PERGAULAN SESAMA MUSLIM PERSPEKTIF AL-QURAN DAN HADIST [#! ‰ y ã ô &r Λ÷ ä Ζ.ä Œø )Î Ν ö 3 ä ‹ø =n æ t ! « #$ M | ϑ y è÷ ΡÏ #( ρã .ä Œø #$ ρu 4 #( θ%è § x ?s ω Ÿ ρu $èY ‹ϑ Ï _ y ! « #$ ≅ È 7ö tp 2 ¿ #( θϑ ß Á Å Gt ã ô #$ ρu Ν.ä ‹ x ) s Ρ'r ùs ‘Í $Ζ¨ 9#$ z ΒiÏ ο; t ø m ã $ x © x ’ 4 ?n ã t Λ÷ ä Ζ.ä ρu $ΡZ ≡θu z ÷ )Î ÿ µÏ FÏ Κu è÷ ΖÏ /Î Λä s ó 7t ¹ ô 'r ùs Ν ö 3 ä /Î θ=è %è t ÷ /t # y 9© 'r ùs ∩⊇⊃⊂∪ β t ρ‰ ß Gt κö Es /÷ 3 ä =ª èy 9s µÏ GÏ ≈ƒt #u Ν ö 3 ä 9s ! ª #$ ß iÎ 6t ƒã 7 y 9Ï ≡‹ x .x 3 $κp ]÷ ΒiÏ “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S Ali Imran: 103)
ِ ِ ْ َ ِ ِ ُ َ ِ ْ ِ َ ِ ِ ُ ! َ ٌ#ْ $ َ % ُ ِ ْ&ُ ' َ ,ِ ِ َ ِ ِ ْ َ وَاِي
"Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman (yang sempurna) sehingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia mencintai untuk dirinya sendiri dari kebaikan." (Shahih al-Jami' no.7085 (Shahih))
1. Persaudaraan ∩⊇⊃∪ β t θΗç q x ö ?è /÷ 3 ä =ª èy 9s ! © #$ #( θ) à ?¨ #$ ρu 4 /ö 3 ä ƒ÷ θu z y &r t ÷ /t #( θs ß =Î ¹ ô 'r ùs ο× θu z ÷ )Î β t θΖã ΒÏ σ÷ ϑ ß 9ø #$ $ϑ y Ρ‾ )Î
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Q.S Al-Hujarat: 10)
ً )َا ْ ِإ+ ِ َ َد ا#$ ِ َو ُآ)ْ ُ )ْا "Dan
jadilah kamu hamba-hamba Allah SWT yang bersaudara." (HR. al-Bukhari, Abu Daud,
at-Tirmidzi, Malik)
Syahid Hasan Al-Banna dalam bukunya yang berjudul “Risalah Pergerakan”, menggambarkan sebuah persaudaraan yang begitu mulia dikalangan Muhajirin dan Anshar dikala hijrah. “Sang Muhajir yang telah pergi meninggalkan keluarga dan tanah tumpah darahnya (Mekkah) untuk menyelamatkan agamanya, akhirnya mendapati para pemuda Yatsrib menanti kedatangan mereka dengan penuh rindu dan kehangatan cinta. Mereka semua bergembira menyambutnya, walaupun mereka tidak mengenalnya sebelum itu, tak ada hubungan kekeluargaan yang mengikat mereka, dan tak ada ambisi atau kepentingan tertentu yang mereka harapkan.”
Persaudaraan muslim tidaklah hanya dilihat sebatas nasab atau keterikatan darah, tapi lebih luas dan pluralism dibandingkan persaudaraan sebangsa atau suku. Allah SWT telah mengajarkan kepada kita untuk saling bersaudara dan menjalin persaudaraan yang baik diantara sesama muslim dalam Al-Quran Surat Al-Hujarat: 10. Seorang muslim dalam setiap pergaulan dengan sesama muslim lain harus menggunakan etika atau dorongan bahwa muslim lain adalah saudara kita. Sehingga akan
terbentuk masyarakat yang pluralism dengan berlandaskan persaudaraan keyakinan atau agama. Jika setiap pergaulan sesama muslim didasarkan atas persaudaraan, maka didunia ini tidak akan terjadi peperangan, pertikaian atau permusuhan dikalangan sesama muslim.
