Perpustakaan Dalam Dunia Islam Ali Anas Nasution* Abstract: It is no doubt that Islam has experienced of golden era in the field of science. Islam used to have many great persons - ones who are meritorious in the field of science until now like Khalid Ibn Yazeed, Jabir Ibn Haiyan ( A chemical man of science of popular moslem), Al-Asma'I a Zoologist and Al-Khawarizmi ( Algorizm). Libraries have played important roles in developing science in Islamic world. This article will explain the contribution of libraries to the world of Islam. Key words: Islam, Library, Science
Pengantar Pada masa kejayaan Islam, perpustakaan merupakan sarana untuk belajar, hingga ummat Islam mampu membangun peradaban besar yang bertahan beberapa abad lamanya. Banyak informasi dan ilmu pengetahuan yang tidak terdokumentasikan dengan baik oleh umat Islam dilupakan begitu saja. Akibatnya tatanan umat Islam baik aspek ekonomi, politik, sosial, budaya dan aspek kehidupan yang lain mengalami stagnasi. Sehingga ahirnya umat Islam hanya menjadi umat pengikut dari bangsa maju, yang dalam hal ini adalah dunia barat. Padahal kita menyadari bahwa kemajuan dunia barat dicapai dengan melalui penguasaan ilmu pengetahuan yang di ambil dari pusat-pusat ilmu pengetahuan muslim seperti perpustakan. Dari paparan diatas menunjukan betapa pentingnya perpustakaan dalam pengembangan suatu bangsa. Dalam hal ini banyak ilmu pengetahuan , informasi dan dokumentasi yang di sediakan perpustakaan memiliki peran yang sangat besar dalam pemberdayaan umat. Banyak literatur yang mengungkapkan bahwa perpustakaan sebagai tempat aktivitas belajar, yang kegiatannya hampir sama dengan apa yang di lakukan di sekolah-sekolah. Fungsi *
Dosen Jurusan Dakwah STAIN Padangsidimpuan
161
Ali Anas Nasution – Perpustakaan Dalam Dunia Islam
dan peran perpustakaan ini banyak di adopsi oleh perpustakaan di negara maju seperti Inggris, Australia dan Kanada. Banyak perpustakaan di ubah menjadi learning center atau resources center. Hal ini mengidentifikasikan bahwa perpustakaan yang di perankan pada masa kejaaan Islam sangat penting dan representatif untuk pengembangan dan memajukan masyarakat. Pembahasan Perpustakaan dibentuk dari kata dasar “pustaka”, yang secara harfiah berarti kitab atau buku.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perpustakaan dimaknai sebagai kumpulan buku-buku. Kata perpustakaan yang dalam bahasa Inggris disebut library berasal dari bahasa Latin liber atau libri yang dalam perkembangannya kemudian berubah menjadi librarius, yang maknanya tentang buku. Istilah perpustakaan dalam berbagai bahasa, disebut dengan : bibliotheek (Belanda), bibliothek (Jerman), bibliotheque (Perancis), bibliotheca (Spanyol/Portugis), yang semua itu berasal dari bahasa Yunani, yaitu biblia.2 Beberapa pengertian tentang perpustakaan, antara lain : 1. a room or building where a collection of books and newspapers, or things such as films or records is kept to be used by members (sebuah ruangan atau bangunan yang koleksi buku-buku dan surat kabar-surat kabar, atau bendabenda seperti film atau rekaman-rekaman, terpelihara dengan baik untuk digunakan oleh para anggotanya) (Chambers Essential English Dictionary, 1995) 2. a collection of books, or a similar collection of things such as films or records (suatu koleksi dari buku-buku atau semacam koleksi dari benda-benda seperti film atau rekaman-rekaman) (Chambers Essential English Dictionary, 1995) 3. kumpulan buku, manuskrip dan bahan pustaka lainnya yang digunakan untuk keperluan studi atau bacaan, kenyamanan atau kesenangan (Webster’s Third Edition International Dictionary, 1961) 1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 1989), hlm. 713 2 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta; PT. Gramedia, 1993), hlm. 3
