1.1.4.08.080
Tujuan Umum
Mengetahui pengertian ibadah dalam Islam, hukum-hukum dan cara syar`I dalam ibadah khusus, dan pengaruhnya pada individu dan masyarakat sehingga menjadi pribadi yang memiliki sifat terpuji dan akhlak Islami yang mendasar, yang tidak dikotori oleh kotoran dan tidak berhubungan dengan pihak yang bertentangan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tujuan Kognitif
menerangkan hokum sholat, keutamaannya dan hokum bagi orang yang meninggalkannya serta dalilnya menjelaskan hokum dan waktu sholat, adzan dan iqomat memerinci syarat-syarat sholat, hal-hal yang wajib dan yang sunnah dilakukan menjelaskan hal-hal yang makruh dilakukan dalam sholat, hal-hal yang membatalkan dan yang boleh dilakukan menjelaskan sholat-sholat fardlu dan sunnah menyebutkan keutamaan sholat jamaah dan hadits-hadits yang menyangkut masalah tersebut menjelaskan –dengan singkat- pembahasan berikut ini : a) menjama` dua sholat b) sholat bagi orang sakit c) mengqodlo` sholat d) sujud sahwi e) sujud tilawah f) hokum-hukum masjid
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Tujuan Afektif dan Psikomotorik
bangun pagi untuk mengerjakan sholat subuh berusaha untuk adzan untuk mendapatkan pahala berusaha sholat di masjid menghindari hal –hal yang makruh dalam sholat berusaha untuk qiyamullail minimal sekali dalam seminggu khusyu` dalam membaca al Qur`an rajin menghafal al Qur`an sebisanya menjadikan doa sebagai penolong khususnya pada waktu-waktu utama menutup tidurnya dengan taubat dan istughfar selalu menghadirkan niat dalam setiap amalannya membiasakan membaca dzikir ada waktu pagi dan sore mengingat Allah dalam segala keadaan menggunakan siwak senantiasa dalam keadaan berwudlu sebisa mungkin berusaha untuk jihad menjauhi hal-hal yang diharamkan, dan menjauhi tempattempat maksiat 16. mengerjakan sholat dengan benar
Pilihan Kegiatan
Kegiatan Pembuka Mengkomunikasikan tentang urgensi mengkaji Hukum Shalat Kagiatan Inti:
Kajian tentang Hukum Shalat Berdikusi dan tanya jawab tetang Hukum Shalat ( lihat tujuan Kognitif, afektif dan psikomotor Praktek shalat Penekanan dari murobbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung dalam Hukum Shalat
Kegiatan Penutup: Evaluasi Tugas mandiri
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pilihan Kegiatan Pendukung
menulis lafadz-lafadz adzan dan iqomat dan menempelkannya di masjid agar mudah dihafalkan mengadakan penelitian tentang pengaruh sholat terhadap individu dan masyarakat mendengarkan beberapa kaset yang berisi tentang sholat melatih murid (dengan praktek) untuk adzan, iqomah dan sholat pelajaran ilmiah tentang cara mengerjakan sholat di dalam ruangan belajar menempelkan gambar-gambar yang bermacam-macam yang menjelaskan gerakan-gerakan sholat melatih anak-anak agar melakukan sholat dengan benar sholat malam dua rokaat dengan istri dan anak, emikian juga dalam jam pelajaran
Evaluasi dan Mutabaah
1. menulis ayat-ayat yang menunjukkan wajibnya sholat 2. menyebutkan hadits-hadits yang menerangkan gerakangerakannya 3. wirid muhasabah 4. praktek shalat
Tujuan Tarbiyah Dzatiyah
1. menjelaskan kedudukan dan urgensi sholat dalam Islam 2. menerangkan keutamaan dan pengaruhnya terhadap individu dan masyarakat 3. menerangkan hokum sholat, syarat wajib dan syarat sahnya 4. menerangkan waktu-waktu sholat 5. menerangkan tatacara adazn dan iqomat 6. menjelaskan rukun dan sunnah sholat 7. menerangkan hal-hal yang membatalkan sholat dan yang boleh dilakukan 8. menjelaskan hal-hal yang makruh dalam sholat 9. menjelaskan tatacara mengerjakan sholat dengan benar
Maroji’
fiqhus Sunnah karangan Sayyid Sabiq Al Iqna` Syarhu Alfadzi Abi Syuja
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Kerangka Materi
Hukum, dan keutamaan shalat serta hukum orang yang meninggalkannya Waktu Shalat Adzan dan iqamat Syarat Shalat Rukun Shalat Sunnah Shalat Hal-hal yang makruh dalam shalat Hal-hal yang mubah dalam shalat Hal-hal yang membatalkan shalat Tatacara shalat Macam-macam shalat Shalat-shalat sunnah Shalat berjamaah Shalat dalam perjalanan
Keutamaan Hukum dan Shalat serta Hukum Orang Yang Meninggalkannya
Kedudukan Shalat
Shalat adalah atau dari lima rukun Islam. Shalat merupakan tiang agama yang tidak akan tegak tanpanya. Shalat adalah ibadah pertama yang Allah wajibkan. Shalat adalah amal pertama yang diperhitungkan di hari kiamat. Shalat adalah wasiat terakhir Rasulullah saw kepada ummatnya ketika hendak meninggalkan dunia. Shalat adalah ajaran agama yang terakhir ditinggalkan. Allah swt menyuruh memelihara shalat setiap saat, ketika mukim atau musafir, saat aman atau ketakutan (2:238-239) Sebagaimana Allah telah menjelaskan cara shalat di waktu perang, yang menegaskan bahwa shalat tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi yang paling genting (4:101-103) Rasulullah saw telah menjelaskan bahwa shalat menghapus kesalahan
Ancaman bagi yang Meninggalkan Shalat
ِ الش ََهو َ ََ ْلَ ْو ََ ًََّاا َّ اعوا َ اِ فَ ََ ْو ٌ ف ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم َخل َ َفَ َخل َ َْف أ ُض َ َّ الص ََل َة َواتَّبَ ُعوا
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (QS. Maryam: 59) ِ فَ وَل لِلْم ِ َّ )5( ََ اهو ُ ص ََلِتِِ ْم َس َ صل َ َن ُه ْم َع ْن َ ُ ٌ َْ َ ) الذ4( ني
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, (QS. Al Ma’un: 4-5)
Hukum Meninggalkan Shalat
Hadits Jabir ra berkata: Rasulullah saw bersabda ِ بني الصالة ُ الرجل وال ُكفر َّ ترك Batas antara kufur dengan seseorang adalah shalat. (HR Muslim, Abu Daud, At Tirmidziy, Ibnu Majah dan Ahmad) Hadits Buraidah, berkata: Rasulullah saw bersabda: فمن تَركها فَقد َك َفر،الصالة َّ العهد الذي بيننا وبَينهم ُ
“perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat, maka barang siapa yang meninggalkannya, maka ia kafir.” HR. Ahmad dan Ashabussunan.
