Menutupi Aib Sesama Muslim Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu „alaihi wasallam beliau bersabda: ح ِ م ا ْل ِق َ٘ا َه َ ْْ َٗ َُ س َت َس ٍُ الل ا َ س ُت ُس َع ْث ٌد َع ْث ًدا فِٖ ال ُّد ًْ َ٘ا إِ اَل ْ َٗ ََل
“Tidaklah seorang hamba menutupi aib hamba lainnya di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (HR. Muslim no. 2590) Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda:
ْ َٗ ن ََل ي ِ ِجت ِ ٘خ ِ َح أ ِ ج َ ي َف اس ِ ِسل َ حا َ َِٖ َكاىَ الل ا َُ ف َ حا َ ِٖي َكاىَ ف ْ ج َع ْ َ َّ َه ْ و َُ َه ْ ُٗ و َُ َّ ََل ْ و ْ و ُ َن أ ُ ِسل ُ ِظل ُ خْ ا ْل ُ ِسل ُ ا ْل ح ِ م ا ْل ِقَ٘ا َه ً ِسل ِ م ا ْل ِقَ٘ا َه َ ن ُك ْستَ ًح َف اس ِ ْْ َٗ ِي ُك َسب ٍ ِسل َ ْْ َٗ َُ س َت َس ٍُ الل ا َ وا َ ي ْ س َت َس ُه ْ ح َّ َه ْ ج الل ا َُ َع ٌْ َُ تِ َِا ُك ْستَ ًح ِه ْ ُه
“Seorang muslim dengan muslim yang lain adalah bersaudara, dia tidak boleh berbuat zhalim dan aniaya kepada saudaranya. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa yanga membebaskan seorang muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat kelak.” (HR. Muslim no. 2850)
Dari Ibnu Umar radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah Shallallaahu „alaihi wa sallam menaiki mimbar lalu menyeru dengan suara yang lantang: ن ِ س ِل ِ اى إِلَٔ َق ْل ِث ِ ًِسا ُ و َ و َ ٗاْل َ ن تِ ِل َ َسل َ َٗا َه ْع ْ ِِ ِن َّ ََل تَ ات ِث ُعْا َع ْْ َزات ْ ُ ْ و ْ ََ َّل ْ َي أ ْ ش َس َه ُ ّ٘ي َّ ََل ُت َع ِ٘ ّ ُس ُ َ ََل ُت ْؤ ُذّا ا ْل ِ ن ُٗ ْف ِْ ض َ َ ِ ِحل ِ ْْ ج ِ ٘خ ِ ع ْْ َز َج أ َ ي ت َ َتثا َ ن تَ َتثا َ ع َ ي تَ َتثا ِ ِسل َ َِٖح َُ َّلَ ْْ ف ْ ف َز ْ ع الل ا َُ َع ْْ َزتَ َُ َٗ ْفض ْ ع الل ا َُ َع ْْ َزت َ َُ َّ َه ْ و ْ َفئًِ ا َُ َه ُ َ ا ْل
“Wahai sekalian orang yang hanya berislam dengan lisannya namun keimanan belum tertancap di dalam hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, jangan pula kalian memperolok mereka, dan jangan pula kalian menelusuri.mencari-cari aib mereka. Karena barangsiapa yang mencari-cari aib saudaranya niscaya Allah akan mencari-cari aibnya, dan barang siapa yang aibnya dicari-cari oleh Allah niscaya Allah akan mempermalukan dia meskipun dia berada di dalam rumahnya sendiri.” (HR. Abu Daud no. 4236 dan At-Tirmizi no. 2032) Penjelasan ringkas: Allah Subhanahu wa Ta‟ala senang untuk menutupi kesalahan hamba-hambaNya, dan Dia menganjurkan agar para hamba-Nya juga melakukannya di antara sesama mereka. Untuk itu Allah Ta‟ala telah menyediakan bagi mereka pahala yang sesuai dengan amalan baik mereka, yaitu Allah Ta‟ala akan menyembunyikan aib dan mengampuni dosa mereka pada hari kiamat karena mereka telah menyembunyikan aib saudaranya di dunia. Al-Qadhi Iyadh rahimahullahu berkata, “Tentang ditutupnya aib si hamba pada hari kiamat, maka ada dua kemungkinan makna: Pertama: Allah akan menutupi kemaksiatan dan aibnya dengan cara tidak mengumumkannya kepada manusia di padang mahsyar. Kedua: Allah Ta‟ala tidak akan menghisab aibnya dan tidak akan menyebut aibnya tersebut.” (Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim: 16/360) Makna pertama di atas di dukung oleh hadits Abdullah bin „Umar radhiyallahu „anhuma, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
