DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI HEWAN SECARA ONLINE Alvin Pandu Prakasa *, Suradi, Herni Widanarti Fakultas Hukum Universitas Diponegoro ABSTRAK Transaksi jual beli hewan yang memanfaatkan internet sebagai media semakin menjamur. Di era globalisasi seperti ini kegiatan seperti itu menjadi hal patut dilakukan. Salah satu kegiatan jual beli yang memanfaatkan internet sebagai media adalah jual beli hewan. Jual beli hewan secara onlinemenjadi salah satu pilihan bagi para calon pembeli. Prosesnya yang mudah dan praktis menjadi alasan kenapa kegiatan jual beli hewan secara online ini menjadi pilihan. Pembeli sebagai konsumen menanggung banyak risiko dalam transaksi ini. Baik risiko yang datang dari pribadi penjual ataupun risiko yang datang karena proses pengiriman hewan yang memanfaatkan jasa pengiriman hewan. Oleh karena itu pembeli selaku konsumen kedudukannya dilindungi oleh Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999. Permasalahan yang dapat diangkat dalam kasus ini adalah pertamggumg jawaban pelaku usaha jika dalam proses pengiriman hewan yang dikirim mati, kabur dan hilang. Selain itu permasalahan dapat timbul ketika hewan yang dikirim oleh penjual tidak sesuai keadaannya dengan seperti yang diperjanjikan. Kata kunci: Jual beli online, jual beli hewan. ABSTRACT The activity of buying and selling that use internet as a media is increasing nowadays. In the era of globalization, activity like this becomes something that must be done. One of the activities buying and selling that use internet as media is buying and selling of animals. Animal transaction that use internet is preferred for the buyer. The process is easy and practical are the reason why this activity becomes an option. Buyers as a consumers bear many of risk in this transaction. Risks that come from the seller or risk that come from shipping process of animals that use expedition service. Therefore buyers as consumers are protected by Law of The Republic Indonesia Number 8 Year 1999 concerning Consumers Protection. Problems that could found in this case is seller liability if in the process of shipping animals are dead and lost. Another problem that could found is when animals that was sent by the seller were not same like in the contract. Keywords:Online transaction, buying and selling of animals.
1
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
Walaupun begitu, tidak bisa
PENDAHULUAN Seiring
dengan
berjalannya
waktu seemakin banyak pelaku usaha yang bergerak di bidang jual – beli hewan,
baik
yang
secara
nyata
memiliki lahan dan membuka toko hewan sendiri, atau pun yang memiliki keterbatasan dana dan lahan sehingga berinisiatif
bergerak
dengan
memanfaatkan teknologi e-commerce. E-commerce
hujan, kebiasaan masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli sudah mengalami
sedikit
pergeseran.
Kebiasaan melakukan transaksi jual beli secara langsung, atau tatap muka kini perlahan berubah menjadi sebuah gaya baru yaitu transaksi jual beli online yang tidak bisa dipisahkan dengan teknologi e-commerce. Jika
electronic
dulu barang yang ditawarkan dalam
transaksi
jual beli online hanya terbatas pada
perdagangan yang melibatkan inividu-
barang tertentu, maka sekarang sudah
individu dan organisasi-organisasi atau
hampir semua barang kebutuhan dapat
badan, berdasarkan pada proses dan
diperoleh lewat transaksi jual beli
transmisi data digital, termasuk teks,
online. Salah satunya adalah jual beli
commerce
suara
atau
dipungkiri, bagai jamur di musim
merupakan
atau
jaringan
tertutup.1
hewan secara online.
Penggunaan internet dalam electronic commerce
Mengacu pada hal tersebut,
ini memberikan dampak
positif bagi dunia perdagangan, akses cepat, serta kecanggihannya menjadi daya tarik utama, meskipun tidak dipungkiri juga e-commerce memiliki kekurangan dalam pemanfaatannya.
jual-beli hewan secara online semakin marak di masyarakat, apalagi setelah istilah
e-commerce muncul. Akses
internet yang mudah didapat, fasilitas untuk memasarkan hewan yang ingin diperjual-belikan pun semakin banyak. Sebut saja eBay, Amazon, AOL,
1
Abdullah Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, 2006, Bisnis E-commerce Studi Sistem Keamanan Dan Hukum Di Indonesia. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal.2.