Hadits Abdullah bin Syaqiq Al ‘Uqailiy, berkata: Para shahabat Nabi Muhammad saw tidak pernah menganggap amal yang jika ditinggalkan menjadi kafir selain shalat. HR. At Tirmidzi, Al Hakim dan menshahihkannya dengan standar Al Bukhari Muslim
Berbagai Pendapat
Para sahabat dan para imam telah berijma’, bahwa
barang siapa yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya, atau melecehkannya hukumnya kafir murtad. Sedangkan jika meninggalkannya dengan sengaja, tidak mengingkari kewajibannya, hukumnya kafir juga menurut sebagian shahabat, antara lain: Umar bin Khaththab, Abdullah ibnu Mas’ud, Abdullah ibnu Abbas, Mu’adz bin Jabal, demikian juga menurut imam Ahmad bin Hanbal.
Sedangkan menurut jumhurul ulama, bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan tidak mengingkari kewajibannya tidak membuatnya kafir, akan tetapi fasik yang disuruh bertaubat, dan jika tidak mau bertaubat maka dihukum mati, bukan kafir murtad menurut Asy Syafi’iy dan Malik. Abu Hanifah berkata: Tidak dibunuh tetapi dita’zir dan disekap (dipenjara) sampai mau shalat.
Shalat Anak-anak
Meskipun shalat tidak diwajibkan kecuali kepada muslim yang berakal, dan baligh, hanya saja ia dianjurkan untuk diperintahkan kepada anak-anak yang sudah berumur tujuh tahun, dan dipukul, jika tidak mengerjakannya setelah berusia sepuluh tahun, agar menjadi kebiasaannya. Seperti dalam hadits: “perintahkan anakmu shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika berusia sepuluh tahun, pisahkan tempat tidur mereka. HR Ahmad, Ab Daud, dan Al Hakim, yang mengatakan hadits ini shahih sesuai dengan persyaratan imam Muslim
Waktu Shalat
Waktu Shalat
1. Shalat fajar, wakutnya sejak terbit fajar shadiq sehingga terbit matahari, disunnahkan pelaksanaannya di awal waktu menurut Syafi’iyah , inilah yang lebih shahih, dan disunnahkan melaksanakannya di akhir waktu meurut madzhab Hanafi. 2. Shalat zhuhur, waktunya sejak tergelincir matahari dari pertengahan langit, sehingga bayangan benda sama dengan aslinya. Disunnahkan mengakhirkannya ketika sangat panas, dan di awal waktu di selain itu. Seperti yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Anas ra. 3. Shalat ashar, waktunya sejak bayangan benda sama dengan aslinya, di luar bayangan waktu zawal, sampai terbenam matahari. Disunnahkan melaksanakannya di awal waktu, dan makruh melaksanakannya setelah matahari menguning. Shalat ashar disebut shalat wustha.
4.
5.
Waktu Shalat
Shalat maghrib, waktunya sejak terbenam matahari, sehingga hilang rona merah. Disunnahkan melaksanakannya di awal waktu, dan diperbolehkan mengakhirkannya selama belum hilang rona merah di langit. Shalat isya’, waktunya sejak hilang rona merak sehingga terbit fajar. Disunnahkan mengakhirkan pelaksanaannya hingga tengah malam. Diperbolehkan juga melaksanakannya setalah tengah malam, dan makruh hukumnya tidur sebelum shalat isya’ dan berbincang sesudahnya Hujjah Imam Syafi;I adalah hadits Ibnu Mas’ud, Bahwa Rasulullah saw shalat shubuh pertama di awal waktu, lalu shalat hari berikutnya di akhir waktu, kemudian shalat Rasulullah pada saat masih gelap setelah itu sampai wafat. HR Al Baihaqi, dengan sanad shahih. Juga hadits Aisyah ra: “Bahwasannya para wanita mukminah kembali ke rumahnya setelah shalat shubuh bersama Nabi Muhammad saw, mereka tidak dapat dikenali karnea masih gelap. HR Al Jama’ah
Hadits Awal dan Akhir Waktu Shalat
Dari Jabir bin Abdillah ra: Bahwa Rasulullah saw kedatangan Malaikat Jibril alaihissalam, dan berkata: Bangun lalu shalatlah, maka Rasulullah shalat zhuhur ketika matahari bergeser ke arah barat, kemudian Jibril as datang kembali di waktu ashar dan mengatakan: Bangun dan shalatlah. Maka Rasulullah saw shalat ashar ketika bayangan benda sudah sama dengan aslinya. Kemudian Jibril as mendatanginya di waktu maghrib ketika matahari terbenam, kemudian mendatanginya ketika isya’ dan mengatakan bangun dan shalatlah. Rasulullah shalat isya’ ketika telah hilang rona merah. Lalu Jibril mendatanginya waktu fajar ketika fajar sudah menyingsing. Keesokan harinya Jibril datang waktu zhuhur dan mengatakan: Bangun dan shalatlah. Rasulullah shalat zhuhur ketika bayangan benda telah sama dengan aslinya. Lalu Jibril mendatanginya waktu ashar dan berkata: Bangun dan shalatlah. Rasulullah saw shalat ashar ketika bayangan benda telah dua kali benda aslinya. Jibril as mendatanginya waktu maghrib di waktu yang sama dengan kemarin, tidak berubah. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu isya’ ketika sudah berlalu separoh malam, atau sepertiga malam, lalu Rasulullah shalat isya’. Kemudian Jibril mendatanginya ketika sudah sangat terang, dan mengatakan: Bangun dan shalatlah. Maka Rasulullah shalat fajar. Kemudian Jibril as berkata: antara dua waktu itulah waktu shalat. HR Ahmad, An Nasa’I dan At Tirmidziy. Al Bukhari mengomentari hadits ini: Inilah hadits yang paling shahih tentang waktu shalat.
Waktu Jawaz dan Darurat
Waktu-waktu yang dijelaskan dalam hadits di atas adalah waktu jawaz (boleh), dan dalam kondisi udzur dan darurat, waktu shalat itu membentang sampai datang waktu shalat berikutnya. Kecuali waktu shalat fajar yang habis dengan terbitnya matahari. Seperti yang diriwayatkan dari Abudullah bin Amr bin Ash, bahwa Rasulullah saw bersabada: Waktu zhuhur itu ketika matahari telah bergeser sampai bayangan seseorang sama dengan tingginya, selama belum datang waktu ashar, dan waktu ashar itu selama matahari belum menguning, waktu maghrib selama belum hilang awan merah, waktu isya’ hingga tengah malam, dan waktu shubuh dari sejak terbit fajar sehingga terbit matahari….HR Muslim Jika seorang muslim tertidur sebelum melaksanakan shalat fardhu atau lupa belum melaksanakannya, maka ia wajib melaksanakannya ketika ingat, seperti yang pernah disebutkan dalam hadits Rasulullah saw
Adzan dan Iqamat
1.
2.
3.
