PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP PROGRAM MERAJUT ASA TRANS7 DI RW 05 DESA CITAPEN
NURLAILA KUSUMA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku Menonton dan Kepuasan Petani terhadap Program Merajut Asa Trans7 di RW 05 Desa Citapen adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicatumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Nurlaila Kusuma NIM I34090112
ABSTRAK NURLAILA KUSUMA. Perilaku Menonton dan Kepuasan Petani terhadap Program Merajut Asa Trans7 di RW 05 Desa Citapen. Dibimbing oleh HADIYANTO. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perilaku khalayak dalam menonton program acara televisi, serta menganalisis hubungan perilaku menonton dengan tingkat kepuasan khalayak terhadap program Merajut Asa Trans7. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif. Hasil penelitian ini menjelaskan pilihan acara yang paling digemari oleh petani adalah program informasi dan hiburan. Petani memiliki durasi menonton televisi yang tergolong rendah, yaitu selama 7.50-45.75 menit/hari, begitu pula dengan durasi menonton program Merajut Asa Trans7 juga tergolong rendah, yaitu selama 1-15 menit. Petani memiliki frekuensi menonton televisi yang rendah, yaitu hanya menonton 1-4 kali dalam seminggu. Frekuensi menonton program Merajut Asa Trans7 juga rendah, yaitu 1-2 kali dalam sebulan. Durasi menonton tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan khalayak. Frekuensi menonton berhubungan dengan tingkat kepuasan khalayak, yaitu kepuasan informasi. Kata kunci: perilaku menonton, kepuasan menonton
ABSTRACT NURLAILA KUSUMA. Viewing Behavior and Farmer‟s Satisfaction of Merajut Asa Trans7 Program at the RW 05 Citapen Village. Supervised by HADIYANTO. This study aims to identify the behavior of the audience watching television, as well as analyzed the relationship between viewing behavior with the level of audiences satisfaction the programs Merajut Asa Trans7. The method was used in this study is a survey method with the quantitative approaches supported by qualitative data. The results of this study explain the choice of the most popular by farmers is the program information and entertainment. Farmers have a low duration of watching television, i.e. during 7.50-45.75 minutes/day, as well as the duration of watching programs Merajut Asa Trans7 also low, i.e. during 1-15 minutes. Farmers have a low frequency of watching television, the only watch 1-4 times a week. Frequency of watching programs Merajut Asa Trans7 also low, i.e. 1-2 times a month. Duration of watching is not associated with the level of audiences satisfaction. Frequency of watching associated with the level of audiences satisfaction, i.e. satisfaction information. Keywords: viewing behavior, viewing satisfaction
PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP PROGRAM MERAJUT ASA TRANS7 DI RW 05 DESA CITAPEN
NURLAILA KUSUMA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Perilaku Menonton dan Kepuasan Petani terhadap Program Merajut Asa Trans7 di RW 05 Desa Citapen Nama : Nurlaila Kusuma NIM : I34090112
Disetujui oleh
Ir Hadiyanto, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perilaku Menonton dan Kepuasan Petani terhadap Program Merajut Asa Trans7 di RW 05 Desa Citapen ini dengan baik. Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengkaji perilaku menonton dan kepuasan khalayak dalam menonton program acara televisi. Tujuan lainnya ialah menjadi referensi baik bagi semua pihak yang terkait. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Hadiyanto, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, ayahanda Mustofa dan ibunda Khosiah serta kakak dan adikku yang selalu memberi semangat, dukungan, dan doa kepada penulis dengan penuh keikhlasan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman baik di KPM 46 Fina, Zona, Nia, Zela yang selalu memotivasi dan memberi dukungan kepada penulis. Terima kasih kepada semua teman-teman KPM 46 yang telah memberikan dukungan dan semangat serta kebersamaan kepada penulis selama di KPM. Penulis mengetahui bahwa skripsi ini belumlah sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Juli 2013 Nurlaila Kusuma
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Kegunaan Penelitian
4
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka
5 5
Kerangka Pemikiran
10
Hipotesis
12
Definisi Operasional
12
METODE
15
Lokasi dan Waktu Penelitian
15
Teknik Pengambilan Sampel
15
Teknik Pengumpulan Data
16
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
16
Validitas dan Reliabilitas
18
GAMBARAN UMUM STASIUN TV TRANS7 DAN PROGRAM MERAJUT ASA TRANS7 19 Stasiun TV Trans7
19
Program Merajut Asa Trans7
21
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Desa Citapen PERILAKU MENONTON PROGRAM MERAJUT ASA TRANS7
23 23 29
Pilihan Acara
29
Durasi Menonton
30
Frekuensi Menonton
31
HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN TINGKAT KEPUASAN MENONTON TERHADAP PROGRAM MERAJUT ASA TRANS7
33
Tingkat Kepuasan Menonton Terhadap Program Merajut Asa Trans7
33
Hubungan Durasi Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton
34
Hubungan Frekuensi Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton
38
SIMPULAN DAN SARAN
43
Simpulan
43
Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
45
LAMPIRAN
47
RIWAYAT HIDUP
61
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20
Jenis program, kategori program, dan nama program acara Trans7 Jumlah dan persentase penduduk Desa Citapen berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2013 Jumlah dan persentase penduduk Desa Citapen berdasarkan usia dan jenis kelamin tahun 2013 Jumlah dan persentase penduduk Desa Citapen berdasarkan karakteristik individu tahun 2013 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pilihan acara di Desa Citapen tahun 2013 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton televisi di Desa Citapen tahun 2013 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton program Merajut Asa Trans7 di Desa Citapen tahun 2013 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton televisi di Desa Citapen tahun 2013 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton program Merajut Asa Trans7 di Desa Citapen tahun 2013 Rataan skor tingkat kepuasan menonton di Desa Citapen tahun 2013 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton dan kepuasan informasi di Desa Citapen tahun 2013 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton dan kepuasan identitas pribadi di Desa Citapen tahun 2013 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton dan kepuasan integrasi dan interaksi sosial di Desa Citapen tahun 2013 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton dan kepuasan hiburan di Desa Citapen tahun 2013 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi durasi menonton dengan tingkat kepuasan menonton program Merajut Acara Trans7 di Desa Citapen tahun 2013 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton dan kepuasan informasi di Desa Citapen tahun 2013 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton dan kepuasan identitas pribadi di Desa Citapen tahun 2013 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton dan kepuasan integrasi dan interaksi sosial di Desa Citapen tahun 2013 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton dan kepuasan hiburan di Desa Citapen tahun 2013 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi frekuensi menonton dengan tingkat kepuasan menonton program Merajut Acara Trans7 di Desa Citapen tahun 2013
20 23 24 26 29 30 31 32 32 33 34 35 36 37
37 38 39 39 40
41
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Uses and Gratifications Model Kerangka Pemikiran Tahapan pengambilan sampel Logo Trans7 Persentase mata pencaharian penduduk di Desa Citapen tahun 2012
8 11 16 20 25
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Lokasi penelitian Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Kerangka sampling Kuesioner penelitian Hasil uji reliabilitas kepuasan menonton Hasil uji statistik korelasi rank Spearman
47 48 51 56 57
PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian ini. Subbab latar belakang menjelaskan alasan penelitian ini dilakukan. Subbab perumusan masalah menjelaskan hal-hal apa saja yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Sementara itu, subbab tujuan penelitian mengarahkan untuk menjawab perumusan masalah yang telah dibuat dan mengarahkan pencari data yang dibutuhkan. Subbab yang terakhir dalam bab ini adalah kegunaaan penelitian yang menjelaskan manfaat dari penelitian ini. Latar Belakang Televisi memegang peran penting dalam menyediakan informasi yang cepat sehingga televisi banyak diminati. Kemajuan teknologi televisi dan sistem satelit komunikasi telah mempunyai jangkauan yang luas dalam mengatasi jarak, ruang, dan waktu. Di Indonesia, sistem penyiaran televisi berada langsung dibawah kendali atau kontrol serta pengaturan dari pemerintah, untuk digunakan sebagai instrumen penyebarluasan kebijakan pemerintah demi tujuan pembinaan bangsa. Proses atau cara pengendalian dapat dilihat melalui berbagai kebijakan (Wahyuni 2000). Menurut UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sekarang ini lebih banyak terdapat lembaga penyiaran swasta yang bersifat komersial, seperti SCTV, MNC TV, ANTV, Indosiar, Trans7, Metro TV, Trans TV, dan Global TV. Kemunculan berbagai macam stasiun televisi tersebut menambah pilihan bagi khalayak dalam menggunakan media massa untuk mengakses informasi yang mereka butuhkan. Namun, besarnya persaingan antara stasiun televisi dalam mendapatkan khalayak, khususnya stasiun televisi swasta, tidak diikuti dengan program acara yang berkualitas. Jika dilihat dari fungsinya, media penyiaran adalah sebagai kontrol dan perekat sosial. Selain itu, media penyiaran berfungsi menjadi sarana bagi kebudayaan sekaligus ekonomi. Seperti yang dikatakan Mahfudz Siddiq bahwa isi siaran memiliki efek besar bagi kehidupan masyarakat. Beliau juga menyinggung terlalu banyaknya porsi tayangan hiburan yang disajikan ke masyarakat, padahal masyarakat juga membutuhkan tayangan yang edukatif dan informatif (KPI 2013) 1 . Hal ini didukung oleh penelitian Hadiyanto (2004) yang menyatakan motif-motif menonton televisi yang utama adalah hiburan dan memperoleh informasi. Oleh karena itu, dibutuhkan program acara informasi yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan khalayak dalam mencari informasi. 1
Diunduh2013 Februari 18. Tersedia pada: http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/22-literasimedia/31129-literasi-media-membentuk-pemahaman-dan-kepedulian-masyarakat-terhadap-isisiaran.
2 Salah satu program acara informasi yang ada sekarang ini adalah Merajut Asa milik Trans7. Menurut website Trans7, Merajut Asa Trans7 mengangkat tentang permasalahan yang terjadi di masyarakat kecil dan memberikan solusi sehingga permasalahan tadi menjadi teratasi. Program acara ini terbagi menjadi tiga segmen yang masing-masing terdiri dari pengenalan masalah yaitu penuturan beberapa orang narasumber tentang problem yang mereka alami sehingga membuat kehidupan mereka semakin sulit. Segmen berikutnya, tentang upaya seorang narasumber (tokoh utama) yang tergerak untuk melakukan suatu usaha memecahkan masalah yang terjadi dengan segala suka dukanya. Terakhir tentang kisah keberhasilan dari tokoh tersebut dalam mencari solusi dari masalah dan manfaatnya yang dirasakan oleh masyarakat yang lain. Lokasi liputan program acara ini di pelosok-pelosok desa seluruh Indonesia. Episode Merajut Asa Trans7 yang ditayangkan tanggal 5 Oktober 2012mengangkat kisah seorang mantan camat yang mempelopori gerakan penghijauan di Desa Bumiaji, Kota batu, Jawa Timur. Daerah perbukitan ini terdapat lokasi mata air Sungai Berantas. Pada tahun 2003, tempat ini dilanda bencana banjir bandang yang disebabkan oleh alih fungsi lahan Perhutani menjadi ladang rakyat. Agar bencana ini tidak berulang kembali, tokoh tersebut menanam tanaman jenis bambu di sepanjang aliran sungai. Selanjutnya, ia bersama warga menanam jenis tanaman keras, seperti kopi di sela-sela ladang yang mereka garap. Selain itu, ia juga menyempatkan diri untuk memberi pendidikan lingkungan hidup pada anak-anak di sekitar daerahnya2. Program Merajut Asa Trans7 sudah sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam UU No 32 Tahun 2002 pasal 5 huruf f, yaitu penyiaran diarahkan untuk menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup. Program tersebut mendorong peran aktif masyarakat untuk melestarikan lingkungan hidup dengan menayangkan tokoh inspiratif yang peduli dengan lingkungan sekitar. Kemudian, Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran Tahun 2012 pasal 22 juga menyebutkan bahwa lembaga penyiaran wajib menjalankan dan menjunjung tinggi idealisme jurnalistik yang menyajikan informasi untuk kepentingan publik dan pemberdayaan masyarakat, membangun dan menegakkan demokrasi, mencari kebenaran, melakukan koreksi dan kontrol sosial, dan bersikap independen. Dengan demikian, program acara televisi yang dibutuhkan oleh khalayak adalah program acara yang mengandung unsur pemberdayaan masyarakat, terutama masyarakat desa yang masih bekerja dibidang pertanian. Serta program acara yang berisi cara melestarikan lingkungan sekitarnya, seperti program Merajut Asa Trans7. Hadirnya program Merajut Asa Trans7 menambah pilihan acara bagi khalayak. Khalayak memiliki banyak pilihan acara yang dapat ditonton sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang dirasakannya. Menurut West dan Turner (2008), teori kegunaan dan gratifikasi menyatakan bahwa orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan atau hasil tertentu. Pemirsa dapat dilihat sebagai individu yang aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka
2
Diunduh 2013 Mei 1. Tersedia pada: http://www.trans7.co.id/frontend/home/view/598
3 gunakan dalam hal memenuhi kebutuhannya dan individu ini tahu apa yang dibutuhkannya dan bagaimana memenuhinya. Adanya kebutuhan yang berbeda dari setiap khalayak akan mempengaruhi perilaku mereka dalam memilih program acara televisi yang dianggap sesuai dengan minat dan kebutuhan. Menurut DeFleur dan Lowery (1994), perilaku menonton adalah kebiasaan dan tindakan dalam menonton siaran televisi karena dorongan dalam dirinya untuk menonton televisi. Perilaku menonton mencakup tiga aspek, yaitu pilihan acara, durasi menonton, dan frekuensi menonton. Perilaku menonton akan meningkat ketika semua kebutuhan terpenuhi. Hal ini didukung oleh penelitian Badriah (2003) yang menyatakan semakin tinggi durasi remaja menonton program acara hiburan maka akan semakin terpenuhi semua kebutuhan baik informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, maupun hiburan. Setelah khalayak menonton program acara televisi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkannya maka akan menghasilkan kepuasan tersendiri bagi khalayak. Kepuasan khalayak terhadap program acara televisi akan mempengaruhi khalayak dalam menonton program acara yang sama pada waktu yang berbeda. Merajut Asa Trans7 adalah program acara pengembangan masyarakat dan pelestarian lingkungan sekitar yang mengangkat kisah-kisah masyarakat kecil, seperti petani, nelayan, dan usaha mikro yang sedang mengalami permasalahan. Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan motivasi kepada penonton, khususnya masyarakat kecil yang berada di pedesaan terutama yang bekerja di bidang pertanian agar tidak menyerah pada keadaan dan ikut melestarikan lingkungan. Petani merupakan khalayak yang membutuhkan tokoh inspiratif yang dapat memberikan solusi dalam mengatasi beragam masalah pertanian serta dapat melestarikan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor karena berdasarkan hasil penjajagan, daerah tersebut masih terdapat lahan pertanian dan warga yang tergolong sebagai petani. Melalui pemilihan program Merajut Asa Trans7 yang ditonton oleh petani dapat dilihat kepuasan khalayak dalam menonton yang didasari oleh perilaku khalayak dalam memilih program yang sesuai dengan kebutuhannya. Perumusan Masalah Berbagai program acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi menambah pilihan khalayak dalam menonton. Seperti program Merajut Asa Trans7 yang merupakan salah satu program acara informasi dan menjadi pilihan khalayak. Banyaknya permasalahan sosial yang ada di lingkungan sekitar membuat khalayak khususnya masyarakat kecil yang berada di desa agar tidak menyerah pada keadaan dan tetap melestarikan lingkungan. Khalayak membutuhkan sebuah tayangan yang dapat memberikan informasi dan motivasi mengenai lingkungan sekitarnya. Pemilihan program acara di televisi tergantung dengan kebutuhan khalayak terhadap suatu tayangan, begitupun dalam memilih program Merajut Asa Trans7. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu dikaji, yaitu: 1. Bagaimana perilaku petani dalam menonton program acara televisi?