Facebook, bahkan yang merupakan produk lokalpun ada, seperti Kaskus, Berniaga, Toko Bagus, dan masih 2
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
banyak lagi contoh lainnya. Semakin
hewan yang menjadi objek transaksi
banyak pula para calon pembeli yang
tersebut lewat jasa ekspedisi. Tidak
tidak ingin repot pergi ke toko hewan
sedikit juga kejadian di luar kehendak
untuk memilih dan membeli hewan
para pelaku usaha tersebut, misalnya
yang mereka minati, apalagi jika si
saja hewan yang diperdagangkan tadi
penjual berada cukup jauh dari si calon
mati saat dilakukan pengiriman, hewan
pembeli,
yang
di
kota
yang
berbeda
diperdagangkan
kabur
saat
misalnya, tentu akan memakan waktu
dilakukan pengiriman, belum lagi
yang banyak jika harus pergi langsung
terjadi hal-hal yang diluar kuasa
ke lokasi penjual tersebut berada.
manusia, misalnya saja saat melakukan
Dewasa ini cukup dengan mengakses
pengiriman hewan lewat jalur laut tapi
internet dan situs-situs yang telah
ternyata angkutan yang mengangkut
dijelaskan tadi, para calon pembeli
hewan tersebut terkena badai sehingga
sudah dapat memilih, dan memiliki
menyebabkan
opsi untuk membeli hewan-hewan
membawa hewan tersebut tenggelam
tersebut. Jual-beli hewan secara online
dan hewan yang ada di dalamnya mati.
tentunya dilakukan oleh pelaku usaha
Pembeli
yang tidak saling mengenal, tidak
merasa dirugikan dengan terjadinya
bertatap muka langsung, lintas kota,
hal tersebut, dan tentunya sebagai
lintas pulau bahkan tidak menutup
konsumen, para pembeli tadi mendapat
kemungkinan lintas negara. Namun hal
perlindungan
tersebut bukan merupakan halangan,
undang Nomer 8 Tahun 1999 tentang
sudah banyak jasa ekspedisi yang
Perlindungan Konsumen Pasal 19.
menawarkan jasa untuk mengantarkan barang
sampai
tempat
tujuan.
Walaupun hal tersebut memiliki risiko yang
tidak
sedikit,
tapi
dalam
prakteknya banyak para pelaku usaha jual-beli hewan secara online yang tetap
mempercayakan
kapal
selaku
laut
konsumen
berdasarkan
yang
tentu
Undang-
Selain risiko yang ditimbulkan saat dilakukan pengiriman hewan yang diperdagangkan
yang
dapat
mengakibatkan hewan mati, ataupun terjadi hewan kabur, ada permasalahan lain yang timbul lewat jual-beli hewan
pengiriman 3
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
secara online ini. Hal tersebut dapat
keseluruhan asas-asas dan kaidah-
terjadi jika ternyata hewan yang
kaidah hukum yang mengatur dan
diperdagangkan
melindungi
ini
tidak
sesuai
konsumen
dalam
wujudnya dengan apa yang pelaku
hubungan dan masalahnya dengan para
usaha
penyedia
atau
penjual
tampilkan
di
barang
dan
atau
jasa
internet. Misalnya saja, gambar di
konsumen.2
internet menggambarkan bahwa hewan
mengartikan jika hukum perlindungan
tersebut bebas dari cacat dan tidak ada
konsumen
kekurangan fisik sedikit pun, namun
mengatur
ternyata saat hewan sudah sampai di
menjamin terwujudnya perlindungan
tangan pembeli kondisinya tidak sesuai
hukum
dengan apa yang ada di foto. Tentunya
konsumen.3
sebagai
dan
hukum perlindungan konsumen adalah
konsumen, hal ini sangat merugikan.
