Perbedaan Perilaku Mimicking pada Status Hubungan Romantis Jarak Jauh dan Hubungan Romantis Jarak Dekat C. Pradnya Pradipta, Sri Fatmawati Mashoedi, dan Andi Supandi S. K Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan perilaku mimicking terhadap lawan jenis yang menarik secara fisik pada orang yang menjalani hubungan romantis jarak jauh dan jarak dekat. Pada penelitian ini, daya tarik fisik lawan jenis didapatkan melalui pilot study hingga didapatkan satu orang konfederat laki-laki dan perempuan yang menarik. Untuk melihat perilaku mimicking, peneliti menggunakan frekuensi partisipan menirukan konfederat menyentuh wajah. Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i UI berusia 18-21 tahun, heteroseksual, sedang menjalani hubungan romantis, dan berasal dari luar Fakultas Psikologi, dengan jumlah partisipan 59 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku mimicking yang signifikan pada orang yang menjalani hubungan romantis jarak jauh dan dekat. Adanya jarak geografis yang terbentang tidak terbukti cukup kuat untuk memengaruhi tingkat perilaku mimicking orang yang menjalani hubungan romantis jarak jauh terhadap lawan jenis yang menarik. Kata kunci: status hubungan romantis jarak jauh; perilaku mimicking; daya tarik
The Difference of Mimicking Behavior on Long Distance Relationship Status and Geographically Close Relationship Status Abstract This study examined the difference of mimicking behavior to attractive opposite-sex on long distance relationship status and geographically close relationship status. In this study, the attractiveness of opposite-sex was measured by a pilot study to get one attractive male confederate and one attractive female confederate. To examine the mimicking behavior, the researcher used the frequencies of each participants touched his/her face after the confederate rubbed his/her face. The participants of this study were students of Universitas Indonesia, within the age range of 18-21, currently in a romantic relationship, excluded the students from Faculty of Psychology. Total of participants were 59 people. The result of this study shows that there is not significant difference of mimicking behavior on long distance relationship and geographically close relationship. The geographical distance on long-distance relationship status was not significantly proven to influence mimicking behavior to attractive opposite-sex. Key words: long-distance relationship status; mimicking behavior; attractiveness
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
Pendahuluan Pada dasarnya, manusia mempunyai kebutuhan untuk berada dalam suatu hubungan yang dekat dengan orang lain (Miller, 2012). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia berusaha untuk membangun dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain (Miller, 2012). Menurut Mohr, Selterman, dan Fassinger (2013), manusia mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain sepanjang hidupnya. Terutama pada usia dewasa muda, sesuai dengan tahap perkembangan dari Erik Erikson, bahwa tugas perkembangan manusia pada 19 sampai 40 tahun, adalah mencari pasangan hidup. Pada tahap ini, manusia cenderung akan menjalin hubungan yang intim dengan orang dan berusaha memenuhinya dengan menjalin hubungan romantis dengan orang lain. Menurut Miller (2012), ketertarikan merupakan salah satu alasan untuk memilih seseorang menjadi pasangan dalam hubungan romantis. Ketertarikan tersebut dapat berasal dari penampilan fisik dari lawan bicara. Orang yang secara fisik menarik mempunyai pengaruh yang cukup besar pada penilaian saat pertemuan pertama (Miller, 2012). Daya tarik fisik tersebut berkaitan dengan wajah yang dimiliki oleh rata-rata manusia. Lebih lanjut, Miller (2012) mengatakan bahwa daya tarik interpersonal adalah daya tarik yang dimiliki oleh lawan bicara yang akan menimbulkan keinginan dari individu untuk lebih dekat dengan lawan bicara tersebut yang mempunyai kemungkinan akan menjalin hubungan lebih lanjut. Lerner (dalam Dion dan Dion, 1987) mengemukakan bahwa orang akan merasa lebih nyaman jika berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai daya tarik. Untuk mengkomunikasikan ketertarikan terhadap orang lain, manusia melakukan perilaku mimicking (Lakin & Chartrand, 2003). Kecenderungan orang untuk meniru perilaku, postur, dan perangai orang lain disebut dengan mimicking (Lakin, Jefferis, Cheng, & Chartrand, 2003). Namun hal tersebut berlaku juga sebaliknya, Lakin, dkk., (2003) menyatakan bahwa perilaku mimicking merupakan suatu perilaku yang penting untuk memfasilitasi kelancaran interaksi dan meningkatkan ketertarikan terhadap pasangan interaksi. Karremans dan Verwijmeren (2008), mengemukakan bahwa ketika seseorang sedang menjalani suatu hubungan romantis, orang cenderung mengurangi mimicking dengan orang lain selain pasangannya meskipun orang tersebut menarik. Hal tersebut terjadi karena adanya
