Desain Furniture Taman Kanak-Kanak untuk pembelajaran Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Anak Galih Dwi Rahmanto Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS.
Abstrak Kajian ini bertujuan menjelaskan secara menyeluruh konsep pemikiran yang mendasari perancangan furniture Taman Kanak-Kanak khususnya di Surabaya dan merumuskan alternatif konsep perancangan bangku dan kursi Taman Kanak-Kanak yang ideal. Hasil kajian memperlihatkan bahwa konsep perancangan furniture taman kanak-kanak sangat dipengaruhi oleh tiga persoalan pendidikan yaitu pembelajaran yang cenderung berpola teacher-centered, besarnya jumlah siswa per kelas, dan kemampuan finansial sekolah. Ketiga persoalan tersebut berdampak terhadap konsep desain furniture yang cenderung konvensional dengan pola ancangan ruang kelas tradisional. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam proses perancangan desain furniture Taman Kanak-Kanak, berkaitan dengan lingkungan alam dan sosial budaya, estetis, ekonomi, fungsi maupun teknik. Faktor-faktor tersebut secara signifikan berpengaruh terhadap unsur visual furniture, terlihat dari aspek material, konstruksi, ukuran, bentuk, dan warna.
Abstract This study is meant to explain thoroughly the underlying concept of furniture design for kindergarten in Surabaya, and to propose an alternative design concept which may be ideal for kindergarten pupils. This study finds out that the design concept of furniture for kindergarten is very much affected by three educational matters, namely: the learning pattern that tends to be teacher-centered, too many pupils per classroom, and the school’s financial capabilities. These three matters have given impacts on the design concept of furniture which tends to be conventional with such a traditionally-patterned classroom arrangement. The factors being considered during the process of designing the furniture for kindergarten are closely related with their natural and social-cultural environments, aesthetics, economy, function, and techniques. Those factors have
significant impacts on the visual elements of those furniture which can clearly be seen from their materials, constructions, measurements, shapes, and colors.
KEYWORD desain, furniture, Taman Kanak-Kanak.
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembelajaran yang efektif merupkan kegiatan yang hendak dicapai oleh para pendidik. Persoalan yang muncul adalah bagaimana men-capai tujuan ini sehingga diperoleh hasil yang optimal bagi perkembangnan anak. Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menciptakan dan mengelolan kelas yang menyenangkan bagi anak untuk melakukan berbagai aktivitas pem-belajaran. Dalam profil Taman Kanak-Kanak disebutkan bahwa setiap anak didik Taman Kanak-Kanak memerlukan kesempatan untuk mengembangkan diri dengan ditunjang berbagai fasilitas sarana dan pra-sarana seperti perabot kelas yang tidak hanya tersedia secara lengkap tetapi harus juga berfungsi secara maksimal. Ukuran perabot yang sesuai anthropometri anak, bentuk dan warna yang aman dan komunikatif akan membuat anak merasa nyaman menggunakannya sehingga mereka lebih termotifasi dalam belajar di kelas dan membuat anak tidak malas¹. Hal ini dapat membantu mereka dalam membentuk kebiasaan yang baik dalam pengembangan dasar dan pembentukan karakter, sehingga mereka bisa memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri ². Ciri-ciri kelas yang kondusif akan mempengaruhi perancangan desain furniture Taman KanakKanak sehingga dapat memenuhi aspek desain yaitu anthropometri, bentuk baik visual maupun non visual. Rancangan desain furniture Taman Kanak-Kanak diharapkan dapat menunjang segala kebutuhan anak dalam proses kegiatan belajar mengajar sehingga pendekatan pembelajaran untuk perkembangan aspek psikomotorik anak akan terpenuhi. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------1.
Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak Landasan, Program dan Pengembangan Kegiatan Bealajar. Jakarta: Depdikbud, 1996
2.
Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak 1994. Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar. Jakarta: Depdikbud, 1994.
