perkembangan yang cukup signifikan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Mereka masih bergantung kepada guru sebagai pemberi informasi yang benar dan menyerahkan kendali kegiatan pembelajaran sepenuhnya kepada guru. Inisiatif siswa untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan berpikir kritis secara mandiri belum nampak. Belajar yang menyenangkan itu mencakup seluruh aspek.Artinya, siswa bisa belajar secara kreatif dalam kelas.Tidak membuat guru menjadi orang paling sibuk menerangkan di depan kelas.[11] Metode pendidikan yang terlalu menekankan keaktifan guru akan membuat murid menjadi pasif. Akibatnya siswa hanya berusaha untuk mendapat rapor dan ijazah.[12] Diperlukan reformasi pendidikan untuk menyelamatkan masa depan kita. Pendidikan yang baik merupakan hasil kooperasi yang seimbang antara guru dan siswa.[7] Salah satu model pembelajaran yang pernah dikembangkan adalah pembelajaran dengan teknik Mistake Buster. Teknik ini diperkenalkan oleh Huynh (2003). Salah satu cara yang telah diujicobakan oleh Huynh dan ditemukan efektif adalah dengan mempersiapkan aktivitas dimana siswa mengambil ahli peranan dalam mengoreksi kesalahan (mistake corrector), yang biasanya dilakukan oleh guru. Sementara itu guru berperan dengan sengaja menjadi pembuat kesalahan (mistake maker).[5] Melalui penelitian yang dilakukan oleh Huynh, teknik ini terbukti bisa meningkatkan kualitas pembelajaran, siswa bisa lebih aktif dan mampu mengembangkan cara berpikir kritis dengan lebih maksimal karena pembelajaran disajikan dengan cara yang lebih menarik dan menantang. Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti apakah model pembelajaran dengan metode “belajar lewat kesalahan” dimana guru berperan dengan sengaja menjadi pembuat kesalahan (mistake maker) dan siswa bertugas untuk mengoreksi kesalahan bisa diterapkan dalam pembelajaran fisika. Mengingat kenyataan bahwa sebelum memasuki kelas, kepala siswa sudah penuh dengan pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan fisika,[14] sehingga siswa memiliki kapabilitas untuk bisa lebih kritis dalam menyikapi berbagai kesalahan yang sengaja disiapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Film kartun sebagai media dianggap paling tepat dalam metode pembelajaran ini, karena terdapat banyak kesalahan konsep fisika dalam film kartun. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Fransina Rambu (2010), ditemukan bahwa pembelajaran menggunakan media film kartun dapat mengembangkan prestasi belajar siswa. [15] Penelitian ini bertujuan untuk mendesain model pembelajaran dengan metode “belajar lewat kesalahan” menggunakan film kartun pada materi gerak dan mengujicobakan keberhasilan yang nantinya dapat membantu dalam proses belajar. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan suatu desain pembelajaran yang bisa menjadi alternatif bagi para guru dalam menyajikan suatu konsep pembelajaran serta mengetahui sejauh mana keberhasilan desain pembelajaran tersebut. Selain itu diharapkan desain pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan prestasi belajar siswa.
2
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Lewat Kesalahan Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan teknik "MistakeBuster" yang diperkenalkan oleh Huynh (2003), siswa mengambil alih peranan dalam mengoreksi kesalahan, yang biasanya dilakukan oleh guru. Sementara itu guru berperan dengan sengaja sebagai pembuat kesalahan (Mistake maker). Teknik ini sangat efektif dalam mengarahkan siswa untuk terlibat aktif dan bertanggung jawab terhadap pembelajaran. Banyak keuntungan yang didapatkan melalui pemanfaatan teknik ini, antara lain: (1) Dengan mengubah peran dari "mistakecorrector" Huynh menemukan bahwa pembelajar lebih bergembira dalam belajar. (2) Pembelajar mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi kesalahan yang mungkin mereka buat dibandingkan dengan guru yang memberitahu kesalahan-kesalahan mereka. Dengan demikian mereka dapat merasakan kepuasan ketika bisa memperbaiki kesalahannya sendiri. (3) Teknik ini tidak menakutkan dan penuh dengan canda yang menjadi salah satu dasar pengondisian pembelajaran terbaik agar proses pembelajaran dapat terlaksana.[5] Peran siswa sebagai pengoreksi kesalahan atau dalam hal ini sebagai pemecah masalah juga ditemukan dalam metode pembelajaran berbasis masalah. Ciri utama pembelajaran berbasis masalah meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterikatan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.[6] 2.2. Berpikir Kritis Setiap orang membentuk dan membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dan hasil belajarnya. Konsep serta pengetahuan seseorang terus – menerus dibangun kembali dan berkembang seiring dengan bertambahnya pengalaman orang tersebut.[8]Agar terjadi pengkontruksian pengetahuan secara bermakna, guru haruslah melatih siswa agar berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam memecahkan suatu permasalahan. Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkontruksi argumen serta mampu memecahkan masalah dengan tepat.[3] Siswa yang berpikir kritis akan mampu menolong dirinya dengan orang lain. Berpikir kritis didefinisikan sebagai suatu proses kompleks yang melibatkan penerimaan dan penguasaan data, analisis data, dan evaluasi data dengan mempertimbangkan aspek kualitatif serta melakukan seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi.[8]
3
Berpikir kritisbertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang logis, memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan, menerapkan berbagai strategi yang tersusun, dan memberikan alasan untuk menetapkan dan menerapkan standar tersebut, mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.[3] Pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah dapat merangsang keterampilan berpikir kritis siswa. Berpikir kritis merupakan suatu aktivitas evaluatif untuk menghasilkan suatu simpulan.[8] 2.3. Film Gerak Sebagai Media Pembelajaran Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan.[1] Media merupakan teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca. Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang bisa merangsang siswa untuk terjadinya proses belajar. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Media tidak hanya berupa alat atau bahan, tetapi juga hal-hal lain yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan.[9] Film gerak atau video merupakan jenis media proyeksi gerak yang paling sering digunakan dalam proses pembelajaran. Film gerak merupakan sebuah media pembelajaran yang sangat menarik karena mampu mengungkapkan keindahan dan fakta bergerak dengan efek suara, gambar dan gerak, film juga dapat diputar berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu video atau film gerak sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotorik. Umumnya, siswa menganggap bahwa belajar melalui video lebih mudah dibandingkan melalui teks sehingga mereka kurang terdorong untuk lebih aktif berinteraksi dengan materi. Video memaparkan keadaan real dari suatu proses, fenomena atau kejadian sehingga dapat memperkaya pemaparan.[4] 2.4. Kesalahan Konsep Yang Ditemukan Pada Film Kartun a. Kecepatan benda yang bergerak vertikal ke atas. Banyak kesalahan konsep fisika yang ditemukan dalam film kartun.Pada konsep benda yang bergerak vertikal ke atas, kesalahan adegan yang sering ditemukan adalah benda bergerak dengan kecepatan tetap, saat mencapai ketinggian maksimal benda berhenti dalam waktu yang cukup lama, baru kemudian jatuh ke tanah.
