PERSENTASE BOBOT KARKAS, ORGAN DALAM, DAN LEMAK ABDOMEN BROILER YANG DIBERI IMBUHAN TEPUNG DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees)
SKRIPSI MUSTAQIM
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ABSTRACT Percentage of Carcass Weight, Viscera and Abdominal Fat of Broiler By Addition Sambiloto Leaf Meal (Andrographis paniculata Nees ) Mustaqim, Iman Rahayu. H. S. and Rita Mutia This research was conducted to determine the effect of addition of sambiloto leaf meal (Andrographis paniculata Nees) in the diet on the weight percentage of carcass, viscera and abdominal fat of broilers. The material used on the research was 160 DOC broiler strain Hubbard, commercial diet without antibiotic (22.09% CP, 3905 kkal GE/kg) and sambiloto leaf meal (SLM). The research used Completely Randomized Design with five treatments and four replication. The treatments were R0 (0% SLM), R1 (0.2% SLM), R2 (0.4% SLM), R3 (0.6% SLM), and R4 (0.8% SLM), mixed in the commercial diet without antibiotic. After five weeks feeding trial, two broilers from each replication were slaughtered. Carcass, viscera and abdominal fat were weighted and percentage to live weight was calculated. Data from Completely Randomized Design were analyzed statistically by using analysis of variance (MINITAB). If there is significant difference with SLM addition in the diet than the analysis continued with Contras Ortogonal Test. The result shows that addition of SLM of 0.4-0.8% significantly (P<0.05) has effect in decreasing the percentage of pancreas. Addition of SLM 0.2% and 0.6% in the diet significantly (P<0.01) has effect on shorter ileum produced compared with addition of 0; 0.4 and 0.8% SLM. Addition of 0.2% and 0.6% SLM significantly (P<0.05) has effect on the percentage of seca, with more weight, compared with addition 0; 0.6 and 0.8% SLM in the diet. Keywords : sambiloto, carcass, viscera and abdominal fat
PERSENTASE BOBOT KARKAS, ORGAN DALAM, DAN LEMAK ABDOMEN BROILER YANG DIBERI IMBUHAN TEPUNG DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees)
MUSTAQIM D14102042
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
PERSENTASE BOBOT KARKAS, ORGAN DALAM, DAN LEMAK ABDOMEN BROILER YANG DIBERI IMBUHAN TEPUNG DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees)
Oleh: MUSTAQIM D14102042
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 20 April 2006
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Iman Rahayu H. S., MS NIP 131 415 133
Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr NIP 131 779 504
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, MRur. Sc NIP 131 624 188
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas besarnya limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pertama, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, MS dan Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr selaku pembimbing skripsi, Ir. Bernadeth Nenny Polii, MS selaku pembimbing akademik dan Ir.Dwi Margi Suci, MS selaku penguji seminar yang telah memberikan banyak masukan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Tak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer dan
Ir. Widya Hermana, MSi
selaku penguji sidang yang begitu banyak memberikan masukan sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Beliau dengan penuh kesabaran dan keyakinan memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga karya
ilmiah ini dapat
terselesaikan, meskipun banyak sekali kekurangan pada dir i penulis. Karya ilmiah dengan judul Persentase Bobot Karkas, Organ Dalam, dan Lemak Abdomen Broiler yang Diberi Imbuhan Tepung Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees ) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan karya ilmiah ini merupakan wujud peran aktif dan kontribusi dalam dunia peternakan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga karya tulis ini menjadi lebih baik. Tak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang turut membantu penyusunan karya ilmiah ini, hanya Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang yang akan membalasnya. Semoga karya tulis ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan serta menjadi catatan amalan shaleh. Amin. Bogor, Mei 2006
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan dari sebuah keluarga yang sakinah pada tanggal 10 September 1983 di desa Putren, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Kusmiran dan Ibu Warti (alm). Pendidikan kanak-kanak diselesaikan di TK Pertiwi Putren I pada tahun 1990, dilanjutkan dengan pendidikan dasar pada SDN Putren II dan lulus pada tahun 1996. Sekolah lanjutan tingkat pertama lulus pada tahun 1999 di SLTPN 4 Nganjuk, kemudian dilanjutkan ke SMUN 2 Nganjuk dan lulus pada tahun 2002. Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2002. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor angkatan 2002 (39) . Selama mengikuti perkuliahan di IPB penulis aktif di beberapa kegiatan kemahasiswaan yaitu KOPMA IPB (Koperasi Mahasiswa IPB) tahun 2002/2003 dan Badan Eksekutif Mahasiswa , Fakultas Peternakan IPB tahun 2003-2005. Penulis juga aktif dalam kegiatan mahasiswa peternakan Indonesia yang tergabung dalam wadah ISMAPETI (Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia). Selain itu, penulis juga aktif dalam perkumpulan mahasiswa Nganjuk di Bogor (IMALBO). Beasiswa yang pernah penulis terima selama perkuliahan yaitu Dompet Dhuafa Republika (DDR) tahun 2002, Perhimpunan Orang Tua Mahasiswa (POM) 2002-2004, Program Peningkatan Akademik (PPA) tahun 2004/2005 dan Yayasan Goodwill Internasional Leadership Development Program tahun 2005/2006.
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas besarnya limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan study, research, seminar dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kusmiran, ibunda Warti (alm). Setiap patah katanya adalah doa, setiap langkah kakinya adalah usaha dan pengorbanan, dan setiap tetes keringatnya adalah perjuangan demi putra-putri tercintanya . Engkaulah pejuang sejati, tlah kau jalankan amanah dengan sangat baik. Semoga Allah SWT mengumpulkan Bunda pada golongan orang-orang yang bertaqwa dan beruntung, amiin. Tak lupa ucapan terima kasih buat mbak Julaika, Cak Yasir, Adindaku, Bapak Budi Kuncahyo, Ibu Riko Narami atas segala doa, motivasi dan pengorbanan moral maupun materil selama ini. Terima kas ih kepada Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, MS dan Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr selaku pembimb ing skripsi, Ir. Berna deth Nenny Polii, MS selaku pembimbing akademik dan Ir. Dwi Margi Suci, MS selaku penguji seminar yang begitu banyak memberikan saran dalam penyelesaian tugas akhir ini. Tak lupa ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer dan Ir. Widya Hermana, MSi selaku dosen penguji. Beliau dengan penuh kesabaran dan keyakinan memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa terima kasih kepada Bapak Agus Triyanto dan keluarga serta Dedy Fernando yang telah bersama-sama melaksanakan penelitian di Balai Besar Diklat Agribisnis Peternakan dan Kesehatan Hewan Cinagara. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Teknologi Produksi Ternak angkatan 39 dan rekan-rekan BEM Fakultas Peternakan IPB masa bakti 2004/2005 atas bantuan dan kerjasamanya selama di IPB. Semua pihak yang telah memberikan beasiswa selama penulis kuliah, terutama Goodwill Internasional, terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, hanya Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang yang akan membalasnya. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan. A miin. Bogor, Mei 2006 Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .........................................................................................
i
ABSTRACT ............................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ............................................................................
iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................
v
DAFTAR TABEL ...................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................ Tujuan .........................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA Sambiloto .................................................................................... Klasifikasi ....................................................................... Morfologi ........................................................................ Kandungan Sambiloto ..................................................... Khasiat Tanaman Sambiloto ........................................... Broiler ......................................................................................... Karkas Ayam ............................................................................... Organ Dalam dan Pencernaan ..................................................... Hati .................................................................................. Jantung ............................................................................ Pankreas .......................................................................... Limpa .............................................................................. Rempela .......................................................................... Usus Halus (duodenum, yeyunum, dan ileum) ............... Seka ................................................................................. Lemak Abdomen .........................................................................
3 3 3 4 5 8 9 10 11 12 12 13 13 14 15 15
METODE Lokasi dan Waktu ....................................................................... Materi .......................................................................................... Prosedur ...................................................................................... Rancangan Perlakuan ......................................................................... Model .............................................................................. Peubah ............................................................................. Analisis Data ...................................................................
17 17 18 19 19 19 21
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Hidup ................................................................................ Persentase Bobot Karkas ............................................................. Persentase Bobot Hati ................................................................. Persentase Bobot Jantung ........................................................... Persentase Bobot Pankreas .......................................................... Persentase Bobot Limpa .............................................................. Persentase Bobot Rempela .......................................................... Persentase Bobot Usus Halus ...................................................... Panjang Usus Halus .................................................................... Persentase Bobot Seka ................................................................ Panjang Seka ............................................................................... Persentase Bobot Lemak Abdomen ............................................
22 24 25 26 27 28 29 30 32 33 33 34
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................. Saran ............................................................................................
36 36
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................
37
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
38
LAMPIRAN ............................................................................................
43
vi
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Bobot Hidup Rata -Rata Broiler dengan Cara Pemeliharaan yang Berbeda ..................................................................................
9
2. Beberapa Kebutuhan Nutrisi Broiler pada Tingkat Umur yang Berbeda ..................................................................................
9
3. Ukuran Panjang Saluran Pencernaan Ayam pada Umur 20 Hari dan 1,5 Tahun .................................................................................
15
4. Kandungan Zat Makanan Tepung Daun Sambiloto .......................
17
5. Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian.................................
18
6. Rataan dan Simpangan Baku Persentase Bobot Karkas dan Organ Dalam Broiler Umur 5 Minggu ....................................
22
7. Rataan dan Simpangan Baku Panjang, Persentase Bobot Usus dan Lemak Abdomen Broiler Umur 5 Minggu ............................
31
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Tanaman Sambiloto .......................................................................
4
2. Tepung Daun Sambiloto ................................................................
5
3. Bobot Hidup Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan ......................
23
4. Persentase Bobot Karkas Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan .....................................................................................
24
5. Persentase Bobot Hati Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan ........
25
6. Persentase Bobot Jantung Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan .....................................................................................
26
7. Persentase Bobot Pankreas Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan .....................................................................................
27
8. Persentase Bobot Limpa Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan .....................................................................................
28
9. Persentase Bobot Rempela Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan .....................................................................................
39
10. Persentase Bobot Usus Halus Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan .....................................................................................
30
11. Panjang Usus Halus Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan ...........
32
12. Persentase Bobot Seka Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan .......
33
13. Panjang Seka Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan ......................
34
14. Persentase Bobot Lemak Abdomen Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan .....................................................................................
35
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Analisis Ragam Rataan Bobot Hidup .............................................
43
2. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Karkas .........................
43
3. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Hati .............................
43
4. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Jantung ........................
43
5. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Pankreas ......................
43
6. Uji Kontras Ortogonal Pengaruh Pemberian Tepung Daun Sambiloto terhadap Persentase Bobot Pankreas ............................
44
7. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Limpa ..........................
44
8. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Rempela ......................
44
9. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Duodenum ....................
44
10. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Yeyunum .....................
44
11. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Ileum ............................
45
12. Analisis Ragam Rataan Panjang Duodenum .................................
45
13. Analisis Ragam Rataan Panjang Yeyunum ...................................
45
14. Analisis Ragam Rataan Panjang Ileum ..........................................
45
15. Uji Kontras Ortogonal Pengaruh Pemberian Tepung Daun Sambiloto terhadap Panjang Ileum ................................................
45
16. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Seka .............................
46
17. Uji Kontras Ortogonal Pengaruh Pemberian Tepung Daun Sambiloto terhadap Persentase Bobot Seka ...................................
46
18. Analisis Ragam Rataan Panjang Seka ...........................................
46
19. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Lemak Abdomen ........................................................................................
