PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015
ANAK OBES MEMPUNYAI DURASI TIDUR LEBIH PENDEK DIBANDINGKAN ANAK TIDAK OBES (OBESECHILDRENHAVESHORTERSLEEP DURATION THANNOTOBESECHILDREN) Dewi Marfuah Prodi S1 Ilmu Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Email:
[email protected]
Abstrak Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan global di dunia. Prevalensi obesitas di Negara berkembang seperti Indonesia diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya. Banyak faktor yang menyebabkan obesitas, salah satunya adalah durasi tidur. Tujuan: mengetahui perbedaan durasi tidur anak obes dan anak tidak obes di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Metode: penelitian kasus kontrol pada anak SD obes dan tidak obes. Sejumlah 244 anak obes dipilih secara acak dan 244 anak tidak obes yang di machingkan, diperoleh dari penelitian cross sextional sebelumnya di SD Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Durasi tidur dikumpulkan menggunakan recall aktivitas fisik selama seminggu terakhir. Analisis data dilakukan dengan uji Independent Paired T-test. Hasil: ada perbedaan bermakna durasi tidur anak obes dengan anak tidak obes, dengan nilai p value (p=0,001). Rata-rata durasi tidur anak obes 16,1 menit/hari lebih pendek dibandingkan anak tidak obes. Perbedaan tersebut dapat ditemukan baik di Kota Yogyakarta maupun di Kabupaten Bantul. Kesimpulan: anak obes mempunyai durasi tidur lebih pendek dibandingkan anak tidak obes. Kata Kunci: Durasi Tidur, Obesitas, Anak-Anak Sekolah Dasar. Abstract Overweight or obesity has becomea globalhealthprobleminthe world. The prevalence of obesity in developingcountriessuch asIndonesia is expected to continue to increase each year. Many factors contribute to obesity, one of which is the duration of sleep. Objective: to examine differences ofsleep durationon obese childrenandnotobesechildrenin elementary school in Yogyakarta City and Bantul Regency. Methods: A case control study at obese and non obese elementary school students. A random sample of 244 obese and 244 grade-matched non obese elementary school students were selected form a cross-sectional survey previously done in the city of Yogyakarta and Bantul regency. Sleep duration was collected using recall of physical activity during the last week. Analysis used Independent Paired T-test. Results: there are significant differencesin sleep duration between obese childrenwithchildrenare notobese, with p value (p=0,001). The averageduration ofobese childrenslept16.1minutes / dayis shorterthanthe child is notobese. That differencescan be foundbothin the Yogyakarta City and Bantul Regency.Conclusion: obesechildrenhaveshortersleep durationthanchildrennotobese. Keywords: Sleep Duration, Obesity, Elementary School Children.
tubuh di atas persentil 95 atau > +2 Standar Deviasi (SD) untuk anak dengan usia dan jenis kelamin yang sama. Masalah kesehatan ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju tetapi juga di
PENDAHULUAN Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan global di dunia. Kegemukan pada anak didefinisikan dengan indeks massa
46
PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015 negara berkembang. Sepuluh persen dari anak usia sekolah di dunia diperkirakan memiliki kelebihan lemak tubuh, dengan peningkatan risiko mengalami penyakit kronis (Lobstein, et al, 2004). Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 1314%. Prevalensi overweight dan obesitas pada anak usia 6-18 tahun di Rusia adalah 6% dan 10%, di Cina adalah 3,6% dan 3,4%, dan di Inggris adalah 22-31% dan 10-17%. Pada anakanak usia sekolah di Singapura meningkat dari 9% menjadi 19% (Sjarif, 2002). Prevalensi kegemukan (overweight dan obesitas) pada anak Indonesia juga mengalami kenaikan dari waktu kewaktu. Pada tahun 2007, prevalensi kegemukan pada anak Indonesia umur 6-14 tahun adalah 9,5% untuk laki-laki dan 6,4% untuk perempuan dan angka ini naik menjadi 10,7% untuk anak laki – laki dan 7,7% untuk anak perempuan pada tahun 2010. Riskesdas tahun 2007, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan prevalensi berat badan lebih berdasarkan kategori IMT/U pada anak usia 6-14 tahun yaitu 7,6% pada anak laki-laki dan 4,8% pada anak perempuan. (Depkes, 2008; Kemenkes 2010). Prevalensi obesitas di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat terutama di daerah perkotaan berkaitan dengan adanya perubahan pola hidup dan