PERILAKU BERPACARAN PADA REMAJA USIA MADYA : STUDI KASUS DI DAERAH DI KABUPATEN MERANGIN PROPINSI JAMBI
Naskah Publikasi Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Oleh : NOVIE KURNIAWATI F.100 080 133
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
PERILAKU BERPACARAN PADA REMAJA USIA MADYA : STUDI KASUS DI DAERAH DI KABUPATEN MERANGIN PROPINSI JAMBI
SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh: NOVIE KURNIAWATI F.100 080 133
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
ii
PERILAKU BERPACARAN PADA REMAJA USIA MADYA : STUDI KASUS DI DAERAH DI KABUPATEN MERANGIN PROPINSI JAMBI
Yang Diajukan Oleh : NOVIE KURNIAWATI F.100 080 133
Telah Disetujui untuk dipertahankan di depan dewan penguji skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing
Tanggal 30 Oktober 2012
iii
iv
PERILAKU BERPACARAN PADA REMAJA USIA MADYA : STUDI KASUS DI DAERAH DI KABUPATEN MERANGIN PROPINSI JAMBI
ABSTRAKSI Novie Kurniawati Moordiningsih Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiah Surakarta
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan perilaku berpacaran pada remaja usia madya, persepsi berpacaran, dan alasan melakukan perilaku berpacaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner terbuka dan wawancara. Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 112 informan. Hasil penelitian menunjukkan persepsi pacaran remaja madya adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan yang memiliki perasaan yang sama, hubungan yang saling memotivasi dan hubungan yang menyenangkan. Perilaku berpacaran yang dilakukan remaja madya adalah mengobrol, berpegangan tangan, jalan-jalan, berpelukan, cium pipi, cium kening, cium bibir, necking, petting dan berhubungan seksual. Dan alasan yang dikemukakan oleh remaja madya pada saat melakukan perilaku berpacaran adalah untuk rasa kesenangan bersama, sekedar pengen dan nafsu, dipaksa, rasa ingin tahu. Kata kunci: Remaja Madya, Perilaku Berpacaran.
v
dan suku yang menempati daerah ini.
PENDAHULUAN
Kabupaten
Kabupaten
Merangin
yang akan di teliti oleh peneliti. Renah
ibukota berkedudukan di Bangko.
Pamenang terdiri dari 4 desa, dan
Daerah merangin terdiri dari beragam
peneliti mengambil 2 desa yaitu desa
suku dan sebagian besar suku yang
Bukit Bungkul, dan desa Meranti.
menghuni kabupaten Merangin adalah
Menurut Dariyo (2004) remaja
dua suku asli yang terdiri dari suku
(Adolescent) adalah masa transisi/
batin dan penghulu. Kemudian suku
peralihan
Jawa yang datang melalui program kalah
psikis,
masyarakat
Merangin
berkisar
ini
Merangin
psikososial.
Secara
antara
12/13-21
tahun.
ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu hal yang baru, maka tak heran mereka
dan berbaur. Penggunaan bahasa ibu masyarakat
daan
Remaja memang berada dalam periode
memiliki
kompleksitas budaya yang berasimilasi
dalam
kanak-kanak
kronologis yang tergolong remaja ini
adalah suku batak. Dengan struktur hiterogen
masa
dengan adanya perubahan aspek fisik,
suku minangkabau dan Kerinci sisanya
yang
dari
menuju masa dewasa yang ditandai
banyak
menghuni kabupaten Merangin adalah
masyarakat
24
Pamenang, yang merupakan daerah
berada di Propinsi Jambi dengan
Tak
terbagi
kecamatan salah satunya adalah Renah
adalah salah satu kabupaten yang
transmigrasi.
Merangin,
juga
beragam karena beragamnya budaya
tertarik
untuk
bentuk
perilaku
melakukan
bentuk-
seksual.
Namun
kebudayaan di Indonesia, perilaku 1
seksual hendaknya dilakukan setelah
sebuah Intimacy merupakan komponen
menikah. Dalam bentuk keinginan
emosional
untuk
perasaan dari penggabungan wujud
mempertahankan
kegadisan
cinta
dengan
yang
sebagai
perasaan yang hangat ketika sharing
“mahkota” atau “tanda kesucian” yang
dan kedekatan emosi. Keintiman juga
masih dihargai tinggi oleh beberapa
mencakup kesediaan untuk membantu
Negara termasuk Indonesia (Sarwono,
yang lain dan keterbukaan untuk
2011).
berbagi Menurut pengalaman peneliti
ketika
usia
15-17
tahun,
lain.
mencakup
seorang wanita sebelum menikah, melambangkan
orang
yang
Memasukkan
pengalaman
pribadi
dan
perasaan dengan yang dicintai (Robert
saat
& Baur, 2005).
menempuh pendidikan SMA. Selama
Gunarsa & Gunarsa (1991)
3 tahun itu ada ± 2 orang teman satu
mengatakan dalam berpacaran harus
angkatan peneliti yang drop out karena
mempertimbangkan beberapa faktor
hamil diluar nikah, dan 1 orang
yaitu :
melakukan bunuh diri karena malu
1. Umur
hamil diluar nikah.
