PENGARUH KEDISIPLINAN GURU PAI TERHADAP PERKEMBANGAN ASPEK AFEKTIF SISWA DI SMP ISLAM PARUNG Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Syarat Mencapai Gelar Sarjana (S-1) Pendidikan Agama Islam
Oleh: Ismayanti Nim: 1110011000015
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2015
PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH KEDISIPLINAN GURU PAI TERI{ADAP PERKEMBANGAN ASPEK AFEKTIF SISWA DI SMP ISLAI\{ I'ARUNG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah .Takarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (s.Pd.I)
Oleh:
ISMAYANTI
NIM:
1110011000015
Di bawah Bim
gan ,t
n -J-ov r'l DRS. GHUFRON IHSAN MA
NIP: 195305091 98103 1 006
Jurusan Pendidikan Agama lslam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2At5
PENGESAHAN PEMBIMBING SKRTPSI
Skripsi berjudul Pengaruh Kedisiplinan Guru PAI Terhadap Perkembangan
Aspek Afektif Sisrva
di SMP Islam I'arung
disusun oleh Ismayanti, NIM.
1110011000015, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Ilmu Tarbiyah
dan
Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah
melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai khrya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 23 Februari 20i5
Yang mengesahkan,
Pembimbing 3l
I
/ <1,.
l>
DRS. GHUFRON IHSAN. MA
NrP. 195305091 98103 1 006
LBMBAR PENGBSAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pengaruh Kedisiplinan Guru PAI tcrhadap Pcrl
di Si\{I' Islam Parung" diajt:kan kepada Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan (FITI() Universitas Islam Negeri S,varif Hidayatullah Aspcl< r\l'cl
Jakarta, dan telah dinyatakan luh-rs dalam ujian Munaqosyah pada tanggal 25 Mei
2015 di haclapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) dalarn bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta,0S Juni 2015 Panitia Ujian N4unaqosyah
I(ctua I)ani tia (l(ctua Jurusan/I)rodi)
Tanggal
Dr. Il. AbdLrl it4ajid Khon, Iv{. Ag
/il6^'=
Ni],. r9580707 198703 1 005 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Marhamal-r Salel"r, Lc. M. Ag
NIP. 19720313 200801 2010
'i
Dos'en PcngLrji I
lE.v:l{ i"
Dr. Akhnrad Shodiq, M.Ag
1o''t /"I
NII). 19110109 199803 1001
['
Desen Penguji II
"l*
Dr. ICralirni, M.Ag
NII'.
196-50515 199403
I
tob
006
N'ferrgetahui
'l'arbiva
I)el
lhib NIP.
19
1
111
98203
I
007
Tangar-r
SURAT PERNYATAAN KARYA
ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Ismayanti
NIX4
11
Jurusan/prodi
Pendidikan Agama Islam (PAD
Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
1001 1000015
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Kedisiplinan Guru Perkembangan Aspek Afektif Sisrva
di SMP Islam Parung
karya sendiri di bawah bimbingan dosen
:
: Drs. Ghufron Ihsan,
NIP
: 195305091 98103 1 006
ini
Terhadap
adalah benar hasil
MA
Nama Pembimbing
Demikian surat pernyataan
PAI
saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.'
Jakarta,02 Jamtai2015 Mahasiswa ybs
NIM.
1V
1
11001 10000r s
ABSTRAK
Ismayanti (NIM: 1110011000015). Pengaruh Kedisiplinan Guru Pendidikan Agama Islam Tcrhadap Perkembangan Aspek Afcktif Siswa di Sekolah SMP Islam Parung. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Eakultas Ilmu Tarbiyah dan I(eguruan (FITK), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sikap disiplin guru dalam menjalankan tugasnya akan menjadi contoh bagi sisrvanya, dengan demikian akan meirimbulkan ketertarikan dan rasa simpatik siswa pada gurunya, hal tersebut dapat memicu perkembangan aspek afektif siswa yang baik, dan n-renjadikan siswa lebih disiplin dan niemiliki sikap yang baik. Karena pada dasalnya manusia itu adalah maldrluk peniru apa yang dia lihat dan dia rasa. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakan terdapat pengaruh yang signifikan anatara kedisiplinan Guru PAi Terhadap Perkembangan Aspek Afektif Siswa di Sekolah SMP Islam Parung. Penelitian ini telah dilaksankan di SMP Isiarn Parung tahun ajaran 2014/2015 pada tanggal 15 September - 30 Oktober 2014. Pendekatan yang gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Teknik yang akan digunakan dalam menentukan sampel ialah dengan teknik stratified randont sampling. Subjek penelitian ini berjumlah 595 siswa/i tetapi diambil sampel hanya 60 siswa/i dari keseluruhan. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berbentuk non tes yaitu berupa angket skala sikap model skala Likerl. Instrumen ini bersifat tertutup karena dalam angket sudah tersedia pilihan jau,aban, kemudian disebarkan secara acak kepada'siswa/i kelas VII, VIII, dan IX untuk mewakili siswa/i yang ada di dalam kelas tersebut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus distribusi frekuensi dan prosentase serta rumus korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r hitung sebesar 0,4537 dibulatkan menjad-i 0,45. Berdasarkan pada tabel interpretasi data nilai r, angka 0,45 berada di antard Antara 0.40-0.70. Sehing ga dapat ditarik kesimpulan bahwa kedisiplinan guru pendidikan agama Islarn antara perkembangan aspek afektif siswa memiliki pengaruh yang sedang atau cukup. Maka hipotesis Nol (Ho) ditolak dan Hipotesis alternatif (Ha) diterima atau dengan kata lain terdapat korelasi antara kedisiplinan guru pendidikan Agama Islarn terhadap perkembangan aspek afektif siswa.
KATA PENGANTAR B i s mil
I
ahirr ahmaanirr ahi im
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Maha Penyayang dan Maha Kuasa karena dengan izin, petunjuk, dan pertolongan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun manusia ke jalan yang benar dan jalan yang diridhai Allah SWT.
Terimakasih teramat banyak penulis haturkan kepada kedua orang tua tercintaAyahanda Sanin dan Ibunda Iyah, atas segala doa dan pengorbanannya yang telah rnendidik penulis dengan penuh kasih sayang,
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir perkuliahan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.i) pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
On{)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama penulisan
skripsi
ini,
tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dialami dan dihadapi baik yang menyangkut pengumpulan bahan-bahan maupun pembiayaan dan lain sebagainya. Namun, berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai dorongan, bimbingan, bantuan dan arahan dari berbagai pihak maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan baik sehingga skripsi
ini
dapat
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan setinggi-tingginya kepada
penulis.., selesaikan dengan
baik dan
lancar,
semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan atas terselesaikannya
skripsi ini:
1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh Bapak serta Ibu dosen dan pegawai administrasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
V1
pendidikan dan pengajaran serta melayani penulis dalam masalah administrasi.
2.
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Marhamah Saleh, I-c. MA, selaku Ketua dan Seketaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3.
Drs. Ghufi'on Ihsan, MA. selaku Doseir Pernbimbing Skripsi yang telah sabar membimbing, memberikan arahan dan meluangkan u,aktunya.
4"
Ahrnad Irfan M,.rfid, MA. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5.
Yayan Herdiyana Yazid, S.Pd. selaku Kepala SMP Islam Parung, yang telah memberikan izin penelitian di Sekolah tersebut.
6.
Rahmat Mustopa, S.Ag. selaku guru PAI sekaligus bidang kurikulum di SMF
Islam Parung.
7.
Kakak-kakak tersayang Ismail beserta istri Eri Apriliasari S.Pd.I, adik tercinta
Dewi Safitri, Serta Al-Gaida Neltaj Falua keponakan pertamaku.
8.
Sahabat-sahabat: Upik Yanwaria,
Alis Arsita, Yully Khusniah, Widya Raf,tka,
Firda Fauziah, Siti Maesaroh, Teguh Nugroho, Ahmad Dzaky Az-Zahitt, dan
semua sahabat-sahabat Jurusan PAI angkatan 2070 yang telah berjuang bersama dalam menggapai ihnu
di
bangku perkuliahan. semangat dan
keceriaannya takkan terlupakan.
'g.
Rekan-rekan guru
TMI Pondok Pesantren Darul Muttaqien,
Ustazah: Nur
Lzizah, Siti Tahwila, Nola Febrianti, Devia, Iis Sumiati, Dede Hafsah, Ikah -Khoiriah, Ririn, Maria Ulfah, Nia, Maulidia, Farah, Hajar , Sandra Dewi. dan lain-lain. Terimakasih banyak atas segala do'a dan dukungannya 10. Dan untuk semua pihak yang berjasa pada penulis baik yang disadari ataupun
tidak sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini
dengan
baik.
Hanya ucap tulus terima kasih dan untaian do'a kepada Yang Maha Kuasa. Semoga amal baik
ini
senantiasa nendapat Ridho dan Rahmat dari
sebagai ladang amal dan bekal pahala di akhirat kelak. Amin.
v11
Allah SWT
Tak ada gading yang tak
retak, penulis menyadari bahwa penulisan
skripsi ini masih belum sempurna dan penulis membuka pintu saran dan pendapat
dari
pembaca.
Mohon ma'af atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan
penulis karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, amin. Semoga
skipsi ini dapat memberikan wawasan, cahaya baru serta sumbangsih
bagi penulis, pembaca serta hamba-hamba Nya yang senantiasa istiqomah berjuang di jalan-Nya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi il'Jrtiar kita bersama, membina generasi Islami sehingga mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akherat amin.
Jakarta, 15 Januari 2015
Penulis
,I {r
v111
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...............................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ...................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ....................................................
iv
ABSTRAK .............................................................................................. ............
v
KATA PENGANTAR............................................................................ .............
vi
DAFTAR ISI..................................................................................... ...................
ix
DAFTAR TABEL .................................................................................. ............
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ...............................................................
5
D. Perumusan Masalah ................................................................
5
E. Tujuan Penelitian ....................................................................
6
F. Manfaat Penelitian ..................................................................
6
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kedisiplinan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)…………
7
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) .............
7
2. Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) ........................................................................
9
a. Tugas Pokok Guru PAI ...............................................
9
b. Fungsi Guru PAI .........................................................
13
viii
3. Pengertian Dasar Kedisiplina Guru PAI ...........................
17
4. Tujuan Kedisiplinan Guru PAI .........................................
19
5. Ruanglingkup Kedisiplinan Guru PAI ..............................
20
6. Indikator Kedisiplinan Guru PAI ......................................
22
B. Perkembangan Aspek Afektif Siswa ...............................................
26
1. Pengertian Aspek Afektif Siswa ...............................................
26
2. Taksonomi Afektif Siswa .........................................................
27
3. Tujuan Perkembangan Aspek Afektif Siswa ............................
33
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Aspek Afektif
BAB III
Siswa .........................................................................................
35
C. Hasil Penelitian yang Relevan .........................................................
37
D. Kerangka Berpikir ...........................................................................
37
E. Hipotesis Penelitian .........................................................................
38
METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................
39
B. Penedekatan dan Metode Penelitian........................................
39
C. Variabel Penelitian ..................................................................
39
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...............
40
1. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................
40
2. Teknik Pengambilan Sampel.............................................
42
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
43
1. Angket atau Kuesioner ......................................................
43
2. Wawancara ........................................................................
44
3. Studi Dokumentasi ............................................................
46
F. Pengujian Instrumen Penelitian...............................................
46
1. Uji Validitas Instrumen .....................................................
46
2. Uji Reliabilitas Instrumen .................................................
47
G. Teknik Pengolahan Data .........................................................
48
ix
BAB IV
1. Proses Editing ...................................................................
48
2. Proses Skoring...................................................................
48
3. Tabulating .........................................................................
48
H. Teknik Analisis Data ...............................................................
48
1. Uji Distribusi Frekuensi dan Prosentase ...........................
48
2. Uji Korelasi .......................................................................
49
3. Uji Signifikasi ...................................................................
50
I. Interpretasi Data ......................................................................
50
J. Perumusan Hipotesis statistik ................................................
51
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SMP Islam Parung ........................................................
53
1. Identitas Sekolah ...............................................................
53
2. Sejarah Sekolah .................................................................
53
3. Pendidikan Guru Agama SMP Islam Parung ....................
54
4. Personalia SMP Islam Parung ...........................................
54
5. Gambaran Pendidikan Guru ..............................................
55
6. Tenaga Pengajar SMP Islam Parung .................................
55
7. Keadaan Siswa SMP Islam Parung 2014/2015 .................
57
8. Sarana dan Prasarana.........................................................
57
9. Hubungan Masyarakat ......................................................
58
B. Deskripsi Data .........................................................................
59
1. Pengujian Persyaratan Analisis Data ................................
59
a. Validitas Instrumen .....................................................
59
b. Reliabilitas Instrumen .................................................
66
2. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .....................................
67
a. Uji Distribusi Frekuensi dan Prosentasi .............................
67
b. Uji Korelasi ........................................................................
83
x
BAB V
c. Uji Signifikasi ....................................................................
90
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................
91
D. Keterbatasan Penelitian ...........................................................
94
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................
96
B. Saran ........................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
98
LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................... 102
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
: Jumlah Peserta Didik SMP Islam Parung …………………….
41
Table 3.2
: Jumlah Sampel Peserta Didik SMP Islam Parung…………….
43
Tabel 3.3
: Kisi-Kisi Instrumen angket…………………………................
44
Tabel 3.4
: Interpretasi Product Moment………………………………….
51
Tabel 4.1
: Pendidikan Guru Agama SMP Islam Parung…………………
54
Tabel 4.2
: Personalia SMP Islam Parung…………………………………
54
Tabel 4.3
:Gambaran Pendidikan Guru SMP Islam Parung………………
55
Tabel 4.4
:Tenaga Pengajar SMP Islam Parung …………………………
55
Tabel 4.5
:Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015…………………..
57
Tabel 4.6
:Perhitungan Uji Validitas Skala Item Nomor 1 Untuk Variabel X (Pengaruh Kedisiplinan Guru PAI)……………….
Tabel 4.7
59
:Perhitungan Uji Validitas Skala Item Nomor 16 Untuk Variabel Y (Perkembangan Aspek Afektif Siswa di SMP Islam Parung)………………………………………………….
62
Tabel 4.8
:Guru Agama Menerapkan Nilai-Nilai Disiplin dengan Baik
68
Tabel 4.9
:Guru Agama Datang ke Kelas Tepat Waktu ketika Mengajar
68
Tabel 4.10
:Guru Agama Memberikan Tugas dengan Teratur …………..
69
Tabel 4.11
:Guru Agama Menilai Tugas Murid-Muridnya dengan Teratur
69
Tabel 4.12
:Guru Agama Memarahi Murid-Murid Apabila Tidak Memperhatikan Pelajaran…………………………………….
70
Tabel 4.13
:Guru Agama Mampu Mengendalikan Diri Saat Mengajar…..
70
Tabel 4.14
:Guru Agama Memberikan Contoh Akhlak yang Baik kepada Murid-Murid ………………………………………………….
Tabel 4.15
71
:Guru Agama Mengajar dengan Menggunakan Kata-Kata yang Sopan Dan Santun………………………………………
xii
71
Tabel 4.16
:Guru Agama Menegur dengan Sopan Apabila ada Siswa yang Datang Terlambat……………………………………………..
Tabel 4.17
72
:Guru Agama Memberikan Nasihat Apabila ada Siswa yang Melakukan Kesalahan…………………………………………
72
Tabel 4.18
:Guru Agama Bertingkah Laku Sopan saat Mengajar…………
73
Tabel 4.19
:Guru Agama Merokok saat Kegiatan Belajar Mengajar Berlangsung…………………………………………………...
73
Tabel 4.20
:Guru Agama Mentaati Tata Tertib Sekolah…………………..
74
Tabel 4.21
:Guru Agama Berpakaian Rapih saat Mengajar……………….
74
Tabel 4.22
:Guru Agama Bersikap Tidak Peduli Jika ada Murid yang Melanggar Peraturan…………………………………………..
75
Tabel 4.23
:Kamu Menyimak Penjelasan Guru dengan Baik……………...
75
Tabel 4.24
:Kamu Bersemangat Mengikuti Semua Pelajaran di Sekolah….
76
Tabel 4.25
:Kamu Mengobrol dengan Teman ketika Guru sedang Menjelaskan Pelajaran…………………………………………
Tabel 4.26
:Kamu Menyadari Bahwa Disiplin Wajib Ditegakkan Baik di Sekolah, di Rumah, Maupun di Lingkungan Masyarakat…….
Tabel 4.27
76
77
:Kamu Berusaha Berprilaku Baik Terhadap Temanmu yang Kurang Baik…………………………………………………..
77
Tabel 4.28
:Kamu Berprilaku tidak Sopan kepada Guru…………………..
78
Tabel 4.29
:Kamu Mematuhi Nasihat-Nasihat Guru………………………
78
Tabel 4.30
:Kamu Membuat Gaduh di Dalam Kelas Ketika Guru sedang Mengajar……………………………………………………….
Tabel 4.31
:Kamu Memanfaatkan Waktu Untuk Tetap Belajar Ketika Guru Tidak Masuk……………………………………………..
Tabel 4.32
Tabel 4.33
79
79
:Kamu dapat Mengendalikan Emosi Ketika ada Teman yan g Mengolok-Olok………………………………………………...
80
:Kamu Merasa Menyesal Ketika Kamu Melakukan Kesalahan..
80
xiii
Tabel 4.34
:Kamu Menyadari Bahwa Tawuran Itu Tindakan yang Harus Dihindari………………………………………………………
Tabel 4.35
81
:Kamu Menerapkan Prilaku yang Baik dalam Kehidupan Sehari-Hari Baik di Sekolah, di Rumah Maupun di Masyarakat
81
Tabel 4.36
:Kamu Membantah Nasihat-Nasihat Guru………………………
82
Tabel 4.37
:Kamu Mampu Menahan Diri Untuk Tidak Ikut-Ikutan Teman yang Tidak Baik………………………………………………..
82
Tabel 4.38
:Data Nilai Angket.......................................................................
83
Tabel 4.39
:Tabel Penolong Perhitungan Uji Korelasi Product Moment Variabel X dan Variabel Y…………………………………….
xiv
86
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan faktor utama dalam pendidikan. Ia memegang peranan dan pengaruh yang sangat penting. Guru pendidikan agama Islam berbeda dengan guru bidang studi lainnya. Guru agama di samping melaksanakan tugas pengajaran yaitu memberikan pengetahuan kegamaan. Ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik,membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak, serta menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan para peserta didik.1 Guru agama harus mampu memancarkan nilai-nilai ajaran agama, baik dalam pengelolaan kelas, dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam penampilan dirinya secara pribadi. Guru agama juga harus memberikan contoh dan suri teladan yang baik kepada anak didik. Selain itu, kompetensi guru agama lebih bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seorang guru yang terkait dengan profesinya yang dapat direpresentasikan dalam amalan dan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran di sekolah.2 Setiap guru agama harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya sehingga terjadi proses konservasi nilai, karena 1
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV Ruhama, 1994), Cet. 1, h . 99 2 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2007), cet. 1, h. 32.
1
2
melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru.3 Persyaratan guru yang tidak kalah pentingnya dalam hal mewariskan sikap yang baik, nilai dan norma-norma kepada peserta didiknya adalah bermula pada kedisiplinan guru itu sendiri. Dalam dunia pendidikan, kedisiplinan peserta didik harus dimulai dengan pribadi guru yang disiplin. Guru harus mampu mengendalikan, mengembangkan dan mempertahankan peraturan, dan tata tertib sekolah. Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Oleh karena itu, guru harus senantiasa mengawasi perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam sekolah, agar tidak terjadi penyimpangan prilaku atas tindakan yang indisiplin. Untuk kepentingan tersebut, dalam rangka mendisiplinkan peserta didik guru harus mampu menjadi pembimbing, contoh atau teladan, pengawas, dan pengendali seluruh perilaku peserta didik. Sebagai pembimbing, guru harus berupaya untuk membimbing dan mengarahkan perilaku peserta didik ke arah yang positif dan menunjang pembelajaran. Sebagai contoh atau teladan, guru harus memperlihatkan perlaku disiplin yang baik kepada peserta didik, karena bagaimana peserta didik akan berdisiplin kalau gurunya tidak menunjukan sikap disiplin. Sebagai pengawas, guru harus senatiasa mengawasi seluruh perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam efektif sekolah, sehingga kalau terjadi pelanggaran terhadap disiplin, dapat segera diatasi. Sebagai pengendali, guru harus mampu mengendalikan seluruh perilaku peserta didik di sekolah.4Dalam hal ini, Soegeng Rijadarmint, SH mengemukakan bahwa disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
3
Ibid., h. 18. Ibid., h. 126.
4
3
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan atau kedisiplinan.5 Kedisiplinan harus ditanamkan kepada setiap individu, baik itu para guru atau pun siswanya. Sebagai pendidik, segala sikap dan prilaku yang dilakukannya, tentu akan dilihat dan dicontohkan oleh siswanya. Jika seorang guru memiliki sikap tidak disiplin maka tidak dapat di salahkan bila siswanya juga mengikuti prilaku sang guru yang tidak disiplin tersebut.