162
Al-Kuttab, Vol. 1, No. 2, Juli - Desember 2013
4. kumpulan materi cetak dan media non cetak dan atau sumber informasi dalam komputer, yang disusun secara sistematik untuk digunakan pemakai (International Federation of Library Associations and Institutions/IFLA) 5. sebuah ruangan, bagian dari sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri, yang digunakan untuk menghimpun buku dan terbitan yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. 6. Unit Perpustakaan, dokumentasi dan informasi adalah unit kerja yang memiliki sumberdaya manusia, ruangan khusus dan koleksi bahan pustaka, sekurang-kurangnya 1000 judul dari berbagai disiplin ilmu yang sesuai dengan jenis perpustakaan yang bersangkutan, dan dikelola menurut sistem tertentu (Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia No. 132/KEP/M.PAN/12/2002). Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional, dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka (Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan) 7. Menurut Ensiklope Nasional Indonesia, perpustakaan adalah kumpulan buku yang tersimpan di suatu tempat tertentu, milik suatu instansi/lembaga tertentu. Di dalam perpustakaan terdapat buku-buku yang bisa dipinjam selama beberapa hari atau minggu, tetapi ada juga yang hanya boleh dibaca di perpustakaan seperti buku-buku referensi.3 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah merupakan koleksi yang terdiri dari kumpulan materi cetak seperti buku, majalah, surat kabar atau media non cetak berupa film, disket dan lain-lainnya, yang terpelihara dengan baik dan digunakan untuk keperluan studi, bacaan maupun sumber infomasi bagi yang membutuhkan. Juga dapat diartikan ruangan bagian dari sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri, yang ditata secara khusus untuk 3
Litian DTedjasudhana, Ensiklopedi Nasional Indonesia,(Jakarta; PT Cipta Adi Pustaka, 1990),Jil. 13, hlm. 112
163
Ali Anas Nasution – Perpustakaan Dalam Dunia Islam
menyimpan, memelihara dan menggunakan koleksi-koleksi yang ada baik yang berbentuk materi cetak maupun media non cetak. Dan unit kerja atau institusi pengelola koleksi baik berupa materi cetak maupun media non cetak, yang diselenggarakan secara profesional, dengan sistem yang telah dibakukan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Pada masa Nabi Muammad SAW dan para sahabatnya, perpustakaan dalam pengertian di atas tidak di temukan. Tapi cikal bakal atau rintisan perpustakaan sudah ada, yaitu sebagai berikut: 1. Wahyu Allah yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW ialah perintah kepada umat Islam untuk membaca (Iqra’). 2. Rasulullah SAW mengangkat para sahabatnya, antara lain; Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, dan Khalid bin Walid sebagai penulis Al Qur’an. 3. Perintah Rasulullah SAW kepada tawanan perang Badar untuk mengajari anak-anak Muslim membaca dan menulis. 4. Pada masa Rasulullah SAW muncul keinginan menulis Al Qur’an dalam bentuk mushaf pribadi seperti Mushaf Ubay bin Ka’ab, Mushaf Ibnu Mas’ud, Mushaf Ibn Abbas dan pada ahirnya melahirkan Mushaf Utsmani yang di salin menjadi 4 Mushaf. Tetapi riwayat lain menebutkan lima salinan di sebarkan ke kota Madinah, Makkah, Kuffah, Basrah dan Damaskus. Dan Mushaf-mushaf tersebut di jadikan referensi oleh Umat Islam. Peristiwa diatas mendorong umat Islam gemar menulis dan membaca dan menulis dan semua itu merpakan semangat di dalam perpustakaan. Ada beberapa hal yang melatar belakangi pembentukan dan pembinaan perpustakaan perpustakaan, di samping peristiwaperistiwa yang terjadi pada masa perintisan, antara lain sebagai berikut. 1. Setelah Al Qur’an di kodifikasi dalam bentuk mushaf timbul keinginan masyarakat muslim, terutama yang hidup jauh dari masa Rasulullah SAW untuk memahami Al Qur’an dan ajaranajaran Islam sesuai dengan yang di pahami dan dilaksanakan 164
