MEDIA SOERJO Vol. 6 No. 1 April 2010 ISSN 1979 – 6239
PERENCANAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR DALAM RANGKA MENGURANGI ANGKA PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN Oleh: Drs. H Rustam MM Fakultas Sospol Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mendorong penciptaan lapangan kerja baru yang diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sehingga akan berdampak terhadap pengurangan pengangguran dan kemiskinan. Secara umum performa makroekonomi jawa timur menunjukkan kondisi yang baik, dengan ditandai oleh pertumbuhan ekonomi jawa timur yang selalu diatas pertumbuhan ekonomi nasional, hal ini dapat dilihat dari peningkatan PDRB-nya yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, namun angka pengangguran dan kemiskinan masih cukup tinggi. Analisa yang digunakan berdasarkan analisa model kemiskinan, dalam model ini dikembangkan variable-variable sosial dan ekonomi untuk memprediksi dan menganalisis pengaruhnya terhadap kemiskinan. Secara umum model yang dikembangkan adalah : Kemiskinan = f ( APBD, IPM, PDRB, Growth ). Model tersebut secara umum akan menguji hipotesis bagaimana hubungan antara APBD dengan kemiskinan, IPM dengan kemiskinan, PDRB dengan kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dengan Kemiskinan serta hubungan secara serentak variabelvariabel independen terhadap tingkat kemiskinan. Berdasarkan model tersebut IPM (Indeks Pembangunan Manusia) memiliki keterkaitan yang kuat dengan tingkat kemiskinan, model ini juga berhasil mengidentifikasi bahwa peningkatan IPM suatu daerah dapat mengurangi permasalahan kemiskinan di daerah tersebut. PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu indikator keber hasilan pembangunan adalah pertum buhan ekonomi yang tinggi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan akan membuka lapangan kerja baru sehingga akan dapat mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan, dan pada akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan dilaksanakan di seluruh daerah di Indonesia, namun sampai saat ini tingkat pertumbuhan ekonomi di setiap daerah tidak merata. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di daerah – daerah inilah yang sebenarnya diharapkan menopang pertumbuhan
ekonomi nasional. Salah satu daerah yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional adalah Jawa Timur. Jika dilihat dari kinerja makro ekonomi, Jawa Timur memperlihatkan kondisi yang baik, yaitu dengan ditandai pertumbuhan ekonomi yang selalu di atas pertumbuhan ekonomi Nasional. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan PDRB-nya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Dibanding tahun 2005, pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi jawa Timur sedikit melemah dengan tumbuh sebesar 5,80%. Salah satu penyebabnya adalah kebijakan nasional tentang pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Selain itu, bencana luapan lumpur Lapindo di Sidoarjo
H Rustam, Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan
MEDIA SOERJO Vol. 6 No. 1 April 2010 ISSN 1979 – 6239
yang berpengaruh pada aktivitas perekonomian dan aliran barang dari wilayah selatan menuju ke wilayah utara dan juga sebaliknya turut memperlambat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Di luar hal tersebut, kondisi makro ekonomi nasional yang belum sepenuhnya membaik turut berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Namun, pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mengalami peningkatan dibandingkangkan dengan tahun 2006, dimana pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2007 sebesar 6,11%. Secara umum, 3 (tiga) sektor utama penopang pertumbuhan PDRB Jawa Timur adalah industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pertanian. Masalahnya adalah apakah per tumbuhan ekonomi dan berkem bangnya beberapa sektor unggulan di wilayah Jawa Timur sudah mampu menjawab tantangan pengurangan kemiskinan serta penciptaan lapangan kerja baru? Karena tingkat pengang guran terbuka di Jawa Timur selama kurun waktu 2002-2006 masih mengalami fluktuasi, pada akhir tahun 2006 tingkat pengangguran terbuka di Jawa Timur menurun dari tahun 2005 menjadi 8,19%.
