PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UKM KUE RISKY
DARA KARTIKA AGRARISTANTI
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perhitungan Harga Pokok Produksi pada UKM Kue Risky adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2015
Dara Kartika Agraristanti NIM H24110101
ABSTRAK DARA KARTIKA AGRARISTANTI. Perhitungan Harga Pokok Produksi pada UKM Kue Risky. Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan FARIDA RATNA DEWI. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kue Risky merupakan salah satu perusahaan yang dalam prakteknya tidak memasukkan biaya overhead ke dalam perhitungan harga pokok produksi. Akibatnya berefek pada tidak sesuainya laba yang sesungguhnya diterima. Penelitian ini hanya difokuskan pada perhitungan harga pokok produksi dari tiga produk saja, yaitu kue lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit. Tujuan penelitian yaitu (1) mengidentifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan, (2) menganalisis penetapan harga pokok produksi dengan metode UKM, dan (3) menganalisis penerapan perhitungan harga pokok produksi dengan metode variable costing dan full costing pada UKM Kue Risky. Penelitian ini menggunakan metode variable costing dan full costing dengan data keuangan perusahaan dari bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga pokok produksi per unit untuk lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit berdasarkan perhitungan kedua metode menghasilkan jumlah yang berbeda namun menghasilkan laba yang sama. Kata Kunci: Full Costing, Harga Pokok Produksi, UKM, Variable Costing
ABSTRACT DARA KARTIKA AGRARISTANTI. Calculation from Cost of Production in SMEs Risky Bakery. Supervised by MUHAMMAD SYAMSUN and FARIDA RATNA DEWI. Small and Medium Enterprises (SMEs) Risky Bakery is one of the companies which in practice does not include overhead costs in the calculation of the cost of production. As a result, the incompatibility effect on the actual income received. This study focuses only on the calculation of the cost of production of three products, namely lapis surabaya, rolls, and lapis legit. Research objectives: (1) to identify the costs incurred, (2) analyzing the cost of goods manufactured by the method of SMEs, and (3) to analyze the implementation of the calculation of the cost of production by the method of variable costing and full costing on SMEs Risky Bakery. This research uses variable costing and full costing method with company’s financial data from October 2014 to February 2015. The results showed that the cost of production per unit of lapis surabaya, rolls, and lapis legit based on the calculation of the two methods produce different amounts, but produce the same profit. Keywords: Cost of Production, Full Costing, SMEs, Variable Costing
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UKM KUE RISKY
DARA KARTIKA AGRARISTANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Perhitungan Harga Pokok Produksi pada UKM Kue Risky. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2015.
1.
2. 3.
4.
Terima kasih penulis ucapkan kepada : Bapak Dr Ir Muhammad Syamsun, M.Sc. dan Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing skripsi atas waktu, bimbingan, dan masukannya dalam penyusunan karya ilmiah ini. Orang tua penulis yaitu Bapak Jajat Sudrajat dan Ibu Eny Suhaeni tercinta serta keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, dan nasihat. Bapak Yanto selaku pemilik UKM Kue Risky dan karyawannya yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini. Sahabat Manajemen angkatan 2011 (MAN 48) atas bantuan, dukungan, kritik, dan saran dalam penyusunan penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2015 Dara Kartika Agraristanti
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 METODE 5 Kerangka Pemikiran 5 Lokasi dan Waktu Penelitian 7 Jenis dan Sumber Data 7 Pengolahan dan Analisis Data 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Identifikasi Biaya-Biaya yang Dikeluarkan 8 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode UKM Kue Risky 12 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing dan Variable Costing 14 Implikasi Manajerial 18 SIMPULAN DAN SARAN 19 Simpulan 19 Saran 20 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 23 RIWAYAT HIDUP 47
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Total biaya bahan baku Biaya overhead variabel Harga pokok produksi dengan metode UKM Harga pokok produksi dengan metode variable costing Harga pokok produksi dengan metode full costing HPP (Rp/unit) dan laba yang diperoleh
9 11 13 15 16 17
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran
6
DAFTAR LAMPIRAN 1 Tabel perkembangan jumlah UMKM di Indonesia, penyerapan tenaga kerja, 24 dan kontribusi terhadap PDB (2009 – 2012) 2 Tabel Perkembangan jumlah UMKM, di Kabupaten Bogor penyerapan tenaga kerja, dan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Bogor (2009 – 2012) 24 3 Hasil penelitian terdahulu 24 4 Struktur Umum Perhitungan HPP 24 5 Struktur umum perhitungan harga pokok penjualan dan laba rugi 25 6 Peralatan dan biaya penyusutannya 25 7 Kebutuhan bahan baku 26 8 Kebutuhan bahan baku setiap bulan 26 9 Biaya bahan baku 27 10 Rincian biaya overhead variable 28 11 Biaya overhead tetap 28 12 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode UKM Kue Risky 29 13 Harga pokok penjualan dan laba rugi dengan metode UKM 32 14 Harga pokok produksi dengan metode variable costing dan full costing 38 15 Laba rugi dengan metode variable costing dan full costing 44
PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor usaha penggerak perekonomian Indonesia. Hal ini didasari dari mampunya UMKM dalam berkontribusi terhadap PDB Indonesia dan mengalami perkembangan tiap tahunnya menurut Depkop (2015). Selain itu, jumlah pertumbuhan UMKM yang semakin signifikan memperbesar pula jumlah tenaga kerja yang terserap dari bergeraknya usaha di sektor UMKM, pertumbuhannya dari tahun 2009 – 2012 disajikan dalam lampiran 1. Pertumbuhan UMKM mampu memperbesar peluang peningkatan perekonomian Indonesia. Perkembangan UMKM yang pesat dikhawatirkan juga akan dibarengi oleh berbagai permasalahan yang dihadapi UMKM. Masalah manajemen keuangan dinilai menjadi kelemahan utama pelaku usaha kecil menengah (UKM) dalam mengembangkan bisnisnya. Masalah tersebut meliputi tercampurnya dana usaha dan keluarga, tidak memiliki laporan keuangan, dan bersikap konsumtif (Darmaji 2007). Sementara itu, ASEAN Community 2015 atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, dimana pasar bebas ASEAN telah diberlakukan.menjadi tantangan sekaligus ancaman bagi UMKM khususnya usaha mikro dalam menghadapi persaingan usaha. Hal ini menuntut UKM untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien. Sehingga dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan standar pasar global. Untuk itu, UKM perlu mengelola usahanya dengan baik agar mampu bersaing dalam pasar global baik secara keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Menurut Disperindag (2014) Kabupaten Bogor meraih peringkat keempat sebagai kabupaten yang memiliki PDRB terbesar di Indonesia. Secara agregat, sektor yang memiliki kontribusi paling besar dari total jumlah UMKM di Kabupaten Bogor adalah sektor makanan dengan persentase sebanyak 30% dalam jangka waktu 2009 – 2012. Pertumbuhannya dari tahun 2009 – 2012 disajikan dalam lampiran 2. UKM Kue Risky sebagai salah satu UKM yang bergerak di bidang kuliner di Kabupaten Bogor memiliki potensi dalam peranannya mendorong laju pertumbuhan ekonomi jika dikelola dengan baik. Saat ini perusahaan melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan metode sederhana dan menetapkan harga jual berdasarkan rata-rata harga produk yang sama di pasar. Terdapat biaya-biaya yang seharusnya dibebankan tidak dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi. Akibatnya, perhitungan harga pokok produksi menjadi tidak tepat dan mempengaruhi laba rugi yang diperoleh perusahaan, dimana laba atau rugi tersebut tidak sesuai dengan laba yang sesungguhnya diterima perusahaan. Perusahaan sering mengabaikan proses pencatatan menurut sistem akuntansi yang lazim terutama dalam hal pengelompokan dan pencatatan biaya produksi dan biaya non produksi lainnya. Masalah tersebut mengakibatkan biaya-biaya aktual yang dikeluarkan tidak terhitung dan tidak menjadi komponen harga pokok produksi yang ditetapkan. Untuk memberikan solusi dari permasalahan tersebut maka diperlukan perhitungan harga pokok produksi yang memasukan komponen biaya produksi
2
dan biaya non produksi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan metode penentuan harga pokok produksi yang tepat sehingga dapat digunakan oleh UKM Kue Risky dalam pengambilan keputusan pengelolaan usahanya.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Biaya apa saja yang dikeluarkan oleh UKM Kue Risky? 2. Bagaimana penentuan harga pokok produksi yang diterapkan oleh UKM Kue Risky? 3. Bagaimana penerapan perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dan variable costing?
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mengidentifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh UKM Kue Risky. 2. Menganalisis penentuan harga pokok produksi yang diterapkan oleh UKM Kue Risky. 3. Menganalisis penerapan perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dan variable costing pada UKM Kue Risky.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi UKM Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi UKM dalam hal penerapan perhitungan harga pokok produksi. 2. Bagi Akademisi Penulisan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan wawasan kepada akademisi mengenai penerapan perhitungan harga pokok produksi pada UKM. Serta dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Terdapat lima jenis kue yang diproduksi oleh UKM Kue Risky yaitu kue lapis surabaya, bolu gulung, lapis legit, bika ambon, dan brownies. Penelitian ini hanya difokuskan pada perhitungan harga pokok produksi dengan metode full
3
costing dan variable costing untuk tiga produk terlaris di perusahaan, yaitu kue lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data dari bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Konsep Biaya Pengertian biaya Biaya (cost) diartikan sebagai suatu pegorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebeankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang. Uang atau alat yang akan atau telah digunakan untuk kegiatan dikategorikan sebagai biaya. (Mursyidi 2010).Menurut Horngren, et al 2008, biaya (cost) didefinisikan sebagai sumber daya yang dikobarkan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu. Klasifikasi biaya Menurut Warindrani 2006, untuk memenuhi kepentingan manajemen dalam perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan maka biaya diklasifikasikan menjadi : - Biaya variabel : total biaya yang berubah secara proporsional dengan total volume kegiatan tertentu dalam periode tertentu. - Biaya tetap : total biaya yang tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan. - Biaya langsung dan tidak langsung : biaya yang langsung dapat ditelusuri dan biaya tidak langsung yaitu biaya yang secara fisik sulit ditelusuri sehingga biasanya digunakan metode hubungan sebab akibat dan pengalokasian. - Biaya terkendali dan tidak terkendali. Contoh adlah biaya iklan pada departemen penjualan merupakan biaya terkendali bagi majer pemasaran tapi tidak terkendali bagi manajer produksi yang tidak memilki wewenang apa-apa. - Biaya diferensial atau biaya incremental. Dalam pengambilan keputusan, manajemen harus membandingkan biaya masing-masing alternatif yang dapat dipilh. Perbedaan biaya antara masing-masing alternatif disebut sebagai biaya alternatif. - Biaya kesempatan: keuntungan yang tidak jadi diperoleh dari suatu alternatif oleh karena mengambil alternatif yang lain. Pada umumnya perusahaan mengklasifikasikan biaya sebagai dasar penetapan harga pokok produksi menjadi dua, yaitu biaya produksi dan biaya non produksi (Warindrani 2006). a. Biaya produksi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. b. Biaya non produksi, seperti biaya pemasaran dan biaya administrasi umum. Terdapat tiga istilah yang kerap digunakan dalam menggambarkan biaya produksi, yaitu (Horngren, et al. 2008) : 1. Biaya Bahan Langsung (Direct Material Costs)
4
Biaya perolehan semua bahan yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dan yang dapat ditelusuri ke objek biaya dengan cara ekonomis. Contoh biaya bahan langsung adalah alumunium yang digunakan untuk membuat kaleng Pepsi. 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Costs) Kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Contohnya adalah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada operator mesin serta pekerja lini perakitan yang mengonversi bahan langsung yang dibeli menjadi barang jadi. 3. Biaya Manufaktur Tidak Langsung (Indirect Manufacturing Costs) Seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan objek biaya (barang dalam proses kemudian barang jadi), namuntidak dapat dilacak ke objek biaya secara ekonomis. Kategori biaya ini juga disebut sebagai biaya overhead manufaktur atau biaya overhead pabrik. Pada perusahaan manufaktur, biaya produksi merupakan komponen biaya yang paling penting dimana dengan biaya produksi yang lebih rendah dari pesaing, berarti dapat menurunkan biaya secara keseluruhan (Kusumawardani 2013). Harga Pokok Produksi Menurut Horngren, et al (2008) harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan. metode penentuan harga pokok produksi terbagi menjadi dua menurut Mursyidi (2010), yaitu 1. Full Costing Kata lainnya adalah absorption costing, maksudnya adalah penetuan harga pokok produk yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap. 2. Variable Costing Sebutan lainnya adalah direct costing, maksudnya adalah penentuan harga pokok produk yang hanya memasukkan unsur-unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja. Dalam perusahaan yang berproduksi massa, menurut Widilestariningtyas et al (2012) informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk: 1. Menentukan harga jual produk 2. Memantau realisasi biaya produksi 3. Menghitung laba atau rugi periodik 4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi produk proses yang disajikan dalam neraca.
5
Hasil Penelitian Terdahulu Berikut ini merupakan penelitian terdahulu yang membahas mengenai perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing dan variable costing. Kedua metode ini yang digunakan dalam penelitian terhadap UKM Kue Risky. Rachmayanti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Sepatu dengan metode Full Costing (Studi Kasus: UKM Galaksi Kampung Kabandungan Ciapus, Bogor), Metallita (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Industri Usaha Kecil dan Menengah Produk Cetakan CV. Miranti, Bogor, serta Eprilianta (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahu dengan Metode full costing pada Industri Kecil (Studi Kasus CV Laksa Mandiri) menyatakan bahwa hasil penelitian menggambarkan adanya perbedaan hasil perhitungan dengan metode variable costing, full costing, dan metode perusahaan. Perusahaan disarankan menggunakan perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing karena metode tersebut lebih baik dalam menganalisis biaya produksi daripada perhitungan harga pokok produksi perusahaan. Penelitian yang berjudul Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada UKM Kue Risky ini memiliki kekhasan dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Analisis harga pokok produksi dalam penelitian ini menambahkan hasil perolehan laba yang didapat dan impilkasi manajerial yang harus dilakukan perusahaan dalam mengelola bisnisnya. Rincian penelitian sebelumnya disajikan dalam lampiran 3.