4
vt=0
vt=0
ym
vo
vo
B
A
Gambar 1.Bola A bergerak ke atas dengan kecepatan tetap, bola B bergerak ke atas dengan kecepatan semakin berkurang
Kesalahan yang sering ditemukan pada film kartun digambarkan pada pergerakan bola A. besar kecepatan yang tetap selama bergerak ke atas bisa dilihat dari jarak bola yang sama untuk selang waktu yang sama. Konsep yang benar, selama bola bergerak vertikal ke atas, gerakan bola melawan gaya gravitasi yang menariknya ke bumi sehingga bola bergerak diperlambat dan kecepatannya semakin berkurang. Akhirnya bola akan mencapai ketinggian maksimum dan tidak dapat naik lagi. Pada saat ini kecepatan bola nol. Oleh karena tarikan gravitasi bumi tak pernah berhenti bekerja pada bola, menyebabkan bola bergerak turun.[2] Pada saat bola bergerak turun, bola mengalami jatuh bebas dan kecepatannya akan semakin bertambah. Jadi, bola yang di lempar ke atas mengalami dua fase gerakan. Saat bergerak ke atas, bola bergerak lurus berubah beraturan diperlambat dengan kecepatan awal tertentu, setelah mencapai tinggi maksimum bola bergerak jatuh bebas yang merupakan gerak berubah lurus beraturan dipercepat dengan kecepatan awal 0. b. Kecepatan benda bergerak jatuh bebas Pada film kartun sering ditemukan benda-benda bergerak jatuh bebas dengan kecepatan tetap. B
A
Fg
Fg
y
Gambar 2. Bola A bergerak jatuh bebas dengan kecepatan tetap, bola B bergerak jatuh bebas dengan kecepatan bertambah
5
Kebanyakan film kartun menampilkan posisi benda bergerak jatuh bebas seperti yang digambarkan pada pergerakan bola A. Jarak bola akan sama untuk setiap selang waktu yang sama. Penggambaran ini tentu saja salah, karena benda yang bergerak jatuh bebas akan memiliki percepatan akibat pengaruh gaya gravitasi bumi, sehingga kecepatan benda yang bergerak jatuh bebas akan bertambah. Dengan demikian jarak benda untuk selang waktu yang sama juga bertambah. Semakin ke bawah, gerakan sebuah benda akan semakin cepat. Posisi yang benar ditunjukkan oleh gerakan bola B. Bola B memiliki percepatan, sehingga kecepatannya akan bertambah dan jarak bola untuk selang waktu yang sama juga bertambah. Gerak jatuh bebas adalah gerakan sebuah benda akibat gravitasi bumi. Gerak benda jatuh ke bumi ini adalah contoh dari gerak dengan percepatan (hampir) konstan. Bila tidak ada gesekan udara, ternyata semua benda yang jatuh dengan percepatan yang sama tidak tergantung pada ukuran, berat, maupun susunan benda.[2] c. Pengaruh massa benda terhadap waktu jatuh “Massa mempengaruhi waktu jatuh benda” merupakan salah satu kesalahan konsep yang sering ditemukan pada film kartun. Banyak adegan yang memperlihatkan, jika benda memiliki massa yang lebih berat, maka benda tersebut akan mencapai tanah lebih dulu ketimbang benda-benda yang lain lebih ringan, meskipun benda-benda tersebut dijatuhkan pada saat yang bersamaan dan dari ketinggian yang sama. Gambar berikut menunjukkan kesalahan konsep yang sering ditemukan pada film kartun. A
B
Fg
t0A = t0B
Fg
y
tA> tB Gambar 3. Dua benda dijatuhkan dari ketinggian yang sama
Konsep yang benar adalah, jika pengaruh gesekan udara diabaikan, maka semua benda yang jatuh secara bersamaan akan mencapai tanah secara bersamaan pula. Massa tidak akan mempengaruhi waktu jatuh benda. Dari persamaan umum gerak jatuh bebas : 1 2 Rumus tersebut dapat diolah kembali untuk menghitung t : 2
6
Jadi, jelas bahwa waktu jatuh hanya ditentukan oleh jarak dan percepatan gravitasi (asal gesekan diabaikan). Apabila jarak-y sama untuk dua buah benda, maka waktu jatuh-t untuk dua benda tersebut akan sama, meskipun kedua benda tersebut memiliki massa yang berbeda.[14] d. Gerak dengan lintasan parabola Kesalahan konsep gerak dengan lintasan parabola juga sering ditemukan pada film kartun. Beberapa jenis kesalahan yang sering ditemukan bisa dilihat pada gambar berikut : v0
Gambar 4.Lintasan dari gerakan bola yang ditemukan pada film kartun
Mula-mula bola diberikan kecepatan tertentu sehingga bergerak menggelinding diatas meja. Saat mencapai tepi meja, bola akan terus bergerak lurus dengan kecepatan ke arah sumbu x. Setelah mencapai suatu posisi tertentu, barulah bola bergerak vertikal ke bawah, searah sumbu y. Konsep yang benar adalah, saat bola tiba di tepi meja, bola tidak hanya bergerak dengan kecepatan ke arah sumbu x, bola akan mengalami gaya gravitasi sehingga memiliki percepatan. Hal ini menyebabkan bola juga akan bergerak dengan kecepatan ke arah sumbu-y. Kecepatan bola pada sumbu-x adalah konstan dan kecepatan bola pada sumbu y semakin bertambah. Resultan dari kecepatan pada sumbu-x dan yakan menyebabkan lintasan bola saat jatuh kebawah berbentuk seperti parabola. Penggambaran yang benar dari gerakan bola adalah sebagai berikut : v0x
vx
vy Gambar 5.Lintasan benda yang berbentuk parabola
3. Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian
7
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksploratif, dimana peneliti akan mengembangkan sebuah desain pembelajaran dan mengujicobakan desain pembelajaran tersebut pada sampel yang telah ditentukan dan melihat sejauh mana keefektifan desain pembelajaran tersebut saat digunakan selama proses KBM. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMAN 3 Salatiga, sebanyak 10 orang. Instrumen-instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah film kartun, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, lembar observasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), lembar evaluasi, dan lembar kuisioner. Film kartun yang akan digunakan adalahfilm kartun yang telah diteliti sebelumnya dan memiliki kesalahan konsep fisika di dalamnya. Tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam penelitian ini meliputi : a. Tahap Persiapan • Menganalisa kesalahan konsep fisika pada film kartun, membandingkan kesalahan tersebut dengan konsep fisika yang benar, kemudian menentukan jalan keluar yang akan diambil untuk mengatasi kesalahan konsep pada film kartun • Menyusun strategi kegiatan pembelajaran • Membuat RPP dengan teknik discoveryberdasarkan hasil analisa konsep dan penyusunan strategi pembelajaran (lihat lampiran) • Membuat lembar evaluasi untuk penilaian daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan (lihat lampiran) • Membuat lembar observasi untuk penilaian aktivitas siswa selama proses KBM (lihat lampiran) • Membuat lembar kuisioner untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai desain pembelajaran yang diujicobakan. (lihat lampiran) b. Tahap Pelaksanaan • Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan RPP yang telah dibuat • Mengisi lembar observasi untuk menilai aktivitas siswa selama proses KBM • Memberikan lembar evaluasi kepada siswa, untuk mengetahui keberhasilan desain pembelajaran yang diujicobakan • Memberikan lembar kuisioner kepada siswa, untuk mengetahui pendapat siswa mengenai desain pembelajaran yang diujicobakan c. Tahap Pemeriksaan Dan Analisa Data Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap lembar observasi, lembar evaluasi dan lembar kuisioner dilakukan proses analisa data secara deskriptif kualitatif.Kriteria keberhasilan penelitian adalah, 80% siswa memiliki skor pemahaman minimal 80. 3.2. Strategi Kegiatan Pembelajaran Hal yang terpenting dalam tahapan persiapan adalah merencanakan strategi pembelajaran yang akan menjadi dasar dari penyusunan desain pembelajaran. Dalam desain pembelajaran ini, murid dan guru akan saling berkolaborasi selama