kebiasaan makan masyarakat Indonesia. Selain itu, masyarakat Indonesia cenderung mempunyai aktivitas yang kurang gerak (sedentary activities) oleh karena adanya perubahan pola kerja dan kemajuan di bidang transportasi(Hadi, 2004).Tidur, aktifitas fisik, dan pola makan merupakan bagian penting untuk pertumbuhan, maturasi, dan kesehatan pada anak – anak dan remaja. Berdasarkan data dari National Sleep Foundation (2002), kurangnya durasi tidur akan berdampak pada kurangnya aktivitas yang diikuti dengan peningkatan pemasukan kalori yang merupakan salah satu penunjang masalah kegemukan. Makanan dan minuman tinggi kafein menyebabkan anak-anak dan orang dewasa sulit tidur. Orangtua seringkali tidak menyadari jumlah kafein yang terkandung dalam es teh, minuman bersoda, coklat, dan berbagai makanan lain yang sering dikonsumsi anak-anak, sehingga tidak mengejutkan jika
banyak anak-anak yang mengalami kesulitan tidur pada malam hari. Menurut analisis epidemiologis yang dilakukan Johnny Hopkinson dari Fakultas Kesehatan Bloomberg, tidur atau istirahat ekstra dapat mengurangi risiko kelebihan berat badan pada anak-anak sebanyak 9%. Saat ini anak lebih dari 5 tahun harus memiliki waktu tidur 10 jam perharinya. Sampai dengan saat ini belum banyak penelitian yang menjelaskan perbedaan durasi tidur anak obes dan anak tidak obes di Indonesia. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk meneliti perbedaan durasi tidur anak obes dan anak tidak obes di sekolah dasar Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Penelitian ini dilaksanakan di SD Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Kasus dipilih secara random dari daftar anak obes yang ditemukan melalui survei yang dilakukan sebelumnya di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebanyak 224 kasus anak dengan IMT ≥ persentil ke 95 kurva WHO 2007 dipilih secara acak dari 580 anak obes yang berasal dari survei tersebut. Setiap kasus terpilih dicarikan kontrolnya yaitu teman sekelas yang tidak mengalami obes. Tinggi badan anak sekolah diukur oleh peneliti dibantu enumerator menggunakan mikrotoa yang mempunyai ketelitian 0,1 cm, sedangkan berat badan anak sekolah diukur oleh peneliti dibantu enumerator menggunakan timbangan injak digital yang mempunyai ketelitian 0,1 kg. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah durasi tidur. Data durasi tidur dikumpulkan menggunakan formulir recall aktivitas fisik selama seminggu terakhir. Durasi tidur dihitung dari jam anak mulai tidur sampai jam anak bangun tidur, serta ditambah lamanya tidur siang. Data tentang sosial ekonomi dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur. Uji statistik dilakukan uji Independent Paired T-test.
47
PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian Antara Kelompok Kasus dan Kontrol Karakteristik
Ya n=244
Kelompok usia 6-8 tahun 84 9-10 tahun 114 11-12 tahun 46 Jenis kelamin Laki-laki 154 Perempuan 90 Tempat tinggal Kota besar 13 Kota sedang 34 Kota kecil 174 Desa 23 Pendidikan ibu Tinggi 200 Rendah 44 Pekerjaan ibu Tidak bekerja 64 Bekerja 180 Pendidikan ayah Tinggi 208 Rendah 36 Pekerjaan ayah Petani/ /nelayan 2 Buruh/buruh tani 21 Karyawan swasta 70 PNS/TNI/POLRI 39 Wiraswasta 93 Tidak bekerja 1 Lainnya 16 Pengeluarankeluarga ≤ UMR 20 > UMR 224 Jumlah ART > 4 orang 96 ≤4 orang 148 Sumber: data primer diolah, 2013
Status Obesitas Tidak % n=244 %
Total 2
n=488
%
p
34,4 46,7 18,9
83 119 42
34,0 48,8 17,2
167 233 88
34,2 47,8 18,0
0,29
0,863
63,1 36,9
122 122
50,0 50,0
276 212
56,6 43,4
8,54
0,003*
5,3 13,9 71,3 9,4
19 43 163 19
7,8 17,6 66,8 7,8
32 77 337 42
6,6 15,8 69,1 8,6
2,91
0,405
82,0 18,0
191 53
78,3 21,7
391 97
80,1 19,9
1,04
0,307
26,2 73,8
57 187
23,3 76,7
121 367
24,8 75,2
0,53
0,463
85,2 14,8
200 44
82,0 18,0
408 80
83,6 16,4
0,95
0,328
0,8 8,7 29,0 16,1 38,4 0,4 6,6
3 36 71 31 80 3 18
1,2 14,9 29,3 12,8 33,1 1,2 7,4
5 57 141 70 173 4 34
1,0 11,8 29,1 14,5 35,8 0,8 7,0
7,16
0,306
8,2 91,8
22 222
91,0 9,0
446 42
91,4 8,6
0,10
0,747
39,3 60,7
99 145
40,6 59,43
195 293
60,0 40,0
0,07
0,782
Secara keseluruhan karakteristik kasus hampir sama dengan kontrol, kecuali anak lakilaki (±13%) lebih besar pada kasus disbandingkan pada kontrol (p<0.05) pada table 1 diatas. Dalam analisis lebih lanjut ditemukan bahwa anak laki-laki mempunyai durasi tidur
lebih pendek dibandingkan anak perempuan. Rata-rata durasi tidur anak laki-laki 1,4 menit/hari lebih pendek dibandingkan anak perempuan (Tabel 2).
