PERENCANAAN PROGRAM WISATA PENDIDIKAN LINGKUNGAN BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI PT. PUSRI PALEMBANG
LENNY YUSRINI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia Sekolah Dasar di PT. Pusri Palembang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Lenny Yusrini NRP E352100021
RINGKASAN LENNY YUSRINI. Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia Sekolah di PT. Pusri Palembang. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI MUNTASIB dan DWI HASTUTI. Pendidikan lingkungan bertujuan merubah sikap dan perilaku seseorang terhadap interaksinya dengan lingkungan. Agar sikap dan perilaku positif terhadap lingkungan tertanam dan melekat pada diri seseorang, maka pendidikan lingkungan sebaiknya diberikan sedini mungkin, antara lain dimulai pada anak usia sekolah. Pendidikan lingkungan merupakan suatu proses yang tidak singkat. Dengan menanamkan pendidikan lingkungan sejak usia sekolah diharapkan kesadaran ini akan membentuk perilaku mereka dan terbawa hingga dewasa. Hasil akhirnya diharapkan dapat tercipta generasi yang merupakan agen perubahan (agent of change) yang mampu menjadi motor penggerak dalam menciptakan keseimbangan dengan alam dan lingkungan. Dalam usaha menciptakan generasi muda yang mencintai lingkungan, program pendidikan lingkungan yang akan dibuat sebaiknya memperhatikan kebutuhan dan keinginan peserta (anak usia sekolah) serta bersifat nyata (concrete learning). Penelitian ini bertujuan untuk menyusun perencanaan program wisata pendidikan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan anak usia sekolah, dengan memperhatikan aspek persepsi dan preferensi mereka. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan responden adalah anak usia sekolah dasar yang berada di area ring I PT. Pusri. Jumlah responden adalah 120 orang. Penentuan responden dilakukan dengan teknik pengambilan sampel sengaja (purposive sampling). Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket, wawancara, observasi, dan studi literatur. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Penyusunan perencanaan program wisata dilakukan dengan melakukan sintesis terhadap data persepsi, preferensi, dan daya tarik wisata PT. Pusri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Pusri memiliki daya tarik sebagai destinasi wisata pendidikan lingkungan. Baik persepsi maupun preferensi anak dominan berada pada kategori sedang sehingga program yang disusun berupaya untuk meningkatkannya menjadi baik. Tidak terdapat perbedaan persepsi maupun preferensi terhadap lingkungan yang nyata antara anak laki-laki dan perempuan, dan antara anak kelas 1-3 SD dengan kelas 4-6 SD. Perencanaan program wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri disusun dengan tema utama envi-edu tour (wisata pendidikan lingkungan) yang meliputi kombinasi kegiatan pemutaran film pendek, ceramah di kelas, outing class, dan permainan. Kata kunci: pendidikan lingkungan, perencanaan, program wisata, anak
SUMMARY LENNY YUSRINI. Planning on Environmental Education Tour Programme Based on The Perception and Preferences of School Aged Children at PT. Pusri Palembang. Supervised by E.K.S. HARINI MUNTASIB and DWI HASTUTI. Environmental education is aimed to change someone’s attitude and behavior towards one’s interaction with the environment. Since the education is not a short term period, the education needs to start as early as possible. By applying an early environmental education, it is hoped to create a positive attitude and behavior towards the environment. The final outcome is to create a generation which become agent of change that are able to be the driving force in creating the balance of nature and environment. The education programme needs to be created with the attention to the needs and wants of the participants (in this case; school-aged children) combined with a concrete learning. One of the activities that the children love is a trip or tour. This activities can be combined with the environmental education so that it can become a fun and effective programme. The objective of this research is to develop a planning for an environmental education tour programme based on the needs of the schoolaged children by paying attention to their perception and preferences towards the environment. The research used qualitative descriptive methods. Samples were the elementary school children located in the Ring I of PT. Pusri. Number of samples are 120 children which were purposively chosen using the random sampling method. Data were collected using questionnaire, interviews, observations and desk study. Data was analyzed using the qualitative descriptive method. The development of the tour planning programme then was created by synthetizing the perception, preferences, and the point of interests of PT. Pusri. The result of this research showed that PT. Pusri is potential as the destination of environmental education. There is no significant differences of the perception and preferences towards the environment between the boys and the girls, and between the grade 1-3 children and grade 4-6 children. Both the perception and preferences of the children were dominantly at the level of moderate so the program will be created to increase this level into good. The planning of the environmental education tour program were created by combining the classroom method (films and lecture), field trip, and fun games. This research showed that a factory with its activities can be a destination for an environmental education tour for elementary shool children. Keywords: environmental education, planning, tour programme, child
©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERENCANAAN PROGRAM WISATA PENDIDIKAN LINGKUNGAN BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI PT. PUSRI PALEMBANG
LENNY YUSRINI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS
Judul Tesis
Nama NIM
: Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia Sekolah Dasar di PT. Pusri Palembang : Lenny Yusrini : E352100021
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof Dr E.K.S. Harini Muntasib, MS Ketua
Dr Ir Dwi Hastuti, MSc Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Ricky Avenzora, MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 30 Desember 2013
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 ini ialah perencanaan program wisata, dengan judul Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia Sekolah Dasar di PT. Pusri Palembang. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Prof Dr E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Ibu Dr Ir Dwi Hastuti, MSc selaku pembimbing. 2. Bapak Dr Ir Ricky Avenzora, MSc selaku Ketua Program Studi MEJ. 3. Bapak Dr Ir Burhanuddin Masy’ud selaku penguji luar komisi pada ujian tesis. 4. Manajemen PT. Pusri, dalam hal ini Bagian Hubungan Masyarakat (Humas), Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), dan Yayasan Pendidikan PT. Pusri (Yapensri). 5. Para kepala sekolah, para guru dan adik-adik di sekolah contoh yang telah membantu pengumpulan data. 6. Keluarga tercinta, suami Haryanto, anak-anak Cinta dan Dimas, orang tua Bapak Hatta dan Ibu Erlin, dan kakak serta adik-adik atas dukungannya yang luar biasa, dan segala doa dan kasih sayangnya. 7. Teman-teman MEJ 2010 atas dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014 Lenny Yusrini
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pikir
1 1 2 3 3 3
2 TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan Wisata Pendidikan Lingkungan Perkembangan Anak Persepsi dan Preferensi terhadap Lingkungan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
5 5 7 16 19 21
3 METODE Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Contoh Analisis Data
21 21 22 22 27
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT. Pusri dan Sekitarnya Daya Tarik Wisata PT. Pusri Persepsi Anak Usia SD Preferensi Anak Usia SD Rekomendasi Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan
29 29 31 38 43 44
5 SIMPULAN DAN SARAN
56
DAFTAR PUSTAKA
56
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Kompetensi dasar siswa SD terkait lingkungan Strategi dan metode belajar Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget Perkembangan anak Durasi attention span anak usia SD Daftar sekolah contoh Data primer Data sekunder Komposisi contoh Daya tarik wisata pendidikan lingkungan PT. Pusri Daya tarik wisata pendidikan lingkungan PT. Pusri Perkembangan pabrik PT. Pusri Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang lingkungan Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang PT. Pusri Sebaran contoh menurut afeksi anak terhadap lingkungan Sebaran contoh menurut afeksi anak terhadap PT. Pusri Sebaran contoh menurut konasi anak terhadap lingkungan Persepsi ideal anak tentang kawasan wisata pendidikan lingkungan Sebaran contoh menurut tingkat persepsi anak terhadap lingkungan Sebaran contoh menurut tingkat preferensi anak terhadap lingkungan Misi program wisata pendidikan lingkungan Perencanaan pada pengelolaan dan kawasan Zonasi di kawasan Tujuan program menurut persepsi dan preferensi Indikator keberhasilan program wisata pendidikan lingkungan Program envi-edu tour untuk anak kelas 1-3 dengan daya tarik pupuk dan danau buatan Program envi-edu tour untuk anak kelas 4-6 dengan daya tarik pupuk, instalasi pengolahan limbah dan Sungai Musi Skenario I Skenario II
9 16 17 17 18 22 24 24 31 31 33 34 39 40 40 41 41 42 42 43 44 45 45 46 47 49 50 51 54
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kerangka pikir Pemanfaatan lahan Sebaran daya tarik wisata PT. Pusri Papan interpretasi dan kondisi mini zoo Kondisi mini zoo Danau buatan 1 dan pulau mini Danau buatan 2 Proses pembentukan persepsi terhadap lingkungan Rute perjalanan skenario I Rute perjalanan skenario II
4 30 32 36 36 37 38 39 53 55
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan). Kegiatan wisata dapat menjadi sarana untuk menyampaikan pesan pendidikan lingkungan yang bertujuan untuk merubah aspek kognitif, pengetahuan partisipatif, ketrampilan dan perilaku pembelajar (Bhuiyan, Islam, Siwar, Ismail 2010). Agar sikap dan perilaku positif terhadap lingkungan tertanam dan melekat pada diri seseorang, maka pendidikan lingkungan sebaiknya diberikan sedini mungkin, antara lain dimulai pada anak usia sekolah dasar (SD). Dengan menanamkan pendidikan lingkungan sejak usia SD diharapkan kesadaran ini akan membentuk perilaku mereka dan terbawa hingga dewasa. Hasil akhirnya diharapkan dapat tercipta generasi yang merupakan agen perubahan (agent of change) yang mampu menjadi motor penggerak dalam menciptakan keseimbangan dengan alam dan lingkungan. Minimnya kawasan yang dapat menjadi destinasi wisata pendidikan lingkungan menjadi salah satu kendala bagi sekolah dalam menerapkan pembelajaran praktek tentang pendidikan lingkungan. Kawasan yang dapat menjadi destinasi sebagian besar adalah kawasan yang dikelola secara mandiri (swasta) dengan mengenakan biaya masuk yang cukup tinggi sehingga menjadi beban bagi sekolah-sekolah. Hal ini berimbas kepada kurangnya pembelajaran secara langsung dan interaksi anak dengan alam karena pembelajaran dilakukan sebagian besar di dalam kelas saja. Untuk itu perlu dilakukan upaya mencari alternatif destinasi pendidikan lingkungan yang memiliki sumber daya yang memadai serta tidak membebani sekolah secara keuangan. Salah satu kawasan yang dapat dijadikan destinasi adalah kawasan industri yang ruang lingkupnya berkaitan dengan sumber daya alam. Pemilihan kawasan industri sebagai lokasi kegiatan wisata pendidikan lingkungan salah satunya disebabkan oleh pendidikan lingkungan tidak hanya merupakan tanggung jawab pihak sekolah atau aktivis lingkungan. Semua elemen masyarakat memiliki tanggung jawab moral yang sama dalam meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan ketrampilan tentang nilainilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang ada. Kota Palembang dilalui oleh Sungai Musi yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera (750 kilometer). Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, hubungan antara masyarakat kota Palembang dengan keberadaan sungai ini sangat erat, baik dari sisi sejarah, perekonomian dan budaya. Pada masa sekarang, berbagai pusat kegiatan dibangun di sepanjang Sungai Musi, termasuk di antaranya adalah PT. Pupuk Sriwijaya (PT. Pusri) Palembang. Pada penelitian ini, kawasan industri yang menjadi lokasi penelitian adalah PT Pusri. PT. Pusri merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran pupuk dan merupakan salah satu industri terbesar di kota Palembang. Selama lebih dari 50 tahun keberadaan PT. Pusri di Palembang, beberapa kegiatan yang bersifat sosial telah dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar
misalnya pemberian pelatihan bagi pedagang, pemberian paket sembako menjelang bulan puasa, dan lain-lain. Kegiatan yang bersifat insidental antara lain lomba foto dan menggambar kawasan PT. Pusri. Kegiatan-kegiatan ini diselenggarakan tanpa melibatkan langsung sarana dan prasarana kawasan pabrik. Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sesuai dengan perundang-undangan tersebut maka PT. Pusri memiliki tanggung jawab sosial dalam memperhatikan aspek sosial dan lingkungan di luar perusahaan. Terkait dengan hal tersebut maka dalam kebijakan perusahaannya PT. Pusri menempatkan berbagai isu yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan sebagai bagian dari laporan tahunan dan strategi jangka panjang. Sebagai implementasinya, Code of Conduct PT. Pusri menyebutkan upaya komitmen jangka panjang terhadap masyarakat sekitar sehingga tatanan sosial dan ekonomi masyarakat senantiasa terlindungi dan sedapat mungkin ditingkatkan Dengan melaksanakan kegiatan wisata pendidikan lingkungan secara berkelanjutan di kawasannnya menunjukkan tanggung jawab PT. Pusri terhadap masyarakat di sekitarnya, khususnya dalam pengembangan kapasitas manusia di bidang pendidikan dan pelestarian lingkungan jangka panjang. Selain itu, dengan menjadi destinasi wisata pendidikan lingkungan, PT. Pusri dapat memiliki kesempatan untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa bidang kerja dan aktivitas PT. Pusri sebagai produsen pupuk dan bahan kimia lainnya menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia, khususnya bidang pertanian serta aktivitas tersebut tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat maupun lingkungan. Memahami siapa yang menjadi sasaran pendidikan lingkungan sebelum membuat program sangat penting agar isi materi dapat dipahami sesuai dengan kemampuan peserta yang menjadi sasaran. Penelitian ini berupaya memadukan antara kegiatan wisata dan pendidikan lingkungan yang dikemas dengan memperhatikan kebutuhan peserta dengan lokasi kegiatan merupakan kawasan industri yang berada di sekitar lingkungan peserta. Untuk itu, penelitian terkait dengan pendidikan lingkungan yang dapat diselenggarakan di kawasan PT. Pusri penting dilakukan, agar PT. Pusri dapat menjadi destinasi wisata pendidikan lingkungan yang menarik dan terjangkau bagi sekolah-sekolah, sekaligus berperan aktif dalam membangun generasi pelestari lingkungan dan menunjukkan kepada masyarakat bentuk nyata partisipasi PT. Pusri dalam meningkatkan pembangunan kapasitas masyarakat.
Perumusan Masalah Salah satu kegiatan menyenangkan yang digemari anak-anak adalah jalanjalan atau berwisata. Kegiatan ini dapat digabungkan dengan pendidikan lingkungan sehingga menjadi sebuah program yang menyenangkan sekaligus dapat mencapai sasaran. PT. Pusri sebagai ikon industri kota Palembang memiliki hubungan sosial dan sejarah dengan masyarakat yang sangat erat. Sebagai industri yang bergerak di bidang pupuk dan bahan kimia lainnya, aktivitas PT.
Pusri dengan sendirinya akan berdampak pada bidang sosial, ekonomi dan lingkungan di masyarakat sekitar kawasan industri ini berdiri. Oleh karena itu PT. Pusri memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan masyarakat sekitar baik dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya sebagaimana yang dinyatakan dalam UU 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74. Untuk itu dibutuhkan kegiatan yang tidak hanya bersifat bantuan sosial, tetapi juga yang bersifat berkelanjutan dan melibatkan masyarakat secara aktif. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk masyarakat sekitar adalah menyelenggarakan kegiatan pendidikan lingkungan yang berkelanjutan. Melalui kegiatan tersebut PT. Pusri dapat memberikan citra positif kepada masyarakat Sumatera Selatan pada umumnya. Kegiatan tersebut dapat menjadi salah satu upaya yang dilakukan PT. Pusri dalam memberikan sumbangsih terhadap kesejahteraan masyarakat. PT. Pusri juga dapat berperan dalam menciptakan generasi baru yang sadar akan pelestarian lingkungan. Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah menyusun perencanaan program wisata pendidikan lingkungan yang sesuai dengan persepsi dan preferensi anak usia Sekolah Dasar di PT. Pusri Palembang. Untuk itu, perlu diteliti juga hal-hal sebagai berikut : 1. Apakah yang menjadi daya tarik PT. Pusri sebagai destinasi program wisata pendidikan lingkungan? 2. Bagaimanakah persepsi dan preferensi anak usia SD terhadap lingkungan lingkungan?
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk menyusun perencanaan program wisata pendidikan lingkungan berdasarkan persepsi dan preferensi anak usia Sekolah Dasar di PT. Pusri Palembang. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui daya tarik PT. Pusri sebagai destinasi program wisata pendidikan lingkungan. 2. Mengetahui persepsi dan preferensi anak usia SD terhadap lingkungan. 3. Menyusun perencanaan program wisata pendidikan lingkungan berdasarkan persepsi dan preferensi anak usia SD di PT. Pusri Palembang.
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai inovasi program wisata pendidikan lingkungan yang spesifik lokasi dengan mempertimbangkan potensi daya tarik yang ada dan persepsi dan preferensi anak usia SD. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis berupa : 1. Masukan bagi PT. Pusri sebagai salah satu komponen masyarakat yang memperhatikan pengembangan pendidikan lingkungan dalam merancang program wisata pendidikan lingkungan berkelanjutan.
2. Masukan bagi penyelenggara kegiatan wisata pendidikan bagi anak usia SD, baik di sekolah maupun di luar sekolah serta pihak-pihak lain yang memerlukannya dalam merancang wisata pendidikan lingkungan.
