PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI PROVINSI BENGKULU ( HASIL MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS 2005 – 2008)
1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk serta pengarhan mobilitas penduduk sebagai potensi sumber daya manusia agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa dan ketahanan nasional serta dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi penduduk dan mengangkat harkat dan martabat manusia dalam segala matra kependudukannya (Pasal 3 ayat 1 UU No. 10/1992). Kebijakan pengendalian pertumbuhan penduduk melalui Program KB di Provinsi Bengkulu telah menunjukkan keberhasilan dimana TFR tahun 2007 sebesar 2,4 sedangkan tahun 2003 hasil SDKI 3. Perubahan transisi kependudukan ini tidak terlepas dari kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pemahaman untuk mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera. Monitoring dan evaluasi menjadi ciri penting perkembangan program KB dan kesehatan reproduksi kedepan, diperlukan kesepakatan pada masing-masing tingkatan wilayah untuk memilih indikator yang relevan dan sesuai serta disepakati untuk menggambarkan perkembangan pencapaian program, salah satu metode melalui Mini Survei Pemantauan PUS yang merupakan survei berskala nasional, yang bertujuan untuk untuk mendapatkan gambaran tentang pencapaian peserta aktif khususnya tingkat kabupaten/kota dan provinsi. 2. Tujuan Mini Survei Pemantauan PUS Mini survei pemantauan PUS dimulai tahun 2003 dirancang untuk dapat memberikan hasil estimasi representatif Kabupaten, Kota, Provinsi dan Nasional. Tujuan untuk mengetahui pencapaian peserta KB, sumber pelayanan KB, cara memperoleh pelayanan, umur pertama wanita PUS, keinginan menambah anak bukan peserta KB, alasan utama tidak KB dan unmet need. Sedang tujuan deskripsi hasil mini PUS diharapkan kepedulian pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi peduli akan masalah kependudukan dengan melalui Program KB. 3. Perkembangan Program KB Tahun 2006 -2008 a. Kesertaan ber-KB. TFR Provinsi Bengkulu tahun 2007 hasil SDKI sebesar 2,4, salah satu yang mempengaruhi penurunan TFR tersebut adalah kesertaan ber-KB.
Dari hasil Mini Survei Pemantauan PUS tahun 2008 sebesar 77,5. P e r ke m b a n g a n C P R P r o p in s i B e n g k u lu 77,8
78
7 7 ,5 7 7 ,5 77 7 6 ,5
76,1
76
2005
200 6
P r e v a le n s i
76 7 5 ,5 75 2 007
2008
77,8
69,1
87,6
84,6
75,9
83,2 69,5
77,1
79,4
76,4
Perkembangan kesertaan ber-KB dari tahun 2006 – 2008 mengalami fluktuasi, dimana kesertaan ber-KB tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 1,8 % sehingga membawa dampak besar terhadap penurunan TFR, dimana hasil SDKI tahun 2003 sebesar 3 turun menjadi 2,4 pada hasil SDKI tahun 2007. Tingkat Kabupaten/Kota fluktuasi CPR tertinggi terjadi pada Kabupaten Seluma, Mukomuko, Lebong dan Kepahiang.
2006 2007 2008
BS
RL
BU
KAUR SLM
MM
LBG
KPH KOTA PROP
Dampak CPR terhadap fertilitas untuk Kabupaten/Kota dilakukan melalui pendekatan Rasio Anak-Ibu (CWR) yaitu merupakan bentuk hubungan rasio antara jumlah anak dibawah lima tahun (Balita) dan jumlah penduduk Wanita Usia Reproduksi yang menunjukkan beban ibu mengurus anak. CWR hasil Pendataan Keluarga tahun 2008 di Provinsi Bengkulu sebesar 288,68 balita untuk setiap 1.000 WUS, semakin rendah CWR mengindikasikan semakin rendah tingkat fertilitas, perhitungan CWR mempunyai kelemahan karena tidak memperhitungkan tingkat kematian balita. Secara Kabupaten/Kota terendah di Kota Bengkulu 226,62 bayi dan tertinggi di Mukomuko 367,35 bayi untuk 1.000 WUS.