48
PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015 Tabel 2. Perbedaan Rata-rata Durasi Tidur pada Siswa Laki-laki dan Perempuan Variabel
Laki-laki (n=276) mean±SD
Perempuan (n=212) mean±SD
Durasi tidur (menit/hari)
556,1±57,1
557,5±60,1
Mean diff. (95%CI) -1,4 (- 11,8-9,1)
p* 0,39
2. Perbedaan Durasi Tidur Anak Obes dan Tidak Obes Tabel 3. Perbedaan Rata-rata Durasi Tidur Obes (n=244) mean±SD
Tdk obes (n=244) mean±SD
Mean diff. (95%CI)
Total Durasi tidur (menit/hari)
548,6±56,7
564,7±59,0
- 16,1 - 26,4(-)-5,8
0,001
Yogyakarta Durasi tidur (menit/hari)
544,8±54,0
555,8±58,4
- 11,1 (-23,2-1,1)
0,03
Bantul Durasi tidur (menit/hari)
556,8±61,8
583,7±56,1
-26,9 -45,5(-) – 8,2
0,002
Variabel
Tabel 3 menunjukkan bahwa anak obes mempunyai durasi tidur lebih pendek dibandingkan anak yang tidak obes. Rata-rata durasi tidur anak obes 16,1 menit/hari lebih pendek dibandingkan anak tidak obes. Perbedaan tersebut
p*
dapat ditemukan baik di Kota Yogyakarta maupun di Kabupaten Bantul. Anak- anak SD di Kota Yogyakarta mempunyai rata – rata durasi tidur lebih pendek dibandingkan anak-anak SD di Kabupaten Bantul.
3. Perbedaan Durasi Tidur Anak Obes dan Tidak Obes pada Weekday dan Weekend Tabel 4. Perbedaan Rata-Rata Durasi Tidur Weekday dan Weekend Variabel Durasi tidur (menit/hari) Weekday Weekend
Obes (n=244) mean±SD
Tdk obes (n=244) mean±SD
Mean diff. (95%CI)
540,0±62,2
553,5±61,5
570,1±65,1
592,9±81,5
- 13,4 - 24,4(-)-2,4 -22,8 (- 35,9- 9,7)
Tabel 4 menunjukkan bahwa anak obes mempunyai durasi tidur lebih pendek dibandingkan anak yang tidak obes baik weekday maupun weekend. Pada weekday rata-rata durasi tidur anak obes 13,4 menit/hari lebih pendek dibandingkan anak tidak obes. Pada weekend rata-rata durasi tidur anak obes 22,8 menit/hari lebih pendek dibandingkan anak tidak obes. Selain itu, anak SD pada weekday mempunyaidurasi tidur lebih pendek dibandingkan weekend.
p* 0,008 0,000
siswa obes dan tidak obes adalah variabel jenis kelamin. Anak laki-laki lebih banyak yang obesitas dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian pada anak umur 5 – 12 tahun di Australia, yang menunjukkan bahwa pada kelompok obes lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 8,9% dibandingkan anak perempuan yaitu 6,6% (Shi et al, 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak laki-laki mempunyai durasi tidur lebih pendek dibandingkan anak perempuan, durasi tidur pendek berisiko menyebabkan obesitas (Shi et al, 2010). Prevalensi obesitas pada anak laki-laki yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan sama dengan hasil yang diperoleh dalam
Pembahasan 1. Karakteristik subyek penelitian Berdasarkan hasil analisis variabel karakteristik, yang berbeda secara signifikan antara
49
PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015 Riskesdas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007. Riset tersebut menunjukkan prevalensi berat badan lebih berdasarkan kategori IMT/U pada anak usia 6-14 tahun yaitu 7,6% pada anak laki-laki dan 4,8% pada anak perempuan. Dalam penelitian ini menunjukkan anak laki-laki mempunyai durasi tidur lebih pendek dibandingkan anak perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian di Australia yang menunjukkan anak laki-laki lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melakukan aktivitas sedentari seperti menonton televisi dan internet, main game, atau playstation. Hal ini yang dapat menyebabkan anak laki-laki mempunyai durasi tidur lebih pendek dibandingkan anak perempuan (Shi et al, 2010).