dari data yang ada ternyata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang relatif tinggi belum mampu
menjawab tantangan terhadap pengurangan tingkat pengangguran di Jawa Timur. Hal ini dapat dilihat masih tingginya angka pengangguran yang mencapai 8,19% pada tahun 2006. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik benang merah, yaitu pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang relatif tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional ternyata kurang membawa pengaruh pada pengurangan tingkat pengang guran dan kemiskinan. Hal ini, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tidak berkualitas, karena pertumbuhan ekonominya ditopang oleh faktor konsumsi. Oleh karena itu, diperlukan suatu peren canaan pembangunan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, dalam artian bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Jawa Timur dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keter kaitan antar sektor ekonomi di Jawa Timur dalam meningkatkan output dan penyerapan tenaga kerja dan Mengidentifikasi sektor – sektor yang berperan secara signifikan terhadap pertumbuhan dan pengurangan kemis kinan serta pengangguran di Jawa Timur. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menyusun skenario pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur yang mampu mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran. METODOLOGI Metode Analisis Analisa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisa regresi dan analisa model kemiskinan. Secara umum analisa regresi meru pakan suatu model yang parameternya
H Rustam, Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan
MEDIA SOERJO Vol. 6 No. 1 April 2010 ISSN 1979 – 6239
linear dan secara kuantitatif dapat digunakan untuk menganalisis penga ruh suatu variable terhadap variable yang lain, sedangkan pada analisa model kemiskinan dikembangkan variable-variable sosial dan ekonomi untuk memprediksi dan menganalisis pengaruhnya terhadap kemiskinan Analisa Regresi Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisa regresi, analisa regresi ini merupakan suatu model yang parameternya liner dan secara kuantitatif dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Secara teori, ada dua macam analisa regresi yaitu pertama, analisa regresi sederhana (simple regression) yaitu persamaan yang hanya mempunyai variabel satu independen dan kedua, analisa regresi berganda (multiple regression) diamana jumlah dari variabel independennya berjumlah lebih dari satu. Secara matematis, hubungan antar variabel dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan antara variabel dependen Y (variabel terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel bebas) X1, X2, ... , Xn, untuk lebih jelasnya lihat masingmasing persamaan regresi berikut: Persamaan regresi sederhana :
gunakan untuk meminimalkan penyimpangan yang paling kecil dikenal dengan metode kuadrat terkecil yang biasa dikenal dengan ordinary least square (OLS). Secara matematis, untuk memi nimalkan error dapat diperoleh dengan cara berikut :
ui = Yi − β1 − β2 X i
Penelitian ini menggunakan persamaan regresi berganda dengan menggunakan lima variabel independen, yang lebih jelasnya dapat ditulis sebagai berikut:
Y = β 1 + β 2 X1 + β 3 X 2 + β 4 X 3 + β 5 X 4 + ei
Dimana: Y = Variabel dependen, Kemiskinan X1 = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) X2 = Indeks Pembangunan Manusia (IPM) X3 = PDRB X4 = Pertumbuhan Ekonomi ei = error term Analisa Model Kemiskinan Dalam model kemiskinan di kembangkan variabel-variabel sosial dan ekonomi untuk dapat memprediksi dan menganalisis pengaruhnya terhadap tingkat kemiskinan. Secara umum model yang dikembangkan adalah :
Y = β1 + β 2 X 1 + ei
Sementara, berganda:
persamaan
regresi
Y = β 1 + β 2 X 1 + β 3 X 2 + .... + β n X n + ei
Persamaan regresi seperti tertulis di atas akan mampu untuk meng gambarkan garis regresi. Semakin dekat jarak antara data dengan titik yang terletak pada garis regresi dengan kata lain penyimpangan atau error yang paling kecil, berarti prediksi yang kita lakukan dengan menggunakan regresi juga semakin baik. Metode yang di
