HUBUNGAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA DENGAN TERKONTROLNYA TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI KECAMATAN PRINGAPUS SEMARANG * Suhildan Hafiz ** Raharjo Apriatmoko, SKM., M.Kes, Faridah Aini, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB * Mahasiswa PSK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ** Dosen PSK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Peningkatan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi sering dihubungkan dengan kurangnya dukungan keluarga melaksanakan peran dalam menjaga kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara fungsi perawatan kesehatan keluarga Dengan Terkontrolnya Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Kecamatan Pringapus Semarang. Studi dilakukan adalah dengan pendekatan cross sectional, populasi sebanyak 61 anggota keluarga yang mempunyai lansia dengan hipertensi dan jumlah sampel adalah 58 dengan tehnik cluster sampling. Pengumpulan data dengan wawancara yang telah di analisis. Analisis data menggunakan Kendal tau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa p value 0,001 < (0,05) yakni ada hubungan antara fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan terkontrolnya tekanan darah. Secara deskripsi sebanyak 27 keluarga yang melaksanakanakan perawatan kesehatan keluarga dengan baik (46,6%), dan 81,5% tekanan darahnya terkontrol. Berdasarakan hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan keluarga untuk sering melakukan konsultasi ke pelayanan kesehatan dalam rangka meningkan penerapan fungsi perawatan kesehatan keluarga agar tekanan darah anggota keluarga dapat terkontrol. Kata Kunci : hipertensi, tekanan darah, fungsi perawatan kesehatan. Kepustakaan : 44 (2004-2014)
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
1
ABSTRACT
The increase in blood pressure that occurs in older adults who have hypertension is often associated with a lack of family support in role of maintaining health. The aim of this study is to analyze the correlation between family health care functions and controlled blood pressure in elderly with hypertension at Pringapus Semarang regency. This research used cross sectional approach, the population was 61 families who have elderly with hypertension in Pringapus, and the number of samples were 58 with Cluster sampling. The interview guide was used for data collection that has been analyzed. Data analysis used Kendal Tau. The results show that p-value 0.001 < (0.05), so there is a correlation between family health care function and controlled blood pressure. The results showed a total of 27 families that carry families with good health care (46.6 % ) , 81.5 % people have their blood pressure controlled . Based on the results of research conducted , it is expects the family to frequently consult the health service in order to improve the implementation of family health care functions so that blood pressure can be controlled by family members . Key words Literatures
: hypertension, blood pressure, family health care function. : 44 (2004-2014)
LATAR BELAKANG Proses menua akan terjadi perubahan-perubahan baik anatomis, biologis, fisiologis maupun psikologis. Gejala-gejala kemunduran yang terjadi antara lain kulit mulai kehilangan elastisitasnya, timbul keriput, mulai beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan mulai lamban dan kurang lincah, perubahan anatomi jantung dan pembuluh darah. Jantung mengalami pelebaran dan pembuluh darah kehilangan elastistasnya, hal ini berpengaruh pada pengaturan tekanan darah serta bisa menyebakan hipertensi (Potter & Perry, 2010). Hipertensi merupakan penyakit yang sering di sebut Silent killer. Pada masa lansia hipertensi merupakan
penyakit yang sering terjadi. Hipertensi merupakan tekanan darah yang melebihi batas tekanan darah normal dimana terjadi peningkatan darah sistolik dan diastolik melebihi batas normal yang terjadi tiga kejadian terpisah pada seseorang, yaitu > 160 mmHg untuk tekanan sistolik dan > 90 mmHg untuk tekanan diastolik pada lansia (Smeltzer & Bare, 2013). Penatalaksanaan perlu di lakukan dalam rangka mengendalikan hipertensi. Beberapa jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan yaitu penatalaksanaan secara farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanaan farmakologi merupakan penatalakasanaan yang menggunakan beberapa terapi medis dengan menggunakan obat-obatan atau
