MOTIVASI MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TENTANG PROGRAM TALK SHOW “HITAM PUTIH” TRANS7 PADA MASYARAKAT DESA RURBAN
KARINA HEZA PRATAMA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak tentang Program Talk Show Hitam Putih Trans7 pada masyarakat desa rurban adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Karina Heza Pratama NIM I34090117
ABSTRAK KARINA HEZA PRATAMA. Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak tentang Program Talk Show Hitam Putih Trans7 pada Masyarakat Desa Rurban. Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO. Penelitian ini bertujuan menganalisis motivasi menonton dan persepsi khalayak beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan pada masyarakat Kelurahan Sukahati yang berusia 17 hingga 60 tahun yang menonton siaran tersebut. Motivasi menonton khalayak tergolong tinggi terutama untuk motivasi informasi, integrasi dan interaksi, dan hiburan. Akan tetapi tidak untuk motivasi identitas pribadi. Frekuensi menonton responden tergolong sering dalam menonton televisi dengan durasi yang cukup lama, suasana menontonnya dalam keadaan tenang, cara menontonnya lebih banyak yang bersama orang lain, dan lokasi menonton sebagian besar di rumah. Sementara untuk persepsi, seluruh responden berpersepsi bagus terhadap kualitas tayangan, unsur dalam siaran, dan unsur materi siaran. Motivasi responden diarahkan oleh faktor internal, motivasi menonton berhubungan dengan keterdedahan khalayak, dan keterdedahan khalayak juga berhubungan dengan persepsi tentang siaran televisi. Kata Kunci: Khalayak, Motivasi, Keterdedahan, Persepsi
ABSTRACT KARINA HEZA PRATAMA. Watching Motivation and Audience Perception of Talk Show Hitam Putih Program Trans7 at Rurban Village Community. Supervised by SUTISNA RIYANTO. This study aims to analyze the motivation and perception of the audience watching along with the factors that influence it. The study was conducted in the village Sukahati aged 17 to 60 who watched the broadcast. Watching motivation audience is high motivation primarily for information, integration and interaction, and entertainment. But not for the motivation of personal identity. Frequency of respondents watch television viewing quite often in the duration long enough to watch it in a state of calm atmosphere, more of a way to watch it with other people, and most of the viewing locations in the house. As for perception, all respondents berpersepsi nice to quality impressions, elements in the broadcast, and broadcast material elements. Motivation respondent is directed by internal factor respondents, watching motivation related audiences exposure, and audiences exposure also relates perception of television broadcast. Keywords: Audience, Motivation, Exposure, Perception
MOTIVASI MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TENTANG PROGRAM TALK SHOW “HITAM PUTIH” TRANS7 PADA MASYARAKAT DESA RURBAN
KARINA HEZA PRATAMA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Nama NIM
: Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak tentang Program Talk Show Hitam Putih Trans7 pada Masyarakat Desa Rurban : Karina Heza Pratama : I34090117
Disetujui oleh
Ir Sutina Riyanto, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak tentang Program Talk Show Hitam Putih Trans7 pada Masyarakat Desa Rurban”. Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji motivasi menonton dan persepsi khalayak tentang program talk show pada masyarakat desa rurban. Tujuan spesifiknya ialah: (1) Menganalisis motivasi khalayak dalam menonton program talk show Hitam Putih Trans7 pada masyarakat desa rurban; (2) Menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal dengan motivasi menonton; (3) Menganalisis keterdedahan khalayak terhadap program tersebut; (4) Menganalisis hubungan motivasi menonton dengan keterdedahan khalayak; (5) Menganalisis persepsi khalayak tentang program tersebut; serta (6) Menganalisis hubungan keterdedahan dengan persepsi khalayak. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi ini baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Sutisna Riyanto, MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan masukkan hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis juga berterima kasih kepada seluruh warga Kelurahan Sukahati, khususnya warga RT 03 RW 12. Tidak lupa penulis menyampaikan hormat dan rasa terima kasih kepada ayahanda Drs M. Zaharry, MS.i, Ibunda Dra Henny Krishnawati, dan Karisa Heza Dwitama adik tersayang yang selalu memberi motivasi, doa, dan dukungan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik M. Baidowi, M. Deska, dan Bramantia, teman-teman sebimbingan Lansa Sofiasilmy dan Santi Arisona, Kak Pradiana Feberia yang telah banyak membantu, serta keluarga besar KPM 46. Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Juni 2013 Karina Heza Pratama
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Siaran Televisi Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak Masyarakat Desa Rurban Kerangka Pemikiran Hipotesis Definisi Operasional METODE Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pengolahan dan Analisis Data Validitas dan Realibilitas Instrumentasi GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Trans7 Deskripsi Program “Hitam Putih” Gambaran Umum Wilayah Penelitian Karakteristik Responden MOTIVASI MENONTON PROGRAM TALK SHOW “HITAM PUTIH” TRANS7 Motivasi Menonton Hubungan Faktor Internal dengan Motivasi Menonton Hubungan Faktor Eksternal dengan Motivasi Menonton KETERDEDAHAN KHALAYAK PROGRAM TALK SHOW “HITAM PUTIH” DENGAN MOTIVASI MENONTON Keterdedahan Khalayak Hubungan Motivasi Menonton dengan Keterdedahan Khalayak PERSEPSI KHALAYAK TENTANG PROGRAM TALK SHOW “HITAM PUTIH” Persepsi Hubungan Keterdedahan Khalayak dengan Persepsi Khalayak tentang Program “Hitam Putih” Trans7 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
xv xvi xvii 1 2 2 2 7 8 14 15 16 17 18 21 21 24 22 25 25 26 27
29 30 32
35 36
39 39
45 45 47 59
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Perbedaan antara Siaran Televisi dengan Film Jumlah dan Persentase Responden Menurut Faktor Internal Rataan Skor dan Persentase Responden Menurut Jenis Motivasi Menonton Korelasi antara Faktor Internal dengan Motivasi Menonton Program Hitam Putih Trans7 Korelasi antara Faktor Eksternal dengan Motivasi Menonton Program Hitam Putih Trans7 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keterdedahan Khalayak Korelasi antara Motivasi Menonton dengan Keterdedahan Khalayak Program Hitam Putih Trans7 Persentase Responden Menurut Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial dan Suasana Menonton Rataan Skor dan Persentase Responden Menurut Persepsi tentang Program Hitam Putih Trans7 Korelasi antara Keterdedahan Khalayak dengan Persepsi Khalayak Persentase Responden Menurut Suasana Menonton dan Tema Cerita Persentase Responden Menurut Cara Menonton dan Bintang Tamu Persentase Responden Menurut Lokasi Menonton dan Segment
7 27 29 31 32 35 37 37 39 41 42 42 43
11
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak tentang 17 Program Talk Show Hitam Putih Trans7 pada Masyarakat Desa Rurban 2 Logo Trans7 25 3 Persentase Jumlah Penduduk Kelurahan Sukahati Menurut Jenis Pekerjaan 26 2011
12
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Peta Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Foto Program Talk Show Hitam Putih Trans7 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2013 Rataan Skor Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak Hasil Pengolahan Data Data Top 10 Talk Show Program Periode Januari 2013
50 51 52 53 55 58
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia televisi di tanah air saat ini semakin pesat, terlihat dari semakin banyaknya stasiun televisi swasta yang berarti semakin tinggi persaingan dalam menarik pemirsa. Setiap stasiun televisi berlomba menyajikan beragam program yang bervariasi dan menarik baik yang informatif maupun hiburan. Semakin banyak pilihan program siaran televisi bagi khalayak, khalayak semakin memilih program hiburan. Program talk show adalah salah satu program andalan banyak stasiun televisi dalam menarik pemirsa yang biasa dikemas dalam bentuk ringan dan menghibur maupun formal dan serius. Program talk show tetap berusaha menyajikan informasi karena UU No. 32 Tahun 2002 Pasal 36 ayat 1 menetapkan bahwa suatu program isi siaran harus tetap mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. Hampir semua stasiun televisi khususnya televisi swasta memiliki program talk show unggulan, seperti talk show yang bersifat ringan dan menghibur adalah Show Imah (TRANS TV), Pas Mantab, Hitam Putih, dan Bukan Empat Mata (TRANS7), Mel’s Update (ANTV), Sedap Malam (RCTI), Just Alvin (METRO TV), Kata Hati dan Buaya Show (Indosiar), serta Intermezzo (MNC TV). Sementara talk show yang bersifat formal dan serius adalah Kick Andy, The Oprah Winfrey Show, Economic Challenges dan Today’s Dialogue (METRO TV), Satu Jam Lebih Dekat (TVONE), serta Barometer (SCTV). Pada kenyataannya, program talk show tetap dianggap kurang diminati dan tidak dapat mengalahkan ratting sinetron. Hal ini disebabkan talk show adalah program yang paling membosankan dan materi di dalam talk show terlalu berat untuk dicerna oleh khalayak (Iryanto 2010). Talk show juga dianggap membosankan, susah untuk dicerna, dan tidak menarik kemasannya (Nugraha 2012). Tidak semua program talk show sepi peminatnya, beberapa program menunjukkan ratting dan share yang cukup tinggi. Program Hitam Putih di Trans7 misalnya, saat ini pada urutan kelima dari top 10 program talk show popular di televisi swasta dengan TVR (Televisi Ratting) 2.0 dan share 9.8 (sumber: AC Nielsen). Data tersebut menunjukkan bahwa Hitam Putih ditonton oleh 2% pemilik televisi atau 9.8% penonton televisi. Program Hitam Putih yang cukup banyak ditonton khalayak di tengah pendapat banyak pihak tentang program talk show yang kurang diminati merupakan fenomena menarik dan tepat untuk mengkaji mengapa banyak masyarakat tertarik pada program yang menghibur. Penelitian motivasi dan persepsi khalayak tentang program ini dapat memberi gambaran tentang harapan dan kepuasan terhadap perolehan khalayak dari menonton program Hitam Putih. Keduanya penting karena pada dasarnya setiap program siaran televisi berpotensi menimbulkan efek pemberdayaan karena pemberdayaan masyarakat tidak selalu berbentuk informasi, tetapi jika seseorang meningkat rasa percaya diri dan harga dirinya dapat dikatakan telah diberdayakan (Sedarmayanti 2005). Di samping itu, kajian seperti ini juga berguna untuk mengembangkan program yang lebih bersifat informatif dan edukatif.
2 Selama ini belum ada penelitian yang mengkaji motivasi menonton masyarakat desa rurban. Hampir seluruh penelitian mengkaji perbandingan motivasi menonton antara masyarakat desa rural dan masyarakat urban. Indrizal (2006) mengungkapkan bahwa rurban adalah daerah yang berada di tengah-tengah antara daerah rural dan urban (pinggiran kota) dan memiliki kelompok komunitas yang sifatnya berada di tengah-tengah antara rural dan urban. Hal inilah yang menyebabkan peneliti ingin mengkaji apa motivasi menonton dan bagaimana persepsi khalayak tentang program talk show Hitam Putih pada masyarakat desa rurban? Perumusan Masalah Motivasi menonton dan persepsi khalayak tentang program Hitam Putih bervariasi terkait dengan berbagai faktor, baik di dalam maupun di luar diri khalayak. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan: Bagaimana motivasi khalayak dalam menonton Hitam Putih dan faktor-faktor apa yang mengarahkannya? Apakah motivasi menonton mengarahkan keterdedahan khalayak terhadap program ini? dan Bagaimana persepsi khalayak tentang program yang ditonton dan kaitannya dengan keterdedahan mereka?
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengkaji motivasi menonton dan persepsi khalayak Kelurahan Sukahati, Bogor tentang program talk show Hitam Putih. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis motivasi khalayak pada masyarakat desa rurban dalam menonton program talk show Hitam Putih Trans7 2. Menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal dengan motivasi menonton 3. Menganalisis keterdedahan khalayak terhadap program tersebut 4. Menganalisis hubungan motivasi menonton dengan keterdedahan khalayak. 5. Menganalisis persepsi khalayak tentang program tersebut 6. Menganalisis hubungan keterdedahan dengan persepsi khalayak
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sivitas akademika, pemerintah, pihak televisi swasta, dan peneliti selanjutnya. Manfaat penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tentang motivasi menonton dan persepsi khalayak tentang program talk show. 2. Bagi pemerintah, sebagai masukkan untuk membina siaran televisi 3. Bagi stasiun Trans7, sebagai masukan untuk mengembangkan program siaran yang lebih bermutu dan bermanfaat bagi masyarakat 4. Bagi peneliti selanjutnya, mendorong peneliti untuk meneliti lebih lanjut yang lebih spesifik dan mendalam tentang program siaran televisi
3
TINJAUAN PUSTAKA Siaran Televisi Televisi Effendy (2001) menyatakan bahwa televisi memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh media massa lain seperti surat kabar, majalah, dan radio. Keunggulan tersebut diantaranya adalah: 1. Keunggulan Karakteristik Televisi mampu menyampaikan pesan audio dan visual, berupa suara dan gambar dalam waktu yang bersamaan. Penggunaan televisi melibatkan dua indra secara bersamaan, sehingga komunikan dapat mengolah pesan yang diterima dengan lebih cepat. 2. Menjangkau Khalayak Luas Televisi merupakan media yang hampir dimiliki oleh semua orang. Pesan yang disampaikan melalui televisi dapat diterima oleh khalayak karena kemampuan televisi dalam menjangkau khalayak, mulai dari wilayah perkotaan hingga ke wilayah pedesaan. Kemampuan dan kelebihan ini menjadikan televisi sebagai salah satu media yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi. Proses penyebaran informasi dengan menggunakan media televisi ini menjadi lebih efektif karena kemampuan televisi dalam menyampaikan informasi dalam bentuk audio dan visual kepada khalayak luas, sehingga dapat menjangkau khalayak yang heterogen dalam jumlah yang besar dan jangkauan yang luas. Kelebihan tersebut menjadikan televisi menjadi salah satu media yang cukup diminati oleh khalayak. Dengan keluasan jangkauan yang dimiliki televisi dan penyajian tayangan berbentuk dua dimensi, televisi mampu menyampaikan nilai dan budaya yang berbeda-beda kehadapan pemirsa melalui proses sosialisasi satu arah. Kekuatan televisi terdapat pada penguasaan jarak, ruang, dan waktu. Hal ini tidak terlepas dari penggunaan teknologi baru. Program-program televisi itu sendiri memiliki jangkauan luas, heterogen, mampu biacara aktual, cepat, seketika, informasinya bisa singkat, jelas, dan sistematis sehingga tidak perlu mengerutkan dahi untuk membacanya (Kuswandi dan Putra 1997 dalam Soemandoyo 1999). Inilah yang membuat televisi mengalami perkembangan paling fenomenal di dunia. Meski lahir lebih belakangan dibandingkan dengan media massa cetak dan radio. Televisi mempunyai daya tarik yang kuat karena televisi memiliki unsur kata-kata, musik, sound effect, dan unsur visual berupa gambar hidup. Gambar hidup di televisi mampu menimbulkan kesan mendalam pada khalayak. Inilah yang membuat masyarakat lebih tertarik pada media televisi dibandingkan media lainnya. Ardianto et al. (2004) mengungkapkan bahwa pihak televisi perlu memperhatikan faktor pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak. Televisi sendiri memiliki lima fungsi yang berlaku untuk masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh Hoffman 1999, yaitu: 1. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia
4
Fungsi ini sering disebut informasi. Fungsi televisi yang sebenarnya adalah mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. 2. Menghubungkan satu dengan yang lain Neil Postman dalam Hoffmann (1999) televisi tidak berkesinambungan. Akan tetapi televisi yang menyerupai mosaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis. Apabila televisi berfungsi sesuai dengan kepentingan masyarakat yang ditangkap oleh pembuat program, televisi sangat ampuh untuk membuka mata pemirsa. 3. Menyalurkan kebudayaan Fungsi ini dilihat sebagai pendidikan. Namun, istilah “pendidikan” sengaja dihindari karena di dalam kebudayaan audio-visual tidak ada yang namanya kurikulum atau target tertentu yang dirancang oleh seorang pendidik. Kebudayaan yang diperkembangkan oleh televisi merupakan tujuan tanpa pesan khusus di dalamnya. 4. Hiburan Kebudayaan audio-visual paling sedikit memiliki unsur hiburan, kalau tidak menghibur umumnya sebuah tayangan tidak akan ditonton. Sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia. Tanpa hiburan manusia tidak dapat hidup wajar. Hiburan ini merupakan rekreasi, artinya berkat hiburan manusia menjadi segar untuk kegiatan-kegiatan yang lain. 5. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat. Fungsi ini mudah disalahgunakan oleh seorang penguasa, akan tetapi dalam situasi tertentu ini cukup masuk akal, misalnya kalau terjadi wabah penyakit di suatu daerah, televisi bisa saja memberitakan berdasarkan fungsinya sebagai pengawas.Beritaini kemudian dapat dihubungkan dengan keterangan tentang vaksinasi. Tentu saja dalam keadaan darurat ini tidak cukup. Televisi harus proaktif memberi motivasi dan menganjurkan supaya orang mau dibantu secara preventif. Stasiun televisi terus berkembang dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat bahwa pada tahun 1989 muncul televisi swasta pertama di Indonesia, yaitu RCTI kemudian disusul dengan SCTV, Indosiar, ANTV dan TPI. Menjelang Tahun 2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru (Metro TV, Trans TV, TV7, Lativi dan Global TV). Setelah Undang-undang penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya di daerah yang terbagi dalam empat kategori yaitu televisi publik, swasta, berlangganan, dan komunitas (lokal). Hingga Juli 2002, jumlah orang yang memiliki pesawat televisi di Indonesia mencapai 25 juta (Morissan 2005).Kemunculan berbagai stasiun televisi dapat membuat khalayak untuk menentukan pilihannya dalam menonton program acara yang disiarkan oleh televisi.