.Model tersebut secara umum akan menguji hipotesis bagaimana hubungan antara APBD dengan kemiskinan, IPM dengan kemiskinan, PDRB dengan kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dengan Kemiskinan serta hubungan secara serentak variabel-variabel inde penden terhadap tingkat kemiskinan. Pemilihan variabel – variabel dalam model tentunya telah melewati pengujian dan pertimbangan secara teoritis dan empiris, agar model
H Rustam, Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan
MEDIA SOERJO Vol. 6 No. 1 April 2010 ISSN 1979 – 6239
kemiskinan yang dikembangkan dapat secara ekonometrika dapat diterima. Dalam model ini digunakan data panel (cross section) dan time series , menggunakan seluruh sampel kota dan kabupaten yang ada di Jawa Timur dengan rentang waktu 4 tahun atau 2002-2006. Pemilihan rentang waktu ini dipilih karena keterbatasan data, khususnya data APBD yang masih belum dipublikasikan selama proses kegiatan ini berlangsung. Secara teoritis hubungan antara Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dengan tingkat kemiskina adalah berbanding terbalik atau negatif, karena tingginya APBD merepresentasikan kekuatan ekonomi pemerintahan yang ada di daerah tersebut. Atau dengan kata lain, daerah yang memiliki tingkat APBD yang relatif lebih tinggi seharusnya memiliki status sosial yang tinggi atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selanjutnya PDRB dan pertum buhan ekonomi Jawa timur secara teoritis memiliki hubungan yang terbalik atau negatif dengan tingkat kemiskinan. Hal ini didasarkan bahwa PDRB sebagai representasi kesejah teraan ekonomi suatu daerah dapat meningkatkan standar hidup masya rakat dan mengurangi tingkat kemis kinan. Variabel yang terakhir yaitu IPM (Indeks Pembangunan Manusia) memi liki dimensi yang luas dan kompleks, yang sangat berkaitan dengan tingkat kemiskinan. Tingginya IPM suatu daerah seharusnya dapat mengurangi tingkat kemiskinan daerah tersebut. Hal ini didasarkan pada rasional bahwa semakin baiknya tingkat pendidikan, kesehatan dan indikator-indikator sosial lainnya dalam IPM seharusnya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah tersebut, sehingga dapat menghindarkan mereka dari jeratan kemiskinan. Hipotesa
Berdasarkan kajian teoritik yang telah dilakukan, maka dapat ditarik hipotesa sebagai berikut : 1. Peningkatan pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pengurangan tingkat kemiskinan. 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mempengaruhi tingkat kemiskinan secara positif. 3. Indeks Pembangunan Manusia memiliki hubungan dengan tingkat kemiskinan. 4. Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto mempengaruhi pengurangan tingkat kemiskinan. Sumber Data Berdasarkan metode analisa yang digunakan adalah analisa regresi dan analisa model kemiskinan, maka data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data kemiskinan jawa timur, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jawa Timur, Indeks Pembangunan Manusi (IPM) Jawa Timur, PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) berupa Laporan Jawa Timur Dalam Angka (East Java in Figures) tahun 2007. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pendugaan Model Secara umum analisis ini dilakukan dengan menggunakan data cross section (panel data) dengan series waktu 4 tahun. Model yang di kembangkan menggunakan 5 variabel utama, yaitu : Tingkat kemiskinan sebagai dependen variabel dan variabelvariabel independennya antara lain APBD, IPM (Indeks Pembangunan Manusia), PDRB (Produk domestik Bruto Daerah) dan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur.
H Rustam, Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan
MEDIA SOERJO Vol. 6 No. 1 April 2010 ISSN 1979 – 6239
Berdasarkan hasil olahan dengan menggunakan software Eviews maka didapat output persamaan regresi sebagai berikut :
•
