ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU Pendahuluan Karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk, Keluarga Berencana, dan dengan cara pengembangan kualitas penduduk, melalui perwujudan keluarga kecil yang berkualitas. Keluarga Berencana sebagai pengendali pertumbuhan penduduk telah banyak mengubah struktur kependudukan Indonesia, tidak saja dalam arti menurunkan tingkat kelahiran dan laju pertumbuhan penduduk namun juga mengubah pandangan hidup penduduk terhadap nilai anak serta kesejahteraan dan ketahanan. Beberapa ukuran dalam kegiatan Keluarga Berencana sebagai pengendali kelahiran menyangkut : a) Angka Kelangsungan (continuation Rate-CR); b) Peserta KB Aktif (Current User-CU); c) Bulan Pasangan Perlindungan (Couple Months of Protection-CMP), atau Tahun Pasangan Perlindungan (Couple-Years of Protection-CYP). Keberhasilan dari Keluarga Berencana dalam usaha menurunkan kelahiran, tergantung dari ketepatan sasaran pelayanan KB dengan prioritas pada Umur dan paritas akseptor yang rendah dapat menurunkan kelahiran yang cepat karena masa reproduksi yang mereka jalani dalam keadaan tercegah dari kehamilan akan lebih lama dibandingkan akseptor dengan umur dan paritas yang lebih tinggi serta didukung oleh gerak kegiatan Institusi Masyarakat Pedesaan dalam Ketahanan dan Pengembangan Keluarga.
2,4
3
2,9
7
3,45
Dalam pelaksanaan program maupun perencanaan program Keluarga Berencana di Propinsi Bengkulu ditengah kekawatiran akan naiknya drop out peserta KB Pasca penyerahan kewenangan Program KB ke pemerintah Kabupaten/Kota, telah menunjukkan kondisi yang baik dimana TFR sebagai salah satu indikator pelaksanaan PERKEMBANGAN TFR PROPINSI BENGKULU SDKI 1994 - 2007 Program KB hasil SDKI tahun 2007 turun menjadi 2,4 % dari sebelumnya 3 hasil SDKI tahun 2003, Gambaran dari perkembangan TFR Propinsi Bengkulu dari tahun 1994 – 2007 hasil SDKI sebagai berikut : 1994 1997 2003 2007 1994
1997
2003
3,45 2,97 3 2,4
2007
1
FAKTOR MEMPENGARUHI FERTILITAS Ada beberapa teori yang menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas, salah satunya Kingsley Davis dan Judith Blake, mengemukakan faktor yang mempengaruhi fertilitas disebut sebagai “variabel antara” (intermediate variables) yang dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi : 1. Tahap Hubungan Kelamin (intercouse variables): a. Faktor yang mengatur tidak terjadinya hubungan kelamin : ¾ Umur memulai hubungan kelamin ¾ Selibat permanen: Proporsi wanita tak pernah mengadakan hubungan kelamin ¾ Lamanya masa reproduksi sesudah atau diantara masa hubungan kelamin : Bila kehidupan suami isteri cerai atau pisah Bila kehidupan suami isteri berakhir karena suami meninggal b. Faktor yang mengatur terjadinya hubungan kelamin : ¾ Abstinensi sukarela ¾ Abstinensi terpaksa(sakit, berpisah sementara, impotensi) ¾ Frekuensi Senggama 2. Tahap Konsepsi (conception variables) ¾ Kesuburan atau kemandulan (Fekunditas atau infekunditas) tidak disengaja ¾ Fekunditas atau infekunditas disengaja(strerilsasi, subinsisi, obatobatan) ¾ Pemakaian Kontrasepsi 3. Tahap Kehamilan dan kelahiran (gestation variables) Mortalitas janin tidak disengaja Mortalitas janin disengaja ANALISA PELAKSANAAN KB: A. Dari teori tersebut, faktor yang mempengaruhi penurunan TFR di Propinsi Bengkulu adalah : 1. Median Umur Kawin Pertama Median umur kawin pertama di Propinsi Bengkulu menunjukkan kecenderungan naik, peningkatan usia kawin memberikan kontribusi terhadap penurunan kelahiran, semakin muda wanita usia subur kawin maka semakin panjang dalam masa reproduksinya. Hasil SDKI tahun
2
1997 median kawin pertama dari wanita usia 15-49 sebesar 19,6 dan SDKI tahun 2003 menjadi 20,3, sebagaimana dalam tabel berikut :
MEDIAN UMUR KAWIN PERTAMA SDKI 1997 DAN SDKI 2003 21,5
21
21 20,8
20,5 20,3
20,3
20,3 20,1
20 19,8
19,7
19,5
19,6
19,4
19,3
19
18,9
18,5
18
17,5 25-29
30-34
35-39
40-44
SDKI 1997
45-49
25-49
SDKI 2003
Begitu juga hasil Mini Survei Pemantauan Peserta KB Aktif menunjukkan kenaikan, tetapi ada beberapa Kabupaten dibawa 20 yaitu Rejang Lebong, Bengkulu Utara, Seluma, Kepahiang masing 19 dan Mukomuko 18, lebih lanjut sebagaimana dalam grafik dibawa ini .