Ç≈yϑƒM}$$Î/ $tΡθà)t7y™ šÏ%©!$# $oΨÏΡ≡uθ÷z\}uρ $oΨs9 öÏ øî$# $uΖ−/u‘ šχθä9θà)tƒ öΝÏδω÷èt/ .ÏΒ ρâ!%y` šÏ%©!$#uρ
∩⊇⊃∪ îΛÏm§‘ Ô∃ρâu‘ y7¨ΡÎ) !$oΨ−/u‘ (#θãΖtΒ#u tÏ%©#Ïj9 yξÏî $uΖÎ/θè=è% ’Îû ö≅yèøgrB Ÿωuρ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".” (Q.S Al-Hasyr: 10) Persaudaraa sesama muslim itu lebih mulia dan tinggi nilainya dari pada persaudaraan yang lainnya. Dan Nabi SAW telah memberikan isyarat bahwa jikalau ia menjadikan untuk dirinya seorang kekasih, niscaya ia adalah Abu Bakar RA, akan tetapi beliau SAW lebih mengutamakan persaudaraan Islam. Maka beliau bersabda:
. ُ/ َ 0ْ ِم َأ3 َ4 ْ5 ِ ْ ) ُة ا ُ ْ ُأ%7ِ َو "Akan tetapi persaudaraan Islam lebih utama." (Dari beberapa riwayat al-Bukhari (Jami' alUshul 8/589 no. 6408)).
2. CINTA SESAMA MUSLIM An-Nawawi rahimahullah mendefinisikan mahabbah (cinta) adalah kecenderungan kepada sesuatu yang sesuai orang yang mencintai. Ibnu Hajar rahimahullah menambahkan: 'Maksud kecenderungan di sini adalah ikhtiyari (yang diusahakan), bukan alami, dan mahabbah (cinta) adalah keinginan apa yang diyakininya sebagai kebaikan. Dan keinginan atas mahabbah dan persaudaraan, mendorong seseorang seperti Abu Hurairah RA untuk mendapat doa dari Rasulullah SAW untuk dirinya dan ibunya dengan mahabbah yang beredar bersama orang-orang yang beriman, maka Rasulullah SAW mendoakan untuknya:
...% َ ْ ِ ِ ْ&8ُ ْ ْ ِإَ ْ ِ=<ْ ا#; ! َ َو,% َ ْ ِ ِ ْ&8ُ ْ ك ا َ َ ِد#$ ِ َك هَا َوُأ ُ ِإ َ َ ْ #َ $ ُ ْ#; ! َ < =ُ ?َّا "Ya Allah, cintakanlah hamba-Mu ini dan ibunya kepada hamba-hamba-Mu yang beriman, dan cintakanlah kepada mereka orang-orang yang beriman…"( Shahih Muslim, kitab keutamaan para sahabat, bab 35, hadits no. 158.) Dasar dalam cinta dan benci adalah untuk sesuatu yang dicintai Allah SWT atau dibenci-Nya. Allah SWT mencintai (menyukai) orang-orang yang bertaubat dan bersuci, orang-orang yang berbuat baik dan bertaqwa, orang-orang yang sabar dan bertawakkal, orang-orang yang berbuat adil, dan orang-orang yang berjuang di jalan-Nya secara berbaris dan tidak menyukai orang-orang zalim, melewati batas, israf (berlebih-lebihan), berbuat kerusakan, berkhianat, dan orang-orang yang sombong. Sebagaimana dasar dalam cinta bahwa ia berlaku umum untuk semua orang-orang yang beriman, bervariasi mengikuti keshalihan mereka. Maka kita tidak bisa menegakkan permusuhan bagi orang yang terjatuh dalam perbuatan maksiat yang dia telah bertaubat darinya, atau telah dilaksanakan hukuman had padanya, dan sekalipun ia berbuat maksiat, dia
tetap dalam lingkungan Islam. Rasulullah SAW melarang mencela sahabat yang dilaksanakan hukuman cambuk beberapa kali karena meminum arak, beliau bersabda:
