Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan...........................................Rina Ratna Dewi.
PERFORMA PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) PETELUR JANTAN HASIL PERSILANGAN WARNA BULU HITAM DAN COKLAT UMUR 0-7 MINGGU DI PUSAT PEMBIBITAN PUYUH UNIVERSITAS PADJADJARAN GROWTH PERFORMANCE OF MALE LAYING QUAIL COLOUR BLACK AND BROWN FEATHER IN THE QUAIL BREEDING CENTER UNIVERSITY OF PADJADJARAN Rina Ratna Dewi*, Endang Sujana**, Asep Anang** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email:
[email protected]
Abstrak
Penelitian berjudul “Performa Pertumbuhan Puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica) Petelur Jantan Hasil Persilangan Warna Bulu Hitam Dan Coklat Umur 0-7 Minggu Di Pusat Pembibitan Puyuh Universitas Padjadjaran” telah dilaksanakan pada 8 Maret – 1 Mei 2016. Tujuan penelitian untuk mengetahui performa dan kurva pertumbuhan puyuh petelur jantan hasil persilangan warna bulu hitam dan coklat pada umur 0-7 minggu. Penelitian mengunakan metode eksperimental dan data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan DOQ puyuh petelur jantan sebagai bahan penelitian sebanyak 193 ekor. Variabel yang diamati meliputi konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum. Model kurva logistik digunakan untuk melihat dan menduga bentuk kurva pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumsi ransum puyuh petelur jantan pada setiap minggunya selalu meningkat dengan total konsumsi 547,75 gram per ekor. Bobot badan puyuh yang dicapai sebesar 118,78 gram dengan total pertambahan bobot badan sebesar 112,01 gram dan nilai konversi ransum sebesar 4,89. Rumus kurva pertumbuhan puyuh petelur jantan adalah Y = a/(1+b*exp(-ct)), dengan nilai a = 132,752, b = 16,706, dan c = 0,716. Rumus kurva pertambahan bobot badan adalah Y = a + bt + ct2, dimana nilai a = -1, b = 2,25 dan c = 0,3214 dan titik infleksi terjadi pada umur 3,75 minggu atau sekitar umur 26 hari Kata Kunci : Puyuh Jantan, Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot badan, Konversi Ransum, Kurva Pertumbuhan.
Abstract
The research entitled "Growth Performance Of Male Laying Quail Colour Black And Brown Feather In The Quail Breeding Center University Of Padjadjaran was held on March 8 to May 1, 2016. The purpose of the study is to determine performance and growth curve of male layer quail of black and brown feather crosses breed of 0-7 weeks age. The research used experimental methods and the data were analyzed descriptively using the DOQ of male layer quail as research material counted 193 tail . The variables observed were feed consumption, body weight gain and feed conversion. Logistic curve model is used to view and assumed the form of the growth curve. The results showed that weekly feed consumption of male layer Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1
Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan...........................................Rina Ratna Dewi. quail increased with a total of 547,75 grams per head. Weigth gain of quail achieved a total of 118,78 grams with of body weight gain total of 112,01 grams and feed conversion was 4,89. Growth curve formula of male layer quail is Y = a/(1+b*exp(-ct)), which a = 132.752, b = 16.706 and c = 0.716. Body weight gain curve formula is Y = a + bt + ct2, which a = 1, b = 2.25 and c = 0.3214 and the inflection point reached at age 3.75 weeks or approximately age 26 days. Keyword : Male Quail, Feed Consumption, Body Weight Gain, Feed Convertion Ratio, Growth Curve.
PENDAHULUAN Puyuh
(Coturnix-coturnix
japonica)
mempunyai
potensi
yang besar
untuk
dikembangkan lebih lanjut sebagai alternatif sumber protein hewani yang murah. Hal ini mengingat pemeliharaan puyuh membutuhkan modal yang relatif kecil bila dibandingkan dengan pemeliharaan komoditas unggas lainnya karena siklus hidupnya yang pendek dan tidak memerlukan lahan yang luas. Produk utama dalam usaha peternakan puyuh adalah telur puyuh, sedangkan daging puyuh masih dijadikan sebagai produk sampingan. Daging puyuh didapat dari puyuh jantan hasil penetasan yang telah diseleksi atau dari puyuh betina afkir. Puyuh jantan keberadaannya belum begitu mendapatkan perhatian atau bahkan dianggap sebagai limbah, karena beternak puyuh masih dititikberatkan pada puyuh betina. Perhatian pada puyuh jantan masih terbatas digunakan sebagai pejantan untuk menghasilkan telur tetas, sedangkan sebagai penghasil daging belum mendapatkan perhatian, padahal daging puyuh sudah merupakan komoditas yang disukai oleh masyarakat dan sudah diperjualbelikan. Penelitian mengenai performa pertumbuhan puyuh petelur jantan belum banyak yang mengamati, oleh karena itu banyak peternak yang tidak mengetahui waktu yang tepat untuk memanenkan puyuh petelur jantan sebagai puyuh pedaging.
