PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG
SKRIPSI YUNI FITRIYANI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN Yuni Fitriyani. 2008. Performa Produksi Susu dan Reproduksi Sapi Friesian Holstein di BPPT-SP Cikole Lembang. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Afton Atabany, M.Si. Pembimbing Anggota : Ir. Anneke Anggraeni, M.Si, Ph.D. Produksi susu dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya yaitu masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa produksi susu, reproduksi dan hubungan masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak terhadap produksi susu. Materi penelitian berupa data sekunder yang terdiri dari 85 catatan produksi susu, 13 catatan produksi susu mingguan dan 72 catatan produksi harian laktasi lengkap, berasal dari 48 ekor sapi Friesian-Holstein (FH) di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole, Lembang, Jawa Barat. Estimasi produksi susu laktasi lengkap berdasarkan catatan mingguan dihitung dengan Test Interval Method (TIM). Analisis pengaruh masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak terhadap produksi susu dilakukan dengan menggunakan model regresi. Rataan produksi susu harian, tahunan dan laktasi lengkap di BPPT-SP Cikole cukup tinggi yaitu 14,24, 4058 dan 4558 kg. Kurva produksi susu per hari di BPPTSP Cikole menunjukkan bahwa produksi susu menurun secara perlahan dari awal laktasi sampai akhir laktasi dan mencapai puncak produksi pada bulan pertama sampai kedua laktasi. Sapi-sapi FH di BPPT-SP Cikole memiliki rataan masa laktasi 313 hari, masa kering 94 hari, masa kosong 141 hari dan selang beranak 418 hari. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan masa laktasi terhadap produksi susu laktasi lengkap sangat nyata (P<0,01) pada persamaan regresi linier, sedangkan dengan produksi tahunan dan harian menunjukkan hubungan yang tidak nyata. Semakin panjang masa laktasi produksi susu akan meningkat. Hubungan masa kering terhadap produksi susu laktasi lengkap, tahunan dan harian tidak nyata pada semua persamaan regresi. Masa kosong terhadap produksi susu laktasi lengkap menunjukkan hubungan yang sangat nyata (P<0,01) pada semua persamaan regresi dengan persamaan terbaik pada bentuk persamaan regresi kubik Y = -263323+392335 log X–190884 log X2+30844 log X3. Dengan produksi tahunan sangat nyata (P<0,01) pada persamaan kubik, sedangkan dengan produksi harian tidak nyata pada semua persamaan regresi. Sama seperti masa kosong hubungan selang beranak dengan produksi susu lengkap sangat nyata (P<0,01) pada semua persamaan regresi dan dengan produksi tahunan nyata pada persamaan kubik, sedangkan dengan produksi harian tidak nyata pada semua persamaan regresi. Hasil segmentasi data didapatkan interval masa kosong 40-90 hari yang paling mempengaruhi produksi susu lengkap, tahunan dan harian pada persamaan kuadratik dengan nilai R2 45,3, 45,9, dan 37,1%. Interval selang beranak 316-365 hari yang paling berpengaruh terhadap produksi susu lengkap dan tahunan pada persamaan kubik dengan nilai R2 43 dan 49,9% sedangkan dengan produksi harian pada persamaan kuadratik dengan nilai R2 34,2%. Sedangkan dengan masa kering tidak berpengaruh nyata pada semua interval masa kering. Kata-kata Kunci : sapi Friesian-Holstein, masa laktasi, produksi susu
ABSTRACT Productive and Reproductive Performances of Friesian-Holstein Dairy Cattle in BPPT-SP Cikole Lembang Fitriyani, Y., A. Atabany, and A. Anggraeni Milk yield was influenced by a lot of factors such as lactation period, dry period, days open and calving interval. The objectives of this research ware to evaluate milk and reproductive performances and to investigate the relationships between lactation period, dry period, days open and calving interval and milk production. Data this research were 85 milk production records from 48 heads of dairy HF in BPPT-SP Cikole, Lembang, West Java. Estimation of complete milk yield over weekly recording milk production was calculated by Test Interval Method (TIM). The effect of lactation period, dry period, days open and calving interval on milk production were analized by simple regression up to the third levels. The averages of complete, annual and daily milk yield of HF cows in BPPT-SP Cikole, Lembang were 4558, 4058, and 14,24 kg respectively. The averages of lactation period, dry period, days open and calving interval of HF cows in BPPT-SP Cikole, Lembang 313, 94, 141 and 418. The results of simple regression analyses showed that lactation period significantly (P<0,01) affected complete milk production with linear regression at the best model, whilts annual and daily milk production were not significantly affected by lactation length. Dry period did not affected significantly for all lactation indices. Days open for all regression levels resulted significantly affect on complete milk production with qubic regression the best model, Y = - 263323 + 392335 log X – 190884 log X2 +30844 log X3. However days open did not significantly affected on daily milk production. The relationship between calving interval and lactation indices expressed the significantly to those relationship between days open and lactation indices. The result of segmentation data, interval days open on 40-90 days significantly affected for all lactation indices with R2 45,3, 45,9, and 37,1%. Calving interval 316-365 significantly affected for all lactation indices with R2 43, 49,9 and 34,2%. Dry period did not affected significantly for all interval. Keywords : Holstein Friesian, lactation period, milk production .
PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG
YUNI FITRIYANI D14104075
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG
Oleh Yuni Fitriyani D14104075
Skripsi ini telah disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 14 Mei 2008
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Afton Atabany, M.Si. NIP 132 133 961
Ir. Anneke Anggraeni, M.Si, Ph.D NIP 080 124 356
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Agr.Sc NIP 131 955 531
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 9 Juni 1986. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Husin Sanusi dan Ibu Iyam Mariyam. Penulis memulai pendidikan sekolah dasar di SDN Situ Gede IV Bogor dari tahun 1992 sampai tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama sampai tahun 2001 di SMPN 14 Bogor. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah umum pada tahun 2001 sampai 2004 di SMU KORNITA Bogor. Pada tahun 2004 Penulis diterima di Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama mengikuti pendidikan kampus penulis aktif mengikuti seminar dan pelatihan yang diselenggarakan di IPB.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas besarnya limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan dan pemimpin umat terbaik hingga akhir jaman Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi dengan judul ” Performa Produksi Susu Dan Reproduksi Sapi Friesian-Holstein Di BPPT-SP Cikole Lembang” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi merupakan wujud peran aktif dan kontribusi dalam dunia peternakan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.Tak lupa ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi ini, hanya Allah SWT yang mampu membalasnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .....................................................................................
i
ABSTRACT ........................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................
iii
KATA PENGANTAR .........................................................................
iv
DAFTAR ISI .......................................................................................
v
DAFTAR TABEL ...............................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
ix
PENDAHULUAN ...............................................................................
1
Latar Belakang ......................................................................... Tujuan ......................................................................................
1 1
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
3
Karakteristik Sapi Friesian-Holstein ......................................... Produksi Susu Sapi Perah ......................................................... Komponen Susu ....................................................................... Faktor- faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu ................... Faktor Lingkungan Internal ............................................... Umur Beranak Pertama ............................................. Masa Laktasi ............................................................. Masa Kering ............................................................. Masa Kosong ............................................................ Selang Beranak .......................................................... Kebuntingan............................................................... Faktor Lingkungan Eksternal ............................................. Pemberian Pakan ........................................................ Manajemen Pemeliharaan ........................................... Iklim...........................................................................
3 3 4 4 5 5 5 6 7 8 8 9 9 9 10
METODE ............................................................................................
11
Lokasi dan Waktu ..................................................................... Materi ...................................................................................... Rancangan ............................................................................... Model ........................................................................... Peubah yang Diamati ................................................... Analisa Data ................................................................... Prosedur ...................................................................................
11 11 11 11 12 12 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. Kondisi Umum ........................................................................ Jumlah dan Komposisi Sapi Perah ...................................... Manajemen Pemeliharaan .................................................. Pemeliharaan Pedet .................................................. Pemeliharaan Sapi Dara ........................................... Pemeliharaan Sapi Laktasi ....................................... Pemberian Pakan ................................................................ Penanganan Reproduksi ..................................................... Perkandangan ..................................................................... Pemerahan…...................................................................... Kurva Produksi Susu ................................................................. Produksi Susu…. . ...................................................................... Produktivitas…… ...................................................................... Hubungan Masa Laktasi, Masa Kering, Masa Kosong dan Selang Beranak dengan Produksi Susu ................................................. Masa Laktasi ...................................................................... Masa Kering ...................................................................... Masa Kosong ..................................................................... Selang Beranak ..................................................................
14 14 15 15 15 16 17 17 19 20 23 24 25 27 29 29 31 32 36
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
39
Kesimpulan .............................................................................. Saran .......................................................................................
39 40
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................
41
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
42
LAMPIRAN ........................................................................................
45
ix
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Populasi Sapi Perah Di BPPT-SP Cikole Lembang Pada Bulan Juli 2007.....................................................................................................
15
2.
Komposisi Nutrisi Ransum Sapi Perah di BPPT-SP Cikole
18
3.
Formulasi dan Kandungan Nutrisi Ransum Sapi Perah di BPPT-SP Cikole..................................................................................................
18
4.
Rerata Jumlah Pemberian Pakan Sapi Perah di BPPT-SP Cikole…...
18
5.
Perbandingan Pemberian Pakan Induk Sapi di BPPT-SP Cikole........
19
6.
Produksi Susu Sapi Friesian-Holstein di BPPT-SP Cikole.................
25
7.
Analisis Deskriptif Performa Produksi dan Reproduksi Sapi Friesian-Holstein di BPPT-SP Cikole.................................................
27
8.
Performa Produksi dan Reproduksi Sapi Friesian-Holstein di BPPTSP Cikole.............................................................................................
27
9.
Persamaan Regresi Hubungan Masa Laktasi dan Produksi Susu………………………………………………………………….
30
10. Persamaan Regresi Hubungan Masa Kering dan Produksi Susu……………………………………………………………….....
32
11. Persamaan Regresi Hubungan Masa Kosong dan Produksi Susu………………………………………………………………….
35
12. Persamaan Regresi Hubungan Masa Kosong (Interval 40-90 hari) dan Produksi Susu…………………………………………………...
35
13. Persamaan Regresi Hubungan Selang Beranak dan Produksi Susu.....................................................................................................
38
14. Persamaan Regresi Hubungan Selang Beranak (Interval 316-365 hari) dan Produksi Susu……………………………………………...
38
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Pemberian Pakan Pada Koloni...............................
Pedet
di
Kandang
16 17
2.
Pemberian Pakan Pada Sapi Laktasi di Kandang Laktasi 1................
19
3.
Pakan Hijauan dan Konsentrat yang Diberikan...................................
21
4.
Bentuk Kandang Laktasi 1..................................................................
22
5.
Bentuk Kandang Laktasi 3..................................................................
22
6.
Kandang Pedet Individu dan Kandang Pedet Koloni..........................
23
7.
Kandang Exercise dan Kandang Dara.................................................
23
8.
Kandang Melahirkan...........................................................................
24
9.
Kurva Rataan Produksi Susu Perhari Laktasi 1-4...............................
31
10. Kurva Hubungan Masa Laktasi dengan Produksi Lengkap................
34
11. Kurva Hubungan Masa Kosong dengan Produksi Lengkap................
35
12. Kurva Hubungan Masa Kosong dengan Produksi Tahunan................
37
13. Kurva Hubungan Selang Beranak dengan Produksi Lengkap............
37
14. Kurva Hubungan Selang Beranak dengan Produksi Tahunan............
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Laktasi (X) Terhadap Produksi Lengkap (Y)...................................... 2.
45
Analisis Ragam Regresi Linier, Kuadratik dan Kubik antara Masa Laktasi (X) Terhadap Produksi Tahunan (Y)………………………..
46
Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Laktasi (X) Terhadap Produksi Harian (Y)………………………….
447
Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kering (X) Terhadap Produksi Lengkap (Y)……………………….
48
Analisis Ragam Regresi Linier, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kering (X) Terhadap Produksi Tahunan (Y)……………………….
49
Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kering (X) Terhadap Produksi Harian (Y)………………………….
50
Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kosong (X) Terhadap Produksi Lengkap (Y)……………………….
51
Analisis Ragam Regresi Linier, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kosong (X) Terhadap Produksi Tahunan (Y)………………………
52
Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kosong (X) Terhadap Produksi Harian (Y)…………………………
53
10. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Selang Beranak (X) Terhadap Produksi Lengkap (Y)………………
54
11. Analisis Ragam Regresi Linier, Kuadratik dan Kubik antara Selang Beranak (X) Terhadap Produksi Tahunan (Y)……………..
55
12. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Selang Beranak (X) Terhadap Produksi Harian (Y)………………...
56
13. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kering (X) (Interval 0-120 Hari) Terhadap Produksi Lengkap (Y)..
57
14. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kering (X) (Interval 0-120 Hari) Terhadap Produksi Tahunan (Y)..
58
15. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kering (X) (Interval 0-120 Hari) Terhadap Produksi Harian (Y)….
59
16. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kosong (X) (Interval 40-90 hari) Terhadap Produksi Lengkap (Y)...
60
17. Analisis Ragam Regresi Linier, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kosong (X) (Interval 40-90 hari) Terhadap Produksi Tahunan (Y)..
61
18. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kosong (X) (Interval 40-90 hari) Terhadap Produksi Harian (Y)…..
62
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
19. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Selang Beranak (X) (Interval 316-365 hari) Terhadap Produksi Lengkap (Y)…………………………………………………………
63
20. Analisis Ragam Regresi Linier, Kuadratik dan Kubik antara Selang Beranak (X) (Interval 316-365 hari) Terhadap Produksi Tahunan (Y)…………………………………………………………
64
21. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Selang Beranak (X) (Interval 316-365 hari) Terhadap Produksi Harian (Y)…………………………………………………………...
65
22. Transformasi Masa Kosong dan Selang Beranak...............................
66
xiii
PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan salah satu komoditas peternakan yang mempunyai kandungan protein hewani yang berkualitas. Pada dasarnya, antara persediaan dan permintaan susu di Indonesia terjadi kesenjangan yang cukup besar. Kebutuhan atau permintaan akan susu jauh lebih besar daripada ketersediaan produksi susu dalam negeri. Kebutuhan akan susu di Indonesia sebesar 5 kg /kap/thn, tetapi baru terpenuhi dari dalam negeri sekitar 32%, sisanya 68% diimpor dari luar negeri. Untuk memenuhi kebutuhan susu dari dalam negeri, perlu dilakukannya upaya peningkatan produksi susu, dengan cara peningkatan populasi dan produktivitas sapi perah. Produktivitas sapi perah dipengaruhi oleh mutu genetik yang dimiliki, faktor lingkungan dan interaksi antara keduanya. Faktor lingkungan berperan lebih besar yaitu sekitar 70% dibandingkan faktor genetik. Faktor lingkungan yang mempengaruhi produksi susu terdiri dari faktor lingkungan eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berpengaruh dari luar tubuh ternak diantaranya iklim, pakan, dan menajemen sedangkan faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam tubuh sapi atau termasuk dalam aspek biologis dari sapi tersebut diantaranya yaitu masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak. Jika semua faktor yang mempengaruhi produksi susu terutama faktor lingkungan internal dijalankan dengan baik, diharapkan produksi susu akan meningkat. Lembang merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah di daerah Jawa Barat. Daerah Lembang cocok untuk pemeliharaan sapi perah karena memiliki keadaan geografis yang menunjang untuk pemeliharaan sapi perah, diantaranya yaitu berada pada ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut dengan suhu udara ratarata 19,3oC, sehingga sapi perah didaerah ini akan berproduksi secara optimal. Untuk mendukung penyediaan bibit sapi perah di daerah Lembang, Pemerintah Daerah Jawa Barat memiliki Balai Pengembangan dan Perbibitan Sapi Perah (BPPT-SP Cikole). Balai tersebut mempunyai tugas pokok pengembangan perbibitan ternak sapi perah, pengelolaan bibit ternak dan hijauan makanan ternak, percontohan dan uji coba, pelatihan dan magang serta sumber pendapatan asli daerah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja produktivitas sapi perah di BPPT-SP Cikole,
sehingga dapat memberi informasi bermanfaat dalam meningkatkan produksi susu di lokasi ini. Tujuan Penelitian bertujuan untuk mengetahui performa produksi susu, reproduksi, dan hubungan antara keduanya pada sapi FH di BPPT-SP Cikole. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan usaha ternak sapi perah dan peningkatkan produksi susu.