peraturan yang menjadi dasar dan
Dan sesuai dengan Undang-undang
digunakan untuk mengatur berbagai
Nomer
hak dan kewajiban dari para konsumen
seorang
8
pembeli,
Tahun
Perlindungan
1999
Konsumen
tentang
Sidabalok
adalah
hukum
yang
upaya-upaya
terhadap
untuk
kepentingan
Namun
pada
intinya,
4
dan pelaku usaha. Selain itu dalam
konsumen dilindungi oleh hukum. Dan
hukum perlindungan konsumen juga
menurut Undang-undang Nomer 11
dijelaskan beberapa hal lain seperti
Tahun 2008 tentang Informasi dan
standarisasi
Transaksi Elektronik Pasal 28 ayat (1),
merupakan
penjual
terdapat pada Pasal 4 dan Pasal 5
yang
menyebabkan
Pasal
Janus
dengan kerugian
sengaja konsumen
dapat dikenakan sanksi hukum.
Nasution
bisa
dan/atau
jasa,
Perlindungan Untuk
membuat
produknya jadi lebih baik para pelaku usaha dapat memanfaatkan teknologi, perlindungan
konsumen memiliki banyak definisi. Az.
barang
yang
Undang-Undang Konsumen.
TINJAUAN PUSTAKA Hukum
produk
menjelaskan
bahwa
hukum perlindungan konsumen adalah
2
Az. Nasution, 1995, Konsumen dan Hukum, Sinar Harapan, Jakarta, hal. 64. 3 Janus Sidabalok, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 47
4
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
sehingga
pemenuhan
kebutuhan
Perlindungan Konsumen menjelaskan
konsumen dapat terpenuhi lebih luas.
apa
Akan tetapi penggunaan teknologi
Perlindungan
Konsumen
yang tidak sesuai dengan ketentuan
Lalu
44
dapat menimbulkan kerugian pada
Perlindungan Konsumen menjelaskan
konsumen.
bahwa masyarakat dapat bersama-
Transaksi
elektronik
yang
dipraktekan dalam transaksi jual beli online melahirkan kekuatan daya tawar yang tidak sejajar antara pelaku usaha dan
konsumen.
Dapat
dijelaskan
dengan kenyataan bahwa pelaku usaha yang menjual barang dan/atau jasanya secara online kerap mencatumkan kontrak baku, sehingga memunculkan daya tawar yang asimetris (unequal bargaining power).4 Oleh karena itulah dibutuhkan peran dari pemerintah dan juga masyarakat untuk bersama-sama mengawasi
tugas
Pasal
sama
dengan
dari
Badan Nasional.
Undang-Undang
pemerintah
untuk
mengawasi jalannya perkembangan perlindungan lembaga
konsumen
swadayanya,
dengan tentunya
merupakan lembaga swadaya yang memenuhi syarat untuk memenuhi tugasnya.
Diharapkan
peran
pemerintah dan masyarakat tersebut dapat saling mengisi ruang di ranah perlindungan
konsumen
bersama-sama
untuk
mewujudkan
perlindungan konsumen yang lebih baik.
ketetapan
Maksud utama dari perlindungan
perlindungan konsumen yang berlaku
konsumen adalah untuk melindungi,
tersebut
menjamin
mengalami dengan
apakah
saja
berjalan
lancar
gangguan. Badan
atau
hak,
keamanan,
Pemerintah
keselamatan, kepastian hukum dari
Perlindungan
konsumen. Selain itu tujuan dari
Konsumen Nasional, seperti
yang
perlindungan konsumen ini adalah
terdapat pada Pasal 31 sampai dengan
untuk selalu mengingatkan seluruh
Pasal
pihak yang terlibat, seperti pelaku
34
Undang-Undang
usaha, masyarakat, dan pemerintah 4
Imam Sjahputra, 2010, Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Elektronik, Alumni, Bandung, hal. 69.
untuk mengingat selalu tujuan utama
5
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
dari
Undang-Undang
Perlindungan
a. Arbitrase
Konsumen agar dapat terwujudnya
Arbitrase
merupakan
perlindungan konsumen yang diidam-
penyelesaian sengketa di luar
idamkan.