Adzan dan Iqamat
Adzan dan iqamat hukumnya sunnah muakkadah untuk melaksanakan shalat fardhu, bagi munfarid maupun berjamaah, menurut jumhurul ulama. Keduanya hukumnya wajib di masjid menurut imam Malik dan fardhu kifyaah menurut imam Ahmad Disunnhkan bagi yang mendengar adzn untuk mengucapkan seperti yang diucapkan oleh muadzdzin kecuali dalam bacaan 2( حي على الصالة ّ x2( حي على الفالح ّ )x) yang dijawab dengan حول وال قوة َّإال باهلل العلي العظي َ ال:kemudian bershalawat atas Nabi sesudah adzan ِالتام ِة والصالة ِ القائمة ِ dan mengucapkan : وابعثه مقاماً ُمموداً الذي،آت ُُم ّمداً الوسيلة والفضيلة َّ اللهم َّ ِرب هذهِ الدعوة َّ وعدتهYa Allah Pemiliki panggilan yang sempurna ini, dan shalat yang tegak. Berikan kepada Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, berikan kepadanya tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan. HR. Al Bukhariy Disunnahkan berdoa antara adzan dan iqamat. Di antara doa ma’tsur dalam hal ini adalah yang diriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqas, dari Rasulullah saw:”Barang siapa yang mengucapkan ketika mendengar mu’adzdzin: وأنا أشهد أن ال إله ّإال ٍ و،ًسالم دينا ِ وبا ِإل،ً رضيت باهلل ربا، وأن ُُممداً َعبده ورسوله،يك له َغفر هللا له وُنوبه،ًمبحمد صلى هللا عليه وسلم رسوال َ هللا وحده ال َشر َ Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Maha Esa, Tiada sekutu baginya. Dan bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusannya. Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam agamaku, Nabi Muhammad saw sebagai utusan. Akan diampuni dosadosanya. HR Muslim dan At Tirmidziy.
4.
5. 6. 7.
Adzan dan Iqamat
Disunnahkan ada jarak antara adzan dan iqamat untuk memberi kesempatan orang hadir ke masjid. Diperbolehkan juga iqamat selain orang yang adzan. Disunnahkan bagi yang mendengar qamat untuk menguapkan seperti yang dikatakan oleh orang yang qamat. Sebagaimana disunnahkan pula berdiri ketika orang yang qamat mengucapkan (قد قامت الصالة Diajarkan bagi orang yang mengqadha shalat yang terlewatkan untuk adzan dan iqamat. Dan jika shalat yang ditinggalkan itu banyak maka adzan unutk shalat pertama dan qamat untuk setiap shalat. Diperbolehkan berbicara dll antara qamat dan shalat, dan tidak mengulang iqamat meskipun penghalang itu panjang. Hal ini ditetapkan dalam As Sunnah seperti dalam riwayat Al Bukhariy Wanita tidak disunnahkan adzan dan iqamat. Tetapi tidak apaapa jika melakukannya. Aisyah ra pernah melakukannya seperti yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi hadits yang menyatakan: Barang siapa adzan dia yang qamat, adalah dhaif
Syarat Shalat
1. 2.
3. 4. 5. 6.
Syarat Shalat
Mengetahui telah datang waktu, meskipun cukup dengan asumsi terkuat (4:103) ِ َّ «berwudhu dan basuhah Suci badan (74:4). Seperti dalam sabda Nabi: »كرك َ َتوضأْ واغسل و kemaluanmu (dari madzi) HR Al Bukhari. Bersih tempat, seperti dalam perintah Nabi untuk mengguyur bekas kencing orang badui yang kencing di masjid. Bersih dari hadats kecil dan besar, dengan mandi dan wudhu (5:6) Menutup aurat (7:31). Dan yang dimaksud dengan zienah adalah penutup aurat, dan yang dimaksud dengan masjid adalah shalat. Aurat laki-laki antara pusar dan lutut, dan uarat wanita seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Menghadap kiblat langsung bagi yang dapat melihatnya langsung. Menghadap arahnya bagi yang tidak dapat melihat langsung. Dan wajib berusaha bagi orang yang sedang kebingungan arah kiblat. Namun ketika ketahuan salah setelah shalat tidak wajib mengulangnya, dan jika mengetahui kesalahan itu saat shalat, harus segera merubah dan menyempurnakannya. Kewajiban menghadap kiblat ini gugur bagi orang yang terpaksa, sakit, ketakutan, shalat sunnah di atas kendaraan. Rasulullah saw shalat menghadap ke mana saja, dengan menundukkan kepalanya. Tetapi tidak dalam shalat wajib. HR Al Bukhari
Rukun Shalat
Rukun Shalat
1. Niat, yaitu berniat melaksanakan shalat yang dimaksud. 2. Takbiratul Ihram; yaitu takbir tanda masuk amaliah shalat. Lafalnya : “Allahu Akbar”. Seperti yang dikatakan oleh Rasulullah saw. » وحتليلها التسليم، وحترميها التكبري، «مفتاح الصالة الطهور:
“Kunci pembuka shalat adalah bersuci, mulainya adalah takbir dan selesainya dengan bersalam”. HR Al Khamsah, kecuali An Nasa’iy dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim.
3. Berdiri; bagi orang yang mampu berdiri dalam shalat fardhu. Sabda Nabi: » فإ ْن ََلْ تَ ْستَ ِط ْع فعلى َجْن،ً فإن ََل تَستَ ِطع فقاعدا،ًص ِّل قائِما َ «
Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak mampu maka dengan berbaring. HR. Al Bukhari. Sedangkan untuk shalat sunnah maka diperbolehkan dengan duduk meskipun mampu berdiri; hanya nilai shalat duduk itu setengah shalat berdiri. HR Al Bukhari dan Muslim
4.
5.
6.
Rukun Shalat
Membaca surah Al Fatihah setiap rakaat fardhu maupun sunnah. Sabda Nabi:
ِ « ال صال َة لِمن ََل ي ْقرأ بَِف ِاحت ِة » الكتاب َ َْ َْ َ Tidak sah shalat orang yang tidak membaca Al Fatihah. HR Al Jama’ah Membaca surah Al Fatihah hukumnya wajib bagi imam atau munfarid (shalat sendirian) menurut kesepakatan Ulama. Sedang ma’mum hukum membaca Al Fatihah adalah wajib menurut madzhab Syafi’iy, makruh menurut madzhab Hanafiy, karena firman Allah di Al A’raf: 204 Sedangkan menurut madzhab Malikiy dan Hanbali, maka ma’mum wajib membaca Al Fatihah dalam shalat sirriyah (tidak bersuara) dan mendengarkan dalam shalat jahriyah. Makmum sebaiknya membacanya saat imam diam (antara dua bacaan).
Ruku’; yaitu membungkukkan badan sehingga tangan mampu menyentuh lutut, dengan thuma’ninah. Sabda Nabi: . متفق عليه.» ً« مث ارَك ْع حىت تَطْ َمئِ َّن َراكِعا Lalu ruku’lah sehingga kamu tenang ruku’. Muttafaq alaih
Bangun ruku’ dan berdiri tegak. Sabda Nabi:
.« مث ارفَع حىت تَ ْعتَدل قائماً » متفق عليه Kemudian bangunlah sehingga kamu berdiri tegak. Muttafaq alaih
Rukun Shalat
7.