2
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Sapi Friesian Holstein Bangsa sapi perah Friesian-Holstein adalah bangsa sapi perah yang sangat menonjol di Amerika Serikat, jumlahnya cukup banyak. Asalnya adalah negeri Belanda yaitu propinsi Holand Utara dan Friesland Barat (Blakely dan Bade, 1994). Sapi Friesian-Holstein (FH) murni memiliki warna bulu hitam dan putih (black and white) atau merah dan putih dengan batas-batas warna yang jelas (Sudono,1999). Sapi FH memiliki karakteristik pada dahi umumnya terdapat warna putih berbentuk segitiga, kaki bagian bawah dan ekor berwarna putih, tanduknya pendek dan menjulur kedepan, bersifat tenang dan jinak serta tidak tahan panas namun cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sapi ini termasuk bangsa sapi yang besar, berat dewasa mencapai 800-900 kg untuk jantan dan 550-650 kg untuk betina (Ginting dan Sitepu, 1989). Bobot anak sapi yang baru dilahirkan mencapai 43 kg. Betina beranak pertama kali pada umur 28-32 bulan, kemudian dapat melahirkan kembali setiap 13-14 bulan Sapi FH adalah sapi perah yang produksi susunya tertinggi dibandingkan dengan bangsa-bangsa sapi perah lainnya, akan tetapi dengan kadar lemak susu yang rendah. Produksi susu sapi FH di Amerika Serikat rata-ratanya sekitar 7245 kg per laktasi dengan kadar lemak 3,65%, sementara itu rataan produksi di Indonesia 10 liter per ekor per hari atau lebih kurang 3050 kg per laktasi (Sudono,1999). Produksi Susu Sapi Perah Sapi perah dipelihara untuk menghasilkan air susu, ini berarti produktivitas sapi perah ditentukan oleh jumlah air susu yang dihasilkan. Air susu merupakan suatu bahan makanan alami yang mendekati sempurna dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi, menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang essensial (Blakely dan Bade, 1994). Produksi susu biasanya cukup tinggi setelah enam minggu masa laktasi sampai mencapai produksi maksimum, setelah itu terjadi penurunan produksi secara bertahap sampai akhir masa laktasi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penurunan produksi susu setelah mencapai puncak laktasi kira-kira 6% setiap bulannya (Blakely dan Bade, 1994). Produksi puncak tergantung pada kondisi tubuh induk pada saat
melahirkan, keturunan, terbebasnya induk dari pengaruh metabolik dan infeksi penyakit serta pakan setelah melahirkan (Schmidt et al, 1988). Induk yang mengalami penurunan produksi setelah puncak produksi berarti mempunyai persistensi yang rendah. Persistensi produksi adalah kemampuan sapi induk untuk mempertahankan produksi tinggi selama masa laktasi, persistensi dipengaruhi oleh umur sapi, kondisi sapi waktu beranak, lama masa kering sebelumnya, banyaknya makanan yang diberikan pada sapi dan lain-lain (Blakely dan Bade, 1994).. Produksi susu total setiap laktasi bervariasi, namun umumnya puncak produksi dicapai pada umur 6-7 tahun atau pada laktasi ke 3 dan 4. Mulai dari laktasi pertama produksi susu akan meningkat sampai umur dewasa. Umur sapi yang semakin bertambah menyebabkan penurunan produksi secara perlahan. Produksi susu pada laktasi pertama adalah 70%, laktasi kedua 80%, laktasi ketiga 90%, laktasi keempat 95% dari produksi susu pada umur dewasa dengan selang beranak 12 bulan dan beranak pertama pada umur 2 tahun (Ensminger, 1971). Komponen Susu Susu terdiri atas beberapa komponen diantaranya yaitu bahan kering 12,9%, lemak 4%, laktosa 5%, protein 3,1%, dan mineral 0,75 (Schmidt et al, 1988). Lemak merupakan salah satu komponen susu yang mempunyai arti penting karena mempunyai nilai ekonomi yaitu dalam penetuan harga, memiliki nilai gizi yang tinggi berdasarkan jumlah kalori yang dikandungnya dan memegang peranan dalam rasa dan bau (Adnan, 1984). Penurunan produksi susu dari hari ke hari biasanya diiringi dengan meningkatnya kadar lemak susu, hal ini disebabkan adanya hubungan atau korelasi negatif antara produksi dan kadar lemak susu. Selain lemak, protein juga merupakan salah satu komponen susu yang penting. Sama halnya juga dengan lemak susu, protein susu berkorelasi negatif dengan produksi susu (Schmidt et al, 1988). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Kemampuan produksi seekor sapi betina merupakan hasil interaksi antara genetik dan lingkungan (Warwick dan Legates, 1979). Faktor lingkungan yang mempengaruhi produksi susu terbagi menjadi faktor lingkungan internal diantaranya yaitu umur beranak pertama, masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang 4
beranak. Sedangkan faktor lingkungan eksternal diantarnya yaitu pemberian pakan, manajemen pemeliharaan dan iklim (Ginting dan Sitepu, 1989). . Faktor Lingkungan Internal Umur Beranak Pertama Umur beranak pertama tergantung pada datangnya masa pubertas, tercapainya pubertas pada setiap individu hewan bervariasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain iklim dan makanan (Partodihardjo, 1982). Sapi dara harus dikawinkan pada umur 15 bulan sebab pada umur tersebut sapi dara sudah mencapai dewasa tubuh sehingga diharapkan pada umur sekitar 2,5 tahun dapat beranak yang pertama kalinya. Apabila sapi dikawinkan lebih dari umur tersebut maka produksi susu selama hidupnya akan menurun. Produksi susu akan tinggi bila sapi perah beranak pada umur 24-30 bulan (Bath et al, 1985). Hedah et al. (1994) mengatakan bahwa tertundanya birahi pertama secara langsung akan mengakibatkan tertundanya saat beranak pertama yang merupakan saat awal produksi susu dari sapi tersebut. Pada umumnya sapi-sapi di Indonesia beranak pertama pada umur 27 bulan dengan selang beranak 13,5 bulan dan lama bunting 9 bulan. Rataan umur beranak pertama peternakan Pengalengan, Lembang, Bogor, dan Cirebon yang berturut-turut sebesar 42, 33, 36, dan 33 bulan (Sudono, 2002). Masa Laktasi Masa laktasi adalah periode sapi selama menghasilkan air susu yaitu antara waktu beranak dengan masa kering (Sudono, 1984). Menurut Blakely dan Bade (1994) umumnya laktasi yang normal adalah 305 hari dengan 60 hari masa kering. Namun dalam prakteknya panjang laktasi seekor sapi bervariasi dari 270 sampai 400 hari. Rataan masa laktasi pada beberapa daerah penelitian menurut Sudarisman et al. (1996) adalah 363, 355, 368 dan 348 hari masing-masing pada daerah Pangalengan, Kertasari, Lembang dan Cisarua. Rataan masa laktasi di BPTU Batu Raden 315 hari (Cholil, 2007). Biasanya lama laktasi lebih pendek apabila sapi terlalu cepat dikawinkan lagi setelah melahirkan atau dikeringkan dan karena suatu penyakit. Setelah sapi beranak produksi susu akan meningkat, produksi maksimum akan dicapai sekitar minggu keempat sampai minggu keenam dan kemudian akan turun perlahan-lahan sampai akhir laktasi. Pada umumnya lama masa laktasi adalah 5
10 bulan (305 hari) pada sapi-sapi yang mempunyai selang beranak 12 bulan (Davis, 1962). Produksi air susu yang tertinggi diperoleh pada periode laktasi ke tiga (Ginting dan Sitepu, 1989). Masa Kering Masa kering yaitu periode atau lamanya sapi berhenti diperah hingga beranak. Menurut Sudono (1983) masa kering yang terbaik adalah 50 sampai 60 hari karena akan menghasilkan produksi susu yang lebih tinggi pada laktasi berikutnya bila dibandingkan masa kering yang diperpendek atau diperpanjang dari masa kering tersebut. Periode masa kering berguna untuk memperbaiki tubuh dengan nutrisi yang telah dipakai selama masa laktasi, memperbaiki dan memperbaharui sistem pembentukan kelenjar susu dan saluran-salurannya dan tambahan stimulasi untuk laktasi berikutnya (Smith, 1962). Periode kering memungkinkan glandula mamari dari sapi induk untuk memperkuat diri kembali dan memungkinkannya untuk membentuk cadangan dari zat-zat makanan dalam tubuh yang siap untuk laktasi berikutnya. Sebagai contoh, satu penelitian menunjukan bahwa periode kering selama 55 hari kehilangan 4.6% susu dibandingkan dengan tanpa periode kering pada laktasi yang sedang berlangsung, tetapi bertambah 28.7% pada laktasi berikutnya (Williamson dan Payne, 1993). Sapi harus mempunyai kondisi badan yang baik pada saat beranak dan harus mempunyai masa kering untuk mencapai produksi maksimum, sapi yang mempunyai kondisi tubuh yang buruk pada akhir masa laktasi membutuhkan masa kering untuk mengisi kembali persediaan tubuhnya dan untuk regenerasi jaringan yang rusak (Schmidt et al, 1988). Blakely dan Bade (1994) berpendapat bahwa sapi betina yang dikeringkan atau dihentikan pemerahannya 50 atau 60 hari sebelum tanggal kelahiran yang diperkirakan, berguna untuk memberi kesempatan sistem kelenjar ambing serta sapi itu sendiri pulih dari stress yang timbul akibat masa laktasi. Produksi susu meningkat bila periode kering diperpanjang sampai mendekati 7 minggu, tetapi tak menguntungkan bila periode kering lebih panjang (Salisbury dan Van Demark, 1985). Rataan masa kering di PT. Taurus Dairy Farm 77.14 hari (Kurniatin, 2000). Sudono (2002) pada peternakan sapi di Pangalengan, Lembang, Rawa Seneng, dan Cirebon memiliki rataan masa kering 90, 86, 81, dan 89 hari.
6
Masa Kosong Masa kosong adalah jarak antara waktu induk beranak sampai dengan bunting kembali. Masa kosong merupakan faktor yang penting dalam tata laksana sapi perah dalam hal waktu kebuntingan yang diinginkan. Panjang masa kosong akan berbeda pada tiap ternak (Payne, 1970). Untuk mencapai selang beranak 365 hari, maka sapi betina harus bunting pada 80 sampai 85 hari setelah beranak. Salah satu ukuran yang menandakan adanya gangguan reproduksi pada suatu peternakan sapi perah adalah masa kosong yang melebihi 120 hari (Hardjopranjoto, 1995). Lama masa kosong sapi perah yang ideal adalah 90 hari (Purwantara et al., 2001). Rataan masa kosong PT. Taurus Dairy Farm 133 hari (Kurniatin, 2000) dan rataan masa kosong di BPTU Batu Raden 139 hari (Cholil, 2007). Masa kosong dipengaruhi oleh faktor seperti involusi uteri, estrus kembali setelah beranak, interval dikawinkan kembali setelah beranak dan Service per Conception (S/C). Menurut Toelihere (1981), sesudah partus hewan betina harus menghasilkan susu untuk anaknya dan menyiapkan uterus, ovarium dan organ-organ kelamin lainnya dan sistem endokrin untuk memulai lagi suatu siklus normal dan untuk kebuntingan baru. Uterus harus kembali pada ukuran normal dan posisi semula (dikenal sebagai involusi) dan mempersiapkan diri untuk kebuntingan berikutnya. Waktu yang diperlukan untuk involusi pada sapi berkisar antara 30-50 hari. Involusi uterus terjadi pada saat menjelang estrus pertama setelah beranak. Ovulasi pertama setelah melahirkan biasanya terjadi tanpa disertai gejala estrus dan berlangsung 3545 hari setelah melahirkan anak. Interval antar partus ke estrus pertama post partus adalah 45-103 hari. (Toelihere, 1985). Interval perkawinan setelah beranak menentukan panjang interval kelahiran, supaya kemungkinan konsepsi menaik dan kemungkinan gangguan reproduksi yang lebih kecil sebaiknya mengawinkan sapi itu paling sedikit 60 hari sesudah kelahiran (Salisbury, 1985) Service per conception adalah penilaian atau penghitungan jumlah pelayanan (service) di inseminasi buatan (IB) atau kawin alam yang dibutuhkan oleh seekor betina sampai terjadinya kebuntingan (Toelihere, 1981). Rataan S/C sapi FH di PT. Taurus Dairy Farm 1.84 (Kurniatin, 2000), PT Naksastra Kejora Temanggung 3,6 (Busma, 2003) dan BPTU Batu Raden 1,99 (Cholil, 2007). Nilai S/C yang normal adalah 1,6-2,0), sedangkan menurut Sutan (1988) nilai yang ideal adalah sama 7
dengan satu. Ini berarti makin kecil angka S/C maka makin tinggi tingkat kesuburan sapi betina tersebut dan sebaliknya makin tinggi nilai S/C akan mengindikasikan rendahnya kesuburan sapi betina tersebut. Meskipun demikian, karena berbagi faktor dan kondisi alam manajemen peternakan di Indonesia, maka S/C sudah dapat dikatakan baik untuk ukuran Indonesia bila mencapai nilai 2,0 (Toelihere, 1981). Selang Beranak Selang beranak adalah jangka waktu dari saat induk beranak hingga saat beranak berikutnya. Selang beranak yang optimal untuk sapi perah adalah 12-13 bulan (Hafez 1993 dan Sudono 1999). Selang beranak dipengaruhi oleh daya reproduksi. Selang beranak ditentukan oleh lamanya masa kosong dan angka perkawinan per kebuntingan. Siregar (1990) berpendapat bahwa selang beranak dipengaruhi oleh cepat lambatnya sapi dikawinkan setelah beranak dan hal ini berhubungan dengan masa kosong. Keteraturan jarak beranak yang setahun sekali menjamin kesinambungan produksi susu dan replacement stock dalam usaha sapi perah (Sugiarti dan Hidayati, 1997). Bila selang beranak diperpendek akan menurunkan produksi susu 3,7–9,5% pada laktasi yang sedang berjalan atau yang berikutnya. Jika selang beranak diperpanjang sampai 450 hari, akan meningkatkan produksi susu yang dihasilkan pada laktasi yang sedang berjalan dan laktasi yang akan datang sebesar 3,5%. Meskipun demikian, jika ditinjau dari segi ekonomi akan merugikan karena susu yang dihasilkan tidak sepadan jika dibandingkan dengan pakan yang diberikan (Sudono et al., 2004). Rataan selang beranak di peternakan Pangalengan, Lembang, Rawa Seneng dan Cirebon yaitu 465, 462, 429, dan 470 hari Sudono (2002) dan 407.26 hari di PT. Taurus Dairy Farm (Kurniatin, 2000). Kebuntingan Ginting dan Sitepu (1989) menyatakan bahwa pengaruh kebuntingan terhadap produksi air susu sampai sekitar bulan ke lima tidak begitu nyata (sangat kecil), setelah waktu tersebut penurunan produksi susu lebih cepat daripada yang tidak bunting, hal ini disebabkan sapi yang bunting kebutuhan makanannya digunakan untuk pertumbuhan calon pedet (foetus). Hal ini sesuai dengan pendapat Sudono (1999) bahwa sapi yang telah dikawinkan dan bunting akan menghasilkan 8
susu yang lebih sedikit daripada yang tidak bunting. Produksi susu akan menurun saat sapi bunting 7 bulan sampai beranak, hal tersebut disebabakan pakan yang dikosumsi oleh sapi selain digunakan untuk hidup pokok dan produksi susu juga digunakan untuk pertumbuhan foetus dalam kandungan. Faktor Lingkungan Eksternal Pemberian Pakan Usaha untuk meningkatkan produksi susu dapat dilakukan dengan menambahkan pakan atau perbaikan sistem pemberian pakan tanpa penambahan biaya pakan yang besar. Sapi perah hendaknya diberi pakan dengan kualitas yang tinggi sehingga dapat berproduksi sesuai dengan kemampuannya. Kebutuhan sapi perah akan pakan terdiri atas kebutuhan untuk hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi dan produksi susu (Bath et al., 1978). Sapi perah dengan produksi susu yang tinggi, bila tidak mendapatkan pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya, tidak akan menghasilkan susu yang sesuai dengan kemampuannya (Sudono, 1999). Pakan yang diberikan pada sapi perah digolongkan menjadi tiga yaitu pakan hijauan, pakan konsentrat, dan pakan tambahan (Ensminger, 1971). Pakan hijauan adalah rumput dan hijauan yang mengandung serat kasar yang tinggi. Pemberian rumput pada sapi berpatokan pada 10% dari bobot badan. Kualitas hijauan akan mempengaruhi kualitas susu yang akan dihasilkan, terutama kadar lemaknya. Bila mengkonsumsi hijauan dengan kualitas baik, sapi perah dapat berproduksi sampai 70% dari kemampuan genetiknya. Kebutuhan pokok dan produksi susu sapi perah dapat dipenuhi selain dari hijauan sebagai makanan pokoknya juga dengan penambahan konsentrat. Bahan pakan penguat atau konsentrat merupakan pakan pelengkap bagi hewan ruminanasia, sebab tidak semua zat-zat pakan dapat dipenuhi oleh rumput atau hijauan lain (Chuzaemi dan Hartutik, 1988). Manajemen Pemeliharaan Peningkatan produksi susu menurut Talib (1999) tidak hanya bergantung pada kualitas genetik ternak secara independen, tetapi yang lebih penting adalah seberapa besar potensi genetik yang dibawanya dapat ditampilkan melalui manipulasi faktor lingkungan seperti manajemen pemeliharaan yang baik. Manajemen pemeliharan yang mempengaruhi produksi susu salah satunya yaitu 9
frekuensi pemerahan. Makin sering sapi diperah makin tinggi produksi susunya sekitar 20 % dibandingkan dengan pemerahan 2 kali sehari. Namun pada sapi yang produksinya rendah frekuensi pemerahan tidak nyata menaikan produksi susu (Ginting dan Sitepu, 1989). Foley et al. (1973) menyatakan interval pemerahan juga akan mempengaruhi kadar lemak susu. Interval pemerahan 12 jam adalah interval pemerahan yang seimbang dan optimal untuk sapi perah dengan potensi produksi yang tidak terlalu tinggi. Iklim Menurut Williamson dan Payne (1993), produksi ternak dinegara tropis dipengaruhi oleh iklim dengan dua cara, yaitu pengaruhnya secara langung dan tidak langsung. Iklim berpengaruh secara langsung terhadap ternak melalui perilaku merumput, konsumsi dan penggunaan makanan, pertumbuhan, reproduksi dan produksi susu. Pengaruh tidak langsung pada ternak terutama pada kuantitas dan kualitas pakan yang tersedia bagi ternak, timbulnya penyakit dan parasit, serta berpengaruh pula pada penyimpanan dan penanganan hasil ternak. Sapi perah dapat hidup dengan baik pada keadaan lingkungan yang sejuk. Suhu sangat berpengaruh pada produksi susu, pada suhu panas nafsu makan sapi berkurang karena sapi mengalami kesulitan dalam mengeluarkan panasnya sehingga mengurangi produksi susu. Suhu yang paling tinggi untuk sapi Friesian –Holstein 27oC, Brown Swiss 28oC dan Jersey 30oC (Ginting dan Sitepu, 1989). Produksi susu akan menurun selama ternak mengalami stres panas. Pengaruh langsung stres panas terhadap produksi susu disebabkan meningkatnya kebutuhan maintenance untuk menghilangkan kelebihan beban panas, mengurangi laju metabolik dan menurunkan konsumsi makanan. Dilaporkan dalam salah satu studi di Indonesia, temperatur lingkungan yang mencapai 29oC menurunkan produksi susu menjadi 10,1 kg/ekor/hari dari produksi susu 11,2 kg/ekor/hari bila dibandingkan dengan temperatur lingkungan hanya berkisar 18 – 20oC (Rumetor, 2003) .