pengadilan yang didasarkan pada
Dalam hal terjadi sengketa dalam perlindungan konsumen dalam transaksi
jual
ditempuh
beli
online
dapat
dua
cara
dengan
penyelesaian konsumen
layaknya pada
sengketa
umumnya.
perjanjian arbitrase yang dibuat oleh pihak bersengketa. b. Konsiliasi Penyelesaian sengketa melalui jalur
konsiliasi
memiliki
Yaitu
kesamaan dengan penyelesaian
melalui jalur peradilan dan jalur di luar
sengketa denan jalur arbitrase,
peradilan. Penyelesaian melalui jalur
namun penyelesaian melalui jalur
di luar pengadilan dijelaskan dalam
ini tetap berbeda dengan jalur
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
arbitrase. Perbedaan itu terletak
tentang Perlindungan Konsumen yang
pada putusannya. Putusan yang
dapat
berdasar pada pendapat konsiliator
dikaitkan
Undang
Nomor
dengan 11
tentang Informasi
Undang-
Tahun
2008
dan Transaksi
Elektronik. Selanjutnya dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dijelaskan tentang tugas dan wewenang BPSK.
tidak
mengikat
sebagaimana
putusan arbitrase. c. Mediasi Mediasi dikatakan merupakan pilihan
terbaik
dalam
hal
penyelesaian sengketa terhadap
Penyelesaian sengketa terhadap
perlindungan
konsumen.
perlindungan di luar pengadilan dapat
Penyelesaian sengketa lewat jalan
ditempuh sebagaimana
lewat yang
Undang-Undang Konsumen, yaitu:
berbagai
cara
mediasi ini sudah dikenal bahkan
dikenal
dalam
sebelum lahirnya Undang-Undang
Perlindungan
Perlindungan Mediasai penyelesaian
Konsumen. merupakan
cara
sengketa
yang 6
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
fleksibel dan tidak mengikat serta
prosedur
yang
digunakan
melibatkan pihak mediator, yaitu
memcahkan masalah dengan meneliti
pihak yang dapat membantu para
data
pihak yang bersengketa untuk
kemudian
dapat mencapai kata sepakat.
menggunakan penelitian terhadap data
sekunder
terlebih
untuk
dahulu
dilanjutkan
dengan
primer. Yang dimaksud dengan analisis
METODE PENELITIAN
data yaitu proses pengumpulan data
Dalam melakukan penelitian
yang berdasarkan pada segala data
menunjang keakuratan
data,
yang sudah diolah. Analisis data ini
penelitian dilakukan dengan metode
merupakan penjelasan dari hasil-hasil
yuridis
yang
penelitian yang didapat. Analisis data
dilakukan tidak hanya berpegang pada
merupakan langkah terakhir dalam
segi yuridis saja melainkan dengan
kegiatan penelitian
guna
empiris.
Pendekatan
bantuan ilmu sosial lainnya. Yuridis sendiri merupakan metode penelitian yang
berpegang
pada
hukum,
peraturan perundang-undangan yang berlaku, teori hukum, dan pendapat para
sarjana
hukum.