4 2.
Bagaimana hubungan perilaku menonton dengan tingkat kepuasan petani dalam menonton program Merajut Asa Trans7? Tujuan Penelitian
1. 2.
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: Mengidentifikasi perilaku petani dalam menonton program acara televisi. Menganalisis hubungan perilaku menonton dengan tingkat kepuasan petani dalam menonton program Merajut Asa Trans7. Kegunaan Penelitian
1.
2.
3.
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi sarana untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman mengenai penggunaan media oleh khalayak dan kepuasan khalayak terhadap suatu program. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sumber rujukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media oleh khalayak dan kepuasan khalayak terhadap suatu program. Bagi pihak media, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukkan untuk membuat format suatu program acara yang sesuai dengan minat dan kebutuhan khalayak.
PENDEKATAN TEORITIS Bab ini menjelaskan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Bahan pustaka yang dirujuk berasal dari beberapa sumber berupa buku dan hasil penelitian sebelumnya. Beberapa bahan pustaka yang dijelaskan dalam bab ini adalah perilaku khalayak menonton televisi, kepuasan khalayak dalam menonton televisi, teori use and gratifications, dan televisi. Subbab kerangka pemikiran menjelaskan variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini. Subbab hipotesis penelitian menjelaskan proposisi yang diuji dalam penelitian ini dan subbab definisi operasional menjelaskan kriteria dan standar pengkategorian masing-masing variabel yang diuji. Tinjauan Pustaka Perilaku Khalayak Menonton Televisi Perilaku menonton adalah kebiasaan dan tindakan dalam menonton siaran televisi karena dorongan dalam dirinya untuk menonton televisi. Menurut DeFleur dan Lowery (1994), perilaku menonton televisi mencakup tiga aspek, yaitu (1) pilihan acara yang ditonton; (2) durasi menonton; dan (3) frekuensi menonton. Perilaku khalayak dalam menonton juga dipengaruhi oleh karakteristik khalayak. (1) Pilihan acara yang ditonton dalam sehari adalah banyaknya jenis acara televisi yang disaksikan oleh khalayak dalam satu hari. Pilihan acara yang ditonton dipengaruhi oleh karakteristik khalayak. Kusumah (2010) menyatakan bahwa tingkat pendidikan khalayak memengaruhi pilihan acara yang ditonton. (2) Durasi menonton adalah lamanya waktu yang digunakan oleh khalayak dalam menonton program acara televisi. Hasil penelitian Badriah (2003) menyatakan durasi menonton dengan kepuasan informasi memiliki hubungan nyata dan searah baik di desa maupun di kota. Semakin tinggi durasi menonton maka semakin tinggi kepuasan informasi remaja akan program acara hiburan baik di desa maupun di kota. (3) Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan khalayak dalam menonton sebuah program acara. Penelitian Andremica (2010) menyatakan frekuensi menonton memiliki hubungan nyata dengan kepuasan hiburan. Hal ini menunjukkan semakin tinggi frekuensi menonton maka semakin tinggi kepuasan hiburan responden dalam menonton program berita TV One. Kepuasan Khalayak dalam Menonton Televisi Katz dalam Lull (1998) menyatakan bahwa menurut teori use and gratification ini, khalayak ramai bukanlah dianggap sebagai penerima atau korban pasif media massa. Pendukung perspektif ini secara blak-blakan menyatakan bahwa orang secara aktif menggunakan media massa untuk memuasakan kebutuhan tertentu yang dapat dispesifikasikan. Jadi, perspektif baru ini menjadi suatu imbangan yang penting dan realistis dengan menekankan bagaimana khalayak mempengaruhi secara positif pengalaman media mereka sendiri. Bukannya menanyakan apa yang media lakukan terhadap orang-orang, para
6 peneliti “kegunaan dan kepuasan” justru membalikkan pertanyaan itu menjadi apa yang orang lakukan dengan media? Menurut Effendy (1993), mengenai kebutuhan biasanya orang merujuk kepada hirarki kebutuhan yang ditampilkan oleh Abraham Maslow (1954). Ia membedakan lima perangkat kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan cinta, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kemudian, kebutuhan yang menarik perhatian para peneliti uses and gratifications adalah kebutuhan cinta, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Maslow dalam Daryanto (2010) hanya bertolak dari asumsi dasar, yaitu: (1) Manusia selalu mempunyai kebutuhan untuk berkembang dan maju. (2) Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih pokok terlebih dahulu sebelum berusaha memenuhi kebutuhan lainnya. Artinya, kebutuhan yang lebih mendasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan tambahan yang lebih tinggi mulai mengendalikan perilaku seseorang. Hal penting dari pemikiran Maslow dalam Daryanto (2010) adalah kebutuhan yang telah dipenuhi (sebagian atau keseluruhan) akan berhenti daya motivasinya. Kemudian, motivasinya berpindah ke upaya untuk memenuhi kebutuhan lainnya yang lebih tinggi. Pemahaman tentang adanya hubungan yang erat antara perilaku dan kebutuhan adalah penting. Paling tidak untuk dapat menciptakan kepuasan atau mengurangi ketidakpuasan individu. Sementara itu, Katz et al. dalam Effendy (1993) mengelompokkan kebutuhan terhadap media atas lima kelompok sebagai berikut: (1) Cognitif needs, kebutuhan akan pengetahuan. (2) Afective needs, berhubungan dengan upaya untuk memperkuat pengalamanpengalaman emosional dan aestetik. (3) Integrative need, berhubungan untuk memperkuat rasa percaya diri, kestabilan kredibilitas seseorang. (4) Need relating, untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. (5) Needs related to escape or tension release need, dihubungkan dengan upaya untuk melarikan diri dari situasi yang tidak menyenangkan atau melepaskan diri dari tekanan. McQuail (1991) menyatakan penyebab penggunaan media terletak dalam lingkungan sosial atau psikologis yang dirasakan sebagai masalah dan media digunakan untuk menanggulangi masalah itu (pemuasan kebutuhan). Sehingga kebutuhan, motif, penggunaan media, dan fungsi media saling berhubungan sedemikian rupa sehingga menciptakan upaya pemenuhan kebutuhan dan memberikan kepuasan kepada khalayak. Program acara televisi yang ditonton oleh khalayak diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mereka. Terpenuhinya kebutuhan khalayak akan menghasilkan kepuasan sehingga khalayak akan selalu menonton program acara tersebut pada waktu yang berbeda. Khalayak menonton program acara televisi karena televisi memiliki aspek-aspek yang dapat memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan kepada khalayak. Penelitian Badriah (2003) menunjukkan bahwa perilaku menonton, yaitu durasi menonton dan pemenuhan kebutuhan informasi memiliki hubungan yang nyata. Artinya, semakin tinggi durasi responden menonton maka semakin terpenuhi kebutuhannya dalam menonton televisi. Demikian pula dengan aspek-
7 aspek pemenuhan kebutuhan lain, seperti pemenuhan kebutuhan identitas pribadi, integritas dan interaksi sosial, serta hiburan. Semakin tinggi durasi menonton maka semakin terpenuhi kebutuhan pemenuhan kebutuhan identitas pribadi, integritas dan interaksi sosial, serta hiburan responden dalam menonton program acara hiburan. Penelitian Andremica (2010) menunjukkan bahwa frekuensi menonton memiliki hubungan positif nyata dengan tingkat kepuasan hiburan. Artinya, semakin tinggi frekuensi responden menonton maka tingkat kepuasan hiburan dalam menonton program berita TV One juga akan semakin tinggi. Responden menyaksikan suatu berita tertentu yang sedang hangat dibicarakan, maka biasanya muncul rasa penasaran sehingga membuat mereka terus-menerus mengikuti perkembangan berita tersebut, misalnya berita terkait dengan tokoh masyarakat atau artis yang sedang naik daun sehingga responden bukan hanya memeroleh kepuasan informasi tetapi juga kepuasan hiburan. Penelitian tersebut membuktikan bahwa durasi khalayak menonton dapat memengaruhi tingkat kepuasan khalayak dalam menonton program acara televisi. Semakin lama durasi menontonnya, semakin tinggi tingkat kepuasan khalayak dalam menonton televisi. Selain itu, frekuensi menonton juga dapat memengaruhi tingkat kepuasan khalayak dalam menonton program acara televisi. Semakin sering frekuensi menonton maka semakin tinggi juga tingkat kepuasaan khalayak dalam menonton televisi. Teori Use and Gratifications Menurut West dan Turner (2008), Teori Kegunaan dan Gratifikasi (Uses and Gratification Theory) menyatakan bahwa orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan atau hasil tertentu. Uses and Gratification Theory menganggap orang aktif karena mereka mampu untuk mempelajari dan mengevaluasi berbagai jenis media untuk mencapai tujuan komunikasi. Menurut McQuail (1991), penyebab penggunaan media terletak dalam lingkungan sosial atau psikologis yang dirasakan sebagai masalah dan media digunakan untuk menanggulangi masalah itu (pemuasan kebutuhan). Sehingga kebutuhan, motif, penggunaan media, dan fungsi media saling berhubungan sedemikian rupa sehingga menciptakan upaya pemenuhan kebutuhan dan memberikan kepuasan kepada khalayak. Katz, Blumler dan Gurevitch (1974) dalam West dan Turner (2008), menyatakan bahwa terdapat lima asumsi dasar Uses and Gratifications Theory, yaitu: (1) Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan. Khalayak memilih di antara berbagai jenis media untuk memperoleh kepuasan yang berbeda. (2) Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat pada anggota khalayak. Khalayak memiliki banyak otonomi dalam proses komunikasi massa. (3) Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan. Media dan khalayak tidak berada dalam kevakuman. Keduanya adalah bagian dari masyarakat luas, dan hubungan antara media dan khalayak dipengaruhi oleh masyarakat.
8 (4) Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai penggunaan tersebut kepada para peneliti. (5) Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak. Penelitian yang menggunakan uses and gratifications model memusatkan perhatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan. Dalam persoalan ini, pendekatan uses and gratifications model menyajikan alternatif lain dalam memandang hubungan antara isi media dengan komunikan dan pengkategorian isi media menurut fungsi. Katz (1974) dan Dennis McQuail (1975) dalam Ardianto E, Karlinah S, Komala L (2007) menggambarkan logika yang mendasari penelitian uses and gratifications model sebagai berikut:
Faktor Sosial Psikologis Menimbulkan (1)
Kebutuhan yang Melahirkan (2)
Harapan-harapan terhadap media atau sumber lain yang mengarah pada (3-4)
Berbagai pola penghadapan media (5)
Menghasilkan gratifikasi kebutuhan (6) Konsekuensi lain yang tidak diinginkan (7)
Gambar 1 Uses and Gratifications Model Sumber: Ardianto E, Karlinah S, Komala L (2007)
Setiap individu berharap bahwa konsumsi atau penggunaan media massa tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya itu. Hal ini menuntunya pada kegiatan menonton program televisi tertentu, membaca isi majalah tertentu dan sebagainya. Dalam contoh ini, penggunaan media dapat dikatakan merupakan alternatif fungsional bagi interaksi yang sesungguhnya. Model-model kegunaan dan gratifikasi dirancang untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau kelompok-kelompok individu. Model-model ini menyajikan kerangka bagi sejumlah studi yang berbeda-beda termasuk Katz dan Gurevitch (1994) dalam Ardianto E, Karlinah S, Komala L (2007) yang menggunakan riset kegunaan dan gratifikasi untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan berbagai media dilihat dari fungsi dan karakteristik lainnya. Penelitian ini menghasilkan sebuah model sederhana yang memperhatikan bagaimana sebagian besar media itu memiliki kesamaan. Televisi Menurut Riswandi (2009), televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Hal tersebut membuat banyak khalayak lebih memilih televisi dalam mengakses informasi dan sebagai sarana hiburan. Televisi memiliki berbagai macam fungsi. Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yaitu memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada televisi (Ardianto 2007). Menurut Hofmann (1999), saat ini televisi tidak dilihat lagi sebagai sarana
9 pendidikan (dalam arti pendidikan formal) dan juga tidak seharusnya (meskipun de facto demikian) sebagai alat promosi perdagangan. Lima fungsi yang diungkapkan oleh Hofmann (1999) yang pada umumnya diakui adalah: (1) Pengawasan situasi masyarakat dan dunia Fungsi ini sering disebut informasi. Namun, di sini istilah informasi sengaja tidak dipakai supaya tidak timbul salah paham seakan-akan fungsi televisi adalah saluran penerangan bagi penguasa untuk memberi informasi kepada rakyat sesuai dengan kepentingan pemerintah. Fungsi televisi yang sebenarnya adalah mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. (2) Menghubungkan satu dengan yang lain Menurut Neil Postman, televisi tidak berkesinambungan. Akan tetapi, televisi yang menyerupai sebuah mosaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan satu dengan hasil pengawasan lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis. (3) Menyalurkan budaya Televisi tidak hanya mencari, tetapi juga ikut memperkembangkan kebudayaan. Kebudayaan yang diperkembangkan oleh televisi merupakan tujuan tanpa pesan khusus didalammya. Fungsi ini dilihat sebagai pendidikan. (4) Hiburan Saat ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia. Tanpa hiburan manusia tidak dapat hidup wajar. Hiburan itu merupakan rekreasi, artinya berkat hiburan manusia menjadi segar untuk kegiatan-kegiatan lainnya. (5) Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat Dalam keadaan darurat, televisi harus proaktif memberi motivasi dan menganjurkan supaya orang mau dibantu secara preventif. Televisi sudah banyak mengalami perkembangan yang ditandai dengan kemunculan berbagai stasiun televisi. Kemunculan berbagai stasiun televisi ini dapat menambah pilihan bagi khalayak dalam menonton program acara yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Menurut Morissan (2005), undangundang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah „siaran‟ yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun, program berasal dari Bahasa Inggris programme atau dalam penulisan gaya Amerika program yang berarti acara atau rencana. Bagian yang paling bertanggung jawab dalam mengelola program atau acara pada suatu stasiun penyiaran adalah departemen program. Menurut Morissan (2005), berbagai jenis program dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: (1) Program informasi (berita) Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak. Daya tarik program ini adalah informasi. Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: a. Berita keras (hard news) yaitu segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui khalayak. Istilah lain dari berita keras adalah straight news.