ٕ َ َ٘ي َف إِىا ِ ْ٘ َض ُع َعل َ ًْ أَتَ ْعسِفُ َذ،ة َكرَا َ ًْ أَتَ ْعسِفُ َذ:ل َ و ْؤ ِه ْ َ أ،ن ْ ًَ َع:ل ْ ََّٗ َُ َ َك ٌَ َف ُ ْْ ة َكرَا َفَ٘ ُق ُ ْْ س ُت ُس ٍُ َفَ٘ ُق ُ هللا ُٗ ْدًِٖ ا ْل َ َ َ َ َ .م ِ س ِ َ َّ َزأٓ فِٖ ًَ ْف ِ ِح اتٔ إِذَا َق اس َز ٍُ تِ ُرًُ ْْت ِ ّ َز َ َّأًَا أْْ ِف ُس،ك فِٖ ال ُّد ًَْ٘ا َ َُ َ أً ا َ ْْ َ٘ك ا ْل َ َ ُا ل َ ْ٘ َس َت ْستُ َِا َعل َ :ل َ َقا،ك َ َُل َ .ب َ ِ ِس ٌَات ِ َف ُ٘ ْع َ ح َ اب َ طٖ كِ َت
“Sesungguhnya (pada hari kiamat) Allah akan mendekatkan seorang mukmin, lalu Allah meletakkan tabir dan menutupinya. Lalu Allah berfirman, “Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah engkau tahu dosa itu?” Dia menjawab, “Ia, betul saya tahu wahai Rabbku.” Hingga ketika Allah telah membuat dia mengakui semua dosanya dan dia mengira dirinya sudah akan binasa,, Allah berfirman kepadanya, “Aku telah menutupi dosa-dosa ini di dunia, maka pada hari ini Aku mengampuni dosa-dosamu itu.” Lalu diberikanlah padanya catatan kebaikankebaikannya.” (HR. Al-Bukhari no. 2261) Sebaliknya, Allah Ta‟ala telah melarang dan mengharamkan untuk memata-matai dan mencaricari aib seorang muslim, walaupun itu dalam rangka amar ma‟ruf nahi mungkar. Dan Allah telah mempersiapkan hukuman yang menghinakan bagi pelakunya di dunia dan di akhirat. Adapun di dunia maka Allah pasti akan menghinakan dirinya walaupun dia tengah bersembunyi di dalam rumahnya. Adapun di akhirat, maka siksaan akhirat lebih besar dan lebih hina, yaitu Allah akan membukan secara terang-terangan semua dosa dan aibnya ketika di dunia, agar seluruh makhluk di padang mahsyar bisa melihatnya, wal „iyadzu billah. Ini dosa jika dia sekedar mencari-cari aib sesama muslim, walaupun dia tidak menceritakannya kepada orang lain. Akan tetapi jika setelah dia mencari-cari tahu aib saudaranya lalu dia menceritakannya kepada orang lain, maka dia telah terjatuh ke dalam dosa besar kedua yang tidak kalah kecil dosanya dibandingkan dosa yang pertama, yaitu dosa ghibah. Karena sungguh, barangsiapa yang melakukan hal itu maka dia adalah termasuk orang-orang yang menghendaki kejelekan tersebar di tengah-tengah kaum muslimin. Dan jika demikian keadaannya, maka atasnya firman Allah Ta‟ala: خ َس ِج ِ ٙن فِٖ ال ُّد ًَْ٘ا َّ ْا ِ ع ا ْل َفا ِ َ حثُّ ْْىَ أَىْ ت ِ ُٗ ي َ ْ٘ ش َ ْٗ ش ُح فِٖ ال ا ِر َ ح َ ْٗ إِىا ال ا ِر ْ ُِ َي آ َه ٌُْا ل ٌ ْ٘ َِاب أَل ٌ ن َعر
“Sesungguhnya orang-orang yang menyenangi tersebarnya kekejian di tengah-tengah orangorang yang beriman, mereka akan memperoleh azab yang pedih di dunia dan di akhirat.” (QS. An-Nur: 19)
Menutup Aib Diri Sendiri dan Orang lain Oleh Ust. H. Zulhamdi M. Saad, Lc Usai shalat ashar di masjid Quba, seorang sahabat mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beserta jamaah untuk menikmati hidangan daging unta di rumahnya. Ketika sedang makan, ada tercium aroma tidak sedap. Rupanya diantara yang hadir ada yang buang angin. Para sahabat saling menoleh. Wajah Rasulullah sedikit berubah tanda tidak senang. Maka tatkala waktu sholat maghrib hampir masuk, sebelum bubar, Rasulullah berkata: "Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu!". Mendengar perintah Rasulullah tersebut maka seluruh jamaah mengambil air wudhu. Dan terhindarlah aib orang yang buang angin tadi. Aib adalah suatu cela atau kondisi yang tidak baik tentang seseorang jika diketahui oleh orang lain akan membuat rasa malu, rasa malu ini membawa kepada efek sikologi yang negatif jika tersebar. Namun banyak kita dapati di tengah keseharian kita, pembicaraan