MODUL PERKULIAHAN
Perencanaan Sumber Dayya Production & Material Management
Fakultas
Program Studi
TatapMuka
Kode MK
DisusunOleh
Program Pascasarjana
Magister Teknik Industri
06 6
B11536BA (M-203)
ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
Abstract
Kompetensi
Production Overview, Fitter Snacker’s Manufacturing Process, FS’s Production Problems, The Production Planning Process, The SAP ERP Approach to Production Planning, Sales Forecasting, Sales and Operations Planning, Demand Management, Materials Requirements Planning, MRP in SAP ERP, Detailed Scheduling, Providing Production Data to Accounting.
After completing this chapter, you will be able to: 1. Describe the steps in the production planning process of a high-volume manufacturer such as Fitter Snacker 2. Describe Fitter Snacker’s production and materials management problems 3. Describe how production planning data in an ERP system can be efficiency
Production Overview Sebagai ilustrasi, sama dengan modul sebelumnya yaitu digunakan perusahaan Fitter Snacker. Untuk memenuhi permintaan pelanggan secara efisien, Fitter Snacker harus melakukan beberapa hal, yaitu: a. Mengembangkan peramalan (forecast) terhadap permintaan pelanggan. b. Mengembangkan jadwal produksi untuk memenuhi permintaan yang diramalkan.
Sistem ERP merupakan alat yang baik untuk mengembangkan dan melaksanakan rencana produksi. Tujuan perencanaan produksi adalah untuk menjadwalkan produksi secara ekonomis.
Tiga pendekatan umum dalam melaksanakan produksi adalah: a.
Make-to-stock items: membuat sebagai persediaan (the “stock”) untuk mengantisipasi pesanan penjualan.
b.
Make-to-order items: memproduksi untuk memenuhi pesanan yang spesifik.
b.
Assemble-to-order items: memproduksi menggunakan kombinasi keduanya MTO dan MTS.
Fitter Snacker’s Manufacturing Process Dalam melaksanakan proses produksinya, perusahaan Fitter Snacker sendiri menggunakan tipe make to stock.
Gambar 4-1 Fitter Snacker’s manufacturing process
2014
2
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Dalam satu line produksi dihasilkan 200 snack bar per menit, atau 12.000 bar per jam. Setiap bar mempunyai berat sekitar empat ons. Sehingga berat produk mencapai 48.000 ons/jam atau 3000 pon/jam. Satu hari terdiri dari 1 shift kerja. Urutan (sequence) produksi FS bahwa kapasitas adalah jumlah snack bar yang dapat diproduksi.
Fitter Snacker’s Production Problem Dalam melaksanakan produksinya, Fitter Snacker menghadapi permasalahan dalam memutuskan berapa banyak snack bar yang akan dibuat dan kapan harus membuatnya.
Permasalahan ini dikarenakan adanya kendala dalam komunikasi, yaitu: 1. Departemen
pemasaran dan penjualan tidak berbagi informasi dengan departemen
produksi. Sehingga departemen produksi mengalami kesulitan dalam menghadapi peningkatan permintaan yang mendadak. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya shortages atau stockout. 2. Permasalahan dalam persediaan, terjadi karena manager produksi tidak memiliki metode yang sistematis untuk : a. Mengadakan pertemuan
(rapat
koordinasi)
dalam mengantisipasi permintaan
penjualan. b. Menyesuaikan produksi dengan penjualan actual. 3. Permasalahan pada departemen akuntansi dan pembeliaan, terjadi dalam penentuan biaya-biaya standar yaitu biaya normal untuk memproduksi suatu produk. Bagian ini harus secara periodik membandingkan biaya-biaya standard dengan biaya-biaya aktual dan kemudian melakukan penyesuaian dengan rekening yang dimiliki untuk mengatasi perbedaan.
The Production Planning Process Tiga perinsip penting untuk melaksanakan perencanaan produksi: a. Melakukan perencanaan produksi berdasarkan peramalan (forecast) penjualan dan tingkat persediaan untuk membuat rencana produksi agregat untuk semua produk. b. Memecah rencana agregat menjadi rencana produksi yang lebih spesifik sebagai item produk dan interval waktu yang lebih kecil. c. Menggunakan rencana produksi untuk menentukan kebutuhan bahan baku.
