Perbenihan Akuakultur
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan 2014
Judul Buku:
Perbenihan Akuakultur Copyright @2014 Pertama kali diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Gedung Menara 165 Lantai 23 Jalan Tb. Simatupang Kav. 1 Jakarta Selatan Pelindung Sharif C. Sutardjo Menteri Kelautan dan Perikanan Pengarah 1. Slamet Soebjakto Direktur Jenderal Perikanan Budidaya 2. Moh. Abduh Nurhidayat Penanggung Jawab Djumbuh Rukmono Direktur Perbenihan Editor Agung Witjaksono Penyusun Rokhmat M. Rofiq Pendukung Rudi Hartono Ris Dewi Nowita Sampul & Tata Letak Ary Kusnari Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang mengutip, menyalin, memperbanyak, dan menyebarluaskan sebagian maupun keseluruhan isi buku ini, dengan cara apapun, tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta.
ii
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
iii
iv
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
v
Prakata Assalamualaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua.
P
rogram industrialisasi perikanan budidaya yang tengah digalakkan oleh pemerintah ternyata mendapat sambutan luar biasa dari seluruh pemangku kepentingan di bidang ini. Hal tersebut tercermin begitu jelas dari peningkatan produksi setiap tahun. Sebagai contoh, sepanjang 2012 lalu, produksi perikanan budidaya mencapai 9,4 juta ton, naik dibanding produksi tahun 2011 sebesar 6,8 juta ton. Sementara pada 2013, produksi perikanan budidaya meningkat menjadi 13,7 juta ton atau naik 36% dibanding tahun sebelumnya. Adapun target produksi sebesar 14 juta ton di 2014 pun diyakini bakal terlampaui. Tentu saja, peningkatan produksi perikanan budidaya (akuakultur) ini merupakan buah manis dari kerjasama seluruh pihak terkait, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, peneliti, hingga para pembudidaya. Keberhasilan tersebut juga sekaligus menjadi penanda bahwa rantai produksi hulu-hilir industri akuakultur semakin kuat. Artinya, kekuatan produksi ikan konsumsi di tingkat hilir perikanan budidaya tak pelak ditopang sangat kokoh oleh industri perbenihan di level paling hulu. Mengapa demikian? Industri perbenihan dan pembesaran ikan terjalin dalam mata rantai produksi yang terikat satu sama lain. Maksudnya, besar-kecilnya produksi ikan konsumsi maupun ikan hias tergantung pada produktivitas benih secara keseluruhan. Itu sebabnya, untuk menunjang dan mendukung keberhasilan industrialisasi perikanan budidaya—baik perbenihan ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut, diperlukan benih unggul dalam jumlah yang memadai dan berkesinambungan. Nah, beberapa program dan kebijakan pun telah digalakkan
vi
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
vii
oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) guna memenuhi kebutuhan benih ikan yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Program tersebut antara lain adalah penerapan teknologi dalam produksi benih ikan. Toh, penerapan teknologi perbenihan sudah terbukti mampu meningkatkan produksi benih secara nasional, bahkan membantu para pembudidaya bibit ikan dalam menjalankan kegiatan produksi yang efisien, murah, dan produktif. Sementara kebijakan sertfikasi Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) selain menghasilkan benih unggul juga merupakan cara efektif untuk meningkatkan daya saing produk benih ikan baik secara nasional maupun global. Di pihak lain, pengembangan pusat induk dan benih (Broodstock Center) di beberapa wilayah di Indonesia turut membantu pasokan benih unggul dan berkelanjutan buat para pembudidaya. Keseluruhan program tersebut terbukti berhasil mendongkrak total produksi benih perikanan budidaya dari 87 miliar ekor di 2012 menjadi 92 miliar ekor sepanjang 2013. Apapun, buku “Perbenihan Akuakultur” ini sejatinya bisa menjadi potret dari perkembangan dan kemajuan sektor perbenihan selama ini. Paling tidak, buku yang sederhana ini mampu menjadi sumber informasi atau rujukan seluruh pemangku kepentingan dalam memahami secara lebih komprehensif terkait dengan produktivitas, distribusi, penerapan teknologi, dan kisah sukses usaha perbenihan nasional. Akhir kata, kami ucapkan selamat membaca dan menelusiri substansi dari buku ini. Wassalamualaikum Wr. Wb. Jakarta, 17 Agustus 2014
Slamet Soebjakto Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
viii
Perbenihan AKUAKULTUR
Daftar Isi Prakata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Daftar Isi Bagian I Mengenal Usaha Perbenihan A. Usaha Perbenihan Ikan B. Pusat Induk dan Benih C. Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) Bagian II Teknologi Perbenihan A. Teknologi Pembenihan Ikan Air Tawar B. Teknologi Pembenihan Ikan Air Payau C. Teknologi Pembenihan Ikan Air Laut D. Teknologi Pembibitan Rumput Laut E. Teknologi Penyediaan Pakan Benih Bagian III Benih Unggul A. Produksi Benih Unggul B. Distribusi Benih Unggul C. Pusat Benih Unggul Bagian IV Induk Unggul A. Produksi Induk Unggul B. Distribusi Induk Unggul C. Pusat Induk Unggul Bagian V Unit Pembenihan A. Unit Pembenihan Skala Kecil B. Unit Pembenihan Skala Besar C. Unit Pembenihan Bersertifikat Bagian VI Kisah Sukses Unit Pembenihan A. Unit Pembenihan Rakyat (UPR) B. Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) C. Unit Pembenihan Skala Besar D. Unit Pembibitan Rumput Laut Penutup Direktur Perbenihan Pustaka DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
ix
1
Mengenal Usaha Pembenihan
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
1
A. Usaha Perbenihan Ikan
kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahkan menjadi pilar penting untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.
2
Perikanan budidaya (akuakultur) kini semakin berkembang di
Akan tetapi, peningkatan produksi ikan di Indonesia tidak
Indonesia. Dari tahun ke tahun, produktivitasnya terus meningkat.
bisa dilepaskan dari gerakan industrialisasi perikanan budidaya
Sepanjang 2011 produksi perikanan budidaya menembus angka 6,8
yang dikomandoi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
juta ton. Kemudian meningkat menjadi 9,4 juta ton di tahun 2012.
Di satu sisi, gerakan nasional yang secara teknis dilaksanakan oleh
Sementara pada 2013, produksi perikanan budidaya naik menjadi
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) itu telah terbukti
13,7 juta ton dan di 2014 target produksi mencapai 14 juta ton.
mampu mendorong para pembudidaya menggenjot produksinya.
Produksi perikanan budidaya yang mencapai belasan juta ton
Di lain pihak, industrialisasi sektor akuakultur tersebut juga mampu
per tahun dan akan terus bertambah tak pelak memberikan kontribusi
memperkuat hulu-hilir produksi perikanan budidaya secara
besar pada kebutuhan gizi masyarakat. Hal ini sejalan dengan naiknya
keseluruhan.
konsumsi ikan per kapita dari waktu ke waktu. Sehingga tak heran,
Keberhasilan gerakan industrialisasi perikanan budidaya
sektor perikanan semakin diakui berperan penting dalam memenuhi
sangat terkait dengan kekuatan dukungan di bagian hulu dari rantai
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
3
4
produksi. Adapun bagian hulu paling penting dan utama dalam
Para pihak yang terkait langsung dengan industri perbenihan
industri akuakultur di Tanah Air adalah sektor perbenihan. Bahkan,
dan mesti bekerjasama secara sinergis antara lain adalah pemerintah,
perbenihan menjadi faktor penentu proses produksi perikanan
pengumpul induk, pemulia, unit pembenihan baik skala kecil maupun
budidaya, baik budidaya air tawar, air payau, maupun air laut.
skala besar dan juga para pembudidaya ikan. Sinergi antar pemangku
Itu sebabnya, untuk menunjang dan mendukung keberh
kepentingan ini niscaya bakal menunjang kegiatan produksi yang
asilan industrialisasi perikanan budidaya, diperlukan induk dan
tengah giat-giatnya dilakukan oleh para pelaku usaha budidaya ikan.
benih unggul dalam jumlah yang memadai dan berkesinambungan.
Berbeda dengan jenis bisnis akuakultur lainnya, usaha
Sehingga, ketersediaan induk dan benih unggul perlu mendapatkan
perbenihan perikanan merupakan suatu usaha dengan perputaran
perhatian khusus dari seluruh pihak terkait. Tentunya, pemenuhan
permodalan yang cepat. Dengan kebutuhan ukuran tebar benih yang
kebutuhan benih dan induk tersebut bukan hanya tugas pemerintah.
semakin besar, maka usaha perbenihan dapat dilakukan dengan
Pasalnya, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri, sehingga perlu
segmentasi usaha perbenihan. Ukuran tebar ikan yang semakin besar
adaya sinergi dan kerjasama dengan semua pemangku kepentingan
akan mengurangi resiko kematian benih atau meningkatkan rasio
yang terlibat dalam sub sektor perbenihan perikanan.
hidup ikan yang ditebar. Dengan demikian diharapkan hasil panen
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
5
akan meningkat. Yang tak kalah penting, kebutuhan beragam ukuran bibit ikan bakal membuka segmentasi usaha pembenihan mulai dari telur menjadi benih, kemudian benih menjadi tokolan, bahkan sampai tokolan menjadi ukuran siap tebar. Semakin banyak segmentasi usaha pembenihan ikan akan semakin banyak menyerap tenaga kerja dan mendorong perekonomian di kawasan budidaya dan pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan pembenih ikan.
B. Pusat Induk dan Benih Guna memenuhi induk dan benih unggul dalam jumlah dan kualitas yang memadai, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) telah menerapkan strategi yang cukup jitu. Yakni, pembangunan dan pengembangan pusat induk dan benih (Broodstock Center) di beberapa wilayah di Indonesia. Baik National Broodstock Center (NBC) maupun Regional Broodstock Center (RBC) bekerja secara bersama-sama mengumpulkan induk dan benih alam dari berbagai lokasi, untuk kemudian digunakan memproduksi calon induk hasil budidaya melalui serangkaian metode dan proses seleksi. Adanya pusat induk dan benih ini terbukti cukup berhasil untuk komoditas ikan lele, nila, udang vaname dan kerapu. Bahkan rumput laut
6
Perbenihan AKUAKULTUR
Adanya pusat induk dan benih ini terbukti cukup berhasil untuk komoditas ikan lele, nila, udang vaname dan kerapu. Bahkan rumput laut melalui hasil kultur jaringan telah menghasilkan bibit rumput laut yang unggul untuk dapat dikembangkan di masyarakat.
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
7
DJPB bekerja secara bersama-sama mengumpulkan induk dan benih alam dari berbagai lokasi, untuk kemudian digunakan memproduksi calon induk hasil budidaya melalui serangkaian metode dan proses seleksi.
melalui hasil kultur jaringan telah menghasilkan bibit rumput laut yang unggul untuk dapat dikembangkan di masyarakat. Sehingga, strategi ini juga akan diterapkan untuk komoditas lain seperti ikan patin, gurame, udang windu dan yang lainnya. Lalu, untuk menyebarluaskan atau mendistribusikan benih unggul secara merata ke masyarakat, maka dikembangkan kawasan perbenihan baik benih ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Sebagai contoh pengembangan telur atau nauplii untuk memenuhi kebutuhan telur kerapu dan juga nauplii udang. Kemudian didukung dengan PL Center (Post Larva center) dan Benih Centre. Pengembangan sentra-sentra ini, selain merupakan implementasi dari segmentasi usaha pembenihan juga sekaligus membantu distribusi benih unggul kepada masyarakat pembudidaya ikan, baik skala kecil maupun skala besar. Di lain pihak, Gerakan Penggunaan Induk Unggul (GAUL) terus digalakkan untuk mengembangkan usaha budidaya ikan yang berkelanjutan (sustainable). Pelaku usaha pembenihan ikan semakin diberikan pemahaman bahwa penggunaan induk unggul mutlak dilakukan untuk menghasilkan benih berkualitas. Pemenuhan kebutuhan bibit berkualitas ini juga terus dilakukan melalui sentra benih dan induk unggul yang sudah ada dan dibantu oleh balaibalai benih yang tergabung dalam Jejaring Perbenihan Perikanan Nasional. Sederhananya, untuk memproduksi benih ikan unggul dalam jumlah besar diperlukan industri perbenihan. Sedangkan untuk mendukung industri perbenihan diperlukan revolusi perbenihan. GAUL akan mendukung revolusi perbenihan ini agar penggunaan induk ikan unggul semakin masif dan menjadi kebutuhan masyarakat pembudidaya ikan secara nasional.
8
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
9
C. Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) Direktorat
Jenderal
Pe
rikanan Budidaya telah mem bangun sebuah model dalam upaya
meningkatkan
daya
saing industri benih ikan se cara nasional, yakni dengan pe nerapan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Penerapan CPIB ini merupakan syarat mutlak dalam menghasilkan benih ung gul dan juga mengelola induk unggul.
