KAJIAN FEMINISME KEKUASAAN DALAM NASKAH PELACUR KARYA JEAN PAUL SARTRE YANG DISADUR OLEH TOTO SUDARTO BACHTIAR DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
JURNAL SKRIPSI
Oleh RATNA KOMALA DEWI EIC112102
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
2
BENTUK –BENTUK FEMINISME KEKUASAAN DALAM NASKAH “PELACUR” KARYA JEAN PAUL SARTRE YANG DISADUR OLEH TOTO SUDARTO BACHTIAR DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Ratna Komala Dewi, Baiq Wahidah, Siti Rohana Hariana Intiana Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP UNIVERSITAS MATARAM Email :
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian tentang kritik sastra feminis kekuasaan. Masalah yang dibahas di dalam penelitian ini, yaitu bentuk feminisme kekuasaan dalam naskah “pelacur” karya Jean Paul Sartre dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA. Sedangkan tujuan penelitian ini, yaitu 1) Mendeskripsikan feminisme kekuasaan dalam naskah “pelacur” karya Jean Paul Sartre 2) Mendeskripsikan relevansi feminisme kekuasaan dalam naskah “pelacur” karya Jean Paul Sartre dengan pembelajaran sastra di SMA . Jenis penelitian ini adalah deskriptif Sumber data dalam penelitian ini adalah Naskah “pelacur” karya Jean Paul Sartre. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan observasi, yaitu peneliti mendikumentasi dan mengobservasi setiap adegan dan dialog, selain itu peneliti juga menggunakan teknik baca-catat untuk menganalisis naskah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk feminisme kekuasaan dalam naskah “pelacur” karya Jean Paul Sartre dibagi menjadi 2, yaitu bentuk feminisme kekuasaan dan femiisme korban,dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu 1) Korban kekerasan fisik dan mental perempuan, 2) Korban perasaan (keegoisn, penipuan dan penghinaaan), dan releansinya dengan pembelajaran sastra di SMA naskah ini dijadikan sebagai media pembelajaran sastra ntuk menentukan unsure-unsur intrinsic dan ekstrinsik. Kata kunci: Feminisme, perempuan, ketidakadilan, naskah dan pembelajaran sastra .
3
The Form Of Feminism Power On “Pelacur” Manuscript Written By Jean Paul Sartre Which Coated By Toto Sudarto Bachtiar It’s Relevance To The Study Of Literature At Senior High School Ratna Komala Dewi, Baiq Wahidah, Siti Rohana Hariana Intiana Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP UNIVERSITAS MATARAM Email :
[email protected] ABSTRACT This study is the critic literature of feminism power study. This study discuss about the feminism power on “pelacur” manuscript written by Jean Paul Sartre and it‟s relevance to the study of literature at senior high school. This aims of this study and to describe the power of feminism power on”pelacur” manuscript written by Jean Paul Sartre and it‟s relevance to the study of literature at senior high school. This is a descriptive study. The data collection from “pelacur” manuscript written by Jean Paul Sartre. The technique of data collection is trhough observation and documentation the researcher record and observe the dialog and the scene, however the researcher use write-read on tkhnique analysis.
The result of study shows that the form of feminism power on pelacur manuscript written by Jean Paul Sartre devide into two, first the form victim feminism and the power of feminism. It‟is devided into two, first the power of physical and mentality women‟s victim. Second, the victim‟s feeling (Egoism, trick, and degradation), and it‟s relevance to the study of literature at senior high school. The manuscript is use at the tool study of literature de define the intrinsic and extrinsic unsure Keywords: Feminism, women, unfair, manuscript and study of literature.
4
tidak boleh dilakukan oleh wanita, tapi di
A. PENDAHULUAN Perempuan
yang
biasa
juga
saat sekarang ini pekerjaan itu sudah bisa
disebut dengan wanita ternyata berbeda dari
dilakukan oleh wanita (polisi wanita) yang
segi makna rasa namun secara hakikat sama.
biasa kita sebut dengan polwan. Selain
Ada banyak pendapat tentang hal ini, kata
pekerjaan yang lebih mementingkan fisik.
Perempuan memiliki kata konotasi positif dibandingkan dengan kata wanita, kata perempuan berasal dari kata pu kemudian mpu lalu empu yang berarti tuan, orang yang dihormati, ahli dalam suatu bidang, dan pemilik. (Keraf dalam Sofia, 2009: 11). Sementara itu, kata wanita dihipotesiskan bersumber dari kosakata bahasa sanskerta, yaitu vanita yang berarti yang diinginkan (oleh kaum pria). Dalam bahasa Inggris terdapat pula kata vanity yang berarti keangkuhan, kesia-siaan (berasal dari bahasa latin, venitas).
Ada
juga
pekerjaan
sebagai
Pramugari dan Pramugara, pramugari lebih sering kita dengar dan lebih banyak kita temui daripada pramugara, pekerjaan yang dilakukan di dalam pesawat ini yang identik dengan
kacantikan,
kelembutan,
keindahan ini biasanya
dan
dilakukan oleh
perempuan karena perempuan sangat lebut dan manis ketika melayai dan memberi informasi kepada penumpang, biasanya lakilaki lebih cenderung untuk menjadi pilot. Pilot tidak hanya ditekuni oleh laki-laki saja, wanita juga mampu untuk menjadi seorang
Wanita
sangat
dengan
pilot. Memang tidak mudah bagi wanita
pemberontakan terhadap kaum Adam, kata
untuk menggeser pekerjaan yang sejak dulu
Emansipasi
digunakan
digeluti oleh para laki-laki, karena syarat
terutama di saat sekarang ini. Wanita
sebagai seorang pilot adalah mempunyai
berusaha
kecerdasan dan kemampuan fisik yang
wanita
identik
sering
menyamakan
kedudukannya
dengan laki-laki dari berbagai hal mulai dari
maskulin.