51 ,2
51 ,8
41 ,4
39 ,1
41 ,3
4 40 3 ,2
46 ,8
47 ,9
BS
<15
SLM
15-19
20-24
KPH
KT
1,5
3,4
0,6
0,7
1,3
1,4
LBG
30+
1,3
9,1
20
21
27 ,3 17 ,6
19
20 15 ,4
18
MM
25-29
0
0,2
0,4
3,3
7,2
KAUR
2,9 0,2
1,8
0,7
8,5
BU
1,5
0,4
3,9 1
RL
19
20
19
19 11 ,1 7,3
3,2
0,5
0,7
9,3
20
27 ,8
34 ,4
38 ,7
41 ,4
43 ,2
43 ,9
50 ,7
51 ,6
53 ,8
68 ,4
MEDIAN UMUR KAWIN DARI MS 2007
PROP
MEDIAN
3
2. Age Specific Fertility Rate (ASFR) Angka kelahiran menurut kelompok umur menggambarkan banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur tertentu. Kecenderungan ASFR di Propinsi Bengkulu hasil Supas 1970 sampai dengan 2004 menunjukkan kecenderungan turun, baik pada kelompok muda maupun tua. Dari kelompok muda 15 – 19 dari 155 pada tahun 1970 turun menjadi 54 pada tahun 2004, kelompok umur 20 – 24 dari 346 tahun 1970 menjadi 144 tahun 2004 dan seterusnya.
274 26 3
15 7 15 8
18 6
15-19
20-24
25-29
1968
1972
30-34
1977
1982
35-39
1987
1992
1997
40-44
29 21 19 15 10 4 11 4
14
35 33 27
57
87 65 59 50
67 57 54
70 79 76
11 9
10 3 95
10 6 11 7 10 1 91
12 1
139
14 6
16 0 13 7 13 7
14 2 14 4
155
18 8
20 4
22 2
23 8
24 9
30 0
30 8
330
33 3 32 3
346
35 5
ASFR PROPINSI BENGKULU 1968 - 2004
45-49
2004
3. Kesertaan ber-KB Kesertaan ber-KB (CPR) diPropinsi Bengkulu sebagai faktor yang menentukan penurunan TFR terus naik dari 61,6 hasil SDKI tahun 1994 menjadi 73,9 hasil SDKI tahun 2007 CPR SDKI
7 3 .9
6 8 .2 6 6 .6
6 1 .6
1994
1997
2003
2007
S e r ie s 1
4
4. Aktivitas Seksual Terakhir dan Ketidaksuburan Dalam teori pengaruh fertilitas menyangkut aktivitas terakhir hubungan seksual dan ketidaksuburan, dari hasil SDKI tahun 1997 dan tahun 2003 menunjukkan pengaruhnya sehingga terjadi penurunan kelahiran.