46
PENDAHULUAN Latar Belakang Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Pengorbanan dan perhatian yang serius serta alokasi dana yang tidak sedikit diperlukan untuk mewujudkan kondisi tersebut. Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang harus menjadi pusat perhatian seiring peran vital peternakan sebagai penghasil protein hewani yang menjadi sumber kecerdasan. Seiring kondisi tersebut , laju pertumbuhan penduduk yang demikian pesat harus diimbangi dengan ketersediaan dan kecukupan pangan asal ternak, tentunya yang memenuhi kriteria ASUH (aman, sehat, utuh dan halal). Besarnya jumlah penduduk tersebut tentunya merupakan peluang dan tantangan bagi bangsa ini untuk memenuhi kebutuhan pangan asal ternak. Salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut yaitu dengan budidaya broiler. Berbagai usaha telah dilakukan oleh peternak dalam rangka meningkatkan produktivitas broiler seiring semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi. Salah satu usaha yang dilakukan adalah penggunaan antibiotik karena kondisi broiler yang rentan terhadap penyakit dan terbukti mampu meningkatkan efisiensi ransum, sehingga dapat menguntungkan peternak. Terkait dengan isu global peternakan unggas saat ini yaitu adanya cemaran dan residu yang berbahaya bagi konsumen, resistensi bakteri tertentu dan isu lingkungan maka beberapa feed additive seperti hormon dan antibiotik telah dilarang penggunaannya di Indonesia. Beberapa masalah yang timbul akibat penggunaan feed additive khususnya antibiotik pada broiler yaitu adanya residu dan kandungan lemak yang tinggi dalam karkas. Oleh sebab itu, perlu penanggulangan agar dapat menghasilkan produk peternakan yang aman dikonsumsi. Beberapa mikroflora dapat menjadi resisten terhadap antibiotik tertentu apabila terjadi akumulasi antibiotik dalam tubuh manusia dan dalam jangka panjang dapat membahayakan kesehatan manusia. Kandungan lemak yang tinggi pada komoditi peternakan khususnya broiler dapat menurunkan nilai jual. Salah satu upaya penanggulangan kondisi tersebut adalah penggunaan
antibiotik alami sehingga menghasilkan produk pangan ternak yang aman dikonsumsi. Tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Nees) sudah sejak lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan obat tradisional dan jamu, terutama oleh masyarakat Jawa. Tanaman sambiloto memiliki khasiat yang hampir sama dengan antibiotik dan mempunyai zat aktif yaitu andrographolide yang banyak terdapat pada daun dan batang. Kandungan andrographolide pada daun sebesar 2,5-4,8% dari berat kering (Prapanza dan Marianto, 2003). Sambiloto diketahui memiliki multiefek farmakologis yaitu mampu menurunkan panas, antibiotik, antipiretik (pereda demam), antiinflamasi (antiradang), analgesik (penghilang rasa nyeri), antibengkak, antidiare, bersifat kholeretis (meningkatkan sekresi empedu dalam hati), menambah nafsu makan dan memperbaiki saluran pencernaan (Prapanza dan Marianto, 2003). Pemanfaatan tanaman sambiloto sebagai salah satu tanaman obat tradisional sudah sejak abad ke -18, akan tetapi penggunaanya sebagai feed additive pada ternak khususnya pada unggas belum banyak dikenal dan digunakan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui tingkat pengaruh pemberian tepung daun sambiloto terhadap persentase bobot karkas, organ dalam dan lemak abdomen broiler. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap persentase bobot karkas, organ dalam dan lemak abdomen broiler.
2
TINJAUAN PUSTAKA Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) Klasifikasi Tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Nees) sudah sejak lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama sebagai bahan obat tradisional dan jamu. Sambiloto tumbuh hampir di seluruh penjuru tanah air. Berdasarkan data spesimen herbarium di Herbarium Bogoriense bahwa sambiloto sudah ada di Indonesia sejak tahun 1983 yaitu di Bogor (sungai Ciliwung), namun demikian tumbuhan ini bukanlah asli Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari nama yang berbeda -beda di tiap daerah. Sambiloto dikenal dengan beberapa nama daerah, seperti ki-oray atau ki peurat (Jawa Barat), bidara, takilo, sambiloto (Jawa Tengah dan Jawa Timur), pepaitan atau ampadu (Sumatera) (Yusron et al., 2003). Yusron et al. (2003) menyatakan bahwa sambiloto tergolong tanaman herba yang tumbuh di berbagai habitat seperti pinggiran sawah, kebun atau hutan. Secara taksonomi sambiloto dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi
: Spermathophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Sub kelas
: Gamopetalae
Ordo
: Personales
Famili
: Acanthaceae
Sub famili
: Acanthoidae
Genus
: Andrographis
Spesies
: Andrographis paniculata Nees
Morfologi Tanaman sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab, atau pekarangan. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Tinggi tanaman 50-90 cm, batang disertai banyak cabang berbentuk segi empat (kwadrangularis) dengan nodus yang membesar, daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau
muda, panjang daun 2,8 cm dan lebar 1-3 cm. Pembungaan rasemosa yang bercabang membentuk malai, keluar dari ujung batang, kecil-kecil, warnanya putih bernoda ungu. Buah kapsul berbentuk jorong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan pecah membujur menjadi empat keping biji gepeng, kecil-kecil dan berwarna coklat muda (IPTEK ne t., 2002). Berikut disajikan gambar tanaman sambiloto (Gambar 1).
Gambar 1. Tanaman Sambiloto Sambiloto tumbuh pada daerah dengan curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun. Bulan basah (diatas 100 mm/bulan): 5-7 bulan, bulan kering (dibawah 60 mm/bulan): 4-7 bulan, suhu udara 25-32 o C, kedalaman air tanah 200-300 cm dari permukaan tanah, keasaman (pH): 5,5-6,5, kelembaban sedang, penyinaran sedang, tekstur berpasir, drainase baik dan kesuburan sedang (Prapanza dan Marianto, 2003). Kandungan Sambiloto Winarto (2003) menyatakan bahwa daun dan cabang sambiloto mengandung laktona yang terdiri dari deoxy-andrographolide, andrographolide (zat pahit), neoandrographolide,
14 deoxy-11,
12 didehydro andrographolide
dan homo
andrographolide. Flavonoid akar mengandung polymethoxyflavone, andrographin, panicolin, mono-o-methilwithui, apigenin-7, 4 dimethil ether, alkane, ketosie, aldehyde dan mineral (kalium, kalsium, dan natrium).
4
Rasa pahit pada sambiloto diduga dikarenakan adanya kandungan saponin, flavonoid, da n tanin (Syamsuhidayat dan Robinson, 1991). Flavonoid terdapat dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Fungsi flavonoid dalam tumbuhan adalah sebagai pengatur tumbuh, fotosintesa dan anti mikroba (Robinson, 1991). Berikut disajikan gambar tepung daun sa mbiloto (Gambar 2) .
Gambar 2. Tepung Daun Sambiloto Saponin diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik dan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan. Steroid saponin merupakan prekusor penting bagi obat golongan steroid dan termasuk sebagai agen antiinflamasi, sedangkan derivat triterpenoid yaitu triterpene. Saponin berfungsi sebagai antiinflamasi dan analgesik (Robinson, 1991). Tanin merupakan senyawa polifenol yang tersebar luas pada berbagai tumbuhan yang terbagi menjadi dua yaitu tanin terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi. Tanin terhidrolisis terbentuk dari reaksi asam fenolat dengan gula sederhana. Tanin terkondensasi terbentuk akibat kondensasi flavonoid yang merupakan polimer dari katekin dan epikatekin (Harborne, 1987). Khasiat Tanaman Sambiloto Tumbuhan sambiloto mampu menurunkan panas, antidemam, antibiotik, antipiretik (pereda demam), antiinflamasi (antiradang), analgesik (penghilang rasa nyeri), antibengkak, antidiare, bersifat kholeretis (meningkatkan sekresi empedu
5
dalam hati), menambah nafsu makan dan memperbaiki saluran pencernaan (Prapanza dan Marianto, 2003). Uji aktivitas immunomodulator telah dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (1990) dengan pemberian residu (fraksi yang tidak larut air) daun secara oral pada mencit dua kali sehari selama 2 hari pada dosis 0,1; 0,5 dan 1 mg/g bobot badan, menyebabkan aktivitas fagositosis makin meningkat
(immunostimulan). Aktivitas fagositosis semakin menin gkat dengan
meningkatnya dosis yang diberikan pada hari yang sama. Semakin lama pengamatan pada dosis yang sama, aktivitas fagositosis makin menurun. Pemberian filtrat (fraksi yang larut air) daun secara intraperitoneal pada mencit dua kali sehari selama 2 hari, dosis setara dengan 0,1; 0,5 dan 1 mg/kg bobot badan menyebabkan penurunan aktivitas fagositosis (immunosupresor). Menurut Prapanza dan Marianto (2003) androgapholide adalah komponen utama dalam sambiloto yang memilki multiefek farmakologis. Zat aktif ini terasa pahit sehingga mampu meningkatkan nafsu makan karena dapat merangsang sekresi kelenjar saliva dan meningkatkan produksi antibodi sehingga kekebalan tubuh akan meningkat dengan mengaktifkan sistem limfa. Selain itu, andrographolide juga mampu memicu produksi interferon yang merupakan protein spesifik (sitokinin) yang dibuat oleh sel sebagai respon adanya benda asing termasuk bakteri. Andrographolide selain tidak bersifat toksik pada manusia juga tidak memunyai efek samping seperti agen kemoterapi konvensional yang lain. Ekstrak sambiloto terbukti mampu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi Staphylococcus aureus , hal itu ditandai dengan meningkatnya neutrofil, limfosit, dan perbaikan jaringan paru-paru, hati dan ginjal pada mencit (tikus putih) (IPTEK net., 2002). Tipakorn (2002) menyatakan bahwa pemberian tepung daun sambiloto dengan level 0,1; 0,2; 0,3 dan 0,4 % tidak berpengaruh terhadap bobot badan dan konversi ransum, tetapi berpengaruh menurunkan mortalitas jika dibandingkan dengan kontrol. Menurut Supritianto (1998) bahwa pemberian sambiloto dengan dosis 800 mg/kg bobot badan, menunjukkan efek perlindungan terhadap organ hati itik dari kerusakan akibat aflatoxin dan memberikan efek positif terhadap hati itik tegal yakni warna hati dan ukuran hati itik normal dan tidak terlihat adanya pembentukan nodul.
