Page |1
Perjalanan Mudik Jakarta – Palembang – Padang PP (10 – 25 Sep 2010) dengan Hyundai Atoz 2002 Written by Mahendra Tahap 1: Jakarta – Palembang Perjalanan mudik kami dimulai tanggal 10 September 2010, berangkat dari rumah kami di Cibubur – Kota Wisata, lepas sholat Idul Fitri 1431H. Sebelumnya silaturrahmi dulu ke tetangga2 sebelah, sekalian nitip rumah hehehehe. Setelah itu ke rumah Ibunda tercinta dulu di Ciracas untuk ritual sungkem, juga dengan saudara2 kandung. Sekalian isi bensin full tank di SPBU Ciracas. Karena kebetulan Lebaran kali ini jatuh pada hari Jumat, maka kami sholat Jumat dulu di Mesjid At-Taufiq Ciracas. Lepas sholat Jumat, kami pamit sama Ibunda dan menuju ke rumah adik ipar di Cikoko, Pancoran karena ada titipan untuk mertua sekalian silaturrahmi. Perjalanan mudik pun akhirnya dimulai, pada pukul 14.00 berangkat dari Pancoran… alahmak macetnya luar biasa di perempatan lampu merah Pancoran, karena jalan raya Pasar Minggu macet total (ada kepadatan luar biasa di TMP Kalibata – menurut berita di radio… huh sebel banget rasanya). Lepas dari kemacetan, kami langsung masuk pintu tol Pancoran menuju Merak !! huff lega rasanya lepas dari kemacetan parah…. Gimana gak sebel, lha hari raya Lebaran kok macet total ! Sepanjang perjalanan tol dalam kota maupun tol Merak jalanan sangat lancer, mobil Atoz (seterusnya disebut si Tuyul, karena kecil), rata2 gue bawa dengan kecepatan rata-rata 100 kpj. Sekitar pukul 17.00 mobil sudah tiba di Merak, kondisi pelabuhan cukup sepi dan mobil langsung masuk kapal ferry (duh kok lupa namanya yak) dengan lokasi di dek. Sedangkan lambung kapal kosong total karena sepinya kendaraan hehehehe, biasanya diisi bus dan truk tuh. Selama di kapal nyoba untuk tidur tapi ngga bisa, lha orang ngga ngantuk kok… fotonya ada tuh gue abadikan hehehehe… Kapal sampai di Pelabuhan Bakauheni sekitar jam 18.30 tapi aduh mak!! Nunggu nya lama bener utk sandar, baru sekitar jam 19.30 kapal bisa sandar di pelabuhan Bakauheni. Sebelum turun kapal, gue sempatkan cek kondisi lampu2 dan ban mobil, maklum jauh perjalanan.
Page |2 Si Tuyul turun dari kapal sekitar pukul 20.00 dan lansung tancap gas menuju Bandar Lampung. Kondisi jalan cukup bagus, tanjakanpun bisa dibabat si Tuyul tanpa hambatan. Kami berhenti di RM Begadang IV di Tarahan, Lampung untuk makan malam, udah laper berat nehhh. Sekalian sholat Isya dijama’ dgn Maghrib di RM tsb. Selesai isoma, perjalananpun kami lanjutkan menuju Bandar Lampung, hujanpun mulai turun disertai angin kencang. Kota yang dilewati antara lain Bandar Lampung dan Bandar Jaya. Isi bensin pertama kali di kota Menggala, Lampung tengah, isi full tank. Lanjut terus menuju perbatasan Sumsel dengan kondisi hujan deras banget, mana sepi dan gelap pula… Sempat berhenti di tengah hutan di daerah Pematang Panggang sekedar cek Lampu belakang, khawatir mati… weleh2. Tiba di kota Tugumulyo sekitar pkl 02.30, istirahat sebentar di SPBU ngelemesin otot2 kaku sekalian mengenang masa jadi biker dulu (JKT-PLB PP), dimana SPBU Tugumulyo ini merupakan base camp istirahat, sekalian ngobrol2 ama sohib penjual oli yaitu Pak Akip, waktu dahulu lo… istirahat sekitar 10-15 menit, perjalanan dilanjut menuju kota Kayu Agung. Pukul 4.00 pagi sudah sampai di Kayu Agung, tancap terus menuju kota Tanjung Raja dan Indralaya. Pukul 4.30 sampai di kota Indralaya, tancap terus menuju tujuan akhir yaitu kota Palembang. Niat mau cari mesjid utk sholat Subuh, tapi mikir tanggung amat yak.Akhirnya diputuskan tancap terus, dan Alhamdulillah akhirnya tepat pukul 05.00 pagi, hari Sabtu tgl 11 September 2010 kami masuk kota Palembang… he he he he Alhamdulillah masih bisa sholat Subuh di mesjid sebelah rumah mertua. Selesailah cerita Etape 1, ntar dilanjut perjalanan etape 2 yak, dari Palembang menuju Padang …. Ciaooo !!