Dua kali sujud setia rakaatnya dengan thuma’ninah.
8.
Duduk akhir dan membaca tasyahhud, yang lafalnya:
9.
Salam, seperti dalam hadits Nabi :
متفق عليه،» ًاسجد حىت تَطْ َمئِ ّن ساجدا ُ ّ« مث Lalu sujudlah sehingga benar-benar sujud dengan thuma’ninah. Muttafaq alaih Kesempurnaan sujud dengan tujuh anggota badan yaitu: wajah, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki. HR Abu Daud dan At Tirmidziy ِ السالم علينا وعلى ِع أشهد أن ال،باد هللا الصاحلني َّ « التَّحيات هلل و َ السالم،الصلوات والطَّيبات ُ َّ ،عليك أيُّها النَّيب ورمحةُ هللا وبركاتُه » رواه اجلماعة...عبده ورسولُه ُ ً وأشهد أن ُُممدا،إله ّإال هللا
» وحتليلها التسليم، وحترميها التكبري، «مفتاح الصالة الطهور: “Kunci pembuka shalat adalah bersuci, mulainya adalah takbir dan selesainya dengan bersalam”. HR Al Khamsah, kecuali An Nasa’iy dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim. Sebagaimana telah disebutkan dari Rasulullah saw yang salam sekali, dan dua kali dalam beberapa hadits.
10. Tartib, berurutan sesuai yang disebutkan di atas
Sunnah Shalat
Sunnah Shalat
1. Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, sehingga jari jempol setinggi daun telinga, atau bahunya, bagian dalam telapak tangan menghadap kiblat. Mengangkat tangan ini juga disunnahkan ketika hendak ruku’ dan bangun ruku’. Menurut jumhurul ulama. Tidak ada yang berbeda kecuali madzhab Hanafi dan sebagian madzhab Malikiy. 2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di dada, atau di bawahnya, atau di bawah pusar. Semua ini bersumber dari Rasulullah saw. Sebagaimana melepaskan kedua tangan itu. 3. Membuka shalat setelah takbiratul ihram dengan do’a istiftah yang diriwayatkan dari Rasulullah saw
Sunnah Shalat ِ ِ
4. Membaca isti’adzah yaitu: ) (أعووُ باهلل من الشيطان الرجيمsetelah membaca doa iftitah, dan sebelum membaca AL Fatihah di rakaat pertama. Dan tidak apa-apa jika dibaca setiap rakaat sebelum membaca. 5. Membaca Amin setelah membaca Al Fatihah, baik mejadi imam, makmum maupun sendirian. Dengan suara keras pada shalat jahriyah, dan pelan pada shalat sirriyah. Setelah imam tidak boleh mendahuluinya atau terlalu lama ketinggalan. 6. Membaca sebagian Al Qur’an setelah surah Al Fatihah, kecuali pada rakaat ketiga dan keempat, yang cukup dengan surah Al Fatihah
Sunnah Shalat
7. Disunnahkan bertakbir setiap turun naik, berdiri dan duduk, kecuali bangun ruku’. Dalam ruku’ disunnahkan rata antara kepala dan punggung, menggunakan kedua tangan bertumpu ke lutut, dengan membentangkan jari-jari, disertai dzikir, (سبحا َن ريب )العظيم َ x atau lebih, atau dengan redaksi lain yang bersumber dari Rasulullah saw seperti: 7. ،)والروح ُّ وح قُدوس َر ُّ ب املَلئِ َكة ٌ ُّ( ُسب ُِ ، َخشع لك ََسعي وبصري، أنت ريب،ولك أسلمت وعظمي َّ ( َ ،وبك آمنت َ ،كعت ُ اللَهم لك ر َ ومي َ ) وما استَلت به قَدمي هلل رب العاملني،وعصيب َ
.8
َِ ( ََسع هللا ملنdan 8. Disunnahkan ketika bangun ruku’ membaca : )محده ketika sudah berdiri tegak membaca: )لك احلمد َ هم ربَّنا و ّ ّ(الل, )اللهم ربنا لك احلمد َمحداً كثرياً طيباً مباركاً فيه َّ (Atau kalimat lain yang bersumber dari Rasulullah saw
9.
Sunnah Shalat
Mendahulukan lutut sebelum tangan ketika hendak bersujud, menempelkan hidung, dahi dan kedua telapak tangan ke tanah (alas shalat) dengan menjauhkan kedua tangannya dari lambung, meletakkan kedua telapak tangan sejajar dengan telinga atau punggung, membuka jari-jari tangannya dan menghadapkanya ke kiblat. Minimal yang dibaca dalam sujud adalah ) (سبحا َن ريب األعلىdan dperbolehkan menambah tabih, dzikir, dan do’a khusus yang bersumber dari Rasulullah saw, seperti: شق هم لك َّ و،فأحسن صوره َّ َسجد وجهي للذي َخلقه، ولك أسلمت وأنت ريب،سجدت وبك آمنت ُ ّ ّ اللَ وصوره رواه مسلم.أحسن اخلالقني فتبارك هللا َ ََسعه وبصره ُ
10. Duduk antara dua sujud dengan duduk IFTIRASY (duduk di atas kaki kiri) kaki kanan tegak, dan jari-jari kaki kanan menghadap kiblat, dengan membaca do’a ma’tsur(bersumber dari Nabi), antara lain:
ِ ِ ارزقين) رواه الرتمذي َ اللهم اغفر يل و ُ ارمحين وعافين واهدِِن و ّ ( Menurut madzhab Syafi’iy, disunnahkan pula duduk istirahat setelah sujud kedua sebelum bangun, untuk rakaat yang tidak ada tasyahhud
Sunnah Shalat
11. Tasyahhud awal (wajib menurut madzhab Hannafi) dengan duduk iftirasy, meletakkan tangan kanan di atas paha kanan dan tangan kiri di atas paha kiri, menunjuk dengan jari telunjuk kanan. Disunnahkan agak lebih cepat. 12. Duduk tawarruk untuk tasyahhud akhir, yaitu dengan mendorong kaki kiri ke depan, mendirikan kaki kanan, dan duduk di tempat shalat (HR. Al Bukhari). Sebagaimana disunnahkan pula bershalawat keapda Nabi setelah tasyahhud dengan shalawat Ibrahimiyyah. 13. Berdo’a sebelum salam dengan do’a am’tsur, antara lain: ِ أنت املَدم َّ « َ ،أنت أعلم به مين َ وما أسرفْت وما،أس َررِ وما أ ْعلنت ُ اللَهم اَفر يل ما قَ َّد ْ ِ وما،ِمت وما أخَّر . رواه مَلم.» وأنت املؤخر ال إله إال أنت ِ ومن، ومن عذاب الَرب،اللَهم إين أعوذ بك من عذاب جَهنَّم ومن َش ِر فت ِنة املًَّح،ِفتنة املَحًّا واملَما َّ « َّ رواه مَلم،»الدجال
Sunnah Shalat