6
Percobaan pada usus kelinci terisolasi, infus 10% dosis 1 ml dan 2 ml dapat menurunkan kontraksi usus. Selain itu, dilihat pula pengaruh beberapa fraksi dari ekstrak (alkohol 50%, kloroforma, heksana, benzena, etilasetat dan air). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan yang berpengaruh terdapat dalam zat yang larut dalam air (Purwati, 1979). Choundhury dan Poddar (1985) melakukan penelitian tentang aktivitas alat pencernaan dengan melihat pengaruh beberapa ekstrak sambiloto yaitu kalmegh (ekstrak daun) dosis 0,5 g/kg bobot badan dan dosis 1,0 g/kg bobot badan
dan andrographolide dosis 5 mg/kg bobot badan yang
diberikan secara oral pada tikus putih jantan selama 6 hari. Keduanya dapat mempercepat proses absorbsi karbohidrat dalam usus halus dengan cara mengaktifkan disakarida pada usus halus. Pemberian infus daun secara intraperitonial dengan dosis 1 mg/kg bobot badan pada mencit menunjukkan efek hipotermia. Infus dapat menurunkan suhu tidak kurang dari 2oC (Dzulkarnain, 1975). Percobaan antipiretik (pereda demam) pada tikus putih menunjukkan bahwa infus herba dosis 7.500 mg/kg bobot badan secara oral dapat menurunkan suhu yang sama dengan pembanding asam salisilat 300 mg/kg bobot badan (Wahjoedi et al., 1976), sedangkan pemberian infus daun 5, 10 dan 15% pada dosis 8 ml/kg bobot badan secara oral pada marmot dapat menurunkan suhu badan berturut-turut 0,92; 1,0 dan 1,4o C dibandingkan dengan parasetamol 300 mg/kg bobot badan yang dapat menurunkan suhu 1,18 oC (Hasir, 1988). Hasil penelitian Saroni et al. (1987) menunjukkan bahwa infus daun sambiloto 51,4 mg/100 g bobot badan secara oral pada tikus putih dapat meningkatkan efek antiinflamasi dengan pembanding fenilbutazon 10 mg/kg bobot badan. Siregar (1990) melakukan penelitian pada ekstrak alkohol 95% herba dengan 3 dosis yaitu 1 x DM (dosis manusia), 10 x DM dan 100 x DM. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya pada dosis 100 x DM atau 320 mg/100 g bobot badan memper lihatkan efek antiinflamasi (antiradang). Pemberian infus herba 10%, 1 ml/kg bobot badan pada kelinci, secara intravena menurunkan tekanan darah kelinci 6-10 ml Hg dengan waktu mula kerja 10-20 detik dan segera kembali pada tekanan darah semula, sedangkan frekuensi denyut jantung tidak berpengaruh (Dzulkarnain, 1974). Clarenti (1978) melakukan
7
percobaan menggunakan tikus putih, infus 10% herba menunjukkan efek antihipertensi pada dosis 1 ml/kg dan 2 ml/kg bobot badan secara intravena. Minggawati (1990) me lakukan penelitian dengan infus daun sambiloto dosis 0,3 g/kg bobot badan secara oral pada kelinci. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa daun sambiloto mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah kelinci. Choundury dan Poddar (1984) melakukan percobaan secara in vivo dan in vitro terhadap efek hepatic lipid peroxidation akibat pemberian CCl4 dosis 5 mg/kg bobot badan pada tikus putih jantan bobot 125-150 g. Kalmegh (ekstrak tanaman) dosis 500 mg/kg bobot badan dibandingkan dengan andrographolide dosis 5 mg/kg bobot badan secara oral. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa kalmegh menunjukkan hasil yang lebih baik, mempunyai efek melindungi hati yang dirusak dengan CCl4. Handa dan Sarma (1990) juga melakukan percobaan yang sama dengan menggunakan 3 macam dosis andrographolide dari hasil eksrak yang berbeda. Hasil percobaan menunjukkan efek yang berbeda terhadap perlindungan jaringan hati dan perbaikan kerusakan hati akibat CCl4 dosis 5 mg/kg bobot badan tikus. Broiler Broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi ransum rendah, siap dipotong pada usia relatif muda dan menghasilkan kualitas daging berserat lunak (North dan Bell, 1990). Menurut Ensminger (1991) broiler adalah ayam muda yang berumur 6-8 minggu dengan bobot hidup 3 sampai 5 lb (1,5-2,5 kg). Hasil penelitian Palo et al. (1995) bahwa bobot broiler umur lima minggu 1.788 g (ayam kontrol dengan pemberian pakan ad libitum). Bintang dan Nataamijaya (2004) melaporkan bahwa bobot badan broiler umur 35 hari yaitu 1.235 g (pada ayam kontrol) dan 1.183-1.216 g pada ayam yang diberi penambahan tepung kencur dan bawang putih pada pakan. Lohakare et al. (2004) menyatakan bahwa bobot badan broiler umur 6 minggu yaitu 1.377-1.460 g dengan metoda pemberian vitamin C pada pakan dosis 10 dan 20 ppm. Broiler merupakan media yang sangat efisien dalam mengubah protein nabati dan bahan lain yang tak lazim untuk selera manusia menjadi daging yang bermutu tinggi dan digemari manusia. Faktor utama dari broiler adalah bobot untuk dipasarkan kira-kira 1,5-2,0 kg dalam waktu 8 minggu atau kurang dari 12 minggu 8
dan mempunyai konformasi tubuh yang baik, efisiensi makanan tinggi dan mortalitas rendah (Oluyemi dan Robert, 1979). Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot hidup ayam yaitu konsumsi ransum, kualitas ransum, jenis kelamin, lama pemeliharaan dan aktivitas. Hal ini karena adanya perbedaan kebutuhan nutrisi broiler pada umur yang berbeda (Tabel 2). Faktor genetik dan lingkungan juga mempengaruhi laju pertumbuhan komposisi tubuh yang meliputi distribusi bobot , komposisi kimia dan komponen karkas (Soeparno, 1994). Bobot hidup broiler dengan cara pemeliharaan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan kebutuhan nutrisi broiler pada umur yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Bobot Hidup Rata-Rata Broiler dengan Cara Pemeliharaan yang Berbeda Umur Bobot Hidup Rata -rata ( g) (minggu)
Jantan Betina Berbaur
Jantan (Terpisah)
Betina (Terpisah)
1
146
152
144
2
360
376
344
3
652
686
617
4
1.025
1.085
965
5
1.460
1.576
1.344
Sumber: Amrullah (2003)
Tabel 2. Beberapa Kebutuhan Nutrisi Broiler pada Tingkat Umur yang Berbeda Kebutuhan Nutrisi Satuan 0-21 (hari) 22-42 (hari) 43-56 (hari) Protein Energi Metabolis
% kkal/kg
23
20
18
3.200
3.200
3.200
Kalsium
%
1,00
0,90
0,80
Phosphor
%
0,45
0,35
0,30
Natrium
%
0,20
0,15
0,12
Khlor
%
0,20
0,15
0,12
Magnesium
mg
Kalium
%
600 0,30
600 0,30
600 0,30
Sumber: Nation Research Council (1994)
9
Cikal bakal broiler yang dikembangkan pada saat ini merupakan hasil persilangan antara pejantan White Cornish (Inggris) dengan betina Plymouth Rock (Amerika). Beberapa galur dengan nama -nama perdagangan yang banyak dipasarkan antara lain Arbor Acres, Co bb, Goto, Hubbard, Ross, Shaver, Tatum, Tegel, Platinum, Avion, CP 707 dan lain -lain (Bambang dan Burhani, 1982). Karkas Ayam Karkas adalah potongan ayam bersih tanpa bulu, darah, kepala, leher, kaki, cakar, dan organ dalam. Persentase bobot karkas digunakan untuk menilai produksi ternak daging. Bobot karkas broiler umur lima minggu berkisar antara 60,52-69,91% dari bobot hidup (Pesti et al., 1997), sedangkan Ramli et al. (2002) melaporkan bahwa bobot karkas broiler umur lima minggu sebesar 68,1% dari bobot hidup dengan pemberian pakan buatan sendiri yang ditambahkan teh fermentasi kambucha. Resnawati et al. (2002) melaporkan bahwa bobot karkas broiler umur 35 hari yaitu 68-71,8% dari bobot hidup dengan pemberian tepung kencur sebagai suplemen dalam pakan. Lohakare et al. (2004) melaporkan bahwa bobot karkas broiler umur 6 minggu yaitu 74,44-75,02% dari bobot hidup dengan pemberian vitamin C pada ransum dosis 10 dan 20 ppm. Brake et al. (1993) menyatakan bahwa hasil dari komponen tubuh broiler berubah dengan meningkatnya umur dan bobot badan. Perbandingan kalsium dan phosphor yang diinginkan seringkali ditetapkan terletak 2:1, akan tetapi umumnya perbandingan sekitar 1,2:1 dianggap ideal. Hal ini berkaitan dengan proses pembentukan tulang (menjadi tempat melekatnya otot) yang menjadi titik awal pertumbuhan ternak (Anggorodi, 1995) Nutrisi, umur dan laju pertumbuhan juga dapat mempengaruhi komponen karkas (Soeparno, 1994). Diwyanto et al. (1979) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persentase bobot karkas yaitu bobot hidup, perlemakan, jenis kelamin, umur, aktivitas, jumlah dan kualitas ransum. Organ Dalam dan Pencernaan Organ pencernaan unggas merupakan saluran yang berkembang sesuai dengan evolusi yang diarahkan untuk terbang. Modifikasi yang terjadi dalam sistem pencernaannya sangatlah sederhana. Unggas tidak memiliki gigi dan tulang rahang
10
yang besar dan berotot, yang berkembang adalah paruh, lidah dan rempela. Oleh karena unggas memakan beragam pakan dari biji-bijian, ikan dan cacing serta rerumputan maka ragam sistem pencernaannya berkembang sesuai dengan makanan utamanya. Apabila organ pencernaannya dikeluarkan dari tubuhnya maka terlihat bahwa organ yang sederhana itu dimulai dari mulut dan berakhir pada anus yaitu (mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus buntu, usus besar, kloaka dan anus) (Amrullah, 2003). Organ pencernaan tambahan merupakan organ-organ tertentu yang erat sekali hubungannya dengan pencernaan, karena sekresi yang dikeluarkannya dialirkan ke dalam saluran usus untuk membantu pengolahan bahan makanan. Organ-organ itu adalah pankreas, hati, saluran empedu serta organ vital yang lain seperti jantung da n limpa (Amrullah, 2003). Hati Hati ayam terdiri dari dua lobi (gelambir) yaitu kanan dan kiri, berwarna coklat tua dan terletak diantara usus dan aliran darah. Kedua gelambir tersebut hampir sama ukurannya. Bagian tepi hati secara normal adalah lancip, akan tetapi apabila terjadi pembesaran bisa menjadi bulat (Mc Lelland, 1990). Peranan hati sangat penting dalam tubuh karena memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai sekresi empedu, metabolisme lemak, protein, karbohidrat, zat besi, fungsi detoksifikasi, pembentukan darah merah serta metabolisme dan penyimpanan vitamin (Ressang, 1984). Salah satu peranan terpenting dari hati dalam pencernaan adalah menghasilkan cairan empedu yang disalurkan ke dalam duodenum melalui dua buah saluran. Cairan tersebut tersimpan di dalam kantung empedu yang terletak di lobus kanan hati (Akoso, 1993). Sturkie (1976) menyatakan bahwa bobot hati akan dipengaruhi oleh ukuran tubuh, spesies dan jenis kelamin. Bobot hati akan menurun seiring dengan bertambahnya umur. Bobot hati juga dipengaruhi oleh bakteri patogen yang bisa mengakibatkan pembengkakan hati. Putnam (1991) menyatakan bahwa bobot hati 1,70-2,80% dari bobot hidup dan hanya dipengaruhi oleh umur, sedangkan Ramli et al. (2002) melaporkan bobot hati broiler umur lima minggu sebesar 2,65% dari bobot hidup yang diberi pakan buatan sendiri dengan penambahan teh fermentasi kambucha. 11
