pengumpulan data dilakukan selama 3 bulan, yaitu sejak bulan Pebruari sampai pertengahan Mei 2009.
Data-data pendukung yang bersifat langsung juga
dikumpulkan melalui wawancara dengan penyuluh dan tokoh masyarakat. Data sekunder dikumpulkan dari instansi pemerintah setempat (desa/kecamatan), dinas pertanian atau data-data statistik terkait yang diperoleh secara langsung maupun melalui internet. Setelah data terkumpul maka data di-coding dan di-entry dengan menggunakan program excel.
Data tersebut dianalisis secara analisis statistik
deskriptif dengan menampilkan distribusi frekuensi, persentase, rataan skor dan total rataan skor, serta analisis statistik inferensial dengan menggunakan statistika
33 non-parametrik yang menggunakan uji korelasi rank Spearman (rs), dengan rumus sebagai berikut (Siegel 1994):
rs =
1 ─ 6 ∑ di2 N3 ─ N
Keterangan:
rs = koefisien korelasi rank Spearman N = Jumlah Responden di = selisih ranking antara dua peubah
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Serang terletak antara 5050’-6021’ Lintang Selatan dan 10507’106022’ Bujur Timur. Wilayah-wilayah yang membatasinya adalah: di sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa, sebelah Timur dibatasi oleh Kabupaten Tangerang, sebelah Barat dibatasi oleh Kota Cilegon dan Selat Sunda serta di sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Lebak dan Pandeglang. Kabupaten Serang merupakan ibukota Provinsi Banten, yang terletak sekitar 60 km dari ibukota Negara. Letaknya yang strategis membuat Kabupaten Serang sering kali dijadikan sebagai tempat transit perhubungan darat antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa (BPS Serang 2006). Peta wilayah Kabupaten Serang dapat dilihat pada Gambar 3.
Laut Jawa Selat Sunda
Kab. Tangerang
Kab. Pandeglang
Kab. Lebak
Keterangan: ■ Ibukota Kabupaten Wilayah penelitian
Gambar 3. Peta wilayah Kabupaten Serang Jumlah kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Serang adalah sebanyak 28 kecamatan. Data dari BIPP Serang (2008) menunjukkan bahwa dengan luasan wilayah
170.166 Ha, sebanyak 74.43% dari luas keseluruhan berupa lahan
pertanian, mencakup lahan basah dan lahan kering. Sejumlah 25,57% lainnya merupakan lahan pemukiman dan industri. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.
35 Tabel 4. Luas wilayah Kabupaten Serang berdasarkan penggunaan lahan Penggunaan Lahan Pertanian Lahan Basah (sawah) Pertanian Lahan Kering - Lahan tanaman pangan - Lahan tanaman perkebunan - Hutan - Lainnya Industri Perumahan Total
Luas Lahan (ha) 53.148
Persentase (%) 31,23
25.605 38.070 5.035 4.814 16.317 27.177 170.166
15,05 22,37 2,96 2,82 9,59 15,98 100,00
Sumber: BIPP Serang (2008)
Tabel 4 menunjukkan bahwa
31% areal lahan digunakan untuk sektor
pertanian lahan basah yang ditanami padi sawah. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian khususnya untuk komoditas padi sawah masih unggul dibanding sektor pertanian tanaman lain.
Luas lahan yang digunakan untuk persawahan
terkonsentrasi di wilayah pantai utara, dan lebih dari setengahnya merupakan sawah irigasi. Luasnya sawah irigasi tidak terlepas dari kenyataan bahwa wilayah Serang didukung oleh empat Daerah Aliran Sungai (DAS), yang merupakan satu kesatuan wilayah tata air yang berpengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya. Keempat DAS utama di Kabupaten Serang tersebut adalah DAS Cidanau, DAS Cibanten, DAS Ciujung Hulu dan DAS Bojonegara. Beberapa aliran sungai kecil menginduk pada keempat DAS tersebut (BPTP Banten 2006). Ketersediaan sumber air cukup kondusif bagi kegiatan pengairan sawah yang membutuhkan cukup banyak air pada saat-saat tertentu. Keadaan agroklimat Kabupaten Serang berada dalam batas normal. Suhu di siang hari berkisar antara 27-310C, dan suhu malam berkisar antara 20-250C. Pada musim kemarau suhu meningkat sampai 340C di siang hari. Kelembaban nisbi berada dalam selang 65-85%. Sedangkan rata-rata curah hujan tahunan pada tahun 2008 menunjukkan nilai 1592 mm. Kabupaten Serang beriklim sedang, dengan rata-rata bulan basah terjadi pada Bulan November – Mei, dan bulan kering pada Bulan Juni – Oktober (BIPP Serang 2008). Kondisi ini pada dasarnya mendukung Kabupaten Serang untuk mengembangkan berbagai macam komoditas pertanian. Selain padi yang merupakan komoditas terbanyak, tanaman perkebunan juga merupakan komoditas yang menempati luasan lahan yang cukup tinggi di
36 Kabupaten Serang (22,37%). Komoditas perkebunan yang dominan adalah kelapa, melinjo, kopi dan cengkeh.
Adapun tanaman pangan didominasi oleh palawija
(jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar), sayuran (bawang merah, sawi, kacang panjang, cabe, tomat, terong, ketimun, kangkung dan bayam), buah-buahan (alpukat, mangga, rambutan, jeruk, durian, jambu biji, sawo, pepaya, pisang, nenas, salak, manggis, nangka, sukun, sirsak, duku dan belimbing) serta tanaman hias (sedap malam, anggrek dan tanaman hias daun). Berdasarkan data BIPP Serang tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Serang mencapai 1.894.510 jiwa, dengan persentase laki-laki dan perempuan yang hampir seimbang (51% laki-laki, 49% perempuan). Tingkat kepadatan penduduk tergolong tinggi, yaitu mencapai 1.058 jiwa/km2. Konsentrasi penduduk yang padat ada di daerah yang dekat dengan Kota Serang, seperti Kecamatan Ciruas, Kramatwatu dan Kragilan. Adapun kepadatan terendah yaitu di Kecamatan Gunungsari. Tingkat pendidikan formal petani yang menjadi responden penelitian menyebar antara kategori tidak bersekolah sampai lulusan akademi.
Sebaran
responden berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan formal Tingkat Pendidikan Lulusan Akademi Lulusan SLTA Lulusan SLTP Lulusan SD Tidak tamat SD Tidak sekolah Jumlah
Jumlah (orang) 3 11 23 75 9 15 136
Persentase (%) 2,2 8,1 16,9 55,1 6,7 11,0 100,0
Ditinjau dari tingkat pendidikan, jumlah terbanyak ada di kelompok lulusan SD (55,1%). Disusul kemudian oleh lulusan SLTP (16,9%) dan SLTA (8,1%). Berdasarkan kenyataan tersebut, tingkat pendidikan formal petani cenderung masih tergolong rendah.
Rendahnya tingkat pendidikan petani menurut Rogers dan
Shoemaker (1995) dapat berpengaruh pada penerimaan petani terhadap inovasi. Peningkatan pengetahuan petani tentang inovasi dapat diupayakan melalui jalur pendidikan nonformal, yaitu salah satunya melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan.
37 Kelembagaan Petani dan Pertanian di Kabupaten Serang Telah diutarakan sebelumnya, bahwa luas lahan pertanian di Kabupaten Serang tergolong tinggi, yaitu sekitar 75% dari total luas lahan. Kondisi ini sangat berkaitan dengan tingginya jumlah penduduk yang memiliki pekerjaan di bidang pertanian. Tabel 6 menunjukkan data tahun 2006 tentang lapangan usaha yang digeluti oleh penduduk Kabupaten Serang yang berusia di atas 10 tahun. Menurut data dari BIPP Serang (2008) dari keseluruhan penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani, yang khusus melakukan usahatani padi dan palawija adalah sejumlah 80%, sedangkan 20 % petani mengupayakan tanaman sayuran. Jumlah petani yang relatif banyak ini memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pembangunan pertanian khususnya di Kabupaten Serang.
Dalam
kegiatan pembangunan pertanian, keberadaan petani sangat penting.
Petani
merupakan subjek pembangunan dan memiliki peran sebagai manajer dalam usahataninya. Untuk itu petani harus terus diupayakan agar kapasitasnya meningkat sesuai dengan tuntutan jaman.
Peningkatan kapasitas petani ini mencakup
pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam kaitannya dengan berbagai inovasi pertanian. Salah satu cara mewujudkan hal tersebut adalah melalui pembentukan kelembagaan petani, yang fungsi utamanya adalah mengkoordinasikan petani dengan segala kegiatan usahataninya serta menampung aspirasi dan kebutuhan mereka. Tabel 6. Jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut jenis lapangan usaha di Kabupaten Serang Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Angkutan dan komunikasi Bank dan lembaga keuangan lainnya Jasa-jasa
Jumlah (orang) 217.654 1.524 115.782 2.470 28.642 132.122 55.548 2.786 46.830 603.358
Persentase (%) 36,07 0,25 19,19 0,41 4,75 21,90 9,21 0,46 7,76 100,00
Sumber: BPS Serang (2006)
Dalam Renstra Badan Litbang Pertanian 2005-2009 dicanangkan rencana pembangunan pertanian yang salah satunya ditujukan untuk memantapkan
38 ketahanan pangan (Khomsurizal 2008). Selama periode 30 tahun terakhir ini, sektor pertanian dalam arti luas merupakan motor penggerak penting perekonomian pedesaan.
Sejalan dengan upaya peningkatan pembangunan pertanian, peranan
kelembagaan kelompok tani di pedesaan sangat besar dalam mendukung dan melaksanakan berbagai program yang sedang dan akan dilaksanakan, karena kelompok tani mewadahi petani yang pada dasarnya merupakan pelaku utama pembangunan pertanian. Di Kabupaten Serang, jumlah kelompok tani mencapai sekitar 1500 kelompok yang tersebar di 28 kecamatan, mencakup kelompok tani padi dan non padi. Kelompok tani tersebut diklasifikasikan berdasarkan kemampuan kelompoknya, yang terdiri dari: kelompok pemula sebanyak 299 kelompok, kelompok lanjut sebanyak 634 kelompok, kelompok madya sejumlah 470 kelompok dan kelompok utama sejumlah 166 kelompok. Adapun berdasarkan klasifikasi atas komoditas usahatani, kelompok tani dibedakan menjadi kelompok di bidang unggulan tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan pelestarian sumberdaya alam. Penelitian ini mengambil sampel beberapa orang petani yang menjadi anggota kelompok tani di tiga kecamatan. Kelompok tani yang dipilih adalah kelompok tani khusus komoditas padi. Sampel penelitian di kecamatan Ciruas adalah anggota kelompok tani Jembar Jaya, Tani Mukti dan Sawargi. Di Kecamatan Carenang diwakili oleh petani dari kelompok tani Karya tani I, V dan VIII, sedangkan di Kecamatan Tirtayasa diwakili oleh petani dari kelompok tani Mekar Jaya, Rukun dan Sadar. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tingkat kedinamisan kelompok terlihat berbeda-beda. Perbedaannya terletak dari bagaimana pengurus dan anggota berinteraksi dan mengelola kegiatan kelompoknya.
Namun demikian, upaya
pemerintah untuk mengembangkan kapasitas petani dan kelompok tani terus dilakukan sejalan dengan adanya berbagai program pembangunan pertanian. Penyelenggara program penyuluhan di Kabupaten Serang adalah Dinas Pertanian melalui instansi Balai Penyuluhan Pertanian di setiap kecamatan, serta penyuluh teknis dari Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian setempat. Program yang diberikan di antaranya adalah pengembangan kemampuan petani melalui pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan sekolah lapang agribisnis, pengendalian hama terpadu dan yang
39 sedang berjalan adalah sekolah lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SLPTT). Khusus untuk materi SLPTT, petani dari Kecamatan Carenang telah lebih dahulu mengetahui dan mempraktekkannya, sehubungan kecamatan ini merupakan pusat kegiatan Prima Tani di Kabupaten Serang sejak tahun 2005. Kelancaran penyelenggaraan berbagai program atau pemberian fasilitas kebutuhan di tingkat petani didukung pula oleh para petugas penyuluh lapangan yang disebar di setiap wilayah binaan. Satu wilayah binaan umumnya terdiri dari 2-3 desa dan dikoordinasi oleh seorang penyuluh. Di Kecamatan Ciruas, terdapat enam wilayah binaan, di Kecamatan Carenang dan Tirtayasa terdapat masingmasing lima wilayah binaan. Jumlah penyuluh tetap di setiap kecamatan umumnya terdiri dari 3-5 orang, ditambah dengan penyuluh tidak tetap sekitar lima orang setiap kecamatan, berupa tenaga harian lepas (THL) dan tenaga bantu penyuluh pertanian (TBPP) yang direkrut dan dilatih oleh Departemen Pertanian sejak tahun 2007. Kelembagaan petani yang tak kalah pentingnya adalah kelembagaan mitra cai. Kelembagaan ini berada di bawah pengelolaan pemerintah kecamatan/desa, yang berfungsi sebagai pihak pengelola ketersediaan air untuk pengairan lahan pertanian. Sarana dan prasarana pendukung di Kabupaten Serang umumnya telah menunjang sektor pertanian dengan baik.
Pembangunan jalan sebagai akses
transportasi terlihat cukup baik, bahkan sampai ke wilayah yang jauh dari pusat kota. Hampir semua jalan telah diaspal sampai ke jalan desa. Begitu pula sarana komunikasi cukup lengkap dengan adanya jaringan telekomunikasi yang masuk ke pelosok desa. Sarana pemasaran juga cukup mendukung kegiatan pertanian, karena pasar untuk menjualbelikan hasil pertanian cukup banyak. Untuk komoditas selain padi, petani menjual hasil pertanian ke pengumpul untuk dipasarkan ke pasar lokal, seperti Pasar Rawu di Kota Serang atau Pasar Kragilan. Adapun untuk komoditas padi biasanya petani menjual dengan berbagai cara, antara lain dijual langsung di lahan, dijual ke penggilingan atau dijual pada pengumpul yang mencari hasil panen ke rumah mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, pasar untuk komoditas padi cukup luas. Selain di pasar lokal, beberapa pembeli dari luar kota (seperti Majalengka, Bogor, Kuningan) datang ke lokasi, dan membawa hasil panen mereka untuk dipasarkan di kota lain.
40 Usahatani Padi di Kabupaten Serang Sebagai salah satu sentra wilayah padi di Provinsi Banten, kegiatan penanaman padi di Kabupaten Serang dilakukan sepanjang tahun. Rata-rata penanaman padi dilakukan dalam tiga kali musim setahun, artinya padi yang ditanam umumnya memiliki umur tanam sekitar tiga sampai empat bulan. Petani jarang melakukan pemberaan lahan, namun sesekali melakukan penggantian komoditas lain di lahan sawahnya, seperti palawija dan sayuran. Setelah panen, lahan beristirahat sepanjang petani mengurus hasil panen, yaitu antara dua minggu sampai satu bulan. Setelah itu petani segera memulai musim tanam berikutnya. Varietas padi yang umum ditanam oleh petani Kabupaten Serang antara lain Ciherang, Cigeulis dan IR 64.
Varietas ini termasuk varietas unggulan yang
dianjurkan pemerintah pada saat ini. Selain waktu tanam yang singkat, petani banyak menggunakan varietas ini karena cukup mudah mendapatkannya, baik melalui subsidi dari pemerintah, membeli dari petani lain ataupun dari kios pertanian setempat. Penyortiran varietas yang umum dilakukan adalah dengan cara menampi atau mengangin-anginkan benih, kemudian melimbangnya pada larutan air garam dengan merendamnya sekitar dua hari. Bagian yang mengambang akan dibuang, dan bagian yang tenggelam kemudian dikeringkan dan siap untuk disemai. Tahapan penanaman padi dilakukan dalam dua tahap, yaitu persemaian dan pemindahan benih ke lahan sawah. Penyemaian benih dilakukan sekitar satu bulan pada 3-5% luasan lahan sawah. Sementara penyemaian dilakukan, persiapan lahan juga dikerjakan oleh petani pemilik/penggarap dibantu oleh para buruh tani. Secara umum pengolahan tanah dilakukan dengan cara membajak dan mencangkul. Ada pula yang dilakukan dengan hand tractor yang menggunakan bahan bakar solar. Pembalikan tanah dengan cara tersebut dimaksudkan untuk menggemburkan kesuburan lahan, menghilangkan sisa-sisa panen sebelumnya serta memudahkan penanaman padi musim selanjutnya. Ditinjau dari pembuatan jarak tanam, terdapat dua sistem tanam padi yang dilakukan petani.
Sebagian petani masih melakukan sistem tanam lama, yaitu
dengan sistem garit biasa, dengan menggarit lahan sawah dengan jarak yang sama berbentuk tegel dengan jarak sekitar 20 X 20 cm, dengan jumlah tanaman 2-3 tanaman per lubang. Sebagian petani lain telah menggunakan inovasi sistem tanam
41 yaitu dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo. Sistem tanam ini dilakukan dengan cara memberi jarak tertentu di antara garitan yang dipakai untuk menanam. Jarak ini memudahkan petani untuk melakukan berbagai aktivitas pemeliharaan tanaman padi, seperti pemupukan, penyiangan atau penyemprotan, serta memberikan keuntungan bagi tanaman padi karena memiliki ruang yang leluasa dalam menyerap unsur hara tanah. Umumnya sistem legowo ini menggunakan Legowo-2 atau Legowo-4. Legowo-2 mengandung arti bahwa dalam setiap dua baris garitan yang diupayakan untuk penanaman diberikan jarak dengan dua baris garitan berikutnya. Penyiangan lahan dilakukan seperti umumnya dilakukan oleh kebanyakan petani di Indonesia. Pada saat padi berumur sekitar 25-30 hari petani menyiangi lahan secara tradisional dengan menggunakan tangan atau alat gosrokan. Penyiangan ini dilakukan untuk mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman, biasanya dilakukan bersamaan dengan penyemprotan tanaman. Pemupukan
untuk
tanaman
padi
masih
banyak
dilakukan
dengan
menggunakan pupuk kimia. Walaupun pihak pemerintah melalui Dinas Pertanian setempat senantiasa menghimbau petani untuk menggunakan pupuk secara berimbang serta menggunakan pupuk organik, namun masih banyak petani yang memupuk padi berdasarkan keinginan sendiri.
Umumnya petani melakukan
pemupukan sebanyak dua kali, yaitu pada saat 20-25 hari setelah tanam, serta ketika padi sudah bunting (sekitar umum 1,5-2 bulan). Petani yang menggunakan pupuk organik kebanyakan menggunakan kotoran kerbau dan ayam, yang dibubuhkan di lahan sawah pada awal musim tanam.
Inovasi pemupukan terbaru, yaitu
pemupukan dengan cara menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) untuk pemupukan N, hampir belum dilakukan oleh masyarakat petani. Terdapat satu dua petani yang melakukan pemupukan berdasarkan BWD. Mereka adalah petani yang tingkat kekosmopolitannya tinggi dan biasa mencari teknik-teknik baru di luar wilayah desa, atau bahkan mencari ke lembaga penelitian pertanian. Kenyataan ini terlihat pada beberapa petani di Kecamatan Carenang, di mana kecamatan tersebut merupakan tempat ujicoba penyelenggaraan Prima Tani, sehingga mengundang beberapa petani maju untuk menjadi peserta kooperator pada kegiatan Prima Tani.
42 Pengairan sawah yang dilakukan petani umumnya masih menggunakan sistem pengairan tergenang, yang hanya sesekali disusutkan airnya, yaitu apabila akan melakukan pemupukan atau penyemprotan. Petani masih merasa cukup dengan sumber air yang ada, sehingga tidak perlu melakukan sistem pengairan berselang sebagaimana inovasi yang sedang digulirkan. Irigasi teknis, semi teknis dan irigasi sederhana diupayakan oleh kelompok tani dan mitra cai yang ada di wilayah Kabupaten Serang.
Untuk mengatasi lahan yang lebih tinggi posisinya dibanding
saluran air, dilakukan pompanisasi dari saluran irigasi ke lahan sawah. Sistem pompanisasi umumnya dilakukan dengan cara menyewa pompa air ke petani pemilik pompa, yang dibayar dengan satu kwintal gabah basah di saat panen. Menurut penyuluh setempat, sekitar lima persen areal lahan padi sawah di Kabupaten Serang masih diairi dengan sistem tadah hujan, terutama pada saat curah hujan sedang tinggi, sehingga tidak perlu melakukan pompanisasi. Upaya penanggulangan HPT hampir seluruhnya dilakukan secara kimia, yaitu dengan melakukan penyemprotan. Hama yang umum terdapat di lahan adalah penggerek batang, ulat, wereng, burung dan tikus. Sedangkan penyakit yang umum terjadi adalah penyakit tungro. Obat hama yang digunakan di antaranya furadan, dencis atau endrin, yang disemprotkan rata-rata sekitar tiga kali dalam satu musim tanam, yaitu pada saat awal penananam, di sepertiga musim dan dua per tiga musim. Umumnya petani tidak memperhatikan apakah ada gejala serangan hama atau tidak, tetapi menyemprot sesuai keinginannya. Beberapa petani menganggap, sebelum diserang hama apapun, lebih baik mencegah terlebih dahulu dengan menyemprot tanaman.
Kenyataan yang terjadi, masih banyak petani yang
menyemprot tanaman padinya lebih dari tiga kali, bahkan sampai 5-6 kali dalam satu musim tanam. Begitu pula belum pernah dilakukan pembasmian hama secara biologis, karena dinilai sangat merepotkan. Petani memperoleh obat hama atau pestisida dengan berbagai cara, di antaranya membeli dari petani lain, membeli ke kios pertanian, atau membeli dari para formulator yang bekerja sama dengan penyuluh. Untuk cara terakhir ini, menurut wawancara dengan penyuluh, umumnya formulator terlebih dahulu meminta izin ke instansi penyuluhan terkait untuk memasarkan produknya. Namun penyuluh bersikap hati-hati dengan tidak memberikan rekomendasi apapun kepada
43 petani.
Cara aman yang dianjurkan penyuluh pada formulator adalah dengan
membuat demplot terlebih dahulu di lahan petani, sehingga hasil tanam dapat dilihat terlebih dahulu. Selanjutnya petani dipersilahkan memutuskan sendiri dalam penggunaan petisida di lahannya. Panen padi dilakukan setelah padi menguning dan bulir penuh, yaitu sekitar 3,5 bulan. Alat yang digunakan untuk memanen adalah sabit atau gerandong, mengingat varietas yang ditanam umumnya tidak mudah rontok. Perontokan padi dilakukan di lahan, dengan menggunakan mesin perontok (thresher).
Cara
pemanenan di setiap kelompok hamparan atau wilayah pertanian dilakukan dengan cara yang berbeda. Dalam satu wilayah ada petani yang memanen dengan cara melelang hasil panen ke tengkulak. Menurut petani yang menggunakan cara ini, melelang hasil panen sangat tidak merepotkan. Petani cukup menghubungi pelelang, dan pada saat panen pelelang datang membawa kelompoknya untuk memanen padi, sementara petani tinggal memperoleh uang dari tengkulak sesuai perjanjian. Dengan cara ini, petani tidak sebutirpun boleh membawa hasil panen ke rumahnya. Cara lain adalah dengan menyewa buruh tani untuk melakukan panen di lahannya. Buruh tani diupah sesuai harga yang berlaku, dan hasil panen dapat dibawa pulang ke rumah. Apabila petani membutuhkan uang, hasil panen tersebut langsung dijual dalam kondisi gabah basah. Namun apabila belum membutuhkan uang, petani menjemur gabahnya sampai kering dan disimpan di rumah sebagai persediaan bagi konsumsi keluarga (untuk digiling) atau untuk dijual bila petani sewaktu-waktu memerlukan uang. Cara terakhir adalah sistem gebotan, yaitu panen dilakukan dengan teknik gebot, di mana yang memanen adalah para petani yang ikut andil pada saat menanam. Cara ini cukup melekat di suatu wilayah tertentu, seperti di seluruh wilayah Kecamatan Carenang dan beberapa wilayah di Kecamatan Tirtayasa, dan merupakan adat-istiadat yang telah dilakukan turun-temurun.
Petani yang
menggunakan cara ini menuturkan bahwa keuntungan panen dengan cara ini adalah keeratan hubungan antar petani dapat terjalin dengan kuat, serta tidak ada petani yang tidak memiliki padi di rumahnya sendiri. Selama cara panen ini dilakukan
44 secara serentak dan dilakukan dengan cara beregu, cara ini tidak bertentangan dengan inovasi pertanian. Hal lain di luar teknik bertani dan tak kalah penting adalah tentang permodalan dan pemasaran.
Secara umum, petani telah memiliki kemandirian
dalam melakukan permodalan dalam bentuk uang. Banyak di antara petani yang menggunakan uang sendiri untuk biaya operasional penanaman. Mereka menyisihkan uang dari hasil panen untuk melakukan penanaman di musim berikutnya. Namun demikian ada pula petani yang meminjam modal ke pihak lain, seperti ke kerabat, tengkulak atau kelompok tani.
Modal yang diperoleh dari
kelompok tani umumnya berupa subsidi yang diberikan melalui kelompok, baik berupa bibit atau pupuk maupun sejumlah uang yang dialokasikan untuk pembelian bibit atau pupuk. Peminjaman ke petani lain umumnya bukan dalam bentuk uang, tetapi dalam bentuk sarana produksi atau alat-alat pertanian. Pembayaran dilakukan pada saat panen, umumnya dengan membayarkan sejumlah hasil panen sesuai kesepakatan. Sebagai ilustrasi, berdasarkan wawancara dengan petani, jumlah uang yang dibutuhkan untuk modal adalah sekitar 2,5 juta rupiah untuk satu hektar. Uang ini digunakan untuk biaya pembelian saprotan seperti bibit, pupuk dan pestisida, penanaman mulai pengolahan tanah, tandur, penyiangan, pemupukan, penyemprotan, sampai panen. Pemasaran hasil panen dilakukan dengan dua cara, yaitu penjualan langsung sesaat sesudah panen, atau ditunda pada saat membutuhkan uang. Hasil wawancara pada petani menunjukkan bahwa tidak terdapat kesulitan dalam melakukan pemasaran hasil panen. Dengan cara panen lelang, hasil panen secara otomatis terjual secara langsung. Apabila hasil panen disimpan di rumah, kapan pun petani ingin menjual hasil panen, banyak pembeli yang datang mencari, atau menjual ke penggilingan (pabrik) sebagai penampung hasil panen utama di wilayah internal pertaniannya. Gambaran mengenai sistem pengelolaan usahatani padi yang diungkapkan di atas dapat dibedakan di tiga kecamatan yang menjadi lokasi penelitian. Tabel 7 menyajikan keragaan sistem pengelolaan usahatani padi di tiga kecamatan tersebut.