Dengan
menerapkan
CPIB maka benih yang dihasilkan merupakan benih berkualitas yang akan dapat digunakan oleh para pembudidaya yang juga harus menerapkan Cara Bu didaya Ikan yang Baik (CBIB). Kebijakan CPIB dan CBIB ini merupakan integrasi hulu dan hilir dalam sistem perikanan budidaya nasional yang dikem bangkan DJPB. Input yang ba gus, proses yang sesuai aturan akan menghasilkan output yang
10
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
11
optimal dengan kualitas yang baik. Sertifikasi CPIB dan tentu CBIB ini
induk, pemeriksaan kesehatan ikan, emeriksaan kualitas air, sampai
terus digalakkan untuk meningkatkan daya saing perikanan budidaya
dengan panen dan pengemasan, mempunyai data rekaman selama
menyambut persaingan global yang kian ketat. Produksi induk dan
proses produksi, dan didampingi satu orang bersertifikat Manager
benih unggul dengan sertifikasi ini tentu juga dimaksudkan untuk
Pengendali Mutu (MPM) Perbenihan.
mendukung semakin bergairahnya usaha budidaya ikan nasional.
12
Di tengah ketatnya persaingan bisnis akuakultur di tingkat
Adapun syarat sertifikasi CPIB, antara lain surat keterangan dari
global dan regional, apalagi memasuki ajang pasar bebas ASEAN
desa, lokasi bebas banjir dan cemaran, air tersedia sepanjang tahun
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) tahun 2015, maka Indonesia harus
dan tidak tercemar (dibuktikan dengan hasil analisis laboratorium),
mampu swasembada benih dan induk nasional. Hal ini penting selain
fasilitas unit lengkap (ada gudang, tempat pengemasan), menerapkan
untuk membendung penetrasi produk impor, juga untuk menghindari
biosecurity, pakan bersertifikat, atau melampirkan bahan/formula dan
masuknya penyakit dari negara lain. Swasembada benih dan induk ini
menyerahkan sampel apabila menggunakan pakan buatan sendiri,
akan mudah dicapai, salah satunya dengan menerapkan CPIB. Jika
induk memiliki Surat Keterangan Asal (SKA), mempunyai Standard
CPIB diterapkan secara masif, maka pada akhirnya, kebutuhan induk
Operasional Prosedur (SOP) dari pengolahan kolam, pengadaan
dan benih berkualitas bakal tercukupi di seluruh Indonesia.
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
13
2
14
Perbenihan AKUAKULTUR
Teknologi Pembenihan
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
15
A. Teknologi Pembenihan I kan Air Tawar
16
Karena itu, seleksi induk harus dilakukan secara teliti dan akurat berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Pemijahan dapat
Penerapan teknologi dalam kegiatan pembenihan ikan
dilakukan secara buatan melalui pemberian rangsangan hormon
merupakan jawaban atas berbagai kendala yang dialami oleh para
untuk proses pematangan akhir gonad, pengurutan untuk proses
pelaku usaha di sektor ini. Berbagai kendala tersebut antara lain bisa
pengeluaran telur dan pembuahan dengan mencampur sperma dan
datang dari musim yang kurang bersahabat, keterbatasan lahan,
telur. Bahan yang digunakan merangsang ovulasi pada ikan patin yang
problem genetika, rendahnya produktivitas, ataupun hama dan
sudah dikenal seperti ovaprim, HCG dan hipofisa ikan mas.
penyakit. Penerapan teknologi dalam usaha pembenihan ini pada
Di lain pihak, standarisasi perbenihan diperlukan dalam
gilirannya membantu para pembudidaya bibit ikan dalam menjalankan
rangka penerapan sistem jaminan mutu. Penetapan standar yang
kegiatan produksi yang efisien, murah, produktif dan berdaya saing.
bertanggung jawab adalah Badan Standarisasi Nasional (BSN) melalui
Dalam budidaya ikan air tawar, teknologi seleksi induk
proses perumusan standar menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI)
merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan. Langkah ini
yang diperlukan sebagai acuan dalam penerapan Cara Pembenihan
sangat menentukan keberhasilan pembenihan secara keseluruhan.
Ikan Yang Baik (CPIB) dan Sistem Mutu Perbenihan.
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
17
A-1. Inseminasi Buatan
A-2. Pemeliharaan Larva dan Benih
Proses inseminasi (pembuahan) buatan dilakukan dengan
Kegiatan pemeliharaan larva dan benih ikan, misalnya ikan
cara mencampur telur dan sperma dengan larutan sodium 0,9%
patin, sebaiknya dilakukan di dalam ruangan tertutup agar dapat
dan diaduk secara perlahan menggunakan bulu ayam. Setelah
dijaga suhu airnya serta menghindari kontaminan yang dapat masuk
diaduk secara merata dan telur terbungkus oleh sperma, langkah
ke dalam media pemeliharaan larva. Wadah pemeliharaan larva dapat
selanjutnya adalah pencampuran larutan tanah merah yang berguna
terdiri dari berbagai macam jenis mulai dari akuarium, bak fiber, bak
untuk menghilangkan daya rekat telur kemudian diaduk sempurna
semen maupun bak kayu. Padat tebar larva adalah sekitar 60-80 ekor/
hingga telur tidak menempel satu sama lain. Untuk menghilangkan
liter. Larva dipelihara selama 15 hari, dimana larva ikan akan mencapai
larutan tanah merah pada telur dilakukan beberapa kali pembilasan
ukuran tiga perempat inchii.
menggunakan air bersih hingga telur bersih sempurna. Telur yang telah bersih kemudian siap untuk dimasukan dalam corong penetasan.
Kemudian larva ikan diberikan pakan naupli artemia dari umur 30 jam hingga 7 hari. Pada hari ke-8 hingga ke-15 larva diberi pakan cacing sutra. Suhu optimal untuk pemeliharaan larva ikan patin adalah antara 29-30 Derajad Celcius. Selama pemeliharaan larva dilakukan
18
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
19
penyiponan sisa pakan dan kotoran secara rutin. Penambahan dan
Pemanenan nauplius artemia adalah dengan mengambil
pergantian air dapat dilakukan setelah 4 hari pemeliharaan dan
cangkang cyste artemia dengan menggunakan seser secara perlahan
dilakukan secara rutin minimal setiap 2 hari sekali atau sesuai dengan
agar tidak teraduk. Cara lain adalah dengan menyipon nauplius
kebutuhan.
artemia dengan selang kecil secara perlahan. Nauplius artemia
A-3. Pengelolaan Pakan
kemudian disaring dengan menggunakan saringan plankton atau dengan kain mori. Setelah artemia disaring, dilakukan pembilasan
Larva ikan patin dapat diberikan pakan berupa nauplius artemia
dengan menggunakan air tawar bersih. Nauplius artemia kemudian
setelah berumur 30-35 jam setelah menetas hingga larva berumur 7
dilarutan dalam air tawar dan ditebar pada media pemeliharaan larva
hari. Frekwensi pemberian pakan berupa nauplius artemia sebanyak
secara merata.
5 kali dengan interval waktu 4 jam sekali. Pada hari ke-2 dan ke-3 sebaiknya frekwensi pemberian pakan ditingkatkan menjadi 6 kali dengan interval waktu 4 jam sekali. Hal ini dikarenakan pada umur
A-3-2. Cara Pemberian Pakan Cacing Sutra
tersebut tingkat kanibalisme larva tinggi, sedangkan pada hari ke-4
Pemberian cacing sutra pada masa peralihan pakan dari nauplius
hingga hari ke-7 frekwensi pemberian pakan kembali diturunkan
artemia ke cacing sutra harus dicincang terlebih dahulu sampai halus.
menjadi 5 kali dengan interval waktu 4 jam sekali. Setelah berumur
Setelah cukup halus menggunakan saringan atau seser halus potongan
lebih dari 7 hari larva diberikan pakan pengganti berupa cacing sutra
cacing tersebut dibilas dengan air sampai bersih. Potongan cacing
(tubifek). Cacing sutra yang diberikan harus dicincang terlebih dahulu
yang telah bersih dapat ditebarkan pada kolam pemeliharaan larva.
karena ukuran bukaan mulut larva yang masih terlalu kecil.
Dengan pertambahan umur ukuran ikan menjadi lebih besar sehingga
A-3-1. Cara Pemberian Pakan Artemia
pemberian pakan cacing sutra tidak harus dicincang halus lagi, tetapi cukup langsung diberikan.
Cyste artemia ditetaskan dengan cara perendaman dengan air
Usaha pembenihan ikan patin cukup menguntungkan karena
laut atau air garam dengan salinitas 20-30 ppt. Selama penetasan cyste
memiliki perputaran produksi yang cukup cepat dimana larva satu
artemia pada corong penetasan diberikan aerasi kuat agar cyste dapat
hari ikan patin sudah bisa terjual di pasaran yang hanya membutuhkan
teraduk dan tidak mengumpul di bawah corong penetasan artemia.
waktu kurang lebih satu minggu. Hal ini menyebabkan banyak sekali
Cyste akan menetas sempurna dan siap untuk dipanen setelah 24-
para pembenih melakukan usaha pembenihan ikan patin. Di samping
28 jam. Cara penen nauplius artemia dengan mematikan aerasi atau
itu segmentasi usaha pembenihan ikan patin cukup banyak mulai dari
mengangkat selang aerasi kemudian diamkan selama 10 menit. Setelah
larva, benih tiga perempat inchi, benih 1 inchi, benih 1,5 inchi dan
itu cangkang cyste artemia akan mengapung di permukaan nauplius
terakhir benih 2–3 inchi yang digunakan untuk pembesaran.
akan mengendap di dasar corong penetasan.
20
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
21
B. Teknologi Pembenihan Ikan Air Payau Penerapan teknologi pada budidaya benih ikan air payau dicontohkan pada ikan bandeng. Ikan bandeng termasuk dalam famili Chanidae (milk fish) yaitu jenis ikan yang mempunyai bentuk memanjang, padat, pipih (compress) dan oval. Pembenihan dimulai dari seleksi induk yang bertujuan untuk memperbaiki genetik dari induk ikan yang akan digunakan. Oleh karena itu dengan melakukan seleksi ikan yang benar akan dapat memperbaiki genetik ikan tersebut sehingga dapat melakukan pemuliaan ikan. Induk yang unggul akan menurunkan sifat-sifatnya kepada keturunannya. Ciri-cirinya antara lain bentuk normal, perbandingan panjang dan berat ideal, ukuran kepala relatif kecil, di antara satu peranakan pertumbuhannya paling cepat, susunan sisik teratur, licin, mengkilat, tidak ada luka, gerakan lincah dan normal, dan berumur antara 4-5 tahun.
22
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
23
B-1. Proses Pemijahan Pada ikan bandeng, pemijahan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Pemijahan Alami a) Ukuran bak induk 30-100 ton dengan kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat dilengkapi aerasi kuat menggunakan “diffuser” sampai dasar bak serta ditutup dengan jaring. b) Pergantian air minimal 150 % setiap hari. c) Kepadatan tidak lebih dari satu induk per 2-4 m3 air. d) Pemijahan umumnya pada malam hari. Induk jantan mengeluarkan sperma dan induk betina mengeluarkan telur sehingga fertilisasi terjadi secara eksternal. 2. Pemijahan Buatan a) Pemijahan buatan dilakukan melalui rangsangan hormonal. Hormon berbentuk cair diberikan pada saat induk jantan dan betina sudah matang gonad sedang hormon berbentuk padat diberikan setiap bulan (implantasi). b) Induk bandeng akan memijah setelah 2-15 kali implantasi tergantung dari tingkat kematangan gonad. Hormonyang digunakan untuk implantasi biasanya LHRH –a dan 17 alpha methyltestoterone pada dosis masingmasing 100-200 mikron per ekor induk (> 4 Kg beratnya). c) Pemijahan induk betina yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron atau induk jantan yang mengandung sperma tingkat tiga dapat dipercepat dengan penyuntikan hormon LHRH-a pada dosis 5.000-10.000 IU per Kg berat tubuh.