Kelainan-kelainan hati secara fisik biasanya ditandai dengan adanya perubahan warna hati, pembengkakan dan pengecilan pada salah satu lobi atau tidak adanya kantung empedu. Gejala -gejala klinis gangguan pada jaringan hati tidak selalu teramati karena kemampuan regenerasi jaringan hati yang tinggi (Subronto, 1985). Jantung Unggas mempunyai 4 ruangan jantung yaitu dua atrium dan dua ventrikel (North dan Bell, 1990). Sistem sirkulasi berfungsi dalam mentransfer darah dari jantung ke sel-sel tubuh dan mengembalikannya. Jantung ayam berdetak dengan laju 300 per menit. Laju jantung dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti ukuran tubuh, umur, dan temperatur lingkungan. Unggas memiliki ukuran jantung yang bervariasi sesuai dengan jenisnya masing-masing. Jantung unggas berkisar antara 0,5-1,42% dari bobot hidup (Nickel et al., 1977) dan lebih lanjut dikatakan oleh Putnam (1991) bahwa bobot jantung unggas sekitar 0,42-0,70% dari bobot hidup, sedangkan Ramli et al. (2002) melaporkan bobot jantung broiler umur lima minggu sebesar 0,52% dari bobot hidup yang diberi teh fermentasi kambucha. Sturkie (1976) melaporkan bahwa ukuran jantung relatif lebih besar pada unggas yang kecil dan rata-rata bobot jantung ayam adalah 0,44% dari bobot hidup. Pembesaran ukuran jantung biasanya disebabkan adanya penambahan jaringan otot jantung. Dinding jantung mengalami penebalan, sedangkan ventrikel relatif menye mpit apabila otot menyesuaikan diri pada kontraksi yang berlebihan (Ressang, 1984). Nabib (1987) menyatakan bahwa jantung sangat rentan terhadap racun dan zat antinutrisi, pembesaran jantung dapat terjadi karena adanya akumulasi racun pada otot jantung. Pankreas Amrullah (2003) menyatakan bahwa pankreas merupakan salah satu organ pencernaan yang berada di tengah putaran duodenum yang berbentuk U dan bertanggung jawab pada sekresi enzim pencernaan (eksokrin) dan sekresi hormon (endokrin). Pankreas berfungsi mensekresikan getah pankreas yang banyak mengandung enzim amilase, tripsin, dan lipase untuk membantu pencernaan
12
karbohidrat, protein dan lemak. Amilase mengubah pati menjadi glukosa, maltosa dan dekstrin. Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak dan monogliserida, sedangkan tripsin mengubah protein menjadi asam amino, peptida sederhana (kecil) (Anggorodi, 1995). Sari cairan ini menetralisir kondisi asam asal lambung kelenjar. Bobot pankreas berkisar antara 2,5-4,0 g pada ayam dewasa (Sturkie, 1976). Limpa Limpa berwarna merah gelap, terletak disebelah kanan abdomen yang merupakan perhubungan antara proventrikulus dengan rempela (Mc Lelland, 1990). Secara histologis limpa unggas hampir sama dengan limpa mamalia (King dan Mc Lelland, 1975). Limpa berfungsi sebagai penyaring darah dan menyimpan zat besi untuk dimanfaatkan kembali dalam sintesis hemoglobin (Dellman dan Brown, 1989). Menurut Ressang (1984) bahwa selain menyimpan darah, limpa bersama hati dan sumsum tulang berperan dalam pembinasaan eritrosit-eritrosit tua serta ikut dalam metabolisme nitrogen terutama dalam pembentukan asam urat dan membentuk sel limfosit yang berhubungan dengan pembentukan antibodi. Putnam (1991) menyatakan bahwa persentase bobot limpa ayam berkisar antara 0,18-0,23% dari bobot hidup, sedangkan Ramli et al. (2002) melaporkan bobot limpa broiler umur lima minggu sebesar 0,28% dari bobot hidup yang diberi penambahan teh fermentasi kambucha. Rempela Rempela atau gizzard terletak diantara proventrikulus dan usus halus, terdiri dari otot tebal, berwarna merah dan ditutupi lapisan tanduk ephitelium. Bagian dalam rempela terdapat lapisan yang sangat keras dan kuat yang berwarna kuning dan dapat dilepaskan. Rempela memiliki dua pasang otot yang kuat dan sebuah mukosa. Otot rempela akan berkontraksi apabila ada makanan yang masuk ke dalamnya (North dan Bell, 1990). Akoso (1993) menyatakan bahwa rempela berbentuk bulat telur yang dilengkapi dengan dua lubang saluran di ujung-ujungnya dan terdiri dari serabut otot yang kuat. Bagian depannya berhubungan dengan perut kelenjar dan bagian yang lain dengan usus halus.
13
Brake et al. (1993) menyatakan bahwa pada umur lima minggu bobot rempela ayam betina sekitar 2% dan pada ayam jantan sekitar 1,8% dari bobot badan. Putnam (1991) menyatakan bahwa persentase bobot rempela berkisar antara 1,6-2,3% terhadap bobot hidup. Bobot rempela dipengaruhi oleh umur, bobot badan dan makanan. Pemberian makanan yang lebih banyak akan menyebabkan aktivitas rempela lebih besar untuk mencerna makanan sehingga urat daging rempela menjadi lebih tebal dan memperbesar ukuran rempela (Prilyana, 1984). Menurut Pond et al. (1995) bahwa rempela berfungsi menggiling atau memecah partikel makanan supaya ukurannya menjadi lebih kecil. Penggilingan makanan akan lebih cepat dengan adanya bahan abrasif seperti grit (kerikil), batu dan pasir yang masuk melalui mulut (North dan Bell, 1990). Usus Halus (Duodenum, Yeyunum dan Ileum) Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum, yeyunum dan ileum. Dinding usus halus akan mensekresikan getah usus yang mengandung beberapa erepsin dan beberapa enzim. Erepsin bertugas menyempurnakan pencernaan protein dan menghasilkan asam-asam amino, sedangkan enzim bertugas memecah disakarida menjadi monosakarida (Anggorodi, 1995). Dinding duode num akan mensekresikan enzim yang mampu meningkatkan pH zat makanan yang masuk, sehingga kelarutan dan penyerapan di yeyunum dan ileum akan lebih meningkat. Selain itu, duodenum merupakan pusat terjadinya lipolisis dalam tubuh, sedangkan yeyunum merupakan tempat penyerapan zat makanan terbesar. Ileum merupakan tempat pertumbuhan bakteri saluran pencernaan (Anggorodi, 1995). Menurut Pond et al. (1995) bahwa pH usus halus cenderung asam, namun mampu mencerna protein, karena dibantu oleh enzim-enzim proteolitik. Akoso (1993) menambahkan bahwa usus halus berfungsi sebagai penggerak aliran ransum dalam usus dan tempat penyerapan sari makanan. Kemampuan ini ditunjang oleh adanya selaput lendir yang dilengkapi dengan jonjot usus yang menonjol seperti jari dan bertekstur lembut, sehingga penyerapan zat-zat makanan bisa maksimal. Ukuran panjang, tebal dan bobot berbagai bagian saluran pencernaan unggas bukan besaran yang statis. Perubahan dapat terjadi selama proses perkembangan karena dapat dipengaruhi oleh jenis ransum yang diberikan dan makanan yang 14
diperolehnya dari alam jika diumbar. Ransum yang banyak mengandung serat, atau bahan berserat seperti serbuk gergaji dan bahan lainnya yang tidak dicerna berupa batu-batuan kecil menimbulkan perubahan ukuran bagian-bagian saluran pencernaan sehingga menjadi lebih bobot , lebih panjang dan lebih tebal. Perubahan ini juga diikuti dengan jumlah vili usus atau jonjot usus dan kemampuan sekresi enzim-enzim pencernaan (Amrullah, 2003). Ukuran panjang saluran pencernaan ayam pada umur 20 hari dan 1,5 tahun dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Ukuran Panjang Saluran Pencernaan Ayam pada Umur 20 Hari dan 1,5 Tahun Bagian Saluran Pencernaan 20 hari 1,5 tahun (cm) Seluruh Saluran
85
210
Dari Paruh hingga Tembolok
7,5
20
Te mbolok hingga Proventrikulus
4
15
Duodenum
12
20
Yeyunum dan Ileum
49
120
Seka
5
17
Rekatum dan Kloaka
4
11
Sumber: Amrullah (2003)
Seka Unggas memiliki sepasang seka (usus buntu) yang terletak di perbatasan antara usus halus dan usus besar. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa panjang masing-masing seka sekitar 6 inchi (15 cm) dan biasanya berisi bahan makanan yang tidak tercerna dan akan dibuang. Seka berfungsi dalam membantu penyerapan air, pencernaan karbohidrat dan protein dengan bantuan bakteri yang hidup di dalamnya (Pond et al., 1995). Seka juga berfungsi mendegradasi selulosa dengan bantuan mikroba, metabolisme kolesterol dan meningkatkan respon imun ayam muda dengan cara memperbesar jaringan limfoid.
15
Lemak Abdomen Deposit lemak dalam jaringan-jaringan merupakan bentuk kelebihan energi pada ayam. Salah satu bagian tubuh yang digunakan untuk menyimpan lemak adalah bagian sekitar perut atau abdomen. Lohakare et al. (2004) melaporkan bahwa bobot lemak abdomen broiler umur enam minggu yaitu 2,7-2,94% dari bobot hidup dengan penambahan vitamin C dalam pakan dosis 10 dan 20 ppm. Bobot lemak abdomen hasil penelitian Ramli et al. (2002) yaitu 0,79% dari bobot hidup dengan penambahan teh fermentasi kambucha. Deschepper dan Groote (1995) melaporkan bahwa lemak abdomen akan meningkat pada broiler yang diberi ransum dengan protein yang semakin rendah. Hal ini didukung oleh pendapat Deaton dan Lott (1985) bahwa persentase lemak abdomen itu dipengaruhi oleh umur pemeliharaan dan energi ransum. Palo et al. (1995) menyatakan bahwa secara kuantitatif semakin pendek umur pemeliharaan, jumlah lemak abdomen karkas semakin menurun tetapi tidak memberikan efek yang nyata terhadap persentase bobot lemak abdomen.
16
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Diklat Agribisnis Peternakan dan Kesehatan Hewan (BBDAPK) Cinagara. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juli sampai Oktober 2005. Pengamatan dilakukan di BBDAPK Cinagara dan di Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas Institut Pertanian Bogor. Materi Ternak, Pakan, dan Kandang Penelitian menggunakan 160 ekor DOC broiler strain Hubbard. Pakan komersial tanpa antibiotik dari PT Sierad Produce Tbk dengan protein kasar 22,09% dan energi bruto 3.905 kkal/kg dan tepung daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat-obatan Bogor. Kandang penelitian dengan ukuran 1x1 m sebanyak 20 petak dengan masingmasing petak berisi 8 ekor ayam. Kandungan zat makanan tepung daun sambiloto dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan kandungan zat makanan ransum penelitian masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Kandungan Zat Makanan Tepung Daun Sambiloto Zat Makanan
Jumlah
Bahan Kering (%)
89,04
Abu (%)
17,32
Protein Kasar (%) Serat Kasar (%)
8,24 18,98
Lemak (%)
0,78
BETN (%)
43,72
Ca (%)
3,84
Phospor (%)
0,28
Energi Bruto (kkal/kg)
3.093
Keterangan : Hasil Analisis Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2005)
Tabel 5. Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan
Ransum Penelitian R0
R1
R2
R3
R4
85,40
85,58
85,76
85,93
86,11
5,90
5,93
5,97
6,00
6,04
22,09
22,11
22,12
22,14
22,16
Serat Kasar (%)
3,57
3,61
3,65
3,68
3,72
Lemak (%)
5,96
5,96
5,96
5,97
6,11
BETN (%)
47,48
47,57
47,66
47,74
47,83
Ca (%)
1,84
1,85
1,86
1,86
1,87
Phospor (%)
1,72
1,72
1,72
1,72
1,72
NaCl (%)
0,19
0,19
0,19
0,19
0,19
3.917,37 3.923,56
3.929,74
Bahan Kering (%) Abu (%) Protein Kasar (%)
Energi Bruto (kkal/kg)
3.905
3.911,19
Keterangan : R0) Hasil Analisis Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan , Institut Pertanian Bogor (2005) R1-R4) Hasil perhitungan setelah penambahan 0,2-0,8% tepung daun sambiloto
Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang pemeliharaan yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Peralatan lain yang digunakan yaitu sekam, koran, meteran, timbangan, gayung, ember, baki, label, plastik, pisau, gunting dan listrik (pemanas). Prosedur Daun sambiloto dikeringkan dengan panas matahari selama 4 hari, kemudian digiling untuk dijadikan tepung. Tepung daun sambiloto diberikan sejak DOC sampai umur lima minggu sesuai dengan perlakuan. Pengambilan sampel dilakukan pada masing-masing ulangan sebanyak dua ekor. Ayam dipuasakan selama 12 jam sebelum dipotong, kemudian ditimbang untuk memperoleh bobot hidup. Ayam disembelih lalu diambil bulu, kepala, leher, cakar dan jeroan untuk mengetahui bobot karkas. Hati, jantung, rempela, pankreas, limpa dan lemak abdomen ditimbang untuk menghitung persentasenya berdasarkan bobot hidup. Usus halus dan seka ditimbang untuk menghitung persentasenya berdasarkan bobot hidup dan diukur panjangnya untuk menghitung perbandingan terhadap bobot hidup.