45
Tabel 7. Sistem pengelolaan usahatani padi di Kecamatan Ciruas, Carenang dan Tirtayasa Sistem pengelolaan usahatani Pemilihan bibit Sistem tanam
Ciruas Disortir dengan cara ditampi dan dilimbang dalam larutan air garam - Hampir semua petani menggunakan sistem tanam jajar Legowo-4 - Pengolahan tanah sudah banyak dilakukan dengan hand tractor, tapi masih ada yang menggunakan bajak sederhana dengan menggunakan kerbau
Pemupukan
- Masih banyak petani yang mengutamakan pupuk kimia dibanding pupuk organik - Umumnya petani melakukan pemupukan sesuai rekomendasi penyuluh, yaitu sebanyak 2-3 kali pemupukan
Pengairan
- Umumnya masih melakukan sistem pengairan tergenang sepanjang musim. - Pompanisasi air dari saluran irigasi jarang dilakukan, karena letak sawah sangat dekat dengan saluran irigasi sekunder
Kecamatan Carenang Disortir dengan cara ditampi dan dilimbang dalam larutan air garam - Sistem tanam beragam, berupa sistem tanam jajar Legowo-2, Legowo-4 dan Legowo-8 - Pengolahan tanah dilakukan dengan hand tractor atau dibajak dengan menggunakan kerbau
- Beberapa petani telah menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) sebagai pembanding dalam memberikan pupuk - Pupuk kimia dan organik cenderung digunakan secara seimbang - Umumnya petani melakukan pemupukan sesuai rekomendasi penyuluh, yaitu sebanyak 2-3 kali pemupukan - Umumnya masih melakukan sistem pengairan tergenang sepanjang musim. - Kadang-kadang dilakukan pompanisasi air dari saluran irigasi, terutama di musim kemarau
Tirtayasa Disortir dengan cara ditampi dan dilimbang dalam larutan air garam - Hampir semua petani belum menerapkan sistem tanam jajar legowo, tapi menggunakan sistem tegel yang telah dilakukan secara turun-temurun. - Umumnya Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dicangkul atau dibajak dengan tenaga kerja sesama petani yang berada di wilayahnya - Masih banyak petani yang mengutamakan pupuk kimia dibanding pupuk organik - Umumnya petani melakukan pemupukan sesuai rekomendasi penyuluh, yaitu sebanyak 2-3 kali pemupukan
- Umumnya masih melakukan sistem pengairan tergenang sepanjang musim. - Hampir selalu dilakukan pompanisasi, sumber air jauh dan kurang bagus.
46
Sistem pengelolaan usahatani Penanggulangan HPT
Pemanenan
Permodalan
Pemasaran
Kecamatan Carenang Pada umumnya dilakukan penyemprotan dengan obat, tanpa mendeteksi terlebih dahulu gejala-gejala hama dan penyakit - Umur panen padi rata-rata 3,5 bulan - Umumnya petani masih menerapkan sistem bawon dan bagi hasil, panen dilakukan oleh petani yang melakukan penanaman di awal musim. - Modal dalam bentuk uang berasal dari pribadi dan dari pihak pemilik penggilingan padi (pengumpul). - Modal dalam bentuk sarana produksi umumnya berasal dari bantuan pemerintah - Kelompok tani yang menjadi sampel penelitian telah mengelola sistem keuangan kelompok. - Umumnya petani langsung - Petani menyimpan hasil panen di gudang penyimpanan untuk dijual menjual hasil panen seluruhnya sebagian atau dijual saat pada saat panen, yaitu ke pelelang membutuhkan uang
Ciruas Pada umumnya dilakukan penyemprotan dengan obat, tanpa mendeteksi terlebih dahulu gejalagejala hama dan penyakit - Umur panen padi rata-rata 3,5 bulan - Kebanyakan petani sudah menerapkan sistem panen dengan cara dilelang, panen dikerjakan oleh pelelang dan anak buahnya - Modal dalam bentuk uang umumnya berasal dari penghasilan usahatani sebelumnya atau pinjam ke petani lain - Modal dalam bentuk sarana produksi umumnya berasal dari bantuan pemerintah
Tirtayasa Pada umumnya dilakukan penyemprotan dengan obat, tanpa mendeteksi terlebih dahulu gejala-gejala hama dan penyakit - Umur panen padi rata-rata 3,5 bulan - Masih ada petani yang menerapkan sistem bawon dan bagi hasil, namun sudah ada petani yang melakukan panen dengan cara dilelang atau menyewa buruh tani - Modal dalam bentuk uang umumnya berasal dari penghasilan usahatani sebelumnya atau pinjam ke petani lain - Modal dalam bentuk sarana produksi umumnya berasal dari bantuan pemerintah - Menjual secara langsung ke pengumpul atau penggilingan padi yang terdekat, dan telah ada sistem penjualan secara bersama ke satu pengumpul
47 Saluran Komunikasi Penyuluhan di Kabupaten Serang Saluran komunikasi penyuluhan di Kabupaten Serang terbagi menjadi dua bagian, yaitu saluran komunikasi langsung (interpersonal) dan tidak langsung (bermedia). Saluran komunikasi langsung terjadi di antara petani dengan petani lainnya, petani dengan penyuluh, tokoh masyarakat, petugas pemerintahan, pedagang sarana produksi pertanian, pengumpul hasil pertanian, bahkan dengan peneliti di balai-balai penelitian. Adapun saluran komunikasi tidak langsung dapat berupa surat kabar, majalah, televisi, radio, internet dan selebaran-selebaran yang memuat informasi pertanian. Menurut penyuluh setempat, saluran komunikasi yang bersifat langsung cukup mendukung tersampaikannya berbagai informasi penting seputar pertanian. Petani yang berprestasi merupakan andalan bagi kegiatan penyuluhan, karena melalui petani teladan, petani lain dapat langsung mencontoh cara usahatani yang baik. Tokoh masyarakat memegang peranan penting dalam menginformasikan halhal terkait kegiatan sosial maupun nilai-nilai yang berpengaruh terhadap kehidupan dan usahatani. Adapun penyuluh pada dasarnya memiliki tanggung jawab yang besar untuk memfasilitasi informasi-informasi terkini bagi petani. Untuk informasi tentang sarana produksi, pedagang saprotan merupakan saluran komunikasi yang cukup tepat.
Beberapa penyuluh mengungkapkan bahwa dalam kegiatan
penyuluhan acap kali mengundang pihak penyedia jasa sarana produksi yang akan memfasilitasi kebutuhan pupuk, bibit dan obat-obatan sesuai jenis bantuan yang diberikan pemerintah.
Adapun pengumpul, walaupun tidak secara langsung
dianjurkan oleh penyuluh, merupakan saluran komunikasi yang cukup tepat bagi petani untuk memperoleh informasi tentang harga dan pemasaran. Dalam kaitannya dengan berbagai media penyuluhan, di tiga kecamatan terpilih diungkapkan bahwa media penyuluhan dan komunikasi pertanian masih tergolong relatif kurang. Hal ini dikuatkan oleh pendapat sebagian besar petani, bahwa acara-acara pertanian yang dibutuhkan relatif sulit diperoleh melalui siaran TV, terlebih melalui siaran radio. Di Kabupaten Serang terdapat stasiun televisi Cahaya Banten, namun belum memiliki siaran spesifik tentang pertanian. Beberapa stasiun radio memiliki slot siaran untuk acara pertanian, yaitu Radio Megaswara dan Dimensi, namun dari hasil wawancara terhadap petani, minat petani terhadap
48 siaran radio ternyata kurang. Mereka lebih mengharapkan siaran televisi untuk lebih banyak menayangkan siaran pertanian, karena sifatnya yang mudah dipahami dan lebih layak. Selanjutnya penyuluh mengungkapkan bahwa media penyuluhan lain seperti surat kabar dan majalah pertanian dinilai mampu mewakili informasi yang dibutuhkan petani. Majalah yang paling dikenal petani adalah trubus, sedangkan surat kabar adalah Sinar Tani (Sinta).
Buku-buku yang mengemukakan topik
budidaya pertanian, peternakan dan perikanan, dinilai sudah ada di pasaran, namun ketersediaannya dianggap masih kurang.
Adapun selebaran-selebaran berupa
leaflet atau poster dianggap penyuluh sebagai media yang jumlahnya paling mencukupi. Bagi petani sendiri, leaflet biasanya mereka peroleh dari pertemuan kelompok atau dari para formulator sarana produksi pertanian. Saluran komunikasi merupakan bagian dari proses komunikasi yang terjadi dalam masyarakat. Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (2006) menyebutkan bahwa proses komunikasi dalam kegiatan penyuluhan terintegritasi secara keseluruhan, mulai dari kegiatan pertemuan kelompok, pelatihan-pelatihan disertai dengan berbagai fasilitas media komunikasi cetak seperti leaflet, brosur, poster, surat kabar dan majalah, serta noncetak yang umumnya berbentuk VCD tentang teknik pertanian. Klinik pertanian pada prima tani pun dibuat salah satunya sebagai fungsi penyedia informasi. Di perpustakaan klinik disediakan bahan-bahan bacaan baik yang diproduksi oleh pemerintah maupun swasta, dengan harapan para petani datang untuk memanfaatkannya secara cuma-cuma. Sementara itu saluran komunikasi interpersonal juga terus diupayakan kelancarannya. Penyuluh sendiri memiliki tupoksi sebagai konsultan inovasi teknologi, pendinamisasi kelompok dan memberi arahan untuk pengembangan jaringan usaha pertanian. Karakteristik Keinovatifan Petani Padi Karakteristik keinovatifan petani adalah ciri-ciri yang melekat pada diri petani dalam kaitannya dengan penerimaan inovasi.
Karakteristik keinovatifan petani
yang diamati dalam penelitian ini mengacu pada karakteristik keinovatifan seperti yang dikemukakan oleh Rogers dan Shoemaker (1995), yaitu karakteristik sosial ekonomi, karakteristik individu dan karakteristik komunikasi. menunjukkan gambaran tentang karakteristik keinovatifan responden.
Tabel 8
49 Tabel 8. Deskripsi karakteristik keinovatifan responden berdasarkan rataan skor Karakteristik Keinovatifan Karakteristik Sosial Ekonomi Status sosial Luas lahan Kepemilikan modal Karakteristik Individu Tingkat empati Tingkat keberanian beresiko Tingkat futuristik Karakteristik Komunikasi Tingkat partisipasi sosial Tingkat aktivitas komunikasi Keterlibatan dalam penyuluhan Total rataan skor
Rataan skor* 1,89 1,88 2,22 2,00 1,58 1,97 2,09 1,75 1,69 1,90
Keterangan: *1,00 - 1,66 = buruk/sempit/rendah; 1,67 - 2,33 = cukup baik/cukup luas/sedang; 2,34 - 3,00 = baik/luas/tinggi
Status Sosial Tabel 8 menunjukkan bahwa status sosial responden tergolong cukup baik (rataan skor 1,89). Hal ini memperlihatkan bahwa umumnya petani di Kabupaten Serang memiliki kedudukan yang tidak terlalu mencolok, namun juga tidak rendah dalam kehidupan di masyarakat.
Gambaran status sosial ini ditunjukkan dari
jabatan sosial yang diduduki di masyarakat dan tingkat kehidupan responden. Lampiran 1 menyajikan sebaran responden berdasarkan indikator status sosial. Ditinjau dari jabatan sosial, status sosial responden sebenarnya cenderung rendah. Dari seluruh responden, sebanyak 41,18% tergolong aktif dalam organisasi kemasyarakatan. Selebihnya mengikuti organisasi namun merupakan anggota yang tidak aktif. Dari jumlah yang aktif, 23,53% mengikuti organisasi yang berada dalam lingkup yang cukup luas, yaitu lingkup RW dan desa. Pemegang jabatan sebagai ketua pada organisasi yang diikutinya sebanyak 16,18%, sedangkan pemegang jabatan sebagai pengurus sebanyak 25%. Terdapat beberapa organisasi yang diikuti responden. Kelompok tani merupakan organisasi yang diikuti oleh semua responden, mengingat kelompok tani merupakan wadah responden terkait dengan mata pencahariannya. Organisasi lain yang diikuti responden antara lain organisasi keagamaan (pengurus mushola, dewan mesjid), kepemudaan, koperasi, komite sekolah dan pemerintahan.
50 Kategori cukup baik bagi peubah status sosial ini diperoleh dari tingkat kehidupan yang cenderung tinggi, yang dilihat dari status kepemilikan rumah dan kendaraan. Sejumlah 80,88% telah memiliki rumah sendiri, dan hampir seluruh bangunannya permanen dengan menggunakan lantai keramik. Begitu pula sejumlah 69,12% telah memiliki kendaraan bermotor roda dua. Kepemilikan alat mesin pertanian tergolong cukup baik, di mana sekitar 40% petani memiliki alat dan mesin pertanian lebih dari satu jenis. Alat pertanian yang umum dimiliki oleh responden yaitu bajak sederhana, sprayer dan perontok padi, sedangkan yang tidak dimiliki oleh banyak orang yaitu power threser, traktor dan mesin diesel untuk memompa air. Rogers dan Shoemaker (1995) menyebutkan bahwa status sosial dapat menentukan keinovatifan seseorang atau dengan kata lain orang dengan status sosial yang lebih tinggi cenderung lebih inovatif dari yang lainnya. Dalam kegiatan penyuluhan, kondisi status sosial petani yang terlihat di lapangan memungkinkan petani untuk dapat lebih dimotivasi agar mau mengakses berbagai saluran komunikasi sebagai media penyampai informasi inovasi. Luas Lahan Luas lahan sawah yang digarap responden menunjukkan kategori cukup luas, dengan rataan skor 1,88. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan petani dalam mengusahakan lahan dapat mencukupi kebutuhan hidup, bukan saja untuk konsumsi tapi juga mencukupi kebutuhan sekundernya. Luas lahan responden adalah antara 300-25.000 m2, namun 63,24% tergolong cukup luas, yaitu antara 3.500-10.000 m2 (Lampiran 2). Penanganan lahan yang luas memerlukan upaya yang lebih tinggi dibanding lahan yang lebih sempit. Untuk lahan sempit petani lebih mudah mengelola dan membuat perhitungan usaha. Berbeda halnya dengan pemilik lahan yang lebih luas, diperlukan perhitungan-perhitungan tertentu untuk mengoptimalkan penggunaan lahan, sehingga produktivitas dan pendapatan tinggi serta tidak menanggung kerugian atas keputusan usahataninya. Menurut Rogers dan Shoemaker (1995), kepemilikan lahan berkaitan dengan keinovatifan seseorang. Petani yang memiliki lahan luas cenderung lebih tanggap terhadap inovasi. Sebagai contoh, untuk melakukan keputusan usaha, petani harus mengetahui berbagai teknik usahatani yang lebih baik dari yang dilakukannya selama ini. Dengan demikian, berbagai informasi baru tentang inovasi yang sedang
51 berjalan perlu digali dari berbagai sumber. Dalam kegiatan penyuluhan, karakteristik petani berdasarkan luas lahan merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan. Inovasi tentang teknik-teknik diversifikasi untuk lahan sempit atau teknik ekstensifikasi untuk lahan luas merupakan salah satu program yang dapat diinformasikan dan ditumbuhkan minatnya pada masyarakat petani. Kepemilikan Modal Kepemilikan modal yang diukur dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga indikator, yaitu status kepemilikan lahan, jumlah uang yang digunakan untuk modal dan sumber modal. Tabel 8 menunjukkan rataan skor untuk peubah kepemilikan modal adalah 2,22, artinya kepemilikan modal responden tergolong cukup baik. Lampiran 3 menyajikan data tentang sebaran responden berdasarkan indikator kepemilikan modal. Sejumlah 54,41% responden memiliki lahan dengan status milik pribadi dan 37,5% merupakan lahan sewa.
Selebihnya responden
menggunakan lahan milik orang lain tanpa sewa sebagai lahan usahataninya. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden memiliki modal utama yang cukup aman untuk berusahatani. Kepemilikan lahan secara pribadi ini cenderung dapat menjamin responden untuk berusahatani secara berkelanjutan. Sejalan dengan luas lahan yang digarap, jumlah modal yang dikeluarkan petani setiap musim tergolong sedang, yaitu berkisar antara 1-2 juta rupiah. Modal ini digunakan untuk membeli benih padi, mengolah lahan, membeli pupuk dan obat-obatan. Adapun untuk biaya panen biasanya dibayar dengan hasil panen dalam kondisi gabah basah. Apabila dalam satu hektar lahan menghasilkan produksi sebesar lima ton, dengan harga jual gabah basah sekitar Rp 2.000,00/kg, maka petani dapat memperoleh keuntungan kotor sekitar 10 juta rupiah. Dari hasil ini, dapat dilihat bahwa petani mampu mengusahakan lahan dengan memutarkan modal. Kenyataan tersebut didukung dari sumber modal yang dikeluarkan responden, 52,2% responden mengaku modal yang digunakan berasal dari sumber modal pribadi. Artinya untuk melakukan semua komponen pengelolaan usahatani, petani menggunakan uangnya sendiri. Namun demikian, bagi responden yang sejak lama menjalankan usahanya dengan modal dari luar, maka sampai saat ini masih terus melakukan peminjaman modal dari pihak lain, baik berupa uang, pupuk, benih
52 maupun obat-obatan hama.
Bahkan peminjaman alsintan yang belum dimiliki
secara pribadi seperti power threser, pompa air dan traktor masih meminjam dari orang lain dengan sistem dibayar pada saat panen. Pihak lain yang paling sering meminjamkan modal adalah kerabat atau saudara sendiri, ketua kelompok tani, pengumpul/tengkulak atau petani kaya di sekitar tempat tinggalnya.
Beberapa
responden telah memanfaatkan sistem keuangan kelompok tani (kas kelompok) dan lembaga keuangan perbankan, baik milik swasta maupun pemerintah. Dikaitkan dengan keinovatifan petani, mengenai kepemilikan modal, Rogers dan Shoemaker (1995) mengungkapkan bahwa modal usaha merupakan salah satu ciri sosial ekonomi seseorang yang berkaitan erat dengan tingkat keinovatifannya. Kondisi kepemilikan modal petani di lapangan mengindikasikan bahwa petani cenderung mampu
mencari berbagai informasi terkait dengan usahataninya.
Dengan modal yang ada, petani telah mempertaruhkan resiko dalam berusahatani, sehingga sebisa mungkin dapat mempertahankan usahataninya agar tidak mengalami kegagalan. Berkaitan dengan modal, menurut petani setempat, dalam kegiatan penyuluhan pernah diberikan pelatihan berupa manajemen keuangan pertanian, untuk mengupayakan agar petani mampu mengelola keuangannya dengan baik. Sistem manajemen keuangan yang diberikan dalam kegiatan penyuluhan merupakan inovasi yang baik, bagi petani dengan modal tinggi maupun bagi petani padi dengan modal terbatas. Tingkat Empati Selain dari ciri sosial ekonomi, karakteristik individu juga merupakan unsur yang dilihat dalam penelitian ini. Salah satu peubah yang diamati adalah tingkat empati responden. Tingkat empati responden tergolong cukup baik (rataan skor 2,00), berarti petani telah memiliki kecenderungan dalam menghargai pendapat orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain, menggantikan tugas-tugas orang lain dan memiliki kepedulian terhadap kesulitan orang lain. Dari keempat indikator yang ditanyakan (Lampiran 4), ternyata sejumlah 41,91% menyatakan sering menghargai pendapat orang lain, 44,12% sering mendahulukan kepentingan orang lain, bahkan 80,15% menyatakan sering peduli terhadap kesulitan orang lain. Berbeda halnya dengan perilaku responden dalam menggantikan tugas orang lain, nilai yang diperoleh cenderung rendah, karena lebih dari 40% menyatakan jarang
53 mau menggantikan tugas orang lain. Alasan terhadap jawaban ini umumnya petani ketakutan melakukan kesalahan dalam melakukan sesuatu yang bukan tugasnya, seperti menggantikan tugas ceramah, siskamling atau membetulkan saluran irigasi. Selain itu ada beberapa pendapat yang menyatakan tidak mau menggantikan tugas orang lain karena merasa terbebani. Namun demikian, berdasarkan keseluruhan hasil pengamatan, sikap empati yang mencerminkan rasa toleransi antar petani dapat dikatakan tergolong cukup baik. Derajat empati termasuk penting untuk diamati, karena menurut Rogers dan Shoemaker (1995) orang yang memiliki rasa empati yang besar akan memiliki derajat keinovatifan yang lebih baik. Kondisi di lapangan memperlihatkan bahwa petani cukup tanggap terhadap keberadaan orang lain. Secara idealis, orang yang memiliki empati yang baik akan dihargai banyak orang, termasuk kemungkinan untuk dijadikan tempat bertanya bagi masyarakat sekitar. Untuk itu orang yang memiliki empati besar termotivasi berusaha memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan baru. Tingkat Keberanian Beresiko Resiko merupakan peluang kegagalan yang diperoleh seseorang dalam mengambil keputusan dengan mengharapkan keberhasilan tertentu. Pada penelitian ini tingkat keberanian beresiko merupakan ciri kepribadian petani yang diamati. Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat keberanian responden dalam mengambil resiko tergolong buruk, yaitu memiliki rataan skor 1,58. Indikator keberanian beresiko yang diamati antara lain tindakan responden dalam mencoba cara tanam baru, mencoba varietas baru, mengatasi masalah secara pribadi dan melakukan eksperimen atau penemuan-penemuan sederhana di bidang pertanian (Lampiran 5).
Persentase jawaban responden terbesar berada pada
jawaban ”jarang” dalam melakukan keempat indikator tersebut. Sejumlah 41,91% dan 49,26% responden jarang mencoba cara tanam baru yang diperolehnya dari orang lain serta mencoba varietas padi baru yang belum pernah ditanam sebelumnya. Petani kebanyakan masih mempertahankan cara-cara lama yang diajarkan orang tuanya secara turun-temurun dalam berusahatani.
Sejumlah
65,44% responden menyatakan jarang mengatasi sendiri masalah yang ditemukan dalam berusahatani. Apabila mengalami masalah, petani umumnya lebih senang
54 menanyakan cara penanggulangannya kepada petani lain atau pada penyuluh. Masalah-masalah yang sering muncul biasanya seputar hama atau penyakit tanaman. Untuk masalah kekurangan air pada musim kemarau, biasanya petani mendikusikan dengan ulu-ulu atau mitra cai di wilayah setempat. Indikator yang paling lemah adalah tindakan responden dalam melakukan percobaan-percobaan sederhana dalam bertani. Sejumlah 80,15% responden menyatakan jarang melakukan tindakan usahatani di luar kebiasaan. Tindakan di luar kebiasaan yang pernah dilakukan umumnya mencoba pemberian pupuk atau obat hama dengan dosis yang diperhitungkan sendiri, dengan maksud mencoba mengurangi biaya produksi.
Terdapat beberapa petani yang mau melakukan
ujicoba yang jarang dilakukan petani lain, misalnya menangkarkan benih unggul, mengubah peruntukkan lahan sawah dengan menanam tanaman yang belum pernah ditanam di lahan sawah, serta membuat ramuan organik untuk pupuk padi. Namun demikian, petani yang memiliki tingkat keberanian beresiko tinggi jarang ditemui. Seseorang selalu memiliki peluang menanggung resiko gagal dalam mencoba sesuatu untuk dipertaruhkan dengan keberhasilan yang diharapkan. Kondisi inilah yang menyebabkan petani enggan beresiko terlalu tinggi. Dalam kegiatan penyuluhan, kekurangberanian mengambil resiko bagi petani merupakan hambatan utama dalam penyebaran inovasi. Untuk itu penyuluh memiliki tugas yang cukup berat dalam membangkitkan motivasi petani agar mau mencoba hal-hal yang belum pernah dilakukannya. Hal tersebut perlu disertai dengan metode penyampaian teknik-teknik baru yang tepat seperti melakukan ujicoba di lahan percontohan yang dapat dilihat oleh semua orang. Tingkat Futuristik Tingkat futuristik adalah derajat kemampuan responden dalam berorientasi ke masa depan. Menurut Rogers dan Shoemaker (1995) tingkat futuristik ini dicirikan dengan sikap seseorang yang tidak menjadikan masa lalu sebagai pedoman hidup, dan tidak mempercayai bahwa hidup ditentukan oleh nasib, melainkan oleh usaha. Responden memiliki tingkat futuristik yang tergolong cukup baik, yaitu memiliki rataan skor jawaban 1,97 (Tabel 8). Dilihat dari pendapat responden berdasarkan Lampiran 6, masih ada sejumlah 33,09% yang mengaku percaya bahwa nasib menentukan jalan hidup saat ini, artinya bagaimanapun kuatnya
55 berusaha, kehidupan tetap tidak akan berubah. Namun demikian terdapat 20,59% responden yang percaya bahwa kehidupan masa depan ditentukan oleh usahanya saat ini. Hal lain yang terlihat positif adalah bahwa responden sering merasa yakin bahwa usahatani yang dijalankan akan tetap bertahan walaupun kondisi negara serba sulit dan mahal (51,47%). Begitu pula 46,32% responden sering merasa yakin bahwa kegiatan usahatani akan terus kesinambungan dan mampu menopang kebutuhan hidupnya sampai anak-anak mereka dewasa. Dalam kegiatan penyuluhan, pandangan yang baik ke masa depan perlu ditumbuhkan bagi masyarakat petani. Dengan memiliki pandangan yang positif, petani akan berusaha untuk mengupayakan usahataninya menjadi lebih baik, yang diharapkan terwujud melalui sikap proaktif terhadap inovasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki tingkat futuristik yang tinggi, memiliki tingkat keinovatifan yang tinggi pula. Tingkat Partisipasi Sosial Tingkat partisipasi sosial merupakan salah satu ciri karakteristik komunikasi yang menurut Rogers dan Shoemaker (1995) termasuk faktor yang berkaitan dengan keinovatifan seseorang. Tingkat partisipasi sosial responden berada dalam kategori cukup baik, dengan rataan skor 2,09 (Tabel 8).
Gambaran tingkat
partisipasi sosial ini ditunjukkan dengan keterlibatan responden dalam kehidupan bermasyarakat (Lampiran 7). Tingkat keterlibatan responden yang paling tinggi adalah dalam kegiatan keagamaan, di mana 70,59% responden menyatakan selalu mengikuti pengajian yang diselenggarakan setiap bulan. Selain materi pengajian, tidak jarang dalam kesempatan ini petani mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi dalam berusahatani.
Dengan demikian kegiatan pengajian cukup efektif dalam
menumbuhkan interaksi dan menularkan berbagai informasi. Keterlibatan lain yang cukup baik diikuti oleh responden adalah keikutsertaan mereka dalam bergotong-royong.