Etape 2: Palembang – Padang (15 September 2010) Selama tgl 11 – 14 September 2010, disini dgn acara kumpul keluarga, teman2 lama (Copet, Alpan, Koteh), menghadiri reuni teman2 istri di rumah Eka, makan mie celor dsb. Juga kami sempatkan urut alternatif ke kota Kayu Agung, sekalian mampir ke rumah bro Alpan-Rina. Hari Rabu, 15 September 2010, pukul 06.30 pagi perjalanan menuju Padang pun dimulai. Sempat berfoto sejenak di terminal Alang2 Lebar, Palembang, maklum belum pernah lewat, cuma sekedar tahu nama doang selama ini hehehehehe. Kota-kota yang kami lewati menuju Jambi antara lain adalah Pangkalan Balai, Betung, Sungai Lilin dan Bayung Lencir. Sekedar catatan khusus, jalur menuju Jambi sangat bagus jalannya dan lurus, ditemani rentetan perkebunan Kelapa Sawit.
Page |3
Tapi…….sangat jarang sekali ditemukan SPBU sepanjang jalur ini, ampun deh. Untung kondisi tangki si Tuyul isi penuh sejak berangkat dari Palembang… Bagi yang mau lewat jalur ini, sangat disarankan isi bensin full tank ya di Palembang atau paling mentok di Pangkalan Balai, kalau bensin cuma ½ tangki, selamat mendorong ya… Tiba di simpang jalan yang menuju kota Jambi dan kota Muara Bulian, sempat foto2 dulu hehehehehe.
Kami ambil jalur alternative menuju kota Muara Bulian, krn kalo lewat kota Jambi jalannya memutar jadi jauh. Cuma celakanya, jalur alternative ini kondisi jalannya jelek banget, banyak lubang segede gaban disana sini dan masih banyak yang belum beraspal…waduh. Sempat juga kena lubang besar, sampe isi mobil pada berantakan hahahahaha… Akhirnya sekitar 1 jam kemudian, sampai juga di kota Muara Bulian disambut hujan deras, sekitar pukul 12.00 siang.
Page |4
Mau cari makan di RM Padang tapi ngga ketemu yang pas, akhirnya baru ketemu yang benar2 pas di Kota Muara Tembesi, 30 menit kemudian. Kota Muara Tembesi merupakan persimpangan utk jalur ke kota Sarolangun dan ke kota Muara Bungo. Kamipun ambil jalur menuju kota Muara Bungo dengan melewati kota Muara Tebo. Catatan khusus, antara Muara Tembesi dan Muara Tebo sejauh kira-kira 250 km tidak ditemukan SPBU 1 pun !! sempat deg2an juga soale jarum bensin si Tuyul udah tinggal 1/4 …Alhamdulillah di Muara Tebo ada 1 SPBU lumayan besar, sekalian sholat dan istirahat (jama’ Duhur+Ashar). Bensin isi full tank dan perjalanan kami lanjut menuju kota Muara Bungo. Ada bbrp mobil berplat “B” yang beriringan dengan kami… jalur ini benar2 bikin kami bosan, karena cuma dikelilingi oleh kebun dan ilalang… payah deh. Akhirnya sekitar pukul 16.30 sore kami tiba di Kota Muara Bungo. Di simpang Muara Bungo, kami belok kanan dgn niat mau cari penginapan.. eh malah jalur tsb menuju ke Padang. Akhirnya kamu putar arah balik menuju pusat kota Muara Bungo dan Alhamdulillah sampai di hotel Plaza Bungo. Rate hotel Plaza Bungo Rp325ribu/night, lumayan murah utk hotel cukup besar di pusat kota hehehehe. Ba’da maghrib, kami jalan2 seputar hotel dan makan pecel lele/bebek, juga kopi khas Bungo hehehe. Malamnya pun molor utk persiapan besok pagi menuju kota tujuan akhir…. Padang. Pagi hari pukul 08.00, Kamis 16 September 2010, setelah breakfast dan check out hotel, perjalanan pun dilanjut. Jalur antara Muara Bungo dan kota selanjutnya, yaitu Pulau Punjung di wilayah Dharmas Raya (Sumbar) sangat bagus dan lurus… si Tuyul gue bejek rata2 sekitar 100 kpj hehehehehe.