METODE Kerangka Pemikiran UKM Kue Risky merupakan salah satu bisnis yang bergerak di bidang kuliner di Kabupaten Bogor. UKM ini menawarkan berbagai macam kue basah seperti lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit.. Agar tetap bertahan dalam persaingan yang akan memasuki Asean Community 2015, perusahaan harus mengelola usahanya dengan baik terutama dalam hal menentukan perhitungan harga pokok produksi yang akan menjadi dasar penentuan harga jual. Harga jual juga akan mempengaruhi perusahaan untuk bersaing dengan kompetitornya dan juga untuk mencapai tujuan memeroleh dan memaksimalkan laba. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan manajemen bisnis yang baik, efektif, dan efisien serta dapat memanfaatkan peran manajer melalui proses perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang berkaitan dengan biaya dalam organisasi. Pada perusahaan manufaktur, biaya produksi merupakan komponen biaya yang paling penting dimana dengan biaya produksi yang lebih rendah dari pesaing, berarti dapat menurunkanbiaya secara keseluruhan (Kusumawardani 2013). Perencanaan dan pengendalian biaya produksi dapat dilakukan dengan perhitungan harga pokok produksi secara tepat dan akurat dengan tetap menjaga
6
kualitas dari barang atau produk yang dihasilkan. Informasi yang dibutuhkan dalam perhitungan harga pokok produksi adalah informasi mengenai biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Harga pokok produksi ini nantinya akan digunakan untuk penentuan harga jual produk maupun untuk perhitungan laba rugi periodik. Dalam prakteknya, perusahaan membebankan biaya ke produk tidak detail dan kurang rinci dalam mengidentifikasi biaya-biaya yang menjadi biaya produksi dan tidak menerapkan metode perhitungan harga pokok produksi yang sesuai. Akibatnya perhitungan harga pokok produksi menjadi tidak tepat dan mempengaruhi laba rugi yang diperoleh perusahaan, dimana laba atau rugi tersebut tidak sesuai dengan laba yang sesungguhnya diterima perusahaan dan menjadi tujuan perusahaan. Untuk memberikan solusi dari permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya analisisdengan menggunakan metode full cosing dan variable costing untuk menyusun harga pokok produksi yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan metode penentuan harga pokok produksi yang tepat sehingga dapat digunakan oleh perusahaan dalam pengambilan keputusan pengelolaan usahanya. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 1. UKM Kue Risky
Perhitungan HPP dengan Metode : Full Costing Variable Costing
Perhitungan HPP (Metode Perusahaan)
Penentuan HPP yang Tepat
Harga Jual
Laba Optimal
Implikasi Manajerial
Rekomendasi Strategis
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
7
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di UKM Kue Risky yang berada di Dramaga, Bogor pada bulan Januari sampai Februari 2015. Jenis dan Sumber Data Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara kepada pemilik perusahaan dan juga karyawan perusahaan. Data sekunder diperoleh dari data keuangan perusahaan dari bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015 serta studi literatur yang relevan dalam penelitian ini. Pengolahan dan Analisis Data Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk menentukan harga pokok produksi adalah metode full costing dan variable costing. Penggunaan kedua metode ini bertujuan untuk membandingkan hasil perhitungan mana yang akan memberikan keuntungan optimal bagi perusahaan. Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan perhitungan harga pokok produksi. Secara umum, harga pokok produksi memperhitungkan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead manufaktur. Struktur umum perhitungan HPP disajikan pada lampiran 4. Perhitungan harga pokok produksi untuk kedua metode hampir sama, perbedaannya hanya pada penentuan biaya overhead manufaktur saja. Pada metode full costing, biaya overhead yang bersifat variabel maupun tetap, dimasukkan ke dalam perhitungan. Sedangkan pada metode variable costing, hanya overhead yang bersifat variabel saja yang dimasukkan ke dalam perhitungan. Penentuan Laba Rugi Dalam menentukan laba rugi UKM, ada dua metode yang digunakan yaitu Variable Costing dan Full Costing. Perhitungan di kedua metode tersebut juga berbeda. Struktur umum perhitungan harga pokok dan laba rugi dari kedua metode tersebut disajikan dalam lampiran 5. 1. Metode Variable Costing Kalkulasi biaya variabel adalah metode kalkulasi biaya dimana semua biaya manufaktur variabel dimasukan ke dalam perhitungan harga pokok penjualan sebagai biaya persediaan. Semua biaya manufaktur tetap dikeluarkan dari biaya persediaan dan diperlakukan sebagai biaya periode pada saat biaya itu terjadi. 2. Metode Full Costing Full Costing adalah metode kalkulasi biaya dimana semua biaya manufaktur tetap dan semua biaya manufaktur variabel dimasukkan ke dalam perhitungan harga pokok penjualan sebagai biaya persediaan.
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan UKM Kue Risky merupakan salah satu bisnis yang bergerak di bidang kuliner di Bogor. Perusahaan ini didirikan oleh lima orang yaitu Yanto, Ahmaduddi, Hanif, Siswanto, dan Tohirin. Saat ini, perusahaan memproduksi berbagai macam kue, yaitu lapis surabaya, bolu gulung, lapis legit, bika ambon, dan brownies. Pertama kali didirikan di Gunung Batu, Bogor pada tahun 2007 dan sekarang sudah memilki empat cabang di Dramaga, Semplak, Canplang, serta di Cimanggu. Awalnya, toko di Gunung Batu menjadi pusat produksi tetapi saat ini tempat produksi dibagi menjadi di tiga tempat. Toko di Dramaga dan Gunung Batu menjadi pusat produksi kue lapis legit, sedangkan kue-kue lain diproduksi di toko Cimanggu karena tempatnya yang lebih besar. Jam operasional perusahaan dimulai dari pukul 07.00-21.00 WIB. Dalam produksinya, perusahaan melibatkan 14 orang karyawan dan 2 orang sebagai kurir. Perusahaan ini menentukan harga jual produknya dengan pertimbangan harga pasaran saat ini sebagai dasar harga jual. Pendapatan per bulan untuk satu toko rata-rata mencapai Rp 90 000 000 dengan modal awal sebesar Rp 50 000 000. Jenis Produk Terdapat lima jenis kue yang diproduksi oleh perusahaan yaitu kue lapis surabaya, bolu gulung, lapis legit, bika ambon, dan brownies. Hanya kue lapis legit yang memiliki varian rasa yaitu rasa keju dan coklat. Harga kue lapis surabaya : Rp 32 000, bolu gulung : Rp 21 000, lapis legit : Rp 23 000, bika ambon : Rp 15 000, dan brownies : Rp 19 000. Penelitian ini hanya menggunakan tiga produk sebagai objek penelitian, yaitu kue lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit karena memiliki tingkat penjualan yang tinggi daripada produk lainnya. Peralatan Produksi Perusahaan menggunakan beberapa peralatan untuk menunjang proses produksinya. Setiap produk memiliki masing-masing peralatan yang berbeda. Peralatan yang digunakan perusahaan beserta biaya penyusutannya dapat dilihat pada lampiran 6. Jenis peralatan yang digunakan untuk produksi masing-masing produk merupakan peralatan yang sejenis. Namun, untuk produk kue lapis surabaya dan bolu gulung menggunakan peralatan tambahan yaitu pengoles selai karena kedua produk ini memakai selai sebagai tambahan bahan bakunya yang berbeda dengan kue lapis legit. Identifikasi Biaya-Biaya yang Dikeluarkan Produk yang menjadi objek penelitian, yaitu kue lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit. Proses produksi menghasilkan biaya manufaktur yang disebut juga biaya produksi. Biaya manufaktur secara umum terdiri dari tiga elemen, yaitu
9
biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 1. Biaya Bahan Baku Langsung Bahan baku yang digunakan untuk membuat kue lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit adalah terigu, gula, mentega, dan telur. Selain itu, bahan baku lainnya seperti selai juga digunakan sebagai tambahan bahan baku untuk produk kue bolu gulung dan kue lapis surabaya. Kue lapis surabaya diproduksi sebanyak60 kotak per harinya, sedangkan bolu gulung diproduksi sebanyak 50 kotak, dan kue lapis legit diproduksi sebanyak 44 kotak per hari. Masing-masing kue memerlukan 0.4 Kg Terigu, 0.3 Kg gula, 0.2 Kg mentega, dan 5 butir telur untuk setiap satu kotak kemasan kue. Tambahan bahan baku selai sebanyak 0.02 Kg per kotak kemasan untuk produk kue lapis surabaya dan bolu gulung. Kebutuhan bahan baku tiap harinya terdapat di Lampiran 7. Sedangkan kebutuhan bahan baku tiap bulannya untuk masing-masing kue memiliki jumlah yang berbeda karena jumlah produksi yang berbeda.Rincian kebutuhan bahan baku untuk kue lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit dapat dari bulan Oktober 2014 – Februari 2015 dapat dilihat pada Lampiran 8. Perusahaan memproduksi kue lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit dengan jumlah yang berbeda tiap bulannya dari bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015. Hal ini disebabkan karena adanya fluktuasi permintaan konsumen.Total biaya bahan baku langsung yang digunakan dalam memproduksi kue lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit disajikan pada tabel 1. Tabel 1 Total biaya bahan baku
No 1.
Jenis Produk Lapis Surabaya
Tahun
Perubahan Jumlah Unit Produksi (%)
Total Biaya (Rp)
Perubahan Total Biaya (%)
2 880
-
44 087 040
-
1 800
- 37.5
26 168 400
- 40.64
2 070
+ 15
30 093 660
+ 15
Januari
1 890
- 13.04
28 652 400
- 4.79
Februari
1 680
-11.11
25 620 000
- 10.58
2 400
-
36 739 200
-
1 500
- 37.5
21 807 000
- 40.64
1 725
+ 15
25 078 050
+ 15
Januari
1 575
- 13.04
23 877 000
- 4.79
Februari
1 400
-11.11
21 350 000
- 10.58
2 112
-
29 796 096
-
1 320
- 37.5
17 606 160
- 40.64
1 518
+ 15
20 247 084
+ 15
Januari
1 386
- 13.04
19 348 560
- 4.79
Februari
1 232
-11.11
17 309 600
- 10.58
Bulan Oktober
2014
November Desember
2015
2.
Bolu Gulung
32 000
Oktober 2014
November Desember
2015
3.
Harga/unit (Rp)
Lapis Legit
21 000
Oktober 2014
November Desember
2015
Sumber : Data Diolah (2015)
23 000
Jumlah Produksi (Unit)
10
Tabel 3 menunjukkan bahwa fluktuasi tingkat produksi untuk masingmasing produk pada bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015 memiliki persentase yang sama dan bulan Oktober 2014 merupakan tingkat produksi kue paling tinggi. Jumlah produksi yang berbeda untuk masing-masing kue tiap bulannya akan diiringi jumlah kebutuhan bahan baku yang berbeda pula. Kondisi ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan biaya setiap bulannya yang dikeluarkan oleh UKM Kue Risky dalam memproduksi masing-masing produknya. Biaya bahan baku terbesar berasal dari penggunaan telur karena memiliki proporsi terbesar dalam pembuatan ketiga kue tersebut. Total biaya bahan baku pada bulan November 2014 mengalami penurunan sebesar 40.64% disebabkan turunnya jumlah produk yang diproduksi serta adanya penurunan harga gula dan telur. Namun, di bulan Desember 2014 terjadi peningkatan biaya sebesar 15% yang disebabkan adanya peningkatan produksi dengan persentase yang sama. Kemudian di dua bulan berikutnya, yaitu bulan Januari 2015 dan Februari 2015, biaya bahan baku langsung yang dikeluarkan mengalami penurunan karena adanya penurunan produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan bahan baku kue lapis legit, lapis surabaya, dan bolu gulung setiap bulannya serta harga bahan baku yang digunakan dari bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015 terdapat pada Lampiran 9. 2.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi di UKM Kue Risky berjumlah 14 orang.Tenaga kerja yang memproduksi kue lapis legit, lapis surabaya, dan bolu gulung berjumlah enam orang. Ketiga produk tersebut masingmasing diproduksi oleh dua orang. Para tenaga kerja diberikan upah tetap setiap bulannya sebesar Rp 1 000 000 per tenaga kerja sejak tahun 2010. Biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan UKM Kue Risky setiap bulannya dari bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015 untuk produksi kue lapis legit, lapis surabaya, dan bolu gulung berjumlah tetap yaitu sebesar Rp 2 000 000 untuk masing-masing produk setiap bulannya. 3.
Biaya Overhead
Biaya overhead pabrik atau yang biasa disebut dengan biaya tidak langsungyang dikeluarkan oleh UKM Kue Risky yaitu biaya penyusutan peralatan, sewa bangunan, dan biaya listrik serta air. Peralatan yang digunakan untuk memproduksi kue lapis surabaya dan bolu gulung merupakan peralatan yang sejenis dengan peralatan untuk memproduksi kue lapis legit. Terdapat sembilan jenis peralatan yang digunakan yaitu oven, mixer, tabung gas yang gasnya digunakan sebagai bahan bakar oven, loyang, baskom sebagai tempat adonan, gelas plastik untuk menuangkan adonan ke loyang, pisau, dan pengoles selai. Terdapat satu peralatan tambahan yaitu pengoles selai yang tidak digunakan dalam produksi kue lapis legit. Biaya penyusutan peralatan tersebutlah yang akan dihitung dalam harga pokok produksi untuk produksi kue lapis surabaya, bolu gulung, dan lapis legit. Biaya overhead pabrik dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok yaitu biaya overhead variabel dan biaya overhead tetap. Yang termasuk ke dalam biaya
11
overhead variabel yang dikeluarkan oleh UKM Kue Risky adalah biaya penggunaan gas dan kemasan produk serta biaya dari pemakaian listrik dan air. Total biaya overhead variabel yang dikeluarkan untuk memproduksi kue lapis surabaya dari bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015 dapat dilihat pada tabel 2 . Tabel 2 Biaya overhead variabel No. 1.