10
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole, Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Agustus 2007. Materi Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi perah FriesianHolstein. Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari BPPT-SP yaitu data produksi susu per hari dan mingguan, tanggal beranak dan tanggal kering dari setiap ekor sapi. Data yang digunakan berasal dari 48 ekor sapi induk FriesianHolstein terdiri atas 72 catatan produksi susu harian laktasi lengkap dan 13 catatan produksi susu mingguan. Rancangan Model Model rancangan yang digunakan yaitu analisis regresi polinom dengan model matematika (Steel dan Torrie, 1991) sebagai berikut : Linear
: Yi = b0 + b1X + ei
Kuadratik
: Yi = b0 + b1X + b2X2 + ei
Kubik
: Yi = b0 + b1X + b2X2 + b3X3 + ei
Yi
: produksi susu dari catatan ke-i
X
: masa kosong
b0
: intersep
b1, b2
: koefisien regresi parsial
ei
: galat Produksi susu laktasi lengkap yang diperoleh berdasarkan catatan mingguan
di estimasi dengan menggunakan
Test Interval Method dengan model estimasi
(Sudono, 2002) sebagai berikut :
Ye
d ( y1 y 2) 2
Ye
= produksi susu estimasi
d
= selang hari pemerahan y1 dengan y2
y1
= produksi susu pemerahan pertama
y2
= produksi susu pemerahan kedua
Produksi Lengkap
= Produksi Susu Satu Laktasi Lengkap
Produksi Tahunan
=
Produksi Harian
=
Produksi ProduksiLengkap Lengkap X 365 Hari Selang Beranak Selang Beranak Produksi ProduksiLengkap Lengkap Masa Laktasi Masa Laktasi
Peubah 1. Masa Laktasi Masa laktasi adalah periode sapi diperah yaitu dari awal beranak sampai di keringkan, satuannya hari. 2. Masa Kering Masa kering adalah periode atau lamanya sapi berhenti diperah hingga sapi beranak berikutnya, satuannya hari. 3. Masa Kosong Masa kosong dihitung sebagai interval sapi dari beranak sampai bunting kembali, satuannya hari . 4. Selang Beranak Selang beranak adalah jangka waktu dari saat induk beranak sampai beranak berikutnya, satuannya hari. 5. Produksi Susu Produksi susu terdiri atas produksi lengkap (total produksi satu laktasi lengkap), produksi harian (produksi lengkap dibagi lama laktasi) dan produksi tahunan (produksi lengkap dibagi selang beranak dikali 365 hari). Satuan produksi susu kg. Analisis Data Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan indeks produktivitas, kurva harian produksi susu dan indeks produksi susu sapi FH. Produktivitas terdiri 12
dari umur beranak pertama, masa laktai, masa kering, masa kosong dan selang beranak. Indeks produksi susu terdiri dari produksi laktasi lengkap, produksi tahunan dan produksi harian. Analisis statistik regresi sederhanan pada tiga taraf yaitu linier, kuadratik dan kubik digunakan untuk mengetahui hubungan masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak terhadap produksi susu. Dari ketiga model regresi dipilih model terbaik yang memiliki R2 paling tinggi. Apabila terdapat dua model yang memiliki R2 sama maka dipilih model yang lebih sederhana. Bentuk persamaan regresi linier menggambarkan hubungan antara satu peubah bebas (X) dengan satu peubah tak bebas (Y), dimana hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai suatu garis lurus, sedangkan bentuk persamaan regresi kuadratik dan kubik bukan merupakan persamaan persamaan garis lurus. Segmentasi data dilakukan untuk melihat lebih jelas pengaruh masa kering, masa kosong dna selang beranak terhadap produksi susu. Uji-t (t-student) digunakan untuk melakukan uji banding produksi susu antar laktasi dan peubah antar laktasi. Data diolah dengan menggunakan program aplikasi komputer MINITAB 14. Prosedur Pengambilan data sekunder reproduksi dan produksi susu dilakukan di BPPTSP Cikole. Dari data sekunder yang diperoleh dipilih sapi-sapi yang memiliki data produksi susu lengkap, memiliki data tanggal lahir, tanggal beranak dan tanggal kering. Data yang diperoleh sebanyak 189 catatan berasal dari 75 ekor sapi, setelah proses pengeditan dan pengeluaran data pencilan, data yang diperoleh sebanyak 85 catatan yang terdiri atas 72 catatan produksi susu harian laktasi lengkap 13 catatan produksi susu mingguan yang berasal dari 48 ekor sapi induk Friesian-Holstein. Data produksi susu harian dimulai dari tahun 1998 sampai 2002 dan produksi mingguan dari tahun 2005 sampai 2007.
13
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole, Lembang, Jawa Barat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi dinas peternakaan propinsi Jawa Barat di bidang pengembangan perbibitan ternak sapi perah, pengelolaan bibit ternak dan hijauan makanan ternak, percontohan dan uji coba, pelatihan dan magang serta sumber pendapatan asli daerah. Lokasi BPPT-SP Cikole terletak di jalan raya Tangkuban Parahu KM 22, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Berada pada ketinggian 1200 m diatas permukaan laut dengan suhu maksimum 24,6oC dan suhu minimum 13,8oC dengan suhu udara rata-rata 19,3oC. Kelembaban udara 80,5% dan curah hujan per tahun 2393 mm. Luas lahan yang dimiliki hingga saat ini yaitu 61,54 hektar, dengan perincian 9,8 hektar di lokasi Cikole (tahun 1952) dan 51,74 hektar (pengembangan lahan tahun 2002 dan 2003) serta Instalasi Subang tepatnya di Desa Dayeuhkolot dan Desa Sukamandi Kecamatan Sagalaherang serta Desa Bunihayu dan Desa Tambakmekar, Kecamatan Jalan Cagak. Dari jumlah lahan tersebut, 56,74 hektar diantaranya dimanfaatkan untuk kebun rumput yaitu 5 hektar di Cikole dan 51,74 hektar di Instalasi Subang. Lahan lainnya digunakan untuk bangunan. Lahan yang ada di UPTD BPPT-SP Cikole Lembang diantarnya digunakan untuk kebun rumput seluas 5 hektar yang mempunyai produksi 250 ton per hektar per tahun, lahan yang digunakan untuk bangunan seluas 4,8 hektar yang meliputi perkantoran, Guest house, rumah karyawan, perkandangan, gudang pakan, pabrik pengolahan susu, gudang penampungan susu, laboratorium pengolahan susu pasteurisasi, laboratorium pengujian susu, ruang keswan dan obat-obatan, masjid, kantin dan pos satpam. Sapi perah yang dipelihara di BPPT-SP Cikole adalah bangsa sapi Friesian Holstein (FH). Jumlah sapi perah yang dipelihara oleh BPPT-SP Cikole pada bulan juli 2007 adalah 136 ekor dengan perincian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Sapi Perah Di BPPT-SP Cikole Lembang Pada Bulan Juli 2007 No Status Ternak 1 Induk - Laktasi (bunting) - Laktasi (kosong) 2 Kering Kandang 3 Dara - Bunting - 12 bulan s/d 15 bulan - 16 bulan s/d Beranak 4 Pedet 1. Umur lahir s/d 4 bulan a. Jantan b. Betina 2. Umur 4 bulan s/d 6 bulan a. Jantan b. Betina 3. Umur 6 bulan s/d 12 bulan a. Jantan b. Betina Total Populasi Sapi
Jumlah (Ekor) 53 15 38 9 37 11 10 16 37 19 11 8 7 3 4 11 4 7 136
ST 53 15 38 9 18,5 5,5 5 8 9,25 4,47 2,75 2 1,75 0,75 1 2,75 1 1,75 89,75
Persentase ST 59,05
10,00 20,61
10,30
100
Sumber : Bagian Kasi Pengembangan BPPT-SP Cikole Lembang, 2007
Manajemen Pemeliharaan Pemeliharaan Pedet Manajemen pemeliharaan pedet di BPPT-SP Cikole dimulai saat pedet dilahirkan yaitu dengan melakukan kegiatan mengeluarkan lendir yang ada dalam mulut dan hidung sehingga dapat membantu pernapasan. Membiarkan anak sapi dijilati oleh induknya dengan maksud mengeringkan badan anaknya dan menstimulir peredaran darah serta pernafasannya. Setelah pedet dapat bernafas maka tali pusar dipotong kemudian disemprotkan yodium tincture agar luka dalam pemotongan tali pusar tidak terinfeksi kuman. Kemudian pedet dipisahkan dari induknya dan ditempatkan pada kandang pedet yang diberi alas jerami kering. Pemberian kolostrum dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pukul 06.00 WIB dan 16.00 WIB. Pemberian kolostrum dilakukan selama satu minggu, setelah satu minggu pedet diberi air susu dari induk yang lain. Hal ini sesuai dengan yang dianjurkan oleh Ginting dan Sitepu (1985) pedet yang baru lahir harus dibiarkan mendapat susu induknya selama 5 hari sejak dilahirkan. Susu induk yang baru melahirkan atau kolostrum mempunyai kelebihan mengandung antibodi yang sangat 15
tinggi dan kaya akan vitamin A dan D. Pada waktu dilahirkan pedet belum mampu memproduksi sendiri antibodi, sehingga antibodi yang diperoleh dari kolostrum sangat dibutuhkan oleh pedet yang baru lahir. Pemberian air susu dilakukan selama 4 sampai 5 bulan. Konsentrat diberikan dengan cara dicampur dengan susu, dilakukan pada umur 8 hari. Rumput kering (Hay) pada umur 2 minggu diberikan sampai umur 5 bulan untuk selanjutnya diberi hijauan segar. Pakan yang diberikan untuk pedet umur 0 sampai 2 bulan yaitu hay 1-2 kg, CMR 0.25 kg dan air susu 4 liter untuk pedet jantan dan 5 liter untuk pedet betina, untuk pedet umur 2 sampai 4 bulan diberikan hay 2-3 kg dan CMR 0,5 kg, sedangkan untuk pedet umur 4 sampai 7 bulan diberikan hijauan 12,5 kg dan 2 kg konsentrat. Pemberian tanda pada anak sapi menggunakan eartag yang dipasang pada umur 2 minggu. Pemotongan tanduk dilakukan pada umur 1-2 bulan dengan memakai electric dehorning dengan cara menempelkan pada tunas tanduk sekitar 1020 detik, setelah dipotong disemprotkan antiseptik ke tanduk tersebut agar tidak terinfeksi.
Gambar 1. Pemberian Pakan pada Pedet di Kandang Koloni Pemeliharaan Sapi Dara Pemeliharaan sapi dara meliputi pemberian pakan, minum dan pembersihan kandang. Pemberian pakan untuk sapi dara diantaranya adalah pakan
hijauan
sebanyak 40 kg/ek/hr yang dilakukan dua kali dalam sehari, pada pukul 07.00 WIB dan 15.30 WIB. Selain pakan hijauan diberikan juga pakan konsentrat sebanyak 4,5kg/ek/hr yang dilakukan tiga kali dalam sehari. Pemberian konsentrat dilakukan bersamaan dengan pemberian hijauan pada pagi dan sore hari, selain itu juga 16
diberikan pada siang hari pukul 12.00 WIB. Menurut Sudono et al (2004) pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan dan pakan konsentrat 1-1.5% dari bobot badan, jika rata-rata bobot badan sapi dara 200-300 kg maka pemberian hijauan dan konsentrat di BPPT-SP Cikole sudah memenuhi kebutuhan. Inseminasi buatan dilakukan pertama kali pada umur 16 bulan. Pemeliharaan Sapi Laktasi Pemeliharaan sapi laktasi yang sedang berproduksi mencakup pemberian pakan (hijauan, konsentrat dan ampas bir), pemotongan kuku dilakukan 4 bulan sekali, pemotongan rambut ambing, pemerahan dan pemeliharaan kesehatan. Pemberian pakan hijauan dilakukan dua kali sehari sebanyak 60 kg diberikan pada pukul 07.00 dan 16.00 WIB. Pemberian konsentrat dilakukan tiga kali sehari sebanyak 6 kg yaitu pada pagi dan sore setelah pemberian hijauan serta siang hari pada pukul 12.00. Pemberian ampas bir dilakukan satu kali sehari sebanyak 3-5 kg yaitu pada pukul 10.00. Air minum diberikan secara ad libitum agar kebutuhan selalu terpenuhi. Sudono et al (2004) menyarankan bahwa pemberian pakan pada sapi yang sedang berproduksi atau sedang laktasi harus memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi susu, jika jumlah dan mutu yang diberikan kurang, hasil produksi susu tidak akan maksimal. Pemberian konsentrat agar lebih praktis dianjurkan 50% dari produksi susu, sedangkan untuk hijauan pamberiannya 10% dari bobot badan. Pada Gambar 2 menunjukan cara pemberian pakan pada sapi laktasi di kandang laktasi 1.
