1
2
3
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, nama
: ANDI AYU FRIHATNI
NIM
: A31110014
jurusan/program studi
: AKUNTANSI/ S1
dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul EFEK MODERASI PROFITABILITAS TERHADAP HUBUNGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DENGAN NILAI PERUSAHAAN adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila dikemudian hari ternyata didalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undanngan yang berlaku (UU No. 20 tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)
Makassar, 30 Januari 2014 Yang membuat pernyataan,
Andi Ayu Frihatni
v
vi
PRAKATA
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skiripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Peneliti mengucapkan banyak terima ksih kepada semua pihak yang telah memabntu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pertama-tama, ucapan terima kasih peneliti berikan kepada bapak Drs. H. Harryanto, M. Com, Ph.D sebagai dosen pembimbing I dan ibu Rahmawati HS, SE., M.Si, Ak sebagai dosen pembimbing II atas waktu yang telah diluangkan untuk membimbing, memberikan motivasi, dan memberikan bantuan berupa literatur-literatur, serta diskusi-diskusi yang dilakukan dengan peneliti. Ucapan terima kasih juga peneliti tujukan kepada para penguji yaitu bapak Dr. Darwis Said, SE, M. SA, Ak, Drs. H. Muallimin, M. Si., beserta ibu Dra. Hj. Sri Sundari, M. Si, Ak. atas saran yang diberikan kepada peneliti pada saat seminar proposal. Hal yang sama juga peneliti sampaikan kepada Bapak/Ibu yang bekerja di pojok Bursa Efek Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin yang telah memberi andil dalam pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terima kasih kepada Ayah, ibu beserta saudara-saudara peneliti atas bantuan, dukungan, nasehat, motivasi serta doa yang
vi
vii
diberikan selama penelitian skripsi. Terima kasih kepada keluarga besar Bapak Ir. Sofyan Nurdin Kasim yang telah memberikan motivasi, nasehat dan masukan selama menyelesaikan skripsi. Terima kasih peneliti kepada seseorang yang terspesial yaitu Andika Putra yang telah memberikan semangat, saran, serta doa dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih buat teman-teman dan sahabat saya dari (Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi, teman-teman Pioneer 2010, serta teman-teman dari IMA (Ikatan Mahasiswa Akuntansi), teman-teman dari FKBS (Forum Kampung Bahasa Sulawesi), teman-teman yang waktu di lokasi KKN kec. Sendana Kab. Majene Sulawesi Barat yang selalu memberikan dukungan dan semangat yang terpatri buat peneliti. Terkahir, terima kasih kepada sahabatsahabatku yaitu Andi Muh. Arif, Faizah Syafira Maricar, Windawati Alwi, Annisa Mega Mesisa, Nhisa, Mulhy, Nardi, Samir, Fitri, Ulfa, dan Ani yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, serta doa kepada peneliti daam menyelesaikan skripsi. Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun telah banyak menerima bantuan berupa saran dari berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan-kesalahn dalam skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan. Kritik dan saran yang membangun akan lebih menyempurnakan skripsi ini. Makassar, 30 Januari 2014 Peneliti
vii
viii
ABSTRAK Efek Moderasi Profitabilitas Terhadap Hubungan Corporate Social Responsibility dengan Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) The Moderating Effect of Profitability on the Relationship between the Corporate Social Responsibility and Firm Value (Study Empiris at Companies Manufacturing in Bursa Efek Indonesia)
Andi Ayu Frihatni H. Harryanto Rahmawati Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan dan (2) Pengaruh profitabilitas terhadap hubungan CSR dengan nilai perusahaan. Sampel penelitian ini terdapat 35 perusahaan mufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas sebagai variabel moderasi berpengaruh positif terhadap hubungan CSR dengan nilai perusahaan. Kata kunci:Corporate Social Responsibility, Nilai Perusahaan, Profitabilitas The aims of this research are to know: (1) The influence of CSR to firm value and (2) The influence of Profitability as the moderating variable in relations between CSR with firm value. This research sample are 35 companies on manufacture sector in 2012 by using method of purposive sampling. The analysis method of this research is multyple regression analysis. The result of research show that the effect of CSR on firm value was significant. Then profitability as the moderating variable in relation between CSR and firm value was significant too. Keywords:Corporate Social Responsibility, Firm Value, Profitability
ix viii
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PRAKATA ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
i ii iii iv v vi viii ix xi xii xiii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoretis 1.4.2 Manfaat Praktis 1.5 Sistematika Penulisan
1 1 6 6 6 6 7 7
BAB II
LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori dan Konsep 2.2 Kerangka Konseptual 2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu 2.4 Perumusan Hipotesis
10 10 33 33 36
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi 3.2.2 Sampel 3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data 3.3.2 Sumber Data 3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.6 Analisis Data 3.6.1 Uji Asumsi Klasik 3.6.2 Statistik Deskriptif 3.6.3 Analisis Regresi 3.6.4 Pengujian Hipotesis 3.6.3.1 Koefesien Determinasi
40 41 41 41 41 42 42 42 42 42 43 43 44 44 45 46
ix
x
3.6.3.2 Uji Statistik F 3.6.3.3 Uji Statistik t 3.6.3.4 Uji Efek Moderasi
46 47 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
50
BAB V
66 66 67 67
PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.3 Keterbatasan Penelitian 5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
68
LAMPIRAN
73
x
xi
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
4.1
Sampel Penelitian Tahun 2012
51
4.2
Daftar Nama Perusahaan dan Luas Pengungkapan CSR Tahun 2012
51
4.3
Statistik Deskriptif
53
4.4
Uji Multikolinieritas
55
4.5
Uji Heteroskedastisitas
56
4.6
Persamaan I Koefisien Determinasi
59
4.7
Persamaan II Koefisien Determinasi
59
4.8
Persamaan I Hasil Uji F
60
4.9
Persamaan II Hasil Uji F
60
5.0
Hasil Estimasi Analisis Regresi Berganda
61
xi
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
4.1
Uji Heteroskedastisitas
56
4.2
Uji Normalitas
57
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1
Daftar Pengungkapan CSR
73
2
Daftar Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012
78
3
Rekapitulasi ROE dan Tobin’s Q
81
4
Persamaan I Hasil Regresi
84
5
Persamaan II Hasil Regresi
86
6
Daftar Gambar
88
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pengambilan keputusan ekonomi dengan hanya melihat kinerja
keuangan suatu perusahaan dianggap sudah tidak lagi relevan. Maraknya perusahaan multinasional yang berkembang dan membutuhkan akuntabilitas yang baik, berkembangnya aktivis dan lembaga swadaya masyarakat, serta kemajuan teknologi komunikasi telah mendorong dan menuntut perusahaan untuk dapat memberikan pertanggungjawaban sosialnya kepada masyarakat dalam upaya menarik perhatian para investor, sehingga dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan aspek sosial, lingkungan, maupun ekonomi. Sarana yang dapat memenuhi kebutuhan informasi ini berupa laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial yang terpisah (Sembiring, 2005). Selain itu, naik turunnya nilai perusahaan juga dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan. Octavia (2012) menyatakan bahwa semakin besar profitabilitas yang dihasilkan dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan kepentingannya sendiri. Sehingga, beberapa penelitian menjadikan profitabilitas sebagai variabel moderasi dalam hubungan corporate social responsibility dengan nilai perusahaan. Kecenderungan pelaksanan corporate social responsibility dalam tujuan meningkatkan nilai perusahaan dipengaruhi oleh jenis industri yang dijalankan oleh perusahaan. Jenis industri dapat dibagi menjadi dua yaitu industri high profile dan industri low profile. Yao, Wang, dan Song (2011) menyatakan bahwa
1
2
perusahaan yang termasuk dalam industry berkategori high profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang termasuk dalam industri berkategori low profile. Sebuah perusahaan yang baik harus mampu mengontrol potensi finansial maupun potensi non finansial di dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk eksistensi perusahaan dalam jangka panjang. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan (Yao, Wang, dan Song,2011) Berbeda
dengan
pandangan
menurut
Brigham
(2001)
yang
menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown (2004) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas pemegang saham yang beredar. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham dan profitabilitas. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini, namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008) karena nilai pasar dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi pula kemakmuran pemegang saham. Secara umum, para pemodal menyerahkan pengelolaan nilai perusahaan kepada para professional seperti manajer ataupun komisaris.
3
Kebijakan yang diambil manajemen dalam upaya peningkatan kemakmuran pemegang saham membuat investor berkepentingan dengan analisis nilai perusahaan, sebab analisis nilai perusahaan akan memberikan kebermanfaatan informasi kepada investor dalam menilai prospek perusahaan di masa depan dalam menghasilkan keuntungan. Bagi perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang baik akan memberikan sinyal yang positif terhadap naiknya harga saham. Indonesia tidak ketinggalan untuk menekankan penerapan CSR bagi perusahaan. Pada tanggal 20 Juli 2007, disahkan UU penerapan CSR yang dilaksanakan melalui peraturan pemerintah (PP). Ketentuan itu sudah ditetapkan dalam UU Perseroan Terbatas (PT), UU Investasi dan UU Minerba (Mineral dan Batubara). Peraturan baru ini ditanggapi dengan berbagai respon oleh dunia usaha Indonesia Suara kontra beralasan jika perusahaan dituntut melakukan aktivitas CSR, maka hal tersebut akan menambah biaya operasional, sementara jika tidak dilakukan, akan mendapat sanksi. Suara yang pro menyatakan memang sudah seharusnya perusahaan melakukan CSR sebagai kewajiban tanpa harus dibuatkan peraturan, seperti halnya di luar negeri. Hal ini memperlihatkan bahwa komunitas bisnis Indonesia masih belum yakin bahwa aktivitas CSR akan memberikan dampak positif bagi tujuan utama mereka, yaitu penciptaan kesejahteraan pemegang saham. Pro dan kontra mengenai penerapan CSR semacam itu memang telah ada sejak dahulu. Perihal yang masih terus menjadi pertanyaan adalah: apakah penciptaan nilai bagi pemegang saham utama konsisten dengan pencapaian tujuan dari stakeholder lainnya, seperti: pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Menurut Friedman (1970:122-126), pandangan bahwa perusahaan
4
harus melakukan tanggung jawab sosial merupakan kesalahan konsep fundamental dari sifat dan karakter ekonomi bebas. Dalam ekonomi bebas, hanya ada satu tanggung jawab sosial perusahaan sebagai pelaku bisnis, yaitu: menggunakan sumber daya dan melakukan aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keuntungan perusahaan selama mungkin. Dalam penelitian ini untuk meningkatkan keuntungan perusahaan digunakan rasio Tobin’s Q. Menurut penulis, paradigma yang dianut oleh banyak perusahaan tersebut adalah profit oriented. Perusahaan yang dapat memperoleh laba yang besar dapat dikatakan berhasil atau memiliki kinerja keuangan yang baik. Sebaliknya apabila laba yang diperoleh perusahaan relatif kecil, maka dapat dikatakan perusahaan kurang berhasil atau kinerja yang kurang baik. Hal ini dikarenakan profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan. Paradigma ini didukung dengan adanya political theory, signaling theory, legitimacy theory, dan stakeholder theory. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali apakah hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya dan perbedaan penjelasan teori hubungan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian ini, selain bertujuan untuk mengetahui hubungan antara corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan, juga bertujuan untuk mengetahui apakah profitabilitas sebagai variabel moderasi memiliki hubungan antara corporate social responsibility dengan nilai perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Periode yang digunakan yaitu 2012. Profitabilitas dipilih sebagai variabel moderasi dalam penelitian ini karena masih sedikit penelitian yang mengunakan profitabilitas sebagai variabel variabel yang diduga berpengaruh secara moderasi (memperkuat atau
5
memperlemah) hubungan corporate social responsibity dengan nilai perusahaan. Calon investor dalam pengambilan keputusan investasi akan mempertimbangkan profitabilitas yang dicapai pada oleh perusahaan disamping kinerja dan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan. Sehingga pada akhirnya hal ini diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan (harga saham tinggi) karena banyaknya permintaan investasi saham oleh para investor atas keputusan investasi di perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memilih judul “Efek Moderasi Profitabilitas terhadap hubungan Corporate Social Responsibility dengan Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012)”
Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang diungkapkan di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini yaitu: 1.
Apakah corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
2.
Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap hubungan corporate social responsibility dengan nilai perusahaan
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, maka peneliti bertujuan melakukan uji empiris untuk menemukan: 1.