Namun,
wanita
pekerjaan, hobi, keterampilan dan sejenisnya,
membuktikan
wanita tidak ingin diremehkan oleh laki-laki.
memunculkan sisi feminis dan maskulin
Pekerjaan laki-laki bisa juga dilakukan oleh
secara
wanita, contohnya pekerjaaan sebagai polisi
memiliki lima belas penerbang (pilot) yang
yang sebenarnya hanya bisa dilakukan oleh-
pernah menerbangkan beberapa pesawat
laki-laki saja, karena polisi lebih mengarah
hingga ke penjuru dunia, enam pilot terbaik
kepada pendidikan fisik dan mental yang
diantaranya Ida Fiqriah bersama Agatha Asri
bahwa
bersamaan,
mereka
contohnya
Indonesia mampu
Indonesia
5
Hernini di maskapai Garuda Indonesia, Isma
Adam ini biasanya digunakan oleh laki-laki
Kania Dewi salah satu pilot yang cantik yang
yang sudah berhaji, Tuan guru, Ulama-ulama
pernah mencicipi pesawat Qatar Airways
besar
yang menjadi salah satu seponsor sepak bola
penutup kepala atau kalung laki-laki namun
ternama Barcelona, Iin Irjayanti dan Allendia
berbeda dengan kenyataan dalam novel ini,
Traviana wanita cantik ini, mejadi pilot di
wanita yang menggunakan sorban sebagai
maskapai Batavia Air, dan yang terakhir
kalungnya yang melambangkan wanita yang
Fariana Dewi Djakaria wanita yang satu ini
ingin menyetarakan kedudukan. Dalam kasus
adalah satu-satunya pilot helikopter wanita di
ini bisa dilihat bahwa wanita berusaha keluar
Indonesia milik TNI Angkatan Udara (AU)
dari hakikatnya sebagai perempuan, meski
(www.
dalam
Kompasina.
Pilot.
Perempuan.
dan
biasanya
agama
digunakan
dikatakan
bahwa
sebagai
wanita
com//21 maret 2016). Itu artinya, wanita
terlahir sebagai mahluk yang lemah namun
sudah mulai menunjukkan bahwa laki-laki
dalam novel Wanita Berkalung Sorban
tidak bisa memandang wanita sebelah mata
wanita berusaha membuktikan bukan hanya
karena wanita sudah berdiri sejajar dengan
lelaki
laki-laki.
pendidikan tinggi, berkuda dan yang lainnya, Selain dari yang dipaparkan di
atas,
wanita juga digambarkan dalam
beberapa karya sastra sebagai seorang yang „memberontak‟ terhadap keadilan hak-hak sebagai manusia antara wanita dan laki-laki. Misalnya dalam novel Wanita Berkalung
yang pantas untuk mendapatkan
namun wanita juga memiliki hak yang sama dengan lelaki, meski itu menentang hukum agama tetapi di saat sekarang ini emansipasi atau feminitas sudah mulai menggeser aturan agama yang mengatakan bahwa lelaki lebih dominan dari perempuan.
Sorban karya Abidah El Khalieqy yang menceritakan terhadap
tentang
ketidakadilan
pemberontakan wanita,
dimana
Ada juga yang menggambarkan perlawan perempuan dengan cara pasifnya, seperti dalam novel Perempuan di Titik Nol
wanita dibatasi dalam hal, kehidupan sehari-
karya
Nawal
hari, dan untuk menuntut ilmu sedangkan
menggambarkan bahwa wanita dianggap
lelaki bebas memilih dan wanita tidak
rendah oleh kaum laki-laki, karena mereka
diperbolehkan memilih, dilihat dari judulnya
menganggap
saja Wanita Berkalung Sorban, sorban yang
memiliki
identik atau menjadi ciri khas dari kaum
demikian, Firdaus sebagai sosok perempuan
fisik
El
Shaadawi
yang
kebanyakan kaum wanita yang
lemah.
Kendati
6
dalam novel
Perempuan di
Titik Nol
membuat
pembaca
semakin menghargai
digambarkan sebagai perempuan yang kuat
Firdaus seperti dalam penggalan novel
dalam
dalam
“Setiap orang harus mati, saya lebih suka
budaya patriarki yang sangat kuat, namun
mati karena kejahatan yang saya lakukan
dibalik kekuatannya Firdaus harus tunduk
daripada mati untuk salah satu kejahatan
pada tradisi yang berlaku dimana setiap
yang kau lakukan” (Hal.154) Pernyataan
perempuan harus patuh dan tunduk terhadap
tersebut
laki-laki. Feminisme tokoh utama (Firdaus)
terhadap kaum lelaki meski dalam ajaran
dalam novel Perempuan di Titik Nol ini
agama wanita ditakdirkan lemah lembut,
adalah dimana Firdaus berusaha bangkit dari
namun wanita
kehidupan kelamnya, Firdaus diperlakukan
memperjuangkan keadilan agar lelaki tidak
tidak baik oleh ayahnya sendiri, Firdaus
melecehkan wanita.
menajalani
kehidupannya
sering diperlakukan kasar oleh ayahnya sendiri, selain itu Firdaus juga mendapatkan perlakuan
yang
kurang
menarik
dari
pamannya, pamannya yang ingin memiliki tubuhnya itu selalu melakukan pelecehan seksual oleh pamannya sendiri yang pada awalnya tampak baik dan seterusnya, hingga pada akhirnya Firdaus membunuh germo yang akan memperdagangkannya. Dalam kasus ini, dapat dilihat bahwa sosok seperti Firdaus yakin bahwa dia patut menerima perlakuan yang sama dengan para lelaki, namun
Firdaus
memperjuangkan
tidak
pernah
haknya
bisa
didalam
masyarakat. Firdaus menggunakan kepasifan sebagai senjata perlawanan, Firdaus lebih memilih diam dan mempertahankan harga dirinya sebagai bentuk perlawanan, termasuk sifat pasifnya menerima hukuman mati, itu
merupakan
juga
perlawanan
punya
Firdaus
hak untuk
Sebagaimana dalam karya-karya di atas hal serupa juga terjadi pada naskah Pelacur karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar, dalam naskah ini, Eliza (pelacur) berusaha melawan atau ‟memberontak‟ bahwa kejujuran tidak pantas untuk diperjual belikan, kejujuran adalah harga mati bagi orang yang menjaga harga dirinya,
pelacur
berusaha
untuk
membenarkan sebuah kebenaran, namun pejabat kolonel berusaha membeli kejujuran dari Eliza (pelacur) demi sebuah pangkat atau gelar yang tinggi, si kolonel rela disuap untuk kasus yang tidak benar adanya. Jadi jangan beranggapan Pelacur adalah dia yang menjual tubuhnya saja, lalu bagaimana dengan lelaki yang menjual harga dirinya. Dalam kasus ini Eliza (pelacur) berusaha untuk tidak menjual harga dirinya, dengan 7
tetap berkata jujur pada hakim walau
hal ini tidak pernah lepas dari sorotan
kejujurannya dibeli dengan harga yang
masyarakat. Sekarang bukan hanya orang
sangat mahal oleh kolonel ,seperti dalam
miskin saja yang menjual tubuh dan harga
penggalan naskah “ Eliza : aku ingin
dirinya, namun dari kalangan berate atau
mengatakan kebenaran , Firdaus :kebenaran
kaya raya juga banyak ditemui, dari kelas
? lonte Sepuluh ribu perak ingin mengatakan
birokrat atau pemerintahan serta kalangan
kebenaran, tidak ada kebenaran masnis yang
selebritis pun ikut terjebak. Itulah sebabnya
ada hanya hanyalah antara orang terpelajar
peneliti memilih naskah Pelacur karya Jean
dan seorang gelandangan, itu saja ” terlihat
Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto
bahwa Elisza (pelacur) tidak ingin menjual
Bachtiar untuk menjadi objek penelitian,
keujurannya meski ditukar dengan apapun,
bukan novel, naskah, puisi atau cerpen yang
berkat itu pembaca memberikan simpati dan
membahas tentang derajat wanita. Selain itu
empati terhadap Eliza Mariam karena sikap
naskah ini juga sarat akan pesan moral, dan
pemberaninya itu.
