perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN TINGKAT INTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA SURAKARTA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Biomedik
Disusun oleh: Nova Aryanto Wijoyo S 590 902 003
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014
commit to user
i
ii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
ii
iii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
iii
iv digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Nova Aryanto Wijoyo NIM
: S. 590902003
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul PERBEDAAN TINGKAT INTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA SURAKARTA
adalah
betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Oktober 2014 Yang membuat pernyataan,
Nova Aryanto Wijoyo
commit to user
iv
v digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan rahmat yang diberikan,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaian
tesis
dengan
judul
PERBEDAAN TINGKAT INTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA SURAKARTA Tesis ini disusun sebagai untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) I Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta serta untuk persyaratan mencapai Derajat Magister. Terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr, Sp.PD-KR-FINASIM selaku dekan fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan spesialisasi Ilmu Kesehatan anak. 3. Prof. Dr. Ir.Ahmad Yunus, MS selaku direktur program pasca sarjana yang telah memberi kesempatan untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret dan mengadakan penelitian di dalam lingkup Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dr. Hari Wujoso, dr, SpF, MM, selaku Ketua Program studi Kedokteran Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret surakarta 5. Endang Dewi lestari,dr, SpA(K), MPH selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSDM. Terima kasih telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. commit to user
v
vi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Prof. Dr. Harsono Salimo, dr, SpA(K) selaku pembimbing metodologis. Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret dan telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk pembuatan tesis penelitian ini. 7. Dra. Suci Murtikarini, MSi selaku pembimbing substansi yang dengan kesabarannya memberi masukan tesis ini sehingga menjadi lebih baik. 8. Kepala sekolah, guru dan orang tua murid SD Negeri Mangkubumen 15 Surakarta yang telah memberi ijin dan membantu jalannya penelitian ini. 9. Orang tua penulis dr. Oriono Rahardjo, SpA dan dr.Dyah Laksmi Sumiarsih yang dengan kesabaran dan kasih sayang telah membesarkan, membimbing dan mendidik sehingga penulis dapat mencapai jenjang pendidikan seperti sekarang, semoga Allah SWT memberikan balasan yang sebaik-baiknya 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis penelitian ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca kami harapkan sehingga lebih sempurna.
Surakarta, Oktober 2014 Penulis
Nova Aryanto Wijoyo
commit to user
vi
vii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR ISI Hal. HALAMAN JUDUL……………………………………...……………...
i
HALAMAN PENGESAHAN………………...…………………………
ii
BERITA ACARA………………………………………………………..
iii
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………..
iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………
v
DAFTAR ISI…………………………………………………………….
vii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………
ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………….
x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..…
xi
ABSTRAK………………………………………………………………..
xii
ABSTRACT………………………………………………………………
xiii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….
1
1. Latar Belakang Masalah……………………………………….
1
2. Rumusan masalah……..……………………………………….
5
3. Tujuan Penelitian........................................................................
5
4. Manfaat Penelitian.....................................................................
6
BAB II. KAJIAN ILMU.........................................................................
7
1. Obesitas......................................................................................
7
a. Definisi....................................................................................
7
b. Kriteria obesitas.......................................................................
7
c. Epidemiologi ..........................................................................
10
d. Patogenesis dan etiologi..........................................................
11
e. Dampak obesitas.....................................................................
12
2. Inteligensi...................................................................................
13
a. Definisi intelgensi...................................................................
13
b. Fase Perkembangan inteligensi……..……………………….
16
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi…..…………..
22
d. Pengukuran dan Tingkat Inteligensi……………………........
24
commit to user
vii
viii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Perbedaan tingkat inteligensi pada anak obes dan tidak obes…
26
4. Kerangka konsep..………………………………….………….
28
5. Hipotesis…….…….……………………………….…………..
29
BAB III METODE PENELITIAN………….…………………………..
30
1. Desain penelitian………………………………………………
30
2. Tempat dan Waktu…………………………………………….
30
3. Populasi………………………………………………………..
30
4. Subyek dan cara pemilihan subyek……………………………
30
5. Besar subyek…………………………………………………...
31
6. Identifikasi variable penelitian…………………………………
32
7. Definisi variabel operasional penelitian….….…………………
32
8. Izin subyek penelitian…….……………………………………
37
9. Alur penelitian…………………………………………………
38
10. Pengolahan data……………………………………………….
39
BAB IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…
40
1. Hasil penelitian………………………………………………...
40
2. Pembahasan……………………………………………………
47
3. Kelemahan penelitian………………………………………….
56
4. Kelebihan penelitian………………………………………….
57
BAB V. PENUTUP……………………………………………………...
58
1. Simpulan…………………...………………………………….
58
2. Saran…………………………………………………………...
58
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
60
LAMPIRAN..............................................................................................
67
commit to user
viii
ix digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka konsep.................................................................................28 Gambar 2. Alur Penelitian.....................................................................................38
commit to user
ix
x digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi BMI pada anak............................................................
9
Tabel 2. Skor tes Intelligence Quotient (IQ)...............................................
26
Tabel 3. Tabel 2x2 hasil pengamatan..........................................................
39
Tabel 4.1 Karakteristik dasar penghasilan orang tua terhadap IQ ..............
40
Tabel 4.2 Karakteristik dasar pendidikan orang tua terhadap IQ................
41
Tabel 4.3 Karakteristik dasar aktivitas terhadap IQ....................................
41
Tabel 4.4 Karakteristik dasar pola makan terhadap IQ...............................
42
Tabel 4.5 Karakteristik dasar Indeks massa tubuh terhadap IQ..................
42
Tabel 4.6 Karakteristik dasar umur tehadap IQ ..........................................
43
Tabel 4.7 Jenis kelamin terhadap IQ...........................................................
44
Tabel 4.8 Tabel analisis regresi logistik penghasilan orang tua terhadap IQ
44
Tabel 4.9 Tabel analisis regresi logistik pendidikan terhadap IQ ...............
45
Tabel 4.10 Tabel analisis regresi logistik aktivitas fisik terhadap IQ ........
45
Tabel 4.11 Tabel analisis regresi logistik pola makan terhadap IQ ............
46
Tabel 4.12 Tabel hasil uji t beda mean IQ anak obes dan tidak obes .........
46
commit to user
x
xi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kelaikan etik...........................................................................
67
Lampiran 2. Surat Keterangan Pengambilan Data ......................................
68
Lampiran 3. Persetujuan Penelitian.............................................................
69
Lampiran 4. Formulir Wawancara Untuk Anak .........................................
70
Lampiran 5. Formulir Kuesioner untuk orang tua murid............................
73
Lampiran 6. Formulir penghasilan keluarga ...............................................
75
Lampiran 7. Daftar Subyek penelitian ........................................................
76
Lampiran 8. Hasil olah data SPSS 16 .........................................................
80
commit to user
xi
xii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRAK
Nova Aryanto Wijoyo. NIM S590902003. 2014 PERBEDAAN TINGKAT INTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA SURAKARTA. Tesis. Pembimbing I: Prof. DR. Harsono Salimo, dr, Sp.A(K), II: Dra Suci Murti Karini, Msi. Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Ilmu Biomedik Program Pasca sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta Obesitas dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak yang selanjutnya dapat menyebabkan perubahan tingkat inteligensi. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan tingkat inteligensi antara anak obes dan tidak obes pada anak usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri 15 di kotamadya Surakarta. Desain penelitian ini merupakan penelitian potong lintang untuk mengetahui perbedaan tingkat inteligensi pada anak obes dan tidak obes. Teknik sampling yang dipakai adalah purposive sampling. Analisis variabel bebas terhadap variabel tergantung dilakukan secara bivariat menggunakan uji Chi-square atau uji Fisher. Analisis bivariat obes dan tidak obes dalam skala numerik dilakukan dengan uji t berpasangan. Dari 60 anak yang ikut serta dalam penelitian 63,9% berjenis kelamin laki-laki dan 36,1% berjenis kelamin perempuan. Hasil dari karakteristik dasar didapatkan hasil prevalensi anak dengan obes yang memiliki tingkat inteligensi cerdas sebesar 11,5%, sementara prevalensi anak tidak obes dengan tingkat inteligensi cerdas sebesar 37,7%. Dari segi pendapatan orang tua dengan katagori menengah pada anak yang memiliki tingkat inteligensi cerdas mempunyai prevalensi sebesar 16,4%, sementara dari segi pendidikan orangtua dengan katagori sarjana yang memiliki anak dengan tingkat inteligensi normal hingga cerdas mempunyai prevalensi sebesar 67,2%. Dari hasil analisis regresi logistik terdapat pengaruh positif penghasilan orang tua (b= 0,565; 95% C.I = 0,297-10,413; p = 0,533), pendidikan orang tua (b= 0,466; 95% C.I =0,380-6,679; p = 0,524) , aktifitas fisik (b= 0,150; 95% C.I = 0,306-4,406; p = 0,826), pola makan lebih dari 3 kali terhadap IQ (b= 0,816; 95% C.I = 0,601-8,505; p =0,228).Dari uji beda mean didapatkan beda mean= 1,858 dengan CI 95% (-2,05 – 5,76) p= 0,345 Simpulan : Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan tidak ada perbedaan signifikan pada tingkat inteligensi anak obes dan tidak obes. Kata kunci : obesitas, anak-anak, inteligensi
commit to user
xii
xiii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRACT Nova Aryanto Wijoyo. NIM S590902003. 2014 PERBEDAAN TINGKAT INTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA SURAKARTA. Thesis. Supervisor I: Prof. DR. Harsono Salimo, dr, Sp.A(K), II: Dra Suci Murti Karini, Msi. Medical Family Study Program, Post Graduate program, Special interest Biomedical science, University of Sebelas Maret, Surakarta. Obesity can affect a child's cognitive abilities which in turn can lead to changes in the level of intelligence. This study aimed to analyze the differences between the intelligence levels of obese and nonobese children in children aged 6-12 years in State Elementary School 15 in the municipality of Surakarta. The design of this study is a cross-sectional study to determine differences in the level of intelligence in obese and nonobese children. The sampling technique used was purposive sampling. Analysis of independent variables on the dependent variable in bivariate performed using Chi-square or Fisher's exact test. Bivariate analysis in obese and nonobese nominal scale is done by paired t test. Of the 60 children who participated in the study 63.9% were male and 36.1% female. Results From baseline characteristics showed that the prevalence of obese children to have a level of intelligence of the intelligent by 11.5%, while the prevalence of obese children with a level of intelligence does not intelligently by 37.7%. In terms of parental income with a secondary category in children who have a level of intelligence of the intelligent have a prevalence of 16.4%, while in terms of the categories of parental education scholars who have children with normal intelligence to intelligent level has a prevalence of 67.2%. From the results of logistic regression analysis found a positive effect of parental income (b= 0,565; 95% C.I = 0,297-10,413; p = 0,533), parental education (b= 0,466; 95% C.I =0,380-6,679; p = 0,524), physical activity(b= 0,150; 95% C.I = 0,306-4,406; p = 0,826) , eating more than 3 times the IQ (b= 0,816; 95% C.I = 0,601-8,505; p =0,228). Mean difference test found the mean difference= 1.858 95% CI(-2.05 5.76) p = 0.345 Conclusion: From this study it can be concluded there was no significant difference in the level of intelligence of obese and nonobese children.
Keywords: obesity, children, intelligence
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Obesitas saat ini sudah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani (WHO,2000). Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi berakibat pada perubahan pola makan atau konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, terutama terhadap penawaran makanan siap saji ( fast food ) yang berdampak meningkatkan risiko obesitas (Subardja dkk, 2010). Prevalensi obesitas pada anak dan remaja saat ini meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan oleh adanya industrialisasi dan globalisasi yang mengakibatkan perubahan pola masukan makanan, komposisi, ketersediaan dan harganya telah mengubah pola hidup yang ada (Subardja dkk, 2010). Perkembangan kemajuan teknologi dengan penggunaan kendaraan bermotor yang telah memudahkan
mobilitas
dan
berbagai media elektronika memberi
dampak berkurangnya aktifitas fisik yang akhirnya mengurangi keluaran energi (Syarif, 2010, 2003, 2002).
commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data dari Centres for Disease Control and Prevention (CDC) didapatkan prevalensi obesitas pada anak usia prasekolah di amerika tahun 2008 adalah 14,6%, sedangkan
prevalensi obesitas pada anak usia 12-18 tahun meningkat
dari 6% pada tahun 1970an menjadi 17% pada tahun 2003-2004 (CDC, 2009; Yanovski, 2007). Prevalensi anak usia sekolah dengan overweight di negara berkembang paling banyak di dapatkan di amerika latin dan karibia (4,4%), kemudian afrika (3,9%), dan asia (2,9%). Tetapi secara mutlak jumlah terbesar ada di asia karena lebih dari 60% (atau 10,6 juta jiwa) tinggal di kawasan ini (de Onis, 2000). Di indonesia prevalensi obesitas menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 adalah 12,2% untuk balita, dan 9,5% untuk anak usia sekolah lakilaki, serta 6,4% untuk anak usia sekolah perempuan. Prevalensi obesitas anak usia sekolah di jawa tengah sebesar 6,6% untuk anak laki-laki dan 4,6% untuk anak perempuan (RISKESDAS, 2007). Prevalensi obesitas pada anak SD di Yogyakarta sebesar 7,9% perempuan dan 12,6% pada laki-laki (Himmah, 2005). Sedangkan prevalensi obesitas untuk anak SLTP di Yogyakarta sebesar 4,9% (Hidayati dkk, 2006). Prevalensi obesitas di semarang sebesar 12,1% (Mexitalia, 2004). Di SD Bromantakan Surakarta, prevalensi obesitas sebesar 9,7% (Hidayah, 2007). Penumpukan lemak regional khususnya pada segmen tubuh bagian atas merupakan prediktor yang lebih baik daripada IMT untuk komplikasi yang terkait dengan obesitas, seperti hipertensi, diabetes, obstructive sleep apneu, dan penyakit kardiovaskuler ( Martinho et al, 2008). Beberapa peneliti telah menguji commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hubungan antara lingkar pinggang dengan IMT dan telah dibuktikan bahwa lingkar pinggang berkorelasi baik dengan IMT dan total lemak tubuh, serta berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler (Bigaard et al, 2005; Jansen et al, 2004; Wang, 2003). Ada banyak metode yang dipakai untuk menentukan obesitas, beberapa teknik bisa dilakukan di fasilitas kesehatan primer, seperti pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul, rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul, akan tetapi pengukuran tersebut tidak selalu dapat dipraktekkan, khususnya jika musim dingin, kondisi sibuk, atau pada praktek pribadi harian (Ben-noun et al, 2001). Salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan obesitas pada anak dan orang dewasa adalah Indeks Massa tubuh (IMT) yang didefinisikan
sebagai
berat badan
individual
dalam
kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter (IMT = kg / m2) Akan tetapi disamping popularitas dan kemudahannya sebagai alat antropometris, Indeks Massa Tubuh memiliki beberapa kelemahan yaitu penghitungannya tidak menunjukkan variasi distribusi lemak yang ecara alamiah berbeda antar individu dan populasi (WHO, 2000). Salah satu metode yang akurat untuk menentukan ditribusi lemak tubuh adalah computed tomography scan (CT Scan) dan Magnetic resonance Imaging (MRI). Akan tetapi metode ini kurang sesuai karena mahal dan resiko terpapar radiasi (Cole dan Chacera, 2002). Pekerjaan, pendidikan, pendapatan yang diterima oleh orang tua, lingkungan di sekitar anak, pola asuh yang diterapkan orang tua, intensitas hubungan antara orang tua dan anak, status sosial ekonomi keluarga serta commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkat kesejahteraan
keluarga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif
seorang anak. Hal ini dibuktikan oleh Santos, di mana anak-anak dengan status sosial dan kesejahteraan keluarga yang baik mempunyai kemampuan kognitif lebih baik dibandingkan anak-anak yang berasal dari status sosial dan tingkat kesejahteraan yang rendah
(Engle PL, Black MM. 2008 ; Santos, et al
2008). Karakteristik orang tua, lama menonton televisi, olah raga, aktivitas fisik, perkembangan psikososial berhubungan erat terhadap kejadian obesitas dan berat badan lebih sehingga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak, pada penelitian yang dilakukan oleh Yanfeng, Huang F dan Lee MJ membuktikan bahwa anak-anak yang mengalami obesitas dan berat badan lebih dengan pola aktivitas fisik, olahraga yang kurang, menonton televisi lebih dari 2 jam sehari, perkembangan psikososial yang tidak seimbang serta karakteristik orang tua yang cenderung jarang mendampingi anak di rumah akan meningkatkan kejadian obesitas dan berat badan lebih serta
tingkat
inteligensi yang kurang (Yanfeng,et al 2008, Huang F, Lee MJ 2007). Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Dalam arti yang lebih luas, para ahli mengartikan Inteligensi sebagai suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Inteligensi berkaitan dengan keterampilan seseorang menghadapi persoalan (Dunbar RI, Shultz S. 2007)
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Skor tes IQ sering dilihat sebagai ukuran kecerdasan seorang anak. Tes IQ adalah alat ukur kecerdasan yang hasilnya berupa skor. Tetapi skor tersebut hanya memberi sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan secara keseluruhan ( Dunbar RI, 2007). Istilah Inteligensi ini ditemukan pada tahun 1912 oleh William Stern. Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada saat itu, dan ternyata masih juga di Indonesia saat ini. Inteligensi ini terletak di otak bagian korteks. Inteligensi adalah sebuah
kemampuan yang memberikan individu untuk
berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi (De Young CG. 2011; Gottfredson L, Saklofske DH. 2009; Pal HR,2004 ). 2. Rumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan tingkat inteligensi antara anak obes dan tidak obes? 3. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum Menganalisis perbedaan tingkat inteligensi antara anak obes dan tidak obes. b. Tujuan khusus i. Mengidentifikasi tingkat inteligensi pada anak usia 6-12 tahun. ii. Menilai status antropometri anak usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri 15 di kotamadya Surakarta. 4. Manfaat Penelitian commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Manfaat bidang akademik Memberi masukan bidang ilmu kesehatan anak tentang perbedaan tingkat inteligensi antara anak obes dan tidak obes. b. Manfaat bidang pelayanan i.
Bagi petugas kesehatan dapat mengetahui tingkat Inteligensi pada anak obes.
ii.
Bagi orang tua murid dapat memperkirakan tingkat Inteligensi putra-putri mereka yang mengalami obesitas.
c. Manfaat di bidang kedokteran keluarga Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi, tingkat inteligensi pada anak obes serta dapat memberi masukan kepada orang tua yang putraputrinya mengalami obesitas untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN ILMU
1. Obesitas a. Definisi Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai suatu keadaan terdapatnya penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Obesitas merupakan hasil akhir dari ketidak seimbangan antara ambilan energi dengan keluaran energi karena adanya ambilan yang melebihi keluaran dan
menghasilkan penimbunan dalam jaringan lemak dan
disimpan sebagai cadangan energi tubuh (Syarif dkk, 2010; Subardja dkk; 2010 Clement, 2003). Sebagian besar obesitas pada anak terjadi karena interaksi faktor lingkungan seperti makan berlebihan dan atau kurangnya aktifitas fisik dengan faktor genetik (obesitas primer). Hanya sebagian kecil (1%) disebabkan oleh penyakit herediter familial atau bagian dari suatu penyakit tertentu (obesitas sekunder) (Subardja dkk, 2010). b. Kriteria obesitas Secara klinis anak obesitas mudah dikenali karena mempunyai ciri-ciri yang khas, antara lain: wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap, leher relatif pendek, dada membusung dengan payudara membesar, perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat, dan striae abdomen.
commit to user
7
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada anak laki-laki bisa ditemukan penis yang tenggelam sehingga tampak kecil (burried penis), dan ginekomastia. Pada kulit bisa didapatkan intertrigo, dermatitis moniliasis, dan acanthosis nigrican, serta jerawat. Anak yang obes dapat mengalami pubertas dini, genu valgum ( tungkai berbentuk X ) dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan yang dapat menyebabkan laserasi kulit (Sjarif dkk, 2010; Subardja dkk, 2010). Diagnosis obesitas dapat di awali dengan anamnesis, di tanyakan kapan saat mulai timbulnya obesitas, riwayat tumbuh kembang yang mendukung obesitas endogen, keluhan mengorok (snoring) saat tidur, dan nyeri pinggul. Riwayat gaya hidup perlu digali mengenai pola makan/kebiasaan makan serta aktifitas fisis (misalnya sering menonton televisi). Riwayat keluarga dengan obesitas menjadi pertimbangan kemungkinan adanya faktor genetik, disertai dengan adanya resiko seperti penyakit kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 (Barlow, 2007; Jenvey VB. 2007). Penentuan obesitas berdasarkan antropometri dapat di lakukan dengan (Sjarif dkk, 2010;) : i. Membandingkan berat badan terukur dengan berat badan ideal menurut tinggi badan (BB/TB). Disebut obes bila BB/TB di atas persentil 90 atau >120% di bandingkan berat badan ideal. ii. Mengukur tebal lipatan kulit (TLK) bisep, trisep, subskapular dan suprailiaka. Disebut obes bila TLK di atas persentil ke-85. iii. Menghitung indeks massa tubuh (IMT).
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
The international obesity task force (IOTF) tahun 1994. WHO tahun 1997, dan The Expert Committee on Guidelines for overweight in Adolescent Preventive Services merekomendasikan indeks massa tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja (Sjarif,2002). Indeks Massa Tubuh menjadi petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter; Kg / m2 ) ( Sjarif dkk, 2010; Nammi,2004; CDC 2007). Interpretasi IMT tergantung pada umur dan jenis kelamin anak, karena terdapat perbedaan lemak tubuh pada anak laki-laki dan perempuan. Disebut berat badan lebih bila IMT berada pada persentil ke-85 hingga kurang dari persentil ke-95, disebut obesitas apa bila IMT lebih atau sama dengan persentil ke-95 (Reilly dkk,2002; Sjarif dkk, 2010).
Klasifikasi
BMI menurut umur
Underweight
Kurang dari persentil ke-5
Normal
Persentil ke-5 sampai dengan kurang dari persentil ke-85
Overweight
Persentil ke-85 sampai dengan kurang dari persentil ke-95
Obesitas
Lebih dari Persentil ke-95
Tabel 1. Klasifikasi BMI pada anak (Healthy weight. 2009) Menurut Subardja dkk, 2010, berdasarkan penyebabnya obesitas dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu : i. Obesitas primer (eksogen): suatu keadaan kegemukan pada seseorang yang terjadi tanpa sebab penyakit secara jelas, tetapi semata-mata
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan lingkungan. Bentuk obesitas seperti ini paling sering didapatkan pada anak. ii. Obesitas sekunder (endogen/glanduler): merupakan suatu bentuk obesitas yang jelas awitannya atau timbulnya bersamaan sebagai bagian dari penyakit hormonal atau sindrom yang dapat dideteksi secara klinis. Lebih jarang terjadi pada anak dan hanya merupakan <1% obesitas pada anak. Obesitas sekunder, dapat berupa lesi struktural atau biokimia yang jelas seperti akibat kelainan kromosom, organ endokrin, penyakit infeksi, atau sama sekali sebabnya tidak diketahui.
c. Epidemiologi obesitas. Prevalensi obesitas pada anak di Amerika meningkat secara dramatis sejak 30 tahun terakhir. Prevalensi obesitas pada umur 10 tahun diantara anak sekolah di Birmingham adalah 21% pada anak laki-laki, 26%pada perempuan kulit putih dan masing-masing 38% baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan Afrika Amerika (Ogden et al, 2006; Styne, 2001). Prevalensi obesitas di indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 adalah 12,2% untuk balita, dan 9,5% untuk anak usia sekolah laki-laki, serta 6,4% untuk anak usia sekolah perempuan (RISKESDAS, 2007). Di DKI Jakarta prevalansi obesitas meningkat dengan bertambahnya umur. Prevalansi obesitas pada umur 6-12 tahun adalah sekitar 4%, remaja 12-18 tahun adalah sebesar 6,2% dan umur 17-18 tahun adalah sebesar 11,4%. Obesitas pada remaja wanita lebih banyak daripada laki-laki yaitu 10,2% dibanding 3,1% (RISKESDAS,2007 ). commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Prevalensi obesitas di DI Yogyakarta berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Himmah R dkk pada anak-anak sekolah dasar di dapatkan 7,9% pada anak perempuan dan 12,6% pada anak laki-laki (Himmah dkk,2005).Penelitian di semarang oleh Mexitalia dkk mendapatkan prevalensi obesitas 12,1% (Mexitalia dkk, 2005).
d. Patogenesis dan Etiologi Obesitas Berlebihnya ambilan energi dibandingkan dengan keluarannya menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas disertai peningkatan pengeluaran energi total. Pengeluaran energi total terdiri dari metabolisme basal, termogenesis postprandial, dan aktifitas fisis. Di antara ketiga komponen ini, aktivitas fisis merupakan komponen yang paling praktis untuk diukur (Gahagan S, 2011). Sebagian besar penyebab ketidak-seimbangan tersebut adalah faktor idiopatik (obesitas primer atau nutrisional), hanya kurang dari 1% kasus disebabkan faktor endogen (obesitas sekunder atau non nutrisional) seperti kelainan hormonal, sindrom atau genetik. Faktor genetik misalnya gen yang mengkode hormon leptin mempunyai efek baik pada masukan maupun keluaran energi. Terdapat tujuh gen yang diketahui menyebabkan obesitas pada manusia. Faktor genetik yang diketahui mempunyai peranan kuat menimbulkan obesitas adalah parental fatness. Peningkatan resiko pada anak dengan orang tua obesitas kemungkinan disebabkan pengaruh gen atau faktor lingkungan dalam keluarga (Syarif, 2002; Ramman,2002). Faktor lingkungan berperan terhadap terjadinya obesitas dengan mempengaruhi masukan energi dan menurunkan keluaran energi. Penurunan commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
energi tersebut antara lain disebabkan karena kekurangan aktivitas fisis akibat kebiasaan menonton televisi, bermain game, komputer, maupun media elektronik lain dan penggunaan alat transportasi modern (Nammi et al, 2004).
e. Dampak obesitas Obesitas dapat menimbulkan berbagai komplikasi dan penyakit, seperti hipertensi, diabetes, obstruktif sleep apneu, dan penyakit kardiovaskuler (Bennoun et al, 2006; Jolliffe CJ, Janssen I,2006; Martinho et al, 2008). Obesitas dapat pula menimbulkan gangguan psikososial pada anak, penelitian yang dilakukan oleh M. Riza dkk didapatkan prevalensi gangguan psikososial pada anak obes usia sekolah dasar di surakarta sebesar 11,6% (Riza dkk, 2007). Sedangkan pada penelitian yang yang dilakukan oleh Hidayah dkk didapatkan prevalensi tingkat kematangan sosial rendah pada populasi anak dengan obesitas lebih tinggi dibanding dengan anak tanpa obesitas. Anak obesitas mempunyai tingkat kematangan sosial rendah 2 kali lebih sering dibanding dengan yang lain (Hidayah dkk, 2007). Selain itu, anak dengan obesitas cenderung lebih sering mengalami alergi dibanding anak yang tidak obes. Dari data klinis dan epidemiologis didapatkan bahwa insiden dan keparahan penyakit infeksi lebih banyak terjadi pada individu yang obesitas (Marti, 2001). Jaringan adiposa juga memiliki keterkaitan dengan modulator dan mediator respon imun. Salah satunya adalah leptin yang dikatakan meningkatkan proliferasi dan aktifasi sel T dan menstimulasi produk sitokin (Nead, 2004; Dhurandar, 2001; Marti, 2001). Sebagai efek dari aktifasi sistim imun tersebut, pada anak dengan commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
obesitas akan memiliki respon imun yang lebih tinggi. Hal ini dibuktikan oleh Moelyo, pada penelitian yang dilakukan di SD Bromantakan Surakarta didapatkan anak usia Sekolah Dasar yang obesitas memiliki rerata titer IgG campak cenderung lebih tinggi dari pada anak tanpa obesitas (Moelyo, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Montolalu dan Tangkilisan tentang dampak obesitas terhadap inteligensia didapatkan perbedaan yang signifikan dari IQ anak obes dengan rentang usia 12-13 tahun yaitu 108,7 dengan p value = 0,024 dibandingkan dengan anak tidak obes yaitu 114,1 (Montolalu N, Tangkilisan HA, Mayulu N, 2009). Obesitas besar pengaruhnya terhadap tingkat inteligensi pada anak obes, di mana pada penelitian yang dilakukan oleh Yu
di Republik Rakyat Cina,
didapatkan hasil IQ anak obes lebih rendah dibandingkan dengan anak tidak obes (Yu ZB, Han SP, Cao XG, Guo X. R. 2010).
2. Inteligensi a. Definisi Inteligensi 1. Pengertian Inteligensi Secara Etimologis Inteligensi berasal dari bahasa Inggris
“Intelligence”
yang juga
berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia”. Definisi mengenai intelegensi menurut Wechsler mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangantantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan menghadapi lingkungannya secara efektif. (Pal HR, Pal A, Tourani P. 2004) 2. Definisi Inteligensi Menurut Para Ahli. Alfred Binet mendefinisikan Inteligensi
terdiri dari tiga
komponen, yaitu (Gottfredson L, Saklofske DH. 2009 ) : i. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan tindakan. ii. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan setelah tindakan tersebut dilaksanakan. iii.Kemampuan untuk
dapat mengkritik diri sendiri atau melakukan
autocriticism. George D. Stoddard menyebutkan Inteligensi sebagai kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan (Gottfredson L, Saklofske DH. 2009 ): i. Mengandung kesukaran ii. Kompleks iii.Abstrak iv. Diarahkan pada tujuan v. Ekonomis vi. Bernilai sosial Inteligensi merupakan sebuah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungannya secara efisien. Inteligensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi sebenarnya commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.Intelgensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Dalam arti yang lebih luas, para ahli mengartikan Inteligensi sebagai suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Kecerdasan
intelektual
berkaitan
dengan
keterampilan
seseorang
menghadapi persoalan teknis dan intelektual, serta identik dengan faktor kognitif
seseorang.