2014
3
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
The SAP ERP Approach to Production Planning Pendekatan SAP ERP dalam melaksanakan perencanaan produksi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4-2 Proses perencanaan produksi
Sales Forecasting Sistem SAP ERP menggunakan pendekatan terintegrasi, dimana: a. Setiap kali penjualan diinput dalam modul Penjualan dan Distribusi, kuantitas penjualan dicatat sebagai nilai konsumsi untuk bahan tersebut. b. Teknik peramalan sederhana. Menggunakan data penjualan periode sebelumnya dan kemudian menyesuaikan data tersebut dengan kondisi saat ini. c. Peramalan untuk Fitter Snacker Menggunakan data penjualan tahun sebelumnya serta mengkombinasikannya dengan inisiatif bagian pemasaran untuk meningkatkan penjualan.
2014
4
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Contoh peramalan adalah:
Gambar 4-3 Fitter Snacker’s sales forecast for January through June
Sales and Operations Planning Perencanaan Penjualan dan Operasi (SOP), meliputi: a. Input : peramalan penjualan yang disediakan oleh bagian pemasaran b. Output : rencana produksi dirancang untuk menyeimbangkan permintaan pasar dengan kapasitas produksi.
Rencana produksi merupakan input untuk langkah selanjutnya, yaitu manajemen permintaan.
Gambar 4-5 Fitter Snacker’s sales and operations plan for January through June
Dalam SAP ERP, peramalan penjualan dapat ditentukan dengan menggunakan: a. Data historis penjualan berdasarkan modul Penjualan dan Distribusi (SD) b. Input dari rencana yang dikembangkan dalam modul Pengendalian (CO)
Modul CO dapat digunakan untuk: a. Menentukan tujuan keuntungan perusahaan. b. Menentukan tingkat penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. 2014
5
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Perencanaan kapasitas kasar (Rough-cut capacity planning) secara umum dalam manufaktur digunakan untuk memvalidasi perencanaan agregat yang kemudian akan dilakukan disagregasi untuk menghasilkan jadwal produksi rinci.
Setelah sistem SAP ERP menghasilkan ramalan, perencana dapat melihat hasil secara grafis.
Perencanaan kapasitas kasar menggunakan teknik estimasi kapasitas yang sederhana dan feasible untuk merencanakan produksi.
Gambar 4-6 Sales and operations planning screen in SAP ERP
2014
6
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 4-7 Historical sales figures in SAP
Historis penjualan yang terlihat pada layar memungkinkan perencana untuk memperbaiki nilai penjualan. Tidak memperhitungkan faktor-faktor eksternal, seperti cuaca yang tidak biasa. Angka penjualan peramalan merupakan estimasi terbaik dari permintaan
Gambar 4-8 Forecasting model options in SAP ERP
2014
7
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 4-9 Forecasting results presented graphically in SAP ERP
Gambar 4.10 Sales and operation plan with rough-cut capacity calculation in SAP ERP
2014
8
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Disagregasi penjualan dan rencana operasi Perusahaan biasanya mengembangkan penjualan dan rencana operasi untuk kelompok (family)produk. Sistem SAP ERP memungkinkan sejumlah produk yang akan ditugaskan dalam kelompok produk.
Penjualan dan rencana operasi yang didisagregasikan merupakan rencana produksi dalam bentuk kelompok (family) produk yang akan dipecah menjadi individu (item) produk.
Gambar 4-11 Product group structure in SAP ERP
Gambar 4-12 Stock/Requirements List for NRG-A bars after disaggregation
2014
9
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Demand Management Manajemen permintaan mengatur hubungan antara proses penjualan dan perencanaan proses operasi dengan penjadwalan rinci dan proses MRP.
Output dari perencanaan produksi adalah jadwal induk produksi (MPS) yang merupakan rencana produksi untuk semua barang jadi.
Untuk Fitter Snacker, MPS merupakan input untuk penjadwalan rinci, yang menentukan snack bar mana yang akan diproduksi dan kapan harus diproduksi.
Gambar 4-14 Fitter Snacker’s production plan for January: The first five weeks of production are followed by a day-by-day disaggregation of week 1
Material Requirement Planning Material requirement planning bertujuan untuk menentukan kuantitas yang dibutuhkan dan waktu produksi atau pembelian subassemblies dan bahan baku yang dibutuhkan untuk mendukung MPS.
