JMS Vol. 4 No. 2, hal. 62 - 69 Oktober 1999
Aktivitas Hipoglisemik Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees, Acanthaceae) Soediro Soetarno, Elin Yulinah Sukandar, Sukrasno dan Agung Yuwono Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa 10, Bandung, 40132, Indonesia Diterima tanggal 21 Desember 1999 disetujui untuk dipublikasikan 14 Februari 2000
Abstrak Aktivitas hipoglisemik ekstrak heksana, etilasetat, etanol dan air herba sambiloto telah diuji dengan metode pengujian toleransi glukosa. Ekstrak heksana, etilasetat dan etanol diperoleh dari simplisia yang sama, yang diekstraksi secara sinambung berturutturut menggunakan heksana, etilasetat dan etanol. Sedangkan ekstrak air diperoleh secara langsung dari simplisia seperti yang lazim dalam pemakaian tradisional. Pada dosis 0,5 g/kg bb, ekstrak heksana dan etilasetat tidak menunjukkan adanya aktivitas hipoglisemik, sedangkan ekstrak etanol dan air menunjukkan aktivitas yang bermakna, dan ekstrak air memberikan aktivitas yang lebih tinggi. Abstract Hypoglycemic activity of hexane, ethylacetate, ethanol and aqueous extract of Andrographis paniculata herbs had been tested using glucose tolerance test. Extraction was conducted consecutively using hexane, ethylacetate and ethanol. Aqueous extract was obtained directly from the crude drug similar to the traditional use. At the dose level of 0.5 g/kg bw, hexane and ethylacetate extract did not show the hypoglycemic effect. Significant activity was shown by ethanol and aqueous extract and the activity of the latter was higher than the former. Kata kunci: Andrographis paniculata, ekstrak-ekstrak, hipoglisemik, sambiloto.
1. Pendahuluan Herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees, Acanthaceae) merupakan salah satu bahan obat tradisional yang paling banyak dipakai di Indonesia. Dalam buku resmi tanaman obat Indonesia, herba sambiloto digunakan sebagai diuretika dan antipiretika1), sedangkan pustaka obat tradisional lainnya menyebutkan bahwa herba sambiloto yang digunakan bersama-sama dengan kumis kucing (Orthosiphon stamineus) digunakan sebagai obat kencing manis2,3). Penggunaan tradisional ini didasarkan atas kenyataan bahwa seduhan sambiloto mempunyai rasa yang pahit, sehingga diharapkan dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Efek 62
JMS Vol. 4 No. 2, Oktober 1999
63
analgetik, antipiretik dan antiulserogenik dari isolat andrografolida, suatu diterpenoid yang diperoleh dari herba sambiloto telah dilaporkan4). Ekstrak etanol dan andrografolida dari herba sambiloto juga menunjukkan aktivitas terhadap hepatitis yang disebabkan oleh Plasmodium berghei5). Dalam penelitian ini telah dikaji efek hipoglisemik ekstrak heksana, etilasetat dan etanol dari herba sambiloto yang diperoleh secara ekstraksi bertahap berdasarkan kepolaran mulai dari heksana hingga etanol. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji toleransi glukosa pada tikus. Sebagai bahan perbandingan, ekstrak air yang diperoleh langsung dari simplisia seperti pada penggunaan tradisionalnya juga diuji.
2. Bahan dan Metode 2.1 Bahan uji Herba sambiloto diperoleh dari daerah Klaten (Jawa Tengah) dan diidentifikasi sebagai Andrographis paniculata Nees (Acanthaceae) di Herbarium Bandungense, Jurusan Biologi, FMIPA ITB. Herba yang telah dikeringkan digiling untuk menghasilkan serbuk.
2.2 Ekstraksi dan penyiapan bahan uji Serbuk (500 g) diekstraksi secara sinambung dengan alat Soxhlet secara berturutturut menggunakan pelarut heksana, etilasetat dan etanol. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan pada suhu tidak lebih dari 60oC dengan tekanan diperendah. Untuk pengujian aktivitas hipoglisemik, ekstrak kental disuspensikan dalam larutan tragakan 1%.