Langkah awal pengujian adalah dengan menguji secara parsial yang bertujuan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependennya. Dari perhitungan dengan bantuan software Eviews 5.1 didapatkan hasil yang menjelaskan hubungan antara tingkat kemiskinan dengan variabel bebasnya sebagai berikut: • Anggaran Pendapatan Belanja Negara (X1) Dari hasil perhitungan didapatkan hasil tingkat signifikansi untuk variabel X1 adalah sebesar 0.0177
•
lebih kecil daripada α sebesar 5% (0.05), sehingga H0 ditolak artinya variabel X1 berpengaruh nyata terhadap pengurangan tingkat kemiskinan. Pada tingkat signifikansi ini berarti kemungkinan variabel X1 sama dengan nol adalah sebesar 17,7% dan kemungkinan koefisien regresi sama dengan -0,008 adalah sebesar 92,3%. Sementara, tanda negatif pada koefisien regresi X1 menunjukkan adanya hubungan negatif antara tingkat kemiskinan dengan APBD. Artinya, jika terjadi kenaikan APBD sebesar satu unit (milyar Rp) maka tingkat kemiskinan akan berkurang sebesar 0,008 % dengan mengasumsikan variabel lainnya tetap. Indeks Pembangunan Manusia (X2) Dari hasil perhitungan didapatkan hasil tingkat signifikansi untuk variabel X2 adalah sebesar 0,0000 lebih kecil daripada α sebesar 5% (0,05), sehingga hipotesa H0 ditolak yang berarti variabel X 2 berpengaruh nyata terhadap pengurangan tingkat kemiskinan. Pada tingkat signifikansi ini kemungkinan variabel X2 sama dengan nol adalah sebesar 0% dan kemungkinan koefisien regresi sama dengan -1,46 adalah sebesar 100%. Sementara, tanda negatif pada koefisien regresi X2 menunjukkan adanya hubungan negatif antara tingkat kemiskinan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Artinya, jika terjadi kenaikan IPM sebesar satu unit maka tingkat kemiskinan akan berkurang sebesar 1,46 % dengan asumsi variabel lainnya tetap. PDRB (X3) Dari hasil perhitungan didapatkan hasil tingkat signifikansi untuk
H Rustam, Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan
MEDIA SOERJO Vol. 6 No. 1 April 2010 ISSN 1979 – 6239
•
variabel X3 adalah sebesar 0,047 lebih kecil daripada α sebesar 5% (0,05), sehingga hipotesa H0 ditolak yang berarti variabel X 3 berpengaruh nyata terhadap pengurangan tingkat kemiskinan. Pada tingkat signifikansi ini kemungkinan variabel X3 sama dengan nol adalah sebesar 4,7% dan kemungkinan koefisien regresi sama dengan -0,48 adalah sebesar 95,3%. Sementara, tanda negatif pada koefisien regresi X3 menunjukkan adanya hubungan negatif antara tingkat kemiskinan dengan PDRB. Artinya, jika terjadi kenaikan PDRB sebesar satu unit (triliun rupiah) maka tingkat kemiskinan akan berkurang sebesar 0,48 % dengan asumsi variabel lainnya tetap. Pertumbuhan Ekonomi (X4) Dari hasil perhitungan didapatkan hasil tingkat signifikansi untuk variabel X4 adalah sebesar 0,044 lebih kecil daripada α sebesar 5% (0,05), sehingga hipotesa H0 ditolak yang berarti variabel X4 berpengaruh nyata terhadap pengurangan tingkat kemiskinan. Pada tingkat signifikansi ini kemungkinan variabel X4 sama dengan nol adalah sebesar 4,4% dan kemungkinan koefisien regresi sama dengan 0,22 adalah sebesar 96,4%. Sementara, tanda negatif pada koefisien regresi X4 menunjukkan adanya hubungan negatif antara tingkat kemiskinan dengan pertumbuhan ekonomi (growth). Atau dengan kata lain, jika ingin mengurangi kemiskinan maka dapat ditempuh dengan jalan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jika terjadi kenaikan
PDRB sebesar satu persen % maka tingkat kemiskinan akan berkurang sebesar 0,48 % dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Ternyata dari model regresi di atas, variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap tingkat kemis kinan adalah Indeks Pembangunan manusia (IPM) dan berturut – turut adalah PDRB, APBD dan GROWTH hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien masing-masing variabel. Sehingga, implikasi yang penting dari hasil penelitian ini adalah tingginya signifikansi pengaruh peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Jawa Timur.