Pada kenyataannya para pendidik di beberapa Taman Kanak-Kanak umumnya kurang memperhatikan dalam pembuatan dan pemilihan perabot untuk anak-anak didiknya. Mereka menggunakan perabot massal yang dibuat oleh tukang yang kurang memahami pencapain aspek anthropometri, bentuk dan warna perabot dengan baik. Perlu kita ketahui bahwa konsep perancangan furniture Taman Kanak-Kanak sangat dipengaruhi oleh tiga persoalan pendidikan yaitu pembelajaran yang cenderung berpola teacher-centered, besarnya jumlah siswa per kelas, dan kemampuan finansial sekolah. Ketiga persoalan tersebut berdampak terhadap konsep desain furniture yang cenderung konvensional dengan pola ancangan ruang kelas tradisional. Tujuan Adapula tujuan dari penelitian perancangan ini adalah sebagai berikut :
a. Perancangan ini ditujukan agar masyarakat terutama lembaga pendidikan anak usia dini dapat semakin memahami pentingnya fasilitas perabot dalam menunjang proses belajar mengajar. b. Perancangan ini dilakukan untuk memberikan stimuli kepada anak dalam pendekatan pada aspek perkembangan psikomotorik anak dan melatih pembiasaan anak agar lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya. c.
Perancangan ini bertujuan untuk menemukan perabot yang inovatif yaitu dengan mengembangkan bentuk dan fungsi perabot sehingga dapat menunjang proses belajar mengajar.
d. Perancangan perabot ini nantinya akan berhasil menemukan cara yang efektif dalam menunjang proses belajar mengajar bagi anak-anak usia prasekolah.
Masalah Masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah : ”Bagaimana mendesain furniture yang dapat menstimulasi dalam pendekatan perkembangan aspek psikomotorik, yang memenuhi aspek desain seperti anthropometri, visual maupun visual yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak sehingga terciptanya kenyamanan, yang dapat menarik minat/respon anak dalam hal bentuk maupun fungsi sehingga tercapainya tujuan program kegiatan belajar mengajar dan yang dapat memfasilitasi anak dalam kegiatan belajar mengajar.”
METODE PENDEKATAN Pengambilan data akan dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif melalui teknik wawancara dibutuhkan untuk menggeneralisir kecenderungan perilaku user secara representatif. Sementara detil-detil kegiatan yang nantinya berkaitan dengan hal-hal teknis penggunaan produk dan studi antropometri, akan dilakukan melalui teknik observasi. Teknik Sampling yang diambil secara acak terstratifikasi atau biasa disebut stratified random sampling khususnya penentuan sampel secara proporsional. Stratified random sampling adalah sampel yang ditarik dengan memisahkan elemen-elemen populasi dalam kelompok-kelompok yang disebut dengan strata, dan kemudian memilih sebuah sampel secara random dari setiap stratum ( Nazir dan W. Gulo, 2002 ). Teknik ini dipilih dengan pertimbangan karena adanya kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar penentuan stratum, dan adanya data tentang populasi yang dapat digunakan untuk menentukan kriteria dalam stratifikasi. Pertama-tama populasi Taman Kanak-Kanak dibagi menurut strata tertentu dalam hal ini dibagi per kecamatan. Anggota populasi dalam setiap stratum dipilih secara acak, kemudian dijumlahkan. Penentuan sampel dalam setiap strata dilakuakan secara proporsional. Sampel yang diambil sesuai dengan perbandingan jumlah Taman Kanak-Kanak dalam setiap Kecamatan. Data sampel yang diambil adalah wilayah Surabaya bagian Timur. Kecamatan yang ada di Surabaya Timur dibagi menjadi 7 Kecamatan.
Besarnya sampel yang diambil sebanyak 30 Taman Kanak-Kanak, dengan prosentase perbandingan yang sesuai dengan jumlah Taman Kanak-Kanak dalam tiap Kecamatan, sehingga sampel yang diambil dapat mewakili keadaan populasi ( respresentatif ). Analisis yang akan dilakukan adalah analisis deskriptif, berupa tabel frekuensi. Analisis ini juga akan digunakan untuk mengetahui tingkatan atribut yang paling berperan dalam pengambilan keputusan untuk memilih desain meja dan Kursi untuk Taman Kanak-Kanak. Berikut ini adalah skema yang bertujuan untuk menjelaskan tentang metodelogi desain yang akan digunakan dalam proyek perancangan, mulai dari awal hingga terjadinya konsep dan Final Desain: Metode Ide awal
Studi dan analisa
Analisa eksisting
Keterangan Menjelaskan pendahuluan mengenai awal/latarbelakang dari proyek perancangan ini. Menjelaskan mengenai studi dan analisa yang dibutuhkan dalam proyek perancangan ini. Analisa perbandingan desain yang sudah ada terhadap desain baru yang akan dirancang.