Inteligensi
merupakan
istilah
umum
yang
digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Istilah inteligensi ini ditemukan pada tahun 1912 oleh William Stern. Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada saat itu, dan masih digunakan di Indonesia saat ini. Inteligensi ini terletak di otak bagian korteks. Inteligensi adalah sebuah kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi. (De Young CG. 2011; ) Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah kemampuan berfikir dan bertindak secara terarah, bertujuan, dan rasional serta mampu untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap situasisituasi
baru,
kemampuan
untuk
memahami
massalah
dan
memecahkannya. (Gottfredson L, Saklofske DH. 2009; Legg, Hutter,2007) commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Fase perkembangan inteligensi Struktur kognitif menurut Jean Piaget dalam Huitt W; Hummel J. 2003, disebut juga sebagai skemata (Schemes), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil. Piaget memakai istilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Inteligensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu (Rauthmann JF. 2009): a) Struktur Disebut juga scheme b) Isi Disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik ketika individu menghadapi sesuatu masalah. c) Fungsi Disebut juga function, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektual. Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi berupa kemampuan seseorang dalam menyusun proses-proses fisis dan psikis dalam bentuk sistem-sistem yang koheren. Adaptasi adalah penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya.
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitu : i. Asimilasi Adalah proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam skemata yang telah terbentuk / proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk mengatasi massalah dalam lingkungannya. ii. Akomodasi Adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung/ proses perubahan respons individu terhadap stimuli lingkungan. Dalam struktur kognitif setiap individu harus ada keseimbangan antara asimilasi dengan akomodasi. Keseimbangan ini dimaksudkan agar dapat mendeteksi persamaan dan perbedaan yang terdapat pada stimulus-stimulus yang dihadapi. Perkembangan kognitif ini pada dasarnya adalah perubahan dari keseimbangan yang dimiliki ke keseimbangan baru yang diperolehnya. Dengan penjelasan diatas maka dapat diketahui tentang bagaimana terjadinya pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Pertumbuhan intelektual terjadi karena adanya proses yang kontinu dari adanya ekuilibrium – disekuilibrium. Bila individu dapat menjaga adanya ekuilibrium, individu akan dapat mencapai tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Transisi tahap perkembangan anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: i. Kematangan ii. Pengalaman fisik / lingkungan iii. Transmisi sosial iv. Ekuilibrium Selanjutnya Piaget mengemukakan tentang perkembangan kognitif yang dialami setiap individu secara lebih rinci, mulai bayi hingga dewasa. Teori ini disusun berdasarkan studi klinis terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan menengah di Swiss. Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget dalam Huitt W; Hummel J. 2003, serta menurut Monks, Knoers, Hadinoto, 2006, mengemukakan ada empat tahap perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis : i. Tahap Sensori Motor : 0 – 2 tahun Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai
berusaha
untuk mencari obyek yang asalnya terlihat kemudian
menghilang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari obyek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Obyek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia mulai mampu untuk melambungkan obyek fisik ke dalam simbol-simbol, commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dan lain-lain. Kesimpulan pada tahap ini adalah : Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada massa kanak-kanak ini, anak belum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan inderanya. ii. Tahap Pra Operasi : 2 – 7 tahun ; Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Istilah operasi yang digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakantindakan kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata letak benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan membilang (counting). Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat obyekobyek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, ciri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan. Kesimpulan pada tahap ini adalah: Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam lingkungannya saja.
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
iii. Tahap Operasi Konkrit : 7 – 11 tahun Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah Dasar, dan pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu obyek dari sudut pandang yang berbeda secara obyek. Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya obyek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa obyek fisik di hadapan mereka, anakanak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika. Kesimpulan pada tahap ini adalah: Anak telah dapat mengetahui simbolsimbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud). iv. Tahap Operasi Formal : 11 tahun ke atas. Tahap operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitatif. Pada tahap anak ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu melakukan penalaran tanpa harus berhadapan dengan obyek atau peristiwa yang sedang berlangsung. Penalaran yang terjadi di dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol, ide-ide, commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
abstraksi dan generalisasi. Anak telah memiliki kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi. Karakteristik dari anak pada tahap ini adalah telah memiliki kemampuan untuk melakukan penalaran hipotek-deduktif, yaitu kemampuan untuk menyusun serangkaian hipotesis dan mengujinya. Kesimpulan pada tahap ini adalah: Pada tahap operasional formal, anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh isi argumen (karena itu disebut operasional formal). Tahap ini mengartikan bahwa anak - anak telah memasuki tahap baru dalam logika orang dewasa, yaitu mampu melakukan penalaran abstrak. Sama halnya dengan penalaran abstrak sistematis, operasi-operasi formal memungkinkan berkembangnya sistem nilai dan ideal, serta pemahaman untuk massalah-massalah filosofis. Sebaran umur pada setiap tahap tersebut adalah rata-rata dan mungkin pula terdapat perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Pertumbuhan intelektual anak secara singkat dapat disimpulkan mengandung tiga aspek, yaitu structure, content dan function. Anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur dan konten intelektualnya berubah/ berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan suatu rangkaian perkembangan,masing-masing mempunyai struktur psikologi khusus yang menentukan kecakapan pikir anak. Maka Piaget mengartikan Inteligensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus. (Huitt W; Hummel J. 2003) commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi Tinggi rendahnya inteligensi seorang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besar, inteligensi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: a. Faktor Genetis Kecerdasan dapat diturunkan melalui gen-gen dalam kromosom. Oleh karena itu,jika ayah dan ibu yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas pula (Boeree, 2003). Sebagian besar peneliti setuju bahwa faktor genetik bukanlah
penentu
utama
kecerdasan.
Meskipun
dukungan
genetik
mempengaruhi intelektual seseorang, namun pengaruh lingkungan dan kesempatan yang tersedia bagi anak juga dapat mengubah skor IQ mereka secara signifikan (Srivastava N, Lakhan R, Mittal B. 2007; Santrock, 2002). Telah dibuktikan dalam beberapa penelitian, bahwa anak-anak yang diberi suplemen gizi protein selama beberapa tahun, meskipun tingkat sosial ekonomi orang tuanya rendah, menunjukkan peningkatan kinerja dalam tes kecerdasan, dibandingkan dengan kelompok anak yang tidak diberikan suplemen gizi protein (Neisser et al., 2010). b. Faktor Gizi Gizi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel otak, terutama pada saat hamil dan juga pada waktu bayi, di mana sel-sel otak sedang tumbuh dengan pesatnya. Kekurangan gizi pada saat pertumbuhan, bisa berakibat berkurangnya jumlah sel-sel otak dari jumlah yang normal. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kerja otak tersebut di kemudian hari. Beberapa penelitian yang terdahulu telah membuktikan bahwa status gizi anak commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempunyai dampak positif terhadap inteligensinya. Anak-anak dengan defisiensi nutrisi akan mengalami penurunan daya tahan tubuh, menurunkan kemampuan perkembangan otak, meningkatkan risiko terpapar infeksi yang dapat meningkatkan frekuensi ketidakhadiran di sekolah sehingga akan menurunkan kemampuan kognitifnya (Sorhaindo, Feinstein,2006; Marti A, 2001). c. Faktor Lingkungan Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang dapat memberikan kebutuhan mental bagi anak. Kebutuhan mental meliputi kasih sayang, rasa aman, pengertian, perhatian, penghargaan serta rangsangan intelektual. Kekurangan rangsangan intelektual pada massa bayi dan balita dapat menyebabkan
hambatan
pada
perkembangan
kecerdasannya.
Faktor
lingkungan lain yang juga mempunyai efek positif terhadap kecerdasan anak antara lain: hubungan orang tua dan anak, tingkat pedidikan ibu, dan riwayat sosial-budaya (Selvam PKS, 2013). Menurut Mc Wayne (2004), anak yang tumbuh dengan penghasilan orang tua yang rendah mempunyai risiko tertundanya perkembangan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan anak yang tumbuh dengan penghasilan orang tua yang tinggi. Pekerjaan, pendidikan, pendapatan yang diterima oleh orang tua, lingkungan di sekitar anak, pola asuh yang diterapkan orang tua, intensitas hubungan antara orang tua dan anak, status sosial ekonomi keluarga serta tingkat kesejahteraan keluarga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif seorang anak. Hal ini dibuktikan oleh Santos, di mana anak-anak dengan commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
status sosial dan kesejahteraan keluarga yang baik mempunyai kemampuan kognitif lebih baik dibandingkan anak-anak yang berasal dari status sosial dan tingkat kesejahteraan yang rendah (Gregg P, Propper C, Washbrook E. 2008; Santos, et al 2008). d. Pengukuran tingkat inteligensi Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Skor tes IQ sering dilihat sebagai ukuran kecerdasan seorang anak. Tes IQ adalah alat ukur kecerdasan yang hasilnya berupa skor. Tetapi skor tersebut hanya memberi sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan secara keseluruhan ( Dunbar 2007). Test inteligensi atau tes IQ adalah suatu jenis tes psikologis yang khusus dipergunakan untuk mengukur taraf inteligensi atau tingkat kecerdasan seseorang. Tes inteligensi dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan (Senjaya, 2009). Beberapa macam jenis tes IQ yang sering digunakan, antara lain: i. Stanford–Binet Intelligence Scale. Tes ini merupakan tes tertua dan digunakan secara luas di hampir semua negara. Tes ini digunakan mulai umur 2-24 tahun. Walaupun sebagian besar terdiri dari unsur-unsur verbal, tes ini dapat dipercaya dan valid. Nilai yang didapat dari tes ini adalah nilai IQ dan umur mental (Soetjiningsih, 1995). commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ii. Wechlser Scale. Tes ini dikembangkan oleh David Wechsler, yang mencakup Wechsler Adult Intelligence Scale Revised
(WAIS-R);
Wechsler
Intelligence Scale-Edisi III ( WAIS-III ) bagi anak-anak yang berusia 6 -16 tahun; dan Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-Revised (WPPSI-R), yang digunakan bagi anak-anak yang berusia 4-6,5 tahun. Skala Wechlser dikelompokkan menjadi 12 subskala, enam skala verbal dan enam skala non-verbal. (Wechsler Intelligence Scales, 2009; Ryan JJ, 2003) iii. Culture Fair Intelligence Test (CFIT).
Culture Fair Intelligence Test, merupakan tes yang berusaha mengkombinasikan beberapa pertanyaan bersifat pemahaman gambargambar sehingga dapat mengurangi sebanyak mungkin pengaruh kecakapan verbal, iklim kebudayaan, dan tingkat pendidikan. CFIT mempunyai tiga skala (Nur’aeni, 2012) 1) Skala 1 : anak usia 4-8 tahun dan penderita retardasi mental, terdiri atas 1 formulir isian dengan 8 sub-tes. 2) Skala 2 : anak usia 8-14 tahun dan dewasa, terdiri atas 2 formulir isian, masing-masing 4 sub -tes. 3) Skala 3 : dewasa, terdiri atas 2 formulir isian, masing-masing 4 sub-tes. Hasil pengukuran disebut dengan IQ (Intelligence Quotient), dibagi menjadi beberapa tingkat yaitu:
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2. Tabel Skor tes IQ (Wechsler Intelligence Scales. 2009) Skor IQ
Katagori
>140
Jenius
120-140
Amat cerdas
110-119
Cerdas
90-109
Normal
80-89
Bodoh
70-79
Borderline deficiency
<79
Define feeble-mindedness
3. Perbedaan Tingkat Inteligensi Pada Anak Obes dan Tidak Obes Anak dengan berat badan lebih terdapat kecenderungan mendapat stigma untuk menjadi lamban dalam segala hal, terutama yang berhubungan dengan prestasi di sekolah, pada penelitian yang dilakukan Judge S, Jahns L; 2004, didapatkan hasil yang berbeda secara signifikan di mana pada anak dengan berat badan lebih mempunyai tingkat kemampuan menyelesaikan soal matematika maupun kemampuan membaca yang lebih rendah daripada anak yang tidak dengan berat badan lebih, baik pada saat duduk di tahun pertama maupun tahun ketiga sekolah dasar. Karakteristik orang tua, lama menonton televisi, olah raga, aktivitas fisik, perkembangan psikososial berhubungan erat terhadap kejadian obesitas dan berat badan lebih sehingga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak,
pada
penelitian yang dilakukan oleh Yanfeng, Huang F dan Lee MJ membuktikan bahwa anak-anak yang mengalami obesitas dan berat badan lebih dengan pola aktivitas fisik, olahraga yang kurang, menonton televisi lebih dari 2 jam sehari, commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perkembangan psikososial yang tidak seimbang serta karakteristik orang tua yang cenderung jarang mendampingi anak di rumah akan meningkatkan kejadian obesitas dan berat badan lebih serta kemampuan kognitif yang kurang (Huang F, Lee MJ 2007; Yanfeng,et al 2008). Perbedaan kemampuan membaca, kemampuan untuk menyelesaikan soal aritmetika,
perbedaan
kemampuan
visuospasial
yang
diperlukan
untuk
mendukung pemahaman terhadap suatu materi, pada anak dengan berat badan lebih menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada anak yang tidak mengalami berat badan lebih (Yanfeng dkk, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Montolalu dan Tangkilisan tentang dampak obesitas terhadap inteligensia didapatkan perbedaan yang signifikan dari IQ anak obes dengan rentang usia 12-13 tahun yaitu 108,7 dengan p value = 0,024 dibandingkan dengan anak tidak obes yaitu 114,1 (Montolalu N, Tangkilisan HA, Mayulu N, 2009). Obesitas besar pengaruhnya terhadap tingkat inteligensi pada anak obes, di mana pada penelitian yang dilakukan oleh Z. B. Yu di Republik Rakyat Cina, didapatkan hasil IQ anak obes lebih rendah dibandingkan dengan anak tidak obes (Yu Z B, Han SP, Cao XG, Guo X. R, 2010 ).
