36
Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009
Perbedaan Tekanan Darah setelah Pemaparan Cold Pressure Test antara Mahasiswa Tanpa dan dengan Riwayat Hipertensi di Keluarga Blood Pressure Differences after Exposure of Cold Pressure Test between Student with Family History of Hypertension and Student without Family History of Hypertension Hadi Sarosa1, Muktasim Billah2, Bagus Herlambang3, Muslimah4 ABSTRACT Background: Recently the number of hypertension cases has become increase; about 90% of them are idiopathic hypertension. An investigation was carried out to find out the difference of the activity of simphatic tonus between the group with the family history of hypertension and group without the family history of hypertension. Design and Methods: The 28 subjects (mean of age=20 years) of this research were randomly included and divided into 2 groups: group I (students with family history of hypertension) and group II (students without family history of hypertension). Blood pressure was recorded before and after Cold Pressure Test (CPT) by mercurial sphygmomanometer. The difference of blood pressure before and after CPT was analyzed by Wilcoxon’s test and Mann-Whitney test. Result: There was an increased in either systolic or diastolic blood pressure mean before and after CPT for the two groups. Statistically, this was not significant. Conclusion: There was difference in systolic and diastolic blood pressures before and after CPT for the two groups, (Sains Medika, 1 (1) : 36-43). Keywords: Cold Pressure Test (CPT), diastolic, systolic, blood pressure
ABSTRAK Pendahuluan: Kasus hipertensi akhir-akhir ini semakin meningkat, dimana 90% diantaranya adalah hipertensi essensial yang penyebabnya tidak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan aktivitas tonus simpatis antara kelompok dengan atau tanpa riwayat hipertensi di keluarga. Metode Penelitian: Dua puluh delapan subjek penelitian yang dipilih secara random (usia rata-rata 20 tahun) dikelompokkan menjadi 2 kelompok; kelompok I (mahasiswa dengan riwayat hipertensi di keluarga) dan kelompok II (mahasiswa tanpa riwayat hipertensi di keluarga). Tekanan darah diukur dengan menggunakan sfigmomanometer air raksa. Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah Cold Pressure Test (CPT) dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon dan uji Mann Whitney. Hasil Penelitian: Pada kedua kelompok uji menunjukkan peningkatan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah CPT, baik sistolik maupun diastolik, Secara statistik, perbedaan tersebut tidak signifikan. Kesimpulan: Ada perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah CPT pada kedua kelompok uji, (Sains Medika, 1 (1) : 36-43). Kata Kunci: Cold Pressure Test (CPT), diastolik, sistolik, tekanan darah
PENDAHULUAN Hipertensi merupakan masalah medik kronik karena prevalensinya cukup tinggi dan mengakibatkan banyak penyakit kardiovaskuler seperti stroke, penyakit jantung 1 2 3 4
Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang, (
[email protected]) Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Bagian Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Tekanan Darah dan Riwayat Hipertensi
37
koroner, dan gangguan fungsi ginjal. Dari kelompok penyakit kardiovaskuler hipertensi paling banyak ditemui, 10-15% orang dewasa menderita kelainan ini (Tagor, 2001). Sampai saat ini belum ada definisi yang tepat mengenai hipertensi, tetapi telah dibuktikan bahwa peningkatan tekanan darah akan menaikkan mortalitas dan morbiditas. Menurut penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi renal dan hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik (Sidabutar & Wiguno, 1990). Hipertensi essensial meliputi lebih kurang 90% dari seluruh hipertensi dan 10% sisanya merupakan hipertensi sekunder. Patofisiologi hipertensi essensial terus berkembang, karena belum terdapat jawaban yang memuaskan yang dapat menerangkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Berbagai hal seperti genetik, aktivitas saraf simpatis, faktor hemodinamik, gangguan mekanisme pompa natrium (sodium pump), faktor renin, angiostensin dan aldosteron dilaporkan mempunyai kaitan dengan peningkatan tekanan darah pada hipertensi essensial (Sidabutar & Wiguno, 1990). Faktor genetik dibuktikan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot daripada heterozigot. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa faktor neurogenik secara genetik diturunkan dan merupakan faktor penting timbulnya hipertensi. Pada tahap awal terjadinya hipertensi essensial, peningkatan aktivitas tonus simpatis menyebabkan peningkatan curah jantung sedangkan tahanan perifer normal. Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat akibat terjadinya refleks autoregulasi. Aktivitas tonus simpatis dapat dibangkitkan dengan beberapa tes, salah satunya adalah Cold Pressure Test (CPT). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hasil tes ini dapat memperkirakan kecenderungan untuk terjadinya hipertensi di waktu yang akan datang (Best & Tailor, 1973). Faktor neurogenik merupakan salah satu faktor yang diturunkan dan berperan dalam terjadinya hipertensi essensial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil dari CPT antara mahasiswa yang mempunyai riwayat hipertensi pada keluarga dengan mahasiswa yang tidak mempunyai riwayat hipertensi pada keluarganya.