Sejumlah 37,50% responden menyatakan selalu
mengikuti kegiatan gotong-royong dan 25 persennya menyatakan sering. Kegiatan gotong-royong yang sering dilakukan responden adalah perbaikan saluran irigasi di tingkat tersier, sedangkan di tingkat primer dan sekunder biasanya dilakukan oleh mitra cai. Kegiatan lain yang dilakukan secara bergotong-royong adalah
56 pembersihan lingkungan, pelaksanaan hajatan dan pembuatan rumah warga. Pada pelaksanaan hajatan dan pembuatan rumah warga terjadi hubungan yang timbalbalik dan saling menguntungkan. Hubungan ini menjamin adanya jalinan komunikasi di antara masyarakat. Hal lain yang mendukung terciptanya partisipasi sosial adalah adanya tingkat keterlibatan responden dalam pemberian bantuan bagi orang lain yang terkena musibah, seperti adanya warga yang sakit, kecelakaan atau meninggal.
Untuk
kegiatan ini sebagian besar responden menyatakan sering memberi bantuan apabila ada yang terkena musibah (46,32%) dan sering terlibat dalam pengurusan tetangga yang meninggal (48,53%).
Kegiatan yang dirasa kurang mendukung terhadap
partisipasi sosial adalah kelancaran warga dalam membayar iuran bulanan yang diperuntukkan bagi keamanan, kas RT/RW dan beras jimpitan (perelek). Walaupun sekitar 40% reponden menyatakan selalu membayar, namun sekitar 30% responden menyatakan tidak pernah membayar sama sekali. Secara keseluruhan partisipasi petani dalam kegiatan masyarakat tergolong cukup baik. Tingkat partisipasi seperti yang terlihat di lapangan dapat membantu kelancaran kegiatan penyuluhan, termasuk penyebaran inovasi. Dengan makin banyaknya petani yang berpartisipasi dalam masyarakat, akan makin tinggi pula tingkat interaksi di dalamnya. Secara langsung maupun tidak interaksi itu akan melibatkan pertukaran pesan-pesan penting. Bagi petani yang bertindak sebagai pengendali interaksi, kepemilikan berbagai informasi sangat penting. Hal ini tidak menutup kemungkinan bagi petani untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya agar dapat disebarkan pada petani lainnya. Tingkat Aktivitas Komunikasi Tingkat Aktivitas komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat aktif tidaknya responden dalam memperoleh informasi, baik tentang kegiatan sosial maupun usahatani. Tabel 8 memperlihatkan kategori cukup baik untuk aktivitas komunikasi responden, dengan rataan skor 1,75. Sebaran responden berdasarkan indikator tingkat aktivitas komunikasi disajikan pada Lampiran 8. Sejumlah 55,88% responden mengaku tidak pernah mencari informasi tentang kegiatan sosial secara aktif, melainkan menunggu informasi dari orang lain. Informasi tersebut antara lain tentang adanya undangan rapat, kerja bakti, kegiatan
57 keagamaan atau acara HUT Kemerdekaan RI.
Untuk informasi tentang kegiatan
sosial ini sebanyak 24,27% responden terkadang mencari informasi, sedangkan yang selalu mencari adalah 19,85%. Dari hasil tersebut terlihat bahwa informasi tentang kegiatan ini kurang menarik perhatian petani.
Petani cenderung lebih
berminat pada informasi tentang kegiatan usahatani, terutama yang berkaitan dengan cara meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan. Untuk informasi yang berkaitan dengan usahatani, sejumlah 31,62% reponden mengatakan selalu aktif mencari sendiri informasi yang dibutuhkannya, sedangkan 23,53% menyatakan kadang menunggu dan kadang mencari informasi. Informasi yang paling sering dicari terutama yang berkaitan dengan aktivitas perencanaan usahatani dan proses produksi. Aktivitas komunikasi responden dalam mencari informasi usahatani perlu dimotivasi untuk lebih ditingkatkan lagi.
Dengan
meningkatnya aktivitas komunikasi, diharapkan petani dapat lebih cepat memperoleh informasi baru, sehingga mendorong tingkat adopsi inovasi. Keterlibatan dalam Penyuluhan Peubah terakhir dari karakteristik keinovatifan petani yang diamati adalah keterlibatan responden dalam penyuluhan. Tabel 8 memperlihatkan rataan skor untuk peubah ini sebesar 1,69. Walaupun masuk dalam kategori cukup baik, namun keterlibatan responden dalam penyuluhan cenderung ke arah kategori buruk. Lampiran 9 menyajikan data sebaran responden berdasarkan indikator keterlibatan dalam penyuluhan. Salah satu indikator yang mencerminkan keterlibatan dalam penyuluhan adalah kehadiran responden dalam pertemuan kelompok. Dari seluruh responden, 36,03% memiliki tingkat kehadiran yang tinggi dalam pertemuan kelompok, yaitu lebih dari lima kali datang dalam satu tahun terakhir, sedangkan 30,15% hadir sekitar tiga sampai lima kali pertemuan. Kehadiran petani dalam pertemuan kelompok setidaknya menumbuhkan interaksi, karena dalam pertemuan kelompok sering dikaji berbagai permasalahan yang sedang banyak terjadi di lahan usahatani. Informasi lain yang dikemukakan dalam pertemuan
kelompok
adalah
adanya
program-program
penyuluhan
yang
diselenggarakan oleh dinas pertanian setempat, yang membutuhkan keterlibatan petani sebagai sasaran utamanya.
Hasil wawancara pada responden ketika
ditanyakan alasan mengikuti kegiatan kelompok umumnya adalah supaya
58 memperoleh pengetahuan dan wawasan baru, bertukar pikiran serta mendapatkan jatah bantuan dari program yang akan berjalan. Keterlibatan dalam penyuluhan juga diperlihatkan oleh keikutsertaan responden dalam pelatihan pertanian.
Sejumlah 55,88% menyatakan pernah
mengikuti pelatihan baik satu kali maupun lebih, sisanya sebanyak 44,12% belum pernah terlibat dalam kegiatan pelatihan. Pada dasarnya hampir semua responden memiliki minat untuk ikut dalam kegiatan pelatihan. Namun menurut penyuluh setempat, kegiatan pelatihan .yang diprogramkan pemerintah umumnya belum mampu mengikutsertakan seluruh anggota masyarakat. Biasanya kelompok mengirim peserta pelatihan dari petani yang dianggap mampu menyebarkan kembali materi pelatihan di kelompoknya. Di wilayah penelitian, pelatihan yang baru saja dilakukan bagi petani antara lain pelatihan SLPHT, pembuatan pupuk organik, penanaman kacang hijau sebagai penyeling tanaman padi, pembuatan telur asin, dan yang sedang dilakukan adalah pelatihan SLPTT. Beberapa petani maju menyatakan pernah mengikuti pelatihan di tingkat kabupaten dan provinsi, seperti pelatihan agricamp, kemitraan dan kepemimpinan serta dinamika kelompok. Di samping keikutsertaan dalam pertemuan kelompok dan kegiatan pelatihan, diamati pula keterlibatan responden dalam perencanaan penyuluhan. Sejumlah 33,09% responden menyatakan terlibat dalam identifikasi wilayah penyuluhan, yaitu melalui pengisian data-data terkait usahataninya. Sejumlah 8,82% responden menambahkan keterlibatannya dalam perumusan tujuan selain identifikasi wilayah, dan 13,24% ikut merumuskan masalah dan pemecahannya. Akan tetapi sejumlah 44,85% menyatakan tidak pernah terlibat sama sekali dalam perencanaan program, baik dalam hal pendataan/identifikasi, terlebih dalam perumusan tujuan dan masalah serta penyelesaiannya. Dalam penyusunan program penyuluhan di tingkat wilayah binaan, seorang penyuluh harus mengetahui secara jelas tentang kondisi petani di bawah koordinasinya. Untuk itu keterlibatan petani mutlak diperlukan, terutama dalam melengkapi pengidentifikasian wilayah penelitian. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa keterlibatan petani dalam penyuluhan masih perlu ditingkatkan. Pelibatan petani dalam kegiatan penyuluhan dan perencanaan program penyuluhan dapat menumbuhkan interaksi antar petani dan interaksi antara petani dan penyuluh dengan lebih baik lagi. Semakin tinggi
59 tingkat interaksi dalam masyarakat petani, menjadikan semakin mudah pula proses difusi dan adopsi inovasi berlangsung. Persepsi Petani Padi tentang Saluran Komunikasi Penyuluhan Kegiatan penyuluhan tidak terlepas dari proses komunikasi.
Banyak
informasi tentang inovasi yang perlu disebarkan kepada petani, dengan memanfaatkan berbagai saluran komunikasi. Penerimaan suatu inovasi acapkali terjadi karena petani telah berinteraksi dengan berbagai pihak yang membawa, memperkenalkan dan menguatkan pentingnya suatu inovasi untuk diterapkan dalam kehidupannya.
Apabila telah tumbuh persepsi yang positif terhadap pembawa
informasi dalam hal ini termasuk saluran komunikasi, maka kemungkinan petani akan memilih saluran komunikasi sebagai media yang diharapkan dapat
terus
menyediakan informasi baru. Untuk itu kajian persepsi petani tentang saluran komunikasi khususnya dalam kegiatan penyuluhan penting dilakukan. Dalam penelitian ini, unsur-unsur persepsi petani tentang saluran komunikasi penyuluhan yang diamati meliputi: ketersediaan saluran, pembiayaan saluran, kemudahan mengakses saluran dan ketepatan penggunaan saluran.
Informasi-
informasi yang ditanyakan dari keempat peubah tersebut adalah tentang pengelolaan usahatani padi, mencakup: pemilihan varietas dan benih bermutu, sistem tanam, teknik pemupukan, sistem pengairan, teknik penanggulangan HPT, teknik pemanenan, serta informasi tentang permodalan dan pemasaran hasil usahatani. Tabel 9 menyajikan gambaran persepsi petani tentang saluran komunikasi penyuluhan, baik saluran interpersonal maupun bermedia. Persepsi petani tentang saluran komunikasi penyuluhan dibagi menjadi empat kategori, yaitu buruk, cukup baik, baik dan baik sekali. Tabel 9 menunjukkan bahwa urutan tertinggi dari persepsi responden tentang saluran komunikasi penyuluhan adalah pada aspek pembiayaan untuk mengakses saluran komunikasi. Untuk indikator tersebut rataan skornya adalah 2,89 untuk saluran interpersonal dan 2,58
untuk saluran komunikasi bermedia, dan berada pada kategori baik.
Berdasarkan kenyataan tersebut, terlihat bahwa petani tidak memiliki kekhawatiran terhadap biaya yang dikeluarkan untuk mengakses saluran, sejauh informasi yang dibutuhkan tersedia, mudah diperoleh dan sesuai dengan kebutuhannya. Kenyataannya di lapangan, banyak petani mempersepsikan bahwa ketersediaan
60 saluran komunikasi penyuluhan tidak terlalu baik. Artinya ketersediaan saluran komunikasi yang membawa informasi yang dibutuhkan petani cenderung kurang. Tabel 9. Persepsi petani padi tentang saluran komunikasi penyuluhan berdasarkan rataan skor Persepsi tentang Saluran Komunikasi Ketersediaan saluran komunikasi Pembiayaan mengakses saluran komunikasi Kemudahan mengakses saluran komunikasi Ketepatan penggunaan saluran komunikasi Total rataan skor
Rataan skor* Interpersonal Bermedia 2,35 2,23 2,89 2,58 2,50 2,14 2,49 2,51 2,56 2,37
Keterangan: *1,00 - 1,75 = buruk; 1,76 - 2,50 = cukup baik; 2,51 - 3,25 = baik; 3,26 - 4,00 = baik sekali.
Ketersediaan Saluran Komunikasi Persepsi responden tentang ketersediaan saluran komunikasi penyuluhan tergolong cukup baik, dengan rataan skor 2,35 untuk saluran komunikasi interpersonal dan 2,23 untuk saluran komunikasi bermedia.
Responden
menyebutkan bahwa ketersediaan saluran komunikasi interpersonal lebih tinggi dibanding saluran komunikasi bermedia. Hal ini cukup beralasan, karena saluran komunikasi interpersonal merupakan pihak-pihak yang lebih sering ditemui oleh petani. Saluran komunikasi interpersonal yang dimaksud meliputi penyuluh, petani lain, pengumpul dan pedagang sarana produksi pertanian (saprotan), sedangkan saluran komunikasi bermedia meliputi televisi, radio, surat kabar/majalah pertanian dan poster/leaflet. Saluran komunikasi interpersonal yang digolongkan baik ketersediaannya oleh responden adalah petani lain. Kenyataan ini menunjukkan bahwa informasi yang dibutuhkan oleh petani kebanyakan dapat diperoleh dari teman-temannya sendiri, baik petani lain dalam kelompok maupun di luar kelompok. Kontak tani menurut sebagian besar petani memiliki andil yang tinggi dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan.
Selanjutnya ketersediaan saluran komunikasi lain
diikuti oleh ketersediaan penyuluh, pedagang saprotan dan pengumpul hasil panen. Lampiran 10 menyajikan data sebaran responden berdasarkan persepsinya tentang ketersediaan saluran komunikasi penyuluhan, baik interpersonal maupun bermedia. Dalam kaitannya dengan informasi pengelolaan usahatani padi, 50% responden berpersepsi bahwa saluran komunikasi ”petani lain” selalu tersedia
61 dalam memberikan informasi tentang penanggulangan hama dan penyakit tanaman (HPT). Adapun penyuluh paling tinggi ketersediaannya dalam menyediakan informasi tentang pemupukan (47,06% selalu tersedia). Pedagang saprotan tertinggi ketersediaannya dalam menyediakan informasi tentang penanggulangan HPT (41,91% selalu tersedia), sedangkan pengumpul memiliki ketersediaan tertinggi pada informasi tentang pemasaran (38,97%). Dari hasil di atas terlihat bahwa setiap saluran komunikasi memiliki porsi yang sesuai dengan perannya dalam menyediakan informasi tentang pengelolaan usahatani. Namun demikian, bagi beberapa petani yang memiliki kaitan khusus dengan salah satu saluran komunikasi akan memperoleh informasi terbanyak dari saluran komunikasi tersebut. Sebagai contoh, petani yang diberi pinjaman modal oleh tengkulak, lebih banyak bertanya pada tengkulak mulai dari teknik perolehan bibit sampai pemasaran. Hal tersebut dilakukan agar kegiatan produksi usahatani diketahui oleh pihak pemberi modal, sehingga diharapkan pemberi modal dapat memaklumi bila terjadi kegagalan produksi. Selain saluran komunikasi interpersonal, saluran komunikasi bermedia yang dirasa responden paling baik ketersediaannya adalah TV. Selanjutnya diikuti oleh poster/leaflet), surat kabar/majalah pertanian dan radio. Tingkat kepemilikan TV tergolong tinggi, yaitu dimiliki oleh sekitar 90% responden. Kepemilikan yang tinggi ini belum tentu menjadikan petani memiliki tingkat perolehan informasi usahatani yang tinggi pula, karena acara-acara hiburan terlihat lebih banyak ditonton oleh petani. Namun beberapa stasiun TV diketahui menyajikan acara pertanian oleh responden, baik yang khusus acara pertanian, acara selingan, siaran berita maupun iklan. Menurut responden, ketersediaan tertinggi yang dicapai TV adalah dalam penyajian informasi tentang penanggulangan HPT, pemupukan dan pemanenan. Media lain yang tak kalah pentingnya bagi petani adalah poster/leaflet dan surat kabar/majalah pertanian. Media cetak ini dirasa petani cukup banyak tersedia, dan menyajikan banyak informasi tentang teknik usahatani. Sejumlah 38,24% responden menyebutkan bahwa informasi yang selalu tersedia melalui poster/leaflet adalah tentang penanggulangan HPT padi. Hal ini dapat dipahami karena banyak pedagang
obat-obatan
pertanian
menyediakan
berbagai
selebaran
untuk
62 memudahkan promosi. Begitu pula ketersediaan surat kabar/majalah pertanian tergolong tinggi dalam penyediaan informasi penanggulangan HPT, walaupun ketersediaannya tidak setinggi poster atau leaflet. Radio menempati urutan terbawah sebagai saluran komunikasi yang dirasakan ketersediaannya oleh petani. Jawaban ”selalu tersedia” untuk ketersediaan radio bagi setiap informasi pengelolaan usahatani diperoleh kurang dari 10% responden. Sepertinya posisi radio telah tergeser dengan adanya televisi yang mampu memberikan informasi lebih baik. Melalui televisi, siaran tidak saja dapat didengar tetapi juga dilihat. Hasil wawancara pada petani menunjukkan bahwa petani yang berusia tua masih menjadikan radio sebagai media penyedia informasi. Dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh merupakan pihak yang harus mampu memfasilitasi kebutuhan petani.
Penyuluh yang berkompetensi sebagai saluran
komunikasi dalam penyebaran informasi inovasi pertanian sangat diperlukan. Untuk itu penyuluh juga dituntut untuk mampu mengubah perilaku petani. Terkait dengan perlunya ketersediaan saluran komunikasi, penyuluh dapat menghubungkan petani dengan berbagai saluran komunikasi, baik saluran komunikasi interpersonal maupun bermedia. Dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh dapat melibatkan pihak lain yang dirasa memiliki banyak informasi penting terkait usahatani. Di samping itu, penyuluh dapat memperkenalkan berbagai media informasi yang sebenarnya telah ada di wilayah setempat namun belum diketahui atau sulit dijangkau oleh petani. Pembiayaan Mengakses Saluran Komunikasi Ketersediaan saluran komunikasi biasanya diikuti dengan berapa biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh saluran tersebut (Berlo 1960).
Tabel 9
memperlihatkan bahwa persepsi petani tentang pembiayaan saluran komunikasi tergolong pada kategori baik (2,89 untuk saluran interpersonal dan 2,58 untuk saluran bermedia).
Artinya petani merasa biaya untuk mengakses saluran
komunikasi cukup terjangkau. Persepsi responden tentang pembiayaan untuk mengakses saluran komunikasi interpersonal lebih baik dibanding saluran komunikasi bermedia. Biaya untuk mengakses saluran komunikasi interpersonal dianggap lebih murah dibanding biaya mengakses saluran komunikasi bermedia. Saluran komunikasi interpersonal bagi kebanyakan petani merupakan orang-orang
63 yang berada di sekitar tempat tinggal, atau orang-orang yang diperlukan petani dalam memperoleh kebutuhan usahatani. Oleh karena itu biaya untuk mengunjungi pihak-pihak tersebut tidak terlalu banyak. Saluran komunikasi interpersonal yang dirasa sangat baik pembiayaannya oleh responden adalah petani lain. Hal ini sangat wajar mengingat sesama petani tinggal berkelompok, bahkan ada yang berusahatani dalam satu hamparan. Dengan demikian biaya untuk bertemu dengan petani lain untuk saling bertukar informasi sangat murah, bahkan cenderung tidak memerlukan biaya.
Penyuluh termasuk
saluran komunikasi berikutnya yang digolongkan ’baik, dalam aspek biaya aksesnya.
Hal ini karena dalam memperoleh informasi, petani lebih sering
dikunjungi oleh penyuluh pada pertemuan kelompok, dibanding mendatangi penyuluh ke rumah atau kantornya. Adapun pedagang saprotan dan pengumpul berada di urutan selanjutnya sebagai saluran komunikasi yang dipersepsikan ’baik’oleh responden. Jarak petani ke pedagang kios saprotan dan pengumpul cukup beragam, namun menurut petani masih tergolong murah. Umumnya petani menggunakan kendaraan untuk mendatangi pedagang saprotan atau pengumpul, misalnya dengan menggunakan ojek, sepeda motor pribadi atau bahkan becak yang dimiliki. Pedagang saprotan yang lengkap terletak di pasar setempat. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi dari pedagang atau pengumpul berkisar antara Rp 10.000,00 sampai dengan Rp 20.000,00. petani
tidak
banyak,
namun
Pedagang saprotan yang mendatangi
formulator
obat-obatan
mempromosikan obat hama dalam pertemuan kelompok.
kadang-kadang
Namun hampir 60%
petani mengaku sering didatangi pengumpul untuk membeli gabah hasil panen. Di samping itu, jika ingin menjual gabah, petani menelepon atau mengirim pesan singkat (SMS) kepada pengumpul untuk datang ke rumahnya. Dengan demikian biaya yang dikeluarkan tidak terlalu mahal, keuntungan lainnya petani dapat memperoleh informasi berharga terkait usahatani yang dilakukan petani lain dari pengumpul. Berbeda
halnya
dengan
ketersediaan
saluran
komunikasi,
persepsi
keterjangkauan biaya untuk mengakses petani dan penyuluh hampir merata untuk setiap informasi pengelolaan usahatani padi. Jawaban ’murah’ dan ’sangat murah’
64 dilontarkan oleh sekitar 33-43% responden untuk penyuluh, dan 41-50% untuk petani lain. Sedangkan untuk pedagang saprotan dan pengumpul, jawaban ’murah’ banyak dilontarkan oleh sekitar 40-57% responden (Lampiran 11). Kenyataan ini menunjukkan bahwa masalah perolehan informasi tidak terletak pada biaya yang harus dikeluarkan, tetapi pada ada tidaknya informasi yang dapat diakses melalui saluran komunikasi interpersonal. Pada saluran komunikasi bermedia, poster/leaflet menduduki peringkat pertama untuk jawaban ’sangat murah,’ terutama dalam mencari informasi teknik penanaman padi, mulai dari pemilihan benih, sistem tanam, pemupukan, pengairan, penganggulangan hama dan pemanenan. sekitar 30% responden (Lampiran 11).
Kenyataan tersebut dilontarkan oleh Poster/leaflet tentang teknik usahatani
cukup banyak tersebar di tingkat petani. Petani dapat dengan mudah mengakses poster/leaflet
di tempat pertemuan kelompok, klinik prima tani, kios saprotan
bahkan dari formulator yang mendatangi petani, sehingga petani tidak perlu mengeluarkan banyak biaya. Menurut petani, poster/leaflet memberikan banyak informasi menarik tentang teknik usahatani, namun tidak banyak yang memberi penjelasan tentang permodalan, terlebih pemasaran. Selanjutnya surat kabar/majalah pertanian merupakan saluran berikutnya yang banyak dipersepsikan ’sangat murah’ oleh petani. Sejumlah 8-11% responden menyatakan bahwa surat kabar/majalah pertanian sangat murah diakses untuk semua jenis informasi, baik informasi tentang aspek usahatani, permodalan maupun pemasaran (Lampiran 11).
Adapun TV dan radio dipersepsikan berada dalam
jawaban ’murah’ dan ’mahal’ informasi.
oleh kebanyakan responden, untuk semua jenis
Hal ini cukup beralasan, karena TV dan radio merupakan saluran
komunikasi yang lebih mahal dibanding dua saluran sebelumnya. Namun demikian tingkat kemahalan TV lebih rendah daripada radio. Hal ini terjadi karena TV telah banyak dimiliki oleh hampir semua petani, sedangkan radio tidak.
Dengan
demikian petani menganggap harus mengeluarkan biaya lagi jika menjadikan radio sebagai penyedia informasi pengelolaan usahatani padi pada saat ini. Beberapa tindakan dapat dilakukan dalam kegiatan penyuluhan terkait kendala biaya dalam mengakses saluran komunikasi. Untuk meningkatkan interaksi petani dengan saluran komunikasi interpersonal, penyuluh dapat mengundang pihak-pihak
65 penyedia informasi ke pertemuan kelompok. Di samping itu, penyuluh dapat membuat sendiri media penyuluhan sederhana namun menarik. Dewasa ini banyak jasa yang menawarkan teknik grafis dengan biaya yang terjangkau, atau fasilitas komputer yang menyediakan berbagai program layout yang menarik dan mudah digunakan. Dengan demikian penyuluh dapat menyajikan pesan dengan baik, cepat dan menarik tanpa biaya yang mahal. Kemudahan Mengakses Saluran Komunikasi Keadaan yang paling baik terkait dengan kemudahan mengakses saluran komunikasi
adalah
tersedianya
saluran
komunikasi
yang
dibutuhkan.
Kenyataannya, acapkali saluran komunikasi itu ada namun sulit dijangkau, atau sebaliknya petani merasa mudah memperoleh saluran komunikasi tapi saluran komunikasi yang dimaksud tidak tersedia. Tingkat kemudahan mengakses saluran komunikasi menurut petani berada pada kategori cukup baik dengan rataan skor 2,50 untuk saluran interpersonal, dan 2,14 untuk saluran bermedia (Tabel 9). Persepsi petani tentang kemudahan mengakses saluran komunikasi cenderung lebih tinggi dibanding persepsinya tentang ketersediaan saluran komunikasi. Hal ini berarti petani menganggap bahwa saluran komunikasi mudah dijangkau, walau tidak selalu tersedia ketika saluran tersebut dibutuhkan. Sama halnya dengan ketersediaan saluran komunikasi, persepsi responden tentang kemudahan mengakses saluran komunikasi interpersonal lebih baik dibanding kemudahan mengakses saluran komunikasi bermedia.
Tingkat
kemudahan dalam mengakses saluran komunikasi yang dipersepsikan ’baik’ oleh responden adalah petani lain dan penyuluh. Jarak yang berdekatan dengan petani lain menjadi faktor yang mempermudah kontak interpersonal. Kemudahan mengakses petani lain ditunjukkan dari seringnya bertemu di lahan usahatani atau berkumpul di pertemuan kelompok. Petani bahkan sering pula sengaja berkunjung pada petani lain yang dianggap memiliki pengetahuan yang lebih banyak. Kemudahan mengakses petani lain ini memiliki nilai tertinggi pada pencarian informasi tentang pengadaan bibit unggul serta teknik pemilihannya, yang ditunjukkan dengan jawaban ’sangat mudah’ oleh 48,53% responden (Lampiran 12).
66 Kemudahan
mengakses
penyuluh
yang
dipersepsikan
’baik’
juga
mengindikasikan bahwa di Kabupaten Serang penyuluh tidak sulit ditemui petani. Pengamatan di tiga Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang menjadi lokasi penelitian, selalu ada papan jadwal kegiatan yang akan dilakukan setiap petugas penyuluhan di wilayah binaannya.
Ini menandakan bahwa penyuluh memiliki
waktu yang sengaja disediakan untuk bertemu dengan petani, sehingga memudahkan petani untuk menanyakan berbagai informasi. Penyuluh yang tinggal di wilayah binaannya juga menyebutkan bahwa hampir setiap hari ada petani yang bertandang ke rumahnya untuk sekedar mengobrol atau menanyakan hal-hal seputar pertanian. Kemudahan mengakses penyuluh terutama dalam mencari informasi tentang penanggulangan HPT padi. Kemudahan dalam mengakses pedagang saprotan dan pengumpul dipersepsikan cukup baik.