Sebagai tenaga pendidik, seorang guru dituntut untuk dapat
mematuhi segala tata tertib yang telah diberlakukan di sekolah tersebut dan juga menerapkan sikap disiplin dalam proses pembelajaran. Guru yang datang tepat waktu dan tidak meninggalkan kelas sebelum waktu pelajaran selesai merupakan satu contoh sikap disiplin guru. Dengan disiplin tersebut, diharapkan dapat menumbuh kembangkan aspek afektif siswa yang baik. Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang diberikan kepada anak sejak kecil hingga dewasa. Dalam pendidikan agama, anak didik dapat mencapai tiga kemampuan sekaligus, yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sebagai suatu sistem, antara kemampuan tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi komponen kognitif berhubungan dengan pengetahuan atau wawasan seseorang tentang suatu objek. Sedangkan pengetahuan psikomotorik berhubungan dengan keterampilan atas dorongan perasaan. Ranah afektif mencakup sikap, nilai, minat, dan apresiasi. Perlu dipahami bahwa pengembangan afektif pada anak didik memerlukan upaya secara sadar dan sistematis. Terjadinya proses kegiatan belajar dalam ranah afektif dapat diketahui dari tingkah laku murid yang menunjukkan adanya kesenangan belajar. Perasaan, emosi, minat, sikap, dan apresiasi yang positif menimbulkan tingkah laku yang konstruktif 5
Tulus Tu’u, Peranan Disiplin dan Prilaku dan Prestasi Siswa. (Jakarta: PT. Grafindo, 2004). h. 31.
4
dalam diri pelajar. Perasaan mengontrol tingkah laku, sedangkan pikiran (kognisi) tidak. Perasaan dan emosi mempunyai peran utama dalam menghalangi atau mendorong belajar. Oleh karena itu, perkembangan afektif sebagaimana halnya perkembangan kognitif perlu memperoleh penekanan dalan proses belajar.6 Lemahnya pendidikan afektif di sekolah disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor penyebab tersebut ialah guru-guru merasa kurang mantap dalam merumuskan tujuan afektif. Sebab yang lain, tujuan afektif lebih sulit diukur daripada tujuan kognitif. Kita ketahui bahwa situasi di berbagai dunia cukup memprihatinkan. Konflik-konflik yang sulit diatasi dan berwujud perang muncul di berbagai penjuru dunia. Konflik antar pelajar juga sering terjadi di Negara kita. Kebebasan yang tidak terkendali antara lain berupa pergaulan yang melanggar norma banyak terjadi dalam masyarakat. Demikian juga berbagai tindak kriminal, perjudian, penggunaan obat terlarang, minuman keras, dan narkotika. Keyataan ini membuat dunia pendidikan, khususnya sekolah tidak mempunyai pilihan lain, kecuali menekankan pendidikan afektif, khususnya pendidikan nilai dan sikap. Maka disinilah tugas guru agama yang sesungguhnya, karena pada hakikatnya seorang guru selain sebagai pengajar juga merupakan seorang pendidik. Guru agama juga tidak hanya meyampaikan ilmu pengetahuan agama saja,tetapi juga harus bisa membimbing dan membina anak didik agar menjadi baik dan mengantarkan anak didik menuju kearah kekedewasaan. Guru agama juga harus dapat membentuk, menumbuhkan, dan membiasakan norma-norma agama kepada anak didik dalam kehidupan sehari-harinya. Guru agama di mata murid-muridnya adalah sosok yang sempurna baik akhlak maupun kepribadiannya. Oleh karena itu
6
Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 21.
5
guru sangat berpengaruh untuk menciptakan sikap yang baik kepada para siswanya. Terutama dalam pengembangan aspek efektif siswa. Berdasarkan permasalah diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan memilih tema dalam skripsi dengan judul :”Pengaruh Kedisiplinan
Guru
Pendidikan
Agama
Islam
Terhadap
Perkembangan Aspek Apektif Siswa di Sekolah.” B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Masih banyaknya guru yang tidak disiplin, padahal kedisiplinan peserta didik dimulai dari guru yang disiplin. 2. Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi pembelajaran, tetapi guru juga harus membimbing serta membentuk kompetensi dan pribadi yang baik peserta didik. 3. Tidak sedikit guru yang mengabaikan kedisiplinan, padahal kedisiplinan itu sangat penting dan harus dijunjung tinggi oleh seorang guru. 4. Guru yang tidak disiplin juga berpengaruh buruk terhadap perkembangan aspek afektif siswanya. C. Pembatasan Masalah Agar permasalah yang akan dibahas lebih terarah dan jelas, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: Pengaruh Kedisiplinan Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Perkembangan Aspek Afektif Siswa. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah kedisiplinan guru Pendidikan Agama Islam memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan aspek afektif siswa ?
6
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kedisiplinan guru PAI terhadap perkembangan aspek efektif siswa di SMP Islam Parung. F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Dapat dijadikan acuan bagi para guru agama dalam mendidik, membimbing, dan membina akhlakul karimah pada anak didik. 2. Untuk mengetahui bahwa fungsi guru itu tidak hanya sebagai pentransfer ilmu saja, tetapi juga untuk menanamkan sikap disiplin kepada siswa.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kedisiplinan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Menurut Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru dengan Murid dijelaskan bahwa :kata
guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Sedangkan dalam bahasa Arab guru diartikan sebagai al-alim atau mu’alim, yang artinya orang yang mengetahui. Selain itu ada pula ulama yang menggunakan istilah al-mudarris untuk orang-orang yang mengajar atau orang-orang yang memberikan pelajaran.1 Dalam bahasa Inggris, guru berasal dari kata teacher yang berarti mengajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,”guru adalah orang yang melakukan kegiatan mendidik atau mengajar”.2 Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi bias juga di masjid, di surau/musolah, di rumah, dan sebagainya.”3
1
Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru dengan Murid, (Study Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. 1, h. 41. 2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 288. 3 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2000), Cet. 1, h. 31.
7
8
Zakiyah Darajat dalam bukunya yang berjudul Metodologi Pengajaran Agama Islam menjelaskan bahwa : Guru adalah seorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing muridnya. Ia harus sangggup menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. Selain itu perlu diperhatikan pula dalam hal dimana ia memiliki kemampuan dan kelemahan.4 Guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.5 Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah SWT. Disamping itu juga, ia mampu sebagai makhluk social dan makhluk individu yang mandiri.6 Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa guru agama adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik melalui proses bimbingan jasmani dan rohani yang dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak didik
menuju
kearah
kedewasaan.
Guru
agama
tidak
hanya
menyampaikan ilmu pengetahuan agama saja, tetapi ia harus dapat membentuk, menumbuhkan dan memberikan nilai-nilai ajaran agama kepada siswa dalam kehidupan siswa sehari-hari.
4
Zakiyah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. 1, h. 266. 5 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 115. 6 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yoyakarta: Prisma Sophie Yogyakarta, 1994), h. 156.
9
2. Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) a. Tugas Pokok Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Tugas guru agama tidak hanya melaksanakan pendidikan agama dengan baik, akan tetapi guru agama juga harus bisa memperbaiki pendidikan agama yang terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga, maupun masyarakat.7 Guru adalah figur seorang pemimpin yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik, ia juga mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan Negara. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, tugas guru antara lain adalah sebagai berikut: 1) Tugas guru sebagai suatu profesi yaitu menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2) Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. 3) Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. 4) Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.
7
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. 16, h. 125.
10
5) Tugas guru sebagai kemanusiaan berarti guru harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik.8 Menurut Daoed Yoesoef, bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas professional, manusiawi dan kemasyarakatan (civic mission). Berikut penjelasannya: 1) Tugas profesional seorang guru yaitu meneruskan atau mentranmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui anak. 2) Tugas manusiawi adalah tugas membantu anak didik agar dapat mememuhi tugas-tugas utama agar kelak bermanfaat sebaik-baiknya.
Tugas-tugas
manusiawi
itu
adalah
transformasi diri, identifikasi diri dan pengertian tentang diri sendiri. 3) Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga Negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa yang telah digariskan bangsa dan Negara lewat UUD 1945 dan GBHN.9 Roestiyah N.K, sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa tugas seorang guru adalah: 1) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman. 2) Membentuk keperibadian anak yang harmonis, sesuai citacita dan dasra Negara kita yaitu Pancasila. 3) Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai undang-undang pendidikan yang merupkan keputusan MPR No. II Tahun 1983. 8
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., h. 37. Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), cet. 1, h. 126. 9
11
4) Sebagai perantara dalam belajar. 5) Guru sebagai pembimbing untuk membawa anak didik kearah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya. 6) Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. 7) Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalaninya lebih dahulu. 8) Guru sebagai administrator dan manajer. 9) Guru sebagai suatu profesi. 10) Guru sebagai perencana kurikulum. 11) Guru sebagai pemimpin. 12) Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.10 Menurut Zakiyah Darajat, Dkk, tugas guru antara lain sebagai berikut: 1) Guru sebagai Pengajar Sebagai pengajar, guru bertugas membina perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan. 2) Guru sebagai pembimbing Sebagai pembimbing, guru dapat memberikan dorongan dan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri. 3) Guru sebagai Administrator Guru bertugas sebagai administrator, bukan berarti sebagai pegawai kantor, melainkan pengelola kelas atau pengelola interaksi belajar mengajar.11 Menurut Zuhairini, dkk, tugas guru agama adalah: 1) Mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam. 2) Menanamkan keimanan dalam jiwa anak. 10
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., h. 38-39. Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 1, h. 265-267. 11
12
3) Mendidik anak agar taat menjalankan agama dan mendidik anak agar berbudi pekerti mulia.12 Menurut Abu Ahmadi, tugas professional guru agama adalah : 1) Guru agama harus dapat menetapkan dan merumuskan tujuan-tujuan instruksional dan target yang hendak dicapai. 2) Guru agama harus memiliki pengetahuan agama yang cukup mengenai berbagai metode mengajar dan dapat mempergunakan setiap metode dalam situasi yang sesuai. 3) Guru agama harus dapat memilih bahan dan mempergunakan alat-alat pembantu dan menciptakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak didik dalam pengalaman kaiiyah pelajaran agama tersebut. 4) Guru agama harus dapat menetapkan cara-cara penilaian setiap hasil pekerjaan, sesuai dengan target dan situasi khusus.13 Menurut Tim Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, dengan bukunya yang berjudul Pengantar Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam bahwa guru memiliki tugas sebagai berikut: 1) Tugas pengajaran atau guru sebagai pengajar Sebagai pengajar guru bertugas membina perkembangan pengetahuan sikap dan keterampilan. Kemungkinan besar selama proses belajar mengajar hanya tercapai perkembangan di bagian minat. 2) Tugas bimbingan atau guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan Keduanya sering dilakukan oleh guru yang ingin mendidik dan yang bersikap mengasihi dan mencintai murid. Sebagai pembimbing guru harus memberikan dorongan dan menyalurkan semangat, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri. Bagi guru agama pemberian bimbingan itu meliputi bimbingan belajar
12
Zuhairi dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama dilengkapi Dengan Sistem Modul dan Permainan Simulasi, (Surabaya: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981), h. 35. 13 Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Bandung: CV. Amrico, 1986), h.100.
13
dan bimbingan perkembangan sikap keagamaan dan kedisiplinan.14 3) Tugas administrasi Maksudnya bukan berarti sebagai pegawai kantor, melainkan sebagai pengelola kelas atau pengelola interaksi belajar mengajar. Sekurang-kurangnya yang harus dipelihara oleh gru secara terus menerus dalam tugas administrasi ialah: suasana keagamaan, kerja sama, rasa persatuan,dan perasaan puas pada murid terhadap pelajaran dan kelasnya. Dengan terjadinya pengelolaan yang baik, maka guru akan lebih mudah mepengaruhi murid di kelasnya dalam rangka pendidikan dan pengajaran Agama Islam khususnya.15 Dari beberapa penjelasan para tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa tugas guru agama sangatlah kompleks dan beraneka ragam, tidak terbatas hanya sekedar menyampaikan pelajaran saja tetapi lebih dari itu tugas guru agama juga sebagai pembimbing, pengawas, orangtua kedua bagi peserta didiknya, dan sebagai administrator. Maka dari itu guru agama dituntut untuk berkompeten dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam hal membina peserta didik kearah budi pekerti yang lebih baik lagi.
b. Fungsi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Menurut Tim Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, dalam bukunya yang berjudul Pengantar Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam bahwa : Pekerjaan guru agama adalah luas, yaitu untuk membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid-murid sesuia dengan ajaran Islam. Hal ini berarti sikap dan kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan di dalam kelas saja. Dengan kata lain tugas dan fungsi guru dalam membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar saja. Fungsi sentral guru adalah mendidik (fungsi educational). Fungsi sentral ini berjalan sejajar dengan atau dalam melakukan kegiatan mengajar 14
Tim Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Pengantar Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: DIP Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN), Cet. 2, h. 209. 15 Ibid., Cet. 2, h. 210.
14
(fungsi instruksional) dan kegiatan bimbingan, bahkan dalam setiap tingkah polanya dalam berhadapan dengan murid (interaksi edukatif) senantiasa terkandung fungsi mendidik.Dalam pada itupun guru harus mencatat dan melaporkan pekerjaannya itu kepada berbagai pihak yang berkepentingan atau sebagai bahan yang dapat digunakannya sendiri untuk meningkatkan efektifitas pekerjaannya (sebagai umpan balik).Yang terakhir dikenal sebagai fungsi administrasi (fungsi managerial).16 Pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah guru mempunyai beberapa peranan atau fungsi yang utama dalam membimbing anak didik agar mencapai tujuan yang diharapkan. Diantara fungsi utama seorang guru adalah sebagai berikut: 1) Guru sebagai Demonstrator Guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang
akan
diajarkannya
mengembangkannya
dalam
serta arti
senantiasa meningkatkan
kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. 2) Guru sebagai pengelola kelas Guru
hendaknya
mampu
mengelola
kelas
sebagai
lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisir. Lingkungan diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belaar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. 3) Guru sebagai mediator dan fasilitator Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. 4) Guru sebagai evaluator 16
Ibid., h. 207-208.
15
Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik, kegiatan ini bermaksud untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belim, dan apaka materi yang dijarkan sudah cukup tepat.17 Menurut Sardiman, fungsi guru adalah sebagai berikut: 1) Guru sebagai informatory Guru
sebagai
pelaksana
caramengajar
informative,
laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. 2) Guru sebagai organisator Pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran
dan
lain-lain.Komponen-komponen
yang
berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efesiensi dalam belajar pada diri siswa. 3) Guru sebagai motivator Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siwa, menumbuhkan swadaya (aktivitas), dan dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. 4) Guru sebagai pengarah Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuia dengan tujuan yang dicita-citakan. 5) Guru sebagai Inisiator Sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. 6) Guru sebagai transmitter
17
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesinal, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), Cet. 23, h. 4.
16
Guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan. 7) Guru sebagai fasilitator 8) Guru sebagai mediator 9) Guru sebagai evaluator.18 Gagne menjelaskan bahwa setiap guru memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Guru
sebagai
Designer
of
Instruction
(perancang
pengajaran). Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar-mengajar yang berhasil. 2) Guru
sebagai
Manager
of
Intruction
(pengelola
pengajaran). Fungsi ini menghendaki kemampuan guru dalam mengelola (menyelenggarakan dan mengendalikan) seluruh
tahapan
proses
mengajar-belajar.
Di
antara
kegiatan-kegiatan pengelolaan proses mengajar-belajar yang terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan berhasilguna. 3) Guru sebagai Evaluator of Student Learning (penilai hasil bejara siswa). Fungsi ini mengehendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pemebelajaran.19 Jadi dari beberapa pernyataan para tokoh diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa guru tidak hanya memiliki tugas yang sangat kompleks tetapi juga memiliki fungsi yang 18
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 125. 19 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 250.
17
cukup banyak.tugas dan fungsi guru dalam membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar saja.Fungsi sentral guru adalah mendidik.Demonstrator, pengelola kelas, evaluator. 3. Pengertian Dasar Kedisiplinan Guru PAI Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin diartikan sebagai berikut: a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya). b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib. c. Bidang studi yang memiliki objek dan system tertentu.20 Disiplin adalah ketaatan seseorang secara sadar dan ikhlas terhadap setiap perintah, peraturan, dan keharusan-keharusan yang berlaku.21 Menurut Masykur Arif Rahman dalam bukunya yang berjudul Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajardijelaskan bahwa, “Istilah disiplin berasal dari bahasa
Inggris yaitu Discipline yang mengandung beberapa arti diantaranya adalah “pengendalian diri, membentuk karakter yang bermoral, memperbaiki dengan sanksi serta kumpulan beberapa tata tertib untuk mengatur tingkah laku”.22 Istilah “disiplin” mengandung banyak arti. Yaitu sebagai berikut : a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan, atau kepentingan demi suatu cita-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efeltif dan dapat diandalkan.
20
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), edisi 4, Cet. 1, h. 333. 21 Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Disiplin Resimen Mahasiswa Indonesia, (Jakarta: Konas Menwa 2007), h. 9. 22 Masykur Arif Rahman, Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 65.
18
b. Pencarian cara-cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif, dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan atau gangguan.23 Disiplin merupakan berisi moral yang mengatur tata kehidupan, Pengembangan
ego
dengan
segala
masalah
intrinsik
yang
mengharuskan orang untuk menentukan pilihan, Pertumbuhan kekuatan untuk memberi jawaban terhadap setiap aturan yang disampaikan. Penerimaan otoritas ekternal yang membantu seseorang untuk membentuk kemampuan dan keterbatasan hidup.24 Kemampuan atau kekuatan yang ada pada setiap individu sangat diperlukan sebagai suatu cara untuk memahami ciri utama dari disiplin.Disiplin diri yang baik dalam tingkatan lingkup seperti ini terletak pada kemampuan diri untuk mengontrol prilaku seseorang melalui pemahaman orang lain. Belajar memahami diri sendiri dalam diri orang lain. Definisi-definisi diatas menyarankan adanya dua pengertian pokok tentang disiplin. Pengertian pertama adalah proses atau hasil pengembangan karakter, pengendalian diri, keadaan teratur dan efisiensi. Ini adalah jenis disiplin yang sering disebut “disiplin positif” atau
“disiplin
konstruktif”.
Pengertian
yang
kedua
meliputi
penggunaan hukuman atau ancaman hukuman untuk membuat orangorang mematuhi perintah dan mengikuti peraturan dan hukum. Jenis disiplin ini telah diberi macam-macam nama : “disiplin negatif”, “disiplin otoriter”, “disiplin menghukum” atau “menguasai melalui rasa takut”. Dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku 23
Oteng Sutisna. Ibid., h. 110. Piet A. Sahertian. Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, Surabaya: (Usaha Nsional, 1994), Cet. 1, h. 123-124. 24
19
yang
menunjukkan
keteraturan
dan
nilai-nilai
ketertiban.
ketaatan,
kepatuhan,
“Kedisiplinan
kesetiaan,
hakikatnya
adalah
sekumpulan tingkah laku individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan“.25 4. Tujuan Kedisiplinan Guru PAI a. Untuk pengendalian diri Orang yang disiplin adalah orang yang mampu mengendalikan diri, menguasai diri, ataupun membentuk tingkah laku yang sesuai dengan sesuatu yang sudah ditetapkan, baik ditetapkan oleh diri sendiri manapun orang lain. Pengendalian diri dilakukan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Orang yang butuh pengendalian dirinya tidak mampu mengendalikan diri sendiri tanpa ada kendali dari luar sehingga pengandalian diri dari luar dibutuhkan agar menjadi orang yang disiplin. b. Untuk membentuk karakter yang bermoral Pembentukan tingkah laku atau karakter yang sesuai dengan yang diharapkan dapat menggunakan kedisiplinan. Dalam artian, orang akan terbiasa melakukan sesuatu yang baik jika ia mendisiplinkan diri untuk berbuat sesuatu yang baik. Sebaliknya, orang akan sering kali melanggar apabila ia terbiasa melanggar sesuatu. c. Memperbaiki dengan sanksi Pada umumnya, orang yang berusaha untuk menjadi diri yang disiplin akan menerapkan sangsi jika melanggar sesuatu yagn sudah menjadi komitmen. Adanya sangsi akan membuat seorang berusaha untuk tetap berada digaris komando kedisplinan d. Kumpulan tata tertib untuk mengatur tingkah laku
25
Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia, op.,cit., h. 9.