5
Program Siaran Televisi Pada abad ke-21 ini telah banyak stasiun televisi yang menayangkan berbagai macam program siaran televisi. Hal inilah yang akan mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, maupun perasaan bagi khalayaknya. Program siaran televisi itu sendiri adalah bahan yang telah disusun dalam suatu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio yang secara teknis memenuhi persyaratan laik siar serta telah memenuhi standar estetik dan artistik yang berlaku. Setiap program televisi punya sasaran yang jela dan tujuan yang akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program siaran televisi, yaitu: 1. Landasan filisofis yang mendasari tujuan semua program 2. Strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program 3. Sasaran program 4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program 5. Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai usaha yang optimum Pola siaran yang akan dikembangkan harus berdasarkan definisi, kriteria, dan mata acara siaran tidak bisa lepas dari butir-butir rencana, yaitu: 1) butir-butir penekanan program; 2) waktu penyiran, seperti waktu prima (prime time) dan waktu untuk penyiaran sekolah; 3) jenis dan jumlah tiap-tiap program; 4) perencanaan penyiaran ulang; serta 5) keputusan tenatng materi program (Sutisno 1993). Wibowo (2007) menyatakan bahwa format acara televisi dibedakan delapan jenis, yakni: 1. Program Seni Budaya Secara garis besar materi produksi seni budaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: seni pertunjukkan (seperti: seni musik, seni tari, dan pertunjukkan boneka segala macam jenisnya) serta seni musik (seperti: konser musik, gamelan, jazz, konser musik klasik atau pergelaran musik daerah). 2. Program Talk Show Program talk show memiliki banyak format, seperti: kuis, wawancara baik di dalam studio maupun di luar studio, dan diskusi panel di televisi. Program ini tampil dalam bentuk sajian yang mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik, sedang hangat dibicarakan masyarakat, atau tanya jawab persoalan dengan hadiah yang disebut dengan kuis. Formatformat program talk show adalah sebagai berikut: a. Program Uraian Pendek atau Pernyataan Ketika penonton menyaksikan acara televisi, pada saat itu muncul seorang presenter (penyaji) menceritakan sesuatu yang menarik. Presenter ini muncul di tengah suatu program feature, di antara sajian acara musik, dan diawal suatu acara sebagai pembukaan atau dalam suatu acara cerita menarik yang disajikan secara khusus. Uraian yang disajikan oleh seorang presenter di dalam acara televisi biasanya sangat pendek. b. Program Vox-pop Suara Masyarakat Program yang mengetengahkan pendapat umum tentang suatu masalah. Vox-pop berdasarkan tujuannya dibedakan menjadi dua, yaitu; vox-pop sebagai program dan vox-pop dalam rangka penelitian. Vox-pop sebagai
6
program mengetengahkan serangkaian pendapat umum mengenai suatu masalah yang sedang dibahas dalam program kepada penonton dengan maksud agar penonton juga dapat mengetahui bermacam-macam pendapat dari berbagai orang atau grup sehingga dapat dikonfrontir dengan pendapatnya sendiri. Sementara vox-pop dengan tujuan dalam rangka penelitian dapat merupakan umpan balik dalam proses komunikasi mengenai suatu persoalan. c. Program Wawancara (Interview) Program ini termasuk The Talk Show Program. Dalam hal ini terdapat dua macam wawancara, yaitu: wawancara luar studio dan wawancara di studio. d. Program Panel Diskusi Program pembicaraan tiga orang atau lebih mengenai suatu permasalahan. Dalam program ini masing-masing tokoh yang diundang dapat saling berbicara mengemukakan pendapat dan presenter bertindak sebagai moderator yang kadang-kadang juga melontarkan pendapat atau membagi pembicaraan. Pada akhir program talk show diskusi panel, presenter menyampaikan pula resume dan kesimpulan dari apa yang dibicarakan. 3. Program Berita Suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadian yang memiliki nilai berita (unusual, factual, esensial) dan disiarkan melalui media secara periodik. 4. Program Dokumenter Program dokumenter itu sendiri pengertiannya adalah sesuatu sajian yang diinformasikan secara nyata (benar-benar terjadi) dan esensial (bernilai atau memiliki makna). 5. Program Feature Program yang membahas tentang satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling melengkapi, menyoroti secara kritis, dan disajikan dalam berbagai format. 6. Program Magazine Program magazine mirip dengan program feature namun ada perbedaannya. Perbedaannya, jika program magazine tidak hanya menyoroti satu pokok permasalahan saja, tetapi juga membahas satu bidang kehidupan, seperti: film, pendidikan, dan musik yang ditampilkan dalam rubik-rubik tetap dan disajikan lewat berbagai format sedangkan feature hanya satu pokok permasalahan saja yang disoroti, tetapi dari berbagai aspek serta disajikan melalui berbagai format. 7. Program Spot Pengertian spot adalah suatu program yang ingin memengaruhi dan mendorong penonton televisi atau pendengar radio untuk tujuan-tujuan tertentu. 8. Program Sinetron Sinetron adalah singkatan dari sinema elektronik yang artinya film cerita yang dibuat untuk media. Suatu program acara televisi dapat dikatakan bermutu apabila materi acaranya aktual, faktual, dan sesuai dengan kebutuhan khalayaknya serta kemasan acara yang menarik dan memikat khalayak (Silitonga 2009). Ellis (1982) dalam McQuail Denis (1994) membandingkan ciri-ciri esensial film dengan ciri-ciri esensial siaran televisi, yang keduanya telah
7
melembaga. Perbedaan diantara kedua media tersebut pada akhirnya menjadi bagian dari pengalaman dan persepsi penonton. Beberapa perbedaan utama yang dikemukakan oleh Ellis adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Perbedaan antara siaran televisi dengan film Perbedaan Isi dan Bentuk
Siaran Televisi -Mengidentifikasi pembaca naskah -Membedakan fakta fiksi -Realistis -Domestik, berkenaan dengan keluarga -Ceritanya terpisah-pisah, tidak terbatas
Film -Tidak ada pembaca naskah (narator) -Hanya fiksi atau tidak jelas -Khayal -Eksotik, tidak berhubungan dengan keluarga -Ceritanya logis dan diikat oleh hubungan sebab akibat
Suasana
-Hidup. Berdimensi waktu nyata dan sebenarnya -Bersikap netral -Biasa dan ada perasaan tenang
-Tidak hidup. Berdimensi waktu masa lalu yang tampak seperti masa sekarang -Bersikap memihak -Menegangkan. Ada kecemasan (suasana yang mendebarkan)
Hubungan dengan penonton
-Mempunyai penonton -Setiap film dipasarkan tetap ke penonton baru -Memerlukan keterlibatan -Perhatian sepenuhnya tanpa perhatian (mengasyikkan). sepenuhnya -Penonton larut dalam -Ada keintiman keasyikan. -Tidak ada keintiman. Penonton senang pada sajian yang berkenaan dengan seks.
Menyangkut organisasi
-Memiliki tokoh berwatak -Memiliki bintang
Sumber: berdasarkan pandangan Ellis, 1982 dalam McQuail Denis 1994
Keterdedahan Khalayak terhadap Siaran Televisi Khalayak adalah masyarakat yang menggunakan media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bermedianya (Kriyantono 2006). Sementara menurut Cangara (2007), khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi, karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu
8
proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Khalayak dalam studi komunikasi massa bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat. Nightingale dan Ross (2003) mengemukakan ada 4 jenis khalayak yang muncul seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan media, yaitu: (1) khalayak sebagai orang berkumpul atau biasa disebut dengan penonton; (2) khalayak sebagai penonton berbicara atau khalayak tertulis yang merujuk kepada sekelompok orang yang digambarkan oleh komunikator; (3) khalayak sebagai penonton yang mengalami langsung kejadian; dan (4) khalayak yang mendengar yang mengacu pada partisipatif pengalaman penonton, ketika penonton terbawa dalam sebuah pertunjukan. Keterdedahan khalayak terhadap siaran televisi adalah cara atau bagaimana khalayak mengonsumsi berbagai program acara yang ditayangkan televisi untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan. Televisi sebagai media massa dianggap mampu memenuhi kebutuhan akan informasi, hiburan, maupun sosial budaya khalayak. Selanjutnya, khalayak akan memilih berbagai jenis tayangan televisi yang sesuai untuk memuaskan kebutuhan pribadinya. Silitonga (2009) menyatakan bahwa media exposure merupakan usaha untuk mencari data-data khalayak tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi maupun durasi. Disamping itu terdapat juga istilah audience ratting yang digunakan untuk mengetahui persepsi atau penilaian khalayak terhadap media, jenis informasi, format acara, dan komunikator yang menjadi favorit khalayak. Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak Teori Uses and Gratifications Khalayak akan aktif untuk menentukan media massa yang akan dipilih untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya. Katz, Blumler dan Gurevitch (1974) dalam Turner dan West (2008) memaparkan ada lima asumsi dasar teori Uses and Gratification, yaitu: 1. Khalayak aktif yang artinya khalayak menggunakan media massa sesuai untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Khalayak berinisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan dengan pemilihan media tertentu. 3. Media massa berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan. 4. Tujuan memilih media massa berdasarkan kepentingan dan motif-motif tertentu dari khalayak. 5. Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak. Inti Teori Uses and Gratification adalah khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi, maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya, media mampu memenuhi kebutuhan khalayak, disebut media yang efektif (Kriyantono 2006).
9
Bila kebutuhan khalayak sudah terpenuhi maka akan tercapai kepuasan media (media gratification). Effendy (2003) menyatakan bahwa ada 5 kebutuhan individual khalayak, yaitu: 1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan. 2. Affective needs (kebutuhan afektif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. 3. Personal Intergrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. 4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan. Motivasi Menonton Motivasi adalah sejumlah harapan seseorang yang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara memanfaatkan media massa (McQuail 1991). Motivasi menonton tayangan televisi khalayak dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu (intrinsik) dan faktor yang datang dari luar diri individu (ekstrinsik). Faktor intrinsik terdiri atas beberapa variabel, yaitu: usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan sedangkan faktor ekstrinsik dipengaruhi oleh adanya informasi yang didapatkan dari program acara yang ditayangkan, hiburan untuk melepaskan rasa lelah karena aktifitas sehari-hari, atau untuk mengisi waktu yang kosong, serta interkasi antar khalayak. Dorongan ini dapat dikatakan sebagai motif atau motivasi seseorang dalam pemuasan kebutuhannya atau konsekuensi lain yang tidak diinginkan sebagai dampak dari perbandingan antara harapan individu sebelum menonton televisi dengan yang sesungguhnya diperoleh individu tersebut setelah menonton televisi. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks menonton, belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan karakteristik individu dan motivasi remaja menonton acara hiburan televisi bervariasi pada setiap jenis motivasi dan lokasi penelitiannya. McQuail (1991) menyatakan bahwa kebutuhan, motif, penggunaan media, dan fungsi media saling berhubungan sedemikian rupa sehingga kebutuhan manusia tersebut menciptakan upaya pemenuhan kebutuhan. Sejumlah harapan dianggap akan dapat dipenuhi dengan cara mengkonsumsi media massa atau dengan sejumlah alternatif fungsional lainnya. Motivasi penggunaan media atau fungsi media bagi individu adalah sebagai berikut:
10
1. Informasi Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia; mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan; memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum; dan memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. 2. Identitas Pribadi Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk menemukan penunjang nilai-nilai pribadi; mengidentifikasikan diri dengannilai-nilai lain (dalam media); dan meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. 3. Integritas dan Interaksi Sosial Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial; mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki;menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial; membantu menjalankan peran sosial; danmemungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, masyarakat. 4. Hiburan Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan; bersantai; memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis; dan mengisi waktu luang. Sementara itu menurut Widodo (2012), motivasi dapat dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu: teori kepuasan (contents theory) dan teori proses (process theory). 1. Teori Kepuasan: kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan individu bertindak dan berperilaku dengan cara-cara tertentu. Teori ini menjawab pertanyaan tentang kebutuhan apa yang memuaskan seseorang dan apa yang mendorong semangat kerja seseorang. Teori motivasi yang termasuk dalam teori kepuasan adalah teori motivasi dari Maslow dan David McClelland. a. Teori Motivasi Abraham Maslow: teori yang menjelaskan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia tersusun atas jenjang kepentingan (hierarkhi) dari kebutuhan dasar-fisiologis sampai kepada kebutuhan yang lebih kompleks yakni aktualisasi diri, yakni i. Kebutuhan fisiologis (sandang, pangan, tempat tinggal, seks) ii. Kebutuhan rasa aman (bebas dari bahaya dan memperoleh perlindungan) iii. Kebutuhan kasih sayang (perhatian dan cinta) iv. Kebutuhan dihargai dan dihormati (kuasa) v. Kebutuhan aktualisasi diri (pengakuan diri) b. Teori Motivasi David McClelland: teori yang menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bisa dipelajari, yakni: i. Kebutuhan berprestasi: kebutuhan akan prestasi akan mendorong seseorang mengembangkan kreativitas dan mengaktualkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi yang maksimal.