Gambar 2. Pemberian Pakan pada Sapi Laktasi di Kandang Laktasi 1 Pemberian Pakan Pakan yang diberikan di BPPT-SP Cikole yaitu berupa pakan hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan diformulasi sendiri oleh BPPT-SP Cikole dan 17
digunakan untuk seluruh sapi. Berikut ini pada Tabel 2 ditampilkan formulasi ransum yang diberikan untuk sapi-sapi di BPPT-SP Cikole. Tabel 2. Komposisi Nutrisi Ransum Sapi Perah di BPPT-SP Cikole No.
Bahan baku
BK (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pollard Jagung Kelapa Dedak Kedelai Mineral Cattle Mix
87 86 90 87 90 -
Kandungan (% BK) Protein TDN 16 62 9 79 15 75 18 82 44 77 -
Sumber : Bagian Kasi Pengujian BPPT-SP Cikole Lembang, 2007
Tabel 3. Formulasi dan Kandungan Nutrisi Ransum Sapi Perah di BPPT-SP Cikole Kandungan (% BK) Persentase Bahan baku BK (%) (%) Protein TDN Pollard 40 34,80 5,57 21,58 Jagung 22 18,92 1,70 14,95 Kelapa 15 13,50 2,03 10,13 Dedak 12 10,44 1,88 8,56 Kedelai 9 8,10 3,56 6,24 Mineral 1,0 Cattle Mix 1,0 Jumlah 100 86,76 14,74 61,46 Tabel 4. Rerata Jumlah Pemberian Pakan Sapi Perah di BPPT-SP Cikole Status sapi Pedet
Dara Induk
0-2 bulan 2-4 bulan 4-7 bulan 7-12 bulan 12-18 bulan/beranak Laktasi Kering
Hijauan 1-2 2-3 12,5 20 40 60 40
Jumlah Pemberian (kg) Konsentrat CMR 0,5 0,25 1 0,5 2 3 4,5 6 4 -
Ampas Bir 3-5 -
18
Tabel 5. Perbandingan Pemberian Pakan Induk Sapi di BPPT-SP Cikole Jenis Pakan
Rata-rata Pemberian BK (kg/ekor) 13,68 6,19 19,87
Hijauan Konsentrat + Ampas Bir Jumlah
Persentase BK (%) 68,85 31,35 100,00
Perbandingan Pemberian pakan hijauan dan konsentrat yaitu 69:31%, sedangkan menurut Sudono (1999) perbandingan pakan hijauan dan konsentrat yang baik yaitu 60:40%, pemberian pakan hijauan yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan serat kasar sehingga pakan sulit dicerna dan kurangnya pemberian konsentrat
akan
menyebabkan
kurangnya
konsumsi
protein
yang
dapat
mempengaruhi tingkat reproduksi sapi menjadi rendah.
Gambar 3. Pakan Hijauan dan Konsentrat yang Diberikan Penanganan Reproduksi Pelaksanaan manajemen reproduksi di BPPT-SP Cikole terdiri atas kegiatan harian, pencatatan reproduksi, deteksi birahi, IB (Inseminasi Buatan), dan palpasi rektal untuk pemeriksaan kebuntingan (PKB). Kegiatan harian dilakukan dengan melakukan pengamatan setiap hari yang bertujuan untuk mengetahui sapi yang birahi dan gejala penyakit secara dini. Pengamatan gejala birahi dilakukan dengan melihat tanda-tanda birahi seperti adanya lendir, bengkak dan berwarna kemerahan pada vulva. Tanda-tanda birahi menurut Toelihere (1981) sapi betina menjadi sangat tidak tenang, kurang nafsu makan, dan berkelana mencari hewan jantan. Selama birahi sapi tersebut akan tetap berdiri bila dinaiki pejantan, vulva sapi tersebut membengkak, memerah dan penuh dengan mucus transfaran yang menggantung
19
pada vulva atau terlihat disekeliling pangkal ekor. Deteksi dilakukan satu kali dalam sehari yaitu pada siang hari pada saat sapi dalam kondisi tenang/istirahat. Pengamatan adanya gejala penyakit dilakukan dengan melihat cara makan dan keadaan feses. Pencatatan reproduksi terdiri atas catatan reproduksi individu, catatan IB dan penggunaan Straw, catatan kondisi fetus dan retensio secundinae, catatan PKB dan hasilnya, catatan pemberian vitamin A,D,E,K dan pemberian obat cacing. Pelaksanaan Inseminasi Buatan di BPPT-SP Cikole menggunakan semen kualitas unggul yang didatangkan dari BIB Singosari dan BIB Lembang, IB dilakukan oleh petugas keswan di BPPT-SP Cikole. Selain itu dilakukan juga transfer embrio dari BET Cipelang. Tujuan dari teknologi ini adalah untuk menghasilkan embrio yang banyak dalam satu kali siklus, sehingga dapat dihasilkan ternak yang berkualitas dalam jumlah yang banyak. Keberhasilan transfer embrio segar dapat
mencapai 55−65%, sedangkan embrio beku sekitar 50−60%
(Situmorang dan Triwulaningsih, 2004). Palpasi rektal dilakukan dengan 3 tahap yaitu pada 2 hari setelah IB untuk mengetahui terjadi ovulasi atau tidak, palpasi 7-10 hari untuk mengetahui adanya Corpus Luteum dan palpasi 40-42 hari setelah IB untuk pemeriksaan kebuntingan. Perkandangan Kandang yang digunakan di BPPT-SP Cikole Lembang disesuaikan dengan umur dan kebutuhan sapi. Tipe kandang yang terdapat di BPPT-SP Cikole terdiri atas kandang laktasi, kandang dara, kandang melahirkan, kandang excercise, kandang pedet koloni dan pedet individu. Jumlah kandang laktasi adalah tiga unit namun pada saat ini kandang laktasi 2 digunakan untuk kandang dara, sehingga kandang laktasi terdiri atas kandang laktasi 1 dan kandang laktasi 3, kandang laktasi 1 digunakan oleh sapi yang produksi susunya tinggi yaitu pada awal laktasi sedangkan kandang laktasi 3 digunakan oleh sapi yang produksinya lebih rendah. Kandang laktasi merupakan kandang tipe permanen yang terbuat dari beton dan pondasi atap terbuat dari besi. Masing-masing kandang mempunyai gudang tempat penyimpanan peralatan. Kandang untuk sapi laktasi sebaiknya dikelompokan menurut tingkat produksi susu, sehingga tata laksana pemberian pakan dapat dilakukan dengan 20
optimal. Kandang sapi dewasa biasanya dibuat sejajar dengan jumlah genap, karena satu bak air minum digunakan untuk 2 ekor sapi. Kandang per ekor sapi adalah panjang 180-200 cm dengan lebar 135-140 cm (Sudono et al., 2004). Kandang laktasi 1 di BPPT-SP Cikole mempunyai kapasitas 30 ekor sapi yang ditempatkan dalam dua baris sejajar (tail to tail). Memiliki tempat air minum otomatis dimana hanya menekan menggunakan moncong atau mulut bagian dari perangkat tempat air minum yang disediakan maka air secara langsung akan keluar dari pipa lalu dialirkan ke mangkok tempat minum. Kebutuhan air minum di kandang laktasi selalu tersedia (ad libitum). Tempat pakan dibuat lebih tinggi permukaannya dari lantai kandang. Alas kandang laktasi 1 menggunakan karpet karet. Sistem pemerahan pada kandang 1 menggunakan sistem pipeline dimana susu hasil pemerahan dialirkan ke pipa yang langsung masuk dan ditampung kedalam cooling unit.
Gambar 4. Bentuk Kandang Laktasi 1 Kandang laktasi 3 mempunyai kapasitas 46 ekor. Sapi ditempatkan dalam dua baris sejajar (tail to tail). Setiap dua ekor sapi memiliki sebuah tempat air minum yang kebutuhannya selalu tersedia. Tempat minum pada kandang laktasi 3 tidak otomatis. Tempat pakan lebih tinggi dari lantai tempat sapi berdiri, alasnya dibuat melengkung agar pakan yang diberikan tidak menumpuk pada bagian sudut. Kandang laktasi 3 memiliki alas karpet karet agar tidak licin dan memperkecil kemungkinanan sapi terjatuh. Pemerahan pada kandang laktasi 3 menggunakan mesin perah portable.
21
Gambar 5. Bentuk Kandang Laktasi 3 Kandang pedet terdiri atas kandang pedet individu untuk umur 0-2 bulan kandang pedet individu umur 2-4 bulan dan kandang pedet koloni yang diisi 2-3 ekor untuk umur 4-7 bulan. Hal ini sesuai dengan yang dianjurkan Sudono et al (2004) kandang pedet umur 0-4 bulan dibuatkan kandang sendiri agar tidak bercampur dengan pedet lain. Hal ini disebabkan karena pedet sangat rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan juga pedet memiliki naluri menyusu sehingga jika disatukan bisa saling menghisap dan menjilat. Sedangkan untuk pedet umur 4-8 bulan kandang yang digunakan berupa kandang koloni, agar pedet dapat lebih bebas bergerak sehingga tulang dan badannya kuat. Pada kandang pedet individu lantainya dialasi dengan jerami kering yang berfungsi untuk kenyamanan pedet.
Gambar 6. Kandang Pedet Individu dan Kandang Pedet Koloni Kandang exercise diisi oleh sapi yang berumur 8 sampai 11 bulan, pada kandang ini sapi bebas bergerak karena sapi tidak diikat. Setelah sapi berumur 12 bulan dipindahkan ke kandang dara. Kandang dara ini terdiri atas 2 unit. Kandang
22
dara hampir sama seperti kandang laktasi hanya pada lantainya tidak dialasi oleh karpet karet.
Gambar 7. Kandang Exercise dan Kandang Dara Kandang beranak diisi oleh sapi bunting tua yang siap beranak, dapat diisi oleh 4 ekor sapi, pada lantainya dialasi dengan karpet karet. Ukuran kandang per ekor sapi lebih luas yaitu 3x2,6 m, untuk memudahkan dalam proses melahirkan.
Gambar 8. Kandang Melahirkan Pemerahan Pemerahan dapat dilakukan dua kali dalam sehari semalam dengan interval 12 jam dan 12 jam, 11 jam dan 13 jam serta 10 jam dan 14 jam. Menurut Ginting dan Sitepu (1985) pada umunya pemerahan dilakukan dua kali dalam sehari dengan interval 12 jam. Pemerahan yang dilaksanakan di BPPT-SP Cikole yaitu dua kali dalam satu hari pada pukul 05.00 dan pukul 16.00, pemerahan tersebut mengikuti interval pemerahan 11 jam dan 13 jam. Sebelum pemerahan kandang dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran sapi dan sisa makanan kemudian sapi dimandikan dengan cara disikat dan disiram terutama pada bagian selangkangan dekat ambing, agar susu yang dihasilkan tidak terkontaminasi kotoran yang terdapat pada sapi. 23
Pada pemerahan sore hari sapi tidak dimandikan hanya dibersihkan bagian ambingnya dan puting, puting dilap menggunakan air hangat lalu di uji mastitis menggunakan
strip
cup
sebelum
diperah.
Pemerahan
dilakukan
dengan
menggunakan mesin perah portable dengan cara memasang teat cup pada puting lalu dibiarkan bekerja sampai air susu dari ambing sapi yang sedang diperah habis, selesai pemerahan dilakukan penyemprotan desinfektan pada puting. Sistem pemerahan pada kandang laktasi 1 berbeda dengan kandang laktasi 3, pada kandang laktasi 1 air susu dialirkan langsung melalui pipa yang kemudian masuk kedalam cooling unit, sedangkan pada kandang laktasi 3 pemerahan dengan menggunakan alat mesin perah portable, susu tidak langsung dialirkan ke cooling unit, tetapi dibawa menggunakan milk can berkapasitas 40 liter. Kurva Produksi Susu
Gambar 9. Kurva Rataan Produksi Susu Perhari Laktasi 1-4 Dapat dilihat pada Gambar 9, produksi susu terus meningkat dari awal laktasi sampai hari ke 65 dan mencapai puncak produksi pada interval hari ke 17 sampai 49 atau pada bulan pertama sampai bulan ke dua laktasi. Hal ini sesuai dengan peryataan Tillman et al (1989) bahwa produksi air susu akan naik selama 45 sampai 60 hari setelah sapi beranak hingga mencapai puncak laktasi dan kemudian turun secara perlahan-lahan hingga akhir laktasi. Rataan produksi susu per hari pada laktasi 1-4 terus meningkat dari laktasi 1 sampai laktasi 3 dan mulai menurun pada laktasi 4. 24
Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa penurunan produksi susu pada laktasi satu dan laktasi tiga lebih lama dibandingkan dengan laktasi dua dan empat. Keown et al (1986) menyatakan bahwa pada periode laktasi satu lebih pesisten dibandingkan dangan laktasi berikutnya. Produksi Susu Tabel 6. Produksi Susu Sapi Friesian-Holstein di BPPT-SP Cikole Indeks Laktasi
Laktasi 1
Laktasi 2
Laktasi 3
Laktasi 4
Prod. Lengkap (kg) Prod. Tahunan (kg) Prod. Harian (kg)
4083±1329a (39)
4768±1165b (21)
5240±1232b (20)
4645±1175ab (5)
Seluruh Laktasi (1 – 4) 4558±1326 (85)
3388±833a (39)
4339±2661b (21)
4789±1328b (20)
4454±1374ab (5)
4015±1179 (85)
11,92±2,69a (39)
15,38±3,18b (21)
17,25±4,1b (20)
15,4± 3,65ab (5)
14,24±3,91 (85)
Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) dan sangat nyata (P<0,01).
Tabel 6 menampilkan rataan dan simpangan baku sejumlah indeks laktasi sapi FH di BPPT-SP Cikole.