-
Output Latar belakang Permasalahan Tujuan Manfaat
-
Kebutuhan desain
Pengembangan desain.
Analisa aktifitas
Menjelaskan mengenai aktfitas apa saja yang dilakukan anak
Kebutuhan user terhadap desain
Analisa pasar
Untuk mengetahui target pemasaran dari perancangan ini.
Targeting, segmentasi, positioning.
Analisa Lingkungan dan regulasi
Untuk mengetahui regulasiregulasi yang berhubungan dengan produk sehingga bisa menjadi acuan dalam perancangan ini.
Kebutuhan desain yang sesuai dengan ketetapan/regulasi yang sudah ada.
Analisa konfigurasi
Untuk mengetahui tata letak yang tepat pada produk tersebut.
Kebutuhan tata letak/penempatan yang sesuai dengan kebutuhan.
Analisa dimensi
Untuk mengetahui ukuran yang sesuai berdasarkan anthropometri tubuh user.
Kebutuhan desain yang ergonomis
Analisa trend style
Untuk mengetahui trend style yang berkembang.
Kebutuhan bentuk dan warna berdasarkan image pengguna/user.
Studidan analisa2
Pengembangan dari studi dan analisa 1
-
Alternatif desain Evaluasi Final desain
Pilihan-pilihan desain setlah dianalisa Evaluasi terhadap alternativealternatif desain Desain yang terpilih setelah di evaluasi
Analisa estetika Analisa teknis Analisa proses produksi dan material Analisa biaya/RAB
- Sketsa - 3D Desain terpilih -
Gambar teknik Model operasional Gambar presentasi
PEMBAHASAN ANALISA EKSISTING Produk yang sudah ada di pasar sebelumnya yang nantinya bisa menjadi acuan terhadap pengembangan desain baru.Dimana nantinya produk dapat bersaing dipasarnya.
No 1.
Produk
Gambar IV.1. Meja anakanak (sumber dokumen pribadi)
Harga Material Konfigurasi Kelebihan Rp.241.000,- Plastik Knocked Sesuai dengan down image anak. Terdapat aspek pembelajaran. Material ringan,mudah dipindahkan oleh anak.
Kekurangan Material kurang kuat.
2.
Rp.175.000,- Kayu dan besi
Folding
Material dan konstrusinya kuat.
Rp.124.000,- Kayu
Knocked down
Material dan konstrusinya kuat. Sesuai dengan image anak.
Rp.122.000,- Plastik
Knocked down
Sesuai dengan Material image anak. kurang ringan,mudah kuat. dipindahkan oleh anak.
Rp.120.000,- Kayu
Knocked down
Material dan konstrusinya kuat.
Rp.275.000,- Kayu
Knocked down
Material dan konstrusinya kuat. Waena sesuai karakter anak.
Gambar IV.2. Meja (Sumber dokumen pribadi)
3.
Gambar IV.3. Kursi (Sumber dokumen pribadi)
4.
Gambar IV.4. Kursi (Sumber dokumen pribadi)
5.
Gambar IV.5. Lemari (Sumber dokumen pribadi)
6.
Gambar IV.7. Lemari (Sumber dokumen pribadi)
Berdasarkan gambar diatas maka dapat disimpulkan
:
1. Image sesuai dengan karakter anak, pemilihan warna yang sesuai dengan psikologi anak.
Bentuk terlalu sederhana dan tidak sesuai image anak secara visual. Eksplorasi bentuk masih sederhana.
Eksplorasi bentuk masih sederhana. Pemilihan warna tidak sesuai karakter anak. Eksplorasi bentuk masih sederhana. Masih terdapat sudut.