2.3 Uji toleransi glukosa Prosedur pengujian anti diabetes dalam percobaan ini menggunakan metode uji toleransi glukosa6) dengan sedikit modifikasi. Tiap kelompok uji terdiri dari 3 (tiga) ekor tikus jantan (galur Sprague Dawley, Biofarma Bandung) dan secara keseluruhan terdiri dari lima kelompok, yaitu: kelompok kontrol (hanya diberi tragakan 1%), kelompok ekstrak (heksana, etilasetat dan etanol) dengan dosis 0,5 g/kg bb, serta kelompok pembanding yang diberi tolbutamid 0,315 g/kg bb. Sebelum percobaan tikus dipuasakan selama 18 jam, tetapi air minum tetap diberi. Setiap tikus diberi larutan percobaan sesuai dengan kelompoknya dan satu jam kemudian diberi larutan glukosa 10% pada dosis 2,0
64
JMS Vol. 4 No. 2, Oktober 1999
g/kg bb secara oral. Glukosa darah ditentukan pada 30, 60, 90 dan 150 menit setelah pemberian glukosa.
2.4 Penentuan konsentrasi glukosa darah Glukosa darah ditentukan secara enzimatis dengan pereaksi GOD-PAP7). Sampel darah diambil dari vena ekor tikus, lebih kurang 0,1 ml darah disentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit. Pada 0,02 ml serum ditambahkan 0,2 ml larutan deproteinase dan disentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit. Pada 0,1 ml supernatan ditambahkan 2 ml pereaksi warna (GPD-PAP). Setelah diiinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit, serapan pada 546 nm dibaca menggunakan Clinicon Photometer (Boehringer-Mannheim).
3. Hasil Percobaan dan Pembahasan Ekstraksi serbuk herba sambiloto dengan heksana, etilasetat dan etanol memberikan prosentase ekstrak seperti pada tabel 1. Ekstrak etilasetat yaitu komponen semipolar merupakan komponen terbesar dibandingkan komponen non-polar (ekstrak heksana) dan komponen polar (ekstrak etanol). Apabila ekstraksi dilakukan langsung dengan air panas diperoleh jumlah bahan terekstraksi yang lebih banyak. Hal ini menunjukkan adanya komponen-komponen kimia yang larut dalam air panas tetapi tidak larut dalam etanol, karena sebagian dari zat yang terekstraksi dalam etilasetat dan heksana tidak terlarut dalam air panas. Tabel 1. Jumlah bahan terekstraksi dari 500 g serbuk herba sambiloto Jenis Ekstrak
Jumah ekstrak (g)
% terhadap simplisia
Heksana
2,30
0,46
Etilasetat
41,20
8,24
Etanol
21,00
4,02
Air*
61,10
12,22
*Diperoleh langsung dari simplisia
Pada uji toleransi glukosa, ekstrak heksana dan etilasetat tidak menunjukkan adanya aktivitas hipoglisemik dibandingkan dengan kelompok kontrol (Tabel 2 dan
JMS Vol. 4 No. 2, Oktober 1999
65