Salah satu cara untuk
mengetahui peforma pertumbuhan puyuh petelur jantan yaitu dengan cara menghitung bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, konversi ransum, dan kurva pertumbuhan selama waktu pemeliharaan yang telah ditentukan. Kurva pertumbuhan bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan optimal puyuh dan pertambahan bobot badan maksimum puyuh.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2
Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan...........................................Rina Ratna Dewi. OBJEK DAN METODE 1.
Objek Bahan Penelitian
DOQ (Day Old Quail) yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh petelur jantan hasil persilangan bulu hitam dan coklat. DOQ yang diteliti adalah DOQ puyuh petelur jantan hasil persilangan warna bulu hitam dan coklat yang didapat dari 500 telur puyuh yang ditetaskan di pusat pembibitan puyuh Universitas Padjadjaran dan menghasilkan DOQ jantan sebanyak 193 ekor dengan bobot badan rata-rata sebesar 8,01 gram. 2.
Metode Penelitian dilakukan secara eksperimental. Pengambilan data dilakukan dengan
metode simple random sampling yaitu mengambil sampel dari populasi puyuh petelur jantan hasil persilangan warna bulu hitam dan coklat untuk selanjutnya dilakukan pengamatan sifat kuantitatif meliputi bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, dan FCR. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Konsumsi Ransum Puyuh Petelur Jantan Tabel 1. Konsumsi Ransum Puyuh Petelur Jantan Umur 0-7 Minggu Minggu
Rata-rata Konsumsi Ransum
1 2 3 4 5 6 7 Total
(g/ekor/minggu) 18,48 32,61 68,96 91,01 109,92 119,05 107,70 547,75
Pada Tabel 1, rataan pakan yang dikonsumsi selama penelitian terus meningkat setiap minggunya, tetapi mengalami penurunan pada minggu ke 7. Total ransum yang dikonsumsi puyuh petelur jantan selama 7 minggu sebanyak 547,75 gram per ekor. Hasil ini lebih besar bila dibandingkan dengan hasil penelitian dari Sujana, dkk (2012) bahwa konsumsi ransum puyuh dari berbagai pusat pembibitan di Jawa barat sebesar 470,3 g (Cianjur), 460,9 g (Sukabumi), 459,9 g (Bogor), dan 448,7 g (Bandung).
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3
Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan...........................................Rina Ratna Dewi. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa konsumsi pakan adalah banyaknya makanan yang dimakan seekor ternak dalam 1 hari atau selisih antara jumlah makanan yang diberikan dengan jumlah makanan sisa selama 24 jam. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh tingkat energi ransum, imbangan zat nutrisi, suhu lingkungan, bentuk fisik ransum, bobot badan atau ukuran tubuh, kecepatan pertumbuhan, dan produksi (NRC, 1994). Menurut Tillman, dkk (1991), sifat khusus unggas dalam mengkonsumsi ransum pertama-tama untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga ransum yang dimakan tiap harinya cenderung berhubungan dengan kadar energinya. Wahyu (1992) menambahkan bahwa hakekatnya ternak mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energi dalam tubuh. Guna mengetahui kandungan nutrien ransum yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Penelitian Nutrien Kadar Air (max) Protein Lemak (min) Serat Kasar (max) Abu (max) Calcium (min) Phospor (min) EM (kkal/kg) Sumber : PT. New Hope Indonesia 2.