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
fungsi automatic self-regulatory untuk memelihara hubungan yang sedang dijalin, meskipun ada lawan-jenis yang menarik. Ritter, Karremans, dan Schie (2010) menyatakan bahwa untuk melindungi hubungan romantis dengan pasangannya, orang akan mengontrol rasa tertarik pada lawan jenis yang menarik dan tidak akan memperhitungkan lawan jenis tersebut sebagai orang yang akan berpotensi menjadi pasangannya. Pada salah satu studi yang dilakukan oleh Karremans dan Verwijmeren (2008) diketahui pula tingkat kedekatan (closeness) pada pasangan, yang diukur dengan menggunakan skala the Inclusion of Other in the Self dari Aron, Aron, dan Smollan (1992). Hipotesis dari studi yang dilakukan oleh Karremans dan Verwijmeren (2008) juga membuktikan bahwa orang yang merasa dekat (close) dengan pasangannya akan lebih sedikit melakukan perilaku mimicking dengan lawan jenis yang menarik. Menurut Hackenbracht dan Gasper (2013), orang yang merasa dekat dengan pasangannya akan memunculkan perasaan yang lebih kuat terhadap pasangannya tersebut dibandingkan dengan orang lain yang tidak dekat dengannya. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Karremans dan Verwijmeren (2008), peneliti akan melakukan penelitian lanjutan untuk orang yang sedang menjalani hubungan romantis jarak jauh atau long-distance relationship (LDR). Pasangan yang menjalani LDR semakin bertambah pada masa ini (Pistole, 2010). Dasar pemikiran dari penelitian lanjutan ini adalah adanya temuan bahwa LDR secara umum kurang memuaskan dibandingkan dengan hubungan jarak dekat (Sahlstein dalam Miller, 2012). Michaelis (2014) mengatakan bahwa LDR membutuhkan
komitmen,
berkomunikasi
secara
nyata,
serta
aksi
nyata
untuk
mempertahankan hubungan. Komunikasi yang terjadi pada pasangan yang menjalani LDR berbeda dengan pasangan yang menjalani hubungan jarak dekat. Jacobs (2013) mengatakan bahwa pasangan yang menjalani hubungan LDR membutuhkan percakapan yang bermakna untuk mendukung komunikasi yang efektif, dan bertujuan untuk meningkatkan keintiman dan kepuasan dalam hubungan romantis. Masalah yang terjadi pada pasangan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh umumnya adalah berkurangnya percakapan sehari-hari secara langsung, waktu luang bersama, dan kedekatan fisik. Pasangan LDR juga akan merasa tidak puas dengan jarangnya pertemuan secara langsung, karena mereka menghabiskan lebih sedikit waktu untuk bertatap muka
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
dengan pasangannya. Hal tersebut dapat membuat pasangan LDR kehilangan kesempatan untuk menjadi lebih dekat satu sama lain. Sedangkan, salah satu dimensi dari closeness menurut Berscheid, Snyder, dan Omoto (1989) adalah frekuensi waktu bertemu. Oleh sebab itu, adanya frekuensi bertemu yang sedikit dapat membuat kedekatan (closeness) dari pasangan berkurang. Dalam berinteraksi dengan orang lain, manusia melakukan mimicking yang akan menambah ketertarikan terhadap orang lain (Lakin, dkk., 2003). Miller (2012) mengatakan bahwa jarak kedekatan pasangan interaksi akan mempengaruhi ketertarikan. Namun dengan adanya ketertarikan, maka manusia juga akan memunculkan perilaku mimicking pada orang lain. Perilaku mimicking tidak hanya dilakukan terhadap orang yang sering berinteraksi dengan orang tersebut, namun penelitian juga membuktikan bahwa mimicking juga dilakukan terhadap orang yang belum pernah ditemui sebelumnya (Lakin, dkk., 2003). Oleh karena itu, peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan perilaku mimicking oleh orang yang menjalani hubungan romantis jarak jauh dengan orang yang menjalani hubungan romantis jarak dekat terhadap lawan jenis yang menarik. Hal ini didasari oleh jarangnya waktu bertemu dengan pasangan yang membuat closeness pasangan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh menjadi berkurang. Dengan adanya interaksi antara partisipan dengan lawan jenis yang menarik dan berada lebih dekat daripada pasangannya, maka penulis berasumsi bahwa partisipan yang sedang menjalani hubungan romantis jarak jauh akan melakukan perilaku mimicking lebih banyak daripada partisipan yang menjalani hubungan romantis jarak dekat. Permasalahan penelitian yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah: 1.) Apakah terdapat perbedaan tingkat perilaku mimicking pada orang yang menjalani hubungan romantis jarak jauh dan jarak dekat?; 2.) Apakah terdapat perbedaan tingkat perilaku mimicking terhadap lawan jenis pada laki-laki dan perempuan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh?; 3.) Apakah terdapat perbedaan tingkat perilaku mimicking terhadap lawan jenis pada laki-laki dan perempuan yang menjalani hubungan romantis jarak dekat?; sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari status hubungan romantis jarak jauh terhadap tingkat perilaku mimicking yang dilakukan pada lawan jenis yang menarik.