Page |5 Sampai di Pulau Punjung, sempat isi angin ban si Tuyul, soale kok agak kurang angin. Sempat isi bensin Rp60rb di SPBU Pulau Punjung, sekedar biar full tank lagi. Sekedar catatan, jalur antara Pulau Punjung dan Sawah Lunto sangat endahhhh !!!!! bukit2 dan tebing terjal sangat indah utk dinikmati… kamipun sempat abadikan hehehehe Lanjut perjalanan menuju Sawah Lunto dan tiba gerbang Sawah Lunto sekitar pukul 11.30. Kami ketemu RM Soto Urang Awak di dekat lokasi wisata Water Boom.
Si Tuyul kami parkir di SPBU dekat RM tsb. Setelah ISOMA, perjalanan dilanjut menuju kota Solok. Lepas kota Sawah Lunto, kami sempat berhenti sejenak di took kerajinan tangan utk membeli keranjang rotan. Biasa deh, istri udah niat banget pengen beli ginian sejak lama… harga Rp 100 rb.
Perjalanan menuju kota Solok dilanjut dan akhirnya tiba di Solok sekitar pukul 13.30. Di simpang menuju pusat kota Solok sempat bingung, soale gak jelas plank penunjuk arahnya… hehehehe. Akhirnya nanya orang dan arah kami sudah benar… untung aja. Kami sempat mengabadikan si Tuyul di kota Solok lho…
Page |6
Lanjut menuju kota Padang, sempat kami berhenti di kota Kayu Aro, karena pemandangannya ruarrrr biasa dan wajib utk diabadikan. Kami berfoto di Tugu dengan latar belakang Bukit Barisan … lihat deh keindahannya… mantaffff !!!
Setelah sesi foto2 selesai, lanjut perjalanan menuju Padang melewati tikungan2 maut (Si Tinjau Laut). Bulu kuduk gue sempat merinding meliat bukit terjalnya… bayangin aja, gue bisa lihat mobil2 jauh di bawah, sedangkan kami di puncak tebing… ihhhh sssseyyyemmm banget bro !!!! Setelah melewati tikungan tebing mau Si Tinjau Laut, akhirnya kami masuk wilayah kota Padang melewati Indarung dan PT Semen Padang, dan akhirnya masuk ke pusat kota Padang, sambil cari hotal Pangeran City, di wilayah Pondok, simpang Dobi. Tepat pukul 15.15 akhirnya kami tiba di hotel Pangeran City dan check in…. Alhamdulillahhhhhhhhhh !!!!
Page |7
Malam hari ba’da maghrib, kami jalan kaki keliling blok sekitar hotel dan makan masakan Padang “Beringin”. Terus lanjut keliling2 dan pulang ke hotel, lanjut molor deh…. Etape 3: Padang – Bukit Tinggi (Jumat, 17 September 2010) Setelah breakfast dan check out dari hotel sekitar pukul 09.00 pagi, kami ada janji ketemuan dengan salah satu teman, Dona, di kantor PT. CMA – Padang. Setelah ngobrol2 sebentar, perjalanan kami lanjut menuju kota Bukit Tinggi melalui Padang Panjang. Di tengah perjalanan tepatnya di daerah Lembah Anai, kami berhenti sebentar untuk menikmati keindahan alam dan air terjun, tepat di pinggir jalan raya. Dengan hanya membayar Rp 1500/orang, sudah bisa masuk lokasi dan foto2 di dekat air terjun. Tentunya momen ini tidak disia2kan utk diabadikan looo hehehehehe
Page |8 Perjalanan dilanjut dan memasuki kota Padang Panjang, kami sempatkan berkunjung ke RM Sate Mak Syukur yang terkenal itu.