Gambar 1). Pada uji toleransi glukosa, tikus normal akan meningkat konsentrasi glukosa darahnya, akibat pemberian sukrosa dosis tinggi, dan lama-lama akan menurun akibat kerja dari insulin yang dihasilkan oleh sel β pulau Langerhans. Oleh karena itu diabetes yang dihasilkan sifatnya hanya sementara. Adanya variasi yang cukup besar antara kelompok hewan percobaan pada kenaikan glukosa darah akibat pemberian glukosa mempersulit pembacaan aktivitas hanya berdasarkan pada data konsentrasi glukosa darah. Data persen kenaikan konsentrasi glukosa darah yang disajikan pada Gambar 1 dan 2, diperoleh dari selisih konsentrasi glukosa darah pada waktu tertentu (Ct) dengan konsentrasi glukosa darah awal, yaitu sebelum induksi diabetes dengan glukosa (Co) dibagi dengan Co, dikalikan 100%. Penyajian data dalam bentuk kurva untuk mempermudah pembandingan efek yang diberikan oleh bahan-bahan uji dan pembanding. Efek
hipoglisemik yang diberikan oleh ekstrak etanol dapat dilihat pada kecepatan
penurunan konsentrasi glukosa darah pada menit ke-60 dan 90, walaupun konsentrasi glukosanya pada menit ke-30 dan 60 lebih besar daripada kontrol. Data ini diperkuat oleh kenyataan bahwa tolbutamid yang merupakan obat antidiabetes juga memberikan konsentrasi glukosa darah yang lebih tinggi daripada kontrol pada menit ke-30. Aktifnya ekstrak etanol ini menunjukkan bahwa aktivitas hipoglisemik diberikan oleh komponen-komponen polar dari herba sambiloto. Hal ini menunjukkan bahwa cara pemakaian tradisional yang dilakukan dengan merebus herba sambiloto dan meminum air rebusannya merupakan metode yang tepat.
66
JMS Vol. 4 No. 2, Oktober 1999
Tabel 2. Konsentrasi glukosa darah tikus sebelum pemberian bahan uji dan setelah pemberian glukosa Kelompok
Glukosa darah tikus (mg/100 ml) sebelum dan setelah perlakuan pemberian glukosa (2 g/kg bb)
Perlakuan
awal
30 menit
60 menit
90 menit
150 menit
Kontrol
95,23±17,78
128,33±13,85
115,33±27,58
105,16±10,65
81,76±11,51
Ekstrak heksana
74,63±10,49
175,32± 9,82
152,21±23,80
129,76±12,82
136,16±12,28
Ekstrak etilasetat
66,56±12,98
141,13±11,37
172,76± 4,62
159,12± 9,91
125,82± 2,43
Ekstrak etanol
94,53±11,11
170,81±15,91
160,62± 5,35
103,92±11,81
79,31±55,43
Tolbutamid
81,92±19,83
138,63±16,34
101,91± 2,77
80,13±21,62
50,82±15,21
Ket: n = 3
Untuk melihat kemungkinan adanya antaraksi komponen-komponen ekstrak yang dampaknya dapat saling sinergis, aditif atau antagonis pada penggunaan tradisional, telah diuji ekstrak air herba sambiloto sesuai pemakaian. Ekstrak ini diperoleh dengan cara melakukan perkolasi terhadap 500 g serbuk herba kering dengan air mendidih hingga perkolat yang diperoleh tidak pahit. Kumpulan ekstrak dipekatkan dengan pengeringan beku untuk menghindari terjadinya penguraian komponen kimia herba sambiloto. Pada tabel 3 dan Gambar 2 terlihat bahwa ekstrak air juga menunjukkan aktivitas hipoglisemik, bahkan aktivitasnya lebih tinggi daripada ekstrak etanol. Berbagai kemungkinan dapat berkontribusi terhadap hasil tersebut, diantaranya adalah: 1) aktivitas hipoglisemik disebabkan oleh komponen kimia yang larut dalam air panas tetapi kurang larut dalam etanol, 2) adanya interaksi sinergis antar komponen kimia ekstrak air (diperoleh langsung dari simplisia), yang menyebabkan ekstrak tersebut lebih aktif.
