JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1056 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1056 – 1068 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH DI YOGYAKARTA Wahyu Hardianto, Ario Bimo Hanintyo, Himawan Indarto*), Ilham Nurhuda*) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. 50239, Telp.: (024)7474770, Fax.: (024)7460060 ABSTRAK Bangunan Gedung Perkuliahan ini direncanakan dibangun di Yogyakarta. Struktur gedung didesainmenggunakan sistem Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) berdasarkan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI032847-2002). Analisis beban gempa menggunakan metode spektrum respon berdasarkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012). Pada perencanaan struktur gedung kuliah ini digunakan konsep Desain Kapasitas. Adapun penggunaan konsep ini bertujuan agar apabila terjadi gempa kuat yang menyebabkan terbentuknya sendi plastis pada elemen struktur diharapkan dapat terjadi pada balok. Guna menjamin terjadinya sendi plastis pada balok tersebut, maka kolom harus didesain lebih kuat dari balok (Strong Column Weak Beam).Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukan bahwa elemen struktur Gedung perkuliahan ini aman secara analisis.
kata kunci : Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), Desain Kapasitas,Respon Spektrum, SNI 03-1726-2012. ABSTRACT Auniversity building is planned to be built inYogyakarta. The structure of the building is designed to comply with the Indonesian Concrete Code (SNI 03-2847-2002)for Special Moment Resisting Frame System (SMRFS). Dynamic analysis of the structure is based on spectrum method regulated inIndonesian Seismic Code(SNI 03-1726-2012). The structure of this building is designed to followthe Strong Coloumn Weak Beam concept. With this concept, plastic hings are designed to form on beam ends when the structure is hit by earthquake.Thestructural analysis conducted in this project shows that the structure is strong enough to resist earthquake loading. keywords: Spesial Moment Resisting Frame System (SMRFS), Capacity Design, Spectrum Respons, SNI 03-1726-2012.
*)
Penulis Penanggung Jawab
1056
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1057
PENDAHULUAN Semakin tinggi suatu bangunan, maka beban akibat gaya lateral yang terjadi akan semakin besar, oleh karena itu, kekakuan dan kekuatan struktur sangat menentukan dalam menahan dan menampung beban yang bekerja pada struktur tersebut.Derajat kekakuan struktur sangat bergantung pada karakteristik sistem struktur yang dipilih dan efisiensi dari suatu sistem struktur yang direncanakan akan sangat bergantung pada jenis bahan yang akan digunakan. Sistem struktur yang dipilih harus menghasilkan kekakuan maksimum dengan massa bangunan yang seminimal mungkin. Gempa menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan struktur gedung bertingkat. Perencanaan gedung dengan menggunakan metode perencanaan kapasitas (design capacity) dengan sistem SRPMK (Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus). TINJAUAN PUSTAKA Standar struktur yang digunakan dalam perencanaan gedung perkuliahan ini, antara lain: 1. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012) 2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) 3. Peraturan Pemebebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG) tahun 1983. METODOLOGI Garis besar langkah-langkah perencananaan struktur gedung disajikan dalam bentuk flowchart pada Gambar 1.
Gambar 1. Flow Chart Perencanaan Struktur Gedung Kuliah 1057
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1058
ANALISIS STRUKTUR Pemodelan Struktur Secara 3D Perencanaan struktur gedung menggunakan beton bertulang dengan mutu beton f'c = 25 MPa dan mutu baja fy = 400 MPa untuk Tulangan Ulir dan fy = 240 Mpa untuk tulangan polos. Pemodelan gedung perkuliahan 5 lantai secara 3D ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Permodelan struktur 3 dimensi Kombinasi Pembebanan Beban yang diperhitungkan dalam perencanaan gedung perkuliahan ini adalah sebagai berikut. - Beban mati (D) - Beban hidup (L) - Beban gempa (E) Kombinasi pembebanan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. 1,4 D 2. 1,2 D + 1,6 L 3. 1,2 D + 0,5 L ± Earah-x 4. 1,2 D + 0,5 L ± Earah-y Analisis Struktur Terhadap Beban Gempa Analisis struktur gedung tahan gempa, ditentukan berdasarkan konfigurasi struktur dan fungsi bangunan yang dikaitkan dengan tanah dasar dan peta zonasi gempa sesuai dengan SNI 03-1726-2012 untuk Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.Data perencanaan gempa bangunan gedung yang ditinjau adalah sebagai berikut : - Lokasi bangunan : Yogyakarta - Faktor keutamaan (Ie) : 1,5 - Kategori risiko : IV - Koef. respons (R) : 8(SRPMK) 1058
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1059
Langkah perencanaan beban gempa dengan metode dinamik respon spektrum adalah sebagai berikut: 1. Menetukan nilai Ss dan S1 2. Menentukan kelas situs 3. Menentukan nilai Sms dan Sm1 Sms = Fa x Ss Sm1 = Fv x S1 4. Menentukan nilai SDS dan SD1 S DS
2 S MS 3
S D1
2 S M1 3
5. Menentukan Periode, T T0 0,2
TS
S D1 S DS
S D1 S DS
6. Menentukan spektrum respon desain, Sa - untuk T < To: T S a S DS 0,4 0,6 T 0
- untuk T < To< Ts: Sa SDS
- untuk T > Ts: Sa
S D1 T
Berdasarkan tahapan perhitungan diatas, didapatkan nilai spectrum respon percepatan desain (Sa) pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Spektrum Respons Percepatan Disain, Sa Keterangan T To TS+0 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2 TS+0.2
T (detik) 0 0.11 0.55 0.75 0.95 1.15 1.35 1.55 1.75 1.95 2.15 2.35 2.55 2.75 2.95 3.15 3.35 3.55 3.75 3.95
Sa = 0.483/T 0.351 0.878 0.878 0.644 0.508 0.420 0.358 0.312 0.276 0.248 0.225 0.206 0.189 0.176 0.164 0.153 0.144 0.136 0.129 0.122
1059
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1060
Dari hasil perhitungan Spektrum Respons Percepatan Desain, ditampilkan dalam grafik spectrum respons percepatan desain sebagai berikut.