Sedangkan
empiris mengacu pada hal-hal nyata dan penerapan dalam masyarakat. Sehingga merupakan
pendekatan
yuridis
pendekatan
kepada
masyarakat untuk melihat keefektifan hukum yang berlaku. Pendekatan didefinisikan
yuridis sebagai
empiris
Penulis
menggunakan
analisis
kualitatif. Yaitu data yang diperoleh akan
dipilih
dan
disusun
secara
sistematis, kemudian dianalisis secara kumulatif untuk menjeaskan hasil penelitian yang akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah. Untuk kemudian dianalisis secara umum dan kemudian ditarik
kesimpulan
khusus
untuk
yang
mencapai
bersifat kejelasan
permasalahan yang dibahas. PEMBAHASAN
pemdekatan
Perjanjian jual beli online dapat
yuridis sosiologis, yaitu suatu cara
dikatakan sah jika syarat sahnya 7
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
perjanjian
sudah
terpenuhi,
yaitu
Jika dalam proses pengiriman
ketika para pihak sepakat dan setuju
yang
untuk melakukan transaksi jual beli
pengiriman
hewan,
dengan
diperjanjikan mati, penjual selaku
melaksanakan
pelaku usaha yang baik bersedia
membayar
memberikan ganti kerugian walau hal
sejumlah uang kepada penjual. Namun
itu sebelumnya tidak diatur terlebih
dalam prakteknya, seringkali terjadi
dahulu dalam perjanjian, namun hal
hal dimana salah satu pihak tidak
tersebut
cakap untuk melakukan perjanjian jual
ketentuan,
beli secara online tapi hal itu tidak
pembeli harus menyertakan foto atau
dijadikan halangan oleh pihak yang
gambar yang memperlihatkan jika
lain dalam melangsungkan perjanjian
hewan tersebut benar-benar mati pada
selama pembayaran dapat dilakukan.
saat dilakukannya pengiriman, dan
Pembayaran bisa langsung dilakukan
foto atau gambar tersebut dikirimkan
oleh pembeli kepada penjual, atau bisa
dengan tempo tidak lebih dari tiga hari
menggunakan
terhitung
yang
pembeli
dilanjutkan
yang
kewajibannya
untuk
jasa
perantara
atau
dilakukan barang
berlaku
melalui
jasa
hewan
yang
dengan
beberapa
ketentuannya
adalah
sejak
hewan
tersebut
dikenal dengan rekening bersama,
diterima oleh pembeli, setelah itu lalu
rekber. Pembayaran yang dilakukan
foto atau gambar tersebut diikirim
langsung
dengan
kepada penjual sehingga dapat menjadi
penjual ataupun pembayaran yang
bukti. Setelah menerima foto atau
dilakukan lewat jasa rekber sama-sama
gambar penjual akan mengirimkan
menggunakan faslitas perbankan, yaitu
ganti rugi, yaitu dapat berupa hewan
dengan cara transfer, dan transfer yang
yang sama atau sejumlah uang yang
umumnya digunakan adalah electronic
telah dibayarkan oleh pembeli.
antara
pembeli
funds transfer system seperti melalui ATM.5
Begitu juga jika hewan yang dikirim tersebut ternyata hilang dan juga kabur pada saat pengiriman
5
Muhammad Djumhana, 2006, Hukum Perbankan Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, Hal.383
8
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
berlangsung. tentunya
Penjual
akan
mengganti
yang
bersedia
kehilangan
baik
para pihak bebas untuk memilih jalur
untuk
penyelesaian sengketa tersebut. Seperti
yang
yang tertera dalam Pasal 45 sampai
menimbulkan kerugian bagi konsumen
dengan
tersebut. Sama halnya jika terjadi
Perlindungan Konsumen. Pihak yang
kekliruan,
ternyata
bersengketa dapat memilih jalur yang
hewan yang dikirim tidak sesuai
akan ditempuh, yaitu jalur pengadilan
dengan apa yang dicantumkan dalam
dan non pengadilan. Jika konsumen
iklan penjual harus bersedia mengganti
memilih jalur non pengadilan maka
hewan yang sesuai karena jika tidak
proses
hal
dilakukan
misalnya
tersebut
kerugian
jika
dapat
bagi
berkedudukan
menimbulkan
pembeli sebagai
yang
konsumen.
Pasal
48
Undang-Undang
penyelesaian lewat
mengutamakan terlebih
sengketa
BPSK
proses
dahulu.
dengan
perdamaian
Jika
proses
Walau dalam prakteknya tidak semua
perdamaian tidak menemukan maka
penjual bersedia untuk mengganti
pihak
kerugian tersebut.
membawanya ke jalur pengadilan.