Pengamatan pada semua laktasi, diperoleh rataan
produksi susu laktasi lengkap, tahunan dan harian berurutan 4558, 4015 dan 14,24 kg. Anggraeni (2006) melaporkan pada pemeliharaan intensif sapi FH di stasiun bibit BPTU Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah diperoleh rataan produksi laktasi lengkap, tahunan dan harian berurutan 4406, 3919 dan 14,4 kg. Pada pemeliharaan semi intensif di peternakan rakyat Banyumas untuk indeks produksi susu yang sama berurutan 3287, 2731 dan 9,8 kg. Hasil menunjukkan kapasitas produksi susu laktasi lengkap dan tahunan sapi FH di BPPT-SP Cikole lebih tinggi bila dibandingkan dengan sapi FH di BPTU Baturaden dan peternakan rakyat Banyumas. Hal ini disebabkan karena perbedaan manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan. Manajemen pemeliharaan dan kualitas pakan yang baik akan meningkatkan produksi susu, disamping pengaruh genetik dari masing-masing sapi. Pengamatan berdasarkan periode laktasi berbeda menunjukkan terjadi peningkatan produksi dengan bertambah periode laktasi. Hasil uji banding produksi susu pada semua indeks laktasi pada laktasi 1&2 dan 1&3 menunjukan hasil yang 25
berbeda nyata, peningkatan produksi dari laktasi 1 ke laktasi 2 sebesar 685 kg sedangkan laktasi 1 ke laktasi 3 sebesar 1157 kg. Sedangkan laktasi 1&4, 2&3, 2&4 dan 3&4 menunjukan hasil tidak berbeda nyata. Pertambahan produksi susu pada laktasi ketiga dibandingkan laktasi pertama untuk laktasi lengkap, tahunan dan harian berurutan 1157, 1401 dan 5,33 kg. Hal ini menunjukkan dengan semakin bertambah kedewasaan biologis sapi laktasi, akan meningkatkan produksi susu yang dihasilkan karena bobot badan, organ tubuh dan ambing semakin berkembang (Warwick dan Legates, 1979). Menurut Sudono (1983) produksi susu yang dihasilkan akan terus meningkat mulai dari laktasi pertama sampai tercapai puncak produksi sekitar laktasi 5–6, apabila manajemen reproduksi diterapkan dengan baik, pemberian pakan berkualitas, serta keadaan lingkungan mendukung dalam pemeliharaan sapi perah. Namun berdasarkan Tabel 4 produksi susu mengalami peningkatan sampai laktasi tiga dan mulai menurun pada laktasi keempat. Hal disebabkan karena rataan umur beranak pertama yang terlalu tua sehingga puncak produksi susu dicapai saat laktasi tiga dengan rataan umur beranak 65 bulan. Laktasi pertama memiliki rataan umur beranak 32 bulan, umur ini terlalu tua jika dibandingkan dengan rataan umur beranak pertama di Indonesia yaitu 27 bulan (Hedah et al. 1994). Produksi susu akan tinggi apabila sapi beranak pada umur 24-30 bulan (Bath et al, 1985). Umur beranak yang terlalu tua dapat disebabkan karena umur kawin pertama terlambat yang dapat disebabkan karena tertundanya IB pada birahi pertama. Pada laktasi ke dua, ketiga dan keempat memiliki rataan umur beranak 49, 65 dan 89 bulan. Bila dibandingkan dengan pernyataan Hedah et al (1994) bahwa rataan beranak pertama 27 bulan maka umur beranak selanjutnya dengan rataan selang beranak satu tahun berurutan dari laktasi ke dua yaitu 39, 51 dan 63 bulan, yang berarti bahwa baik umur beranak maupun selang beranak di BPPT-SP Cikole terlalu lama. Produksi susu lengkap lebih tinggi bila dibandingkan dengan laktasi tahunan, misalnya pengamatan untuk laktasi pertama adalah 4083 kg dengan 3388 kg dan laktasi ketiga adalah 5240 kg dengan 4789 kg. Hal ini karena rataan selang beranak sapi berlangsung lebih dari satu tahun yang berkisar antara 343-492 hari (Tabel 3), sehingga produksi tahunan lebih rendah dari produksi laktasi lengkap. 26
Produktivitas Tabel 7. Analisis Deskriptif Performa Produksi dan Reproduksi Sapi Friesian- Holstein Di BPPT-SP Cikole Umur Beranak Pertama Masa laktasi Masa kering Masa kosong Lama bunting Selang beranak
N 38 75 85 85 18 85
Rataan±SB 32,62±6,74 313,5±43,1 94,01±46,69 141,1±74,2 277,7±12,5 418±74,3
Median 31,60 307,0 88 119,0 279,0 397,0
Min 19,43 225,0 6 40 262,0 316
Max 49 422,0 198,0 327,0 289,0 605,0
Rataan umur beranak pertama di BPPT-SP Cikole yaitu 32 bulan hasil ini lebih cepat dibandingkan dengan rataan umur beranak pertama sapi FH di beberapa peternakan di pulau Jawa, meliputi Pengalengan, Bogor, dan Cirebon 42, 36 dan 33 bulan (Anggraeni, 2006; Sudono, 2002) tetapi lebih lambat bila dibandingkan dengan BPPTP Baturraden dengan umur beranak pertama 29 bulan (Cholil, 2007). Sapi FH atau keturunannya dapat beranak pertama pada umur 24-30 bulan, apabila tata laksana, kualitas dan kuantitas makanan pada anak-anak sapi dan sapi dara cukup (Sudono, 2002). Tabel 8. Performa Produksi dan Reproduksi Sapi Friesian-Holstein Laktasi 1-4 di BPPT- SP Cikole Peubah (Hari) Masa laktasi Masa kering Masa kosong Selang beranak
Laktasi 1
Laktasi 2
Laktasi 3
328,8±48,9a (31) 93,15±52,36 (39) 157,6±82,1 (39) 436,1±82,3 (39)
302,4±30,1b (20) 91,7±27,7 (21) 126,6±59,3 (21) 403,2±58 (21)
308,65±37,2b (20) 100,8±53 (20) 131,7±73,1 (20) 409,5±73,3 (20)
Laktasi 4 275,5±43,9b (4) 83,4±46,1 (5) 110,4±57,9 (5) 388,4±57,9 (5)
Seluruh Laktasi 313,5±43,1 (75) 94,01±46,69 (85) 141,1±74,2 (85) 418±74,3 (85)
Masa laktasi adalah periode sapi menghasilkan air susu, yaitu interval antara waktu beranak dengan masa kering (Sudono, 1999). Berdasarkan hasil uji banding masa laktasi pada laktasi 1&2 berbeda nyata sedangkan dengan laktasi 2, 3 dan 4 tidak berbeda nyata. Lama laktasi untuk laktasi 1 sampai 2 di BPPT-SP Cikole adalah 329 dan 302 hari, hasil ini lebih pendek dibandingkan dengan masa laktasi di BPPTP Baturaden yang dilaporkan oleh Cholil (2007) yaitu 334 dan 304 hari, sedangkan untuk laktasi 3 sama yaitu 308 hari. Masa laktasi dari laktasi 1 sampai 27
laktasi 4 semakin memendek dikuti dengan peningkatan produksi susu. Sementara rataan lama laktasi untuk semua laktasi dari sapi FH di BPPT-SP Cikole sekitar 313 hari. Nilai tersebut masih lebih panjang bila dibandingkan dengan masa laktasi yang direkomendasikan untuk sapi perah Bos taurus di daerah iklim sedang yakni selama 305 hari (Warwick dan Legates, 1979). Masa kering adalah periode atau lamanya sapi berhenti diperah hingga sapi beranak. Berdasarkan hasil uji banding masa kering antar laktasi menunjukan hasil yang tidak nyata pada semua laktasi. Rataan masa kering laktasi 1 dan 2 tidak jauh berbeda yaitu dari 93 dan 92 hari sedangkan pada laktasi 3 masa keringnya menjadi lebih panjang lagi yaitu 101 hari. Interval masa kering di BPPT-SP Cikole cukup panjang, masa kering paling singkat 6 hari dan paling panjang 198 hari. Masa kering yang terlalu singkat dapat disebabkan karena sapi mengalami pengeringan secara alami, pengaruh produksi susu dan faktor manajemen. Rataan masa kering dari seluruh laktasi yaitu 94 hari, hasil ini lebih pendek dibandingkan dengan yang dilaporkan Cholil (2007) di BPPTP Baturraden yaitu 101 hari, dan lebih panjang dibandingkan dengan yang dilaporkan
Sudono (2002) pada peternakan sapi di
Pangalengan, Lembang, Rawa Seneng, dan Cirebon berturut- turut sebesar 90, 86, 81, dan 89 hari. Nilai tersebut masih lebih panjang 34 hari dari yang dianjurkan Sudono (1983) masa kering yang terbaik adalah 50 sampai 60 hari karena akan menghasilkan produksi susu yang lebih tinggi pada laktasi berikutnya bila dibandingkan masa kering yang diperpendek atau diperpanjang dari masa kering tersebut. Masa kosong adalah rentang waktu dari sapi beranak sampai bunting kembali. Berdasarkan hasil uji banding masa kosong antar laktasi menunjukan hasil yang tidak nyata pada semua laktasi. Rataan masa kosong di BPPT-SP Cikole untuk laktasi 1 sampai 4 berurutan yaitu 157, 126, 131 dan 110 hari sedangkan rataan masa kosong untuk seluruh laktasi adalah 141 hari, hasil ini lebih panjang bila dibandingkan dengan rataan masa kosong di PT. Taurus Dairy Farm yang dilaporkan oleh Kurniatin (2000) yaitu 133 hari, dan lebih panjang 51 hari dari masa kosong yang dianjurkan Purwantara et al. (2001) yaitu 90 hari. Perpanjangan masa kosong dapat diakibatkan antara lain karena keterlambatan inseminasi karena teknik IB yang
28
kurang baik, fisiologis sapi, birahi tenang sehingga
sapi tersebut tidak
memperlihatkan gejala birahi sehingga sulit dideteksi. Selang beranak adalah jangka waktu dari saat induk beranak sampai beranak berikutnya. Berdasarkan hasil uji banding selang beranak antar laktasi menunjukan hasil yang tidak nyata pada semua laktasi. Sapi-sapi di BPPT-SP Cikole memiliki rataan selang beranak pada laktasi 1 sampai 4 berturut-turut 436, 403, 409 dan 388 hari, sedangkan rataan untuk seluruh laktasi yaitu 418 hari. Hasil ini lebih pendek dengan selang beranak yang dilaporkan Sudono (2002) di peternakan Pangalengan, Lembang, Rawa Seneng dan Cirebon yaitu 465, 462, 429, dan 470 hari. Hasil ini masih belum sesuai dengan selang beranak yang dianjurkan Sudono (2002) yaitu 12 sampai 13 bulan. Selang beranak yang lebih dari satu tahun akan menyebabkan produksi susu pertahun lebih rendah dibandingkan dengan produksi laktasi lengkap hal ini sesuai dengan data produksi susu pada Tabel 6. Sapi-sapi di BPPT-SP Cikole memiliki rataan lama bunting 278 hari dengan lama bunting maksimal 289 hari dan minimal 262 hari. Hasil ini tidak tidak berbeda jauh dengan rataan lama bunting sapi FH yaitu 279 hari (Toelihere, 1985). Lama kebuntingan lebih dipengaruhi oleh faktor genetik, masing-masing bangsa ternak memiliki rataan lama bunting yang berbeda-beda. Hubungan Masa Laktasi, Masa Kering, Masa Kosong dan Selang Beranak dengan Produksi Susu Masa Laktasi Hubungan masa laktasi dengan produksi susu laktasi lengkap menunjukkan hubungan yang nyata (P<0.05) pada persamaan regresi linier dengan nilai R2 5,4%. Nilai R2 yang rendah disebabkan karena pengaruh factor lain yang besar yang tidak dapat dihitung. Sedangkan dengan produksi tahunan dan harian masa laktasi menunjukkan hubungan yang tidak nyata pada semua persamaan regresi. Persamaan terbaik yang menggambarkan hubungan masa laktasi dengan produksi lengkap yaitu persamaan linier. Hubungan linier yang terbentuk menunjukkan bahwa masa laktasi yang bertambah mengakibatkan produksi susu meningkat. Produksi susu pada masa laktasi 225 hari yaitu 3883,83 kg, pada masa laktasi 307 hari yaitu 4501,86 kg, dan produksi susu untuk masa laktasi 422 hari yaitu 5368,61 kg. Peningkatan produksi susu pada interval 225 sampai 422 hari yaitu 866,75 kg, rataan peningkatan produksi 29
susu per hari pada interval tersebut yaitu 4,41 kg. Masa laktasi memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap produksi tahunan dan harian pada semua bentuk persamaan regresi. Produksi susu dalam satu laktasi dipengaruhi juga oleh tingkat persistensi, yaitu ukuran laju penurunan produksi susu. Persistensi ditentukan oleh umur sapi, kondisi sapi waktu beranak, lama kering sebelumnya, dan banyaknya makanan yang diberikan pada sapi (Blakely dan Bade, 1994). Masa laktasi yang bertambah jika diikuti dengan tingkat persistensi yang baik maka produksi susunya juga tinggi. Persistensi pada laktasi 1 lebih baik dari laktasi berikutnya, produksi susu pada laktasi 1 menurun secara perlahan sedangkan pada laktasi-laktasi berikutnya produksi susunya lebih tinggi tapi penurunan produksinya lebih cepat. Produksi susu dalam satu laktasi pada umumnya akan mencapai puncak laktasi pada minggu ke-3 sampai ke-6 minggu pertama laktasi. Tabel 9. Persamaan Regresi Hubungan Masa Laktasi dan Produksi Susu Indeks Laktasi
Model Regresi
P. Lengkap
Linier Kuadratik Kubik
P. Tahunan
Linier Kuadratik Kubik
P. Harian
Linier Kuadratik Kubik
Persamaan Regresi Y = 2188 + 7,537X Y = - 2637 + 37,98 X - 0,04713 X2 Y = - 14256 + 150,1 X - 0,402 X2 + 0,000368 X3 Y = 4956 - 2,661 X Y = - 3618 + 51,43 X - 0,08376 X2 Y = - 25641 + 264,0 X - 0,756 X2 + 0,000698 X3 Y = 20,95 - 0,02009 X Y = 10,97 + 0,0429 X -0,000097X2 Y = -*- 0,000738X2 + 0,000001 X3
R2 (%) 5,4* 4,9 3,7 0,0 1,3 0,5 3,5 2,5 1,2
Keterangan : * Nyata, ** Sangat Nyata Y: Produksi Susu, X: Masa laktasi
Gambar 10 menampilkan kurva hubungan masa laktasi dengan produksi susu laktasi lengkap pada persamaan regresi linier.
30
7000
Produksi Susu
6000
5000
4000
3000
2000 200
250
300
350
400
450
Masa Laktasi
Gambar 10. Kurva Hubungan Masa Laktasi dengan Produksi Lengkap
Masa Kering Hubungan masa kering dengan produksi susu laktasi lengkap, tahunan dan harian menunjukkan hubungan yang tidak nyata pada semua bentuk persamaan regresi. Untuk lebih jelas melihat pengaruh masa kering terhadap produksi susu data disegmentasi dari interval masa kering 6-90, 6-120, 90-120 dan 120-210 hari. Hasil segmentasi data masih menunjukkan bahwa masa kering berpengaruh tidak nyata terhadap produksi susu. Hal ini dapat disebabkan karena sebaran masa kering yang terlalu lebar, sehingga pengaruh masa kering tidak terlihat jelas. Masa kering yang telalu panjang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor biologis dari masa kering tersebut tapi lebih dipengaruhi oleh pakan dan manajemen pemeliharaan. Sebenarnya masa kering sangat berpengaruh terhadap produksi susu, menurut Salisbury et al,. (1985) masa kering diperlukan untuk mempersiapkan kelahiran dan laktasi berikutnya dengan pemberian pakan yang lebih banyak karena kebutuhan pakan menjelang laktasi akan lebih banyak. Periode kering memungkinkan glandula mamari dari sapi induk untuk menguatkan diri kembali dan memungkinkannya untuk membentuk cadangan dari zat-zat makanan dalam tubuh yang siap untuk laktasi berikutnya. Schmidt et al,. (1988) menyatakan bahwa panjang masa kering berhubungan dengan nilai kondisi tubuh sapi. Sapi harus memiliki kondisi tubuh yang baik dan lama masa kering yang optimum agar produksi susu yang dihasilkan tinggi.