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. kerangka konsep
Siswa SD
Penghasilan Orang tua
Pendidikan Orang tua
Aktivitas fisik
Pola makan
Status nutrisi
Obesitas
Genetik
Lama belajar
TidakObesitas Gangguan endokrin Penyakit degeneratif Gangguan pertumbuhan Gangguan pernapasan
Tingkat inteligensi Keterangan : ----------------------Lingkup penelitian Gambar 1. Kerangka konsep
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan Kerangka Konsep Sampel pada penelitian ini adalah anak-anak yang mengalami obesitas dan tidak obesitas yang diseleksi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) disebut berat badan lebih bila IMT berada pada persentil ke-85 hingga kurang dari persentil ke-95, disebut obesitas apa bila IMT lebih atau sama dengan persentil ke-95 (Reilly dkk,2002; Sjarif dkk, 2010). Seorang anak dengan obesitas dapat mengalami penyakit dan komplikasi akibat obesitasnya, seperti hipertensi, diabetes, obstruktif sleep apneu, dan penyakit kardiovaskuler (Ben-noun et al, 2006; Martinho et al, 2008) sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat inteligensinya. Selain penyakit dan komplikasi akibat obesitas yang dapat mempengaruhi inteligensi seorang anak, penghasilan orang tua, pendidikan orang tua, aktivitas fisik, status nutrisi, pola makan erat kaitannya dengan kemampuan anak untuk berpikir konvergen dan divergen, berpikir secara abstrak, terarah, bertujuan dan rasional, kemampuan untuk menyatakan pengalaman-pengalaman, kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dan belajar lebih baik, kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual, kemampuan untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap situasi baru serta kemampuan untuk memahami massalah dan memecahkannya (Legg, Hutter,2007). 5. Hipotesis Hipotesis kerja dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat inteligensi antara anak obes dan tidak obes.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan
penelitian potong lintang untuk mengetahui
perbedaan tingkat inteligensi pada anak obes dan tidak obes. 2. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 15 di kotamadya Surakarta pada bulan Maret 2014. Tempat ini dipilih dengan pertimbangan merupakan SD favorit dengan banyak subyek baik yang obes maupun tidak obes dan mempunyai fasilitas lengkap. 3.
Populasi
a. Populasi target pada penelitian ini adalah anak usia 6 - 12 tahun di SD Negeri 15 di kotamadya Surakarta . b. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah anak usia 6 - 12 tahun di SD Negeri 15 di kotamadya Surakarta. 4.
Subyek dan Cara Pemilihan Subyek
Subyek diambil dari anak sekolah dasar usia 6-12 tahun di SD negeri 15 di kotamadya Surakarta.Teknik sampling yang dipakai adalah purposive sampling Dilakukan pemeriksaan antropometri untuk mendapatkan data anak-anak dengan IMT ≥ persentil ke-95 menurut umur dan jenis kelamin. Anak - anak SD yang obesitas secara antropometri dan memenuhi kriteria
commit to user
30
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
inklusi dan ekslusi dimasukkan ke dalam kelompok obesitas. Kemudian dilakukan pemilihan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. untuk mendapatkan kelompok tidak obesitas yang disesuaikan menurut umur dan jenis kelamin. Kriteria inklusi: i. Semua anak usia sekolah dasar di SD negeri 15 di kotamadya Surakarta baik yang obesitas maupun yang tidak obesitas. ii. Tidak sedang dalam pengobatan kortikosteroid dalam pengobatan kortikosteroid dalam jangka waktu minimal seminggu saat penelitian dilaksanakan iii. Orang tua menandatangani persetujuan mengikuti penelitian Kriteria eksklusi: i. Penderita mengalami penyakit kronis ii. Status gizi kurang dan gizi buruk 5. Besar subyek Besarnya subyek untuk menguji beda rerata dua populasi berpasangan dihitung dengan rumus: (Madiyono dkk, 2002)
(Z + Z )S n1=n2= (x1 - x2) n : besar sampel
2
s : simpangan baku = 10 α : tingkat kemaknaan= 0,05 (Zα= 1,65) (1-β)
: kekuatan = 0,90 (zβ= 1,282)
x1-x2
: beda yang dianggap berarti= 5 commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
n1=n2=30 subyek. 6. Identifikasi Variabel Penelitian a. Variabel tergantung
: inteligensi (skala nominal).
b. Variabel bebas
: obes dan tidak obes menurut IMT (skala nominal).
c. Variabel perancu
: status sosial ekonomi dan pendapatan orang tua, defisiensi nutrisi, pola makan, aktivitas fisik pendidikan orang tua (skala nominal).
7. Definisi Operasional a. Obesitas Obesitas adalah sebagai suatu keadaan terdapatnya penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Obesitas merupakan hasil akhir dari ketidak seimbangan antara ambilan energi dengan keluaran energi karena adanya ambilan yang melebihi keluaran dan menghasilkan penimbunan dalam jaringan lemak dan disimpan sebagai cadangan energi tubuh (Syarif dkk, 2010; Subardja dkk, 2010; Clement, 2003). Penentuan obesitas berdasarkan antropometri dapat di lakukan dengan menghitung indeks masa tubuh (IMT) (Sjarif dkk, 2010). Indeks Masa Tubuh menjadi petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam
meter (Kg/m2) (Sjarif dkk, 2010; Nammi,2004). Interpretasi IMT
tergantung pada umur dan jenis kelamin anak, karena terdapat perbedaan commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lemak tubuh pada anak laki-laki dan perempuan. Disebut berat badan lebih bila IMT berada pada persentil ke- 85 hingga kurang dari persentil ke-95, disebut obesitas apa bila IMT lebih atau sama dengan persentil ke-95 (Sjarif dkk, 2010; Reilly dkk,2002). b. Tidak obesitas Adalah anak dengan gizi lebih dengan BB/TB persentil ke-85 sampai dengan kurang dari persentil ke-95, anak dengan gizi baik dengan BB/TB persentil ke-5 sampai dengan kurang dari persentil ke-85, anak dengan gizi kurang dengan BB/TB kurang dari persentil ke-3 sampai dengan kurang dari persentil ke-5 dan gizi buruk dengan BB/TB kurang dari persentil ke- 3 tidak dimasukkan ke dealam penelitian. c. Inteligensi Adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus, kemampuan anak untuk berpikir konvergen dan divergen, berpikir secara abstrak, terarah, bertujuan dan rasional, kemampuan untuk menyatakan pengalaman-pengalaman, kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dan belajar lebih baik, kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual, kemampuan untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap situasi baru serta kemampuan untuk memahami masalah dan memecahkannya (Legg, Hutter,2007). Inteligensi diukur dengan menggunakan CFIT (Culture Fair Intelligence Test), tes inteligensi dilakukan oleh psikolog dari Unit Layanan Psikologi FK UNS. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari hasil tes dapat dikatagorikan dalam kriteria: i. Intelegensi cerdas dengan skor 110-119 ii. Inteligensi normal atau lebih dengan skor IQ lebih dari 90-109. iii. Inteligensi di bawah normal dengan skor IQ kurang dari atau sama dengan 89 Bentuk yang tersedia berupa buku soal dan lembar jawaban yang terpisah. Aspek yang diukur adalah faktor kemampuan mental umum atau inteligensi. Tujuan tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan faktor kemampuan mental umum atau inteligensi sedangkan hasil pengukurannya disebut IQ (Intelligence Quotient). d. Status sosial ekonomi dan pendapatan orang tua Adalah suatu kriteria yang berdasar pada penghasilan dan pengeluaran orang tua setiap bulan berdasarkan kriteria dari Asian Development Bank bahwa untuk negara-negara berkembang di asia rata-rata penghasilan kelas menengah adalah 5,2 juta rupiah sampai dengan 8 juta rupiah dengan pengeluaran sebesar 3,6 juta rupiah setiap bulan (4-10 US$ sehari). Untuk golongan menengah ke atas dengan penghasilan di atas 8 juta rupiah sebulan dengan pengeluaran di atas 4 juta rupiah sebulan (10-20US$ sehari) (Chun N 2010) . e. Defisiensi nutrisi dan pola makan Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberikan penjelasan mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat tertentu. Pola makan disebut juga sebagai suatu cara seseorang atau sekelompok orang atau keluarga memilih makanan sebagai respon terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan dan sosial (Janssen A, 2011) Kebiasaan makan merupakan cara seseorang atau sekelompok individu memilih bahan makanan yang dikonsumsi sebagai respon terhadap faktor psikologis sosial dan budaya, kebiasaan makan dapat berubah disebabkan faktor pendidikan, kesehatan, lingkungan dan psikologis (Faith MS. 2013) Defisiensi nutrisi merupakan keadaan yang terjadi jika zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi mengalami defisiensi atau kekurangan, bila hal ini terjadi secara bertahap sel, intrasel, jaringan, dan organ tubuh akan mengalami kematian. Jika sebaliknya, terjadi kelebihan gizi, zat-zat gizi makanan yang dikonsumsi mengalami kelebihan maka secara bertahap pula akan mengalami proses toksisitas
dan selanjutnya secara
bertahap sel, intrasel, jaringan, dan organ tubuh akan mengalami kematian. Defisiensi nutrisi dapat disebabkan karena lualitas dan kuantitas makanan kurang baik, peningkatan kebutuhan terhadap nutrisi, perubahan daya dukung lingkungan (Minicucci F, da Cunha MLRS, Sartori A 2009 ). Kebiasaan makan dalam penelitian ini meliputi kebiasaan makan lebih dari 3 kali sehari dan kurang dari sama dengan 3 kali sehari. f. Aktivitas fisik Aktivitas fisik merupakan setiap usaha gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kesatuan otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aktivitas fisik dapat menjadikan faktor risiko independen untuk terjadinya penyakit kronis (Bates H, 2006 ). Aktivits fisik pada penelitian ini dikelompokkan ke dalam aktivitas fisik aktif dan kurang aktif meliputi : Aktitivitas fisik yang aktif : i.
Lama bermain di luar rumah lebih dari 2 jam.
ii.
Menonton televisi kurang dari 2 jam.
iii.
Lama bermain komputer kurang dari 2 jam.
iv.
Sarana transportasi ke sekolah berjalan kaki,naik sepeda.
v.
Frekuensi olah raga 3 kali dalam satu minggu.
Aktitivitas fisik yang kurang aktif : i.
Lama bermain di luar rumah kurang dari 2 jam.
ii.
Menonton televisi lebih dari 2 jam.
iii.
Lama bermain komputer lebih dari 2 jam.
iv.
Sarana transportasi ke sekolah diantar mobil pribadi.
v.
Frekuensi olah raga kurang dari 3 kali dalam satu minggu atau tidak pernah
vi.
berolah raga sama sekali kecuali di sekolah.
g. Pendidikan orang tua Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan dan pemberian sifat sosial kemanusiaan (humanisme) kepada makhluk hidup. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa (orang tua) dalam pergaulannya dengan anak-anak
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya menuju proses kedewasaan (Ermisch J, Pronzato C. 2010). Pendidikan orang tua pada penelitian ini difokuskan kepada tingkat pendidikan sarjana strata-1,strata-2,strata-3 dan bukan sarjana meliputi Diploma-3,SMU.
8. Izin subyek penelitian Penelitian ini dilakukan atas persetujuan orangtua atau wali dengan cara menandatangani informed consent yang diajukan oleh peneliti, setelah sebelumnya mendapat penjelasan mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian tersebut.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9.
Alur penelitian
Siswa SDN 15 di kotamadya Surakarta
Kriteria eksklusi Kriteria inklusi Informed concern
Pengukuran indeks massa tubuh (IMT)
Kelompok berat badan normal /tidak obes (IMT < persentil 95)
Kelompok berat badan lebih/obes (IMT ≥ persentil 95)
Tes inteligensi
Tes inteligensi
Analisis
Gambar 2. Alur penelitian.
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10. Pengolahan data
Inteligensi normal
Anak obes
Anak tidak obes
a
b
c
d
(IQ lebih dari 90) Inteligensi di bawah normal (IQ kurang dari atau sama dengan 89) Tabel 3. Tabel 2x2 hasil pengamatan. Sel a : jumlah anak dengan obesitas yang memiliki inteligensi normal atau lebih Sel b : jumlah anak tidak obesitas yang memiliki inteligensi normal atau lebih Sel c : jumlah anak dengan obesitas yang memiliki inteligensi di bawah normal Sel d : jumlah anak tidak obesitas yang memiliki inteligensi di bawah normal Data yang didapatkan dilakukan analisis dengan
uji kai kuadrat dan untuk
meningkatkan ketelitian maka penulis menggunakan program SPSS 16.0.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik dasar
Tabel 4.1 Karakteristik dasar penghasilan orang tua terhadap IQ penghasilan orang tua (juta/bulan) Menengah atas n (%)
Kategori IQ Cerdas Normal 2 (3,3) 5 (8,2)
7 (11,5)
Menengah n (%)
10 (16,4)
44 (72,1)
54 (88,5)
Total
12 (19,7)
49 (80,3)
61 (100)
Total
p
0,783
Karakteristik dasar (tabel 4.1) tingkat IQ pada penelitian ini didapatkan prevalensi kelompok anak dengan IQ cerdas sebesar 19,7 % sedangkan kelompok anak dengan IQ normal didapatkan sebesar 80,3 %. Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik dasar penghasilan orang tua, didapatkan prevalensi anak cerdas dengan katagori penghasilan orangtua menengah adalah sebesar 16,4% sedangkan penghasilan orangtua menengah atas sebesar 3,3 %. Dari data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara penghasilan orang tua terhadap peningkatan IQ. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa prevalensi anak dengan orang tua golongan menengah mempunyai IQ cerdas lebih besar daripada anak dengan orang tua golongan menengah atas tetapi secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan ( p = 0,783; p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara penghasilan orang tua terhadap peningkatan IQ
commit to user
40
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.2 Karakteristik dasar pendidikan orang tua terhadap IQ
Pendidikan orang tua Sarjana n (%)
Kategori IQ Cerdas Normal 9 (14,8) 32 (52,5)
41 (67,2)
Tidak sarjana n (%)
3 (4,9)
17 (27,9)
20 (32,8)
Total
12 (19,7)
49 (80,3)
61 (100)
Total
p
0,196
Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik dasar pendidikan orang tua, didapatkan hasil prevalensi anak IQ cerdas dengan katagori pendidikan orang tua sarjana adalah sebesar 14,8 %, sementara orang tua dengan pendidikan bukan sarjana memiliki anak dengan IQ normal adalah sebesar 4,9 %. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa anak dengan orang tua berpendidikan sarjana memiliki prevalensi IQcerdas lebih besar dibandingkan anak dengan orang tua berpendidikan bukan sarjana, tetapi secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,196; p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan orang tua terhadap peningkatan IQ
Tabel 4.3 Karakteristik dasar aktivitas terhadap IQ aktivitas aktif n (%)
Kategori IQ Cerdas Normal 8 (13,1) 31 (50,8)
41 (67,2)
Kurang aktif n (%)
4 (6,6)
18 (29,5)
22 (36,1)
Total
12 (19,7)
49 (80,3)
61 (100)
Total
p
0,328
Tabel 4.3 menunjukkan karakteristik dasar anak dengan aktivitas, didapatkan hasil prevalensi anak IQ cerdas dengan katagori aktif adalah sebesar 13,1% sementara anak dengan aktivitas katagori kurang aktif memiliki anak dengan IQ cerdas commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebesar 6,6 %. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa anak dengan aktivitas fisik yang aktif mempunyai prevalensi IQ cerdas lebih tinggi dibandingkan anak dengan aktivitas fisik yang kurang aktif, tetapi secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,328; p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara aktivitas terhadap peningkatan IQ. Tabel 4.4 Karakteristik dasar pola makan terhadap IQ Pola makan >3 kali n (%)
Kategori IQ Cerdas Normal 8 (13,1) 23 (37,7)
41 (50,8)
≤ 3 kali n(%)
4 (6,6)
26 (42,6)
30 (49,2)
Total
12 (19,7)
49 (80,3)
61 (100)
Total
p
0,228
Tabel 4.4 menunjukkan karakteristik dasar anak berdasarkan pola makan, didapatkan prevalensi anak IQ cerdas dengan pola makan > 3 kali adalah sebesar 13,1 %, sementara anak dengan pola makan ≤ 3 kali memiliki IQ cerdas sebesar 6,6 %. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa anak dengan pola makan lebih dari 3 kali memiliki prevalensi IQ cerdas lebih besar dibandingkan dengan anak yang mempunyai pola makan kurang dari sama dengan 3 kali tetapi secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,228; p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara pola makan terhadap peningkatan IQ. Tabel 4.5 Karakteristik dasar Indeks massa tubuh terhadap IQ IMT tidak obese n (%)
Kategori IQ Cerdas Normal 5 (8,2) 26 (42,6)
31 (50,8)
Obese n (%)
7 (11,5)
23 (37,7)
30 (49,2)
Total
12 (19,7)
49 (80,3)
61 (100)
commit to user
Total
p
0,566
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.5 menunjukkan karakteristik dasar berdasarkan Indeks Massa Tubuh terhadap IQ, didapatkan hasil prevalensi anak dengan obes yang memiliki IQ cerdas sebesar 11,5 %, sementara prevalensi anak tidak obes dengan IQ cerdas sebesar 8,2 % . Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa pada anak obes didapatkan prevalensi IQ yang lebih cerdas daripada anak yang tidak obes tetapi secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,566; p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh terhadap peningkatan IQ
Tabel 4.6 Karakteristik dasar umur tehadap IQ Umur (tahun) 10.00 jumlah n%
Kategori IQ Cerdas Normal 5(8,2) 16(26,2)
Total 21 (34,4)
11.00 jumlah n%
4(6,6)
16(26,2)
20 (32,8)
12.00 jumlah n%
3(4,9)
17(27,9)
20 (32,8)
12(19,7)
49(80,3)
61(100)
Total
p
0,622
Tabel 4.6 menunjukkan karakteristik dasar berdasarkan umur, didapatkan hasil prevalensi anak pada usia 10 tahun memiliki IQ cerdas sebesar 8,2%, pada anak usia 11 tahun memiliki IQ cerdas sebesar 6,6 %, sementara anak usia 12 tahun memiliki IQ cerdas sebesar 4,9 %. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa dari sisi usia terhadap IQ secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,622; p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara umur terhadap peningkatan IQ
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7 Jenis kelamin terhadap IQ Jenis kelamin
Kategori IQ Cerdas Normal 7(11,5) 32(52,5)
Laki-laki n%
Total
p
39 (63,9)
Perempuan n%
5(8,2)
17(27,9)
22 (36,1)
Total
12(19,7)
49(80,3)
61 (100)
0,771
Tabel 4.7 menunjukkan karakteristik dasar jenis kelamin terhadap IQ didapatkan hasil prevalensi anak laki-laki yang memiliki IQ
cerdas sebesar 11,5 %.