Jenis Produk Lapis Surabaya
Tahun
Oktober 2014
2015 2.
Bolu Gulung
2014
2015 3.
Lapis Legit
Bulan
2014
2015
Jumlah Produksi (Unit) 2 880
Perubahan Jumlah Produksi (%)
Total Biaya (Rp)
Perubahan Total Biaya (%)
-
5 851 775
-
November Desember Januari Februari Oktober
1 800 2 070 1 890 1 680 2 400
- 37.5 + 15 - 13.04 - 11.11 -
3 777 650 4 261 957 4 128 982 3 517 959 4 458 542
- 35.44 +12.82 - 3.12 - 14.80 -
November Desember Januari Februari Oktober
1 500 1 725 1 575 1 400 2 112
- 37.5 + 15 - 13.04 - 11.11 -
2 873 186 3 399 374 3 276 484 2 886 511 4 162 900
- 35.56 + 18.31 - 3.62 - 11.90 -
November Desember Januari Februari
1 320 1 518 1 386 1 232
- 37.5 + 15 - 13.04 - 11.11
2 521 832 2 897 849 2 923 316 2 559 773
- 39.42 + 14.91 + 0.88 - 12.44
Sumber : Data Diolah (2015) Rincian biaya overhead variabel yang dikeluarkan UKM Kue Risky dalam memproduksi ketiga produknya terdapat di Lampiran 10. Total biaya overhead variabel untuk masing-masing produk tiap bulannya memiliki jumlah yang berbeda dan biaya overhead variabel tertinggi dikeluarkan untuk produksi kue lapis surabaya. Hal ini disebabkan karena jumlah produksi yang berbeda tiap bulannya dan kue lapis surabaya merupakan produk yang memiliki jumlah produk yang paling banyak. Selain itu, harga untuk kemasan kue lapis surabaya lebih tinggi dari kedua kue lainnya yaitu sebesar Rp 100/unit dan juga jumlah pemakaian listrik dan air untuk produksi lapis surabaya memiliki proporsi yang lebih tinggi dibanding kedua produk lainnya. Jumlah produk yang paling banyak diproduksi terjadi di bulan Oktober 2014 sehingga biaya overhead variabel untuk masing-masing produk di bulan Oktober 2014 merupakan biaya yang paling tinggi dikeluarkan. Biaya overhead variabel pada bulan November 2014 mengalami penurunan dari bulan sebelumnya,namun di bulan Desember 2014 mengalami peningkatan akibat jumlah produksi yang lebih besar dari bulan sebelumnya. Pada bulan Januari – Februari 2015, biaya overhead variabel terus mengalami penurunan akibat adanya penurunan jumlah produksi untuk masing – masing. Berbeda dengan kedua produk lainnya, biaya overhead variabel utuk produksi kue lapis legit pada bulan Januari 2015 mengalami peningkatan sebesar 0.88% saat jumlah produksinya menurun, hal ini disebabkan karena penggunaan
12
air yang dalam kegiatan produksi mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya. Selain biaya overhead variabel, terdapat juga biaya overhead tetap yang akan dihitung ke dalam harga pokok produksi. Biaya overhead tetap yang dikeluarkan oleh UKM Kue Risky adalah biaya penyusutan peralatan, sewa bangunan, dan biaya tetap dari pemakaian listrik serta air. Biaya penyusutan peralatan untuk produksi kue lapis surabaya dan bolu gulung memiliki jumlah yang sama yaitu sebesar Rp 115 472 per bulannya. Hal ini disebabkan karena kedua produk tersebut menggunakan peralatan dengan jenis yang sama. Sedangkan biaya penyusutan peralatan untuk produksi kue lapis legit adalah sebesar Rp 115 556 tiap bulan. Rincian biaya penyusutan peralatan terdapat pada Lampiran 6. Tempat produksi kue lapis surabaya dan bolu gulung berbeda dengan tempat produksi kue lapis legit. Biaya sewa bangunan untuk tempat produksi kue lapis surabaya dan bolu gulung adalah sebesar Rp 1 500 000 per bulan sedangkan biaya sewa bangunan untuk tempat produksi kue lapis legit sebesar Rp 1 000 000 per bulan. Perbedaan biaya sewa bangunan yang termasuk overhead tetap juga menyebabkan perbedaan jumlah biaya overhead tetap dari ketiga produk tersebut. Biaya tetap untuk pemakaian listrik adalah sebesar Rp 2 200 per bulan, sedangkan biaya tetap dari pemakaian air sebesar Rp 21 500 tiap bulan. Total biaya overhead tetap yang dikeluarkan untuk memproduksi kue lapis surabaya sebesar Rp 952 072 dan bolu gulung sebesar Rp 802 072, sedangkan total biaya overhead tetap untuk kue lapis legit sebesar Rp 1 138 756. Biaya overhead tetap tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp. 2 500 untuk produk lapis surabaya dan bolu gulung, serta kenaaikan Rp 5 000 untuk produk lapis legit. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan biaya tetap dari penggunaan air. Rincian Biaya overhead tetap yang dikeluarkan oleh UKM Kue Risky terdapat pada Lampiran 11.
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode UKM Kue Risky Perusahaan menggunakan metode perhitungan harga pokok produksi yang sangat sederhana dan belum terinci. Secara umum, harga pokok produksi terdiri dari tiga elemen, yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Namun, UKM Kue Risky hanya memasukan biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung ke dalam perhitungan harga pokok produksi. UKM Kue Risky tidak memasukkan biaya overhead pabrik ke dalam perhitungan harga pokok produksi sehingga hasil yang diperoleh kurang akurat. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh UKM Kue Risky, harga pokok produksi untuk kue lapis Surabaya, bolu gulung, dan lapis legit dari bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015 terdapat pada tabel 3. Rincian harga pokok produksi untuk masing-masing produk dari bulan Oktober 2014 sampai Februari 2015 terdapat pada Lampiran 12.
13
Tabel 3 Harga pokok produksi dengan metode UKM No.
Jenis Produk
1.
Lapis Surabaya
Tahun
2014
2015 2.
Bolu Gulung 2014 2015
3.
Lapis Legit 2014 2015
Bulan
HPP (Rp)
Oktober
46 087 040
HPP per Unit (Rp) 16 002
November Desember Januari Februari Oktober November Desember Januari Februari Oktober November Desember Januari Februari
28 168 400 32 093 660 30 652 400 27 620 000 38 739 200 22 807 000 27 078 050 25 877 000 22 350 000 31 796 096 19 606 160 22 247 084 21 348 560 19 309 600
15 649 15 504 16 218 16 440 16 141 15 205 15 697 16 430 15 964 15 055 14 853 14 656 15 403 15 673
Perubahan (%) - 38.8 + 13.93 - 4.50 - 9.89 - 41.13 + 18.72 - 4.44 - 9.77 - 38.34 + 13.47 - 4.04 - 9.55
Sumber : Data Diolah (2015) Ket.: HPP = Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi di bulan Oktober 2014 merupakan harga pokok produksi paling tinggi untuk masing-masing produk karena berdasarkan identifikasi biaya yang dikeluarkan, biaya produksi pada bulan tersebut mencapai jumlah tertinggi akibat tingginya produk yang diproduksi daripada keempat bulan lainnya. Kue lapis legit merupakan produk yang memiliki harga pokok produksi per unit terendah karena memiliki jumlah unit produk paling sedikit tiap bulannya dan menggunakan jenis bahan baku yang lebih sedikit dibanding kedua produk lainnya. Perubahan harga pokok produksi dari ketiga produk mengalami penurunan sebesar 38.34% - 41.13% pada bulan November 2014. Hal ini disebabkan karena jumlah produksi yang menurun pada bulan tersebut. Produk bolu gulung merupakan produk yang mengalami tingkat penurunan yang paling tinggi pada bulan November 2014 karena memiliki jumlah HPP yang menurun lebih besar dari kedua produk lainnya. Kemudian mengalami kenaikan sebesar 13.47% - 18.72% akibat kembali meningkatnya jumlah produksi di bulan Desember 2014. Namun, di bulan Januari – Februari 2015, HPP masing-masing produk mengalami penurunan akibat menurunnya jumlah produk yang diproduksi dari bulan sebelumnya. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode UKM akan menghasilkan laba yang belum sesuai dengan perhitungan yang didapat akibat dari perhitungan harga pokok produksi yang belum akurat karena tidak memasukkan biaya overhead. Laba yang diperoleh pada selama bulan Oktober 2014 – Februari 2015 untuk masing-masing produk mengalami fluktuasi sesuai dengan jumlah produk yang diproduksi, dan yang paling besar diperoleh di bulan Oktober 2014. Produk lapis surabaya memperoleh laba sebesar Rp 43 914 960, Rp 27 111 600, Rp 31 726 340, Rp 27 407 600, Rp 23 930 000, laba untuk kue bolu gulung adalah sebesar Rp 9 240 800, Rp 6 373 000, Rp 6 726 950, Rp 4 778 000, Rp 4 840 000,
14
dan laba dari kue lapis legit sebesar Rp 14 389 904, Rp 8 573 840, Rp 10 276 916, Rp 8 139 440, dan Rp 6 876 400. Produk bolu gulung memeroleh laba paling kecil setiap bulannya walaupun jumlah penjualannya lebih banyak dari lapis legit. Hal tersebut terjadi karena harga satuan bolu gulung lebih rendah dari lapis legit sehingga menghasilkan margin kontribusi yang lebih rendah pula. Namun, perolehan laba dari perhitungan harga pokok produksi dengan metode UKM belum akurat karena tidak memasukkan biaya overhead yang akan memengaruhi perolehan laba yang didapat. Rincian perhitungan harga pokok penjualan dan laba operasi yang diperoleh selama bulan Oktober 2014 – Februari 2015 untuk masingmasing produk terdapat pada Lampiran 13. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing dan Variable Costing Perhitungan harga pokok produksi terbagi menjadi dua metode yaitu metode full costing dan variable costing. Perbedaan kedua metode tersebut terdapat pada unsur biaya overhead pabrik.metode full costing, semua biaya overhead pabrik baik biaya tetap dan biaya variabel dimasukan ke perhitungan harga pokok produksi. Sedangkan, metode variable costing hanya overhead tetap diperlakukan sebagai beban periode dan tidak disertakan dalam penentuan biaya produk. Menurut perhitungan biaya variabel, overhead tetap dari suatu periode dipandang habis pada akhir periode itu dan dibebankan secara total terhadap pendapatan periode tersebut. Sedangkan menurut perhitungan full costing, overhead tetap dipandang sebagai biaya produk bukan biaya periode. Selain itu, overhead tetap dibebankan ke produk melalui penggunaan tarif overhead tetap yang ditetapkan terlebih dahulu dan tidak dibebankan sampai produk terjual. Oleh karena itu, biaya produk menurut perhitungan variable costing akan lebih rendah dari perhitungan menurut full costing. Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode variable costingmenghasilkan harga pokok produksi yang lebih tinggi sebesar 12.70% 13.45% untuk produk lapis surabaya, sedangkan untuk bolu gulung menghasilkan harga pokok produksi yang lebih tinggi sebesar 11.51% - 17.39%, dan untuk lapis legit sebesar 12.86% - 13.86% dari harga pokok produksi dengan metode yang digunakan oleh UKM Kue Risky. Total Harga Pokok Produksi dengan metode variable costing dari bulan Oktober 2014 – Februari 2015 serta perkembangannya dapat pada tabel 4.
15
Tabel 4 Harga pokok produksi dengan metode variable costing Jenis Produk
Lapis Surabaya
Tahun
2014 2015 2014
Bolu Gulung
2015 2014 Lapis Legit
2015
Bulan
HPP (Rp)
HPP per Unit (Rp)
Perubahan (%)
Oktober November Desember Januari Februari Oktober November Desember Januari Februari Oktober
51 938 815 31 946 050 36 355 617 34 781 382 31 137 959 43 197 742 26 680 186 30 477 424 29 153 484 26 236 511 35 985 996
18 034 17 748 17 563 18 403 18 534 17 999 17 787 17 668 18 510 18 740 17 026
- 38.49 + 13.80 - 4.33 - 10.48 - 38.24 + 14.23 - 4.34 - 10 -
November Desember Januari Februari
22 127 992 25 144 933 24 271 876 21 869 373
16 764 16 558 17 512 17 751
- 38.51 + 13.63 - 3.47 - 9.90
Sumber : Data Diolah Ket. : HPP = Harga Pokok Produksi Perubahan harga pokok produksi menggunakan metode variable costing dari ketiga produk mengalami penurunan dengan tingkat persentase yang tidak jauh berbeda yaitu sebesar 38.24% - 38.51% pada bulan November 2014. Hal ini disebabkan karena jumlah produksi yang menurun pada bulan tersebut. Produk lapis legit merupakan produk yang mengalami tingkat penurunan yang paling tinggi pada bulan November 2014. Kemudian mengalami kenaikan sebesar 13.63% - 14.23% akibat kembali meningkatnya jumlah produksi di bulan Desember 2014. Namun, di bulan Januari – Februari 2015, HPP masing-masing produk mengalami penurunan akibat menurunnya jumlah produk yang diproduksi dari bulan sebelumnya. - Harga pokok produksi dengan metode full costing Dengan metode full costing, harga pokok produksi yang diperoleh di bulan Oktober 2014 – Februari 2015 menghasilkan jumlah yang lebih besar dibanding dengan metode yang digunakan UKM Kue Risky. Harga pokok produksi untuk lapis surabaya lebih besar 14.76% - 16.79%, 13.57% - 20.98% untuk bolu gulung, dan lapis legit sebesar 16.66% - 19.15%. Sedangkan, jika dibandingkan dengan perhitungan variable costing menghasilkan jumlah yang lebih besar sekitar 1.83% - 3.06% untuk produk lapis surabaya, 1.85% - 3.06% untuk bolu gulung, dan 3.15% - 5.21% untuk kue lapis legit. Total harga pokok produksi dengan metode full costing dari bulan Oktober 2014 – Februari 2015 untuk masing-masing produk serta perkembangannya dapat dilihat pada tabel 5.