Gambar 3. Grafik Spektrum Respons a. Analisis Ragam Respons Spektrum Analisis ragam respons spectrum dilakukan dengan menghitung selisih antar periode dari tiap moda ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Selisih perioda pada setiap mode Mode 1 2 3 4 5
Period (T) 0,4033 0,3932 0,3430 0,1750 0,1693
Δ T (%) 2,50 12,76 48,98 3,27 3,37
b. Partisipasi Massa Bangunan Perhitungan respon dinamik struktur harus sedemikian rupa sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respon total harus sekurang-kurangnya 90% dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Partisipasi massa arah-x dan arah-y Mode 1 2 3 4 5
Period 0.72714 0.65833 0.60484 0.22122 0.20411
Jumlah Ux 85.42701183 85.42705177 85.42750257 95.50995797 95.51003557
Jumlah Uy 0.000002260 81.55273479 85.66084273 85.66085542 95.99746783
c. Gaya Geser Dasar Nominal Berdasarkan SNI 03-1726-2012 Pasal 7.9.4.1, nilai gaya geser dasar hasil analisis struktur tidak boleh kurang dari 85% nilai respons ragam yang pertama. Tabel 4. Perbandingan geser dasar statik dan dinamik Vx Vy
0,85 VStatik Ekivalen (Ton) 355,697 106,709
VDinamik(Ton) 220,71 75,55 1060
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1061
d. Simpangan Struktur
Gambar 4. Penentuan Simpangan Antar Lantai Untuk sistem struktur SRPMK, simpangan ijin ditentukan dengan persamaan : a 0,020 hsx
Dimana : ∆a : simpangan lantai ijin hsx : tinggi tingkat di bawah tingkat x Hasil perhitungan simpangan antar lantai dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5. Story Drift Arah-x (Δx) hsx (mm) 3500 3800 3800 3800 4000
δex (mm) 13.58 12.97 10.99 7.73 3.58
Δx (mm) 2.24 7.26 11.95 15.22 13.13
Δa (mm) 70 76 76 76 80
Tabel 6. Story Drift Arah-y (Δy) hsx (mm) 3500 3800 3800 3800 4000
δex (mm) 10.37 9.74 8.17 5.82 2.69
Δx (mm) 2.31 5.76 8.62 11.48 9.86
Δa (mm) 70 76 76 76 80
Perencanaan Balok Induk 1. Syarat Balok SRPMK a. Gaya aksial tekan terfaktor komponen struktur tidak melebihi 0,1Ag f ' c Ag b h 400 700 280000 mm 2
0,1 Ag f ' c 0,1 280000 25 700000 N 700 kN Pu = 0,080 kN < 0,1 x
Ag x f 'c = 840 kN (OK).