2. Produk harus berfungsi dengan baik sesuai dengan kebutuhan anak. 3. Pemilihan material yang ringan dan kuat. 4. Harga ekonomis, sesuia dengan target pasar. ANALISA AKTIFITAS
No
1
Aktivitas (Menggunakan perabot) Membuat berbagai bentuk dengan menggunakan plastisin, playdough, tanah liat.
Permasalahan
1. Meja cepat kotor 2. Sisa-sisa plastisin, playdough, tanah liat sering berhamburan 3. Anak lupa membersihkan
2
Menggambar, mewarnai, menulis
1. Meja tidak jarang terkena coretan 2. Alat tulis berhamburan dan sering terjatuh
3
Menjahit jelujur
1. Jarum dapat melukai anak jika ditaruh sembarangan
4
Menggunting bebas
1. Gunting dapat melukai bila ditaruh
Kebutuhan
1. Menggunaka n bahan yang mudah dibersihkan 2. Menggunaka n sarana/wada h untuk menyimpan dan membersihka n 1. Menggunaka n bahan yang mudah dibersihkan 2. Menggunaka n sarana/wada h untuk menyimpan alat tulis sehingga tidak berhamburan 1. Menggunaka n sarana/wada h untuk menyimpan jarum 1. Menggunaka n sarana
Keterangan
1. Adanya sarana/wadah memudahkan anak dalam menyimpan alat tulis sehingga tidak berhamburan
1. Aktivitas ini perlu perhatian lebih,
sembarangan /wadah 2. Kotoran sisa untuk potongan kertas menyimpan sering berhamburan gunting 3. Gunting dapat 2. Sebaiknya membuat meja diberikan tergores sarana tempat sampah 3. Menggunaka n bahan yang antigores 1. Meja cepat rusak 1. Menggunaka akibat mencocok n bahan yang yang tidak hati-hati kuat
5
Mencocok dengan pola yang dibuatkan guru
6
Menempel kertas dengan pola
1. Meja cepat kotor 1. Meja yang terkena lem mudah 2. Media/sarana dibersihkan sering berhamburan 2. Wadah/saran a untuk menyimpan media
7
Menyimpan barang bawaan (tas, sepatu, bekal)
8
Kegiatan praktik non-
1. Barang sering 1. Dibutuhkan berantakan dan sarana/wada tidak tertata dengan h untuk rapi menyimpan 2. Anak sering tertukar barang tempat menyimpan bawaan sehingga tidak dengan jarang berebutan volume yang tempat sesuai 2. Diberikan visual sehingga menunjukkan 9irri kepemilikan 1. Tidak semua 1. Disediakan
anak yang usil biasanya bermain gunting untuk hal lain, juga untuk menghindari bahaya terpotong
1. Aktivitas ini perlu diperhatikan oleh guru karena berbahaya 1. Aktivitas ini sangat rawan dengan kotor, anak sering usil membersihkan sisa lem di perabot
1. Setiap sekolah harus memiliki sarana seperti lemari untuk menyimpan barang bawaan dan peralatan lainnya, akan tetapi tidak semua sekolah harus memiliki rak sepatu
1. Tingkatan/golon
alat peraga yang dilakukan didalam kelas (bernyanyi, membuat sajak, mengucapkan sajak dengan ekspresi, dan aktivitas yang dilakukan tanpa menggunakan meja kursi).
sekolah memiliki tempat banyak ruang khusus untuk sehingga kegiatan menyimpan lebih dimaksimalkan meja dan di dalam kelas kursi 2. Pada saat 2. Perabot yang memindahkan meja mudah untuk tidak tahu dimana di pindahkan, untuk menaruhnya sebaiknya 3. Berisik pada saat mudah/ bisa memindahkan meja dilipat atau dialih fungsikan menjadi sarana yang menunjang.
gan dari sebuah lembaga pendidikan taman kanakkanak berbedabeda sehingga fasilitas seperti ruang menjadi variatif / berbeda-beda.