24
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
25
B-2. Penetasan Telur
26
B-3. Pemeliharaan Larva dan Benih
Telur bandeng yang dibuahi berwarna transparan, mengapung
Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran,
pada permukaan. Sedangkan yang tidak terbuahi akan tenggelam dan
suhu 27-310C salinitas 30 ppt, pH 8 dan oksigen 5-7 ppm diisikan ke
berwarna putih keruh. Untuk mempermudah dalam hal pengumpulan
dalam bak tidak kurang dari 100 cm yang sudah dipersiapkan dan
terus, bak pemijahan dirancang dengan sistem pembuangan air
dilengkapi sistem aerasi dan batu aerasi dipasang dengan jarak antara
permukaan. Selama ini inkubasi telur harus diaerasi dengan cukup
100 cm.
sehingga telur mencapai tingkat embrio dan sebelum dipindahkan,
Larva umur 0-2 hari kebutuhan makanannya masih dipenuhi
aerasi dihentikan. Setelah telur dipanen dilakukan desinfeksi dalam
oleh kuning telur sebagai cadangan makanannya. Hari kedua setelah
larutan formain selama 10–15 menit untuk mencegah pertumbuhan
ditetaskan diberi pakan alami yaitu chlorella dan rotifera. Masa
bakteri atau parasit.
pemeliharaan berlangsung 21-25 hari saat larva sudah berubah
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
27
menjadi nener. Pada hari ke nol telur-telur yang tidak menetes, cangkang telur larva yang baru menetas perlu disipon sampai hari ke 8-10 larva dipelihara pada kondisi air stagnan dan setelah hari ke 10 dilakukan pergantian air 10% meningkat secara bertahap sampai 100% menjelang panen. Kepadatan telur yang ditebar pada bak penetasan atau pemeliharaan larva yaitu sekitar 12 sampai 20 butir/liter air. Untuk menjaga kualitas air media pemeliharaan agar tetap optimal bagi pemeliharaan larva ikan bandeng yaitu dengan cara penyiponan, pergantian air, dan sirkulasi air. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada larva ikan bandeng antara lain jenis makanan, kandungan gizi, jumlah pakan, waktu dan frekuensi serta cara pemberian pakan. Pertumbuhan rata-rata panjang larva ikan bandeng yang didapatkan yaitu rata-rata 5,0 sampai dengan 16,2 mm dari umur 1 sampai 25 hari.
C. Teknologi Pembenihan Ikan Air Laut C-1. Produksi Calon Induk Udang Vanamei Produksi calon induk udang vanamei (Litopenaeus Vannamei) dengan sistem resirkulasi tertutup pada bak raceway memiliki beberapa manfaat antara lain biosekuriti dan mengurangi resiko kontaminasi air dari penyakit dan organisme pembawa penyakit. Manfaat lain, sistem ini membuat kestabilan kualitas air lebih terjaga. Sistem ini sangat bergantung kepada penggunaan probiotik untuk mempertahankan kestabilan parameter kualitas airnya. Probiotik diharapkan bisa menekan pertumbuhan bakteri baik dari lingkungan maupun dalam saluran pencernaan yang akan membantu dalam proses pencernaan dan penyerapan dalam usus sehingga diharapkan semua nutrisi bisa terserap dan akan mempercepat pertumbuhan.
28
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
29
Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan calon induk siap pijah
menunjukkan performa pertumbuhan selama 240 hari yang optimal:
dengan berat ♀: 30-35 gram ♂: 25-30 gram.
nilai pertumbuhan harian (ADG) 0.16 g/hr, bobot akhir 39 g, SR akhir
Breeding Program (program pembenihan) yang dilakukan
29%. Selain itu, penerapan sistem tertutup dengan kualitas air yang
pada tahap awal ini adalah melakukan cross breeding (kawin silang)
stabil: pH, salinitas, TAN, alkalinitas dan bahan organik dan penerapan
dan selektif breeding yang menerapkan seleksi individu. Dengan
biosekuriti standar baku terbukti menjamin kualitas bebas virus calon
data-data yang diperoleh dari hasil perekayasaan maupun hasil uji
induk dari virus: WSSV, TSV, IMNV, dan IHHNV.
multi lokasi di beberapa tempat, diperoleh data bahwa induk udang vanamei yang dihasilkan oleh Tim Pemulia Broodstock Center Udang Vanamei Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo ini dapat menjadi induk alternatif sebagai pengganti induk vanamei
C-2. Produksi Penggelondongan Kerapu Tikus Model
sistem
resirkulasi
tertutup
pada
produksi
impor dan dapat menurunkan biaya produksi karena harganya jauh
penggelondongan kerapu tikus (Cromileptes Altivelis) memiliki
lebih murah.
tujuan terkait tingkat kelangsungan hidup (SR) lebih besar dari
Hasil kegiatan rekayasa breeding program induk udang vanamei
50%. Sasarannya adalah mendapatkan model yang efektif dalam
telah menghasilkan satu varietas udang vanamei unggul yang
memproduksi benih kerapu tikus. Bahan yang digunakan adalah
baru dan telah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada
benih kerapu tikus, pakan pendederan, probiotik dan vitamin C serta
tanggal 23 Oktober 2009. Salah satu bagian penting dalam proses
menggunakan alat bak larva kapasitas 1,5 meter
tersebut adalah proses pemeliharaan calon induk itu sendiri dalam
kubik, protein skimmer, ultra violet, dan
bentuk perbanyakan (multiplikasi) dengan menggunakan teknologi resirkulasi tertutup pada bak raceway.
pompa air laut. Pada
perekayasaan
ini
Sistem resirkulasi tertutup pada bak raceaway menggunakan
parameter yang diamati adalah
prinsip biosecurity yang ketat untuk mencegah masuknya patogen.
kinerja kultur yang optimal dari
Yang menjadi subjek pada sistem ini adalah benur PL10 sebanyak 180
model sistem resirkulasi yang
ribu ekor dengan menggunakan bahan yaitu pakan, probiotik, kapur
meliputi tingkat kehidupan
(CaCo2), kaporit, air laut, air tawar dan vitamin C. Metodologi yang
(survival rate), pertumbuhan
digunakan adalah manajemen air, manajemen pakan, manajemen
benih yang tinggi dan
kesehatan, dan aplikasi probiotik.
kualitas air yang
Berdasarkan data diketahui bahwa pada pemeliharaan calon induk udang vanamei dengan sistem resirkulasi tertutup
30
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
31
mendukung kehidupan benih selama perekayasaan berlangsung. Secara keseluruhan penggunaan model sistem resirkulasi tertutup berpengaruh positif terhadap survival rate dan pertumbuhan benih ikan kerapu tikus. Sistem resirkulasi menunjukan kestabilan kualitas air terutama kadar amoniak, nitrit, pH dan kadar oksigen, dari analisa kandungan bakteri vibrio didapatkan data bahwa penggunaan probiotik pada pemeliharaan larva kerapu tikus berdampak positif. Kandungan bakteri vibrio pada media pemeliharaan tiap uji coba dapat tertekan dengan penambahan bakteri probiotik. Semakin tinggi konsentrasi probiotik yang diberikan, kandungan bakteri vibrio dalam media pemeliharaan semakin rendah. Kualitas air dan kandungan bakteri selama perekayasaan berlangsung. Kualitas air media pemeliharaan sangat berperan dalam menunjang keberhasilan produksi benih kerapu tikus. Kualitas air yang berperan terhadap kelangsungan hidup pada pertumbuhan ikan kerapu tikus meliputi suhu air, oksigen terlarut, kadar garam, pH air, amonia, dan nitrit. Yang sangat berperan dan memerlukan perhatian khusus dalam perekayaan model ini adalah suhu, oksigen terlarut, derajat keasaman (pH), kandungan amonia dalam air, pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup (SR). Dalam perekayasaan model ini didapatkan : 1) Telah meningkatkan SR sampai 91,20 % - 92,50 % 2) Penggunaan probiotik berpengaruh positif dalam pemeliharaan benih kerapu tikus yaitu dapat meningkatkan kualitas air media pemeliharaan. 3) Bakteri probiotik dapat menekan populasi bakteri vibrio dalam media pemeliharaan larva kerapu tikus.
32
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
33
Teknologi resirkulasi tertutup pada bak raceway
34
Perbenihan AKUAKULTUR
Teknologi resirkulasi tertutup pada bak raceway
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
35
Pembibittan rumput laut
36
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
37
D. Teknologi Pembibitan Rumput Laut D-1. Kultur Jaringan
Tahapan Kultur Jaringan Rumput Laut: 1) Aklimatisasi indukan rumput laut di rumah kaca. Aklimatisasi ini dilakukan selama 1-2 minggu, dalam aquarium dengan sistem resirkulasi selama 1-2 minggu. Tujuan dari aklimatisasi ini adalah untuk mengadaptasikan induk rumput laut yang akan digunakan sebagai eksplan dengan lingkungan yang baru,
juga untuk
memisahkan induk dari kotoran yang dibawa dari habitat asal. 2) Aklimatisasi
indukan
rumput
laut
di
laboratorium. Rumput laut yang dikulturkan pada media air laut steril di laboratorium. Thallus dipilih yang masih muda, yaitu berwarna hijau/coklat muda, bersih dari kotoran dan epiphyt. Kultur rumput laut tersebut disimpan pada rak kultur yang diberi penyinaran lampu TL dengan intensitas cahaya 1500 lux. Lamanya penyinaran diatur 12 jam menyala dan 12 jam padam. Temperatur ruangan diatur antara 2225ºc dengan menggunakan AC. Media air laut di ganti seminggu sekali dengan yang baru. Aklimatisasi ini tidak perlu dilakukan apabila aklimatisasi di rumah kaca dirasa sudah cukup.
38
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
39
3) Sterilisasi eksplan rumput laut. Proses sterilisasi yang harus
1) Pemeliharaan eksplan dimedia padat. Eksplan ditanam di media
dilakukan adalah sebagai berikut:
agar yang telah diberi pupuk dan zat pengatur tumbuh. Setelah 2-4
a) Pemilihan dan pembersihan eksplan thallus rumput laut
bulan akan muncul kalus yang berupa serabut-serabut menyerupai
kotoni.
jamur yang disebut filamentaous callus. Penggantian media
b) Perendaman dalam larutan sabun;
dilakukan setiap 2 bulan. Selama masa penanaman, lampu tidak
c) Perendaman dalam betadin;
dinyalakan.
d) Perendaman dalam media antibiotik sambil dishaker sekitar 40 - 48 jam; e) Penanaman di media kultur untuk diamati kondisi eksplan setelah sterilisasi dan persentase kontaminasi.
2) Pemeliharaan eksplan di media cair. Gumpalan kalus-kalus yang muncul kemudian dipisahkan dari eksplan/thalus. Dengan cara diiris tipis kemudian disub kultur dimedia padat selama 2 bulan. Setelah menunjukkan terjadi pertumbuhan kalus embriogenik (ciri-ciri kalus embriogenik adalah berwarna hijau atau hijau
Selanjutnya dilakukan proses penanaman eksplan ke media PES padat, dengan tahapan sebagai berikut:
40
Perbenihan AKUAKULTUR
kecoklatan, kalus remah mudah terpisah-pisah) disubkultur dalam media cair yang telah diberi pupuk pes dan dishaker.
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
41
Pada tahap ini muncul mikropopagul yang ditandai dengan penebalan warna kalus, muncul titik-titik berwarna hijau tua atau coklat tua, berbentuk oval atau bulat. Setelah dua bulan di media pes cair, mikropropagule telah mengalami germinasi dimana selain telah terbentuk “holdfast”,mikropropagul mulai membentuk tunas thalus dengan panjang 2-5 mm. Percabangan pertama dari thalus mulai terjadi setelah 3 bulan di media pes cair. Penggantian media dilakukan 1 bulan sekali. Mikropropagul di media pes cair yang ditempatkan pada rotary shaker, disubkultur ke botol ukuran 1 liter berisi 500 – 1000 ml media pes cair. Kultur diberi aerasi dengan menggunakan aerator. Media diganti dengan media yang baru seminggu sekali. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menumbuhkan mikropropagul yang dihasilkan dari tahap sebelumnya menjadi propagul atau thallus muda yang siap diaklimatisasi, dimana ukuran panjang thalus antara 3-5 cm.
Gambar 1. Kultur dalam Media PES cair dan dishaker
42
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
43
Aklimatisasi Rumput Laut Proses ini bertujuan untuk mengadaptasikan plantlet dari in vitro ke lingkungan baru yaitu akuarium yang disimpan di dalam rumah kaca. Dengan sistim resirkulasi, air laut dalam akuarium dialirkan ke wadah filter yang terdiri dari lapisan kapas, arang aktif, karang dan arang aktif, kemudian air dialirkan kembali dengan menggunakan pompa dan pipa PVC ke akuarium tempat pemeliharaan rumput laut. Akuarium juga dilengkapi dengan aerator, dan pompa untuk membuat arus buatan.
Gambar 2. Aklimatisasi rumput laut muda di rumah kaca
D-2. Vegetatif Penimbangan Rumput Laut
44
Kultivasi secara vegetatif dapat menjamin preservasi dan ketersediaan bibit. Bibit harus dipilih yang segar, Warna cerah, talus
Dalam waktu 6 minggu, mikropropagul berkembang menjadi
keras, kenyal dan tidak layu. Bibit dipilih dari ujung talus yang masih
propagul atau thalus muda. Perkembangan mikropropagul ditandai
muda, bersih dari segala kotoran yang menempel.Yang diambil adalah
dengan meningkatnya panjang thalus hingga mencapai panjang 10-
bagian ujung-ujungnya dan dipotong kira-kira sepanjang 10 – 20
15 mm, begitu pula diameter thalus menjadi lebih besar mencapai
cm. Dipilih bagian ujung tanaman karena bagian ini terdiri dari sel
1.5 mm. Laju pertumbuhan harian propagule selama 6 minggu dalam
dan jaringan muda sehingga akan memberikan pertumbuhan yang
kultur beraerasi mencapai 4.76 ± 0.58 % (rata-rata ± std.dev).
optimal.