18
Rancangan Perlakuan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu arah dengan 5 taraf perlakuan yaitu R0
: ransum komersial tanpa antibiotik + 0% tepung daun sambiloto
R1
: ransum komersial tanpa antibiotik + 0,2% tepung daun sambiloto
R2
: ransum komersial tanpa antibiotik + 0,4% tepung daun sambiloto
R3
: ransum komersial tanpa antibiotik + 0,6% tepung daun sambiloto
R4
: ransum komersial tanpa antibiotik + 0,8% tepung daun sambiloto Masing-masing taraf perlakuan dilakukan 4 ulangan dan setiap ulangan terdiri
dari 8 ekor ayam. Masing-masing ulangan dipotongl 2 ekor ayam untuk diamati. Model Model matematis rancangan yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1995) adalah sebagai berikut: Yij = ì + Üi + åij Keterangan: Yij : nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-j yang mendapat perlakuan ransum ke -i ì
: nilai rata -rata sesungguhnya
Üi
: pengaruh perlakuan ransum ke-i
åij
: pengaruh galat dari satuan percobaan ke -j yang mendapat perlakuan ransum ke -i.
Peubah Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi: 1. Bobot hidup (g/ekor) Bobot hidup diperoleh dari hasil penimbangan ayam sebelum dipotong dan sesudah dipuasakan 2. Persentase bobot karkas Persentase bobot karkas diperoleh dengan membandingkan bobot karkas dengan bobot hidup dikalikan 100%. 19
3. Persentase bobot hati Persentase bobot hati diperoleh dengan membandingkan bobot hati dengan bobot hidup dikalikan 100%. 4. Persentase bobot jantung Persentase bobot jantung diperoleh dengan membandingkan bobot jantung dengan bobot hidup dikalikan 100%. 5. Persentase bobot limpa Persentase bobot limpa diperoleh dengan membandingkan bobot limpa dengan bobot hidup dikalikan 100%. 6. Persentase bobot rempela Persentase bobot rempela diperoleh dengan membandingkan bobot rempela dengan bobot hidup dikalikan 100%. 7. Persentase bobot pankreas Persentase bobot pankreas diperoleh dengan membandingkan bobot pankreas dengan bobot hidup dikalikan 100%. 8. Persentase bobot duodenum Persentase bobot
duodenum
diperoleh
dengan
membandingkan bobot
duodenum dengan bobot hidup dikalikan 100%. 9. Persentase bobot yeyunum Persentase bobot yeyunum diperoleh dengan membandingkan bobot yeyunum dengan bobot hidup dikalikan 100%. 10. Persentase bobot ileum Persentase bobot ileum diperoleh dengan membandingkan bobot ileum dengan bobot hidup dikalikan 100%. 11. Panjang duodenum (cm/g) Panjang duodenum diperoleh dengan membandingkan panjang duodenum dengan bobot hidup. 12. Panjang yeyunum (cm/g) Panjang yeyunum diperoleh dengan membandingkan panjang yeyunum dengan bobot hidup.
20
13. Panjang ileum (cm/g) Panjang ileum diperoleh dengan membandingkan panjang ileum dengan bobot hidup. 14. Persentase bobot seka Persentase bobot seka diperoleh dengan membandingkan bobot seka dengan bobot hidup dikalikan 100%. 15. Panjang seka (cm/g) Panjang seka diperoleh diperoleh dengan membandingkan panjang seka dengan bobot hidup. 16. Persentase bobot lemak abdomen Persentase bobot lemak abdomen diperoleh dengan membandingkan bobot bobot lemak abdomen dengan bobot hidup dikalikan 100%. Analisis Data Analisis data menggunakan analisis ragam/ANOVA (minitab 13) untuk mengetahui pengaruh imbuhan tepung daun sambiloto terha dap bobot hidup, persentase bobot karkas, organ dalam dan lemak abdomen. Analisis data dilakukan setelah data persentase ditransformasi dalam arcsin dan akar kuadrat karena data dalam bentuk persentase dan desimal. Data persentase yang berada dalam satu wilayah 0-30% atau 70-100%, tapi tidak keduanya maka digunakan transformasi akar kuadrat. Data persentase yang berada pada wilayah 30-70% tidak perlu ditransformasi, sedangkan data persentase yang tidak termasuk dalam kriteria di atas ditransformasi ke dalam arcsin. Hasil analisis yang berbeda dilanjutkan dengan uji Kontras Ortogonal (Gaspersz, 1994).
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Hidup Pemberian 0,6% tepung daun sambiloto menghasilkan bobot hidup tertinggi, sedangkan bobot hidup terendah didapat pada pemberian 0,2% (Gambar 3). Tepung daun sambiloto yang diberikan dengan dosis 0,4% dan 0,6% menghasilkan bobot hidup yang lebih tinggi, sedangkan ayam kontrol dan pemberian dengan dosis 0,2% dan 0,8% menghasilkan bobot hidup yang lebih rendah dari bobot hidup standart broiler umur lima minggu menurut NRC (1994) yang dipelihara berbaur antara jantan dan betina yaitu 1460 g/ekor (Tabel 1). Bobot hidup ayam penelitian dengan 5 perlakuan dapat dilihat dengan Gambar 3. Nilai rataan dan simpangan baku pengaruh imbuhan tepung daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap persentase bobot karkas dan organ dala m dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan dan Simpangan Baku Persentase Bobot Karkas dan Organ Dalam Broiler Umur 5 Minggu Peubah
Perlakuan R0
R1
R2
R3
R4
Bobot Hidup (g/ekor)
1.447,80± 36,80
1.444,70± 29,70
1.476,90± 35,70
1477,20 ± 65,10
1.446,30± 46,10
Karkas (%)
72,24±6,89
72,50± 6,84
67,24± 6,06
69,37± 5,83
68,84± 4,69
Hati (%)
2,35±0,46
1,91± 0,06
1,99± 0,21
1,91± 0,14
1,97± 0,17
Jantung (%)
0,50±0,04
0,55±0,09
0,53±0,08
0,49±0,05
0,53±0,10
b
a
0,30±0,04
b
0,28±0,04
b
0,28±0,03b
Pankreas (%)
0,34±0 ,03
0,38±0,07
Rempela (%)
1,38±0,04
1,68±0,39
1,68±0,27
1,39±0,09
1,48±0,12
Limpa (%)
0,12±0,03
0,13±0,06
0,11±0,03
0,13±0,04
0,14±0,03
Keterangan: 1) Superscrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) 2) R0 : ransum komersial tanpa antibiotik + 0% tepung daun sambiloto R1 : ransum komersial tanpa antibiotik + 0,2% tepung daun sambiloto R2 : ransum komersial tanpa antibiotik + 0,4% tepung daun sambiloto R3 : ransum komersial tanpa antibiotik + 0,6% tepung daun sambiloto R4 : ransum komersial tanpa antibiotik + 0,8% tepung daun sambiloto
1480
1.477,19
Berat Hidup (g)
1470
1.476,88
1460 1450
1.447,81 1.446,25
1.444,69 1440 1430 1420 0
0,2
0,4
0,6
0,8
Pemberian Tepung Daun Sambiloto (%)
Gambar 3. Bobot Hidup Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan Bobot hidup yang didapat masih lebih rendah jika dibandingkan hasil penelitian Palo et al. (1995) yaitu 1.788 gram pada ayam kontrol dengan pemberian pakan ad libitum. Bobot hidup yang diperoleh lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Lohakare et al. (2004) yaitu 1.377-1.460 gram pada umur enam minggu dan penelitian yang dilakukan Bintang dan Nataamijaya (2004) yaitu 1.235 g (pada ayam kontrol) dan 1.183-1.216 g pada ayam yang memperoleh penambahan tepung kencur dan bawang putih pada pakan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sambiloto tidak menyebabkan perbedaan bobot hidup broiler umur lima minggu antara setiap perlakuan (Tabel 6). Hal ini mungkin disebabkan kebutuhan nutrisi broiler sudah tercukupi dari pakan komersial yang diberikan, meskipun pemberian tepung daun sambiloto menyebabkan perbedaan kandungan nutrisi ransum antara setiap perlakuan. Perbedaan kandungan nutrisi ransum akibat pemberian tepung daun sambiloto tidak terlalu signifikan karena tepung daun sambiloto diberikan dalam jumlah kecil (0,2-0,8%). Hal ini menyebabkan asupan zat makanan yang masuk ke dalam tubuh ayam juga relatif sama sehingga secara statistik bobot hidup yang dihasilkan tidak berbeda pada setiap perlakuan. Kualitas ransum merupakan salah satu faktor yang me mpengaruhi bobot hidup akhir broiler. Faktor genetik dan lingkungan juga mempengaruhi laju pertumbuhan komposisi tubuh yang meliputi distribusi bobot, komposisi kimia dan komponen karkas (Soeparno, 1994).