16
Tabel 5 Harga pokok produksi dengan metode full costing Jenis Produk
Lapis Surabaya
Tahun
2014 2015 2014
Bolu Gulung 2015 2014 Lapis Legit 2015
Bulan Oktober November Desember Januari Februari Oktober November Desember Januari Februari Oktober November Desember Januari Februari
HPP (Rp) 52 888 637 32 898 372 37 307 939 35 733 704 32 090 281 43 997 564 27 482 508 31 279 746 29 955 806 27 038 833 37 092 752 23 266 748 26 283 689 25 410 632 23 008 129
HPP per Unit (Rp) 18 364 18 277 18 023 18 907 19 101 18 332 18 322 18 133 19 020 19 313 17 565 17 710 17 308 18 334 18 675
Perubahan (%) - 37.10 + 13.40 - 4.22 - 10.20 - 37.54 + 13.81 - 4.23 - 9.74 - 37.27 + 12.97 - 3.32 - 9.45
Sumber : Data Diolah Ket. : HPP = Harga Pokok Produksi
Perubahan harga pokok produksi dari ketiga produk dengan perhitungan metode full costing mengalami penurunan sebesar 37.10% - 37.54% pada bulan November 2014. Hal ini disebabkan karena jumlah produksi yang menurun pada bulan tersebut. Produk bolu gulung merupakan produk yang mengalami tingkat penurunan yang paling tinggi pada bulan November 2014. Kemudian mengalami kenaikan sebesar 12.97% - 13.81% akibat kembali meningkatnya jumlah produksi di bulan Desember 2014. Namun, di bulan Januari – Februari 2015, HPP masingmasing produk mengalami penurunan akibat menurunnya jumlah produk yang diproduksi dari bulan sebelumnya. Rincian harga pokok produksi menggunakan metode variable dan full costing disajikan pada lampiran 14. Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan kedua metode yang berbeda, memberikan efek yang berbeda pula pada perhitungan laba rugi UKM. Adanya perbedaan tersebut disebabkan karena pada metode variable costing yang tidak memasukkan semua unsur biaya ke dalam perhitungan sedangkan pada metode full costing, semua unsur biaya baik biaya tetap maupun variabel dimasukan ke dalam perhitungan. Selain itu, pada metode UKM, hasil penjualan produk sampingan dimasukkan ke dalam tambahan pendapatan bersama dengan produk utama. Sedangkan pada metode variable costing dan full costing, hasil penjualan produk sampingan ditambahkan ke jumlah laba yang didapat. Rincian perhitungan laba rugi untuk ketiga produk pada bulan Oktober 2014 – Februari 2015 dengan metode variabel costing dan full costing terdapat pada lampiran 15. Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan metode variable costing dan full costing, HPP per unit berdasarkan metode full costing merupakan jumlah HPP per unit yang lebih besar daripada perhitungan dengan metode UKM maupun variable costing. Selain itu, laba bersih dari masing-masing produk yang didapat oleh UKM Kue Risky memiliki jumlah yang sama antara perhitungan metode variable costing dengan metode full costing. Harga pokok produksi per unit dan laba bersih yang didapat oleh UKM Kue Risky dari ketiga produknya, dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 HPP (Rp/unit) dan laba yang diperoleh Jenis Produk Lapis Surabaya
Bolu Gulung
Lapis Legit
Metode Perhitngan HPP Metode UKM Metode Variable Costing Metode Full Costing Metode UKM Metode Variable Costing Metode Full Costing Metode UKM Metode Variable Costing Metode Full Costing
Tahun 2014 November
Oktober
Tahun 2015 Desember
Januari
Februari
HPP (Rp/unit)
Laba (Rp)
HPP (Rp/unit)
Laba (Rp)
HPP (Rp/unit)
Laba (Rp)
HPP (Rp/unit)
Laba (Rp)
HPP (Rp/unit)
Laba (Rp)
16 002
43 637 960
15 649
27 171 600
15 504
31 801 340
16 218
27 482 600
16 440
24 005 000
18 034
38 024 363
17 748
23 333 950
17 563
27 464 383
18 403
25 698 618
18 534
20 412 041
18 364
38 024 363
18 277
23 333 950
18 023
27 464 383
18 907
25 698 618
19 101
20 412 041
16 141
9 315 800
15 205
6 433 000
15 697
6 828 950
16 430
4 853 000
15 964
4 915 000
17 999
4 782 258
17 787
2 499 814
17 668
3 327 576
18 510
1 501 516
18 740
953 489
18 332
4 782 258
18 322
2 499 814
18 133
3 327 576
19 020
1 501 516
19 313
953 489
15 055
14 389 904
14 853
8 433 840
14 656
10 276 916
15 403
8 139 440
15 673
6 876 400
17 026
10 227 004
16 764
6 052 008
16 558
7 609 067
17 512
5 216 124
17 751
4 316 627
17 565
10 227 004
17 710
6 052 008
17 308
7 609 067
18 334
5 216 124
18 675
4 316 627
Sumber : Data Diolah (2015)
17 17
18
Apabila produk yang terjual lebih besar dari yang diproduksi, maka laba menurut perhitungan variable costingakan lebih tinggi dari laba menurut perhitungan fullcostingkarena saat itu persediaan barang jadi digunakan. Sebaliknya, ketika produk yang terjual lebih kecil dari barang yang diproduksi maka laba menurut perhitungan variable costing akan lebih rendah dari perhitungan full costing (Hansen dan Mowen 2005). Hal tersebut disebabkan karena adanya perubahan jumlah produk yang terjual mengiringi biaya variabel yang terjadi. Berikut hubungan antara produksi, penjualan dan laba. Laba Bersih Variable Costing > Penjualan > Produksi Laba Bersih Full Costing Laba Bersih Variabel Costing < Penjualan < Produksi Laba Bersih Full Costing Laba Bersih Variabel Costing = Penjualan = Produksi Laba Bersih Full Costing Hasil perhitungan laba yang diperoleh dari kedua metode menunjukkan jumlah yang sama yaitu sebesar Rp 38 198 363 untuk produk lapis surabaya, Rp 4 782 258 untuk produk bolu gulung, dan Rp 10 227 004 untuk produk lapis legit pada bulan Oktober 2014. Hal tersebut disebabkan karena jumlah produk yang diproduksi oleh UKM Kue Risky sama dengan jumlah produk yang terjual. Sehingga tidak ada persediaan awal dan akhir barang jadi untuk periode selanjutnya. Implikasi Manajerial Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diterapkan fungsi manajemen POAC (Planning, Organizing, Actuating, and Controlling) untuk perusahaan sebagai berikut: - Planning Adanya perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dan variable costing mendorong perusahaan untuk merencanakan penetuan harga jual produk yang tepat sehingga laba yang diharapkan sesuai dengan yang diterima. Perencanaan realisasi dalam pencatatan yang detail mengenai biaya yang dikeluarkan perlu dilakukan untuk menunjang dilakukannya perhitungan harga pokok produksi yang sesuai. - Organizing Perusahaan dapat menentukan apa saja yang harus dilakukan oleh pihak perusahaan untk melakukan perhitungan harga pokok produksi yang tepat. Karyawan bagian produksi diharapkan dapat mencatat seluruh biaya produksi yang dikeluarkan untuk menunjang dilakukannya perhitungan harga pokok produksi. - Actuating Pemilik perusahaan diharapkan dapat memilih, membimbing, bekerja sama dengan karyawan untuk membantu membuat perhitungan harga pokok produksi yang tepat.
19
- Controlling Pelaksanaan pencatatan biaya produksi sebagai dasar perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh karyawan harus diawasi oleh pemilik perusahaan agar prosesnya berjalan dengan benar. Selain itu, pemilik perusahaan dapat mengambil tindakan jika terjadi penyimpangan. Penerapan fungsi manajemen juga akan berefek pada bidang manajemen fungsional dalam perusahaan. - Keuangan Pencatatan yang detail mengenai biaya yang dikeluarkan akan memudahkan prhituungan harga pokok produksi sehingga laba yang diterima perusahaan akan sesuai dengan yang direncanakan. Perhitungan harga pokok produksi yang ditetapkan oleh perusahaan sebaiknya ditinjau kembali menggunakan metode variabel costing atau full costing. UKM Kue Risky boleh memilih salah satu dari kedua metode tersebut untuk diterapkan karena memberikan laba yang sama. Hal itu disebabkan jumlah produk yang diproduksi sama dengan jumlah produk yang dijual. Namun, jika UKM Kue Risky mengalami kondisi produksi yang melebihi penjualan maka perhitungan dengan metode full costing lebih baik diterapkan karena menghasilkan laba yang lebih besar dari variable costing. Sebaliknya, jika UKM Kue Risky memproduksi lebih sedikit daripada penjualan maka metode variable costing lebih bik diterapkan karena menghasilkan laba yang lebih besar daripada perhitungan dengan metode full costing. - Pemasaran Bagian pemasaran diharapkan dapat memberikan informasi pasar mengenai harga jual dari pesaing agar perusahaan dapat menentukan harga jual yang tepat berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan kedua metode tersebut dan juga berdasarka pertimbangan pasar. - SDM, produksi dan operasi Dapat dilakukan pelatihan SDM untuk disiplin mencatat biaya-biaya produksi yanng dikeluarkan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. UKM Kue Risky memasukkan biaya bahan baku langsung seperti biaya terigu, gula, telur, mentega, dan selai serta biaya tenaga kerja langsung ke dalam perhitungan harga pokok produksi dari ketiga produknya tetapi tidak memasukkan biaya overhead. 2. Harga pokok produksi per unit yang diperoleh berdasarkan metode UKM Kue Risky adalah sebesar Rp 15 963 untuk lapis surabaya, HPP per unit bolu gulung sebesar Rp 15 887, dan untuk lapis legit sebesar Rp 15 128.
20
3. Harga pokok produksi per unit menurut perhitungan dengan metode variable costing dan full costing menghasilkan jumah yang lebih besar. Harga pokok produksi per unit berdasarkan perhtungan dengan metode full costing menghasilkan jumlah yang paling tinggi dibanding dengan metode perusahaan, untuk lapis surabaya berselisih Rp 2 571, bolu gulung selisih Rp 2 737, dan untuk lapis legit berselisih Rp 2 790.
Saran 1. UKM Kue Risky sebaiknya menetapkan harga pokok produksi dengan metode full costing, karena metode tersebut memasukkan seluruh biaya produksi sehingga hasil yang didapat lebih akurat. 2. Sebaiknya UKM Kue Risky juga memperhitungkan penjualan produk sampingan sebagai tambahan dari laba bersih yang didapat.
DAFTAR PUSTAKA Bustami B & Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya Tingkat Lanjut : Kajian Teori dan Aplikasi. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Darmaji SH. 2007. Prospek Pembentukan dan Sistem Akuntansi bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam Kewirausahaan UKM: Pemikiran dan Pengalaman Karya Bersama FE Universitas Surabaya dan Forum Daerah UKM Jawa Timur Edisi 1. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Eprilianti S. 2011. Analisis perhitungan harga pokok produksi tahu dengan metode full costing pada industri kecil (studi kasus CV laksa mandiri) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hansen DR, Mowen MM.. 2005. Akuntansi Manajemen Jilid 2. Edisi ke-7. Jakarta (ID): Salemba Empat. Horngren CT, Srikant MD & George F. 2008. Akuntansi Biaya : Edisi Keduabelas Jilid 1. Jakarta (ID) : Penerbit Erlangga. [Kemenkop UKM] Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 2009. Data Statistik dan Perkembangan UKM di Indonesia [Internet]. [diunduh 2015 Jan 10]. Tersedia pada: www.depkop.go.id. [Kemenkop UKM] Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2009. Data Statistik dan Perkembangan UKM di Indonesia [Internet]. [diunduh 2015 Jan 10]. Tersedia pada: www.disperindag.go.id. Kusumawardani R. 2013. Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode job order costing. Fakultas ekonomi dan bisnis [skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya. Metallita DA. 2013. Analisis perhitungan harga pokok produksi industri usaha kecil dan menengah produk percetakan pada CV miranti, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
21
Mursyidi. 2010. Akuntansi Biaya : Conventional Costing, Just In Time, ActivityBased Costing. Bandung (ID) : PT Refika Aditama. Rachmayanti DK. 2011. Analisis perhitungan harga pokok produksi sepatu dengan metode full costing (studi kasus: UKM galaksi Kampung Kabandungan Ciapus, Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Warindrani AK. 2006. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta (ID) : Graha Ilmu. Widilestariningtyas O, Sonny WF, Sri DA. 2012. Akuntansi Biaya. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
LAMPIRAN
24
Lampiran 1 Tabel perkembangan jumlah UMKM di Indonesia, penyerapan tenaga kerja, dan kontribusi terhadap PDB (2009 – 2012) Tahun Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 Jumlah UMKM Unit 52.769.426 54.119.971 55.211.396 56.539.560 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Orang 98.885.997 100.991.962 104.613.681 110.808.154 Kontribusi Terhadap PDB % 56,18 56,22 58,05 59,08 Sumber : www.depkop.co.id (2015) Lampiran 2 Tabel Perkembangan jumlah UMKM, di Kabupaten Bogor penyerapan tenaga kerja, dan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Bogor (2009 – 2012) Tahun Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 Jumlah UMKM Unit 7 500 8 700 10 000 11 700 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Orang 20 236 22 260 24 486 26 935 Kontribusi Terhadap PDRB % 23.17 23.80 24.05 25.50 Sumber : Disperindag. (2014) Lampiran 3 Hasil penelitian terdahulu Tahun
Nama
2011
Dewi Kasita Rachmayanti
2011
2013
Silvania Eprilianta
Dewi Amanda Metallita
Judul Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Sepatu dengan metode Full Costing (Studi Kasus: UKM Galaksi Kampung Kabandungan Ciapus, Bogor) Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahu dengan Metode Full Costing pada Industri Kecil (Studi Kasus Cv Laksa Mandiri)
Metode Full Costing
Hasil Utama perhitungan harga pokok produksi sebagai dasar penetapan harga jual menurut metode full costing lebih baik dalam menganalisis biaya produksi daripada perhitungan harga pokok produksi perusahaan.