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
2
bahan kimiawi, tujuan dari penggunaan obat-obatan ini adalah untuk mengontrol tekanan darah. Antara lain penggunaan obat-obatan seperti penghambat simpatis β blocker, vasodilator, calcium channel blocker, ganglion blocker, ACE inhibitor. Sedangkan penatalaksanaan non farmakologis merupakan pengobatan non obat yang merupakan bentuk pengobatan dengan cara pendekatan, edukasi dan pemahaman, dianataranya, penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan temakau, aktivitas fisik, relaksasi (Smeltzer & Bare, 2013). Untuk dapat melakukan hal tersebut dibutuhkan peran serta dan dukungan keluarga dalam mengelola hipertensi tersebut agar pasien patuh dalam mengontrol tekanan darahnya dalam batas normal. Keluarga merupakan bagian penting dalam menunjang terkendalinya tekanan darah. Keluarga mempunyai fungsi yang penting dalam mendukung anggota keluarga agar mencapai derajat kesehatan yang optimal. Dalam hal ini untuk menjaga agar tekana darah terkontrol diutuhkan peran dari keluarga serta fungsi-fungsi keluarga harus dijalankan. Dimana fungsi keluarga tersebut teridiri dari (1) fungsi afektif (affective function ). (2) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (sozialitation and social placement function ). (3) Fungsi reproduksi (reproductive function). (4) Fungsi ekonomi (economic function). (5) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (healthcare function). (Harnilawati, 2013). Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan merupakan bagaimana keluarga berperan dalam melakukan perawatan atau memelihara kesehatan. Fungsi ini merupakan hal yang
mendukung proses pengendalian hipertensi dengan cara mengontrol tekanan darah. Karena fungsi ini merupakan fungsi yang berperan dalam menunjang kesehatan, serta keluarga dapat menjadi inti dalam melakukan perawatan (Harnilawati, 2013). Fungsi perawatan kesehatan keluarga tersebut di bagi menjadi beberapa aspek yang berbeda. Beberapa aspek tersebut teridiri dari : (a) Mengenal masalah kesehatan. (b) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga. (c) Memberikan perawatan pada keluarga yang sakit. (d) Memodifikasi lingkungan (e) Menggunakan pelayanan kesehatan. (Harnilawati, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan 27 oktober 2015 di Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang 2015, dengan wawancara pada 10 anggota keluarga lansia dengan hipertensi didapatkan 6 mampu memenuhi 5 fungsi keperawatan kesehatan keluarga, dan 4 anggota keluarga lansia tidak memenuhi kelima fungsi perawatan kesehatan keluarga tersebut secara baik dimana 3 anggota keluarga tidak mampu melakukan perawatan kesehatan terkait hipertensi dan tidak memamfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik, sedangkan 1 diantara 4 anggota keluarga tersebut tidak mampu merawat anggota keluarga yang sakit, dan rata-rata 4 dari 10 lansia mengalami peningkatan tekanan darah tidak terkontrol yaitu tekanan darah diatas 160/90 mmHg, dimana 2 anggota keluarga sudah memenuhi fungsi perawatan kesehatan keluarga sepenuhnya dan 2 anggota keluarga lagi belum bisa memenuhi 5 fungsi perawatan kesehatan keluarga sepenuhnya, namun tetap terjadi peningkatan tekanan darah melebihi
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
3
tekanan darah normal. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan 4 responden yang mengalami peningkatan tekanan darah tidak terkontrol, bahwa yang menyebabkan hal tersebut terjadi karena kurangnya pengelolaan anggota keluarga dan tidak berjalannya dengan baik fungsi perawatan kesehatan didalam keluarga. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi sejumlah 61 anggota keluarga yang memiliki lansia dengan hipertensi, sampel sebanyak 58 pasien dengan menggunakan tekhnik cluster sampling yang memenuhi kriteria inklusi. HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Tabel 1 Gambaran Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Fungsi perawatan kesehatan keluarga
Frekuensi
Persentase (%)
Baik
27
46,6 %
Cukup Baik
18
31 %
Kurang Baik
13
22,4 %
Total
58
100%
Berdasarkan Tabel 1 di atas diketahui bahwa fungsi perawatan kesehatan keluarga baik hanya mencapai 46,6 %.