14. Memperbanyak dzikir setelah salam dengan dzikir ma’tsur, antara lain: أنت الََلم ومنك الََلم ،تَباركت َا ذا اجلَلل وا ِإلكرام » ،رواه مَلم. « اللََّهم َكل ٍ « من َسبَّح يف ُدبر ِكرب هللا ثَلثاً وثَلثني ،فتلك وَحد هللا ثَلثاً وثَلثني ،و َّ صَلة ثَلثاً وثََلثنيَ ، تَِعة وتَِعوَ ،وقال متام املائة :ال إله إال هللا َوحده ال َشرَك له ،لَه امللك ولَه احلمد وهو على ِ كل شيء قَدَرَُ ،فرِ خطاَاه وإَ َكانت مثل َزبد البَحر» ،رواه مَلم. « اللَهم ِعبادتك » ،رواه أَحد وأبو داود والنَائي. أعين على ِذ َ كرك و ُشك ِر َك وحَ ِن َ كل ش ٍ َك له ،له املُلك ولَه احلَمد وهو على ِ يء قَدَر ،اللَهم ال مانِع «ال إله إال هللا َوحده ال َشر َملا أَعطًّت ،وال م ِ نك اجلَ ُّد» .رواه الشًّخاَ عطي ملا َمنَعت ،وال ََ ْن َفع ذا اجلَ ِد ِم َ ُ
Hal-hal yang Makruh dalam Shalat
Hal-hal yang Makruh dalam Shalat
1. Meninggalkan salah satu sunnah yang tersebut di atas 2. Menggaruk-garuk baju atau anggota badan tanpa ada udzur 3. Melihat ke atas –seperti yang diriwayatkan imam Al Bukhari4. Memakai atau menghadap sesuatu yang mengganggu konsentrasi shalat –seperti yang diriwayatkan oleh imam Al Bukhariy5. Shalat di tempat sampah, tempat pemotongan hewan, kuburan, jalanan, kamar mandi, peristirahatan onta, di atas ka’bah (HR Muslim)
Hal-hal yang Makruh dalam Shalat
6. Memakai baju yang terbuka leher; menggulung lengan baju panjang; shalat dengan pakaian kerja padahal ada pakaian lain. Karena hal ini meninggalkan adab. 7. Takhashshur – meletakkan tangan di pinggang- para ulama memakruhkannya kecuali imam Ibnu Majah8. Menggunakan lengan tangan untuk tumpua ketika sujud makruh menurut jama’ah ulama9. Ash Shaqd (berdiri dengan merapatkan kedua kaki; ash shaqnberdiri dengan satu kaki 10. Membaca surah (setelah Al fatihah) di rakaat kedua, sebelum surat di rakaat pertama (dalam urutan mushaf )
Hal-hal yang Makruh dalam Shalat
11. Sujud di atas tutup kepala yang menghalangi dahi dan tanah (tempat sujud), mengusap bekas sujud selama dalam shalat – diriwayatkan oleh Ibnu Majah 12. Miring ketika shalat, karena menyerupai Yahudi (riwayat Al Bukhari); menguap (riwayat imam Muslim dan At Tirmidzi), disunnahkan menutup dengan tangan ketika shalat atau di luar shalat 13. Shalat dengan menahan hadats, atau berhadapan dengan makanan (riwayat imam Muslim dan Abu Daud); atau ketika sangat mengantuk (riwayat Al Jama’ah) 14. Memanjangkan kain sampai ke tanah; menutup mulut (riwayat lima imam dan Al Hakim) Batal menurut madzhab Syafii 15. Kencing dan buang air besar
Hal-hal yang Mubah dalam Shalat
Hal-hal yang Mubah dalam Shalat 1.
2.
3.
Menangis, merintih, seperti dalam firman Allah QS. Maryam: 58 Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah saw menangis ketika shalat, Abu Bakar juga menangis salam shalatnya. Diriwayatkan pula bahwa Umar ra shalat shubuh dan membaca surah Yusuf, sehingga sampai pada ayat: Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah Aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, QS. Yusuf: 86. terdengar suara tangisnya. Menurut madzhab Syafi’iy, jika dalam tangisnya itu ada terdengar satu atau dua huruf yang tidak difahami maka batal shalatnya. Menoleh dengan wajah ketika diperlukan saja. Sebab jika tidak ada kebutuhan yang ِ mendesak masuk dalam kategori, العبد» رواه البخاري َ «اختالس ََيتلسه الشيطان من صالةcelingukan karena godaan syetan. Dan jika memalingkan dadanya dari arah kiblat, maka batal shalatnya. Membunuh hewan yang membahayakan, karena hadits Nabi: . رواه أصحاب السنن،»الع ْقرب َّ «اقتلوا األسودين يف َ احليَّة و،الصالة Bunuhlah dua hewan hitam dalam shalat, ular dan kala jengking.
Hal-hal yang Mubah dalam Shalat
4.
5.
6.
Berjalan sedikit karena ada kebutuhan tanpa merubah posisi dari arah kiblat. Rasulullan saw pernah melakukannya sebagaimana riwayat imam Ahmad, Abu Daud, At Tirmidziy dan An Nasa’iy, dari Aisyah ra, dengan syarat kurang dari tiga langkah pindah, atau tiga gerakan. Membawa anak kecil dengan digendong sambil shalat. Hal ini diriwayatkan oleh imam Ahmad, An Nasa’iy, Al Hakim dan Muslim dari Rasulullah saw Mengingatkan Al Fatihah imam jika kelupaan, atau salah dalam membaca. Abu Daud meriwayatkan kebolehannya. Bertahmid bagi orang yang bersin, Rasulullah saw pernah memperbolehkannya kepad Rifa’ah seperti diriwayatkan oleh Al Bukhari, An Nasa’iy dan At Tirmidziy. Demikian juga diperbolehkan tasbih bagi laki-laki dan tepuk tangan bagi wanita untuk mengingatkan. Sseperti diriwayatkan oleh imam Ahmad, Abu Daud, dan An Nasa’iy.
Hal-hal yang Mubah dalam Shalat
7. Sujud di atas sorban atau pakaian yang dikenakan karena kondisi tertentu (seperti sangat panas). Rasulullah saw pernah melakukannya seperti yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dengan sanad yang sahih. 8. Membaca Al Qur’an dengan memegang mushaf. Seperti yang diriwayatkan oleh imam Malik. Hal ini menjadi madzhab imam Syafi’iy 9. Menghentikan shalat karena untuk membunuh binatang yang membahayakan, atau mengembalikan hewan (kendaraan) yang kabur, atau takut kehilangan barang, atau menahan buang air besar dan kecil, atau karena panggilan salah satu orang tua jika khawatir bahaya. Bahkan wajib menghentikan shalat untuk menolong orang yang dalam bahaya, atau karena akan terjadi bahaya besar pada seseorang, atau kebakaran
Hal-hal yang Membatalkan Shalat
Hal-hal yang Membatalkan Shalat
1. Meninggalkan salah satu syarat shalat, atau rukunnya. Seperti sabda Rasulullah saw kepada orang a’rabiy (badui) yang tidak bagus shalatnya:
تصل» رواه الشيخان ِّ فصل فإنك َل ِّ «ارجع Kembalilah shalat karena kamu belum shalat. HR Asy Syaikhani. Diantaranya adalah terbuka aurat, berubah arah kiblat, berhadats saat shalat.