Jumlah (%) 13.0 22-24 5.0 5.0 7.0 0.9 0.6 2900
Bobot Badan Puyuh Petelur Jantan Tabel 3. Rataan Bobot Badan Puyuh Petelur Jantan Umur 0-7 Minggu
Bobot Awal Minggu 1 2 3 4 5 6 7
Rata-rata Bobot Badan (g/ekor) 8,01 15,34 25,33 46,34 66,91 90,41 109,34 118,78
Pada Tabel 3, rataan bobot badan puyuh petelur jantan pada setiap minggunya mengalami kenaikan dengan bobot badan pada umur 7 minggu sebesar 118,78 gram. Hasil penelitian ini sesuai pendapat Anggorodi (1995) bahwa puyuh jantan dewasa memiliki bobot Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4
Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan...........................................Rina Ratna Dewi. badan sekitar 100-140 gram dan sedangkan menurut Wheindrata (2014) berat puyuh jantan sekitar 115-117 gram per ekor. Pada umur enam minggu bobot badan puyuh sebesar 109,34 gram. Hasil ini lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil penelitian Sujana, dkk (2012) bahwa bobot badan puyuh di berbagai Pusat Pembibitan di Jawa Barat sebesar 127,9 g (Bandung), 127,7 g (Cianjur), 123,6 g (Sukabumi), dan 122,9 g (Bogor). Bobot badan merupakan akumulasi hasil metabolisme. Hasil metabolisme didukung oleh banyaknya pakan yang dikonsumsi serta optimalisasi penggunaan pakan. Unggas membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan bobot tubuhnya pada masa pertumbuhan. Salah satunya dengan meningkatkan konsumsi pakan. Kartadisastra (1997) menyatakan bahwa bobot badan ternak senantiasa berbanding lurus dengan konsumsi ransum, makin tinggi bobot badannya, makin tinggi pula konsumsinya terhadap ransum. 3.
Kurva Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan Umur 0-7 Minggu Tabel 4. Bobot Badan Aktual dan Bobot Dugaan Puyuh Petelur Jantan 0-7 Minggu Umur (Minggu) 1 2 3 4 5 6 7
Bobot Aktual (g) 15,34 25,33 46,34 66,91 90,41 109,34 118,78
Bobot Dugaan(g) 14,49 26,60 45,00 67,97 90,57 108,14 119,46
Pada Tabel 4. Terdapat bobot aktual yang merupakan bobot badan puyuh yang ditimbang selama penelitian, sedangkan bobot dugaan merupakan pendugaan bobot badan berdasarkan umur puyuh. Bobot dugaan diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus model kurva logistik. Guna mengetahui bentuk kurva pertumbuhan puyuh dapat dilihat pada Ilustrasi 1. Kurva pertumbuhan puyuh petelur jantan berbentuk sigmoid (S). Pada ilustrasi dibawah terdapat dua garis kurva, pertama garis kurva berwarna hijau merupakan kurva bobot badan aktual, sedangkan kurva berwarna merah merupakan bobot badan dugaan. Korelasi antara titik data dengan kurva sigmoid mempunyai nilai sebesar 0,99 yang artinya keakuratan data yang diperoleh tinggi dan sangat baik. Nilai standar error dari kedua variabel antara bobot aktual dan bobot dugaan sebesar 3,25.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5
Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan...........................................Rina Ratna Dewi.
Ilustrasi 1. Kurva Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan 4.
Pertambahan Bobot Badan Puyuh Petelur Jantan Tabel 5. Rataan Pertambahan Bobot Badan Puyuh Petelur Jantan Umur (Minggu) 1 2 3 4 5 6
Rataan (g/hari) 1,38 2,98 2,88 3,50 2,48 1,64
Pada Tabel 5. Pertambahan bobot badan puyuh petelur jantan setiap minggunya mengalami kenaikan sampai akhirnya mengalami penurunan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan tertinggi terjadi pada minggu keempat dengan rata-rata sebesar 3,50 gram per ekor per hari. Pertambahan bobot badan puyuh paling cepat terjadi pada umur satu hari sampai empat minggu, setelah itu pertambahan bobot badan puyuh akan berkurang. Guna mengetahui kurva pertambahan bobot badan dapat dilihat pada Ilustrasi 2. Pada Ilustrasi dibawah, kurva pertambahan bobot badan puyuh petelur jantan mengalami peningkatan sesuai dengan umur dan mencapai puncak pertambahan bobot badan pada umur 3,75 minggu atau sekitar umur 26 hari. Setelah melewati puncak pertambahan bobot badan, selanjutnya pertambahan bobot badan akan menurun sesuai dengan bertambahnya umur puyuh. Keakuratan atau kecermatan antara titik data dengan kurva memiliki nilai sebesar 0,94 yang artinya keakuratan antara dua variabel tersebut tinggi. Nilai standar error antara titik data dengan kurva sebesar 0,37.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 6
Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan...........................................Rina Ratna Dewi.
Ilustrasi 2. Kurva Pertambahan Bobot Badan Puyuh Petelur Jantan 5.