Hal ini karena untuk mencapai pedagang saprotan
memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak, bahkan dengan memerlukan biaya. Menurut petani, pedagang saprotan tergolong mudah diakses dalam mencari informasi tentang pemupukan, penanggulangan HPT padi.
Adapun pedagang
tergolong mudah diakses dalam memperoleh informasi tentang pemasaran, harga dan jenis varietas yang diminati pembeli. Petani biasanya memperoleh informasi dari pedagang saprotan sambil belanja keperluan usahatani. Begitu pula akses dengan pengumpul umumnya dilakukan pada saat menjual hasil panen atau menggiling gabah di pabrik penggilingan.
Beberapa petani menggunakan
handphone untuk mempermudah aksesibilitas dengan pedagang saprotan dan pengumpul, namun kebanyakan petani belum memiliki dan tidak bisa menggunakan teknologi ini. Saluran komunikasi bermedia yang dipersepsikan paling mudah diakses adalah TV.
Hal ini cukup beralasan karena TV saat ini menjadi media yang
dimiliki oleh hampir seluruh petani di Kabupaten Serang. Kemudahan mengakses TV terletak pada pencarian informasi pembibitan, sistem tanam dan pemupukan. Namun demikian petani tidak terlalu merasa mudah mengakses berbagai informasi pertanian melalui TV, karena siaran untuk acara ini dirasa kurang. Sebenarnya beberapa stasiun TV telah menayangkan program khusus pertanian, tetapi belum semua petani mengetahuinya.
67 Selanjutnya, saluran komunikasi lain yang dianggap mudah diakses adalah poster/leaflet), surat kabar/majalah pertanian dan radio. Kemudahan mengakses poster/leaflet menurut petani adalah dalam mencari informasi tentang pembibitan, pemupukan dan penanggulangan HPT padi.
Kenyataan ini berbeda dengan
kemudahan mengakses surat kabar/majalah pertanian, dimana jawaban ‘sulit’ dan ‘sangat sulit’ mengakses dari responden tergolong tinggi, yaitu mencapai 65%, baik untuk informasi tentang teknik usahatani, permodalan maupun pemasaran (Lampiran 12). Hal ini karena surat kabar/majalah pertanian tidak terlalu banyak jumlahnya.
Kemudahan mengakses radio tergolong paling rendah, yang
ditunjukkan dari kebanyakan responden yang menganggap sulit mengakses radio, untuk semua informasi pengelolaan usahatani padi (sekitar 75-83%). Implikasi terkait kegiatan penyuluhan dari kenyataan di atas adalah bahwa masih perlu diupayakan peningkatan minat masyarakat petani terhadap berbagai media komunikasi.
Di samping itu penyuluh di tingkat atas mungkin dapat
mengembangkan berbagai materi penyuluhan yang dapat ditayangkan di TV atau radio daerah, pencetakan surat kabar lokal, penyebaran media-media tercetak serta pelibatan petani dalam menghimpun informasi pertanian. Ketepatan Penggunaan Saluran Komunikasi Mardikanto (1993) menekankan bahwa keberhasilan penyampaian informasi pada masyarakat
salah satunya ditentukan oleh tepatnya penggunaan saluran
komunikasi yang membawa informasi. Ketepatan penggunaan saluran komunikasi akan berdampak pada pencapaian tujuan, yaitu informasi inovasi sampai dengan tepat ke masyarakat. Saluran komunikasi yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan sasaran dapat membuka jalan bagi masyarakat untuk menerima inovasi yang disampaikan dalam kehidupannya. Tabel 9 memperlihatkan bahwa persepsi responden tentang ketepatan penggunaan saluran komunikasi penyuluhan berada pada kategori cukup baik untuk saluran komunikasi interpersonal (rataan skor 2,49), namun tergolong baik untuk saluran komunikasi bermedia. (rataan skor 2,51). Ketepatan penggunaan saluran komunikasi ini sangat bergantung pada jenis informasi yang disampaikan oleh saluran komunikasi.
68 Responden mempersepsikan bahwa saluran komunikasi yang paling tepat penggunaannya adalah petani lain.
Hal ini menunjukkan bahwa petani selain
sebagai pihak yang menjalankan proses produksi, juga menjalankan perannya sebagai penyebar informasi dengan baik. Dalam kaitannya dengan informasi pengelolaan usahatani padi, petani merupakan saluran komunikasi yang dinilai ’tepat’ dan ’sangat tepat’ dalam menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh responden, dengan persentase jawaban antara 28-50%. Ketepatan penggunaan petani
lain
sebagai
saluran
komunikasi
ini
terutama
untuk
informasi
penanggulangan HPT padi, pembibitan dan pemupukan. Hal ini terjadi karena petani umumnya memiliki permasalahan yang sama di bidang usahatani. Selain itu petani juga tidak merasa canggung jika bertanya pada petani lain. Penyuluh termasuk saluran komunikasi berikutnya yang memiliki tingkat persepsi ketepatan penggunaan yang baik.
Penyuluh dianggap tepat sebagai
penyampai informasi tentang teknik usahatani dan permodalan, sedangkan kurang tepat untuk informasi tentang pemasaran.
Kekurangtepatan penyuluh sebagai
penyedia informasi pemasaran ini menurut sebagian besar petani karena penyuluh jarang membawa informasi yang berkaitan dengan pemasaran, dan dianggap menyerahkan aspek pemasaran sepenuhnya pada petani. Kondisi ini sebenarnya dapat diperbaiki oleh penyuluh. Penyuluh dapat menjadikan dirinya sebagai saluran komunikasi yang menyampaikan informasi pemasaran, dengan mengkoordinasikan kegiatan penyuluhan yang melibatkan para pengumpul yang selama ini bertindak sebagai penentu harga. Hal ini merupakan potensi yang baik, karena di salah satu kecamatan
terdapat
kelompok
tani
yang
mengelola
pemasaran
dengan
dikoordinasikan bersama langsung ke pengumpul besar, sehingga dapat meningkatkan harga gabah dari Rp 2.000,00 menjadi Rp. 2.300,00 per kilogram. Pedagang saprotan dan pengumpul merupakan saluran komunikasi yang dinilai cukup baik oleh responden dalam hal ketepatannya. Hal ini karena pedagang saprotan dinilai tepat dalam memberikan informasi tentang penanggulangan HPT dan pemupukan, sedangkan informasi lain dinilai tidak tepat disampaikan melalui pedagang saprotan. Persentase responden yang menyatakan hal tersebut adalah sekitar 75%. Adapun 42,65% responden menyatakan bahwa pengumpul merupakan saluran komunikasi yang sangat tepat digunakan sebagai penyampai informasi
69 tentang pemasaran, termasuk harga gabah yang sedang berlaku saat ini. Lampiran 13 menyajikan secara lengkap sebaran responden tentang persepsinya mengenai ketepatan penggunaan saluran komunikasi. Saluran komunikasi bermedia yang dinilai paling tepat penggunaannya dalam menyampaikan informasi
pengelolaan usahatani padi adalah TV.
Ketepatan
penggunaan TV sebagai saluran komunikasi yang menyampaikan inovasi berkaitan dengan kepemilikan TV oleh masyarakat serta kejelasan informasi yang disampaikan. Selanjutnya poster/leaflet menempati tempat kedua sebagai saluran komunikasi yang penggunaannya dianggap tepat oleh petani, diikuti olek surat kabar/majalah pertanian dan radio.
Radio dan surat kabar/majalah memiliki
kesamaan dengan TV dalam hal ketepatan jenis informasi yang disampaikan. Ketiga jenis saluran ini dianggap tepat dalam memberikan semua informasi pengelolaan usahatani padi, mulai dari teknik pembibitan sampai pemasaran, walaupun ketepatan radio tergolong rendah. Lain halnya dengan poster/leaflet yang cenderung tepat jika digunakan sebagai media penyampai informasi teknik usahatani saja. Pemanfaatan
saluran
komunikasi
dalam
kegiatan
penyuluhan
dapat
disesuaikan dengan kondisi masyarakat petani. Sebagai contoh, sikap petani yang enggan untuk datang ke posko penyuluh seperti klinik prima tani, dapat diatasi dengan membawa berbagai media penyuluhan pada saat menemui petani. Untuk memperkuat ketepatan penggunaan saluran komunikasi, ada baiknya penyuluh melakukan identifikasi terhadap minat petani akan jenis saluran komunikasi dan jenis informasi yang dibutuhkan petani. Dengan cara ini juga dapat dilihat kecenderungan pemilihan saluran komunikasi penyuluhan oleh petani yang akan dibahas pada bagian selanjutnya. Pemilihan Saluran Komunikasi Penyuluhan Tingkat pemilihan saluran dapat dilihat dari jumlah jenis saluran komunikasi penyuluhan yang diakses petani serta intensitas aksesibilitasnya. Tingkat pemilihan saluran komunikasi dapat dijadikan ukuran untuk melihat seberapa besar kebutuhan petani atas informasi tertentu. Terkait
dengan
penelitian
mengenai
pemilihan
saluran
komunikasi
penyuluhan oleh petani padi, kebutuhan informasi yang dimaksud dalam penelitian
70 ini adalah tentang pengelolaan usahatani padi.
Pemerintah melalui lembaga
penelitian pertanian mengupayakan berbagai inovasi pertanian, dan inovasi ini harus sampai pada petani.
Proses penyampaian informasi ini perlu dilakukan
dengan koordinasi yang baik serta memanfaatkan berbagai saluran komunikasi yang mudah diterima oleh petani. Di Kabupaten Serang, koordinasi ini tercermin dari adanya kerja sama antara BPTP Banten dengan dinas pertanian Kabupaten Serang. Di tingkat kecamatan, penyuluh BPTP dan PPL setempat menjalankan proses penyebaran inovasi, yang dilakukan dengan berbagai metode. Metode penyebaran inovasi pertanian padi yang saat ini dijalankan adalah melalui klinik agribisnis Prima Tani, dilaksanakannya Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SLPTT) untuk komoditas padi, serta penyebaran berbagai media informasi seperti leaflet, poster, surat kabar, majalah, VCD pertanian, siaran radio, televisi dan internet. Di samping itu penyuluh juga melibatkan petani-petani teladan,
kontak
tani,
tokoh
masyarakat
serta
para
formulator
yang
direkomendasikan dapat membantu proses penyebaran informasi pengelolaan usahatani padi. Melalui tokoh petani, informasi dapat menular secara mulut ke mulut, sehingga seluruh masyarakat mengetahui adanya inovasi. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kegiatan penyuluhan menawarkan banyak saluran komunikasi yang dapat diakses petani untuk mencari informasi pengelolaan usahatani padi. Tabel 10 menyajikan hasil rataan skor tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan oleh petani padi di Kabupaten Serang. Tabel 10. Tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan berdasarkan rataan skor Tingkat Pemilihan Saluran Komunikasi Jumlah jenis saluran Intensitas mengakses saluran Total rataan skor
Rataan skor* Interpersonal Bermedia 1,76 1,30 0,81 0,39 1,29 0,85
Keterangan: *0 - 0,99 = buruk; 1,00 - 2,00 = cukup baik; 2,01 - 3,00 = baik
Jumlah Jenis Saluran Komunikasi Tingkat pemilihan saluran komunikasi berdasarkan jumlah jenis saluran yang dipilih tergolong dalam kategori cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan rataan skor 1,76
untuk saluran komunikasi interpersonal dan 1,30 untuk saluran
komunikasi bermedia. Responden umumnya memilih dua jenis saluran komunikasi
71 interpersonal untuk memenuhi kebutuhan informasi teknik usahatani padi, terutama untuk informasi tentang pemilihan bibit, sistem tanam, pengairan dan pemanenan. Pemilihan saluran komunikasi yang tinggi, yaitu yang memilih tiga saluran komunikasi atau lebih, dilakukan oleh sekitar 60-70% responden pada pencarian informasi tentang pemupukan dan penanggulangan HPT. Adapun untuk mencari informasi tentang permodalan dan pemasaran, sebagian besar responden cenderung memilih satu jenis saluran komunikasi. Secara rinci sebaran responden berdasarkan jumlah saluran komunikasi penyuluhan yang diakses dapat dilihat pada Lampiran 14. Respon petani terhadap pemilihan jenis saluran komunikasi interpersonal tersaji pada Tabel 11. Petani lain merupakan saluran informasi terbanyak yang dipilih oleh responden. Informasi terbanyak yang dicari oleh petani dari petani lain adalah tentang penanggulangan HPT. Namun demikian, dilihat dari persentase jawaban responden, petani lain memegang peran sebagai penyampai informasi tertinggi dalam segala jenis informasi teknik usahatani.
Informasi tentang
permodalan dan pemasaran juga cukup banyak disediakan oleh petani lain. Menurut responden, ketua dan pengurus kelompok tani merupakan pihak yang banyak ditanya terkait informasi permodalan, karena kelompok tani biasanya mengkoordinasi berbagai bantuan pemerintah. Adapun masalah pemasaran yang umumnya ditanyakan petani adalah pada pengumpul yang menerima harga tinggi untuk hasil panennya. Tabel 11. Pemilihan jenis saluran komunikasi interpersonal berdasarkan jenis informasi pengelolaan usahatani padi Saluran Komunikasi Interpersonal Jenis Informasi Penyuluh Petani Lain Pengumpul Pemilihan bibit 107 (38,63) 118 (42,60) 22 (7,94) Sistem tanam 106 (45,30) 110 (47,01) 11 (4,70) Pemupukan 107 (34,74) 120 (38,96) 10 (3,25) Pengairan 58 (34,94) 100 (60,24) 3 (1,81) Penanggulangan HPT 107 (31,75) 125 (37,09) 13 (3,86) Pemanenan 82 (41,21) 101 (50,75) 11 (5,53) Permodalan 78 (42,39) 75 (40,76) 21 (11,42) Pemasaran 41 (19,25) 83 (38,96) 86 (40,38) Keterangan: angka dalam kurung adalah angka persentase
Pedagang Saprotan 30 (10,83) 7 (2,99) 71 (23,05) 5 (3,01) 92 (27,30) 5 (2,51) 10 (5,43) 3 (1,41)
Jumlah 277 (100,00) 234 (100,00) 308 (100,00) 166 (100,00) 337 (100,00) 199 (100,00) 184 (100,00) 213 (100,00)
Penyuluh merupakan pihak kedua tertinggi sebagai saluran komunikasi yang dipilih responden, terutama untuk mencari informasi teknik usahatani dan
72 permodalan.
Pengumpul memperoleh tingkat pemilihan tinggi pada informasi
tentang pemasaran (40,38%), sedangkan pedagang saprotan paling tinggi tingkat pemilihannya untuk informasi tentang penanggulangan HPT dan pemupukan. Secara umum porsi saluran komunikasi interpersonal dalam menyampaikan informasi tergolong tepat, sesuai dengan profesinya masing-masing.
Selain
ketepatan jenis informasi yang dibawa saluran komunikasi, kedekatan jarak antara petani dengan saluran komunikasi juga menentukan tinggi rendahnya tingkat pemilihan jenis saluran komunikasi tertentu. Selanjutnya, jumlah jenis saluran komunikasi bermedia yang diakses responden untuk mencari informasi mengenai informasi pengelolaan usahatani umumnya terdiri dari 1 sampai 2 jenis (Lampiran 14). Adapun respon petani terhadap pemilihan jenis saluran komunikasi bermedia tersaji pada Tabel 12. Responden memiliki tingkat pemilihan tinggi pada media TV. Beberapa acara pertanian yang ditonton melalui TV adalah Info Agribisnis dan Asyiknya Bertani, yang sering menayangkan teknik usahatani termasuk Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Namun acara favorit petani adalah Horison dan Kisikisi yang sering mempertunjukkan kisah sukses rakyat kecil termasuk para petani. Dua orang petani sukses yang berasal dari Kabupaten Serang pernah muncul pada acara Kisi-kisi, dan ini sangat memotivasi petani lainnya untuk mencontoh keberhasilannya.
Dari data yang disajikan pada Tabel 12, pemilihan TV oleh
responden terlihat sangat tinggi pada informasi terkait teknik usahatani padi, di mana respon untuk TV mencapai 39-57%. Hal ini sangat beralasan karena melalui TV dapat dilihat tayangan hidup yang menjelaskan teknik usahatani langkah demi langkah. Aspek permodalan dan pemasaran juga cukup tinggi diakses reponden melalui TV. Dalam menonton acara pertanian, tak jarang petani menonton bersama dengan tetangganya. Bahkan di salah satu posko gapoktan disediakan pesawat televisi yang digunakan petani untuk menonton acara TV bersama-sama. Poster/leaflet termasuk saluran komunikasi yang dipilih responden dalam mencari informasi teknik usahatani padi. Pemilihan poster/leaflet tertinggi adalah untuk mencari informasi tentang penanggulangan HPT, namun untuk mencari informasi permodalan dan pemasaran, tingkat pemilihan responden pada media ini tergolong rendah, di mana diakses oleh kurang dari tujuh persen responden. Poster
73 yang banyak dibuat oleh lembaga penelitian pertanian cenderung lebih banyak menyajikan informasi tentang teknik usahatani dan hasil produksi varietas unggul. Pemilihan surat kabar/majalah pertanian dan radio tergolong rendah. Perbedaan pemilihan saluran untuk semua jenis informasi juga tidak terlalu tinggi, walaupun pencarian informasi teknik usahatani tetap lebih tinggi dibanding permodalan dan pemasaran.
Untuk poster/leaflet dan surat kabar/majalah petani
mengungkapkan sering memperoleh media tersebut secara cuma-cuma dari penyuluh, petani lain atau saudaranya yang berada di luar desa. Selain itu petani juga dapat mengakses media tersebut di posko penyuluhan, perpustakaan Prima Tani atau dari pedagang saprotan. Adapun radio lebih banyak digunakan oleh petani lanjut usia, yang menurut mereka alasannya adalah meneruskan kebiasaan mendengarkan radio semasa muda. Surat kabar yang banyak diakses oleh petani adalah Sinar Tani dan Tani Merdeka, serta tabloid yang diterbitkan oleh perusahaan saprotan, seperti Syngenta dan Dupont. Majalah yang paling populer di kalangan petani adalah Trubus, sedangkan stasiun radio yang biasa diakses oleh sebagian kecil petani adalah radio Dinasti dan Megaswara. Salah seorang petani terkemuka bahkan dipercaya untuk menyiapkan naskah siaran pertanian oleh stasiun radio setempat, dan mempunyai jadwal kelompok untuk mendengarkan siaran tersebut bersama-sama anggotanya. Tabel 12. Pemilihan jenis saluran komunikasi bermedia berdasarkan jenis informasi pengelolaan usahatani padi Saluran Komunikasi Bermedia Radio Surat Kabar/ Poster/Leaflet Majalah Pemilihan bibit 106 (44,73) 26 (10,97) 39 (16,46) 66 (27,84) Sistem tanam 105 (47,95) 20 (9,13) 33 (15,07) 61 (27,85) Pemupukan 102 (42,15) 22 (9,09) 45 (18,60) 73 (30,16) Pengairan 82 (51,57) 16 (10,06) 22 (13,84) 39 (24,53) Penanggulangan HPT 99 (39,76) 21 (8,43) 43 (17,27) 86 (34,54) Pemanenan 88 (49,44) 18 (10,11) 25 (14,04) 47 (26,41) Permodalan 41 (56,94) 11 (15,29) 15 (20,83) 5 (6,94) Pemasaran 43 (51,81) 17 (20,48) 19 (22,89) 4 (4,82) Keterangan: Angka dalam kurung adalah angka persentase Jenis Informasi
TV
Jumlah 237 (100,00) 219 (100,00) 242 (100,00) 159 (100,00) 249 (100,00) 178 (100,00) 72 (100,00) 83 (100,00)
Intensitas Mengakses Saluran Komunikasi Intensitas mengakses saluran komunikasi diukur dari berapa kali responden menggunakan saluran komunikasi dalam satu musim terakhir. Berbeda dengan jenis saluran komunikasi yang diakses, intensitas penggunaan saluran komunikasi
74 oleh reponden berada pada kategori buruk, yaitu memiliki rataan skor 0,81 untuk saluran komunikasi interpersonal dan jauh lebih buruk untuk saluran komunikasi bermedia (rataan skor 0,39). Dalam mengakses informasi tentang teknik usahatani, responden memiliki tingkat aksesibilitas tinggi untuk petani lain, aksesibilitas sedang untuk penyuluh dan pedagang saprotan, dan rendah untuk pengumpul. Lampiran 15 menyajikan sebaran responden berdasarkan tingkat intesitas mengakses saluran komunikasi, baik interpersonal maupun bermedia. Dari Lampiran 15 terlihat bahwa sejumlah lebih dari 50% responden menyatakan telah menemui petani lain selama lebih dari lima kali untuk mencari informasi teknik usahatani padi, namun sejumlah 27,21% responden yang mengakses penyuluh lebih dari 5 kali.
Begitu pula pedagang
saprotan diakses sejumlah 3-5 kali oleh kebanyakan responden, sedangkan pengumpul diakses oleh 30% responden, dan sisanya tidak mengakses sama sekali. Kondisi ini memperlihatkan bahwa petani lain dianggap sebagai orang yang memahami dan mengetahui banyak informasi. Kedekatan antar petani menjadikan mereka dapat bertanya berulang kali di setiap kesempatan yang ada. Aksesibilitas terhadap pengumpul termasuk rendah karena pengumpul dianggap bukan orang yang tepat untuk dijadikan tempat bertanya.
Padahal kenyataannya banyak
pengumpul yang juga petani, sehingga pengumpul juga memiliki banyak pengetahuan tentang teknik usahatani. Di Kabupaten Serang sistem pengumpul yang meminjamkan modal tidak banyak, sehingga keterikatan antara petani dengan pengumpul dalam pencarian informasi teknik usahatani juga kurang. Dalam mengakses informasi tentang permodalan, responden memiliki tingkat aksesibilitas sedang untuk petani lain, dan rendah untuk tiga saluran komunikasi lainnya. Informasi tentang permodalan biasanya dibutuhkan pada saat petani akan memulai penanaman sampai pemupukan, karena biasanya bantuan diberikan untuk memperoleh bibit dan pupuk. Dengan demikian, jarang petani menanyakan hal ini berkali-kali.
Hal ini ditunjukkan dari jawaban sebagian besar responden yang
mengakses saluran komunikasi kurang dari tiga kali dalam satu musim, terkecuali pada petani lain, di mana masih lebih banyak responden yang mengakses 3-5 kali. Dalam mengakses informasi tentang pemasaran, responden memiliki aksesibilitas sedang pada petani lain dan pengumpul, sedangkan pada penyuluh dan
75 pedagang tergolong rendah. Informasi tentang pemasaran cukup sering ditanyakan pada pengumpul sebagai pihak yang mengetahui harga dan kebutuhan konsumen. Di samping itu cara sebagian besar petani yang menjual hasil panen secara bertahap atau sedikit demi sedikit menjadikan petani bertanya berkali-kali dalam satu musim pada beberapa pengumpul. Sedangkan informasi tentang pemasaran ditanyakan kepada banyak petani lain untuk menanyakan perbandingan harga yang diterima oleh pengumpul tempat mereka menjual gabah. Kondisi yang kurang baik terjadi pada aksesibilitas responden terhadap saluran komunikasi bermedia. Televisi dan poster/leaflet diakses responden dalam kategori sedang, untuk informasi tentang teknik usahatani padi. Adapun untuk informasi tentang permodalan dan pemasaran, hampir semua responden memiliki intensitas yang rendah dalam mengakses semua saluran komunikasi bermedia. Kenyataan ini memperkuat dugaan bahwa saluran komunikasi bermedia masih belum banyak diminati oleh masyarakat petani atau belum banyak menayangkan informasi yang dibutuhkan petani. Kemasan yang kurang menarik dan tidak ada pembaruan materi menjadikan petani enggan melihat, mendengar, bahkan mencari informasi secara berulang kali pada saluran komunikasi bermedia. Kegiatan penyuluhan di Kabupaten Serang terlihat telah berhasil dalam melibatkan petani teladan atau tokoh petani dalam penyampaian informasi. Terobosan baru lebih diperlukan, yaitu dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh melibatkan pedagang saprotan secara lebih intensif, sehingga rekomendasi teknik pemupukan dan pengobatan hama yang diberikan oleh para pedagang saprotan dapat sejalan dengan rekomendasi penyuluh. Hal ini dilakukan untuk menutup kemungkinan terjadinya over pemupukan dan pengobatan hama, karena akan merusak kualitas padi yang dihasilkan, yang pada gilirannya dapat merugikan petani. Selain itu pelibatan para pengumpul perlu dicoba, mengingat saat ini lembaga penyuluhan masih kurang berperan dalam menditribusikan hasil panen petani. Selain menumbuhkan kelompok untuk mengupayakan bargaining position di bidang harga, pengumpul dapat dilibatkan untuk memudahkan petani menjual hasil panen dengan harga yang sepadan. Terkait dengan penumbuhan minat petani terhadap saluran komunikasi bermedia, penyuluh sebaiknya lebih giat dalam menjalankan salah satu tupoksinya,
76 yaitu menyiapkan materi penyuluhan baik secara langsung maupun melalui berbagai bentuk media komunikasi. Penyuluh dapat merancang sendiri poster atau leaflet dengan bahasa lokal untuk disebarkan pada petani pada saat melakukan penyuluhan. Penyuluh juga dapat memanfaatkan tabloid lokal untuk menerbitkan tulisan-tulisan yang bermanfaat, atau mempublikasikan keberhasilan para tokoh petani di tingkat lokal. Satu hal yang mungkin dapat dihidupkan kembali, adalah dibuatnya kelompok pendengar siaran radio atau pemirsa acara TV, sehingga minat petani untuk mengakses media tersebut lebih meningkat. Hubungan Karakteristik Keinovatifan Petani Padi dengan Persepsinya tentang Saluran Komunikasi Penyuluhan Karakteristik keinovatifan yang diamati dalam penelitian ini meliputi: status sosial, luas lahan, kepemilikan modal (karakteristik sosial ekonomi), tingkat empati, tingkat keberanian beresiko, tingkat futuristik (karakteritik individu), tingkat partisipasi sosial, tingkat aktivitas komunikasi dan keterlibatan dalam penyuluhan (karakteristik komunikasi).