JMS Vol. 4 No. 2, Oktober 1999
67
Kenaikan glukosa darah tikus (%)
160 140 120 100 80 60 40 20 0 Awal -20 -40
30
60
90
150
Waktu setelah pemberian glukosa (menit)
Gambar 1. Kurva kenaikan konsentrasi glukosa darah tikus pada uji toleransi glukosa. Kontrol (u), ekstrak heksan (n), ekstrak etilasetat (s), ekstrak etanol (6) dan tolbutamid (Q) Tabel 3. Perbandingan efek hipoglisemik ekstrak etanol dan ekstrak air dan setelah pemberian glukosa Kelompok Perlakuan
Glukosa darah tikus (mg/100 mL) sebelum dan setelah perlakuan pemberian glukosa (2 g/kg bb) awal
30 menit
60 menit
90 menit
150 menit
Kontrol
95,23±17,78
128,33±13,85
115,33±27,58
105,16±10,65
81,76±11,51
Ekstrak etanol
94,53±11,11
170,81±15,91
160,62± 5,35
103,92±11,81
79,31±55,43
Ekstrak air
91,51±12,48
148,81±21,37
113,16± 13,41
82,72±17,63
77,10± 8,67
Percobaan lebih lanjut diperlukan untuk membandingkan efek ekstrak etanol yang diperoleh seperti dalam percobaan ini dan ekstrak air yang diperoleh dari ampas hasil ekstraksi dengan etanol. Hubungan antara zat pahit (andrografolida) dengan aktivitas hipoglisemik dari ekstrak herba sambiloto juga perlu dikaji lebih lanjut. Sejauh ini, kemampuan ekstrak dalam meningkatkan sekresi insulin yang diuji in vitro dengan
68
JMS Vol. 4 No. 2, Oktober 1999
mengukur peningkatan produksi insulin tidak memberikan hasil yang bermakna dibandingkan kontrol8).
90 80
% Kenaikan glukosa darah
70 60 50 40 30 20 10 0 Awal -10
30
60
90
150
-20
Waktu setelah pemberian glukosa (menit)
Gambar 2. Kurva kenaikan konsentrasi glukosa darah tikus pada uji toleransi glukosa. kontrol (u), ekstrak etanol (n) dan ekstrak air (s)
Kesimpulan Hasil percobaan mendukung pemakaian tradisional yaitu menyeduh simplisia herba sambiloto dengan air. Ekstrak-ekstrak yang diperoleh dengan pelarut organik tidak menunjukkan adanya khasiat anti diabetes.
Daftar Pustaka 1. Departemen Kesehatan RI. Materia Medika III, hlm. 20-25 (1979) 2. Heyne, K. Tumbuhan Berguna Indonesia (Terjemahan), Balai Penelitian Kehutanan, Dep. Kehutanan, Jakarta, hlm. 1756 (1987). 3. Perry, L.M. Medicinal Plant of East and South East Asia, The MIT Press, Cambridge, Massachusetts and London, hlm. 1 (1980).
JMS Vol. 4 No. 2, Oktober 1999
69
4. Madav, S., Tripathi, H.C. Tandan, J.S. & Mishra, S.K. “Analgesic, antipyretic and antiulcerogenic effects of andrographolide” Indian J. Pharm. Sci., 57:2, hlm 121-125 (1995). 5. Chander, R.; Srivastava, V. , Tandon, J.S. & Kapoor, N.K. “Antihepatotoxic activity of diterpenes of Andrographis paniculata (Kal Megh) against Plasmodium berghei induced hepatic damage in mastomys natalensis”, Int. J. Pharm. 33:2, hlm. 135-138 (1995). 6. Suryawati, S. dan Santoso, B., Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, Kelompok Kerja Ilmiah ‘Phytomedica’, 1993, hlm. 15-16. 7. Varley, H. & Gowenblock, A.L., Practical Clinical Biochemistry, 5th ed. William Heinemann Medical Book Ltd., hlm. 406-414 (1980). 8. Chandrasekar, F. “Penggunaan pankreas tikus terisolasi dalam uji aktivitas ekstrak sambiloto, Andrographis paniculata Nees (Acanthaceae) terhadap sekresi insulin”. Skripsi. Bandung: Jurusan Farmasi FMIPA ITB. 1996.