31
Tabel 10. Persamaan Regresi Hubungan Masa Kering dan Produksi Susu Indeks Laktasi
Model Regresi
P. Lengkap
Linier Kuadratik Kubik
P. Tahunan
Linier Kuadratik Kubik
P. Harian
Linier Kuadratik Kubik
Persamaan Regresi
R2 (%)
Y = 4881 + 2,479 X Y = 3095 + 38,78 X - 0,1566 X2 Y = 3626 + 22,00 X + 0,0003 X20,000441 X3 Y = 4116 + 4,238 X Y = 2867 + 29,63 X - 0,1096 X2 Y = 1147 + 84,08 X - 0,6188 X2+ 0,001430 X3 Y= 14,84 + 0,01637 X Y = 9,562 + 0,1236 X - 0,000463 X2 Y = 2,113 + 0,3593 X - 0,002667 X2 + 0,000006 X3
0,0 4,3 1,7 0,0 0,9 0,0 1,8 7 7,2
Keterangan : * Nyata, ** Sangat Nyata Y: Produksi Susu, X: Masa kering
Masa Kosong Masa kosong memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap produksi susu laktasi lengkap pada semua persamaan regresi, dengan nilai R2 masing-masing persamaan yaitu 13,5, 12,4 dan 24,2% (Tabel 12). Persamaan terbaik yang menggambarkan hubungan masa kosong dengan produksi susu laktasi lengkap ditunjukkan pada persamaan regresi kubik dengan nilai R2 tertinggi. Produksi lengkap semakin meningkat dengan bertambahnya masa kosong kemudian mengalami penurunan pada interval masa kosong 100 sampai 170 hari. Produksi susu terus meningkat sampai masa kosong 90 hari dan mulai menurun pada interval masa kosong 100 sampai 170 hari kemudian meningkat kembali setelah masa kosong lebih dari 170 hari. Produksi susu meningkat dari 2124,68 kg menjadi 4596,96 kg pada interval masa kosong 40 sampai 90 hari, peningakatan yang terjadi pada interval ini lebih dari 100% sehingga masa kosong yang ideal yaitu tidak lebih dari 90 hari. Produksi susu mulai menurun pada interval masa kosong 100 sampai 170 hari, penurunan yang terjadi yaitu sebesar 178,87 kg. Rataan penurunan produksi susu per hari yang terjadi pada interval 100 sampai 170 hari yaitu 2,55 kg, sedangkan menurut Louca dan Legates (1968) setiap pertambahan hari kosong menyebabkan penurunan produksi susu tahunan seluruh periode laktasi yaitu 2.40±1.09 kg per hari kosong. Produksi susu kembali meningkat dengan cepat setelah 170 hari masa 32
kosong sampai masa kosong terlama yaitu 327 hari, peningkatan yang terjadi sebesar 2108,91 kg. Pada saat masa kosong produksi susu meningkat karena pakan yang dikonsumsi sapi digunakan untuk produksi susu, pada saat masa kosong juga digunakan untuk perbaikan saluran reproduksi untuk mempersiapkan kebuntingan berikutnya sehingga apabila masa kosong terlalu cepat akan berpengaruh terhadap produksi susu yang dihasilkan. Peningkatan produksi pada interval masa kosong 170 sampai 327 hari tidak sebanding dengan biaya pakan yang dikeluarkan. Masa kosong yang terlalu panjang akan menurunkan produksi susu tahunan. Setelah masa kosong terjadi penurunan produksi susu yang disebabkan pengaruh negatif estrus dan kebuntingan, kebuntingan menyebabkan produksi susu menurun karena pakan yang dikonsumsi digunakan untuk perkembangan fetus. Sudono et al., (2004) menyatakan bahwa saat sapi mengalami kebuntingan terjadi perubahan-perubahan faali yang mempengaruhi produksi susu yang dihasilkan. Hubungan masa kosong dengan produksi tahunan menunjukan hubungan yang sangat nyata (P<0.01) pada persamaan regresi kubik, sedangkan pada persamaan linier dan kuadratik menunjukan hubungan yang tidak nyata. Sehingga persamaan yang terbaik untuk menggambarkan hubungan masa kosong dengan produksi tahunan yaitu persamaan regresi kuadratik dengan nilai R2 18,1%. Persamaan kubik (Gambar 12) yang terbentuk menunjukan produksi tahunan meningkat dari interval masa kosong 40 sampai 75 hari, kemudian menurun sampai interval 220 hari masa kosong baru kemudian meningkat kembali setelah masa kosong lebih dari 220 hari. Produksi tahunan dengan masa kosong 40 hari yaitu sebesar 2504,5 kg dan produksi susu dengan masa kosong 75 hari yaitu 4686,07 kg, jadi peningkatan yang terjadi pada interval 40 sampai 75 hari yaitu 2181,5 kg. Sedangkan penurunan produksi tahunan pada interval masa kosong 75 sampai 220 hari yaitu sebesar 1286,59 kg. Hubungan masa kosong dengan produksi harian menunjukan hubungan yang tidak nyata pada semua persamaan regresi. Sebaran masa kosong yang terlalu panjang dapat menyebabkan pengaruh masa kosong tidak jelas terlihat, oleh sebab itu untuk lebih memperjelas pengaruh masa kosong dengan produksi susu data disegmentasi pada interval masa kosong 4090, 40-120, 90-120, 120-210 dan 210-327 hari. Dari hasil segmentasi data didapatkan 33
interval masa kosong yang paling berpengaruh terhadap produksi susu yaitu interval masa kosong 40-90 hari. Masa kosong pada interval 40-90 hari lebih nyata berpengaruh terhadap produksi susu karena pada interval ini dipengaruhi oleh kondisi biologis sapi dan faktor hormonal yang terjadi, seperti involusi uteri. Involusi uteri sapi berkisar 30-50 hari, involusi uteri terjadi sebelum estrus pertama setelah beranak. Biasanya sapi dikawinkan kembali setelah beranak yaitu pada birahi yang kedua dengan siklus birahi yang normal 21 hari sehingga masa kosong lebih berpengaruh pada interval kurang dari 90 hari. Masa kosong yang lebih dari 90 hari pengaruhnya bukan lagi disebabkan karena faktor fisiologis reproduksi tapi lebih disebabkan karena faktor manajemen diantarnya yaitu keahlian inseminator, teknik IB, dan kondisi kesehatan induk. Persamaan terbaik yang menunjukkan hubungan antara masa kosong dengan produksi laktasi lengkap yaitu pada persamaan regresi kuadratik dengan nilai R 2 45,3%. Persamaan ini menunjukkan produksi laktasi lengkap meningkat sampai interval masa kosong 70 hari kemudian menurun sampai masa kosong 90 hari. Berdasarkan persamaan regresi yang terbentuk, puncak produksi susu terjadi pada interval masa kosong 67 hari. Sama seperti produksi laktasi lengkap, hubungan yang nyata antara produksi tahunan dan harian ditunjukkan pada interval masa kosong 4090 hari. Persamaan terbaik yang menunjukkan hubungan masa kosong dengan produksi tahunan dan harian yaitu persamaan regresi kuadratik dengan nilai R 2 masing-masing yaitu 45,9 dan 37,1%. Gambar 11 menampilkan kurva hubungan masa kosong dengan produksi lengkap pada persamaan regresi kubik interval 32-316 dan kuadratik interval 40-90 hari. 7000
7000
Produksi Lengkap
Produksi Lengkap
8000
6000 5000 4000 3000
6000 5000 4000 3000 2000
2000 1000 1,50
32
1000
1,75
56
2,00
2,25
100Kosong 178 Masa
2,50
316
40
50
60
70
80
90
Masa Kosong
Masa Kosong
Gambar 11. Kurva Hubungan Masa Kosong dengan Produksi Lengkap 34
Gambar 12 menampilkan kurva hubungan masa kosong dengan produksi tahunan pada persamaan regresi kubik interval 32-316 dan kuadratik interval 40-90 hari. 8000
8000
7000
Produksi Tahunan
Produksi Tahunan
7000 6000 5000 4000 3000
6000 5000 4000 3000 2000
2000 1000 1,50
32
1000 1,75
56
2,00 2,25 100 178 Masa Kosong
2,50
316
40
50
60 70 Masa Kosong
80
90
Masa Kosong
Gambar 12. Kurva Hubungan Masa Kosong dengan Produksi Tahunan Tabel 11. Persamaan Regresi Hubungan Masa Kosong dan Produksi Susu Indeks Laktasi P. Lengkap
Linier Kuadratik Kubik
P. Tahunan
Linier Kuadratik Kubik
P. Harian
Persamaan Regresi
R2 (%)
Y = 25 + 2169 log X Y = - 564 + 2741 log X - 137 logX2 Y = - 263323 + 392335 log X – 190884 log X2 + 30844 log X3 Y = 5958 - 929,6 log X Y = - 10619 + 15185 log X - 3868 log X2 Y = - 259294 + 383896 log X – 184390 log X2 + 29191 log X3 Y = 18,60 - 2,087 log X Y = - 24,73 + 40,04 log X - 10,11 log X2 Y = - 478,5 + 712,8 log X - 339,5 log X2 + 53,26 log X3
13,5** 12,4** 24,2**
Model Regresi
Linier Kuadratik Kubik
2,2 4,7 18,1** 0,4 1,4 4,6
Keterangan : * Nyata, ** Sangat Nyata Y : Produksi Susu, X : Masa Kosong
Tabel 12. Persamaan Regresi Hubungan Masa Kosong (Interval 40-90 hari) dan Produksi Susu Indeks Laktasi P. Lengkap P. Tahunan P. Harian
Persamaan Regresi
R2 (%)
Y = - 14533 + 578,6 X - 4,298 X2 Y = - 15401 + 623,0 X - 4,700 X2 Y = - 37,39 + 1,699 X - 0,01318 X2
45,3** 45,9** 37,1**
Model Regresi Kuadratik Kuadratik Kuadratik
Keterangan : * Nyata, ** Sangat Nyata Y : Produksi Susu, X : Masa Kosong
35
Selang Beranak Sama halnya seperti masa kosong selang beranak memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap produksi susu laktasi lengkap pada semua persamaan regresi dengan nilai R2 masing-masing 13,2%, 12,4% dan 18,4% (Tabel 9). Persamaan terbaik yang menggambarkan hubungan selang beranak dengan produksi susu laktasi lengkap yaitu persamaan regresi kubik dengan nilai R2 tertinggi. Pola persamaan kubik (Gambar 13) yang terbentuk menggambarkan bahwa produksi lengkap meningkat dari interval selang beranak 316 sampai 400 hari kemudian cenderung menurun sampai interval 475 hari selang beranak selanjutnya produksi susu kembali meningkat setelah selang beranak lebih dari 500 hari. Produksi susu meningkat dari 2957,95 kg menjadi 4622,47 kg pada interval selang beranak 316 sampai 400 hari. Penurunan produksi susu pada interval selang beranak 400 hari sampai 475 hari yaitu sebesar 102,07 kg. Produksi susu tertinggi dicapai saat interval selang beranak 354 sampai 398 hari hal ini membuktikan bahwa selang beranak yang baik yaitu antara 12-13 bulan. Menurut Sudono et al., (2004) bila selang beranak diperpendek akan menurunkan produksi susu 3,7 – 9,5% pada laktasi yang sedang berjalan atau yang berikutnya. Jika selang beranak diperpanjang sampai 450 hari, akan meningkatkan susu pada laktasi yang sedang berjalan dan berikutnya sebesar 3,5%. Meskipun demikian, jika ditinjau dari segi ekonomi akan merugikan karena susu yang dihasilkan tidak sepadan jika dibandingkan dengan pakan yang diberikan oleh sebab itu selang beranak yang dianjurkan yaitu 12 sampai 13 bulan. Hubungan selang beranak dengan produksi tahunan menunjukan hubungan yang nyata pada persamaan regresi kubik dengan nilai R2 8,7%, sedangkan pada persamaan regresi linier dan kuadratik menunjukkan hubungan yang tidak nyata. Jadi persamaan terbaik yang menggambarkan hubungan antara selang beranak dan produksi tahunan adalah persamaan regresi kubik. Pada persamaan regresi kubik (Gambar 14) menunjukkan bahwa produksi susu pada interval selang beranak 316 hari sampai 370 hari mengalami peningkatan produksi tahunan kemudian menurun sampai interval 520 hari dan meningkat kembali setelah interval selang beranak lebih dari 550 hari. Peningkatan yang terjadi pada interval selang beranak 316 hari sampai 375 hari yaitu sebesar 959,06 kg. Sedangkan penurunan yang terjadi pada interval
36
375 sampai 525 hari yaitu sebasar 1136, kg. Sedangkan dengan produksi harian menunjukkan hubungan yang tidak nyata pada semua persaman regresi. Dari hasil segmentasi data pada interval selang beranak 316-365, 316-450, 451-535 dan 536-605 hari, didapatkan hubungan yang nyata yaitu pada interval 316365 hari. Interval selang beranak 316-365 hari sangat berpengaruh nyata karena interval masa kosong yang berpengaruh nyata yaitu pada interval 40-90 hari. Selang beranak dipengaruhi oleh masa kosong, semakin panjang masa kosong maka selang beranak akan semakin panjang. Persamaan terbaik yang menggambarkan hubungan antara selang beranak dengan produksi lengkap dan tahunan yaitu persamaan regresi kubik dengan nilai R2 43% dan 49,9% sedangkan dengan produksi harian yaitu persamaan kuadratik dengan nilai R2 34,2%. Berdasarkan persamaan regresi yang terbentuk puncak produksi yang terjadi pada selang beranak 329 hari. Gambar 13 menampilkan kurva hubungan selang beranak dengan produksi
8000
7000
7000
6000
Produksi Lengkap
Produksi Lengakap
susu laktasi lengkap pada persamaan regresi kubik.
6000 5000 4000 3000
5000 4000 3000 2000
2000
1000 310
1000 2,50 316
2,55 398 2,60 2,65 354 447 2,70 501 Selang Beranak
2,75
562 2,80 631
320
Selang Beranak 501
330 340 350 Selang Beranak
360
370
Gambar 13. Kurva Hubungan Selang Beranak dengan Produksi Lengkap Gambar 14 menampilkan kurva hubungan selang beranak dengan produksi i
8000
8000
7000
7000
Produksi Tahunan
Produksi Tahunan
tahunan pada persamaan regresi kubik.
6000 5000 4000 3000
6000 5000 4000 3000
2000
2000
1000
1000 310
2,80 3162,50 3542,553982,60 4472,65 5622,70 5012,75 631 Selang Beranak
Selang Beranak
320
330 340 350 Selang Beranak
360
370
Gambar 14. Kurva Hubungan Selang Beranak dengan Produksi Tahunan 37
Tabel 13. Persamaan Regresi Hubungan Selang Beranak dan Produksi Susu Indeks Laktasi P. Lengkap
Linier Kuadratik Kubik
P. Tahunan
Linier Kuadratik Kubik
P. Harian
Persamaan Regresi
R2 (%)
Y = - 13159 + 6773 log X Y = 75567 - 60643 log X + 12795 log X2 Y = - 15432749 + 17601083 log X – 6688358 log X2+ 847056 log X3 Y = 12890 – 3393 log X Y = 1340 + 5383 log X – 1666 log X2 Y = - 14383726 + 16387888 log X – 6217462 log X2 + 785705 log X3 Y = 34,55 - 7,767 log X Y = - 200,3 + 170,7 log X - 33,87 log X2 Y = - 27652 + 31434 log X - 11896 log X2+ 1499 log X3
13,2** 12,4**
Model Regresi
Linier Kuadratik Kubik
18,4**
3,4 2,2 8,7*
1,0 0,0 1,3
Keterangan : * Nyata , ** Sangat Nyata Y: Produksi Susu, X: Selang Beranak
Tabel 14. Persamaan Regresi Hubungan Selang Beranak interval (316-365 hari) dan Produksi Susu Indeks Laktasi P. Lengkap
Model Regresi Kubik
P. Tahunan
Kubik
P. Harian
Kuadratik
Persamaan Regresi Y = 4194367 - 38483 X + 117,4 X2 - 0,1189 X3 Y = 4085327 - 37626 X+ 115,2 X2 - 0,1171 X3 Y = - 1553 + 9,165 SB - 0,01337 X2
R2 (%) 43,0** 40,9** 34,2**
Keterangan : * Nyata, ** Sangat Nyata Y : Produksi Susu, X : Masa Kosong
38
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Rataan produksi susu harian, tahunan dan laktasi lengkap di BPPT-SP Cikole cukup tinggi yaitu 14,24, 4058 dan 4558 kg. Kurva laktasi yang terbentuk menunjukan bahwa produksi susu menurun secara perlahan dari awal laktasi sampai akhir laktasi. Sapi-sapi FH di BPPT-SP Cikole memiliki rataan masa laktasi 313 hari, masa kering 94 hari, masa kosong 141 hari dan selang beranak 418 hari, hasil tersebut masih terlalu panjang dari yang direkomendasikan sehingga tidak efisien. Hubungan masa laktasi terhadap produksi susu laktasi lengkap sangat nyata pada persamaan regresi linier dengan nilai R2 5,4%, sedangkan dengan produksi tahunan dan harian menunjukan hubungan yang tidak nyata pada semua persamaan regresi. Hubungan masa kering terhadap produksi susu laktasi lengkap, tahunan dan harian tidak nyata pada semua persamaan regresi. Masa kosong memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi susu laktasi lengkap pada semua persamaan regresi dengan persamaan terbaik ditunjukan pada persamaan regresi kubik. Masa kosong dengan produksi tahunan sangat nyata hanya pada persamaan kubik sedangkan dengan produksi harian tidak nyata pada semua persamaan regresi. Sama seperti masa kosong hubungan selang beranak dengan produksi susu laktasi lengkap sangat nyata pada semua persamaan regresi dan nyata pada persamaan kubik dengan produksi tahunan sedangkan dengan produksi harian tidak nyata pada semua persamaan regresi. Hasil segmentasi data didapatkan interval masa kosong 40-90 hari yang paling mempengaruhi produksi susu lengkap, tahunan dan harian pada persamaan kuadratik dengan nilai R2 45,3, 45,9, dan 37,1%. Interval selang beranak 316-365 hari yang paling berpengaruh terhadap produksi susu lengkap dan tahunan pada persamaan kubik dengan nilai R2 43 dan 49,9% sedangkan dengan produksi harian pada persamaan kuadratik dengan nilai R2 34,2%. Sedangkan dengan masa kering tidak berpengaruh nyata pada semua interval masa kering. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masa kosong dan selang beranak yang baik yaitu 90 hari dan 1113 bulan.
