Edisi XVIII Mei - Juli 2014 E-mail:
[email protected] Iklan dan Pemasaran: Kantor Linfokom UMK HOTLINE: 0291-438229 EXT. 158
Diamond Cluster untuk Pengembangan UMKM
Perguruan Tinggi Harus Memberi Solusi Info Utama, 3
Jendela, 8
Suparnyo Rektor Baru UMK
D
r. Suparnyo, SH. MS. resmi menjabat sebagai Rektor Antar Waktu Universitas Muria Kudus (UMK) periode Tahun 2012-2016. Pelantikan digelar di Auditorium kampus, Kamis (24/7/2014). Wakil Rektor I UMK itu ditunjuk oleh Pengurus Yayasan Pembina (YP) UMK, setelah sebelumnya diusulkan Senat Universitas, untuk melanjutkan kepemimpinan Prof. Dr. dr. Sarjadi Sp. PA. yang berhalangan tetap karena meninggal dunia pada 19 Mei lalu. Pelantikan Suparnyo sangat semarak dan mendapatkan sambutan positif sivitas akademika, instansi pemerintahan, Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah, asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (PTS), perusahaan, dan organisasi sosial kema-
syarakatan di Kudus dan sekitarnya. Terbukti, selain dihadiri tak kurang dari 400 undangan, puluhan karangan bunga dikirim dari berbagai instansi, berisi ucapan selamat atas pelantikan mantan Dekan Fakultas Hukum UMK itu sebagai rektor antar waktu 2012-2016. Rektor baru UMK, Suparnyo, mengatakan, dirinya siap mengemban amanah melanjutkan kepemimpinan pendahulunya, Prof. Sarjadi. ‘’Yang pertama, kami akan meneruskan program-program Prof. Sarjadi, khususnya pada penguatan kerjasama serta peningkatan SDM maupun out put-nya.’’ Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd.Kons, usai pelantikan mengucapkan selamat atas dilantiknya Suparnyo sebagai Rektor UMK. ‘’Dilan-
INFO MURIA
Edisi XVIII
Mei - Juli 2014
Suara Hati ‘’Kartini Kretek’’
Kretekus, 12
tiknya Dr. Suparnyo sebagai Rektor UMK ini sekaligus melanjutkan cita-cita besar almarhum Prof. Sarjadi,’’ ungkapnya. Koordinator Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah itu mengingatkan, gerak dan dinamika perguruan tinggi itu ditentukan oleh aturan main yang ditetapkan dalam statuta, rencana strategis, dan rencana operasional dalam kerangka mewujudkan visi misi yang ada. ‘’Di bawah kepemimpinan Dr. Suparnyo, semoga UMK yang memiliki visi menjadi universitas kebudayaan (culture university), akan menghasilkan lulusan unggul yang berbudi luhur, berkepribadian, berilmu, menguasai teknologi dan memiliki jiwa seni,’’ katanya. (rsd)
BERANDA
n SAPA REDAKSI
SURAT PEMBACA
SAPA REDAKSI
Pelayanan Ramah dan Menyenangkan
S
ebagai mahasiswa, tentu kami sangat senang jika mendapatkan pelayanan ramah dan menyenangkan dari jajaran dosen dan tenaga kependidikan. Nah, salah satu kesan ramah dan menyenangkan itu, saya rasakan dari Mbak Nurul, resepsionis UMK yang bertugas di Gedung Rektorat. Suatu ketika, saya hendak menemui salah satu dosen di rektorat. Saat itu saya bertanya dengan Mbak Nurul di meja operator (resepsionis). Dia melayani dengan senyum, tutur bahasa yang lembut, dan sabar. Inilah kesan yang membekas dalam hati saya. Peni Harningsih, Mahasiswa Progdi Bimbingan dan Konseling FKIP
Suasana edit bersama Info Muria edisi ke-18 dilanjutkan dengan rapat redaksi edisi 19.
M
Wajah Baru
ulai edisi ke-18 ini, Info Muria hadir dengan wajah baru. Info Muria yang sebelumnya hadir dengan format Buletin, mulai edisi ini menyapa pembaca dengan format Tabloid, sehingga nampak lebih segar dan enak dibaca. Perubahan format dari Buletin ke Tabloid ini, tak lepas dari usaha keras jajaran redaksi Info Muria, dengan dukungan penuh dari Rektorat dan Kepala Lembaga Informasi dan Komunikasi (Linfokom). Perubahan Info Muria menjadi Tabloid ini merupakan upaya memberi perhatian lebih kepada sivitas akademika Universitas Muria Kudus (UMK), yang pada gilirannya diharapkan bisa memotivasi sivitas akademika untuk ikut berkontribusi dalam memajukan iklim intelektual, khususnya melalui tradisi menulis. Seiring dengan perubahan itu, tentu kerja-kerja keredaksian menjadi lebih berat. Namun itu tidak menghalangi awak redaksi Info Muria selalu menyajikan yang terbaik bagi pembaca, khususnya sivitas akademika UMK. Tentu banyak kekurangan yang mungkin pembaca temui di sana-sini. Maka dari itu, kritik, saran, dan masu-
kan dari pembaca sangat diharapkan, demi perbaikan Info Muria di waktuwaktu selanjutnya. Jajaran awak redaksi Info Muria berharap, perubahan ini bisa menjadi bagian penting dari pengembangan SDM sivitas akademika dan kemajuan UMK di masa depan. Perubahan itu pasti, dan perubahan tidak akan pernah ada tanpa adanya sosok-sosok dan komunitas kreatif yang menginspirasi. Pada edisi peralihan ini, redaksi menyajikan berbagai tema melalui beragam rubrikasi yang ada. Pelantikan Dr. Suparnyo SH. MS. sebagai rektor periode 2012 -2016, menjadi menu utama yang disajikan pada edisi perdana format tabloid kali ini. Laporan menarik lain yang disajikan, antara lain potret UMK tempo doeloe, liputan tentang tokoh yang sangat jenius , RMP. Sosrokartono, dan penyelenggaraan konferensi internasional Teylin yang tak lama lagi dilaksanakan. Selain itu, berbagai liputan menarik yang dihadirkan adalah pembumian khazanah lokal dalam seni rupa, suara hati buruh kretek perempuan, hingga kiprah UMK dalam Pimnas 2014. Selamat membaca. (*)
Book Reading Challenge
P
erpustakaan UMK menantang mahasiswa UMK mengikuti Book Reading Challenge. Dengan membaca 1 atau lebih buku selama liburan, mahasiswa berpeluang mendapatkan 1 buku autobiografi Sir Alex Ferguson atau 2 buku seri Merry Riana berjudul Mimpi Sejuta Dolar dan Mimpi Sejuta Suluh, atau 1 buku berjudul The Hunger Games berikut DVD-nya. Caranya, peserta mengikuti (follow) akun twitter @PerpustakaanUMK dan menambah sebagai teman facebook Perpustakaan UMK. Peserta lalu membuat resensi, pengalaman membaca, mengkritik, atau mengulasnya. Info lengkap bisa ditanyakan di Perpustakaan UMK pada jam kerja. M DW. Eristianto, Pustakawan UMK
TARIF IKLAN: Banner hal cover / hal belakang : Rp. 6.000.000,FC di hal dalam : Rp. 5. 000.000,BW di hal dalam : Rp. 3.500.000,Iklan kolom 80 x 76 : Rp. 250.000,Advertorial : Rp. 3.000.000,-
Penanggungjawab : Rektor UMK Pengarah : Wakil Rektor IV, Kepala Linfokom Pimpinan Redaksi : Zamhuri Redaktur Pelaksana: M. Widjanarko, Rosidi Sekretaris Redaksi : Noor Athiyah Kooridnator Liputan : Much Harun Staf Redaksi : Dodi Tysna, Ulum Minnafiah, Ainun Nafiati, Millatul Hanifah
INFO MURIA
Diterbitkan oleh Humas Universitas Muria Kudus. Alamat Redaksi: Gondangmanis PO. BOX 53 Bae Kudus 59352 (0291) 438229. Redaksi menerima sumbangan artikel dengan panjang maksimal 6.500 karakter. Artikel dikirim melalui e-mail:
[email protected] dan
[email protected]. Epaper Info Muria bisa diunduh di www.infomuria.umk.ac.id. INFO MURIA
Edisi XVIII
Mei - Juli 2014
INFO UTAMA
Lebih Dekat dengan Rektor Baru UMK Dr. Suparnyo, SH. MS.
U Gedung Rektorat Universitas Muria Kudus (UMK) tampak depan
Perguruan Tinggi Harus Memberi Solusi
K
eberadaan Perguruan Tinggi diharapkan bisa ikut menjadi lembaga yang menawarkan solusi atas pelbagai persoalan yang dihadapi bangsa ini. Bukan sebaliknya, yaitu untuk mempersoalkan persoalan. Hal itu disampaikan Koordinator Kopertis Wilayah VI Prof. Dr. DYP. Sugiharto MPd. Kons. dalam sambutannya pada upacara pelantikan Dr. Suparnyo SH .MS. sebagai Rektor Antar Waktu Universitas Muria Kudus (UMK) 2012 – 2016. ‘’Keberadaan perguruan tinggi diandalkan untuk dapat menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari persoalan. Kehadirannya adalah untuk menjawab berbagai tantangan dan persoalan, bukan untuk mempersoalkan persoalan,’’ pada acara yang dilaksanakan di Auditorium Kampus UMK, Kamis (24/7/2014).
Menurutnya, ada dua tantangan (persoalan) yang dihadapi. ‘’Pertama, menyiapkan generasi 100 tahun Indonesia merdeka menjadi generasi emas di tahun 2045. Kedua, menyiapkan lulusan yang cerdas dan kompetitif, agar mampu bersaing dalam kancah pasar tunggal Asean,
“
Keberadaan perguruan tinggi diandalkan untuk dapat menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari persoalan Prof. Dr. DYP. Sugiharto MPd. Kons.
