ABSTRAK
PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR:
Studi tentang Koordinasi antar Instansi Pengelola
Sekolah Dasar di Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Oleh:
,/
Udik Budi Wibowo
Pengelolaan sekolah dasar (SD) di daerah
melibat-
kan dua jajaran instansi, yaitu Dinas P & K dan
Kanwil
Depdikbud beserta instansi bawahan masing-masing. Dinas berfungsi
mengatur
urusan kepegawaian,
keuangan
sarana prasarana; dan Kanwil mengatur urusan
atau
itu
kurikulum
teknis edukatif. Dengan pembagian fungsi
maka kegiatan koordinasi antar kedua
stansi
berebut
wewenang, perasaan saling lepas, atau
sama
terhadap
yang tumpang tindih
lain; yang pada akhirnya pengelola pada tingkat
dan
in
ketiadaan
dapat menimbulkan masalah, seperti:
program-program
satu
semacam
jajaran
tadi menjadi kebutuhan mutlak, sebab
koordinasi
dan
saling terjadi
bertentangan
akan
berpengaruh
sekolah.
Berdasarkan
hal itulah, penulis tertarik untuk meneliti pelaksanaan kegiatan
koordinasi
antar instansi
tersebut
beserta
implikasinya dalam penyelenggaraan sekolah.
Untuk
memperoleh
pemahaman dan
pengertian
mendalam, penelitian ini menggunakan pendekatan
yang kuali-
tatif; dengan mengambil lokasi
di Kodya Dati II Yogya
karta.
dijadikan
adalah:
Untuk
itu sampel yang
(1) Kepala Dinas P & K DIY,
Udik Budi NibONO (Pengelolaan SD: Studi tentang Koordinasi, 1993)
ix
nara
sumber
(2) Kepala Cabang
Tesis
Dinas
Kodya
Yogyakarta, (3) Koordinator
tiga
wilayah,
(4)
Ranting
Kepala/Kasi Dikdas Kanwil
-
x
di
Depdik
bud, (5) Kepala dan Kasi Dikdas Kandepdikbud Kotamadya, (6)
Penilik
TK/SD
di
empat
wilayah/kecamatan,
(7) Kepala Sekolah dan Guru-guru SD masing-masing
dan
lima
orang.
Pengumpulan observasi
dan
data
dilakukan
dengan
studi dokumentasi; yang
eksplorasinya
berlangsung Alat
dari
pengumpul
orientasi
bulan
Oktober
1992.
umumnya
dalam penelitian kualitatif,
sendiri
{human instrument) dengan alat
wawancara,
Maret
datanya,
sampai
sebagaimana
adalah
peneliti
bantu
seperti
buku catatan,
tape recorder dan kamera foto. Data
dikumpulkan
dianalisis
(a) reduksi data,
dengan
dan
mengikuti
yang
prosedur:
(b) display data, dan (c) pengambilan
kesimpulan dan verifikasi.
Dari kegiatan
analisis
tersebut
ditemukan
bahwa
obyek
koordinasi antar kedua jajaran instansi
tadi
hanya meliputi sebagian kecil dari aspek-aspek pengelo laan: (1) kelembagaan, (2) kemuridan,
(3) kurikulum dan
(4) personil. Aspek-aspek pengaturan sarana keuangan
prasarana,
dan hubungan sekolah dengan masyarakat
dikoordinasikan
sebagaimana
mestinya.
Kedua
belum
jajaran
instansi tadi juga lebih mengutamakan koordinasi intern
(vertikal)
dalam
jajaran
instansinya.
koordinasi ekstern (horisontal)
tergantung
Udik Budi Hibono (Pengelolaan SD: Studi tentang Koordinasi, 1993)
Pelaksanaan
pada kebu-
Tesis
tuhan,
tidak diprogram secara mantap dengan
tahap-tahap luasi
mengikuti
perencanaan program, pelaksanaan dan
hasil-hasilnya.
Hal ini dapat
koordinasi antar instansi pengelola SD menyeluruh
- xi
eva-
diartikan
bahwa
tersebut
belum
atau belum komprehensif, kurang
sistematik
dan tidak kontinyu.
Adapun
lain:
(1)
cara-cara yang digunakan, mencakup
saling mengundang rapat kerja,
antara
(2)
saling
memberikan informasi pada rapat koordinasi daerah,
(3)
pembuatan surat edaran bersama dan surat pemberitahuan,
(4)
pembentukan panitia, (5) peninjauan lapangan,
dan
(6) konsultasi maupun pembicaraan secara informal. Pada
umumnya untuk jenjang instansi atas lebih banyak
gunakan
meng-
cara-cara formal, sedangkan pada jenjang
ins
tansi bawah lebih banyak menggunakan cara informal.