sementara prevalensi anak perempuan dengan IQ cerdas sebesar 8,2 %. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa anak laki-laki memiliki IQ cerdas lebih besar daripada anak perempuan tetapi secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,771; p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin terhadap peningkatan IQ.
Tabel 4.8 Tabel analisis regresi logistik penghasilan orang tua terhadap IQ
Penghasilan Orang tua
b
OR
0.565
1.760
95%CI Batas Batas bawah atas 0.297
10.413
p
0,533
Tabel 4.8 menunjukkan analisis regresi logistik penghasilan orang tua terhadap IQ didapatkan bahwa penghasilan orang tua kelas menengah mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat IQ dengan OR 1,760 dibandingkan dengan orangtua berpenghasilan menengah atas, meskipun secara statistik tidak signifikan (b= 0,565; 95% C.I = 0,297-10,413; p = 0,533).
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.9 Tabel analisis regresi logistik pendidikan terhadap IQ
Pendidikan Orang tua
b
OR
0.466
1.594
95% C.I. Batas Batas bawah atas 0.380
6.679
p 0,534
Tabel 4.9 menunjukkan analisi regresi logistik pendidikan orang tua terhadap IQ didapatkan bahwa pendidikan orang tua golongan sarjana mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat IQ dengan OR 1,594 dibandingkan dengan orangtua berpendidikan tidak sarjana, meskipun secara statistik tidak signifikan (b= 0,466; 95% C.I =0,380-6,679; p = 0,534). Tabel 4.10 Tabel analisis regresi logistik aktivitas fisik terhadap IQ
Aktivitas fisik
b 0.150
OR 1.161
95% C.I. Batas Batas bawah atas 0.306 4.406
p 0,826
Tabel 4.10 menunjukkan analisis regresi logistik aktivitas fisik terhadap IQ didapatkan bahwa anak dengan aktivitas fisik aktif mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat IQ dibandingkan anak yang tidak aktif dengan OR=1,161, meskipun secara statistik tidak signifikan (b= 0,150; 95% C.I = 0,306-4,406; p = 0,826).
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.11 Tabel analisis regresi logistik pola makan terhadap IQ
Pola makan >3kali
95% C.I. Batas Batas bawah atas
b
OR
0.816
2.261
0.601
8.505
p 0,228
Tabel 4.11 menunjukkan analisis regresi logistik pola makan terhadap tingkat IQ didapatkan hasil bahwa anak dengan pola makan lebih dari 3 kali mempunyai pengaruh positif terhadap IQ dibandingkan anak dengan pola makan ≤ 3 kali dengan OR=2,261, meskipun secara statistik tidak signifikan (b= 0,816; 95% C.I = 0,601-8,505; p =0,228).
Tabel 4.12 Tabel hasil uji t beda mean IQ anak obes dan tidak obes
IQ
Status gizi
N
mean
SD
Beda mean
Tidak obes Obes
30
104.26
9.110
1,858
30
102.40
5.697
CI 95% p Batas Batas bawah atas -2,05 5,76 0,345
Dari tabel 4.12 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dari tingkat IQ anak yang obes dan tidak obes, dengan beda mean 1,858 dengan CI 95% (-2,05 – 5,76); p= 0,345.
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pembahasan Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa anak dengan obes memiliki tingkat IQ yang lebih baik daripada anak yang tidak obes, hal ini tidak terlepas dari adanya faktor-faktor positif yang mendukung seorang anak obes dapat mempunyai kemampuan kognitif yang lebih baik, faktor tersebut yaitu penghasilan dan pendidikan orang tua, pola makan dan aktivitas fisik. Dari hasil penelitian ini didapatkan pada orang tua dengan penghasilan menengah OR=1,760 ; b= 0,565; 95% C.I(0,297-10,413); p = 0,533, pendidikan orang tua yang tinggi OR 1,594; b= 0,466; 95% C.I(0,380-6,679); p = 0,534. ternyata memberikan pengaruh positif terhadap tingkat inteligensi anak walaupun secara statistik tidak bermakna. Dari pengamatan dan analisa yang dikeluarkan oleh Asian Development Bank pada tahun 2010, untuk negara- negara di asia selatan dan asia tenggara seiring dengan membaiknya perekonomian dengan tingginya investasi asing dan meningkatnya pendapatan nasional di masingmasing negara maka akan melahirkan masyarakat kelas menengah yang baru selain golongan kelas menengah sebelumnya yang sudah mapan, di mana golongan ini memiliki daya tawar dan potensi daya beli yang lebih tinggi daripada masyarakat kelas di bawahnya (Chun N,2010), sehingga hal ini akan berimbas pula kepada kemampuan mereka sebagai orang tua untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Pada anak yang memiliki orang tua dengan penghasilan menengah dan menengah ke atas di mana daya beli mereka tinggi cenderung akan memiliki lebih banyak pilihan, kebebasan dan kesempatan untuk mendapatkan fasilitas lebih baik dari sisi pendidikan untuk anak-anaknya commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga mereka akan jauh lebih mudah untuk mendapatkan stimulasi yang lebih sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya tanpa harus merasa khawatir terdapat kendala dari sisi finansial, berbeda halnya pada anak-anak dengan orangtua yang berasal dari golongan kelas bawah dengan penghasilan 1 juta rupiah dalam satu bulan (pengeluaran US$3 sehari) maka akan sulit bagi orang tua untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam memberikan fasiltas pendidikan bagi anak-anaknya karena orang tua pasti akan terkendala dalam soal pembiayaan baik untuk memenuhi kebutuhan dasarnya maupun kebutuhan sekunder. Orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi akan mempunyai wawasan yang luas dan cara berpikir lebih terbuka serta memiliki akses lebih mudah terhadap berbagai informasi baru serta memiliki pengetahuan dan keahlian di atas rata-rata sehingga memiliki kesempatan yang lebih luas dalam memberikan stimulus kepada anak-anaknya supaya memperoleh tingkat kemampuan kognitif yang baik dibandingkan anak-anak lain yang orang tuanya memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah, dari sisi anak dengan orang tua berpendidikan tinggi maka anak akan terpacu berusaha meniru keberhasilan orang tuanya sehingga dengan sendirinya akan memacu keinginan dari dalam diri anak tersebut untuk berusaha lebih keras dalam belajarnya untuk meraih prestasi akademis yang tinggi (Selvam PKS. 2013; Gregg P, Propper C, Washbrook E. 2008; Engle PL, Black MM, 2008; Yanfeng Li, Qi Dai, Jackson JC, Jian Zhang, 2008; Huang F, Lee MJ,2007). Hasil dari intelegensi setiap anak khususnya siswa dapat diperoleh dengan cara mengukur intelegensi dengan tes tingkat inteligensi. Dalam pengukuran ini commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harus dibantu oleh tenaga ahli psikologi. Kemampuan anak untuk berprestasi tinggi di sekolah tidak hanya ditentukan oleh potensi intelegensi yang mereka miliki tetapi juga oleh berbagai hal seperti fasilitas belajar. Intelegensi juga harus didukung dengan fasilitas belajar yang baik karena walaupun tingkat intelegensi tinggi namun pemenuhan fasilitas tidak lengkap maka prestasi yang dicapai tidak akan maksimal. Jika pemenuhan fasilitas belajar anak diperbaiki memungkinkan hasil pengukuran tingkat inteligensi anak mengalami perubahan kearah positif, artinya sebelum fasilitas belum diperbaiki anak tidak menunjukkan kemampuan yang optimal ketika dievaluasi akan tetapi ketika dia memperoleh fasilitas belajar yang baik maka dia dapat menunjukkan potensi yang maksimal, untuk mendapatkan semua fasilitas yang baik tersebut maka dibutuhkan biaya yang tidak sedikit dan dari orang tua yang berpenghasilan tinggi ini maka mereka dengan mudah dan leluasa dapat memberikan ruang bagi anak-anaknya untuk menerima pendidikan yang lebih baik (Ogden CL, Carroll MD, Curtin LR, et al,2006; Styne DM,2001). Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa pola makan anak lebih dari 3 kali mempunyai pengaruh positif terhadap IQ dibandingkan anak dengan pola makan kurang dari sama dengan 3 kali OR=2,261; b= 0,816; 95% C.I(0,6018,505); p =0,228 meskipun secara statistik tidak bermakna. Pada penelitian ini didapatkan pula prevalensi anak obes dengan IQ cerdas sebesar 11,5 % sementara anak tidak obes dengan IQ cerdas sebesar 8,2 %, hal ini berarti bahwa anak obes mempunyai prevalensi IQ cerdas lebih besar daripada anak yang tidak obes. Hasil ini dapat terjadi berkat adanya beberapa faktor yang mendukung yaitu peran orang commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tua di rumah dengan selalu memberi dukungan dengan kemampuan memberikan penjelasan dan pengertian tentang pelajaran di sekolah berkat daya analisis dan logika seiring dengan pendidikan tinggi yang mereka miliki, dari kemampuan orang tua yang merasa tenang dari sisi finansial yang sudah mapan sehingga apapun kebutuhan anak dalam hal pendidikannya orangtua sudah tidak perlu kebingungan lagi, di samping itu pola makan yang lebih terkendali pada anak obes yang mulai bisa mengendalikan kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat serta kebiasaan makan kemilan turut membantu perbaikan dan perubahan kemampuan kognitif mereka (Faith MS, 2013; Selvam, 2013; Santos, 2008). Inteligensi sendiri selalu berhubungan dengan peningkatan adiposa, dan peningkatan adiposa dikaitkan dengan pola makan pokok 3-4 kali sehari, dari frekuensi makan dalam sehari terdapat kebiasaan makan yang selalu tambah, baik lauk, maupun nasi. Disamping itu kebiasaan makan dengan tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat akan memicu terjadinya obesitas. Obesitas selalu dihubungkan dengan kinerja kognitif yang buruk yang terkait dengan kondisi-kondisi medis secara independen. Terdapat hubungan yang konsisten bahwa obesitas terkait dengan defisit kognitif, terutama dalam fungsi eksekutif pada anak-anak, remaja dan orang dewasa. Obesitas merupakan penyebab defisit kognitif. Terdapat hubungan yang bersifat dua arah setidaknya sebagian dari kecenderungan neurologis yang ditandai dengan berkurangnya fungsi eksekutif, dan pada gilirannya obesitas itu sendiri memiliki dampak negatif pada otak melalui mekanisme yang saat ini dikaitkan dengan timbulnya inflamasi, peningkatan lipid dan/atau resistensi insulin, akan tetapi jika commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peran orang tua dalam memberikan asupan nutrisi yang sehat dan seimbang baik kalori, lemak dan serat serta meminimalkan kebiasaan makan kemilan akan turut membantu perbaikan dan perubahan kemampuan kognitif mereka (Saelens BE, 2007; Styne DM,2001). Meningkatnya jumlah anak yang mengalami obesitas akan melipat gandakan hubungan antara obesitas dan perkembangan kognitif anak. Obesitas memiliki faktor risiko terhadap gangguan kardiovaskuler, karena penebalan dan pengerasan pembuluh darah dapat juga terjadi pada sistem pembuluh darah otak. Selain itu hormon yang dikeluarkan dari lemak dapat mempunyai efek merusak terhadap sel-sel otak sehingga fungsi otak dapat berkurang. Anak dengan obesitas akan mengalami gangguan jaringan otak di bagian lobus frontalis dan lobus temporalis yaitu area otak yang berfungsi untuk memori dan pencernaan, selain itu area otak lain yang terganggu adalah lobus anterior girus cinguli yang berfungsi untuk memusatkan perhatian, dan basal ganglia untuk mengatur gerakan. Penyempitan permukaan otak yang terjadi pada lobus frontalis dan temporalis akan menyebabkan gangguan fungsi fisiologis otak terutama fungsi daya ingat (Jolliffe CJ, Janssen I, 2006; Freedman, DS, 2004; Syarif, D.R, 2003). Selain penyakit dan komplikasi akibat obesitas yang dapat mempengaruhi inteligensi seorang anak, penghasilan orang tua, pendidikan orang tua, aktivitas fisik, status nutrisi, pola makan erat kaitannya dengan kemampuan anak untuk berpikir konvergen dan divergen, berpikir secara abstrak, terarah, bertujuan dan rasional, kemampuan untuk menyatakan pengalaman-pengalaman, kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dan belajar lebih baik, kemampuan commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual, kemampuan untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap situasi baru serta kemampuan untuk memahami masalah dan memecahkannya (Selvam PKS, 2013; Yanfeng Li, Qi Dai, Jackson JC, Jian Zhang, 2008; Huang F, Lee MJ, 2007). Tingkat intelegensi setiap anak tidak sama, karena tingkat intelegensi merupakan faktor bawaan atau dasar yang dimiliki seseorang yang ikut menentukan berhasil tidaknya dalam memahami dan memecahkan suatu masalah. Intelegensi merupakan kemampuan untuk memahami dan memecahkan permasalahan sesuai dengan kepribadian, karena intelegensi merupakan faktor bawaan maka sejak dini harus dibentuk dengan cara memberikan asupan yang baik (Ogden CL, Carroll MD, Curtin LR, et al,2006; Styne DM,2001). Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa anak dengan aktivitas fisik yang aktif memiliki pengaruh positif terhadap tingkat inteligensi mereka daripada anak yang kurang aktivitas fisiknya OR= 1,161; b= 0,150; 95% C.I = 0,306-4,406; p = 0,826 walaupun secara statistik tidak signifikan. Lokasi penelitian di SDN 15 ini merupakan sekolah favorit dengan fasilitas lengkap sehingga efektivitas pemberian stimulasi terhadap siswa terutama untuk peningkatan aktivitas fisiknya lebih baik daripada sekolah lain sehingga akan berbanding lurus dengan kemampuan kognitif anak itu sendiri. Aktivitas fisik atau olah raga teratur sangat mempengaruhi terpeliharanya organ-organ vital tubuh. Olah raga yang menjadi titik berat adalah olah raga yang sifatnya aerobik karena terdapat tiga bagian utama pada adaptasi aerobik yang muncul sebagai akibat dari aktivitas fisik yang commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teratur yaitu meningkatnya kandungan mioglobin, meningkatnya oksidasi karbohidrat, meningkatnya oksidasi lemak. Peningkatan oksidasi lemak dapat mengurangi timbunan lemak yang ada di bawah kulit. Meningkatnya kapasitas otot untuk mengoksidasi lemak setelah melakukan olahraga berhubungan dengan faktor meningkatnya pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan lemak untuk diubah menjadi glikogen dan meningkatnya aktivitas enzim yang terlibat dalam transportasi dan pemecahan asam laktat. Banyak lemak yang teroksidasi berarti pengurangan penumpukan asam laktat, asam laktat yang rendah akan meningkatkan kinerja otak menjadi lebih baik sehingga akhirnya akan memperoleh tingkat kemampuan kognitif yang baik pula (Anam MS, Mexitalia M, Widjanarko B,Pramono A,