Faktor sekali.
LANDASAN TEORI
umur penting
Makin
lanjut
usia
pemuda pemudi, diharapkan
Perilaku Berpacaran
mereka
Steinberg’s dalam Triangulasi
juga
lebih
memperlihatkan kematangan.
theory of love, mengemukakan bahwa
Taraf kematangan ini perlu 2
supaya
remaja
dapat
mempertimbangkan
dengan
suasana ketika berduaan. Ada perasaan
bergelora
baik sifat dan tingkat pacaran
timbul
dari
keadaan
dalam hubungannya dengan
pertemuan
itu,
seolah-olah
batas-batas kesopanan. Makin
ada “arus listrik” pada kedua
muda
insan
usia,
makin
mempertimbangkan batas
sulit batas-
kesopanan
tersebut.
sentuhan
dan
Setiap
seolah-olah
menimbulkan aliran listrik.
pembagian waktu belajar dan
3. Tingkat pacaran
rekreasi.
Bila
2. Sifat pacaran Bila
yang
selanjutnya
perasaan yang mulai timbul pemuda-
dengan pacaran diumpamakan
kelihatannya
dengan muatan listrik, maka
bersahabat sudah dikatakan
jarak antara kedua individu
berpacaran,
yang sedang mengalaminya
pemudi
dua
yang
maka
dapat
dikatakan bahwa itu adalah
akan
pacaran tingkat paling ringan.
pacaran. Makin dekat, makin
Sesungguhnya
besar
kemungkinan
persentuhan
yang
meliputi bukan
pacaran
juga
unsur
sekedar
lain,
berkumpul
menentukan
yang
unsur
bunga-bunga api.
senang
dapat
menimbulkan aliran kistrik
untuk belajar, akan tetapi ada rasa
tingkat
dari 3
memberi
percikan
Rice bahwa
(2001)
remaja
berbagai
menjelaskan
berpacaran
maksud,
Remaja Usia Madya
dengan
1. Definisi Remaja Madya
beberapa
Kata Madya berasal
dari bahasa
Sansekerta yaitu “madia” yang berarti
diantaranya adalah : 1. Pacaran sebagai rekreasi;
tengah,
2. Pacaran
sarana
menjadi kata “Madya” dalam bahasa
memperoleh
Indonesia (Wikipedia). Di Indonesia
persahabatan tanpa harus
sendiri, konsep “remaja” tidak dikenal
menikah;
dalam sebagian undang-undang yang
sebagai
untuk
3. Pacaran
sebagai
sarana
berlaku.
untuk memperoleh status; 4. Pacaran
sebagai
sarana
bersosialisasi; 5. Pacaran
sebagai
yang
kemudian
Hukum
diubah
Indonesia
mengenal
anak-anak
walaupun
batasan
dan
yang
hanya dewasa,
diberikan
untuk itu pun bermacam-macam. sarana
eksperimentasi
Penggolongan remaja menurut
dan
Thornburg
kepuasan seksual;
(dalam
Dariyo,
2004)
terbagi 3 tahap, yaitu (a) remaja awal sarana
(usia 13 – 14 tahun), (b) remaja madya
untuk menyeleksi pasangan
(usia 15 – 17 tahun), (c) remaja akhir
untuk menikah;
(usia 18 – 21 tahun). Masa remaja
6. Pacaran
sebagai
7. Memperoleh keintiman.
awal,
umumnya
memasuki sekolah 4
individu
pendidikan menengah
di
telah bangku pertama
(SMP/SLTP), sedangkan masa remaja
4. Berusaha melepaskan diri
madya, individu sudah duduk di
dari ketergantungan emosi
sekolah menengah atas (SMA/SLTA).
terhadap orang tua dan
Kemudian, mereka yang tergolong
orang dewasa lainnya
remaja
akhir,
umumnya
telah
5. Mempersiapkan
memasuki dunia perguruan tertinggi
karier
ekonomi
atau telah lulus SMA dan mungkin
6. Mempersiapkam
sudah bekerja.
perkawinan dan kehidupan
2.
berkeluarga
Tugas Perkembangan Tugas perkembangan remaja
menurut
Robert
7. Merencanakan tingkah laku
Havighurst
sosial
(Sarwono,2011) adalah :
yang
bertanggung
jawab
1. Menerima
kondisinya
8. Mencapai sistem nilai dan
fisiknya dan memanfaatkan
etika
tertentu
sebagai
tubuhnya dengan efektif
pedoman tingkah lakunya.
2. Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman
PERTANYAAN PENELITIAN “Bagaimanakah
sebaya dari jenis kelamin yang mana pun 3. Menerima kelamin
peran
perilaku
berpacaran pada remaja usia madya di daerah kabupaten Merangin, Jambi ? “
jenis
masing-masing
(laki-laki atau perempuan) 5
menggunakan kriteria ataupun ciri-ciri
METODE PENELITIAN
yang telah ditentukan sebelumnya.
Gejala Penelitian Gejala penelitian yang akan
Informan
yang
digunakan
adalah
diteliti adalah perilaku berpacaran
remaja yang tinggal di Kecamatan
pada remaja usia madya di daerah
Renah
kabupaten Merangin, Jambi. Definisi
karakteristik informan untuk remaja
oprasional perilaku berpacaran adalah
adalah : (1) remaja madya (tengah)
perilaku-perilaku yang dilakukan oleh
berusia
remaja
menempuh
selama
menjajaki
masa
Pamenang.
14-17
Secara
tahun,
pendidikan
khusus
(2)
sedang
di
Renah
berpacaran atau pendekatan untuk
Pamenang, (3) sedang berpacaran, dan
mengekspresikan
yang
(4) pernah berpacaran. Informan yang
dirasakan oleh remaja terhadap para
digunakan pada penelitian ini ± 60-
pasangan atau kekasih. Pada penelitian
100 remaja madya.
ini perilaku berpacaran pada remaja
Metode Analisis Data
perasaan
usia madya dapat diungkap melalui kuesioner
terbuka
dan
Cresswell (2010) menyatakan
interview
bahwa peneliti kualitatif menggunakan
sebagai data tambahan apabila, yang
prosedur yang umum dan langkah-
diungkap dalam kuesioner kurang
langkah khusus dalam analisis data.
jelas.
Namun cara yang paling ideal adalah Informan dalam penelitian ini
dipilih pemilihan
secara
purposive
informan
yaitu dengan
dengan
mencampurkan
umum
dengan
khusus. 6
prosedur
langkah-langkah
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 6 . Perilaku yang dilakukan remaja madya saat sedang bersama Kategori
Frekuensi
Persentase
62
55.35 %
43
38.4 %
tidak pernah berduaan, karena peraturan yang ketat
3
2.68 %
memegang atau mencium payudaranya, memegang bagian sensitif
3
2.68 %
melakukan hal yang tidak sewajarnya
1
0.89 %
112
100%
Mengobrol, berpegangan tangan, bercanda, melirik pasangan, makan berdua, jalan-jalan pelukkan,cipika cipiki,ciuman kening,tangan,cipokan (necking) dan ciuman bibir itu adalah hal yang wajar dilakukan
Jumlah
Secara umum perilaku yang
Terbanyak kedua adalah pada
dilakukan remaja madya ketika sedang
saat
bersama
pelukkan,
atau
berduaan
dengan
bersama
mereka
cipika
melakukan
cipiki,
ciuman
pasangan, jawaban terbanyak yang di
kening, tangan, cipokan (necking) dan
isikan
oleh
Mengobrol,
partisipan
adalah
ciuman bibir itu adalah hal yang wajar
berpegangan
tangan,
dilakukan. Kemudian terbanyak ketiga
bercanda, melirik pasangan, makan
adalah
berdua, jalan-jalan.
7
jarang
berduaan
karena
peraturan yang ketat dari orang tua,
bersentuhan antara dua bibir manusia
dan karena pacar kuliah di luar kota.
atau pasangan yang didorong oleh
Lalu terbanyak keempat adalah mereka
saling
memegang
hasrat seksual. Necking, Bercumbu
atau
tidak sampai pada menempelkan alat
mencium payudara, menyentuh bagian
kelamin, biasanya dilakukan dengan
sensitive lawan jenis. Dan terakhir
berpelukan, memegang payudara, atau
adalah melakukan hal yang tidak
melakukan oral seks pada alat kelamin
sewajarnya,
tetapi belum bersenggama. Petting,
seperti
melakukan
hubungan seksual dengan pacar. Perilaku
berpacaran
Bercumbu sampai menempelkan alat identik
kelamin, yaitu dengan menggesek-
dengan perilaku seksual. Pacaran juga
gesekkan
seringkali
pintu
pasangan namun belum bersenggama.
masuk hubungan yang lebih dalam
Intercourse, Mengadakan hubungan
lagi,
kelamin
dianggap
yaitu
aktivitas
sebagai
melakukan
perilaku
seksual
berbagai seperti
sexual
intercourse sebagai
wujud kedekatan antara dua orang yang sedang jatuh cinta (De Guzman & Diaz, 1999). Menurut Sarwono (2011) beberapa bentuk perilaku seks bebas,
yaitu:
Kissing,
atau
pernikahan.