20
Orang yang disipin dapat dipastikan memiliki sekumpulan tata tertib sebagai pedoman dalam bertindak. Tata tertib ini juga menjadi dasar dari segala sesuatu yang akan dilakukan, baik dari segi ucapan, tingkah laku, tempat, dan waktu. Orang yang melakukan sesuatu sesuai dengan tata tertib yang sudah ditetapkan, berarti ia dikatakan sebagai orang yang disiplin.26
5. Ruang Lingkup Kedisiplinan Guru PAI Menurut Nuraida dan Rahlah Nuraulia dalam bukunya Character Building untuk Guru menjelaskan bahwa : Disiplin diri mencakup sikap konsisten berjuang mencapai target yang sudah ditetapkan, mendahulukan yang utama dan mendesak tanpa mengabaikan kebutuhan-kebutuhan lain yang juga penting, dan tidak menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginan. Artinya dalam memenuhi kebutuhan dan harapan-harapan, tetap dituntut menghormati aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku.27 Berkaitan dengan kedisiplinan, seorang guru yang menjadi panutan bagi para muridnya, maka hal ini mencakup pada disiplin waktu, disiplin mengajar, disiplin mengarahkan, disiplin dalam berbusana dan bertutur kata, mendidik dan membina siswa.Serta patuh dan taat pada lembaga dan pemerintah. Hubungan dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan merupakan kegiatan interaksi edukatif. Disiplin merupakan salah satu norma yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh setiap guru untuk mencapai tujuan pendidikan. Disiplin dalam interaksi edukatif diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur menurtu ketentuan yang sudah ditaati dengan sadar oleh pihak guru maupun 26
Masykur Arif Rahman,op.,cit., h. 64-65. Nuraida dan Rahlah Nuraulia, Character Building untuk Guru, (Jakarta: Aulia Publishing House 2007), Cet. 1, h. 120. 27
21
pihak anak didik. Mekanisme konkrit dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah yang sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan.Penyimpangan prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.28 Dalam penelitian ini penulis membatasi disiplin pada disiplin diri/pribadi dan disiplin administrasi. a. Disiplin diri Disiplin diri yang dimaksud adalah disiplin yang sesuia dengan kode etik guru Indonesia yaitu seorang guru yang berjiwa Pancasila serta taan dan patuh kepda Undang-undang Dasar 1945 dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan pendidikan. Prinsip profesionalitas yaitu guru melaksanakan tugasnya secara professional yang juga diatur dalam peraturan pendidikan.Dan karakteristik guru Agama Islam yaitu guru yang taat kepada Allah dan Rasul serta bertingkah laku dengan budi pekerti dan akhlak yang baik. b. Disiplin Administrasi Pendidikan Guru
sebagai
partisipan
administrasi
pendidikan,
yang
dimaksud disiplin guru dalam administrasi pendidikan adalah ikut sertanya guru dalam keaktifan menyiapakan situasi lingkungan pendidikan.29 Sebagai pembuat system dan termasuk pelaksana system pendidikan dan pengajaran guru harus memperhatikan beberapa komponen yang meliputi: Tujuan pembelajaran yaitu menanamkan sujumlah norma kepada
peserta
didik.
Bahan
pelajaran
yaitu
guru
mempersiapkan bahan pelajaran. Kegiatan belajar mengajar yaitu proses belajar
mengajar untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode yaitu cara yang 28 29
h. 131.
Syaiful Bahri Djamarah, op.,cit., h.16 Yusak Burhanudin, Administrasi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), Cet. 1,
22
digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Alat yaitu segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang proses belajar mengajar. Sumber pelajaran yaitu segala sesuatu yang digunakan sebagai bahan ajar. Dan evaluasi yaitu kegiatan yang digunakan untuk mendapatkan data tentang keberhasilan proses belajara mengajar. Kedisiplinan diri seorang guru dan professional dalam menjalankan administrasi pendididkan diharapkan menjadi contoh prilaku bagi peserta didik. Serta dengan memegang teguh
prinsip
professionalitas
akan
tercapainya
tujuan
pendidikan.
6. Indikator Kedisiplinan Guru PAI Kedisiplinan guru mempunyai pengaruh yang besar sekali pada akhlak murid-murid.Karena guru itu menjadi contoh teladan bagi murid-murid mereka.Contoh kedisiplinan guru meliputi disiplin dalam bertutur kata, perbuatan, berpakaian, menjalankan tugas dan fungsinya sebagai guru, dan lain sebagainya. Sebab itu guru haruslah berpegang teguh dengan ajaran agama, serta berakhlak mulia dan berbudi luhur,pengasih, penyayang, kepada murid-muridnya.30 Menurut Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyam dalam Bukunya Kemampuan
Dasar
Guru
Dalam
Proses
Belajar
Mengajar,
mengemukakan bahwa ada beberapa indikator agar disiplin dapat terbina dan dilaksanakan dalam proses pendidikan sehingga waktu pendidikan dapat ditingkatkan yaitu sebagai berikut : a. Melaksanakan tata tertib dengan baik, baik bagi guru maupun bagi siswa, karena tata tetib yang berlaku merupakan aturan dalam ketentuan yang harus ditaati oleh siapa pun demi kelancaran proses pendidikan itu, yaitu: 30
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1992), Cet. 17, h. 15.
23
1) Patuh terhadap aturan sekolah atau lembaga pendidikan. 2) Mengindahkan petunjuk-petunjuk yang berlaku disekolah
atau
lembaga
pendidikan
tertentu.
Contohnya menggunakan kurikulum yang berlaku atau membuat satuan pelajaran, menilai tugas-tugas siswa dengan teratur, berpakaian rapih, masuk kelas tepat waktu. 3) Tidak membangkang pada peraturan yang berlaku, baik bagi para pendidik maupun bagi peserta didik. Contohnya membuat PR bagi peserta didik. 4) Bertingkahlaku yang menyenangkan. 5) Rajin dalam belajar mengajar. 6) Tidak malas dalam belajar mengajar. 7) Tepat waktu dalam belajar mengajar. b. Taat terhadap kebijakan dan kebijaksanaan yang berlaku, meliputi : 1) Menganalisa dan mengkaji berbagai pembaruan pendidik. 2) berusaha menyesuaikan dengan situai dan kondisi pendidikan yang ada. 3) Mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 4) Membantu kelancaran proses belajar mengajar. c. Menguasai diri dan intropeksi.31 Dengan melaksanakan indikator –indikator yang dikemukakan diatas sudah barang tentu disiplin dalam proses pendidikan dapat telaksana, kedisiplinan di sekolah dapat terlaksana dan kedisiplinan guru dapat ditigkatkan. Selain beberapa indikator supaya disiplin 31
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyam, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Grafindo, 2004), h. 117.
24
dapat terlaksana, adapun hal yang perlu diperhatikan yakni langkahlangkah untuk menanamkan kedisiplinan guru disekolah yang meliputi: a. Dengan Pembiasaan Guru dalam melakukan berbagai hal dibiasakan dengan tertib
dan
teratur.
Kebiasaan-kebiasaan
ini
akan
berpengaruh besar terhadap ketertiban dan keteraturan dalam hal-hal lain. b. Dengan contoh dan teladan Dalam hal ini guru, kepala sekolah beserta staf maupun orang tua sekalipun harus menjadi contoh dan teladan bagi anak-anaknya. Jangan membiasakan sesuatu kepada anak tetapi dirinya sendiri tidak melaksanakan hal tersebut. Hal tersebut akan menimbulkan rasa tidak adil dihati anak, rasa tidak senang dan tidak ikhlas melakukan sesuatu yang dibiasakan, akan berakibat bawha pembiasaan itu sebagai pembiasaan yang dipaksakan dan sulit sekali menjadi disiplin yang tumbuh secara alami dari dalam diri atau dari dalam lubuk hati nurani sebagai pembiasaan lingkunganya. c. Dengan Penyadaran Guru
harus
diberikan
penjelasan-penjelasan
tentang
pentingnya nilai dan fungsi dari peraturan-peraturan itu dan apabila kesadaran itu telah timbul pada guru maka timbul pula kesadaran untuk berdisiplin. d. Dengan Pengawasan Pengawasan bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Pengawasan harus terus-menerus dilakukan, terlebih lagi dalam situasi-
25
situasi yang sangat memungkinkan bagi guru untuk berbuat sesuatu yang melanggar tata tertib sekolah.32 Langkah-langkah tersebut umumnya dilakukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran, lalu apa yang harus ditempuh untuk menanamkan kedisiplinan guru jika guru telah ”terlanjur” melakukan pelanggaran (tidak disiplin). Demikian beberapa indikator yang amat perlu diperhatikan supanya kedisiplinan guru dapat tumbuh dan berkembang pada hati nurani setiap guru. Sehingga tujuan dari pada pendidikan mudah tercapai. Disiplin merupakan salah satu alat penentuan keberhasilan pencapaian tujuan dari pendidikan.Allah SWT pada dasarnya telah mengajarkan kepada manusia tentang kedisiplinan. Sebagai contoh kita perhatikan Firman-Nya :
طمَأ وَىْتُمْ فَأقِيْمُوا ْ ّصلَو‘ةَ فَا ْذ ُكرُوا اهلل قِيمًا وَقُعُوْدًا وَعَلَى جُىُوْ ِبكُمْ فَئذَا ا َ فَاِذَا قَضَيْتُمُ ال ه كِتبًا مَوْقُوْتًا َ ْت عَلَى المُ ْؤمِىِي ْ َن الّصَلو ّة كّاو ّ الّصّلوةَ إ Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.(Q.S. An-Nisaa: 103). Di masyarakat disiplin berbentuk norma sopan santun serta baik dan buruk menurut kebiasaan masyarakat agar kegiatan sehari-hari berjalan dengan lancar harus dibuat jadwal tujuan pembuatan jadwal adalah untuk menciptakan hidup yang tertib dan teratur akibat tidak disiplin kegiatan menjadi terhambat, setiap tugas tidak selesai tepat waktu, hati menjadi gelisah karena hatinya tergesah gesah, prestasi belajar menurun.
32
Ibid., h. 118.
26
B. Perkembangan Aspek Afektif Siswa 1. Pengertian Aspek Afektif Siswa Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu dalam bukunya yang berjudul Mendidik Kecerdasan menjelaskan bahwa: Pengertian afektif mencakup berbagai proses mental yang melibatkan; emosi, perasaan (feeling), suasana hati (mood), dan tempramen. Bahkan seorang pakar psikologi, Titchener, menambahkannya dengan pengertian keadaan menyenangkan dan tidak menyenangkan (pleasantness & unpleasantness).33 W.S Winkel dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran, menjelaskan bahwa: “perkembangan afektif menyangkut pemerkayaan alam perasaan yang mencakup temperamen, perasaan, sikap, minat”. Salah satu cirinya ialah belajar menghayati nilai dari obyek-obyek yang dihadapi melalui alam perasaan, entah obyek itu berupa orang, benda atau kejadian/peristiwa.34 Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru menjelaskan bahwa “Afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keaneka-ragaman perasaan seperti : takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya”.35 seorang siswa dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran agama yang ia pelajari, lalu menjadikannya sebagai “sistem nilai diri”. Kemudian pada gilirannya ia menjadikan sistem nilai ini sebagai penuntun hidup, baik di kala suka maupun duka.36 W.James Popham dan Eva L. Baker dalam bukunya yang berjudul Bagaiamana Mengajar ecara Sistematis, menjelaskan bahwa:
33
Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2002), h. 67. 34 W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT Gramedia, 1989). Cet ke-2. h. 41. 35 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h.119. 36 Ibid., h. 120.
27
“afektif adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan apresiasi siswa.”37 Yudhi
Munadi
dalam
bukunya
Media
Pembelajaran,
menjelaskan bahwa : “afektif yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu.” Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran.
Ia
berwujud
pencurahan
perasaan
minat,
sikap
penghargaan, nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungankecenderungan batin.38 Secara umum, pengertian afektif terkait dengan hal-hal yang emosional sifatnya namun tidak termasuk yang bersifat volisional atau keinginan-keinginan tertentu. Aspek utama dari emosi adalah pengalaman subyektif, dan pengalaman subyektif terkait dengan perubahan-perubahan fisiologi serta perilaku.39 Emosi meliputi perasaan seperti sedih, gembira, dan takut merupakan hasil pengalaman subyektif individu. Setiap orang memiliki rentang jenis emosi yang lebih kurang sama akan tetapi secara individual setiap orang akan berbeda dalam merasakan, menampilkan,
serta
mengendalikannya.
Emosi
tumbuh
dan
berkembang sejak usia dini dan kelak akan merupakan salah satu landasan kepribadian seseorang yang juga memiliki fungsi adaptif demi mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan hidup. 2. Taksonomi Afektif Siswa Taksonomi untuk daerah Afektif mula-mula dikembangkan oleh David R. Krathwohl Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
37
W.James Popham dan Eva L. Baker, Bagaiamana Mengajar Secara Sistematis, (Yogyakarta: KANISIUS, 1994), Cet. 6, h. 37-38. 38 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada(GP) Press, 2010), Cet. 3, h. 44. 39 Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, op. Cit., h. 67.
28
peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatiannya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinanya dalam mengikuti pelajaran agama Islam di sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam, dan sebagainya.40 Ranah Afektif ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu: a. Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Pada jenjang ini peserta didik divina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilainilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau mengidentikkan diri dengan nilai itu. Contohnya: peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak berdisiplin harus disingkirkan jauh-jauh.41 b. Responding (menanggapi) mengandung arti adanya partisipasi aktif. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Jenjang ini setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang receiving. Contohnya adalahpeserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih
40
jauh atau atau
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, Cet. 11, h. 54. Ibid., h. 54-55.
41
29
menggali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tengtang kedidsiplinan.42 c. Valuing (menilai=menghargai). Artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah tingkatan afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Contohnya adalah tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat. d. Organization (mengatur atau mengorganisasikan) artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistema organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Contohnya adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yan telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Soeharto. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan jenjang afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving, responding dang valuing. e.
Characterization by a value or value complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai). Yakni keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi
42
Ibid.
30
dalam suatu hierarki nilai. Jenjang ini merupakan tingkatan afektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benarbenar bijaksana. Ia telah memiliki philosophy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama, sehingga membentuk karakteristik “pola hidup”, tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contohnya adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap, wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera dalam Al-Qur’an surat Al- Ashr sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut kedisiplinan, baik kedisiplinan di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengan kehidupan masyarakat.43 W.S Winkel dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran, menjelaskan tentang taksonomi afektif sebagai berikut : a. Penerimaan: mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang
dan
kesediaan
untuk
memperhatikan
rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. Kesediaan itu dinatakan dalam memperhatikan sesuatu, seperti memandangi gambar yang dibuat di papan tulis atau mendengarkan jawaban teman sekelas atas pertanyaan guru. Namun, perhatian itu masih pasif, Misalnya: “Siswa akan rela memandangi peta geografi tanah Indonesia yang dipamerkan di depan kelas.” b. Partisipasi: mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisifasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan dalam memberikan suatu rekasi terhadapa rangsangan yang disajikan, seperti membacakan dengan 43
Ibid., h. 56.
suara
nyaring
bacaan
yang
ditunjuk
atau
31
menunjukkan minat dengan membawa pulang buku bacaan yang ditawarkan. Misalnya: “Siswa akan rela berpartisipasi dalam upacara kenaikan bendera, dengan berdiri tegak dan menyanyikan lagu kebangsaan dengan volume suara penuh.” c. Penilaian/penentuan sikap: mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap: menerima, menolak atau mengabaikan; sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin. Kemampuan itu dinyatakan dalam suatu perkara atau tindakan, seperti mengungkapkan pendapat positif tentang pameran lukisan modern atau mendatangi ceramah di sekolah. d. Organisasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
Nilai-nilai
yang
diakui
dan
diterima
ditempatkan pada suatu skala nilai : mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting.
Kemampuan
itu
dinyatakan
dalam
mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan tanggung jawab dalam suatu negara demokrasi atau menyususn rencana masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-cita hidup. e. Pembentukan Pola Hidup: mencakup kemampuan untuk menghayati
nilai-nilai
kehidupan
sedemikian
rupa,
sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
32
Misalnya: kemampuan untuk menunjukkan kerajinan, ketelitian dan disiplin dalam kehidupan pribadi.44 W.James Popham dan Eva L. Baker dalam bukunya yang berjudul Bagaimana Mengajar Secara Sistematis, menjelaskan bahwa taksonomi afektif dibagi lagi menjadi lima taraf, yaitu : a. Memperhatikan, tarap pertama ini adalah mengenai kepekaan siswa terhadap fenomena-fenomena dan perangsang-perangsang
tertentu,
yaitu
kesediaan
untuk
menerima
siswa
menyangkut atau
memperhatikannya. Taraf ini dibagi menjadi tiga katagori yaitu, kesadaran akan fenomena, kesediaan menerima fenomena, dan perhatian yang terkontrol atau terseleksi terhadap fenomena. b. Merespon,
respon
ini
sudah
lebih
dari
hanya
memperhatikan, siswa sudah memiliki motivasi yang cukup sehingga ia bukan saja “mau memperhatikan”, melainkan sudah memberikan respon. c. Menghayati Nilai, pada taraf ini nampak bahwa siswa sudah menghayati nilai tertentu, perilaku siswa sudah cukup konsisten dalam situasi-situasi tertentu sehingga ia sudah dipandang sebagai orang yang sudah menghayati nilai yang bersangkutan. d. Mengorganisasikan, dalam mempelajari nilai-nilai, siswa mengahadapi situasi yang mengandung lebih dari satu nilai. Karena itu perlulah siswa mengorganisasi nilainilai itu menjadi suatu sistem sehingga nilai-nilai tertentu sajalah yang lebih memberikan pengarahan kepadanya. e. Mempribadikan Nilai atau Seperangkat Nilai, pada taksonomi afektif taraf tertinggi ini siswa telah mendarah-dagingkan 44
W.S Winkel, op.,cit., h. 152-153.
nilai-nilai
sedemikian
rupa
33
sehingga dalam prakteknya ia sudah dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau seperangkat nilai tertentu.45
3. Tujuan Pengembangan Aspek Afektif Siswa Pengembangan afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, system nilai, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang kompleks yang merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani.“Dalam literatur tujuan afektif disebut sebagai: minat, sikap hati, sikap menghargai, system nilai serta kecenderungan emosi”.46 Perumusan tujuan pada pengembangan afektif tidak berbeda jauh bila dibandingkan dengan kawasan kognitif, tetapi dalam mengukur hasil belajarnya jauh lebih sukar karena menyangkut kawasan sikap dan apresiasi. Disamping itu, kawasan afektif juga sulit dicapai pada pendidikan formal, karena pada pendidikan formal, prilaku yang nampak dapat diasumsikan timbul sebagai akibat dari kekakuan aturan disiplin belajar, waktu belajar, tempat belajar, dan norma-norma lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prilaku seperti itu timbul bukan karena siswa telah sadar dan menghayati betul tentang kebutuhan akan sikap dan perilaku tersebut, tetapi dilakukan karena sekedar untuk memenuhi aturan dan disiplin saja agar tidak mendapat hukuman. Berikut ini akan dijelaskan tujuan pengembangan afektif siswa setiap tingkat secara berurutan: a. Tingkat menerima (receiving)
45
W.James Popham dan Eva L. Baker, op.,cit., h. 42. Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), Cet. 2, h. 32. 46
34
Menerima di sini adalah sebagai proses pembentukkan sikap dan prilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya tertentu yang mengandung estetika. b. Tingkat tanggapan Segala perubahan perilaku organisme yang terjadi atau yang timbul karena adanya perangsang dan perubahan tersebut dapat diamati. c. Tingkat menilai Pengakuan secara objektif (jujur) bahwa siswa itu objek, system atau benda tertentu mempunyai kadar manfaat. d. Tingkat Organisasi Proses konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubungan antar nilai-nilai tersebut, kemudian memilih nilai-nilai yang terbaik untuk diterapkan. e. Tingkat karakterisasi Adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan oleh
seseorang
selaras
dengan
nilai-nilai
yang
dapat
diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolah-olah telah menjadi ciri-ciri pelakunya.47 Tujuan afektif berhubungan dengan nilai, sikap, perasaan, emosi, minat, motivasi, apresiasi, kesadaran akan harga diri, dan sebagainya. Perlu dipahami bahwa afektif tidak dapat diamati secara langsung, namun kita dapat mengetahuinya dari perilaku yang berwujud perkataan atau tindakan seseorang.Munculnya perilaku tersebut menunjukkan adanya tiga kecenderungan, yaitu kearah afek positif, netral, atau negatif.Semakin banyak kita mengetahui perilaku keseluruhan seseorang, semakin baik kita dapat memperkirakan kecenderungan
afektif
orang
tersebut.Anderson
menyebut
kecenderungan afektif seseorang terhadap suatu objek ini dengan
47
Ibid., h. 33-36.
35
istilah arah.Perilaku yang dinyatakan dalam tujuan afektif harus yang memiliki kemungkinan tinggi untuk muncul di kalangan subjek didik. Tujuan afektif harus mengandung pernyataan kondisi, yaitu situasi terjadinya perilaku.Pernyataan kondisi dalam tujuan afektif berupa sejumlah alternative yang harus disediakan bagi subjek didik.Subjek didik diberi kebebasan untuk memilih, tanpa ada pengaruh dari pendidik secara langsung. Dengan kata lain, tindakan subjek didik harus bersifat sukarela. Selain pernyataan kondisi, tujuan afektif harus mengandung pernyataan kriteria.Ada dua kriteria yang dapat digunakan dalam tujuan afektif.Pertama,yang ditekankan pada jumlah subjek didik yang melakukan kegiatan atau berprilaku. Kedua, yang ditekankan pada jumlah kegiatan atau jumlah waktu untuk melakukan kegiatan.Menurut Darmiyati Zuchdi dalam bukunya
Humanisasi
Pendidikan Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi menjelaskan
bahwa: Tujuan afektif yang harus diperhatikan dalam proses pendidikan, yaitu perasaan, sikap, kesadaran akan harga diri, nilainilai yang diperlukan oleh subjek didik untuk mengadakan hubungan yang manusiawi, termasuk keterampilan mengadakan hubungan antarpribadi dan antar kelompok guna menciptakan kehidupan yang beradab. Di antaranya ialah perasaan dan ekspresi keakraban, kepercayaan, tanggung jawab, kepedulian, keterbukaan, kesetiakawanan.48 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Afektif Menurut
Darmiyati
Zuchdi
dalam
bukunya
Humanisasi
Pendidikan (menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi), menjelaskan bahwa :perkembangan afektif anak yang terkait dengan sekolah yang berwujud sikap, minat, nilai, kesadaran akan harga diri,
48
Darmiyati Zuchdi, op.,cit., h. 98-100.