Saran Sapi-sapi FH di BPPT-SP Cikole memiliki rataan masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak yang panjang sehingga perlu dilakukan perbaikan manajemen reproduksi.
40
UCAPAN TERIMA KASIH Assalaamu’alaikum Waromatullohi Wabarokatuh, Alhamdulillaahirobbil’Aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya. sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada kedua orang tua, Bapak dan Ibu sebagai sumber kehidupan, pendidik dan pembimbing utama hidup Penulis, yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil, doa, motivasi, kasih sayang yang tiada henti. Kakak dan adik tercinta yang telah memberikan doa dan kasih sayangnya. Penulis haturkan terima kasih banyak kepada Ir. Afton Atabany, MSi dan Ir. Anneke Anggraeni, M.Si., Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi dan curahan tenaga, pikiran serta waktunya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada Ir. Andi Murfi, MSi dan Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc selaku dosen penguji sidang yang banyak memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat untuk skripsi. Ucapan terima kasih juga ditujukan Kepada Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc sebagai dosen penguji seminar yang telah memberikan saran dan masukan dan kepada Iyep Komala, S.Pt selaku dosen pembimbing lapang serta Ir. Salundik selaku dosen pembimbing akademik. Kepada seluruh staf dan karyawan BPPT-SP Cikole Lembang atas bantuan selama pelaksanaan penelitian. Terima kasih kepada teman satu perjuangan Okta, Fitri, Riva, Anis, Mira, Ayu, Irub, Yenni, Ita, Andri, Nia, Adi, Anas, Alfian, dan Yongki
yang telah
bersama-sama dalam suka dan duka menjalani penelitian. Terima kasih kepada teman-teman satu kelas TPT’41 Tri Utami, Sakinah, Dian, Dwi, Rizal, Saleh, Revi, Mada, Lenni, Ifit, Vamy, Aji dan kepada semua teman-teman yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga kebersamaan dan tali silaturrahmi dapat terus terjaga. Terakhir Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skipsi ini. Wassalaamu’alaikum Waromatullohi Wabarokatuh. Bogor, Mei 2008 Penulis
DAFTAR PUSTAKA Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Edisi kedua. Andi Offset. Yogyakarta. Anggraeni, A. 2006. Productivity of Holstein-Friesian dairy cattle maintained under two system in Central Java, Indonesia. Disertasi. University of Newcastle upon Tyne, United Kingdom. Barret, M. A. dan P. J. Larkin. 1979. Milk and Beef Production in the Topics. 2 nd ed. The English Language Book Society and Oxford University Press. Bath, D. L., F. N. Dickinsion, H. A. Tucker dan R. D. Applemen. 1978. Dairy Cattle: Principle, Practices, Problem, Profits. (2rd ed). Lea and Febiger. Philadelphia Bath, D. L., F. N. Dickinson, H. A. T ucker dan R. D. Appleman. 1985. Dairy Cattle : Principle, Practices, Problem, Profits. (3 rd ed). Lea and Febiger. Philadelphia. Blakely, J. dan D. H. Bade. 1994 Ilmu Peternakan. Ed. 4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Busma, S.M. 2003. Pengaruh iklim terhadap sifat reproduksi sapi perah Friesian Holstein, Studi kasus di PT Naksastra Kejora, Rowoseneng, Temanggung. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Chuzaemi, S. dan Hartutik. 1988. Ilmu Makanan Ternak Khusus (Ruminansia) Universitas Brawijaya, Malang. Cholil, T. 2007. Pengaruh masa kosong terhadap produksi susu setara dewasa 305 hari sapi Fries Holland. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Davis, F. 1962. Modern Dairy Cattle Management. Prentice Hall Inc.,USA. Ensminger, M. E. 1971. Dairy Cattle Science. Animal Agriculture Series. 1 st ed. The Interstate, Printers and Publishers, Inc., Daville, Illionois. Foley, R. C., D.L. Bath, F.N. Dickinson dan H.A. Tucker. 1973. Diary Cattle: Principles, Practices, Problems and Profits. Lea and Febiger, Philadelphia. Ginting, N., dan P. Sitepu. 1989. Teknik Beternak Sapi Perah di Indonesia. Bogor. Hafez, E. S. E. 1993. Reproduction in Farm Animal. Lea & febiger, Philadelphia. Hardjopranjoto S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press, Surabaya. Hedah,D., Hasan, B dan Jack, P. 1994. Hasil uji zuriat calon pejantan sapi perah asal Jepang. Proseding Pertemuan Ilmiah Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Sapi Perah. Departemen Pertanian. 26 Maret 1994, Hal. 9-16. Keown, J.F. and R.W. Everett. 1986. Age month adjustment factors for milk, fat and protein yields in Holstein cattle. J. Dairy Sci. 691:1891-1896 Kurniatin, E. 2000. Performa produksi dan reproduksi sapi Fries Holland di PT. Taurus Dairy Farm-Sukabumi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Partodiihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta. Payne, W. J. A. 1970. Cattle Productionin The Tropics. Volume I. Longman, London. Purwantara, B., R. K. Achjadi, S. N. Tambing. dan C. N. Wicaksono. 2001. The Effect of Season and milk Production on Reproductive Performance in Diary Cows. Proccedings of The Association of Institutions for Tropical Veterinary Medicine, Copenhagen. Rumetor, S. D. 2003. Stres Panas Pada Sapi Perah Laktasi. Pengaruh suhu terhadap produksi susu. http://www.google.com Salisbury, G.W., dan L. Van Demark , J. R. 1985. Physiology of Reproduction and Artificial Insemination of Cattle. W. H. Freeman and Co. San Francisco. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck dan M. F. Hutjens. 1988. Principles of Diary Science. (2 nd ed.). Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Siregar, S. 1990. Jenis Sapi Perah, Teknik Pemeliharaan dan Analisa Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta. Situmorang, P dan E. Triwulaningsih. 2004. Aplikasi dan Inovasi Teknologi Transfer Embrio (TE) Untuk Pengembangan Sapi Potong. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Smith, J.W. and J.E. Legates. 1962. Relation of days open and days dry to lactation milk and fat yields. J. Dairy Sci. 45:1192 – 1198. Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia. Terjemahan B. Sumantri. Jakarta. Sudarisman, T.Sugiarti dan E.Triwulaningsih. 1996. Pengkajian Teknologi Inseminasi Buatan pada Sistem Usaha Pertanian Berbasis Sapi Perah di daerah Jawa barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Sudono, A. 1983. Pedoman Beternak Sapi Perah. Departemen Pertanian. Sudono, A. 1984. Produksi Sapi Perah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor Sudono, A. 2002. Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sudono, A., R. Fina Rosdiana dan B. S. Setiawan. 2004. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sugiarti, T. dan N. Hidayati. 1997. Status reproduksi sapi perah Friesh Holland pada peternakan PT. Tsukushima Indomilk Agroutama Pasir Salam-Sukabumi. Proseding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, 18-19 November 1997, Hal. 281-287. Suryahadi et al., 2003. Kajian teknik suplementasi terpadu untuk meningkatkan produksi dan kualitas susu sapi perah di DKI Jakarta. Lembaga penelitian 43
IPB. Badan Peneliti dan Pengembangan Pertamanan Departeman Pertanian, Bogor. Sutan, S. N. 1988. Suatu perbandingan performans reproduksi dan produksi antara sapi Brahman, Ongole, dan Bali, di daerah transmigrasi Batumarta Sumatra Selatan. Program Pasca Sarjana. Institut pertanian Bogor, Bogor. . Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia. Terjemahan B. Sumantri. Jakarta. Talib, C. 1999. Aspek teknis perkembangan usaha ternak sapi perah. Workshop Peningkatan Produktifitas Sapi Perah di Indonesia. Bogor. Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohardiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Toelihere, M. R. 1981. Ilmu Kemajiran pada Ternak Sapi. Edisi 1. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi dan Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung. Warwick, E. J. and J. E. Legates. 1979. Breeding and Improvement of Farm Animals. (7th ed.). Mc graw-Hill Book Co, New York. Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis, Terjemahan S. G. N. D. Darmadja. Gajah Mada University press, Yogyakarta.
44
Lampiran
Lampiran 1. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Laktasi (X) Terhadap Produksi Lengkap (Y) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 7796366
KT 7796366
Galat Sisa
73
109044552
149361
Total
74
116840917
F 5.22
P 0.025
F 2.92
P 0.060
F 1.96
P 0,128
Y = 2188 + 7,537 X S = 1222,20 R-Sq = 6,7% R-Sq(adj) = 5,4% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 8773187
KT 4386593
Galat Sisa
72
108067731
1500941
Total
74
116840917
Y = - 2637 + 37,98 X - 0,04713 X2 S = 1225,13 R-Sq = 7,5% R-Sq(adj) = 4,9% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 8934651
KT 2978217
Galat Sisa
71
107906266
1519807
Total
74
116840917
Y = - 14256 + 150,1 X - 0,402 X2+ 0,000368 X3 S = 1232,80 R-Sq = 7,6% R-Sq(adj) = 3,7%
46
Lampiran 2. Analisis Ragam Regresi Linier, Kuadratik dan Kubik antara Masa Laktasi (X) Terhadap Produksi Tahunan (Y) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 9720979
KT 972097
Galat Sisa
73
101109881
1385067
Total
74
102081978
F 0.70
P 0.405
F 1,49
P 0,232
F 1,13
P 0,344
Y = 4956 - 2,661 X S = 1176,89 R-Sq = 1,0% R-Sq(adj) = 0,0% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 4056897
KT 2028449
Galat Sisa
72
98025081
1361459
Total
74
102081978
Y = - 3618 + 51,43 X - 0,08376 X2 S = 1166,82 R-Sq = 4,0% R-Sq(adj) = 1,3% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 4636998
KT 1545666
Galat Sisa
71
97444980
1372465
Total
74
102081978
Y = - 25641 + 264,0 X - 0,756 X2 + 0,000698 X3 S = 1171,52 R-Sq = 4,5% R-Sq(adj) = 0,5%
47
Lampiran 3. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Laktasi (X) Terhadap Produksi Harian (Y) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 55,36
KT 55,3647
Galat Sisa
73
1095,62
15,0085
Total
74
1150,99
F 3,69
P 0,059
F 1,96
P 0,148
F 1,30
P 0,280
Y = 20,95 - 0,02009 X S = 3,87408 R-Sq = 4,8% R-Sq(adj) = 3,5% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 59,54
KT 29,7715
Galat Sisa
72
1091,44
15,1589
Total
74
1150,99
Y = 10,97 + 0,0429 X - 0,000097 X2 S = 3,89345 R-Sq = 5,2% R-Sq(adj) = 2,5% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 60,07
KT 20,0230
Galat Sisa
71
1090,92
15,3650
Total
74
1150,99
S = 1178,53 R-Sq = 23,8% R-Sq(adj) = 21,0% Y = - *- 0,000738X2 + 0,000001 X3
48
Lampiran 4. Analisis Ragam Regresi Polinom Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kering (X) Terhadap Produksi Lengkap (Y) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 439171
KT 439171
Galat Sisa
83
45057860
1185733
Total
84
45497031
F 0,37
P 0,546
F 1,87
P 0,168
F 1,23
P 0,313
Y = 4881 + 2,479 X S = 1088,91 R-Sq = 1,0% R-Sq(adj) = 0,0% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 4176616
KT 2088308
Galat Sisa
82
41320415
1116768
Total
84
45497031
Y = 3095 + 38,78 X - 0,1566 X2 S = 1056,77 R-Sq = 9,2% R-Sq(adj) = 4,3% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 4233162
KT 1411054
Galat Sisa
81
41263869
1146219
Total
84
45497031
Y = 3626 + 22,00 X + 0,0003 X2- 0,000441 X3 S = 1070,62 R-Sq = 9,3% R-Sq(adj) = 1,7%
49
Lampiran 5. Analisis Ragam Regresi Polinom Linier, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kering (X) Terhadap Produksi Tahunan (Y) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 1283001
KT 1283001
Galat Sisa
83
50944515
1340645
Total
84
52227516
F 0,96
P 0,334
F 1,17
P 0,321
F 0,92
P 0,443
Y = 4116 + 4,238 X S = 1157,86 R-Sq = 2,5% R-Sq(adj) = 0,0% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 3111264
KT 1555632
Galat Sisa
82
49116252
1327466
Total
84
52227516
Y = 2867 + 29,63 X - 0,1096 X2 S = 1152,16 R-Sq = 6,0% R-Sq(adj) = 0,9% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 3706595
KT 1235532
Galat Sisa
81
48520921
1347803
Total
84
52227516
Y = 1147 + 84,08 X - 0,6188 X2+ 0,001430 X3 S = 1160,95 R-Sq = 7,1% R-Sq(adj) = 0,0%
50
Lampiran 6. Analisis Ragam Regresi Polinom Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kering (X) Terhadap Produksi Harian (Y) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 19,142
KT 19,1415
Galat Sisa
83
420,226
11,0586
Total
84
439,367
F 1,73
P 0,196
F 2,47
P 0,098
F 2,01
P 0,131
Y= 14,84 + 0,01637 X S = 3,32544 R-Sq = 4,4% R-Sq(adj) = 1,8% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 51,751
KT 25,8753
Galat Sisa
82
387,617
10,4761
Total
84
439,367
Y = 9,562 + 0,1236 X - 0,000463 X2 S = 3,23668 R-Sq = 11,8% R-Sq(adj) = 7,0% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 62,909
KT 20,9697
Galat Sisa
81
376,458
10,4572
Total
84
439,367
Y = 2,113 + 0,3593 X - 0,002667 X2+ 0,000006 X3 S = 3,23376 R-Sq = 14,3% R-Sq(adj) = 7,2%
51
Lampiran 7. Analisis Ragam Regresi Polinom Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kosong (X) Terhadap Produksi Lengkap (Y) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 21396224
KT 21396224
Galat Sisa
83
126341852
1522191
Total
84
147738077
F 14,06
P 0,000
F 6,95
P 0,002
F 9,94
P 0,000
Y = 25 + 2169 log X S = 1233,77 R-Sq = 14,5% R-Sq(adj) = 13,5% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 21401539
KT 10700769
Galat Sisa
82
126336538
1540689
Total
84
147738077
Y = - 564 + 2741 X - 137 X2 S = 1241,25 R-Sq = 14,5% R-Sq(adj) = 12,4% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 39740517
KT 13246839
Galat Sisa
81
107997559
1333303
Total
84
147738077
Y = - 263323 + 392335 log X – 190884 log X2 + 30844 log X3 S = 1154,69 R-Sq = 26,9% R-Sq(adj) = 24,2%
52