8
proses KBM. Guru berperan sebagai pemberi kasus atau masalah, dalam hal ini masalah yang diberikan berupa sejumlah adegan-adegan yang janggal dari film kartun, sedangkan siswa akan berperan sebagai seorang “hakim” yang akan bertugas dalam menentukan benar atau salahnya kasus yang diberikan oleh guru serta mencari jalan keluar untuk kasus tersebut. Rencana dari kegiatan pembelajaran digambarkan pada skema berikut : PEMBERIAN KASUS PROSES INVESTIGASI PROSES KOMPARASI PROSES KONSOLIDASI Pembelajaran diawali dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kemudian diikuti dengan pemberian kasus dengan menampilkan beberapa potongan-potongan adegan film kartun kepada siswa. Terdapat kesalahan konsep fisika dalam adegan-adegan yang ditampilkan. Beberapa indikator yang ingin dicapai dalam tahapan ini adalah : 1. Siswa dapat mengikuti pembagian kelompok dengan baik 2. Siswa berhasil menemukan kejanggalan dalam adegan-adegan film kartun 3. Siswa dapat memberikan hipotesa awal atau pendapat awal mengenai kejanggalan adegan film kartun yang telah mereka temukan. Tahapan pembelajaran berikutnya merupakan sebuah proses investigasi.Dalam proses ini akan dilakukan sejumlah kegiatan yang meliputi eksperimen, observasi ataupun demonstrasi. Bisa dikatakan tahapan ini merupakan proses pembuktian benar atau salahnya adegan-adegan janggal yang telah ditemukan berdasarkan konsep fisika. Guru akan merancang serangkaian kegiatan pembelajaran, yang nantinya dapat membantu siswa dalam pengambilan keputusan. Tentu saja kegiatan tersebut akan berhubungan dengan adegan-adegan janggal pada film kartun, yang telah ditemukan oleh siswa. Dalam design pembelajaran ini, konsep gerak akan dibagi ke dalam empat rumusan masalah, yaitu : 1). Konsep kecepatan benda yang dilempar vertikal ke atas; 2). Konsep kecepatan pada benda jatuh bebas; 3). Pengaruh massa terhadap waktu jatuh; 4). Gerak dengan lintasan parabola. Beberapa indikator yang ingin dicapai dalam tahapan ini adalah : 1. Siswa dapat menyelidiki besar kecepatan benda yang dilempar ke atas melalui gambar hasil ekstrak video benda yang dilempar ke atas 2. Siswa dapat menyelidiki besar kecepatan benda yang bergerak jatuh bebas melalui gambar hasil ekstrak video benda yang bergerak jatuh bebas 3. Siswa dapat mengikuti dan menjawab setiap pertanyaan penggiring yang diberikan oleh guru, untuk menggiring mengamati
9
Siswa dapat menjelaskan konsep kecepatan pada benda yang bergerak vertikal ke atas dan bergerak jatuh bebas berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan 5. Siswa bisa menentukan bahwa massa tidak mempengaruhi waktu jatuh benda, melalui demonstrasi yang dilakukan oleh guru 6. Siswa bisa menjelaskan bahwa benda yang bergerak dengan lintasan parabola memiliki dua jenis komponen kecepatan dengan arah dan besar berbeda Proses komparasi bisa disamakan dengan proses analisa, dimana siswa diajak untuk membandingkan antara fenomena dan pengalaman. Kejanggalan yang mereka temukan sebelumnya dibandingkan dengan kebenaran yang mereka temukan melalui kegiatan percobaan ataupun demonstrasi. Dalam tahapan ini akan diketahui apakah adegan-adegan janggal tersebut sesuai atau tidak dengan konsep fisika. Indikator-indikator yang ingin dicapai dalam tahapan ini adalah : 1. Siswa dapat melakukan diskusi untuk membandingkan antara adegan film kartun dan hasil pengamatan melalui kegiatan pembelajaran 2. Setiap anggota kelompok mengemukakan pendapatnya mengenai kesalahan adegan dalam film kartun berdasarkan konsep fisika yang benar Tahapan konsolidasi merupakan tahapan penarikan kesimpulan atas adeganadegan janggal pada film kartun berdasarkan konsep fisika yang benar. Pada tahapan ini, siswa akan melakukan presentasi untuk memaparkan hasil analisa dan kesimpulan mereka terhadap sejumlah kesalahan yang mereka temukan pada adegan-adegan film kartun. Indikator yang ingin dicapai dalam tahapan ini adalah : 1. Siswa dapat membuat kesimpulan akhir terhadap kesalahan adegan pada film kartun 2. Setiap kelompok dapat mempresentasikan hasil pembahasan mengenai adegan yang salah pada film kartun, berdasarkan konsep fisika 4.
4. HASIL DAN ANALISA DATA Analisa data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Dimana akan dijelaskan analisa kesalahan konsep pada film kartun yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, proses berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan metode “belajar dari kesalahan” menggunakan media film kartun serta keefektifan dari desain ini saat digunakan selama kegiatan pembelajaran. Kemudian akan dijelaskan, apakah siswa dapat menemukan kesalahan konsep dan bagaimana cara siswa-siswa menanggapi kesalahan yang mereka temukan berdasarkan konsep fisika yang benar. Selain itu akan dibahas bagaimana minat siswa selama proses pembelajaran, apakah siswa termotivasi bila pembelajaran dilakukan dengan metode “belajar dari kesalahan” menggunakan media film kartun. 4.1. Analisa Konsepsi Pada Film Kartun Ada empat jenis kesalahan yang terdapat dalam film kartun Tom and Jerry yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
10
Tabel 1.Hasil analisa kesalahan konsep pada film kartun Hasil Analisa Kesalahan Adegan film kartun Adegan 1
Penjelasan Adegan : Karena desakan air diwastafel, Tom dan wastafel terlempar ke atas. Wastafel bergerak lebih cepat dari Tom. Baik Tom maupun wastafel bergerak dengan kecepatan yang semakin bertambah. Saat mencapai ketinggian maksimum, Tom tidak langsung jatuh ke tanah Konsep gerak vertikal ke atas : bola bergerak vertikal ke atas, gerakan bola melawan gaya gravitasi yang menariknya ke bumi sehingga bola bergerak diperlambat. Akhirnya bola akan mencapai ketinggian maksimum dan tidak dapat naik lagi. Pada saat ini kecepatan bola nol. Oleh karena tarikan gravitasi bumi tak pernah berhenti bekerja pada bola, menyebabkan bola bergerak turun Kesalahan Konsep : Mulai terjadi saat Tom dan Wastafel bergerak dengan kecepatan yang bertambah dan saat mencapai ketinggian maksimum, Tom tidak langsung jatuh. Jalan keluar yang dapat diambil : Guru menayangkan video sebuah benda yang dilempar ke atas, dan mengajak siswa untuk melakukan pengukuran posisi benda pada selang waktu tertentu dengan bantuan gambar hasil ekstrak video. Melalui pengukuran posisi, siswa bisa menentukan kecepatan benda saat bergerak vetikal ke atas.