Pengaruh positif Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan
2.
Pengaruh
positif
profitabilitas
terhadap
responsibility dengan nilai perusahaan
hubungan
corporate
social
6
1.4 Manfaat Teoritis dan Praktis 1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat penelitian ini secara teoretis adalah sebagai berikut: 1. Mampu mengembangkan teori-teori efek moderasi terhadap hubungan corporate social responsibility dengan nilai perusahaan. 2. Mampu mengembangkan konsep corporate social responsibility, nilai perusahaan dan profitabilitas.
1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat/kegunaan antara lain: 1
Bagi manajemen perusahaan, dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui kemajuan dan kinerja perusahaan melalui nilai perusahaan.
2
Bagi perusahaan sejenis, dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya corporate social responsibility di dalam laporan yang disebut sustainibility
reporting
dan
sebagai
pertimbangan
dalam
pembuatan
kebijaksanaan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan sosial. 3
Bagi investor, akan bisa memilih perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang
baik
dengan
mempertimbangkan
masing-masing
aspek
yaitu
profitabilitas dan corporate social responsibility sehingga memiliki keputusan yang tepat dalam berinvestasi. 4
Bagi masyarakat, akan memberikan stimulus secara proaktif sebagai pengendali atas perilaku-perilaku perusahaan dan semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak yang harus diperoleh dari barang dan jasa yang mereka gunakan.
7
5
Bagi akademis, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan referensi dalam melakukan penelitian yang sama.
Sistematika Penulisan Bab I pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. Didalam latar belakang dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik maupun praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Rumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam peneltian. Kegunaan penelitian menggambarkan manfaat dan diperolehnya sasaran hasil penelitian, baik dihubungkan dengan kegunaan teoretis maupun praktis. Sistematika penulisan menjelaskan secara garis besar isi setiap bab, sub-bab serta anak sub-bab. Bab II tinjauan pustaka terdiri atas tinjauan teori dan konsep, kerangka pemikiran, tinjauan penelitian terdahulu dan perumusan hipotesis. Tinjauan teori dan konsep bertujuan untuk memberikan gambaran teoretis terhadap variabel yang diteliti. Kerangka pemikiran merupakan alur yang menggambarkan proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk hubungan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan cara pengukurannya serta hasil penelitian yang diharapkan. Tinjauan penelitian terdahulu menggambarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi kebenarannya.
8
Bab III metode penelitian terdiri atas rancangan penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan defenisi operasional, analisis data, serta pengujian hipotesis. Rancangan penelitian merupakan strategi untuk mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid, sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Populasi dan sampel berisi tentang identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, besarnya sampel, serta prosedur dan teknik pengambilan sampel. Jenis dan sumber data merupakan pemilihan teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian. Teknik pengumpulan data digunakan dalam mengumpulkan data disesuaikan dengan jenis dan sumber data penelitian. Variabel penelitian dan operasional penelitian mengacu pada bagaimana mengukur suatu variabel. Analisis data merupakan uraian jenis analisis statistik yang digunakan. Pengujian hipotesis merupakan interpretasi atas angka statistik. Bab IV hasil dan pembahasan berisi tentang deskripsi data dan pembahasan. Dalam deskripsi data untuk masing-masing variabel yang dilaporkan hasil penelitian yang telah diolah dengan teknik statistik deskriptif dengan merujuk pada rumusan masalah atau tujuan penelitian. Pembahasan merupakan argumentasi yang bertujuan menjawab masalah dalam penelitian, atau menunjukkan bagaimana tujuan penelitian dicapai, menafsirkan temuantemuan penelitian, mengintegrasikan temuan penelitian kedalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan dan memodifikasi teori yang ada atau menyususn teori baru. Bab V penutup berisi tentang simpulan dari penelitian yang menjawab seluruh pertanyaan, saran-saran untuk penelitian selanjutnya, serta keterbatasan penelitian yang berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika, dan
9
kepercayaan yang memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang diinginkan.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teori dan Konsep
2.1.1 Tinjauan Teori Sejumlah teori telah digunakan untuk menjelaskan profitabilitas terhadap hubungan corporate social responsibility dengan nilai perusahaan. Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu entitas yang beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri,2007). Clarkson (1994) mendefenisikan stakeholder menjadi stakeholder primer dan sekunder. Stakeholder primer merupakan pihak dimana tanpa partisipasinya secara berkelanjutan, organisasi tidak dapat bertahan. Contoh stakeholder primer yaitu investor, pekerja, pelanggan, dan pemasok. Sedangkan stakeholder sekunder didefenisikan sebagai pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tetapi mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu berarti untuk kelangsungan hidup perusahaan. Contoh stakeholder sekunder yaitu pemerintah dan media massa. Keberhasilan usaha suatu perusahaan ditentukan oleh manajemen perusahaan yang berhasil dalam membina hubungan antara perusahaan dengan para stakeholder. Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dilihat sebagai dialog antara manajemen dengan pemangku kepentingan (stakeholder). Lujun (2010) dalam penelitiannya berpendapat bahwa selama beberapa dekade terakhir, isu lingkungan mendapat perhatian lebih banyak dari pemangku
10
11
kepentingan. Oleh karena itu, luas ruang perusahaan dengan kinerja lingkungan yang buruk semakin kecil. Perusahaan perlu memberikan informasi kepada stakeholder relevan tentang posisi, upaya, dan prestasi tanggung jawab sosial, lingkungan dan ekonomi. Para stakeholder dan pihak publik lainnya juga diharapkan dapat memahami tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan untuk pengambilan keputusan. Menurut teori pemangku kepentingan (stakeholder theory) terdapat hubungan positif antara corporate social responsibility dengan nilai perusahaan (Kusumadilaga 2010). Teori ini berpendapat bahwa dengan menyesuaikan pada berbagai kepentingan stakeholder, maka akan menimbulkan kepuasan kepada mereka. kepuasan stakeholder dapat dicapai dengan berbagai cara, salah satunya
adalah
peningkatan
tanggungjawab
sosial
yang
berkelanjutan.
Penelitian yang dilakukan Orlitzky, et al (2003) dalam Lujun (2010) juga menyatakan bahwa kinerja dan tanggung jawab sosial lingkungan adalah suatu jenis investasi. Oleh karena itu, hal tersebut dapat menciptakan peluang untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Jurnal teoritis pertama yang dapat diaplikasikan dengan kerangka kerja RBV (resource based view of the firm) untuk tanggung jawab sosial perusahaan adalah Hart (1995:986-1014), yang berfokus hanya pada tanggung jawab sosial lingkungan. Hart menyatakan bahwa, untuk tipe perusahaan tertentu, tanggung jawab sosial lingkungan dapat dilakukan dengan suatu sumber daya atau kemampuan yang mengarahkan pada keuntungan kompetitif berkelanjutan. Russo dan Fouts (1997:534-559) menguji teori ini secara empiris menggunakan data tingkat perusahaan dalam profitabilitas akuntansi dan lingkungan dan menemukan bahwa perusahaan dengan tingkatan lebih tinggi dalam kinerja
12
lingkungan
memiliki
kinerja
finansial
superior,
dimana
mereka
menginterpretasikan konsistensi dengan teori RBV. Menggunakan kerangka kerja RBV, model teori perusahaan yang lebih formal dari CSR “memaksimalkan profit” ditempatkan dalam McWilliams dan Siegel (2001:117-127). Penulis-penulis ini menekankan pada model sederhana dimana dua perusahaan memproduksi produk identik, kecuali bahwa satu perusahaan memberikan atribut “sosial” tambahan atau fitur pada produknya, yang mana lebih bernilai bagi sebagian konsumen atau secara potensial, oleh stakeholder.
Pada
model
ini,
manajer
harus
melakukan
analisis
biaya/keuntungan untuk menentukan tingkat sumber daya yang dialokasikan untuk aktivitas/atribut CSR. Yang mana, mereka nilai dari permintaan untuk CSR dan juga mengevaluasi biaya untuk memenuhi permintaan ini. Teori dari perspektif perusahaan pada CSR memiliki beberapa implikasi strategis. Pertama adalah CSR dapat menjadi elemen integral suatu bisnis perusahaan dan strategi diferensiasi tingkat korporat. Karenanya, harus dipertimbangkan sebagai bentuk investasi strategis. Bahkan ketika ini tidak secara langsung terkait pada suatu fitur produk atau proses produksi, CSR dapat dinilai sebagai suatu bentuk membangun atau memperbaiki reputasi. Implikasi strategi kedua dari perspektif teori perusahaan adalah ini dapat diaplikasikan RBV secara logis ke dalam CSR, yang mana dimungkinkan untuk membuat serangkaian prediksi terkait pola investasi dalam CSR sesuai firma dan industri. Sebagai contoh, kami mengharapkan untuk mengobservasi korelasi positif antara CSR, Resource & Development serta periklanan (McWilliams dan Siegel, 2000:603-609). Perluasan dari perspektif teori perusahaan ini, dapat kita temukan lebih jelas dalam implikasi strategis CSR. Secara khusus, (McWilliams dan Siegel, 2000) berharap untuk memfokuskan pada masalah terkait evolusi
13
industri, struktur pasar, dinamika perusahaan, dan peranan informasi asimetris dalam konteks CSR. Freeman (1984) dalam teori stakeholder menegaskan bahwa manajer harus memuaskan beragam konstituen (misalnya pekerja, konsumer, suplier, organisasi komunitas lokal) yang dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan. Sesuai dengan pandangan ini, tidak cukup bagi para manajer untuk hanya fokus pada
kebutuhan
stokholder,
atau
pemilik
korporat.
Teori
stakeholder
mengimplikasikan bahwa merupakan hal yang menguntungkan bagi perusahaan untuk melakukan aktivitas CSR agar stakeholder non financial merasa penting, tanpa hal ini kelompok mungkin mundur dan tidak lagi mendukung perusahaan. Teori
Stakeholder
menurut
Donaldson
dan
Preston
(1995:65-91)
merupakan teori yang menekankan dimensi moral dan etika dari CSR, sebagaimana kasus bisnis untuk aktivitas terkait seperti ini. Perspektif lainnya yang didasarkan pada ide bahwa terdapat moral yang harus ada pada para manajer agar melakukan hal yang benar, tanpa memperhatikan bagaimana keputusan tersebut akan mempengaruhi kinerja finansial perusahaan. Disis lain teori stakholder memiliki hubungan dengan teori sinyal (signaling theory). Sebagaimana teori signal menurut Lujun (2010) bahwa perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik memiliki insentif untuk mengungkapkan informasi lingkungan dalam laporan tahunan. Menurut sugiarto (2008) manajer yang memiliki informasi yang baik tentang perusahaan berupaya menyampaikan informasi tersebut kepada investor luar agar saham perusahaan meningkat. Investor, kreditur dan stakeholder perusahaan lainnya akan mengharapkan perusahaan memiliki tanggung jawab baik sosial, lingkungan maupun ekonomi yang baik sehingga dapat meningkatkan harga saham atau aliran kas perusahaan mereka. Tidak adanya tanggung jawab sosial dapat menandakan
14
ada sebuah tingkat resiko yang lebih tinggi dan biaya berkaitan dengan regulasi dimasa yang akan datang. Pelaksanaan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) yang baik dan keputusan perusahaan untuk menerbitkan laporan pertanggungjawaban sosial menandakan adanya pengurangan resiko, karena dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan akan meningkatkan transparansi (kemudahan dalam mengakses kinerja sosial, ekonomi, maupun lingkungan) oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Transparansi laporan pertanggung jawaban sosial (corporate social responsibility) perusahaan yang dapat diandalkan akan menimbulkan respon positif dari investor berupa keputusan investasi pembelian saham perusahaan. Investor akan lebih tertarik kepada perusahaan yang melakukan kinerja dan tanggung jawab sosial perusahaan secara berkelanjutan. Sehingga apabila hal tersebut terus dilaksanakan oleh perusahaan maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Selain perusahaan berupaya untuk menyampaikan informasi yang baik serta memiliki tanggung jawab baik sosial, lingkungan maupun ekonomi yang baik sehingga dapat meningkatkan harga saham atau aliran kas perusahaan mereka disisi lain juga perusahaan perlu memperhatikan nilai atau norma yang yang ada dalam masyarakat yang dimaksud sebagai teori legitimasi. Teori legitimasi berasal dari konsep legitimasi organisasi yang lebih dahulu didefenisiskan oleh Dowling and Pfeffer (1975) dalam Ghutrie (2006) sebagai berikut: “…..a condition or status which exists when an entity’s value is congruent with the value system of the larger social system of which the entity is apart. When a disparity, actual or potential exists between the two value systems, there is a threat to the entity’s legitimacy” Perusahaan sebagai bagian dari masyarakat dalam menjalankan kegiatan operasional memiliki kewajiban untuk menaati dan bertindak sesuai dengan nilai
15
atau norma dan peraturan yang ada dalam masyarakat agar perusahaan dikatakan sebagai perusahaan yang legitimasi/sah. Ketika perusahaan tidak menaati peraturan atau norma yang ada dalam masyarakat, maka terdapat ancaman bagi keberlangsungan kehidupan perusahaan, sehingga organisasi atau perusahaan akan terus berusaha untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dalam batas norma-norma dan peraturan yang ada di dalam masyarakat. Dari waktu ke waktu harapan masyarakat senantiasa mengalami perubahan atau dapat dikatakan bersifat tidak permanen. Oleh karena itu kondisi kontrak sosial yang berada dibawah persetujuan masyarakat juga berubah dari waktu ke waktu. Hal ini mengharuskan perusahaan bertindak responsive terhadap lingkungan dimana mereka beroperasi (Deegan, 2000 dalam Guthrie, 2006). Suatu kondisi atau status yang terjadi manakala sistem nilai suatu entitas sesuai dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar yang merupakan bagian dari entitas tersebut. Sehingga apabila terjadi perbedaan dari kedua sistem tersebut akan dapat mengancam legitimasi entitas itu sendiri. Walaupun perusahaan berupaya untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui informasi yang baik serta aturan yang berlaku didalam masyarakat, perusahaan juga sebaiknya melakukan survei terhadap dampak sosial yang terjadi sebagaiaman teori ekonomi politik (political economic theory) menyatakan bahwa tidak hanya fokus kepada kepentingan ekonomi dan pemaksimalan kesejahteraan yang dilakukan perusahaan, melainkan juga menjelaskan mengapa perusahaan perlu merespon setiap public pressure terhadap informasi mengenai dampak sosial. Teori institusional dan teori ekonomi klasik juga telah diaplikasikan
pada
CSR
dalam
jurnal
Jones
(1995:404-437).