11
ii.
Kebutuhan akan afiliasi: orang akan cenderung mempunyai keinginan diterima, dihormati, dan merasa dirinya penting di hadapan orang lain. iii. Kebutuhan akan kekuasaan: manusia pada umumnya cenderung ingin lebih berkuasa dibandingkan manusia yang lain. 2. Teori Proses: teori yang pada dasarnya ditujukan untuk pertanyaan tentang bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan menghentikan perilaku individu agar setiap individu bekerja sesuai dengan keinginan organisasi. Teori harapan V.H. Vroom dan teori pengukuhan Gary Dessler termasuk teori proses. a. Teori harapan (Expetancy theory) V.H. Vroom: teori motivasi yang dikemukakan Vroom pada dasarnya adalah motivasi dalam diri manusia yang ditentukan oleh tiga faktor. Pertama, pencapaian tujuan dan penghargaan atas pencapaian tujuan tersebut haruslah bersifat individual. Inilah yang disebut dengan valency of the outcome. Kedua, harus terdapat jaminan bahwa setiap peristiwa yang dilalui oleh seorang individu dalam organisasi diwadahi ke dalam suatu instrumen untuk mencapai valency of the outcome. Inilah yang disebut dengan instrumentalitas. Ketiga, adanya keyakinan setiap individu bahwa upaya partikular macam apapun memperoleh perhatian yang seksama dari instrumentalitas itu. Inilah yang disebut dengan expectancy. b. Teori pengukuhan Gary Dessler: teori ini didasarkan atas hubungan sebab akibat dari perilaku dengan pemberian kompensasi, yaitu: i. Pengukuhan positif (positive reinforcement): bertambahnya frekuensi perilaku terjadi apabila pengukuhan positif diterapkan secara bersyarat. ii. Pengukuhan negatif (negative reinforcement): bertambahnya frekuensi perilaku terjadi apabila pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat. Jadi prinsip pengukuhan adalah selalu berhubunghan dengan bertambahnya frekuensi dari tanggapan apabila diikuti oleh suatu stimulus yang bersyarat. Hasil penelitian Kusumah (2010), Arifin (2005), Hadiyanto (2004), dan Badriah (2003) terdapat berbagai macam motivasi khalayak dalam menonton siaran televisi. Motivasi tersebut dapat dirumuskan dalam empat macam, yaitu: motivasi hiburan, informasi, identitas pribadi, serta integritas dan interaksi sosial. 1. Hiburan Khalayak memiliki motivasi hiburan untuk menonton suatu program acara televisi karena ingin mengisi waktu luang, menjernihkan pikiran, dan memperoleh kenikmatan jiwa. Biasanya khalayak yang memiliki motivasi menonton hanya untuk mendapatkan hiburan, mereka lebih memilih program acara komedi, program acara musik, sinetron, program talk show yang bersifat menghibur seperti: Pas Mantab, Hitam Putih, Buaya Show, Show Imah, dan Kata Hati. 2. Informasi Khalayak memiliki motivasi informasi untuk menonton suatu program acara televisi karena ingin mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia serta mendapatkan kepuasan tentang rasa keingin tahuannya. Biasanya khalayak yang memiliki motivasi menonton untuk mendapatkan suatu informasi, mereka
12
lebih memilih program acara berita, dokumenter, dan talk show yang bersifat informatif seperti: Kick Andy, Today’s Dialogue dan Economic Challenges, Barometer, dan sebagainya. 3. Identitas Pribadi Khalayak yang memiliki motivasi identitas pribadi biasanya khalayak yang senang menonton siaran televisi lokal. Mereka ingin menambah kecintaan terhadap daerahnya melalui program-program acara televisi, misalkan: khalayak yang tinggal di Bogor lebih memilih untuk menonton acara Sunda Bogor karena mereka ingin menambah pengetahuan tentang keadaan wilayah Bogor itu sendiri, pengetahuan tentang Suku Sunda baik dari segi sejarah Sunda maupun sejarah musiknya. 4. Integritas dan Interaksi Sosial Khalayak yang memiliki motivasi integritas dan interaksi sosial biasanya menonton program acara reality show seperti: Jika Aku Menjadi, Orang Pinggiran, dan Catatan Si Olga. Mereka ingin memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, lebih berempati dengan orang lain, dan mengidentifikasi diri dengan orang lain. Tetapi dari empat jenis motivasi menonton, khalayak lebih memilih hiburan sebagai motivasi yang paling utama untuk menonton kemudian diikuti dengan informasi. Itu artinya, khalayak lebih menyenangi program acara televisi yang bersifat menghibur dan pada kenyataannya, memang program acara televisi zaman sekarang lebih banyak menyajikan program acara yang sifatnya menghibur. Persepsi Khalayak Penonton Televisi Persepsi adalah proses dengan mana seseorang menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi inderanya. Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimuli) atau pesan apa yang diserap dan apa makna yang diberikan ketika orang mencapai kesadaran (Devito 1997 dalam Lubis et al. 2010). Selain itu, persepsi juga mengarahkan orang untuk memilih pesan-pesan tertentu dan meresponnya sementara pesan-pesan lainnya diabaikan. Khalayak pada saat melihat suatu obyek dan mempersepsikannya, terdapat tahapan proses persepsi seperti yang dikemukakan oleh Devito (1997) dalam Lubis, et al (2010), yaitu: stimulasi indera, pengaturan stimulasi indera, dan penafsiran evaluasi. Stimulasi indera itu sendiri adalah tertangkapnya stimulus (rangsangan) oleh panca indera manusia sedangkan pengaturan stimulasi indera adalah pengorganisasian stimulus yang ditangkap indera dengan menggunakan kerangka rujukan yang sudah dimiliki. Lain halnya dengan penafsiran evaluasi, definisi penafsiran evaluasi adalah proses subyektif yang melibatkan evaluasi dari penerima. Proses persepsi dibutuhkan untuk mengetahui sampai sejauhmana minat, persepsi, opini khalayak terhadap tayangan televisi. Mulyana (2010), Silitonga (2009), serta Ashimu dan Clara (2008) menyatakan bahwa ada 3 macam indikator persepsi khalayak tentang program siaran televisi, yaitu: unsur pesan dalam siaran (narasumber, presenter, dan talent), unsur materi siaran (tema cerita dan isi cerita), serta unsur penayangan (kualitas gambar dan jam tayang). Masing-masing unsur yang menjadi indikator persepsi tersebut dapat dijabarkan secara lebih rinci dalam uraian sebagai berikut:
13
1. Kualitas tayangan program: pemirsa pada umumnya berpersepsi baikterhadap program yang memiliki kualitas tayangan bagus, ada dua indikator kualitas tayangan, yaitu: kualitas gambar dan penayangan 2. Unsur pesan dalam siaran ditentukan oleh tiga unsur, yaitu: presenter narasumber 3. Unsur yang paling penting dalam siaran adalah unsur materi siaran. Materi siaran terdiri dari tema cerita dan isi cerita. Kualitas program siaran televisi dinilai khalayak dari berbagai kriteria. Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa kriteria penilaian khalayak dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Format Acara (Tipe/Jenis acara yang ditonton) Berdasarkan hasil penelitian Hadiyanto (2004) karakteristik program siaran televisi yang diminati oleh khalayak ialah program-program yang berisikan hiburan dan informasi. Program hiburan bertujuan untuk membuat perasaan khalayak senang dan gembira atas program hiburan yang ditontonnya, untuk sejenak melupakan masalah keluarga yang sedang dihadapi,dan sebagai sarana melepaskan ketegangan dan mengisi waktu senggang. 2. Kualitas Tayangan Hasil penelitian Ashimu dan Clara (2008) menyatakan bahwa kualitas tayangan siaran televisi dilihat dari daya tarik program acara televisi yang banyak diminati oleh khalayak, salah satunya tayangan televisi lokal. Ratarata khalayak setuju bahwa tayangan-tayangan dari kedua stasiun TV baik PALTV maupun Sriwijaya TV menyajikan program-program acara yang lebih mencerminkan etika dan budaya lokal, bernilai positif, tidak mengikuti pengaruh negatif dari budaya luar, aman serta layak untuk ditonton. 3. Presenter Silitonga (2009) menyatakan bahwa presenter merupakan orang yang memandu jalannya suatu program acara di televisi. Berdasarkan hasil penelitiannya tersebut, faktor yang paling mendukung baik atau tidaknya suatu program adalah dengan kehadiran presenter, baik yang dilihat dari penampilan fisik maupun keahilan mereka dalam membawakan acara tersebut agar disukai oleh penonton. Selain itu, hasil penelitian Kusumah (2010) juga menyatakan bahwa presenter atau pembaca berita pada program acara Dinamika Bogor dinilai memiliki keahlian pembaca berita yang baik, dapat dimengerti oleh masyarakat Bogor dan dalam program acara Sunda Bogor, presenter acara tersebut dinilai membawakan acara dengan menarik serta humoris. 4. Materi Siaran Khalayak dalam memilih program siaran televisi selalu memperhatikan materi siaran (tema dan isi cerita) yang akan dipilih, dan materi siaran tersebut harus sesuai dengan kebutuhan khalayak. Selain itu juga, materi siaran harus memiliki visible, interested, simple, utility, accurate, dan legitimate. Setelah khalayak memiliki persepsi yang baik terhadap suatu program acara televisi misalkan program reality show X maka secara tidak langsung program reality show X dinilai baik oleh khalayaknya dan tentunya khalayak akan tetap setia menonton program acara tersebut.