36
motivasi, minat, dan sebagainya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa dari faktor tersebut adalah sebagai berikut: a.
karakteristik dan latar belakang murid itu sendiri seperti: seks, umur, status sosial ekonomi, capaian belajar, dan kepribadian.
b.
Pengaruh terkait suasana sekolah seperti: guru, suasana kelas, materi kurikulum, dan strategi instruksional.49
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar.Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain:
a. Belajar dengan coba-coba Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. b. Belajar dengan cara meniru Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. c. Belajar dengan dengan cara mempersamakan diri Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. d. Belajar melalui pengkondisian. e. Pelatihan atau belajar dibawah bimbingan pengawasan terbatas pada asfek reaksi.
49
Ibid., h. 28.
37
C. Hasil Penelitian Yang Relevan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan Ranah Afektif Siswa, oleh Yuyun Sri Wahyuni Mahasiswi UIN Jakarta Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) lulusan tahun 2007, Menjelaskan bahwa kompetensi guru agama dalam mengembangkan ranah
afektif siswa sudah
dikatagorikan berkompetensi. Hal ini dilihat dari : sebelum belajar mengajar guru mempersiapkan rencana pembelajaran, dalam kegiatan belajar guru selalu menginformasikan nilai-nilai kehidupan contoh seperti nilai-nilai kedisiplinan yang harus dimiliki siswa dan patut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
D. Kerangka Berpikir Tugas seorang guru bukan hanya menyampaikan pengetahuan saja, tetapi juga dapat menjadi orang tua, di sekolah guru yang dapat menanamkan rasa kedisiplinan baik dalam dirinya sendiri ataupun kepada siswanya dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, tanpa adanya sikap disiplin yang dimiliki oleh seorang guru di dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, maka tidak heran bila hasil akhir pembelajaran tidak sesuai dengan yang dicita-citakan. Rendahnya disiplin guru akan mengakibatkan buruknya mutu pendidikan dan mutu kedisiplinan di sekolah. Pada hakikatnya seorang guru selain sebagai pengajar juga merupakan seorang pendidik. Guru agama juga tidak hanya meyampaikan ilmu pengetahuan agama saja ,tetapi juga harus bisa membimbing dan membina anak didik agar menjadi baik dan mengantarkan anak didik menuju kearah kekedewasaan. Guru agama juga harus dapat membentuk, menumbuhkan, dan membiasakan norma-norma agama kepada anak didik dalam kehidupan sehari-harinya.Guru agama di mata murid-murid nya adalah sosok yang sempurna baik akhlak maupun kepribadiannya.Oleh
38
karena itu guru sangat berpengaruh untuk menciptakan sikap yang baik kepada para siswanya.Terutama dalam pengembangan aspek efektif siswa.
E. Hipotesis Penelitian Hipotesis alternatif (Ha), yaitu adanya pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan guru pendidikan agama islam terhadap perkembangan aspek afektif siswa di sekolah. Hipotesis nol/nihil (Ho), yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan guru Pendidikan agama islam terhadap perkembangan aspek afektif siswa di sekolah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Lembaga pendidikan yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah sekolah SMP Islam Parung. Dan waktu yang penulis gunakan untuk melakukan penelitian dari tanggal 15 September – 30 Oktober 2014.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pendekatan kuantitatif. Kemudian
peneliti memilih metode korelasional dalam
penelitian ini. Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan beberapa variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikansi) secara statistik.1 Dengan demikian melalui pendekatan dan metode tersebut peneliti dapat mengetahui pengaruh kedisiplinan guru pendidikan agama Islam sebagai variabel X terhadap perkembangan aspek afektif siswa sebagai variabel Y.
C. Variabel Penelitian Menurut Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Pendidikan dijelaskan bahwa: “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”2 1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosda, 2010) Cet. 6, h. 56. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. 12, h. 61.
39
40
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel Kedisiplinan Guru PAI sebagai variabel X atau variabel bebas (variabel independen) dan variabelPerkembangan Aspek Afektif Siswa sebagai variabel Y atau variabel terikat (variabel dependen). Variabel bebas (variabel independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.3
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah keseluruhan objek penelitian4.Sedangkan sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti.5 Menurut Nurul Zuhriah, “populasi adalah keseluruhan data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.”6 Menurut terminologi riset populasi adalah “keseluruhan subyek penelitian.Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang memeiliki karakteristik tertentu dalam sebuah penelitianggota populasi”. Sedangkan yang dimaksud dengan sample, bagian yang diambil dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tersebut.7 Berdasarkan survey yang telah dilakukan, diketahui bahwa populasi siswa SMP Islam Parung berjumlah 595 orang dengan rincian sebagai berikut : 3
Ibid., Arikunto, Prosedur Penelitian, suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). Cet. 10, h. 130. 5 Ibid ., h. 131. 6 Nurul Zuhriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta: PT.Bumi Aksara,2006), h. 116. 7 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistic 1 (statistic deskriptif)…, h. 12. 4
41
Tabel 3.1 Jumlah Keseluruhan Peserta Didik SMP Islam Parung Tahun Pelajaran 2014/2015 No
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
VII.I
18
14
32
2
VII.2
12
21
33
3
VII.3
15
19
34
4
VII.4
23
15
38
5
VII.5
15
16
31
6
VII.6
21
9
30
7
VIII.1
12
21
33
8
VIII.2
13
21
34
9
VIII.3
18
14
32
10
VIII.4
14
17
31
11
VIII.5
17
15
32
12
VIII.6
19
13
32
13
IX.1
19
15
34
14
IX.2
19
15
34
15
IX.3
18
17
35
16
IX.4
19
15
34
17
IX.5
20
13
33
18
IX.6
19
14
33
Jumlah
311
284
595
Dikarenakan populasi tersebut cukup besar, dan peneliti tidak mungkin mengambil semua yang ada pada populasi karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan
42
sampel yang diambil dari populasi itu. Dan apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Menurut Sukardi, “sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data”.8 Sedangkan menurut Sugiyono, “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”9 2. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, teknik yang akan digunakan dalam menentukan sampel ialah dengan teknik stratified random sampling, adapun alasan memilih sampel secara stratified random samplingkarena yang menjadi populasi penelitian di SMP Islam Parung ini digolongkan berdasarkan strata atau kelas yang menggunakan tingkatan. Sehingga peneliti menggunakan sampel berdasarkan strata yang dianggap dapat mempreentasikan populasi. “stratified random sampling” yaitu apabila populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis.10 Peneliti mengambil 10 % dari jumlah populasi sehingga berharap prosentasi pengambilan sampel ini dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.Dengan rincian sebagai berikut
8
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet-7, h.53. 9 Sugiyono, op. cit., h.118 10 Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h.123
43
Table 3.2 Jumlah Sampel Peserta Didik SMP Islam Parung Kelas
Jumlah siswa
VII.1-VII.6
198
VIII.1-VIII.6
194
IX.1-IX.6
203
Presentase untuk sampel
Jumlah sampel 19,8
10 %
19,4 20,3 59,5 di bulatkan menjadi 60 orang
Jumlah
E. Teknik Pengumpulan Data Agar dapat diperoleh data yang aktual, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Angket atau Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.11 Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berbentuk non tes yaitu berupa angket skala sikap model skala Likert. Instrumen ini bersifat tertutup karena dalam angket sudah tersedia pilihan jawaban. Data yang diambil adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner tertutup karena dalam angket sudah tersedia 4 alternatif pilihan jawaban dengan 30 pertanyaan.
11
Sugiyono, op.,cit., h.199
44
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pengaruh Kedisiplinan Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Perkembangan Aspek Afektif Ssiswa Variable
Indikator
Positif
Negatif
Jumlah item
Kedisiplinan Guru PAI ( Variabel X)
1. Disiplin dan datang kelas
1, 2,
2
3, 4, 6
3
ke tepat
waktu. 2. menjalankan tugas
dan
fungsinya sebagai guru dengan baik. 3. bertutur kata sopan,
7, 8, 9, 11
5
5
10
15
2
13, 14
12
3
berakhlak mulia
dan
berbudi luhur. 4. pengasih, penyayang, kepada muridmuridnya. 5. mentaati peraturan dengan sebagaimana
45
mestinya. Pengembanga n Aspek
1. Perhatian 2. minat
Afektif Siswa
= 15 16, 27, 30
3
17, 24, 28
3
3. menghara
(Variabel Y)
gai 4. kesadaran
22
18, 29
19, 20, 26
3 3
5. bernilai 25
21,23,
3
dan bermoral
= 15
30
Jumlah
2. Wawancara Wawancara atau interview merupaka salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang ditujukan untuk memperoleh data dari individu dilaksanakan secara individual.12 Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk wawancara terbuka yang ditujukan kepada kepala sekolah dan bidang kurikulum, hal ini dilakukan agar informasi hasil wawancara lebih bersifat obyektif dan apa adanya (tidak direkayasa). Dan informasi yang diharapkan peneliti dari responden diatas adalah informasi mengenaikedisiplinan guru pendidikan Agama Islam serta perkembangan aspek afektif siswa.
12
Ibid., h. 216.
46
3. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.13 Dalam dokumentasi ini peneliti mengumpulakan data-data yang dibutuhkan seperti: data mengenai perkembangan aspek afektif siswa, data-data mengenai profil SMP Islam Parung, dan lain-lain.
F. Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen Suatu instrument penelitian dikatakan baik apabila memenuhi syarat valid dan reliable. Oleh karena itu sebelum instrument digunakan, perlu dilakukan validitas instrument agar instrument yang digunakan valid atau tepat mengukur apa yang harus diukur. Validitas adalah “suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”.14 Pengukuran kevalidan item meliputi validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity). Validitas isi dilakukan
dengan
analisis
rasional,
yaitu
dengan
cara
mengkonsultasikan dengan penimbang ahli. Untuk menguji validitas konstruk setiap item dalam indikatornya dilakukan analisis dengan rumus korelasi product moment angka kasar sebagai berikut: ∑ √
∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
keterangan: RXY : koefisien Korelasi satu item dengan item total N
: jumlah responden
Ʃ XY : Jumlah hasil perkalian Skor X dan Skor Y. 13 14
219.
Ibid., h. 221. Nana Syaodih Sukamdinata, Metode Penelitian,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h.
47
ƩX
: Jumlah skor setiap item
ƩY
: Jumlah skor seluruh item
Dimana, jika r hitung > r tabel, maka instrument dinyatakan valid namun jika r hitung < r tabel maka instrument dinyatakan tidak valid. 2. Uji Reliabilitas Instrumen “Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat suatu pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik”.15 Untuk menguji reliabilitas instrument agar dapat dipercaya maka digunakan rumus alpha yaitu: ∑ )(
(
)
Keterangan: r11
: Reliabilitas
k
: Banyaknya butir pertanyaan
∑
: Jumlah varians skor tiap-tiap item
at2
: Jumlah varians total
langkah-langkah perhitungan reliabilitas adalah sebagai berikut : a. Membuat lembar kerja berdasarkan skor butir yang diperoleh. b. Menghitung varians tiap butir dengan menggunakan rumus : ∑
∑
(
)
c. Menghitung varians total dengan rumus : ∑
∑
(
)
d. Menghitung reliabilitas Uji reliabilitas ini menggunakan statistik Alpha Cronchbach data dikatakan reliable apabila harga r hitung lebih besar dari 15
Arikunto, op.cit., h. 178.
48
harga r tabel secara teoritis atau bisa ditulis r
11>
r
tabelpada
taraf signifikasi 0,05. Jika r 11> r tabel berarti reliabel Jika r 11< r tabel berarti tidak reliabel.
G. Teknik Pengolahan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pegolahan data sebagai berikut: 1. Proses Editing Dalam proses ini peneliti memeriksa kembali data yang sudah terkumpul
yang
diperoleh
dilapangan
untuk
memastikan
kelengkapan dan keabsahan yang diperlukan dalam penelitian. 2. Proses skoring Dalam proses ini peneliti memberikan skor pada tiap-tiap item pertanyaan yang terdapat dalam angket. 3. Proses Tabuling Teknik pengolahan selanjutnya yaitu proses tabuling, dimana dalam proses ini peneliti menggambarkan dan menghitung jawaban-jawaban responden untuk penarikan sebuah kesimpulan.
H. Teknik Analisis Data Analisa data adalah proses penyederhanaan kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Tujuan analisa data dalam penelitian ini yaitu untuk membatasi penemuan-penemuan sehingga mudah dipahami bukan hanya oleh penulis tetapi oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil dari penelitian ini. 1. Uji Distribusi Frekuensi dan Prosentase Setelah data-data yang masuk dalam angket lalu diolah melalui editing, maka langkah berikutnya menyajikan data tersebut dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi dan prosentase :
49
x 100% Keterangan: P : Prosentase yang akan dicari F : Frekuensi yang dihasilkan N : Jumlah poplasi yang ada Selanjutnya untuk memperoleh kesimpulan tentang pengaruh kedisiplinan guru PAI terhadap perkembangan aspek afektif siswa, penulis menggunakan metode deskriftif dengan kategori sebagai berikut: 80%-100% = sangat baik 60%-75% = baik 40%-59% = cukup 20%-39%=sedang 0,1%-19%=rendah 2. Uji Korelasi Dalam menganalisa data penulis menggunakan rumus variabel yang saling berhubungan yaitu korelasi product moment untuk mengkaji hipotesis tentang ada atau tidak adanya pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y. adapun rumus “r” korelasinya adala sebagai berikut: ∑ √
∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
Dengan keterangan sebagai berikut: rxy
: Angka Index Korelasi
N
: Number Of Case
Ʃ XY : Jumlah hasil Perkalian Antara Skor X dan Skor Y. ƩX
: Jumlah Seluruh Skor X
50
ƩY
: Jumlah Seluruh Skor Y16 Melalui teknik analisa data statistik product moment ini, peneliti
berharap dapat mengetahui ada tidaknya hubungan/pengaruh antara variabel x (kedisiplinan Guru Pendidikan Agama Islam) terhadap varibel y (Perkembangan Aspek Afektif Siswa).dan mengetahui seberapa eratnya hubungan tersebut serta keberartian atau tidak hubungan itu. 3. Uji Signifikasi Uji signifikasi dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi variabel X dan variabel Y benar-benar signifikan. Cara yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus “t” atau yang dikenal dengan uji t, yaitu : √ √ Setelah didapatkan nilai t hitung melalui rumus diatas, maka untuk menginterpretasikan hasilnya berlaku ketentuan sebagai berikut : a. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak (ada hubungan yang signifikasi) b. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima (tidak ada hubungan yang signifikan) Untuk mengetahui t tabel, digunakan ketentuan n-2 pada level signifikan (a) sebesar 5% (tingkat kesalahan 5% atau 0,05) atau taraf keyakinan 95% atau 0,95. I. Interpretasi Data Dalam membrikan interpretasi data secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment (rxy), pada umumnya dipergunakan pedoman sebagai berikut :
16
206.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), Cet. 23, h.
51
Tabel 3.4 Interpretasi Product Moment Besarnya nilai “r” Product
Interpretasi
Moment Antara 0.00 sampai dengan 0.20
Sangat lemah atau sangat rendah
Antara 0.20 sampai dengan 0.40
Lemah atau rendah
Antara 0.40 sampai dengan 0.70
Sedang atau cukup
Antara 0.70 sampai dengan 0.90
Kuat atau tinggi
Antara 0.90 sampai dengan 1.00
Sangat kuat atau sangat tinggi.17
J. Perumusan Hipotesis Statistik Hipotesis adalah dugaan yang kemungkinan benar atau juga kemungkinan salah setelah dilakukan penelitian oleh penguji. Hipotesis akan diterima jika bukti-bukti membenarkan dan akan dikelola jika tidak benar. Penolakan dan penerimaan hipotesis tergantung pada penyelidikan bukti-bukti yang di kumpulkan. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho
:p≤0
Ha
:p≥0
Keterangan : Ho
: Hipotesis Nihil
Ha
: Hipotesis Alternatif
p ≤ 0 : Apabila r hitung sama atau lebih kecil dari pada r tabel, maka Ho diterima. p ≥ 0 : Apabila r hitung lebih besar dari pada r tabel maka Ha diterima.
17
Sudijono, op., cit., h. 193.
52
Hipotesis alternatif (Ha), yaitu adanya pengaruh yang signifikan antara
kedisiplinan
guru
pendidikan
agama
islam
terhadap
perkembangan aspek afektif siswa di sekolah. Hipotesis nol/nihil (Ho), yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara
kedisiplinan
guru
Pendidikan
agama
perkembangan aspek afektif siswa di sekolah.
islam
terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab IV peneliti akan mendeskipsikan data yang telah diperoleh dari penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian diolah dan dianalisis sehingga penelitian tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan. A. Profil SMP Islam Parung 1. Identitas Sekolah Nama Sekolah Alamat a. Jalan b. Desa c. Kecamatan d. Kabupaten e. Provinsi f. Kode Pos g. Nomor Telepon h. Visi SMP Islam Parung
: SMP ISLAM PARUNG : : Jl. Raya Parung Bogor No. 648 : Parung : Parung : Bogor : Jawa Barat : 16330 : 0251-8611451 : “ Unggul dalam Prestasi dengan Landasan
Agama dan Budaya “ 2. Sejarah Sekolah a. Sekolah didirikan tahun b. Bentuk sekolah c. Status sekolah d. SK BAS Kabupaten Bogor
: 1967 : Biasa / Konvensional : Swasta / Terakreditasi “ A “ : No. 02.00/534/BAP-SMP/XI/2010 : Tanggal 09 November 2010 : Pagi : No. 105/C/7/1967 Tgl. 23 April
e. Waktu penyelenggaraan f. SK/Izin pendirian sekolah 1967 g. NSS h. NDS i. NPSN
: 202020210134 : 2002050148 : 20200543.1
1
Hasil Studi Dokumentasi di Sekolah SMP Islam Parung tanggal 15 September – 30 Oktober
2014
53
54
3. Pendidikan Guru Agama Tabel 4.1 Gambaran Pendidikan Guru SMP Islam Parung N O.
MATA PELAJARAN
1.
Pendidikan Agama Islam a. Neni Rukmini, S.Ag b. Ahmad Dahlan, S.Ag c. Yayan Herdiyana Yazid, S.Pd
SMA
PGSLP D1
D2
D3
S1
S2
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
1
-
4. Personalia Tabel 4.2 Personalia SMP Islam Parung NO . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
MATA PELAJARAN
GT
Pendidikan Agama Islam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Bahasa dan Sastra Indonesia Bahasa Inggris Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Seni Budaya (Kesenian) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan TIK PLH Mulok Bahasa Sunda Mulok BTQ JUMLAH
GTT
1 -
GT Y 3 3 3 3 4 3 4 1 2 1 1 2 1
-
JUML AH 3 3 3 3 4 4 4 1 2 1 1 2 1
1
31
-
32
55
5. Gambaran Pendidikan Guru Tabel 4.3 Gambaran Pendidikan Guru SMP Islam Parung NO .
MATA PELAJARAN
SMA
PGSLP
D1
D2
D3
S1
S2
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Pendidikan Agama Islam P Kn Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika IPA IPS Seni Budaya (Kesenian) Pendidikan Jasmani TIK PLH Mulok Bahasa Sunda Mulok BTQ
-
-
-
-
1 -
3 3 3 2 4 4 4 1 2 1 1 2 1
-
6. Tenaga Pengajar SMP Islam Parung Tabel 4.4 Tenaga Pengajar SMP Islam Parung Tahun Pelajaran 2014-2015 No
Nama Guru
Mata Pelajaran
1.
Yayan Herdiyana Yazid, S.Pd
PAI
2.
Drs. Muslim
IPA
3.
Acep Haryadi, S.Pd
PENJAS
4.
Neni Rukmini, S.Ag
PAI – Bahasa Sunda
56
5.
Supriyadi, S.Pd
Seni Budaya
6.
Ahmad Dahlan, S.Ag
PAI – BTQ
7.
Dra.N.Dinarti
Bahasa Indonesia
8.
Irawati Picziani, S.Kom
TIK
9.