10 b.
Berita lunak (soft news) adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepht), tetapi tidak bersifat harus segera ditayangkan. Istilah lain dari berita lunak misalnya news magazine, current affair, dan lain-lain. Infotainment juga merupakan salah satu bentuk program berita. Namun demikian, fungsi infotrainment sebenarnya lebih besar sebagai hiburan bagi khalayak. (2) Program hiburan Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur khalayak dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program hiburan dapat dibagi menjati tiga bagian yaitu: a. Program drama adalah pertunjukkan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Program televisi yang termasuk dalam drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film. b. Program permainan atau game show merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Program ini pun dapat dirancang dengan melibatkan khalayak. Program permaianan dibagi menjadi tiga jenis yaitu quiz show, ketangkasan, reality show. c. Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu videoklip atau konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Program musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik khalayak tidak saja dari kualitas suara, tetapi juga berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik. Penyiaran program acara sangat dibutuhkan penataan acara yang tepat. Hal ini dikarenakan stasiun televisi harus menyajikan berbagai menu program acara secara berkesinambungan tanpa terputus dan pengelola program acara harus memiliki strategi menata program acara. Menentukan jadwal penayangan suatu program acara ditentukan atas dasar perilaku khalayak, yaitu rotasi kegiatan mereka dalam satu hari dan juga kebiasaan untuk menonton televisi pada jam tertentu. Pada prinsipnya, siaran televisi harus dapat menemani aktivitas apapun dari khalayak dan pada umumnya khalayak memiliki perilaku yang sama pada setiap bagian hari, apakah pagi, siang atau malam hari (Morissan 2005). Kerangka Pemikiran Televisi memegang peran penting dalam menyediakan informasi yang cepat sehingga televisi banyak diminati masyarakat. Hal ini dibuktikan dalam kemajuan teknologi televisi dan sistem satelit komunikasi yang sudah mempunyai jangkauan yang luas dalam mengatasi jarak, ruang, dan waktu. Sekarang ini, lebih banyak terdapat lembaga penyiaran swasta yang bersifat komersial. Namun, besarnya persaingan antara stasiun televisi dalam mendapatkan khalayak khususnya stasiun televisi swasta, tidak diikuti dengan program acara yang berkualitas. Padahal masyarakat terutama yang bekerja dibidang pertanian juga
11 membutuhkan tayangan yang edukatif dan informatif. Motif-motif menonton televisi yang utama adalah untuk hiburan dan memperoleh informasi. Oleh karena itu, dibutuhkan program acara informasi yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan petani dalam mencari informasi. Salah satu program acara informasi yang ditayangkan di televisi adalah program Merajut Asa Trans7. Hadirnya program Merajut Asa Trans7 menambah pilihan program acara bagi petani. Petani memiliki banyak pilihan program acara yang dapat ditonton sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang dirasakannya. Pemirsa dapat dilihat sebagai individu yang aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan dalam hal memenuhi kebutuhannya dan individu ini tahu apa yang dibutuhkannya dan bagaimana memenuhinya. Adanya kebutuhan yang berbeda dari setiap petani akan mempengaruhi perilaku mereka dalam memilih program acara televisi yang dianggap sesuai dengan minat dan kebutuhan. Perilaku menonton adalah kebiasaan dan tindakan dalam menonton siaran televisi karena dorongan dalam dirinya untuk menonton televisi. Perilaku petani dalam menonton dapat dilihat dari pilihan acara, durasi menonton, dan frekuensi menonton. Perilaku menonton ini diduga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan petani dalam menonton untuk memenuhi kebutuhannya. Tingkat kepuasan petani dalam menonton dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan petani dalam hal informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta kebutuhan akan hiburan. Berdasarkan uraian sebelumnya maka dijelaskan keterkaitan antara beberapa variabel sehingga dapat menggambarkan kajian mengenai perilaku petani dalam menonton dengan tingkat kepuasan petani dalam menonton televisi. Keterkaitan antar variabel tersebut dapat dilihat dalam kerangka pemikiran pada Gambar 2. Tingkat kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7: 1. Informasi 2. Identitas pribadi 3. Integrasi dan interaksi sosial 4. Hiburan
Perilaku menonton: 1. Pilihan acara - Program acara informasi - Program acara hiburan
2. Durasi menonton 3. Frekuensi menonton Keterangan : : Berhubungan langsung : Berhubungan tidak langsung Gambar 2 Kerangka Pemikiran
12 Hipotesis 1.
Terdapat hubungan antara perilaku menonton (durasi menonton, frekuensi menonton) dengan tingkat kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7. Definisi Operasional
1.
Perilaku menoton adalah tindakan yang dilakukan oleh khalayak dalam menyaksikan program acara televisi. Perilaku menonton program acara televisi dilihat dari pilihan acara, durasi menonton, dan frekuensi menonton. a. Pilihan acara merupakan program acara televisi yang ditonton oleh responden. Pengukuran menggunakan skala nominal dengan dua kategori, yaitu: (1) Program acara informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak, yang meliputi berita, infotaiment, talk show, dan dokumenter. (2) Program acara hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur khalayak dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan, yang meliputi sinetron, permainan, dan pertunjukan. b. Durasi menonton adalah lamanya waktu yang digunakan oleh responden dalam menonton acara televisi, yang meliputi: (1) Durasi menonton televisi adalah lamanya waktu yang digunakan oleh responden dalam menyaksikan acara televisi perhari. Diukur berdasarkan rata-rata jumlah jam menonton perhari. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan dua kategori, yaitu: Rendah : 7.50-45.75 menit/hari Tinggi : 45.76-95.00 menit/hari (2) Durasi menonton program Merajut Asa Trans7 adalah lamanya waktu yang digunakan oleh responden dalam menyaksikan program Merajut Asa Trans7 dalam sekali tayang pada episode terakhir yang disaksikan oleh responden. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan dua kategori, yaitu: Rendah : 1-15 menit Tinggi : 15-30 menit c. Frekuensi menonton adalah intensitas atau tingkat keseringan responden dalam menyaksikan acara televisi dalam satu periode, yang meliputi: (1) Frekuensi menonton televisi adalah intensitas atau tingkat keseringan responden dalam menyaksikan acara televisi dalam satu minggu. Diukur berdasarkan rata-rata tingkat keseringan menonton selama seminggu. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan dua kategori, yaitu: Rendah : 1-4 kali menonton dalam seminggu Tinggi : 5-7 kali menonton dalam seminggu (2) Frekuensi menonton program Merajut Asa Trans7 adalah tingkat keseringan responden dalam menyaksikan program Merajut Asa
13
2.
Trans7 selama satu bulan terakhir. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan dua kategori, yaitu: Rendah : 1-2 kali menonton dalam sebulan Tinggi : 3-4 kali menonton dalam sebulan Tingkat kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7 adalah terpenuhinya kebutuhan responden dalam menonton program Merajut Asa Trans7 yang dilihat dari kebutuhan informasi, kebutuhan identitas pribadi, kebutuhan integrasi dan interaksi sosial, dan kebutuhan hiburan. Variabel ini diukur menggunakan skala interval dengan lima kategori, yaitu: Sangat Tidak Puas, skor 1 Tidak Puas, skor 2 Cukup Puas, skor 3 Puas, skor 4 Sangat Puas, skor 5 Berdasarkan data yang diperoleh, rataan skor minimum dalam tingkat kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7 adalah 2.00 dan rataan skor maksimum adalah 5.00, sehingga jarak intervalnya adalah (5.00-2.00)/2 = 1.5. Oleh karena itu, dapat diketahui skor untuk tingkat kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7, sebagai berikut: Skor 2.00-3.50 = rendah Skor 3.51-5.00 = tinggi Skor untuk masing-masing tingkat kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7 dijelaskankan sebagai berikut: a. Kepuasan informasi adalah terpenuhinya kebutuhan responden mengenai berita tentang peristiwa dan kondisi lingkungan sekitar, pencarian bimbingan, memuaskan rasa ingin tahu dan minat, rasa damai melalui penambahan pengetahuan. Kepuasan informasi rendah : skor 2.00-3.50 Kepuasan informasi tinggi : skor 3.51-5.00 b. Kepuasan identitas pribadi adalah terpenuhinya kebutuhan responden dalam menunjang nilai-nilai pribadi, identifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media), dan peningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. Kepuasan identitas pribadi rendah : skor 2.00-3.50 Kepuasan identitas pribadi tinggi : skor 3.51-5.00 c. Kepuasan integrasi dan interaksi sosial adalah terpenuhinya kebutuhan responden akan kondisi lingkungan dan keadaan orang lain, identifikasi diri dengan orang lain, menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial, menjalankan peran sosial, berhubungan dengan orang lain. Kepuasan integrasi dan interaksi sosial rendah : skor 2.00-3.50 Kepuasan integrasi dan interkasi sosial tinggi : skor 3.51-5.00 d. Kepuasan hiburan adalah terpenuhi kebutuhan responden dalam melepaskan diri dari permasalahan, bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan ekstetis, serta mengisi waktu. Kepuasan hiburan rendah : skor 2.00-3.50 Kepuasan hiburan tinggi : skor 3.51-5.00
METODE Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui pendekatan lapang secara langsung. Data kuantitatif digunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku menonton dan kepuasan menonton. Sementara itu, data kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku menonton televisi. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RW 05 Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan sebagai berikut: (1) Menurut keterangan penduduk pada observasi awal, di RW 05 program yang ditayangkan oleh Trans7 dapat dilihat dengan jernih dan jelas tanpa ada gangguan sinyal. Serta di RW 05 sudah banyak penduduk yang memiliki televisi dibandingkan dengan RW lainnya di Desa Citapen. (2) Mayoritas penduduk RW 05 bermata pencaharian sebagai petani, yang sesuai dengan sasaran program Merajut Asa Trans7. Lokasi ini diharapkan dapat menjelaskan perilaku menonton dan kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7 di Desa Citapen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer (Singarimbun dan Effendi 1989). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk RW 05 Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Unit analisa dalam penelitian ini adalah individu. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Riduwan (2009), teknik purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbanganpertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Pengambilan sampel dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: (1) Seluruh penduduk RW 05 Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor diberikan angket sederhana berisi kebiasaan menonton, khususnya terhadap program Merajut Asa Trans7, dan kesediaan untuk menjadi responden. Hal ini dilakukan karena peneliti belum mengetahui profil populasi. (2) Setelah mengetahui responden yang memenuhi kedua indikator yang telah ditentukan yaitu menonton program Merajut Asa Trans7 dan bersedia
16 menjadi responden. Dipilih penduduk yang bermata pencaharian di bidang pertanian untuk dijadikan sampel penelitian, karena sesuai dengan isi acara program Merajut Asa Trans7. Kemudian didapatkan sebanyak 46 orang buruh tani yang bersedia menjadi responden penelitian (Lampiran 3).