memiliki tingkat kesulitan untuk dipahami
Dari beberapa pemaparan di atas, teori feminisme sendiri berarti, sebuah teori yang mengungkapkan harga diri pribadi dan harga diri semua perempuan (Wolf dalam Adib Sofia, 2009 : 13) . Oleh sebab, itu peneliti menggunakan teori feminisme dalam menganalis naskah Pelacur Karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar untuk mengkritik wanita yang ada didalam
naskah,
tanpa
menghilangkan
emansipasi atau Feminisme yang terdapat didalam naskah. Dalam naskah Pelacur karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar ini sangat dekat dengan kehidupan masyarakat, dan tidak bisa dipungkiri bahwa
maknanya oleh pembaca, bila pembaca tidak mengamati atau meneliti naskah ini. Naskah berjudul Pelacur karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar ini juga sering
dipentaskan
ditorehkan
selalu
namun
hasil
yang
positif
dari
para
penontonnya, karena pada akhirnya mereka paham bahwa tidak selamanya pelacur itu menjual tubuhnya, ketika menjual harga diri maka sama saja seperti pelacur. B. LANDASAN TEORI 1. Pengertian
dan
struktur
dalam
naskah Naskah merupakan unsur terpenting dalam sebuah drama, tanpa naskah drama tidak bisa dimainkan. Adapun naskah yang baik memiliki struktur dalam naskah seperti 8
judul, anotasi dan dialog. Pada sub ini akan
(dalam
dijelaskan struktur dalam naskah sebagai
co.id/2013/01/ struktur-lahir-sebuah-naskah-
berikut :
drama// 08Juni2016, 19 : 52 WIB)
a. Pengertian Naskah
http:
//banknaskah-fs.
blogspot.
2. Feminisme Kekuasaan
Naskah memiliki banyak sekali arti,
Selain beberapa ragam feminis di
seperti naskah adalah nyawa dari sebuah
atas, terdapat juga dua jenis pendekatan yang
pertunjukan drama namun ada beberapa
sangat membantu peneliti untuk menentukan
pengertian naskah menurut beberapa sumber.
sikap
Menurut KBBI naskah adalah karangan yang
perempuan
masih ditulis dengan tangan yang belum
membagi pendekatan feminisme menjadi dua
diterbitkan. Itu berarti hasil karya tulis yang
bagian, diantaranya:
belum
dipublikasikan
dipentaskan,
terdapat
atau beberapa
belum macam
naskah pada zaman dahulu, seperti naskah lontar, naskah Proklamasi dan yang lainnya. Namun naskah sangat beragam di saat sekarang ini, seperti naskah pidato, naskah puisi, naskah drama dan lain-lain. Menurut Imam
Suryono
(dalam
www.e-jurnal.
com//08Juni2016, 19 : 52 WIB) b. Struktur Dalam Naskah
dalam
menganalisis dalam
karya
permasalahan sastra.
Wolf
a. feminisme korban (victim feminisme) Feminisme
korban
melihat
perempuan dalam peran seksual yang murni dan mistis, dipandu oleh naluri untuk mengasuh
dan
memelihara,
serta
menekankan kejahatan-kejahatan yang terjadi atas perempuan sebagai jalan untuk menuntut hak-hak perempuan. Pada pendekatan ini, laki-laki menjadikan perempuan sebagai objek dan mengklaim bahwa perempuan
Struktur lahir merupakan salah satu
tidak pernah berbuat sebaliknya pada laki-
cirri pembeda naskah drama dengan karya
laki. Laki-laki dianggap suka berpoligami
sastra jenis lainnya seperti puisi, prosa dan
sedangkan perempuan dianggap monogami
yang lainnya. Adapun bentuk atau struktur
dan lebih mementingkan emosi. Dengan
lahir dari drama adalah sebagai berikut:
demikian laki-laki dianggap egois dan tidak
1) Judul 2) Anotasi 3) Dialog
pernah setia, sedangkan perempuan tidak pernah tergoda dan setia. Ada beberapa bagian dari feminisme korban, diantaranya : a) Korban kekerasan 9
fisik dan mental perempuan b) Korban
Dari penjelasan di atas, pendekatan
perasaan, dibagi menjadi tiga bagian 1)
feminisme kekuasaan merupakan pendekatan
keegoisan, dianggap lebih mengedepankan
yang
keegoisan
perempuan
perdamaian, bukan dasar perang perjuangan
karena perempuan dianggap menjadi objek
meraih hak setara. Ada beberapa prinsip
dan tidak bisa berbuat sebaliknya atas laki-
pendekatan
laki 2) Penghinaan atas ketidak setaraan
Perempuan dan laki-laki mempunyai arti
perempuan terhadap laki-laki 3) Penipuan/
yang sama besar dalam kehidupan manusia.
kelicikan, sama-sama menggunakan emosi
b)
dan
menentukan
laki-laki
sama-sama
terhadap
menggunakan
sifat
luwes
yang
menggunakan
feminisme
Perempuan
dasar
kekuasaan,
mempunyai nasibnya
hak
a)
untuk
sendiri.
c)
keegoismean namun perbedaannya kelicikan
Pengalaman-pengalaman
lebih lembut dari keegoisan dan penghinaan ,
mempunyai makna bukan sekedar omong
bahasa yang digunakan pun lebih santun
kosong.
d)
Perempuan
berhak
sedangkan keegoisan menggunakan bahasa
mengungkapkan
kebenaran
tentang
yang lebih kasar dan cendrung menggunakan
pengalaman-pengalaman
nada tinggi. (Adib, 2009 : 17-18)
Perempuan layak menerima lebih banyak
Dengan demikian feminisme korban bukan hanya melukai fisik saja namun melukai hati, dan merusak mental seorang perempuan itu juga bagian dari feminisme korban.
perempuan
mereka.
e)
segala sesuatu yang tidak mereka punya karna sikap keperempua (keibuan) mereka, seperti rasa hormat dari orang lain, rasa hormat terhadap diri sendiri, pendidikan keselamatan, kesehatan dan keuangan. (Adib, 2009 : 17-18)
b. feminisme kekuasaan (power feminisme) Feminisme kekuasaan menganggap perempuan sebagai manusia biasa yang seksual, individual, tidak lebih baik dan tidak lebih buruk dibandingkan dengan laki-laki yang menjadi mitranya dan mengklaim hakhaknya atas dasar logika yang sederhana, yaitu perempuan memang memiliki hak yang sama dengan laki-laki.