2. Makan minum dengan sengaja meskipun sedikit. Sedang jika terjadi karena lupa, atau tidak tahu, atau ada selilit di antara gigi yang ditelan, maka itu tidak membatalkan menurut madzhab Syafi’iy dan Hanbali.
Hal-hal yang Membatalkan Shalat
3. Sengaja berbicara di laur bacaan shalat. Sedang jika dilakukan karena tidak tahu hukumnya, atau lupa maka tidak membatalkan shalat, seperti dalam hadits Muawiyah bin Al Hakam As Salamiy, yang berbicara ketika shalat karena tidak tahu hukumnya, dan Rasulullah tidak menyuruhnya mengulang shalat, tetapi mengatakan kepadanya: َّ « : رواه أمحد،» إمنا هي التَّسبيح والتكبري وقراءة القرآن،إن هذه الصالة ال يصلح فيها شيء من كالم الناس ومسلم وأبو داود والنسائي Sesungguhnya shalat ini tidak baik untuk bicara dengan sesama manusia, sesungguhnya ia adalah tasbih, takbir, dan membaca Al Qur’an. HR Ahmad, Muslim, Abu Daud dan An Nasa’iy
4. Banyak bergerak dengan sengaja atau lupa di luar gerakan shalat. Tetapi jika terpaksa seperti menolang orang dalam bahaya, menyelamatkan orang yang hendak tenggelam, ia wajib menghentikan shalatnya
Hal-hal yang Membatalkan Shalat
5.
6. 7.
8.
Tertawa dan terbahak-bahak keduanya membatalkan shalat. Tertawa adalah yang terdengar orang yang melakukan itu saja, sedang terbahak-bahak adalah yang terdengar orang lain. Sedang tersenyum tidak membatalkan. Salah baca yang merubah makna dengan perubahan yang keji, atau kalimat kufur. Makmum yang ketinggalan dua rukun fi’liyah dengan sengaja tanpa sebab, atau mendahuluinya dengan dua rukun fi’liyah menurut madzhab Syafi’iy meskipun ada sebab. Seperti jika imam membaca dengan cepat sehingga makmum di belakangnya ketinggalan asal tidak lebih dari tiga rukun dimaksud. Mengingatkan bacaan bukan imamnya. Atau imam membetulkan bacaan orang yang tidak ikut shalat bersamanya menurut madzhab Hanafi
Tatacara Shalat
Tatacara (Kaifiyah) Shalat
Rasulullah saw bersabda: صلّوا كما رأيتموِن أُصلي» متفق عليه َ« Shalatlah kamu sebagaimana aku shalat. Hadits Muttafaq alaih. Dan berikut ini akan kamu sebutkan amaliyah shalat secara berurutan dari pertama sampai terakhir, dengan disertai statusnya (fardhu) atau (sunnah) sesuai dengan pilihan pada fashal-fashal sebelumnya.
Tatacara (Kaifiyah) Shalat
1. Niat shalat yang hendak ditunaikan (fardhu) 2. Mengangkat kedua tangan sehingga ibu jari setinggi telinga atau bahu, telapak tangan menghadap kiblat (sunnah) kemudian bertakbiratul ihram, yang lafadlnya “ALLAHU AKBAR” (fardhu) 3. Masih beridri (fardhu) tegak menghadapkan wajhanya ke arah sujud, meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas pusar, membuka kedua kakinya kira-kira empat jari (sunnah) 4. Membaca doa iftitah, dengan salah satu lafadh yang ada (sunnah) 5. Membaca isti’adzah dengan sirriyah (suara pelan), mengeraskan atau membaca pelan basmalah sebelum Al Fatihah di setiap rakaat. (sunnah)
Tatacara (Kaifiyah) Shalat
6. Membaca surah Al Fatihah setiap rakaat shalat fardhu atau shalat sunnah (fardhu) jika sebagai imam atau shalat sendirian. Sedang jika sebagai makmum, maka membaca Al Fatihah ketika imam membacanya siririyah (pelan) dan mendengarkan bacaan imam ketika membacanya jahriyah. 7. Membaca satu surah atau ayat dari Al Qur’an setelah membaca Al Fatihah pada dua rakaat pertama setiap shaat (sunnah) 8. Bertakbir (sunnah) lalau ruku’ (fardhu) dengan mengangkat kedua tangan (sunnah) bertasbih (sunnah) thuma’ninah ketika ruku’ (fardhu) 9. Bangun ruku’ dan berdiri tegak (fardhu) dan memabaca : َِ ( ََسع هللا ملنdengan mengangkat kedua tangan (sunnah) ) َربَّنا ولَك احلمد،محده
Tatacara (Kaifiyah) Shalat
10. Bertakbir (sunnah) turun untuk bersujud (fardhu) dengan memperhatikan sunnah cara bersujud, memperbanyak dzikir (sunnah) 11. Bertakbir (sunnah) mengangkat kepala dan duduk (fardhu) dengan memperhatikan sunnah, lalu bertakbir (sunnah) dan sujud lagi (fardhu), bertakbir (sunnah) dan bangun dari sujud dengan mengangkat kedua tangan sebelum kedua kaki (sunnah) untuk meneruskan rakaat kedua. 12. Pada rakaat kedua melakukan apa yang sudah di lakukan pada rakaat pertama, sesudah itu duduk untuk tasyahhud awal, dan bershalawat atas Nabi Muhammad saw (sunnah) 13. Pada rakaat ketiga dan keempat, cukup dengan membaca surah Al Fatihah dengan sirriyah, meskipun dalam shalat jahriyah. Kemudian duduk tasyahhud akhir (fardhu) bershalawat atas Rasulullah saw (sunnah), berdo’a sebelum salam dengan doa ma’tsur yang disukai
Tatacara (Kaifiyah) Shalat