Seporsi sate Padang seharga Rp15,000 bikin perut kenyang euy hehehehehe. Terlihat pula foto SBY dan Yusuf Kalla sedang menyantap sate Mak Syukur… gile, boljug nih kedai. Setelah menikmati sate Mak Syukur dan berfoto sejenak di gerbang kota Padang Panjang, kami melanjutkan perjalanan dan tidak lama kemudian, kurang dari 1 jam sudah memasuki wilayah Bukit Tinggi. Eh benar2 gak menyangka kami dihadang macet luar biasa memasuki kota Bukit Tinggi !! Panjang sekali, mungkin sekitar 3 km.. Ternyata ada kecelakaan tunggal mobil yang masuk parit dan ditambah simpang siur simpang pasar yang ke arah Maninjau. Memasuki kota Bukit Tinggi, kami mencari2 hotel di dalam pusat kota dan akhirnya kami pilih hotel Grand Malino, tepat di depan lokasi wisata “Panorama” yang menyajikan keindahan panorama Ngarai Sianok dan Goa Jepang.
Setelah check in hotel seharga Rp375,000 utk kamar standard, kami jalan kaki masuk ke obyek wisata dan berfoto2 di depan keindahan Ngarai Sianok. Kurang lebih 1 jam kami keliling, lanjut kami melanjutkan ke “Pasar Atas” untuk makan nasi Kapau “Uni-1” dan membeli oleh2 ikan Bilih (Sekilonya Rp30,000, murah yakkk huehehehehe). Setelah itu kami kembali ke hotel dan molor……..
Page |9 Etape 4: Bukit Tinggi – Muara Bungo (Sabtu, 18 September 2010), Part#1 Ke-esok paginya, hari Sabtu 18 September 2010, setelah kami check out hotel Grand Malindo dan breakfast, perjalanan kami lanjutkan ke obyek wisata Danau Maninjau, sekitar 40 km. Melalui jalur alternatif dimana pintu masuknya berada dekat dengan hotel, kami memulai perjalanan dengan menuruni Ngarai Sianok yg elok itu…. Benar2 sungguh endahhhh, two thumbs deh !!
Tapi jalanan yang sempit, dimana lebar jalan hanya cukup utk 1 jalur dan kondisi jalan yang berkelok2 membuat gue harus konsentrasi habissss melalui jalur ini, dan pada akhirnya bertemu jalur utama jalan menuju Maninjau. Akhirnya kami bertemu tikungan yang terkenal di Maninjau, yaitu kelok-44.
Ternyata apa yang dibilang orang memang betul, kelok-44 ini benar2 curam, sempit dan tajam. Kadang beberapa kali saya harus berhenti untuk memberi kesempatan kepada kendaraan di depan untuk lewat terlebih dahulu… benar2 deh. Setelah melalui ke-44 kelokan akhirnya kami sampai juga di pinggir danau Maninjau (persimpangan) dan saya ambil ke kiri dgn harapan bisa bertemu salah satu obyek wisata. Ternyata dugaan kami meleset, seharusnya belok ke kanan utk menuju obyek wisata PLTA hehehehehe.
P a g e | 10 Tapi ndak apa2, karena arah ke kiri pun bisa menuju museum BUYA HAMKA, salah satu tokoh pahlawan nasional dan tokoh Internasional.
Setelah foto2 sejenak di depan dan di dalam museum, kami pun segera meninggalkan Maninjau dan kembali melalui jalur kelok-44…weleh2… Tanpa membuang kesempatan, tepat di kelokan ke-44 kami berhenti sejenak utk mengabadikan kesempatan langka ini.. mantappffff!!!
Kembali melanjutkan perjalanan, kali ini tujuan berikutnya adalah istana Pagaruyung di kota Batusangkar, kabupaten Tanah Datar. Rute yang dilewati adalah kembali melalui kota Padang Panjang dan tidak lupa mengisi “amunisi” si Tuyul alias bensin hingga penuh. Jalur menuju Batu Sangkar cukup baik kondisinya, dengan beberapa tikungan yang menantang dan petunjuk jalan yang cukup jelas, kecuali ketika berada di pusat kota Batusangkar…. Hehehehe..