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
45
e) Thallus tidak berlendir, tidak rusak, tidak patah dan tidak berbau busuk pada saat akan dilakukan penanaman awal (untuk rumput laut cotonii). Batang thallus silindris, bersih, segar, keras, tidak berlendir, tidak berbau amis dan tidak pucat (untuk rumput laut graciliaria). f ) Thallus rumput laut bebas dari penyakit (bercak-bercak putih dan terkelupas) dan biofouling (organism penempel). g) Pangkal thallus sebaiknya tidak dijadikan bibit untuk diseleksi. h) Pemotongan thallus sebaiknya menggunakan pisau yang tajam agar struktur thallus tidak rusak. i) Bentuk thallus proporsional antara besar dan panjangnya. j) Bibit dengan percabangan banyak dan tumbuh memusat dari satu bagian pangkal dan menyebar. k) Bibit harus seragam dan tidak tercampur dengan jenis lain.
Gambar 3. Euheuma cottoni, Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottoni (sakul) Syarat bibit unggul rumput laut metoda vegetatif memiliki kriteria sebagai berikut: a) Memiliki thallus bercabang banyak, rimbun dan runcing. b) Thallus rumput laut secara morfologi sehat, bersih, segar dan berwarna merah. c) Bibit awal harus berumur antara 25 - 30 hari (untuk kotoni) dan 20 - 30 hari (untuk gracilaria). d) Berat bibit antara 50 – 100 gr per rumpun, sebanyak 500 – 1.000 kg.
46
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
47
Pengikatan bibit rumput laut
48
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
49
E. Teknologi Penyediaan Pakan Benih E-1. Pakan Alami/Cacing Sutra Usaha pembenihan ikan kini semakin berkembang di masyarakat. Seiring dengan itu kebutuhan pakan alami cacing sutra cukup besar sehingga tidak dapat dipenuhi dari tangkapan alam. Pembenih ikan lele dan ikan gurame di Yogyakarta, misalnya, setiap harinya membutuhkan pakan alami cacing sutra sebesar 500-600 liter/hari. Melihat potensi tanah di Dusun Gancahan yang secara alami bisa menghasilkan cacing pada beberapa tempat, maka Asosiasi Cacing Sutra Yogyakarta (ACY) melalukan kegiatan yang bermanfaat dimasyarakat yaitu budidaya cacing sutra dimana produksi yang dapat dihasilkan oleh asosiasi sebanyak 125-150 liter/hari. Usaha ini diharapkan dapat memenuhi ketersediaan pakan alami bagi pembenihan lele dan gurame sepanjang tahun mengingat kondisi saat ini pakan tersebut hanya dapat terpenuhi pada saat
50
Perbenihan AKUAKULTUR
Usaha budidaya cacing sutra ini diharapkan dapat memenuhi ketersediaan pakan alami bagi pembenihan lele dan gurame sepanjang tahun mengingat kondisi saat ini pakan tersebut hanya dapat terpenuhi pada saat musim kemarau yang ditangkap atau dikumpulkan dari daerah pinggiran aliran sungai.
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
51
musim kemarau yang ditangkap atau dikumpulkan dari daerah
di
pinggiran aliran sungai. Pada saat musim hujan, cacing sutra hilang
Godean,
terbawa arus aliran sungai. Dengan berjalannya budidaya pakan alami
Lahan yang digunakan untuk
untuk larva/benih ikan ini maka dapat memenuhi kebutuhan tanpa
membudidayakan pakan alami
ketidaktergantungan pada pabrik pakan sekaligus mendapatkan
cacing sutra seluas 10.500
keuntungan akan pakan murah dan berkualitas baik.
meter persegi dan dipasarkan
ACY telah memproduksi dengan kapasitas produksi mencapai 2 ton/hari dan mampu memenuhi kebutuhan pakan ikan alami
Gancahan VII, Sidomulyo, Sleman,
Yoyakarta.
dengan harga Rp 12.000,-/liter. Fasilitas yang digunakan
untuk keperluan 63 kelompok pembenih ikan lele dan gurame.
terdiri dari kolam permanen (terpal)
ACY beranggotakan sebanyak 45 orang yang berasal dari kota
3 meter x 5 meter sebanyak 6 kolam sebagai
Yogyakarta, kabupaten Kulon Progo, Sleman dan Bantul, berlokasi
air. Pemupukan kolam dengan pupuk organik kering dari kotoran ayam
tandon
atau burung puyuh (fermentasi) dan diisi air dari sumur bor selama 2-3 hari. Kemudian diberikan tetes tebu sebanyak 4 liter sambil air dari kolam dialirkan lahan budidaya secara perlahan. Budidaya cacing sutra pada luasan 300 meter persegi menghasilkan panen sebanyak 4-7 liter/hari, sehingga dari lahan 1 hektar baru dapat menghasilkan 125150 liter/hari. Pemanenan dilakukan setiap hari pada pagi hari dan dipanen secara langsung pada tanah yang tampak banyak cacingnya, kemudian dibiarkan selama 2 jam pada ember plastik agar cacing terpisah dari substratnya (tanah yang menempel). Setelah bersih cacing ditempatkan pada akuarium dengan aerasi (gambar) dan siap dipasarkan.
E-2. Pakan Buatan/Pasta Larva /benih ikan memiliki sistem percernaan yang berbeda dengan ikan dewasa. Sistem percenakan benih ikan terbangun secara bertahap sesuai dengan umur, dimulai semenjak yolkegg habis dikonsumsi. Kondisi besarnya yolkegg berbeda dari satu
52
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
53
jenis ikan ke ikan lain dan kecepatan perkembangan larva (embrio) sangat dipengaruhi oleh temperatur air dan waktu. Perbedaan sistem pencernakan ini menuntun ikan untuk mencari makanan sesuai dengan kebutuhannya dan dituntun oleh insting akan kebutuhan makan. Larva ikan cenderung memakan makanan alami (phytoplankton, zooplankton) yang kaya akan enzyme merupakan selective feeding secara alami. Untuk memenuhi pakan benih dapat dilakukan dengan pemberian pakan berupa pasta. Komposisi pakan buatan berupa pasta didasarkan pada formulasi pakan larva dimana partikel penyusun diet memiliki ukuran penyusun partikel yang halus dan mudah dicerna. Komposisi diet terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, asam amino,
Gambar 5. Kemasan pakan pasta untuk larva/benih
asam lemak, vitamin dan mineral yang disesuaikan dengan kebutuhan serta memiliki attractibility yang dikenal oleh indra larva/benih.
Alur pembuatan secara massal pakan pasta untuk larva/benih ikan sebagai berikut:
komposisi pakan Pasta
54
No
Bahan Inti
Bahan Tambahan
1
Telur Bebek
Vit C
2
Telur Ayam Ras
Vit B12
3
Gandum
Vit AD
4
Susu Skim
Microalgae
5
Potato powder
Attractant
6
Tepung Kedelai
Enzyme
7
Backing powder
Na-benzoat
8
Air
Mineral mix
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
55
3
56
Perbenihan AKUAKULTUR
Bibit Unggul
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
57
A. Produksi Benih Unggul Produksi benih ikan menjadi salah satu pilar industrialisasi perikanan budidaya nasional. Melonjaknya produksi benih ikan air sektor perikanan budidaya (akuakultur). Juga, besarnya produktivitas benih ini menjadi indikator positif bagi peningkatan produksi ikan
87.258.199
konsumsi yang pada gilirannya turut mendongkrak kesejahteraan masyarakat, khususnya para pelaku usaha perikanan, baik skala besar maupun skala kecil. Keberadaan benih unggul di Indonesia tidak hanya terus meningkat belakangan ini. Namun, capaiannya secara komulatif
92.181.922
tawar, ikan air payau dan ikan air laut menjadi prestasi di tingkat hulu
melebihi target yang dicanangkan. Contohnya, pada tahun 2013, secara akumulatif, produktivitas benih nasional 92,18 miliar ekor, jauh lebih besar dari target yang dipatok sebesar 60,7 miliar ekor. Capaian angka produksi benih 92,18 miliar ekor ini setara dengan 151,86% dari target indikator kinerja jumlah benih dengan mutu terjamin sepanjang 2013.
58
Perbenihan AKUAKULTUR
Tahun 2012
Tahun 2013
Gambar 1. Realisasi Produksi Benih Tahun 2012-2013 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
59
A-1. Benih Patin Kendati secara akumulatif produksi benih ikan nasional meningkat tajam, namun khusus untuk produksi benih ikan patin memang mengalami pasang surut. Capaian produksi benih patin dari tahun 2012 hingga 2013 mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu pada tahun 2012 capaian produksi benih patin sebesar 284,50% dan ditahun 2013 mengalami penurunan mencapai 59,057%. Capaian produksi benih patin sebesar 816.768
Tahun 2012
816.768
2.321.946
ribu ekor dari jumlah 2.312.946 ribu ekor di tahun 2012.
Tahun 2013
Gambar 2. Realisasi Produksi Benih Ikan Patin Tahun 2012-2013
60
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
61
A-2. Benih Lele Capaian produksi benih ikan lele jika dilihat dari prosentase tahun 2012 - 2013 mengalami kenaikan yaitu tahun 2012 memiliki capaian sebesar 298,77% dan tahun 2013 sebesar 348,45% dari target. Dilihat dari jumlah benih yang diproduksi mengalami peningkatan dari 11,50 miliar ekor di tahun 2012 menjadi 20,11
11.502.620.000
Tahun 2012
20.110.979.000
miliar ekor di tahun 2013.
Tahun 2013
Gambar 3. Realisasi Produksi Benih Ikan Lele Tahun 2012-2013
62
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
63
A-3. Benih Nila Produksi benih nila dari tahun 2012 hingga 2013 mengalami penurunan yaitu pada tahun 2012 didapatkan capaian sebesar 342,59% dan di tahun 2013 didapatkan capaian sebesar 279,46%. Sedangkan jumlah benih yang diproduksi mengalami peningkatan dari 14,23 miliar ekor di tahun 2012 menjadi 15,09 miliar ekor di
Tahun 2012
15.093.720.000
14.234.788.000
tahun 2013.
Tahun 2013
Gambar 4. Realisasi Produksi Benih Ikan Nila Tahun 2012-2013
64
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
65
A-4. Benih Mas Capaian produksi benih ikan mas mengalami penurunan produksi benih yang cukup signifikan yaitu pada tahun 2012 memiliki angka capaian sebesar 1.392,09% dan tahun 2012 menurun menjadi 728,86%. Sedangkan capaian produksi benih ikan mas tahun 2012 sudah mencapai 20.881.349 ribu ekor menurun menjadi 11.843.390 ribu ekor.
20.881.349
11.843.390
Tahun 2012
Tahun 2013
Gambar 5. Realisasi Produksi Benih Ikan Mas Tahun 2012-2013
66
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
67
A-5. Benih Gurame Produksi benih gurame tahun 2012 - 2013 menunjukkan kinerja yang sangat bagus. Pada tahun 2012 produksi mencapai 698.468 ribu ekor atau sebesar 629,25% dari tahun sebelumnya. Realisasi produksi benih gurame mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar 1.254.683 ribu ekor atau sebesar 1.081,62% dari
Tahun 2012
1.254.683
698.468
dibanding tahun sebelumnya.
Tahun 2013
Gambar 6. Realisasi Produksi Ikan Gurame Tahun 2012-2013
68
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
69
A-6. Benih Bandeng Realisasi dan capaian produksi benih ikan bandeng dari tahun 2012–2013 telah mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2012 mencapai sebesar 103,07% dan meningkat sebesar 135,81% di tahun 2013. Realisasi produksi benih pada tahun 2013 sebesar 2,5 miliar ekor di tahun 2012 dan meningkat sebesar 4,1
Tahun 2012
4.101.723.000
2.594.475.000
miliar ekor ditahun 2013.
Tahun 2013
Gambar 7. Realisasi Produksi Ikan Bandeng Tahun 2012-2013
70
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
71
A-7. Benih Udang Windu Produksi benih udang windu pada tahun 2012 sebesar 8.895.532 ribu ekor dengan persentase 103,07% dari target, menurun pada 2013 mencapai sebesar 7.399.955 ribu ekor dengan persentase 78,05% dari target. Sedangkan capaian benih udang
Tahun 2012
7.399.955
8.895.532
windu pada tahun 2013 sebesar 7.399.955 ribu ekor.
Tahun 2013
Gambar 8. Realisasi Produksi Benih Udang windu Tahun 2012-2013
72
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
73
A-8. Benih Udang Vanamei Capaian produksi benih jika dilihat dari prosentase tahun 2012-2013 mengalami peningkatan yaitu tahun 2012 memiliki capaian sebesar 88,59% dan pada tahun 2013 mencapai 109,37%. Sedangkan realisasi produksi benih untuk tahun 2012 ke tahun 2013 juga mengalami peningkatan dari 21,59 miliar ekor pada
Tahun 2012
31.374.803.000
21.593.971.000
tahun 2012 menjadi 31,37 miliar ekor pada tahun 2013.