Tinjauan Teoritis
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
Hubungan Romantis Jarak Jauh McKinnel (1994) dalam artikelnya mengatakan bahwa sebagian kecil mahasiswa yang sedang menjalani masa perkuliahan mempunyai hubungan romantis dengan pasangan yang tinggal sejauh 50 mil. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mietzner dan Li-Wen (2005), orang yang menjalani long-distance relationship (LDR) mendefinisikan hubungannya sebagai tinggal jauh dari pasangannya dengan jarak lebih dari 80 kilometer (50 mil). Lebih lanjut, Pistole (2010) mengemukakan bahwa LDR adalah sebuah hubungan yang mempunyai siklus separation-reunion, yaitu mempunyai fase dalam jangka waktu tertentu untuk bertemu secara langsung kemudian akan berpisah kembali untuk melanjutkan pendidikan atau pekerjaan. Peneliti sendiri mendefinisikan LDR sebagai sebuah hubungan romantis yang terjadi antara seseorang dengan pasangan yang jarak tinggalnya 80 kilometer atau lebih dan mempunyai siklus separation-reunion dalam jangka waktu tertentu selama menjalani LDR. Pasangan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh menggunakan cara lain untuk berkomunikasi sebagai kompensasi adanya keunikan yang berkaitan dengan jarak (Stafford, 2010). Keunikan tersebut antara lain adalah adanya siklus separation-reunion yang menyebabkan pasangan tidak dapat secara terus menerus bertemu secara langsung (Pistole, 2010). Oleh karena itu, sebagian besar pasangan yang menjalani LDR menggunakan surat elektronik atau pesan singkat melalui telepon genggam untuk dapat berkomunikasi secara mudah dan cepat. Untuk dapat memastikan kedekatan secara psikologis, pasangan juga memprioritaskan dan menyisihkan sebagian waktu untuk berbicara melalui telepon, yang membuat pasangan dapat saling mendengar suara satu sama lain, atau pembicaraan melalui webcam, yang dapat membuat pasangan saling melihat satu sama lain. Kemampuan dalam menjalani hubungan romantis yang meningkat akibat terlibat hubungan romantis jarak jauh adalah kepercayaan, komunikasi, dan kesabaran (Mietzner & Li-Wen, 2005). Kepercayaan pada pasangan menjadi bertambah ketika individu menjalani hubungan romantis jarak jauh karena individu merasa mereka harus belajar memercayai pasangannya untuk mempertahankan hubungannya. Individu juga merasa lebih dapat mempertahankan hubungan jarak jauh dengan pasangannya dan kepercayaan diri terhadap diri mereka sendiri pun meningkat. Individu menyadari bahwa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan pasangannya. Komunikasi merupakan
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
salah satu indikator dalam menentukan kepuasan dalam hubungan romantis. Dengan meningkatnya kemampuan untuk berkomunikasi, maka pasangan akan lebih mudah menyelesaikan masalah yang terjadi di dalam hubungan mereka. Selain adanya kemampuan yang meningkat saat menjalani hubungan jarak jauh, ditemukan pula bahwa hubungan romantis jarak jauh mempunyai akibat negatif. Mietzner dan Li-Wen (2005) mengemukakan bahwa kepuasan dalam hubungan romantis jarak jauh merupakan hal yang sulit untuk dipertahankan karena adanya jarak dengan pasangan. Kurangnya kontak fisik dengan pasangan akan membuat individu yang terlibat dalam hubungan romantis jarak jauh akan menghadapi tantangan yang unik dibandingkan dengan pasangan yang menjalani hubungan romantis jarak dekat. Diketahui pula bahwa sedikitnya kedekatan secara fisik, banyaknya biaya yang dikeluarkan, dan jarak yang terbentang merupakan akibat yang harus ditanggung oleh pasangan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh. Pasangan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh lebih banyak melakukan komunikasi secara online menggunakan internet dibandingkan dengan pasangan yang menjalani hubungan romantis jarak dekat (Sidelinger, Ayash, & Tibbles, 2008). Jejaring sosial yang digunakan oleh pasangan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh akan membantu individu untuk lebih mengetahui kehidupan sehari-hari pasangannya (Tokunaga, 2011). Lebih lanjut, Dainton dan Aylor (2002) menyimpulkan bahwa adanya komunikasi dengan menggunakan media perantara oleh pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh memengaruhi pemeliharaan hubungan romantis dan persepsi terhadap kesuksesan dalam hubungan romantis jarak jauh. Perilaku Mimicking “The chameleon effect refers to unconscious mimicry of the postures, facial expressions, and other behaviors of one’s interaction partners, such that one’s behavior passively and unintentionally changes to match that of others in one’s current social environment.” (Chartrand & Bargh, 1999) Kalimat tersebut digunakan oleh Chartrand dan Bargh untuk mendefinisikan perilaku mimicking sebagai sebuah perilaku yang tidak disadari yang dilakukan ketika individu secara
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
otomatis mengimitasi perilaku orang lain. Contoh dari perilaku mimicking adalah ketika individu secara tidak sadar melipat kedua tangannya ketika berbicara dengan orang lain yang juga melipat tangannya (Chartrand & Bargh, 1999). Sedangkan, Karremans dan Verwijmeren (2008) menggunakan frekuensi individu menirukan perilaku lawan interaksinya mengusap wajah selama interaksi berlangsung untuk digolongkan menjadi perilaku mimicking. Lebih lanjut, Lakin dan Chartrand (2003) mengatakan bahwa perilaku mimicking merupakan perilaku untuk membangun rapport, afiliasi, dan ketertarikan antara satu orang dengan yang lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chartrand dan Bargh (1999), terjadinya perilaku mimicking dapat dijelaskan melalui automatic perception-behavior link, yaitu ketika individu melihat orang lain melakukan sesuatu maka individu tersebut akan mengaktifkan persepsi