38
Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian case control design dengan subjek penelitian adalah mahasiswa usia 20 – 25 tahun dan jenis kelamin laki-laki. Subjek penelitian dibagi 2 kelompok yaitu kelompok pertama terdiri dari mahasiswa yang mempunyai riwayat orangtua yang hipertensi dan kelompok kedua adalah mahasiswa yang orangtuanya tidak mempunyai riwayat hipertensi. Pengambilan sampel dengan cara simple random sampling. CPT dilakukan di laboratorium Ilmu Fisiologi, Fakultas Kedokteran UNISSULA, Semarang. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa merk Reister. Sebelum dilakukan penelitian, subjek penelitian diberi penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan dan menandatangani persetujuan untuk menjadi subjek penelitian. Subjek penelitian dicatat tekanan darahnya sebelum tes, kemudian salah satu tangan dicelupkan ke dalam air es, ditunggu 3 menit, kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah kembali. Variabel dalam penelitian ini adalah perubahan tekanan darah sebagai variabel dependen dan variabel genetik dari orangtua sebagai variabel independen. Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah CPT dianalisa menggunakan uji Wilcoxon. Perbedaan peningkatan tekanan darah antara kelompok dengan dan tanpa riwayat hipertensi dalam keluarga dianalisa dengan Mann-Whitney test (p<0,05).
HASIL PENELITIAN Mahasiswa sebanyak 28 orang (usia 19,5 ± 0,5 tahun) dikelompokkan menjadi kelompok I sebanyak 15 orang dengan riwayat orangtua yang hipertensi dan kelompok II sebanyak 13 orang mahasiswa dengan orang tua tidak mempunyai riwayat hipertensi. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan dengan subjek penelitian duduk dalam keadaan rileks.
Tekanan Darah Sistolik Perubahan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah Cold Pressure Test (CPT) pada sampel disajikan pada Tabel 1. Sebanyak 5 sampel penelitian mengalami peningkatan tekanan darah sistolik > 20 mmHg (hiperreaksi), 3 sampel meningkat 10 mmHg
Tekanan Darah dan Riwayat Hipertensi
39
(normoreaksi), 7 sampel hiporeaksi, dan 1 sampel mengalami penurunan tekanan darah. Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum tes: 111,7 ± 9,2 mmH dan tekanan sistolik setelah tes: 120 ± 14,1 mmHg, terjadi peningkatan 8 mmHg. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah CPT pada kelompok dengan riwayat hipertensi dalam keluarga berbeda secara bermakana (p = 0,013). Tabel 1.
Perubahan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah Cold Pressure Test (CPT) pada sampel yang mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga
Tabel 2.