Penulis
menyimpulkan perusahaan turut serta dalam transaksi berulang dengan
16
stakeholder dengan dasar kepercayaan dan kerjasama akan memotivasi untuk jujur, dapat dipercaya, dan etis karena timbal balik akan perilaku seperti ini sangatlah
tinggi.
Pendekatan
institusional
juga
telah
digunakan
untuk
menganalisis tanggung jawab sosial lingkungan. Lebih spesifik lagi, Jennings dan Zandbergen (1995) menganalisis peranan dari institusi dalam membentuk konsensus dalam sebuah perusahaan terkait pendirian dari organisasi keberlangsungan ekologis. Akhirnya, jurnal terbaru dari Waldman, Siegel, dan Javidan (2005) mengaplikasikan teori kepemimpinan strategis dalam CSR. Penulis
ini
memperkirakan
bahwa
sejumlah aspek
dari kepemimpinan
transformasional akan berkorelasi positif dengan kecenderungan perusahaan untuk terikat pada CSR dan para pemimpin ini akan menggunakan aktivitas CSR secara strategis. Penulis pada awalnya menekankan konteks penggunaan CSR untuk mendiferensiasikan produk, ini penting untuk membedakan antara dua tipe dari diferensiasi produk. Yang pertama adalah diferensiasi vertikal yang muncul ketika kebanyakan konsumen memilih satu produk dibandingkan produk lainnya. Hal yang lain seimbang, kebanyakan konsumen memilih kendaraan yang lebih hemat bahan bakar. Dalam konteks CSR, situasi seperti ini dapat terjadi ketika hal ini jelas dalam pikiran konsumen bahwa produk dengan karakteristik CSR lebih baik ketimbang produk tanpa karakteristik seperti itu. Sebagai contoh, versi “hibrid” dari Honda Accord menimbulkan polusi yang lebih sedikit ketimbang Honda Accord yang standar. Maka, jelaslah bagi kebanyakan konsumen bahwa mobil hibrid lebih baik daripada model standar. Beberapa konsumen rela membayar lebih untuk bahan bakar mobil hibrid, memberikan citra bahwa karakteristik polusi yang lebih sedikit adalah sesuatu yang “bernilai” bagi mereka. Tipe diferensiasi ini dapat memperkuat atau menjaga reputasi dari perusahaan
17
yang memberikan nilai tambah dalam hal menempatkan perusahaan pada permintaan pasar tertentu (Fombrun & Shanley, 1990:233-258). Sebaliknya, diferensiasi horisontal muncul ketika beberapa konsumen memilih suatu produk tertentu, tetapi prefensi mereka didasarkan pada selera, ketimbang pada kualitas. Sebagai contoh, beberapa konsumen memilih kendaraan tertentu karena warnanya. Tipe diferensiasi ini tidak berkontribusi terhadap reputasi perusahaan dan tidak membuat perusahaan mendapatkan nilai tambah dari harga premium. Diferensiasi horisontal juga berlaku pada perbedaan merek. Sebagai contoh, beberapa konsumen memilih Coke dibanding Pepsi, sementara yang lainnya berpikir sebaliknya. Sebagai
perbandingan
dengan
kemudahan
menilai
atribut
CSR,
konsumen seringkali menemukan kesulitan untuk menilai jika suatu operasi internal perusahaan memenuhi standar moral dan politik mereka untuk tanggung jawab secara sosial. Tingkat informasi asimetris terkait operasi internal dapat dimediasi oleh perusahaan itu sendiri atau oleh aktivisnya. Sebagai contoh, perusahaan seperti McDonalds, Motorola, dan Nike mempublikasikan laporan tahunan untuk tanggung jawab sosial. Seseorang dapat menilai aktivitas ini sebagai bentuk periklanan, khususnya untuk tipe CSR yang lebih umum. Sementara laporan semacam ini dapat berguna, beberapa konsumen merasa informasi ini menjadi bias, sejak hal ini difilter oleh manajemen senior. Fedderson & Gilligan (2001:149-171) menyatakan bahwa aktivis dapat memainkan peranan penting dalam menanggulangi kekhawatiran ini, dengan menyediakan konsumen dengan informasi yang dapat mereka percayai untuk memilih perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial. Hubungan antara CSR dan periklanan adalah sesuatu yang menarik, dimana memunculkan refleksi yang lebih jauh. Beberapa pengamat fakta
18
mengaitkan ini pada revolusi industri dan periklanan alamiah yang patut dipertimbangkan serta berguna. Yang pertama adalah karena kita mengharapkan tingkat investasi dalam CSR agar dapat lebih tinggi untuk mendirikan perusahaan dalam industri yang lebih matang, sejak perluasan dari diferensiasi produk ini akan menjadi besar dalam beberapa sektor dan konsumer akan, secara umum, lebih berselera canggih dan memiliki pengetahuan terkait produk dan perusahaan.
Jelaslah
bahwa
dalam
perusahaan
seperti
ini
seringkali
memperoleh keuntungan yang lebih besar dari menggunakan CSR untuk proteksi/perubahan reputasi. Poin kedua adalah jika beberapa form dari CSR sesungguhnya dimaksudkan untuk membuat iklan. Masalah kritis lainnya melibatkan sifat dari struktur pasar dalam industri perusahaan. Kesimpulan kunci dari penelitian McWilliams dann Siegel (2001) adalah bahwa pada ekuilibrium, perusahaan dapat terikat dengan CSR akan menghasilkan tingkat profit yang sama dengan perusahaan yang tidak melakukan CSR. Penemuan ini dilakukan oleh Piga (2002) salah ditafsirkan sebagaimana ia berpendapat bahwa CSR hanya dapat muncul dalam industri kompetitif yang bersifat monopolistik, sementara beberapa model oligopoli mendiferensiasi pasar secara vertikal memprediksi bahwa (dalam ekuilibrium) perusahaan menjual produk berkualitas lebih tinggi (dalam kasus kami, perusahaan yang menjual barang dengan karakteristik CSR) memperoleh profit abnormal. penulis percaya bahwa hasil netral yang dihasilkan baik di bawah kompetisi monopoli dan oligopoli. Hal ini diimplikasikan untuk kompetisi monopolistik karena sektor dengan struktur tersebut dikarakteristikkan baik secara diferensiasi horisontal dan vertikal, struktur industri yang terbagi-bagi, dan hambatan masuk yang sangat rendah. Dibawah skenario ini, tidak mungkin suatu
19
perusahaan untuk menggunakan CSR dalam mengalahkan kinerja saingannya. Misalnya pada perusahaan dalam industri kompetitif monopolistik yang terkait pada CSR termasuk restoran, hotel, perusahaan yang menjual produk organik, dan tipe ritel yang berbeda-beda. Hasil netralitas sepertinya juga berlaku untuk pasar monopolistik. Hal ini karena,
sementara
beberapa
model
oligopoli
memprediksikan
bahwa
perusahaan memproduksi produk yang berkualitas lebih tinggi menghasilkan timbal balik “abnormal”, penemuan ini bergantung pada asumsi bahwa biaya adalah konstan dan kualitas independen. Asumsi ini tidak dilibatkan dalam model McWilliams dan Siegel (2001). Lebih jauh, model ekonomi terkini dari CSR (Baron, 2001; Fedderson & Gilligan, 2001) mengidentifikasi suatu kekuatan penting pada kemampuan perusahaan untuk terikat pada CSR stratejik pada industri oligopolistik: aktivis yang menargetkan memimpin perusahaan (misalnya menyerang pada produksi Nike di Asia). Kekuatan tandingan ini membuat perusahaan
oligopolistik
sulit
mencapai
keuntungan
kompetitif
melalui
penggunaan stratejik dari CSR.
2.1.2
Tinjauan Konsep
2.1.2.1 Tanggung Jawab Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Sebelum mempelajari CSR (Corporate Social Responsibility) dengan mendalam,
sebaiknya
kita
perlu
mengetahui
definisi
corporate
social
responsibility terlebih dahulu. Menurut Philip Kotler, CSR dikatakan sebagai discretionary yang dalam arti luas berarti sesuatu yang perlu dilakukan. Seandainya tidak dilakukan akan berakibat merugikan diri sendiri. Namun, hal ini bukanlah suatu peraturan yang diharuskan (Buku panduan lengkap perencanaan CSR, Hal:15).
20
Sedangkan Ferrel, Hirt, dan Ferrel (2006) mendefenisikan tanggung jawab sosial sebagai kewajiban para pelaku bisnis untuk memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif pada masyarakat. Tanggung jawab sosial perusahaan oleh banyak pihak dikatakan tumpang tindih dengan etika. Ferrel, Hirt, dan Ferrel (2006) mengatakan bahwa dua kata tersebut diartikan berbeda. Etika bisnis berhubungan dengan keputusan individu-individu atau kelompok kerja yang oleh masyarakat dinilai sebagai salah atau benar, sedangkan tanggung jawab sosial adalah konsep yang lebih luas berkenaan dengan dampak dari aktivitas-aktivitas bisnis secara keseluruhan terhadap masyarakat. Menurut World Business Council for Sustainable Development, CSR bukan sekedar discretionary, tetapi suatu komitmen yang merupakan kebutuhan bagi perusahaan yang baik sebagai perbaikan kualitas hidup. Dalam buku Panduan Lengkap Perencanaan CSR (Hal:17), menyatakan bahwaberdasarkan ISO 26000 adalah: “Responsibility of an organization or the impacts of its decision and activities on society and the environment, through transparent and ethical behavior that contributes to sustainable development, health and the welfare of society; takes into account the expectations of stakeholders; is in compliance with applicable law and consistent with international norms of behavior; and is integrated throughout the organization and practiced in its relationships.” Saat ini, pemahaman atas tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility)
banyak
yang
mengartikan
hanya
sebagai
charity,
philanthropy, dan community development. Bahkan tak jarang tanggung jawab CSR tersebut hanya dibebankan pada bagian atau devisi tertentu. Padahal dengan kenyataannya, kegiatan-kegiatan CSR merupakan suatu keputusan strategis yang melibatkan semua sumber daya perusahaan atau suatu keputusan strategis yang menyeluruh.