sebagai konsekuensi pemberlakuan kesepakatan Asean Economic Community (AEC) 2015.’’ Di depan sekitar 400 undangan yang hadir, koordinator Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah yang juga guru besar Universitas
Negeri Semarang (Unnes), itu pun berpesan, agar UMK memperkuat leadership. Selain itu, melakukan perbaikan tata kelola yang diperlukan serta penguatan SDM dan budaya akademik, serta memperteguh dan merekonstruksi prisnip Tri Dharma perguruan tinggi. Ketua YP UMK Drs. H. Djuffan Ahmad dalam sambutannya usai melantik Suparnyo sebagai Rektor Pengganti Antar Waktu, berharap agar rektor baru bisa melanjutkan apa yang telah digariskan pendahulunya. ‘’Rektor yang baru dilantik kami harapkan bisa meneruskan dan meningkatkan apa yang telah digariskan almarhum Prof. Sarjadi, demi kemajuan UMK ke depan. Sebab, keberadaan UMK diharapkan bisa ikut mengentaskan berbagai problem yang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa,’’ tuturnya. (rsd)
Kopertis Apresiasi Kiprah YP. UMK
K
opertis Wilayah VI Jawa Tengah menyampaikan apresiasi kepada pihak Yayasan Pembinan Universitas Muria Kudus (YP. UMK), atas peran dan partisipasinya dalam penyeleggaraan pendidikan tinggi. Apresiasi tersebut dikemukakan langsung oleh Koordinator Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah Prof. Dr. Dwi Yuwono Puji Sugiharto, M.Pd. Kons. dalam sambutannya pada pelantikan Rektor Pengganti Rektor
UMK Periode 2012–2016 di auditorium kampus, 24 Juli lalu. ‘’Kami menyampaikan terima kasih dan memberikan penghargaan yang tulus kepada YP. UMK yang telah memfasilitasi pendirian dan penyelenggaraan pendidikan di UMK,’’ ujarnya di depan ratusan dosen, karyawan, dan tamu undangan yang hadir. Dia mengutarakan, partisipasi tersebut merupakasan salah satu manifestasi amanah UU No. 12 Tahun 2012 Tentang PendiINFO MURIA
dikan Tinggi, yaitu perluasan akses perguruan tinggi untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah. ‘’Kehadiran universitas (UMK-Red) ini, juga membantu peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi, yang sampai saat ini telah mencapai 30 %,’’ ujar Koordinator Kopertis yang juga guru besar Universitas Negeri Semarang (Unnes) tersebut. (rsd) Edisi XVIII
Mei - Juli 2014
niversitas Muria Kudus (UMK) resmi memiliki rektor baru, yakni Dr. Suparnyo, SH. MS., per 24 Juli 2014. Suparnyo dilantik menjadi rektor antar waktu sepeninggal Prof. Dr. dr. Sarjadi, Sp.PA. yang berhalangan tetap karena meninggal dunia pada Mei lalu. Siapakah sosok Suparnyo? Bagi sivitas akademika UMK, sang rektor yang belum lama ini dilantik, itu bukanlah sosok asing. Sebab, dia adalah dosen UMK yang telah mengajar di universitas ini sejak 1987. Lahir di Grobogan pada 28 September 1962, Suparnyo menempuh pendidikan di SD Negeri III Sugihan, Toroh, Grobogan (1968 – 1974), SMPN 1 Purwodadi Grobogan (1974 – 1977), dan SMAN 1 Purwodadi Grobogan (1977 – 1981). Selepas dari pendidikan menengah, Suparnyo melanjutkan pendidikan Sarjana (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang (1981-1986), Magister (S2) di Program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta (1992), dan studi Doktoral (S3) pada Program Doktor Ilmu Hukum Undip Semarang (2004 – 2008). Di UMK sejak 1987, beberapa posisi (jabatan) yang pernah diembannya adalah Staf Pengajar Luar Biasa S1 Fakultas Ekonomi (2001–2004), Staf Pengajar Luar Biasa Magister Manajemen (2008– sekarang), dan Kepala Pusat Pengabdian Pada Masyarakat (1993–1996), Selain itu, ia dipercatat menjabat Pembantu Dekan I Fakultas Hukum (1996–2000), Dekan Fakultas Hukum (2000-2004), Ketua Program PHK A2 FH UMK (2006-2009), Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum (2009-2012), Wakil Rektor I (2012-2014), dan pada 24 Juli 2014, resmi dilantik menjadi Rektor. Di luar jabatan akademik, Suparnyo juga banyak berkiprah di luar kampus. Antara lain pernah menjabat Ketua Badan Pelayanan dan Konsultasi Hukum Dekopin Kudus (1998–2002), Ketua Dewan Pengawas Daerah Notaris Kabupaten Kudus (2005–2010), Anggota Dewan Pengawas Daerah Notaris Kabupaten Pati (2012–2015), dan Wakil Ketua Dewan Pengupahan Kabupaten Kudus (2011–2014). Sebagai pendidik, Suparnyo banyak melakukan penelitian, baik personal maupun kelompok. Antara lain: Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Kabupaten Kudus (2006); Model Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Sekitar Perusahaan melalui Corporate Social Responsibility (2008); serta Tanggung Jawab Biro Perjalanan Sebagai Perantara Dalam Perjanjian Pengangkutan (2003). Selain itu, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta sebagai Pendorong untuk Berkreasi dan Berinovasi di Bidang Ilmu Pengetahuan, Seni dan Sastra (2003); Mewujudkan Persaingan Usaha Sehat dalam Dunia Bisnis di Era Globalisasi (2006); dan Corporate Social Responsibility dan Alternatif Pengaturannya (2006). (rsd)
G
INFO UTAMA
Potret UMK Tempo Doeloe
ondangmanis, 1980. Jalan dari Salam ke Gondangmanis masih belum baik benar. Masih jalan makadam. Listrik juga belum lagi menerangi warga dari gelap yang menyergap tiap malam datang. Pada sebidang tanah yang cukup luas yang kini dijejali dengan gedung-gedung megah Universitas Muria Kudus (UMK), dulunya masih dipenuhi dengan pepohonan yang rimbun. ‘’Waktu itu, lokasi UMK masih rimbun dengan rumput dan pepohonan. Antara lain pohon pace (mengkudu), pelem (mangga), dan kelapa. Jalan samping kampus yang sedang dibangun masih berupa jalan makadam dengan lebar sekitar 3 meter,’’ terang Haryono Sigit. Haryono Sigit yang merupakan pegawai pertama UMK dan mulai bertugas pada 1 September 1980, mengutarakan, sewaktu UMK dibuka, belum memiliki gedung perkuliahan sendiri. ‘’Perkuliahan pun dilakukan di beberapa tempat. Yakni di Gedung Ramayana, SD 1 Barongan, SPG Lama (kini SMP 3 Kudus), SPG Baru (Purwosari), dan di pendapa kabupaten,’’ terangnya. UMK pertama kali dipimpin oleh Suwarno, SH. didampingi para Pembantu Rektor, yaitu Suwarno (Rektor), Suwarto (PR I), Sarjono Hasri (PR II), dan Rasimin Manggolo (PR III). Sedang Program Studi (Progdi) yang dibuka, adalah Ekonomi Manajemen (Fakultas Ekonomi), Ilmu
Hukum (Fakultas Hukum), Dedaktif Kurikulum (kini Bimbingan Konseling) dan Pendidikan Bahasa Inggris (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan/FKIP). ‘’Para Dekan di awal-awal UMK berdiri adalah Drs. Waluyo (FKIP), Suwarto, SH (Fakultas Hukum), dan Drs. Edi Sarjono (Fakultas Ekonomi). Sarana dan prasarana perkuliahan waktu itu, masih sangat minim. Termasuk sarana transportasi menuju lokasi kampus setelah perkuliahan diboyong ke Gondangmanis pada 1983. ‘’Kalau ku-
liah malam, penerangannya memakai diesel. Listrik baru masuk sekitar 1985,’’ ujar Suwanto, salah satu pegawai yang telah bekerja di masamasa awal UMK berdiri. Kendati minim sarana prasarana dan fasilitas perkuliahan, namun sejak awal didirikan, UMK sudah menjadi daya tarik masyarakat di Kudus dan sekitarnya sebagai tujuan belajar, khususnya dari Pati, Jepara, dan Demak. Tidak hanya itu. Semangat belajar mahasiswa juga sangat tinggi. ‘’Semangat mahasiswa waktu itu luar biasa,
kendati minim fasilitas dan belum mengenal internet. Yang menarik, dulu sekitar UMK itu sangat indah, karena dikelilingi kebun tebu,’’ kenang Dr. A. Hilal Madjdi, M.Pd., Wakil Rektor IV yang masuk menjadi mahasiswa UMK pada 1983. UMK yang masa awal berdirinya kepengurusan Yayasan terdiri atas Letkol Muhyi, H Ashadi, Maswan, Sutarjo, Djuffan Achmad, dan Mulyadi, lambat laun semakin dikenal, dan dilengkapi sarana prasarana serta fasilitas perkuliahan yang memadai. Termasuk mem-
bangun auditorium sekitar tahun 1993, saat jabatan rektor dipegang oleh Drs Abdul Latif Nawawi SH. Peranan penting para pendiri dan pendahulu UMK, harus selalu diingat, diapresiasi, dan ditindaklanjuti dengan kerja nyata memajukan UMK. Jasa besar itu tak boleh terlupa. Sebagaimana dalam sebuah sya’ir disebutkan: ‘’Keutamaan adalah milik para penduhulu, walau pun generasi penerusnya itu lebih baik. (al-fadlu li almubtadii, wa in ahsana almuqtadii). (rsd)
Gedung Universitas Muria Kudus tempo doeloe
Bermula dari Akademi Pimpinan Perusahaan
K
eberadaan Universitas Muria Kudus (UMK), tidak secara tiba-tiba atau sertamerta ada, melainkan melalui proses yang sangat panjang. Dari proses panjang yang dilalui, kehadiran UMK ikut berperan mencerdaskan kehidupan bangsa, tak bisa dipisahkan dari peranan kalangan pengusaha (industri). Manajer Yayasan Pembina (YP) UMK, Zamhuri,
mengutarakan, dari awal berdiri hingga saat ini, peranan dunis industri (pengusaha) dalam pengembangan UMK begitu besar. ‘’Sebelum menjadi UMK, universitas terbesar di Pantura Timur Jawa Tengah ini bermula dari Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) yang berdiri pada 1966,’’ jelasnya Berbagai perusahaan yang men-support UMK, terangnya, yaitu PT. Djarum, PT.
Nojorono, PT. Pura Group, PR. Sukun, Djambu Bol, dan Hartono Istana Teknologi (Polytron). ‘’Di Kudus ini memang cukup unik. Berbeda dengan kota lain, para pengusaha di Kudus ini memiliki kepedulian yang besar dalam perkembangan pendidikan,’’ ujarntya mengapresiasi. Lebih lanjut Zamhuri mengemukakan, keberadaan APP berjalan tidak lama. Hanya sampai 1967 atau satu
INFO MURIA
Edisi XVIII
tahun saja, karena setelah itu tidak mendapat pengakuan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). ‘’Akhirnya, atas prakarsa Rustam Santiko, Kapolres Kudus waktu itu, pada 10 Agustus 1967, didirikanlah Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Cabang Kudus, yang pendidikannya diselenggarakan Yayasan Pembina Fakultas Ekonomi
Mei - Juli 2014
Universitas Diponegoro (Undip) Cabang Kudus,’’ ungkapnya. Namun sebagaimana APP, Fakultas Ekonomi Undip Cabang Kudus ini pun tak berlangsung lama, sehingga kemudian menjadi Sekolah Tinggi Ekonomi (STE) Kudus pada 1967 – 1980. ‘’STE inilah cikal bakal berdirinya UMK. UMK resmi berdiri pada 12 Juni 1980,’’ katanya. (rsd)
INFO UTAMA
Bangga Kuliah di UMK
KATA MEREKA
Siapkan Progdi Baru Dr. A. Hilal Madjdi, M.Pd.
Freddy Rangkuti menjadi narasumber seminar Iconic Branding yang selenggarakan Lembaga Penel;itian {Lemlit} UMK
D
ulu, belajar di Universitas tahun empat tahun dari upacara Muria Kudus (UMK), bagi se- wisudanya. Rasa bangga dan kesan yang bagian mahasiswa, bisa jadi karena alasan tidak diterima di Per- mendalam terhadap UMK semakin guruan Tinggi Negeri (PTN). Tetapi membuncah, lantaran selepas lulus, alasan itu kini tak berlaku lagi. Sebab, ia tidak putus hubungan dengan alUMK kini telah menjadi salah satu mamaternya. ‘’Banyak mahasiswa barometer perkembangan pendidi- psikologi tempat saya belajar dulu, magang di LPLS Cahaya Kudus yang kan di Jawa Tengah. Para mahasiswa dan alumni, pun saya dirikan,’’ katanya bungah. Ia pun berharap, agar ke depan memiliki kesan positif seiring dengan perkembangan dan prestasi UMK semakin maju dan mahasiswa yang kian baik dari waktu ke waktu. banyak dikenalkan dengan lingkuYuniar Purba, S.Pd., misalnya. alum- ngan masyarakat sekitarnya, melalui nus UMK yang kini mengajar di SMK berbagai program lapangan. ‘’Selain itu, semoga ada wadah bagi para Wisudha Karya. ‘’UMK telah banyak berubah alumni untuk bertukar pengalaman dibanding 17 tahun lalu. Kini UMK demi kepentingan bersama, yang sudah terlihat sangat maju. Itu bisa pada gilirannya bisa memperkaya dilihat dari berbagai sarana prasara- kajian mata kuliah yang dibutuhkan na yang tersedia, tata ruang, jalinan dalam dunia kerja,’’ pesannya. Kebanggaan karena menjadi bakerjasama, hingga teknologinya,’’ kagian dari UMK, juga disampaikan tanya. Ia pun mengenang masa-masa Kifti Halimah Islami, mahasiswa belajar di Program Studi (Progdi) Progdi Pendidikan Bahasa Inggris yang berhasil mengukir berPendidikan Bahasa Inggris bagai prestasi ikut memUMK. ‘’Awalnya saya ngbanggakan universitas gak begitu suka Bahasa UMK telah tempatnya belajar. Inggris. Beruntung menempa saya Sebab, aktivis saya menemukan kampus ini terlingkungan dan dan mengantarkan sebagai pedosen-dosen saya mengukir berbagai catat nerima Beswan yang profesional Djarum, menjadi prestasi. Demikian lah di UMK,’’ ungrunner up dalam kapnya yang kini memang idealnya. pemilihan Duta juga menjadi Wisata Kudus trainer Palang 2013/2014, dan Merah Remaja Kifti Halimah Islami, terpilih sebagai (PMR) di beberamahasiswa Progdi Pendidikan salah satu peserta pa sekolah di KuBahasa Inggris Kapal Pemuda Nudus. santara 2013 Sail KoNur Halimah, S.Psi., modo. mengutarakan kebang‘’UMK telah menempa gaan yang hampir senada. Apalagi berkat UMK pula, alumnus saya dan mengantarkan saya menFakultas Psikologi ini, sukses mendiri- gukir berbagai prestasi. Demikian kan dan Lembaga Pendidikan Luar lah memang idealnya. Kampus harus menjadi wahana mengembangkan Sekolah (LPLS) Cahaya Kudus. ‘’Selama belajar di Fakultas pengetahuan, kreativitas, wawasan Psikologi UMK, kesannya sangat me- kehidupan, pengetahuan sosial, dan nyenangkan. Banyak pelajaran dan menumbuhkan rasa kebangsaan (napengalaman yang bisa saya aplikasi- sionalisme),’’ tuturnya. (Atik) kan di kehidupan nyata di masyarakat,’’ tuturnya yang sudah memasuki INFO MURIA