Untuk cuplikan gambar dari adegan kedua, ketiga, dan keempat bisa dilihat pada lampiran. Secara garis besar, adegan kedua memperlihatkan kesalahan konsep saat Jerry bergerak jatuh bebas dengan kecepatan tetap.Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan konsep fisika mengenai benda bergerak jatuh bebas.Jalan keluar yang diambil untuk mengatasi kesalahan ini adalah guru menayangkan video sebuah benda yang bergerak jatuh ke bawah, dan mengajak siswa untuk melakukan pengukuran posisi benda pada selang waktu tertentu dengan bantuan gambar hasil ekstrak video.Melalui pengukuran posisi, siswa bisa menentukan kecepatan benda saat bergerak jatuh bebas. Adegan ketiga memperlihatkan saat Tom dan tumpukan besi jatuh secara bersamaan dari ketinggian yang sama, tapi mencapai tanah dalam waktu yang berbeda. Tentu saja konsep yang benar tidak seperti itu.Massa benda tidak mempengaruhi waktu jatuh. Jalan keluar yang dapat diambil adalah guru melakukan demonstrasi dengan menjatuhkan dua benda dengan massa yang berbeda secara bersamaan. Kemudian siswa memperhatikan apakah kedua benda tersebut mencapai tanah secara bersamaan atau tidak
11
Adegan keempat memperlihatkan saat Tom yang awalnya bergerak dengan kecepatan konstan searah sumbu-x dan kemudian setelah mencapai tepi koridor dan mendapat pengaruh gaya gravitasi, Tom terus bergerak pada lintasan horizontal baru akhirnya jatuh secara vertikal ke bawah. Konsep yang benar adalah, jika awalnya benda bergerak dengan kecepatan konstan searah sumbu-x kemudian mendapat pengaruh gaya gravitasi, lintasannya tidak lagi horizontal, tetapi akan melengkung seperti parabola, karena telah memiliki komponen kecepatan searah sumbu-y. Jalan keluar yang dapat diambil adalah guru menayangkan video sebuah bendadengan lintasan parabola dan menugaskan siswa untuk menghitung posisi benda terhadap sumbu x dan y melalui hasil ekstrak video.Dari data yang didapat, kemudian siswa ditugaskan untuk menggambarkan grafik x-t dan grafik y-t.Melalui hasil grafik, bisa dilihat jenis gerakan benda dan besar kecepatan benda searah sumbu-x dan y.
4.2. Pembelajaran Menggunakan Metode “Belajar Dari Kesalahan”Dengan Film Kartun Sebagai Media a. Tahapan pemberian kasus Proses pembelajaran diawali dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok dan guru menjelaskan bahwa selama pembelajaran mereka akan bertindak sebagai “hakim” dimana mereka bertugas untuk menganalisa adeganadegan film kartun yang akan ditayangkan, menemukan adegan-adegan yang janggal atau tidak masuk akal, dan memutuskan apakah adegan tersebut salah atau benar berdasarkan konsep fisika. Guru memberi informasi bahwa kejanggalan dalam adegan film kartun berhubungan dengan konsep gerak. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan pemberian kasus melalui penayangan beberapa adegan film kartun yang memiliki kesalahan konsep gerak. Terdapat empat kesalahan yang sengaja disiapkan sebelumnya, antara lain kesalahan yang berhubungan dengan : 1) Benda yang bergerak vertikal ke atas; 2) Benda yang bergerak jatuh bebas; 3) Pengaruh massa terhadap waktu jatuh; 3) Gerak benda dengan lintasan parabola. Proses awal pembelajaran ini berhasil memotivasi siswa. Hal ini bisa dilihat dari antusiasme mereka saat pembagian kelompok sampai saat penayangan film kartun. Mereka begitu bersemangat saat mengutarakan pendapat mengenai adegan yang mereka anggap janggal atau tidak masuk akal. Sebagian besar siswa bisa menyebutkan adegan-adegan janggal yang berhubungan dengan konsep gerak, tetapi ada pula beberapa siswa yang menyebutkan adegan-adegan janggal yang tidak berhubungan dengan konsep gerak. Pemberian peran sebagai seorang “hakim” bisa membangkitkan semangat siswa, terutama setelah ditegaskan bahwa mereka akan menentukan kesalahan dari adegan film kartu dan mencari solusi untuk kesalahan tersebut. Todd (2002) berpendapat bahwa self-assessment sangat bermanfaat baik dalam proses pembelajaran maupun evaluasi. Dengan self-assessment pembelajar dapat lebih mengarahkan pembelajaran sendiri (self directed learning) dan lebih independen 12
dalam menggali sebuah konsep. Karena merasa tertantang saat diberikan peran yang cukup besar dalam kegiatan pembelajaran, setiap kelompok terlihat lebih serius dalam mendeteksi kejanggalan yang terdapat pada film kartun. Hal ini tak lepas dari faktor perasaan memiliki tanggung jawab untuk mencari, menemukan dan membuat suatu solusi atas permasalahan yang diberikan. Memang sebagian besar dari siswa belum bisa membahas kejanggalan yang mereka temukan berdasarkan konsep fisika yang benar, namun paling tidak mereka bisa lebih kritis dalam menyikapi suatu kasus yang diberikan, hal ini terbukti dari sejumlah adegan janggal yang mereka temukan beserta hipotesa awal yang mereka utarakan sehubungan dengan kejanggalan adegan tersebut. b. Tahapan Investigasi Selanjutnya pembelajaran masuk dalam tahapan investigasi, dimana siswa akan menyelidiki konsep fisika yang berhubungan dengan konsep gerak. Teknik discovery yang didukung dengan pemberian pertanyaan-pertanyaan penggiring diterapkan dalam tahapan ini. Konsep gerak dibagi ke dalam empat rumusan masalah. • Konsep benda bergerak bergerak vertikal ke atas dan bergerak jatuh bebas Untuk menyelidiki konsep benda yang bergerak vertikal ke atas dan bergerak jatuh bebas, guru menampilkan tayangan video sebuah benda yang dilempar ke atas lalu jatuh ke bawah. Kemudian guru bertanya kepada siswabagaimana besar kecepatan benda saat bergerak ke atas dan saat jatuh. Beberapa siswa bisa menjawab dengan tepat, bahwa kecepatan bola akan berkurang saat bergerak ke atas dan semakin bertambah saat bergerak ke bawah. Untuk menyelidiki kebenaran pendapat tersebut, guru mengajak siswa untuk menghitung kecepatan benda pada video yang telah ditayangkan. Sebelumnya guru menjelaskan bahwa video merupakan kumpulan gambar yang ditampilkan secara berurutan, sehingga siswa bisa menghitung kecepatan dari benda tersebut melalui hasil ekstrak gambar. Selanjutnya guru menunjukkan hasil ekstrak gambar yang telah dijadikan satu dan membagikan gambar tersebut kepada setiap kelompok. Setelah setiap kelompok mendapat gambar hasil ekstrak yang telah dijadikan satu gambar, guru menginformasikan bahwa kemampuan fasilitas video dari kamera digital yang digunakan untuk merekam adalah 30 frame/detik, hal ini berarti kamera memotret sebanyak 30 gambar dalam 1 detik. Dari informasi tersebut siswa berhasil menjelaskan bahwa untuk menghasilkan 1 gambar, diperlukan waktu selama 1/30 detik. Guru kembali menegaskan bahwa waktu = 1/30 detik tersebut adalah waktu dari satu posisi ke posisi berikutnya. Karena pembelajaran bertujuan menyelidiki besar kecepatan saat benda bergerak ke atas dan jatuh ke bawah, maka siswa ditugaskan untuk menentukan jarak bola pada interval 1-2, 2-3, dst. Kemudian siswa mencari besar kecepatan bola untuk setiap interval. Hasil ekstrak video dipisah, menunjukkan gerakan benda saat dilempar ke atas dan saat jatuh ke bawah. Siswa bisa dengan mudah
13
menentukan jarak bola untuk setiap interval dan menentukan kecepatannya. Kemudian salah seorang siswa ditugaskan untuk menuliskan hasil perhitungan untuk benda yang bergerak vertikal ke atas di papan tulis.