21
Kegiatan-kegiatan CSR dalam bentuk charity, philanthropy, dan community development yang saat ini berkembang di Indonesia masih merupakan kegiatan yang bersifat pengabdian kepada masyarakat ataupun lingkungan yang berada tidak jauh dari lokasi tempat dunia usaha melakukan kegiatannya. Seringkali kegiatan CSR belum dikaitkan dengan tiga elemen yang menjadi kunci dari pembangunan berkelanjutan, yaitu aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan yang biasa disebut sebagai triple bottom line. Sinergi dari ketiga elemen tersebut merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Rachman, M., Nurdizal, Efendi, Asep dan Wicaksana, Emir., 2011:18). Pertanggungjawaban
sosial
perusahaan
atau
Corporate
Social
Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan para pemegang saham, yang melebihi tanggungjawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004 dalam Anggraini, 2006). Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (ACCA, 2004 dalam Anggraini, 2006). Berkaitan dengan pelaksanaan CSR, perusahaan bisa dikelompokkan kedalam beberapa kategori. Meskipun cenderung menyederhanakan realitas, tipologi ini menggambarkan kemampuan dan komitmen perusahaan dalam
22
menjalankan CSR. Pengkategorian dapat memotivasi perusahaan dalam mengembangkan program CSR, dan dapat pula dijadikan cermin dan guideline untuk menentukan model CSR yang tepat (Kusumadilaga, 2010 dalam Suharto, 2007). Konsep Corporate Social Responsibility melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya masyarakat, serta komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis. Menurut Sofyan (2007)
pelaksanaan
socio
economic
accounting
atau
corporate
social
responsibility ini akan semakin cepat oleh beberapa tekanan atau faktor antara lain: a. Adanya peraturan pemerintah atau undang-undang yang diberlakukan b. Ditetapkannya standar akuntansi yang
mengharuskan pengungkapan
corporate social responsibility c. Adanya tekanan dari pressure group misalnya Greenpeace, Trade Union, PBB, dan lain-lain d. Kesadaran
perusahaaan
terhadap
pelaksanaan
corporate
social
responsibility. Secara konseptual, corporate social responsibility merupakan bentuk pengungkapan yang disajikan dalam laporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh laporan keuangan. Laporan keuangan perusahaan ditujukan kepada pemegang saham, investor, dan kreditor. Berbagai penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor determinan yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR telah banyak dilakukan. Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan profil industri
23
berpengaruh positif dengan pengungkapan informasi CSR (Anggraeni, 2006; Agustina, 2012 dan Tamba, 2011). Penelitian
ini
mengacu
pada
penelitian
yang
dilakukan
oleh
kusumadilaga (2010) yang melakukan penelitian di Indonesia berjudul pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan denga profitabilitas sebagai variabel moderasi menghasilkan temuan bahwa corporate social responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan profitabilitas bukan sebagai variabel moderasi dalam hubungan antara corporate social responsibility dengan nilai perusahaan. Penelitian serupa dilakukan oleh Octavia (2012) yang menghasilkan temuan bahwa profitabilitas bukan sebagai variabel moderasi dalam hubungan antara pengungkapan lingkungan dengan nilai perusahaan. Penelitian ini serupa namun hasil yang berlawanan dilakukan oleh Agustina (2012) mengahsilkan temuan bahwa profitabilitas dan corporate social responsibility berpengaruh postif terhadap nilai perusahaan. Zuraedah (2012) dalam penelitiannya memproksikan profitabilitas menggunakan return on asset, secara parsial menunjukkan bahwa
corporate
social responsibility
dan
profitabilitas berpengaruh posiif terhadap nilai perusahaan. Evans (2003) dalam Suwardjono (2005) mengidentifikasi tiga tingkat pengungkapan yaitu memadai (adequate disclosure), wajar atau etis (fair orethical disclosure), dan penuh (full disclosure). Tingkat ini mempunyai implikasi terhadap apa yang harus diungkapkan. Tingkat memadai adalah tingkat minimum yang harus dipenuhi agar laporan keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan pengambilan keputusan yang terarah. Tingkat wajar adalah tingkat yang harus dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasional yang sama. Artinya, tidak ada
24
satu pihakpun yang kurang mendapat informasi, sehingga mereka menjadi pihak yang kurang diuntungkan posisinya. Dengan kata lain, tidak ada preferensi dalam pengungkapan informasi. Tingkat penuh menuntut penyajian secara penuh semua informasi yang berpaut dengan pengambilan keputusan. Pengungkapan juga sering dimaknai sebagai penyediaan informasi lebih dari apa yang dapat disampaikan dalam bentuk laporan keuangan formal. Hal ini sejalan dengan gagasan FASB dalam rerangka konseptualnya. Menurut Henny dan Murtanto (2001) dalam Kuntari dan Sulistyani (2007), ada tiga pendekatan dalam pelaporan kinerja sosial, yaitu: 1. Pemeriksaan Sosial (Social Audit) Pemeriksaan sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dari operasi-operasi yang dilakukan perusahaan. Pemeriksaan sosial dilakukan dengan membuat suatu daftar aktivitas-aktivitas perusahaan yang memiliki konsekuensi sosial, lalu auditor sosial akan mencoba mengestimasi dan mengukur dampak-dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas tersebut. 2. Laporan Sosial (Social Report) Berbagai alternatif format laporan untuk menyajikan laporan sosial telah diajukan oleh para akademis dan praktisioner. Pendekatan-pendekatan yang dapat
dipakai
oleh
perusahaan
untuk
melaporkan
aktivitas-aktivitas
pertanggungjawaban sosialnya ini dirangkum oleh Dilley dan Weygandt menjadi empat kelompok sebagai berikut (Henry dan Murtanto, 2001 dalam Kuntari dan Sulistyani, 2007):
25
a) Inventory Approach Perusahaan mengkompilasikan dan mengungkapkan sebuah daftar yang komprehensif dari aktivitas-aktivitas sosial perusahaan. Daftar ini harus memuat semua aktivitas sosial perusahaan baik yang bersifat positif maupun negatif. b) Cost Approach Perusahaan membuat daftar aktivitas-aktivitas sosial perusahaan dan mengungkapkan jumlah pengeluaran pada masing-masing aktivitas tersebut. c) Program Management Approach Perusahaan tidak hanya mengungkapkan aktivitas-aktivitas pertanggung jawaban sosial tetapi juga tujuan dari aktivitas tersebut serta hasil yang telah dicapai oleh perusahaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan itu. d) Cost Benefit Approach Perusahaan mengungkapkan aktivitas yang memiliki dampak sosial serta biaya dan manfaat dari aktivitas tersebut. Kesulitan dalam penggunaan pendekatan ini adalah dalam mengukur biaya dan manfaat sosial yang diakibatkan oleh perusahaan terhadap masyarakat. Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat voluntary (sukarela), unaudit (belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi oleh peraturan tertentu). Pengungkapan tanggung jawab sosial dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 kategori (terdapat pada lampiran 1) yang mengidentifikasi
hal-hal
berkaitan
dengan
pelaporan
sosial
perusahaan
berdasarkan standar GRI (Global Reporting Initiative) yaitu: 1)
Ekonomi Dimensi ekonomi menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak pada
kondisi ekonomi dari stakeholder dan sistem ekonomi pada tingkat lokal, nasional, dan tingkat global. Indikator ekonomi menggambarkan:
26
Arus modal di antara berbagai pemangku kepentingan; dan
Dampak ekonomi utama dari organisasi seluruh masyarakat.
Kinerja keuangan merupakan hal yang mendasar untuk memahami organisasi dan keberlanjutannya. Akan tetapi, informasi ini biasanya sudah dilaporkan dalam laporan keuangan. (www.globalreporting.org).
2)
Lingkungan Dimensi lingkungan menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak pada
kehidupan di dalam sistem alam, termasuk ekosistem, tanah, udara, dan air. Indikator kinerja lingkungan terkait dengan input (bahan, energi, air) dan output (emisi/gas, limbah sungai, limbah kering/sampah). Selain itu, kinerja mereka mencakup kinerja yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati, kepatuhan lingkungan, dan informasi yang berkaitan lainnya seperti limbah lingkungan dan dampak dari produk dan jasa (www.globalreporting.org). 3)
Sosial Dimensi
sosial
menyangkut
keberlanjutan
sebuah
organisasi
telah
berdampak di dalam sistem sosial yang beroperasi. Indikator kinerja sosial GRI mengidentifikasi kunci aspek kinerja yang meliputi praktek perburuhan/tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat/sosial, dan tanggung jawab produk (www.globalreporting.org). Daftar pengungkapan sosial yang berdasarkan standar GRI juga pernah digunakan oleh Dahli dan Siregar (2008), peneliti ini menggunakan 6 indikator pengungkapan yaitu: 1. Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator) 2. Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator) 3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices performance indicator) 4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (human rights performance indicator)
27
5. Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator) 6. Indikator Kinerja Produk (product responsibility performance indicator)
2.1.2.2 Nilai Perusahaan Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa
hal
yang
mengemukakan
tentang
tujuan
pendirian
sebuah
perusahaan. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau pemilik saham. Sedangkan tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara subtansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda (Martono dan Agus Harjito, 2005:2) Berbagai kebijakan diambil oleh manajemen dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik dan pemegang saham tercermin pada harga saham. Samuel (2000) dalam Kusumadilaga (2010), Nurlela dan Islahuddin (2008) menjelaskan bahwa enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan, Untung Wahyudi dan Hartini (2005) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut dijual. Menurut Agustina (2012) profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan ini dapat dilihat dengan t hitung 2,008 > 2 (nilai absolut). Nilai signifikansi sebesar 0,048 < 0,05 dengan nilai β positif (+) dan derajat
28
kepercayaan (α) 5%. Sedangkan Kusumadilaga (2010) dan Octavia (2012) mengatakan bahwa profitabilitas tidak dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena banyak perusahaan manufaktur di tahun 2008 yang tergolong
perusahaan
ekonomis/pelit,
yaitu
perusahaan
yang
memiliki
keuntungan tinggi, namun anggaran CSR-nya rendah. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan yaitu rasio tobin’s Q, seperti yang dilakukan oleh Sulkowski, et al (2010), Kusumadilaga (2010) dan Sugiharto (2009). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Jika rasio Q diatas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio Q dibawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik atau berada pada industri yang mulai melemah (Wahyudi, 2010). Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan, di antaranya adalah: a) pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba; b) pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas; c) pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen; d) pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva; e) pendekatan harga saham; f) pendekatan economic value added (Suharli, 2006).
2.1.2.3 Profitabilitas Menurut
Brigham
(2001),
profitabilitas
adalah
hasil
akhir
dari
serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen, dimana kebijakan dan
29
keputusan ini menyangkut pada sumber dan penggunaan dana dalam menjalankan operasional perusahaan yang terangkum dalam laporan neraca dan unsur
dalam
neraca.
Tujuan
didirikannya
sebuah
perusahaan
adalah
memperoleh laba (profit), maka wajar apabila profitabilitas menjadi perhatian utama para analis dan investor. Tingkat profitabilitas yang konsisten akan mampu bertahan dalam bisnisnya dengan memperoleh return yang memadai dibanding dengan resikonya (Toto, 2008). Menurut Saidi (2004) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Para investor menanamkan saham pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return, yang terdiri dari yield dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi lebih baik. Profitabilitas perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rasio profitabilitas.