Bagian ini menjawab hipotesis pertama, yaitu:
”Terdapat hubungan nyata antara karakteristik keinovatifan petani padi dengan persepsinya
tentang
saluran
komunikasi
penyuluhan
mengenai
informasi
pengelolaan usahatani padi,” yang sebagian besar diterima. Hasil analisis dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman terhadap hubungan antara karakteristik keinovatifan petani padi dengan persepsinya tentang saluran komunikasi tersaji pada Tabel 13. Tabel 13. Hubungan karakteristik keinovatifan petani padi dengan persepsinya tentang saluran komunikasi penyuluhan Karakteristik Keinovatifan Status sosial Luas lahan Kepemilikan modal Tingkat empati Tingkat keberanian beresiko Tingkat futuristik Tingkat partisipasi sosial Tingkat aktivitas komunikasi Keterlibatan dalam penyuluhan Keterangan: *Korelasi nyata (p<0,05) **Korelasi sangat nyata (p<0,01)
Persepsi tentang Saluran Komunikasi (rs) Interpersonal Bermedia 0,202* 0,170* 0,170* -0,005 0,095 0,083 0,337** 0,154 0,170* 0,036 0,231** 0,434** 0,310** 0,161 0,129 0,258** 0,268** 0,339** rs = koefisien korelasi rank Spearman
77 Tabel 13 menunjukkan beberapa unsur karakteristik keinovatifan yang berkorelasi dengan persepsi petani tentang saluran komunikasi baik interpersonal maupun bermedia, yaitu status sosial, tingkat futuristik dan keterlibatan dalam penyuluhan. Hubungan yang terjadi berada pada taraf nyata (p<0,05) untuk status sosial dan taraf sangat nyata (p<0,01) untuk tingkat futuristik dan keterlibatan dalam penyuluhan. Unsur luas lahan, tingkat empati, tingkat keberanian beresiko dan tingkat partisipasi sosial berkorelasi nyata dan sangat nyata dengan saluran komunikasi interpersonal, sedangkan tingkat aktivitas komunikasi berkorelasi sangat nyata dengan saluran komunikasi bermedia. Berdasarkan Tabel 13, indikator status sosial berkorelasi nyata (p<0,05) dengan saluran komunikasi interpersonal dan bermedia. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi status sosial responden, semakin baik pula persepsinya tentang saluran komunikasi yang membawa berbagai informasi pengelolaan usahatani padi. Petani yang berstatus sosial tinggi merupakan orang yang aktif dan memiliki jabatan dalam organisasi yang diikutinya, serta memiliki sejumlah alsintan yang digunakan dalam berusahatani. Petani yang memiliki status sosial tinggi cenderung lebih berpendidikan, memiliki pemikiran yang lebih terbuka terhadap lingkungan karena membutuhkan banyak hubungan dengan pihak lain terkait kehidupan sosial ekonominya. Sifat tersebut menjadikan petani menghargai segala hal yang ada di hadapannya termasuk pada saluran komunikasi yang ada di lingkungannya. Di antara empat indikator persepsi, status sosial ini berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsinya tentang ketersediaan dan pembiayaan mengakses saluran komunikasi (Lampiran 16). Artinya responden yang berstatus sosial tinggi memiliki anggapan sangat positif terhadap ketersediaan dan pembiayaan dalam mengakses saluran komunikasi. Dalam hubungannya dengan saluran komunikasi interpersonal, luas lahan memiliki korelasi yang nyata (p<0,05) namun memiliki korelasi negatif dengan saluran komunikasi bermedia.
Hal ini mengindikasikan bahwa petani yang
memiliki lahan yang luas cenderung mempersepsikan saluran komunikasi interpersonal dengan baik. Petani yang memiliki luas lahan banyak melakukan komunikasi dengan penyuluh, petani lain bahkan dengan pedagang saprotan serta pengumpul, karena menganggap pihak-pihak tersebut dapat memenuhi kebutuhan
78 informasi dalam mengelola lahan yang luas dan dinilai cepat memberikan umpan balik. Sebaliknya, informasi tentang usahatani dari saluran komunikasi bermedia dinilai tidak nyata (p>0,05) namun negatif, yang artinya semakin luas lahan garapan petani, cenderung semakin kurang baik persepsinya tentang saluran komunikasi bermedia.
Petani menganggap bahwa media komunikasi kurang memberikan
respons yang cepat atas informasi yang diinginkannya, sehingga menjadi enggan mengakses dan mengakibatkan pandangannya terhadap saluran komunikasi kurang baik. Tingkat empati merupakan indikator karakteristik keinovatifan yang terlihat berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi responden tentang saluran komunikasi interpersonal. Hal ini dapat dipahami karena sikap empati muncul dalam diri seseorang untuk berusaha menempatkan dirinya pada peran orang lain. Petani yang berempati tinggi cenderung banyak berhubungan dengan pihak-pihak penyedia informasi yang bersifat interpersonal. Dengan demikian petani yang berempati tinggi umumnya memiliki sikap positif yang baik terhadap orang lain dan lingkungannya, termasuk terhadap saluran komunikasi interpersonal. Dari hasil penelitian, hubungan yang sangat nyata (p<0,01) terlihat antara tingkat empati dengan aspek pembiayaan dan ketepatan penggunaan saluran komunikasi, dan berhubungan nyata (p<0,05) dengan ketersediaan saluran komunikasi penyuluhan (Lampiran 16). Beberapa responden menyatakan bahwa walaupun tidak mudah untuk mendapatkan saluran komunikasi, mereka sangat meyakini bahwa saluran komunikasi tersedia, murah untuk mengaksesnya dan tepat penggunaannya. Tingkat keberanian beresiko juga memiliki korelasi yang nyata (p<0,05) dengan saluran komunikasi interpersonal. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat keberanian petani untuk mengambil resiko, semakin baik pula persepsinya tentang saluran komunikasi interpersonal. Kondisi ini sangat wajar, karena umumnya petani mau mengambil resiko setelah bertanya pada orang lain secara langsung atau melihat keberhasilan petani lain, sehingga memiliki pandangan yang positif terhadap pembawa informasi langsung. Adapun jika dilihat hubungannya dengan persepsi tentang saluran komunikasi bermedia, tingkat keberanian petani dalam beresiko tidak memiliki kaitan yang nyata (p>0,05),
79 artinya faktor ini tidak secara nyata menentukan baik atau buruknya persepsi petani terhadap saluran komunikasi bermedia. Tabel 13 juga memperlihatkan bahwa tingkat futuristik memiliki korelasi yang sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi tentang saluran komunikasi, baik interpersonal maupun bermedia. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat futuristik petani, semakin baik pula persepsinya tentang saluran komunikasi. Petani yang memiliki sifat futuristik biasanya memiliki pemikiran yang sudah mengarah ke masa yang akan datang, dan selalu optimis mampu menghadapi segala kemungkinan.
Untuk itu mereka cenderung lebih banyak menggali ilmu
pengetahuan baru yang dianggapnya dapat meraih keberhasilan di masa depan. Petani yang lebih futuristik menganggap saluran komunikasi sebagai media yang membantu keberlangsungan hidupnya. Dengan demikian petani futuristik cenderung selalu membutuhkan saluran komunikasi, baik interpersonal maupun media yang ada, dan menghargai saluran komunikasi sebagai sarana dalam mencapai keberhasilan.
Tingkat futuristik berkorelasi sangat nyata (p<0,01)
dengan persepsi responden terhadap semua indikator persepsi, yaitu ketersediaan, pembiayaan, kemudahan mengakses dan ketepatan penggunaan saluran komunikasi (Lampiran 16). Hal ini berarti kekuatan pandangan petani ke arah yang lebih baik semakin memperkuat keyakinannya atas tersedianya saluran komunikasi
yang
menyajikan cara-cara usahatani yang lebih baik, serta yakin bahwa saluran komunikasi tersebut lebih mudah dijangkau, lebih ringan pembiayaannya serta lebih tepat informasi yang disajikannya. Hal ini didukung oleh adanya reponden yang merasakan bahwa kebutuhan-kebutuhan informasi baru tentang usahatani padi senantiasa diperoleh dari saluran komunikasi jika mereka mau dan aktif mencari informasi tersebut. Di samping itu pihak-pihak dan media-media yang memiliki informasi usahatani mudah dicari di lingkungannya, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak banyak. Hubungan lain yang terlihat sangat nyata
(p<0,01) adalah antara tingkat
partisipasi sosial dengan persepsi petani tentang saluran komunikasi walaupun taraf sangat nyata ini hanya terlihat pada saluran komunikasi interpersonal.
Partisipasi
petani dalam kegiatan sosial di lingkungannya menyebabkan petani terhubung dengan banyak orang, termasuk orang-orang yang membawa berbagai informasi
80 tentang pengelolaan usahatani padi. Keterlibatan responden dalam berbagai kegiatan seperti pengajian, gotong-royong, pertemuan warga, atau saling bantu dalam kehidupan mereka, menumbuhkan keeratan antar warga dan diakui responden sebagai ajang untuk saling menghormati. Tak jarang orang-orang di sekitarnya
membawa
informasi
penting
tentang
usahatani
yang
sedang
dibutuhkannya. Petani juga semakin terbuka pemikirannya terhadap pentingnya berhubungan baik, dan semakin penting untuk berpikir positif terhadap pihak-pihak yang terhubung dengannya. Dengan demikian semakin tinggi tingkat partisipasi petani, semakin baik pula persepsinya tentang pihak-pihak yang menjadi saluran komunikasi baginya. Tingkat partisipasi petani berhubungan nyata (p<0,05) dengan indikator saluran komunikasi, yaitu pembiayaan dan ketepatan penggunaannya, bahkan sangat nyata (p<0,01) hubungannya dengan persepsinya tentang ketersediaan dan kemudahan mengaksesnya (Lampiran 16). Hal ini dirasa sangat wajar, karena petani yang tinggi partisipasi sosialnya, sangat tinggi pula kesempatan untuk bertemu berbagai saluran komunikasi yang dibutuhkannya. Selanjutnya hubungan yang sangat nyata (p<0,01) terlihat pula antara tingkat aktivitas komunikasi petani dengan persepsinya tentang saluran komunikasi bermedia. Hal ini mengindikasikan bahwa petani memiliki penerimaan yang cukup baik terhadap media komunikasi yang membawakan informasi pengelolaan usahatani padi. Sebagian besar responden mengemukakan bahwa informasi terbaru kemungkinan akan segera disebarkan melalui berbagai media, karena akan lebih cepat menjangkau banyak orang. Lampiran 16 menunjukkan bahwa hubungan yang sangat nyata (p<0,01) terlihat antara tingkat aktivitas komunikasi petani dengan persepsinya tentang pembiayaan dan ketepatan penggunaan saluran komunikasi, sedangkan dengan ketersediaan dan kemudahan korelasinya tergolong nyata (p<0,05). Dengan demikian, petani yang aktif mencari informasi, tidak terlalu mempermasalahkan biaya yang dikeluarkan untuk mengakses saluran komunikasi, karena merasa setiap media komunikasi menyampaikan informasi usahatani yang sesuai dengan kebutuhannya. Indikator terakhir yang berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani tentang saluran komunikasi adalah keterlibatannya dalam kegiatan penyuluhan. Hubungan ini terlihat sangat nyata tidak hanya dengan persepsi petani
81 tentang saluran komunikasi interpersonal tetapi juga dengan saluran komunikasi bermedia. Dengan demikian semakin tinggi keterlibatan petani dalam kegiatan penyuluhan semakin baik pula persepsinya tentang saluran komunikasi, terutama saluran yang sering terlibat dan digunakan dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Hal ini ditunjukkan oleh pendapat responden, bahwa dalam kegiatan penyuluhan atau pelatihan sering diberikan informasi baru oleh penyuluh, atau membawa pihak lain seperti para formulator atau petani lain dalam menyampaikan teknik-teknik bertani yang lebih baik. Di samping itu penyuluh memberikan fasilitas informasi berupa poster, leaflet atau koran pertanian. Bahkan dalam kegiatan pelatihan sering diberikan materi melalui film pertanian yang ditayangkan di televisi. Menurut petani,
kegiatan penyuluhan dan pelatihan banyak membawa manfaat bagi
wawasan dan pengetahuan petani, dan membuka pikiran mereka tentang banyaknya saluran komunikasi yang menyediakan informasi usahatani yang dibutuhkannya. Hubungan yang terlihat sangat nyata ini diperkuat oleh sangat eratnya hubungan antara keterlibatan petani dalam penyuluhan dengan persepsinya pada semua indikator saluran komunikasi, yaitu ketersediaan, pembiayaan, kemudahan mengakses dan ketepatan penggunaannya (Lampiran 16). Hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan persepsi petani tentang saluran komunikasi adalah kepemilikan modal.
Hal ini mengindikasikan modal yang
dimiliki petani bukan menjadi faktor penentu dalam membentuk persepsi petani tentang saluran komunikasi. Berapapun modal yang dimiliki, tidak menumbuhkan persepi petani terhadap eksisnya saluran komunikasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam modal yang digunakan petani atas persepsinya mengenai saluran komunikasi dalam kegiatan penyuluhan. Hubungan Karakteristik Keinovatifan Petani Padi dengan Tingkat Pemilihan Saluran Komunikasi Penyuluhan Tingkat pemilihan saluran komunikasi yang dimaksud adalah derajat pemilihan saluran komunikasi petani berdasarkan jumlah jenis saluran komunikasi yang dipilih serta intensitas aksesibilitas petani terhadap saluran komunikasi yang dipilihnya.
Pada bagian ini, tingkat pemilihan saluran komunikasi dianalisis
berdasarkan hubungannya dengan karakteristik keinovatifan petani padi, untuk menjawab hipotesis kedua, yaitu: “Terdapat hubungan nyata antara karakteristik
82 keinovatifan petani padi dengan pemilihan saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi,” yang sebagian diterima. Hasil analisis dari uji statistik dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman antara karakteristik keinovatifan petani padi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan tersaji pada Tabel 14. Berdasarkan Tabel 14, terdapat beberapa peubah karakteristik keinovatifan petani padi yang berkorelasi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan, yaitu: tingkat empati, tingkat futuristik, partisipasi sosial, tingkat aktivitas komunikasi dan keterlibatan dalam penyuluhan. Tabel 14. Hubungan karakteristik keinovatifan petani padi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan Karakteristik Keinovatifan
Pemilihan Saluran Komunikasi (rs) Interpersonal Bermedia 0,085 0,099 0,048 0,089 0,108 0,097 0,349** 0,176* 0,102 0,142 0,256** 0,199* 0,346** 0,253** -0,038 0,203* 0,301** 0,250**
Status sosial Luas lahan Kepemilikan modal Tingkat empati Tingkat keberanian beresiko Tingkat futuristik Tingkat partisipasi sosial Tingkat aktivitas komunikasi Keterlibatan dalam penyuluhan Keterangan: *Korelasi nyata (p<0,05) **Korelasi sangat nyata (p<0,01)
rs = koefisien korelasi rank Spearman
Tabel 13 memperlihatkan bahwa tingkat empati memiliki korelasi yang sangat nyata (p<0,01) dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi interpersonal dan berkorelasi nyata (p<0,05) dengan saluran komunikasi bermedia. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat empati petani, maka semakin tinggi pula tingkat pemilihan saluran komunikasi oleh petani. Petani yang memiliki empati tinggi umumnya sangat menghargai orang lain dan mampu menempatkan dirinya sebagai orang lain. Orang seperti ini banyak disenangi dan disegani orang lain, sehingga tidak menutup kemungkinan selalu dijadikan tempat bertukar pikiran dengan orang lain. Dengan demikian orang seperti ini selalu berusaha menambah wawasan yang lebih banyak dibanding orang lain. Hal ini didukung dengan pendapat beberapa tokoh petani yang disegani petani lain, yang menyatakan bahwa mereka sering mencoba mencari cara-cara baru dalam usahatani.
Cara tersebut mereka dapatkan baik dengan
83 melakukan percobaan sederhana, mencari informasi sebanyak mungkin di media massa, maupun mencari informasi berupa teknik baru dari petani sukses lain yang ada di luar desa. Tak jarang mereka juga mendatangi lembaga penelitian pertanian atau Dinas Pertanian setempat untuk mencari hasil penelitian baru yang dianggapnya dapat diterapkan di lahan usahataninya. Dengan demikian banyak sekali saluran komunikasi yang diakses secara terus-menerus. Menurut petani, ilmu yang didapat akan disampaikan ke petani lain, baik dalam kondisi santai maupun formal jika diundang untuk menyampaikan informasi dalam forum resmi. Indikator karakteristik keinovatifan lain yang berkorelasi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan adalah tingkat futuristik, di mana hubungannya sangat nyata (p<0,01) dengan saluran komunikasi interpersonal dan nyata (p<0,05) dengan saluran komunikasi bermedia. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi niat petani dalam mempersiapkan masa depan, semakin banyak dan sering pula petani tersebut mengakses saluran komunikasi untuk mencari informasi pengelolaan usahatani padi. Kondisi tersebut sangat wajar, karena petani yang memiliki pandangan ke masa datang akan mempersiapkan sedini mungkin untuk berusahatani lebih baik. Beberapa responden yang terlihat memiliki tingkat futuristik yang baik menyatakan bahwa mereka senantiasa mencari hal-hal baru seputar mata pencahariannya agar tetap bisa bertahan sampai mampu menyekolahkan anak ke jenjang yang tinggi serta memberi penghidupan yang cukup. Untuk itu mereka harus terus mempertahankan usahataninya dengan baik, dengan cara terus mengikuti inovasi usahatani. Menurut petani, untuk terus mengikuti inovasi yang
ada mereka banyak bertanya pada orang-orang yang
memiliki informasi baru seperti penyuluh, tokoh masyarakat dan para pemuda tani yang memiliki wawasan luas. Di samping itu petani mempersiapkan lahan garapan bagi anak-anak mereka, dan melibatkan anak-anaknya supaya turut serta dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan. Keuntungan yang diperolehnya, selain anakanaknya mampu mengelola usahatani dengan baik, juga memiliki pengetahuan usahatani yang terus diperbaharui, sehingga informasi tersebut berguna untuk seluruh keluarga. Tabel 13 juga menunjukkan korelasi yang sangat nyata (p<0,01) antara partisipasi sosial petani dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi. Korelasinya
84 sangat nyata baik pada saluran komunikasi interpersonal maupun bermedia. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi sosial petani, maka semakin tinggi pula tingkat pemilihan saluran komunikasi petani dalam mencari informasi tentang pengelolaan usahatani padi. Kondisi ini didukung dengan pendapat petani yang menyatakan bahwa semakin banyak menjalin hubungan dengan orang lain dalam kegiatan sosial maka semakin mudah pula memecahkan persoalan yang dihadapi, termasuk masalah-masalah usahatani.
Ini berarti petani menganggap
pihak lain merupakan saluran komunikasi yang tepat dalam mencari informasi usahatani. Partisipasi petani dalam kegiatan sosial juga menumbuhkan minat untuk mencari informasi dari berbagai media.
Beberapa petani menyatakan bahwa
mereka mengetahui adanya acara Kisi-kisi setelah diberitahu sesama warga yang aktif di pengajian. Ada pula petani yang rajin mendatangi perpustakaan di klinik pertanian Prima Tani setelah aktif dalam kegiatan arisan hasil panen, terlebih setelah penyuluh mengajaknya untuk sering datang ke klinik pertanian. Hasil uji statistik juga memperlihatkan adanya korelasi yang sangat nyata (p<0,01) antara keterlibatan petani dalam penyuluhan dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi, baik interpersonal maupun bermedia. Secara umum, petani yang banyak terlibat dalam kegiatan penyuluhan lebih banyak memperoleh informasi penting tentang usahatani padi dibanding petani yang kurang responsif pada kegiatan penyuluhan.
Dalam penyuluhan senantiasa ada program yang
dirancang setiap tahun, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani, yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan petani. Dalam program tersebut dibuat secara sistematis materi penyuluhan yang akan diberikan secara periodik, dengan menggunakan metode penyuluhan tertentu dan media tertentu. Dengan demikian petani yang terlibat dalam kegiatan penyuluhan adalah sasaran penyuluhan yang dimaksud dalam program penyuluhan.
Kegiatan
penyuluhan yang diikuti petani tidak hanya dalam pertemuan-pertemuan kelompok tani atau penyuluhan di lahan, namun sesekali berupa pelatihan tentang teknologi baru. Dalam kegiatan penyuluhan, banyak informasi yang diberikan, baik secara tatap muka ataupun melalui media penyuluhan. Dengan demikian petani yang terlibat aktif dalam penyuluhan akan banyak terhubung dengan saluran komunikasi, dan termotivasi untuk melihat, mendengar dan membaca berbagai informasi baru.
85 Oleh karena itu, semakin tinggi keterlibatan petani dalam kegiatan penyuluhan, semakin tinggi pula tingkat pemilihan saluran komunikasi dalam mencari informasi usahatani. Tingkat aktivitas komunikasi
memiliki hubungan yang nyata (p<0,05)
dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi bermedia. Hal ini menandakan bahwa semakin sering petani melakukan pencarian informasi melalui media komunikasi, semakin tinggi pula tingkat pemilihannya terhadap saluran komunikasi. Namun demikian, hubungan negatif walaupun tidak nyata (p>0,05) terlihat antara tingkat aktivitas komunikasi dengan pemilihan saluran komunikasi interpersonal. Hasil ini mengindikasikan bahwa ada petani yang sangat aktif mencari informasi melalui berbagai saluran komunikasi interpersonal, pada akhirnya hanya akan memilih satu saluran komunikasi yang dirasa paling tepat baginya. Semakin aktif petani mencari informasi, maka semakin enggan bertanya pada orang lain, namun lebih aktif mencari informasi dari media-media yang ada di sekitarnya. Karakteristik keinovatifan petani padi yang tidak memiliki korelasi nyata (p>0,05) dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi yaitu status sosial, luas lahan,
kepemilikan
modal
dan
tingkat
keberanian
beresiko.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa indikator tersebut bukan merupakan faktor yang menentukan tingginya tingkat pemilihan petani terhadap saluran komunikasi yang menyampaikan informasi usahatani. Dalam kegiatan penyuluhan, bukan hanya motivasi untuk lebih maju yang ditumbuhkan kepada para petani, namun juga perlu difasilitasi dengan perangkat yang membuat petani dapat lebih maju lagi. Inovasi yang mudah, murah dan sesuai dengan kebutuhan petani adalah materi yang perlu disampaikan. Metode dan media penyuluhan yang baik dengan banyak pilihan dan penggunaan yang tepat adalah cara yang dapat dilakukan untuk menyampaikan inovasi tersebut, sehingga menjadikan petani mengadopsi inovasi yang digulirkan. Hubungan Persepsi Petani Padi tentang Saluran Komunikasi dengan Tingkat Pemilihan Saluran Komunikasi Penyuluhan Sebagian besar petani melakukan komunikasi dan berinteraksi dengan berbagai pihak untuk mendapatkan informasi terkait dengan kegiatan usahatani yang sedang dijalankannya. Di samping itu petani mencari informasi dari berbagai
86 media
komunikasi
dengan
harapan
akan
menemukan
informasi
yang
dibutuhkannya. Kegiatan ini mewujudkan pandangan petani atas saluran-saluran komunikasi yang ada di sekitarnya.
Bagian ini menyajikan uraian tentang
hubungan antara persepsi petani padi tentang saluran komunikasi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi yang memberikan informasi tentang pengelolaan usahatani padi.
Hasil uji korelasi rank Spearman menyajikan korelasi antara
keduanya, dan menyatakan hipotesis ketiga, yaitu: “Terdapat hubungan nyata antara persepsi petani tentang saluran komunikasi penyuluhan dengan pemilihan saluran komunikasi penyuluhan mengenai informasi pengelolaan usahatani padi,” diterima (Tabel 15). Dari Tabel 15 terlihat bahwa semua unsur persepsi petani tentang saluran komunikasi berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan, baik interpersonal maupun bermedia.
Hal ini
menunjukkan bahwa semakin baik persepsi petani tentang saluran komunikasi dalam penyuluhan, semakin tinggi pula tingkat pemilihan saluran komunikasi, baik dalam mengakses
berbagai
jenis
saluran
komunikasi
maupun
tingkat
aksesibilitasnya. Tabel 15. Hubungan persepsi petani padi tentang saluran komunikasi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan Persepsi tentang Saluran Komunikasi Ketersediaan Pembiayaan Kemudahan mengakses Ketepatan penggunaan Keterangan: *Korelasi nyata (p<0,05) **Korelasi sangat nyata (p<0,01)
Pemilihan Saluran Komunikasi (rs) Interpersonal Bermedia 0,488** 0,462** 0,272** 0,545** 0,391** 0,465** 0,350** 0,445** rs = koefisien korelasi rank Spearman
Persepsi petani tentang ketersediaan saluran komunikasi sangat nyata (p<0,01) berkorelasi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi. Keterkaitan ini sangat mungkin terjadi, karena apabila petani merasa jumlah dan jenis saluran komunikasi memadai dan ada di lingkungannya, maka banyak kesempatan bagi petani untuk menjadikan saluran komunikasi tersebut sebagai penyedia informasi usahatani. Menurut petani yang tergolong maju, ketersediaan saluran komunikasi seperti petani lain yang banyak wawasannya, penyuluh lapangan, pedagang saprotan bahkan pengumpul hasil pertanian dapat dijadikan tempat menanyakan informasi
87 usahatani yang terkait dengan pekerjaannya.
Begitu pula banyaknya media
komunikasi yang ada dapat membantu petani dalam mencari hal-hal baru. Petani maju bahkan memanfaatkan handphone untuk segera memperoleh jawaban atas informasi yang dicarinya. Kenyataan lain yang terlihat di lapangan, beberapa petani yang kurang mengetahui adanya berbagai saluran komunikasi, terutama yang bermedia, tidak banyak mengakses saluran komunikasi. Untuk mencari informasi, petani cukup bertanya pada anaknya, karena menganggap anaknya memiliki pengetahuan lebih banyak, dan merasa tidak perlu bertanya atau mencari tahu dari pihak atau media lain. Selanjutnya, persepsi petani tentang pembiayaan dalam mengakses saluran komunikasi juga berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan pemilihan saluran komunikasi. Ini berarti jika petani memiliki pandangan yang baik terhadap biaya yang dikeluarkan untuk mengakses saluran komunikasi, maka petani memilih banyak saluran komunikasi dan mengaksesnya berkali-kali. Hal ini dikuatkan oleh beberapa petani yang menyatakan jika biaya yang dikeluarkan tidak tinggi, pasti mereka mengakses saluran komunikasi sejauh informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh. Petani juga ada yang sengaja meminta saudaranya yang berjualan di pasar untuk membelikan surat kabar lokal jika ada informasi mengenai pertanian, karena menganggap biaya yang dikeluarkan tidak banyak.