Full Costing
adanya perbedaan dalam perhitungan HPP yang diterapkan oleh CV Laksa Mandiri pada produk tahunya, dibandingkan dengan metode full costing. Metode yang tepat bagi perusahaan dalam perhitungan HPP adalah metode full costing karena metode ini memperhitungkan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.
Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Industri Usaha Kecil dan Menengah Produk Percetakan Pada CV. Miranti, Bogor
Variable Costing dan Full Costing
adanya perbedaan hasil perhitungan harga pokok produksi dengan metode menurut perhitungan CV. Miranti, metode full costing, dan juga metode variable costing. CV. Miranti disarankan menggunakan perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing sebagai solusi dalam pengelolaan bisnisnya agar tidak mengalami kerugian dan juga sebagai alat untuk memantau realisasi biaya produksi.
Lampiran 4 Struktur Umum Perhitungan HPP Bahan Baku Laangsung Persediaan Awal Pembeliaan Bahan Baku yang Tersedia Persediaan Akhir Bahan Baku yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur Bahan Baku Tidak Langsung Tenaga Kerja Tidak Langsung Depresiasi Sewa Listrik, air, dll Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi
Xxx Xxx Xxx Xxx
+ xxx xxx
Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx
+ xxx xxx
+
25
Lampiran 5 Struktur umum perhitungan harga pokok penjualan dan laba rugi Perhitungan harga pokok penjualan (Variable Costing) Harga pokok penjualan variabel Persediaan awal Biaya manufaktur variabel Harga pokok barang tersedia untuk dijual Persedian akhirlaba rugi Perhitungan xxxHarga pokok penjualan variabel
xxx xxx+ xxx
xxx
Perhitungan Laba Rugi Pendapatan Harga Pokok Penjualan variabel Biaya pemasaran variabel xxxMargin kontribusi Beban-beban Biaya manufaktur tetap Biaya pemasaran tetap
xxx xxx xxx+ xxx xxx xxx+
xxxPerhitungan harga pokok penjualan (Full Costing) Harga pokok penjualan Persediaan awal Biaya manufaktur variabel Biaya manufaktur tetap yang dialokasikan Harga pokok barang tersedia untuk dijual Persedian akhir Perhitungan labapenjualan rugi Harga pokok
xxx xxx xxx+ xxx xxxxxx
Perhitungan laba rugi Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya pemasaran variabel Biaya manufaktur tetap Biaya pemasaran tetap
xxx xxxxxx xxx xxx xxx+ xxx-
Laba Operasi
xxx
Lampiran 6 Peralatan dan biaya penyusutannya Jumlah Unit No. 1.
Peralatan
Harga Satuan (Rp)
Lapis Surabaya
Bolu Gulung
1
1
1
1 1
1 1
1 1
3000000 350000
6 2
6 2
6 2
200000 10000
2 1 6 3 1
2 1 6 3 1
2 1 6 3
15000 45000 45000 20000 10000
Oven
Mixer Besar Tabung 3. Gas 4. Loyang Gelas 5. Plastik 6. Baskom 7. Timbangan 8. Ember 9. Pisau Pengoles 10. Selai Sumber : UKM Kue Risky
Lapis Legit
4000000
2.
-
26
Lanjutan Lampiran 6 Biaya penyusutan peralatan Biaya Penyusutan Peralatan No.
Peralatan
1.
Oven Mixer Besar Tabung Gas
2. 3.
1
4.000.000
4.000.000
10
0
Biaya Penyusutan Peralatan per Tahun (Rp) 400.000
1
3.000.000
3.000.000
10
0
300.000
25.000
1
350.000
350.000
2
0
175.000
14.583,33
Harga Satuan (Rp)
Jumlah Unit
Total Harga (Rp)
Umur Ekonomis (Tahun)
Nilai Akhir
Biaya Penyusutan Peralatan per Bulan (Rp) 33.333,33
Total Biaya
72.916,67
Sumber : Data Diolah Lampiran 7 Kebutuhan bahan baku No.
Bahan Baku
Lapis Surabaya Terigu Gula Mentega Telur Selai Bolu Gulung 1. Terigu 2. Gula 3. Mentega 4. Telur 5. Selai Lapis Legit 1. Terigu 2. Gula 3. Mentega 4. Telur Sumber : UKM Kue Risky 1. 2. 3. 4. 5.
Harga (Rp) per Satuan
Kebutuhan per Hari (Satuan)
Waktu Kerja (Hari)
Kebutuhan per Bulan (Satuan)
6 600 per Kg 9 000 per Kg 12 300 per Kg 1 250 per Butir 60 000 per Kg
24 18 12 300 1.2
30 30 30 30 30
720 540 360 9 000 36
6 600 per Kg 9 000 per Kg 12 300 per Kg 1 250 per Butir 60 000 per Kg
20 15 10 250 1
30 30 30 30 30
600 450 300 7 500 30
6 600 per Kg 9 000 per Kg 12 300 per Kg 1 250 per Butir
17.6 13.2 8.8 220
30 30 30 30
528 396 264 6 600
Lampiran 8 Kebutuhan bahan baku setiap bulan No.
Bahan Baku
Lapis Surabaya Terigu (Kg) Gula (Kg) Mentega (Kg) Telur (Butir) Selai (Kg) Bolu Gulung 1. Terigu (Kg) 2. Gula (Kg) 3. Mentega (Kg) 4. Telur (Butir) 5. Selai (Kg) Lapis Legit 1. Terigu (Kg) 2. Gula (Kg) 3. Mentega (Kg) 4. Telur (Butir) Sumber : Data Diolah 1. 2. 3. 4. 5.
Oktober 2 880 unit 1 152 864 576 14 400 57.6 2 400 unit 960 720 480 12 000 480 2 112 unit 844.8 633.6 422.4 10 560
Kebutuhan Bahan Baku (Satuan) 2014 November Desember Januari 1 800 unit 2 070 unit 1 890 unit 720 828 756 540 621 567 360 414 378 9 000 10 350 9 450 36 41.4 37.8 1 500 unit 1 725 unit 1 575 unit 600 690 630 450 517.5 472.5 300 345 315 7 500 8 625 7 875 30 34.5 31.5 1 320 unit 1 518 unit 1 386 unit 528 607.2 554.4 396 455.4 415.8 264 303.6 277.2 6 600 7 590 6 930
2015 Februari 1 680 unit 672 504 336 8 400 33.6 1 400 unit 560 420 280 7 000 28 1 232 unit 492.8 369.6 246.4 6 160
Lampiran 9 Biaya bahan baku Biaya Bahan Baku (Rp) No.
Bahan Baku
Lapis Surabaya 1. Terigu (Kg) 2. Gula (Kg) 3. Mentega (Kg) 4. Telur (Butir) 5. Selai (Kg) Total Biaya Total Produksi Bolu Gulung 1. Terigu (Kg) 2. Gula (Kg) 3. Mentega (Kg) 4. Telur (Butir) 5. Selai (Kg) Total Biaya Total Produksi Lapis Legit 1. Terigu (Kg) 2. Gula (Kg) 3. Mentega (Kg) 4. Telur (Butir) Total Biaya Total Produksi Sumber : Data Diolah
Oktober Harga (Rp) Biaya (Rp) per Satuan
6 920 9 100 12 300 1 230 60 000
7 971 840 7 862 400 7 084 800 17 712 000 3 456 000 44 087 040
2 880 unit 6 920 9 100 12 300 1 230 60 000
2 112 unit
6 920 8 700 12 300 1 100 60 000
4 982 400 4 698 000 4 428 000 9 900 000 2 160 000 26 168 400
1 800 unit 6 643 200 6 552 000 5 904 000 14 760 000 2 880 000 36 739 200
2 400 unit 6 920 9 100 12 300 1 230
2014 November Harga (Rp) Biaya (Rp) per Satuan
6 920 8 700 12 300 1 100 60 000
6 920 8 700 12 300 1 100 1 320 unit
6 920 8 700 12 300 1 100 60 000
5 729 760 5 402 700 5 092 200 11 385 000 2 484 000 30 093 660
2 070 unit 4 152 000 3 915 000 3 690 000 8 250 000 1 800 000 21 807 000
1 500 unit 5 846 016 5 765 760 5 195 520 12 988 800 29 796 096
2015 Desember Harga (Rp) Biaya (Rp) per Satuan
6 920 8 700 12 300 1 100 60 000
6 920 8 700 12 300 1 100 1 518 unit
6 600 8 700 12 300 1 250 60 000
4 989 600 4 932 900 4 649 400 11 812 500 2 268 000 28 652 400
1 890 unit 4 774 800 4 502 250 4 243 500 9 487 500 2 070 000 25 078 050
1 725 unit 3 653 760 3 445 200 3 247 200 7 260 000 17 606 160
Januari Harga (Rp) Biaya (Rp) per Satuan
6 600 8 700 12 300 1 250 60 000
6 600 8 700 12 300 1 250 1 386 unit
6 600 9 000 12 300 1 250 60 000
4 435 200 4 536 000 4 132 800 10 500 000 2 016 000 25 620 000
1 680 unit 4 158 000 4 110 750 3 874 500 9 843 750 1 890 000 23 877 000
1 575 unit 4.201 824 3 961 980 3 734 280 8 349 000 20 247 084
Februari Harga (Rp) Biaya (Rp) per Satuan
6 600 9 000 12 300 1 250 60 000
3 696 000 3 780 000 3 444 000 8 750 000 1 680 000 21 350 000
1 400 unit 3 659 040 3 617 460 3 409 560 8 662 500 19 348 560
6 600 9 000 12 300 1 250
3 252 480 3 326 400 3 030 720 7 700 000 17 309 600
1 232 unit
27
28
Lampiran 10 Rincian biaya overhead variable
No.