gambaran tingkah laku sebagai balasan atas perilaku orang lain. Sesuai dengan perspektif ini, maka ketika seseorang melihat orang lain melakukan suatu perilaku tertentu (misalnya, mengusap wajah), hal tersebut akan memicu orang yang melihat untuk melakukan perilaku yang merepresentasikan hal yang dilihatnya (ikut mengusap wajahnya sendiri). Salah satu faktor yang memengaruhi perilaku mimicking adalah daya tarik fisik lawan bicara. Daya tarik fisik adalah perpaduan dari berbagai karakteristik yang akan membuat seseorang dikatakan cantik atau tampan (Baron, Branscombe, & Byrne, 2008). Untuk “mengkomunikasikan” adanya ketertarikan dengan lawan bicara, individu akan melakukan perilaku mimicking (Lakin & Chartrand, 2003). Lakin, Jefferis, Cheng, dan Chartrand (2003) mengemukakan bahwa ketertarikan juga akan membuat seseorang menampilkan perilaku mimicking terhadap lawan bicara. Orang yang mempunyai tingkat daya tarik fisik yang tinggi menurut pandangan umum diketahui akan mendapatkan perlakuan yang lebih disukai, dan ketertarikan antarpribadi tersebut akan membuat orang lain menimbulkan sikap positif pada lawan bicara (Michener, DeLamater, & Myers, 2004). Untuk dapat menentukan seseorang yang dapat berpotensi menjadi pasangannya, individu akan memilih orang yang mempunyai daya tarik fisik yang tinggi (Hendrick & Hendrick dalam Michener, DeLamater, & Myers, 2004). Ketika seseorang sedang berinteraksi dengan lawan bicara yang menarik maka orang tersebut akan mendapatkan banyak perhatian dari orang lain dibandingkan ketika berinteraksi dengan orang lain yang tidak menarik. Daya tarik
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
fisik juga merupakan salah satu faktor seseorang menilai orang lain karena hal tersebut dapat secara langsung diobservasi. Menurut Chartrand dan Bargh (1999), individu yang melakukan mimicking terhadap lawan bicara akan cenderung menilai lawan bicaranya lebih menarik dan komunikasi yang terjadi berlangsung dengan efektif. Dengan demikian, perilaku mimicking merupakan salah satu fungsi yang memfasilitasi terjadinya interaksi secara timbal balik antara individu dengan lawan bicaranya. Emerging Adulthood Menurut Arnett (2000), manusia memasuki masa emerging adulthood ketika mereka berada pada usia 18-25 tahun. Pada usia 18 sampai 19 tahun, sebagian kecil emerging adults akan merantau untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan meninggalkan rumahnya. Hal tersebut, menurut Arnett (2000), merupakan suatu perubahan yang penting dan menjadi pengalaman yang berbeda bagi emerging adults. Dalam hal percintaan, individu yang mempunyai pasangan akan cenderung lebih mengeksplorasi potensi keintiman emosional dan fisik mereka sebelum mempertimbangkan kemungkinan untuk menikah. Hal tersebut sesuai dengan tahapan psikososial Erikson (Papalia, Olds, & Feldman, 2007), bahwa seseorang yang berada pada usia remaja akhir, atau emerging adulthood, akan berusaha untuk membuat komitmen dengan orang lain. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan satu variabel bebas yaitu status hubungan romantis jarak jauh, satu variabel terikat yaitu perilaku mimicking, dan satu variabel moderator yaitu daya tarik fisik lawan jenis. Status hubungan romantis jarak jauh adalah sebuah hubungan romantis yang terjadi antara seseorang dengan pasangan yang tinggal sejauh 80 kilometer atau lebih dan mempunyai siklus separation-reunion dalam jangka waktu tertentu selama menjalani hubungan tersebut. Variasi lain dari variabel bebas ini adalah status hubungan romantis jarak dekat (geographically close relationship), yaitu sebuah hubungan romantis antara seseorang dengan pasangannya yang tinggal berdekatan atau kurang dari 80 kilometer. Perilaku
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
mimicking adalah perilaku meniru postur, ekspresi wajah, dan tingkah laku yang secara tidak disadari dilakukan oleh seseorang terhadap lawan bicaranya (Chartrand & Bargh, 1999). Sedangkan yang dimaksud dengan daya tarik fisik lawan bicara adalah wajah dan penampilan yang menarik dari konfederat. Peserta yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 59 orang yang terdiri dari 22 mahasiswa dan 37 mahasiswi berusia 18-21 tahun dari Universitas Indonesia. Seluruh partisipan mempunyai orientasi seksual heteroseksual, sedang menjalani hubungan romantis, dengan rincian 21 orang menjalani LDR, sedangkan 38 orang lainnya menjalani hubungan romantis jarak dekat. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah nonprobilitas accidental sampling dan snowball sampling untuk memenuhi karakteristik partisipan dalam variabel status hubungan romantis. Teknik pengambilan sampel secara accidental dilakukan dengan cara memilih sampel berdasarkan kemudahan untuk mengakses sampel. Sedangkan teknik snowball sampling digunakan dengan cara bertanya pada partisipan yang sudah ikut serta dalam penelitian jika dia mempunyai teman atau relasi yang sesuai dengan karakteristik partisipan yang telah ditentukan. Desain dari penelitian ini adalah 2 (Status Hubungan Romantis: Jarak Jauh dan Jarak Dekat) x 1 (Perilaku Mimicking), t-test measurement, between subject. Desain ini diadaptasi dari penelitian Karremans dan Verwijmeren (2008) dengan mengurangi variasi variabel bebas, yaitu variabel tidak mempunyai hubungan romantis, dan menambahkan variasi status hubungan romantis, yaitu hubungan romantis jarak jauh dan jarak dekat. Kedua kelompok partisipan akan diberikan perlakuan yang setara. Tujuan dari penggunaan disain ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan mean antara satu sampel kelompok dengan sampel kelompok yang lain (Gravetter & Wallnau, 2013). Penelitian ini akan menggunakan konfederat yang dinilai mempunyai penampilan yang menarik oleh lawan jenis. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan pilot study berupa uji elisitasi untuk mengukur tingkat daya tarik konfederat yang akan ikut serta dalam penelitian ini. Pilot study dilakukan 40 mahasiswa Universitas Indonesia dari berbagai fakultas dan tidak diperkenankan untuk berpartisipasi dalam pengumpulan data penelitian utama. Pada pilot study yang dilakukan, partisipan diminta untuk memberikan skala rating seberapa menarik foto yang telah dicetak dan diperlihatkan kepada partisipan. Skala rating dapat dipilih mulai