Dengan
demikian,
pendekatan
feminisme kekuasaan tidak memusuhi lakilaki dan menganggap laki-laki tidak terpisah dari perjuangan bahkan dari perjuangan perempuan Kelebihan
menuju dari
kesetaraan
pendekatan
ini
sosial. adalah
memperlakukan laki-laki dan perempuan sebagai manusia, adapun kekurangan dari penelitian
ini
terlalu
menekankan 10
kemandirian
pribadi
sehingga
Menurut
Hamalik
interaksi
belajar
Pengajaran
memungkinkan perempuan-perempuan yang
adalah
tidak sukses dan kuranng beruntung dapat
Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses
terlewatkan begitu saja.
saling mempengaruhi antara pelajar dan
adalah
proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar
pada
suatu
lingkungan
belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dari sisi lain pembelajaran memiliki pengertian yang sama dengan pengajar namun memiliki konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai
isi
pelajaran
mencapai objek yang
hingga
suatu
ditentukan (aspek
kognitif),
juga
dapat
mempengaruhi
perubahan
sikap
(aspek
efektif),
serta
keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajaran saja. Sedangkan
pembelajaran
menyiratkan
adanya interaksi antara pengajar dengan
komunikasi dan interaksi. (Taufik, 2010 : 5). Sementara menurut Rohman (2012 : 16) pengajar adalah interaksi individu-individu dalam
situasi
tertentu
sebagai
proses
membangun ilmu pengetehuan secara kreatif .
pengajaran
sastra
melalui
proses
pembelajaran sastra di sekolah memiliki tujuan
umum
untuk
memberikan
pengetahuan terhadap peserta didik tentang sastra
dan
memperoleh
pengalaman
bersastra. Selain itu sastra merupakan sebuah ilmu yang mengkaji tentang karya seni dan memeberikan
banyak
karya-karya
yang
imajinatif, indah dan bermanfaat terhadap peserta didik. Sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Oleh sebab itulah pembelajaran sastra menjadi proses interaksi dalam lingkungan belajar untuk memberikan pegetahuan terhadap peserta didik tentang sastra yang memiliki nilai dalam konteks individual maupun sosial. (dalam www. jendelasastra. com // 08 Juni 2016, 19 : 52 WIB)
peserta didik (https: //id.m. wikipedia.org // 08 Juni 2016 ).
mengajar.
siswa, di antara keduanya terdapat hubungan
c. Pembelajaran sastra di Sekolah Pembelajaran
dan
Jika dikaitkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia, kenyataannya selama ini masih
berbasis
inkonteks.
Maksudnya, 11
pembelajaran
bahasa
Indonesia
masih
menyuguhkan teks-teks yang lepas dan bukan teks yang utuh. Bentuk aplikasi pengajaran
sastra
feminis
di
dalam
pembelajaran adalah mengungkapkan prilaku feminis dalam naskah Pelacur karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar
dengan
menggunakan
model
pengajaran yang telah disusun oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan dengan mengacu pada silabus kurikulum 2013 dan kompetensi dasar 3.4 dan 4.4 tentang Memahami
cara
dan
langkah-langkah
membuat sinopsis novel, drama/teater, atau
digunakan dalam penelitian ini
adalah
metode dokumentasi dan metode observasi. a.
Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode
yang bertujuan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen
rapat,
agenda
dan
sebagainya
(Arikunto 2002 : 206). Dalam penelitian ini metode
dokumentasi
dilakukan
dengan
mengadakan studi kepustakaan sebagai acuan dalam memahami naskah Pelacur karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar.
film pada pembelajaran sastra di SMA dan menggunakan media naskah sebagai konflik gender dan pandangan pembaca tentang
b.
Metode Observasi Menurut Nurfajrin metode observasi
perempuan. Dengan metode pembelajaran
merupakan
yang
dapat
dengan melakukan pengamatan terhadap
tentang
objek yang diteliti, baik secara langsung
prilaku feminis untuk membuat ulasan
maupun dengan bantuan alat bantu. Dengan
sinopsis.
kata lain, kegiatan observasi dapat dilakukan
digunakan,
mengungkapkan
dan
siswa mengkaji
metode
pengumpulan
data
dengan pengelihatan, penciuman, peraba, dan C. METODE PENELITIAN 1. Metode Pengumpulan Data Metode penelitian adalah cara yang
pengecap (Arikunto, 2009 : 25). Metode
observasi
merupakan
dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data
metode pengumpulan data yang dilakukan
penelitiannya. Oleh karena itu, keberhasilan
dengan cara mengamati objek pengamatan
dalam melakukan sebuah penelitian karya
secara langsung yaitu naskah Pelacur karya
ilmiah sangat ditentukan oleh metode yang
Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto
digunakan. Motode pengumpulan data yang
Sudarto Bachtiar.
12
Dari beberapa uraian di atas, dapata
3) mencatat dan mengklasifikasikan aspek
disimpulkan bahwa observasi merupakan
feminitas Pelacur karya Jean Paul Sartre
pemusatan pikiran terhadap suatu objek dan
yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar
mencatat apa yang didengar dan dilihat
3.1 Instrumen Pengumpulan Data
secara sistematis. Hal-hal yang di observasi
Instrumen berarti alat yang digunakan
antara lain :
untuk mengumpulkan data (Siswantoro,
1.
mengobservasi
setiap
adegan
yang
terdapat dalam naskah Pelacur karya
Mengobservai termasuk
ini peneliti akan menggunakan instrument penelitian sederhana berupa tabel.
Jean Paul Sartre 2.
2010 : 73). Oleh karena itu dalam penelitian
setiap
dialog
bentuk-bentuk
yang
feminisme
3.2 Teknik Analisis Data Teknik adalah bagaimana cara atau
dalam naskah Pelacur karya Jean Paul
tahap dalam menganalisis data, pada bagian
Sartre Adapun teknik
yang digunakan
dalam penelitian ini, untuk menunjang metode yang digunakan adalah Teknik bacacatat.
Teknik
ini
menganalisis data. a.
Tahap pengelompokan data
untuk
Pada tahap ini, data dikelompokkan
memperoleh data dengan cara mencatat data-
sesuai dengan aspek-aspek yang akan diteliti,
data setelah melakukan pembacaan secara
yaitu terkait dengan dialog-dialog yang
menyeluruh.
langka-langkah
menjadi bukti bahwa adanya feminitas dalam
mengumpulkan data yang ditempuh dalam
naskah Pelacur karya Jean Paul Sartre yang
penelitin ini yaitu:
disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar.