Kerangka Pikir Pembuatan program wisata selalu diawali dengan langkah mendasar yaitu perencanaan. Melalui perencanaan wisata akan tergali informasi terkait dengan aspek penyedia sarana (supply), dalam hal ini adalah PT. Pusri dan aspek permintaan (demand), yaitu sasaran program (anak usia sekolah). Kawasan PT. Pusri seluas 170,31 ha dapat dijadikan destinasi wisata pendidikan lingkungan. Sebagai industri yang bergerak di bidang pupuk dan bahan kimia, akan digali potensi lain yang dimiliki sehingga penyelenggaraan program wisata dapat bervariasi. Pendidikan lingkungan merupakan disiplin ilmu yang berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan melalui beragam kegiatan praktis, mulai dari pemberian informasi hingga pembangunan kapasitas. Fokus dari pendidikan lingkungan adalah mengidentifikasi perilaku yang menyebabkan ancaman terhadap kondisi lingkungan dan untuk kemudian melihat apakah pendidikan saja sudah cukup atau apakah harus disertai dengan strategi tambahan lain (Crohn dan Birnbaum 2010). Dimopoulos, Paraskevospoulos dan Pantis (2008) mengatakan bahwa pendidikan lingkungan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dan membuat struktur sosial baru, baik dengan partisipasi sederhana maupun kompleks terhadap keterlibatan dalam pengelolaan kawasan secara berkelanjutan. Pendidikan lingkungan non formal dapat diberikan seawal mungkin dalam daur hidup manusia, dimulai pada tahap anak-anak usia pra sekolah dan usia SD. Untuk menjawab pertanyaan penelitian ini maka peneliti merumuskan kerangka pemikiran seperti ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pikir
2 TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan Wisata Dalam UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dinyatakan bahwa wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Perjalanan merupakan istilah umum yang dilekatkan pada wisata, sehingga Coltman (1989) mendefinisikan wisata sebagai perjalanan yang melingkar, dimulai dari suatu titik tertentu dan pada akhirnya berakhir di tempat itu juga dengan mengikuti rencana perjalanan (itinerary) tertentu. Wisata merupakan suatu produk yang unik karena terdiri atas komponen yang bersifat nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible). Komponen yang nyata contohnya antara lain adalah makanan yang disajikan di suatu rumah makan, atau perlengkapan kamar di suatu hotel. Sementara komponen yang tidak nyata misalnya adalah kualitas pelayanan dari suatu perusahaan penerbangan, atau pemandangan indah di pegunungan. Manfaat dari komponen tidak nyata tidak secara langsung diperoleh oleh pengguna tetapi baru dapat dirasakan setelah pengguna melakukan kegiatan tersebut. Dengan kata lain, produk wisata merupakan kombinasi dari berbagai komponen yang memberikan pengalaman dan kepuasan total bagi konsumen (Coltman 1989). Hal ini menyebabkan wisata harus dikemas secara menarik agar dapat menarik perhatian calon penggunanya. Upaya untuk mengupayakan kemasan yang menarik dan sesuai dengan keinginan pengguna dilakukan melalui kegiatan perencanaan yang baik. Perencanaan merupakan fungsi pertama dan yang paling mendasar dalam manajemen. Terkait dengan wisata, perencanaan yang baik dapat menjadi pedoman penyelenggaraan kegiatan sekaligus menjadi alat ukur keberhasilan penyelenggaraan kegiatan. Terdapat banyak pendekatan yang dapat digunakan oleh seorang perencana. Pendekatan perencanaan wisata apapun yang digunakan oleh seorang perencana, pembuatan suatu program wisata pada dasarnya menggabungkan antara ilmu pengetahuan dengan cita rasa seni dari perencana tersebut agar dapat menciptakan program yang menarik. Program wisata yang menarik akan berujung pada keputusan membeli produk, yang merupakan harapan dari semua perencana wisata. Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah aspek supply dan demand. Aspek supply dan demand menjadi pokok yang harus dapat ditemukan sebagaimana dinyatakan Avenzora (2008), bahwa perencanaan wisata merupakan suatu upaya untuk mempertemukan aspek demand dan supply melalui pendekatan yang obyektif, yang dirancang dengan sentuhan seni, rasa, pengetahuan dan pengalaman serta berdasarkan argumen yang beralasan. Perencanaan wisata tidak dapat hanya memenuhi satu sisi demand saja atau sebaliknya memenuhi aspek supply saja, karena akan menciptakan produk yang kurang memenuhi harapan.
Proses Perencanaan Program Wisata Perencanaan bukan merupakan suatu kegiatan yang tetap. Perencanaan yang baik harus terus berlangsung selama program tersebut berjalan sehingga merupakan sebuah proses. Mengacu pada Fiatiano (2009), perencanaan wisata bukan merupakan bentuk persiapan saja, tetapi merupakan proses yang berlangsung terus-menerus sehingga dapat menjadi acuan untuk perbaikan program-program selanjutnya. Perencanaan wisata menurut Fiatiano (2009) meliputi : 1 Penentuan visi dan misi Kegiatan ini merupakan titik awal dari proses perencanaan. Pernyataan visi menggambarkan sasaran jangka panjang dari suatu program. Pernyataan ini menggambarkan posisi yang diinginkan yang dapat membantu memusatkan dan mengarahkan kegiatan-kegiatan pelaksanaan. Pernyataan misi menggambarkan bagaimana suatu program akan bergerak menuju visinya. Visi program wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri harus dapat menggambarkan upaya PT. Pusri membangun kesadaran dan kecintaan anak terhadap lingkungan yang indah dan lestari . 2 Tujuan Tujuan program menjawab pertanyaan yang dikenal dengan 5W2H, yaitu 1) What (program apa yang akan dibuat?); 2) Why (mengapa program ini perlu dibuat?); 3) Who (siapa saja yang terlibat dalam program ini, baik sebagai pelaksana maupun peserta?); 4) Where (di mana program ini dapat dilaksanakan?); 5) When (kapan program ini dapat dilaksanakan?); 6) How (bagaimana program dapat dilaksanakan?); 7) How much (berapa besar biaya yang dibutuhkan?). Tujuan dapat diukur pencapaiannya. Beberapa area yang dapat dijadikan pengukuran antara lain : a. Kehadiran, yang diukur dengan jumlah peserta b. Pertumbuhan program yang diukur dengan jumlah kegiatan yang diselenggarakan c. Mutu program yang diukur dengan tanggapan dari peserta d. Kepuasan peserta yang diukur dari jumlah keluhan. 3 Observasi dan pengumpulan data Tahap ini digunakan untuk menganalisis potensi dan kondisi yang ada di destinasi. Diawali dengan identifikasi dan observasi pada kawasan destinasi. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan kegiatan menghubungkan antara rumusan tujuan dengan kondisi yang ada di lapangan. Yang diobservasi adalah semua masalah yang dipertanyakan dalam rumusan tujuan. Untuk mempermudah pekerjaan observasi maka dapat digunakan alat bantu atau instrumen. Berbagai data yang diperoleh melalui observasi kemudian diolah dan dianalisis. Tahapan ini digunakan untuk menentukan strategi pencapaian tujuan, mengidentifikasi kendala yang mungkin timbul, dan mencari alternatif yang mungkin dapat diambil. 4 Disain produk Disain produk merupakan tahapan dimana beberapa alternatif program dibuat. Sebagaimana produk wisata lainnya, disain produk ini juga memenuhi unsurunsur daya tarik dan manfaat, keamanan dan unsur lain yang melengkapi suatu produk.
5. Pengujian dan operasional Sebelum dilaksanakan, perencanaan yang telah dibuat diujicobakan untuk memperoleh umpan balik. Pengujian meliputi pengujian kemampuan pelaksanaan di lapangan dan pengujian terhadap respon pasar. 6. Evaluasi Hasil umpan balik kemudian dievaluasi dan jika dianggap telah memenuhi harapan maka program dapat dijalankan. 7. Disain akhir Hasil evaluasi digunakan untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang diperlukan. Hasilnya merupakan produk yang siap ditawarkan kepada pasar. Pada penelitian ini, proses perencanaan dibatasi pada tahap disain produk karena keterbatasan kemampuan peneliti. . Pendidikan Lingkungan UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Penggabungan kata “pendidikan” dan “lingkungan” membangkitkan rasa ingin tahu mengenai mengapa, kapan, dan apa tujuan kedua kata ini dipadankan. Jawabannya terentang mulai dari kepentingan individu hingga kepentingan global. Penggunaan istilah pendidikan lingkungan pertama kali pada level internasional menurut Palmer dan Neal (1994) adalah pada pertemuan The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) di Paris pada tahun 1948. Sejak saat itu semakin banyak para ahli dan praktisi yang mencoba untuk mendefinisikan istilah ini, terlebih ketika semakin banyak peristiwa kritis yang terjadi di dunia yang diketahui dan dipublikasikan. IUCN (1970) mendefinisikan pendidikan lingkungan sebagai suatu proses pengenalan nilai-nilai dan memperjelas konsep dalam rangka mengembangkan keterampilan dan perilaku yang diperlukan untuk memahami dan menghargai keterhubungan antara manusia, kebudayaannya, dan lingkungan biofisiknya. Pendidikan lingkungan merupakan disiplin ilmu yang berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan melalui beragam kegiatan praktis, mulai dari pemberian informasi hingga pembangunan kapasitas. Fokus dari pendidikan lingkungan adalah mengidentifikasi perilaku yang menyebabkan ancaman terhadap kondisi lingkungan dan untuk kemudian melihat apakah pendidikan saja sudah cukup atau apakah harus disertai dengan strategi tambahan lain (Crohn dan Birnbaum 2010). Menurut Dimopoulos et al. (2008), pendidikan lingkungan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dan membuat struktur sosial baru, baik dengan partisipasi sederhana maupun kompleks terhadap keterlibatan dalam pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan. Banyak upaya pendidikan lingkungan ditargetkan kepada anak-anak, dengan tujuan untuk merubah hubungan anak-anak dengan alam (Crohn dan Birnbaum 2010). Anak-anak usia sekolah merupakan sasaran yang tepat bagi pembelajaran mengenai lingkungan untuk jangka panjang karena perkenalan dini terhadap alam
akan menyentuh seseorang dan akan menjadi bagian dari dirinya sampai dia dewasa (Crowell 2001). Crohn dan Birnbaum (2010) menyebutkan bahwa pendidikan lingkungan lebih sering dilakukan dalam bentuk non-formal, yang mengimplikasikan bahwa sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan di luar dinding sekolah. Beberapa hal yang dapat diterapkan dalam pendidikan lingkungan adalah : 1. Pesan harus dibuat sederhana. Orang akan lebih cepat merespon gagasan yang jelas dan mudah dilaksanakan, sehingga pesan harus fokus pada satu gagasan saja dan mudah dimengerti. 2. Orang akan merespon pada pesan yang langsung terkait dengan dirinya. Untuk itu, buatlah pesan yang secara langsung terkait dengan individu. 3. Orang akan merespon pada gagasan jika mereka mengetahui tindakan apa yang dapat mereka lakukan kemudian. Pesan harus meminta individu untuk berbuat sesuatu. Pesan yang terlalu rumit justru tidak akan mencapai sasaran karena tidak dimengerti anak (Newton 2001). Selain menyederhanakan pesan, pendidikan lingkungan sebaiknya memperhatikan sisi penerima pesan. Pesan pendidikan lingkungan yang tidak memperhatikan siapa sasarannya tidak akan berhasil dengan baik karena program yang dibuat belum tentu sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan anak dalam menyerap pesan. Caro et al. (2003) menemukan bahwa anak-anak yang dididik sejak dini memperoleh pengaruh yang kuat dan jangka panjang terhadap lingkungan alam. Sekolah dan Pendidikan Lingkungan Menyadari pentingnya pendidikan lingkungan sejak dini, maka Inggris sejak tahun 1990 telah mencantumkan pendidikan lingkungan dalam kurikulum nasionalnya. Pada implementasinya, pendidikan lingkungan di Inggris tidak disampaikan melalui satu pendekatan atau metode pengajaran, tetapi melalui pendekatan yang bervariasi (Blum 2008). Perencanaan pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam kurikulum mengacu kepada tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu : Pendidikan tentang lingkungan Pendidikan untuk lingkungan Pendidikan di atau melalui lingkungan Pendidikan tentang lingkungan bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan memahami nilai-nilai serta perilaku. Pendidikan untuk lingkungan mendorong siswa untuk mengeksplorasi respon pribadi mereka terhadap lingkungan dan hubungan dengan lingkungan serta isu lingkungan. Hal ini terkait dengan pengembangan perilaku dan nilai-nilai, termasuk elemen pemahaman dan perilaku yang diperlukan untuk mengembangkan pemanfaatan lingkungan yang berkelanjutan. Pendidikan di atau melalui lingkungan menggunakan lingkungan sebagai sumber untuk pembelajaran. Lingkungan menjadi sumber yang mendorong pengembangan pengetahuan dan pemahaman sekaligus keterampilan. Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya memberikan pendidikan lingkungan sejak dini dengan memasukkan penyampaian tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dalam kurikulum tahun 1984 pada hampir semua mata pelajaran jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Tindak lanjut pemerintah terkait pendidikan lingkungan dibuktikan dengan Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 0142/U/1996 dan Nomor Kep:89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup pada tanggal 21 Mei 1996. Dilanjutkan dengan Memorandum Bersama antara Menteri Pendidikan Nasional dengan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05/VI/KB/2005 dan Keputusan Nomor 07/MenLH/06/2005 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup. Pada keputusan bersama ini ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara integrasi dengan mata ajaran yang ada. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, pendidikan lingkungan terintegrasi dalam mata pelajaran kelas I hingga kelas VI SD. Standar kompetensi dan kompetensi dasar siswa SD yang terkait dengan pendidikan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Kompetensi dasar siswa SD terkait dengan lingkungan Kelas I
Mata Pelajaran Sains
IPS
II
IPS
PKn
Standar Kompetensi Mengenal cara memelihara lingkungan agar tetap sehat.
Mengenal berbagai benda langit dan peristiwa alam (cuaca dan musim serta pengaruhnya terhadap kegiatan manusia) Mendeskripsikan lingkungan rumah.
Memahami kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga Menampilkan sikap cinta lingkungan
Kompetensi Dasar Mengenal cara menjaga lingkungan agar tetap sehat. Membedakan lingkungan sehat dan tidak sehat Menceritakan perlunya merawat tanaman, hewan memelihara dan lingkungan sekitar Mengenal keadaan cuaca di sekitar kita. Membedakan pengaruh musim kemarau dan musim hujan terhadap kegiatan manusia. Menjelaskan lingkungan rumah sehat dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah. Memberi contoh bentuk bentuk kerjasama di lingkungan dan tetangga. Mengenal pentingnya lingkungan alam seperti dunia tumbuhan dan dunia hewan Melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam
Lanjutan. Kelas
Mata Pelajaran Sains
Standar Kompetensi Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan. Pertumbuhan hewan dan tumbuhan serta berbagai tempat hidup makhluk hidup
III
IPS
Memahami lingkungan sekitar dan melaksanakan kerja sama di sekitar rumah dan sekolah
Sains
Memahami ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang mempengaruhi perubahan pada makhluk hidup
Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan upaya menjaga kesehatan lingkungan
Kompetensi Dasar Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan. Mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada pertumbuhan hewan (dalam ukuran) dan tumbuhan (dari biji menjadi tanaman). Mengidentifikasi berbagai tempat makhluk hidup (air, darat, dan tempat lainnya. Mengidentifikasi makhluk hidup yang menguntungkan dan tidak menguntungkan bagi manusia. Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah. Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah. Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah. Mengidentifikasi ciri- ciri dan kebutuhan makhluk hidup. Menggolongkan makhluk hidup secara sederhana. Mendeskripsikan perubahan yang terjadi pada makhluk hidup dan hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (makanan, kesehatan, rekreasi dan olah raga) Membedakan ciri-ciri lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat berdasarkan pengamatan. Mendeskripsikan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan.
Lanjutan. Kelas
Mata Pelajaran
Standar Kompetensi
Memahami kenampakan permukaan bumi, cuaca, dan pengaruhnya bagi manusia, serta hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam.
IV
Sains
Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.
Menggolongkan hewan, berdasarkan jenis makanannya
Memahami daur hidup beragam jenis makhluk hidup
Kompetensi Dasar Menjelaskan cara menjaga kesehatan lingkungan sekitar. Mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar. Menjelaskan hubungan antara keadaan awan dan cuaca. Mendeskripsikan pengaruh cuaca bagi kegiatan manusia. Mengidentifikasi cara-cara manusia dalam memelihara dan melestarikan alam di lingkungan sekitar. Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya. Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya. Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya. Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya. Mengidentifikasi jenis makanan hewan. Menggolongkan hewan berdasarkan jenis makanannya Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar, misalnya kecoa, nyamuk, kupu-kupu, kucing. Menunjukkan kepedulian terhadap hewan peliharaan, misalnya kucing, ayam, ikan.
Lanjutan. Kelas
Mata Pelajaran
Standar Kompetensi Memahami hubungan sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya
Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan
Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
IPS
Memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi.
Kompetensi Dasar Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas (simbiosis) dan hubungan “makan dan dimakan” antar makhluk hidup (rantai makanan). Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut). Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan. Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan. Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan. Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat. Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya.
Lanjutan. Kelas V
Mata Pelajaran Sains
Standar Kompetensi Memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan
Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan
Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
VI
Sains
Memahami hubungan antara ciri-ciri makhluk hidup dengan lingkungan tempat hidupnya.