P a g e | 11
Biasalah kalau di dalam kota banyak petunjuk jalan yang tidak dikenal wilayahnya. Tidak lupa berhubung sudah jam makan siang (12.00), kami mampir di RM makan Padang. Setelah makan dan sholat di RM tsb, kami menuju Istana Pagaruyung yang kebetulan jaraknya sudah cukup dekat, hanya 2 km saja dari RM tsb. Akhirnya tiba juga di istana Pagaruyung yang terkenal itu. Walaupun istana Pagaruyung skrg ada replica istana yang asli (sekedar catatan, istana yang asli sudah musnah terbakar habis pada tahun 2007 akibat sambaran petir, tengah malam), namun kemegahan dan besarnya istana tsb membuat kami takjub luar biasa. Beberapa kali kami mengabadikan istana tsb dengan pose2 kami yang nyeleneh huehehehehehe… narsis habisss bro !!! Gak apa2 lah norak sedikit, habis kapan lagi bisa pose di depan Pagaruyung yak.
Sekitar pukul 15.00 sore, Sabtu 18 September 2010, setelah menikmati panorama istana Pagaruyung, kami melanjutkan perjalanan menuju kota Solok melalui Danau Singkarak. Disertai hujan gerimis, kami menuju obyek wisata Danau Singkarak yang terkenal itu. Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan yg lumayan banyak tikungan khas pegunungan Bukit Barisan, akhirnya kami tiba di danau Singkarak yang sangat indah itu. Mobil kami parkir di pinggir danau dan selanjutnya berfoto2 ria di pinggir danau
P a g e | 12 hehehehhe. Sambil menikmati keindahan danau Singkarak, kami sempatkan membeli oleh2 ikan Bilih yang memang hanya hidup di danau tsb. Murah lho. Cuma Rp25,000/kg…mangtapffff !!!
Setelah menghabiskan waktu beberapa saat di danau Singkarak, perjalanan kami lanjutkan menuju kota Solok dengan kondisi hujan gerimis. Banyak mobil2 berplat “B” yang akan pulang ke Jakarta beriringan dengan kami, namun amat disayangkan cara mengemudi yang terkesan ugal2an membuat kami geleng2 kepala sambil mengelus2 data…Malu2in orang Jakarta aja tuh orang..payah deh! Tidak lama berselang, mungkin sekitar 30 menit kemudian, kami tiba di kota Solok dan memasukim pusat kota. Kali ini berhubung papan penunjuk arah cukup banyak dan jelas, tidak membuat kami kesulitan untuk menuju kota tujuan berikutnya, yaitu Sawah Lunto. Kami tiba di Sawah Lunto sekitar pukul 18.00 sore. Tanpa istirahat, kami langsung bablas menuju kota selanjutnya yaitu Pulau Punjung di kabupaten Dharmas Raya, yaitu daerah perbatasan dengan provinsi Jambi. Kondisi hujan sangat lebat dan gelap membuat kami benar2 harus extra hati2. Kota Pulau Punjung kami lewati begitu saja, kecuali mampir sebentar utk pipis hehehehehe. Lanjut perjalanan menuju perbatasan Jambi dan menuju kota Muara Bungo. Sekitar pukul 21.30 akhirnya kamipun tiba di kota Muara Bungo dan kami putuskan utk melewati jalur lintas tengah (bukan lintas timur spt saat berangkat). Kami sempatkan untuk mengisi perut yang sudah sangat keroncongan di kota Muara Bungo… maklum udah telat jam makan malan neh. Kami makan di RM pecel lele di sekitar hotel tempat kami menginap dahulu, memang sih sudah kami rencanakan hehehehehe. Tidak lama berselang, langsung kami tancap gas menuju kota Bangko. Namun di tengah perjalanan, kondisi fisik udah ngga bisa diajak kompromi lagi. Saya putuskan utk istirahat dan tidur sejenak di SPBU menuju kota Bangko, tepat di tengah2 perkebunan Kelapa Sawit. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00, dan akhirnya saya benar2 tertidur pulas hingga pukul 02.00….sshhhhhh …. Shhhhhh…. Ssshhhhhh Etape 4: Muara Bungo – Palembang (Minggu, 19 September 2010), Part#2 Setelah tertidur +/- 3 jam, tepat pukul 02.00 saya pun terbangun, kemudian cuci muka dan tancap gas lagi menuju kota Bangko. Celakanya, baru 30 menit kami berjalan, mata kok berat lagi rasanya ya??? Hehehehe….. Akhirnya saya putuskan utk istirahat kembali di sebuah SPBU… wah ternyata banyak sekali mobil2 terutama plat Jakarta yang juga istirahat. Untung masih kebagian tempat parkir nih… syukur deh.