23
Persentase Bobot Karkas Persentase bobot karkas digunakan untuk menilai produksi ternak daging. Semakin tinggi bobot karkas pada komoditi ternak, maka nilainya semakin tinggi
Berat Karkas (%)
pula. Bobot karkas ayam penelitian dengan 5 perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4. 73 72 71
72,42 72,35
70 69 68 67
69,22
68,80
0,6
0,8
67,20
66 65 64 0
0,2
0,4
Pemberian Tepung Daun Sambiloto (%)
Gambar 4. Persentase Bobot Karkas Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan Persentase bobot karkas broiler umur lima minggu yang diperoleh masih lebih rendah dibandingkan NRC (1994) yaitu sebesar 79% pada ayam jantan dan 86% pada ayam betina dan hasil penelitian Lohakare et al. (2004) yaitu 74,44-75,02% dari bobot hidup dengan pemberian vitamin C pada ransum dosis 10 dan 20 ppm (Gambar 4). Akan tetapi masih sesuai dengan hasil penelitian Pesti et al. (1997) yaitu 60,52-69,91%, sedangkan Ramli et al. (2002) melaporkan bahwa persentase bobot karkas broiler umur lima minggu sebesar 68,1% dari bobot hidup. Resnawati et al. (2002) melaporkan bahwa bobot karkas broiler umur 35 hari yaitu 68-71,8% dari bobot hidup. Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sambiloto dosis 0,2-0,8% tidak menyebabkan perbedaan persentase bobot karkas antara setiap perlakuan (Tabel 6). Hal ini disebabkan pemberian tepung daun sambiloto dalam dosis kecil sehingga tidak menyebabkan perbedaan yang signifikan terhadap kandungan nutrisi ransum yang dapat mempengaruhi bobot hidup yang dihasilkan, sehingga bobot karkas yang dihasilkan juga tidak berbeda antara setiap perlakuan. Sebagaimana pernyataan Diwyanto et al. (1979) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi bobot karkas yaitu bobot hidup. 24
Persentase Bobot Hati Pemberian tepung daun sambiloto sebesar 0,2%-0,8% menghasilkan presentase bobot hati yang lebih rendah dibandingkan kontrol, meskipun secara analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara setiap perlakuan (Tabel 6). Persentase bobot hati tertinggi dihasilkan pada perlakuan kontrol, sedangkan persentase bobot hati terendah dihasilkan pada pemberian 0,2% tepung daun sambiloto (Gambar 5). Persentase bobot hati yang diperoleh masih sesuai dengan yang dilaporkan oleh Putnam (1991) yaitu 1,70-2,80% dari bobot hidup, akan tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Ramli et al. (2002) yaitu sebesar 2,65% dari bobot hidup yang diberi teh fermentasi kambucha . Persentase bobot hati ayam penelitian dengan 5 perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5.
Berat Hati (%)
3,00 2,50 2,00
2,34 1,90
1,99
1,91
1,97
0,2
0,4
0,6
0,8
1,50 1,00 0,50 0
Pemberian Tepung Daun Sambiloto (%)
Gambar 5. Persentase Bobot Hati Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan Kandungan andrographolide dalam sambiloto yang terasa pahit diduga bukan merupakan racun yang membahayakan ternak. Hal ini didasarkan dengan tidak adanya tanda -tanda kelainan hati secara fisik yang ditunjukkan pada hasil penelitian. Menurut Ressang (1984) bahwa hati adalah alat untuk penyaringan racun yang masuk ke dalam darah. Kelainan-kelainan hati secara fisik biasanya ditandai dengan adanya perubahan warna, pembengkakan, pengecilan pada salah satu lobi atau tidak adanya kantong empedu (Subronto, 1985).
25
Persentase Bobot Jantung Rataan persentase bobot jantung hasil penelitian yang diperoleh antara 0,48-0,52% dari bobot hidup (Gambar 6). Hasil yang didapat masih berada dalam kisaran yang dinyatakan Putnam (1991) yaitu 0,42-0,70%, sedangkan hasil penelitian Ramli et al. (2002) diperoleh persentase bobot jantung 0,52% dari bobot hidup. Persentase bobot jantung ayam penelitian dengan 5 perlakuan dapat dilihat pada
Berat Jantung (%)
Gambar 6. 0,53 0,52 0,51 0,50 0,49 0,48 0,47 0,46 0,45 0,44
0,52 0,51
0,50
0,48 0,47
0
0,2
0,4
0,6
0,8
Pemberian Tepung Daun Sambiloto (%)
Gambar 6. Persentase Bobot Jantung Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan Jantung merupakan organ vital yang berfungsi dalam sirkulasi darah dan sangat rentan terhadap racun dan zat antinutrisi. Penyumbatan pembuluh darah akibat tingginya kandungan kolesterol dalam ransum dapat menyebabkan pembesaran ukuran jantung karena meningkatnya kerja otot jantung. Pembesaran ukuran jantung biasanya diakibatkan oleh adanya penambahan jaringan otot jantung. Dinding otot jantung terja di penebalan, sedangkan volume ventrikel relatif menyempit apabila otot menyesuaikan diri pada kontraksi yang berlebihan. Bobot jantung tergantung pada jenis, umur, besar dan pekerjaan hewan (Ressang, 1984). Berdasarkan hasil analisis ragam bahwa persentase bobot jantung tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara setiap perlakuan (Tabel 6). Ukuran jantung yang diperoleh juga masih berada dalam kisaran normal yang terlihat dengan tidak adanya pembesaran atau pengecilan jantung. Hal ini menunjukkan bahwa daun sambiloto tidak mengandung racun dan zat antinutrisi yang dapat menyebabkan kontraksi yang berlebihan pada otot jantung. Sebagaimana pernyataan Nabib (1987)
26
bahwa jantung sangat rentan terhadap racun dan zat antinutrisi, pembesaran jantung dapat terja di karena adanya akumulasi racun pada otot jantung. Persentase Bobot Pankreas Rataan persentase bobot pankreas hasil penelitian yaitu 0,27-0,37% dari bobot hidup atau 3,92-5,40 g. Bobot pankreas yang didapat masih sesuai dengan hasil yang dilaporkan Sturkie (1991) yaitu 2,5-4,0 g. Pemberian 0,2% tepung daun sambiloto menghasilkan persentase bobot pankreas yang lebih tinggi, sedangkan pemberian dosis 0,4-0,6% menghasilkan persentase bobot pankreas yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (Gambar 7). Persentase bobot pankreas ayam penelitian dengan 5 perlakuan dapat dilihat pada Gambar 7. 0,40 Berat Pankreas (%)
0,35 0,30
0,37 0,33
0,25
0,30
0,28
0,27
0,4
0,6
0,8
0,20 0,15 0,10 0,05 0,00 0
0,2
Pemberian Tepung Daun Sambiloto (%)
Gambar 7. Persentase Bobot Pankreas Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan Rataan persentase bobot pankreas menurun seiring dengan
peningkatan
persentase tepung daun sambiloto yang diberikan. Pemberian tepung daun sambiloto dosis 0,2% menghasilkan persentase bobot pankreas yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, pemberian 0,4; 0,6 dan 0,8% (Tabel 6). Hal ini diduga bahwa semakin besar pemberia n tepung daun sambiloto maka semakin efektif pula kerja andrographolide dalam membantu mensekresikan enzim-enzim pencernaan. Sesuai dengan pernyataan Prapanza dan Marianto (2003) bahwa salah satu fungsi sambiloto yaitu dapat memperbaiki saluran pencernaan.
27
Persentase Bobot Limpa Pemberian tepung daun sambiloto menghasilkan persentase bobot limpa yang lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Putnam (1991) yaitu 0,18-0,23% dari bobot hidup dan hasil yang dilaporkan Ramli et al. (2002) yaitu sebesar 0,28% dari bobot hidup dengan penambahan teh fermentasi kambucha (Gambar 8). Persentase bobot limpa ayam penelitian dengan 5 perlakuan dapat dilihat pada Gambar 8. 0,16 Berat Limpa (%)
0,14 0,12
0,13 0,13
0,12
0,10
0,14
0,11
0,08 0,06 0,04 0,02 0,00 0
0,2
0,4
0,6
0,8
Pemberian Tepung Daun Sambiloto (%)
Gambar 8. Persentase Bobot Limpa Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sambiloto tidak menyebabkan perbedaan persentase bobot limpa antara setiap perlakuan (Tabel 6). Persentase bobot limpa yang dihasilkan tidak menunjukan adanya pembesaran atau pengecilan. Hal ini menunjukkan bahwa sambiloto tidak mengandung zat antinutrisi maupun racun yang dapat menyebabkan penyakit pada ayam. Sebagaimana pernyataan Ressang (1984) bahwa salah satu fungsi limpa adalah membentuk zat limfosit yang berhubungan dengan pembentukan antibodi. Limpa akan melakukan pembentukan sel limfosit untuk membentuk antibodi apabila ransum toksik, mengandung zat antinutrisi maupun penyakit. Aktivitas limpa ini mengakibatkan limpa semakin membesar atau bahkan mengecil ukurannya karena limpa terserang penyakit atau benda asing tersebut.
28
Persentase Bobot Rempela Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase bobot rempela lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan oleh Brake et al. (1993) bahwa pada umur lima minggu bobot rempela ayam betina sekitar 2% dan pada ayam jantan sekitar 1,8% dari bobot hidup (Gambar 9) maupun yang dilaporkan Putnam (1991) yaitu 1,6-2,3% dari bobot hidup. Pemberian 0,2; 0,4 dan 0,8% tepung daun sambiloto menghasilkan bobot rempela yang lebih besar dibandingkan kontrol meskipun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Persentase bobot rempela ayam penelitian dengan 5 perlakuan dapat dilihat
Berat Rempela (%)
pada Gambar 9. 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60
1,68
1,68 1,38
1,38
1,48
0,40 0,20 0,00 0
0,2
0,4
0,6
0,8
Pemberian Tepung Daun Sambiloto (%)
Gambar 9. Persentase Bobot Rempela Ayam Penelitian pada 5 Perlakuan Pemberian tepung daun sambiloto pada dosis 0,2-0,8% tidak menyebabkan perbedaan persentase bobot rempela antara setiap perlakuan (Tabel 6). Hal ini diduga karena kandungan zat makanan setiap perlakuan relatif sama karena pemberian tepung daun sambiloto dilakukan dalam jumlah kecil dan sambiloto diberikan dalam bentuk tepung yang ukuran partikel-partikelnya kecil sehingga aktivitas rempela untuk memecah zat makanan tidak mengakibatkan penebalan urat daging rempela yang dapat menyebabkan pembesaran ukuran rempela. Selain itu, diduga pemecahan partikel-partikel zat aktif sambiloto tidak menambah beban kerja rempela. Bobot rempela dipengaruhi oleh umur, bobot badan dan makanan. Sambiloto tidak menyebabkan peningkatan kerja rempela sebagaimana dinyatakan oleh Prilyana (1984) bahwa pemberian makanan yang lebih banyak akan mengakibatkan
29
beban rempela lebih besar untuk mencerna makanan, akibatnya urat daging rempela tersebut akan lebih tebal sehingga memperbesar ukuran rempela. Persentase Bobot Usus Halus Usus merupakan organ yang berfungsi dalam penyerapan zat-zat makanan di dalam tubuh. Akoso (1998) menyatakan bahwa usus selain sebagai penggerak aliran pakan juga untuk meningkatkan penyerapan sari makanan. Persentase bobot usus halus ayam penelitian dengan 5 perlakuan dapat dilihat pada Gambar 10.
Berat Usus Halus (%)
1,60 1,40 1,20 1,00
1,25
1,26 1,07
1,02 1,11
duodenum
0,88 0,96
0,80
0,81
0,88
0,60
0,79 0,69
0,61
0,4
0,6
0,98 0,87
yeyunum
0,70
ileum
0,40 0,20 0
0,2
0,8
Pemberian Tepung Daun Sambiloto (%)
Gambar 10. Persentase Bobot Usus Halus Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan Pemberian 0,2% tepung daun sambiloto menghasilkan persentase bobot duodenum dan ileum tertinggi yaitu masing-masing 0,88 dan 1,11% dari bobot hidup, sedangkan pemberian dengan dosis 0,4-0,8% menghasilkan persentase bobot duodenum dan ileum yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Persentase bobot yeyunum yang didapat akibat pemberian tepung daun sambiloto dosis 0,2-0,8% lebih rendah dibandingan kontrol (Gambar 10). Nilai rataan dan simpangan baku pengaruh imbuhan tepung daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap panjang, persentase bobot usus dan lemak abdomen dapat dilihat pada Tabel 7.