Penelitian ini menunjukkan bahwa anak sekolah dasar di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul mempunyai rata-rata durasi tidur lebih pendek dari anjuran National Sleep Foundation, padahal tidak semua anak sekolah dasar yang dijadikan sampel penelitian mengalami obesitas. Hal ini bisa disebabkan karena faktor lain misalnya adanya ketersediaan makanan dirumah serta kurangnya aktivitas fisik yang sedang dan berat. Durasi tidur pendek tidak selalu diikuti dengan asupan energi yang tinggi, karena ketersediaan pangan setiap rumah berbeda-beda. Meskipun kesempatan untuk makan tersedia dan nafsu makan meningkat, jika tidak ada ketersediaan pangan dirumah maka anak tidak akan mempunyai asupan energi yang tinggi. Durasi tidur pendek dapat menyebabkan obesitas dapat disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik yang sedang dan berat serta adanya peningkatan perilaku sedentari seperti menonton televisi dan bermain komputer, laptop, atau tablet. Salah satumekanisme durasi tidur pendekyang dapat mempengaruhikenaikan berat badanadalahdengan meningkatnyaasupan energi. Berdasarkan penelitian pada hewan menunjukkan bahwa durasi tidur pendek dapat menyebabkan hyperphagia (peningkatan rasa lapar), dimanapada manusia juga menunjukkan efek yang sama. Penelitian ini membandingkan 4 jam dengan 10jam tidur untuk setiap malam selama 2 hari, menunjukkan bahwa subyek yang tidurnya 4 jam setiap malam mempunyai rasa lapar dannafsu makan yang lebih tinggi daripada yang tidurnya 10 jam dalam semalam. Peningkatan asupan makan tersebut terutama makanan tinggi lemak dan tinggi karbohidrat. Perubahan ini berhubungan dengan peningkatan ghrelin dalam serum dan penurunan leptin dalam serum, ini membuktikan bahwa kurang tidur dapat mempengaruhi regulator periferrasa lapar (Patel & Hu, 2008). Berdasarkan data dari National Sleep Foundation (2002), kurangnya durasi tidur akan berdampak pada kurangnya aktivitas yang diikuti dengan peningkatan pemasukan kalori yang merupakan salah satu penunjang masalah kegemukan. Beberapa berpendapat bahwadalam lingkungan dimanamakanansudah tersedia, durasi tidur yang pendek dapat memberikan peluang peningkatan untuk makan, terutama jika sebagian besar waktu luang hanya dihabiskan dalam kegiatan tidak aktif (sedentary
2. Durasi Tidur Anak Obes dan Anak Tidak Obes. Kurangnya tidur (2-4 jam sehari) dapat mengakibatkan kehilangan 18% leptin dan meningkatkan 28% ghrelin yang dapat menyebabkan bertambahnya nafsu makan kira - kira 23 – 24%. Leptin adalah protein hormon yang diproduksi jaringan lemak yang berfungsi mengendalikan cadangan lemak dan mempengaruhi nafsu makan, sedangkan ghrelin adalah hormon yang dapat mempengaruhi rasa lapar dan kenyang. Apabila leptin menurun dan ghrelin meningkat, dapat meningkatkan rasa lapar dan membuat metabolisme melambat serta berkurangnya kemampuan membakar lemak dalam tubuh(Patel et al, 2004). Anak obes mempunyai durasi tidur pendek (82,38%) lebih banyak dibandingkan dengan anak tidak obes (72,95%). Hasil ini sesuai dengan penelitian pada anak 5 – 12 tahun di Australia yang dilakukan Shi et al., (2010) bahwa pada anak obes yang mempunyai durasi tidur pendek sebesar 22,3% lebih besar dibandingkan dengan anak obes yang durasi tidurnya panjang yaitu 11,5%. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa anak obes mempunyai durasi tidur lebih pendek dibandingkan anak yang tidak obes. Rata-rata durasi tidur anak obes 16,1 menit/hari lebih pendek dibandingkan anak tidak obes. Perbedaan tersebut dapat ditemukan baik di Kota Yogyakarta maupun di Kabupaten Bantul. Anak- anak SD di Kota Yogyakarta mempunyai rata-rata durasi tidur lebih pendek dibandingkan anak-anak SD di Kabupaten Bantul.