P a g e | 13 Tepat pukul 03.30 WIB saya pun terbangun lagi, berarti saya tertidur kira2 sejam. Alhamdulillah kali ini kondisi benar2 fresh utk melanjutkan perjalanan. Tanpa membuang waktu, si Tuyul saya bejek menuju kota Bangko dan kota berikutnya yaitu Sarolangun. Karena kondisi jalan yang sangat bagus dan lurus total, si Tuyul saya bawa lari rata2 sekitar 100 kpj.. mantapffff!!! Padahal kondisi hujan cukup lumayan. Kota Sarolangun kami lewati begitu saja dan langsung tancap gas menuju perbatasan antara Jambi dan Sumsel, yaitu wilayah Musi Rawas. Pukul 05.20 kami tiba di kota pertama di Sumsel yaitu Muara Rupit. Kami berhenti sejenak utk sholat Subuh dan cuci muka+gosok gigi di salah satu mesjid Jami’ di kota Muara Rupit… biar seger blehh !!!! sekitar 30 menit kami bersih2 dan sholat, kami lanjutkan perjalanan menuju kota Lubuk Linggau diiringi hujan yang semakin deras. Sempat khawatir juga kalau sampai ada apa2 sama si Tuyul, maklum dari kemarin digeber terus dalam kondisi hujan…Namun Alhamdulillah, kondisi si Tuyul yang benar2 prima memuat hati saya tenang. Akhirnya kami tiba di kota Lubuk Linggau sekitar pukul 07.00 pagi atau hanya 1 jam perjalanan dari Muara Rupit. Walau jaraknya cukup jauh, yaitu sekitar 80 km, namun kondisi jalan yang mulus nan lurus, membuat si Tuyul bisa dipacu dengan kecepatan rata2 di atas 80 kpj.. assyikk!! Di pusat kota Lubuk Linggau, kami berhenti sebentar di pasar tradisional utk membeli barang pesanan mertua yaitu Alpukat dan gula Aren … weleh2… Tak lupa juga kami belanja buah utk keperluan selama perjalanan jauh. Sarapan pagi juga tidak lupa kami lewati di pasar tsb dengan hidangan khas Sumsel, yaitu “Burgo”. Makanan ini dibuat dari kari udang/ikan berwarna kuning dengan mie besar spt kwetiau yg dibuat dari tepung beras sebagai makanan pokonya, plus sebutir telur rebus. Rasanya?? Benar2 MAKNYUSSSS!!!!!!! Setelah perut penuh, kini giliran si Tuyul yang harus diisi “perutnya” di salah satu SPBU di kota Lubuk Linggau. Dengan kondisi full tank dan diharapkan cukup hingga kota tujuan akhir, yaitu Palembang, kamipun melanjutkan perjalanan menuju Palembang melalui jalur tidak resmi alias alternative. Rute yang akan kami lalui adalah Muara Kelingi-Muara Lakitan-Babat Toman-Sekayu-Pangkalan Balai-Palembang. Ternyata, rute yang kami lewati cukup bagus jalannya, si Tuyul pun bisa kami mainkan dengan kecepatan rata2 sekitar 80 kpj. Kota Muara Kelingi dan Muara Lakitan kami lewati begitu saja tanpa henti … eh kecuali Muara Kelingi, soalnya kebelet pipissss ……hehehehehe. Tiba di kota Babat Toman, kondisi jalan sedikit mulai rusak, tapi tidak berapa lama. Akhirnya kami tiba di kota Sekayu sekitar pukul 12.00 siang. Di ibukota Kabupaten MUBA ini, kami sempatkan utk makan siang di RM khas Sekayu, yaitu Pindang Tulang dan beberapa hidangan lainnya. Setelah perut kenyang, tanpa buang waktu lagi, kami pun melanjutkan perjalanan menuju kota Betung. Tidak lupa di kota Sekayu kami sempatkan utk mengabadikan si Tuyul di depan kantor Bupati hehehehehe.