1) membaca naskah drama Pelacur karya
b.
Adapun
digunakan
ini akan di jelaskan tahap-tahap dalam
Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar.
Tahap identifikasi data Dalam tahap ini dilakukan untuk
menajamkan pengorganisasian data yang
2) menemukan aspek-aspek yang termasuk
sudah dikumplkan yang berkaitan dengan
feminitas dalam naskah Pelacur karya
feminitas dalam naskah Pelacur karya Jean
Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto
Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto
Sudarto Bachtiar.
Backhtiar. c.
Tahap analisis data 13
Pada tahap ini, data yang sudah
laki, perempuan dianggap lemah dan hanya
dikelompokkan kemudian dianalisis sesuai
bias menerima kenyataan. Adapun hal-hal
dengan
sudah
yang perlu diperhatikan dalam menganalisis
dijabarkan sebelumnya, dalam hal ini data
feminisme korban yaitu, feminisme korban
yang dianalisis berkaitan dengan feminitas
dibagi menjadi dua bagian a) Korban
dalam naskah Pelacur karya Jean Paul Sartre
kekerasan fisik dan mental perempuan b)
yang disadur oleh Toto Sudarto Backhtiar.
Korban perasaan, dibagi menjadi tiga bagian
teori
feminisme
yang
1) keegoisan, dianggap lebih mengedepankan
D. PEMBAHASAN 4.1 Bentuk-Bentuk Feminisme Kekuasaan dalam Naskah Pelacur Karya Jean Paul Sartre yang Disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar. Bentuk-bentuk
feminisme
kekuasaan membahas tentang bagaimana seorang perempuan ditindas oleh kaum lakilaki, baik dari dalam maupun dari luar , selain
itu
feminisme
kekuasaan
juga
membahas tentang bagaimana perlawanan perempuan didapakan
atas oleh
ketidakadilan perempuan.
yang
Feminisme
Kekuasaan dibagi menjadi dua oleh Wolf, diantaranya: a) feminisme korban (victim
keegoisan
laki-laki
terhadap
perempuan
karena perempuan dianggap menjadi objek dan tidak bisa berbuat sebaliknya atas lakilaki 2) Penghinaan atas ketidak setaraan perempuan terhadap laki-laki 3) Penipuan/ kelicikan, sama-sama menggunakan emosi dan
sama-sama
menggunakan
sifat
keegoismean namun perbedaannya kelicikan lebih lembut dari keegoisan dan penghinaan , bahasa yang digunakan pun lebih santun sedangkan keegoisan menggunakan bahasa yang lebih kasar dan cendrung menggunakan nada tinggi. 4.1.1
Feminisme
Korban
(Victim
feminis) dan b) feminisme kekuasaan (power
Feminis) dalam Naskah Pelacur
feminism)
Karya Jean Paul Sartre yang
Feminisme korban (victim feminis) melihat perempuan sebagai korban atas keegoisan
laki-laki,
laki-laki
dianggap
mampu berpoligami dan menjadi objek yang tampak, sedangkan perempuan dianggap tidak bisa berbuat sebalikya terhadap laki-
Disadur
oleh
Toto
Sudarto
Bachtiar Salah satu bagian dari pendekatan feminisme
kekuasaan
dalam
naskah
„Pelacur” adalah feminisme korban. Dalam feminisme
korban
perempuan
dijadikan
sebagai objek dan mengklaim perempuan 14
tidak pernah berbuat sebaliknya terhadap
Firdaus
laki-laki. Salah satu bentuk feminisme
(Mendekati eliza, membelai bahunya dan
korban dalam naskah “Pelacur” karya Jean
menguncikan tangan di lehernya) Engkau
Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto
selalu
Bachtiar akan diuraikan di bawah ini, bahwa
sangkaanmu, engkau bisa membuat seorang
perempuan berusaha untuk melawan dari
lelaki tergila-gila.
tekanan-tekanan
laki-laki
terhadap
perempuan. a)
: O, jadi kau merasa nikmat ?!
merasa
senang,
kalau
menurut
Eliza
: Mau apa kau ?
Firdaus
:Ku cekik tenggorokanmu !
Feminisme korban kekerasan fisik Eliza : Kau menyakiti aku !
dan mental perempuan Adapun kutipan di dalam naskah “Pelacur” karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar yang mencerminkan kekerasan fisik dan mental
Firdaus jepitan
: pada
Kalau
kutambah
lehermu
maka
sedikit
tak
ada
seorangpun yang masih ingat akan kejadian malam tadi bukan?” (Pelacur. Hal. 08)
perempuan akan diuraikan sebagi berikut. Dalam kutipan di atas, dijelaskan Firdaus yang tetap bersikap kasar terhadap Eliza Mariam, karena ia (Firdaus) tidak ingin jatuh cinta terhadap seorang
Firdaus datang hanya untuk menghina dan menyalahkan Eliza, bahwa Eliza sudah membuatnya jatuh cinta dengan tubuhnya.
pelacur, namun rasa cintanya itulah yang mengubahnya menjadi seorang monster dan
b) Feminisme korban perasaan Adapun korban perasaan dibagi
tidak memberikan kesempatan untuk Eliza menuntut keadilan, terbukti pada kutipan
menjadi
(Lampiran 03 no.2) sebagai berikut :
Keegoisan
“Firdaus
: Kataku, kau harus menutup
tiga
bagian
Feminisme
korban
1.
perasaan
(keegoisan)
pada malam tadi tak usah kita bicarakan lagi
mengedepankan keegoisan laki-laki terhadap perempuan
:
Tapi
kalau
aku
mau
menggunjingkannya ? Kau tahu, aku sangat menikmatinya.
karena
dianggap
:
moncongmu itu. Apa yang telah kita lakukan
Eliza
ini
diantaranya
perempuan
lebih
dianggap
menjadi objek dan tidak bisa berbuat sebaliknya atas laki-laki. Adapun beberapa kutipan di dalam naskah “Pelacur” karya 15
Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto
yang lebih mementingkan emosi daripada
Sudarto
mencerminkan
laki-laki dianggap sebagai hal yang ceroboh
feminisme korban perasaan keegoisan akan
oleh kaum laki-laki. . Adapun beberapa
diuraikan sebagai berikut:
kutipan di dalam naskah “Pelacur” karya
Bachtiar
yang
Eliza Mariam, tokoh utama dalam dalam naskah “Pelacur” karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar mejadi Korban dari keegoisan
Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto
Bachtiar
yang
mencerminkan
feminisme korban perasaan Penghinaan akan diuraikan sebagai berikut:
Firdaus tanpa memberi celah untuk Eliza
Nasip seorang pelacur dianggap
melawan, seperti pada kutipan (Lampiran 03
sebagai sampah, selesai menjadi korban
no.1) berikut :
Firdaus, korban kelicikan Ibu Tita dan
“Eliza : Puaskah engkau ?
sekarang menjadi korban hinaan si Kolonel, Kolonel yang senang sekali karena telah bisa
Firdaus : Puas ? dengan apa ? Eliza
:
Puas ? dengan apa ? kau tidak
sopan anak manis . Firdaus : Ah ! ya, sangat puas. Puas sekali, berapa yang kau inginkan ?
membeli kejujuran Eliza yang mengatas namakan seorang ibu yang tua rentan, seperti dalam kutipan (Lampiran 03 no.7) berikut : “ Kolonel
: (Mengambil Surat Dari
Kantungnya) Kakak ku menyuruh untuk mengantarkan ini kepadamu, nak.