Rasio
profitabilitas
merupakan
perbandingan
antara
laba
perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Hanafi dan Halim (2005) membagi profitabilitas kedalam tiga jenis rasio yaitu profit margin, return on assets (ROA), dan return on equity (ROE). Profit margin digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan mengahasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini dapat juga dikatakan mampu menginterpretasikan kemampuan perusahaan dalam menekan biaya-biaya sebagai ukuran efisiensi pada periode tertentu. Profit margin dengan rasio yang tinggi pada tingkat penjualan yang tertentu. Hal tersebut menunjukkan manajemen melakukan kinerjanya dengan baik dan efisien. Sebaliknya,
30
apabilarasio profitabilitas yang diperoleh rendah, maka hal ini menandakan tidak efisiennya manajemen dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Return on assets (ROA) merupakan ukuran dari tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh organisasi. ROA mengukur bagaimana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. Semakin tinggi hasil ROA diperoleh, semakin efisien manajemen asset perusahaan. ukuran profitabilitas perusahaan yang lain yaitu return on equity (ROE). Sartono (2001) dalam Octavia (2012) mengungkapkan return on equity mengukur kemampuan perusahaan dalam mengahsilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan. Apabila proporsi hutang makin besar, maka rasio ini juga akan semakin besar. Selain ROA dan ROE ada rasio profitabilitas lain yaitu yang mengukur persentase laba kotor dari setiap penjualan yang dilakukan oleh perusahaan yang disebut Gross Profit Margin on Sales (GPMS). Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61). Mengukur persentase laba bersih dari setiap penjualan yang dilakukan oleh perusahaan disebut Net Profit Margin on Sales (NPMS). Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan, serta Basic Earning Power (BEP) yang merupakan rasio profitabilitas yang dapat mengindikasikan kemampuan dari asset-aset perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. Rasio ini dihitung dari
31
laba sebelum bunga dan pajak (EBIT/Earning Before Interest and Tax) dibagi total aset. Rentabilitas ekonomi dapat ditentukan dengan mengalikan operating profit margin dengan asset turnover. Rendahnya Rentabilitas Ekonomi tergantung dari (Sawir, 2009:19) a) Asset Turnover b) Operating Profit Margin Operating profit margin merupakan perbandingan antara laba usaha dan penjualan. Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan (Syamsuddin, 2009:61). Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban- kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Apabila semakin tinggi operatig profit margin maka akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan (Syamsuddin, 2009:61). Menurut Garrison, Noreen, dan Brewer (2006) profitabilitas bukan hanya dihitung dari rasio profitabilitasnya melainkan menghitung indeks profitabilitas. Sebelum menghitung indeks profitabilitas, profitabilitas dibagi atas dua yaitu profitabilitas absolute dan relatif. Profitabilitas absolute (Absolute provitability) merupakan pengaruh dari laba organisasi secara keseluruhan dari penambahan atau penutupan segmen tertentu seperti produk atau konsumen tanpa membuat perubahan lain. Profitabilitas absolute dapat diukur dari laba incremental segmen yaitu selisih antara pendapatan segmen dan biaya yang yang dapat dihindari jika segmen ditutup. Profitabiliats relatif (Relativity provitability) merupakan ukuran produk, konsumen atau segmen bisnis yang lain
32
untuk tujuan membuat pilihan antara segmen. Hal ini penting jika perusahaan memiliki kendala sumber daya, untuk mengukur profitabilitas relatif ada tiga hal yang harus diketahui. Pertama, kendala harus diidentifikasi. Kedua, laba incremental yang terkait dengan segmen harus dihitung. Ketiga, jumlah sumber daya yang menjadi kendala yang dibutuhkan oleh setiap segmen harus ditentukan. Profitabilitas relative ditentukan dengan indeks profitabilitas, yaitu laba incremental dibagi dengan jumlah kendala sumber daya yang dibutuhkan oleh segmen. Sehingga indeks profitabilitas dapat digunakan dalam berbagai situasi termasuk pemilihan proyek dan keputusan pertukaran volume (Garrison, Noreen, dan Brewer (2006:553)). Dalam penelitian ini profitabilitas diproksikan melalui Return on equity (ROE) sebagai ukuran profitabilitas perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Pemilik perusahaan lebih tertarik pada seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan terhadap modal yang mereka tanamkan. Alasannya adalah rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham perusahaan yang bersangkutan. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dan perusahaan
yang
bersangkutan.
Selanjutnya,
kenaikan
tersebut
akan
kebebasan
dan
menyebabkan kenaikan harga saham dan nilai perusahaan. Profitabilitas
adalah
faktor
yang
memberikan
fleksibelitas kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham program tanggung jawab sosial secara lebih luas (Heinze,
33
1976 dalam Florence, et al., 2004). Hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan telah menjadi postulat (anggapan dasar) untuk mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman & Haire, 1976 dan Preston, 1978, Hackston & Milne, 1996 dalam Anggraini, 2006).
2.2
Kerangka Konseptual
Corporate Social Responsibility
Nilai Perusahaan (Y)
(X1 )
Profitabilitas (X 2 )
2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu dan Perumusan Hipotesis 2.3.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Banyak penelitian dengan hasil yang beragam telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya mengenai hubungan antara corporate social responsibility dengan nilai perusahaan. Sulkowski, et al (2010) melakukan di United States dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara pengungkapan lingkungan, kinerja perusahaan, dan karakteristik perusahaan,
pengungkapan lingkungan diukur dengan
menganalisis kata kunci tentang lingkungan yang diterbitkan oleh perusahaan yaitu terdiri atas aspek: materials, energy, water, biodiversity, product and service, compliance, transport, community, corruption, and overall adapun kinerja
34
perusahaan diukur dengan rasio tobin’s Q. penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa size (ukuran perusahaan), leverage dan pengungkapan lingkungan berhubungan negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Sulkowski, et al (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengungkapan lingkungan yang banyak mengindikasikan adanya permasalahan lingkungan yang dialami oleh perusahaan. sehingga menurunkan kinerja perusahaan. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki pengungkapan lingkungan yang rendah akan memiliki kinerja keuangan yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kepedulian lingkungan yang baik dan kepatuhan terhadap lingkungan yang ada. Pada tahun 2010 Kusumadilaga melakukan penelitian serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulkowski (2010). Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh kusumadilaga terdiri atas indikator dalam mengukur corporate social responsibility yaitu terdiri atas ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dalam penelitian yang dilakukan olehnya, selain berujuan untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan corporate social responsibility dengan nilai perusahaan (diproksikan dengan Tobin’s Q) juga bertujuan untuk mengetahui apakah profitabilitas yang diduga sebagai variabel moderasi dapat memperkuat hubungan antara kedua variabel tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumadilaga menghasilkan temuan bahwa CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan profitabilitas sebagai variabel moderating dalam hubungan antara pelaksanaan CSR dan nilai perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan. Agustina (2012) melakukan penelitian yang serupa dengan Kusumadilaga diproksikan
(2010)
dengan
menghasilkan ROE
temuan
berpengaruh
bahwa
signifikan
Profitabilitas
positif
terhadap
yang nilai
perusahaan dan pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh
35
signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Rika Nurlela dan Islahuddin (2008) meneliti tentang pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan presentase kepemilikan manajemen sebagai variabel moderasi menghasilkan temuan bahwa secara parsial hanya prosentase kepemilikan manajemen dan interaksi antara Corporate Social Responsibility dengan presentase kepemilikan manajemen yang berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan variabel lainnya yang terdapat dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan Selain temuan hubungan positif antara pengungkapan lingkungan dengan nilai perusahaan hubungan negatif juga ditemukan dari penelitian-penelitian terdahulu. Lifessy (2011) yang menguji pengaruh profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan struktur modal sebagai variabel intervening menghasilkan temuan bahwa profitabilitas berpengaruh siginifikan positif terhadap nilai perusahaan, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan, struktur modal berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan, profitabilitas berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal. Qorrina (2010) melakukan penelitian di Indonesia menghasilkan hubungan positif signifikan antara peringkat kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan terhadap kinerja perusahaan (nilai perusahaan). beberapa variabel kontrol juga digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Qorrina (200) yaitu profitabilitas (diukur dengan net profit margin), ukuran perusahaan (diproksikan dengan total aset) dan ISO 4001. Berdasarkan pengujian statistik yang dilakukan Qorrina (2010), dihasilkan kesimpulan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja perusahan, ukuran perusahaan dan ISO 14001 berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
36
kinerja ekonomi. Perwita (2009) yang melakukan penelitian di Indonesia memperoleh kesimpulan bahwa pengungkapan lingkungan berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Fiori, et al (2007), dalam penelitiannya yang meneliti hubungan antara CSR-karyawan. CSR-lingkungan, dan CSR-komunitas dengan
harga
saham
juga
menghasilkan
hubungan
negatif
antara
pengungkapan CSR-lingkungan dengan harga saham. Sedangkan CSRkaryawan dan CSR-komunitas berhubungan positif signifikan dengan harga saham. Beberapa variabel kontrol diuji dalam penelitian Fiori, et al (2007) menghasilkan
kesimpulan
bahwa
profitabilitas
dan
ukuran
perusahaan
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan leverage dan operating risk berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.
2.3.2 Perumusan Hipotesis 2.3.2.1 Pengaruh
Corporate
Social
Responsibility
terhadap
nilai
perusahaan Pertanggung jawaban sosial perusahaan dapat diungkapkan di dalam laporan yang disebut sustainability reporting (laporan keberkelanjutan). CSR dapat menjadi keberlanjutan apabila program yang di buat oleh suatu perusahaan benar-benar merupakan komitmen bersama segenap unsur yang ada dalam perusahaan itu sendiri. Tentunya, tanpa adanya komitmen dan dukungan penuh antusias karyawan akan menjadikan program-program tersebut bagaikan program penebusan dosa dari pemegang saham belaka, dengan melibatkan keryawan secara intensif maka nilai dari program-program tersebut akan memberikan arti tersendiri yang sangat besar bagi perusahaan.
37
Perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat menigkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan teori signal (signalling theory), manajer yang memiliki informasi bagus tentang perusahaan berupaya menyampaikan informasi tersebut kepada investor luar agar saham perusahaan meningkat (Sugiarto, 2009). Pelaksanaan
CSR
diharapkan
akan
mampu
menaikkan
nilai
perusahaan dilihat dari harga saham dan laba perusahaan (earning) sebagai akibat dari para investor yang menanamkan saham di perusahaan, karena kegiatan CSR merupakan keberpihakan perusahaan terhadap masyarakat. Sehingga masyarakat akan mampu memilih produk yang baik yang di nilai tidak hanya barangnya saja, tetapi juga melalui tata kelola perusahaannya. Kegiatan CSR sendiri merupakan bagian dari tata kelola perusahaan yang baik. Pada saat masyarakat yang menjadi pelanggan memiliki penilaian yang positif terhadap perusahaan, maka mereka akan loyal terhadap produk yang dihasilkan. Sehingga hal ini akan mampu menaikkan citra perusahaan yang direfleksikan melalui harga saham yang akan meningkat. Nurlela dan Islahuddin (2008) menyatakan bahwa dengan adanya praktik CSR yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai baik oleh investor. Berdasarkan penjelasan di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H₁ :
Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
38
2.3.2.2 Pengaruh profitabilitas terhadap hubungan
corporate
social
responsibility dengan nilai perusahaan Profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam mengahsilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi. Profitabilitas dapat menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya, karena semakin besar dividen (dividend payout) akan semakin menghemat biaya modal, disis lain para manajer (insider) akan meningkatkan powernya bahkan bisa meningkatkan kepemilikannya akibat penerimaan dividen sebagai hasil keuntungan yang tinggi. Tanggung jawab perusahaan diwujudkan melalui kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial. Semakin baik kinerja yang dilakukan perusahaan dalam memperbaiki tatanan ekonomi, sosial, dan lingkungan maka nilai perusahaan semakin meningkatsebagai akibat dari para investor yang menanamkan sahamnya pada perusahaan. Berdasarkan teori RBV (resource based view of the firm) adalah memaksimalkan profit. Russo dan Fouts (1997) menguji teori ini secara empiris menggunakan data tingkat perusahaan dalam profitabilitas akuntansi dan lingkungan dan menemukan bahwa perusahaan dengan tingkatan lebih tinggi dalam kinerja lingkungan memiliki kinerja finansial superior, dimana mereka menginterpretasikan konsistensi dengan teori RBV. Hackston dan Milne (1996) dalam Anggarini (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar informasi sosial yang dilakukan perusahaan. sehingga dapat disimpulkan bahwa, corporate social responsibility akan meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan meningkat. Dahli dan Siregar (2008) mengindikasikan bahwa perilaku etis perusahaan berupa tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya memberikan dampak positif jangka panjang yang tercermin pada keuntungan
39
perusahaan (profit) dan peningkatan kinerja keuangan. Berdasarkan teori legitimasi (legitimacy theory) mengharuskan perusahaan bertindak responsive terhadap lingkungan dimana mereka beroperasi, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahli dan Siregar (2008). Berdasarkan penjelasan di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H₂ :
Profitabilitas berpengaruh positif terhadap hubungan corporate social responsibility dengan nilai perusahaan
40
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Berdasarkan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, maka peneliti bertujuan melakukan uji hipotesis (hypothesis testing) untuk mengetahui efek moderasi dari profitabilitas terhadap hubungan antara corporate social responsibility dengan nilai perusahaan. Jenis penelitian yang di lakukan oleh peneliti adalah jenis penelitian korelasional, penelitian ini dimaksudkan untuk menghubungkan permasalahan antara Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderat.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
3.2.2 Sampel Metode sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Adapun kriteria sampel yang berlaku adalah: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2012. 2. Menyediakan laporan tahunan lengkap dari 2012. 3. Memiliki data lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
40
41
3.3
Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data kuantitatif yang diperoleh dari pojok BEI Unhas, IDX statistic, jurnal ekonomi, dan buku pedoman CSR.