Al-Kuttab, Vol. 1, No. 2, Juli - Desember 2013
oleh Rasulullah SAW. Muncul keinginan dari sebagian ulama untuk membukukan sabda-sabda Rasulullah SAW, sekalipun pada awalnya mendapatkan tentangan karena berpegang kepada Hadits yang melarang penulisan bersumber dari Rasul selain Al Qur’an. Namun pada masa Umar bin Abdul Aziz (wafat 675 M) beliau dengan otoritasnya memerintah Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri al-Madani (wafat 695 M) untuk menghimpun hadits dan menulisnya dalam sebuah buku. Dia beralasan bahwa Rasulullah melarang menulis hadits karena di khawatirkan akan tercampur dengan Al Qur’an. Padahal pada waktu ia memerintahkan menulis hadits tidak ada kehawatiran tercampur dengan Al Qur’an, karena Al Qur’an sudh di kodifikasikan dalam bentuk mushaf. Kemudian hadits-hadits tersebut ditulis dan disebarluaskan ke penjuru negeri untuk di jadikan referensi. 2. Kepeloporan Ibn Syihab az-Zuhri di ikuti oleh ulama-ulma lainnya. Pada masa itu hadits menjadi primadona. Banyak ahli hadits yang rela melakukan perjalanan jauh dan melelahkan hanya demi mendapatkan sebuah hadits dan kemudian dihimpun dalam koleksi mereka masing-masing.ahirnya dikenal dengan koleksi Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan at-Trmudzi, dan koleksi-koleksi linnya. Setiap koleksi bisa terdiri dari tiga jilid atau lebih bhkan sampai belasan jilid, sehingga menambah bahan rujukan Islam. 3. Gerakan penerjemahan yang di pelopori oleh Khalifa alMansur dari Daulah Abbasiyah telah membantu dalam penambahan jumlah koleksi pustaka pd waktu itu. Dia memperkejakan orang-orang Persia yang baru masuk Islam untuk menterjemahkan karya-karya berbahasa Persia dalam bidang astrolgi, ketatanegaraan dan politik, moral, seperti Kalila wa Dimma dan Sindhid di terjemahkankedalam bahasan Arab. Selain itu di terjemahkan dari bahasa Yunani seperti Logika karya Aristoteles, lmagest karya Ptolemy, Arithmetic karya Nicomashus, Geometri kary Euclid. Gerakan penterjemahan dilanjutkan khalifah berikutnya, yaitu al-Al Makmun. Ia membayar mahal hasil penterjemahan. 165
Ali Anas Nasution – Perpustakaan Dalam Dunia Islam
Bahan pustaka yang cukup banyak tadi berupa mushaf Al Qur’an maun hadits dan karya-karya terjemahan mendorong penguasa pada waktu itu ntuk mendirikan perpustakaan. Perpustakaan yang resmi berdiri pertama kali untuk publik adalah Baitul Hikmah. Perpustakaan itu bukan saja berfungsi sebagai tempat penyumpanan buku, tetapi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Pada masa Harun al-Rasyid intitusi perpustakaan bernama Khizanah al Hikmah berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Sejak tahun 815M, al-Makmun mengembangkan lembaga itu dengan mengubah namanya menjadi Bait al-Hikmah. Pada masa itu Bait al-Hikmah di gunakan secara lebih maju, yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang di dapat dari Persia, Bizantium, Etiopia, dan India. Direktur perpustakaanya adalah seorang nasionalis persia dan ahli Pahlevi, yaitu Sahl ibn Harun. Pada masa al-Makmun, Bait al-Hikmah ditingkatkan lagi