Eliza : Siapa yang membicarakan hal itu ? Aku hanya bertanya, apakah kau puas ? Bukankah kau bisa menjawabnya dengan
Eliza :
Dia menulis surat padaku ?
(Mengoyakkan Sampulnya, Mengambil Uang Kertas Satu Juta, Mencari-Cari Suratnya,
ramah ?
Ternyata Tidak Ada, Diremas-Remasnya Firdaus
: Tutup Mulutmu !” (Pelacur.
Sampulnya Lalu Dicampakkan Ke Lantai.
Hal. 07).
Suaranya Berubah)Uang ?
1) Penghinaan
Kolonel
Penghinaan yang dimaksud disini
menggelepar
:
Di
dalam
rangsangan
tubuhmu
hidup
yang
yaitu penghinaan atas ketidak setaraan
mencekamku, masih ada sesuatu yang putih
perempuan terhadap laki-laki, perempuan
murni ! (Mengusap-Usap Eliza) Ya, ya, 16
masih ada sesuatu yang putih murni. “
Tita
(Pelacur. Hal. 24).
dari anak yang tidak berbakti. Satu-satunya anak
2) Penipuan/ kelicikan Ketiga
Feminisme
korban
perasaaan, sama-sama menggunakan emosi dan
sama-sama
menggunakan
: Ya anakku, aku adalah seorang ibu
sifat
keegoismean namun perbedaannya kelicikan lebih menggnakan akal licik mereka dan tidak mudah terpengaruh, selain itu kelicikan menggunakan cara yang lebih lembut dari keegoisan dan penghinaan , bahasa yang
yang
suamiku
kubesarkan
telah
meninggal
sendiri,
karena
dunia
ketika
Thomas masih berusia tiga bulan. Apa saja telah aku kerjakan demi memelihara anak itu. Aku berjualan di pasar, menjadi pembantu, segalanya aku kerjakan demi kebaikan Thomas, sehingga ia menjadi anak yang berpendidikan dan dihormati orang-orang di sekitarnya. Tapi kini…….
digunakan pun lebih santun sedangkan
Eliza : Maafkan saya…….” (Pelacur. Hal.
keegoisan menggunakan bahasa yang lebih
21)
kasar dan cendrung menggunakan nada tinggi. Adapun beberapa kutipan di dalam naskah “Pelacur” karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar yang
mencerminkan
feminisme
korban
perasaan kelicikan akan diuraikan sebagai berikut:
4.1.2
Feminisme
Kekuasaan
(Power
Feminis) dalam Naskah Pelacur Karya Jean Paul Sartre yang Disadur
oleh
Toto
Sudarto
Bachtiar. Pendekatan feminisme kekuasaan merupakan feminisme yang mengedepankan
Permainan yang sangat menarik dimainkan
perdamaian, disini wanita hadir tidak untuk
oleh Ibu Tita, Eliza yang memiliki hati yang
menyetarakan kedudukan dengan laki-laki,
lembut bisa tersentuh oleh cerita palsu yang
namun wanita hadir untuk mencari keadilan
dibuat oleh Firdaus dan keluarganya. Eliza
yang belum didapatkan.
bukan hanya menjadi korban kekerasan Firdaus tetapi juga menjadi korban kelicikan dari kolonel dan Ibu Tita, itu terbukti dapat dibuktikan dalam kutipan (Lampiran 03 no.5)
a) Perempuan dan laki-laki mempunyai arti
yang
sama
besar
dalam
kehidupan manusia.
berikut : “ Eliza : Ibu, apakah kau…….. 17
b) Perempuan mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
kutipan di dalam naskah “Pelacur” karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto
Meski perempuan dianggap sebagai
Sudarto
Bachtiar
yang
mencerminkan
mahluk yang lemah dan tidak lebih baik dari
feminisme kekuasaan akan diuraikan sebagai
laki-laki, perempuan juga berhak untuk
berikut:
menentukan nasip mereka sendiri, karena perempuan mempunyai hak untuk menuntut keadilan. Adapun beberapa kutipan di dalam naskah “Pelacur” karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar
Selain memiliki hati yang bersih, Eliza juga memiliki hati yang lembut sehingga mudah tersentuh oleh cerita colonel yang palsu, itu terbukti dalam kutipan (Lampiran 03 no.7) berikut:
yang mencerminkan feminisme kekuasaan “ Kolonel
akan diuraikan sebagai berikut:
: Atas desakannya maka saya
datang kemari Dengan keinginan dan tekad kuat dari Eliza untuk membela orang yang tidak
Eliza
bersalah dan tetap ingin berkata jujur, Seperti
menanti anda ? dan anda akan berkata
dalam kutipan (Lampiran 03 no.2) dibawah
kepadanya,
ini:
menandatangani ? Alangkah bencinya dia
“ Eliza
: Aku tak sudi
kepengadilan, aku tak suka terlibat perkara”.