Seluruh penduduk RW 05 diberi angket
Terdapat 86 orang menonton dan bersedia menjadi respoden
Dipilih 46 orang buruh tani untuk menjadi responden Gambar 3 Tahapan pengambilan sampel
Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari sumber asli atau subyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Data primer yang dikumpulkan meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Data primer kuantitatif diperoleh dari wawancara terstruktur kepada responden dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang sudah disertai alternatif jawabannya. Selain data kuantitatif, kuesioner juga dilengkapi pertanyaan terbuka untuk menggali data kualitatif, yaitu pertanyaan berupa isian yang tidak disertai pilihan jawaban. Data sekunder adalah data yang tidak dikumpulkan langsung dari sumbernya melainkan menggunakan data yang sudah dikumpulkan pihak lain. Data sekunder dikumpulkan melalui Studi Pustaka dan data didapatkan dari Kantor Desa Citapen mengenai gambaran umum desa dan sumber-sumber sekunder mengenai Trans7, baik melalui website resmi Trans7 maupun Kantor Pusat Trans7 untuk mengetahui profil Trans7 dan profil program Merajut Asa Trans7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu pertama, melakukan pengkodean pada berbagai jenis pertanyaan, baik tertutup, terbuka, maupun semi terbuka, kemudian memasukkan data ke buku kode atau lembaran data (code sheet). Kedua, membuat tabel frekuensi atau tabel silang. Ketiga, mengedit yakni mengoreksi
17 kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi atau tabel silang (Singarimbun dan Effendi 2008). Data hasil kuesioner terhadap responden kemudian diolah secara statistik deskriptif dengan menggunakan software Statistic Program for Social Sciences (SPSS) for Windows versi 17.0 dan Microsoft Excel 2007. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan beberapa teknik, antara lain: (1) Tabel frekuensi digunakan untuk menganalisis data primer, yaitu perilaku menonton dan tingkat kepuasan menonton. (2) Tabulasi silang, untuk menerangkan hubungan antarvariabel dengan metode analisa sederhana, yaitu hubungan antara perilaku menonton dengan kepuasan menonton. (3) Uji korelasi rank Spearman untuk melihat hubungan nyata antarvariabel dengan data berbentuk ordinal dan data interval yang diubah menjadi data ordinal. Uji ini digunakan untuk menentukan hubungan antara kedua variabel (variabel independen dan variabel dependen) yang ada dalam penelitian ini, yaitu menguji hubungan antara perilaku menonton program Merajut Asa Trans7 (skala ordinal), seperti durasi menonton dan frekuensi menonton dengan tingkat kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7 (skala interval), seperti kepuasan informasi, kepuasan identitas pribadi, kepuasan integrasi dan identitas pribadi, dan kepuasan hiburan. Menurut Siegel (1985), rumus korelasi rank Spearman adalah sebagai berikut: ∑
Keterangan: = koefisien korelasi rank spearman N = jumlah data atau sampel = determinan Menurut Hasan (2009), koefisien korelasi adalah bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai korelasi berada di antara -1 dan +1. Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-). Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variabel-variabel berkorelasi positif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y juga naik/turun. Jika koefisien berkorelasi bernilai negatif maka variabel-variabel berkorelasi negatif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y akan turun/naik. Menurut Nasution (2003) dalam mengambil keputusan tentang suatu hipotesis, peneliti dapat berbuat dua macam kesalahan. Pertama ialah menolak hipotesis yang benar. Kesalahan kedua yang dapat dilakukannya ialah menerima hipotesis yang salah. Untuk mengetahui hingga manakah suatu hipotesis dapat diterima atau harus ditolak maka secara statistik dapat dihitung tingkat signifikansinya. Biasanya tingkat signifikansi ditentukan sebanyak 0.10, 0.05, dan 0.01. Bila peneliti lebih dahulu menentukan signifikansi atau tingkat kepercayaan 0.05 untuk menolak suatu hipotesis, maka ada kemungkinan lima persen bahwa ia membuat kesalahan dalam keputusan menolaknya. Bila ia meneruskan tingkat
18 signifikansi 0.10 maka kemungkinan mengambil keputusan yang salah adalah sepuluh persen, dan seterusnya. Penentuan kriteria pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai kritis (nilai alpha tabel dari distribusinya) dengan nilai uji statistiknya. Hipotesis nol (Ho) diterima jika nilai uji statistiknya berada di luar nilai kritisnya. Hipotesis nol (Ho) ditolak jika nilai uji statistiknya berada dalam nilai-nilai kritis. Validitas dan Reliabilitas Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan pada instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sementara, reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun dan Effendi 2008). Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner. Dalam kuesioner tersebut menyangkut beberapa pernyataan yang berkaitan dengan variabel yang akan diuji. Pengujian validitas dan reliabilitas ini akan dilakukan kepada sepuluh orang responden di luar lokasi penelitian tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan responden sebenarnya. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan metode korelasi Pearson. Metode uji validitas ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor pertanyaan dengan skor pertanyaan total. Jika nilai korelasi r hitung > r tabel maka kuesioner tersebut dinyatakan valid. Hasil dari uji validitas ini menyatakan bahwa terdapat beberapa pernyataan dalam kuesioner yang tidak valid sehingga kuesioner diperbaiki agar hasil dari kuesioner dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan rumus Cronbach Alpha. Jika r hitung > r tabel maka kuesioner dapat dinyatakan reliabel. Hasil dari uji reliabilitas untuk kuesioner kepuasan menonton diperoleh r hitung = 0.785 > r tabel = 0.632 artinya kuesioner kepuasan menonton ini reliabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
GAMBARAN UMUM STASIUN TV TRANS7 DAN PROGRAM MERAJUT ASA TRANS7 Stasiun TV Trans7 Profil Trans7 Menurut website Trans7, komitmen Trans7 adalah menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan yang bertujuan untuk menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. Trans7 berdiri karena adanya kerjasama strategis antara para group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Kemudian, pada tanggal 4 Agustus 2006 Trans7 lahir sebagai sebuah stasiun televisi swasta dengan menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan, serta kepribadian yang aktif. Sebelumnya, Trans7 bernama TV7, TV7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000. Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Namun, pada 15 Desember 2006, TV7 baru melakukan re-launching menjadi Trans7. Karena itu, tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahirnya Trans7. Trans7 berada di bawah naungan PT. Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen para group yang saat ini telah berubah nama menjadi CT Corp. Akhir tahun 2012, Trans7 dapat menjadi televisi yang maju bersama dengan Trans TV dan Detikcom dalam media CT Corp yang berada di bawah payung TRANSMEDIA. Di samping itu, Trans7 mempunyai program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif3. Visi dan Misi Trans7 Visi Trans7 dalam jangka panjang, yaitu menjadi stasiun televisi terbaik di Indonesia maupun di Asean. Kemudian, Trans7 mempunyai komitmen selalu memberikan yang terbaik bagi stakeholders dengan menayangkan program yang berkualitas dan mempertahankan moral serta budaya kerja yang dapat diterima stakeholders. Sementara itu, misi yang dimiliki Trans7 adalah menjadi wadah ide dan aspirasi yang bertujuan untuk mengedukasi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selanjutnya, Trans7 berkomitmen untuk menjaga keutuhan bangsa serta nilai-nilai demokrasi dengan memperbaharui kualitas tayangan yang bermoral dan dapat diterima masyarakat serta mitra kerja. Logo Trans7 Logo Trans7 memiliki bentuk empat sisi persegi panjang yang berarti merefleksikan ketegasan, memiliki karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Warna biru yang terdapat pada logo memiliki arti hangat tetapi bersinar kuat melambangkan keindahan batu safir yang tak lekang oleh waktu dan menepatkan Trans7 pada posisi yang terhormat di antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama Trans7 yang apik dan mudah diingat 3
Diunduh 2013 Mei 1. Tersedia pada: http://www.trans7.co.id/frontend/aboutus/view/company/15
20 diharapkan dapat membawa Trans7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setianya.
Gambar 4 Logo Trans7 Program Acara Trans7 Jenis program acara Trans7 dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu program informasi dan program hiburan. Data selengkapnya mengenai jenis program acara Trans7 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis program, kategori program, dan nama program acara Trans7 Jenis Kategori program Nama program program Informasi Berita Redaksi Pagi, Redaksi Siang, Redaksi Sore, Redaksi Malam, Redaksi Kontroversi, Redaksi Siang Akhir Pekan Infotainment Selebrita Pagi, Selebrita Siang, Seleb Expose Current affair Selamat Pagi, Mata Lelaki, Warna, Indonesiaku, Brownies, Tau Gak Sih, Wolipop, CCTV Magazines dan Dua Dunia, Komunitas Unik, Jam Malam, documentary Orang Pinggiran, Khazanah, Ragam Indonesia, Merajut Asa, Khalifah, Kontroversi, On The Spot, Spotlite, Jejak Petualang, Jejak Si Gundul, Mancing Mania, Dunia Binatang, Laptop Si Unyil, Si Bolang, She Can Tupperware, Jejak Petualang, serta Fish dan Chef Talk show Bukan Empat Mata, Pas Mantab, Hitam Putih Hiburan Musik Kuku Bima Ener-G! Konser7 Drama Theater7, Wind Chill, Jump, The Thing, Seven Pounds, Carrossel Permainan Ga Nyangka dan 5 Juta 5 Menit Reality show Ups Salah, Makan Besar, Merry Me, Sing n Run, Party Kejutan, Tugas Pertama, JKT 48 Missions Sport MotoGP, Superbike, pertandingan Liga Spanyol, Sport7, One Stop Football, Galeri Sepak Bola Indonesia, Highlights Otomotif, Highlights MotoGP Pertunjukan Opera Van Java, Iseng Banget, Oesman 77, Mr. Bean Sumber: Profil Trans7
21 Data dari website Trans7 4 menunjukkan program informasi terdiri atas berita, infotainment, current affair, magazines dan documentary, serta talk show. Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi orang-orang terkenal. Current affair adalah informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya, namun dibuat secara lengkap dan mendalam. Magazines merupakan feature dengan durasi lebih panjang terdiri dari satu atau beberapa topik, lebih menekankan aspek menarik sedangkan documentary merupakan program informasi yang mempunyai tujuan untuk pembelajaran dan pendidikan dan disajikan lebih menarik. Talk show adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh pembawa acara. Sementara itu, program hiburan terdiri atas musik, drama, permainan, reality show, sport, dan pertunjukan. Reality show merupakan program yang menyajikan suatu keadaan yang nyata dengan cara sealamiah mungkin tanpa rekayasa. Program Merajut Asa Trans7 Merajut Asa Trans7 merupakan program acara yang menceritakan kisah dari tokoh-tokoh yang peduli terhadap kelestarian lingkungan di sekitarnya. Kisah tersebut mengangkat tentang permasalahan yang terjadi di lingkungan dan tokoh yang diceritakan mempunyai cara untuk mengatasi masalah yang terjadi. Program acara tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada penontonnya, khususnya masyarakat kecil yang berada di pedesaan agar tidak menyerah pada keadaan dan ikut melestarikan lingkungan. Target khalayak yang menonton program acara ini adalah perempuan. Lokasi liputan Merajut Asa Trans7 adalah pelosok-pelosok desa di seluruh Indonesia. Program Merajut Asa Trans7 tayang perdana pada tanggal 14 September 2012. Saat ini Merajut Asa Trans7 tayang setiap hari Jumat pukul 17.00 WIB dengan durasi tayang 30 menit termasuk iklan. Program acara ini termasuk ke dalam program informasi, terdiri dari tiga segmen. Segmen pertama yaitu deskripsi masalah yang dihadapi dan diceritakan oleh beberapa orang narasumber. Segmen kedua yaitu tokoh utama yang memiliki upaya untuk menemukan solusi dari masalah yang terjadi. Segmen terakhir, tokoh utama tersebut menemukan solusi dan manfaatnya dirasakan oleh masyarakat disekitarnya. Sebagai contoh salah satu tayangan Merajut Asa Trans7 adalah episode ketiga Merajut Asa Trans7 yang tayang pada tanggal 19 Oktober 2012. Program ini mengambil tempat di Desa Padas, Kecamatan Padas, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Seorang pria bernama Saekan yang tergerak untuk melakukan gerakan penghijauan sejak tahun 1980-an di daerah tersebut. Alasannya melakukan penghijauan karena di daerah perbukitan itu sulit sekali mendapatkan air bersih. Beliau mengaku pernah tidak mandi selama lima hari karena pada musim kemarau di daerah tersebut sungai benar-benar mengering. Saekan mulai menanam jenis tanaman Kluwekdi daerah perbukitan tersebut. Jenis tanaman ini diambilnya karena akarnya yang bisa menyimpan air, daunnya tidak disukai ternak, dan juga bentuknya lebar yang dapat mengurangi penguapan 4
Diunduh 2013 Mei 1. Tersedia pada: http://http://www.trans7.co.id/frontend/home/category.
22 air dari permukaan tanah. Pengetahuan ini diperoleh berdasarkan pengalaman sehari-hari. Setelah sepuluh tahun dirinya meninggalkan wilayah tersebut dan kembali ke daerah asalnya, ternyata usahanya membuahkan hasil. Beliau menemukan aliran air bersih di sekitar areal penghijauannya. Selain itu, wilayah tersebut sudah tampak berbeda dengan wilayah di sekitarnya, sehingga tampak paling hijau dan rimbun. Jumlah episode Merajut Asa Trans7 yang sudah ditayangkan sebanyak kurang lebih 32 episode. Beberapa episode yang pernah ditayangkan oleh Merajut Asa Trans7, yaitu Nelayan Cangkol Lemahwunguk Cirebon, Kampung Listrik Mega Mendung, Organik Sehat Sejahtera, Minapadi untuk Sejahtera, Bertani Sehat Warisan Leluhur, Perambahan Hutan Gunung Wayang. Masih banyak episode Merajut Asa Trans7 yang lainnya.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Desa Citapen Desa Citapen termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 268.66 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 8 431 jiwa. Secara administratif, Desa Citapen terbagi atas dua dusun, tujuh Rukun Warga (RW), dan 26 Rukun Tetangga (RT). Lokasi wilayah Desa Citapen dapat dilihat pada Lampiran 1. Desa Citapen berbatasan dengan Desa Banjarsari di sebelah Utara, Desa Bojongjengkol dan Desa Tegalwaru di sebelah Timur, Desa Cicadas di sebelah Selatan, dan Desa Cibadak di sebelah Barat. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Citapen, yaitu fasilitas pemerintahan desa, prasarana perhubungan, kesehatan, sarana pendidikan, dan peribadatan. Sarana kesehatan yang dimiliki berupa puskesmas sebanyak satu buah, BKIA Rumah bersalin sebanyak satu buah, poliklinik sebanyak satu buah, serta posyandu sebanyak sepuluh buah. Selanjutnya, sarana pendidikan umum yang terdapat di Desa Citapen hanya terdapat TK dan SD, yaitu TK berjumlah satu buah dan SD sebanyak dua buah. Akan tetapi, sebesar 29.95 persen penduduk di Desa Citapen sudah ada yang menamatkan SLTP dan SLTA. Data selengkapnya mengenai tingkat pendidikan penduduk di Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk Desa Citapen berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2013 Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) Tidak tamat SD 125 1.75 Tamat SD 4 825 67.60 Tamat SLTP 1 130 15.83 Tamat SLTA 1 008 14.12 Akademi 23 0.32 S1 27 0.38 Total 7 138 100.00 Sumber: Data monografi Desa Citapen (2013)
Sebagian besar penduduk Desa Citapen beragama Islam, yaitu sebanyak 8 409 jiwa (99.89%). Komposisi penduduk tersebut menyebabkan Desa Citapen hanya memiliki sarana peribadatan untuk umat agama Islam karena hampir seluruh penduduknya beragama Islam sedangkan umat agama lain hanya sebagian kecilnya saja. Hampir setiap RW di Desa Citapen memiliki masjid, beberapa diantaranya juga memiliki mushola lebih dari satu. Total masjid yang terdapat di Desa Citapen adalah sebanyak 13 buah sedangkan total mushola di Desa Citapen adalah sebanyak 26 buah. Jumlah penduduk Desa Citapen adalah sebanyak 8 431 jiwa dengan 2 394 kepala keluarga (KK), yang terdiri dari 4 399 penduduk laki-laki dan 4 012 penduduk perempuan. Penduduk Desa Citapen tersebar pada berbagai rentang usia dengan persentase terbanyak terdapat pada rentang usia 15-19 tahun, yaitu sebanyak 1 006 jiwa (11.96%). Sementara itu, persetase terkecil terdapat pada
24 rentang usia 65–69 tahun, yaitu 1.31 persen. Komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Citapen berdasarkan usia dan jenis kelamin tahun 2013 Kelompok usia 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 Total
Jumlah (jiwa) Laki-laki Perempuan 490 456 475 450 415 447 565 441 398 416 355 325 207 284 326 287 278 252 226 162 213 199 175 107 79 62 69 41 128 83 4 399 4 012
Jumlah 946 925 862 1 006 814 680 491 613 530 388 412 282 141 110 211 8 411
Persentase (%) 11.25 10.98 10.25 11.96 9.68 8.08 5.84 7.29 6.30 4.61 4.90 3.35 1.68 1.31 2.51 100.00
Sumber: Data monografi Desa Citapen (2013)
Wilayah di Desa Citapen digunakan untuk pemukiman dan pekarangan seluas 110.37 ha dan sawah seluas 140 ha. Melihat kondisi tersebut, menyebabkan sebagian penduduk di Desa Citapen bermata pencaharian di bidang pertanian, yaitu sebanyak 589 jiwa. Pekerjaan ini dilakukan setiap hari, kecuali hari Jumat karena pada hari itu banyak petani yang mengikuti pengajian pada pagi hari dan setelah itu sebagian petani laki-laki melaksanakan ibadah shalat Jumat. Walaupun tidak ada musim tanam, petani tetap pergi bekerja untuk membersihkan sawah atau kebun. Lahan pertanian yang mereka kerjakan sebagian besar bukan milik mereka, tetapi milik orang Jakarta. Sementara itu, sebagian penduduk lainnya bermata pencaharian di bidang pertambangan dan penggalian, industri, listrik, konstruksi, perdagangan, angkutan, lembaga keuangan, jasa-jasa, dan lainnya. Data selengkapnya mengenai mata pencaharian penduduk di Desa Citapen dapat dilihat pada Gambar 5.