Susanto H, Subagio HW,2010; Reed JA, Einstein G, Hahn E, Hooker SP, Gross VP, Kravitz J, 2010; Watts K, Jones TW, Davis EA, Green D, 2005). Anak-anak dengan obesitas dapat mengalami kesulitan bergerak dan terganggu pertumbuhannya karena timbunan lemak yang berlebihan pada organorgan tubuh yang seharusnya berkembang, selain itu efek psikologis yang dialami anak dapat juga mempengaruhi kemampuan kognitifnya, misalnya ejekan dari teman-teman sekelas terutama pada anak-anak yang telah bersekolah (Saelens BE, 2007; Daniels SR,2006). Pada anak dengan obesitas, konsekuensi yang paling luas adalah psikososial. Anak laki-laki maupun perempuan dengan obesitas mempunyai beban yang sama yaitu merasa dirinya berbeda dari orang pada umumnya karena kelebihan berat badannya dan merasa tidak puas dengan dirinya. Remaja dengan obesitas sering mengalami depresi dan tidak percaya diri sedangkan pada anak usia prasekolah lebih sering mengalami distres emosional dan gejala psikiatrik, dan hal ini amat berpengaruh terhadap proses kematangan commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sosialnya. Kematangan sosial merupakan proses evolusi dari perkembangan perilaku, sehingga diharapkan nanti seorang anak dapat mengekspresikan pengalamannya secara utuh dan dapat belajar secara bertahap untuk meningkatkan kemampuannya untuk mandiri, bekerja sama dengan orang lain dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Oleh karena itu kematangan sosial erat kaitanya dengan kesuksesan dan kebahagiaan pada masa anak dan masa kehidupan selanjutnya. Selain itu anak dengan obesitas atau kegemukan dapat menurunkan tingkat kecerdasannya, karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun, ditambah dengan kelebihan berat badan sehingga cenderung akan malas beraktivitas (Reinert KRS, Po’e EK, Barkin SL, 2013; Riza M, Lestari ED, Murtikarini S, Hidayah D, Martuti S, 2007; Puhl RM, Latner JD,2007, Boeree, GC,2003; Reilly JJ, Methven E, McDowell ZC, Hacking B, Alexander D, Stewart L, Kelnar CJH, 2003). Karakteristik orang tua, lama menonton televisi, olah raga, aktivitas fisik, perkembangan psikososial berhubungan erat terhadap kejadian obesitas dan berat badan lebih, sehingga dapat menurunkan kemampuan visuospasial yang diperlukan untuk mendukung pemahaman
terhadap suatu materi
serta
mempengaruhi kemampuan kognitif anak. Anak yang mengalami obesitas dan berat badan lebih dengan pola aktivitas fisik, olahraga yang kurang, menonton televisi lebih dari 2 jam sehari, perkembangan psikososial yang tidak seimbang serta karakteristik orang tua yang cenderung jarang mendampingi anak di rumah akan meningkatkan kejadian obesitas dan berat badan lebih serta kemampuan kognitif yang kurang serta pola asuh dari orang tua sendiri yang cenderung commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
otoriter juga dapat menyebabkan kemampuan kognitif yang rendah pada anak jika dibandingkan dengan orang tua yang memiliki pola asuh autoritatif. Penelitian menunjukkan bahwa anak dengan obesitas mempunyai tingkat aktivitas fisik dan tingkat kesegaran jasmani yang rendah. Aktivitas fisik yang rendah menyebabkan semakin banyak lemak tubuh yang ditimbun pada jaringan, sedangkan kesegaran jasmani yang rendah dapat mempengaruhi kesehatan fisik anak obes. Beberapa penelitian juga memperoleh hasil bahwa olahraga dapat meningkatkan tingkat kesegaran jasmani anak obesitas (Mexitalia M, Susanto JC, Faizah Z, Hardian, 2005). Beberapa penelitian yang sudah dilakukan dengan pemeriksaan dengan tes WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) diyatakan bahwa anak-anak obes yang berusia 8-13 tahun memiliki hasil tes yang lebih rendah dengan dibanding anak seusianya yang tidak obes terutama pada saat duduk pada tahun pertama dan ketiga sekolah dasar, demikian pula pada anak perempuan dan lakilaki berusia 6-12 tahun yang mengalami obesitas terdapat kecenderungan memiliki hasil tes inteligensi lebih rendah dibanding anak seusianya yang tidak mengalami obesitas walaupun pada saat pertama kali diketahui obesitas tidak didapatkan hasil tes inteligensi yang kurang. Pada anak obes dengan usia yang lebih tua juga didapatkan pula perbedaan hasil yang signifikan bahwa pada anak dengan obesitas mempunyai kemampuan kognitif yang kurang dibandingkan anak tanpa obesitas. Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna bila seorang anak dengan obes berada di dalam suatu lingkungan yang baik yaitu lingkungan yang dapat memberikan kebutuhan mental bagi anak secara maksimal. Kebutuhan mental tersebut mencakup kasih sayang, rasa aman, perhatian, pengertian, commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penghargaan dan
rangsangan intelektual. Kekurangan rangsangan intelektual
dapat menyebabkan hambatan pada perkembangan kecerdasannya. Peranan lingkungan mikro yang baik yaitu keluarga memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kognitif anak , hal ini dapat berupa pemberian suatu rangsangan tertentu dan terus menerus terutama rangsangan intelektual agar anak dapat terus memaksimalkan potensi yang ada di dalam dirinya dan hal ini tidak lepas dari peran keluarga yang harus terus menerus memberikan stimulasi baik berupa permainan sederhana yang selalu menuntut anak tersebut untuk berpikir dan memecahkan jalan keluarnya, olahraga teratur sesuai dengan kemampuan fisiknya dengan didampingi instruktur yang mempunyai kompetensi di bidangnya. (Kashahu L, Dibra G, Osmanaga F, Bushati J. 2014, Yanfeng Li, Qi Dai, Jackson JC, Jian Zhang, 2008; Jenvey VB. 2007).
3. Kelemahan Penelitian Pada penelitian ini didapatkan hasil yang kurang signifikan, sehingga diperlukan penelitan lanjutan dengan jumlah subyek yang lebih besar dan dengan metodologi penelitian yang lebih baik, selain itu data dislipidemia seperti hiperkolestrolemia, hiper- Low Density Lipoprotein (LDL) kolestrolemia, hipoHigh Density Lipoprotein (HDL) kolestrolemia tidak diukur karena terdapat keberatan dari orang tua siswa bila subyek harus diambil darahnya dengan jarum suntik.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Kelebihan Penelitian Penelitian tentang hubungan antara obesitas terhadap tingkat inteligensi pada anak serta tingkat penghasilan dan tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat inteligensi anak di Indonesia masih belum banyak sehingga diharapkan penulisan ini dapat menjadi titik awal untuk memperdalam dan memperbanyak data terhadap fenomena tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
1. Simpulan Pada penelitian ini tidak ada perbedan signifikan secara statistik untuk tingkat inteligensi untuk anak obes dan tidak obes. Sebagai kesimpulan tambahan didapatkan: Prevalensi anak dengan obes yang memiliki tingkat inteligensi normal hingga cerdas sebesar 50,8%, sementara prevalensi anak tidak obes dengan tingkat inteligensi normal hingga cerdas sebesar 49,2%. Anak dengan orang tua berpendapatan menengah memiliki tingkat inteligensi normal hingga cerdas sebesar 88,5%, sementara pada anak dengan orang tua berpendidikan sarjana memiliki tingkat inteligensi normal hingga cerdas sebesar 67,2%.
2. Saran a. Bagi petugas medis dapat member edukasi masyarakat mengenai pencegahan obesitas pada anak dan komplikasinya. b. Bagi orang tua dapat memberikan asupan nutrisi yang seimbang lemak, kalori dan serat serta dapat mengarahkan anak-anaknya agar lebih banyak beraktivitas untuk mencegah terjadinya obesitas pada anak.
commit to user
58
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Bagi peneliti dilakukan penelitian lanjutan dengan pemeriksaan tingkat inteligensi secara berkala dalam jangka waktu tertentu, subyek yang lebih besar, dan dengan metode penelitian yang lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Nabi IM; Khalifa GA; Ahmed HH; Eskander EF, Sayed AH. The Impact of Obesity on Some Hormones and the Cognitive Function among School Girls. New York Science Journal, 2010; (3):4. Anam MS, Mexitalia M, Widjanarko B,Pramono A, Susanto H, Subagio HW. Pengaruh Intervensi Diet dan Olah Raga Terhadap Indeks Massa Tubuh, Lemak Tubuh,dan Kesegaran Jasmani pada Anak Obes. Sari Pediatri 2010;12(1):36-41). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Jakarta. Depkes RI; 2007. Barlow SE and the expert comittee. Expert Comittee Recomendations Regarding the Prevention, Assessment, and tTeatment of Child and Adolescent Overweight and Obesity. Pediatrics, 2007;120; 164-192. Bates H.. Daily Physical Activity for Children and Youth. A Review and Synthesis of the Literature. Canadian Fitness and Lifestyle Research Institute, 2006; 2-76. Ben-Noun L, Laor A. Relationship between changes in neck circumference and cardiovascular risk factors. Exp Clin Cardiol, 2006;11: 14-19. Ben-Noun L, Laor A, Sohar E,. Neck Circumference as a Simple Screening Measure for Identifying Overweight and Obese Patients. Obes Res . 2001; 8:470-7. Bigaard J, Frederiksen K,Tjonneland A. Waist Circumference and Body Composition in Relation to All-Cause Mortality in Middle Age Men and Women. Int J Obes, 2005; 29: 778-784. Boeree, G.C. Intelligence and IQ. Shippensburg University in website http: //webspace.ship.edu/cgboer/intelligence.html, 2003; (5 Maret 2010). CDC (Centers for Disease Control and Prevention). Obesity. http:/ /www. cdc. gov, 2009. CDC (Centers for Disease Control and Prevention) Body Mass Index Measurement in Schools. Executive Summary. http:// www.cdc.gov, 2007; September [2014]. Chun N. Middle Class Size in the PastPast, Present, and Future: A Description of Trends in Asia. ADB Economics Working Series, 2010; 217:1-39. commit to user
60
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Clement K, Ferre P. Genetics and pathophysiologi of obesity. Pediatr Res, 2003 53:721-5 Cole TJ, Chacera MR. Measurment of body fat dalam Text book of Child and adolescent obesity. Cambridge University Press. UK, 2002; 4 -14. Daniels SR.. The Consequences of Childhood Overweight and Obesity. www.files.eric.ed.gov/fulltext/EJ795881.pdf; 2006 De Onis M, Blossner M. Prevalence and Trends of Overweight among Preschool Children in Developing Countries. Am J Clin Nutr, 2000; 72: 1032-9. De Young CG. Intelligence and Personality dalam Sternberg, R. J., & Kaufman, S. B. Eds. The Cambridge handbook of intelligence. New York: Cambridge University Press, 2011; 711–737. Dhurandar NV. Infectobesity: Obesity of Infectious origin. J Nutr, 2001; 131: 794S-7S. Dunbar RI, Shultz S. Evolution in the social brain. Science, 2007; 317 (5843): 1344–47 Dunbar RI. Mind the Gap, or Why Humans Are Not Just Great Apes. Joint British Academy/British Psychological Society Annual Lecture. British Academy, 2007; 154: 403-23 Engle PL, Black MM. TheEffect of Poverty on Child Development and Educational Outcomes. http.www.digitalcommons.calpoly.edu, 2008; [ Agustus 2014]. Faith MS. Eating Behaviour in Studies of Child Growth, Development and Health – Measure Precisely, Early and in Context: Commentary on Ramsay, Liu & Stein, Black & Hurley, Milnes, Piazza & Carrol, Llewellyn & Wardle, and Arcan, Bruening and Story. Encyclopedia on Early Childhood Development. www.child-encyclopedia.com, 2013; [Agustus 2014]. Ermisch J, Pronzato C. Causal Effects of Parents' Education on Children's Education. Institute for Social and Economic Research, University of Essex. https://www.iser.essex.ac.uk, 2010; [ Agustus 2014] Freedman,DS. Childhood Obesity and Coronary Heart Disease. Dalam Obesity in Childhood and Adolescence, Kiess W., Marcus C., Wabitsch M.,(Eds). Basel : Karger AG, 2004; 160-9. Gottfredson L, Saklofske DH. Intelligence: Foundations and Issues in Assessment. Canadian Psychology, 2009; 50(3):183-195 commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gregg P, Propper C, Washbrook E. Parental Income and Multiple Child Outcomes: a decomposition analysis. Centre for Market and Public Organisation. Bristol Institute of Public Affairs. University of Bristol, 2008; 1-58. Healthy weight. http: //www.cdc.gov/ healthy weight/ assessing/ bmi/ childrens_bmi/ about_childrens_bmi.html, 2009. Hidayah D, Lestari ED, Murtikarini S, Salimo H. Kematangan sosial pada anak dengan obesitas di Sekolah Dasar Bromantakan, Surakarta. Cermin dunia kedokteran, 2007; 34(6):159 307-311. Hidayati SN, Hadi H, Lestariana W. Hubungan asupan zat gizi dan indeks masa tubuh dengan hiperlipidemia pada murid SLTP yang obesitas di Yogyakarta. Sari Pediatri, 2006; 8:25-31. Himmah R, Paryanto E, Madarina, Yulian E, Ernawati. Perbandingan Gambaran Profil Lemak antara Anak Sekolah Dasar yang Obesitas dengan Non Obesitas di kotamadya yogyakarta, pada suatu penelitian multicenter. Disampaikan pada Konggres Nasional Ilmu Kesehatan Anak XIII, Bandung, 4-7 Juli, 2005. Holick MF, Chen TC. Vitamin D deficiency: a worldwide problem with health consequences. Am J Clin Nutr, 2008; 87(suppl):1080S Huang F, Lee MJ. Dynamic Treatment Effect Analysis of TV Effects on Child Cognitive Development. Research Collection School of Economics, Singapore Management University. Paper, 2007; 1032. 1-33 . Huitt W; Hummel J. Piaget's Theory of Cognitive Development. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University. Retrieved from http: // www.edpsycinteractive.org/ topics/ cogsys/ piaget.html, 2003; [Januari 2010]. Jansen A. Psychological Drivers of Eating Behaviours. www.eetonderzoek.nl, 2011; [agustus 2014]. Janssen I, Craig W, Boyce W. Association Between Over Weight and Obesity with Bullying Behaviors in School-Aged Children. Pediatrics, 2004; 113 (5): 1187-1194 Jenvey VB. The relationship between television viewing and obesity in young children: a review of existing explanations. Early Child Development and Care 2007; 177(8): 809–820.