Ket. Oktober
Lapis Surabaya 1. Kemasan 2. Gas 3. Listrik 4. Air Total Biaya Bolu Gulung 1. Kemasan 2. Gas 3. Listrik 4. Air Total Biaya Lapis Legit 1. Kemasan 2. Gas 3. Listrik 4. Air Total Biaya Sumber : Data Diolah
Biaya Overhead Variabel Biaya (Rp) 2014 November Desember
2015 Januari
Februari
2 880 000 2 499 000 170 595 302 180 5 851 775
1 800 000 1 617 000 164 592 196 058 3 777 650
2 070 000 1 911 000 189 391 91 566 4 261 957
1 890 000 1 788 000 172 515 278 467 4 128 982
1 680 000 1 500 000 154 962 182 997 3 517 959
2 160.000 2 058.000 139 557 100 985 4 458 542
1 350 000 1 323 000 134 666 65 520 2 873 186
1 552 500 1 617 000 154 957 74 917 3 399 374
1 417 500 1 490 000 141 148 227 836 3 276 484
1 260 000 1 350 000 126 787 149 724 2 886 511
1 900 800 1 911 000 126 690 224 410 4 162 900
1 188 000 1 176 000 122 232 145 600 2 521 832
1 366 200 1 323 000 140 649 68 000 2 897 849
1 247 400 1 341 000 128 116 206 800 2 923 316
1 108 800 1 200 000 115 080 135 893 2 559 773
Lampiran 11 Biaya overhead tetap Biaya Overhead Tetap Item Biaya (Rp) Lapis Surabaya Penyusutan Peralatan 33.333,3 Oven 3 Mixer Besar 25.000 14.583,3 Tabung Gas 3 33.333,3 Loyang 3 Gelas Plastik 555,556 Baskom 2.500 Timbangan 750 Pisau 5.000 Pengoles Selai 416,667 Sewa bangunan 825.000 Listrik dan Air Air 10.500 Listrik 1.100 Total Biaya 952.072
Biaya Overhead Tetap Item Biaya (Rp) Lapis Legit Penyusutan Peralatan Oven 33.333,33 Mixer Besar 25.000 Tabung Gas 14.583,33 Loyang 33.333,33 Gelas Plastik 555,556 Baskom 2.500 Timbangan 750 Pisau 5.000 Sewa bangunan 1 000 000 Listrik dan Air Air 21 500 Listrik 2 200 Total Biaya 1 138 756 Sumber : Data Diolah
Biaya Overhead Tetap Item Bolu Gulung Penyusutan Peralatan Oven Mixer Besar Tabung Gas Loyang Gelas Plastik Baskom Timbangan Pisau Pengoles Selai Sewa bangunan Listrik dan Air Air Listrik Total Biaya
Biaya (Rp)
33.333,33 25.000 14.583,33 33.333,33 555,556 2.500 750 5.000 416,667 675.000 10.500 1.100 802 072
Lampiran 12 Perhitungan harga pokok produksi dengan metode UKM Kue Risky Harga Pokok Produksi Bulan Oktober 2014 Bahan Baku (Rp 2 768 x 2 Terigu 880 unit) Rp7 971 840 (Rp 2 730 x 2 Gula 880 unit) Rp7 862 400 (Rp 2 460 x 2 Mentega 880 unit Rp7 084 800 (Rp 6 150 x 2 Telur 880 unit) Rp17 712 000 (Rp 1 200 x Selai 2 880 unit) Rp3 456 000 Rp44 087 040 Tenaga Kerja Rp2 000 000 Langsung Harga Pokok Produksi Rp46 087 040 Jumlah Unit yang Diproduksi 2 880 Harga Pokok Produksi per Unit Rp16 002
Lapis Surabaya Harga Pokok Produksi Bulan November 2014 Bahan Baku (Rp 2 768 x 1 Terigu 800 unit) Rp4 982 400 (Rp 2 610 x 1 Gula 800 unit) Rp4 698 000 (Rp 2 460 x 1 Mentega 800 unit) Rp4 428 000 (Rp 5 500 x 1 Telur 800 unit) Rp9 900 000 (Rp 1 200 x Selai 1 800 unit) Rp2 160 000 Rp26 168 400 Tenaga Kerja Rp2 000 000 Langsung Harga Pokok Produksi Rp28 168 400 Jumlah Unit yang Diproduksi 1 800 Harga Pokok Produksi per Unit Rp15 649
Harga Pokok Produksi Bulan Januari 2015 Bahan Baku Terigu Gula Mentega Telur Selai Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi Jumlah Unit yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
(Rp 2 640 x 1 890 unit) (Rp 2 610 x 1 890 unit) (Rp 2 460 x 1 890 unit) (Rp 6 250 x 1 890 unit) (Rp 1 200 x1 890 unit)
Harga Pokok Produksi Bulan Desember 2014 Bahan Baku (Rp 2 768 x Terigu 2 070 unit) Rp5 729 760 (Rp 2 610 x Gula 2 070 unit) Rp5 402 700 (Rp 2 460 x Mentega 2 070 unit Rp5 092 200 (Rp 5 500 x Telur 2 070 unit) Rp11 385 000 (Rp 1 200 x Selai 2 070 unit) Rp2 484 000 Rp30 093 660 Tenaga Kerja Rp2 000 000 Langsung Harga Pokok Produksi Rp32 093 660 Jumlah Unit yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
2 070
Rp15 504
Harga Pokok Produksi Bulan Februsari 2015 Bahan Baku Terigu Gula Mentega Telur Selai
Rp4 989 600 Rp4 932 900 Rp4 649 400 Rp11 812 500 Rp2 268 000 Rp28 652 400 Rp2 000 000 Rp30 652 400 1 890 Rp16 218
Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi Jumlah Unit yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
(Rp 2 640 x 1 680 unit) (Rp 2 700 x 1 680 unit) (Rp 2 460 x 1 680 unit) (Rp 6 250 x 1 680 unit) (Rp 1 200 x 1 680 unit)
Rp4 435 200 Rp4 536 000 Rp4 132 800 Rp10 500 000 Rp2 016 000 Rp25 620 000 Rp2 000 000 Rp27 620 000 1 680 Rp16 440
29 29
Bolu Gulung Harga Pokok Produksi Bulan November 2014 Bahan Baku (Rp 2 768 x 1 Terigu 500 unit) Rp4 152 000 (Rp 2 610 x 1 Gula 500 unit) Rp3 915 000 (Rp 2 460 x 1 Mentega 500 unit Rp3 690 000 (Rp 5 500 x 1 Telur 500 unit) Rp8 250 000
Harga Pokok Produksi Bulan Oktober 2014 Bahan Baku (Rp 2 768 x 2 Terigu 400 unit) Rp6 643 200 (Rp 2 730 x 2 Gula 400 unit) Rp6 552 000 (Rp 2 460 x 2 Mentega 400 unit Rp5 904 000 (Rp 6 150 x 2 Telur 400 unit) Rp14 760 000
Selai
(Rp 1 200 x 2 400 unit)
Rp2 880 000
Selai
(Rp 1 200 x 1 500 unit)
Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi Jumlah Unit yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp2 000 000 Rp38 739 200
2400
Rp16 141
Harga Pokok Produksi Bulan Desember 2014 Bahan Baku (Rp 2 768 x Terigu 1 725 unit) Rp4 774 800 (Rp 2 610 x Gula 1 725 unit) Rp4 502 250 (Rp 2 460 x Mentega 1 725 unit Rp4 243 500 (Rp 5 500 x Telur 1 725 unit) Rp9 487 500
Rp1 800 000
Rp36 739 200
Selai
(Rp 2 640 x 1 575 unit) (Rp 2 610 x 1 575 unit) (Rp 2 460 x 1 575 unit) (Rp 6 250 x 1 575 unit) (Rp 1 200 x1 575 unit)
Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi Jumlah Unit yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp2 000 000 Rp23 807 000
1500
Rp15 871
Rp2 070 000 Rp25 078 050
Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi
Rp2 000 000 Rp27 078 050
Jumlah Unit yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
1725
Rp15 697
Harga Pokok Produksi Bulan Februsari 2015 Bahan Baku Terigu Gula Mentega Telur Selai
Rp4 158 000 Rp4 110 750 Rp3 874 500 Rp9 843 750 Rp1 890 000 Rp23 877 000
Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi Jumlah Unit yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
(Rp 1 200 x 1 725 unit)
Rp21 807 000
Harga Pokok Produksi Bulan Januari 2015 Bahan Baku Terigu Gula Mentega Telur Selai
30
Lanjutan lampiran 12 Perhitungan harga pokok produksi dengan metode UKM Kue Risky
Rp2 000 000 Rp25 877 000 1575 Rp16 430
(Rp 2 640 x 1 400 unit) (Rp 2 700 x 1 400 unit) (Rp 2 460 x 1 400 unit) (Rp 6 250 x 1 400 unit) (Rp 1 200 x1 400 unit)
Rp3 696 000 Rp3 780 000 Rp3 444 000 Rp8 750 000 Rp1 680 000 Rp2 .350 000
Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi Jumlah Unit yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp2 000 000 Rp23 350 000 1400 Rp16 679
Lanjutan lampiran 12 Perhitungan harga pokok produksi dengan metode UKM Kue Risky Harga Pokok Produksi Bulan Oktober 2014 Bahan Baku Terigu Gula Mentega Telur
(Rp 2 768 x 2 112 unit) (Rp 2 730 x 2 112 unit) (Rp 2 460 x 2 112 unit) (Rp 6 150 x 2 112 unit)
Rp5 846 016 Rp5 765 760 Rp5 195 520 Rp12 988 800 Rp29 796 096
Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi Jumlah Unit yang Diproduksi
Lapis Legit Harga Pokok Produksi Bulan November 2014 Bahan Baku (Rp 2 768 x 1 Terigu 320 unit) Rp3 653 760 (Rp 2 610 x 1 Gula 320 unit) Rp3 445 200 (Rp 2 460 x 1 Mentega 320 unit Rp3 247 200 (Rp 5 500 x 1 Telur 320 unit) Rp7 260 000 Rp17 606 160
Rp2 000 000
Tenaga Kerja Langsung
Rp2 000 000
Rp31 796 096
Harga Pokok Produksi
Rp19 606 160
2112
Harga Pokok Produksi per Unit
Rp15 055
Jumlah Unit yang Diproduksi
1320
Harga Pokok Produksi per Unit
Rp14 853
Harga Pokok Produksi Bulan Januari 2015 Bahan Baku Terigu Gula Mentega Telur
(Rp 2 640 x 1 386 unit) (Rp 2 610 x 1 386 unit) (Rp 2 460 x 1 386 unit) (Rp 6 250 x 1 386 unit)
Jumlah Unit yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit Sumber : Data Diolah
Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi Jumlah Unit yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp2 000 000
Rp22 247 084
1518
Rp14 656
Harga Pokok Produksi Bulan Februsari 2015 Bahan Baku Terigu Gula Mentega Telur
Rp3 659 040 Rp3 617 460 Rp3 409 560 Rp8 662 500 Rp19 348 560
Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi
Harga Pokok Produksi Bulan Desember 2014 Bahan Baku (Rp 2 768 x 1 Terigu 518 unit) Rp4 201 824 (Rp 2 610 x 1 Gula 518 unit) Rp3 961 980 (Rp 2 460 x 1 Mentega 518 unit) Rp3 734 280 (Rp 5 500 x 1 Telur 518 unit) Rp8 349 000 Rp20 247 084
Rp2 000 000 Rp21 348 560 1386 Rp15 403
(Rp 2 640 x 1 232 unit) (Rp 2 700 x 1 232 unit) (Rp 2 460 x 1 232 unit) (Rp 6 250 x 1 232 unit)
Rp3 252 480 Rp3 326 400 Rp3 030 720 Rp7 700 000 Rp17 309 600
Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi Jumlah Unit yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp2 000 000 Rp19 309 600 1232 Rp15 673
31 31
32
Lampiran 13 Harga pokok penjualan dan laba rugi dengan metode UKM Harga Pokok Penjualan Bulan Oktober 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp46 087 040 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp46 087 040 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp46 087 040
Lapis Surabaya Harga Pokok Penjualan Bulan November 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi harga pokok barang yang tersedia untuk dijual persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Laba Rugi Bulan Oktober 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport Laba Operasi
Rp28 168 400 Rp28 168 400
Laba Rugi Bulan November 2014 Rp92 160 000 Rp46 087 040 Rp46 072 960
Rp2 170 000 Rp100 000 Rp75 000 Rp2 345 000 Rp43 727 960
Harga Pokok Penjualan Bulan Januari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp30 652 400 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp30 652 400 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport
Rp30 652 400
Laba Operasi Sumber : Data Diolah
Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport
Rp2 100 000 Rp100 000 Rp60 000 Rp2 260 000 Rp27 171 600
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Februari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp27 620 000 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp27 620 000 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Rp2 170 000 Rp100 000 Rp75 000 Rp2 345 000 Rp27 482 600
Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport Laba Operasi
Rp66 240 000 Rp32 093 660 Rp34 146 340 Rp2 170 000 Rp100 000 Rp75 000 Rp2 345 000 Rp31 801 340
Laba Operasi
Rp27 620 000
Laba Rugi Bulan Februari 2015 Rp60 480 000 Rp30 652 400 Rp29 827 600
Rp32 093 660
Laba Rugi Bulan Desember 2014 Rp57 600 000 Rp28 168 400 Rp29 431 600
Laba Rugi Bulan Januari 2015 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport
Harga Pokok Penjualan Bulan Desember 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp32 093 660 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp32 093 660 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Rp28 168 400
Rp53 760 000 Rp27 620 000 Rp26 140 000 Rp1 960 000 Rp100 000 Rp75 000 Rp2 135 000 Rp24 005 000
Lanjutan lampiran 13 Harga pokok penjualan dan laba rugi dengan metode UKM Bolu Gulung Harga Pokok Penjualan BulanNovember 2014
Harga Pokok Penjualan Bulan Oktober 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi harga pokok barang yang tersedia untuk dijual persediaan akhir barang jadi
-
persediaan awal barang jadi
Rp38 739 200
harga pokok produksi harga pokok barang yang tersedia untuk dijual
Rp38 739 200 -
Harga Pokok Penjualan
persediaan akhir barang jadi Rp38 739 200
Harga Pokok Penjualan
Pendapatan
Rp50 400 000
Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport
Rp22 807 000
-
persediaan akhir barang jadi
Rp31 500 000
Pendapatan
Rp38 739 200
Harga Pokok Penjualan
Rp22 807 000
Harga Pokok Penjualan
Rp11 660 800
Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport
Rp8 693 000
Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport
Laba Rugi Bulan November 2014
Harga Pokok Penjualan Bulan Januari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp25 877 000 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp25 877 000 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Rp2 260 000 Rp6 433 000
Rp25 877 000
Rp36 252 000 Rp27 078 050 Rp9 173 950 Rp2 170 000 Rp100 000 Rp75 000 Rp2 345 000 Rp6 828 950
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Februari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp22 350 000 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp22 350 000 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Laba Rugi Bulan Januari 2015
-
Laba Rugi Bulan Desember 2014
Rp2 100 000 Rp100 000 Rp60 000
Laba Operasi
Rp27 078 050 Rp27 078 050
Rp27 078 050
Pendapatan
Rp2 345 000 Rp9.315 800
Laba Operasi
harga pokok produksi harga pokok barang yang tersedia untuk dijual
Rp22 807 000
Harga Pokok Penjualan
Rp2 170 000 Rp100 000 Rp75 000
Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport
persediaan awal barang jadi
Rp22 807 000
Laba Rugi Bulan Oktober 2014
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Desember 2014
-
Rp22 350 000
Laba Rugi Bulan Februari 2015 Rp33 075 000 Rp25 877 000 Rp7 198 000
Rp2 170 000 Rp100 000 Rp75 000 Rp2 345 000 Rp4 853 000
Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport Laba Operasi
Rp29 400 000 Rp22 350 000 Rp7 050 000 Rp1 960 000 Rp100 000 Rp75 000 Rp2 135 000 Rp4 915 000
33 33
34
Lanjutan lampiran 13 Harga pokok penjualan dan laba rugi dengan metode UKM Lapis Legit Harga Pokok Penjualan Bulan Oktober 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp31 796 096 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp31 796 096 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan Bulan November 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi
Rp31 796 096
harga pokok barang yang tersedia untuk dijual persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Laba Rugi Bulan Oktober 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport
Rp19 606 160
persediaan awal barang jadi harga pokok produksi
Rp19 606 160 Rp19 606 160
Rp2 170 000 Rp100 000 Rp120 000 Rp2 390 000 Rp14 389 904
Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport
Rp2 100 000 Rp100 000 Rp120 000 Rp2 320 000 Rp8 433 840
Rp21 348 560
Laba Operasi Sumber : Data Diolah
Rp22 247 084 Rp22 247 084
Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport
Rp34 914 000 Rp22 247 084 Rp12 666 916 Rp2 170 000 Rp100 000 Rp120 000 Rp2 390 000 Rp10 276 916
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Februari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp19 309 600 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp19 309 600 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Laba Rugi Bulan Januari 2015