25 Lainnya 3% Jasa-jasa 15%
Pertanian 19%
Angkutan 14%
Industri 14%
Perdagangan 23%
Konstruksi 12%
Gambar 5 Persentase mata pencaharian penduduk di Desa Citapen tahun 2012 Sumber: BPS (2012)
Karakteristik Individu Karakteristik individu yang diamati dalam penelitian ini terdiri atas jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan tambahan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga. Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan, yaitu sebesar 60.87 persen. Perbedaan tersebut terjadi karena jumlah penduduk di Desa Citapen berdasarkan jenis kelamin, memang lebih banyak jumlah laki-laki dibandingkan dengan perempuan dapat dilihat pada Tabel 3. Responden yang diamati dalam penelitian ini dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu usia muda kurang dari 36 tahun, usia menengah antara 36 sampai 48 tahun, dan usia tua lebih dari 48. Tabel 4 memperlihatkan bahwa sebanyak 39.13 persen responden termasuk kategori usia muda dan sebanyak 34.78 persen responden termasuk kategori usia menengah, sisanya sebanyak 26.09 persen reponden berusia tua. Berdasarkan data usia tersebut maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar reponden termasuk dalam usia produktif. Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh. Dalam penelitian ini, responden dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan tingkat pendidikan, antara lain SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah Menengah Atas). Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 46 responden yang diamati, sebagian besar hanya menempuh pendidikan sampai SD (Sekolah Dasar), yaitu sebesar 78.26 persen. Kondisi ekonomi keluarga menyebabkan tingkat pendidikan responden hanya sampai SD. Selain itu, sarana pendidikan di desa belum terlalu banyak seperti pernyataan dari salah satu reponden sebagai berikut. “orang tua bapak mah dulu gak mampu nyekolahin sampai tinggi, biayanya mahal terus sodara bapak banyak juga yang butuh biaya sekolah.” (To, 70 tahun) Tabel 4 membedakan responden ke dalam empat kategori berdasarkan jenis pekerjaan tambahan yaitu tukang bangunan, pengemudi sepeda motor, pedagang,
26 dan juru masak. Sebesar 13.04 persen responden mempunyai pekerjaan tambahan sebagai tukang bangunan. Persentase tukang bangunan merupakan yang terbesar dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya. Namun, lebih banyak responden yang tidak mempunyai pekerjaan tambahan, yaitu sebesar 71.74 persen. Responden tersebut hanya bekerja sebagai buruh tani saja di lahan milik orang lain. Data selengkapnya mengenai karakteristik individu responden penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk Desa Citapen berdasarkan karakteristik individu tahun 2013 Karakteristik Persentase Kategori Jumlah individu (%) Jenis kelamin Perempuan 18 39.13 Laki-laki 28 60.87 Usia Usia muda (≤ 36) 18 39.13 Usia menengah (36-48) 16 34.78 Usia tua (>48) 12 26.09 Tingkat pendidikan SD 36 78.26 SMP 7 15.22 SMA 3 6.52 Jenis pekerjaan Tidak ada 33 71.74 tambahan Tukang bangunan 6 13.04 Pengemudi sepeda motor 2 4.35 Pedagang 4 8.70 Juru masak 1 2.17 Tingkat Pendapatan rendah (< Rp504 810) 7 15.22 pendapatan Pendapatan sedang (Rp504 810 ≤ 28 60.87 pendapatan ≤ Rp865 190) Pendapatan tinggi (> Rp865 190) 11 23.91 Jumlah tanggungan Rendah (≤ 4 orang) 27 58.70 keluarga Tinggi (> 4 orang) 19 41.30 Tingkat pendapatan responden dikategorikan menjadi pendapatan rendah, sedang, dan tinggi. Penggolongan tingkat pendapatan keluarga dilakukan menggunakan rumus sebaran normal. Responden pada kategori pendapatan rendah adalah petani dengan penghasilan < Rp504 810. Responden yang termasuk dalam kategori pendapatan sedang adalah petani dengan penghasilan Rp504 810 ≤ pendapatan ≤ Rp865 190, sedangkan responden dengan tingkat penghasilan > Rp865 190 termasuk dalam kategori pendapatan tinggi. Sebagian besar reponden termasuk dalam kategori pendapatan sedang, yaitu sebesar 60.87 persen. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya reponden yang mempunyai pekerjaan tambahan, responden tersebut hanya bekerja sebagai buruh tani. Responden juga dibedakan berdasarkan jumlah tanggungan keluarga. Jumlah tanggungan keluarga dilihat dari banyaknya anggota keluarga yang masih tinggal dalam satu rumah dan biaya hidupnya menjadi tanggung responden. Responden yang mempunyai tanggungan keluarga empat orang atau kurang termasuk dalam kategori rendah. Sementara itu, kategori tinggi, yaitu responden
27 yang mempunyai tanggungan keluarga lebih dari empat orang. Tabel 4 menunjukkan sebagian besar responden termasuk dalam kategori rendah, yaitu sebesar 58.70 persen. Artinya, mayoritas reponden mempunyai tanggungan empat orang atau kurang. Hal ini memperlihatkan responden di Desa Citapen tidak terlalu banyak mempunyai tanggungan keluarga. Jumlah tanggungan keluarga yang rendah juga disebabkan oleh mayoritas usia responden berada pada usia muda, yaitu kurang dari 36 tahun. Biasanya pada kategori usia tersebut responden hanya menanggung istri dan anak. Sebaliknya, pada kategori usia menengah dan usia tua, responden menanggung lebih banyak anggota keluarga. Karena terdapat anggota keluarga yang sudah menikah tetapi masih menjadi tanggungan responden. Hal ini disebabkan oleh anggota keluarga yang sudah menikah masih tinggal dalam satu rumah. Selain itu, keterbatasan ekonomi yang dimiliki anggota keluarga baru tersebut menjadikan banyak tanggungan responden seperti pernyataan dari salah satu reponden sebagai berikut. “yang tinggal di rumah ada sembilan orang, ada anak, mantu, cucu, istri, semuanya masih jadi tanggungan saya. Kasihan lihat anak kerjanya jarang-jarang, jadi kalau buat makan, rumah sama-sama aja.” (To, 70 tahun).
PERILAKU MENONTON PROGRAM MERAJUT ASA TRANS7 Pilihan Acara Pilihan acara dalam penelitian ini merupakan program acara televisi yang ditonton oleh responden. Pilihan acara dibagi menjadi dua kategori siaran, yaitu program acara informasi dan program acara hiburan. Program acara informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak, yang meliputi berita, infotaiment, talk show, dan dokumenter. Sementara itu, program acara hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur khalayak dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan, yang meliputi sinetron, permainan, dan pertunjukan. Program Merajut Asa Trans7 termasuk ke dalam program acara informasi. Data selengkapnya mengenai pilihan acara responden penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pilihan acara di Desa Citapen tahun 2013 Pilihan acara Jumlah (orang) Persentase (%) Informasi 12 26.09 Hiburan 4 8.70 Informasi dan hiburan 30 65.21 Total 46 100.00 Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase responden yang menonton program acara informasi dan hiburan lebih besar, yaitu sebesar 65.21 persen (30 orang). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden yang dilibatkan dalam penelitian ini menonton program acara informasi dan hiburan. Jenis program acara informasi yang paling sering disaksikan adalah berita, seperti Liputan 6, Seputar Indonesia, Reportase, dan Apa Kabar Indonesia. Hal ini karena responden membutuhkan informasi terbaru yang terjadi di daerah lain, terutama tentang peristiwa penting dan bencana alam. Program acara yang paling digemari responden adalah program acara hiburan, yaitu program acara permainan dan sinetron. Mayoritas responden menyukai pertandingan sepak bola dan acara permainan yang membutuhkan ketangkasan. Pada malam hari, responden khususnya ibu-ibu lebih sering menyaksikan sinetron karena menghibur dan alur cerita yang mempunyai kelanjutan menyebabkan ibu-ibu selalu menonton tayangan ini. Hal ini didukung oleh pernyataan salah satu responden sebagai berikut. “Sambil nemenin anak belajar biasanya saya nonton sinetron, soalnya sinetron ceritanya bersambung terus jadi harus diikutin tiap hari.“ (El, 29tahun) Persentase responden yang menonton program acara informasi, yaitu sebesar 26.09 persen (12 orang). Sementara itu, responden yang hanya menonton program acara hiburan saja memiliki persentase sebesar 8.70 persen (4 orang). Persentase ini lebih kecil dibandingkan kedua kategori pilihan acara. Hal ini
30 disebabkan responden lebih membutuhkan informasi yang banyak dibandingkan hiburan yang mudah didapatkan, seperti dari mendengar radio, berkumpul dengan tetangga. Responden juga lebih menyukai program acara informasi terutama berita karena ingin mengetahui peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di daerah lain, seperti bencana alam, kenaikan harga barang pokok, berita kriminal. Selain itu, jenis program acara informasi lainnya adalah dokumenter, seperti Orang Pinggiran, Mancing Mania, Si Bolang, Laptop Si Unyil. Program acara informasi ini disukai karena jam tayang yang sesuai dengan keadaan responden yang pada saat yang sama sedang tidak melakukan aktivitas apapun. Durasi Menonton Durasi Menonton Televisi Durasi menonton televisi adalah lamanya waktu yang digunakan oleh responden dalam menyaksikan acara televisi perhari. Dalam penelitian ini, durasi menonton acara televisi dikategorikan menjadi durasi menonton rendah, yaitu selama 7.50-45.75 menit/hari dan durasi menonton tinggi, yaitu selama 45.7695.00 menit/hari. Data selengkapnya mengenai durasi menonton acara televisi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton televisi di Desa Citapen tahun 2013 Durasi menonton 7.50-45.75 menit/hari 45.76-95.00 menit/hari Total
Kategori Rendah Tinggi
Jumlah (orang) 24 22 46
Persentase (%) 52.17 47.83 100.00
Tabel 6 menunjukkan mayoritas responden memiliki durasi menonton rendah lebih besar, yaitu sebesar 52.17 persen (24 orang). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden yang dilibatkan dalam penelitian ini memiliki durasi menonton televisi yang rendah. Sementara, proporsi persentase responden yang memiliki durasi menonton tinggi, yaitu hanya sebesar 47.83 persen (22 orang). Durasi menonton televisi yang rendah disebabkan karena responden tidak fokus menonton televisi, ada kegiatan lain yang dilakukan responden ketika sedang menonton televisi. Kegiatan lain yang dilakukan responden, seperti pekerjaan domestik, yaitu memasak dan mengasuh anak. Didukung oleh pernyataan salah satu responden sebagai berikut. “Ibu mah kalau nonton tv sambil masak di dapur, biasanya tv dinyalain supaya rame aja, paling nontonnya cuma lima menitan, sisanya dengerin dari dapur.” (Hy, 53tahun) Faktor lainnya yang menyebabkan durasi menonton rendah adalah responden lebih memilih bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungan rumahnya, seperti mengobrol dengan tetangga, mengikuti arisan, dan pengajian. Selain itu, acara yang disaksikan bukan pilihan sendiri tetapi mengikuti pilihan orang lain sehingga responden tidak tertarik dengan tayangan tersebut. Khususnya ibu-ibu, mereka lebih sering mengikuti pilihan acara anak-anaknya. Hal ini
31 disebabkan televisi yang mereka miliki hanya satu buah disetiap rumah. Didukung oleh pernyataan salah satu responden sebagai berikut. “Biasanya saya kalau nonton selalu acara anak-anak, seperti Si Bolang, Laptop Si Unyil, jarang nonton sinetron. Soalnya tvnya cuma satu, jadi ngalah aja sama anak, ya udah jadi ikutin tontonan mereka.” (Mw, 27tahun) Durasi Menonton Program Merajut Asa Trans7 Durasi menonton program Merajut Asa Trans7 adalah lamanya waktu yang digunakan oleh responden dalam menyaksikan program Merajut Asa Trans7 dalam sekali tayang pada episode terakhir yang disaksikan oleh responden. Program ini berdurasi 30 menit dengan jam tayang dari pukul 17.00 sampai 17.30 WIB. Dalam penelitian ini, durasi menonton dikategorikan menjadi durasi menonton rendah, yaitu selama 1-15 menit dan durasi menonton tinggi, yaitu selama 15-30 menit. Data selengkapnya mengenai durasi menonton program Merajut Asa Trans7 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton program Merajut Asa Trans7di Desa Citapen tahun 2013 Kategori Durasi menonton Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 1-15menit 40 86.96 Tinggi 16-30menit 6 13.04 Total 46 100.00 Tabel 7 dapat dilihat sebanyak 86.96 persen responden memiliki durasi menonton rendah terhadap program Merajut Asa Trans7, yaitu hanya sekitar kurang dari 15 menit. Sementara, sisanya sebanyak 13.04 persen responden memiliki durasi menonton yang lebih 15 menit. Mayoritas responden yang menonton program Merajut Asa Trans7 hanya sekilas dan berganti ke program acara lain. Responden menonton program acara ini hanya untuk mengisi waktu luang pada saat tidak ada aktivitas apapun. Frekuensi Menonton Frekuensi Menonton Televisi Frekuensi menonton televisi adalah intensitas atau tingkat keseringan responden dalam menyaksikan acara televisi dalam satu minggu. Dalam penelitian ini, frekuensi menonton televisi dikategorikan menjadi frekuensi menonton rendah, yaitu 1-4 kali menonton dalam seminggu dan frekuensi menonton tinggi, yaitu 5-7 kali menonton dalam seminggu. Tabel 8 menunjukkan mayoritas responden memiliki frekuensi menonton rendah lebih besar, yaitu sebesar 54.35 persen (25 orang). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden yang dilibatkan dalam penelitian ini memiliki frekuensi menonton televisi yang rendah. Sementara, proporsi persentase responden yang memiliki durasi menonton tinggi, yaitu hanya sebesar 45.65 persen (21 orang). Data selengkapnya mengenai frekuensi menonton acara televisi dapat dilihat pada Tabel 8.