S
urut hampir pasti dialami semua institusi. Hal itu juga dialami Universitas Muria Kudus (UMK). Sebelum mengalami perkembangan seperti sekarang ini, UMK pernah mengalami degradasi pada tahun 1990-an, sampai harus menutup sementara Program Studi (Progdi) Bimbingan dan Konseling (BK). Namun kemudian UMK bangkit kembali pada 1998 dan mengalami kemajuan sangat pesat sebagaimana bisa dilihat saat ini. UMK menjadi universitas yang tak sekadar dikenal di Eks Karesidenan Pati, juga sudah diperhitungkan di tingkat regional, nasional, dan kini sudah membangun jaringan dengan berbagai institusi (perguruan tinggi) di berbagai negara. Dikenalnya UMK saat ini, adalah berkat kerja keras semua sivitas akademika, terbangunnya kemitraan dan terlaksananya Tri Dharma Perguruan Tinggi, serta adanya ciri khas yang dimiliki, seperti Program UMKM dan Pusat Studi Kretek (Puskindo). Ke depan, UMK berencana membuka Fakultas Kedokteran, Progdi Manajemen Pendidikan, Pendidikan Profesi Guru, MIPA, dan Profesi Akuntansi. ‘’Harapannya, UMK semakin unggul dengan berbagai program unggulan Tri Darma Perguruan Tinggi di kancah regional dan internasional,’’ katanya. (Atik)
Tingkatkan Beasiswa
P
ihak pengelola dan pimpinan Universitas Muria Kudus (UMK), menyediakan beragam beasiswa bagi mahasiswa. Menurut penuturan Wakil Rektor III Drs. Hendy Hendro HS. M.Si., beasiswa yang disediakan berasal dari hasil kerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta. Beasiswa itu antara lain Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI, Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) bagi mahasiswa kurang mampu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Kudus, Djarum Beasiswa Plus, Supersemar, dan beasiswa YP UMK. ‘’Di luar itu, Yayasan Pembina (YP) UMK bekerjasama dengan Kemdikbud juga memberikan beasiswa melalui Program Hibah Kompetensi Institusi (PHKI) dan beasiswa Bidikmisi dari Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi,’’ tuturnya. (Ulum)
Edisi XVIII
Mei - Juli 2014
OPINI TAJUK
Mentradisikan Prestasi
Mengabdi pada Masyarakat, Mengabdi pada Negeri Oleh M. Widjanarko
R
ektor antar waktu Universitas Muria Kudus (UMK), Dr. Suparnyo, SH.MS, telah dilantik. Sampai dengan akhir periode tahun 2016, pengganti Prof. Dr. dr. Sarjadi, Sp.PA, ini dihadapkan pada tugas berat. Sivitas akademika UMK tentu berharap, rektor baru bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi kampus, yang ditandai dengan meningkatnya prestasi mahasiswa, tingginya animo (trust) masyarakat, dan juga semakin luasnya jalinan kerjasama dengan berbagai institusi lain, khususnya perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Di Jawa Tengah, khususnya di wilayah Pantura Timur, nama UMK memang sudah begitu populer. Namun modal populer saja saja tentu belum mencukupi. Perlu langkah sinergi berbagai pihak, untuk mewujudkan UMK yang maju dan sarat dengan prestasi. Hal ini akan terealisasi jika terbangun iklim intelektual di kalangan sivitas akademika dan tenaga kependidikan. Termasuk dukungan dan peran serta masyarakat dan stakeholders lainnya. Membangun iklim intelektual di perguruan tinggi, memang tidak mudah. Namun itu harus dilakukan, dengan memotivasi dosen dan mahasiswa membuat ruang-ruang diskusi, kajian, dan mendorong melakukan riset-riset yang tak hanya bermanfaat bagi pengembangan intelektual, juga berguna bagi masyarakat. Tidak perlu menunjuk siapa yang harus memulai, karena sebagai masyarakat kampus, kaum intelektual, semestinya memang bergelut dengan hal-hal di atas, termasuk memompa semangat membaca sivitas akademikanya. Alangkah indahnya melihat auditorium, ruang seminar, perpustakaan, masjid, dan teras perkualiahan di penjuru kampus UMK, disibukkan dengan kegiatan-kegiatan intelektual kian semarak. Bahkan petugas keamanan, petugas parkir, pun mengisi waktu luang dengan kegiatan membaca (buku). Hasil dari semaraknya iklim intelektual ini, diharapkan akan menghasilkan berbagai prestasi melalui berbagai kompetisi (event) yang banyak digelar dan diikuti. Di bidang olahraga, prestasi juga mesti digalakkan. Dalam bahasa yang sederhana, adagium ‘’tiada hari tanpa prestasi’’ harus disuntikkan kepada sivitas akademika, untuk memotivasi semangat dan tradisi prestasi. Salah satu kata kunci untuk mengibarkan panji-panji UMK yang sarat prestasi adalah sinergi. Sinergi ini harus terjalin antara pengurus Yayasan Pembina (YP) UMK, pimpinan universitas, pimpinan fakultas, hingga pimpinan di masing-masing Program Studi (Progdi). Dosen, staf akademik, tenaga kependidikan, dan mahasiswa, juga mesti mengambil peran untuk memajukan institusi yang menaunginya. Harus disadari, bahwa segenap anggota sivitas akademika, dengan caranya masing-masing sesuai bidangnya, bisa berperan serta memajukan UMK agar menjadi universitas terdepan dan mendapatkan kepercayaan masyarakat. (*)
B
agi staf pengajar di perguruan tinggi (dosen), pengabdian masyarakat merupakan ruh dari Tri Dharma yang mesti dilaksanakan. Dengan demikian, hal itu berlaku pula bagi para dosen di Universitas Muria Kudus (UMK). Kewajiban melaksanakan pengabdian kepada masyarakat bagi akademisi perguruan tinggi itu, tertuang dalam Pasal 20 ayat 2 Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bahwa ‘’ Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat’’. Ini dipertegas lagi dengan Pasal 45 UU Sisdiknas, yang menjelaskan, penelitian di perguruan tinggi diarahkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. Selain itu, pengabdian masyarakat bagi dosen merupakan manifestasi aktivitas sivitas akademika dalam mengamalkan dan membudayakan ilmu pengetahuan serta teknologi untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. UU Sisdiknas ini secara tegas mengemukakan, bahwa tugas dosen tidak semata-mata mengajar dan melakukan penelitian, tetapi juga memiliki kewajiban mengabdi pada masyarakat. Pengabdian kepada masyarakat ini, dalam bahasa yang sederhana, bisa dipandang sebagai ‘uji nyali’ para dosen untuk melakukan perubahan. Pertanyaannya kemudian, bagaimana mereka bisa melakukan perubahan jika terjebak dengan rutinitas mengajar dan melakukan penelitian, yang, hasil temuannya belum tentu dibutuhkan masyarakat? Menilik dari paparan singkat di atas, maka seyogyanya para pimpinan universitas UMK senantiasa mendorong para dosen, dengan latar belakang keilmuan apapun, untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian kepada masyarakat ini, paling tidak bisa diarahkan pada empat tujuan utama. Pertama; inovasi teknologi. Dorong para dosen melakukan berbagai inovasi yang bisa mendorong pembangunan ekonomi Indonesia, dengan melakukan komersialisasi hasil penelitian. Kedua; solusi konkret. Selain berbagai inovasi, dosen, dalam pengabdiannya kepada masyarakat, sedapat mungkin menawarkan solusi berdasarkan kajian akademik atas persoalan, tantangan, dan kebutuhan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketiga; lakukan program preferential option for the poor (mengentaskan masyarakat tersisih) di semua strata. Baik masyarakat itu tersisih secara ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Keempat; lakukan alih teknologi, ilmu, dan seni kepada masyarakat. ini dilakukan untuk pengembangan martabat manusia dan kelestarian sumber daya alam. Intelektual Organik Agar tujuan dan standar pengabdian kepada INFO MURIA
Edisi XVIII
Mei - Juli 2014
masyarakat di perguruan tinggi tercapai, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Ditlitabmas) perguruan tinggi mendorong dan memfasilitasi para dosen melaksanakan kegiatan sosial ini. Tujuannya, tak lain untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan tinggi, daya saing bangsa, dan kesejahteraan rakyat secara terprogram dan berkelanjutan. (Dikti, 2013). Berpijak dari sini, maka sebenarnya tidak ada alasan bagi dosen, untuk tidak melakukan pengabdian masyarakat. Terlebih dalam kegiatan ini, dosen memiliki kesempatan yang sangat luas ‘’membumikan’’ teori yang ada di ranah keilmuan di tengah kehidupan nyata masyarakat yang dihadapi. Dengan kata lain, masyarakat tidak lagi sekadar menjadi obyek atau ‘’kelinci’’ percobaan, melainkan berada pada proses egaliter akan penguasaan keilmuan. Ini, sesuai dengan tesis yang dikemukakan Antonio Gramsci, bahwa intelektual itu terbagi dalam dua perspektif, yakni intelektual tradisional dan intelektual organik. Intelektual tradisional dalam bahasa sederhana bisa dipahami sebagai akademisi yang ‘’lahir’’ dari kampus. Sedang intelektual organik adalah bagian tak terpisahkan dari berbagai kelas. Karena itu, kelompok-kelompok seperti petani, buruh, dan nelayan bisa menjadi intelektual organik. Tak menutup kemungkinan, kelompok intelektual tradisional masuk dalam klasifikasi ini. Dalam terminologi ini, cendekiawan bukanlah kelas sosial tersendiri, tetapi memiliki keterkaitan di mana kegiatan yang diberi kategori intelektual mendapat tempat dalam hubungan sosial pada umumnya (Gramsci, 1987). Kecendekiawanan berlaku bagi siapa saja yang melakukan perjuangan menegakkan kebenaran guna mewujudkan keadilan, kebebasan, dan demokrasi. Ali Syariati (1982) berpendapat, cendekiawan harus melakukan kerja protes terhadap segala macam bentuk penyimpangan yang ada dalam struktur masyarakat. karena cendekiawan sejati adalah mereka yang berani melakukan protes atas kecenderungan destruktif yang terjadi di tengah masyarakat, tidak sekadar berdiam diri di atas menara gading atau memposisikan diri sebagai resi. Tugas kaum intelektual tak semata menganyam kata, menelurkan gagasan, tetapi juga harus berupaya mengubah realitas yang timpang, mengubah kata-kata menjadi kenyataan (Cahyono, 2004). Akhirnya, pengabdian masyarakat menjadikan salah satu intrumen Tri Dharma Perguruan Tinggi sekaligus aktivitas penting yang perlu dilakukan dosen, yang menyandang predikat sebagai kaum intelektual. Bagaimana bisa seorang dosen mendiskusikan pengabdian masyarakat di hadapan mahasiswa jika dia sendiri tak pernah melakukan aktivitas sosial itu secara langsung? (*) M. Widjanarko Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus
SASTRA
Dan Ratini Tak Kunjung Kembali
B
arangkali kabar itu telanjur dimaknai sebagai kabar gembira. Juga bagi Suryadi. Terselip harapan dalam sebuah janji; nasib akan berubah baik hanya dengan mengirimkan seorang putri untuk melanjutkan pendidikan ke negeri J. Selebihnya, hanyalah keterpaksaan. Yang tidak dimiliki Suryadi ialah daya untuk menolak. Maka tahun 1943 menjadi tahun yang tak akan dilupakannya. Bahkan setelah mati. Hari itu ia kehilangan putri satu-satunya. Satu-satunya keberuntungan yang didapatkan Ratini adalah kesempatan mendengarkan kicau perenjak yang panjang dan merdu di pohon waru depan rumah. Selebihnya, tak ada. Kicau sebagai ucapan perpisahan untuk waktu yang sekiranya hanya sebentar. Bisa juga lama. Bahkan selamanya. Entahlah, Ratini hanya ingin mendengar kicau itu. Barangkali di negeri J tidak ada kicau yang demikian. Ratini menenangkan dirinya sendiri, sambil merenungkan waktu yang baginya datang terlalu cepat. Baru saja dilaluinya masa Sekolah Dasar. Usia belum beranjak dari 14 tahun. Tapi ia harus seorang diri meninggalkan rumah. Kabar yang ia dengar, banyak gadis seusianya ikut diberangkatkan. Ah, sama saja baginya. Ratini tetaplah orang asing di antara banyak orang. Menunggu waktu. Atau apa lah yang lebih layak disebut. Yang ditunggu sebenarnya para tentara dari negeri J— keduanya mendebarkan. Sesekali Ratini menengok luar pintu. Burung Perenjak sudah pergi. Hanya ada cemas yang ditinggalkan. Suryadi mengepalkan tangan sebagai do’a. Dari persimpangan terdengar suara hentakan kaki keras serempak dan menusuk telinga. Sebagian berbelok ke rumah Suryadi. Di dalam, Suryadi dan Ratini saling pandang, tak mampu disembunyikan lagi, dalam empat bola mata yang saling pandang itu adalah kecemasan yang sangat. Para tentara sudah di depan pintu. “Tak perlu beranjak! Hanya yang akan berangkat saja segera berdiri,” suaranya kasar dan menghentak. Nampaknya hanya dia yang berwajah Jawa. Yang lain memiliki kulit lebih terang. “Begini ini kah yang disebut tentara? Begini ini kah yang mereka sebut melanjutkan belajar ke negeri orang?” Ratini bertanya dalam hatinya sendiri. Tinggi besar. Begitu para tentara bagi Suryadi. Menyandang senjata sepanjang lengan. Sekali tekan, kepala bisa hancur. Suryadi memandang ngeri. Tak pernah dia pegang senjata yang demikian itu. Hanya ada gunting dan sisir senjata miliknya sebagai tukang cukur. Senjata yang tak sama sekali tak mampu menyelamatkan Ratini. Berita yang ia dengar dari mulut ke mulut itu pun tak dapat merubah keadaan. Dia hanya seorang yang lemah. Bukan berarti dia tidak tahu kalau di tempat lain para perawan itu diperlakukan tidak baik. Jauh dari apa yang dijanjikan. Suryadi tahu betul akan hal itu. Tapi dia hanya bisa cemas. Melawan sama halnya bunuh diri. Ratini tetap akan dibawa pergi.