Tahun 2013
Gambar 9. Realisasi Produksi Benih Udang Vanamei Tahun 2012-2013
74
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
75
A-9. Benih Kakap Produksi benih kakap tahun 2012 sebesar 16.112.000 ekor, meningkat pada tahun 2013 menjadi 163.502.000 ekor, sedangkan capaian produksi benih kakap sampai dengan bulan Desember
Tahun 2012
163.502.000
16.112.000
tahun 2013 sebesar 908,34%.
Tahun 2013
Gambar 10. Realisasi Produksi Benih Ikan Kakap Tahun 2012-2013
76
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
77
A-10. Benih Kerapu Capaian produksi benih ikan kerapu tahun 2012 sebesar 18.221.000 ekor, dan pada tahun 2013 sebesar 20.467.000 ekor. Sedangkan produksi benih ikan kerapu tahun 2013 sudah mancapai 55,31%. Pencapaian produksi benih kerapu pada tahun 2012-2013
Tahun 2012
20.467.000
18.221.000
mengalami penurunan.
Tahun 2013
Gambar 11. Realisasi Produksi Benih Ikan Kerapu Tahun 2012-2013
78
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
79
Sebagai catatan, pencapaian target produksi benih bandeng
oleh Unit-Unit Pembenihan untuk proses pembesaran menjadi ikan
pada 2013 silam didukung melalui beberapa kegiatan Direktorat
konsumsi dengan cara pengiriman benih dari suatu wilayah ke wilayah
Perbenihan DJPB antara lain:
lain. Pendistribusian benih dari pusat benih bermutu masing-masing
a) Produksi induk unggul (pelepasan penilaian varietas unggul,
komoditas adalah sebagai berikut;
sosialisasi protokol induk, workshop jaringan pemuliaan dan
1) Produksi benih ikan mas dari Jawa Barat didistribusikan ke Provinsi
produksi induk, penyusunan draft peraturan permen tentang
Jambi, sedangkan yang berasal dari Jawa Timur didistribusikan ke
penilaian pelepasan ikan, pembinaan dan pengembangan jaringan
Bali dan Kalimantan.
produksi dan distribusi induk unggul, bantuan paket sarana perbenihan). b) Jumlah benih dengan mutu terjamin (forum perbenihan skala kecil,
2) Produksi benih ikan nila asal Jawa Barat didistribusikan ke Banten, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Sedangkan benih dari Jawa Timur didistribusikan ke Bali dan Kalimantan.
koordinasi industrialisasi bandeng, penyusunan buku pembinaan
3) Produksi benih ikan gurame dari Jawa Tengan didistribusikan
skala kecil, bantuan paket sarana perbenihan, temu koordinasi
ke Jawa Barat dan Jawa Timur, sedangkan benih dari Jawa Barat
perbenihan skala besar UPTD dan swasta, forum perbenihan,
didistribusikan ke Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara,
peningkatan kerja UPTD, pembinaan perbenihan skala kecil ikan
Sumatera Barat, Kalimantan
air payau laut).
Sulawesi Utara.
c) Pembenihan yang bersertifikat (harmonisasi dan standardisasi CPIB). d) Jumlah data informasi dan distribusi perbenihan (updating
Timur, Kalimantan Selatan dan
4) Produksi benih ikan lele asal Jawa Timur didistribusikan ke Bali, Kalimantan dan Palu. Sedangkan untuk daerah asal Jawa Barat didistribusikan ke Banten.
dan pengisian data perbenihan, apresiasi dan pengawasan data
5) Produksi benih ikan patin dari Jambi didistribusikan ke Riau dan
distribusi perbenihan, peningkatan evaluasi data perbenihan
Sumatera Selatan. Sedangkan benih ikan patin asal Jawa Barat
daerah industrialisasi, penyusunan buku data produksi dan
didistribusikan ke Jambi, Sumatera Selatan, Riau, Jawa Tengah dan
distribusi perbenihan, penyusunan buku peta).
DI Yogyakarta.
B. Distribusi Benih Unggul
C. Pusat Benih Unggul Demi mendukung pemenuhan dan pemerataan benih bermutu,
80
Produksi benih bermutu atau benih unggul diperoleh dari Pusat-
Direktorat Perbenihan DJPB mengembangkan pusat-pusat benih
Pusat Benih Bermutu yang sudah ditetapkan oleh Menteri Kelautan
induk unggul, baik ikan air tawar, ikan air payau, maupun ikan air
dan Perikanan Republik Indonesia. Benih bermutu dibutuhkan
laut. Untuk ikan air tawar, pusat-pusat benih yang dibudidayakan
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
81
merupakan komoditas unggulan adalah ikan nila, lele, mas, gurame, dan patin. Sementara untuk ikan air payau atau ikan air laut, pusatpusat benih yang dikembangkan mencakup komoditas ikan kakap, bandeng, udang windu serta udang vanname. Benih yang dihasilkan melalui proses produksi yang baik dan benar dicirikan oleh beberapa karakteristik, antara lain pertumbuhan cepat, seragam, sintasan tinggi, adaptif terhadap lingkungan pembesaran, bebas terhadap parasit dan tahan terhadap penyakit, efisien dalam menggunakan pakan serta tidak mengandung residu bahan kimia dan obat-obatan yang dapat merugikan bagi manusia dan lingkungan.
82
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
83
4
84
Perbenihan AKUAKULTUR
Induk Unggul
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
85
A. Produksi Induk Unggul Direktorat Perbenihan terus mengembangkan inovasi teknologi
a) Identifikasi potensi sumberdaya induk dan benih.
dalam rangka menciptakan induk-induk unggul dengan proses
b) Penilaian pelepasan jenis dan/atau varietas ikan unggul.
pemuliaan, domestikasi, introduksi dan rekayasa genetika. Hal ini
c) Percepatan operasionalisasi dan produksi serta distribusi induk
tentu dilakukan untuk mendukung upaya menyediakan induk unggul
unggul pada pusat induk dalam jaringan perbenihan.
yang mencukupi dan berkesinambungan. Produksi induk unggul
d) Penyediaan induk unggul serta mendorong pendistribusian induk
dilakukan oleh Broadstock Center yang tersebar di beberapa daerah.
unggul kepada seluruh stakeholder (pemangku kepentingan),
Hasil dari pemuliaan tersebut berupa induk-induk ikan unggul dari
melalui Gerakan Penggunaan Induk Ikan Unggul (GAUL).
beberapa jenis. Program pengelolaan induk ikan dilaksanakan melalui beberapa
86
kegiatan operasional, yaitu:
Perbenihan AKUAKULTUR
e) Penyusunan regulasi dan perbanyakan protokol induk ikan unggul.
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
87
Tabel 1. Produksi Induk Ikan Nasional Tahun 2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Komoditas Mas Nila Lele Gurame Patin Bandeng Kerapu Kakap U.Windu U.Vaname U.Galah Lainnya Jumlah
Jumlah 393.054 6.518.969 9.442.984 105.583 513.713 7.802 3.742 5.080 259.793 2.549.019 105.956 212.978 20.118.673
B. Distribusi Induk Unggul Induk unggul diperlukan untuk memenuhi sasaran produksi
88
a) Pembangunan /pengembangan Balai Benih Ikan (BBI) air tawar di provinsi/kabupaten/kota, baik melalui Dekon maupun DAK hingga saat ini 60% dari 660 unit BBI operasional.
perikanan budidaya. Keberadaan induk unggul jelas akan mendukung
b) Pembangunan/pengembangan Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)
terlaksananya industri perbenihan secara masif dan berkualitas. Hal
dan Balai Benih Udang (BBU) di provinsi/kabupaten/kota melalui
inilah yang sejalan dengan revolusi perbenihan. Revolusi perbenihan
Dekon dan DAK, sebanyak 31 BBIP, yang terdiri dari 27 BBIP
diwujudkan dalam bentuk peremajaan induk unggul di masyarakat,
Provinsi dan 4 BBIP Kabupaten, BBU 35 buah, yang terdiri dari 13
yakni pergantian induk-induk unggul yang telah tua dan kurang
BBU Provinsi dan 22 BBU Kabupaten.
produktif dengan induk-induk unggul yang produktif. Revolusi
c) Pembenihan swasta, khususnya hatchery udang, saat ini ada 23
perbenihan diwujudkan dalam bentuk Gerakan Penggunaan Induk
unit hatchery swasta di 12 provinsi yang masih operasional. Kondisi
Ikan Unggul (GAUL).
perbenihan udang swasta belum optimal seperti masa sebelumnya,
Adapun keragaan unit pembenihan untuk memproduksi induk
namun dengan keberhasilan pengembangan induk udang unggul
unggul dan benih bermutu, baik yang dibangun oleh pemerintah pusat
nasional udang vaname Nusantara-1 dan udang vaname Global-
maupun daerah sebagai berikut:
gen dari swasta (PT. Komindo), usaha pembenihan udang nasional
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
89
bangkit kembali. d) Pembangunan untuk pengembangan pembenihan skala kecil dilakukan melalui pemberdayaan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dan Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) Kabupaten/Kota, baik melalui paket bantuan langsung maupun bergulir.
induk unggul. Salah satu tugas jejaring pemuliaan dan produksi induk unggul ini adalah melaksanakan National Broodstock Center (NBC) dan Regional Broodstock Center (RBC). Pelaksanaan NBC dan RBC bersama-sama tim ahli melakukan pengumpulan induk dan benih alam dari berbagai lokasi. Masingmasing NBC dan RBC diharapkan dapat mengumpulkan induk atau
C. Pusat Induk Unggul Pusat Induk Unggul merupakan produsen induk dari unit pembenihan milik pemerintah ataupun swasta yang telah menerapkan
90
calon induk dari lokasi yang berbeda. Lanjutan dari kegiatan ini adalah memproduksi induk hasil budidaya melalui serangkaian metode dan proses seleksi. Direktorat Perbenihan DJPB membentuk dan mengembangkan
standar operasional produksi yang dibuat oleh pemerintah dan telah
jejaring
tersertifikasi serta melakukan proses penjualan induk ke pasar secara
mengembangkan induk ikan jenis baru yang mempunyai sifat-sifat
mandiri. Melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
unggul. Induk-induk unggul tersebut akan disebarluaskan balai-balai
09/KEPMEN-KP/2014 telah dibentuk jejaring pemuliaan dan produksi
benih ikan untuk menghasilkan benih ikan yang bermutu.
Perbenihan AKUAKULTUR
pemuliaan
ikan
yang
salah
satu
tugasnya
adalah
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
91
5
92
Perbenihan AKUAKULTUR
Unit pembenihan
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
93
B. Unit Pembenihan Skala Besar Unit Pembenihan Skala Besar dibedakan dengan Unit Pembenihan Skala Kecil berdasarkan nomenklatur dan Tugas Pokok dan fungsi Unit Pembenihan Skala Besar terdiri dari Unit Pembenihan milik Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah dan Unit Pembenihan milik swasta. Sampai saat ini pembenihan skala besar ikan payau laut dilakukan oleh pembenihan udang (hatchery udang vanamae) maupun unit pembenihan ikan kerapu dan bandeng, diketahui perusahaan pembenihan udang vanamae di Indonesia yang masih operasional sekitar 57 perusahaan (hatchery). Perusahaan tersebut tersebar di wilayah Lampung (5 perusahaan), Banten (8 perusahaan), Jawa Barat (4 perusahaan), Jawa Timur/Tuban (7 perusahaan), Jawa Timur
A. Unit Pembenihan Skala Kecil Unit Pembenihan Skala Kecil terdiri dari Unit Pembenihan
Situbondo (24 perusahaan) dan Sulawesi Selatan (9 perusahaan). Capaian unit-unit pembenihan skala besar yaitu UPTD dan swasta ikan air tawar dan air payau operasional sampai tahun 2013.
Air Tawar (UPR) dan Unit Pembenihan Air Payau/Laut lebih dikenal dengan Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT). Lebih jelasnya, Unit Pembenihan Rakyat (UPR) merupakan unit pembenihan skala kecil yang bidang usahanya khusus melakukan pembenihan ikan air tawar. UPR mempunyai kriteria sebagai berikut: 1) Memiliki dan/atau mengelola lahan usaha pembenihan ikan. 2) Modal usaha < Rp 50 juta. 3) Merupakan unit pembenihan lengkap (memiliki induk) maupun unit pembenihan sepenggal (tanpa induk). 4) Produksi benih per tahun berkisar antara 50.000 – 2.000.000 ekor. 5) Memiliki tenaga kerja sebanyak 2 - 5 orang untuk UPR mandiri/ perorangan. 6) Komoditas yang dikembangkan adalah komoditas air tawar.