Memahami pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan.
Kompetensi Dasar Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan. Mendeskripsikan ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan hijau sebagai sumber makanan. Mengidentifikasi penyesuaian diri hewan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup. Mengidentifikasi penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup. Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. Mendeskripsikan perlunya penghematan air. Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan. Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan lingkungan hidupnya . Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki tumbuhan (kaktus, tumbuhan pemakan serangga) dengan lingkungan hidupnya. Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem).
Lanjutan. Kelas
Mata Pelajaran
Standar Kompetensi
Memahami pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk mencegah kepunahan.
Kompetensi Dasar Mengidentifikasi bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan manusia yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan. Mengidentifikasi bagian tubuh hewan yang sering dimanfaatkan manusia yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan. Mengidentifikasi jenis hewan dan tumbuhan yang mendekati kepunahan. Mendeskripsikan pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dan kehidupan masyarakat.
Wisata Pendidikan Lingkungan Menurut Bhuiyan, Islam, Siwar dan Ismail (2010), pariwisata memiliki berbagai segmentasi, antara lain memberikan kesempatan bekerja, pengembangan sosial dan budaya, pembelajaran secara alami, alat untuk pembangunan berkelanjutan, serta peningkatan kewaspadaan terhadap lingkungan. Oleh karena itu, kegiatan pariwisata dapat dijadikan salah satu alat untuk menyampaikan kegiatan pendidikan lingkungan. Wisata pendidikan disampaikan melalui program-program pendidikan dan diharapkan dapat merubah aspek kognitif, pengetahuan partisipatif, ketrampilan dan perilaku pembelajar (Bhuiyan et al. 2010). Crohn dan Birnbaum (2010) menyebutkan bahwa pendidikan lingkungan lebih sering dilakukan dalam bentuk non-formal, yang mengimplikasikan bahwa sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan di luar tembok sekolah. Salah satu bentuk program pendidikan lingkungan non formal yang dapat digunakan adalah wisata pendidikan. Metode Pembelajaran Secara umum, tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada kawasan taksonomi tujuan pembelajaran Bloom (1952) dalam Uno (2001) yang meliputi kawasan kognitif, afektif dan psikomotor. Uno ( 2001) menyatakan bahwa kawasan kognitif merupakan kawasan yang membahas tentang tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental yang terdiri atas enam tingkatan, yaitu : 1. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghafal, mengingat kembali, atau mengulang kembali informasi yang pernah diperolehnya. 2. Tingkat pemahaman Pemahaman merupakan kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu tentang pengetahuan yang pernah diterimanya dengan caranya sendiri. 3. Tingkat penerapan Penerapan dikatakan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah sehari-hari. 4. Tingkat analisis Merupakan kemampuan seseorang dalam menganalisa permasalahan. 5. Tingkat sintesis Tingkatan ini merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. 6. Tingkat evaluasi Evaluasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Kawasan afektif merupakan domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi dan penyesuaian perasaan sosial. Sama seperti kawasan kognitif, kawasan afektif juga tersusun secara hirarkis sebagai berikut : 1. Kemauan menerima Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu. Misalnya, keinginan membaca buku atau mendengarkan musik. 2. Kemauan menanggapi Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti mentaati peraturan, menyelesaikan tugas, atau menolong orang lain. 3. Berkeyakinan Berkeyakinan diartikan sebagai kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu, misalnya kesungguhan untuk melakukan suatu kehidupan sosial. 4. Mengorganisasi Mengorganisasi berkaitan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi, seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, atau menyadari peranan perencanaan dalam memecahkan masalah. 5. Pembentukan pola Pada tahap ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya. Pendidikan lingkungan terhadap anak-anak harus diberikan secara menarik agar anak-anak tidak merasa bosan. Menurut Blum (2008), metode pembelajaran di ruang kelas seringkali berkisar pada guru yang menuliskan informasi di papan tulis sementara anak-anak menyalinnya di buku catatan. Metode seperti ini akan membuat anak-anak merasa bosan yang mengakibatkan tidak adanya rasa tertarik terhadap topik yang sedang dipelajari.
Van den Ban dan Hawkins (2005) menyampaikan strategi dan metode untuk mencapai tujuan belajar seperti pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Strategi dan metode belajar Sifat Tujuan Belajar Mengetahui (kognitif)
Strategi Alih informasi (dari luar)
Sikap (afektif)
Belajar dari pengalaman (informasi dari dalam) Latihan dan keterampilan
Tindakan/melakukan (psikomotorik)
Metode yang Disukai Publikasi dan rekomendasi dari media massa, ceramah, selebaran, dialog yang diarahkan. Diskusi kelompok, dialog tidak diarahkan, simulasi, dan film
Metode yang mendorong tindakan=latihan, persiapan dengan demonstrasi, atau film demonstrasi.
Perkembangan Anak Perkembangan bukan sekadar berarti penambahan ukuran tinggi atau berat badan pada seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks (Nurihsan dan Agustin 2011). Teori perkembangan anak membantu peneliti untuk memusatkan perhatian pada apa yang akan diteliti pada anak. Tiap teori perkembangan akan menjadi bingkai kerja dalam meneliti perkembangan anak. Masing-masing teori menjadi referensi yang berbeda-beda dalam menginterpretasikan data dan fakta. Perilaku anak tidak dapat diteliti hanya dengan satu teori karena perilaku anak sangat kompleks. Beberapa teori yang digunakan untuk menyusun dan menjelaskan fakta tentang perkembangan anak menurut Fabes dan Martin (2003) adalah : 1. Teori berdasarkan biologi Teori ini menekankan perkembangan anak berdasarkan faktor-faktor dan proses biologis yang diwariskan. Teori ini juga mengasumsikan bahwa kekuatan-kekuatan warisan mempengaruhi perilaku. 2. Teori psikoanalisis Teori psikoanalisis diawali dengan keyakinan bahwa sebagian besar penyebab perilaku adalah dorongan bawah sadar yang berasal dari pikiran seseorang. 3. Teori berdasarkan lingkungan Teori ini menyatakan bahwa lingkungan dimana seseorang tinggal dan apa yang dialaminya merupakan faktor penentu dalam perilaku. Menurut teori ini, perubahan perilaku terjadi ketika terjadi perubahan lingkungan. Penelitian tentang perkembangan berdasarkan lingkungan fokus pada faktor-faktor yang menentukan bagaimana perilaku berubah sebagai respon dari peristiwa seharihari. 4. Teori berdasarkan kognisi Teori ini memberi penekanan pada peran dari proses mental seperti daya ingat, pengambilan keputusan dan pemrosesan informasi dalam mempengaruhi perilaku. Teori kognisi ini fokus pada bagaimana pemikiran dan alasan berubah
dari waktu ke waktu dan pengaruhnya terhadap perkembangan. Teori ini menganggap bahwa seseorang haus akan pemahaman terhadap dunia di sekelilingnya. Ketika anak berinteraksi dengan dunianya maka konsepsi anak tentang dunia akan berubah. Menurut Piaget (dalam Fabes dan Martin 2003) kecerdasan anak mengalami perubahan dramatis sepanjang waktu. Perubahan ini sangat nyata sehingga dinyatakan oleh Piaget sebagai tahapan perkembangan kognitif anak. Tahapan ini berjalan berkelanjutan dan tidak bisa diulang. Artinya, setelah melewati tahap tertentu maka si anak tidak dapat kembali lagi ke tahap pemikiran awal. Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget seperti ditunjukkan pada Tabel 3 adalah : 1) Tahap sensorimotor, 2) Tahap preoperasional, 3) Tahap operasional konkrit, 4) Tahap operational formal. Tabel 3 Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget Tahap Sensorimotor
Usia 0-2 tahun
Preoperasional
2-7 tahun
Operasional konkrit
7-11 tahun
Operasional formal
Di atas 11 tahun
Perkembangan Pengetahuan motorik Orientasi saat kini Representasi simbolik Perencanaan Pemikiran egosentris Pemikiran dan pemecahan masalah berdasarkan persepsi dan tampilan Penggunaan logika dalam pemecahan masalah Logika digunakan hanya pada benda dan peristiwa nyata Logika berlaku pada masalah hipotetis dan abstrak Perhatian terhadap konsep seperti keadilan dan persamaan
Setiap pembagian dalam rentang hidup manusia dalam suatu periode merupakan sebuah gagasan mengenai kenyataan alamiah yang diterima luas oleh anggota masyarakat pada suatu waktu tertentu. Papalia et al. (2005) membagi periode perkembangan manusia menjadi : 1) periode prenatal (sejak dalam kandungan hingga dilahirkan), 2) bayi dan batita (bayi hingga usia 3 tahun), 3) kanak-kanak awal (usia 3 sampai 6 tahun), 4) kanak-kanak (usia 6 sampai 11 tahun), 5) remaja (usia 11 hingga 20 tahun), 6) dewasa muda (usia 20 sampai 40 tahun), 7) dewasa (usia 40 sampai 65 tahun), dan 8) lanjut usia (65 tahun lebih). Perkembangan secara rinci dari anak usia sekolah dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Perkembangan anak Periode Usia
Perkembangan Fisik
6-11 tahun
Kekuatan dan ketrampilan atletis meningkat.
Perkembangan Kognitif Mulai berfikir secara logis dan konkrit. Daya ingat dan ketrampilan bahasa meningkat.
Perkembangan Psikososial Konsep diri semakin kompleks. Kelompok menjadi penting.
Lanjutan. Periode Usia
Perkembangan Fisik
11-20 tahun
Pertumbuhan fisik dan perubahan lain semakin cepat.
Perkembangan Kognitif Kemampuan berfikir secara abstrak dan penggunaan alasan ilmiah berkembang.
Perkembangan Psikososial Pencarian identitas. Hubungan dengan orang tua umumnya baik. Kelompok sebaya memberi pengaruh positif atau negatif.
Anak usia 7 tahun memasuki masa ketika mereka dapat berpikir dengan menggunakan alasan untuk memecahkan masalah konkrit. Anak pada usia ini mampu berpikir secara logis karena mereka dapat mengambil berbagai aspek situasi dan menganalisanya. Pemikiran terbatas hanya pada situasi nyata pada saat sekarang. Konsentrasi pada Anak Lamanya anak dapat berkonsentrasi pada suatu subyek dikenal dengan istilah attention span menjadi salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun program wisata pendidikan lingkungan untuk anak. Durasi attention span diperhitungkan supaya informasi yang diberikan tidak terbuang sia-sia dan anak tetap mendapatkan kegembiraan dalam kegiatannya (Farhani 2012). Berapa lama seorang anak dapat berkonsentrasi biasanya tergantung pada usianya. Rata-rata attention span pada anak adalah antara 3 hingga 5 menit per tahun usianya (Farhani 2012). Seorang anak yang berusia 10 tahun memiliki lama attention span sekitar 30 menit sampai 50 menit. Pada Tabel 5 di bawah ini terlihat durasi attention span anak usia SD. Tabel 5 Durasi attention span anak usia SD Usia (tahun) Durasi (dalam menit) 7 21-35 8 24-40 9 27-45 10 30-50 11 33-55 12 36-60
Persepsi dan Preferensi terhadap Lingkungan Persepsi terhadap Lingkungan Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005), persepsi adalah cara orang memandang dunia ini. Persepsi seseorang dalam memandang dunia pasti berbedabeda, dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar orang tersebut. Persepsi juga diartikan sebagai proses dimana sensasi yang diterima oleh seseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan akhirnya diinterpretasikan (Solomon 1999). Sensasi yang dimaksudkan dalam definisi di atas adalah yang
datang dan diterima oleh manusia melalui panca indera atau sistem sensoriknya. Input terhadap sistem sensorik ini juga disebut dengan stimulus. Prasetijo dan Ihalauw (2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang terdiri atas (1) faktor internal dan (2) faktor eksternal. Faktor internal terdiri atas pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang dianutnya, ekspektasi atau pengharapannya. Faktor eksternal terdiri atas tampakan produk, sifat-sifat stimulus dan situasi lingkungan. Litterer (Asngari, 1984) berpandangan bahwa ada keinginan atas kebutuhan manusia untuk mengetahui dan mengerti dunia tempat hidupnya, dan mengetahui makna dari informasi yang diterimanya. Orang bertindak sebagian dilandasi oleh persepsi mereka pada suatu situasi. Pengalaman akan berperan pada persepsi orang tersebut. Persepsi orang dipengaruhi oleh pandangan seseorang pada suatu keadaan, fakta atau tindakan. Walaupun seseorang hanya mendapat bagian-bagian informasi, dengan cepat disusunnya menjadi suatu gambaran yang menyeluruh. Persepsi dapat berubah-ubah atau bersifat dinamis. Apa yang menyebabkan persepsi seseorang berubah dan mengapa perlu diketahui jika kita ingin merubah persepsi. Proses perubahan persepsi yang pertama disebabkan oleh proses fisiologik, yaitu dari sistem syaraf pada indera manusia (Sarwono 1992). Misalnya seseorang yang baru pindah rumah yang berdekatan dengan timbunan sampah. Pada awalnya dia sangat terganggu dengan bau sampah tersebut. Tetapi lamakelamaan bau tersebut seolah-olah tidak tercium lagi. Proses perubahan persepsi yang kedua adalah proses perubahan persepsi secara psikologik. Proses ini antara lain muncul pada pembentukan dan perubahan sikap. Pembentukan dan perubahan sikap merupakan proses yang penting terutama dalam bidang pelestarian dan kecintaan terhadap lingkungan. Kesan yang dimiliki seseorang terhadap ekosistem merupakan dasar untuk persepsinya terhadap lingkungan. Persepsi membentuk proses pengambilan keputusan yang akan menuju pada tindakan terhadap ekosistem. Persepsi terhadap lingkungan juga sangat terkait dengan budaya dimana seseorang tinggal. Sarwono (1992) menyatakan bahwa terdapat dua cara pendekatan mengenai bagaimana manusia mengerti dan menilai lingkungan. Pendekatan pertama disebut dengan pendekatan konvensional. Pada pendekatan ini persepsi dikatakan sebagai suatu keadaan dimana individu memperoleh rangsangan dari luar melalui sel-sel syaraf reseptor (penginderaan). Penerimaan ini kemudian disatukan dan dikoordinasikan dalam pusat syaraf (otak) sehingga manusia dapat mengenali dan menilai obyekobyek. Aktivitas mengenali obyek merupakan aktivitas mental yang disebut juga sebagai aktivitas kognisi. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan ekologik. Gibson (dalam Sarwono 1992) berpendapat bahwa persepsi terjadi secara langsung, spontan dan holistik. Spontanitas ini terjadi karena setiap individu selalu melibatkan obyek-obyek yang ada dalam lingkungannya, dan obyek tersebut menonjolkan sifat-sifatnya yang khas bagi individu yang bersangkutan. Sebagai contoh, sebuah pohon yang rindang menampilkan makna yang khas bagi individu yang berbeda. Bagi manusia, pohon ini akan menjadi tempat berteduh. Sementara bagi burung pohon menjadi tempat tinggalnya. Makna yang berbeda akan diterima oleh individu lainnya. Persepsi terhadap lingkungan terbentuk melalui proses kognisi, afeksi dan konasi (Rosa 2008). Proses kognisi meliputi penerimaan, pemahaman dan
pemikiran. Proses afeksi meliputi perasaan dan emosi, keinginan, dan nilai-nilai tentang lingkungan. Proses konasi meliputi tindakan atau perlakuan terhadap lingkungan sebagai respon dari prosen kognisi dan afeksi. Persepsi anak sekolah terhadap lingkungan merupakan hasil bentukan dari proses kognisi, afeksi dan konasi. Berdasarkan teori ini, maka dapat dikatakan bahwa untuk mengukur tingkat persepsi anak usia sekolah terhadap lingkungan dilakukan melalui pengukuran indikator pemahaman anak usia sekolah pada proses kognisi, afeksi dan konasi. Preferensi terhadap Lingkungan Masih terkait dengan persepsi adalah bagaimana seseorang menilai keindahan lingkungan. Misalnya ada orang yang menganggap pasar terapung di sungai-sungai di Kalimantan sebagai sesuatu yang menarik sementara bagi orang lain hal tersebut dianggap semrawut dan kotor. Cara pandang yang berbeda ini ternyata sangat dipengaruhi oleh preferensi (kesukaan) yang berbeda-beda. Fisher (1984) menyatakan bahwa preferensi terhadap lingkungan ditentukan oleh : 1. Keteraturan. Seseorang lebih menyukai tanaman yang terpelihara teratur dan rapi. 2. Tekstur, yaitu kasar-lembutnya pemandangan. Seseorang akan lebih menyukai pemandangan yang lembut seperti hamparan kebun bunga daripada padang pasir yang gersang. 3. Keakraban dengan lingkungan. Lingkungan yang menjadi bagian sehari-hari seseorang (misalnya lingkungan tempat tinggal atau tempat-tempat yang sering dikunjungi) lebih disukai daripada lingkungan yang asing atau belum pernah dikunjungi. 4. Keluasan ruang pandang. Seseorang akan lebih menyukai lingkungan yang ruang pandangnya luas daripada yang sempit. Ini menjelaskan mengapa seseorang lebih memilih kamar hotel yang menghadap ke pemandangan di luar hotel (taman, pantai, gunung) daripada kamar hotel yang tidak. 5. Kemajemukan rangsang. Semakin banyak elemen dalam suatu pemandangan akan semakin disukai. 6. Misteri atau kerahasiaan yang tersembunyi. Misalnya, gua, tebing, atau pantai yang berasal dari berabad-abad yang lampau dianggap mengandung misteri sehingga menarik.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pembangunan dan pengembangan industri di suatu daerah pada dasarnya diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya, antara lain manfaat ekonomi seperti pembukaan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan serta manfaat peningkatan pendidikan. Kehidupan masyarakat sekitar dimana perusahaan tersebut berada yang semakin baik kondisinya akan memberikan dampak yang berarti bagi kelangsungan perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang melakukan pengembangan masyarakat menunjukkan adanya kepedulian industri tersebut kepada masyarakat di sekitarnya. Hal ini akan menimbulkan rasa kedekatan dan rasa memiliki dari masyarakat sekitar.