14
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak Motivasi dan persepsi khalayak pada kenyataannya dapat bervariasi karena terkait dengan berbagai faktor, baik yang ada pada diri khalayak maupun dari luar diri khalayak. Beberapa penelusuran hasil penelitian banyak mengungkapkan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi menonton dan persepsi khalayak. Hasil penelitian Kusumah (2010), Arifin (2005), Hadiyanto (2004), dan Badriah (2003) faktor yang berhubungan dengan persepsi khalayak dapat disimpulkan sebagai berikut: Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Menonton Ada tiga faktor yang berhubungan dengan motivasi menonton, yaitu: 1. Faktor Pendidikan: pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan khalayak maka motivasi informasi akan semakin rendah. Hal ini disebabkan khalayak yang tingkat pendidikannya tinggi akan mendapatkan informasi dari media lainnya tidak hanya dari media televisi saja sedangkan khalayak yang tingkat pendidikannya rendah biasanya memiliki motivasi hiburan. Mereka hanya ingin mengisi waktu luang dan mencari kesenangan saja. 2. Faktor Domisili: khalayak yang tinggal di daerah elit di kota memiliki karakter yang berbeda dengan khalayak yang tinggal di kawasan pedesaan. Khalayak yang tinggal di pedesaan mengaku bahwa tempattinggalnya jauh dari keramaian dan fasilitas hiburan sehingga televisi merupakan media yang utama untuk pemenuhan kebutuhan hiburan. Intinya, khalayak yang tinggal di pedesaan motivasi untuk menonton suatu program acara televisi lebih tinggi dibandingkan khalayak yang tinggal di perkotaan. 3. Faktor Penghasilan: pada umumnya khalayak yang memiliki penghasilan menengah dan tinggi lebih dominan dipengaruhi oleh motif kognitif (motivasi ingin menambah pengetahuan dan suatu informasi) sedangkan khalayak yang memiliki penghasilan rendah dipengaruhi oleh motif diversi (motivasi ingin belajar hal-hal yang praktis atau instan, ingin mengisi waktu luang, dan mencari kesenangan). Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Khalayak Ada dua faktor yang berhubungan dengan persepsi khalayak dalam menonton siaran televisi, yaitu: 1. Faktor Jenis Kelamin: pada umumnya, khalayak berjenis kelamin wanita lebih menyukai program acara televisi dan lebih sering menonton televisi daripada responden laki-laki karena laki-laki lebih suka menghabiskan waktunya untuk bermain play station, olahraga, dan main band. 2. Faktor Interaksi: seseorang akan menjadi suka dan mau menonton suatu program acara televisi apabila dipengaruhi oleh keluarganya, teman-temannya, atau gurunya untuk menonton suatu program acara televisi. Dapat kita ambil contoh dalam penelitian Mulyana (2010): semakin tinggi khalayak berinteraksi dengan keluarganya maka semakin baik persepsi terhadap tema cerita yang ada program acara Jika Aku Menjadi, begitu pula sebaliknya semakin rendah berinteraksi khalayak dengan keluarganya maka semakin
15
buruk persepsi terhadap tema cerita yang ada pada program Jika Aku Menjadi. Jadi pada intinya, seseorang yang awalnya tidak suka dan bahkan tidak pernah menonton acara X bisa menjadi suka dan mau menonton acara X jika dia sering berinteraksi dengan orang-orang terdekatnya yang suka dan sering menonton acara X. Dengan adanya interaksi tersebut, secara tidak langsung orang-orang terdekatnya telah mempengaruhi seseorang tersebut. 3. Faktor Pengambilan Keputusan: seseorang akan mengambil keputusannya untuk menonton atau tidak menonton suatu acara televisi. Dapat kita ambil contoh dalam penelitian Permata (2012): bahwa seseorang akan mau menonton suatu acara televisi tergantung atas keinginannya sendiri atau ajakan temannya. Masyarakat Desa Rurban Indrizal (2006) mengungkapkan bahwa rurban adalah daerah yang berada di tengah-tengah daerah rural dan urban (pinggiran kota) dan memiliki kelompok komunitas yang sifatnya berada di tengah-tengah antara rural dan urban. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 4 Tahun 1980, kota adalah wadah yang memiliki batasan administratif wilayah seperti kotamadya dan kota administrasi. Perkembangan teknologi telah merubah masyarakat pinggiran kota atau rurban menjadikan wilayah pinggiran kota berubah menjadi pusat-pusat aktivitas penduduk baru dan memunculkan kawasan-kawasan komersial. Pada dasarnya daerah rurban merupakan daerah pinggiran kota yang terekspansi akibat pemekaran kota. Wilayah rurban menurut karakteristiknya adalah pencampuran antara desa dengan kota. Beberapa daerah akan memperlihatkan bentuk kota dan yang lain akan lebih dekat dengan ciri-ciri pedesaan. Daerah-daerah rurban masih sangat tergantung pada kota induk. Masyarakat rurban dapat menjadi penyangga (buffer) bagi kehidupan kota jika warganya memiliki kemampuan kontributif dalam kehidupan kota induk, sebaliknya masyarakat rurban hanya akan menjadi beban bagi kehidupan bagi kota induk apabila masyarakatnya tidak memiliki ketempilan atau kemampuan untuk berkontribusi bagi kehidupan kota induk. Permasalahan yang sering timbul di daerah rurban adalah terjadinya perubahan sektor pertanian yang dapat menimbulkan masalah lingkungan secara fisik (misal: perubahan dari sawah menjadi kawasan perumahan), masalah transportasi (misal: bertempat tinggal di pinggiran, namun bekerja di pusat kota sehingga menyebabkan lalu lintas menjadi padat). Wilayah rurban dapat pula dijadikan sebagai tempat tinggal bagi para penglaju (commuter) yang bekerja di pusat kota. Bagi mereka, kawasan pinggiran dapat dijadikan sebagai sebuah kawasan yang nyaman untuk dijadikan sebagai tempat tinggal karena letaknya yang jauh dari pusat kota, jauh dari polusi dan kebisingan akibat aktivitas pusat kota. Berdasarkan hasil penelitian Hadiyanto (2004) terdapat perbedaan antara masyarakat desa rural dengan desa urban, yaitu: masyarakat desa urban lebih jarang melakukan komunikasi interpersonal dengan anggota masyarakatnya daripada desa rural, masyarakat desa urban lebih jarang meluangkan waktu untuk mendengarkan radio, dan lebih sering serta tertarik mengikuti siaran televisi daripada mendengarkan radio maupun membaca surat kabar. Sementara masyarakat rurban adalah masyarakat yang masih melakukan komunikasi
16
interpersonal dengan masyarakat sekitar, masih sering meluangkan waktu untuk mendengarkan radio, tertarik dengan siaran televisi dan surat kabar, serta sudah menggunakan teknologi dalam kehidupannya. Kerangka Pemikiran Motivasi adalah sejumlah harapan seseorang yang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya, dengan cara memanfaatkan media massa (McQuail 1991). Motivasi menonton dikategorikan sebagai berikut: (1) Informasi yaitu mencari berita tentang peristiwa dan kondisi lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia, memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum; (2) Identitas pribadi untuk menemukan penunjang nilai-nilai pribadi, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain dalam media, dan meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri; (3) Integrasi dan interaksi sosial untuk memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial, menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial; serta (4) Hiburan untuk melepaskan diri dari permasalahan, bersantai, dan mengisi waktu. Motivasi menonton berbeda setiap individu karena terkait dengan berbagai faktor. Hasil penelitian Hendra (2011), Kusumah (2010), Arifin (2005), Hadiyanto (2004), dan Badriah (2003) mengungkapkan faktor internal dan eksternal yang mengarahkan motivasi menonton. Faktor internal terdiri atas: usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Sementara faktor eksternal terdiri atas: ketersediaan televisi dan pola pengambilan keputusan. Motivasi menonton akan mengarahkan keterdedahan khalayak pada suatu program televisi. Keterdedahan adalah mendengarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum mengalami dengan perhatian minimal pada pesan media (Shore 1980 dalam Khairil 1994). Rosengen dalam Morissan (2005) tentang terpaan media, keterdedahan khalayak terhadap program siaran televisi dilihat dari frekuensi dan durasi menonton. Disamping kedua indikator tersebut, penelitianpenelitian lain tentang keterdedahan televisi juga menggunakan indikator suasana menonton, cara menonton, dan lokasi menonton (Mulyana 2010 dan Silitonga 2009). Keterdedahan pada program televisi akan memunculkan persepsi khalayak tentang program yang ditonton. Persepsi adalah suatu proses interpretasi yang dilakukan seseorang terhadap realitas yang diterimanya (Applebaum dalam Lubis et al. 2010). Persepsi program televisi, seperti pada penelitian Mulyana (2010) dan Silitonga (2009) dapat dinilai dari segi penayangan, presenter, narasumber, tema dan isi cerita. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Yayasan SET1, Yayasan TIFA2, IJTI3, The Habibie Center4, LSPR5 yang berjudul Menuju Televisi yang Ramah Keluarga, menyatakan bahwa kualitas yang diukur dalam 1
Technology Esthetics and Science, merupakan yayasan yang bergerak di bidang riset media Lembaga yang bertujuan untuk memperkuat masyarakat sipil di Indonesia, sebagai sarana menuju demokrasi dan untuk menyiapkan pemberdayaan rakyat untuk menghadapi berbagai tantangan. 3 Ikatan Jurnalisme Televisi Indonesia, suatu asosiasi yang menghimpun para jurnalis televisi dan didirikan pada era reformasi. 4 Yayasan pembinaan, pengembangan sumber daya manusia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. 5 London School of Public Speaking. 2
17
risetnya adalah kualitas dalam arti sosial yaitu kegunaan atau fungsi dari suatu program acara bagi masyarakat pemirsa. Riset ini tidak masuk dalam ranah estetis, menilai kualitas suatu program acara dari aspek teknis artistik suatu acara, misalnya tata pengambilan gambar, cerita, skenario, akting para pemain dan sebagainya. Kualitas dalam riset ini dilihat dari sejauhmana suatu program telah memenuhi fungsi dan kegunaannya pada pemirsa, terlepas dari apakah suatu program acara itu secara estetis baik atau bukan. Keterdedahan dengan persepsi khalayak ada hubungannya, yaitu menurut Silitonga (2009) bahwa ada hubungan nyata antara durasi menonton dengan tema dan penayangan Jelajah; ada hubungan nyata antara frekuensi menonton dengan kemasan, ada hubungan nyata antara cara menonton dengan kemasan, tema dan narasi;serta ada hubungan nyata antara lokasi menonton dengan kemasan, presenter, penayangan. Sementara menurut Mulyana (2010) bahwa cara menonton memiliki hubungan dengan kriteria persepsi mengenai tema cerita. Keterkaitan berbagai variabel tersebut secara rinci disajikan pada gambar 1 berikut: X1. Faktor Internal 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan
X2. Faktor Eksternal 1. Ketersedian Televisi 2. Pola Pengambilan Keputusan
Keterangan:
X3. Motivasi Menonton 1. Informasi 2. Identitas Pribadi 3. Integrasi dan Interaksi Sosial 4. Hiburan
Y1. Keterdedahan Siaran Televisi 1. Frekuensi Menonton 2. Durasi Menonton 3. Cara Menonton 4. Suasana Menonton 5. Lokasi Menonton
Y2. Persepsi Khalayak tentang Program Talk Show 1. Kualitas Tayangan: Penayangan dan Kualitas Gambar 2. Unsur dalam Siaran: Presenter, Narasumber, dan Segment 3. Unsur Materi Siaran: Tema cerita dan Isi cerita
= berhubungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak Tentang Program Talk Show “Hitam Putih” Trans7 pada Masyarakat Desa Rurban
Hipotesis 1. 2. 3.
4.
Berdasarkan kerangka pemikiran disusun hipotesis sebagai berikut: Ada hubungan antara faktor internal khalayak dengan motivasi menonton program talk show “Hitam Putih” Trans7 pada masyarakat desa rurban. Ada hubungan antara faktor external khalayak dengan motivasi menonton program talk show ”Hitam Putih Trans7 pada masyrakat desa rurban. Ada hubungan antara motivasi menonton dengan keterdedahan khalayak dalam menonton program talk show “Hitam Putih” Trans7 pada masyarakat desa rurban. Ada hubungan antara keterdedahan khalayak dengan persepsi menonton program talk show “Hitam Putih” Trans7 pada masyarakat desa rurban.
18
Definisi Operasional Beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai berikut: 1. Faktor internal adalah ciri-ciri yang terdapat dalam diri individu responden, meliputi: usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan. a. Usia diukur dalam satu tahun dan dibedakan dalam kategori: remaja akhir (kode 1) :17-21 tahun, dewasa awal (kode 2) : 22-40 tahun, dan dewasa akhir (kode 3) : 41-60 tahun b. Jenis kelamin diukur dalam skala nominal. c. Tingkat pendidikan diukur dalam skala ordinal dengan tingkatan: rendah: SD, sedang: SMP, dan tinggi: SMA atau Perguruan Tinggi d. Pekerjaan diukur dalam skala nominal dengan kategori, yaitu: pekerjaan yang tidak mendapatkan penghasilan (pelajar/mahasiswa, ibu rumah tangga, dan tidak bekerja) dan pekerjaan yang mendapatkan penghasilan (wiraswasta, pegawai negeri sipil, pensiunan PNS, dan karyawan swasta). 2. Faktor eksternal adalah kondisi-kondisi di sekitar responden, meliputi: ketersediaan televisi dan pola pengambilan keputusan. a. Ketersedian televisi diukur dalam skala nominal dengan kategori: jumlah televisi yang dimiliki, ada atau tidaknya televisi di kamar pribadi, dan kualitas televisi (jenis televisi dan berapa kemiringannya/inch). b. Pola pengambilan keputusan diukur dalam skala nominal dengan kategori: keputusan sendiri, ajakan orang lain (keluarga/ teman/ kekasih), dan keputusan bersama 3. Motivasi menonton adalah sejumlah harapan seseorang yang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara memanfaatkan media massa, seperti televisi yang dibedakan atas motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, serta hiburan. Diukur dalam skala interval dengan metode semantic differential dengan rentang skor 1-6. 4. Keterdedahan khalayak adalah bagaimana responden mengkonsumsi berbagai program siaran yang disuguhkan televisi untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan yang dibedakan atas frekuensi menonton, durasi menonton, suasana menonton, cara menonton, dan lokasi menonton. a. Frekuensi (kali) mengakses program Hitam Putih Trans7 adalah tingkat keseringan responden dalam mengakses program siaran talk show Hitam Putih dalam satu minggu terakhir dengan tingkatan sebagai berikut: rendah: 1-3 kali, dan tinggi: 4-6 kali b. Durasi (jam) menonton mengakses program siaran Hitam Putih adalah waktu rata–rata yang diluangkan oleh responden untuk mengakses program Hitam Putih dengan tingkatan sebagai berikut: rendah: ≤ 44 menit, dan tinggi: 45-90 menit c. Cara menonton adalah kebiasan responden menonton acara televisi, dengan siapa menonton program Hitam Putih, apakah menonton sendirian atau ditemani dengan orang lain. Diukur dalam skala nominal dengan kategori: sendirian; dan bersama orang lain (teman, keluarga, orang lain selain keluarga dan teman)
19
d. Suasana menonton adalah keadaan atau kondisi pada saat menonton. Diukur dalam skala nominal dengan kategori: tenang atau kondusif; dan berisik atau ada gangguan e. Lokasi menonton adalah tempat responden ketika menonton program Hitam Putih. Diukur dalam skala nominal dengan kategori: rumah atau kostan atau kontrakan; dan warung atau tempat tinggal teman 5. Persepsi khalayak adalah pendapat responden tentang tayangan siaran Hitam Putih Trans7 yang dibedakan atas kualitas tayangan, unsur dalam siaran, dan unsur materi siaran. Diukur dalam skala interval dengan menggunakan metode semantic differential dengan rentang skor 1-6. a. Kualitas tayangan adalah penilaian tentang tayangan siaran Hitam Putih dengan indikator: kualitas gambar dan penayangan (frekuensi tayang, durasi tayang, dan jam tayang) b. Unsur dalam siaran adalah substansi yang terkandung dalam program siaran Hitam Putih dengan indikator: presenter, bintang tamu (public figure dan nonpublic figure yang memiliki cerita inspiratif, dan penampilan fisik), dan segment (story of live, questions of life, ugly truth, bad liar versus good liar, ask your Deddy, dan games kecocokan pasangan) c. Unsur materi siaran adalah substansi yang terkandung dalam program siaran Hitam Putih dengan indikator bagus atau jeleknya isi cerita suatu materi cerita dinilai dari: tema cerita, dan isi cerita
20
21
METODE Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif. Metode yang digunakan adalah survei yaitu penelitian dilakukan dengan mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Unit analisa dari penelitian ini adalah individu. Penelitian ini juga bersifat eksplanatori karena menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi 2006). Lokasi dan Waktu Penelitian Televisi yang menjadi objek penelitian adalah Trans7 yang dipilih secara sengaja karena berdasarkan informasi yang diperoleh dari internet dan Trans7, stasiun televisi ini memiliki banyak dan beragam jenis program talk show. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor dengan pertimbangan: (1) dapat menangkap siaran trans7 dengan baik, (2) masyarakat banyak yang menonton program trans7, (4) lokasinya berada diantara desa dan kota, dan (4) masyarakat rurban yang bisa menilai program siaran televisi. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 4 bulan, dari pertengahan Febuari sampai dengan Mei 2013. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder baik kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh langsung dari data melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Data sekunder diperoleh dari profil mengenai stasiun televisi swasta Trans7, dokumen kependudukan yang dimiliki kantor Kelurahan Sukahati, serta berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yakni buku, tesis, skripsi, jurnal penelitian, dan situs internet. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: observasi, kuesioner, dan wawancara dengan instrumen berupa kuesioner dan pedoman wawancara. Data dikumpulkan dari responden penonton program Hitam Putih yang diambil dari sampel populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga RW 12 RT 03 yang berusia 17-60 tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan multistage sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan melalui tahap-tahap tertentu. (Singarimbun dan Effendi, 2006). Multistage sampling dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Pemilihan RW contoh dari 19 RW di Kelurahan Sukahati 2. Penentuan RT contoh dari 7 RT di RW 12 terpilih 3. Penyusunan daftar penduduk di RT 03 terpilih 4. Penyusunan 80 kerangka sampling melalui penyebaran angket 5. Pemilihan responden contoh secara acak dari kerangka sampling sebanyak 40 responden karena 40 responden yang dijadikan contoh sudah mewakili 40 responden yang tidak dijadikan contoh.