ُ َْ)4 ُ َو َر+ َ ا ِ ُ ُ َأD ُ 8ْ ?ِ$ َ َ ,+ ِ )َا0َ ُ ْ)ُ Aَ ?ْ Bَ ' َ "Janganlah kamu mengutuknya, demi Allah, aku tidak mengetahui, sesungguhnya dia mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya."( Shahih al-Bukhari, kitab al-Hudud, bab ke-lima, hadits no. 6780). Ibnu Hajar rahimahullah mengambil kesimpulan dari hadits tersebut: bahwa tidak ada kontradiksi di antara melakukan yang dilarang dan tetapnya rasa cinta kepada Allah SWT dan rasul-Nya di dalam hati pelaku. Sesungguhnya orang yang berulang kali melakukan maksiat, rasa cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya tidak dicabut darinya. Dalam hadits yang lain, sebagian sahabat berdoa atas orang yang mabuk agar Allah SWT menghinakannya, maka Nabi SAW bersabda dengan rasa cinta dan persaudaraan:
ْ<7ُ ْ ِ ?َ َأ$ َ ن ِ َFْ G ن ا َ ْ)$ َ )ْ ُ )ْا7ُ Bَ ' َ "Janganlah kamu menjadi pembantu syetan atas saudaramu."( Shahih al-Bukhari, Kitab alHudud, bab ke-Lima, no. 6781) Agar memalingkan pandangan mereka untuk memohonkan ampunan baginya dan memberikan nasehat kepadanya, sebagai pengganti mendoakan celaka atasnya yang membuat syetan menjadi senang dan bertambah kuat. Maka alangkah indah dan baiknya pergaulan kita terhadap sesama muslim jika dilandasi dengan Persaudaraan dan Cinta sesama muslim yang tinggi dan mulia. Seperti yang dicontohkan dan diajarkan Rasulullah SAW kepada kita lewat Sunah dan Hadistnya.
3. KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM Abu Hurairah RA berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Kewajiban seorang muslim terhadap sesama mslim ada lima: 1.Menjawab Salam 2.Mengunjungi orang sakit 3.Mengiringi jenajah 4.Memenuhi undangan 5.Mendoakan orang bersin” (HR. Bukhari Muslim) Agama islam tidak hanya mendidik umat muslim untuk membina hubungan dengan Allah SWT (Hablun Minallah), namun juga sangat mementingkan hubungan sesama manusia (Hablun Minnannas). Karena sesama muslim telah diikat oleh Allah SWT dengan tali ukhuah islamiyah (Q.S Al-Hujurat: 10). Hadist diatas adalah panduan atau taushiah dari Rasulullah SAW untuk membina ukhuah islamiyah (hubungan silaturahmi sesama muslim). Ada lima kewajiban yang digariskan Rasulullah SAW: 1. Menjawab Salam Mengucapkan salam hukumnya adalah sunat, sedangkan menjawab salam hukumnya adalah wajib.
∩∇∉∪ $7ŠÅ¡ym >óx« Èe≅ä. 4’n?tã tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 3 !$yδρ–Šâ‘ ÷ρr& !$pκ÷]ÏΒ z|¡ômr'Î/ (#θ–Šyssù 7π¨ŠÅstFÎ/ ΛäŠÍh‹ãm #sŒÎ)uρ
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan (ucapan salam), Maka balaslah penghormatan (salam) itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.”(Q.S An-Nisa: 86). Ucapan salam yang disunnahkan dalam islam adalah: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.Ucapan salam sunah diucapkan disaat kita bertemu dan berpisah dengan seorang muslim, baik kenal maupun tidak.