Salah satu input untuk menentukan MRP adalah Bill of material (BOM), yang merupakan daftar bahan (termasuk jumlah) yang dibutuhkan untuk membuat suatu produk
2014
10
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 4-15 Fitter’s factory calendar for August
Gambar 4-16 The bill of material (BOM) for Fitter Snacker’s NRG bars
2014
11
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Lead times and lot sizing a. Lead time merupakan waktu kumulatif yang dibutuhkan bagi pemasok untuk menerima dan memproses pesanan, mengambil bahan dari persediaan, mengemas, menyimpan dalam truk, dan mengirimkannya ke konsumen manufaktur. b. Lot sizing adalah proses menentukan jumlah produksi dan jumlah pesanan.
Catatan MRP merupakan cara standar untuk melihat proses MRP di atas kertas.
Gambar 4-17 The MRP record for oats in NRG bars, weeks 1 through 5
Materials Requirements Planning in SAP ERP Tabel MRP menunjukkan hasil perhitungan MRP. Proses MRP menghasilkan POrel (Plan Order Release) atau rencana produksi yang akan dikeluarkan (release) untuk memenuhi kebutuhan material.
Daftar Persediaan / Kebutuhan menunjukkan: a. Daftar rencana pesanan yang akan dikeluarkan ke bagian produksi (POrel). b. Daftar permintaan pembelian (PurRqs). c. Daftar pembelian permintaan (POitem)
Perencana dapat mengkonversi pesanan yang direncanakan untuk pembelian material dari daftar persediaan/kebutuhan dengan mengklik dua kali baris perintah yang direncanakan
2014
12
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 4-18 The MRP list in SAP ERP
Gambar 4-19 The Stock/Requirements List in SAP ERP 2014
13
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 4-20 Conversion of a planned order to a requisition
Sistem informasi terintegrasi memungkinkan bagian pembelian untuk membuat keputusan terbaik berdasarkan vendor yang relevan serta mengup-date informasi. Setelah bagian pembelian memutuskan vendor mana yang akan digunakan maka pesanan pembelian dikirim ke vendor tersebut.
Sistem dapat dikonfigurasi dalam bentuk fax pesanan ke vendor, mengirimkan secara elektronik melalui EDI (electronic data interchange), atau mengirimkannya melalui Internet.
Gambar 4-21 Source Overview screen for supplier selection
2014
14
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Detailed Scheduling Rencana produksi mengenai apa yang akan diproduksi harus ditentukan dengan rinci, mengingat kapasitas mesin dan tenaga kerja yang tersedia.
Keputusan penting dalam penjadwalan produksi rinci adalah: a. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan produksi untuk setiap produk. b. Panjang proses produksi membutuhkan keseimbangan antara biaya setup dan biaya penyimpanan untuk meminimalkan biaya total perusahaan Fitter Snacker merupakan perusahaan dengan tipe repetitive manufacturing. Lingkungan Repetitive manufacturing biasanya menggunakan jalur produksi yang dapat diubah dari satu produk ke produk lain yang sejenis. Production lines dijadwalkan berdasarkan periode waktu bukan jumlah item.
Gambar 4-22 Repetitive manufacturing planning table in SAP ERP
2014
15
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Dalam menjalankan produksi harus diputuskan dengan mengevaluasi biaya setup peralatan dan biaya penyimpanan.
Sistem informasi terintegrasi menyederhanakan anaisis tersebut.
Secara otomatis
mengumpulkan informasi akuntansi yang memungkinkan manajer untuk mengevaluasi jadwal dengan baik trade-off dalam hal biaya-biaya untuk perusahaan.
Summary Sistem ERP dapat meningkatkan efisiensi proses produksi dan pembelian. a. Efisiensi dimulai dengan bagian pemasaran menshare peramalan penjualan. b. Rencana produksi ditentukan berdasarkan peramalan penjualan dan dishare dengan bagian pembelian agar bahan baku dapat dipesan dengan tepat.
Perusahaan dapat menentukan perencanaan produksi tanpa system ERP, namun sistem ERP lah yang dapat meningkatkan efisiensi. a. Sistem ERP terdiri dari perencanaan kebutuhan material yang memungkinkan bagian produksi terhubung ke bagian pembelian dan akuntansi. b. Penggunaan data secara bersama dapat meningkatkan efisiensi perusahaan.
Daftar Pustaka Monk Ellen F. &
Wagner Bret J. Wagner. (2009). Concepts in Enterprise Resource
Planning, Third Edition. Course Technology Cengage Learning
2014
16
ERP ZulfaFitriIkatrinasari, MT., Dr. Euis Nina S. Y., ST, MT
PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id