Sebaliknya dengan
menganggap biaya tergolong mahal, maka petani enggan mengakses saluran komunikasi. Sebagian besar petani menganggap radio adalah saluran komunikasi yang tergolong mahal untuk diakses, sehingga media ini kurang banyak diminati petani. Tabel 15 juga menunjukkan adanya korelasi yang sangat nyata (p<0,01) antara persepsi petani tentang kemudahan mengakses saluran dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi penyuluhan. Semakin baik persepsi petani tentang kemudahan mengakses saluran komunikasi, maka semakin sering dan semakin beragam saluran komunikasi tersebut dipilih oleh petani. Hal ini sangat jelas, karena kemudahan merupakan awal dari motivasi petani untuk menerima sesuatu hal. Petani merasakan manfaat adanya berbagai fasilitas penyediaan informasi baik di rumah penyuluh atau kontak tani, di posko penyuluhan maupun di klinik pertanian, sehingga mau menjadikan media yang ada di tempat-tempat tersebut
88 sebagai sarana mencari informasi. Petani yang merasa mudah menjangkau fasilitas yang disediakan, tidak akan segan datang berulang kali untuk membaca atau bertanya langsung pada orang-orang yang dianggapnya memiliki banyak informasi usahatani. Bahkan ada petani yang sengaja datang ke pedagang saprotan langganannya, hanya untuk menanyakan pestisida apa yang mampu membasmi hama yang ada pada tanamannya, karena jarak ke pedagang saprotan dianggap dekat. Hal yang mengkhawatirkan terjadi adalah adanya angapan bahwa saluran komunikasi elektronik yang ada seperti TV dan radio kurang banyak menyediakan informasi, sehingga walaupun petani menganggap mudah mengakses saluran tersebut, petani tidak dapat mengakses saluran komunikasi tersebut secara intensif. Indikator terakhir dari persepsi petani tentang saluran komunikasi adalah ketepatan penggunaannya, yang juga berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik persepsi tentang ketepatan penggunaan saluran komunikasi, menjadikan semakin tinggi pula tingkat pemilihan saluran komunikasi. Petani yang merasakan bahwa saluran komunikasi tertentu telah memberikan informasi yang tepat, akan terus menjadikan saluran komunikasi tersebut sebagai sarana untuk bertanya atau mencari informasi usahatani yang lebih baru. Semakin banyak yang dirasa tepat penggunaannya, semakin banyak pula saluran komunikasi yang diakses, dan semakin sering pula saluran-saluran tersebut diakses petani. Sebagai contoh, seorang tokoh petani di Kecamatan Ciruas, yang memiliki banyak hubungan dengan petani lain di luar desa, menjalin kerjasama dengan penyuluh di tingkat kecamatan sampai provinsi, memiliki hubungan dengan banyak formulator dan pasar. Semua jaringan tersebut dipertahankannya agar usahataninya bertahan pada kondisi yang baik, atau terus meningkat dengan menerapkan inovasi yang ada.
Begitu pula dengan saluran komunikasi bermedia, petani tersebut
berusaha mencari stasiun TV yang sering menayangkan informasi pertanian, mencoba melanggengkan hubungan dengan radio setempat untuk menyiarkan informasi pertanian, serta berlangganan Sinar Banten untuk mendukung kegiatan usahataninya. Walaupun biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, namun hasil yang diperolehnya sepadan dengan apa yang dilakukannya. Ada pula petani maju lain yang terlihat sangat apresiatif dengan kegiatan penyuluhan, serta memiliki
89 anggapan yang positif terhadap saluran komunikasi bermedia.
Petani tersebut
senantiasa mendatangi kegiatan penyuluhan walaupun tidak termasuk orang yang diundang. Informasi tentang kegiatan penyuluhan diketahuinya dari rekan petani maju lain. Contoh ini menunjukkan bahwa ketika sudah memiliki persepsi yang positif terhadap penyuluh, maka petani tetap menjadikan penyuluh sebagai saluran komunikasi yang selalu diharapkan ilmu pembaruannya. Kegiatan penyuluhan, bagaimanapun bentuknya, ternyata masih diperlukan oleh hampir sebagian besar responden. Hasil wawancara pada petani menunjukkan bahwa penyuluhan memiliki banyak manfaat bagi pengembangan usahatani. Sebagian petani mengungkapkan bahwa penyuluhan cukup dilakukan secara interpersonal tanpa melalui media komunikasi, namun sebagian lagi mengharapkan adanya kombinasi antara penyuluhan melalui lisan dengan informasi yang disajikan melalui media cetak maupun elektronik. Media cetak yang banyak diharapkan oleh responden adalah poster dan selebaran yang berisi langkah-langkah praktis mengenai teknik baru di bidang usahatani padi, seperti cara menanam yang baik, pemberian obat hama yang tepat dan pemupukan yang benar.
Adapun media
elektronik yang diminati responden untuk mendukung kegiatan penyuluhan adalah TV dan film-film pertanian yang dapat diputar setiap waktu.
Internet dan
handphone merupakan saluran komunikasi bermedia yang paling sedikit bahkan tidak pernah digunakan oleh petani. Alasannya, untuk mencari informasi melalui handphone tidak praktis, sedangkan internet belum banyak diketahui cara penggunaannya oleh petani.
Petani yang sudah maju mengetahui bahwa saat ini
internet mampu menyajikan informasi penting, namun belum pernah ada yang mencobanya sama sekali. Berdasarkan pendapat responden, kegiatan penyuluhan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi cukup banyak memberikan manfaat. Manfaat tersebut antara lain, dapat menambah banyak pengetahuan, memperoleh informasi dengan cepat, mempermudah pemecahan masalah usahatani serta tahu tentang keadaan pertanian di wilayah lain. Di samping itu, saluran komunikasi interpersonal dapat memberikan manfaat ekonomi, yaitu terjalinnya hubungan jual beli dan bahkan dapat memperoleh bantuan saprotan atau pinjaman modal, baik dari instansi pemerintah, bank, kelompok maupun dari orang lain secara personal.
90 Berdasarkan hasil analisis hubungan antara persepsi petani tentang saluran komunikasi dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi, dapat disarikan bahwa kegiatan penyuluhan sebaiknya tidak terlepas dari upaya memotivasi petani untuk tanggap terhadap hal-hal yang akan mendukung kegiatan usahatani petani. Penyuluhan harus mampu menumbuhkan pemikiran positif petani tentang informasi baru dan saluran komunikasi yang membawa informasi tersebut. Dengan demikian semakin baik persepsi petani terhadap saluran komunikasi yang membawa informasi yang dibutuhkannya, menyebabkan semakin banyak dan semakin sering pula petani berinteraksi dengan berbagai saluran komunikasi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum petani padi di Kabupaten Serang memiliki karakteristik keinovatifan yang dinilai cukup baik, kecuali pada tingkat keberanian beresiko termasuk kategori buruk sebagai salah satu unsur karakteristik individu petani. 2. Persepsi petani tentang saluran komunikasi interpersonal dan bermedia tergolong cukup baik terhadap ketersediaan dan kemudahan mengakses, tergolong cukup baik terhadap aspek ketepatan penggunaan saluran komunikasi interpersonal, namun tergolong baik terhadap ketepatan penggunaan saluran komunikasi bermedia, serta terlihat baik persepsinya terhadap aspek pembiayaan dalam mengakses saluran komunikasi interpersonal dan bermedia. 3. Tingkat pemilihan saluran komunikasi tergolong cukup baik pada jumlah jenis saluran yang diakses, namun tergolong buruk terhadap intensitas dalam mengakses saluran komunikasi penyuluhan. 4. Karakteristik keinovatifan yang berkorelasi sangat nyata dengan persepsi tentang saluran komunikasi interpersonal adalah tingkat empati, tingkat futuristik, tingkat partisipasi sosial dan keterlibatan petani dalam penyuluhan, sedangkan status sosial, luas lahan dan tingkat keberanian beresiko berkorelasi nyata.
Status sosial
berkorelasi nyata dengan persepsi tentang saluran komunikasi bermedia, sedangkan tingkat futuristik, tingkat aktivitas komunikasi dan keterlibatan petani dalam penyuluhan berkorelasi sangat nyata dengan persepsi petani tentang saluran komunikasi bermedia. 5. Karakteristik keinovatifan petani padi berkorelasi sangat nyata dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi interpersonal, yakni tingkat empati, tingkat futuristik, tingkat partisipasi sosial, dan keterlibatan petani dalam penyuluhan. Tingkat aktivitas komunikasi berkorelasi tidak nyata negatif dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi interpersonal. Korelasi sangat nyata terdapat pada tingkat partisipasi sosial dan keterlibatan petani dalam penyuluhan dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi bermedia, sedangkan tingkat empati, tingkat futuristik dan tingkat aktivitas komunikasi berkorelasi nyata.
92 6. Persepsi petani padi tentang ketersediaan, pembiayaan, kemudahan mengakses dan ketepatan penggunaan saluran komunikasi berkorelasi sangat nyata dengan tingkat pemilihan saluran komunikasi, baik interpersonal maupun bermedia. Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan bahwa semakin baik persepsi petani tentang saluran komunikasi, semakin tinggi pula tingkat pemilihan petani terhadap saluran komunikasi penyuluhan. Saran Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian antara lain: 1. Petani perlu lebih dimotivasi agar lebih aktif dalam mencari informasi dan lebih sering terlibat dalam kegiatan penyuluhan.
Perlu upaya penyuluhan yang lebih
intensif dalam membangun keberanian petani untuk mencoba hal baru dalam berusahatani, misalnya dengan pemberian contoh teknik usahatani yang meyakinkan sehingga dapat meningkatkan rasa percaya dirinya dalam menerima inovasi di bidang usahatani padi. 2. Penyuluh lebih giat dalam menjalankan salah satu tupoksinya, yaitu menyiapkan materi penyuluhan secara langsung maupun melalui berbagai bentuk media komunikasi. Perlu upaya fasilitasi saluran komunikasi bermedia yang sesuai dengan kebutuhan petani serta pengembangan materi penyuluhan yang dapat dimuat di media komunikasi lokal, sehingga petani memiliki persepsi yang baik terhadap saluran komunikasi penyuluhan serta memiliki tingkat pemilihan yang baik terhadap saluran komunikasi penyuluhan, yang berdampak pada diterimanya informasi inovasi di bidang usahatani padi. 3. Perlu terus ditingkatkan upaya pelibatan petani maju/teladan dalam kegiatan penyuluhan, mengingat tingginya kecenderungan petani untuk mengakses petani yang lebih maju dalam memperoleh informasi pertanian. 4. Pelibatan penyedia modal dan pengumpul dalam kegiatan penyuluhan perlu dicoba karena merupakan tindakan yang kondusif dalam perolehan informasi tentang permodalan dan pemasaran sebagai informasi yang sulit diperoleh oleh petani saat ini, serta berpotensi dalam meningkatkan kekuatan harga di tingkat petani.
DAFTAR PUSTAKA Asngari PS. 1984. Persepsi Direktur Penyuluhan tingkat Karesidenan dan Kepala Penyuluh Pertanian terhadap Peranan dan Fungsi Lembaga Penyuluhan Pertanian di Negara Bagian Texas Amerika Serikat. Media Peternakan Vol 9 No. 2 Fakultas Peternakan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Berlo DK. 1960. The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc. [BIPP Serang] Balai Informasi Penyuluhan Pertanian Kabupaten Serang. 2008. Programa Penyuluhan Pertanian Kabupaten Serang. Serang: BIPP Serang. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS Serang] Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang. 2006. Angka. Serang: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang.
Serang dalam
[BPTP Banten] Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Banten. 2006. Laporan Tahunan. Banten: BPTP Banten. Dairi Pers. 2008. Pentingnya Catatan Usahatani. http://dairipers.blogspot. com/2008/09/ pentingnya-catatan-usahatani.html [30 Juni 2009]. [Deptan] Departemen Pertanian. 2001. Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani. [Deptan] Departemen Pertanian. 2003. Pedoman Umum Penyuluhan Pertanian dalam Bentuk Peraturan Perundangan tentang jabatan Fungsional Penyuluhan Pertanian dan Angka kreditnya. Jakarta: Badan Pengembangan SDM. [Deptan] Departemen Pertanian. 2007. Peran Lembaga Mediator dalam Membantu Penyediaan Modal Usahatani. http://www.pustakadeptan.go.id/publikasi/ wr292075.pdf [30 Juni 2009]. [Deptan] Departemen Pertanian. 2008a. Penyelenggaraan Fungsi Informasi dan Komunikasi serta Diseminasi Hasil Pengkajian BPTP. http://bbp2tp.litbang.deptan.go.id/FileUpload/files/publikasi/pros_05_7.pdf. [29 Oktober 2008]. [Deptan] Departemen Pertanian. 2008b. Apa itu PTT Padi. http://litbang.deptan. go.id/index2.php? option=com. [18 November 2008]. DeVito JA. 2001. Komunikasi Antar Manusia: Kuliah Dasar. Edisi ke-6. Jakarta: Professional Books. Henuk YL, Levis LR. 2005. Komunikasi Pertanian. Kupang: Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana. Istuti W, Endah R. 2000. Paket Teknologi Usahatani Padi. http://www.pustakadeptan.go.id/agritek/jwtm0108.pdf. [15 Desember 2008].
94 Kerlinger FN. 2006. Asas-asas Penelitian Behavioral. Cetakan ke-11. [Terjemahan] Simatupang LR, Koes Soemanto HJ. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Khomsurizal. 2008. Banten Surplus Beras. http://khomsurizal.blogspot.com/ 2008/08/ banten [4 Agustus 2008]. Lionberger HF. 1968. Adoption of New Ideas and Practices. Iowa: The Iowa States University Press. Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Mulyana D. 2001. Rosdakarya.
Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.
Bandung: Remaja
Mulyandari RSH, Rivai RS, Ananto E. 2005. Alternatif Model Diseminasi Informasi Teknologi Pertanian Mendukung Pengembangan Pertanian Lahan Marginal. Jakarta: P4MI-Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Rakhmat J. 2007. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi, Cetakan ke-24. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rogers EM. 2003. Diffusion of Innovations. Press.
5th Edition. New York: The Free
Rogers EM, Schoemaker FF. 1995. Communication of Innovations: A Cross Cultural Approach. Revised Edition. New York: The Free Press. Said A. 2006. Hubungan Karakteristik Petani dan Penggunaan Teknologi. http://www.unhas.ac.id/~lemlit/index.html. [18 November 2008]. Siahaan SM. 1990. Komunikasi: Pemahaman dan Penerapannya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Siegel S. 1994. Gramedia
Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta:
Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survei. Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES. Subagiyo. 2005. Kajian Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Inovasi Usaha Perikanan Laut Desa Pantai Selatan Kabupaten Bantul, DIY. http://pse.litbang.deptan.go.id/publikasi.php. [9 September 2007]. Sudrajat A. 1998. Perilaku Pemanfaatan Saluran Komunikasi dalam Menerapkan Teknologi PHT di Kalangan Petani Kabupaten Sukabumi. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Suryadi R. 2000. Hubungan Karakteristik dan Persepsi dari Penyuluh dan Petani Kecil tentang Kendala Berkomunikasi (Kasus Kabupaten Bogor). [Tesis]. Bogor: Insitut Pertanian Bogor. Syafruddin. 2003. Pengaruh Media Cetak Brosur dalam Proses Adopsi dan Difusi Inovasi Beternak Ayam Broiler di Kota Kendari. http://www.damandiri. or.id/file/syafruddin. [14 Oktober 2008].
95 Togatorop MH, Sudana W. 2006. Peran Ternak sebagai Komponen Usahatani Padi untuk Peningkatan Pendapatan Petani. http://ntb.litbang.deptan.go.id/ 2006/SP/peranternak.doc. [18 November 2008]. Tohari, Martono E, Sosmowiyarjo S. 2007. Budidaya Tanaman Pangan Utama. Jakarta: Universitas Terbuka. van den Ban AW, Hawkins HS. 1999. Kanisius.
Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
Wiriaatmadja S. 1982. Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yasaguna.
LAMPIRAN
97 Lampiran 1. Sebaran responden berdasarkan indikator status sosial Indikator status sosial Keaktifan dalam organisasi Tidak aktif Aktif Total Lingkup organisasi Tidak aktif Lingkup RT Lingkup RW dan desa Total Kepemilikan Jabatan Tidak punya jabatan Pengurus Ketua Total Status rumah Menumpang Rumah sewa Rumah sendiri Total Kepemilikan alat mesin pertanian (alsintan) Satu alsintan Dua alsintan Lebih dari 2 alsintan Total Kepemilikan kendaraan Kendaraan tidak bermotor Kendaraan motor roda 2 Kendaraan motor roda 4 Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
80 56 136
58,82 41,18 100,00
80 24 32 136
58,82 17,65 23,53 100,00
80 34 22 136
58,82 25,00 16,18 100,00
24 2 110 136
17,65 1,47 80,88 100,00
79 35 22 136
58,08 25,74 16,18 100,00
37 94 5 136
27,21 69,12 2,67 100,00
98 Lampiran 2. Sebaran responden berdasarkan luas lahan Luas Lahan (meter persegi) Sempit (300 - 3499) Cukup luas (3500 - 10000) Luas (10001 - 25000) Total
Jumlah (orang) 33 86 17 136
Persentase (%) 24,26 63,24 12,50 100,00
99 Lampiran 3. Sebaran responden berdasarkan indikator kepemilikan modal Indikator kepemilikan modal Status lahan Lahan non milik tanpa sewa Lahan sewa Lahan milik Total Jumlah modal Rendah Sedang Tinggi Total Asal modal Pinjam ke kerabat/orang tua Pinjam ke usaha permodalan Modal sendiri Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
11 51 74 136
8,09 37,50 54,41 100,00
40 69 27 136
29,41 50,74 19,85 100,00
30 35 71 136
22,06 25,74 52,20 100,00
100 Lampiran 4. Sebaran responden berdasarkan indikator tingkat empati Indikator tingkat empati Menghargai pendapat orang lain Jarang Sering Selalu Total Mendahulukan kepentingan orang lain Jarang Sering Selalu Total Menggantikan tugas orang lain Jarang Sering Selalu Total Peduli terhadap kesulitan orang lain Jarang Sering Selalu Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
36 57 43 136
26,47 41,91 31,62 100,00
43 60 33 136
31,62 44,12 24,26 100,00
55 44 37 136
40,44 32,35 27,21 100,00
12 109 15 136
8,82 80,15 11,03 100,00
101 Lampiran 5. Sebaran responden berdasarkan indikator tingkat keberanian beresiko Indikator tingkat keberanian beresiko Mencoba cara tanam baru Jarang Sering Selalu Total Mencoba varietas baru Jarang Sering Selalu Total Mengatasi masalah secara pribadi Jarang Sering Selalu Total Melakukan eksperimen sederhana Jarang Sering Selalu Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
57 44 35 136
41,91 32,35 25,74 100,00
67 38 31 136
49,26 27,94 22,79 100,00
89 36 11 136
65,44 26,47 8,09 100,00
109 12 15 136
80,15 8,82 11,03 100,00
102 Lampiran 6. Sebaran responden berdasarkan indikator tingkat futuristik Indikator tingkat futuristik Ketidakpercayaan pada nasib Jarang Sering Selalu Total Ketidakpercayaan pada ramalan Jarang Sering Selalu Total Keyakinan dalam berusahatani Jarang Sering Selalu Total Keyakinan pada kehidupan mendatang Jarang Sering Selalu Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
45 63 28 136
33,09 46,32 20,59 100,00
36 67 33 136
26,47 49,26 24,26 100,00
21 70 38 136
15,44 51,47 27,94 100,00
29 63 34 136
21,32 46,32 25,00 100,00
103 Lampiran 7. Sebaran responden berdasarkan indikator tingkat partisipasi sosial Indikator tingkat partisipasi sosial Kehadiran dalam pengajian Jarang Sering Selalu Total Kelancaran membayar iuran Tidak pernah Jarang Sering Selalu Total Keikutsertaan bergotong royong Jarang Sering Selalu Total Pemberian bantuan untuk musibah Jarang Sering Selalu Total Kepengurusan orang meninggal Jarang Sering Selalu Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
17 23 96 136
12,50 16,91 70,59 100,00
39 19 23 55 136
28,68 13,97 16,91 40,44 100,00
51 34 51 136
37,50 25,00 37,50 100,00
50 63 23 136
36,77 46,32 16,91 100,00
8 66 62 136
5,88 48,53 45,59 100,00
104 Lampiran 8. Sebaran responden berdasarkan indikator tingkat aktivitas komunikasi Indikator tingkat aktivitas komunikasi Mencari informasi tentang kegiatan sosial Menunggu Menunggu dan mencari Mencari Total Mencari informasi tentang usahatani Menunggu Menunggu dan mencari Mencari Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
76 33 27 136
55,88 24,27 19,85 100,00
61 32 43 136
44,85 23,53 31,62 100,00
105