fungsinya menjadi pusat kegiatan studi, riset astronomi dan matematika.4 Disatu sisi perpustakaan Bait al Hikmah ini juga merupakan bagian dari bangunan istana khalifah, yang dilengkapi dengan ruang tersendiri untuk para penyalin, penjilid dan pustakawan.5 Untuk mengetahui perpustakaan pada waktu itu kita tinjau sekilas berdasarkan jenisnya, yaitu sebagai berikut; a. Perpustakaan Umum Perpustakaan jenis ini biasanya didirikan di masjid–masjid agar orang–orang yang belajar di masjid dan pengunjung dapat membaca buku–buku yang mereka perlukan. Kadang – kadang perpustakaan didirikan di masjid dengan maksud agar lembaga pendidikan dapat menampung pelajar–pelajar yang datang untuk mencari ilmu pengetahuan. Perpustakaan umum sangat banyak jumlahnya, barang kali untuk menemukan suatu masjid atau sekolah–sekolah yang tidak memiliki perpustakaan dengan koleksinya yang siap di tela’ah dan muraja’ah bagi pelajar dan peneliti yang sedang mengadakan 4
Philip K. Hitty¸History of The Arabs; froms the earliest time to the present, Terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), hlm. 410 5 Zianuddin Sartar, Tantangan Dunia Islam Abad 21, Terj. AE Priyono dan Ilyas Hassan (Bandung: Mizan, 1991), hlm. 49
166
Al-Kuttab, Vol. 1, No. 2, Juli - Desember 2013
penelitian. Yang termasuk perpustakaan umum adalah sebagai berikut : Baitul Hikmah, Al-Haidariyah di An-Najaf, Ibnu Sawwar di Basrah, Sabur, Darul Hikamah di Kairo, dan Perpustakaanperpustakaan sekolah. Koleksi yang ada pada perpustakaan Umum ini berupa bukubuku ilmu agama Islam dan Bahasa Arab, bermacam-macam ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu,buku-buku terjemah bahasa Yunani, Persia, Qibty dan Arami, menerjemahkan karya-karya umum termasuk literasi humaniora, buku-buku Aristoteles dan Hipocrates juga dilakukan diperpustakaan Umum.6 b. Perpustakaan Semi Umum Perpustakaan semi umum didirikan oleh para khalifah dan raja– raja untuk mendekatkan diri kepada ilmu pengetahuan. Adapun perpustakaan semi umum antara lain; Perpustakaan An-Nashir Li Dinillah, Perpustakaan Al-Muzta’sim Billah, Perpustakaan Khalifah– Khalifah Fathimiyah. Seperti perpustakaan khalifah-khalifah di Cordova. Biasanya koleksi pada perpustakaan semi umum ini terdiri dari kitab-kitab fiqih, nahwu, bahasa, hadits, sejarah, hikayat rajaraja, ilmu perbintangan, kerohanian dan ilmu kimia.7 Ketika arab menaklukkan spanyol, merekamenjadikan kota cardova sebagai ibu kota mereka atau pusat kota mereka, dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban yang tinggi disana. Cardova menjadi kota yang paling besar di Eropa setelah konstantinopel, karena memiliki 200.000 rumah, 600 masjid, dan 900 tempat pemandian umum. Dalam bidang pendidikan, budaya dan lainnya berada dibawah kendali islam, sehingga banyak buku-buku yang diterjemahkan dari bahasa yunani kedalam bahasa arab, yang membantu perkembangan ilmu pengetahuan di perguruan tinggi, sekolah bahkan di perpustakaan yang ada. Sebagai hasilnya kebanyakan orang telah didik oleh para sarjana dan sejarawan di spanyol dan juga di andalusi. Hampir semua orang bisa membaca dan menulis. Kebudayaan dan pendidikan ini mencapai puncaknya dibawah khalifah Al-Hakam II (961-976 M). 6
Mahmud Yunus,Sedjarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Mutiara, 1996), h. 78 Mahmud Yunus, Ibid, h. 80
7
167
Ali Anas Nasution – Perpustakaan Dalam Dunia Islam