Konversi Ransum Puyuh Petelur Jantan Tabel 8. Konversi Ransum Puyuh Petelur Jantan Umur 0-7 Minggu Minggu 1 2 3 4 5 6 7 Rataan FCR
Konversi Ransum 2,33 3,37 3,30 4,51 4,48 6,87 9,37 4,89 4,89
Berdasarkan Tabel 8, nilai konversi ransum puyuh petelur jantan setiap minggunya mengalami perubahan dengan rataan sebesar 4,89. Secara keseluruhan nilai konversi ransum puyuh petelur jantan selama 7 minggu sebesar 4,89. Hasil ini lebih besar bila dibandingkan dengan hasil penelitian Sujana, dkk (2012) bahwa nilai konversi ransum puyuh di berbagai Pusat Pembibitan di Jawa Barat sebesar 3,51 (Bandung), 3,71 (Cianjur), 3,77 (Bogor), dan 3,79 (Sukabumi). Nilai konversi ransum tertinggi terjadi pada minggu ketujuh dengan nilai 9,37. Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya nilai konversi ransum. Konversi ransum menggambarkan efisiensi penggunaan ransum yang merupakan pencerminan hubungan antara pertumbuhan dan konsumsi ransum. Kemampuan ternak dalam memanfaatkan ransum guna menambah bobot badan akan berkurang seiring dengan bertambahnya umur ternak.
Kemampuan ternak dalam memanfaatkan ransum tersebut
maupun efektif atau tidaknya ransum yang diberikan dapat diketahui hasilnya dari nillai konversi ransum yang diperoleh (Maynard det. Al, 1979). Menurut Card dan Nesheim (1979) bahwa faktor yang berpengaruh terhadap konversi ransum pada puyuh adalah Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 7
Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan...........................................Rina Ratna Dewi. perbaikan genetik untuk memperoleh bobot badan yang tinggi dengan konsumsi rendah, yang pada gilirannya didapatkan penggunaan ransum yang lebih efisien atau konversi ransum rendah. Dengan demikian semakin rendah angka konversi ransum, semakin efisien dalam penggunaan ransum (Rasyaf, 1993). KESIMPULAN Hasil penelitian diperoleh puyuh petelur jantan umur 0-7 minggu rata-rata mengkonsumsi ransum sebanyak 547,75 gram per ekor dengan capaian bobot badan sebesar 118,78 gram dan pertambahan bobot badan maksimal (titik infleksi) terjadi pada umur 3,75 minggu atau sekitar umur 26 hari dengan pertambahan bobot badan sebesar 3,50 gram per ekor per hari. Nilai konversi ransum puyuh selama tujuh minggu sebesar 4,89. Rumus kurva pertumbuhan puyuh petelur jantan adalah Y = a/(1+b*exp(-ct)), dengan nilai a = 132,752, b = 16,706, dan c = 0,716. Rumus kurva pertambahan bobot badan adalah Y = a + bt + ct2, dimana nilai a = -1, b = 2,25 dan c = 0,3214. SARAN Guna mendapatkan performa pertumbuhan puyuh jantan hasil persilangan yang baik cukup dilakukan pemeliharaan selama 6 minggu saja, sebab pada umur tersebut sudah diketahui pertambahan bobot badan maksimum (titik infleksi). Serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai performa pertumbuhan puyuh hasil persilangan yang bertujuan untuk kemajuan peternakan puyuh petelur maupun pedaging di Indoneia. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada kasih kepada dosen pembimbing utama Endang Sujana, S.Pt., MP. dan dosen pembimbing anggota Dr. agr. Ir. Asep Anang, M. Phil. yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Jakarta. Universitas Indonesia. ________, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Card, L. E. and M. C. Neisheim. 1979. Poultry Production 12th Edition. Lea and Febiger, Philadelphia. Kartadisastra, H.R., 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 8
Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan...........................................Rina Ratna Dewi. Maynard, L. A., Loosli, J. K., Hintz, H. F., and Warner, R. G. 1979. Animal Nutriton 7th Edition. Mc. Graw Hill Book Company, New York, pp 416-419. NRC. 1994. Nutrients Requirement of Poultry. 9thEd. National Academy of Sciencxe. Washington DC. Rasyaf, M. 1993. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Cetakan ke – 4, Kanisius, Yogyakarta, hal 59-71. Sujana, E.. Tanwiriah, W., Widjastuti. T. 2012. Evaluation On Quails (Coturnix Coturnix Japonica) Growth Performance Among The Breeding Centre Of Village Communities In West Java. Lucrări ştiinţifice. Seria Zootehnie. Tillman, A. D., Hartadi H., Reksohadiprojo S., Prawirokusumo S., dan Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, hal 45. Wheindrata. 2014. Panduan Lengkap Beternakan Burung Puyuh Petelur. Lily Publisher. Surakarta.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 9