PENGARUH KUALITAS GURU, IKLIM KERJA, MOTIVASI TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI 2 TAMBUN UTARA KABUPATEN BEKASI H.M. Aris Munandar , dan Ratna Wati Program Pascasarjana UPN “Veteran” Jakarta Jl. Batu III, Gambir, Jakarta Pusat Telp. 021 3846116, Fax. 021 3843936 E-mail:
[email protected]
Abstract The focus of this study were (1) teacher quality, which still needs to be improved, (2) work climate is still unfavorable, (3) division of labor is not in accordance with the qualifications of personnel who are given the task, (4) is still a lack of motivation of teachers, and (5) attention to the inadequate performance. In simple regression analysis, the variable quality of teachers has a positive correlation with performance variables and being a teacher, with a correlation value of 0.303, which means that if the greater value of the variable quality of teachers will improve teacher performance. Work climate variables have a positive and strong correlation with the variable performance of teachers, with a correlation coefficient of 0.667, which means if the greater value of the work climate variables would improve teacher performance. Likewise with the motivational variables that have a correlation coefficient of 0.851, which means that motivation has a strong positive correlation to the performance of teachers. In multiple regression analysis (together) the three independent variables have positive and strong correlation to the performance of teachers, with the value of the correlation coefficient of 0.883 and has a significant influence on teacher performance variables is evident from the calculated F value (36.617)> F tables (3.285). This shows that teacher quality, climate, and motivation together contribute significantly to the performance of teachers. Key Words: Teacher Quality, Climate Work, Motivation, Performance
PENDAHULUAN Kinerja merupakan suatu persyaratanpersyaratan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik yang berupa jumlah maupun kualitasnya. Output yang dihasilkan dapat berupa fisik maupun nonfisik yang menyebutnya berupa karya, yaitu suatu hasil/pekerjaan baik berupa fisik/material maupun nonfisik maupun nonmaterial. Seorang guru dalam mengerjakan tugasnya dengan baik, seringkali ditentukan oleh penilaian terhadap kinerjanya. Penilaian tidak hanya dilakukan untuk membantu mengawasi sumber daya organisasi namun juga untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan sumber daya yang ada dan mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperbaiki. Penilaian terhadap kinerja merupakan faktor penting untuk meningkatkan 1 Kontak Person : H.M. Aris Munandar Program Pascasarjana UPN “Veteran” Jakarta, Telp. 021 3846116
kinerja dan kepuasan kerja guru, bagian-bagian yang menunjukkan kemampuan guru yang kurang dapat diidentifikasi, diketahui sehingga dapat ditentukan strategi dalam meningkatkan kinerjanya. Tidak ada permasalahan dalam aspek kehidupan yang lebih banyak memperoleh perhatian dari kalangan masyarakat luas daripada pendidikan, khususnya yang diselenggarakan melalui sistem persekolahan. Sebagian permasalahan yang timbul adalah mutu pendidikan yang dianggap kurang memuaskan dan keluaran yang tidak tertampung oleh pasaran kerja. Permasalahan yang timbul tersebut pada akhirnya, dalam mencari pemecahannya, tidak jarang tundingan ditujukan kepada guru, yang dinyatakan kurang memiliki dedikasi dalam kerjanya. Patut diakui dan diterima bahwa berhubung posisinya yang sentral dalam penyelenggaraan sistem persekolahan umumnya dan khususnya kaitannya dengan tugas guru, tenaga kependidikan bertugas
Pengaruh Kualitas guru........ (H.M. Aris Munandar, dan Ratna Wati)
Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
- 15