3.3.2 Sumber data Sumber data antara lain laporan tahunan perusahaan manufaktur selama periode analisis, yaitu 2012 dan laporan keuangan pada tahun 2012.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri laporan tahunan yang terpilih menjadi sampel.
3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen, dependen, dan variabel moderating. Adapun variabel independen yaitu Corporate Social Responsibility (X1 ), variabel dependen yaitu nilai perusahaan (Y), dan variabel moderasi adalah profitabilitas (X 2 ).
3.5.2 Defenisi Operasional 3.5.2.1 Variabel Independen Corporate social responsibility (X1 ) merupakan bentuk pengungkapan kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan yang terdapat pada laporan tahunan perusahaan dengan menggunakan indeks persentase pengungkapan diukur
42
dengan menggunakan rumus penghitungan Corporate social responsibility disclosure berdasarkan GRI (Global Reporting Initiative): CSRDI =
𝐗 𝐣 𝐍𝐣
Keterangan: CSRDI = Corporate social responsibility disclosure index perusahaan Xj
= Jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan j
Nj
= Jumlah item pengungkapan oleh perusahaan j
3.5.2.2 Variabel Dependen Nilai perusahaan (Y) merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang dikaitkan dengan harga saham diukur dengan persentase. Penghitungan menggunakan rumus Tobin’s (James Tobin,1967) : 𝐓𝐨𝐛𝐢𝐧′ 𝐬 𝐐 =
{(𝐂𝐏 𝐱 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧) + 𝐓𝐋 + 𝐈)} – 𝐂𝐀 𝐓𝐀
Dimana : Q
= Nilai perusahaan
CP
= Closing Price (harga saham penutupan akhir tahun).
TL
= Total Liabilities (kewajiban jangka panjang+kewajiban jangka pendek).
I
= Inventory (nilai buku persediaan).
CA
= Current Asset (aktiva lancar).
TA
= Total Asset (aset lancer+aset tetap).
43
3.5.2.3 Variabel Moderating Profitabilitas
(X₂)
merupakan
kemampuan
perusahaan
dalam
memperoleh laba diukur dengan satuan rupiah. Rumus profitabilitas menurut Hanafi dan Halim (2005):
𝐑𝐎𝐄 =
3.6
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐞𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐠𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦
Analisis Data
3.6.1 Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa didalam model regresi yang digunakan tidak terdapat multikolonieritas, heteroskedastisitas dan autokolerasi serta untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan berdistribusi normal.
3.6.1.1 Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear yang sempurna diantara variabel-variabel independen. Akibat dari adanya multikolinearitas ini adalah koefisien regresinya tidak tertentu atau kesalahan standarnya tidak terhingga. Multikolinearitas dapat dilihat dengan VIF (variance inflation factor) bila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance diatas 0,10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas dan begitu pula sebaliknya.
3.6.1.2 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan
44
lain tetap, maka disebut Homoskedasitisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan meregresikan nilai absolut
residual
dengan
variabel
independennya.
Ada
tidaknya
heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat tingkat signifikansinya terhadap 5%. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar analisis: a.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.6.1.3 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan: a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
45
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui apakah residual berdistribusi normal atau tidak, penulis menggunakan analisis grafik dan statistik. Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan membuat hipotesis: H0 : data residual berdistribusi normal H1 : data residual tidak berdistribusi normal Pengambilan keputusan H0 diterima atau dengan kata lain data residual berdistribusi normal apabila hasil pengolahan statistik diperoleh nilai signifikan berada diatas 0,05 atau 5%.
3.6.2 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui efek moderasi dari profitabilitas tehadap hubungan antara corporate social responsibity dengan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai minimum, nilai maximum, mean, dan standar deviasi.
3.6.3 Analisis Regresi Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, untuk menguji hubungan variabel independen dan variabel dependen yang dalam hubungan tersebut terdapat
faktor
yang
memperkuat/memperlemah
(variabel
moderasi)
pengujiannya menggunakan moderated regression analysis (MRA). Data yang
46
telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan alat analisis statistik yakni: Analisis regresi linear berganda (multyple regression analysis). y = 𝛂 + 𝛃𝟏 𝐗 𝟏 + ∈ y = 𝛂 + 𝛃𝟏 𝐗 𝟏 + 𝛃𝟐 𝐗 𝟐 + 𝛃𝟑 𝐗 𝟏 𝐗 𝟐 +∈ Keterangan : y= Nilai Perusahaan α =Konstanta β2 − β3 =Koefisien Regresi X₁=Corporate Social Responsibility X₂=Profitabilitas X₁X₂=Interaksi antara Corporate Social Responsibility dengan Profitabilitas ∈=Error Term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian Persamaan pertama menunjukkan hubungan antara Corporate social responsibility (X₁) terhadap nilai perusahaan (y), persamaan kedua keterkaitan hubungan antara corporate social responsibility (X₁) terhadap profitabilitas (X₂) sebagai variabel moderasi terhadap nilai perusahaan (y). Variabel moderasi sempurna ditunjukkan ketika β2 X 2 tidak signifikan sedangkan β3 X₁X₂ signifikan.
3.6.4 Pengujian Hipotesis Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel yang diketahui (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2006).
47
Menurut Ghozali (2006) ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H₀ ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H₀ diterima. a) Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R² pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model. b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan significance level 0,05 (α= 5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari α maka hipotesis ditolak, yang berarti model
48
regresi tidak fit. Jika nilai signifikan lebih kecil dari α maka hipotesis diterima, yang berarti bahwa model regresi fit. c) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi t masingmasing variabel pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan significance level 0,05 (α= 5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari α maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan), yang berarti secara individual variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari α maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan), berarti secara individual variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. d) Uji Efek Moderasi β1 X₁
Y β3
β2
X2
Keterangan: X₁= Variabel Independen Y= Variabel Dependen X 2 = variabel Moderasi
49
Langkah 1: menunjukkan bahwa variabel independen (X₁) berkorelasi dengan dependen (Y). Gunakan Y sebagai variabel kriteria dalam persamaan regresi dan X₁ sebagai prediktor. Langkah ini menetapkan bahwa ada efek yang mungkin dimoderasi. Langkah 2: menunjukkan bahwa variabel moderasi (X₂) mempengaruhi variabel dependen (Y). Gunakan Y sebagai variabel kriteria dalam persamaan regresi, X₁ dan X₂ sebagai prediktor. Hal ini tidak cukup hanya untuk mengkorelasikan moderasi dengan dependen. Dengan demikian, variabel X₁ harus dikendalikan dalam membangun efek moderasi pada dependen. Langkah 3: untuk menetapkan bahwa M sepenuhnya memoderasi hubungan XY, maka X₂ harus tidak signifikan dan X₁X₂ signifikan sehingga terjadi yang disebut moderasi sempurna atau pure moderating, sedangkan jika X₂ signifikan dan X₁X₂ signifikan maka disebut sebagai moderasi semu atau quasi moderating.
50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan yang tersaji pada bab ini akan menunjukkan hasil dari analisis data berdasarkan pengamatan variabel bebas maupun variabel moderasi yang digunakan dalam model analisis regresi dengan menggunakan analisis Moderated Regression Analysis (MRA) untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan dan pengaruh profitabilitas sebagai variabel moderasi terhadap hubungan Corporate Social Responsibility dengan nilai perusahaan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2012, dengan alasan bahwa perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang menjual produknya yang dimulai dengan proses produksi yang tidak terputus dari pembelian bahan baku, proses pengolahan bahan hingga menjadi produk yang siap dijual. Hal ini dilakukan sendiri oleh perusahaan, sehingga lebih mudah terpengaruh oleh kondisi baik dari segi ekonomi, lingkungan maupun sosial sebagai akibat dari aktivitas yang dilakukan perusahaan. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Penentuan sampel dipilih dengan kriteria: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk tahun 2012 2. Menyediakan laporan tahunan lengkap selama tahun 2012 3. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
50
51
4.1
Deskripsi Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Pemilihan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan beberapa ketentuan. Pengambilan sampel penelitian ini digambarkan pada tabel di bawah ini : Table 4.1 Sampel penelitian tahun 2012 Jumlah Perusahaan 129
Kriteria Sampel Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk tahun 2012 Tidak tersedia laporan tahunan lengkap selama tahun 2012
(62)
Tersedia laporan tahunan lengkap selama tahun 2012
67
Tidak memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang (32)
digunakan dalam penelitian Sampel penelitian
35
Sumber: data sekunder yang diolah, 2013 Table 4.2 Nama Perusahaan dan Luas pengungkapan Tahun 2012 No
Daftar Pengungkapan CSR
Jumlah
Indeks (%)
1
6
17%
1
1
4
11%
1
4
1
6
17%
1
2
1
4
11%
5
PT. Alakasa Industrindo Tbk Toward Asia Global Company Based in Indonesia
2
6
1
9
26%
6
PT. Arwana Citra Mulia Tbk
1
2
1
4
11%
7
PT. Astra Internasional Tbk
3
3
1
7
20%
8
PT. Astra Auto Part Tbk
1
4
2
7
20%
9
PT. Fajar Surya Wisesa Tbk
2
2
1
5
14%
10
1
1
1
3
9%
11
PT. Titan Kimia Nusantara Tbk PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk
1
3
1
5
14%
12
PT. Gudang Garam Tbk
1
2
1
4
11%
13
PT. Hanjaya Mandala
3
2
1
6
17%
1 2 3 4
Nama Perusahaan PT. Akasha Wira Internasional Tbk PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk PT. Argha Karya Prima Industri Tbk
Ekonomi
Lingkungan
Sosial
1
4
2
52
18
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk PT. Intan Wijaya International Tbk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Indah KiatPulp and Paper Tbk PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk
19
PT. Kimia Farma Tbk
1
4
2
7
20%
20
PT. Krakatau Steel Tbk
3
12
3
18
51%
21
PT. Lion Metal Works Tbk
1
2
1
4
11%
22
PT. Malindo Feedmill Tbk
1
1
1
3
9%
23
PT. Martina Berto Tbk
1
1
1
3
9%
24
PT. Merck Tbk
1
1
1
3
9%
25
PT. Mulia Industrindo Tbk
1
1
1
3
9%
26
PT. Hanson Internasional Tbk
3
1
3
7
20%
27
PT. Pelat Timah Nusantara Tbk
1
3
1
5
14%
28
PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk
1
1
1
3
9%
29
PT. Sekar laut Tbk
1
1
1
3
9%
30
PT. Suparma Tbk
1
2
1
4
11%
31
1
3
1
5
14%
32
PT. Indo Acitama Tbk PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
1
12
1
14
33
PT. Unggul Indah Cahaya Tbk
1
2
1
4
11%
34
PT. Voksel Electric Tbk
1
2
1
4
11%
35
PT. Mayora Indah Tbk
1
1
1
3
9%
14 15 16 17
1
2
1
4
11%
1
2
1
4
11%
3
12
1
16
46%
1
4
1
6
17%
1
2
1
4
11%
Sumber: data sekunder yang diolah 2013
4.2 4.2.1
Analisis Data Statistik Deskriptif Pada bagian ini akan digambarkan atau dideskripsikan data masing-
masing variabel pada tahun 2012 yang telah diolah dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing-masing variabel.
40%
53
Table 4.3 Statistik Deskriptif Minimum Nilai perusahaan CSR
Maximum
4,16341162
9,74006557
-7,488183498
15,673583984
-1,086
3,489
Profitabilitas
Mean
Std. Deviation
5,48746631
N
1,218994469
35
.261
6,049933360
35
.267
1,000
35
Valid (N)
35
Sumber: Hasil olah data SPSS 20.