H Rustam, Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan
MEDIA SOERJO Vol. 6 No. 1 April 2010 ISSN 1979 – 6239
Skema Pertumbuhan Ekonomi untuk Mengurangi Tingkat Pengangguran dan Kemiskinan
H Rustam, Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan
MEDIA SOERJO Vol. 6 No. 1 April 2010 ISSN 1979 – 6239
Sumber: ilustrasi peneliti (2008) Implikasi Kebijakan H Rustam, Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan
MEDIA SOERJO Vol. 6 No. 1 April 2010 ISSN 1979 – 6239
Secara umum implikasi kebi jakan atau policy implication yang diformulasikan berdasarkan previous and existing condition (keadaan lampau dan saat ini) serta model analisis, maka dalam riset ini didapatkan 3 arah grand strategy yang saling berkaitan dan saling melengkapi. Pertama, penguatan industri-industri yang sudah ada serta memfasilitasi linkage industri dengan sektor pertanian. Kedua, Pembenahan program-program daerah yang mendo rong peningkatan kualitas IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Ketiga Pe ngembangan daya saing ekonomi lokal (UKM) dan pedesaan. 1. Penguatan industri – industri yang sudah ada serta memfasilitasi linkage industri dengan sektor pertanian Pada policy implication yang pertama akan difokuskan pada penguatan industri-industri yang sudah existing, serta fasilitasi yang tepat untuk meningkatkan linkage antara industri yang dominan di Jawa Timur seperti industri makanan dan minuman dengan pertanian di wilayah ini. Secara umum strategi ini memiliki tendensi khusus sebagai bagian pencapaian per tumbuhan ekonomi yang kuat dan pembangunan yang berkelanjutan dengan penopang utama sektor investasi atau industri, bukan konsumsi. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga sangat diyakini akan dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap upaya pencapaian penyerapan tenaga kerja dan pengu rangan tingkat kemiskinan di wilayah ini. Implikasi dari suatu pertum buhan ekonomi yang berkualitas antara lain adalah berkembangnya lapangan kerja, sehingga laju pengangguran serta insiden kemiskinan dengan sendirinya berkurang. Yang terjadi akhir-akhir ini ialah walaupun pertumbuhan ekonomi
meningkat, namun laju pengangguran masih relatif tinggi atau menurun dengan angka yang kurang signifikan. Kebijakan ini tentu membu tuhkan inovasi dan kerja keras dari dinas – dinas terkait melalui program – program nyata dibidang peningkatan teknologi, baik pertanian (usahatani) maupun perikanan (budidaya dan tangkap). Perlu disadari bahwa keterting galan dalam penggunaan teknologi menyebabkan relatif rendahnya pro duktivitas dan dayasaing produkproduk pertanian dan industri agro Jawa Timur. Argumen yang menyata kan bahwa upaya peningkatan tekno logi pada sektor padat karya, seperti pertanian dan industri agro, akan meningkatkan pengangguran tidak sepenuhnya benar. Nordhaus (2005) menunjukan bahwa peningkatan tekno logi pada sektor padat karya justru meningkatkan produktivitas dan dayasaing produk sektor tersebut akan menyebabkan harga jual menjadi lebih kompetitif, sehingga meningkatkan permintaan terhadap produk itu. Kenaikan ini pada gilirannya mening katkan penyerapan tenaga kerja dan mengurangi pengganguran. Di samping peningkatan tekno logi, yang merupakan pembenahan di dalam sektor pertanian dan industri agro, upaya yang tidak kalah penting untuk dilaksanakan ialah memperkuat keterkaitan (linkages) sektor pertanian dalam arti luas dengan sektor-sektor lain yang secara relatif berada “dihilir”, termasuk pariwisata dan industri pengolahan (makanan dan minuman). Kuatnya keterkaitan antar sektor-sektor ini dengan sendirinya memperkokoh bangun perekonomian Jawa Timur. Penguatan keterkaitan antara sektor pertanian dan industri dengan sektor – sektor lainya berarti peningkatan mobilitas (aliran) bahan baku (output)
H Rustam, Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan
MEDIA SOERJO Vol. 6 No. 1 April 2010 ISSN 1979 – 6239