22 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data hasil kuesioner diolah menggunakan software SPSS for Windows versi 16 dan Microsoft Excel 2007. Pengolahan data dilakukan dengan cara pengkodean kemudian memasukkan data ke dalam berkas data; tabulasi silang atau tabel frekuensi; pendeskripsikan; dan pengujian hubungan antarvariabel (Singarimbun& Effendi 2006) sebagai berikut: 1. Tabel frekuensi, untuk menganalisis data primer 2. Uji Korelasi Chi Square untuk melihat hubungan antara variabel dalam skala nominal dengan rumus sebagai berikut:
= Nilai chi-kuadrat fe= Frekuensi yang diharapkan fo= Frekuensi yang diperoleh/diamati 3. Uji Rank Spearman untuk melihat hubungan antara variabel dalam skala ordinal dengan rumus sebagai berikut:
Korelasi dapat menghasilkan angka positif yang menunjukkan hubungan yang searah antara dua variabel yang diuji, artinya semakin besar variabel independen maka semakin besar variabel dependen atau korelasi negatif yang menunjukkan hubungan yang tidak searah (Rakhmat 1997). Tingkat keeratan hubungan ditentukan berdasarkan kriteria yang diungkapkan oleh Guilford (1956:145) dalam Rakhmat (1997): : hubungan rendah sekali; lemas sekali < 0.20 0.20–0.40 : hubungan rendah tetapi pasti 0.40–0.70 : hubungan yang cukupberarti : hubungan yang sangat tinggi; kuat 0.70–0.90 > 0.90 : hubungan sangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan Black dan Champion (1997) menyatakan bahwa nilai kepercayaan berkisar antara 0.01 hingga 0.3. Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10% (P atau α 0.1) dengan tingkat kepercayaan 90%. Berdasarkan ilmu sosial adalah 10% (p atau α 0.1) dengan tingkat kepercayaan 90% karena dalam ilmu sosial tingkat kesalahan 10% masih bisa ditoleransi. Nilai P dibandingkan dengan taraf nyata untuk menentukan apakah hubungan antara variabel nyata atau tidak. Hipotesis diterima apabila diperoleh hubungan sangat nyata (p > 0.01), nyata (p < 0.05), atau cukup nyata (p < 0.1), (Rakhmat 2002).
Validitas dan Realibilitas Instrumentasi Validitas instrument menunjukkan apakah instrumen yang digunakan tersebut mampu mengukur apa yang akan diukur dan apakah informasi yang dikumpulkan sesuai dengan konsep yang digunakan (Kerlinger 2004). Validitas instrumen dihitung pada 10 responden yang memiliki karakteristik relatif sama
23 dengan calon responden. Pengujian-pengujian validitas menggunakan teknik korelasi product moment Pearson sebagai berikut:
r = nilai koefisien validitas N = jumlah responden X = skor pertanyaan pertama Y = skor total Arikunto (1998) menyatakan bahwa reliabilitas instrument menunjukkan tingkat kepercayaan suatu alat pengumpulan data karena tidak bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Perhitungan reliabilitas instrument menggunakan perhitungan korelasi belah dua (Singarimbun dan Effendi 2006) dengan rumus sebagai berikut:
r.tot= angka reliabilitas keseluruhan item Kriteria keputusan dalam uji reliabilitas yaitu jika nilai koefisien reliabilitas < 0.6 kurang baik; = 0.7 cukup baik, dan ≥ 0.8 adalah baik (Sekaran 1992 dalam Priyatno 2009). Berdasarkan uji coba kuesioner terhadap 10 responden diluar kerangka contoh yang memiliki karakteristik relatif sama dengan calon responden penelitian, diperoleh nilai koefisien reliabilitas motivasi menonton sebesar 0.730 dan persepsi khalayak tentang program Hitam Putih 0.710. Hasil ini menunjukkan bahwa kuesioner penelitian ini reliabel.
24
25
GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Trans76 Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, TRANS7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif. TRANS7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000. TV7 melakukan re-launching tanggal 15 Desember 2006 sebagai TRANS7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya TRANS7. Di bawah naungan PT Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen Para Group saat ini telah berubah nama menjadi CT Corp. Akhir tahun 2012, TRANS7 bersama dengan TRANSTV dan Detikcom berada di bawah naungan TRANSMEDIA, TRANS7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif. Upaya untuk pencapaian harapan di atas, memerlukan suatu perencanaan dan tindakan nyata untuk dapat mewujudkannya, TRANS7 memiliki visi adalah menjadi stasiun televisi terbaik di Indonesia dan di ASEAN serta TRANS7 juga berkomitmen selalu memberikan yang terbaik bagi stakeholders dengan menayangkan program berkualitas dan mempertahankan moral serta budaya kerja yang dapat diterima stakeholders. Sementara misinya adalah TRANS7 berusaha menjadi wadah ide dan aspirasi guna mengedukasi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, berkomitmen untuk menjaga keutuhan bangsa, serta nilai-nilai demokrasi dengan memperbaharui kualitas tayangan bermoral yang dapat diterima masyarakat dan mitra kerja. TRANS7 memiliki logo berbentuk empat sisi persegi panjang yang merefleksikan ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Warna biru yang hangat tetapi bersinar kuat melambangkan keindahan batu safir yang tak lekang oleh waktu, serta menempatkannya pada posisi terhormat di antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama yang apik dan mudah diingat, diharapkan membawa TRANS7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setianya (Sumber: http://www.trans7.co.id/).
Gambar 2. Logo TRANS7 Sumber: http://www.trans7.co.id
Deskripsi Program “Hitam Putih” Hitam Putih adalah salah satu dari tiga program talk show hiburan di Trans7 yang mulai ditayangkan sejak November 2010. Program ini dinamakan 6
Seluruh uraian gambaran umum Trans7 dan program Hitam Putih berdasarkan rujukan dari http://www.trans7.co.id/ (10 Febuari 2013, pukul 16.00)
26 Hitam Putih karena warna hitam dan putih mewakili dua sisi berbeda yang membentuk satu kesatuan dari setiap elemen kehidupan. Talk show adalah bentuk sajian acara yang mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik, sedang hangat dibicarakan masyarakat (Wibowo 2007). Hitam Putih sesuai karakternya, yang lebih banyak memiliki kadar informasi,ditayangkan dalam 6 segment, yaitu: 1) Story Of Life; 2) Questions Of Life; 3) Ask Your Deddy; 4) Bad Liar Versus Good Liar; 5) Ugly Truth; serta 6) games kecocokan pasangan. Program ini selalu berusaha untuk mengedepankan sisi lain dari bintang tamu dari kalangan artis atau kalangan lain yang bisa menginspirasi khalayaknya. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Wilayah dan Penduduk Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah 469 hektar, ketinggian 125 m di atas permukaan laut, dan suhunya 31.9°C. Kelurahan Sukahati memiliki jumlah penduduk 22 143 jiwa pada tahun 2011 yang terdiri atas 11 917 jiwa laki-laki dan 10 226 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga mencapai sekitar 6 933 KK. Pekerjaan penduduk Kelurahan Sukahati dominan sebagai karyawan/pegawai, yaitu sebanyak 3 325 jiwa (gambar 3).
Lainnya 2%
PNS 4%
Guru dan Dosen 2%
TNI/POLRI 1%
Pensiunan 1% Karyawan 15%
Wiraswasta 7%
Pelajar 51%
Pengrajin 14%
Petani/ Peternak 1%
Buruh/Jasa 2%
Gambar 3. Persentase Jumlah Penduduk Kelurahan Sukahati Menurut Jenis Pekerjaan 2011
RT 03 RW 12 Kelurahan Sukahati, Kabupaten Bogor Jumlah penduduk di RT 03 sebanyak 100 jiwa dengan 24 KK. Jumlah penduduk yang tergolong remaja akhir berada pada usia 17-21 tahun sebanyak 17 jiwa; dewasa awal berada pada usia 22-40 tahun sebanyak 30 jiwa; dan dewasa akhir berada pada usia 41-60 tahun sebanyak 40 jiwa. Sebagian besar penduduk memiliki tingkatan pendidikan hingga perguruan tinggi serta berprofesi sebagai pegawai negeri sipil dan lokasi tempat mereka bekerja ada yang di pemerintah
27 daerah Kabupaten Bogor, Bogor, Jakarta, Depok, dan Bekasi. Responden yang bekerja di Jakarta, Depok, dan Bekasi berangkat ke tempat kerjanya pukul 05.30 dan pulang bekerja pukul 18.30, responden yang bekerja di Bogor berangkat pukul 06.00 dan pulang pukul 17.00. Sementara yang bekerja di pemerintah daerah berangkat pukul 06.30 dan pulang pukul 17.00. Penduduk RT 03 selalu menyempatkan diri untuk menonton siaran televisi, sekalipun mereka sedang sibuk dengan pekerjaannya. Karakteristik Responden Responden sebagaian besar berusia dewasa akhir, berjenis kelamin perempuan, memiliki penghasilan, dan berpendidikan SMA hingga perguruan tinggi. Usia responden berkisar 17-60 tahun dengan rataan 38 tahun (Tabel 2). Tabel 2. Jumlah dan persentase responden menurut faktor internal Faktor Internal
Usia
Jenis Kelamin Jenis Pekerjaan Tingkat Pendidikan
Kategori
Remaja Akhir (17-21 tahun) Dewasa Awal (22-40 tahun) Dewasa Akhir ( 41-60 tahun) Laki-Laki Perempuan Tidak Memiliki Penghasilan Memiliki Penghasilan Rendah (tidak tamat SD- tamat SD) Sedang (SMP) Tinggi (SMA-perguruan tinggi)
Jumlah (Orang) 6 13 21 17 23 12 28 1
Persentase (%) 15.0 32.5 52.5 42.5 57.5 45.0 55.0 2.5
2 37
5.0 92.5
Tabel 2 di atas mengungkapkan bahwa program Hitam Putih lebih cocok untuk dewasa akhir karena individu pada usia tersebut lebih membutuhkan hiburan karena program tersebut cocok untuk dinikmati pada santai. Hitam Putih juga lebih disukai penonton wanita karena program tersebut banyak menyajikan materi siaran yang bersifat obrolan santai. Selain itu, Asmar (2009) mengatakan bahwa responden perempuan lebih banyak membutuhkan acara hiburan dibandingkan laki-laki. Laki-laki cenderung lebih banyak membutuhkan informasi daripada perempuan. Program Hitam Putih lebih cocok dinikmati pada saat santai dan mengisi waktu luang. Oleh karena itu, responden yang paling banyak menonton adalah yang memiliki penghasilan. Walaupun Hitam Putih menayangkan tayangan yang sifatnya santai, tetapi perlu responden yang berpendidikan minimal SMA karena program tersebut memerlukan penalaran yang cukup tinggi dalam menyerap materi yang ditayangkan. Berdasarkan faktor eksternal, sebagian besar responden (57.5%) memiliki > 1 televisi di rumahnya sehingga mudah untuk mengakses siaran televisi yang bervariasi programnya. Program Hitam Putih cocok untuk tontonan keluarga sehingga sebagian besar responden (62.5%) menontonnya atas keputusan bersama.
28
29
MOTIVASI MENONTON PROGRAM TALK SHOW “HITAM PUTIH” TRANS7 Motivasi Menonton Secara umum, motivasi responden menonton program Hitam Putih adalah cukup tinggi (rata-rata skor total= 3.52). Rataan skor masing-masing jenis motivasi pada tabel 3 juga menunjukkan bahwa responden cukup mempunyai motivasi informasi, integrasi dan interaksi sosial, tetapi tidak untuk motivasi identitas pribadi karena tayangan ringan dan menghibur ini tidak bisa diandalkan untuk menambah intelektual, dan menyajikan contoh perilaku yang ada di tayangan program tersebut. Tabel 3. Rataan skor dan persentase responden menurut jenis motivasi menonton Jenis motivasi Motivasi Informasi Motivasi Identitas Pribadi Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Motivasi Hiburan Total rataan *Kisaran skor: 1-6
Sebaran (%) Rendah Tinggi 32.5 67.5 72.5 27.5 45.0 55.0 37.5 62.5
Rataan skor* 3.75 2.82 3.80 3.70 3.52
Motivasi Informasi Berdasarkan tabel 3, khalayak memiliki motivasi informasi yang cukup tinggi (rataan skor 3.75) dalam menonton tayangan Hitam Putih walaupun program tersebut merupakan program talk show yang bersifat hiburan. Hitam Putih dapat diharapkan untuk menambah wawasan, memperoleh informasi penting, memperoleh berita tentang kejadian penting, dan menambah pengetahuan tetapi tidak untuk menambah keterampilan (lampiran 5). Fakta tersebut antara lain dapat dilihat dari kutipan responden berikut: “saya lebih menyukai program Hitam Putih karena kalau kita menonton program tersebut, seakan-akan kita menonton tayangan yang paket lengkap. Hiburannya dapat, informasinya pun dapat.” (ER, 58 th) Hal ini berkaitan dengan kebutuhan individual sebagaimana dijelaskan Effendy (2003) bahwa motivasi informasi seseorang termasuk kedalam cognitive needs (kebutuhan kognitif), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Hasil penelitian Hendra (2011) juga mengungkapkan bahwa khalayak memiliki motivasi informasi yang tinggi pada televisi lokal Megaswara TV. Motivasi Identitas Pribadi Motivasi identitas pribadi rendah dan paling rendah diantara jenis-jenis motivasi lainnya (rataan skor 2.82). Hasil ini menunjukkan bahwa khalayak menonton program ini tidak untuk memperoleh sesuatu yang dapat memperkuat
30 identitas pribadi. Rataan skor masing-masing item motivasi ini mengungkapkan bahwa khalayak menonton bukan untuk memperoleh tambahan intelektual, mendapat perilaku contoh, maupun mengembangkan bakat pribadi (lampiran 5). Hasil ini bisa saja berbeda dengan penelitian lain yang mengkaji siaran televisi maupun program atau segment khalayak yang berbeda, seperti penelitian Hendra (2011) menemukan bahwa motivasi identitas pribadi dalam menonton televisi Megaswara TV adalah tinggi karena orang yang suka menonton acara Bogor Update, ingin mengukuhkan identitas pribadinya. Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Motivasi integrasi dan interaksi sosial paling tinggi diantara jenis-jenis motivasi lainnya (rataan skor 3.80). Hasil ini menunjukkan bahwa khalayak menonton program ini terutama untuk memperoleh sesuatu yang dapat memperkuat integrasi dan interaksi sosialnya. Rataan skor masing-masing item motivasi ini mengungkapkan bahwa khalayak menonton untuk meningkatkan tenggang rasa sesama, kepedulian terhadap orang lain, dan meningkatkan pengetahuan tentang keadaan orang lain tetapi tidak untuk menambah bahan percakapan (lampiran 5). Hasil ini sesuai dengan yang dijelaskan Effendy (2003) bahwa salah satu kebutuhan individual khalayak adalah social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. Motivasi Hiburan Berdasarkan tabel 3, khalayak memiliki motivasi hiburan yang cukup tinggi (rataan skor 3.70) dalam menonton tayangan Hitam Putih. Hasil ini menunjukkan bahwa khalayak menonton program ini untuk memperoleh sesuatu yang dapat menghibur dirinya, bersantai dan mengisi waktu luang, meskipun kurang bisa diandalkan untuk menghibur diri dari masalah yang sedang dihadapi dan menenangkan pikiran (lampiran 5). Fakta tersebut antara lain dapat dilihat dari kutipan responden berikut: “abdi nonton program Hitam Putih teh sabab hayang nyantai we. Nya sambil ngerjakeun pagawean kantor oge” (P, 51th) (Saya menonton program Hitam Putih karena ingin bersantai ya sambil mengerjakan pekerjaan kantor) Hasil ini sesuai dengan penelitian Miranda (2010) bahwa penonton televisi swasta cenderung memilih program siaran televisi yang bersifat menghibur atau mereka lebih tertarik terhadap program-program acara hiburan. Mereka memanfaatkan program siaran televisi swasta untuk mengisi waktu luang setelah menghabiskan waktu untuk kegiatan rutin seperti bekerja atau kuliah.