touching, kissing, necking, petting hingga
alat
Saling 8
kelamin
bersetubuh
dengan
diluar
area/bagian sensitive, dan melakukan
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian
hubungan seksual.
yang telah dilakukan terdapat beberapa
SARAN Berdasarkan kesimpulan yang
kesimpulan yang dapat diambil oleh
diperoleh dari penelitian ini, peneliti
peneliti, yaitu sebagai berikut:
memberikan
Perilaku berpacaran pada remaja
saran
yang
dapat
usia madya sangatlah beragam namun
dipertimbangkan oleh beberapa pihak,
secara garis besar perilaku tersebut
yaitu: 1. Orang tua
terbagi dalam tiga kategori perilaku yaitu
(1)
sewajarnya
melakukan seperti
yang
Orang tua juga sangat
mengobrol,
disarankan untuk mengawasi
hal
berpegangan tangan, melirik pasangan,
pergaulan
makan berdua dan jalan-jalan; (2)
namun bukan dengan cara yang
melakukan
otoriter
kontak
fisik
berupa
putra-putrinya
dan
menekan.
pegangan tangan, pelukan, cium pipi,
Sebaiknya
kening,
bibir
memberikan pelajaran seksual
menurut remaja madya itu hal yang
dan agama. Seperti bagaimana
wajar
orang
batasan hubungan antara laki-
berpacaran; dan (3) melakukan yang
laki dan perempuan, perilaku
tidak sewajarnya sepeerti memegang
apa saja yang boleh atau yang
atau mrncium payudara, memegang
tidak boleh dilakukan, dan
necking,
dilakukan
dan
cium
oleh
orang
tua
pendalaman agama , perbuatan 9
apa saja yang di larang dan
berpacaran. Apabila kurang
pervuatan yang di halal kan
paham
dalam
juga
sebaiknya tanyakan kepada
ganajaran yang akan diterima
keluarga atau guru di sekolah.
agama,
dan
apabila melakukannya. 2.
tentang
seksual
4. Praktis Psikologi
Masyarakat
Fenomena
Dari hasil penelitian ini,
jujur
berpacaran
perilaku sangat
masyarakat bias lebih berhati-
banyak dilakukan oleh remaja
hati
berperilaku,
hendaknya menjadi perhatian
sehingga remaja tidak akan
serius bagi kalangan praktisi
mencontoh perilaku tersebut.
psikologi khususnya bidang
Dan juga dapat berhati-hati
perkemabangan dan sosial.
dalam memberikan informasi
Diharapkan
tentang
sehingga
untul lebbih peka terhadap
tidak akan di salah gunakan
apa yang terjadi dimasyarakat
oleh remaja yang menerima
sehingga dapat memberikan
informasi tersebut.
penanganan atau solusi yang
dalam
seksual,
3. Remaja
harapkan
praktisi
tepat untuk masalah tersebut.
Dari hasil penelitian ini di
para
remaja,
Dan juga diharapkan para
tahu
praktisi mampu melakukan
perilaku apa yang patut di
pendekatan
contoh dan tidak pada saat
masyarakat, orang tua, dan 10
kepada
remaja agar perilaku tersebut
tambahan informasi dengan
tidak
mempertimbangkan
berkembang
terulang
ataupun
kembali
hal-hal
yang
yang belum terungkap secara
kemudian akan menjadi suatu
jelas seperti latar belakang
kebiasaan
oleh
remaja
keluarga,
mendatang
atau
generasi
pendidikan seksual di sekolah
5. Peneliti selanjutnya
maupun dalam keluarga. Dan
Para
meneliti
ekonomi,
pendidikan orang tua dan
selanjutnya.
selanjutnya
status
peneliti
bisa membandingkan antara
yang
berminat
laki-laki dan perempuan yang
tentang
perilaku
telah
berpacaran dapat menjadikan
melakukan
perilaku
berpacaran yang lebih jauh.
hasil penelitian ini sebagai Raymundo, et.al (eds). (1999). Adolescent sexuality I the Philippines. Philippines : University of Philippines & east West center, 1999.
DAFTAR PUSTAKA Creswell, J. W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gunarsa, S.D & Gunarsa, S. D. (1991). Psikologi untuk muda-mudi. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.
Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan : Ghalia Indonesia.
Sarwono, S. (2001). Psikologi remaja edisi 5. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
De Gyzman, E. A. & G.S.A. Diaz. Dating Behavior. Dalam :
Pusat
11
Bahasa Kamus
Depdiknas. Besar
(2002). Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Rathus, S. A., Nevid, J. S., & FichnerRathus, L. (2009). Human sexuality : In a World Of Diversity. Boston: Allyn and Bacon. Rice, F. P. (2001). The Adolescent: Development, Relationship, and Culture. Boston: Allyn and Bacon.
12