dan obrolan itu sepertinya tidak asyik kalau tidak membicarakan aib, cacat dan kekurangan yang ada pada orang lain, padahal obrolan itu bukanlah perkara ringan dalam pandangan Islam. Ajaran Islam melarang keras aib seseorang diceritakan, dan tidak boleh sekali-kali menyebarkan tentang apa atau bagaimana kondisi yang tidak baik tentang seseorang, bahkan islam mengajarkan untuk menutupinya. Allah berfirman dalam Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya: "Wahai orang yang beriman dengan lisannya, tetapi tidak beriman dengan hatinya. Janganlah kamu mengumpat kaum muslimin dan janganlah mengintip aib mereka, maka barang siapa yang mengintip aib saudaranya, niscaya Allah akan mengintip aibnya dan siapa yang diintip Allah akan aibnya, maka Allah akan membuka aibnya meskipun dirahasiakan di lubang kendaraannya." (HR. at-Tirmidzi) Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga melarang seseorang untuk membuka aib dirinya sendiri kepada orang lain, sebagaimana sabdanya: "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terangterangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu –padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR. Bukhari Muslim) Sebaliknya, Rasulullah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang menutup aib saudara-saudara mereka, dengan menutup aib mereka di dunia dan akhirat, seperti dalam hadits shahih: "Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim)
Adapun aib yang ada pada seseorang bisa dibagi menjadi dua kategori: Pertama, aib yang sifatnya khalqiyah, yaitu aib yang sifatnya qodrati dan bukan merupakan perbuatan maksiat. Seperti cacat di salah satu organ tubuh atau penyakit yang membuatnya malu jika diketahui oleh orang lain. Aib seperti ini adalah aurat yang harus dijaga, tidak boleh disebarkan atau dibicarakan, baik secara terang-terangan atau dengan gunjingan, karena perbuatan tersebut adalah dosa besar menurut mayoritas ulama, karena aib yang sifatnya penciptaan Allah yang manusia tidak memiliki kuasa menolaknya, maka menyebarkannya berarti menghina dan itu berarti menghina Penciptanya. (Imam al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin). Kedua, aib berupa perbuatan maksiat, baik yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau terangterangan. Maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi juga terbagi menjadi dua: Pertama: Perbuatan maksiat yang hanya merusak hubungannya secara pribadi dengan Allah seperti minum khamr, berzina dll. Jika seorang muslim mendapati saudaranya melakukan perbuatan seperti ini hendaklah ia tidak menyebarluaskan hal tersebut, namun dia tetap memiliki kewajiban untuk melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Imam Syafi’i berkata, “Siapa yang menasehati saudaranya dengan tetap menjaga kerahasiaannya berarti dia benar-benar menasehatinya dan memperbaikinya. Sedang yang menasehati tanpa menjaga kerahasiaannya, berarti telah mengekspos aibnya dan mengkhianatinya." (Syarh Shahih Muslim, Imam an Nawawi). Kedua: Perbuatan maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi tapi merugikan orang lain seperti mencuri, korupsi dan lain sebagainya. Maka perbuatan seperti ini diperbolehkan untuk diselidiki dan diungkap, karena hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan, karena akan lebih banyak lagi merugikan