3
4 Minggu
1 Th
1 Th terakhir
Blm Haid
1997
Tdk Kumpul
6 ,1
4,9
2 ,3
2 ,3
5 ,3
4,8
1 ,3
2,9
10
11,
9
52
69
85,
86
,8
AKTIVITAS SEKSUAL TERAKHIR DAN TIDAK SUBUR SDKI 1997 DAN 2003
Ms Tdk Subur
Jlh Lahir
2003
5. Unmet Need Unmet Need untuk Propinsi Bengkulu menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun hal ini dapat dilihat dalam grafik, hasil Mini Survei Pemantauan Peserta KB Aktif dari 4,9 pada tahun 2006 menjadi 3,7 pada tahun 2007, sedangkan dari hasil SDKI tahun 2003 sebesar 8,3 menjadi 6,1 SDKI pada tahun 2007
5.6
UNMETNEED HASIL MS 2007
4.9 4.5
3.9
3.2
3.1
3.7
3.6
3.6
3
3
2. 5
2. 5
2.6
2.8
2.1
1.6
1.8
1.7
1.6
1.5 1.3
1.8
1.8
1.3 1.1
0.9
1
0. 6
0.8
PENJARANGAN
PEMBATASAN
BS
RL
BU
KAUR
SLM
MM
TOTAL
LBG
KPH
KT
PROP
5
6. PUS per Kelompok Umur Ketepatan dalam penggarapan dari Pasangan Usia Subur dalam berKB mempunyai dampak besar dalam penurunan TFR. Sasaran PUS penggarapan Program KB yang dapat menurunkan fertilitas ditujukan pada kelompok PUS Muda yang secara biologis masa rentang produksi untuk melahirkan anak rentang sangat panjang. Hasil Mini Survei Pemantauan PA tahun 2007 PUS tersebar dalam kelompok umur tertinggi pada kelompok umur 25-30 sebesar 21,2 dan terendah 3,71 % pada kelompok 15 – 20 dan keterangan lebih lanjut sebagaimana dalam grafik : PUS per Kelompok Umur
21,2 19,43
19,78
15 13,98
6,9
3,71
Series1
15 - 20
20 - 25
25 - 30
30 - 35
35 - 40
40 - 45
45 - 49
3,71
15
21,2
19,43
19,78
13,98
6,9
B. LANGKAH DAN UPAYA Walaupun kesertaan ber-KB di Propinsi Bengkulu terus meningkat tetapi dilihat per Mix Kontrasepsi, usia PUS yang ber-KB, dan jumlah anak yang dipunyai tertinggi pada kelompok Suntikan, Pil dan Kondom, Usia 35 -49 dan jumlah anak lebih dari 2, sehingga secara program bila tidak diperhatikan akan menaikkan kembali TFR di Propinsi Bengkulu, gambaran lebih jelas faktor tersebut sebagai berikut. 1. Tingkat Pemakaian Alat Kontrasepsi per Mix Kontrasepsi Peserta KB Suntikan dan PIL di Propinsi Bengkulu tinggi dibandingkan peserta IUD. Pemilihan Mix Kontrasepsi yang tidak efektif dan efisien dan ketidak disiplinan peserta KB akan mengakibatkan drop out. Kegagalan dan efektif lebih banyak dari peserta KB hormonal terutama Suntik dan Pil. Dampak dari kegagalan dan efek samping akan menyebabkan kenaikan TFR , untuk jelasnya sebagaimana dalam grafik
6
TINGKAT PEMAKAIAN ALKON HASIL SDKI DAN MINI SURVEI 2007 18.2 13
PIL
18.6
19.6 44.6 30.4
STK
20
12 8.2 8.9
IMP
10.2
MOP+KDM
12.4
1.2 1.8
0.13 1.1 1.5 3.5
MOW
1.7 2.7 4 6.3
IUD
8.3 14.6
1994
1997
;2003
MS2007
2. Prevalensi Per Kelompok Umur Kesertaan ber-KB pada kelompok umur 35 – 49 di Propinsi Bengkulu tinggi dibandingkan dengan kelompok umur 15 – 34, konsentrasi dari peserta KB pada kelompok umur tua tidak memberikan dampak besar dalam penurunan fertilitas sehingga ke depannya dapat dilakukan kegiatan untuk penggarapan pada kelompok umur PUS muda PREVALENSI PER KELP UMUR HASIL MS 2007
75.4
79.6
83.9
82.2 76.5
67.8
44.3
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
Series1
7