30
Tabel 7. Rataan dan Simpangan Baku Panjang, Persentase Bobot Usus dan Lemak Abdomen Broiler Umur 5 Minggu Peubah
Perlakuan R0
R1
R2
R3
R4
Panjang Duodenum (cm/g) Panjang Yeyunum (cm/g) Panjang Ileum (cm/g) Panjang Seka (cm/g) Bobot Duodenum (%)
0,023±0,002
0,022±0,002
0,024±0,005
0,024±0,001
0,026±0,002
1,260±0,30
1,348±0,128
1,062±0,035
1,094±0,162
1,224±0,131
0,050±0,002 A
0,044±0,001 B
0,049±0,003 A
0,043±0,003 B
0,047±0,002 A
0,010±0,002
0,011±,001
0,011±0,001
0,010±0,001
0,011±0,001
0,95±0,13
1,00±0,15
0,79±0,28
0,65±0,42
0,79±0,18
Bobot Yeyunum
1,36±0,30
1,35±0,13
1,06±0,04
1,09±0,16
1,22±0,13
(%) Bobot Ileum (%) Bobot Seka (%)
1,15±0,12 0,17±0,01
1,17±0,11 b
0,21±1,02
1,23±0,24 a
0,18±0,04
0,91±0,12 a
0,15±0,02
1,08±0,17 b
0,16±0,03b
0,72±0,40 1,01±0,27 0,10±0,26 0,77±0,27 1,05±0,11 Lemak Abdomen (%) Keterangan: 1) Superscrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) sedangkan superscrip huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) 2) R0 : ransum komersial + 0% tepung daun sambiloto R1 : ransum komersial + 0,2% tepung daun sambiloto R2 : ransum komersial + 0,4% tepung daun sambiloto R3 : ransum komersial + 0,6% tepung daun sambiloto R4 : ransum komersial + 0,8% tepung daun sambiloto
Secara umum persentase bobot usus halus menurun seiring bertambahnya pemberian tepung daun sambiloto sampai dosis 0,6%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sambiloto tidak menyebabkan perbedaan persentase bobot duodenum, yeyunum dan ileum antara setiap perlakuan (Tabel 7). Kecilnya penambahan tepung daun sambiloto dan diberikan dalam bentuk tpung tidak menyebabkan bertambahnya kerja usus. Selain itu, diduga pemberian tepung daun sambiloto dapat menurunkan kontraksi usus dan mempercepat absorbsi karbohidrat dengan mengaktifkan disakarida pada usus halus seperti laporan Choundhury dan Poddar (1985). Amrullah (2003) mengungkapkan bahwa ransum yang banyak mengandung serat, atau bahan berserat dan bahan lainnya yang tidak dicerna seperti batu-batuan kecil menimbulkan perubahan ukuran bagian-bagian saluran pencernaan sehingga menjadi lebih bobot , lebih panjang dan lebih tebal.
31
Panjang Usus Halus Panjang ileum dengan pemberian
tepung daun sambiloto menjadi lebih
pendek jika dibandingkan dengan panjang ileum yang dihasilkan ransum yang tidak dita mbahkan tepung daun sambiloto. Ileum paling pendek didapatkan pada pemberian 0,6% tepung daun sambiloto (Gambar 11). Pemberian 0,2% dan 0,6% tepung daun sambiloto menyebabkan pemendekan ileum yang sangat nyata (P<0,01) jika dibandingkan dengan kontrol (Tabel 7). Hal ini diduga bahwa kandungan zat aktif sambiloto (andrographolide) mudah diserap karena sambiloto diberikan dalam bentuk tepung yang partikel-partikelnya kecil sehingga tidak menyebabkan penyerapan yang lebih intensif yang dapat menyebabkan bertambahnya kerja ileum sehingga membuat ileum bertambah panjang. Berikut disajikan panjang usus halus ayam penelitian dengan 5 perlakuan
Panjang Usus Halus/Berat Hidup (cm/g)
(Gambar 11). 0,060 0,050 0,040
0,045
0,050 0,041
0,042
0,049 0,044
0,047
0,040
0,036 0,036
0,030
yeyunum 0,026
0,020
0,023
0,022
0,024
0,2
0,4
duodenum
0,024
ileum
0,010 0,000 0
0,6
0,8
Pemberian Tepung Daun Sambiloto (%)
Gambar 11. Panjang Usus Halus Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sambiloto tidak menyebabkan pemanjangan maupun pemendekan duodenum dan yeyunum yang nyata antara setiap perlakuan (Tabel 7). Akoso (1998) menyatakan bahwa ransum yang memerlukan penyerapan secara intensif akan memperluas permukaan usus dengan mempertebal dinding atau memperpanjang usus tersebut sehingga banyak zat nutrisi yang terserap.
32
Persentase Bobot Seka Rataan persentase bobot seka kanan dan kiri yang diperoleh sebesar 0,15-0,21% dari bobot hidup. Persentase bobot seka tertinggi diperoleh pada pemberian 0,2% tepung daun sambiloto, sedangkan terendah didapatkan pada 0,6% tepung daun sambiloto (Gambar 12). Persentase bobot seka ayam penelitian dengan 5 perlakuan disajikan pada Gambar 12.
0,24 Berat Seka (%)
0,22 0,21
0,20 0,18 0,16
0,18
0,16
0,16 0,15
0,14 0,12 0,10 0
0,2
0,4
0,6
0,8
Pemberian Tepung Daun Sambiloto (%)
Gambar 12. Persentase Bobot Seka Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sambiloto sebesar 0,2% dan 0,4% menyebabkan perbedaan yang nyata terhadap persentase bobot seka yang dihasilkan pada ayam kontrol, pemberian 0,6 dan 0,8% tepung daun sambiloto. (Tabel 7). Hal ini diduga bahwa andrograpdolide tidak menyebabkan bertambahnya kerja seka dalam mencerna zat-zat makanan yang belum tercerna pada organ sebelumnya karena pemberian dilakukan dalam jumlah kecil dan dalam bentuk tepung. Panjang Seka Rataan panjang seka kanan dan kiri broiler umur lima minggu yaitu 0,010-0,011 cm/gram. Panjang seka per bobot hidup ayam penelitian pada 5 perlakuan disajikan pada Gambar 13.
33
Panjang Seka/Berat Hidup (cm/g)
0,012 0,011
0,011
0,011
0,011 0,010
0,010
0,010
0,009 0,008 0
0,2
0,4
0,6
0,8
Pemberian Tepung Daun Sambiloto (%)
Gambar 13. Panjang Seka Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan Pemberian 0,2% dan 0,8% tepung daun sambiloto tidak menyebabkan perbedaan yang nyata terhadap panjang seka yang dihasilkan antara setiap perlakuan (Tabel 7). Hal ini diduga bahwa kandungan andrographolide antara setiap perlakuan relatif sama sehingga tidak menyebabkan peregangan seka dan pembesaran volume seka untuk mencerna makanan. Selain itu, kandungan andrographolide sambiloto juga tidak menyebabkan peregangan seka. Seka berperan dalam pencernaan makanan yang tidak tercerna pada orga n pencernaan sebelumnya terutama serat kasar dengan bantuan bakteri (fermentasi). Persentase Bobot Lemak Abdomen Lemak abdomen merupakan salah satu dari beberapa bagian tubuh yang digunakan untuk menyimpan lemak pada ayam pedaging yang terletak di sekitar perut. Persentase bobot lemak abdomen yang didapatkan dengan pemberian tepung daun sambiloto lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol. Lemak abdomen tertinggi dihasilkan dengan pemberian 0,2% yaitu 0,97% dan terendah pada kontrol yaitu 0,69% dari bobot hidup (Gambar 14). Hasil ini masih sesuai dengan persentase bobot lemak abdomen hasil penelitian Ramli et al. (2002) yaitu 0,79% dari bobot hidup, tetapi lebih rendah dari yang dilaporkan Lohakare et al. (2004) yaitu 2,7-2,94% dari bobot hidup. Persentase bobot lemak abdomen ayam penelitian dengan 5 perlakuan disajikan pada Gambar 14.
34
Lemak Abdomen (%)
1,20 1,00 0,97 0,80 0,60
0,90
0,87 0,72
0,69
0,40 0,20 0,00 0
0,2
0,4
0,6
0,8
Pemberian Tepung Daun Sambiloto (%)
Gambar 14. Persentase Bobot Lemak Abdomen Ayam Penelitian dengan 5 Perlakuan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sambiloto tidak menyebabkan perbedaan yang nyata antara setiap perlakuan (Tabel 7). Hal ini diduga pemberian tepung daun sambiloto dilakukan dalam jumlah kecil sehingga tidak menyebabkan perbedaan kandungan nutrisi ransum yang signifikan antara setiap perlakuan. Hal ini menyebabkan jumlah energi yang didapat antara setiap perlakuan relatif sama sehingga persentase bobot lemak abdomen sebagai cadangan energi yang disimpan disekitar perut juga relatif sama. Deschepper dan Groote (1995) melaporkan bahwa lemak abdomen akan meningkat pada broiler yang diberi ransum dengan protein yang semakin rendah.
35
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian tepung daun sambiloto pada dosis 0,2-0,8% secara umum tidak berpengaruh terhadap bobot hidup, persentase berat karkas, hati, jantung, limpa, rempela, lemak abdomen, panjang duodenum dan yeyunum, bobot duodenum, yeyunum dan ileum, dan panjang seka. Pemberian tepung daun sambiloto pada dosis 0,4-0,8% memberikan pengaruh yang nyata dalam menurunkan persentase bobot pankreas. Pemberian 0,2% dan 0,6% tepung daun sambiloto menghasilkan ileum yang sangat nyata lebih pendek dibandingkan kontrol, pemberian 0,4 dan 0,8%. Pemberian tepung daun sambiloto sebesar 0,2 dan 0,4% menghasilkan persentase bobot seka yang nyata lebih berat dibandingkan kontrol, pemberian 0,6 dan 0,8%. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keoptimalan daya kerja tepung daun sambiloto sampai dosis 10% pada kondisi lingkungan yang tidak terkontrol baik suhu, lingkungan, penyakit dan kebersihan air minum dan pakan.