32 Tabel 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton televisi di Desa Citapen tahun 2013 Frekuensi menonton Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1-4 kali Rendah 25 54.35 5-7 kali Tinggi 21 45.65 Total 46 100.00 Responden bekerja sebagai buruh tani setiap hari sehingga kesempatan untuk menonton televisi sangat sedikit. Selain bekerja sebagai petani, responden juga memiliki pekerjaan domestik khususnya ibu rumah tangga, seperti memasak, membersihkan rumah, dan mengurus anak. Sementara itu, responden masih melakukan kegiatan rutin lainnya, yaitu pengajian mingguan. Pengajian mingguan ini dilakukan baik bapak-bapak dan ibu-ibu, bapak-bapak biasanya mengaji pada hari Jumat ketika libur bekerja sedangkan pengajian ibu-ibu selalu ada setiap hari. Hal ini didukung oleh pernyataan salah satu responden sebagai berikut. “Ia, pengajian bapak-bapak tiap hari Jumat pas gak kerja ke sawah, biasanya dari jam tujuh sampe jam sembilan pagi. Abis itu pulangnya siap-siap solat Jumat, jadi biar libur gak ke sawah tetep aja gak sempet nonton tv.” (Uj, 48tahun) Frekuensi Menonton Program Merajut Asa Trans7 Frekuensi menonton program Merajut Asa Trans7 adalah tingkat keseringan responden dalam menyaksikan program Merajut Asa Trans7 selama satu bulan terakhir. Program Merajut Asa Trans7 ditayangkan setiap hari Jumat pada pukul 17.00 sampai 17.30 WIB. Program acara ini tayang sekali dalam seminggu, sehingga dalam sebulan hanya ada empat kali. Frekuensi menonton dibagi menjadi dua kategori, yaitu rendah (1-2 kali) dan tinggi (3-4 kali). Data selengkapnya mengenai frekuensi menonton program Merajut Asa Trans7 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton program Merajut Asa Trans7 di Desa Citapen tahun 2013 Kategori Frekuensi menonton Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 1-2 kali 31 67.39 Tinggi 3-4 kali 15 32.61 Total 46 100.00 Tabel 9 memperlihatkan responden memiliki frekuensi menonton rendah terhadap program Merajut Asa Trans7, yaitu sebesar 67.39 persen responden. Sebanyak 32.61 persen responden memiliki frekuensi menonton yang tinggi. Frekuensi tayang yang hanya seminggu sekali membuat responden jarang menonton program Merajut Asa Trans7. Selain itu, setiap hari Jumat responden yang bekerja sebagai petani tidak pergi bekerja dan memilih mengisi waktu luang dengan menambah pengetahuan tentang informasi dari berbagai tayangan televisi.
HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN TINGKAT KEPUASAN MENONTON TERHADAP PROGRAM MERAJUT ASA TRANS7 Tingkat Kepuasan Menonton Terhadap Program Merajut Asa Trans7 Kepuasan merupakan terpenuhinya kebutuhan individu. Setiap individu akan menggunakan media yang sesuai dengan apa yang diharapkan dan dibutuhkannya. Kepuasan individu dalam menonton dipengaruhi oleh motivasi menonton. Hal yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan khalayak terhadap program Merajut Asa Trans7. Tingkat kepuasan khalayak tersebut terbagi menjadi empat bagian, yaitu: kepuasan informasi, kepuasan identitas pribadi, kepuasan integrasi dan interaksi sosial, serta kepuasan hiburan. Tingkat kepuasan diukur dengan delapan belas pernyataan yang berkaitan dengan program Merajut Asa Trans7. Setiap tingkat kepuasan tersebut diberi skala mulai dari sangat tidak puas (1), tidak puas (2), cukup puas (3),puas (4), dan sangat puas (5). Berdasarkan skor yang telah diperoleh, kemudian skor-skor tersebut dirata-ratakan dan dikategorikan menjadi rendah dan tinggi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Rataan skor tingkat kepuasan menonton di Desa Citapen tahun 2013 Tingkat kepuasan menonton Rataan Skor* Kepuasan informasi 3.96 Kepuasan identitas pribadi 4.08 Kepuasan integrasi dan interaksi sosial 3.61 Kepuasan hiburan 4.05 Keterangan: *Interval skor: 2.00-3.50 = rendah; 3.51-5.00 = tinggi Tabel 10 menunjukkan bahwa kepuasan informasi, kepuasan identitas pribadi, kepuasan integrasi dan interaksi sosial, dan kepuasan hiburan termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menjelaskan bahwa responden yang menonton program Merajut Asa Trans7 merasa terpenuhi kebutuhan akan informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, serta hiburan. Kebutuhan yang dimiliki oleh responden yang bekerja sebagai buruh tani mendorongnya untuk menonton program Merajut Asa Trans7 sehingga menghasilkan tingkat kepuasan yang tinggi dalam menonton. Rataan skor paling tinggi dimiliki oleh kepuasan identitas pribadi, didukung oleh item yang berisi pernyataan tentang “Membuat saya lebih percaya diri bahwa keluarga tani juga dapat sukses”. Responden merasa puas bahwa setelah menonton program Merajut Asa Trans7 hanya dengan bertani mereka dapat sukses. Sementara itu, rataan skor terendah adalah kepuasan integrasi dan interaksi sosial. Hal ini disebabkan program Merajut Asa Trans7 hanya menjadi bahan obrolan dengan keluarga, tetangga, maupun petani mengenai kondisi petani di daerah lain. Tingkat kepuasan menonton responden berada dalam kategori tinggi, hal ini juga terjadi pada masing-masing kepuasan, yang meliputi kepuasan informasi, kepuasan identitas pribadi, kepuasan integrasi dan interaksi sosial, maupun
34 kepuasan hiburan. Hal ini disebabkan responden merasa terpenuhi kebutuhannya setelah menonton program Merajut Asa Trans7, seperti mendapatkan pengetahuan dalam bidang pertanian, dapat dijadikan bahan obrolan, baik dengan keluarga, tetangga, maupun petani lainnya. Jika tidak ada aktivitas mereka juga mempunyai kebiasaan mengisi waktu luang dengan menonton televisi. Pengukuran kepuasan menonton menggunakan rata-rata skor. Dari hasil rata-rata skor yang didapat, dikelompokkan menjadi rendah dan tinggi. Kepuasan menonton program Merajut Asa Trans7 dipengaruhi perilaku menonton, yang meliputi durasi menonton dan frekuensi menonton. Hubungan antara perilaku menonton dengan tingkat kepuasan menonton dianalisis menggunakan uji statistik korelasi rank Spearman. Hubungan Durasi Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton Hubungan Durasi Menonton dengan Kepuasan Informasi Hubungan durasi menonton dengan kepuasan informasi menunjukkan bahwa responden yang memiliki durasi menonton rendah memiliki kepuasan informasi yang lebih tinggi dibandingkan responden yang memiliki durasi menonton tinggi dapat dilihat pada Tabel 11. Pada tabel tersebut terlihat bahwa responden dengan durasi menonton rendah memiliki persentase lebih besar, yaitu sebesar 82.50 persen untuk kepuasan informasi tinggi. Sebaliknya, responden dengan durasi menonton tinggi hanya memiliki persentase sebesar 50.00 persen untuk kepuasan informasi tinggi. Data tersebut diuji menggunakan hasil uji korelasi rank Spearman, diperoleh nilai signifikansi 0.750 > 0.05 (taraf nyata) artinya tidak terdapat hubungan nyata antara durasi menonton dengan kepuasan informasi. Data selengkapnya mengenai distribusi responden berdasarkan durasi menonton dan kepuasan informasi di Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton dan kepuasan informasi di Desa Citapen tahun 2013 Kepuasan informasi Rendah Tinggi Total
Durasi menonton Total Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 7 17.50 3 50.00 10 21.74 33 82.50 3 50.00 36 78.26 40 100.00 6 100.00 46 100.00
Responden menonton program acara Merajut Asa diselingi dengan menonton program acara dari stasiun televisi lain sehingga durasi menonton program acara tersebut rendah. Karena pada sore hari mereka menonton televisi hanya untuk mengisi waktu luang dan bersantai bersama keluarga. Kebiasaan ini menyebabkan durasi menonton program Merajut Asa Trans7 rendah. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan informasi, responden lebih sering menonton program informasi lain, yaitu berita. Berita yang disaksikan antara lain Liputan 6, Seputar Indonesia, Reportase, dan Apa Kabar Indonesia. Program acara berita juga ditayangkan pada sore hari sehingga menyebabkan
35 durasi menonton responden semakin rendah untuk menonton program Merajut Asa Trans7. Hal ini didukung oleh pernyataan salah satu responden sebagai berikut. “Kalau mau cari informasi saya lebih sering nonton berita, seperti reportase dan liputan 6. Soalnya lebih banyak berita terbaru dan jadi tahu keadaan di daerah lain.” (Ub, 32tahun) Responden juga ingin solusi yang diberikan mudah diterapkan dan informasi teknologi mudah didapatkan. Petani menginginkan informasi pertanian yang sesuai dengan masalah yang sedang dialaminya agar dapat mengatasi masalah pertanian tersebut. Mereka juga menginginkan informasi yang diberikan sederhana tetapi banyak manfaatnya. Hubungan Durasi Menonton dengan Kepuasan Identitas Pribadi Hubungan durasi menonton dengan tingkat kepuasan identitas pribadi menunjukkan bahwa responden dengan durasi menonton tinggi memiliki kepuasan identitas pribadi yang tinggi dapat dilihat pada Tabel 12. Pada tabel tersebut terlihat bahwa responden dengan durasi menonton tinggi memiliki persentase lebih besar, yaitu sebesar 100.00 persen untuk kepuasan identitas pribadi dibandingkan dengan responden dengan durasi menonton rendah yang hanya sebesar 95.00 persen. Data selengkapnya mengenai distribusi responden berdasarkan durasi menonton dan kepuasan identitas pribadi di Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton dan kepuasan identitas pribadi di Desa Citapen tahun 2013 Kepuasan identitas pribadi Rendah Tinggi Total
Durasi menonton Total Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 2 5.00 0 0.00 2 4.35 38 95.00 6 100.00 44 95.65 40 100.00 6 100.00 46 100.00
Data pada Tabel 12 didukung dengan uji korelasi rank Spearman. Dari hasil uji tersebut diperoleh nilai signifikansi 0.585 > 0.05 (taraf nyata) artinya tidak terdapat hubungan nyata antara durasi menonton dengan kepuasan identitas pribadi. Setiap minggu tayangan yang disaksikan tentang kisah seorang petani yang sukses, responden yang menonton tayangan tersebut belum terinspirasi dan mempunyai keinginan untuk sukses. Oleh karena itu, responden merasa kebutuhan identitas pribadinya tidak terpenuhi hanya dengan menonton program Merajut Asa Trans7. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Badriah (2003) yang menyatakan bahwa semakin tinggi durasi menonton maka semakin terpenuhi kebutuhan remaja akan acara hiburan. Hubungan Durasi Menonton dengan Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial Hubungan durasi menonton dengan tingkat kepuasan integrasi dan interaksi sosial responden dalam menonton program Merajut Asa Trans7 dapat dilihat pada Tabel 13. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden dengan durasi menonton
36 rendah memiliki kepuasan integrasi dan interaksi sosial yang tinggi, yaitu sebesar 70.00 persen. Sebaliknya, responden dengan durasi menonton tinggi hany memiliki persentase sebesar 50.00 persen untuk kepuasan integrasi dan interaksi sosial. Data selengkapnya mengenai distribusi responden berdasarkan durasi menonton dan kepuasan integrasi dan interaksi sosial di Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton dan kepuasan integrasi dan interaksi sosial di Desa Citapen tahun 2013 Kepuasan integrasi dan interaksi sosial Rendah Tinggi Total
Durasi menonton Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) 12 30.00 3 50.00 28 70.00 3 50.00 40 100.00 6 100.00
Total Jumlah Persentase (orang) (%) 15 32.61 31 67.39 46 100.00
Data tersebut juga diuji dengan hasil uji korelasi rank Spearman dan diperoleh nilai signifikansi 0.341 > 0.05 (taraf nyata). Artinya tidak terdapat hubungan nyata antara durasi menonton dengan kepuasan integrasi dan interaksi sosial. Topik yang ditayangkan oleh program Merajut Asa Trans7 tidak memenuhi kebutuhan integrasi dan interaksi sosial responden. Setelah menonton program Merajut Asa Trans7 responden tidak memberikan informasi tentang pertanian dari tayangan tersebut baik kepada keluarga, tetangga maupun petani lainnya. Responden menjadikan tayangan tersebut hanya sebagai bahan obrolan dengan keluarga, tetangga, dan petani. Tetapi tidak dapat dijadikan bahan diskusi mengenai masalah dan cara mengatasi pertanian. Hal ini disebabkan ketika bekerja petani jarang berinteraksi dan menceritakan masalah pertaniannya dengan petani lainnya. Durasi menonton rendah juga disebabkan karena untuk memenuhi kebutuhan integrasi dan interaksi sosial, responden lebih sering melakukan aktivitas sosial. Aktivitas sosial seperti mengikuti pengajian, arisan, maupun mengobrol dengan tetangga. Hal ini didukung oleh pernyataan salah satu responden sebagai berikut. “Saya jarang nonton tv, soalnya kalau siang ngaji. Kalau sore ngumpul sama tetangga, palingan kalau nonton tv malem.” (Ke, 33tahun) Hubungan Durasi Menonton dengan Kepuasan Hiburan Hubungan durasi menonton dengan tingkat kepuasan hiburan responden dalam menonton program Merajut Asa Trans7 dapat dilihat pada Tabel 14. Responden dengan durasi menonton tinggi, yaitu sebesar 100.00 persen memiliki persentase lebih besar untuk kepuasan hiburan yang tinggi dibandingkan dengan responden dengan durasi menonton rendah, yaitu sebesar 90.00 persen. Data selengkapnya mengenai distribusi responden berdasarkan durasi menonton dan kepuasan hiburan di Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 14.
37 Tabel 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton dan kepuasan hiburan di Desa Citapen tahun 2013 Kepuasan hiburan Rendah Tinggi Total
Durasi menonton Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) 4 10.00 0 0.00 36 90.00 6 100.00 40 100.00 6 100.00
Total Jumlah Persentase (orang) (%) 4 8.70 42 91.30 46 100.00
Responden memiliki durasi menonton yang tinggi karena tujuan mereka menonton televisi adalah untuk mengisi waktu luang. Walaupun program Merajut Asa Trans7 bukan termasuk ke dalam acara hiburan, namun, program ini dapat memenuhi sebagian kebutuhan hiburan, seperti mengisi waktu luang ketika tidak melakukan aktivitas apapun. Responden terbiasa menonton televisi ketika tidak ada kegiatan. Terutama jam lima sore, setelah mereka melakukan semua aktivitas dan menunggu magrib, biasanya waktu tersebut digunakan untuk menonton televisi. Data tersebut didukung dengan hasil uji korelasi rank Spearman. Berdasarakan uji tersebut diperoleh nilai signifikansi 0.429 > 0.05 (taraf nyata) artinya tidak terdapat hubungan nyata antara durasi menonton dengan kepuasan integrasi dan interaksi sosial. Nilai koefisien korelasi antara durasi menonton dengan tingkat kepuasan menonton diperoleh dari hasil uji statistik korelasi rank Spearman. Data selengkapnya mengenai nilai koefisien korelasi durasi menonton dengan tingkat kepuasan menonton program Merajut Asa Trans7 dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi durasi menonton dengan tingkat kepuasan menonton program Merajut Acara Trans7 di Desa Citapen tahun 2013 Tingkat kepuasan menonton Kepuasan informasi Kepuasan identitas pribadi Kepuasan integrasi dan interaksi sosial Kepuasan hiburan
Durasi menonton Koefisien korelasi Sig. (2-tailed) -0.265 0.750 0.083 0.585 -0.144 0.341 0.120 0.429
Tabel 15 menunjukkan hasil uji hubungan antara durasi menonton dengan tingkat kepuasan menonton program Merajut Asa Trans7. Dapat dilihat dari hasil uji tersebut durasi menonton tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan menonton program Merajut Asa Trans7. Hal ini terbukti dari hasil uji statistik bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara durasi menonton dengan tingkat kepuasan menonton baik kepuasan informasi, kepuasan identitas pribadi, kepuasan integrasi dan interaksi sosial, maupun kepuasan hiburan.