Cerpen Hammidun Nafi’ Syifauddin
Apa boleh buat. Ratini hanya bisa memandang Suryadi. Ada sebuah harapan dalam matanya supaya ayahnya dengan tiba-tiba berubah menjadi kuat semacam lakon dalam dongeng, lalu membawa Ratini lari sekencang angin. Tapi ini bukan dongeng. Ratini menahan sesak. Air mata menetes tanpa satu kata dapat terucap. Rombongan orang asing itu membawanya pergi. *** Di tempat yang lapang, sebuah truk sudah menunggu. Ada lebih dari sepuluh perawan. Semuanya seumuran Ratini. Ada yang baru datang dari arah seberang. Diangkut dengan sepeda motor. Perawan yang turun itu sama sekali tak menanggung beban, apalagi takut. Ratini mengamati yang lain; tak ada ketakutan dalam wajah mereka. Bahkan nampak senang. “Kau nampak senang?” Ratini mendekati salah seorang. “Tentu, kita ini terpilih. Tidak ada selain kita yang dapat kesempatan belajar ke luar negeri.” “Dijemput dengan apa?”
tersenyum. Dalam keadaan biasa pun ia tak kalah indah. Mata jernih menyala, orang Jawa menyebutnya ndamar kanginan. Pun senyum manis itu layak disebut nggula satemlik. Lima tentara itu kini layaknya kucing menghadapi ikan. Saat sang majikan menyuguhkan, maka yang paling cepat yang akan dapat. Truk berhenti di depan gedung besar. Di sana sudah banyak yang menunggu. Ratini dan rombongan dengan penuh bangga turun dari truk. Tempat itu disebut sebagai tempat pengumpulan. Dari semua pelajar yang terpilih akan dikumpulkan dulu di tempat itu. Baru selanjutnya akan diberangkatkan dengan kapal menuju negeri J. Sama seperti lima tentara yang mengawasi tadi. Kini di tempat pengumpulan itu makin banyak mata tertuju pada Ratini. Entah mengapa hanya para wanita yang diangkut dan di turunkan di tempat itu. Apa para lelaki tak layak mendapatkan pendidikan dan diberangkatkan bareng dengan mereka. Ah, tanpa itu pun, di tempat itu sudah penuh dengan laki-laki. Semuanya orang asing. Dan
“Itu dengan kendaraan bagus. Tidak tahu namanya. Mereka ramah.” Satu demi satu perawan itu dinaikkan ke dalam truk. Duduk berjajar. Hampir semuanya ceria. Kecuali beberapa orang yang barangkali cara menjemputnya sama dengan Ratini. Selebihnya justru bernyanyi dan bersorak gembira. Ada sekitar lima tentara ditugasi mengawasi gerik mereka dalam truk. Tidak satu pun lewat dan lepas dari pengawasan. Tak ada yang perlu mereka khawatirkan. Tidak akan ada perlawanan. Pun mereka hanya para wanita. Lepas dari itu, rupa-rupanya para tentara lebih senang mengawasi Ratini. Gadis yang seorang itu paling jarang tersenyum. Tapi bagaimanapun tak dapat ditutupi lagi; dia memang paling rupawan. Dari semua yang di dalam truk itu, Ratini yang nampak paling indah kalau
hampir semuanya tak mau kelewatan memandangi Ratini. “Mbakyu, mereka melihat Mbakyu terus dari tadi,” seorang bertubuh lebih kecil berbisik untuk Ratini. “Saya sudah tahu. Takut Dik.” “Tak perlu takut Mbak, kita berangkat untuk belajar. Tugas mulia.” “Entah mengapa saya ragu.” “Karena pandangan mereka terhadap Mbakyu?” “Iya.” “Saya menilainya wajar Mbak. Karena Mbakyu sendiri yang paling rupawan.” “Pikiranku macam-macam Dik.” “Sudahlah Mbakyu, kita berdo’a bersama.” Ratini mengangguk terpaksa. Hanya ingin menyenangkan lawan bicaranya. Dalam hati tetap dipenuhi kegusaran. Kini para wanita berbaris. Ada pemeriksaan dan pelengkapan data. Satu demi
INFO MURIA
Edisi XVIII
Mei - Juli 2014
satu diperiksa, termasuk barang bawaan. Petugasnya orang Jawa sendiri. Laki-laki. Belum sampai pada giliran Ratini petugas itu sudah tak sabar. Matanya terus melirik Ratini yang masih baris di belakang empat orang. Dan sampai pada gilirannya, pemeriksaan jadi lebih lama dari sebelumnya. Banyak pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu. Dia bicara dalam Jawa. Nadanya pelan. “Ada sanak saudara dalam rombongan?” “Hanya sendiri.” “Pandailah mencari teman, banyak yang akan kau hadapi. Jangan sampai sendiri.” Ratini mengangguk. “Usia 14, tidak keliru?” “Tidak.” Banyak pertanyaan yang jawabannya sudah ada dalam buku tebal. Pertanyaan selanjutnya lebih pribadi dan pelan seperti bisik. “Ada penyakit pernah diderita.” “Hanya batuk dan meriang biasa.” “Tak ada sesak napas?” “Tidak.” “Pernah olah raga berat?” “Tidak terlalu sering.” “Pernah berlari kencang?” “Maaf, apa ini bagian dari pertanyaan untuk melanjutkan pendidikan?” Lelaki itu mendekatkan mulut ke telinga Ratini, “maaf Dik, saya tidak ada banyak waktu. Tapi ingat ini baik-baik. Sekecil apapun kesempatan melarikan diri. Larilah. Tak perlu banyak pertimbangan.” Ratini terkejut dengan ucapan itu. Dadanya berdebar. Dia pandangi lelaki itu. Tanpa suara. Hanya ada pucat di sekujur mukanya. Barisan menggiringnya masuk untuk kemudian masuk ke kapal dan diberangkatkan ke negeri J. Entah untuk belajar, atau untuk apa? Entahlah. Ratini belum menemukan jawaban. Hanya sampai di situ kabar tentang Ratini. Selebihnya, tak pernah ada yang tahu. Suryadi tetap sendiri di rumah. Tanpa kabar dari Ratini. Apakah sudah berhasil? Ataukah pendidikan lebih tinggi itu berita bohong semata? Tak ada jawaban yang pasti. Suryadi tetap sendiri. Berbulan-bulan. Bertahun-tahun. Menunggu dan tetap menunggu. (*) Keterangan: Nama tokoh (Ratini dan Suryadi) dan ide cerita diambil dari buku “Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer”catatan pulau buru-Pramoedya Ananta Toer. Ndamar kanginan: Mata yang bercahaya. Seperti lampu minyak yang bergerak-gerak karena tertiup angin. Nggula satemlik: Bibirnya kemerahmerahan, indah, dan manis saat tersenyum. Hammidun Nafi’ Syifauddin Cerpenis lahir di Jepara 30 September 1990. Menulis cerpen dan puisi sejak 2009 dan menjadi Lurah Kampoe-ng Sastra Soeketteki Semarang 2010. Penulis bisa dihubungi via email: hammidun@ yahoo.co.id.
JENDELA
“Diamond Cluster” untuk Pengembangan UMKM
Pembekalan KKM tematik Posdaya gelombang I 2014/2015
Workshop peningkatan kualitas keterampilan bordir yang diadakan oleh UMK
U
saha Mikro Kecil dan Menehgah (UMKM), disadari atau tidak, merupakan bagian penting dalam pembangunan perekonomian bangsa Indonesia. Di tengah terbatasnya lapangan pekerjaan, UMKM menjadi solusi penopang ekonomi kerakyatan. Tak pelak, banyak kalangan yang kemudian memberikan perhatian lebih akan eksistensi UMKM. Pemerintah, juga memiliki berbagai program pemberdayaan UMKM. Salah satunya melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Kemdikbud melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), menggelontorkan dana penelitian bagi akademisi dengan program Penelitian Prioritas Nasional Master Plan Percepatan Pertumbuhan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Universitas Muria Kudus (UMK) menjadi salah satu perguruan tinggi penerima hibah riset program MP3EI untuk masa tiga tahun, yakni 2012 – 2014. Penerima hibah MP3EI ini atas nama Dr. H. M. Edris MM, Dr. M. Zainuri, MM., Dr. Mamik Indaryani, MS., dan Budi Gunawan, ST, MT. Empat akademisi UMK ini lolos seleksi dan menerima hibah MP3EI dengan riset “Strategi Pengembangan Klaster UMKM Bordir dan Konveksi Menggunakan Pendekatan Model Diamond Cluster Berbasis Koperasi di Desa Padurenan Kabupaten Kudus sebagai Pilot Project Desa Produktif dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Perekonomian Wilayah”. “Ini tahun ketiga. Kenapa bordir dan konveksi yang menjadi garapan, karena proyek ini harus terintegrasi dengan kebijakan pembangunan po-
tensi daerah,” terang Mamik Indaryani. Selain itu, lanjut Mamik menjelaskan, pilihan meneliti bordir dan konveksi juga terilhami oleh realitas banyaknya usaha konveksi dan bordir di Desa Padurenan. “Menariknya lagi, konveksi dan bordir ini tidak semata bisa dilihat dari kacamata ekonomi, tetapi merupakan produk budaya yang mesti dilestarikan,” ungkapnya. SDM Profesional Melalui riset yang dilakukan empat dosen senior UMK ini, diharapkan ikut memberikan kontribusi bagi tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan industri dan mendorong adanya kelembagaan dan operasionalisasi usaha yang melibatkan warga (koperasi), yakni KSU Padurenan Jaya. “Berbagai kegiatan lain bisa lahir dari riset ini, seperti promosi produk yang tergabung dalam kluster di beberapa daerah melalui ekspo, adanya sistem pengembangan produk (peningkatan produktivitas) yang memiliki daya saing, peningkatan jumlah pengusaha, hingga adanya galeri untuk mempromosikan produk.” Paling tidak, metode yang ditawarkan tim peneliti UMK yang menggunakan metode diamond cluster dalam pengembangan klaster UMKM di Desa Padurenan, ini bisa member wacana bagi pengembangan klaster UMKM dengan hasil yang lebih baik, dengan keterlibatan berbagai pihak. “Untuk mencapai keberhasilan sebagaimana diharapkan, perlu dukungan berbagai pihak. Antara lain pemerintah, Balai Latihan Kerja (BLK), perbankan, dan Perguruan Tinggi,” terang Edris, ketua tim peneliti. (rsd) INFO MURIA
P
Bangun Kemandirian Masyarakat dengan Posdaya
eran serta universitas dalam pembangunan bangsa, bisa diwujudkan dalam beragam aktivitas (program). Salah satunya melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Dalam rangka ikut berpartisipasi membangun masyarakat yang merupakan bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, Universitas Muria Kudus (UMK) menerjunkan 805 mahasiswa dalam kegiatan KKN tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Pada agenda KKN Posdaya gelombang I 2014/2015 ini, UMK menerjunkan sedikitnya 805 mahasiswa untuk ikut berpartisipasi dan
‘’KKN Posdaya ini merupakan kontribusi nyata UMK bagi masyarakat, industri, pemerintah daerah, dan kelompok masyarakat yang ingin mandiri secara ekonomi maupun sosial. Posdaya sendiri memiliki empat pilar, yaitu pendidikan, kesehatan, eonomi, dan lingkungan hidup,’’ ungkapnya. Melalui program ini, berbagai kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa KKN hendaknya terintegrasi, berbasis kebutuhan masyarakat, melibatkan masyarakat, dan menempatan masyarakat sebagai inspirator. ‘’Bagi masyarakat, KKN Posdaya ini antara lain memiliki manfaat
memotivasi membangun masyarakat mandiri di tempat kegiatan KKN berlangsung. ‘’Gelombang I KKN tematik Posdaya 2014/2015 menempati dua kabupaten, yakni Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati,’’ terang Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UMK, Ir. Shodiq Eko Ariyanto, MP. Untuk Kabupaten Pati, jelas Shodiq, KKN dilaksanakan di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Tlogowungu dan Kecamatan Trangkil. Sementara untuk Kabupaten Grobogan menempati Kecamatan Kelambu dan Kecamatan Brati.