Peningkatan kesadaran perusahaan terhadap perlunya perilaku tanggung jawab sosial terjadi secara global. Para pengambil kebijakan di perusahaan semakin menyadari bahwa tujuan tanggung jawab sosial adalah turut serta dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam panduan ISO 26000, dinyatakan bahwa bisnis yang berkelanjutan dari suatu perusahaan tidak hanya berarti menyediakan produk dan jasa yang memuaskan konsumen dan tidak membahayakan lingkungan, tetapi juga berarti beroperasi dalam perilaku yang bertanggung jawab secara sosial. Perilaku tanggung jawab sosial yang diterapkan oleh banyak perusahaan timbul karena tekanan dari berbagai pihak seperti pelanggan, konsumen, pemerintah, LSM dan masyarakat secara umum. Prinsip-prinsip tanggung jawab sosial semakin banyak dideklarasikan oleh berbagai perusahaan. Intinya adalah bagaimana mengaplikasikan prinsip-prinsip ini ke dalam praktek perusahaan secara efektif dan efisien. Dalam dokumen ISO 26000 dinyatakan bahwa karakteristik inti dari tanggung jawab sosial perusahaan adalah memasukkan pertimbangan sosial dan lingkungan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dalam implementasinya, tang ung jawab sosial sering dilekatkan dengan pembangunan berkelanjutan. Hal ini karena tanggung jawab sosial dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.
3 METODE Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat serta bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan fenomena yang diselidiki (Nazir 1999). Sumanto (1995) menyatakan bahwa penelitian deskriptif berusaha mendeskripsi dan menginterpretasi apa yang ada, misalnya tentang kondisi yang ada, pendapat yang sedang tumbuh atau proses yang sedang berlangsung. Penelitian ini dilakukan dengan melalui tahapan penelitian sebagai berikut : 1. Tahap awal Kegiatan pada tahap awal meliputi persiapan untuk mendapatkan data awal yang lengkap dalam rangka mendukung penyusunan penelitian. Pada tahap awal ini kegiatan yang dilakukan meliputi : 1) Survei pendahuluan untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian dan permasalahan yang terjadi secara umum, baik melalui informasi formal maupun informal. Survei pendahuluan ini juga menjadi dasar untuk menyusun strategi pengumpulan data yang meliputi penentuan wilayah yang akan diteliti, penentuan obyek yang akan disurvei, dan penyusunan teknik survei yang akan digunakan. 2) Penyusunan usulan (proposal) penelitian; 3) Mengidentifikasi kebutuhan data yang diperlukan dalam penelitian ini kemudian mengelompokkannya menjadi data primer, sekunder dan literatur; 4) Menyusun teknik pelaksanaan survei lanjutan dalam rangka pengumpulan data penelitian; dan 5) Melakukan perizinan dalam rangka survei dan pengumpulan data.
2. Tahap pelaksanaan penelitian Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan instrumen dan pengumpulan data. 3. Tahap akhir Setelah data diperoleh dan dikelompokkan, maka langkah berikutnya adalah melakukan pengolahan data. Langkah ini meliputi : 1) Editing, yaitu memilih data yang lengkap dan valid; 2) Tabulasi, yaitu kegiatan mengelompokkan data sesuai kategori dan kebutuhannya untuk mempermudah proses analisis; 3) Klasifikasi, yaitu data dipilih sesuai kebutuhan analisis; 4) Analisis, merupakan kegiatan perhitungan olahan data berdasarkan metode yang telah disusun dan sesuai dengan tujuan penelitian; 5) Sintesis, yaitu menggunakan hasil analisis data untuk kemudian dijadikan dasar pembuatan program sesuai dengan tujuan penelitian.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan PT. Pusri Palembang. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara purposive (sengaja) karena merupakan kawasan yang dianggap memiliki fasilitas dan sumber daya yang sesuai untuk kegiatan wisata pendidikan lingkungan. Pupuk merupakan komponen yang sangat dibutuhkan dalam bidang pertanian dan perkebunan. Pengenalan terhadap pupuk dan manfaatnya perlu diberikan kepada anak-anak sejak dini. PT. Pusri Palembang merupakan industri terbesar di kota Palembang yang menjadi ikon kota. Anakanak perlu mengetahui ruang lingkup dan aktivitas pabrik yang berada di kotanya agar memahami kontribusi yang diberikan PT. Pusri dan bahwa aktivitasnya tidak membahayakan lingkungan pabrik. Akses menuju lokasi sangat mudah dicapai dari berbagai penjuru kota. Pengambilan data dimulai dari bulan Desember 2012 sampai dengan April 2013.
Populasi dan Contoh Lokasi sekolah yang siswanya menjadi contoh dibatasi pada ring I Pusri, yaitu pada kelurahan yang berbatasan langsung dengan lokasi penelitian yang meliputi SD yang terdapat di Kelurahan 1 Ilir, Kelurahan 3 Ilir, Kelurahan Sungai Buah, dan Kelurahan Sungai Selayur, Palembang. Pembatasan ini karena perencanaan program ini masih merupakan aktivitas pendahuluan dalam penyusunan program wisata pendidikan yang berbasis kebutuhan anak usia SD. Daftar sekolah yang menjadi contoh disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Daftar sekolah contoh No. 1 2 3 4 5 6
Nama Sekolah SD YSP PUSRI SDN 197 SDN 198 SDN 199 SDN 204 SDN 205
Jumlah Contoh 15 15 15 15 15 15
Lanjutan. 7 8
SDN 206 SDN 213 Total
15 15 120
Penentuan contoh dilakukan dengan teknik pengambilan purposive sampling, yaitu anak yang telah dipilihkan oleh sekolah masing-masing. Banyaknya contoh yang dijadikan contoh penelitian didasarkan pada tingkat representatif dan heterogenitas yang diharapkan dari populasi penelitian. Ketersediaan waktu, biaya dan tenaga juga dijadikan pertimbangan dalam menentukan jumlah contoh. Penentuan jumlah contoh penelitian menggunakan rumus Slovin sebagai berikut: n = { N/[1 + N(e)2]}, dimana n = ukuran contoh N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian ditentukan sebesar 9 persen. Dari sekolah-sekolah contoh diperoleh jumlah populasi sebanyak 2586 anak. Berdasarkan rumus Slovin diperoleh jumlah contoh sebagai berikut : n = { 2586/[1 + 2586(0,09)2]} n = 2586/21,9466 n = 117,83 Mengingat bahwa yang menjadi contoh adalah anak usia SD, maka jumlah angket yang disebar dibulatkan menjadi 120 angket untuk mengantisipasi angket rusak. Pada kategori kelas, anak dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok anak kelas 1-3 dan kelompok kelas 4-6. Pembagian ini untuk mempermudah pengumpulan data sekaligus untuk melihat apakah ada perbedaan persepsi dan preferensi antara anak kelas 1-3 dan kelas 4-6. Pengelompokan contoh juga dilakukan dalam kategori jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi dan preferensi terhadap lingkungan antara anak laki-laki dengan anak perempuan.
Pengumpulan Data Data Data merupakan hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta ataupun angka (Arikunto 2006). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan kombinasi antara data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau kata-kata, baik tentang suatu keadaan, proses, peristiwa atau kejadian yang ada. Sedangkan data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka sebagai hasil observasi atau pengukuran (Widoyo 2012). Berdasarkan cara pengumpulannya, data yang diambil di lapangan dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian, sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap. Data primer diperoleh antara lain langsung dari siswa contoh melalui angket dan wawancara. Data dari
sumber lain (informan kunci) seperti guru di sekolah diperoleh melalui wawancara. Cakupan data primer berupa data kuantitatif, yaitu jawaban yang berbentuk angka atas pertanyaan terstruktur pada angket, serta data kualitatif yaitu data penjelas yang diamati dari contoh dalam bentuk penjelasan atau keterangan. Data kualitatif digolongkan dalam tiga kategori, yaitu 1) hasil pengamatan; 2) hasil wawancara mendalam; dan 3) bahan tulisan berupa petikan atau keseluruhan dari dokumen atau kasus historis. Data sekunder diperoleh dari instansi seperti Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) untuk mengidentifikasi sekolah-sekolah yang ada pada wilayah penelitian serta dari manajemen (Humas, Litbang dan Yayasan Pendidikan) PT. Pusri untuk mengetahui data tentang kawasan, kebijakan dan SDM. Data dan informasi yang dibutuhkan antara lain mengenai karakteristik anak usia SD, persepsi mereka tentang lingkungan dan preferensi mereka terhadap pendidikan lingkungan secara rinci disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Data primer Variabel Karakteristik contoh
Aspek yang dikaji - Usia - Jenis kelamin - Kelas - Nama Sekolah - Persepsi - Preferensi
Persepsi dan preferensi tentang lingkungan Potensi sumber - Kelebihan dan daya PT. Pusri kekurangan - Manfaat bagi program
Sumber data Siswa SD
Metode Angket
Siswa SD
Angket, wawancara
Siswa SD, Humas & Litbang
Studi pustaka, angket, observasi
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain adalah kebijakan PT. Pusri terkait dengan pendidikan lingkungan, dan pelaksanaan PLH di sekolah yang berada dalam lingkup batasan penelitian seperti yang terdapat dalam Tabel 8.
Variabel Kebijakan PT.Pusri PLH di sekolah
Tabel 8 Data sekunder Aspek yang dikaji Sumber data Kebijakan terkait Manajemen pendidikan lingkungan - Kurikulum Dinas Dikpora, - Pelaksanaan PLH Guru di sekolah
Metode Studi pustaka, wawancara Wawancara, studi pustaka
Untuk memperoleh data yang diinginkan maka pengumpulan data menggunakan teknik sebagai berikut : 1. Pengisian angket
Pengumpulan data dengan metode angket dilakukan untuk mengetahui sosok diri para siswa, menggali pemahaman para siswa mengenai lingkungan serta mengetahui preferensi mereka. Pemberian angket kepada para contoh dibedakan dalam dua kelompok, yaitu kelompok kelas 1-3 SD dan kelas 4-6 SD. Pembagian contoh ke dalam dua kelompok ini dimaksudkan untuk mempermudah pemanduan terhadap siswa. Mengingat pemahaman siswa kelas rendah terhadap angket masih kurang, maka peneliti membacakan butir-butir pernyataan angket kepada contoh kelompok kelas 1-3. Sementara contoh kelompok kelas 4-6 mengerjakan angket secara mandiri. 2. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah atau guru yang dianggap kompeten. Metode ini menggunakan panduan wawancara terstruktur dimana daftar pertanyaan dengan jawaban terbuka telah disiapkan oleh peneliti. Bentuk pertanyaan yang diajukan terkait dengan pendapat atau nilai sehingga jawaban yang akan diberikan diharapkan dapat memberikan gambaran kepada peneliti mengenai hal yang dipikirkan terhadap pendidikan lingkungan. 3. Pengamatan Lapangan Untuk mengumpulkan data mengenai potensi kawasan PT. Pusri sebagai destinasi wisata pendidikan lingkungan, maka dilakukan juga pengamatan langsung terhadap kawasan. Melalui metode ini akan diperoleh informasi tentang aksesibilitas, kondisi sarana dan prasarana, serta kondisi obyek yang akan menjadi bagian dari program wisata pendidikan lingkungan. 4. Dokumentasi Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah ada dalam dokumen. Telaah pustaka dan dokumen dilakukan untuk memperoleh gambaran awal mengenai kondisi PT. Pusri serta kebijakan perusahaan terkait tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar. Metode ini juga digunakan untuk mengidentifikasi jumlah sekolah yang menjadi sasaran penelitian beserta lokasinya. Upaya untuk lebih mendalami tingkat persepsi anak terhadap lingkungan juga dilakukan melalui angket. Butir pertanyaan pada angket yang terkait dengan kognisi dikembangkan dengan mengacu pada kawasan taksonomi tujuan pembelajaran Bloom. Menurut Bloom yang diacu oleh Uno et al. (2001), kawasan kognisi merupakan kawasan yang membahas tentang tujuan yang berkenaan dengan proses mental secara hirarkis berurut dari yang paling rendah yaitu pengetahuan hingga yang paling tinggi yaitu evaluasi. Dari tingkatan kognisi ini, angket disusun berdasarkan lima tingkatan, yaitu : 1) Pengetahuan, diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengingat kembali atau mengulang kembali suatu informasi yang pernah diterimanya; 2) Pemahaman, diartikan sebagai kemampuan seseorang mengartikan, menafsirkan, atau menyakatan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya; 3) Analisis, diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan untuk memecahkan berbagai masalah; 4) Sintesis, mengacu pada penggalian mengenai kemampuan seseorang mengaitkan dan menyatukan berbagai unsur pengetahuan yang ada hingga terbentuk pola baru yang menyeluruh; 5) Evaluasi, yaitu kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Butir pertanyaan pada kawasan afeksi pada angket diukur dalam lima subskala, yaitu 1) kemauan menerima, merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu, 2) kemauan menanggapi, merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, 3) berkeyakinan, dimaksudkan sebagai sikap yang berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu. Misalnya menunjukkan kepercayaan atau apresiasi terhadap sesuatu, 4) mengorganisasi, berkaitan dengan penerimaan terhadap berbagai nilai yang berbeda berdasarkan suatu sistem nilai yang lebih tinggi, 5) pembentukan pola, merupakan tingkatan afeksi tertinggi (Uno et al. 2001). Sementara butir pertanyaan pada aspek konasi difokuskan pada impuls untuk berbuat sesuatu yang mendukung pelestarian lingkungan. Validitas dan Reliabilitas Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. Instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid juga. Widoyoko (2012) mengatakan bahwa untuk instrumen non tes yang mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana instrumen mengukur suatu konsep dari teori yang menjadi dasar pengukuran instrumen. Untuk itu dibutuhkan pembahasan mengenai teori tentang variabel yang akan diukur. Setelah itu dirumuskan definisi konseptual dan definisi operasional, kemudian indikator yang akan diukur. Dari indikator tersebut akan dijabarkan menjadi butir-butir instrumen dalam bentuk pernyataan ataupun pertanyaan. Pengujian validitas konstruk dilakukan dengan menggunakan pendapat para ahli, dalam hal ini Komisi Pembimbing. Setelah pengujian konstruk oleh para ahli maka dilakukan uji coba di lapangan. Contoh uji coba berjumlah 30 siswa dari salah satu sekolah yang karakternya mendekati karakter sekolah contoh. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Instrumen penelitian dikatakan dapat dipercaya (reliable) jika memberikan hasil yang tetap atau konsisten apabila diujikan berkali-kali. Pada penelitian ini, baik uji validitas maupun uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Dengan menggunakan SPSS, analisis dapat dilakukan untuk validitas dan reliabilitas instrumen sekaligus. Sebelum melakukan analisis, instrumen telah disusun berdasarkan teori tentang variabel yang akan diteliti. Urutan langkah analisis menggunakan SPSS adalah : 1) membuka program; 2) memasukkan data; 3) mengolah data; dan 4) menganalisis output. Sebelum melakukan penelitian, angket yang digunakan telah melalui uji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan uji validitas dan Cronbach Alpha. Berdasarkan output hasil analisis validitas dan reliabilitas dengan menggunakan SPSS, jika indeks korelasi masing-masing butir terhadap skor total lebih besar daripada standar minimal (0,3) maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pernyataan adalah valid (Widoyoko, 2012). Dalam uji validitas yang telah dilakukan, diperoleh skor untuk masing-masing butir lebih besar dari 0,3 maka semua butir instrumen adalah valid. Sementara untuk reliabilitas instrumen, standar minimal Cronbach’s Alpha adalah 0,7 (Widoyoko, 2012). Karena nilai indeks alpha pada uji reliabilitas ini lebih besar dari 0,7 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini adalah reliabel.