Pembeli dilindungi
sebagai
konsumen
kedudukannya
oleh
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, oleh karena itu penjual yang tidak bersedia mengganti disebabkannya
kerugian akan
yang berlawanan
dengan UUPK tersebut. Karena dalam Pasal 19 sampai 28 UUPK diatur mengenai tanggung
jawab pelaku
usaha.
yang
Walaupun pnyelesaian
bersengketa
sudah
diatur
sengketa
dapat
mengenai
lewat
jalur
pengadilan, tapi dalam prakteknya jarang sekali ada konsumen yang bersedia membawa sengketa yang dihadapinya ke pengadilan. Para pihak lebih menyukai proses perdamaian, karena hal itu dinilai lebih mampu untuk menyelesaikan masalah di antara para pihak yang bersengketa. Jalur pengadilan oleh para pihak dianggap terlalu menghabiskan biaya dalam
Jika terjadi sengketa dalam hal jual beli hewan secara online maka
menyelesaikan
sengketa
lagipula
memakan waktu yang tidak sebentar. 9
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
Dengan
memilih
jalur
tanggung jawab usaha yang diberikan
penyelesaian sengketa lewat jalur di
jika dalam proses pengiriman hewan
luar pengadilan, yaitu dengan cara
yang diperjanjikan mengalami hal di
perdamaian, bukan berarti para pihak
luar kehendak konsumen. Hal tersebut
tidak
sistem
adalah jika hewan yang dikirim mati,
perlindungan konsumen yang ingin
kabur, dan hilang pada saat dilakukan
ditegakan,
itu
pengiriman. Tanggung jawab pelaku
merupakan sebuah aplikasi nyata dari
usaha pun dapat diberikan jika hewan
sebuah undang-undang, yang dalam
yang
hal
Undang-Undang
ternyata tidak sesuai dengan kondisi
Perlindungan Konsumen dalam hal
yang terlihat pada foto atau gambar
menyelesaikan
yang dicantumkan.
mengamalkan
ini
akan
tetapi
adalah
hal
sengketa
terhadap
konsumen yang telah terjadi.
sudah
diterima
konsumen
2. Penyelesaian sengketa terhadap Perlindungan Konsumen Dalam
KESIMPULAN Mengenai
Perlindungan
Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli Hewan Secara Online, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Transaksi Jual Beli Hewan Secara Online. Suatu
keadaan
kejadian
tertentu seperti matinya hewan saat dilakukan
1. Tanggung jawab yang diberikan
dan
pengiriman,
hilangnya
hewan saat dilakukan pengiriman,
pelaku usaha jika terjadi hal yang
kaburnya
tidak
saat
pengiriman, dan kondisi hewan yang
pengiriman hewan dilakukan, dan
tidak sesuai dengan foto atau gambar
tanggung jawab pelaku usaha jika
yang ditampilkan sebelmnya dapat
hewan yang diterima konsumen
menyebabkan konsumen mengalami
tidak
kerugian. Dengan terjadinya hal
diharapkan
sesuai
pada
dengan
yang
diperjanjikan.
konsumen
Bagi penjual hewan secara online
dilindungi
pemberian jaminan tersebut berupa
hewan
Perlindungan
yang oleh
saat
dilakukan
itu
kedudukannya Undang-Undang
Konsumen
dapat
10
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
mengajukan pengaduan kepada BPSK atau lembaga perlindungan konsumen yang memenuhi persyaratan, selain itu
Djumhana, Muhammad. 2006. Hukum Perbankan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
konsumen dapat mengugat pelaku usaha lewat pengadilan. Namun karena berbgai
alasan,
konsumen
dalam
transaksi jual beli hewan secara online enggan menempuh jalan tersebut. Hal itu disebabkan karena penyelesaian sengketa
lewat
memiliki
jalan
banyak
musyawarah kelebihan,
diantaranya lebih cepat dan tidak berbelit-belit. DAFTAR PUSTAKA Halim
Barkatullah, Abdullah dan Teguh Prasetyo. 2006. Bisnis E-commerce Studi Sistem Keamanan Dan Hukum Di Indonesia. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Nasution, Az. 1995. Konsumen Dan Hukum. Jakarta: Sinar Harapan. Sjahputra, Imam. 2010. Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Elektronik. Bandung: Alumni. Sidabalok, Janus. 2006. Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
11