membentuk kader pembangunan di masyarakat, memperoleh pembaharuan-pembaharuan yang diperlukan dalam pembangunan daerah, serta memperoleh bantuan pemikiran dan tenaga untuk merencanakan dan melaksanakan program.’’ Sementara bagi mahasiswa, Shodiq menambahkan, KKN Posdaya juga memiliki banyak manfaat. ‘’Berbagai manfaat itu di antaranya meningkatnya empati dan kepedulian sosial mahasiswa, menanaman jiwa meneliti, dan ikut serta dalam program pengentasan kemiskinan,’’ ujarnya. (rsd)
Edisi XVIII
Mei - Juli 2014
PROFIL n Diah Zulfatul Jauharoh
Ingin Melihat Proses Pembuatan Rokok Kretek
L
ahir dan besar di kota yang dikenal dengan Kota Kretek, menjadikan Diah Zulfatul Jauharoh memiliki keinginan yang kuat mengetahui lebih dalam mengenai tanah kelahirannya itu. Salah satunya dengan mempelajari Tari Kretek. Kota Kretek, bagi dara kelahiran Kudus, 2 Juli 1993 silam ini, tidak sekadar label (predikat) yang melekat. Lebih dari itu, merupakan jati diri masyarakat yang tak bisa dipisahkan. ‘’Kretek telah menjadi bagian penting bagi masyarakat Kudus, karena banyak masyarakat yang menggantungkan perekonomiannya dari sini,’’ ujar putri pasangan Ainul Yaqin dan Mustabsiroh ini. Berangkat dari pemahaman ini pula, mahasiswa Program Studi (Progdi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) tersebut tertarik mempelajari Tari Kretek di Sanggar Puringsari, di bawah asuhan Endang Toni. ‘’Saya mulai belajar Tari Kretek semenjak masuk kuliah di Universitas Muria Kudus (UMK),’’ katanya. Ketertarikannya terhadap Tari Kretek ini, bukan lantaran kostumnya yang bagus saat menarik, melainkan lebih karena ingin mengetahu makna yang terkandung di
dalamnya. ‘’Banyak orang yang bisa menari, tetapi sangat sedikit yang sampai memahami makna dan pesan tarian yang dibawakan.’’ Kini, kepiawaian Diah Zulfatul Jauharoh membawakan tarian khas Kudus ini pun tak perlu diragukan lagi. Ini, bisa dilihat dari prestasi yang pernah diraihnya, antara lain juara II Tari Kretek beregu tingkat Jateng–DIY dan juara III Tari Kretek perorangan tingkat Jateng – DIY yang semuanya diraih tahun 2014 ini. ‘’Di luar Tari Kretek, saya juga menjadi juara umum fotogenic tingkat Jateng – DIY 2014,’’ tuturnya yang menyelesaikan studi tingkat SMP dan SMA di Madrasah Banat NU Kudus. Kendati sudah lebih dari dua tahun mempelajari Tari Kretek dan memperoleh beberapa prestasi, namun Diah mengaku belum pernah sekali pun melihat secara langsung proses pembuatan rokok kretek yang banyak melibatkan tenaga kaum hawa, baik untuk bathil maupun giling. ‘’Suatu kali ingin melihat secara langsung proses para pekerja rokok kretek mem-bathil, giling, dan aktivitas lain nya secara langsung. Agar bisa lebih memahami makna dari gerakangerakan yang ada dalam Tari Kretek,’’ katanya. (Eros)
Ke Jakarta Demi Tanda Tangan Rektor
Bantu Nyalakan Diesel untuk Perkuliahan
Haryono Sigit Kepala Biro Administrasi Umum
M
engabdi di UMK sejak 1 September 1980, banyak hal terekam dalam memori Haryono Sigit. Saat Info Muria menemuinya, memori-memori itu pun terkuak, mengalir bak air yang seakan tak ada putusnya. Dia menyebutkan, ada beberapa tempat perkuliahan mahasiswa, karena gedung perkuliahan di kampus Gondangmanis baru dibangun. ‘’Beberapa tempat yang pernah dibuat perkuliahan di masa-masa awal UMK berdiri, yaitu Gedung Ramayana, SD 1 Barongan, SPG Lama (kini SMP 3 Kudus), SPG Baru (Purwosari), dan juga pendapa kabupaten,’’ kenangnya. Program Studi (Progdi) yang dibuka waktu itu, juga masih sedikit. Yakni Ekonomi Manajemen (Fakultas
Biodata Nama : Diah Zulfatul Orang tua: Jauharoh - Bapak : Ainul Yaqin TTL : Kudus, 02 Juli 1993 - Ibu : Mustabsiroh Progdi/Smstr : PGSD / VI Prestasi: - Juara II Tari Kretek beregu Pendidikan: tingkat Jateng – DIY (2014) - MI NU Mustafidin - Juara III Tari Kretek - MTs NU Banat Kudus perorangan tingkat Jateng–DIY - MA NU Bata Kudus (2014) - Progdi PGSD UMK - Juara umum foto genic tingkat Jateng – DIY (2014)
Ekonomi), Progdi Hukum (Fakultas Hukum), Bimbingan Konseling (BK) dan Bahasa Inggris (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan). ‘’Baru pada 1983 dibuka Jurusan Agronomi (Fakultas Pertanian),’’ ungkapnya yang kali pertama bertugas di bagian Tata Usaha di FKIP. Bertugas menata manajemen dan administrasi di perguruan tinggi yang baru berdiri, tentu membutuhkan kerja ekstra. Dan satu yang tak pernah terlupakan, yaitu saat Haryono mesti bolak-balik Kudus - Jakarta untuk meminta tanda tangan rektor. ‘’Pak Rektor waktu itu, Bapak Drs Suwarno SH selain menjabat rektor di UMK, juga menjadi anggota DPR RI. Jadi pada 1981 – 1982, kalau mau minta tanda tangan ya harus ke Jakarta,’’ kenangnya. (rsd)
INFO MURIA
Suwanto Sopir UMK enjadi sopir pertama di UMK, SuM wanto memiliki banyak kesan yang menyenangkan. Betapa tidak, sejak res-
mi bekerja di UMK sekitar April 1981, ia telah bertemu dengan banyak intelektual dari berbagai perguruan tinggi. Sebab, saat pertama berdiri, ba-nyak dosen dari Universitas Diponegoro (Undip), IKIP Negeri Semarang (kini Unnes), dan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang diperbantukan mengajar di UMK.. ‘’Banyak kesan yang saya dapat selama menjadi sopir di UMK. Yaitu bisa bertemu dengan banyak dosen dari berbagai perguruan tinggi dan orang-orang penting,’’ katanya. Dari Undip, dosen-dosen yang mengajar di UMK dan pernah mendapatkan pelayanan antar jemput Suwanto, antara lain Suratal, Kartiman, Kulemi, Busyro, Sulaeman Niti, Nur Raharjo, Pak Tulus, Prof Sri Rejeki, dan juga Prof Muladi. Akademisi Unnes yang dilayaninya,
Edisi XVIII
Mei - Juli 2014
seperti Haryanto, Prof Ilyas, Bejo Pur, dan ayahanda mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani (Prof. Satmoko-Red). Sedang dari UNS, Harno, Panud, Endro, Asri, Turanto, dan Khomi. ‘’Saya juga banyak belajar dari orangorang hebat yang saya layani, khususnya untuk menomorsatukan pendidikan anak dan motivasi lain yang positif,, seperti semangat berbagi ilmu,’’ katanya. Meski beban kerjanya cukup berat dan jam tugasnya mulai pukul 05.30 hingga sekitar pukul 21.00, namun dilakoninya dengan penuh rasa syukur, apalagi banyak ilmu yang secara tidak langsung ia dapat. ‘’Tugas saya antar jemput dosen dari Semarang di terminal Kudus, karena pada 1981 – 1986 belum ada angkot ke arah Gondangmanis. Selain itu, setiap pukul 15.30, saya suka membantu menghidupkan diesel untuk perkuliahan. Dulu belum ada listrik,’’ tuturnya. (rsd)
10
OBITUARI
Melanjutkan Gagasan Prof. Sarjadi Prof Sarjadi mendampingi Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah Nur Hadi Amiyanto saat pembukaan Expo UMK 2014. Ini adalah kenangan terakhir sivitas akademika bersama sang profesor
K
EPERGIAN Rektor Universitas Muria Kudus (UMK) Prof Dr dokter Sarjadi Sp PA pada Senin (19/5/14), mengejutkan banyak pihak, termasuk sivitas academica Universitas Diponegoro, dan dunia kedokteran di Tanah Air. Senin pagi, ia masih terlihat bugar, mendampingi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Nur Hadi Amiyanto, mewakili Wagub Heru Sudjatmoko, membuka ’’Expo dan Kreativitas Universitas Muria Kudus 2014’’. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) menitipkan ’’dua pesan’’ terakhirnya, yang dia sampaikan sewaktu membuka pameran. Pertama; ia kembali mengingatkan pentingnya mewujudkan Kudus sebagai kota pendidikan. Kedua; perlunya menginternalisasi pemahaman secara fair tentang kretek. Dia berpendapat bila Kudus ingin mewujudkan diri sebagai kota pendidikan, selain sebagai Kota Kretek dan Kota Jenang, maka profil kota pendidikan harus dimunculkan. Hal itu mensyaratkan kerja sama erat antara pemkab dan berbagai elemen masyarakat. Menggagas Kudus sebagai kota pendidikan sendiri, pernah dimunculkan Bupati HM Tamzil. Gagasan Prof Sarjadi dan HM Tamzil mewujudkan Kudus sebagai kota pendidikan di Jateng masih butuh perjuangan panjang dan penyadaran masyarakat, kendati dukungan pengusaha lokal sangat positif. Keterlibatan pengusaha bisa dili-
hat dari partisipasinya melalui beragam kegiatan, antara lain seperti dilakukan PT Djarum, PT Nojorono, PT Pura, PR Sukun, dan PT Mubarokfood Cipta Delicia. Di tengah pro dan kontra mengenai isu kretek, Prof Sarjadi yang notabene dokter, mengapresiasi penemuan Dr Gretha Zahar tentang peluruhan radikal bebas, yang bersama Prof Dr Sutiman B Sumitro dikembangkan menghasilkan divine yang dianggap menyehatkan. Prof Sarjadi menuturkan, radikal bebas merupakan penyebab utama hampir semua penyakit. Prosesnya, radikal bebas masuk ke dalam tubuh melalui polusi udara, makanan, tambalan gigi amalgam, kosmetik dan sebagainya. Dalam kondisi itu, radikal bebas menjadi racun yang menyebabkan kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri tidak berjalan maksimal. ’’Anehnya’’, yang dituduh sebagai penyebab utama penyakit adalah rokok. Padahal, nikotin justru sebagai zat peluruh radikal bebas. Stigmatisasi itu menggelitik Prof Sarjadi untuk membedahnya. Ia mengagendakan simposium internasional tentang kretek pada Oktober mendatang di Semarang, mengundang pembicara dari negara-negara Asia Pasifik, khususnya yang memiliki tembakau dan industri hasil tembakau. Bagi Pemkab Kudus dan sekitarnya, dua pesan tersebut bisa menjadi garapan menarik. Pembangunan pendidikan harus ditingkatkan kareINFO MURIA
na UMK sudah menjadi kiblat pendidikan tinggi di Pantura Timur Jateng. Adapun industri hasil tembakau (IHT) merupakan bagian penting penopang ekonomi masyarakat. Peningkatan Kualitas Lebih dari 10 tahun memimpin UMK, dukungan Prof Sarjadi terhadap pengembangan dunia pendidikan tentu bukan tanpa pertimbangan. Karena itu pula, perlu terus menggulirkan dukungan untuk menjadikan Kudus sebagai kota pendidikan. Pertama; tujuan belajar. Universitas Muria Kudus, dan beberapa perguruan tinggi lain di Kudus, kini telah menjadi tujuan belajar warga Pantura Timur Jateng, khususnya Eks Karesidenan Pati plus sebagian Demak. Sebagai tujuan belajar, tentu harus selalu meningkatkan kualitas. Kedua; pembelajaran santri. Selain perkembangan pendidikan tinggi, tak dapat dimungkiri bahwa Kudus merupakan salah satu kabupaten yang banyak memiliki lembaga pendidikan berbasis pesantren (santri). Kolaborasi pemikiran antara lembaga pendidikan modern (perguruan tinggi) dan pendidikan pesantren, akan menghasilkan corak pemikiran khas yang memiliki karakter tersendiri. Sejarah mencatat Kudus melahirkan banyak kader yang diperhitungkan. Kita bisa menyebut KH Raden Asnawi (pendiri NU), H Subhan ZE (tokoh NU), KH Arwani Amin (mursy-
Edisi XVIII
Mei - Juli 2014
id thariqah dan pendiri Pesantren Yanbu’ul Qur’an), dan KH Turaikhan Adjhuri (pakar falak/astronomi). Selain itu, Prof Dr Abdurrahman Mas’ud (pakar pendidikan), Prof Dr Abdul Djamil (pakar filsafat), Prof A Rofiq (pakar Hukum Islam), Dr Noor Ahmad (ketua umum perguruan tinggi NU), Dr M Syafi’i Anwar (tokoh pluralisme), dan Dr A Mu’ti (tokoh muda Muhammadiyah). Dari fakta itu, Kudus memiliki modal sosial lebih dari cukup untuk memajukan dunia pendidikan. Terlebih bila dapat mempertemukan para tokoh dan cendekiawan yang dimiliki, supaya menyumbangkan pemikirannya bagi kemajuan daerahnya. Dalam konteks itu, pesan terakhir Prof Sarjadi menemukan gayutnya, yakni pemunculan ikon pendidikan yang dimiliki, dan tentu menggali lebih dalam berbagai potensi lain. Mengenai kretek, Prof Sarjadi hingga menjelang kepergiannya tetap mengajak masyarakat melihatnya dalam bingkai yang lebih netral, tidak dengan stigma negatif lebih dulu. Perjuangannya mengembangkan UMK dan dunia pendidikan di Pantura Timur Jateng tak boleh mandek. Akademisi di Kudus punya kewajiban meneruskan berbagai pemikirannya. Pemkab pun semestinya cerdas menerjemahkan berbagai pemikiran tokoh itu demi kemajuan Kudus. (Rosidi) Artikel ini pernah dimuat di Harian
TERAS MURIA
Makam itu berada di ujung bagian timur kompleks pemakaman Sedomukti, yang berada di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Di salah satu batu nisannya, tertera tulisan ‘’Drs. RMP. Sosrokartono, wafat 8-2-1952’’. Siapa Drs. RMP. Sosrokartono? Memang, tak banyak yang benar-benar paham dengan kiprah dan perjuanganya, apalagi bagi mereka yang tidak tertarik mempelajari sejarah bangsa dan tokoh-tokoh yang memperjuangkan Indonesia merdeka. Lahir pada 10 April 1877 dari pasangan RM. Adipati Ario Samingoen Sosroningrat dan RA. Nyai Ngasirah, sebelumnya ia menempuh pendidikannya di Eropesche Lagere School (ELS) Jepara dan Hogere BurgesSchool (HBS) di Semarang. Ia menguasai puluhan bahasa asing. Ada yang mengatakan 17, 24 dan 26 bahasa dunia, dan sekitar 10 bahasa daerah di Indonesia. Kakak RA. Kartini ini menjadi salah satu putra bangsa paling jenius yang dimiliki Indonesia, dan tinggal di Eropa selama 29 tahun, antara lain Belanda, Belgia, Perancis, Austria, dan Swis. Ia menjadi wartawan perang Koran New York Herald dengan penghasilan USD 1.250, ia bisa hidup mewah di Eropa. Ia pernah pula menjadi penerjemah di Wina, Austria, penerjemah di Kedubes Prancis di Den Haag, dan terakhir menjadi penerjemah di Liga Bangsa Bangsa di Jenewa. Kendati bisa hidup mewah di Eropa dengan kemampuan intelektual yang dimilikinya, namun itu tak menjadikannya lupa diri akan tanah air. ‘’Eyang Sosrokartono pada akhirnya pulang ke Indonesia dan bergabung dengan Taman Siswa Bandung,’’ terang Sunarto, juru kunci makam Sosrokartono.