Nining Indraningsing, S.Pd
Bahasa Indonesia
10. Rahmat Hermawan, S.Pd
PENJAS – BTQ
11. Ajat Munajat, S.Ag
IPS
12. Heryani, S.Pd
PKN
13. Agung Wijaya Kusuma, S.Ag
Prakarya-PLH
14. Nurohayati, S.Tp
Matematika
15. Rahmat Mustopa, S.Ag
Matematika
16. Yudith Eviyanti, S.Pd
Bahasa Inggris
17. Rina Anggraeni, Amd
IPA-Bahasa Sunda
18. Susilo Herawati, S.Sos
PKN
19. Sodikin, S.Pd
TIK
20. Ir. Suud Hamid
IPA
21. Ade Spetikasari, S.Pd
Bahasa Indonesia
22. Neneng Hasanah, S.Mn
IPS
23. Febby Kusliani
Bahasa Inggris
24. Heny Martini, SS
Bahasa Inggris
25. Mey Endang Herawati, S. Pd
Matematika
26. Siti Zahra
IPA-Pendalaman Agama
27. Nurhasanah, S.Pd
IPA
28. Dery Prima Rohendi, SE
IPS
29. Martinelly Masra, S.Pd
Matematika
57
30. Erlin Hendani, S.Pd
Matematika
31. Maulana Hasan, S.Pd
BTQ-TIK
32. Rachmat Murofiq
PKN
33. Dedi Suherdi
PENJASKES
34. Sugiharto, S.Pd
Bahasa Indonesia
7. Keadaan Siswa T.P. 2014/2015 Tabel 4.5 Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015 NO.
KELAS
L
P
JUMLAH
1
Kelas VII
104
94
198
2
Kelas VIII
93
101
194
3
Kelas IX
114
89
203
Jumlah
311
284
595
8. Sarana dan Prasarana a. Tanah dan Halaman : 1. Status 2. Luas Tanah 3. Halaman / Taman 4. Lapangan Upacara / Olahraga 5. Kebun 6. Lain-Lain b. Gedung dan Bangunan : 1. Status 2. Luas Bangunan c. Kondisi Bangunan :
: Milik Sendiri / Wakaf : 4.410 m² : 600 m² : 500 m² : 512 m² : 1.137 m² : Milik Sendiri : 1.661 m²
58
9. Hubungan Masyarakat a. Hubungan dengan orang tua siswa Hubungan dengan orang tua siswa dilaksanakan dengan Dewan Sekolah / Komite Sekolah dengan lima peran dalam kegiatan sebagai berikut : 1) Orang tua siswa sebagai donator dalam menunjang kegiatan belajar dan penyempurnaan fisik sekolah. 2) Orang tua siswa
sebagai
mitra sekolah
dalam
sebagai
mitra sekolah
dalam
pembinaan edukatif. 3) Orang tua siswa
membimbing kegiatan sekolah. 4) Orang tua siswa sebagai mitra dalam mengembangkan secara inovatif. 5) Orang tua siswa sebagai sumber belajar maupun penyedia sumber belajar penunjang bidang-bidang keilmuan yang dibutuhkan sekolah. b. Hubungan dengan alumni Koordinasi dengan alumni diarahkan pada peningkatan peran serta alumni, sebagai berikut : 1) Salah satu sumber dana dan materi lain untuk kegiatan siswa maupun sekolah. 2) Sebagai sumber belajar dalam bentuk bimbingan ekstra kurikuler. c. Lembaga Usaha Hubungan dengan lembaga usaha, sering diadakan secara insidental sebagai sponsor kegiatan siswa.
59
B. Deskripsi Data Dalam penelitian ini Kedisiplinan Guru PAI sebagai variabel bebas dilambangkan dengan simbol X sedangkan Perkembangan Aspek Afektif Siswa sebagai Variabel terikat yang dilambangkan dengan simbol Y. Data mengenai kedua variabel ini diambil langsung dari sampel siswa SMP Islam Parung sebanyak 60 siswa dari jumlah populasi 595 siswa dari kelas VII sampai kelas IX. Untuk memperoleh data peneliti menggunakan alat pengumpul data berbentuk angket yang kemudian diuji dan dianalisis. 1. Pengujian Persyaratan Analisis a. Validitas Instrumen Hasil uji validitas angket kedisiplinan Guru PAI terhadap Perkembangan Aspek Afektif Siswa dari 30 butir item, didapat 28 yang valid dan 2 butir item yang tidak valid. Item yang tidak valid adalah item no 12 dan 15. Berikut adalah hasil perhitungan Validitas Instrumen : Tabel 4.6 Perhitungan Uji Validitas Skala Item Nomor 1 Untuk Variabel X (Pengaruh Kedisiplinan Guru PAI) Responden
X
Y
X2
Y2
XY
1
3
51
9
2601
153
2
4
53
16
2809
212
3
4
53
16
2809
212
4
4
53
16
2809
212
5
4
47
16
2209
188
6
4
52
16
2704
208
7
4
59
16
3481
236
8
4
47
16
2209
188
9
4
57
16
3249
228
10
3
50
9
2500
150
11
4
53
16
2809
212
60
12
4
47
16
2209
188
13
3
50
9
2500
150
14
3
47
9
2209
141
15
3
50
9
2500
150
16
4
49
16
2401
196
17
4
47
16
2209
188
18
4
45
16
2025
180
19
4
54
16
2916
216
20
2
47
4
2209
94
21
4
54
16
2916
216
22
2
46
4
2116
92
23
4
52
16
2704
208
24
4
51
16
2601
204
25
4
57
16
3249
228
26
0
49
0
2401
0
27
3
53
9
2809
159
28
4
50
16
2500
200
29
4
50
16
2500
200
30
4
49
16
2401
196
31
2
49
4
2401
98
32
3
54
9
2916
162
33
4
52
16
2704
208
34
4
48
16
2304
192
35
4
50
16
2500
200
36
4
50
16
2500
200
37
4
53
16
2809
212
38
2
47
4
2209
94
39
4
45
16
2025
180
40
4
48
16
2304
192
41
2
42
4
1764
84
61
42
4
54
16
2916
216
43
4
47
16
2209
188
44
4
56
16
3136
224
45
4
54
16
2916
216
46
4
56
16
3136
224
47
4
44
16
1936
176
48
2
36
4
1296
72
49
2
35
4
1225
70
50
2
35
4
1225
70
51
4
57
16
3249
228
52
3
55
9
3025
165
53
3
55
9
3025
165
54
3
54
9
2916
162
55
3
52
9
2704
156
56
3
52
9
2704
156
57
4
58
16
3364
232
58
4
54
16
2916
216
59
4
56
16
3136
224
60
4
58
16
3364
232
208
3028
764
154398
10619
Rumus : √* ∑
= = =
(∑ ) (∑ )(∑ ) (∑ ) +{ ∑ (∑ ) }
( √
(
√(
√(
) ( ) +*
)(
)(
)
(
)(
) ) (
) +
)
62
=
√
=
= 0,4674
Interprestasi Output Pada uji ini jumlah responden 60 siswa dengan taraf signifikasi 5% sehingga diperoleh r table sebesar 0,2542 sehingga kesimpulannya : Item no 1
0,4674 > 0,2542 maka item no 1 dinyatakan valid
Item no 2
0.5852 > 0,2542 maka item no 2 dinyatakan valid
Item no 3
0,4037 > 0,2542 maka item no 3 dinyatakan valid
Item no 4
0,4555 > 0,2542 maka item no 4 dinyatakan valid
Item no 5
0,2619 > 0,2542 maka item no 5 dinyatakan valid
Item no 6
0,3818 > 0,2542 maka item no 6 dinyatakan valid
Item no 7
0,3190 > 0,2542 maka item no 7 dinyatakan valid
Item no 8
0,2718 > 0,2542 maka item no 8 dinyatakan valid
Item no 9
0,5661 > 0,2542 maka item no 9 dinyatakan valid
Item no 10
0,5389 > 0,2542 maka item no 10 dinyatakan valid
Item no 11
0,6581 > 0,2542 maka item no 11 dinyatakan valid
Item no 12
0,1997 < 0,2542 maka item no 12 dinyatakan tidak valid
Item no 13
0,5223 > 0,2542 maka item no 13 dinyatakan valid
Item no 14
0,5521 > 0,2542 maka item no 14 dinyatakan valid
Item no 15
0,1644 < 0,2542 maka item no 15 dinyatakan tidak valid Tabel 4.7
Perhitungan Uji Validitas Skala Item Nomor 16 Untuk Variabel Y (Perkembangan Aspek Afektif Siswa di SMP Islam Parung) Responden
X
Y
X2
Y2
XY
1
4
57
16
3249
228
2
4
59
16
3481
236
63
3
4
59
16
3481
236
4
4
55
16
3025
220
5
4
53
16
2809
212
6
4
52
16
2704
208
7
4
55
16
3025
220
8
4
48
16
2304
192
9
4
52
16
2704
208
10
4
52
16
2704
208
11
4
43
16
1849
172
12
3
50
9
2500
150
13
3
53
9
2809
159
14
4
53
16
2809
212
15
2
53
4
2809
106
16
2
49
4
2401
98
17
4
40
16
1600
160
18
4
52
16
2704
208
19
3
47
9
2209
141
20
4
59
16
3481
236
21
3
47
9
2209
141
22
3
37
9
1369
111
23
3
44
9
1936
132
24
4
48
16
2304
192
25
4
56
16
3136
224
26
3
50
9
2500
150
27
3
48
9
2304
144
28
4
46
16
2116
184
29
3
50
9
2500
150
30
3
47
9
2209
141
31
2
31
4
961
62
32
4
53
16
2809
212
64
Rumus :
33
2
52
4
2704
104
34
2
46
4
2116
92
35
2
51
4
2601
102
36
2
47
4
2209
94
37
4
50
16
2500
200
38
4
42
16
1764
168
39
3
54
9
2916
162
40
4
58
16
3364
232
41
2
39
4
1521
78
42
2
49
4
2401
98
43
3
51
9
2601
153
44
4
47
16
2209
188
45
4
52
16
2704
208
46
2
43
4
1849
86
47
4
45
16
2025
180
48
3
38
9
1444
114
49
2
37
4
1369
74
50
3
36
9
1296
108
51
4
48
16
2304
192
52
3
49
9
2401
147
53
4
46
16
2116
184
54
3
48
9
2304
144
55
4
47
16
2209
188
56
4
47
16
2209
188
57
4
55
16
3025
220
58
4
47
16
2209
188
59
4
52
16
2704
208
60
4
49
16
2401
196
Jumlah
202
2923
716
144485
9949
65
√* ∑
= = = =
(∑ ) (∑ )(∑ ) (∑ ) +{ ∑ (∑ ) }
( √
(
√(
√(
) ( ) +*
)( (
)(
)(
) ) (
) +
)
)
√
=
= 0,3953
Maka kesimpulannya adalah : Item no 16
0,3953 >0,2542maka item no 16 dinyatakan valid
Item no 17
0,4306 >0,2542maka item no 17 dinyatakan valid
Item no 18
0,2603 >0,2542maka item no 18 dinyatakan valid
Item no 19
0,5287 >0,2542maka item no 19 dinyatakan valid
Item no 20
0.5082 >0,2542maka item no 20 dinyatakan valid
Item no 21
0,5422 >0,2542maka item no 21 dinyatakan valid
Item no 22
0,6082 > 0,2542 maka item no 22 dinyatakan valid
Item no 23
0,5152 >0,2542maka item no 23 dinyatakan valid
Item no 24
0,5375 >0,2542maka item no 24 dinyatakan valid
Item no 25
0,5118 >0,2542maka item no 25 dinyatakan valid
Item no 26
0,3115 >0,2542maka item no 26 dinyatakan valid
Item no 27
0,3681 >0,2542maka item no 27 dinyatakan valid
Item no 28
0,4370 >0,2542maka item no 28 dinyatakan valid
Item no 29
0,2675 >0,2542maka item no 29 dinyatakan valid
Item no 30
0,4894 >0,2542maka item no 30 dinyatakan valid
66
b. Reliabilitas Instrumen Hasil uji reliabilitas pada angket kedisiplinan Guru PAI terhadap Perkembangan Aspek Afektif Siswa adalah sebagai berikut: Dari perhitngan didapat r hitung sebesar 0,63 untuk variabel kedisiplinan Guru PAI (variabel X) dan didapat r hitung sebesar 0,69 untuk variabel Perkembangan Aspek Afektif Siswa (Variabel Y), sedangkan r table dengan N-2 = 60-2 = 58 dan alpha a= 0,05 adalah 0,25. Karena r hitung > rtabel maka skala instrument kedua varibel (variabel X dan Y) tersebut dinyatakan reliable. Berikut adalah hasil proses perhitungan reliabilitas Instrumen : a. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Pengaruh Kedisiplinan Guru PAI (Variabel X) Realibitas instrument dihitung dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut : =(
∑
)(
= (
)
)(
= ( )(
) )
= (1,03448)(0,6094) = 0,6304 Berdasarkan perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa realibitas instrument termasuk dalam kategori sangat tinggi. Berarti instrument cukup handal untuk mengambil data. b. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Perkembangan Aspek Afektif Siswa
(Variabel Y) =(
)(
∑
)
67
= (
)(
= ( )(
) )
= (1,03448)(0,6654) = 0,6884 Berdasarkan perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa realibitas instrument termasuk dalam kategori tinggi. Berarti instrument cukup handal untuk mengambil data.
2. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis a. Uji Distribusi Frekuensi dan Prosentase Penulis mengumpulkan data mengenai pengaruh kedisiplinan Guru PAI terhadap Perkembangan Aspek Afektif Siswa di SMP Islam Parung. Melalui penyebaran angket yang disebarkan kepada 60 siswa SMP Islam Parng sebagai sampel dengan alternative jawaban selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Jumlah item pertanyaan yang ada pada angket sebanyak 30 pertanyaan. Setelah data-data yang masuk dalam angket lalu diolah melalui editing, maka langkah berikutnya menyajikat data tersebut dalam bentuk tabel dengan menggnakan rumus distribusi frekuensi dan prosentase. Selanjutnya untuk memperoleh kesimpulan tentang pengaruh kedisiplinan guru PAI terhadap perkembangan aspek afektif siswa, penulis menggunakan metode korelatif.
68
1). Prosentase Kedisiplinan Guru Pendidikan Agama Islam (Variabel X) Tabel 4.8 Guru Agama Menerapkan Nilai-Nilai Disiplin dengan Baik No 1.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
39
65%
b. Sering
13
22%
c. Kadang-Kadang
8
13%
0
0%
60
100%
d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa guru PAI SMP Islam Parung selalu menerapkan nilai-nilai disiplin dengan baik. Hal ini dibuktikan dari tingginya jawaban siswa yang memilih jawaban “selalu” (65%), “sering” (22%), “kadang-kadang” ( 13%) dan tidak ada yang menjawab “tidak pernah”. Tabel 4.9 Guru Agama Datang ke Kelas Tepat Waktu ketika Mengajar No 2.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
18
30%
b. Sering
9
15%
c. Kadang-Kadang
29
48%
d. Tidak Pernah
4
7%
60
100%
Jumlah
Dari data diatas menunjukkan bahwa guru agama jarang datang ke kelas tepat waktu. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang memilih jawaban kadang-kadang 48%, sedangkan hanya 30% siswa yang memilih jawaban selalu, 15% yang menjawab sering dan bahkan ada pula siswa yang memilih jawaban tidak pernah sebanyak 7%.
69
Tabel 4.10 Guru Agama Memberikan Tugas dengan Teratur No 3.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
30
50%
b. Sering
10
17%
c. Kadang-Kadang
19
32%
d. Tidak Pernah
1
1%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa guru agama selalu memberikan tugas dengan teratur . hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang memilih jawaban “selalu” dengan perolehan prosentase yang mencapai angka 50% dari 60 responden. Sisanya 17% menjawab “sering”, 32% menjawab “kadang-kadang”, dan 1% menjawab “tidak pernah”. Tabel 4.11 Guru Agama Menilai Tugas Murid-Muridnya dengan Teratur No 4.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
26
43%
b. Sering
8
13%
c. Kadang-Kadang
25
42%
d. Tidak Pernah
1
1%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas memperlihatkan bahwa antara siswa yang menjawab “selalu” dengan yang menjawab “kadang-kadang” memiliki selisih angka yang sangat sedikit yaitu hanya satu angka saja 43% menjawab “selalu” sedangkan 42% menjawab “kadang-kadang”. Hal ini menunjukkan bahwa guru
70
agama dalam menilai tugas murid-muridnya dengan teratur memiliki kategori sedang. Tabel 4.12 Guru Agama Memarahi Murid-Murid Apabila Tidak Memperhatikan Pelajaran No 5.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
12
20%
b. Sering
11
18%
c. Kadang-Kadang
14
23%
d. Tidak Pernah
23
39%
60
100%
Jumlah
Dari data pada diatas menunjukkan bahwa guru agama memarahi muridmuridnya apabila tidak memperhatikan pelajaran dikatagorikan cukup rendah. Hal ini dapat dilihat 39% siswa yang menjawab “tidak pernah”, 23% yang menjawab “kadang-kadang”, 18% yang menjawab “sering”, dan 20% yang menjawab “selalu”. Tabel 4.13 Guru Agama Mampu Mengendalikan Diri Saat Mengajar No 6.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
30
50%
b. Sering
18
30%
c. Kadang-Kadang
9
15%
d. Tidak Pernah
3
5%
60
100%
Jumlah
Dari data pada diatas menunjukkan bahwa guru agama selalu mampu mengendalikan diri saat mengajar. Hal ini dibuktikan dari banyaknya siswa yang
71
memilih alternatif jawaban “selalu” sebanyak 50%, “sering” 30%, “kadangkadang” 15%, dan “tidak pernah” 5%. Tabel 4.14 Guru Agama Memberikan Contoh Akhlak yang Baik kepada Murid-Murid No 7.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
50
83%
b. Sering
10
17%
c. Kadang-Kadang
0
0%
d. Tidak Pernah
0
0%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa guru agama selalu memberikan contoh akhlak yang baik kepada murid-muridnya, hal ini dibuktikan karena sebagian besar siswa (83%) memilih alternatif jawaban “selalu”, hanya sebagian kecil (17%) menjawab “sering”, sedangkan untuk alternatif jawaban “kadang-kadang” dan “tidak pernah” (0%). Tabel 4.15 Guru Agama Mengajar dengan Menggunakan Kata-Kata yang Sopan Dan Santun No 8.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
48
80%
b. Sering
10
17%
c. Kadang-Kadang
2
3%
d. Tidak Pernah
0
0%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa guru agama selalu mengajar dengan menggunakan kata-kata yang sopan dan santun, hal ini dibuktikan karena sebagian besar siswa (80%) memilih alternatif jawaban “selalu”, hanya sebagian
72
kecil (17%) menjawab “sering”, sedikit sekali (3%) yang menjawab “kadangkadang”, dan (0%) “tidak pernah”. Tabel 4.16 Guru Agama Menegur dengan Sopan Apabila ada Siswa yang Datang Terlambat No 9.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
18
30%
b. Sering
16
27%
c. Kadang-Kadang
15
25%
d. Tidak Pernah
11
18%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa guru agama menegur dengan sopan apabila ada siswa yang datang terlambat termasuk dalam kategori sedang, hal ini dilihat dari 30% siswa yang menjawab selalu, 27% siswayang menjawab sering, 25% yang menjawab kadang-kadang, bahkan ada juga memilih alternatif jawaban tidak pernah sebanyak 18%. Tabel 4.17 Guru Agama Memberikan Nasihat Apabila ada Siswa yang Melakukan Kesalahan No 10.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
34
57%
b. Sering
14
23%
c. Kadang-Kadang
8
13%
d. Tidak Pernah
4
7%
60
100%
Jumlah
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa guru agama selalu memberikan nasihat apabila ada siswa yang melakukan kesalahan, hal ini dapat dilihat
73
sebanyak 57% siswa memilih alternatif jawaban “selalu” dan 23% siswa memilih alternatif jawaban “sering”. Itu artinya tingkat kepedulian dan kedisiplinan guru terhadap murid-muridnya cukup baik. Tabel 4.18 Guru Agama Bertingkah Laku Sopan saat Mengajar No 11.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
41
68%
b. Sering
13
22%
c. Kadang-Kadang
6
10%
d. Tidak Pernah
0
0%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa guru agama selalu bertingkah laku sopan saat mengajar hal ini dilihat dari 68% siswa yang menjawab selalu, 22% siswayang menjawab sering, hanya 10% yang menjawab kadang-kadang, dan 0% yang memilih alternatif jawaban tidak pernah. Tabel 4.19 Guru Agama Merokok saat Kegiatan Belajar Mengajar Berlangsung No 12.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
0
0%
b. Sering
1
2%
c. Kadang-Kadang
2
3%
d. Tidak Pernah
57
95%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa guru agama tidak pernah merokok saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, hal ini dilihat dari banyaknya siswa yang memilih alternatif jawaban tidak pernah yaitu sebanyak 95%, hanya 3% yang menjawab kadang-kadang, sedangkan sangat sedikit sekali
74
yang memilih alternatif jawaban sering yaitu hanya 2% dan tidak ada yang memilih alternatif jawaban selalu (0%). Tabel 4.20 Guru Agama MentaatiTata Tertib Sekolah No 13.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
48
80%
b. Sering
7
12%
c. Kadang-Kadang
5
8%
d. Tidak Pernah
0
0%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa guru agama selalu mentaati tata tertib sekolah, hal ini dilihat dari 80% siswa yang menjawab selalu, 12% siswa yang menjawab sering, 8% yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah. Tabel 4.21 Guru Agama Berpakaian Rapih saat Mengajar No 14.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
49
82%
b. Sering
6
10%
c. Kadang-Kadang
5
8%
d. Tidak Pernah
0
0%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa guru agama selalu berpakaian rapih saat mengajar, hal ini dilihat dari 82% siswa yang menjawab selalu, 10% siswa yang menjawab sering, 8% yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah.