Tabel 2 Gambaran masalah kesehatan
mengenal
Mengenal masalah kesehatan
Frekuensi
Presentase (%)
Baik
46
79,3 %
Kurang baik
12
20,7 %
Total
58
100
Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar keluarga mengenal masalah kesehatan terkait hipertensi di Kecamatan Pringapus dalam kategori baik, yaitu sejumlah 46 anggota keluarga (79,3%). b. Gambaran kemampuan keluarga mengambil keputusan Tabel 3 Gambaran Mengambil Keputusan Mengambil Keputusan
Frekuensi
Presentase (%)
Baik
45
77,6 %
Kurang baik
13
22,4 %
Total
58
100 %
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar keluarga mengambil keputusan terkait hipertensi dalam kategori baik, sejumlah 45 anggota keluarga (77,6%). c. Gambaran kemampuan merawat anggota keluarga Tabel 4 Gambaran Merawat Anggota Keluarga Merawata anggota keluarga
Frekuensi
Presentase (%)
Baik
47
81 %
Kurang baik
11
19 %
Jumlah
58
100 %
a. Gambaran kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan tentang hipertensi | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
4
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar keluarga merawat anggota keluarga terkait hipertensi di dalam kategori baik, yaitu sejumlah 47 anggota keluarga (81%). d. Gambaran kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan Tabel 5 Gambaran Merawat Anggota Keluarga Memodifikasi lingkungan
Frekuensi
Persentase (%)
Baik
51
87,9 %
Kurang Baik
5
8,6 %
Tidak Baik
2
3,4 %
Total
58
100%
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar keluarga memodifikasi lingkungan dalam kategori baik, yaitu sejumlah 51 anggota keluarga (87,9%). e. Gambaran kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan Tabel 6 Gambaran Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan Memamfaatkan fasilitas kesehatan
Frekuensi
Presentase (%)
Baik
53
91,4 %
Kurang Baik
5
8,6
Total
58
100 %
Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan dalam kategori baik, yaitu sejumlah 53 anggota keluarga (91,4%).
2. Gambaran Terkontrolnya Tekanan Darah Tabel 7 Gambaran Terkontrolnya Tekanan Darah Tekanan darah
Frekuensi
Presentase (%)
Terkontrol
34
58,6 %
Tidak terkontrol Jumlah
24
41,4 %
58
100 %
Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar tekanan darah lansia dalam kategori terkontrol, yaitu sejumlah 34 lansia (58,6%). B. Analisis Bivariat Tabel 8 Hubungan antara Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Terkontrolnya Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi. Terkontrolnya Tekanan Darah Fungsi perawatan kesehatan Tidak Terkontrol Keluarga terkontrol f % f % Baik 22 81,5 5 18,5 Cukup Baik 8 44,4 10 55,6 Kurang Baik 4 30,8 9 69,2 Jumlah 34 58,6 24 41,4 Nilai τ 0,417 Nilai p value 0,001
Total f 27 18 13 58
Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan melaksanakan fungsi perawatan kesehatan keluarga baik sebagian besar tekanan darah terkontrol yaitu sebanyak 22 dari 27 orang (81,5%) lebih banyak. Responden yang menyatakan melaksanakan fungsi perawatan cukup baik dimana sebagian besar tekanan darah tidak terkontrol yaitu sebanyak 10 dari 18 orang (55,6%). Responden yang menyatakan melaksanakan fungsi perawatan kurang baik sebagian besar tekanan darah tidak
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
5
% 100 100 100
terkontrol yaitu 9 dari 13 orang (69,2%). Berdasarkan uji Kendall Thau diperoleh p-value 0,001 dengan (α = 0,05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan terkontrolnya tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Nilai korelasi sebesar 0.417 menunjukkan korelasi positif dan hubungan yang cukup kuat, yang berarti semakain baik keluarga melaksanakan fungsi perawatan kesehatan keluarga maka 41,7 % tekanan darah lansia semakin terkontrol. PEMBAHASAN A. Gambaran Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga di Kecamatan Pringapus Berdasarkan hasil penelitian terhadap 58 responden, didapatkan bahwa sebagian besar fungsi perawatan kesehatan keluarga di Kecamatan Pringapus dalam kategori baik, yaitu sejumlah 27 anggota keluarga (46,6%), fungsi perawatan kesehatan keluarga cukup baik sebanyak 18 anggota keluarga (31%), dan fungsi perawatan kesehatan keluarga kurang baik sebanyak 13 orang (22,4%). Hal ini di karenakan sebagian besar anggota keluarga sudah mengenal tentang masalah kesehatan tentang hipertensi, mulai dari mengenal berapa tekanan darah normal, apa saja hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, bagaimana tanda-tanda ketika peningatan tekanan darah terjadi, apa saja penatalaksanaan untuk penderita hipertensi. Keluarga juga mampu membuat mengidentifikasi dan keputusan yang baik dalam menghadapi masalah kesehatan, mulai dari mengenal alternatif yang bisa