Gambar 6.Hasil ekstrak yang dijadikan satu gambar, saat benda bergerak vertikal ke atas Tabel 2.Posisi bola terhadap waktu, kecepatan bola saat bergerak vertikal ke atas Interval Jarak (cm) Waktu (detik) Kecepatan (cm/det) 1-2 9 1/30 270 2-3 7 1/30 210 3-4 6 1/30 180 4-5 6 1/30 180 5-6 4 1/30 120 6-7 4 1/30 120 7-8 3 1/30 90 8-9 2 1/30 60
Selanjutnya siswa menentukan jarak bola untuk setiap interval dan besar kecepatannya saat bergerak jatuh bebas. Kembali salah seorang siswa ditugaskan untuk mencatat hasil kerjanya di papan tulis.
Gambar 7.Hasil ekstrak yang dijadikan satu gambar, saat benda bergerak jatuh bebas Tabel 3.Posisi bola terhadap waktu, kecepatan bola saat bergerak jatuh bebas Interval Jarak (cm) Waktu (detik) Kecepatan (cm/det) 1-2 3 1/30 90 2-3 3 1/30 90 3-4 4 1/30 120 4-5 6 1/30 180 5-6 7 1/30 210 6-7 8 1/30 240 7-8 10 1/30 300
14
Guru memberikan info bahwa saat benda mencapai ketinggian maksimum, untuk sesaat kecepatan benda adalah nol. Saat itu, gaya gravitasi yang awalnya merubah besar kecepatan beralih fungsi untuk membalikkan arah benda. Saat benda bergerak jatuh bebas, gaya gravitasi kembali berfungsi untuk merubah besar kecepatan benda. Dari hasil perhitungan kecepatan benda untuk setiap interval posisi dan pemberian pertanyaan-pertanyaan penggiring, siswa bisa membuat suatu kesimpulan bahwa kecepatan benda berkurang saat bergerak ke atas dan saat mencapai ketinggian maksimum benda bergerak jatuh bebas dengan kecepatan yang semakin bertambah. Sebelum dilakukan proses pengukuran posisi, sebagian besar siswa bisa menjawab bahwa kecepatan benda akan berkurang saat bergerak ke atas. Faktor internal, bahwa sampel dari penelitian adalah siswa kelas XII ikut mempengaruhi.Pembelajaran dengan menggunakan rekaman video dari kamera digital telah teruji keberhasilannya.[10] Hal ini bisa dilihat saat guru menggunakan rekaman video dalam kegiatan pembelajaran untuk menjelaskan konsep benda bergerak vertikal ke atas dan bergerak jatuh bebas. Siswa bisa cepat memahami, karena mereka diajak untuk melihat suatu kejadian dan melakukan pengukuran langsung. Penggunaan media rekaman video masih termasuk hal yang baru untuk siswa, sehingga menyebabkan mereka tetap bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan tahapan ini tidak lepas dari peranan media kamera digital yang dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum dilakukan proses pengambilan data sebenarnya, pernah dilakukan proses pre-liminang RPP pada salah satu sekolah dengan menggunakan bantuan ticker timer, terutama saat menjelaskan konsep gerak jatuh bebas. Pembelajaran berhasil, hanya saja memakan waktu yang cukup lama. Karenanya untuk menghemat waktu, diputuskan untuk menggunakan bantuan video rekaman kamera digital dalam pembelajaran konsep gerak vertikal ke atas dan gerak jatuh bebas. •
Pengaruh massa terhadap waktu jatuh Untuk menyelidiki pengaruh massa terhadap waktu jatuh benda, guru memberikan pertanyaan awal untuk memancing siswaberpikir lebih kritis, “Mana yang akan lebih dulu mencapai tanah, jika sebuah karung beras dengan massa 100kg dan sebuah batu dengan massa 1 kg di jatuhkan dari puncak sebuah menara?” Awalnya siswa masih mengalami miskonsepsi dengan beranggapan bahwa benda yang lebih berat akan jatuh lebih dulu. Untuk menunjukkan konsep yang benar, guru melakukan demonstrasi dengan menjatuhkan sebuah tas yang diisi dengan berbagai barang dan sepotong kapur dari ketinggian yang sama. Dari hasil pengamatan, siswa bisa menyimpulkan bahwa massa benda tidak mempengaruhi waktu jatuh benda. Supaya siswa lebih memahami konsep ini, guru kembali menanyakan persamaan umum dari gerak jatuh bebas dan meminta siswa mengolah rumus tersebut untuk menghitung
15
waktu. Siswa menemukan bahwa t=
. Dari hasil tersebut, siswa semakin
mengerti bahwa massa tidak mempengaruhi waktu jatuh. Miskonsepsi pada“pengaruh massa terhadap waktu jatuh” masih sering terjadi, karenanya sangat penting untuk mengajarkan konsep ini dengan cara yang tepat. Teknik demonstrasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk meremidiasi siswa. Awalnya siswa masih belum percaya meskipun guru telah melakukan demonstrasi dengan menjatuhkan dua benda dengan massa berbeda dari ketinggian yang sama. Akibatnya guru harus melakukan cara yang cukup ekstrim dengan berdiri di atas meja, kemudian menjatuhkan dua benda dengan massa berbeda. Dengan melakukan tindakan yang cukup ekstrim, sisa lebih cepat menyerap sebuah konsep fisika, khususnya untuk menyelidiki pengaruh massa terhadap waktu jatuh benda. •
Gerak benda dengan lintasan parabola Selanjutnya siswa akan menyelidiki gerak benda dengan lintasan parabola. Guru kembali menayangkan sebuah video yang memperlihatkan gerak benda dengan lintasan parabola, kemudian memberikan hasil ekstrak gambar yang yang telah dijadikan satu kepada setiap kelompok. Setiap kelompok ditugaskan untuk menentukan posisi benda terhadap sumbu-x dan -y. Guru menginformasikan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap frame adalah 0,061 detik. Hasil perhitungan kemudian di catat ke dalam tabel.
Gambar 8.Hasil ekstrak yang dijadikan satu gambar, menunjukkan gerakan benda dengan lintasan parabola Tabel 4.Posisi bola terhadap waktu, kecepatan bola saat bergerak jatuh bebas Posisi x (m) y (m) t (detik) 49 0 0 0 50 0.09 0.12 0.061 51 0.18 0.18 0.122 52 0.22 0.19 0.183 53 0.31 0.16 0.244 54 0.39 0.7 0.305 55 0.46 -0.6 0.366 56 0.50 -0.15 0.427
Selanjutnya, siswa ditugaskan untukmenggambarkan grafik x-t dan y-t berdasarkan data yang didapat.Siswa tidak menemukan kesulitan saat
16
menggambarkan grafik. Dua orang siswa ditugaskan untuk menggambarkan grafik di papan tulis dan hasilnya hampir sama dengan grafik yang dihasilkan melalui program Microsoft Excel.