Ya
Tuhan,
bahwa
dia
saya
sedang
menolak
kepada saya nanti, tapi gelandangan itu tidak memperkosa saya”. (Pelacur. Hal. 21) d) Perempuan berhak mengungkapkan
(Pelacur. Hal. 12) c)
:
Pengalaman-pengalaman perempuan
kebenaran
tentang
mempunyai makna bukan sekedar
pengalaman mereka.
pengalaman-
Perempuan berhak mengungkapkan
omong kosong Setiap orang mempunyai makna
kebenaran tentang pengalaman-pengalaman
dalam setiap kehidupannya, perempuan juga
mereka, karena dari engalaman perempuan
memiliki
untuk
belajar untuk tidak menjadi korban kedua
pengalaman-pengalaman
kalinya. Adapun beberapa kutipan di dalam
mereka sebagai bukti bahwa mereka tidak
naskah “Pelacur” karya Jean Paul Sartre yang
bersalah, perempuan memiliki hak untuk
disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar yang
hak
menceeritakan
menuntut
yang
kesetaraan.
sama
Adapun
beberapa 18
mencerminkan feminisme kekuasaan akan
mencerminkan feminisme kekuasaan akan
diuraikan sebagai berikut:
diuraikan sebagai berikut:
Eliza Mariam, tokoh utama dalam naskah
Eliza memiliki hati yang bersih dan
“Pelacur” karya Jean Paul Sartre yang
lemah lembut (keibuan), ketika ditipu oleh
disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar menjadi
ibu Tita dan colonel Eliza tetap saja
Korban dari keegoisan Firdaus, namun Eliza
mengingat bahwa yangdilakukannya salah
berusaha untuk melawan untuk mencari
atau benar, itu dapat dibuktikan dalam
keadilan, seperti dalam kutipan (Lampiran 03
kutipan (Lampiran 03 no.7) berikut :
no.1) berikut :
“Kolonel
“Eliza (kaget) : Apa kau menyadari, berapa yang telah kau berikan ? MENGEJEK
: Atas desakannya maka saya
datang kemari. Eliza : Ya Tuhan, dia sedang menanti anda
Firdaus
: Ya.
? Dan anda akan berkata kepadanya, bahwa
Eliza
: Ambil kembali. Cepat, ambil
saya menolak menandatangani ? Alangkah
kembali ! (Firdaus menolak dengan gerakan)
bencinya
Sepuluh ribu perak ! Sepuluh ribu perak ! Ya,
gelandangan itu tidak memperkosa saya”
carilah perempuan-perempuan muda seperti
(Pelacur. Hal. 21)
aku untuk sepuluh ribu perak! Sudahkah kau lihat pahaku ? “ (Pelacur. Hal. 09) e)
banyak segala sesuatu yang tidak punya
keperempua
karna
(keibuan)
Itulah
kepada
saya
beberapa
nanti,
alasan
tapi
dalam
kutipan yang membuat kutipan-kutipan di
Perempuan layak menerima lebih
mereka
dia
sikap mereka,
seperti rasa hormat dari orang lain, rasa hormat terhadap diri sendiri,
atas termasuk dalam pendekatan feminisme kekuasaan, karena keberanian seorang wanita membela keadilan, agar tidak ditindas dan ditipu lagi oleh laki-laki ataupun pejabatpejabat kantor yang memperlakukan orang yang tidak bersalah secara tidak manusiawi.
pendidikan keselamatan, kesehatan dan keuangan. Adapun beberapa kutipan di dalam naskah “Pelacur” karya Jean Paul Sartre yang
4.2 Relevansi Kekuasaan
Pendekatan dengan
Feminisme Pembelajaran
Sastra di SMA Karya sastra merupakan refleksi
disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar yang manusia
terhadap
lingkungannya
yang 19
mempunyai masalah
relevansi
yang
dengan
menyangkut
masalahfenomena-
dikaitkan
dengan
menganalisis
teks
materi naskah
tentang film/drama,
fenomena manusia. Pembelajaran tentang
menganaliss bahasa yang terkandung dalam
sastra
untuk
teks film/drama dan menyunting ejaan dan
mengajarkan pada para siswa. Hal ini
tanda baca dalam teks film/drama. Siswa
bertujuan agar para siswa dapat memahami
dapat menganalisis naskah “Pelacur” karya
lebih jauh tentang karya sastra. Selain
Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto
pembelajaran sastra di sekolah juga bertujuan
Sudarto Bachtiar sesuai dengan materi yang
untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap
tedapat dalam silabus Kurikulum 2013.
karya sastra. Melalui pembelajaran sastra
Naskah ini tidak sulit di analisis oleh
siswa dapat memperoleh pemahaman untuk
siswa/siswi
menghargai manusia dan memahami nilai-
digunakan menggunakan bahasa yang ringan
nilai kemanusiaan. Mengingat bahwa karya
dan tidak berbelit-belit, sehingga
sastra
dengan
dirasakan
banyak
sangat
perlu
mengandung
unsur-unsur
Penelitian ini, akan mengaitkan Pendekatan Feminisme Kekuasaan dengan pembelajaran
sastra
untuk
karena
siswa/siswi
bahasa
yang
akan
menemukan
feminitas kekuasaan dalam “Pelacur” karya
sosial manusia dan kemanusiaan.
proses
SMA
di
Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar.
Sekolah
Bentuk Feminisme kekuasaan dalam
Menengah Atas (SMA) yang sesuai dengan
naskah “Pelacur” karya Jean Paul Sartre
kurikulm 2013. Hal tersebut akan dikaitkan
yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar ini
dengan
pembelajaran sastra di Sekolah
adalah, seorang tokoh utama Eliza Mariam
Menengah Atas (SMA). Keterkaitan tersebut
yang ingin berusaha mencari keadilan atas
terdapat pada silabus
SMA di kelas XI
dirinya dan orang-orang yang tidak bersalah,
semester 2 dan kompetensi dasar 3.3 tentang
Eliza sebagai seorang pelacur hanya bisa
menganlisis teks film/drama baik melalui
mengandalkan kejujurannya untuk melawan,
lisan maupun tulisan dan menggunakan
namun Eliza dianggap sebagai wanita yang
media naskah sebagai
lemah dan tidak pantas untuk berkata jujur
konflik gender dan
pandangan pembaca tentang perempuan. Sehubungan dengan hal di atas, dalam pembelajaran sastra di sekolah yang
karena dia seorang pelacur yang menjual tubuhnya demi uang, namun pelacur bukan hanya wanita yang menjual tubuhnya tetapi wanita/laki-laki yang menjual harga dirinya 20
itu juga dikatakan sebagai pelacur. Ituah gambaran
feminisme
kekuasaan
dalam
naskah “Pelacur” karya Jean Paul Sartre
6. Peserta didik diharapkan mempunyai keinginan yang kuat dalam menggapai cita-cita.
yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar. Dengan
mengetahui
Materi pembelajaran sastra juga
tentang
feminisme kekuasaan dari beberapa tokoh dalam naskah “Pelacur” karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar ini, diharapkan peserta didik dapat mengambil pelajaran untuk diamplikasikan
selalu
jujur
silabus. Berkaitan dengan hal tersebut, naskah “Pelacur” karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar ini merupakan salah satu materi atau bahan ajar
Menengah
1. Peserta didik mampu mengembangkan seperti
atau Kompetensi Dasar (KD) dalam bentuk
mengenai sastra yang diajarkan di Sekolah
dalam kehidupan sehari-hari, seperti :
karakter
tertuang dalam Standar Kompetensi (SK)
Atas
(SMA).