orang lain. Sebuah kisah masyhur yang ditulis oleh Imam Ibnu Qudamah dalam kitab "Tawwabin" dapat dijadikan pelajaran bagi kita untuk menutup aib diri sendiri dan aib orang lain serta mengakuinya dihadapan Allah dengan bertaubat atas dosa tersebut. Disebutkan bahwa pada zaman nabi Musa 'alaihis salam, Bani Israil ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka berkata , "Wahai Kaliimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami." Maka berangkatlah nabi Musa 'alaihis salam bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas bersama lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan kondisi yang lusuh penuh debu, haus dan lapar. Musa berdoa, "Wahai Tuhan kami turunkanlah hujan kepada kami, tebarkanlah rahmat-Mu, kasihilah anak-anak dan orang-orang yang mengandung, hewan-hewan dan orang-orang tua yang rukuk dan sujud." Setelah itu langit tetap saja terang benderang, matahari pun bersinar makin kemilau. Kemudian Musa berdoa lagi, "Wahai Tuhanku berilah akmi hujan". Allah pun berfirman kepada Musa, "Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Keluarkanlah ia di depan manusia agar dia berdiri di depan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian. " Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, "Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, keluarlah ke hadapan kami, karena engkaulah hujan tak kunjung turun." Seorang laki-laki melirik ke kanan dan kiri, maka tak seorang pun yang keluar di depan manusia, saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud.
Ia berkata dalam hatinya, "Kalau aku keluar ke depan manusia, maka akan terbuka rahasiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun. " Maka kepalanya tertunduk malu dan menyesal, air matanya pun menetes, sambil berdoa kepada Allah, "Ya Allah, Aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku. Sungguh sekarang aku bertobat kepada-Mu, maka terimalah taubatku. " Belum sempat ia mengakhiri doanya maka awan-awan tebalpun bergumpal, semakin tebal menghitam lalu turunlah hujan. Nabi Musa pun keheranan dan berkata, "Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorang pun yang keluar di depan manusia." Allah berfirman, "Aku menurunkan hujan karena seorang hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun." Musa berkata, "Ya Allah, Tunjukkan padaku hamba yang taat itu." Allah berfirman, "Wahai Musa, Aku tidak membuka aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku, apakah Aku membuka akan aibnya sedangkan ia taat kepada-Ku?!" Setiap orang pasti memiliki kekurangan, cela dan dosa tertentu pada dirinya, maka suatu aib yang ada pada seseorang dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain untuk dapat belajar dan memperbaiki diri agar tidak melakukan hal serupa yang akan menimpa dirinya dan orang lain akibat perbuatannya tersebut. Maka beruntung dan berbahagialah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri dari disibukkan dengan aib orang lain. Begitulah Rasulullah Saw menyampaikan dalam sabdanya: "Berbahagialah orang yang disibukkan dengan aibnya sendiri, sehingga ia tidak sempat memperhatikan aib orang lain." (HR AlBazzar dengan Sanad hasan). Sungguh indahnya ajaran Islam yang menuntun kita agar menjaga aib kita sendiri dan menjaga aib orang lain, dan terus berupaya memperbaiki diri. Wallahu a'lam bishawab.