Hubungan Faktor Internal dengan Motivasi Menonton Hasil pengujian menunjukkan ada hubungan antara faktor internal dan motivasi menonton terbukti secara statistika berhubungan yang ditunjukkan oleh hubungan nyata antara usia dengan motivasi hiburan (Tabel 4).
31 Tabel 4. Korelasi antara faktor internal dengan motivasi menonton program “Hitam Putih” Trans7 Motivasi Menonton Koefisien* Faktor Internal
Motivasi Informasi
Motivasi Identitas Pribadi
Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial
Motivasi Hiburan
s
-0.138
-0.225
0.051
-0.321b
Jenis Kelamin
2 C
0.105 0.051
2.148 0.226
0.175 0.066
0.171 0.065
Jenis Pekerjaan
2 C
2.677 0.250
3.568 0.286
2.142 0.225
0.792 0.139
Tingkat Pendidikan
s
0.213
- 0.016
-0.057
-0.220
Usia
*: 2 = Koefiesien Chi Square, s=Koefisien Rank Spearman, C= Contigency Coefficient b= Berhubungan nyata (p < 0.05)
Cangara (2003) mengemukakan bahwa salah satu karakteristik media massa bersifat terbuka yang berarti pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa namun, motivasi menonton bisa saja berbeda antara satu tipe khalayak dengan khalayak lainnya. Satu hasil pengujian korelasi yang menunjukkan hubungan adalah usia yang berhubungan nyata (p= 0.043 < 0.05) dengan motivasi hiburan pada tingkat keeratan hubungan negatif yang rendah tetapi pasti ( s= -0.321). Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tua usia responden maka semakin rendah motivasi hiburan dalam menonton program ini. Unsur hiburan dalam tayangan program siaran Hitam Putih nampaknya bukan tipe hiburan bagi khalayak orang tua, lebih cocok bagi yang berusia lebih muda dan segmentasi khalayak program Hitam Putih ditujukan kepada khalayak yang berusia 17 tahun hingga 25 tahun (sumber: AC Nielsen). Hasil ini bisa saja berbeda dengan penelitian lain, seperti penelitian Asmar (2009) yang meneliti motivasi, pola, dan kepuasan menonton tv lokal, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan Kusumah (2010) meneliti motivasi dan perilaku menonton serta penilaian khalayak terhadap program acara televisi lokal yang menemukan tidak ada hubungan nyata antara usia dengan motivasi hiburan. Meskipun tidak nyata secara statistik, tetapi beberapa korelasi menunjukkan hubungan yang rendah tetapi pasti (C = 0.20-0.40), diantaranya usia dengan motivasi identitas pribadi ( s= -0.225), jenis kelamin dengan motivasi identitas pribadi (C= 0.226), jenis pekerjaan dengan motivasi informasi (C= 0.250), jenis pekerjaan dengan motivasi identitas pribadi (C= 0.286), jenis pekerjaan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial (C= 0.225), tingkat pendidikan dengan motivasi informasi ( s= 0.213), dan tingkat pendidikan dengan motivasi hiburan ( s= -0.220).
32 Semakin tua usia responden maka semakin rendah identitas pribadi karena sudah tidak besar keinginannya untuk mencari identitas pribadi. Jenis pekerjaan yang paling banyak memiliki motivasi informasi adalah pelajar atau mahasiswa karena pelajar atau mahasiswa memiliki rasa keingintahuannya cukup tinggi. Pelajar atau mahasiswa memiliki motivasi identitas pribadi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya karena selain pelajar atau mahasiswa sudah jarang ingin menonjolkan identitas pribadinya. Pelajar atau mahasiswa juga memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi karena mereka ingin mencari bahan percakapan untuk lebih meningkatkan kedekatan dengan temantemannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin tinggi motivasi informasi karena tayangan Hitam Putih memerlukan cukup penalaran untuk menyerap berbagai informasi yang ditayangkan. Sementara semakin rendah tingkat pendidikan responden maka semakin tinggi motivasi hiburannya karena mereka menganggap informasi yang ada di tayangan Hitam Putih tidak penting. Uraian di atas membuktikan bahwa faktor internal responden berhubungan nyata dengan motivasi menonton Hitam Putih. Dengan demikian, hipotesis 1 yang menyatakan ada hubungan antara faktor internal dengan motivasi menonton program talk show Hitam Putih Trans7diterima. Hubungan Faktor Eksternal dengan Motivasi Menonton Hasil pengujian menunjukkan tidak ada hubungan nyata (p > 0.1) antara ketersediaan televisi dan pola pengambilan keputusan dengan motivasi menonton (Tabel 5). Hasil tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan motivasi menonton antara responden yang memiliki ketersediaan televisi dan pola pengambilan keputusan yang berbeda. Banyaknya jumlah televisi di rumah tidak memyebabkan munculnya motivasi menonton pada khalayak menonton acara Hitam Putih dan pola pengambilan keputusan dalam menonton. Hal ini disebabkan masyarakat rurban sudah kenal baik dengan telelvisi sehingga mereka menonton televisi bukan pengaruh dari luar melainkan pengaruh dari dalam diri. Tabel 5. Korelasi antara faktor eksternal dengan motivasi menonton program “Hitam Putih” Trans7
Faktor Eksternal
Koefi sien*
Informasi
Ketersediaan Televisi
2 C
1.085 0.162
Pola Pengambilan Keputusan
2 C
0.372 0.096
*:
Motivasi Menonton Identitas Integrasi dan Pribadi Interaksi Sosial 0.589 0.051 0.121 0.036 0.127 0.056
0.027 0.026
Hiburan
1.153 0.167 0.064 0.040
2 = Koefiesien Chi Square, s=Koefisien Rank Spearman, C= Contigency Coefficient
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian lain yang meneliti program siaran berbeda, seperti hasil penelitian Hendra (2011) yang juga menemukan bahwa pola pengambilan keputusan tidak ada hubungan nyata dengan semua jenis motivasi menonton karena walaupun pola pengambilan keputusan sendiri sangat
33 mempengaruhi responden dalam memenuhi motivasi menontonnya, tetapi responden tidak merasa terpaksa menonton acara televisi lokal berdasarkan keputusan orang lain, bersama, atau orang yang ada sudah sebelumnya. Uraian di atas membuktikan bahwa faktor eksternal responden tidak berhubungan dengan motivasi menonton Hitam Putih. Dengan demikian, hipotesis 2 yang menyatakan ada hubungan antara faktor eksternal dengan motivasi menonton program talk show Hitam Putih Trans7 ditolak.
34
35
KETERDEDAHAN KHALAYAK PROGRAM TALK SHOW “HITAM PUTIH” DENGAN MOTIVASI MENONTON Keterdedahan Khalayak Keterdedahan khalayak terhadap Hitam Putih dinyatakan dalam frekuensi menonton, durasi menonton, suasana menonton, cara menonton, dan lokasi menonton (Tabel 6). Tabel 6. Jumlah dan persentase responden menurut keterdedahan khalayak Keterdedahan Frekuensi Menonton
Durasi Menonton Suasana Menonton Cara Menonton Lokasi Menonton
Kategori
Jumlah (Orang) Sering (4-6 kali/minggu) 21 Jarang (1-3 kali/minggu) 19 Lama (45-90 menit) Sebentar (1-44 menit) Tenang Berisik Bersama Sendiri Rumah Luar Rumah
21 19 33 7 31 9 38 2
Persentase (%) 52.5 47.5 52.5 47.5 82.5 17.5 77.5 22.5 95.0 5.0
Frekuensi Menonton Responden termasuk sering menonton Hitam Putih dengan frekuensi 2-6 kali per minggu dan rataan 4 kali/minggu yang berarti mereka menonton sekitar 67% dari 6 kali tayangan program Hitam Putih setiap minggunya. Waktu tayang Hitam Putih pada saat prime time, yaitu pada saat banyak orang menonton televisi sehingga khalayak memiliki kesempatan yang besar untuk menonton Hitam Putih. Durasi Menonton Responden termasuk cukup lama menonton Hitam Putih dengan durasi antara kisaran 2-90 menit dan rataan 45 menit/tayangan yang berarti mereka menonton sekitar 50% dari 90 menit waktu tayang program Hitam Putih setiap kali penayangan. Hasil ini menunjukkan bahwa responden cukup selektif dalam menonton Hitam Putih. Responden hanya menonton bagian-bagian tertentu saja dan pada saat iklan memindahkan channel televisi. Waktu tayang yang pada pukul 18.00-19.30 juga menyebabkan banyak responden menontonnya selepas shalat maghrib, tidak dari awal.
36 Suasana Menonton Sebagian responden menonton Hitam Putih dalam kondisi tenang yang tidak ada suara gangguan apapun saat menonton Hitam Putih (82.5%) karena lokasi penelitian jauh dari keramaian pasar dan antarwarga saling menghargai satu dengan yang lainnya. Selain itu, lokasi penelitian termasuk lokasi yang agamis (lebih banyak masyarakat beragama islam) sehingga pada waktu magrib suasananya terasa tenang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mulyana (2010) bahwa responden lebih menyukai suasana menonton yang tenang yang tidak berisik dan tidak sedang mengerjakan pekerjaan lain. Cara Menonton Responden menonton Hitam Putih dengan cara bersama-sama keluarga (77.5%) karena program ini termasuk talk show yang menghibur sehingga tidak perlu serius dalam menontonnya dan mereka bisa saling bercengkrama diantara satu sama lain. Lokasi Menonton Responden sebagian besar (95%) menonton program Hitam Putih berada di rumah karena mereka merasa lebih santai dan fokus, rata-rata respondennya sudah memiliki pesawat televisi, dan pada saat jam tayang Hitam Putih, responen sudah berada di rumah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lain, seperti Mulyana (2010) bahwa responden lebih menyukai menonton program Jika Aku Menjadi di tempat sendiri daripada di tempat umum karena hampir seluruh responden memiliki pesawat televisi. Hubungan Motivasi Menonton dengan Keterdedahan Khalayak Hasil pengujian hubungan antara motivasi menonton dengan keterdedahan khalayak pada tabel 7 mengungkapkan bahwa motivasi menonton terbukti berhubungan dengan keterdedahan khalayak, yaitu motivasi integrasi dan interaksi sosial yang berhubungan dengan suasana menonton
37 Tabel 7. Korelasi antara motivasi menonton dengan keterdedahan khalayak program “Hitam Putih” Trans7
Frekuensi Menonton
s
Motivasi Menonton Informasi Identitas Integrasi Pribadi dan Hiburan Interaksi Sosial -0.232 -0.033 0.045 -0.013
Durasi Menonton
s
-0.019
-0.033
0.045
-0.116
Suasana Menonton
2 C
2.349 0.236
0.998 0.156
3.234c 0.274
0.289 0.085
Cara Menonton
2 C
0.004 0.010
0.061 0.039
0.001 0.006
0.086 0.046
Lokasi Menonton
2 C
0.294 0.085
0.401 0.100
0.021 0.023
0.140 0.059
Keterdedahan Khalayak
Koefisi en*
*: 2 = Koefiesien Chi Square, s=Koefisien Rank Spearman, C= Contigency Coefficient c: Berhubungan cukup nyata (p < 0.1)
Hasil pengujian korelasi yang menunjukkan hubungan cukup nyata adalah antara motivasi integrasi dan interaksi sosial dengan suasana menonton (p= 0.072 < 0.1) dengan tingkat keeratan hubungan yang rendah tetapi pasti (C= 0.274). Tabel 8 mengungkapkan bahwa proporsi responden bermotivasi integrasi dan interaksi sosial rendah lebih tinggi pada saat suasana tenang dibandingkan responden lain yang motivasi integrasi dan interaksi sosialnya tinggi dalam suasana menonton tenang. Suasana tenang kurang sesuai dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial karena motivasi ini memerlukan interaksi satu sama penonton. Tabel 8. Persentase responden menurut motivasi integrasi dan interaksi sosial dan suasana menonton Motivasi Integrasi Suasana Menonton Total (%) dan Interaksi Sosial Tenang (%) Berisik (%) Tinggi 40.0 15.0 55.0 Rendah 42.5 2.5 45.0 Total 82.5 17.5 100 Meskipun tidak nyata secara statistik, tetapi beberapa korelasi menunjukkan hubungan yang rendah tetapi pasti (C= 0.20-0.40), diantaranya motivasi informasi dengan frekuensi menonton ( s= -0.232) serta motivasi informasi dengan suasana menonton (C= 0.236). Responden yang memiliki motivasi informasi tinggi adalah responden yang jarang menonton tayangan Hitam Putih karena responden lebih memilih
38 mencari informasi dari program siaran berita atau media cetak yang lebih banyak memberikan informasi. Hasil ini sesuai dengan pendapat Kriyantono (2006) bahwa salah satu sifat khalayak adalah selektif, yaitu dapat memilih program media sesukanya. Oleh karena itu responden dapat memilih program media mana saja untuk memenuhi kebutuhannya. Responden yang memiliki motivasi informasi yang lebih tinggi adalah responden yang menonton dalam kondisi tenang karena mereka lebih fokus mendapatkan informasi yang akan mereka cari. Uraian di atas membuktikan bahwa motivasi menonton responden berhubungan nyata dengan keterdedahan khalayak dalam menonton program talk show Hitam Putih Trans7. Dengan demikian, hipotesis 3 yang menyatakan ada hubungan antara motivasi menonton dengan keterdedahan khalayak terhadap program talk show Hitam Putih Trans7 diterima.