38 Hubungan Frekuensi Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton Hubungan Frekuensi Menonton dengan Kepuasan Informasi Tabel 16 memperlihatkan bahwa responden yang memiliki frekuensi menonton rendah sebesar 87.10 persen untuk kepuasan informasi yang tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki durasi menonton tinggi sebesar 60.00 persen. Data selengkapnya mengenai distribusi responden berdasarkan frekuensi menonton dan kepuasan informasi di Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton dan kepuasan informasi di Desa Citapen tahun 2013 Kepuasan informasi Rendah Tinggi Total
Frekuensi menonton Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) 4 12.90 6 40.00 27 87.10 9 60.00 31 100.00 15 100.00
Total Jumlah Persentase (orang) (%) 10 21.74 36 78.26 46 100.00
Data pada Tabel 16 diuji menggunakan uji korelasi rank Spearman. Berdasarkan uji korelasi rank Spearman diperoleh nilai signifikansi 0.037 < 0.05 (taraf nyata) artinya terdapat hubungan nyata antara frekuensi menonton dengan kepuasan informasi. Semakin tinggi frekuensi menonton maka semakin tinggi kepuasan informasi responden terhadap program Merajut Asa Trans7. Responden menonton program Merajut Asa Trans7 karena merasa terpenuhi kebutuhan akan informasi terutama informasi dibidang pertanian. Ada juga responden yang menonton program ini untuk menambah pengetahuan. Hal ini didukung oleh pernyataan salah satu responden sebagai berikut. “Saya sering menonton acara Merajut Asa karena abis nonton jadi tahu cara ilangin hama, jaga kesuburan tanah, dan banyak informasi pertanian yang saya dapatkan.” (Mp, 32tahun) Hubungan Frekuensi Menonton dengan Tingkat Kepuasan Identitas Pribadi Hubungan frekuensi menonton dengan tingkat kepuasan identitas pribadi responden dalam menonton program Merajut Asa Trans7 dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel tersebut menunjukkan bahwa responden dengan frekuensi menonton tinggi dengan kepuasan identitas pribadi tinggi memiliki persentase lebih besar, yaitu sebesar 100.00 persen dibandingkan responden dengan frekuensi menonton rendah yang hanya sebesar 93.55 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan identitas pribadi terhadap program Merajut Asa Trans7. Setelah menonton program Merajut Asa Trans7, responden optimis bahwa pertanian dapat dijadikan sebagai lahan usaha. Responden percaya diri bahwa keluarga tani juga dapat sukses. Dengan demikian, program Merajut Asa Trans7 dapat memberikan kepuasan identitas pribadi. Data selengkapnya mengenai distribusi responden berdasarkan frekuensi menonton dan kepuasan identitas pribadi di Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 17.
39 Tabel 17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton dan kepuasan identitas pribadi di Desa Citapen tahun 2013 Kepuasan identitas pribadi Rendah Tinggi Total
Frekuensi menonton Total Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 2 6.45 0 0.00 2 4.35 29 93.55 15 100.00 44 95.65 31 100.00 15 100.00 46 100.00
Data pada Tabel 17 didukung dengan hasil uji korelasi rank Spearman. Berdasarkan uji korelasi diperoleh nilai signifikansi 0.325 > 0.05 (taraf nyata) artinya tidak terdapat hubungan nyata antara frekuensi menonton dengan kepuasan identitas pribadi. Hasil uji korelasi rank Spearman sejalan dengan penelitian Andremica (2010). Andremica (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi menonton maka semakin rendah tingkat kepuasan mahasiswa terhadap program berita TV One. Hubungan Frekuensi Menonton dengan Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial Hubungan frekuensi menonton dengan tingkat kepuasan integrasi dan interaksi sosial responden dalam menonton program Merajut Asa Trans7 dapat dilihat pada Tabel 18. Pada tabel tersebut terlihat bahwa responden dengan frekuensi menonton rendah memiliki persentase lebih besar, yaitu sebesar 74.19 persen dibandingkan responden dengan frekuensi menonton tinggi yang hanya sebesar 53.33 persen. Data selengkapnya mengenai distribusi responden berdasarkan frekuensi menonton dan kepuasan integrasi dan interaksi sosial di Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton dan kepuasan integrasi dan interaksi sosial di Desa Citapen tahun 2013 Kepuasan integrasi dan interaksi sosial Rendah Tinggi Total
Frekuensi menonton Total Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 8 25.81 7 46.67 15 32.61 23 74.19 8 53.33 31 67.39 31 100.00 15 100.00 46 100.00
Hasil uji korelasi rank Spearman, diperoleh nilai signifikansi 0.164 > 0.05 (taraf nyata) artinya tidak terdapat hubungan nyata antara frekuensi menonton dengan kepuasan integrasi dan interaksi sosial. Selain menonton program Merajut Asa Trans7, responden juga menonton program acara lainnya, seperti program acara berita yang ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi, acara infotaiment, serta mendengarkan radio. Program acara baik yang ditonton maupun didengarkan akan dijadikan sebagai bahan perbincangan dengan keluarga, tetangga, maupun petani lainnya.
40
Hubungan Frekuensi Menonton dengan Kepuasan Hiburan Hubungan frekuensi menonton dengan tingkat kepuasan hiburan responden dalam menonton program Merajut Asa Trans7 dapat dilihat pada Tabel 19. Hubungan frekuensi menonton dengan tingkat kepuasan hiburan menunjukkan bahwa responden dengan frekuensi menonton tinggi memiliki kepuasan hiburan yang tinggi dibandingkan responden yang memiliki frekuensi menonton rendah. Pada tabel tersebut terlihat bahwa responden dengan frekuensi menonton tinggi memiliki persentase yang lebih besar, yaitu sebesar 100.00 persen dibandingkan responden dengan frekuensi menonton tinggi yang hanya sebesar 87.10 persen. Data selengkapnya mengenai distribusi responden berdasarkan frekuensi menonton dan kepuasan hiburan di Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton dan kepuasan hiburan di Desa Citapen tahun 2013 Kepuasan hiburan Rendah Tinggi Total
Frekuensi menonton Total Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 4 12.90 0 0.00 4 8.70 27 87.10 15 100.00 42 91.30 31 100.00 15 100.00 46 100.00
Hasil uji korelasi rank Spearman diperoleh nilai signifikansi 0.152 > 0.05 (taraf nyata) artinya tidak terdapat hubungan nyata antara frekuensi menonton dengan kepuasan hiburan. Program Merajut Asa Trans7 bukan termasuk ke dalam acara hiburan. Responden dapat memenuhi kepuasan hiburan dengan menonton acara hiburan, seperti acara bola, sinetron, kuis, Opera Van Java (OVJ), Pas Mantab, dan Mancing Mania. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Andremica (2010) yang menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi menonton maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan mahasiswa terhadap program berita TV One. Nilai koefisien korelasi antara frekuensi menonton dengan tingkat kepuasan menonton diperoleh dari hasil uji statistik korelasi rank Spearman. Tabel 20 menunjukkan bahwa hasil uji hubungan antara frekuensi menonton dengan tingkat kepuasan menonton program Merajut Asa Trans7 terbukti memiliki variabel yang berhubungan, yaitu frekuensi menonton dengan kepuasan informasi. Frekuensi menonton dengan kepuasan informasi memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0.308. Artinya, terdapat hubungan nyata (negatif) antara frekuensi menonton dengan kepuasan informasi. Sementara itu, variabel lainnya dalam tingkat kepuasan menonton program Merajut Asa Trans7, seperti kepuasan identitas pribadi, kepuasan integrasi dan interaksi sosial, dan kepuasan hiburan tidak terbukti memiliki hubungan nyata dengan frekuensi menonton. Data selengkapnya mengenai nilai koefisien korelasi frekuensi menonton dengan tingkat kepuasan menonton program Merajut Asa Trans7 dapat dilihat pada Tabel 20.
41 Tabel 20 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi frekuensi menonton dengan tingkat kepuasan menonton program Merajut Acara Trans7 di Desa Citapen tahun 2013 Tingkat kepuasan menonton Kepuasan informasi Kepuasan identitas pribadi Kepuasan integrasi dan interaksi sosial Kepuasan hiburan
Frekuensi menonton Koefisien korelasi Sig. (2-tailed) -0.308* 0.037 0.148 0.325 -0.209 0.164 0.215 0.152
Keterangan: * Berhubungan signifikan pada p < 0.05
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan “terdapat hubungan antara perilaku menonton (durasi menonton, frekuensi menonton) dengan tingkat kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7” tidak sepenuhnya diterima. Hal ini dikarenakan tidak semua subvariabel perilaku menonton berhubungan dengan subvariabel tingkat kepuasan menonton.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
2.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Petani di Desa Citapen memiliki kebiasan menonton program acara informasi dan program acara hiburan. Namun, petani di Desa Citapen memiliki durasi rendah dalam menonton program acara televisi. Sama halnya dengan frekuensi menonton petani yang tergolong rendah dalam menonton program acara televisi. Sementara itu, untuk program Merajut Asa Trans7, petani di Desa Citapen juga memiliki durasi menonton dan frekuensi menonton yang rendah. Tingkat kepuasan menonton program Merajut Asa Trans7 yang dimiliki oleh petani di Desa Citapen tergolong tinggi, baik untuk kepuasan informasi, kepuasan identitas pribadi, kepuasan integrasi dan interaksi sosial, serta kepuasan hiburan. Perilaku menonton program Merajut Asa Trans7, yaitu durasi menonton tidak memiliki hubungan nyata dengan tingkat kepuasan menonton, baik untuk kepuasan informasi, kepuasan identitas pribadi, kepuasan integrasi dan interaksi sosial, serta kepuasan hiburan. Sementara itu, frekuensi menonton Merajut Asa Trans7 memiliki hubungan dengan tingkat kepuasan menonton, yaitu kepuasan informasi. Berdasarkan uji korelasi rank Spearman, frekuensi menonton berhubungan nyata (negatif) dengan kepuasan informasi. Namun, untuk kepuasan identitas pribadi, kepuasan integrasi dan interaksi sosial, serta kepuasan hiburan tidak memiliki hubungan nyata dengan frekuensi menonton. Saran
1.
2.
3.
Adapun saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini: Bagi peneliti, penelitian ini dapat dikaji menggunakan variabel-variabel yang lebih menggambarkan perilaku menonton, tidak hanya menggunakan variabel durasi menonton dan frekuensi menonton saja. Variabel lainnya dapat dikaji untuk penelitian selanjutnya. Bagi kalangan akademisi, untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji perilaku menonton dengan menggunakan variabel-variabel yang berbeda dari penelitian ini dan dapat dihubungkan dengan kepuasan khalayak terhadap suatu program. Bagi pihak media agar menayangkan program acara pertanian dengan format yang lebih menarik dan sesuai dengan minat serta kebutuhan khalayak. Untuk program Merajut Asa Trans7 diharapkan durasi tayang dapat lebih lama dari tayangan sebelumnya dan memberikan solusi yang mudah dipahami dan diikuti oleh penonton.
DAFTAR PUSTAKA Andremica A. 2010. Hubungan motivasi dan pola menonton dengan tingkat kepuasan mahasiswa terhadap program berita TV One (kasus mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, FEMA, IPB) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ardianto E, Karlinah S, Komala L. 2007. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Ed Revisi. Bandung (ID): Simbiosa Rekatama Media. Badriah. 2003. Motivasi, perilaku dan pemenuhan kebutuhan remaja dari acara hiburan televisi (perbandingan pada siswa SLTP Islam Teluk Jambe dan SLTP Negeri 6 Karawang, Kabupaten Karawang) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kecamatan Ciawi dalam Angka 2012. Bogor (ID): BPS Kabupaten Bogor. Daryanto. 2010. Ilmu Komunikasi. Bandung (ID): Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. DeFleur ML, Lowery SA. 1994. Milestones in Mass Communication Research:Media Effects. Ed ke-3. USA (US): Longman Publishers. Desa Citapen. 2013. Data Monografi Desa Citapen. Bogor (ID): Kantor Desa Citapen. Effendy OU. 1993. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung (ID): PT Citra Aditya Bakti. Hadiyanto. 2004. Perilaku dan motif menonton televisi pada peternak di dua tipologi desa di Kabupaten Bogor. Jurnal Media Peternakan [Internet]. [diunduh 2012 Mar 7]; 27(1):30-37. Tersedia pada: http://journa l.ipb.ac/index.php/mediapeternakan/article/view/708/187.pdf. Hasan I. 2009. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Hofmann R. 1999. Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi: Menjadikan Televisi Budaya Rakyat. Jakarta (ID): Grasindo. [KPI] Komisi Penyiaran Indonesia. 2012. Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) Tahun 2012 [Internet]. [diunduh 2013 Feb 20]. Tersedia pada: http://www.kpi.go.id/index.php/2012-05-03-16-16-23/peraturan-kpi [KPI] Komisi Penyiaran Indonesia. 2013. Literasi Media Membentuk Pemahaman dan Kepedulian Masyarakat terhadap Isi Siaran[Internet]. [diunduh 2013 Feb 18]. Tersedia pada: http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/22-literasimedia/31129-literasi-media-membentuk-pemahaman-dan-kepedulianmasyarakat-terhadap-isi-siaran. Kusumah FA. 2010. Motivasi dan perilaku menonton serta penilaian khalayak terhadap program acara televisi lokal (kasus pemirsa Megaswara TV di RW 01 Kelurahan Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dan RW 17 Kelurahan Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lull J. 1998. Media, Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global. Abadi AS, penerjemah. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia. Terjemahan dari: Media, Communication, Culture: A Global Approach.