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan, dari hari ke hari permasalahanpermasalahan yang dikemukakan tersebut memang berkaitan dengan kinerja guru. Mengingat guru sebagai tenaga profesional, maka dituntut untuk memiliki sejumlah kompetensi profesional. Kompetensi itu dapat dicapai dengan baik, jika guru yang bersangkutan memenuhi syarat ditinjau dari kualifikasi pendidikan. Standar kompetensi profesional guru merupakan ukuran yang ditetapkan bagi seorang guru dalam menguasai seperangkat kemampuan agar kelayakan menduduki salah satu jabatan fungsional guru sesuai dengan bidang tugas dan jenjang pendidikannya. Kemampuan yang dimaksud adalah berkaitan dengan penguasaan proses pembelajaran, penguasaan pengetahuan, dan jabatan jabatan fungsional. Mengenai jabatan fungsional guru menujuk pada kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang guru yang dalam melasanakan tugas berdasarkan pada keahlian atau ketrampilan tetentu serta bersifat mandiri. Kinerja Guru Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi (Robert L. Mathis & John H. Jackson, 2002:78). Pengertian kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu (Payaman J. Simanjuntak, 2005: 1), tingkat sejauh mana keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut "level of performance". Biasanya orang yang level of performance-nya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan sebagai tidak produktif atau berperformance rendah. Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan oleh seorang manajer 16
-
atau pimpinan. Walaupun demikian, pelaksanaan kinerja yang obyektif bukanlah tugas yang sederhana. Penilaian harus dihindarkan adanya "like dan dislike" dari penilai, agar obyektifitas penilaian dapat terjaga. Kegiatan penilaian ini penting, karena dapat digunakan untuk memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang kinerja mereka. Penilaian kinerja kadang-kadang merupakan kegiatan manajer yang paling tidak disukai, dan mungkin ada beberapa alasan untuk perasaan demikian. Tidak semua penilaian kinerja bersifat positif, dan mendiskusikan nilai dengan karyawan yang nilainya buruk bisa menjadi lidak menyenangkan. Penilaian kinerja karyawan memiliki dua penggunaan yang umum di dalam organisasi, dan keduanya bisa merupakan konflik yang potensial. Salah satu kegunaan adalah mengukur kinerja untuk tujuan memberikan penghargaan atau dengan kata lain untuk membuat keputusan administratif mengenai si karyawan. Promosi atau pemecatan karyawan bisa tergantung pada hasil penilaian kinerja, yang sering membuat peniiaian kinerja menjadi sulit untuk dilakukan oleh para manajer. Kegunaan yang lainnya adalah untuk pengembangan potensi individu (Robert L. Mathis & John H. Jackson, 2002: 81-83). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil yang diperoleh dari guru untuk sekolah berdasarkan pengetauan dan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab serta motivasi kerja yang dimiliki. Kualitas Guru Guru sebagai pendidik adalah seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan bangsa. Tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat, maju atau mundurnya tingkat kebudayaan suatu masyarakat dan negara sebagian besar bergantung pada pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru-guru. Makin tinggi pendidikan guru, makin baik pula mutu pendidikan dan pengajaran yang diterima anak, dan makin tinggi pula derajat masyarakat. Oleh sebab itu, guru harus berkeyakinan dan bangga bahwa ia dapat menjalankan tugas itu dan berusaha menjalankan tugas kewajiban sebaiknya sehingga dengan demikian BINA WIDYA, Volume 23 Nomor 1, Edisi Oktober 2011, 15-21
Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
masyarakat menginsafi sungguh-sungguh betapa berat dan mulianya pekerjaan guru. Guru berkualitas adalah guru yang menguasai ilmu pengetahuan yang diajarkan dan ahli mengajarnya (menyampaikannya). Dengan kata lain guru berkualitas adalah guru yang mampu membelajarkan peserta didiknya tentang pengetahuan yang dikuasainya dengan baik. Guru sebagai tenaga pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat tersebut. Untuk itulah guru dituntut memiliki pengabdian yang tinggi kepada masyarakat khususnya dalam membelajarkan anak didik. Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdaskan anak didik. (Agung, 2005:2). Untuk melihat apakah seorang guru dikatakan profesional atau tidak, dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempat dia menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugastugas bimbingan, dan lain-lain. Menurut Wardiman Djojonegoro (1996), guru yang bermutu memiliki paling tidak empat kriteria utama, yaitu kemampuan profesional, upaya profesional, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional dan kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya. Kemampuan profesional meliputi kemampuan intelegensia, sikap dan prestasi kerjanya. Upaya profesional (profesional efforts) adalah upaya seorang guru untuk mentransformasikan kemampuan profesional yang dimilikinya ke dalam tindakan mendidik dan mengajar secara nyata. Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional (teacher’s time) menunjukkan intensitas waktu dari seorang guru yang dikonsentrasikan untuk tugas-tugas profesinya. Dan yang terakhir, guru yang bermutu ialah mereka yang dapat membelajarkan siswa secara tuntas, benar dan berhasil. Untuk itu guru harus menguasai keahliannya, baik dalam disiplin ilmu pengetahuan maupun metodologi mengajarnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka kualitas guru sebagai tenaga profesional berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil penilaian, meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi serta berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Iklim Kerja Ada beberapa ahli yang mendefinisikan iklim kerja. Definisi iklim kerja tidak luput dari pengertian iklim itu sendiri. Iklim menurut Hoy dan Miskell (1982) dalam Hadiyanto (2004:153) merupakan kualitas dari lingkungan yang terus menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi tingkah laku dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah laku mereka. Hampir senada dengan pendapat di atas, adalah pendapat Sergiovanni dan Startt (1993) dalam Hadiyanto (2004:153) yang menyatakan bahwa iklim kerja merupakan karakteristik yang ada, yang menggambarkan ciri-ciri psikologis dari suatu sekolah tertentu, yang membedakan suatu sekolah dari sekolah yang lain, mempengaruhi tingkah laku guru dan peserta didik dan merupakan perasaan psikologis yang dimiliki guru dan peserta didik di sekolah tertentu. Studi tentang keterkaitan antara iklim lembaga kerja dengan tingkah laku seseorang sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1935, diantaranya dilakukan oleh Lewin, Fisher, yang dapat dimengerti bahwa lingkungan (sekolah) dapat menyebabkan perubahan tingkah laku anak dan juga guru yang pada gilirannya juga akan mempengaruhi prestasi kerja atau kinerja mereka. Iklim kerja yang satu dengan iklim kerja yang lain berbeda-beda. Banyak faktor yang menentukan perbedaan masing-masing iklim kerja tersebut, dan keseluruhannya dianggap sebagai kepribadian atau iklim suatu sekolah. Iklim organisasi sekolah itu tidak muncul dengan sendirinya. Ia perlu diciptakan dan dibina agar dapat bertahan lama. Untuk menciptakan lingkungan belajar mengajar yang sehat dan produktif menurut Pidarta (1988: 178) haruslah ada kesempatan dan kemauan para profesional. Iklim kerja yang kondusif-akademik baik fisik maupun non fisik merupakan landasan bagi
Pengaruh Kualitas guru........ (H.M. Aris Munandar, dan Ratna Wati)
Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
- 17
penyelenggaraan pembelajaran yang efektif dan produktif. Oleh karena itu, sekolah perlu menciptakan iklim yang kondusif untuk menumbuhkembangkan semangat dan merangsang nafsu belajar peserta didik. Dengan iklim yang kondusif diharapkan tercipta suasana yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan. Seperti halnya iklim fisik, suasana kerja yang tenang dan menyenangkan juga akan membangkitkan kinerja para tenaga kependidikan. (Mulyasa, 2004:120). Untuk itu semua pihak sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis, serta menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan menyenangkan. Dari beberapa definsi tentang iklim kerja seperti yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa iklim kerja merupakan suatu kondisi, dimana keadaan organisasi dan lingkungannya dalam keadaan yag sangat aman, nyaman, damai dan menyenangkan untuk kegiatan belajar mengajar. Motivasi Menurut arti katanya, motivasi atau motivation berarti motif, penimbulan motif atau hal menimbulkan dorongan. Motivasi dapat pula diartikan faktor untuk bertindak dengan cara tertentu. Pentingnya motivasi adalah sebagai sarana untuk menyalurkan serta mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja dengan giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi ini semakin penting karena manajer membagikan pekerjaannya pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan. Untuk memotivasi karyawan, pimpinan harus mengetahui motif atau motivasi yang diinginkan oleh karyawan, orang mau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan yang disadari (conscious needs) maupun kebutuhan yang tidak disadari (unconscious needs), berbentuk materi maupun non materi, kebutuhan fisik maupun rohaninya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa setiap pekerja mempunyai motif keinginan (want) dan kebutuhan (needs) tertentu dan mengharapkan 18