Analisis Data Analisis data merupakan usaha memilih, memilah, membuang, menggolongkan data untuk menjawab pertanyaan pokok. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008), ada tiga langkah penting dalam analisis data, yaitu 1) identifikasi apa yang ada dalam data; 2) melihat pola; 3) membuat interpretasi. Data utama yang terkumpul diolah melalui proses tabulasi dan pengelompokan data untuk dijadikan sumber data. Lalu data tersebut dianalisis secara deskriptif melalui penyajian dalam bentuk tabel. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Analisis Daya Tarik Wisata Pendidikan Lingkungan PT. Pusri Sumber daya yang ada di PT.Pusri dianalisis secara deskriptif kualitatis berdasarkan data hasil observasi dan wawancara. Data diidentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan jalurnya, manfaat dan kegunaan, peran serta informasi penting lainnya yang disesuaikan dengan kategori usia anak. Selain itu, potensi sumber daya ini juga dikelompokkan dalam kategori sumber daya utama, dan sumber daya penunjang. Hasil dari analisis ini digunakan untuk menyusun perencanaan program wisata pendidikan lingkungan. Analisis Persepsi dan Preferensi Anak Usia SD Untuk mengetahui persepsi dan preferensi anak usia SD tentang lingkungan dilakukan analisis deskriptif kuantitatif. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Likert, yaitu skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat atau persepsi seseorang tentang suatu variabel (Djaali dan Muljono, 2004) dengan menggunakan model empat pilihan (skala 4). Pemilihan model skala 4 dilakukan mengingat contoh adalah siswa SD sehingga diharapkan agar angket mampu mengungkap lebih maksimal perbedaan sikap contoh. Selain itu model 4 pilihan untuk menghindari kecenderungan contoh memilih jawaban ragu-ragu atau netral (Widoyoko 2012). Setiap pernyataan memiliki 4 alternatif jawaban. Jawaban anak kemudian ditabulasi. Tabel menyajikan persentase contoh yang memilih tiap alternatif untuk setiap butir pernyataan. Jawaban contoh dikelompokkan dalam tiga kategori persepsi dan preferensi, yaitu : 1. Baik; jika skor jawaban berada pada selang atas 2. Sedang; jika skor jawaban berada pada selang tengah 3. Rendah; jika skor jawaban berada pada selang bawah Penentuan selang dilakukan mengacu pada Nazir (1999) dengan cara sebagai berikut : skor min + skor max-skor min 2
ST
=
SA SB
= > ST s.d. skor max = < ST s.d. skor min
± SD
Keterangan : ST = selang tengah Skor min = jumlah skor terendah dari semua butir jawaban angket
Skor max SA SB SD
= jumlah skor tertinggi dari semua butir jawaban angket = selang atas = selang bawah = standar deviasi = simpangan baku
SD
=
√S2
dimana
n ∑X2 - (X)2 n
S2
=
X n
= jumlah skor tiap contoh = jumlah contoh
Jawaban anak juga akan dianalisis untuk melihat apakah ada perbedaan persepsi dan preferensi anak berdasarkan kelompok kelas dan berdasarkan jenis kelamin. Uji beda yang digunakan mengacu pada Nazir (1999), yaitu uji beda t dengan dua mean independen dengan rumus :
Keterangan : Xa = rata-rata kelompok a Xb = rata-rata kelompok b Sp = standar deviasi gabungan Sa = Standar deviasi kelompok a Sb = Standar deviasi kelompok b na = banyaknya sampel di kelompok a nb = banyaknya sampel di kelompok b df = na + nb -2 Hipotesis yang diterapkan pada penelitian ini adalah : Hipotesis 1 (persepsi): H0 = tidak terdapat perbedaan persepsi yang nyata antara anak kelas 1-3 dengan anak kelas 4-6. H1 = terdapat perbedaan persepsi yang nyata antara anak kelas 1-3 dengan anak kelas 4-6. H0 = tidak terdapat perbedaan persepsi yang nyata antara anak laki-laki dengan anak perempuan. H1 = terdapat perbedaan persepsi yang nyata antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Hipotesis 2 (preferensi) : H0 = tidak terdapat perbedaan preferensi yang nyata antara anak kelas 1-3 dengan anak kelas 4-6.
H1 = terdapat perbedaan persepsi yang nyata antara anak kelas 1-3 dengan anak kelas 4-6. H0 = tidak terdapat perbedaan preferensi yang nyata antara anak laki-laki dengan anak perempuan. H1 = terdapat perbedaan preferensi yang nyata antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Bila : thitung > ttabel signifikan; H1 diterima Ho ditolak thitung < ttabel non signifikan; H1 ditolak, Ho diterima Hasil analisis ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai persepsi dan preferensi anak sehingga dapat menjadi masukan dalam perencanaan program wisata pendidikan. Hasil analisis digunakan untuk membuat sintesis dan menarik kesimpulan. Lamanya waktu untuk mendapatkan kesimpulan akhir bergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan dan metode pencarian ulang yang digunakan serta kecakapan peneliti. Sintesis Hasil analisis data potensi di PT. Pusri, persepsi, dan preferensi anak terhadap lingkungan disintesiskan. Dari hasil ini dibuat program wisata pendidikan lingkungan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan pembuatan jalur wisata pendidikan lingkungan berdasarkan kebutuhan siswa. Jalur yang dibuat diharapkan memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) aksesibilitas yang mudah; 2) memenuhi tuntutan kebutuhan anak. Pada tahap sintesis ini juga dilakukan pembuatan permainan pendidikan lingkungan. Pemilihan permainan selain berdasarkan kebutuhan peserta juga disesuaikan dengan kemampuan dan pengembangan pengelola (dalam hal ini PT. Pusri). Luarannya adalah program wisata pendidikan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan anak usia SD.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kawasan Penelitian Kota Palembang pada umumnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 4-12 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah kota sebesar 400,61 km2 dan secara administrasi terdiri atas 16 kecamatan dan 107 kelurahan. Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi, curah hujan di kota Palembang rata-rata 22-428 mml per tahun dengan suhu rata-rata 21o-32o Celcius. Dari segi hidrologi, kota Palembang terbelah oleh Sungai Musi menjadi dua bagian besar yang disebut dengan Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Sungai Musi merupakan sungai terbesar dengan lebar rata-rata 504 meter (lebar terbesar adalah 1350 meter, berlokasi di sekitar Pulau Kemaro dan lebar terpendek adalah 250 meter berlokasi di sekitar Jembatan Musi II). Tiga sungai besar lainnya yang
dimiliki kota Palembang adalah Sungai Komering (lebar rata-rata 236 meter), Sungai Ogan (lebar rata-rata 211 meter), dan Sungai Keramasan (lebar rata-rata 103 meter). PT. Pusri merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran pupuk dan merupakan salah satu industri terbesar di kota Palembang. Didirikan pada tanggal 24 Desember 1959, PT. Pusri merupakan pabrik urea pertama di Indonesia. Lokasi kawasan berada di Jalan Mayor Zen Palembang. Luas area keseluruhan sebesar 170,31 ha yang terbagi atas area pabrik (91,83 ha) dan area non pabrik (78,48 ha). Selama 54 tahun keberadaan PT. Pusri di Palembang, beberapa kegiatan yang bersifat insidental telah dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar secara berkala, misalnya pemberian pelatihan bagi pedagang, pemberian paket sembako menjelang bulan puasa, dan lain-lain. Kegiatan yang bersifat insidental antara lain lomba foto dan menggambar kawasan PT. Pusri. Contoh pada penelitian ini terdiri atas 25% anak kelas 1-3, 75% anak kelas 4-6 dengan memperhatikan jumlah jenis kelamin yang seimbang, yaitu 49,17% anak laki-laki dan 50,83% anak perempuan. Komposisi karakteristik anak usia SD sebagai contoh dalam penelitian ini adalah : 1) kelas, 2) jenis kelamin. Komposisi ini digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat persepsi dan preferensi anak terhadap lingkungan. Persentase komposisi anak dapat dilihat pada Tabel 9.
Kategori Kelas Jenis kelamin
Tabel 9 Komposisi contoh Komposisi 1-3 4-6 Laki-laki Perempuan
n 30 90 59 61
% 25 75 49,17 50,83
Daya Tarik Wisata PT. Pusri Sumber daya yang dapat ada di suatu kawasan dapat dimanfaatkan sebagai obyek dan daya tarik wisata. Richardson dan Fluker (2004) menyatakan bahwa faktor penarik wisatawan untuk mengunjungi suatu obyek wisata merupakan destination specific attributes, misalnya iklim, suasana, maupun atraksi tertentu. Dari keberadaan beberapa obyek yang dapat dijadikan obyek kunjungan pendidikan lingkungan di PT. Pusri, anak diminta untuk menyatakan urut-urutan fasilitas tersebut sebagai daya tarik wisata pendidikan lingkungan. Tabel 10 Daya tarik wisata pendidikan lingkungan PT. Pusri Daya tarik Kelas 4-6 Laki-laki Perempuan Kelas 1-3 n % n % n % n % Pabrik pupuk 10 33,33 34 37,78 25 42,37 19 31,15 Instalasi pengolahan 2 6,67 21 23,33 13 22,03 10 16,39 limbah Mini zoo 8 26,67 12 13,33 8 13,56 12 19,67 6 10,17 6 9,84 Sungai Musi 2 6,67 10 11,11
Danau buatan Taman dan RTH Lapangan golf Green barrier Jumlah
2 4 1 1 30
6,67 13,33 3,33 3,33 100
4 4 2 3 90
4,44 4,44 2,22 3,33 100
1 2 1 3 59
1,69 3,39 1,69 3,39 100
5 6 2 1 61
8,20 9,84 3,28 1,64 100
Kedua kelompok kelas memiliki kesamaan pilihan terhadap pabrik, yaitu sama-sama menempatkannya pada urutan pertama sebagai daya tarik wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri (dipilih oleh 33,33% anak kelas 1-3 dan 37,78% anak kelas 4-6). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pabrik pupuk menempati urutan pertama sebagai daya tarik kawasan. Berdasarkan hasil wawancara alasan contoh menyatakan ketertarikan pada pabrik adalah karena aspek fisiknya yang megah dan besar. Fisik pabrik dirasakan memberikan kesan misterius yang menarik bagi anak untuk dikunjungi.
Gambar 3 Sebaran daya tarik wisata PT. Pusri Daya tarik yang ada pada Tabel 11 dibagi dalam dua kategori, yaitu daya tarik utama yang terdiri atas pabrik pupuk dan instalasi pengolahan limbah yang merupakan fasilitas dan aktivitas utama PT. Pusri, serta daya tarik penunjang. Kategorisasi ini diperlukan saat pembuatan program, dimana obyek yang dikunjungi di PT. Pusri merupakan kombinasi dari daya tarik utama dengan penunjang. Mengingat faktor keamanan serta kebijakan PT. Pusri, maka untuk kelas 1-3, yang menjadi daya tarik utama hanya pabrik. Tabel 11 Daya tarik wisata pendidikan lingkungan PT. Pusri Daya tarik utama Pabrik pupuk Instalasi pengolahan limbah
Daya tarik penunjang Mini zoo Sungai Musi
Danau buatan Taman dan RTH Lapangan golf Hutan Green barrier
Pabrik Pupuk PT. Pusri merupakan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia. Didirikan pada bulan Desember 1959, PT. Pusri merupakan wujud perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian. Tujuan dari pendirian pabrik adalah untuk mengolah gas alam menjadi bahan pembuatan pupuk urea dan berbagai bahan kimia berguna lainnya, memperdagangkan hasil pabrik dan barang pelengkap lainnya. Pada awalnya PT. Pusri hanya terdiri atas satu pabrik. Tetapi dengan semakin meningkatnya permintaan akan pupuk, maka PT. Pusri mengalami perkembangan pabrik. Perkembangan pabrik PT. Pusri dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Perkembangan pabrik PT. Pusri Pabrik Pusri I (*) II III IV IB
Areal Pabrik (ha) 20 15 10 10
Mulai Produksi Oktober 1965 Agustus 1974 Desember 1976 Oktober 1977 Maret 1994
(*) digantikan dengan Pabrik IB karena usia pabrik yang telah tua Pabrik Pusri I merupakan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia. Pabrik ini terdiri atas satu pabrik ammonia sebagai pengolah bahan baku dasar untuk diproses menjadi urea, dan satu pabrik urea. Pabrik Pusri II dibangun untuk mengatasi kebutuhan pupuk yang semakin meningkat. Pengembangan pabrik terus dilakukan untuk menanggulangi permintaan pupuk dalam negeri yang semakin meningkat. Pengembangan terakhir adalah Pabrik IB yang menjadi pengganti Pabrik Pusri I. Pada Pabrik IB digunakan teknologi pembuatan ammonia dan urea yang hemat energi. Dengan kondisi pabrik pupuk yang besar dan megah serta aktivitasnya yang masif dapat menumbuhkan rasa bangga anak terhadap keberadaan pabrik di kota serta menumbuhkan rasa cinta terhadap kota Palembang. Tumbuhnya rasa bangga dan cinta anak diharapkan akan membuat anak menjaga perilakunya dari perbuatan yang dapat merusak keadaan kota, terutama di bidang kelestarian lingkungan. Lingkungan pabrik yang memiliki banyak peralatan yang berbahaya membuat kunjungan harus dibatasi pada area-area tertentu yang aman dikunjungi anak. Kekurangan pengetahuan tentang pabrik akibat terbatasnya kunjungan akan dapat ditutupi jika PT. Pusri menyiapkan film pendek mengenai fasilitas dan aktivitas yang ada di wilayah pabrik. Instalasi Pengolah Limbah Salah satu pandangan dan sikap PT. Pusri adalah kepedulian terhadap lingkungan yang diwujudkan dalam kegiatan industri yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Dalam pengelolaan limbah pabrik, usaha
dilakukan untuk menekan dan mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan. Ada empat prinsip pengelolaan limbah yang diterapkan PT. Pusri, yaitu 1) pengurangan limbah dari sumber; 2) daur ulang; 3) pengambilan dan 4) pemanfaatan kembali secara berkelanjutan menuju produksi bersih. Komitmen PT. Pusri terkait dengan pengelolaan lingkungan diwujudkan melakui penetapan Pusri Effluent Treatment Improvement Project atau Proyek PET. Pelaksanaan proyek ini untuk melaksanakan peraturan pemerintah mengenai ketentuan Baku Mutu Limbah Cair sesuai dengan ketentuan Menteri Negara Lingkungan Hidup serta kesepakatan program kali bersih (Prokasih) antara Direksi PT. Pusri dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Selatan. Berdasarkan Proyek PET ini, maka sistem peralatan dan modifikasi pengolahan limbah di PT. Pusri meliputi Hidrolizer-Stripper System, Oil Separator, Biological Waste Water Treatment System, Sludge Removal Facilities, Waste Reduction Program. Hidrolizer-Stripper System Merupakan unit peralatan untuk daur ulang limbah cair yang mengandung amonia dan urea dengan konsentrasi tinggi. Limbah tersebut berasal dari pabrik Urea Pusri II, III dan IV yang dikumpulkan melalui sistem tertutup ke collecting pit pada masing-masing pabrik. Selanjutnya limbah tersebut melalui sistem perpipaan dipompakan untuk ditampung dalam buffer tank. Dari buffer tank dipompakan ke dalam Hydrolizer Stripper. Dalam unit Hydrolizer akan terjadi proses hidrolisa larutan urea menjadi amoniak dan CO2. Hasil hidrolisa urea dipisahkan dalam Stripper dengan sistem steam sripping, keluaran dari Stripper berupa off gas dan treated water. Dengan konsentrasi urea = nil dan Amonia = 5 ppm. Oil Separator Pada tiap-tiap collecting pit dilengkapi dengan unit pemisah minyak yang bekerja secara kontinyu dengan kapasitas olahan 20 m3/jam. Pemisahan minyak ini dilakukan untuk menjaga agar konsentrasi minyak yang akan diolah di Hydrolizer-Stripper terjaga pada kisaran < 10 ppm. Biological Waste Water Treatment System Unit Biological Pond, merupakan unit pengolah limbah cair yang menggunakan bakteri untuk menurunkan kadar BOD, COD, TSS dan amonia. Kolam biologi ini terdiri dari 6 buah kolam yang dengan ukuran total kolam 25 x 100 meter. Empat buah kolam merupakan kolam biologi sedangkan dua kolam lainnya merupakan kolam emergency. Dari 4 kolam yang ada, 3 kolam di antaranya masing-masing dilengkapi dengan 2 buah aerator yang berfungsi sebagai pensuplai oksigen. Dari 3 kolam aerasi tersebut 1 kolam difungsikan secara full aerasi sedangkan 2 kolam aerasi lagi difungsikan secara bergantian, dan dioperasikan secara terus menerus selama 24 jam. Limbah yang diolah di unit ini, berasal dari ceceran lantai, bekas cucian dan lain sebagainya yang konsentrasi limbahnya rendah. Kapasitas olah 700 - 800 m3/jam yang berasal dari Pusri IB, Pusri-II, Pusr1-3, Pusri-IV dan PPU. Hasil olahan langsung dialirkan ke Sungai Musi. Sludge Removal Facilities Sludge Removal Facilities adalah suatu sistem peralatan yang berfungsi sebagai pemisah dan pengolah lumpur yang berasal dari unit kolam biologi. Lumpur yang berasal dari kolam biologi dipompakan ke thickener untuk
diendapkan secara gravitasi. Air yang berasal dari thickener dikeluarkan secara overflow; endapan lumpur dari bagian bawah thickener dikeluarkan dan dikumpulkan dalam reservoir tank dan dipompakan ke filter press untuk dipisahkan airnya dan dipadatkan dengan tekanan 8 bar, sehingga menghasilkan padatan lumpur yang mengandung 40 % dray solid. Waste Reduction Program Purge Gas Recovery Unit (PGRU) adalah unit pengolah purge gas yang terbuang dari pabrik amonia Pusri II, Pusri III dan Pusri IV. Hasil olahan berupa tail gas digunakan sebagai bahan bakar sedangkan gas H2 dan NH3 dikembalikan ke proses untuk dipakai kembali. Keberadaan fasilitas instalasi pengolahan limbah dapat memberikan gambaran bagi anak mengenai bagaimana dampak limbah jika tidak dikelola dengan baik. Anak juga dapat mengetahui bahwa limbah PT. Pusri telah diolah dengan baik sehingga tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Kunjungan ke fasilitas ini akan membuka mata anak mengenai komitmen PT. Pusri terhadap pelestarian lingkungan sehingga anak akan dapat menjadi juru bicara PT. Pusri tentang hal ini. Mengingat kondisi kawasan ini yang memiliki banyak fasilitas dan zat kimia berbahaya, maka kunjungan ke kawasan ini tidak dapat dilakukan oleh anak dari kelas 1-3. Kunjungan oleh anak kelas 4-6 pun harus memenuhi standarstandar keamanan dan keselamatan yang berlaku serta mematuhi larangan atau batasan wilayah yang dapat dimasuki. Kekurangan pengetahuan akibat terbatasnya area yang dapat dikunjungi akan dapat ditutupi jika PT. Pusri menyiapkan fasilitas berupa film pendek mengenai fasilitas instalasi pengolahan limbah ini. Mini Zoo Pada tahun 2008, sebagai bentuk komitmen tanggung jawab sosial PT. Pusri didirikan kebun binatang mini yang berisi tiga pasang rusa, yaitu rusa tutul dan rusa sambar. Rusa tutul (Axis axis) memiliki ciri ukuran yang lebih kecil daripada ukuran tubuh rusa jawa. Rusa jantan memiliki berat 27-45 kg, tinggi badannya 0,6-1 m dengan panjang tubuhnya 1-1,5 m. Rusa ini mempunyai ekor yang pendek, yaitu sekitar 18-25 cm. Tubuh satwa ini tertutup mantel rambut berwarna coklat kemerahan dengan totol-totol putih kecuali pada bagian dagu, perut dan kaki. Uniknya totol-totol ini tersusun seperti garis dan bukannya tersebar secara tidak beraturan. Penghuni lainnya adalah rusa sambar atau dalam bahasa latin disebut Cervus unicolor. Rusa jenis ini merupakan rusa paling besar diantara 3 rusa asli Indonesia lainnya. Ciri khas rusa sambar adalah tubuh yang besar dengan warna bulu kecoklatan dan cenderung berwarna coklat keabu-abuan atau kemerah-merahan, warna gelap sepanjang bagian atas. Rusa ini dapat tumbuh setinggi 102 cm – 160 cm dengan panjang tubuh sekitar 150 cm. Berat rusa dewasa sekitar 80-90 kg (betina) dan 90-125 kg (jantan). Tanduk rusa sambar juga tergolong panjang dan bisa mencapai hingga tinggi 1 meter.