22 6, 62
24 0, 32
28 8, 68
31 9, 46
30 3, 81
30 0, 60
29 2, 08
30 3, 98
33 5, 23
35 7, 63
CWR TAHUN 2008
b. CWR
c. Kesertaan ber-KB per Mix Kontrasepsi : BU
BS
RL
KT
MM
KAUR
SLM
KPH
LBG
PROP
Series1
b. Pesertaan ber-KB per Mix Kontrasepsi Per Mix Kontrasepsi 2005-2008 60
48,4 46,9 46,1 44,6
50
40
30
20
17
18,2
17
11,6 10
8,2 5,4
4,1
4
3,8
6,2
5,3
7
4,4 1,6 1,5 1,6
0,5 0,5 0,9 0,6
0,1 0,2 0,3 0,2
0 IUD
MOW
MOP
IMP 2005
2006
STK 2007
PIL
KDM
2008
Peserta KB IUD dari tahun 2005 sampai dengan 2008 hasil Mini Survei Pemantauan PUS terus mengalami penurunan, dan hal ini diikuti oleh peserta MOW, untuk KB Pria melalui MOP dan Kondom mengalami kenaikan yang tidak berarti rata-rata 0,1 sampai 0,4. Peserta KB di Provinsi Bengkulu tertinggi pada pemakaian Suntik dan PIL dimana dibutuhkan kedisiplinan dalam ber-KB. Peserta KB yang tidak disiplin akan mempengaruhi dalam fertilitas. c. Unmet Need Unmet Need adalah PUS yang kebutuhan ber-KB tidak terpenuhi yang dibagi untuk penjarangan dan pembatasan.
4,9
2,9
3,8
3,72 3,8
5,3 4,96
6,9 5,3
1,84
2007 2008
1,2
3,63
5,5
5,3 4,4 2,95
3,2 3,99 2,6
2,3
2,9
4,44
5,62 6,3 5 4 3,24
4,4 2,55 3,1 BS
RL
BU
KAUR SLM
MM
LBG
KPH
2006
KT
PROP
Kabupaten Rejang Lebong, Kaur, Kepahiang dan Kota Bengkulu, mempunyai kecenderungan Unmet Need sangat baik dari tahun 2006 – 2008 yaitu terus turun sedang Bengkulu Utara mengalami kecenderungan naik, sehingga Bengkulu Utara untuk mendapatkan perhatian dalam penggarapan Program KB, selain itu Kabupaten Mukomuko dan Seluma juga mendapatkan perhatian dalam penggarapan KB. Kondisi Unmet Need tahun 2008 per Kabupaten sebagai berikut :
7 6 5 4 3 2 1 0
0,9 0,4 1,7 1,1
2,9 2,4
1
0
0,1
1,4
Pembatasan Penjarangan
Secara Umum Unmet Need untuk pembatasan tinggi, hanya di Kabupaten Seluma Penjarangan lebih tinggi dibandingkan dengan pembatasan, hal ini dapat memungkinkan terjadi keinginan untuk tidak ber-KB tinggi sehingga perlui ditingkat KIE dan Pelayanan KB. d. Gambaran Prevalensi KB dan Unmet Need : Tabel ini untuk memberikan gambaran perkembangan Prevalensi dengan Unmet Need, yang dapat digunakan dalam penyusunan strategi pola penggarapan pelayanan KB di wilayah tertentu. Secara Total Provinsi perkembangan CPR dan Unmet Need diperlihatkan dalam tabel berikut ini :
1,8
2 1,5 1
0,6
0,5
0,08
0 -0,1 2005-2006
-0,5
2007-2007
CPR Unmet Need
2008-2007 -0,3
-1 -1,18
-1,5
Dari tahun 2005 – 2006 CPR mengalami penurunan 0,1 sedang Unmet Need naik 0,6, untuk tahun 2006 – 2007 CPR naik 1,8 dan Unmet Need turun 1,18 keadaan ini mempunyai dampak pada penurunan TFR tahun 2007 menjadi 2,4, dan untuk 2007 – 2008 CPR turun 0,3 dan Unmet Need naik 0,08. Kondisi yang demikian bila tidak dilakukan intervensi pada pelayanan KB dan KIE akan mengakibatkan TFR naik kembali. Untuk gambaran per Kabupaten sebagai berikut : 9,9
10
8 7,7
8 6 4
7 5,7
5
3,2 1,2 0,62
2
1,8
0,79
Unmet Need 2006-2007
0
PROP
KT
KPH
LBG
MM
SLM
KAUR
BU
RL
BS
-0,34 -0,3 -0,5-0,7 -0,5-1,06 -0,76 -1,18 -1,85 -1,9 -1,96 -2,35 -4 -3,6-3,27 -6 -5 -5,2 -8 -7,2 -8,1 -8,4 -10 -2
cpr 2006-2007
cpr 2007-2008 Unmet Need 2007-2008
Pada tahun 2006 – 2007 Kabupaten Bengkulu Selatan, Kaur, Kota Bengkulu memperlihatkan Kondisi dimana prevalensi dan Unmet Need mengalami penurunan, keadaan diatas pada kabupaten tersebut terjadi Drop Out Peserta KB Aktif. Sedang kondisi CPR dan Unmet Need tahun 2007 ke 2008 Kabupaten Lebong dan Kepahiang CPR dan Unmet Need menunjukkan penurunan, hal ini disebabkan adanya drop out Peserta KB Aktif dikarenakan PUS Kelompok Umur diatas 35 tidak ber-KB karena ingin anak segera serta PUS Bukan Peserta KB dengan jumlah anak diatas 3 memperlihatkan kecenderungan naik, selain itu alasan Ingin Anak Kemudian, Menopause, Merasa Tdk Subur, kesehatan, dan tidak nyaman menunjukkan tren naik.