-
kepuasan dari hasil kerjanya. Menurut T. Hani Handoko dalam bukunya Manajemen edisi II (2002:252), memberikan pengertian motivasi adalah sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Selanjutnya pengertian motivasi menurut Malayu SP. Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2000:158), mengutip pendapat dari Edwin B. Flippo bahwa motivasi adalah suatu keahlian dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja maksimal, sehingga tercapai keinginan para pegawai sekaligus tercapai tujuan organisasi. Menurut H. Hadari Nawawi, dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2000:351), motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, yang berlangsung secara sadar. Dari uraian di atas, yang dimaksud bahwa motivasi adalah dorongan yang diberikan oleh para pemimpin kepada karyawan agar mau bekerja dengan ikhlas sesuai dengan apa yang dikehendaki sehingga tujuan karyawan dan organisasi dapat tercapai. Untuk itu pimpinan organisasi harus menyatakan bentuk motivasi yang bagaimana harus diberikan kepada karyawan, agar dapat merangsang untuk melakukan pekerjaan positif. Pengaruh antara Kualitas Guru terhadap Kinerja Guru Kualitas Guru memiliki paling tidak empat kriteria utama, yaitu kemampuan profesional, upaya profesional, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional dan kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya. Kemampuan profesional meliputi kemampuan intelegensia, sikap dan prestasi kerjanya. Upaya profesional (profesional efforts) adalah upaya seorang guru untuk mentransformasikan kemampuan profesional yang dimilikinya ke dalam tindakan mendidik dan mengajar secara nyata. Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional (teacher’s time) menunjukkan intensitas waktu dari seorang guru yang dikonsentrasikan untuk tugas-tugas profesinya. Dan yang terakhir, guru yang bermutu ialah mereka yang dapat membelajarkan siswa BINA WIDYA, Volume 23 Nomor 1, Edisi Oktober 2011, 15-21
Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
secara tuntas, benar dan berhasil. Untuk itu guru harus menguasai keahliannya, baik dalam disiplin ilmu pengetahuan maupun metodologi mengajarnya. Dengan demikian, diduga ada pengaruh antara kualitas guru dengan kinerja guru. Semakin berkualitasnya guru, semakin baik kinerja guru. Pengaruh antara Iklim Kerja terhadap Kinerja Guru Iklim kerja merupakan karakteristik yang ada, yang menggambarkan ciri-ciri psikologis dari suatu sekolah tertentu, yang membedakan suatu sekolah dari sekolah yang lain, mempengaruhi tingkah laku guru dan peserta didik dan merupakan perasaan psikologis yang dimiliki guru dan peserta didik di sekolah tertentu. Dengan demikian, diduga ada pengaruh antara iklim kerja dengan kinerja guru. Semakin kondusif iklim kerja, semakin baik kinerja guru.
dikehendaki sehingga tujuan karyawan dan organisasi dapat tercapai. Dengan kualitas guru yang profesional, iklim kerja yang kondusif, dan pemberian motivasi secara bersama-sama kepada guru akan meningkatkan kinerja guru. Dengan demikian diduga ada pengaruh antara kualitas guru, iklim kerja, dan motivasi secara bersamasama terhadap kinerja guru. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kualitas guru, iklim kerja, dan motivasi terhadap kinerja guru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei berbentuk korelasional. Pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat, secara sederhana digambarkan seperti terlihat dalam gambar 1. berikut ini:
Pengaruh antara Motivasi terhadap Kinerja Guru Motivasi merupakan dorongan yang diberikan oleh para pemimpin kepada karyawan agar mau bekerja dengan ikhlas sesuai dengan apa yang dikehendaki sehingga tujuan karyawan dan organisasi dapat tercapai. Dengan demikian, diduga ada pengaruh motivasi dengan kinerja guru. Semakin tingi motivasi kerja yang dimiliki guru, semakin baik kinerja guru.