75
Tabel 4.22 Guru Agama Bersikap Tidak Peduli Jika ada Murid yang Melanggar Peraturan No 15.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
2
3%
b. Sering
4
7%
c. Kadang-Kadang
4
7%
d. Tidak Pernah
50
83%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa guru agama tidak pernah bersikap tidak peduli jika ada murid yang melanggar peraturan, hal ini dilihat dari banyaknya siswa yang memilih alternatif jawaban tidak pernah yaitu sebanyak 83%, hanya 7% yang menjawab kadang-kadang dan sering, sedangkan sangat sedikit sekali yang memilih alternatif jawaban selalu yaitu hanya 3%. 2). Prosentase Perkembangan Aspek Afektif Siswa (Variabel Y) Tabel 4.23 Kamu Menyimak Penjelasan Guru dengan Baik No 16.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
33
55%
b. Sering
16
27%
c. Kadang-Kadang
11
18%
d. Tidak Pernah
0
0%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa siswa selalu menyimak penjelasan guru dengan baik, hal ini dilihat dari 55% siswa yang menjawab selalu, 27% siswa yang menjawab sering, 18% yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah.
76
Tabel 4.24 Kamu Bersemangat Mengikuti Semua Pelajaran di Sekolah No 17.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
36
60%
b. Sering
6
10%
c. Kadang-Kadang
18
30%
d. Tidak Pernah
0
0%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa siswaselalu bersemangat mengikuti semua pelajaran di sekolah, hal ini dilihat dari 60% siswa yang menjawab selalu, 10% siswa yang menjawab sering, 30% yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah. Tabel 4.25 Kamu Mengobrol dengan Teman ketika Guru sedang Menjelaskan Pelajaran No 18.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
4
7%
b. Sering
13
22%
c. Kadang-Kadang
35
58%
d. Tidak Pernah
8
13%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa intensitas siswa yang mengobrol dengan temannya ketika guru sedang menjelaskan pelajaran termasuk kedalam kategori yang cukup tinggi, hal ini dibuktikan dari sedikitnya siswa yang memilih alternatif jawaban tidak pernah yaitu hanya 13%, sedangkan banyaknya siswa yang memilih alternatif jawaban kadang-kadang yaitu mencapai angka 58%, dan cukup banyak yang menjawab sering yaitu sebanyak 22%, bahkan ada siswa yang menjawab selalu yaitu sebesar7%
77
Tabel 4.26 Kamu Menyadari Bahwa Disiplin Wajib Ditegakkan Baik di Sekolah, di Rumah, Maupun di Lingkungan Masyarakat No 19.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
38
63%
b. Sering
12
20%
c. Kadang-Kadang
7
12%
d. Tidak Pernah
3
5%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa siswaselalu menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat, hal ini dilihat dari 63% siswa yang menjawab selalu, 20% siswa yang menjawab sering, 12% yang menjawab kadang-kadang, dan 5% yang menjawab tidak pernah. Tabel 4.27 Kamu Berusaha Berprilaku Baik Terhadap Temanmu yang Kurang Baik No 20.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
28
47%
b. Sering
16
27%
c. Kadang-Kadang
14
23%
d. Tidak Pernah
2
3%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa siswa selalu berusaha berprilaku baik terhadap teman yang kurang baik, hal ini dilihat dari banyaknya siswa yang memilih alternatif jawaban selalu yaitu sebanyak 47%, 27% yang menjawab kadang-kadang, 23% yang memilih alternatif jawaban sering, sedangkan hanya 3% menjawab tidak pernah.
78
Tabel 4.28 Kamu Berprilaku tidak Sopan kepada Guru No 21.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
2
3%
b. Sering
3
5%
c. Kadang-Kadang
10
17%
d. Tidak Pernah
45
75%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa siswatidak pernah berprilaku tidak sopan kepada guru, hal ini dibuktikan dari banyaknya siswa yang memilih alternatif jawaban tidak pernah yaitu sebanyak 75%, hanya 17% yang menjawab kadang-kadang, sedikit sekali yang memilih alternatif jawaban sering yaitu hanya 5% sedangkan sangat sedikit sekali yang memilih alternatif jawaban selalu yaitu hanya 3 % Tabel 4.29 Kamu Mematuhi Nasihat-Nasihat Guru No 22.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
45
75%
b. Sering
8
13%
c. Kadang-Kadang
7
12%
d. Tidak Pernah
0
0%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa siswaselalu mematuhi nasihat-nasihat guru, hal ini dilihat dari 75% siswa yang menjawab selalu, 13% siswa yang menjawab sering, 12% yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah.
79
Tabel 4.30 Kamu Membuat Gaduh di Dalam Kelas Ketika Guru sedang Mengajar No 23.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
0
0%
b. Sering
3
5%
c. Kadang-Kadang
16
27%
d. Tidak Pernah
40
67%
e. tidak ada pilihan
1
1%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa siswatidak pernah membuat gaduh di dalam kelas ketika guru sedang mengajar, hal ini dibuktikan dari banyaknya siswa yang memilih alternatif jawaban tidak pernah yaitu sebanyak 67%, hanya 27% yang menjawab kadang-kadang, sedikit sekali yang memilih alternatif jawaban sering yaitu hanya 5% dan yang menjawab selalu 0%. Tabel 4.31 Kamu Memanfaatkan Waktu Untuk Tetap Belajar Ketika Guru Tidak Masuk No 24.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
13
22%
b. Sering
8
13%
c. Kadang-Kadang
29
48%
d. Tidak Pernah
10
17%
60
100%
Jumlah
Dari data diatas menunjukkan bahwa siswa jarangmemanfaatkan waktu untuk tetap belajar ketika guru tidak masuk. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang memilih jawaban kadang-kadang 48%, sedangkan hanya 22% siswa yang memilih jawaban selalu, 13% yang menjawab sering dan bahkan ada pula siswa yang memilih jawaban tidak pernah sebanyak 17%.
80
Tabel 4.32 Kamu dapat Mengendalikan Emosi Ketika ada Teman yang Mengolok-Olok No 25.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
20
33%
b. Sering
8
13%
c. Kadang-Kadang
26
44%
d. Tidak Pernah
6
10%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa intensitas siswa yang dapat mengendalikan emosi ketika ada teman yang mengolok-olok termasuk kategori cukup, hal ini dibuktikan dari sedikitnya siswa yang memilih alternatif jawaban tidak pernah yaitu hanya 10%, sedangkan banyaknya siswa yang memilih alternatif jawaban kadang-kadang yaitu mencapai angka 44%, dan cukup banyak yang menjawab sering yaitu sebanyak 13%, dan siswa yang menjawab selalu yaitu sebesar33%. Tabel 4.33 Kamu Merasa Menyesal Ketika Kamu Melakukan Kesalahan No 26.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
36
60%
b. Sering
12
20%
c. Kadang-Kadang
10
17%
d. Tidak Pernah
2
3%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa siswaselalu merasa menyesal ketika melakukan kesalahan, hal ini dilihat dari 60% siswa yang menjawab selalu, 20% siswa yang menjawab sering, 17% yang menjawab kadang-kadang, dan 3% yang menjawab tidak pernah.
81
Tabel 4.34 Kamu Menyadari Bahwa Tawuran Itu Tindakan yang Harus Dihindari No 27.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
48
80%
b. Sering
2
3%
c. Kadang-Kadang
4
7%
d. Tidak Pernah
6
10%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa intensitas kesadaran siswa tentang tawuran adalah tindakan yang harus dihindari termasuk kategori cukup tinggi, artinya siswa mampu dan selalu menyadari bahwa tawuran adalah tindakan yang harus dihindari. Hal ini dibuktikan dari banyaknya siswa yang memilih alternatif jawaban selalu yaitu sebanyak 80%, sering 3%, kadang-kadang 7%, tidak pernah 10%. Tabel 4.35 Kamu Menerapkan Prilaku yang Baik dalam Kehidupan Sehari-Hari Baik di Sekolah, di Rumah Maupun di Masyarakat No 28.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
27
45%
b. Sering
20
33%
c. Kadang-Kadang
13
22%
d. Tidak Pernah
0
0%
60
100%
Jumlah
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa siswa selalu menerapkan prilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat, hal ini dilihat dari 45% siswa yang menjawab selalu, 33% siswa yang menjawab sering, 22% yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah.
82
Tabel 4.36 Kamu Membantah Nasihat-Nasihat Guru No 29.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
2
3%
b. Sering
5
8%
c. Kadang-Kadang
7
12%
d. Tidak Pernah
46
77%
60
100%
Jumlah
Dari data pada diatas menunjukkan bahwa siswa tidak pernah membantah nasihat-nasihat guru. Hal ini dapat dilihat 77% siswa yang menjawab “tidak pernah”, 12% yang menjawab “kadang-kadang”, 8% yang menjawab “sering”, dan 3% yang menjawab “selalu”. Tabel 4.37 Kamu Mampu Menahan Diri Untuk Tidak Ikut-Ikutan Teman yang Tidak Baik No 30.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
33
55%
b. Sering
9
15%
c. Kadang-Kadang
11
18%
d. Tidak Pernah
7
12%
60
100%
Jumlah
Dari data pada diatas menunjukkan bahwa siswa selalu mampu menahan diri untuk tidak ikut-ikutan teman yang tidak baik, Hal ini dapat dilihat 55% siswa yang menjawab “selalu”, 15% yang menjawab “sering”, 18% yang menjawab “kadang-kadang”, dan 12% yang menjawab “tidak pernah”.
83
b. Uji Korelasi Untuk mengetahui tingkat korelasi antara pengaruh kedisiplinan guru pendidikan agama Islam terhadap perkembangan Aspek Afektif siswa, maka penulis melakukan uji korelasi melalui teknik analisi statistik product momentdengan memasukkan data yang diperoleh melalui angket ke dalam tabel. Tabel 4.38 Data Nilai Angket Variabel Y Variabel X Responden
(Kedisiplinan Guru PAI)
(Perkembangan Aspek Afektif Siswa)
1
51
57
2
53
59
3
53
59
4
53
55
5
47
53
6
52
52
7
59
55
8
47
48
9
57
52
10
50
52
11
53
43
12
47
50
13
50
53
14
47
53
15
50
53
84
16
49
49
17
47
40
18
45
52
19
54
47
20
47
59
21
54
47
22
46
37
23
52
44
24
51
48
25
57
56
26
49
50
27
53
48
28
50
46
29
50
50
30
49
47
31
49
31
32
54
53
33
52
52
34
48
46
35
50
51
36
50
47
37
53
50
38
47
42
39
45
54
40
48
58
85
41
42
39
42
54
49
43
47
51
44
56
47
45
54
52
46
56
43
47
44
45
48
36
38
49
35
37
50
35
36
51
57
48
52
55
49
53
55
46
54
54
48
55
52
47
56
52
47
57
58
55
58
54
47
59
56
52
60
58
49
Kemudian
dari hasil perhitungan tersebut
dicari tingkat
Korelasi variabel X (pengaruh Kedisiplinan Guru PAI) terhadap variabel
Y
(Perkembangan
Aspek
menggunakan rumus Product Moment (rxy).
Afektif
siswa)
dengan
86
Tabel 4.39 Tabel Penolong Perhitungan Uji Korelasi Product Moment Variabel X dan Variabel Y Responden
X
Y
X2
Y2
XY
1
51
57
2601
3249
2907
2
53
59
2809
3481
3127
3
53
59
2809
3481
3127
4
53
55
2809
3025
2915
5
47
53
2209
2809
2491
6
52
52
2704
2704
2704
7
59
55
3481
3025
3245
8
47
48
2209
2304
2256
9
57
52
3249
2704
2964
10
50
52
2500
2704
2600
11
53
43
2809
1849
2279
12
47
50
2209
2500
2350
13
50
53
2500
2809
2650
14
47
53
2209
2809
2491
15
50
53
2500
2809
2650
16
49
49
2401
2401
2401
87
17
47
40
2209
1600
1880
18
45
52
2025
2704
2340
19
54
47
2916
2209
2538
20
47
59
2209
3481
2773
21
54
47
2916
2209
2538
22
46
37
2116
1369
1702
23
52
44
2704
1936
2288
24
51
48
2601
2304
2448
25
57
56
3249
3136
3192
26
49
50
2401
2500
2450
27
53
48
2809
2304
2544
28
50
46
2500
2116
2300
29
50
50
2500
2500
2500
30
49
47
2401
2209
2303
31
49
31
2401
961
1519
32
54
53
2916
2809
2862
33
52
52
2704
2704
2704
34
48
46
2304
2116
2208
35
50
51
2500
2601
2550
36
50
47
2500
2209
2350
88
37
53
50
2809
2500
2650
38
47
42
2209
1764
1974
39
45
54
2025
2916
2430
40
48
58
2304
3364
2784
41
42
39
1764
1521
1638
42
54
49
2916
2401
2646
43
47
51
2209
2601
2397
44
56
47
3136
2209
2632
45
54
52
2916
2704
2808
46
56
43
3136
1849
2408
47
44
45
1936
2025
1980
48
36
38
1296
1444
1368
49
35
37
1225
1369
1295
50
35
36
1225
1296
1260
51
57
48
3249
2304
2736
52
55
49
3025
2401
2695
53
55
46
3025
2116
2530
54
54
48
2916
2304
2592
55
52
47
2704
2209
2444
56
52
47
2704
2209
2444
89
57
58
55
3364
3025
3190
58
54
47
2916
2209
2538
59
56
52
3136
2704
2912
60
58
49
3364
2401
2842
Jumlah
3028
2923
154398
144485
148339
Kemudian dari hasil perhitungan tersebut dicari tingkat Korelasi variabel X (pengaruh Kedisiplinan Guru ) terhadap
variabel
Y
(Perkembangan Aspek Afektif siswa) dengan menggunakan rumus Product Moment (rxy), sebagai berikut : Diketahui : N = 60
∑Y = 2923
∑Y2 = 144485
∑X = 3028
∑X2 = 154398
∑XY = 148339
Rumus : √* ∑
= = = = =
(∑ ) (∑ )(∑ ) (∑ ) +{ ∑ (∑ ) }
(
) ( (
√
) +*
√(
√(
)( (
)(
)(
)
√
= 0,4537
) ) (
) +
)
90
Berdasarkan perhitungan statistik diatas maka diperoleh nilai rxy sebesar 0,45. Dengan melihat hasil nilai product moment tersebut, Berdasarkan pada tabel interpretasi data nilai r, angka 0,45 berada di antara Antara 0.40
sampai dengan 0.70. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa kedisiplinan guru pendidikan agama Islam antara perkembangan aspek afektif siswa memiliki pengaruh yang sedang atau cukup. Maka hipotesis Nol (Ho) ditolak dan Hipotesis alternatif (Ha) diterima atau dengan kata lain terdapat korelasi antara kedisiplinan guru pendidikan Agama Islam terhadap perkembangan aspek afektif siswa. c. Uji Signifikasi Uji signifikasi dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi variabel X dan variabel Y benar-benar signifikan. Cara yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus “t” atau yang dikenal dengan uji t, yaitu : √ √ √ √ √ √
Setelah didapatkan nilai t hitung melalui rumus diatas, maka untuk menginterpretasikan hasilnya berlaku ketentuan sebagai berikut :
91
a. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak (ada hubungan yang signifikasi) b. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima (tidak ada hubungan yang signifikan) c. Untuk mengetahui t tabel, digunakan ketentuan n-2 pada level signifikan (a) sebesar 5% (tingkat kesalahan 5% atau 0,05) atau taraf keyakinan 95% atau 0,95. Maka dihasilkan t tabel sebesar 2,0017 berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa t hitung > t tabel maka Ho ditolak (ada hubungan yang signifikasi). Berdasarkan perhitungan yang telah penulis lakukan, maka dihasilkan t hitung sebesar 3,87 dan t tabel sebesar 2,0017 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa t hitung > t tabel maka Ho ditolak,artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan Variabel Y. Hasil perhitungan secara statistik diatas juga didukung dari hasil wawancara penulis kepada kepala SMP Islam Parung dan Bidang Kurikulum, adapun hasil wawancara tersebut selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.2
C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Profil Guru PAI SMP Islam Parung yang Diteliti Nama
: Neni Rukmini, M.Pd
Temat, tanggal lahir : Bandung, 11 Januari 1969 Pendidikan : a. S1 di Al-Karimiyah b. S2 di UNIAT Alamat
: Kampung Tajur Rt 04/04. Desa Pamegarsari Parung
2
Lampiran
92
Motto
: Hidup adalah perjuangan dan gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya.
Tahun mengajar di SMP Islam Parung : 1993 - sekarang Pendapat para guru : Ibu Neni Rukmini merupakan guru yang memiliki dedikasi yang cukup tinggi terhadap SMP Islam Parung, Beliau sudah mengabdikan dirinya dalammengemban tugasnya sebagai guru kurang lebih 22 tahun lamanya hingga saat ini. Kinerja yang Beliau berikan pada SMP Islam Parung dikatakan baik, memiliki kedisiplinan yang baik (baik dari segi administrasi gurunya maupun maupun dalam aspek kpribadiannya), dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru agama dengan sebagaimana mestinya, antusias dalam mengajar, disenangi dan disayangi oleh murid-muridnya serta mampu menjadi tauladan yang baik bagi murid-muridnya maupun guru-guru yang lain.mampu mengayomi para siswanya dengan baik, hubungan dengan sesama guru yang lainpun dikatakan baik, karena Beliau selalu membuka diri kepada siapapun untuk mau memberikan nasehat, saran yang positif dan kritikan yang membangun.3
2. Kondisi Riil kedisiplinan Guru PAI di SMP Islam Parung a. Kedisiplinan guru PAI di SMP ISLAM PARUNG-BOGOR relatif baik, hal ini dapat ditunjukan dengan jumlah kehadiran guru dalam melaksanakan KBM. Namun demikian, dalam hal administrasi guru, perlu adanya perbaikan-perbaikan, seperti dalam hal perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan pengevaluasian dan tindak lanjutnya dari proses pembelajaran, seperti pengayaan dan remedial. b. Kedisiplinan, merupakan hal penting dalam
upaya mencapai
keberhasilan pembelajaran, tanpa disiplin sulit dan bahkan tidak akan tercapai apa yang menjadi tujuan pembelajaran. c. Prosedur yang dilakukan untu mengatasi guru yang tidak disiplin : 3
Ibid
93
1)
Mengingatkan kembali arti penting dari tugas profesional guru.
2) Memeriksa kembali administrasi pembelajaran guru, dalam hal apa perlu ada perbaikan. 3) Teguran lisan 4)
Teguran peringatan secara tertulis.
d. Faktor-faktor penyebab ketidak disiplinan guru, diantaranya: 1) Kurangnya pengetahuan tentang „‟wawasan pendidikan „‟. 2) Tidak mempunyai rencana pembelajaran yang baik. 3) Kurangnya motivasi untuk melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab. e. Program khusus untuk guru PAI terkait dengan kedisiplinan: 1) Dalam hal kedisiplinan, semuanya sama untuk semua guru. 2) Dalam upaya peningkatan kinerja guru PAI, secara rutin sekolah menugaskan guru PAI untuk mengikuti kegiatan MGMP. f. Sanksi Kepada Guru yang tidak Disiplin : Setelah kepala sekolah melakukan pemeriksaan administratif, teguran lisan, teguran berupa surat, apabila tidak ada perbaikan-setelah prosedur itu dilakukan, maka, pada tahun berikutnya jam mengajarnya akan dikurangi dan diberikan tugas tambahan yang sesuai, misalnya menjadi tugas piket atau tugas di perpustakaan.
3. Perkembangan Aspek Afektif Siswa di SMP Islam Parung a. Perkembangan aspek afektif siswa SMP ISLAM PARUNG sampai saat ini dikatagorikan BAIK, seperti dalam hal : -
Hubungannya dengan warga sekolah; dengan kepala sekolah, dewan guru dan dengan para karyawan sekolah dan juga rekan-rekannya para siswa mampu bersikap sopan serta hormat.
-
Demikian pula hubungannya dengan siswa sekolah lain, tidak ada tawuran siswa yang melibatkan siswa SMP ISLAM PARUNG.
94
-
Demikian pula dalam penghayatan keagamaan, relatif baik.
b. Peran guru dalam hal pengembangan afektif siswa di SMP Islam Parung: Pengembangan afektif, merupakan sesuatu yang tidak dapat di pisahkan dalam proses pembelajaran, setelah pengembangan kognitif dan psikomotor. Hal tersebut tentunya harus dilakukan oleh semua guru. Dengan demikian semua guru berperan dalam pengembangan afektif siswa. SMP Islam Parung juga mengadakan program rohis yang langsung dibimbing oleh guru PAI, serta melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah sebagai salah satu melatih kedisiplinan. c. Pentingnya pengembangan afektif siswa di SMP Islam Parung SMP Islam Parung menempatkan pengembangan aspek afektif siswa diposisi yang sangat penting, karena mempengaruhi pergaulan, baik di rumah, di masyarakat maupun di sekolah terutama dalam hal tatakrama, akhlak, dan pergaulan. Maka dari itu, Pembelajaran yang paripurna adalah pembelajaran yang berhasil mengembangkan asfek pengetahuan, afektif dan psikomotorik siswa. Ketiganya merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan, sehingga harus tercapai dalam setiap kali KBM dilakukan. d. Pengaruh tingkat kedisiplinan guru terhadap perkembangan afektif siswa SMP IslamParung. Kedisiplinan guru dalam pembuatan administrasi guru, kedisiplinan dalam melaksanakan tugas di kelas dan perilaku guru dalam bersikap dan bertutur kata, akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan afektif peserta didik. Karena tugas guru PAI itu lebih menekankan kepada pembinaan sikap dan akhlak serta menjadi contoh yang baik kepada peserta didik.
D. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang peneliti jumpai saat melakukan penelitian adalah keterbatasan waktu yang dan biaya sehingga peneliti tidak bisa
95
melakukan penelitian secara optimal namun peneliti berusaha untuk memanfaatkan waktu dan menggunakan biaya yang ada dengan semaksimal mungkin guna mendapatkan semua data-data yang dibutuhkan agar hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan. Waktu yang penulis gunakan untuk peneliti ternyata berbenturan dengan kegiatan study tour siswa dan pelaksanaan semesteran. Sehingga penulis harus meminta kesepakatan waktu untuk melakukan penelitian (observasi, penyebaran angket, dokumentasi, wawancara). Dan terjadi pengunduran waktu hingga beberapa kali.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : Pada hakikatnya seorang guru selain sebagai pengajar juga merupakan seorang pendidik. Guru agama juga tidak hanya meyampaikan ilmu pengetahuan agama saja ,tetapi juga harus bisa membimbing dan membina anak didik agar menjadi baik dan mengantarkan anak didik menuju kearah kekedewasaan. Guru agama juga harus dapat membentuk, menumbuhkan, dan membiasakan norma-norma agama kepada anak didik dalam kehidupan sehari-harinya. Guru agama di mata murid-murid nya adalah sosok yang sempurna baik akhlak maupun kepribadiannya. Oleh karena itu guru sangat berpengaruh untuk menciptakan sikap yang baik kepada para siswanya. Terutama dalam pengembangan aspek efektif siswa. Dari hasil penelitian yang telah penulis laksanakan di SMP Islam Parung penulis juga memberikan kesimpulan bahwa guru PAI yang menjadi sumber penelitian yakni ibu Neni Rukmini, S.Ag adalah guru PAI yang memiliki kedisiplinan yang baik, dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagaimana mestinya, antusias dalam mengajar, disenangi dan disayangi oleh murid-muridnya serta mampu menjadi tauladan yang baik bagi murid-muridnya maupun guru-guru yang lain. Hal tersebut penulis ketahui berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan serta mengikuti segala kegiatannya selama berada di sekolah. Tidak hanya itu, penulis juga menanyakan kepada guru yang lain perihal kedisiplian Beliau melalui wawancara dengan kepala sekolah dan bidang kurikulum, penulis juga 96
97
menyebar angket kepada siswa untuk mengetahui kedisiplinan guru tersebut. Penulis juga memberikan kesimpulan bahwa dari hasil
nilai
product moment sebesar 0,45, maka diketahui pada tabel interpretasi data nilai “r” angka 0,45 berada di antara Antara 0.40 sampai dengan 0.70. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kedisiplinan guru pendidikan agama Islam antara perkembangan aspek afektif siswa memiliki hubungan yang sedang atau cukup. Maka hipotesis Nol (Ho) ditolak dan Hipotesis alternatif (Ha) diterima atau dengan kata lain terdapat korelasi antara kedisiplinan guru pendidikan agama Islam terhadap perkembangan aspek afektif siswa. B. Saran Penulis menyarankan hendaknya ada kerjasama yang lebih baik lagi antara guru da pihak sekolah lainnya untuk lebih memperhatikan lagi masalah kedisiplinan. lebih memberikan perhatian kepada anak-anak didiknya bahwa jangan perkembangan kognitif dan psikomotorik saja yang diperhatikan, tetapi perkembangan aspek afektifnya pun perlu di perhatikan secara signifikan. karena kematangan aspek afektif kelak akan menjadi pengontrol kedua asfek tersebut. Selain itu, hendaknya pendididk/guru lebih menambah ilmu pengetahuan agama Islam dan memberi contoh tauladan bagi anak-didik baik dalam mengajar, mendidik maupun pengamalan ibadah.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, Metodik Khusus Pendidikan Agama. Bandung: CV. Amrico, 1986. Ahmadi, Iif Khoirul, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka, Cet. I, 2011.
Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. X, 2010. Burhanudin, Yusak, Administrasi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. I, 1998. Darajat, Zakiyah, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 1995. Darajat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, Cet. XVI, 2003. Darajat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. V, 2004. Darajat, Zakiyah, Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 1996. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, edisi 4, Cet. I, 2008. Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. I, 2000. Djamas,
Nurhayati,
Dinamika
Pendidikan
Islam
di
Indonesia
Pasca
Kemerdekaan. Jakarta: Rajawali Pers, 2008. Jalaludin, teologi pendidikan, Jakarta: Raja Grapindo Persada, Cet. II, 2002. Khon, Abdul Majid, Hadis Tarbawi (Hadis-Hadis Pendidikan). Jakarta: Kencana, Cet. I, 2012. Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Disiplin Resimen Mahasiswa Indonesia. Jakarta: Konas
Menwa,
2007.
98
99
Majid, Abdul, dkk., Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: Rosdakarya Offset, Cet. III, 2006. Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, Cet. I, 2007. Nata, Abuddin , Filsafat Pendidikan Islam. Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997. Nata, Abuddin, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru dengan Murid, (Study Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. I, 2001. Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, , Cet. I, 2011. Nuraida dan Rahlah Nuraulia, Character Building untuk Guru. Jakarta: Aulia Publishing House, Cet. I, 2007. Nurdin, Muhammad, Kiat Menjadi Guru Profesional. Yoyakarta: Prisma Sophie Yogyakarta, 1994. Piet A. Sahertian. Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah. Surabaya: Usaha Nsional, Cet. I, 1994. Rahman, Masykur Arif, Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Jogjakarta: Diva Press, 2011.
Sahertian, Piet A, Dimensi Administrasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional, Cet. I, 1994. Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009. Satiadarma, Monty P, dan Waruwu, Fidelis E, Mendidik Kecerdasan. Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2002. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, Cet. I, 2011.
100
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, Cet. XXII, 2011. Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda, Cet. VI, 2010. Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa, Cet. I, 1989. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
Tim Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Pengantar Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: DIP Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Cet. II. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Tu’u, Tulus, Peranan Disiplin dan Prilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT. Grafindo, 2004. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) 1. Bandung: Pustaka Setia, Cet. I, 1997. Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional). Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesinal. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. XXIII, 2009. W. James Popham dan Eva L. Baker, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis. Yogyakarta: KANISIUS, Cet. VI, 1994. W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia, Cet. II, 1989.
Wijaya, Cece, dan A. Tabrani Rusyam . Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grafindo, 2004. Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta: PT Hidakarya Agung, Cet. XVII, 1992.
101
Zuhairi, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama dilengkapi dengan Sistem Modul dan Permainan Simulasi. Surabaya: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981.
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama
Isrnayanti
NIM
r l 1001 1000015
Jurusan
Pendidikan Agama Islarn (PAI)
Judul Skripsi
"Pengaruh Kedisiplinan Guru PAI Terhadap Perkembangan
Aspek Afektif Sist a di SMP Islam Parung"
PARAF Pcmbimbing
REIiERENSI
NO
Drs.Ghufron Ihsan, MA.
Abu Alrmadi, Metodik Khusus Pendidikan
Aganta.
I
Bandung: CV. Amrico, 1986.
Arikunto, Pro.sedm' Penelitian, suatu pendekatan praktek. 2
Jakarta:Rineka Cipta, cetakan ke-10, 2010.
Yusak Burirantrdin, Adruinistrasi Pendidikan. Bandung: J
CV Pustaka Setia, cetakan ke- 1, 1998.
Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran 4
Agama Islam. Jakarta:
Bumi Aksara,
cetakan ke- 1, 1995.
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Aganta. Jalcafta:
-z
,3 ,.L ,'r/'t-
Bulan
5
Bintang, cetakan ke-16, 2003.
Zakiyah Darajat, Ilnru Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi 6
/-_-
Aksara, cetakan ke-5, 2004.
Zal
Jakarta: Burni Al<sara, cetakan ke-1, 1996. Depdikr-ras, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat 8
Bahasa, edisi 4, cetakan ke-1, 2008.
Syaiful Bahri Djamarah, Gurtr dan Anak didik dalant 9
Inleraksi Edukatif.
Jakarta: PT.Rineka Cipta,
cetakan
ke-1,2000. 10
Nurlrayati D.iamas, Dinamika Penclidikan Islant di
,2
,'
Indonesia
Pasca
Kenterdekaan. Jakarta: Rajawali
Pers, 2008.
Jalaludin, teologi pendidikan, Jakafta: Raja Grapindo 11
Persada, cetakan ke-Z, 2002.
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbav,i t2
Pendidikan). Jakarta:
Kencana,
(Hadis-Hadis
.z
cetakan ke-I,
20t2.
a Indonesia, Petunjuk PelaksanaanPeraluran Disiplin Resinrcn Menlva 2007. Mahasist'la Indonesia. Jakafta: Konas I(omando Nasional Resimen
13
Mahasisn
Abdul Majid, dkk., Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep
dan
lruplementasi
14
Kurikulum 2004). Bandung; Rosdakarya Offset, cetakan ke-3, 2006.
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islanz. Jakarta: Raja 15
Grafindo Persada, 2006. Mulyasa, 16
t7
E.
Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.
Bandr.rng: Rernaja Rosdakarya Offset, cetakan ke- 1, 2007.
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam. Ciputat: Logos Wacana
Ilniu,
1997.
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru dengan Murid,
/2
(Study Pemikiran Tasawuf Al-
18
Ghazali). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cetakan ke-1, 2001.
Sanrsul Nizar, Pengantar Dasar-dasctr t9
Pendidikan Islant.
Jakarla:
, cetakan ke-1, 201
1.
Pentikiran.
Gaya Media Pratama,
Nuraida dan Rahlah Nuraulia, Character Building untuk 20
Guru. Jakafta: Aulia Publishing House, cetal
Mulranrnrad Nurdin,
Kiat Menjadi
.
Gtu"tt Profesional.
21
Yoyal<ar1a: Prisma Sophie Yogyakarta, 1994.
22
Satiadanna, Monty P, dan Waruwtt, Fidelis E, Mendidik
v
Kecerdasan Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2002. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: 23
Rajawali Pers,cetakan ke- 1 i, 201 l. Strgiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
24
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, cetakan ke-12,2011.
25
Nana Syaodih Sukmadinata, l,fetode Penelitiat't cetakan ke-6, 2010. Pendidtkan Bandung: ltosda,
2
Oteng Sutisrra, Adminislrasi Pendidikan, Dasar Teoritis 26
Untuk Praktek Profe,rionaL Bandung: Angkasa, cetakan
ke-1,1989.
Tirn
Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama
Islam,
Penganlar Metodik Khusus Pengaiaran Aganta Islant. 21
Jakarla: DIP Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, cetakan ke-2.
Tulus Tu'u, Peranan Disiplin dan Prilaku dan Prestasi 28
Siswa. Jakarta: PT. Grafindo,2004.
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPD 1. Bandung: 29
Pustaka Setia, cetakanke-t, 1997.
Undang-undang SISDIKNAS (Sistern Pendidikan 30
Nasional).
Moh. Uzer Usman, Meniadi Guru Profesinal. Bandung: 31
Rosda Karya, cetakan ke-23,2009. Cece Wijaya, dan A. Tabrani Rusyam Kentampuan
PT. Renraja
)L
Dasar Guru Dalant Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grafindo,2004.
Mahnrud Yunus, Metodik Khustts Pendidikan Aganta. JJ
34
Jakarta: PT Hidakarya Agung, cetakan ke-L7, 1992.
Zuhairi dkk, Metodik Khusus Pendidikan Aganta dilengkapi Dengan Sisteru Modul dan Perntainan
t
Simulasi. Surabaya: Biro Ilmiah
Fakultas
Tarbiyah
IAIN Sunan Ampel, 1981.
/,
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan 35
Pengenrbangan Bahasa, Karutts Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai PLrstaka, 1998.
W.S Winl<el, Psikologi Pengajaran Jakarla: P"l Crarnedia, 36
cetakan I<e-2, 1989. N4ulribbirr Syah, Psikologi Pendidikan dergan Pendekatan 37
Baru. Bandung : PT. Ren-raja Rosdakarya,2010. Masykur Arif Rahr-nan, Kesalahan-Kesalahan Fatal PaIing ao JO
Sering Dilakukan
Guru
Dalant Kegiatan
Belajar
Mengajar. Jogjakarla: Diva Press, 2011.
39
Iif Klroirul Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Pustal
1.
dan Eva L. Baker, Bagaiantana MengajarSecaraSisternatis. Yogyakarta: KANISIUS, W.Janres Popham
40
cetakan ke-6,1994.
L
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No. Dokumen Tgl.
FORM (FR)
No.
Jl. h. H. Juanda No 95 Apdat 15412 lndonesia
:
Terbit :
FITK-FR-AKD-081 1 Maret 2O10
Revisi: :
01
Hal
1t1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.0llF. llKM.0l.3/ l9l20l4 Lamp. : I bundel (Proposal Skripsi) Hal : Bimbingan Skripsi
Jakarta, 24 April2014
Kepada Yth.
Ghufron Ihsan, MA Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. As
s a I am
u' al a i ku m vr.w b.
Dengan
ini
diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II
(materilteknis) penulisan skripsi mahasiswa: Nama
Ismayanti
NIM
l I 1001 100001s
Jurusan
Pedidikan Agama Islam
Semester
VIII (Delapan)
Judul Skripsi
Pengaruh Kedisiplinan Guru PAI Terhadap Perkembangan Aspek
Afektif Siswa Di Sekolah Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 2 Desember 2013, abstrakst/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi
ini
diharapkan selesai dalam waktu
6
(enam) bulan, dan dapat
diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. ll'as s al amu' al aikum wr.w b.
iu{(hon, M.Aq Tembusan: Dekan FITK Mahasiswa ybs.
l. 2.
"-?4rlrAlid -K8in,{
o1o7
tg11+o1
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA
No.
FORM (FR)
FITK
Dokumen
'
FITKfR4KD,-o82
gl.Terbit :1Maret2Ol0
Jl. lr. H. Juanda No 95 Cirytat iS41Z tnd,resta
SUMT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN Nomor : Un.01 tF .1 tKM.01 .3t2463n}1 4 Lamp. : Oufline/proposat Hal : Permohonan lzin penelitian
Jakarta, 20 Agustus 2014
Kepada Yth. Kepala SMP lslam Parung
di
,
Tempat Ass a I a m u' a la iku m w r.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama
: lsmayanti
NIM
:1110011000015
Jurusan
: Pendidikan Agama lslam
Semester
: lX (Sembilan)
Judul
skripsi :Pengaruh Kedisiplinan Guru p6ndidikan Agama lslam Terhadap perkembangan Aspek Afektif Siswa di sekolah sMp lslam parung
Adalah benar mahasiswi Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang
sedang menyuslrn skripsi, dan akan mengadakan penelitian (risetj
instansi/sekolah/madrasah yang BapaUlbu pimpin.
di
Untuk itu kami mohon BapaUlbu Kepala Sekolah dapat mengizinkan mahasiswa/i tersebut melaksanakan penelitian yang dimaksud. Atas pertatian dan kerja sama Bapaulbu, kami ucapkan terima kasih. Wassa
Ia
mu' a I ai ku m wr.wb. a.n
Dr Tembusan: 1. Dekan FtTK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan
N,Iajid Khon, M
Ag
707 198703 1 005
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
SMPTSLAMPARUNG
NSS
i20202a21afi4
NDS : 20020s0148 NPSN : 20200549 Status : TERAKREDITASI " A "
Jl. Raya Parung - Bogor No. 648 Telp. (0251) 86114S1 - 8604046 Desa Parung Kec. Parung Kab. Bogor Kode Pos 16330 SUBAT IGTEBAfTGAN Nomor : 071/I02.5/SMP.IS/S.KeIDU4
Yaug bertarde targau di bawah iru
;
Nama
YAYAN HERDIYANA YAZID,
N[-P Jabatan
I961071 I 1e82031087 Kepala Sekolah
S.Pd.
ini mgggrc$gken b&tye;
Dengan
Nama
ISMAYANTI
NIM
I 1 1001 1000015
Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI) D( (Sembilan)
SemestrSi
Yang bersangkutan adalah benar telah melaksanakan Penelitian di SMP Islaq Pe4ltlg Kq_bgp+!q! Bogor dari tanggal I 0 September s.d. 10 Novemb er 2014 guna men)rusun skripsi dengan judul :
'
Pengaruh Kedisiplinan Guru Pendidikon Agamt Islam Terhadap Perkembangan Aspeklfekt{Siswa di SMP Islam Parung o
Demikian Surat Keterangan ini dibux untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bogor, i Desember2014
,+
Il iY
NDS.
2C020501
Angket Pengaruh I(edisiplinan Guru Pendidikan Agama Islam terhadap I'erkembangarr Aspek Afektif Siswa.
Nama Jenis
:
kelamin
l(elas
:........................... :
Berilah tancla checklist
(rf
pada salah satu kolom sebelah kanan sesuai dengan
pendapat Anda.
I(eterangan
S SR I(K TP
:
:Selalu :Sering :kadang-kadang
:Tidak Pernah
No
S
A. I
Pertanl,aan: untul< hedisiplinan guru PAI Apakah guru agama kamu adalah orang yang
disiplin 2.
3.
?
Apakah gllru agama kamr.r selalu datang ke kelas tepat u,aktu ketika mengajar ?
Apakah gurll agama kamu meniberikan tugas dengan teratur
4.
Apakah guru agama kamu menilai tugas murid-muridnya dengan teratur
5.
selalu
?
?
Apakah guru agama kamu memaralii murid-
murid apabila tidak
rnemperhatikan
pelajaran ?. 6.
Apakah guru agarna kamu rnengendalikan diri saat mengajar
7.
mampu
?
Apakah gurul agama kamu memberikan contoh akhlak yang baik kepada muridmurid?
8.
Apakah guru agama kamu mengajar dengan kata-kata yang sopan dan santun ?
9.
Apakah glrru agama karnu menegur dengan
SR
KK
TP
sopan apabila ada siswa yang terlambat
datang
?
Apakah gurLr agama karnu memberikan nasehat apabila kamu melakukan lcesalahan?
Apakali guru agama kamu bertingkah laku sopan saat mengajar
?
Apakah gLrru agama kamu merokok mengajar
saat
?
Apakah gurll agama kamu termasuk guru yang taat terhadap tata tertib sekolah ? Apakah guru agama kamu selalu berpakaian rapih saat mengajar ? Apakah guru agama kamu bersikap cuek jika ada murid ),ang melanggar peraturan ?
Pertanyaan: untuk Penembangan Aspek Afektif Siswa
16.
lApakah kamu menyimak penjelasan guru dengan baik
?
Apakah kamu selalu bersemangat mengikuti semua pelajaran di sekolah ?
Apakah kamu mengobrol dengan
teman
ketika guru sedang rnenjelaskan pelajaran
?
Apakah kamu menyadari bahlr'a disiplin u,ajib ditegaldcan. Baik di sekolah, di rumah, maupull di lingkungan masyarakat ?
Apakah kamu berusaha berprilaku baik terhadap ternanuu yang kurang baik ?
Apakah kamu berprilaku tidak sopan kepada guru ?
22.
Apakah kamu mematuhi nasihat-nasihat guru
23.
?
Apakah kamu Membuat gaduh
di dalam
kelas ketika guru mengajar ? 24.
Apakah kamu memanfaatkan waktu untuk tetap belajar ketika guru tidak masuk ?
25.
Apakah kamu dapat niengendalikan emosi kctika ada teman yang n'Iengolok-olok ?
26.
Apakah kamu merasa menyesal ketika kamu melakukan kesalahan ?
27.
Apakah kamu menyadari bahwa tawuran itu tindakan yang harus dihindari ?
28.
Apakah kamu menerapkan prilaku yang baik dalam kehidr.rpan sehari-hari baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat ?
29.
Apakah kamu membantah nasehat-nasehat guru
30.
)
?
Apakah kamu marnpu menahan diri untuk tidak ikut-ikutan teman yang tidak baik ?
Teks Wawancara
I(edisiplinan Guru PAI
1.
2.
Bagaimanakah tanggapan Bapak terhadap kedisiplinan Guru PAI di SMP Islam Parung ? l3agaimanakah tanggapan Bapak apabila ada guru yang tidak disiplin?
:1. Bagaimanakah
cara Bapak mengatasi dan menyikapi ketidak disiplinan guru?
4. 5.
Apa sanksi bagi guru yang tidak disiplin? Faktor-faktor apa saja yang Bapak ketahui yang menyebabkan guru tersebut tidak disiplin? {',. Adakah program khusus yang Bapak rencanakan untuk meningkatkan kedisiplinan para guru, khususnya gllrll PAI di SMP Islam Parung ?
Perliembangan Aspek Afektif Siswa
1.
2. 3.
I3agaimanakan tanggapan Bapak terhadap perkembangan aspek afelcif siswa di SMP
Islam Parung ? Apakah guru-grtrll sudah berperan dalam pengembangan aspek afektif siswa, khususnya guru PAI ? N4enurut bapak ,Sebarapa pentingkah pengembangan aspek afektif siswa di SMP Islam Parurng?