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jolliffe CJ, Janssen I. Vascular risks and management of obesity in children and adolescents. Vascular Health and Risk Management, 2006; 2(2): 171–187. Gahagan S. Overweight and Obesity dalam Nelson text book of pediatrics. 19th edition. Saunders Elsevier, 2011; 179-188 Joseph AS, Rudolph CD. Overweight and Obesity dalam Nelson text book of pediatrics. 18th edition. Saunders Elseiver, 2004; 179-188. Judge S, Jahns L.. Association of Overweight with Academic Performance and Social and Behavioral Problems: an update from the Early Childhood Longitudinal Study. J Sch Health, 2007; 77(10):672-8. Legg S; Hutter M. A Collection of Definition of Intelligence. http: // www. idsia. Ch / _shane / intelligence.html, 2007. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel dalam Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto, 2002. Marti A, Marcos A, Martinez JA. Obesity and immune function relationships (Abstract). Obesity Reviews, 2001; 2: 131-40. Martinho FL, Tangerina RP, Moura SMGT, Gregorio LC. Systematic Head and Neck Physical Examination as a Predictor of Obstructive Sleep Apnea in Class III Obese Patient. Braz J Med Biol Res, 2008; 41: 1093-1097. Mc Wayne, C. A Multivariate Examination of Parent Involvement and the Social and Academic Competencies of Urban Kindergarten Children. Psychology in the Schools, 2004; 41: 363-375. Mexitalia M, Faizah Z, Susanto JC. The Relationship Between Physical Activity and Dietary Pattern in Obesity Children aged 6-7 years. Dalam: Tjokroprawiro A, editor. National obesity symposium 2004. Jakarta: BP UI, 2004; 89-90. Mexitalia M, Faizah Z, Susanto J. C. Diagnostik Waist-Hip Ratio (WHRatio) dan Persentase Lemak Bawah Kulit Sebagai Indikator Obesitas pada Anak. Disampaikan pada Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak XIII, Bandung, 4-7 Juli, 2005. Mexitalia M, Susanto JC, Faizah Z, Hardian. Hubungan pola makan dan aktivitas fisik pada anak dengan obesitas usia 6-7 tahun di Semarang. M Med Indones.2005;40:62-70. Moelyo AG. Perbedaan Titer Immunoglobulin G Campak Anak Usia Sekolah Dasar yang Obesitas dan Tidak Obesitas di SD Bromantakan Kota commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Surakarta. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2007. Montolalu N, Tangkilisan HA, Mayulu N. Relationship Between Obesity and Cognitive Intelligence in Junior High School Students. Pediatrica Indonesiana, 2009; 49: 165-8. Monks FJ, Knoers AMP, Haditono SR. 2006. Psikologi Perkembangan. Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Gadjah Mada University press.Yogyakarta. Cetakan kesebelas.Pp:217-228. Nammi S, Koka S, Chinnala KM. Obesity: an Overview on its Current Perspective and Treatment Options. http://www. Nutrionj. Com/ content/ 3/1/3, 2004. Nead KG, Halterman JS, Kaczorowski JM, et al. Overweight Children and Adolescent: a risk group for iron deficiency. Pediatrics, 2004; 114:104-108. Neisser U, Boodoo G, Bouchard Jr, T.J; Boykin, A.W, Brody N, Ceci S.J, Halpern D.F, et al. Intelligence: Knowns and Unknowns. http: // citeseerx. ist. psu. Edu, 1996; [1 Juni 2010]. Nur’aeni. Tes Psikologi: Tes Inteligensi dan Tes Bakat. Universitas Muhammadiyah Purwokerto Press. Purwokerto. Cetakan Pertama, 2012; 2327. Ogden CL, Carroll MD, Curtin LR, et al. Prevalence of Overweight and Obesity in the United States, 1999-2004. JAMA, 2006; 295(13):1549-55. Pal HR, Pal A, Tourani P.. Theories of Intelligence. Everyman’s Science, 2004; 39(3):1-12 Puhl RM, Latner JD. Stigma, Obesity, and the Health of the Nation’s Children. Psychological Bulletin, 2007;133(4) : 557–580. Ramman RP. Obesity and Health Risk. Journal of the American College of Nutrition, 2002; 21(2):134s-9s. Rauthmann JF. Psychological Aspects of Systems Intelligence: Conceptualisations of a New Intelligence Form. Essays on Systems Intelligence, 2009; 2-31. Reed JA, Einstein G, Hahn E, Hooker SP, Gross VP, Kravitz J. Examining the Impact of Integrating Physical Activity on Fluid Intelligence and Academic Performance in an Elementary School Setting: A Preliminary Investigation. Journal of Physical Activity and Health, 2010, 7, 343-351 commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Reinert KRS, Po’e EK, Barkin SL. The Relationship between Executive Function and Obesity in Children and Adolescents: A Systematic Literature Review.Journal of obesity, 2013; 1-10. Reilly JJ, Methven E, McDowell ZC, Hacking B, Alexander D, Stewart L, Kelnar CJH. Health consequences of obesity. adc.bmj.com, 2003; 748-752 Reilly JJ, Wilson ML, Summerbell CD, Wilson DC. Obesity: diagnosis and treatment; evidense based answer to common questions. Arch Dis Child , 2002; 86:392-5 Riza M, Lestari ED, Murtikarini S, Hidayah D, Martuti S. Prevalensi dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Psikososial pada Anak Obes Usia Sekolah Dasar di Kotamadya Surakarta. Cermin dunia kedokteran. Vol 34 no.6/159, 2007; 304-306. Ryan JJ, Schnakenberg-Ott SD. Scoring Reliability on the Wechsler Adult Intelligence Scale–Third Edition (WAIS-III). Assessment, 2003; 10(2): 151159 Santos DN, Assis AMO, Bastos ACS, Santos LM,et al. Determinants of Cognitive Function in Childhood: A cohort study in a middle income context. BMC Public Health, 2008; 8: 202 Saelens BE, Seeley RJ, van Schaick K, Donnelly LF, O’Brien KJ. Visceral abdominal fat is correlated with whole-body fat and physical activity among 8-y-old children at risk of obesity. Am J Clin Nutr, 2007; 85(1): 46–53. Selvam PKS. A study on relationship between parental education and student achievement. Education Research Journa,l 2013; 3(3): 75- 82. Senjaya,S. Pengertian Inteligensi. http: // sutisna.com / psikologi / inteligensi / pengertian - inteligensi , 2009; [5 Maret2010]. Smith E, Hay P, Campbell L , Trollor J. N. A review of the association between obesity and cognitive function across the lifespan: implications for novel approaches to prevention and treatment. Obesity Review, 2011; 12(9): 740– 755. Syarif D.R. Childhood Obesity: Evaluation and Management, Dalam Naskah Lengkap National Obesity Symposium II, Editor: Adi S., dkk. Surabaya, 2003; 123 – 139 Sjarif DR.Obesitas pada Anak dan Permasalahannya dalam:PKB-IKA XLV. Hot Topics in pediatrics II. Jakarta: Bina Rupa Aksara. , 2002; 219-232
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Syarif DR., Nasar SS. Obesitas dalam Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jilid I. Jakarta. Badan Penerbit IDAI, 2010. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC, 1995; 17-78. Sorhaindo, Feinstein.What is the Relationship Between Child Nutrition and School Outcomes? Centre for Research on the Wider Benefits of Learning Institute of Education, 2006; 1-12 Srivastava N, Lakhan R, Mittal B. Pathophysiology and genetics of obesity. Indian Journal of Experimental Biology, 2007; 45: 929-936 . Styne DM. Childhood and Adolescent Obesity. Prevalence and significance. Pediatr Clin North Am, 2001; 48(4):823-54. Subardja D, Cahyono HA, Moelyo AG. Obesitas pada Anak dalam Buku ajar endokrinologi anak, Edisi I. Jakarta. Badan Penerbit IDAI, 2010; 353-364 Wang J. Waist circumference : a Simple, Inexpensive, and Reliable Tool that should be Included as Part of Physical Examinations in the Doctors`s. Am J Clin, 2003; 78:902-3. Watts K, Jones TW, Davis EA, GreenD. Exercise Training in Obese Children and Adolescents Current Concepts. Sports Med 2005; 35 (5): 375-392. Wechsler Intelligence Scales. Didapat dari /~flip/wechsler.html, 2009; [Agustus 2014]
URL:http://www.iupui.edu
World Health Organization. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. WHO Tech Rep Ser, 2000; 894:i-xii, 1-253. Yanfeng Li, Qi Dai, Jackson JC, Jian Zhang. Overweight Is Associated With Decreased Cognitive Functioning Among School-age Children and Adolescents. Obesity, 2008; 16:1809–1815 Yanovski SZ, Ogden CL, Carroll MD, Flegal KM. The Epidemiology of Obesity. Gastroenterology, 2007; 132(6): 2087-2102. Yu Z B, Han SP, Cao XG, Guo X. R. Intelligence in Relation to Obesity: a Systematic Review and Meta-analysis. Obesity Review, 2010; 11 (9) : 656–670.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 1
commit to user
67
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 2
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 3 PERSETUJUAN PENELITIAN Setelah saya mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan, tata cara pelaksanaannya, serta untung ruginya mengikuti penelitian ini, saya: Nama
:
Umur
:
Orang tua dari
:
Alamat
:
No KTP
:
Menyatakan
tidak keberatan untuk mengikuti tahapan-tahapan penelitian
mengenai “PERBEDAAN TINGKAT INTELGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA SURAKARTA“. Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Surakarta....................2014
Yang membuat pernyataan
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 4 Formulir wawancara untuk anak
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RS.dr.Moewardi Surakarta No. Penelitian :..................................................................
Identitas Nama anak
:......................................................................
kelas :............................ Jenis kelamin
: L/P
Tanggal lahir/umur:..................................................................../..............................tahun Saudara kandung:....................................................................................................... No
Jenis kelamin
Umur (th)
Kegemukan / tidak
1 2 3
Alamat
:
Jl.................................................................................................................... RT..........RW............... Kelurahan...................................................................................................... Kecamatan..................................................................................................... Kota/kabupaten.............................................................................................. Nomor telepon...................................................................................
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aktivitas fisik 1. Bagaimana jadwal tidur anda perhari? A. Siang pk......................sampai pk..................................................................... B. Malam pk....................sampai pk...................................................................... 2. Jadwal belajar perhari pk......................sampai pk............................................... 3. Bila bermain di luar rumah, jenis pemainannya apa :......................................... Pk.................sampai pk............................................................................. 4. Menonton televisi sehari-hari : pk........................sampai pk................................. Hari minggu atau hari libur : pk...........................sampai pk................................. 5. Bermain dengan komputer perhari : pk.........................sampai pk........................ Berapa kali seminggu :..................kali 6. Sarana transportasi dari rumah ke sekolah setiap hari : A. Berjalan kaki B. Bersepeda C. Naik kendaraan umum D. Naik kendaraan pribadi/dijemput 7. Jika berjalan kaki, jarak dari rumah ke sekolah :..........................................km 8. Jika naik kendaraan umum : Berapa jarak dari rumah dengan tempat naik kendaraan umum :..................m Berapa jarak dari tempat turun kendaraan umum dengan sekolah :...............m 9. Apakah anda melakukan olah raga? A. Sangat sering B. sering C. Jarang D. Kadang – kadang E. Tidak pernah 10. Bila jawaban nomor 9 ya, kapan olah raga tersebut dilakukan : A. Hanya saat jam sekolah B. Hanya saat di luar jam sekolah C. Saat jam sekolah dan di luar sekolah commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11. Olah raga saat jam sekolah A. Jenis olah raga : ..................................................................................................................... A. Lama olah raga sehari :....................................................jam B. Berapa kali dalam seminggu :...............................................kali/minggu C. Teratur, yaitu setiap hari...................................................../tidak teratur 12. Bila anda ikut olah raga di luar jam sekolah : A. Jenis olah raga : .................................................................................................................. B. Lama olah raga sehari :.............................................jam C. Berapa kali dalam seminggu :.............................................kali/minggu D. Teratur, yaitu setiap hari...................................................../tidak teratur E. Dengan pelatih / tanpa pelatih F. Perorangan / ikut klub 13. Berapa kali sehari anda makan? A. lebih dari 3 kali sehari B. kurang dari sama dengan 3 kali sehari 14. Apakah anda suka mengkonsumsi makanan ringan? A. Ya. Berapa kali sehari:……..; jenis:……………. B. Tidak
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 5 Formulir kuesioner untuk orang tua murid Nama murid :............................................................... Kelas
:...............................................................