Lampiran 9. Sebaran responden berdasarkan indikator keterlibatan dalam penyuluhan Indikator keterlibatan dalam penyuluhan Tingkat kehadiran responden dalam pertemuan kelompok Rendah (kurang dari 3 kali) Sedang (3 - 5 kali) Tinggi (lebih dari 5 kali) Tidak pernah hadir Total Keikutsertaan dalam Pelatihan Tidak pernah Pernah, 1 kali Pernah, lebih dari 1 kali Total Keterlibatan dalam perencanaan penyuluhan Tidak terlibat Identifikasi wilayah Identifikasi wilayah dan perumusan tujuan Identifikasi wilayah, perumusan tujuan, perumusan masalah dan pemecahan masalah Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
38 41 49 8 136
27,94 30,15 36,03 5,88 100,00
60 49 27 136
44,12 36,03 19,85 100,00
61 45 12
44,85 33,09 8,82
18 136
13,24 100,00
106 Lampiran 10. Persentase responden berdasarkan persepsinya tentang ketersediaan saluran komunikasi penyuluhan Jenis Informasi Pembibitan Sistem tanam Pemupukan Pengairan Penanggulangan hama Pemanenan Permodalan Pemasaran
Saluran komunikasi interpersonal Petani lain Pengumpul
Penyuluh
Pedagang Saprotan
1 16,18 15,44 14,71 29,41
2 2,94 3,68 2,94 10,29
3 34,56 37,50 35,29 30,15
4 46,32 43,38 47,06 30,15
1 8,82 13,24 5,88 16,91
2 8,82 8,09 8,09 11,76
3 35,29 36,03 38,24 37,50
4 47,06 42,65 47,79 33,82
1 58,82 64,71 63,97 68,38
2 21,32 26,47 26,47 27,21
3 14,71 7,35 8,09 3,68
4 5,15 1,47 1,47 0,74
1 38,97 56,62 30,88 62,50
2 24,26 33,82 10,29 30,88
3 18,38 5,88 26,47 5,15
4 18,38 3,68 32,35 1,47
15,44 29,41 25,74 49,26
3,68 10,29 17,65 27,21
34,56 30,88 36,76 15,44
46,32 29,41 19,85 8,09
6,62 15,44 18,38 16,18
7,35 13,97 25,74 16,18
36,03 34,56 30,15 40,44
50,00 36,03 25,74 27,21
61,76 63,97 58,09 21,32
25,74 25,00 24,26 7,35
10,29 7,35 13,24 32,35
2,21 3,68 4,41 38,97
19,85 63,24 65,44 65,44
5,15 31,62 30,88 32,35
33,09 3,68 1,47 1,47
41,91 1,47 2,21 0,74
Saluran komunikasi bermedia TV 2 9,56 5,15 5,88 13,24
3 61,03 61,76 61,03 47,06
4 15,44 16,18 17,65 13,97
1 42,65 46,32 44,12 48,53
Surat Kabar/Majalah
Poster/Leaflet
2 19,12 20,59 20,59 22,79
3 30,88 27,21 29,41 23,53
4 7,35 5,88 5,88 5,15
1 29,41 33,82 30,88 39,71
2 13,97 19,12 16,18 21,32
3 45,59 37,50 41,91 32,35
4 11,03 9,56 11,03 6,62
1 24,26 29,41 25,74 40,44
2 15,44 19,12 10,29 25,00
3 32,35 33,82 38,97 25,00
4 27,94 17,65 25,00 9,56
13,24 6,62 61,03 19,12 44,12 19,85 19,85 11,03 53,68 15,44 45,59 22,79 36,76 36,03 22,06 5,15 48,53 23,53 33,82 30,88 29,41 5,88 44,85 20,59 Ket: 1 = tidak ada sama sekali; 2 = jarang ada; 3 = sering ada; 4 = selalu ada
30,15 26,47 23,53 29,41
5,88 5,15 4,41 5,15
33,09 35,29 35,29 43,38
11,03 19,85 19,85 17,65
42,65 37,50 37,50 31,62
13,24 7,35 7,35 7,35
15,44 36,03 51,47 52,21
4,41 29,41 41,18 41,91
41,91 24,26 5,88 5,15
38,24 10,29 1,47 0,74
Pembibitan Sistem tanam Pemupukan Pengairan Penanggulangan hama Pemanenan Permodalan Pemasaran
1 13,97 16,91 15,44 25,74
Radio
107 Lampiran 11. Persentase responden berdasarkan persepsinya tentang pembiayaan mengakses saluran komunikasi penyuluhan Jenis Informasi Pembibitan Sistem tanam Pemupukan Pengairan Penanggulangan hama Pemanenan Permodalan Pemasaran
Saluran komunikasi interpersonal Petani lain Pengumpul
Penyuluh
Pedagang Saprotan
1 5,88 5,88 5,88 7,35
2 15,44 15,44 16,18 18,38
3 35,29 35,29 34,56 33,82
4 43,38 43,38 43,38 40,44
1 0,74 0,74 0,74 3,68
2 5,88 3,68 3,68 6,62
3 44,12 44,12 45,59 41,18
4 49,26 51,47 50,00 48,53
1 13,97 13,97 13,97 13,97
2 33,09 36,03 35,29 36,03
3 42,65 40,44 41,18 40,44
4 10,29 9,56 9,56 9,56
1 9,56 10,29 9,56 10,29
2 27,21 32,35 24,26 33,82
3 53,68 50,00 55,15 48,53
4 9,56 7,35 11,03 7,35
5,88 6,62 5,88 7,35
16,91 17,65 23,53 27,21
34,56 35,29 35,29 34,56
42,65 40,44 35,29 30,88
0,74 2,21 1,47 2,21
2,21 5,88 8,09 8,09
47,79 44,12 47,79 47,06
49,26 47,79 42,65 42,65
13,97 13,24 15,44 8,09
33,09 33,82 30,15 22,06
42,65 43,38 41,91 47,06
10,29 9,56 12,50 22,79
9,56 11,76 13,24 12,50
22,06 32,35 33,82 34,56
57,35 48,53 47,06 47,79
11,03 7,35 5,88 5,15
Saluran komunikasi bermedia TV 2 39,71 38,97 38,97 39,71
3 52,21 55,15 53,68 53,68
Radio 4 4,41 2,94 3,68 2,94
Surat Kabar/Majalah
Poster/Leaflet
1 8,82 9,56 8,82 9,56
2 42,65 44,12 44,12 44,12
3 46,32 44,12 44,85 44,12
4 2,21 2,21 2,21 2,21
1 13,24 13,24 13,24 13,24
2 46,32 45,59 45,59 44,85
3 30,15 30,15 30,15 30,88
4 10,29 11,03 11,03 11,03
1 5,15 5,15 5,15 5,15
2 16,91 14,71 15,44 16,91
3 46,32 48,53 49,26 47,79
4 31,62 31,62 30,15 30,15
3,68 38,97 53,68 3,68 9,56 3,68 38,97 53,68 3,68 11,03 4,41 42,65 49,26 3,68 7,35 5,15 41,91 49,26 3,68 7,35 Ket: 1 = sangat mahal; 2 = mahal; 3 = murah; 4 = sangat murah
42,65 41,18 47,79 47,79
45,59 45,59 42,65 43,38
2,21 2,21 2,21 1,47
13,24 13,24 13,24 13,24
44,85 45,59 46,32 45,59
30,88 30,88 32,35 31,62
11,03 10,29 8,09 9,56
5,15 5,15 5,88 5,88
13,97 17,65 24,26 22,79
51,47 48,53 51,47 52,94
29,41 28,68 18,38 18,38
Pembibitan Sistem tanam Pemupukan Pengairan Penanggulangan hama Pemanenan Permodalan Pemasaran
1 3,68 2,94 3,68 3,68
108 Lampiran 12. Persentase responden berdasarkan persepsinya tentang kemudahan mengakses saluran komunikasi penyuluhan Jenis Informasi Pembibitan Sistem tanam Pemupukan Pengairan Penanggulangan hama Pemanenan Permodalan Pemasaran
Saluran komunikasi interpersonal Petani lain Pengumpul
Penyuluh
Pedagang Saprotan
1 8,82 8,82 8,82 14,71
2 17,65 19,12 19,85 31,62
3 40,44 37,50 37,50 25,74
4 33,09 34,56 33,82 27,94
1 0,74 1,47 1,47 3,68
2 11,76 16,91 13,97 23,53
3 38,97 35,29 38,97 32,35
4 48,53 46,32 45,59 40,44
1 21,32 23,53 22,79 27,21
2 57,35 63,97 63,97 64,71
3 20,59 11,76 12,50 7,35
4 0,74 0,74 0,74 0,74
1 15,44 22,06 12,50 23,53
2 44,85 59,56 28,68 62,50
3 33,09 16,18 51,47 11,76
4 6,62 2,21 7,35 2,21
8,82 11,03 11,76 22,06
18,38 33,82 38,97 53,68
36,76 30,88 34,56 16,18
36,03 24,26 14,71 8,09
0,74 3,68 4,41 6,62
12,50 26,47 36,76 25,74
41,18 33,82 25,74 33,82
45,59 36,03 33,09 33,82
24,26 24,26 24,26 12,50
59,56 60,29 57,35 38,24
15,44 14,71 15,44 35,29
0,74 0,74 2,94 13,97
12,50 25,00 22,79 22,79
25,00 61,76 63,97 65,44
53,68 11,03 11,03 9,56
8,82 2,21 2,21 2,21
Saluran komunikasi bermedia TV 2 17,65 19,12 19,85 31,62
3 40,44 37,50 37,50 25,74
Surat Kabar/Majalah
Poster/Leaflet
4 33,09 34,56 33,82 27,94
1 0,74 1,47 1,47 3,68
2 11,76 16,91 13,97 23,53
3 38,97 35,29 38,97 32,35
4 48,53 46,32 45,59 40,44
1 21,32 23,53 22,79 27,21
2 57,35 63,97 63,97 64,71
3 20,59 11,76 12,50 7,35
4 0,74 0,74 0,74 0,74
1 15,44 22,06 12,50 23,53
2 44,85 59,56 28,68 62,50
3 33,09 16,18 51,47 11,76
4 6,62 2,21 7,35 2,21
8,82 18,38 36,76 36,03 11,03 33,82 30,88 24,26 11,76 38,97 34,56 14,71 22,06 53,68 16,18 8,09 Ket: 1 = sangat sulit; 2 = sulit; 3 = mudah; 4 = sangat mudah
0,74 3,68 4,41 6,62
12,50 26,47 36,76 25,74
41,18 33,82 25,74 33,82
45,59 36,03 33,09 33,82
24,26 24,26 24,26 12,50
59,56 60,29 57,35 38,24
15,44 14,71 15,44 35,29
0,74 0,74 2,94 13,97
12,50 25,00 22,79 22,79
25,00 61,76 63,97 65,44
53,68 11,03 11,03 9,56
8,82 2,21 2,21 2,21
Pembibitan Sistem tanam Pemupukan Pengairan Penanggulangan hama Pemanenan Permodalan Pemasaran
1 8,82 8,82 8,82 14,71
Radio
109
Lampiran 13. Persentase responden berdasarkan persepsinya tentang ketepatan penggunaan saluran komunikasi penyuluhan Jenis Informasi Pembibitan Sistem tanam Pemupukan Pengairan Penanggulangan hama Pemanenan Permodalan Pemasaran
Saluran komunikasi interpersonal Petani lain Pengumpul
Penyuluh 1 11,03 11,03 11,03 19,12 11,76 13,97 15,44 25,74
2 6,62 6,62 5,15 16,91 5,88 16,18 20,59 35,29
3 38,24 42,65 37,50 35,29 39,71 38,97 44,12 30,88
4 44,12 39,71 46,32 28,68 42,65 30,88 19,85 8,09
1 2,21 2,21 0,74 5,88 2,21 4,41 5,88 5,15
2 8,82 10,29 8,09 13,97 4,41 19,85 26,47 17,65
3 42,65 43,38 45,59 44,12 43,38 37,50 39,71 48,53
4 46,32 44,12 45,59 36,03 50,00 38,24 27,94 28,68
1 47,79 50,00 49,26 52,94 50,00 50,00 45,59 13,97
2 32,35 38,97 38,97 41,18 36,03 36,76 35,29 7,35
3 16,18 10,29 10,29 5,15 12,50 12,50 13,24 36,03
Pedagang Saprotan 4 3,68 0,74 1,47 0,74 1,47 0,74 5,88 42,65
1 29,41 41,18 21,32 47,06 14,71 46,32 46,32 46,33
4 14,71 12,50 13,24 8,82 16,18 10,29 9,56 11,03
1 11,76 13,97 11,03 18,38 8,82 16,91 24,26 25,74
2 31,62 47,79 11,03 47,06 4,41 47,06 47,79 49,26
3 27,94 7,35 34,56 5,15 32,35 5,15 5,15 4,41
4 11,03 3,68 33,09 0,74 48,53 1,47 0,74 0,00
Saluran komunikasi bermedia TV 1 2 3 4 1 Pembibitan 5,15 13,24 60,29 21,32 21,32 Sistem tanam 2,94 11,76 66,18 19,12 22,06 Pemupukan 3,68 11,76 62,50 22,06 21,32 Pengairan 6,62 16,91 57,35 19,12 22,79 Penanggulangan hama 2,94 13,24 61,76 22,06 20,59 Pemanenan 5,15 17,65 58,82 18,38 21,32 Permodalan 14,71 39,71 34,56 11,03 21,32 Pemasaran 13,24 35,29 40,44 11,03 19,85 Ket: 1 = tidak tepat; 2 = kurang tepat; 3 = cukup tepat; 4 = sangat tepat
Radio 2 41,18 45,59 44,85 47,06 41,91 47,06 42,65 38,97
3 32,35 29,41 30,88 27,94 34,56 29,41 31,62 34,56
Surat Kabar/Majalah 4 5,15 2,94 2,94 2,21 2,94 2,21 4,41 6,62
1 16,18 16,18 16,18 17,65 16,91 16,91 19,85 18,38
2 27,94 27,94 27,21 29,41 24,26 29,41 30,15 27,21
3 41,18 43,38 43,38 44,12 42,65 43,38 40,44 43,38
Poster/Leaflet 2 22,79 27,21 19,12 33,09 12,50 33,82 55,88 53,68
3 41,18 41,18 42,65 35,29 42,65 36,76 16,91 18,38
4 24,26 17,65 27,21 13,24 36,03 12,50 2,94 2,21
110
Lampiran 14. Sebaran responden berdasarkan jumlah jenis saluran komunikasi penyuluhan yang diakses Jenis Informasi Pembibitan Sistem tanam Pemupukan Pengairan Penanggulangan hama Pemanenan Permodalan Pemasaran
Rendah 29 45 26 58 15 53 58 63
% 21,32 33,09 19,12 42,65 11,03 38,97 42,65 46,32
Sedang 74 73 50 59 50 61 51 47
Pembibitan Sistem tanam Pemupukan Pengairan Penanggulangan hama Pemanenan Permodalan Pemasaran
Rendah 48 47 37 57 44 70 38 51
% 35,29 34,56 27,21 41,91 32,35 51,47 27,94 37,50
Sedang 42 49 55 32 50 29 14 12
Keterangan: Rendah = hanya memilih satu jenis saluran komunikasi Sedang = memilih 2 jenis saluran komunikasi Tinggi = memilih 3 atau 4 jenis saluran komunikasi
Saluran komunikasi interpersonal % Tinggi % Tidak memilih 54,41 33 24,26 0 53,68 14 10,29 4 36,76 59 43,38 1 43,38 4 2,94 15 36,76 71 52,21 0 44,85 8 5,88 14 37,50 5 3,68 22 34,56 19 13,97 7 Saluran komunikasi bermedia % Tinggi % Tidak memilih 30,88 32 23,53 14 36,03 24 17,65 16 40,44 30 22,06 14 23,53 12 8,82 35 36,76 33 24,26 9 21,32 14 10,29 23 10,29 2 1,47 82 8,82 4 2,94 69
% 0,00 2,94 0,74 11,03 0,00 10,29 16,18 5,15
Jumlah 136 136 136 136 136 136 136 136
% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
% 10,29 11,76 10,29 25,74 6,62 16,91 60,29 50,74
Jumlah 136 136 136 136 136 136 136 136
% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
111
Lampiran 15. Sebaran responden berdasarkan intensitas mengakses saluran komunikasi penyuluhan Jenis Saluran Komunikasi Informasi Teknik Ustan Penyuluh Petani lain Pengumpul Pedagang saprotan TV Radio Surat kabar/majalah Poster/Leaflet Informasi Permodalan Penyuluh Petani lain Pengumpul Pedagang saprotan TV Radio Surat kabar/majalah Poster/ Leaflet Informasi Pemasaran Penyuluh Petani Pengumpul Pedagang saprotan TV Radio Surat kabar/majalah Poster/ Leaflet
Rendah %
Sedang
%
Tinggi %
Tidak memilih
%
Jumlah
%
45 19 14 53 28 9 18 43
33,09 13,97 10,29 38,97 20,59 6,62 13,24 31,62
31 35 25 28 39 14 20 25
22,79 25,74 18,38 20,59 28,68 10,29 14,71 18,38
37 73 5 11 41 2 7 24
27,21 53,68 3,68 8,09 30,15 1,47 5,15 17,65
23 9 92 44 28 111 91 44
16,91 6,62 67,65 32,35 20,59 81,62 66,91 32,35
136 136 136 136 136 136 136 136
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
34 19 17 1 24 4 8 4
25,00 13,97 12,50 0,74 17,65 2,94 5,88 2,94
18 33 4 1 7 9 8 2
13,24 24,26 2,94 0,74 5,15 6,62 5,88 1,47
5 17 1 0 9 1 2 1
3,68 12,50 0,74 0,00 6,62 0,74 1,47 0,74
79 67 114 134 96 122 118 129
58,09 49,26 83,82 98,53 70,59 89,71 86,76 94,85
136 136 136 136 136 136 136 136
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
19 25 43 9 20 2 4 3
13,97 18,38 31,62 6,62 14,71 1,47 2,94 2,21
6 27 30 14 9 12 11 3
4,41 19,85 22,06 10,29 6,62 8,82 8,09 2,21
5 19 10 2 10 1 3 0
3,68 13,97 7,35 1,47 7,35 0,74 2,21 0,00
106 65 53 111 97 121 118 130
77,94 47,79 38,97 81,62 71,32 88,97 86,76 95,59
136 136 136 136 136 136 136 136
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan: Rendah = mengakses kurang dari 3 kali per musim tanam Sedang = mengakses antara 3 - 5 kali per musim tanam Tinggi = mengakses lebih dari 5 kali per musim tanam
112 Lampiran 16. Hubungan karakteristik keinovatifan petani padi dengan persepsinya tentang semua aspek saluran komunikasi penyuluhan Karakteristik keinovatifan Status sosial Luas lahan Kepemilikan modal Tingkat empati Tingkat keberanian beresiko Tingkat futuristik Tingkat partisipasi sosial Tingkat aktivitas komunikasi Keterlibatan dalam penyuluhan
Persepsi tentang saluran komunikasi (rs) ketersediaan pembiayaan kemudahan ketepatan 0,225** 0,237** 0,160 0,163 0,028 0,095 0,078 0,104 0,101 0,146 0,059 0,048 0,182* 0,225** 0,150 0,299** -0,015 0,159 0,103 0,100 0,447** 0,236** 0,424** 0,341** 0,232** 0,173* 0,241** 0,198* 0,210* 0,224** 0,189* 0,275** 0,354**
Keterangan: *Korelasi nyata (p<0,05) **Korelasi sangat nyata (p<0,01)
0,300**
0,311**
0,291**
rs = koefisien korelasi rank Spearman
Lampiran 17. Kuesioner Penelitian Kode Responden: Kode pewawancara:
PERSEPSI DAN PEMILIHAN PETANI TERHADAP SALURAN KOMUNIKASI PENYULUHAN MENGENAI INFORMASI PENGELOLAAN USAHATANI PADI (Kasus Petani Kabupaten Serang)
KUESIONER
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Kelompok Tani
:
Tanggal wawancara :
SEKOLAH PASCASARJANA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
114 BAGIAN I KARAKTERISTIK KEINOVATIFAN PETANI A. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI Petunjuk pengisian: Silakan Bapak/Ibu menanggapi pertanyaan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang telah disediakan No X1
Pertanyaan 1. 2. ( ( ( ( ( 3.
4.
5.
X2 X3
6. 7.
8. 9.
Apakah Bapak/Ibu pernah menjadi pengurus organisasi sosial di lingkungan tempat tinggal dalam 3 tahun terakhir?
Jawaban ( ) tidak ( ) ya
Jika ya, dalam organisasi sosial apa saja Bapak/ibu ikut menjadi pengurus? (jawaban boleh lebih dari satu) Jenis organisasi sosial Lingkup organisasi Jabatan ) pemerintahan ( ) RT ( ) RW ( ) Desa ( ) Kecamatan ( ) ketua ( ) pengurus ) koperasi ( ) RT ( ) RW ( ) Desa ( ) Kecamatan ( ) ketua ( ) pengurus ) pengajian ( ) RT ( ) RW ( ) Desa ( ) Kecamatan ( ) ketua ( ) pengurus ) arisan ( ) RT ( ) RW ( ) Desa ( ) Kecamatan ( ) ketua ( ) pengurus ) lainnya, ............................... ( ) RT ( ) RW ( ) Desa ( ) Kecamatan ( ) ketua ( ) pengurus Apa status kepemilikan rumah Bapak/Ibu? ( ) rumah orang lain tanpa sewa ( ) rumah sewa ( ) rumah milik sendiri Apa saja alat mesin pertanian yang dimiliki? ( ) tidak memiliki alsintan ( ) bajak sederhana ( ) pompa air ( ) traktor ( ) penggilingan ( ) lainnya, .............................. Apa kendaraan yang Bapak/ibu miliki? ( ) tidak memiliki kendaraan ( ) sepeda ( ) sepeda motor ( ) mobil ( ) lainnya, ............................ Berapa luas lahan yang Bapak/Ibu garap? .................... m2 Apa status kepemilikan lahan yang Bapak/Ibu garap? ( ) lahan milik orang lain tanpa sewa, ......... m2 ( ) lahan sewa, ......... m2 ( ) lahan milik pribadi, ........ m2 Berapa jumlah uang yang Bapak/ibu gunakan untuk modal usahatani dalam satu ( ) kurang dari 1 juta musim tanam? ( ) antara 1 – 2 juta ( ) lebih dari 2 juta Dari mana modal uang yang Bapak/Ibu gunakan tersebut? ( ) pinjaman ke pengumpul/ kerabat ( ) pinjaman dari bank/ koperasi ( ) uang sendiri
115 B. KARAKTERISTIK INDIVIDU Petunjuk pengisian: Silakan Bapak/Ibu menanggapi pernyataan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang telah disediakan. Keterangan: 1 = jarang, 2 = sering, 3 = selalu No X4
X5
X6
Pernyataan
Jawaban 1 2 3
1.
Dalam obrolan atau rapat kelompok, Bapak/Ibu sulit untuk menerima atau mengiyakan pendapat orang lain 2. Bapak/ibu kesulitan untuk mendahulukan kepentingan orang lain walaupun orang tersebut meminta untuk didahulukan, misalnya dalam menerima bantuan usahatani 3. Bapak/ibu cenderung tidak mau mengganti tugas-tugas orang lain dalam kegiatan kelompok tani, arisan, kerja bakti atau tugas siskamling di lingkungan tempat tinggal 4. Bapak/ibu tidak terlalu peduli jika melihat petani lain mengalami kegagalan panen 5. Bapak/ibu tidak mau mencoba suatu cara tanam baru yang belum jelas hasilnya akan baik atau buruk 6. Biasanya Bapak/ibu akan menanam varietas baru setelah orang lain menanam dan melihat hasilnya 7. Bapak/ibu biasanya kebingungan jika terdapat kesulitan dalam mengelola usahatani padi, terutama dalam menggunakan cara-cara yang baru digunakan 8. Apabila terdapat kesulitan dalam berusahatani, biasanya Bapak/ibu akan mencari orang lain yang dirasa bisa mengatasinya, daripada mencoba mengatasi sendiri terlebih dahulu 9. Bapak/Ibu sangat percaya bahwa kehidupan masa depan seseorang ditentukan oleh nasibnya 10. Seandainya Bapak/ibu diramal akan tertimpa kejadian buruk, maka harus diterima karena hal tersebut adalah nasib 11. Melihat kondisi negara kita saat ini yang serba sulit dan mahal, Bapak/ibu merasa tidak yakin untuk menjalankan usahatani yang lebih baik di masa depan 12. Bapak/ibu takut menghadapi masa depan terutama yang berkaitan dengan kehidupan anak-anak
C. KARAKTERISTIK KOMUNIKASI Petunjuk pengisian: Silakan Bapak/Ibu menanggapi pertanyaan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang telah disediakan. No X7
1.
Pertanyaan Dalam setahun terakhir berapa kali Bapak/ibu menghadiri pengajian?
2.
Dalam setahun terakhir berapa kali Bapak/Ibu menghadiri arisan?
3.
Dalam setahun terakhir berapa kali Bapak/Ibu menghadiri kerja bakti?
4.
Apabila ada tetangga yang terkena musibah, apakah Bapak/ibu selalu memberikan bantuan moril atau materi?
5.
apabila ada tetangga yang meninggal apakah Bapak/ibu selalu melayatnya?
( ( ( (
Jawaban ) tidak pernah ) kurang dari 3 kali ) 3 – 5 kali ) lebih dari 5 kali
( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( (
) tidak pernah ) kurang dari 3 kali ) 3 – 5 kali ) lebih dari 5 kali ) tidak pernah ) kurang dari 3 kali ) 3 – 5 kali ) lebih dari 5 kali ) tidak pernah ) kadang-kadang ) sering ) selalu
( ( ( (
) tidak pernah ) kadang-kadang ) sering ) selalu
116 No X8
6.
Pertanyaan Bagaimana Bapak/ibu memperoleh informasi tentang kegiatan sosial yang rutin dilaksanakan di lingkungan setempat? (misalnya tentang pengajian, perayaan kemerdekaan RI, dll)
7.
Bagaimana Bapak/ibu memperoleh informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan sebagai petani?
8.
Dalam setahun terakhir, berapa kali Bapak/Ibu menghadiri undangan pertemuan kelompok tani?
9.
Dalam setahun terakhir apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti kegiatan pelatihan tentang pertanian?
Jawaban ( ) menunggu informasi dari orang lain ( ) kadang menunggu, kadang mencari lebih dahulu ( ) selalu mencari tahu terlebih dahulu ( ) menunggu informasi dari orang lain ( ) kadang menunggu, kadang mencari lebih dahulu ( ) selalu mencari tahu terlebih dahulu ( ) tidak pernah ( ) kurang dari 3 kali ( ) 3 – 5 kali ( ) lebih dari 5 kali ( ) tidak ( ) ya
10. Jika ya, apa jenis pelatihan tersebut? a. .......................................................................... di ................................................ jangka waktu ............................... b. ........................................................................... di ................................................ jangka waktu ............................... c. ........................................................................... di ................................................ jangka waktu ............................... 11. Apakah Bapak/ibu pernah dilibatkan dalam perencanaan program penyuluhan ( ) tidak ( ) ya 12. Jika ya, dalam hal apa saja Bapak/ibu terlibat dalam perencanaan program?