3 Keutamaan Menutupi Aib Saudara Sesama Muslim Islam adalah agama yang sangat indah. Ia mengajarkan umatnya untuk tidak membuka aib orang lain yang hanya akan membuat orang tersebut terhina. Islam memerintahkan umatnya untuk menutupi aib saudaranya sesama muslim. Dan bagi mereka yang mau menutupi aib saudaranya tersebut, ada 3 keutamaan yang bisa ia dapatkan sebagaimana hadits-hadits berikut ini: 1. Allah akan menutupi aibnya di akhirat kelak
ََل يَ ْستُ ُر َع ْب ٌد َع ْب ًدا فِي الدُّنْ يَا إِاَل َستَ َرهُ اللاوُ يَ ْو َم ال ِْقيَ َام ِة
"Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak." (HR. Muslim)
َم ْن َستَ َر أَ َخاهُ ال ُْم ْسلِ َم فِي الدُّنْيَا َستَ َرهُ اللاوُ يَ ْوَم ال ِْقيَ َام ِة
"Barangsiapa menutupi (aib) saudaranya sesama muslim di dunia, Allah menutupi (aib) nya pada hari kiamat." (HR. Ahmad) Sebaliknya, siapa yang mengumbar aib saudaranya, Allah akan membuka aibnya hingga aib rumah tangganya.
ِ ف عورَة أ ِ من ست ر عورَة أ ض َحوُ بِ َها فِي بَ ْيتِ ِو َ ش َ َخ ِيو ال ُْم ْسلِ ِم َك َ َخ ِيو ال ُْم ْسلِ ِم َستَ َر اللاوُ َع ْوَرتَوُ يَ ْوَم ال ِْقيَ َام ِة َوَم ْن َك َ ف اللاوُ َع ْوَرتَوُ َحتاى يَ ْف َ َْ َ ش َ َْ َ ََ ْ َ
"Barang siapa yang menutupi aib saudaranya muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa mengumbar aib saudaranya muslim, maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya." (HR. Ibnu Majah) 2. Allah juga menutupi aibnya di dunia ini
ِمن ست ر مسلِما ست رهُ اللاو فِي الدُّنْيا و ْاْل ِخرة ُ َ ََ ً ْ ُ َ ََ ْ َ َ َ َ
"Barang Siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aib orang tersebut di dunia dan akhirat." (HR. Ibnu Majah)
ِ ِ ب الدُّن يا ن افس اللاو عنو ُكربة ِمن ُكر ِسر اللاو َعلَي ِو فِي الدُّنْ يا و ْاْل ِخرة ِ ِ ِ َم ْن نَ افس َع ْن ُم ْسلِ ٍم ُك ْربَةً ِم ْن ُكر ب يَ ْوم ال ِْقيَ َام ِة َوَم ْن يَ ا ْ ُ َ س َر َعلَى ُم ْعس ٍر في الدُّنْيَا يَ ا َ َ َ َ ْ ًَ ْ ُ َْ ُ َ َ َْ َ َ ِ ومن ست ر علَى مسلِ ٍم فِي الدُّنْ يا ست ر اللاو علَي ِو فِي الدُّنْيا و ْاْل ِخرةِ واللاو فِي عو ِن الْعب ِد ما َكا َن الْعب ُد فِي عو ِن أ َِخيو َْ ْ َ ُ َ ََ َ َْ َ َْ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ ُ َ َ ََ ْ ََ "Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selalu ia menolong saudaranya." (HR. Tirmidzi) 3. Keutamaan menutup aib saudara seperti menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup
ود ًة َ َُحيَا َم ْوء ْ ستَ َرَىا َكا َن َك َم ْن أ َ ََم ْن َرأَى َع ْوَرًة ف
"Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu menutupinya, maka seakan-akan ia menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup." (HR. Abu Daud)
ودةً ِم ْن قَ بْ ِرَىا َ ُاستَ ْحيَا َم ْوء ْ ستَ َرَىا َكا َن َك َم ْن َ ََم ْن َرأَى َع ْوَرةً ف "Barangsiapa melihat aurat lalu ia menutupinya maka seolah-oleh ia telah menghidupkan kembali Mau`udah dari kuburnya." (HR. Ahmad)
ِ ودةً ِم ْن قَ ْب ِرَىا َ َُحيَا َم ْوء ْ َم ْن َستَ َر ُم ْؤمنًا َكا َن َك َم ْن أ "Barangsiapa menutupi aib seorang mukmin maka ia seperti seorang yang menghidupkan kembali Mau`udah dari kuburnya." (HR. Ahmad) Wallahu a'lam bish shawab.