2. Mengunjungi Orang Sakit Mengunjungi orang sakit sunat kita lakukan begitu kita mendapat berita, jangan ditunggu sampai sakitnya berlarut atau sakit keras. Waktu mengunjungi orang sakit sunat berdiri dekat kepala orang yang sakit, dan membacakan doa sambil memegang kepala/keningnya seperti yang diajarkan Rasulullah SAW. Mengunjungi orang sakit hendaknya tidak terlalu lama dan tidak banyak bicara, apalagi membicarakan hal yang membuat cemas orang yang sakit. Rasulullah bersabda: “Apabila seorang muslim mengunjungi saudaranyha yang sakit diwaktu pagi, maka tujuh puluh ribu malaikat akan bershalawat (mendoakan rahmat dan keselamatan) padanya sampai sore. Apabila dia mengunjunginya waktu sore, maka tujuh puluh ribu malaikat akan bershalawat padanya sampai pagi hari. Dan disurga nanti dia akan mendapatkan sebidang kebun yang indah” (HR Abu Daud dan Tirmidzi). 3. Mengiringi Jenazah Menyelenggarakan jenazah hukumnya adalah fardhu kifayah. Bertakziah kerumah duka hukumnya adalah sunat. Selain untuk memperkuat ukhuah islamiyah dengan keluarga yang kematian, juga untuk merenungkan tentang kematian. 4. Memenuhi Undangan Menurut para Ulama memenuhi undangan perkawinan (walimatulurus) hukumnya adalah wajib. Adapun memenuhi undangan lainnya hukumnya adalah sunat. Memenuhi undangan resepsi perkawinan (walimahan) wajib dilaksanakan jika pesta atau resepsi tersebut tidak bertentangan dengan syariat. Jika bertentangan dengan syariat tidak wajib, malahan di hramkan untuk dihadiri. 5. Mendoakan Orang yang Bersin Bersin merupakan suatu nikmat, karena waktu seseorang bersin ada penyakit yang keluar melalui hidungnya. Karena itu orang yang bersin disunatkan utnuk memuji Allah SWT
dengan membaca Alhamdulilah. Bila kita mendengar sesroang mengucapkan Alhamdulilah setelah bersin, maka sunat bagi kita menyahutinya dengan doa: Yarhamukukumullah (Semoga Allah SWT melimpahkan rahmatNya padamu). Selanjutnya sunat pula menjawabnya dengan: Yahdikumullahu wa yushlihu balakum (Semoga Allah SWT memberimu hidayah dan memperbaiki keadaanmu). Rasulullah Bersabda: “Apabila bersin salah seorang kamu hendaklah dia mengucapkan: Alhamdulilah, dan hendaknya saudara atau temannya mengucapkan: Yarhamukumullah. Apabila saudara atau teman itu mengucapkan itu hendaklah dia mengucapkan: Yahdikumullahu wayushlihu baalakum.” (HR Bukhari) Demikianlah adab dan akhlaq mulia yang diajarkan dan ditanamkan oleh Rasulullah SAW pada umat beliau. Bila sunnah Rasulullah SAW ini diamalkan oleh umat islam dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, maka akan terciptalah masyarakat islam yang betul-betul ramah dan santun, saling kasih sayang dan hormat menghormati sesama mereka.