Cara-cara yang bervariatif itu, baik resmi tidak
resmi, dapat mempererat hubungan
koordinasi
maupun
kerjasama
antar kedua jajaran instansi tadi
dan
relatif
berjalan lancar. Namun demikian sesungguhnya koordinasi tersebut
(a)
masih menghadapi berberapa
masalah
ada instansi yang melakukan pekerjaan
seperti:
yang
menjadi wewenangnya, (b) program-program ganda,
bukan teruta
ma yang berkenaan dengan guru dan alat pendidikan, program-program yang bersamaan waktu,
yang
masih
dirasakan kabur,
seperti
(d) ada
tentang
(c)
wewenang
urusan
siswa, atau (e) terjadi saling tidak mengetahui program
Udik Budi Mibono (Pengelolaan SD: Studi tentang Koordinasi, 1993)
Tesis
kerja
pihak
saling
lain, yang menunjukkan
lepas
menunjukkan
satu sama
lain.
- xii
semacam
perasaan
Permasalahan
tersebut
bahwa koordinasi antar kedua jajaran
ins
tansi tadi belum sepenuhnya efektif.
Implikasi
menyeluruh kontinyu,
bagi
dari
kegiatan
(komprehensif), dan
kepala
koordinasi
kurang
belum
sistematik,
tidak
belum sepenuhnya efektif
sekolah fungsinya
administrator
yang
lebih
daripada sebagai pemimpin
inovasi-inovasi,
dan
conflict)
kekaburan
dan
tadi
adalah:
banyak
sebagai
yang
membawa
merasakan konflik peran
{role
peran
{role
ambiguity);
adapun bagi guru beban kerja administratifnya dirasakan
cukup berat,
yang sedikit banyak dapat mengganggu
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Selanjutnya dapat diidentifikasikan bahwa
faktor yang diduga sebagai penghambat maupun
faktor-
pendukung
kelancaran pelaksanaan koordinasi adalah: (a) orientasi penyusunan program, (b) gaya kepemimpinan, (c)
tingkat
hubungan
kondisi
interpersonal
antar
pejabat,
(d)
tempat kerja, dan (e) kelengkapan struktur organisasi.
Berdasarkan
instansi
tadi
hal
itu
maka
disarankan:
(1)
untuk
kedua
memberikan
jajaran
wewenang,
tugas
dan tanggung jawab yang lebih besar kepada
tansi
tingkat kotamadya atau kecamatan untuk
program bukan
menyusun
sendiri, dengan orientasi kepada sasaran pada
unit-unit kerja;
(2)
ins
(SD)
kegiatan koordinasi
Udik Budi NiboHo (Pengelolaan SD: Studi tentang Koordinasi, 1993)
Tesis
diprogram
secara
sistematik dan
menyatu
dari
-
xiii
tahap
perencanaan program, pelaksanaan dan evaluasi hasilnya; (3)
melakukan
kabur,
pendefinisian
terutama
prasarana,
kembali
masalah personil,
wewenang
siswa
dan
dan (4) mempersiapkan secara matang,
guru yang akan diangkat menjadi kepala sekolah. itu,
bagi peneliti lain disarankan mengadakan
tian
untuk
faktor-faktor
menguji atau
mengetahui
yang diidentifikasi
besar
sebagai
atau pendukung kelancaran koordinasi di atas.
-
-
Udik Budi Mibow (Pengelolaan SD: Studi tentang Koordinasi, 1993)
yang sarana guru-
Selain peneli
sumbangan penghambat
Tesis -
diprogram
secara
sistematik dan
menyatu
dari
xiii
tahap
perencanaan program, pelaksanaan dan evaluasi hasilnya;
(3)
melakukan
kabur,
pendefinisian
terutama
prasarana,
kembali
masalah personil,
wewenang
siswa
dan
dan (4) mempersiapkan secara matang,
guru yang akan diangkat menjadi kepala sekolah.
itu,
bagi peneliti lain disarankan mengadakan
tian
untuk
faktor-faktor
menguji atau
mengetahui
yang diidentifikasi
besar
sebagai
atau pendukung kelancaran koordinasi di atas.
—-
Udik ludi Nibom (Pengelolaan SD: Studi tentang Koordinasi, 1993)
yang sarana
guruSelain
peneli
sumbangan penghambat