Perubahan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah Cold Pressure Test (CPT) pada sampel yang tidak mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga
40
Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009
Perubahan tekanan darah sistolik pada kelompok yang tidak mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga disajikan pada Tabel 2. Tiga sampel mengalami penurunan tekanan darah, 5 sampel tetap, dan 4 sampel mengalami peningkatan tekanan darah sebesar 10 mmHg. Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum tes: 112,7 ± 11,31 mmHg dan sesudah tes: 135 ± 10,3 mmHg. Hasil uji Wilcoxon berpasangan antara sebelum dan sesudah CPT pada kelompok dengan dan tanpa riwayat hipertensi dalam keluarga menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,76. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah CPT antara kelompok tanpa riwayat hipertensi dibandingkan dengan riwayat hipertensi dalam keluarga, tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Pada kelompok dengan riwayat hipertensi terdapat 5 sampel hiperreaktif dan terjadi perubahan yang bermakna antara sebelum dan sesudah CPT, sedangkan pada kelompok tanpa riwayat hipertensi tidak ada yang mengalami hiperreaksi.
Tekanan Darah Diastolik Tabel 3 menunjukkan terjadi peningkatan rata-rata tekanan darah diastolik antara sebelum dan sesudah CPT pada kelompok dengan riwayat hipertensi dalam keluarga dimana 4 sampel mengalami peningkatan tekanan darah diastolik yang hiperreaksi, 3 sampel normoreaksi, dan 8 sampel hiporeaksi. Ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah CPT pada kelompok dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. Pada kelompok yang tidak mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga, 6 sampel meningkat 10 mmHg (normoreaksi) dan 1 sampel meningkat 20 mmHg (hiperreaksi), sedangkan 6 sampel tetap dan 1 sampel mengalami penurunan tekanan darah diastolik (hiporeaksi). Peningkatan rata-rata tekanan darah diastolik antara sebelum dan sesudah CPT berbeda secara bermakna (p>0,05). Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) pada peningkatan tekanan darah diastolik antara kelompok dengan riwayat dan tanpa riwayat hipertensi dalam keluarga.
Tekanan Darah dan Riwayat Hipertensi
41
Tabel 3.
Perubahan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah Cold Pressure Test (CPT) pada sampel yang mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga
Tabel 4.
Perubahan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah Cold Pressure Test (CPT) pada sampel yang tidak mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga
PEMBAHASAN Tekanan darah dapat diformulasikan secara mudah sebagai: tekanan darah = curah jantung × tahanan perifer. Curah jantung dipengaruhi oleh frekuensi denyut jantung, kontraktilitas otot jantung, afterload dan preload, sedangkan tahanan perifer diperankan oleh pembuluh darah resisten yaitu arteriola (Berne & Levy, 2000).
42
Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009
Hasil pengukuran tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor pasien, faktor alat, dan tempat pengukuran. Pengukuran sebaiknya dilakukan pada penderita dengan cukup istirahat, sedikitnya 5 menit berbaring dan dilakukan pada posisi berbaring, duduk, dan berdiri, sebanyak 3 – 4 kali pemeriksaan dengan interval 5 – 10 menit. Ukuran manset sebaiknya sesuai dengan umur dengan lebar 2/3 panjang lengan atas. Balon dipompa sampai di atas tekanan sistolik, kemudian dibuka perlahan-lahan dengan kecepatan 2 – 3 mmHg per denyut jantung. Tekanan sistolik dicatat saat terdengar bunyi yang pertama (Korotkoff I), sedangkan tekanan diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar lagi (Korotkoff IV) (Sidabutar & Wiguno, 1990). Sampai saat ini tidak ada kesatuan pendapat mengenai definisi hipertensi (Tagor, 2001). Membicarakan hipertensi seringkali