1061
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1062
b. Bentang bersih Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali tinggi efektif elemen struktur. Ln = 7200 – 700 = 6500 mm = 6,5 m 4d = 4 x 639 = 2556 mm = 2,56 m Karena Ln = 6,4 m > 4d = 2,56 m (OK) c. b/h rasio Perbandingan lebar terhadap tinggi balok tidak boleh kurang dari 0,3. b 400 0,571 0,3 (OK) h
700
2. Gaya Geser Rencana Geser seismik pada balokdihitung dengan mengamsusikan sendi plastis terbentuk di ujung-ujung balok dengan tegangan tulangan lentur mencapai hingga 1,25 x fy dan Ø = 1. Gaya geser rencana pada balok harus ditentukan dengan persamaan berikut : M pr1 M pr 2 Wu Ln Ve ln 2 Dimana : MPr : Momen lentur mungkin pada dari suatu komponen struktur ln : bentang bersih balok Wu : beban gravitasi : Wu = 1,2D + 1,6L
Gambar 5. Perencanaan Geser Balok SRPMK Syarat spasimaksimum tulangan geser balok SRPMK (SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.2) : - s < d/4 - s < 8 x diameter tulangan longitudinal terkecil - s < 24 x diameter tulangan geser - s < 300 mm. Menurut Vis dan Gideon (1997), dimensi tinggi balok diperkirakan, h = (1/10 – 1/15) L dan perkiraan lebar balok b = (1/2 – 2/3) h. Sehingga direncanakan dimensi balok induk dengan ukuran panjang L = 7200 mm adalah b = 400 mm dan h = 700 mm. Tabel kebutuhan tulangan balok induk dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini. Tabel 7. Kebutuhan tulangan balok induk Tipe Balok Induk B1 B2 B3 B4
Panjang Balok (mm) 9600 7200 3600 2400
Ukuran Balok (mm) 400x700 400x700 400x700 400x700
Tumpuan Atas Bawah 7D22 4D22 5D22 3D22 4D22 3D22 3D22 2D22
Lapangan Atas Bawah 3D22 4D22 3D22 4D22 2D22 3D22 2D22 3D22
1062
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1063
Gambar 6. Detail Penulangan Balok Induk Perencanaan Kolom Kolom yang didesain direncanakan dengan ukuran 600 x 600 mm dan tinggi 3,7 m. 1. Syarat Kolom SRPMK Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Ps. 23.4 balok SRPMK harus memenuhi syarat sebagai berikut : Gaya aksial tekan terfaktor yang bekerja pada kolom melebihi0,1.Ag.f’c Ukuran penampang terkecil kolom tidak kurang dari 300 mm Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran dalamarah tegak lurusnya tidak kurang dari 0,4 Rasio tulangan harus memenuhi 0,01< ρ < 0,06. 2. Kuat Kolom (Strong Column Weak Beam) Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Ps. 23.4.2 kuat lentur kolom harus memenuhi syarat : 6
Mc 5 Mg Dimana : ΣMc : jumlah momen pada pusat hubungan balok-kolom, sehubungan dengan kuat lentur nominal kolom yang merangka pada hubungan balok-kolom tersebut ΣMg : jumlah momen pada pusat hubungan balok-kolom, sehubungan dengan kuat lentur nominal balok-balok yang merangka pada hubungan balok-kolom tersebut. 3. Gaya Geser Kolom Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Ps. 23.4.5(1) gaya geser kolom ditentukan dari persamaan : Vu
M ut M ub n
Dimana : Vu : Gaya geser yang bekerja pada kolom Mut = Mub : Momen terfaktor yang bekerja pada ujung – ujung kolom ln : Jarak bersih antar kolom. 4. Luas Sengkang minimum Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Ps. 23.4.4.1, luas penampang sengkang tertutup persegi tidak boleh kurang daripada salah satu terbesar antara : sh f' c A g Ash 0,3 c 1 f A yh ch 1063
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1064
A sh
0,09sh c f' c f yh
Dimana : hc : dimensi penampang inti kolom diukur dari sumbu ke sumbu tulangan pengekang (mm) Ach : luas penampang komponen struktur dari sisi luar ke sisi luar tulangan transversal (mm2) Spasi maksimum adalah yang terkecil di antara : 1/4 cross section dimensi kolom 6 kali diameter tulangan longitudinal sx menurut persamaan : 350 h x s x 100 3 5. Daerah Sendi Plastis Kolom (lo) Tinggi lo dipilih yang terbesar diantara persamaan berikut : Tinggi elemen struktur di joint 1/6 tinggi bersih kolom 500 mm. 6. Cek Kapasitas Penampang Kolom Perhitungan kapasitas kolom bertujuan untuk mengetahui apakah kolom mampu menahan beban yang terjadi.