ANALISA PASAR Target utama pada perancangan ini dibagi menjadi 2 kriteria, yaitu konsumen langsung dan konsumen tidak langsung. Berikut ini adalah skema target utama yang terdiri dari konsumen langsung dan tidak langsung. a. Konsumen tidak langsung Lembaga pendidikan taman kanak-kanak bertindak sebagai konsumen tidak langsung dikarenakan lembaga pendidikan taman kanak-kanak adalah bertindak sebagai buyer bukan bertindak sebagai user. b.
Konsumen langsung Siswa
taman
kanak-kanak
bertindak
sebagai
konsumen
langsung
dikarenakan siswa taman kanak-kanak merupakan user dari produk tersebut. ANALISA LINGKUNGAN DAN REGULASI 1.
zoning tipe 1 Zoning tipe 1 ruang sirkulasi ada di tengah, dan center of point nya pada papan.
Dalam tipe zoning 1 ini terdapat jarak pribadi, jarak social dan jarak public. Keuntungan lain dari tipe zoning ini adalah guru lebih mudah mengawasi tiap anak. Penataan zoning seperti ini diterapkan oleh sebagian besar taman tepatnya 25 taman kanak-kanak (84%). 2. Zoning tipe 2
kanak-kanak di Surabaya timur,
Zoning tipe2 ruang sirkulasi berada dipinggir, sehingga guru agak sulit untuk mengawasi murid yang duduk jauh dari derah sirkulasi. Jarak yang terdapat dalam tipe zoning ini adalah jarak pribadi, jarak social dan jarak public. Selain itu masuk dan keluarnya murid dari bangku agak sulit. Tipe zoning kedua ini hanya diterapkan oleh 1 taman kanak-kanak saja (3%). 3. Zoning tipe 3 Zoning tipe 3 adalah pembagian zoning yang tidak jelas lagi ruang sirkulasi nya . jarak yang terdapat dalam tipe zoning ini adalah jarak pribadi, jarak social dan jarak publik. Pemusatan konsentrasi pada anak sulit dilakukan, karena arah center of point tidak jelas. Pola ini juga menyulitkan anak untuk masuk dan keluar dari bangkunya. Pada survey taman kanak-kanak yang pernah dilakukan, terbukti paling banyak taman kanak-kanak di Surabaya timur menggunakan zoning tipe 1 sebanyak 25 sekolah taman kanak-kanak (84%), hal ini mungkin karena zoning tipe 1 dianggap paling efektif dibanding tipe-tipe zoning yang lain. Perabot merupakan kebutuhan penting bagi penyelenggaraan TK. Jenis dan ukuran perabot disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan pendidikan dan anak didik TK. Perabot-perabot (meja, kursi, rak untuk alat pendidikan, dan rak simpan untuk barang milik anak didik) tersebut hendaknya dicat dengan warna muda yang menarik atau dengan pelitur biasa dengan menggunakan material kayu untuk menghindari bahan/material yang beracun seperti plastik(tidak semua jenis plastik). Adapun ukuranukuran perabot yang direkomendasikan yaitu³: 1. Meja anak berukuran p = 120 cm, l = 75 cm, dan t = 47-50 cm. 2. Kursi anak berukuran p = 32-35 cm, l = 27-30 cm, dan t = 30 cm. 3. Rak untuk alat pendidikan berukuran p = 150 cm, l = 40 cm, dan t = 65 cm. 4. Rak simpan barang milik anak didik (loker) merupakan rak besar yang berkotak-kotak. Adapun ukuran tiap-tiap kotak tersebut, yaitu p = 30 cm, l = 30 cm, d = 35 cm, dan t = ± 100 cm (tiga tingkat). ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------3. Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan Sarana Dan Prasarana Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdikbud, 1992.
VOLUME DAN DIMENSI Dimensi meja dan kursi
G
Gambar 1: Anthropometri anak ketika duduk
ANALISA METODE PEMBELAJARAN DAN APLIKASINYA TERHADAP PRODUK NO.
RUANG LINGKUP PEMBELAJARAN YANG DICAPAI
APLIKASI TERHADAP PRODUK
OUTPUT
1.
Aspek kognitif
Terdapat visual seperti bentuk hewan, angka, huruf, geometri.
Anak belajar mengerti dan bisa membedakan dari bentuk-bentuk yang sudah diterapkan.