( ) identifikasi wilayah dan potensi pertanian ( ) perumusan tujuan program ( ) perumusan masalah dan pemecahannya
BAGIAN II. PERSEPSI PETANI TENTANG SALURAN KOMUNIKASI PENYULUHAN (Y1) Petunjuk pengisian: Silakan Bapak/Ibu menanggapi pertanyaan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang telah disediakan. Keterangan 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Setuju, 4 = Sangat Setuju
Y1.1 Ketersediaan Saluran Komunikasi Penyuluhan
(a) informasi tentang pemilihan varietas unggul dan benih bermutu No Pernyataan
1 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang varietas dan benih bermutu dapat diperoleh melalui penyuluh lapangan Informasi tentang varietas dan benih bermutu dapat diperoleh melalui sesama petani Informasi tentang varietas dan benih bermutu dapat diperoleh melalui pengumpul Informasi tentang varietas dan benih bermutu dapat diperoleh melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang varietas dan benih bermutu tidak dapat diperoleh melalui televisi Informasi tentang varietas dan benih bermutu tidak dapat diperoleh melalui radio Informasi tentang varietas dan benih bermutu dapat diperoleh melalui surat kabar/majalah pertanian Informasi tentang varietas dan benih bermutu dapat diperoleh melalui poster/leaflet
Jawaban 2 3
4
117 (b) informasi tentang pola tanam (sistem jajar legowo, sistem tegel) No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
Informasi tentang pola tanam dapat diperoleh melalui penyuluh lapangan Informasi tentang pola tanam dapat diperoleh melalui sesama petani Informasi tentang pola tanam dapat diperoleh melalui pengumpul Informasi tentang pola tanam dapat diperoleh melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang pola tanam dapat diperoleh melalui televisi Informasi tentang pola tanam dapat diperoleh melalui radio Informasi tentang pola tanam dapat diperoleh melalui surat kabar/majalah pertanian Informasi tentang pola tanam dapat diperoleh melalui poster/leaflet
c) informasi tentang pemupukan berekomendasi No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang pemupukan berekomendasi dapat diperoleh melalui penyuluh lapangan Informasi tentang pemupukan berekomendasi dapat diperoleh melalui sesama petani Informasi tentang pemupukan berekomendasi dapat diperoleh melalui pengumpul Informasi tentang pemupukan berekomendasi dapat diperoleh melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang pemupukan berekomendasi tidak dapat diperoleh melalui televisi Informasi tentang pemupukan berekomendasi tidak dapat diperoleh melalui radio Informasi tentang pemupukan berekomendasi tidak dapat diperoleh melalui surat kabar/majalah pertanian Informasi tentang pemupukan berekomendasi tidak dapat diperoleh melalui poster/leaflet
d) Informasi tentang sistem pengairan berselang No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang sistem pengairan berselang dapat diperoleh melalui penyuluh lapangan Informasi tentang sistem pengairan berselang dapat diperoleh melalui sesama petani Informasi tentang sistem pengairan berselang dapat diperoleh melalui pengumpul Informasi tentang sistem pengairan berselang dapat diperoleh melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang sistem pengairan berselang dapat diperoleh melalui televisi Informasi tentang sistem pengairan berselang dapat diperoleh melalui radio Informasi tentang sistem pengairan berselang dapat diperoleh melalui surat kabar/majalah pertanian Informasi tentang sistem pengairan berselang dapat diperoleh melalui poster/leaflet
e) Informasi tentang teknik penanggulangan HPT No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang teknik penanggulangan HPT dapat diperoleh melalui penyuluh lapangan Informasi tentang teknik penanggulangan HPT dapat diperoleh melalui sesama petani Informasi tentang teknik penanggulangan HPT dapat diperoleh melalui pengumpul Informasi tentang teknik penanggulangan HPT dapat diperoleh melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang teknik penanggulangan HPT dapat diperoleh melalui televisi Informasi tentang teknik penanggulangan HPT dapat diperoleh melalui radio Informasi tentang teknik penanggulangan HPT dapat diperoleh melalui surat kabar/majalah pertanian Informasi tentang teknik penanggulangan HPT dapat diperoleh melalui poster/leaflet
118 (f) Informasi tentang sistem pemanenan (panen beregu dan serentak serta penggunaan sabit bergerigi) No Pernyataan 1 1 Informasi tentang sistem pemanenan dapat diperoleh melalui penyuluh lapangan 2 Informasi tentang sistem pemanenan dapat diperoleh melalui sesama petani 3 Informasi tentang sistem pemanenan dapat diperoleh melalui pengumpul 4 Informasi tentang sistem pemanenan dapat diperoleh melalui pedagang sarana produksi pertanian 5 Informasi tentang sistem pemanenan dapat diperoleh melalui televisi 6 Informasi tentang sistem pemanenan dapat diperoleh melalui radio 7 Informasi tentang sistem pemanenan dapat diperoleh melalui surat kabar/ majalah pertanian 8 Informasi tentang sistem pemanenan dapat diperoleh melalui poster/leaflet (g) Informasi tentang sistem permodalan No 1 2 3 4 5 6 7 8
8
4
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
Jawaban 2 3
4
Pernyataan
Informasi tentang sistem permodalan dapat diperoleh melalui penyuluh lapangan Informasi tentang sistem permodalan dapat diperoleh melalui sesama petani Informasi tentang sistem permodalan dapat diperoleh melalui pengumpul Informasi tentang sistem permodalan dapat diperoleh melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang sistem permodalan dapat diperoleh melalui televisi Informasi tentang sistem permodalan dapat diperoleh melalui radio Informasi tentang sistem permodalan dapat diperoleh melalui surat kabar/ majalah pertanian Informasi tentang sistem permodalan dapat diperoleh melalui poster/leaflet
(h) Informasi tentang sistem pemasaran No 1 2 3 4 5 6 7
Jawaban 2 3
Pernyataan
Informasi tentang sistem pemasaran dapat diperoleh melalui penyuluh lapangan Informasi tentang sistem pemasaran dapat diperoleh melalui sesama petani Informasi tentang sistem pemasaran dapat diperoleh melalui pengumpul Informasi tentang sistem pemasaran dapat diperoleh melalui pedagang saprotan Informasi tentang sistem pemasaran dapat diperoleh melalui televisi Informasi tentang sistem pemasaran dapat diperoleh melalui radio Informasi tentang sistem pemasaran dapat diperoleh melalui surat kabar/ majalah pertanian Informasi tentang sistem pemasaran dapat diperoleh melalui poster/leaflet
Y2.2 Pembiayaan dalam Mengakses Saluran Komunikasi Penyuluhan
(a) Informasi tentang varietas dan benih bermutu No Pernyataan
1 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang varietas dan benih bermutu melalui penyuluh lapangan tergolong murah Informasi tentang varietas dan benih bermutu melalui sesama petani tergolong murah Informasi tentang varietas dan benih bermutu melalui pengumpul tergolong murah Informasi tentang varietas dan benih bermutu melalui pedagang sarana produksi pertanian tergolong murah Informasi tentang varietas dan benih bermutu melalui televisi tergolong mahal Informasi tentang varietas dan benih bermutu melalui radio tergolong mahal Informasi tentang varietas dan benih bermutu melalui surat kabar/majalah pertanian tergolong mahal Informasi tentang varietas dan benih bermutu melalui poster/leaflet tergolong mahal
119
(b) informasi tentang pola tanam (sistem jajar legowo, sistem tegel) No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
Informasi tentang pola tanam melalui penyuluh lapangan tergolong murah Informasi tentang pola tanam melalui sesama petani tergolong murah Informasi tentang pola tanam melalui pengumpul tergolong murah Informasi tentang pola tanam melalui pedagang sarana produksi pertanian tergolong murah Informasi tentang pola tanam melalui televisi tergolong mahal Informasi tentang pola tanam melalui radio tergolong mahal Informasi tentang pola tanam melalui surat kabar/ majalah pertanian tergolong mahal Informasi tentang pola tanam melalui poster/leaflet tergolong mahal
c) informasi tentang pemupukan berekomendasi No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang pemupukan berekomendasi melalui penyuluh lapangan tergolong murah Informasi tentang pemupukan berekomendasi melalui sesama petani tergolong murah Informasi tentang pemupukan berekomendasi melalui pengumpul tergolong murah Informasi tentang pemupukan berekomendasi melalui pedagang sarana produksi pertanian tergolong murah Informasi tentang pemupukan berekomendasi melalui televisi tergolong mahal Informasi tentang pemupukan berekomendasi melalui radio tergolong mahal Informasi tentang pemupukan berekomendasi melalui surat kabar/ majalah pertanian tergolong mahal Informasi tentang pemupukan berekomendasi melalui poster/leaflet tergolong mahal
d) Informasi tentang sistem pengairan berselang No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang sistem pengairan berselang melalui penyuluh lapangan tergolong murah Informasi tentang sistem pengairan berselang melalui sesama petani tergolong murah Informasi tentang sistem pengairan berselang melalui pengumpul tergolong murah Informasi tentang sistem pengairan berselang melalui pedagang sarana produksi pertanian tergolong murah Informasi tentang sistem pengairan berselang melalui televisi tergolong mahal Informasi tentang sistem pengairan berselang melalui radio tergolong mahal Informasi tentang sistem pengairan berselang melalui surat kabar/ majalah pertanian tergolong mahal Informasi tentang sistem pengairan berselang melalui poster/leaflet tergolong mahal
e) Informasi tentang teknik penanggulangan HPT No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang teknik penanggulangan HPT melalui penyuluh lapangan tergolong murah Informasi tentang teknik penanggulangan HPT melalui sesama petani tergolong murah Informasi tentang teknik penanggulangan HPT melalui pengumpul tergolong murah Informasi tentang teknik penanggulangan HPT melalui pedagang sarana produksi pertanian tergolong murah Informasi tentang teknik penanggulangan HPT melalui televisi tergolong mahal Informasi tentang teknik penanggulangan HPT melalui radio tergolong mahal Informasi tentang teknik penanggulangan HPT melalui surat kabar/ majalah pertanian tergolong mahal Informasi tentang teknik penanggulangan HPT melalui poster/leaflet tergolong mahal
120
(f) Informasi tentang sistem pemanenan (panen beregu dan serentak serta penggunaan sabit bergerigi No Pernyataan 1 1 Informasi tentang sistem pemanenan melalui penyuluh lapangan tergolong mahal 2 Informasi tentang sistem pemanenan melalui sesama petani tergolong mahal 3 Informasi tentang sistem pemanenan melalui pengumpul tergolong mahal 4 Informasi tentang sistem pemanenan melalui pedagang sarana produksi pertanian tergolong mahal 5 Informasi tentang sistem pemanenan melalui televisi tergolong murah 6 Informasi tentang sistem pemanenan melalui radio tergolong murah 7 Informasi tentang sistem pemanenan melalui surat kabar/ ajalah pertanian tergolong murah 8 Informasi tentang sistem pemanenan melalui poster/leaflet tergolong murah (g) Informasi tentang sistem permodalan No 1 2 3 4 5 6 7 8
8
4
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
Pernyataan
Informasi tentang sistem permodalan melalui penyuluh lapangan tergolong murah Informasi tentang sistem permodalan melalui sesama petani tergolong murah Informasi tentang sistem permodalan melalui pengumpul tergolong murah Informasi tentang sistem permodalan melalui pedagang sarana produksi pertanian tergolong murah Informasi tentang sistem permodalan melalui televisi tergolong mahal Informasi tentang sistem permodalan melalui radio tergolong mahal Informasi tentang sistem permodalan melalui surat kabar/ majalah pertanian tergolong mahal Informasi tentang sistem permodalan melalui poster/leaflet tergolong mahal
(h) Informasi tentang sistem pemasaran No 1 2 3 4 5 6 7
Jawaban 2 3
Pernyataan
Informasi tentang sistem pemasaran melalui penyuluh lapangan tergolong murah Informasi tentang sistem pemasaran melalui sesama petani tergolong murah Informasi tentang sistem pemasaran melalui pengumpul tergolong murah Informasi tentang sistem pemasaran melalui pedagang saprotan tergolong murah Informasi tentang sistem pemasaran melalui televisi tergolong mahal Informasi tentang sistem pemasaran melalui radio tergolong mahal Informasi tentang sistem pemasaran melalui surat kabar/majalah pertanian tergolong mahal Informasi tentang sistem pemasaran melalui poster/leaflet tergolong mahal
Y2..3 Kemudahan Mengakses Saluran Komunikasi Penyuluhan (a) Informasi tentang varietas dan benih bermutu No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang varietas dan benih bermutu mudah diakses melalui penyuluh lapangan Informasi tentang varietas dan benih bermutu mudah diakses melalui sesama petani Informasi tentang varietas dan benih bermutu mudah diakses melalui pengumpul Informasi tentang varietas dan benih bermutu mudah diakses melalui pedagang saprotan Informasi tentang varietas dan benih bermutu sulit diakses melalui televisi Informasi tentang varietas dan benih bermutu sulit diakses melalui radio Informasi tentang varietas dan benih bermutu sulit diakses melalui surat kabar/majalah Informasi tentang varietas dan benih bermutu sulit diakses melalui poster/leaflet
121
(b) informasi tentang pola tanam (sistem jajar legowo, sistem tegel) No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
Informasi tentang pola tanam mudah diakses melalui penyuluh lapangan Informasi tentang pola tanam mudah diakses melalui sesama petani Informasi tentang pola tanam mudah diakses melalui pengumpul Informasi tentang pola tanam mudah diakses melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang pola tanam sulit diakses melalui televisi Informasi tentang pola tanam sulit diakses melalui radio Informasi tentang pola tanam sulit diakses melalui surat kabar/ majalah pertanian Informasi tentang pola tanam sulit diakses melalui poster/leaflet
c) informasi tentang pemupukan berekomendasi No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang pemupukan berekomendasi mudah diakses melalui penyuluh lapangan Informasi tentang pemupukan berekomendasi mudah diakses melalui sesama petani Informasi tentang pemupukan berekomendasi mudah diakses melalui pengumpul Informasi tentang pemupukan berekomendasi mudah diakses melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang pemupukan berekomendasi sulit diakses melalui televisi Informasi tentang pemupukan berekomendasi sulit diakses melalui radio Informasi tentang pemupukan berekomendasi sulit diakses melalui surat kabar/majalah pertanian Informasi tentang pemupukan berekomendasi sulit diakses melalui poster/leaflet
d) Informasi tentang sistem pengairan berselang No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang sistem pengairan berselang sulit diakses melalui penyuluh lapangan Informasi tentang sistem pengairan berselang sulit diakses melalui sesama petani Informasi tentang sistem pengairan berselang sulit diakses melalui pengumpul Informasi tentang sistem pengairan berselang sulit diakses melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang sistem pengairan berselang mudah diakses melalui televisi Informasi tentang sistem pengairan berselang mudah diakses melalui radio Informasi tentang sistem pengairan berselang mudah diakses melalui surat kabar/majalah pertanian Informasi tentang sistem pengairan berselang mudah diakses melalui poster/leaflet
e) Informasi tentang teknik penanggulangan HPT No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang teknik penanggulangan HPT sulit diakses melalui penyuluh lapangan Informasi tentang teknik penanggulangan HPT sulit diakses melalui sesama petani Informasi tentang teknik penanggulangan HPT sulit diakses melalui pengumpul Informasi tentang teknik penanggulangan HPT sulit diakses melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang teknik penanggulangan HPT mudah diakses melalui televisi Informasi tentang teknik penanggulangan HPT mudah diakses melalui radio Informasi tentang teknik penanggulangan HPT mudah diakses melalui surat kabar/majalah pertanian Informasi tentang teknik penanggulangan HPT mudah diakses melalui poster/leaflet
122 (f) Informasi tentang sistem pemanenan (panen beregu dan serentak serta penggunaan sabit bergerigi No Pernyataan 1 1 Informasi tentang sistem pemanenan sulit diakses melalui penyuluh lapangan 2 Informasi tentang sistem pemanenan sulit diakses melalui sesama petani 3 Informasi tentang sistem pemanenan sulit diakses melalui pengumpul 4 Informasi tentang sistem pemanenan sulit diakses melalui pedagang sarana produksi pertanian 5 Informasi tentang sistem pemanenan mudah diakses melalui televisi 6 Informasi tentang sistem pemanenan mudah diakses melalui radio 7 Informasi tentang sistem pemanenan mudah diakses melalui surat kabar/ majalah pertanian 8 Informasi tentang sistem pemanenan mudah diakses melalui poster/leaflet (g) Informasi tentang sistem permodalan No 1 2 3 4 5 6 7 8
5 6 7 8
4
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
Pernyataan
Informasi tentang sistem permodalan sulit diakses melalui penyuluh lapangan Informasi tentang sistem permodalan sulit diakses melalui sesama petani Informasi tentang sistem permodalan sulit diakses melalui pengumpul Informasi tentang sistem permodalan sulit diakses melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang sistem permodalan mudah diakses melalui televisi Informasi tentang sistem permodalan mudah diakses melalui radio Informasi tentang sistem permodalan mudah diakses melalui surat kabar/majalah pertanian Informasi tentang sistem permodalan mudah diakses melalui poster/leaflet
(h) Informasi tentang sistem pemasaran No 1 2 3 4
Jawaban 2 3
Pernyataan
Informasi tentang sistem pemasaran sulit diakses melalui penyuluh lapangan Informasi tentang sistem pemasaran sulit diakses melalui sesama petani Informasi tentang sistem pemasaran sulit diakses melalui pengumpul Informasi tentang sistem pemasaran sulit diakses melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang sistem pemasaran mudah diakses melalui televisi Informasi tentang sistem pemasaran mudah diakses melalui radio Informasi tentang sistem pemasaran mudah diakses melalui surat kabar/majalah pertanian Informasi tentang sistem pemasaran mudah diakses melalui poster/leaflet
Y2..4 Ketepatan Penggunaan Saluran Komunikasi Penyuluhan
(a) Informasi tentang varietas dan benih bermutu No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang varietas dan benih bermutu tepat diberikan melalui penyuluh lapangan Informasi tentang varietas dan benih bermutu tepat diberikan melalui sesama petani Informasi tentang varietas dan benih bermutu tepat diberikan melalui pengumpul Informasi tentang varietas dan benih bermutu tepat diberikan melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang varietas dan benih bermutu kurang tepat diberikan melalui televisi Informasi tentang varietas dan benih bermutu kurang tepat diberikan melalui radio Informasi tentang varietas dan benih bermutu kurang tepat diberikan melalui surat kabar/ majalah pertanian Informasi tentang varietas dan benih bermutu kurang tepat diberikan melalui poster/leaflet
123
(b) informasi tentang pola tanam (sistem jajar legowo, sistem tegel) No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
Informasi tentang pola tanam kurang tepat diberikan melalui penyuluh lapangan Informasi tentang pola tanam kurang tepat diberikan melalui sesama petani Informasi tentang pola tanam kurang tepat diberikan melalui pengumpul Informasi tentang pola tanam kurang tepat diberikan melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang pola tanam tepat diberikan melalui televisi Informasi tentang pola tanam tepat diberikan melalui radio Informasi tentang pola tanam tepat diberikan melalui surat kabar/ majalah pertanian Informasi tentang pola tanam tepat diberikan melalui poster/leaflet
c) informasi tentang pemupukan berekomendasi No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang pemupukan berekomendasi tepat diberikan melalui penyuluh lapangan Informasi tentang pemupukan berekomendasi tepat diberikan melalui sesama petani Informasi tentang pemupukan berekomendasi tepat diberikan melalui pengumpul Informasi tentang pemupukan berekomendasi tepat diberikan melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang pemupukan berekomendasi kurang tepat diberikan melalui televisi Informasi tentang pemupukan berekomendasi kurang tepat diberikan melalui radio Informasi tentang pemupukan berekomendasi kurang tepat diberikan melalui surat kabar/majalah pertanian Informasi tentang pemupukan berekomendasi kurang tepat diberikan melalui poster/leaflet
(d) Informasi tentang sistem pengairan berselang No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi tentang sistem pengairan berselang kurang tepat diberikan melalui penyuluh lapangan Informasi tentang sistem pengairan berselang kurang tepat diberikan melalui sesama petani Informasi tentang sistem pengairan berselang kurang tepat diberikan melalui pengumpul Informasi tentang sistem pengairan berselang kurang tepat diberikan melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang sistem pengairan berselang tepat diberikan melalui televisi Informasi tentang sistem pengairan berselang tepat diberikan melalui radio Informasi tentang sistem pengairan berselang tepat diberikan melalui surat kabar/ majalah pertanian Informasi tentang sistem pengairan berselang tepat diberikan melalui poster/leaflet
(e) Informasi tentang teknikk penanggulangan HPT No Pernyataan 1 2 3 4 5
Informasi tentang teknikk penanggulangan HPT kurang tepat diberikan melalui penyuluh lapangan Informasi tentang teknikk penanggulangan HPT kurang tepat diberikan melalui sesama petani Informasi tentang teknikk penanggulangan HPT kurang tepat diberikan melalui pengumpul Informasi tentang sistem pengairan berselang kurang tepat diberikan melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang teknikk penanggulangan HPT epat diberikan melalui televisi
124 6 7 8
Informasi tentang teknikk penanggulangan HPT tepat diberikan melalui radio Informasi tentang teknikk penanggulangan HPT tepat diberikan melalui surat kabar/ majalah pertanian Informasi tentang teknikk penanggulangan HPT tepat diberikan melalui poster/leaflet
(f) Informasi tentang sistem pemanenan (panen beregu dan serentak serta penggunaan sabit bergerigi) No Pernyataan 1 1 Informasi tentang sistem pemanenan kurang tepat diberikan melalui penyuluh lapangan 2 Informasi tentang sistem pemanenan kurang tepat diberikan melalui sesama petani 3 Informasi tentang sistem pemanenan kurang tepat diberikan melalui pengumpul 4 Informasi tentang sistem pemanenan kurang tepat diberikan melalui pedagang saprotan 5 Informasi tentang sistem pemanenan tepat diberikan melalui televisi 6 Informasi tentang sistem pemanenan tepat diberikan melalui radio 7 Informasi tentang sistem pemanenan tepat diberikan melalui surat kabar/ majalah pertanian 8 Informasi tentang sistem pemanenan tepat diberikan melalui poster/leaflet (g) Informasi tentang sistem permodalan No 1 2 3 4 5 6 7 8
5 6 7 8
4
1
Jawaban 2 3
4
1
Jawaban 2 3
4
Pernyataan
Informasi tentang sistem permodalan kurang tepat diberikan melalui penyuluh lapangan Informasi tentang sistem permodalan kurang tepat diberikan melalui sesama petani Informasi tentang sistem permodalan kurang tepat diberikan melalui pengumpul Informasi tentang sistem permodalan kurang tepat diberikan melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang sistem permodalan tepat diberikan melalui televisi Informasi tentang sistem permodalan tepat diberikan melalui radio Informasi tentang sistem permodalan tepat diberikan melalui surat kabar/ majalah pertanian Informasi tentang sistem permodalan tepat diberikan melalui poster/leaflet
h) Informasi tentang sistem pemasaran No 1 2 3 4
Jawaban 2 3
Pernyataan
Informasi tentang sistem pemasaran kurang tepat diberikan melalui penyuluh lapangan Informasi tentang sistem pemasaran kurang tepat diberikan melalui sesama petani Informasi tentang sistem pemasaran kurang tepat diberikan melalui pengumpul Informasi tentang sistem pemasaran kurang tepat diberikan melalui pedagang sarana produksi pertanian Informasi tentang sistem pemasaran tepat diberikan melalui televisi Informasi tentang sistem pemasaran tepat diberikan melalui radio Informasi tentang sistem pemasaran tepat diberikan melalui surat kabar/ majalah pertanian Informasi tentang sistem pemasaran tepat diberikan melalui poster/leaflet
125 BAGIAN III. PEMILIHAN SALURAN KOMUNIKASI PENYULUHAN Petunjuk pengisian: Silakan Bapak/Ibu menanggapi pertanyaan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang telah disediakan (jawaban boleh lebih dari satu) (a) pilihan terhadap jenis saluran komunikasi penyuluhan No Pertanyaan A
B.
1.
Pihak-pihak mana saja yang Bapak/ibu hubungi jika ingin memperoleh informasi tentang pemilihan varietas unggul dan benih bermutu?
2.
Pihak-pihak mana saja yang Bapak/Ibu hubungi untuk memperoleh informasi tentang sistem tanam?
3.
Pihak-pihak mana saja yang Bapak/Ibu hubungi untuk memperoleh informasi tentang teknik pemupukan?
4.
Pihak-pihak mana saja yang Bapak/Ibu hubungi untuk memperoleh informasi tentang sistem pengairan?
5.
Pihak-pihak mana saja yang Bapak/Ibu hubungi untuk memperoleh informasi tentang teknik penganggulangan hama dan penyakit tanaman?
6.
Pihak-pihak mana saja yang Bapak/Ibu pilih untuk memperoleh informasi tentang teknik pemanenan?
7.
Pihak-pihak mana saja yang Bapak/Ibu pilih untuk memperoleh informasi tentang permodalan usahatani?
8.
Pihak-pihak mana saja yang Bapak/Ibu pilih untuk memperoleh informasi tentang pemasaran hasil panen?
1.
Media apa saja yang Bapak/Ibu pilih untuk memperoleh informasi tentang pemilihan varietas unggul dan benih bermutu?
2.
Media apa saja yang Bapak/Ibu pilih untuk memperoleh informasi tentang sistem tanam?
3.
Media apa saja yang Bapak/Ibu pilih untuk memperoleh informasi tentang teknik pemupukan?
4.
Media apa saja yang Bapak/Ibu pilih untuk memperoleh informasi tentang sistem pengairan?
Jawaban ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( (
Pilihan ) penyuluh lapangan ) sesama petani ) pengumpul ) pedagang saprotan ) penyuluh lapangan ) sesama petani ) pengumpul ) pedagang saprotan ) penyuluh lapangan ) sesama petani ) pengumpul ) pedagang saprotan ) penyuluh lapangan ) sesama petani ) pengumpul ) pedagang saprotan ) penyuluh lapangan ) sesama petani ) pengumpul ) pedagang saprotan ) penyuluh lapangan ) sesama petani ) pengumpul ) pedagang saprotan ) penyuluh lapangan ) sesama petani ) pengumpul ) pedagang saprotan ) penyuluh lapangan ) sesama petani ) pengumpul ) pedagang saprotan ) televisi ) radio ) Surat kabar/majalah ) poster/leaflet ) televisi ) radio ) surat kabar/majalah ) poster/leaflet ) televisi ) radio ) surat kabar/majalah ) poster/leaflet ) televisi ) radio ) surat kabar/majalah ) poster/leaflet
Alasan
126 No
Pertanyaan 5.
Media apa saja yang Bapak/Ibu pilih untuk memperoleh informasi tentang tentang teknik penganggulangan hama dan penyakit tanaman?
6.
Media apa saja yang Bapak/Ibu pilih untuk memperoleh informasi tentang teknik pemanenan?
7.
Media apa saja yang Bapak/Ibu pilih untuk memperoleh informasi tentang permodalan usahatani
8.
Media apa saja yang Bapak/Ibu pilih untuk memperoleh informasi tentang pemasaran hasil panen
Jawaban ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( (
Pilihan ) televisi ) radio ) surat kabar/majalah ) poster/leaflet ) televisi ) radio ) surat kabar/majalah ) poster/leaflet ) televisi ) radio ) surat kabar/majalah ) poster/leaflet ) televisi ) radio ) surat kabar/majalah ) poster/leaflet
Alasan
(b) Intensitas pemilihan saluran komunikasi penyuluhan No Pertanyaan < 3 kali Y2.2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dalam enam bulan terakhir, berapa kali Bapak/Ibu bertanya atau mencari informasi tentang pengelolaan usahatani padi kepada: a. Penyuluh lapangan b. Petani lain c. Pengumpul d. Pedagang saprotan Dalam enam bulan terakhir, berapa kali Bapak/Ibu bertanya atau mencari informasi tentang permodalan usahatani padi kepada: a. Penyuluh lapangan b. Petani lain c. Pengumpul d. Pedagang saprotan Dalam enam bulan terakhir, berapa kali Bapak/Ibu bertanya atau mencari informasi tentang pemasaran hasil panen kepada: a. Penyuluh lapangan b. Petani lain c. Pengumpul d. Pedagang saprotan Dalam enam bulan terakhir, berapa kali Bapak/Ibu mencari informasi tentang tentang pengelolaan usahatani padi melalui media: a. televisi b. radio c. surat kabar/majalah pertanian d. poster/leaflet Dalam enam bulan terakhir, berapa kali Bapak/Ibu mencari informasi tentang tentang permodalan usahatani padi melalui media: a. televisi b. radio c. surat kabar/majalah pertanian d. poster/leaflet Dalam enam bulan terakhir, berapa kali Bapak/Ibu mencari informasi tentang tentang pemasaran hasil usahatani padi melalui media: a. televisi b. radio c. surat kabar/majalah pertanian d. poster/leaflet
Jawaban 3 – 5 kali
> 5 kali
127 IV. Pertanyaan-pertanyaan Terbuka Mohon Bapak/ibu menjawab sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 1. Untuk mencari informasi tentang pengelolaan usahatani ke penyuluh biasanya dilakukan dengan cara ..................... a. menunggu ditemui penyuluh c. mengendarai kendaraan b. berjalan kaki d. lainnya, sebutkan ..................................... 2. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi dari penyuluh adalah ................. 3. Untuk mencari informasi tentang pengelolaan usahatani ke petani lain biasanya dilakukan dengan cara ................. a. bertemu di lahan/di tempat berkumpul c. sengaja berkunjung dengan menggunakan kendaraan b. sengaja berkunjung dengan berjalan kaki d. lainnya,sebutkan ..................................... 4. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi dari petani lain adalah ................. 5. Untuk mencari informasi tentang pengelolaan usahatani ke pengumpul biasanya dilakukan dengan cara .............. a. bertemu di lahan c. sengaja berkunjung dengan menggunakan kendaraan b. sengaja berkunjung dengan berjalan kaki d. lainnya,sebutkan ..................................... 6. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi dari pengumpul adalah ........................................... 7. Untuk mencari informasi tentang pengelolaan usahatani ke pedagang saprotan biasanya dilakukan dengan cara ...... a. sambil berbelanja saprotan c. sengaja berkunjung dengan menggunakan kendaraan b. sengaja berkunjung dengan berjalan kaki d. lainnya,sebutkan ..................................... 8. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi dari pedagang saprotan adalah .................................... 9. Untuk mencari informasi tentang pengelolaan usahatani melalui televisi biasanya dilakukan dengan cara ................ a. menonton sendiri c. menonton bersama sesama petani b. menonton bersama keluarga d. lainnya, sebutkan ......................................... 10. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi melalui televisi adalah ........................................... 11. Untuk mencari informasi tentang pengelolaan usahatani melalui radio biasanya dilakukan dengan cara ........... a. mendengarkan sendiri c. mendengarkan bersama sesama petani b. mendengarkan bersama keluarga d. lainnya, sebutkan ......................................... 12. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi melalui radio adalah ........................................... 13. Untuk mencari informasi tentang pengelolaan usahatani melalui surat kabar/majalah biasanya dilakukan dengan cara ......... a. mendapatkan surat kabar/majalah secara cuma-cuma, dari ............................ b. membeli surat kabar/majalah c. membaca di perpustakaan/posko petani d. lainnya, sebutkan ......................................... 14. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mencari informasi melalui surat kabar/majalah adalah .................................. 15. Untuk mencari informasi tentang pengelolaan usahatani melalui poster/leaflet biasanya dilakukan dengan cara ... a. mendapatkan poster/leaflet secara cuma-cuma, dari ............................ b. melihat di posko penyuluhan/pertanian c. melihat di sembarang tempat d. lainnya, sebutkan ......................................... 16. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi melalui poster/leaflet adalah ........................................ 17. Apakah bapak/ibu merasa membutuhkan penyuluhan? 18. Manfaat apakah yang bapak/ibu rasakan dari penyuluhan? 19. Menurut bapak/ibu apakah kegiatan penyuluhan akan lebih baik jika memanfaatkan media penyuluhan? Alasan .............................................................................
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI BAPAK/IBU