diantara sektor sektor tersebut. Sektor pertanian dan industri agro, atau yang lebih umum iatu ‘industri’ pedesaan berskala kecil dan menengah, perlu ditingkatkan keterkaitannya dengan usaha-usaha berskala besar (yang umumnya adalah sektor moderen berteknologi relatif lebih maju) akan dapat mengangkat kinerja UKM-UKM yang ada. Masih berkaitan dengan pening katan kinerja industri dan linkage industri dengan pertanian, dalam men dukung upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi, Jawa timur saat ini juga harus mulai concern membenahi wilayah, manusia dan birokrasinya guna pen ciptaan iklim investasi yang kondusif. Pentingnya Investasi bagi pertumbuhan ekonomi secara umum telah diinven tarisir dan diteliti oleh berbagai peneliti dunia, seperti Harrod-Domar (1948) yang menjelaskan bahwa investasi sangat penting terhadap pertumbuhan ekonomi karena Investasi akan meningkatkan stok barang modal yang memungkinkan dapat mendorong output. Selanjutnya Borensztein, et. al (1998), melakukan studi empiris dalam mengestimasi dampak FDI (Foreign Direct Investment) terhadap pertum buhan ekonomi 69 negara berkembang selama periode 1970-1989. Hasil penelitian menunjukan bahwa FDI berpengaruh positif terhadap pertum buhan ekonomi. Ketiga, Kojima (1978) melihat FDI dari sisi makroekonomi. Menurut Kojima, FDI bersifat komplemen dan mendukung pemba ngunan ekonomi dan negara penerima FDI. Investasi asing langsung dapat ditujukan untuk mempromosikan diversifikasi, memperbaiki struktur industri, dan mewujudkan kesejah teraan mutual antara negara investor dan negara penerima. Oleh karena itu Investasi sebagai kebutuhan bahan bakar dasar untuk percepatan
pertumbuhan ekonomi harus segera dapat direalisasikan. Ada beberapa alasan mendasar mengapa Jawa Timur perlu untuk berusaha menarik FDI (Foreign Direct Investment) di wilayah ini, antara lain: 1. FDI diharapkan dapat menutup kekurangan modal di Jawa Timur. 2. FDI diharapkan adanya technology transfer dan transfer of knowledge dari perusahaan asing ke domestik. 3. Adanya FDI diharapkan dapat meningkatkan kesempatan kerja dan mengurangi masalah pengangguran. 4. FDI diharapkan dapat meningkatkan devisa negara melalui peningkatan dalam ekspor. Oleh karena itu untuk dapat mendapatkan manfaat yang besar dari masuknya investasi langsung dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), pemerintah sebagai regulator harus dapat sebisa mungkin memberikan fasilitasi dan dukungan pada proses-proses transfer knowledge dan transfer technology. Selain itu, sebagai institusi yang memiliki peran yang strategis dalam mendukung kesejahteraan masyarakat, pemerintah Jawa Timur juga harus aware dan menyadari tugas dan tanggung jawabnya dalam mengemban amanat dasar yaitu : menjaga teritori agar aman, mampu menjaga kondisi yang baik untuk mendorong investasi, menjaga kedamaian dan keamanan internal, serta mampu mengidentifikasi dan membiayai proyek infrastruktur yang penting.
1. Pembenahan program - program daerah
yang
mendorong
H Rustam, Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan
MEDIA SOERJO Vol. 6 No. 1 April 2010 ISSN 1979 – 6239
peningkatan kualitas IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Dalam model analisis yang dikembangkan dalam riset ini, pengu rangan tingkat kemiskinan memiliki korelasi yang sangat kuat dengan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hal ini menunjukkan bahwa program-program pemerintah yang dikembangkan yang mengarah pada perbaikkan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan ekonomi memiliki kontribusi yang positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan. Secara umum dalam indikator IPM, ada tiga indikator penting yang merepresentasikan tingginya standar kualitas pembangunan manusia. Per tama, tingkat harapan hidup (kese hatan). Kedua, tingkat daya beli (kesejahteraan ekonomi). Ketiga, ting kat pendidikan (pendidikan). Pertama, berkaitan dengan sektor pendidikan. Realisasi anggaran pemerintah sebesar 20% harus segera di realisasikan. Hal ini tentu saja menun jukkan seberapa besar komitmen pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di wilayah Jawa timur. Selain itu, pemerintah juga harus concern dalam memberikan akses dan kesempatan pendidikan yang baik bagi masyarakat miskin dan kurang mampu. Pendidikan meski memiliki efek tunda atau lag yang agak panjang terhadap pertumbuhan ekonomi, namun kontri 0 busi sektor ini akan secara sustainable mendorong pembangunan daerah yang kuat. Kedua, berkaitan dengan sektor kesehatan. Program-program pemerin tah dalam penyediaan layanan kesehatan masyarakat yang murah dan berkualitas harus dapat segera terea lisasi dengan optimal. Selain itu layanan kesehatan juga harus diarahkan pada perbaikan nutrisi dan sanitasi lingkungan agar masyarakat sekitar