Gambar 7. Diagram Interaksi Kolom 7. Cek Kuat Kolom Kuat kolom harus memenuhi persyaratan sebagai berikut. ΣMc 1,2 Mg
Dari diagram interaksi pada gambar 7 : 1. Kolom lantai atas Gaya aksial di kolom atas, Pu= 817,18kN Dari diagram interaksi kolom, Mc= 825kNm 2. Kolom yang didesain Gaya aksial kolom desain, Pu= 1107,64 kN Dari diagram interaksi kolom, Mc= 865kNm
1064
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1065
Maka :
ΣMc 825 865 1690 kNm ΣMc 1690 kNm 1,2Mg 906,96 kNm
(OK) K
Tabel 8. Penulangan Kolom K1 KOLOM KOLOM K1 KOLOM K1
KOLOM
Kolom LAPANGAN K1 LAPANGAN Lapangan
Ground – GROUND LANTAI 5
GROUND
600
600
600
600
TUMPUAN TUMPUAN
Tumpuan
600
LANTAI
600
Kolom LANTAI
600
Lantai
600
Tul. Utama 20D22 20D22 TUL. UTAMATUL. UTAMA 20 D22 20 D22 20 D22 20 D22 Sengkang 2D10-100 D10-150 SENGKANG SENGKANG 2 D10 - 100 2 D10 - 100 D10 - 150 D10 - 150 DIMENSI DIMENSI 600 X 600x600 600 600 X 600 Dimensi
Perencanaan Hubungan Balok Kolom
Gambar 8. Gaya yang terjadi pada HBK Gaya geser yang terjadi pada hubungan balok kolom ditentukan dari persamaan berikut : Ts = 1,25.As.fy Vu = Ts - Ve Kuat geser nominal hubungan balok kolom tidak diambil lebih besar dari persamaan berikut : Untuk HBKyang terkekang 4 sisinya : Vn 1,7 f' c A j Untuk HBKyang terkekang 3 sisinya : Vn 1,25 f' c A j Gaya geser yang terjadi pada HBK : Vu= T1 + T2 – Ve = 1973,34 kN
Vn Maks 1,7 f ' c A j 3060 kN 1065
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1066
Vn
Vu
1973,34 2466,74 kN Vn Maks 0,8
Gambar 9. Detail Penulangan HBK Tengah Perhitungan Pondasi 1. Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal a. Berdasarkan Kekuatan Bahan Tiang Ptiang = σb x Ab dimana : σb : Tegangan tekan beton yang diijinkan Ab : Luas permukaan tiang pancang b. Berdasarkan Hasil Sondir Kapasitas tiang (Qall) berdasarkan hasil uji sondir dihitung menggunakan metode Bagemann sebagai berikut : Q all
q c x A b JHP x O 3 5
dimana : Ab : Luas ujung bawah tiang O : Luas Selimut tiang qc : Tahanan ujung kerucut statis JHP : Jumlah hambatan pelekat 2. Beban ijin Tiang Pancang Effisiensi tiang menurutConverese Labarre : Eff 1
n 1 m m 1 n 90 mn
dimana : n = jumlah baris tiang 1066
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1067
m = jumlah tiang dalam 1 baris θ = arc tgdiameter tiang / jarak tiang Beban ijin dari tiang pancang ditentukan dengan persamaan berikut : Pijin = Eff x Qall 3. Beban Maksimum Tiang Pancang Beban maksimum yang terjadi pada satu tiang pancang ditentukan dari persamaan berikut : PMaks
Pu M x .y M y .x Pijin n y 2 x 2
Data perencanaan pondasi : Kedalaman = - 18 m Jenis pondasi = tiang pancang Diameter tiang = 600 mm Daya dukung 1 tiang pancang = 196,36Ton. Detail penulangan pondasi ditunjukkan sebagai berikut.
Gambar 10. Detail Penulangan Pondasi KESIMPULAN 1. Penentuan tipe struktur pada SNI Gempa 1726-2012 denganperhitungan terlebih dahulu, kemudian dikelompokkan berdasarkan Kategori Desain Seismik (KDS), tipe bangunan termasuk KDS tipe D atau memiliki tingkat resiko kegempaan kuat sehingga struktur diperhitungkan dengan cara Sistem Struktur Pemikul Momen Khusus (SRPMK). 2. Gedung Kuliah didesain berdasarkan konsep strong colomn weak beam dengan tata cara perhitungan Sistem Stuktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), sehingga gedung diharapkan dapat berprilaku menjadi struktur yang daktail dan memiliki simpangan yang besar apabila gedung menerima beban gempa kuat.
1067
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1068
SARAN Dalam merencanakan struktur gedung yang berada di wilayah dengan intensitas gempa yang kuat, sebaiknya menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), karena dengan menggunakan sistem perencanaan ini diharapkan sendi plastis dapat terbentuk di balok, sehingga apabila terjadi gempa yang kuat struktur masih bisa berdiri (tidak terjadi keruntuhan) dan kemungkinan jatuhnya korban jiwa masih bisa dihindari. DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia : Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002. Bandung : BSN. Badan Standardisasi Nasional. 2012. Standar Nasional Indonesia : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, SNI 03-1726-2010. Bandung : BSN. Departemen Pekerjaan Umum. 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung. Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan Gedung. Kusuma, G.H. & Vis, W.C. (1997). Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03 (Seri Beton 1). Jakarta : Erlangga. Christady, Hary. 2008. Teknik Fondasi 2 (Cetakan Ke-4). Yogyakarta : Beta Offset.
1068