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
dari skala 1 (sangat tidak menarik) hingga 10 (sangat menarik). Material yang digunakan adalah 3 foto perempuan dan 3 foto laki-laki yang telah dipilih oleh peneliti sebelumnya. Foto perempuan akan diberi nilai oleh laki-laki sedangkan foto laki-laki akan diberi nilai oleh perempuan. Berdasarkan hasil penilaian dari uji elisitasi tersebut, peneliti mendapatkan 1 konfederat laki-laki dan 1 konfederat perempuan yang mempunyai tingkat daya tarik tertinggi. Partisipan yang
bersedia untuk datang dan mengikuti rangkaian penelitian, partisipan
berhak memilih waktu selama 15 menit pada hari dan waktu yang tersedia. Setelah partisipan menyetujuinya, peneliti mengantarkan partisipan ke dalam ruangan laboratorium observasi dan wawancara untuk melakukan penelitian berupa wawancara dengan konfederat yang berpura-pura sebagai eksperimenter dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan di sebuah ruang laboratorium observasi dan wawancara di Gedung B Fakultas Psikologi Universitas Indonesia agar peneliti dapat mengontrol extraneous variable seperti suara, cahaya, dan suhu. Ruang laboratorium ini juga mendukung agar peneliti dapat merekam seluruh proses eksperimen dari ruang observasi yang terletak di samping ruang eksperimen. Peneliti mempersilakan partisipan untuk duduk di kursi yang berada di depan meja persegi panjang dan berhadapan dengan kursi yang akan diduduki oleh konfederat. Posisi ini dipilih dengan mempertimbangkan rater yang akan menilai rekaman proses wawancara, yaitu menghitung frekuensi partisipan melakukan perilaku mimicking terhadap konfederat Kemudian peneliti mempersilakan partisipan untuk masuk kemudian diperkenalkan dengan eksperimenter (atau konfederat) yang akan membantu peneliti melaksanakan penelitian, dan memulai proses wawancara dengan partisipan. Konfederat menjelaskan mengenai tujuan dari penelitian bahwa peneliti ingin mengetahui komunikasi yang dilakukan oleh partisipan. Kemudian eksperimenter akan memberikan informed consent pada partisipan sebagai bentuk persetujuan mengikuti penelitian ini. Pertanyaan yang diajukan pada partisipan mencakup kehidupan sehari-hari partisipan, seperti topik menonton film dan kaitannya dengan komunikasi dengan teman-teman partisipan. Proses wawancara dilakukan selama lima menit. Selama proses wawancara, konfederat diminta, dan telah dilatih sebelumnya, untuk mengusap wajah secara teratur dalam 15 detik sekali, namun dibuat senatural mungkin agar partisipan tidak mencurigai perilaku konfederat yang berulang-ulang tersebut. Proses
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
wawancara yang sedang terjadi direkam menggunakan alat perekam yang diletakkan sedemikian rupa agar tidak terlihat oleh partisipan. Rekaman tersebut kemudian akan dinilai oleh dua orang rater (interrater) yang akan menilai seberapa sering partisipan menirukan perilaku mengusap wajah dari konfederat. Rater tersebut merupakan orang yang berada di dalam blind condition, yaitu keadaan di mana rater tidak mengetahui keadaan eksperimen yang sebenarnya, apakah partisipan sedang menjalani hubungan romantis jarak jauh atau tidak. Jumlah dari mengusap wajah partisipan yang dinilai oleh rater tersebut merupakan indikator dari perilaku mimicking. Setelah wawancara selesai dilakukan, konfederat akan keluar ruangan dan mempersilakan peneliti untuk masuk. Kemudian peneliti akan memberikan kuesioner pada partisipan yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai data diri mereka dan keterangan apakah ia sedang menjalani hubungan romantis jarak jauh atau jarak dekat. Lalu di akhir kuesioner, partisipan diminta untuk menilai tingkat daya tarik dari konfederat. Pemberian kuesioner diberikan setelah proses wawancara agar partisipan tidak menyadari bahwa variabel utama dari penelitian ini adalah jarak secara geografis partisipan dengan pasangan dalam hubungan romantis. Kemudian peneliti akan memberikan debriefing pada partisipan mengenai penelitian yang sudah dilakukan, meminta agar partisipan merahasiakan rangkaian penelitian yang telah dilakukan, dan memberi pertanyaan pada partisipan untuk memastikan apakah partisipan menyadari variabel apa yang sedang diteliti dalam penelitian ini. Setelah rangkaian penelitian dilakukan, peneliti meminta dua orang rater untuk menilai frekuensi perilaku mimicking yang dilakukan oleh partisipan. Sebelum melakukan penilaian, rater di-briefing secara terpisah mengenai apa yang harus dilakukan. Analisis data dan pembuktian ketiga hipotesis dilakukan dengan menggunakan desain independent measure t-test dengan jumlah perilaku mimicking sebagai variabel terikat dan status hubungan romantis (jarak jauh dan jarak dekat) sebagai variabel bebas, dan penghitungan dilakukan secara terpisah untuk masing-masing variabel jenis kelamin pada pembuktian hipotesis pertama. Penghitungan ini dilakukan untuk menguji hipotesis mengenai perbedaan mean antara dua populasi yang berbeda dengan menggunakan mean dari dua kelompok sampel (Gravetter & Wallnau, 2013). Berdasarkan analisis yang dilakukan, hasil penelitian diharapkan signifikan pada pengukuran analisis pengaruh variabel bebas terhadap