Rp19 309 600
Laba Rugi Bulan Februari 2015 Rp31 878 000 Rp21 348 560 Rp10 529 440
Rp2 170 000 Rp100 000 Rp120 000 Rp2 390 000 Rp8 139 440
Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport Laba Operasi
Rp22 247 084
Laba Rugi Bulan Desember 2014 Rp30 360 000 Rp19 606 160 Rp10 753 840
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Januari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp21 348 560 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp21 348 560 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport
harga pokok barang yang tersedia untuk dijual persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Laba Rugi Bulan November 2014 Rp48 576 000 Rp31 796 096 Rp16 779 904
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Desember 2014
Rp28 336 000 Rp19 309 600 Rp9 026 400 Rp1 960 000 Rp100 000 Rp90 000 Rp2 150 000 Rp6 876 400
Lampiran 14 Harga pokok produksi dengan metode variable costing Lapis Surabaya Harga Pokok Produksi Bulan Oktober 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Pembelian Bahan Baku yang Tersedia Persediaan Akhir Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Gas
Rp2.659.460 Rp44.118.100 Rp46.777.560 Rp2.690.520
Listrik Air Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp44.087.040 Rp2.000.000
Rp2.880.000 Rp2.499.000 Rp170.595 Rp302.180 Rp5.851.775 Rp51.938.815 2880 Rp18.034
Harga Pokok Produksi Bulan November 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp2.616.620 Pembelian Rp24.054.000 Bahan Baku yang Tersedia Rp26.670.620 Persediaan Akhir Rp502.220 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp1.800.000 Gas Rp1.617.000 Listrik Air Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Harga Pokok Produksi Bulan Januari 2015 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp749.700 Pembelian Rp28.627.500 Bahan Baku yang Tersedia Rp29.377.200 Persediaan Akhir Rp724.800 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp1.890.000 Gas Rp1.788.000 Listrik Rp172.515 Air Rp278.467 Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp28.652.400 Rp2.000.000
Rp4.128.982 Rp34.781.382 1890 Rp18.403
Rp26.168.400 Rp2.000.000
Rp164.592 Rp196.058 Rp3.777.650 Rp31.946.050 1800 Rp17.748
Harga Pokok Produksi Bulan Desember 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp502.220 Pembelian Rp30.330.500 Bahan Baku yang Tersedia Rp30.832.720 Persediaan Akhir Rp739.060 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp2.070.000 Gas Rp1.911.000 Listrik Air Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Harga Pokok Produksi Bulan Oktober 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp730.500 Pembelian Rp25.563.000 Bahan Baku yang Tersedia Rp26.293.500 Persediaan Akhir Rp673.500 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp1.680.000 Gas Rp1.500.000 Listrik Rp154.962 Air Rp182.997 Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp30.093.660 Rp2.000.000
Rp189.391 Rp91.566 Rp4.261.957 Rp36.355.617 2070 Rp17.563
Rp25.620.000 Rp2.000.000
Rp3.517.959 Rp31.137.959 1680 Rp18.534
35 35
Harga Pokok Produksi Bulan Oktober 2014 Bahan Baku Langsung
36
Lanjutan lampiran 14 Harga pokok produksi dengan metode variable costing Bolu Gulung Harga Pokok Produksi Bulan November 2014 Bahan Baku Langsung
Harga Pokok Produksi Bulan Desember 2014 Bahan Baku Langsung
Persediaan Awal Pembelian
Rp1.935.800 Rp37.040.000
Persediaan Awal Pembelian
Rp2.168.350 Rp20.471.000
Persediaan Awal Pembelian
Rp832.350 Rp25.237.500
Bahan Baku yang Tersedia Persediaan Akhir
Rp38.975.800 Rp2.236.600
Bahan Baku yang Tersedia Persediaan Akhir
Rp22.639.350 Rp832.350
Bahan Baku yang Tersedia Persediaan Akhir Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Gas Listrik Air Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp26.069.850 Rp991.800
Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp2.160.000 Gas Rp2.058.000 Listrik Rp139.557 Air Rp100.985 Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp36.739.200 Rp2.000.000
Rp4.458.542 Rp43.197.742 2400 Rp17.999
Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp1.350.000 Gas Rp1.323.000 Listrik Rp134.666 Air Rp65.520 Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Harga Pokok Produksi Bulan Januari 2015 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp1.014.000 Pembelian Rp23.365.500 Bahan Baku yang Tersedia Rp24.379.500 Persediaan Akhir Rp502.500 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp1.417.500 Gas Rp1.490.000 Listrik Rp141.148 Air Rp227.836 Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp23.877.000 Rp2.000.000
Rp3.276.484 Rp29.153.484 1575 Rp18.510
Rp21.807.000 Rp2.000.000
Rp2.873.186 Rp26.680.186 1500 Rp17.787
Harga Pokok Produksi Bulan Februari 2015 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp504.750 Pembelian Rp21.505.500 Bahan Baku yang Tersedia Rp22.010.250 Persediaan Akhir Rp660.250 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Rp21.350.000 Tenaga Kerja Langsung Rp2.000.000 Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp1.260.000 Gas Rp1.350.000 Listrik Rp126.787 Air Rp149.724 Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp2.886.511 Rp26.236.511 1400 Rp18.740
Rp25.078.050 Rp2.000.000
Rp1.552.500 Rp1.617.000 Rp154.957 Rp74.917 Rp3.399.374 Rp30.477.424 1725 Rp17.668
Lanjutan lampiran 14 Harga pokok produksi dengan metode variable costing Lapis Legit Harga Pokok Produksi Bulan Oktober 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp674.004 Pembelian Rp29.778.800 Bahan Baku yang Tersedia Rp30.452.804 Persediaan Akhir Rp656.708 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp1.900.800 Gas Rp1.911.000 Listrik Air Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp29.796.096 Rp2.000.000
Rp126.690 Rp224.410 Rp4.162.900 Rp35.958.996 2112 Rp17.026
Harga Pokok Produksi Bulan November 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp622.088 Pembelian Rp17.550.500 Bahan Baku yang Tersedia Rp18.172.588 Persediaan Akhir Rp566.428 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp1.188.000 Gas Rp1.176.000 Listrik Air Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Harga Pokok Produksi Bulan Januari 2015 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp721.980 Pembelian Rp19.131.000 Bahan Baku yang Tersedia Rp19.852.980 Persediaan Akhir Rp504.420 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp1.247.400 Gas Rp1.341.000 Listrik Rp128.116 Air Rp206.800
Rp2.923.316 Rp24.271.876 1386 Rp17.512
Rp122.232 Rp145.600 Rp2.631.832 Rp22.237.992 1320 Rp16.847
Listrik Air Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp20.247.084 Rp2.000.000
Rp140.649 Rp68.000 Rp2.897.849 Rp25.144.933 1518 Rp16.565
Harga Pokok Produksi Bulan Februari 2015 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp510.600 Pembelian Rp17.386.500 Bahan Baku yang Tersedia Rp17.897.100 Persediaan Akhir Rp587.500 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Rp17.309.600 Tenaga Kerja Langsung Rp2.000.000 Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp1.108.800 Gas Rp1.200.000 Listrik Rp115.080 Air Rp135.893 Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp2.559.773 Rp21.869.373 1232 Rp17.751
37 37
Total Overhead Manufaktur Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit Sumber : Data Diolah
Rp19.348.560 Rp2.000.000
Rp17.606.160 Rp2.000.000
Harga Pokok Produksi Bulan Desember 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp566.428 Pembelian Rp20.389.500 Bahan Baku yang Tersedia Rp20.955.928 Persediaan Akhir Rp708.844 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp1.366.200 Gas Rp1.323.000
38
Lanjutan lampiran 14 Harga pokok produksi dengan metode full costing Lapis Surabaya Harga Pokok Produksi Bulan Oktober 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp 2.659.460 Pembelian Rp 44.118.100 Bahan Baku yang Tersedia Rp 46.777.560 Persediaan Akhir Rp 2.690.520 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp 2.880.000 Gas Rp 2.499.000 Listrik Rp 170.595 Air Rp 302.180 Total Overhead Variabel Overhead Tetap Penyusutan peralatan Rp 115.472 Sewa bangunan Rp 825.000 Listrik Rp 1.100 Air Rp 8.250 Total overhead tetap Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi Harga Pokok Produksi per Unit
Rp 44.087.040 Rp 2.000.000
Rp
5.851.775
Rp 949.822 Rp 52.888.637 2880 Rp 18.364
Harga Pokok Produksi Bulan November 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp 2.616.620 Pembelian Rp 24.054.000 Bahan Baku yang Tersedia Rp 26.670.620 Persediaan Akhir Rp 502.220 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp 1.800.000 Gas Rp 1.617.000 Listrik Rp 164.592 Air Rp 196.058 Total Overhead Variabel Overhead Tetap Penyusutan peralatan Rp 115.472 Sewa bangunan Rp 825.000 Listrik Rp 1.100 Air Rp 10.750
Rp 26.168.400 Rp 2.000.000
Rp
3.777.650
Harga Pokok Produksi Bulan Desember 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp 502.220 Pembelian Rp 30.330.500 Bahan Baku yang Tersedia Rp 30.832.720 Persediaan Akhir Rp 739.060 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Tenaga Kerja Langsung Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp 2.070.000 Gas Rp 1.911.000 Listrik Rp 189.391 Air Rp 91.566 Total Overhead Variabel Overhead Tetap Penyusutan peralatan Rp 115.472 Sewa bangunan Rp 825.000 Listrik Rp 1.100 Air Rp 10.750
Rp 30.093.660 Rp 2.000.000
Rp
4.261.957
Total overhead tetap Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi
Rp 952.322 Rp 32.898.372 1800
Total overhead tetap Harga Pokok Produksi Jumlah yang Diproduksi
Rp 952.322 Rp 37.307.939 2070
Harga Pokok Produksi per Unit
Rp
Harga Pokok Produksi per Unit
Rp
18.277
18.023
Lanjutan lampiran 14 Harga pokok produksi dengan metode full costing Harga Pokok Produksi Bulan Oktober 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp 1.935.800 Rp 37.040.000 Pembelian Bahan Baku yang Tersedia Rp 38.975.800 Persediaan Akhir Rp 2.236.600 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Rp 36.739.200 Tenaga Kerja Langsung Rp 2.000.000 Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp 2.160.000 Gas Rp 2.058.000 Listrik Rp 139.557 Air Rp 100.985 Total Overhead Variabel Rp 4.458.542 Overhead Tetap Penyusutan peralatan Rp 115.472 Sewa bangunan Rp 675.000 Listrik Rp 1.100 Rp 8.250 Air Total overhead tetap Rp 799.822 Harga Pokok Produksi Rp43.997.564 Jumlah yang Diproduksi 2400 Harga Pokok Produksi per Unit Rp 18.332
Bolu Gulung Harga Pokok Produksi Bulan November 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp 2.168.350 Rp 20.471.000 Pembelian Bahan Baku yang Tersedia Rp 22.639.350 Persediaan Akhir Rp 832.350 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Rp 21.807.000 Tenaga Kerja Langsung Rp 2.000.000 Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp 1.350.000 Gas Rp 1.323.000 Listrik Rp 134.666 Air Rp 65.520 Total Overhead Variabel Rp 2.873.186 Overhead Tetap Penyusutan peralatan Rp 115.472 Sewa bangunan Rp 675.000 Listrik Rp 1.100 Air Rp 10.750 Total overhead tetap Rp 802.322 Harga Pokok Produksi Rp27.482.508 Jumlah yang Diproduksi 1500 Harga Pokok Produksi per Unit Rp 18.322
Harga Pokok Produksi Bulan Desember 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp 832.350 Pembelian Rp 25.237.500 Bahan Baku yang Tersedia Rp 26.069.850 Persediaan Akhir Rp 991.800 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Rp 25.078.050 Tenaga Kerja Langsung Rp 2.000.000 Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp 1.552.500 Gas Rp 1.617.000 Listrik Rp 154.957 Air Rp 74.917 Total Overhead Variabel Rp 3.399.374 Overhead Tetap Penyusutan peralatan Rp 115.472 Sewa bangunan Rp 675.000 Listrik Rp 1.100 Air Rp 10.750 Total overhead tetap Rp 802.322 Harga Pokok Produksi Rp31.279.746 Jumlah yang Diproduksi 1725 Harga Pokok Produksi per Unit Rp 18.133
39 39
40
Lanjutan lampiran 14 Harga pokok produksi dengan metode full costing Harga Pokok Produksi Bulan Oktober 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp 674.004 Pembelian Rp 29.778.800 Bahan Baku yang Tersedia Rp 30.452.804 Persediaan Akhir Rp 656.708 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Rp 29.796.096 Tenaga Kerja Langsung Rp 2.000.000 Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp 1.900.800 Gas Rp 1.911.000 Listrik Rp 126.690 Air Rp 224.410 Total Overhead Variabel Rp 4.162.900 Overhead Tetap Penyusutan peralatan Rp 115.056 Sewa bangunan Rp 1.000.000 Listrik Rp 2.200 Air Rp 16.500 Total overhead tetap Rp 1.133.756 Harga Pokok Produksi Rp 37.092.752 Jumlah yang Diproduksi 2112 Harga Pokok Produksi per Unit Rp 17.563
Lapis Legit Harga Pokok Produksi Bulan November 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp 622.088 Pembelian Rp 17.550.500 Bahan Baku yang Tersedia Rp 18.172.588 Persediaan Akhir Rp 566.428 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Rp 17.606.160 Tenaga Kerja Langsung Rp 2.000.000 Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp 1.188.000 Gas Rp 1.176.000 Listrik Rp 122.232 Air Rp 145.600 Total Overhead Variabel Rp 2.631.832 Overhead Tetap Penyusutan peralatan Rp 115.056 Sewa bangunan Rp 1.000.000 Listrik Rp 2.200 Air Rp 21.500 Total overhead tetap Rp 1.138.756 Harga Pokok Produksi Rp 23.376.748 Jumlah yang Diproduksi 1320 Harga Pokok Produksi per Unit Rp 17.710
Harga Pokok Produksi Bulan Desember 2014 Bahan Baku Langsung Persediaan Awal Rp 566.428 Pembelian Rp 20.389.500 Bahan Baku yang Tersedia Rp 20.955.928 Persediaan Akhir Rp 708.844 Bahan Baku Langsung yang Terpakai Rp 20.247.084 Tenaga Kerja Langsung Rp 2.000.000 Overhead Manufaktur: Overhead Variabel Kemasan Rp 1.366.200 Gas Rp 1.323.000 Listrik Rp 140.649 Air Rp 68.000 Total Overhead Variabel Rp 2.897.849 Overhead Tetap Penyusutan peralatan Rp 115.056 Sewa bangunan Rp 1.000.000 Listrik Rp 2.200 Air Rp 21.500 Total overhead tetap Rp 1.138.756 Harga Pokok Produksi Rp 26.283.689 Jumlah yang Diproduksi 1518 Harga Pokok Produksi per Unit Rp 17.315
Lampiran 15 Laba rugi dengan metode variable costing Harga Pokok Penjualan Bulan Oktober 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp51 938 815 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp51 938 815 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp51 938 815
Lapis Surabaya Harga Pokok Penjualan Bulan November 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp31 946 050 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp31 946 050 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp31 946 050