dilakukan dalam mengontrol tekanan darah, siapa dan bagaimana cara memutuskan masalah kesehatan. Keluarga juga mampu dalam memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit dengan hipertensi yaitu mampu dalam mengontrol atau mengatur apa saja jenis makanan yang baik untuk dikonsumsi bagi penderita hipertensi, apa saja aktifitas yang baik untuk dilaksanakan bagi penderita hipertensi dan bagaimana pengananan yang tepat dalam mengontrol tekanan darah penderita hipertensi, mampu memodifikasi lingkungan atau merubah tempat tinggal agar nyaman untuk ditinggali oleh anggota keluarga, serta mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, karena fasilitas kesehatan saat ini di Kecamatan Pringapus sudah memadai dimana Pelayanan tingkat pertama sudah ada, seperti Puskesmas, Dokter, Klinik, dan Bidan. Hal ini mendorong atau meningkatkan motivasi masayarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan. Penelitian Puspita (2010), mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa, didapatkan hasil penelitian bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku jawa berada dalam kategori baik (75%) dan 53,6 % keluarga suku jawa lebih mengutamakan pengobatan medis dibanding pengobatan tradisional. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan daerah yang dilakukan penelitian oleh peneliti yaitu perbandingannya bahwa pada daerah pringapus presentasi pelaksaan tugas perawatan kesehatan keluarganya lebih sedikit. Sedangkan penelitian Mukhtarudin, Agrina, Utami (2010), tentang gambaran pelaksanaan tugas kesehatan keluarga yang memiliki lansia dengan penyakit hipertensi di wilayah kerja puskesmas
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
6
Sidomulyo Pekanbaru, didapatkan hasil bahwa pelaksanaan tugas keluarga dalam kategori baik (70%). Peranan keluarga dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan setiap anggota keluarga serta dalam menjamin keberhasilan pelayanan keluarga amat penting sekali, karena keluarga memang punya arti dan kedudukan tersendiri dalam masalah kesehatan (Azwar, 2007). Kesehatan keluarga dapat tergambar dari kemampuan keluarga memberikan bantuan kepada anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri dan kemampuan keluarga memenuhi fungsi keluarga serta mencapai tugas perkembangan yang sesuai dengan tingkat perkembangan keluarga (Friedman, Bowden, & Jones dalam Maglaya et al., 2009). Peran keluarga dalam melaksanakan fungsi perawatan kesehatan di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti karakteristik keluarga, karakteritik keluarga tersebut terdiri dari tipe keluarga, status sosialokonomi, etnis atau suku, budaya, budaya, dan tahap perkembangan keluarga (Kaakinen, et al., 2010). Etnis adalah aspek kunci dari kebudayaan dan merujuk pada kebiasaan leluhur, latar belakang etnik sangat mempengaruhi pemikiran, perilaku, perasasaan, persepsi, diet, nilai, serta kepercayaan dan praktik sehat dan sakit (Huff dan Kline dalam Kaakinen, 2010). Hasil penelitian Bornoa, Engstrom, Essen dan Hedblad (2012) dalam judul Immigrant status and increased risk of heart failure : the role of hypertension and life-style risk factors, menunjukkan status sosialekonomi seperti tingkat pendidikan dan status perkawinan
berhubungan dengan meningkatnya masalah kesehatan terutama masalah sakit jantung seperti hipertensi, artinya semakain rendah tingkat pendidikan semakin beresiko terkena masalah kesehatan akibat pendidikan dan pengetahuan yang kurang tentang kesehatan. Fungsi perawatan kesehatan keluarga baik dapat dilihat dari distribusi frekuensi komponen fungsi perawatan kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan dengan baik 46 keluarga (79,3%), sedangkan kurang baik 12 keluarga (20,7%), membuat keputusan dengan baik 45 keluarga (77,6%), sedangkan kurang baik 13 keluarga (22,4%), merawat anggota keluarga dengan baik 47 keluarga (81%), sedangkan kurang baik 11 keluarga (19%), memodifikasi lingkungan kesehatan dengan baik 51 keluarga (87,9%), kurang baik 5 keluarga (8,6%), dan tidak baik 2 keluarga (3,4 %), memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik 53 keluarga (91,4%), dan kurang baik 5 (8,6%). 1. Gambaran Mengenal Masalah Kesehatan Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar keluarga mengenal masalah kesehatan di Kecamatan Pringapus dalam kategori baik sejumlah 46 anggota keluarga (79,3%), dan kurang baik sebanyak 12 anggota keluarga (20,7%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan tentang hipertensi dalam kategori baik. Menurut Setiadi (2008), mengenal masalah kesehatan keluarga yaitu sejauh mana