2.
Aspek afektif
Penenempatan visual terletak di setiap furniture meja, kursi dan lemari.
Anak diajarkan untuk memecahkan masalah dengan cara mencari pasangan terhadap visual yang sudah ditempatkan pada produk.
3.
Aspek psikomotorik
Produk yang multifungsi bertujuan untuk menunjang berbagai macam kegiatan yang menstimulasi motorik kasar dan halus.
Produk yang multifungsi dan dapat dikonfigurasikan maupun di kombinasikan mampu menunjang aktifitas anak ketika sedang aktifitas bermain aktif.
Kesimpulannya adalah ketiga aspek pembelajaran yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dapat diaplikasikan pada produk sehingga nantinya melalui furniture sudah dapat memfasilitasi anak secara fungsional tanpa harus menggunakan alat yang berbeda untuk menunjang setiap aspeknya.
HASIL FINAL DESAIN 1. Meja dan Kursi
Fungsi lain dari meja, yaitu sebagai sarana permainan
Tampilan Visual untuk melatih aspek afektif anak
2. Lemari
KESIMPULAN Berdasar hasil analisis data empirik sesuai kerangka teoretik yang telah di tetapkan dalampembahasan sebelumnya, dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut: Pertama, desain memiliki peran yang penting dalam membantu memecahkan persoalanpendidikan terutama untuk efektifitas tercapainya tujuan. Untuk itu, idealnya konsep desain perabot harus dikembangkan berdasar persoalan mendasar pendidikan; Kedua, bangku dan kursi sebagai salah satu komponen pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pencapain tujuan pembelajaran. Dengan demikian, konsep perancangan bangku, kursi dan lemari juga harus berorientasi kepada pola pembelajaran yang digunakan disekolah. Sehingga seluruh keputusan desain mengarah kepada pemecahan masalah pembelajaran. Berdasar simpulan di atas dapat dirumuskan rekomendasi sebagai berikut: alternative konsep perancangan desain bangku dan kursi sekolah dasar yang ideal harus memperhatikan aspek-aspek berikut: material cukup kuat, tahan lama, aman, tidak terlalu berat, mudah didapat lingkungan setempat, dan sesuai karakter anak serta lembaga pendidikan, yaitu aktif, kreatif, polos, riang, jujur dan formal; b entuk menggunakan prinsip modular dan portable sehingga mudah diatur sesuai kebutuhan dan mempertimbangkan fungsi media; konstruksi sesuai dengan material, kuat, mudah diproduksi massal, dan aman bagi anak; ukuran didasarkan pada anthropometri dan fungsi tubuh anak; warna disesuaikan dengan psikologi persepsi, dan karakter anak.
DAFTAR RUJUKAN Martadi, Kajian Konsep Desain Bangku dan Kursi Sekolah Dasar yang Berorientasi Active Learning dan Amplikasinya Terhadap Aspek Teknis. Studi Kasus di Surabaya. Bandung: ITB, 2003 Rahayu, Feny,”Kajian Pengaruh Kurikulum Terhadap Perancangan Interior Ruang Kelas Taman Kanak-Kanak Tingkat B Di Wilayah Surabaya Timur.” Universitas Kristen Petra. 2003 Profil Taman Kanak-Kanak di Indonesia. Jakarta: Depdikbud, 1998. Petunjuk Teknis Proses Belajar Mengajar Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdikbud, 1997.
Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak Landasan, Program dan Pengembangan Kegiatan Bealajar. Jakarta: Depdikbud, 1996. Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan Sarana Dan Prasarana Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdikbud, 1992. Sandjaya, Imelda. Kamar Anak dan Remaja. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002. Curtiss, Deborah. Introduction To Visual Literacy. New Jersey: Prentice Hall, 1987. Neufert, Ernst. Data Arsitek. Jilid1. Edisi 2. Jakarta: Erlangga, 1994. Nurmianto, Eko. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Guna Widya, 1996. Galt Furniture. 1999. The Complete Furniture Range For Playgroups, Nursies and Primary Schools, Tanpa Kota. Www,scribd.com Www.tentangkayu.com