Gambar 4 Papan interpretasi dan kondisi mini zoo Saat ini mini zoo dalam kondisi terpelihara dengan baik. Sekarang rusa-rusa tersebut berjumlah 31 ekor. Kunjungan ke mini zoo dapat memberikan pengetahuan kepada anak mengenai kehidupan hewan darat pada umumnya, dan rusa pada khususnya. Di obyek ini anak dapat mempelajari beberapa hal antara lain adalah biologi dan morfologi dari rusa, posisi rusa pada rantai makanan, serta manfaat rusa bagi lingkungan dan bagi manusia. Pengelola mini zoo adalah harus memberikan perhatian terhadap kurangnya papan-papan interpretasi di area ini. Papan interpretasi yang ada sekarang hanya satu dan berisi mengenai nama rusa dan jumlahnya saja. Perlu ditambahkan informasi mengenai habitat aslinya, pola hidup dan makannya, serta perkembangbiakannya. Selain itu, perlu juga diadakan papan larangan untuk melemparkan makanan atau benda-benda berbahaya ke dalam kandang rusa. Pada papan tersebut harus dijelaskan mengapa memberi makan rusa ataupun melempar benda-benda seperti botol plastik dan kaleng ke dalam kandang rusa dapat membahayakan hidup rusa-rusa tersebut.
Gambar 5 Kondisi mini zoo
Sungai Musi Sungai Musi membelah Provinsi Sumatera Selatan dari timur ke barat. Sungai ini memiliki delapan anak sungai besar, yaitu Sungai Komering, Ogan, Lematang, Kelingi, Lakitan, Semangus, Rawas, Leko dan Batanghari. Sungai Musi berada di tengah kota Palembang dan membagi kota menjadi dua bagian. Bagian utara disebut Seberang Ilir dan bagian selatan disebut Seberang ulu.
Keberadaan Sungai Musi sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sangat penting, salah satunya sebagai sarana transportasi. Masih banyak penduduk kota Palembang yang menggunakan perahu (disebut taksi motor oleh penduduk setempat) sebagai alat transportasi. Pabrik PT. Pusri berada di tepi sungai ini. Dari tepi Sungai Musi yang berada di kawasan PT. Pusri dapat dilihat kesibukan masyarakat kota Palembang. Danau Buatan Di kawasan PT. Pusri terdapat dua buah danau buatan. Danau pertama (danau 1) berada di dekat gedung Diklat, sementara danau kedua (danau 2) berada di dekat mesjid. Kedua danau buatan ini lebih mirip sebuah kolam besar dengan luas sekitar 100 m2. Danau ini ditumbuhi tanaman teratai yang jika sedang musim berbunga akan memberikan pemandangan yang sangat indah. Keadaan kedua danau sedikit berbeda. Danau 1 memiliki pulau buatan mini di tengahnya yang ditumbuhi beberapa jenis tanaman. Kondisi perairannya terkesan kotor. Di pinggir danau terdapat pohon-pohon rindang dan bangkubangku semen. Patut disayangkan rerumputan di sekitar danau kurang terpelihara rapi dan tumbuh tinggi sehingga mengurangi keindahan. Tidak terdapat papan interpretasi yang dapat menjelaskan mengenai danau ini.
Gambar 6 Danau buatan 1 dan pulau mini Danau 2 memiliki kondisi perairan yang bersih. Danau ini tidak memiliki pulau mini di tengahnya tetapi digantikan dengan air mancur mini. Di sekeliling danau ditumbuhi rumput yang terpelihara rapi sehingga sekitar danau terkesan rapi dan bersih. Terdapat satu papan berisi himbauan untuk tidak berburu burung. Tidak terdapat papan interpretasi, pohon-pohon ataupun bangku-bangku di seputar danau yang dapat dijadikan tempat beristirahat.
Gambar 7 Danau buatan 2 Kunjungan ke danau-danau ini dapat memberikan pengetahuan kepada anak mengenai kehidupan organisme air, terutama air tawar. Danau dapat menjadi lokasi pembelajaran mengenai habitat makhluk air, manfaat air bagi makhluk hidup, bagaimana menjaga air agar tetap bersih, apa akibat bagi makhluk hidup terutama manusia jika sumber air bersih tercemar. Tepian danau yang teduh dapat menjadi tempat mengadakan permainan-permainan yang terkait dengan pendidikan lingkungan. Dengan belajar langsung di alam terbuka, diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan anak tidak cepat bosan. Sabuk Hijau (Green Barrier) PT. Pusri memiliki hutan yang disebut dengan sabuk hijau (green barrier) yang berfungsi sebagai penghambat limbah gas yang tertiup angin kea rah pemukiman penduduk, sekaligus sebagai peredam suara yang dihasilkan oleh pabrik selama proses produksi. Saat ini luas green barrier PT. Pusri adalah 12,8 ha. Luas ini akan ditingkatkan di masa yang akan datang hingga mencapai target yaitu seluas 27 ha. Persepsi Anak Usia SD Penelitian ini berupaya mengukur persepsi anak usia SD terhadap lingkungan dengan memperkirakan apakah ada pengaruh jenis kelamin dan tingkatan kelas dalam pembentukan persepsi tersebut. Hasil dari pengukuran tingkat persepsi anak usia SD dapat digunakan dalam menyusun program wisata pendidikan lingkungan. Mengacu pada persepsi terhadap lingkungan menurut Rosa (2008), persepsi terbentuk melalui proses kognisi, afeksi dan konasi. Proses kognisi meliputi penerimaan, pemahaman dan pemikiran. Proses afeksi meliputi perasaan dan emosi, keinginan, dan nilai-nilai tentang lingkungan. Proses konasi meliputi tindakan atau perlakuan terhadap lingkungan sebagai respon dari proses kognisi dan afeksi.
Kognisi (pemahaman, pemikiran) Individu
Afeksi (perasaan, keinginan, nilai)
Persepsi terhadap lingkungan
Konasi (tindakan/perlakuan)
Gambar 8 Proses pembentukan persepsi terhadap lingkungan Upaya mengukur persepsi anak dilakukan dengan metode wawancara dengan pertanyaan terbuka dan angket. Sebagai pembuka, diajukan pertanyaan terbuka mengenai definisi lingkungan. Hal ini dilakukan agar anak bebas mengungkapkan apa yang mereka ketahui tentang pengertian lingkungan. Pada tabel 12 terlihat klasifikasi jawaban anak terhadap pengertian lingkungan. Pada kelompok kelas 1-3, terdapat 3,33% anak yang mengatakan tidak tahu definisi lingkungan. Jawaban yang lebih kompleks diberikan oleh 43,33% anak. Untuk kelas 4-6, tidak ada anak yang menjawab tidak tahu tentang definisi lingkungan. Lebih dari separuh anak (63,33%) memilih jawaban tentang definisi lingkungan yang kompleks. Hasil pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa tingkat kognisi anak kelas 1-3 masih perlu ditingkatkan. Pembelajaran tentang lingkungan yang masih dominan di kelas kemungkinan menjadi penyebab kekurangtahuan ini. Tabel 13 Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang lingkungan Definisi Lingkungan
Kelas 1-3 n %
Kelas 4-6 n %
Laki-laki n %
Tidak tahu
1
3,33
0
0
1
1,70
0
0
Lingkungan adalah air, darat dan udara di sekitar kita. Lingkungan adalah manusia, hewan dan tumbuhan di sekitar kita.
5
16,67
14
15,56
11
18,64
8
13,11
11
36,67
19
21,11
10
16,95
20
32,79
13
43,33
57
63,33
37
62,71
33
54,10
30
100
90
100
59
100
61
100
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Jumlah
Perempuan n %
Pengetahuan anak tentang ruang lingkup PT. Pusri juga ditanyakan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang PT. Pusri Kelas 1-3 Kelas 4-6 Laki-laki Perempuan Pengetahuan tentang PT. Pusri n % N % n % n % Tidak tahu 5 16,67 2 2,22 6 10,17 1 1,64 Pabrik pupuk 22 73,33 51 56,67 39 66,10 34 55,74 Pabrik pupuk dan 3 10 37 41,11 14 23,73 26 42,62 bahan kimia lain Jumlah 30 100 90 100 59 100 61 100 Dari hasil jawaban anak, klasifikasi jawaban dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu tidak tahu tentang PT. Pusri, PT. Pusri adalah pabrik pupuk, dan PT. Pusri adalah pabrik pupuk dan bahan kimia lainnya. Ternyata baik untuk kelompok kelas 1-3 dan 4-6, masih ada anak yang tidak tahu PT. Pusri, walaupun untuk anak kelas 4-6 jumlahnya kecil (2,22%). Tetapi hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi PT. Pusri karena jarak sekolah contoh berada sekitar 2 kilometer dari lokasi. Sebagian besar anak kelas 1-3 dan 4-6 menyatakan bahwa PT. Pusri hanya pabrik pupuk saja (73,33% dan 56,67%). Ini juga menjadi hal yang perlu diperhatikan PT. Pusri, bahwa pengenalan lingkup bisnis PT. Pusri belum seluruhnya diketahui oleh anak-anak di sekitar perusahaan. Upaya mengukur persepsi juga dilakukan melalui aspek afeksi. Uno et al. (2001) menyatakan bahwa kawasan afeksi merupakan domain yang berkaitan dengan nilai-nilai interes, apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial. Pada tahap awal, anak diajukan pertanyaan terbuka untuk mengetahui afeksi mereka melalui pertanyaan tentang perasaan mereka jika lingkungan sekitar bersih dan indah. Jawaban anak dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran contoh menurut afeksi anak terhadap lingkungan Afeksi terhadap Kelas 1-3 Kelas 4-6 Laki-laki Perempuan lingkungan yang n % n % n % n % bersih, sehat dan indah Biasa saja 5 16,67 7 7,77 10 16,95 2 3,28 Senang dan bangga 25 83,33 83 92,22 49 83,05 59 96,72 Jumlah 30 100 90 100 59 100 61 100 Baik untuk kelas 1-3 maupun kelas 4-6, sebagian besar anak menyatakan senang dan bangga jika lingkungan mereka bersih, sehat dan indah. Kebanggaan ini harus selalu dijaga dan menjadi bagian dari anak hingga mereka dewasa agar selalu mempengaruhi perilaku mereka terhadap lingkungan. Afeksi anak terhadap PT. Pusri juga ditanyakan melalui bagaimana perasaan mereka terhadap keberadaan PT. Pusri di lingkungan mereka. Sebagian besar anak menyatakan senang dan bangga dengan keberadaan PT. Pusri. Tetapi yang perlu menjadi perhatian adalah masih ada anak yang juga merasa biasa saja dengan keberadaan PT. Pusri. Hal ini dirasakan anak karena bagi anak PT. Pusri tidak memberikan manfaat apapun dalam kehidupannya. Ini harus menjadi perhatian agar jika PT. Pusri menyelenggarakan kegiatan harus yang dapat menyentuh anak
sehingga semua anak di sekitar kawasan merasa bangga dengan keberadaan PT. Pusri. Tabel 16 Sebaran contoh menurut afeksi anak terhadap PT. Pusri Laki-laki Perempuan Kelas 1-3 Kelas 4-6 Afeksi terhadap keberadaan PT. Pusri N % N % n % n % Biasa saja 11 36,67 9 10 8 13,56 12 19,67 Senang dan bangga 19 63,33 81 90 51 86,44 49 80,33 Jumlah 30 100 90 100 59 100 61 100 Pengukuran persepsi melalui konasi anak digunakan untuk memperoleh deskripsi tentang tingkah laku yang bertujuan dan impuls untuk berbuat. Konasi berupa bereaksi, berusaha, berkemauan, dan berkehendak (Chaplin 1995). Melalui pertanyaan terbuka, anak ditanyakan bentuk tindakan yang mereka lakukan dalam upaya menjaga lingkungan tetap sehat dan bersih. Tabel 17 Sebaran contoh menurut konasi anak terhadap lingkungan Laki-laki Perempuan Konasi terhadap Kelas 1-3 Kelas 4-6 lingkungan n % n % n % n % Diam saja 1 3,33 0 0 1 1,69 0 0 Membuang sampah 12 40 51 56,67 34 57,63 29 47,54 pada tempatnya Menegur teman yang 13 43,33 28 31,11 19 32,20 22 36,06 membuang sampah sembarangan Mengajak teman gotong 4 13,33 11 12,22 5 8,47 10 16,39 royong membersihkan sekolah Jumlah 30 100 90 100 59 100 61 100 Membuang sampah pada tempatnya masih merupakan pilihan utama bagi anak baik kelas 1-3 maupun 4-6. Hal ini berarti keinginan anak untuk menjaga kebersihan lingkungan masih terbatas pada diri sendiri dan belum menjadi penggerak bagi teman-temannya. Aksi berupa mengajak teman melakukan pekerjaan gotong royong masih rendah. Upaya meningkatkan konasi anak agar menjadi motor penggerak penjaga lingkungan perlu ditingkatkan agar terbawa hingga anak dewasa. Dalam rangka mengembangkan kawasan PT. Pusri menjadi destinasi program wisata pendidikan lingkungan yang diminati oleh anak usia SD, maka ditanyakan juga mengenai persepsi kawasan wisata pendidikan yang ideal menurut mereka. Hasil dari wawancara tersebut ditabulasi berdasarkan fitur apa yang paling diinginkan anak untuk berada di kawasan.
