PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT KELAS MENENGAH DENGAN KELAS BAWAH TERHADAP PENDIDIKAN SEBAGAI INVESTASI EKONOMI DAN INVESTASI SOSIAL (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : NITA CHAIRUNNISA NIM 1112015000016 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
ABSTRAK Nita Chairunnisa (NIM.1112015000016). Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah Dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial. (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat). Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Program Studi Ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adakah perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan masyarakat kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan bentuk cheklist, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah Uji T-test Independent Sample Test. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil signifikasi mengenai Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat). Hasil ini ditunjukan pada nilai Sig sebesar .0,145 > 0,05, perbedaan persentase 3,21% dan t hitung > tt abel 2,296 > 2,002. Maka dalam penelitian ini Ha = diterima dan Ho = ditolak. Dengan demikian terdapat Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat) Kata kunci : Persepsi, Kelas Menengah, Kelas Bawah, Pendidikan, Investasi Ekonomi, Investasi Sosial
i
ABSTRACT Nita Chairunnisa (NIM. 1112015000016). The different Perception Middle Class Social from Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest. (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta). Thesis, Department of Social Education, Study Program Economy, Faculty of Tarbiyah and Teachers, The State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. This research was done with aim in order to know there is different perception middle class social from low class social toward education as economic invest and social invest. The method is used in this research is descriptive quantitative method. Sample taking was done with purposive sampling technic. The research instrument used is questionnaire formed checklist, interview. and documentation. And data analysis technic used is T-test Independent Sample Test. The result of this research showed significant result about Perception Middle Class Social and Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta). This result was showed at value Sig to run at 0.145 > 0.05, the different of percentage 3.21% and t count > t t able 2.296 > 2.002. So in this research Ha = received and Ho = rejected. So that is the different Perception Middle Class Social from Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta). The Key Words: Perseption, Middle Class, Low Class, Education, Economic Invest, Social Invest)
ii
ABSTRACT Nita Chairunnisa (NIM. 1112015000016). The different Perception Middle Class Social from Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest. (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta). Thesis, Department of Social Education, Study Program Economy, Faculty of Tarbiyah and Teachers, The State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. This research was done with aim in order to know there is different perception middle class social from low class social toward education as economic invest and social invest. The method is used in this research is descriptive quantitative method. Sample taking was done with purposive sampling technic. The research instrument used is questionnaire formed checklist, interview. and documentation. And data analysis technic used is T-test Independent Sample Test. The result of this research showed significant result about Perception Middle Class Social and Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta). This result was showed at value Sig to run at 0.145 > 0.05, the different of percentage 3.21% and t count > t t able 2.296 > 2.002. So in this research Ha = received and Ho = rejected. So that is the different Perception Middle Class Social from Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta). The Key Words: Perseption, Middle Class, Low Class, Education, Economic Invest, Social Invest)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menmberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial “. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada pemimpin umat Islam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya menjadi umat yang berakhlakul karimah, berpengetahuan dan berintelektual. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan S1 (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT dan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun material baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, rektor Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bapak Syaripulloh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
iii
4. Bapak Dr. Abd Rozak, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi 1 dan Neng Sri Nuraeni, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi 2 yang dengan tulus telah banyak meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan, petunjuk, serta motivasi untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan IImu Pengetahuan (P.IPS) yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta pengalamannya kepada penulis, sehingga penulis mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan sangat berguna. 6. Seluruh Civitas Akademik dan Staf Administrasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 7. Seluruh staf Perpustakaan Utama Perpustkaan Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mencari referensi yang terkait dengan skripsi ini. 8. Bapak Abdul Karim Yunis selaku Lurah Kamal Kalideres Jakarta Barat beserta Stafnya, Bapak Hidayat M selaku Ketua RT 008/01, dan seluruh masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat yang sekiranya telah mengizinkan dan menerima penulis dengan baik untuk melakukan penelitian, sehingga penulis memperoleh data-data dan kepada seluruh masyarakat Kelurahan yang dapat mendukung dalam penulis skripsi ini. 9. Teristimewa Kedua orang tua penulis Abi Drs. H. Ahmad Uluwan Zein dan Ummi Hj. Neneng Salwati yang telah mencurahkan cinta, kasih sayang, do’a, kesabaran, semangat, nasihat, motivasi, pengorbanan baik dari segi moril, maupun material kepada penulis tiada henti dan tiada lelah sampai pada saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga mereka diberikan kesehatan dan rezeki yang melimpah.Aamiin. Love you more dad and mom! 10. Kakak dan Adik penulis tersayang, H. Akmal Nurullah, S.Pd.I dan Hatta Nurullah terima kasih buat do’a dan dukungannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini Sukses untuk Hatta yang sedang pesantren tahfidz di Sukabumi!
iv
11. Nenek penulis Hj. Ayamu yang telah memberikan kasih sayang, do’a, cinta, dan materi selayaknya ibu kepada seorang anak, dan kepada Almarhum Engkong H. Satibi, Buyah H. Moh. Zein serta Endeh Hj. Mumun Muntiyah yang senantiasa semasa hidup memberikan kasih sayang kepada penulis semoga di tempatkan di sisi yang layak oleh Allah SWT. 12. Aulia Rofi yang senantiasa memberikan motivasi, semangat, do’a, dukungannya dan selalu bersedia meluangkan waktu, pikiran untuk mendengarkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga urusan kita diperlancar. 13. Sahabat penulis para Babons Maimunah Permata Hati Hasibuan, S.Sos dan Ana Mariana Ulfah Rahayu yang selalu mendengarkan keluh kesah, menemani dalam setiap kesulitan, memberikan motivasi yang tiada henti, serta mengajarkan arti persahabatan yang keren dan tak ternilai kepada penulis. 14. Sahabat penulis KAL1AN Gajah ”Aida Sri Rahayu”, Mega Dhaniswara, Arifa, Sheila Muria Prihatini, S.Pd. Ardhana Erviani, Hanni Khairunisa, Nurits Nadia Khafiyah, Fikri Kautsar Afdholi,S.Pd. Muhamad Fadilah, dan Ikhsan Tila Mahendra, yang saling membantu dan menjalin silahturrahmi, semoga sampai akhir hayat. 15. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2012, terutama Wulan Permatasari, Nurhikmalasari, Nur Aini, dan Ismah yang telah sering
direpotkan,
menemani
bimbingan
dan
memotivasi
dalam
penyelesaian skripsi ini. 16. Annisa yang telah membantu penulis dalam ide judul skripsi, Kak Nining Astriani, S.Pd.I yang selalu mensupport dari awal pembuatan proposal hingga skripsi ini selesai, Mar’atul Qibtiyah sahabat semasa MTs hingga sekarang, Kak Lia Yuliawati, Vio Gemifany dan Arie Wiranti yang bersedia mendengarkan keluh kesah penulis, serta murid-murid penulis khususnya Habita Septiyani dan Dita Ermawati yang telah menemani penulis dalam penyebaran instrumen angket.
v
17. Keluarga Besar Yayasan Tahdzibun Nufus Family Zein, Keluarga Besar Alm. H. Satibi dan Hj Ayamu, Dewan Guru beserta siswa-siswi Madrasah Aliyah Tahdzibun Nufus, serta Baba H. Yasin dan Emak Hj. Manis. 18. Semua pihak yang telah membantu penulis baik moril maupun material yang penulis tidak ddapat sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Atas do’a, bantuan, dan semangat yang sangat berharga. Penulis mengucapkan terima kasih, semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kepada kalian. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan mempunyai nilai yang beguna bagi pembacanya.
Wa’alalaikum sallam Wr.Wb
Jakarta, 07 Oktober 2016
Nita Chairunnisa
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEMBAR PERSETUJUAN DOSEM PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK ………………………………………………………………
i
ABSTRACT …………………………………………………………….
ii
KATA PENGANTAR………………………………………………….
iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………
vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………
v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xiii DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………
1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………..
8
C. Batasan Masalah …………………………………………
8
D. Rumusan Masalah ………………………………………..
8
E. Tujuan Masalah …………………………………………..
9
F. Manfaat Masalah …………………………………………
9
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik ……………………………………….
10
1. Persepsi ………………………………………………
10
a. Pengertian Persepsi ………………………………
10
b. Aspek Persepsi …………………………………...
11
c. Faktor-faktor Mendorong Tumbuhnya Persepsi….
12
B. Konsep Kelas dalam Masyarakat ………………………..
13
1. Masyarakat …………………………………………..
13
a. Pengertian Masyarakat …………………………..
13
b. Ciri-ciri Masyarakat ……………………………..
14
vii
c. Lapisan Masyarakat (Stratifikasi Sosial)…………
15
2. Masyarakat Kelas Sosial Menengah …………………
20
a. Pengertian Kelas Sosial Menengah ………………
20
b. Ciri-ciri Kelas Sosial Menengah …………………
20
3. Masyarakat Kelas Sosial Bawah …………………….
23
a. Pengertian Kelas Sosial Bawah ………………….
23
b. Ciri-ciri Kelas Sosial Bawah …………………….
23
C. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial …………………………………………..
26
1. Pengertian, Tujuan, dan Komponen Pendidikan…….
26
a. Pengertian Pendidikan …………………………...
26
b. Tujuan Pendidikan ……………………………….
28
c. Komponen Pendidikan …………………………..
29
2. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial ………………………………………
30
a. Investasi Ekonomi ……………………………….
30
b. Investasi Sosial …………………………………..
35
D. Hasil Penelitian yang Relevan …………………………...
37
E. Kerangka Berpikir ……………………………………….
40
F. Hipotesis Penelitian ……………………………………… 43 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………
44
B. Metode Penelitian ………………………………………..
44
C. Populasi dan Sampel Penelitian …………………………
45
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………
45
1. Observasi ……………………………………………
45
2. Kuesioner …………………………………………...
46
3. Interview (Wawancara) …………………………….
46
4. Studi Dokumenter …………………………………..
46
E. Instrumen Penelitian …………………………………….
46
1. Definisi Operasional …….……….…….…….………
46
viii
a. Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah …………………………………….
46
b. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial ……………………………………
BAB IV
47
2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ………………………
44
F. Teknik Pengelolaan Data ……………………………….
50
1. Tahap Pra-Lapangan ………………………………..
50
2. Tahap Editing dan Skoring ………………………….
50
3. Tabulasi ……………………………………………..
51
4. Interval ……………………………………………...
52
5. Persentase …………………………………………..
53
G. Teknik Analisis Data ……………………………………
53
1. Validitas …………………………………………….
53
2. Reabilitas ……………………………………………
53
3. Uji Asumsi Klasik .…………………………………
54
a. Uji Normalitas ………………………………….
54
b. Uji Linearitas ……………………………………
54
c. Uji Homogenitas ……….………………………
55
d. Uji Hipotesis Komperatif ……………………….
56
H. Hipotesisi Statistik ………………………………………
57
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data………………………………………….
58
1. Wilayah Kelurahan Kamal …………………………
58
a. Kondisi Geografis ………………………………
58
b. Kondisi Demografi ……………………………..
59
c. Kondisi Sosial …………………………………..
60
d. Pendidikan ………………………………………
62
e. Data Sarana dan Prasana ………………………..
64
2. Karakteristik Responden ……………………………
64
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……………………………...
ix
64
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasangan Responden ………
66
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan ………………………….
67
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan Pasangan Responden ….
69
e. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anak ………………………
71
3. Deskripsi Variabel Penelitian a. Variabel Persepsi Masyarakat Kelas Menengah Dan Kelas Bawah ……………………………….
74
b. Variabel Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Sosial ……………………………………….
79
B. Pengajuan Persyaratan Analisis dan
BAB V
Pengujian Hipotesis …………………………………….
90
1. Pengajuan Persyaratan Analisis …………………….
90
a. Uji Validitas ……………………………………
90
b. Uji Reabilitas …………………………………...
92
c. Uji Normalitas ………………………………….
93
d. Uji Linearitas ……………………………………
94
e. Uji Homogenitas ……………………………….
95
2. Pengujian Hipotesis ………………………………..
96
C. Pembahasan Penelitian …………………………………
98
D. Keterbatasan Penelitian ………………………………..
103
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………
104
B. Implikasi ……………………………………………….
104
C. Saran ……………………………………………………
104
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Berpikir …………………………………. ….
40
Gambar 4.1 Kondisi Geografis ……………………………………..
56
Gambar 4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat ………………..…………………………
60
Gambar 4.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Kamal Kalideres Berdasarkan Jenis Kelamin ……………………………
60
Gambar 4.4 Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat ……………………………………………
62
Gambar 4.5 Tingkat Pendidikan Terakhir Masyarakat di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat ……………..
63
Gambar 4.6 Tingkat Pendidikan Terakhir Masyarakat di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat Berdasarkan Jenis Kelamin …………………………….
63
Gambar 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kelas Menengah ……………………………
65
Gambar 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kelas Bawah ……………………………….
66
Gambar 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasangan Responden Kelas Menengah …….
66
Gambar 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasangan Responden Kelas Bawah ………..
67
Gambar 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan Kelas Menengah …….…….…….…….…….
68
Gambar 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan Kelas Bawah …….…….…….…….…….….
69
Gambar 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan Pasangan Responden Kelas Menengah ……..
70
Gambar 4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan Pasangan Responden Kelas Bawah ………… xi
71
Gambar 4.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anak Responden Kelas Menengah ………
72
Gambar 4.16 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anak Kelas Bawah …….…….…….…….
73
Gambar 4.17 Kategori Persepsi Masyarakat Kelas Menengah ………
76
Gambar 4.18 Kategori Persepsi Masyarakat Kelas Bawah ………….
78
Gambar 4.19 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi Kelas Menengah ……………………………………….
82
Gambar 4.20 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi Kelas Bawah ..…….…….…….……. …….…….………
84
Gambar 4.21 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Sosial Kelas Menengah …….…….…….…….…….…….…….
87
Gambar 4.22 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Sosial Kelas Bawah ……………………………………………..
89
Gambar 4.23 Gambar Normalitas ……………………………………… 93
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Data Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat …….…….…….…….
Tabel 1.2
4
Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat …………………………………………..
7
Tabel 2.1
Penelitian Relevan …………………………………….
39
Tabel 3.1
Waktu Penelitian ………………………………………
44
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial …………………………
Tabel 3.3
48
Kisi-kisi Instrumen Wawaancara Penelitian Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial ………………………….
49
Tabel 3.4
Skor Angket ……………………………………………
51
Tabel 4.1
Batas-batas Wilayah Kelurahan Kamal Kalideres …….
58
Tabel 4.2
Data Jumlah Penduduk dan Jumlah Kartu Keluarga Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat………………
Tabel 4.3
Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat …………………………………………….
Tabel 4.4
62
Data Sarana dan Prasarana Kelurahan Kamal Tahun 2015 ………………………………………
Tabel 4.6
61
Data Tingkat Pendidikan Terakhir Masyarakat di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat ………………
Tabel 4.5
59
64
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kelas Menengah …………………… 64
Tabel 4.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kelas Bawah ………………………………..
Tabel 4.8
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
xiii
65
Pendidikan Pasangan Responden Kelas Menengah ……… 66 Tabel 4.9
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasangan Responden Kelas Bawah ................ 67
Tabel 4.10
Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan Kelas Menengah …….…….…….…….……...
Tabel 4.11
Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan Kelas Bawah …….…….…….…….…….…..
Tabel 4.12
71
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anak Kelas Menengah …….…….…….…….
Tabel 4.15
70
Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan Pasangan Responden Kelas Bawah …….…….
Tabel 4.14
69
Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan Pasangan Responden Kelas Menengah ............
Tabel 4.13
68
72
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anak Kelas Bawah …………………………
73
Tabel 4.16
Skor Variabel Persepsi Masyarakat Kelas Menengah …… 74
Tabel 4.17
Kategori Persepsi Masyarakat Kelas Menengah ……….
Tabel 4.18
Skor Variabel Skor Variabel Persepsi Masyarakat
75
Kelas Bawah ……………………………………………
77
Tabel 4.19
Kategori Persepsi Masyarakat Kelas Bawah ................
78
Tabel 4.20
Skor Variabel Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi Kelas Menengah ………………………………………..
Tabel 4.21
Kategori Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi Kelas Menegah …………………………………………
Tabel 4.22
84
Pendidikan sebagai Investasi Sosial Kelas Menengah ............................................................
Tabel 4.25
82
Kategori Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi Kelas Bawah ……………………………………………
Tabel 4.24
81
Skor Variabel Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi Kelas Bawah ……………………………………………
Tabel 4.23
80
Kategori Pendidikan sebagai Investasi Sosial
xiv
85
Kelas Menengah ……………………………………… Tabel 4.26
Skor Variabel Pendidikan sebagai Investasi Sosial …… Kelas Bawah ……………………………………………
Tabel 4.27
88
Kategori Pendidikan sebagai Investasi Sosial Kelas Bawah …………………………………………...
Tabel 4.28
86
89
Variabel Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Bawah ……………………………………….
90
Tabel 4.29
Variabel Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi ………
91
Tabel 4.30
Variabel Pendidikan sebagai Investasi Sosial …………..
92
Tabel 4.31
Uji Reliabilitas ..................................................................
92
Tabel 4.32
Kolmogorov-Smirva …………………………………….
93
Tabel 4.33
Uji Linearitas ANOVA Table ………………………….
94
Tabel 4.34
Test of Homogeneity of Variance ………………………
95
Tabel 4.35
Group Statistics ………………………………………….
96
Table 4.36
Independent Samples Test ……………………………..
97
Table 4.37
Uji Hipotesis …………………………………………….
97
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Angket
Lampiran 2
Hasil Angket
Lampiran 3
Pedoman Wawancara
Lampiran 4
Hasil Wawancara
Lampiran 5
Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6
Uji Analisis Data
Lampiran 8
Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 9
Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 11 Dokumentasi Lampiran 12 Biodata
xvi
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman era globalisasi seperti saat ini, tentunya pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting. Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan merupakan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Melalui pendidikan manusia akan tumbuh dan berkembang terutama untuk menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan merupakan upaya memajukan dan meningkatkan sumber daya manusia dalam memperbaiki hidup, baik dalam skala pribadi, masyarakat, maupun bangsa. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab I pasal I tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. 1 Selanjutnya,
dalam
pandangan
Ki
Hajar
Dewantara
kata
“pendidikan” mempunyai arti sesuatu yang menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai warga negara dapat mencapai mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 2 Dalam menjalankan pendidikan sesuai dalam Undang-undang perlu adanya kajian ekonomi yang menyatu (inheren) dalam kegiatankegiatan pendidikan. Menurut Theodere Schultz dalam Agus Irianto. 1
Abdul Kadir, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), Cet. 1, h,
2
Ibid,. h. 61
62
2
bahwa nilai-nilai ekonomi pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam berpodusen dan konsumen dilakukan dengan cara berinvestasi sendiri dan pendidikan merupakan investasi terbesar dalam pengembangan modal manusia. Menurutnya, pendidikan bukan hanya konsumsi semata-mata, akan tetapi juga merupakan bentuk investasi. 3 Pendidikan dapat dipandang sebagai konsumsi dan investasi, tergantung dari persepsi individu itu sendiri. Pendidikan sebagai konsumsi adalah pendidikan sebagai hak manusia, seperti aturan pemerintah yang mewajibkan masyarakat belajar 9 tahun pada tingkat satuan pendidikan, yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sedangkan, pendidikan sebagai investasi menegaskan bahwa manusia sebagai modal dan biaya pendidikan sebagai jumlah yang ditanam, untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar di masa yang akan datang. 4 Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu investasi ekonomi dan investasi sosial. Pendidikan sebagai investasi ekonomi menurut Hector Corea, sebagaimana dikutip oleh Agus Irianto bahwa permintaan pendidikan
penggambarkan
kebutuhan
dan
dimanifestasikan
oleh
5
keinginan untuk diberi pelajaran tertentu. Lebih lanjut ditegaskan bahwa, pendidikan sebagai investasi ekonomi adalah di mana masyarakat semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dan semakin luas cakrawalanya, maka kondisi tersebut mampu untuk meraih atau mendapatkan pekerjaaan yang layak dan tingkat sosialnya pun akan lebih berbeda. Penghargaan yang diberikan kepada seseorang tergantung pada tingkat pendidikan, apabila tingkat pendidikannya tinggi, maka tinggi pula kinerjaya. Konsekuensinya, pemberian penghargaan berupa gaji dikaitkan dengan tinggiya tingkat pendidikan seseorang sesuai dengan propesionalismenya. 6
3
Agus Irianto, Pendidikan sebagai Investasi Suatu Pembangunan Suatu Bangsa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013). Cet. 2, h. 3 4 Ibid., h. 52-54 5 Ibid., h. 51 6 Ibid., h. 51-67
3
Pendidikan selain sebagai investasi ekonomi, pendidikan juga merupakan investasi sosial. Pendidikan sebagai investasi sosial menurut Caroline Pascarina dalam Rusli Yusuf mengatakan bahwa investasi sosial yang terbaik adalah pada bidang pendidikan. Investasi pada pendidikan seumur hidup (life long learning), kesehatan dan pengembangan komunitas sebagai basis modal sosial merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa mendatang. 7 Dalam hal pendidikan, tidak pandang bulu. Siapun dia berasal baik masyarakat kelas atas, menengah maupun bawah, semua berhak mendapatkan pendidikan. Hal ini sesuai dengan landasan hukum (yuridis) pendidikan menurut UUD 1945, yakni terdapat pada pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, yang diatur dengan undang-undang”. 8 Tidak wajar apabila di zaman yang serba canggih, serta modern ini, masih ada anak-anak Indonesia yang tidak bersekolah dan buta huruf. Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan taraf hidup semua masyarakat dengan mewajibkan masyarkat untuk mengenyam pendidikan, dan memberikan bantuan kepada sekolah, berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Operasional Pendidikan (BOP), dan untuk pelajar di Jakarta dengan golongan tidak mampu, mendapatkan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Namun saat ini yang terjadi di dalam masyarakat rendahnya tingkat pendidikan di masyarakat kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat. Hal ini dibuktikan dengan data berikut ini:
7 8
Rusli Yusuf, Pendidikan dan Investasi Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. 1, h. 3 Kadir, op.cit.,h. 97
4
Tabel 1.1 Data Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat Kelurahan Kamal
Tingkat Pendidikan Terakhir
Jumlah
Tidak
Tidak
SD/
SMP
SMA/
Sekolah
Tamat
MI
/MTs
MA
PT
SD/MI Laki-laki
4.351
2.461
5.482
6.893
8.756
739
28.682
Perempuan
3.776
2.758
5.613
5.389
8.124
907
26.563
Jumlah
8.127
5.219
11.095
12.278
16.880
1.646
55.245
Sumber : Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September Tahun 2015. Dari data di atas dapat diketahui, bahwa tingkat pendidikan terakhir masyarakat di kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat dalam jumlah persentase sebagai berikut: Tidak sekolah 14,7%, Tidak Tamat SD/MI 9,4%, Tamat SD/MI 20,1%, Tamat SMP/MTs 22,2%, Tamat SMA/MA 30,6% dan Tamat PT 3%. Sehingga penulis dapat menyimpulkan pendidikan di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat masih rendah, sangat sedikit masyarakat yang melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi. Tetapi angka tertinggi per-tama dan ke-dua ada pada tingkat pendidikan SMA/MA 30,6% dan SMP/MTs 22,2%. 9 Kenyataan
dalam
kehidupan
sehari-hari,
khususnya
yang
berhubungan dengan pendidikan dan faktor-faktor yang mempengaruhi arti pentingnya pendidikan bervariasi seperti budaya, politik, dan ekonomi. Adapun faktor-faktor permintaan individu secara agregat (keseluruhan), antara lain: pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, biaya pendidikan, kebijaksanaan umum (pemerintah), kebijaksanaan lembaga, dan persepsi individu terhadap tiap-tiap jenis pendidikan 10.
9
Sumber dari : Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September Tahun 2015. 10 Irianto, op.cit., h. 51
5
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Makhsus, menyimpulkan bahwa terdapat persepsi negatif 52,5% dan persepsi positif 47,5% tentang pentingnya pendidikan formal 12 tahun di kampung penjamuran, desa pasilian, kecamatan kronjo. 11 Peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres yang berasal dari masyarakat kelas menengah salah satunya keluarga Ibu Hj. Neneng yang anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi dengan alasan pendidikan itu penting dan sangat berguna buat masa depan anak dan mempunyai penghasilan yang lebih sehingga cukup untuk membiayai anak dalam mengenyam pendidikan. Berbeda dengan keluarga Ibu Cartini yang keluarga dan anak-anaknya hanya sampai di sekolah dasar dengan alasan lulusan sekolah dasar sudah cukup yang penting langsung dapat pekerjaan waktu lulus sekolah dasar dan tidak memiliki penghasilan yang cukup, sehingga anak putus sekolah. 12 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan masyarakat sekitar, baik dari kelas menengah maupun dengan kelas bawah diperoleh
kesimpulan,
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pendidikan di antaranya, persepsi dan pendapatan masyarakat tersebut. Persepsi Menurut Leavit dalam Desmita, perception dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu,
sedangkan
dalam
arti
luas,
perception
adalah
“pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. 13 Pada umumnya masyarakat memiliki persepsi yang berbeda antara satu sama lain, baik dari golongan kelas atas, menengah maupun bawah. Di dalam masyarakat tentunya kita sering menjumpai keadaan yang
11
Makhsus, “Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang)”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. iii 12 Wawancara dengan Ibu Hj. Neneng Salwati dan Ibu Carlita masyarakat kelurahan kamal Rt 008/01 Kalideres Jakarta Barat 13 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 117
6
bervariasi dan tidak sama. Masyarakat merupakan sekumpul manusia hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, sadar bahwa mereka merupakan kesatuan di mana mereka merupakan sistem hidup bersama. Di dalam masyarakat sering kita temui kategori masyarakat berpendapatan rendah, mayarakat yang berpendapatan sedang, dan masayarakat yang berpendapatan tinggi 14 dan menyebut sebagian masyarakat dengan sebutan orang kaya, orang biasa dan orang miskin. Namun, istilah kelas juga tidak selalu mempunyai arti yang sama, walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat. 15 Menurut Pitrim A. Sorikin dalam Yesmil Anwar dan Adang yang dimaksud dengan kelas sosial adalah “Pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis). Dimana perwujudannnya adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah”. 16 Istilah kelas ekonomi mempunai arti kelas relatif sama dengan kelas sosial, kriteria ekonomi selalu berkaitan dengan aktivitas pekerjaan, kepemilikan, atau kedua-duanya. Dalam kehidupan sosial menunjukkan perbedaan serta pengalaman pendidikan antara keluarga yang berada di kelas menengah lebih tinggi tingkat pendidikan dan mempunyai persepsi bagus terhadap pendidikan. Sedangkan, masayarakat kelas bawah memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan mempunyai persepsi buruk terhadap pendidikan. Keluarga yang dapat dikategorikan sebagai masyarakat kelas menengah adalah mereka yang hidupnya tidak miskin dan tidak juga kaya. Kebutuhan primer dan sekunder mereka terpenuhi dengan baik. Berbeda, apabila dibandingkan dengan keluarga yang berada di kelas bawah untuk
14
Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), Cet. 1, h. 215 15 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet .44, h. 205 16 Anwar dan Adang. loc.cit
7
memenuhi kebutuhan primer atau kebutuhan sehari-hari itu sangat kesulitan. Mereka yang termasuk masyarakat kelas menengah biasanya terdiri dari: pejabat tinggi menengah, pengusaha menengah, guru, dosen, TNI dan pegawai negeri yang telah berkecukupan, guru sekolah, pekerja sosial, perawat, salesman, dan karyawan. Sedangkan, mereka yang termasuk kelas bawah terdiri dari: buruh tani, pekerja kasar, pedagang kecil, buruh harian lepas, pengangguran. 17 Berikut merupakan data berbagai pekerjaan masyarakat kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat, seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 1.2 Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah Tani 17 4 21 Karyawan Swasta/ 8.671 6.354 15.025 Pemerintah/Abri Pedagang 4.372 4.821 9.193 Nelayan 342 95 437 Buruh Tani 24 7 31 Pensiun 94 69 163 Buruh Harian Lepas 4.732 4.180 8.912 Pengangguran 2.352 3.169 5.521 Fakir Miskin 4.971 5.193 10.164 Lain-lain 3.107 2.671 5.778 Sumber: Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September Tahun 2015. Berdasarkan dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang berdomisili di kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat, terdiri dari masyarakat kelas menegah dan kelas bawah. Masyarakat kelas menengah berjumlah 24.128 orang (43,8%) dan masyarakat kelas bawah berjumlah 31.117 orang (56,3%). 18 Dari latar belakang di atas, maka peneliti perlu melakukan penelitian 17
yang
berkaitan
dengan
judul:
“Perbedaan
Persepsi
Ng. Philipus dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 85 18 Sumber: Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September Tahun 2015.
8
Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial. (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat)”
B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan kegiatan mendeteksi, melacak, dan menjelaskan aspek permasalahan di dalam area penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas maka masalah yang dapat diidentifiksi adalah : 1. Kurangnya perhatian masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat terhadap pendidikan yang ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat 2. Tingkat ekonomi masyarakat di wilayah Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat masih relatif rendah yang ditandai dengan data pekerjaan.
C. Batasan Masalah Dalam tulisan ini penulis tidak akan membahas seluruh permasalah yang ada, maka untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti sehingga tidak terlalu luas dan terarah. Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti dibatasi pada: “Perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat)” D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan dalam penelitian ini, yaitu: “Adakah Perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat)?”
9
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Adakah Perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat).
F. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran kepada akademik maupun jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial tentang pendidikan 2. Manfaaat Praktis a. Bagi Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat, di harapkan dapat member arah dan motivasi untuk menjadi manusia cerdas dan berpendidikan yang berguna bagi bangsa dan negara. b. Bagi PEMDA, diharapkan dapat menjadi masukan dalam merumuskan kebijakan pendidikan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat. c. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. d. Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pendidikan, pengalaman peneliti dalam terjun ke masyarakat dan dapat dijadikan bekal untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik 1. Persepsi a. Pengertian Persepsi Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting. Memungkinkan manusia untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil menangkap dan memaknai fenomena, informasi atau data yang senantiasa mengitarinya. Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI) adalah “tanggapan langsung atau sesuatu”. 1 Selanjutnya, Persepsi menurut Desmita adalah “proses kognitif yang kompleks untuk menghasilkan suatu gambaran yang unik tentang realitas yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataan sesungguhnya”. 2 Persepsi mengenai apa pun, baik objek sosial maupun non-sosial yang akan mengikuti proses perseptual yang sama, tidak mempersoalkan bagaimana alur informasi yang masuk melalui panca indra kita. Selanjutnya, menurut Leavit dalam Desmita, perception dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. 3 Persepsi individu atau masyarakat terhadap objek tertentu akan mempengaruhi pikirannya dan memberikan penilaian kondisi stimulus yang dilakukan dalam proses kognitif.
1
Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Gitamedia Press), h. 513 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 119 3 Ibid., h. 117 2
10
Selanjutnya, menurut Chaplin dalam Desmita, mengartikan persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kajian objektif dengan bantuan indra. 4 Menurut Slameto, persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat indranya, yaitu indra pengelihat, pendengar, peraba, perasa,dan pencium. 5 Dari beberapa pengertian persepsi menurut para ahli, dapat dipahami bahwa persepsi adalah Proses individu mengenali atau mengartikan objek melalui bantuan alat indra seperti indra pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Persepsi merupakan keadaan menerima stimulus, apa yang ada dalam diri individu baik perasaan, pengalaman akan ikut berperan aktif dalam proses persepsi oleh individu dalam memaknai objek tersebut. b. Aspek Persepsi Dalam persepsi terdapat aspek-aspek yang bisa dipengaruhi oleh proses persepsi tersebut, aspek persepsi menurut Mc Dowwel & Newel, yaitu : 1) Kognisi Aspek kognisi merupakan aspek yang melibatkan bagaiman cara berpikir, mengenali, memaknai suatu stimulus yang diterima oleh panca indra, serta pengalaman atau yang pernah dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Hurlock menambahkan bahwa selain aspek kognitif berdasarkan atas suatu konsep informasi, aspek kognitif ini juga didasarkan pada pengalaman pribadi dan apa yang telah dipelajari. 6 2) Afeksi Aspek afeksi merupakan aspek yang membangun aspek kognitif. Aspek afeksi mencakup cara individu dalam merasakan, 4
Ibid., Ben Fauzi Ramadhan,“ Persepsi siswa/i SMA terhadap keselamatan berkendara sepeda motor”, Skripsi, pada Universitas Indonesia, h. 6-7 6 Makhsus, “Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang), Skripsi, Jakarta. 2013,h. 8 5
11
mengeksperasikan emosi terhadap stimulus berdasarkan nilai-nilai yang ada pada dirinya dan kemudian mempengaruhi persepsinya. 7 c. Fator-faktor Mendorong Tumbuhnya Persepsi Persepsi dalam prosesnya itu dipengaruhi dengan beberapa faktor-faktor yang membuat proses persepsi itu tumbuh. Menurut Sarlito W. Sarwono bahwa perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal di bawah ini: 1) Perhatian Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada perhatian kita pada suatu objek atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya, menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka. 2) Set Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis “start”terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari, perbedaan set dapat menyebabkan perbedaan persepsi. 3) Kebutuhan Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri seseorang tersebut akan mempengaruhi persepsi. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda akan menyebakan pula perbedaan persepsi. 4) Sistem nilai Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di Amerika serikat yang dilakukan oleh Bruner dan Goddam tahun 1947, Carter dan Schooler tahun 1949 dikutip dalam Sarlito Wirawan Sarwanto, menunjukan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempersepsikan mata uang logam lebih besar dari pada ukuran yang sebenarnya. Gejala ini ternyata tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya. 8 5) Ciri kepribadian Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi seperti dua orang yang bekerja di kantor yang sama berada di bawah pengawas satu orang atasan, orang yang pemalu dan orang yang tinggi kepercayaan dirinya akan berbeda dalam mempersiapkan atasannnya. 9 7 8
Ibid., Sarlito Wirawan Sarwanto, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta, bulan bintang, 2003)
h. 49-50 9
Ibid.,
12
Perbedaan persepsi itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya perhatian, set, kebutuhan, sistem, nilai, dan ciri kepribadian.
B. Konsep Kelas dalam Masyarakat 1. Masyarakat a. Pengertian Masyarakat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “masyarakat adalah sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan berbudaya”. 10 Adapun definisi masyarakat menurut para ahli sosiologi, sebagai berikut : 1) Ralph Linton mengemukakan, bahwa Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosila dengan batas-batas tertentu. 2) Menurut Auguste Comte mengatakan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. 3) Mac Iver dan Page, mengatakan, masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang serta kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat 11 4) Menurut Koentjoroningrat, istilah masyarakat dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat berasal dari akar bahasa arab “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi.”. 12. Maka definisi masyarakat secara khusus adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem tertentu sistem adat-istiadat tertentu
10
Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Gitamedia Press), h. 438 Basrowi, Pengantar Sosiologi, ( Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), Cet. 1, h. 37-39 12 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), Cet. 9, h. 115-116 11
13
bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. 13 Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sosiologi dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah lama hidup bersama dan berinteraksi dalam jangka waktu yang lama dan merupakan sistem sosial yang saling mempengaruhi satu sama lain. b. Ciri-ciri Masyarakat Menurut Durkheim, masyarakat bukanlah hanya sekedar suatu penjumlahan individu semata, melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antarmereka (anggota keluarga), sehingga menampilkan suatu realita tertentu mempunya ciri-cirinya sendiri. Berikut merupakan ciri-ciri masyarakat menurut para ahli : a) Menurut Soerjono Soekanto ciri-ciri masyarakat, antara lain sebagai berikut: 1) Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara teoritas, angka minimumnya ada dua orang yang hidup bersama. 2) Bercampur dengan waktu yang cukup lama. Manusia berkumpul akan menimbulkan manusia baru, Manusia juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya, sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbul peraturanperaturan yang mengatur hubungan antarmanusia dengan kelompok tersebut. 14 3) Mereka sadar bahwa mereka suatu kesatuan. 4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupannya bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lain. 15 b) Abu Ahmadi menambahkan bahwa ciri-ciri masyarakat sebagai berikut : 13
Ibid., h. 118 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), Cet. 44, h. 22 15 Ibid., 14
14
1) 2) 3)
Harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang; Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu; Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama. 16
Berdasarkan ciri-ciri di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah kumpulan orang yang di dalamnya hidup bersama dalam waktu cukup lama, memiliki kesadaran bahwa mereka satu kesatuan, dan menciptakan nilai, norma, dan kebudayaan bagi kehidupan mereka. c. Lapisan masyarakat (Stratifikasi Sosial) 1) Pengertian Kelas Sosial Di dunia tentunya kita akan menjumpai masyarakat yang bervariasi dan dalam suatu masyarakat pasti ada sesuatu yang dihargai
oleh
masyarakat.
Bagi
negara
agraris,
tanah
merupakan sesuatu yang paling dihargai, sedangkan bagi masyarakat industri uang yang paling di hargai, dan untuk masyarakat kota, pendidikan hal yang paling dihargai. Dari sumber-sumber tersebut baik tanah, uang, maupun pendidikan tinggi akan menempati lapisan atas dalam suatu masyarakat. 17 Dalam ilmu sosiologi, pelapisan sosial dalam masyarakat lebih dikenal dengan istilah stratifikasi sosial. Stratifikasi berasal dari kata stratum (jamaknya adalah strata yang berarti lapisan). 18 Menurut Soerjono Soekanto dalam J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, menjelaskan bahwa di dalam setiap masyarakat di mana pun selalu dan pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Baik berupa kekayaan, ilmu pengetahuan, status 16
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), Cet.5, h. 107 Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 215 18 Ibid., 17
15
haji, status “darah biru” atau keturunan keluarga tertentu yang terhormat, atau apa pun yang bernilai ekonomis. Namun, di berbagai masyarakat tentunya sesuatu yang dihargai tidaklah selalu sama. Misalnya, di lingkungan masyarakat pedesaan bahwa tanah dan sawah lebih berharga dibandingkan gelar pendidikan akademis atau perguruan tinggi, sedangkan di masayarakat modern pendidikan gelar akademis atau perguruan lebih berharga. 19 Namun, istilah kelas juga tidak selalu mempunyai arti yang sama,
walaupun
pada
kedudukan-kedudukan
hakikatnya yang
pokok
mewujudkan dalam
sistem
masyarakat.
Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut classsystem. Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Max Weber tetap menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis di bagi nya lagi ke dalam sub yang bergerak dalam bidang ekonomi. 20 Adapun definisi dari kelas sosial menurut para ahli sosiologi, yaitu: a)
b)
Max Weber menyatakan, bahwa sebuah kelas terdiri atas orang-orang yang life chances nya sama, ialah kepentingan ekonomis dalam milik barang-barang dan kesempatan mendapatkan penghasilan, menurut syarat-syarat pasaran barang dan tenaga buruh. 21 Hassan Shadily, menyatakan bahwa kelas sosial adalah sebagai golongan yang terbentuk karena adanya perbedaan kedudukan yang tinggi dan rendah, dan karena adanya rasa segolongan dalam kelas itu masing-masing, sehingga kelas yang satu dapat dibedakan dari kelas yang lain. 22
19
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 152 20 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:Rajawali Pers, 2012), Cet .44, h. 205 21 Ibid., 22 Abdulsyani, Sosilogi Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), Cet. 4, h. 89
16
c)
d)
Menurut Pitrim A. Sorikin yang dimaksud dengan kelas sosial adalah “Pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis). Dimana perwujudannnya adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah. 23 Peter Berger, mendefinisikan kelas sebagai “a type of stratification in which one’s general position in society is basically determinate by economic criteria“. 24 Seperti yang dirumuskan Max dan Weber, konsep kelas dikaikan dengan posisi seorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi. Apabila semakin tinggi perekonomian seserang maka semakin tinggi pula kedudukannya dan bagi mereka perekonomiannya bagus termasuk kategori kelas tinggi (high class), begitu juga sebaliknya bagi mereka yang perekonomiannya cukup, termasuk kategori kelas menengah (middle class), mereka yang perekonomiannya rendah termasuk kategori kelas bawah (lower class). Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli sosiologi di atas penulis menyimpulkan bahwa kelas sosial adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas bertingkat (hierarchis) yang didasarkan pada faktor ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan keterkitan (jabatan). Adapun perwujudannya adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah.
2) Ukuran atau Kriteria Kelas Sosial Ukuran
atau
kriteria
yang
biasa
di
pakai
untuk
menggolongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan masyarakat sebagai berikut : a) Kekayaan dan penghasilan Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak akan menempati kelas teratas. Kekayaan tersebut bisa dilihat seperti, mobil pribadi, rumah, cara berpakaian atau kebiasaan berbelanja. 23
25
Anwar dan Adang. loc.cit Komanto Sunarto, Pengantar Sosiologi. (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2012), h. 93 25 Soekanto, op.cit., h. 208 24
17
b) Pekerjaaan Berbagai pekerjaan juga mempengaruhi pada sisitem pelapisan sosial. Penilaian orang terhadap profesi penarik becak, kuli bangunan, buruh pabrik, dan para pekerja kantoran yang berpakaian bersih, berpenampilan rapi, berdasi dengan mengendarai mobil, selalu membawa Hp tentu memiliki perbedaan status sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok penarik becak. c) Pendidikan Jenjang pendidikan seseorang biasanya mempengaruhi status sosial seseorang di dalam struktur sosial. Maka tinggi rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi polapola kehidupan orang tersebut. Oleh karena itu, seseseorang yang berpendidikan tinggi hingga dokter akan berstatus lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang lulusan SD. 26 3) Macam-macam Kelas Sosial Dikalangan
para
ahli
sosiologi
kita
menjumpai
keanekaragaman dalam penentuan kelas. Marx, membagi kelas dalam dua kelompok, yaitu Borjuis dan Proletar. 27 Namun sejumlah ilmuan sosial membedakan menjadi tiga kelas atau lebih, yakni: 28 a)
b)
Kelas atas, kelas ini ditandai oleh kekayaan, pengaruh baik dalam sektor-sektor masyarakat perorangan ataupun umum, berpenghasilan tinggi, tingkat pendidikan yang tinggi, dan kestabilan kehidupan keluarga. Kelas menengah, kelas ini ditandai oleh tingkat pendidikan yang tinggi, penghasilan dan mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap kerja keras, pendidikan, kebutuhan
26
F. Zahroh , “Pandangan Keluarga Kelas Sosial Menengah Terhadap Pendidikan Agama Islam di Masyarakat Dersa Murocalan Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan” Skripsi pada UIN Sunan Ampel Surabaya, 2011, h. 25 27 Ng. Philipus dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 85 28 Zahroh. loc.cit
18
c)
menabung dan perencanaan masa depan, serta mereka dilibatkan dalam kegiatan komunitas. Kelas bawah, terdiri dari kaum buruh kasar, penghasilannya pun relatif lebih rendah sehingga mareka tidak mampu menabung, lebih berusaha memenuhi kebutuhan masa depan, berpendidikan rendah, dan penerima dana kesejahteraan dari pemerintah. Adapun Daniel Rossidies mengungkapkan adanya lima kelas masyarakat, yaitu :
a)
b)
c)
d)
e)
Kelas atas, terdiri dari keluarga kaya dan berkuasa, yang diperolehnya secara turun-temurun. Anggota kelas ini biasanya menduduki jabatan-jabatan kunci dalam perusahaan, bank, asuransi dan lainnya. Mereka menikmati prestise tinggi dan sangat berorientasi pada budaya konsumsi elit seperti musik dan kesenian lainnya. 29 Kelas menengah atas, terdiri dari manajer bisnis yang sukses, para profesional (dokter, arsistek, pengacara), dan pejabat-pejabat tinggi sipil dan militer. Anggotanya berpenghasilan tinggi dan menghimpun kekayaan melalui investasi dan tabungan. Kelas menengah bawah, terdiri dari pengusaha kecil, profesi rendahan (guru sekolah, pekerja sosial, perawat), salesman, dan karyawan. Pendapatan mereka umumnya hanta dapat menabung sedikit. Kelas pekerja, terdiri dari pekerjaan yang terampil, atau tanpa keterampilan, dan pelajar. Kelompok ini memiliki angka pengangguran yang tinggi, tidak memiliki tabungan, dan prestise rendah. Kelas bawah, terdiri dari orang-orang yang hidup dalam kemisikinan, misalnya para pengangguran, penganggur tak kentara, ibu-ibu terlantar, dan orang-orang miskin yang sakit-sakitan. Kelompok ini menderita karena tekanan ekonomi dan memiliki prestise sosial yang sangat rendah. Mereka sering dianggap sampah masyarakat, pemalas, dan tak berguna. 30 Penelitian ini difokuskan pada masyarakat kelas menengah
dan masyarakat kelas bawah.
29 30
Philipus dan Aini, op.cit., h. 84 Ibid., h. 85
19
2. Masyarakat Kelas Sosial Menengah a. Pengertian Kelas Sosial Menengah Definisi kelas menengah adalah lapisan masyarakat yang terdiri atas pejabat tinggi menengah, pengusaha menengah, guru, dosen, TNI dan pegawai negeri yang telah berkecukupan atau Kelas menengah terdiri dari guru sekolah, pekerja sosial, perawat, salesman, dan karyawan. 31 b. Ciri-ciri Kelas Sosial Menengah 1) Kekayaan Dalam hal kepemilikan lahan atau tanah pertanian kelas sosial menengah pada umumnya menguasai separuh bagian lahan pertanian dari kelas sosial atas. Fakta sosial yang lain juga terlihat antara lain pada bentuk rumah, dari strata atas adalah bagi kelas menengah mereka memilki desain rumah yang kebalikan dari strata atas (berbentuk sederhana, lantai keramik) bagi strata menengah ini juga mereka ada yang berumah panggung belakangnya dan Rumah batu depannya yang disatukan (semi permanen) 32. Luas bangunan ruangan 8 M2 per orang, dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi tidak campur dengan rumah tangga lain. 33 2) Pendidikan Dalam
hal
tingkat
pendidikan
yang
dalam
hal
stratifikasinya, yang strata menengah adalah yang bertamatan S1, D3 dan D2. Dalam pergaulan dengan masyarakat juga terlihat
di
mana
kelas
menengah
adalah
tokoh-tokoh
masyarakat. 34
31
Ibid., Zahroh, op.cit., h. 29-30 33 Dunia Iptek, Indikator Keluarga Sejahtera, 2016, (http://duniaiptek.com/indikatorkeluarga-sejahtera) 34 Zahroh. loc. cit 32
20
3) Ekonomi Batasan ekonomi dalam mengklasifikasikan masyarakat sebenarnya masih abstrak dalam artian tidak ada patokan apakah masyarakat yang mempunyai penghasilan dengan jumlah uang tertentu dapat menjadikan patokan untuk dapat masuk ke dalam kelas sosial tertentu. Akan tetapi klasifikasi dari faktor ekonomi ini dapat kita lihat dari gaya hidup masyarakat tersebut, seperti masyarakat kelas sosial atas kebutuhan hidup selalu terpenuhi dari kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier semuanya serba berkecukupan, dan untuk golongan kelas sosial menengah biasanya kebutuhan primer dan sekunder mereka bisa terpenuhi. 35 Biasanya hampir setiap hari mengkonsumsi daging, ikan, atau susu. 36 4) Gaya hidup (life Style) Menurut Horton dan Hunt Gaya hidup (life Style) yang ditampilkan antara kelas sosial satu dengan kelas sosial bawah berbeda dengan jelas sosial. Sebuah keluarga yang berasal dari kelas menengah, tempat untuk berlibur biasanya tidak di luar negeri, tetapi cukup di Bali, Lombok, Yogyakarta, atau Jakarta, biasanya paling kurang rekreasi sekali dalam tiga bulan, serta dalam hal berpakaian biasanya kelas menengah memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah, dan berpergian dan akan gengsi atau malu bila sebagai penggemar musik dangdut atau penonton setia film India. 37 5) Peluang Hidup dan Kesehatan Studi yang dilakukan oleh Brooks, semakin tinggi kelas sosial orang tua, semakin kecil kemungkinan terjadinya 35
Ibid., Dunia Iptek. loc.cit 37 Narwoko dan Suyanto,op.cit., h. 183 36
21
kematian bayi pada tahun pertama. Anggota yang ekonominya lebih tinggi biasanya menikmati sanitas, tindakan-tindakan pencegahan seperti perawatan medis yang lebih baik dan jika jatuh sakit mereka biasanya mempunyai tabungan yang biasanya disisihkan dari penghasilan untuk berobat. 38 Biasanya anak sakit dibawa ke sarana/petugas kesehatan, serta biasanya memiliki asuransi kesehatan. 39 6) Respons Terhadap Perubahan Setiap kali terjadi proses perubahan, Kelas menengah di mana sebagian besar berpendidikan relatif memadai cenderung lebih responsive terhadap ide-ide baru, sehingga lebih sering bisa memetik manfaat dengan cepat atau program baru atau inovasi yang di ketahui. 40 7) Peluang Bekerja dan Berusaha Tingkat pendidikan yang tinggi dan uang yang dimiliki akan lebih mudah untuk membuka usaha atau mencari pekerjaan yang sesuai dengan minatnya.
41
8) Kebahagiaan dan Sosialisasi dalam Keluarga Menurut Horton dan Hunt, Orang-orang kaya umumnya lebih mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka, sehingga lebih kemungkinan untuk merasa bahagia daripada orang-orang yang kurang berada perselisihan dan terjadinya tindakan kekerasan di antara anggota keluarga dalam satu sama lainnya di kalangan keluarga yang berada dalam banyak hal relatif kecil. 9) Perilaku Politik Kelas menengah yang berafiliasi merasa karir politiknya tengah menanjak biasa akan cenderung bersika sama seperti 38
Ibid., h.185 Dunia Iptek, loc. cit 40 Ibid., h.186 41 Ibid., 187 39
22
kelas atas, yakni konservatif dan sama sekali jauh dari sikap radikal. 42 3. Masyarakat Kelas Sosial Bawah a. Pengertian Kelas Sosial Bawah Definisi kelas bawah adalah lapisan masyarakat yang terdiri Kelas terdiri dari orang-orang yang hidup dalam kemiskinan, seperti: buruh tani, buruh bangunan, buruh perkebunan, pekerja kasar, pedagang kecil, buruh harian lepas, pengangguran, pengangguran tak kentara, ibu-ibu terlantar, dan orang miskin yang sakit-sakitan. Kelompok ini menderita karena tekanan ekonomi dan memili prestise sosial yang rendah. Mereka sering dianggap sampah masyarakat, pemalas, dan tak berguna. 43 b. Ciri-ciri Kelas Sosial Bawah 1) Kekayaan Masyarakat kelas bawah adalah mereka biasanya yang berumah gedek yang pondasinya sudah dibangun tapi belum jadi (ditembok) 44 dan luas lantai tempat tinggal kurang dari 8 m2 dan memiliki fasilitas kamar mandi bersama rumah tangga lainnya. 45 2) Pendidikan Dalam pendidikan masyarakat Kelas bawah adalah tamatan SMA,SMP, SD, dan buta huruf. Sedangkan dalam pergaulan kelas bawah adalah dari kalangan masyarakat biasa. 46 Dalam pendidikan anak mereka tidak mampu untuk membiayai anak dan mendapatkan bantuan pendidikan dari pemerintah. 47 3) Ekonomi
42
Ibid., h. 189-190. Philipus dan Aini. loc.cit 44 Ibid., 45 Dunia Iptek. loc.cit 46 Zahroh. loc.cit 47 Dunia Iptek. loc.cit 43
23
Batasan ekonomi dalam mengklasifikasikan masyarakat sebenarnya masih abstrak dalam artian tidak ada patokan apakah masyarakat yang mempunyai penghasilan dengan jumlah uang tertentu dapat menjadikan patokan untuk dapat masuk ke dalam kelas sosial tertentu. Namun, klasifikasi dari faktor ekonomi ini dapat kita lihat dalam memenuhi kebutuhan primer pun mereka harus berjuang lebih keras untuk memenuhinya. 48 Biasanya mereka mengkonsumsi daging, ikan dan susu seminggu sekali atau bahkan ssetahun sekali dan makan dalam sehari hanya sekali atau dua kali.
49
4) Gaya hidup (life Style) Kalau kelas bawah, biasanya mereka hanya berlibur di kota-kota terdekat yang tempatnya lebih sejuk atau sekedar jalan-jalan ke pusat perbelanjaan untuk menghabisi waktu luang, bahkan hanya mengisi waktu uang dengan menonton televisi di rumah atau sesekali pergi ke Kebun Binatang, pantai ancol,. Masyarakat kelas bawah terkadang meniru pakaian yang dikenakan gaya hidup kelas sosial di atasnya dengan membeli barang-barang tiruan. 50 Biasnaya membeli pakaian baru setahun sekali 5) Peluang Hidup dan Kesehatan Studi yang dilakukan oleh Robert Chambers pada tahun 1987 menemukan bahwa di lingkungan keluarga yang miskin, tidak berpendidikan dan rentan, mereka umumnya lemah jasmani, dan mudah terserang penyakit.
51
Studi yang dilakukan oleh Brooks pada tahun 1975 menemukan bahwa kecenderungan terjadinya kematian bayi ternyata dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya kelas sosial. Kaum 48
Zahroh. loc.cit Dunia Iptek. loc.cit 50 Narwoko dan Suyanto, op.cit., h. 183-184 51 Ibid., 183-185 49
24
ibu yang kurang berpendidikan, kematian bayi relatif tinggi, karena rendahnnya pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengertiannya terhadap perawatan kesehatan dan biasanya masyarakat bawah ketika mereka jatuh sakit tidak mempunyai tabungan karena upah mereka cukup untuk makan sehari-hari. 52 Biasanya mereka mendapatkan bantuan kesehatan dari pemerintah. 53 6) Respons Terhadap Perubahan Setiap kali terjadi proses perubahan, berbeda-beda respons kelas menengah dan kelas bawah. Kelas bawah cenderung yang paling lambat dalam menerapkan ha-hal baru, khususnya dalam hal mengambil keputusan. Menurut I.B Irawan dalam J. Dwi Narwono
dan
Bagong
Suyanto
petani
miskin
dan
berpendidikan rendah, umumnya mereka cenderung lebih lambat program KB mandiri daripada kelas sosial di atasnya. 7) Peluang Bekerja dan Berusaha Kelas bawah akibat belitan atau perangkap kemiskinan dan pendidikannya rendah, mereka umumnya rentan, dan tak berdaya dan kecil kemungkinan untuk bisa memperoleh pekerjaan yang memadai atau kemungkinan untuk melakukan diversikasi. Orang-orang miskin sering mendapatkan bantuan kredit permodalan baik lewat KUD (Koperasi Unit Desa), BRI Unit Desa, tetapi sering kali tidak bisa menyelesaikan masalah kemiskinan dengan tuntas. Tunggakan kredit terus meningkat dan ada kecenderungan untuk tidak bisa terbayar. Banyak ternyata digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
52 53
Ibid., Dunia Iptek. loc.cit
25
Masyarakat kelas bawah boros dan tidak memiliki etos kewirausahaan yang baik. 54 8) Kebahagiaan dan Sosialisasi dalam keluarga Horton dan Hunt pada tahun 1984, menyatakan bahwa tindak kekerasan paling besar di alami oleh keluarga-keluarga yang serba susah artinya mengalami berbagai macam masalah dan kemiskinan yang mencekik. 55 Menurut Staus, Gelles, dan Stainmets pada tahun 1980 figur ayah dalam keluarga biasanya kasar, tidak berpendidikan pengangguranm atau terjepit oleh pekerjaan yang rendah gaji. 9) Perilaku Politik Di lingkungan orang yang tidak berpendidikan, khususnya kalangan kelas bawah, cenderung kuran berpendidikan dan kurang sikap kritis mereka.
56
C. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Sosial 1. Pengertian, Tujuan, dan Komponen Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Mendidik secara insting segera diikuti oleh mendidik yang bersumber dari pikiran dan pengalaman manusia. Manusia mampu menciptakan
cara-cara
mendidik
karena
perkembangan
pikirannnya. Demikianlah banyak ragam mendidik orang tua terhadap anak. Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu: “Proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”. 57
54
Narwoko dan Suyanto, op.cit., h. 185 Ibid, h. 186-189 56 Ibid., h. 190 57 Tim Prima Pena, op.cit.,h. 204 55
26
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 58 Para ahli pendidikan memberikan pengertian pendidikan dengan bermacam-macam pengertiannya, diantaranya adalah 1) Mudyahardjo, mengatakan bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hidup. 2) J. J Rousseau, berpendapat pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak akan tetapi diperlukan masa dewasa. 59 3) Menurut Ki Hajar Dewantara kata “pendidikan” mempunyai arti sesuatu yang menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai warga negara dapat mencapai mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 60 4) Zamroni dalam Rusli Yusuf mengatakan bahwa, pendidikan memegang peranan penting dalam usaha keras untuk menciptakan pembangunan kehidupan yang lebih beradab dan berbudaya tinggi peranan pendidikan dalam pembangunan guna mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan semakin penting. 61 Dari definisi tersebut, ternyata ada yang membatasi pendidikan pendidikan sampai dewasa. Artinya, kalau seseorang sudah dewasa dalam arti sudah bisa berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakan yang dipilihnya sendiri, baik untuk 58
Abdul Kadir, op.cit., h. 62 Ibid., h. 59 60 Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet.2, h. 10 61 Rusli Yusuf, Pendidikan sebagai Investasi Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet.1, h. 59
7
27
kepentingan diri maupun sosial, dan tidak ada batasan umur untuk seseorang yang di didik. Jadi, pendidikan berlangsung seumur hidup bahkan juga termasuk pendidikan dalam kandungan. Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan, namun pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keseragaman arti. Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa, pendidikan adalah suatu proses usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh seseorang yang merupakan kegiatan manusiawi guna untuk mencapai tujuan. b. Tujuan Pendidikan Menurut
Abdul
Kadir
Tujuan
pendidikan
merupakan
perpaduan tujuan-tujuan yang bersifat pengembangan kemampuankemampuan individu secara optimal dengan tujuan-tujuan yang bersifat sosia untuk dapat memainkan perannya sebagai warga dalam lingkungan dan kelompok sosial. 62 Tujuan pendidikan nasional yang tertulis dalam UURI No. 20 Tahun 2003 BAB II Pasal 3, untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 63 Secara umum tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia, baik tujuan-tujuan sekolah, perguruan tinggi, maupun tujuan nasional sudah mencangkup ketiga ranah perkembangan manusia, seperti tertulis dalam teori-teri pendidikan, yaitu perkembangan : 1) Afeksi 2) Kognisi 3) Psikomotorik
62
Abdul Kadir, op.cit., h. 61 Departmen Agama, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, 2015, h. 3, (http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf). 63
28
Tujuan pendidikan Indonesia ialah membentuk manusia seutuhnya, dalam arti berkembangnya potensi-potensi individu secara berimbang, optimal, dan terintegrasi. 64 c. Komponen-Komponen Pendidikan Pendidikan membentuk batang tubuh ilmu bergantung pada komponen-komponen, sebagai berikut : 1) Kurikulum Kurikulum merupakan ilmu pendidikan yang dijadikan sebagai bahan acuan interaksi, baik bersifat eksplisit maupun implisit.65 Perubahan kurikulum untuk menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan masyarakat. 66 2) Guru dan Tenaga Pengajar Jumlah guru dan siswa yang diperlukan untuk setiap kelas tergantung pada standar yang diterapkan. Peningkatan jumlah disertai dengan peningkatan jumlah guru secara seimbang. Untk meningkatkan mutu pendidikan, maka mutu guru juga harus ditingkatkan, baik melalui pelatihan atau pengembangan lembaga pendidikan. 3) Sarana dan Prasarana Untuk mengakomodasi jumlah dan pengembangan murid serta pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, konsekuensinya adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana seperti buku dan alat sekolah prasarana seperti gedung sekolah, ruang kelas, dan laboratorium. Sarana dan prasarana memegang penting dalam pembangunan pendidikan dan merupakan instrumen pendidikan. 67 4) Lingkungan Pendidikan 64
Made Pidarta, op.cit., h. 15-20 Nanang Fatah, Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 5, h. 14 66 Ace Suryadi, Pendidikan Investasi SDM, dan Pembangunan : Isu, Teori, dan Aplikasi, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet. 2, h. 105 67 Ibid., h. 102 65
29
Lingkungan pendidikan berkenaan dengan di mana interaksi belajar dan mengajar berlangsung, di antaranya: perencanaan, pendidikan,
manajemen
pendidikan,
bimbingan
konseling,
kebijakan ekonomi, dan ekonomi pendidikan. 68 2. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial Konsep pendidikan sebagai suatu investasi (education as investment) telah berkembang secara pesat dan semakin diyakini oleh setiap negara, bahwa pembangunan sektor pendidikan merupakan syarat kunci untuk pertumbuhan sektor-sektor pembangunan lainnya. Konsep tentang investasi Sumber Daya Manusia (Human Capital invesment) yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi (economic growth) sudah di pikirkan Adam Smith pada tahun 1776, lalu pada tahun 1875 oleh Heirinch Von Thuner, namun baru mengemuka tahun 1960 setelah pidato Thodero Shchutz yang berjudul "Investment in humman capital" di hadapan The American Economic Association”. Pidato Thodore Schultz yang dikutip Agus Irianto mengatakan bahwa proses perolehan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, akan tetapi merupakan sebagai bentuk investasi. 69 Kebijakan investasi ekonomi dan investasi sosial yang intensif dan berkelanjutan diharapkan dapat membawa perubahan masyarakat menjadi masyarakat madani atau lebih di kenal dengan istilah civil society. Di mana masyarakat civil society merupakan masyarakat yang mandri dan dinamis dalam menerima berbagai perubahan-perubahan zaman. a. Investasi Ekonomi 1) Pengertian Investasi Pendidikan sebagai investasi menurut pendapat para ahli, di antaranya : 68
Fatah, op. cit., h. 15 Agus Irianto, Pendidikan sebagai Investasi Dalam Pembangunan Suatu Bangsa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013). Cet. 2, h. 3 69
30
a)
Menurut Nanang Fatah “ Pendidikan mempunyai peranan penting dalam peningkatan sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga berpengaruh terhadap fertilitas masyarakat. Pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan lingkungan kerja. Oleh karena, itu tidaklah mengherankan apabila negara yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai tingkat ekonomi yang pesat”. 70 b) Menurut Ace Suryadi “ Pendidikan dapat dianggap sebagai investasi yang dianggap mampu membantu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian tenaga kerja sebagai modal untuk dapat bekerja lebih produktif sehingga dapat meningkatkan pengasilan di masa yang akan datang. Pengaruh pemikiran bahwa pengembangan SDM adalah suatu sarana investasi terus berkembang sepanjang zaman”. 71 2) Pengembangan Sumber Daya Manusia Modal Sumber Daya Manusia (human capital) merupakan saham yang berupa keterampilan, serta pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan serta pengalaman dan digunakan dalam melaksanakan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Sehingga, dapat menghasilkan nilai ekonomi atau pendapatan
yang
menunjang. Mengingat sumber daya manusia merupakan komponen faktor produksi yang paling tinggi mobilitasnya maka perlu adanya peningkatan kemampuan mereka melalui jalur pendidikan baik secara formal dan informal. Dalam zaman era globalisasi ilmu, teknologi serta seni berkembang begitu pesat. Perkembangan ilmu dan teknologi mempengaruhi perubahan perilaku tenaga kerja. Untuk itu pengetahuan serta keterampilan sumber daya manusia perlu ditingkatkan, agar menciptakan tenaga kerja yang profesional. 72 70
Fatah, op. cit.,h. 77 Suryadi, op. cit., h. 32 72 Irianto, op. cit., h. 62 71
31
Pendidikan secara fungsional dapat melahirkan kemampuan serta keterampilan bagi calon tenaga kerja, sehingga dapat memperoleh pendapatan
yang
sesuai
dengan
keterampilan
dan
pendidikannya. 73 Adapun jalur untuk melakukan pengembangan Sumber Daya Manusia, di antaranya pendidikan, pelatihan kerja, peningkatan gizi dan kesehatan, serta mobilitas tenaga kerja. a) Pendidikan Melalui pendidikan, sikap dan nilai sumber daya manusia ditanamkan
lalu
dikembangkan
secara
sistematis
dan
terprogram melalui proses tertentu, sehingga sumber daya manusia akan semakin yang tinggi nilainya baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, politik, serta nilai-nilai pembangunan. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka semakin tinggi juga keterampilan dan kemampuannya yang dapat di sumbangkan produktivitas dimilikinya
terhadap
masyarakat atau bangsa.
kesejahteraannya
dan
terhadap
74
b) Pelatihan Kerja Kursus/lembaga yang menangani pelatihan yang bersifat khusus, untuk menampung tenaga kerja yang butuh didikan.75 Program pelatihan diperlukan untuk meningkatkan kompensasi atas rendanya tingkat pendidikan dan kualitas tenaga kerja. c) Peningkatan Gizi dan Kesehatan Tingkat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh ketersediaan rumah sakit, klinik, jumlah dokter, serta perawat dan hasilnya terlihat dalam bentuk angka harapan hidup. Penghasilan mempengaruhi konsumsi, tabungan, dan investasi namun ratarata tingkat penghasilan masyarakat tergolong rendah dan 73
Suryadi. loc. cit Ibid., 75 Irianto, loc. cit 74
32
sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sehingga sangat kecil digunakan untuk tabungan dan investasi. 76 d) Mobilitas Tenaga Kerja Konsep mobilitas tenaga kerja digunakan untuk meningkatkan poduktivitas tenaga kerja. 3) Penghargaan terhadap Sumber Daya Manusia Pemberian penghargaan/ kontra prestasi kepada sumber daya manusia merupakan salah satu bentuk balas jasa terhadap produktivitas yang telah mereka sumbangkan ke lembaga. Manusia yang berkualitas merupakan modal terpenting dalam lembaga di mana
mereka
bekerja,
untuk
mempertahankan
mereka
lembaga/perusahaan menaiki kontra prestasi. Jika penghargaan yang diberikan tidak dapat mencukupi harkat hidup minimum mereka, maka kinerja mereka akan turun dan jika penghargaan yang diberikan kepada mereka dapat mencukupi, maka kinerja mereka akan naik. Penghargaan yang diberikan sering tergantung pada tingkat pendidikan tenaga kerja karena mempunyai hubungan positif terhadap kinerja. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian besar peneliti yang menyatakan bahwa kenaikan atau besaran pendapatan sejalan dengan tingkat pendidikan, setiap tahun tambahan dari pendidikan di perkirakan menambah pendapatan sebesar 5%-16%. 77 4) Nilai Balikan Pendidikan Pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran untuk pendidikan harus dipandang sebagai investasi produktif dan tidak semata-mata dilihat sebagai sesuatu yang konsumtif tanpa manfaat balikan yang jelas (rate of return). 76
78
Payaman J. Simanjuntak, Manajemen & Evaluasi Kinerja, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2011), h. 89-90 77 Irianto, op. cit., h. 67 78 Ibid, h. 9
33
Tingkat balik (rate of return) terhadap investasi Sumber Daya Manusia memang cenderung lebih tinggi tingkat pendidikan dan keterampilan yang memberikan konstriibusi kepada pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan Tingkat Hasil balikan terhadap investasi kapital atau modal fisik. 79 Dari berbagai penelitian yang dilakukan
oleh
membuktikan
para
bahwa
ahli
seperti
pendidikan
Schultsz berperan
dan
Harbison
dibidangya
dan
berdampak pada produktivitasnya, hal ini berdampak pada produktivitas dalam nasional. 80 5) Masalah Investasi Ekonomi a) Kurangnya kualiatas pendidik dan kesejahteraannya Pendidik merupakan salah satu yang berperan dalam meningkatkan
sumber
daya
manusia
pada
bidang
pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka seorang pendidik juga harus meningkatkan kualitasnya terlebih dahulu. Pendidik, baik Guru dan dosen merupakan pekerjaan yang berprofesi khusus, yaitu mendidik dan mengayomi, hal ini ditegaskan dalam UU No 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan profesioanal guru di Indonesia yaitu mengharuskan para guru dan dosen memiliki sertifikasi guru, hal ini sematamata untuk meningkatkan akademik dan kompetensi mereka. 81 Namun, masalah yang terjadi guru dan dosen yang memiliki sertifikasi kadang tunjangan tambahan itu tidak keluar, hal ini disebabkan tuntutan tambahan 24 jam guru tidak seimbang dengan jumlah guru dan kelas di wilayah tersebut. tidak berimbang dengan pendaapatan
79
Suryadi, op. cit., h. 253 Irianto, op. cit.., h. 30 81 Yusuf, op. cit., h. 79-83 80
34
yang mereka terima sehingga kesejahteraan guru nampak minim.82 b) Kemiskinan Salah satu permasalahan penghambat investasi adalah Kemiskinan. Menurut Gregorius Sahdan mengatakan kemiskinan telah membatasi beberapa hak rakyat. Bentuk usaha untuk memberantas kemiskinan adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakatyang dibantu oleh pemerintah dalam bentuk kesejahteraan sosial. 83 b. Investasi Sosial 1) Pengertian Investasi Sosial Salah satu keberhasilan pembangunan bukan hanya dilihat pada fisik semata, namun pada sektor non fisik juga harus diperhatikan, seperti investasi sosial. Menurut Carlonie Pascarina yang dikutip oleh Rusli Yahya Yusuf mengatakan bahwa investasi sosial yang terbaik adalah pada bidang pendidikan. Investasi pada pendidikan seumur hidup (life long learning), kesehatan, dan pengembangan komunitas sebagai modal sosial merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa mendatang. 84 2) Pengembangan Investasi Sosial Masyarakat Indonesia yang berkualitas harus memiliki komitmen terhadap pembangunan nasional, yang didukung oleh landasan moral dan kepribadian bangsa. Untuk itu di sekolah perlu adanya pendidikan pancasilauntuk memperkuat moral mereka. Selain itu, era globalisasi menimbulkan pemudaran
nilai
kemanusiaan
penguasaan iptek. 85
82
Irianto, op. cit., h. 66-123 Yusuf, op. cit., h. 108-110 84 Ibid., h. 3 85 Suryadi, op. cit.. h. 296 83
35
karena
dituntut
untuk
Adapun pengembangan Investasi Sosial melalui pendidikan berdasarkan tujuan pendidikan dan pendidikan berkarakter insan kompetitif , sebagai berikut: Tujuan pendidikan nasional yang tertulis dalam UURI No. 20 Tahun 2003 BAB II Pasal 3, untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 86 Insan kompetitif, sebagai berikut: 87 a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l) m)
Berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan Bersemangat juang tinggi Jujur Mandiri Pantang menyerah Pembangun dan pembina jejaring Bersahabat dengan perubahan Inovatif dan menjadi agen perubahan Produktif Sadar mutu Berorientasi global Pembelajaran sepanjang hayat Menjadi rahmat bagi semesta alam. Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruknya, memelihara apa yang baik, serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari. 88 3) Masalah Investasi Sosial Masalah investasi sosial,antara lain : a) Minum-minuman keras
86
Departmen Agama. loc. cit LPM Jateng, Kurikulum 2013 Membangun Pendidikan Karakter, 2015, (http://www.lpmpjateng.go.id/web/index.php/arsip/artikel/915-kurikulum-2013-membangunpendidikan-karakter) 88 Ibid., 87
36
b) Ikut-ikutan memakai narkoba c) Bermain di klub malam yang dapat minimbulkan sifat erotis d) Korupsi yang dilakukan oleh para petinggi negara, dan mereka berasalah dari kalangan berpendidikan. 89
D. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Makhsus. Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013. Judul skripsi: “Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang)”, menyimpulkan bahwa terdapat persepsi negarif 52,5%, dan persepsi 47,5% yang berkembang di dalam persepsi pola pikir masyarakat kampung perjamuran. Diidikasi terdapat persepsi negatif dan positif yang ditemukan oleh peneliti di dalam pola pikir masyarakat kampung pejamuran tentang pentingnya pendidikan formal 12 tahun di kampung pejamuran, desa pasilian, kecamatan kronjo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan yang menjadi sampel berjumlah 40 jiwa masyarakat. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan angket untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pendidikan. 90 2. F. Zahroh. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Judul Skripsi : “Pandangan Keluarga Kelas Sosial Menengah Terhadap Pendidikan Agama Islam di Masyarakat Desa Morocalan Kecamatan Glagan Kabupaten Lamongan”, pandangan keluarga kelas sosial menengah terhadap pendidikan agama Islam, sangat berperan penting bagi kehidupan mereka dan diberikan pendidikan di awali sejak dini di keluaraga, metode penelitian ini menggunakan kualitatif yang 89 90
Made Pidarta, op. cit., h. 185 Makhsus, op. cit., h. iii
37
menghasilkan data deskriptif berupa perkataan. Teknik Pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi, teknik interview atau wawancara, dan teknik dokumentasi. 91 3. Nurul Hasanah. Universitas Negeri Medan. Judul jurnal: Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Pada Keluarga Buruh Tani di Dusun Aluran Naga Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbuta). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani di Dusun Aluran Naga Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbatu mayoritas (52,3%) tergolong sedang; 2) tingkat pendidikan anak buruh tani mayoritas (40%) bersekolah pada tingkat SMP/sederajat dan beberapa keluarga buruh tani juga memiliki anak yang putus sekolah yaitu sebanyak 4,6% putus sekolah hanya sampai tamat SD, 10,8% hanya tamat SMP, dan 16,9% hanya tamat SMA. 3) Hasil penelitian diperoleh nilai rxy > rtabel yaitu 0,342 > 0,244 dan t hitung > t tabel yaitu 2,889 > 1,67 serta besarnya kotribusi (sumbangan) kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap tingkat pendidikan anak sebesar 11,70%. Terdapat hubungan yang signifikan kondisisosial ekonomi keluarga buruh tani dengan tingkat pendidikan anak di Dusun Aluran Naga Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbatu. Metode pelitian ini menggunakan pendekatan asosiatif dan jenis penelitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 20% dari jumlah populasi atau sebanyak 65 kepala keluarga. Teknik dan alat dalam pengumpulan data penelitian ini adalah angket dan dokumentasi, teknik analisis data menggunakan uji korelasi Product Momen dan ujit. 92
91
Zahroh, op. cit., h. 80 Nurul Hasanah, “Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Pada Keluarga Buruh Tani di Dusun Aluran Naga Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbatu”, Jurnal pada Universitas Negeri Medan, 2013. 92
38
Tabel 2.1 Penelitian Relevan No. 1.
2.
Judul Penelitian Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang)
Inti Penelitian Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan di Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang
Pandangan Keluarga Kelas Sosial Menengah Terhadap Pendidikan Agama Islam di Masyarakat Desa Morocalan Kecamatan Glagan Kabupaten Lamongan
Untuk mengetahui bagaimana pandangan Keluarga Kelas Sosial Menengah Terhadap Pendidikan Agama Islam di Masyarakat Desa Morocalan Kecamatan Glagan Kabupaten Lamongan
39
Perbedaan
Persamaan
Menggunakan metode deskriptif kualitatif, variabel X nya pendidikan formal 12, dan tidak menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan angket
Menggunakan metode kualitatif deskriptif, variabel X Kelas Sosial Menengah, Variabel Y Pendidikan Agama Islam, dan tidak mengggunakan teknik pengumpulan data angket
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentai
No. 3
Judul Penelitian Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Pada Keluarga Buruh Tani di Dusun Naga Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbut a
Inti Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani dengan tingkat pendidikan anak di Dusun Naga Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbuta
Perbedaan Menggunakan pendekatan metode asosiatif, Variabel Y Tingkat Pendidikan Anak, pengambilan sampel sebanyak 20%, teknik dan pengumpulan data penelitian tidak menggunakan wawancara dan teknik analisis menggunakan uji kolerasi
Persamaan Teknik Pengumpulan data dengan menggunakan Angket dan Dokumentasi, serta menggunakan Uji T
Penelitian yang relevan tersebut menjadi bahan untuk mempertegas posisi penelitian yang akan saya lakukan.
E. Kerangka Berpikir Di zaman era globalisasi seperti saat ini, tentunya pendidikan merupakan hal yang umum dan penting bagi kehidupan di masyarakat. Pada umumnya persepsi masyarakat tentang pendidikan berbeda-beda. Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap suatu objek yang diamati melalui indera. Persepsi masyarakat berasal dari masyarakat kelas menengah dan masyarakat kelas bawah dengan masing-masing dimensi aspek kognitif yang berindikator perhatian, set, kebutuhan, sistem nilai, dan ciri kepribadian dan aspek afeksi indikator yaitu perilaku. Adapun masyarakat kelas menengah dan kelas bawah dengan masing-masing indikator kekayaaan, pendidikan, ekonomi, gaya hidup (life style), peluang hidup dan kesehatan, respon masyarakat terhadap perubahan, peluang bekerja dan berusaha, kebahagiaan dan sosialisasi dengan keluarga, serta perilaku politik. Kekayaan bagi masyarakat kelas menengah tentunya 40
hartanya lebih kaya di bandingkan kelas bawah, begitu juga dalam hal pendidikan kelas menengah rata-rata lulusan D3, D4, dan S1 sedangkan kelas bawah pendidikan tertinggi SMA dan paling rendah tidak sekolah bahkan tidak dapat membaca, selanjutnya secara ekonomi kelas menengah dapat mencukupi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier sedangkan kelas bawah untuk memenuhi kebutuhan primer terkadang kesulitan. Gaya hidup (life style) kelas menengah tentunya sering berlibur ke luar kota dan kelas bawah hanya sekitar daerah tempat tinggalnya, selanjutnya peluang hidup dan kesehatan kelas menengah mendapatkan perawatan medis yang baik dari pada kelas bawah, respons terhadap perubahan umumnya kelas menengah cenderung lebih cepat dan respons terhadap ide serta inovasi dibandingkan kelas bawah. Peluang kerja dan berusaha lebih besar peluangnya untuk kelas menengah dibandingkan kelas bawah, karena pada umumnya
masyarakat
kelas
menengah
lebih
berpendidikan
dan
mempunyai uang. Kebahagiaan dan sosialisasi di Keluarga kelas menengah lebih bahagia dibanding kelas bawah, selanjnya perilaku politik masyarakat kelas menengah tidak radikal dan kelas bawah tidak kritis. Pendidikan sebagai investasi ekonomi yang berindikator pada pengembangan sumber daya manusia, penghargaan terhadap sumber daya manusia. nilai balikan pendidikan, pengaruh pendidikan terhadap pembangunan, dan masalah investasi ekonomi, serta pendidikan sebagai investasi sosial yang berindikator pengembangan investasi sosial dan masalah investasi sosial. Hal ini juga telah di perkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Makhsus, F. Zahroh, dan Nurul Hasanah. Untuk memudahkan kerangka berpikir di lukiskan dalam bentuk bagan yang melukiskan keterkaitan logis variabel-variabel peneliti
41
• • • • • • • •
•
Kelas Menengah Indikator Kekayaan Pendidikan Ekonomi Gaya hidup (life style) Peluang hidup dan Kesehatan Respons terhadap perubahan Peluang bekerja dan berusaha Kebahagiaan dan sosialisasi dengan keluarga Perilaku politik
Temuan Penelitian • Makhsus • F. Zahroh • Nurul Hasanah
Persepsi masyarakat • Kognisi • Afeksi Pendidikan Sebagai investasi ekonomi • Pengembanga n sumber daya manusia • Penghargaan terhadap sumber daya manusia • Nilai balikan pendidikan • Pengaruh pendidikan terhadap pembangunan • Pemasalahan investasi
• • • • • • • •
• Pendidikan sebagai investasi sosial • Pengembangan investasi sosial • Masalah investasi sosial
Hasil Penelitian dan kesimpulan
Temuan Penelitian • Makhsus • F. Zahroh • Nurul Hasanah
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Modifikasi penulis dari berbagai sumber 42
Kelas Bawah Indikator Kekayaan Pendidikan Ekonomi Gaya hidup (life style) Peluang hidup dan Kesehatan Respons terhadap perubahan Peluang bekerja dan berusaha Kebahagiaan dan sosialisasi dengan keluarga Perilaku politik
F. Pengajuan Hipotesis Mengarah pada rumusan masalah dan kerangka berpikir, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: Ho= Tidak Terdapat Perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah terhadap pentingnya pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat). H a = Terdapat Perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat).
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian ini, di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat. Objek penelitiannya Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat Waktu penelitian yang dibutuhkan untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk penelitian, maka penelitian di laksanakan pada bulan April s/d Oktober 2016. Tabel 3.1 Waktu Penyelesaian Penelitian No
Kegiatan
Jadwal Kegiatan
1.
Penyusunan BAB I
06 April-08 juni
2.
Penyusunan BAB II
13 Juni-14 juni
3.
Penyusunan BAB III dan Pembuatan Instrumen Uji Validitas Instumen
4. 5.
22 Juni-04 Agustus 05Agustus-12 Agustus
6
Pengumpulan dan Pengelolaan Data Penyusunan BAB IV
7
Penyusunan BAB V
31Agustus—20 September 21 September-04 Oktober 04 Oktober-05 Oktober
B. Metode Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif, yaitu metode yang data penelitiannya berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala dalam masyarakat biassanya harus diperkecil dan meyakinkan. 1 1
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2012), cet.4, h. 104
44
C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 2 Dalam penelitian skripsi ini populasi yang diambil adalah Masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Bawah di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut 3. Penetapan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Purposive Sampling adalah teknik penentuan dengan pertimbangan tertentu 4. Adapun jumlah masyarakat kelas menengah 16 orang karena kurang dari 100 dan 25% masyarakat kelas bawah dengan jumlah 44 orang, dengan demikian yang menjadi sample sebanyak 60 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data perlu dilakukan dengan tujuan agar peneliti mendapatkan data-data yang valid dalam penelitian. Peneliti menggunakan metode sebagai berikut: 1. Observasi Observasi
atau
pengamatan
langsung
merupakan
teknik
pengumpulan data dengan menggunakan Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan
mengadakan
pengamaan
kegiatan
yang
sedang
berlangsung. 5 Peneliti melakukan pengamatan langsung di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat, untuk mencari data seputar perbedaan persepsi
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007 Cet. 3, h. 80 3 Ibid., h. 81 4 Ibid., h. 85 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 163
45
masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial. 2. Kuesioner Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. 6 Dalam menggunakan metode kuesioner atau angket, instrumen yang digunakan adalah pedoman kuesioner atau angket Teknik ini untuk memperoleh perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial. 3. Interview (Wawancara) Interview
(Wawancara)
merupakan
alat
atau
instrumen
pengumpulan data penelitian. Apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih mendalam dan jumlahrespondennya sedikit/kecil. 7 Adapun instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara untuk peneliti menamhkan hasil penelitiannya. 8 4. Studi Dokumenter Peneliti menggunakan metode dokumentasi, yaitu dengan cara pengumpulan data dan mencari dokumen-dokumen, baik berupa daftar anggota maupun yang lainnya terkait dengan penelitian.
E. Instrumen Penelitian 1. Definisi Operasional a. Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Bawah adalah pandangan individu tersebut terhadap suatu objek dapat
6
Ibid, h. 151 Sugiyono, op. cit., h. 137-142 8 Arikunto, op. cit., h. 161 7
46
diukur melakui aspek kognisi dan afeksi. Adapun indikator aspek kognisi yaitu perhatian, set, kebutuhan, sistem nilai dan ciri kepribadian, serta indikator aspek afeksi, yaitu perilaku. Dari aspek kognisi dan afeksi menyebabkan perbedaan tanggapan antara individu dengan individu lainnya terhadap suatu objek. b. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial Pendidikan sebagai investasi ekonomi dan sosial adalah pendidikan mempunyai peran dalam meningkatan sumber daya manusia
karena
mempengaruhi
pertumbuhan
ekonomi.
Peningkatan sumber daya manusia dapat melalui pengembangan sumber daya manusia, penghargaan terhadap sumber daya manusia nilai balikan pendidikan, dan pengembangan investasi sosial. Adapun indikator pengembangan sumber daya manusia yaitu pendidikan, peningkatan gizi dan kesehatan, pelatihan kerja, dan mobilitas kerja. Indikator penghargaan terhadap sumber daya manusia,yaitu gaji. Indikator nilai balikan pendidikan, yaitu keterampilan, serta indikator pengembangan investasi sosial adalah insan kompetitif. 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. 9 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisoner/angket dan wawancara. Agar pengumpulan data lebih tertuju pada tujuan yang dicapai, maka peneliti membuat kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut:
9
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D, h. 102
47
Table 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial No
Variable
Dimensi
Indikator
Soal
Item
1.
Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Masyarakat Kelas Bawah Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi
Aspek Kognisi
Perhatian Set Kebutuhan Sistem nilai Ciri kepribadian Perilaku Pendidikan Peningkatan Gizi dan Kesehatan Pelatihan Kerja Mobilitas Kerja Gaji
4,18 11 1,5 8 7,10
2 1 2 1 2
3 2,9,15 17
1 3 1
24
1
23
1
14,20
2
Keterampilan
12,13,21
3
Insan Kompetitif
6,16,19, 22,25
5
2.
Pendidikan sebagai Investasi Sosial
Aspek Afeksi Pengembangan Sumber Daya Manusia
Penghargaan terhadap Sumber Daya Manusia Nilai Balikan Pendidikan Pengembangan Investasi Sosial
Jumlah
48
25
Table 3.3 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Penelitian Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial Item No Variable Dimensi Indikator Pertanyaaan 1.
Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Masyarakat Kelas Bawah
Aspek Kognisi
Perhatian
Sistem Nilai
2.
Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi
Aspek Afeksi
Perilaku
Pengembembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan
49
Bagaimana Persepsi Bapak/Ibu terhadap Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat? Apa harapan bapak untuk masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat dalam hal pendidikan? Menurut Bapak/ibu Bagaimana biaya pendidikan di Jakarta? Apakah Bapak/Ibu sudah menyekolahlkan anak sampai ke jenjang yang lebih tinggi? Menurut Bapak/Ibu Bagaimana kondisi pendidikan Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat?
2
1
1
2
No
Variable
Dimensi
Penghargaan terhadap Sumber Daya Manusia
Indikator
Gaji
Pertanyaaan
Item
Menurut Bapak/ibu Bagaimana biaya pendidikan di Jakarta? Dapatkah Bapak/Ibu memberikan penjelasan sejauh mana keadaaan ekonomi masyarakat di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat?
Jumlah
F. Teknik Pengelolahan Data Dalam pengolahan data, penulis melakukan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap Pra-Lapangan Kegiatan ini meliputu rancangan penelitian, memilih tempat penelitian, mengurus izin penelitian, menilai keadaan lapanngan, memilih informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian. 2. Tahap Editing dan Skoring Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah penelitian selesai menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini menjadi penting untuk memeriksa angket mengurangi kesalahan atau kekurangan yang didaftar pernyataan yang dijawab. 10 Setelah melakukan Editing tahap selanjutnya Skoring, yaitu memberikan skor terhadap pernyataan yang 10
Rizqi Rahayu Setiani, “Peranan Perpustakaan Sekolah Pada Siswa Kelas IX Di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2014, h. 45
50
1
7
terdapat
di
angket
penelitian.
Dalam
angket
penelitian
ini
menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok. 11Adapun bobot yang digunakan, yaitu : Tabel 3.4 Skor Angket Positif (+) Jawaban
Negatif (-) Skor
Jawaban
Skor
SS (Sangat Setuju)
5
SS (Sangat Setuju)
5
S (Setuju)
4
S (Setuju)
4
RR (Ragu-ragu)
3
RR (Ragu-ragu)
3
TS (Tidak Setuju
2
TS (Tidak Setuju
2
1
STS
STS
(Sangat
Tidak
Setuju)
(Sangat
Tidak
1
Setuju)
3. Tabulasi (Proses Pembeberan) Tabulasi adalah bagian terakhir dari pengelolahan data yang kegiatannya, yaitu memberikan skor, dan memberikan kode terhaddap item-item yang tidak diberikan kode. 12 Dalam penelitian ini, skor menggunakan skala likert dan untuk masyarakat kelas menengah diberikan kode 1, sedangkan masyarakat kelas bawah diberikan kode 2. Setalah data-data diolah langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Teknis analisis daya, yaitu penulis berusaha memberikan uraian mengenai hasil penelitian tentang Perbedaan Persespsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat). Setelah proses tabulasi 11 12
Sugiyono, op. cit., h. 93 Arikunto, op. cit., h. 263
51
selesai kemudian data-data dalam tabel tersebut akan diolah dengan bantuan software statistik yaitu SPSS 22. 4. Interval Dalam penelitian ini rumus untuk mencari mencari interval sebagai berikut a. mean (rata-rata) data adalah sebagai berikut: M
∑X
=
N M
= Mean yang kita cari.
∑ X = Jumlah dari skor-skor (nilai-nilai) yang ada N
= Number of Cases (jumlah frekuensi/individu). 13
b. Jumlah Interval : K
= 1 + 3,3 log N
K
= Jumlah Interval
Log N
= log sesuai banyak nya populasi
c. Range R
= Xmax – Xmin
R
= Range
yang kita cari
Xmax
= Skor
atau nilai yang tertinggi
Xmin
= Skor
atau milai yang terendah
d. Menentukan Interval Kelas: i
=
range jumlah interval
i
= interval kelas
range = jumlah dari nilai tertinggi di kurang jumlah terbesar.
13
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2003), Cet.
21, h. 81
52
5. Persentase Penulis mengggunakan perhitungan persentase dalam mencari skor masing-masing Variabel X dan Variabel Y. F P=
X 100% N
P
= angka presentase
F
= frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N
= Number of Cases (jumlah frekuensi/individu). 14
G. Teknik Analisis Data Setelah dilakukan pengumpulan data, maka langkah selanjutnya menganalisis hasil temuan di lapangan. Analisis data bertujuan untuk mengetahui jawaban mengenai Perbedaan Persespsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan Sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat). 1. Validitas Uji Validitas menurut Sudarmanto dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut dikatakan valid apabila dapat diukur dan dinyatakan tidak valid apabila tidak dapat diukur. 15 Dalam melakukan uji validitas, alat ukur yang digunakan berupa program komputer yaitu Microsoft Word 2010, dan yaitu dengan memperhatikan kolom kriteria pada table tersebut Valid atau Drop dengan teknik kolerasi product moment.
2. Reliabilitas Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan dan keajengan alat ukur yang digunakan, apabila reliabilitasnya tinggi,
14
Ibid., h. 43 R. Gunawan Sudarmanto, Ststistik Terapan Berbasis Komputer¸ (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 56 15
53
maka dapat dipercaya dengan demikian apabila diukur berkali-kali akan meberikan hasil yang serupa. 16 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Asumsi normalitas dimaksudkan bahwa sebaran skor tidak menyimpang secara signifikan dari distribusi normal yang simetrik atau tidak melenceng secara signifikan
17
Dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas dengan Kolmogrov-Smirnov dan P-Plot. Adapun perumusan hipotesis sebagai berikut : Ho = Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H 1 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak tidak normal Adapun pedoman atau ukuran yang digunakan untuk menyatakan apakah data terdistribusi normal atau tidak dinyatakan sebagai berikut. 1) Apabila nilai Sig. pada kolom Kologorov Smirnov <0,05 maka data tersebut tidak normal berarti Ho ditolak dan apabila sig > 0,05 maka data tersebut normal, artinya Ho diterima. 18 2) Dalam gambar kumpulan titik-titik mendekati suatu garis lurus, maka asumsi normalitas dapat diperoleh.
19
b. Uji Linearitas Uji Linearitas merupakan uji hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. 20 Dalam penelitian ini uji hubungan variabel Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Bawah (X) dan Pendidikan Sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial (Y), menggunakan alat bantu SPSS 22 dan output linearitas adalah Anova Table.
16
ibid., h.81 ibid., h. 102 18 ibid., h. 123 19 Kadir, Ststistika Terapan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), cet 2, h. 151-152 20 Sudarmanto, op. cit., h.192 17
54
Adapun ukuran atau
kriteria uang digunakan untuk
menyatakan apakah hubungan tersebut garis lurus (linearitas) atau tidak sebagai berikut: 1) Apabila koefisien Sig. hitung pada baris Deviartion from Linearity lebih besar dari tingkat kesalahan atau alpha (Sig. >0,05), maka dapat dinyatakan bahwa hubungan antara variabel X dan Y cendrung berbentuk garis lurus. 2) Apabila koefisien Fhitung pada baris Deviartion from Linearity ini signifikan atau lebih besar Ftabel (Fhitung < Ftabel). maka dapat dinyatakan bahwa hubungan antara variabel X dan Y cendrung berbentuk garis lurus. 21 c. Uji Homogenitas Uji Homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel yang diperoleh dari populasi yang bervarians homogen atau tidak. 22 Untuk melaksanakan pengujian Homogenitas diperlukan hipotesis sebagai berikut : Ho : Data populasi bervarian homogen Ha : Data Populasi tidak bervarian homogen Untuk menyatakan data tersebut Homogen atau tidak, sebagai berikut: 1) Apabila nilai Sig. lebih besar dari tingkat kesalahan atau alpha (Sig.> 0,05), maka dapat dinyatakan bahwa Ho diterima bahwa data populasi bervarian homogen dan Ha ditolak dan apabila tingkat kesalahan atau alpha (Sig.<0,05), maka Ha diterima Data Populasi tidak bervarian homogen dan Ho ditolak. 2) Menggunakan nilai koefisen F Levene. Ho diterima apabila Flevene< Fkritis tabel pada df1 dan df2, apabila Flevene >Fkritis tabel pada df1 dan df2. 23 21 22
Ibid., h.207 Ibid., h. 132
55
d. Uji Hipotesis Komparatif Pengujian hipotesis dengan menggunakan t-test. Rumus ttest, yaitu :
X 1 = nilai rata-rata skor masayrakat kelas menengah X 2 = nilai rata-rata skor masayarakat kelas bawah S 1 2 = Standar deviasi kelas menengah S 2 2 = Standar deviasi kelas bawah n 1 = banyaknaya data masayarakat kelas menengah n 2 = banyaknya data masyarakat kelas bawah Dalam penelitian ini uji hipotesis komparatif perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah dan Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial menggunakan alat bantu SPSS 22 dan output hipotesis adalah Independent test sample. Pada penelitian Untuk melaksanakan pengujian Uji T-Test diperlukan hipotesis sebagai berikut : Ho=Tidak
Terdapat
Perbedaan
persepsi
masyarakat
kelas
menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat). H a = Terdapat Perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat). Untuk menyatakan data tersebut terdapat perbedaan atau tidak, sebagai berikut: 23
Ibid.,h. 132-141
56
1) Apabila nilai Sig. lebih besar dari tingkat kesalahan atau alpha (Sig.> 0,05), maka dapat dinyatakan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak dan apabila tingkat kesalahan atau alpha (Sig.<0,05), maka Ho ditolak 2) t o < t tabel maka hipotesis nihil (H o ) diterima t o > t tabel maka hipotesis nihil (H o ) ditolak. 24 H. Hipotesis Statistik Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat) adalah: a. H o : 𝜌 = 0; Tidak terdapat Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas R
Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat)
b. H a
: 𝜌
≠ 0; Terdapat Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas
Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat)
24
Kadir, op. cit., h. 296
57
58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Wilayah Kelurahan Kamal a. Kondisi Geografis Objek penelitian pada penelitian ini adalah Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat.Wilayah Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat seluas 490.270 Ha yang terbentang dengan batas-batas geografis sebagai berikut: Tabel 4.1 Batas-batas Wilayah Kelurahan Kamal Kalideres Utara Timur
Desa Dadap, Desa Jatimulya Kab. Tangerang Kel.Kamal Muara Jakarta Utara dan Kel.Tegal Alur Jakarta Barat Selatan Kel. Tegal Alur dan Kel.Pegadungan Barat Kel. Benda Kodya Tangerang dan Kel. Pegadungan Sumber: Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat Secara administratif Wilayah Kelurahan Kamal merupakan salah satu dari enam (6) Kelurahan yang ada di Kecamatan Kalideres Kota Administrasi Jakarta Barat dan terbagi atas 10 RW dan 102 RT. Lokasi daerah penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1 KABUPATEN TANGERANG
Keterangan :
PE RU MA H BA AN V ND ILL AR A TA A MA N
Wilayah Rawan Banjir : SLTP 22 4
M as ji d
Jl.Raw
a Komp
S
eni
Ko m
p en
i
M
Jl. Ra
wa
M Jl.Rawa Kompeni
M
M asjid
M asjid
M
M
M
M asjid
MTS Am a na tu l Mu sl imi n
RANG KABUPATEN TANGE
S
Kp.Belakan g Rawa Terong
Kel.Kamal M a sji d M Nu rm uh a mm ad
SL TP 27 8
Gg .Ma nd o r
S
SLTP 1 9 0
S P r e pe da
S
m n D a la
Sulamun Najah
M
Gg.M an g ga
S
L ing k un g
Gg .Ba tok
an 5 M
KEL.PEGADUNGAN
Gg .Irmu sh
U
Gg.S ad a m
L ingk ung an
M
5 an 4 L in g ku ng
Gambar 4.1
1. Rw. 01 meliputi Rt.001,002 dan Rt.05 2. Rw. 08 meliputi Rt.001 3. Rw. 09 meliputi Rt.001,006 dan Rt.009
59
b. Kondisi Demografi Berdasarkan data
jumlah
penduduk
Kelurahan
Kamal
Kalideres Tahun 2015 sampai dengan akhir Desember 2015 tercatat sebanyak 55.245 jiwa tersebar di 10 RW dan 102 RT yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 28.682 jiwa dan perempuan sebanyak 26.563 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga (KK) 15.601. Adapun data penduduk secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk dan Jumlah Kartu Keluarga Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat N R RT O W 1 01 11 2 02 11 3 03 13 4 04 8 5 05 9 6 06 8 7 07 13 8 08 6 9 09 12 10 010 11 Jumlah 102
KET
JUMLAH KK 1434 1656 1984 1527 1518 1233 1214 1202 1360 876 15.601
Laki-Laki
Perempuan
2880 2771 2528 2991 2791 2742 3997 2680 2787 2515 28682
2780 2326 2699 2641 2682 2052 3200 2950 2542 2691 26563
Jiwa 5660 5097 5227 5632 5473 4794 7197 5630 5329 5206 55245
Sumber: Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September Tahun 2015 diolah sendiri. Berdasarkan tabel penduduk di atas dapat dilihat dengan persentase 10,25% RW 01, persentase 9,23% RW 02, persentase 9,46% RW 03, persentase 10,19% RW 04, persentase 9,91% RW 05, persentase 8,68% RW 06, persentase 13,03% RW 07, persentase 10,19% RW 08, persentase 9,64% RW 09, persentase 9,42% RW 10. Kesimpulannya jumlah penduduk Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat didominasi di RW 07.Tabel di atas dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
60
Jumlah Penduduk Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat RW 01 9%
RW 02
10%
10%
9%
10%
10% 10%
13% 9%
10%
RW 03 RW 04 RW 05 RW 06 RW 07 RW 08 RW 09 RW 010
Gambar 4.2 Berdasarkan hasil tabel 4.2, bahwa penduduk Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat didominasi oleh Laki-laki, berikut jumlah penduduk Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat berdasarkan jenis kelamin:
3000
Jumlah Penduduk Kelurahan Kamal Kalideres Berdasarkan Jenis Kelamin
2500 2000 1500
Laki-Laki
1000
Perempuan
500 0
RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
Gambar 4.3 c. Sosial Ekonomi Kelurahan Kamal Kalideres berada diperkotaan, dengan tingkat ekonomi masyarakat bervariasi. Berikut merupakan data
61
berbagai pekerjaan masyarakat kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat, seperti pada table di bawah ini: Tabel 4.3 Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat Jenis Pekerjaan Tani Karyawan Swasta/ Pemerintah/Abri Pedagang Nelayan Buruh Tani Pensiun Buruh Harian Lepas Pengangguran Fakir Miskin Lain-lain
Laki-laki 17 8.671
Perempuan 4 6.354
Jumlah 21 15.025
4.372 342 24 94 4.732 2.352 4.971 3.107
4.821 95 7 69 4.180 3.169 5.193 2.671
9.193 437 31 163 8.912 5.521 10.164 5.778
Sumber: Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September tahun 2015 Berdasarkan tabel pekerjaan di atas dapat dilihat dengan persentase 0,04% bekerja sebagai Tani, persentase 27,20% bekerja sebagai Karyawan Swasta/Pemerintah/Abri, persentase 16,64% bekerja sebagai Pedagang, persentase 0,79% bekerja sebagai Nelayan, persentase 0,06% bekerja sebagai Buruh Tani, persentase 0,30% sebagai Pensiun, persentase 16,14% bekerja sebagai Buruh Harian Lepas, persentase 9,97% pengangguran, persentase 18,40% fakir miskin, dan persentase 10,46% bekerja lain-lain. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat didominasi oleh Karyawan Swasta/ Pemerintah/Abri. Tabel di atas dapat dilihat pada diagram sebagai berikut:
62
Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
Laki-laki Perempuan
Gambar 4.4 d. Pendidikan Kelurahan
Kamal
Kecamatan
Kalideres
berada
di
perkotaan, dengan tingkat pendidikan masyarakat yang bervariasi sangat
berpengaruh
terhadap
perkembangan
dan
perilaku
kehidupan masyarakat. Berikut merupakan data berbagai tingkat pendidikan masyarakat kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat, seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 4.4 Data Tingkat Pendidikan Terakhir Masyarakat di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat Kelurahan Kamal
Laki-laki Perempuan Jumlah
Tidak Sekolah
4.351 3.776
Tingkat Pendidikan Terakhir SD/ SMP SMA/ Tidak MI /MTs MA Tamat SD/MI 2.461 5.482 6.893 8.756 2.758 5.613 5.389 8.124
Jumlah PT
739 907
28.682 26.563 55.245
Sumber: Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September Tahun 2015.
63
Berdasarkan tabel tingkat pendidikan terakhir masyarakat di atas dapat dilihat dengan persentase 14,71% Tidak Sekolah, persentase 9,44% Tidak Tamat SD/MI, persentase 20,08% Tamat SD/MI, persentase 22,22% Tamat SMP/MTs, persentase 30,55% Tamat SMA/MA, persentase 3,00% Dengan
demikian
tingkat
Lulus Perguruan Tinggi.
pendidikan
terakhir
masyarakat
Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat didominasi oleh Tamat SMA/MA. Tabel 4.4 dapat dilihat pada gambar berikut: Tingkat Pendidikan Terakhir Masyarakat di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat 3% 15%
31%
Tidak Sekolah 9% 20%
22%
Tidak Tamat SD/MI SD/MI SMP/MTs SMA/MA PT
Gambar 4.5 Berdasarkan hasil tabel 4.4, berikut hasil data tingkat pendidikan terakhir masyarakat di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat berdasarkan jenis kelamin dalam bentuk diagram, sebagai berikut:
10000
Tingkat Pendidikan Terakhir Masyarakat di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat Berdasarkan Jenis Kelamin
8000 6000 4000 2000
Laki-laki
0
Perempuan
Gambar 4.6
64
e. Data Sarana dan Prasarana Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan di Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres sangat diperlukan adanya sarana dan prasarana serta dana sebagai dukungan tersebut antara lain diperoleh dari bantuan Pemerintah, Dewan Kelurahan, RW, dan Swadaya Masyarakat. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Data Sarana dan Prasarana Kelurahan Kamal Tahun 2015 No 1 2. 3. 4 5 6 7 8 9 10 11. 12 13 14 15
Nama Pos RW Posyandu BKB PAUD Posbindu Majelis taklim KP Ibu Pos Gizi Mesjid/ Musollah/gereja Dasawisma TK /RA SD SLTP SLTA Lapangan bola/bulu tangkis Taman
Jumlah 10 24 9 9 89 3 9 14/37/3
Sumber Swadaya Masyarakat Swadaya Masyarakat Swadaya Masyarakat Swadaya Masyarakat Swadaya Masyarakat Swadaya Masyarakat Swadaya Masyarakat Swadaya Masyarakat
107 5 10/7 4/8 5 2/ 4
Swadaya Masyarakat Swasta Negeri/Swasta Negeri/swasta Swasta Swadaya Masyarakat
4
Pemerintah
2. Karakteristik Responden a. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 1) Masyarakat Kelas Menengah Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kelas Menengah No Pendidikan Frekuensi Persentase % Terakhir 1 Strata I 15 93,75%
65
No 2
Pendidikan Terakhir Strata II Jumlah
Frekuensi
Persentase %
1 16
6,25% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jumlah masyarakat kelas menengah sebanyak 16 orang dengan persentase sebesar 93,75% Strata Satu, 6,25% Strata Dua. Artinya masyarakat kelas menengah didominasi oleh Lulusan Strata 1. Tabel di atas dapat dilihat pada gambar berikut: Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kelas Menengah 7% Strata 1 Strata 2
93%
Gambar 4.7 2) Masyarakat Kelas Bawah Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kelas Bawah No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase % 1 Tidak Tamat SD 2 4,50% 2 SD/MI 18 41,00% 3 SMP/MTs 10 22,70% 4 SMA/MA/SMK 14 31,80% 44 Jumlah 100% Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jumlah masyarakat kelas bawah sebanyak 44 orang dengan persentase sebesar 4,50% Tidak Tamat SD, 41,00% Tamat SD/MI, 22,70% Tamat SMP/MTs,
dan
31,80%
Tamat
SMA/MA/SMK.
Artinya
Masyarakat Kelas Bawah didominasi oleh Tamat SD. Tabel di atas dapat dilihat pada gambar berikut:
66
- Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kelas Bawah TIDAK TAMAT SD
4% 32%
SD/MI 41%
SMP/MTs SMA/MA/SMK
23%
Gambar 4.8 b. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasangan Responden 1) Masyarakat Kelas Menengah Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasangan Responden Kelas Menengah No 1 2
Pendidikan Terakhir SMA/MA/SMK/STM Strata 1 Jumlah
Frekuensi 5 11 16
Persentase % 31,25% 68,75% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jumlah pasangan masyarakat kelas menengah sebanyak 16 orang. Persentase 31,25% Lulusan SMA/MA/SMK/STM dan persentase 68,75% lulusan Strata 1. Kesimpulan tingkat pendidikan pasangan responden pasangan masyarakat kelas menengah didominasi oleh Lulusan Strata 1. Tabel di atas dapat dilihat pada gambar berikut:
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasangan Responden Kelas Menengah 33%
SMA/MA/SMK//STM Strata 1
69%
Gambar 4.9
67
2) Masyarakat Kelas Bawah Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasangan Responden Kelas Bawah No 1 2 3 4 5
Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah Tidak Tamat SD SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Jumlah
Frekuensi 1 2 10 9 22 44
Persentase % 2,27% 4,55% 22,73% 20,45% 50,00% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jumlah pasangan masyarakat kelas bawah sebanyak 44 orang dengan persentase 2,27% Tidak Sekolah, persentase 4,55% Tidak Tamat SD, persentase 22,73%, Tamat SD/MI, persentase 20,45% Tamat SMP/MTs, dan persentase 50% Tamat SMA/MA/SMK/STM. Kesimpulan pasangan masyarakat kelas menengah didominasi oleh Tamat SMA/MA/SMK/STM. Tabel di atas dapat dilihat pada gambar berikut : Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasangan Responden Kelas Bawah 2% 5%
Tidak Sekolah Tidak Tamat SD
50%
23% 20%
SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
Gambar 4.10 c. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan 1) Masyarakat Kelas Menengah
68
Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan Kelas Menengah No 1 2 3 4 5 6
Penghasilan Per Bulan Tidak Bekerja