P a g e | 14
Sayangnya perjalanan dari Sekayu menuju Betung tidak semulus jalanan sebelumnya, karena kondisi jalan yang banyak berlubang membuat perjalanan jadi terasa lama dan melelahkan. Akhirnya tiba juga di kota Betung dan jalur kembali bergabung dengan jalur lintas Sumatra dari arah Jambi. Kamipun bergegas tancap gas menuju kota Pangkalan Balai tanpa banyak halangan berarti kecuali truk2 besar yang jalannya seperti keong… aduh payah deh, mana sudah nyalipnya karena lalu lintas cukup padat. Tiba di Pangkalan Balai, kami pun mampir di SPBU… sang istri gak kuat pengen pipissss! Etape terakhir ini akhirnya selesai juga, ketika kami memasuki kota Palembang. Walaupun kami sempat kesal sekali dengan ulah pengendara truk dan bus yang berkendara dengan sangat lambat… Bayangin aja, masa kecepatan cuma 30-40 kpj saja??? Mana lajur kanan kami sangat padat, membuat kami harus satu persatu nyalip kendaraan di depan. Akhirnya tepat pukul 15.00 WIB, hari Minggu 19 September 2010 kami tiba di rumah mertua (Plaju, Palembang-red)… Alhamdulillah!!! Saya lihat jarum bensin masih 1/3 full tangki, berarti hanya habis sekitar 18 liter utk jarak sekitar 300 km, atau konsumsi 1:16 !!!! Emang si Tuyul pancen oyeee!! Setelah beres2 isi mobil dan mandi+sholat, saya pun langsung terlelap tidur sangat pulas hingga ke-esok harinya. Pastinya, di tengah2 tidur saya dibangunin istri utk sholat Maghrib, Isya dan Subuh… huehehehehehe. Etape 4: Palembang - Jakarta (Jumat, 24 September 2010) Pagi hari tepat pukul 07.00, Jumat 24 September 2010, kami berangkat dari Palembang menuju Jakarta setelah sebelumnya pamit2 dgn mertua dan saudara2 ipar. Ngga nyangka barang bawaan banyak sekali terutama oleh2, hingga ruang penumpang belakang penuh dengan barang hehehehehehe. Baru 30 menit perjalanan, tepatnya di daerah Kertapati Palembang, istri ditelpon oleh adik bhw Pak Ngah (Pak De istri) dirawat di rumah sakit Pertamina Prabumulih karena sakit keras (komplikasi). Akhirnya saya putuskan utk menuju kota Prabumulih terlebih dahulu yang jaraknya sekitar 95 km dari Palembang dan pastinya agak menyimpang cukup jauh dari rute normal (lintas timur) menuju Jakarta. Kurang lebih 1,5 jam kemudian kami sampai di RS Pertamina dan menjenguk Pak Ngah, hingga pukul 11.30 siang. Setelah pamit dgn Pak Ngah dan keluarga, kami kembali ke jalur lintas timur (60 km dari Prabumulih) dan
P a g e | 15 menuju kota pertama yaitu Kayu Agung. Sampai di kota Kayu Agung, saya berinisiatif utk lewat pusat kota, tidak melewati jalur lingkar luar seperti biasanya krn pertimbangan kondisi jalan lingkar luar sangat buruk (berlubang dan tambalan sana sini). Sempat agak bingung di dalam kota Kayu Agung karena jalur normal ternyata udah dialihkan hehehehe tapi gak nyasar banget sih. Lepas kota Kayu Agung, kami menuju kota Tugumulyo yang jaraknya kurang lebih 70 km, perjalanan cukup cepat karena lumayan sepi dan kondisi jalan cukup baik walau berbukit-bukit. Oh iya sebelum Tugumulyo, si Tuyul kami isi dulu 100 rb hingga full tank. Kota Tugumulyo kami lalui dengan cepat dan selanjutnya menuju daerah kota Surya Adi-Mesuji, yaitu perbatasan antara Sumsel dan Lampung. Eh, benar2 gak nyangka ternyata ada razia besar2an