Untuk Mencapai Rencana Kerja Pemerintah di Bidang Program KB tahun 2009 Kabupaten Seluma, Mukomuko, Lebong, Kepahiang perlu ditingkatkan pelayanan KB dan KIE. e. Peserta KB dan Bukan Peserta KB Per Kelompok Umur
Peserta KB Kelompok Umur 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 15-19
20-24
25-29
30-34 2005
2006
35-39 2007
40-44
45-49
2008
Perkembangan Peserta KB Aktif dari tahun 2005 sampai tahun 2008 pada kelompok umur 15 – 19 dan 45 - 49 mengalami penurunan, sedangkan bukan peserta KB per Kelompok Umur yang ingin anak segera terjadi kecenderungan naik pada kelompok umur 30 – 34 dan 45 – 49 tahun, kelompok tersebut mempunyai resiko tinggi dalam kehamilan dan melahirkan. Ingin Anak Segera per Kelompok Umur 40 36 35
30
28,7 27,427,1
25
23,3 20,820,6 21
20,6
18,719,3
20 16,6 15,3
16,1 15,4
14,9
15 10,7 10
8,8
8
6,5
5,5
5,4 5
2,8
3,4
4,2 3 0
0
0 15-19
20-24
25-29
30-34 2005
2006
2007
35-39
40-44
45-49
2008
f. Peserta KB dan Ingin Anak Segera Menurut Jumlah Anak Pada kelompok Peserta KB pada yang belum/tidak mempunyai anak mengalami tren naik sedang untuk jumlah anak 4 menglamai penuruan 1,4% hal ini disebabkan PUS kelompok tersebut sudah cukup mempunyai anak serta menjelang masa menopause atau tidak mengalami kesuburan lagi. Untuk kelompok ingin anak segera mencapai puncaknya pada kelompok yang baru mempunyai anak 1 setelah itu mengalami penurunan.
Peserta KB dan Ingin Anak Segera per Jumlah Anak
86,6
84,4
85,2
62,5 58
24,7
12,1 4,8 BELUM/TDK
3,5 1 ANAK
2 ANAK Pst KB
3 ANAK
1,7 4 ANAK+
Ingin Anak
g. Ingin Anak Segera Menurut jumlah anak hidup per Kabupaten/Kota Ingin Anak Segera Menurut Jumlah Anak Hidup
Blm/Tdk Punya
1 ANAK BS
2 ANAK RL
BU
KAUR
SLM
3 ANAK
MM
LBG
KPH
KT
4 ANAK+
PROP
h. Tidak ber-KB menurut Alasan Beberapa alasan yang dikemukakan oleh PUS untuk tidak ber-KB, sebagaimana tergambar pada tabel Alasan Tidak ber-KB 40
35 30
25 20
15 10
5 0
2005
2006
2007
2008
Dari tahun 2005 sampai 2008 Menopause dan merasa tidak subur serta kesehatan mengalami tren naik, sedangkan baru melahirkan serta tidak nyaman dan alasan lainnya mengalami tren penurunan. Dalam rangka menjaga kemantapan ber-KB, maka pada alasan karena menopause dan merasa tidak subur lagi perlu dilakukan KIE agar menggunakan alat kontrasepsi secara sederhana. 4. Kesimpulan : 1. Ada beberapa Kabupaten yang mengalami penurunan TFR dan kenaikan Unmet Need serta Penurunan TFR dengan penurunan Unmet Need. 2. Alasan tidak ber-KB karena Menopause dan Merasa Tidak Subur memperlihatkan kondisi naik. 3. PUS bukan peserta KB pada kelompok umur 30 – 34 dan 45 – 49 tahun mempunyai resiko tinggi dalam kehamilan dan melahirkan cenderung naik. 4. Peserta KB IUD, MOW dan MOP terus mengalami penurunan, untuk KB Pria melalui MOP dan Kondom mengalami kenaikan yang tidak berarti rata-rata 0,1 sampai 0,4. Peserta KB di Provinsi Bengkulu tertinggi pada pemakaian Suntik dan PIL dimana dibutuhkan kedisiplinan dalam ber-KB. 5. Saran : 1. Untuk meningkatkan pelayanan KB dengan segmentasi wilayah yang tepat 2. Mempertahankan alat kontrasepsi pada daerah legok 3. Meningkatkan KIE tentang Kesehatan Reproduksi terutama masalah alat kontrasepsi yang REE 4. Meningkatkan KIE tentang Pendewasaan Usia Kawin