46 McQuail D. 1991. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Ed ke-2. Jakarta (ID): Erlangga. Morissan. 2005. Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tanggerang (ID): Raminda Prakarsa. Nasution S. 2003. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Pristiwanto, editor. Bandung (ID): Penerbit Alfabeta. Riswandi. 2009. Dasar-dasar Penyiaran. Ed Pertama. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Siegel S. 1985. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Hagul P, penerjemah. Jakarta (ID): PT Gramedia. Terjemahan dari: Nonparametric Statistics for the Behavioral Sciences. Singarimbun M dan Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Trans7. Profil Trans7 [Internet]. [diunduh 2013 Mei 1]. Tersedia pada: http://www.Trans7.co.id/frontend/aboutus/view/company/15 Trans7. Profil Merajut Asa Trans7 [Internet]. [diunduh 2013 Mei 1]. Tersedia pada: http://www.trans7.co.id/frontend/home/view/598 [UU] Undang-undang. 2002. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran [Internet]. [diunduh 2013 Feb 3]. Tersedia pada: http://www.kpi.go.id/index.php/2012-05-03-1616-23/undang-undang. Wahyuni HI. 2000. Televisi dan Intervensi Negara: Konteks Politik Kebijakan Publik Industri Penyiaran Televisi pada Era Orde Baru. Yogyakarta (ID): Media Pressindo. West R, Turner LH. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Ed ke-3. Maer MN, penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Humanika. Terjemahan dari: Introducing Communication Theory: Analysis and Application.
47 Lampiran 1 Lokasi penelitian Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.
Sumber: https://maps.google.com/maps?hl=id&tab=wl
48 Lampiran 2 Kerangka sampling No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Nama Na Lls Ti Nk Mp La Nm Ms Wa Mmh Ai Li Yo Km Um Sk Emy Hy Bb Rs El Mr Ih Snh De Ry My Tu Ti Mw Ej An Nd Jl Ls Ae Ke Mi Ip
Usia 29 40 18 46 32 26 38 37 34 48 26 29 45 35 52 25 48 52 60 50 29 25 48 20 31 22 45 42 40 27 34 49 38 37 44 36 33 26 23
Jenis kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan
Pendidikan SMP SMP SD SMP SD SMP SD SD SD SD SD SMA SD SMP SD SMP SD SD SD SD SD SMP SD SD SMA SMP SMA SD SD SD SD SD SMP SD SD SMP SMP SMP SMP
Pekerjaan pokok IRT IRT IRT IRT Buruh Tani Buruh Tani IRT Buruh Tani Buruh Tani IRT IRT Buruh Tani IRT Buruh Tani Buruh Tani IRT IRT Buruh Tani IRT IRT Buruh Tani IRT IRT IRT Buruh Tani IRT Buruh Tani IRT Buruh Tani Buruh Tani Buruh Tani IRT IRT Buruh Tani IRT Buruh Tani Buruh Tani Buruh Tani IRT
RT 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2
49 No 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
Nama Ru Sr Ya Rr Sf Ah Mo Em St Ll Oc Ap Bu Ir Ul Dd Ac Mm Ub Oa Mu Ho Ad Ss Jm Su Is Ju Go Ri Sa Id Eb Ma Mj Sd To Ko Ia Ne Se Mn
Usia 22 25 43 28 27 31 71 39 26 53 68 34 56 38 47 53 36 49 32 30 29 34 34 52 30 57 36 49 33 28 70 33 40 50 51 56 67 29 48 25 46 63
Jenis kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki
Pendidikan SMP SMP SD SMP SLTP SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SMP SD SD SLTA SD SD SD SD SD SD SD SD SMP SMP SD SD SD SD SD SD SD SD SD
Pekerjaan pokok IRT Buruh Tani Buruh Tani IRT IRT IRT Buruh Tani Buruh Tani IRT IRT IRT Buruh Tani Buruh Tani Buruh Tani Buruh Tani Buruh Pabrik IRT Buruh Tani Buruh Tani Buruh Pabrik Buruh Tani Buruh Bangunan Buruh Bangunan Buruh Tani Buruh Tani Buruh Tani Buruh Bangunan Buruh Tani Buruh Tani Buruh Pabrik Buruh Tani Buruh Tani Buruh Pabrik Buruh Tani Buruh Tani Buruh Tani Buruh Tani Buruh Tani Buruh Tani IRT Buruh Tani Buruh Tani
RT 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2
50 No 82 83 84 85 86
Nama Sw Th Ida As Uj
Usia 22 17 28 48 48
Jenis kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki
Pendidikan SMA SMP SD SD SD
Pekerjaan pokok IRT IRT IRT Buruh Tani Buruh Tani
RT 2 2 2 1 1
51 Lampiran 3 Kuesioner penelitian KUESIONER PENELITIAN Perilaku Menonton dan Kepuasan Petani Terhadap Program Merajut Asa Trans 7 di RW 05 Desa Citapen
Saya Nurlaila Kusuma, mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, sedang menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan studi. Saya mengharapkan kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan jujur. Identitas dan jawaban anda dijamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi ini saja. Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Data Diri Responden
Nama
:
Tempat/Tanggal Lahir : Alamat Rumah
:
No. HP
:
: …………............................................................. : …………............................................................. : …………............................................................. : ………….............................................................
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2013
52
Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan yang diajukan dengan mengisi titik-titik, mengisi tabel yang tersedia, dan memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Anda pilih. No. Kuesioner:................. Tanggal:….......................... (diisi oleh enumerator) A. Karakteristik Demografis 1. Usia : ………........................................................... 2. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan : ....................................................................... 3. Pendidikan 4. Pekerjaan Pokok : ….................................................................... 5. Pekerjaan Tambahan : ........................................................................ 6. Pendapatan : ............................................................/bulan 7. Jumlah Tanggungan Keluarga: ...................................................................... B. Perilaku Menonton Televisi Petunjuk pengisian: Isilah kolom yang tersedia sesuai dengan diri Anda. Bagaimana kebiasaan Anda ketika menonton Program Acara Televisi? Durasi Frekuensi Menonton Menonton Frekuensi Jam No. Nama Acara (dalam (dalam Tayang Tayang sekali satu tayang) minggu) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ket
53
C. Perilaku Menonton Program Merajut Asa Trans 7 Petunjuk pengisian: Isilah titik-titik pada kolom yang telah tersedia yang sesuai dengan diri Anda. Bagaimana kebiasaan Anda ketika menonton Program Merajut Asa Trans7? No. Pertanyaan Jawaban Ket Durasi Menonton 1. Kegiatan apa saja yang biasa Anda ............................... lakukan ketika sore hari sekitar jam ............................... 17.00-18.00? ............................... 2. Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk menonton Program Merajut Asa Trans7 setiap satu kali ........ menit tayang? Frekuensi Menonton 3. Berapa kali Anda menonton Program Merajut Asa dalam satu bulan .......... kali terakhir? Bagaimana materi informasi yang ditayangkan oleh Program Merajut Asa Trans7? a. Menarik b. Tidak menarik D. Penggunaan Media Lainnya Petunjuk pengisian: Berilah tanda (√) dan isilah pada kolom yang telah tersedia. Apa saja media yang Anda gunakan selain televisi? Lama Berapa kali digunakan Ya/ No. Media penggunaan (dalam seminggu Tidak (dalam satu hari) terakhir) 1.
Radio
2.
Surat kabar
Ket
E. Kepuasan Menonton Petunjuk pengisian: Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban pada setiap nomor yang sesuai dengan diri Anda. 1. Sangat Tidak Puas (STP) 2. Tidak Puas (TP) 3. Cukup Puas (CP) 4. Puas (P) 5. Sangat Puas (SP)
54 Bagaimana kepuasan yang dirasakan ketika menonton Program Merajut Asa Trans7? 1 2 3 4 5 No. Kepuasan Menonton Ket (STP) (TP) (CP) (P) (SP) Kepuasan Informasi 1. Saya mendapatkan informasi mengenai pertanian. 2. Saya mengetahui tentang kondisi petani di daerah lain. 3. Saya memperoleh informasi mengenai masalah-masalah pertanian dan cara mengatasinya. 4. Saya mengetahui teknologi pertanian daerah lain yang mungkin bisa diterapkan di daerah saya. 5. Dapat menambah pengetahuan yang saya miliki dalam bidang pertanian. Dari kelima pernyataan tersebut, manakah yang paling menjadi kepuasan utama Anda menonton Program Merajut Asa Trans7?
No
Kepuasan Menonton
1 (STP)
2 3 (TP) (CP)
4 (P)
5 (SP)
Ket
Kepuasan Identitas Pribadi 6. Membuat saya lebih percaya diri bahwa keluarga tani juga dapat sukses. 7. Membuat saya lebih optimis bahwa pertanian dapat dijadikan sebagai lahan usaha. Dari kedua pernyataan tersebut, manakah yang paling menjadi kepuasan utama Anda menonton Program Merajut Asa Trans7?
1 (STP) Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial 8. Memperoleh informasi pertanian di daerah lain agar dapat saling bertukar informasi dengan keluarga. 9. Memperoleh informasi pertanian di daerah lain agar dapat saling bertukar No
Kepuasan Menonton
2 3 (TP) (CP)
4 (P)
5 (SP)
K Ket
55 informasi dengan tetangga. Memperoleh informasi pertanian di daerah lain agar dapat saling bertukar informasi dengan petani di daerah saya. 11. Dapat menjadi bahan diskusi mengenai masalah pertanian dan cara mengatasinya dengan petani di daerah saya. 12. Dapat menjadi bahan obrolan dengan keluarga mengenai kondisi petani di daerah lain. 13. Dapat menjadi bahan obrolan dengan tetangga mengenai kondisi petani di daerah lain. 14. Dapat menjadi bahan obrolan dengan petani di daerah saya mengenai kondisi petani di daerah lain. 15. Memudahkan saya bergabung dengan kelompok tani yang ada di daerah saya. Dari kedelapan pernyataan tersebut, manakah yang paling menjadi kepuasan utama Anda menonton Program Merajut Asa Trans7? 10.
No
Kepuasan Menonton
1 (STP)
2 3 (TP) (CP)
4 (P)
5 (SP)
K Ket
Kepuasan Hiburan 16. Dapat menghilangkan stres/melupakan masalah yang sedang dihadapi. 17. Dapat menemani saat sedang bersantai/melepas lelah setelah melakukan aktivitas. 18. Dapat mengisi waktu luang ketika sedang tidak melakukan aktivitas apapun. Dari ketiga pernyataan tersebut, manakah yang paling menjadi kepuasan utama Anda menonton Program Merajut Asa Trans7?
56 Lampiran 4 Hasil uji reliabilitas kepuasan menonton Reliability Statistics Cronbach's Alpha .785
item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 item11 item12 item13 item14 item15
N of Items 15
Scale Mean if Item Deleted 63.60 63.60 63.40 63.70 63.60 63.60 63.60 63.70 64.10 63.90 63.70 63.60 63.70 63.50 63.50
Item-Total Statistics Scale Corrected Variance if Item-Total Item Deleted Correlation 16.044 .398 16.933 .178 16.044 .513 15.789 .451 15.600 .512 17.378 .072 18.044 -.081 15.789 .451 12.100 .703 13.878 .720 15.567 .508 15.600 .512 16.678 .232 16.278 .371 16.500 .311
Cronbach's Alpha if Item Deleted .773 .789 .767 .768 .764 .796 .806 .768 .738 .740 .764 .764 .785 .775 .779
57 Lampiran 5 Hasil uji statistik korelasi rank Spearman Hubungan durasi menonton dengan kepuasan informasi Correlations Durasi menonton Spearman's rho Durasi Correlation 1.000 menonton Coefficient Sig. (2-tailed) . N 46 Kepuasan Correlation -.265 informasi Coefficient Sig. (2-tailed) .075 N 46
Kepuasan informasi -.265 .075 46 1.000 . 46
Hubungan durasi menonton dengan kepuasan identitas pribadi Correlations
Spearman's rho
Durasi Correlation menonton Coefficient Sig. (2-tailed) N Kepuasan Correlation identitas Coefficient pribadi Sig. (2-tailed) N
Durasi menonton 1.000
Kepuasan identitas pribadi .083
. 46 .083
.585 46 1.000
.585 46
. 46
Hubungan durasi menonton dengan kepuasan integrasi dan interaksi sosial Correlations Kepuasan Durasi integrasi dan menonton interaksi sosial Spearman's rho Durasi Correlation 1.000 -.144 menonton Coefficient Sig. (2-tailed) . .341 N 46 46 Kepuasan Correlation -.144 1.000 integrasi Coefficient dan Sig. (2-tailed) .341 . interaksi N 46 46 sosial
58 Hubungan durasi menonton dengan kepuasan hiburan Correlations Durasi menonton Spearman's rho Durasi Correlation 1.000 menonton Coefficient Sig. (2-tailed) . N 46 Kepuasan Correlation .120 hiburan Coefficient Sig. (2-tailed) .429 N 46
Hubungan frekuensi menonton dengan kepuasan informasi Correlations Frekuensi menonton Spearman's rho Frekuensi Correlation 1.000 menonton Coefficient Sig. (2-tailed) . N 46 Kepuasan Correlation -.308* informasi Coefficient Sig. (2-tailed) .037 N 46
Kepuasan hiburan .120 .429 46 1.000 . 46
Kepuasan informasi -.308* .037 46 1.000 . 46
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hubungan frekuensi menonton dengan kepuasan identitas pribadi Correlations
Spearman's rho
Frekuensi Correlation menonton Coefficient Sig. (2-tailed) N Kepuasan Correlation identitas Coefficient pribadi Sig. (2-tailed) N
Frekuensi menonton 1.000
Kepuasan identitas pribadi .148
. 46 .148
.325 46 1.000
.325 46
. 46
59
Hubungan frekuensi menonton dengan kepuasan integrasi dan interaksi sosial Correlations Kepuasan Frekuensi integrasi dan menonton interaksi sosial Spearman's rho Frekuensi Correlation 1.000 -.209 menonton Coefficient Sig. (2-tailed) . .164 N 46 46 Kepuasan Correlation -.209 1.000 integrasi Coefficient dan Sig. (2-tailed) .164 . interaksi N 46 46 sosial
Hubungan frekuensi menonton dengan kepuasan hiburan Correlations Frekuensi menonton Spearman's rho Frekuensi Correlation 1.000 menonton Coefficient Sig. (2-tailed) . N 46 Kepuasan Correlation .215 hiburan Coefficient Sig. (2-tailed) .152 N 46
Kepuasan hiburan .215 .152 46 1.000 . 46
RIWAYAT HIDUP Peneliti dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Desember 1990. Peneliti merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Mustofa dan Khosiah. Peneliti menempuh pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Beji 6 (1997-2003), Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 211 Jakarta (20032006), Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 7 Jakarta (2006-2009). Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMA, peneliti melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama peneliti menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan dalam acara di IPB, seperti kepanitiaan dalam Masa Perkenalan Departemen (MPD) Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dalam divisi konsumsi. Pengalaman lain yang dilakukan penulis adalah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Sosiologi Umum dalam empat periode, yaitu semester ganjil tahun ajaran 2011-2012, semester genap tahun ajaran 2011-2012, semester ganjil tahun ajaran 2012-2013, dan semester genap tahun ajaran 2012-2013. Selain itu, penulis juga menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Komunikasi Massa.