DAFTAR PUSTAKA Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius, Yogyakarta. Amrullah, Ibnu Katsir. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor. Anggorodi, H. R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT Gramedia Pustaka Utama , Jakarta. Bambang, S. dan Burhani, K. 1982. Petunjuk Pelaksanaan Proyek Bimas Ayam Broiler. Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan. Sekretariat Penge ndalian Harian Bimas Ayam Pusat, Jakarta. Bintang, I. A. K. dan A. G. Nataamijaya. 2004. Pengaruh penambaha n tepung kencur dan bawang putih pada ransum terhadap karkas dan bagian-bagian karkas ayam ras pedaging. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Brake, J., G. B. Havenstein. S. E. Schidelet, P. R. Ferket. D. V. River. 1993. Relationship of sex, age and body weight to broiler carcass yield and offal production. Poultry Science. 70: 680-688. Choundhury, B. R. and Poddar, M. K. 1984. Andrographolid and kalmegh (Andrographis paniculata ) extract in vivo dan in vitro effect on hepatic lipid peroxidation. Dalam: Nuratmi, B., Adjirni, Paramita D. I. (Editor). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3 (1): 23-24 (Abstr.). Choundhury, B. R. and Poddar, M. K. 1985. Andrographolid and kalmegh (Andrographis paniculata) extract on intestinal brush-border membranebound hydrolases methods. Dalam : Nuratmi, B., Adjirni, Paramita D. I. (Editor). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3 (1): 23-24 (Abstr.). Clarenti, H. 1978. Pengujian efek antiradang perasan buah Averrhoa carambola L. dan efek antihipertensi herba Andrographis paniculata Nees. Dalam : Nuratmi, B., Adjirni, Paramita D. I. (Editor). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3 (1): 23-24 (Abstr.). Dellman, H. D. dan E. M. Brown. 1989. Buku Teks Histology. Veteriner I. Edisi ke3. Universitas Indonesia , Jakarta. Diwyanto, K., H. Resnawati, M. Sabrani dan Sumarni. 1979. Evaluasi produksi daging dari ayam jantan final stock tipe dwiguna. Proceding Seminar Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan, Bogor. Deaton, J. W. and B. D. Lott. 1985. Age and dietary energy effect on broiler abdominal fat deposition. Poultry Science. 4:2161-2164. Deschepper, K. And G. De. Groote. 1995. Effect of dietary protein essential and non essential amino acid in the performance and carcass compotition of male broiler chickens. British Poultry Science. 36: 229-245. Dzulkarnain, B. 1974. Pengaruh infus beberapa tanaman obat terhadap tekanan darah kelinci. Dalam : Nuratmi, B., Adjirni, Paramita D. I. (Editor). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3 (1): 23-24 (Abstr.).
Dzulkarnain, B. 1975. Pengaruh beberapa ekstrak tanaman obat tradisional terhadap suhu normal mencit. Dalam : Nuratmi, B., Adjirni, Paramita D. I. (Editor). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3 (1): 23-24 (Abstr.). Ensminger, M. E. 1991. Animal Science. Interstate Publishing, Inc. Danville. Illionis. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. 1990. Uji aktivitas immunomodulator daun Andrographid paniculata Nees terhadap system fagositosis mencit. Dalam : Nuratmi, B., Adjirni, Paramita D. I. (Editor). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3 (1): 23-24 (Abstr.). Garspersz, Viscent. 1994. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian, Ilmu-ilmu Teknik, dan Biologi. Armico, Bandung. Handa, S. S. and Sarma, A. 1990. Hepatoprotective activity of andrographolid from Andrographolid paniculata against carbontetrachoride. Dalam : Nuratmi, B., Adjirni, Paramita D. I. (Editor). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3 (1): 23-24 (Abstr.). Harborne, J. B. 1987. Metode Fotokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Hasir. 1988. Efek infus daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees) sebagai antipiretik pada marmot secara in vivo. Dalam: Nuratmi, B., Adjirni, Paramita D. I. (Editor). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3 (1): 23-24 (Abstr.). IPTEK Net. 2002. Ekstrak sambiloto tingkatan stamina. Iptek net. All Right Reserved. http//iptek.net.id/suplemen/cetak-detail. [29 Januari 2006]. King, A. S. and J. Mc Lelland. 1975. Outline of Avian Anatomy. Bailliere Tindal, London. Lohakare, J. D., B. J. Chae and T. W. Hahn. 2004. Effects of feeding methods (water vs. feed) of vitamin C on growth performance and carcass characteristics in broiler chickens. Asian-Australasian Journal of Animal Science.17 (8) : 11121117. Mc Lelland, J. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Wolfe Publishing Limited, England. Minggawati. 1990. Studi perbandingan pengaruh infus kombinasi daun sambiloto dan daun kumis kucing. Dalam: Nuratmi, B., Adjirni, Paramita D. I. (Editor). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3 (1): 23-24 (Abstr.). Nabib, R. 1987. Patologi Khusus Veteriner, Cetakan ke-3. Bagian Patologi. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor. National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9th Edition. National Academy Press, Washington D. C. Nickel, R. A., A. Schummer, E. Seiferie, W. G. Siller and R.A. L. Wight. 1977. Anatomy of The Domestic Birds. Verlag Paul Parey, Berlin. North, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual 4th Edition. Chapman and Hall, New York. 39
Oluyemi, J. A. and F. A. Robert. 1979. Poultry Production In Warm Wet Climates The Mcmillan Presslimited, London. Palo, P. E., J. L. Sell, F. J. Piguer, M. F. Salanova and L. Vilaseca. 1995. Effect of early nutrient restriction on broiler chicken: Performance and development of the gastrointestinal tract. Poultry Science. 74: 88-101. Pesti, G. M. and R. I. Bakalli. 1997. Estimation of the compotition broiler carcass from their specific gravity. Poultry Science 76: 948-951. Pond, W. G., D. C. Church and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th Edition. John Wiley and Sons, New York. Prapanza, I. E. P., dan L. A. Marianto. 2003. Khasiat dan Manfaat Sambiloto: Raja Pahit Penakluk Aneka Penyakit. PT AgroMedia Pustaka, Jakarta. Pryliana. 1984. Pengaruh pembatasan ransum terhadap persentase karkas, lemak abdominal, lemak daging paha dan bagian giblet ayam pedaging. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Purwati, Tati. 1979. Pengaruh infus dan hasil ekstraksi daun Andrographis paniculata Nees pada usus kelinci terisolasi. Dalam: Nuratmi, B., Adjirni, Paramita D. I. (Editor). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3 (1): 23-24 (Abstr.). Putnam, P. A. 1991. Handbook of Animal Science. Academy Press, San Diego. Ramli, N., M. Nasir Rofiq dan Sindu Akhadiarto. 2002. Pengaruh teh fermentasi kombucha sebagai feed aditif terhadap persentase karkas, lemak abdomen dan organ dalam ayam broiler. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veterine r, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Resnawati, H. 2002. Produksi karkas dan organ dalam ayam pedaging yang diberi ransom mengandung tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Pusat Pe nelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Ressang, A. A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi II. N. V. Percetakan Bali, Denpasar. Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Saroni, Pudjiastuti, Adjirni. 1987. Efek antiinflamasi infus daun sambiloto dan infus daun meniran pada mencit putih. Dalam: Nuratmi, B., Adjirni, Paramita D. I. (Editor). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3 (1): 23-24 (Abstr.). Siregar, T. 1990. Pengujian efek antiinflamasi ekstrak alkohol herba Andrographis paniculata Nees pada tikus putih. Dalam: Nuratmi, B., Adjirni, Paramita D. I. (Editor). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3 (1): 23-24 (Abstr.). Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Ste el R. G. D dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: Bambang Sumantri. PT Gramedia Pustaka, Jakarta. 40
Sturkie, P. D. 1976. Avian Physiology. 3rd Ed. Spinger -verlag, New York. Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Supritianto, H. 1998. Penggunaan sambiloto (Andrographis paniculata Nees) untuk mencegah aflatoksikosis pada itik. Skripsi. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syamsuhidayat, S. S., dan H. J. Robinson. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Tipakorn, N. 2002. Effect or Andrographis paniculata (Burn. F) Nees on performance, mortality and coccidiosis in broiler chickens. Doctoral Dissertation. Goerg-Agugust-University, Gottingen, Germany. http//webdoc.sub.gwdg.de../diss/2002/tipakorn/&prev. [25 Februari 2006]. Wahjoedi, B., Dzulkarnain, B., dan Syawalida Bakar. 1976. Efek antipiretik beberapa obat tradisional. Dalam: Nuratmi, B., Adjirni, Paramita D. I. (Editor). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3 (1): 23-24 (Abstr.). Winarto, W. P. 2003. Sambiloto, Budidaya dan Pemanfaatan untuk Obat. Seri agrisehat. Penebar Swadaya. Jakarta. Yusron, M., M. Januwati dan E. Rini Pribadi. 2003. Budidaya Pegagan, Lidah Buaya dan Kumis Kucing. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat-Obatan, Bogor.
41
Lampiran 1. Analisis Ragam Rataan Bobot Hidup Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
4.568
1.142
0,683
Galat
15
29.596
1.973
Total
19
34.163
Perlakuan
Lampiran 2. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Karkas Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
82,5
20,6
0,701
Galat
15
561,0
37,4
Total
19
643,5
Perlakuan
Lampiran 3. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Hati Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
0,5466
0,1367
0,114
Galat
15
0,9154
0,0610
Total
19
1,4621
Perlakuan
Lampiran 4. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Jantung Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
0,00931
0,00233
0,787
Galat
15
0,08179
0,00545
Total
19
0,09110
Perlakuan
Lampiran 5. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Pankreas Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
0,03130
0,00782
0,026*
Galat
15
0,03125
0,00208
Total
19
0,06255
Perlakuan
Keterangan: * = berbeda nyata (P<0,05)
43
Lampiran 6. Uji Kontras Ortogonal Pengaruh Pemberian Tepung Daun Sambiloto terhadap Persentase Bobot Pankreas Rank Perlakuan Rataan Notasi 1
R1
0,38
a
2
R0
0,34
b
3
R2
0,30
b
4
R3
0,28
b
5
R4
0,28
b
Lampiran 7. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Limpa Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
0,00224
0,00056
0,842
Galat
15
0,02420
0,00161
Total
19
0,02645
Perlakuan
Lampiran 8. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Rempela Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
0,3561
0,0890
0,179
Galat
15
0,7376
0,0492
Total
19
1,0938
Perlakuan
Lampiran 9. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Duodenum Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
0,3127
0,0782
0,081
Galat
15
0,4567
0,0304
Total
19
0,7694
Perlakuan
Lampiran 10. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Yeyunum Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
0,2251
0,0563
0,171
Galat
15
0,4555
0,0304
Total
19
0,6806
Perlakuan
44
Lampiran 11. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Ileum Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
0,2341
0,0585
0,102
Galat
15
0,3752
0,0250
Total
19
0,6093
Perlakuan
Lampiran 12. Analisis Ragam Rataan Panjang Duodenum Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
0,0000225
0,0000056
0,543
Galat
15
0,0001053
0,0000070
Total
19
0,0001278
Perlakuan
Lampiran 13. Analisis Ragam Rataan Panjang Yeyunum Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
0,0001189
0,0000297
0,389
Galat
15
0,0004027
0,0000268
Total
19
0,0005216
Perlakuan
Lampiran 14. Analisis Ragam Rataan Panjang Ileum Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
0,0001370
0,0000343
0,002**
Galat
15
0,0000744
0,0000050
Total
19
0,0002114
Perlakuan
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata (P<0,01)
Lampiran 15. Uji Kontras Ortogonal Pengaruh Pemberian Tepung Daun Sambiloto terhadap Panjang Ileum Rank Perlakuan Rataan Notasi 1
R0
0,050
A
2
R2
0,049
A
3
R4
0,047
A
4
R1
0,044
B
5
R3
0,043
B
45
Lampiran 16. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Seka Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
0,009243
0,002311
0,026*
Galat
15
0,009234
0,000616
Total
19
0,018478
Perlakuan
Keterangan: * = berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 17. Uji Kontras ortogonal Pengaruh Pemberian Tepung Daun Sambiloto terhadap Bobot Seka Rank Perlakuan Rataan Notasi 1
R1
0,21
a
2
R2
0,18
a
3
R0
0,17
b
4
R4
0,16
b
5
R3
0,15
b
Lampiran 18. Analisis Ragam Rataan Panjang Seka Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
0,0000035
0,0000009
0,539
Galat
15
0,0000163
0,0000011
Total
19
0,0000198
Perlakuan
Lampiran 19. Analisis Ragam Rataan Persentase Bobot Lemak Abdomen Sumber Keragaman
db
JK
KT
P
4
0,3350
0,0837
0,392
Galat
15
1,1404
0,0760
Total
19
1,4753
Perlakuan
46