Tabel 18 Sebaran contoh persepsi ideal anak tentang kawasan wisata pendidikan lingkungan Laki-laki Perempuan Kelas 1-3 Kelas 4-6 Fitur ideal n % n % n % n % Pohon rindang 6 20 8 8,89 6 10,17 8 13,11 Bunga warna-warni 4 13,33 5 5,56 1 1,69 8 13,11 Padang rumput 0 0 2 2,22 2 3,39 0 0 Koleksi hewan darat 5 16,67 17 18,89 9 15,25 13 21,31 dan air Area eksplorasi 3 10 14 15,56 10 16,95 7 11,48 Miniatur kawasan 0 0 3 3,33 1 1,69 2 3,28 Papan informasi 0 0 7 7,78 2 3,39 5 8,20 Area bermain 4 13,33 15 16,67 11 18,64 8 13,11 Bangku 1 3,33 7 7,78 5 8,47 3 4,92 Bersih dan luas 7 23,33 12 13,33 12 20,34 7 11,48 Jumlah 30 100 90 100 59 100 61 100 Persepsi anak kelas 1-3 untuk suatu kawasan wisata pendidikan lingkungan adalah kondisi kawasan yang bersih dan luas. Kawasan yang luas tersebut diisi dengan fitur pepohonan, adanya koleksi hewan, dan area bermain.Ini sesuai dengan karakter anak usia 1-3 SD yang masih mengutamakan permainan yang melibatkan gerak fisik. Anak kelas 4-6 mengutamakan adanya koleksi hewan, diikuti dengan area bermain dan area eksplorasi. Untuk area eksplorasi, anak mengharapkan adanya area yang dapat mereka gunakan untuk melakukan simulasi kegiatan, seperti menanam tanaman dan memberinya pupuk. Sementara persepsi ideal berdasarkan pendapat anak laki-laki adalah keluasan kawasan diikuti area bermain. Bagi anak perempuan, yang diutamakan adalah koleksi hewan, diikuti dengan besaran yang sama yaitu fitur pepohonan, bunga-bunga dan area bermain. Menyikapi keinginan adanya area bermain, maka PT. Pusri dapat mengupayakan area bermain yang terkait dengan pembelajaran pendidikan lingkungan, misalnya dengan membuatnya sekaligus sebagai area eksplorasi sehingga anak dapat bermain sambil belajar. Dari hasil pengukuran melalui angket diperoleh hasil seperti pada Tabel 19 di bawah ini. Tabel 19 Sebaran contoh menurut tingkat persepsi anak terhadap lingkungan berdasarkan kelas dan jenis kelamin Kelas Persepsi Kurang Sedang Baik Rata-rata ± sd P value
Kelas 1-3 n % 0 21 9
Jenis Kelamin Kelas 4-6 n %
0 0 70 59 30 31 106,53 ± 5,49 0,462
0 65,6 34,4
Laki-Laki n % 0 41 19
Perempuan n %
0 0 68,3 39 31,7 21 107,37 ± 5,32 0,647
0 65 35
Keterangan skala skor : kurang : 30 – 70, sedang : 70,1 – 110, baik : 110,1 – 150 Tidak berbeda nyata pada selang 95% Hasil angket menunjukkan bahwa tingkat persepsi anak dominan berada pada kategori sedang sehingga diharapkan dapat ditingkatkan menjadi baik dengan berbagai program wisata pendidikan lingkungan yang menarik. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan persepsi anak terhadap lingkungan antara lain dengan menggambarkan hubungan antara kehidupan makhluk hidup (terutama manusia) dengan lingkungannya. Program wisata pendidikan yang dibuat sedapat mungkin menggambarkan bahwa manusia membutuhkan lingkungan untuk hidup. Mengacu pada Bhuiyan et al. (2010), wisata pendidikan lingkungan yang disampaikan melalui program-program pendidikan dapat merubah aspek kognitif, pengetahuan partisipatif, ketrampilan dan perilaku pembelajar.
Preferensi Anak Usia SD Cara pandang untuk menilai keindahan lingkungan berbeda-beda. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh preferensi yang berbeda-beda. Preferensi menurut Said (2008) adalah nilai yang diberikan oleh individu dalam menyukai suatu tempat melebihi tempat yang lain. Preferensi terhadap suatu tempat tertentu mencerminkan apa yang menarik bagi anak. Hubungan seperti ini bagi anak biasanya terkait pada kemampuan anak merasakan fungsi dari tempat tersebut. Anak lebih menerima dan merasa nyaman pada setting yang alami daripada lingkungan yang monoton (Yulyaningsih 2013). Preferensi anak usia SD terhadap lingkungan PT. Pusri pada penelitian ini mengacu pada preferensi menurut Fisher (1984) yang terdiri atas keteraturan, tekstur, keakraban terhadap lingkungan, keluasan ruang pandang, kemajemukan rangsang, dan kerahasiaan atau misteri. Hasil dari pengukuran preferensi anak usia SD dapat digunakan dalam menyusun program wisata pendidikan lingkungan. Tabel 20 Sebaran contoh menurut tingkat preferensi anak terhadap lingkungan berdasarkan kelas dan jenis kelamin Kelas
Preferensi Kelas 1-3 Kurang Sedang Baik Rata-rata ± sd P value
n 0 28 2
Kelas 4-6
% n 0 0 93,3 75 6,7 15 74,3 ± 7,13 0,420
% 0 83,3 16,7
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan n 0 51 9
% N 0 0 85,0 52 15,0 8 75,5 ± 6,53 0,683
Keterangan skala skor : kurang : 22 – 51,3, sedang : 51,4 – 80,6, baik : 80,7 – 110 Tidak berbeda nyata pada selang 95%
% 0 86,7 13,3
Tingkat preferensi anak masih dominan pada kategori sedang sehingga program wisata pendidikan lingkungan yang dibuat harus dapat meningkatkan preferensi menjadi baik. Kurangnya ruang terbuka hijau yang dapat digunakan anak untuk belajar sambil bermain di alam bebas menjadi salah satu faktor kurangnya preferensi anak terhadap lingkungan. Anak lebih sering menghabiskan waktunya di dalam ruang kelas daripada di alam terbuka.
Rekomendasi Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan Penentuan Visi dan Misi Program Visi program mengacu pada pernyataan yang menggambarkan sasaran jangka panjang dari program ini. Visi program wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri adalah mengembangkan program wisata pendidikan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan anak usia SD yang menarik serta membangun kesadaran dan kecintaan terhadap lingkungan. Misi program menggambarkan upaya yang dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut. Tabel 21 Misi program wisata pendidikan lingkungan PT. Pusri Misi Pernyataan Pernyataan 1. Menjadikan PT. Pusri sebagai destinasi wisata pendidikan Misi lingkungan yang bermanfaat secara berkelanjutan bagi masyarakat sekitar dengan cara : a. Mengembangkan fasilitas dan program yang mendukung kegiatan wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri. b. Mengembangkan kemampuan personil PT. Pusri yang menjadi instruktur program. c. Bekerja sama dengan para pihak dalam mengembangkan dan mempromosikan wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri. 2. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan pada generasi muda. 3. Membangun rasa cinta dan bangga pada generasi muda atas keberadaan PT. Pusri di kota Palembang. Perencanaan pada Pengelolaan dan Kawasan Dalam rangka mempersiapkan PT. Pusri menjadi destinasi wisata pendidikan lingkungan bagi anak usia SD, maka perencanaan yang diterapkan oleh PT. Pusri terdiri atas perencanaan pada pengelolaan dan rencana pada kawasan. Untuk perencanaan pengelolaan, upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kemampuan kapasitas petugas dalam menjalankan program, baik sebagai instruktur program maupun pembuat program. Sementara perencanaan kawasan mengutamakan pengembangan dan pengadaan fasilitas pendukung program yang ada di kawasan.
Tabel 22 Perencanaan pada kawasan dan pengelolaan Rencana Keterangan Perencanaan 1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas yang pada akan menjadi instruktur program, seperti memberi tambahan pengelolaan pengetahuan tentang flora dan fauna yang ada di kawasan. 2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas yang akan menjadi pembuat program, terutama dalam hal mengemas program menjadi menarik. Perencanaan 1. Pengadaan miniatur pabrik pupuk dan instalasi pengolahan pada kawasan limbah. 2. Pengadaan papan-papan interpretasi yang informatif dan menarik. 3. Penambahan area eksplorasi seperti lahan mini untuk bercocok tanam. 4. Penambahan area dan fasilitas permainan pendidikan. Area ini dapat saja disatukan dengan area eksplorasi. 5. Meningkatkan kebersihan dan keindahan kawasan. Pengadaan miniatur pabrik beserta fasilitasnya dan instalasi pengolahan limbah penting dilakukan. Hal ini mengingat anak tidak dapat memasuki kawasan pabrik dan instalasi pengolahan limbah karena faktor keamanan. Melalui miniatur ini anak dapat memperoleh gambaran aktivitas yang berlangsung di kawasan PT. Pusri sehingga pemahaman anak menjadi lebih konkrit. Kondisi pabrik yang memerlukan penanganan khusus karena ada area tertentu yang terlarang, ataupun yang memerlukan perlengkapan khusus, maka pola perjalanan anak diatur dengan memperhatikan zona-zona tertentu. Untuk kepentingan wisata pendidikan lingkungan bagi anak usia SD maka kawasan PT. Pusri dibagi dalam sistem zonasi yang dapat mempermudah pengaturan pola perjalanan pengunjung, seperti ditampilkan pada Tabel 23.
Zonasi Zona wisata
Zona terbatas
Zona inti
Tabel 23 Zonasi kawasan Keterangan Zona ini meliputi area fasilitas umum seperti Gedung Diklat, mini zoo, dan danau buatan, RTH, serta taman-taman. Pada zona ini kegiatan program seperti permainan dapat dilaksanakan. Zona ini meliputi kawasan instalasi pengolah limbah. Kawasan ini hanya dapat dimasuki dengan izin khusus dan memakai perlengkapan khusus. Karena alasan keamanan, maka kawasan ini hanya dapat dikunjungi oleh anak kelas V ke atas saja Zona inti meliputi kawasan pabrik. Kawasan ini terlarang untuk dimasuki karena alasan keamanan. Untuk kepentingan program wisata pendidikan, kunjungan hanya bersifat sightseeing dari batas luar kawasan pabrik.
Perencanaan Program Konsep program wisata pendidikan lingkungan bagi anak usia sekolah di PT. Pusri dibuat dengan memperhatikan persepsi dan preferensi anak usia sekolah
yang dikombinasikan dengan potensi sumber daya dan fasilitas yang ada di PT. Pusri. Untuk itu perlu diketahui tujuan dari program terkait dengan persepsi dan preferensi anak.
Persepsi Kurang
Sedang
Baik
Tabel 24 Tujuan program menurut persepsi dan preferensi Preferensi Kurang Sedang Baik Membangun Membangun Membangun persepsi dan persepsi, persepsi, preferensi. meningkatkan mempertahankan preferensi. preferensi. Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan persepsi dan persepsi dan persepsi, membangun preferensi. mempertahankan preferensi. preferensi. Mempertahankan Mempertahankan Mempertahankan persepsi, persepsi dan persepsi dan membangun meningkatkan preferensi. preferensi. preferensi.
Matriks di atas menjadi acuan untuk membuat perencanaan program wisata pendidikan lingkungan. Selanjutnya disusun rencana kunjungan yang sesuai dengan tabel di atas. Mengacu pada hasil uji beda t dimana tidak terdapat perbedaan persepsi maupun preferensi antara anak kelas 1-3 dengan kelas 4-6 dan antara anak laki-laki dengan anak perempuan, maka perencanaan program dapat disusun dengan tidak membedakan kelompok kelas maupun jenis kelamin, kecuali untuk kunjungan ke instalasi pengolahan limbah. Sebelum melakukan kegiatan kunjungan ke obyek-obyek yang menjadi daya tarik program, maka diperlukan kegiatan pendahuluan untuk membentuk persepsi yang positif dari anak. Kegiatan pendahuluan ini dapat berupa kunjungan ke sekolah-sekolah yang berada di sekitar kawasan pabrik untuk member penjelasan mengapa penting bagi mereka untuk mengikuti kegiatan ini. Sedangkan untuk sekolah-sekolah yang berada jauh dari kawasan, kegiatan pendahuluan ini dapat dilakukan di kawasan sebelum memulai kegiatan wisata. Bentuk kegiatan pendahuluan di kawasan dapat berupa kegiatan pemutaran film mengenai berbagai bencana yang ditimbulkan oleh perusakan lingkungan, seperti banjir dan kebakaran hutan. Atau dapat berupa kunjungan ke bagian dari Sungai Musi yang berada tidak jauh dari kawasan yang airnya keruh atau kotor, misalnya ke tepi sungai di dekat pasar. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan pendahuluan ini, persepsi anak tentang pentingnya pelestarian lingkungan menjadi kuat karena mereka langsung melihat akibat dari perusakan lingkungan. Pengalaman ini akan menjadi dorongan yang kuat dalam membentuk persepsi positif terhadap pelestarian lingkungan.
Tabel 25 Indikator keberhasilan program wisata pendidikan lingkungan Obyek yang dikunjungi
Kognisi
Persepsi Afeksi
Konasi
Keteraturan
Tekstur
Preferensi Keakraban Keluasan
Kemajemukan
Misteri
Pabrik
Mengetahui ruang lingkup dan aktivitas pabrik PT. Pusri.
Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap PT. Pusri
Menunjukkan kemampuan mengajak teman mencintai PT. Pusri
Menunjukkan sikap menyukai lingkungan yang rapi dan bersih
Menunjukkan sikap menyukai lingkungan yang indah
Menunjukkan sikap menyukai keberadaan PT. Pusri di lingkungannya
Menunjukkan sikap menyukai belajar pendidikan lingkungan di kawasan PT. Pusri
Menunjukkan sikap menyukai belajar di kawasan PT. Pusri dengan berbagai aktivitasnya
Menunjukkan sikap menyukai sejarah PT. Pusri
Instalasi Pengolahan Limbah
Mengetahui proses pengolahan limbah pabrik. Mengetahui akibat pencemaran limbah
Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap PT. Pusri yang mampu mengolah limbah dengan baik
Menunjukkan kemampuan mengajak teman mencintai PT. Pusri
Menunjukkan sikap menyukai lingkungan yang rapi dan bersih
Menunjukkan sikap menyukai lingkungan yang indah
Menunjukkan sikap menyukai keberadaan PT. Pusri di lingkungannya
Menunjukkan sikap menyukai belajar pendidikan lingkungan di kawasan PT. Pusri
Menunjukkan sikap menyukai belajar di kawasan PT. Pusri dengan berbagai aktivitasnya
Menunjukkan sikap menyukai sejarah PT. Pusri
Danau buatan
Mengetahui Menunjukkan ekosistem air rasa mencintai tawar, lingkungan organisme di dalamnya dan manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Menunjukkan kemampuan mengajak teman menjaga kebersihan air
Menunjukkan sikap menyukai lingkungan yang rapi dan bersih
Menunjukkan sikap menyukai lingkungan yang indah
Menunjukkan sikap menyukai keberadaan PT. Pusri di lingkungannya
Menunjukkan sikap menyukai belajar pendidikan lingkungan di kawasan PT. Pusri
Menunjukkan sikap menyukai belajar di kawasan PT. Pusri dengan berbagai aktivitasnya
Menunjukkan sikap menyukai sejarah kota Palembang dan PT. Pusri
Lanjutan. Obyek yang dikunjungi Mini zoo
Kognisi Mengetahui habitat dan pola hidup hewan darat.
Persepsi Afeksi
Konasi
Keteraturan
Tekstur
Preferensi Keakraban Keluasan
Kemajemukan
Misteri
Menunjukkan rasa mencintai lingkungan, terutama sikap menyayangi hewan.
Menunjukkan kemampuan mengajak teman menyayangi hewan
Menunjukkan sikap menyukai lingkungan yang rapi dan bersih
Menunjukkan sikap menyukai lingkungan yang indah
Menunjukkan sikap menyukai keberadaan PT. Pusri di lingkungannya
Menunjukkan sikap menyukai belajar pendidikan lingkungan di kawasan PT. Pusri
Menunjukkan sikap menyukai belajar di kawasan PT. Pusri dengan berbagai aktivitasnya
Menunjukkan sikap menyukai sejarah kota Palembang dan PT. Pusri
Sungai Musi Mengetahui ekosistem air tawar, organisme di dalamnya dan manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Menunjukkan rasa cinta dan bangga terhadap kota Palembang yang memiliki sungai terpanjang di Pulau Sumatera.
Menunjukkan kemampuan mengajak teman menjaga kebersihan Sungai Musi
Menunjukkan sikap menyukai lingkungan yang rapi dan bersih
Menunjukkan sikap menyukai lingkungan yang indah
Menunjukkan sikap menyukai keberadaan PT. Pusri di lingkungannya
Menunjukkan sikap menyukai belajar pendidikan lingkungan di kawasan PT. Pusri
Menunjukkan sikap menyukai belajar di kawasan PT. Pusri dengan berbagai aktivitasnya
Menunjukkan sikap menyukai sejarah kota Palembang dan PT. Pusri
RTH/Taman Mengetahui ekosistem darat, organisme di dalamnya dan manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Menunjukkan sikap menyayangi tanaman.
Menunjukkan kemampuan memelihara keindahan lingkungan
Menunjukkan sikap menyukai lingkungan yang rapi dan bersih
Menunjukkan sikap menyukai lingkungan yang indah
Menunjukkan sikap menyukai keberadaan PT. Pusri di lingkungannya
Menunjukkan sikap menyukai belajar pendidikan lingkungan di kawasan PT. Pusri
Menunjukkan sikap menyukai belajar di kawasan PT. Pusri dengan berbagai aktivitasnya
Menunjukkan sikap menyukai sejarah kota Palembang dan PT. Pusri
Mengenal rusa.