Dapat
dilihat
berdasarkan silabus bahasa Indonesia tingkat
dalam
Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam
berbagai hal, karena kejujuran adalah
silabus SMA di kelas XI semester 2 pada
kebaikan yang dianjurkan oleh Allah
kompetensi dasar 3.3 tentang menganlisis
SWT.
teks film/drama baik melalui lisan maupun
2. Peserta didik mamapu menyerap nilai-
tulisan dan menggunakan media naskah
nilai yang terkandung dalam pendekatan
sebagai
feminisme kekuasan. Nilai Agama, nilai
pembaca
sosial dan nilai moral.
E. PENUTUP
3. Peserta keputusan
didikmampu yang
tegas
mengambil dalam
setiap
didik
membedakan
diharapkan
antara
laki-laki
tidak
telah dilakukan dalam naskah “Pelacur”
dan
karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto
didik
diharapkan
tidak
memandang rendah apa yang menjadi pekerjaan orang lain.
perempuan.
Berdasarkan hasil penelitian yang
perempuan. 5. Peserta
tentang
5.1 Simpulan
masalah yang ada. 4. Peserta
konflik gender dan pandangan
Sudarto
Bachtiar,
dapat
diambil
simpulan, yaitu; 1. Feminisme kekuasaan yang terjadi dalam naskah “Pelacur” karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar 21
dikelompokkan
menjadi
bentuk,
pengalaman mereka. e) Perempuan layak
yaitu: a.) Feminisme Korban dalam
menerima lebih banyak segala sesuatu
naskah “Pelacur” karya Jean Paul Sartre
yang tidak mereka punya karna sikap
yang disadur oleh Toto Sudarto Bachtiar,
keperempua (keibuan) mereka, seperti
dalam hal ini pengarang menyampaikan
rasa hormat dari orang lain, rasa hormat
bahwa perempuan atau tokoh utama
terhadap
(Eliza) menjadi korban oleh kaum laki-
keselamatan, kesehatan dan keuangan.
laki (Firdaus dan Keluarga) baik itu
Namun hanya satu prinsip yang tidak
korban
fisik,
menemukan data dalam naskah “Pelacur”
maupun korban perasaan . b.) Feminisme
karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh
Kekuasaan dalam naskah “Pelacur” karya
Toto Sudarto Bachtiar selain itu data yang
Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto
ditemukan sudah sesuai dengan prinsi-
Sudarto
prinsip feminisme kekuasaan.
kekerasan
dua
mental
Bachtiar,
disini
dan
pengarang
diri
sendiri,
pendidikan
memunculkan ide agar Eliza berusaha
2. Relevansi hasil penelitian Feminisme
melawan penghinaan atas dirinya yang
kekuasaan yang terjadi pada perempuan
dilakukan oleh Firdaus dengan cara
dalam naskah “Pelacur” karya Jean Paul
berkata jujur dan disini pengarang juga
Sartre yang disadur oleh Toto Sudarto
memunculkan bahwa perasaan wanita
Bachtiar dengan pembelajaran bahasa dan
jauh lebih lembut dari laki-laki, karena
sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA)
semua manusia terlahir dari rahim seorang
yaitu naskah bisa dijadikan sebagai media
ibu. Itu dibuktikan pada prinsip-prinsip
pembelajaran
didalam
feminisme kekuasaan prinsip pendekatan
menganalisis
unsure
feminisme kekuasaan, a) Perempuan dan
intrinsik. Keterkaitan tersebut terdapat
laki-laki mempunyai arti yang sama besar
pada silabus Kurikulum 2013 SMA di
dalam kehidupan manusia. b) Perempuan
kelas XI semester 2 dan kompetensi dasar
mempunyai nasibnya pengalaman
kelas
untuk
ekstrinsik
dan
hak
untuk
menentukan
3.3 tentang menganlisis teks film/drama
sendiri.
c)
Pengalaman-
baik melalui lisan maupun tulisan dan
perempuan
mempunyai
menggunakan
media
naskah
sebagai
makna bukan sekedar omong kosong. d)
konflik gender dan pandangan pembaca
Perempuan
tentang perempuan.
kebenaran
berhak tentang
mengungkapkan pengalaman-
22
karya Jean Paul Sartre yang disadur oleh
5.2 Saran Berdasarkan simpulan yang sudah diuraikan, ada beberapa saran yang diajukan dalam penelitian ini, diantaranya:
Toto Sudarto Bachtiar dan naskah-naskah yang ada di Indonesia
dapat dijadikan
sebagai media pembelajaran di sekolah. Oleh karna itu, diharapkan pendidik dapat
1. Diharapkan
mahasiswa
khususnya
program studi Bahasa, Sastra Indonesia dan
Daerah
untuk
lebih
banyak
memanfatkan karya sastra ini sebagai media pembelajaran di sekolah. 3. Pembaca
karya
sastra
sebaiknya
mempelajari tentang sastra, karena begitu
mengambil nilai-niai positif dalam karya
banyak karya sastra masih ada yang belum
sastra yang dibacanya dalam kehidupan
tersentuh untuk diteliti lebih mendalam,
dimasyarakat. Naskah “Pelacur” karya
sebagai acuan tambahan pembelajaran
Jean Paul Sartre yang disadur oleh Toto
tentang sastra indonesia.
Sudarto Bachtiar merupakan naskah yang
2. Diharapkan
guru
memaksimalkan
hendaknya
dapat
mengandung nilai-nilai positif dan tidak
penggunaan
bahan
ada salahnya untuk membaca naskah
pembelajaran sastra. Naskah “Pelacur”
tersebut.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto dan Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta Fanadian. 2002. Feminitas dalam Novel Wanita di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi dan Relevansinya dengan Kehidupan Sosial Wanita Sasak. http : //id.m.www.jendela sastra.com//08juni2016, 19 : 52 WIB http. www. Kompasina. Pilot Perempuan.cm // 21 maret 2016 http: //banknaskah-fs. blogspot. co.id/2013/01/ struktur-lahir-sebuah-naskah-drama// 08Juni2016, 19 : 52 WIB https: //wikepidia.org//08juni2016, 19 : 52 WIB
Moleong, Lexy J. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nirmala (2016) dengan Judul “Prilaku Feminisme dalam Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini dan Hubungannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA Poerwadarmita. 1953. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi ke-3. PT. Balai Pustaka
Ratna, nyoman kutha. 2012. Teori, Metode Dan Teknik Penlitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra, psikologis. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
2010. Metode Penelitian Sastra “ Analisis Struktur Puisi”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sofia, Adib. 2009. Aplikasi Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: Citra Pustaka. Sugihastuti dan Suharto. 2010. Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013. Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. www.e-jurnal. com//08Juni2016, 19 : 52 WIB
24