Harga Pokok Penjualan Bulan Desember 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp36 355 617 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp36 355 617 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp36 355 617
Laba Rugi Bulan Oktober 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2 170 000 Biaya Telepon Rp100 000 Biaya Transport Rp150 000
Laba Rugi Bulan November 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2 100 000 Biaya Telepon Rp100 000 Biaya Transport Rp120 000
Laba Rugi Bulan Desember 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2 170 000 Biaya Telepon Rp100 000 Biaya Transport Rp150 000
Rp92 160 000 Rp51 938 815 Rp40 221 185
Rp2 420 000 Rp37 801 185
Laba Operasi
Rp34 781 382
Laba Rugi Bulan Januari 2015 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport Laba Operasi
Rp2 320 000 Rp23 333 950
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Januari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp34 781 382 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp34 781 382 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Rp60 480 000 Rp34 781 382 Rp25 698 618 Rp2 170 000 Rp100 000 Rp150 000 Rp2 420 000 Rp23 278 618
Rp57 600 000 Rp31 946 050 Rp25 653 950
Rp66 240 000 Rp36 355 617 Rp29 884 383
Rp2 420 000 Rp27 464 383
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Februari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp31 137 959 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp31 137 959 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp31 137 959 Laba Rugi Bulan Februari 2015 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp1 960 000 Biaya Telepon Rp100 000 Biaya Transport Rp150 000 Laba Operasi
Rp53 760 000 Rp31 137 959 Rp22 622 041
Rp2 210 000 Rp20 412 041
41 41
42
Lanjutan lampiran 15 Laba rugi dengan metode variable costing Harga Pokok Penjualan Bulan Oktober 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp43 197 742 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp43 197 742 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp43 197 742
Bolu Gulung Harga Pokok Penjualan Bulan November 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp26 680 186 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp26 680 186 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp26 680 186
harga pokok barang yang tersedia untuk dijual persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Laba Rugi Bulan Oktober 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2 170 000 Biaya Telepon Rp100 000 Biaya Transport Rp150 000
Laba Rugi Bulan November 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2 100 000 Biaya Telepon Rp100 000 Biaya Transport Rp120 000
Laba Rugi Bulan Desember 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2 170 000 Biaya Telepon Rp100 000 Biaya Transport Rp150 000
Rp50 400 000 Rp43 197 742 Rp7 202 258
Rp2 420 000 Rp4 782 258
Laba Operasi
Rp31 500 000 Rp26 680 186 Rp4 819 814
Rp2 320 000 Rp2 499 814
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Desember 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp30 477 424
Harga Pokok Penjualan Bulan Februari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp26 236 511 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp26 236 511 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp26 236 511
Laba Rugi Bulan Januari 2015 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2 170 000 Biaya Telepon Rp100 000 Biaya Transport Rp150 000
Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport
Laba Operasi
Laba Rugi Bulan Februari 2015
Rp2 420 000 Rp1 501 516
Laba Operasi
Rp30 477 424
Rp36 225 000 Rp30 477 424 Rp5 747 576
Rp2 420 000 Rp3 327 576
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Januari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp29 153 484 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp29 153 484 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp29 153 484
Rp33 075 000 Rp29 153 484 Rp3 921 516
Rp30 477 424
Rp29 400 000 Rp26 236 511 Rp3 163 489 Rp1 960 000 Rp100 000 Rp150 000 Rp2 210 000 Rp953 489
Lanjutan lampiran 15 Laba rugi dengan metode variable costing Lapis Legit Harga Pokok Penjualan Bulan November 2014 persediaan awal barang jadi -
Harga Pokok Penjualan Bulan Oktober 2014 persediaan awal barang jadi Rp35 958 harga pokok produksi 996 harga pokok barang yang Rp35 958 tersedia untuk dijual 996 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp35 958 996
harga pokok produksi harga pokok barang yang tersedia untuk dijual persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Laba Rugi Bulan Oktober 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2 170 000 Biaya Telepon Rp100 000 Biaya Transport Rp120 000
Laba Rugi Bulan November 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp1 960 000 Biaya Telepon Rp100 000 Biaya Transport Rp120 000
Rp48 576 000 Rp35 958 996 Rp12 617 004
Rp2 390 000 Rp10 227 004
Laba Operasi
Rp22 127 992 Rp22 127 992 Rp22 127 992
Rp30 360 000 Rp22 127 992 Rp8 232 008
Rp2 180 000 Rp6 052 008
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Desember 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi harga pokok barang yang tersedia untuk dijual persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Rp25 134 933 -
Laba Rugi Bulan Desember 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2 170 000 Biaya Telepon Rp100 000 Biaya Transport Rp120 000
Harga Pokok Penjualan Bulan Februari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp21 869 373 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp21 869 373 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Laba Rugi Bulan Januari 2015 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2 170 000 Biaya Telepon Rp100 000 Biaya Transport Rp120 000
Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport
Rp25 134 933
Rp34 914 000 Rp25 134 933 Rp9 779 067
Rp2 390 000 Rp7 389 067
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Januari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp24 271 876 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp24 271 876 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp24 271 876
Laba Operasi Sumber : Data Diolah
Rp25 134 933
Rp21 869 373
Laba Rugi Bulan Februari 2015 Rp31 878 000 Rp24.271.876 Rp7 606 124
Rp2 390 000 Rp5 216 124
Laba Operasi
Rp28 336 000 Rp21 869 373 Rp6 466 627 Rp1 960 000 Rp100 000 Rp90 000 Rp2 150 000 Rp4 316 627
43 43
44
Lanjutan lampiran 15 Laba rugi dengan metode full costing Harga Pokok Penjualan Bulan Oktober 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp52.888.637 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp52.888.637 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp52.888.637
Lapis Surabaya Harga Pokok Penjualan Bulan November 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp32.898.372 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp32.898.372 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp32.898.372
Harga Pokok Penjualan Bulan Desember 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp37.307.939 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp37.307.939 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp37.307.939
Laba Rugi Bulan Oktober 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2.170.000 Biaya Telepon Rp100.000 Biaya Transport Rp150.000
Laba Rugi Bulan November 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2.100.000 Biaya Telepon Rp100.000 Biaya Transport Rp120.000
Laba Rugi Bulan Desember 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2.170.000 Biaya Telepon Rp100.000 Biaya Transport Rp150.000
Rp92.160.000 Rp52.888.637 Rp39.271.363
Rp2.420.000 Rp36.851.363
Laba Operasi
Rp2.320.000 Rp22.381.628
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Januari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp35.733.704 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp35.733.704 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan
Rp35.733.704
Laba Rugi Bulan Januari 2015 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport Laba Operasi
Rp57.600.000 Rp32.898.372 Rp24.701.628
Rp60.480.000 Rp35.733.704 Rp24.746.296 Rp2.170.000 Rp100.000 Rp150.000 Rp2.420.000 Rp22.326.296
Rp2.420.000 Rp26.512.061
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Februari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp32.090.281 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp32.090.281 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp32.090.281 Laba Rugi Bulan Februari 2015 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp1.960.000 Biaya Telepon Rp100.000 Biaya Transport Rp150.000 Laba Operasi
Rp66.240.000 Rp37.307.939 Rp28.932.061
Rp53.760.000 Rp32.090.281 Rp21.669.719
Rp2.210.000 Rp19.459.719
Lanjutan lampiran 15 Laba rugi dengan metode full costing
Harga Pokok Penjualan Bulan Oktober 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp43.997.564 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp43.997.564 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp43.997.564
Bolu Gulung Harga Pokok Penjualan Bulan November 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp27.482.508 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp27.482.508 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp27.482.508
Harga Pokok Penjualan Bulan Desember 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp31.279.746 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp31.279.746 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp31.279.746
Laba Rugi Bulan Oktober 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2.170.000 Biaya Telepon Rp100.000 Biaya Transport Rp150.000
Laba Rugi Bulan November 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2.100.000 Biaya Telepon Rp100.000 Biaya Transport Rp120.000
Laba Rugi Bulan Desember 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2.170.000 Biaya Telepon Rp100.000 Biaya Transport Rp150.000
Rp50.400.000 Rp43.997.564 Rp6.402.436
Rp2.420.000 Rp3.982.436
Laba Operasi
Rp31.500.000 Rp27.482.508 Rp4.017.492
Rp2.320.000 Rp1.697.492
Laba Operasi
Rp2.420.000 Rp2.525.254
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Januari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp29.955.806 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp29.955.806 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp29.955.806
Harga Pokok Penjualan Bulan Februari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp27.038.833 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp27.038.833 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp27.038.833
Laba Rugi Bulan Januari 2015 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2.170.000 Biaya Telepon Rp100.000 Biaya Transport Rp150.000
Laba Rugi Bulan Februari 2015 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp980.000 Biaya Telepon Rp100.000 Biaya Transport Rp150.000
Laba Operasi
Rp33.075.000 Rp29.955.806 Rp3.119.194
Rp2.420.000 Rp699.194
Laba Operasi
Rp36.225.000 Rp31.279.746 Rp4.945.254
Rp29.400.000 Rp27.038.833 Rp2.361.167
Rp1.230.000 Rp1.131.167
45 45
46
Lanjutan lampiran 15 Laba rugi dengan metode full costing Harga Pokok Penjualan Bulan Oktober 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp37.092.752 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp37.092.752 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp37.092.752
Lapis Legit Harga Pokok Penjualan Bulan November 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp23.266.748 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp23.266.748 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp23.266.748
Harga Pokok Penjualan Bulan Desember 2014 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp26.273.689 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp26.273.689 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp26.273.689
Laba Rugi Bulan Oktober 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2.170.000 Biaya Telepon Rp100.000 Biaya Transport Rp120.000
Laba Rugi Bulan November 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2.100.000 Biaya Telepon Rp100.000 Biaya Transport Rp120.000
Laba Rugi Bulan Desember 2014 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp2.170.000 Biaya Telepon Rp100.000 Biaya Transport Rp120.000
Rp48.576.000 Rp37.092.752 Rp11.483.248
Rp2.390.000 Rp9.093.248
Laba Operasi
Laba Rugi Bulan Januari 2015 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Biaya Telepon Biaya Transport Laba Operasi Sumber : Data Diolah
Rp2.320.000 Rp4.773.252
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Januari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp25.410.632 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp25.410.632 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp25.410.632
Rp31.878.000 Rp25.410.632 Rp6.467.368 Rp2.170.000 Rp100.000 Rp120.000 Rp2.390.000 Rp4.077.368
Rp30.360.000 Rp23.266.748 Rp7.093.252
Rp2.390.000 Rp6.250.311
Laba Operasi
Harga Pokok Penjualan Bulan Februari 2015 persediaan awal barang jadi harga pokok produksi Rp23.008.129 harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp23.008.129 persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Rp23.008.129 Laba Rugi Bulan Februari 2015 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Margin kontribusi Beban-beban Biaya Makan Rp1.960.000 Biaya Telepon Rp100.000 Biaya Transport Rp90.000 Laba Operasi
Rp34.914.000 Rp26.273.689 Rp8.640.311
Rp28.336.000 Rp23.008.129 Rp5.327.871
Rp2.150.000 Rp3.177.871
47
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 1993 sebagai anak sulung dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Jajat Sudrajat dan Ibu Eny Suhaeni. Penulis pernah mengenyam pendidikan di TK Tunas Pertiwi (1998-1999), SDIT PB Soedirman (1999-2001), SD N Sukatani 3 (2001-2005), SMP N 7 Depok (2005-2008), dan lulus dari SMA N 98 Jakarta pada tahun 2011, kemudian melanjutkan studi di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Tulis. Selain kegiatan akademik, penulis pernah mengikuti kegiatan Klub Asrama Megaenterpreneur pada tahun 2011, anggota Indonesia Youth Act Bogor pada tahun 2012, dan anggota divisi EO Earth Hour Bogor tahun 2014, serta terlibat pada beberapa kegiatan kampus dengan ikut serta dalam kepanitiaan seperti anggota divisi Medis MPD Manajemen Angkatan 49 dan BPH (sekretaris II) The 6th Politik Ceria tahun 2013.