3. Kesertaan ber-KB per Jumlah Anak Dari hasil Mini Survei 2007 PUS yang ber-KB pada jumlah anak 3 dan 4 atau lebih di Propinsi Bengkulu sangat tinggi dibandingkan dengan kelompok PUS yang mempunyai jumlah anak 0 sebagai penundaan sampai dengan 2, bagi PUS yang mempunyai anak 2 tetapi belum berKB perlu dilakukan motivasi untuk ber-KB. PREVALENSI PER JUMLAH ANAK MS 2007
88.1
84.7
84.6
63.9
4.4
0
1
2
3
4+
4. PUS Hamil dan Tidak ber-KB perkelompok umur mempunyai anak lebih dari 2 PUS KELOMPOK UMUR PUNYA ANAK LEBIH DARI 2
42,11
34,32
23,73
23,68 21,05 17,8
11,86
11,02
10,53
2,63 0 15-19
1,27 0 20-24
25-29
30-34 TDK KB
35-39
40-44
45-49
HAMIL
Hasil Mini Survei Pemantauan Peserta KB Aktif tahun 2007, dari PUS per kelompok umur yang telah mempunyai anak lebih dari 2 yang sedang hamil dan tidak ber-KB menunjukkan bahwa pada kelompok umur 15 – 35 lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak ber-KB sedangkan untuk tidak KB pada umur 40 – 49 tinggi.
8
5. Peserta KB Pria Kesertaan KB Pria di Propinsi Bengkulu masih rendah hasil SDKI tahun 2003 sebesar 1,8 % 6. PUS tidak KB dengan alasan Hasil Mini Surve Pemantauan PA tahun 2007, PUS yang tidak ber-KB dengan alasan tertentu pada kelompok kesehatan tinggi dibandingkan dengan alasan yang lain, sebagaimana dalam grafik :
65 ,9
67 ,5
70 ,6
74 ,6
TIDAK KB DNG ALASAN MS 2007
57 ,9
54 ,2
37 ,6
23 ,9
8,9
RL
BU
KAUR
KESEHATAN
MM
SLM
LBG
KPH
KT
0
0
LARANGAN
BS
3
1,6 1,6
4
7,3
FERTILITAS
1,3
0
0
3,1 2,2
1,5
9,2
20,6
6,5 5,9
16 ,4
14 ,8
17 ,7
26 ,8 23 ,8
29 ,8
37 ,5
41 ,7
50
52 ,4
56 ,5
64,7
ALKON
PROP
7. Tingkat Pengetahuan Keluarga dan Remaja tentang KRR Pengetahuan Kesehatan Reproduksi secara dini sangat penting, dampak rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi akan membahayakan seperti Hamil dini, hamil pra nikah, hubungan sex bebas, aborsi yang akhirnya selain membahayakan kesehatan reproduksi juga menaikkan fertilitas. Dari Hasil Survei Indikator RPJM Tahun 2007, menunjukkan tingkat pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi masih rendah, masih ada 52,7 remaja tidak tahu masalah Kesehatan Reproduksi KELUARGA DAN REMAJA MENGETAHUI MASA SUBUR 52.7
52.5
42.9
41.6
5.9
4.5
REMAJA
KELUARGA
YA
TIDAK
TIDAK TAHU
9
8. Tingkat Pengetahuan Remaja tentang hari2 masa subur KELUARGA DAN REMAJA TENTANG HARI2 SUBUR 40.6 37.9
26.1
37.5
25.6
Hasil Mini Survei Pemantauan Peserta KB Aktif 4.9
4.9
10.8 6.8
4.4 0.5
0
REMAJA
MENJELANG HAID
KELUARGA
DITENGAH 2 HAID
SETELAH HAID SELESAI
SELAMA HAID
LAINNYA
TIDAK TAHU
Pada tingkat pengetahuan keluarga dan remaja tentang hari-hari masa subur ternyata 31,9 tidak tahu akan hari-hari masa subur. Bila kondisi dibiarkan maka akan terjadi hubungan seksual pra nikah, aborsi, hamil pra nikah akan tinggi dan hal ini akan menyebabkan kelahiran yang tidak dikehendaki tinggi. 9. Keluarga dan Remaja Membicarakan tentang KRR KELUARGA DAN REMAJA MEMBICARAKAN TENTANG KRR
79
63.3 52.7 45.9
24.6 21 12.1 0 PERNAH
TDK PERNAH
SD
REMAJA
SLTP
SLTA
AKDM
0 PT
KELUARGA
Dari hasil Survei Indikator RPJM tahun 2007 bahwa 79 % orang tua jarang membicarakan masalah Kesehatan Reproduksi remaja dengan anaknya, dan hal ini sesuai dengan gambaran kondisi dari keluarga yang ikut aktif dalam