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
7
keluarga, mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan keluarga yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu keluarga, maka semakin baik pengetahuan keluarga tersebut tentang kesehatan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Lestari (2009), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan keluarga dengan terjadinya gangguan masalah kesehatan pada anggota keluarga. 2. Gambaran membuat keputusan Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar keluarga mampu membuat keputusan tentang masalah kesehatan yaitu hipertensi di Kecamatan Pringapus dalam kategori baik sejumlah 45 anggota keluarga (77,6%), dan kurang baik sebanyak 13 anggota keluarga (22,4%). Keluarga merupakan kunci utama bagi kesehatan serta perilaku sehat sakit, oleh karena itu keluarga terlibat lansung dalam mengambil keputusan dan terapeutik pada setiap tahap sehat-sakit anggota keluarga (Setiadi, 2008). Mengambil sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan langkah sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dihadapi, takut akan akibat tindakan penyakit,
mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan. Pendidikan kaitannya dengan konsep pelaksanaan self care Orem bahwa pendidikan formal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menerima pengetahuan yang baru dan merupakan variabel demografi yang mempengaruhi persepsi seseorang mengenai ancaman terhadap suatu penyakit, keseriusan suatu penyakit, pertimbangan keuntungan dan kerugian melakukan suatu tindakan untuk perawatan terhadap penyakit yang diderita (Maulana, 2009). Flynn et at., (2013) dalam penelitiaanya juga menyatakan adanya dukungan keluarga dapat menjadi fasilitator dalam melakukan self care management penyakit hipertensi. 3. Gambaran merawat anggota keluarga Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan hipertensi di Kecamatan Pringapus dalam kategori baik sejumlah 47 anggota keluarga (81%), dan kurang baik sebanyak 11 anggota keluarga (19%). Fungsi utama keluarga salah satu diantaranya adalah fungsi perawatan keluarga, dimana keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga melaksanakan perawatan atau
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
8
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan (Mubarak, Chayatin, & Santoso, 2010). Secara teori bahwa fungsi perawatan kesehatan keluarga yaitu merawat anggota keluarga secara langsung sebagai bentuk dukungan instrumental dengan memberikan perawatan berupa membuat program dan menerapkan program yang dibuat seperti mengatur pola makan lansia dengan diet rendah garam dan rendah lemak, mengkonsumsi buah dan sayursayuran, program olahrag secara teratur yang efektif untuk menurunkan tekanan darah pada lansia (Smeltzer & Bare, 2013; Maglaya et al., 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian Herlianh, Wiarsih, & Rekawati (2011), bahwa ada hubungan instrumental keluarga dengan perilaku pengendalian hipertensi pada lansia di kecamatan Koja Jakarta Utara. 4. Gambaran Memodifikasi Lingkungan Beradasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan hipertensi di Kecamatan Pringapus dalam kategori baik sejumlah 51 anggota keluarga (81%), dan kurang baik sebanyak 5 anggota keluarga (8,6%), dan yang tidak baik 2 anggota keluarga (3,4%). Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan secara teori juga meruapakan bentuk
dukungan secara emosional yang memberikan rasa nyaman bagi anggota keluarga dan membantu proses penyembuhan terhadap emosional anggota keluarga, selain itu dapat juga dilakukan dengan cara menciptakan pola komunikasi yang baik dengan lansia, memberikan pujian, menyediakan suasana yang nyaman di dalam keluarga dan mengurangi resiko cedera bagi lansia (Allender, Rector, & Warner, 2010; Maglaya, 2009). Hasil penelitian lain pun menunjukan bahwa suasana lingkungan yang kondusif di dalam keluarga seperti kasih sayang, perhatian, dan kenyamanan efektif terhadap lansia yang mengalami hipertensi (Herlinah, Wiarsih, & Rekawati, 2011) dan peran caregiver atau yang merawat anggota keluarga seperti memberikan kebebasan dan tempat yang nyaman bagi lansia dapat membuat lansia dalam kondisi yang sehat (Shaibu & Walhagen, 2006). 5. Gambaran memanfaatkan fasilitas kesehatan Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan sejumlah 53 anggota keluarga (91,4%), dan kurang baik sebanyak 5 anggota keluarga (8,6%), dimana anggota keluarga sebagian besar tepat dalam mengidentifikasi tempat pelayanan kesehatan dan memanfaatkannya.