14. Salam ke sisi kanan (fardhu) lalu ke kiri (sunnah), memperbanyak dzikir ma’tzur sesudah salam (sunnah). مث جاء إىل النيب صلى هللا عليه وسلم، َدخل رجل املسجد فَصلى:َوقَد روى أبو ُهريرة َرضي هللا عنه قال َّ فرد عليه،يسلِّم ِ «ارجع: وقال،السالم : فقال: قال. ففعل ولك ثَالث مرات،ص ِّل» فرجع ُفصل فإنَّك َل ت َ ّ ِ الصالة ف يسر َمعك باحلق ما أُحسن والذي بَعثك َّ مت إىل ُ قال؛ « إوا ق. فعلِّمين،غري هذا َّ َ مث اقرأ ما ت،كّب ّ َ ّ َ ِ مث ارفَع حىت تَعت،ً مث ارَكع حىت تَطمئِ َّن راكِعا،من ال ُقرآن مث ارفع،ًاسجد حىت تَطمئِ َّن ساجدا مث ، ا قائم ل د ً َ ُِ ِ ِ مث اسجد حىت تَطْمئِ َّن،ًحىت تَطمئِ َّن جالِسا رواه أمحد والشيخان،» ك ُكلّها يف ولك ل افع مث ا د ساج ً َ صالت َ َ ُ Abu Hurairah ra meriwayatkan: Ada seseorang masuk masjid lalu ia shalat, kemudian datanga menemui Nabi Muhammad saw, memberi salam, dan Nabi menjawab salamnya, dan bersabda: “Kembalilah shalat karena kamu belum shalat” lalu ia mengulanginya sampai tiga kali. Abu Hurairah berkata: Orang itu mengatakan: “Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan benar. Saya tidak bisa shalat yang lebih baik lagi, maka ajarilah aku. Nabi bersabda: “Jika kamu berdiri shalat maka bertakbirlah, kemudian bacalah Al Qur’an yang paling mudah bagimu, kemudian ruku’lah sehingga thuma’ninah ruku’, kemudian bangunlah sehingga berdiri tegak, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah sujud, kemudian bangunlah sehingga tuma’ninah duduk, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah sujud, kemudian lakukan itu dalam seluruh shalatmu”. HR Asy Syaikhani
Macam-macam Shalat
Macam-macam Shalat
Shalat jum’at Shalat janazah
Shalat-shalat Sunnah
Shalat-shalat Sunnah
1. Shalat witir 2. Shalat rawatib lima waktu 3. Shalat-shalat sunnah lainnya 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Shalat dhuha Shalat Gerhana Matahari dan Bulan Shalat istikharah Shalat taubat Shalat istisqa’ Shalat tarawih (qiyamu Ramadhan) Qiyamullail Shalar Ied (fithri dan adha)
Shalat Berjamaah
Keutamaan Shalat Berjamaah
َّ ،َعن عبد هللا بن عُمر رضي هللا عنَهما أَ رسول هللا صلى هللا ِ «صَلةُ اجلماعة أفضل من ص:علًّه وسلم قال أي- َلة ال َف ِذ َ ُ ِ بَِب ٍع- ال َفرد متفق علًّه.»وعشرَن َدرجة Dari Abdullah bin Umar ra, bahwasannya Rasulullah saw bersabda: Shalat berjamaah itu leih utama dari shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajat. Muttafaq alaiah.
Hukum Shalat Berjamaah
1. Fardhu ‘ain (Imam Ahmad bin Hanbal, Al Uza’iy, dan Zhahiriyah) 2. Fardhu kifayah (jumhurul ulama, yang terdiri dari para Ulama pendahulu madzhab Syafi’iy, mayoritas madzhab Hanafi fan Maliki) 3. Sunnah mu’akkadah (Imam Abu Hanifah dan dua orang muridnya, Zaid bin Ali dan Al Muayyid Billah)
Hukum-hukum dalam Shalat Berjamaah
1. Sunnahnya berjamaah adalah di masjid. Sehingga menampilkan syiar Islam dan jumlah umat yang banyak. Dan utamanya bagi wanita shalat di rumahnya, meskipun tidak dilarang ke masjid, menghadiri shalat berjamaah. 2. Disunnahkan shalat berjamaah itu juga dalam shalat yang diqadha, minimal ada imam dan makmum 3. Disunnahkan agar wanita terpisah dari laki-laki. Salah satunya menjadi imam (menurut madzhab Syafi’iy dan Hanbali. Makruh wanita menjadi imam bagi wanita menurut madzhab Hanafi. Tidak boleh wanita menjadi imam bagi wanita menurut imam Malik, dan wanita berdiri di tengah shaff. 4. Syarat sahnya laki-laki menjadi imam adalah: Islam, baligh, berkal, mampu membaca Al Qur’an, dan bebas dari udzur
5.
6.
7. 8.
Hukum-hukum dalam Shalat Berjamaah
Orang yang paling berhak menjadi selain tuan rumah atau pejabat adalah: orang yang paling berilmu, kemudian yang paling banyak hafalan, yang paling wara’ (hati-hati dari perbuatan dosa, kemudian yang paling tua usianya. Seorang makmum berdiri di sisi kanan imam, jika lebih dari satu maka berdiri di belakang imam. Dimulai dari shaf orang dewasa, kemudian shaf anak-anak, kemudian shaf wanita. Sedangkan jika anak kecil sudah ada di shaf depan maka tidak boleh ditarik ke belakang. Sebaiknya imam memperingan shalat, tidak melebihi standar sunnah dalam bacaan shalat. Tidak sah orang yang shalat fardhu makmum kepada orang yang shalat sunnah menurut madzhab Hanafi dan Jumhurul Ulama. Tetapi sah menurut madzhab imam Syafi’iy. Jika ada seorang muslim shalat sunnah kemudian ada orang makmum di belakangnya untuk shalat fardhu dan tahu bahwa orang yang di depannya itu shalat sunnah, maka sah shalatnya menurut madzhab Syafi’iy dan tidak sah menurut madzhab Hanafiy Menurut madzhab Maliki makmum dianggap sah shalatnya meskipun di depan imam
9.