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
variabel terikat, yaitu adanya perbedaan yang signifikan antara status hubungan romantis jarak jauh dan jarak dekat dengan perilaku mimicking terhadap lawan jenis. Hasil Penelitian Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengujian reliabilitas pada hasil penilaian frekuensi perilaku mimicking yang dilakukan oleh partisipan. Untuk melakukan pengukuran reliabilitas, peneliti meminta dua orang rater untuk menilai frekuensi perilaku mimicking yang dilakukan oleh partisipan dengan menggunakan rekaman video. Kedua rater menilai 59 rekaman video secara terpisah. Dalam menguji reliabilitas, peneliti menggunakan teknik Pearson correlation. Berdasarkan penilaian dari kedua rater tersebut telah didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,798. Menurut Anastasi dan Urbina (1997), reliabilitas dianggap baik jika lebih dari 0,8. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk merekrut satu orang rater lain untuk melakukan penilaian juga terhadap perilaku mimicking yang dilakukan oleh partisipan. Dari proses ini didapatkan hasil reliabilitas yang lebih tinggi jika menggabungkan hasil penilaian dari Rater 2 dan Rater 3, yaitu sebesar 0,846. Hal tersebut berarti terdapat 71,57% variabilitas dalam skor Rater 3 dapat diprediksi dari hubungannya dengan Rater 2. Dengan demikian, frekuensi perilaku mimicking yang dipakai dalam penghitungan adalah rata-rata dari penilaian Rater 2 dan Rater 3. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis pengaruh utama hubungan romantis jarak jauh menggunakan teknik analisis independent measure t-test. Pengujian dilakukan secara terpisah untuk menganalisis ketiga hipotesis. Hasil penghitungan untuk pengujian hipotesis pertama dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah. Tabel 1. Perbedaan Tingkat Perilaku Mimicking antara Status Hubungan Romantis Jarak Jauh dan Jarak Dekat Status Hubungan Romantis dan Perilaku Mimicking
n
r
Sig. (p)
Laki-laki
22
0.365
0.095
Perempuan
37
-0.030
0.858
Dari hasil analisis data untuk Hipotesis 1a, yaitu tingkat perilaku mimicking yang
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
dilakukan oleh laki-laki yang mempunyai status hubungan romantis jarak jauh berbeda secara signifikan daripada laki-laki yang mempunyai status hubungan romantis jarak dekat, didapatkan r = 0,365, n = 22, p < 0,05, two tails, yang berarti tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara status hubungan romantis jarak jauh dengan perilaku mimicking pada laki-laki. Maka dari itu hipotesis null pertama poin pertama (H01a) dari penelitian ini diterima dan hipotesis penelitian (HA1a) ditolak. Sedangkan hasil analisis data untuk Hipotesis 1b, yaitu tingkat perilaku mimicking yang dilakukan oleh perempuan yang mempunyai status hubungan romantis jarak jauh berbeda secara signifikan daripada perempuan yang mempunyai status hubungan romantis jarak dekat, didapatkan r = -0,030, n = 37, p < 0,05, two tails, yang berarti tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara status hubungan romantis jarak jauh dengan perilaku mimicking pada perempuan. Maka dari itu hipotesis null pertama poin kedua (H01b) dari penelitian ini diterima dan hipotesis penelitian (HA1b) ditolak. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis yang kedua dan ketiga dengan melihat hubungan antara variabel jenis kelamin partisipan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh dengan perilaku mimicking. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbedaan Tingkat Perilaku Mimicking antara Laki-laki dan Perempuan Jenis Kelamin dan Perilaku Mimicking
n
r
Sig. (p)
LDR
21
0.508
0.019*
GCR
38
0.249
0.132
* Signifikan pada p < 0.05
Dari hasil analisis data untuk Hipotesis 2, yaitu tingkat perilaku mimicking yang dilakukan perempuan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh berbeda secara signifikan daripada laki-laki yang mempunyai status hubungan romantis jarak jauh, didapatkan r = 0,508, n = 21, p < 0,05, two tails yang berarti ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku mimicking pada status hubungan romantis jarak jauh. Maka dari itu hipotesis penelitian kedua (HA2) diterima dan hipotesis null kedua (H02) ditolak. Pengujian hipotesis yang ketiga dilakukan dengan melihat hubungan antara variabel jenis kelamin partisipan yang menjalani hubungan romantis jarak dekat dengan perilaku mimicking. Analisis data untuk membuktikan Hipotesis 3, yaitu tingkat perilaku mimicking yang
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
dilakukan perempuan yang menjalani hubungan romantis jarak dekat berbeda secara signifikan daripada laki-laki yang mempunyai status hubungan romantis jarak dekat, didapatkan r = 0,249, n = 38, p < 0,05, two tails yang berarti tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku mimicking pada status hubungan romantis jarak dekat. Maka dari itu hipotesis null ketiga (H03) dari penelitian ini diterima dan hipotesis penelitian ketiga (HA3) ditolak. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan bahwa tingkat perilaku mimicking yang dilakukan oleh laki-laki yang mempunyai status hubungan romantis jarak jauh berbeda secara tidak signifikan daripada laki-laki yang mempunyai status hubungan romantis jarak dekat, tingkat perilaku mimicking yang dilakukan oleh perempuan yang mempunyai status hubungan romantis jarak jauh berbeda secara tidak signifikan daripada perempuan yang mempunyai status hubungan romantis jarak dekat, tingkat perilaku mimicking yang dilakukan perempuan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh berbeda secara signifikan daripada laki-laki yang mempunyai status hubungan romantis jarak jauh, dan yang terakhir tingkat perilaku mimicking yang dilakukan perempuan yang menjalani hubungan romantis jarak dekat berbeda secara tidak signifikan daripada laki-laki yangm mempunyai status hubungan romantis jarak dekat. Diskusi Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian Karremans dan Verwijmeren (2008). Pada penelitian lanjutan ini, peneliti mencoba untuk mengeksplorasi pengaruh status hubungan romantis yang divariasikan menjadi status hubungan romantis jarak jauh dan status hubungan romantis jarak dekat. Namun, adanya perbedaan jarak yang cukup jauh dengan pasangan tidak terbukti cukup kuat untuk memengaruhi tingkat perilaku mimicking pada lawan jenis. Sampel partisipan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh merupakan pasangan yang mempunyai siklus separation-reunion dengan rentang waktu sekitar 6 bulan sekali untuk bertemu kembali. Siklus tersebut memfasilitasi partisipan untuk berkomunikasi
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
secara langsung, sehingga mereka dapat memaksimalkan strategi untuk mempertahankan hubungan mereka (Dainton & Aylor, 2002). Analisis hasil untuk Hipotesis 1 dari penelitian ini didukung pula oleh Mietzner dan Li-Wen (2005), yang menyatakan bahwa orang yang menjalani hubungan romantis jarak jauh akan menambah kepercayaan terhadap pasangannya. Dengan begitu, pasangan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh dapat mempertahankan hubungannya dan tidak tertarik dengan lawan jenis yang berinteraksi dengannya sehingga cenderung tidak melakukan mimicking. Adanya perkembangan teknologi juga dapat membuat pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh lebih mudah berkomunikasi pada zaman ini. Seperti yang dikatakan oleh Firmin, Firmin, dan Merical (2013), bahwa teknologi membantu pasangan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh untuk menjaga keberlangsungan perasaan satu sama lain. Suatu hal yang menarik dari hasil penelitian ini adalah adanya temuan bahwa perempuan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh cenderung melakukan mimicking terhadap lawan jenis dibandingkan dengan laki-laki yang menjalani hubungan romantis jarak jauh. Temuan lain yang didapatkan dari temuan ini adalah status hubungan romantis jarak dekat yang dijalani oleh perempuan tidak lebih berpengaruh daripada laki-laki terhadap perilaku mimicking yang dilakukan. Hasil temuan tersebut dapat dijelaskan oleh penelitian Mietzner dan Li-Wen (2005 yang mengemukakan bahwa perempuan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh merasakan berkurangnya keintiman dengan pasangan karena mereka tidak dapat melihat dan menyentuh pasangannya secara langsung. Hal tersebut sesuai dengan asumsi dari Karremans dan Verwijmeren (2008), bahwa perempuan mempunyai interdependent-self sehingga ketika perempuan tersebut mempunyai pasangan yang jauh darinya maka perempuan akan cenderung lebih tertarik dengan lawan jenis yang dekat dengannya dan akan melakukan lebih banyak melakukan perilaku mimicking untuk menyampaikan ketertarikannya tersebut. Pada penelitian yang dilakukan oleh Karremans dan Verwijmeren (2008), diketahui bahwa daya tarik fisik lawan jenis menjadi variabel moderator yang memiliki efek moderasi pada hubungan status hubungan romantis dengan perilaku mimicking yang dilakukan. Sedangkan dari penelitian ini diketahui bahwa daya tarik fisik lawan jenis yang tinggi tidak cukup kuat untuk memengaruhi perilaku mimicking. Hal tersebut sesuai dengan yang
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
dikemukakan Karremans dan Verwijmeren (2008) bahwa orang yang menjalani hubungan romantis mempunyai tujuan untuk melindungi hubungannya dan secara tidak disadari memengaruhi perilaku seseorang ketika sedang berhubungan dengan orang lain. Begitu pula pada orang yang menjalani hubungan romantis jarak jauh. Orang yang menjalani LDR juga mempunyai tujuan untuk melindungi hubungannya dari ancaman oleh pihak lain, sama halnya seperti orang yang menjalani hubungan romantis jarak dekat. Oleh karena itu, meskipun lawan bicara menarik, orang yang menjalani hubungan romantis jarak jauh tetap akan melindungi hubungannya dengan cara meregulasi perilaku mimicking terhadap lawan jenis yang mempunyai tingkat daya tarik fisik yang tinggi. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan yang dapat menjadi kekurangan dan menghasilkan error dalam mendapatkan hasil dari penelitian ini. Pada aspek sampel penelitian, teknik pengambilan sampel accidental memiliki beberapa kekurangan, antara lain adalah tidak adanya informasi yang jelas mengenai karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian sehingga menyebabkan tidak mendapatkan jumlah yang seimbang untuk masing-masing kelompok. Hal tersebut juga disebabkan karena tidak adanya informasi mengenai jumlah orang yang menjalani hubungan status romantis jarak jauh secara keseluruhan. Pada penelitian ini, pengambilan sampel secara accidental tidak berhasil mendapatkan sampel yang cukup banyak untuk variasi variabel status hubungan romantis jarak jauh. Dari aspek pengukuran, pada awalnya menggunakan dua rater untuk menilai frekuensi mimicking yang dilakukan oleh partisipan dengan melakukan briefing secara terpisah. Hasil dari kedua rater tersebut menghasilkan nilai reliabilitas yang cukup tinggi. Namun karena ada beberapa penilaian yang selisihnya cukup tinggi, maka peneliti meminta satu orang rater lagi untuk menilai frekuensi mimicking partisipan dan mendapatkan nilai reliabilitas yang lebih tinggi lagi. Untuk menghindari hal tersebut seharusnya peneliti melakukan briefing untuk kedua rater secara bersamaan sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama mengenai perilaku mimicking dan tidak menghasilkan selisih frekuensi mimicking yang banyak.