dapat menikmati lingkungan hidup yang sehat. Hal ini tentu saja memerlukan dukungan dan komitmen yang kuat serta strategi yang matang agar indikator-indikator IPM yang berkaitan dengan kesehatan seperti tingkat harapan hidup dapat tercapai. Dalam konteks ini, peningkatan program PUSKESMAS, Rumah Sakit, Jumlah dokter dan pusat-pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Ketiga, berkaitan dengan kesejahteraan ekonomi. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat memiliki lingkup yang luas dan keterkaitan yang erat dengan pe ningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi daerah. oleh karena itu, pen ciptaan strategi pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara tidak langsung akan meningkatkan daya beli masyarakat dan kesejahteraan ekonomi. Di sisi lain, pemerintah juga memiliki peran yang strategis dalam upaya mendorong daya beli dan kesejahteraan masyarakat melalui cash transfer atau subsidi. Meski patut disadari, bahwa pemberian bantuan uang tunai langsung tidak dapat dijadikan sebagai kebijakan yang terus menerus, namun bantuan ini sedikit banyak dapat mengurangi beban masyarakat disaat terjadinya pening katan harga secara umum seperti yang terjadi ketika ada kenaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Selain itu peningkatan kesejahteraan ekonomi dan daya beli masyarakat juga harus diupayakan dengan melakukan upayaupaya strategis dalam penanggulangan tingkat kemiskinan dengan mendorong pembukaan lapangan kerja dan akses pembiayaan bagi usaha-usaha yang produktif. 1.
Pengembangan ekonomi lokal pedesaan
daya saing (UKM) dan
H Rustam, Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan
MEDIA SOERJO Vol. 6 No. 1 April 2010 ISSN 1979 – 6239
Patut disadari bahwa perekonomian yang kuat dalam suatu daerah sangat didukung oleh peran serta aktif sektor ekonomi kecil dan menengah serta pedesaan. Hal ini selain sangat strategisnya peran UKM dan ekonomi lokal dalam penyerapan tenaga kerja, peran sektor tersebut juga sangat penting dalam mendukung industri-industri besar yang ada di wilayah ini. Oleh karena itu, pengembangan ekonomi lokal dan UKM harus secara bersungguhsungguh diarahkan dalam perbaikan di sisi keuangan, manajerial, teknologi dan akses pasar. Keempat hal pokok ini merupakan bahan bakar dasar tingginya daya saing sektor tersebut. Selanjutnya, dalam tataran policy diperlukan pendampingan secara intensif sektor-sektor yang masih infant (sektor yang baru lahir namun prospektif) sebelum pemerintah daerah melakukan pembukaan pasar-pasar daerah terhadap masuknya produkproduk luar negri yang nota bene sudah settle dengan daya saing yang tinggi (harga yang relatif lebih murah). Pendampingan dalam konteks ini ditujukan untuk meningkatkan inovasi dan produktivitas bagi barang-barang unggulan melalui diseminasi teknologiteknologi terapan yang tepat guna. Dengan dukungan dan komitmen inilah maka lambat laun, sektor-sektor ekonomi kecil dan menengah yang berasal dari daerah Jawa Timur dapat bersaing dengan maksimal dan dapat memberikan pengaruh yang positif pada pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pengurangan tingkat pengangguran. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan secara jelas dan
terperinci pada bab-bab sebelumnya, maka secara umum ada beberapa hal yang dapat disimpulkan antara lain : 1. Secara umum performa makroekonomi Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang meningkat namun masih moderat, atau dengan kata lain performa yang baik tersebut masih belum memberikan implikasi yang memuaskan dalam memecahkan masalah pengangguran dan kemiskinan di wilayah ini. 2. Di sektor pertanian, sektor yang secara empiris (model I-O input output) dapat memberikan efek penyerapan yang tinggi pada tenaga kerja, telah mengalami pergeseran struktur ke arah industri. Tentunya hal ini dapat menjadi perhatian yang serius bagi policy maker karena peningkatan kinerja sektor pertanian yang profesional melalui revitalisasi pertanian melalui pencapaian produktivitas tinggi, penggunaan teknologi tinggi dan perbaikan akses pemasaran perlu dibenahi guna menyelematkan sebagian besar masyarakat Jawa Timur yang masih bergantung pada sektor ini. Hal ini secara tidak langsung juga akan memperbaiki standar kesejahteraan masyarakat, mengurangi tingkat kemiskinan dan pengurangan tingkat pengangguran. 3. Pertumbuhan Ekonomi yang tinggi merupakan syarat mutlak untuk dapat mempercepat upaya perbaikan ekonomi jawa timur. Hal ini salah satunya dapat disupport dengan mengundang investasi PMA dan PMDN yang masuk ke wilayah Jawa Timur. Oleh karena itu, guna memenuhi tujuan tersebut maka perlu dilakukan pembenahan yang komprehensif menyangkut
H Rustam, Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan
MEDIA SOERJO Vol. 6 No. 1 April 2010 ISSN 1979 – 6239
4.