No.Penelitian :...............................................................
Data Ayah 1. Nama ayah
:......................................................................
2. Umur
:.............................................................tahun
3. Suku
:.......................................................................
4. Kebangsaan
:.......................................................................
5. Pendidikan
:.......................................................................
6. Pekerjaan
:.......................................................................
7. Berat badan
:..................................................................kg
8. Tinggi badan
:.................................................................cm
9. Penghasilan
: Rp................................................................. .....................................................................
10. Apakah ayah merasa kegemukan : ya/tidak Bila ya, sejak kapan :............................................................................. 11. Anggapan ayah tentang kegemukan pada anaknya : ................................................................................................................. 12. Adakah upaya untuk mengatasi kegemukan pada anaknya : ................................................................................................................. 13. Bila ada, upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kegemukan tersebut : .................................................................................................................
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data Ibu 1. Nama ibu
:..........................................................................
2. Umur
:.........................................................................tahun
3. Suku
:..................................................................................
4. Kebangsaan
:..................................................................................
5. Pendidikan
:..................................................................................
6. Pekerjaan
:..................................................................................
7. Berat badan
:..............................................................................kg
8. Tinggi badan
:..............................................................................cm
9. Penghasilan
: Rp............................................................................ .................................................................................
10. Apakah ibu merasa kegemukan : ya/tidak Bila ya, sejak kapan :...................................................................................... 11. Anggapan ibu tentang kegemukan pada anaknya : ........................................................................................................................ 12. Adakah upaya untuk mengatasi kegemukan pada anaknya : ........................................................................................................................ 13. Bila ada, upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kegemukan tersebut : ........................................................................................................................ 14. Adakah anggota keluarga lain yang kegemukan ? A. Ada, sebutkan..................................................orang B. Tidak Adakah anggota keluarga lain yang menderita diabetes melitus? A. Ada, sebutkan..................................................orang B. Tidak Adakah anggota keluarga lain yang menderita hipertensi ? A. Ada, sebutkan..................................................orang B. Tidak Adakah anggota keluarga lain yang menderita hipertensi ? A. Ada, sebutkan..................................................orang B. Tidak commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 6
Penghasilan keluarga A. Jumlah penghasilan keluarga (ayah + ibu) per bulan : Rp............................................................................................................... ................................................................................................................... B. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan saat ini :..............orang C. Jumlah pengeluaran / biaya hidup keluarga per bulan : Rp............................................................................................................... ....................................................................................................................
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
penghasilan ortu * kat iq
61
100.0%
0
0.0%
61
100.0%
pendidikan ortu * kat iq
61
100.0%
0
0.0%
61
100.0%
aktivitas * kat iq
61
100.0%
0
0.0%
61
100.0%
pola makan * kat iq
61
100.0%
0
0.0%
61
100.0%
penghasilan ortu * kat iq Crosstab kat iq
penghasilan ortu
menengah atas
menengah
Total
cerdas
normal
Total
Count
2
5
7
% of Total
3.3%
8.2%
11.5%
Count
10
44
54
% of Total
16.4%
72.1%
88.5%
Count
12
49
61
% of Total
19.7%
80.3%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
sided)
(1-sided)
.615
.418
Value
df
sided)
a
.396
1
.529
Continuity Correction
.015
1
.901
Likelihood Ratio
.365
1
.546
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
.390
N of Valid Cases
61
1
.532
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.38. b. Computed only for a 2x2 table
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Symmetric Measures
Interval by
Value
Asymp. Std. Errora
Approx. Tb
Approx. Sig.
.081
.143
.621
.537c
.081
.143
.621
.537c
Pearson's R
Interval Ordinal by
Spearman Correlation
Ordinal N of Valid Cases
61 a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
pendidikan ortu * kat iq Crosstab kat iq
pendidikan ortu
sarjana
tidak sarjana
Total
cerdas
normal
Total
Count
9
32
41
% of Total
14.8%
52.5%
67.2%
Count
3
17
20
% of Total
4.9%
27.9%
32.8%
Count
12
49
61
% of Total
19.7%
80.3%
100.0%
Exact Sig.
Exact Sig. (1-
(2-sided)
sided)
.734
.392
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
.411
1
.521
Continuity Correction
.089
1
.766
Likelihood Ratio
.426
1
.514
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear .404
1
.525
Association N of Valid Cases
61
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.93. b. Computed only for a 2x2 table
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Symmetric Measures
Interval by
Pearson's R
Interval Ordinal by
Spearman
Ordinal
Correlation
N of Valid Cases
Value
Asymp. Std. Error
.082
.082
a
b
Approx. T
Approx. Sig.
.121
.633
.529
c
.121
.633
.529
c
61
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
aktivitas * kat iq Crosstab kat iq
aktivitas
aktif
kurang aktif
Total
cerdas
normal
Total
Count
8
31
39
% of Total
13.1%
50.8%
63.9%
Count
4
18
22
% of Total
6.6%
29.5%
36.1%
Count
12
49
61
% of Total
19.7%
80.3%
100.0%
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
df
sided)
sided)
sided)
1
.826
.000
1
1.000
.049
1
.825
1.000
.553
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
.048
a
Fisher's Exact Test Linear-byLinear
.048
1
.827
Association N of Valid Cases
61
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.33. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Asymp. Std. Value
Error
a
Approx. b
Approx. T
Sig.
Interval by Interval
Pearson's R
.028
.126
.216
.829
c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
.028
.126
.216
.829
c
N of Valid Cases
61
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pola makan * kat iq Crosstab kat iq
pola makan
> 3 kali
< = 3 kali
Total
cerdas
normal
Total
Count
8
23
31
% of Total
13.1%
37.7%
50.8%
Count
4
26
30
% of Total
6.6%
42.6%
49.2%
Count
12
49
61
% of Total
19.7%
80.3%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2-
Exact Sig.
Exact Sig.
df
sided)
(2-sided)
(1-sided)
1
.221
.815
1
.367
1.527
1
.217 .335
.184
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
1.501 b
Likelihood Ratio
a
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
1.476
1
.224
61
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.90. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Approx.
Interval by
Pearson's R
Interval Ordinal by
Spearman Correlation
Ordinal N of Valid Cases
Value
Asymp. Std. Error
.157
.157
a
b
Approx. T
Sig.
.123
1.220
.227
c
.123
1.220
.227
c
61
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Crosstabs
Case Processing Summary Cases Valid
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
jenis kelamin * kat iq
61
100.0%
0
0.0%
61
100.0%
umur * kat iq
61
100.0%
0
0.0%
61
100.0%
kat imt * kat iq
61
100.0%
0
0.0%
61
100.0%
jenis kelamin * kat iq Crosstab kat iq
jenis kelamin
cerdas
normal
Total
Count
7
32
39
% of Total
11.5%
52.5%
63.9%
Count
5
17
22
% of Total
8.2%
27.9%
36.1%
Count
12
49
61
% of Total
19.7%
80.3%
100.0%
Asymp. Sig.
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
df
(2-sided)
sided)
(1-sided)
1
.652
.013
1
.908
.200
1
.655 .742
.447
laki-laki
perempuan
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
.203
a
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
.200
1
.655
61
commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.33. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Approx.
Interval by
Pearson's R
Interval Ordinal by
Spearman
Ordinal
Correlation
N of Valid Cases
Value
Asymp. Std. Error
-.058
-.058
a
b
Approx. T
Sig.
.131
-.444
.659
c
.131
-.444
.659
c
61
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
umur * kat iq Crosstab kat iq
umur
10.00
11.00
12.00
Total
cerdas
normal
Total
Count
5
16
21
% of Total
8.2%
26.2%
34.4%
Count
4
16
20
% of Total
6.6%
26.2%
32.8%
Count
3
17
20
% of Total
4.9%
27.9%
32.8%
Count
12
49
61
% of Total
19.7%
80.3%
100.0%
commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value a
df
sided)
2
.777
Pearson Chi-Square
.505
Likelihood Ratio
.513
2
.774
Linear-by-Linear Association
.494
1
.482
N of Valid Cases
61
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.93.
Symmetric Measures Asymp.
Interval by Pearson's R Interval Ordinal by Spearman Ordinal
Correlation
N of Valid Cases
Value
Std. Error
.091
.091
Approx. a
b
Approx. T
Sig.
.126
.700
.487
c
.126
.699
.487
c
61
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
kat imt * kat iq Crosstab kat iq
kat imt
tidak obese
obese
Total
cerdas
normal
Total
Count
5
26
31
% of Total
8.2%
42.6%
50.8%
Count
7
23
30
% of Total
11.5%
37.7%
49.2%
Count
12
49
61
% of Total
19.7%
80.3%
100.0%
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Chi-Square Tests Exact Sig.
Exact Sig. (1-
(2-sided)
sided)
.534
.350
Value
df
(2-sided)
a
1
.479
.149
1
.700
.502
1
.478
Pearson Chi-Square Continuity Correction
Asymp. Sig.
.501
b
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
.493
N of Valid Cases
61
1
.483
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.90. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Approx.
Interval by
Pearson's R
Interval Ordinal by
Spearman Correlation
Ordinal N of Valid Cases
Value
Asymp. Std. Error
-.091
-.091
a
b
Approx. T
Sig.
.127
-.699
.487
c
.127
-.699
.487
c
61
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N
Percent
Included in Analysis
61
100.0
Missing Cases
0
.0
Total
61
100.0
Unselected Cases
0
.0
Total
61
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
cerdas
0
normal
1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted kat iq Observed Step 0
kat iq
Percentage
cerdas
normal
Correct
cerdas
0
12
.0
normal
0
49
100.0
Overall Percentage
80.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
Step 0
Constant
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
1.407
.322
19.080
1
.000
4.083
Variables not in the Equation
Step 0
Variables
penghasilanortu
Overall Statistics
Score
df
Sig.
.396
1
.529
.396
1
.529
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients
commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
.365
1
.546
Block
.365
1
.546
Model
.365
1
.546
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
1
60.126
a
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
.006
.009
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Table
a
Predicted kat iq Observed Step 1
kat iq
Percentage
cerdas
normal
Correct
cerdas
0
12
.0
normal
0
49
100.0
Overall Percentage
80.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation 95% C.I.for EXP(B)
Step 1
a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
penghasilanortu
.565
.907
.388
1
.533
1.760
.297
10.413
Constant
.916
.837
1.199
1
.273
2.500
a. Variable(s) entered on step 1: penghasilanortu.
commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent
Included in Analysis
61
100.0
Missing Cases
0
.0
Total
61
100.0
Unselected Cases
0
.0
Total
61
100.0
Selected Cases
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
cerdas
0
normal
1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted kat iq Observed Step 0
kat iq
Percentage
cerdas
normal
Correct
cerdas
0
12
.0
normal
0
49
100.0
Overall Percentage
80.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Variables in the Equation
Step 0
Constant
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
1.407
.322
19.080
1
.000
4.083
Variables not in the Equation
Step 0
Variables
pendidikanortu
Overall Statistics
Score
df
Sig.
.411
1
.521
.411
1
.521
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
.426
1
.514
Block
.426
1
.514
Model
.426
1
.514
Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood 60.064
a
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
.007
.011
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Classification Table
a
Predicted kat iq Observed Step 1
kat iq
Percentage
cerdas
normal
Correct
cerdas
0
12
.0
normal
0
49
100.0
Overall Percentage
80.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation 95% C.I.for EXP(B) B Ste pendidikanortu .466 p 1
Constant
1.26
a
9
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower Upper
.731
.406
1
.524
1.594
.380
1
.001
3.556
.377
11.30 3
6.679
a. Variable(s) entered on step 1: pendidikanortu.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent
Included in Analysis
61
100.0
Missing Cases
0
.0
Total
61
100.0
Unselected Cases
0
.0
Total
61
100.0
Selected Cases
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Block 0: Beginning Block Dependent Variable Encoding
Classification Table
Original Value
Internal Value
cerdas
0
normal
1
a,b
Predicted kat iq Observed Step 0
kat iq
Percentage
cerdas
normal
Correct
cerdas
0
12
.0
normal
0
49
100.0
Overall Percentage
80.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
Step 0
Constant
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
1.407
.322
19.080
1
.000
4.083
Variables not in the Equation
Step 0
Variables
aktivitas
Overall Statistics
Score
df
Sig.
.048
1
.826
.048
1
.826
commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
.049
1
.825
Block
.049
1
.825
Model
.049
1
.825
Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood 60.442
a
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
.001
.001
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Table
a
Predicted kat iq Observed Step 1
kat iq
Percentage
cerdas
normal
Correct
cerdas
0
12
.0
normal
0
49
100.0
Overall Percentage
80.3
a. The cut value is .500
commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Variables in the Equation 95% C.I.for EXP(B)
Ste aktivitas p1
a
Constant
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B) Lower
Upper
.150
.680
.048
1
.826
1.161
4.406
1.355
.397
11.667
1
.001
3.875
.306
a. Variable(s) entered on step 1: aktivitas.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N
Percent
Included in Analysis
61
100.0
Missing Cases
0
.0
Total
61
100.0
Unselected Cases
0
.0
Total
61
100.0
Selected Cases
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
cerdas
0
normal
1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted kat iq Observed Step 0
kat iq
Percentage
cerdas
normal
Correct
cerdas
0
12
.0
normal
0
49
100.0
Overall Percentage
80.3
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
Step 0
Constant
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
1.407
.322
19.080
1
.000
4.083
Variables not in the Equation
Step 0
Variables
polamakan
Overall Statistics
Score
df
Sig.
1.501
1
.221
1.501
1
.221
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
1.527
1
.217
Block
1.527
1
.217
Model
1.527
1
.217
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
1
58.964
a
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
.025
.039
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Classification Table
a
Predicted kat iq Observed Step 1
kat iq
Percentage
cerdas
normal
Correct
cerdas
0
12
.0
normal
0
49
100.0
Overall Percentage
80.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation 95% C.I.for EXP(B)
Step 1
a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
polamakan
.816
.676
1.456
1
.228
2.261
.601
8.505
Constant
1.056
.410
6.620
1
.010
2.875
a. Variable(s) entered on step 1: polamakan.
Correlations
Correlations Jenis umur IQ
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
kelamin
status imt
IQ
.064
.038
.075
.622
.771
.566
61
61
61
aktivitas 1
61
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
commit to user
pendapatan
gizi
Pddkortu
.127
.036
-.123
-.168
.328
.783
.345
.196
61
61
61
61