11
Tak Lupakan Budaya Jawa
Makam RMP. Sosrokartono (kanan). Salah satu pengunjung berfoto di depan gapura dalam kompleks makam Sedomukti (kiri)
Pengaruh dan intelektualitas Sosrokartono pun mendapat pengakuan banyak kalangan. Soerkarno, Presiden RI pertama Indonesia ini mengatakan, Sosro adalah putra Indonesia yang besar. ‘’Sosrokartono adalah sahabat saya, dan oeh karena beliau adalah putra Indonesia yang besar,’’ demikian sebagaimana dikutip Hadi Priyanto dalam bukunya ‘’Sosrokartono: De Javasche Prins’’. Budaya Jawa Hidup di daratan Eropa sebagai intelektual brilian, tak membuat Sosro lupa diri. Ia tetap mencintai Indonesia
berikut budaya dan bahasanya, lengkap dengan atribut yang selalu melekat dalam dirinya, seperti selalu memakai busana Jawa. Menurut penuturan Sunarto, ajaran-ajaran (laku) kebajikan Sosrokartono pun selalu dikemas dengan Bahasa Jawa. ‘’Sebagai salah satu perintis kemerdekaan, Eyang Sosro merupaan sosok yang sangat rendah hati dan suka menolong sesama.’’ Berbagai ajaran Eyang Sosro itu, di antaranya trimah mawi pasrah (menerima kenyataan hidup dengan penuh tawakkal), suwung pamrih tebih ajrih (tidak berharap balasan saat membantu sesama dan tidak takut dengan apa-
pun karena benar. ‘’Yang banyak dikenal dalam masyarakat umum, yaitu ajaran sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, lan menang tanpa ngasorake,’’ ujar Sunarto yang sudah 23 tahun menjadi juru kunci makam Sosrokartono. Masih banyak ajaran Eyang Sosro lain yang bisa digali dan menjadi pelajaran hidup bagi masyarakat saat ini. Ilmu kantong bolong adalah salah satunya. ‘’Ilmu kantong bolong intinya adalah menolong sesama tak peduli waktu, perut, dan kantong. Bila ada isinya, diperuntukkan bagi sesama manusia,’’ terang Sunarto. (Rosidi)
rakan di Undip. Keempat mahasiswa itu berhasil lolos ke Pimnas berkat Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Teknologi ‘’Simulasi Rancang Bangun Alat Pengusir Hama Burung Menggunakan Gelombang Ultra Sonic’’ yang berhasil diciptkannya. Ahmad Edie Waluyo mengatakan, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan manusia, tak terkecuali petani, bertambah pula. ‘’Tidak hanya pada penyediaan benih dan pupuk saja, juga alat-alat seperti pengusir hama burung- burung. ‘’Hama burung cukup berdampak pada hasil panenan petani. Dengan alat pengusir hama burung yang menggunakan gelombang ultra sonic yang kami rancang, semoga bisa membantu petani akan problem hama ini.’’ Diamini M. Imha Ainun Najib, Irham Abdul Jalil, dan M. Lutfi Hakim, dia menambahkan, alat pengusir hama burung ini tidak mengganggu
indra manusia. ‘’Alat ini terdiri dari rangkaian elektronik seperti panel surya, rangkaian kontroller pengecas accu, accu, rangkaian sensor cahaya, rangkaian penguat laser ic 555 dan rangkaian sensor ultrasonik,’’ jelasnya. Rina Fiati, S.T, M.Cs., dosen pembimbing tim Pimnas UMK, mengatakan, ide pembuatan alat ini sangat sederhana, yaitu semakin banyaknya hama yang menyebabkan petani sering merugi, sehingga perlu partisipasi banyak pihak, khususnya perguruan tinggi untuk ikut mencarikan solusi atas persoalan yang dihadapi petani. ‘’Rancangan alat ini masih membutuhkan penyempurnaan - penyempurnaan. Kami belum mampu menghitung berapa luas area alat ini bisa dipergunakan hingga bagaimana bisa digunakan dalam kondisi hujan sekali pun. Ini tantangan ke depan untuk menyempurnakan alat ini,’’ terangnya. (rsd)
n KIPRAH
Kibarkan UMK dengan Alat Pengusir Hama Burung di Pimnas Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-27 digelar di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang pada 25–29 Agustus 2014. Satu tim dari Universitas Muria Kudus (UMK) berhasil ikut dalam kompetisi bergengsi tingkat nasional ini.
R
asa bangga tentu menghing- dul Jalil, dan M. Lutfi Hakim. Betapa gapi Ahmad Edie Waluyo, M. tidak. Tak lama lagi, ia bakal mewakili Imha Ainun Najib, Irham Ab- UMK dalam Pimnas yang diselenggaINFO MURIA
Edisi XVIII
Mei - Juli 2014
12
KRETEKUS
Suara Hati ‘’Kartini Kretek’’ Lebih dari Rp. 95,7 triliun disumbangkan Industri Hasil Tembakau (IHT) melalui cukai kepada negara pada 2013. Ini belum termasuk pajak yang disetor. Ada ‘’Kartini Kretek’’ di balik besarnya kontribusi IHT untuk negara.
A
dzan shubuh belum lagi terdengar. Namun Suwarti (32), sudah beranjak dari peraduannya. Hawa dingin yang menusuk tulang, tak diindahkannya. Ia pun mulai menyapu halaman rumahnya, lalu mengambil beras dan kemudian menanaknya. Begitu adzan shubuh berkumandang, buru-buru ia pun bersih-bersih diri, lalu mengambil wudlu dan kemudian shalat. Setelah itu, istri Sukisno (41) ini masih menyempatkan menengok dua buah hatinya yang masih terbaring tidur, sebelum ia berangkat menuju tempat kerja. Suwarti, warga RT 2 RW I Desa Sambung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, ini adalah buruh bathil di salah satu Industri Hasil Tembakau (IHT) atau yang akrab dikenal dengan pabrik rokok di Kabupaten Kudus. Sudah 13 tahun ibu dari Humaidatul Zahratul Ulya (9) dan Fahrurrozi (6) ini melakoni aktivitas kesehariannya sebagai pekerja IHT. Dia tidak sendirian. Lebih dari seratus perempuan di desanya juga bekerja di sektor yang sama di Kota Kretek. ‘’Setiap hari kami berangkat kerja bersama-sama dengan naik angkutan langganan. Satu angkutan rata-rata ditumpangi 20 pekerja. Sekali jalan, ongkos yang kami keluarkan Rp 1.500. Jadi ongkos pergi dan pulang sebesar Rp
Aktivitas di salah satu brak perusahaan rokok kretek di Kudus
dari matanya. ‘’Selain membantu suami, saya bekerja ini buat masa depan anak-anak,’’ ujarnya. Hal serupa juga dilakoni ratusan ribu buruh bathil lain di perusahaan-perusahaan yang bergerak di IHT di Kudus, yang kesehariannya bertugas merapikan rokok kretek sebelum dikemas. Sri Zuliana (32), salah satunya. Sebagaimana Suwarti, istri Hadi Mulyanto (39) yang juga ibu dari Andre Daniar (13) dan Ricky Ilham Maulana (4), ini juga harus bangun pagi-pagi benar sebelum berangkat ke tempat kerja. ‘’Sudah 13 tahun saya kerja di Djarum Pengkol, tepatnya tiga bulan setelah melahir-
mun ironisnya, sumbangan besar sektor IHT bagi negara, tidak mendapatkan apresiasi yang semestinya. Sebaliknya, berbagai kebijakan diskriminatif justru bermunculan. Seperti adanya kebijakan membuat Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di berbagai kota, adanya usaha kelompok anti kretek yang mendorong Presiden segera meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dan pembatasan ruang promosi. Yang teranyar, yaitu diberlakukannya Peraturan Pemerintah (PP) No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau
Grafis: Penerimaan Cukai Negara dari Produksi Kretek
Sumber: Kretek Indonesia: Dari Nasionalisme hingga Warisan Budaya
3.000,’’ terang Suwarti. Pekerjaannya yang menuntut ia sudah harus berangkat pukul 04.30, membuatnya tidak sempat mengambilkan sarapan bagi anak-anak dan mengantarnya sekolah. Namun binar kebahagiaan tetap terpancar
kan anak pertama,’’ ungkap warga RT 4 RW V Desa Ploso, Kecamatan Jati, Kudus. Tolak Kebijakan Diskriminatif Fakta bahwa IHT menyumbang cukai dan pajak yang tidak sedikit bagi negara, tidak dapat dibantah. Na-
bagi Kesehatan per 24 Juni 2014. PP ini lengkapi dengan lembaran Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 28 Tahun 2013 tentang Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau. Yakni mengenai ketentuan
INFO MURIA
Edisi XVIII
kemasan (packaging) rokok (kretek) tampil dengan gambar yang ‘’menyeramkan’’. Kendati tidak begitu memahami betul berbagai aturan (kebijakan) yang menyudutkan IHT, namun sebagai buruh yang menggantungkan perekonomian keluarganya dari sektor industri kretek, baik Suwarti maupun Sri Zuliana tidak setuju jika ada kebijakan yang menggoyang industri di mana ia bekerja. ‘’Kami tidak setuju jika pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang menyudutkan dan bisa berdampak pada keberlangsungan IHT. Perusahaan di sektor IHT ini telah membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Jika karena ada kebijakan yang mengancam keberadaan IHT, maka ancaman pengangguran akan merajalela,’’ tegas Suwarti. Dalam pandangan Sri Zuliana, perusahaan-perusahaan berbasis industri kretek yang banyak berdiri di Kudus, telah membantu pemerintah dan mengambil peran yang besar dalam penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. ‘’Kalau tidak ada perusahaan rokok di Kudus, kasihan suami-suami, tidak ada yang membantu mencari nafkah. Banyak perempuan menganggur. Pekerja rokok di Kudus tidak hanya dari kota ini saja, tetapi banyak juga dari
Mei - Juli 2014
kabupaten (kota) sekitar,’’ katanya. Karena itu, menurutnya, justru pemerintah harus berterimakasih atas peran IHT dalam membantu menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. ‘’Harusnya pemerintah ikut memperhatikan pekerja, seperti membantu layanan kesehatan. Bukan malah membuat kebijakan yang menyudutkan. Bagaimana nasib ratusan ribu pekerja jika IHT ini terancam keberadaannya?’’ tuturnya dengan nada tanya. Hendira Ayudia Sorentia, S.Pi., aktivis perempuan di Semarang, melihat diskriminasi terhadap IHT dengan dalih kesehatan. ‘’Isu kesehatan selalu membungkus kebijakan pemerintah berkaitan dengan rokok (kretek-Red). Padahal banyak makanan dan bahan makanan lain yang berisiko bagi kesehatan, seperti MSG, soda, jeroan, pemanis buatan dan lainnya.’’ Dia pun mengemukakan, seharusnya pemerintah membuat kebijakan, yang, paling tidak, bisa mengatur dan mengontrol peredaran makanan yang berisiko bagi kesehatan tersebut. ‘’Di titik inilah terdapat diskriminasi kedua,’’ ujarnya. Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro (Undip) ini berpandangan, para pembuat kebijakan di Indonesia, sudah terseret arus pemikiran ‘ala Amerika, bahwa merokok itu ‘’tidak modern’’. “Jika dirunut latar belakangnya, Amerika yang sekarang (bukan warga pribuminya) memang tidak mempunyai tradisi merokok secara turun temurun dari leluhurnya. Berbeda dengan orang Indian yang sampai kini masih merokok alami,’’ terangnya. Hampir sama dengan orang Indian, ungkap Ayudia, masyarakat Nusantara juga mempunyai tradisi mbako turun temurun, yang digunakan sebagai media sosial dan spiritual. “Jadi mereka tidak bisa di-judge sebagai masyarakat primitif karena tradisinya ini,” tandasnya. (Rosidi)
13
KAMPUSIANA
P
Puaskan Pemustaka melalui E-Resources
eran perpustakaan dalam perguruan tinggi sangat vital, sebagai jantung ilmu pengetahuan. Karenanya, Perpustakaan Perguruan Tinggi (Pusperti) dalam praktik mesti bisa memuaskan para pemustakanya, yang tentunya bisa diwujudkan dengan pelayanan prima. Hal itulah salah satu bahasan penting dalam workshop dan musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) yang digelar di Perpustakaan Universitas Indonesia (UI) pada 23 – 24 Juni 2014. Dihadiri para pustakawan anggota FPPTI se Indonesia, kegiatan selama dua hari ini membahas bagaimana mengontrol mutu dalam peningkatan kompetensi pustakawan, penyajian E-Resources bagi pemustaka, dan pemilihan Ketua FPPTI Pusat baru untuk memperkuat jejaring antarPusperti. Merry Dandian Panji, M.Si., Kasi TenDik Subdit Karir Dirjen Dikti, pada kesempatan ini menyampaikan road map Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dalam mempersiapkan pustakawan menghadapi Mayarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. ‘’Peraturan Menteri No. 49 Tahun 2014 mengenai Standar Nasional Pendidikan Tinggi, mensyaratkan sertifikat kompetensi bagi pustakawan sebagai tenaga kependidikan. Bersama dengan tenaga pendidikan dan unsur lain di per-
guruan tinggi, pustakawan harus meningkatkan kapasitas dan adaptif terhadap perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK),’’ jelasnya. Endang Fatmawati, Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pustakawan, mengutarakan, penilaian untuk memperoleh sertifkat pustakawan terdiri atas klaster profesional dan klaster keahlian. Setelah seleksi administrasi, pustakawan akan menjalani dua hari masa uji kompetensi. ‘’Klaster profesional terdiri dari pengembangan koleksi dasar, pengolahan bahan perpustakaan dasar, layanan perpustakaan dasar, dan pelestarian bahan perpustakaan dasar. Sedang klaster keahlian meliputi perancangan tata ruang dan perabot perpustakaan, penciptaan literatur sekunder, penelusuran informasi kompleks, pengkajian bidang perpustakaan dan penyusunan karya ilmiah.’’ Layanan E-Resources Di era teknologi informasi ini, pemustaka Pusperti tentu sangat akrab dengan internet berikut situs Google dan Wikipedia-nya. Dua situs ini, hingga sekarang, dinilai handal dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan. Padahal, Google adalah mesin pencari yang seringkali mendaratkan pencarian ke situs-situs yang tidak selalu dapat dipertanggungjawabkan. Sedang Wikipedia, situs ini menyajikan referensi mengenai banyak hal, namun ke-
benaran informasi di dalamnya, belum tentu bisa dipertanggungjawabkan. Di sinilah, pentingnya peran Perpusti dalam menyampaikan informasi (data) dan menyajikan referensi yang bisa dipertanggungjawabkan. Salah satunya melalui layanan E-Resources di Pusperti. Urgensu E-Resources dan bagaimana menyajikannya, ini dibahas oleh empat narasumber. Yakni Dr. Djoko Susanto (Perpustakaan Nasional RI), Oktivaniane Sinaga (Information Resource Centre/ IRC Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta), Imam Budi
Area kantor dan perkuliahan FKIP diwarnai dengan atribut konferensi internasional Teylin, seiring dengan akan dilangsunghkannya kegiatan tersebut pada September mendatang.