Al-Hakam merupakan salah satu sarjana terbaik diantara khalifah islam lainnya, ia membuat sebuah perpustakaan yang sangat bagus dan mengumpulkaan buku-buku yang berisi semua cabang ilmu pengetahuan, perpustakaan ini sangat besar dan luas untuk ukuran di zamanya. Buku-buku yang ada didalam perpustakaan mencapai 400.000 buah dan mempunyai katalog-katalog yang teliti dan sangat teratur, sehingga sebuah katalog khusus berisi diwandiwan syair yang ada di perpustakaan itu mencapai 44 bagian. Di perpusstakaan ini terdapat pula para penyalin buku yang cakap dan penjilid-penjilid buku yang mahir. Pada massa Al-Hakam terkumpul khazanah-khazanah buku yang belum pernah dimiliki seorang pun baik sebelum atau sesudahnya. Hubungan cardova dengan dunia timur (Arab), khususnya syiria dan iraq mengalamai perkembangan pesat. Pemerintah bani umayah II banyak mengambil buku-buku, ilmu dan ilmuan dari timur, demikian pula sebaliknya, para pengembara dan pencari ilmu serta para ilmuan tidak sedikit yang ikut berhijrah dari negeri timur (khususnya Arab, Syiria, dan Iraq) ke Andalusia dan Cardova. Di ibu kota daulah Bani Umayyah II, dibawah pemerintahan Al-Hakam merekalah yang berperan untuk menyebarkan ilmu, pengajar, penulis buku (pengarang), penjual (pebisnis) buku (kitab), sehingga hubungan dan jaringann keilmuan antara dunia Arab (Timur) dengan spanyol, khusus Cardova, Andalusia terjalin dengan baik dan menghasilkan banyak karya-karya keilmuan yang menjadi sumber-sumber kepustakaan islam. Jaringan keilmuan melalui difusi kebudayaan, baik dengan cara melakukan imigrasi, pengembaraan, penyebaran ilmu melalui pendidikan, pengajaran dan penjualan buku-buku, maupun hubungan politik dan diplomasi, menjadi media transformative yang dinamis dan efektifdalam proses perkembangan lanjutan dan kemajuan kepustakaan islam. Fenomena ini menunjukkan bahwa jaringan keilmuan pada masa daulah bani Umayyah II di Cardova, dibangun oleh berbagai segmen dan lapisan (strata) sosial dan multi etnis. Inilah yang kemudian menegaskan bahwa tradisi kepustakaan islam berkembang seiring dengan terjadinya difusi kebudayaan. Difusi kebudayaan itu diperkuat oleh motif kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dari berbagai segmen dan lapisan, yang tidak hanya menjadikan buku sebagai sebuah industri ekonomi, tetapi aset kebudayaan dan 168
Al-Kuttab, Vol. 1, No. 2, Juli - Desember 2013
peradaban islam yang tinggi. Pada masa ini kepustakaan tidak hanya berada di dalam istana kerajaan (daulah), tetapi juga menjamur di berbagai kota di Cardova. Yang menunjukkan suatu perkembangan yang pesat dan kemajuan dalam kepustakaan islam. Demikian juga dengan perpustakaan khalifah di Kairo. Perpustakaan yang pertama di Kairo telah dibentuk oleh khalifah AlAziz (975-996) M, awalnya di Mesir pada saat itu terdapat perkumpulan orang-orang terpelajar yang berdiskusi masalah agama dan berbagai hal lainnya. Dari situlah mereka menemukan modal sehingga didirikanlah sebuah Universitas dan Mesjid yang sangat dikenal yaitu Al-Azhar di Kairo, Al-Aziz sendiri adalah orang yang sangat cinta akan buku. Perpustakaan ini mempunyai 600.000 jilid buku dan 2.400 koran dengan indahnya yang diterangi emas dan perak yang disimpan disebuah ruangan terpisah yang disusun dengan baik di atas perpustakaan, sisa buku lain seperti ilmu hukum, tata bahasa, retorik, sejarah, biografi, astronomi dan ilmu kimia. Yang berada disekitar dinding yang sudah dibagi raknya, masing-masing satu pintu dengan satu kunci, diatas pintu dari tiap bagian telah dipaku daftar semua buku dan dimasukkan pada setiap cabang ilmu pengetahuan. Bahkan Al-Aziz meminta kepada khalil ibnu Ahmad untuk dibuatkan naskah dari kitab An-Ain dan memintanya untuk menjadi pustakawan. Dengan seketika ia menulis 