5.
perbaikan birokrasi, perijinan dan infrastruktur. Berdasarkan analisa model kemiskinan, IPM (Indeks Pembangunan Manusia) memiliki keterkaitan yang kuat dengan tingkat kemiskinan. Berdasarkan model tersebut dijelaskan bahwa peningkatan IPM suatu daerah dapat mengurangi permasalahan kemiskinan di daerah tersebut. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah daerah yang dikembangkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia hendaknya dapat dilakukan dengan serius dan berkelanjutan. Berdasarkan indentifikasi permasalahan ekonomi dan sosial yang ada, maka disarankan strategi-strategi ekonomi kedepan yang menyangkut : penciptaan strategi pertumbuhan ekonomi, revitalisasi pertanian, penciptaan iklikm investasi yang kondusif, dukungan birokrasi yang sehat, pengembangan ekonomi lokal dan pedesaan, peningkatan inovasi dan produktivitas produk-produk unggulan dan pengembangan UKMK (Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi).
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 2007. Jawa Timur dalam Angka (East Java in Figures) 2007. BPS Jawa Timur Badan Pusat Statistik, 2006. Jawa Timur dalam Angka (East Java in Figures) 2006. BPS Jawa Timur Badan Pusat Statistik 1994. Tabel Input Output Jawa Timur
1994. Buku 1-3. BPS Jawa Timur. Badan Pusat Statistik 2000. Tabel Input Output Jawa Timur 2000. Buku 1-3.BPS Jawa Timur. Badan Pusat Statistik 1994. Tabel Input Output Jawa Timur 2006. Buku 1-3. BPS Jawa Timur Badan Pusat Statistik, 2006. Sensus Industri Besar dan Sedang 2006. Statistik Industri Besar dan Sedang di Jawa Timur. Idenburg, Annemarth M., and Harry C. Wilting. 2000. DIMITRI: a Dynamic Input-output Model to study the Impacts of Technology Related Innovations. Paper Presented at the 13th International Conference on Input-Output Techniques Macerata, Italy. Mudrajad Kuncoro, 1997, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan, Cetakan Pertama, UPP AMP YKPN, Yogyakarta Munir,
R. 2003. Perencanaan Pengembangan Ekonomi Lokal (Local Economic Development). PERFORMproject, (Online), (http://www.perform.or.id, diakses 23 Juli 2003).
Lewis, W., Arthur. 1986. Perencanaan Pembangunan. Aksara Baru, Jakarta. Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tabel Input Output dan Analisis. UIPress. Jakarta,1988.
H Rustam, Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan
MEDIA SOERJO Vol. 6 No. 1 April 2010 ISSN 1979 – 6239
Pearce,
J., Robinson, R., 1994: Strategic Management, Formulation, Implementation and Control, Irwin, Sydney.
Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan BPS. 2004. Analisis Indikator Makro Jawa Timur 2007. Buku I Analisis Indikator makro sosial dan ekonomi tahun 2007. Pemerintah Propinsi dan BPS Jawa Timur.
Sahara dan Budy P. Resosudarmo, 1995, Peran Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian Daerah Khusus Ibukota Jakarta: Analisis Input-Output Direktorat Pengkajian Sistem Sosial, Ekonomi dan Pengembangan Wilayah, BPP Teknologi. Suzetta, Paskah, 2007. Perencanaan Pembangunan Indonesia. Website Mensesneg, di akses 22 Maret 2007.
H Rustam, Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan