Prosiding Konferensi Nasional Peneliti Muda Psikologi Indonesia 2017 Vol. 2, No. 1, Hal 57-63
PERBEDAAN SELF ESTEEM DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN PADA LULUSAN DIPLOMA TIGA DAN SARJANA Siti Fathonatul Arifah
[email protected] Mutmainnah Taufik
[email protected] Psikologi, Universitas Paramadina ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan self esteem bila ditinjau dari tingkat pendidikannya yaitu diploma tiga dan sarjana. Satu diantara banyaknya faktor yang memengaruhi self esteem adalah status sosial ekonomi individu, hal ini didukung penelitian yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara status sosial ekonomi dengan self esteem. Status sosial ekonomi individu bisa dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat jabatan di pekerjaannya, dan pendapatan. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Orth, Robins, & Widaman (2012) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan pada self esteem individu. Peneliti menggunakan Rosenberg Self – Esteem Scale (RSES) yang dibuat oleh Rosenberg (1965) untuk mengukur self esteem. Responden penelitian ini adalah individu yang telah lulus diploma tiga dan sarjana dengan jumlah responden sebanyak 68 orang. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat ukur dan menggunakan teknik analisis data T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan self esteem antara individu lulusan diploma tiga maupun sarjana hal ini dikarenakan kemungkinan adanya faktor rentang usia yang sama antara diploma dan sarjana menyebabkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan, selain itu dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan merupakan faktor yang paling mempengaruhi self esteem dibandingkan tingkat pendidikan. Kata kunci: Self esteem, tingkat pendidikan, diploma tiga, sarjana Self esteem berkembang sesuai dengan masa perkembangannya, hal ini didukung oleh Orth, Robins, & Widaman (2012) yang menyatakan bahwa terdapat bukti yang menunjukan bahwa perkembangan self esteem mengikuti rentang perkembangan remaja sampai usia tua. Setiap rentang usia memiliki batasan usia yang berbeda. Pada rentang perkembangan individu khususnya dewasa awal berada pada rentang tahun 20 sampai 40 tahun (Papalia, Olds, & Feldman, 2001) Menurut Baumeister, Campbell, et al (2003) Self esteem diartikan sebagai seberapa besar seseorang menilai dirinya sendiri. Berkaitan dengan pernyataan tersebut Syah (2009) mengatakan bahwa
PENDAHULUAN Setiap individu menginginkan kesejahteraan psikologis dalam hidupnya (Ryff, 1989). Kesejahteraan psikologis akan membuat hidup individu menjadi bahagia. Kesejahteraan psikologis berpengaruh pada kebahagiaan individu (Dogan, Totan, & Sapmaz, 2013). Pada kesejehteraan psikologis terdapat pengaruh dari self esteem. Individu yang memiliki self esteem yang tinggi akan memiliki kesejahteraan psikologis yang baik, hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Nwanko, Okechi, dan Nwke (2016) yang menyatakan bahwa self esteem memiliki hubungan yang positif dengan kesejahteraan psikologis. [57]
self esteem merupakan perasaan bangga individu terhadap dirinya dan mampu menghargai potensi yang dimilikinya. Self esteem yang tinggi mengacu pada evaluasi diri yang baik, sedangkan self esteem yang rendah mengacu pada evaluasi diri yang buruk (Baumeister, Campbell, Krueger, and Vohs, 2003). Sampai saat ini, self esteem masih menjadi penelitian yang penting di bidang psikologi dalam kehidupan individu. Terdapat pernyataan bahwa sampai sekarang tidak sedikit perdebatan tentang perbedaan kehidupan individu dengan self esteem yang tinggi dengan individu yang memiliki self esteem yang rendah (Orth, Robins, & Widaman, 2012). Faktor-faktor yang memengaruhi self esteem menurut Orth, dkk (2010) yaitu status sosial ekonomi, indikator pengukuran status sosial ekonomi adalah tingkat pendidikan, pendapatan, dan tingkat jabatan dalam pekerjaan. selain itu demografi juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi self esteem yang terdiri dari usia, jenis kelamin, dan suku dari individu. Satu diantara banyaknya faktor yang memengaruhi self esteem adalah status sosial ekonomi individu, hal ini didukung penelitian yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara status sosial ekonomi dengan self esteem. Status sosial ekonomi individu bisa dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat jabatan di pekerjaannya, dan pendapatan. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Orth, Robins, & Widaman (2012) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan pada self esteem individu. Satu diantara indikator status sosial ekonomi adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan di Indonesia menurut UU No.20 Tahun 2003 merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, dan berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam kemauan yang dikembangkan. Berdasarkan pemaparan sebelumnya tentang rentang usia dewasa awal, usia 20