39
PERSEPSI KHALAYAK TENTANG PROGRAM TALK SHOW “HITAM PUTIH” Persepsi Secara umum, persepsi responden tentang program Hitam Putih adalah cukup tinggi (rataan skor total= 4.44). Rataan skor masing-masing aspek persepsi pada tabel 9 menunjukkan bahwa responden menilai hampir sama baik terhadap kualitas tayangan, unsur dalam siaran, dan unsur materi siaran dari tayangan program Hitam Putih. Tabel 9. Rataan skor dan persentase responden menurut persepsi tentang program Hitam Putih Trans7 Aspek Persepsi Kualitas Tayangan Unsur Dalam Siaran Unsur Materi Siaran Total *Kisaran skor: 1-6
Kategori Persepsi (%) Jelek Bagus Skor (1-3) (4-6)
Rata-Rata Skor
5.0
95
4.53
6.7
93
4.29
9.2
90.8
4.51 4.44
Persepsi tentang Kualitas Tayangan Responden menilai kualitas tayangan program Hitam Putih cukup baik (rataan skor 4.53). Responden menilai baik terhadap masing-masing item dari aspek persepsi tentang kualitas tayangan, yakni: kualitas gambar dan penayangan. Mereka menilai bahwa kualitas gambar program Hitam Putih bagus serta frekuensi dan durasi tayang sesuai dengan kebutuhan responden. Sementara jam tayang merupakan item kualitas tayangan Hitam Putih yang dipersepsi paling rendah (lampiran 5). Responden berpendapat bahwa kualitas tayangan yang bagus adalah warna dan bentuk gambarnya menarik dan tidak buram sedangkan penayangan yang bagus adalah frekuensi tayang tidak setiap hari, durasi tayang tidak terlalu lama maksimal 90 menit, dan jam tayang di atas jam 19.00. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Katz, Blumer, dan Gurevitch (1974) dalam Turner dan West (2008) bahwa salah satu dari lima asumsi dasar teori kegunaan dan gratifikasi adalah penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak, seperti yang terdapat pada penelitian Ashimu dan Clara (2008) bahwa kualitas tayangan siaran televisi dilihat dari daya tarik program acara televisi yang banyak diminati oleh khalayak, salah satunya adalah tayangan televisi lokal. Rata-rata khalayak setuju bahwa tayangantayangan dari kedua stasiun TV baik PALTV maupun Sriwijaya TV menyajikan program-program acara yang lebih mencerminkan etika dan budaya lokal, bernilai
40 positif, tidak mengikuti pengaruh negatif dari budaya luar, aman serta layak untuk ditonton. Persepsi tentang Unsur Dalam Siaran Responden menilai unsur dalam siaran program Hitam Putih cukup baik (rataan skor 4.29). Responden menilai baik terhadap masing-masing item dari aspek persepsi tentang unsur dalam siaran, yakni: presenter, bintang tamu, dan segment questions of life karena bahasa dan penampilan fisik presenter Hitam Putih serta bintang tamunya bagus dan mudah dimengerti; dan segment questions of life menarik, mudah dimengerti, bermanfaat, serta sesuai dengan kebutuhan responden. Sementara segmnet ask your Deddy, segment bad liar versus good liar, segment ugly truth, dan games kecocokan pasangan merupakan item unsur dalam siaran Hitam Putih yang dipersepsi paling rendah (lampiran 5). Responden berpendapat bahwa presenter yang bagus adalah bahasa yang digunakannya bagus, komunikatif, dan bisa dimengerti oleh khalayaknya sedangkan bintang tamu yang bagus adalah penampilannya harus menarik dan harus memiliki cerita inspiratif. Segment yang bagus menurut responden adalah harus menarik, memiliki manfaat, dan sesuai dengan kebutuhan khalayak Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lain, seperti Kusumah (2010) bahwa sebagian besar responden menilai baik terhadap Megaswara TV sebagai televisi lokal di Bogor dari segi presenternya. Presenter atau pembaca berita pada program acara Dinamika Bogor dinilai memiliki keahlian pembaca berita yang baik, dapat dimengerti oleh masyarakat Bogor dan dalam program acara Sunda Bogor, presenter acara tersebut dinilai membawakan acara dengan menarik serta humoris. Persepsi tentang Unsur Materi Siaran Responden menilai unsur materi siaran program Hitam Putih cukup baik (rataan skor 4.51). Responden menilai baik terhadap masing-masing item dari aspek persepsi tentang unsur materi siaran, yakni: tema cerita dan isi cerita. Tema cerita merupakan item unsur materi siaran Hitam Putih yang dipersepsi paling rendah (lampiran 5). Hampir seluruh responden berpendapat bahwa isi cerita dalam program Hitam Putih menarik, mudah dimengerti, dapat bermanfaat, tidak mengandung SARA, dan cukup sesuai dengan kebutuhan khalayak. Responden berpendapat bahwa tema cerita yang bagus adalah yang tidak monoton, dan tidak membosankan. Sementara isi cerita yang bagus adalah menarik dan bisa memberi manfaat untuk khalayak. Hasil ini bisa saja berbeda dengan penelitian lain seperti penelitian Mulyana (2010) yang menemukan bahwa isi cerita salah satu program reality show Jika Aku Menjadi dinilai kurang baik karena isi ceritanya monoton.
41 Hubungan Keterdedahan Khalayak dengan Persepsi Khalayak tentang Program “Hitam Putih” Trans7 Hasil pengujian hubungan antara keterdedahan khalayak dengan persepsi khalayak tentang program talk show “Hitam Putih” Trans7 pada tabel 10 mengungkapkan bahwa bahwa keterdedahan khalayak terbukti berhubungan dengan persepsi khalayak. Durasi menonton berhubungan dengan bintang tamu, suasana menonton berhubungan dengan tema cerita, cara menonton berhubungan dengan bintang tamu, dan lokasi menonton berhubungan dengan segment. Tabel 10. Korelasi antara keterdedahan khalayak dengan persepsi khalayak Keterde Koefi dahan sien* Khalayak Frekuensi s Menonton
Kualitas Penaya Gambar ngan
Persepsi Khalayak Presen Bintang Tema Isi Segmen ter Tamu Cerita Cerita
-0.202
0.021
-0.057
0.021 -0.150
-0.043
-0.057
Durasi Menonton
s
0.145
0.161
0.246
0.301c 0.184
0.221
0.095
Suasana Menonton
2 C
0.519 0.113
0.003 0.009
0.025 0.025
1.497 0.190
0.173 0.066
3.779c 0.294
0.025 0.025
Cara Menonton
2 C
0.048 0.035
0.475 0.108
0.020 0.023
3.061c 0.016 0.267 0.020
0.328 0.090
0.020 0.023
Lokasi Menonton
2 C
0.702 0.131
2.023 0.219
2.707 0.252
2.023 0.219
3.743c 0.293
1.540 0.193
2.707 0.252
*: 2 = Koefiesien Chi Square, C= Contigency Coefficient c: Berhubungan cukup nyata (p < 0.1)
. Beberapa hasil pengujian korelasi yang menunjukkan berhubungan diuraikan sebagai berikut ini: 1. Hubungan Durasi Menonton dengan Persepsi Bintang Tamu Durasi menonton dengan persepsi bintang tamu berhubungan cukup nyata (p= 0.059 < 0.1) dengan tingkat keeratan hubungan yang positif rendah tetapi pasti ( s= 0.301), artinya jika responden menonton program Hitam Putih dalam waktu > 45 menit, akan menghasilkan persepsi tentang bintang tamu yang bagus. Hal ini terjadi karena semakin lama menonton maka akan menyebabkan ketertarikan sehingga responden memiliki persepsi yang bagus. Hasil ini bisa saja berbeda pada kondisi khalayak yang berbeda dan program yang diteliti berbeda, seperti penelitian Silitonga (2009) bahwa tidak ada hubungan nyata antara durasi menonton dengan bintang tamu. Tidak akan menyebabkan persepsi yang bagus tentang bintang tamu program Jelajah antara responden yang lama menontonnya dengan yang sebentar. 2. Hubungan Suasana Menonton dengan Persepsi Tema Cerita Suasana menonton dengan persepsi tema cerita berhubungan cukup nyata (p= 0.052 < 0.1) dengan tingkat keeratan hubungan yang cukup berarti (C= 0.294). Tabel 11 mengungkapkan bahwa responden yang menonton program Hitam
42 Putihnya dalam suasana tenang dan tidak ada suara gangguan apapun bisa lebih menikmati acaranya sehingga bisa menilai bagus tentang tema cerita. Tabel 11. Persentase responden menurut suasana menonton dan tema cerita Suasana Tema Cerita Total (%) Menonton Jelek (%) Bagus (%) Tenang 10.0 72.5 82.5 Berisik 7.5 10.0 17.5 Total 17.5 82.5 100 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian lain yang mengkaji jenis program siaran televisi yang berbeda, seperti Mulyana (2010) yang meneliti program Jika Aku Menjadi, menemukan tidak ada hubungan nyata antara suasana menonton dengan tema cerita. Responden yang menonton siaran Jika Aku Menjadi dalam suasana yang tenang tidak akan membuat persepsi responden berbeda terhadap tema cerita. 3. Hubungan Cara Menonton dengan Bintang Tamu Cara menonton dengan bintang tamu berhubungan cukup nyata (p= 0.080 < 0.1) dengan tingkat keeratan hubungan yang cukup berarti (C= 0.267). Tabel 12 mengungkapkan bahwa responden yang menonton program Hitam Putihnya bersama orang lain lebih memiliki persepsi tentang bintang tamu lebih bagus daripada yang menonton sendirian karena jika menonton bersama orang lain, ketika orang lain memiliki persepsi bintang tamunya bagus maka secara tidak langsung akan mempengaruhi persepsi kita sendiri terhadap bintang tamu itu, seperti yang dijelaskan Rakhmat (1985) bahwa seseorang dapat mempengaruhi orang lain dalam berpersepsi jika seseorang yang mempengaruhi itu memiliki pengalaman dan kerangka rujukan yang diperoleh dari sistem nilai yang berlaku. Tabel 12. Persentase responden menurut cara menonton dan bintang tamu Cara Menonton Bintang Tamu Total (%) Jelek (%) Bagus (%) Sendiri 2.5 20.0 22.5 Bersama 15.0 62.5 77.5 Total 17.5 82.5 100 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian lain yang kondisi khalayak dan program yang ditelitinya berbeda, seperti Mulyana (2010) yang meneliti program Jika Aku Menjadi, menemukan tidak ada hubungan nyata antara cara menonton dengan bintang tamu. Responden yang menonton siaran Jika Aku Menjadi bersama orang lain tidak akan menyebabkan persepsi yang bagus terhadap bintang tamu. 4. Hubungan Lokasi Menonton dengan Segment Lokasi menonton dengan segment berhubungan cukup nyata (p= 0.053 < 0.1) dengan tingkat keeratan hubungan yang cukup berarti (C= 0.293). Tabel 13 mengungkapkan bahwa responden yang menonton program Hitam Putihnya di rumah memiliki persepsi tentang segment lebih bagus daripada yang menonton di luar rumah karena responden menontonnya lebih fokus dan bisa menyerap segment yang disajikan oleh Hitam Putih.
43
Tabel 13. Persentase responden menurut lokasi menonton dan segment Cara Menonton Segment Total (%) Jelek (%) Bagus (%) Rumah 7.5 87.5 95.0 Luar Rumah 2.5 2.5 5.0 Total 10.0 90.0 100 Meskipun tidak nyata secara statistik, tetapi beberapa korelasi menunjukkan hubungan yang rendah tetapi pasti (C= 0.20-0.40), diantaranya frekuensi menonton dengan kualitas gambar ( s= 0.202), durasi menonton dengan presenter ( s= 0.246), durasi menonton dengan tema cerita ( s= 0.221), lokasi menonton dengan penayangan ( s= 0.219), lokasi menonton dengan presenter (C= 0.252), lokasi menonton dengan bintang tamu (C= 0.219), dan lokasi menonton dengan tema cerita (C= 0.252). Responden yang menilai kualitas gambar bagus adalah responden yang menonton tayangan Hitam Putih > 3 kali karena untuk dapat menilai bagus atau tidaknya dibutuhkan waktu. Begitu juga untuk menilai bagus atau tidaknya presenter dan tema cerita, dibutuhkan waktu yang lebih lama sehingga penilaian responden yang menonton tayangan Hitam Putih > 44 menit sudah pasti memberikan penilaian yang bagus. Sementara responden yang menilai penayangan, presenter, bintang tamu, dan tema cerita adalah responden yang menonton di rumah karena mereka bisa lebih menikmati acaranya dan lebih fokus. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang berbeda kondisi khalayaknya, seperti Mulyana (2010) bahwa durasi menonton baik lama maupun sebentar tidak membuat persepsi yang berbeda tentang presenter dan lokasi menonton baik di rumah maupun di luar rumah tidak membuat persepsi yang berbeda tentang penayangan, presenter, bintang tamu, dan tema cerita. Uraian di atas membuktikan bahwa keterdedahan khalayak berhubungan dengan persepsi menonton program talk show Hitam Putih. Dengan demikian, hipotesis 4 yang menyatakan ada hubungan antara keterdedahan khalayak dengan persepsi menonton program talk show Hitam Putih diterima.
44
45
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Motivasi menonton responden program Hitam Putih cukup tinggi dengan motivasi yang tertinggi adalah motivasi integrasi dan interaksi sosial kemudian motivasi informasi, hiburan, dan motivasi indentitas pribadi pada urutan terendah. Faktor internal yang mengarahkan motivasi menonton adalah usia sementara faktor eksternal tidak mengarahkan motivasi menonton. Motivasi menonton terbukti mengarahkan keterdedahan khalayak terhadap program Hitam Putih, yaitu motivasi integrasi dan interaksi sosial. Keterdededahan khalayak terhadap Hitam Putih adalah cukup sering dengan durasi yang cukup lama. Mereka biasa menonton dirumah sendiri, dalam suasana tenang, dan bersama keluarga. Khalayak memiliki persepsi yang bagus tentang kualitas gambar, unsur dalam siaran, dan unsur materi siaran. Responden menilai kualitas gambar acara Hitam Putih cukup baik, frekuensi tayang dan durasi tayang cukup baik sedangkan jam tayang dinilai kurang baik; penampilan presenter menarik, bahasa presenter baik dan mudah dimengerti, bahasa bintang tamu cukup dimengerti dan memiliki kisah inspiratif, segment Hitam Putih menarik dan bermanfaat; serta tema dan isi cerita dinilai baik, menarik, cukup sesuai dengan kebutuhan khalayak, dan bermanfaat. Persepsi responden tersebut berhubungan dengan durasi menonton dengan bintang tamu, suasana menonton dengan tema cerita, cara menonton dengan bintang tamu, dan lokasi menonton dengan segment. Saran Saran yang dapat diberikan sebagai bahan pertimbangan antara lain, yaitu bagi pihak stasiun televisi Trans7, agar jam tayang program Hitam Putih sebaiknya tidak pada pukul 18.00 karena bersamaan dengan waktu shalat magrib. Sementara untuk masyarakat, sebaiknya masyarakat memberi perhatian lebih banyak terhadap program talk show dan untuk peneliti diharapkan lebih banyak peneliti mengkaji motivasi menonton dan persepsi khalayak tentang program talk show di televisi sehingga dapat menjadi masukan bagi lembaga-lembaga yang membutuhkan.