Lampiran 8. Analisis Ragam Regresi Polinom Linier, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kosong (X) Terhadap Produksi Tahunan (Y) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 3929398
KT 3929398
Galat Sisa
84
112766517
1358633
Total
85
116695915
F 2,89
P 0,093
F 3,08
P 0,051
F 7,20
P 0,000
Y = 5958 - 929,6 log X S = 1165,60 R-Sq = 3,4% R-Sq(adj) = 2,2% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 8147455
KT 4073727
Galat Sisa
82
108548460
1323762
Total
84
116695915
Y = - 10619 + 15185 log X - 3868 log X2 S = 1150,55 R-Sq = 7,0% R-Sq(adj) = 4,7% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 24573212
KT 8191071
Galat Sisa
81
92122703
1137317
Total
84
116695915
Y = - 259294 + 383896 log X - 184390 log X2 + 29191 log X3 S = 1066,45 R-Sq = 21,1% R-Sq(adj) = 18,1%
53
Lampiran 9. Analisis Ragam Regresi Polinom Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kosong (X) Terhadap Produksi Harian (Y) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 19,81
KT 19,8120
Galat Sisa
83
1263,48
15,2227
Total
84
1283,29
F 1,30
P 0,257
F 1,62
P 0,205
F 2,36
P 0,077
Y = 18,60 - 2,087 log X S = 3,90162 R-Sq = 1,5% R-Sq(adj) = 0,4% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 48,64
KT 24,3179
Galat Sisa
82
1234,66
15,0568
Total
84
1283,29
Y = - 24,73 + 40,04 log X - 10,11 log X2 S = 3,88031 R-Sq = 3,8% R-Sq(adj) = 1,4% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 103,32
KT 34,4409
Galat Sisa
81
1179,97
14,5675
Total
84
1283,29
Y = - 478,5 + 712,8 log X - 339,5 log X2 + 53,26 log X3 S = 3,81675 R-Sq = 8,1% R-Sq(adj) = 4,6%
54
Lampiran 10. Analisis Ragam Regresi Polinom Linear, Kuadratik dan Kubik antara Selang Beranak (X) Terhadap Produksi Lengkap (Y) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 21004400
KT 21004400
Galat Sisa
83
126733677
1526912
Total
84
147738077
F 13,76
P 0,000
F 6,95
P 0,002
F 7,33
P 0,000
Y = - 13159 + 6773 log X S = 1235,68 R-Sq = 14,2% R-Sq(adj) = 13,2% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 21409585
KT 10704793
Galat Sisa
82
126328492
1540591
Total
84
147738077
Y = 75567 - 60643 log X + 12795 log X2 S = 1241,21 R-Sq = 14,5% R-Sq(adj) = 12,4% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 31536262
KT 10512087
Galat Sisa
81
116201815
1434590
Total
84
147738077
Y = - 15432749 + 17601083 log X - 6688358 log X2 + 847056 log X3 S = 1197,74 R-Sq = 21,3% R-Sq(adj) = 18,4%
55
Lampiran11. Analisis Ragam Regresi Polinom Linier, Kuadratik dan Kubik antara Selang Beranak (X) Terhadap Produksi Tahunan (Y) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 5271052
KT 5271052
Galat Sisa
83
111424863
1342468
Total
84
116695915
F 3,93
P 0,051
Y = 12890 - 3393 log X S = 1158,65 R-Sq = 4,5% R-Sq(adj) = 3,4% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 5277918
Galat Sisa
82
111417997
Total
84
116695915
KT F 2638959 1,94
P 0,150
1658756
Y = 1340 + 5383 log X - 1666 log X2 S = 1165,66 R-Sq = 4,5% R-Sq(adj) = 2,2% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 13990790
KT 4663597
Galat Sisa
81
1027051525
1267965
Total
84
116695915
F 3,68
P 0,015
Y = - 14383726 + 16387888 log X - 6217462 log X2 + 785705 log X3 S = 1126,04 R-Sq = 12,0% R-Sq(adj) = 8,7%
56
Lampiran 12. Analisis Ragam Regresi Polinom Linear, Kuadratik dan Kubik antara Selang Beranak (X) Terhadap Produksi Harian (Y) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 27,62
KT 27,6226
Galat Sisa
83
1255,67
15,1286
Total
84
1283,29
F 1,83
P 0,180
F 1,00
P 0,373
F 1,38
P 0,256
Y = 34,55 - 7,767 log X S = 3,88955 R-Sq = 2,2% R-Sq(adj) = 1,0% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 30,46
KT 15,2309
Galat Sisa
82
1252,83
15,2784
Total
84
1283,29
Y = - 200,3 + 170,7 log X - 33,87 log X2 S = 3,90876 R-Sq = 2,4% R-Sq(adj) = 0,0% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 62,19
KT 20,7308
Galat Sisa
81
1221,10
15,0753
Total
84
1283,29
Y = - 27652 + 31434 log X - 11896 log X2 + 1499 log X3 S = 3,88270 R-Sq = 4,8% R-Sq(adj) = 1,3%
57
Lampiran 13. Analisis Ragam Regresi Polinom Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kering (X) (Interval 0-120 Hari) Terhadap Produksi Lengkap (Y) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 1506584
KT 1506584
Galat Sisa
26
31303577
1203984
Total
27
32810161
F 1,25
P 0,274
F 0,66
P 0,524
F 0,43
P 0,734
Y = 4191 + 11,07 X S = 1097,26 R-Sq = 4,6% R-Sq(adj) = 0,9% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 1653920
KT 826960
Galat Sisa
25
31156242
1246250
Total
27
32810161
Y = 3329 + 34,85 X - 0,X2 S = 1116,36 R-Sq = 5,0% R-Sq(adj) = 0,0% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 1671215
KT 557072
Galat Sisa
24
31138946
1297456
Total
27
32810161
Y = 2537 + 70,2 X - 0,646 X2 + 0,00217 X3 S = 1139,06 R-Sq = 5,1% R-Sq(adj) = 0,0%
58
Lampiran 14. Analisis Ragam Regresi Polinom Linier, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kering (X) (Interval 0-120 Hari) Terhadap Produksi Tahunan (Y) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 2165613
KT 2165613
Galat Sisa
26
39007093
1500273
Total
27
41172705
F 1,44
P 0,240
F 0,94
P 0,403
F 0,64
P 0,598
Y= 3435 + 13,28 X S = 1224,86 R-Sq = 5,3% R-Sq(adj) = 1,6% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 2887185
KT 11443592
Galat Sisa
25
38285521
1531421
Total
27
41172705
Y = 1527 + 65,89 X - 0,3366 X2 S = 1237,51 R-Sq = 7,0% R-Sq(adj) = 0,0% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 3040686
KT 1013562
Galat Sisa
24
38132020
1588834
Total
27
41172705
Y = 3887 - 39,6 X + 1,135 X2 - 0,00646 X3 S = 1260,49 R-Sq = 7,4% R-Sq(adj) = 0,0%
59
Lampiran 15. Analisis Ragam Regresi Polinom Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kering (X) Terhadap Produksi Harian (Y) (Interval 0-120 Hari) Analisis Ragam Regresi Linear Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 42,308
KT 42,3078
Galat Sisa
26
280,355
10,7829
Total
27
322,663
F 3,92
P 0,058
F 2,37
P 0,114
F 1,58
P 0,221
Y = 11,68 + 0,05868 X S = 3,28373 R-Sq = 13,1% R-Sq(adj) = 9,8% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 51,406
KT 25,7028
Galat Sisa
25
271,258
10,8503
Total
27
322,663
Y = 4,903 + 0,2455 X - 0,001195 X2 S = 3,29398 R-Sq = 15,9% R-Sq(adj) = 9,2% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 53,099
KT 17,6997
Galat Sisa
24
269,564
11,2318
Total
27
322,663
Y = 12,74 - 0,1048 X + 0,00369 X2- 0,000021 X3 S = 3,35139 R-Sq = 16,5% R-Sq(adj) = 6,0%
60
Lampiran 16. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kosong (X) Terhadap Produksi Lengkap (Interval 40-90 Hari) Analisis Ragam Regresi Linier Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 3698252
KT 3698252
Galat Sisa
26
51016825
1962186
Total
27
54715076
F 1,88
P 0,182
F 12,18
P 0,000
F 7,80
P 0,001
Y = 2306 + 25,86 X S = 1400,78 R-Sq = 6,8% R-Sq(adj) = 3,2% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 27000110
KT 13500055
Galat Sisa
25
27714966
1108599
Total
27
54715076
Y = - 14533 + 578,6 X - 4,298 X2 S = 1052,90 R-Sq = 49,3% R-Sq(adj) = 45,3% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 27007911
KT 9002637
Galat Sisa
24
27707165
1154465
Total
27
54715076
Y = - 12714 + 487 X - 2,81 X2- 0,00768 X3 S = 1074,46 R-Sq = 49,4% R-Sq(adj) = 43,0%
61
Lampiran 17. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kosong (X) Terhadap Produksi Tahunan (Y) (Interval 4090 Hari) Analisis Ragam Regresi Linier Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 1903059
KT 1903059
Galat Sisa
26
57778716
2222258
Total
27
59681775
F 0,86
P 0,363
F 12,44
P 0,000
F 7,97
P 0,001
Y = 3014 + 18,55 X S = 1490,72 R-Sq = 3,2% R-Sq(adj) = 0,0% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 29771695
KT 14885848
Galat Sisa
25
29910080
1196403
Total
27
59681775
Y = - 15401 + 623,0 X - 4,700 X2 S = 1093,80 R-Sq = 49,9% R-Sq(Adj) = 45,9% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 29776580
KT 9925527
Galat Sisa
24
29905195
1246050
Total
27
59681775
Y = - 16840 + 696 X - 5,87 X2+ 0,00608 X3 S = 1116,27 R-Sq = 49,9% R-Sq(adj) = 43,6%
62
Lampiran 18. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Masa Kosong (X) Terhadap Produksi Harian (Y) (Interval 40-90 Hari) Analisis Ragam Regresi Linier Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 0,133
KT 0,1332
Galat Sisa
26
524,724
20,1817
Total
27
524,857
F 0,01
P 0,936
F 8,96
P 0,001
F 5,73
P 0,004
Y = 14,23 + 0,00491 X S = 4,49240 R-Sq = 0,0% R-Sq(adj) = 0,0% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 219,134
KT 109,567
Galat Sisa
25
305,723
12,229
Total
27
524,857
Y = - 37,39 + 1,699 X - 0,01318 X2 S = 3,49699 R-Sq = 41,8% R-Sq(adj) = 37,1% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 219,139
KT 73,0462
Galat Sisa
24
305,719
12,7383
Total
27
524,857
Y = - 38,71 + 1,766 X - 0,01425 X2+ 0,000006 X3 S = 3,56907 R-Sq = 41,8% R-Sq(adj) = 34,5%
63
Lampiran 19. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Selang Beranak (X) Terhadap Produksi Lengkap (Y) (Interval 316-365 Hari) Analisis Ragam Regresi Linier Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 6493855
KT 6493855
Galat Sisa
25
47003169
1880127
Total
26
53497024
F 3,45
P 0,075
F 10,59
P 0,001
F 7,55
P 0,001
Y = - 8054 + 35,34 X S = 1371,18 R-Sq = 12,1% R-Sq(adj) = 8,6% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 25075920
KT 12537960
Galat Sisa
24
28421104
1184213
Total
26
53497024
Y = - 498166 + 2913 SB - 4,215 X2 S = 1088,22 R-Sq = 46,9% R-Sq(adj) = 42,4% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 26543205
KT 8847735
Galat Sisa
23
26953819
1171905
Total
26
53497024
Y = 4194367 - 38483 X + 117,4 X2 - 0,1189 X3 S = 1082,55 R-Sq = 49,6% R-Sq(adj) = 43,0%
64
Lampiran 20. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Selang Beranak (X) Terhadap Produksi Tahunan (Y) (Interval 316-365 Hari) Analisis Ragam Regresi Linier Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 25939278
KT 12969639
Galat Sisa
25
53276374
2131055
Total
26
57355908
F 9,91
P 0,001
F 9,91
P 0,001
F 6,99
P 0,002
Y = - 5302 + 28,01 X S = 1459,81 R-Sq = 7,1% R-Sq(adj) = 3,4% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 25939278
KT 1296939
Galat Sisa
24
31416630
1309026
Total
26
57355908
Y = - 536885 + 3149 X - 4,572 X2 S = 1144,13 R-Sq = 45,2% R-Sq(adj) = 40,7% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 27362915
KT 9120972
Galat Sisa
23
29992993
1304043
Total
26
57355908
Y = 4085327 - 37626 X+ 115,2 X2 - 0,1171 X3 S = 1141,95 R-Sq = 47,7% R-Sq(adj) = 40,9%
65
Lampiran 21. Analisis Ragam Regresi Linear, Kuadratik dan Kubik antara Selang Beranak (X) Terhadap Produksi Harian (Y) (Interval 316-365 Hari) Analisis Ragam Regresi Linier Sumber Keragaman Regresi
db 1
JK 8,773
KT 8,7725
Galat Sisa
25
489,894
19,5958
Total
26
495,667
F 0,45
P 0,510
F 7,75
P 0,003
F 5,09
P 0,008
Y = 0,70 + 0,04108 X S = 4,42671 R-Sq = 1,8% R-Sq(adj) = 0,0% Analisis Ragam Regresi Kuadratik Sumber Keragaman Regresi
db 2
JK 195,628
KT 97,8138
Galat Sisa
24
303,039
12,6266
Total
26
498,667
Y = - 1553 + 9,165 SB - 0,01337 X2 S = 3,55340 R-Sq = 39,2% R-Sq(adj) = 34,2% Analisis Ragam Regresi Kubik Sumber Keragaman Regresi
db 3
JK 199,028
KT 66,3426
Galat Sisa
23
299,639
13,0278
Total
26
498,667
Y = 5590 - 53,8 X + 0,1717 X2 - 0,000181 X3 S = 3,60940 R-Sq = 39,9% R-Sq(adj) = 32,1%
66
Lampiran 22. Transformasi Masa Kosong dan Selang Beranak No
Masa Kosong
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
160 79 59 109 40 121 69 65 253 102 301 115 325 229 163 119 114 72 263 94 158 154 85 75 104 148 122 77 82 129 172 45 59 274 175 64 229 216 40 192 119 65 137 82
Transformasi Masa Kosong 2,20412 1,89763 1,77085 2,03743 1,60206 2,08279 1,83885 1,81291 2,40312 2,00860 2,47857 2,06070 2,51188 2,35984 2,21219 2,07555 2,05690 1,85733 2,41996 1,97313 2,19866 2,18752 1,92942 1,87506 2,01703 2,17026 2,08636 1,88649 1,91381 2,11059 2,23553 1,65321 1,77085 2,43775 2,24304 1,80618 2,35984 2,33445 1,60206 2,28330 2,07555 1,81291 2,13672 1,91381
Selang beranak 438 363 337 387 316 403 347 343 534 361 579 397 593 507 414 390 392 350 540 370 436 432 374 353 382 432 400 355 359 407 450 337 337 557 453 321 507 494 321 470 394 339 415 360
Transformasi Selang beranak 2,64147 2,55991 2,52763 2,58771 2,49969 2,60531 2,54033 2,53529 2,72754 2,55751 2,76268 2,59879 2,77305 2,70501 2,61700 2,59106 2,59329 2,54407 2,73239 2,56820 2,63949 2,63548 2,57287 2,54777 2,58206 2,63548 2,60206 2,55023 2,55509 2,60959 2,65321 2,52763 2,52763 2,74586 2,65610 2,50651 2,70501 2,69373 2,50651 2,67210 2,59550 2,53020 2,61805 2,55630 67
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
74 276 91 103 157 149 78 144 67 196 186 149 88 112 83 203 222 62 117 86 199 256 194 58 102 110 42 106 222 121 130 70 88 327 276 213 189 310 243 69 168
1,86923 2,44091 1,95904 2,01284 2,19590 2,17319 1,89209 2,15836 1,82607 2,29226 2,26951 2,17319 1,94448 2,04922 1,91908 2,30750 2,34635 1,79239 2,06819 1,93450 2,29885 2,40824 2,28780 1,76343 2,00860 2,04139 1,62325 2,02531 2,34635 2,08279 2,11394 1,84510 1,94448 2,51455 2,44091 2,32838 2,27646 2,49136 2,38561 1,83885 2,22531
352 554 3392 381 435 427 356 422 345 474 464 427 366 390 361 481 500 340 395 364 477 534 472 336 380 388 320 384 500 399 408 348 361 605 558 484 482 588 521 347 441
2,54654 2,74351 2,59329 2,58092 2,63849 2,63043 2,55145 2,62531 2,53782 2,67578 2,66652 2,63043 2,56348 2,59106 2,55751 2,68215 2,69897 2,53148 2,59660 2,56110 2,67852 2,72754 2,67394 2,52634 2,57978 2,58883 2,50515 2,58433 2,69897 2,60097 2,61066 2,54158 2,55751 2,78176 2,74663 2,68485 2,68305 2,76938 2,71684 2,54033 2,64444
68