sampai 40 dikatagorikan sebagai dewasa awal. Pada usia tersebut tahun tidak sedikit individu yang sudah menyelesaikan pendidikannya dari tingkat pendidikan tinggi. Menurut UU No. 12 Tahun 2012 Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, serta program spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. Pada masa usia dewasa awal di Indonesia pada usia biasanya sudah menyelesaikan pendidikan di tingkat pendidikan tinggi diploma tiga atau sarjana. Tidak sedikit lulusan diploma tiga yang beranggapan bahwa program pendidikan diploma tidak lebih baik dari program sarjana dalam memulai karir.Latar belakang pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam memulai karir (Sapto dalam Nurlina, 2014).Sehingga tidak sedikit lulusan diploma tiga yang melanjutkan pendidikannya ke tingkat sarjana. Selain itu, banyak individu yang beranggapan tingkat pendidikan akan memengaruhi status sosial ekonomi mereka, hal tersebut didukung dengan pernyataan bahwa status sosial ekonomi bisa membentuk pengelompokan berdasarkan ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan (Santrock, 2009) Terdapat penelitian dari Orth, dkk (2010) yang hasilnya menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan individu maka diikuti dengan tingginya self esteem, sehingga penelitian ini menarik untuk dilakukan karena berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat landasan tentang adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap self esteem. Dari pemaparan diatas menimbulkan ketertarikan bagi peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai adanya perbedaan self esteem individu pada masa dewasa awal bila ditinjau dari tingkat pendidikannya. Dalam hal ini khususnya [58]
lulusan diploma tiga dan sarjana.Lulusan diploma tiga dan sarjana merupakan tingkat pendidikan yang berbeda.Saat ini lulusan diploma tiga tidak sedikit yang bertujuan untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat sarjana. Peneliti menduga hal tersebut disebabkan karena tingkat pendidikan memengaruhi self esteem individu. Sehingga ada kemungkinan terdapat perbedaan self esteem pada lulusan diploma tiga dan sarjana.
yang merupakan pendidikan formal yang telah ditempuh oleh individu. Dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobality sampling.Menurut Martono (2010) teknik nonprobality sampling merupakan teknik yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi anggota populasi. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik convenience sampling yaitu dimana peneliti memilih partisipan karena mereka bersedia dan tersedia untuk dilakukan penelitian. Dalam hal ini, peneliti tidak dapat dengan yakin menyatakan bahwa setiap individu akan representatif terhadap populasi. Namun sampel dapat memberikan informasi yang berguna untuk menjawab pertanyaan dan hipotesis (Cresswell, 2012). Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner untuk alat ukur.Kuesioner adalah teknik untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan memberikan rangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden (Creswell, 2012).Penelitian ini menggunakan skala likert.Skala likert adalah skala yang mengukur opini atau persepsi responden berdasarkan tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan. Skala ini biasanya memiliki lima atau tujuh kategori peringkat dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Data yang dihasilkan dari instrument penelitian berskala Likert merupakan data interval (Purwanto, Sulistyastuti, 2007). Pada penelitian ini menggunakan RSES (Rosenberg Self – Esteem Scale), salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk mengukur self esteem di social science research. Alat ukur ini singkat, serta mudah untuk dikelola. Berisi 10 item yang dijawab dengan 4 poin skala dengan respon mulai dari (STS) “Sangat Tidak Setuju”, (TS) “Tidak Setuju”, (S) “Setuju”, (SS) “Sangat Setuju”. Total skor berkisar antara 10 sampai 40, dengan semakin tinggi skor, maka semakin tinggi level self esteem.
METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif noneksperimental.Penelitian kuantitatif dilakukan dengan mengumpulkan data berupa angka yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik olah data statistik, untuk mendapatkan informasi ilmiah (Martono, 2010). Teknik analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik uji beda T-Test. Menurut Winarsunu (2009) T-Test merupakan teknik statistik untuk menguji signifikansi perbedaan yang berasal dari dua distribusi. Peneliti menggunakan studi perbedaan dalam penelitian.Penelitian ini membedakan variabel Y yang ditinjau dari data yang terdapat pada variabel X. Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengungkp adanya perbedaan antara dua sampel (Winarsunu, 2002). Variabel X yaitu tingkat pendidikan yang terdiri dari kelompok diploma tiga dan kelompok sarjana, variabel Y merupakan self esteem. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melihat perbedaan self esteem apabila ditinjau dari tingkat pendidikan, dalam penelitian ini tingkat pendidikan yang digunakan adalah diploma tiga dan sarjana. Peneliti memutuskan responden pada penelitian ini adalah individu dalam rentang usia dewasa awal (20- 40 tahun), serta sudah lulus dari tingkat pendidikan diploma tiga dan sarjana. hal ini mangacu pada penjelasan tenteng tingkat pendidikan [59]
Alat ukur Rosenberg telah diuji validitas dan reabilitasnya, ditemukan bahwa rata-rata hasilnya efektif Karena alat ukur ini sudah sering digunakan sebelumnya, saat ini memiliki tingkat validitas dan reabilitas yang tinggi dengan nilai Cronbach’s alpha yang berkisar diantara 0.72 - 0.89 (Tinakon, Nahathai, 2011) yang menandakan bahwa alat ukur sangat reliabel. Uji Validitas Validitas dari suatu instrumen yaitu seberapa jauh instrumen itu benar-benar mengukur apa (objek) yang hendak diukur. Semakin tinggi suatu instrumen, maka semakin baik instrumen tersebut untuk digunakan (Yusuf, 2014). Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008).Menurut Azwar (2000) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan pengukurannya (Azwar, 2008). Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement experts). Terdapat dua dimensi yaitu self competence danself worthiness. Self competence Mengacu pada perasaan keseluruhan diri sebagai individu terhadap dirinya sendiri.Sedangkan self worthiness sebuah sikap mengenai rasa layak atau kelayakan yang menentukan karakter atau nilai seseorang sebagai individu. Total item self esteem 10 ini setelah instrumen dikontruksi tentang aspek-aspek yang akan diukut dengan berlandaskan teori maka kemudian dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2008). Penelitian ini menggunakan bukti adanya vaiditas menggunakan expert judgment untuk mengevaluasi item pada alat ukur.Expert judgment pada uji validitas ini adalah Dr. Ayu Dwi Nindyati, M.Si., Psi.
Uji Realibilitas Realibiltas merupakan konsistensi atau kestabilan skor suatu instrumen penelitian terhadap individu yang sama, dan diberikan dalam waktu yang berbeda. (Yusuf, 2011). Alat ukur dikatakan reliabel apabila instrument digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan tetap menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2008). Metode yang digunakan untuk mengukur realibilitas pada alat ukur ini adalah dengan menggunakan teknik alpha cronbach. Pada penelitian ini menggunakan 64 responden yang merupakan karakteristik dari penelitian. Data yang diperoeleh kemudian digunakan untuk mengetahui realibilitas pada alat ukur self esteem dengan menggunakan alpha crombach. Hasil analisis alat ukur dapat dilihat di tabel 1 Tabel 1 Hasil Realibilitas dan Analisis Item Variabel Penelitian (self esteem)
Berdasarkan tabel 1 diperoleh informasi bahwa koefisien realibilitas alpha cronbach variabel Self esteem sebesar 0.730. Pada penelitian ini, terdapat dua item yang memiliki koefisien item total correlation yang tidak memenuhi standar 0,30 yaitu item 4 dengan item total correlation 0.173 dan item 7 dengan item total correlation 0.245. Pengolahan data selanjutnya hanya menggunakan 8 item pada variabel self esteem. Pelaksanaan Penelitian Peneliti melakukan pengambilan data pada tanggal 4 Desember 2016. Peneliti menyebar sebanyak 80 kuisioner di satu organisasi, terdapat 68 kuisioner yang kembali. Berdasarkan kelengkapan data, hanya 64 kuisioner yang dapat dilanjutkan dalam pengolahan data.Degan rincian 32 kuisioner dengan tingkan pendidikan [60]
Diploma tiga dan 32 kuisioner dengan tingkat pendidikan sarjana. Peneliti menghitung realibilitas alat ukur dengan tingak melibatkan item-item yang tidak memenuhi standart. Selanjutnya memilih item yang dapat digunakan untuk pengolahan data selanjutnya.
tailed) pada equel variances assumed adalah 0.593 (>0.005) dengan nilai t = 0.357. DISKUSI Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan, penelitian yang telah dilakukan tidak terkonfirmasi. Hasil dari penelitian menyatakan tidak terdapat perbedaan self esteem ditinjau dari tingkat pendidikannya pada lulusan sarjana dan diploma tiga. Hal tersebut didukung dengan adanya penelitian yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan sebagai status sosial ekonomi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap self esteem (Twenge and Campbell, 2002). Sesuai dengan pendapat dari Twengeand Campbell (2002) yang paling berpengaruh pada self esteem adalah pendapatan dari individu. Faktor pendapatan yang berbeda beda dari masing- masing individu dengan posisi pekerjaannya masing masing dapat menyebabkan terjadi perbedaan self esteem. Dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan self esteem bisa dikarenakan oleh adanya tingkat pendapatan yang berbeda-beda dari tiap individu. Hasil penelitian Twenge and Campbell (2002) juga menyatakan bahwa pada rentang usia dewasa pertengahan adalah masa ketika pendapatan diperkirakan akan mencapai puncaknya, dalam hal ini diasumsikan tingkat self esteem akan meningkat karena pengaruh pendapatan dan usia. Selain pengaruh dari income, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa self esteem berkembang sepanjang rentang masa usia, dalam hal ini peneliti hanya memilih satu rentang masa usia yaitu rentang usia dewasa awal, rentang usia ini dapat menjadi salah satu penyebab tidak terdapatnya perbedaan self esteem. Berdasarkan penelitian Orth, Trzesniewski, & Robins (2010) menunjukkan hasil bahwa self esteem terus meningkat dari rentang usia dewasa awal dan menengah hingga usia akhir 60-an. Kemudian diikuti dengan pernyataan
HASIL PENELITIAN Gambaran Responden Penelitian Responden penelitian ini merupakan individu pada masa dewasa awal dalam sebuah organisasi.Jumlah responden yang memenuhi karakteristik pada kelompok diploma tiga sebanyak 32 responden, dan pada kelompok sarjana sebanyak 32 responden. Hasil Uji Hipotesis Setelah melakukan analisis item total correlation dan realibilitas alat ukur, peneliti melakukan uji hipotesis penelitian untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak. Penelitian uji hipotesis dilakukan pada 64 responden dengan dua kelompok berbeda yaitu kelompok diploma tiga sebanyak 32 responden, dan pada kelompok sarjana sebanyak 32 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis uji beda Independent Sample T-Test untuk mengetahui perbedaan self esteem pada kelompok diploma tiga dan sarjana. Tabel 2 Hasil Analisis Independent Sample TTest Self esteem ditinjau dari Tingkat Pendidikan (Diploma tiga dan Sarjana)
Tabel 2 menjelaskan bahwa varians tidak sama, hal ini ditunjukan oleh nilai p = 0.008 (<0.05), maka dalam pengujian ttest harus menggunakan asumsi bahwa varians tidak sama (equel variances not assumed). Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan self esteem antara kelompok diploma tiga dan sarjana, hal tersebut ditunjukan dengan nilai p (2[61]
bahwa rentang usia paruh baya adalah waktu kerja, keluarga, dan hubungan romantis yang paling stabil yang kemudian ditandai dengan puncak prestasi, penguasaan, dan kontrol atas diri dan lingkungan (Erikson and Levinson, dalam Orth, Trzesniewski, & Robins 2010). Hal ini dapat menjelaskan hasil penelitian yang tidak memiliki perbedaan antara diploma dan sarjana karena masing- masing dari tingkat pendidikan tersebut yaitu diploma tiga dan sarjana berada di rentang usia yang sama yaitu dewasa awal. Dalam rentang usia dewasa awal, masing-masing individu yang merupakan lulusan tingkat pendidikan sarjana dan diploma tiga sedang ada di masa yang baik dari segi pekerjaan, dan aspek lainnya. Selain itu, individu pada usia dewasa awal memiliki kontrol atas diri dan lingkungannya. Kestabilan dari aspek aspek yang ada di rentang usia ini menunjukkan bahwa individu tahu dan percaya diri dengan apa yang dilakukannya, oleh karena itu dapat diartikan individu di rentang usia ini menganggap dirinya berharga. Berbeda halnya jika yang diteliti adalah antara rentang usia remaja dengan dewasa awal. Dalam transisi masa remaja menuju dewasa terjadi penurunan harga diri (Harter, Robins et al dalam Orth, et al 2010). Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya tuntutan peran yang saling bertentangan, perubahan perkembangan, pertumbuhan, kematangan yang cepat, serta peningkatan konflik dalam pertemanan maupun hubungan romantis yang menjadi ciri khas masa transisi ini (Orth, Trzesniewski, and Robins 2010). Dapat diasumsikan akan terdapat perbedaan dengan adanya perbedaaan rentang usia antara remaja dan dewasa awal. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa rentang usia mempengaruhi perkembangan harga diri seorang salah satunya yaitu dalam aspek pekerjaan. Oleh karena itu secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa self esteem dapat dipengaruhi oleh faktor lain selain tingkat pendidikan hal ini