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Pengaruh antara Kualitas Guru, Iklim Kerja, dan Motivasi terhadap Kinerja Guru Kualitas Guru memiliki paling tidak empat kriteria utama, yaitu kemampuan profesional, upaya profesional, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional dan kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya. Iklim kerja merupakan karakteristik yang ada, yang menggambarkan ciri-ciri psikologis dari suatu sekolah tertentu, yang membedakan suatu sekolah dari sekolah yang lain, mempengaruhi tingkah laku guru dan peserta didik dan merupakan perasaan psikologis yang dimiliki guru dan peserta didik di sekolah tertentu. Motivasi merupakan dorongan yang diberikan oleh para pemimpin kepada karyawan agar mau bekerja dengan ikhlas sesuai dengan apa yang
Untuk penarikan sampel penelitian secara umum adalah dengan teknik random sampling, di mana dengan cara demikian setiap anggota populasi memiliki hak yang sama untuk menjadi sampel. Cara penggunaan teknik random sampling yaitu dimana setelah sampel dipilih sesuai dengan syarat populasi, kemudian dari populasi sampel yang tersebut diambil secara acak. Penelitian ini menggunakan empat instrumen sesuai dengan variabel penelitian, yaitu (1) instrumen untuk kualitas guru, (2) instrumen untuk iklim kerja, (3) instrumen untuk motivasi, dan (4) instrumen untuk kinerja guru. Uji butir instrumen telah dilakukan dengan hasil valid dan reliabel. Pengujian persyaratan analisis dilakukan dengan menggnakan uji normalitas
Pengaruh Kualitas guru........ (H.M. Aris Munandar, dan Ratna Wati)
Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
-
19
dengan homogenitas. Hasil pengujian normal dan homogen untuk semua variabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisa korelasi dan regresi baik sederhana maupun berganda, variabel kualitas guru, iklim kerja, dan motivasi memiliki pengaruh yang signifikan dengan variabel kinerja guru. Pada analisa regresi sederhana, variabel kualitas guru memiliki korelasi positif dan sedang dengan variabel kinerja guru, dengan nilai korelasi 0,303, yang artinya jika semakin besar nilai variabel kualitas guru akan meningkatkan kinerja guru. Variabel iklim kerja memiliki korelasi positif dan kuat dengan variabel kinerja guru, dengan koefisien korelasi sebesar 0,667, yang berarti jika semakin besar nilai variabel iklim kerja akan meningkatkan kinerja guru. Begitu juga dengan variabel motivasi yang memiliki koefisien korelasi sebesar 0,851, yang artinya motivasi mempunyai korelasi positif yang kuat terhadap kinerja guru. Pada analisa regresi berganda (secara bersama-sama) ketiga variabel bebas memiliki korelasi positif dan kuat terhadap kinerja guru, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,883 serta mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja guru terbukti dari nilai F hitung (36,617) > F tabel (3,285). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas guru, iklim kerja, dan motivasi secara bersama-sama memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru. Koefisien determinasi ditujukan untuk mengetahui seberapa besar proporsi atau prosentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk pengaruh satu atau dua variabel bebas terhadap variabel terikat, koefisien determinasi yang digunakan adalah R2 (R square) yang merupakan hasil pengkuadratan dari nilai R. Sedangkan untuk pengaruh lebih dari dua variabel bebas terhadap variabel terikat, koefisien determinasi yang dipakai adalah adjusted R2. Kuatnya pengaruh antar variabel bebas baik dalam pengaruh secara individu (parsial) maupun bersamaan (dua ataupun tiga variabel bebas) terhadap variabel terikat dapat dilihat pada tabel di bawah ini, dimana pengaruh yang paling kuat yaitu pengaruh variabel bebas (secara bersama-sama) terhadap variabel terikat, dengan 20
-
nilai adjusted R square = 0,759. Sedangkan secara parsial variabel yang mempunyai pengaruh paling kuat terhadap kinerja guru SMA di Kabupaten Bekasi adalah variabel motivasi dengan nilai R = 0,851, diikuti variabel iklim kerja dengan nilai R = 0,667 dan kemudian variabel kualitas guru dengan nilai R = 0,303. Tabel 1. Hasil Analisis Korelasi Regresi Sederhana dan Berganda
Tabel 2. Persamaan Regresi