S
hasiswa yang hiruk pikuk oleh aktivitas perkuliahan, area perkuliahan disemarakkan dengan pamflet-pamflet Teylin yang digantung. Ya, tak lama lagi, Program
tronik yang dikenal unggul, bisa diakses dengan mendaftar secara mandiri atau melalui Pusperti. ‘’Semua E-Resources bisa diakses secara gratis oleh warga Indonesia, termasuk sivitas akademika,’’ katanya. Sementara itu, Imam Budi Prasetiawan dan Purwono dalam kesempatan itu menyampaikan pentignya penyajian di Pusperti dan bagaimana menyajikannya, dimulai dengan pengenalan E-Resources gratis yang tersebar di dunia maya. (Noor Athiyah)
Serah terima jabatan ketua FPPTI dari luki Wijayanti ke Iman Budi Prasetiawan
Akademisi dan Praktisi Antusias Ikuti Teylin 2014
uasana di area ruang perkuliahan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK), nampak semakin semarak. Selain ma-
Prasetiawan (Binus University), dan Purwono (Universitas Indonesia). ‘’E-Resources yang dimiliki Perpustakaan Nasional RI, bisa dimanfaatkan oleh siapapun di Indonesia, termasuk pemustaka Pusperti. E-Resources yang disediakan mencakup beragam pangkalan data jurnal, buku elektronik terpercaya termasuk e-book terbitan Balai Pustaka, terindeks scopus, dan memiliki rentang waktu yang lama,’’ ungkap Djoko Susanto. Hal senada dikemukakan Oktivaniane Sinaga. IRC, yang salah satu memiliki layanan ebrary, penyedia buku elek-
Studi (Progdi) Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UMK, bakal menggelar hajat besar, yaitu konferensi internasional Teaching for Young Learner in Indonesia (Teylin) pada 2 – 3
INFO MURIA
Edisi XVIII
September mendatang. Teylin sendiri, penyelenggaraannya mendapatkan sambutan positif dari akademisi dan praktisi pendidikan Bahasa Inggris dari berbagai perguruan tinggi lain, sehingga pada penyelenggaraan tahun ini, levelnya naik menjadi konferensi internasional. ‘’Pertama kali digelar pada 2011 dengan titel konferensi nasional yang berlanjut pada 2012, namun penyelenggaraan ketiga baru dilaksanakan pada 2014. Bukan persoalan vakum, namun karena Teylin kemudian menjadi konferensi internasional,’’ ujar Fajar Kartika, SS. MM. Diamini Mutohhar, S.Pd. M.Pd dan Agung Dwi Nurcahyo, SS. M.Pd., Fajar menjelaskan, penyelenggaraan Teylin menjadi konferensi internasional, ini lantaran ada masukan dari para presenter yang menginginkan Teylin tidak sekadar digelar sebagai forum nasional saja. ‘’Ada presenter dari beberapa perguruan tinggi pada penyelenggaraan pertama dan
Mei - Juli 2014
kedua memberi masukan, suaya Teylin menjadi konferensi internasional. Dan ternyata, sambutannya memang bagus.’’ Pada konferensi internasional ini, narasumber yang dijadwalkan hadir yaitu Itje Chodijah MA (ELT Consultant and British Council Trainer/ Indonesia), Justine Hitchcock (New Zealand), Jonathan Moore (TESOL Practitioner/ USA), dan Kylie Moody (Australia). Selain itu, salah satu presenter berasal dari Jepang, yakni Jean Pierre Chretien. Farid Noor R. S.Pd. M.Pd. humas kegiatan, menambahkan, antusiasme akademisi dan praktisi pendidikan Bahasa Inggris mengikuti konferensi internasional Teylin 2014 sangat bagus. ‘’Peserta terbatas untuk 100 peserta saja. Saat ini yang sudah mendaftar antara lain dari UNY, Unila, Universitas Negeri Jambi, Universitas Tarumanegara, Universitas PGRI Semarang, Unnes, Undip, UNJ, dan UPI Bandung,’’ katanya. (rsd)
14
KAMPUSIANA
Dukung Pengembangan UMKM, Fakultas Teknik Gelar Snatif
Pakar teknologi informasi Onno W. Purbo menjadi narasusmber seminar yang diselenggarakan Hima Fakultas Teknik UMK
F
akultas Teknik Universitas Muria Kudus (UMK) menggelar Seminar Nasional dalam bidang Teknologi Industri dan Informatika (Snatif ) 2014 di Kampus UMK pada Sabtu (23/8/2014). Dekan Fakultas Teknik Rochmad Winarso ST MT melalui ketua panitia Syafi’ul Muzid ST MCs mengutarakan, kegiatan ini mengusung tema ‘’Perkembangan Teknologi untuk Mendukung Kemajuan Industri Kreatif’’. ‘’Ada dua kegiatan utama dalam Snatif 2014 ini, yaitu seminar panel dan call for paper (seminar pararel) dengan berbagai topik yang relevan dengan tema kegiatan,’’ ujar Muzid. Muzid menjelaskan, Snatif 2014 merupakan kegiatan yang dilaksanakan kolaborasi empat Program Studi (Prodi) yang ada pada Fakultas Teknik. Kegiatan ini diharapkan menjadi sharing berbagai hasil kajian dan riset (penelitian) terkait perkembangan teknologi komputasi dan aplikasinya dalam pengembangan industri kreatif. ‘’Snatif 2014 diharapkan pula menjadi sarana bagi akademisi, pembuat kebijakan, praktisi IT, peneliti, dan pengguna teknologi untuk berdiskusi, menyampaikan ide (gagasan), konsep, pengalaman dan hasil penelitian terbaru dalam bidang teknologi untuk mendukung industri kreatif.’’ Selain itu, untuk mengenalkan teknologi sebagai penunjang industri kreatif terkait dengan peluang, tantangan dan permasalahan yang
akan dihadapi saat ini dan waktuwaktu mendatang. ‘’Diharapkan pula, dari sini terbangun kerjasama antara perguruan tinggi, instansi terkait, pelaku usaha serta masyarakat, dan meningkatkan kemampuan technopreneurship (technology entrepreneurship) bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),’’ lanjut Muzid diamini Anastasya Latubessy SKom MCs, sekretaris panitia. Kegiatan ini akan menghadirkan Prof Ir Zainal Arifin Hasibuan MLS PhD (UI) sebagai narasumber kunci. “Sebagai reviewer makalah, yaitu Drs Retantyo Wardoyo MSc PhD (UGM), Joga Dharma Setiawan BSc MSc PhD (Undip), dan Dr Sri Kusumadewi SSi MT (UII). (rsd)
T
Bebaskan Pikiran Saat Menulis
ak kurang 110 peserta yang terdiri atas siswa tingkat SMP dan SMA, mahasiswa, guru, dan dosen di Kabupaten Kudus, Pati, dan Jepara mengikuti workshop penulisan karya fiksi yang diselenggarakan oleh UPT Perpustakaan dan Lembaga Informasi dan Komunikasi (Linfokom) Universitas Muria Kudus (UMK), Kamis (5/6/2014). Digelar di ruang pertemuan perpustakaan, ratusan peserta begitu antusias menyimak paparan dari sastrawan asal Yogyakarta, Eko Sugiarto, dan penulis novel yang pernah melakoni sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, Maria Bo Niok. Maria Bo Niok di depan ratusan peserta yang hadir, mengutarakan, bahwa untuk memulai menjadi seorang penulis, tidak perlu dengan hal-hal yang sulit. ‘’Tulis lah apa yang terdekat dengan Anda.’’ Dia mengemukakan, untuk menjadi seorang penulis, mesti menjadi pembaca yang baik serta menghargai sebuah ide dan karya, bagaimana pun kualitas sebuah karya tersebut. ‘’kalau punya ide, simpanlah. Kalau ada kesempatan di depan komputer,
Sastrawan dan penggiat Komunitas Merapi Eko Sugiarto berbagi tips menulis Cerpen dalam workshop menulis karya fiksi yang digelar Humas dan Perpustakaan UMK.
Salah seorang peserta workshop menulis fiksi yang mengajukan beberapa pertanyaan kepada pemater.