10
kelompok Bina Keluarga Remaja atau BKR. Dari 215 keluarga yang mempunyai remaja yang aktif ikut BKR hanya 5 atau 2,32% 10. Pengetahuan Keluarga dan Remaja tentang Infeksi Menular Seksual
PENGETAHUAN KELUARGA DAN REMAJA TENTANG IMS
57.4
56.6
43.4
42.6
KELUARGA
REMAJA
PERNAH
TIDAK TAHU
Baik Keluarga maupun Remaja yang tidak tahu akan IMS sangat tinggi yaitu untuk Remaja sebesar 57,4% dan Keluarga 56,6% dibandingkan dengan yang mengetahui tentang IMS. Rendahnya pengetahuan tentang IMS akan menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi. 11. Pengetahuan Keluarga dan Remaja tentang dapat hamil sekali hubungan seksual PENGETAHUAN REMAJA DAN KELUARGA TENTANG KEHAMILAN 60.2 49.3 42.9
29.4
7.9
DPT HAMIL
10.5
TDK DPT HAMIL
TDK TAHU
REMAJA KELUARGA
Ada 49,3 % remaja yang tidak tahu bahwa sekali hubungan seksual dapat hamil, kondisi ini lebih tinggi dibandingkan dengan pernyataan dapat
11
hamil, untuk keluarga pengetahuan yang dapat hamil walaupun sekali hubungan seksual tinggi, hal ini disebabkan bahwa akses informasi bagi keluarga terhadap informasi melalui berbagai media sangat besar, dibandingkan remaja. 12. Peningkatan Kuantitas dan Kualitas dalam Ketahanan Keluarga Penyadaran setiap pasangan akan hak-hak reproduksi secara umum sesuai strategi KIE dan Advokasi yang dilaksanakan oleh BKKBN melalui program revitalisasi program KB, yang dilakukan untuk menyadarkan kembali tentang pentingnya program KB secara luas, tidak hanya kontrasepsi tetapi juga pencitraan program KB merupakan kebutuhan kini, esok dan generasi mendatang; dan melibatkan kembali seluruh unsur masyarakat (Pejabat pemerintah, TOGA, TOMA dan Penentu Kebijakan) untuk terlibat dalam menyukseskan program KB. Strategi tersebut dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas melalui pengembangan model keterpaduan ketahanan keluarga, dilakukan melalui: Meningkatkan kesadaran keluarga yang mempunyai balita, anak dan remaja tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang melalui advokasi dan KIE. Memanfaatkan forum-forum pertemuan sebagai wahana pembentukan dan pengembangan kelompok Bina-bina Keluarga Mengembangkan model percontohan Bina-bina Keluarga dan pelayanan berbasis masyarakat Meningkatkan peran serta tokoh masyarakat, tokoh agama, para pemangku kepentingan Meningkatkan pembinaan bagi pengelola, pelaksana dan kader Pengembangan lingkungan kondusif untuk perubahan perilaku masyarakat dalam program KB. A. Bina Keluarga Balita BINA KELUARGA BALITA
50,80 47,40
27,90 21,80
punya balita
Pernah ikut
Aktif Ikut
Punya balita aktif bkb
Series1
12
Keluarga yang mempunyai Balita yang masih aktif ikut Bina Keluarga Balita masih rendah yaitu 21,80%. B. Bina Keluarga Remaja BINA KELUARGA REMAJA
45,10 41,70
5,60 1,90
Punya Remaja
Pernah ikut
Aktif Ikut
Punya Remaja aktif
Series1
Keluarga yang punya remaja yang aktif dalam BKR masih rendah yaitu 1,90 sedangkan keluarga yang punya remaja dan tidak punya remaja sebesar 41,70.