94
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
95
D. Unit Pembenihan Bersertifikat Cara mengembangbiakan ikan dengan cara melakukan manajemen induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva/ benih dalam lingkungan yang terkontrol, melalui penerapan teknologi yang memenuhi persyaratan biosecurity, mampu telusur (traceability) dan keamanan pangan (food safety) merupakan unit-unit pembenihan bersertifikat Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB).
96
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
97
6
98
Perbenihan AKUAKULTUR
Kisah sukses pembenihan
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
99
A. Unit Pembenihan Rakyat (UPR) A-1. UPR “Dumboys”
rata-rata produktifitas 50.000 – 70.000 ekor / kg induk. Pokdakan “Dumboys” melakukan sistem kerjasama kemitraan dengan kelompok-kelompok pembenih ataupun pembudidaya
Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) “Dumboys” melaku
lainnya serta bekerjasama dengan koperasi Dinas Perikanan
kan kegiatan pembenihan lele dan sekaligus pembesarannya. Pok
Kabupaten Banjarnegara. Selain itu “Dumboys” telah diterima oleh
dakan ini berdiri pada tanggal 20 Juli 2006 dan diketuai oleh Suminto.
keberadaannya oleh Bank BRI, sehingga dapat mengakses pinjaman
Kelompok ini termasuk dalam kategori kelas kelompok utama,
modal usaha sebesar Rp 3,5 miliar. Beberapa prestasi berhasil diraih
dengan jumlah anggota hingga saat ini mencapai 20 orang. Kelompok
oleh kelompok “Dumboys”, diantaranya adalah Juara I Penilaian
“Dumboys” terletak di Desa Mandiraja Kulon RT 03/RW 01, Kecamatan
Kinerja Kelompok dan Kelembagaan Bidang Perikanan Budidaya
Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.
Tingkat Nasional Tahun 2013.
Komoditas yang dibudidayakan oleh kelompok “Dumboys” adalah ikan lele sangkuriang. Guna meningkatkan kualitas dan hasil
1) Meningkatkan produksi lele.
produksi benih lele, pada tahun 2011 unit pembenihan ini telah
2) Meningkatkan jumlah konsumsi ikan/orang.
disertifikasi dan sudah menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik
3) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa
(CPIB). Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi kelompok “Dumboys” yang mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir, dengan produksi
100
Tujuan dibentuknya Pokdakan “Dumboys” antara lain:
Mandiraja Kulon. 4) Meningkatkan
fungsi
kelembagaan
kelompok
Dumboys,
benih rata-rata 2 juta ekor/bulan ukuran 1-3 cm. Ketersediaan induk
membangun kemitraan dengan lembaga keuangan dalam akses
kelompok “Dumboys” sebanyak 360 ekor jantan dan betina dengan
permodalan usaha perikanan budidaya.
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
101
A-2. UPR Mulyorejo I Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mulyorejo I merupakan kelompok Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang bergerak dalam bidang pembenihan ikan lele. Kelompok Mulyorejo I didirikan pada tanggal 15 Oktober 2009 dengan jumlah anggota 13 orang. Saat ini jumlah anggota berkembang menjadi 90 orang dan termasuk dalam kategori kelas kelompok utama. Kelompok Mulyorejo I terletak di Desa Maguan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. UPR Mulyorejo I memiliki kolam pembenihan sebanyak 702 unit dengan luas 7.807 meter persegi. Komoditas yang dibudidayakan adalah lele sangkuriang dengan produksi benih rata-rata 2,5 juta ekor/ 1,5 bulan ukuran 1-3 cm. Ketersediaan induk kelompok ini mencapai 700 ekor jantan dan betina dengan rata-rata produktifitas UPR 30.000 – 50.000 ekor/kg induk. UPR Mulyorejo I telah disertifikasi CPIB pada tahun 2011 dan sampai saat ini secara konsisten menerapkan biosecurity dan kaidah-kaidah CPIB di dalam kegiaatan pembenihan. Dampak dari penerapan sistem CPIB adalah meningkatnya produksi benih selama kurun waktu 3 tahun terakhir. Guna menunjang kegiatan pembenihan dan pembudidayaan, kelompok Mulyorejo I menerapkan sistem kerjasama kemitraan dengan pembeli benih ikan skala besar, dan toko pakan ikan. Selain itu kolompok Mulyorejo I juga menjalin kemitraan dengan Bank BRI sehingga mendapatkan kesempatan untuk mengakses dana pinjaman modal usaha sebesar Rp 1,5 miliar. Beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh kelompok Mulyorejo
3) Juara II Penilaian Kinerja Kelompok dan Kelembagaan Bidang Perikanan Budidaya Tingkat Nasional Tahun 2013 4) Sampai saat ini merupakan penyumbang benih lele terbesar di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Adapun tujuan dari pembentukan kelompok ini adalah: 1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Desa Maguan. 2) Mengurangi angka kemiskinan di Desa Maguan.
I, di antaranya:
3) Mengurangi Jumlah Pengangguran di Desa Maguan.
1) Juara I Lomba intensifikasi perikanan tingkat Kabupaten Malang
4) Meningkatkan hasil panen pada lahan perikanan khususnya air
untuk kategori kelompok UPR ikan lele pada tahun 2010
102
2) Juara I Lomba kelompok UPR Tingkat propinsi Jawa Timur
Perbenihan AKUAKULTUR
tawar.
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
103
A-3. UPR Tangguak Rapek Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Tangguak Rapek didirikan pada tanggal 12 Januari 2006, dan diketuai oleh Jama’an. Anggota kelompok yang berjumlah 17 orang. Pokdakan ini termasuk dalam kategori kelas kelompok lanjut yang berkedudukan di Jorong Pincurang, Gadang
Nagari Andaleh, Kecamatan Luak,
Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Komoditas yang dibudidayakan adalah ikan gurame dengan produksi rata-rata 2.350.550 ekor/tahun. Ketersediaan Induk dari kelompok ini sebanyak 751 ekor jantan dan 407 ekor betina dengan rata-rata produktifitas 2.000 ekor benih/kg induk. Kegiatan kelompok ini terbagi kedalam 3 kegiatan usaha, yakni menjual telur, lalu menjual bibit ukuran 3-5 cm, dan menjual bibit 7-10 cm. Selain melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, kelompok ini juga melakukan diversifikasi usaha yaitu melakukan ternak sapi. Hasilnya hingga saat ini setiapanggota kelompok memiliki 1-3 ekor sapi. Unit Pembenihan Rakyat Tangguak Rapek belum disertifikasi, namun dalam pengelolaan kegiatan pembenihannya kelompok tersebut menerapkan CPIB. Penerapan sistem CPIB berdampak pada peningkatan produksi benih dari tahun 2006 hingga tahun 2013. Oleh karena itu untuk ke depannya kelompok Tangguak Rapek berencana untuk melakukan sertifikasi CPIB. Prestasi yang pernah dicapai oleh kelompok Tangguak Rapek, di antaranya: 1) Juara II lomba masak gemar ikan tingkat Kabupaten Tahun 2008 2) Juara III Lomba pokdakan tingkat Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2010 3) Juara I Lomba Pokdakan UPR Tingkat Kabupaten Lima Puluh Kota
104
Perbenihan AKUAKULTUR
Tahun 2012 4) Juara III Penilaian Kinerja Kelompok dan Kelembagaan Bidang Perikanan Budidaya Tingkat Nasional Tahun 2013 5) Sampai saat ini merupakan penyumbang benih gurame terbesar di Provinsi Sumatera Barat
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
105
A-4. UPR Jaya Mukti Kelompok
Pembudidaya
Ikan
(Pokdakan) Jaya Mukti adalah kelompok pembenih dan pembudidaya ikan mas, nila dan lele yang berkedudukan di Desa Kambitin
Raya,
Kecamatan
Tanjung,
Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Kelompok Jaya Mukti didirikan pada tahun 1993 dengan jumlah anggota 11 orang. Seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 2013 anggota kelompok bertambah menjadi 23 orang yang diketuai oleh Muhidin. Kelompok Jaya Mukti termasuk dalam kategori kelas kelompok madya. Pada awal berdiri kelompok ini hanya mengembangkan komoditas ikan mas, namun beberapa tahun belakangan pembenihan dan pembesaran ikan nila menjadi kegiatan usaha utama kelompok ini. Pokdakan
ini
sempat
vakum
hingga tahun 2005. Stelah itu dilakukan pembaharuan kelompok baik dari segi struktur organisasi maupun rencana kerja. Pembaharuan kelompok tersebut rupanya menarik minat para pembenih lain untuk bergabung kedalam kelompok jaya mukti. Adapun rencana kerja kelompok jaya mukti adalah:
106
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
107
1) Mengatur pola dan melakukan produksi benih bagi semua anggota kelompok yang disesuaikan dengan waktu dan jumlah permintaan pasar. 2) Menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB), dalam proses produksi benih. 3) Mengatur pemasaran dan harga benih. 4) Menjalin kemitraan secara tertulis dengan pelaku usaha atau instansi terkait lainnya. Luas lahan yang dimiliki oleh kelompok Jaya Mukti adalah 19,4 hektar dengan jumlah kolam ±197 buah. Sebagian besar kolam yang dimiliki saat ini masih terbuat dari tanah. Induk-induk yang digunakan berasal dari Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin, dengan rata – rata produksi telur untuk ikan gurame adalah 10.000–20.000 butir/kg induk, dan produksi benih ikan nila 700.000–1.000.000 ekor/bulan. Berikut adalah beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh kelompok Jaya Mukti : 1) Juara I Lomba Kelompok Budidaya Ikan Nila tingkat Kab. Tabalolong, Tahun 2011 2) Juara I Lomba Kelompok Budidaya Ikan Nila tingkat Prop. KalSel, Tahun 2011 3) Juara III Lomba Kinerja Kelembagaan Tingkat Nasional, Tahun 2011 4) Juara I Lomba Kelompok Budidaya Ikan Nila tingkat Kab. Tabalolong, Tahun 2012 5) Juara I Lomba Kelompok Budidaya Ikan Nila tingkat Prop. KalSel, Tahun 2012 6) Juara Harapan I Lomba Kinerja Kelembagaan Bidang Perikanan Budidaya Tingkat Nasional, Tahun 2013
108
Perbenihan AKUAKULTUR
A-5. UPR Mitra Tani Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mitra Tani dibentuk pada tanggal 5 Mei 2008, yang berkedudukan di Kampung Jampang Pulo, Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa barat. Pada awal pembentukannya kelompok ini beranggotakan 15 orang pembenih lele dengan Nadi Heri sebagai ketuanya. Namun seiring dengan berjalannya waktu hingga tahun 2013 anggota kelompok sudah berjumlah 26 orang. Kelompok Mitra Tani termasuk dalam kategori kelas kelompok madya yang telah dikukuhkan oleh Bupati Bogor. Komoditas utama yang dibudidayakan oleh kelompok Mitra Tani adalah ikan lele.
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
109
Guna
melaksanakan
peran
dan
fungsinya
dalam mengembangkan usahanya, kelompok Mitra Tani membuat visi, misi, dan motto. Visinya adalah menjadikan kelompok Mitra Tani sebagai sentra pembenihan lele di Kabupaten Bogor. Misinya adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas benih lele sehingga dapat mensejahterakan anggota kelompok. Motto Bersama dalam berkarya, berbagi dalam sejahtera. Pokdakan Mitra Tani saat ini memiliki 301 kolam yang terdiri dari 118 kolam pemijahan dan 183 kolam pendederan pertama. Jumlah induk lele yang dimiliki sebanyak 2.820 ekor, yang terdiri dari 970 ekor induk jantan dan 1.850 ekor induk betina dengan jumlah produksi benih lele rata – rata perbulannya mencapai 4.973.000 ekor. Secara bertahap jumlah produksi benih lele di kelompok mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dalam
upaya
meningkatkan
kegiatan
dan
kelancaran pengembangan usaha, maka dilakukan kerjasama kemitraan dengan pihak terkait, seperti: 1) Kerjasama dengan Koperasi Serba Usaha (KSU) UPP Mina Kahuripan (Penyediaan sarana produksi perikanan berupa pakan, obat-obatan, dan lainlain). 2) Kerjasama dengan kelompok pembudidaya ikan lele sebagai penyedia benih. 3) Kerjasama dengan distributor pakan. 4) Kerja sama dengan STP Cikaret, untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan budidaya ikan lele.