50
PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015 lifestyle)seperti menonton televiseyang biasanya diikuti dengan ngemil atau makan snack. Kurang tidur yang lama juga jelas mengarah pada perasaan kelelahan. Kelelahan ini dapat menyebabkan penurunan aktivitas fisik. Bahkan, penelitian pada anak-anak telah menemukan durasi tidur pendek berhubungan dengan peningkatan menonton televisi dan berkurangnya partisipasi dalam olahraga yang terorganisir (Patel & Hu, 2008). Menurut Huriyati, terdapat dua mekanisme utama pada kegiatan menonton televisi yang menjadi penyumbang terjadinya obesitas, diantaranya adalah terjadinya penurunan energy expenditure akibat kurangnya aktivitas fisik sedang dan berat. Kedua adalah selama menonton televisi anak – anak akan terpapar iklan – iklan makanan yang tidak sehat (junk food) yang akan mempengaruhi pemilihan makanan(Huriyati, 2007). Anak obes mempunyai durasi tidur lebih pendek dibandingkan anak yang tidak obes baik weekday maupun weekend. Pada weekday ratarata durasi tidur anak obes 13,4 menit/hari lebih pendek dibandingkan anak tidak obes. Pada weekend rata-rata durasi tidur anak obes 22,8 menit/hari lebih pendek dibandingkan anak tidak obes. Selain itu, anak SD pada weekday mempunyai durasi tidur lebih pendek dibandingkan weekend. Anak SD pada weekday siang harinya melakukan aktivitas fisik di sekolah dari pagi sampai sore hari, sedangkan pada malam hari belajar sehingga durasi tidurnya lebih pendek. Pada weekend durasi tidurnya lebih panjang, hal ini dikarenakan anak SD tidak masuk sekolah sehingga bangun siang dan pada weekend anak SD banyak yang mempunyai tidur siang.
REFERENSI Depkes. (2008). Riset kesehatan dasar 2007. Jakarta. Faizah, Z. (2004). Faktor Risiko Obesitas Pada Murid Sekolah Dasar Usia 6-7 Tahun Di Semarang. Tesis. Progam Pendidikan Dokter Spesialis 1 Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Hadi, H. (2004). Handout Seminar Nasional Obesitas. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Huriyati, E. (2007). Aktivitas Fisik pada Remaja SLTP Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta Hubungannya dengan Kejadian Obesitas. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Kemenkes. (2010). Riset kesehatan dasar 2010. Jakarta. Lobstein, T., Baur, L., Uauy, R. Obesity in children and young people: a crisis in public health. Obesity Reviews. 2004; 5 (Suppl.1):4–85 National Sleep Foundation. (2002). Sleep in America Poll. National Sleep Foundation, Woshington. Available from: URL: http:/www. sleepfoundation. org/site/ .huIXKj MOIxF/b.2417355/k.143E/2002 Sleep in America Poll.htm. Patel, S.R., & Hu, F.R. (2008). Short Sleep Duration and Weight Gain: A Systematic Review. Obesity Journal. 16: 643-653. Patel, S.R., Malhotra, A., White, D.P., Gottlieb, D.J., & Hu, F.B. (2004). A Prospective Study of Sleep Duration and Mortality Risk in Women. Pubmed. 27:440-444. Sjarif D.R. (2003). Childhood Obesity: Evaluation and Management, Dalam Naskah Lengkap National Obesity Symposium II 2003, Surabaya Editor: Adi S et al., Surabaya, hal 123-139. Shi, Z., Taylor, A.W., Gill, T.K., Tuckerman, J., Adams, R., & Martin, J. (2010). Short Sleep Duration and Obesity among Australian Children. BMC Public Health.
SIMPULAN Dari hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa anak obes mempunyai durasi tidur lebih pendek dibandingkan anak yang tidak obes. Perbedaan tersebut dapat ditemukan baik di Kota Yogyakarta maupun di Kabupaten Bantul. Anak obes mempunyai durasi tidur lebih pendek dibandingkan anak yang tidak obes baik weekday maupun weekend. Anak laki-laki mempunyai durasi tidur lebih pendek dibandingkan anak perempuan.
51