C. Kesimpulan dan langkah-langkah kegiatan : Dari analisa terhadap turunnya TFR di Propinsi Bengkulu dari 3 tahun 2003 menjadi 2,4 pada tahun 2007 hasil SDKI dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Turunnya TFR disebabkan naiknya Median Umur Kawin pertama secara total Propinsi dari 19 menjadi 20, tetapi berdasarkan hasil Mini Survei Pemantauan PA Tahun 2007 ada beberapa Kabupaten yang masih dibawah 20. 2. Age Specific Fertility Rate (ASFR) adalah kelahiran per 1.000 WUS di Propinsi Bengkulu dari tahun 1970 sampai dengan 2004 menunjukkan penurunan pada setiap kelompok umur. 3. Kesertaan ber-KB di Propinsi Bengkulu hasil SDKI dari tahun 1994 sampai dengan 2007 menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. 4. Aktivitas Seksual terakhir dan ketidaksuburan untuk 4 minggu terakhir turun sedangkan umur 1 tahun naik, frekuensi sanggama membawa dampak terhadap fertilitas, hal ini diperlihatkan jumlah kelahiran turun dari 59 hasil SDKI tahun 1997 menjadi 52 SDKI tahun 2003. 5. Penurunan Unmet Need dari 8 hasil SDKI tahun 2003 menjadi 6,1 SDKI tahun 2007.
13
Tindak Lanjut Ada beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka mempertahankan atau menurunkan TFR dengan memperhatikan kualitas dan rencana kegiatan pada tahun 2009 sebagai berikut : 1. Meningkatkan Intensitas pelayanan KB dengan memperhatikan kualitas pelayanan dan kualitas pemakaian alat kontrasepsi, terutama pada daerah legok, salah satu melalui bulan bhakti IBI yang diarahkan pada daerah pantai, talang dengan pelayanan diarahkan pada IUD dan Kontap baik sebagai peserta KB Baru maupun ganti cara. 2. Melakukan perhitungan keuntungan konversi pemakaian KB Suntikan, Pil pada IUD, Kontap dan Implant. 3. Intensifikasi potensi peran Bidan dalam layanan KB, pelayanan KB pasca melahirkan dan peran sebagai PLKB 4. Direncanakan tahun 2009 pelatihan IUD, Implant dan Kontap terutama MOP dengan teknis VTP (Vasektomi Tanpa Pisau), deteksi dini melalui teknik IVA ( Intim Vagina Anda ) dalam rangka mengurangi risiko komplikasi terutama pada peserta IUD serta meningkatkan kualitas pelayanan KB dan pengembangan layanan kontap dengan mini laparatomi. 5. Penguatan dan pengembangan kelembagaan PIK KRR terutama pada Perguruan Tinggi. 6. Pengembangan penggarapan pada kelompok Catur Bina 7. Advokasi dalam presfektif benefit cost investasi SDM bagi exsekutif dan legislatif. 8. Rakor UPPKS, BKB, KRR Kegiatan tersebut juga didukung oleh bidang lain sebagai service center melalui berbagai kegiatan sesuai dengan TUPOKSI yang dituangkan dalam BSC. Demikian analisa dan kegiatan yang telah dilaksanakan maupun direncanakan dalam rangka mempertahankan atau menurunkan TFR sebagaimana yang telah ditarget.
14