Saran Metodologis
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, terdapat beberapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk melakukan penelitian selanjutnya, antara lain: 1. Melatih rater untuk dapat menilai tingkat perilaku mimicking yang dilakukan oleh partisipan, sehingga nilai yang didapatkan lebih reliabel. 2. Penelitian lanjutan dapat dilakukan untuk menggali lebih lanjut tingkat kedekatan (closeness) dari orang yang menjalani hubungan romantis jarak jauh sehingga dapat dilihat apakah kedekatan pada orang yang
menjalani hubungan romantis jarak jauh
akan memengaruhi perilaku mimicking. 3. Penelitian lanjutan dapat dilakukan untuk meneliti pengaruh komitmen dalam hubungan romantis terhadap perilaku mimicking pada lawan jenis. Saran Praktis Dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan penelitian lanjutan, yaitu: 1. Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan pada perempuan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh pada kehidupan sehari-hari untuk lebih meningkatkan efektivitas komunikasi pada perempuan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh sehingga lebih dapat mempertahankan hubungan romantisnya dan dapat mengontrol rasa ketertarikan dengan lawan jenis yang berada lebih dekat dengannya. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para konselor hubungan romantis untuk membantu mereka dalam memahami masalah yang terjadi pada pasangan yang menjalani hubungan romantis jarak jauh. Diharapkan dengan lebih memahami topik ini, konselor dapat membantu pasangan yang berkonsultasi untuk mempertahankan hubungan romantisnya. Daftar Pustaka Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological Testing (7th ed.). New Jersey: Prentice Hall, Inc. Arnett, J. J. (2000). Emerging adulthood: Theory of development from the late teens through
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
the twenties. American Psychologist, 55(5), 469-480. Aron A., Aron, E. N., & Smollan, D. (1992). Inclusion of other in the self scale the structure of interpersonal closeness. Journal of Personality and Social Psyhology, 63(4), 596-612. Baron, R. A., Branscombe, N. R., & Byrne, D. (2008). Social Psychology (12th ed.). Boston: Pearson Education, Inc. Berscheid, E., Snyder, M., & Omoto, A. M. (1989). The Relationship Closeness Inventory: Assessing the closeness of interpersonal relationships. Journal of Personality and Social Psychology, 57, 792-807. Chartrand, T. L., & Bargh, J. A. (1999). The chameleon effect: The perception-behavior link and social interaction. Journal of Personality and Social Psychology, 76(6), 893-910. Dainton, M., & Aylor, B. (2002). Patterns of communication channel use in maintenance of long-distance relationships.Communication Research Reports, 19(2), 118-129. Dion, K. L., Dion, K. K. (1987). Belief in a just world and physical attractiveness stereotyping. Journal of Personality and Social Psychology, 52(4), 775-780. EHarmony. (n.d.). Long-Distance Relationship Survival Guide. Diunduh dari http://www.eharmony.com/dating-advice/relationships/long-distance-relationshipsurvival-guide/#.Uw1GuWKSyN1 Firmin, M. W., Firmin, R. L., Merical, K. L. (2013). Extended Communication efforts involved with college long-distance relationships. Contemporary Issues in Education Research, 6(1), 97-110.
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
Gravetter, F. J., & Wallnau, L. B. (2013). Statistics for the Behavioral Sciences. California: Wadsworth Cengange Learning. Hackenbracht, J., Gasper, K. (2013). Feeling more and feeling close: Affect intensity influences judgements of interpersonal closeness. Social Cognition, 31(1), 94-105. Jacobs, T. (2013). Long-Distance Relationships Really Can Work. Retrieved from http://www.psmag.com/navigation/health-and-behavior/long-distance-relationships-re ally-can-work-71161/ Karremans, J.C., Verwijmeren, T. (2008). Mimicking attractive opposite-sex others: The role of romantic relationship status. Personality and Social Pychology Bulletin, 34, 939-950. Lakin, J. L., & Chartrand, T. L. (2003). Using nonconscious behavioral mimicry to create affiliation and rapport. Psychological Science, 14(4), 334-339. Lakin, J.L., Jefferis, V. E., Cheng, C. M., & Chartrand, T. L. (2003). The chameleon effect as social glue: Evidence for the evolutionary significance of nonconscious mimicry. Journal of Nonverbal Behavior, 27(3), 145-161. McKinnel, J. (1994, March). Keeping touch when out of touch. USA Today Magazine, 122, 10. Michaelis, B. (2014). Why Long-Distance Relationships Never, Ever Work (Except They
Do).
Retrieved
When from
http://www.huffingtonpost.com/ben-michaelis-phd/love-and-relationships_b_ 4731003.html Michener, H. A., DeLamater, J. D., & Myers, D. J. (2004). Social Psychology. USA:
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
Thomson Learning, Inc. Mietzner, S., Li-Wen, L. (2005). Would you do it again? Relationship skills gained in a long-distance relationship. College Student Journal, 39(1), 192-200. Miller, R. S. (1997). Inattentive and contented: Relationship commitment and attention to alternatives. Journal of Personality and Social Psychology, 73(4), 758-766. Miller, R. S. (2012). Intimate Relationships. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Mohr, J. J., Selterman, D., Fassinger, R. E. (2013). Romantic attachment and relationship functioning in same-sex couples. Journal of Counseling Psychology, 60(1), 72-82. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2007). Human Development: Tenth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Pistole, M. C. (2010). Long-distance romantic couples: An attachment theoretical perspective. Journal of Marital and Family Therapy, 36(2), 115-125. Ritter, S. M., Karremans, J. C., Van Schie, H. T. (2010). The role of self-regulation in derogating attractive alternatives. Journal of Experimental Psychology, 46, 631-637. Rhodes, A. R. (2002). Long-distance relationships in dual-career commuter couples: A review of counseling issues. The Family Journal, 10, 398-404. Sidelinger, R. J., Ayash, G., Tibbles, D. (2008). Couples go online: Relational maintenance behaviors and relational characteristics use in dating relationships. Human Communication, 11(3), 333-348. Stafford, L. (2010). Geographic Distance and Communication During Courtship. Communication Research, 37(2), 275-297. Tokunaga, R. S. (2011). Social networking site or social surveillance site? Understanding the use of interpersonal electronic surveillance in romantic relationships. Computers in
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014
Human Behavior, 27, 705-713.
Perbedaan perilaku…, Caecilia Pradnya Pradipta, FPsi UI, 2014