46
47
DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro, Lukiati K. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rektama Media Arifin HS.2005. Hubungan Motif dengan Karakteristik Demografi dan Perilaku Penggunaan Media Massa pada Masyarakat Desa Hegarsari Kabupaten Garut Jawa Barat [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Arikunto S. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan ke-8. Yogyakarta: Rineka Cipta. Ashimu I, Clara C. 2008. Analisis Persepsi Masyarakat Palembang terhadap Kualitas Tayangan / Acara PALTV dan Sriwijaya TV. Jurnal Keuangan dan Bisnis [Internet]. 6(2): 143-153. Ketersediaan. [07 Oktober 2012/ isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6208143153.pdf]. Asmar MN. 2009. Motivasi, Pola, Dan Kepuasan Menonton Televisi Lokal Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya:Kasus Pemirsa Riau Televisi di Kecamatan RW 13, Kelurahan Simpang Baru, Tampan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Badriah. 2003. Motivasi, Perilaku dan Pemenuhan Kebutuhan Remaja dari Acara Hiburan Televisi: Kasus Perbandingan pada Siswa SLTP Islam Teluk Jambe dan SLTP Negeri 6 Karawang, Kabupaten Karawang. 2003 [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Black J.A, D.J Champion. 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: PT. Rafika Aditama. Cangara H. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada. Effendy OU. 2001.Ilmu komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Effendy OU. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung(ID): PT Citra Aditya Bakti. Hadiyanto. 2004. Perilaku dan Motif Menonton Televisi Pada Peternak di Dua Tipologi Desa di Kabupaten Bogor. Jurnal Media Peternakan [Internet]. 27(1): 30-37. Ketersediaan. [09 Oktober 2012/ http://jpurnal.ipb.ac/index.php/ mediapeternakan/article/view/708/187.pdf] Hendra G. 2011. Motivasi dan Kepuasan Remaja Terhadap Televisi Lokal: Kasus Pemirsa Megaswara TV di Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hoffman R. 1999. Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi. Jakarta: PT. Grasindo Indrizal E. 2006. Memahami Konsep Perdesaan dan Tipologi Desa di Indonesia [internet] 19.00 [diunduh 2013 Juni 10]. Tersedia pada:http://www.fisip.unand.ac.id/media/rpkps/EdiIndrizal/M3.pdf. Iryanto AD. 2010. Talk Show dan Kesenjangan Kepuasan: Kasus Studi Deskriptif Kesenjangan Kepuasan yang Diperoleh Pemirsa dari Menonton Acara “Kick Andy” di Metro TV dan “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS Angkatan 2007- 2009 dengan Menggunakan Pendekatan Uses and Gratification [Skripsi]. Sumatra Utara (ID): Universitas Sumatra Utara.
48
Khairil. 1994. Hubungan Keterdedahan Petani Anggota Kelompencapir pada Siaran Pedesaan dari Radio dan Televisi dengan Pengetahuan Mereka tentang Diversifikasi [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kerlinger FN. 2004. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Landung R, Simatupang, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada Universuty Press. Terjemahan dari: Foundation of Behavioral Research, Third Edition. Kriyantono R. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta (ID): Prenada Media Group. Kusumah FA. 2010. Motivasi dan Perilaku Menonton serta Penilaian Khalayak terhadap Program Acara Televisi Lokal: Kasus Pemirsa Megaswara TV di RW 01 Kelurahan Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dan RW 17 Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lubis DP, Mugniesyah SS, Purnaningsih N, Riyanto S, Kusumastuti YI, Hadiyanto, Saleh A, Sumardjo, Agung SS, Amanah S, Fatchiya A. 2010. Dasar-Dasar Komunikasi. Hubeis AVS, editor. Bogor (ID): IPB Press. McQuail D. 1991. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Alih bahasa dari bahasa Inggris oleh Dharma A dan Ram A). Jakarta: Erlangga. McQuail D. 1994. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Miranda N. 2010. Perbandingan Motivasi dan Perilaku Menonton Televisi Publik dan Swasta [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Morissan MA. 2005. Media Penyiaran, Srategi Mengelola Radio dan Televisi. Edisi Pertama. Tangerang: Ramdina Prakarsa. Mulyana D. 2010. Persepsi Khalayak Terhadap Program Acara Televisi Reality Show “Jika Aku Menjadi” di Trans TV: Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Peserta Mata Kuliah Psikologi Sosial Angkatan 2006, 2007, dan 2008 [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nightingale V, Ross K. 2003. Media and Audiences. [internet] 16.00 [diunduh 2013 Mei 22]. Tersedia pada: http://www.mcgraw-hill.co.uk/openup/. Nugraha MAB. 2012. Persepsi Khalayak tentang Tayangan “Kick Andy” di Metro TV (Studi Deskriptif Penonton Kick Andy di Jakarta) [Thesis]. Jakarta (ID): Binus University. [KPI] Komisi Penyiaran Indonesia. 2012. Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) Tahun 2012 [internet]. 10.30 [diunduh 2013 Juni 18]. Tersedia pada: http://www.kpi.go.id/index.php/2012-05-03-16-16-23/peraturan-kpi. Permata AI. 2012. Motivasi dan Opini Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” Trans TV [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Priyatno D. 2009. Lima Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Offset. Rakhmat J. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya CV. Rakhmat J. 1997. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rakhmat J. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya. Sedarmayanti. 2005. Membangun Kebudayaan dan Pariwisata. Cetakan Kedua. Bandung: Mandar Maju.
49
Silitonga RS. 2009. Perilaku Menonton dan Persepsi Mahasiswa terhadap Program “Jelajah” di Trans TV [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Singarimbun M, Effendi, S. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka LP3ES. Soemandoyo P. 1999. Wacana Gender dan Layar Televisi. Yogyakarta: LP3y dan Ford Foundation. Sutisno. 1993. Pedoman Praktis Penulisan Televisi dan Video. Jakarta (ID): PT Grasindo. TRANS7. Profil TRANS7 [internet] 16.00 [diunduh 2013 Febuari 10]. Tersedia pada: http://www.trans7.co.id/frontend/aboutus/view/company/364 Turner LH, West R. 2008. Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3: Analisis dan Aplikasi. Jakarta [ID]: Salemba Humanika. Wibowo F. 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher. Widodo. 2012. Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta [ID]: MAGNAScript Publishing.
50
Lampiran 1. Peta Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor
Lokasi Penelitian
51
Lampiran 2. Foto Program Talk Show Hitam Putih Trans7
52
Lampiran 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2013 Februari
Maret
April
Mei
Juni
Kegiatan 1 Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Pengambilan Data Lapangan Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaikan Laporan dan Penggandaan Skripsi
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2 3 4
53
Lampiran 4. Rataan Skor Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak Motivasi Menonton A. Motivasi Informasi 1. Tambahan pengetahuan 2. Mencari informasi penting 3. Mencari berita tentang kejadian penting di lingkungan Sekitar 4. Tambahan wawasan 5. Tambahan keterampilan B. Motivasi Identitas Pribadi 1. Semakin terlihat intelektual 2. Mencontoh perilaku yang ada di siaran tv 3. Peningkatan bakat yang ada di dalam diri individu C. Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial 1. Menambah bahan percakapan 2. Tambahan pengetahuan tentang keadaan orang lain 3. Peningkatan rasa kepedulian terhadap orang lain 4. Peningkatan tenggang rasa terhadap sesama D. Motivasi Hiburan 1. Menghibur diri dari masalah yang dihadapi 2. Menenangkan pikiran 3. Bersantai 4. Mengisi waktu luang Persepsi Khalayak A. Kualitas Tayangan 1. Kualitas gambar
2. Warna gambar 3. Frekuensi tayangan 4. Durasi tayangan 5. Jam tayang B. Unsur Dalam Siaran 1. Kualitas presenter 2. Penampilan presenter 3. Penguasaan materi presenter 4. Gaya berbicara presenter 5. Bahasa presenter 6. Penampilan fisik presenter 7. Bahasa bintang tamu
Rataan Skor 3.75 3.70 3.87 3.80 3.85 3.15 2.82 2.77 3.17 2.50 3.80 3.30 3.90 4.05 4.17 3.73 3.27 3.30 4.35 4.00 Rataan Skor 4.53 4.70 4.70 4.40 4.75 4.10 4.29 4.80 4.70 5.00 4.70 4.70 4.40 4.00
54
8. Penampilan fisik bintang tamu 9. Segment Story Of Life 10. Segment Questions Of Life 11. Segment Bad Liar versus Good Liar 12. Segment Ugly Truth 13. Segment Ask Your Deddy 14. Segment Games Kecocokan Pasangan C. Unsur Materi Siaran 1. Kualitas tema cerita 2. Kualitas isi cerita
4.37 4.25 4.21 3.78 3.60 3.95 3.60 4.51 4.27 4.75
55
Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data a. Tabulasi Silang suasana_menonton * motivasi_integrasi_dan_interaksi_sosial Crosstabulation motivasi_integrasi_dan_interaksi_ sosial Rendah suasana_menonton
Tenang
Count % of Total
Berisik
Total
16
33
42.5%
40.0%
82.5%
1
6
7
2.5%
15.0%
17.5%
18
22
40
45.0%
55.0%
100.0%
Count % of Total
Total
17
Count % of Total
Tinggi
suasana_menonton * tema_cerita Crosstabulation tema_cerita Jelek suasana_menonton
Tenang
Count % of Total
Berisik
29
33
10.0%
72.5%
82.5%
3
4
7
7.5%
10.0%
17.5%
7
33
40
17.5%
82.5%
100.0%
Count
Count % of Total
Total
4
% of Total Total
Bagus
cara_menonton * bintang_tamu Crosstabulation bintang_tamu Jelek cara_menonton
Sendiri
Count % of Total
Bersama orang lain Count % of Total Total
Count % of Total
Bagus
Total
3
6
9
7.5%
15.0%
22.5%
3
28
31
7.5%
70.0%
77.5%
6
34
40
15.0%
85.0%
100.0%
56
lokasi_menonton * segment Crosstabulation segment Jelek lokasi_menonton Rumah
Count
35
38
7.5%
87.5%
95.0%
1
1
2
2.5%
2.5%
5.0%
4
36
40
10.0%
90.0%
100.0%
Luar Rumah Count % of Total Count % of Total
Total
3
% of Total
Total
Bagus
b. Uji Validitas dan Realibilitas -Validitas Motivasi Menonton Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
.809
.807
16
-Realibilitas Motivasi Menonton Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1
Value N of Items
Part 2
Value N of Items
Total N of Items Correlation Between Forms Spearman-Brown Coefficient
.692 8a .733 8b 16 .592
Equal Length
.744
Unequal Length
.744
Guttman Split-Half Coefficient
.730
57
-Validitas Persepsi Khalayak Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
.879
N of Items
.889
52
-Realibiltas Persepsi Khalayak Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1
Value N of Items
Part 2
Value N of Items
Total N of Items
.816 26a .819 26b 52
Correlation Between Forms
.552
Spearman-Brown Coefficient Equal Length
.711
Unequal Length Guttman Split-Half Coefficient
.711 .710
58
Lampiran 6. Data Top 10 Talk Show Program Periode Januari 2013 TOP 10 ENTERTAINMENT TALKSHOW PROGRAM: All national TV, people 5+, 10 cities JANUARY 2013 Analysis Selected date(s) Selected channel(s)
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
: Programmes : 01/01/2013-31/01/2013 : TVRI1; RCTI; SCTV; ANTV; INDOSIAR; METRO; TRANS; GLOBAL TV TRANS7; TVONE; ,MNCTV Selected day part(s) : 02.00.00-25.59.59 (All days); Selected market(s) : Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, Banjarmasin Selected target(a) : people above 5 years old Total Individuals (5+, 10 cities) : 49,041,645 individual Program Channel Avarage Ratting (%)* Share (%)** number of audience HITAM PUTIH SPESIAL TRANS7 1.454.000 3.0 13,0 TAHUN BARU PAS MANTAB TRANS7 1.092.000 2,2 10,2 BUKAN EMPAT MATA TRANS7 1.022.000 2,1 13,8 SPESIAL MAULID CHIT CHAT CUZZ TRANS TV 1.005.000 2,1 8,0 HITAM PUTIH TRANS7 984.000 2,0 9,8 SEDAP MALAM RCTI 967.000 2,0 15,1 BUKAN EMPAT MATA TRANS7 901.000 1,9 11,6 @SHOW_IMAH TRANS TV 792.000 1,6 12,4 CERIWIS TRANS TV 764.000 1,6 13,1 @SHOW_IMAH SPESIAL TRANS TV 714.000 1,5 11,6 TAHUN BARU Sumber: Nielsen * Persentase rata-rata jumlah pemirsa terhadap populasi TV ** Persentase rata-rata jumlah penonton terhadap total pemirsa TV
59
RIWAYAT HIDUP Karina Heza Pratama lahir di Bandung pada tanggal 21 Oktober 1991. Anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Drs Muhammad Zaharry, MSi dan Dra Henny Krishnawati. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah SMA Bina Insani Bogor pada tahun 2006-2009. Pada tahun 2009, peneliti diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan pada tahun 2010 peneliti diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Peneliti aktif sebagai staff divisi Informasi dan Komunikasi Gentra Kaheman 2009-2010, pengurus BEM FEMA 2010 staff divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia, dan pengurus Koran Kampus hingga sekarang di bagian Redaktur Senior. Selain itu penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan dalam beberapa event di IPB antara lain kepanitiaan lomba poster Cinta Lingkungan pada tahun 2009, kepantitiaan bakti sosial dan donor darah HERTRA 46 bersama BEM TPB 45 tahun 2009, kepanitiaan Ki Sunda Midang tahun 2010, kepanitiaan Kemah Riset tahun 2010, kepanitiaan Writting Day tahun 2010, kepanitian E’spent tahun 2010, kepanitian UPGRADING BEM FEMA tahun 2010, kepanitian UPGRADING KORAN KAMPUS tahun 2011, kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat serta kepanitiaan Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia tahun 2011, dan lain-lain. Penulis sangat menyenangi bidang jurnalistik dan selalu mengikuti pelatihan jurnalistik, seperti: pelatihan jurnalistik yang dilaksanakan oleh Koran Kampus bersama Radar Bogor dan Media Indonesia, pelatihan jurnalistik yang dilaksanakan BEM FEMA bekerjasama dengan media Antara, serta pelatihan jurnalistik yang dilaksanakan BEM KM. Selain di bidang jurnalistik, penulis juga menyenangi bidang broadcasting, seperti: penulis pernah menjadi MC di acara UPGRADING BEM FEMA 2010 dan UPGRADING KORAN KAMPUS 2011. Pengalaman kerja penulis adalah sebagai asisten praktikum Mata Kuliah DasarDasar Komunikasi tahun ajaran 2012-2013 dan asisten praktikum Mata Kuliah Bahasa Indonesia untuk mahasiswa Vietnam tahun ajaran 2013.