INFO MURIA
Edisi XVIII
Mei - Juli 2014
baru diketik,’’ ujarnya memberikan tips. Penulis novel Ranting Sakura yang mengaku pendidikan tertingginya adalah pengalaman hidup, mengingatkan, jangan sekali-kali membuang sebuah karya tulis. ‘’Kalau punya tulisan, apapun itu, jangan dibuang. Kalau gak suka, dikumpulin. Sehingga ketika membutuhkan, tinggal ambil,’’ katanya. Untuk memulai menulis, istri Stevi Sundah ini berpesan agar tidak terlalu pusing memikirkan mau membuat tulisan apa. ‘’Tulis saja. Kalau pendek, jadikan puisi. Agak panjang, buat cerpen. Atau panjangkan lagi, jadikan novel. Mengalir saja. Tulisan itu ungkapan yang mengalir dari hati,’’ tuturnya dalam workshop yang dibuka Rektor UMK, Dr. Suparnyo SH. MS. Eko Sugiarto, mengungkapkan, untuk menjadi seorang penulis, yang harus dilakukan adalah menulis itu sendiri. ‘’Tulis, tulis, dan tulis. Sama juga bohong, jika ingin jadi penulis tetapi tidak pernah menulis, melainkan hanya di angan-angan saja.’’ Sastrawan yang pernah bekerja
sebagai penyelaras bahasa di Harian Kompas ini mengatakan, salah satu yang bisa dilakukan untuk menjadi penulis, yaitu dengan mamksimalkan peran buku harian. ‘’Buku (catatan) harian ini sangat penting untuk mengikat makna. Kalau suatu saat kehabisan ide, buku harian itu bisa dibuka-buka kembali. Selain itu, untuk menjadi penulis, harus berani berpikir di luar keumuman atau keluar dari kotak, sehingga bisa melahirkan keunikan (ke-khasan). Saat menulis, bebaskan pikiran,’’ tegasnya. Workshop ini pun semakin menarik dengan adanya interaksi dari para peserta yang hadir, baik dari kalangan siswa, mahasiswa, guru, maupun dosen. Banyak lontaran dan harapan muncul, antara lain membentuk wadah kepenulisan untuk pelajar dan membuat workshop lanjutan bagi siswa maupun guru Bahasa Indonesia. (rsd)
15
PUSTAKA Membaca Keteladanan Mbah Basyir Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
D
i tengah maraknya pergulatan politik di masyarakat, masih banyak kiai yang berpegang teguh sebagai pengayom masyarakat, yang kerap ‘hilang akal’ dan rela mengorbankan jati dirinya demi kepentingan politik tertentu. KH. Ahmad Basyir adalah satu dari kiai yang hingga wafatnya, menjadi teladan bagi santri dan masyarakat. Kisah hidup dan perjalanan sang
Info Buku
: Syaikhina Ahmad Basyir : Syaikh Mujiz Dalail Khairat : Widi Muryono : Lembaga Pers Santri Fikro : Pertama, April 2014 : 284 halaman
kiai mengarungi kehidupan dengan berpegang pada nilai-nilai agama dan budaya yang adiluhung, itu terekam dalam buku ‘’Syaikhina Ahmad Basyir: Syaikh Mujiz Dalail Khairat’’ yang ditulis Widi Muryono. Sebagai sebuah biografi, buku ini cukup lengkap mengupas perjalanan sang Mujiz, mulai dari masa kecil, remaja, dewasa, hingga wafatnya. Dijelaskan, Mbah Basyir –sapaan akrab KH. Ahmad Basyir- semasa kecil mengaji kepada kiai-kiai khos Kudus, seperti KH. Ma’mun Ahmad, KH. Arwani Amin, KH. Irsyad, dan KH. Chadziq (kakak KH Turaichan Adjuri). (hal. 38). Selanjutnya, Mbah Basyir nyantri kepada KH. Yasin dan banyak melakukan riyadhah (tirakat). Dari
KH. Yasin pula, Mbah Basyir mendapat ijazah dan kemudian sepeninggal gurunya itu, dikenal sebagai Mujiz Dalail AlKhairat. Buku dengan tebal 174 halaman ini, merupakan kesaksian santri yang kemudian dituangkan dalam sebuah karya. Buku di-launching bertepatan dengan 40 hari wafatnya KH. Ahmad Basyir, yang dihadiri tokoh agama, santri, dan masyarakat luas. Menurut keterangan KH. Alamul Yaqin, putra bungsu KH. Ahmad Basyir, salah satu yang hadir pada kesempatan itu adalah KH. Aniq Muhammadun dari Pati. Pihak keluarga berharap, kehadiran buku ‘’Syaikhina Ahmad Basyir: Syaikh Mujiz Dalail Khairat’’, kehadiran buku biografi KH. Ahmad Basyir bisa memberi motivasi dan teladan bagi umat secara luas, khususnya bagi santri Pondok Pesantren Darul Falah peninggalan sang Mujiz Dalail Al-Khairat tersebut. M. Widjanarko
Mengeja Keteladanan Risma
K
EPEMIMPINAN Walikota Surabaya Tri Rismaharini, sungguh menyita publik tanah air. Berpijak pada pemikiran bahwa pemimpin itu amanah dan menjunjung tinggi rasa pengabdian pada rakyat yang dipimpinnya. Ia bekerja keras mengubah ‘’wajah’’ Surabaya menjadi asri. Berbagai penghargaan didapat Kota Pahlawan ini di bawah kepemimpinannya. Namun tentu kepemimpinannya tidak selalu mulus. Berbagai problem berat, menderanya. Sampai ia pernah berkeinginan mundur dari jabatan walikota yang diembannya. Perjalanan Risma memimpin Surabaya, ini dikupas secara apik dalam buku berjudul “Serpihan Kisah Bu Risma”. Banyak kisah keteladanan yang bakal Anda dapat dengan membaca buku terbitan Real Books yang terbit perdana pada April 2014 ini. (rsd)
Belajar Psikologi pada Nigel Benson Judul Penulis Penerbit Tahun Harga ISBN
T
eori psikologi, bagi kebanyakan orang, sulit untuk memahami. Namun tidak dengan belajar langsung pada Nigel Benson DKK., melalui ‘’The Psychology Book: Big Ideas Simply Explained’’. Kendati bukan buku baru, namun buku ini bisa menjadi pintu masuk untuk memahami teori-teori psikologi yang terbilang rumit. Buku ini bisa menjadi referensi dan
: The Psychology Book: Big Ideas Simply Explained : Nigel Benson Dkk : DK Publishing : 2012 : Rp. 355.000,: 978-0-7566-8970-4
bacaan yang jauh dari membosankan laiknya kamus dan ensiklopedi. Buku ini menjelaskan secara verbal dan visual dasar-dasar eksperimental dan teoritis ilmu psikologi. Selain itu, buku yang bisa dibilang sebagai ‘’ensiklopedia ilmu psikologi’’ ini, menjelaskan beragam teori, lengkap dengan timeline perkembangannya. Pembaca pun tak perlu merasa pusing harus membaca sampai detil dari awal hingga akhir untuk memahami, karena buku ini dilengkapi indeks di bagian akhir, yang memudahkan untuk menemukan istilah-istilah tertentu. Buku dengan ketebalan 352 halaINFO MURIA
man ini, terbagi dalam tujuh bagian. Yakni Philosophical Roots, Behaviorism, Psychotherapy, Cognitive Psychology, Social Psychology, Developmental Philosophy, dan Psychology of Difference. Selain kemudahan dalam memahaminya, hal lain yang menarik dari buku ini, karena dilengkapi pula dengan biografi singkat para pakar psikologi sesuai dengan keahliannya. Mulai dari Sigmun Freud, Carl Jung, Alfred Adler, Robert Zajonc, Philip Zimbardo, Kenneth Clark, dan Albert Bandura. Penasaran untuk membacanya? Bagi sivitas akademika UMK, tak perlu langsung membeli untuk membacanya jika belum ada uang, karena buku tersebut bisa diakses di bagian referensi Perpustakaan Pusat. Tunggu apa lagi? (Noor Athiyah)
Edisi XVIII
Mei - Juli 2014
Historiografi Kretek
M
EMBINCANG kretek atau Industri Hasil Tembakau (IHT), biasanya tidak akan lepas dari wacana pro kontra yang melingkupi. Namun para peneliti Pusat Studi Kretek Indonesia (Puskindo) Universitas Muria Kudus (UMK) dan Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM), bisa keluar dari perdebatan tersebut. ‘’Kretek Indonesia: Dari Nasionalisme hingga Warisan Budaya’’ adalah buku yang mengupas secara detil bagaimana membaca kretek dari sudut pandang kesejarahan. Data-data yang disajikan pun sangat lengkap. Diawali dengan pembahasan “Kretek: Nasionalisme dan Kemandirian Ekonomi”, dilanjutkan bahasan seputar “Kretek: Dimensi Sosial dan Budaya”, dan dilengkapi “Esai-Esai Kebudayaan” di bagian akhir, menjadikan buku ini kaya akan informasi mengenai kretek yang belum banyak diungkap –untuk tidak mengatakan tidak adaoleh peneliti dan penulis lain. (rsd)
16
BUDAYA KOLOM Catur Murti Oleh Rosidi
Kudus Masih Cantik: Cita Rasa Lokal Seni Rupa Mamik S. Mulyono
K
ekayaan seni rupa sebuah kota, tak Tidak salah jika saya menyebut Kudus Mabisa dilepaskan dari sejarah pan- sih Cantik. Kata ‘Masih’ saya terjemahkan jang budaya masa lalu. Demikian sebagai proses yang selalu berjalan: dulu, halnya dengan Kabupaten Kudus. Khaza- sekarang, hingga kekinian.’’ nah budaya kekinian, adalah berkat ada- Potensi Dieksplorasi nya artefak-artefak masa lalu yang menBerbagai kekayaan lokal yang dimijadi titik keberangkatan lahirnya produk- liki Kudus, semestinya memberikan dan produk seni rupa kini. mengingatkan kesadaran masyarakat akan Paling tidak, itulah pengakuan seni- khazanah yang dimilikinya. Melalui tangan man Mamik S. Mulyono yang terkenal terampil Mamik, misalnya, telah lahir andengan branding ‘’Kudus Masih Cantik’’ tara lain lukisan Sebatang Kretek Terakhir, yang dipopulerkannya sekitar 2001 lalu, Terbang Papat, Barikan (Kenduren), dan dengan membuka art corner di gerai Ku- karya-karya lainnya. dus Plaza. ‘’Saya banyak terinspirasi dari potensi ‘’Produk yang saya ekspose antara yang dimiliki Kota Kudus, mulai dari malain lukisan, lukis langsung, dan kari- syarakat yang bermain rebana, budaya katur, yang di tahun-tahun itu masih ja- kretek, hingga kerajinan masyarakat dari rang dilakukan oleh pekerja seni di Ku- bambu, tikar, dan gerabah, saya eksplorasi dus,’’ ujarnya kepada Info Muria, Kamis dalam desain-desain dekoratif. Nah, pada (14/8/2014). saat karya ini muncul di masyarakat, baru Kudus Plaza menjadi pilihan ekspose mereka sadar bahwa apa yang saya hadirkarya seni rupa kepada masyarakat, kare- kan, benar-benar dekat dengan mereka.’’ na letaknya strategis. ‘’Tiap hari banyak Ya, lokalitas, tutur seniman seni rupa masyarakat yang bekunjung, sehingga yang juga piawai bermain musik ini, secara mudah mengenalkan karya dan menga- manajerial, tema lokal sangat memuduhpresiasi karya tanpa membuat event pa- kan dalam manajerial. ‘’Kita butuh image. meran.’’ Setiap pelukis, banyak memunculkan simPertimbangan lain, event pameran bol-simbol yang bisa diwakilkan dalam seni rupa merupakan kebiasaan yang karya-karya, khususnya karya yang kondilakukan masyarakat yang suka berke- templatif.’’ senian seperti Yogyakarta dan Solo. ‘’PeMenilik dari sini, Mamik berkeyakinan, mikiran saya sederhana, yaitu karya seni rupa yang berangkat dari bagaimana menghidupkan kekayaan lokal, bisa bersaing Kudus melalui seni rupa,’’ di ranah seni rupa kekinian. ungkapnya. ‘’Sewaktu saya mengangkat Kudus memiliki arBagi saya pribadi, potensi lokal dalam karyatefak budaya yang sangat menghidupkan dukarya seni rupa, apresiasi besar. Bisa jadi, peninggalan nia seni rupa di dari berbagai kalangan Kudus dengan ba- artefak itulah yang menjadi titik pun mengalir. Baik dari sis kekuatan lokal keberangkatan lahirnya produk- pengusaha hingga mayang ada, sebenarsyarakat umum. Banyak produk budaya lain saat ini. nya tidak berada peluang untuk mengeksdalam ruang hamplorasi kekayaan lokal pa. ‘’Kudus memiMamik S. Mulyono, dalam karya seni rupa,’’ liki artefak budaya Seniman ujarnya. yang sangat besar. Bisa Karenanya, ia berharap jadi, peninggalan artefak agar para seniman di Kudus, itulah yang menjadi titik kesenantiasa memacu diri untuk berangkatan lahirnya produkmengekplorasi kekayaan lokal yang produk budaya lain saat ini,’’ terangnya. dimiliki dalam karya-karyanya. ‘’ArtefakBerangkat dari pertimbangan inilah, artefak budaya dan khazanah lokal ini, seyang menginsipirasi seniman lulusan ISI mestinya memberi energi para seniman Yogyakarta ini mempopulerkan branding untuk mencipta karya-karya baru,’’ tuKudus Masih Cantik. ‘’Kudus menyim- turnya. (rsd) pan kekayaan budaya yang sangat besar. INFO MURIA
Edisi XVIII
BERBINCANG santai dengan Sunarto, bapak paruh baya juru kunci makam RMP. Sosrokartono di kompleks makam Sedomukti, depan Taman Makam Pahlawan (TMP) Kudus, sehari sebelum Ramadan lalu, banyak pelajaran mengenai kearifan hidup dari kakak kandung RA. Kartini yang dikemukakan. Berbagai ajaran kearifan hidup yang dituturkan sang juru kunci itu, sangat pas menjadi pelajaran hidup dan pesan moral bagi rakyat Indonesia, yang belum lama ini menggelar hajat besar berupa Pemilihan Legislatif (Pileg) dan juga Pemilihan Presiden (Pilpres). Sosro, seperti dikisahkan Sunarto, adalah sosok yang trimah mawi pasrah dan suwung pamrih tebih ajrih. Yaitu menerima ketentuan Tuhan dengan penuh rasa tawakkal, tidak pamrih jika menolong, dan tidak memiliki rasa takut. Guru spiritual Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, ini dikenal teguh pada laku (ajaran hidup) ‘’Nulung pepada ora nganggo mikir wayah, waduk, kantong. Yen ono isi lumuntur marang sesami’’ (Menolong sesama tanpa kenal waktu, perut, dan kantong. Bila ada isinya, diperuntukkan bagi sesama). Ajaran lain Sosro yang begitu dikenal, yaitu falsafah ‘’Sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji, ngluruk tanpa bala, lan menang tanpa ngasorake’’ (Kaya tanpa harta, sakti tanpa azimat, menyerbu/menyerang tanpa pasukan, dan menang tanpa merendahkan). berbagai ajaran luhur ini, kini terasa jauh panggang api dalam realitas hidup masyarakat Indonesia yang konon dikenal santun sebagai masyarakat Timur. karena kenyataannya, banyak ironi yang bisa disimak melalui pemberitaan di media massa. Sebagai masyarakat modern yang semestinya lebih beradab karena tingkat pengetahuan meningkat, namun masih dalam suasana Lebaran (Idul Fitri) pun, kita disuguhi berita pertikaian antarwarga di ibukota melalui layar TV yang mengiris rasa kemanusiaan: bukankah pertikaian hanya akan melanggengkan kebencian dan dendam? Sedikit kisah keteladanan dan kearifan Sosrokartono, karenanya, bisa menjadi catatan penting, betapa hidup harus saling memanusiakan. Damai akan datang jika masing-masing saling menghormati dan menghargai. Falsafah hidup Sosrokartono lain yang teramat penting diteladani, sebagaimana dijelaskan Sunarto, adalah ajaran ‘’Catur Murti’’ yang bisa menjadi pelajaran bagi rakyat Indonesia, khususnya terkait sosok pemimpin yang diidamkan rakyat bangsa ini. Catur Murti tersebut, yakni bersatunya empat hal dalam diri, sehingga ada keselarasan dalam menjalani hidup. Empat hal itu adalah pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan. Dengan inilah hidup akan tenteram dan bersahaja. Lepas dari siapa yang terpilih dalam Pileg dan Pilpres kemarin, rakyat tentu mengharapkan bahwa pemimpin dan wakil-wakil yang terpilih untuk menduduki kursi dewan, adalah sosok yang paling tidak bisa ngugemi ajaran Catur Murti Sosrokartono ini. Paling tidak, janji yang disampaikan selama kampanye, bukanlah janji manis yang hendak membuat rakyat terpesona saja dan akhirnya memilihnya. Janji politik itu adalah hutang yang harus dibayar dengan aksi nyata untuk merealisasikannya. (*)
Mei - Juli 2014
Rosidi, Penulis adalah Staf Humas UMK