Uraian hasil perhitungan adalah sebagai berikut: Rasio Tobin’s Q atau Q menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang hasil pengembalian dari setiap dollar investasi yang inkremental. Nilai Q diatas satu menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva mengahsilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Sebaliknya nilai Q dibawah satu menyebabkan investasi dalam aktiva tidaklah menarik atau berada pada industri yang mulai melemah (Wahyudi,2010). Rata-rata Q adalah 5,48 (dalam rentang dari 4,16 hingga 9,74 dari standar deviasi 1,21). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata investasi dalam aktiva pada perusahaan manufaktur di Indonesia menghasilkan laba yang memberikan nilai lebih tinggi dari pada pengeluaran untuk investasinya, sehingga investasi ini dapat merangsang adanya investasi baru. Rangsangan investasi baru ini diharapkan dapat meningkatkan harga saham dan nilai perusahaan. Dari analisis statistik deskriptif diketahui nilai rata-rata CSR pada perusahaan manufaktur yang menjadi sampel yaitu sebesar 0,261 atau 26,1% dengan nilai standar deviasi sebesar 6,049 yang berarti variasi data tidak terlalu besar (kurang dari 30% dari mean). CSR berkisar dari nilai terendah sebesar 3
54
yaitu perusahaan PT Titan Kimia Nusantara, Malindo Feedmill, Martina Berto, Merck, Prasidha Aneka Niaga, Sekar laut, dan Mayora Indah sampai dengan nilai tertinggi sebesar 18 yaitu Krakatau Steel. Dari analisis statistik deskriptif diketahui nilai rata-rata profitabilitas yang diukur dengan ROE sebesar 0,267 atau 26,7% dengan nilai standar deviasi sebesar 1,00, yang berarti variasi data tidak terlalu besar (kurang dari 30% dari mean). ROE berkisar dari nilai terendah sebesar -24,10 (-0,241%) yaitu perusahaan Mulia Industrindo sampai dengan nilai tertinggi sebesar 91,60 (0,916%) yaitu perusahaan Hanjaya Mandala Sampoerna. Nilai rata-rata ROE sebesar 0,267 menunjukkan bahwa tidak adanya pengembalian laba perusahaan kepada investor sebesar 26,7%.
4.2.2
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang
digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan yaitu uji multikolinieritas, uji heteroskedatisitas dan uji normalitas. Pengujian terhadap asumsi klasik diperoleh hasil sebagai berikut:
4.2.2.1 Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinearitas diuji dengan menggunakan nilai VIF dan Tolerance dari model regresi. Model regresi yang dinyatakan bebas dari multikolinearitas apabila nilai VIF < 10 dan Tolerance > 0,10. Berikut adalah hasil pengujian multikolinearitas:
55
Tabel 4.4 Uji Multikolinieritas
Model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
(Constant) 1
CSR
,997
1,053
Profitabilitas
,997
1,053
Moderasi
,879
1,090
a. Dependent Variable: Nilai perusahaan
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat dilihat hasil perhitungan nilai VIF dan tolerance. Nilai VIF untuk Corporate Social Responsibility sebesar 1,053 dengan tolerance sebesar 0,997, nilai VIF untuk profitabilitas sebesar 1,053 dengan tolerance sebesar 0,997 dan Moderasi untuk nilai VIF sebesar 1,090 dengan tolerance sebesar 0,897. Semuanya memenuhi syarat bebas multikolinieritas yaitu nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel independen untuk model persamaan regresi.
4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas Pengujian heterokedasitas dilakukan dengan menggunakan gambar scatter plot dilengkapi dengan uji glejser secara statistik agar hasil pengujian lebih meyakinkan. Dalam melakukan uji ini, apabila hasilnya sig > 0,05 maka tidak terdapat gejala heterokedasitas dan model yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedasitas. Berikut adalah hasil pengujian heterokedasitas:
56
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatter Plot
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
1
Std. Error
(Constant)
,383
,155
CSR
,585
,166
Profitabilitas
,111
Moderasi
,390
a. Dependent Variable: Nilai perusahaan
Sumber: data sekunder yang diolah 2013
Beta
T
Sig.
1,756
,089
,192
1,107
,077
,258
,137
1,211
,834
,275
,132
1,009
,150
57
Berdasarkan gambar 4.1 hasil uji heteroskedastisitas dengan scatter plot bisa dilihat dari pola titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal yang sama berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan dari masing -masing variabel menunjukkan bahwa level sig > α 0.05. Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
penelitian
ini
bebas
dari
gejala
Heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam analisis regresi berganda.
4.2.2.3 Uji Normalitas Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Pengujian ini menggunakan uji normalitas dengan normal probably plot of standardized residual dan hasil uji yang didapat adalah sebagai berikut: Gambar 4.2 Uji Normalitas
58
Sumber: data sekunder yang diolah 2013 Hasil uji normalitas menggunakan analisis grafik yaitu dengan menggunakan grafik histogram dan Normal Probability Plot. Hasil tersebut menunjukkan bahwa grafik memberikan pola distribusi normal dikarenakan data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal. Sehingga model regresi layak untuk dipakai dalam penelitian ini. 4.2.3
Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
59
memprediksi variasi variabel dependen. Nilai determinasi ditentukan dengan nilai Adjusted R Square.
Table 4.6 Koefisien Determinasi Persamaan 1
Model 1
R
R Square
,193
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,037
,381
6,102931387
a. Predictors: (Constant), CSR b. Dependent Variable: Nilai perusahaan Table 4.7 Koefisien Determinasi Persamaan 2
Model 1
R
R Square
,194
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,038
,392
6,196607383
a. Predictors: Profitabilitas (ROE), CSR b. Dependent Variable: Nilai perusahaan Sumber: data sekunder yang diolah 2013 Terlihat dalam tabel 4.4 bahwa pada persamaan pertama diketahui nilai Adjusted R² adalah 0,381, hal tersebut berarti bahwa 38,1% variabel nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q dapat dijelaskan oleh CSR, dan sisanya yaitu sebesar 61,9% dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain di luar persamaan.. Pada persamaan kedua diketahui nilai nilai R² adalah ,392, hal tersebut berarti bahwa 39,2% variabel nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q dapat dijelaskan oleh CSR, profitabilitas dan interaksi antara CSR dan profitabiltas, dan sisanya yaitu sebesar 60,8% dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain di luar persamaan.
60
4.2.4
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F ini dilakukan untuk menguji apakah model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model yang layak (fit) atau tidak. Pada tabel 4.6 dapat dilihat hasil dari Uji F yang dilakukan. Table 4.8 Hasil Uji F Persamaan 1 Model Regression 1
Sum of Squares 47,692
df 1
Mean Square 47,692 37,246
Residual
1229,110
33
Total
1276,803
34
F 1,280
Sig. b ,002
F
Sig.
a. Dependent Variable: Nilai perusahaan b. Predictors: (Constant), CSR Table 4.9 Hasil Uji F Persamaan 2 Model
Sum of Squares Regression
1
df
Mean Square
48,068
2
24,034
Residual
1228,734
32
38,398
Total
1276,803
34
4,626
,003
b
a. Dependent Variable: Nilaiperusahaan b. Predictors: (Constant), Profitabilitas, CSR Sumber: data sekunder yang diolah 2013 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
di atas, diketahui pada
persamaan pertama diperoleh nilai F-hitung sebesar 1,280 dengan probabilitas sebesar 0,02. Angka probabilitas tersebut lebih kecil dari nilai 0,05 (5%), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan untuk menguji CSR adalah model yang fit. Pada persamaan kedua diperoleh nilai F-hitung sebesar 4,626 dengan probabilitas sebesar 0,003. Angka probabilitas tersebut lebih kecil dari nilai 0,05 (5%), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model yang
61
digunakan untuk menguji CSR, profitabilitas dan interaksi antara CSR dan profitabilitas adalah model yang fit. 4.2.5
Analisis Regresi Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi dengan normal dan tidak terdapat heteroskedastisitas dan multikolonieritas. Oleh karena itu data yang tersedia telah memenuhi syarat untuk menggunakan model regresi sederhana. Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui pada tabel berikut: Table 5.0 Hasil Estimasi Analisis Regresi Berganda Nama Variabel
Konstanta
Beta
t-hitung
Sig.
3,671
0,193
1.132
0,026
3,781
0,191 0,038 0,017
1,097 0,220 0,099
0.021 0,087 0,022
Persamaan 1 CSR Persamaan 2 CSR ROE Moderasi
a. Dependent Variable: Tobin’s Q Sumber: data sekunder yang diolah 2013 Berdasarkan table 4.8 dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut: y = 𝟑, 𝟔𝟕𝟏 + 𝟎, 𝟏𝟗𝟑𝐗 𝟏 + ∈ y = 𝟑, 𝟕𝟖𝟏 + 𝟎, 𝟏𝟗𝟏𝐗 𝟏 + 𝟎. 𝟎𝟑𝟖𝐗 𝟐 + 𝟎. 𝟎𝟏𝟕𝐗 𝟏 𝐗 𝟐 + ∈
4.3 4.3.1
Interpretasi Hasil Pengujian hipotesis
4.3.1.1 Hipotesis 1 Hipotesis pertama penelitian ini menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil
62
analisis regresi yang disajikan dalam tabel 4.8, diperoleh koefisien regresi untuk variabel CSR sebesar 0,193 dan nilai t hitung sebesar 1,132 dengan signifikansi sebesar 0,026 yang nilai signifikansinya lebih kecil dari tingkat signifikansi (α)=5% atau 0,05 atau ternyata p-value 0,026 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian H1 diterima. 4.3.1.2 Hipotesis 2 Hipotesis
kedua
penelitian
ini
menyatakan
bahwa
profitabilitas
berpengaruh terhadap hubungan corporate social responsibility dengan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil analisis Moderated Regression Analysis (MRA), diperoleh nilai t-hitung untuk variabel moderasi diketahui sebesar 0,017 dengan signifikansi sebesar 0,022 karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka variabel profitabilitas mampu mempengaruhi hubungan Corporate Social Responsibility dengan nilai perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility mampu meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan tinggi, dengan demikian H2 diterima. 4.3.2
Pembahasan
4.3.2.1 Pengaruh
Corporate
Social
Responsibility
terhadap
Nilai
Perusahaan Berdasarkan output SPSS, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya praktik CSR mempengaruhi peningkatan nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Teori ini juga berpendapat bahwa dengan
63
menyesuaikan pada berbagai kepentingan stakeholder, maka akan menimbulkan kepuasan kepada mereka. Kepuasan stakeholder dapat dicapai dengan berbagai cara,
salah
satunya
adalah
peningkatan
tanggungjawab
sosial
yang
berkelanjutan. Freeman (1984) dalam teori stakeholder menegaskan bahwa manajer harus memuaskan beragam konstituen (misalnya pekerja, konsumer, suplier, organisasi komunitas lokal) yang dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan. Sesuai dengan pandangan ini, tidak cukup bagi para manajer untuk hanya fokus pada kebutuhan stokholder, atau pemilik korporat. Selain itu teori stakeholder menurut Donaldson dan Preston (1995) merupakan teori yang menekankan dimensi moral dan etika dari CSR, sebagaimana kasus bisnis untuk aktivitas terkait seperti ini. Perspektif lainnya yang didasarkan pada ide bahwa terdapat moral yang harus ada pada para manajer agar melakukan hal yang benar, tanpa memperhatikan bagaimana keputusan tersebut akan mempengaruhi kinerja finansial perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian kusumadilaga (2010) dan Agustina (2012) yang menyatakan bahwa variabel CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Orlitzky, et al (2003) dalam Lujun (2010) juga menyatakan bahwa kinerja dan tanggung jawab sosial lingkungan adalah suatu jenis investasi. Oleh karena itu, hal tersebut dapat menciptakan peluang untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
64
4.3.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap hubungan Corporate Sosial Responsibility dengan Nilai Perusahaan Berdasarkan output SPSS, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas sebagai variabel moderasi dapat mempengaruhi hubungan CSR dengan nilai perusahaan. Dengan kata lain Corporate Social Responsibility dapat meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan tinggi, dan sebaliknya CSR dapat menurunkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan rendah. Berpengaruhnya profitabilitas di dalam hubungan antar CSR dengan nilai perusahaan disebabkan karena rata-rata perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 tidak tergolong ekonomis/pelit yaitu perusahaan yang memiliki keuntungan yang tinggi, dengan CSR yang tinggi pula. Hal ini sesuai dengan teori teori RBV (resource based view of the firm) adalah memaksimalkan profit. Russo dan Fouts (1997) menguji teori ini secara empiris menggunakan data tingkat perusahaan dalam profitabilitas akuntansi dan lingkungan dan menemukan bahwa perusahaan dengan tingkatan lebih tinggi dalam kinerja lingkungan memiliki kinerja finansial superior, dimana mereka menginterpretasikan konsistensi dengan teori RBV. Hackston dan Milne (1996) dalam Anggarini (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar informasi sosial yang dilakukan perusahaan. sehingga dapat disimpulkan bahwa, corporate social responsibility akan meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan meningkat. Dahli dan Siregar (2008) mengindikasikan bahwa perilaku etis perusahaan berupa tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya memberikan dampak positif jangka panjang yang tercermin pada keuntungan perusahaan (profit) dan peningkatan kinerja keuangan. Berdasarkan teori legitimasi
65
(legitimacy theory) mengharuskan perusahaan bertindak responsive terhadap lingkungan dimana mereka beroperasi. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumadilaga, (2010) Nurlela dan Islahuddin (2008), dan Corrina (2010) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap CSR dan Nilai perusahaan. hal ini disebabkan oleh banyak perusahaan manufaktur di tahun 2008 yang tergolong perusahaan ekonomis/pelit, seperti yang dijelaskan oleh Suharto (2007). Perusahaan ekonomis/pelit yaitu perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi, namun anggaran CSR-nya rendah (Suharto,2007).