Berdasarkan tabel di atas, koefisien korelasi kualitas guru terhadap kinerja guru = 0,284 dan koefisien determinasi variabel kualitas guru terhadap kinerja guru sebesar 0,092 atau 9,2 %. Pada taraf signifikan 5%, nilai t hitung kualitas guru = 2,829 lebih besar dari t tabel = 2,348. Nilai signifikansinya sebesar 0,002 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Persamaan regresi yang terbentuk Ÿ = 50,415 + 0,284 X1 maka dapat disimpulkan variabel kualitas guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMA di Kabupaten Bekasi. Berdasarkan tabel di atas, koefisien korelasi iklim kerja terhadap kinerja guru = 1,096 dan koefisien determinasi variabel iklim kerja terhadap kinerja guru sebesar 0,445 atau 44,5 %. Pada taraf signifikan 5%, nilai t hitung iklim kerja = 5,149 lebih besar dari t tabel = 2,348. Nilai signifikansinya sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Persamaan regresi yang terbentuk Ÿ= 12,276 + 1,096 X2 maka dapat disimpulkan variabel iklim kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMA di Kabupaten Bekasi Berdasarkan tabel di atas, koefisien korelasi motivasi terhadap kinerja guru = 1,094 dan BINA WIDYA, Volume 23 Nomor 1, Edisi Oktober 2011, 15-21
Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
koefisien determinasi variabel motivasi terhadap kinerja guru sebesar 0,724 atau 72,4 %. Pada taraf signifikan 5%, nilai t hitung motivasi = 9,302 lebih besar dari t tabel = 2,348. Nilai signifikansinya sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Persamaan regresi yang terbentuk Ÿ = 6,647 + 1,094 X3 maka dapat disimpulkan variabel motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMA di Kabupaten Bekasi. Berdasarkan tabel di atas, koefisien korelasi kualitas guru, iklim kerja, dan motivasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru = 1,669 dan koefisien adjusted R Square variabel kualitas guru, iklim kerja, dan motivasi terhadap kinerja guru sebesar 76 %. Pada taraf signifikan 5%, nilai F hitung kualitas guru = 36,617 lebih besar dari F tabel = 3,285. Nilai signifikansinya sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Persamaan regresi yang terbentuk _ = 10,098 + 0,186X1 + 0,552X2 + 0,931X3 maka dapat disimpulkan variabel kualitas guru, iklim kerja, dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMA di Kabupaten Bekasi.
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, didapat temuan-temuan sebagai berikut : (1) Terdapat hubungan positif antara kualitas guru terhadap kinerja guru, (2) Terdapat hubungan positif antara Iklim kerja terhadap kinerja guru, (3) Terdapat hubungan positif antara motivasi terhadap kinerja guru, (4) Terdapat hubungan positif antara kualitas guru, Iklim kerja, motivasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru. Berdasarkan temuan penelitian diatas dapat diambil kesimpulan penelitian bahwa, Kualitas guru, iklim kerja dan motivasi yang tinggi terhadap kinerja guru merupakan faktor-faktor penunjang terciptanya kinerja guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi. Oleh karena itu, seorang guru yang memiliki kualitas dan motivasi serta iklim kerja yang kondusif dan harmonis yang rendah maka sudah barang tentu guru tersebut akan menampilkan suatu kinerja yang rendah.
Mathias Robert L and Jhon H Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Indonesia. Buku I. (Terjemahan: Jimmi Sadeli dan Bayu Prawira H). Penerbit Salemba IV.
A g u n g H a r y o n o . 2 0 0 5 . Ta n t a n g a n Profesionalisme Guru Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Diambil pada tanggal 11 April 2011 dari http://kompas.com/kompascetak/0601/05/opini/2341110.htm Burhan Nurgiantoro, dkk. 2009. Statistik Terapan: Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hadari Nawawi H .2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif, Yogyakarta, Gajah Mada University Press. Hasibuan, Malayu S.P .2006. Manajemen Sumber Daya. Cetakan Kedua Jakarta: CV. Haji Masagung. Handoko, T. Hani. 2002. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE: Yogyakarta.
Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Pengaruh Kualitas guru........ (H.M. Aris Munandar, dan Ratna Wati)
Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
-
21