menjelaskan mengapa penelitian ini tidak terkonfirmasi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan Berdasarkan analis data yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini yaitu “Perbedaan Self esteem ditinjau dari Tingkat Pendidikan pada Lulusan Diploma Tiga dan Sarjana” tidak terkonfirmasi. Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari self esteem pada lulusan diploma tiga dan sarjana. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya faktor lain yang lebih berperan seperti pendapatan atau usia individu. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka peneliti memiliki beberapa saran bagi peneliti selanjutnya, yaitu : a. Melakukan penelitian untuk mengkaji kembali perbedaan self esteem ditinjau dari tingkat pendidikannya dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan dengan tingkat pendidikan yang lebih beragam seperti SMA, S1 dan S2. b. Penelitian selanjutnya dapat meneliti dengan rentang usia yang berbeda misalnya dewasa awal dengan remaja. c. Melakukan penelitian untuk mengkaji perbedaan self esteem individu dilihat dari tingkat pendapatannya. Daftar Pustaka Azwar, S. (2012). Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baumeister, R. F., Campbell, J. D., Krueger, J. I., & Vohs, K. D. (2003, May). Does Higih Self Esteem Cause better Performance, Interpersonal Succes, Happines, or Helathier Life Style? Psychological Science in The Public Interest , pp. 1-44.
[62]
Creswell, John W. (2012). Educational Research,Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research.Pearson Education, Inc: Boston Dogan, T., Totan, T., Sapmaz, F. (2013). The Role of Self Esteem, Psychological well being, Emotional Self -Efficacy, and Affect Balance on Happines : A Path Model. European Scientific Journal, 9 (20), 1857 – 7881. Purwanto. E. A., Sulistyastuti, R. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah Sosial. Yogyakarta: Gava Media. Hill, V. Z. (2013). Self - Esteem. New York: Psychology Press. Hosogi, M., Okada, A., Fujii, C., Noguchi, K., & Watanabe, K. (2012). Importance and usefulness of evaluating self esteem in children. Journal of BioPsychoSocial Medicine, 6 (9), 1-6. Nurlita (2014). Bagaimana Sih Pandangan Perusahaan Terhadap Diploma dan Sarjana?. Dalam http://careernews.id/issus/view/278 7-Bagaimana-Sih-PandanganPerusahaan-Terhadap-Diploma-daSarjana-Simak-di-Sini. 23 Oktober 2016. Nwankwo, C. B., Okechi, B. C., & Nweke, P. O. (2016). Relationship between Perceived Self-Esteem and Psychological Well-Being among Student Athletes. Academic Research Journal of Psychology and Counselling, 2 (1) 8-16. Orth, U., Trzesniewski, K. H., & Robins, R. W. (2010). Self-Esteem Development From Young Adulthood to Old Age: A CohortSequential Longitudinal Study. Journal of Personality and Social Psychology, 98 (4), 645– 658. ----------., Robins, R. W., & Widaman, F. K. (2012). Life-Span Development of Self-Esteem and Its Effects on
Important Life Outcomes. Journal of Personality and Social Psychology, 102 (6), 1271–1288. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2001). Human Development eight edition. New York: McGrawHill. Republik Indonesia, 2003 Undang-undang sistem pendidikan nasional, Jakarta: Sekertariat Negara. --------------------------, 2012 Undangundang pendidikan tinggi, Jakarta: Sekertariat Negara. Ryff, C. D. (1989). Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on the Meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, 57 (6), 1069-1081. Santrock, J. W. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Tafarodi, R. W., & Jr, W. S. (2001). Two Dimensional Self esteem: Theory and Measurement. Personality and Individual differences, (31), 53673. Twenge, J. M., & Campbell, W. K. (2002). Self-Esteem and Socioeconomic Status: A Meta-Analytic Review. Personality and Social Psychology Review, 6 (1), 59-71. Tinakon, W., Nahathai, W. (2012). A Comparison of Reliability and Construct Validity between the Original and Revised Versionsof the Rosenberg Self-Esteem Scale. Journal of Psychiatric Symptomatology. (9), 54-58. Yusuf, M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.
[63]
[64]