110
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
111
B. Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) B-1. HSRT Sari Benur HSRT Sari Benur didirikan pada tahun 1992 oleh Sumarsono. HSRT Sari Benur terletak di Desa Jatisari, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Awal pembentukan HSRT ini hanya mempunyai 5 bak dengan kapasitas masing-masing bak 8 meter kubik. Saat ini HSRT Sari Benur telah memiliki 28 bak yang memiliki fungsi dan kegunaan berbeda-beda. Pada awal pendiriannya hingga tahun 2001 HSRT Sari Benur hanya memproduksi benur udang windu dan vaname. Baru pada tahun 2002 memproduksi naupli udang windu. Dalam menjalankan usahanya, HSRT Sari Benur bekerja sama dalam beberapa bidang, di antaranya:
112
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
113
Bidang Pendidikan. HSRT Sari Benur merupakan Tempat Praktek Kerja Lapangan atau penelitian bagi mahasiswa S1/ S2 dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Diponegoro (UNDIP), tempat Praktek Kerja mahasiswa Akademi Komunitas Negeri Rembang, dan tempat Praktek Kerja Industri (Prakerin) bagi siswa SMKN 2 Rembang dan SMKN 1 Jepara. Bidang Teknologi. HSRT Sari Benur bekerja sama dengan CV. Sri Putra Bakti dalam pembenihan udang dengan menggunakan Probiotik SMS Migro Tambak dan SMS Migro Suplemen. Saat ini HSRT Sari Benur memproduksi nauplius windu rata-
yang juga HSRT ini berada di desa Tasikmadu, Kecamatan Palang,
rata per bulan mencapai 350 juta ekor, dimana data produksi pada
Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Pada awal pendiriannya
tahun 2008 sebanyak 6,1 miliar ekor, 2009 sebanyak 5,4 miliar ekor,
jumlah anggota kelompok hanya 5 orang. Seiring berjalannya waktu
2010 sebanyak 5,4 miliar ekor, 2011 sebanyak 5,3 miliar ekor dan pada
banyak pembenih lain yang melihat bahwa dengan berkelompok
tahun 2012 sebanyak 5,1 miliar ekor. Daerah pemasaran nauplius
mendatangkan manfaat terutama meningkatkan kesejahteraan
windu ini meliputi Rembang, Tuban, Lamongan, Situbondo, Pati,
anggotanya. Saat ini anggota kelompok Sumber Makmur berjumlah
Tegal, Balikpapan dan Tarakan.
17 orang.
Selama melakukan usaha pembenihan, HSRT Sari Benur telah berhasil mendapatkan beberapa prestasi, di antaranya:
sumber makmur beralih dari penggunaan teknologi sederhana
1) Juara Pertama Lomba Perikanan Budidaya Kategori Hatchery
menjadi teknologi yang telah ditetapkan dalam CPIB. Selain itu untuk
Skala Rumah Tangga Tingkat Kabupaten 2011. 2) Juara Pertama Lomba Perikanan Budidaya Kategori Hatchery Skala Rumah Tangga Tingkat Propinsi Jawa Tengah 2012. 3) Juara Pertama Lomba Kinerja Kelembagaan Bidang Perikanan Budidaya Tingkat Nasional, Tahun 2013.
B-2. HSRT Sumber Makmur
114
Guna meningkatkan produksi benur udang, maka kelompok
melakukan kontrol terhadap kegiatan usaha pembenihan, Kelompok Sumber Makmur telah memiliki Manajer Pengendali Mutu (MPM) yang berintegritas tinggi. Saat ini kelompok Sumber Makmur masuk kedalam kategori kelas kelompok madya. Kegiatan berkelompok dapat menjadi landasan usaha ekonomi produktif yang diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif solusi menyongsong pasar global. Penerapan teknologi yang ramah lingkungan telah meningkatkan
Kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) Sumber Makmur
produksi hasil pembenihan udang vaname. Dalam penerapan
didirikan dari tahun 2008 dengan komoditas yang dibudidayakan
teknologi untuk para anggota disesuaikan dengan kemampuan SDM
adalah udang vaname dan windu. Kelompok Sumber Makmur
maupun fasilitas produksi/peralatan yang dimiliki.
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
115
untuk menerapkan CPIB dalam kegiatan usahanya. Baru pada tanggal 25 Juli 2011 kelompok ini melakukan sertifikasi CPIB. Luas total lahan produksi Kelompok Windu Sehati adalah 0,3 hektar dengan produksi rata–rata tiap tahun adalah 40 juta ekor. Selama melakukan usaha pembenihan, Kelompok Windu Sehati telah berhasil mendapatkan beberapa prestasi, di antaranya: 1) Juara I Kelompok HSRT se-Kabupaten Takalar, Tahun 2012. 2) Juara I Lomba Penilaian Kinerja HSRT Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2012 3) Juara III Lomba Kinerja Kelembagaan Bidang Perikanan Budidaya Tingkat Nasional, Tahun 2013.
B-4. HSRT UD. Putra Jaya Manunggal UD. Putra Jaya Manunggal dibentuk pada tahun 2008, yang berkedudukan di Jalan Pesisir, Desa Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. UD. Putra Jaya
B-3. HSRT Windu Sehati Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) Windu Sehati
dari kegiatan pembenihannya adalah benih ikan kerapu. Semakin
dibentuk pada tanggal 12 Maret 2008, dan berkedudukan di Desa
berkembangnya budidaya kerapu di Lampung membuat UD. Putra
Mappakalompo, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Provinsi
Jaya Manunggal meningkatkan produksi benihnya, dari 34 bak
Sulawesi Selatan. Pembentukkan kelompok Windu Sehati yang
pada awal pendiriannya saat ini telah ada 63 bak dengan fungsi dan
komoditas utamanya adalah udang windu dikarenakan salah satu
kegunaan yang berbeda-beda. Luas lahan yang dimiliki UD. Putra Jaya
program pemerintah yang ingin membangkitkan kembali budidaya
Manunggal seluas ±1.000 meter persegi dengan rata–rata produksi
udang di Sulawesi Selatan. Kelompok ini beranggotakan 8 orang
tiap bulannya sebanyak 1 0.000 ekor (ukuran 5 cm).
dengan Haruna sebagai ketuanya. Saat ini kelompok Windu Sehati masuk dalam kategori kelas kelompok lanjutan.
116
Manunggal dipimpin oleh Ujang Firman S. Dengan komuditas utama
Dalam rangka menjaga keamanan pangan dan kualitas benih kerapu yang dihasilkan, maka UD. Putra Jaya Manunggal menerapkan
Banyaknya HSRT di sekitar kelompok Windu Sehati yang
prinsip – prinsip CPIB dan telah melakukan sertifikasi pada tahun
“gulung tikar” akibat terjadinya penurunan produksi yang disebabkan
2012. Sedangkan untuk melakukan uji kualitas benih dan air dilakukan
oleh penyakit yang menyerang membuat kelompok ini memutuskan
di laboratorium karantina ikan, SUCOFINDO dan BBPBL Lampung.
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
117
B-5. HSRT Dewata Laut Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) Dewata Laut merupakan hatchery lengkap, karena dalam operasionalnya
di
samping
memproduksi benih ikan bandeng, kakap, kerapu juga memproduksi telur ikan bandeng dengan jumlah induk
yang
dimiliki
sebanyak
900 ekor. Hatchery ini dipimpin langsung oleh pemiliknya yang bernama Sawit. Adapun keragaan kapasitas produksi
hatchery
ini
mampu
menghasilkan benih ikan nener 5 juta per hari atau sekitar 1,8 miliar ekor per tahun, benih ikan kerapu 12 juta ekor per tahun dan 12 juta ekor ikan kakap per tahun. Sedangkan untuk produksi telur ikan bandeng (nener) unit ini mampu menghasilkan telur sekitar 30-40 kantong/hari setiap kantong sekitar 100.000 butir telur atau sekitar 3-4 juta telur per hari. Sedangkan kapasitas bak yang tersedia untuk unit ini sebanyak 32 kolam ukuran 3x3 meter dengan padat penebaran sekitar 50.000 telur/bak.
118
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
119
C. Unit Pembenihan Skala Besar C-1. Satker-PBIAT Ngrajek Satuan Kerja Perbenihandan Budidaya Ikan Air Tawar (SatkerPBIAT) Ngrajek, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, merupakan salah satu dari 3 Satuan Kerja (Satker) pada Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah. Dibangun pada tahun 1962 dan arealnya diperluas pada tahun 1964 menjadi 5.3 hektar. Sumber air pengelolaannya berasal dari 2 mata air (Mudal dan Combrang) yang ada di Desa Ngrajek dan Desa Paremono, dengan debit mencapai 54 liter/detik pada daerah hulu dan 5 liter/detik pada hilir. Luas areal Satker PBIAT Ngrajek seluruhnya adalah 5,3 Ha yang terdiri dari 37.731,5 meter persegi area perkolaman dan 15.047,5 meter persegi fasilitas bangunan. Tekstur tanah di Satker-PBIAT Ngrajek adalah tipe tanah liat berpasir. Tipe tanah ini mempunyai keuntungan yaitu bersifat kedap air dan tidak mudah bersifat asam. Satker-PBIAT Ngrajek dilengkapi dengan fasilitas pendukung lainnya seperti laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan, mushola, rumah dinas, dan rumah jaga. Orientasi awal dan masih tetap menjadi andalan Satker-PBIAT Ngrajek hingga saat ini adalah penyediaan benih dan calon induk ikan air tawar unggul ikan tawes (Puntius javanicus), karper (Cyprinus carpio) merah Cangkringan dan majalaya, lele dumbo (Clarias gariepienus), lele sangkuriang (Clarias sp.), lele phyton (Clarias sp.), nila merah (Oreochromis sp), nila Gift/hitam, grass carp (Ctenoparyngodon idellus) dan ikan patin (Pangasius sp.).
120
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
121
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP. 10/MEN/2012 Tanggal 2 Maret 2012 Tentang Jejaring Pemuliaan Ikan, Satker-PBIAT Ngrajek
dilakukakan pada jenis ikan tawes, karper dan lele. 2) Pemijahan secara masal dan alami dilakukan pada jenis ikan nila merah, nila gift dan ikan lele.
merupakan salah satu anggota dari Pusat Pengembangan Induk Ikan
Salah satu tugas pokok dan fungsi Satker-PBIAT Ngrajek adalah
Lele Regional/Jejaring Pemuliaan Ikan Lele (Broodstock Center Lele)
melaksanakan pembinaan teknis perbenihan dan budidaya. Oleh
dimana salah satu tugas pokoknya adalah perbanyakan Calon Induk
karena itu Satker PBIAT Ngrajek melakukan kegiatan monitoring di
Ikan Lele Sangkuriang. Untuk kegiatan perbanyakan Calon Induk
beberapa UPR di kabupaten se-Jawa Tengah, di antaranya Kabupaten
Lele Sangkuriang yang dilakukan di Satker-PBIAT Ngrajek sesuai
Boyolali, Kabupaten Kendal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Wonogiri,
dengan Protokol P 01 yang berlaku. Sedangkan Roadmap Broodstock
Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Klaten. Monitoring
Lele Sangkuriang yang sudah dan akan dilakukan telah didiskusikan
ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan
dengan Tim Ahli Broodstock.
yang terjadi pada unit pembenihan masing-masing daerah dan
Dalam rangka mencapai target tersebut, Satker PBIAT
memberikan solusi untuk masalah yang dihadapi. Selain kegiatan
Ngrajek pada Tahun 2012 telah melakukan pemijahan Induk Lele
monitoring, Satker-PBIAT Ngrajek pun melakukan kegiatan magang
Sangkuriang pada Tanggal 17 Januari 2012 sebanyak 35 pasang. Selain
dan pelatihan bagi para pembudidaya/UPR dari kabupaten se-Jawa
penerapan teknologi pemuliaan ikan untuk perbanyakan induk,
Tengah.
untuk meningkatkan dan mencegah penyakit yang mnenyerang
Satker-PBIAT Ngrajek berperan dalam penerimaan Pendapatan
ikan budidaya dilakukan penggunaan vaksin. Salah satu vaksin
Asli Daerah Provinsi Jawa Tengah. Dari total target Pendapatan
produksi Kementerian kelautan dan Perikanan yang digunakan yatu
Asli Daerah (PAD) Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar
vaksin Hydrovac untuk pencegahan serangan penyakit Aeromonas
Muntilan Tahun 2012 sebesar Rp 580.671.000, Satker-PBIAT Ngrajek
hydrophyla. Vaksin ini bisa diaplikasikan/ diberikan melalui tiga
menyumbang PAD Tahun 2012 sebesar Rp 203.940.000 atau sekitar
cara, yaitu melalui teknik rendam, lewat pakan/oral dan melalui
35,12%.
penyuntikan.