4.
Ir4enurut pendapat Bapak, adakah pengaruh anatara kedisiplinan guru PAI terhadap
perkembangan aspek afektif siswa
?
LAMPIRAN
BERTTA WAWANCARA
Pertanyaan
Hari/Tanggal
Kamis, 25 September 2014
Tempat
Ruang Kepala Sekolah
Narasumber
Yayan Herdiyana Yazid, S.Pd
Jabatan
Kepala SMP Islam Parung
:
Kedisiplinan Guru PAI
1. Bagaimanakah tanggapan Bapak terhadap Parung
kedisiplinan Guru PAI Ci SMP Islam
?
2. 3. 4. 5.
Bagaimanakah tanggapan Bapak apabila ada guru yang tidak disiplin? Bagaimanakah cara Bapak mengatasi dan menyikapi ketidak disiplinan guru? Apa sanksibagi guru yang tidak disiplin? Faktor-faktor apa saja yang Bapak ketahui yang menyebabkan guru tersebut
6.
tidak disiplin? Adakah program khusus yang Bapak rencanakan untuk meningkatkan kedisiplinan para guru, khususnya guru PAI di SMP Islam Parung ? Perkembangan Aqpek
Afektif Sisrva
1. Bagaimanakan tanggapan Bapak terhadap
2. 3.
perkembangan aspek afektif siswa di
SMP Islam Parung ? Apakah guru-guru sudah berperan dalam pengembangan aspek afektif siswa, khususnya guru PAI ? Menurut bapak ,Sebarapa pentingkah pengembangan aspek afektif siswa di SMP Islam Parung?
4.
Menurut pendapat Bapak, adakah pengaruh anatara kedisiplinan guru PAI terhadap perkembangan aspek afeklif siswa ?
Jawaban: Tentang Kedisiplinan Guru PAI
1.
Kedisiplinan guru PAI di SMP ISLAM PARLING-BOGOR relatif baik, hal ini dapat ditunjukan dengan jumlah kehadiran guru dalam melaksanakan KBM.
Namun demikian, dalam hal administrasi guru, perlu adanya perbaikan-
perbaikan, seperti dalam
hal
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan
pengevaluasian dan tindak lanjutnya dari proses pembelajaran, seperti pengayarin dan remedial.
2.
Kedisiplinan, merupakan hal penting dalam dalam upaya mencapai keberhasilan pembelajaran, tanpa disiplin
sulit dan bahkan tidak akan tercapai apa yang
menj adi tujuan pembelaj aran.
3.
Proseduryang dilakukan
a. b.
:
mengingatkan kembali arti penting dari tugas profesional guru. memeriksa kembali administrasi pembelajaran guru, dalam hal apa perlu ada perbaikan.
4.
c.
teguran lisan
d.
teguran peringatan secara tertulis.
Faktor-faktor penyebab ketidakdisiplinan guru, diantaranya:
a. Kurangnya pengetahuan tentang "wawasan pendidikan ". b. tidak mempunyai rencana pembelajaran yang baik.
c.
kurangnya motivasi untuk melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggungjawab.
5.
Program khusus untuk guru PAI
:
a. Tidak ada program khusus untuk guru PAI,
dalam hal kedisiplinan,
semuanya sama untuk semua guru.
b.
dalam upaya peningkatan kinerja guru PAI, secara rutin sekolah menugaskan
guru PAI untuk mengikuti kegiatan MGMP.
6.
Sanksi Kepada Guru yang tidak Disiplin
:
Setelah kepala sekolah melakukan pemeriksaan administratif, teguran lisan, teguran berupa sura! apabila tidak ada perbaikan-setelah prosedur itu dilakukan-
, maka, pada tahun berikutnya jam mengajarnya akan dikurangi dan diberikan tugas tambahan yang sesuai, misalnya menjadi tugas piket atau tugas di perpustakaan. Perkemban gan Afekii
l.
f S iswa
Sikap siswa SMP ISLAM PARUNG sampai saat seperti dalam hal
:
ini
dikatagorikan BAIK,
a.
Hubungannya dengan warga sekolah; dengan kepselg guru dan dengan para karyawan sekolah dan juga rekan-rekannya.
b"
Demikian pula hubungannya dengan siswa sekolah lain, tidak ada tawuran siswa yang melibatkan sisrva SMP ISLAM PARUNG.
c. 2.
Demikian pula dalam penghayatan keagamaan, relatif baik.
Peran guru dalam hal pengembangan afektif siswa: Pengembangan afektif, merupakan sesuatu yang tidak dapat
di pisahkan dalam
proses pembelajaran, setelah pengembangan kognitif dan psikomotor. Hal tersebut tentunya harus dilakukan oleh semua guru. Dengan demikian semua guru berperan dalam pengembangan afektif siswa. a
J.
Penting pengembangan afektif siswa
Pembelajaran
yang paripurna adalah pembelajaran yang
berhasil
mengembangkan asfek pengetahuan, afektif dan psikomotor siswa. Ketiganya merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan, sehingga harus tercapai dalam setiap
kali I(BM dilakukan. 4"
Pengaruh tingkat kedisiplinan guru terhadap perkembangan afektif siswa
Kedisiplinan guru dalam pembuatan administrasi guru, kedisiplinan dalam melaksanakan tugas di kelas dan perilaku guru dalam bersikap dan bertuturkata, akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan afektif peserta didik.
Bogor, 25 September 2014
5;ffi 'iii$:'i&1Us
Pewawancara
LAMPIRAN
'
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal Tempat Narasumber Jabatan Pertanyaan
: Senin, 22 September 2014 : Ruang Bagian
Kurikulum
: Rahmat Mustopa, S.Ag : Bidang
Kurikulum SMP Islam Parung
:
Kedisiplinan Guru PAI
1"
2. 3.
Bagaimanakah tanggapan Bapak terhadap kedisiplinan Guru PAI di SMP Islain Parung ? Bagaimanakah tanggapan Bapak apabila ada guru yang tidak disiplin? Bagaimanakah cara Bapak mengatasi dan menyikapi ketidak disiplinan guru?
4. Apa sanksi bagi guru yang tidak disiplin? 5. Faktor-faktor apa saja yang Bapak ketahui yang menyebabkan 6.
guru tersebut
tidak disiplin? Adakah program khusus yang Bapak rencanakan untuk meningkatkan kedisiplinan para guru, khususnya guru PAI di SMP Islam Parung ?
Perkembangan ,{spek Afektif Siswa
1.
2. 3.
4.
Bagaimanakan tanggapan Bapak terhadap perkembangan aspek afektif siswa di SMP Islarn Parung ? Apakah guru-guru sudah berperan dalam pengembangan aspek afektif siswa, khssusnya guru PAI ? Menurut bapak,Sebarapa pentingkah pengembangan aspek afeklif siswa di SMP Islam Parung? Menurut pendapat Bapalq adakah pengaruh anatara kedisiplinan guru PAI terhadap perkembangan aspek afektif siswa ?
.fawaban: Tentang Kedisiplinan Guru PAI
l.
Guru PAI sementara ini cukup disiplin tetapi ada sedikit yang perlu ditingkatkan
mengenai masalah ketepatan masuk kelas, namun untuk perhatian terhadap siswa cukup bagus.
2. Ditegur, diberi peringatan, diberi sanksi berupa pengurangan jam mengajar"
J. Berbigara langsung kepada
guru yang bersangkutan secara
kekeluargaan,
menyikapinya dengan penuh perhatian, serta membuat penilaian tentang kinerja guru. 4. Jarak antara sekolah dan rumah cukup
jauh, faktor keluarga, serta kurang
tegasnya pimpinan sekolah dalam menyikapi guru yanf tidak di siplin.
). Memberikan sanksi kepada guru yang tidak disiplin,
di kurangi jum
mengajarnya, pemotongan honor, menaikan honor, menberikan apresiasi kepada
guru yang disiplin di saat pelaksanan kenaikan kelas Perkembansan Afektif Siswa 1"
Untuk aspek afektif siswa SMP Islam Parung bisa dikatakan bailg
sopan,
men ghormati terhadap guru,
2.
Sangat berperan, diantaranya mengadakan rohis dan langsung dibimbing oleh guru PAI, serta melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah
3.
Sangat penting, karena mempengaruhi pergaulan, baik
di rumah lrraupun di
sekolah terutama dalam tatakram4 akhlak, dan pergaulan. 4.
Ada, karena tugas guru PAI itu lebih menekankan kepada pembinaan sikap dan akhlak serta menjadi contoh yang baik kepada peserta didik.
Bogor, 22 September 20L4
urikulum SMP Islam Parung
{w 'Y7 s /i
<, t?
Pewawancara
Tabel Skor : r/ariabel X (I(edisiolinan Guru PAI)
N
P
P
P
P
2
a
1
:r4
J
2
2
4
4
4
2
2
4
4
2
2
4
4
3
4
2
J
4
2
4
2
1
0
4
4
4
2
4
Z
3
4
4
4
.
4
4
4
4
3
4
4
4
. .
A,"tr
4
2
2
4
4
2
4
2
,-
..^.-1. ..: u.:::t::.::;
4
4
4
4
J
2
4
4
4
a
::-i
:-.:--^
I
'
, ,..,-:^:
i
...::iJ _r Lt . ttl:, :
irl
liliii
I
iiiiiiiElo,,iilli i rl #i#"iiiE*++# ' .1
49;. ii-,11:
ia:.
,r
i
ffitiffi
n
as:
.{1
'/
a.
1
P
6:
1
4
4 4 a
4
P
N
P
P
N
lt
l2
l3
t4
15
skor y
4
4
4
2
4
4
51
4
4
4
4
4
4
4
53
4
4
4
4
4
4
4
53
4
4
4
4
4
4
4
53
1
P
P
8
9
4
-)
3
4
+
4
4 4
P
x
no -1
P
J 4
4
J
4
4
4
+
47
skor v2 2601 2809 2809 2809 2209
4
4
4
4
4
4
52
2704
4
4
4
4
4
4
59
3481
4
z
4
4
4
4
47
2209
4
4
4
4
4
aA
57
3249
50
2500
3
2
3
2
4
4
J
3
J
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
J
4
4
4
a J
J
4
4
4
4
2
53
2809
4
J
4
2
I
0
4
J
4
J
J
4
4
4
4
47
2209
3
z
-)
2
4
4
J
J
J
2
3
a J
I
4
3
-')
2
2
4
2
3
4
2
a J
2
a
J
4
4
3
2
4
J
J
4
4
4
4
4
50
2500
J
-)
3
4
4
4
J
4
47
2209
aA
4
J
4
4
4
J
4
4
50
2500
2
4
4
2
J
4
4
4
4
4
49
240t
1
4
4
I
J
4
4
4
4
47
4
a --)
4
-
-)
4
4
45
a
J
4
3
2
2
-1
4
4
2
3
4
4
4
4
4
54
3
4
4
4
1
4
4
4
4
4
3
47
2209 202s 2916 2209
2
J
4
4
2
J
4
4
4
4
4
54
29t6
4
2
4
1
0
4
4
4
4
2
2
0
4
4
4
4
4
a
a
2
J
4
J
J
4
3
4
Z
J
3
J
J
J
.J
46
2tt6
4
2
4
2
1
J
4
4
4
4
4
4
4
4
4
52
2704
4
+^
3
4
51
57
2
4
2
1
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
0
4
4
4
1
J
4
4
7
3
4
4
4
4
4
49
2601 3249 2401
3
4
4
4
2
3
4
4
2
J
4
4
4
4
4
53
2809
iili28;r'rr
ir
a9 #,0flli,i
4
2
4
4
4
4
2
J
4
4
2
2
J 1
a
J
4
4
7
4
4
4
4
2
)
4
4
J
4
a J
4
4
J
1
2
.,
A
2
J
4
J
4
4
4
4
3
J
J
4
J
2
50
3
50
2500 2500
J
4
49
2401
A
4
3
J
3
4
T
3
49
J
J
4
4
4
4
4
4
J
4
4
4
J
4
2
54
2401 2916
4
2
2
2
4
4
4
4
4
3
-)
4
4
4
4
52
2704
4
2
4
2
I
J
4
4
2
2
4
4
4
4
4
48
2304
4
2
4
2
J
4
4
2
4
4
4
4
4
4
50
2500
4
2
4
2
I
J
4
4
2
4
4
4
4
4
4
50
2500
4
3
J
2
4
4
4
4
2
2
2
2
2
4
4
J
rol
4
2
2
2
)
4
J
f;5#:4,0ii
4
2
2
2
4
4
#ffit4ill'.tffi
2
2
3
3
I
4
4
3
4
2
4
$i1i1iao;1[Li:;i,*
4
I
2
J
1
j: :";^;-A t:I aaA
4
3
4
4
2
4
4
2
2
4
4
a J
4
4
J
J
4
2
I
2
2
I
2
2
I
4
a
i,iiliili3?'.illiiiii r
Anil '
l
,+"
J).
.d
'-
o
4B
".'
iiitii:IiiiL
a
I
4
4
4
4
4
4
53
2809
a
J
4
3
4
4
4
4
47
2209
a
J
2
2
2
4
4
4
4
45
4
4
2
2
2
4
4
4
4
48
202s 2304
4
4
Z
2
4
4
J
4
0
A' +L
1764
4
4
4
4
3
-)
4
4
J
4
54
2916
4
4
J
J
4
-)
4
l
4
4
47
2209
4
4
4
)
4
4
4
4
4
4
56
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
54
2
4
4
4
-)
4
4
4
4
4
4
3136 2916 3136
2
2
4
3
2
4
4
2
4
2
2
1
2
4
4
I
1
2
4
2
2
4
36
r936 t296
2
J
2
J
4
1
I
2
4
2
2
4
35
1225
2
2
.)
2
J
4
I
2
4
2
2
4
35
t225
4
3
4
4
3
a
J
4
4
4
4
4
4
4
4
5'.t
3249
J
2
4
4
4
J
4
4
4
4
3
4
4
4
4
55
3
2
4
4
-)
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
55
302s 3025
3
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
J
4
4
54
29t6
)
2
2
a
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
52
2704 2704
l
J
1
56
44
J
2
2
J
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
52
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
58
3364
4
4
4
4
4
4
a
J
4
-l
4
4
4
2
2
+A
54
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
)
56
29t6 3t36
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
58
208
43264
3028
3364 1s4398
0.25
|
0,25
Tabel Skor : Variabel Y (Perlcemabangan Aspek Afektif Sisrva)
P
N..:
P
P
N
P
N
P
P
P
P
P
P
.,N
P
no tl
_-,0 ""
.
till;iillIOfl:r .
:: : ! : ' rl I
tl
'
ltt,i;I0l*;il;i..t
)l:1,:.ll:l
!;rl
4
4
4
4
4
4
.i'i*,*Ii8$lir '',4.,,
ai
iii
I9]l
a
4
J
+
4
4
4
+
4
4
4
4
4
:1,
4
4
4
4
J
4
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4'
4
4
j
4
J
4,
rr
i
t.)r': .iri.::.:r.
J:,.:,.
.,;,
4
:.2
0
4
0,.'
l
4
')'
J
2
4
J
4
4
4
4
4
4
2
J...
;:,
+
4
2
/,
,
4
4
:
r:..;;.:
:,
an:tr. "Z I
fi-&3$fi
'23
:;{i
i. *1!!
lliliiz'dgffi ?isi50 xs:l
4,'
Skor y
skor y2
4
4
2
4
4
4
57
3249
4
4
J
4
4
.,t.,4:,
4
59
348 I
4
4
J
4
4
,.,4
4
59
348 I
4
,,:,: i{i;::t:
2
4
J
4
J
4
4
55
3025
4
+
2
4
J
4
J
4
4
53
2809
4
':.;4:'
4
4
J
4
J
4
J
52
2704
4
4
4
4
4
4
4
I
55
3025
4
4
4
4
I
48
2304
2
4
,,4
4
4
2
4
4
I
52
2704
.)
A
2
2
4
4
_)
4
4
52
2704
4
4
J
J
+)
I
1
4
4
4
4'
2
2
4
4
4
4
J
50
2500
4
4
2
2
4
4
J
4
4
53
2809
2
2
4
849
4
J
4
4
I
4
4
J
4
4
53
2809
4
4
4
4
:\
4
4
4
J
4
4
53
2809
1
^
4
4
4
2
4
4
4
4
49
2401
2
4
J
4
4
4
,.J
4
i
4,
4
0
4
4
I
40
1600
4
4
4
J
4
4
/+
J
4
4
4
J
I
4
52
2704
J
J
_)
J
J
2
J
4
4
4
2
4
47
2209
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
59
348
J
J
J
J
2
J
4
4
4
2
4
nn
2209
2
J
2
.a
t369
4
-)
4
4
4
-')
J
4
1,
-)
2
J
2
.)
2
J
J
2
2
2
J
2
2
4
4'
2
4
2
2
J
4
4
4
4
4
4
4
1
2
4
4
4
i
J
J
4
2
J
4
4
_/,
.
j'..1
4
4
.)
4
4
4
J
4
|:2'
J
J
.,Jr.
J
4
a
3
J
J
4 ::,.
J
4
1
J
J
4
44
1936
4
4
J
48
2304
4
2
4
4
56
3 136
4
4
4
4
50
2500
4
2
4
48
2304
l
4
4
4
I
-)
4
-)
J
3
J
4
4
30:E#
J
2
)
J
4
,4
J
2
4
4
l
2
J
i-i
#4i1r
t
ri
'4H'aial
!
Ql riitiri
_.11
i;
i
21t6
4
4
-)
4
2
ti
4
4
J
J
J
50
2500
-1
2
2
4
4
4
J
J
J
4l
2209
2
I
2
J
2
31
961
4
4
I
J
46
4
2
2
Z
2
2
rJ,
4
J
4
4
4
J
2
4
4
J
4
4
53
2809
)
4
4
4
4
4
2
4
4
4
2
4
4
52
2704
2116
:l
2
2
I
4
J
4
4
4
2
2
4
4
2
4
2
46
2
4
.i
4
2
4
4
4
4
2
4
4
2
4
4
51
260t
2
2
J
4
2
4
4
4
2
2
4
4
2
4
4
47
2209
2
4
4
50
2500
4
J
J
4
2
4,
4
4
2
J
2
4
I
4
-)
2
4
4
4
4
4
4
..4
2
2
4
2
J
2
2
4
4
J
A
4
4
2
4
4
't..1 a'
.'
4 :4. -.t ,.'
J
4
,
'l: li lrl
:
,,..,,
2
,.4,;
2
J
4
J
2
2
4
2
2
4
2
42
t764
4
Q:'
2
4
4
4
4
.'4
4
54
2916
4
4t'
2
4
4
4
4
4
4
I
J
4
4
2
J
2
2
4
4
4
4
2 L
58
3364
39
t52t
49
4
2
4
J
J
J
4,
4
51
240t 260t
4
:4,
2
2
4
4
4
4
2
+l
2209
4
:4
2
I
4
4
4
4
52
2704
2
2
J
J
1
43
1849
J
J
J
2
J
.).
4 2
45
2025
I
2
-)
4
2
4
2
38
1444
I
2
2
4
2
+.
2
JI
1369
4
2
A
a
2
36
1296
4 ,..4..
2
4
'4
j
:,:,,
2
"
ii#,,i$,i,
iiiiirilii
J
4
4
.')
2
)
2
)
.J
2
2
2
J
2
2
4
4
J 2
J
2 1,
2
2
2
2
:^::
t:J
+
2
J
4
4
4
J.
I
48
2304
4
2
2
4
4
4
4
J
49
2401
4
4
2
2
4
4
4
2
I
46
2t16
J
4
J
48
2304
4
4
4
47
2209
4
4
2
2
4
4
2
4
4
,,2'
4
J
4.
J
4
4
2
4
4
,J
2
4
4
J
J
J
4
4
4
4
4
4
4
.,
4
4
4
4
4
4
4
I
4
1
4
2
4
4
J
L
4
4
4
4
J
4
4
4
4
J
4
I
3
2
4
2
J
.,n
I
4
4
4
valid.ins
4
4
.1i::::ri
_)
2
2 -)
2
J
4
2
L
4
2
2
4
4
4
4
47
2209
2
4
4
1
4
4
55
3025
4
4
J
4
4
47
2209
4
4
2
4
4
52
2704
4
2
2
4
2
49
2401
2923
144485
4 2
O'n"l rhit 0,i953 0,4306 0,2603 0,5287 0,5082 0,5422 0,6082 \ 0,5152 0,5375 O,5l18 0,3115 0,3681 O,rO.|, O,n nO r tab 0,2542 0,2542 0,2542 02542 0,2542 0,2542 0,2542 0,2542 0,2542 0,2542 0,2542 0,2542 0,2542 0,2542 0,1542 VALI VALI VALI VALI VAII VALI VALI VALI VALI VALI VALI VAT,[ VALI VALI VALI simpDDDDDDDDDDDDDDD Rndh Ckp Rndh Ckp Ckp Ckp Tnggi Ckp Ckp Ckp Rndh Rndh Ckp Rndh Ckp kat reliabilitas v.
item 0,609
J.
Varian
I1,831
v. total 35,359 reliabltas 0,6884
karr8ori
Tinggi
0,824 0,5548
0,889 0,841 0,758 0,4'17 0,554 1,023 1,094 0,'152 0,998 0,637 0,613
1,202