66
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Berdasarkan
analisis
yang
telah
dilakukan
dalam
penelitian
ini
menyimpulkan bahwa: 1. CSR (Corporate Social responsibility) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. 2. Profitabilitas sebagai variabel moderasi dapat mempengaruhi hubungan CSR dengan nilai perusahaan. 5.2
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. 1. Penelitian ini hanya menggunakan Corporate Social Responsibility sebagai variabel bebas dalam pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. 2. Penelitian ini hanya menggunakan profitabilitas sebagai variabel moderasi dalam hubungannya terhadap CSR dengan nilai perusahaan. 3. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian hanya dari perusahaan manufaktur yang berjumlah 35 dengan tahun pengamatan 2012 4. Data yang digunakan dalam informasi tanggung jawab sosial terbatas pada laporan tahunan saja.
66
67
5.3
Saran Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan dan
keterbatasan pada penelitian ini, adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu: 1.
Penelitian
selanjutnya
diharapkan
menggunakan
penerapan
Good
Corporate Governance (GCG) selain Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel bebas dalam pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. 2.
Penelitian selanjutnya menggunakan variabel lain sebagai variabel moderasi hubungan CSR dan Nilai perusahaan, mislanya: ukuran perusahaan, leverage, operating risk dan persentase kepemilikan manajemen.
3.
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan seluruh perusahaan dengan sampel yang lebih banyak dengan tahun pengamatan yang lebih lama.
4.
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan data primer dan data sekunder dalam melihat tanggung jawab sosial bukan hanya pada laporan tahunan saja.
68
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 2012. Pengaruh Profitabilitas dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi: Universitas Negeri Padang.(Online),(http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/articl e/download/71/59 diskses 19 Oktober 2013). Anggraini, Fr. R. R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. (Online),(http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/file_artikel_abstrak/I si_Artikel_699411403487.pdf diakses 19 Oktober 2013) Arthur J,dkk. 2004. Manajemen Keuangan Jilid 1.Indeks: Jakarta. Baron, D. 2001. Private politics, corporate social responsibility and integrated strategy. Journal of Economics and Management Strategy, 10: 7-45. (Online), (http://csi.gsb.stanford.edu/private-politics-corporate-socialresponsibility integrated-strategy, diakses 19 Oktober 2013) Brigham, Eugene dan Houston Joel. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga Clarkson, M. 1994. A Risk Based Model of Stakeholder Theory. Paper Presented at the Procedings of the Second Toronto Conference on Stakeholder Theory,Toronto.(Online),(https://www.zotero.org/jahapaula/items/item Key/RDP5DG35, diakses 19 Oktober 2013) Dahli, L. dan Siregar, V. S. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006). Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. (Online), (http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/6167/1/jurnal %20skripsi.pdf,diakses 19 Oktober 2013) Donaldson, T. and Preston, L. 1995. The stakeholder theory of the corporation: Concepts, evidence, and implications, Academy of Management Review, 20: 65-91. (Online), (http://www.jstor.org/stable/258887, diakses 19 Oktober 2013) Feddersen, T. and Gilligan, T. 2001. Saints and markets: Activists and the supply of credence goods. Journal of Economics and Management Strategy, 10:149-171. (Online),(http://econpapers.repec.org/article/blajemstr/v_3a10_3ay_3a 2001_3ai_3a1_3ap_3a149-171.htm, diakses 29 Oktober 2013) Ferrel, C., George Hirt., dan Linda Ferrel. 2006. Business: A Changing World, MCGraw-Hill. New York.
69
Fiori, G., Donato, E., Izzo, MF. 2007. Corporate Social Responsibility and Firm Perormance: an analysis Italian Listed Companied. (Online),(http://www.ersj.eu/repec/ers/papers/10_4_p6.pdf, diakses 19 Oktober 2013) Florence
Devina, Suryanto dan Zulaikha.2004. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Maksi. Volume 4. Agustus:161-177. (Online),(http://eprints.undip.ac.id/10115/1/2004MAK3162.pdf, diakses 19 Oktober 2013)
Fombrun, C. and Shanley, M. 1990. What’s in a name? Reputation building and corporate strategy. Academy of Management Journal, 33: 233-258. (Online), (http://amj.aom.org/content/33/2/233.abstract, diakses 19 Oktober 2013) Freeman, R. E. 1984. Strategic management: A stakeholder approach. Boston, MA: Pitman. Friedman, M. 1970. The Social Responsibility of business is to increase profits, New York. Times Magazine:122-126 Ghozali dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. MCGraw-Hill Guthrie, James dan Ward, Leanne. 2006. Legitimacy theory: A Story of Reporting Social and Environmental Matters within the Australian Food and Beverage Industry. Presented to the 5th Asian Pasific Interdiciplinary Research in Accounting (APIRA) Conference, 8-10 July 2007, Aucland. New Zealand. (Online),(http://csringreece.gr/files/research/CSR1290000469.pdf?use r=bd31a3168ebac47053af2648943f5351, diakses 19 Oktober 2013) Hart, S. 1995. A natural resource-based view of the firm, Academy of Management Review, 20:986-1014. (Online),(http://www.stuartlhart.com/sites/stuartlhart.com/files/Natural ResourceBasedView.pdf, diakses 19 Oktober 2013) Henny dan Murtanto. 2001. Analisis Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 1, no. 2: 21-48. . ISO 26000. Pengertian CSR. Jakarta: Panduan lengkap perencanaan CSR, Hal:17 Keown, Arthur J, dkk. 2004. Manajemen Keuangan Jilid 1.Indeks: Jakarta. Kotler, Philip. Pengertian CSR. Jakarta: Panduan lengkap perencanaan CSR, Hal:15.
70
Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh CSR terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. (Online),(http://eprints.undip.ac.id/22572/1/SKRIPSI_Rimba_Kusumad ilaga.PDF, diakses 19 Oktober 2013) Lifessy Martalina. 2011. Pengaruh Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Struktur Modal sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. (Online),(http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/downl oad/71/59, diakses 19 Oktober 2013) Lujun. 2010. The Relations Among Environmental Disclosure, Environmental Performance, and Financial Performance: An Empirical Study in China. Working paper series. (Online),(http://www.journals.elsevier.com/journal-of-cleaner production/recent-articles/, diakses 19 Oktober 2013) Martono dan Agus Harjito .2005:2. Manajemen Keuangan. Yogyakarta McWilliams, A. and Siegel, D. 2000. Corporate social responsibility and Financial Performance: Correlation or Misspecification? Strategic Management Journal, 21: 603-609. McWilliams, A. and Siegel, D. 2001. Corporate social responsibility: A theory of the firm perspective. Academy of Management Review, 26: 117-127. Nurlela dan Islahudin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI. (Online),(http://eprints.undip.ac.id/22816/1/Nurlela.PDF, diakses 19 Oktober 2013) Octavia, Itsna. 2012. Pengaruh Pengungkapan Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi. Skripsi tidak diterbitkan. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. (Online),(http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20291869-SItsna%20Octavia.pdf, diakses 19 Oktober 2013) Pedoman
laporan berkelanjutan (sustainability Reporting). (Online), (https://www.globalreporting.org/resourcelibrary/, diakses tanggal 18 Oktober 2013)
Qorrina, Alfien. 2010. Pengaruh Peringkat Kinerja Lingkungan Perusahaan dan Pengungkapan Informasi Lingkungan terhadap Kinerja Ekonomi Perusahaan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.(Online),(http://ugm.ac.id/file?file=digital/201136Qorrina. pdf, diakses 19 Oktober 2013) Rachman, M., Nurdizal, Efendi, Asep. dan Wicaksana, Emir.,2011:18. Konsep triple bottom line
71
Ray H. Garrison, Eric W. Noreen, dan Peter C. Brewer. 2006:553. Akuntansi Manajerial. Edisi 11. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Rika Susanti. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Go Public yang Listed Tahun 20052008. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. (Online),(http://eprints.undip.ac.id/23439/1/gabb.pdf, diakses 19 Oktober 2013) Russo, M. V. and P.A. Fouts. 1997. A resource-based perspective on corporate environmental performance and profitability. Academy of Management Journal. 40(3): 534-559.(Online),(http://amj.aom.org/content/40/3/534, diakses 20 November 2013) Sartono, Agus.2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Sawir, Agnes, 2009:18. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sayekti, Yosefa dan Lodovicus Sensi Wadabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response Coefficient (Suatu Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Makassar: Simposium Nasional Akuntansi X. (Online),(http://staff.ui.ac.id/system/files/users/ludovicus.sensi/publicat ion/akpm-08.pdf, diakses 11 November 2013) Sembiring.2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 8. (Online),(http://www.researchgate.net/publication/257920579_Karakte ristik_Perusahaan_dan_Pengungkapan_Tanggung_Jawab_Sosial:Stu dy_Empiris_pada_Perusahaan_yang_tercatat_di_Bursa_Efek_Jakart a./file/72e7e52616b7182b8e.pdf, diakses 20 Oktobe 2013) Sugiarto. 2008. Hubungan antara Kepemilikan Manajerial, Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Tobin’s Q dengan Good Corporate Governance pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Program Studi Magister Manajemen Universitas Indonesia. (Online),(http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20285537T29491-Analisis%20pengaruh.pdf, diakses 19 Oktober) Suharto, Edi. 2007. Corporate Social Responsibility: What is and Benefit for Corporate. (Online),(http://www.policy.hu/suharto. Diakses tanggal 19 Oktober 2013) Sulkowski, Adam., Linxiao Liu dan Jia Wu. 2010. Environmental Disclosure, Firm Performance, and Firm Characteristic: An Analysis of S&P 100 Firms. Journal of Academy of Business and Economics, Vol. 10, Juni. Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi. Yogyakarta: BPFE.
72
Syamsuddin, Lukman, 2009:61. Manajemen Keuangan Perusahaan, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Harahap, Sofyan., Safri. 2007. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Tamba, Erida., Gabriella. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Pengungkapan Tanggung jawab Sosial Perusahaan. Skripsi: Universitas Diponegoro. (Online),(http://eprints.undip.ac.id/30901/1/Skripsi004.pdf, diakses 19 Oktober 2013) Toto Prihadi. 2008. Analisis Rasio Keuangan.Jakarta:Pengembangan Eksekutif Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Wahyudi, Johan. 2010. Pengaruh Pengungkapan Good Corporate Governance, Ukuran Dewan Komisaris dan Tingkat Cross-Directorship Dewan terhadap Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. (Online),(http://eprints.undip.ac.id/20037/, diakses 19 Oktober 2013) Waldman, D., Siegel, D. and Javidan, M. 2005. CEO transformational leadership and corporate social responsibility, mimeo. (Online),(http://www.economics.rpi.edu/workingpapers/rpi0506.pdf, diakses 20 November 2013) Yao, Shujie, Wang, Jianling, dan Lin Song. 2011. Determinants of Social Responsibility Disclosure by Chinese Firms. Discussion Paper 72. The University of Nottingham. July 2011.
73
74
75
76
77
78
79
80
81
1
2
1
2
3
4
5
6
7