hanya membicarakan organ target akibat peningkatan tekanan darah yaitu jantung, otak, ginjal, pembuluh darah, dan mata (Suryadipraja, 2002). Patogenesis hipertensi adalah adanya kelainan dalam sistem pengawasaan yang gagal menurunkan tekanan arteri menjadi normal. Ada perbedaan patofiologi hipertensi essensial labil, borderline dan ringan, dan dengan hipertensi essensial sedang dan berat (Tagor, 2001). CPT merupakan tes yang berfungsi untuk menimbulkan perangsangan simpatis. Tes ini dilakukan untuk mengetahui efek vasokonstriksi yang ditimbulkan akibat perangsangan simpatis pada seseorang yang secara genetik mempunyai riwayat hipertensi, atau sudah dalam permulaan proses hipertensi. Perangsangan dingin akan meningkatkan epinefrin dan menurunkan kontrol mekanisme umpan balik negatif baroreseptor (Paparek et al., 1991). Pada orang dengan riwayat hipertensi dalam keluarga CPT akan meningkatkan tekanan sistolik. Pada kelompok dengan riwayat hipertensi dalam keluarga, peningkatan tekanan sistolik maupun diastolik lebih tinggi dibandingkan kelompok tanpa riwayat hipertensi dalam keluarga. Patofisiologi hipertensi terus berkembang, karena belum terdapat jawaban yang memuaskan yang dapat menerangkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Berbagai hal seperti genetik, aktivitas saraf simpatis, faktor hemodinamik, gangguan mekanisme pompa natrium (sodium pump) dan faktor renin, angiostensin, aldosteron dibuktikan mempunyai kaitan dengan peningkatan tekanan darah pada hipertensi essensial (Sidabutar & Wiguno, 1990). Paparek et al. (2005) melaporkan bahwa reseptor AT1A berperan dalam patogenesis perangsangan dingin yang menyebabkan
Tekanan Darah dan Riwayat Hipertensi
43
peningkatan tekanan darah melalui sistem NO dan meningkatkan respon terhadap ANG II. Perangsangan dingin akan menyebabkan penurunan tekanan darah melalui penurunan aktivitas barorefleks yang dapat dilihat pada kelompok tanpa riwayat hipertensi dalam keluarga mengalami penurunan tekanan darah diastolik 1 sampel dan tekanan darah sistolik 3 sampel.
KESIMPULAN Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik antara sebelum dan sesudah CPT pada kelompok dengan dan tanpa riwayat hipertensi dalam keluarga mengalami peningkatan, akan tetapi perbedaan keduanya tidak bermakna. Tekanan darah sistolik antara sebelum dan sesudah CPT pada kelompok tanpa riwayat hipertensi dalam keluarga menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah CPT pada kelompok tanpa riwayat hipertensi dalam keluarga berbeda bermakna (p<0,05). Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) tekanan darah sistolik antara sebelum dan sesudah CPT pada kelompok dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. Ada perbedaan yang bermakna (p<0,05) tekanan darah diastolik antara sebelum dan sesudah CPT pada kelompok dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.
SARAN Diperlukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan memonitor perubahan gelombang EKG untuk menilai perubahan interval. DAFTAR PUSTAKA Berne and Levy,1998, The Cardiovascular System, Dalam: Berne & Levy (eds): Physiology, Mosby, Toronto. Best and Taylor, 1973, Physiology Basic of Medical Practices, The Williams and Wilkins Company Baltimore. Paparek, P.E., Wood, C.E., and Fregly, M.J., 1991, Role of the Sympathetic Nervous System in Cold Induced Hypertension in Rat, Journal of Applied Physiology 71: 300-6. Sidabutar, R.P., dan Wiguno, P., 1990, Hipertensi Essensial, Dalam: Suparman dan Sarwono Waspadji: Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. Suryadipraja, M., 2002, Peran CCB dan Beta Blokers, Dalam: The First Symposium an Integrated Thinking on Circulation Problems Basic to Clinical Implementation, Jakarta. Tagor, G.M., 2001, Hipertensi Essensial, Dalam: Lily Ismadiarti dkk (eds.): Buku Ajar Kardiologi, Penerbit FK UI, Jakarta, hal. 197-205.