Hukum-hukum dalam Shalat Berjamaah
Tidak sah seorang shalat fardhu makmum di belakang orang yang shalat fardhu lainnya, jika makmum mengetahui hal itu. Demikian juga tidak sah orang yang makmum melaksanaan shalat fardhunya tepat waktu, dengan imam yang mengqadha shalat fardhu. Tetapi madzhab Syafi’iy memperbolehkan semua ini. 10. Makmum wajib mengikuti imam, dan haram mendahuluinya, sedang bersamaan hukumnya makruh. 11. Makmum diperbolehkan mufaraqah (memisahkan diri) dari imam, yaitu dengan keluar dari shalatnya imam dan menyempurnakan shalatnya sendiri jika ada udzur. Seperti yang dilakukan sahabat ketika Mu’adz yang menjadi imam membaca surah Al Baqarah dalam shalatnya. (HR. Al Jamaah) 12. Disunnahkan bagi orang yang telah shalat munfarid, untuk mengulangi shalatnya dengan berjamaah, dan shalat munfaridnya menjadi shalat sunnah
Hukum-hukum dalam Shalat Berjamaah
13. Disunnahkan bagi imam, setelah shalat dan salam untuk menengok ke kanan dan kiri, kemudian berpindah dari tempat shalatnya 14. Makmum diperbolehkan mengikuti imam meskipun di antara keduanya ada sekat, jika makmum mengetahui pergerakan imam lewat pendengaran atau penglihatan, dengan syarat shafnya bersambung. Sehingga tidak sah shalat dengan siaran radio atau televisi 15. Jika seorang imam mengalami sesuatu yang tidak bisa meneruskan shalatnya maka digantikan orang lain untuk menyempurnakan shalatnya dengan makmum yang ada. 16. Makruh seorang imam mengimami kaum yang tidak menyukainya
Hukum-hukum dalam Shalat Berjamaah
17. Tidak sah orang yang shalat sendirian di belakang shaf, seharusnya ia menarik salah satu dari jamaah yang ada di depannya untuk shalat bersamanya. Seperti dalam hadits Wabishah:
«أَ رسول هللا صلى هللا علًّه وسلم رأى َرجَلً َصلي خلف الصف رواه اخلمَة إال النَّس،»فأمره أَ َُِعًّد الصَلة َ ،َوحده
Bahwasannya Rasulullah saw melihat seseorang yang shalat sendirian di belakang shaf, lalu menyuruhnya untuk mengulang shalat. HR. Al Khamsah, kecuali An Nasa’iy. Dan sah shalat wanita yang sendirian di belakang shaf pria. Dan tidak boleh baginya ia berdiri sejajar dengan pria dalam satu shaf
Hukum-hukum dalam Shalat Berjamaah
18. Menghadiri shalat berjamaah menjadi tidak wajib karena hujan, sangat dingin, ketakutan, tertahan, sakit, atau lanjut usia, atau udzur-udzur lainnya yang disebutkan oleh para ulama untuk tidak memberatkan bagi kaum muslimin. Rasulullah saw pernah menyuruh muadzin untuk menyerukan: )(صلوا يف رحالكم. Shalatlah di kendaraan kalian masing-masing; ketika malam sangat dingin, di malam saat turun hujan waktu musafir. HR As Syaikhani. Udzur-udzur yang lain diqiaskan dengan yang tersebut di atas. 19. Ketika seorang yang masbuq (keduluan imam) di sebagian shalatnya, maka ia menyempurnakan sisa shalatnya itu setelah salam imam. Ia mengqadha awal shalatnya dalam hal bacaan, dan akhirnya dalam hal tasyahhud. Misalnya jika seseorang hanya mendapati rakaat terakhir imam dalam shalat maghrib maka ia mengqadha dua rakaat, dengan membaca Al Fatihah dan surah lainnya di setiap rakaat, karena ia mengqadha dua rakaat pertama dan kedua dilihat dari bacaan; dan duduk di rakaat pertama itu dengan bertasyahhud karena sesungguhnya itu rakaat kedua baginya, sehingga ia shalat maghrib dengan tiga kali duduk. 20. Seseorang tidak disebut masbuq rakaat dengan imam, kecuali jika mendapati imamnya telah mengangkat kepala, bangun ruku’
Shalat dalam Perjalanan
Dalilnya
َِوإ ِ ض َربْ تُ ْم ِ َ َْ َالص ََل ِة إِ َْ ِخ ْفتُ ْم أ َْ َاح أَ َْ ت س َعلًَّْ ُك ْم ُجن ًّ ل ف ض ر اْل يف ا ذ َ َّ ص ُروا ِم َن ْ َ َ َ َ ْ ُ ٌ ْ َ ِ َّ ِ َِ ْفت ِ ِ َّ ِ ْ َن َكانُوا لَ ُك ْم َع ُد اوا ُمبًّنًا ر اف ك ل ا َ إ وا ر ف ك َن ذ ل ا م ك ن َ ُ َ َ َ َ ُ َ ُ َ
Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah Mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.
QS. An Nisa: 101 Ya’la bin Umayyah berkata: akubertanya kepada Umar bin Khaththab: Bagaimana pendapatmu tentang mengqashar shalat, padahal Allah swt berfirman:
ِ َّإِ َْ ِخ ْفتُم أَ َْ َ ْفتِنَ ُكم ال َن َك َف ُروا ذ َ ُ َ ْ
Jika kamu takut diserang orang-orang kafir... . Dan sekarang hal itu
tidak ada. Umar berkata: Aku heran dari apa yang kau herankan. Lalu aku sampaikan hal itu kepada Rasulullah saw yang bersabda: Itu adalah shadaqah Allah kepada kalian maka terimalah shadaqahnya. HR. Al Jamaah
Hukumnya
Menurut madzhab Hanafi, mengqashar shalat adalah ‘Azimah (hukum tetap), dan shalat sempurna hukumnya makruh berbeda dengan sunnah, tetapi tetap sah shalatnya; dan dua rakaat akhir dianggap sebagai shalat sunnah, dan tasyahhud awal menjadi wajib, jika ditinggalkan batal shalatnya. Menurut madzhab Syafi’iy; qashar shalat adalah rukhshah (kemudahan), tetapi tidak dimakruhkan shalat sempurna yang berstatus Azimah, dan itu yang utama, jika safarnya belum sampai tiga marhalah, dan jika sudah melewatinya maka yang utama mengqashar shalat
Jarak Safar
Para ulama berbeda pendapat tentang jarak safar yang diperbolehkan qashar shalat. Menurut madzhab Maliki, Syafi;iy, dan Hanbali sejauh kurang lebih 90 km (sembilan puluh kilo meter)
Lama Safar
Para ulama juga berbeda pendapat tentang lama safar. Empat hari menurut jumhurul ulama, lima belas hari menurut madzhab Hanafiy, jika niat mukim melebihi batas itu dihitung mukim, dan tidak boleh mengkoshor shalat. Sedang jika ia tidak tahu berapa lama ia mukim, dan setiap hari menyatakan : BESOK MAU JALAN kemudian ia terpaksa harus menetap, maka dihitung musafir, mengqoshor shalat meskipun lama di situ. Demikianlah madzhab Hanafi dan salah satu pendapat madzhab Syafi’iy, yang merupakan amalah mayoritas sahabat. Pendapat lain madzhab Syafi’iy jika lebih dari delapan belas hari dianggap muqim, dan tidak mengqashar apapun keadaannya. Syarat untuk mengambil rukhshah qashar shalat agar keluar dari tempat tinggalnya, dan terus mengqashar sampai ia pulang ke negerinya. Menurut madzhab Syafi’iy jika ia berniat mukim lebih dari tiga hari, ia menjadi orang mukim. Dan kurang dari empat hari dihitung musafir. Hari bearngkat dan pulang tidak dihitung.
Shalat Safar Berjamaah
Orang mukim boleh makmum kepada musafir, ketika musafir telah salam, yang mukim meneruskan, sebagaimana msafir yang shalat empat rakaat makmum kepada orang mukim.
Shalat di Atas Kendaraan
Diperbolehkan shalat sunnah di atas kendaraan, kapal, mobil, kereta, atau pesawat. Dan bagi yang mau shalat harus menghadap kiblat jika mampu. Dan gugur darinya beberapa rukun shalat dan kewajibannya yang tidak mungkin dilaksanakan, seperti cukup dengan isyarat membungkuk dengan kepala untuk ruku’ dan sujud. Menundukkan kepala ketika sujud lebih rendah daripada ruku’nya. Hal ini telah disepakati oleh para ulama fiqh, berdasar hadits Amir bin Rabi’ah ra berkata:
ِ(رأَت رسول هللا صلى هللا علًّه وسلم وهو على راحلته ََب َومئ ح ُ ُ ٍ أس ِه قِبل أي ِ بر ،) ومل َكن َصنع ذلك يف الصَلة املكتوبة،وجَهة توجه ََ .متفق علًّه
Aku melihat Rasulullah saw di atas kendaraannya bertasbih dengan menundukkan kepalanya, menghadap ke mana saja, dan hal ini tidak pernah dilakukan di shalat fardhu. Muttafaq alaih