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
9
Menurut Setiadi (2008), kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dimana keluarga mengetahui apakah keberadaan fasilitas kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fisilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga. Keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, dimana biasa mengunjungi pelayanan kesehatan yang biasa dikunjungi dan cenderung yang paling dekat misalnya posyandu, Puskesmas maupun rumah sakit, hal ini dilakukan dengan alasan lebih efisien waktu dan merasa cocok (Setiadi, 2008). Seperti yang dijelaskan dalam penelitian Rahmawati (2010) bahwa kunjungan posyandu lansia sebenarnya dapat membantu lansia untuk memperoleh pelayanan kesehatan, selain itu bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Khusunya bagi lansia dengan hipertensi karena melakukan kontrol secara teratur dapat mengetahui ada tidaknya peningkatan tekanan darah kembali. B. Gambaran Terkontrolnya Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar tekanan darah lansia di Kecamatan Pringapus dalam kategori terkontrol, yaitu sejumlah 34 orang (58,6%),
dan yang tidak terkontrol 24 orang (41,4%). Berdasarkan yang di kemukakan oleh Price (2006), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah, kelenturan dinding arteri, volume darah, kekuatan kontraktilitas jantung, viskositas darah, dan curah jantung. Kemudian ada beberapa faktor juga yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah yaitu, umur, stress, obesitas, genetik, diit, aktivitas dan olahraga (Price, 2009; Smeltzer & Bare, 2013). Ada banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap tekanan darah, dimana semuanya harus bisa kita atur atau hindari agar tidak menyebabkan peningkatan tekanan darah dalam kehidupan sehari-hari. Menurut penelitian Suryani (2009), mengungkapkan bahwa usia merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi yang tidak dapat dirubah, tetapi perilaku makan dapat dikontrol. Perawatan kesehatan merupakan suatu upaya dalam menjaga agar kondisi kesehatan terjaga, dimana dalam keluarga semua komponen yang ada dalam keluarga ikut berperan dalam menjaga kesehatan. Hasil penelitian Rahadiyanti (2011), tentang hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang sering berolaharaga jalan kaki memiliki tekanan darah yang terkontrol dibandingkan dengan pasien yang jarang berolahraga jalan kaki. Artinya bahwa olahraga yang
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
10
ringan juga berperan penting dalam menjaga kestabilan tekanan darah. C. Hubungan antara Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Terkontrolnya Tekanan Darah pada Lansia Dengan Hipertensi Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa keluarga yang melaksanakan fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan baik sebagian besar tekanan darah lansianya terkontrol sejumlah 22 orang (37,9%), tidak terkontrol 5 orang (8,6%), sedangkan yang melaksanakan fungsi perawatan keluarga dengan cukup baik sebagian besar tekanan darah lansianya terkontrol 8 orang (13,8%), tidak terkontrol 10 orang (17,2%), dan yang menjalankan fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan kurang baik sebagian besar tekanan darah lansianya tidak terkontrol 9 orang (15,5%), terkontrol 4 orang (6,9%). Berdasarkan uji Kendall Thau diperoleh p-value 0,001. Oleh karena p-value = 0,001 < α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara fungsi perawatan keluarga dengan terkontrolnya tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kecamatan Pringapus Jawa Tengah. Fungsi utama keluarga salah satu diantaranya adalah fungsi perawatan keluarga, dimana keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga melaksanakan perawatan atau pemeliharaan kesehatan dapat
dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan (Mubarak, Chayatin, & Santoso, 2010). Lansia dengan penyakit hipertensi memerlukan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Menurut Setiadi (2008) adapun beberapa hal yang berkaitan dengan tugas kesehatan keluarga meliputi kemampuan untuk mengenal masalah, kemampuan keluarga untuk mengambil keputusan, kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit, kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan dan kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada (Setiadi, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di Puskesmas Srondol Kota Semarang menunjukan bahwa ada hubungan keluarga dengan kepatuhan lansia dalam perawatan hipertensi (Suhadi, Wiarsih & Widyatuti, 2011) dan juga penelitian lain dilakukan pada keluarga dengan lansia hipertensi di Koja Jakarta Utara menunjukan ada hubungan dukungan informasi, penghargaan, emosional dan instrumental keluarga dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi (Herlinah, Wiarsih & Rekawati, 2011). Secara teroi menunjukan bahwa kesehatan anggota keluarga sangat dipengaruhi juga oleh kemampuan keluarga dalam melaksanakan fungsi perawatan kesehatan keluarga yang mencakup lima tuga yaitu keluarga mengenal masalah kesehatan, keluarga mengambil keputusan yang tepat, keluargaa merawat anggota keluarga, keluarga memodifikasi lingkungan, dan keluarga
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
11
memanfaatkan fasilitas kesehatan (Maglaya et al., 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumya mengenai dukungan keluarga merupakan integrasi dari pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga. Dukungan yang baik atau efektif berupa dukungan informasional, pengahargaan, emosional, dan instrumental dapat memeberikan kontribusi bagi lansia dalam kepatuhan dan pengendalian terhadap hipertensi. Hal yang sama pun akan terjadi ketika keluarga mampu melaksanakan fungsi perawatan keluarga yang mencakup lima tugas perawatan kesehatan keluarga, mulai dari mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan. D. Keterbatasan Penelitia Pelaksanaan penelitian ini, peneliti menjumpai suatu keterbatasan dari hasil penelitian ini yaitu : beberapa variabel yang kemungkinan dapat menimbulkan bias tidak bisa dikontrol sepenuhnya seperti tingkat pendidikan dalam pelaksanaan tugas keperawatan kesehatan keluarga, jumlah sampel seharusnya lebih banyak, agar dapat menggambarkan sampel yang lebih representatif. PENUTUP Kesimpulan Fungsi perawatan kesehatan keluarga (mengenal masalah, membuat keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan) pada
lansia dengan hipertensi di Kecamatan Pringapus sebagian besar baik yaitu, sejumlah 27 orang (46,6%), dimana tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kecamatan Pringapus adalah terkontrol yaitu, sejumlah 34 orang (58,6%). Sedangkan dari hasil analisis dan uji SPSS menggunakan kendal-tau menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan terkontrolnya tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kecamatan Pringapus dengan nilai p-value (0,001) < α (0,05) an tingkat keeratan hubungannya yaitu cukup kuat, dan arah korelasi yaitu positif. Saran 1. Bagi Masyarakat Keluarga dapat meningkatkan pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan cara melakukan konseling atau konsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat agar dapat mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik untuk menghindari terjadinya peningkatan tekanan darah atau masalah kesehatan lainnya. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Puskesmas pringapus dalam menjalankan upaya promotif dan preventif di harapkan melakukan promosi kesehatan secara berkala tentang hipertensi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengenal, membuat keputusan, dan merawat anggota keluarga dengan hipertensi secara tepat di wilayah
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
12
Kecamatan Pringapus dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Penelitian lebih lanjut tentang efektifitas fungsi perawatan kesehetan keluarga dengan terkontrolnya tekanan darah menggunakan metode konseling dengan mengendalikan tingkat pendidikan keluarga. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Bornoa, Y., Engstrom, G., Essen, B., & Hedblad, B. 2012. Immigrant status and increased risk of heart failure: the role of hypertension and life-style risk factors. BMC Cardiovascular Disorder. Dalyoko, Dyah Ayu Pithaloka. Agustus 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Upaya Pengendalian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Mojosongo Boyolali. Volume 1. 25 Oktober 2015. Flynn, Sarah J et al 2013. Facilitators and barriers to hypertension selfmanagement in urban AfricanAmericans: perspectives of patients and family members. NCBI Journal, vol.07. Di akses 29 Januari 2016. Friedman, M. M, Bowden, V. R, & Jones, E. G. 2003.Family Nursing Research, Theory & Practice New Jersey: Pearson Education,Inc. Hamid, Syahrul Aminuddin. 2013. Hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang
pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi tahun 2013. Vol.1. Diakses 2 Februari 2016. Harnilawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi. Pustaka Alam. Herlinah Lily, dkk. November 2011. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Lansia dalam Pengendalian Hipertensi. Volume 1. 25 Oktober 2015. Kaakinen, J.R., Geday-Duff, V., Coehlo, D. P., & Hanson, S. M. H. (2010). Family Health Care Nursing: Theory, Practice And Research. Philadelphia: F.A. Davis Company. Lestari, G.A.I.S. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga dan Penerapan Tugas Kesehatan Keluarga Tentang Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi pada Usia 25 Tahun Keatas si RW 03 Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok. 29 Januari 2016. Lionakis, Nikolas,dkk. Mei 2012. Hypertension in Elderly. Translation Journal. World Journal of CardiologyBaishideng Publishing.htm. 25 Oktober 2015. Maglaya, A. S. Cruz-Earnshaw,R.G., Pambid-Dones, L.B.L., Maglaya, M.C.S.,Lao-Nario,M.B.T., & Leon,W.O.U.D.2009. NursingPractice in the community. Marikina : Argonauta Corporation. Mubarak, Wahit Iqbal, Dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2 : Teori & Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : CV.SAGUNG SETO. Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
13
Gangguan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika. Ningrum, S. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Makan Pada Pasien Hipertensi DI Wilayah Kerja Puskesmas Minggir Sleman Yogyakarta. Vol.1. Diakses 29 ajnuari 2016. Novebriyani, Siti Maghfiroh. 2014. Hubungan tugas kesehatan keluarga dengan kejadian hipertensi berulang pada lansia di Padukuhan Karang Tengah Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta. Vol.1.Diakses 1 februari 2016. Nugroho,Dimas Agung Setyo,dkk. 2013. Hubungan dukungan keluarga dengan keberhasilan pengelolaan tekanan darah pada pasien hipertensi. volume 1 di akses 8 November 2013. Price, Sylvia A. Dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi :Konsep Klnis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit uku EGC. Potter, Patricia A.& Perry, Anne G. 2010. Fundamentals of Nursing.Ed 7.Jakarta : Salemba Medika. Puspitasari, Dwi. Juli 2010. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecmatan Percut Sei Tuan Deli Serdang. Volume 1. 30 Februari 2016. Rahadiyanti, larisa Sabrina. 2013. Hubungan Kebiasaan Berolahrga Jalan Kaki dengan Kontrol Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Vol.1. Diakses 28 Januari 2016. Rahmawati, Y. 2010. Hubungan Frekuensi Kunjungan Posyandu
Lansia Dengan Tingkat Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia DI Bakulan Wetan Kecamatan Jetis Bantul. Vol 1. Di akses 30 Januari 2016. Setiadi. 2008. Keperawatan Keluarga. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Setyowati, Sri dan Murwani, Arita. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan Aplikasi Kasus. Jogjakarta : MITRA CENDIKA. Shadine, M. 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke dan Serangan jantung. Jakarta: Keenbooks. Shaibu, S. Wallhagen, M.I. 2006. Family caregiving of the elderly in Botswana: boundaries of culturally acceptable and health inequalities in order persons in Botswana Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2013. Buku Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.ed.8. Jakarta : EGC. Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dan Praktik. Jakarta : Pnerbit Buku Kedokteran EGC. Tamher, S. & Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
14