Gambar 9.Grafik x-t dan grafik y-t
Kemudian guru bertanya kepada siswa “Jika grafik x-t berupa grafik linear, berarti gerakan benda ke arah sumbu-x termasuk GLB atau GLBB?” dan siswa bisa menjawab bahwa grafik x-t termasuk GLB.Demikian halnya saat ditanya mengenai grafik y-t, mereka menjawab grafik tersebut termasuk GLBB. Dari hasil ini siswa bisa memahami bahwa gerakan dengan lintasan parabola terdiri dari dua jenis kecepatan, yaitu kecepatan searah sumbu-x yang bernilai konstan dan kecepatan searah sumbu-y dengan nilai yang berubah karena di pengaruhi gaya gravitasi. Kecepatan searah sumbu-y berkurang saat bergerak ke atas dan bertambah saat bergerak ke bawah. Pembelajaran untuk menemukan konsep gerak dengan lintasan parabola menemukan hambatan karena guru kesulitan untuk memperlihatkan bahwa terdapat dua jenis kecepatan dengan besar dan arah berbeda yang bekerja pada benda. Dengan menggunakan media kamera digital untuk merekam gerakan benda dengan lintasan parabola, kesulitan tersebut bisa sedikit diatasi. Siswa dengan mudah menentukan kecepatan benda searah sumbu-x maupun searah sumbu-y.Dalam tahapan ini ditemukan bahwa kemampuan siswa untuk membaca grafik sudah cukup baik.Mereka dengan mudah menentukan jenis gerak benda berdasarkan grafik yang dihasilkan.Keberhasilan tahapan ini juga dipengaruhi oleh faktor internal, dimana siswa yang dijadikan sampel penelitian adalah siswa kelas XII.Mereka telah menguasai konsep grafik hubungan antara posisi dan waktu. c. Tahapan Komparasi
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, siswa diminta untuk membahas adegan-adegan janggal yang mereka temukan sebelumnya. Untuk mempermudah, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan penggiring mengamati film. Selanjutnya setiap kelompok melakukan dikusi untuk membahas kebenaran adegan yang janggal tersebut berdasarkan konsep fisika yang mereka temukan pada proses investigasi. Daftar pertanyaan penggiring yang diberikan saat proses diskusi bisa dilihat pada lampiran RPP.
17
Selama proses diskusi siswa terlihat begitu aktif untuk membahas mengenai adegan film kartun yang janggal dengan teman kelompoknya. Semua siswa berusaha untuk menyumbangkan pemikiran mereka dan memperbaiki kejanggalan adegan tersebut berdasarkan konsep fisika yang baru saja mereka pelajari. Dalam tahapan komparasi, pemberian pertanyaan penggiring sangat membantu siswa untuk melakukan diskusi. Setiap kelompok semakin bersemangat dalam membahas adegan-adegan janggal yang mereka temukan sebelumnya. Pola dari pertanyaan penggiring adalah, pertama siswa menceritakan adegan yang mereka lihat, kedua siswa menentukan dimana letak kesalahannya dan ketiga siswa memperbaiki kesalahan tersebut berdasarkan konsep fisika. Pemberian pertanyaan penggiring juga berguna untuk menghemat waktu diskusi, karena siswa telah diarahkan pada jalur diskusi yang benar. Berikut cuplikan jawaban dari salah satu kelompok Tabel 5.Cuplikan adegan film kartun yang salah serta hasil analisa siswa
a.
b. c.
Apa yang dilakukan Tom? 1. Tom memukul kerangka gedung dengan obeng sehingga kerangka gedung bergetar 2. Getaran kerangka tersebut menyebabkan Jerry terjatuh 3. Jerry terjatuh dengan kecepatan tetap, cenderung melambat. Ini terlihat dari pergerakan background Adegan tersebut salah karena Jerry jatuh dengan kecepatan yang tetap Jerry seharusnya jatuh dengan kecepatan yang semakin bertambah, dengan demikian gerakan background juga harus semakin cepat. Semua benda yang bergerak jatuh bebas kecepatannya akan semakin besar
Dari hasil jawaban siswa, bisa dilihat bagaimana ketelitian mereka dalam melihat adegan demi adegan yang terjadi. Siswa bisa menjelaskan secara runtut kejanggalan yang terjadi, menemukan dimana letak kesalahan adegan dan memberikan perbaikan yang dihubungkan dengan konsep fisika. Melalui diskusi inilah diketahui beberapa kesalahan konsep yang terjadi pada film kartun serta bagaimana cara siswa untuk mengoreksi kesalahan tersebut sesuai dengan konsep fisika yang mereka pahami. Selain itu hal yang paling mencolok, siswa akan senang jika diberikan sejumlah tanggung jawab berupa masalah yang
18
harus diselasaikan. Strategi ini berhasil memacu keaktifan, kemandirian dan daya berpikir kritis yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan suatu kasus. d. Tahapan Konsolidasi Setelah dilakukan diskusi kelompok, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru bertindak sebagai moderator dan siswa dari kelompok lain menanggapi hasil presentasi dari salah satu kelompok yang dipilih. Dalam tahapan ini siswa akan memaparkan hasil analisa dari adegan-adegan janggal pada film kartun yang mereka temukan serta koreksi mereka terhadap kesalahan tersebut. Selanjutnya wakil dari kelompok yang dipilih menyampaikan presentasi. Terlihat perkembangan yang signifikan dari segi penggunaan konsep fisika dalam pembahasan hasil analisa siswa. Setelah diskusi kelas selesai, semua hasil diskusi kelompok dikumpul dan proses selanjutnya adalah pemberian tes evaluasi dan pengisian kuisioner. Tahapan konsolidasi merupakan tahapan penarikan kesimpulan atas adegan-adegan janggal pada film kartun berdasarkan konsep fisika yang benar. Karena sejak awal pembelajaran siswa terlihat begitu aktif dan didukung dengan pertanyaan penggiring selama proses diskusi kelompok, mereka bisa membuat suatu hasil analisa yang cukup baik dan menghubungkannya dengan konsep fisika. Selain itu setiap kelompok terlihat sangat puas karena bisa memecahkan suatu kasus yang telah diberikan sehingga saat proses presentasi, siswa terlihat lebih percaya diri dalam menyampaikan hasil analisanya. 4.3. Dampak Dari Pembelajaran Menggunakan Metode “Belajar Dari Kesalahan” Dengan Film Kartun Sebagai Media Secara garis besar model pembelajaran menggunakan metode “belajar dari kesalahan” dengan film kartun sebagai media berhasil meningkatkan perhatian dan daya serap siswa selama pembelajaran. Tentu saja keberhasilan tersebut tidak lepas dari pengaruh berbagai faktor yang mendukung kegiatan pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi perbuatan dan hasil belajar antara lain : bakat, mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran, ketekunan, waktu tersedia untuk belajar. Tentu saja faktor penghambat tidak bisa untuk diabaikan. Salah satu faktor internal yang menghambat berasal dari anak itu sendiri termasuk diantaranya adalah minat. Dalam KBM ini (dengan menggunakan metode “belajar dari kesalahan” dengan film kartun sebagai media) telah berhasil membangkitkan minat dan perhatian siswa dalam belajar. Beberapa kelebihan yang ditemukan dengan menggunakan metode ini adalah : 1. Siswa begitu antusias untuk mendeteksi kejanggalan dalam film kartun dan memberikan hipotesa awal, hal tersebut berarti metode ini berhasil memancing rasa penasaran siswa. 2. Siswa lebih aktif selama proses investigasi atau tahapan pembelajaran konsep fisika, karena mereka ingin menguji hipotesa awal yang mereka buat mengenai adegan-adegan janggal pada film kartun. Hal ini bisa terjadi
19