30 naskah yaitu salinan atau tulisan yang dikarang olehnya dan menawarkan sebuah naskah sejarah, dimana ia membayar 100 dinars, didalam perpustakaannya tersebut juga terdapat 20 naskah mencakup salinan pengaran tentang Jambarah ibnu duraid ia mempunyai 100 naskah. c. Perpustakaan Pribadi Perpustakaan ini didirikan oleh ulama–ulama dan para sastrawan, khusus untuk kepentingan mereka sendiri. Perpustakaan ini sangat banyak karena hampir semua ulama dan sastrawan memiliki perpustakaan untuk menjadi sumber dan referensi bagi pembahsan dan penelitian mereka. Perpustakaan jenis ini antara lain; Perpustakaan Al-Fathu Ibnu Haqam, Perpustakaan Hunain Ibnu Ishaq, Perpustakaan Ibnul Harsyab, Perpustakaan Al Muwaffaq Ibnul Mathran, Perpustakaan Al-Mubasysir Ibnu Fatik, Perpustakaan Jamaluddin Al Qifthi. 169
Ali Anas Nasution – Perpustakaan Dalam Dunia Islam
Seperti perpustakaan Bangsawan di Bukhara. Dinasti Samanid mengembangkan kebudayaan yang sangat tinggi dan pendidikan di provinsi tran-oxana (dibagian tenggara rusia sekarang) dan salah satu raja terhebat mereka adalah Sultan Nuh ibn Mansur pada abad ke 10. Diantara keunggulan ibu kota bukhara adalah perpustakaan bangsawan yang dikumpulkan oleh leluhr-leluhur mereka. Perpustakaan ini memperoleh tempat terhormat dimana para sarjana-sarjana hebat avicenna mendapatkan ilmu pengetahuan. Dokter dan sarjana terkenal, abu ali ibn sina dikenal sebagai avicenna. Abu Ali Al Husain Ibn Abdullah Ibn Sina adalah nama lengkap ibn sina, yang lebih dikenal sebagai “Avicenna” oleh masyarakat barat. Ia lahir pada tahun 980 M atau 370 H. Di Afshinah, sebuah desa kecil tempat asal ibunya, didekat bukhara. Perpustakaan pada awal kejayaan Islam menunukkan perannya dalam menunjang pendidikan umat. Perpustakaan yang di kelola oleh orang-orang Islam tidak hanya memperhtikan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan keagamaan, seperti masalah ibadah dan teologi, tapi juga mengelola disiplin ilmu yang lain seperti kedokteran, sosial, politik dan sebagainya. Berbagai peran perpustakaan pada masa peradaban Islam yaitu; a. Pusat Belajar (Learning Center) Setelah masa Khulafaur-Rasyidin, peradaban Islam berkembang dengan pesat. Perkembngan itu antara lain adalah proses pendidikan tertama pada masa Umaiyah dan Abbasiyah. Pada masa ini gairah dan apresiasi umat pada perpustakaan sangat tinggi. Mereka membangun perpustakaan, baik umum, khusus maupun perpustakaan pribadi. Sehingga tidak heran banyak masjid dan sekolah memiliki perpustakaan. Mereka menganggap bahwa perpustakaan sama pentingnya dalam membangun ilmu pengetahuan. Bahkan fungsi perpustakaan kadang-kadang tidak dapat di bedakan dengan fungsi lembaga pendidikan karena samasma memberikan smbangan dalam pengajaran kepada umat. b. Pusat Penelitian Sesungguhnya peran penelitian yang dilakukan oleh perpustakaan pada masa awal Islam sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai peristiwa, misalnya utusan khalifah-khalifah atau 170
Al-Kuttab, Vol. 1, No. 2, Juli - Desember 2013
raja-raja untuk membahas suatu bidang ilmu tertentu di perpustakaan-perpustakaan yang terkenal memiliki koleksi yang cukup besar dan lengkap seperti Baitul Hikmah dan Darul Hikmah. Disamping itu, para peneliti dan cendekiawan yang mencoba mengembangkan suatu ilmu yang berkaitan dengan keahliannya. Banyak di antara mereka yang melakukan perjalanan dari suatu perpustakaan ke perpustakaan lain untuk merumuskan dan melakukan penemuan-penemuan baru. Tentu saja aktivitas semacam ini tidak pernah terhenti sampai sekarang dan begitu pula pada masa