4. HUKUM MEMUTUS HUBUNGAN (MUQATHA’AH) Pertama harus didudukkan bahwa memutus hubungan (muqatha’ah) dengan sesama muslim adalah hukum syara’ yang diberlakukan untuk menyelesaikan masalah tertentu yang terjadi dalam hubungan antara sesama muslim. Hukum ini tidak ada kaitannya dengan masalah takfir (pengkafiran) seorang muslim. Dengan kata lain, orang yang diputus hubungannya oleh yang lain bukan berarti dianggap kafir. Sebaliknya, dia tetap muslim, namun karena sifat atau perbuatan maksiat yang dia lakukan maka kepadanya diberlakukan hukum muqatha’ah tersebut. Tapi ada hadist dari Rasulullah yang melarang memutus hubungan (muqatha’ah) dengan sesama muslim:
(ريP#ل )روا ا ٍ ََ ث ِ 3 َ Kَ ق َ ْ)0َ ُ َ َأMَ N ُ =ْ َ ْ ِ? ٍ< َأن ْ 8ُ ِ . ِ َ ' َ “Tidaklah halal bagi seorang Muslim untuk meninggalkan saudaranya lebih dari tiga malam” (HR Bukhari). Dari hadist ini bisa dipahami, berdasarkan mafhum mukhalafh, bahwa memutus hubungan sesama muslim diperbolehkan kurang dari tiga hari. Ibnu al-Mulhib menyatakan, bahwa memutus hubungan yang diperbolehkan itu beragam sesuai dengan kadar kesalahannya. Terhadap orang yang melakukan maksiat, maka diperbolehkan memutus hubungan dengan cara tidak berbicara dengannya. Sebagaimana dalam kisah Ka’ab bin Malik dan kedua temannya (Murarah dan Hilal). Terhadap keluarga atau teman karena factor marah, boleh memutus hubungan dengan tidak menyebut nama atau bermuka masam, tetapi dengan tetap berbicara mengucapkan dan menjawab salam kepadanya.
5. (KESIMPULAN) PERGAULAN SESAMA MUSLIM Bagaimana cara ‘hidup lebih baik’ dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain di sekitarnya. Bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, mengasah kepekaan emosional, bertoleransi, selalu bersikap positif. Menariknya, Islam sebagai agama yang sempurna sudah mengajarkan semua itu dengan Rasulullah SAW sebagai model utamanya. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq” Sabda Rasulullah SAW. Beberapa tips dari Rasulullah SAW bagaimana cara berinteraksi dengan sesama muslim: 1. Mencintai muslim lain sebagaimana mencintai dirinya sendiri. “Tidak beriman salah seorang di anatara kamu sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR Bukhari Muslim). 2. Menyukai apa yang disukai muslim lain sebagaimana dirinya menyukai apa yang dia sukai dan membenci apa yang dibenci muslim lain sebagaimana dirinya membenci apa yang dia benci. “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang dengan sesama mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan baik (sakit) demam dan tidak bisa tidur” (HR Bukhari Muslim) 3. Tidak menyakiti muslim lain dengan perbuatan atau perkataan. “Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya” (HR Bukhari Muslim). 4. Bersikap tawadhu kepada setiap muslim dan tidak sombong kepadanya. “Sesungguhnya Allah SWT mewahyukan kepadaku hendaklah kamu tawadhu sehingga tidak ada orang yang membanggakan diri kepada yang lain” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah). 5. Tidak menyampaikan berita atau gunjingan kepada sebagian yang lain tentang apa yang didengarnya dari sebagian yang lain. “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba” (HR Bukhari Muslim).
6. Kalau marah, maka tidak boleh menghindarinya lebih dari tiga hari. “Tidak boleh seorang muslim menghindari saudaranya lebih dari tiga hari, keduanya saling bertemu lalu saling berpaling. Sebaik-baik orang diantara keduanya adalah orang yang memulai mengucapkan salam” (HR Bukhari Muslim). 7. Bersikap sopan kepada setiap muslim dengan akhlaq yang baik dan berinteraksi dengan mereka sesuai dengan keadaannya. “Hindarilah api neraka sekalipun dengan separuh korma. Lalu siapa yang tidak memilikinya, maka dengan perkataan yang baik” (HR Bukhari Muslim) Dan banyak lagi yang Rasulullah ajarka kepada kita tentang bagaimana cara bergaul kepada sesama muslim. Dalam tulisan ini hanya dihadirkan sebagian dari ajaran agama islam yang tertuang dalam Al-Quran dan Hadist tentang pergaulan sesama muslim.
DAFTAR PUSTAKA
www.PercikanIman.org www.hizbut-tahrir.or.id www.NurulYaqin.org www.IslamHouse.com