karena pemberian tanggung jawab sejak awal KBM dan membuat siswa lebih serius untuk mengikuti kegiatan pembelajaran selanjutnya. 3. Kemampuan siswa untuk berdiskusi meningkat. Hal ini didukung oleh pengalaman yang mereka temukan saat menyelidiki konsep fisika. Mereka terlihat begitu antusias untuk membandingkan pengalaman tersebut dengan fenomena yang diberikan pada awal KBM. Pemberian pertanyaan penggiring juga sangat membantu dalam mengarahkan siswa selama proses diskusi. Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, siswa lebih lugas dalam menyampaikan pendapatnya ketika diskusi dilakukan. 4. Kemampuan berpikir kritis siswa meningkat, hal ini bisa dilihat dari hasil diskusi mereka. Di awal kegiatan pembelajaran, siswa hanya menyebutkan adegan-adegan yang janggal tanpa bisa menjelaskan kejanggalan tersebut berdasarkan konsep fisika. Setelah melalui tahapan investigasi dan proses tukar pikiran dalam kegiatan diskusi, siswa bisa lebih kritis dalam menyikapi sebuah adegan film kartun yang janggal. Mereka bisa lebih teliti dalam menganalisa kejanggalan-kejanggalan tersebut. 5. Suasana kelas yang terkesan santai dan kepercayaan diri siswa bertambah. Mereka lebih sadar akan kemampuan yang mereka miliki dalam mengkritisi sebuah permasalahan yang diberikan. 6. Daya serap siswameningkat. Dengan memberikan tugas untuk memperbaiki setiap kesalahan yang mereka temukan berdasarkan konsep fisika, siswa bisa lebih memahami akan kebenaran suatu konsep fisika. Selain itu, siswa terlihat puas karena bisa menyelesaikan permasalahan yang diberikan kepada mereka. Indikator daya serap siswa juga bisa dinilai dari hasil tes yang diberikan, dan akan dibahas pada poin selanjutnya. Keberhasilan penggunaan metode “belajar dari kesalahan” sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Huynh,[5]karena metode ini lebih memfokuskan pada partisipasi aktif siswa untuk mengevaluasi sendiri kesalahan-kesalahan yang sengaja dibuat atau disiapkan oleh guru. Jika teknik “belajar dari kesalahan” atau yang sebelumnya dikenal sebagai teknik “mistake buster” lebih banyak digunakan dalam pembelajaran bahasa asing, maka teknik ini bisa digunakan dalam pembelajaran fisika. Konsep kelas yang aktif tapi terkesan santai sangat membantu dalam menghilangkan stereotip yang selama ini berada di kepala siswa, bahwa fisika adalah pelajaran yang serius dan sangat menakutkan. 4.4. Motivasi Dan Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Dengan Metode ”Belajar Dari Kesalahan” Dengan Film Kartun Sebagai Media Reaksi siswa selama proses KBM terangkum dalam lembar observasi Tabel 6.Lembar observasi KBM Reaksi (>50% Siswa)
Kegiatan Tahapan Pemberian Kasus : 1. Siswa dapat mengikuti pembagian kelompok dengan baik
2. Siswa berhasil menemukan kejanggalan dalam adegan-adegan film kartun
Sebagian siswa terlihat antusias saat mengukuti proses pembagian kelompok Sebagian besar siswa terlihat bersemangat untuk mengamati film kartun dan berusaha menemukan adean-adegan yang janggal
20
3. Siswa dapat memberikan hipotesa awal atau pendapat awal mengenai kejanggalan adegan film kartun yang telah mereka temukan. Tahapan Investigasi : 1. Siswa dapat menyelidiki besar kecepatan benda yang dilempar ke atas melalui gambar hasil ekstrak video benda yang dilempar ke atas 2.Siswa dapat menyelidiki besar kecepatan benda yang bergerak jatuh bebas melalui gambar hasil ekstrak video benda yang bergerak jatuh bebas 3. Siswa dapat mengikuti dan menjawab setiap pertanyaan penggiring yang diberikan oleh guru, untuk menggiring mengamati
Sebagian besar siswa berusaha untuk menjelaskan adegan yang janggal. Beberapa siswa terlihat malumalu untuk mengungkapkan pendapat mereka mengenai adegan yang janggal.
4. Siswa dapat menjelaskan konsep kecepatan pada benda yang bergerak vertikal ke atas dan bergerak jatuh bebas berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan 5. Siswa bisa menentukan bahwa massa tidak mempengaruhi waktu jatuh benda, melalui demonstrasi yang dilakukan oleh guru 6. Siswa bisa menjelaskan bahwa benda yang Siswa bisa menjelaskan bahwa benda yang bergerak dengan lintasan parabola memiliki dua jenis kecepatan dengan arah dan besar berbeda Tahapan Komparasi : 1. Siswa dapat melakukan diskusi untuk membandingkan antara adegan film kartun dan hasil pengamatan melalui kegiatan pembelajaran 2. Setiap anggota kelompok mengemukakan pendapatnya mengenai kesalahan adegan dalam film kartun berdasarkan konsep fisika yang benar Tahapan Konsolidasi : 1. Siswa dapat membuat kesimpulan akhir terhadap kesalahan adegan pada film kartun
Sebagian besar siswa dapat menjelaskan konsep kecepatan benda yang bergerak vertikal ke atas dan bergerak jatuh bebas dengan baik.
2. Setiap kelompok dapat mempresentasikan hasil pembahasan mengenai adegan yang salah pada film kartun, berdasarkan konsep fisika
Sebagian besar siswa bisa menentukan jarak dan menghitung kecepatan saat benda bergerak ke atas dengan baik. Sebagian besar siswa bisa menentukan jarak dan menghitung kecepatan saat benda bergerak jatuh bebas dengan baik. Sebagian besar siswa terlihat aktif menjawab saat guru memberikan pertanyaan-pertanyaan penggiring saat mereka melakukan kegiatan mengamati.
Sebagian besar siswa bisa menjelaskan bahwa massa tidak mempengaruhi waktu jatuh setelah guru melakukan demonstrasi singkat. Sebagian besar siswa bisa menjelaskan bahwa benda yang bergerak dengan lintasan parabola memiliki 2 jenis kecepatan dengan arah dan besar yang berbeda melalui grafik yang dihasilkan Sebagian besar siswa terlihat aktif saat melakukan diskusi. Mereka terlihat bersemangat untuk membandingkan antara fenomena dan pengalaman yang mereka dapatkan saat kegiatan pembelajaran Setiap anggota kelompok terlihat berusaha untuk memberikan pendapatnya saat proses analisa adegan film kartun yang janggal berlangsung
Sebagian besar siswa bisa membuat suatu kesimpulan atas adegan film kartun yang janggal dengan baik. Mereka bisa menghubungkan kesalahan tersebut dengan konsep fisika dan bisa memberikan suatu perbaikan terhadap adegan janggal tersebut. Siswa tidak lagi terlihat malu-malu untuk mengungkapkan pendapatnya. Ini bisa terlihat pada proses presentasi. Mereka terlihat puas dengan hasil kerja mereka dan bersemangat untuk mempresentasikan hasil analisa mereka
Secara garis besar pembelajaran dengan metode “belajar dari kesalahan” dengan film kartun sebagai media dapat diikuti oleh siswa.Ini terlihat melalui lembar observasi KBM, dimana sebagian besar siswa terlihat begitu antusias untuk mengikuti tahapan demi tahapan dari kegiatan pembelajaran.Hal yang 21
paling mencolok adalah semangat mereka ketika membahas kejanggalan yang mereka temukan dalam film kartun dan berusaha untuk membenarkan kesalahan adegan tersebut berdasarkan konsep fisika yang benar. 4.5. Keberhasilan Penggunaan Desain Pembelajaran Dengan Metode “Belajar Dari Kesalahan” Dengan Film Kartun Sebagai Media Tujuan utama dari penggunaan desain pembelajaran ini adalah siswa bisa lebih aktif didalam pembelajaran dengan menyerahkan kendali sebagai seorang “mistake corrector,” selain itu di harapkan tingkat pemahaman siswa terhadap konsep fisika bisa meningkat. Setelah KBM dilaksanakan, siswa dibeli tes evaluasi untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap konsep yang telah diajarkan. Setelah lembar jawaban selesai dikoreksi, nilai siswa direkap seperti pada tabel berikut
Tabel 7.Rekap nilai siswa
Siswa
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Nilai
100
85
85
78
100
85
100
90
85
90
Berdasarkan tabel , terlihat 9 siswa berhasil memperoleh nilai di atas standar kelulusan yaitu 80. Dengan demikian presentase keberhasilan pembelajaran tersebut adalah : 9 100% 90% 10 Berdasarkan presentase keberhasilan yang diperoleh, pembelajaran menggunakan metode “belajar dari kesalahan” dengan film kartun sebagai media berhasil membuat siswa paham terhadap konsep gerak. 4.6. Tanggapan Siswa Tentang Desain Pembelajaran Menggunakan Metode “Belajar Dari Kesalahan” Dengan Film Kartun Sebagai Media Tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode “belajar dari kesalahan” dengan film kartun sebagai media pada materi gerak, dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 8.Tanggapan siswa terhadap desain pembelajaran menggunakan metode ‘’belajar dari kesalahan” dengan film kartun sebagai media No 1
Pertanyaan Bagaimana pendapat anda tentang model pembelajaran dengan metode “Belajar Melalui Kesalahan” dengan media film kartun tom and jerry yang telah anda ikuti? (apakah anda menyukainya atau tidak)
Tanggapan (> 50% siswa) Menyukai model pembelajaran ini karena bisa lebih aktif dan kritis selama kegiatan pembelajaran
2
Apakah model pembelajaran yang telah anda ikuti dapat membantu anda dalam memahami pelajaran yang telah diberikan?