oleh aparat kepolisian!! Setiap mobil pribadi distop dan diperiksa surat2 dan semua barang bawaan…weleh2. Alhamdulillah semuanya lancar dan saya sempat ngobrol dikit dgn polisi. Menurut Polisi, ini dilakukan utk mengantisipasi gerakan teroris yg akhir2 ini marak terjadi. Ngeri juga sih ngelihat polisi yg persenjataan lengkap (senjata otomatis laras panjang) ngeri blehhh !!.... Setelah melalui proses razia, perjalanan kami lanjutkan dan tepat pukul 17.00 sore kami berhenti sejenak utk mengisi perut di daerah Unit-II Tulang Bawang, Lampung. Kami makan pecel ayam kampung dan segelas jeruk hangat. Perjalanan dilanjut dan sekitar 30 menit kemudian kami berhenti di SPBU besar utk shalat Maghrib+Isya. Setelah sholat, perjalanan kami lanjut menuju kota Bandar Jaya.Tepat pukul 21.00 WIB, kami sampai di kota Bandar Jaya, dimana kota ini merupakan pertemuan antara jalur lintas tengah dan lintas timur Sumatra. Lalu lintas sangat padat karena banyak truk2 bermuatan yang jalannya lambretta Lamborghini!!! Setelah berhasil menyalip truk2 tsb, langsung tancap gas menuju kota Bandar Lampung yang jaraknya sekitar 60 km. Satu jam kemudian kami sudah sampai Bandar Lampung dan langsung ambil jalur menuju Bakauheni yang jaraknya sekitar 90 km dari kota Bandar Lampung. Kondisi jalan lepas Bandar Lampung menuju Tarahan ternyata sangat buruk, lubang2 besar dan gundukan dimana-mana, membuat si Tuyul harus berjalan pelan2. Lepas Tarahan, kondisi jalan sangat mulus dan cukup lenggang, membuat si Tuyul bisa dibejek dengan kecepatan rata2 sekitar 80-100 kpj. Kurang lebih 1 jam kemudian, sampailah kami di pelabuhan Bakauheni. Setelah kami membayar ongkos penyeberangan sebesar Rp198 ribu, kami menuju dermaga 1. Ternyata kondisi dermaga pelabuhan Bakauheni sangat padat dikarena ada rombongan mobil yang juga hendak menyeberang. Saking padatnya, hingga kami tidak kebagian kapal utk menyeberang. Akhirnya kami diminta utk menunggu kapal berikutnya, yaitu kapal Baruna. Sekitar 30 menit kemudian kapal Baruna-pun sandar dan kami masuk dek kapal. Karena kondisi yang mulai lelah dan sangat mengantuk, saya pun tidur cukup pulas di dalam mobil sambil menunggu kapal tiba di Pelabuhan Merak. Sekitar pukul 03.45 WIB kapal pun sandar di Merak dan si Tuyul pun turun dari kapal menuju pintu keluar pelabuhan dan langsung menuju pintu tol Merak. Sekitar pukul 05.00 WIB tepatnya di tempat peristirahatan (SPBU) Tol Jkt-Merak, saya berhenti sejenak utk sholat Subuh. Setelah selesai, lanjut saya tancap gas menuju Jakarta, rata2 di Tol si Tuyul saya bawa dengan kecepatan 100 kpj. Buruknya kondisi jalan tol terutama di KM70 dan KM50 membuat mobil bergetar cukup keras (kok jalan tol kayak begini sih… kecewa berat nih gue). Tepat pukul 06.00 pagi, kami sudah tiba di rumah Lucy (adik ipar) di Pancoran utk menurunkan sebagian barang (oleh2) titipan mertua. Setelah menurunkan barang, saya langsung menuju rumah di Kota Wisata Cibubur dan sekitar 30 menit kemudian pun sampai dengan selamat di rumah, ALHAMDULILLAH. Terima kasih ya Allah, Engkau telah melindungi kami dalam perjalanan sejauh 3500 km (PP) ini tanpa hambatan sama sekali. He he he he benar2 pengalaman yang sangat berharga dan tidak bernilai.