datang selama perpustakaan menjalankan fungsinya sebagai sumber informasi. c. Pusat Penerjemahan Suatu hal yang amat menarik adalah di mana perpustakaan pada masa itu menjadi jembatan dari kebudayaan. Misalnya, kebudayaan dan ilmu pengetahuan Yunani Kuno diterjemahkan ke dalam bahasa Arab untuk dipelajari oleh masyarakat. Dalam konteks ini perpustakaan menjadi sponsor atas semua kegiatan tersebut. Aktivitas semacam ini telah mendapatkan respon positif sehingga para penerjemah memperoleh status yang baik dalam masyarakat. Situasi ini mulai pada saat didirikannya perpustakaan yang pertama dalam dunia Islam. Menurut Kurd Ali, orang yang pertama kali menekuni bidang ini ialah Chalid Ibnu Jazid (meninggal tahun 656 M). Di lain sumber dikatakan bahwa Ibnu Jazid telah mencurahkan perhatiannya terhadap buku lama, terutama dalam ilmu kimia, kedokteran dan ilmu bintang. Misalnya dalam bidang penerjemahan, aktivitas penerjemahan mencapai puncaknya pada masa al-Makmun, khalifah ini juga seorang cendikiawan yang sangat besar perhatiannya kepada ilmu pengetahuan.8 d. Pusat Penyalinan Salah satu hal yang dapat dibanggakan oleh kaum Muslimin yaitu sejak dari abad pertengahan telah dirasakan pentingnya bagian percetakan dan penerbitan dalam suatu perpustakaan. Oleh karena itu alat-alat percetakan sebagaimana yang kita lihat di abad modern 8
Munthoha dkk, Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta; UII Press, 2002), h. 40
171
Ali Anas Nasution – Perpustakaan Dalam Dunia Islam
ini belum ada di masa itu, maka untuk mengatasi hal ini mereka adakan seleksi penyalinan pada tiap-tiap perpustakaan. Penyalinan buku itu diselenggarakan oleh penyalin-penyalin yang terkenal kerapihan kerja dan tulisannya. Kemunduran dan kehancuran perpustakaan di era peradaban Islam mengikuti kejatuhan wilayah-wilayah muslim setelah pertarungan fisik melawan musuh-musuhnya. Misalnya perpustakaan di Tripoli di hancurkan oleh tentara perang Salib atas komando seorang rahib yang tak senang saat melihat banyak Al Qur’an di perpustakaan tersebut. Di samping itu perpustakaan terkenal lainya, seperti milik Sultan Nuh Ibn Mansur yang dibakar setelah filosuf besarnya menyelesaikan penelitiannya di tempat itu. Kenyataan itu menimbulkan tuduhan bahwa cendikiawan sendiri yang membakar perpustakaan setelah menguasai isi keilmuan yang terkandung dalam perpustakaan tersebut. Peristiwa lainya terjadi pada tahun 1258M ketika sekelompok bangsa Mongol dan Tartar menjarah kota Baghdad dan membakar perpustakaanya. Penutup Demikianlah umat Islam berkembang dengan pesat pada awalnya seiring dengan perkembangan perpustakaan dan mundurnya umat Islam bersamaan dengan mundurnya perpustakaan. Dengan demikian cara untuk memajukan peradaban umat Islam adalah salah satunya dengan memajukan perpustakaan yaitu dengan membina perpustakaan dan meningkatkan kesadaran umat Islam akan pentingnya ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya. Daftar Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1989 Litian DTedjasudhana, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta; PT Cipta Adi Pustaka, 1990 Mahmud Yunus,Sedjarah Pendidikan Islam, Jakarta: Mutiara, 1996 Munthoha dkk, Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta; UII Press, 2002
172
Al-Kuttab, Vol. 1, No. 2, Juli - Desember 2013
Philip K. Hitty¸History of The Arabs; froms the earliest time to the present, Terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta; PT. Gramedia, 1993 Zianuddin Sartar, Tantangan Dunia Islam Abad 21, Terj. AE Priyono dan Ilyas Hassan, Bandung: Mizan, 1991
173