Sangat membantu karena bisa melihat langsung contoh-contoh dari berbagai gerakan, selain itu lebih kritis saat menemukan konsep yang salah
22
3
Apakah kegiatan belajar mengajar dengan metode “Belajar melalui Kesalahan” serta menggunakan media film kartun merupakan hal yang baru bagi anda?
Pembelajaran dengan menggunakan film kartun sudah pernah, tapi berperan sebagai “hakim” atau “mistake corrector” belum pernah.
4
Apakah menggunakan metode “belajar dari kesalahan” dengan media pembelajaran film kartun tom and jerry, anda dapat termotivasi untuk belajar lebih giat?
Lebih termotivasi, karena terpacu untuk bisa lebih kritis dalam menyikapi berbagai kesalahan konsep dalam film kartun.
5
Apakah kalian lebih suka belajar dengan metode seperti ini?
Model pembelajaran ini bisa dijadikan sebagai salah satu variasi dalam pembelajaran
Dari hasil rekap, 100% siswa menyukai model pembelajaran ini dengan alasan lebih jelas dan mudah dimengerti. Selain itu suasana kelas lebih menyenangkan dan tidak menegangkan. Siswa juga beranggapan bahwa model pembelajaran ini dapat membantu mereka dalam memahami pelajaran dan bisa lebih kritis dalam mengamati sesuatu. 80% dari siswamengungkapkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode “belajaran dari kesalahan” dengan film kartun sebagai media adalah hal yang baru untuk mereka, sedang 20% dari siswa lainnya sudah pernah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan film kartun tapi dengan metode yang berbeda. Menurut semua siswa, dengan metode ini mereka bisa lebih termotivasi untuk mempelajari fisika, karena merasa tertantang untuk mencari solusi atas sebuah permasalahan dan mereka bisa belajar untuk lebih peka. 90% dari siswa setuju jika KBM disajikan dengan metode ini, dengan alasan mereka bisa mengekplorasi suatu permasalahan secara lebih mendalam, sedang 10% dari siswa tidak terlalu suka jika metode ini diterapkan untuk semua KBM,mereka beranggapan metode “belajar dari kesalahan” bisa dijadikan salah satu alternatif dari kegiatan pembelajaran, sehingga bisa lebih bervariasi. Secara garis besar, model pembelajaran ini merupakan suatu hal yang baru bagi siswa, dan mereka cukup termotivasi karena memegang peran yang cukup besar selama proses pembelajaran, yaitu sebagai “mistake corrector”. Hal yang paling menonjol adalah ketertarikan mereka karena bisa mengembangkan daya nalar atau kemampuan berpikir kritis mereka.Hanya saja siswa berpikir model seperti ini tidak cocok diterapkan dalam setiap pembelajaran.Metode ini bisa membantu siswa dalam mempelajari konsep fisika secara mendalam. 5. KESIMPULAN Desain pembelajaran dengan metode “belajar dari kesalahan” menggunakan media film kartun dapat dibuat dengan menerapkan strategi pembelajaran yang meliputi : 1) Pemberian Kasus; 2) Tahapan investigasi; 3) Tahapan komparasi; 4) Tahapan konsolidasi. Desain ini dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa selama pembelajaran, daya berpikir kritis mereka juga ikut meningkat dan siswa dapat memahami konsep gerak secara mendalam.
23
6. SARAN Desain pembelajaran dengan metode “belajar dari kesalahan” menggunakan media film kartun bisa diterapkan dengan berbagai bentuk strategi pembelajaran. Disarankan untuk peneliti selanjutnya bisa mengembangkan desain ini dengan menggunakan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi.Masih banyak konsep fisika yang bisa diajarkan dengan menggunakan desain pembelajaran dengan metode “belajar dari kesalahan”. 7.
REFERENSI [1] Bovee, Courland. 1997. Business Communication Today. New York : Prentice Hall [2] Halliday, David. 1998. Fisika, edisi ke-3, jilid 1. Jakarta: Erlangga. [3] Hassoubah, Zaleha Izhab. 2004. Developing Creative & Crictical Thinking Skills. Terjemahan Bambang Suryadi. Bandung : Penerbit Nusantara. [4] Heinich, Molenda, Russell, Smaldino. 2005. Instructional Technology and Media For Learning 8th Edition. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall [5] Huynh, Hai K.P. 2003. Getting Students Actively Involved Using “The MistakeBuster” Technique: The Internet TESL Journal, Vol.IX No. ii, November. [6] Ismail. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) : apa, bagaimana dan contoh pada sub pokok bahsan statistika. Makalah disajikan pada pelatihan TOT Pembelajaran Kontekstual (CTL) untuk Instruktur / guru dan dosen dari 24 propinsi di Bogor, Surabaya, dan Medan pada bulan September s/d November 2002 yang diselenggarakan oleh Direktorat lanjutan pertama melalui proyek peningkatan mutu SLTP Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. [7] Setiawan, Michael. 2 November, 2009. Education To Rescue Our Future. The Jakarta Post, Vol. 27. No. 007. p.7 [8] Redhana, I Wayan. 2003. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidkan Dan Pengajaran XXXVI. II: 11-21. [9] Sanjaya, Wina. 2006. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta [10]Simorangkir, Carles Victor Natalius. 2011.Pemanfaatan Kamera Digital sebagai Media Pembelajaran untuk Menentukan Viskositas Fluida. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga:UKSW Fakultas Sains dan Matematika Program Pendidikan Fisika [11]Suara Pembaruan. 2 November, 2009. Reformasi Pendidikan Nasional. hlm. 6. [12]Suara Pembaruan. 2 Mei, 2009. Tingkatkan Mutu Pendidikan.hlm. 6. [13]Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius [14]Van den Berg, Euwe, Phd. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Sebuah pengantar berdasarkan lokakarya yang diselenggarakan di Universitas Kristen
24
Satya Wacana Salatiga , 7 – 10 Agustus 1990. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana [15]Woleka, Fransina Rambu. 2010.Analisa Konsep Gerak Pada Film Kartun Tom and Jerry Dan Pemanfaatannya Dalam Pembelajaran. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga:UKSW Fakultas Sains dan Matematika Program Pendidikan Fisika
25