Durasi program wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri disesuaikan dengan tema dari masing-masing program. Adapun durasi umum yang diterapkan pada suatu program wisata adalah : 1. 2-3 jam. Durasi ini dapat diterapkan untuk morning tour atau afternoon tour. Dapat diberikan pada anak kelas I s.d. kelas III. 2. 4-6 jam. Durasi ini dikenal dengan istilah half day tour. Dapat diberikan kepada anak yang kelasnya lebih tinggi, yaitu kelas IV s.d. VI. Program yang dibuat merupakan gabungan dari beberapa aktivitas berupa : 1. Classroom : Berupa ceramah dan peragaan audio visual mengenai PT. Pusri secara singkat serta pengantar mengenai tema terkait. Lamanya classroom memperhatikan attention span anak-anak agar konsentrasi mereka optimal. 2. Outing class : anak diajak ke luar kelas. Pilihan tujuan tergantung pada tema. Tujuan pembelajaran di luar kelas adalah agar anak langsung belajar di alam. Dalam kegiatan ini diharapkan anak dapat mengembangkan kepekaan individu dan perilaku ramah lingkungan. 3. Permainan : sebagai penutup, anak diajak untuk mengikuti permainan yang didisain untuk memotivasi anak agar kelak dapat berpartisipasi aktif dalam pelestarian lingkungan. Pemilihan permainan dilakukan untuk meningkatkan : o Kognisi : pengetahuan tentang pupuk, pengolahan limbah, dan pelestarian alam. o Afeksi : bangga karena memiliki pabrik pupuk, bangga karena dapat menjaga kelestarian lingkungan. o Konasi : aktif berperilaku ramah lingkungan. Bentuk permainan dibuat dengan memperhatikan tahapan operasional konkret anak. Mengingat operasional PT. Pusri sangat terkait dengan pelestarian lingkungan maka pada penelitian ini topik utama yang dipilih untuk digunakan sebagai nama populer adalah envi-edu tour yang merupakan singkatan dari environmental education tour. Dari topik utama dapat diturunkan ke dalam tematema yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Contoh perencanaan program secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 26 Program envi-edu tour kelas 1-3 dengan daya tarik pabrik pupuk dan danau buatan Kegiatan
Lokasi
Durasi
Kedatangan dan perkenalan
Ruang Diklat
menit
10
Ceramah & pemutaran film
Ruang Diklat
menit
60
Tujuan Ice breaking
1. Mengenal PT. Pusri 2. Mengenal pupuk dan manfaatnya
Materi Permainan
Bahan pembuat pupuk Proses pembuatan pupuk Manfaat pupuk bagi petani dan tanaman
Lanjutan. Kegiatan Sightseeing
Permainan Penyaringan air
Lokasi
Durasi
Batas luar zona inti Danau buatan
30
Tepi danau buatan
menit
30
menit
Tujuan
Materi
1. Mengenal 1. Mengenal penghuni fasilitas PT. air tawar Pusri 2. Rantai makanan satwa 2. Mengenal air tawar ekosistem 3. Keterkaitan dengan danau dan kehidupan manusia dampak bagi ekosistem jika danau tercemar Bermain sambil belajar tentang kebersihan air
Indikator keberhasilan program : 1. Anak mengenal ruang lingkup dan aktivitas PT. Pusri 2. Anak bangga dengan adanya PT. Pusri di lingkungan sekitarnya 3. Anak menyadari pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan
Tabel 27 Program envi-edu tour kelas 4-6 dengan daya tarik pabrik pupuk, instalasi pengolahan limbah dan Sungai Musi Kegiatan
Lokasi
Durasi
Tujuan
Materi
Kedatangan dan perkenalan
Ruang Diklat
10 menit
Ice breaking
Permainan
Ceramah & pemutaran film
Ruang Diklat
60 menit
Mengetahui sejarah, fasilitas dan lingkup kegiatan PT. Pusri
1. Bahan pembuat pupuk 2. Proses pembuatan pupuk 3. Manfaat pupuk bagi petani dan tanaman 4. Menerapkan penggunaan pupuk bagi tanaman
Sightseeing
Batas luar zona inti Batas aman IPL
30 menit
1. Mengetahui fasilitas PT. Pusri 2. Mengetahui proses pengolahan limbah
1. Proses pengolahan limbah 2. Pemanfaatan kembali limbah 3. Manfaat pengolahan limbah bagi kelestarian lingkungan
Lanjutan. Kegiatan Permainan pengamatan aktivitas di sungai
Lokasi Tepi Sungai Musi
Durasi 60 menit
Tujuan
Materi
• Manfaat sungai
Indikator keberhasilan : 1. Anak tahu apa itu PT. Pusri, kontribusinya bagi Palembang 2. Anak bangga dengan adanya PT. Pusri 3. Anak menyadari pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian sungai agar bermanfaat bagi makhluk hidup Program Envi-edu Tour di PT. Pusri Luaran dari penelitian ini adalah program wisata pendidikan lingkungan berdasarkan kebutuhan anak usia sekolah. Pada penelitian ini dibuat dua contoh skenario program yang dapat dilaksanakan dengan memperhatikan Tabel 29 dan Tabel 30. Skenario I merupakan program envi-edu tour untuk anak kelas 1-3 dengan daya tarik pabrik pupuk dan danau buatan.
Waktu Lokasi 08.00 Ruang Diklat
09.00
Taman
Tabel 28 Skenario I Program - Berkumpul di ruang diklat PT. Pusri. - Pemutaran film mengenai bencana yang ditimbulkan oleh perusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran hutan, dan pencemaran air serta udara. - Penjelasan terkait dengan pemutaran film tersebut. - Pemutaran film mengenai bagaimana pupuk diproduksi di PT. Pusri. Agar menarik, anak diberi pengenalan tidak hanya tentang pupuk buatan, tetapi juga pupuk kandang. Perkenalan dengan pupuk diawali dengan pengenalan bahan pembuatan pupuk dan dilanjutkan mengenai proses pembuatan pupuk. Penayangan film diakhiri dengan memperlihatkan manfaat dari pupuk, yaitu menambah zat-zat penyubur tanah sehingga tanaman tumbuh dengan subur. - Tanya-jawab agar terjadi interaksi dua arah. Selesai menyaksikan film yang menarik tentang pupuk, anak-anak berjalan kaki menuju taman. Sambil berjalan instruktur dapat menjelaskan dengan singkat mengenai PT. Pusri yang pabriknya terlihat dari kejauhan. Setibanya di taman, anak-anak diajak untuk memperhatikan keindahan
Lanjutan. Waktu
Lokasi
Program tanaman yang ada di sana. Instruktur memberikan penjelasan mengenai proses pemberian pupuk kepada tanaman. Penjelasan juga dapat meliputi bagaimana pupuk menjadi sumber makanan bagi tanaman sehingga ia bisa tumbuh subur.
10.00
Taman
11.00
Taman
Anak-anak diajak untuk melakukan permainan terkait dengan tanaman. Rincian permainan adalah : - Satu anak berperan sebagai angin dan tiga sampai lima anak membentuk barisan kelompok kecil sambil berpegangan tangan dengan erat. - Anak yang berada paling depan berperan sebagai tanaman. - Si angin berputar dan menarik tanaman dengan tujuan untuk mencabutnya. Tetapi karena tanaman tersebut subur dengan akar yang kuat (yang dilambangkan dengan anak lain yang saling berpegangan) maka si angin harus berupaya keras untuk mencabutnya. - Anak akan melihat bahwa semakin kuat akar tanaman tersebut maka semakin sulit bagi angin untuk mencabutnya. Permainan juga dapat dilakukan satu lawan satu untuk memperlihatkan apa yang dapat terjadi ketika tanaman kurang subur. Selesai melakukan permainan dilakukan diskusi. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini, anak-anak dapat mengetahui apa itu pupuk, bagaimana proses pembuatannya dan apa manfaatnya bagi tanaman. Program selesai.
Alur kunjungan pada Skenario I ditampilkan pada Gambar 9. Pola perjalanan mengikuti aturan pada pembuatan perjalanan wisata, yaitu berurutan secara letak (sequence). Alur perjalanan yang berurutan dan tidak acak (zigzag) menjadikan waktu kunjungan menjadi efisien karena tidak membuang waktu dengan melewati rute yang tidak kronologis. Selain itu, pengalaman yang diperoleh menjadi lebih optimal karena rute yang dilewati berbeda (rute berangkat dengan rute pulang berbeda).
Gambar 9 Rute perjalanan skenario I Skenario II merupakan program envi-edu tour untuk anak kelas 4-6 dengan daya tarik pabrik pupuk dan instalasi pengolahan limbah dan Sungai Musi.
Tabel 29 Skenario II Waktu Lokasi Program 08.00 Ruang - Berkumpul di ruang diklat PT. Pusri. Diklat - Pemutaran film mengenai bencana yang ditimbulkan oleh perusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran hutan, dan pencemaran air serta udara. - Penjelasan terkait film tersebut. - Pemutaran film mengenai bagaimana sejarah, lingkup operasional, dan proses pembuatan pupuk di PT. Pusri. Penayangan film diakhiri dengan memperlihatkan manfaat dari pupuk. 09.00 Sightseeing Selesai menyaksikan film yang menarik tentang PT. Pusri, pabrik anak-anak diajak berkeliling di zona terluar kawasan pabrik. Sambil berkeliling instruktur dapat menjelaskan dengan singkat mengenai bangunan-bangunan pabrik yang terlihat. Selanjutnya berhenti di gedung instalasi pengolahan limbah. Di sini anak-anak diberikan penjelasan mengenai proses pengolahan limbah di PT. Pusri agar buangannya tidak mencemari sungai Musi. Setelah memperoleh penjelasan, anak-anak diajak melihat dari jarak aman peralatan yang digunakan. 10.00
10.30
12.00
Tepi sungai Musi
- Setelah mengamati proses pengolahan limbah, tour dilanjutkan ke arah belakang pabrik, yaitu ke tepi sungai Musi. - Instruktur menjelaskan apa fungsi dan manfaat sungai, dan apa yang terjadi pada sungai dan kehidupan di dalam dan sekitarnya jika air sungai tercemar oleh limbah. - Instruktur menjelaskan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan agar makhluk hidup dapat hidup lestari. - Mengamati kesibukan yang ada di sungai Musi. - Anak mencatat kegiatan apa saja yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di sungai tersebut. - Tiap anak menyampaikan pendapatnya. - Instruktur dapat menanyakan kepada anak apa yang akan terjadi pada semua kegiatan tersebut jika sungai Musi kotor dan tercemar limbah. Selesai melakukan permainan maka program wisata pendidikan lingkungan selesai. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini, anak-anak dapat mengetahui apa itu PT. Pusri, apa kontribusinya bagi Palembang, serta menimbulkan kebanggaan pada diri anak karena adanya PT. Pusri. Program selesai.
Gambar 10 Rute perjalanan skenario II Sama seperti alur perjalanan pada Skenario I, Skenario II juga mengikuti alur yang berurutan berdasarkan tata letak obyek kunjungan.
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Kawasan pabrik PT. Pusri memiliki keunggulan sebagai destinasi wisata pendidikan lingkungan. Daya tarik wisata PT. Pusri adalah pabrik pupuk dan instalasi pengolahan limbah, taman, mini zoo, Sungai Musi dan danau buatan. Daya tarik wisata ini dapat dikembangkan menjadi perencanaan program wisata pendidikan lingkungan berdasarkan kebutuhan anak usia SD. 2. Untuk menyusun perencanaan program wisata disusun indikator keberhasilan program terlebih dahulu berdasarkan persepsi dan preferensi anak. Baik persepsi maupun preferensi anak dominan berada pada kategori sedang sehingga program wisata pendidikan dibuat dengan tujuan meningkatkannya menjadi baik. 3. Perencanaan program wisata pendidikan lingkungan ini dikembangkan dengan tema utama envi-edu tour (wisata pendidikan lingkungan). Program dapat dikembangkan lagi menjadi topik-topik yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan lingkungan berdasarkan indikator keberhasilan yang telah disusun.
Saran 1. Program dikembangkan berdasarkan kemampuan instruktur PT. Pusri. Untuk itu diperlukan adanya pelatihan bagi penyusun dan instruktur program. 2. Untuk melengkapi perencanaan dan pengembangan program diperlukan pengembangan fasilitas berbasis envi-edu tour. PT. Pusri diharapkan melakukan pengembangan fasilitas-fasilitas misalnya menambahkan beberapa fasilitas pendukung seperti pembuatan film pendek, miniatur pabrik dan instalasi pengolahan limbah, penyediaan area eksplorasi, dan memperhatikan kebersihan kawasan.. 3. Untuk meningkatkan pemahaman anak terhadap lingkungan sekitarnya maka pada program ini diperlukan juga program-program dan papan-papan interpretasi sebagai jembatan informasi antara anak dengan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson W. 2012. Analysis of All-Inclusive Tourism Mode in The Balearic Island. Tourismos:An International Multidiciplinary Journal of Tourism 309-323. Avenzora R. 2008. Penilaian Potensi Obyek Wisata, Aspek dan Indikator Penilaian. Avenzora R, editor. Nangroe Aceh Darussalam (ID): BRR NADNias. Ballantyne R, Hughes K. 2001. Interpretation in Tourism Settings. The Journal of Tourism Studies 12:2. Bhuiyan MAH, Islam R, Siwar C, Ismail SM. 2010. Educational tourism and forest conservation : diversification for child education. Procedia Social and Behavioral Sci 7(C):19-23. Blum N. 2008. Environmental education in Costa Rica : building a framework for sustainable development? Int J of Educational Dev 2008;8:348-358. Bosselman FP, Peterson CA, McCarthy C.1999. Managing Tourism : Issues and Applications. Washington DC : Island Press. Caro T, Mulder MB, Moore M. 2003. Effects of conservation education on reasons to conserve biological diversity. Biological Conservation 114:143152. Coltman MM. 1989. Tourism Marketing. New York (US): Van Nostrand Reinhold. Crohn K, Birnbaum M. 2010. Environmental education evaluation : time to reflect, time for change. Evaluation and Program Planning 33:155-158. Crowell T. 2001. Fostering children’s excitement in the natural world. New York State Conservationist 55, 6:26. De Haan JAK. 2008. What is needed to improve tropical conservation? Appropriate education, training and encouragement. Environmentalist 28:171-173. Dimopoulos d, Paraskevospoulos S, Pantis JD. 2008. The cognitive and attitudinal effects of educational module on elementary school students. Spring 39;3. Dredge D. 1999. Destination place planning and design. Annals of Tourism Research 26:772-791. Farhani TN.2012. Implementasi bermain dalam meningkatkan konsentrasi anak. Tesis. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia. Fisher JD, Bell PA, Baum A. 1984. Environmental Psychology. New York (US):Holt, Rinehart & Winston. Gunn CA. 2004. Prospects for Tourism Planning : Issues and Concerns. The Journal of Tourism Studies:15. Harril R. 2004. Residents’ attitudes towards tourism development:A literature review with implications for tourism planning. Journal of Planning Literature 18;251. Helmi AF. 1999. Beberapa teori psikologi lingkungan. Buletin Psikologi 2:7-17. Kobori H. 2009. Current trends in conservation education in Japan. Biological Conservation 142:1950-1957. Litlefair C, Buckley R. 2008. Interpretation reduces ecological impacts of visitors to world heritage site. Proquest Biology J 37:338.
Marten GG. 2001. Human Ecology :Basic Concepts for Sustainable Development.London (GB): Earthscan Publications Ltd. Nazir M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Newton BJ. 2001. Environmental education and outreach : experiences of a federal agency. Bioscience 2001;51:297. Nurihsan AJ, Agustin M. 2011. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung (ID): PT Refika Aditama. Prasetijo R, Ihalauw JJOI. 2005. Perilaku Konsumen. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi. PT. Pusri (Persero). 2006. Code of Conduct. Palembang. Ramadanta A. 2009. Pendekatan Psikologi Lingkungan dalam Perencanaan Kawasan Wisata. Journal Ruang :1. Rosa Y. 2008. Validitas Instrumen Ukur Variabel Sosial Bidang Pemukiman. Jurnal Pemukiman Vol. 4 No. 2: 128-140. Sarwono SW. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta (ID): Grasindo. Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta (ID): Andi Offset. Suwantoro G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Widoyoko SEP. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Yulyaningsih N. 2013. Kajian taman sekolah untuk menstimulasi kecerdasan alam pada murid sekolah dasar konvensional dan sekolah alam. Tesis. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 9 November 1975 dari pasangan M. Hatta Bannot dan Erlin Bahar sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menikah pada tahun 2002 dengan Haryanto dan dikaruniai dua orang anak bernama Khansa Alifah A.H. dan Aqsha Ramadhan D.H. Penulis lulus dari SMA Negeri 3 Palembang pada tahun 1994 dan melanjutkan pendidikan diploma bidang pariwisata di Akademi Pariwisata Indonesia Jakarta Jurusan Usaha Wisata dan lulus tahun 1997. Penulis menyelesaikan pendidikan strata satu pada tahun 2002 di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Internasional Jakarta Program Studi Manajemen dengan kepeminatan Manajemen Usaha Wisata. Pada tahun 2010 penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana di Sekolah Pascasarjana IPB Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan. Penulis bekerja sebagai tenaga pendidik di AKPINDO sejak tahun 1998 dengan spesialisasi Perencanaan dan Operasi Perjalanan Wisata serta Disain Paket Wisata, serta master trainer untuk Abacus Reservation System dan Amadeus Global Distribution System. Penulis juga bekerja sebagai tour planner pada Almapindo Wisata Jakarta sejak tahun 2005. Sejak tahun 2002 sampai sekarang penulis bertugas sebagai asesor kompetensi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) bidang tour planning. Mulai tahun 2012 penulis juga ditugaskan sebagai Manajer Sertifikasi Bidang Usaha Wisata pada Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Hospitalitas dan Wisata Hijau Jakarta.