Salah satu tuga pokok dan fungsi Satker-PBIAT Ngrajek
Selain memproduksi calon induk dan induk, Satker-PBIAT
adalah melaksanakan pembinaan teknis perbenihan dan budidaya
Ngrajek juga memproduksi benih ikan yang didistribusikan di
ikan kepada siswa, mahasisiswa, pembudidaya ikan dan UPR yang
daerah-daerah sekitar Ngrajek dan kabupaten se-Jawa Tengah. Untuk
diberikan pada saat prakerin, PKL, penelitian, magang kerja dan
kegiatan produksi benih unggul di Satker PBIAT Ngrajek dilakukan
kunjungan lapangan/studi banding. Oleh karena itu, Satker-PBIAT
teknik pemijahan sebagai berikut:
Ngrajek melakukan kerjasama dengan beberapa instansi sekolah dan
1) Pemijahan sistem suntik (induce breeding) dengan hormon
perguruan tinggi.
ovaprim untuk merangsang percepatan kematangan gonad
122
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
123
C-2. BBI Kota Pariaman Balai Benih Ikan (BBI) Kota Pariaman beralamat di Jalan Sentot
lele, ikan nila, gurami dan ikan hias. Dalam mendukung tugas pokok
Alibasa, terletak dalam wilayah administrasi Kota Pariaman, Provinsi
dan fungsi BBI yang salah satunya adalah pengendalian sumberdaya
Sumatera Barat. BBI ini secara geografis berada pada titik koordinat
ikan. Ada beberapa jenis ikan yang sudah mulai berkurang/langka di
0o36’57,84”S dan 100o08’20,84”E, berlokasi di perbatasan antara
perairan Kota Pariaman, salah satunya adalah ikan betok (punyu) dan
kelurahan Jati Hilir dan Desa Jati Mudik Kecamatan Pariaman Tengah,
tawes (ikan pareh). Ikan tersebut dipelihara di BBI Kota Pariaman
Kota Pariaman.
untuk kemudian dicoba dalam pengembangbiakkannya.
Visi BBI Kota Pariaman adalah terwujudnya BBI Kota Pariaman
Sesuai dengan mottonya yaitu melayani dan mensejahterakan,
sebagai sentra perdagangan benih ikan air tawar dan ikan hias
BBI Kota Pariaman memberikan pelayanan gratis bagi masyarakat
yang berwawasan aqua wisata tahun 2013. Misi BBI Kota Pariaman
yang ingin belajar pembenihan ikan, jenis pelayanan yang diberikan
adalah:
antara lain:
1) Meningkatkan produksi benih ikan air tawar (lele, nila dan gurame)
1) Belajar pembenihan ikan.
sebagai komoditas unggulan Kota Pariaman. 2) Meningkatkan produksi ikan hias yang memilki nilai ekonomis dan menguntungkan untuk dibudidayakan. 3) Meningkatkan pemasaran benih ikan, melalui benih unggul.
2) Konsultasi pembenihan ikan. 3) Informasi pemasaran benih. 4) PKL/magang/penelitian/studi banding. BBI Kota Pariaman merupakan Unit Pelaksana Teknis dari
4) Meningkatkan pemasaran ikan hias dengan pola kampanye gemar
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman. Struktur dan organisasi
pelihara ikan hias dan membuka akses pasar lokal dan ekspor.
UPT Balai Benih Ikan Kota Pariaman dibentuk berdasarkan Peraturan
5) Meningkatkan pelayanan informasi dan teknologi bagi masyarakat
Daerah Kota Pariaman Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan
Kota Pariaman. Tugas pokok dan fungsi BBI Kota Pariaman adalah sebagai
Tata Kerja Dinas Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Pariaman Nomor 4 Tahun 2011 dan Peraturan Walikota
berikut:
Pariaman Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Nomenklatur, Jumlah dan
1) Transfer teknologi kepada UPR (Unit Pembenihan Rakyat).
Jenis, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis
2) Pembinaan UPR (Unit Pembenihan Rakyat).
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman Provinsi Sumatera
3) Produksi induk dan benih bermutu.
Barat. BBI Kota Pariaman dilengkapi dengan fasilitas bak untuk
4) Percobaan teknologi pembenihan.
domestikasi ikan langka dan peralatan pembenihan serta peralatan
5) Pengendalian dan pengawasan mutu induk dan benih ikan.
laboratorium.
6) Pengendalian sumber daya ikan. 7) Sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah
124
Komoditas yang dikembangkan di BBI Kota Pariaman adalah ikan
Perbenihan AKUAKULTUR
Struktur organisasi UPT Balai Benih Ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
125
Pariaman Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Nomenklatur, Jumlah dan Jenis, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman.
C-3. BBI-IAT Karang Intan Balai Benih Ikan dan Induk Ikan Air Tawar (BBI-IAT) Karang Intan merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan yang berperan sebagai motor/penggerak dalam pengembangan kegiatan budidaya perikanan air tawar di Kalimantan Selatan. Guna mewujudkan
C-4. UPBAT Punten Unit Pengelola Budidaya Ikan Air Tawar (UPBAT) Punten terletak di Jalan Mawar Putih Nomor 86, Kecamatan Sidomulyo, Kota Batu, Jawa Timur. Lembaga ini merupakan salah satu unit kerja Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur yang memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut: 1) Menyusun
rencana
dan
pelaksanaan
kegiatan
budidaya/
pembenihan serta penyebaran teknologi budidaya ikan air tawar. 2) Pelaksanaan distribusi perbenihan dan budidaya perikanan air tawar.
berkembangnya usaha budidaya perikanan BBI-IAT berupaya keras
3) Pelaksanaan pembinaan, pelatihan dan kaji terap teknologi
memenuhi kebutuhan akan ketersediaan induk unggul dan benih
perbenihan dan budidaya air tawar kepada pembudidaya serta
ikan air tawar yang berkualitas sesuai dengan waktu dan tempat
petugas teknis lapangan.
kebutuhan. Secara geografis BBI-IAT Karang Intan terletak di Desa Pandak Daun, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Provinsi
4) Pelaksanaan ketatausahaan dan rumah tangga. 5) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang dari Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur.
Kalimantan Selatan. Lokasi BBI terletas pada ketinggian 13 – 15 meter
Keberhasilan pencapaian target dari rencana kerja yang telah
di atas permukaan laut. Secara keseluruhan BBI-IAT Karang Intan
ditetapkan sangat bergantung pada beberapa faktor pendukung
mempunyai luas areal sebesar 6,5 hektar yang terdiri dari 4,5 hektar
diantaranya adalah fasilitas/sarana pokok penunjang produksi
perkolaman dan 2 hektar bangunan. Suplai air berasal dari saluran
seperti kolam/bak pemeliharaan yang berhubungan langsung dengan
irigasi, terutama yang berada disekitar BBI-IAT Karang Intan. Kondisi
komoditas yang dikembangkan
perairan cukup baik, hal ini dapat dilihat dengan berkembangnya
Ukuran kemampuan dan keberhasilan unit pembenihan dalam
kolam-kolam perikanan yang diusahakan oleh masyarakat setempat
beroperasional adalah seberapa besar produksi yang dihasilkan
baik untuk usaha pembesaran maupun pembenihan. Sumber air
dilihat dari kapasitas yang dimilikinya. Sehingga kemampuannya
utama untuk irigasi adalah waduk Riam Kanan yang dialirkan melalui
mengoptimalkan kapasitas terpasang pada unit pembenihan tersebut
saluran sekunder dan masuk keperkolaman BBI-IAT dengan kualitas
menjadi tolok ukur keberhasilannya.
yang cukup baik. Setiap 3–4 bulan sekali dilakukan penurunan debit air pada saluran sekunder tersebut dengan tujuan pembersihan saluran dari gulma yang tumbuh didasar saluran.
126
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
127
D. Unit Pembibitan Rumput Laut D-1. Kelompok Maju Bersama
baik dengan bibit rumput laut yang cukup adaptif untuk perairan lombok utara. Pengaturan jadwal tanam menjadi kunci sukses dalam
Kelompok Maju Bersama didirikan pada tahun 2010, yang
usaha kebun bibit rumput laut ini. Dalam 1 siklus rata–rata kelompok
berkedudukan di Dusun Lokok Kengkang, Desa Sukadana, Kecamatan
maju bersama memproduksi 5.000–7.000 kg bibit rumput laut basah.
Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kelompok ini beranggotakan 10 orang, dengan ketua kelompoknya
128
baik. Hal ini dilihat dari perkembangan bibit rumput laut yang cukup
D-2. Kelompok Bina Sejahtera
adalah Rusni. Semakin meningkatnya kebutuhan bibit rumput laut
Unit Pembibitan Rumput Laut Bina Sejahtera berkedudukan di
membuat peluang usaha baru. Hal ini direspon positif oleh kelompok
Jl. Binalatung RT 11, Kelurahan Pantai Amal, Kota Tarakan, Provinsi
Maju Bersama dengan membuat kebun – kebun bibit rumput laut.
Kalimantan Utara. Kelompok Bina Sejahtera merupakan kelompok
Kelompok Maju bersama masuk kedalam kategori kelas kelompok
usaha rumput laut yang menjadi pembibit dan pembudidaya
pemula.
sekaligus. Kelompok ini beranggotakan 10 orang dengan diketuai
Pada tahun 2012 kelompok ini mendapat bantuan demplot
oleh Bakri. Pembibitan rumput laut sangat berhasil hal ini dilihat dari
Kebun Bibit Rumput Laut dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
bibit awal yang ditanam sejumlah 15 kg, dipelihara selama 20 hari
NTB yang bersumber dari dana APBDP TK.I TA. 2012. Hasilnya cukup
bobotnya menjadi 150 kg.
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
129
Buku ini memang sengaja disusun dalam bahasa dan penampilan yang sederhana. Namun, di balik kesederhanaan itu tersaji substansi mengenai industri perbenihan yang begitu komprehensif. Mulai dari usaha perbenihan, teknologi perbenihan, benih unggul, induk unggul, hingga kisah sukses para pelaku usaha di bidang perbenihan. Kesederhanaan cara penyajian dan isi yang komprehensif tersebut diharapkan dapat menjadikan buku ini sebagai sumber informasi yang mudah dipahami oleh para pembaca. Sektor perbenihan, sebagaimana kita ketahui, merupakan salah satu ujung tombak dalam gerakan industrialisasi perikanan budidaya
Penutup
P
secara nasional. Kegiatan produksi berikut turunannya tidak bisa optimal tanpa dukungan industri benih yang maju dan berkualitas. Di titik inilah, relevansi isi dari buku ini tergambar begitu jelas. Lewat
uji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
paparan di dalamnya, para pembaca bakal mendapat pengetahuan
Esa atas terbitnya buku “Perbenihan Akuakultur”. Buku
dan informasi tentang data, terobosan, inovasi serta temuan teknologi
ini merupakan hasil kerjasama dari berbagai pihak terkait,
untuk diaplikasikan dalam meningkatkan produktivitas perbenihan
terutama yang berada dalam lingkup Kementerian Kelautan dan
nasional.
Perikanan. Seluruh data, informasi, dan substansi di dalamnya
Pada akhirnya, kami ucapkan selamat membaca dan menikmati
merupakan buah manis dari keterlibatan beberapa individu maupun
isi buku “Perbenihan Akuakultur” ini. Semoga seluruh pemangku
institusi yang turut serta berkontribusi dalam kegiatan produksi buku
kepentingan dapat menjadikan risalah ini sebagai salah satu media
tersebut.
informasi yang berguna dalam rangka membangun sektor perbenihan
Secara khusus, kami ucapkan terima kasih kepada Menteri
di Indonesia. Pada gilirannya, semoga industri perbenihan dan
Kelautan dan Perikanan, Bapak Sharif C. Sutardjo selaku pelindung
perikanan budidaya secara umum semakin maju di masa mendatang.
dalam pembuatan buku ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Bapak Slamet Soebjakto
Jakarta, 17 Agustus 2014
yang bertindak sebagai pengarah dalam proses produksi buku. Juga, kepada semua pihak, baik di lingkup KKP maupun di luar Kementerian,
130
yang tentu tidak bisa disebutkan satu per satu, kami ucapkan terima
Djumbuh Rukmono
kasih.
Direktur Perbenihan
Perbenihan AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
131
Pembudidaya
Ikan. Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya: Jakarta Tim. 2010. Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya (Minapolitan). Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya: Jakarta Tim. 2010. Penembangan Wirausaha Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya: Jakarta Tim. 2009. Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Budidaya: Jakarta
Daftar Pustaka
Tim. 2008. Pembenihan Udang Vaname. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Budidaya:
Tim. 2011. Laporan Kinerja Direktorat Perbenihan. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tim. 2011. Kawasan Percontohan Minapolitan Berbasis Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya: Jakarta Tim. 2011. Minapolitan; Konsep, pengembangan Dan Aplikasinya dalam Revitalisasi Perikana. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya: Tim. 2010. Prosiding Indonesian Aquaculture. Kementerian Kelautan Direktorat
Jenderal
Perikanan
Budidaya: Jakarta Tim. 2010. Laporan Penilaian Kinerja Kelembagaan Kelompok
132
Perbenihan AKUAKULTUR
Riset Kelautan dan Perikanan: Jakarta Tim. 2008. Laporan pengembangan Nasional Seaweeds Center (NSC) Lombok. Departemen Kelautan dan Perikanan, Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan: Jakarta Tim. 2007. Analisa Data Kelautan Dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan
Jakarta Perikanan,
Tim. 2008. Teknologi Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan, Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan
Budidya: Jakarta
dan
Jakarta
Budidaya: Jakarta Tim. 2007. Data dan Informasi Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya: Jakarta
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT Perbenihan
133
134
Perbenihan AKUAKULTUR